i ANALISIS HUBUNGAN KOMUNIKASI FORMAL ORGANISASI DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN PADA HEAD OFFICE (HO) PT X BOGOR Oleh ANGGUN OCTA ASTRIANI H24104126 PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 i i ANALISIS HUBUNGAN KOMUNIKASI FORMAL ORGANISASI DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN PADA HEAD OFFICE (HO) PT X BOGOR SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI Pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Oleh ANGGUN OCTA ASTRIANI H24104126 PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 i ii Judul Skripsi : Analisis Hubungan Komunikasi Formal Organisasi dengan Motivasi Kerja Karyawan pada Head Office (HO) PT X Bogor Nama : Anggun Octa Astriani NIM : H24104126 Disetujui oleh, Dosen Pembimbing Dra. Hj. Siti Rahmawati, M.Pd NIP 19591231 198601 2 003 Diketahui oleh, Ketua Departemen Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc NIP 19610123 198601 1 002 Tanggal Lulus: ii iii ABSTRAK ANGGUN OCTA ASTRIANI. H24104126. Analisis Hubungan Komunikasi Formal Organisasi dengan Motivasi Kerja Karyawan pada Head Office (HO) PT X Bogor. Dibawah bimbingan SITI RAHMAWATI. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui persepsi karyawan mengenai komunikasi formal pada HO PT X Bogor, (2) mengetahui persepsi karyawan mengenai motivasi kerja pada HO PT X Bogor dan (3) menganalisis hubungan antara komunikasi formal organisasi dengan motivasi kerja karyawan pada HO PT X Bogor. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan cara probability sampling yaitu dengan teknik sensus. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif untuk data kualitatif, sedangkan data kuantitatif menggunakan teknik analisis Rank Spearman dengan menggunakan software SPSS 15.0 for windows. Hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan persepsi mengenai komunikasi formal organisasi dan motivasi kerja karyawan yang diterapkan pada Head Office (HO) PT X Bogor adalah baik. Hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif, agak kuat, dan nyata antara komunikasi formal organisasi dengan motivasi kerja karyawan. Hal ini berarti indikator komunikasi formal organisasi yang terdiri dari downward communication, upward communication, horizontal communication, dan diagonal communication mampu meningkatkan motivasi kerja karyawan Head Office (HO) PT X Bogor. iii iv ABSTRACT ANGGUN OCTA ASTRIANI. H24104126. Correlation Analysis of Formal Organizational Communication with Employees Work Motivation at Head Office (HO) PT X Bogor. Under the guidance of SITI RAHMAWATI. This research aims to (1) find out perception employees about formal organizational communication at HO PT X Bogor, (2) find out perception about employees work motivation at HO PT X Bogor, and (3) analyze correlation between formal organizational communication with employees work motivation at the HO PT X Bogor. The sampling technique used in research is by means of probability sampling namely by technique census. Data processing in research is using approach descriptive for qualitative data, while quantitative data used technique Spearman Rank analysis by using software spss 15.0 for windows. Research result obtained based on the perception about formal organizational communication and employees work motivation that are applied to Head Office (HO) PT X Bogor is good. Spearman Rank correlation test results indicate that there are relations a positive, moderately high association, and real between formal organizational communication with employees work motivation. This means an indicators of formal organizational communications that consist of downward communication, upward communication, horizontal communication, and diagonal communication was able to increase employee work motivation Head Office (HO) PT X Bogor. iv v PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS HUBUNGAN KOMUNIKASI FORMAL ORGANISASI DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN PADA HEAD OFFICE (HO) PT X BOGOR)” BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN UNTUK MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH Bogor, Maret 2013 Anggun Octa Astriani v vi RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 18 Oktober 1989. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan A. Hidayat (Alm.) dan Devi Aryani. Penulis mengawali pendidikan di TK Tunas Muda IV pada tahun 1993. Kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar (SD) Negeri Semeru I Bogor pada tahun 1995 hingga tahun 2001. Pendidikan tingkat menengah pertama diselesaikan penulis di SMP Negeri 14 Bogor pada tahun 2004. Penulis melanjutkan pendidikan menengah atas dan masuk program IPA di SMA Negeri 10 Bogor dan lulus pada tahun 2007. Penulis melanjutkan pendidikan Diploma 3 di Program Diploma Institut Pertanian Bogor melalui jalur reguler pada Program Keahlian Komunikasi Angkatan 44 dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun 2010 tersebut, penulis diterima sebagai mahasiswi Program Sarjana Alih Jenis Institut Pertanian Bogor di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen melalui jalur reguler. Selama menyelesaikan jenjang S1, pada tahun 2010 penulis merupakan karyawan pada PT Agricon Putra Citra Optima Kantor Cabang Bogor Residential sebagai Finance Administrator dengan fokus pekerjaan pada Account Receivable sampai dengan tahun 2012. vi vii KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillah penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Hubungan Komunikasi Formal Organisasi dengan Motivasi Kerja Karyawan pada Head Office (HO) PT X Bogor. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan oleh berbagai pihak. Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi perusahaan, penulis, dan seluruh pihak yang berkepentingan. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih terdapat kekurangan, sehingga saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini sangat penulis harapkan. Penulis berharap penelitian yang dilakukan dapat diterima dan bermanfaat bagi seluruh pihak yang berkepentingan. Bogor, Maret 2013 Anggun Octa Astriani vii viii UCAPAN TERIMA KASIH Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah mendapatkan sumbangan pikiran, bimbingan, dukungan, dorongan dan doa dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada: 1. Ibu Dra. Hj. Siti Rahmawati, M.pd selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, menuntun, mengarahkan dan membimbing penulis dengan penuh kesabaran. 2. Bapak Prof. Dr. Ir. WH Limbong, MS dan Ibu Lindawati Kartika, SE, M.Si. yang telah meluangkan waktu sebagai dosen penguji. 3. Ibu, adik-adik tercinta yang senantiasa memberikan kasih sayang, doa dan dukungan baik moril maupun materil serta bantuan teknis maupun nonteknis tanpa henti-henti pada penulis. 4. Segenap manajemen Head Office (HO) PT X Bogor yang telah meluangkan waktu untuk memberikan informasi bagi kepentingan penulisan skripsi ini. 5. Staf pengajar dan karyawan/wati di Program Sarjana Alih Jenis Departemen Manajeme, FEM IPB. 6. Teman-teman satu bimbingan skripsi (Bayu Anggerianto, Aputeri Assyifa, Alan Muhammad, David, dan Kemas) 7. Irvan C Sandy, Arnold Batara, Putri Permata sari, Bravasta Ananta, Rosdalia, Syam, Edi, Ririn, Tika, Prasetia, Agung Setiawan, Chairani, Teddy Harta, Kemas, Syibil, Yanda, dan teman seperjuangan lainnya yang selalu menghibur dan menyemangati penulis selama penyusunan skripsi. 8. Segenap teman-teman program alih jenis manajemen angkatan 8. 9. Pihak-pihak lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu, namun sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. viii ix DAFTAR ISI DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1 1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 1 1.2. Perumusan Masalah ..................................................................................... 3 1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 4 1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 4 1.5. Ruang Lingkup ............................................................................................ 5 II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 6 2.1. Pengertian Komunikasi ............................................................................... 6 2.2. Komunikasi Organisasi ............................................................................... 9 2.3. Motivasi ..................................................................................................... 11 2.4. Penelitian Terdahulu.................................................................................. 16 III. METODE PENELITIAN ............................................................................ 19 3.1. Kerangka Pemikiran .................................................................................. 19 3.2. Hipotesis .................................................................................................... 21 3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 21 3.4. Jenis dan Sumber Data .............................................................................. 22 3.5. Penetapan Populasi dan Sampel ................................................................ 22 3.6. Pengumpulan Data .................................................................................... 23 3.7. Pengujian Kuesioner.................................................................................. 23 3.8. Metode Pengolahan dan Analisis Data ...................................................... 26 3.8.1 Analisis Persepsi Karyawan Tentang Komunikasi FormalOrganisasi ......................................................... 26 3.8.2 Analisis Persepsi Karyawan tentang Motivasi Kerja ....................... 27 3.8.3 Hubungan Komunikasi Formal Organisasi dengan Motivasi Kerja Karyawan ................................................................ 27 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 31 4.1. Gambaran Umum Perusahaan ................................................................... 31 4.2. Karakteristik Karyawan HO PT X Bogor ................................................. 33 4.3. Analisis Persepsi Karyawan tentang Komunikasi Formal Organisasi ...... 35 4.3.1 Persepsi Karyawan terhadap Komunikasi dari Atas ke Bawah (Downward Communication) ................................. 36 4.3.2 Persepsi Karyawan terhadap Komunikasi dari Bawah ke Atas (Upward Communication) ...................................... 38 4.3.3 Persepsi Karyawan terhadap Komunikasi Horizontal (Horizontal Communication) ........................................................... 40 ix x 4.3.4 Persepsi Karyawan terhadap Komunikasi Diagonal (Diagonal Communication).............................................................. 43 4.4. Persepsi Karyawan terhadap Motivasi Kerja Karyawan ........................... 46 4.4.1 Persepsi Karyawan terhadap Prestasi ............................................... 47 4.4.2 Persepsi Karyawan terhadap Pengakuan .......................................... 48 4.4.3 Persepsi Karyawan terhadap Penghargaan ....................................... 50 4.4.4 Persepsi Karyawan terhadap Pekerjaan itu Sendiri .......................... 52 4.4.5 Persepsi Karyawan terhadap Keberhasilan Pekerjaan...................... 54 4.4.6 Persepsi Karyawan terhadap Tanggung Jawab ................................ 56 4.4.7 Persepsi Karyawan terhadap Promosi .............................................. 58 4.5. Hubungan Komunikasi Formal Organisasi dengan Motivasi Kerja Karyawan ......................................................................................... 60 4.6. Hubungan Indikator Komunikasi Formal Organisasi dengan Motivasi Kerja Karyawan ......................................................................... 61 4.7. Implikasi Manajerial.................................................................................. 64 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 66 Kesimpulan ....................................................................................................... 66 Saran ................................................................................................................. 66 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 67 x xi DAFTAR TABEL No. Halaman 1. Turn Over Karyawan HO PT X Bogor Tahun 2011..…………………………2 2. Karakteristik Karyawan .................................................................................. 34 3. Persepsi karyawan terhadap komunikasi formal organisasi............................ 35 4. Persepsi karyawan terhadap downward communication................................. 37 5. Persepsi karyawan terhadap upward communication ..................................... 39 6. Persepsi karyawan terhadap horizontal communication ................................. 41 7. Persepsi karyawan terhadap diagonal communication ................................... 44 8. Persepsi karyawan terhadap motivasi kerja .................................................... 46 9. Persepsi karyawan terhadap prestasi ............................................................... 47 10. Persepsi karyawan terhadap pengakuan .......................................................... 49 11. Persepsi karyawan terhadap penghargaan ....................................................... 51 12. Persepsi karyawan terhadap pekerjaan itu sendiri .......................................... 53 13. Persepsi karyawan terhadap keberhasilan pekerjaan ...................................... 55 14. Persepsi karyawan terhadap tanggung jawab .................................................. 57 15. Persepsi karyawan terhadap promosi .............................................................. 59 16. Hubungan komunikasi formal organisasi dengan motivasi kerja karyawan ......................................................................................................... 60 17. Hubungan indikator komunikasi formal organisasi dengan motivasi kerja karyawan ................................................................................................ 61 xi xii DAFTAR GAMBAR No. Halaman 1. Empat Arah Komunikasi Organisasi ................................................................. 11 2. Hierarki Kebutuhan Maslow ............................................................................. 15 3. Kerangka Pemikiran Penelitian ......................................................................... 20 xii xiii DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman 1. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ........................................................... 69 2. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman antara Komunikasi Formal Organisasi dengan Motivasi Kerja Karyawan................................................... 71 3. Hasil Uji t antara Komunikasi Formal Organisasi dengan Motivasi Kerja Karyawan ................................................................................................ 72 xiii 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Informasi menjadi salah satu unsur yang sangat penting dalam kehidupan manusia dalam era yang semakin maju ini. Proses penyampaian informasi dari satu pihak ke pihak lain dapat terjadi melalui komunikasi. Komunikasi dalam kehidupan manusia berlangsung mulai dari lingkup yang sempit sampai yang sangat luas. Komunikasi dalam organisasi memiliki peranan yang sangat penting bagi perusahaan, melalui komunikasi fungsi-fungsi manajerial dan tugastugas perusahaan dapat dilaksanakan oleh karyawannya karena komunikasi internal meliputi proses pengarahan, pengorganisasian, dan koordinasi. Bila komunikasi di dalam sebuah perusahaan terhambat maka akan mengganggu aktivitas perusahaan, hambatan seperti adanya kesalahpahaman karyawan terhadap perintah atasan akan mengakibatkan kesalahan dalam pelaksanaan tugas oleh karyawan. Oleh karena itu, diperlukan proses komunikasi yang efektif yaitu, komunikasi yang terdapat aliran informasi dua arah antara komunikator dan komunikan dan informasi tersebut direspons sesuai dengan harapan kedua pelaku komunikasi tersebut (Umam, 2012). Dengan menerapkan komunikasi efektif, perusahaan dapat memperbaiki organisasi yakni perusahaan dapat memperbaiki hal-hal untuk mencapai tujuan manajemen. Organisasi yang terdiri atas sekumpulan orang yang bekerjasama untuk mencapai tujuan, dimana orang datang untuk bekerjasama dalam suatu organisasi dengan harapan agar kebutuhannya akan dapat terpenuhi. Jadi, didalam memasuki organisasi, manusia membawa serta berbagai kebutuhan dan keinginan masing-masing individu yang menjadi anggota organisasi. Hal ini berkaitan dengan motivasi seseorang dalam melakukan pekerjaannya. Pada umumnya seorang karyawan dapat mencapai hasil kerja dengan baik apabila dalam dirinya terdapat motivasi. Motivasi merupakan salah satu faktor penentu bagi seorang karyawan dalam mewujudkan kerjanya dan motivasi juga dapat menunjukkan kondisi yang dapat menggerakkan 1 2 karyawan untuk melaksanakan pekerjaannya. Kecenderungan seseorang melakukan pekerjaan baik atau buruk merupakan tujuan motivasinya dalam memenuhi kebutuhan hidup. Jadi, kelancaran pencapaian tujuan organisasi perlu adanya motivasi kerja dalam diri seseorang yang mendorong manusia sebagai unsur organisasi akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja. PT X merupakan salah satu perusahaan jasa pest control terbesar di Indonesia. Head Office (HO) PT X Bogor merupakan salah satu bagian terpenting dalam perusahaan ini karena departemen ini berperan dalam mengidentifikasi, mengembangkan, mengevaluasi, merekomendasikan, dan membuat kebijakan kepada cabang PT X di seluruh Indonesia ke arah perbaikan untuk kemajuan perusahaan. Departemen ini juga yang mengkoordinasikan cabang PT X di seluruh Indonesia. Berdasarkan data yang diperoleh dari HO PT X Bogor, pada tahun 2011 HO PT X Bogor mengalami turn over karyawan tertinggi yakni dengan persentase sebesar 0,88 persen (Tabel 1). Tabel 1. Turn Over Karyawan HO PT X Bogor Tahun 2011 Bulan Masuk Keluar NOP Turn Over Rate (%) Januari 2 1 37 2.70 Febuari 2 0 39 0 Maret 1 1 39 2.56 April 0 0 39 0 Mei 0 0 39 0 Juni 0 0 39 0 Juli 1 0 40 0 Agustus 0 0 40 0 September 0 2 38 5.26 Oktober 0 0 38 0 November 2 0 40 0 40 0 Desember 0 0 Total Turn Over Rate (%) 0.88 Berdasarkan Tabel 1 keluar masuknya karyawan yang terjadi di HO PT X Bogor dapat menjadi indikasi bahwa terjadi komunikasi yang kurang baik sehingga perlu diteliti apakah kondisi komunikasi formal organisasi yang terjadi pada HO PT X Bogor dalam kondisi baik atau sebaliknya. 2 3 Komunikasi dalam suatu perusahaan harus berlangsung dengan harmonis, karena akan menjamin keeratan hubungan antara atasan dengan atasan, antara atasan dengan bawahan maupun antara bawahan dengan bawahan. Kondisi demikian sangat penting untuk menciptakan motivasi kerja yang tinggi pada karyawan dalam menyelesaikan tugas-tugas perusahaan. Namun, apabila komunikasi tidak berjalan dengan harmonis, dapat menimbulkan penurunan motivasi kerja karyawan. Sehingga karyawan tidak dapat bekerja dengan optimal, akibatnya sasaran atau target yang harus dicapai organisasi tidak akan tercapai sesuai dengan yang direncanakan. Aktivitas komunikasi diduga memiliki hubungan dengan motivasi kerja karyawan, melalui komunikasi formal organisasi karyawan dapat berkoordinasi, mendapat pengarahan, memperoleh informasi organisasi, dan dapat menyampaikan aspirasinya kepada organisasi sehingga dapat menimbulkan motivasi untuk menyelesaikan tugas perusahaan. Apabila komunikasi formal terhambat maka aktivitas organisasi dapat terganggu akibatnya adalah proses pencapaian target akan tidak tercapai. Mengingat pentingnya komunikasi organisasi guna meningkatkan motivasi kerja karyawan maka dilakukan penelitian mengenai hubungan komunikasi formal organisasi dengan motivasi kerja karyawan pada Head Office (HO) PT X Bogor. 1.2. Perumusan Masalah Komunikasi merupakan bagian terpenting dalam perusahaan, penyebaran informasi baik dari dalam maupun luar organisasi dapat terjadi melalui komunikasi. Dalam penyampaian informasi tersebut dibutuhkan komunikasi yang efektif agar pesan dapat tersampaikan sesuai dengan harapan komunikator. Dengan komunikasi efektif setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaan sebagaimana mestinya. Komunikasi baik verbal maupun non verbal digunakan di dalam organisasi, oleh karena itu adalah penting bagi seluruh anggota organisasi untuk mengetahui lebih banyak mengenai komunikasi tersebut. Komunikasi formal organisasi memiliki peranan penting untuk menciptakan motivasi kerja karyawan. Dengan demikian dapat dipahami 3 4 bahwa apabila komunikasi formal berjalan dengan harmonis dan efektif, maka dapat menciptakan motivasi kerja karyawan. Oleh karena itu, penelitian untuk menciptakan motivasi kerja karyawan pada Head office (HO) PT X Bogor perlu dilakukan yang berusaha menenjelaskan hubungan komunikasi formal organisasi dengan motivasi kerja karyawan, serta bagaimana persepsi karyawan di HO PT X bogor mengenai komunikasi formal dan motivasi kerja karyawan. Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana persepsi karyawan mengenai komunikasi formal organisasi pada HO PT X Bogor? 2. Bagaimana persepsi karyawan mengenai motivasi kerja pada HO PT X Bogor? 3. Bagaimana hubungan antara komunikasi formal organisasi dengan motivasi kerja karyawan pada HO PT X Bogor? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui persepsi karyawan mengenai komunikasi formal organisasi pada HO PT X Bogor. 2. Mengetahui persepsi karyawan mengenai motivasi kerja pada HO PT X Bogor. 3. Menganalisis hubungan antara komunikasi formal organisasi dengan motivasi kerja karyawan pada HO PT X Bogor. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan ( HO PT X). Manfaat dari penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan perusahaan serta memberikan informasi tambahan untuk HO PT X Bogor dalam menciptakan motivasi kerja melalui komunikasi formal perusahaan. 2. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dan informasi untuk penelitian-penelitian selanjutnya. 4 5 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ini difokuskan pada kajian persepsi karyawan mengenai komunikasi formal organisasi, serta mengetahui persepsi karyawan mengenai motivasi kerja yang ada di HO PT X Bogor. Komunikasi formal organisasi pada penelitian ini difokuskan pada segi hierarki yang terdiri dari upward communication, downward communication, horizontal communication, dan diagonal communication. Dimana komunikasi formal tersebut diterapkan mulai dari level manajer sampai dengan level karyawan. Ruang lingkup motivasi kerja karyawan yang diukur hanya berdasarkan pada faktor-faktor motivasi meliputi prestasi, pengakuan, penghargaan, pekerjaan itu sendiri, keberhasilan pekerjaan, tanggung jawab, dan promosi. Hal tersebut dikarenakan sesuai dengan kondisi di perusahaan (HO PT X). HO PT X Bogor memiliki tiga level manajemen yakni; top management yang terdiri atas Direktur dan General Manager; middle management, terdiri atas Manager dan Supervisor; dan level staff. Penelitian ini hanya mencakup dua level manajemen yakni pada level middle management dan staff perusahaan. 5 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Komunikasi Menurut Wiryanto (2006) komunikasi mengandung makna bersamasama (common). Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa Latin yaitu communicatio yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifatnya communis, yang bermakna umum atau bersama-sama. Shannon dan weaver dalam Wiryanto (2006), komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja dan tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi. Menurut Brent D. Ruben dalam Muhammad (2009), komunikasi manusia adalah suatu proses melalui mana individu dalam hubungannya, dalam kelompok, dalam organisasi dan dalam masyarakat menciptakan, mengirimkan, dan menggunakan informasi untuk mengkoordinasi lingkungannya dan orang lain. Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia. Yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya. Dalam “bahasa” komunikasi pernyataan dinamakan pesan (message). Orang yang menyampaikan pesan disebut komunikator (communicator), sedangkan orang yang menerima pernyataan diberi nama komunikan (communicatee). Untuk tegasnya komunikasi berarti proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan (Effendy, 2003). Menurut Muhammad (2009), komponen dasar komunikasi ada 5, yakni: 1. Pengirim pesan Pengirim pesan adalah individu atau orang yang mengirim pesan. Pesan atau informasi yang akan dikirimkan berasal dari otak si pengirim pesan. Oleh sebab itu sebelum pengirim mengirimkan pesan, si pengirim harus menciptakan dulu pesan yang akan dikirimkannya. Menciptakan pesan adalah menentukan arti apa 6 yang akan dikirimkan kemudian 7 menyandikannya/encode arti tersebut ke dalam satu pesan. Sesudah itu baru dikirim melalui saluran. 2. Pesan Pesan adalah informasi yang akan dikirimkan kepada si penerima. Pesan ini dapat berupa verbal maupun non verbal. Pesan secara verbal dapat secara tertulis seperti surat, buku, majalah, memo, sedangkan pesan secara lisan dapat berupa percakapan tatap muka, percakapan melalui telepon, radio dan sebagainya. Pesan yang non verbal dapat berupa isyarat, gerak badan, ekspresi muka, dan nada suara. 3. Saluran Saluran adalah jalan yang dilalui pesan dari si pengirim dengan si penerima. Channel yang biasa dalam komunikasi adalah gelombang cahaya dan suara yang dapat kita lihat dan kita dengar. Akan tetapi alat dengan apa cahaya atau suara itu berpindah mungkin berbeda-beda. Kita dapat menggunakan bermacam-macam alat untuk menyampaikan pesan seperti buku, radio, film, televisi, surat kabar tetapi saluran pokoknya adalah gelombang suara dan cahaya. Di samping itu kita juga dapat menerima pesan melalui alat indera penciuman, alat pengecap, dan peraba. 4. Penerima Pesan Penerima pesan adalah yang menganalisis dan mengintepretasikan isi pesan yang diterimanya. 5. Balikan Balikan adalah respons terhadap pesan yang diterima yang dikirimkan kepada si pengirim pesan. Dengan diberikannya reaksi ini kepada si pengirim, pengirim akan dapat mengetahui apakah pesan yang dikirimkan tersebut diintepretasikan sama dengan apa yang dimaksudkan oleh si pengirim. Bila arti pesan yang dimaksudkan oleh si pengirim diintepretasikan sama oleh si penerima berarti komunikasi tersebut efektif. Menurut Harold D. Lasswell dalam Cangara (2008) mengemukakan bahwa fungsi komunikasi antara lain (1) manusia dapat mengontrol lingkungannya, (2) beradaptasi dengan lingkungan tempat mereka berada, serta (3) melakukan transformasi warisan sosial kepada generasi berikutnya. 7 8 Gangguan atau rintangan komunikasi pada dasarnya dapat dibedakan atas enam macam, yakni sebagai berikut (Cangara 2008): 1. Gangguan Teknis Gangguan teknis terjadi jika salah satu alat yang digunakan dalam berkomunikasi mengalami gangguan, sehingga informasi yang ditransmisi melalui saluran mengalami kerusakan (channel noise). 2. Gangguan Semantik dan Psikologis Gangguan semantik adalah gangguan komunikasi yang disebabkan karena kesalahan pada bahasa yang digunakan. Latar belakang budaya yang menyebabkan salah persepsi terhadap simbol-simbol bahasa yang digunakan adalah salah satu contoh dari hambatan ini. Selain rintangan semantik, juga terdapat rintangan psikologis. Rintangan psikologis terjadi karena adanya gangguan yang disebabkan oleh persoalan-persoalan dalam diri individu. Misalnya rasa curiga penerima kepada sumber, situasi berduka atau karena gangguan kejiwaan sehingga dalam penerimaan dan pemberian informasi tidak sempurna. 3. Rintangan Fisik Rintangan fisik ialah rintangan yang disebabkan karena kondisi geografis misalnya jarak yang jauh sehingga sulit dicapai, tidak adanya sarana kantor pos, kantor telepon, jalur transportasi dan semacamnya. Dalam komunikasi antar manusia, rintangan fisik bisa juga diartikan karena adanya gangguan organik, yakni tidak berfungsinya salah satu panca indra pada penerima. 4. Rintangan Status Rintangan status adalah rintangan yang disebabkan karena jarak sosial di antara peserta komunikasi, misalnya perbedaan status antara senior dan junior atau atasan dan bawahan. 5. Rintangan Kerangka Berpikir Rintangan kerangka berpikir adalah rintangan yang disebabkan adanya perbedaan persepsi antara komunikator dan khalayak terhadap pesan yang digunakan dalam berkomunikasi. Ini disebabkan karena latar belakang pengalaman dan pendidikan yang berbeda. 8 9 6. Rintangan Budaya Rintangan budaya adalah rintangan yang terjadi disebabkan karena adanya perbedaan norma, kebiasaan dan nilai-nilai yang dianut oleh pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi. Di negara-negara sedang berkembang masyarakat cenderung menerima informasi dari sumber yang banyak memiliki kesamaan dengan dirinya, seperti bahasa, agama, dan kebiasaankebiasaan lainnya. 2.2. Komunikasi Organisasi Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2006). Goldhaber dalam Muhammad (2004) memberikan definisi komunikasi organisasi sebagai berikut “organizational communications is the process of creating and exchanging messages within a network of interdependent relationship to cope with environmental uncertainty”. Atau dengan kata lain komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah. Bila pesan mengalir melalui jalan resmi yang ditentukan oleh hierarki resmi organisasi atau oleh fungsi pekerjaan maka pesan itu menurut jaringan komunikasi formal. (Muhammad, 2004). Menurut Umam (2012) bentuk komunikasi dari arus pesan dalam komunikasi formal organisasi dari segi hierarki, terdiri atas: 1. Komunikasi ke bawah (downward communication), yaitu komunikasi yang turun dari satu level yang lebih rendah, secara perlahan-lahan menuju ke bawah. Dalam komunikasi ke bawah ini, pimpinan dituntut untuk mampu mengadakan komunikasi, memberikan informasi dan ide-idenya kepada bawahan, baik secara perseorangan maupun kelompok, secara langsung atau tidak langsung. Pesan yang disampaikan melalui beberapa tingkatan biasanya menjadi tidak akurat, khususnya pesan yang disampaikan dengan berbicara. Fungsi komunikasi ke bawah, antara lain: 9 10 a. Menyampaikan informasi dari bagian atas ke bagian bawah yang berkaitan dengan kebijakan, peraturan, prosedur, program dan sasaran kerja. b. Memberikan penugasan di pengarahan kerja. c. Menyampaikan umpan balik oleh atasan kepada bawahan. d. Memberikan informasi lembaga/organisasi berupa laporan keadaan (status report) dan laporan perkembangan (progress report). e. Mengajukkan permintaan dari atasan terhadap bawahan. 2. Komunikasi ke atas (upward communication), yaitu komunikasi dengan atasan. Komunikasi ini tidak semudah komunikasi dengan bawahan. Perbedaan status menyebabkan beberapa kendala dalam berkomunikasi, terutama dalam mendapatkan umpan balik tentang buah pikiran dan kinerja bawahan. Komunikasi ke atas pada umumnya bertujuan memperoleh informasi, keterangan yang berkaitan dengan kegiatan, dan pelaksanaan tugas/pekerjaan para pegawai di tingkat bawah/rendah. Fungsi komunikasi ke atas, antara lain: a. Menyampaikan umpan balik atas kebijakan, pengaturan, pengarahan, dan instruksi atasan. b. Menyampaikan laporan perkembangan dan hasil kerja. c. Menyampaikan gagasan dan usulan untuk peningkatan kinerja dan pemecahan masalah. d. Menyampaikan informasi dan bantuan. e. Menyampaikan ungkapan perasaan, sikap, dan keluhan yang berkaitan dengan kerja dan pribadi bawahan. 3. Komunikasi sejajar (horizontal communication atau lateral communication), yaitu komunikasi antar teman sekerja (co-worker), antar bagian, atau dengan temen kerja lainnya, pimpinan dengan pimpinan, bawahan dengan bawahan, dan orang tua dengan orang muda. Komunikasi horizontal mengikutsertakan orang-orang dalam satu ikatan menunjukkan tendensi lebih mudah, familiar, sederhana, dan cepat, sebab kesamaan kedudukan dapat menghilangkan kesulitan dalam berkomunikasi sehingga berguna untuk koordinasi kerja dan tim. 10 11 4. Komunikasi diagonal (diagonal communication), yaitu komunikasi yang memotong rantai perintah organisasi yang dilakukan antara dua orang pada tingkat kedudukan yang berbeda, pada tugas dan fungsi yang berbeda, dan tidak mempunyai wewenang langsung terhadap pihak lain. Berdasarkan penjelasan komunikasi formal berdasarkan segi hierarki organisasi dapat digambarkan sebagai berikut (Gambar 1). Komunikasi ke bawah Komunikasi ke atas Komunikasi horizontal Komunikasi lintas-saluran Gambar 1. Empat Arah Komunikasi Organisasi (Pace dan Faules, 1998) 2.3. Motivasi Judge dan Robbins (2008) mendefinisikan motivasi (motivation) sebagai proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Intensitas berhubungan dengan seberapa giat seseorang berusaha. Ini adalah elemen yang paling banyak mendapat perhatian ketika membicarakan tentang motivasi. Namun, intensitas yang tinggi sepertinya tidak akan menghasilkan prestasi kerja yang memuaskan kecuali upaya tersebut dikaitkan dengan arah yang menguntungkan organisasi. Terakhir, motivasi memiliki dimensi ketekunan. Dimensi ini merupakan ukuran mengenal berapa lama seseorang dapat mempertahankan 11 12 usahanya. Individu-individu yang termotivasi bertahan melakukan suatu tugas dalam waktu yang cukup lama mencapai tujuan mereka. Menurut Sunyoto (2012) faktor-faktor motivasi ada tujuh, yaitu: 1. Promosi Promosi adalah kemajuan seorang karyawan pada suatu tugas yang lebih baik, baik dipandang dari sudut tanggung jawab yang lebih berat, martabat atau status yang lebih tinggi, kecakapan yang lebih baik, dan terutama tambahan pembayaran atau gaji. 2. Prestasi Kerja Pangkal tolak pengembangan karier seseorang adalah prestasi kerjanya melakukan tugas yang dipercayakan kepadanya sekarang. Tanpa prestasi kerja yang memuaskan, sulit bagi seorang karyawan untuk diusulkan oleh atasannya agar dipertimbangkan untuk dipromosikan ke jabatan atau pekerjaan yang lebih tinggi di masa depan. Oleh karena itu, agar terbuka kemungkinan bagi seseorang untuk mewujudkan rencana dan tujuan kariernya, prestasi kerjanya haruslah sedemikan rupa sehingga bukan hanya memenuhi berbagi standar yang telah ditentukan, akan tetapi sedapat mungkin dapat digunakan sebagai bukti bahwa seorang sudah berusaha semaksimal mungkin. 3. Pekerjaan itu sendiri Telah berulang kali ditekankan bahwa pada akhirnya tanggung jawab dalam mengembangkan karier terletak pada masing-masing pekerja. Semua pihak seperti pimpinan, atasan langsung, kenalan, dan para spesialis di bagian kepegawaian hanya berperan memberikan bantuan. Berarti terserah pada karyawan yang bersangkutan, apakah akan memanfaatkan berbagai kesempatan mengembangkan diri sendiri atau tidak. 4. Penghargaan Pemberian motivasi dengan melalui kebutuhan penghargaan seperti penghargaan atas prestasinya, dan sebagainya. Hal yang sangat diperlukan untuk memacu gairah kerja bagi karyawan. Penghargaan disini dapat 12 13 merupakan tuntutan faktor manusiawi atas kebutuhan dan keinginan untuk menyelesaikan suatu tantangan yang harus dihadapi. 5. Tanggung Jawab Pertanggungjawaban atas tugas yang diberikan perusahaan kepada para karyawan merupakan timbal-balik atas kompensasi yang diterimanya. Pihak perusahaan memberikan apa yang diharapkan oleh karyawan, namun sisi lain para karyawan pun memberikan kontribusi penyelesaian pekerjaan dengan baik pula dan penuh dengan tanggung jawab sesuai dengan bidangnya masing-masing. 6. Pengakuan Pengakuan atas kemampuan dan keahlian bagi karyawan dalam suatu pekerjaan merupakan suatu kewajiban oleh perusahaan. Karena pengakuan tersebut merupakan salah satu kompensasi yang harus diberikan oleh perusahaan kepada karyawan yang memang mempunyai suatu keahlian tertentu dan dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik pula. Hal ini akan mendorong para karyawan yang mempunyai kelebihan dibidangnya untuk lebih berprestasi lebih baik. 7. Keberhasilan dalam bekerja Keberhasilan dalam bekerja dapat memotivasi para karyawan untuk lebih bersemangat dalam melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh perusahaan. Dengan keberhasilan tersebut setidaknya dapat memberikan rasa bangga dalam perasaan para karyawan bahwa mereka telah mampu mempertanggungjawabkan apa yang menjadi tugasnya. Dengan demikian pihak perusahaan pun akan semakin percaya bahwa para karyawannya mempunyai kemampuan yang baik dan hal ini akan memacu pihak perusahaan untuk mempertahankan karyawannya untuk tidak pindah ke tempat lain. Judge dan Robbins (2008) menyatakan bahwa tahun 1950-an merupakan periode subur perkembangan konsep-konsep motivasi. Terdapat beberapa teori khusus dirumuskan selama periode ini, diantaranya: 13 14 1. Hierarki Teori Kebutuhan Teori hierarki kebutuhan (hierarchy of needs) ini adalah milik Abraham Maslow. Ia membuat hipotesis bahwa dalam setiap diri manusia terdapat hierarki dari lima kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut adalah (Judge dan Robbins, 2008): a. Fisiologis: Meliputi rasa lapar, haus, berlindung, seksual, dan kebutuhan fisik lainnya b. Rasa aman: Meliputi rasa ingin dilindungi dari bahaya fisik dan emosional c. Sosial: Meliputi rasa kasih sayang, kepemilikan, penerimaan, dan persahabatan d. Penghargaan: meliputi faktor-faktor penghargaan internal seperti hormat diri, otonomi, dan pencapaian; dan faktor-faktor penghargaan eksternal seperti status, pengakuan, dan perhatian. e. Aktualisasi diri: Dorongan untuk menjadi seseorang sesuai kecakapannya; meliputi pertumbuhan, pencapaian potensi seseorang, dan pemenuhan diri sendiri. Teori ini mengatakan bahwa meskipun tidak ada kebutuhan yang benar-benar terpenuhi, sebuah kebutuhan yang pada dasarnya telah dipenuhi tidak lagi memotivasi. Jadi bila ingin memotivasi seseorang, menurut Maslow, kita harus memahami tingkat hierarki di mana orang tersebut berada saat ini dan fokus untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan di atau di atas tingkat tersebut. Maslow memisahkan lima kebutuhan ke dalam urutan-urutan yang lebih tinggi dan lebih rendah (Gambar 2). Kebutuhan fisiologis dan rasa aman dideskripsikan sebagai kebutuhan tingkat bawah (lower-order needs); kebutuhan sosial, penghargaan dan aktualisasi diri sebagai kebutuhan tingkat atas (higher-order needs). Perbedaan antara kedua tingkatan tersebut didasarkan pada dasar pemikiran bahwa kebutuhan tingakat atas dipenuhi secara internal (di dalam diri seseorang), sementara kebutuhan tingkat rendah secara dominan dipenuhi secara eksternal (oleh hal-hal seperti imbalan kerja, kontrak serikat kerja, dan masa jabatan). 14 15 Aktualisasi diri Penghargaan Sosial Keamanan Fisiologis Gambar 2. Hierarki Kebutuhan Maslow (Judge dan Robbins, 2008) 2. Teori Kesehatan-Motivator Herzberg dalam Pace dan Faules (1998) mencoba menentukan faktorfaktor apa yang mempengaruhi motivasi dalam organisasi. Ia menemukan dua perangkat kegiatan yang memuaskan kebutuhan manusia: (1) kebutuhan yang berkaitan dengan kepuasan kerja dan (2) kebutuhan yang berkaitan dengan ketidakpuasan kerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja disebut motivator. Ini meliputi prestasi, pekerjaan itu sendiri, dan potensi bagi pertumbuhan pribadi. Semua ini berkaitan dengan pekerjaan itu sendiri. Bila faktorfaktor ini ditanggapi secara positif, pegawai cenderung merasa puas dan termotivasi. Namun, bila faktor-faktor tersebut tidak ada di tempat kerja, pegawai akan kekurangan motivasi namun tidak berarti tidak puas dengan pekerjaan mereka. Faktor-faktor yang berkaitan dengan ketidakpuasan disebut faktorfaktor pemeliharaan (maintenance) atau kesehatan (hygiene), dan meliputi gaji, pengawasan, keamanan kerja, kondisi kerja, administrasi, kebijakan organisasi, dan hubungan antarpribadi dengan rekan kerja, atasan, dan bawahan di tempat kerja. Faktor-faktor ini berkaitan dengan lingkungan atau konteks pekerjaan alih-alih dengan pekerjaan itu sendiri. Itulah sebabnya mengapa program-program untuk memotivasi pegawai yang 15 16 menggunakan sistem Herzberg menyebutnya “motivasi melalui pekerjaan itu sendiri”. Bila faktor-faktor ini ditanggapi secara positif, pegawai tidak mengalami kepuasan atau tampak termotivasi; namun bila faktor-faktor tersebut tidak ada, pegawai akan merasa tidak puas. Motivator berkaitan dengan kepuasan kerja namun tidak dengan ketidakpuasan kerja. Faktor kesehatan berkaitan dengan ketidakpuasan kerja namun tidak dengan kepuasan kerja. Jadi untuk memelihara atau tetap memiliki pegawai, manajer harus memusatkan perhatian pada faktorfaktor kesehatan; namun, untuk membuat pegawai bekerja lebih keras, manajer harus memusatkan perhatian pada motivator. Manajer menyesuaikan pekerjaan itu sendiri untuk memotivasi pegawai dan menyesuaikan faktor lingkungan untuk menghindari ketidakpuasan. Misalnya, manajer memberi lebih banyak kebebasan dan lebih banyak tanggung jawab dalam melakukan pekerjaan mereka, atau setidaknya memberi mereka lebih banyak penghargaan atas pekerjaan yang dilakukan. Bila pegawai tidak memperoleh penghargaan, mereka tidak dengan sendirinya tidak puas dengan pekerjaan mereka, namun mereka tidak akan termotivasi untuk bekerja lebih keras. 2.4. Penelitian Terdahulu Purwaningrum (2012) melakukan penelitian mengenai Pengaruh Komunikasi Internal, Kompensasi, Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Melalui Motivasi pada CV Medinda Semarang. Tujuan penelitian ini adalah Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh komunikasi internal, kompensasi, lingkungan kerja, motivasi dan kinerja karyawan. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik sampel jenuh (sensus). Analisis yang digunakan adalah analisis jalur dan analisis hubungan. Analisis hubungan dengan menggunakan regresi berganda. Hasil dari penelitian ini adalah variabel komunikasi internal, kompensasi, lingkungan kerja mempunyai pengaruh positif terhadap variabel motivasi sehingga hipotesis diterima. Selain itu, hasil penelitian ini adalah bahwa variabel komunikasi internal, kompensasi, lingkungan kerja dan 16 17 motivasi mempunyai pengaruh positif terhadap variabel kinerja. Semakin baik penilaian responden terhadap komunikasi internal, kompensasi, lingkungan kerja, dan mtivasi mengakibatkan semakin tinggi kinerja karyawan CV Medinda Semarang. Adesya (2007) melakukan penelitian mengenai Hubungan Iklim Komunikasi Organisasi dengan Kepuasan Kerja Karyawan bagian Spinning di PT Unitex Tbk Bogor. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis iklim komunikasi organisasi, tingkat kepuasan kerja dan hubungan antara iklim komunikasi organisasi dengan kepuasan kerja karyawan bagian Spinning PT Unitex Tbk Bogor. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Pemilihan sampel dilakukan menggunakan metode non probability sampling dan responden diperoleh dengan menggunakan rumus Slovin. Analisis data menggunakan analisis deskriptif dan analisis hubungan. Untuk analisis hubungan menggunakan korelasi Rank Spearman dengan bantuan software SPSS 12.0 for Windows. Secara umum iklim komunikasi organisasi bagian Spinning termasuk baik. Jika dilihat dari besar kecilnya rataan skor yang diperoleh berdasarkan peringkat “baik” (dari tinggi ke rendah) urutannya adalah kepercayaan, pembuatan keputusan bersama, kejujuran, keterbukaan dalam komuikasi ke bawah, mendengarkan dalam komunikasi ke atas dan perhatian pada tujuan berkinerja tinggi. Hasil analisis deskripsi terhadap kepuasan kerja karyawan dapat dikatakan puas dengan urutan kepuasan tertinggi pada pekerjaan itu sendiri, hubungan dengan rekan sekerja, hubungan atasan dan bawahan, kondisi kerja, kompensasi dan promosi kerja. Terdapat hubungan yang sangat nyata, positif dan kuat antara iklim komunikasi organisasi dengan kepuasan kerja. Secara keseluruhan dapat dikemukakan bahwa semakin baik iklim organisasi akan semakin tinggi kepuasan kerja karyawannya. Mayangdarini (2009) melakukan penelitian mengenai analisis hubungan pola komunikasi organisasi dengan lingkungan kerja produktif PT X Tbk unit bisnis Bogor. Penelitian ini bertujuan mengetahui persepsi karyawan tentang pola komunikasi organisasi pada PT X Tbk Unit Bisnis Bogor, mengetahui persepsi karyawan tentang lingkungan kerja produktif 17 18 pada PT X Tbk Unit Bisnis Bogor dan menganalisis hubungan pola komunikasi organisasi dengan lingkungan kerja produktif pada PT X Tbk Unit Bisnis Bogor. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dan kuesioner. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi literatur, data perusahaan, penelusuran pustaka dan publikasi internet. Pemilihan sampel dilakukan secara convinience. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif untuk data kualitatif, sedangkan data kuantitatif menggunakan teknik analisis Rank Spearman dengan menggunakan bantuan software SPSS 15.0 for Windows. Dapat diketahui bahwa komunikasi yang terjadi pada PT X Tbk Unit Bisnis Bogor menggunakan pola komunikasi organisasi formal. Pola komunikasi yang paling sering digunakan ialah pola komunikasi dari bawah ke atas (upward communication). Lingkungan kerja yang ada sudah sangat baik dan sudah produktif dapat dilihat bagaimana perusahaan memberikan kenyamanan dan ketenangan yang dapat meningkatkan kinerja yang baik dalam bekerja. Berdasarkan penilaian hasil uji korelasi Rank Spearman terdapat hubungan antara pola komunikasi organisasi formal dengan lingkungan kerja yang produktif, sedangkan untuk pola komunikasi informal tidak ada hubungan sama sekali dengan lingkungan kerja yang produktif. 18 19 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran PT X merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa dengan produknya berupa jasa pengendalian hama (pest control). Untuk mempertahankan eksistensi perusahaan, PT X harus memiliki sumber daya manusia yang berkomitmen kepada perusahaan. Departemen head office (HO) adalah departemen yang berperan sebagai bagian yang mengidentifikasi, mengembangkan, mengevaluasi, merekomendasikan, dan membuat kebijakan kepada seluruh cabang PT X ke arah perbaikan untuk kemajuan perusahaan. Departemen ini juga yang mengkoordinasikan seluruh cabang PT X di seluruh Indonesia, oleh karena itu HO merupakan bagian yang sangat penting bagi perusahaan. Komunikasi merupakan suatu alat untuk memindahkan segala informasi serta ide-ide seseorang kepada orang lain untuk digunakan dalam pekerjaan. Komunikasi formal organisasi dalam pelaksanaannya berlangsung melalui banyak saluran yang sesuai dengan jenjang kewenangan yang ada dalam perusahaan. Semakin banyak saluran yang dilalui dalam pengiriman suatu informasi, maka akan semakin banyak kecenderungan merubah informasi dari informasi yang sebenarnya. Kondisi yang demikian akan menimbulkan kesalahpahaman dari pihak penerima. Oleh karena itu, perusahaan harus menciptakan terjalinnya komunikasi yang baik antara atasan dengan bawahannya. Indikator komunikasi formal organisasi dalam penelitian ini meliputi: (1) downward communication, (2) upward communication, (3) horizontal communication, (4) diagonal communication (Umam, 2012). Motivasi menyangkut alasan-alasan mengapa orang mencurahkan tenaga untuk melakukan suatu pekerjaan (Pace dan Faules, 1998). Komunikasi yang baik merupakan suatu motivasi yang dapat mendorong karyawan untuk berpartisipasi dan akan lebih menarik perhatian terhadap pekerjaan. Kondisi ini menunjang karyawan menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya sehingga mendukung organisasi untuk mencapai 19 20 tujuannya. Indikator motivasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah faktor-faktor motivasi (Sunyoto, 2012) yang terdiri dari: prestasi, pengakuan, penghargaan, pekerjaan itu sendiri, keberhasilan pekerjaan, tanggung jawab, dan promosi. Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan diolah dengan menggunakan analisis Rank Spearman dengan bantuan SPSS 15.0 for windows untuk melihat hubungan komunikasi formal organisasi dengan motivasi kerja karyawan. Korelasi Rank Spearman digunakan untuk dapat mengetahui implikasi manajerial pada perusahaan dan akan terlihat hubungan antara komunikasi formal organisasi dengan motivasi kerja karyawan, serta seberapa besar hubungan antara komunikasi internal organisasi dengan motivasi kerja karyawan. Pengolahan data tersebut diharapkan dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat menerangkan hubungan komunikasi formal organisasi dengan motivasi kerja karyawan pada head office (HO) PT X Bogor. Secara garis besar, kerangka pemikiran penelitian ini seperti terlihat pada Gambar 3. PT X Head Office PT X Pola Komunikasi Formal (Umam, 2012): a. Downward Communication b. Upward Communication c. Horizontal Communication d. Diagonal Communication Faktor-faktor Motivasi (Sunyoto, 2012): 1. Prestasi 2. Pengakuan 3. Penghargaan 4. Pekerjaan itu sendiri 5. Keberhasilan pekerjaan 6. Tanggung jawab 7. Promosi Rank Spearman Uji Hubungan Komunikasi Formal Organisasi dengan Motivasi Kerja Karyawan Gambar 3. Kerangka Pemikiran Penelitian 20 21 3.2. Hipotesis Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah: H 0 : Komunikasi formal organisasi tidak berhubungan dengan motivasi kerja karyawan. H 1 : Komunikasi formal organisasi berhubungan dengan motivasi kerja karyawan. Berdasarkan kerangka pemikiran yang dikemukakan, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1. Downward communication memiliki hubungan yang nyata terhadap motivasi kerja karyawan (H 1 ). Sedangkan, H 0 menyatakan bahwa downward communication tidak memiliki hubungan yang nyata terhadap motivasi kerja karyawan. 2. Upward communication memiliki hubungan yang nyata terhadap motivasi kerja karyawan (H 1 ). Sedangkan, H 0 menyatakan bahwa upward communication tidak memiliki hubungan yang nyata terhadap motivasi kerja karyawan. 3. Horizontal communication memiliki hubungan yang nyata terhadap motivasi kerja karyawan (H 1 ). Sedangkan, H 0 menyatakan bahwa horizontal communication tidak memiliki hubungan yang nyata terhadap motivasi kerja karyawan. 4. Diagonal communication memiliki hubungan yang nyata terhadap motivasi kerja karyawan (H 1 ). Sedangkan, H 0 menyatakan bahwa diagonal communication tidak memiliki hubungan yang nyata terhadap motivasi kerja karyawan. 3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai analisis hubungan komunikasi formal organisasi dengan motivasi kerja karyawan dilaksanakan di PT X yang berlokasi di wilayah Bogor. Pemilihan perusahaan dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa adanya kesediaan pihak perusahaan untuk memberikan informasi dan data yang diperlukan sesuai dengan penelitian. 21 22 Waktu yang digunakan untuk pengumpulan data adalah dari bulan Desember 2012 sampai dengan Januari 2013. Waktu tersebut digunakan untuk memperoleh data dan keterangan dari manajemen perusahaan dan karyawan serta data-data lain yang relevan dengan penelitian ini. 3.4. Jenis dan Sumber Data Penelitian mengenai hubungan komunikasi formal organisasi dengan motivasi kerja karyawan termasuk kedalam riset deskriptif, karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi karyawan mengenai komunikasi formal organisasi dan mengetahui persepsi karyawan mengenai motivasi kerja di perusahaan, serta untuk menganalisis bagaimana hubungan komunikasi formal organisasi dengan motivasi kerja karyawan. Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari perusahaan baik dari karyawan maupun dari pihak manajemen dengan metode kuesioner dan wawancara. Data sekunder diperoleh dari laporan dan dokumen perusahaan yang berkaitan dengan topik penelitian. Selain itu data sekunder diperoleh dari bahan-bahan rujukan seperti: literatur, skripsi, artikel dan buku-buku yang berhubungan dengan penelitian. 3.5. Penetapan Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan yang bekerja di Head Office (HO) PT X Bogor yang berjumlah 41 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan cara probability sampling dimana setiap anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk terpilih menjadi sampel, yaitu dengan teknik sensus. Dalam teknik sensus, setiap anggota (unit) populasi dimasukkan sebagai responden. Berdasarkan data dari PT X Bogor bahwa karyawan berjumlah 41 orang. Namun, responden yang dipilih adalah hanya sebanyak 35 orang yang berasal dari level middle management dan Staff. 22 23 3.6. Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara, yakni dilakukan dengan narasumber dari pihak perusahaan, yaitu karyawan HO PT X Bogor untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai informasi perusahaan yang dibutuhkan dalam penelitian. Pengumpulan data juga dilakukan melalui studi kepustakaan untuk mendapatkan data dan informasi dengan cara membaca, mempelajari, dan mengutip pendapat dari berbagai buku dan arsip-arsip laporan perusahaan. Kuesioner diberikan kepada seluruh karyawan pada level middle management dan staff perusahaan untuk memperoleh persepsi mengenai komunikasi formal organisasi dan motivasi kerja karyawan. Kuesioner yang disebarkan yakni sebanyak 35 kuesioner. Setiap poin jawaban pada kuesioner ditentukan oleh Skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat atau persepsi seseorang terhadap variabel penelitian yang telah dijabarkan dalam item-item pernyataan. Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan lima skala yang diberi skor tertentu sesuai dengan tingkat skalanya. Rincian skor dan skala yang digunakan adalah sebagai berikut: nilai = 5 Sangat setuju/Sangat puas nilai = 4 Setuju/Puas nilai = 3 Cukup setuju/Biasa saja nilai = 2 Tidak setuju/Tidak puas nilai = 1 Sangat tidak setuju/Sangat tidak puas 3.7. Pengujian Kuesioner 1. Uji Validitas Langkah-langkah dalam menguji validitas kuesioner, adalah sebagai berikut : a. Mendefinisikan secara operasional suatu konsep yang akan diukur. Konsep yang akan diukur hendaknya dijabarkan terlebih dahulu sehingga operasionalnya dapat dilakukan, dengan cara sebagai berikut: 23 24 1) Mencari definisi-definisi konsep yang dikemukakan para ahli yang tertulis di dalam literatur. Tetapi bila definisi yang dikemukakan belum operasional, maka definisi tersbut harus dijabarkan lebih lanjut agar lebih operasional. 2) Jika di dalam literatur tidak dapat diperoleh definisi konsep yang ingin diukur, peneliti harus mendefinisikan sendiri konsep tersebut dan mendiskusikannya dengan para ahli. Pendapat para ahli ini kemudian disimpulkan ke dalam rumusan yang operasional. 3) Menanyakan langsung definisi konsep yang akan diukur kepada calon responden mengenai aspek-aspek konsep yang akan diukur. Bedasarkan jawaban calon responden, kemudian disusun kerangka suatu konsep. b. Melakukan uji coba alat pengukur pada sejumlah responden. Disarankan agar jumlah responden untuk uji coba minimal 30 orang, karena distribusi skor atau nilai akan lebih mendekati kurva normal. c. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban. d. Menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan dengan skor total menggunakan rumus teknik korelasi Product Moment. Rumusnya adalah sebagai berikut: rxy = n∑ XY − (∑ X )(∑ Y ) {n∑ X 2 − (∑ X ) 2 }{n∑ Y 2 − (∑ Y ) 2 } ..........................(1) Keterangan : rxy = korelasi antara X dan Y n = jumlah responden X= skor masing-masing pernyataan Y = skor total e. Membandingkan angka korelasi yang diperoleh dengan angka kritik tabel korelasi nilai r. Bila nilai r hitung > r tabel, maka pernyataan tersebut valid atau signifikan dalam penelitian ini, angka kritik tabel korelasi untuk nilai r adalah r (N-2; α). Uji validitas dilakukan setelah 30 kuesioner disebarkan. Dalam penelitian ini kuesioner disebarkan kepada 30 karyawan PT X Bogor dengan 25 pernyataan yang menggambarkan komunikasi formal 24 25 organisasi, dan 30 pernyataan yang menggambarkan motivasi kerja karyawan. Hasil dari uji validitas tersebut terdapat tiga pernyataan pada variabel motivasi yang tidak valid yaitu pernyataan no. 5, no. 21 dan no. 30 (Lampiran 1) dengan nilai r hitung 0,227; 0,059 dan -0,033. Pernyataan yang tidak valid tersebut tidak dapat diterima dan peryataan tersebut kemudian tidak diikutkan dalam pengolahan data berikutnya. Dengan demikian terdapat 52 pernyataan yang diikutsertakan dalam pengolahan data berikutnya. Hasil perhitungan validitas kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 1. 2. Uji Reliabilitas Teknik reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Alpha Cronbach . Rumusnya adalah sebagai berikut: 2  k   ∑σ b  r11 =   .....................................................(2) 1 − Vt 2   k − 1  Dimana: r 11 k ∑σ = = = 2 b reliabilitas instrumen banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal jumlah varian butir/item = varian total Vt 2 Untuk mencari varians, digunakan rumus sebagai berikut: (∑ X ) 2 σ= ∑X 2 n .........................................................(3) n Dimana: σ = Varians N = Jumlah responden x = Nilai skor yang dipilih (total nilai dari nomor-nomor item pernyataan). Tingkat reliabilitas dengan menggunakan metode Alpha Cronbach diukur berdasarkan skala alpha 0 sampai 1 yang dapat diinterpretasikan sebagai berikut: 0,00-0,20 = Kurang Reliabel 0,21-0,40 = Agak Reliabel 0,41-0,60 = Cukup Reliabel 0,61-0,80 = Reliabel 25 26 0,81-1,00 = Sangat Reliabel Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan Software SPSS 15.0 for Windows diperoleh nilai alpha sebesar 0,897 untuk variabel komunikasi formal organisasi, dan nilai alpha sebesar 0,845 untuk variabel motivasi kerja karyawan. Dengan demikian nilai perhitungan tersebut berada pada kesimpulan sangat reliabel sehingga dapat diandalkan sebagai alat ukur dalam penelitian. Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 1. 3.8. Metode Pengolahan dan Analisis Data 3.8.1 Analisis Persepsi Karyawan Tentang Komunikasi Formal Organisasi Mengetahui komunikasi formal organisasi digunakan analisis secara kualitatif, yaitu analisis deskriptif dengan menggunakan analisis tabel hasil kuesioner, yang dapat mengetahui hal-hal penting dalam penilaian komunikasi formal organisasi yang ada di HO PT X Bogor. Langkah-langkah pengolahan dan analisis datanya sebagai berikut: 1. Memberi skor pada setiap jawaban responden sesuai dengan bobot yang telah ditentukan dalam Skala Likert. 2. Membuat tabulasi dari skor-skor nilai yang telah diperoleh dari jawaban responden. 3. Responden-responden yang memiliki skor nilai yang sama untuk setiap item pernyataan dikelompokkan berdasarkan kategori jawaban (1 sampai 5 bagi pernyataan yang bersifat positif dan 5 sampai 1 bagi pernyataan yang bersifat negatif), lalu dihitung jumlah dan persentasenya. Kesimpulan diambil berdasarkan persentase terbesar dari setiap persentase jawaban responden yang telah dihitung. 4. Jumlah responden per item pernyataan dikelompokkan dan dijumlahkan menjadi per indikator sesuai kategori jawaban. Persentase jumlah responden dihitung untuk memperoleh kesimpulan pada tiap indikator berdasarkan persentase terbesar. Perhitungan pada metode ini menggunakan Microsoft Excel 2007. 26 27 3.8.2 Analisis Persepsi Karyawan tentang Motivasi Kerja Mengetahui motivasi kerja karyawan ini digunakan metode analisis secara kualitatif, yaitu analisis deskriptif dengan menggunakan analisis tabel hasil kuesioner. Dimana, langkah-langkah pada analisis ini dapat dilihat pada penjelasan persepsi tentang komunikasi formal organisasi di atas. 3.8.3 Hubungan Komunikasi Formal Organisasi dengan Motivasi Kerja Karyawan Hubungan komunikasi formal organisasi dengan motivasi kerja dapat diketahui dengan menggunakan analisis Rank Spearman. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software Microsoft Excell 2007 dan SPSS 15.0 for windows. Analisis di HO PT X Bogor tersebut digunakan untuk mengetahui atau tidaknya hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain. Untuk itu dapat dilakukan uji korelasi Rank Spearman dengan rumus: (4) Dimana: r S = Koefisien Rank Spearman d 1 = selisih rank X dan rank Y n = jumlah sampel Langkah-langkah dalam pengujian korelasi Rank Spearman adalah sebagai berikut: 1. Menentukan hipotesis untuk mengetahui ada atau tidak adanya hubungan antara komunikasi formal organisasi dengan motivasi kerja karyawan. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: H 0 : Tidak ada hubungan nyata antara komunikasi formal organisasi dengan motivasi kerja karyawan. H 1 : Terdapat hubungan nyata antara komunikasi formal organisasi dengan motivasi kerja karyawan. 27 28 2. Menghitung koefisien korelasi Rank Spearman menggunakan rumus korelasi diatas (rumus 5). Besarnya nilai rho terletak antara -1 < r s < 1, artinya: r s = 1 hubungan variabel x dan variabel y sempurna positif (mendekati 1, hubungan sangat kuat dan positif) r s = -1 hubungan variabel x dan variabel y sempurna negative (mendekati -1, hubungan sangat kuat dan negatif) r s = 0 hubungan variabel x dan variabel y lemah sekali atau tidak ada hubungan sama sekali. Jika r s antara 0 sampai 1 maka kedua variabel berkorelasi dengan keeratan relatif. Semakin mendekati 1, maka keeratan hubungan akan semakin kuat. Perhitungan korelasi Rank Spearman dilakukan dengan menggunakan SPSS 15.0 for windows. Menentukan kuat lemahnya korelasi digunakan batasan Champion sebagai berikut ; a. 0,00 sampai 0,25 atau 0,00 sampai -0,25 disebut no association, yaitu kondisi yang menunjukkan tidak adanya hubungan antara variabel X dan Y. b. 0,26 sampai 0,50 atau -0,26 sampai -0,50 disebut moderately low association, kondisi yang menunjukkan hubungan yang lemah antara variabel X dan Y. c. 0,51 sampai 0,75 atau -0,51 sampai -0,75 disebut moderately high association, kondisi yang menunjukkan adanya hubungan yang agak kuat antara variabel X dan Y. d. 0,76 sampai 1,00 atau -0,76 sampai -1,00 disebut high association, kondisi yang menunjukkan hubungan yang kuat antara variabel X dan Y. Hasil intrepetasi dari koefisien korelasi di atas dapat dikategorikan ke dalam klasifikasi sangat lemah, yaitu yang terdapat pada kategori no assosiation, artinya jika tidak terjadi hubungan sama sekali antara komunikasi formal organisasi dengan motivasi kerja karyawan di Head Office (HO) PT X Bogor tersebut sehingga 28 29 hasilnya tidak objektif, dan moderately low assosiation yaitu kondisi yang dapat menunjukkan hubungan yang lemah antara komunikasi formal organisasi dengan motivasi kerja karyawan. Sedangkan untuk klasifikasi kuat yaitu terdapat pada kategori high assosiation, yang berarti dapat menunjukkan hubungan yang sangat kuat dan positif antara komunikasi formal organisasi dengan motivasi kerja karyawan di PT X Bogor tersebut sehingga hasil penilaiannya akan objektif. 3. Menguji Hipotesis Dasar pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan uji hipotesis sebagai berikut: H 0 : Tidak ada hubungan nyata antara komunikasi formal organisasi dengan motivasi kerja karyawan. H 1 : Terdapat hubungan nyata antara komunikasi formal organisasi dengan motivasi kerja karyawan. Jika signifikansi < 0,05 maka tolak H0 artinya terima H1, jadi terdapat hubungan yang nyata antara komunikasi formal organisasi dengan motivasi kerja karyawan. Nilai signifikan atau probabilitas (p) yang diperoleh melalui perhitungan tersebut akan dibandingkan dengan nilai α yang dipilih adalah 0,05 (5%) karena angka ini dinilai cukup ketat untuk mewakili hubungan antara dua variabel dan merupakan tingkat signifikansi yang sudah sering digunakan dalam penelitian ilmu sosial. Kriteria uji yang digunakan adalah: a. Jika p > α, maka terima H 0 dan tolak H 1 b. Jika p < α, maka tolak H 0 dan terima H 1 Selain itu dilakukan juga uji t, pengujian ini dimaksudkan untuk melihat apakah antara variabel dalam populasi terdapat korelasi yang berarti atau tidak, dengan rumus sebagai berikut: t hitung = r n−2 1− r2 .............................................(5) Pengujian koefisien korelasi, akan dibandingkan nilai-nilai thitung dengan nilai ttabel dengan α = 0,05, dengan derajat 29 30 kebebasan (db= N-2). Hasil perbandingan tersebut digunakan dalam pengujian hipotesis nol untuk memutuskan pendapat ditolak atau diterima. Untuk itu, maka pengujian ini menggunakan hipotesis sebagai berikut: H 0 : ρ = 0 tidak ada hubungan antara komunikasi formal organisasi dengan motivasi kerja karyawan. H 1 : ρ≠ 0 ada hubungan antara komunikasi formal organisasi dengan motivasi kerja karyawan. Untuk menguji hubungan hipotesis nol (H 0 ) kriterianya adalah: Tolak H 0 : jika thitung > ttabel (2,035) atau P-value (Sig.) < α Tolak H 1 : jika thitung < ttabel (2,035) atau P-value (Sig.) < α 30 31 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan PT X merupakan perusahaan jasa pengendalian hama terbesar di Indonesia. Pada awalnya produk PT X dikelola oleh induk perusahaan sejak tahun 1995. Pada tahun 2002 induk perusahaan PT X mendirikan badan usaha sendiri untuk mengelola produk jasa pengendalian hama yaitu PT X. Dalam usia yang relatif muda, eksistensi PT X dalam dunia pest control telah diakui dan mendapat kepercayaan dari perusahaan-perusahaan besar di Indonesia. Hingga saat ini PT X telah memiliki lebih dari 5000 customer yang tersebar di seluruh Indonesia, dengan karakteristik customer yang beragam dari hunian sampai dengan industri. Saai ini PT X memiliki cabang yang terdiri atas commercial branch sebanyak 18 cabang yang tersebar di 16 kota besar di Indonesia, dan residential branch sebanyak 6 cabang yang berada di 4 kota di Indonesia. Visi PT X adalah menjadi perusahaan pengendalian hama terpandang di Asia Pasifik. Misi PT X adalah: Melindungi anda dan milik anda dari hama. Head Office (HO) PT X Bogor dipimpin oleh seorang Direktur dan mempunyai bawahan General Manager (GM). Dibawahnya terdapat Manager, Supervisor, dan Staff. HO PT X Bogor mempunyai struktur organisasi yang dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Divisi Independen Divisi ini berdiri sendiri dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur. Divisi ini terdiri dari: a. Compliance Mengevaluasi kepatuhan dan merekomendasikan perbaikan dalam rangka memastikan kesesuaian dengan standar eksternal maupun internal. b. QHSE Mengembangkan dan mengontrol proses jaminan kualitas, kesehatan, keselamatan dan lingkungan kerja untuk memastikan pelayanan pelanggan sesuai dengan standar yang telah ditentukan. 31 32 2. GM Operation Support, Merencanakan dan mengarahkan pelaksanaan operational support untuk mendukung pencapaian strategi perusahaan. GM operation support membawahi: a. Divisi Marketing Mengidentifikasi dan mengusulkan program marketing untuk mendukung pelaksanaan strategi pemasaran perusahaan. b. Divisi Research & Development Mengidentifikasi dan mengembangkan solusi teknikal untuk mendukung efektifitas dan efisiensi pelayanan ke pelanggan. c. Divisi Customer Service Meningkatkan dan mengkoordinasikan dan mendukung pelayanan pelanggan dan hubungan masyarakat dalam rangka meningkatkan kepuasan pelanggan dan citra perusahaan. d. Divisi People Membuat kebijakan dan melaksanakan proses pengelolaan karyawan untuk menjamin ketersediaan, kesiapan, dan pengembangan karyawan. 3. GM Finance & IT Merencanakan keuangan dan asset, serta mengontrol fungsi keuangan untuk mendukung kelancaran operasional perusahaan. Selain itu, GM finance juga menentukan dan mengarahkan pengembangan teknologi informasi untuk mendukung kelancaran operasional perusahaan. GM finance membawahi: a. Divisi Finance Mengelola dan mengontrol arus kas perusahaan dalam rangka memastikan ketersediaan dana untuk operasional perusahaan. b. Divisi Accounting & Tax Mengelola dan mengontrol proses pencatatan dan penyajian laporan keuangan dan perpajakan untuk mendukung efektifitas proses pengambilan keputusan. 32 33 c. Divisi Asset Management Mengelola dan mengontrol aset perusahaan untuk menjamin ketersediaan material dan kesiapan infrastruktur perusahaan. d. Divisi Information Technology (IT) Mengembangkan dan mengelola sistem informasi untuk menjamin efektifitas komunikasi dan ketersediaan informasi. 4. GM Operation Menentukan dan mengarahkan pelaksanaan strategi bisnis komersial dan residensial untuk mencapai target perkembangan bisnis. GM operation membawahi: a. Regional Manager b. Branch Manager c. Branch Supervisor d. Branch Staff 4.2. Karakteristik Karyawan HO PT X Bogor Karyawan dalam penelitian ini adalah karyawan pada middle management dan staff. Analisis karakteristik karyawan penting dilakukan karena mempengaruhi kemampuan karyawan dalam memahami komunikasi formal yang ada di perusahaan. Karakteristik karyawan ditinjau dari jenis kelamin, posisi, pendidikan akhir, usia, dan masa kerja (Tabel 2). Berdasarkan Tabel 2 karyawan yang menjadi responden pada HO PT X Bogor secara keseluruhan terdiri dari 51,43 persen perempuan atau sebanyak 18 orang dan laki-laki dengan persentase 48,57 persen atau sebanyak 17 persen. Berdasarkan data tersebut dapat terlihat bahwa proporsi jenis kelamin karyawan di PT X hampir sama, hal ini dikarenakan spesifikasi pekerjaan di PT X bersifat strategis sehingga tidak mempertimbangkan dari sudut pandang tersebut. Head office (HO) PT X Bogor membagi jabatan dari middle management sampai dengan staff ke dalam tiga posisi yaitu: Manager, supervisor, dan staff. Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat, dimana dari masingmasing posisi ini persentase manajer adalah sebesar 17,14 persen atau sebanyak 6 orang, supervisor sebesar 37,14 persen atau sebanyak 13 orang, 33 34 dan staff sebesar 45,71 persen atau sebanyak 16 orang. Jumlah karyawan pada tiap posisi tergantung pada kebutuhan perusahaan. Tabel 2. Karakteristik Karyawan HO PT X Bogor Jumlah Karakteristik (orang) Laki-laki 17 Jenis Kelamin Perempuan 18 Jumlah 35 Manager 6 Supervisor 13 Posisi Staff 16 Jumlah 35 SMA 4 Diploma 6 Pendidikan akhir S1 24 S2 1 Jumlah 35 19-29 tahun 6 30-39 tahun 24 Usia 40-49 tahun 5 Jumlah 35 1-5 tahun 17 6-10 tahun 12 Masa Kerja 11-15 tahun 6 Jumlah 35 Persentase (%) 48.57 51.43 100 17.14 37.14 45.71 100 11.43 17.14 68.57 2.86 100 17.14 68.57 14.29 100 48.57 34.29 17.14 100 Responden yang memiliki tingkat pendidikan S1 mendominasi daripada tingkat pendidikan lainnya yaitu dengan persentase sebesar 68,57 persen atau sebanyak 24 orang. Kemudian disusul dengan tingkat pendidikan Diploma sebesar 17,14 persen atau sebanyak 6 orang. Sedangkan pada tingkat pendidikan SMA sebesar 11,43 persen dan S2 sebesar 2,86 persen. Berdasarkan tingkat pendidikan responden pada HO PT X Bogor sebagian besar berada pada kelompok S1 karena HO PT X membutuhkan kualitas kompetensi yang dimiliki oleh karyawannya mengingat peran dalam departemen Head Office (HO) adalah berhubungan dengan strategi perusahaan. Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa usia responden menyebar ke dalam beberapa kelompok umur. Sebagian besar karyawan HO PT X Bogor berusia 34 35 30-39 tahun yaitu dengan persentase sebesar 68,57 persen atau sebanyak 24 orang. Untuk yang berusia 19-29 tahun sebesar 17,14 persen, dan usia 40-49 tahun sebesar 14,29 persen. Dengan demikian karyawan HO PT X Bogor masih berada pada rentang usia produktif yakni 19-49 tahun. Dengan memiliki karyawan yang masih produktif, maka perusahaan tidak perlu melakukan rekrutmen karyawan yang baru. Masa kerja karyawan HO PT X Bogor sebagian besar berada pada masa kerja 1-5 tahun yaitu dengan persentase sebesar 48,57 persen, kemudian masa kerja 6-10 tahun dengan 34,29 persen, dan pada masa kerja 11-15 tahun sebesar 17,14 persen (Tabel 2). Dengan dominasi masa kerja 1-5 tahun karyawan HO PT X dapat disimpulkan karyawan masih belum memiliki cukup pengalaman dan masih belum cukup mengerti mengenai permasalahan yang dialami oleh perusahaan. 4.3. Analisis Persepsi Karyawan tentang Komunikasi Formal Organisasi Analisis persepsi karyawan mengenai komunikasi formal organisasi yang ada pada Head Office (HO) PT X Bogor dilakukan dengan metode skala pengukuran yaitu rataan skor. Berdasarkan pada 25 pernyataan dalam kuesioner yang disebarkan kepada responden yang terdiri dari downward communication, upward communication, horizontal communication, dan diagonal communication. Hasil analisis mengenai persepsi karyawan terhadap komunikasi formal organisasi pada Head Office (HO) PT X Bogor dapat dilihat pada Tabel 3 yakni sebagai berikut: Tabel 3. Persepsi karyawan terhadap komunikasi formal organisasi Indikator 5 N Skor 3 4 % 2 Modus 1 N % N % N % N % Downward 36 20.57 90 51.43 34 19.43 15 8.57 0 0.00 Setuju Upward 62 22.14 156 55.71 52 18.57 9 3.21 1 0.36 Setuju Horizontal 42 24.00 99 56.57 24 13.71 10 5.71 0 0.00 Setuju Diagonal 60 24.49 127 51 20.82 7 2.86 0 0.00 Setuju Kesimpulan 200 22.86 472 51.84 53.94 161 18.40 41 4.69 1 0.11 Setuju 35 36 Berdasarkan Tabel 3 dapat disimpulkan bahwa secara umum komunikasi formal organisasi karyawan Head Office (HO) PT X Bogor termasuk ke dalam kategori baik, dimana nilai persentase skor secara keseluruhan berada pada kategori setuju yaitu dengan persentase sebesar 53,94 persen. Dari seluruh indikator komunikasi, komunikasi horizontal memperoleh nilai persentase tertinggi yakni 56,57 persen. Hal ini menjelaskan bahwa karyawan merasa nyaman dalam berkomunikasi dengan rekan kerja yang sama kedudukannya dalam hal bertukar pikiran, memberi/menerima saran dan kritik dari rekan sekerja, serta berdiskusi mengenai pekerjaannya. 4.3.1 Persepsi Karyawan terhadap Komunikasi dari Atas ke Bawah (Downward Communication) Persepsi karyawan mengenai komunikasi dari atas ke bawah (downward communication) pada HO PT X Bogor dengan persentase yang diketahui melalui lima pernyataan yang terdiri dari atasan memberikan perintah, teguran, pujian, penjelasan, dan memberikan pendapat, ide, dan gagasannya yang ditunjukkan pada Tabel 4. Berdasarkan hasil pengujian dan persentase yang dihasilkan terhadap pernyataan mengenai downward communication dapat dipersepsikan bahwa secara umum sebagian karyawan merasa setuju. Hal ini terlihat dari persentase sebesar 51,43 persen karyawan setuju, sangat setuju 20,57 persen, cukup setuju 19,43 persen, dan tidak setuju 8,57 persen. Nilai tersebut menunjukkan bahwa karyawan HO PT X Bogor setuju jika komunikasi ini diterapkan pada karyawan. Berdasarkan Tabel 4 pernyataan atasan memberikan pendapat, ide, serta gagasannya mengenai permasalahan pekerjaan yang dialami bawahannya dinilai efektif yaitu dengan mendapat nilai persentase tertinggi yakni sebesar 60 persen (21 karyawan). Dikatakan efektif karena atasan memberikan pendapat, ide, serta gagasannya kepada bawahannya dengan baik, sehingga bawahan paham dan mampu untuk melaksanakan tugas dan pekerjaannya kembali yang menjadi tanggung jawabnya. Pendapat, ide, dan gagasan yang disampaikan oleh atasan di 36 37 HO PT X Bogor dapat memberikan solusi untuk mengatasi permasalahan yang karyawan alami. Tabel 4. Persepsi karyawan terhadap downward communication Skor Pernyataan Atasan selalu memberikan perintah/instruksi baik secara lisan maupun tertulis mengenai pekerjaan. Atasan selalu memberikan teguran apabila terjadi kekeliruan. Atasan memberikan pujian atas keberhasilan pekerjaan. Atasan memberikan penjelasan untuk meningkatkan pemahaman. Atasan memberikan pendapat, ide, serta gagasannya mengenai permasalahan pekerjaan yg di alami bawahan. Kesimpulan 5 4 3 2 1 Modus N % N % N % N % N % 11 31.43 17 48.57 4 11.43 3 8.57 0 0.00 Setuju 8 22.86 19 54.29 6 17.14 2 5.71 0 0.00 Setuju 5 14.29 13 37.14 9 25.71 8 22.86 0 0.00 Setuju 5 14.29 20 57.14 8 22.86 2 5.71 0 0.00 Setuju 7 20.00 21 60.00 7 20.00 0 0.00 0 0.00 Setuju 36 20.57 90 51.43 34 19.43 15 8.57 0 0.00 Setuju Persentase sebesar 48,57 persen merupakan persentase terendah untuk karyawan yang menyatakan setuju, dimana atasan selalu memberikan perintah/instruksi baik secara lisan maupun tertulis mengenai pekerjaan dinilai baik. Dikatakan baik karena atasan memberikan perintah kepada bawahannya dengan baik, sehingga bawahan paham dan mampu untuk melaksanakan perintah/instruksi atasan tersebut. Perintah atau instruksi yang biasa digunakan oleh atasan di HO PT X Bogor adalah berupa perintah atau instruksi baik secara lisan maupun tertulis, atasan memberikan perintah secara lisan dapat dengan cara menyampaikan baik secara langsung maupun melalui media telepon kepada bawahan atau pada saat pertemuan atau rapatrapat. Sedangkan perintah secara tertulis biasanya diberikan atasan melalui email kepada bawahannya. 37 38 Karyawan sangat setuju berdasarkan Tabel 4 bahwa atasan selalu memberikan perintah atau instruksi baik secara lisan maupun tertulis mengenai pekerjaan adalah sebanyak 11 orang atau 31,43 persen, atasan selalu memberikan teguran jika terjadi kekeliruan adalah sebanyak 8 orang atau sebanyak 22,86 persen. Karyawan yang sangat setuju dengan atasan memberikan pujian atas keberhasilan pekerjaan dan atasan yang memberikan penjelasan untuk meningkatkan pemahaman karyawan adalah masing-masing sebanyak 5 orang (14,29%), dan karyawan yang sangat setuju sebanyak 7 orang (20%) untuk atasan memberikan pendapat, ide, serta gagasannya mengenai permasalahan yang dialami oleh bawahan. Secara keseluruhan alternatif jawaban setuju menunjukkan pilihan yang paling banyak dipilih oleh pegawai yaitu 51,43 persen. Sedangkan alternatif jawaban yang paling rendah dipilih adalah tidak setuju yaitu 5,71 persen. Hasil ini menunjukkan persepsi karyawan mengenai downward communication pada HO PT X Bogor dilaksanakan dengan baik. 4.3.2 Persepsi Karyawan terhadap Komunikasi dari Bawah ke Atas (Upward Communication) Persepsi karyawan mengenai komunikasi dari bawah ke atas (upward communication) pada HO PT X Bogor dengan persentase yang diketahui melalui delapan pernyataan yang terdiri dari bawahan berdiskusi dengan atasan, bawahan bertukar pikiran dengan meminta pandangan atasan, bertukar pikiran dengan atasan jika mengalami kesulitan, mengutarakan pendapat kepada atasan, memberikan kritik dan saran pada atasan, tidak memberikan kritik dan saran pada atasan, dan memberikan laporan kepada atasan yang ditunjukkan pada Tabel 5. Berdasarkan hasil pengujian dan persentase yang dihasilkan terhadap pernyataan mengenai upward communication dapat dipersepsikan bahwa secara umum sebagian karyawan merasa setuju. Hal ini terlihat dari persentase sebesar 55,71 persen karyawan setuju, sangat setuju 22,14 persen, cukup setuju 18,57 persen, tidak setuju 3,21 38 39 persen, dan sangat tidak setuju 0,36 persen. Nilai tersebut menunjukkan bahwa karyawan HO PT X Bogor setuju jika komunikasi ini diterapkan pada karyawan. Tabel 5. Persepsi karyawan terhadap upward communication Skor Pernyataan Berdiskusi dengan atasan mengenai penyelesaian tugas yang harus dilakukan Bertukar pikiran dengan atasan dengan cara meminta pandangan maupun pengarahan. Bertukar pikiran dengan atasan ketika mengalami kesulitan dalam pelaksanaan tugas. Mengutarakan pendapat kepada atasan dalam pertemuan/rapat. Tidak mengutarakan berbagai persoalan yang dialami kepada atasan mengenai pelaksanaan tugas. Memberikan kritik atau saran kepada atasan. Tidak memberikan kritik atau saran kepada atasan. Memberikan laporan kepada atasan baik secara lisan maupun tertulis. Kesimpulan 5 4 3 2 1 Modus N % N % N % N % N % 11 31.43 19 54.29 5 14.29 0 0.00 0 0.00 Setuju 8 22.86 22 62.86 5 14.29 0 0.00 0 0.00 Setuju 6 17.14 24 68.57 5 14.29 0 0.00 0 0.00 Setuju 4 11.43 18 51.43 10 28.57 3 8.57 0 0.00 Setuju 8 22.86 21 60.00 2 5.71 3 8.57 1 2.86 Setuju 4 11.43 14 40.00 15 42.86 2 5.71 0 0.00 Setuju 8 22.86 20 57.14 6 17.14 1 2.86 0 0.00 Setuju 13 37.14 18 51.43 4 11.43 0 0.00 0 0.00 Setuju 62 22.14 156 55.71 52 18.57 9 3.21 1 0.36 Setuju Berdasarkan Tabel 5 bertukar pikiran dengan atasan jika karyawan sedang mengalami kesulitan mendapatkan persentase tertinggi yakni sebesar 68,57 persen atau sebanyak 24 karyawan. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi yang dilakukan bawahan dalam bertukar pikiran dengan atasannya jika mengalami kesulitan sudah berjalan dengan baik, kesulitan yang disampaikan dapat dipahami dan diterima oleh atasan. Keluhan atau laporan mengenai kesulitan tersebut 39 40 memberikan informasi pada atasan mengenai kondisi yang dialami oleh karyawan sehingga atasan dapat memberikan saran dan solusi kepada bawahannya mengenai kesulitan tersebut. Dengan demikian, karyawan dapat mengetahui apa yang dapat dilakukan untuk memecahkan kesulitan tersebut. Persentase sebesar 40 persen yang merupakan persentase terendah untuk kategori setuju. Hal ini menunjukkan bahwa karyawan HO PT X Bogor memberikan kritik dan saran kepada atasan adalah baik. Namun, sebagian karyawan merasa bahwa memberikan kritik dan saran kepada atasan jika melakukan kekeliruan dinilai sebagai tindakan yang dapat mengancam dirinya dalam perusahaan karena karyawan merasa takut dinilai negatif oleh atasannya. Karyawan yang menyatakan sangat setuju berdasarkan Tabel 5 bahwa karyawan Memberikan laporan kepada atasan baik secara lisan maupun tertulis persentase terbesar yakni 37,14 persen (13 orang), sedangkan persentase terendah yang diperoleh dari karyawan yang sangat setuju adalah karyawan memberikan kritik atau saran kepada atasan yaitu sebanyak 4 karyawan atau sebesar 11,43 persen. Secara keseluruhan alternatif jawaban setuju menunjukkan pilihan yang paling banyak dipilih oleh pegawai yaitu 55,71 persen. Sedangkan alternatif jawaban yang paling rendah dipilih adalah sangat tidak setuju yaitu 2,86 persen. Hasil ini menunjukkan persepsi karyawan mengenai upward communication pada HO PT X Bogor dilaksanakan dengan baik. 4.3.3 Persepsi Karyawan terhadap Komunikasi Horizontal (Horizontal Communication) Persepsi karyawan mengenai komunikasi horizontal (horizontal communication) pada HO PT X Bogor dengan persentase yang diketahui melalui lima pernyataan yang terdiri dari bersedia menerima saran dari rekan sekerja, tidak mengingatkan rekan sekerja jika melakukan kekeliruan, tidak perlu saran dan kritik dari rekan sekerja, 40 41 bertukar pikiran dengan rekan sekerja, tidak bertukar pikiran dengan rekan sekerja yang ditunjukkan pada Tabel 6. Tabel 6. Persepsi karyawan terhadap horizontal communication Skor Pernyataan Bersedia menerima saran dari rekan sekerja yang berkaitan dengan kelancaran tugas seharihari. Tidak pernah mengingatkan rekan sekerja jika rekan tersebut melakukan kekeliruan. Tidak memerlukan saran maupun kritik dari rekan sekerja mengenai pelaksanaan tugas. bertukar pikiran dengan rekan sekerja yg sama kedudukannya sebelum membuat keputusan. Tidak perlu bertukar pikiran dengan rekan sekerja yang sama kedudukannya dalam membuat keputusan. Kesimpulan 5 4 3 2 1 Modus N % N % N % N % N % 16 45.71 17 48.57 2 5.71 0 0.00 0 0 Setuju 6 17.14 27 77.14 1 2.86 1 2.86 0 0 Setuju 12 34.29 21 60.00 0 0.00 2 5.71 0 0 Setuju 5 14.29 10 28.57 15 42.86 5 14.29 0 0 Cukup Setuju 3 8.57 24 68.57 6 17.14 2 5.71 0 0 Setuju 42 24.00 99 56.57 24 13.71 10 5.71 0 0.00 Setuju Berdasarkan hasil pengujian dan persentase yang dihasilkan terhadap pernyataan mengenai horizontal communication dapat dipersepsikan bahwa secara umum sebagian karyawan merasa setuju. Hal ini terlihat dari persentase sebesar 56,57 persen karyawan setuju, sangat setuju 24 persen, cukup setuju 13,71 persen, dan tidak setuju 5,71 persen. Nilai tersebut menunjukkan bahwa karyawan HO PT X Bogor setuju jika komunikasi ini diterapkan pada karyawan, hal ini menunjukkan bahwa komunikasi yang dilakukan antar karyawan yang 41 42 sama kedudukannya ini sudah dilaksanakan dengan baik. Berkomunikasi dengan rekan yang selevel membuat karyawan lebih nyaman dan leluasa dalam mengemukakan pendapat dan gagasannya, termasuk dalam memberikan saran kepada rekan sekerja guna untuk memperlancar pekerjaan. Berdasarkan Tabel 6 karyawan menyatakan bahwa bertukar pikiran dengan rekan sekerja yang sama kedudukannya sebelum membuat keputusan cukup baik dengan persentase sebesar 42,86 persen. Karyawan yang merasa setuju dengan bertukar pikiran dengan rekan sekerja yang sama kedudukannya sebelum membuat keputusan adalah sebesar 14,29 persen. Persentase tertinggi berdasarkan Tabel 6 karyawan yang menyatakan setuju adalah karyawan tidak pernah mengingatkan rekan sekerja jika rekan tersebut melakukan kekeliruan mendapatkan persentase tertinggi yakni sebesar 77,14 persen atau sebanyak 27 karyawan. Pekerjaan yang menjadi tanggung jawab karyawan dilaksanakan secara individual, dimana jika pekerjaan tersebut selesai dilaksanakan akan langsung dikirimkan berupa laporan kepada atasan yang bersangkutan, jika pada pekerjaan tersebut terdapat kekeliruan atasan akan mengembalikan hasil pekerjaan tersebut untuk kemudian direvisi oleh karyawan. Persentase sebesar 28,57 persen yang merupakan persentase terendah untuk kategori setuju. Hal ini menunjukkan bahwa karyawan HO PT X Bogor bertukar pikiran dengan rekan sekerja yg sama kedudukannya sebelum membuat keputusan adalah baik. Karyawan merasa bahwa bertukar pikiran dengan rekan sekerja yang sama kedudukannya akan membantu dalam membuat keputusan sehingga keputusan yang diambil tidak keliru dan akan lebih bijaksana. Karyawan yang menyatakan sangat setuju berdasarkan Tabel 6 bahwa karyawan Bersedia menerima saran dari rekan sekerja yang berkaitan dengan kelancaran tugas sehari-hari mendapatkan persentase terbesar yakni 45,71 persen (16 orang), sedangkan persentase terendah 42 43 yang diperoleh dari karyawan yang sangat setuju adalah karyawan tidak perlu bertukar pikiran dengan rekan sekerja yang sama kedudukannya dalam membuat keputusan sebanyak 3 karyawan atau sebesar 8,57 persen. Secara keseluruhan alternatif jawaban setuju menunjukkan pilihan yang paling banyak dipilih oleh pegawai yaitu 56,57 persen. Sedangkan alternatif jawaban yang paling rendah dipilih adalah tidak setuju yaitu 2,86 persen. Hasil ini menunjukkan persepsi karyawan mengenai horizontal communication pada HO PT X Bogor dilaksanakan dengan baik. 4.3.4 Persepsi Karyawan terhadap Komunikasi Diagonal (Diagonal Communication) Persepsi karyawan mengenai komunikasi diagonal (diagonal communication) pada HO PT X Bogor dengan persentase yang diketahui melalui tujuh pernyataan yang terdiri dari karyawan berkonsultasi dengan atasan lain bidang, karyawan diberi kritik dan masukan yang bermanfaat dari manajer unit lain, karyawan tidak senang dengan rapat-rapat dengan unit lain, karyawan membutuhkan informasi yang jelas dalam melaksanakan tugas yang berkaitan dengan antar bidang, setiap unit kerja harus berkaitan antar satu dengan yang lain, memungkinkan membantu menyelesaikan masalah, mengganggu jalur komunikasi rutin yang telah berjalan normal yang ditunjukkan pada Tabel 7. Berdasarkan hasil pengujian dan persentase yang dihasilkan terhadap pernyataan mengenai diagonal communication dapat dipersepsikan bahwa secara umum sebagian karyawan merasa setuju. Hal ini terlihat dari persentase sebesar 51,84 persen karyawan setuju, sangat setuju 24,49 persen, cukup setuju 20,82 persen, dan tidak setuju 2,86 persen. Nilai tersebut menunjukkan bahwa karyawan HO PT X Bogor setuju jika komunikasi ini diterapkan pada karyawan, hal ini menunjukkan bahwa komunikasi yang dilakukan antar karyawan yang berada pada tugas atau fungsi yang berbeda ini sudah dilaksanakan 43 44 dengan baik. Komunikasi ini biasanya berbentuk koordinasi dan konsultasi untuk pekerjaan yang berkaitan antar bidang. Tabel 7. Persepsi karyawan terhadap diagonal communication Skor Pernyataan Berkonsultasi dengan atasan pada bidang lain dalam melaksanakan tugas yang berkaitan antar bidang. Manajer unit lain memberikan kritikan dan masukan yang bermanfaat dalam meningkatkan kinerja perusahaan. tidak senang dengan pertemuanpertemuan atau rapat-rapat dengan unit lain. Informasi yang jelas membantu menyelesaikan tugas/pekerjaan yang berkaitan dengan antar bidang. keterkaitan dengan unit kerja lain mendukung pencapaian tujuan kerja keseluruhan. Memungkinkan individu dari berbagai bagian ikut membantu menyelesaikan masalah dalam organisasi. Mengganggu jalur komunikasi yang rutin dan telah berjalan normal. Kesimpulan 5 4 3 2 1 Modus N % N % N % N % N % 5 14.29 21 60.00 9 25.71 0 0.00 0 0.00 Setuju 4 11.43 9 25.71 18 51.43 4 11.43 0 0.00 Cukup Setuju 10 28.57 21 60.00 3 8.57 1 2.86 0 0.00 Setuju 6 17.14 23 65.71 6 17.14 0 0.00 0 0.00 Setuju 19 54.29 12 34.29 4 11.43 0 0.00 0 0.00 Setuju 9 25.71 21 60.00 5 14.29 0 0.00 0 0.00 Setuju 7 20.00 20 57.14 6 17.14 2 5.71 0 0.00 Setuju 60 24.49 127 51.84 51 20.82 7 2.86 0 0.00 Setuju Berdasarkan Tabel 7 karyawan menyatakan bahwa manajer unit lain memberikan kritikan dan masukan yang bermanfaat dalam meningkatkan kinerja perusahaan cukup baik dengan persentase sebesar 44 45 51,43 persen. Karyawan yang merasa setuju dengan manajer unit lain memberikan kritikan dan masukan yang bermanfaat dalam meningkatkan kinerja perusahaan adalah sebesar 25,71 persen. Hal ini menunjukkan bahwa manajer unit lain di HO PT X Bogor memberikan kritikan dan masukan yang bermanfaat dalam meningkatkan kinerja perusahaan adalah baik, Namun, sebagian karyawan menilai bahwa manajer unit lain merasa bahwa setiap karyawan sudah memiliki atasannya masing-masing, dan jika ada masukan atau kritikan yang perlu disampaikan manajer unit lain akan menyampaikan kepada atasan yang bersangkutan terlebih dahulu. Hal ini untuk menghindari adanya konflik dalam organisasi. Persentase tertinggi berdasarkan Tabel 7 karyawan yang menyatakan setuju adalah informasi yang jelas membantu menyelesaikan tugas/pekerjaan yang berkaitan dengan antar bidang mendapatkan persentase tertinggi yakni sebesar 65,71 persen atau sebanyak 23 karyawan. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi yang dilakukan antar unit kerja dalam perusahaan ini adalah baik. Hubungan komunikasi antar unit kerja memungkinkan setiap unit kerja mendapatkan informasi sesuai dengan yang dibutuhkan sehingga dapat mendukung pencapaian kerja secara keseluruhan. Karyawan yang menyatakan sangat setuju berdasarkan Tabel 6 bahwa keterkaitan dengan unit kerja lain mendukung pencapaian tujuan kerja keseluruhan mendapatkan persentase terbesar yakni 54,29 persen (19 orang), sedangkan persentase terendah yang diperoleh dari karyawan yang sangat setuju adalah Manajer unit lain memberikan kritikan dan masukan yang bermanfaat dalam meningkatkan kinerja perusahaan sebanyak 4 karyawan atau sebesar 11,43 persen. Secara keseluruhan alternatif jawaban setuju menunjukkan pilihan yang paling banyak dipilih oleh pegawai yaitu 51,84 persen. Sedangkan alternatif jawaban yang paling rendah dipilih adalah tidak setuju yaitu 2,86 persen. Hasil ini menunjukkan persepsi karyawan mengenai 45 46 diagonal communication pada HO PT X Bogor dilaksanakan dengan baik. 4.4. Persepsi Karyawan terhadap Motivasi Kerja Karyawan Analisis persepsi karyawan mengenai motivasi kerja karyawan yang ada pada Head Office (HO) PT X Bogor dilakukan dengan metode skala pengukuran yaitu dengan modus. Berdasarkan pada 30 pernyataan dalam kuesioner yang disebarkan kepada responden yang terdiri dari prestasi, pengakuan, penghargaan, pekerjaan itu sendiri, keberhasilan pekerjaan, tanggung jawab, dan promosi. Hasil analisis mengenai persepsi karyawan terhadap motivasi kerja karyawan pada Head Office (HO) PT X Bogor dapat dilihat pada Tabel 8 yakni sebagai berikut: Tabel 8. Persepsi karyawan terhadap motivasi kerja Skor Indikator 5 4 3 2 1 Modus N % N % N % N % N % Prestasi 58 41.43 65 46.43 9 6.43 7 5.00 1 0.71 Setuju Pengakuan 13 12.38 54 51.43 29 27.62 9 8.57 0 0.00 Setuju Penghargaan 21 20.00 55 52.38 20 19.05 9 8.57 0 0.00 Setuju Pekerjaan itu sendiri 27 19.29 88 62.86 23 16.43 2 1.43 0 0.00 Setuju Keberhasilan pekerjaan 39 27.86 79 56.43 19 13.57 3 2.14 0 0.00 Setuju Tanggung jawab 30 21.43 80 57.14 24 17.14 6 4.29 0 0.00 Setuju Promosi 44 25.14 106 60.57 18 10.29 6 3.43 1 0.57 Setuju Kesimpulan 232 24.55 527 55.77 142 15.03 42 4.44 2 0.21 Setuju Berdasarkan Tabel 8 dapat disimpulkan bahwa secara umum motivasi kerja karyawan Head Office (HO) PT X Bogor termasuk ke dalam kategori baik, dimana persentase terbesar secara keseluruhan dari semua indikator adalah sebesar 55,77 persen. Dari seluruh indikator motivasi, pekerjaan itu sendiri memperoleh nilai persentase tertinggi yakni 62,86 persen. Hal ini menjelaskan bahwa pekerjaan itu sendiri jika telah sesuai dengan kompetensi karyawan dapat mendorong motivasi kerja dan dinilai baik oleh karyawan. Pekerjaan yang sesuai dengan minat serta keterampilan karyawan akan membuat karyawan menikmati pekerjaannya sehingga pekerejaan tersebut akan optimal. Dengan menjalankan pekerjaan yang karyawan minati akan 46 47 memotivasi karyawan tersebut karena pekerjaan yang dijalankan tidak dianggap membosankan. 4.4.1 Persepsi Karyawan terhadap Prestasi Persepsi karyawan mengenai prestasi pada HO PT X Bogor dengan menggunakan persentase yang diketahui melalui empat pernyataan yang terdiri dari karyawan melaksanakan tugas pekerjaan berusaha untuk menghasilkan lebih baik, prestasi yang telah dicapai dapat meningkatkan motivasi, motivasi tidak dipengaruhi oleh prestasi yang telah dicapai, dan karyawan berpegang pada motto bahwa tidak boleh puas dengan hasil yang sudah dicapai tapi harus selalu ditingkatkan (Tabel 9). Tabel 9. Persepsi karyawan terhadap prestasi Skor Pernyataan Melaksanakan tugas pekerjaan berusaha untuk menghasilkan lebih baik Prestasi yang telah dicapai dapat meningkatkan motivasi kerja Motivasi kerja tidak dipengaruhi oleh prestasi yang telah dicapai Berpegang pada motto bahwatidak boleh puas dengan hasil yang sudah dicapai tapi harus selalu ditingkatkan. Kesimpulan 5 4 3 2 1 Modus N % N % N % N % N % 19 54.29 16 45.71 0 0.00 0 0.00 0 0.00 Sangat Setuju 18 51.43 14 40.00 3 8.57 0 0.00 0 0.00 Sangat Setuju 7 20.00 19 54.29 2 5.71 6 17.14 1 2.86 Setuju 14 40.00 16 45.71 4 11.43 1 2.86 0 0.00 Setuju 58 41.43 65 46.43 9 6.43 7 5.00 1 0.71 Setuju Berdasarkan hasil pengujian dan persentase yang dihasilkan terhadap pernyataan mengenai prestasi dapat dipersepsikan bahwa secara umum sebagian karyawan merasa setuju. Hal ini terlihat dari persentase sebesar 46,43 persen karyawan setuju, sangat setuju 41,43 persen, cukup setuju 6,43 persen, tidak setuju 5,00 persen, dan sangat tidak setuju 0,71 persen. Nilai tersebut menunjukkan bahwa karyawan HO PT X Bogor setuju jika faktor motivasi ini diterapkan pada karyawan, hal ini menunjukkan bahwa prestasi dapat menjadi motivasi kerja karyawan. Berdasarkan Tabel 9 karyawan menyatakan sangat setuju bahwa karyawan melaksanakan tugas pekerjaan berusaha untuk menghasilkan 47 48 lebih baik dengan persentase sebesar 54,29 persen. Karyawan yang merasa setuju dengan melaksanakan tugas pekerjaan berusaha untuk menghasilkan lebih baik dengan persentase sebesar 45,71 persen. Selain itu, karyawan sangat setuju prestasi yang telah dicapai dapat meningkatkan motivasi kerja dengan persentase sebesar 51,43 persen. Sebagian karyawan menilai bahwa prestasi yang telah dicapai merupakan bukti bahwa karyawan telah memenuhi standar perusahaan dan merupakan pembuktian bahwa karyawan tersebut memiliki potensi yang baik dalam bidangnya. Karyawan yang merasa setuju dengan prestasi yang telah dicapai dapat meningkatkan motivasi kerja dengan persentase sebesar 40 persen. Persentase tertinggi berdasarkan Tabel 9 karyawan yang menyatakan setuju adalah motivasi kerja tidak dipengaruhi oleh prestasi yang telah dicapai yakni sebesar 54,29 persen atau sebanyak 19 karyawan. Prestasi yang diperoleh merupakan pembuktian kualitas karyawan terhadap pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya, hal ini berarti keryawan tidak mengharapkan adanya suatu perhatian khusus dari atasan atas prestasi yang telah dicapainya. Secara keseluruhan alternatif jawaban setuju menunjukkan pilihan yang paling banyak dipilih oleh pegawai yaitu 46,43 persen. Sedangkan alternatif jawaban yang paling rendah dipilih adalah sangat tidak setuju yaitu 2,86 persen. Hasil ini menunjukkan persepsi karyawan mengenai prestasi pada HO PT X Bogor dilaksanakan dengan baik. 4.4.2 Persepsi Karyawan terhadap Pengakuan Persepsi karyawan mengenai pengakuan pada HO PT X Bogor dengan menggunakan persentase yang diketahui melalui tiga pernyataan yang terdiri dari karyawan selalu mendapatkan pengakuan dari atasan mengenai hal pelaksanaan pekerjaan, keterampilan dan keahlian yang saya miliki mendapatkan pengakuan dari atasan, serta atasan memperhatikan ide, usul, dan saran yang diberikan (Tabel 10). 48 49 Tabel 10. Persepsi karyawan terhadap pengakuan Skor Pernyataan Selalu mendapatkan pengakuan dari atasan mengenai hal pelaksanaan pekerjaan Keterampilan dan keahlian yang saya miliki mendapatkan pengakuan dari atasan atasan memperhatikan Ide, usul, dan saran yang diberikan Kesimpulan 5 4 3 2 1 Modus N % N % N % N % N % 3 8.57 10 28.57 15 42.86 7 20.00 0 0.00 Cukup Setuju 6 17.14 20 57.14 9 25.71 0 0.00 0 0.00 Setuju 4 11.43 24 68.57 5 14.29 2 5.71 0 0.00 Setuju 13 12.38 54 51.43 29 27.62 9 8.57 0 0.00 Setuju Berdasarkan hasil pengujian dan persentase yang dihasilkan terhadap pernyataan mengenai pengakuan dapat dipersepsikan bahwa secara umum sebagian karyawan merasa setuju. Hal ini terlihat dari persentase sebesar 51,43 persen karyawan setuju, cukup setuju 27,62 persen, sangat setuju 12,38 persen, dan tidak setuju 8,57 persen. Nilai tersebut menunjukkan bahwa karyawan HO PT X Bogor setuju jika faktor motivasi ini diterapkan pada karyawan. Pengakuan pada dasarnya memberikan penghargaan dan pengakuan yang tepat dan wajar kepada karyawan atas prestasi yang telah dicapai. Berdasarkan Tabel 10 karyawan menyatakan cukup setuju bahwa karyawan selalu mendapatkan pengakuan dari atasan mengenai hal pelaksanaan pekerjaan dengan persentase sebesar 42,86 persen. Karyawan yang merasa setuju dengan pernyataan selalu mendapatkan pengakuan dari atasan mengenai hal pelaksanaan pekerjaan dengan persentase sebesar 28,57 persen. Pengakuan merupakan bentuk perhatian yang diberikan oleh atasan terhadap pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahannya. Pengakuan terhadap pelaksanaan pekerjaan dapat memotivasi karyawan, perusahaan dapat membuat tema seperti memberikan pengakuan kepada karyawan yang paling rajin dan karyawan yang mencapai target. 49 50 Persentase tertinggi berdasarkan Tabel 10 karyawan yang menyatakan setuju yakni sebesar 68,57 persen atau sebanyak 24 karyawan adalah atasan memperhatikan Ide, usul, dan saran yang diberikan. Hal ini menunjukkan bahwa perhatian yang diberikan atasan atas ide, usul, dan saran yang diberikan mempengaruhi motivasi kerja mereka. Pengakuan yang diperoleh karyawan dapat menjadikan karyawan mempunyai kelebihan dibidangnya sehingga karyawan dapat termotivasi untuk berprestasi. Secara keseluruhan alternatif jawaban setuju menunjukkan pilihan yang paling banyak dipilih oleh pegawai yaitu 51,43 persen. Sedangkan alternatif jawaban yang paling rendah dipilih adalah tidak setuju yaitu 5,71 persen. Hasil ini menunjukkan persepsi karyawan mengenai pengakuan pada HO PT X Bogor dilaksanakan dengan baik. 4.4.3 Persepsi Karyawan terhadap Penghargaan Persepsi karyawan mengenai penghargaan pada HO PT X Bogor dengan menggunakan persentase yang diketahui melalui tiga pernyataan yang terdiri dari karyawan perlu diberikan piagam penghargaan pada karyawan yang berprestasi, uang satu-satunya bentuk penghargaan yang tepat untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan, dan tidak perlu diberikan penghargaan pada karyawan yang berprestasi (Tabel 11). Berdasarkan hasil pengujian dan persentase yang dihasilkan terhadap pernyataan mengenai penghargaan dapat dipersepsikan bahwa secara umum sebagian karyawan merasa setuju. Hal ini terlihat dari persentase sebesar 52,38 persen karyawan setuju, sangat setuju 20,00 persen, cukup setuju 19,05 persen, dan tidak setuju 8,57 persen. Nilai tersebut menunjukkan bahwa karyawan HO PT X Bogor setuju jika faktor motivasi ini diterapkan pada karyawan. Hal ini menunjukkan bahwa penghargaan dapat menjadi motivasi kerja karyawan. Karyawan akan bersemangat jika dihargai sebagai seorang pribadi bukan sebagai alat atau aset perusahaan, penghargaan yang diberikan kepada karyawan sebaiknya spesifik pada suatu tugas tertentu. 50 51 Tabel 11. Persepsi karyawan terhadap penghargaan Skor Pernyataan Perlu diberikan piagam penghargaan pada karyawan yang berprestasi uang satusatunya bentuk penghargaan yang tepat untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan Tidak perlu diberikan penghargaan pada karyawan yang berprestasi Kesimpulan 5 4 3 2 1 Modus N % N % N % N % N % 4 11.43 11 31.43 15 42.86 5 14.29 0 0.00 Cukup Setuju 8 22.86 20 57.14 4 11.43 3 8.57 0 0.00 Setuju 9 25.71 24 68.57 1 2.86 1 2.86 0 0.00 Setuju 21 20.00 55 52.38 20 19.05 9 8.57 0 0 Setuju Berdasarkan Tabel 11 karyawan menyatakan cukup setuju bahwa perlu diberikan piagam penghargaan pada karyawan yang berprestasi dengan persentase sebesar 42,86 persen. Karyawan yang merasa setuju dengan pernyataan perlu diberikan piagam penghargaan pada karyawan yang berprestasi dengan persentase sebesar 31,43 persen. Dengan diberikannya penghargaan karyawan menjadi tahu apakah telah berhasil melaksanakan pekerjaannya atau tidak. Penghargaan juga dapat meningkatkan optimisme karyawan sehingga lebih termotivasi untuk mencapai target pekerjaannya. Persentase tertinggi berdasarkan Tabel 11 karyawan yang menyatakan setuju adalah tidak perlu diberikan penghargaan pada karyawan yang berprestasi yakni sebesar 68,57 persen atau sebanyak 24 karyawan. Hal ini menunjukkan bahwa karyawan menganggap bahwa pekerjaan yang dilakukan dengan baik hanya merupakan wujud dari tanggung jawab terhadap pekerjaannya. Karyawan yang menyatakan sangat setuju berdasarkan Tabel 11 bahwa karyawan menyatakan tidak perlu diberikan penghargaan pada karyawan yang berprestasi dengan persentase terbesar yakni 25,71 persen (9 orang), sedangkan persentase terendah yang diperoleh dari karyawan yang sangat setuju adalah perlu diberikan piagam penghargaan pada 51 52 karyawan yang berprestasi yakni sebanyak 4 karyawan atau sebesar 11,43 persen. Secara keseluruhan alternatif jawaban setuju menunjukkan pilihan yang paling banyak dipilih oleh pegawai yaitu dengan persentase total 52,38 persen. Sedangkan alternatif jawaban yang paling rendah dipilih adalah tidak setuju yaitu 2,86 persen. Hasil ini menunjukkan persepsi karyawan mengenai penghargaan pada HO PT X Bogor dilaksanakan dengan baik. 4.4.4 Persepsi Karyawan terhadap Pekerjaan itu Sendiri Persepsi karyawan mengenai pekerjaan itu sendiri pada HO PT X Bogor dengan menggunakan persentase yang diketahui melalui empat pernyataan yang terdiri dari tugas yang diberikan sesuai dengan keahlian yang dimiliki, berbagai pengalaman menarik dialami dalam melaksanakan pekerjaan dapat meningkatkan motivasi kerja, berusaha melakukan perbaikan jika ada kelemahan dalam melaksanakan pekerjaan, dan tugas yang diberikan sesuai dengan keahlian yang dimiliki, tetapi tidak dapat meningkatkan motivasi kerja (Tabel 12). Berdasarkan hasil pengujian dan persentase yang dihasilkan terhadap pernyataan mengenai pekerjaan sendiri dapat dipersepsikan bahwa secara umum sebagian karyawan merasa setuju. Hal ini terlihat dari persentase sebesar 62,86 persen karyawan setuju, sangat setuju 19,29 persen, cukup setuju 16,43 persen, dan tidak setuju 1,43 persen. Nilai tersebut menunjukkan bahwa karyawan HO PT X Bogor setuju jika faktor motivasi ini diterapkan pada karyawan. Pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan baik rutin setiap hari maupun yang tidak tidak rutin mempengaruhi motivasi kerja karyawan. Seorang karyawan yang senang dengan pekerjaannya akan bersemangat dalam bekerja. 52 53 Tabel 12. Persepsi karyawan terhadap pekerjaan itu sendiri Skor Pernyataan Tugas yang diberikan sesuai dengan keahlian yang dimiliki Berbagai pengalaman menarik dialami dalam melaksanakan pekerjaan dapat meningkatkan motivasi kerja Berusaha melakukan perbaikan jika ada kelemahan dalam melaksanakan pekerjaan Walaupun tugas yang diberikan sesuai dengan keahlian yang Bapak/Ibu miliki, tidak dapat meningkatkan motivasi kerja. Kesimpulan 5 4 3 2 1 Modus N % N % N % N % N % 7 20.00 13 37.14 14 40.00 1 2.86 0 0.00 Cukup Setuju 8 22.86 23 65.71 4 11.43 0 0.00 0 0.00 Setuju 7 20.00 26 74.29 2 5.71 0 0.00 0 0.00 Setuju 5 14.29 26 74.29 3 8.57 1 2.86 0 0.00 Setuju 27 19.29 88 62.86 23 16.43 2 1.43 0 0 Setuju Berdasarkan Tabel 12 karyawan menyatakan cukup setuju bahwa tugas yang diberikan telah sesuai dengan keahlian yang dimiliki dengan persentase sebesar 40,00 persen. Persentase karyawan yang merasa setuju dengan pernyataan tugas yang diberikan telah sesuai dengan keahlian yang dimiliki yakni 37,14 persen. Pekerjaan yang sesuai dengan keahlian dan kompetensi dapat memotivasi karyawan karena akan menimbulkan semangat dalam melaksanakan pekerjaan sehingga pekerjaan dapat dikerjakan dengan optimal. Persentase tertinggi berdasarkan Tabel 12 adalah pernyataan bahwa karyawan berusaha melakukan perbaikan jika ada kelemahan dalam melaksanakan pekerjaan dan tugas yang diberikan sesuai dengan keahlian yang dimiliki, tetapi tidak dapat meningkatkan motivasi kerja yakni sebesar 74,29 persen atau sebanyak 26 karyawan. Hal ini menunjukkan bahwa karyawan menyadari jika memiliki kelemahan maka karyawan termotivasi untuk memperbaiki kelemahan tersebut, selain itu tugas yang diberikan sudah sesuai dengan keahlian, namun pekerjaan 53 54 yang dilaksanakan berulang-ulang, dan tanpa tantangan menjadi membosankan sehingga tidak dapat memotivasi karyawan. Karyawan yang menyatakan sangat setuju berdasarkan Tabel 12 karyawan menyatakan bahwa berbagai pengalaman menarik yang dialami dalam melaksanakan pekerjaan dapat meningkatkan motivasi kerja dengan persentase terbesar yakni 22,86 persen (8 orang), sedangkan persentase terendah yang diperoleh dari karyawan yang sangat setuju adalah tugas yang diberikan sudah sesuai dengan keahlian yang dimiliki, tetapi tidak dapat meningkatkan motivasi kerja yakni sebanyak 5 karyawan atau sebesar 14,29 persen. Secara keseluruhan alternatif jawaban setuju menunjukkan pilihan yang paling banyak dipilih oleh pegawai yaitu dengan persentase total 62,86 persen. Sedangkan alternatif jawaban yang paling rendah dipilih adalah tidak setuju yaitu 2,86 persen. Hasil ini menunjukkan persepsi karyawan mengenai pekerjaan itu sendiri pada HO PT X Bogor dilaksanakan dengan baik. 4.4.5 Persepsi Karyawan terhadap Keberhasilan Pekerjaan Persepsi karyawan mengenai keberhasilan pekerjaan pada HO PT X Bogor dengan menggunakan persentase yang diketahui melalui empat pernyataan yang terdiri dari karyawan bertanggung jawab terhadap keberhasilan pencapaian tujuan unit kerja masing-masing, puas dengan hasil kerja yang sudah dicapai, membutuhkan pekerjaan yang lebih menantang dan lebih banyak tuntutan kesempatan untuk menjadi ahli dan mengembangkan kemampuan akan meningkatkan motivasi kerja, dan pencapaian target pekerjaan dapat meningkatkan motivasi (Tabel 13). Berdasarkan hasil pengujian dan persentase yang dihasilkan terhadap pernyataan mengenai keberhasilan pekerjaan dapat dipersepsikan bahwa secara umum sebagian karyawan merasa setuju. Hal ini terlihat dari persentase sebesar 56,43 persen karyawan setuju, sangat setuju 27,86 persen, cukup setuju 13,57 persen, dan tidak setuju 2,14 persen. Nilai tersebut menunjukkan bahwa karyawan HO PT X Bogor setuju jika faktor motivasi ini diterapkan pada karyawan. Keberhasilan 54 55 pekerjaan merupakan tolok ukur apakah karyawan sudah memenuhi standar dalam melaksanakan pekerjaannya. Karyawan yang berhasil akan merasa bangga karena dapat melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Tabel 13. Persepsi karyawan terhadap keberhasilan pekerjaan Skor Pernyataan Bertanggung jawab terhadap keberhasilan pencapaian tujuan unit kerja masing-masing Puas dengan hasil kerja yang sudah dicapai, karena dalam bekerja tidak perlu memaksakan diri Pekerjaan yang lebih menantang dan lebih banyak tuntutan kesempatan untuk menjadi ahli dan mengembangkan kemampuan akan meningkatkan motivasi kerja Pencapaian target pekerjaan dapat meningkatkan motivasi Kesimpulan 5 4 3 2 1 Modus N % N % N % N % N % 10 28.57 24 68.57 1 2.86 0 0.00 0 0.00 Setuju 4 11.43 18 51.43 11 31.43 2 5.71 0 0.00 Setuju 13 37.14 14 40.00 7 20.00 1 2.86 0 0.00 Setuju 12 34.29 23 65.71 0 0.00 0 0.00 0 0.00 Setuju 39 27.86 79 56.43 19 13.57 3 2.14 0 0.00 Setuju Persentase tertinggi berdasarkan Tabel 13 adalah pernyataan bahwa karyawan bertanggung jawab terhadap keberhasilan pencapaian tujuan unit kerja masing-masing yakni sebesar 68,57 persen atau sebanyak 24 karyawan. Hal ini menunjukkan bahwa setiap karyawan bersedia melaksanakan pekerjaan sesuai dengan standar yang ditetapkan perusahaan. Persentase sebesar 40 persen (14 orang) merupakan persentase terendah untuk kategori setuju. Hal ini menunjukkan sebagian karyawan berpendapat bahwa pekerjaan yang lebih menantang dan lebih banyak tuntutan kesempatan untuk menjadi ahli dan mengembangkan kemampuan akan meningkatkan motivasi kerja di HO PT X Bogor. Pekerjaan yang memiliki standar lebih tinggi menjadi tantangan bagi karyawan. Hal ini dapat berupa penambahan target kerja kepada karyawan, dengan demikian karyawan akan lebih termotivasi dan antusias untuk memenuhi standar pekerjaannya yang baru tersebut. 55 56 Karyawan yang menyatakan sangat setuju berdasarkan Tabel 13 karyawan menyatakan bahwa pencapaian target pekerjaan dapat meningkatkan motivasi mendapakan persentase terbesar yakni 34,29 persen (12 orang), sedangkan persentase terendah yang diperoleh dari karyawan yang sangat setuju adalah puas dengan hasil kerja yang sudah dicapai, karena dalam bekerja tidak perlu memaksakan diri yakni sebanyak 4 karyawan atau sebesar 11,43 persen. Secara keseluruhan alternatif jawaban setuju menunjukkan pilihan yang paling banyak dipilih oleh karyawan yaitu dengan persentase total 56,43 persen. Sedangkan alternatif jawaban yang paling rendah dipilih adalah tidak setuju yaitu 2,86 persen. Hasil ini menunjukkan persepsi karyawan mengenai keberhasilan pekerjaan pada HO PT X Bogor dilaksanakan dengan baik. 4.4.6 Persepsi Karyawan terhadap Tanggung Jawab Persepsi karyawan mengenai tanggung jawab pada HO PT X Bogor dengan menggunakan persentase yang diketahui melalui empat pernyataan yang terdiri dari karyawan tidak bertanggung jawab pada yang gagal pada unit kerja, karena merupakan tanggung jawab atasan, tolong menolong dalam melaksanakan pekerjaan merupakan tanggung jawab setiap karyawan, Berusaha hadir tepat waktu untuk memenuhi kewajiban jam kerja, dan bersedia kerja lembur jika diperlukan (Tabel 14). Berdasarkan hasil pengujian dan persentase yang dihasilkan terhadap pernyataan mengenai tanggung jawab dapat dipersepsikan bahwa secara umum sebagian karyawan merasa setuju. Hal ini terlihat dari persentase sebesar 57,14 persen karyawan setuju, sangat setuju 21,43 persen, cukup setuju 17,14 persen, dan tidak setuju 4,29 persen. Nilai tersebut menunjukkan bahwa karyawan HO PT X Bogor setuju jika faktor motivasi ini diterapkan pada karyawan. Tanggung jawab menunjukkan adanya suatu otoritas untuk membuat perubahan atau mengambil suatu keputusan. Diberikannya tanggung jawab dan otoritas 56 57 akan dapat memotivasi karyawan dalam melaksanakan apa yang menjadi tanggung jawabnya tersebut. Tabel 14. Persepsi karyawan terhadap tanggung jawab Skor Pernyataan 5 Tidak bertanggung jawab pada yang gagal pada unit kerja, karena hal tersebut merupakan tanggung jawab atasan Tolong menolong dalam melaksanakan pekerjaan merupakan tanggung jawab setiap karyawan Berusaha hadir tepat waktu untuk memenuhi kewajiban jam kerja. Bersedia kerja lembur jika diperlukan Kesimpulan 4 3 2 1 Modus N % N % N % N % N % 8 22.86 20 57.14 3 8.57 4 11.43 0 0.00 Setuju 3 8.57 23 65.71 8 22.86 1 2.86 0 0.00 Setuju 14 40.00 17 48.57 4 11.43 0 0.00 0 0.00 Setuju 5 14.29 20 57.14 9 25.71 1 2.86 0 0.00 Setuju 30 21.43 80 57.14 24 17.14 6 4.29 0 0 Setuju Persentase tertinggi berdasarkan Tabel 14 adalah pernyataan bahwa tolong menolong dalam melaksanakan pekerjaan merupakan tanggung jawab setiap karyawan yakni sebesar 65,71 persen atau sebanyak 23 karyawan. Sebagai anggota perusahaan, setiap karyawan harus memiliki hubungan baik karena akan memberikan pengaruh bagi perusahaan. Saling tolong-menolong dan saling bertanggung jawab merupakan hal yang harus dipenuhi karyawan, keberlangsungan hubungan baik antar karyawan akan terjaga. Persentase sebesar 48,57 persen (17 orang) merupakan persentase terendah untuk kategori setuju. Hal ini menunjukkan sebagian karyawan berpendapat bahwa karyawan di HO PT X Bogor berusaha hadir tepat waktu untuk memenuhi kewajiban jam kerja. Karyawan disiplin untuk bertanggung jawab atas jam kerja yang telah ditetapkan perusahaan. Karyawan yang menyatakan sangat setuju berdasarkan Tabel 14 karyawan menyatakan bahwa berusaha hadir tepat waktu untuk memenuhi kewajiban jam kerja dapat meningkatkan motivasi mendapatkan persentase terbesar yakni 40 persen (14 orang), sedangkan persentase terendah yang diperoleh dari karyawan yang sangat setuju 57 58 adalah bersedia kerja lembur jika diperlukan yakni sebanyak 5 karyawan atau sebesar 14,29 persen. Secara keseluruhan alternatif jawaban setuju menunjukkan pilihan yang paling banyak dipilih oleh karyawan yaitu dengan persentase total 57,14 persen. Sedangkan alternatif jawaban yang paling rendah dipilih adalah tidak setuju yaitu 2,86 persen. Hasil ini menunjukkan persepsi karyawan mengenai tanggung jawab pada HO PT X Bogor dilaksanakan dengan baik. 4.4.7 Persepsi Karyawan terhadap Promosi Persepsi karyawan mengenai promosi pada HO PT X Bogor dengan menggunakan persentase yang diketahui melalui lima pernyataan yang terdiri dari rotasi pekerjaan yang dapat mengembangkan potensi dapat meningkatkan motivasi, promosi yang diraih dapat meningkatkan motivasi kerja, kesempatan untuk menjabat atau menduduki posisi yang lebih tinggi dapat menjadi motivasi kerja, bekerja lebih baik jika mendapatkan posisi jabatan yang lebih tinggi, promosi yang diraih dapat menambah sarana dan peralatan kerja dapat meningkatkan motivasi kerja (Tabel 15). Berdasarkan hasil pengujian dan persentase yang dihasilkan terhadap pernyataan mengenai promosi dapat dipersepsikan bahwa secara umum sebagian karyawan merasa setuju. Hal ini terlihat dari persentase sebesar 60,57 persen karyawan setuju, sangat setuju 25,14 persen, cukup setuju 10,29 persen, tidak setuju 3,43 persen, dan tidak setuju 0,57 persen. Nilai tersebut menunjukkan bahwa karyawan HO PT X Bogor setuju jika faktor motivasi ini diterapkan pada karyawan. Promosi harus merupakan realisasi atas prestasi yang telah dicapai, karyawan yang mengalami kemajuan konsisten dalam jabatannya mengharapkan pengakuan melalui promosi untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi. 58 59 Tabel 15. Persepsi karyawan terhadap promosi Skor Pernyataan 5 4 3 2 1 Modus N % N % N % N % N % Rotasi pekerjaan yang dapat mengembangkan potensi dapat meningkatkan motivasi 9 25.71 24 68.57 2 5.71 0 0.00 0 0.00 Setuju Promosi yang diraih dapat meningkatkan motivasi kerja. 11 31.43 22 62.86 2 5.71 0 0.00 0 0.00 Setuju 9 25.71 24 68.57 1 2.86 1 2.86 0 0.00 Setuju 6 17.14 14 40.00 9 25.71 5 14.29 1 2.86 Setuju 9 25.71 22 62.86 4 11.43 0 0.00 0 0.00 Setuju 44 25.14 106 60.57 18 10.29 6 3.43 1 0.57 Setuju Kesempatan untuk menjabat atau menduduki posisi yang lebih tinggi dapat menjadi motivasi kerja Bekerja lebih baik jika mendapatkan posisi jabatan yang lebih tinggi Promosi yang diraih dapat menambah sarana dan peralatan kerja dapat meningkatkan motivasi kerja Kesimpulan Persentase tertinggi berdasarkan Tabel 15 adalah pernyataan bahwa rotasi pekerjaan yang dapat mengembangkan potensi dapat meningkatkan motivasi dan kesempatan untuk menjabat atau menduduki posisi yang lebih tinggi yakni sebesar 68,57 persen atau sebanyak 24 karyawan. Pengembangan karir di perusahaan merupakan hal yang paling diharapkan oleh karyawan, pengembangan karir ini dapat berupa promosi. promosi yang berupa rotasi dan kenaikan jabatan dapat meningkatkan motivasi kerja karena karyawan menerima tanggung jawab dan wewenang yang baru serta kompensasi yang lebih tinggi dari pada kompensasi yang diterima pada jabatan sebelumnya. Persentase sebesar 40 persen (14 orang) merupakan persentase terendah untuk kategori setuju. Hal ini menunjukkan sebagian karyawan berpendapat bahwa karyawan di HO PT X Bogor bekerja lebih baik jika mendapatkan posisi jabatan yang lebih tinggi. Dengan memperoleh jabatan yang lebih tinggi dengan otoritas yang lebih luas dan kompensasi yang sesuai dengan jabatan barunya, maka hal tersebut dapat 59 60 meningkatkan motivasi yaitu karyawan akan berkontribusi kepada perusahaan dengan melaksanakan pekerjaan lebih baik dari sebelumnya. Karyawan yang menyatakan sangat setuju berdasarkan Tabel 15 karyawan menyatakan bahwa promosi yang diraih dapat meningkatkan motivasi kerja mendapatkan persentase terbesar yakni 31,43 persen (11 orang), sedangkan persentase terendah yang diperoleh dari karyawan yang sangat setuju adalah karyawan bekerja lebih baik jika mendapatkan posisi jabatan yang lebih 6 karyawan atau sebesar 17,14 persen. Secara keseluruhan alternatif jawaban setuju menunjukkan pilihan yang paling banyak dipilih oleh karyawan yaitu dengan persentase total 60,57 persen. Sedangkan alternatif jawaban yang paling rendah dipilih adalah tidak setuju yaitu 2,86 persen. Hasil ini menunjukkan persepsi karyawan mengenai promosi pada HO PT X Bogor dilaksanakan dengan baik. 4.5. Hubungan Komunikasi Formal Organisasi dengan Motivasi Kerja Karyawan Tabel 16. Hubungan komunikasi formal organisasi dengan motivasi kerja karyawan Komunikasi Motivasi Komunikasi Correlation Coefificient 1.000 0.601 Motivasi Sig. (2-tailed) N Correlation Coefificient Sig. (2-tailed) N . 35 0.601 0.000 35 0.000 35 1.000 . 35 Berdasarkan Tabel 16 dapat dilihat bahwa komunikasi formal organisasi mempengaruhi motivasi kerja mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari alpha (a) yang digunakan yaitu 0,05 sehingga keputusan H 0 ditolak, artinya hipotesis H 1 diterima yaitu terdapat hubungan nyata antara komunikasi formal organisasi dengan motivasi kerja karyawan. Hal ini berarti komunikasi formal organisasi mempengaruhi motivasi kerja karyawan pada Head office PT X Bogor, begitu juga sebaliknya. Nilai P-value yang dihasilkan adalah sebesar 0,000 artinya tingkat 60 61 kesalahan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebesar 0 persen atau tingkat kebenaran hasil penelitian ini adalah 100 persen. Hasil uji korelasi Rank Spearman pada Tabel 16 menunjukkan bahwa nilai sebesar 0,601 yang artinya komunikasi formal organisasi memiliki hubungan yang positif, agak kuat, dan nyata dengan motivasi kerja karyawan. Hal ini berarti komunikasi formal organisasi yang diterapkan oleh perusahaan merupakan salah satu faktor yang membuat karyawan termotivasi untuk bekerja. Berdasarkan hasil uji t (Lampiran 3) diperoleh nilai t hitung sebesar 5,964 yang artinya nilai tersebut lebih besar dari t tabel (2,035). Sehingga didapatkan keputusan tolak H 0 , artinya hipotesis H 1 diterima bahwa terdapat hubungan nyata antara komunikasi formal dengan motivasi kerja karyawan dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. 4.6. Hubungan Indikator Komunikasi Formal Organisasi dengan Motivasi Kerja Karyawan Metode koefisisen korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengetahui hubungan antara komunikasi formal organisasi dengan motivasi kerja karyawan (Lampiran 2). Pengolahan data dibantu dengan program software SPSS versi 15.0 for windows. Metode ini digunakan karena penelitian ini merupakan tipe pengukuran asosiasi dua peubah dengan pengukuran skala ordinal. Dua peubah yang diukur dinyatakan memiliki hubungan, jika nilai nyata hasil pengujian (P-value) lebih kecil bila dibandingkan dengan taraf ketelitian (α) yang diuji. Hasil pengujian korelasi Rank Spearman untuk mengetahui hubungan komunikasi formal organisasi dengan motivasi kerja karyawan dapat dilihat pada Tabel 17. Berdasarkan Tabel 17 dapat dilihat bahwa semua indikator yang mempengaruhi motivasi kerja mempunyai nilai signifikansi antara sebesar 0,003; 0,004; dan 0,012 yang lebih kecil dari alpha (a) yang digunakan yaitu 0,05 sehingga keputusan H 0 ditolak, artinya hipotesis H 1 diterima yaitu terdapat hubungan nyata antara seluruh indikator komunikasi formal organisasi dengan motivasi kerja karyawan. Hal ini berarti seluruh indikator komunikasi formal organisasi memiliki hubungan dengan motivasi kerja karyawan pada Head office PT X Bogor. Nilai P-value yang dihasilkan 61 62 adalah sebesar 0,003 artinya tingkat kesalahan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebesar 0,3 persen atau tingkat kebenaran hasil penelitian ini adalah 99,7 persen. Selain itu juga terdapat nilai P-value sebesar 0,004 artinya tingkat kesalahan yang dilakukan pada penelitian adalah sebesar 0,4 persen atau tingkat kebenaran hasil penelitian ini adalah 99,6 persen. Dan pada salah satu indikator terdapat nilai P-value sebesar 0,012 persen artinya tingkat kesalahan yang dilakukan pasa penelitian ini adalah sebesar 1,2 persen atau tingkat kebenaran hasil penelitian adalah sebesar 98,8 persen. Tabel 17. Hubungan indikator komunikasi formal organisasi dengan motivasi kerja karyawan Indikator Nilai Nilai Kategori No Komunikasi Formal Korelasi signifikansi Korelasi Organisasi 1 Upward Communication 0.492 0.003 2 Horizontal Communication 0.485 0.003 3 Diagonal Communication 0.470 0.004 4 Downward Communication 0.421 0.012 Positif, lemah, nyata Positif, lemah, nyata Positif, lemah, nyata Positif, lemah, nyata agak dan agak dan agak dan agak dan Berdasarkan Tabel 17, nilai korelasi untuk upward communication dengan motivasi kerja karyawan adalah sebesar 0,492. Angka ini menunjukkan hubungan antara dua variabel ini termasuk ke dalam kategori moderately low association yang artinya mempunyai hubungan yang positif, agak lemah, dan nyata. Agar bernilai kuat, bawahan harus sering melakukan komunikasi dengan atasannya maka dengan begitu atasan akan mengerti apa yang diinginkan dan yang dimaksudkan oleh bawahannya. Selain itu, komunikasi ke atas membantu karyawan mengatasi masalah-masalah pekerjaan mereka sehingga memperkuat keterlibatan mereka dalam tugastugasnya dan organisasi. Berdasarkan hasil uji t (Lampiran 3) diperoleh nilai t hitung sebesar 4,509 yang artinya nilai tersebut lebih besar dari t tabel (2,035). Sehingga didapatkan keputusan tolak H 0 , artinya hipotesis H 1 62 63 diterima bahwa terdapat hubungan nyata antara upward communication dengan motivasi kerja karyawan dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Horizontal communication menurut hasil uji korelasi Rank Spearman (Tabel 17) termasuk moderately low association yang artinya mepunyai hubungan yang positif, agak lemah, dan nyata. Hal ini terlihat dari nilai korelasi Rank Spearman dari horizontal communication sebesar 0,485. Agar memiliki nilai yang kuat, perusahaan hendaknya menciptakan interaksi yang melibatkan karyawan yang selevel dalam melakukan koordinasi pekerjaan, saling berbagi informasi, memecahkan masalah, dan menyelesaikan konflik diantara sesama karywan. Berdasarkan hasil uji t diperoleh nilai t hitung sebesar 4,496 yang artinya nilai tersebut lebih besar dari t tabel (2,035). Sehingga dapat diputuskan untuk tolak H 0 , artinya hipotesis H 1 diterima bahwa terdapat hubungan nyata antara horizontal communication dengan motivasi kerja karyawan dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Berdasarkan Tabel 17 nilai uji korelasi untuk diagonal communication dengan motivasi kerja karyawan adalah sebesar 0,470. Angka ini menunjukkan hubungan antara dua variabel ini termasuk ke dalam kategori moderately low association yang artinya mempunyai hubungan yang positif, agak lemah, dan nyata. Berdasarkan hasil uji t diperoleh nilai t hitung sebesar 4,629 yang artinya nilai tersebut lebih besar dari t tabel (2,035). Sehingga didapatkan keputusan tolak H 0 , artinya hipotesis H 1 diterima bahwa terdapat hubungan nyata antara diagonal communication dengan motivasi kerja karyawan dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Downward communication menurut hasil uji korelasi Rank Spearman (Tabel 17) termasuk moderately low association yang artinya mepunyai hubungan yang positif, agak lemah, dan nyata. Hal ini terlihat dari nilai korelasi Rank Spearman dari downward communication sebesar 0,421. Agar memiliki nilai yang kuat, pemimpin hendaknya memberikan informasi kepada karyawan sesuai dengan yang dibutuhkannya dan membentuk kepercayaan sehingga dapat mengarahkan komunikasi terbuka dengan karyawannya. Berdasarkan hasil uji t diperoleh nilai t hitung sebesar 3,076 yang artinya nilai tersebut lebih besar dari t tabel (2,035). Sehingga dapat 63 64 diputuskan untuk tolak H 0 , artinya hipotesis H 1 diterima bahwa terdapat hubungan nyata antara downward communication dengan motivasi kerja karyawan dengan tingkat signifikansi sebesar 0,004. 4.7. Implikasi Manajerial Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, komunikasi formal organisasi memiliki hubungan yang positif dan nyata dengan motivasi kerja karyawan pada Head Office (HO) PT X Bogor, sehingga diperoleh beberapa informasi bagi pihak perusahaan dalam rangka membentuk komunikasi formal organisasi yang lebih efektif sehingga dapat meningkatkan motivasi kerja karyawan. Informasi ini diperoleh dari hasil uji korelasi Rank Spearman dimana upward communication mendapatkan nilai korelasi tertinggi. Oleh karena itu, dengan mempertimbangkan hasil dari analisa karakteristik karyawan yakni karyawan yang didominasi oleh pendidikan S1, berada pada usia produktif, dan pada masa kerja 1-5 tahun beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan agar dapat meningkatkan motivasi kerja karyawan melalui upward communication adalah dengan 1. Atasan membuat suatu forum komunikasi formal berupa sharing session di divisi masing-masing agar karyawan dapat mengutarakan segala keluhan dan kesulitan dalam hal pelaksanaan pekerjaan. 2. Memperbanyak forum-forum atau pertemuan-pertemuan yang dapat meningkatkan interaksi antar atasan dengan bawahannya, sehingga mendorong partisipasi bawahan dalam pengambilan keputusan. Selain melalui upward communication, upaya perusahaan untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan dapat juga melalui horizontal communication, yakni: 1. Perusahaan membuat program sharing knowledge untuk karyawan yang berada pada level yang sama, dimana karyawan dapat memberikan informasi mengenai pengalaman dalam menangani permasalahan dalam pekerjaan yang dapat ditemukan pada divisinya dan menyampaikan hal-hal yang bermanfaat bagi pelaksanaan pekerjaan. 2. Perusahaan membuat kelompok mutu, dimana kelompok mutu ini adalah suatu kelompok dalam organisasi yang bertanggung jawab untuk 64 65 memperbaiki mutu pekerjaan mereka. Kelompok ini dilatih untuk dalam menggunakan teknik-teknik tertentu dan cara memecahkan masalah tertentu. Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Sperman dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi formal organisasi yang diterapkan pada head office PT X Bogor merupakan salah satu faktor yang membuat karyawan termotivasi dalam bekerja di perusahaan. Hubungan agak lemah yang terjadi hendaknya menjadi input bagi perusahaan untuk lebih memperhatikan indikator komunikasi formal organisasi yang dijabarkan dalam penelitian ini sehingga pengaruhnya terhadap motivasi kerja menjadi kuat. 65 66 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Berdasarkan analisis persepsi karyawan Head Office (HO) PT X Bogor mengenai komunikasi formal di HO PT X Bogor penerapannya sudah baik dengan persentase tertinggi sebesar 53,94 persen pada kategori setuju. 2. Berdasarkan analisis persepsi karyawan HO PT X Bogor mengenai motivasi kerja karyawan di HO PT X Bogor penerapannya sudah baik dengan persentase tertinggi sebesar 55,77 persen pada kategori setuju. 3. Berdasarkan penilaian hasil uji korelasi Rank Spearman komunikasi formal organisasi pada HO PT X memiliki hubungan yang positif, agak kuat dan nyata atau termasuk dalam kategori moderately high association dengan motivasi kerja karyawan dengan nilai korelasi Rank Spearman sebesar 0,601. Saran Berdasarkan hasil kesimpulan yang diperoleh, maka masukan yang dapat diberikan kepada pihak perusahaan dan bagi penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut: 1. Bagi pihak perusahaan Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara komunikasi formal organisasi dengan motivasi kerja karyawan, maka strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan dengan atasan membuat suatu forum komunikasi formal berupa sharing session di divisi masing-masing agar karyawan dapat mengutarakan segala keluhan dan kesulitan dalam hal pelaksanaan pekerjaan dan Perusahaan membuat program sharing knowledge untuk karyawan yang berada pada level yang sama, dimana karyawan dapat memberikan informasi mengenai pengalaman dalam menangani permasalahan dalam pekerjaan. 2. Bagi penelitian selanjutnya Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang menghubungkan variabel lain dengan motivasi kerja karyawan seperti varibel kompensasi dan kepuasan kerja yang dilihat hubungannya dengan motivasi kerja karyawan. 66 67 DAFTAR PUSTAKA Adesya, S. 2007. Hubungan Iklim Komunikasi Organisasi dengan Kepuasan Kerja Karyawan Bagian Spinning PT Unitex Tbk Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Cangara, H. 2008. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta (ID): PT. RajaGrafindo Persada. Effendy, OU. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung (ID): PT. Citra Aditya Bakti. Mayangdarini, N. 2009. Analisis Hubungan Pola Komunikasi Organisasi dengan Lingkungan Kerja Produktif PT X TBK Unit Bisnis Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Muhammad, A. 2004. Komunikasi Organisasi. Jakarta (ID): Bumi Aksara. Pace, RW dan Faules, DF. 1998. Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Mulyana D, penerjemah; Mulyana D, editor. Bandung (ID): PT. Remaja Rosdakarya. Purwaningrum, H. 2012. Pengaruh Komunikasi Internal, Kompensasi, Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Melalui Motivasi Pada CV Medinda Semarang [Jurnal]. Semarang (ID): Universitas Diponogoro. Robbins, SP. dan Judge. 2008. Timothy. A. Perilaku Organisasi. Angelica D, penerjemah; Widyaningrum R, editor. Jakarta (ID): Salemba Empat. Terjemahan dari: Organizational Behavior. Sunyoto, D. 2012. Teori, Kuesioner, dan Analisis Data Sumber Daya Manusia (Praktik Penelitian). Yogyakarta (ID): CAPS (center for Academic Publishing Service). Umam, K. 2012. Manajemen Organisasi. Bandung (ID): Pustaka Setia. Wiryanto. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta (ID): PT. Grasindo. 67 68 LAMPIRAN 68 69 Lampiran 1. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner 1. Validitas Variabel Komunikasi Formal Organisasi Indikator Downward Communication Upward Communication Horizontal Communication Diagonal Communication No. r-hitung r-tabel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 0.429 0.438 0.507 0.612 0.465 0.655 0.701 0.438 0.471 0.537 0.515 0.627 0.654 0.685 0.403 0.558 0.666 0.405 0.706 0.755 0.540 0.381 0.387 0.624 0.475 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 2. Reliabilitas Variabel Komunikasi Formal Organisasi Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized Items .897 .902 N of Items 25 69 Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid 70 Lanjutan Lampiran 1. 3. Validitas Variabel Motivasi Kerja Karyawan Indikator Prestasi Pengakuan Penghargaan Pekerjaan itu sendiri Keberhasilan Pekerjaan Tanggung Jawab Promosi No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 r-hitung 0.564 0.583 0.506 0.423 0.227 0.511 0.644 0.480 0.602 0.599 0.412 0.493 0.388 0.500 0.488 0.567 0.429 0.495 0.541 0.526 0.059 0.545 0.385 0.559 0.749 0.373 0.750 0.361 0.380 -0.033 r-tabel 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 4. Reliabilitas Variabel Motivasi Kerja Karyawan Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items .845 .880 30 70 Keterangan Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid 71 Lampiran 2. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman antara Komunikasi Formal Organisasi dengan Motivasi Kerja Karyawan Correlations Spearman's rho Downward Correlation Coefficient Downward 1.000 Motivasi .421(*) . .012 Sig. (2-tailed) N Motivasi Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) 35 35 .421(*) 1.000 .012 . 35 35 N * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Correlations Spearman's rho Upward Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Motivasi Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Upward 1.000 Motivasi .492(**) . .003 35 35 .492(**) 1.000 .003 . 35 35 ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Correlations Spearman's rho Horizontal Correlation Coefficient Horizontal 1.000 Motivasi .485(**) . .003 Sig. (2-tailed) N Motivasi Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N 35 35 .485(**) 1.000 .003 . 35 35 ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Correlations Spearman's rho Diagonal Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Motivasi Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). 71 Diagonal 1.000 Motivasi .470(**) . .004 35 35 .470(**) 1.000 .004 . 35 35 72 Lampiran 3. Hasil Uji t antara Komunikasi Formal Organisasi dengan Motivasi Kerja Karyawan Coefficients(a) Unstandardized Coefficients Model 1 B (Constant) Standardized Coefficients t Sig. Beta B Std. Error Std. Error 20.986 13.075 .719 a Dependent Variable: Komunikasi .121 Motivasi .720 1.605 .118 5.964 .000 Coefficients(a) Unstandardized Coefficients Model 1 B Std. Error (Constant) .875 .967 Motivasi .741 .241 Standardized Coefficients t Sig. Beta B Std. Error .472 .905 .372 3.076 .004 a Dependent Variable: Downward Coefficients(a) Unstandardized Coefficients Model 1 B Std. Error (Constant) .984 .663 Motivasi .744 .165 Standardized Coefficients t Sig. Beta B Std. Error .617 1.485 .147 4.509 .000 a Dependent Variable: Upward Coefficients(a) Unstandardized Coefficients Model 1 B (Constant) Std. Error .716 .731 .818 a Dependent Variable: Horizontal .182 Motivasi Standardized Coefficients t Sig. Beta B Std. Error .616 .980 .334 4.496 .000 Coefficients(a) Unstandardized Coefficients Model 1 B Std. Error (Constant) .784 .693 Motivasi .799 .173 a Dependent Variable: Diagonal 72 Standardized Coefficients t Sig. Beta B Std. Error .627 1.132 .266 4.629 .000