perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id POLA PIKIR (MINDSET) GURU DALAM MENERAPKAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI GENDER (Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 3 Kota Madiun) TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika Oleh Nunung Juwariah S851302055 PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id MOTTO “… Aku dekat … Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku.” -QS Al-Baqarah [2]: 186 Bukan karena masalahnya begitu sulit sehingga kita jadi tidak berani, justru karena tidak beranilah masalahnya menjadi sulit -Saneca (Maxwell 2009) Keyakinan menjadi pikiran, pikiran menjadi kata-kata, kata-kata menjadi tindakan, tindakan menjadi kebiasaan. Kebiasaan menjadi nilai dan nilai menjadi takdir -Mahatma Gandhi- commit to user v perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERSEMBAHAN Tesis ini Penulis persembahkan kepada: 1. Bapak, Ibu dan keluarga 2. Kakakku Syaiful Anam 3. Teman-teman Pascasarjana Matematika 4. Almamaterku tercinta 5. Dunia Pendidikan. commit to user vi Pendidikan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KATA PENGANTAR Puji sukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan yang Maha Esa, karena dengan nikmat dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis dengan judul “POLA PIKIR (MINDSET) GURU DALAM MENERAPKAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI GENDER” ini dengan baik. Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Magister Program pascasarjana Pendidikan Matematika. Dalam penulisan tesis ini, penulis banyak memperoleh bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar besarnya, kepada: 1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan penyusunan tesis ini. 2. Prof. Dr. Budiyono, M.Sc., Ketua Program Studi Magister Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan penyusunan tesis ini. 3. Prof. Drs. Tri Atmojo K., M.Sc., Ph.D., Dosen Pembimbing I, yang dengan penuh kesabaran memberikan motivasi, bimbingan dan masukan kepada penulis demi kesempurnaan penyusunan tesis ini. 4. Dr. Budi Usodo, M.Pd., Dosen Pembimbing II, yang dengan penuh kesabaran memberikan motivasi, bimbingan dan masukan kepada penulis demi kesempurnaan penyusunan tesis ini. 5. Seluruh Dosen Program Studi Magister Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi penulis. 6. Drs. Didik Wahyu Widayat, Kepala SMA Negeri 3 Madiun, yang telah mengijinkan pelaksanaan penelitian. 7. Umdatun Nafi‟ah, S.Pd,Si dan Hendrijanto, M.Pd, Guru Matematika SMA Negeri 3 Madiun, yang telah bersedia menjadi subjek penelitian. commit to user vii perpustakaan.uns.ac.id 8. digilib.uns.ac.id Darmadi, M.Pd, Dosen Program Studi Pendidikan Matematika IKIP PGRI Madiun, Drs. Basuki Rachmat, M.Pd, Kepala Sekolah MAN 2 Madiun dan Drs. Yuli Irfan Aliurido, M.Pd, guru matematika MAN 2 Madiun, yang telah bersedia menjadi validator instrument dalam penelitian ini. 9. Keluarga (Bapak, Ibu dan kakak-kakakku) yang selalu memberikan doa dan semangat sehingga penulis dapat mengikuti perkuliahan dan menyelesaikan penyusunan tesis ini. 10. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Magister Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, teman-teman Tambahan Dua Angkatan Februari 2013 khususnya kelompok bimbingan serta sahabat kesayangan (Arum dan Ariska) yang telah memberikan bantuan dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini. 11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga bimbingan, dorongan dan bantuan yang telah diberikan dinilai sebagai amal kebaikan dan mendapat pahala dari Allah SWT. Penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi dunia pendidikan pada umumnya. Surakarta, Agustus 2014 Penulis commit to user viii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ABSTRAK Nunung Juwariah. S851302055. 2014. Pola Pikir (Mindset) Guru Dalam Menerapkan Pendekatan Saintifik Pada Pembelajaran Matematika Ditinjau Dari Gender. TESIS. Pembimbing I: Prof. Tri Atmojo Kusumayadi, M.Sc, Ph.D, Pembimbing II: Dr. Budi Usodo, M.Pd. Program Studi Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2014. Tujuan dari penelitian ini: Untuk mendeskripsikan pola pikir guru perempuan dan guru laki-laki dalam menerapkan pendekatan saintifik pada pembelajaran matematika. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Teknik yang digunakan dalam pengambilan subjek adalah purposive sampling. Subjek penelitian adalah guru kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Madiun. Subjek penelitian sebanyak 2 guru terdiri dari 1 guru laki-laki dan 1 guru perempuan. Metode pengumpulan data adalah dengan wawancara dan observasi. Teknik untuk memvalidasi data yaitu triangulasi waktu dan triangulasi metode. Teknik analisis data yang digunakan adalah Miles dan Huberman terdiri dari reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1)Pada proses pengamatan guru perempuan lebih memilih menggunakan objek matematika yang bersifat abstrak. Pada kegiatan menanya guru perempuan mengalami kendala, untuk menyelesaikan masalah ini guru perempuan biasanya memancing siswa dengan pernyataan-pernyataan. Pada kegiatan eksperimen guru perempuan membuatkan pertanyaan yang bersifat memandu. Selanjutnya pada kegiatan mengasosiasi guru perempuan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang memancing, yang mengarah pada konsep matematika. Pada langkah mengkomunikasikan guru perempuan memilih menggunakan presentasi, walaupun presentasi memerlukan waktu yang lama. (2) Pada langkah mengamati guru laki-laki lebih memilih menggunakan pendekatan dari apa yg telah dipelajari siswa, membahas problema-problema yang pernah dialami siswa. Untuk membangkitkan kemauan bertanya siswa guru lakilaki membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Selanjutnya pada kegiatan mengasosiasi menurut guru laki-laki tugas guru harus menyempurnakan konsepkonsep matematika yang dimiliki siswa. Pada kegiatan mengkomunikasikan guru laki-laki meminta siswa untuk memaparkan hasil yang telah diperoleh. Kata kunci: pola pikir, pendekatan saintifik, gender. commit to user ix perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ABSTRACT Nunung Juwariah. S851302055. 2014. Teachers Mindset In Implementing Scientific Approach To The Study Of Mathematics In Terms Of Gender. THESIS. Supervisor I: Prof. Tri Atmojo Kusumayadi, M.Sc, Ph.D, Supervisor II: Dr. Budi Usodo, M.Pd. The Graduate program in Mathematics Education, Sebelas Maret University, Surakarta. The aims of this research was to describe the mindset of female and male teachers in implementing the saintifik approach to the study of mathematics. It was a qualitative research. The subjects were taken by purposive sampling. The subjects of this research were mathematics teachers of class X SMAN 3 Madiun. The subject of the research as much as 2 teachers consisted of 1 male teacher and 1 female teacher. Data collection techniques in this research were interviews and observation. Techniques to validate the data source triangulation and time triangulation. The data analysis technique used was the concept of Miles and Huberman consisted of data reduction, data display, and conclusion. The research findings are as follows (1) the female teacher do not always apply a saintifik approach. During observation process, female teacher used abstract mathematics object. During question activity female teacher had obstacles. To solve this obstacle, female teacher usually persuades students with statements. During experiment activity, female teacher created guidance question. During mobilization activity, female teacher provide questions that provoke and leads to mathematics concepts. During communication activity, female teacher using presentation although it requires long time. (2) During observation male teacher used approach from learned students. during question activity, the male teacher of dividing students became some group then provide opportunitie for students to ask on a friend in the group. During mobilization activity, teacher must have perfected mathematical concepts which belongs to the students. During communication activity, male teacher asked the students to present the result of that has accured. Keywords: Mindset, saintifik approach, gender. commit to user x perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i PENGESAHAN PEMBIMBING .................................................................... ii PENGESAHAN PENGUJI ............................................................................. iii PERNYATAAN ORISINALITAS DAN HAK PUBLIKASI ISI TESIS ...... iv MOTTO .......................................................................................................... v PERSEMBAHAN ........................................................................................... vi KATA PENGANTAR ................................................................................... vii ABSTRAK ...................................................................................................... x ABSTRACT ...................................................................................................... xi DAFTAR ISI ................................................................................................... x DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1 B. Rumusan Masalah .................................................................................. 4 C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 5 D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 5 E. Manfaat Penelitian ................................................................................. 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ........................................................................................... 7 1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Kurikulum 2013 7 a. Pengertian Kurikulum .................................................................. 7 b. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ......................................... 8 c. Kurikulum 2013 ............................................................................ 8 2. Perbedaan KTSP dan Kurikulum 2013 .............................................. 21 3. Pendekatan Saintifik ......................................................................... 23 4. Proses Pembelajaran ......................................................................... 24 5. Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran ........................................ 24 commit to user 6. Penilaian Autentik ............................................................................ 30 xi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. Pola pikir (Mindset) Guru ................................................................ 31 8. Gender .............................................................................................. 36 B. Penelitian Relevan ................................................................................. 37 C. Kerangka Berpikir ................................................................................. 38 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 40 1. Tempat Penelitian ............................................................................. 40 2. Waktu Penelitian ............................................................................... 40 B. Jenis Penelitian ...................................................................................... 40 C. Subjek Penelitian ................................................................................... 41 D. Data dan Sumber Data ........................................................................... 42 E. Metode Pengumpulan Data .................................................................... 42 F. Instrumen Pengumpulan Data ................................................................ 43 G. Validitas Data ........................................................................................ 45 H. Teknik Analisis Data ............................................................................. 46 I. Prosedur Penelitian ................................................................................ 47 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1.Pengembangan Instrumen .................................................................. 49 2. Penentuan Subjek Penelitian .............................................................. 50 3. Deskripsi Subjek Penelitian ............................................................... 52 4. Hasil Analisis Data ............................................................................ 52 B. Pembahasan ........................................................................................... 88 1. Pola pikir guru perempuan dalam menerapkan pendekatan saintifik pada proses pembelajaran matematika ............................... 89 2. Pola pikir guru laki-laki dalam menerapkan pendekatan saintifik pada proses pembelajaran matematika ............................... 92 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ............................................................................................ 96 B. Implikasi ................................................................................................ 98 commit to user C. Saran ...................................................................................................... 98 xii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 99 LAMPIRAN-LAMPIRAN commit to user xiii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR TABEL Tabel 2.1 : Perbedaan antara Kurikulum 2013 dengan KTSP ..................... 22 Tabel 2.2 : Perubahan pola pikir pada kurikulum 2013 ................................ 33 Tabel 2.3 : Perubahan pola pikir kurikulum lama dan kurikulum baru pada matematika ......................................................................... 34 Tabel 2.4 : pola pikir guru dalam menerapkan pendekatan saintifik ............ 35 Tabel 2.5 : Karakteristik stereotip antara laki-laki dan perempuan …………36 Tabel 4.1 : Daftar validator instrumen pedoman wawancara ………………..50 Tabel 4.2 : Daftar Hasil Validasi pedoman wawancara ............................... 50 Tabel 4.3 : Nama Validator Instrumen Bantu Kedua .................................... 51 Tabel 4.4 : Tabel Triangulasi Subjek 1 pada kegiatan mengamati .............. 55 Tabel 4.5 : Tabel Triangulasi Subjek 2 pada kegiatan mengamati .............. 58 Tabel 4.6 : Tabel Triangulasi Subjek 1 pada kegiatan menanya .................. 61 Tabel 4.7 : Tabel Triangulasi Subjek 2 pada kegiatan menanya .................. 64 Tabel 4.8 : Tabel Triangulasi Subjek 1 pada kegiatan mengumpulkan informasi/eksperimen………………………………… ……… Tabel 4.9 : Tabel 66 Triangulasi Subjek 2 pada kegiatan mengumpulkan informasi/eksperimen ....................................... 69 Tabel 4.10 : Tabel Triangulasi Subjek 1 pada kegiatan mengasosiasi ........... 71 Tabel 4.11 : Tabel Triangulasi Subjek 2 pada kegiatan mengasosiasi ........... 73 Tabel 4.12 : Tabel Triangulasi Subjek 1 pada kegiatan mengkomunikasikan 75 Tabel 4.13 : Tabel Triangulasi Subjek 2 pada kegiatan mengkomunikasikan 77 commit to user xiv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1: Instrumen bantu pertama ............................................................. 102 Lampiran 2: Validasi instrumen bantu pertama ............................................... 104 Lampiran 3: Instrumen bantu kedua ................................................................ 107 Lampiran 4: Validasi instrumen bantu kedua .................................................. 108 Lampiran 5: RPP guru perempuan ................................................................... 111 Lampiran 6: RPP guru laki-laki ....................................................................... 125 Lampiran 7: Catatatan lapangan wawancara pertama guru perempuan........... 145 Lampiran 8: Catatatan lapangan wawancara kedua guru perempuan .............. 153 Lampiran 9: Catatatan lapangan wawancara pertama guru laki-laki ............... 157 Lampiran 10: Catatatan lapangan wawancara kedua guru laki-laki ................ 162 Lampiran 11: Catatatan lapangan observasi guru perempuan ......................... 170 Lampiran 12: Catatatan lapangan observasi guru laki-laki .............................. 173 Lampiran 13: Dokumentasi ............................................................................. 177 commit to user xv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam menciptakan manusia-manusia yang berkualitas. Pendidikan juga dipandang sebagai sarana untuk melahirkan insan-insan yang cerdas, kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif dan berbudi luhur. Salah satu unsur terpenting dalam pendidikan utamanya pendidikan di sekolah adalah kurikulum. Kurikulum menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (19) adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Pengembangan kurikulum menjadi amat penting sejalan dengan kontinuitas kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni budaya serta perubahan masyarakat pada tataran lokal, nasional, regional dan global di masa depan. Aneka kemajuan dan perubahan itu melahirkan tantangan internal dan eksternal di bidang pendidikan. Salah satu studi internasional untuk mengevaluasi pendidikan khusus untuk hasil belajar peserta didik yang berusia 14 tahun pada jenjang sekolah menengah pertama (SMP)yang diikuti oleh Indonesia adalah Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS). Untuk memberikan uraian bermakna mengenai arti kemampuan pada skala dalam kaitannya dengan pengetahuan dan kecakapan matematika para peserta didik, TIMSS menampilkan empat tingkat pada skala sebagai standar internasional. Empat tingkatan untuk merepresentasikan rentang kemampuan peserta didik berdasar benckmark internasional tersebut adalah standar mahir (625), standar tinggi (550), standar menengah (475), dan standar rendah (400). Analisis hasil TIMSS tahun 2007 dan 2011 pada peserta didik kelas 2 SMP, untuk bidang matematika menunjukkan hasil, lebih dari 95% peserta didik Indonesia hanya mampu mencapai level menengah, sementara misalnya di Taiwan hampir 50% peserta didiknya mampu commit userini dapat disimpulkan bahwa yang mencapai level tinggi dan advance. Dari to hasil 1 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2 diajarkan di Indonesia berbeda dengan apa yang diujikan atau yang distandarkan di tingkat internasional Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari kurikulum sebelumnya untuk merespon berbagai tantangan-tantangan internal dan eksternal. Titik tekan pengembangan Kurikulum 2013 adalah penyempurnaan pola pikir, penguatan tata kelola kurikulum, pendalaman dan perluasan materi, penguatan proses pembelajaran, dan penyesuaian beban belajar agar dapat menjamin kesesuaian antara apa yang diinginkan dengan apa yang dihasilkan. Untuk melaksanakan isi Kurikulum 2013 serta upaya meningkatkan mutu proses pembelajaran, selama ini pengetahuan hanya disampaikan untuk selanjutnya diharapkan penyampaian pengetahuan menuju pertukaran pengetahuan. Agar pembelajaran di kelas menarik dan penuh makna, guru perlu mendesain rencana pembelajaran yang memungkinkan siswa berinteraksi aktif dalam pembelajaran. Begitu pula dalam pembelajaran matematika yang selama ini dianggap sebagai pembelajaran yang sulit dan membosankan. Motivasi serta minat belajar siswa kurang. Padahal pembelajaran matematika mempunyai peranan penting dalam mengembangkan keterampilan dan berpikir logis, sistematis, dan kreatif. Hal ini, karena matematika mempunyai fungsi untuk mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Pada keseluruhan upaya pendidikan, proses belajar mengajar (PBM) merupakan aktivitas yang paling penting, karena melalui proses inilah tujuan pendidikan akan tercapai dalam bentuk perubahan perilaku peserta didik. Setidaknya ada tiga unsur yang harus ada dalam proses belajar mengajar yaitu (1) peserta didik (siswa/mahasiswa) dengan segala karakteristiknya untuk mengembangkan dirinya seoptimal mungkin melalui kegiatan belajar, (2) pengajar (dosen/guru) yang selalu mengusahakan terciptanya situasi yang tepat untuk belajar sehingga memungkinkan untuk terjadinya proses pengalaman belajar, dan (3) tujuan, yaitu sesuatu yang diharapkan setelah adanya kegiatan belajar. Kurikulum 2013 lebih menekankan dimensi pedagogik modern dalam commit to user pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3 (scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, meliputi mengasosiasi dan mengkomunikasi.. Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan. Selama ini praktek pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik sudah sering disarankan oleh pemerintah. Misalnya dengan dianjurkan penggunaan pendekatan kontekstual dalam proses pembelajaran. Komponen dalam pendekatan kontekstual sangat „dekat‟ dengan langkah-langkah pada pendekatan saintifik. Selama ini pendekatan saintifik populer digunakan dalam proses pembelajaran sain. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran matematika sama seperti pada mata pelajaran lain yaitu meliputi menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Studi tentang penyelenggaraan Kurikulum 2013 di seluruh Indonesia mulai dilakukan oleh pusat kurikulum pada tahun 2013. Studi tersebut meliputi satuan pendidikan SD, SMP dan SMA. SMA Negeri 3 Madiun merupakan salah satu sekolah dari 3 sekolah yang ditunjuk sebagai sasaran implementasi kurikulum 2013 di kota Madiun. Penunjukan dari pemerintah baik pusat maupun daerah dan dukungan komite sekolah adalah suatu penghargaan yang cukup besar bagi sekolah. Sebab tidak semua sekolah mendapatkan kesempatan tersebut. Penunjukan itu bukan tanpa alasan bagi pemerintah sebab nama besar SMAN 3 Madiun dengan prestasinya, baik akademik di tingkat kabupaten maupun propinsi sudah sering diraihnya. Misalnya dalam prestasi keikutsertaan pada olimpiade MIPA, bahasa inggris, seni, olahraga dan kegiatan ekstrakurikuler lainnya. Dari hasil studi awal melalui wawancara dengan Waka Kesiswaan (September, 2013) di SMA Negeri 3 Madiun, penunjukan itu menjadi tantangan yang sangat berat bagi sekolah. Pertama beratnya beban kurikulum yang harus ditempuh siswa karena banyaknya mata pelajaran yang harus diterima siswa. Oleh karena itu, dibutuhkan kecerdasan dalam mensiasati kesulitan siswa sehingga commit to user siswa tidak merasa terlalu berat dalam menyelesaikan pembelajaran. Kedua, para perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4 guru hanya diberi pelatihan beberapa jam untuk menerapkan perubahan kurikulum 2013. Padahal, banyak perbedaan mulai dari metode sampai proses penilaian. Ketiga, banyak materi di kelas X yang membutuhkan pemahaman lebih siswa sehingga akan memakan waktu yang lama, misal materi limit yang memerlukan pengetahuan tentang differesial padahal diffensial belum diajarkan. Keempat, terbatasnya waktu pembelajaran dan banyaknya materi membuat sulitnya penerapan authentics assessment. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah (UU No.14 Tahun 2005). Perubahan pola pikir guru dibutuhkan untuk bisa berperan lebih menjadi fasilitator dan motivator dari pada inisiator dan eksekutor, dalam merubah dari teacher centered ke student centered. Sementara authentics assessment semakin dikedepankan sebagai assessment for learning dari pada assessment of learning. Hal-hal tersebut bisa terwujud tatkala para guru mau untuk merubah mindset-nya bahwa tugas mengajar adalah sebagai komitmen profesi dalam membelajarkan dan mencerdaskan anak bangsa. Menurut Rhinesmith (dalam Jiun-Shiu Chen, 2011) A global mindset means the ability to scan the world from a broad perspective, always looking for unexpected trends and opportunities that may constitute a threat or an opportunity to achieve personal, professional or organizational objectives. Pola pikir seseorang sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor ekternal yang mempengaruhi pola pikir adalah teman dan lingkungan. Dalam masyarakat sering kali dijumpai perlakuan yang berbeda antara laki-laki dan perempuan yang disebut dengan perbedaan gender. Gender didefinisikan sebagai aturan atau normal perilaku yang berhubungan dengan jenis kelamin dalam suatu sistem masyarakat. Riset menunjukkan bahwa peran gender berada diantara hal pertama yang dipelajari individu karena semua masyarakat memperlakukan laki-laki berbeda dengan perempuan. Banyak perbedaan yang diamati antara pria dan perempuan dapat dikaitkan jelas dengan perbedaan dalam commit to user pengalaman-pengalaman sosialisasi. Beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 5 “… a gender was also found not to affect integrated science conceptions (Bimbola, 2012)”. Menurut Jancirani (2012) “Boys and girls differ significantly in their scientific attitude. Boys have high level of scientific attitude than girls.” Uraian tersebut, mendorong peneliti untuk mengetahui pola pikir guru laki-laki dan perempuan dalam menerapkan pendekatan saintifik pada pembelajaran matematika B. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang masalah di atas, ada dua masalah yang perlu dicari jawabannya dalam penelitian ini. 1. Bagaimana pola pikir guru wanita dalam menerapkan pendekatan saintifik pada pembelajaran matematika? 2. Bagaimana pola pikir guru laki-laki dalam menerapkan pendekatan saintifik pada pembelajaran matematika? C. Tujuan Penelitian Pada penelitian ini ada dua tujuan yang ingin dicapai 1. Untuk menjabarkan pola pikir guru wanita dalam menerapkan pendekatan saintifik pada pembelajaran matematika. 2. Untuk menjabarkan pola pikir guru laki-laki dalam menerapkan pendekatan saintifik pada pembelajaran matematika. D. Manfaat Penelitian Ada manfaat teoritis dan praktis dalam penelitian ini. 1. Manfaat Teoritis a. Memberikan sumbangan dan memperkaya hasil penelitian yang telah ada. b. Sebagai bahan referensi bagi penelitian-penelitian sejenis selanjutnya. 2. Manfaat Praktis a. Bagi para guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk memberi perubahan cara mengajar dalam proses pembelajaran matematika dan mengoptimalkan prestasi pendidikan. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 6 b. Bagi sekolah, hasil penelitian dapat digunakan sebagai kajian yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran di sekolah. E. Batasan Istilah 1. Pola Pikir Cara otak dan akal menerima, memproses, menganalisis, mempersepsi dan membuat kesimpulan terhadap informasi yang masuk melalui indra. 2. Guru Pendidik profesional yang mempunyai tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan menengah. 3. Pendekatan Saintifik Serangkaian proses ilmiah yang diawali dengan suatu pengamatan, menanya, mengumpulkan informasi kemudian mengasosiasi dan selanjutnya mengkomunikasikan. 4. Gender Suatu konsep kultural, berupaya membuat perbedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Kurikulum 2013 a. Pengertian Kurikulum Menurut J Galen dan William M. Alexander (Loeloek, 2014: 7) Kurikulum adalah segala usaha untuk mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruang kelas di halaman sekolah atau di luar sekolah. Sedangkan menurut Daniel Tanner & Laurel Tanner Kurikulum merupakan pengalaman pembelajaran yang terarah dan juga terencana secara terstruktur dan tersusun melalui sebuah proses rekonstruksi pengetahuan dan juga pengalaman yang secara sistematis berada dibawah pengawasan lembaga pendidikan sehingga para pembelajar dapat terus memiliki motivasi dan minat untuk belajar. Sehingga memiliki dasar pemikiran bahwa belajar adalah bagian dari sebuah kompetensi sosial yang ada di pribadinya. Definisi kurikulum yang terdapat dalam UU RI tentang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah bagian atau sub sistem dari sistem sekolah yang dilakukan oleh sekolah untuk memberikan pengalaman belajar siswa. Di lain pihak ozmantar (2010) mengatakan bahwa “also the new curriculum expects us to teach and creative thinking skills in mathematics” (kurikulum baru mengharapkan kita untuk mengajarkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif dalam matematika). Dalam kurikulum matematika, terdapat dimensi yang harus diwujudkan agar kurikulum matematika dapat berjalan dengan baik. Bulut (2007) menyatakan “the analysis of the curriculum was realized commit to user in there dimensions; (classroom management- classroom physical and 7 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 8 emotional environments, teacher and student roles, and interactions, (2) instruction-objectives, planning, implementation, method and techniques, instructional media, and measurement and evaluation, and (3) strength (and/or benefits) and weaknesses (and/or limitation)”. (analisis kurikulum diwujudkan dalam tiga dimensi ; (manajemen kelas lingkungan fisik dan emosional, peran guru dan siswa, dan interaksi, (2) tujuan, perencanaan, implementasi, metode. b. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan. Muncullah kurikulum tingkat satuan pendidikan. Pelajaran KTSP masih tersendat. Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan kurikulun 2004. Perbedaan yang paling menonjol adalah guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi sekolah berada (Loeloek, 2014: 7). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) lahir sebagai perwujudan amanat UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah RI No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Kedua perundang-undangan ini mengamanatkan bahwa tersusunnya kurikulum pada tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah dengan mengacu kepada standar isi dan standar kompetensi lulusan serta berpedoman pada pedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (Mulyasa, 2007: 169-170) Prinsip-prinsip penyusunan KTSP, antara lain: 1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. 2. Beragam dan terpadu. 3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. 4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan. 5. Menyeluruh dasn berkesinambungan. 6. Belajar sepanjang hayat,commit dan to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 9 7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. (Mulyasa, 2007:170) Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dirumuskan mengacu kepada tujuan umum pendidikan, yaitu: 1. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. 2. Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. 3. Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya. Acuan operasional penyusunan KTSP dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut. 1. Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia. 2. Peningkatan potensi, kecerdasan dan minat sesuai tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik. 3. Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan. 4. Tuntunan pembangunan daerah dan nasional. 5. Tuntutan dunia kerja. 6. Perkembangan ilmu pengetahuan, tenologi dan seni. 7. Agama. 8. Dinamika perkembangan global. 9. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan. 10. Kondisi social budaya masyarakat setempat. 11. Kesetaraan gender. 12. Karakteristik satuan pendidikan. Kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan visi misi, misi, tujuan, kondisi dan ciri khas satuan pendidikan. (Mulyasa, 2007:171) commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 10 c. Kurikulum 2013 Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Kebijakan baru kurikulum 2013 membawa tiga perubahan besar. Perubahan tersebut diimplementasikan di semua jenjang pendidikan mulai SD, SMP, hingga SMA/SMK. perubahan pertama adalah pada konsep kurikulum itu sendiri. "Konsep itu perpaduan antara hardskill dan softskill. Artinya, tidak hanya memberikan bekal pengetahuan pada siswa tapi juga ketrampilan. penilaian konsep kurikulum 2013 berdasarkan standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses penilaian (Kemendikbud, 2013) Selain itu perubahan lain pada kurikulum baru adalah pada buku yang dipakai. Buku tersebut berbasis kegiatan serta tematik terpadu. Pembelajaran kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik atau pengamatan. Maksudnya dalam mengajar peserta didik guru dapat meminta anak untuk bertanya dan mendorong anak mencari tahu. Mendorong anak berpikir kreatif, inovatif, afektif, produktif. Terdapat beberapa perubahan mendasar dari kurikulum 2006 ke kurikulum 2013 yaitu Penataan Pola Pikir, Pendalaman dan Perluasan Materi, Penguatan Proses dan Penyesuaian Beban. Sedangkan elemen yang berubah antara lain, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses dan Standar Penilaian (Kemendikbud, 2013). 1. Standar Proses Pembelajaran pada Kurikulum 2013 Berdasarkan lampiran Permendikbud no 81A Lampiran IV, Kurikulum 2013 menganut pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke peserta didik. Peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan. Untuk itu pembelajaran harus berkenaan dengan kesempatan yang diberikan kepada peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan dalam proses kognitifnya. Proses userdiri peserta didik. Proses tersebut pembelajaran terjadi secara commit internaltopada perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 11 mungkin saja terjadi akibat dari stimulus luar yang diberikan guru, teman, lingkungan. Proses tersebut mungkin pula terjadi akibat dari stimulus dalam diri peserta didik yang terutama disebabkan oleh rasa ingin tahu. Proses pembelajaran dapat pula terjadi sebagai gabungan dari stimulus luar dan dalam. Dalam proses pembelajaran, guru perlu mengembangkan kedua stimulus pada diri setiap peserta didik (Kemendikbud, 2013). Di dalam pembelajaran, peserta didik difasilitasi untuk terlibat secara aktif mengembangkan potensi dirinya menjadi kompetensi. Guru menyediakan pengalaman belajar bagi peserta didik untuk melakukan berbagai kegiatan yang memungkinkan mereka mengembangkan potensi yang dimiliki mereka menjadi kompetensi yang ditetapkan dalam dokumen kurikulum atau lebih. Pengalaman belajar tersebut semakin lama semakin meningkat menjadi kebiasaan belajar mandiri dan ajeg sebagai salah satu dasar untuk belajar sepanjang hayat. Pada suatu kegiatan belajar dapat terjadi pengembangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan dalam kombinasi dan penekanan yang bervariasi. Setiap kegiatan belajar memiliki kombinasi dan penekanan yang berbeda dari kegiatan belajar lain tergantung dari sifat muatan yang dipelajari. Meskipun demikian, pengetahuan selalu menjadi unsur penggerak untuk pengembangan kemampuan lain. Kurikulum 2013 mengembangkan dua modus proses pembelajaran yaitu proses pembelajaran langsung dan proses pembelajaran tidak langsung. Baik pembelajaran langsung maupun pembelajaran tidak langsung terjadi secara terintegrasi dan tidak terpisah. Pembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3 dan KI-4. Keduanya, dikembangkan secara bersamaan dalam suatu proses pembelajaran dan menjadi wahana untuk mengembangkan KD pada KI-1 dan KI-2. Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-1 dan KI-2 (Kemendikbud, 2013). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 12 Menurut standar proses pembelajaran (dalam Loeloek, 2014: 150-152) pembelajaran terdiri dari tiga Tahap. Yaitu tahap perencanaan, tahap proses dan tahap penutup. Adapun rincian ketiga tahapan tersebut adalah sebagai berikut: 1) Perencanaan Pembelajaran Tahap pertama yaitu perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). 1) Hakikat RPP Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus. RPP mencakup: (1) data sekolah, matapelajaran, dan kelas/semester; (2) materi pokok; (3) alokasi waktu; (4) tujuan pembelajaran, KD dan indikator pencapaian kompetensi; (5) materi pembelajaran; metode pembelajaran; (6) media, alat dan sumber belajar; (6) langkah-langkah kegiatan pembelajaran; dan (7) penilaian. Setiap guru di setiap satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP untuk kelas di mana guru tersebut mengajar (guru kelas) di SD dan untuk guru matapelajaran yang diampunya untuk guru SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK. Pengembangan RPP dapat dilakukan pada setiap awal semester atau awal tahun pelajaran, dengan maksud agar RPP telah tersedia terlebih dahulu dalam setiap awal pelaksanaan pembelajaran. Pengembangan RPP dapat dilakukan secara mandiri atau secara berkelompok. Pengembangan RPP yang dilakukan oleh guru secara mandiri dan/atau secara bersama-sama melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) di dalam suatu sekolah tertentu difasilitasi dan disupervisi kepala sekolah atau guru senior yang ditunjuk oleh kepala sekolah. Pengembangan RPP yang dilakukan oleh guru secara berkelompok melalui MGMP antar sekolah atau antar wilayah dikoordinasikan dan disupervisi oleh pengawas atau dinas pendidikan. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 13 2) Prinsip-Prinsip Pengembangan RPP Berbagai prinsip dalam mengembangkan atau menyusun RPP adalah sebagai berikut. a. RPP disusun guru sebagai terjemahan dari ide kurikulum dan berdasarkan silabus yang telah dikembangkan di tingkat nasional ke dalam bentuk rancangan proses pembelajaran untuk direalisasikan dalam pembelajaran. b. RPP dikembangkan guru dengan menyesuaikan apa yang dinyatakan dalam silabus dengan kondisi di satuan pendidikan baik kemampuan awal peserta didik, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik. c. Mendorong partisipasi aktif peserta didik d. Sesuai dengan tujuan Kurikulum 2013 untuk menghasilkan peserta didik sebagai manusia yang mandiri dan tak berhenti belajar, proses pembelajaran dalam RPP dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mengembangkan motivasi, minat, rasa ingin tahu, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, semangat belajar, keterampilan belajar dan kebiasaan belajar. e. Mengembangkan budaya membaca dan menulis f. Proses pembelajaran dalam RPP dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan. g. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut. h. RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi. Pemberian pembelajaran remedi dilakukan setiap saat setelah suatu ulangan atau ujian dilakukan, hasilnya dianalisis, dan kelemahan setiap peserta didik dapat teridentifikasi. Pemberian pembelajaran diberikan sesuai dengan kelemahan peserta didik. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 14 i. Keterkaitan dan keterpaduan. j. RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara KI dan KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas matapelajaran untuk sikap dan keterampilan, dan keragaman budaya. k. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi l. RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi. 3) Komponen dan Sistematika RPP. Komponen RPP menurut Standar Proses No 65 Th 2013 sebagai berikut. 1. Identitas Sekolah 2. Identitas mata pelajaran 3. Kelas/ semester 4. Materi Pokok 5. Alokasi Waktu 6. Tujuan pembelajaran 7. Kompetensi dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi 8. Materi Pembelajaran 9. Alokasi waktu 10. Metode pembelajaran 11. Media Pembelajaran 12. Sumber belajar 13. Langkah-langkah Pembelajaran 14. Penilaian hasil Pembelajaran commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 15 Komponen-komponen tersebut secara operasional diwujudkan dalam bentuk format berikut ini. Satuan Pendidikan : Kelas/Semester : Mata Pelajaran : Topik : Pertemuan Ke- : Alokasi Waktu : A. Kompetensi Dasar B. Indikator pencapaian kompetensi C. Tujuan pembelajaran D. Materi ajar E. Metode pembelajaran F Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Pendahuluan Inti Penutup G Deskripsi … … … Penilaian Proses dan Hasil Belajar - Teknik - Bentuk - Instrumen (Tes dan Non tes) - Kunci dan Pedoman penskoran - Tugas commit to user Alokasi Waktu … … … perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 16 4) Langkah-Langkah Pengembangan RPP a. Mengkaji Silabus Secara umum, untuk setiap materi pokok pada setiap silabus terdapat 4 KD sesuai dengan aspek KI (sikap kepada Tuhan, sikap diri dan terhadap lingkungan, pengetahuan, dan keterampilan). Untuk mencapai 4 KD tersebut, di dalam silabus dirumuskan kegiatan peserta didik secara umum dalam pembelajaran berdasarkan standar proses. Kegiatan peserta didik ini merupakan rincian dari eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, yakni: mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah dan mengkomunikasikan. Kegiatan inilah yang harus dirinci lebih lanjut di dalam RPP, dalam bentuk langkah-langkah yang dilakukan guru dalam pembelajaran, yang membuat peserta didik aktif belajar. Pengkajian terhadap silabus juga meliputi perumusan indikator KD dan penilaiannya. b. Mengidentifikasi Materi Pembelajaran Mengidentifikasi materi pembelajaran yang menunjang pencapaian KD dengan mempertimbangkan: 1) potensi peserta didik; 2) relevansi dengan karakteristik daerah; 3) tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual peserta didik; 4) kebermanfaatan bagi peserta didik; 5) struktur keilmuan; 6) aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran; 7) relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan 8) alokasi waktu. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 17 c. Menentukan Tujuan Tujuan dapat diorganisasikan mencakup seluruh KD atau diorganisasikan untuk setiap pertemuan. Tujuan mengacu pada indikator, paling tidak mengandung dua aspek: Audience (peserta didik) dan Behavior (aspek kemampuan). d. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian KD. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut. 1) Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para pendidik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional. 2) Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan manajerial yang dilakukan guru, agar peserta didik dapat melakukan kegiatan seperti di silabus. 3) Kegiatan pembelajaran untuk setiap pertemuan merupakan skenario langkah-langkah guru dalam membuat peserta didik aktif belajar. Kegiatan ini diorganisasikan menjadi kegiatan: Pendahuluan, Inti, dan Penutup. Kegiatan inti dijabarkan lebih lanjut menjadi rincian dari kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, yakni: mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan dan mengkomunikasikan. Untuk pembelajaran yang bertujuan menguasai prosedur untuk melakukan sesuatu, kegiatan pembelajaran dapat berupa pemodelan/demonstrasi oleh guru atau commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 18 ahli, peniruan oleh peserta didik, pengecekan dan pemberian umpan balik oleh guru, dan pelatihan lanjutan. e. Penjabaran Jenis Penilaian Di dalam silabus telah ditentukan jenis penilaiannya. Penilaian pencapaian KD peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Oleh karena pada setiap pembelajaran peserta didik didorong untuk menghasilkan karya, maka penyajian portofolio merupakan cara penilaian yang harus dilakukan untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merancang penilaian yaitu sebagai berikut. 1) Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi yaitu KD-KD pada KI-3 dan KI-4. 2) Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya. 3) Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan KD yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan peserta didik. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 19 4) Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remedi bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi ketuntasan. 5) Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada proses misalnya teknik wawancara, maupun produk berupa hasil melakukan observasi lapangan. f. Menentukan Alokasi Waktu Penentuan alokasi waktu pada setiap KD didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu matapelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah KD, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan KD. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai KD yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam. Oleh karena itu, alokasi tersebut dirinci dan disesuaikan lagi di RPP. g. Menentukan Sumber Belajar Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, nara sumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. 2) Proses Pembelajaran Tahap kedua dalam pembelajaran menurut standar proses yaitu pelaksanaan pembelajaran yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. 1. Kegiatan Pendahuluan Dalam kegiatan pendahuluan, guru: a. Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti commit to user proses pembelajaran; perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 20 b. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang sudah dipelajari dan terkait dengan materi yang akan dipelajari; c. Mengantarkan peserta didik kepada suatu permasalahan atau tugas yang akan dilakukan untuk mempelajari suatu materi dan menjelaskan tujuan pembelajaran atau KD yang akan dicapai; dan d. Menyampaikan garis besar cakupan materi dan penjelasan tentang kegiatan yang akan dilakukan peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan atau tugas. 2. Kegiatan Inti Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan, yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk secara aktif menjadi pencari informasi, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan matapelajaran, yang meliputi proses observasi, menanya, mengumpulkan informasi, asosiasi, dan komunikasi. Untuk pembelajaran yang berkenaan dengan KD yang bersifat prosedur untuk melakukan sesuatu, guru memfasilitasi agar peserta didik dapat melakukan pengamatan terhadap pemodelan/demonstrasi oleh guru atau ahli, peserta didik menirukan, selanjutnya guru melakukan pengecekan dan pemberian umpan balik, dan latihan lanjutan kepada peserta didik. Dalam setiap kegiatan guru harus memperhatikan kompetensi yang terkait dengan sikap seperti jujur, teliti, kerja sama, toleransi, disiplin, taat aturan, menghargai pendapat orang lain yang tercantum dalam silabus dan RPP. Cara pengumpulan data sedapat mungkin relevan dengan jenis data yang dieksplorasi, misalnya di laboratorium, studio, lapangan, perpustakaan, museum, commit to user dan sebagainya. Sebelum perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 21 menggunakannya peserta didik harus tahu dan terlatih dilanjutkan dengan menerapkannya. 3. Kegiatan Penutup Dalam kegiatan penutup, guru bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran, melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram, memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik, dan menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. KD-KD diorganisasikan ke dalam empat KI. KI-1 berkaitan dengan sikap diri terhadap Tuhan Yang Maha Esa. KI-2 berkaitan dengan karakter diri dan sikap sosial. KI-3 berisi KD tentang pengetahuan terhadap materi ajar, sedangkan KI-4 berisi KD tentang penyajian pengetahuan. KI-1, KI-2, dan KI-4 harus dikembangkan dan ditumbuhkan melalui proses pembelajaran setiap materi pokok yang tercantum dalam KI-3, untuk semua matapelajaran. KI-1 dan KI-2 tidak diajarkan langsung, tetapi indirect teaching pada setiap kegiatan pembelajaran. 2. Perbedaan KTSP dan Kurikulum 2013 KTSP atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang mulai diberlakukan sejak tahun ajaran 2007/2008. Sedangkan Kurikulum 2013 diluncurkan secara resmi pada tanggal 15 Juli 2013, implementasinya telah diterapkan pada tahun pelajaran 2013/2014 di sekolah-sekolah tertentu atau masih terbatas. perbedaan paling mendasar antara Kurikulum 2013 dengan KTSP. Dalam KTSP, kegiatan pengembangan silabus merupakan kewenangan satuan pendidikan, namun dalam Kurikulum 2013 kegiatan pengembangan silabus beralih menjadi kewenangan pemerintah, kecuali untuk mata pelajaran tertentu yang secara khusus commit user dikembangkan di satuan pendidikan yangto bersangkutan. Layanan Pendidik dan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 22 Tenaga Kependidikan menjelaskan perbedaan esensial kurikulum 2013 dengan KTSP sebagai berikut. Tabel. 2.1 Perbedaan antara Kurikulum 2013 dengan KTSP No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Kurikulum 2013 KTSP SKL (Standar Kompetensi Lulusan) Standar Isi ditentukan terlebih ditentukan terlebih dahulu, melalui dahulu melaui Permendiknas No Permendikbud No 54 Tahun 2013. 22 Tahun 2006. Setelah itu Setelah itu baru ditentukan Standar ditentukan SKL (Standar Isi, yang berbentuk Kerangka Dasar Kompetensi Lulusan) melalui Kurikulum, yang dituangkan dalam Permendiknas No 23 Tahun Permendikbud No 67, 68, 69, dan 2006 70 Tahun 2013 Aspek kompetensi lulusan ada keseimbangan soft skills dan hard lebih menekankan pada aspek skills yang meliputi aspek pengetahuan kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan di jenjang SD Tematik Terpadu di jenjang SD Tematik Terpadu untuk kelas I-VI untuk kelas I-III Jumlah jam pelajaran per minggu Jumlah jam pelajaran lebih lebih banyak dan jumlah mata sedikit dan jumlah mata pelajaran lebih sedikit dibanding pelajaran lebih banyak KTSP dibanding Kurikulum 2013 Proses pembelajaran setiap tema di Standar proses dalam jenjang SD dan semua mata pembelajaran terdiri dari pelajaran di jenjang Eksplorasi, Elaborasi, dan SMP/SMA/SMK dilakukan dengan Konfirmasi pendekatan ilmiah (scientific approach), yaitu standar proses dalam pembelajaran terdiri dari Mengamati, Menanya, mengumpulkan informasi/ eksperimen, Mengasosiasikan, Mengkomunikasikan. TIK (Teknologi Informasi dan TIK sebagai mata pelajaran Komunikasi) bukan sebagai mata pelajaran, melainkan sebagai media pembelajaran Standar penilaian menggunakan Penilaiannya lebih dominan penilaian otentik, yaitu mengukur pada aspek pengetahuan semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 23 No. 8. 9. 10. Kurikulum 2013 KTSP Pramuka menjadi ekstrakuler wajib Pramuka bukan ekstrakurikuler wajib Peminatan (Penjurusan) mulai kelas Penjurusan mulai kelas XI X untuk jenjang SMA/MA BK lebih menekankan BK lebih pada menyelesaikan mengembangkan potensi siswa masalah siswa 3. Pendekatan Saintifik Pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari pemikiran tentang bagaimana metode pembelajaran diterapkan berdasarkan teori tertentu. Oleh karena itu banyak pandangan yang menyatakan bahwa pendekatan sama artinya dengan metode. Pendekatan Saintifik berarti konsep dasar yang menginspirasi atau melatarbelakangi perumusan metode mengajar dengan menerapkan karakteristik yang ilmiah. Discovery Education (2006) menyebutkan bahwa: “The scientific method is the "tool" that scientists use to find the answers to questions. It is the process of thinking through the possible solutions to a problem and testing each possibility to find the best solution”. Scientific Method merupakan serangkaian proses untuk menjawab pertanyaan (questions) melalui suatu proses berpikir, sebuah hipotesis diajukan untuk menjadi jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan. Serangkaian tes dijalankan untuk menguji hipotesis tersebut, sampai ditemukan jawaban yang sebenarnya atas pertanyaan yang muncul pada bagian awal proses. Kenneth Lafferty Hess Family Charitable Foundation (2007) menyatakan bahwa “The Scientific Method is a process for experimentation that is used to explore observations and answer questions. Scientists use the scientific method to search for cause and effect relationships in nature. In other words, they design an experiment so that changes to one item cause something else to vary in a predictable way.” Berdasarkan dua pendapat tersebut, maka dapat dikatakan bahwa Pendekatan Saintifik atau metode ilmiah merupakan serangkaian proses ilmiah yang diawali dengan suatu pertanyaan, diikuti pengajuan hipotesis sebagai commit to user jawaban sementara atas pertanyaan yang muncul, lalu dilakukan proses pengujian perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 24 hipotesis melalui eksperimen dan pada akhirnya disusun kesimpulan sebagai jawaban yang lebih sahih atas pertanyaan pada bagian awal. Bagi para saintis, Pendekatan Saintifik atau metode ilmiah dapat digunakan sebagai alat bantu agar mereka tetap fokus pada pertanyaan proyek, mengkonstruksi hipotesis, mendesain dan mengevaluasi eksperimen. Menurut Rothchild “The scientific method is a process for experimentation that is used to explore observations and answer questions. Scientists use the scientific method to search for cause and effect relationships in nature.” Metode ilmiah adalah suatu proses untuk eksperimen yang digunakan untuk mengeksplorasi pengamatan dan menjawab pertanyaan. Para ilmuwan menggunakan metode ilmiah untuk mencari hubungan sebab dan akibat dalam alam. 4. Proses Pembelajaran Proses pembelajaran merupakan tahapan-tahapan yang dilalui dalam mengembangkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik seseorang. Salah satu peran yang dimiliki seorang guru untuk melalui tahap-tahap ini adalah sebagai fasilitator. Untuk menjadi fasilitator yang baik guru harus berupaya dengan optimal mempersiapkan rancangan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa, demi mencapai tujuan pembelajaran. Berikut beberapa definisi mengenai proses pembelajaran, antara lain adalah menurut Prayudi (2007), proses pembelajaran adalah sebuah upaya bersama antara guru dan siswa untuk berbagi dan mengolah informasi dengan tujuan agar pengetahuan yang terbentuk terinternalisasi dalam diri peserta pembelajaran dan menjadi landasan belajar secara mandiri dan berkelanjutan. Achmad Zaini (2007) menyatakan bahwa proses pembelajaran adalah interaksi atau hubungan timbal balik antara siswa dengan guru dan antara sesama siswa. Pengertian interaksi mengandung unsur saling memberi dan menerima. Dalam interaksi belajar mengajar ditandai sejumlah unsur, yaitu tujuan yang hendak dicapai; siswa, guru dan sumber lainnya; bahan pelajaran: dan metode yang digunakan untuk mencapai situasi belajar mengajar. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 25 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian proses pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh guru dan siswa untuk berinteraksi serta mengolah berbagai informasi untuk mencapai tujuan pembelajaran. 5. Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan menggunakan pendekatan saintifik. Proses pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan saintifik, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber observasi, bukan diberi tahu. Kondisi pembelajaran pada saat ini diharapkan diarahkan agar peserta didik mampu merumuskan masalah (dengan banyak menanya), bukan hanya menyelesaikan masalah dengan menjawab saja. Pembelajaran diharapkan diarahkan untuk melatih berpikir analitis (peserta didik diajarkan bagaimana mengambil keputusan) bukan belajar mekanistis (rutin dengan hanya mendengarkan dan menghapal semata). Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan. Ranah sikap menggamit transformasi substansi atsu materi ajar agar peserta didik tau tentang “mengapa”. Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang “bagaimana”. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang “apa”. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 26 Pendekatan saintifik dalam pembelajaran meliputi mengamati (observing), menanya (questioning), mengumpulkan informasi, mengasosiasikan, mengkomunikasikan untuk semua mata pelajaran. 1) Mengamati (observing) Kegiatan pengamatan dalam proses pembelajaran melibatkan peserta didik secara langsung. Mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan ras ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Irving Rothchild (2006) menyebutkan bahwa “Observations are the meat and potatoes of science. We start a research project with observations made either in the field, the library, or the laboratory. How these observations are collected, classified, interpreted, and used as the basis of theorizing (from a hunch to a eureka) is, more or less, what science is about. Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah sebagai berikut. 1. Menentukan objek apa yang akan di observasi 2. Membuat pedoman observasi 3. Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi 4. Menentukan dimana tempat objek yang akan diobservasi 5. Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar 6. Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi 2) Menanya (Questioning) With observations as the meat and potatoes of science, it’s obvious that our appetite and hunger for them come from our curiosity, our never-ending desire to know. This is why we begin most (if not all) research projects with a commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 27 question and, therefore, why it is so important that we ask the right one. (Irving Rothchild, 2006) Pertanyaan dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan scientific dalam kurikulum 2013 dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan verbal. Istilah “pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk “kalimat Tanya”, melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya menginginkan tanggapan verbal. Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan. Pertanyaan terebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam (Kemendikbud, 2013). Menurut Carin, Bass & Contant (dalam Alandeom, 2009) The teacher also accepts students’ ideas without judging them by repeating and paraphrasing students’ responses; extends students’ inquiries by providing responses that clarify, compare, correct, and apply students’ ideas; and probes students’ ideas by responding with follow-up questions that encourage students to clarify, justify, or verify their own ideas. 3) Mengumpulkan informasi/eksperimen Tindak lanjut dari bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi. Mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/ kejadian/, aktivitas wawancara dengan nara sumber dan sebagainya. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 28 4) Mengasosiasikan Kegiatan “mengasosiasi/ mengolah informasi/ menalar” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud (2013) adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan. Aktivitas ini juga diistilahkan sebagai kegiatan menalar, yaitu proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalamanpengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. 5) Mengkomunikasikan/membentuk jejaring Kegiatan berikutnya pada pendekatan saintifik, adalah mengkomunikasikan, pada langkah ini guru diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan commit to user menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 29 sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan “mengkomunikasikan” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud (2013) adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar. 6. Penilaian Autentik (Authentic Assessment) Penilaian Autentik/Authentic Assessment adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai (Nurhadi, 2004: 172). Dalam American Librabry Association penilaian autentik didefinisikan sebagai proses evaluasi untuk mengukur kinerja, prestasi, motivasi, dan sikap-sikap peserta didik pada aktifitas yang relevan dalam pembelajaran. Dalam Newton Public School, penilaian autentik diartikan sebagai penilaian atas produk dan kinerja yang berhubungan dengan pengalaman kehidupan nyata peserta didik. Wiggins mendefinisikan penilaian autentik sebagai upaya pemberian tugas kepada peserta didik yang mencerminkan prioritas dan tantangan yang ditemukan dalam aktifitasaktifitas pembelajaran, seperti meneliti, menulis, merevisi dan membahas artikel, memberikan analisa oral terhadap peristiwa, berkolaborasi dengan antarsesama melalui debat, dan sebagainya. Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Karena, penilaian semacam ini mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lainlain. Penilaian autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau commit usermenunjukkan kompetensi mereka kontekstual, memungkinkan peserta didiktountuk perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 30 dalam pengaturan yang lebih autentik. Kata lain dari penilaian autentik adalah penilaian kinerja, portofolio, dan penilaian proyek. Penilaian autentik adakalanya disebut penilaian responsif, suatu metode yang sangat populer untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik yang miliki ciri-ciri khusus, mulai dari mereka yang mengalami kelainan tertentu, memiliki bakat dan minat khusus, hingga yang jenius. Penilaian autentik mencoba menggabungkan kegiatan guru mengajar, kegiatan siswa belajar, motivasi dan keterlibatan peserta didik, serta keterampilan belajar. Karena penilaian itu merupakan bagian dari proses pembelajaran, guru dan peserta didik berbagi pemahaman tentang kriteria kinerja. Dalam beberapa kasus, peserta didik bahkan berkontribusi untuk mendefinisikan harapan atas tugas-tugas yang harus mereka lakukan. Sedangkan Nurhadi mengemukakan bahwa karakteristik Penilaian Autentik adalah sebagai berikut. a. melibatkan pengalaman nyata (involves real-world experience) b. dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung c. mencakup penilaian pribadi (self assesment) dan refleksi d. mengukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta e. berkesinambungan f. terintegrasi g. dapat digunakan sebagai umpan balik h. kriteria keberhasilan dan kegagalan diketahui siswa dengan jelas (Nurhadi, 2004: 173). Penilaian Autentik akan terlaksana dengan baik, apabila guru memahami secara jelas tujuan yang ingin dicapai. Penilaian Autentik mengharuskan pembelajaran yang autentik pula. Dalam pembelajaran autentik, peserta didik diminta mengumpulkan informasi dengan pendekatan saintifik memahami aneka fenomena atau gejala dan hubungannya satu sama lain secara mendalam, serta mengaitkan apa yang dipelajari dengan dunia nyata di luar sekolah. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 31 7. Pola Pikir (Mindset) Guru Pola pikir adalah cara otak dan akal menerima, memproses, menganalisis, mempersepsi dan membuat kesimpulan terhadap informasi yang masuk melalui indra (M. Yunus, 2014: 38). Pola pikir menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sebuah sistem atau cara kerja yang diatur oleh otak kemudian disimpan oleh otak dan disebarkan ke seluruh tubuh sebagai acuan dalam bertindak dan sebagai pembentukan karakter. Menurut Gunawan (2010) Pola pikir adalah kepercayaan-kepercayaan yang mempengaruhi sikap seseorang; sekumpulan kepercayaan atau suatu cara berfikir yang menentukan perilaku dan pandangan, sikap dan masa depan seseorang, sikap mental tertentu atau watak yang menentukan respons dan pemaknaan seseorang terhadap situasi. Sedangkan menurut Daniel Tamburian (2008) Pola Pikir adalah sikap mental mapan (fixed mental attitude) yang dibentuk melalui pendidikan, pengalaman dan prasangka. Pola pikir sebagai peta mental dipakai sebagai dasar untuk bersikap dan bertindak. Peta yang mampu menggambarkan kenyataan suatu territorial, menjadikan orang mengetahui dimana dia berada dan kemana dia akan menuju, sehingga dia mampu merencanakan bagaimana dia menuju kesana. Peta yang tidak menggambarkan territorial yang dijelajahi akan menjadikan orang tersesat dan keliru dalam pengambilan keputusan. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pola pikir adalah cara otak dan akal menerima, memproses, menganalisis, mempersepsi dan membuat kesimpulan terhadap informasi yang masuk melalui indra. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (UU No.14 Tahun 2005). Guru merupakan salah satu pekerjaan profesional, pekerjaan professional berbeda dengan pekerja non professional karena suatu profesi memerlukan kemampuan dan keahlian khusus dalam melaksanakan profesinya dengan kata lain pekerjaan yang bersifat professional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang commit to user khususnya dipersiapkan untuk itu. Guru mempunyai tanggung jawab untuk perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 32 melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa. Penyampaian materi pelajaran hanyalah merupakan salah satu dari berbagai kegiatan dalam belajar sebagai suatu proses yang dinamis dalam segala fase dan proses perkembangan siswa (Slameto, 2003: 97). Charalambos (2008) menyatakan “The professional life of teachers has recently become more complicated. The reform needs, accompanied by social demands for accountability, render the work of teaching even more demanding.” Profesi guru memiliki tugas melayani masyarakat dalam bidang pendidikan. Tuntutan profesi ini memberikan layanan yang optimal dalam bidang pendidikan kepada masyarakat. Menurut M.Yunus (2014: 40) dalam dunia Pendidikan terdapat ungkapan pola pikir sebagai berikut. 1. Hal yang utama dan pertama dalam belajar adalah belajar bagaimana cara belajar dan belajar bagaimana cara berpikir, 2. Belajar dengan ulangan yang banyak dan volume kecil, jauh lebih baik daripada ulangan sedikit dengan volume besar, 3. Pemahaman jauh lebih penting dan bermanfaat daripada hafalan, 4. Belajar sambil melakukan jauh lebih bermakna daripada hanya sekadar memahami teori. Untuk menerapkan kurikulum 2013, guru harus mengalami perubahan pola pikir. Menurut Muhammad Nuh (Mendikbud) perubahan pola pikir tersebut dibutuhkan mengingat kurikulum 2013 berbeda dengan kurikulum sebelumnya. Adapun perubahan pola pikir antara lain sebagai berikut. Tabel. 2.2 Perubahan pola pikir pada kurikulum 2013 Pola pikir No. 1. Guru dan buku teks bukan satu-satunya sumber belajar 2. Kelas bukan satu-satunya tempat belajar 3. Belajar dengan beraktivitas 4. Menggunakan pendekatan saintifik 5. Pembelajaran Pengetahuan keterampilan commit to user Direct sikap Indirect perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 33 Lanjutan Tabel. 2.2 No. Pola pikir 6. Mengajak siswa mencari tahu, bukan diberi tahu 7. Membuat siswa suka bertanya, bukan guru yang sering bertanya 8. Menekankan kolaborasi-melalui pengerjaan projek 9. Pentingnya proses: procedural, pentingnya strategi: metakognitif 10. Mendahulukan pemahaman Bahasa Indonesia 11. 12. Siswa memiliki kekhasan masing-masing: normal, pengayaan, remedial Penekanan pada higher order thinking & mampu berasumsi (realitis) 13. Pentingnya data (terkait pengamatan dll) Tabel 2.3 Perubahan pola pikir kurikulum lama dan kurikulum baru pada matematika No. Implementasi Kurikulum lama Kurikulum 2013 1. Mulai dari pengamatan Langsung masuk ke materi permasalahan konkret, kemudian abstrak ke semi konkret, dan akhirnya abstraksi permasalahan 2. Rumus diturunkan oleh siswa dan permasalahan yang diajukan harus Banyak rumus yang harus dapat dikerjakan siswa hanya dihafal untuk menyelesaikan dengan rumus-rumus dan permasalahan (hanya bisa pengertian dasar (tidak hanya bisa menggunakan) mnggunakan tetapi juga memahami asal-usulnya) 3. Permasalahan matematika Perimbangan antara matematika selalu diasosiasikan dengan dengan angka dan tanpa angka [direduksi menjadi] angka [gambar, grafik, pola, dsb] 4. Dirancang supaya siswa harus Tidak membiasakan siswa berfikir kritis untuk untuk berfikir kritis [hanya menyelesaikan permasalahan mekanistis] yang diajukan 5. Metode penyelesaian masalah Membiasakan siswa berfikir yang tidak terstruktur algoritmis 6. Memperluas materi mencakup peluang, pengolahan data, dan Data dan statistik dikenalkan di statistik sejak kelas VII serta kelas IX saja materi lain sesuai dengan standar internasional 7. Mengenalkan konsep pendekatan commit to user Matematika adalah eksak dan perkiraan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 34 Pada kurikulum 2013, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, megumpulkan informasi/eksperimen, mengasosiasi dan mengkomunikasikan untuk semua mata pelajaran. Pola pikir pada pendekatan saintifik. Tabel 2.4. pola pikir guru dalam menerapkan pendekatan saintifik No. 1. Kegiatan Mengamati Kinerja Otak Menerima Memproses Menganalisis Mempersepsi Menyimpulkan 2. Menanya Menerima Memproses Menganalisis Mempersepsi Menyimpulkan commit to user Pemikiran Membuka secara luas dan bervariasi kepada peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar dan membaca. Mengajak siswa mengamati objek matematika nyata atau abtrak Guru harus melibatkan peserta didik secara langsung Guru memilih cara atau metode yang efektif Mengajak siswa mengamati objek matematika yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari Pertanyaan dalam kerangka proses pembelajaran dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan verbal. Pertanyaan harus menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam. Menciptakan suasana kelas yang mengundang rasa ingin tahu Memancing siswa untuk bertanya Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya kepada guru atau teman perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 35 Lanjutan Tabel. 2.4 No. 3. Kegiatan Mengumpulkan informasi Kinerja Otak Menerima Memproses Menganalisis Mempersepsi Menyimpulkan 4. Mengasosiasi Menerima Memproses Menganalisis Mempersepsi Menyimpulkan 5. Mengkomunikasi kan Menerima Memproses Menganalisis Mempersepsi Menyimpulkan Pemikiran Mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/ kejadian/ aktivitas wawancara dengan nara sumber dan sebagainya. Memuat proses analisis, mengolah dan mengajukan dugaan Meminta siswa untuk mencari informasi dari berbagai sumber Memiilih sumber informasi yang efektif Membimbing siswa untuk membiasakan diri berkreasi dan berinovasi memperdalam pengetahuan dan keterampilan Mengasosiasi dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut. Guru bersama dengan siswa, memproses informasi yang sudah dikumpulkan Mencari pola dan keterkaitan informasi Menemukan pola dan keterkaitan informasi Menarik kesimpulan dari fenomena khusus ke fenomena umum Guru harus memandu siswa untuk menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis atau media lainnya. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbeda pendapat Mencari cara yang efektif supaya siswa mampu membuat kesimpulan dan menyampaikannya Menggunakan pemaparan hasil atau presentasi Siswa menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 36 8. Gender Secara umum, pengertian Gender adalah perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan apabila dilihat dari nilai dan tingkah laku. Dalam Women Studies Ensiklopedia dijelaskan bahwa Gender adalah suatu konsep kultural, berupaya membuat perbedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat. Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (2011) menjelaskan bahwa gender dapat didefinisikan sebagai perbedaan peran, atribut, sikap tindak atau perilaku yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat atau yang dianggap pantas untuk laki-laki dan perempuan. Heddy Shri Ahimsha Putra (2000) menegasakan bahwa istilah Gender dapat dibedakan ke dalam beberapa pengertian berikut ini: Gender sebagai suatu istilah asing dengan makna tertentu, Gender sebagai suatu fenomena sosial budaya, Gender sebagai suatu kesadaran sosial, Gender sebagai suatu persoalan sosial budaya, Gender sebagai sebuah konsep untuk analisis, Gender sebagai sebuah perspektif untuk memandang kenyataan. Santrock (2003: 365) mengemukakan bahwa istilah gender dan seks memiliki perbedaan dari segi dimensi. Istilah seks (jenis kelamin) mengacu pada dimensi biologis seorang lakilaki dan perempuan, sedangkan gender mengacu pada dimensi sosial-budaya seorang laki-laki dan perempuan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian gender adalah karakteristik laki-laki dan perempuan berdasarkan dimensi sosial-kultural yang tampak dari nilai dan tingkah laku. Perbedaan gender termasuk dalam hal peran, tingkah laku, kecenderungan sifat dan atribut lain yang menjelaskan arti menjadi seorang laki-laki atau perempuan dalam kebudayaan yang ada. Barbara Mackoff (dalam Sugihartono, 2007:35) menyatakan bahwa perbedaan terbesar antara laki-laki dan perempuan adalah cara memperlakukan mereka. Perbedaan ini dilakukan secara terus menerus, diturunkan secara cultural dan terinternalisasi menjadi kepercayaan dari generasi dan diyakini sebagai ideologi. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 37 Menurut Bem (dalam Sugihartono, 2007:35) dalam penelitiannya setiap responden menilai karakteristik mana yang dapat diaplikasikan pada laki-laki mana yang dapat diaplikasikan pada perempuan. Di antara karakteristik tersebut tampak dalam deskripsi Tabel. 2.3 berikut. Tabel 2.5 Karakteristik stereotip laki-laki dan perempuan Karakteristik stereotip laki-laki Bertindak sebagai seorang pemimpin Agresif Ambisius Analitis Asertif Memiliki kemampuan kepemimpinan Mandiri Individualistis Mudah mengambil keputusan Maskulin Atletis Bergantung pada dirinya sendiri Kompetitif Mampu memenuhi kebutuhannya sendiri Kepribadian yang kuat Bersedia mengambil sikap Dominnan Mempertahankan keyakinannya Memaksa Bersedia Karakteristik stereotip perempuan Penuh perasaan Menyukai anak-anak Ceria Seperti anak-anak Penuh belas kasih setia Sensitive terhadap kebutuhan orang lain Pemalu Tidak menggunakan kata-kata kasar Ingin menentramkan perasaan yang terluka Feminim Berbicara lembut Ingin disanjung Lemah lembut Penuh pengertian Hangat Lugu Penurut Simpatik Lembut B. Penelitian Relevan Quinn, F. (2011) fokus dalam penelitian ini adalah pendekatan pembelajaran matematika langsung pada individu. Pendekatan ini adalah pendekatan ilmiah (scientific) dalam arti mengembangkan pengamatan skala mikro. Tujuan proyek ini dalam jangka panjang untuk kemampuan dan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 38 keterampilan karena ini merupakan kendala kuat pada pendidikan dasar. Tujuan akhirnya adalah untuk menghasilkan warga Negara yang kompeten, dan ilmuan serta insinyur. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah pendekatan pada abad ketiga akan menjadi tidak relevan, pada kenyataannya pendekatan ilmiah (scientific) merupakan pendekatan yang kompetebel dengan matematika modern, dan relevan dengan ajaran yang didasarkan pada pendekatan ini. Selain itu, siswa dilatih dengan cara tidak menemukan matematika modern dan kalkulus jadi benar-benar asing. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian menggunakan pendekatan saintifik sebagai acuan. Perbedaannya terletak pada tujuan penelitian. Niederle and Vesterlund (2010) Perbedaan gender dalam sikap kompetitif dapat menyebabkan skor tes matematika memberikan representasi bias gender yang mendasari perbedaan dalam keterampilan matematika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hal itu mungkin penting untuk memeriksa apakah perubahan dalam pengujian atau evaluasi dapat memungkinkan perempuan lebih banyak menyadari untuk mengukur potensi mereka dan saat ini minat matematika dan keterampilan matematika mereka lebih baik. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah tinjauan yang digunakan yaitu gender. Perbedaannya terletak pada subjek penelitian. C. Kerangka Berpikir Pola pikir (mindset) guru dalam menerapkan pendekatan Saintifik pada pembelajaran matematika dalam penelitian ini ditinjau dari gender guru. Pola pikir dilihat bagaimana cara guru dalam menerima informasi tentang langkah-langkah pembelajaran dalam pendekatan saintifik, memproses informasi, bagaimana guru menganalisis serta membuat persepsi dan bagaimana guru membuat kesimpulan dari informasi tersebut. Pola pikir atau mindset seseorang sangat mempengaruhi tindakan dan nasib seseorang, artinya berhasil atau gagal seseorang dalam perjalanan hidupnya dominan dipengaruhi dan ditentukan oleh cara berpikir seseorang, sehingga jika ingin sukses dalam kehidupan ini manusia sebagai commit to user makhluk yang memiliki kemampuan berpikir dituntut untuk mampu perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 39 mempergunakan dan mengaktualisasikan cara berpikirnya secara maksimal, dan yang paling penting dituntut untuk mampu melakukan perubahan cara berpikir (mindset change) sesuai dengan tuntutan ruang dan waktu yang sedang dihadapi. Kemampuan untuk melakukan perubahan pola pikir paling sulit dilakukan oleh seseorang karena dia sudah merasa terbiasa, nyaman dan aman pada cara berpikir yang telah dianutnya, itulah yang didalam ilmu psikologi disebut dengan Zona Nyaman (Comfort Zone). Pekerjaan yang bertujuan untuk pindah dari zona nyaman adalah merupakan suatu kegiatan tersulit untuk dilakukan manusia. Akan tetapi jika seseorang ingin berhasil dalam hidup terutama untuk menghadapi perobahan zaman maka manusia dituntut untuk melakukan perubahan terhadap cara berpikirnya Selain dari yang diturunkan secara genetik lewat kedua orang tua, pola pikir juga dipengaruhi oleh lingkungan sosial, keluarga dekat, sekolah, teman, bacaan dan media masa termasuk gender seseorang. Konsep perbedaan jenis kelamin seringkali dirancukan dengan konsep gender sebagai konstruksi sosial oleh pemahaman masyarakat. Perbedaan jenis kelamin memang berbeda sejak lahir, menjadi hak penuh Tuhan dalam menentukan jenis kelamin manusia. Lain halnya dengan „pembedaan‟ gender, terjadi melalui sebuah proses panjang yang dilakukan oleh manusia (masyarakat) melalui pencitraan, pemberian peran, cara memperlakukan dan penghargaan terhadap keduanya. Oleh sebab konstruksi sosial merupakan bentukan masyarakat, maka sifatnya dapat berubah dan diubah sesuai dengan perubahan sosial, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terjadi musibah, bencana alam, termasuk perubahan kebijakan dan pemahaman agama maupun adaptasi dengan budaya yang tidak bias gender. Berbagai bentuk kesenjangan gender yang terjadi dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat, terpresentasi juga dalam dunia pendidikan. Bahkan proses dan institusi pendidikan dipandang berperan besar dalam mensosialisasikan dan melestrikan nilai-nilai dan cara pandang yang mendasari munculnya berbagai ketimpangan gender dalam masyarakat. Pada keseluruhan upaya pendidikan, proses belajar mengajar (PBM) to user merupakan aktivitas yang palingcommit penting, karena melalui proses inilah tujuan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 40 pendidikan akan tercapai dalam bentuk perubahan perilaku peserta didik. Peranan guru sangat penting dalam dunia pendidikan karena selain berperan mentransfer ilmu pengetahuan ke peserta didik, guru juga dituntut memberikan pendidikan karakter dan menjadi contoh karakter yang baik bagi anak didiknya. Kemdikbud (2013) menyimpulkan, penerapan Kurikulum 2013 kepada siswa SD dan SMP memberikan pengaruh yang baik dalam pembentukan karakter, keaktifan, proses belajar, kreativitas, pola pikir, dan budaya membaca. Diterapkannya kurikulum tersebut menuntut guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, kemampuan untuk mengintegrasikan pembelajaran dengan pendekatan ilmiah, dan membangun karakter anak. Selain itu, mempengaruhi guru untuk mengembangkan metode pembelajaran. Menurut Jancirani (2012) “Boys and girls differ significantly in their scientific attitude. Boys have high level of scientific attitude than girls.” (Anak laki-laki dan perempuan berbeda secara signifikan dalam sikap ilmiah mereka. Anak laki-laki memiliki tingkat tinggi sikap ilmiah dibandingkan anak perempuan). Berarti kemungkinan dalam penerapan pendekatan saintifik guru laki-laki dan guru perempuan memiliki pola pikir yang berbeda. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 3 Madiun. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan bertahap. Adapun tahap waktu penelitian yang dilaksanakan adalah sebagai berikut. A. Tahap Persiapan 1) Penentuan masalah 2) Penyusunan proposal : Oktober 2013 : November – Desember 2013 3) Penyusunan instrumen penelitian : Januari 2014 B. Tahap Pelaksanaan Penelitian dan analisa data Pada tahap ini penulis melakukan kegiatan memohon ijin dan survey ke sekolah, kemudian melakukan pengambilan data yaitu pada bulan Pebruari sampai Mei 2014. C. Peyusunan Laporan Pada tahap ini penulis melakukan penyusunan laporan yaitu pada bulan Mei sampai Juli 2014 B. Jenis Penelitian Berangkat dari fokus permasalahan dalam penelitian ini, maka jenis penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif dipilih dalam penelitian ini karena beberapa pertimbangan antara lain: (1) Penelitian ini merupakan upaya untuk mendeskripsikan pola pikir guru terkait dengan proses pembelajaran matematika yang menggunakan pendekatan ilmiah (2) Penelitian ini lebih bersifat induktif, artinya peneliti berusaha mendeskripsikan permasalahan berdasar data yang terbuka bagi penelitian lebih lanjut; (3) Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang wajar dan mengutamakan data yang bersifat kualitatif. commit to user 41 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 42 C. Subjek Penelitian Teknik pengambilan subjek penelitian ini adalah purposive sampling. Purposive sampling yaitu teknik pengambilan sumber data dengan pertimbangan maksud tertentu sesuai dengan tujuan penelitian ini dilaksanakan. Sekolah yang dipilih dalam penelitian ini adalah sekolah yang telah menerapkan kurikulum 2013 dalam proses pembelajaran matematikanya yaitu SMAN 3 Madiun, sedangkan sumber informan penelitian adalah orang yang dianggap dapat memberikan informasi yang dibutuhkan peneliti. Sumber informan dalam penelitian ini ada 2 yaitu Hendriyanto dan Umdatun Nafi‟ah, keduanya merupakan guru kelas X di SMAN 3 Madiun. D. Data dan Sumber Data Menurut Lofland dalam Moleong (2011) sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Data dan sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Data Data tentang Pola Pikir guru dalam menerapkan pendekatan saintific. 2. Sumber Data Ada tiga sumber data dalam penelitian ini, yaitu informan kunci (key informan), tempat dan peristiwa serta dokumen. 1) Informan kunci (key informan), informan awal dipilih secara purposive (purposive sampling). Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2006:102) kekuatan dari sampel purposif adalah dari sedikit kasus yang diteliti secara mendalam memberikan banyak pemahaman tentang topik. Bertindak sebagai informan kunci adalah waka kesiswaan. 2) Tempat dan peristiwa, yang meliputi Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) beserta kelengkapan administrasi KBMnya. 3) Dokumen, antara lain RPP, Proses Belajar Mengajar (PBM) yang meliputi kegiatan belajar mengajar dan perangkat commit mengajar. to user Data ini dipergunakan untuk perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 43 melengkapi hasil wawancara. Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data yang sesuai dengan fokus penelitian, antara lain: RPP dan perangkat pembelajaran di kelas. E. Metode Pengumpulan Data Sesuai dengan tahapan penelitian dalam penelitian kualitatif, instrument utama adalah peneliti sendiri. Dalam penelitian kualitatif, proses pengumpulan data berjalan dari medan empiris dalam upaya membangun teori dari data. Proses pengumpulan data ini meliputi proses memasuki lokasi penelitian serta berada dilokasi penelitian dan mengumpulkan data. Metode pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi atau pengamatan. 1. Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Lexy J. Moleong, 2007:186). Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya (Sugiyono, 2011). Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Pada penelitian ini, wawancara digunakan untuk mengetahui dan mendalami tentang pola pikir guru dalam menerapkan pendekatan Saintifik. 2. Observasi Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diteliti. Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data-data secara langsung yang terkait dengan proses pembelajaran matematika meliputi jalannya pembelajaran aktivitas guru dan penggunaan media pembelajaran. Observasi digunakan untuk mengetahui tindakan yang dilakukan guru dalam menerapkan pendekatan saintifik. commit to user F. Instrumen Pengumpulan Data perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 44 Sebagaimana umumnya penelitian, teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan instrumen penelitian. Bogdan dan Biklen (Sugiyono 2011) menyatakan bahwa salah satu ciri penelitian kualitatif adalah dilakukan pada kondisi alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen), langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen kunci. Senada dengan itu, Wahidmuri (2008) menyatakan bahwa pada penelitian kualitatif, instrumen utama atau kuncinya adalah peneliti itu sendiri. Namun demikian, dalam pengumpulan data ia tetap menggunakan instrumen penelitian lain seperti pedoman wawancara, pedoman pengamatan, pedoman dokumentasi atau bahkan kuesioner. Adapun instrumen pada penelitian ini adalah peneliti sebagai instrumen utama dibantu dengan instrumen bantu berupa pedoman wawancara. 1. Instrumen utama Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri yang bertujuan untuk mencari dan mengumpulkan data langsung dari sumber data. Karena peneliti sebagai instrumen, maka peneliti harus sanggup menyesuaikan diri dan berinteraksi secara langsung dan tuntas dengan fenomena yang sedang dipelajari. 2. Instrumen bantu Dalam penelitian ini, peniliti menggunakan 2 instrumen bantu. Instrument pertama digunakan sebagai alat bantu dalam pengambilan data di lapangan. Data ini untuk mengetahui apa yang dipikirkan guru yaitu berupa pedoman wawancara. Instrumen kedua berupa lembar observasi yang digunakan peneliti untuk mengetahui apa yang dilakukan guru. a. Tujuan pembuatan instrumen Pedoman wawancara dibuat untuk acuan peneliti dalam melakukan wawancara kepada subjek, terkait dengan pola pikir guru. Pedoman wawancara ini bersifat tidak terstruktur dengan tujuan menemukan masalah secara terbuka, artinya subjek diajak untuk mengemukakan pendapat dan ide-idenya. Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data berdasarkan pengamatan langsung mengenai proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik. b. Proses pembuatan instrumen commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 45 Instrumen ini dibuat untuk membantu peneliti sesuai dengan kajian teori yang dibuat. Sebelum digunakan, pedoman wawancara dan lembar observasi dianalisis atau divalidasi dengan kriteria kejelasan butir pertanyaan dan keterarahan pertanyaan terhadap tujuan penelitian. c. Proses penggunaan/pelaksanaan Instrumen bantu pertama digunakan pada saat mewawancarai subjek, yakni sebelum subjek melakukan pembelajaran. Apabila subjek mengalami kesulitan dengan pertanyaan tertentu, maka peneliti akan mendorong subjek untuk merefleksi atau memberikan pertanyaan yang lebih sederhana tanpa menghilangkan inti permasalahan. Instrument bantu kedua digunakan saat berlangsungnya proses belajar mengajar. Pada waktu observasi dilakukan, peneliti mengamati tingkahlaku dan proses yang dilakukan pada saat itu. d. Proses analisis data Data yang diperoleh melalui instrumen ini kemudian dianalisis dengan tahapan sebagaimana model miles dan huberman, yakni dimulai dari reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan/verifikasi (conclusion drawing/verification). e. Penggunaan data Data yang diperoleh digunakan untuk mengetahui pola pikir guru dalam menerapakan pendekatan saintifik. Untuk mendapatkan data penelitian, Subjek diminta untuk menyampaikan apa yang dipikirkan ketika akan menerapkan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran. Data yang diperoleh pada saat wawancara direkam dengan menggunakan Handycam. G. Validitas Data Moleong (2011) mengatakan bahwa data dalam penelitian kualitatif harus memenuhi syarat: 1) derajat kepercayaan (credibility), 2) keteralihan (transferability), 3) ketergantungan (dependability) dan 4) kepastian (confirmability). Keempat kriteria tersebut didasarkan pada kriteria penelitian kuantitatif, yaitu validitas internal, validitas eksternal, reliabilitas dan obyektifitas. Suatu data hasil penelitian mempunyai derajat kepercayaan (credibility), apabila commit to user hasil penelitian yang diperoleh sesuai dengan kenyataan yang terjadi di lapangan. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 46 Kriteria keteralihan (trasferability) berarti data empiris keteralihan (trasferability) yang diperoleh digunakan untuk membuat keputusan tentang pengalihan informasi, sehingga peneliti harus melakukan penelitian kecil untuk memverifikasi. Teknik ini menuntut peneliti melaporkan hasil penelitiannya secara cermat dan teliti. Moleong (2011) mengatakan bahwa kriteria ketergantungan (dependability), berarti peneliti harus menyediakan data mentah, data yang harus direduksi, hasil analisis data, rekonstruksi data dan hasil temuan serta kesimpulan. Sedangkan kriteria kepastian atau (confirmability) mengandung arti bahwa peneliti harus bersikap netral, berbicara sesuai data yang diperoleh dengan demikian diperoleh data yang obyektif, dapat dipercaya, faktual serta dapat dipastikan. Keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kredibilitas (validitas) dan dependabilitas (reliabilitas). Selanjutnya untuk memperoleh data penelitian yang dapat dipercaya (credibility), teknik yang digunakan adalah dengan triangulasi. Triangulasi adalah teknik pengecekan keabsahan data dengan memanfaatkan data lain di luar data penelitian yang berfungsi sebagai pembanding. Sugiyono (2010) mengatakan terdapat triangulasi sumber, triangulasi metode pengumpulan data dan triangulasi waktu. Dalam penelitian ini teknik triangulasi data yang digunakan adalah triangulasi waktu dan triangulasi metode. Triangulasi waktu digunakan untuk pengecekan data pada waktu yang berbeda sehingga data yang telah diperoleh valid, data diperoleh dari hasil wawancara. Triangulasi metode digunakan untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan mengecek kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Data diperoleh dari observasi, lalu dicek dengan catatan lapangan di kelas apabila menghasilkan data yang berbeda maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data untuk memastikan mana yang dianggap benar. Selain itu dalam pengambilan data penelitian akan digunakan Handycam sehingga data yang diperoleh kredibel. Dependabilitas atau kebergantungan merupakan istilah yang disamakan dengan reliabilitas pada penelitian kuantitatif, yaitu dapat tidak dibuat replikasi atau uji ulang hasil penelitian. Dalam penelitian kualitatif memandang realitas itu terkait langsung dengan konteks dan waktu, sehingga kecil kemungkinan mengadakan replikasi hasil commit to user studi. Teknik-teknik yang digunakan adalah : (1) menggunakan teknik-teknik yang perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 47 digunakan untuk kredibilitas, (2) metode overlap, yaitu dengan triangulasi seperti pada aplikasi kredibilitas, dan (3) teknik replikasi bertahap, yaitu dibentuk studi oleh dua tim yang independen tetapi secara periodik bertemu dan (4) teknik audit, yang dasarnya kejujuran dan ketepatan sudut pandang auditor. Dalam penelitian ini untuk menjaga dependabilitas dilakukan dengan teknik seperti yang dijelaskan untuk menjaga kredibilitas dan teknik audit dengan cara mendiskusikan hasil penelitian ini dengan teman sejawat dan Dosen Pebimbing. H. Teknik Analisis Data Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menganalisa data.Teknik analisis data yaitu untuk menganalisa data yang telah diperoleh untuk ditarik kesimpulan. Metode analisis yang digunakan adalah analisis data kualitatif. Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sejak awal dan sepanjang proses penelitian berlangsung. Teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan teknik interaktif dengan tiga prosedur sebagai berikut. 1. Reduksi Data Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Dalam hal ini, penulis membuat catatan lapangan kemudian apabila catatan lapangan sudah terkumpul, maka penulis memilih di antara catatan-catatan itu, tentang bagian data mana yang dipakai, mana yang dibuang, serta cerita-cerita apa yang sedang berkembang. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan data dengan sedemikian rupa sehingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. 2. Penyajian Data Penyajian data adalah penyampaian informasi berdasarkan data yangdimiliki dan disusun secara baik, runtut sehingga mudah dilihat, dibaca dan dipahami tentang suatu kejadian dan tindakan atau peristiwa dalam bentuk teks naratif. 3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi Berdasarkan data-data yang diperoleh dari berbagai sumber, peneliti mengambil commit to user kesimpulan yang masih tetatif. Akan tetapi, dengan bertambahnya data melalui perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 48 proses verifikasi, maka akan diperoleh kesimpulan yang bersifat grounded. Dengan kata lain, setiap kesimpulan senantiasa terus menerus dilakukan verifikasi selama penelitian berlangsung. Kesimpulan yang diperoleh melalui analisis data tersebut dijadikan pedoman untuk menyusun rekomendasi dan implikasi. I. Prosedur Penelitian Penelitian dilakukan dalam dua tahapan. Tahapan pertama,kajian pustaka dengan mengkaji berbagai teori dan implikasi mengenai prosespembelajaran matematika di SMA. Pada tahapan kedua, mengumpulkan datasesuai dengan metode-metode yang telah ditetapkan.Adapun langkah-langkah penelitian yang telah diambil adalah sebagai berikut. 1. Menyampaikan pemberitahuan sekaligus permohonan ijin kepada Kepala Sekolah untuk dapat melakukan penelitian di SMA tersebut. 2. Memperkenalkan diri kepada kepala sekolah, guru yang menjadi sasaran penelitian bahwa peneliti adalah mahasiswa Program Pasca Sarjana Pendidikan Matematika UNS, yang bermaksud melakukan penelitian tentang Pola pikir guru matematika dalam menerapkan pendekatan saintifik di sekolah tersebut. 3. Menjelaskan tentang tujuan serta manfaat yang akan dihasilkan dari penelitian tersebut, tanpa menyembunyikan maksud penelitian sehingga akan menghilangkan kecurigaan mereka yang menganggap penelitian itu bertujuan memata-matai dan mencari kesalahan dalam pelaksanaan tugas. 4. Menetapkan informan kunci yang dapat memandu dan membantu peneliti dalam mengumpulkan data. 5. Membuat rekaman wawancara dengan informan. 6. Melakukan pemotretan terhadap gambaran umum proses pembelajaran matematika dengan aktivitasnya untuk bahan dokumentasi. 7. Membuat catatan hasil pengamatan yang dituangkan ke dalam catatan dari hasil pengamatan. 8. Membuat laporan penelitian. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 49 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pengembangan Instrumen a. Instrumen bantu pertama Penelitian ini menggunakan dua instrumen bantu yaitu pedoman wawancara dan lembar observasi. Pedoman wawancara terdiri dari 12 butir pertanyaan. Instrumen pedoman wawancara berupa pedoman pertanyaan untuk menggali informasi dari guru tentang pola pikir guru dalam menerapkan Pendekatan saintifik. Pedoman ini bersifat semi struktur dengan tujuan menemukan permasalahan secara terbuka, artinya subjek diajak mengemukakan pendapat dan ide-idenya berkaitan dengan pola pikir mereka. Sebelum ditanyakan kepada subjek penelitian, instrumen pedoman wawancara divalidasi oleh validator. Validasi ini berupa validasi kisi-kisi pedoman wawancara. Aspek validitas pedoman wawancara yang dinilai oleh validator adalah: 1) Kejelasan tujuan wawancara dan butir pertanyaan 2) Kesesuaian pertanyaan untuk mengungkap pola pikir guru dalam menerapkan pendekatan Ilmiah Hasil validasi pedoman wawancara ini disajikan dalam lembar validasi yang diisi oleh validator setelah memeriksa instrumen yang telah dibuat. Validator dapat memberikan tanda cek (√) pada kolom Ya, jika indikator telah memenuhi kriteria yang disebutkan. Jika tidak sesuai, validator memberi tanda cek (√) pada kolom Tidak. Dari hasil penilaian tersebut, validator dapat memberikan kesimpulan apakah instrumen tersebut layak digunakan (L), layak digunakan dengan perbaikan (P) atau tidak layak digunakan (T). Validator instrumen pedoman wawancara ini berjumlah tiga orang. Adapun nama ketiga validator tersebut adalah commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 50 Tabel 4.1. Daftar validator instrumen pedoman wawancara No Nama 1 Darmadi, S.Si, M.Pd 2 3 Jabatan Dosen Matematika IKIP PGRI Madiun Drs. Basuki Rachmat, M.Pd Kepala Sekolah MAN 2 Madiun dan Dosen Matematika IKIP PGRI Madiun Drs. Yuli Irfan Aliurido, M.Pd Guru Matematika MAN 2 Madiun Secara umum berdasarkan hasil validasi terhadap pedoman wawancara dapat diperoleh data valid sebagaimana tabel berikut. Tabel 4.2. Daftar Hasil Validasi pedoman wawancara No Nama 1 Darmadi, S.Si, M.Pd 2 Drs. Basuki Rachmat, M.Pd 3 Drs. Yuli Irfan Aliurido, M.Pd Kesimpulan Layak dengan Perbaikan Layak Digunakan Layak digunakan Berdasarkan hasil koreksi dari validator, selanjutnya dilakukan perbaikan terhadap instrumen pedoman wawancara. Perbaikan instrumen pedoman wawancara adalah dengan memperdalam pertanyaan agar mendapatkan pola pikir guru. Adapun pertanyaan tambahannya adalah sebagai berikut.. 1. Pada langkah mengamati, mengapa saudara menggunakan cara tersebut? 2. Pada langkah menanya, apa trik saudara jika siswa masih belum mau mengajukan pertanyaan? 3. Pada langkah mengumpulkan informasi, mengapa anda memilih sumber itu? 4. Pada langkah mengasosiasi dan mengkomunikasikan, mengapa anda memilih cara tersebut? Lembar validasi oleh validator dapat dilihat pada Lampiran 2 dan instrumen pedoman wawancara yang telah divalidasi secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 3. b. Instrumen Bantu Kedua Instrumen bantu kedua berupa lembar observasi yang memuat indikator penerapan pendekatan saintifik. Instrumen ini dibuat untuk commit to user mengumpulkan data berdasarkan pengamatan langsung mengenai proses perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 51 pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Sebelum digunakan, lembar observasi divalidasi terlebih dahulu, validasi diarahkan pada kesesuaian aspek materi, konstruksi dan bahasa. Nama Validator instrumen bantu kedua dapat dilihat pada Tabel 4.3 Tabel 4.3. Nama Validator Instrumen Bantu Kedua No Nama 1 Darmadi, S.Si, M.Pd 2 Drs. Basuki Rachmat, M.Pd 3 Drs. Yuli Irfan Aliurido, M.Pd Jabatan Dosen Matematika IKIP PGRI Madiun Kepala Sekolah MAN 2 Madiun dan Dosen Matematika IKIP PGRI Madiun Guru Matematika MAN 2 Madiun Hasil validisi dari ketiga orang validator menyatakan bahwa lembar observasi valid atau layak digunakan. Lembar validasi oleh validator dapat dilhat pada Lampiran 5 kemudian instrumen lembar observasi pada Lampiran 4. 2. Penentuan Subjek Penelitian Penentuan subjek pada penelitian ini menggunakan Purposive Sampling. Adapun Langkah penentuannya sebagai berikut. 1. Peneliti memilih SMA di Madiun yang sudah menerapkan Pendekatan Saintific yaitu SMAN 1 Madiun, SMAN 2 Madiun dan SMAN 3 Madiun. 2. Setelah diskusi dengan Waka Kesiswaan di masing-masing sekolah terpilih SMAN 3 Madiun alasannya SMAN 3 Madiun memiliki guru laki-laki dan guru wanita yang mengajar di kelas X. 3. Dari hasil pengamatan sementara oleh peneliti dengan guru-guru yang mengajar di kelas X terpilih 2 Subjek penelitian yaitu Hendriyanto dan Umdatun Nafi‟a. Alasan dipilihnya kedua subjek ini adalah kedua subjek memiliki kecenderungan sifat menyesuaikan diri dengan kurikulum baru, memiliki latar belakang pendidikan yang hampir sama, sudah tersertifikasi dan keduanya sama-sama belum mengenal peneliti. Selain itu peneliti juga commit toSMAN user 3 Madiun. memperoleh saran dari waka kurikulum perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 52 3. Deskripsi Subjek Penelitian 1) Subjek 1 Umdatun Nafiah, S. Pd, Si lahir di Ponorogo Jawa Timur pada tanggal 24 Juli 1978. Subjek 1 menempuh pendidikan SD sampai SMA di Ponorogo kemudian melanjutkan ke Universitas Negeri Yogyakarta dan Pascasarjana di Universitas Negeri Malang, selain itu subjek 1 juga pernah mengikuti Kursus Bahasa Inggris LB LIA Yogyakarta. Subjek 1 menjadi guru mulai tahun 2004 dan menjadi guru di SMAN 3 Madiun Tahun 2005 sampai sekarang. Selama menjadi guru subjek 1 aktif mengikuti pelatihan-pelatihan yang diadakan intern maupun ekstern sekolah. Pada tahun 2013 Subjek 1 pernah mengikuti Diklat Kurikulum 2013 di Malang dan Madiun. 2) Subjek 2 Hendrijanto, M.Pd lahir pada tanggal 17 Mei 1965 di Madiun. Pendidikan terakhir ditempuh di Pascasarjana UNS Surakarta lulus tahun 2008. PNS sejak tahun 1989, dan sekarang mengajar di SMAN 3 Madiun. Subjek 2 pernah mengikuti Diklat Kurikulum 2013 di Malang dan di Madiun selain itu Subjek 2 juga aktif menjadi Tim Penyuluh Kurikulum 2013 tingkat SMA di Karisidenan Madiun. 4. Hasil Analisis Data Sesuai dengan tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui Pola pikir (mindset) guru laki-laki dan wanita dalam menerapkan pendekatan saintific pada pembelajaran matematika maka peneliti harus mencari data tentang mindset guru. Untuk menggali mindset guru, data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu data tentang apa yang dipikirkan guru dan data tentang apa yang dilakukan guru. Data tentang apa yang dipikirkan guru didapat dari hasil wawancara peneliti dengan subjek penelitian. Sedangkan data tentang apa yang dilakukan guru diperoleh dari observasi di kelas subjek penelitian. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 53 Untuk me-recheck temuan data pada penilitian ini, peneliti menggunakan Triangulasi waktu. Triangulasi waktu untuk data tentang apa yang dipikirkan guru sedangkan triangulasi metode digunakan untuk data apa yang dilakukan guru. Berikut paparan, triangulasi dan analisis data pada masing-masing subjek penelitian. a. Paparan, Triangulasi dan Analisis Data Wawancara Untuk memudahkan analisis data, peneliti memberi kode pada transkrip wawancara, yaitu sebagai berikut. 1. Kode “P” menunjukkan Peneliti 2. Kode “S1” menunjukkan subjek penelitian 1 (Guru Wanita) 3. Kode “S2” menunjukkan subjek penelitian 2 (Guru Laki-laki) 4. Kode “a” menunjukkan wawancara pertama 5. Kode “b” menunjukkan wawancara kedua 6. Kode setelah kode huruf kecil, menunjukkan urutan pertanyaan. Salah satu contohnya adalah S1a03 yang berarti subjek wanita menjawab wawancara pertama untuk pertanyaan ke-3. 1. Paparan, Triangulasi dan Analisis Data Wawancara Langkah Mengamati Data ini akan digunakan untuk mengetahui bagaimana subjek menerima informasi tentang apa yang dimaksud dengan mengamati, bagaimana subjek memproses apa yang telah subjek terima kemudian bagaimana subjek menganalisis serta membuat persepsi. Selanjutnya bagaimana subjek membuat kesimpulan dari informasi tersebut. Data diperoleh dari wawancara. Untuk teknik pemeriksaan keabsahan data, peneliti menggunakan triangulasi waktu. a. Hasil Wawancara Subjek 1 1) Wawancara pertama Pa01 S1a01 : Menurut Ibu, apa yang dimaksud dengan kegiatan mengamati pada pendekatan Saintific? : Kegiatan mengamati merupakan kegiatan awal pada commit to user saintific, pada kegiatan ini guru langkah pendekatan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 54 harus memberikan kesempatan pada seluruh siswa untuk melakukan kegiatan melihat, membaca, mendengar dan menyimak. Guru juga harus melatih siswa untuk memperhatikan sesuatu yang penting dari suatu objek. Pa02 : Dari apa yang Ibu ketahui, langkah atau cara apa supaya siswa mampu melakukakan kegiatan ini? S1a02 : Saya harus memiliki cara supaya seluruh siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Pa03 : Caranya seperti apa bu? S1a03 : Misalnya saya meminta seluruh siswa melihat atau membaca soal atau bisa juga dengan mengamati permasalahan di sekeliling siswa yang sering terjadi terkait dengan materi yang dipelajari hari ini. Mengapa Ibu menggunakan cara tersebut? Pa04 : Jadi pertama saya melihat kemampuan awal siswa S1a04 : dan kondisi kelas, saya menganalisa cara seperti apa yang paling efektif untuk memaksimalkan Pa05 : kemampuan siswa. S1a05 : Setelah menganalisa apa yang Ibu lakukan? Dari hasil analisa tersebut, saya mempunyai beberapa ide terkait dengan tindakan atau objek seperti apa yang sesuai pada kegiatan mengamati. Kalau di matematika kebanyakan saya menggunakan objek yang bersifat abstrak. Bisa dari permasalahan siswa atau dari contoh soal di buku. Untuk menentukan media atau obyek kita perlu ide-ide biasanya saya browsing di internet atau membaca Pa06 : baca buku, buku matematika di perpustakaan juga buku-buku dari luar negeri. S1a06 : Pada saat pembelajaran, apakah Ibu selalu membawa media/objek nyata? Tidak, contoh pada materi persamaan fungsi kuadrat, tidak memungkinkan untuk saya menggunakan atau membawa contoh media nyata Pa07 : jadi saya hanya menggunakan contoh permasalahan S1a07 : matematika yang bersifat abstrak. Bisa Ibu contohkan? Misalkan saya meminta siswa melihat dan membaca beberapa grafik fungsi. 2) Wawancara kedua Pb01 S1b01 : Menurut Ibu, apa yang dimaksud dengan kegiatan mengamati pada pendekatan Saintific? : Kegiatan mengamati merupakan salah satu kegiatan yang meminta padatosiswa commit user untuk melakukan kegiatan melihat, membaca, mendengar dan menyimak juga perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 55 Pb02 S1b02 Pb03 S1b03 Pb04 S1b04 Pb05 S1b05 Pb06 S1b06 mengidentifikasi sesuatu yang penting dari suatu objek. : Dari apa yang Ibu ketahui, langkah atau cara apa supaya siswa mampu melakukakan kegiatan mengamati? : Ya saya harus membuat sesuatu yang bisa menarik siswa untuk tertantang melakukan pengamatan contohnya dengan memberikan permasalahan matematika yang terkait dengan kehidupan sehari-hari mereka. : Mengapa Ibu menggunakan cara tersebut? : Ya berdasarkan pengalaman dan pengamatan di kelas. Bagaimana kebiasaan siswa dan kira-kira siswa akan mengalami kesulitan apa tidak. : Dari mana Ibu memperoleh ide untuk membuat soal-soal? : Kalau ide soal biasanya saya browsing di internet atau membaca baca buku-buku matematika dari luar negeri. : Pada saat pembelajaran, apakah Ibu selalu membawa media/objek nyata? : Tidak, : Mengapa tidak membawa bu? : Kalau di matematika sendiri saya rasa susah ya kalau harus membawa objek nyata, karena kebanyakan materinya abstrak. Contoh pada materi persamaan kuadrat b. Triangulasi Tabel 4.4. Tabel Triangulasi Subjek 1 pada kegiatan mengamati Cara otak Menerima Wawancara pertama kegiatan mengamati merupakan kegiatan awal pada langkah pendekatan saintifik, pada kegiatan ini guru harus memberikan kesempatan pada seluruh siswa untuk melakukan kegiatan melihat, membaca, mendengar dan menyimak. Memproses S1 harus memiliki cara supaya seluruh siswa terlibat aktif dalam pembelajaran Menganalisis Sebelum menemukan cara yang tepat, S1 harus melihat kemampuan awal siswa dan kondisi kelas serta mempertimbangkan materi yang akan dipelajari. commit to user Wawancara kedua Kegiatan mengamati merupakan salah satu kegiatan yang meminta pada siswa untuk melakukan kegiatan melihat, membaca, mendengar dan menyimak juga mengidentifikasi sesuatu yang penting dari suatu objek S1 harus membuat sesuatu yang bisa menarik siswa untuk tertantang melakukan pengamatan. Dari pengalaman selama mengajar S1 menemukan cara yang efektif. Sebelum menentukan cara yang digunakan terlebih perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 56 dahulu guru harus melihat kondisi siswa. Mempersepsi S1 akan menggunakan objek yang Memberikan bersifat abstrak. Bisa dari permasalahan permasalahan siswa atau dari contoh matematika yang terkait soal di buku. dengan kehidupan sehari-hari mereka. Menyimpulkan Dalam kegiatan mengamati S1 tidak Pengamatan dilakukan menggunakan benda nyata melainkan dengan menggunakan dengan menggunakan contoh objek abstrak yaitu permasalahan matematika yang berupa permasalahan bersifat abstrak matematika Hasil triangulasi waktu pola pikir subjek 1 pada kegiatan mengamati Berdasarkan hasil wawancara pertama dan kedua maka diperoleh data valid. c. Analisis Data (A1) Berdasarkan paparan di atas, dapat diketahui bahwa dalam menerima informasi tentang kegiatan mengamati, menurut S1a01 kegiatan mengamati merupakan kegiatan awal pada langkah pendekatan saintifik, pada kegiatan ini guru harus memberikan kesempatan pada seluruh siswa untuk melakukan kegiatan melihat, membaca, mendengar dan menyimak. Guru juga harus melatih siswa untuk memperhatikan sesuatu yang penting dari suatu objek. dari apa yang dipahami kemudian S1 memproses informasi yang telah diterima tersebut. Berdasarkan hasil wawancara S1a02, S1 memiliki pemikiran bahwa S1 harus memiliki cara supaya seluruh siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Sebelum menemukan cara yang tepat berdasarkan S1a04, S1 harus menganalisa beberapa hal yang mempengaruhi kegiatan belajar mengajar. Selain melihat materi yang akan dipelajari S1 melihat kemampuan awal siswa dan kondisi kelas terlebih dahulu. Setelah menganalisa selanjutnya S1 membuat persepsi bahwa dari hasil analisa kondisi siswa, S1 mempunyai beberapa ide terkait dengan tindakan atau objek seperti apa yang sesuai pada kegiatan mengamati. Selanjutnya S1 menyimpulkan bahwa menurut S1a06 pada materi persamaan kuadrat tidak memungkinkan S1 menggunakan atau membawa commit tocontoh user media nyata yang akan diamati perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 57 jadi S1 hanya menggunakan contoh permasalahan matematika yang bersifat abstrak. Contoh permasalahan tersebut Misalkan S1 meminta siswa melihat dan membaca beberapa grafik fungsi. Dari hasil wawancara S1a05 ide contoh permasalahan tersebut dari internet atau membaca baca buku. d. Hasil Wawancara Subjek 2 1) Wawancara pertama Pa01 S2a01 Pa02 S2a02 Pa03 S2a03 Pa04 S2a04 Pa05 S2a05 Pa06 S2a06 Pa07 S2a08 : Menurut Bapak, apa yang dimaksud dengan kegiatan mengamati pada pendekatan Saintific? : Kegiatan mengamati merupakan kegiatan yang dilakukan siswa dengan melihat, membaca, mendengar dan menyimak suatu objek atau benda. : Dari apa yang Bapak ketahui, langkah atau cara apa supaya siswa mampu melakukan kegiatan ini? : Sebelum proses mengamati guru harus menentukan objek apa yang akan diamati, objek ini tergantung pada materi yang akan dipelajari. : Untuk menentukan objek yang akan diamati, hal apa saja yang menjadi pertimbangan Bapak? : Saya harus menggunakan objek yang mudah dipahami siswa. : Darimana bapak mempunyai ide tersebut? : Dari hasil pengalaman selama mengajar. : Persiapan apa yang Bapak lakukan untuk menentukan media/obyek secara nyata supaya siswa senang dan tertantang dalam proses pengamatan? : Pertama menyesuaikan materi yang ada kemudian mengkaitkan dengan kehidupan sehari-hari dan kebetulan buku dari pemerintah yang dipakai di K13 sudah ada pemicunya. : Apakah Bapak selalu membawa di kelas bapak selalu membawa media nyata? : Tidak. : Mengapa Pak? : Karena materi di kelas X kebanyakan sudah siswa pelajari di SMP jadi guru tidak perlu commit toobjek user nyata. Contoh pada materi membawa perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 58 peluang, kemungkinan kejadian pada peristiwa pelemparan dadu, dalam hal ini guru tidak perlu membawa dadu karena anak sudah bisa membayangkan. 2) Wawancara kedua Pb01 S2b01 Pb02 S2b02 Pb03 S2b03 Pb04 S2b04 Pb05 S2b05 Pb06 S2b06 : Menurut Bapak, apa yang dimaksud dengan kegiatan mengamati pada pendekatan Saintific? : kegiatan yang meminta siswa untuk mencoba mengamati permasalahan di lingkungan mereka yang berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari. Kalau dalam K13 hal yang harus dilakukan pada kegiatan ini adalah kegiatan yang dilakukan siswa dengan melihat, membaca, mendengar dan menyimak suatu objek atau benda. : Dari apa yang Bapak ketahui, langkah atau cara apa supaya siswa mampu melakukan kegiatan ini? : Pada pertemuan sebelumnya, biasanya saya sudah meminta siswa untuk membaca materi yang akan kita pelajari hari ini. : Mengapa pak? : Ya supaya siswa bisa terlibat aktif dalam pembelajaran, selanjutnya nanti saya akan meminta siswa untuk menentukan permasalhan yang bisa diselsaikan bersama-sama. : Untuk menentukan permasalahan yang akan diamati, hal apa saja yang menjadi pertimbangan Bapak? : Saya harus menggunakan permasalahan yang mudah dipahami seluruh siswa. : Persiapan apa yang Bapak lakukan untuk menentukan media/obyek secara nyata supaya siswa senang dan tertantang dalam proses pengamatan? : Pertama menyesuaikan materi yang ada tidak semua materi di matematika bisa di representasikan dengan benda nyata. Tapi kebetulan di buku dari pemerintah sudah ada pemicunya : Apakah di kelas Bapak selalu membawa media nyata? commit to user : Tidak. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 59 Pb07 S2b08 : Mengapa Pak? : Karena materi di kelas X kebanyakan sudah siswa pelajari di jenjang sebelumnya. e. Triangulasi Tabel 4.5. Tabel Triangulasi Subjek 2 pada kegiatan mengamati Cara otak Menerima Wawancara pertama Kegiatan mengamati merupakan kegiatan yang dilakukan siswa dengan melihat, membaca, mendengar dan menyimak suatu objek atau benda. Wawancara kedua Kegiatan yang meminta siswa untuk mencoba mengamati permasalahan di lingkungan mereka yang berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari. Kalau dalam K13 hal yang harus dilakukan pada kegiatan ini adalah kegiatan yang dilakukan siswa dengan melihat, membaca, mendengar dan menyimak suatu objek atau benda. Memproses Saya harus menggunakan objek Saya harus menggunakan yang mudah dipahami siswa. permasalahan yang mudah dipahami seluruh siswa. Menganalisis Dari pengalaman selama Menyesuaikan materi mengajar. yang ada tidak semua Mempersepsi Menyesuaikan materi yang ada materi di matematika bisa kemudian mengkaitkan dengan di representasikan dengan benda nyata. Tapi kehidupan sehari-hari. kebetulan di buku dari pemerintah sudah ada pemicunya Menyimpulkan Karena materi di kelas X Materi di kelas X kebanyakan sudah siswa pelajari kebanyakan sudah siswa di SMP jadi guru tidak perlu pelajari di jenjang membawa objek nyata. sebelumnya. Hasil triangulasi waktu pola pikir subjek2 pada kegiatan mengamati Berdasarkan hasil wawancara pertama dan kedua maka diperoleh data valid. f. Analisis (B1) Berdasarkan paparan di atas, dapat diketahui bahwa dalam menerima informasi tentang kegiatancommit menanya, menurut S2a01 Kegiatan mengamati to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 60 merupakan kegiatan yang dilakukan siswa dengan melihat, membaca, mendengar dan menyimak suatu objek atau benda, kemudian S2 memproses informasi yang telah diterima tersebut. Berdasarkan hasil wawancara S2a03, S2 memiliki pemikiran bahwa S2 harus menggunakan objek yang mudah dipahami siswa. Sebelum menemukan cara yang tepat berdasarkan S2a04, S1 harus menganalisa beberapa hal yang mempengaruhi kegiatan belajar mengajar. Selain melihat materi yang akan dipelajari S2 melihat dari pengalaman mengajar. Setelah menganalisa selanjutnya S2 membuat persepsi bahwa dari hasil analisa kondisi siswa, S2 mempunyai beberapa ide terkait dengan tindakan atau objek seperti apa yang sesuai pada kegiatan mengamati, S2 harus menyesuaikan materi yang ada kemudian mengkaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Selanjutnya S1 menyimpulkan bahwa menurut S208 Karena materi di kelas X kebanyakan sudah siswa pelajari di SMP jadi guru tidak perlu membawa objek nyata. 2. Paparan, Triangulasi dan Analisis Data Wawancara Langkah Menanya Data ini akan digunakan untuk mengetahui bagaimana subjek menerima informasi tentang apa yang dimaksud dengan menanya, bagaimana subjek memproses apa yang telah subjek terima kemudian bagaimana subjek menganalisis serta membuat persepsi. Selanjutnya bagaimana subjek membuat kesimpulan dari informasi tersebut. a. Hasil Wawancara subjek 1 1) Wawancara pertama Pa08 : S1a08 : Pa09 : S1a09 : Pada proses pembelajaran apakah semua siswa bertanya? Tidak, karena siswa belum terbiasa untuk bertanya, apalagi pertanyaan yang bisa mengarah pada kegiatan selanjutnya. Bagaimana cara Ibu menginspirasi siswa untuk mengajukan pertanyaan? Biasanya dengan memancing pertanyaan, saya ganti memberi pancingan lagi biasanya dengan pernyataanpernyataan, yang mengarah supaya dia bertanya, semacamcommit memberikan to userclue ini lho yang penting yang sebelah sini agar dia bertanya. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 61 Pa10 : S1a10 : Pa11 : S1a11 : Bagaimana kalau dari pernyataan tersebut siswa belum terpancing untuk bertanya? Kalau dia tidak terpancing, dengan contoh satu pertanyaan misalnya saya akan bertanya lagi akhirnya dia berpikir untuk melanjutkan ke fenomena-fenomena lainnya. Kalau waktunya masih saya akan menunjuk salah satu siswa. Mengapa Ibu memilih cara tersebut? Karena berdasarkan pengalaman, cara ini lebih efektif dari cara-cara yang lain. 2) Wawancara Kedua Pb07 : S1b07 : Pb08 : S1b08 : Pb09 : S1b09 : Pb09 : S1b09 : Menurut Ibu apa yang dimaksud dengan kegiatan menanya? Siswa bertanya tentang objek yang telah diamati, biasanya pada kegiatan ini kami mengalami masalah, karena siswa belum terbiasa untuk bertanya Bagaimana cara Ibu menginspirasi siswa untuk mengajukan pertanyaan? Memberikan pertanyaan pancingan yang terkait dengan apa yang telah siswa amati, Bagaimana kalau dari pernyataan tersebut siswa belum terpancing untuk bertanya? Kalau dari satu pertanyaan siswa belum terpancing saya akan memberi pertanyaan lagi atau biasanya saya memanggil salah satu siswa untuk bertanya. Mengapa Ibu memilih cara tersebut? menanya khan masih hal baru buat siswa kita, jadi kita harus terus memancing mereka untuk tetap aktif. Dari pengalaman saya, kalau siswa tidak di pancing untuk bertanya ya mereka akan diam saja. b. Triangulasi Tabel 4.6. Tabel Triangulasi Subjek 1 pada kegiatan menanya Cara otak Menerima Memproses Menganalisis Wawancara pertama Siswa belum terbiasa untuk bertanya, apalagi pertanyaan yang bisa mengarah pada kegiatan selanjutnya Wawancara kedua Siswa bertanya tentang objek yang telah diamati, disini saya rasa yang masih mengalami kesulitan. Memberi pancingan lagi Memberikan pertanyaan biasanya dengan pernyataan- pancingan pernyataan, yang mengarah supaya siswa bertanya. commit to user Berdasarkan pengalaman, Kalau dari satu perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 62 Mempersepsi memberi pertanyaan pancingan pertanyaan siswa belum lebih efektif dari cara-cara lain terpancing saya akan memberi pertanyaan lagi atau biasanya saya memanggil salah satu siswa untuk bertanya. Menyimpulkan -Memancing dengan pertanyaan Menanya masih hal baru -Kalau tidak terpancing, dengan buat siswa kita, jadi kita contoh satu pertanyaan, saya harus terus memancing akan bertanya lagi akhirnya mereka untuk tetap aktif. siswa berpikir untuk . melanjutkan ke fenomenafenomena lainnya. Hasil triangulasi waktu pola pikir subjek 1 pada kegiatan menanya Berdasarkan hasil wawancara pertama dan kedua maka diperoleh data valid. c. Analisis (A2) Dari paparan di atas, dapat diidentifikasi bahwa pada kegiatan menanya S1 mengalami kesulitan, menurut S1a08 siswa belum terbiasa untuk bertanya, apalagi pertanyaan yang bisa mengarah pada kegiatan selanjutnya. Dari hal tersebut S1 berpikir untuk menemukan cara apa yang paling efektif supaya siswa mau bertanya. Berdasarkan S1a11 dari pengalaman, dengan memberikan pancingan pertanyaan kepada siswa adalah cara yang efektif untuk menyelesaikan masalah ini. Menurut S1a10 Kalau siswa tidak terpancing, dengan contoh satu pertanyaan, S1 akan bertanya lagi akhirnya siswa berpikir untuk melanjutkan ke fenomena-fenomena lainnya. d. Hasil Wawancara subjek 2 1) Wawancara pertama Pa09 : S2a09 : Pa10 : S2a10 : Pa11 : S2a11 : Menurut Bapak apa yang dimaksud dengan kegiatan Menanya pada Pendekatan saintifik? Konsep menanya pada pendekatan saintifik bukan pertanyaan yang diberikan guru untuk siswa melainkan siswa yang bertanya. Jadi guru hanya sebagai fasilitator. Pertanyaan tersebut lisan apa tertulis pak? Ya lebih ke pertanyaan lisan. Bagaimana cara Bapak menginspirasi siswa untuk mengajukan pertanyaan? Untukcommit membangkitkan kemauan bertanya siswa to user secara lisan itu agag susah. Guru harus mempunyai perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 63 Pa12 : S2a12 : Pa13 : S2a13 : Pa14 : S2a14 : cara-cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah ini. Cara apa yang bapak lakukan untuk menyelesaikan masalah ini? Dengan membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Mengapa bapak memilih cara ini? Karena dengan membagi menjadi beberapa kelompok, siswa yang biasanya tidak bertanya akan bertanya pada temannya yang sudah paham, mungkin bahasa guru dengan bahasa teman sebaya itu berbeda. Apakah Bapak mempunyai cara lain? Ada, saya biasanya memancing dari beberapa topik, beberapa kejadian kemudian dipecahkan dengan berbagai pemikiran siswa, dari sini kita bisa memicu siswa untuk bertanya. 2) Wawancara kedua Pb09 : S2a09 : Pb10 : S2b10 : Pb11 S2b11 : : Pb12 S2b12 : : Pb13 : S2b13 : Menurut Bapak apa yang dimaksud dengan kegiatan Menanya pada Pendekatan saintifik? Pertanyaan dari siswa terkait dari apa yang sudah siswa baca atau amati. Bagaimana cara Bapak menginspirasi siswa untuk mengajukan pertanyaan terkait dengan apa yang telah diamati? Pasti pertama dengan memancing, kira-kira apa yang diketahui siswa dari masalah atau kasus yang baru dilihat atau dibaca. Kalau lisan susah, yang mudah memakai tulisan tetapi biasanya kalau mau memakai tulisan waktunya kurang makanya ya sudah dari hasil dialog saja makanya konsep yang digunakan model dialogis. Bagaimana Kalau siswa belum terpancing? Kembali ke motivasi, mereka kita beri arah. Mereka belajar ini buat apa. Apakah ada trik lain supaya siswa bertanya? Saya pancing dari berbagai alternatif, misal saya kasih satu contoh kemudian mereka saya minta mengeksplor sendiri Apakah di dalam pembelajaran yang bertanya semua siswa? Tidak, yang bertanya sebagian, awalnya sebagian kemudian dari hasil diskusi, mereka yang awalnya tidak bertanya akan bertanya pada teman karena kadangkadang pertanyaannya di luar konteks pembelajaran commitmateri to user atau misalnya yang sudah didapat di SMP perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 64 e. Triangulasi Tabel 4.7. Tabel Triangulasi Subjek 2 pada kegiatan menanya Cara otak Menerima Wawancara pertama Konsep menanya pada pendekatan saintifik bukan pertanyaan yang diberikan guru untuk siswa melainkan siswa yang bertanya. Wawancara kedua Pertanyaan dari siswa terkait dari apa yang sudah siswa baca atau amati. Lanjutan Tabel. 4.7 Cara otak Memproses Wawancara pertama Dengan membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Memancing dari beberapa topik, beberapa kejadian kemudian dipecahkan dengan berbagai pemikiran siswa. Menganalisis Wawancara kedua Dengan memancing, kira-kira apa yang diketahui siswa dari masalah atau kasus yang baru dilihat atau dibaca. Guru harus mempunyai cara- Kembali ke motivasi, cara yang tepat untuk mereka kita beri arah. menyelesaikan masalah ini. Mereka belajar ini buat apa. Mempersepsi Karena dengan membagi Saya pancing dari menjadi beberapa kelompok, berbagai alternatif, misal siswa yang biasanya tidak saya kasih satu contoh bertanya akan bertanya pada kemudian mereka saya temannya yang sudah paham, minta mengeksplor mungkin bahasa guru dengan sendiri bahasa teman sebaya itu berbeda. Menyimpulkan Hasil dialog atau konsep yang digunakan merupakan model dialogis. Hasil triangulasi waktu pola pikir subjek 2 pada kegiatan menanya Berdasarkan hasil wawancara pertama dan kedua maka diperoleh data valid. f. Analisis (B2) commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 65 Berdasarkan S2a09, menurut S2 konsep menanya pada pendekatan saintifik bukan pertanyaan yang diberikan guru untuk siswa melainkan siswa yang bertanya. Berarti guru harus memfasilitasi siswa supaya bertanya, guru harus mempunyai cara-cara yang tepat. Menurut S2a11, untuk membangkitkan kemauan bertanya siswa secara lisan itu lebih susah. Untuk menyelesaikan masalah ini dari S2a12 dapat diketahui bahwa S2 membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Karena dengan membagi menjadi beberapa kelompok, siswa yang biasanya tidak bertanya akan bertanya pada temannya yang sudah paham. Selain itu, untuk meningkatkan kemampuan bertanya siswa menurut S2a13, S2 biasanya memancing dari beberapa topik, beberapa kejadian kemudian dipecahkan dengan pemikiran siswa. 3. Paparan, Triangulasi dan Analisis Data Wawancara Langkah Mengumpulkan Informasi/Eksperimen Data ini akan digunakan untuk mengetahui bagaimana subjek menerima informasi tentang apa yang dimaksud dengan mengumpulkan informasi, bagaimana subjek memproses apa yang telah subjek terima kemudian bagaimana subjek menganalisis serta membuat persepsi. Selanjutnya bagaimana subjek membuat kesimpulan dari informasi tersebut. a. Hasil Wawancara subjek 1 1) Wawancara pertama Pa12 : S1a12 : Pa13 : S1a13 : Pa14 : Pada pendekatan saintifik terdapat kegiatan mengumpulkan informasi, menurut Ibu apa maksud dari mengumpulkan informasi di sini ? Pada langkah ini siswa harus mencari dan mengumpulkan informasi sendiri bukan dari apa yang telah disampaikan guru. Siswa harus aktif, informasi ini bisa diperoleh dari membaca atau mengamati suatu objek. Bagaimana cara Ibu mengajak siswa untuk memperoleh informasi dari sumber lain selain buku teks dan mengapa sumber tersebut yang Ibu pilih? Paling mudah pakai internet, karena setiap hari anakanak berhubungan dengan internet. Menurut commit ibu, eksperimen to user pada matematika itu seperti apa? perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 66 S1a14 : Pa15 : S1a15 : Eksperimen pada Matematika itu ya lebih pada pengerjaan soal. Jadi dalam mengumpulkan informasi pada mata pelajaran matematika akan lebih baik jika siswa melakukan eksperimen, eksperimen di matemaika lebih mengarah pada penyelesaian permasalahan/soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Apa yang Ibu lakukan supaya siswa mau dan mampu melakukan eksperimen? Tentu saja membuatkan panduan-panduan. Misalnya LKS. Panduannya itu saya cenderung dengan pertanyaan-pertanyaan juga. Pertanyaannya mengarah ke konsep matematika 2) Wawancara kedua subjek 1 Pb10 : S1b10 : Pb11 : S1b11 : Pb12 : S1b12 : Pb13 : S1b13 : Pb14 : S1b14 : Pada pendekatan saintifik terdapat kegiatan mengumpulkan informasi, menurut Ibu apa maksud dari mengumpulkan informasi di sini ? Siswa harus mencari dan mengumpulkan informasi sendiri bukan dari apa yang telah disampaikan guru. Siswa harus aktif, informasi ini bisa diperoleh dari membaca atau mengamati suatu objek. Selain buku dari sekolah, adakah sumber lain yang Ibu sarankan untuk siswa? dan mengapa sumber tersebut yang Ibu pilih? Ada, paling mudah menggunakan internet, karena setiap hari siswa sudah akrab dengan internet dan saya rasa di internet itu materinya cukup lengkap. Apakah dalam menyimpulkan informasi, kita biasa menggunakan eksperimen? Bisa, apalagi matematika akan lebih baik kalau kita langsung mengerjakan soal Menurut ibu, eksperimen pada matematika itu seperti apa? Eksperimen pada Matematika ya lebih pada mengerjakan soal-soal. Apa yang Ibu lakukan supaya siswa mau dan mampu melakukan eksperimen? Dengan membuatkan panduan-panduan. Misalnya LKS. Panduannya itu saya cenderung dengan pertanyaanpertanyaan juga. Pertanyaannya mengarah ke konsep commit to user matematika perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 67 b. Triangulasi Tabel 4.8. Tabel Triangulasi Subjek 1 pada kegiatan mengumpulkan informasi Cara otak Menerima Memproses Menganalisis Mempersepsi Menyimpulkan Wawancara pertama Pada langkah ini siswa harus mencari dan mengumpulkan informasi sendiri bukan dari apa yang telah disampaikan guru. Siswa harus aktif, informasi ini bisa diperoleh dari membaca atau mengamati suatu objek. Dalam mengumpulkan informasi pada mata pelajaran matematika akan lebih baik jika siswa melakukan eksperimen. Eksperimen pada Matematika yaitu siswa harus sering mengerjakan soal-soal. Eksperimen di matematika lebih mengarah pada penyelesaian permasalahan/soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Memakai internet, karena setiap hari anak-anak berhubungan dengan internet. Wawancara kedua Siswa harus mencari dan mengumpulkan informasi sendiri Siswa harus aktif, informasi ini bisa diperoleh dari membaca atau mengamati suatu objek. Pada matematika akan lebih baik kalau kita langsung mengerjakan soal Eksperimen pada Matematika ya lebih pada mengerjakan soal-soal. paling mudah menggunakan internet, karena setiap hari siswa sudah akrab dengan internet dan saya rasa di internet itu materinya cukup lengkap Hasil triangulasi waktu pola pikir subjek 1 pada kegiatan mengumpulkan informasi Berdasarkan hasil wawancara pertama dan kedua maka diperoleh data valid. c. Analisis data (A3) commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 68 Pada langkah mengumpulkan informasi, menurut S1a12 siswa harus mencari dan mengumpulkan informasi sendiri bukan hanya dari apa yang disampaikan guru. Informasi ini bisa diperoleh dari membaca atau mengamati suatu objek. Hal ini menjadi dasar S1 untuk menemukan sumber apa yang paling efektif sebagai referensi siswa. Menurut S1a13 sumber yang paling tepat adalah dengan memakai internet, karena setiap hari anakanak berhubungan dengan internet. Menurut S1a14, Eksperimen pada Matematika tidak cukup hanya membaca, siswa harus sering mengerjakan soal-soal. Dalam mengumpulkan informasi pada mata pelajaran matematika akan lebih baik jika siswa melakukan eksperimen, eksperimen di matematika lebih mengarah pada penyelesaian permasalahan/soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Dari sini S1 menyimpulkan bahwa pada kegiatan mengumpulkan informasi S1 akan menggunakan eksperimen. Agar siswa mudah melakukakan eksperimen menurut S1a15, S1 akan membuatkan panduan-panduan, Misalnya LKS. d. Hasil Wawancara subjek 2 1) Wawancara pertama Pa15 : S2a15 : Pa16 S2a16 : : Pa17 : S2a17 : Menurut Bapak apa maksud dari mengumpulkan informasi/eksperimen dalam Pendekatan Saintifik? Yang dimaksud mengumpulkan informasi disini adalah siswa harus menggali informasi sendiri, selain membaca siswa bisa melakukan ujicoba atau eksperimen. Eksperimen sendiri tidak harus praktek langsung bisa juga berdasarkan teori. Bagaimana cara Bapak menerapkan kegiatan ini? Guru dengan siswa bersama-sama mengeksplorasi apa yang sudah dimiliki atau dipahami siswa. siswa khan sudah dibuat kelompok, dari berkelompok akan banyak ide, siswa yang satu bisa melengkapi siswa yang lainnya. Sumber apa yang bapak gunakan sebagai rujukan agar siswa memperoleh informasi dari berbagai sumber? Mengapa sumber tersebut bapak gunakan? Saya rasacommit internet to paling user mudah, karena biasanya dari internet siswa akan menemukan konsep dan bahasanya perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 69 Pa18 : S2a18 : sendiri. Apakah dalam eksperimen, informasi yang diperoleh siswa dari internet bisa diterapkan? Bisa, karena biasanya selain ada materi juga ada contoh-contoh penyelesaian soal 2) Wawancara kedua Pb14 : S2b14 : Pb15 S2b15 : : Pb16 : S2b16 : Menurut Bapak apa maksud dari mengumpulkan informasi/eksperimen dalam Pendekatan Saintifik? Siswa mengumpulkan beberapa informasi dari suatu materi dengan membaca buku pegangan atau buku yang lain bisa juga dari hasil mereka mengerjakan soal Bagaimana cara Bapak menerapkan kegiatan ini? Dengan berdiskusi karena terkadang siswa masih mengalami kesulitan dalam mengumpulkan informasi dan mnengolahnya. Sumber apa yang bapak gunakan sebagai rujukan agar siswa memperoleh informasi dari berbagai sumber? Mengapa sumber tersebut bapak gunakan? Biasanya kami lebih cenderung memberikan beberapa rujukan dari internet, mereka biasanya mnemukan bahasanya dari situ. e. Triangulasi Tabel 4.9. Tabel Triangulasi Subjek 2 pada kegiatan mengumpulkan informasi Cara otak Menerima Memproses Menganalisis Wawancara pertama Dalam Mengumpulkan informasi siswa harus menggali informasi sendiri, selain membaca siswa bisa melakukan ujicoba atau eksperimen. Wawancara kedua Siswa mengumpulkan beberapa informasi dari suatu materi dengan membaca buku pegangan atau buku yang lain bisa juga dari hasil mereka mengerjakan soal Guru dengan siswa bersama- Dengan berdiskusi sama mengeksplorasi apa yang sudah dimiliki atau dipahami siswa. commit to user - Dari berkelompok akan banyak Terkadang siswa perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 70 ide, siswa yang satu bisa melengkapi siswa yang lainnya. - Internet paling mudah, karena biasanya dari internet siswa akan menemukan konsep dan bahasanya sendiri. masih mengalami kesulitan dalam mengumpulkan informasi dan mnengolahnya. Mempersepsi Memberikan beberapa rujukan dari Menyimpulkan internet, mereka biasanya menemukan bahasanya dari situ. Hasil triangulasi waktu pola pikir subjek 2 pada kegiatan mengumpulkan informasi Berdasarkan hasil wawancara pertama dan kedua maka diperoleh data valid f. Analisis data wawancara (B3) Menurut S2a15 pada kegiatan mengumpulkan informasi siswa harus menggali informasi sendiri, selain membaca siswa bisa melakukan ujicoba atau eksperimen. Eksperimen sendiri tidak harus praktek langsung bisa juga berdasarkan teori. Untuk menerapkan eksperimen dalam matematika menurut S2a16, Guru dengan siswa harus bersama-sama mengeksplorasi apa yang sudah dimiliki atau dipahami siswa. sama halnya dengan S1 menurut S2a17 agar siswa memperoleh materi dari sumber lain S2 memberikan rujukan di internet karena menurut S2 biasanya dari sini siswa akan menemukan konsep dan bahasanya. 4. Paparan, Triangulasi dan Analisis Data Wawancara Langkah Mengasosiasi Data ini akan digunakan untuk mengetahui bagaimana subjek menerima informasi tentang apa yang dimaksud dengan mengasosiasi, bagaimana subjek memproses apa yang telah subjek terima kemudian bagaimana subjek menganalisis serta membuat persepsi. Selanjutnya bagaimana subjek membuat kesimpulan dari informasi tersebut. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 71 a. Hasil Wawancara subjek 1 1) Wawancara pertama Pa16 : S1a16 : Pa17 : S1a17 : Pa18 S1a18 : : Pa19 S1a19 : : Pa20 : S1a20 : Menurut Ibu bagaimana seharusnya kegiatan mengasosiasi diterapkan? Mengasosiasi merupakan cara untuk menambahkan kedalaman informasi yang dimiliki siswa, mencari solusi jika informasi satu dengan yang lainnya bertentangan. Cara apa yang Ibu gunakan supaya kegiatan tersebut bisa terlaksana? Disini berarti guru harus membuat siswa untuk menemukan keterkaitan informasi yang mereka miliki dan menemukan pola dari keterkaitan tersebut. Untuk caranya saya cenderung memberikan pertanyaanpertanyaan yang memancing, akhirnya siswa berpikir kearah konsepnya. Mengapa Ibu memilih cara ini? Karena dari pengalaman saya, untuk mengolah informasi yang dikumpulkan oleh siswa guru harus tetap memandu. Apabila informasi yang diperoleh siswa guru harus cepat meluruskannya. Oleh karena itu saya cenderung memberikan pertanyaan-pertanyaan. Bagaimana Ibu menerapkan cara tersebut? Bisa dengan LKS, LKS tersebut memuat pertanyaanpertanyaan. Apakah pertanyaan-pertanyaan tersebut sama dengan kegiatan menanya? Tidak, karena pada kegiatan ini anak sudah melakukan observasi, pertanyaannya cenderung ke sifat-sifat yang telah di observasi. 2) Wawancara kedua subjek 1 Pb14 : S1b14 : Pb15 : S1b15 : Pb16 S1b16 : : Menurut Ibu bagaimana seharusnya kegiatan mengasosiasi diterapkan? Mengumpulkan beberapa informasi-informasi yang dimiliki siswa, mencari solusi jika informasi satu dengan yang lainnya bertentangan. Cara apa yang Ibu gunakan supaya kegiatan tersebut bisa terlaksana? Dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang memancing, akhirnya siswa berpikir kearah konsep. Mengapa Ibu memilih cara ini? Karena dari pengalaman saya, untuk mengolah informasicommit siswa belum to usermampu mandiri jadi guru harus tetap memandu. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 72 Pb17 S1b17 : : Bagaimana Ibu menerapkan cara tersebut? Bisa dengan LKS yang memuat pertanyaan-pertanyaan. b. Triangulasi Tabel 4.10. Tabel Triangulasi Subjek 1 pada kegiatan mengasosiasi Cara otak Menerima Memproses Menganalisis Mempersepsi Wawancara pertama Mengasosiasi merupakan cara untuk menambahkan kedalaman informasi yang dimiliki siswa, mencari solusi jika informasi satu dengan yang lainnya bertentangan. Memberikan pertanyaanpertanyaan yang memancing, akhirnya siswa berpikir kearah konsepnya. Wawancara kedua Mengumpulkan beberapa informasi-informasi yang dimiliki siswa, mencari solusi jika informasi satu dengan yang lainnya bertentangan. Dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang memancing, akhirnya siswa berpikir kearah konsep. Untuk mengolah informasi Karena dari pengalaman yang dikumpulkan oleh siswa saya, untuk mengolah guru harus tetap memandu. informasi siswa belum saya cenderung memberikan mampu mandiri jadi guru harus tetap memandu. pertanyaan-pertanyaan yang memancing Menyimpulkan Menggunakan LKS Dengan LKS yang memuat pertanyaanpertanyaan. Hasil triangulasi waktu pola pikir subjek 1 pada kegiatan mengasosiasi Berdasarkan hasil wawancara pertama dan kedua maka diperoleh data valid c. Analisis data (A4) Dari paparan data di atas, menurut S1a16 Mengasosiasi merupakan cara untuk menambahkan kedalaman informasi yang dimiliki siswa, mencari solusi jika informasi satu dengan yang lainnya bertentangan. Dari sini S1 harus berpikir cara apa yang memudahkan siswa, menurut S1a16 commit to user siswa menemukan keterkaitan terlebih dahulu guru harus membuat perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 73 informasi yang mereka miliki dan menemukan pola dari keterkaitan tersebut. Untuk caranya S1 cenderung memberikan pertanyaan-pertanyaan yang memancing, yang bisa membuat siswa berpikir kearah konsep matematika. Pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak sama dengan pertanyaan yang ada di kegiatan menanya karena menurut S1a20 pada kegiatan ini anak sudah melakukan observasi, pertanyaannya cenderung ke sifat-sifat yang telah di observasi. d. Hasil wawancara subjek 2 1) Wawancara pertama Pa19 : S2a19 : Pa20 : S2a20 : Pa21 : S2a21 Pa22 S2a22 : : : Menurut Bapak apa yang dimaksud dengan kegiatan mengasosiasi? Kegiatan Mengasosiasi itu sama dengan menalar atau mengolah informasi. Mengasosiasi merupakan pengelompokan beragam ide atau peristiwa untuk menjadikan satu kesimpulan. Cara apa yang Bapak gunakan supaya kegiatan ini bisa terlaksana? Caranya ya guru harus bisa menyatukan pendapat yang dimiliki siswa. karena pengalaman atau ide dimiliki oleh siswa bermacam macam, guru harus memberi batasan-batasan apa yang dipelajari karena mayoritas siswa mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah. Dalam memberikan batasan-batasan tersebut bagaimana cara Bapak melakukannya? Dengan ceramah. Mengapa ceramah pak? Karena menurut saya siswa belum siap untuk diajak berpikir dan menyimpulkan proses tadi. Pada tahapan ini peran guru sangat penting, tulisan atau rangkuman siswa harus jelas karena ketika siswa memperoleh ilmu di kelas X sampai sejauh mana kekuatan ini dipakai untuk kelas XII (UAN). 2) Wawancara kedua Pb17 : S2b17 : Menurut Bapak apa yang dimaksud dengan kegiatan mengasosiasi? Kegiatan Mengasosiasi itu sama dengan menalar atau mengolah informasi. Mengasosiasi merupakan commit to user pengelompokan beragam ide atau peristiwa untuk perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 74 Pb18 : S2b18 : Pb19 : S2b19 Pb20 S2b20 : : : menjadikan satu kesimpulan. Cara apa yang Bapak gunakan supaya kegiatan ini bisa terlaksana? Biasanya dari berbagai ide yang dimiliki siswa, guru dan siswa bersama-sama menyatukan pendapat. Di sini guru juga harus member batasan ilmu. Dalam memberikan batasan-batasan tersebut bagaimana cara Bapak melakukannya? Dengan ceramah. Mengapa ceramah pak? Karena menurut saya pemikiran siswa itu berbeda-beda sehingga saya perlu membuat btasan-batasan. Intinya pada kegiatan ini guru harus menyatukan pendapat siswa. e. Triangulasi Tabel 4.11. Tabel Triangulasi Subjek 2 pada kegiatan mengasosiasi Cara otak Menerima Memproses Menganalisis Mempersepsi Menyimpulkan Wawancara pertama Kegiatan Mengasosiasi itu sama dengan menalar atau mengolah informasi. Mengasosiasi merupakan pengelompokan beragam ide atau peristiwa untuk menjadikan satu kesimpulan. Guru harus bisa menyatukan pendapat yang dimiliki siswa. Karena menurut saya siswa belum siap untuk diajak berpikir dan menyimpulkan Dengan ceramah. Pada tahapan ini peran guru sangat penting, tulisan atau rangkuman siswa harus jelas karena ketika siswa memperoleh ilmu di kelas X sampai sejauh mana kekuatan ini dipakai untuk kelas XII (UAN). Wawancara kedua Mengasosiasi merupakan pengelompokan beragam ide atau peristiwa untuk menjadikan satu kesimpulan. Biasanya dari berbagai ide yang dimiliki siswa, guru dan siswa bersama-sama menyatukan pendapat. Di sini guru juga harus member batasan ilmu. Dengan ceramah. pemikiran siswa itu berbedabeda sehingga membuat saya perlu batasan-batasan. Intinya pada kegiatan ini guru harus menyatukan pendapat siswa. Hasil triangulasi waktu pola pikir subjek 2 pada kegiatan mengasosiasi Berdasarkan hasil wawancara pertama dan kedua maka diperoleh data valid f. Analisis data (B4) Menurut S2a19 Kegiatan Mengasosiasi itu sama dengan menalar atau mengolah informasi. Mengasosiasi merupakan pengelompokan commit to user beragam ide atau peristiwa untuk menjadikan satu kesimpulan. Pada perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 75 kegiatan ini berdasarkan S2a20, guru harus menyatukan pendapat yang dimiliki siswa, karena pengalaman atau ide dimiliki oleh siswa bermacam macam, guru harus memberi batasan-batasan apa yang dipelajari karena mayoritas siswa mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah. Menurut S2a22, siswa belum siap untuk diajak berpikir dan menyimpulkan proses tadi. Pada tahapan ini peran guru sangat penting, tulisan atau rangkuman siswa harus jelas karena ketika siswa memperoleh ilmu di kelas X sampai sejauh mana kekuatan ini dipakai untuk kelas XII (UAN). Oleh karena itu menurut S2a22 penggunaan metode ceramah dirasa lebih tepat. 5. Paparan, Triangulasi dan Analisis Data Wawancara Langkah Mengkomunikasikan Data ini akan digunakan untuk mengetahui bagaimana subjek menerima informasi tentang apa yang dimaksud dengan kegiatan mengkomunikasikan, bagaimana subjek memproses apa yang telah subjek terima kemudian bagaimana subjek menganalisis serta membuat persepsi. Selanjutnya bagaimana subjek membuat kesimpulan dari informasi tersebut. a. Hasil Wawancara 1) Wawancara pertama subjek 1 Pa21 : S1a21 : Pa22 S1a22 : : Pa23 S1a23 : : Pa24 : S1a24 : Menurut Ibu, apa yang dimaksud dengan kegiatan mengkomunikasikan? Siswa diminta untuk menceritakan hasil dari kegiatankegiatan sebelumnya, hasil dalam kegiatan ini nanti bisa menjadi salah satu cara guru untuk menilai siswa, baik secara berkelompok maupun individu. Cara menceritakan hasilnya seperti apa bu? Caranya bisa dengan presentasi. Jadi pada intinya guru harus memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk menceritakan hasilnya. Mengapa Ibu memilih menggunakan presentasi? Karena dalam mengkomunikasikan kita harus bisa mengetahui sampai sejauh mana siswa memahami materi, dari presentasi nanti siswa lain bisa menanggapi langsung Apakah dalam proses pembelajaran seluruh siswa akan presentasi? commit to user Tidak, karena proses pembelajaran dibatasi waktu. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 76 Presentasi biasanya hanya dilakukan oleh perwakilan kelompok saja. Presentasi itu memerlukan waktu yang lama kalau waktunya sudah habis bisa dengan hanya menukar hasil masing-masing kelompok dan membahasnya bersama-sama. 2) Wawancara kedua subjek 1 Pb18 : S1b18 : Pb19 S1b19 Pb20 : : : S1b20 : Menurut Ibu, apa yang dimaksud dengan kegiatan mengkomunikasikan? Pemaparan hasil yang dilakukan oleh siswa bisa dengan presentasi atau diskusi. Cara menceritakan hasilnya seperti apa bu? Caranya bisa dengan presentasi. Apakah dalam proses pembelajaran seluruh siswa akan presentasi? Tidak, Biasanya kalau medianya LKS tidak selalu presentasi, karena presentasi memerlukan waktu yang lama jadi mungkin yang presentasi hanya 1 kelompok saja b. Triangulasi Tabel 4.12. Tabel Triangulasi Subjek 1 pada kegiatan mengkomunikasikan Cara otak Menerima Wawancara pertama Menceritakan hasil dari kegiatan-kegiatan sebelumnya. Memproses Caranya bisa dengan presentasi. Menganalisis Proses pembelajaran dibatasi waktu. Mempersepsi Menyimpulkan Presentasi itu memerlukan waktu yang lama kalau waktunya sudah habis bisa dengan hanya menukar hasil masing-masing kelompok dan membahasnya bersama-sama. Wawancara kedua Pemaparan hasil yang dilakukan oleh siswa. Saja Caranya dengan presentasi. Biasanya kalau medianya LKS tidak selalu presentasi karena waktunya kurang Tidak selalu presentasi, Biasanya kalau medianya LKS tidak selalu presentasi, karena presentasi memerlukan waktu yang lama jadi mungkin yang presentasi hanya 1 kelompok saja Hasil triangulasi waktu pola pikir subjek 1 pada kegiatan mengkomunikasikan Berdasarkan hasil wawancara pertama dan kedua maka diperoleh data valid c. Analisis data (A5) Berdasarkan mengkomunikasikan S1a21 yang dimaksud dengan kegiatan commit to user yang meminta siswa untuk adalah kegiatan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 77 menceritakan hasil dari kegiatan-kegiatan sebelumnya, hasil dalam kegiatan ini nanti bisa menjadi salah satu cara guru untuk menilai siswa, baik secara berkelompok maupun individu. Jadi pada kegiatan ini guru harus memberi kesempatan pada seluruh siswa untuk menceritakan apa yang telah dipelajarinya. Menurut S1a22, presentasi tidak dilakukan dalam setiap pertemuan karena proses pembelajaran dibatasi waktu. Presentasi biasanya hanya dilakukan oleh perwakilan kelompok saja atau hanya dengan menukar hasil masing-masing kelompok dan membahasnya bersama-sama. d. Hasil wawancara subjek 2 1) Wawancara pertama Pa23 : S2a23 : Pa24 S2a24 : : Pa25 S2a25 : : Pa26 : S2a26 : Menurut Bapak, apa yang dimaksud dengan kegiatan mengkomunikasikan? Mengkomunikasikan kalau menurut saya cenderung pada pemaparan hasil yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa siswa. Dari kegiatan ini kita juga bisa melihat kemampuan siswa kita. Cara pemaparan hasilnya seperti apa pak? Ya siswa diminta untuk memaparkan hasilnya, bisa dengan diskusi dalam kelas. Mengkomunikasikan itu bisa dilakukan pada saat proses pembelajaran. Mengapa Bapak memilih cara ini? Ya saya berpikirnya dari tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan tujuan dari langkah mengkomunikasikan sendiri Jadi, kegiatan mengkomunikasikan tidak harus dilakukan pada akhir kegiatan saintifik pak? Tidak, akan lebih baik ketika disetiap langkah anak sudah memaparkan apa yang diketahuinya. 2) Wawancara kedua subjek 2 Pb21 : S2b21 : Pb22 S2b22 : : Menurut Bapak, apa yang dimaksud dengan kegiatan mengkomunikasikan? Pemaparan hasil, pada saat memamaparkan hasil biasanya akan ada diskusi lagi. Cara pemaparan hasilnya seperti apa pak? Ya siswa diminta untuk memaparkan hasilnya, bisa dengan diskusi dalam kelas. Pemaparan ini biasanya commit to user sudah saya kendalkan pada saat proses pembelajaran. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 78 Pb23 : S2b23 : Mengapa Bapak melakukan kegiatan mengkomunikasikan di sela-sela pembelajaran? Supaya pemikiran siswa lebih terarah kalau di akhir pembelajaran biasanya siswa akan mengalami kebingungan dan hal ini akan memakan waktu yang lebih lama e. Triangulasi Tabel 4.13. Tabel Triangulasi Subjek 2 pada kegiatan mengkomunikasikan Cara otak Wawancara pertama Wawancara kedua Menerima Pemaparan hasil Pemaparan hasil Memproses Siswa diminta untuk Siswa diminta untuk memaparkan hasil. memaparkan hasil Menganalisis Saya berpikirnya dari tujuan Supaya pemikiran pembelajaran yang ingin dicapai siswa lebih terarah dan tujuan dari langkah kalau di akhir mengkomunikasikan sendiri pembelajaran biasanya Mempersepsi Akan lebih baik ketika disetiap siswa akan mengalami langkah anak sudah kebingungan dan hal memaparkan apa yang ini akan memakan waktu yang lebih diketahuinya. lama. Menyimpulkan Mengkomunikasikan itu bisa Pemaparan ini dilakukan pada saat proses biasanya sudah saya pembelajaran. kendalkan pada saat proses pembelajaran. Hasil triangulasi waktu pola pikir subjek 2 pada kegiatan mengkomunikasikan Berdasarkan hasil wawancara pertama dan kedua maka diperoleh data valid f. Analisis data wawancara (B5) Berdasarkan S2a23 Mengkomunikasikan adalah pemaparan hasil yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa siswa sekaligus untuk melihat kemampuan siswa. Menurut S2a24 kegiatan mengkomunikasikan itu bisa dilakukan pada saat proses pembelajaran atau tidak memerlukan waktu sendiri. Hal ini dikarenakan menurut S2a25 akan lebih baik ketika disetiap langkah siswa sudah memaparkan apa yang diketahuinya. commit to user 2) Data 2 (Paparan, Triangulasi dan Analisis Data Tindakan Guru) perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 79 1. Langkah Mengamati a. Paparan 1) Hasil Observasi Subjek 1 a) S1 Mengajak siswa mengamati objek matematika yang berkaitan dengan fenomena dalam kehidupan sehari-hari. b) S1 Mengajak siswa mengamati objek matematika yang abstrak. 2) Catatan Lapangan a) Subjek 1 sudah membentuk kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 3-4 siswa. b) Subjek 1 menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. c) Subjek 1 mengingatkan kembali cara-cara menggambar grafik fungsi kuadrat dengan Tanya jawab. d) Diawal pembelajaran subjek 1 membagikan LKS pada masingmasing kelompok. e) Pada langkah mengamati subjek 1 meminta siswa untuk membaca dan memahami masalah Ria dan menjawab pertanyaan no 1 dan no 6 pada LKS. 3) Observasi Subjek 2 a) S2 Mengajak siswa Mengamati objek matematika yang berkaitan dengan fenomena dalam kehidupan sehari-hari. b) S2 Mengajak siswa mengamati objek matematika yang abstrak. 4) Catatan lapangan subjek 2 a) Subjek 2 memberikan permasalahan dengan menuliskannya di papan tulis, permasalahan tersebut berupa soal peluang yang pernah muncul di UAN SMP. b) Subjek 2 bertanya tentang jawaban yang mungkin dari permasalahan yang ada. c) Dengan Tanya jawab S2 mengarahkan siswa pada konsep peluang. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 80 b. Triangulasi Berdasarkan hasil observasi S1 Mengajak siswa mengamati objek matematika yang berkaitan dengan fenomena dalam kehidupan sehari-hari. S1 juga mengajak siswa mengamati objek matematika yang abstrak. Hal ini sesuai dengan catatan lapangan bahwa pada langkah ini S1 membagikan LKS, di dalam LKS memuat pernyataan atau pertanyaan yang merminta siswa untuk mengamati permasalahan-permasalahan baik pada objek matematika yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari maupun mengamati objek matematika yang abstrak berupa contoh dan bukan contoh. Dengan demikian diperoleh data valid, bahwa pada langkah ini S1 mengajak siswa mengamati objek matematika baik nyata maupun abstrak dengan menggunakan contoh dan bukan contoh. Berdasarkan observasi, S2 mengajak siswa mengamati objek matematika yang berkaitan dengan fenomena dalam kehidupan sehari. S2 juga Mengajak siswa mengamati objek matematika yang abstrak. Hal ini sesuai dengan catatan lapangan bahwa S2 memberi permasalahan yang berkaitan dengan fenomena dalam kehidupan maupun permasalahan yang bersifat abstrak. Dengan demikian diperoleh data valid bahwa pada langkah mengamati dengan memberikan permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari S2 meminta siswa untuk mengamatinya. c. Analisis data (C1) Dari paparan di atas, secara umum, S1 dan S2 memiliki pola pikir yang sama. Sebelum langkah mengamati S1 melihat materi terlebih dahulu, jika materi tidak bisa direpresentasikan dengan objek nyata maka S1 hanya mengajak siswa untuk mengamati objek astrak dengan mengamati soal atau gambar. Sedangkan pada materi yang bisa direpresentasikan dengan benda nyata, S1 hanya menggunakan contoh atau permasalahan dan tidak membawa benda nyata atau praktek di kelas. S1 memilih menggunakan LKS yang memuat permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan seharihari. Begitu juga dengan S2, sebelum melakukan pengamatan S2 melihat commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 81 materi terlebih dahulu kemudian S2 memberi permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari kemudian siswa diminta untuk mengamati. 2. Langkah Menanya a. Paparan observasi 1) Subjek 1 a) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya pada guru atau teman tentang materi matematika yang telah diamati. b) Memancing siswa untuk bertanya. c) Menciptakan suasana kelas yang mengundang rasa ingin tahu. 2) Catatan lapangan Subjek 1 a) Subjek 1 meminta siswa untuk menulis pertanyaan yang berkaitan dengan masalah yang akan dipecahkan. b) Siswa masih kesulitan membuat pertanyaan. c) Subjek 1 memberikan pancingan-pancingan pertanyaan kepada seluruh siswa supaya siswa lebih mencoba melakukan pengamatan dan membuat siswa memunculkan pertanyaaan. d) Subjek 1 berkeliling ke masing-masing kelompok untuk memberi kesempatan siswa bertanya jika belum paham dengan pertanyaan yang ada di LKS. 3) Observasi Subjek 2 a) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya pada guru atau teman tentang materi matematika yang telah diamati. b) Memancing siswa untuk bertanya. c) Menciptakan suasana kelas yang mengundang rasa ingin tahu 4) Catatan lapangan Subjek 2 a) Beberapa siswa terlihat sedang berdiskusi dengan teman yang duduk disampingnya. b) Subjek 2 memberikan pancingan-pancingan pertanyaan kepada seluruh siswa supaya siswa lebih aktif bertanya. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 82 c) Subjek 2 langsung menanggapi pertanyan-pertanyan dari siswa dan meminta siswa lain menanggapi pertanyaan temannya atau bertanya dengan pertanyaan lain. d) Subjek 2 membuat satu permasalahan, kemudian meminta anak untuk membuat pertanyaan dari permasalahan tersebut. b. Triangulasi Pada langkah menanya, berdasarkan hasil observasi S1 memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya pada guru atau teman tentang materi matematika yang telah diamati. S1 juga memancing siswa untuk bertanya. Di dalam pembelajaran S1 menciptakan suasana kelas yang mengundang rasa ingin tahu seluruh siswa. hal ini sesuai dengan catatan lapangan bahwa S1 menggunakan LKS yang di dalamnya termuat pernyataan yang membuat siswa untuk bertanya, S1 membentuk kelompokkelompok kecil yang tujuannnya untuk mengundang rasa ingin tahu pada seluruh siswa. Dengan demikian diperoleh data valid bahwa dalam proses pembelajaran S1 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya pada guru atau teman tentang materi matematika yang telah diamati. Dengan pernyataan-pernyataan pancingan S1 memancing siswa untuk bertanya. Di dalam pembelajaran S1 juga menciptakan suasana kelas yang mengundang rasa ingin tahu seluruh siswa. Sesuai dengan observasi, pada langkah ini S2 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya pada guru atau teman tentang materi matematika yang telah diamati. Memancing siswa untuk bertanya. Menciptakan suasana kelas yang mengundang rasa ingin tahu. Berdasarkan catatan lapangan juga diperleh data bahwa pada langkah ini untuk memancing siswa bertanya S2 memberikan pertanyaan terlebih dahulu. S2 membuat kelompok-kelompok kecil dan meminta siswa untuk berdiskusi atau bertanya pada temannya. Dengan demikian dapat diperoleh data valid bahwa untuk untuk membuat siswa bertanya subjek 2 memberikan pancingan-pancingan sedangkan untuk membuat lebih banyak siswa commit to user bertanya subjek 2 meminta siswa untuk berdiskusi dengan temannya. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 83 c. Analisis data (C2) Berdasarkan paparan di atas diperoleh data, bahwa S1 membuat pernyataan atau pertanyaan yang bisa membuat siswa terpancing, S1 memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya pada guru atau teman tentang materi matematika yang telah diamati. Di dalam pembelajaran S1 membentuk kelompok, hal ini dimaksudkan untuk menciptakan suasana kelas yang mengundang rasa ingin tahu seluruh siswa. Sedangkan pada langkah menanya S2 memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk bertanya pada guru, jika siswa belum bertanya S2 meminta siswa untuk bertanya pada teman tentang materi matematika yang telah diamati. Supaya siswa bertanya S2 juga memberikan pancingan dengan memberikan contohcontoh permasalahan yang di alami siswa atau kejadian disekitar siswa. 3. Langkah Eksperimen/Mengumpulkan Informasi a. Paparan observasi 1) Subjek 1 a) Membimbing siswa untuk membiasakan diri berkreasi dan berinovasi menerapkan dan memperdalam pengetahuan atau keterampilan yang telah dipelajari bersama guru. b) Meminta siswa untuk mencari informasi dari berbagai sumber. c) Dalam pembelajaran memuat proses analisis, mengolah dan mengajukan dugaan. 2) Catatan Lapangan subjek 1 a) Subjek 1 meminta siswa untuk mengerjakan aktivitas no 8,9,13 dan 14 pada LKS. b) Siswa membaca sumber belajar yang diberikan sekolah yaitu buku matematika SMA kelas X dan mencari referensi lain di internet. c) Siswa mengerjakan pertanyaan-pertanyaan yang ada di LKS dengan masing-masing kelompok. d) Subjek 1 meminta siswa untuk melakukan aktivitas pada LKS no 10, 15. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 84 3) Observasi Subjek 2 a) Membimbing siswa untuk membiasakan diri berkreasi dan berinovasi menerapkan dan memperdalam pengetahuan atau keterampilan yang telah dipelajari bersama guru b) Meminta siswa untuk mencari informasi dari berbagai sumber. c) Dalam pembelajaran memuat proses analisis, mengolah dan mengajukan dugaan. 4) Catatan lapangan subjek 2 a) Subjek 2 meminta siswa untuk mencoba mengerjakan permasalahan yang di berikan di bukunya masing-masing. b) Subjek 2 membolehkan siswa yang ingin mengetahui cara mengerjakan soal dengan bertanya kepada teman disampingnya atau dengan mencari di intenet. b. Triangulasi Berdasarkan observasi, S1 Membimbing siswa untuk membiasakan diri berkreasi dan berinovasi menerapkan dan memperdalam pengetahuan atau keterampilan yang telah dipelajari bersama guru. S1 meminta siswa untuk mencari informasi dari berbagai sumber. Dalam pembelajaran memuat proses analisis, mengolah dan mengajukan dugaan. Hasil tersebut sesuai dengan catatan lapangan, pada langkah ini S1 menggunakan LKS yang isinya memuat langkah-langkah eksperimen. Sedangkan untuk proses mengumpulkan informasi selain dengan buku siswa S1 meminta siswa untuk browsing di internet. Dengan demikian dapat diperoleh data valid bahwa pada langkah eksperimen S1 membuat LKS dan untuk memperoleh informasi S1 membolehkan siswa untuk memperoleh dari mana saja, biasanya S1 menyarankan untuk browsing di internet. Berdasarkan hasil observasi, dalam pembelajaran di kelas S2 memuat proses analisis, mengolah dan mengajukan dugaan. Sejalan dengan hasil catatan lapangan S2 bersama siswa mengeksplorasi dari apa yang sudah dimiliki siswa bisa berdasarkan teori, S2 memberi beberapa macam commit to user contoh soal dan meminta anak untuk menyelesaikannya. Dengan demikian perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 85 dapat diperoleh data valid bahwa pada langkah eksperimen S2 lebih mengeksplorasi dari apa yang sudah dimiliki siswa. Sedangkan untuk memperoleh informasi lain berdasarkan hasil observasi dan catatan lapangan, S2 memberi rujukan materi di internet. c. Analisis data (C3) Dari paparan di atas, maka dapat dijelaskan bahwa pada langkah eksperimen S1 membuat LKS, dengan kelompoknya siswa diminta mengerjakan LKS, pada langkah ini siswa terlihat sangat aktif dan sesekali S1 mendatangi masing-masing kelompok. Jika ada pertanyaan di LKS yang membuat siswa tidak bisa, siswa memanggil S1 untuk menanyakan bagaimana cara mengerjakannnya, akan tetapi S1 tidak langsung memberi jawaban, S1 memberi clue dengan pernyataan-pernyataan dan meminta siswa untuk mencari informasi lain dari internet. Sedangkan pada langkah ini S2 lebih memilih mengeksplorasi permasalahan sesuai dengan apa yang telah dimiliki siswa, S2 memberikan beberapa macam contoh soal, meminta siswa untuk menganalisis dan mengajukan dugaan, jika siswa mengalami kesulitan S2 meminta siswa untuk browsing materi di internet 4. Langkah Mengasosiasi a. Paparan observasi 1) Observasi Subjek 1 a) Membimbing siswa menemukan pola dari keterkaitan informasi b) Membimbing siswa menarik simpulan dari fenomena khusus untuk hal-hal yang bersifat umum. 2) Catatan lapangan subjek 1 a) Selama siswa bekerja, subjek 1 memperhatikan dan mendorong semua siswa untuk terlibat diskusi dan mengarahkan bila ada kelompok yang melenceng jauh dari jawabannya. b) Subjek 1 meminta siswa melakukan aktivitas pada LKS no 11, 12, 15, 16. c) Subjek 1 sebagai fasilitator dalam kegiatan mengasosiasi, ketika siswa commit to user subjek 1 memberikan pertanyaan masih kesulitan mengolah informasi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 86 ataupun menjawab pertanyaan dari siswa kemudian mengarahkan jawaban mereka. d) Subjek 1 meminta siswa melakukan aktivitas no 17 pada LKS. 3) Observasi Subjek 2 a) Membimbing siswa menemukan pola dari keterkaitan informasi b) Membimbing siswa menarik simpulan dari fenomena khusus untuk hal-hal yang bersifat umum 4) Catatan lapangan subjek 2 a) Subjek 2 meminta siswa untuk berdiskusi dengan temannya. b) Dengan Tanya jawab guru mengarahkan semua siswa pada kesimpulan mengenai permasalahan tersebut. c) Subjek 2 meminta siswa untuk menemukan konsep berapa jumlah himpunan bagian dari suatu himpunan. b. Triangulasi Berdasarkan hasil observasi, untuk langkah mengasosiasi subjek Membimbing siswa menemukan pola dari keterkaitan informasi Membimbing siswa menarik simpulan dari fenomena khusus untuk hal-hal yang bersifat umum, Hal ini sesuai dengan catatan lapangan, subjek 1 memberikan LKS kepada siswa dan di dalamnya sudah ada panduan untuk menyimpulkan, menemukan pola dari informasi satu dengan informasi lainnya menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah ke konsep Dengan demikian dapat diperoleh data valid bahwa pada langkah mengasosiasi, subjek 1 Membimbing siswa menemukan pola dari keterkaitan informasi, membimbing siswa menarik simpulan dari fenomena khusus untuk hal-hal yang bersifat umum dengan member pertanyaanpertanyaan. Berdasarkan observasi pada subjek 2, pada langkah ini subjek juga membimbing siswa menemukan pola dari keterkaitan informasi, membimbing siswa menarik simpulan dari fenomena khusus untuk hal-hal yang bersifat umum. Hal ini sesuai dengan catatan lapangan, pada langka ini commit to user subjek 2 membimbing siswa untuk menyimpulkan apa yang dipelajari, perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 87 subjek 2 memberikan batasan-batasan pokok pembelajaran dan lebih menjelaskan lagi konsep yang sudah dimiliki siswa. Dengan demikian dapat diperoleh data valid bahwa pada langkah mengasosiasi subjek 2 membimbing siswa menemukan pola dari keterkaitan dari berbagai informasi dengan memberikan batasan-batasan atau panduan-panduan supaya siswa bisa menyimpulkan dengan benar. c. Analisis data (C4) Pada langkah mengasosiasi, subjek 1 memberi pertanyaan , pertanyaan tersebut termuat di LKS dan siswa diminta untuk mengerjakan sesuai LKS. Dari beberapa pertanyaan siswa diminta untuk membuat atau menemukan konsep sendiri. subjek 1 Membimbing siswa menemukan pola dari keterkaitan informasi, membimbing siswa menarik simpulan dari fenomena khusus untuk hal-hal yang bersifat umum dengan member pertanyaan-pertanyaan. Sedangkan S2 memberi bantuan siswa untuk menemukan pola dari keterkaitan contoh-contoh soal dari berbagai informasi, untuk menyimpulkan S2 memberikan batasan-batasan atau panduan-panduan 5. Langkah Mengkomunikasikan a. Paparan observasi 1) Observasi subjek 1 a) Membimbing seluruh siswa agar dapat bekerja sama dalam kelompok tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, status sosial dan status ekonomi. b) Memberikan perhatian yang sama kepada semua siswa. c) Memberi kesempatan kepada siswa untuk berbeda pendapat. d) Menghargai pendapat siswa tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, status social, dan status ekonomi. 2) Catatan lapangan Subjek 1 a) Subjek 1 meminta masing-masing kelompok untuk menukar jawaban. b) Subjek 1 bersama-sama siswa melakukan diskusi kelas. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 88 c) Subjek 1 Membimbing seluruh siswa agar dapat bekerja sama dalam kelompok. d) Subjek 1 meminta masing-masing kelompok untuk menukar jawaban. e) Subjek 1 menujuk salah satu siswa, karena ketika diminta untuk mempresentasikan tidak ada yang langsung bersedia presentasi. f) Subjek 1 bersama siswa menyimpulkan hal-hal yang mempengaruhi perbedaan karakteristik grafik fungsi kuadrat dengan Tanya jawab. 3) Observasi subjek 2 a) Membimbing seluruh siswa agar dapat bekerja sama dalam kelompok tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, status sosial, dan status ekonomi b) Memberikan perhatian yang sama kepada semua siswa c) Memberi kesempatan kepada siswa untuk berbeda pendapat. d) Menghargai pendapat siswa tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, status sosial dan status ekonomi. 4) Catatan lapangan Subjek 2 a) Subjek 2 meminta siswa yang sudah menemukan jawaban untuk menuliskan jawabannya di papan tulis, setelah menulis siswa diminta untuk menjelaskan hasilnya kepada teman-temannya. b) Subjek 2 mempersilahkan siswa lain yang mempunyai jawaban berbeda untuk menuliskan jawabannya dan menjelaskannya. c) Subjek 2 mengajak seluruh siswa untuk mendiskusikan jawaban yang ditulis teman mereka sambil meminta siswa untuk menganalisis perbedaan jawaban tersebut. d) Subjek 2 menyimpulkan hasil jawaban yang benar dan kemudian menggeneralisasikan soal untuk masalah-masalah yang lain. b. Triangulasi Berdasarkan hasil observasi, S1 membimbing seluruh siswa agar dapat bekerja sama dalam kelompok, memberikan perhatian yang sama commit to user kepada semua siswa, memberi kesempatan kepada siswa untuk berbeda perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 89 pendapat. S1 juga menghargai pendapat siswa tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, status sosial dan status ekonomi. Hal ini sesuai dengan catatan lapangan bahwa dengan berdiskusi S1 memberi kebebasan pada siswa untuk mengeluarkan pendapat. Bersama seluruh siswa S1 melakukan diskusi kelas. Dengan demikian dapat diperoleh data valid bahwa pada langkah mengkomunikasikan dengan diskusi subjek 1 membimbing seluruh siswa, memberikan perhatian yang sama, memberikan kesempatan berpendapat yang sama. menggunakan presentasi tetapi tidak di setiap pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi, pada langkah mengkomunikasikan subjek 2 membimbing seluruh siswa agar dapat bekerja sama dalam kelompok, memberikan perhatian yang sama kepada semua siswa, memberi kesempatan kepada siswa untuk berbeda pendapat. Subjek 2 juga menghargai pendapat siswa tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, status sosial dan status ekonomi. Hal ini sesuai dengan catatan di lapangan bahwa dalam mengkomunikasikan hasil subjek 2 membolehkan semua siswa untuk memaparkan sesuatu yang sudah diketahui atau ditemukan siswa. pada langkah mengkomunikasikan subjek 2 mengendalikannya pada saat proses pembelajaran, subjek 2 tidak menyediakan waktu khusus, subjek 2 mengkomunikasikan hasil di tengah-tengah pembelajaran terkadang juga di akhir pembelajaran. Dengan demikian pada langkah mengkomunikasikan diperoleh data valid bahwa subjek 2 membentuk kelompok dan memberi kesempatan kepada seluruh siswa untuk memaparkan hasil temuan. c. Analisis data (C5) Pada langkah mengkomunikasikan subjek 1 meminta siswa untuk menukar hasil kelompoknya dengan kelompok lain kemudian bersama siswa S1 melakukan diskusi untuk menyimpulkan hal-hal yang mempengaruhi karakteristik grafik fungsi kuadrat. subjek 1 membimbing seluruh siswa, memberikan perhatian yang sama, memberikan kesempatan berpendapat yang sama, menggunakan presentasi tetapi tidak di setiap pembelajaran. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 90 Sedangkan subjek 2 pada langkah ini memberi kesempatan kepada seluruh siswa untuk memaparkan hasil temuannya. S2 memberi penghargaan pada kelompok maupun individu yang aktif mengikuti proses pembelajaran. B. Pembahasan Disajikannya deskripsi subjek penelitian dimaksudkan untuk menunjukkan keotentikan penelitian lapangan (field research) yang peneliti tetapkan. Dengan kata lain, asal perolehan data ini dapat dipertanggungjawabkan. Dari hasil penelitian, baik guru laki-laki dan perempuan sudah menerapkan pembelajaran yang bersifat cooperative learning yang menjadi syarat pelaksanaan kurikulum 2013. Slavin (2005:8) mendefisikan cooperative learning sebagai suatu macam srategi pembelajaran dimana para siswa akan duduk bersama dalam kelompok beranggotakan empat orang untuk mengamati materi yang disampaikan oleh guru. Berdasarkan Permendikbud (2013) Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (scientific). Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam proses pembelajaran meliputi menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Berikut pola pikir guru wanita dan laki-laki dalam menerapkan pendekatan saintifik pada proses pembelajaran matematika. 1. Pola pikir guru wanita dalam menerapkan pendekatan saintifik pada proses pembelajaran matematika. Kegiatan pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik dimulai dari kegiatan mengamati. Menurut guru wanita pada kegiatan mengamati guru harus memberikan kesempatan pada seluruh siswa untuk melakukan kegiatan mendengar, melihat, membaca dan melatih siswa untuk memperhatikan sesuatu userdengan Permendikbud 81a Tahun yang penting dari suatu objek. commit Hal ini to sesuai perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 91 2013 dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan menyimak, mendengar dan membaca. Sebelum kegiatan mengamati guru harus menentukan cara yang tepat supa ya semua siswa terlibat dalam pembelajaran. guru wanita memilih menggunakan contoh dan bukan contoh, memberikan sebuah permasalahan yang kemudian siswa diminta mencari pemecahannya dan siswa juga diminta membaca sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran. Objek yang digunakan oleh guru wanita dalam kegiatan pengamatan adalah objek yang bersifat abstrak. Dalam buku materi pelatihan kurikulum 2013 menjelaskan bahwa objek matematika yang dipelajari dalam matematika adalah buah pikiran manusia, sehingga bersifat abstrak. Mengamati objek matematika dapat dikelompokkan dalam dua macam kegiatan yang masingmasing mempunyai ciri berbeda, yaitu: (a) Mengamati fenomena dalam lingkungan kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan objek matematika tertentu, (b) Mengamati objek matematika yang abstrak. Jadi apa yang dilakukan oleh guru wanita sudah sejalan dengan langkah mengamati yang diharapkan pada kurikulum 2013. Setelah memberikan permasalahan yang diamati, guru wanita memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, namun dalam kegiatan ini siswa masih kurang aktif, guru masih menjadi pusat pembelajaran. Untuk memotivasi siswa yang dilakukan guru yakni memberikan pertanyaan pancingan dan kemudian guru menunjuk salah satu siswa untuk bertanya atau sekedar mengemukakan gagasan dan pendapatnya, pancingan seperti itu dapat membuat siswa yang lain akhirnya berani dan mampu mengeluarkan pendapat yang mereka tentang pemecahan masalah yang diberikan. Dengan itu pula komunikasi antar guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa dapat berjalan lebih baik sehingga dapat pula menciptakan suasana kelas yang mengundang rasa ingin tahu. Pada kegiatan menanya guru wanita masih mengalami kesulitan untuk membuat anak mengungkapkan pendapatnya. commit to adanya user keterbatasan waktu dan materi Menurut guru wanita kendalanya adalah perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 92 yang harus disampaikan banyak maka tidak semua siswa dapat mengemukakan pendapatnya dan berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan menanya berjalan tidak begitu maksimal, siswa belum mampu mandiri atau pembelajaran belum berpusat pada peserta didik dan karena terbatasnya waktu. Hasil di atas tidak sesuai dengan Permendikbud No. 69 Tahun 2013 yang menyatakan bahwa pola pikir dalam menerapkan pembelajaran harus berubah, pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada siswa. pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis. Pada kegiatan berikutnya yakni mengumpulkan informasi, mengumpulkan informasi berarti siswa harus mencari dan mengumpulkan informasi tentang materi yang dipelajari, siswa tidak menunggu apa yang akan disampaikan guru. Pada kegiatan ini guru tidak mengalami kesulitan karena siswa sudah memiliki sumber belajar yang memadai, semua siswa sudah memiliki media baik buku maupun media untuk internet. Selain dari buku siswa pada kegiatan ini guru memang menyarankan pada siswa untuk mencari informasi di internet. Berdasarkan Kemendikbud pemanfaatan internet sangat dianjurkan dalam pembelajaran atau kelas kolaboratif. Karena internet merupakan salah satu jejaring pembelajaran dengan akses dan ketersediaan informasi yang luas dan mudah. Saat ini internet telah menyediakan diri sebagai referensi yang murah dan mudah bagi siswa atau siapa saja yang hendak mengubah wajah dunia. Langkah berikutnya yakni mengasosiasi, menurut guru wanita mengasosiasi adalah cara untuk menambahkan kedalaman informasi yang dimiliki siswa, mencari solusi jika informasi satu dengan yang lainnya bertentangan. Guru harus membuat siswa menemukan keterkaitan antara informasi satu dengan informasi lain kemudian meminta siswa untuk menemukan pola dari keterkaitan tersebut. Ketika materi dirasa sulit guru harus memberikan clue atau memberikan bantuan agar siswa mampu mengolah informasi-informasi yang telah ditemukan. Pada kegiatan ini, proses commit to hanya user sebagai fasilitator. Berdasarkan pembelajaran berpusat pada siswa guru perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 93 uraian diatas, dapat diketahui bahwa guru wanita sudah membuat situasi siswa lebih aktif daripada guru. hal tersebut sesuai dengan Kemendikbud 2013. Pada langkah menganalisis, mengevaluasi dan mengkomunikasikan, pada materi seperti persamaan fungsi kuadrat guru wanita harus menunjuk salah satu untuk menunjukan pemecahan dari permasalahan yang diberikan dan memintanya untuk menjelaskan alasannya. Dengan seperti itu siswa yang lain menjadi lebih berani bertanya dan menyampaikan hasil pengamatan dan analisis mereka terhadap permasalahan matematika yang diberikan. Secara tidak langsung sikap dalam belajar telah ditanamkan guru dengan pendekatan ilmiah, hal tersebut juga sudah sesuai dengan kurikulum 2013. 2. Pola pikir guru laki-laki dalam menerapkan pendekatan saintifik pada proses pembelajaran matematika Kegiatan pertama dalam pendekatan saintifik adalah kegiatan mengamati. Sebelum proses mengamati guru harus menentukan objek apa yang akan diamati. Objek dalam matematika tidak harus membawa benda nyata karena menurut guru laki-laki banyak materi yang dipelajari di kelas X sudah pernah siswa pelajari di jenjang sebelumnya. Hal ini tidak bertentangan dengan konsep kegiatan mengamati yang di anjurkan oleh Kemendikbud, yaitu langkah pertama dalam kegiatan mengamati adalah menentukan objek apa yang akan di observasi. Kegiatan kedua yaitu kegiatan menanya, guru laki-laki berpikir bahwa konsep menanya pada pendekatan saintifik bukan pertanyaan yang diberikan guru untuk siswa melainkan siswa yang bertanya. Berarti guru harus memfasilitasi siswa supaya bertanya, guru harus mempunyai cara-cara yang tepat. Untuk membangkitkan kemauan bertanya siswa secara lisan, guru lakilaki membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Karena dengan membagi menjadi beberapa kelompok, siswa yang biasanya tidak bertanya akan bertanya pada temannya yang sudah paham. Selain itu, biasanya memancing dari beberapa topik, beberapa kejadian kemudian dipecahkan dengan pemikiran siswa. Pada kegiatan menanya siswa mengalami kesulitan sehingga diawali commitpada to user dengan guru bertanya kepada siswa, saat itu pula guru membimbing atau perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 94 memandu siswa dan memberi dorongan agar siswa bertanya. Hal ini sudah sejalan dengan pernyataan Chambers (2007) pemberian scaffolding atau „pengungkit‟ bisa memaksimalkan ZPD (Zone Proximal Development) yang ada pada siswa. Selanjutnya kegiatan mengumpulkan informasi, siswa harus menggali informasi sendiri, selain membaca siswa bisa melakukan ujicoba atau eksperimen. Guru dengan siswa harus bersama-sama mengeksplorasi apa yang sudah dimiliki atau dipahami siswa. Internet juga digunakan guru laki-laki sebagai bahan rujukan siswa karena menurut guru laki-laki biasanya dari internet siswa akan menemukan konsep dan bahasanya. Kegiatan berikutnya Mengasosiasi, pada kegiatan mengasosiasi guru harus menyatukan pendapat yang dimiliki siswa, karena pengalaman atau ide dimiliki oleh siswa bermacam macam, guru harus memberi batasan-batasan apa yang dipelajari metode ceramah dipilih oleh guru laki-laki karena siswa belum siap untuk diajak berpikir dan menyimpulkan proses tadi. Pada tahapan ini peran guru sangat penting, tulisan atau rangkuman siswa harus jelas karena ketika siswa memperoleh ilmu di kelas X sampai sejauh mana kekuatan ini dipakai untuk kelas XII (UAN). Pada guru laki-laki pada proses mengkomunikasikan dilakukan di beberapa langkah pembelajaran misalnya dalam langkah eksperimen guru lakilaki sudah meminta anak untuk memaparkan hasil pengamatannya. Hal tersebut tidak bertentangan dengan konsep pendekatan Saintifik karena pada langkah ini yang terpenting adalah siswa menceritakan apa yang telah ditemukan. Dari hasil penelitian, apabila dilihat dari nilai dan tingkah laku tampak perbedaan pola pikir antara guru laki-laki dan perempuan. Jadi, gender mempengaruhi pola pikir guru dalam menerapkan pendekatan saintifik. Perbedaan gender guru berpengaruh pada pemilihan strategi pemecahan masalah. Secara keseluruhan pola pikir guru perempuan dan guru laki-laki sudah mengalami pergeseran, mengubah pola pikir pembelajaran yang belum menerapkan commit toyang usermenerapkan pendekatan saintifik. pendekatan saintifik dengan pembelajaran perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 95 Berarti baik guru perempuan dan guru laki-laki memiliki cita-cita yang tinggi, memiliki impian besar dan memiliki visi yang jauh kedepan untuk diraih karena sudah menerima perubahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Muhammad Yunus (2014: 199) bahwa “pola pikir yang usang harus dirubah dan diganti dengan pola pikir baru yang lebih baik. keberanian untuk berubah merupakan kunci untuk meraih keunggulan dan kesuksesan.” Guru perempuan dan laki-laki mengalami kendala dalam menerapkan pendekatan saintifik. Karena pendekatan saintifik masih baru bagi siswa khususnya pada mata pelajaran matematika. Guru masih belum bisa menerapkan pendekatan saintifik yang sesuai dengan Kurikulum 2013. Perubahan pola pikir pada prosesnya selalu mengalami kesulitan, baik guru laki-laki maupun guru perempuan sudah berusaha melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan saintifik, tetapi hasilnya masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Menurut Muhammad Yunus (2014: 200) bahwa “Perubahan pola pikir bisa dirubah melalui proses membiasakan diri” commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1) Pola pikir guru wanita dalam menerapkan pendekatan saintifik pada proses pembelajaran matematika. Guru wanita sudah menerapkan pendekatan Saintifik. Pada proses pengamatan guru wanita lebih memilih menggunakan contoh dan contoh terkait dengan materi kemudian guru wanita akan meminta anak untuk mengamati dan kemudian mengklasifikasikan contoh tersebut berdasarkan ciri-ciri yang hampir sama. Jadi objek yang dipilih adalah objek matematika yang bersifat abstrak. Guru wanita mengalami kesulitan dalam langkah menanya. Untuk menyelesaikan masalah ini guru wanita biasanya memancing siswa dengan pernyataan-pernyataan atau dengan pertanyaan pancingan. Pada langkah eksperimen guru wanita membuatkan pertanyaan yang bersifat memandu, Misalnya dengan membuat LKS. Untuk mengumpulkan informasi, guru wanita memilih internet untuk menjadi referensi siswa. Pada kegiatan mengasosiasi guru wanita cenderung memberikan pertanyaan-pertanyaan yang memancing, akhirnya siswa berpikir kearah konsepnya. Pada langkah mengkomunikasikan guru wanita cenderung melakukan presentasi, walaupun presentasi memerlukan waktu yang lama. 2) Pola pikir guru laki-laki dalam menerapkan pendekatan saintifik pada proses pembelajaran matematika. Pada langkah mengamati guru laki-laki lebih memilih menggunakan pendekatan dari apa yg telah dipelajari anak, membahas problemaproblema yang pernah dialami siswa. Untuk membangkitkan kemauan bertanya siswa secara lisan guru laki-laki membagi siswa menjadi beberapa kelompok, menurut guru laki-laki mungkin bahasa guru dengan bahasa teman sebaya itu berbeda. Selain itu dalam kelompok akan banyak commit to user ide, siswa yang satu bisa melengkapi yang lainnya. 96 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 97 Selanjutnya pada kegiatan mengasosiasi menurut guru laki-laki tugas guru harus menyempurnakan dan memberi tahu darimana konsep-konsep matematika yang dimiliki siswa berasal. Sedangkan pada kegiatan mengkomunikasikan guru laki-laki menyisipkan langkah ini pada proses menanya dan eksperimen. Jadi langkah ini tidak harus dilakukan pada akhir pembelajaran. Dalam mengkomunikasikan siswa diminta untuk memaparkan hasil yang telah diperoleh. B. Implikasi Berdasarkan hasil penelitian mengenai pola pikir guru dalam menerapkan pendekatan saintifik yang telah dilakukan, dapat dikemukakan implikasi teoritis dan implikasi praktis sebagai berikut. 1. Implikasi Teoritis Secara teoritis dapat diungkapkan bahwa penelitian ini menggambarkan pola pikir guru laki-laki dan guru wanita dalam menerapkan pendeatan saintifik pada pembelajaran matematika. Dari hasil penelitian tampak bahwa baik guru wanita maupun laki-laki masih mengalami kendala dalam menerapkan pendekatan saintifik khususnya pada kegiatan menanya. Hasil ini dapat digunakan sebagai inspirasi dan dasar penelitian selanjutnya dengan sudut peninjauan atau jenjang pendidikan yang mungkin saja berbeda. Hasil dari penelitian ini juga dapat digunakan untuk melakukan penelitian pengembangan berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh dalam penelitian ini. 2. Implikasi Praktis Berdasarkan hasil penelitian tampak bahwa terdapat perbedaan pola pikir guru laki-laki dan guru wanita dalam menerapkan pendekatan saintifik. Akan tetapi perbedaannya tidak terlalu signifikan, Hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan bagi pendidik dan calon pendidik untuk menerapkan pendekatan saintifik sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 98 C. Saran Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, dapat disampaikan saran sebagai berikut. 1. Bagi guru a. Guru harus berusaha menyesuaikan pola pikir yang sesuai dengan Kurikulum yang digunakan. b. Guru harus mampu memberikan motivasi yang baik, sehingga minat siswa untuk bertanya meningkat dan memiliki sikap belajar yang baik, serta menumbuhkan rasa ingin tahu. 2. Bagi peneliti selanjutnya Kepada peneliti selanjutnya hendaknya melaksanakan penelitian pada jenjang pendidikan yang berbeda dengan memperluas faktor-faktor lain yang mempengaruhi proses pembelajaran. Hal tersebut dilakukan supaya proses pemebelajaran matematika di kelas berjalan lebih baik tanpa adanya kendala yang berarti. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 99 DAFTAR PUSTAKA Bimbola, O and Daniel, O .2009. Preservice; Nigerian science teachers‟ conceptions of integrated science. Educational Research and Review. Vol. 4 (7), pp. 340-344 Bilesanmi, A.J and Daniel, O.2012. Effectiveness of Cooperative Learning Strategies on Nigerian Junior Secondary Students‟ Academic Achievement In Basic Science. British Journal of Education, Society & Behavioural Science, 2(3): 307-325 Chambers, Paul. 2007. Teaching Mathematics: Developing as A Reflective Secondary Teacher, Thousand Oaks, CA: Sage Publication Inc. Charalambos Y.C.2008.Tracing the development of preservice teachers’ efficacy beliefs in teaching mathematics during fieldwork. Educ Stud Math 67:125–142 Discovery Education.2006.Scientific Method. Diambil pada tanggal 24 September 2013 jam 08.05 dari http://school.discovery.com/sciencefaircentral/scifairstudio/handbook/ scientificmethod.html Efklides, A & Papadaki, M. 1999. Individual differences in school mathematics performance and feelings of difficulty: The effects of cognitive ability, affect, age, and gender. European Journal of Psychology of Education, Vol. XlV. n" 1,57-69 Eko Yuliandri. 2008. Program Kurikulum. (http://sman1belitang.com). Diakses 29 Agustus 2013 jam 17.11. Prayudi. 2007. Proses dan Tahapan Belajar. (http://fitria95.wordpress.com). Diakses 2 Oktober 2013 jam 10.52 Goodwin, S & Ostrom, L. 2009. Gender Differences in Mathematics Self-Efficacy and Back Substitution in Multiple-Choice Assessment. Journal of Adult Education Volume 38, Number 1, Page 22-42 http://layananptk.wordpress.com/2013/07/02/perbedaan-esensial-ktsp-dankurikulum-2013/ http://pendidikansosiologiumm.blogspot.com/2013/09/teori-nature-dalamgender.html Huang, G. 2006. Informal Forum: Fostering commit to user Active Learning In a Teacher Preparation Program. Journal of Education. Vol. 127 n1, page 31-38. . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 100 Jancirani, D. 2012. A Study on Scientific Attitude of Adolescence Students in Namakkal District. International Educational E-Journal, {Quarterly}, ISSN 2277-2456, Volume-I, Issue-IV. Jiun-Shiu Chen. 2011. Developing A Global Mindset: The Relationship Between An International Assignment And Cultural Intelligence. International Journal Of Business And Social Science Vol. 2 No. 9, Pp. 275-283 Johnson, E.B. 2007. Contextual Teaching & Learning: what it is and why it’s here to stay. Diterjemahkan oleh Ibnu Setiawan, “Contextual Teaching & Learning: menjadikan kegiatan belajar-mengajar mengasyikkan dan bermakna. Bandung: Mizan Learning Center (MLC). Kementrian dan Kebudayaan. 2013. Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Kementrian dan Kebudayaan Kenneth Lafferty Hess Family Charitable Foundation.2007.Steps of The Scientific Method. Diambil pada tanggal 24 September 2013 jam 08.30 dari http://www.sciencebuddies.org/mentoring/project_scientific_method.sht ml Lexy J. Moleong. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Loeloek & Sofan. 2014. Panduan Memahami Kurikulum 2013. Jakarta: Prestasi Pustaka Muhammad Yunus. 2014. Mindset Revolution. Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher. Monanghan, J. & Ozmantar, M.F. (2004). Abstraction and consolidation. In M. J. Hoines & A. B. Flugestad (Eds.), “Proceedings of the 28th Internation Conference for the Psychology of Matematics Education”, Vol. 3 (pp.353-360). Bergen, Norway: Bergen University College Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Mulyasa. 2007. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rodaskarya. Nana Syaodih Sukmadinata. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nurhadi. 2004. Pembelajaran Konstektual dan Penerapannya dalam KBK. Universitas Negeri Malang. Surabaya. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 101 Oliveira, A.2009. Developing Elementary Teachers‟ Understanding of The Discourse Structure of Inquiry-Based Science Classrooms. International Journal of Science And Mathematics Education 8: 247-269 Ozmantar, M.F. 2010. Rethinking About The Pedagogy for Pedagogical Content Knowledge in The Context of Mathematics Teaching. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education. Vol 7 No.1. 15-27 Permendikbud. 2013. Implementasi Kurikulum. Jakarta: Depdiknas. Quinn, M., & George, K. D. 1975. Teaching hypothesis formation. Science Education, 59, pp 289-296. Rothchild, I. Induction, Deduction, And The Scientific Method an Eclectric Overview of The Practice of Science Biol Reprod. Science Education. 2006; 68:3-7. Silberman, M. 2001. Active Learning: 101 Cara Belajar Aktif. Bandung: Falah Production. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Slavin.2005.Cooperative learning. Bandung:Nusa Indah Sugiyono. 2011. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Tim. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Thiel, R., & George, D. K. 1976. Some factors affecting the use of the science process skill of prediction by elementary school children. Journal of Research in Science Teaching, 13, 155-166. Tomera, A. 1974. Transfer and retention of transfer of the science processes of observation and comparison in junior high school students. Science Education, 58, 195-203. Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4586. Wiggins, G. P. 1993. Assessing student performance: Exploring the purpose and limits of testing. San Francisco: Jossey-Bass. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 102 Yatim Riyanto. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media commit to user