POLA PIKIR (MINDSET) GURU DALAM

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
POLA PIKIR (MINDSET) GURU DALAM MENERAPKAN
PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
DITINJAU DARI GENDER
(Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 3 Kota Madiun)
TESIS
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh
Nunung Juwariah
S851302055
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
“… Aku dekat … Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia
memohon kepada-Ku.”
-QS Al-Baqarah [2]: 186
Bukan karena masalahnya begitu sulit sehingga kita jadi tidak berani, justru
karena tidak beranilah masalahnya menjadi sulit
-Saneca (Maxwell 2009)
Keyakinan menjadi pikiran, pikiran menjadi kata-kata, kata-kata menjadi
tindakan, tindakan menjadi kebiasaan. Kebiasaan menjadi nilai dan
nilai menjadi takdir
-Mahatma Gandhi-
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Tesis ini Penulis persembahkan kepada:
1. Bapak, Ibu dan keluarga
2. Kakakku Syaiful Anam
3. Teman-teman
Pascasarjana
Matematika
4. Almamaterku tercinta
5. Dunia Pendidikan.
commit to user
vi
Pendidikan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji sukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan
yang Maha Esa, karena dengan nikmat dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan tesis dengan judul “POLA PIKIR (MINDSET)
GURU DALAM MENERAPKAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI GENDER” ini
dengan baik. Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan
memperoleh gelar Magister Program pascasarjana Pendidikan Matematika. Dalam
penulisan tesis ini, penulis banyak memperoleh bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar besarnya, kepada:
1.
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan penyusunan tesis ini.
2.
Prof. Dr. Budiyono, M.Sc., Ketua Program Studi Magister Pendidikan
Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan penyusunan tesis ini.
3.
Prof. Drs. Tri Atmojo K., M.Sc., Ph.D., Dosen Pembimbing I, yang dengan
penuh kesabaran memberikan motivasi, bimbingan dan masukan kepada
penulis demi kesempurnaan penyusunan tesis ini.
4.
Dr. Budi Usodo, M.Pd., Dosen Pembimbing II, yang dengan penuh kesabaran
memberikan motivasi, bimbingan dan masukan kepada penulis demi
kesempurnaan penyusunan tesis ini.
5.
Seluruh Dosen Program Studi Magister Pendidikan Matematika Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan
yang sangat berguna bagi penulis.
6.
Drs. Didik Wahyu Widayat, Kepala SMA Negeri 3 Madiun, yang telah
mengijinkan pelaksanaan penelitian.
7.
Umdatun Nafi‟ah, S.Pd,Si dan Hendrijanto, M.Pd, Guru Matematika SMA
Negeri 3 Madiun, yang telah bersedia menjadi subjek penelitian.
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
8.
digilib.uns.ac.id
Darmadi, M.Pd, Dosen Program Studi Pendidikan Matematika IKIP PGRI
Madiun, Drs. Basuki Rachmat, M.Pd, Kepala Sekolah MAN 2 Madiun dan
Drs. Yuli Irfan Aliurido, M.Pd, guru matematika MAN 2 Madiun, yang telah
bersedia menjadi validator instrument dalam penelitian ini.
9.
Keluarga (Bapak, Ibu dan kakak-kakakku) yang selalu memberikan doa dan
semangat sehingga penulis dapat mengikuti perkuliahan dan menyelesaikan
penyusunan tesis ini.
10. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Magister Pendidikan Matematika
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, teman-teman Tambahan Dua
Angkatan Februari 2013 khususnya kelompok bimbingan serta sahabat
kesayangan (Arum dan Ariska) yang telah memberikan bantuan dan semangat
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga bimbingan, dorongan dan bantuan yang telah diberikan dinilai
sebagai amal kebaikan dan mendapat pahala dari Allah SWT. Penulis berharap
semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi
dunia pendidikan pada umumnya.
Surakarta, Agustus 2014
Penulis
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Nunung Juwariah. S851302055. 2014. Pola Pikir (Mindset) Guru Dalam
Menerapkan Pendekatan Saintifik Pada Pembelajaran Matematika Ditinjau
Dari Gender. TESIS. Pembimbing I: Prof. Tri Atmojo Kusumayadi, M.Sc, Ph.D,
Pembimbing II: Dr. Budi Usodo, M.Pd. Program Studi Pendidikan Matematika,
Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2014.
Tujuan dari penelitian ini: Untuk mendeskripsikan pola pikir guru
perempuan dan guru laki-laki dalam menerapkan pendekatan saintifik pada
pembelajaran matematika. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
deskriptif.
Teknik yang digunakan dalam pengambilan subjek adalah purposive
sampling. Subjek penelitian adalah guru kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri
3 Madiun. Subjek penelitian sebanyak 2 guru terdiri dari 1 guru laki-laki dan 1
guru perempuan. Metode pengumpulan data adalah dengan wawancara dan
observasi. Teknik untuk memvalidasi data yaitu triangulasi waktu dan triangulasi
metode. Teknik analisis data yang digunakan adalah Miles dan Huberman terdiri
dari reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1)Pada proses pengamatan guru
perempuan lebih memilih menggunakan objek matematika yang bersifat abstrak.
Pada kegiatan menanya guru perempuan mengalami kendala, untuk
menyelesaikan masalah ini guru perempuan biasanya memancing siswa dengan
pernyataan-pernyataan. Pada kegiatan eksperimen guru perempuan membuatkan
pertanyaan yang bersifat memandu. Selanjutnya pada kegiatan mengasosiasi guru
perempuan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang memancing, yang mengarah
pada konsep matematika. Pada langkah mengkomunikasikan guru perempuan
memilih menggunakan presentasi, walaupun presentasi memerlukan waktu yang
lama. (2) Pada langkah mengamati guru laki-laki lebih memilih menggunakan
pendekatan dari apa yg telah dipelajari siswa, membahas problema-problema yang
pernah dialami siswa. Untuk membangkitkan kemauan bertanya siswa guru lakilaki membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Selanjutnya pada kegiatan
mengasosiasi menurut guru laki-laki tugas guru harus menyempurnakan konsepkonsep matematika yang dimiliki siswa. Pada kegiatan mengkomunikasikan guru
laki-laki meminta siswa untuk memaparkan hasil yang telah diperoleh.
Kata kunci: pola pikir, pendekatan saintifik, gender.
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Nunung Juwariah. S851302055. 2014. Teachers Mindset In Implementing
Scientific Approach To The Study Of Mathematics In Terms Of Gender.
THESIS. Supervisor I: Prof. Tri Atmojo Kusumayadi, M.Sc, Ph.D, Supervisor II:
Dr. Budi Usodo, M.Pd. The Graduate program in Mathematics Education, Sebelas
Maret University, Surakarta.
The aims of this research was to describe the mindset of female and male
teachers in implementing the saintifik approach to the study of mathematics. It
was a qualitative research. The subjects were taken by purposive sampling.
The subjects of this research were mathematics teachers of class X SMAN
3 Madiun. The subject of the research as much as 2 teachers consisted of 1 male
teacher and 1 female teacher.
Data collection techniques in this research were
interviews and
observation. Techniques to validate the data source triangulation and time
triangulation. The data analysis technique used was the concept of Miles and
Huberman consisted of data reduction, data display, and conclusion.
The research findings are as follows (1) the female teacher do not always
apply a saintifik approach. During observation process, female teacher used
abstract mathematics object. During question activity female teacher had
obstacles. To solve this obstacle, female teacher usually persuades students with
statements. During experiment activity, female teacher created guidance question.
During mobilization activity, female teacher provide questions that provoke and
leads to mathematics concepts. During communication activity, female teacher
using presentation although it requires long time. (2) During observation male
teacher used approach from learned students. during question activity, the male
teacher of dividing students became some group then provide opportunitie for
students to ask on a friend in the group. During mobilization activity, teacher must
have perfected mathematical concepts which belongs to the students. During
communication activity, male teacher asked the students to present the result of
that has accured.
Keywords: Mindset, saintifik approach, gender.
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
PENGESAHAN PEMBIMBING .................................................................... ii
PENGESAHAN PENGUJI ............................................................................. iii
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN HAK PUBLIKASI ISI TESIS ...... iv
MOTTO .......................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ........................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... x
ABSTRACT ...................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 5
E. Manfaat Penelitian ................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ........................................................................................... 7
1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Kurikulum 2013 7
a. Pengertian Kurikulum .................................................................. 7
b. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ......................................... 8
c. Kurikulum 2013 ............................................................................ 8
2. Perbedaan KTSP dan Kurikulum 2013 .............................................. 21
3. Pendekatan Saintifik ......................................................................... 23
4. Proses Pembelajaran ......................................................................... 24
5. Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran ........................................ 24
commit to user
6. Penilaian Autentik ............................................................................
30
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7. Pola pikir (Mindset) Guru ................................................................ 31
8. Gender .............................................................................................. 36
B. Penelitian Relevan ................................................................................. 37
C. Kerangka Berpikir ................................................................................. 38
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 40
1. Tempat Penelitian ............................................................................. 40
2. Waktu Penelitian ............................................................................... 40
B. Jenis Penelitian ...................................................................................... 40
C. Subjek Penelitian ................................................................................... 41
D. Data dan Sumber Data ........................................................................... 42
E. Metode Pengumpulan Data .................................................................... 42
F. Instrumen Pengumpulan Data ................................................................ 43
G. Validitas Data ........................................................................................ 45
H. Teknik Analisis Data ............................................................................. 46
I. Prosedur Penelitian ................................................................................ 47
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1.Pengembangan Instrumen .................................................................. 49
2. Penentuan Subjek Penelitian .............................................................. 50
3. Deskripsi Subjek Penelitian ............................................................... 52
4. Hasil Analisis Data ............................................................................ 52
B. Pembahasan ........................................................................................... 88
1. Pola pikir guru perempuan dalam menerapkan pendekatan
saintifik pada proses pembelajaran matematika ............................... 89
2. Pola pikir guru laki-laki dalam menerapkan pendekatan
saintifik pada proses pembelajaran matematika ............................... 92
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................ 96
B. Implikasi ................................................................................................ 98
commit to user
C. Saran ......................................................................................................
98
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 99
LAMPIRAN-LAMPIRAN
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 : Perbedaan antara Kurikulum 2013 dengan KTSP ..................... 22
Tabel 2.2 : Perubahan pola pikir pada kurikulum 2013 ................................ 33
Tabel 2.3 : Perubahan pola pikir kurikulum lama dan kurikulum baru
pada matematika ......................................................................... 34
Tabel 2.4 : pola pikir guru dalam menerapkan pendekatan saintifik ............ 35
Tabel 2.5
: Karakteristik stereotip antara laki-laki dan perempuan …………36
Tabel 4.1
: Daftar validator instrumen pedoman wawancara ………………..50
Tabel 4.2 : Daftar Hasil Validasi pedoman wawancara ............................... 50
Tabel 4.3 : Nama Validator Instrumen Bantu Kedua .................................... 51
Tabel 4.4 : Tabel Triangulasi Subjek 1 pada kegiatan mengamati .............. 55
Tabel 4.5 : Tabel Triangulasi Subjek 2 pada kegiatan mengamati .............. 58
Tabel 4.6 : Tabel Triangulasi Subjek 1 pada kegiatan menanya .................. 61
Tabel 4.7 : Tabel Triangulasi Subjek 2 pada kegiatan menanya .................. 64
Tabel 4.8 :
Tabel
Triangulasi
Subjek
1
pada
kegiatan
mengumpulkan
informasi/eksperimen…………………………………
………
Tabel 4.9 :
Tabel
66
Triangulasi
Subjek
2
pada
kegiatan
mengumpulkan informasi/eksperimen ....................................... 69
Tabel 4.10 : Tabel Triangulasi Subjek 1 pada kegiatan mengasosiasi ........... 71
Tabel 4.11 : Tabel Triangulasi Subjek 2 pada kegiatan mengasosiasi ........... 73
Tabel 4.12 : Tabel Triangulasi Subjek 1 pada kegiatan mengkomunikasikan 75
Tabel 4.13 : Tabel Triangulasi Subjek 2 pada kegiatan mengkomunikasikan 77
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Instrumen bantu pertama ............................................................. 102
Lampiran 2: Validasi instrumen bantu pertama ............................................... 104
Lampiran 3: Instrumen bantu kedua ................................................................ 107
Lampiran 4: Validasi instrumen bantu kedua .................................................. 108
Lampiran 5: RPP guru perempuan ................................................................... 111
Lampiran 6: RPP guru laki-laki ....................................................................... 125
Lampiran 7: Catatatan lapangan wawancara pertama guru perempuan........... 145
Lampiran 8: Catatatan lapangan wawancara kedua guru perempuan .............. 153
Lampiran 9: Catatatan lapangan wawancara pertama guru laki-laki ............... 157
Lampiran 10: Catatatan lapangan wawancara kedua guru laki-laki ................ 162
Lampiran 11: Catatatan lapangan observasi guru perempuan ......................... 170
Lampiran 12: Catatatan lapangan observasi guru laki-laki .............................. 173
Lampiran 13: Dokumentasi ............................................................................. 177
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam menciptakan
manusia-manusia yang berkualitas. Pendidikan juga dipandang sebagai sarana
untuk melahirkan insan-insan yang cerdas, kreatif, terampil, bertanggung jawab,
produktif dan berbudi luhur. Salah satu unsur terpenting dalam pendidikan
utamanya pendidikan di sekolah adalah kurikulum.
Kurikulum menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat
(19) adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Pengembangan kurikulum
menjadi amat penting sejalan dengan kontinuitas kemajuan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni budaya serta perubahan masyarakat pada tataran lokal,
nasional, regional dan global di masa depan. Aneka kemajuan dan perubahan itu
melahirkan tantangan internal dan eksternal di bidang pendidikan.
Salah satu studi internasional untuk mengevaluasi pendidikan khusus
untuk hasil belajar peserta didik yang berusia 14 tahun pada jenjang sekolah
menengah pertama (SMP)yang diikuti oleh Indonesia adalah Trends in
International Mathematics and Science Study (TIMSS). Untuk memberikan uraian
bermakna mengenai arti kemampuan pada skala dalam kaitannya dengan
pengetahuan dan kecakapan matematika para peserta didik, TIMSS menampilkan
empat tingkat pada skala sebagai standar internasional. Empat tingkatan untuk
merepresentasikan rentang kemampuan peserta didik berdasar benckmark
internasional tersebut adalah standar mahir (625), standar tinggi (550), standar
menengah (475), dan standar rendah (400). Analisis hasil TIMSS tahun 2007 dan
2011 pada peserta didik kelas 2 SMP, untuk bidang matematika menunjukkan
hasil, lebih dari 95% peserta didik Indonesia hanya mampu mencapai level
menengah, sementara misalnya di Taiwan hampir 50% peserta didiknya mampu
commit
userini dapat disimpulkan bahwa yang
mencapai level tinggi dan advance.
Dari to
hasil
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
diajarkan di Indonesia berbeda dengan apa yang diujikan atau yang distandarkan
di tingkat internasional
Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari kurikulum sebelumnya
untuk merespon berbagai tantangan-tantangan internal dan eksternal. Titik tekan
pengembangan Kurikulum 2013 adalah penyempurnaan pola pikir, penguatan tata
kelola kurikulum, pendalaman dan perluasan materi, penguatan proses
pembelajaran, dan penyesuaian beban belajar agar dapat menjamin kesesuaian
antara apa yang diinginkan dengan apa yang dihasilkan.
Untuk melaksanakan isi Kurikulum 2013 serta upaya meningkatkan mutu
proses pembelajaran, selama ini pengetahuan hanya disampaikan untuk
selanjutnya
diharapkan
penyampaian
pengetahuan
menuju
pertukaran
pengetahuan. Agar pembelajaran di kelas menarik dan penuh makna, guru perlu
mendesain rencana pembelajaran yang memungkinkan siswa berinteraksi aktif
dalam pembelajaran. Begitu pula dalam pembelajaran matematika yang selama ini
dianggap sebagai pembelajaran yang sulit dan membosankan. Motivasi serta
minat belajar siswa kurang. Padahal pembelajaran matematika mempunyai
peranan penting dalam mengembangkan keterampilan dan berpikir logis,
sistematis, dan kreatif. Hal ini, karena matematika mempunyai fungsi untuk
mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur dan menggunakan rumus
matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Pada keseluruhan upaya pendidikan, proses belajar mengajar (PBM)
merupakan aktivitas yang paling penting, karena melalui proses inilah tujuan
pendidikan akan tercapai dalam bentuk perubahan perilaku peserta didik.
Setidaknya ada tiga unsur yang harus ada dalam proses belajar mengajar yaitu (1)
peserta
didik
(siswa/mahasiswa)
dengan
segala
karakteristiknya
untuk
mengembangkan dirinya seoptimal mungkin melalui kegiatan belajar, (2) pengajar
(dosen/guru) yang selalu mengusahakan terciptanya situasi yang tepat untuk
belajar sehingga memungkinkan untuk terjadinya proses pengalaman belajar, dan
(3) tujuan, yaitu sesuatu yang diharapkan setelah adanya kegiatan belajar.
Kurikulum 2013 lebih menekankan dimensi pedagogik modern dalam
commit
to user
pembelajaran, yaitu menggunakan
pendekatan
ilmiah. Pendekatan ilmiah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
(scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud
mengamati,
menanya,
mengumpulkan
informasi,
meliputi
mengasosiasi
dan
mengkomunikasi.. Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap,
pengetahuan dan keterampilan. Selama ini praktek pelaksanaan pembelajaran
dengan menggunakan
pendekatan saintifik sudah
sering disarankan oleh
pemerintah. Misalnya dengan dianjurkan penggunaan pendekatan kontekstual
dalam proses pembelajaran. Komponen dalam pendekatan kontekstual sangat
„dekat‟ dengan langkah-langkah pada pendekatan saintifik.
Selama ini pendekatan saintifik populer digunakan dalam proses
pembelajaran sain. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran
matematika sama seperti pada
mata pelajaran lain yaitu meliputi menggali
informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data
atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis,
menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta.
Studi tentang penyelenggaraan Kurikulum 2013 di seluruh Indonesia mulai
dilakukan oleh pusat kurikulum pada tahun 2013. Studi tersebut meliputi satuan
pendidikan SD, SMP dan SMA. SMA Negeri 3 Madiun merupakan salah satu
sekolah dari 3 sekolah yang ditunjuk sebagai sasaran implementasi kurikulum
2013 di kota Madiun. Penunjukan dari pemerintah baik pusat maupun daerah dan
dukungan komite sekolah adalah suatu penghargaan yang cukup besar bagi
sekolah. Sebab tidak semua sekolah mendapatkan kesempatan tersebut.
Penunjukan itu bukan tanpa alasan bagi pemerintah sebab nama besar SMAN 3
Madiun dengan prestasinya, baik akademik di tingkat kabupaten maupun propinsi
sudah sering diraihnya. Misalnya dalam prestasi keikutsertaan pada olimpiade
MIPA, bahasa inggris, seni, olahraga dan kegiatan ekstrakurikuler lainnya.
Dari hasil studi awal melalui wawancara dengan Waka Kesiswaan
(September, 2013) di SMA Negeri 3 Madiun, penunjukan itu menjadi tantangan
yang sangat berat bagi sekolah. Pertama beratnya beban kurikulum yang harus
ditempuh siswa karena banyaknya mata pelajaran yang harus diterima siswa. Oleh
karena itu, dibutuhkan kecerdasan dalam mensiasati kesulitan siswa sehingga
commit
to user
siswa tidak merasa terlalu berat dalam
menyelesaikan
pembelajaran. Kedua, para
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
guru hanya diberi pelatihan beberapa jam untuk menerapkan perubahan kurikulum
2013. Padahal, banyak perbedaan mulai dari metode sampai proses penilaian.
Ketiga, banyak materi di kelas X yang membutuhkan pemahaman lebih siswa
sehingga akan memakan waktu yang lama, misal materi limit yang memerlukan
pengetahuan tentang differesial padahal diffensial belum diajarkan. Keempat,
terbatasnya waktu pembelajaran dan banyaknya materi membuat sulitnya
penerapan authentics assessment.
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan
pendidikan menengah (UU No.14 Tahun 2005). Perubahan pola pikir guru
dibutuhkan untuk bisa berperan lebih menjadi fasilitator dan motivator dari pada
inisiator dan eksekutor, dalam merubah dari teacher centered ke student centered.
Sementara authentics assessment semakin dikedepankan sebagai assessment for
learning dari pada assessment of learning. Hal-hal tersebut bisa terwujud tatkala
para guru mau untuk merubah mindset-nya bahwa tugas mengajar adalah sebagai
komitmen profesi dalam membelajarkan dan mencerdaskan anak bangsa. Menurut
Rhinesmith (dalam Jiun-Shiu Chen, 2011) A global mindset means the ability to
scan the world from a broad perspective, always looking for unexpected trends
and opportunities that may constitute a threat or an opportunity to achieve
personal, professional or organizational objectives.
Pola pikir seseorang sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor
eksternal. Salah satu faktor ekternal yang mempengaruhi pola pikir adalah teman
dan lingkungan. Dalam masyarakat sering kali dijumpai perlakuan yang berbeda
antara laki-laki dan perempuan yang disebut dengan perbedaan gender. Gender
didefinisikan sebagai aturan atau normal perilaku yang berhubungan dengan jenis
kelamin dalam suatu sistem masyarakat. Riset menunjukkan bahwa peran gender
berada diantara hal pertama yang dipelajari individu karena semua masyarakat
memperlakukan laki-laki berbeda dengan perempuan. Banyak perbedaan yang
diamati antara pria dan perempuan dapat dikaitkan jelas dengan perbedaan dalam
commit
to user
pengalaman-pengalaman sosialisasi.
Beberapa
hasil penelitian menyatakan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
“… a gender was also found not to affect integrated science conceptions
(Bimbola, 2012)”. Menurut Jancirani (2012) “Boys and girls differ significantly in
their scientific attitude. Boys have high level of scientific attitude than girls.”
Uraian tersebut, mendorong peneliti untuk mengetahui pola pikir guru
laki-laki dan perempuan dalam menerapkan pendekatan saintifik pada
pembelajaran matematika
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah di atas, ada dua masalah yang perlu
dicari jawabannya dalam penelitian ini.
1. Bagaimana pola pikir guru wanita dalam menerapkan pendekatan saintifik
pada pembelajaran matematika?
2. Bagaimana pola pikir guru laki-laki dalam menerapkan pendekatan saintifik
pada pembelajaran matematika?
C. Tujuan Penelitian
Pada penelitian ini ada dua tujuan yang ingin dicapai
1. Untuk menjabarkan pola pikir guru wanita dalam menerapkan pendekatan
saintifik pada pembelajaran matematika.
2. Untuk menjabarkan pola pikir guru laki-laki dalam menerapkan pendekatan
saintifik pada pembelajaran matematika.
D. Manfaat Penelitian
Ada manfaat teoritis dan praktis dalam penelitian ini.
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan sumbangan dan memperkaya hasil penelitian yang telah ada.
b. Sebagai bahan referensi bagi penelitian-penelitian sejenis selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi para guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
masukan untuk memberi perubahan cara mengajar dalam proses
pembelajaran matematika dan mengoptimalkan prestasi pendidikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
b. Bagi sekolah, hasil penelitian dapat digunakan sebagai kajian yang dapat
dimanfaatkan untuk pembelajaran di sekolah.
E. Batasan Istilah
1. Pola Pikir
Cara otak dan akal menerima, memproses, menganalisis, mempersepsi dan
membuat kesimpulan terhadap informasi yang masuk melalui indra.
2. Guru
Pendidik
profesional
yang
mempunyai
tugas
mendidik,
mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan menengah.
3. Pendekatan Saintifik
Serangkaian proses ilmiah yang diawali dengan suatu pengamatan, menanya,
mengumpulkan
informasi
kemudian
mengasosiasi
dan
selanjutnya
mengkomunikasikan.
4. Gender
Suatu konsep kultural, berupaya membuat perbedaan (distinction) dalam hal
peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan
perempuan yang berkembang dalam masyarakat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Kurikulum 2013
a. Pengertian Kurikulum
Menurut J Galen dan William M. Alexander (Loeloek, 2014: 7)
Kurikulum adalah segala usaha untuk mempengaruhi anak belajar, apakah
dalam ruang kelas di halaman sekolah atau di luar sekolah.
Sedangkan
menurut Daniel Tanner & Laurel Tanner Kurikulum merupakan pengalaman
pembelajaran yang terarah dan juga terencana secara terstruktur dan tersusun
melalui sebuah proses rekonstruksi pengetahuan dan juga pengalaman yang
secara sistematis berada dibawah pengawasan lembaga pendidikan sehingga
para pembelajar dapat terus memiliki motivasi dan minat untuk belajar.
Sehingga memiliki dasar pemikiran bahwa belajar adalah bagian dari sebuah
kompetensi sosial yang ada di pribadinya.
Definisi kurikulum yang terdapat dalam UU RI tentang Sistem
Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, Kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan tertentu. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa kurikulum adalah bagian atau sub sistem dari sistem sekolah yang
dilakukan oleh sekolah untuk memberikan pengalaman belajar siswa.
Di lain pihak ozmantar (2010) mengatakan bahwa “also the new
curriculum expects us to teach and creative thinking skills in mathematics”
(kurikulum baru mengharapkan kita untuk mengajarkan keterampilan berpikir
kritis dan kreatif dalam matematika). Dalam kurikulum matematika, terdapat
dimensi yang harus diwujudkan agar kurikulum matematika dapat berjalan
dengan baik.
Bulut (2007) menyatakan “the analysis of the curriculum was realized
commit to user
in there dimensions; (classroom
management- classroom physical and
7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
emotional environments, teacher and student roles, and interactions,
(2) instruction-objectives, planning, implementation, method and
techniques, instructional media, and measurement and evaluation,
and (3) strength (and/or benefits) and weaknesses (and/or
limitation)”. (analisis kurikulum diwujudkan dalam tiga dimensi ;
(manajemen kelas lingkungan fisik dan emosional, peran guru dan
siswa, dan interaksi, (2) tujuan, perencanaan, implementasi, metode.
b. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan. Muncullah kurikulum tingkat satuan
pendidikan. Pelajaran KTSP masih tersendat. Tinjauan dari segi isi dan proses
pencapaian target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi
tidaklah banyak perbedaan dengan kurikulun 2004. Perbedaan yang paling
menonjol adalah guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan
pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi sekolah berada (Loeloek,
2014: 7). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) lahir sebagai
perwujudan amanat UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dan Peraturan Pemerintah RI No. 19/2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
Kedua
perundang-undangan
ini
mengamanatkan
bahwa
tersusunnya kurikulum pada tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan
dasar dan menengah dengan mengacu kepada standar isi dan standar
kompetensi lulusan serta berpedoman pada pedoman pada panduan yang
disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (Mulyasa, 2007: 169-170)
Prinsip-prinsip penyusunan KTSP, antara lain:
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan
peserta didik dan lingkungannya.
2. Beragam dan terpadu.
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan.
5. Menyeluruh dasn berkesinambungan.
6. Belajar sepanjang hayat,commit
dan to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
(Mulyasa, 2007:170)
Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dirumuskan mengacu kepada
tujuan umum pendidikan, yaitu:
1. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut.
2. Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut.
3. Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
Acuan operasional penyusunan KTSP dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut.
1.
Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia.
2.
Peningkatan potensi, kecerdasan dan minat sesuai tingkat perkembangan
dan kemampuan peserta didik.
3.
Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan.
4.
Tuntunan pembangunan daerah dan nasional.
5.
Tuntutan dunia kerja.
6.
Perkembangan ilmu pengetahuan, tenologi dan seni.
7.
Agama.
8.
Dinamika perkembangan global.
9.
Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
10. Kondisi social budaya masyarakat setempat.
11. Kesetaraan gender.
12. Karakteristik satuan pendidikan. Kurikulum harus dikembangkan sesuai
dengan visi misi, misi, tujuan, kondisi dan ciri khas satuan pendidikan.
(Mulyasa, 2007:171)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
c. Kurikulum 2013
Pengembangan
Kurikulum
2013
merupakan
langkah
lanjutan
Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun
2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan secara terpadu. Kebijakan baru kurikulum 2013 membawa tiga
perubahan besar. Perubahan tersebut diimplementasikan di semua jenjang
pendidikan mulai SD, SMP, hingga SMA/SMK. perubahan pertama adalah
pada konsep kurikulum itu sendiri. "Konsep itu perpaduan antara hardskill dan
softskill. Artinya, tidak hanya memberikan bekal pengetahuan pada siswa tapi
juga ketrampilan. penilaian konsep kurikulum 2013 berdasarkan standar
kompetensi lulusan, standar isi, standar proses penilaian (Kemendikbud, 2013)
Selain itu perubahan lain pada kurikulum baru adalah pada buku yang
dipakai. Buku tersebut berbasis kegiatan serta tematik terpadu. Pembelajaran
kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik atau pengamatan.
Maksudnya dalam mengajar peserta didik guru dapat meminta anak untuk
bertanya dan mendorong anak mencari tahu. Mendorong anak berpikir kreatif,
inovatif, afektif, produktif.
Terdapat beberapa perubahan mendasar dari kurikulum 2006 ke
kurikulum 2013 yaitu Penataan Pola Pikir, Pendalaman dan Perluasan Materi,
Penguatan Proses dan Penyesuaian Beban. Sedangkan elemen yang berubah
antara lain, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses dan
Standar Penilaian (Kemendikbud, 2013).
1. Standar Proses Pembelajaran pada Kurikulum 2013
Berdasarkan
lampiran
Permendikbud
no
81A
Lampiran
IV,
Kurikulum 2013 menganut pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak dapat
dipindahkan begitu saja dari guru ke peserta didik. Peserta didik adalah
subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah,
mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan. Untuk itu pembelajaran
harus berkenaan dengan kesempatan yang diberikan kepada peserta didik
untuk mengkonstruksi pengetahuan dalam proses kognitifnya. Proses
userdiri peserta didik. Proses tersebut
pembelajaran terjadi secara commit
internaltopada
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
mungkin saja terjadi akibat dari stimulus luar yang diberikan guru, teman,
lingkungan. Proses tersebut mungkin pula terjadi akibat dari stimulus dalam
diri peserta didik yang terutama disebabkan oleh rasa ingin tahu. Proses
pembelajaran dapat pula terjadi sebagai gabungan dari stimulus luar dan
dalam. Dalam proses pembelajaran, guru perlu mengembangkan kedua
stimulus pada diri setiap peserta didik (Kemendikbud, 2013).
Di dalam pembelajaran, peserta didik difasilitasi untuk terlibat secara
aktif
mengembangkan
potensi
dirinya
menjadi
kompetensi.
Guru
menyediakan pengalaman belajar bagi peserta didik untuk melakukan
berbagai kegiatan yang memungkinkan mereka mengembangkan potensi
yang dimiliki mereka menjadi kompetensi yang ditetapkan dalam dokumen
kurikulum atau lebih. Pengalaman belajar tersebut semakin lama semakin
meningkat menjadi kebiasaan belajar mandiri dan ajeg sebagai salah satu
dasar untuk belajar sepanjang hayat.
Pada suatu kegiatan belajar dapat terjadi pengembangan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan dalam kombinasi dan penekanan yang
bervariasi. Setiap kegiatan belajar memiliki kombinasi dan penekanan yang
berbeda dari kegiatan belajar lain tergantung dari sifat muatan yang
dipelajari. Meskipun demikian, pengetahuan selalu menjadi unsur
penggerak untuk pengembangan kemampuan lain.
Kurikulum 2013 mengembangkan dua modus proses pembelajaran
yaitu proses pembelajaran langsung dan proses pembelajaran tidak
langsung. Baik pembelajaran langsung maupun pembelajaran tidak langsung
terjadi secara terintegrasi dan tidak terpisah. Pembelajaran langsung
berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan
dari KI-3 dan KI-4. Keduanya, dikembangkan secara bersamaan dalam
suatu proses pembelajaran dan menjadi wahana untuk mengembangkan KD
pada KI-1 dan KI-2. Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan
pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-1 dan KI-2
(Kemendikbud, 2013).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
Menurut standar proses pembelajaran (dalam Loeloek, 2014: 150-152)
pembelajaran terdiri dari tiga Tahap. Yaitu tahap perencanaan, tahap proses
dan tahap penutup. Adapun rincian ketiga tahapan tersebut adalah sebagai
berikut:
1) Perencanaan Pembelajaran
Tahap pertama yaitu perencanaan pembelajaran yang diwujudkan
dengan kegiatan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
1) Hakikat RPP
Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana pembelajaran
yang dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu
yang mengacu pada silabus. RPP mencakup:
(1) data sekolah,
matapelajaran, dan kelas/semester; (2) materi pokok; (3) alokasi waktu; (4)
tujuan pembelajaran, KD dan indikator pencapaian kompetensi; (5) materi
pembelajaran; metode pembelajaran; (6) media, alat dan sumber belajar; (6)
langkah-langkah kegiatan pembelajaran; dan (7) penilaian.
Setiap guru di setiap satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP
untuk kelas di mana guru tersebut mengajar (guru kelas) di SD dan untuk
guru matapelajaran yang diampunya untuk guru SMP/MTs, SMA/MA, dan
SMK/MAK. Pengembangan RPP dapat dilakukan pada setiap awal semester
atau awal tahun pelajaran, dengan maksud agar RPP telah tersedia terlebih
dahulu dalam setiap awal pelaksanaan pembelajaran. Pengembangan RPP
dapat dilakukan secara mandiri atau secara berkelompok.
Pengembangan RPP yang dilakukan oleh guru secara mandiri
dan/atau secara bersama-sama melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP) di dalam suatu sekolah tertentu difasilitasi dan disupervisi kepala
sekolah atau guru senior yang ditunjuk oleh kepala sekolah. Pengembangan
RPP yang dilakukan oleh guru secara berkelompok melalui MGMP antar
sekolah atau antar wilayah dikoordinasikan dan disupervisi oleh pengawas
atau dinas pendidikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
2) Prinsip-Prinsip Pengembangan RPP
Berbagai prinsip dalam mengembangkan atau menyusun RPP adalah
sebagai berikut.
a. RPP disusun guru sebagai terjemahan dari ide kurikulum dan berdasarkan
silabus yang telah dikembangkan di tingkat nasional ke dalam bentuk
rancangan proses pembelajaran untuk direalisasikan dalam pembelajaran.
b. RPP dikembangkan guru dengan menyesuaikan apa yang dinyatakan
dalam silabus dengan kondisi di satuan pendidikan baik kemampuan
awal peserta didik, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan
sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar
belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.
c. Mendorong partisipasi aktif peserta didik
d. Sesuai dengan tujuan Kurikulum 2013 untuk menghasilkan peserta didik
sebagai manusia yang mandiri dan tak berhenti belajar, proses
pembelajaran dalam RPP dirancang dengan berpusat pada peserta didik
untuk mengembangkan motivasi, minat, rasa ingin tahu, kreativitas,
inisiatif, inspirasi, kemandirian, semangat belajar, keterampilan belajar
dan kebiasaan belajar.
e. Mengembangkan budaya membaca dan menulis
f. Proses pembelajaran dalam RPP dirancang untuk mengembangkan
kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi
dalam berbagai bentuk tulisan.
g. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut.
h. RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif,
penguatan, pengayaan, dan remedi. Pemberian pembelajaran remedi
dilakukan setiap saat setelah suatu ulangan atau ujian dilakukan, hasilnya
dianalisis, dan kelemahan setiap peserta didik dapat teridentifikasi.
Pemberian pembelajaran diberikan sesuai dengan kelemahan peserta
didik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
i. Keterkaitan dan keterpaduan.
j. RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara
KI dan KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan
sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun
dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas
matapelajaran untuk sikap dan keterampilan, dan keragaman budaya.
k. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi
l. RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi
dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan
situasi dan kondisi.
3) Komponen dan Sistematika RPP.
Komponen RPP menurut Standar Proses No 65 Th 2013 sebagai berikut.
1. Identitas Sekolah
2. Identitas mata pelajaran
3. Kelas/ semester
4. Materi Pokok
5. Alokasi Waktu
6. Tujuan pembelajaran
7. Kompetensi dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
8. Materi Pembelajaran
9. Alokasi waktu
10. Metode pembelajaran
11. Media Pembelajaran
12. Sumber belajar
13. Langkah-langkah Pembelajaran
14. Penilaian hasil Pembelajaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
Komponen-komponen tersebut secara operasional diwujudkan
dalam bentuk format berikut ini.
Satuan Pendidikan
:
Kelas/Semester
:
Mata Pelajaran
:
Topik
:
Pertemuan Ke-
:
Alokasi Waktu
:
A.
Kompetensi Dasar
B.
Indikator pencapaian kompetensi
C.
Tujuan pembelajaran
D.
Materi ajar
E.
Metode pembelajaran
F
Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan
Pendahuluan
Inti
Penutup
G
Deskripsi
…
…
…
Penilaian Proses dan Hasil Belajar
- Teknik
- Bentuk
- Instrumen (Tes dan Non tes)
- Kunci dan Pedoman penskoran
- Tugas
commit to user
Alokasi Waktu
…
…
…
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
4) Langkah-Langkah Pengembangan RPP
a. Mengkaji Silabus
Secara umum, untuk setiap materi pokok pada setiap silabus
terdapat 4 KD sesuai dengan aspek KI (sikap kepada Tuhan, sikap diri
dan terhadap lingkungan, pengetahuan, dan keterampilan). Untuk
mencapai 4 KD tersebut, di dalam silabus dirumuskan kegiatan peserta
didik secara umum dalam pembelajaran berdasarkan standar proses.
Kegiatan peserta didik ini merupakan rincian dari eksplorasi, elaborasi,
dan konfirmasi, yakni: mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
mengolah dan mengkomunikasikan. Kegiatan inilah yang harus dirinci
lebih lanjut di dalam RPP, dalam bentuk langkah-langkah yang
dilakukan guru dalam pembelajaran, yang membuat peserta didik aktif
belajar. Pengkajian terhadap silabus juga meliputi perumusan indikator
KD dan penilaiannya.
b. Mengidentifikasi Materi Pembelajaran
Mengidentifikasi materi pembelajaran yang menunjang pencapaian KD
dengan mempertimbangkan:
1) potensi peserta didik;
2) relevansi dengan karakteristik daerah;
3) tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan
spritual peserta didik;
4) kebermanfaatan bagi peserta didik;
5) struktur keilmuan;
6) aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran;
7) relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan;
dan
8) alokasi waktu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
c. Menentukan Tujuan
Tujuan dapat diorganisasikan mencakup seluruh KD atau
diorganisasikan untuk setiap pertemuan. Tujuan mengacu pada
indikator, paling tidak mengandung dua aspek: Audience (peserta didik)
dan Behavior (aspek kemampuan).
d. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman
belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar
peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber
belajar lainnya dalam rangka pencapaian KD. Pengalaman belajar yang
dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran
yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar
memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan
pembelajaran adalah sebagai berikut.
1) Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada
para pendidik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses
pembelajaran secara profesional.
2) Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan manajerial yang
dilakukan guru, agar peserta didik dapat melakukan kegiatan seperti
di silabus.
3) Kegiatan pembelajaran untuk setiap pertemuan merupakan skenario
langkah-langkah guru dalam membuat peserta didik aktif belajar.
Kegiatan ini diorganisasikan menjadi kegiatan: Pendahuluan, Inti,
dan Penutup. Kegiatan inti dijabarkan lebih lanjut menjadi rincian
dari
kegiatan
eksplorasi,
elaborasi,
dan
konfirmasi,
yakni:
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan
dan mengkomunikasikan. Untuk pembelajaran yang bertujuan
menguasai
prosedur
untuk
melakukan
sesuatu,
kegiatan
pembelajaran dapat berupa pemodelan/demonstrasi oleh guru atau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
ahli, peniruan oleh peserta didik, pengecekan dan pemberian umpan
balik oleh guru, dan pelatihan lanjutan.
e. Penjabaran Jenis Penilaian
Di dalam silabus telah ditentukan jenis penilaiannya. Penilaian
pencapaian KD peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian
dilakukan dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis
maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil
karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio,
dan penilaian diri. Oleh karena pada setiap pembelajaran peserta didik
didorong untuk menghasilkan karya, maka penyajian portofolio
merupakan cara penilaian yang harus dilakukan untuk jenjang
pendidikan dasar dan menengah.
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh,
menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar
peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan,
sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan
keputusan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merancang penilaian yaitu
sebagai berikut.
1) Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi yaitu
KD-KD pada KI-3 dan KI-4.
2) Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang
bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran,
dan
bukan
untuk
menentukan
posisi
seseorang
terhadap
kelompoknya.
3) Sistem
yang
direncanakan
adalah
sistem
penilaian
yang
berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih,
kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan KD yang telah
dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan peserta
didik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
4) Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak
lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program
remedi bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah
ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah
memenuhi ketuntasan.
5) Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang
ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran
menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi
harus diberikan baik pada proses misalnya teknik wawancara,
maupun produk berupa hasil melakukan observasi lapangan.
f. Menentukan Alokasi Waktu
Penentuan alokasi waktu pada setiap KD didasarkan pada jumlah
minggu efektif dan alokasi waktu matapelajaran per minggu dengan
mempertimbangkan jumlah KD, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan,
dan tingkat kepentingan KD. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam
silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai KD yang
dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam. Oleh karena itu, alokasi
tersebut dirinci dan disesuaikan lagi di RPP.
g. Menentukan Sumber Belajar
Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang
digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan
elektronik, nara sumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan
budaya.
2) Proses Pembelajaran
Tahap kedua dalam pembelajaran menurut standar proses yaitu
pelaksanaan pembelajaran yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan
inti, dan kegiatan penutup.
1. Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru:
a. Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti
commit to user
proses pembelajaran;
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
b. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang sudah
dipelajari dan terkait dengan materi yang akan dipelajari;
c. Mengantarkan peserta didik kepada suatu permasalahan atau tugas
yang akan dilakukan untuk mempelajari suatu materi dan menjelaskan
tujuan pembelajaran atau KD yang akan dicapai; dan
d. Menyampaikan garis besar cakupan materi dan penjelasan tentang
kegiatan yang akan dilakukan peserta didik untuk menyelesaikan
permasalahan atau tugas.
2. Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai
tujuan, yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk secara aktif menjadi pencari
informasi, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik.
Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik dan matapelajaran, yang meliputi proses
observasi, menanya, mengumpulkan informasi, asosiasi, dan komunikasi.
Untuk pembelajaran yang berkenaan dengan KD yang bersifat prosedur
untuk melakukan sesuatu, guru memfasilitasi agar peserta didik dapat
melakukan pengamatan terhadap pemodelan/demonstrasi oleh guru atau
ahli, peserta didik menirukan, selanjutnya guru melakukan pengecekan
dan pemberian umpan balik, dan latihan lanjutan kepada peserta didik.
Dalam setiap kegiatan guru harus memperhatikan kompetensi yang
terkait dengan sikap seperti jujur, teliti, kerja sama, toleransi, disiplin,
taat aturan, menghargai pendapat orang lain yang tercantum dalam
silabus dan RPP. Cara pengumpulan data sedapat mungkin relevan
dengan jenis data yang dieksplorasi, misalnya di laboratorium, studio,
lapangan,
perpustakaan,
museum,
commit to user
dan
sebagainya.
Sebelum
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
menggunakannya peserta didik harus tahu dan terlatih dilanjutkan dengan
menerapkannya.
3. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru bersama-sama dengan peserta didik
dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran, melakukan
penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan
secara konsisten dan terprogram, memberikan umpan balik terhadap proses
dan hasil pembelajaran, merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk
pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau
memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan
hasil belajar peserta didik, dan menyampaikan rencana pembelajaran pada
pertemuan berikutnya.
KD-KD diorganisasikan ke dalam empat KI. KI-1 berkaitan dengan
sikap diri terhadap Tuhan Yang Maha Esa. KI-2 berkaitan dengan karakter
diri dan sikap sosial. KI-3 berisi KD tentang pengetahuan terhadap materi
ajar, sedangkan KI-4 berisi KD tentang penyajian pengetahuan. KI-1, KI-2,
dan
KI-4
harus
dikembangkan
dan
ditumbuhkan
melalui
proses
pembelajaran setiap materi pokok yang tercantum dalam KI-3, untuk semua
matapelajaran. KI-1 dan KI-2 tidak diajarkan langsung, tetapi indirect
teaching pada setiap kegiatan pembelajaran.
2. Perbedaan KTSP dan Kurikulum 2013
KTSP atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang mulai diberlakukan
sejak tahun ajaran 2007/2008. Sedangkan Kurikulum 2013 diluncurkan secara
resmi pada tanggal 15 Juli 2013, implementasinya telah diterapkan pada tahun
pelajaran 2013/2014 di sekolah-sekolah tertentu atau masih terbatas. perbedaan
paling mendasar antara Kurikulum 2013 dengan KTSP. Dalam KTSP, kegiatan
pengembangan silabus merupakan kewenangan satuan pendidikan, namun dalam
Kurikulum 2013 kegiatan pengembangan silabus beralih menjadi kewenangan
pemerintah, kecuali untuk mata pelajaran tertentu yang secara khusus
commit
user
dikembangkan di satuan pendidikan
yangto bersangkutan.
Layanan Pendidik dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
Tenaga Kependidikan menjelaskan perbedaan esensial kurikulum 2013 dengan
KTSP sebagai berikut.
Tabel. 2.1 Perbedaan antara Kurikulum 2013 dengan KTSP
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kurikulum 2013
KTSP
SKL (Standar Kompetensi Lulusan) Standar Isi ditentukan terlebih
ditentukan terlebih dahulu, melalui dahulu melaui Permendiknas No
Permendikbud No 54 Tahun 2013. 22 Tahun 2006. Setelah itu
Setelah itu baru ditentukan Standar ditentukan
SKL
(Standar
Isi, yang berbentuk Kerangka Dasar Kompetensi Lulusan) melalui
Kurikulum, yang dituangkan dalam Permendiknas No 23 Tahun
Permendikbud No 67, 68, 69, dan 2006
70 Tahun 2013
Aspek kompetensi lulusan ada
keseimbangan soft skills dan hard
lebih menekankan pada aspek
skills
yang
meliputi
aspek
pengetahuan
kompetensi sikap, keterampilan,
dan pengetahuan
di jenjang SD Tematik Terpadu di jenjang SD Tematik Terpadu
untuk kelas I-VI
untuk kelas I-III
Jumlah jam pelajaran per minggu Jumlah jam pelajaran lebih
lebih banyak dan jumlah mata sedikit dan jumlah mata
pelajaran lebih sedikit dibanding pelajaran
lebih
banyak
KTSP
dibanding Kurikulum 2013
Proses pembelajaran setiap tema di Standar
proses
dalam
jenjang SD dan semua mata pembelajaran
terdiri
dari
pelajaran
di
jenjang Eksplorasi,
Elaborasi,
dan
SMP/SMA/SMK dilakukan dengan Konfirmasi
pendekatan
ilmiah
(scientific
approach), yaitu standar proses
dalam pembelajaran terdiri dari
Mengamati,
Menanya,
mengumpulkan
informasi/
eksperimen,
Mengasosiasikan,
Mengkomunikasikan.
TIK (Teknologi Informasi dan TIK sebagai mata pelajaran
Komunikasi) bukan sebagai mata
pelajaran, melainkan sebagai media
pembelajaran
Standar penilaian menggunakan Penilaiannya lebih dominan
penilaian otentik, yaitu mengukur pada aspek pengetahuan
semua
kompetensi
sikap,
keterampilan, dan pengetahuan
berdasarkan proses dan hasil.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
No.
8.
9.
10.
Kurikulum 2013
KTSP
Pramuka menjadi ekstrakuler wajib
Pramuka bukan ekstrakurikuler
wajib
Peminatan (Penjurusan) mulai kelas Penjurusan mulai kelas XI
X untuk jenjang SMA/MA
BK
lebih
menekankan BK lebih pada menyelesaikan
mengembangkan potensi siswa
masalah siswa
3. Pendekatan Saintifik
Pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi,
menguatkan, dan melatari pemikiran tentang bagaimana metode pembelajaran
diterapkan berdasarkan teori tertentu. Oleh karena itu banyak pandangan yang
menyatakan bahwa pendekatan sama artinya dengan metode. Pendekatan Saintifik
berarti konsep dasar yang menginspirasi atau melatarbelakangi perumusan metode
mengajar dengan menerapkan karakteristik yang ilmiah. Discovery Education
(2006) menyebutkan bahwa: “The scientific method is the "tool" that scientists use
to find the answers to questions. It is the process of thinking through the possible
solutions to a problem and testing each possibility to find the best solution”.
Scientific Method merupakan serangkaian proses untuk menjawab pertanyaan
(questions) melalui suatu proses berpikir, sebuah hipotesis diajukan untuk menjadi
jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan. Serangkaian tes dijalankan
untuk menguji hipotesis tersebut, sampai ditemukan jawaban yang sebenarnya
atas pertanyaan yang muncul pada bagian awal proses.
Kenneth Lafferty Hess Family Charitable Foundation (2007) menyatakan
bahwa “The Scientific Method is a process for experimentation that is used to
explore observations and answer questions. Scientists use the scientific method to
search for cause and effect relationships in nature. In other words, they design an
experiment so that changes to one item cause something else to vary in a
predictable way.”
Berdasarkan dua pendapat tersebut, maka dapat dikatakan bahwa
Pendekatan Saintifik atau metode ilmiah merupakan serangkaian proses ilmiah
yang diawali dengan suatu pertanyaan, diikuti pengajuan hipotesis sebagai
commit to user
jawaban sementara atas pertanyaan yang muncul, lalu dilakukan proses pengujian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
hipotesis melalui eksperimen dan pada akhirnya disusun kesimpulan sebagai
jawaban yang lebih sahih atas pertanyaan pada bagian awal.
Bagi para saintis, Pendekatan Saintifik atau metode ilmiah dapat
digunakan sebagai alat bantu agar mereka tetap fokus pada pertanyaan proyek,
mengkonstruksi hipotesis, mendesain dan mengevaluasi eksperimen. Menurut
Rothchild “The scientific method is a process for experimentation that is used to
explore observations and answer questions. Scientists use the scientific method to
search for cause and effect relationships in nature.” Metode ilmiah adalah suatu
proses untuk eksperimen yang digunakan untuk mengeksplorasi pengamatan dan
menjawab pertanyaan. Para ilmuwan menggunakan metode ilmiah untuk mencari
hubungan sebab dan akibat dalam alam.
4. Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran merupakan tahapan-tahapan yang dilalui dalam
mengembangkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik seseorang. Salah
satu peran yang dimiliki seorang guru untuk melalui tahap-tahap ini adalah
sebagai fasilitator. Untuk menjadi fasilitator yang baik guru harus berupaya
dengan optimal mempersiapkan rancangan pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik siswa, demi mencapai tujuan pembelajaran.
Berikut beberapa definisi mengenai proses pembelajaran, antara lain
adalah menurut Prayudi (2007), proses pembelajaran adalah sebuah upaya
bersama antara guru dan siswa untuk berbagi dan mengolah informasi dengan
tujuan agar pengetahuan yang terbentuk terinternalisasi dalam diri peserta
pembelajaran dan menjadi landasan belajar secara mandiri dan berkelanjutan.
Achmad Zaini (2007) menyatakan bahwa proses pembelajaran adalah
interaksi atau hubungan timbal balik antara siswa dengan guru dan antara sesama
siswa. Pengertian interaksi mengandung unsur saling memberi dan menerima.
Dalam interaksi belajar mengajar ditandai sejumlah unsur, yaitu tujuan yang
hendak dicapai; siswa, guru dan sumber lainnya; bahan pelajaran: dan metode
yang digunakan untuk mencapai situasi belajar mengajar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian proses
pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh guru dan siswa untuk
berinteraksi serta mengolah berbagai informasi untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
5. Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran
Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 untuk semua jenjang
dilaksanakan
menggunakan
pendekatan
saintifik.
Proses
pembelajaran
menggunakan pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman
kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan
pendekatan saintifik, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja,
tidak bergantung pada informasi searah dari guru. oleh karena itu, kondisi
pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik
dalam mencari tahu dari berbagai sumber observasi, bukan diberi tahu.
Kondisi pembelajaran pada saat ini diharapkan diarahkan agar peserta
didik mampu merumuskan masalah (dengan banyak menanya), bukan hanya
menyelesaikan masalah dengan menjawab saja. Pembelajaran diharapkan
diarahkan untuk melatih berpikir analitis (peserta didik diajarkan bagaimana
mengambil
keputusan)
bukan
belajar
mekanistis
(rutin
dengan
hanya
mendengarkan dan menghapal semata).
Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan dan
keterampilan. Ranah sikap menggamit transformasi substansi atsu materi ajar agar
peserta didik tau tentang “mengapa”. Ranah keterampilan menggamit transformasi
substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang “bagaimana”. Ranah
pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik
tahu tentang “apa”. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara
kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang
memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari
peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan dan
pengetahuan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
Pendekatan
saintifik
dalam
pembelajaran
meliputi
mengamati
(observing), menanya (questioning), mengumpulkan informasi, mengasosiasikan,
mengkomunikasikan untuk semua mata pelajaran.
1) Mengamati (observing)
Kegiatan pengamatan dalam proses pembelajaran melibatkan peserta
didik secara langsung. Mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan ras ingin
tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan
yang tinggi. Irving Rothchild (2006) menyebutkan bahwa “Observations are
the meat and potatoes of science. We start a research project with observations
made either in the field, the library, or the laboratory. How these observations
are collected, classified, interpreted, and used as the basis of theorizing (from
a hunch to a eureka) is, more or less, what science is about.
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan bervariasi
kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan:
melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta
didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan
(melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek.
Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh
langkah-langkah sebagai berikut.
1. Menentukan objek apa yang akan di observasi
2. Membuat pedoman observasi
3. Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi
4. Menentukan dimana tempat objek yang akan diobservasi
5. Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk
mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar
6. Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi
2) Menanya (Questioning)
With observations as the meat and potatoes of science, it’s obvious that
our appetite and hunger for them come from our curiosity, our never-ending
desire to know. This is why we begin most (if not all) research projects with a
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
question and, therefore, why it is so important that we ask the right one. (Irving
Rothchild, 2006)
Pertanyaan dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan
scientific dalam kurikulum 2013 dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan
verbal. Istilah “pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk “kalimat Tanya”,
melainkan
juga
dapat
dalam
bentuk
pernyataan,
asalkan
keduanya
menginginkan tanggapan verbal. Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa
ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahu
semakin dapat dikembangkan. Pertanyaan terebut menjadi dasar untuk mencari
informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru
sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber
yang beragam (Kemendikbud, 2013).
Menurut Carin, Bass & Contant (dalam Alandeom, 2009) The teacher
also accepts students’ ideas without judging them by repeating and
paraphrasing students’ responses; extends students’ inquiries by providing
responses that clarify, compare, correct, and apply students’ ideas; and probes
students’ ideas by responding with follow-up questions that encourage students
to clarify, justify, or verify their own ideas.
3) Mengumpulkan informasi/eksperimen
Tindak lanjut dari bertanya adalah menggali dan mengumpulkan
informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik
dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek
yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut
terkumpul sejumlah informasi. Mengumpulkan informasi dilakukan melalui
eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/ kejadian/,
aktivitas wawancara dengan nara sumber dan sebagainya. Adapun kompetensi
yang diharapkan adalah mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan, menghargai
pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan
mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan
kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
4) Mengasosiasikan
Kegiatan “mengasosiasi/ mengolah informasi/ menalar” dalam kegiatan
pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud (2013) adalah
memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan
mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan
kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan
dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada
pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang
memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kegiatan
ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi
lainya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut. Adapun kompetensi
yang diharapkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan,
kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif
serta deduktif dalam menyimpulkan.
Aktivitas ini juga diistilahkan sebagai kegiatan menalar, yaitu proses
berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi
untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Aktivitas menalar dalam
konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak
merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi
dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan mengelompokkan beragam ide dan
mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi
penggalan memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak,
pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalamanpengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi
dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia.
5) Mengkomunikasikan/membentuk jejaring
Kegiatan
berikutnya
pada
pendekatan
saintifik,
adalah
mengkomunikasikan, pada langkah ini guru diharapkan memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka
pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan
apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan
commit to user
menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut.
Kegiatan “mengkomunikasikan” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana
disampaikan dalam Permendikbud (2013) adalah menyampaikan hasil
pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau
media lainnya. Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah
mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis,
mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan
kemampuan berbahasa yang baik dan benar.
6. Penilaian Autentik (Authentic Assessment)
Penilaian Autentik/Authentic Assessment adalah proses pengumpulan
informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang
dilakukan
oleh
peserta
didik
melalui
berbagai
teknik
yang
mampu
mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan
pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai (Nurhadi, 2004: 172). Dalam
American Librabry Association penilaian autentik didefinisikan sebagai proses
evaluasi untuk mengukur kinerja, prestasi, motivasi, dan sikap-sikap peserta didik
pada aktifitas yang relevan dalam pembelajaran. Dalam Newton Public School,
penilaian autentik diartikan sebagai penilaian atas produk dan kinerja yang
berhubungan dengan pengalaman kehidupan nyata peserta didik.
Wiggins
mendefinisikan penilaian autentik sebagai upaya pemberian tugas kepada peserta
didik yang mencerminkan prioritas dan tantangan yang ditemukan dalam aktifitasaktifitas pembelajaran, seperti meneliti, menulis, merevisi dan membahas artikel,
memberikan analisa oral terhadap peristiwa, berkolaborasi dengan antarsesama
melalui debat, dan sebagainya.
Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah
dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Karena, penilaian
semacam ini mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik
dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lainlain. Penilaian autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau
commit
usermenunjukkan kompetensi mereka
kontekstual, memungkinkan peserta
didiktountuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
dalam pengaturan yang lebih autentik. Kata lain dari penilaian autentik adalah
penilaian kinerja, portofolio, dan penilaian proyek. Penilaian autentik adakalanya
disebut penilaian responsif, suatu metode yang sangat populer untuk menilai
proses dan hasil belajar peserta didik yang miliki ciri-ciri khusus, mulai dari
mereka yang mengalami kelainan tertentu, memiliki bakat dan minat khusus,
hingga yang jenius. Penilaian autentik mencoba menggabungkan kegiatan guru
mengajar, kegiatan siswa belajar, motivasi dan keterlibatan peserta didik, serta
keterampilan belajar. Karena penilaian itu merupakan bagian dari proses
pembelajaran, guru dan peserta didik berbagi pemahaman tentang kriteria kinerja.
Dalam beberapa kasus, peserta didik bahkan berkontribusi untuk mendefinisikan
harapan atas tugas-tugas yang harus mereka lakukan.
Sedangkan Nurhadi mengemukakan bahwa karakteristik Penilaian
Autentik adalah sebagai berikut.
a. melibatkan pengalaman nyata (involves real-world experience)
b. dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung
c. mencakup penilaian pribadi (self assesment) dan refleksi
d. mengukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta
e. berkesinambungan
f. terintegrasi
g. dapat digunakan sebagai umpan balik
h. kriteria keberhasilan dan kegagalan diketahui siswa dengan jelas
(Nurhadi, 2004: 173).
Penilaian Autentik akan terlaksana dengan baik, apabila guru memahami
secara jelas tujuan yang ingin dicapai. Penilaian Autentik mengharuskan
pembelajaran yang autentik pula. Dalam pembelajaran autentik, peserta didik
diminta mengumpulkan informasi dengan pendekatan saintifik memahami aneka
fenomena atau gejala dan hubungannya satu sama lain secara mendalam, serta
mengaitkan apa yang dipelajari dengan dunia nyata di luar sekolah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
7. Pola Pikir (Mindset) Guru
Pola pikir adalah cara otak dan akal menerima, memproses, menganalisis,
mempersepsi dan membuat kesimpulan terhadap informasi yang masuk melalui
indra (M. Yunus, 2014: 38). Pola pikir menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah sebuah sistem atau cara kerja yang diatur oleh otak kemudian disimpan
oleh otak dan disebarkan ke seluruh tubuh sebagai acuan dalam bertindak dan
sebagai pembentukan karakter. Menurut Gunawan (2010) Pola pikir adalah
kepercayaan-kepercayaan yang mempengaruhi sikap seseorang; sekumpulan
kepercayaan atau suatu cara berfikir yang menentukan perilaku dan pandangan,
sikap dan masa depan seseorang, sikap mental tertentu atau watak yang
menentukan respons dan pemaknaan seseorang terhadap situasi.
Sedangkan menurut Daniel Tamburian (2008) Pola Pikir adalah sikap
mental mapan (fixed mental attitude) yang dibentuk melalui pendidikan,
pengalaman dan prasangka. Pola pikir sebagai peta mental dipakai sebagai dasar
untuk bersikap dan bertindak. Peta yang mampu menggambarkan kenyataan suatu
territorial, menjadikan orang mengetahui dimana dia berada dan kemana dia akan
menuju, sehingga dia mampu merencanakan bagaimana dia menuju kesana. Peta
yang tidak menggambarkan territorial yang dijelajahi akan menjadikan orang
tersesat dan keliru dalam pengambilan keputusan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pola pikir adalah
cara otak dan akal menerima, memproses, menganalisis, mempersepsi dan
membuat kesimpulan terhadap informasi yang masuk melalui indra.
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah (UU No.14 Tahun 2005). Guru merupakan salah
satu pekerjaan profesional, pekerjaan professional berbeda dengan pekerja non
professional karena suatu profesi memerlukan kemampuan dan keahlian khusus
dalam melaksanakan profesinya dengan kata lain pekerjaan yang bersifat
professional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang
commit
to user
khususnya dipersiapkan untuk itu.
Guru
mempunyai tanggung jawab untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses
perkembangan siswa. Penyampaian materi pelajaran hanyalah merupakan salah
satu dari berbagai kegiatan dalam belajar sebagai suatu proses yang dinamis
dalam segala fase dan proses perkembangan siswa (Slameto, 2003: 97).
Charalambos (2008) menyatakan “The professional life of teachers has
recently become more complicated. The reform needs, accompanied by social
demands for accountability, render the work of teaching even more demanding.”
Profesi guru memiliki tugas melayani masyarakat dalam bidang pendidikan.
Tuntutan profesi ini memberikan layanan yang optimal dalam bidang pendidikan
kepada masyarakat.
Menurut M.Yunus (2014: 40) dalam dunia Pendidikan terdapat ungkapan
pola pikir sebagai berikut.
1. Hal yang utama dan pertama dalam belajar adalah belajar bagaimana cara
belajar dan belajar bagaimana cara berpikir,
2. Belajar dengan ulangan yang banyak dan volume kecil, jauh lebih baik
daripada ulangan sedikit dengan volume besar,
3. Pemahaman jauh lebih penting dan bermanfaat daripada hafalan,
4. Belajar sambil melakukan jauh lebih bermakna daripada hanya sekadar
memahami teori.
Untuk menerapkan kurikulum 2013, guru harus mengalami perubahan
pola pikir. Menurut Muhammad Nuh (Mendikbud) perubahan pola pikir tersebut
dibutuhkan mengingat kurikulum 2013 berbeda dengan kurikulum sebelumnya.
Adapun perubahan pola pikir antara lain sebagai berikut.
Tabel. 2.2 Perubahan pola pikir pada kurikulum 2013
Pola pikir
No.
1.
Guru dan buku teks bukan satu-satunya sumber belajar
2.
Kelas bukan satu-satunya tempat belajar
3.
Belajar dengan beraktivitas
4.
Menggunakan pendekatan saintifik
5.
Pembelajaran Pengetahuan
keterampilan
commit to user
Direct
sikap
Indirect
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
Lanjutan Tabel. 2.2
No.
Pola pikir
6.
Mengajak siswa mencari tahu, bukan diberi tahu
7.
Membuat siswa suka bertanya, bukan guru yang sering bertanya
8.
Menekankan kolaborasi-melalui pengerjaan projek
9.
Pentingnya proses: procedural, pentingnya strategi: metakognitif
10.
Mendahulukan pemahaman Bahasa Indonesia
11.
12.
Siswa memiliki kekhasan masing-masing: normal, pengayaan,
remedial
Penekanan pada higher order thinking & mampu berasumsi (realitis)
13.
Pentingnya data (terkait pengamatan dll)
Tabel 2.3 Perubahan pola pikir kurikulum lama dan kurikulum baru pada
matematika
No. Implementasi Kurikulum lama Kurikulum 2013
1.
Mulai
dari
pengamatan
Langsung masuk ke materi permasalahan konkret, kemudian
abstrak
ke semi konkret, dan akhirnya
abstraksi permasalahan
2.
Rumus diturunkan oleh siswa dan
permasalahan yang diajukan harus
Banyak rumus yang harus
dapat dikerjakan siswa hanya
dihafal untuk menyelesaikan
dengan
rumus-rumus
dan
permasalahan (hanya bisa
pengertian dasar (tidak hanya bisa
menggunakan)
mnggunakan
tetapi
juga
memahami asal-usulnya)
3. Permasalahan
matematika Perimbangan antara matematika
selalu diasosiasikan dengan dengan angka dan tanpa angka
[direduksi menjadi] angka
[gambar, grafik, pola, dsb]
4.
Dirancang supaya siswa harus
Tidak membiasakan siswa
berfikir
kritis
untuk
untuk berfikir kritis [hanya
menyelesaikan
permasalahan
mekanistis]
yang diajukan
5. Metode penyelesaian masalah Membiasakan
siswa
berfikir
yang tidak terstruktur
algoritmis
6.
Memperluas materi mencakup
peluang, pengolahan data, dan
Data dan statistik dikenalkan di
statistik sejak kelas VII serta
kelas IX saja
materi lain sesuai dengan standar
internasional
7.
Mengenalkan konsep pendekatan
commit to user
Matematika adalah eksak
dan perkiraan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
Pada kurikulum 2013, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi
mengamati, menanya, megumpulkan informasi/eksperimen, mengasosiasi dan
mengkomunikasikan untuk semua mata pelajaran. Pola pikir pada pendekatan
saintifik.
Tabel 2.4. pola pikir guru dalam menerapkan pendekatan saintifik
No.
1.
Kegiatan
Mengamati
Kinerja Otak
Menerima
Memproses
Menganalisis
Mempersepsi
Menyimpulkan
2.
Menanya
Menerima
Memproses
Menganalisis
Mempersepsi
Menyimpulkan
commit to user
Pemikiran
Membuka secara luas dan
bervariasi kepada peserta
didik
untuk
melakukan
pengamatan melalui kegiatan:
melihat,
menyimak,
mendengar dan membaca.
Mengajak siswa mengamati
objek matematika nyata atau
abtrak
Guru harus melibatkan peserta
didik secara langsung
Guru memilih cara atau
metode yang efektif
Mengajak siswa mengamati
objek
matematika
yang
berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari
Pertanyaan dalam kerangka
proses
pembelajaran
dimaksudkan
untuk
memperoleh
tanggapan
verbal.
Pertanyaan harus menjadi
dasar untuk mencari informasi
yang
lebih
lanjut
dan
beragam.
Menciptakan suasana kelas
yang mengundang rasa ingin
tahu
Memancing siswa
untuk
bertanya
Memberikan
kesempatan
kepada siswa untuk bertanya
kepada guru atau teman
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
Lanjutan Tabel. 2.4
No.
3.
Kegiatan
Mengumpulkan
informasi
Kinerja Otak
Menerima
Memproses
Menganalisis
Mempersepsi
Menyimpulkan
4.
Mengasosiasi
Menerima
Memproses
Menganalisis
Mempersepsi
Menyimpulkan
5.
Mengkomunikasi
kan
Menerima
Memproses
Menganalisis
Mempersepsi
Menyimpulkan
Pemikiran
Mengumpulkan informasi dilakukan
melalui
eksperimen,
membaca
sumber lain selain buku teks,
mengamati objek/ kejadian/ aktivitas
wawancara dengan nara sumber dan
sebagainya.
Memuat proses analisis, mengolah
dan mengajukan dugaan
Meminta siswa untuk mencari
informasi dari berbagai sumber
Memiilih sumber informasi yang
efektif
Membimbing
siswa
untuk
membiasakan diri berkreasi dan
berinovasi
memperdalam
pengetahuan dan keterampilan
Mengasosiasi
dilakukan
untuk
menemukan
keterkaitan
satu
informasi dengan informasi lainnya,
menemukan pola dari keterkaitan
informasi tersebut.
Guru bersama dengan siswa,
memproses informasi yang sudah
dikumpulkan
Mencari pola dan keterkaitan
informasi
Menemukan pola dan keterkaitan
informasi
Menarik kesimpulan dari fenomena
khusus ke fenomena umum
Guru harus memandu siswa untuk
menyampaikan hasil pengamatan,
kesimpulan
berdasarkan
hasil
analisis secara lisan, tertulis atau
media lainnya.
Memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berbeda pendapat
Mencari cara yang efektif supaya
siswa mampu membuat kesimpulan
dan menyampaikannya
Menggunakan pemaparan hasil atau
presentasi
Siswa menuliskan atau menceritakan
apa yang ditemukan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36
8. Gender
Secara umum, pengertian Gender adalah perbedaan yang tampak antara
laki-laki dan perempuan apabila dilihat dari nilai dan tingkah laku. Dalam Women
Studies Ensiklopedia dijelaskan bahwa Gender adalah suatu konsep kultural,
berupaya membuat perbedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas,
dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang
dalam masyarakat. Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
(2011) menjelaskan bahwa gender dapat didefinisikan sebagai perbedaan peran,
atribut, sikap tindak atau perilaku yang tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat atau yang dianggap pantas untuk laki-laki dan perempuan.
Heddy Shri Ahimsha Putra (2000) menegasakan bahwa istilah Gender
dapat dibedakan ke dalam beberapa pengertian berikut ini: Gender sebagai suatu
istilah asing dengan makna tertentu, Gender sebagai suatu fenomena sosial
budaya, Gender sebagai suatu kesadaran sosial, Gender sebagai suatu persoalan
sosial budaya, Gender sebagai sebuah konsep untuk analisis, Gender sebagai
sebuah perspektif untuk memandang kenyataan. Santrock (2003: 365)
mengemukakan bahwa istilah gender dan seks memiliki perbedaan dari segi
dimensi. Istilah seks (jenis kelamin) mengacu pada dimensi biologis seorang lakilaki dan perempuan, sedangkan gender mengacu pada dimensi sosial-budaya
seorang laki-laki dan perempuan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian gender adalah
karakteristik laki-laki dan perempuan berdasarkan dimensi sosial-kultural yang
tampak dari nilai dan tingkah laku.
Perbedaan gender termasuk dalam hal peran, tingkah laku, kecenderungan
sifat dan atribut lain yang menjelaskan arti menjadi seorang laki-laki atau
perempuan dalam kebudayaan yang ada. Barbara Mackoff (dalam Sugihartono,
2007:35) menyatakan bahwa perbedaan terbesar antara laki-laki dan perempuan
adalah cara memperlakukan mereka. Perbedaan ini dilakukan secara terus
menerus, diturunkan secara cultural dan terinternalisasi menjadi kepercayaan dari
generasi dan diyakini sebagai ideologi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37
Menurut Bem (dalam Sugihartono, 2007:35) dalam penelitiannya setiap
responden menilai karakteristik mana yang dapat diaplikasikan pada laki-laki
mana yang dapat diaplikasikan pada perempuan. Di antara karakteristik tersebut
tampak dalam deskripsi Tabel. 2.3 berikut.
Tabel 2.5 Karakteristik stereotip laki-laki dan perempuan
Karakteristik stereotip laki-laki
Bertindak sebagai
seorang pemimpin
Agresif
Ambisius
Analitis
Asertif
Memiliki
kemampuan
kepemimpinan
Mandiri
Individualistis
Mudah
mengambil
keputusan
Maskulin
Atletis
Bergantung pada
dirinya sendiri
Kompetitif
Mampu
memenuhi
kebutuhannya
sendiri
Kepribadian yang
kuat
Bersedia
mengambil sikap
Dominnan
Mempertahankan
keyakinannya
Memaksa
Bersedia
Karakteristik stereotip
perempuan
Penuh perasaan
Menyukai
anak-anak
Ceria
Seperti anak-anak
Penuh belas kasih
setia
Sensitive
terhadap
kebutuhan
orang lain
Pemalu
Tidak
menggunakan
kata-kata kasar
Ingin
menentramkan
perasaan yang
terluka
Feminim
Berbicara
lembut
Ingin disanjung
Lemah lembut
Penuh
pengertian
Hangat
Lugu
Penurut
Simpatik
Lembut
B. Penelitian Relevan
Quinn, F. (2011) fokus dalam penelitian ini adalah pendekatan
pembelajaran matematika langsung pada individu. Pendekatan ini adalah
pendekatan ilmiah (scientific) dalam arti mengembangkan pengamatan skala
mikro. Tujuan proyek ini dalam
jangka
panjang untuk kemampuan dan
commit
to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38
keterampilan karena ini merupakan kendala kuat pada pendidikan dasar. Tujuan
akhirnya adalah untuk menghasilkan warga Negara yang kompeten, dan ilmuan
serta insinyur. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah pendekatan pada abad
ketiga akan menjadi tidak relevan, pada kenyataannya pendekatan ilmiah
(scientific) merupakan pendekatan yang kompetebel dengan matematika modern,
dan relevan dengan ajaran yang didasarkan pada pendekatan ini. Selain itu, siswa
dilatih dengan cara tidak menemukan matematika modern dan kalkulus jadi
benar-benar asing. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan
dilakukan adalah penelitian menggunakan pendekatan saintifik sebagai acuan.
Perbedaannya terletak pada tujuan penelitian.
Niederle and Vesterlund (2010) Perbedaan gender dalam sikap kompetitif
dapat menyebabkan skor tes matematika memberikan representasi bias gender
yang mendasari perbedaan dalam keterampilan matematika. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa hal itu mungkin penting untuk memeriksa apakah perubahan
dalam pengujian atau evaluasi dapat memungkinkan perempuan lebih banyak
menyadari untuk mengukur potensi mereka dan saat ini minat matematika dan
keterampilan matematika mereka lebih baik. Persamaan penelitian ini dengan
penelitian yang akan dilakukan adalah tinjauan yang digunakan yaitu gender.
Perbedaannya terletak pada subjek penelitian.
C. Kerangka Berpikir
Pola pikir (mindset) guru dalam menerapkan pendekatan Saintifik pada
pembelajaran matematika dalam penelitian ini ditinjau dari gender guru. Pola pikir
dilihat bagaimana cara guru dalam menerima informasi tentang langkah-langkah
pembelajaran dalam pendekatan saintifik, memproses informasi, bagaimana guru
menganalisis serta membuat persepsi dan bagaimana guru membuat kesimpulan
dari informasi tersebut. Pola pikir atau mindset seseorang sangat mempengaruhi
tindakan dan nasib seseorang, artinya berhasil atau gagal seseorang dalam
perjalanan hidupnya dominan dipengaruhi dan ditentukan oleh cara berpikir
seseorang, sehingga jika ingin sukses dalam kehidupan ini manusia sebagai
commit to user
makhluk yang memiliki kemampuan
berpikir dituntut untuk mampu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39
mempergunakan dan mengaktualisasikan cara berpikirnya secara maksimal, dan
yang paling penting dituntut untuk mampu melakukan perubahan cara berpikir
(mindset change) sesuai dengan tuntutan ruang dan waktu yang sedang dihadapi.
Kemampuan untuk melakukan perubahan pola pikir paling sulit
dilakukan oleh seseorang karena dia sudah merasa terbiasa, nyaman dan aman
pada cara berpikir yang telah dianutnya, itulah yang didalam ilmu psikologi
disebut dengan Zona Nyaman (Comfort Zone). Pekerjaan yang bertujuan untuk
pindah dari zona nyaman adalah merupakan suatu kegiatan tersulit untuk
dilakukan manusia. Akan tetapi jika seseorang ingin berhasil dalam hidup
terutama untuk menghadapi perobahan zaman maka manusia dituntut untuk
melakukan perubahan terhadap cara berpikirnya
Selain dari yang diturunkan secara genetik lewat kedua orang tua, pola
pikir juga dipengaruhi oleh lingkungan sosial, keluarga dekat, sekolah, teman,
bacaan dan media masa termasuk gender seseorang. Konsep perbedaan jenis
kelamin seringkali dirancukan dengan konsep gender sebagai konstruksi sosial
oleh pemahaman masyarakat. Perbedaan jenis kelamin memang berbeda sejak
lahir, menjadi hak penuh Tuhan dalam menentukan jenis kelamin manusia. Lain
halnya dengan „pembedaan‟ gender, terjadi melalui sebuah proses panjang yang
dilakukan oleh manusia (masyarakat) melalui pencitraan, pemberian peran, cara
memperlakukan dan penghargaan terhadap keduanya. Oleh sebab konstruksi
sosial merupakan bentukan masyarakat, maka sifatnya dapat berubah dan diubah
sesuai dengan perubahan sosial, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
terjadi musibah, bencana alam, termasuk perubahan kebijakan dan pemahaman
agama maupun adaptasi dengan budaya yang tidak bias gender. Berbagai bentuk
kesenjangan gender yang terjadi dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat,
terpresentasi juga dalam dunia pendidikan. Bahkan proses dan institusi pendidikan
dipandang berperan besar dalam mensosialisasikan dan melestrikan nilai-nilai dan
cara pandang yang mendasari munculnya berbagai ketimpangan gender dalam
masyarakat.
Pada keseluruhan upaya pendidikan, proses belajar mengajar (PBM)
to user
merupakan aktivitas yang palingcommit
penting,
karena melalui proses inilah tujuan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
pendidikan akan tercapai dalam bentuk perubahan perilaku peserta didik. Peranan
guru sangat penting dalam dunia pendidikan karena selain berperan mentransfer
ilmu pengetahuan ke peserta didik, guru juga dituntut memberikan pendidikan
karakter dan menjadi contoh karakter yang baik bagi anak didiknya.
Kemdikbud (2013) menyimpulkan, penerapan Kurikulum 2013 kepada
siswa SD dan SMP memberikan pengaruh yang baik dalam pembentukan karakter,
keaktifan, proses belajar, kreativitas, pola pikir, dan budaya membaca. Diterapkannya
kurikulum tersebut menuntut guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran,
kemampuan untuk mengintegrasikan pembelajaran dengan pendekatan ilmiah, dan
membangun karakter anak. Selain itu, mempengaruhi guru untuk mengembangkan
metode pembelajaran. Menurut Jancirani (2012) “Boys and girls differ significantly
in their scientific attitude. Boys have high level of scientific attitude than girls.”
(Anak laki-laki dan perempuan berbeda secara signifikan dalam sikap ilmiah
mereka. Anak laki-laki memiliki tingkat tinggi sikap ilmiah dibandingkan anak
perempuan). Berarti kemungkinan dalam penerapan pendekatan saintifik guru
laki-laki dan guru perempuan memiliki pola pikir yang berbeda.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 3 Madiun.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan bertahap. Adapun tahap waktu penelitian yang
dilaksanakan adalah sebagai berikut.
A. Tahap Persiapan
1) Penentuan masalah
2) Penyusunan proposal
: Oktober 2013
: November – Desember 2013
3) Penyusunan instrumen penelitian
: Januari 2014
B. Tahap Pelaksanaan Penelitian dan analisa data
Pada tahap ini penulis melakukan kegiatan memohon ijin dan survey ke
sekolah, kemudian melakukan pengambilan data yaitu pada bulan Pebruari
sampai Mei 2014.
C. Peyusunan Laporan
Pada tahap ini penulis melakukan penyusunan laporan yaitu pada bulan Mei
sampai Juli 2014
B. Jenis Penelitian
Berangkat dari fokus permasalahan dalam penelitian ini, maka jenis
penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif dipilih dalam
penelitian ini karena beberapa pertimbangan antara lain: (1) Penelitian ini
merupakan upaya untuk mendeskripsikan pola pikir guru terkait dengan proses
pembelajaran matematika yang menggunakan pendekatan ilmiah (2) Penelitian
ini lebih bersifat induktif, artinya peneliti berusaha mendeskripsikan permasalahan
berdasar data yang terbuka bagi penelitian lebih lanjut; (3) Penelitian ini
dilakukan dalam situasi yang wajar dan mengutamakan data yang bersifat
kualitatif.
commit to user
41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42
C. Subjek Penelitian
Teknik pengambilan subjek penelitian ini adalah purposive sampling.
Purposive sampling yaitu teknik pengambilan sumber data dengan pertimbangan
maksud tertentu sesuai dengan tujuan penelitian ini dilaksanakan. Sekolah yang
dipilih dalam penelitian ini adalah sekolah yang telah menerapkan kurikulum
2013 dalam proses pembelajaran matematikanya yaitu SMAN 3 Madiun,
sedangkan sumber informan penelitian adalah orang yang dianggap dapat
memberikan informasi yang dibutuhkan peneliti. Sumber informan dalam
penelitian ini ada 2 yaitu Hendriyanto dan Umdatun Nafi‟ah, keduanya
merupakan guru kelas X di SMAN 3 Madiun.
D. Data dan Sumber Data
Menurut Lofland dalam Moleong (2011) sumber data utama dalam
penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data
tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
Data dan sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data
Data tentang Pola Pikir guru dalam menerapkan pendekatan saintific.
2. Sumber Data
Ada tiga sumber data dalam penelitian ini, yaitu informan kunci (key
informan), tempat dan peristiwa serta dokumen.
1) Informan kunci (key informan), informan awal dipilih secara purposive (purposive
sampling). Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2006:102) kekuatan dari sampel
purposif adalah dari sedikit kasus yang diteliti secara mendalam memberikan
banyak pemahaman tentang topik. Bertindak sebagai informan kunci adalah waka
kesiswaan.
2) Tempat dan peristiwa, yang meliputi Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) beserta
kelengkapan administrasi KBMnya.
3) Dokumen, antara lain RPP, Proses Belajar Mengajar (PBM) yang meliputi kegiatan
belajar mengajar dan perangkat
commit mengajar.
to user Data ini dipergunakan untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43
melengkapi hasil wawancara. Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini
adalah data yang sesuai dengan fokus penelitian, antara lain: RPP dan perangkat
pembelajaran di kelas.
E. Metode Pengumpulan Data
Sesuai dengan tahapan penelitian dalam penelitian kualitatif, instrument
utama adalah peneliti sendiri. Dalam penelitian kualitatif, proses pengumpulan
data berjalan dari medan empiris dalam upaya membangun teori dari data. Proses
pengumpulan data ini meliputi proses memasuki lokasi penelitian serta berada
dilokasi penelitian dan mengumpulkan data. Metode pengumpulan data yang
diperlukan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi atau pengamatan.
1. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan
oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Lexy J.
Moleong, 2007:186). Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini adalah
wawancara tidak terstruktur. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang
bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun
secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya (Sugiyono, 2011).
Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan
yang akan ditanyakan. Pada penelitian ini, wawancara digunakan untuk mengetahui
dan mendalami tentang pola pikir guru dalam menerapkan pendekatan Saintifik.
2. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap
fenomena-fenomena yang diteliti. Observasi dilakukan untuk mengumpulkan
data-data secara langsung yang terkait dengan proses pembelajaran matematika
meliputi jalannya pembelajaran aktivitas guru dan penggunaan media
pembelajaran. Observasi digunakan untuk mengetahui tindakan yang dilakukan
guru dalam menerapkan pendekatan saintifik.
commit to user
F. Instrumen Pengumpulan Data
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44
Sebagaimana umumnya penelitian, teknik pengumpulan data pada penelitian
ini menggunakan instrumen penelitian. Bogdan dan Biklen (Sugiyono 2011)
menyatakan bahwa salah satu ciri penelitian kualitatif adalah dilakukan pada
kondisi alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen), langsung ke sumber data
dan peneliti adalah instrumen kunci. Senada dengan itu, Wahidmuri (2008)
menyatakan bahwa pada penelitian kualitatif, instrumen utama atau kuncinya
adalah peneliti itu sendiri. Namun demikian, dalam pengumpulan data ia tetap
menggunakan instrumen penelitian lain seperti pedoman wawancara, pedoman
pengamatan, pedoman dokumentasi atau bahkan kuesioner. Adapun instrumen
pada penelitian ini adalah peneliti sebagai instrumen utama dibantu dengan
instrumen bantu berupa pedoman wawancara.
1. Instrumen utama
Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri yang bertujuan untuk
mencari dan mengumpulkan data langsung dari sumber data. Karena peneliti sebagai
instrumen, maka peneliti harus sanggup menyesuaikan diri dan berinteraksi secara
langsung dan tuntas dengan fenomena yang sedang dipelajari.
2. Instrumen bantu
Dalam penelitian ini, peniliti menggunakan 2 instrumen bantu. Instrument
pertama digunakan sebagai alat bantu dalam pengambilan data di lapangan. Data ini
untuk mengetahui apa yang dipikirkan guru yaitu berupa pedoman wawancara.
Instrumen kedua berupa lembar observasi yang digunakan peneliti untuk mengetahui
apa yang dilakukan guru.
a. Tujuan pembuatan instrumen
Pedoman wawancara dibuat untuk acuan peneliti dalam melakukan
wawancara kepada subjek, terkait dengan pola pikir guru. Pedoman wawancara ini
bersifat tidak terstruktur dengan tujuan menemukan masalah secara terbuka,
artinya subjek diajak untuk mengemukakan pendapat dan ide-idenya. Lembar
observasi digunakan untuk mengumpulkan data berdasarkan pengamatan
langsung mengenai proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik.
b. Proses pembuatan instrumen
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45
Instrumen ini dibuat untuk membantu peneliti sesuai dengan kajian teori
yang dibuat. Sebelum digunakan, pedoman wawancara dan lembar observasi
dianalisis atau divalidasi dengan kriteria kejelasan butir pertanyaan dan
keterarahan pertanyaan terhadap tujuan penelitian.
c. Proses penggunaan/pelaksanaan
Instrumen bantu pertama digunakan pada saat mewawancarai subjek, yakni
sebelum subjek melakukan pembelajaran. Apabila subjek mengalami kesulitan
dengan pertanyaan tertentu, maka peneliti akan mendorong subjek untuk
merefleksi atau memberikan pertanyaan yang lebih sederhana tanpa
menghilangkan inti permasalahan. Instrument bantu kedua digunakan saat
berlangsungnya proses belajar mengajar. Pada waktu observasi dilakukan, peneliti
mengamati tingkahlaku dan proses yang dilakukan pada saat itu.
d. Proses analisis data
Data yang diperoleh melalui instrumen ini kemudian dianalisis dengan
tahapan sebagaimana model miles dan huberman, yakni dimulai dari reduksi data
(data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan
kesimpulan/verifikasi (conclusion drawing/verification).
e. Penggunaan data
Data yang diperoleh digunakan untuk mengetahui pola pikir guru dalam
menerapakan pendekatan saintifik. Untuk mendapatkan data penelitian, Subjek
diminta untuk menyampaikan apa yang dipikirkan ketika akan menerapkan
pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran. Data yang diperoleh pada saat
wawancara direkam dengan menggunakan Handycam.
G. Validitas Data
Moleong (2011) mengatakan bahwa data dalam penelitian kualitatif harus
memenuhi syarat: 1) derajat kepercayaan (credibility), 2) keteralihan (transferability), 3)
ketergantungan (dependability) dan 4) kepastian (confirmability). Keempat kriteria
tersebut didasarkan pada kriteria penelitian kuantitatif, yaitu validitas internal, validitas
eksternal, reliabilitas dan obyektifitas.
Suatu data hasil penelitian mempunyai derajat kepercayaan (credibility), apabila
commit to user
hasil penelitian yang diperoleh sesuai dengan kenyataan yang terjadi di lapangan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46
Kriteria keteralihan (trasferability) berarti data empiris keteralihan (trasferability) yang
diperoleh digunakan untuk membuat keputusan tentang pengalihan informasi, sehingga
peneliti harus melakukan penelitian kecil untuk memverifikasi. Teknik ini menuntut
peneliti melaporkan hasil penelitiannya secara cermat dan teliti. Moleong (2011)
mengatakan bahwa kriteria ketergantungan (dependability), berarti peneliti harus
menyediakan data mentah, data yang harus direduksi, hasil analisis data, rekonstruksi
data dan hasil temuan serta kesimpulan. Sedangkan kriteria kepastian atau
(confirmability) mengandung arti bahwa peneliti harus bersikap netral, berbicara sesuai
data yang diperoleh dengan demikian diperoleh data yang obyektif, dapat dipercaya,
faktual serta dapat dipastikan.
Keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kredibilitas
(validitas) dan dependabilitas (reliabilitas). Selanjutnya untuk memperoleh data
penelitian yang dapat dipercaya (credibility), teknik yang digunakan adalah dengan
triangulasi. Triangulasi adalah teknik pengecekan keabsahan data dengan
memanfaatkan data lain di luar data penelitian yang berfungsi sebagai pembanding.
Sugiyono (2010) mengatakan terdapat triangulasi sumber, triangulasi metode
pengumpulan data dan triangulasi waktu.
Dalam penelitian ini teknik triangulasi data yang digunakan adalah triangulasi
waktu dan triangulasi metode. Triangulasi waktu digunakan untuk pengecekan data
pada waktu yang berbeda sehingga data yang telah diperoleh valid, data diperoleh dari
hasil wawancara. Triangulasi metode digunakan untuk menguji kredibilitas data
dilakukan dengan mengecek kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
Data diperoleh dari observasi, lalu dicek dengan catatan lapangan di kelas apabila
menghasilkan data yang berbeda maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada
sumber data untuk memastikan mana yang dianggap benar. Selain itu dalam
pengambilan data penelitian akan digunakan Handycam sehingga data yang diperoleh
kredibel.
Dependabilitas atau kebergantungan merupakan istilah yang disamakan dengan
reliabilitas pada penelitian kuantitatif, yaitu dapat tidak dibuat replikasi atau uji ulang
hasil penelitian. Dalam penelitian kualitatif memandang realitas itu terkait langsung
dengan konteks dan waktu, sehingga kecil kemungkinan mengadakan replikasi hasil
commit to user
studi. Teknik-teknik yang digunakan adalah : (1) menggunakan teknik-teknik yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47
digunakan untuk kredibilitas, (2) metode overlap, yaitu dengan triangulasi seperti pada
aplikasi kredibilitas, dan (3) teknik replikasi bertahap, yaitu dibentuk studi oleh dua tim
yang independen tetapi secara periodik bertemu dan (4) teknik audit, yang dasarnya
kejujuran dan ketepatan sudut pandang auditor. Dalam penelitian ini untuk menjaga
dependabilitas dilakukan dengan teknik seperti yang dijelaskan untuk menjaga
kredibilitas dan teknik audit dengan cara mendiskusikan hasil penelitian ini dengan
teman sejawat dan Dosen Pebimbing.
H. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menganalisa
data.Teknik analisis data yaitu untuk menganalisa data yang telah diperoleh untuk
ditarik kesimpulan. Metode analisis yang digunakan adalah analisis data kualitatif.
Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sejak awal dan sepanjang
proses penelitian berlangsung. Teknik analisa data dalam penelitian ini
menggunakan teknik interaktif dengan tiga prosedur sebagai berikut.
1. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang muncul dari
catatan-catatan tertulis di lapangan. Dalam hal ini, penulis membuat catatan
lapangan kemudian apabila catatan lapangan sudah terkumpul, maka penulis
memilih di antara catatan-catatan itu, tentang bagian data mana yang dipakai, mana
yang dibuang, serta cerita-cerita apa yang sedang berkembang. Reduksi data
merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,
membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan data dengan
sedemikian rupa sehingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.
2. Penyajian Data
Penyajian data adalah penyampaian informasi berdasarkan data yangdimiliki dan
disusun secara baik, runtut sehingga mudah dilihat, dibaca dan dipahami tentang
suatu kejadian dan tindakan atau peristiwa dalam bentuk teks naratif.
3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Berdasarkan data-data yang diperoleh dari berbagai sumber, peneliti mengambil
commit to user
kesimpulan yang masih tetatif. Akan tetapi, dengan bertambahnya data melalui
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48
proses verifikasi, maka akan diperoleh kesimpulan yang bersifat grounded. Dengan
kata lain, setiap kesimpulan senantiasa terus menerus dilakukan verifikasi selama
penelitian berlangsung. Kesimpulan yang diperoleh melalui analisis data tersebut
dijadikan pedoman untuk menyusun rekomendasi dan implikasi.
I.
Prosedur Penelitian
Penelitian dilakukan dalam dua tahapan. Tahapan pertama,kajian pustaka
dengan mengkaji berbagai teori dan implikasi mengenai prosespembelajaran
matematika di SMA. Pada tahapan kedua, mengumpulkan datasesuai dengan
metode-metode yang telah ditetapkan.Adapun langkah-langkah penelitian yang
telah diambil adalah sebagai berikut.
1. Menyampaikan pemberitahuan sekaligus permohonan ijin kepada Kepala Sekolah
untuk dapat melakukan penelitian di SMA tersebut.
2. Memperkenalkan diri kepada kepala sekolah, guru yang menjadi sasaran penelitian
bahwa peneliti adalah mahasiswa Program Pasca Sarjana Pendidikan Matematika
UNS, yang bermaksud melakukan penelitian tentang Pola pikir guru matematika
dalam menerapkan pendekatan saintifik di sekolah tersebut.
3. Menjelaskan tentang tujuan serta manfaat yang akan dihasilkan dari penelitian
tersebut, tanpa menyembunyikan maksud penelitian sehingga akan menghilangkan
kecurigaan mereka yang menganggap penelitian itu bertujuan memata-matai dan
mencari kesalahan dalam pelaksanaan tugas.
4. Menetapkan informan kunci yang dapat memandu dan membantu peneliti dalam
mengumpulkan data.
5. Membuat rekaman wawancara dengan informan.
6. Melakukan pemotretan terhadap gambaran umum proses pembelajaran matematika
dengan aktivitasnya untuk bahan dokumentasi.
7. Membuat catatan hasil pengamatan yang dituangkan ke dalam catatan dari hasil
pengamatan.
8. Membuat laporan penelitian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Pengembangan Instrumen
a. Instrumen bantu pertama
Penelitian ini menggunakan dua instrumen bantu yaitu pedoman
wawancara dan lembar observasi. Pedoman wawancara terdiri dari 12 butir
pertanyaan. Instrumen pedoman wawancara berupa pedoman pertanyaan untuk
menggali informasi dari guru tentang pola pikir guru dalam menerapkan
Pendekatan saintifik. Pedoman ini bersifat semi struktur dengan tujuan
menemukan
permasalahan
secara
terbuka,
artinya
subjek
diajak
mengemukakan pendapat dan ide-idenya berkaitan dengan pola pikir mereka.
Sebelum ditanyakan kepada subjek penelitian, instrumen pedoman
wawancara divalidasi oleh validator. Validasi ini berupa validasi kisi-kisi
pedoman wawancara. Aspek validitas pedoman wawancara yang dinilai oleh
validator adalah:
1) Kejelasan tujuan wawancara dan butir pertanyaan
2) Kesesuaian pertanyaan untuk mengungkap pola pikir guru dalam
menerapkan pendekatan Ilmiah
Hasil validasi pedoman wawancara ini disajikan dalam lembar validasi yang
diisi oleh validator setelah memeriksa instrumen yang telah dibuat. Validator
dapat memberikan tanda cek (√) pada kolom Ya, jika indikator telah memenuhi
kriteria yang disebutkan. Jika tidak sesuai, validator memberi tanda cek (√)
pada kolom Tidak. Dari hasil penilaian tersebut, validator dapat memberikan
kesimpulan apakah instrumen tersebut layak digunakan (L), layak digunakan
dengan perbaikan (P) atau tidak layak digunakan (T).
Validator instrumen pedoman wawancara ini berjumlah tiga orang.
Adapun nama ketiga validator tersebut adalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50
Tabel 4.1. Daftar validator instrumen pedoman wawancara
No
Nama
1 Darmadi, S.Si, M.Pd
2
3
Jabatan
Dosen Matematika IKIP PGRI
Madiun
Drs. Basuki Rachmat, M.Pd
Kepala Sekolah MAN 2 Madiun
dan Dosen Matematika IKIP
PGRI Madiun
Drs. Yuli Irfan Aliurido, M.Pd
Guru Matematika MAN 2
Madiun
Secara umum berdasarkan hasil validasi terhadap pedoman wawancara
dapat diperoleh data valid sebagaimana tabel berikut.
Tabel 4.2. Daftar Hasil Validasi pedoman wawancara
No
Nama
1 Darmadi, S.Si, M.Pd
2 Drs. Basuki Rachmat, M.Pd
3 Drs. Yuli Irfan Aliurido, M.Pd
Kesimpulan
Layak dengan Perbaikan
Layak Digunakan
Layak digunakan
Berdasarkan hasil koreksi dari validator, selanjutnya dilakukan perbaikan
terhadap instrumen pedoman wawancara. Perbaikan instrumen pedoman
wawancara adalah dengan memperdalam pertanyaan agar mendapatkan pola
pikir guru. Adapun pertanyaan tambahannya adalah sebagai berikut..
1. Pada langkah mengamati, mengapa saudara menggunakan cara tersebut?
2. Pada langkah menanya, apa trik saudara jika siswa masih belum mau
mengajukan pertanyaan?
3. Pada langkah mengumpulkan informasi, mengapa anda memilih sumber itu?
4. Pada langkah mengasosiasi dan mengkomunikasikan, mengapa anda
memilih cara tersebut?
Lembar validasi oleh validator dapat dilihat pada Lampiran 2
dan
instrumen pedoman wawancara yang telah divalidasi secara lengkap dapat
dilihat pada Lampiran 3.
b. Instrumen Bantu Kedua
Instrumen bantu kedua berupa lembar observasi yang memuat
indikator penerapan pendekatan saintifik. Instrumen ini dibuat untuk
commit to user
mengumpulkan data berdasarkan pengamatan langsung mengenai proses
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51
pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Sebelum digunakan, lembar
observasi divalidasi terlebih dahulu, validasi diarahkan pada kesesuaian aspek
materi, konstruksi dan bahasa. Nama Validator instrumen bantu kedua dapat
dilihat pada Tabel 4.3
Tabel 4.3. Nama Validator Instrumen Bantu Kedua
No
Nama
1 Darmadi, S.Si, M.Pd
2
Drs. Basuki Rachmat, M.Pd
3
Drs. Yuli Irfan Aliurido, M.Pd
Jabatan
Dosen Matematika IKIP PGRI
Madiun
Kepala Sekolah MAN 2 Madiun
dan Dosen Matematika IKIP
PGRI Madiun
Guru Matematika MAN 2
Madiun
Hasil validisi dari ketiga orang validator menyatakan bahwa lembar observasi
valid atau layak digunakan. Lembar validasi oleh validator dapat dilhat pada
Lampiran 5 kemudian instrumen lembar observasi pada Lampiran 4.
2. Penentuan Subjek Penelitian
Penentuan subjek pada penelitian ini menggunakan Purposive Sampling.
Adapun Langkah penentuannya sebagai berikut.
1. Peneliti memilih SMA di Madiun yang sudah menerapkan Pendekatan Saintific
yaitu SMAN 1 Madiun, SMAN 2 Madiun dan SMAN 3 Madiun.
2. Setelah diskusi dengan Waka Kesiswaan di masing-masing sekolah terpilih
SMAN 3 Madiun alasannya SMAN 3 Madiun memiliki guru laki-laki dan guru
wanita yang mengajar di kelas X.
3. Dari hasil pengamatan sementara oleh peneliti dengan guru-guru yang
mengajar di kelas X terpilih 2 Subjek penelitian yaitu Hendriyanto dan
Umdatun Nafi‟a. Alasan dipilihnya kedua subjek ini adalah kedua subjek
memiliki kecenderungan sifat menyesuaikan diri dengan kurikulum baru,
memiliki latar belakang pendidikan yang hampir sama, sudah tersertifikasi dan
keduanya sama-sama belum mengenal peneliti. Selain itu peneliti juga
commit toSMAN
user 3 Madiun.
memperoleh saran dari waka kurikulum
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52
3. Deskripsi Subjek Penelitian
1) Subjek 1
Umdatun Nafiah, S. Pd, Si lahir di Ponorogo Jawa Timur pada tanggal
24 Juli 1978. Subjek 1 menempuh pendidikan SD sampai SMA di Ponorogo
kemudian melanjutkan ke Universitas Negeri Yogyakarta dan Pascasarjana di
Universitas Negeri Malang, selain itu subjek 1 juga pernah mengikuti Kursus
Bahasa Inggris LB LIA Yogyakarta. Subjek 1 menjadi guru mulai tahun 2004
dan menjadi guru di SMAN 3 Madiun Tahun 2005 sampai sekarang. Selama
menjadi guru subjek 1 aktif mengikuti pelatihan-pelatihan yang diadakan intern
maupun ekstern sekolah. Pada tahun 2013 Subjek 1 pernah mengikuti Diklat
Kurikulum 2013 di Malang dan Madiun.
2) Subjek 2
Hendrijanto, M.Pd lahir pada tanggal 17 Mei 1965 di Madiun.
Pendidikan terakhir
ditempuh di Pascasarjana UNS Surakarta lulus tahun
2008. PNS sejak tahun 1989, dan sekarang mengajar di SMAN 3 Madiun.
Subjek 2 pernah mengikuti Diklat Kurikulum 2013 di Malang dan di Madiun
selain itu Subjek 2 juga aktif menjadi Tim Penyuluh Kurikulum 2013 tingkat
SMA di Karisidenan Madiun.
4. Hasil Analisis Data
Sesuai dengan tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui Pola
pikir (mindset) guru laki-laki dan wanita dalam menerapkan pendekatan saintific
pada pembelajaran matematika maka peneliti harus mencari data tentang mindset
guru. Untuk menggali mindset guru, data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua,
yaitu data tentang apa yang dipikirkan guru dan data tentang apa yang dilakukan
guru. Data tentang apa yang dipikirkan guru didapat dari hasil wawancara peneliti
dengan subjek penelitian. Sedangkan data tentang apa yang dilakukan guru
diperoleh dari observasi di kelas subjek penelitian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53
Untuk me-recheck temuan data pada penilitian ini, peneliti menggunakan
Triangulasi waktu. Triangulasi waktu untuk data tentang apa yang dipikirkan guru
sedangkan triangulasi metode digunakan untuk data apa yang dilakukan guru.
Berikut paparan, triangulasi dan analisis data pada masing-masing subjek
penelitian.
a. Paparan, Triangulasi dan Analisis Data Wawancara
Untuk memudahkan analisis data, peneliti memberi kode pada transkrip
wawancara, yaitu sebagai berikut.
1. Kode “P” menunjukkan Peneliti
2. Kode “S1” menunjukkan subjek penelitian 1 (Guru Wanita)
3. Kode “S2” menunjukkan subjek penelitian 2 (Guru Laki-laki)
4. Kode “a” menunjukkan wawancara pertama
5. Kode “b” menunjukkan wawancara kedua
6. Kode setelah kode huruf kecil, menunjukkan urutan pertanyaan.
Salah satu contohnya adalah S1a03 yang berarti subjek wanita menjawab
wawancara pertama untuk pertanyaan ke-3.
1. Paparan, Triangulasi
dan Analisis Data Wawancara Langkah
Mengamati
Data ini akan digunakan untuk mengetahui bagaimana subjek
menerima informasi tentang apa yang dimaksud dengan mengamati,
bagaimana subjek memproses apa yang telah subjek terima kemudian
bagaimana subjek menganalisis serta membuat persepsi. Selanjutnya
bagaimana subjek membuat kesimpulan dari informasi tersebut. Data
diperoleh dari wawancara. Untuk teknik pemeriksaan keabsahan data,
peneliti menggunakan triangulasi waktu.
a. Hasil Wawancara Subjek 1
1) Wawancara pertama
Pa01
S1a01
: Menurut Ibu, apa yang dimaksud dengan kegiatan
mengamati pada pendekatan Saintific?
: Kegiatan mengamati merupakan kegiatan awal pada
commit
to user saintific, pada kegiatan ini guru
langkah
pendekatan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54
harus memberikan kesempatan pada seluruh siswa
untuk melakukan kegiatan melihat, membaca,
mendengar dan menyimak. Guru juga harus melatih
siswa untuk memperhatikan sesuatu yang penting
dari suatu objek.
Pa02
: Dari apa yang Ibu ketahui, langkah atau cara apa
supaya siswa mampu melakukakan kegiatan ini?
S1a02
: Saya harus memiliki cara supaya seluruh siswa
terlibat aktif dalam pembelajaran.
Pa03
: Caranya seperti apa bu?
S1a03
: Misalnya saya meminta seluruh siswa melihat atau
membaca soal atau bisa juga dengan mengamati
permasalahan di sekeliling siswa yang sering terjadi
terkait dengan materi yang dipelajari hari ini.
Mengapa Ibu menggunakan cara tersebut?
Pa04
: Jadi pertama saya melihat kemampuan awal siswa
S1a04
: dan kondisi kelas, saya menganalisa cara seperti
apa yang paling efektif untuk memaksimalkan
Pa05
: kemampuan siswa.
S1a05
: Setelah menganalisa apa yang Ibu lakukan?
Dari hasil analisa tersebut, saya mempunyai
beberapa ide terkait dengan tindakan atau objek
seperti apa yang sesuai pada kegiatan mengamati.
Kalau di matematika kebanyakan saya menggunakan
objek yang bersifat abstrak. Bisa dari permasalahan
siswa atau dari contoh soal di buku. Untuk
menentukan media atau obyek kita perlu ide-ide
biasanya saya browsing di internet atau membaca
Pa06
: baca buku, buku matematika di perpustakaan juga
buku-buku dari luar negeri.
S1a06
: Pada saat pembelajaran, apakah Ibu selalu membawa
media/objek nyata?
Tidak, contoh pada materi persamaan fungsi
kuadrat, tidak memungkinkan untuk saya
menggunakan atau membawa contoh media nyata
Pa07
: jadi saya hanya menggunakan contoh permasalahan
S1a07
: matematika yang bersifat abstrak.
Bisa Ibu contohkan?
Misalkan saya meminta siswa melihat dan membaca
beberapa grafik fungsi.
2) Wawancara kedua
Pb01
S1b01
: Menurut Ibu, apa yang dimaksud dengan kegiatan
mengamati pada pendekatan Saintific?
: Kegiatan mengamati merupakan salah satu kegiatan yang
meminta
padatosiswa
commit
user untuk melakukan kegiatan melihat,
membaca,
mendengar
dan
menyimak
juga
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55
Pb02
S1b02
Pb03
S1b03
Pb04
S1b04
Pb05
S1b05
Pb06
S1b06
mengidentifikasi sesuatu yang penting dari suatu objek.
: Dari apa yang Ibu ketahui, langkah atau cara apa supaya
siswa mampu melakukakan kegiatan mengamati?
: Ya saya harus membuat sesuatu yang bisa menarik siswa
untuk tertantang melakukan pengamatan contohnya
dengan memberikan permasalahan matematika yang
terkait dengan kehidupan sehari-hari mereka.
: Mengapa Ibu menggunakan cara tersebut?
: Ya berdasarkan pengalaman dan pengamatan di kelas.
Bagaimana kebiasaan siswa dan kira-kira siswa akan
mengalami kesulitan apa tidak.
: Dari mana Ibu memperoleh ide untuk membuat soal-soal?
: Kalau ide soal biasanya saya browsing di internet atau
membaca baca buku-buku matematika dari luar negeri.
: Pada saat pembelajaran, apakah Ibu selalu membawa
media/objek nyata?
: Tidak,
: Mengapa tidak membawa bu?
: Kalau di matematika sendiri saya rasa susah ya kalau
harus membawa objek nyata, karena kebanyakan
materinya abstrak. Contoh pada materi persamaan
kuadrat
b. Triangulasi
Tabel 4.4. Tabel Triangulasi Subjek 1 pada kegiatan mengamati
Cara otak
Menerima
Wawancara pertama
kegiatan mengamati merupakan
kegiatan
awal
pada
langkah
pendekatan saintifik, pada kegiatan
ini
guru
harus
memberikan
kesempatan pada seluruh siswa untuk
melakukan
kegiatan
melihat,
membaca,
mendengar
dan
menyimak.
Memproses
S1 harus memiliki cara supaya
seluruh siswa terlibat aktif dalam
pembelajaran
Menganalisis
Sebelum menemukan cara yang
tepat, S1 harus melihat kemampuan
awal siswa dan kondisi kelas serta
mempertimbangkan materi yang
akan dipelajari.
commit to user
Wawancara kedua
Kegiatan
mengamati
merupakan salah satu
kegiatan yang meminta
pada
siswa
untuk
melakukan
kegiatan
melihat,
membaca,
mendengar
dan
menyimak
juga
mengidentifikasi sesuatu
yang penting dari suatu
objek
S1
harus
membuat
sesuatu
yang
bisa
menarik siswa untuk
tertantang
melakukan
pengamatan.
Dari pengalaman selama
mengajar
S1
menemukan cara yang
efektif.
Sebelum
menentukan cara yang
digunakan
terlebih
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56
dahulu
guru
harus
melihat kondisi siswa.
Mempersepsi
S1 akan menggunakan objek yang Memberikan
bersifat
abstrak.
Bisa
dari permasalahan
permasalahan siswa atau dari contoh matematika yang terkait
soal di buku.
dengan
kehidupan
sehari-hari mereka.
Menyimpulkan
Dalam kegiatan mengamati S1 tidak Pengamatan dilakukan
menggunakan benda nyata melainkan dengan menggunakan
dengan
menggunakan
contoh objek abstrak yaitu
permasalahan
matematika
yang berupa
permasalahan
bersifat abstrak
matematika
Hasil triangulasi waktu pola pikir subjek 1 pada kegiatan mengamati
Berdasarkan hasil wawancara pertama dan kedua maka diperoleh data valid.
c. Analisis Data (A1)
Berdasarkan paparan di atas, dapat diketahui bahwa dalam
menerima informasi tentang kegiatan mengamati, menurut S1a01
kegiatan mengamati merupakan kegiatan awal pada langkah
pendekatan saintifik, pada kegiatan ini guru harus memberikan
kesempatan pada seluruh siswa untuk melakukan kegiatan melihat,
membaca, mendengar dan menyimak. Guru juga harus melatih siswa
untuk memperhatikan sesuatu yang penting dari suatu objek. dari apa
yang dipahami kemudian S1 memproses informasi yang telah diterima
tersebut. Berdasarkan hasil wawancara S1a02, S1 memiliki pemikiran
bahwa S1 harus memiliki cara supaya seluruh siswa terlibat aktif
dalam
pembelajaran.
Sebelum
menemukan
cara
yang
tepat
berdasarkan S1a04, S1 harus menganalisa beberapa hal yang
mempengaruhi kegiatan belajar mengajar. Selain melihat materi yang
akan dipelajari S1 melihat kemampuan awal siswa dan kondisi kelas
terlebih dahulu. Setelah menganalisa selanjutnya S1 membuat persepsi
bahwa dari hasil analisa kondisi siswa, S1 mempunyai beberapa ide
terkait dengan tindakan atau objek seperti apa yang sesuai pada
kegiatan mengamati. Selanjutnya S1 menyimpulkan bahwa menurut
S1a06 pada materi persamaan kuadrat tidak memungkinkan S1
menggunakan atau membawa
commit tocontoh
user media nyata yang akan diamati
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57
jadi S1 hanya menggunakan contoh permasalahan matematika yang
bersifat abstrak. Contoh permasalahan tersebut Misalkan S1 meminta
siswa melihat dan membaca beberapa grafik fungsi. Dari hasil
wawancara S1a05 ide contoh permasalahan tersebut dari internet atau
membaca baca buku.
d. Hasil Wawancara Subjek 2
1) Wawancara pertama
Pa01
S2a01
Pa02
S2a02
Pa03
S2a03
Pa04
S2a04
Pa05
S2a05
Pa06
S2a06
Pa07
S2a08
: Menurut Bapak, apa yang dimaksud dengan
kegiatan mengamati pada pendekatan Saintific?
: Kegiatan mengamati merupakan kegiatan yang
dilakukan siswa dengan melihat, membaca,
mendengar dan menyimak suatu objek atau
benda.
: Dari apa yang Bapak ketahui, langkah atau cara
apa supaya siswa mampu melakukan kegiatan
ini?
: Sebelum proses mengamati guru harus
menentukan objek apa yang akan diamati, objek
ini tergantung pada materi yang akan
dipelajari.
: Untuk menentukan objek yang akan diamati, hal
apa saja yang menjadi pertimbangan Bapak?
: Saya harus menggunakan objek yang mudah
dipahami siswa.
: Darimana bapak mempunyai ide tersebut?
: Dari hasil pengalaman selama mengajar.
: Persiapan apa yang Bapak lakukan untuk
menentukan media/obyek secara nyata supaya
siswa senang dan tertantang dalam proses
pengamatan?
: Pertama menyesuaikan materi yang ada
kemudian mengkaitkan dengan kehidupan
sehari-hari dan kebetulan buku dari pemerintah
yang dipakai di K13 sudah ada pemicunya.
: Apakah Bapak selalu membawa di kelas bapak
selalu membawa media nyata?
: Tidak.
: Mengapa Pak?
: Karena materi di kelas X kebanyakan sudah
siswa pelajari di SMP jadi guru tidak perlu
commit toobjek
user nyata. Contoh pada materi
membawa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58
peluang, kemungkinan kejadian pada peristiwa
pelemparan dadu, dalam hal ini guru tidak
perlu membawa dadu karena anak sudah bisa
membayangkan.
2) Wawancara kedua
Pb01
S2b01
Pb02
S2b02
Pb03
S2b03
Pb04
S2b04
Pb05
S2b05
Pb06
S2b06
: Menurut Bapak, apa yang dimaksud dengan
kegiatan mengamati pada pendekatan Saintific?
: kegiatan yang meminta siswa untuk mencoba
mengamati permasalahan di lingkungan mereka
yang berkaitan dengan materi yang sedang
dipelajari. Kalau dalam K13 hal yang harus
dilakukan pada kegiatan ini adalah kegiatan
yang dilakukan siswa dengan melihat,
membaca, mendengar dan menyimak suatu
objek atau benda.
: Dari apa yang Bapak ketahui, langkah atau cara
apa supaya siswa mampu melakukan kegiatan
ini?
: Pada pertemuan sebelumnya, biasanya saya
sudah meminta siswa untuk membaca materi
yang akan kita pelajari hari ini.
: Mengapa pak?
: Ya supaya siswa bisa terlibat aktif dalam
pembelajaran, selanjutnya nanti saya akan
meminta siswa untuk menentukan permasalhan
yang bisa diselsaikan bersama-sama.
: Untuk menentukan permasalahan yang akan
diamati, hal apa saja yang menjadi
pertimbangan Bapak?
: Saya harus menggunakan permasalahan yang
mudah dipahami seluruh siswa.
: Persiapan apa yang Bapak lakukan untuk
menentukan media/obyek secara nyata supaya
siswa senang dan tertantang dalam proses
pengamatan?
: Pertama menyesuaikan materi yang ada tidak
semua materi di matematika bisa di
representasikan dengan benda nyata. Tapi
kebetulan di buku dari pemerintah sudah ada
pemicunya
: Apakah di kelas Bapak selalu membawa media
nyata?
commit to user
: Tidak.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59
Pb07
S2b08
: Mengapa Pak?
: Karena materi di kelas X kebanyakan sudah
siswa pelajari di jenjang sebelumnya.
e. Triangulasi
Tabel 4.5. Tabel Triangulasi Subjek 2 pada kegiatan mengamati
Cara otak
Menerima
Wawancara pertama
Kegiatan mengamati merupakan
kegiatan yang dilakukan siswa
dengan
melihat,
membaca,
mendengar dan menyimak suatu
objek atau benda.
Wawancara kedua
Kegiatan yang meminta
siswa untuk mencoba
mengamati permasalahan
di lingkungan mereka
yang berkaitan dengan
materi
yang
sedang
dipelajari. Kalau dalam
K13 hal yang harus
dilakukan pada kegiatan
ini adalah kegiatan yang
dilakukan siswa dengan
melihat,
membaca,
mendengar dan menyimak
suatu objek atau benda.
Memproses
Saya harus menggunakan objek Saya harus menggunakan
yang mudah dipahami siswa.
permasalahan yang mudah
dipahami seluruh siswa.
Menganalisis
Dari
pengalaman
selama Menyesuaikan
materi
mengajar.
yang ada tidak semua
Mempersepsi
Menyesuaikan materi yang ada materi di matematika bisa
kemudian mengkaitkan dengan di representasikan dengan
benda
nyata.
Tapi
kehidupan sehari-hari.
kebetulan di buku dari
pemerintah sudah ada
pemicunya
Menyimpulkan
Karena materi di kelas X Materi
di
kelas
X
kebanyakan sudah siswa pelajari kebanyakan sudah siswa
di SMP jadi guru tidak perlu pelajari
di
jenjang
membawa objek nyata.
sebelumnya.
Hasil triangulasi waktu pola pikir subjek2 pada kegiatan mengamati
Berdasarkan hasil wawancara pertama dan kedua maka diperoleh data valid.
f. Analisis (B1)
Berdasarkan paparan di atas, dapat diketahui bahwa dalam menerima
informasi tentang kegiatancommit
menanya,
menurut S2a01 Kegiatan mengamati
to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60
merupakan kegiatan yang dilakukan siswa dengan melihat, membaca,
mendengar dan menyimak suatu objek atau benda, kemudian S2
memproses informasi yang telah diterima tersebut. Berdasarkan hasil
wawancara S2a03, S2 memiliki pemikiran bahwa S2 harus menggunakan
objek yang mudah dipahami siswa. Sebelum menemukan cara yang tepat
berdasarkan
S2a04,
S1
harus
menganalisa
beberapa
hal
yang
mempengaruhi kegiatan belajar mengajar. Selain melihat materi yang akan
dipelajari S2 melihat dari pengalaman mengajar. Setelah menganalisa
selanjutnya S2 membuat persepsi bahwa dari hasil analisa kondisi siswa,
S2 mempunyai beberapa ide terkait dengan tindakan atau objek seperti apa
yang sesuai pada kegiatan mengamati, S2 harus menyesuaikan materi yang
ada kemudian mengkaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Selanjutnya S1
menyimpulkan bahwa menurut S208 Karena materi di kelas X kebanyakan
sudah siswa pelajari di SMP jadi guru tidak perlu membawa objek nyata.
2. Paparan, Triangulasi
dan Analisis Data Wawancara Langkah
Menanya
Data ini akan digunakan untuk mengetahui bagaimana subjek
menerima informasi tentang apa yang dimaksud dengan menanya,
bagaimana subjek memproses apa yang telah subjek terima kemudian
bagaimana subjek menganalisis serta membuat persepsi. Selanjutnya
bagaimana subjek membuat kesimpulan dari informasi tersebut.
a. Hasil Wawancara subjek 1
1) Wawancara pertama
Pa08
:
S1a08 :
Pa09
:
S1a09 :
Pada proses pembelajaran apakah semua siswa
bertanya?
Tidak, karena siswa belum terbiasa untuk bertanya,
apalagi pertanyaan yang bisa mengarah pada kegiatan
selanjutnya.
Bagaimana cara Ibu menginspirasi siswa untuk
mengajukan pertanyaan?
Biasanya dengan memancing pertanyaan, saya ganti
memberi pancingan lagi biasanya dengan pernyataanpernyataan, yang mengarah supaya dia bertanya,
semacamcommit
memberikan
to userclue ini lho yang penting yang
sebelah sini agar dia bertanya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61
Pa10
:
S1a10 :
Pa11 :
S1a11 :
Bagaimana kalau dari pernyataan tersebut siswa belum
terpancing untuk bertanya?
Kalau dia tidak terpancing, dengan contoh satu
pertanyaan misalnya saya akan bertanya lagi akhirnya
dia berpikir untuk melanjutkan ke fenomena-fenomena
lainnya. Kalau waktunya masih saya akan menunjuk
salah satu siswa.
Mengapa Ibu memilih cara tersebut?
Karena berdasarkan pengalaman, cara ini lebih efektif
dari cara-cara yang lain.
2) Wawancara Kedua
Pb07
:
S1b07 :
Pb08
:
S1b08 :
Pb09
:
S1b09 :
Pb09 :
S1b09 :
Menurut Ibu apa yang dimaksud dengan kegiatan
menanya?
Siswa bertanya tentang objek yang telah diamati,
biasanya pada kegiatan ini kami mengalami masalah,
karena siswa belum terbiasa untuk bertanya
Bagaimana cara Ibu menginspirasi siswa untuk
mengajukan pertanyaan?
Memberikan pertanyaan pancingan yang terkait
dengan apa yang telah siswa amati,
Bagaimana kalau dari pernyataan tersebut siswa belum
terpancing untuk bertanya?
Kalau dari satu pertanyaan siswa belum terpancing
saya akan memberi pertanyaan lagi atau biasanya
saya memanggil salah satu siswa untuk bertanya.
Mengapa Ibu memilih cara tersebut?
menanya khan masih hal baru buat siswa kita, jadi kita
harus terus memancing mereka untuk tetap aktif. Dari
pengalaman saya, kalau siswa tidak di pancing untuk
bertanya ya mereka akan diam saja.
b. Triangulasi
Tabel 4.6. Tabel Triangulasi Subjek 1 pada kegiatan menanya
Cara otak
Menerima
Memproses
Menganalisis
Wawancara pertama
Siswa belum terbiasa untuk
bertanya, apalagi pertanyaan
yang bisa mengarah pada
kegiatan selanjutnya
Wawancara kedua
Siswa bertanya tentang
objek yang telah diamati,
disini saya rasa yang
masih
mengalami
kesulitan.
Memberi
pancingan
lagi Memberikan pertanyaan
biasanya dengan pernyataan- pancingan
pernyataan, yang mengarah
supaya
siswa bertanya.
commit
to user
Berdasarkan
pengalaman, Kalau
dari
satu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62
Mempersepsi
memberi pertanyaan pancingan pertanyaan siswa belum
lebih efektif dari cara-cara lain
terpancing saya akan
memberi pertanyaan lagi
atau
biasanya
saya
memanggil salah satu
siswa untuk bertanya.
Menyimpulkan -Memancing dengan pertanyaan
Menanya masih hal baru
-Kalau tidak terpancing, dengan buat siswa kita, jadi kita
contoh satu pertanyaan, saya harus terus memancing
akan bertanya lagi akhirnya mereka untuk tetap aktif.
siswa
berpikir
untuk .
melanjutkan ke fenomenafenomena lainnya.
Hasil triangulasi waktu pola pikir subjek 1 pada kegiatan menanya
Berdasarkan hasil wawancara pertama dan kedua maka diperoleh data valid.
c. Analisis (A2)
Dari paparan di atas, dapat diidentifikasi bahwa pada kegiatan
menanya S1 mengalami kesulitan, menurut S1a08 siswa belum
terbiasa untuk bertanya, apalagi pertanyaan yang bisa mengarah pada
kegiatan selanjutnya. Dari hal tersebut S1 berpikir untuk menemukan
cara apa yang paling efektif supaya siswa mau bertanya. Berdasarkan
S1a11 dari pengalaman, dengan memberikan pancingan pertanyaan
kepada siswa adalah cara yang efektif untuk menyelesaikan masalah
ini. Menurut S1a10 Kalau siswa tidak terpancing, dengan contoh satu
pertanyaan, S1 akan bertanya lagi akhirnya siswa berpikir untuk
melanjutkan ke fenomena-fenomena lainnya.
d. Hasil Wawancara subjek 2
1) Wawancara pertama
Pa09
:
S2a09 :
Pa10 :
S2a10 :
Pa11 :
S2a11 :
Menurut Bapak apa yang dimaksud dengan kegiatan
Menanya pada Pendekatan saintifik?
Konsep menanya pada pendekatan saintifik bukan
pertanyaan yang diberikan guru untuk siswa
melainkan siswa yang bertanya. Jadi guru hanya
sebagai fasilitator.
Pertanyaan tersebut lisan apa tertulis pak?
Ya lebih ke pertanyaan lisan.
Bagaimana cara Bapak menginspirasi siswa untuk
mengajukan pertanyaan?
Untukcommit
membangkitkan
kemauan bertanya siswa
to user
secara lisan itu agag susah. Guru harus mempunyai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63
Pa12
:
S2a12 :
Pa13 :
S2a13 :
Pa14 :
S2a14 :
cara-cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah
ini.
Cara apa yang bapak lakukan untuk menyelesaikan
masalah ini?
Dengan membagi siswa menjadi beberapa kelompok.
Mengapa bapak memilih cara ini?
Karena dengan membagi menjadi beberapa kelompok,
siswa yang biasanya tidak bertanya akan bertanya
pada temannya yang sudah paham, mungkin bahasa
guru dengan bahasa teman sebaya itu berbeda.
Apakah Bapak mempunyai cara lain?
Ada, saya biasanya memancing dari beberapa topik,
beberapa kejadian kemudian dipecahkan dengan
berbagai pemikiran siswa, dari sini kita bisa memicu
siswa untuk bertanya.
2) Wawancara kedua
Pb09
:
S2a09
:
Pb10
:
S2b10
:
Pb11
S2b11
:
:
Pb12
S2b12
:
:
Pb13
:
S2b13
:
Menurut Bapak apa yang dimaksud dengan kegiatan
Menanya pada Pendekatan saintifik?
Pertanyaan dari siswa terkait dari apa yang sudah
siswa baca atau amati.
Bagaimana cara Bapak menginspirasi siswa untuk
mengajukan pertanyaan terkait dengan apa yang telah
diamati?
Pasti pertama dengan memancing, kira-kira apa yang
diketahui siswa dari masalah atau kasus yang baru
dilihat atau dibaca. Kalau lisan susah, yang mudah
memakai tulisan tetapi biasanya kalau mau memakai
tulisan waktunya kurang makanya ya sudah dari hasil
dialog saja makanya konsep yang digunakan model
dialogis.
Bagaimana Kalau siswa belum terpancing?
Kembali ke motivasi, mereka kita beri arah. Mereka
belajar ini buat apa.
Apakah ada trik lain supaya siswa bertanya?
Saya pancing dari berbagai alternatif, misal saya kasih
satu contoh kemudian mereka saya minta mengeksplor
sendiri
Apakah di dalam pembelajaran yang bertanya semua
siswa?
Tidak, yang bertanya sebagian, awalnya sebagian
kemudian dari hasil diskusi, mereka yang awalnya tidak
bertanya akan bertanya pada teman karena kadangkadang pertanyaannya di luar konteks pembelajaran
commitmateri
to user
atau misalnya
yang sudah didapat di SMP
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64
e. Triangulasi
Tabel 4.7. Tabel Triangulasi Subjek 2 pada kegiatan menanya
Cara otak
Menerima
Wawancara pertama
Konsep
menanya
pada
pendekatan saintifik bukan
pertanyaan yang diberikan
guru untuk siswa melainkan
siswa yang bertanya.
Wawancara kedua
Pertanyaan dari siswa
terkait dari apa yang
sudah siswa baca atau
amati.
Lanjutan Tabel. 4.7
Cara otak
Memproses
Wawancara pertama
Dengan membagi siswa
menjadi beberapa kelompok.
Memancing dari beberapa
topik, beberapa kejadian
kemudian dipecahkan dengan
berbagai pemikiran siswa.
Menganalisis
Wawancara kedua
Dengan
memancing,
kira-kira
apa
yang
diketahui siswa dari
masalah atau kasus yang
baru dilihat atau dibaca.
Guru harus mempunyai cara- Kembali ke motivasi,
cara yang tepat untuk mereka kita beri arah.
menyelesaikan masalah ini.
Mereka belajar ini buat
apa.
Mempersepsi
Karena dengan membagi Saya
pancing
dari
menjadi beberapa kelompok, berbagai alternatif, misal
siswa yang biasanya tidak saya kasih satu contoh
bertanya akan bertanya pada kemudian mereka saya
temannya yang sudah paham, minta
mengeksplor
mungkin bahasa guru dengan sendiri
bahasa teman sebaya itu
berbeda.
Menyimpulkan
Hasil dialog atau konsep
yang
digunakan
merupakan
model
dialogis.
Hasil triangulasi waktu pola pikir subjek 2 pada kegiatan menanya
Berdasarkan hasil wawancara pertama dan kedua maka diperoleh data
valid.
f. Analisis (B2)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65
Berdasarkan S2a09, menurut S2 konsep menanya pada pendekatan
saintifik bukan pertanyaan yang diberikan guru untuk siswa melainkan
siswa yang bertanya. Berarti
guru harus memfasilitasi siswa supaya
bertanya, guru harus mempunyai cara-cara yang tepat. Menurut S2a11,
untuk membangkitkan kemauan bertanya siswa secara lisan itu lebih susah.
Untuk menyelesaikan masalah ini dari S2a12 dapat diketahui bahwa S2
membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Karena dengan membagi
menjadi beberapa kelompok, siswa yang biasanya tidak bertanya akan
bertanya pada temannya yang sudah paham. Selain itu, untuk meningkatkan
kemampuan bertanya siswa menurut S2a13, S2 biasanya memancing dari
beberapa topik, beberapa kejadian kemudian dipecahkan dengan pemikiran
siswa.
3. Paparan, Triangulasi
dan Analisis
Data Wawancara Langkah
Mengumpulkan Informasi/Eksperimen
Data ini akan digunakan untuk mengetahui bagaimana subjek
menerima informasi tentang apa yang dimaksud dengan mengumpulkan
informasi, bagaimana subjek memproses apa yang telah subjek terima
kemudian bagaimana subjek menganalisis serta membuat persepsi. Selanjutnya
bagaimana subjek membuat kesimpulan dari informasi tersebut.
a. Hasil Wawancara subjek 1
1) Wawancara pertama
Pa12
:
S1a12
:
Pa13
:
S1a13
:
Pa14
:
Pada
pendekatan
saintifik
terdapat
kegiatan
mengumpulkan informasi, menurut Ibu apa maksud dari
mengumpulkan informasi di sini ?
Pada langkah ini siswa harus mencari dan
mengumpulkan informasi sendiri bukan dari apa yang
telah disampaikan guru. Siswa harus aktif, informasi
ini bisa diperoleh dari membaca atau mengamati suatu
objek.
Bagaimana cara Ibu mengajak siswa untuk memperoleh
informasi dari sumber lain selain buku teks dan
mengapa sumber tersebut yang Ibu pilih?
Paling mudah pakai internet, karena setiap hari anakanak berhubungan dengan internet.
Menurut commit
ibu, eksperimen
to user pada matematika itu seperti
apa?
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66
S1a14
:
Pa15
:
S1a15
:
Eksperimen pada Matematika itu ya lebih pada
pengerjaan soal. Jadi dalam mengumpulkan informasi
pada mata pelajaran matematika akan lebih baik jika
siswa melakukan eksperimen, eksperimen di matemaika
lebih mengarah pada penyelesaian permasalahan/soal
yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
Apa yang Ibu lakukan supaya siswa mau dan mampu
melakukan eksperimen?
Tentu saja membuatkan panduan-panduan. Misalnya
LKS. Panduannya itu saya cenderung dengan
pertanyaan-pertanyaan juga. Pertanyaannya mengarah
ke konsep matematika
2) Wawancara kedua subjek 1
Pb10
:
S1b10
:
Pb11
:
S1b11
:
Pb12
:
S1b12
:
Pb13
:
S1b13
:
Pb14
:
S1b14
:
Pada
pendekatan
saintifik
terdapat
kegiatan
mengumpulkan informasi, menurut Ibu apa maksud dari
mengumpulkan informasi di sini ?
Siswa harus mencari dan mengumpulkan informasi
sendiri bukan dari apa yang telah disampaikan guru.
Siswa harus aktif, informasi ini bisa diperoleh dari
membaca atau mengamati suatu objek.
Selain buku dari sekolah, adakah sumber lain yang Ibu
sarankan untuk siswa? dan mengapa sumber tersebut
yang Ibu pilih?
Ada, paling mudah menggunakan internet, karena
setiap hari siswa sudah akrab dengan internet dan saya
rasa di internet itu materinya cukup lengkap.
Apakah dalam menyimpulkan informasi, kita biasa
menggunakan eksperimen?
Bisa, apalagi matematika akan lebih baik kalau kita
langsung mengerjakan soal
Menurut ibu, eksperimen pada matematika itu seperti
apa?
Eksperimen pada Matematika ya lebih pada
mengerjakan soal-soal.
Apa yang Ibu lakukan supaya siswa mau dan mampu
melakukan eksperimen?
Dengan membuatkan panduan-panduan. Misalnya LKS.
Panduannya itu saya cenderung dengan pertanyaanpertanyaan juga. Pertanyaannya mengarah ke konsep
commit to user
matematika
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67
b. Triangulasi
Tabel 4.8. Tabel Triangulasi Subjek 1 pada kegiatan mengumpulkan
informasi
Cara otak
Menerima
Memproses
Menganalisis
Mempersepsi
Menyimpulkan
Wawancara pertama
Pada langkah ini siswa
harus
mencari
dan
mengumpulkan informasi
sendiri bukan dari apa yang
telah disampaikan guru.
Siswa harus aktif, informasi
ini bisa diperoleh dari
membaca atau mengamati
suatu objek.
Dalam
mengumpulkan
informasi
pada
mata
pelajaran matematika akan
lebih baik jika siswa
melakukan eksperimen.
Eksperimen
pada
Matematika yaitu siswa
harus sering mengerjakan
soal-soal.
Eksperimen di matematika
lebih
mengarah
pada
penyelesaian
permasalahan/soal
yang
berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari.
Memakai internet, karena
setiap
hari
anak-anak
berhubungan
dengan
internet.
Wawancara kedua
Siswa harus mencari dan
mengumpulkan informasi
sendiri Siswa harus aktif,
informasi
ini
bisa
diperoleh dari membaca
atau mengamati suatu
objek.
Pada matematika akan
lebih baik kalau kita
langsung
mengerjakan
soal
Eksperimen
pada
Matematika ya lebih pada
mengerjakan soal-soal.
paling
mudah
menggunakan
internet,
karena setiap hari siswa
sudah
akrab
dengan
internet dan saya rasa di
internet itu materinya
cukup lengkap
Hasil triangulasi waktu pola pikir subjek 1 pada kegiatan
mengumpulkan informasi
Berdasarkan hasil wawancara pertama dan kedua maka diperoleh data
valid.
c. Analisis data (A3)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68
Pada langkah mengumpulkan informasi, menurut S1a12 siswa harus
mencari dan mengumpulkan informasi sendiri bukan hanya dari apa yang
disampaikan guru. Informasi ini bisa diperoleh dari membaca atau
mengamati suatu objek. Hal ini menjadi dasar S1 untuk menemukan sumber
apa yang paling efektif sebagai referensi siswa. Menurut S1a13 sumber
yang paling tepat adalah dengan memakai internet, karena setiap hari anakanak berhubungan dengan internet. Menurut S1a14, Eksperimen pada
Matematika tidak cukup hanya membaca, siswa harus sering mengerjakan
soal-soal. Dalam mengumpulkan informasi pada mata pelajaran matematika
akan lebih baik jika siswa melakukan eksperimen, eksperimen di
matematika lebih mengarah pada penyelesaian permasalahan/soal yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Dari sini S1 menyimpulkan bahwa
pada kegiatan mengumpulkan informasi S1 akan menggunakan eksperimen.
Agar siswa mudah melakukakan eksperimen menurut
S1a15, S1 akan
membuatkan panduan-panduan, Misalnya LKS.
d. Hasil Wawancara subjek 2
1) Wawancara pertama
Pa15
:
S2a15
:
Pa16
S2a16
:
:
Pa17
:
S2a17
:
Menurut Bapak apa maksud dari mengumpulkan
informasi/eksperimen dalam Pendekatan Saintifik?
Yang dimaksud mengumpulkan informasi disini adalah
siswa harus menggali informasi sendiri, selain
membaca siswa bisa melakukan ujicoba atau
eksperimen. Eksperimen sendiri tidak harus praktek
langsung bisa juga berdasarkan teori.
Bagaimana cara Bapak menerapkan kegiatan ini?
Guru dengan siswa bersama-sama mengeksplorasi apa
yang sudah dimiliki atau dipahami siswa. siswa khan
sudah dibuat kelompok, dari berkelompok akan banyak
ide, siswa yang satu bisa melengkapi siswa yang
lainnya.
Sumber apa yang bapak gunakan sebagai rujukan agar
siswa memperoleh informasi dari berbagai sumber?
Mengapa sumber tersebut bapak gunakan?
Saya rasacommit
internet
to paling
user mudah, karena biasanya dari
internet siswa akan menemukan konsep dan bahasanya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69
Pa18
:
S2a18
:
sendiri.
Apakah dalam eksperimen, informasi yang diperoleh
siswa dari internet bisa diterapkan?
Bisa, karena biasanya selain ada materi juga ada
contoh-contoh penyelesaian soal
2) Wawancara kedua
Pb14
:
S2b14
:
Pb15
S2b15
:
:
Pb16
:
S2b16
:
Menurut Bapak apa maksud dari mengumpulkan
informasi/eksperimen dalam Pendekatan Saintifik?
Siswa mengumpulkan beberapa informasi dari suatu
materi dengan membaca buku pegangan atau buku
yang lain bisa juga dari hasil mereka mengerjakan soal
Bagaimana cara Bapak menerapkan kegiatan ini?
Dengan berdiskusi karena terkadang siswa masih
mengalami kesulitan dalam mengumpulkan informasi
dan mnengolahnya.
Sumber apa yang bapak gunakan sebagai rujukan agar
siswa memperoleh informasi dari berbagai sumber?
Mengapa sumber tersebut bapak gunakan?
Biasanya kami lebih cenderung memberikan beberapa
rujukan dari internet, mereka biasanya mnemukan
bahasanya dari situ.
e. Triangulasi
Tabel 4.9. Tabel Triangulasi Subjek 2 pada kegiatan mengumpulkan
informasi
Cara otak
Menerima
Memproses
Menganalisis
Wawancara pertama
Dalam Mengumpulkan informasi
siswa harus menggali informasi
sendiri, selain membaca siswa
bisa melakukan ujicoba atau
eksperimen.
Wawancara kedua
Siswa
mengumpulkan
beberapa informasi
dari suatu materi
dengan
membaca
buku pegangan atau
buku yang lain bisa
juga
dari
hasil
mereka mengerjakan
soal
Guru dengan siswa bersama- Dengan berdiskusi
sama mengeksplorasi apa yang
sudah dimiliki atau dipahami
siswa.
commit to user
- Dari berkelompok akan banyak Terkadang
siswa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70
ide, siswa yang satu bisa
melengkapi siswa yang lainnya.
- Internet paling mudah, karena
biasanya dari internet siswa akan
menemukan
konsep
dan
bahasanya sendiri.
masih
mengalami
kesulitan
dalam
mengumpulkan
informasi
dan
mnengolahnya.
Mempersepsi
Memberikan
beberapa rujukan dari
Menyimpulkan
internet,
mereka
biasanya menemukan
bahasanya dari situ.
Hasil triangulasi waktu pola pikir subjek 2 pada kegiatan
mengumpulkan informasi
Berdasarkan hasil wawancara pertama dan kedua maka diperoleh data valid
f. Analisis data wawancara (B3)
Menurut S2a15 pada kegiatan mengumpulkan informasi siswa harus
menggali informasi sendiri, selain membaca siswa bisa melakukan ujicoba
atau eksperimen. Eksperimen sendiri tidak harus praktek langsung bisa juga
berdasarkan teori. Untuk menerapkan eksperimen dalam matematika
menurut S2a16, Guru dengan siswa harus bersama-sama mengeksplorasi
apa yang sudah dimiliki atau dipahami siswa. sama halnya dengan S1
menurut S2a17 agar siswa memperoleh materi dari sumber lain S2
memberikan rujukan di internet karena menurut S2 biasanya dari sini siswa
akan menemukan konsep dan bahasanya.
4. Paparan, Triangulasi
dan Analisis
Data Wawancara Langkah
Mengasosiasi
Data ini akan digunakan untuk mengetahui bagaimana subjek
menerima informasi tentang apa yang dimaksud dengan mengasosiasi,
bagaimana subjek memproses apa yang telah subjek terima kemudian
bagaimana subjek menganalisis serta membuat persepsi. Selanjutnya
bagaimana subjek membuat kesimpulan dari informasi tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71
a. Hasil Wawancara subjek 1
1) Wawancara pertama
Pa16
:
S1a16
:
Pa17
:
S1a17
:
Pa18
S1a18
:
:
Pa19
S1a19
:
:
Pa20
:
S1a20
:
Menurut Ibu bagaimana seharusnya kegiatan
mengasosiasi diterapkan?
Mengasosiasi merupakan cara untuk menambahkan
kedalaman informasi yang dimiliki siswa, mencari
solusi jika informasi satu dengan yang lainnya
bertentangan.
Cara apa yang Ibu gunakan supaya kegiatan tersebut
bisa terlaksana?
Disini berarti guru harus membuat siswa untuk
menemukan keterkaitan informasi yang mereka miliki
dan menemukan pola dari keterkaitan tersebut. Untuk
caranya saya cenderung memberikan pertanyaanpertanyaan yang memancing, akhirnya siswa berpikir
kearah konsepnya.
Mengapa Ibu memilih cara ini?
Karena dari pengalaman saya, untuk mengolah
informasi yang dikumpulkan oleh siswa guru harus
tetap memandu. Apabila informasi yang diperoleh
siswa guru harus cepat meluruskannya. Oleh karena itu
saya cenderung memberikan pertanyaan-pertanyaan.
Bagaimana Ibu menerapkan cara tersebut?
Bisa dengan LKS, LKS tersebut memuat pertanyaanpertanyaan.
Apakah pertanyaan-pertanyaan tersebut sama dengan
kegiatan menanya?
Tidak, karena pada kegiatan ini anak sudah melakukan
observasi, pertanyaannya cenderung ke sifat-sifat yang
telah di observasi.
2) Wawancara kedua subjek 1
Pb14
:
S1b14
:
Pb15
:
S1b15
:
Pb16
S1b16
:
:
Menurut Ibu bagaimana seharusnya kegiatan
mengasosiasi diterapkan?
Mengumpulkan beberapa informasi-informasi yang
dimiliki siswa, mencari solusi jika informasi satu
dengan yang lainnya bertentangan.
Cara apa yang Ibu gunakan supaya kegiatan tersebut
bisa terlaksana?
Dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang
memancing, akhirnya siswa berpikir kearah konsep.
Mengapa Ibu memilih cara ini?
Karena dari pengalaman saya, untuk mengolah
informasicommit
siswa belum
to usermampu mandiri jadi guru harus
tetap memandu.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72
Pb17
S1b17
:
:
Bagaimana Ibu menerapkan cara tersebut?
Bisa dengan LKS yang memuat pertanyaan-pertanyaan.
b. Triangulasi
Tabel 4.10. Tabel Triangulasi Subjek 1 pada kegiatan mengasosiasi
Cara otak
Menerima
Memproses
Menganalisis
Mempersepsi
Wawancara pertama
Mengasosiasi merupakan cara
untuk
menambahkan
kedalaman informasi yang
dimiliki siswa, mencari solusi
jika informasi satu dengan
yang lainnya bertentangan.
Memberikan
pertanyaanpertanyaan yang memancing,
akhirnya siswa berpikir kearah
konsepnya.
Wawancara kedua
Mengumpulkan beberapa
informasi-informasi yang
dimiliki siswa, mencari
solusi jika informasi satu
dengan
yang
lainnya
bertentangan.
Dengan
memberikan
pertanyaan-pertanyaan
yang memancing, akhirnya
siswa berpikir kearah
konsep.
Untuk mengolah informasi Karena dari pengalaman
yang dikumpulkan oleh siswa saya, untuk mengolah
guru harus tetap memandu.
informasi siswa belum
saya cenderung memberikan mampu mandiri jadi guru
harus tetap memandu.
pertanyaan-pertanyaan
yang
memancing
Menyimpulkan
Menggunakan LKS
Dengan
LKS
yang
memuat
pertanyaanpertanyaan.
Hasil triangulasi waktu pola pikir subjek 1 pada kegiatan mengasosiasi
Berdasarkan hasil wawancara pertama dan kedua maka diperoleh data valid
c. Analisis data (A4)
Dari paparan data di atas, menurut S1a16 Mengasosiasi merupakan
cara untuk menambahkan kedalaman informasi yang dimiliki siswa,
mencari solusi jika informasi satu dengan yang lainnya bertentangan. Dari
sini S1 harus berpikir cara apa yang memudahkan siswa, menurut S1a16
commit
to user siswa menemukan keterkaitan
terlebih dahulu guru harus
membuat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73
informasi yang mereka miliki dan menemukan pola dari keterkaitan
tersebut. Untuk caranya S1 cenderung memberikan pertanyaan-pertanyaan
yang memancing, yang bisa membuat siswa berpikir kearah konsep
matematika. Pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak sama dengan pertanyaan
yang ada di kegiatan menanya karena menurut S1a20 pada kegiatan ini anak
sudah melakukan observasi, pertanyaannya cenderung ke sifat-sifat yang
telah di observasi.
d. Hasil wawancara subjek 2
1) Wawancara pertama
Pa19
:
S2a19
:
Pa20
:
S2a20
:
Pa21
:
S2a21
Pa22
S2a22
:
:
:
Menurut Bapak apa yang dimaksud dengan kegiatan
mengasosiasi?
Kegiatan Mengasosiasi itu sama dengan menalar atau
mengolah
informasi.
Mengasosiasi
merupakan
pengelompokan beragam ide atau peristiwa untuk
menjadikan satu kesimpulan.
Cara apa yang Bapak gunakan supaya kegiatan ini bisa
terlaksana?
Caranya ya guru harus bisa menyatukan pendapat yang
dimiliki siswa. karena pengalaman atau ide dimiliki
oleh siswa bermacam macam, guru harus memberi
batasan-batasan apa yang dipelajari karena mayoritas
siswa mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah.
Dalam memberikan batasan-batasan tersebut bagaimana
cara Bapak melakukannya?
Dengan ceramah.
Mengapa ceramah pak?
Karena menurut saya siswa belum siap untuk diajak
berpikir dan menyimpulkan proses tadi. Pada tahapan
ini peran guru sangat penting, tulisan atau rangkuman
siswa harus jelas karena ketika siswa memperoleh ilmu
di kelas X sampai sejauh mana kekuatan ini dipakai
untuk kelas XII (UAN).
2) Wawancara kedua
Pb17
:
S2b17
:
Menurut Bapak apa yang dimaksud dengan kegiatan
mengasosiasi?
Kegiatan Mengasosiasi itu sama dengan menalar atau
mengolah
informasi.
Mengasosiasi
merupakan
commit
to
user
pengelompokan beragam ide atau peristiwa untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74
Pb18
:
S2b18
:
Pb19
:
S2b19
Pb20
S2b20
:
:
:
menjadikan satu kesimpulan.
Cara apa yang Bapak gunakan supaya kegiatan ini bisa
terlaksana?
Biasanya dari berbagai ide yang dimiliki siswa, guru
dan siswa bersama-sama menyatukan pendapat. Di
sini guru juga harus member batasan ilmu.
Dalam memberikan batasan-batasan tersebut bagaimana
cara Bapak melakukannya?
Dengan ceramah.
Mengapa ceramah pak?
Karena menurut saya pemikiran siswa itu berbeda-beda
sehingga saya perlu membuat btasan-batasan. Intinya
pada kegiatan ini guru harus menyatukan pendapat
siswa.
e. Triangulasi
Tabel 4.11. Tabel Triangulasi Subjek 2 pada kegiatan mengasosiasi
Cara otak
Menerima
Memproses
Menganalisis
Mempersepsi
Menyimpulkan
Wawancara pertama
Kegiatan Mengasosiasi itu sama
dengan menalar atau mengolah
informasi.
Mengasosiasi
merupakan
pengelompokan
beragam ide atau peristiwa untuk
menjadikan satu kesimpulan.
Guru harus bisa menyatukan
pendapat yang dimiliki siswa.
Karena menurut saya siswa belum
siap untuk diajak berpikir dan
menyimpulkan
Dengan ceramah.
Pada tahapan ini peran guru
sangat penting, tulisan atau
rangkuman siswa harus jelas
karena ketika siswa memperoleh
ilmu di kelas X sampai sejauh
mana kekuatan ini dipakai untuk
kelas XII (UAN).
Wawancara kedua
Mengasosiasi
merupakan
pengelompokan beragam ide
atau peristiwa untuk menjadikan
satu kesimpulan.
Biasanya dari berbagai ide yang
dimiliki siswa, guru dan siswa
bersama-sama
menyatukan
pendapat. Di sini guru juga
harus member batasan ilmu.
Dengan ceramah.
pemikiran siswa itu berbedabeda
sehingga
membuat
saya
perlu
batasan-batasan.
Intinya pada kegiatan ini guru
harus
menyatukan
pendapat
siswa.
Hasil triangulasi waktu pola pikir subjek 2 pada kegiatan mengasosiasi
Berdasarkan hasil wawancara pertama dan kedua maka diperoleh data valid
f. Analisis data (B4)
Menurut S2a19 Kegiatan Mengasosiasi itu sama dengan menalar
atau mengolah informasi. Mengasosiasi merupakan pengelompokan
commit
to user
beragam ide atau peristiwa
untuk
menjadikan satu kesimpulan. Pada
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75
kegiatan ini berdasarkan S2a20, guru harus menyatukan pendapat yang
dimiliki siswa, karena pengalaman atau ide dimiliki oleh siswa bermacam
macam, guru harus memberi batasan-batasan apa yang dipelajari karena
mayoritas siswa mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah. Menurut
S2a22, siswa belum siap untuk diajak berpikir dan menyimpulkan proses
tadi. Pada tahapan ini peran guru sangat penting, tulisan atau rangkuman
siswa harus jelas karena ketika siswa memperoleh ilmu di kelas X sampai
sejauh mana kekuatan ini dipakai untuk kelas XII (UAN). Oleh karena itu
menurut S2a22 penggunaan metode ceramah dirasa lebih tepat.
5. Paparan, Triangulasi
dan Analisis
Data Wawancara Langkah
Mengkomunikasikan
Data ini akan digunakan untuk mengetahui bagaimana subjek menerima
informasi tentang apa yang dimaksud dengan kegiatan mengkomunikasikan,
bagaimana subjek memproses apa yang telah subjek terima kemudian
bagaimana subjek menganalisis serta membuat persepsi. Selanjutnya
bagaimana subjek membuat kesimpulan dari informasi tersebut.
a. Hasil Wawancara
1) Wawancara pertama subjek 1
Pa21
:
S1a21
:
Pa22
S1a22
:
:
Pa23
S1a23
:
:
Pa24
:
S1a24
:
Menurut Ibu, apa yang dimaksud dengan kegiatan
mengkomunikasikan?
Siswa diminta untuk menceritakan hasil dari kegiatankegiatan sebelumnya, hasil dalam kegiatan ini nanti
bisa menjadi salah satu cara guru untuk menilai siswa,
baik secara berkelompok maupun individu.
Cara menceritakan hasilnya seperti apa bu?
Caranya bisa dengan presentasi. Jadi pada intinya
guru harus memberikan kesempatan kepada seluruh
siswa untuk menceritakan hasilnya.
Mengapa Ibu memilih menggunakan presentasi?
Karena dalam mengkomunikasikan kita harus bisa
mengetahui sampai sejauh mana siswa memahami
materi, dari presentasi nanti siswa lain bisa
menanggapi langsung
Apakah dalam proses pembelajaran seluruh siswa akan
presentasi?
commit to user
Tidak, karena proses pembelajaran dibatasi waktu.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76
Presentasi biasanya hanya dilakukan oleh perwakilan
kelompok saja. Presentasi itu memerlukan waktu yang
lama kalau waktunya sudah habis bisa dengan hanya
menukar hasil masing-masing kelompok dan
membahasnya bersama-sama.
2) Wawancara kedua subjek 1
Pb18
:
S1b18
:
Pb19
S1b19
Pb20
:
:
:
S1b20
:
Menurut Ibu, apa yang dimaksud dengan kegiatan
mengkomunikasikan?
Pemaparan hasil yang dilakukan oleh siswa bisa
dengan presentasi atau diskusi.
Cara menceritakan hasilnya seperti apa bu?
Caranya bisa dengan presentasi.
Apakah dalam proses pembelajaran seluruh siswa akan
presentasi?
Tidak, Biasanya kalau medianya LKS tidak selalu
presentasi, karena presentasi memerlukan waktu yang
lama jadi mungkin yang presentasi hanya 1 kelompok
saja
b. Triangulasi
Tabel 4.12. Tabel Triangulasi Subjek 1 pada kegiatan mengkomunikasikan
Cara otak
Menerima
Wawancara pertama
Menceritakan
hasil
dari
kegiatan-kegiatan sebelumnya.
Memproses
Caranya bisa dengan presentasi.
Menganalisis
Proses pembelajaran dibatasi
waktu.
Mempersepsi
Menyimpulkan
Presentasi itu memerlukan
waktu
yang
lama
kalau
waktunya sudah habis bisa
dengan hanya menukar hasil
masing-masing kelompok dan
membahasnya bersama-sama.
Wawancara kedua
Pemaparan
hasil
yang
dilakukan oleh siswa.
Saja
Caranya dengan presentasi.
Biasanya kalau medianya LKS
tidak selalu presentasi karena
waktunya kurang
Tidak
selalu
presentasi,
Biasanya kalau medianya LKS
tidak selalu presentasi, karena
presentasi memerlukan waktu
yang lama jadi mungkin yang
presentasi hanya 1 kelompok
saja
Hasil triangulasi waktu pola pikir subjek 1 pada kegiatan mengkomunikasikan
Berdasarkan hasil wawancara pertama dan kedua maka diperoleh data valid
c. Analisis data (A5)
Berdasarkan
mengkomunikasikan
S1a21
yang
dimaksud
dengan
kegiatan
commit
to user yang meminta siswa untuk
adalah
kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77
menceritakan hasil dari kegiatan-kegiatan sebelumnya, hasil dalam kegiatan
ini nanti bisa menjadi salah satu cara guru untuk menilai siswa, baik secara
berkelompok maupun individu. Jadi pada kegiatan ini guru harus memberi
kesempatan pada seluruh siswa untuk menceritakan apa yang telah
dipelajarinya. Menurut S1a22, presentasi tidak dilakukan dalam setiap
pertemuan karena proses pembelajaran dibatasi waktu. Presentasi biasanya
hanya dilakukan oleh perwakilan kelompok saja atau hanya dengan
menukar hasil masing-masing kelompok dan membahasnya bersama-sama.
d. Hasil wawancara subjek 2
1) Wawancara pertama
Pa23
:
S2a23
:
Pa24
S2a24
:
:
Pa25
S2a25
:
:
Pa26
:
S2a26
:
Menurut Bapak, apa yang dimaksud dengan kegiatan
mengkomunikasikan?
Mengkomunikasikan kalau menurut saya cenderung
pada pemaparan hasil yang bertujuan untuk
mengembangkan kemampuan berbahasa siswa. Dari
kegiatan ini kita juga bisa melihat kemampuan siswa
kita.
Cara pemaparan hasilnya seperti apa pak?
Ya siswa diminta untuk memaparkan hasilnya, bisa
dengan diskusi dalam kelas. Mengkomunikasikan itu
bisa dilakukan pada saat proses pembelajaran.
Mengapa Bapak memilih cara ini?
Ya saya berpikirnya dari tujuan pembelajaran yang
ingin
dicapai
dan
tujuan
dari
langkah
mengkomunikasikan sendiri
Jadi, kegiatan mengkomunikasikan tidak harus
dilakukan pada akhir kegiatan saintifik pak?
Tidak, akan lebih baik ketika disetiap langkah anak
sudah memaparkan apa yang diketahuinya.
2) Wawancara kedua subjek 2
Pb21
:
S2b21
:
Pb22
S2b22
:
:
Menurut Bapak, apa yang dimaksud dengan kegiatan
mengkomunikasikan?
Pemaparan hasil, pada saat memamaparkan hasil
biasanya akan ada diskusi lagi.
Cara pemaparan hasilnya seperti apa pak?
Ya siswa diminta untuk memaparkan hasilnya, bisa
dengan diskusi dalam kelas. Pemaparan ini biasanya
commit
to user
sudah saya
kendalkan
pada saat proses pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78
Pb23
:
S2b23
:
Mengapa
Bapak
melakukan
kegiatan
mengkomunikasikan di sela-sela pembelajaran?
Supaya pemikiran siswa lebih terarah kalau di akhir
pembelajaran biasanya siswa akan mengalami
kebingungan dan hal ini akan memakan waktu yang
lebih lama
e. Triangulasi
Tabel 4.13. Tabel Triangulasi Subjek 2 pada kegiatan mengkomunikasikan
Cara otak
Wawancara pertama
Wawancara kedua
Menerima
Pemaparan hasil
Pemaparan hasil
Memproses
Siswa
diminta
untuk Siswa diminta untuk
memaparkan hasil.
memaparkan hasil
Menganalisis
Saya berpikirnya dari tujuan Supaya
pemikiran
pembelajaran yang ingin dicapai siswa lebih terarah
dan tujuan dari langkah kalau
di
akhir
mengkomunikasikan sendiri
pembelajaran biasanya
Mempersepsi
Akan lebih baik ketika disetiap siswa akan mengalami
langkah
anak
sudah kebingungan dan hal
memaparkan
apa
yang ini akan memakan
waktu yang lebih
diketahuinya.
lama.
Menyimpulkan Mengkomunikasikan itu bisa Pemaparan
ini
dilakukan pada saat proses biasanya sudah saya
pembelajaran.
kendalkan pada saat
proses pembelajaran.
Hasil triangulasi waktu pola pikir subjek 2 pada kegiatan
mengkomunikasikan
Berdasarkan hasil wawancara pertama dan kedua maka diperoleh data valid
f. Analisis data wawancara (B5)
Berdasarkan S2a23 Mengkomunikasikan adalah pemaparan hasil
yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa siswa
sekaligus untuk melihat kemampuan siswa. Menurut S2a24 kegiatan
mengkomunikasikan itu bisa dilakukan pada saat proses pembelajaran atau
tidak memerlukan waktu sendiri. Hal ini dikarenakan menurut S2a25 akan
lebih baik ketika disetiap langkah siswa sudah memaparkan apa yang
diketahuinya.
commit to user
2) Data 2 (Paparan, Triangulasi dan Analisis Data Tindakan Guru)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79
1. Langkah Mengamati
a. Paparan
1) Hasil Observasi Subjek 1
a) S1 Mengajak siswa mengamati objek matematika yang berkaitan
dengan fenomena dalam kehidupan sehari-hari.
b) S1 Mengajak siswa mengamati objek matematika yang abstrak.
2) Catatan Lapangan
a) Subjek 1 sudah membentuk kelompok, masing-masing kelompok
terdiri dari 3-4 siswa.
b) Subjek 1 menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
c) Subjek 1 mengingatkan kembali cara-cara menggambar grafik
fungsi kuadrat dengan Tanya jawab.
d) Diawal pembelajaran subjek 1 membagikan LKS pada masingmasing kelompok.
e) Pada langkah mengamati subjek 1 meminta siswa untuk membaca
dan memahami masalah Ria dan menjawab pertanyaan no 1 dan no
6 pada LKS.
3) Observasi Subjek 2
a) S2 Mengajak siswa Mengamati objek matematika yang berkaitan
dengan fenomena dalam kehidupan sehari-hari.
b) S2 Mengajak siswa mengamati objek matematika yang abstrak.
4) Catatan lapangan subjek 2
a) Subjek 2 memberikan permasalahan dengan menuliskannya di
papan tulis, permasalahan tersebut berupa soal peluang yang
pernah muncul di UAN SMP.
b) Subjek
2
bertanya
tentang jawaban
yang
mungkin
dari
permasalahan yang ada.
c) Dengan Tanya jawab S2 mengarahkan siswa pada konsep peluang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80
b. Triangulasi
Berdasarkan hasil observasi S1 Mengajak siswa mengamati objek
matematika yang berkaitan dengan fenomena dalam kehidupan sehari-hari.
S1 juga mengajak siswa mengamati objek matematika yang abstrak. Hal ini
sesuai dengan catatan lapangan bahwa pada langkah ini S1 membagikan
LKS, di dalam LKS memuat pernyataan atau pertanyaan yang merminta
siswa untuk mengamati permasalahan-permasalahan baik pada objek
matematika yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari maupun
mengamati objek matematika yang abstrak berupa contoh dan bukan contoh.
Dengan demikian diperoleh data valid, bahwa pada langkah ini S1 mengajak
siswa mengamati objek matematika baik nyata maupun abstrak dengan
menggunakan contoh dan bukan contoh.
Berdasarkan observasi, S2 mengajak siswa mengamati objek
matematika yang berkaitan dengan fenomena dalam kehidupan sehari. S2
juga Mengajak siswa mengamati objek matematika yang abstrak. Hal ini
sesuai dengan catatan lapangan bahwa S2 memberi permasalahan yang
berkaitan dengan fenomena dalam kehidupan maupun permasalahan yang
bersifat abstrak. Dengan demikian diperoleh data valid bahwa pada langkah
mengamati dengan memberikan permasalahan-permasalahan yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari S2 meminta siswa untuk mengamatinya.
c. Analisis data (C1)
Dari paparan di atas, secara umum, S1 dan S2 memiliki pola pikir
yang sama. Sebelum langkah mengamati S1 melihat materi terlebih dahulu,
jika materi tidak bisa direpresentasikan dengan objek nyata maka S1 hanya
mengajak siswa untuk mengamati objek astrak dengan mengamati soal atau
gambar. Sedangkan pada materi yang bisa direpresentasikan dengan benda
nyata, S1 hanya menggunakan contoh atau permasalahan dan tidak
membawa benda nyata atau praktek di kelas. S1 memilih menggunakan
LKS yang memuat permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan seharihari. Begitu juga dengan S2, sebelum melakukan pengamatan S2 melihat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81
materi terlebih dahulu kemudian S2 memberi permasalahan yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari kemudian siswa diminta untuk mengamati.
2. Langkah Menanya
a. Paparan observasi
1) Subjek 1
a) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya pada guru atau
teman tentang materi matematika yang telah diamati.
b) Memancing siswa untuk bertanya.
c) Menciptakan suasana kelas yang mengundang rasa ingin tahu.
2) Catatan lapangan Subjek 1
a) Subjek 1 meminta siswa untuk menulis pertanyaan yang berkaitan
dengan masalah yang akan dipecahkan.
b) Siswa masih kesulitan membuat pertanyaan.
c) Subjek 1 memberikan pancingan-pancingan pertanyaan kepada
seluruh siswa supaya siswa lebih mencoba melakukan pengamatan
dan membuat siswa memunculkan pertanyaaan.
d) Subjek 1 berkeliling ke masing-masing kelompok untuk memberi
kesempatan siswa bertanya jika belum paham dengan pertanyaan yang
ada di LKS.
3) Observasi Subjek 2
a) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya pada guru atau
teman tentang materi matematika yang telah diamati.
b) Memancing siswa untuk bertanya.
c) Menciptakan suasana kelas yang mengundang rasa ingin tahu
4) Catatan lapangan Subjek 2
a) Beberapa siswa terlihat sedang berdiskusi dengan teman yang duduk
disampingnya.
b) Subjek 2 memberikan pancingan-pancingan pertanyaan kepada
seluruh siswa supaya siswa lebih aktif bertanya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
82
c) Subjek 2 langsung menanggapi pertanyan-pertanyan dari siswa dan
meminta siswa lain menanggapi pertanyaan temannya atau bertanya
dengan pertanyaan lain.
d) Subjek 2 membuat satu permasalahan, kemudian meminta anak untuk
membuat pertanyaan dari permasalahan tersebut.
b. Triangulasi
Pada langkah menanya, berdasarkan hasil observasi S1 memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya pada guru atau teman tentang
materi matematika yang telah diamati. S1 juga memancing siswa untuk
bertanya. Di dalam pembelajaran S1 menciptakan suasana kelas yang
mengundang rasa ingin tahu seluruh siswa. hal ini sesuai dengan catatan
lapangan bahwa S1 menggunakan LKS yang di dalamnya termuat
pernyataan yang membuat siswa untuk bertanya, S1 membentuk kelompokkelompok kecil yang tujuannnya untuk mengundang rasa ingin tahu pada
seluruh siswa. Dengan demikian diperoleh data valid bahwa dalam proses
pembelajaran S1 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
pada guru atau teman tentang materi matematika yang telah diamati.
Dengan pernyataan-pernyataan pancingan S1 memancing siswa untuk
bertanya. Di dalam pembelajaran S1 juga menciptakan suasana kelas yang
mengundang rasa ingin tahu seluruh siswa.
Sesuai dengan observasi, pada langkah ini S2 Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya pada guru atau teman tentang
materi matematika yang telah diamati. Memancing siswa untuk bertanya.
Menciptakan suasana kelas yang mengundang rasa ingin tahu. Berdasarkan
catatan lapangan juga diperleh data bahwa pada langkah ini untuk
memancing siswa bertanya S2 memberikan pertanyaan terlebih dahulu. S2
membuat kelompok-kelompok kecil dan meminta siswa untuk berdiskusi
atau bertanya pada temannya. Dengan demikian dapat diperoleh data valid
bahwa untuk untuk membuat siswa bertanya subjek 2 memberikan
pancingan-pancingan sedangkan untuk membuat lebih banyak siswa
commit
to user
bertanya subjek 2 meminta siswa
untuk
berdiskusi dengan temannya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83
c. Analisis data (C2)
Berdasarkan paparan di atas diperoleh data, bahwa S1 membuat
pernyataan atau pertanyaan yang bisa membuat siswa terpancing, S1
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya pada guru atau teman
tentang materi matematika yang telah diamati. Di dalam pembelajaran S1
membentuk kelompok, hal ini dimaksudkan untuk menciptakan suasana
kelas yang mengundang rasa ingin tahu seluruh siswa. Sedangkan pada
langkah menanya S2 memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk
bertanya pada guru, jika siswa belum bertanya S2 meminta siswa untuk
bertanya pada teman tentang materi matematika yang telah diamati. Supaya
siswa bertanya S2 juga memberikan pancingan dengan memberikan contohcontoh permasalahan yang di alami siswa atau kejadian disekitar siswa.
3. Langkah Eksperimen/Mengumpulkan Informasi
a. Paparan observasi
1) Subjek 1
a) Membimbing siswa untuk membiasakan diri berkreasi dan berinovasi
menerapkan dan memperdalam pengetahuan atau keterampilan yang
telah dipelajari bersama guru.
b) Meminta siswa untuk mencari informasi dari berbagai sumber.
c) Dalam pembelajaran memuat proses analisis, mengolah dan
mengajukan dugaan.
2) Catatan Lapangan subjek 1
a) Subjek 1 meminta siswa untuk mengerjakan aktivitas no 8,9,13 dan 14
pada LKS.
b) Siswa membaca sumber belajar yang diberikan sekolah yaitu buku
matematika SMA kelas X dan mencari referensi lain di internet.
c) Siswa mengerjakan pertanyaan-pertanyaan yang ada di LKS dengan
masing-masing kelompok.
d) Subjek 1 meminta siswa untuk melakukan aktivitas pada LKS no 10,
15.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84
3) Observasi Subjek 2
a) Membimbing siswa untuk membiasakan diri berkreasi dan berinovasi
menerapkan dan memperdalam pengetahuan atau keterampilan yang
telah dipelajari bersama guru
b) Meminta siswa untuk mencari informasi dari berbagai sumber.
c) Dalam pembelajaran memuat proses analisis, mengolah dan
mengajukan dugaan.
4) Catatan lapangan subjek 2
a) Subjek 2 meminta siswa untuk mencoba mengerjakan permasalahan
yang di berikan di bukunya masing-masing.
b) Subjek 2
membolehkan
siswa
yang ingin
mengetahui
cara
mengerjakan soal dengan bertanya kepada teman disampingnya atau
dengan mencari di intenet.
b. Triangulasi
Berdasarkan observasi, S1 Membimbing siswa untuk membiasakan
diri berkreasi dan berinovasi menerapkan dan memperdalam pengetahuan
atau keterampilan yang telah dipelajari bersama guru. S1 meminta siswa
untuk mencari informasi dari berbagai sumber. Dalam pembelajaran
memuat proses analisis, mengolah dan mengajukan dugaan. Hasil tersebut
sesuai dengan catatan lapangan, pada langkah ini S1 menggunakan LKS
yang isinya memuat langkah-langkah eksperimen. Sedangkan untuk proses
mengumpulkan informasi selain dengan buku siswa S1 meminta siswa
untuk browsing di internet. Dengan demikian dapat diperoleh data valid
bahwa pada langkah eksperimen S1 membuat LKS dan untuk memperoleh
informasi S1 membolehkan siswa untuk memperoleh dari mana saja,
biasanya S1 menyarankan untuk browsing di internet.
Berdasarkan hasil observasi, dalam pembelajaran di kelas S2
memuat proses analisis, mengolah dan mengajukan dugaan. Sejalan dengan
hasil catatan lapangan S2 bersama siswa mengeksplorasi dari apa yang
sudah dimiliki siswa bisa berdasarkan teori, S2 memberi beberapa macam
commit
to user
contoh soal dan meminta anak
untuk
menyelesaikannya. Dengan demikian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
85
dapat diperoleh data valid bahwa pada langkah eksperimen S2 lebih
mengeksplorasi dari apa yang sudah dimiliki siswa. Sedangkan untuk
memperoleh informasi lain berdasarkan hasil observasi dan catatan
lapangan, S2 memberi rujukan materi di internet.
c. Analisis data (C3)
Dari paparan di atas, maka dapat dijelaskan bahwa pada langkah
eksperimen S1 membuat LKS, dengan kelompoknya siswa diminta
mengerjakan LKS, pada langkah ini siswa terlihat sangat aktif dan sesekali
S1 mendatangi masing-masing kelompok. Jika ada pertanyaan di LKS yang
membuat siswa tidak bisa, siswa memanggil S1 untuk menanyakan
bagaimana cara mengerjakannnya, akan tetapi S1 tidak langsung memberi
jawaban, S1 memberi clue dengan pernyataan-pernyataan dan meminta
siswa untuk mencari informasi lain dari internet. Sedangkan pada langkah
ini S2 lebih memilih mengeksplorasi permasalahan sesuai dengan apa yang
telah dimiliki siswa, S2 memberikan beberapa macam contoh soal, meminta
siswa untuk menganalisis dan mengajukan dugaan, jika siswa mengalami
kesulitan S2 meminta siswa untuk browsing materi di internet
4. Langkah Mengasosiasi
a. Paparan observasi
1) Observasi Subjek 1
a) Membimbing siswa menemukan pola dari keterkaitan informasi
b) Membimbing siswa menarik simpulan dari fenomena khusus untuk
hal-hal yang bersifat umum.
2) Catatan lapangan subjek 1
a) Selama siswa bekerja, subjek 1 memperhatikan dan mendorong semua
siswa untuk terlibat diskusi dan mengarahkan bila ada kelompok yang
melenceng jauh dari jawabannya.
b) Subjek 1 meminta siswa melakukan aktivitas pada LKS no 11, 12, 15,
16.
c) Subjek 1 sebagai fasilitator dalam kegiatan mengasosiasi, ketika siswa
commit
to user subjek 1 memberikan pertanyaan
masih kesulitan mengolah
informasi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
86
ataupun menjawab pertanyaan dari siswa kemudian mengarahkan
jawaban mereka.
d) Subjek 1 meminta siswa melakukan aktivitas no 17 pada LKS.
3) Observasi Subjek 2
a) Membimbing siswa menemukan pola dari keterkaitan informasi
b) Membimbing siswa menarik simpulan dari fenomena khusus untuk
hal-hal yang bersifat umum
4) Catatan lapangan subjek 2
a) Subjek 2 meminta siswa untuk berdiskusi dengan temannya.
b) Dengan Tanya jawab guru mengarahkan semua siswa pada
kesimpulan mengenai permasalahan tersebut.
c) Subjek 2 meminta siswa untuk menemukan konsep berapa jumlah
himpunan bagian dari suatu himpunan.
b. Triangulasi
Berdasarkan hasil observasi, untuk langkah mengasosiasi subjek
Membimbing
siswa
menemukan
pola
dari
keterkaitan
informasi
Membimbing siswa menarik simpulan dari fenomena khusus untuk hal-hal
yang bersifat umum, Hal ini sesuai dengan catatan lapangan, subjek 1
memberikan LKS kepada siswa dan di dalamnya sudah ada panduan untuk
menyimpulkan, menemukan pola dari informasi satu dengan informasi
lainnya menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah ke konsep
Dengan demikian dapat diperoleh data valid bahwa pada langkah
mengasosiasi, subjek 1 Membimbing siswa menemukan pola dari
keterkaitan informasi, membimbing siswa menarik simpulan dari fenomena
khusus untuk hal-hal yang bersifat umum dengan member pertanyaanpertanyaan.
Berdasarkan observasi pada subjek 2, pada langkah ini subjek juga
membimbing
siswa
menemukan
pola
dari
keterkaitan
informasi,
membimbing siswa menarik simpulan dari fenomena khusus untuk hal-hal
yang bersifat umum. Hal ini sesuai dengan catatan lapangan, pada langka ini
commit
to user
subjek 2 membimbing siswa
untuk
menyimpulkan apa yang dipelajari,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
87
subjek 2 memberikan batasan-batasan pokok pembelajaran dan lebih
menjelaskan lagi konsep yang sudah dimiliki siswa. Dengan demikian dapat
diperoleh data valid bahwa pada langkah mengasosiasi subjek 2
membimbing siswa menemukan pola dari keterkaitan dari berbagai
informasi dengan memberikan batasan-batasan atau panduan-panduan
supaya siswa bisa menyimpulkan dengan benar.
c. Analisis data (C4)
Pada langkah mengasosiasi, subjek 1 memberi pertanyaan ,
pertanyaan tersebut termuat di LKS dan siswa diminta untuk mengerjakan
sesuai LKS. Dari beberapa pertanyaan siswa diminta untuk membuat atau
menemukan konsep sendiri. subjek 1 Membimbing siswa menemukan pola
dari keterkaitan informasi, membimbing siswa menarik simpulan dari
fenomena khusus untuk hal-hal yang bersifat umum dengan member
pertanyaan-pertanyaan. Sedangkan S2 memberi bantuan siswa untuk
menemukan pola dari keterkaitan contoh-contoh soal dari berbagai
informasi, untuk menyimpulkan S2 memberikan batasan-batasan atau
panduan-panduan
5. Langkah Mengkomunikasikan
a. Paparan observasi
1) Observasi subjek 1
a) Membimbing seluruh siswa agar dapat bekerja sama dalam kelompok
tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, status sosial dan
status ekonomi.
b) Memberikan perhatian yang sama kepada semua siswa.
c) Memberi kesempatan kepada siswa untuk berbeda pendapat.
d) Menghargai pendapat siswa tanpa membedakan suku, agama, ras,
golongan, status social, dan status ekonomi.
2) Catatan lapangan Subjek 1
a) Subjek 1 meminta masing-masing kelompok untuk menukar jawaban.
b) Subjek 1 bersama-sama siswa melakukan diskusi kelas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
88
c) Subjek 1 Membimbing seluruh siswa agar dapat bekerja sama dalam
kelompok.
d) Subjek 1 meminta masing-masing kelompok untuk menukar jawaban.
e) Subjek 1 menujuk salah satu siswa, karena ketika diminta untuk
mempresentasikan tidak ada yang langsung bersedia presentasi.
f) Subjek 1 bersama siswa menyimpulkan hal-hal yang mempengaruhi
perbedaan karakteristik grafik fungsi kuadrat dengan Tanya jawab.
3) Observasi subjek 2
a) Membimbing seluruh siswa agar dapat bekerja sama dalam kelompok
tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, status sosial, dan
status ekonomi
b) Memberikan perhatian yang sama kepada semua siswa
c) Memberi kesempatan kepada siswa untuk berbeda pendapat.
d) Menghargai pendapat siswa tanpa membedakan suku, agama, ras,
golongan, status sosial dan status ekonomi.
4) Catatan lapangan Subjek 2
a) Subjek 2 meminta siswa yang sudah menemukan jawaban untuk
menuliskan jawabannya di papan tulis, setelah menulis siswa diminta
untuk menjelaskan hasilnya kepada teman-temannya.
b) Subjek 2 mempersilahkan siswa lain yang mempunyai jawaban
berbeda untuk menuliskan jawabannya dan menjelaskannya.
c) Subjek 2 mengajak seluruh siswa untuk mendiskusikan jawaban yang
ditulis teman mereka sambil meminta siswa untuk menganalisis
perbedaan jawaban tersebut.
d) Subjek 2 menyimpulkan hasil jawaban yang benar dan kemudian
menggeneralisasikan soal untuk masalah-masalah yang lain.
b. Triangulasi
Berdasarkan hasil observasi, S1 membimbing seluruh siswa agar
dapat bekerja sama dalam kelompok, memberikan perhatian yang sama
commit
to user
kepada semua siswa, memberi
kesempatan
kepada siswa untuk berbeda
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
89
pendapat. S1 juga menghargai pendapat siswa tanpa membedakan suku,
agama, ras, golongan, status sosial dan status ekonomi. Hal ini sesuai
dengan catatan lapangan bahwa dengan berdiskusi S1 memberi kebebasan
pada siswa untuk mengeluarkan pendapat. Bersama seluruh siswa S1
melakukan diskusi kelas. Dengan demikian dapat diperoleh data valid
bahwa pada langkah mengkomunikasikan dengan diskusi subjek 1
membimbing seluruh siswa, memberikan perhatian yang sama, memberikan
kesempatan berpendapat yang sama. menggunakan presentasi tetapi tidak di
setiap pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi, pada langkah mengkomunikasikan
subjek 2 membimbing seluruh siswa agar dapat bekerja sama dalam
kelompok, memberikan perhatian yang sama kepada semua siswa, memberi
kesempatan kepada siswa untuk berbeda pendapat. Subjek 2 juga
menghargai pendapat siswa tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan,
status sosial dan status ekonomi. Hal ini sesuai dengan catatan di lapangan
bahwa dalam mengkomunikasikan hasil subjek 2 membolehkan semua
siswa untuk memaparkan sesuatu yang sudah diketahui atau ditemukan
siswa. pada langkah mengkomunikasikan subjek 2 mengendalikannya pada
saat proses pembelajaran, subjek 2 tidak menyediakan waktu khusus, subjek
2 mengkomunikasikan hasil di tengah-tengah pembelajaran terkadang juga
di akhir pembelajaran. Dengan demikian pada langkah mengkomunikasikan
diperoleh data valid bahwa subjek 2 membentuk kelompok dan memberi
kesempatan kepada seluruh siswa untuk memaparkan hasil temuan.
c. Analisis data (C5)
Pada langkah mengkomunikasikan subjek 1 meminta siswa untuk
menukar hasil kelompoknya dengan kelompok lain kemudian bersama siswa
S1 melakukan diskusi untuk menyimpulkan hal-hal yang mempengaruhi
karakteristik grafik fungsi kuadrat. subjek 1 membimbing seluruh siswa,
memberikan perhatian yang sama, memberikan kesempatan berpendapat
yang sama, menggunakan presentasi tetapi tidak di setiap pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
90
Sedangkan subjek 2 pada langkah ini memberi kesempatan kepada
seluruh siswa untuk
memaparkan hasil
temuannya. S2
memberi
penghargaan pada kelompok maupun individu yang aktif mengikuti proses
pembelajaran.
B. Pembahasan
Disajikannya deskripsi subjek penelitian dimaksudkan untuk menunjukkan
keotentikan penelitian lapangan (field research) yang peneliti tetapkan. Dengan
kata lain, asal perolehan data ini dapat dipertanggungjawabkan. Dari hasil
penelitian, baik guru laki-laki dan perempuan sudah menerapkan pembelajaran
yang bersifat cooperative learning yang menjadi syarat pelaksanaan kurikulum
2013. Slavin (2005:8) mendefisikan cooperative learning sebagai suatu macam
srategi pembelajaran dimana para siswa akan duduk bersama dalam kelompok
beranggotakan empat orang untuk mengamati
materi yang disampaikan oleh
guru.
Berdasarkan Permendikbud (2013) Proses pembelajaran pada Kurikulum
2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah
(scientific). Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam
proses pembelajaran meliputi menggali informasi melalui pengamatan, bertanya,
percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau
informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan,
dan mencipta.
Berikut pola pikir guru wanita dan laki-laki dalam menerapkan pendekatan
saintifik pada proses pembelajaran matematika.
1. Pola pikir guru wanita dalam menerapkan pendekatan saintifik pada
proses pembelajaran matematika.
Kegiatan pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik dimulai
dari kegiatan mengamati. Menurut guru wanita pada kegiatan mengamati guru
harus memberikan kesempatan pada seluruh siswa untuk melakukan kegiatan
mendengar, melihat, membaca dan melatih siswa untuk memperhatikan sesuatu
userdengan Permendikbud 81a Tahun
yang penting dari suatu objek. commit
Hal ini to
sesuai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
91
2013 dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan bervariasi
kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan
menyimak, mendengar dan membaca. Sebelum kegiatan mengamati guru harus
menentukan cara yang tepat supa ya semua siswa terlibat dalam pembelajaran.
guru wanita memilih menggunakan contoh dan bukan contoh, memberikan
sebuah permasalahan yang kemudian siswa diminta mencari pemecahannya
dan siswa juga diminta membaca sumber belajar yang digunakan dalam
pembelajaran.
Objek yang digunakan oleh guru wanita dalam kegiatan pengamatan
adalah objek yang bersifat abstrak. Dalam buku materi pelatihan kurikulum
2013 menjelaskan bahwa objek matematika yang dipelajari dalam matematika
adalah buah pikiran manusia, sehingga bersifat abstrak. Mengamati objek
matematika dapat dikelompokkan dalam dua macam kegiatan yang masingmasing mempunyai ciri berbeda, yaitu: (a) Mengamati fenomena dalam
lingkungan kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan objek matematika
tertentu, (b) Mengamati objek matematika yang abstrak. Jadi apa yang
dilakukan oleh guru wanita sudah sejalan dengan langkah mengamati yang
diharapkan pada kurikulum 2013.
Setelah memberikan permasalahan yang diamati, guru wanita
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, namun dalam kegiatan
ini siswa masih kurang aktif, guru masih menjadi pusat pembelajaran. Untuk
memotivasi siswa yang dilakukan guru yakni memberikan pertanyaan
pancingan dan kemudian guru menunjuk salah satu siswa untuk bertanya atau
sekedar mengemukakan gagasan dan pendapatnya, pancingan seperti itu dapat
membuat siswa yang lain akhirnya berani dan mampu mengeluarkan pendapat
yang mereka tentang pemecahan masalah yang diberikan. Dengan itu pula
komunikasi antar guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa dapat
berjalan lebih baik sehingga dapat pula menciptakan suasana kelas yang
mengundang rasa ingin tahu. Pada kegiatan menanya guru wanita masih
mengalami kesulitan untuk membuat anak mengungkapkan pendapatnya.
commit
to adanya
user keterbatasan waktu dan materi
Menurut guru wanita kendalanya
adalah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
92
yang harus disampaikan banyak maka tidak semua siswa dapat mengemukakan
pendapatnya dan berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran.
Kegiatan menanya berjalan tidak begitu maksimal, siswa belum mampu
mandiri atau pembelajaran belum berpusat pada peserta didik dan karena
terbatasnya waktu. Hasil di atas tidak sesuai dengan Permendikbud No. 69
Tahun 2013 yang menyatakan bahwa pola pikir dalam menerapkan
pembelajaran harus berubah, pola pembelajaran yang berpusat pada guru
menjadi pembelajaran berpusat pada siswa. pola pembelajaran pasif menjadi
pembelajaran kritis.
Pada
kegiatan
berikutnya
yakni
mengumpulkan
informasi,
mengumpulkan informasi berarti siswa harus mencari dan mengumpulkan
informasi tentang materi yang dipelajari, siswa tidak menunggu apa yang akan
disampaikan guru. Pada kegiatan ini guru tidak mengalami kesulitan karena
siswa sudah memiliki sumber belajar yang memadai, semua siswa sudah
memiliki media baik buku maupun media untuk internet. Selain dari buku
siswa pada kegiatan ini guru memang menyarankan pada siswa untuk mencari
informasi di internet. Berdasarkan Kemendikbud pemanfaatan internet
sangat dianjurkan dalam pembelajaran atau kelas kolaboratif. Karena
internet merupakan salah satu jejaring pembelajaran dengan akses dan
ketersediaan informasi yang luas dan mudah.
Saat ini internet telah
menyediakan diri sebagai referensi yang murah dan mudah bagi siswa atau
siapa saja yang hendak mengubah wajah dunia.
Langkah berikutnya yakni mengasosiasi, menurut guru wanita
mengasosiasi adalah cara untuk menambahkan kedalaman informasi yang
dimiliki siswa, mencari solusi jika informasi satu dengan yang lainnya
bertentangan. Guru harus membuat siswa menemukan keterkaitan antara
informasi satu dengan informasi lain kemudian meminta siswa untuk
menemukan pola dari keterkaitan tersebut. Ketika materi dirasa sulit guru harus
memberikan clue atau memberikan bantuan agar siswa mampu mengolah
informasi-informasi yang telah ditemukan. Pada kegiatan ini, proses
commit
to hanya
user sebagai fasilitator. Berdasarkan
pembelajaran berpusat pada siswa
guru
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
93
uraian diatas, dapat diketahui bahwa guru wanita sudah membuat situasi siswa
lebih aktif daripada guru. hal tersebut sesuai dengan Kemendikbud 2013.
Pada langkah menganalisis, mengevaluasi dan mengkomunikasikan,
pada materi seperti persamaan fungsi kuadrat guru wanita harus menunjuk
salah satu untuk menunjukan pemecahan dari permasalahan yang diberikan dan
memintanya untuk menjelaskan alasannya. Dengan seperti itu siswa yang lain
menjadi lebih berani bertanya dan menyampaikan hasil pengamatan dan
analisis mereka terhadap permasalahan matematika yang diberikan. Secara
tidak langsung sikap dalam belajar telah ditanamkan guru dengan pendekatan
ilmiah, hal tersebut juga sudah sesuai dengan kurikulum 2013.
2. Pola pikir guru laki-laki dalam menerapkan pendekatan saintifik pada
proses pembelajaran matematika
Kegiatan pertama dalam pendekatan saintifik adalah kegiatan
mengamati. Sebelum proses mengamati guru harus menentukan objek apa yang
akan diamati. Objek dalam matematika tidak harus membawa benda nyata
karena menurut guru laki-laki banyak materi yang dipelajari di kelas X sudah
pernah siswa pelajari di jenjang sebelumnya. Hal ini tidak bertentangan dengan
konsep kegiatan mengamati yang di anjurkan oleh Kemendikbud, yaitu
langkah pertama dalam kegiatan mengamati adalah menentukan objek apa
yang akan di observasi.
Kegiatan kedua yaitu kegiatan menanya, guru laki-laki berpikir bahwa
konsep menanya pada pendekatan saintifik bukan pertanyaan yang diberikan
guru untuk siswa melainkan siswa yang bertanya. Berarti
guru harus
memfasilitasi siswa supaya bertanya, guru harus mempunyai cara-cara yang
tepat. Untuk membangkitkan kemauan bertanya siswa secara lisan, guru lakilaki membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Karena dengan membagi
menjadi beberapa kelompok, siswa yang biasanya tidak bertanya akan bertanya
pada temannya yang sudah paham. Selain itu, biasanya memancing dari
beberapa topik, beberapa kejadian kemudian dipecahkan dengan pemikiran
siswa. Pada kegiatan menanya siswa mengalami kesulitan sehingga diawali
commitpada
to user
dengan guru bertanya kepada siswa,
saat itu pula guru membimbing atau
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
94
memandu siswa dan memberi dorongan agar siswa bertanya. Hal ini sudah
sejalan dengan pernyataan Chambers (2007) pemberian scaffolding atau
„pengungkit‟ bisa memaksimalkan ZPD (Zone Proximal Development) yang
ada pada siswa.
Selanjutnya kegiatan mengumpulkan informasi, siswa harus menggali
informasi sendiri, selain membaca siswa bisa melakukan ujicoba atau
eksperimen. Guru dengan siswa harus bersama-sama mengeksplorasi apa yang
sudah dimiliki atau dipahami siswa. Internet juga digunakan guru laki-laki
sebagai bahan rujukan siswa karena menurut guru laki-laki biasanya dari
internet siswa akan menemukan konsep dan bahasanya.
Kegiatan berikutnya Mengasosiasi, pada kegiatan mengasosiasi guru
harus menyatukan pendapat yang dimiliki siswa, karena pengalaman atau ide
dimiliki oleh siswa bermacam macam, guru harus memberi batasan-batasan
apa yang dipelajari metode ceramah dipilih oleh guru laki-laki karena siswa
belum siap untuk diajak berpikir dan menyimpulkan proses tadi. Pada tahapan
ini peran guru sangat penting, tulisan atau rangkuman siswa harus jelas karena
ketika siswa memperoleh ilmu di kelas X sampai sejauh mana kekuatan ini
dipakai untuk kelas XII (UAN).
Pada guru laki-laki pada proses mengkomunikasikan dilakukan di
beberapa langkah pembelajaran misalnya dalam langkah eksperimen guru lakilaki sudah meminta anak untuk memaparkan hasil pengamatannya. Hal
tersebut tidak bertentangan dengan konsep pendekatan Saintifik karena pada
langkah ini yang terpenting adalah siswa menceritakan apa yang telah
ditemukan.
Dari hasil penelitian, apabila dilihat dari nilai dan tingkah laku tampak
perbedaan pola pikir antara guru laki-laki dan perempuan. Jadi, gender
mempengaruhi pola pikir guru dalam menerapkan pendekatan saintifik. Perbedaan
gender guru berpengaruh pada pemilihan strategi pemecahan masalah. Secara
keseluruhan pola pikir guru perempuan dan guru laki-laki sudah mengalami
pergeseran, mengubah pola pikir pembelajaran yang belum menerapkan
commit toyang
usermenerapkan pendekatan saintifik.
pendekatan saintifik dengan pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
95
Berarti baik guru perempuan dan guru laki-laki memiliki cita-cita yang tinggi,
memiliki impian besar dan memiliki visi yang jauh kedepan untuk diraih karena
sudah menerima perubahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Muhammad Yunus
(2014: 199) bahwa “pola pikir yang usang harus dirubah dan diganti dengan pola
pikir baru yang lebih baik. keberanian untuk berubah merupakan kunci untuk
meraih keunggulan dan kesuksesan.”
Guru perempuan dan laki-laki mengalami kendala dalam menerapkan
pendekatan saintifik. Karena pendekatan saintifik masih baru bagi siswa
khususnya pada mata pelajaran matematika. Guru masih belum bisa menerapkan
pendekatan saintifik yang sesuai dengan Kurikulum 2013. Perubahan pola pikir
pada prosesnya selalu mengalami kesulitan, baik guru laki-laki maupun guru
perempuan sudah berusaha melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan
pendekatan saintifik, tetapi hasilnya masih belum sesuai dengan yang diharapkan.
Menurut Muhammad Yunus (2014: 200)
bahwa “Perubahan pola pikir bisa
dirubah melalui proses membiasakan diri”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1) Pola pikir guru wanita dalam menerapkan pendekatan saintifik pada proses
pembelajaran matematika.
Guru wanita sudah menerapkan pendekatan Saintifik. Pada proses
pengamatan guru wanita lebih memilih menggunakan contoh dan contoh
terkait dengan materi kemudian guru wanita akan meminta anak untuk
mengamati dan kemudian mengklasifikasikan contoh tersebut berdasarkan
ciri-ciri yang hampir sama. Jadi objek yang dipilih adalah objek
matematika yang bersifat abstrak.
Guru wanita mengalami kesulitan dalam langkah menanya. Untuk
menyelesaikan masalah ini guru wanita biasanya memancing siswa dengan
pernyataan-pernyataan atau dengan pertanyaan pancingan. Pada langkah
eksperimen guru wanita membuatkan pertanyaan yang bersifat memandu,
Misalnya dengan membuat LKS. Untuk mengumpulkan informasi, guru
wanita memilih internet untuk menjadi referensi siswa.
Pada kegiatan mengasosiasi guru wanita cenderung memberikan
pertanyaan-pertanyaan yang memancing, akhirnya siswa berpikir kearah
konsepnya. Pada langkah mengkomunikasikan guru wanita cenderung
melakukan presentasi, walaupun presentasi memerlukan waktu yang lama.
2) Pola pikir guru laki-laki dalam menerapkan pendekatan saintifik pada
proses pembelajaran matematika.
Pada langkah mengamati guru laki-laki lebih memilih menggunakan
pendekatan dari apa yg telah dipelajari anak, membahas problemaproblema yang pernah dialami siswa. Untuk membangkitkan kemauan
bertanya siswa secara lisan guru laki-laki membagi siswa menjadi
beberapa kelompok, menurut guru laki-laki mungkin bahasa guru dengan
bahasa teman sebaya itu berbeda. Selain itu dalam kelompok akan banyak
commit to user
ide, siswa yang satu bisa melengkapi
yang lainnya.
96
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
97
Selanjutnya pada kegiatan mengasosiasi menurut guru laki-laki tugas
guru harus menyempurnakan dan memberi tahu darimana konsep-konsep
matematika yang dimiliki siswa berasal. Sedangkan pada kegiatan
mengkomunikasikan guru laki-laki menyisipkan langkah ini pada proses
menanya dan eksperimen. Jadi langkah ini tidak harus dilakukan pada
akhir pembelajaran. Dalam mengkomunikasikan siswa diminta untuk
memaparkan hasil yang telah diperoleh.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pola pikir guru dalam
menerapkan pendekatan saintifik yang telah dilakukan, dapat dikemukakan
implikasi teoritis dan implikasi praktis sebagai berikut.
1. Implikasi Teoritis
Secara
teoritis
dapat
diungkapkan
bahwa
penelitian
ini
menggambarkan pola pikir guru laki-laki dan guru wanita dalam
menerapkan pendeatan saintifik pada pembelajaran matematika. Dari hasil
penelitian tampak bahwa baik guru wanita maupun laki-laki masih
mengalami kendala dalam menerapkan pendekatan saintifik khususnya
pada kegiatan menanya. Hasil ini dapat digunakan sebagai inspirasi dan
dasar penelitian selanjutnya dengan sudut peninjauan atau jenjang
pendidikan yang mungkin saja berbeda. Hasil dari penelitian ini juga dapat
digunakan untuk melakukan penelitian pengembangan berdasarkan
temuan-temuan yang diperoleh dalam penelitian ini.
2. Implikasi Praktis
Berdasarkan hasil penelitian tampak bahwa terdapat perbedaan pola
pikir guru laki-laki dan guru wanita dalam menerapkan pendekatan
saintifik. Akan tetapi perbedaannya tidak terlalu signifikan, Hasil
penelitian dapat digunakan sebagai masukan bagi pendidik dan calon
pendidik untuk menerapkan pendekatan saintifik sehingga dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
98
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, dapat disampaikan saran
sebagai berikut.
1. Bagi guru
a. Guru harus berusaha menyesuaikan pola pikir yang sesuai dengan
Kurikulum yang digunakan.
b. Guru harus mampu memberikan motivasi yang baik, sehingga minat
siswa untuk bertanya meningkat dan memiliki sikap belajar yang
baik, serta menumbuhkan rasa ingin tahu.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Kepada peneliti selanjutnya hendaknya melaksanakan penelitian pada
jenjang pendidikan yang berbeda dengan memperluas faktor-faktor lain
yang mempengaruhi proses pembelajaran. Hal tersebut dilakukan
supaya proses pemebelajaran matematika di kelas berjalan lebih baik
tanpa adanya kendala yang berarti.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
99
DAFTAR PUSTAKA
Bimbola, O and Daniel, O .2009. Preservice; Nigerian science teachers‟
conceptions of integrated science. Educational Research and Review.
Vol. 4 (7), pp. 340-344
Bilesanmi, A.J and Daniel, O.2012. Effectiveness of Cooperative Learning
Strategies on Nigerian Junior Secondary Students‟ Academic
Achievement In Basic Science. British Journal of Education, Society &
Behavioural Science, 2(3): 307-325
Chambers, Paul. 2007. Teaching Mathematics: Developing as A Reflective Secondary
Teacher, Thousand Oaks, CA: Sage Publication Inc.
Charalambos Y.C.2008.Tracing the development of preservice teachers’ efficacy
beliefs in teaching mathematics during fieldwork. Educ Stud Math
67:125–142
Discovery Education.2006.Scientific Method. Diambil pada tanggal 24 September
2013 jam 08.05 dari
http://school.discovery.com/sciencefaircentral/scifairstudio/handbook/
scientificmethod.html
Efklides, A & Papadaki, M. 1999. Individual differences in school mathematics
performance and feelings of difficulty: The effects of cognitive ability,
affect, age, and gender. European Journal of Psychology of Education,
Vol. XlV. n" 1,57-69
Eko Yuliandri. 2008. Program Kurikulum. (http://sman1belitang.com). Diakses
29 Agustus 2013 jam 17.11.
Prayudi. 2007. Proses dan Tahapan Belajar. (http://fitria95.wordpress.com).
Diakses 2 Oktober 2013 jam 10.52
Goodwin, S & Ostrom, L. 2009. Gender Differences in Mathematics Self-Efficacy
and Back Substitution in Multiple-Choice Assessment. Journal of Adult
Education Volume 38, Number 1, Page 22-42
http://layananptk.wordpress.com/2013/07/02/perbedaan-esensial-ktsp-dankurikulum-2013/
http://pendidikansosiologiumm.blogspot.com/2013/09/teori-nature-dalamgender.html
Huang, G. 2006. Informal Forum:
Fostering
commit
to user Active Learning In a Teacher
Preparation Program. Journal of Education. Vol. 127 n1, page 31-38. .
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
100
Jancirani, D. 2012. A Study on Scientific Attitude of Adolescence Students in
Namakkal District. International Educational E-Journal, {Quarterly},
ISSN 2277-2456, Volume-I, Issue-IV.
Jiun-Shiu Chen. 2011. Developing A Global Mindset: The Relationship Between
An International Assignment And Cultural Intelligence. International
Journal Of Business And Social Science Vol. 2 No. 9, Pp. 275-283
Johnson, E.B. 2007. Contextual Teaching & Learning: what it is and why it’s here
to stay. Diterjemahkan oleh Ibnu Setiawan, “Contextual Teaching &
Learning: menjadikan kegiatan belajar-mengajar mengasyikkan dan
bermakna. Bandung: Mizan Learning Center (MLC).
Kementrian dan Kebudayaan. 2013. Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum
2013. Jakarta: Kementrian dan Kebudayaan
Kenneth Lafferty Hess Family Charitable Foundation.2007.Steps of The Scientific
Method. Diambil pada tanggal 24 September 2013 jam 08.30 dari
http://www.sciencebuddies.org/mentoring/project_scientific_method.sht
ml
Lexy J. Moleong. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Loeloek & Sofan. 2014. Panduan Memahami Kurikulum 2013. Jakarta: Prestasi
Pustaka
Muhammad Yunus. 2014. Mindset Revolution. Yogyakarta: Jogja Bangkit
Publisher.
Monanghan, J. & Ozmantar, M.F. (2004). Abstraction and consolidation. In M. J.
Hoines & A. B. Flugestad (Eds.), “Proceedings of the 28th Internation
Conference for the Psychology of Matematics Education”, Vol. 3
(pp.353-360). Bergen, Norway: Bergen University College
Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyasa. 2007. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rodaskarya.
Nana Syaodih Sukmadinata. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Nurhadi. 2004. Pembelajaran Konstektual dan Penerapannya dalam KBK. Universitas
Negeri Malang. Surabaya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
101
Oliveira, A.2009. Developing Elementary Teachers‟ Understanding of The
Discourse Structure of Inquiry-Based Science Classrooms. International
Journal of Science And Mathematics Education 8: 247-269
Ozmantar, M.F. 2010. Rethinking About The Pedagogy for Pedagogical Content
Knowledge in The Context of Mathematics Teaching. Eurasia Journal of
Mathematics, Science & Technology Education. Vol 7 No.1. 15-27
Permendikbud. 2013. Implementasi Kurikulum. Jakarta: Depdiknas.
Quinn, M., & George, K. D. 1975. Teaching hypothesis formation. Science
Education, 59, pp 289-296.
Rothchild, I. Induction, Deduction, And The Scientific Method an Eclectric
Overview of The Practice of Science Biol Reprod. Science Education.
2006; 68:3-7.
Silberman, M. 2001. Active Learning: 101 Cara Belajar Aktif. Bandung: Falah
Production.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Slavin.2005.Cooperative learning. Bandung:Nusa Indah
Sugiyono. 2011. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Edisi
Revisi V. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Tim. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Thiel, R., & George, D. K. 1976. Some factors affecting the use of the science
process skill of prediction by elementary school children. Journal of
Research in Science Teaching, 13, 155-166.
Tomera, A. 1974. Transfer and retention of transfer of the science processes of
observation and comparison in junior high school students. Science
Education, 58, 195-203.
Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4586.
Wiggins, G. P. 1993. Assessing student performance: Exploring the purpose and
limits of testing. San Francisco: Jossey-Bass.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
102
Yatim Riyanto. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media
commit to user
Download