View/Open - Repository | UNHAS

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hubungan internasional merupakan suatu sistem hubungan antar
negara yang berdaulat dalam pergaulan internasional yang menjadikan
kegiatan diplomasi sebagai suatu elemen utama bagi suatu negara sebagai
faktor penentu eksistensinya dalam hubungan internasional. Diplomasi
merupakan proses politik untuk memelihara kebijakan luar negeri suatu
Pemerintah dalam mempengaruhi kebijakan dan sikap Pemerintah negara
lain.1 Diplomasi kekinian juga tidak hanya menyangkut kegiatan politik saja
tapi juga bersifat multi-dimensional yang menyangkut aspek ekonomi, sosialbudaya, hak asasi manusia dan lingkungan hidup yang digunakan di situasi
apapun dalam hubungan antarbangsa untuk menciptakan perdamaian dalam
percaturan politik global serta mencapai kepentingan nasional suatu negara.
Munculnya soft power sebagai salah satu bentuk power selain hard
power dalam kegiatan hubungan internasional membawa implikasi pada
pelaksanaan diplomasi. Soft power menjadi tool utama diplomasi masa kini
yang disebut soft diplomacy. Kecenderungan pelaksanaan soft diplomacy
dengan menggunakan aplikasi soft power dianggap efektif dan efisien
sehingga mudah untuk dilakukan tanpa harus menelan korban dan
menghabiskan biaya besar. Seiring berubahnya paradigma aktor hubungan
internasional, pelaksanaan soft diplomacy melibatkan berbagai kalangan aktor
non-Pemerintahan. Oleh karena itu, soft diplomacy merupakan bentuk nyata
1
Sumaryo Suryokusumo. 2004. Praktik Diplomasi. Jakarta: STIH IBLAM. Hal.1.
1
dari penggunaan instrument selain tekanan politik, militer dan tekanan
ekonomi yakni dengan mengedepankan unsur budaya dalam kegiatan
diplomasi. Maka dari itu, platform politik luar negeri dilakukan melalui soft
diplomacy, seperti apa yang di lakukan oleh Korea Selatan melalui budaya
Korean wave.2
Korean wave adalah sebuah istilah yang merujuk pada popularitas
budaya pop Korea di luar negeri. Genre Korean wave berkisar dari film,
drama televisi, dan musik pop (K-pop). Perkembangan yang sangat pesat
dialami oleh industri budaya Korea melalui produk tayangan drama televisi,
film, dan musik menjadikannya suatu fenomena yang menarik untuk
diimplementasikan sebagai sebuah bagian dalam pelaksanaan soft diplomacy
yang mampu membangun citra Korea Selatan dan mendukung peningkatan
posisi Korea Selatan di forum internasional secara umum dan Indonesia
secara khusus.3
Dewasa ini, Korea Selatan telah berkembang menjadi salah satu
negara paling makmur di Asia yang ditandai dengan perekonomian Korea
Selatan kini terbesar ketiga di Asia dan ke-13 di dunia. 4 Hal penunjang
kebangkitan ekonomi Korea Selatan tidak lain karena sektor industri
teknologi transportasi dan teknologi komunikasi yang juga didukung oleh
sektor kebudayaannya melalui Korean wave. Pada tahun 2004, ekspor film
2
Reza Lukmanda Yudhantara. 2011. Korean wave Sebagai Soft Diplomasi Korea Selatan.
INAKOS dan Pusat Studi Korea Universitas Gadjah Mada (eds). Politik dan
Pemerintahan Korea. Yogyakarta: UGM Press. Hal. 183.
3
KOCIS. Korean wave. [Online]. http://www.korea.net/Government/Current-Affairs/KoreanWave?affairId=209. Diakses pada tanggal 19 Desember 2011 pukul 14.15 Wita.
4
BBC News. South Korea Profile. [Online]. http://www.bbc.co.uk/news/world-asia-pacific15289563. Diakses pada tanggal 25 Desember 2011 pukul 21.14 Wita.
2
dan program televisi bersama dengan pariwisata dan produk K-Pop
menghasilkan pendapatan total hampir US$2 miliar. 5 Selain itu, menurut
statistik Bank Of Korea dari bidang ekspor budaya dan jasa hiburan, industri
musik K-pop telah menghasilkan US$794 juta tahun 2011 dan mengalami
peningkatan 25% dari US$637 juta di tahun 2010 seiring K-pop semakin
diminati oleh masyarakat internasional.6
Hubungan diplomatik Korea Selatan-Indonesia secara resmi telah
terjalin sejak 18 September 1973 dan direkatkan melalui pembentukan
Kemitraan Strategis pada kunjungan Presiden Roh Moo Hyun ke Jakarta
tanggal 4-6 Desember 2006. Pembentukan Kemitraan Strategis tersebut
mencakup kerja sama di bidang politik, keamanan, ekonomi, perdagangan
dan sosial budaya. Hubungan bilateral melalui sosial-kebudayaan Korea
Selatan-Indonesia semakin intens dijalankan seiring budaya Korean wave
semakin digemari masyarakat Indonesia. Popularitas Korean wave di
Indonesia ditandai dengan diselenggarakannya serangkaian kegiatan pameran
kebudayaan Korea sejak tahun 2009 hingga 2011 yakni “Korea-Indonesia
Week”. Pergelaran budaya tersebut diselenggarakan oleh Kedutaan Besar
Republik Korea di Indonesia untuk memperkuat hubungan bilateral di bidang
sosial kebudayaan karena melihat respon positif masyarakat Indonesia
terhadap budaya Korea Selatan. Di samping itu, Pemerintah Korea Selatan
5
VOA News. 2006. Asia Goes Crazy Over K-Pop. [Online].
http://english.chosun.com/site/data/html_dir/2006/01/07/2006010761003.html.
Diakses pada tanggal 20 Februari 2012 pukul 20.04 Wita.
6
Chosun Ilbo. 2012. K-Pop Leads Record Earnings from Cultural Exports. [Online].
http://english.chosun.com/site/data/html_dir/2012/02/07/2012020700892.html.
Diakses pada tanggal 20 Februari 2012 pukul 17.45 Wita.
3
membangun Pusat Kebudayaan Korea di Jakarta agar dapat berfungsi sebagai
pusat informasi kebudayaan Korea Selatan.7
Perkembangan K-pop didukung oleh peran sinkronisasi antara aktor
negara, yakni Pemerintah Korea Selatan itu sendiri dengan aktor non-negara
seperti para pelaku bisnis, masyarakat, selebritis dan media. Pemerintah
Korea menjadikan K-Pop sebagai upaya pembangunan citra ataupun nationbranding Korea Selatan. Adapun pembangunan citra dinilai penting untuk
menciptakan ketertarikan negara lain guna menjalin dan memperat hubungan
bilateralnya sekaligus untuk memperkukuh posisinya di forum internasional.
Di era globalisasi yang ditunjang kemajuan teknologi dan peran
industri kreatif juga sangat memungkinkan pengembangan soft diplomacy
apalagi Korea Selatan termasuk negara yang terdepan dalam revolusi digital
yang memiliki daya koneksi internet yang cepat dan kuat. 8 Melalui koneksi
jaringan internet tersebut dapat mendukung dan memudahkan penyebaran
Korean wave ke berbagai belahan dunia sebagai bagian pelaksanaan soft
diplomacy Korea Selatan. Korean wave kini semakin populer tidak hanya di
daratan Asia melainkan juga sudah mulai masuk secara perlahan ke Eropa
dan Amerika. Jika melihat lima puluhan tahun yang lalu, Korea menjadi salah
satu negara termiskin di dunia namun dewasa ini Korea Selatan sudah mulai
bangkit dan dapat bersaing dengan negara-negara maju.
7
Kedutaan Besar Republik Korea untuk Indonesia. [Online].
http://idn.mofat.go.kr/worldlanguage/asia/idn/bilateral/politik/sejarah/index.jsp
Diakses pada tanggal 29 Maret 2012 pukul 22.25 Wita.
8
Wonjun Chung dan Taejun David Lee. 2011. Hallyu As A Strategic Marketing Key in the
Korean Media Content Industry. Do Kyun Kim dan Min-Sun Kim (eds). Hallyu:
Influenfe of Korean Popular Culture in Asia and Beyond. Seoul: Seoul National
University Press. Hal. 449
4
Dengan demikian, ketika Korea Selatan memperluas kegiatan
diplomasinya ke negara-negara yang masih berkembang, Korea Selatan
memiliki perspektif yang dapat menarik hati negara yang dituju dengan
menggunakan perspektif senasib sebagai bangsa Asia seperti apa yang Korea
Selatan alami di masa lampau. Hal tersebut membuat transisi yang sukses
untuk sebuah negara yang sangat demokratis dan bergerak maju di bidang
industri manufaktur serta ingin mengubah image budayanya yang lebih
modern dan disukai oleh masyarakat internasional. Korea Selatan juga
membangun citra Global Korea sebagai negara yang terpercaya dan
kooperatif dalam melakukan kegiatan hubungan internasional.
Berdasarkan
pandangan
tersebut
dan
semakin
menjamurnya
penggemar musik K-pop di Indonesia dan didukung dengan landasan
kerjasama di bidang kebudayaan antara Pemerintah Korea Selatan-Indonesia
dengan melibatkan peran aktor non-negara dalam soft diplomacy tersebut
melandasi penulis untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Soft
Diplomacy dalam Membangun Citra Korea Selatan di Indonesia”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Dalam hubungan internasional penggunaan power yang lebih
cenderung terhadap soft power juga mempengaruhi pelaksanaan diplomasi,
yakni soft diplomacy. Ketenaran Korean wave di Asia Tenggara terkhusus
Indonesia menjadikan Korea Selatan semakin meningkatkan intensitas jalan
soft diplomacy dengan mengedepankan unsur kebudayaannya. Salah satu
elemen budaya Korean wave yakni musik pop Korea (K-Pop) menjadi batasan
5
penelitian yang dibahas dalam penulisan ini terkait pengaruh K-pop sebagai
aset soft power dalam pelaksanaan soft diplomacy Korea Selatan di Indonesia
guna membangun citra Global Korea agar dapat semakin memperkuat
hubungan bilateral Korea Selatan-Indonesia dalam kurun waktu tahun 20082012.
Pelaksanaan soft diplomacy Korea ini sangat relevan dengan
keterlibatan aktor negara dan aktor non-negara di dalamnya sehingga
pengimplementasian pelaksanaan diplomasinya didukung oleh bentuk-bentuk
diplomasi multi jalur atau multi-track diplomacy. Oleh karena itu, penulis
mengkaji strategi pelaksanaan soft diplomacy melalui peran Pemerintah yang
juga didukung oleh para pelaku bisnis, selebrtitis K-Pop dan masyarakat
secara umum serta pemanfaatan fasilitas teknologi media informasi.
Berdasarkan penjelasan latar belakang serta batasan masalah yang
telah diuraikan, penulis mengangkat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana strategi pelaksanaan soft diplomacy dalam membangun
citra Korea Selatan di Indonesia?
2. Apa pengaruh yang ditimbulkan oleh soft diplomacy dalam
membangun citra Korea Selatan di Indonesia?
3.
Bagaimana
prospek
pelaksanaan
soft
diplomacy
dalam
membangun citra Korea Selatan di Indonesia?
6
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
a. Mengetahui dan menjelaskan bagaimana strategi soft diplomacy
melalui musik K-pop dalam membangun citra Korea Selatan di
Indonesia.
b. Mengetahui dan menjelaskan apa pengaruh dari pelaksanaan soft
diplomacy melalui musik K-pop dalam membangun citra Korea
Selatan di Indonesia.
c. Mengetahui dan menjelaskan prospek dalam membangun citra Korea
Selatan di Indonesia melalui soft diplomacy, khususnya melalui musik
K-Pop.
2. Kegunaan Penelitian
a. Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu bahan referensi bagi
pelajar studi ilmu hubungan internasional dalam hal kajian mengenai
soft diplomacy dan pembangunan citra suatu bangsa melalui
kebudayaan.
b. Penelitian ini pula diharapkan dapat menjadi sumbangsih informasi
dan bahan kajian bagi para stakeholder ataupun pengambil kebijakan
terutama
Pemerintah
Korea
Selatan
dan
Indonesia
dalam
meningkatkan hubungan bilateral melalui soft diplomacy.
7
D. Kerangka Konseptual
Peningkatan kebutuhan suatu negara untuk terus saling berinteraksi
dan melakukan hubungan kerjasama dalam rangka untuk memenuhi
kebutuhan warga negaranya yang semakin beranekaragam dan berubah seiring
waktu apalagi dalam berkehidupan internasional, negara satu sama lain saling
membutuhkan untuk mencapai kepentingan ataupun tujuan politik luar negeri
mereka maka dilakukan hubungan kerjasama secara bilateral. Hubungan
bilateral merupakan hubungan timbal balik antar dua negara. Hubungan
bilateral yang dijalin meliputi berbagai isu di bidang politik, militer,
pertahanan dan keamanan, ekonomi, budaya dan pendidikan yang dibangun
melalui kesamaan kepentingan dan persepsi.
Dalam
memahami
konsep
hubungan
bilateral,
Budiono
Kusumohamidjojo menyatakan pengertian hubungan bilateral adalah:
Suatu bentuk kerjasama diantara dua negara baik yang
berdekatan secara geografis maupun yang jauh dari seberang
lautan dengan sasaran utama untuk menciptakan kerjasama
politik kebudayaan dan struktur ekonomi9
Dengan
demikian,
hubungan
bilateral
tersebut
dijalin
tanpa
mempermasalahkan letak geografis suatu negara namun bagaimana kedua
negara dapat berinteraksi untuk memenuhi kepentingan nasional di berbagai
bidang. Hubungan bilateral yang dijalin tersebut tentunya dilandasi dengan
adanya kepentingan nasional yang ingin dicapai. Kepentingan nasional adalah
sebagai dasar dalam menjelaskan bagaimana karakteristik negara tersebut
9
Budiono Kusumohamidjojo. 1987. Hubungan Internasional: Kerangka Studi Analisis. Jakarta:
Bina Cipta. Hal. 3.
8
dalam menjalin hubungan internasional. Kepentingan nasional merupakan
tujuan fundamental dan faktor penentu akhir yang mengarahkan para pembuat
keputusan
dari
suatu
negara
dalam
merumuskan
kebijakan
luar
negerinya. 10 Untuk mencapai kepentingan nasional tersebut, setiap negara
melaksanakan kegiatan diplomasi.
Kegiatan diplomasi kekinian mulai dijalankan dengan mengedepankan
unsur soft power yang dimiliki oleh suatu negara yakni melalui soft
diplomacy. Munculnya kecenderungan penggunaan soft power dalam
berdiplomasi juga ditunjang karena pesatnya kemajuan teknologi informasi di
era globalisasi.11 Pelaksanaan soft diplomacy tidak hanya karena proses politik
tapi juga dapat diterjemahkan menjadi kemanfaatan ekonomi ataupun budaya.
Susanto Pudjomartono seorang mantan Dubes untuk Rusia untuk Indonesia
menyatakan bahwa soft diplomacy ini diartikan sebagai pertukaran gagasan,
informasi, seni dan aspek-aspek kebudayaan lain antara negara dan bangsa,
dengan harapan bisa menciptakan pengertian bersama.12
Diplomasi kekinian juga identik dengan paradigma multi-track
diplomacy yang merupakan kelanjutan dari first track diplomacy dan second
track diplomacy seiring dengan munculnya aktor non-negara dalam hubungan
internasional. Multi-track diplomacy dinyatakan oleh Louis Diamond sebagai
hubungan diplomasi antar bangsa yang dapat dikategorikan dengan diplomasi
10
Anak Agung Banyu Perwita. dan Yanyan M.Yani. 2005. Pengantar Ilmu Hubungan
Internasional. Bandung: Rosdakarya. Hal.35
11
Aleksius Jemadu. 2008.Politik Global dalam Teori & Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal.118
12
Susanto Pudjomartono. 2011. Soft diplomacy. [Online]. http://www.suarakaryaonline.com/news.html?id=293039. Diakses pada tanggal 26 Desember 2011 pukul
16.51 Wita.
9
masyarakat atau diplomasi publik yang merupakan sistem dari beberapa
komponen proses dari suatu tindak diplomasi.
13
Hubungan antara
kecenderungan dan kegiatan dengan cara yang akan membantu memahami
bagian peran kegiatan diplomasi suatu negara dalam mengungkapkan nilanilai pendekatan politik ataupun budaya dan bidang lainnya ditandai dengan
citra yang dimiliki oleh suatu negara.
Citra adalah segala sesuatu yang telah dipelajari seseorang yang
relevan dengan situasi dan dengan tindakan yang bisa terjadi di dalamnya.
Citra membantu memberikan alasan yang dapat diterima secara subjektif
tentang mengapa segala sesuatu hadir sebagaimana tampaknya tentang
preferensi politik ataupun yang lainnya. Pencitraan berasal dari dalam namun
dinilai oleh pihak luar mengenai meningkat atau tidaknya suatu citra.
Penilaian atau tanggapan suatu negara ataupun masyarakat tersebut dapat
menimbulkan rasa hormat, kesan yang baik dan menguntungkan terhadap
pencitraan suatu negara yang mana landasan pencitraan itu biasanya dari nilainilai kepercayaan ataupun budaya masyarakat yang terbentuk. 14 Adapun
pengertian pencitraan menurut Aleksius Jemadu adalah:
Upaya suatu bangsa untuk mendefinisikan dirinya baik kepada
rakyatnya sendiri maupun dalam pergaulan internasional dengan
menonjolkan keunggulan nilai-nilai budaya yang dimilikinya
dengan tujuan untuk menciptakan pengaruh internasional yang
sangat diperlukan untuk pencapaian tujuan politik luar negeri
dan diplomasi secara umum.15
13
Louise Diamond and John McDonald. 1996 Multi-Track Diplomacy: A Systems Approach to
Peace Third Edition. Kumarian Pres.
14
Dan Nimmo. 2006. Komunikasi Politik Khalayak dan Efek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Hal. 4.
15
Aleksius Jemadu. Op.Cit. Hal.120.
10
Bentuk upaya pencitraan diri Korea Selatan itupun diwujudkan
melalui budaya popularnya yakni Korean wave yang menjadi suatu kegiatan
penting dalam persaingan dunia bisnis dan sebagai soft power Korea yang
diimplementasikan dalam pelaksanaan soft diplomacy. Pembangunan citra
positif dari pandangan masyarakat Indonesia terhadap Korea Selatan tentunya
dapat membangun citra politik negara itu sendiri. Pembangunan citra juga
dapat menimbulkan ketertarikan dan kepercayaan publik negara lain untuk
melakukan kerjasama dengan Korea Selatan.
E. Metode Penelitian
1. Tipe Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif untuk
menggambarkan bagaimana strategi, pengaruh dan prospek soft diplomacy
dalam membangun citra Korea Selatan di Indonesia.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik
telaah pustaka yaitu dengan cara mengumpulkan data dari literatur yang
berhubungan dengan permasalahan yang dibahas berupa buku-buku,
dokumen, jurnal dan surat kabar atau majalah yang menunjang penelitian
yang dilakukan oleh penulis.
Selain itu, observasi lapangan baik secara langsung maupun tidak
langsung juga menjadi salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan
oleh penulis. Adapun langkah-langkah observasi yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
11
a. Mengamati langsung pelaksanaan soft diplomacy Korea Selatan
melalui Korean wave dalam membangun citranya di Indonesia.
b. Mengamati perkembangan soft diplomacy Korea Selatan dalam
membangun citranya di Indonesia melalui media.
Dalam penelitian ini juga dilakukan teknik pengumpulan data
melalui metode wawancara terhadap informan ahli ataupun dengan orangorang yang memiliki pengetahuan lebih tentang objek penelitian. Dalam
penelitian ini, informan yang diwawancarai adalah tokoh Pemerintahan
Korea dan diplomat Indonesia serta wawancara terhadap tokoh akademisi,
peneliti dan masyarakat yang dianggap mengetahui mengenai budaya
Korean wave sebagai soft diplomacy Korea Selatan.
Tabel 1. Daftar Informan
No Nama Informan
1. Kim Do Hyung
2.
Prof. Yang Seung Yoon
3.
Indriana Kartini
4.
Kukuh Adirizky
Jabatan dan Institusi
First Secretary
Republic Of Korea
Embassy
Professor (Emiritus),
Hankuk University of
Foreign Studies.
Seoul
Peneliti
PerkembanganPolitik
Internasional, LIPI.
Jakarta
Information
Manager, Pusat
Kebudayaan Korea
di Indonesia
Alasan
Diplomat Korea
yang menangani
bagian pendidikan.
Pakar Studi MalayIndonesia.
Peneliti kajian
studi politik
Internasional,
globalisasi dan
peserta Youth
Worker Training di
Korea.
Penanggung jawab
bagian informasi
mengenai budaya
Korea.
12
5.
Dwi Hapsari
Mintorahardjo
6.
Gufron Sakaril
7.
Fransiska Monika
Diplomat Indonesia,
Kementrian Luar
Negeri Republik
Indonesia
8.
Ridho
Marketing Manager
Exo Digital Agency
9.
Marketing Manager
Korea Tourism
Organization.
Jakarta
Head section of
Public RelationIndosiar. Jakarta
Penanggung jawab
bagian pemasaran
pariwisata Korea.
Penanggung jawab
hubungan
masyarakat stasiun
TV Indosiar
Diplomat bagian
Dirjen Informasi
dan Diplomasi
Publik
Penyelenggara KPop Gathering
”Tribute to Super
Junior”
Tokoh Masyarakat
Pelajar, Penyanyi
Mereka yang
mengetahui
perkembangan KPop dan mendapat
pengaruh langsung
dalam pelaksanaan
soft diplomacy.
Sumber: Diolah sendiri berdasarkan metodologi yang dipilih.
Adapun tempat-tempat yang dikunjungi selama pengumpulan data,
antara lain:
1. Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia, Jakarta
2. Kedutaan Besar Republik Korea, Jakarta
3. Korean Culture Centre of The Republic of Korea in Indonesia,
Jakarta
4. Korean Tourism Organization, Jakarta
5. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta
6. Centre of Strategic International Studies, Jakarta
7. Freedom Institute, Jakarta
13
3. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan
data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh melalui wawancara
dari informan secara mendalam guna mendapatkan informasi yang
obyektif. 16 Sedangkan data sekunder diperoleh dari teknik pengumpulan
data melalui telaah pustaka, yaitu penelusuran literatur data kepustakaan
dari berbagai terbitan resmi yang terdiri dari buku, dokumen, jurnal,
majalah dan surat kabar.17
4. Teknis Analisis Data
Teknis analisis data yang digunakan oleh penulis adalah teknik
analisis data kualitatif dimana permasalahan digambarkan berdasarkan
fakta-fakta yang ada kemudian mengkorelasikannya satu sama lain untuk
kemudian ditarik sebuah kesimpulan. Teknik analisis yang dilakukan
secara kualitatif ini juga bertujuan untuk membuat penjelasan secara
sistematis, faktual, sifat dan fenomena yang diteliti melalui studi telaah
pustaka, observasi dan wawancara dari para informan untuk mendalami
studi penelitian permasalahan ini.
5. Unit Analisis Data
Dalam penelitian ini, unit analisis data yang diamati oleh penulis
yakni aktor negara dan aktor non-negara. Penulis meneliti mengenai
sejauhmana pengaruh soft diplomacy yang dijalankan oleh Pemerintah
16
Husain Umar. 2002. Metode Riset Komunikasi Organisasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Hal. 131.
17
Murti Sumarni dan Salamah Wahyuni. 2006. Metode Penelitian Bisnis. Yogyakarta: Andi
Yogyakarta. Hal. 85
14
Korea Selatan ke Indonesia dalam mengembangkan K-pop di Indonesia.
Serta apa pengaruh yang ditimbulkan dari hal tersebut terhadap
pembangunan citra Korea dalam meningkatkan hubungan bilateral Korea
Selatan-Indonesia yang didukung oleh peran pelaku bisnis industri musik
dan media serta masyarakat secara umum.
6. Definisi Operasional
a. Soft diplomacy adalah salah satu bentuk kegiatan diplomasi yang
dilakukan dengan mengaplikasikan penggunaan unsur soft power suatu
negara dalam hal ini yang dimiliki oleh Korea Selatan adalah K-pop.
b. Multi-track diplomacy adalah diplomasi multipelaku, yaitu dengan
banyak cara dan jalur, tidak hanya mengandalkan aktor negara
(Pemerintah) secara langsung akan tetapi dapat pula dilakukan oleh
aktor non-negara, seperti pelaku bisnis industri musik K-pop hingga
keterlibatan para selebritis ataupun masyarakat secara umum serta
media dalam menjalankan soft diplomacy melalui K-pop di Indonesia.
c. K-pop adalah istilah untuk musik pop Korea.
d. Pencitraan yang dimaksudkan adalah upaya bagaimana Korea Selatan
meningkatkan eksistensinya dalam percaturan politik global dengan
menggunakan
K-pop
dalam
meningkatkan
nation-brandingnya
menjadi lebih positif sebagai suatu negara dan semakin dikenal oleh
masyarakat internasional pada umumnya dan Indonesia pada
khususnya.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hubungan Bilateral
Interaksi ataupun perjanjian dalam melakukan hubungan kerjasama
yang dilakukan oleh dua negara merupakan salah satu aspek dalam hubungan
internasional. Negara satu sama lain berhubungan dalam banyak kesempatan
dan permasalahan, namun banyak kegiatan diplomatik dilakukan secara
bilateral.
Dewasa
ini,
hubungan
internasional
yang
dicirikan
oleh
interdependensi yang semakin intens dimana tidak ada satu negarapun di
dunia ini yang dapat memenuhi kebutuhan di dalam negerinya sendiri, maka
menjalin
kerjasama
bilateral
menjadi
salah
satu
instrumen
memanfaatkan setiap peluang mencapai kepentingan nasional.
18
untuk
Ruang
lingkup hubungan internasional mulai dari politik, pertahanan dan keamanan,
ekonomi, sosial-budaya, lingkungan hidup dan hak asasi tentunya juga
menjadi salah satu atau lebih dari sebuah isu dalam hubungan bilateral.
Dalam hubungan kerjasama yang dijalin antar dua negara diharapakan
merupakan hubungan yang saling mengisi kepentingan masing-masing.
Adapun upaya kerjasama tersebut tidak mengabaikan hak kedaulatan suatu
negara. Hal tersebut sejalan dengan definisi hubungan bilateral menurut
Juwondo yakni:
Hubungan interaksi antar dua negara yang dikembangkan dan
dimajukan dengan menghormati hak-hak kedua negara untuk
melakukan berbagai kerjasama pada aspek-aspek kehidupan
berbangsa dan bernegara tanpa mengabaikan atau mengucilkan
keberadaan negara tersebut serta menunjukkan dan memberikan
18
Sumaryo Suryokusumo. Op.Cit. Hal. 12.
16
nilai tambahan yang menguntungkan dari hubungan bilateral
itu.19
Pelaksanaan hubungan bilateral dilakukan guna meraih mutual benefit.
Secara ideal kedua negara bekerjasama untuk saling menguntungkan dengan
menyelaraskan tujuan nasional dan politik luar negeri masing-masing negara.
Hubungan bilateral yang dijalin oleh dua negara tentunya memilki sifat dari
sasaran yang ingin dicapai dengan mempertimbangkan beberapa peluang dan
tantangan yang akan dihadapi. Hal tersebut sepatutnya lebih cenderung pada
peluang keuntungan yang akan diberikan dalam pelaksanaan kerjasama yang
dijalin, karena peluang menjadi salah satu faktor sukses atau gagalnya suatu
kerjasama.
Pada umumnya hubungan bilateral mengacu pada hubungan politik
dan
budaya
yang melibatkan
dua
negara.
20
Terkait
hal
tersebut
Kusumohamidjojo menyatakan bahwa “kerjasama lebih mudah dijalin melalui
bidang kebudayaan daripada di bidang militer”. 21 Korea Selatan memiliki
suatu peluang besar dengan mengimplementasikan budaya pop melalui musik
sebagai salah satu objek dalam menjalin hubungan kerjasama dengan
Indonesia, sehingga dapat menciptakan hubungan yang harmonis melalui
kebudayaan dan bisa memperkenalkan negaranya ke seluruh lapisan
masyarakat Indonesia.
19
Juwondo. 1991. Hubungan Bilateral: Definisi dan Teori. Jakarta: Rajawali Press. Hal.21.
Sukawarsini Djelantik. 2008. Diplomasi antara Teori dan Praktik. Yogyakarta: Garah Ilmu.
Hal. 85.
21
Budiono Kusumohamidjojo. Op.Cit. Hal. 92.
20
17
Hubungan diplomatik Korea Selatan dengan Indonesia secara resmi
dijalin September 1973 dan intensitas hubungan kerjasama meningkat dalam
lima tahun terakhir yang tercermin dari semakin bertambahnya ikatan
kerjasama antara kedua negara di berbagai bidang mencakup politik,
keamanan, ekonomi, perdagangan dan sosial budaya. Korea Selatan menjalin
hubungan diplomatik di bidang kebudayaan dengan Indonesia sangat
membantu menopang pemasukan sektor ekonomi-perdagangan sekaligus
dapat meningkatkan kekuatan politiknya karena Indonesia merupakan bangsa
pasar dan negara demokrasi yang besar.
B. Kepentingan Nasional
Hubungan bilateral yang dijalin antar dua negara tidak terlepas dari
kepentingan nasional masing-masing negara yang mendasarinya untuk
melakukan kerjasama. Setiap negara mengandalkan dirinya pada kekuatan
nasional untuk menyelenggarakan politik luar negeri yang mengabdi pada
kepentingan
nasional.
Kepentingan
nasional
adalah
sebagai
tujuan
fundamental dan faktor penentu akhir yang mengarahkan para pembuat
keputusan dari suatu negara dalam merumuskan kebijakan luar negerinya.22
Politik luar negeri tersebut menjadi manifestasi utama suatu negara dari
perilaku suatu negara dalam berhubungan dengan negara lain. Jika beberapa
negara memiliki keselarasan dalam kepentingan nasional yang diperjuangkan
masing-masing baik itu alasan ideologis maupun pragmatis maka negara-
22
Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan M.Yani. Op.Cit. Hal.35.
18
negara tersebut dapat menjalin hubungan kerjasama yang baik dan sangat
kooperatif satu sama lain.23
Konsep kepentingan nasional itupun menjadi penting karena dapat
menjelaskan perilaku politik luar negeri suatu negara dan sebagai upaya untuk
mengejar power, yang mana power tersebut adalah segala sesuatu yang dapat
mengembangkan dan memelihara kontrol atas suatu negara terhadap negara
lain.24 Oleh karena itu, kepentingan nasional merupakan suatu bentuk tindakan
survival suatu negara dalam politik internasional melalui hubungan kerjasama.
Menurut Hans J. Morgenthau, arti survival tersebut adalah kemampuan
minimum suatu suatu bangsa untuk melindungi identitas fisik, politik dan
identitas budaya mereka dari gangguan negara-negara lain.25 Menurut Joseph
S. Nye apapun bentuk Pemerintahannya, suatu negara pasti akan selalu
bertindak dalam kerangka kepentingan nasionalnya. 26 Kepentingan nasional
inilah yang nantinya memberikan kontribusi yang besar bagi pembentukan
pandangan suatu negara. Dengan demikian, kepentingan nasional dianggap
sebagai suatu petunjuk dasar dari kebijakan luar negeri suatu negara yang
secara otomatis mengarahkan kapan dan kemana negara harus bergerak dalam
sistem hubungan internasional.
23
Budiono Kusumohamidjojo. Op.Cit. Hal. 86.
Theodore A. Couloumbis dan James H. Wolfe. 1982. Introduction to International Relations:
Power and Justice. New Jersey: Prentice Hall. Hal. 85.
25
P.Anthonius Sepu. 2011. Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal.165.
26
Jospeh S. Nye.1992. Understanding International Conflicts. USA: Harper Collins College
Publisher. Hal. 40-41.
24
19
Miroslav Nincic menyatakan tiga asumsi dasar dalam mendefiniskan
Kepentingan Nasional, yaitu:
Pertama, kepentingan itu harus bersifat vital sehingga
pencapaiannya menjadi prioritas utama Pemerintah dan
masyarakat. Kedua, kepentingan tersebut harus berkaitan
dengan lingkungan internasional. Artinya, pencapaian
kepentingan nasional dipengaruhi oleh lingkungan internasional.
Ketiga, kepentingan nasional harus melampaui kepentingan
yang bersifat partikularistik dari individu, kelompok, atau
lembaga Pemerintahan sehingga menjadi kepeduliaan
masyarakat secara keseluruhan.27
Kepentingan nasional yang bersifat vital bagi suatu negara jika
menyangkut mengenai eksistensi kedaulatan dan yurisdiksi suatu wilayah.
Upaya dalam mencapai kepentingan yang bersifat vital ini menggunakan
kekuatan militer (hard power) sedangkan kepentingan yang besifat sekunder
diperjuangkan dalam kebijakan luar negeri seperti melalui pertukaran misi
kebudayaan dan bentuk soft power lainnya. Dalam upaya pencapaian tujuan
nasional tersebut tidak hanya melibatkan kepentingan penguasa saja tetapi
lebih mengedepankan kepentingan rakyat secara keseluruhan.
James N. Rossenau mengatakan bahwa Kepentingan nasional
memiliki dua kegunaan, yakni:
pertama, sebagai analitis untuk menggambarkan, menjelaskan
atau mengevaluasi politik luar negeri. Dan kedua, sebagai alat
tindakan politik sebagai sarana untuk membenarkan, mengecam
atau mengusulkan kebijaksanaan.28
27
28
Aleksius Jemadu. Op.Cit. Hal. 67.
Mohtar Mas’oed. 1994. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi. Jakarta:
LP3ES. Hal. 140.
20
Sebagai dasar politik luar negeri suatu negara, kepentingan nasional
menjadi poin utama dalam upaya menggambarkan, menjelaskan dan
memprediksi perilaku suatu negara dalam perpolitikan internasional serta
menjadi dasar penentu pembuat kebijakan luar negeri. Kepentingan nasional
suatu bangsa dengan sendirinya perlu mempertimbangkan berbagai nilai yang
berkembang dan menjadi ciri khas suatu negara. Aspek kebudayaan yang
dimiliki oleh setiap negara tentunya mempunyai karakteristik paling khas.
Kebijakan
luar
negeri
yang
telah
ditetapkan
oleh
suatu
negara
diimplementasikan pelaksanaannya melalui diplomasi. Hubungan diplomasi
Korea Selatan dengan Indonesia dijalin melalui soft diplomacy dengan
mengedepankan nilai dan aspek kebudayaan untuk mencapai kepentingan
nasional.
C. Soft Diplomacy
Salah satu bentuk penerapan hubungan bilateral adalah melalui
diplomasi. Diplomasi dapat dilakukan dalam berbagai dimensi baik bilateral,
regional maupun internasional. Unsur kekuatan diplomasi sangat diperlukan
untuk menjaga dan mempertahankan keutuhan suatu negara merdeka.
Diplomasi telah menjadi bagian integral setiap negara dalam menjalankan
hubungan internasional. Kekuatan diplomatik akan sangat bermanfaat bagi
suatu negara untuk menjaga pertahanan nasional serta mencari kesempatan
baru dalam menjalin hubungan persahabatan dengan negara lain.29
29
Yang Seung Yoon. 2004. Politik Luar Negeri Korea Selatan. Yogyakarta: UGM Press. Hal. 1.
21
Pengertian diplomasi menurut Sumaryo Suryokusumo adalah:
Cara-cara di mana negara melalui wakil-wakil resmi maupun
wakil-wakil lainnya termasuk juga para pelaku lainnya,
membicarakan dengan baik, mengkoordinasikan dan menjamin
kepentingan-kepentingan tertentu atau yang lebih luas dengan
mengadakan pertukaran pandangan, pendekatan, kunjungankunjungan dan bahkan sering dengan ancaman-ancaman dan
kegiatan-kegiatan yang berhubungan lainnya.30
Diplomasi sebagai upaya suatu bangsa untuk mencapai kepentingan
nasional dan instrumen dalam pelaksanaan kebijakan politik luar negeri,
tentunya ditunjang oleh power yang dimiliki suatu negara. Tujuan diplomasi
yang diharapkan suatu bangsa adalah terciptanya landasan persahabatan yang
membimbing bangsa-bangsa menuju kerjasama dan perdamaian. Dengan
demikian, diplomasi yang merupakan seni, cara atau teknik atau strategi dalam
menyampaikan
kebijakan
dengan
wakil-wakil
negara
lain
demi
memperjuangkan suatu kepentingan mengalami perkembangan dari bentuk
yang tradisional dengan menggunakan ancaman-ancaman menjadi diplomasi
yang lebih modern dengan pendekatan yang lebih lembut dan bersifat persuasif
yakni dengan menggunakan soft power.
Joseph Nye menyatakan pengertian Soft power adalah “getting others
to want the outcomes that you want without inducements (“carrots”) or threats
(“sticks”).31 Soft power ini sendiri melengkapai dua dimensi hard power suatu
negara yakni militer (”carrots”) dan tekanan ekonomi (“sticks”) dimana soft
power menjadi cara ataupun perilaku ketiga untuk mendapatkan hasil yang
diinginkan. Hard power dan soft power hakikatnya memiliki kemampuan
30
31
Sumaryo Suryokusumo. Op.Cit. Hal. 11-12.
Joseph S. Nye. 2004. Soft power: The Means to Succes In World Politics. New York: Public
Affairs. Hal.5
22
untuk mempengaruhi tindakan pihak lain namun perbedaannya terletak pada
perilaku dan sumber daya yang digunakan. Bentuk soft power merupakan
bentuk power yang mudah menarik perhatian negara lain dengan melalui
pendekatan lebih lembut dan tanpa ancaman untuk mencapai apa yang
diinginkan oleh suatu negara, seperti melalui sumber daya budaya.
Tabel 2: Tipe Power
Type of Power
Behaviors
Primary
Currencies
Threats and
Force
Government
Policies
Military Power
Coercion,
Coercieve
deterrence,
Diplomacy, war,
protection
alliance
Economic Power
Inducement and
Payments and
Aid, bribes,
coercion
sanctions
sanctions
Soft Power
Attraction and
Values, culture, Public diplomacy,
agenda setting
policies
bilateral and
institutions.
multilateral
diplomacy
Sumber: Joseph S. Nye. 2004. Soft power: The Means to Succes In World
Politics. New York: Public Affairs. Hal.31
Adapun tiga sumber utama dalam soft power yakni, daya tarik
budayanya, nilai politik dan kebijakan luar negerinya. Budaya adalah
seperangkat nilai dan bentuk praktik dalam menciptakan makna terhadap suatu
masyarakat yang mana bentuk budaya itu sendiri dapat berupa seni artistik,
pendidikan, bahasa kesusastraan, hingga budaya pop yang fokus ke bentuk
hiburan untuk masyarakat umum (musik, tarian, film). Jika dalam kebudayaan
suatu
bangsa mengandung nilai-nilai
yang universal
dan kebijakan
mempromosikan nilai-nilainya dan memiliki daya tarik bagi pihak lain maka
23
hal tersebut dapat meningkatkan popularitas suatu negara karena daya tarik
yang dibentuk melalui budaya tersebut.32
Dengan melihat tipe-tipe power pada Tabel 2, kekuatan diplomatik itu
dapat dijalankan tanpa menggunakan biaya politik dan kekuatan militer yang
cukup besar sehingga dapat dikatakan bahwa ada kekuatan ataupun instrumen
lain dalam penentuan kebijakan luar negeri. Soft diplomacy merupakan
pelaksanaan kebijakan pemerintah sebagai bentuk nyata dari penggunaaan
instrumen selain politik dan militer dalam hubungan internasional yang
membawa unsur soft power dalam pengaplikasiannya.33 Disamping itu, dalam
memainkan peran penting di era globalisasi ini dimana pelaksanaan diplomasi
dimudahkan dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi juga
mengharuskan pemanfaatan soft power yang dimiliki suatu negara dilakukan
semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan nasional suatu negara melalui soft
diplomacy.34
Sebagai jawaban praktik hard diplomacy yang mewakili aktivitas
terkait dengan kekerasan, agresifitas, tindakan koersif, pemakaian perangkat
militer dan embargo ekonomi, soft diplomacy terkait aktivitas-aktivitas
diplomasi publik, image building, dan diplomasi kebudayaan. 35 Adapun
pernyataan salah satu diplomat bagian diplomasi publik Kemenlu RI, Fransiska
Monika mengutarakan pengertian soft diplomacy, yakni sebagai berikut:
32
Ibid. Hal. 11
Reza Lukmanda Yudhantara. Loc.Cit.
34
Jack Kemp. 2007. Soft diplomacy Is The Best Plan. [Online].
http://www.humanevents.com/article.php?id=19791. Diakses pada tanggal 8
Desember 2011 pada pukul 13.29 Wita.
35
Sukawarsini Djelantik. Op.Cit. Hal.209.
33
24
soft diplomacy lebih menekankan kepada tata laksana dari
diplomasi yang menggunakan kekuatan seperti kebijakan, nilainilai yang dianut dalam masyarakat maupun kebijakan yang
diambil oleh Pemerintah suatu negara demi memenangkan hati
negara lain.36
Soft diplomacy merupakan istilah yang berkembang sebagai bentuk
diplomasi budaya seiring semakin ditinggalkannya penggunaan hard power
yang dimiliki oleh suatu negara untuk mencapai kepentingannya sejak
berakhirnya perang dingin. Awal pelaksanaan soft diplomacy ini dimulai oleh
Jepang dengan menggunakan budaya sebagai sarana mempengaruhi negara lain
untuk meningkatkan citra Jepang. Komik Jepang yang dikenal dengan nama
manga, film-film kartun seperti doraemon, atau animasi (populer dengan
sebutan anime) seperti Pokemon menghasilkan apresiasi luar biasa terhadap
Jepang.
Pada masa pemerintahan Presiden Amerika Serikat, Barrack Obama,
pelaksanaan soft diplomacy semakin dikenal dan cenderung menjadi bentuk
diplomasi utama dalam hubungan internasional kekinian. Presiden Obama
melalui Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton, semakin gencar
mengedepankan soft power dalam kegiatan hubungan internasionalnya melalui
aktivitas soft diplomacy dengan melakukan pendekatan melalui budaya.
Kebijakan Amerika Serikat tersebut tentunya memberi pengaruh terhadap
dinamika kegiatan hubungan internasional seiring semakin meningkatnya citra
Amerika setelah beralih kekuasaaan dari mantan Presiden Bush dimana saat itu
Amerika sangat identik dengan kebijakan hard power-nya.
36
Monika, F (April,2012). Personal Communication
25
Melalui soft diplomacy, negara berusaha sedapat mungkin untuk
memikat negara lain sekaligus masyarakat yang ada di dalamnya dengan
kebudayaan yang dimiliki dan nilai-nilai yang dianutnya. Oleh karena itu soft
diplomacy yang berwujud budaya lebih menghasilkan diplomasi yang kuat,
seperti apa yang telah diutarakan oleh Susanto Pudjomartono seorang mantan
Dubes Indonesia untuk Rusia bahwa soft diplomacy ini diartikan sebagai
pertukaran gagasan, informasi, seni dan aspek-aspek kebudayaan lain antara
negara dan bangsa, dengan harapan bisa menciptakan pengertian bersama.37
Aktifitas soft diplomacy dapat mengarahkan berbagai kedekatan
politik menjadi kemanfaatan ekonomi seperti melalui promosi perdagangan
dan membantu tugas promosi pariwisata. Maka dari itu, adapun senjata utama
dalam pelaksanaan soft diplomacy yakni dengan menggunakan media dalam
suatu event untuk berhubungan dan berinteraksi dalam memberi informasi baik
itu untuk mendidik ataupun untuk menghibur dengan menempatkan budaya,
nilai dan kebijakan suatu bangsa.38
Kita dapat mengenal suatu masyarakat dari budayanya sehingga Korea
Selatan berupaya untuk memperkenalkan dirinya kepada masyarakat
internasional melalui berbagai event seni dan budaya. Melalui penggunaan seni
dan budaya popular sebagai soft diplomacy, Korea Selatan dapat menggunakan
hal tersebut untuk memperjuangkan kepentingan nasionalnya sekaligus
mengukuhkan perannya dalam dunia internasional secara umum dan Indonesia
37
Susanto Pudjomartono. 2011. Soft diplomacy. [Online]. http://www.suarakaryaonline.com/news.html?id=293039. Diakses pada tanggal 26 Desember 2011 pukul
16.51 wita.
38
Mark Scott. 2009. A Global ABC Soft Diplomacy and the World of International Broadcasting.
Bruce Allen Memorial Lecture, 5 November 2009, Macquarie University. Sydney.
26
secara khusus. Aset soft diplomacy yang digunakan Korea Selatan saat ini
adalah melalui budaya pop yang dikenal dengan istilah Korean wave. Korean
wave dijadikan sebagai salah satu bentuk diplomasi budaya Korea Selatan
dalam era globalisasi informasi dan sosiologis.39
Di lain pihak, Menurut Hans J. Morgenthau, dalam pencapaian
kepentingan nasional ditunjang oleh sembilan unsur kekuatan nasional yang
mana salah satunya adalah kualitas diplomasi. Kualitas diplomasi berarti sejauh
mana diplomasi tersebut mendapati kesepakatan yang menguntungkan bagi
negara, setidaknya tidak mengalami kerugian dari kesepakatan yang dicapai.40
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Soft diplomacy memiliki kualitas
diplomasi sebagai upaya dalam pencapaian kepentingan nasional.
Soft diplomacy sebagaimana berdasarkan pada tata laksana suatu
diplomasi yang lebih atraktif dan persuasif dijalankan dengan menggunakan
kekhasan suatu bangsa seperti budaya, memang memerlukan proses yang
berjalan lama namun dampak yang ditimbulkannya dapat berlangsung lama
karena sasarannya tidak hanya langsung pada negara melainkan pada
masyarakat secara umum sehingga terbentuk opini publik yang dapat
mempengaruhi keputusan pembuat kebijakan dalam suatu negara. Dengan
perkembangan situasi internasional dewasa ini dimana meningkatkan
pendekatan yang bersifat people-to-people menjadi salah satu upaya dalam soft
diplomacy Korea Selatan yang tidak hanya melibatkan aktor negara (track one
39
Jeong-Nam Kim dan Lan Ni. 2011. The Nexus between Hallyu and Soft power. Do Kyun Kim
dan Min-Sun Kim (eds). 2011. Hallyu: Influenfe of Korean Popular Culture in Asia
and Beyond. Seoul: Seoul National University Press. Hal 131.
40
Sri Hayati dan Ahmad Yani. 2007. Geografi Politik. Bandung: PT.Refika Aditama. Hal. 73.
27
diplomacy) dalam pengaktualisasiannya. Soft diplomacy juga dilakukan dalam
pertemuan yang tidak resmi tanpa harus melalui protokol formal kenegaraan
sehingga terlaksananya soft diplomacy juga didukung oleh pelaksanaan multitrack diplomacy yang melibatkan berbagai aktor non-negara.
D. Multi-track Diplomacy
Studi diplomasi mengalami perkembangan pesat sejak berakhirnya
Perang Dingin di era 1990an dan abad ke 21 yang juga menciptakan revolusi
teknologi
diplomasi.
sehingga
41
mendorong
terjadinya
perubahan
aktor
utama
Dinamika hubungan internasional di era globaslisasi ini
menimbulkan beragam isu-isu politik global dalam pelaksanaan diplomasi dan
melibatkan
banyak
aktor
dengan
kepentingannya
masing-masing.
Kompleksitas permasalahan internasional yang semakin beragam menjadikan
penyelesaian konflik untuk menciptakan dan menjaga perdamaian menjadi
lebih rumit. Brian Hocking mengemukakan bahwa bentuk diplomasi
kontemporer membutuhkan penyesuaian dengan perkembangan lingkungan
internasional yang cepat berubah sehingga Pemerintah perlu menyadari
kemunculan aktor non-negara, seperti tokoh masyarakat, perusahaan swasta,
partai politik, NGOs, seniman atau budayawan hingga media massa pun
menempati peran penting dalam upaya mencapai tujuan diplomasi secara
optimal.42
41
Ole Jacob Sending, Vincent Pouliot dan Iver B.Neumann. 2011. The Future of Diplomacy;
Changing Practices, evolving relationships. International Journal, Summer 2011.
Canada: Canadian International Council. Hal. 527.
42
Aleksius Jemadu. Op.Cit. Hal. 96.
28
Multi-track diplomacy adalah konsep yang dikembangkan oleh
Louise Diamond dan John W. McDonald. Multi-track diplomacy merupakan
suatu perluasan dan pembedaan antara first track diplomacy dan second track
diplomacy yang dibuat oleh Joseph Montville di tahun 1982. 43 Pada tahun
1991, Louise Diamond dan McDonald mengembangkan kedua jalur tersebut
menjadi sembilan jalur yakni Pemerintah, conflict resolution professionals,
bisnis, warga negara, penelitian, pelatihan dan pendidikan, aktivisme, agama,
pendana atau pemberi dana dan media.44
Gambar 1: Sembilan Multi-track Diplomacy
Sumber: Louise Diamond and John McDonald. 1996 Multi-Track
Diplomacy; A Systems Approach to Peace Third Edition.
Kumarian Pres.Hal. 15
43
C.P.F Luhulima. Peranan Diplomasi Multi-track dalam Penyelesaian Sengketa Laut China
Selatan; Upaya dan Tantangan. Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional, 5(2). Hal 75.
44
Ibid.
29
Pelaksanaan multi-track diplomacy didasarkan pada kesadaran dan
keinginan aktor non-negara secara umum dari berbagai kalangan yang
memiliki latar belakang dan kemampuan yang berbeda-beda untuk melakukan
usaha
menciptakan
peacemaking
dan
peacebuilding.
45
Menyikapi
bermunculannya aktor-aktor non-negara yang terlibat dalam pelaksanaan
kebijakan politik luar negeri suatu negara diharapkan bisa memberi kontribusi
yang positif bagi pencapaian kepentingan nasional khususnya dalam
membangun citra bangsa yang positif di mata dunia internasional serta dalam
mengisi dan mengembangkan kerjasama di berbagai bidang dan mengatasi
permasalahan global.
Multi-track diplomacy telah menjadikan diplomasi bukan hanya tugas
diplomat professional ataupun Pemerintah dalam pengertian umum, namun
merupakan sebuah upaya untuk merangkul dan melibatkan masyarakat dari
berbagai negara dalam suatu hubungan yang harmonis guna mewujudkan
persahabatan bangsa-bangsa menuju perdamaian dunia. Selain itu pula, di era
globalisasi kini semakin memudahkan hubungan antar negara terjalin dengan
memanfaatkan kecanggihan teknologi transportasi dan komunikasi (internet).
Berkembangnya
peran
aktor
non-negara
dalam
hubungan
internasional juga disadari oleh Pemerintah Korea Selatan, sehingga dalam
platform pelaksanaan soft diplomacy Korea Selatan, aktor negara dan aktor
non-negara bekerja sama saling mendukung dalam memperluas jaringan Korea
di dunia melalui pengembangan budaya popular Korean wave untuk
45
Louise Diamond and John McDonald. Op.Cit. Hal. 14.
30
meningkatkan citra bangsa dalam mencapai kepentingan nasionalnya. Diantara
sembilan jalur multi-track diplomacy, track one, track two, track three, track
four dan track nine adalah aktor yang terlibat dalam pelaksanaan soft
diplomacy Korea Selatan yang diteliti dalam penulisan ini.
Track one diplomacy adalah diplomasi yang dilakukan oleh aktor
negara yakni pemerintah (government-to-government) dan merupakan elemen
penting
dalam
diplomasi.
Track
one
diplomacy
dilakukan
dengan
mempertimbangkan aspek formal dalam proses pemerintahan karena dilakukan
oleh kepala negara ataupun diplomat professional serta wakil-wakil yang telah
diberi instruksi oleh negara yang berdaulat.46
Track two diplomacy adalah bentuk diplomasi yang dilakukan oleh
aktor-aktor non-negara dalam situasi informal untuk dapat menangani konflikkonflik antar kelompok masyarakat yang tujuannya menurunkan ketegangan
dengan cara meningkatkan komunikasi dan saling pengertian untuk
menciptakan perdamaian dunia. Menurut McDonald, diplomasi jalur kedua ini
adalah sebagai pendukung diplomasi jalur pertama dalam membuka jalan bagi
negosiasi-negosiasi dan kesepakatan yang dilakukan oleh Pemerintah.47
Track three diplomacy adalah diplomasi bisnis yang melibatkan peran
para pelaku bisnis melalui peluang kegiatan kerjasama internasional di bidang
ekonomi guna menjalin relasi dengan negara-negara lain melalui komunikasi
46
47
Sukawarsini Djelantik. Op.Cit. Hal. 20.
Louise Diamond dan John McDonald. Op.Cit. Hal. 38.
31
ataupun jaringan bisnis untuk membantu menciptakan perdamaian dan
memperkokoh interaksi kerjasama bisnis dan perekonomian antarnegara.48
Track four diplomacy menggambarkan keikutsertaan masyarakat
dalam diplomasi yang disebut citizen diplomacy. Peran seluruh lapisan
masyarakat akan lebih mudah dan jangkauannya luas dalam menjalin relasi
untuk mewujudkan perdamaian dan kerjasama baik itu melalui kegiatan
pertukaran, organisasi sukarela dan organisasi non-Pemerintah lainnya,
special-interest groups hingga para selebritis dinyatakan sebagai aktor baru
dalam dunia perpolitikan global. Keterlibatan masyarakat luas dalam diplomasi
multi jalur merupakan sebuah kecenderungan baru di era globalisasi sebagai
ungkapan kepedulian dan tanggung jawab terhadap masalah-masalah yang
terkait kebijakan luar negeri dan perdamaian dunia. 49
Track nine diplomacy yang memainkan peran media tentunya dapat
memberikan pengaruh yang signifikan dalam menyampaikan informasi dan
aspirasi rakyat hingga menciptakan opini publik guna menjaga perdamaian dan
meningkatkan kerjasama. Track nine diplomacy adalah bentuk diplomasi
bagaimana opini publik dibentuk dan diekspresikan oleh berbagai elemen
media. Di era globalisasi kini, media semakin berperan penting karena dengan
mudah menyebarkan informasi maupun peristiwa teraktual dari seluruh
belahan dunia melalui televisi ataupun jaringan internet, sehingga sangat
membantu dalam proses penyelenggaran diplomasi suatu negara. Media
bertindak sebagai messenger dan berada dalam lingkaran sentris untuk
48
49
Ibid. Hal. 52-53
Ole Jacob Sending, Vincent Pouliot dan Iver B.Neumann. Op.Cit. Hal. 533.
32
menghubungkan peran para aktor multi-track diplomacy yang berperan aktif
dalam membangun saling pengertian dan toleransi antarnegara, antar budaya
ataupun antar agama.50
Seluruh
jalur
dalam
pola
hubungan
multi-track
diplomacy
memperlihatkan hubungan antar semua jalur pada tingkat yang sama. Setiap
jalur memiliki sumber daya, nilai dan pendekatannya masing-masing namun
saling mempengaruhi satu sama lain. Multi-track diplomacy juga identik
sebagai diplomasi publik yang merupakan bentuk diplomasi dalam
menjembatani antara dinamika kepentingan nasional di percaturan politik dunia
dan aspirasi masyarakat domestik.
51
Pemerintah Korea Selatan melalui
Ministry of Foreign Affairs and Trade (MOFAT) menetapkan tahun 2010
sebagai starting point dalam mempromosikan diplomasi Publik dan mendirikan
Korean Diplomacy Public Forum serta bekerjasama dengan Korean
Foundation. 52 Diplomasi publik merupakan implementasi dari track two
diplomacy. Isu utama diplomasi publik adalah arus transnasional dan ide-ide
kepentingan nasional dipromosikan dengan berbagai upaya untuk menyebarkan
informasi saling pengertian dan mempengaruhi masyarakat asing.53
Bentuk diplomasi multi jalur sebagai bentuk diplomasi yang baru
dengan bermunculannya berbagai aktor non-negara di era globalisasi yang
didukung oleh inovasi teknologi diyakini dapat lebih powerfull dalam
melakukan negosiasi untuk mencapai kepentingan nasional suatu bangsa.
50
Louise Diamond dan John McDonald. Op.cit. Hal. 15.
Aleksius Jemadu. Op.Cit. Hal.7.
52
Ministry of Foreign Affairs and Trade. 2011. Diplomatic White Paper 2011. Republic of Korea.
Hal. 269.
53
Sukawarsini Djelantik. Op.Cit. Hal. 19.
51
33
Penerapan multi-track diplomacy akan semakin mendorong jaringan kerjasama
suatu negara dengan negara lain karena komponen para aktor dalam multi-track
diplomacy menempati posisi berbeda tetapi terkait satu sama lain dan saling
berinteraksi untuk membangun kerjasama yang strategis, terlebih lagi media
semakin bisa membentuk opini publik secara efektif yang dapat mempengaruhi
tindakan Pemerintah mengambil kebijakan melalui apa yang ditampilkan
dalam berita melalui media cetak, media elektronik dan tentunya media online
(internet).
E. Pencitraan
Konsep citra (image) dikembangkan oleh para ilmuwan sosial dalam
membahas variabel psikologis manusia dalam mensinkronkan dengan
lingkungannya, mereka beranggapan bahwa suatu citra timbul dari interaksi
berbagai sikap dan asumsi yang dikembangkan seseorang dalam mempelajari
lingkungannya.54 Hubungan antara kecenderungan dan kegiatan dengan cara
yang akan membantu memahami bagian peran kegiatan diplomasi suatu
negara dalam mengungkapkan nila-nilai pendekatan politik ataupun budaya
dan bidang lainnya ditandai dengan citra yang dibentuk. Pencitraan
membantu memberikan alasan yang dapat diterima secara subjektif tentang
mengapa segala sesuatu hadir sebagaimana tampaknya tentang preferensi
politik ataupun yang lainnya yang tidak hanya bersifat politis.
54
William D. Coplin dan Marsedes Marbun. 1992. Pengantar Politik Internasional; Suatu Telaah
Teoritis. Bandung: CV. Sinar Baru. Hal. 43.
34
Landasan penilaian citra terletak pada nilai-nilai kepercayaan atau
sistem nilai atau lebih luas lagi pada kebudayaan. 55 Citra menentukan cara
seseorang
memandang
dunia
dan
citra
tersebut
digunakan
untuk
mengorientasikan pengambil keputusan sehingga citra memainkan peran yang
menentukan dalam upaya untuk membentuk perilaku para pengambil
keputusan politik luar negeri. 56 Citra yang berhasil dibangun oleh suatu
negara terasa sangat penting dan bermanfaat dalam melaksanakan politik luar
negerinya karena akan dimudahkan dalam menarik perhatian negara lain
dalam memandang dan menilai negara tersebut. Pencitraan yang terbentuk
merupakan modal awal suatu negara untuk menjalin hubungan bilateral dalam
mencapai kepentingan nasional. Aleksius Jemadu menyatakan pengertian
pencitraan adalah:
upaya suatu bangsa untuk mendefinisikan dirinya baik kepada
rakyatnya sendiri maupun dalam pergaulan internasional dengan
menonjolkan keunggulan nilai-nilai budaya yang dimilikinya
dengan tujuan untuk menciptakan pengaruh internasional yang
sangat diperlukan untuk pencapaian tujuan politik luar negeri
dan diplomasi secara umum.57
Pembangunan citra suatu bangsa tidak hanya dimaksudkan untuk
membangun citra dari kesan yang negatif menjadi positif namun dapat pula
berarti untuk memelihara atau mempertahankan citra, hingga meningkatkan
citra positif yang telah dimiliki oleh suatu bangsa. Citra itu sengaja diciptakan
agar bernilai positif. Citra positif memang penting bagi sebuah bangsa,
setidaknya dengan citra baik yang dimilikinya negara tersebut akan
55
Vivi Feriany. 2009. Memperkuat Diplomasi Pencitraan Indonesia. Jurnal Diplomasi. Hal. 148.
William D. Coplin dan Marsedes Marbun. Op.cit. Hal 91.
57
Aleksius Jemadu. Op.Cit. Hal.120.
56
35
dihormati, dihargai, disegani, dan dipercaya sehingga meningkatkan
kerjasama dengan negara-negara lain dan memperkuat posisi persaingan
dalam perpolitikan global dan dapat dengan mudah mencapai kepentingan
nasionalnya di suatu negara. Bangsa lain akan salut terhadap negara yang
bersangkutan dan akan berpikir ulang bila ingin mengusik kedaulatannya.
Efeknya negara akan memiliki kewibawaan baik ditingkat regional maupun
internasional.58
Pembangunan citra suatu bangsa di luar negeri termasuk dalam
penanganan berbagai isu politik, ekonomi, sosial budaya yang didasarkan
pada norma dan nilai yang dianut oleh masyarakat dalam negeri tanpa
mengabaikan norma pergaulan internasional. Upaya pembentukan citra ini
didukung oleh pelaksanaan dalam diplomasi publik (track two diplomacy).
Pembangunan citra ini bukan hanya menjadi agenda nasional dan dilakukan
oleh departemen luar negeri semata melainkan dijalankan oleh seluruh lapisan
masyarakat dan tentunya dibantu oleh peran media dalam membentuk opini
publik dan mendefinisikan citra.
58
T. May Rudy. 2005.Komunikasi dan Hubungan Masyarakat Internasional.Bandung: PT. Refika
Aditama. Hal. 139.
36
Citra yang ingin dibangun Korea Selatan merupakan produk dari
konstruksi sosial yang dibangun dari pandangan dunia, karakter bangsa dan
pandangan personal tanpa ditentukan oleh ideologi negara. Pencitraan juga
sangat penting dilakukan oleh sebuah negara untuk memasarkan produknya
ke seluruh dunia, mengundang investor dari negara lain agar menanamkan
modalnya sehingga menunjang pertumbuhan ekonomi suatu negara.59 Dengan
demikian, Korean wave adalah sebagai sikap dan tindakan nyata Pemerintah
dan rakyat Korea Selatan untuk membangun citra bangsa dalam
memperkenalkan identitas politik, ekonomi, dan budayanya sekaligus
mencapai kepentingan nasional dalam berbagai bidang kerjasama dengan
Indonesia.
59
Mohammad Shoelhi. 2011. Diplomasi: Praktik Komunikasi Internasional. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media. Hal.159-160.
37
BAB III
SOFT DIPLOMACY KOREA SELATAN DI INDONESIA
A. Kepentingan Nasional Korea Selatan di Indonesia
Korea Selatan memiliki dua kebijakan nasional utama dalam
pelaksanaan politik luar negerinya yakni, mengembangkan ekonomi nasional
sambil memperkuat kekuatan pertahanannya.
60
Namun, disamping itu
Pemerintah Korea Selatan juga bermaksud untuk memberikan peran dan
berkontribusi yang lebih besar bahkan lebih lengkap dalam forum internasional
untuk
mengatasi
masalah-masalah
global
seperti
non-proliferasi
dan
pemberantasan kemiskinan. Korea Selatan juga berkepentingan meningkatkan
citra nasional melalui penyelesaian berbagai masalah diplomatik dan kerjasama
internasional dengan meningkatkan infrastruktur diplomatik.
Pemerintah Korea Selatan berupaya memperkuat sumber daya
manusia dengan tujuan untuk mengangkat kemampuan diplomatik guna
memastikan bahwa Korea Selatan telah sepenuhnya mencerminkan kapasitas
nasional dan internasional dalam rangka mewujudkan visi Global Korea yang
menjadi tujuan utama dalam Pemerintahan Presiden Lee Myung Bak. Visi
Global Korea tersebut dimaksudkan agar tercipta sebuah citra bangsa Korea
yang tidak hanya bekerja sama secara aktif tetapi juga dapat memberikan solusi
untuk menangani permasalahan yang dihadapi masyarakat internasional.61
Yang Seung-Yoon dan Mohtar Mas’oed. 2004. Politik Luar Negeri Korea Selatan. Yoyakarta:
UGM Press. Hal. 8
61
Lee Myung-Bak. 2009. The Lee Myung-Bak Administration’s Foreign Policy and National
Security Vision: Global Korea The National Strategy of the Republic of Korea .
Cheong Wa Dae: Office of The President. Hal. 12
60
38
Setelah berhasil bangkit dari masa imperialisme Jepang, penderitaan
perang Korea dan kemiskinan, Korea Selatan telah berhasil memulihkan
kedaulatan negaranya selama beberapa dekade ini serta mencapai hasil
pembangunan ekonomi dan demokrasi yang kuat. Dewasa ini, Korea Selatan
berada dalam waktu yang tepat untuk dapat menjadi negara yang lebih
bermartabat dan menempati posisi sejajar dengan negara-negara maju seiring
dengan pembangunan ekonomi, demokrasi, dan industri teknologinya yang
semakin meningkat. Oleh karena itu, Korea mengadopsi sikap yang lebih
terbuka dalam mengimplementasikan kepentingan nasional dan pelaksanaan
kebijakan luar negerinya karena keberlangsungan hidup dan masa depan suatu
bangsa
dipengaruhi
oleh
totalitas
interaksinya
dengan
masyarakat
internasional.
Perwujudan citra Global Korea dapat menjadikan Korea sebagai aktor
global yang memiliki cakrawala luas dengan terlibat secara proaktif dalam
pergaulan internasional untuk menciptakan perdamaian dunia. Pencitraan
Global Korea juga mengacu pada tujuan Korea yang meninggalkan kebiasaan
diplomasinya yang sempit dimana hanya diarahkan untuk penyelesaian konflik
Semenanjung Korea dan menjadikannya sebuah bangsa yang berbudaya
modern. Dengan demikian, Pemerintah Korea Selatan menggunakan soft power
yang dapat membangun kapasitasnya untuk menjadi aktor global. Hal tersebut
ditunjang oleh kemajuan ekonomi, pengembangan industri teknologi yang
semakin canggih, potensi budaya yang artistik dan menarik serta kesejahteraan
39
masyarakat yang disertai dengan kualitas pendidikan yang dimiliki oleh Korea
Selatan. 62
Dalam Diplomatic White Paper Republik Korea tahun 2011
dinyatakan bahwa atas dasar disadarinya peranan soft power menjadi semakin
penting dan budaya telah meningkat sebagai unsur inti daya saing antarbangsa
dan sumber daya ekonomi yang menghasilkan nilai tambah, diplomasi budaya
telah menjadi salah satu pilar dalam pelaksanaan diplomasi yang diterapkan
oleh Pemerintah Korea Selatan. Korea Selatan sebagai negara middle power
yang tidak dapat menjadi balance of power diantara Jepang dan China dengan
mengandalkan hard power, sehingga pemberdayaan soft power dianggap
penting. Keberhasilan perekonomian Korea dan penyerbarluasan budaya Korea
melalui Korean wave dapat menjadi faktor pendorong peningkatan soft power
yang dimiliki oleh Korea Selatan.63
Dalam rangka memaksimalisasikan pemberdayaan soft power yang
dimilikinya, Korea Selatan membuka cakrawala baru dalam diplomasi yakni
dengan soft diplomacy. Sejak tahun 2006, Ministry of Foreign Affairs and
Trade (MOFAT) secara tidak langsung terus mendukung penyebaran Korean
wave sebagai soft diplomacy dalam meningkatkan soft power yang dimiliki
oleh Korea Selatan serta menjadi langkah modal dalam mewujudkan tujuan
nasional Global Korea. MOFAT berupaya membangun jaringan global agar
Korea Selatan dapat terus menjangkau lebih banyak negara dan lebih
meningkatkan hubungan kerjasamanya dengan negara lain. Dengan menjalin
62
63
Ibid.
Joseph S.Nye. Why South Korea Should Go Soft. Korea 2020: Global Perspective for the Next
Decade. Seoul: Random House Korea. Hal. 93-95
40
jaringan yang luas secara global, Pemerintah Korea Selatan dapat memperbaiki
citra ataupun reputasinya di luar negeri dengan meningkatkan brand Korea dan
memperkuat posisinya dalam kepemimpinan global melalui bentuk pendekatan
yang lebih proaktif dalam berinteraksi dengan masyarakat internasional.
Sejalan dengan langkah pencapaian kepentingan nasional, Pemerintah
Korea Selatan mengeluarkan kebijakan New Asia Initiative sebagai langkah
membangun jaringan global dengan semakin memfokuskan kerjasama di
kawasan Asia terutama dengan negara-negara ASEAN sebagai salah satu
organisasi regional terbesar di Asia. Apalagi Korea Selatan yang tidak terlepas
dari konflik dengan Korea Utara tentunya dapat mengganggu stabilitas dan
keamanan nasional sehingga Korea Selatan harus bisa menjalin hubungan baik
dengan negara tetangga agar ke depannya Korea Selatan mendapat dukungan
dari negara lain dalam upaya reunifikasi antar-Korea. Selain itu, kebijakan
tersebut juga mengindikasikan ASEAN sebagai salah satu kawasan dan pasar
terbesar bagi Korea Selatan di Asia, maka dari itu menjalin dan mempererat
hubungan dengan negara-negara anggota ASEAN menjadi penting bagi Korea
Selatan. Indonesia sebagai salah satu anggota ASEAN, menjalin hubungan
diplomatik dengan Korea Selatan secara resmi pada tanggal 18 September
1973. Korea-Indonesia terus melakukan upaya perluasan kerjasama bilateral
secara regional dan internasional serta menjanjikan untuk mempertahankan
ikatan kerjasama yang erat dengan Indonesia.64
64
Ministry of Foreign Affairs and Trade. 2009. Diplomatic White Paper 2009. Republic of Korea.
Hal. 68.
41
Peningkatan hubungan kerjasama kedua negara tersebut disepakati
dengan menandatangani MoU Joint Declaration on Strategic Partnership
between RI and ROK pada bulan Desember tahun 2006 untuk memperluas
bidang hubungan kerjasama seperti pembangunan, politik, ekonomi, sosial,
budaya, dan lain-lain. Peningkatan hubungan mitra strategis tersebut ditandai
dengan ditandanganinya kerjasama bidang kebudayaan pada tahun 2008.
Kemudian, Korea-Indonesia bekerja sama menjadi host ‘Bali Democracy
Forum’ pada tahun 2010 di Indonesia yang mana berkontribusi untuk
memperkuat hubungan kerjasama dengan kedua negara sebagai salah satu
upaya untuk mempromosikan demokrasi di wilayah Asia Timur dan setuju
untuk memperkuat kerja sama pada masalah Korean Peninsula.65
Hubungan bilateral yang dijalin Korea-Indonesia dilandasi beberapa
kepentingan nasional Korea di bidang politik, ekonomi dan sosial-kebudayaan,
namun kepentingan ekonomi menjadi kepentingan utama yang ingin dicapai
Korea Selatan di Indonesia. Hal tersebut berdasarkan penyataan Mr. Kim Do
Hyung, first secretary of Republic of Korea Embassy in Indonesia, Beliau
mengungkapkan bahwa:
Kepentingan nasional utama lainnya yang ingin dicapai Korea
Selatan di Indonesia adalah di bidang ekonomi. Korea Selatan
ingin mempromosikan kerjasama substansial menengah dan
rencana ekonomi pembangunan jangka panjang di Indonesia.
Korea Selatan sedang berusaha untuk memperluas perannya
dalam masyarakat internasional dengan melakukan modernisasi
ekonomi dan kebudayaan guna memberikan pengalaman dan
65
Ministry of Foreign Affairs and Trade. 2011. Diplomatic White Paper 2011. Republic of Korea.
Hal. 91
42
keahliannya dengan negara-negara berkembang, termasuk
Indonesia.66
Upaya mencapai kepentingan nasional suatu bangsa perlu ditopang
oleh citra ataupun reputasi negaranya. Maka dari itu, Pemerintah Korea
mendirikan President Council on Nation Branding (PCNB) pada 22 Januari
2009 untuk meningkatkan citra nasionalnya dalam komunitas internasional
dengan menerapkan strategi sistematis dan komprehensif. Tujuan PCNB
adalah untuk menginformasikan kepada dunia untuk mengenal Korea dan
mempromosikan citra Korea sebagai sebuah negara yang memberikan
kontribusi bagi masyarakat internasional yang menghasilkan produk dan
layanan kelas dunia serta sebagai sebuah negara yang menghargai budaya
lain.67
Upaya membangun citra ataupun nation-branding Korea Selatan
menjadi Global Korea dilakukan dengan mengembangkan unsur kebudayaan.
Kebudayaan dijadikan sebagai daya tarik untuk menjalin hubungan bilateral
dengan Indonesia agar dapat mengundang investor masuk ke Korea ataupun
investor Korea dapat melakukan investasi di Indonesia serta menarik
kunjungan wisatawan Indonesia ke Korea. Kebudayaan itu sendiri tidak hanya
akan memberikan dampak sosial melainkan dapat pula mempengaruhi bidang
66
Hasil Wawancara terhadap Narasumber Kim Do Hyung pada tanggal 17 April 2012 Pukul 11.00
Wib di Jakarta.
67
President Council on Nation Branding. Vision and Strategy. [Online].
http://www.koreabrand.net/gokr/en/cms/selectKbrdCmsPageTbl.do?cd=0120&m1=
1&m2=5. Diakses pada tanggal 30 Maret 2012 pada pukul 12.00 Wita
43
politik dan ekonomi suatu negara.68 Maka dari itu, Pemerintah Korea Selatan
sangat mendukung agar popularitas musik pop Korea di luar negeri terus
dilanjutkan agar dapat menarik 20 juta wisatawan asing setiap tahun sampai
tahun 2020 sebagai salah satu upaya untuk peningkatan kekuatan
perekonomian
negara.
69
Peneliti
P2P
LIPI,
Indriana
Kartini
juga
mengungkapkan bahwa:
Korea Selatan adalah friendly country yang tidak mendahulukan
kekerasan. Korea Selatan butuh citra tersebut mengingat Korea
Selatan yang sedang dalam konflik dengan Korea Utara,
disamping persaingan dengan Jepang. Citra yang dibangun
tentunya diharapkan untuk mencapai kepentingan ekonomi di
Indonesia melalui industri ekspor otomotif serta industri
teknologi komunikasi. Tentunya Pemerintah Korea Selatan ingin
meningkatkan sektor perekonomian negaranya, sehingga
melalui K-Pop yang dijadikan daya tarik tentunya menciptakan
minat pasar masyarakat Indonesia terhadap segala bentuk
produk Korea dan mulai mengkonsumsinya.70
Korean wave memang telah dipersiapkan untuk dipasarkan ke dunia
internasional sejalan dengan adanya dukungan penuh dari Pemerintah sejak
masa Pemerintahan Presiden Kim Dae Jung (1993-1998) yang slogan
politiknya adalah “Creation of the New Korea”. Dengan kata lain, Pemerintah
Korea ingin menghapus citra bangsa yang tradisional dan membuat citra
nasional yang lebih baru dan modern. Kebijakan budaya di masa Pemerintahan
Kim Dae Jung dimaksudkan untuk membangun identitas budaya dari
Jason Strother. 2009. Korea’s Image Problem. [Online].
http://www.asiacalling.kbr68h.com/ur/news/south-korea/805-koreas-image-problem.
Diakses pada tanggal 24 desember 2011 pukul 16.41 Wita.
69
KBS. 2012. Kementrian Kebudayaan Umumkan Proyek Untuk Tahun 2012. [Online].
http://world.kbs.co.kr/indonesian/news/news_Cu_detail.htm?No=25593. Diakses
pada tanggal 11 maret 2012 pada pukul 09.28 Wita.
70
Hasil Wawancara terhadap Narasumber Indriana Kartini pada tanggal 27 Maret 2012 Pukul
11.00 Wib di Jakarta.
68
44
perspektif internasional dan untuk membangun kreatifitas budaya suatu bangsa
sehingga mantan Presiden Kim dikenal sebagai “President of Culture”. Pada
awal tahun 2000-an, setelah krisis finansial yang melanda kawasan Asia di
tahun 1997, Pemerintah Korea mulai menargetkan ekspor budaya populer
Korea sebagai bentuk inisiatif pelaksanaan sektor perekonomian baru. Mantan
Presiden Kim mendirikan Basic Law for the Cultural Industry Promotion pada
tahun 1999 dengan mengalokasikan dana senilali US$148.5 juta untuk
mengembangkan dan menyebarluaskan budaya popular Korea melalui caracara inovatif dengan menggabungkan budaya tradisional mereka dengan
budaya modern.71
Tujuan akhir dari soft diplomacy adalah untuk mempromosikan citra
positif dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk menarik perhatian
negara lain. Seperti banyak bangsa, Korea telah berusaha untuk meningkatkan
posisinya dalam tatanan internasional seiring dengan perkembangan soft power
di dunia internasional. Dengan demikian, era dimana sektor industri yang
memimpin pertumbuhan ekonomi suatu negara juga menjadi sangat didukung
dari sektor kebudayaan dan hal tersebut berhasil dilakukan Korea Selatan.
Atas dasar pemulihan dari krisis keuangan global, Pemerintah Korea
Selatan telah terus-menerus membuat upaya untuk memperkuat dasar bagi
pertumbuhan jangka panjang dan meningkatkan ekonomi riil dengan
membangun citra bangsa “Global Korea”. Beberapa tahun ini Korea Selatan
telah menjadi tuan rumah beberapa event besar tingkat internasional, berawal
71
Sung Sang-Yeon. 2008. Why are Asians Attracted to Korean Pop Culture?. The Korea Herald
(eds). Korean wave. Seoul: Jimoondang. Hal. 16-17.
45
dari World Cup 2002, Summit G-20 2010, Yeosu Expo World Exhibtion 2012
dan Winter Olympic Pyeongchang yang akan digelar tahun 2018, sekaligus
dapat menjadi sarana pelaksanaan soft diplomacy dan meningkatkan citra
negaranya sehingga dapat semakin memperkuat posisinya di forum
Internasional.
B. Bentuk-Bentuk Korean Wave di Indonesia
Kunci dari terjalinnya persahabatan antarsuatu bangsa adalah saling
mengenal dan memahami karakter dan budaya masing-masing. Pengaruh
kebudayaan terhadap pelaksanaan diplomasi memiliki peran yang signifikan
karena kebudayaan memiliki unsur universal dan bersifat komunikatif.
Kebudayaan secara aktif digunakan dalam diplomasi bilateral untuk
meningkatkan pemahaman budaya dan dialog antar bangsa karena dapat
menembus batas-batas geografis, politik, ideologi dan sosial. 72 Karena itu,
dengan masuknya Korean wave sebagai pengenalan seni dan budaya Korea
kepada masyarakat Indonesia merupakan sebuah langkah dasar bagi Korea
Selatan untuk membangun citranya sekaligus dapat mempererat hubungan
bilateralnya dengan Indonesia.
Istilah Korean wave pertama kali diungkapkan oleh jurnalis China
pada pertengahan tahun 1990-an dengan menyebutnya sebagai hanliu dalam
bahasa mandarin sementara di Korea dikenal sebagai hallyu. Sejak saat itulah
ditandai sebagai awal munculnya hallyu atau lebih dikenal sebagai Korean
72
Gracia I. Caroline Sidabutar. Diplomasi Kebudayaan: Konsep dan Relevansinya terhadap
Pelaksanaan Politik Luar Negeri. Divisi Litbang Sekdilu Angkatan XXXII.
Indonesia dan Dunia: Refleksi Pemikiran Diplomat Muda Indonesia. Jakarta:
Kemenlu RI. Hal.160.
46
wave oleh masyarakat Internasional. Korean wave adalah istilah yang
menggambarkan fenomena penyebaran budaya pop Korea berupa serial
drama, film dan musik pop Korea ke seluruh dunia.73
Serial drama televisi dan film adalah bentuk Korean wave yang
pertama kali dikenal oleh masyarakat di Asia yang selanjutnya pada awal
tahun 2000-an disusul oleh ekspansi musik pop Korea yang dikenal dengan
istilah K-Pop. Elemen-elemen budaya populer Korea ini menyebarkan
pengaruhnya di negara-negara Asia salah satunya Indonesia. Selain itu,
Korean wave pun berkembang dengan cepat ke berbagai belahan dunia
seperti Benua Amerika dan Eropa. Korean wave berperan cukup efektif
sebagai pemberi identitas diplomasi Korea Selatan karena budaya popular
Korean wave menampilkan nilai budaya dan karakter bangsa Korea dalam
bentuk serial drama televisi, musik dan film. Dengan demikian, Korean wave
merupakan media yang efektif sebagai pendukung dalam memperlancar
pelaksanaan diplomasi.
a. Serial Drama Korea
Pada awal munculnya Korean wave, serial drama televisi Korea telah
menjadi pilar utama dalam penyebaran Korean wave. Krisis ekonomi Asia
pada akhir 1990-an membawa sebuah situasi di mana pembeli Asia lebih
menyukai program acara Korea yang lebih murah. Korea menawarkan harga
drama televisi lebih murah seperempat dari harga drama televisi Jepang dan
sepersepuluh dari harga drama televisi Hong Kong di tahun 2000. Bentuk
73
Do Kyun Kim dan Se-Jin Kim. 2011. Hallyu from Its Origin to Presents. Do Kyun Kim dan
Min-Sun Kim (eds). Hallyu: Influenfe of Korean Popular Culture in Asia and
Beyond. Seoul: Seoul National University Press. Hal. 22
47
Korean wave di Indonesia diawali setelah Indonesia yang melakukan
liberalisasi media pada tahun 1990-an dengan masuknya penayangan serial
drama Korea di stasiun TV Indosiar pada tahun 2002 yakni drama Winter
Sonata yang langsung digemari oleh masyarakat lalu diikuti oleh drama
Endless Love.74
Serial drama Korea mengisahkan berbagai cerita tapi jenis cerita yang
paling menonjol adalah kisah drama romantis dan historikal. Drama Korea
selalu mencerminkan kualitas produksi, karakter yang dijiwai dan skrip yang
menarik. Drama Korea dirancang untuk berbagai kalangan penonton dan
dipenuhi kisah dramatis yang dikemas secara menarik dan dianggap lebih
memiliki emosional yang kuat. Serial drama Korea kerap menampilkan
pakaian tradisional Hanbok dan berbagai macam makanan tradisional serta
sikap santunnya dalam menghormati orang yang lebih tua dalam kehidupan
keseharian masyarakat Korea.
Serial drama Korea dapat menjadi salah satu alasan mengapa
seseorang bisa mulai mengenal dan menyukai Korea. Salah seorang
penggemar serial-drama Korea, Denti, mengutarakan bahwa ia pertama kali
mengenal Korea karena menonton serial drama Korea dan tertarik dengan
kebudayaan Korea yang ditampilkan dalam drama tersebut.
75
Tercatat
terdapat sekitar 50 judul drama Korea yang tayang di stasiun TV swasta
74
Doobo Shim. 2006. Hybridity and Rise of Korean Popular Culture in Asia. Media, Culture and
Society. Vol.28(1). Hal. 28
75
Hasil Wawancara terhadap Narasumber Penggemar K-Pop Ayu dan Denti pada tanggal 23
Maret 2012 Pukul 19.30 Wib di Jakarta.
48
Indonesia pada tahun 2011 dan terus meningkat setiap tahunnya. 76 Dari
sekian banyak stasiun televisi di Indonesia, Indosiar dikenal paling sering
menayangkan program drama Korea. Melihat animo masyarakat yang tinggi
akan drama Korea, Head section of PR Indosiar, Gufron Sakaril
mengungkapkan bahwa:
Índosiar kini menjadi trademark televisi Korea di Indonesia dan
dengan melakukan evaluasi setiap saat dan melihat selera
penonton di Indonesia semakin tinggi akan Korean wave, maka
program tayangan tajuk drama Asia kini didominasi oleh
tayangan drama Korea.77
Dengan demikian, serial drama Korea menjadi bagian penting dalam
diplomasi Korea dalam memperkenalkan identitas, karakter dan budaya
bangsa.
b. Film Korea
Setelah sukses meraih kepopuleran melalui serial drama, bentuk
Korean wave lainnya pun mulai ikut menunjukkan kualitasnya, yakni film.
Film Korea sudah mulai menunjukkan kualitasnya di dunia perfilman
internasional. Pada awalnya, film Hongkong mendominasi film Asia di
bioskop Indonesia. Namun seiring dengan semakin kuatnya ekspansi Korean
wave, film produksi Korea Selatan pun mulai digemari.
Kepopuleran film Korea di Indonesia tidak lain karena pengaruh
kegemeran penonton akan serial drama televisi Korea. Film Korea pertama
yang beredar sukses di pasaran adalah Shiri pada tahun 1999. Film Shiri dan
Nyoman Lia Susanthi. 2011. “Gurita” Budaya Populer Korea di Indonesia. [Online]
http://www.isi-dps.ac.id/berita/%E2%80%98gurita%E2%80%99-budaya-populerkorea-di-indonesia. Diakses pada tanggal 5 Mei 2012 pukul 18.33 Wita.
77
Hasil Wawancara terhadap Narasumber Gufron Sakaril pada tanggal 3 April 2012 Pukul 17.00
Wib di Jakarta.
76
49
juga Taegukgi juga diekspor ke berbagai negara di Asia termasuk Asia
Tenggara. Film Korea juga memiliki kekhasan tersendiri yang sesuai dengan
sifat masyarakat Asia sehingga mudah dipahami serta menggambarkan
keadaan Korea itu sendiri, misalnya dalam film Shiri menggambarkan sikap
Korea Selatan dalam mengendalikan isu sensitif hubungan inter-Korea.
Kementerian Budaya, olahraga dan pariwisata Korea Selatan menyatakan
bahwa pada tahun 2012 tercatat 44.18 juta orang menonton film Korea yang
merupakan jumlah tertinggi sejak 2006.78
Dalam rangka untuk mempromosikan dan meningkatkan ekspor film
Korea yang telah memperoleh pengakuan di seluruh dunia, MOFAT telah
mendukung pemutaran film Korea di Festival film internasional besar seperti
Berlin International Film Festival, The Festival de Cannes dan Venice
Festival Film. Selain itu, MOFAT telah mendukung Festival film
internasional yang diadakan di Korea seperti BIFF (Busan International Film
Festival) yang mendorong film luar negeri, sutradara, dan profesional lain
untuk berpartisipasi dalam Festival tersebut. Upaya mempromosikan film
Korea ke dunia Internasional dijadikan tidak sekedar memperkenalkan film
Korea saja tetapi juga dapat mempromosikan negara Korea secara
keseluruhan kepada masyarakat internasional. Oleh karena itu, film menjadi
salah satu sarana dalam melakukan hubungan diplomasi.79
78
Shim Sun-ah. 2012. Korean Films Drew Record Audiences in First Half: Ministry.
http://english.yonhapnews.co.kr/news/2012/07/03/0200000000AEN2012070300710
0315.HTML. Diakses pada tanggal 7 Juli 2012 pukul 13.09 Wita.
79
Do Kyun Kim dan Se-Jin Kim. Op.cit. Hal. 25
50
c. Musik Pop Korea (K-Pop)
Musik pop Korea dikenal dengan istilah K-Pop. Memasuki tahun
2000-an musik pop Korea mulai mendapatkan perhatian internasional yang
lebih luas sebagai dampak Korean wave. K-Pop itupun dapat didefinisikan
sebagai musik pop Korea dinyanyikan oleh artis Korea Selatan dan diterima
secara positif oleh penggemar internasional. Lagu-lagu K-Pop yang menjadi
populer di seluruh dunia memiliki beberapa faktor-faktor yang membuat
mereka unik dan mudah diingat. Salah satu bentuk yang paling umum dari
fitur lagu K-Pop adalah paduan suara berulang-ulang dengan tarian grup yang
disinkronisasi.
Musik pop Korea itu sendiri tidak terlepas dari pengaruh musik barat
namun diformulasikan ke dalam penampilan khas Korea. Sebagai penyanyi
pop Korea yang dikenal sebagai istilah idol, mereka telah menerima pelatihan
selama bertahun-tahun di bawah agensi industri musik setelah melewati
proses trial and error sehingga mereka dapat memberikan penampilan bakat
yang berkualitas dan berkesan. K-Pop terus mendapatkan pengakuan di
berbagai belahan dunia. Awal mula dikenalnya K-Pop saat kelompok musik
H.O.T ataupun Shinhwa melakukan debutnya di China dan Jepang, hingga
kini kelompok musik pop semakin banyak bermunculan dan menjadi idola
baru masyarakat internasional, sebut saja TVXQ, Super Junior, Girls
Generation, Big Bang, 2NE1 dan Wonder Girls.
51
Dewasa ini, K-Pop telah menjadi produk utama Korean wave. K-Pop
menjadi daya tarik utama dalam penyebaran Korean wave karena orang asing
mudah memahami bahwa “K” dalam frase K-Pop berarti merepresentatifkan
Korea. Ini menunjukkan K-Pop jauh lebih berguna dalam publikasi Korea
untuk meningkatkan nilai brand dari barang-barang yang diekspor oleh Korea
Selatan. Hal tersebut didasarkan pada hasil survei yang telah dilakukan oleh
Korean Tourism Organization (KTO).
Gambar 2: Hasil Survei Popularitas K-Pop
Sumber: Korean Tourism Organization
Hasil survei tersebut menyatakan bahwa hal yang paling menarik
orang-orang asing adalah musik pop Korea, atau K-Pop yang dikenal dengan
genre musik yang dinamis, enerjik dan menarik yang disertai dengan dance.
KTO melakukan survei online tentang Korean wave terhadap 12.085 orang
asing dari 102 negara, 9.253 berasal dari Asia, 2.158 dari Eropa, 502 dari
Amerika, 112 dari Afrika dan 60 dari Oceania. Voting berlangsung pada
52
tanggal 11 Mei 2011 hingga 31 Mei 2011 dan voting survei dilakukan melalui
situs KTO, e-mail, layanan jaringan sosial seperti Twitter dan Facebook.80
Meningkatnya kehadiran produser dan komponis global dalam musik
K-Pop menjadi juga salah satu faktor K-Pop dapat menerima perhatian serius
dari audiens global. Selain itu, para penggemar K-Pop dari mancanegara
semakin sering melakukan cover dance lagu K-Pop dan meng-upload video
tersebut ke YouTube, sehingga membantu mempromosikan secara cepat
penyebaran musik K-Pop. Korea Selatan pun berhasil menyita perhatian
dunia melalui K-Pop, pihak Google meluncurkan saluran YouTube secara
eksklusif untuk K-Pop serta halaman khusus K-Pop juga telah dibuka di
Facebook untuk menyampaikan berita tentang bintang pop Korea dan lagu
baru mereka kepada para penggemar di seluruh dunia. Facebook adalah situs
kedua pengguna-konten web global yang membuka halaman khusus K-Pop
setelah YouTube.81
Musik K-Pop telah merambah popularitas di seluruh dunia namun hal
tersebut tidak berarti bahwa musik pop Korea kehilangan nilai dan karakter
budaya Korea. Peningkatkan popularitas K-Pop di seluruh dunia adalah
bagian dari pertukaran budaya dalam konteks sejarah manusia. Sebagai alat
pertukaran antara Timur dan Barat, K-Pop tidak hanya milik Korea tetapi
seluruh dunia. Penyebaran K-Pop mungkin menjadi bukti yang lebih efektif
80
Korean Culture and Information Service. 15 November 2011. K-Pop: A New Force in Pop
Music. Korean Culture, No.2. Hal. 27
81
The Chosunilbo. 2012. Facebook Opens K-Pop Page. [Online].
http://english.chosun.com/site/data/html_dir/2012/05/22/2012052200829.html.
Diakses pada tanggal 20 Juni 2012 pukul 15.54 Wita.
53
dalam mempromosikan brand Korea dan meningkatkan citra bangsa daripada
mengekspor barang dagangan.
Dengan demikian, dapat dinyatakan tiga aspek K-Pop dijadikan
sebagai bagian soft diplomacy yakni pertama, K-Pop adalah sebuah bisnis
yang nyata dengan potensi ekspor yang kuat. Kedua, media sosial memainkan
peran signifikan dalam meraih kesuksesan K-Pop dan mempromosikan
budaya Korea secara keseluruhan. Ketiga, K-Pop tidak hanya musik tetapi
kombinasi dari dampak audio dan visual yang menarik. Setelah mengenal
musik K-Pop masyarakat mulai mengenal Korea secara lebih jauh baik dari
segi tradisi, kuliner, kepribadian bangsa, maupun pariwisatanya. Hal ini
diperlukan untuk menciptakan dan memperluas sistem kerjasama yang saling
menguntungkan di mana perluasan budaya meningkatkan daya saing produk
dan daya saing produk meningkatkan perluasan budaya.
Hubungan bilateral Korea-Indonesia di bidang kebudayaan semakin
dipererat dengan disepakatinya Joint Declaration pada tahun 2006 melalui
perjanjian Korea-Indonesia Cultural Coorperation dan pada bulan Mei 2008
diadakan pertemuan pembentukan Joint Cultural Commision di Yogyakarta.
Dari hasil pertemuan tersebut disepakati pertukaran kebudayaan antar kedua
negara seperti seni tari tradisional, kerajinan, film, musik hingga pariwisata.
Maka dari itu, Pemerintah Korea Selatan menyelenggarakan pekan KoreaIndonesia Week sejak tahun 2009. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan
54
resmi tahunan yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Republik Korea di
Indonesia.82
Korea-Indonesia Week sebagai wujud pelaksanaan diplomasi bilateral
dan memperkuat hubungan kedua negara melalui perkenalan dan pertukaran
budaya. Pemerintah Korea Selatan secara sadar melihat budaya Korean wave
sangat digemari oleh masyarakat Indonesia sehingga salah satu kegiatan yang
mengisi Korea-Indonesia week adalah dengan menampilkan para bintang KPop dan hasilnya selalu mendapat respon positif dari masyarakat dan
memberikan kontribusi dalam penyebaran budaya Korea.
Soft diplomacy menekankan pada penggunaan soft power dalam
kancah politik memberikan alternatif yang ditujukan untuk menumbuhkan
pemahaman dan rasa saling percaya agar terjadi keterbukaan sehingga tidak
ada rasa saling curiga dan tidak saling berpihak pada satu sisi. Dengan
menyuguhkan Korean wave yang menampilkan ragam budaya popular Korea
Selatan yang mencirikan karakter bangsa diharapkan dapat memberikan
pemahaman yang lebih baik mengenai Korea Selatan kepada masyarakat
Indonesia yang berujung pada pembangunan citra sehingga hubungan
bilateral ke dua negara semakin erat.
Sasaran pelaksanaan soft diplomacy ini tentunya adalah masyarakat
secara luas karena jika berhasil membentuk pola pikir ataupun opini publik
yang positif terhadap Korea Selatan, maka hal tersebut dapat menjadi kunci
kesuksesan suatu negara diberbagai bidang, baik itu ekonomi maupun
82
Lihat Lampiran. Laporan Sidang Pertama Komisi Bersama Kebudayaan Indonesia-Korea. 1315 Mei 2008. Yogyakarta: Indonesia. Hal. 110
55
perpolitikannya. Hubungan akrab yang terjalin antara Pemerintah kedua
negara mungkin saja dapat terputus namun hubungan akrab dan erat antara
masyarakat Korea Selatan dan Indonesia tidak akan pernah terputus.
Hubungan kemasyarakatan penting artinya
untuk
menjadi
pengikat
keharmonisasian hubungan kerjasama kedua negara yang saling mengisi.
C. Perkembangan Korean Wave di Indonesia
Kegemaran budaya popular Asia bukanlah hal baru di Indonesia. Ada
kecenderungan tren drama Jepang pada tahun 1980-an (Oshin) lalu di
pertengahan 1990-an (Tokyo Love Story), serta drama seri China pada awal
1990-an dan drama Taiwan di awal 2000-an seperti Meteor Garden. 83
Perkembangan Korean wave di Indonesia diawali saat masuknya tayangan
serial drama Korea dan menjadi langkah awal dalam memperkenalkan bentuk
Korean wave lainnya, yakni musik pop Korea.
Sejak tahun 2008 soft diplomacy Korea Selatan melalui pendekatan
kebudayaan semakin intens dilaksanakan dan dapat diterima dengan mudah
oleh masyarakat Indonesia. Korean wave menjadikan Korea Selatan di bawah
sorotan dunia karena keberhasilannya dalam mengembangkan budaya
popularnya ke seluruh dunia. Korea Selatan pun menjadi negara eksportir
terkemuka untuk musik, program televisi dan film di negara-negara Asia.
Korean wave mencapai kesuksesan di banyak negara dan membantu untuk
mempromosikan dan meningkatkan produk brand Korea Selatan seperti di
Indonesia sehingga Korean wave dikenal dengan istilah Asian values83
Tifa Asrianti. 2012. TV’s South Korea Connection. [Online].
http://www.thejakartapost.com/news/2012/04/29/TV-s-south-koreanconnection.html. Diakses pada tanggal 4 Mei 2012 pukul 19.52 Wita.
56
Hollywood Style karena berhasil mengemas nilai-nilai Asia yang dipasarkan
dengan gaya modern, istilah tersebut diungkapkan oleh seorang pengelola
siaran televisi Korea, Kim Song Hwan. 84
Sebagian besar negara-negara yang telah menyebarkan budaya
popular mereka ke seluruh dunia, termasuk Amerika Serikat dan Jepang,
adalah negara yang memiliki power di bidang ekonomi. Hal ini
mencerminkan korelasi tinggi antara bangsa yang memiliki kekuatan
ekonomi dalam melakukan ekspansi budaya. Sejalan dengan upaya
meningkatkan perekonomian suatu negara yang diikuti oleh penyebaran
budaya dalam memperkenalkan produknya mengakibatkan informasi tentang
negara-negara yang memiliki pengaruh dalam hal ekonomi dan budaya
semakin kuat menyebar di dalam masyarakat internasional. Sama halnya
dengan Korean wave yang mulai menyebar di akhir 1990-an, ketika Korea
Selatan mulai mendapat pengakuan global sebagai negara yang memiliki
kekuatan ekonomi setelah berhasil memulihkan sistem perekonomiannya
pasca krisis ekonomi di Asia.85
Budaya pop Korea menghasilkan pemasukan yang sangat besar bagi
perekonomian Korea Selatan. Menurut data statistik yang dikeluarkan oleh
Kementerian Budaya, olahraga dan pariwisata Korea Selatan pada tahun
2010, ekspor musik pop meningkat 90% dari US$16,5 juta di tahun 2008
menjadi US$31.3 juta di tahun 2009. Ekspor film naik 11,3%, sementara
84
85
Reza Lukmanda Yudhantara. Op.Cit. Hal. 191.
Kim Pil Soo. 2011. Global Craze for K-Pop: A New Economic Engine. [Online].
http://www.koreafocus.or.kr/design2/layout/content_print.asp?group_id=103692.
Diakses pada tanggal 24 Februari 2012 pukul 21.46 Wita.
57
konten siaran film tersebut naik 8%.86 Sementara itu, menurut laporan Bank
of Korea, bidang kebudayaan menghasilkan US$794 juta dari ekspor
kebudayaan dan layanan hiburan K-Pop tahun 2011, naik 25% dari US$637
juta pada tahun 2010.87
Keberhasilan K-Pop di berbagai kawasan di dunia menanamkan
banyak pelajaran untuk dunia bisnis Korea. Oleh karena itu, Kementerian
Budaya, olahraga dan Pariwisata Korea mengumumkan peningkatan
substansial anggaran untuk penyebaran Korean wave senilai 12 miliar-won
(US$ 10.7 juta) untuk mendukung musikal Korea Selatan dan mendirikan
sebuah akademi seni Korea untuk membantu menciptakan sumber-sumber
baru produk-produk budaya Korea.88 Khusus di Indonesia, sebagai langkah
konkret dari hasil perjanjian Joint Cultural Commision Korea-Indonesia
dimana Korea Selatan memiliki tujuan untuk memperkenalkan budayanya ke
seluruh lapisan masyarakat Indonesia maka dibangun pusat Informasi tentang
Negara dan budaya Korea pada tanggal 18 Juli 2011 yakni Korean Culture
Centre di Jakarta.
Pusat Kebudayaan Korea tersebut bertujuan menyediakan Informasi
tentang Negara dan budaya Korea serta informasi pertukaran budaya masingmasing Negara. Data jumlah anggota KCC di Indonesia yang diperoleh
Kim Yoon-mi. 2011. K-Pop’s Second wave. [Online].
http://www.koreaherald.com/entertainment/Detail.jsp?newsMLId=20110821000264
Diakses pada tanggal 12 Mei 2012 pukul 14.47 Wita.
87
The Chosunilbo. 2012. K-Pop Leads Record Earnings from Cultural Exports. [Online].
http://english.chosun.com/site/data/html_dir/2012/02/07/2012020700892.html
Diakses pada tanggal 20 Februari 2012 pukul 17.45 Wita.
88
Park Min-Young. 2012. Korean Government Open K-Arts, Ballet and Musical Academies.
[Online]. http://www.thejakartapost.com/news/2012/02/28/korean-governmentopen-k-arts-ballet-and-musical-academies.html Diakses pada tanggal 20 Mei 2012
pukul 14.34 Wita.
86
58
penulis dari hasil wawancara yang disampaikan oleh information manager
KCC Indonesia, Kukuh Adirizky mengatakan bahwa “anggota KCCI sudah
mencapai sekitar 2700 orang tercatat hingga April 2012 seiring dengan
semakin besarnya minat warga Indonesia terhadap Korean wave”.
89
Pergelaran kebudayaan Korea-Indonesia Week yang diadakan tiap tahun oleh
Kedubes Republik Korea di Indonesia sejak tahun 2009 mengindikasikan
perkembangan Korean wave semakin diminati oleh masyarakat Indonesia dan
melalui budaya popular tersebut, masyarakat Indonesia telah mengenal
budaya, karakter dan kehidupan sosial bangsa Korea secara tidak langsung.
Perkembangan musik pop Korea telah membuat dampak gelombang
yang besar di seluruh Asia selama bertahun-tahun dengan melihat munculnya
perubahan industri musik Asia. Fenomena musik pop Korea melanda
Indonesia sejak tahun 2008, hingga sejak itu demam dan fenomena K-Pop di
Indonesia terus bertambah dan dampaknya sekarang sungguh luar biasa. Para
penggemar musik K-Pop di Indonesia jumlahnya mencapai ratusan ribu
orang. Sejak tahun 2010, penggemar K-Pop di Indonesia mulai terlihat aktif
dalam berbagai kegiatan-kegiatan sesama penggemar K-Pop, baik forum
media online banyak bermunculan forum atau komunitas fans grup Indonesia
dan juga para penggemar musik K-Pop di Indonesia sering melakukan
89
Hasil Wawancara terhadap Narasumber Kukuh Adirizky pada tanggal 26 Maret 2012 Pukul
14.00 Wib di Jakarta.
59
berbagai gathering hingga melakukan demonstrasi (flashmob) untuk meminta
konser K-Pop diadakan di kota-kota mereka, terutama Jakarta.90
Besarnya popularitas yang diraih K-pop di Indonesia juga terlihat
dalam komunitas penggemar K-Pop di Indonesia yang tercatat ada sekitar
130.000 fandom K-Pop yang berada di bawah koordinir perusahaan
marketing Exo Digital agency. Exo adalah marketing agency yang salah satu
sasaran kerjanya sebagai marketing komunitas Korea dan menyampaikan
informasi setiap ada event serta membantu untuk mengakomodasi informasi
konser K-Pop. 91 Sedangkan menurut sebuah survei yang dilakukan oleh
Kementerian Budaya Korea Selatan tahun 2011, ada sekitar 2,31 juta
penggemar K-Pop di Asia, berdasarkan keanggotaan dalam klub penggemar
yang tercatat secara resmi.92
Gathering
yang
diadakan
diantara
para
penggemar
K-Pop
menandakan perkembangan musik K-Pop yang sangat pesat di Indonesia,
hampir setiap bulan diadakan gathering di Jakarta, dan juga kota-kota besar
lainnya di Indonesia. Gathering K-Pop dijadikan sebagai bounding session
diantara penikmat musik K-Pop untuk saling bertukar dan berbagi informasi.
Pada bulan Maret 2012, salah satu perusahaan marketing, Exo Digital
Agency, menyelenggarakan K-Pop Gathering “Tribute to Super Junior”
90
Monicque Rijkers dan Lily C. 2012. Wabah Demam Korea Melanda Indonesia. [Online]
http://www.mediaindonesia.com/read/2012/04/04/316524/61/10/Wabah-DemamKorea-Melanda-Indonesia. Diakses pada tanggal 29 Juli 2012 pukul 11.45 Wita.
91
Hasil Wawancara terhadap Narasumber Ridho pada tanggal 23 Maret 2012 Pukul 18.00 Wib di
Jakarta.
92
Bhavan Jaipragas. 2012. Asia's K-Pop clones dance to South Korean beat. [Online].
http://www.abs-cbnnews.com/lifestyle/02/06/12/asias-K-Pop-clones-dance-southkorean-beat. Diakses pada tanggal 19 Februari 2012 pada pukul 20.17 Wita.
60
dalam rangka menyambut konser Super Show 4 oleh Super Junior yang telah
berlangsung akhir April 2012. Hal tersebut dimaksudkan untuk lebih
mendekatkan para komunitas penggemar Super Junior yang diistilahkan ELF
dan menyampaikan berbagai Informasi mengenai Super Junior.
Perkembangan K-Pop dari hasil observasi lapangan yang dilakukan
oleh penulis pada saat K-Pop gathering “Tribute to Super Junior” diadakan,
terdapat sejumlah komunitas penggemar K-Pop yang menampilkan bakat
nyanyian dan tarian mereka, salah satunya adalah SN Boys. SN Boys
terbentuk tahun 2011 yang terdiri dari sejumlah anak muda yang pada
awalnya mengenal K-Pop dalam pergaulan kesehariannya (verbal approach).
SN Boys dibentuk karena sangat menggemari grup musik K-Pop yakni Girls
Generation sehingga menimbulkan keinginan untuk mengeksplor bakat tari
mereka dengan melakukan cover dance lagu K-Pop. Mereka menganggap
musik K-Pop lebih bervariasi dibanding musik pop Amerika.
Salah satu anggota SN Boys yakni, Ikhsan, menilai bahwa Korea
Selatan berhasil menerapkan ekspor budaya melalui Korean wave dan
menjadi sangat dikenal di dunia internasional. Sebagai salah satu masyarakat
yang awalnya sama sekali tidak mengenal Korea, kini bahkan begitu
menyukai Korea Selatan bahkan mempelajari dance kontemporer Korea
hingga mulai mengetahui bahasa Korea sebagai dampak ekspansi Korean
61
wave melalui serial drama televisi, film dan lagu K-Pop.93 Kegiatan ini seperti
ini menunjukkan K-Pop memiliki pengaruh budaya yang kuat.
Dalam kurun waktu dari tahun 2008-2012, Indonesia menggelar
konser K-Pop hampir setiap tahunnya, bahkan memasuki tahun 2012 hampir
setiap bulan digelar konser K-Pop. Konser K-Pop semakin intens diadakan di
Indonesia sejak tahun 2011 yang diawali dengan diselenggarakannya festival
musik yang bernama 'KIMCHI K-POP’ (Korean Idols Music Concert Hosted
in Indonesia) pada bulan Juni 2011 di Jakarta yang menampilkan bintang KPop dari Korea seperti Super Junior dan Park Jung Min. Konser K-Pop
lainnya yang menyita perhatian besar sehingga menjadi headline di berbagai
media nasional Indonesia yakni digelarnya konser Super Show 4 oleh Super
Junior pada tanggal 27-29 April 2012 di Mata Elang Indoor Stadium Ancol,
Jakarta.
Perkembangan K-Pop juga mempengaruhi industri musik Indonesia
secara langsung. Dewasa ini dapat kita saksikan secara nyata perkembangan
K-Pop pada musik Indonesia yang ditandai dengan semakin banyaknya
kelompok musik terbentuk layaknya group musik K-Pop. Salah satunya
adalah Princess yang mulai terbentuk tahun 2011, Alika dan Danita adalah
anggota girlband Princess, menguraikan pada penulis bahwa girlband
Princess ini memang terbentuk karena terinspirasi oleh musik K-Pop dan
mengikuti fashion Korea Selatan dengan melihat perkembangan pasar musik
Indonesia yang cenderung menyukai K-Pop. Princess juga mengungkapkan
93
Hasil Wawancara terhadap Narasumber Ikhsan pada tanggal 23 Maret 2012 Pukul 19.30 Wib di
Jakarta.
62
bahwa mereka akan segera meluncurkan single lagu terbaru berbahasa Korea
untuk memudahkan meraih keuntungan pasar musik Indonesia seiring
semakin banyaknya penggemar K-Pop di Indonesia.94
Di era globalisasi ini perkembangan K-Pop tidak terlepas dari peran
berbagai mainstream media. Bagaimana kini media elektronik di Indonesia,
melalui tayangan televisi mulai didominasi oleh tayangan berciri khas Korea
baik itu serial-drama hingga acara musik di Indonesia. Media elektronik
maupun media cetak di Indonesia semakin intens menyajikan rubrik khusus
K-Pop sehingga sangat memudahkan bagi penggemar K-Pop untuk
mengakses berita mengenai K-Pop beserta artis idola mereka. Pada mulanya
kita lebih mengenal Indosiar yang cenderung menayangkan program serial
drama Korea. Namun, seiring perkembangan K-Pop semakin popular,
semakin banyak stasiun TV mulai mengemas program acaranya dengan kesan
Korea. Bahkan saluran TV swasta di Jakarta yaitu O’Channel memiliki
program tayangan TopK-Pop TV yang ditayangkan setiap sabtu-minggu.
Stasiun TV swasta, SCTV tidak kalah saing dengan terus menampilkan
tayangan musik bertema K-Pop. SCTV telah menayangkan program musik
‘K-Pop vs I-Pop’ yang menampilkan boy/girlgroup dari Korea dan Indonesia.
Adapun salah satu media online terbesar di Indonesia yakni detik.com juga
memiliki rubrik khusus K-Pop.
94
Hasil Wawancara terhadap Narasumber Alika dan Danita pada tanggal 23 Maret 2012 Pukul
20.00 Wib di Jakarta.
63
Perkembangan Korean wave di Indonesia disertai dengan begitu
banyaknya produk-produk industri budaya Korea Selatan yang masuk ke
Indonesia dan mengambil tempat tersendiri di hati rakyat Indonesia.
Hegemoni K-Pop menginspirasi generasi muda Indonesia untuk mengikuti
bahkan meniru gaya mereka. Masyarakat Indonesia mulai lebih cenderung
mendengarkan musik K-Pop, membeli album musik K-Pop, membuat
boyband atau girlband layaknya artis K-Pop, terlibat dalam komunitas K-Pop,
berpartisipasi dalam kontes K-Pop dan meniru mode artis K-Pop hingga
bahkan mulai mempelajari budaya dan bahasa Korea.
Minat masyarakat terhadap studi Korea dan bahasa Korea menjadikan
Pemerintah Korea Selatan akan meningkatkan jumlah lembaga pengajaran
bahasa Korea di luar negeri untuk orang asing sejumlah 200 lembaga pada
tahun 2016, seiring peningkatan popularitas budaya pop Korea yang
meningkatkan permintaan untuk belajar bahasa Korea.
95
Hal tersebut
menunjukkan bahwa bagaimana perkembangan K-Pop membawa pengaruh
signifikan tidak hanya kepada budaya Korea itu sendiri melainkan negara
Korea secara keseluruhan. Soft diplomacy menjadi salah satu cara yang paling
ampuh dalam dapat memenangkan hati negara lain karena melalui budaya
dapat meningkatkan pemahaman internasional yang memberikan kontribusi
positif untuk memajukan kerjasama dan memberikan pengaruh terhadap
perluasan perannya pada tingkat internasional.
95
Yonhap News Agency. 2012. Number of Overseas Korean language institutes to rise to 200 by
2016. [Online].
http://english.yonhapnews.co.kr/culturesports/2012/02/22/0701000000AEN2012022
2005300315.HTML. Diakses pada tanggal 24 Februari 2012 pukul 20.16 Wita.
64
BAB IV
PENGARUH SOFT DIPLOMACY DALAM MEMBANGUN CITRA
KOREA SELATAN DI INDONESIA
A. Strategi Pelaksanaan Soft Diplomacy Korea Selatan Dalam Membangun
Citranya di Indonesia.
Dewasa ini subjek dan objek diplomasi telah diperluas dari aktor-aktor
yang berorientasi Pemerintah ke aktor non-Pemerintah (Multi-track
diplomacy). Dari segi alat diplomasi, pentingnya soft power termasuk aset
budaya, nilai kebangsaan dan nation branding juga telah sangat berkembang.
Menanggapi
perubahan
ini
dalam
lingkungan
diplomatik,
MOFAT
melakukan soft diplomacy dengan melibatkan berbagai jalur diplomasi
sebagai bentuk strategi seperti track one diplomacy, track two diplomacy,
track three diplomacy, track four diplomacy dan track nine diplomacy sebagai
bagian dalam multi-track diplomacy untuk mempromosikan Korea Selatan
melalui pendekatan di bidang seni dan budaya dalam mewujudkan citra
Global Korea. Soft diplomacy tersebut juga bertujuan untuk mempromosikan
pemahaman yang lebih baik melalui nilai-nilai budaya antara bangsa dan
negara dalam menciptakan suasana yang sesuai untuk meningkatkan
hubungan berbagai kalangan baik dari kalangan Pemerintahan maupun
kalangan non-Pemerintahan.
Dengan demikian, dalam rangka membangun citra Global Korea
sebagai tujuan nasional di masa Pemerintahan Presiden Lee Myung Bak
dibutuhkan keahlian dan strategi yang benar dan efektif karena citra dapat
dihasilkan dari strategi yang komprehensif baik dari sisi isi, pengemasan
65
maupun sasaran yang akan dituju. Meningkatkan citra bangsa memerlukan
upaya jangka panjang sehingga harus disertai strategi yang luas dan universal
pada hasil yang diinginkan agar tidak dibatasi oleh afiliasi politik. Oleh
karena itu, strategi pelaksanaan soft diplomacy yang dilakukan secara
kompeten didukung oleh kemampuan persuasi, berkomunikasi dan negosiasi
melalui bentuk multi-track diplomacy. First Secretary of Republic of Korea
Embassy, Mr.Kim Do Hyung menyatakan bahwa ada 4 strategi yang
dilakukan
sebagai
upaya
mewujudkan
visi
Global
Korea
sebagai
pembangunan citra bangsa yaitu sebagai berikut:
1. Mengembangkan Seni Kebudayaan
Pelaksanaan strategi ini terkait dengan track one diplomacy yang
melibatkan peran pemerintah. Soft power menjadi semakin penting dan
budaya telah meningkat sebagai unsur inti daya saing antarbangsa dan
sumber daya ekonomi yang menghasilkan nilai tambah sehingga diplomasi
budaya telah menjadi salah satu pilar dalam pelaksanaan diplomasi yang
diterapkan oleh Pemerintah Korea Selatan. Langkah awal yang diambil
oleh pemerintah dengan mengembangkan seni kebudayaan dalam
pelaksanaan diplomasinya menjadi penting untuk pelaksanaan diplomasi
kedepannya. Hal tersebut terkait bagaimana budaya sangat dibutuhkan
sebagai sarana untuk membangun persahabatan dengan negara-negara lain
karena kebudayaan menjadi ciri khas setiap bangsa.
Interaksi antara budaya yang berbeda akhirnya dapat mengarah
untuk menghargai keanekaragaman antarbangsa. Ketika kepekaan budaya
66
diperoleh, maka perhatian publik dan partisipasi akan secara alami
mengikuti. Dari perhatian dan partisipasi publik tersebut akan tercipta
suatu opini publik yang membentuk citra terhadap suatu negara.
Kebudayaan merupakan unsur paling penting dalam membangun citra
bangsa yang pada akhirnya memberi pengaruh positif pada faktor-faktor
lain yang membangun citra nasional secara keseluruhan, seperti faktorfaktor politik, sosial dan ekonomi. Oleh karena itu, kebudayaan menjadi
media komunikasi yang dapat menyampaikan isi atau misi politik luar
negeri suatu negara.
Korea Selatan sebagai masyarakat homogen juga kaya akan
kebudayaan yang masih kerap diterapkan oleh masyarakatnya dalam
kehidupan sehari-hari. Konten kesenian kebudayaan Korea semakin terus
dikembangkan tanpa menghilangkan nilai khas karakter budaya tradisional
Korea. Konten dari kesenian dan kebudayaan Korea Selatan penting untuk
dikembangkan agar dapat dinikmati oleh seluruh bangsa di berbagai
belahan dunia. Seiring dengan perwujudan pencitraan Global Korea,
Korea berusaha menjadikan budayanya menjadi lebih modern agar dapat
dinikmati oleh seluruh masyarakat internasional tanpa meninggalkan unsur
kekhasan budayanya sebagai budaya bangsa yang mendunia.
Sebagai bentuk penerapan strategi dalam mengembangkan
kesenian dan kebudayaan, sejak tahun 2009 Pemerintah Korea Selatan
menggelar kegiatan kebudayaan setiap tahun di Indonesia yakni,
pergelaran kebudayaan Korea yang bertema Korea-Indonesia Week
67
dengan menampilkan beragam budaya Korea dari musik tradisional,
pameran kerajinan tradisional Korea hingga pementasan konser K-Pop
yang menjadi daya tarik utama bagi peserta pameran tersebut. Selain itu
pula, Korean Culture Centre yang telah dididirikan di Indonesia tidak
hanya menyajikan, memperkenalkan dan mengajarkan mengenai budaya
tradisonal Korea tetapi juga mengikutsetakan unsur budaya popular di
dalamnya, seperti dibukanya kelas K-Pop dance, screening film Korea,
dan menyelenggarakan berbagai kontes dan event terkait K-Pop. Di
Korean Culture Centre masyarakat Indonesia juga dapat mengikuti kelas
pembelajaran bahasa Korea. Dengan adanya kegiatan tersebut dapat
menarik hati masyarakat Indonesia secara tidak langsung untuk mengenal
Korea secara keseluruhan dan membangun citra bangsa Korea di
Indonesia.
2. Mengembangkan Sikap Profesionalisme.
Perubahan fundamental dimana arus globalisasi yang melahirkan
revolusi teknologi informasi dan telah membawa perubahan dalam praktik
diplomasi serta masalah-masalah kompleks yang menghapus batasan
nasional suatu negara semakin menguatkan peran aktor non-negara seperti
media massa, NGOs ataupun INGOs yang menjadikan globalisasi bisnis
hingga meningkatnya peran masyarakat dalam hubungan internasional.
Dalam pelaksanaan strategi ke dua ini dilakukan melalui bentuk track two
diplomacy, track three diplomacy dan track four diplomacy. Tidak seperti
beberapa negara-negara lain, Korea memiliki kemampuan yang bisa
68
menyukseskan pelaksanaan soft diplomacy karena aktor negara dan aktor
non-negara
bekerjasama
secara
aktif
menjadi
promotor
guna
meningkatkan soft power. Namun upaya koordinasi dan kerjasama antara
Pemerintah dan para aktor non-negara profesional perlu diselaraskan agar
dapat mencapai tujuan akhir secara maksimal.
MOFAT telah mempromosikan kegiatan pelaksanaan diplomasi
publik untuk menanggapi lingkungan diplomatik baru di mana subjek dan
objek diplomasi diperluas dari Pemerintah hingga peran individu. MOFAT
menjadikan tahun 2010 sebagai titik awal untuk mempromosikan
diplomasi publik dan mendirikan Korea Public Diplomacy Forum
(KPDF). Selain itu, MOFAT telah membuat upaya untuk memperkuat
kemampuan diplomatik Pemerintah lokal dan kelompok-kelompok sipil
dengan mendukung Pemerintah daerah untuk meningkatkan hubungan
internasional, membantu perusahaan-perusahaan non-profit, dan organisasi
non-Pemerintah yang terdaftar di MOFAT dalam melaksanakan hubungan
luar negeri.
Dewasa ini diplomasi yang tidak hanya menjadi tugas diplomat
professional semata, namun keterlibatan para pelaku bisnis (track three)
bersama dengan masyarakat (citizen diplomacy) juga memainkan peran
penting, dalam hal ini dilakukan oleh para bintang K-Pop bersama dengan
pelaku bisnis industri musik K-Pop menjadi duta Korea Selatan dalam
menjalankan soft diplomacy yang akan lebih membantu mengembangkan
budaya Korea ke negara-negara dunia ke tiga melalui hubungan bisnis
69
sehingga dapat membantu meningkatkan citra ataupun nation branding
Korea Selatan. Peran para selebritis tentunya dianggap akan lebih menarik
karena mereka sudah dikenal oleh masyarakat sehingga berkontribusi
untuk meningkatkan hubungan luar negeri Korea Selatan. Oleh karena itu,
pelaksanaan strategi dengan mengembangkan sikap profesionalisme
melalui keterlibatan para aktor non-negara dalam pelaksanaan soft
diplomacy juga akan sangat membantu meningkatkan sektor pariwisata
yang
secara
otomatis
pengaruhnya
dapat
meningkatkan
sektor
perekonomian Korea Selatan. Perusahaan multi nasional di Korea seperti
Samsung dan LG menjadikan selebritis K-Pop sebagai brand ambassador
produknya agar dapat mempermudah promosi dan menarik daya beli
masyarakat.
Iklan
yang
menampilkan
para
artis
K-Pop
telah
mengakibatkan peningkatan penjualan produk-produk brand Korea,
seperti ponsel Samsung atau peralatan listrik LG.96
Korea Selatan juga semakin gencar menarik wisatawan asing ke
Korea dengan menjadikan dampak K-Pop sebagai alasan utama mengapa
para wisatawan tertarik mengunjungi Korea. K-Pop pun menjadi ujung
tombak pariwisata. Oleh karena itu, Pemerintah Korea Selatan menjalin
kerjasama dengan industri musik terbesar di Korea seperti SM
Entertainment,
JYP
Entertainment
dan
YG Entertainment
untuk
memaksimalkan efek sinergis yang mengkhususkan diri dalam penyebaran
Korean wave sebagai upaya memperkenalkan, menyebarluaskan serta
96
VOA News. 2006. Asia Goes Crazy Over K-Pop. [Online].
http://english.chosun.com/site/data/html_dir/2006/01/07/2006010761003.html.
Diakses pada tanggal 20 Februari 2012 pukul 20.04 Wita.
70
mempromosikan budaya dan pariwisata Korea Selatan di dunia
internasional.
Pada tahun 2011, Korea Tourism Organization (KTO) bekerja
sama dengan SM Entertainment dalam mempromosikan pariwisata Korea
melalui pertunjukan Konser K-Pop di berbagai negara. Konser tersebut
mendapat bantuan dana dari Pemerintah senilai Rp3,3 miliar.97 Disamping
itu pula, JYP Entertainment, perusahaan hiburan yang mempopulerkan
girlband Miss A dan boyband 2PM ditunjuk secara resmi oleh KTO
sebagai Duta Pariwisata 2012. KTO telah mencanangkan berbagai
program peningkatan kunjungan wisata ke Korea. Touch Korea adalah
sebuah program inisiatif dari KTO yang telah dicanangkan sejak tahun
2010 sebagai kampanye interaktif yang berusaha untuk mensimulasikan
Korea secara virtual kepada para wisatawan.98
Program pariwisata Touch Korea juga menawarkan paket tur ke
lokasi syuting serial drama serta tawaran menghadiri beragam konser KPop. Hal tersebut dianggap sebagai strategi yang akan lebih mudah untuk
menarik perhatian para wisatawan asing yang memang penggemar K-Pop.
Di Indonesia itu sendiri, artis Sandra Dewi ditunjuk oleh Korean Tourism
Organization Jakarta untuk menjadi duta pariwisata Seoul untuk Indonesia
sejak tahun 2011. Upaya tersebut bertujuan tidak hanya memperkenalkan
97
Mutya Hanifah. 2012. K-Pop Ujung Tombak Pariwisata Korea. [Online].
http://travel.okezone.com/read/2012/04/17/407/613234/K-Pop-ujung-tombakpariwisata-korea. Diakses pada tanggal 18 April 2012 pukul 16.13 Wita.
98
Noh Hyun-gi. 2011. KTO offers virtual dates with K-Pop stars. [Online].
http://www.koreatimes.co.kr/www/news/art/2012/05/201_101202.html. Diakses
pada tanggal 24 Desember 2011 pukul 14.44 Wita..
71
budaya dan pariwisata Korea di Indonesia melainkan pula dapat menjadi
perekat hubungan diplomasi antara Korea-Indonesia dimana kedua negara
akan saling bertukar informasi mengenai kebudayaan dan sektor
pariwisata mereka masing-masing.
Peran para selebritis tidak hanya untuk membangun citra Korea
dalam menarik kunjungan wisatawan ke Korea melainkan pula sudah
mulai dilibatkan dalam peningkatan hubungan di bidang politik dan militer
Korea Selatan. Selebritis Korea sering menerima undangan negara dalam
mendukung pelaksanaan kegiatan politik Korea Selatan; sebagai contoh
Aktor Korea Jang Geun Suk bersama boyband Korea JYJ menjadi duta
kehormatan untuk Seoul Nuclear Security Summit 2012. Selain itu, hal
tersebut dapat terlihat pada saat Pemerintah Korea Selatan menjalin
kerjasama militer bersama dengan Indonesia. Pada kunjungan kenegaraan
dari pihak militer Korea ke Indonesia bersama dengan Duta Besar Korea
Selatan untuk Indonesia, Kim Young-san, pada bulan Oktober 2011
mengikutsertakan aktor Korea yang sedang menjalani wajib militer yakni
Hyun Bin, yang ditunjuk menjadi duta militer Korea Selatan. Menurut
Kepala Dinas Penerangan TNI-AL Laksamana Pertama Untung Suropati,
kedatangan Hyun Bin merupakan bentuk soft diplomacy oleh pemerintah
Korea Selatan untuk memperkuat hubungan dengan Indonesia. 99
Strategi tersebut bertujuan membentuk kesan ataupun citra Korea
Selatan sebagai negara yang bersahabat dan kooperatif. Dari hasil
99
Media Indonesia. 2011. Soft Diplomacy ala Korea Selatan. [Online]. http://idsps.org/en/idspsnews-indonesia/berita-media/soft-diplomacy-ala-korea-selatan/. Diakses pada
tanggal 24 Desember 2011 pukul 18.41 Wita.
72
kunjungan militer tersebut, Pemerintah Indonesia dan Korea Selatan
sepakat mengukuhkan kerja sama pertahanan kedua negara, seperti dalam
produksi dan transfer teknologi untuk peralatan militer. Terkait kerja sama
industri pertahanan, kedua negara sepakat untuk diadakan produksi
bersama disertai alih teknologi seperti dalam pembuatan kapal jenis
“Landing Platform Dock” (LPD) dan kapal selam antara PT PAL dan
perusahaan kapal Daewoo Shipbuilding.
Pengembangan peran profesionalis aktor non-negara seperti pelaku
bisnis dan kalangan selebriti tentunya memiliki peran yang signifikan
dalam membentuk citra ataupun cara pandang masyarakat dalam menilai
suatu bangsa. Selebritis sebagai public figure mampu menarik hati
masyarakat seiring dengan popularitas yang mereka raih dan disukai oleh
masyarakat. Maka dari itu, keterlibatan para selebritis K-Pop dianggap
semakin memiliki peran penting dalam misi diplomatik. Dimensi budaya
dan publik menjadi elemen mendasar dari soft diplomacy dalam
mempengaruhi kebijakan luar negeri suatu negara.
Hubungan melalui bidang kebudayaaan merupakan hubungan
kerjasama yang bersifat personal karena langsung berhubungan antara
masyarakat Korea dan Indonesia sehingga dapat memberikan pengaruh
secara langsung dan tidak langsung. Pemerintah kedua negara hanya
memegang peranan dalam menjembatani dan memberikan ruang bagi
masyarakat dalam menyalurkan budaya Korea masuk ke Indonesia.
Namun dalam perkembangannya selanjutnya, masyarakatlah (citizen
73
diplomacy) yang memegang peranan penting untuk penyebaran budaya
Korea lebih luas dan memberi dampak di dalam masyarakat itu sendiri.
3. Memanfaatkan Teknologi Media Komunikasi dan Informasi.
Pelaksanaan strategi ini sangat terkait dengan track nine
diplomacy. Penempatan teknologi media komunikasi berada pada awal dan
akhir proses diplomasi yang mana menjadikan media sebagai satu
rangkaian yang tidak terputus dalam proses diplomasi. Hal tersebut
dikarenakan diplomasi termasuk proses pengolahan dan pemanfaatan data
informasi dalam memperjuangkan kepentingan nasional yang berakhir
pada hasil akhir mencapai tujuan nasional. Penggunaan teknologi media
komunikasi dan informasi menjadi salah satu strategi penting yang diambil
oleh Pemerintah Korea Selatan karena menjadi bagian terintegrasi dari
pelaksanaan soft diplomacy tersebut. Teknologi media informasi
mendorong penyebaran budaya Korea bersama dengan K-Pop semakin
luas dan cepat dari berbagai mainstrem media.
Dalam bidang politik, kemajuan yang telah dicapai media dapat
dikatakan sebagai faktor kunci keberhasilan diplomasi masa kini karena
menyebabkan secara efektif terbukanya proses diplomatik bagi aktor-aktor
yang berbeda dan mengakhiri diplomasi yang selalu dimonopoli oleh para
negarawan dan diplomat. Oleh karena itu, Pemerintah Korea Selatan
menyusun strategi dengan menggunakan jalur diplomasi media untuk
memanfaatkan
kemajuan
industri
teknologi
informasi
dalam
mengembangkan kebudayaan Korea. Hal tersebut akan mudah terlaksana
74
mengingat Korea Selatan adalah salah satu negara yang sangat maju dalam
perkembangan teknologi informasi, digitalisasi dan memiliki jaringan
internet tercepat di dunia. Perkembangan teknologi media massa
memungkinkan akses informasi dengan mudah dan biaya rendah dengan
memanfaatkan internet tanpa halangan birokratis dan dapat memberikan
pengaruh yang lebih cepat dan luas ke seluruh lapisan masyarakat di
dunia.
Pemerintah dan media massa perlu selalu bersinergi, karena media
sangat penting sebagai sarana paling strategis untuk pemberian informasi
dan menerima feedback dari publik. MOFAT telah berusaha untuk
mempromosikan
diplomasi
publik
melalui
media
visual
dengan
menyediakan tayangan stasiun TV di luar negeri terkait untuk
memperkenalkan budaya Korea pada masyarakat asing. MOFAT telah
menjalin kerjasama dengan Korean Foundation dan Arirang TV. Di lain
pihak, Badan Penyiaran Nasional Korea-KBS dan MOFAT juga telah
menandatangani MoU untuk bekerjasama dalam berbagai proyek demi
globalisasi budaya Korea. Berdasarkan perjanjian tersebut kedua belah
pihak
akan
menyelenggarakan
berbagai
kegiatan
global
untuk
mempromosikan dan memanfaatkan konten KBS untuk tujuan umum
dalam berbagi informasi budaya Korea dan rancangan program bersama
terkait proyek tersebut.100
100
KBS. 2012. KBS dan Pemerintah Tandatangani MoU Untuk Proyek Kerjasama Hallyu Global.
[Online]. http://rki.kbs.co.kr/indonesian/news/news_Cu_detail.htm?No=25956.
Diakses pada tanggal 11 Maret 2012 pukul 09.27 Wita.
75
Peran media tidak hanya melalui tayangan media televisi namun
digitalisasi media juga telah memberikan peluang bagi K-Pop dalam
memimpin tren global. Dalam beberapa tahun terakhir, Pemerintah Korea
sangat
intens
dalam
menggunakan
akun
jejaring
sosial
dalam
mempromosikan Korea melalui serta perusahaan hiburan Korea telah
menjadikan YouTube sebagai komponen kunci internasional dalam
penyebaran budaya Korea. Penyebaran K-Pop melalui jejaring sosial
Youtube, Twitter dan Facebook terbilang sukses memberikan hasil yang
menguntungkan tidak hanya bagi pernyanyi K-Pop semakin dikenal
karyanya tetapi juga semakin dikenalnya brand produk Korea Selatan
bersama dengan budaya Korea itu sendiri di tingkat Internasional. Bahkan
Youtube dan Facebook telah membuat saluran akses khusus K-Pop setelah
melihat popularitas yang telah diraih budaya popular Korea Selatan
tersebut, sehingga akan lebih memudahkan penyebarluasan produk budaya
Korea Selatan.
4. Melakukan Interaksi Kebudayaan Melalui Korean Wave.
Upaya Pemerintah Korea Selatan dalam mengembangkan seni
kebudayaan sebagai soft diplomacy yang melibatkan sikap profesionalisme
aktor non-negara dan didukung penyebarannya melalui media disusun
sebagai langkah strategi membangun citra Korea, dilengkapi oleh pilar
strategi akhir yakni melalui budaya Korean wave agar terjadi kontinuitas
interaksi kebudayaan. Pengembangan konten budaya Korea yang tidak
hanya terkait budaya tradisional tetapi juga budaya popular tentunya
76
diharapkan dapat menyukseskan pelaksanaan soft diplomacy Korea
Selatan.
Korean wave adalah sebuah bentuk budaya popular Korea Selatan
yang terdiri dari genre serial-drama, film dan musik yang memang telah
dirancang sedemikian rupa dengan penuh bakat dan kreatifitas agar
diterima oleh masyarakat luas sehingga dapat memberikan dampak
ataupun pengaruh yang signifikan di seluruh dunia dan menguntungkan
bagi Korea Selatan. Korean wave secara fundamental meningkatkan citra
budaya bangsa yang memberi pengaruh terhadap pandangan orang menilai
citra politik, ekonomi dan sosial Korea Selatan.101
Berdasarkan pernyataan Mr. Kim dari hasil wawancara yang
dilakukan penulis bahwa:
Dengan menjalin dan mengharmonisasikan hubungan kerjasama
antara aktor negara dan non-negara dapat memperkuat ekspansi
budaya Korean wave terlaksana sebagai bagian diplomasi secara
berkelanjutan. Dalam perkembangan domestik, Pemerintah juga
melakukan koorporasi yang baik dengan masyarakat sipil untuk
pengembangan Korean wave yang mana kedepannya juga
terjadi hubungan masyarakat lintas negara dalam menyebarkan
Korean wave itu sendiri. Melalui cara tersebut, ekspansi Korean
wave dapat terus berkelanjutan dan menyebar secara luas.
Pemerintah Korea berusaha untuk membentuk dan
mempertahankan networking tersebut.102
Dengan demikian, salah satu bentuk strategi pembangunan citra
melalui pelaksanaan soft diplomacy Korea agar mengalami keberlanjutan
di Indonesia adalah dengan melalui program pencarian bakat penyanyi K-
101
Sue Jin Lee. 2011. The Korean wave: The Soul of Asia. The Elon Journal of Undergraduate
Research in Communications. Vol.2 No. 1. Hal 90
102
Hasil Wawancara terhadap Narasumber Kim Do Hyung pada tanggal 12 April 2012 pukul
11.00 Wib di Jakarta.
77
Pop “Galaxy Superstar” pada tahun 2012. Program tersebut dilaksanakan
oleh salah satu perusahaan agensi musik di Korea yakni PT. YS
Entertainment dan disponsori oleh salah satu perusahaan multi nasional
terbesar Korea, Samsung serta bekerjasama dengan stasiun TV Indosiar
sebagai media-partner. Galaxy Superstar dapat dikatakan sebagai strategi
khusus yang dilakukan di Indonesia, karena Indonesia adalah negara
pertama yang menjadi pilihan tempat audisi untuk mencari bakat
penyanyi. Para pemenang audisi tersebut dikirim ke Korea Selatan untuk
mendapatkan pelatihan dan dipersiapkan untuk memulai debut karirnya di
kawasan Asia.
Para pemenang kompetisi Galaxy Superstar yang telah tinggal dan
dilatih secara langsung di Korea tidak hanya saja mendapatkan ilmu
dibidang seni musik dan tari tetapi saat kembali ke Indonesia dapat
menerapkan nilai-nilai budaya Korea yang telah mereka dapatkan secara
langsung maupun tidak langsung dan menjadikannya sebagai ikon budaya
baru di Indonesia. Interaksi kesenian dan kebudayaan melalui budaya pop
seperti K-Pop diharapkan dapat menjadi kesempatan baru bagi masyarakat
Indonesia untuk mengenal budaya-budaya tradisonal Korea disamping
budaya popular yang dimilikinya. Dengan adanya ketertarikan awal
terhadap Korea karena menyukai K-Pop, secara perlahan tapi pasti mereka
akan mulai mengenal dan mempelajari budaya Korea lainnya.
78
Selain program Galaxy Superstar, juga ada serial drama kerjasama
Korea-Indonesia yang berjudul Saranghae, I Love you dibintangi aktris
Indonesia Revalina S. Temat dan penyanyi Korea, Tim Hwang. Dengan
dua arah pertukaran pemain kali ini, sangat memungkinkan gelombang
minat dalam segala hal mengenai Korea berlangsung sedikit lebih lama
daripada tren sebelumnya. Strategi seperti ini tentunya akan dapat menjaga
kontinuitas budaya Korean wave di Indonesia dan semakin mengukuhkan
pengaruh soft diplomacy Korea Selatan. Serial drama Korea-Indonesia
yang mengambil tempat syuting di Bali dan Korea tentunya akan saling
menguntungkan kedua negara karena saling bertukar nilai ataupun
karakter budaya masing-masing serta mengeksplor berbagai tempat wisata
ke dua negara secara luas.
Melalui upaya pengenalan Korea lebih dalam, maka akan semakin
banyak masyarakat Indonesia mengetahui potensi Korea dan pada
akhirnya akan semakin banyak pula dukungan bagi Korea Selatan untuk
menjadi salah satu pemimpin dunia. Soft diplomacy yang juga melibatkan
kaum professional baik itu pelaku bisnis, individu hingga selebritis dan
didukung
oleh
peran
media
akan
lebih
memudahkan
untuk
menyebarluaskan dan menjaga keberlanjutan invasi Korean wave.
Pemerintah Korea Selatan tidak hanya ingin Korean wave menjadi
fenomena sesaat tetapi prosesnya dapat terus berlanjut dan diterima
dengan baik oleh masyarakat.
79
B. Pengaruh Soft diplomacy Dalam Membangun Citra Korea Selatan di
Indonesia.
Dalam menjalankan hubungan diplomatik, soft diplomacy penting
diterapkan oleh Korea Selatan dalam memaksimalisasikan soft power yang
telah dimilikinya. Keterampilan dalam berdiplomasi merupakan salah satu
bentuk upaya kompromi mencapai kesepakatan untuk penyelesaian masalah
dalam menciptakan perdamaian dan mencapai kepentingan nasional.
Perubahan era dan kemajuan teknologi yang semakin pesat menginisiatif
MOFAT melakukan berbagai proyek-proyek diplomatik budaya secara aktif
melalui Korean wave dengan maksud untuk meningkatkan nation branding
Korea dalam mewujudkan citra Global Korea. Hal tersebut terkait konflik
semenanjung Korea yang telah menyita perhatian begitu penting dari
Pemerintah tentunya bisa menyulitkan pembangunan citra Korea Selatan
yang damai dan sebagai negara yang kooperatif.
Kebijakan soft diplomacy yang diarahkan Pemerintahan saat ini
berperan besar dalam meningkatkan citra nasional bangsa. Menurut laporan
yang dikeluarkan pada tanggal 2 Februari 2012 oleh Samsung Economy
Research Institute (SERI) yang dirilis dalam kerjasama dengan Presidential
Council on Nation Branding, Korea Selatan menempati peringkat 15 pada
Nation Brand index yang mana meningkat tiga peringkat dari posisi di tahun
2010. SERI menganalisis bahwa bagaimana peran internasional Korea
menyelenggarakan berbagai event internasional Daegu IAAF World
Championships tahun 2011, Winter Olympic di Pyeongchang tahun 2018 dan
80
meningkatnya kegiatan global oleh perusahaan multinasional Korea serta
turut sertanya pengaruh penyebaran Korean wave telah memberi kontribusi
dalam peningkatan citra Korea.103
Korean wave telah memberikan keuntungan yang begitu besar bagi
Korea Selatan. Selain bisnis hiburan yang terus meningkat, melalui K-Pop
juga dapat membantu Korea Selatan untuk memperbaiki citranya di mata
dunia setelah perang sipil dengan Korea Utara. K-Pop tidak hanya menjadi
karakter khas musik Korea, tetapi merupakan karakter bangsa yang
menimbulkan ketertarikan dan kepercayaan publik internasional untuk
melakukan kerjasama dan pembentukan jaringan internasional lainnya. Citra
negatif korea di masa lampau dikaitkan dengan Zona Demiliterisasi,
pembagian wilayah, kemiskinan dan gangguan perpolitikan kini telah berubah
menjadi citra Global Korea dimana secara perlahan bercirikan menjadi
sebuah bangsa yang demokratis, modern, kooperatif dan proaktif dalam
kegiatan internasional, serta menjadi ikon atau simbol budaya baru di dunia
hiburan musik dan fashion serta memiliki teknologi mutakhir di dunia.104
Perkembangan Korean wave sangat pesat terjadi di Indonesia dalam
kurun waktu tahun 2008 hingga tahun 2012 yang disertai dengan
terbentuknya citra ataupun pandangan positif masyarakat Indonesia terhadap
Korea Selatan. Citra masyarakat Indonesia yang terbentuk terhadap Korea
dan pada akhirnya dapat mempengaruhi keputusan para pembuat kebijakan
103
Hwang Dana. Korea Enjoys Enhanced Nation Brand Through Global Diplomacy. [Online].
http://www.korea.net/NewsFocus/Policies/view?articleId=98738. Diakses pada
tanggal 19 Februari 2012 pukul 22.38 Wita.
104
Youna Kim. 2011. Globalization of Korean Media. Hallyu: Influence of Korean Popular
Culture in Asia and Beyond. Do Kyun Kim dan Min-Sun Kim (eds). Hal. 37
81
politik luar negeri. Korea Selatan pun memiliki tujuan dibalik citra negaranya
yang semakin positif yakni menyangkut perkembangan politik yang
mendukung perubahan. Sebuah negara yang dulunya dibawah kekuasaan
imperialisme kini berubah menjadi negara yang demokrat dan liberal. Dengan
adanya pencitraan yang dibangun oleh Korea Selatan di Indonesia dapat
menjadikan hubungan bilateral kedua negara semakin erat sehingga dapat
membantu meningkatkan berbagai sektor dari hubungan politik, ekonomi dan
tentunya sosial-budaya.
Pembangunan citra Korea Selatan di Indonesia tentu memberikan
pengaruh di bidang politik. Historikal hubungan politik Korea Selatan dan
Indonesia tidak pernah mengalami konflik sehingga menjadikan hubungan
perpolitikan kedua negara semakin erat. Dari segi pencitraan tersebut
diharapkan ruang lingkup perpolitikan Korea Selatan semakin lebih kuat
dalam upaya rekonsiliasi dengan Korea Utara. Indonesia yang memiliki
politik luar negeri Bebas-Aktif dapat bersikap netral dalam melihat
permasalahan semenanjung Korea. Korea Selatan dapat menjalankan proses
rekonsiliasi dengan Korea Utara melalui bantuan Indonesia, apalagi Indonesia
juga memiliki hubungan diplomatik yang baik dengan Korea Utara. Di era
Pemerintahan Megawati, dilakukan pertemuan antara Pemerintah KoreaIndonesia untuk merundingkan masalah reunifikasi Korea. Korea Selatan pun
mendapat kesempatan untuk mencari jalan keluar dari permasalahan antar-
82
Korea karena Indonesia senantiasa mendukung upaya denuklirisasi dan
perdamaian di Semenanjung Korea.105
Hubungan politik Korea-Indonesia juga semakin ditingkatkan melalui
kerjasama demokrasi. Korea Selatan dan Indonesia bekerjasama dalam
mendorong demokrasi sebagai agenda strategis di Asia. Ke dua negara telah
berhasil menjadi pemimpin bersama dalam Bali Democracy Forum tahun
2010 dan telah memberikan landasan yang kuat bagi kedua negara untuk
mengelola momentum demokrasi di seluruh kawasan Asia. Korea Selatan
adalah negara yang pertama kali mengambil peran aktif dalam mendorong
kawasan Asia Timur untuk menuju suatu komunitas masyarakat Asia Timur.
Dengan bekerja sama dengan Indonesia sebagai salah satu negara yang
berperan penting di ASEAN, visi ini akan berfungsi sebagai jalan panduan
untuk mencapai Asia Timur yang stabil dan makmur.
Seiring dengan hubungan politik yang dijalin baik dengan suatu
negara dan citra yang terbentuk maka kerjasama di bidang lainnya akan
terdorong ikut lebih maju. Meningkatnya image Korea Selatan melalui K-Pop
yang diimplementasikan sebagai salah satu bentuk instrumen pelaksanaan soft
diplomacy juga memiliki pengaruh positif di bidang ekonomi. Korea Selatan
yang memang telah dikenal maju dalam industri manufaktur, semakin gencar
memasarkan
produknya
sejalan
dengan
proses
penyebaran
K-Pop.
Masyarakat Indonesia tidak hanya menyukai musik K-Pop namun secara
perlahan para penggemar K-Pop tersebut seperti mewajibkan dirinya untuk
105
Yang Seung-Yoon. 2004. Hubungan Bilateral Korea-Indonesia Pada Era Asia Timur: Sebuah
Pembahasan dalam Perspektif Globalisasi. Jakarta: FISIP UI Press. Hal. 39.
83
memiliki produk-produk Korea. Strategi perusahaan Korea yang menjadikan
para selebritis K-Pop sebagai brand ambassador pemasaran produknya di
Indonesia dapat meningkatkan daya beli masyarakat Indonesia terhadap
produk Korea, seperti Samsung dan LG. Hal itu disebabkan oleh seiring telah
terpengaruhnya mereka oleh popularitas K-Pop dan sifat konsumtif
masyarakat Indonesia yang menjadikan mereka tidak hanya menyukai
musiknya tapi juga telah mulai mengikuti fashion Korea, menggunakan
produk buatan Korea hingga mengkonsumsi makanan khas Korea.
Menurut Asosiasi perdagangan internasional Korea pada tahun 2008
dari survei yang mereka lakukan terhadap 1.173 orang dari Asia Timur dan
Asia Tenggara, mengungkapkan bahwa 80 persen dari responden mengatakan
bahwa Korean wave telah mempengaruhi mereka untuk membeli produk
Korea Selatan, seperti ponsel dan peralatan elektronik lainnya. 106 Dengan
demikian, Korean wave telah memberikan keuntungan ekonomi bagi Korea
sekitar US$4,5 milyar. 107 Hal tersebut menandakan bahwa K-Pop sebagai
salah satu wujud bentuk soft diplomacy Korea Selatan berhasil meningkatkan
nation branding serta permintaan terhadap produk-produk budaya Korea.
Peningkatan yang signifikan dalam hubungan Indonesia-Korea Selatan juga
tercermin dengan baik melalui perkembangan pesat perdagangan bilateral
106
Yonhap News Agency. 2011.Korean wave Has Impact on Overseas Product Sales: Poll.
[Online].
http://english.yonhapnews.co.kr/business/2011/11/12/0502000000AEN2011111200
3100320.HTML. Diakses pada tanggal 24 Februari 2012 pukul 20.18 Wita.
107
Wonjun Chung dan Taejun David Lee. 2011. Hallyu As A Strategic Marketing Key in the
Korean Media Content Industry. Do Kyun Kim dan Min-Sun Kim (eds). Hallyu:
Influence of Korean Popular Culture in Asia and Beyond. Seoul: Seoul National
University Press. Hal. 437.
84
antara kedua negara. Pada tahun 2010, perdagangan bilateral antara kedua
negara melonjak menjadi US$20.27 miliar, meningkat 57 persen dari
US$12.88 miliar pada tahun 2009. Adapun investasi Korea Selatan di
Indonesia mencapai US$328 juta tahun 2010 dan Korea Selatan tercatat
sebagai 10 investor terbesar di Indonesia.108
Pengaruh di bidang ekonomi juga ditopang oleh sektor pariwisata
Korea Selatan yang tentunya tidak terlepas dari pengaruh signifikan dalam
pelaksanaan soft diplomacy ini. Industri pariwisata disoroti sebagai salah satu
pemasukan yang terbesar ketiga bagi Korea setelah IT, sektor industri
elektronik dan transportasi lainnya.109 Korea Selatan menempati ranking ke32 dunia dalam hal industri pariwisata pada tahun 2011. Dunia bisnis
pariwisata di Korea secara aktif mengembangkan strategi pemasaran yang
cerdik untuk memperoleh manfaat dari lonjakan popularitas K-Pop yang
dikembangkan dalam upaya untuk menarik lebih banyak wisatawan asing ke
Korea. Industri pariwisata Korea telah mengalami pertumbuhan 10 % setiap
tahun selama beberapa tahun terakhir sehingga jumlah wisatawan
internasional yang ditargetkan mencapai 1.5 milyar pada tahun 2020 menjadi
hal yang tidak mustahil dapat dicapai. 110 Bintang K-Pop telah muncul sebagai
108
Aburizal Bakrie. 2011. Mempererat Kerjasama Indonesia-Korea. [Online].
http://icalbakrie.com/?p=1246. Diakses pada tanggal 11 Maret 2012 pukul 10.06
Wita.
109
Korean Tourism Organization. [Online].
http://kto.visitkorea.or.kr/eng/tourismStatics/economicBenefits.kto. Diakses pada
tanggal 29 Maret 2012 pukul 23.06 Wita.
110
KBS. 2012. Expo Pariwisata Korea 2012 Dibuka Pekan Lalu. [Online].
http://world.kbs.co.kr/indonesian/program/program_economyweekly_detail.htm?No
=35355. Diakses pada tanggal 29 Maret 2012 pada pukul 12.34 Wita.
85
sumber daya pariwisata karena begitu banyak penggemar dari luar negeri
yang bersemangat untuk mengunjungi tanah air idola pop mereka.
Pihak Korea Tourism Organization di Jakarta (KTO) mengatakan
bahwa jumlah wisatawan Indonesia terus meningkat setiap tahunnya di
tengah semakin populernya Korean wave di Indonesia yang mana hal tersebut
diutarakan langsung oleh Manager Marketing KTO, Dwi Hapsari, bahwa
“sebanyak 125.000 warga Indonesia mengunjungi Korea sepanjang tahun
2011 yang mengalami pertumbuhan 30,8% dibandingkan tahun 2010”. 111
Warga Indonesia menjadi lebih antusias mengunjungi Korea setiap tahun
karena Korea memiliki banyak hal yang ditawarkan. Lokasi syuting drama
Korea paling terkenal menjadi obyek pariwisata yang digemari para
wisatawan untuk dikunjungi. Dari keberhasilan penayangan drama Korea
tersebut membangun citra Korea Selatan sebagai negara yang maju dan
terkesan sangat menarik, modis dan dinamis. Tentu dengan semakin
banyaknya masyarakat Indonesia yang mendatangi Korea selain berimplikasi
terhadap bertambahnya devisa negara juga dapat sekaligus lebih mendekatkan
secara emosional hubungan kemasyarakatan Korea Selatan-Indonesia.
Dalam proses selanjutnya, hubungan di bidang sosial-kebudayaan
muncul sebagai salah satu pengaruh soft diplomacy Korea Selatan di
Indonesia. Korean wave memberikan pengaruh yang nyata dan berperan
penting dalam memperkenalkan budaya Korea ke Indonesia. Dengan adanya
landasan kerjsama di bidang kebudayaan antara Korea Selatan-Indonesia dan
111
Hasil Wawancara terhadap Narasumber Dwi Hapsari pada tanggal 20 April 2012 pukul 14.00
Wib di Jakarta
86
dibentuknya Komisi Bersama Kebudayaan semakin mempermudah dalam
peningkatan hubungan sosial-budaya kedua bangsa. Adapun pengaruh budaya
Korea dalam masyarakat Indonesia dihimpun oleh penulis dari hasil
wawancara dengan beberapa masyarakat yang menyukai Korea, berawal dari
kegemaran mereka menonton serial drama Korea dan mulai menikmati musik
pop Korea selanjutnya akan mempelajari tentang budaya Korea. Kemudian,
mereka mencoba makanan Korea seperti apa yang mereka lihat dalam serialdrama ataupun film Korea, lalu mulai mengenal pakaian tradisional Korea
‘Hanbok’. dan bahkan belajar beberapa kosa kata Korea melalui lirik lagu KPop. Disamping itu pula, banyaknya warga Korea di Indonesia membantu
mendorong berjalannya proses hubungan timbal-balik kebudayaan antara
masyarakat kedua negara. Tercatat bahwa, warga negara Korea adalah warga
negara asing terbanyak yang bermukim di Indonesia yakni sekitar 30.000
orang.
Konektivitas kemasyarakatan antara kedua negara semakin meningkat,
seperti yang bisa kita lihat saat ini, ketertarikan terhadap K-Pop telah
merubah pola industri hiburan di Indonesia. Para pengusaha industri hiburan
nampaknya sangat memahami bahwa masyarakat Indonesia, terutama kaum
remaja, mulai terkena demam K-Pop. Karena itulah, mereka mulai
menciptakan semacam imitasi dari budaya pop Korea ke dalam budaya pop
Indonesia, seperti menciptakan boyband/girlband ala Korea seperti halnya
yang dilakukan dalam ajang pencarian bakat Galaxy Superstar. Para
pengusaha tersebut tentunya tahu betapa kaum remaja sangat mengidolakan
87
K-Pop dan dengan menciptakan imitasinya akan lebih mudah untuk menarik
minat pasar, kemudian keuntunganlah yang mereka dapatkan. Itulah sebabnya
saat ini begitu banyak boyband atau girlband Indonesia yang bermunculan
dengan mengusung aliran I-Pop (Indonesian Pop) yang dianggap hampir
mirip K-Pop dengan lirik bahasa Indonesia. Munculnya ikon I-Pop adalah
salah satu pengaruh soft diplomacy melalui Korean wave, karena berhasil
mengadaptasi K-Pop ke dalam budaya lokal Indonesia.
Capaian diplomasi suatu negara yang baik akan menempatkannya
sebagai negara yang disegani dan memiliki peran penting dalam percaturan
politik internasional. Soft diplomacy menjadi instrumen pelaksana kebijakan
politik luar negeri yang berguna bagi Korea Selatan untuk memproyeksikan
diri sebagai negara yang tidak konfrontatif karena mengedepankan soft
power. Tata laksana dan efektifitas soft diplomacy tersebut dapat memberikan
kesan yang positif dan diyakini memberi keuntungan dalam memediasai
kerjasama bilateral serta dapat memberi pengaruhnya secara tidak langsung
ke masyarakat. Berdasarkan pada salah satu tujuan utama dari penyebaran
Korean wave untuk mempromosikan model pengembangan ekonomi Korea
sebagai patokan bagi negara-negara berkembang menjadikan hubungan
bilateral Korea Selatan dan Indonesia memanfaatkan jalur budaya untuk
mempererat kerjasama ekonomi kedua negara dimana Indonesia dapat belajar
banyak dan mengadopsi model pengembangan ekonomi Korea Selatan
tersebut.
88
Instrumen telah bekerja secara efektif di Indonesia dan citra positif
yang terbentuk untuk mewujudkan Global Korea serta berhasil memperat
hubungan bilateral Korea-Indonesia di berbagai bidang. Pengaruh soft
diplomacy tersebut yang menjadi bentuk kemampuan untuk mengatur dan
ataupun mengubah perilaku individu atau kelompok dan negara terhadap
negara lain. Melalui Korean wave tersebutlah menunjukkan bahwa terdapat
kestabilan politik serta keamanan yang terjaga dan secara umum berhasil
mempengaruhi beberapa aspek penting seperti ekonomi dan hubungan
internasional Korea Selatan.
C. Prospek Membangun Citra Korea Selatan Di Indonesia Melalui Soft
Diplomacy
1. Peluang Membangun Citra Korea Selatan Di Indonesia Melalui Soft
Diplomacy
Dalam pelaksanaan hubungan internasional segala bentuk kebijakan
luar negeri yang diterapkan oleh suatu negara memiliki peluang dan
tantangan tersendiri dalam pelaksanaannya. Perbandingan yang nampak
antara peluang dan tantangan dari suatu hubungan diplomatik merupakan
salah satu faktor utama yang menentukan sukses atau gagalnya hubungan
diplomatik tersebut. Pengembangan soft power mudah dilakukan karena
material power yang dimiliki oleh Korea Selatan tidak lagi memiliki
permasalahan dengan pemenuhan kebutuhan dasar rakyatnya. Korea selatan
sebagai
negara
yang
tergolong
sukses
dalam
memajukan
sektor
perekonomiannya dapat memobilisasi instrumen kegiatan politik luar
89
negerinya yang lain. Kepopuleran daya tarik budaya suatu bangsa tentunya
berawal dari sisi perekonomian yang maju apalagi Korea Selatan juga
mengalami perkembangan secara pesat pada sektor teknologi transportasi,
komunikasi dan informasi.
Peluang dalam pelaksanaan soft diplomacy Korea Selatan di Indonesia
didukung oleh hubungan diplomatik yang dijalin kedua negara yang dianggap
sebagai hubungan yang saling mengisi dan bersifat mutual benefit. Seperti
apa yang telah diungkapkan oleh Prof. Yang bahwa:
Korea Selatan sebagai negara yang memiliki perkembangan
pesat dalam hal informasi teknologi dan memiliki modal adalah
suatu faktor yang dibutuhkan oleh Indonesia dalam membangun
negaranya. Sedangkan, Indonesia dipandang oleh Korea Selatan
sebagai sebuah negara yang kaya akan sumber daya alam dan
sumber daya manusia yang didukung oleh pasar yang luas.112
Korea Selatan dan Indonesia berada pada posisi yang saling
melengkapi di mana keduanya berpotensi untuk saling mengisi satu sama lain
apalagi kedua negara telah menandatangi MoU sebagai mitra kerjasama
strategis. Dari perspektif Korea Selatan, Indonesia menjadi salah satu sumber
bahan baku, tenaga kerja dan pasar konsumen yang besar untuk Industri di
Korea Selatan. Di satu pihak, Indonesia memerlukan modal dan investasi
serta produk-produk teknologi yang dimiliki oleh Korea Selatan. Korea
Selatan merupakan alternatif sumber teknologi khususnya di bidang heavy
industry, IT dan telekomunikasi. Indonesia berharap dapat memperkuat
ekonomi dan perdagangan Negara karena sadar akan peran Korea sebagai
112
Hasil Wawancara terhadap Narasumber Prof. Yang Seung Yoon pada tanggal 10 April 2012
Pukul 10.00 Wib di Jakarta.
90
mitra strategis dalam memperkuat sistem ekonomi dan mengatasi krisis
ekonomi.
Sistem demokrasi yang dianut oleh suatu bangsa juga menjadi salah
satu faktor pendukung dalam pelaksanaan soft diplomacy. Indonesia dan
Korea Selatan adalah negara yang menganut sistem demokrasi sehingga akan
memudahkan pelaksanaan soft diplomacy yang lebih terbuka. Indonesia dan
Korea Selatan telah pernah bekerja sama menjadi pemimpin dalam Bali
Democracy Forum (BDF) sehingga memberikan landasan yang kuat bagi
kedua negara untuk mengelola momentum hubungan diplomatik yang lebih
erat lagi. Indonesia sebagai mitra strategis Korea tentunya bernilai positif
karena historikal hubungan diplomatik yang tidak pernah mengalami konflik
akan semakin memudahkan proses diplomasi yang dijalankan.
Peluang yang begitu besar juga dimiliki oleh Korea Selatan dalam
pelaksanaan soft diplomacy K-Pop di Indonesia. Hal tersebut disebabkan oleh
daya saing K-Pop yang memang telah dipersiapkan untuk masuk ke pasar
internasional sangat kuat. Penyanyi K-Pop yang juga sebagai salah satu aktor
dalam soft diplomacy Korea ini menampilkan bakat yang berkualitas dan
didukung oleh penampilan fashion kalangan muda masa kini yang dengan
mudah dapat menarik hati masyarakat Indonesia sehingga meninggalkan
kesan yang positif. K-Pop cenderung menawarkan kenikmatan visual di
tengah relatif tingginya minat masyarakat Indonesia yang menyenangi bentuk
musik seperti itu secara visual yang disertai dengan dance. Secara tren global
menunjukkan musik dan tari relatif mirip di antara negara-negara di dunia.
91
Menikmati irama melalui tarian mudah menarik minat konsumen di luar
negeri karena dapat menikmati musik hanya dengan melihat tarian walaupun
tidak mengerti budaya dan bahasa Korea.
Korea Selatan adalah pemimpin global dalam pembangunan dan
distribusi teknologi internet dan ponsel sehingga dapat mempermudah dalam
upaya penyebaran budayanya sebagai bentuk soft diplomacy. Penyebaran KPop yang didukung oleh kecanggihan alat komunikasi dengan memanfaatkan
jaringan internet melalui postingan video promosi ke Youtube dan akun sosial
lainnya seperti twitter dan facebook menjadi peluang untuk mempromosikan
musik K-Pop dan memperkenalkan budaya Korea ke berbagai belahan dunia
menjadi lebih mudah. Masyarakat Indonesia yang begitu banyak juga terkenal
menjadi pengguna akun SNS terbesar, sehingga mereka akan lebih
mengetahui perkembangan K-Pop melalui internet.
Masyarakat Indonesia juga tergolong sangat terbuka dalam menerima
produk budaya asing. Apalagi budaya Korea Selatan yang memang termasuk
budaya timur dan memiliki kedekatan kultur dengan karakter bangsa
Indonesia menjadikan peluang bagi pelaksanaan soft diplomacy Korea
Selatan menjadi lebih besar. Selain itu pula, dalam menyebarkan pelaksanaan
soft diplomacy didukung oleh kepercayaan diri dan rasa nasionalisme rakyat
Korea melalui budaya populer mereka sebagaimana juga yang ditunjukkan
dalam setiap acara internasional. Budaya popular Korea menunjukkan
bagaimana Korea tetap menjaga nilai dan karakternya walaupun mendapat
pengaruh kultur dari barat. Penggambaran Korea dalam drama televisi,
92
sinematografi film Korea yang menarik dan plot cerita yang memiliki
kedekatan tradisi yang serupa dengan budaya bangsa Indonesia dalam
menangani masalah serta peran industri hiburan Korea yang aktif dalam
mempromosikan
produknya
semuanya
menciptakan
peluang
untuk
penyebaran budaya populer Korea di Indonesia.
2. Tantangan Membangun Citra Korea Selatan Di Indonesia Melalui
Soft Diplomacy.
Korean wave telah menjadi sumber motivasi yang menarik bagi Korea
Selatan, tetapi juga telah membawa tantangan baru dalam mempromosikan
Korea ke dunia internasional. Tantangan yang bisa dihadapi dalam
pelaksanaan soft diplomacy Korea Selatan di Indonesia adalah bagaimana
menjaga koordinasi yang baik antara aktor negara dan aktor non-negara.
Pemerintah Korea yang menjalin hubungan kerjasama dengan perusahaanperusahaan hiburan di Korea Selatan dalam menginisiasi perluasan Korean
wave memiliki resiko pada kemungkinan terjadinya pembenturan kepentingan
antara kedua belah pihak aktor negara dan non-negara. Kepentingan industri
swasta atau para pelaku bisnis jika sudah tidak sejalan dengan tujuan nasional
Pemerintah ataupun terjadi tarik-menarik kepentingan tentunya akan dapat
menghambat keberlangsungan pelaksanaan soft diplomacy yang dijalankan
oleh Korea Selatan. Terjadinya penekanan pemasaran ataupun terjadinya
overheating pada pasar penyebaran K-Pop yang dilakukan oleh perusahaan
hiburan tersebut adalah bentuk tantangan yang dapat dihadapi.
93
Era globalisasi informasi selain banyak memberi kemudahan juga
tetap merupakan wilayah yang berbahaya bagi diplomasi maupun aktivitas
kemasyarakatan lainnya. Kesiapan dalam menghadapi perubahan-perubahan
global perlu diimbangi dengan kemampuan dan kompetensi dalam menyikapi
perubahan tersebut. Ada banyak kasus di mana arus informasi budaya dari
suatu masyarakat tertentu sering terbatas ataupun berlebihan tanpa terkendali
dapat
menyebabkan
kesalahpahaman
antara
budaya
yang
bahkan
menyebabkan terjadinya distorsi kebudayaan. Dengan memahami sifat
pertukaran budaya di Indonesia, Pemerintah Korea Selatan harus membuat
usaha lebih lanjut untuk menemukan cara-cara pelaksanaan soft diplomacy
yang lebih inovatif dalam membangun citranya melalui komunikasi
internasional yang lebih baik dan terkontrol.
Tantangan lainnya yang juga dapat dihadapi oleh Korea dalam
membangun citranya melalui pelaksanaan diplomasi ini adalah bagaimana
menjaga keberlangsungan penyebaran K-Pop itu sendiri di Indonesia dengan
menyesuaikan karakter bangsa Indonesia yang memang mudah dalam
menerima budaya asing namun juga memiliki kecenderungan untuk mudah
menemukan kejenuhan terhadap popularitas suatu budaya asing. Terlebih lagi
dalam menjaga persaingan budaya asing yang masuk ke Indonesia. Budaya
asing yang masuk ke Indonesia bukan hanya Korean Wave namun budaya
Jepang yang memang telah sejak lama masuk ke Indonesia serta budaya India
melalui Bollywood dan tentunya budaya pop Amerika. Penyebaran K-Pop
sebagai bentuk soft diplomacy Korea harus bersaing dengan musik Pop
94
Amerika. Jika Pemerintah tidak bisa menjaga dan mengembangkan kreatifitas
dan keunikan musik K-Pop dalam penyelenggaraan soft diplomacy-nya maka,
budaya asing lainnya akan mengalahkan posisi Korea di Indonesia.
Tantangan keberlangsungan popularitas K-Pop tersebut berada
ditangan industri musik Korea bersama dengan para bintang K-Pop dalam
menjaga bakat dan kreatifitas mereka untuk mengembangkan musik K-Pop.
Popularitas K-Pop di luar negeri ternilai kondusif untuk lingkungan yang baik
bagi budaya populer Korea untuk mencapai kualitas global dengan daya tarik
universal dan tergantung pada apakah industri dapat mengamankan daya
saing yang cukup atau tidak agar K-Pop dapat memperluas pengaruhnya di
seluruh dunia. Jika mereka tidak mampu lagi menjaga ataupun meningkatkan
kualitas dan kreatifitas mengembangkan K-Pop maka proses soft diplomacy
itupun akan bisa terhenti. K-Pop memang dapat membangun citra Korea dan
meningkatkan kekuatan ekonominya yang didukung oleh ketrampilan dalam
penyebarannya secara digitalisasi, namun fenomena tersebut juga dapat
berakhir jika gagal mengatasi perubahan-perubahan internal maupun
eksternal secara efektif. Jika industri gagal mempertahankan atau
meningkatkan karakter idol dengan daya tingkat saing yang tinggi, kegiatan
popularitas bentuk Korean wave lainnya juga bisa ikut runtuh.
Pelaksanaan diplomasi memerlukan pengetahuan yang matang tentang
masalah yang dihadapi dan kemampuan berkomunikasi dengan penguasaan
bahasa yang baik. Walaupun Korea Selatan menjadi salah satu negara yang
sangat maju di bidang teknologi serta memiliki kemampuan dan sarana yang
95
maju di bidang media dan komunikasi, Korea Selatan dan Indonesia samasama menemui kendala pada keterbatasan kemampuan masyarakatnya dalam
berbahasa Inggris sebagai bahasa resmi internasional. Pada umumnya, para
bintang K-Pop yang turut menjadi salah satu aktor dalam pelaksanaan
diplomasinya menggunakan bahasa Korea dalam berkomunikasi sehingga hal
tersebut sedikit menghambat keefektifan diplomasinya di Indonesia. Selain
itu,
banyaknya
perusahaan
Korea
yang
berinvestasi
di
Indonesia
membutuhkan banyak tenaga ahli yang paling tidak mengetahui dan
menguasai
bagaimana
berniaga
dengan
orang
Korea.
Hubungan
kemasyarakatan Korea-Indonesia pun akan mengalami hambatan.
96
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Strategi Soft Diplomacy Korea Selatan Dalam Membangun Citra Global
Korea Di Indonesia Terdiri Atas 4 Langkah Strategi, yaitu:
a. Mengembangkan Seni Kebudayaan.
Kebudayaan sebagai salah satu aset soft power, menjadi media
komunikasi yang dapat menyampaikan isi atau misi politik luar negeri
suatu negara. Pemerintah Korea Selatan-Indonesia menjalin hubungan
kerjasama di bidang kebudayaan dan ditandai dengan pergelaran
kebudayaan Korea-Indonesia setiap tahun. Adanya peran Pemerintah
Korea Selatan menyelenggarakan Korea-Indonesia Week tersebut di
Indonesia menggambarkan bentuk pelaksanaan strategi ini melalui
track one diplomacy
b. Mengembangkan Sikap Profesionalisme.
Pengembangan sikap profesionalisme didasarkan pada keterlibatan
aktor non-negara (track two diplomacy, track three diplomacy, track
four diplomacy) yang memungkinkan untuk menyuarakan dan
menjalankan kebijakan luar negeri suatu negara. Pemerintah Korea
Selatan bekerjasama dengan industri musik Korea bersama dengan
selebritis K-Pop menjadi duta dalam pelaksanaan soft diplomacy.
97
c. Memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Di era globalisasi yang menciptakan berbagai revolusi teknologi
informasi dan transportasi banyak memberi kemudahan dalam
kegiatan diplomasi. Pemerintah Korea Selatan memanfaatkan track
nine diplomacy yakni media menjadi salah satu strategi pelaksanaan
soft diplomacy dalam memperkenalkan dan menyebarluaskan K-Pop.
Pemerintah Korea Selatan menjalin kerjasama dengan stasiun TV di
Korea seperti Arirang dan KBS dalam mempromosikan budaya Korea
ke seluruh dunia. Adapun berbagai jejaring sosial, seperti: YouTube,
Twitter, Facebook dijadikan sebagai media promosi K-Pop yang
paling mudah dan menguntungkan bagi Korea Selatan.
d. Melakukan Interaksi Kebudayaan Melalui Korean Wave.
Fenomena K-Pop di Indonesia tergolong sangat menarik perhatian
yang besar.
Penyelenggaran
ajang pencarian
bakat
“Galaxy
Superstar” dan pembuatan drama Indonesia-Korea menjadi salah satu
langkah strategis yang penting agar interaksi kesenian dan
kebudayaan
kedua
negara
tetap
terjaga
sehingga
semakin
mengukuhkan pengaruh soft diplomacy Korea Selatan dalam
membangun citranya di Indonesia.
98
2. Pengaruh Soft Diplomacy Dalam Membangun Citra Korea Selatan Di
Indonesia.
Seiring dengan semakin besarnya minat
dan ketertarikan
masyarakat Indonesia terhadap K-Pop berhasil membangun citra Korea
Selatan di Indonesia. Soft power diperlukan tidak hanya sekedar
memperkenalkan identitas politik, ekonomi dan budaya Korea Selatan di
Luar Negeri tetapi mendukung pencapaian kepentingan nasional dalam
hal ini mewujudkan citra Global Korea. Di masa lalu, Citra Korea Selatan
dinilai negatif dikaitkan dengan zona demiliterisasi dan kerusuhan politik,
tetapi citra bangsa Korea meningkat sangat positif dan secara bertahap
memberikan cara untuk menjadi vitalitas trendi bagi industri hiburan
seperti musik, film dan teknologi mutakhir.
Citra positif masyarakat Indonesia yang terbentuk terhadap Korea
Selatan pada akhirnya dapat mempengaruhi hubungan bilateral kedua
negara menjadi lebih erat. Dari segi pencitraan tersebut ruang lingkup
perpolitikan Korea Selatan semakin lebih kuat dalam upaya rekonsiliasi
dengan Korea Utara melalui bantuan Indonesia. Disamping itu, K-Pop
yang diimplementasikan sebagai salah satu bentuk soft diplomacy
membawa pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan sektor
perekonomian dan pariwisata Korea Selatan. Masyarakat Indonesia tidak
hanya menyukai musik Korea namun secara perlahan juga mengkonsumsi
produk Korea, serta daya kunjung wisata ke Korea semakin meningkat.
99
Hubungan di bidang sosial-kebudayaan tentunya juga mengalami
pengaruh soft diplomacy tersebut. Masyarakat Indonesia yang pada
awalnya hanya menyukai tayangan serial drama Korea dan menikmati
musik K-Pop telah membawa mereka mengenal Korea jauh lebih
mendalam dengan mempelajari budaya dan bahasa Korea. Industri musik
Indonesia pun telah mendapat pengaruh K-Pop dimana kini banyak
bermunculan boyband/girlband ala Korea Selatan.
3. Prospek membangun citra Korea Selatan di Indonesia melalui soft
diplomacy
Pelaksanaan soft diplomacy Korea Selatan tersebut tentunya tidak
terlepas dari peluang dan tantangan yang dihadapi. Peluang berhasilnya
pelaksanaan soft diplomacy didukung oleh hubungan bilateral KoreaIndonesia yang bersifat saling mengisi kepentingan masing-masing negara
serta hubungan Korea Selatan-Indonesia sebagai mitra kerjasama
strategis. Kesamaan sistem demokrasi juga mendukung pelaksanaan soft
diplomacy akan berhasil.
Keterlibatan
selebritis
K-Pop
menjadi
daya
tarik
utama
pelaksanaan soft diplomacy Korea Selatan di Indonesia terkait besarnya
minat masyarakat Indonesia terhadap K-Pop. Masyarakat Indonesia
cenderung terbuka dalam menerima budaya asing serta adanya kedekatan
kultur sebagai negara timur menjadikan budaya Korea Selatan dapat
diterima dengan mudah. Selain itu, penyebaran K-Pop melalui teknologi
media komunikasi seperti jejaring sosial Youtube, Twitter, dan Facebook
100
menjadi peluang tersendiri mengingat Korea Selatan adalah pemimpin
global dalam pembangunan dan distribusi teknologi internet dan ponsel.
Sedangkan, tantangan pelaksanaan soft diplomacy jika terjadinya
pembenturan kepentingan antara aktor negara dan aktor non-negara yang
terlibat dalam pelaksanaan soft diplomacy tersebut. Pemerintah juga harus
bekerja keras untuk menjaga daya saing K-Pop menjadi lebih unik
dibanding budaya asing lainnya yang masuk ke Indonesia agar
masyarakat Indonesia tidak mudah jenuh dengan budaya Korea. Adapun
keterbatasan masyarakat Korea Selatan terutama para selebritis K-Pop
dalam menguasai bahasa Inggris begitu pula dengan masyarakat
Indonesia akan menjadi tantangan kefektifan pelaksanaan soft diplomacy
di Indonesia.
B. Saran
Dalam pelaksanaan soft diplomacy Korea Selatan untuk memperkuat
posisinya dan meningkatkan citra, para pembuat kebijakan dalam lembaga
Pemerintah terkait harus bekerja sama dan saling berkoordinasi
untuk
membantu mempertahankan kontinuitas penyebaran Korean wave dan
mendorong proyek-proyek bersama aktor non-negara yang lebih konstruktif
di Indonesia. Dalam hal ini, juga penting untuk memperkuat daya saing KPop agar dapat mempertahankan bahkan meningkatkan eksistensinya di
Indonesia. Korea Selatan juga harus lebih menyiapkan strategi yang lebih
unik dan menarik dalam pelaksanaan soft diplomacy agar dapat menjaga
eksistensinya dalam bersaing dengan budaya asing negara lain yang masuk ke
101
Indonesia. Korea Selatan harus lebih aktif dalam memperkenalkan budayanya
ke seluruh lapisan masyarakat di Indonesia baik itu melalui media atau
melalui people-to-people exchange.
Dengan semakin banyaknya produk budaya Korea telah berkembang
dan mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia, penting kiranya
pemahaman terhadap budaya Korea mulai diperkenalkan di tingkat
pendidikan yang lebih luas lagi, tidak hanya di kalangan perguruan tinggi
seperti saat ini, namun bisa juga dimulai dari pendidikan sekolah menengah
serta dari kalangan lain seperti para insan pariwisata sehingga pemahaman
tentang Korea semakin luas. Selain itu pula yang diharapkan adalah hubungan
saling memahami antarkedua negara yang berlanjut lebih baik demi generasi
mendatang yang disertai dengan keahlian bahasa dalam berkomunikasi baik
itu menguasai bahasa Korea ataupun bahasa Inggris dan juga pengenalan
bahasa Indonesia untuk membantu lancarnya hubungan bilateral kedua negara
serta hubungan kemasyarakatan Korea-Indonesia.
Dengan
melihat
keberhasilan
strategi
Korea
Selatan
dalam
menjalankan soft diplomacy dengan mengedepankan aspek kebudayaannya,
maka Indonesia sebagai negara yang lebih kaya akan kebudayaan patut
mengikuti langkah pelaksanaan soft diplomacy Korea Selatan. Indonesia
dapat memperkuat soft power yang dimilikinya dengan memanfaatkan dan
mengolah dengan baik aspek kebudayaan untuk dapat disebarluaskan dan
dinikmati oleh masyarakat internasional sehingga dapat memberikan
keuntungan ekonomi seperti yang dialami oleh Korea Selatan.
102
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Coplin, William D. dan Marsedes Marbun. 1992. Pengantar Politik Internasional;
Suatu Telaah Teoritis. Bandung: CV. Sinar Baru.
Couloumbis, Theodore A. dan James H. Wolfe. 1982. Introduction to
International Relations: Power and Justice. New Jersey: Prentice
Hall.
Diamond, Louise dan John McDonald. 1996 Multi-Track Diplomacy; A Systems
Approach to Peace Third Edition. Kumarian Pres.
Djelantik, Sukawarsini. 2008. Diplomasi antara Teori dan Praktik. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Gracia I. Caroline Sidabutar. Diplomasi Kebudayaan: Konsep dan Relevansinya
terhadap Pelaksanaan Politik Luar Negeri. Divisi Litbang Sekdilu
Angkatan XXXII. Indonesia dan Dunia: Refleksi Pemikiran Diplomat
Muda Indonesia. Jakarta: Kemenlu RI.
Hayati, Sri dan Ahmad Yani. 2007. Geografi Politik. Bandung: PT.Refika
Aditama.
INAKOS dan Pusat Studi Korea Universitas Gadjah Mada (eds). 2011. Politik
dan Pemerintahan Korea. Yogyakarta: UGM Press.
Jemadu, Aleksius. 2008. Politik Global dalam Teori & Praktik. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Juwondo. 1991. Hubungan Bilateral: Definisi dan Teori. Jakarta: Rajawali Press.
Kim, Do Kyun dan Min-Sun Kim (eds). 2011. Hallyu: Influence of Korean
Popular Culture in Asia and Beyond. Seoul: Seoul National
University Press.
Kusumohamidjojo, Budiono. 1987. Hubungan Internasional: Kerangka Studi
Analisis. Jakarta: Bina Cipta.
Lee, Myung Bak. 2009. Global Korea: The National Strategy of the Republic of
Korea. Cheong Wa Dae: Office of The President.
Mas’oed, Mohtar. 1994. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi.
Jakarta: LP3ES.
103
Ministry of Foreign Affairs and Trade. 2009. Diplomatic White Paper 2009.
Republic of Korea.
Ministry of Foreign Affairs and Trade. 2011. Diplomatic White Paper 2011.
Republic of Korea.
Nimmo, Dan. 2006. Komunikasi Politik Khalayak dan Efek. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Nye, Joseph S. 2004. Soft power: The Means to Success in World Politics. New
York: Public Affairs.
Nye, Joseph S. 1992. Understanding International Conflicts. USA: Harper Collins
College Publisher.
Perwita, Anak Agung Banyu dan Yanyan M.Yani. 2005. Pengantar Ilmu
Hubungan Internasional. Bandung: Rosdakarya.
Rudy,
T. May. 2005. Komunikasi dan Hubungan
Internasional.Bandung: PT. Refika Aditama.
Masyarakat
Seigh, Philip. 2009. Toward A New Public Diplomacy. New York: Palgrave
Macmillan.
Sepu, P. Anthonius. 2011. Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Shoelhi, Mohammad. 2011. Diplomasi: Praktik Komunikasi Internasional.
Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Sumarni, Murti dan Salamah Wahyuni. 2006. Metode Penelitian Bisnis.
Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Suryokusumo, Sumaryo. 2004. Praktik Diplomasi. Jakarta: STIH IBLAM.
The Korea Herald (eds). 2008. Korean Wave. Seoul: Jimoondang.
Umar, Husain. 2002. Metode Riset Komunikasi Organisasi. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Yoon, Yang Seung. 2004. Hubungan Bilateral Korea-Indonesia Pada Era Asia
Timur: Sebuah Pembahasan dalam Perspektif Globalisasi. Jakarta:
FISIP UI Press.
Yoon, Yang Seung. 2004. Politik Luar Negeri Korea Selatan. Yogyakarta: UGM
Press.
104
JURNAL, TABLOID, DOKUMEN
C.P.F Luhulima. Peranan Diplomasi Multi-track dalam Penyelesaian Sengketa
Laut Cina Selatan; Upaya dan Tantangan. Jurnal Ilmiah Hubungan
Internasional, 5(2).
Doobo Shim. 2006. Hybridity and Rise of Korean Popular Culture in Asia. Media,
Culture and Society. Vol.28(1).
Ole Jacob Sending, Vincent Pouliot dan Iver B.Neumann. 2011. The Future of
Diplomacy; Changing Practices, evolving relationships. International
Journal, Summer 2011. Canada: Canadian International Council.
Sue Jin Lee. 2011. The Korean wave: The Soul of Asia. The Elon Journal of
Undergraduate Research in Communications. Vol.2 No. 1.
Vivi Feriany. 2009. Memperkuat Diplomasi Pencitraan Indonesia. Jurnal
Diplomasi.
Korean Culture and Information Service. 15 November 2011. K-Pop: A New
Force in Pop Music. Korean Culture, No.2.
Joseph S.Nye. Why South Korea Should Go Soft. Korea 2020: Global
Perspective for the Next Decade. Seoul: Random House Korea.
Mark Scott. 2009. A Global ABC Soft diplomacy and the World of International
Broadcasting. Bruce Allen Memorial Lecture, 5 November 2009,
Macquarie University. Sydney.
SITUS
Agency, Yonhap News. 2011. Korean wave Has Impact on Overseas Product
Sales: Poll.
http://english.yonhapnews.co.kr/business/2011/11/12/0502000000AE
N20111112003100320.HTML. Diakses pada tanggal 24 Februari
2012 pukul 20.18 Wita.
Agency, Yonhap News. 2012. Number of overseas Korean language institutes to
rise to 200 by 2016.
http://english.yonhapnews.co.kr/culturesports/2012/02/22/070100000
0AEN20120222005300315.HTML. Diakses pada tanggal 24 Februari
pukul 20.16 Wita.
Asrianti, Tifa. 2012. TV’s South Korea Connection.
http://www.thejakartapost.com/news/2012/04/29/tv-s-south-koreanconnection.html. Diakses pada tanggal 4 Mei 2012 pukul 19.52 Wita.
105
Bakrie,
Aburizal.
2011. Mempererat Kerjasama Indonesia-Korea.
http://icalbakrie.com/?p=1246. Diakses pada tanggal 11 Maret 2012
pukul 10.06 Wita.
BBC News. South Korea Profile. http://www.bbc.co.uk/news/world-asia-pacific15289563. Diakses pada tanggal 25 Desember 2011 pukul 21.14 Wita.
Constant, Linda. 2012. K-Pop: Soft Power for the Global Cool.
http://www.huffingtonpost.com/linda-constant/Kpop-soft-power-forthe-g_b_1088238.html diakses pada tanggal 8 Desember 2011 pukul
13.37 Wita.
Dana, Hwang. Korea Enjoys Enhanced Nation Brand Through Global Diplomacy.
http://www.korea.net/NewsFocus/Policies/view?articleId=98738.
Diakses pada tanggal 19 Februari 2012 pukul 22.38 Wita.
Deddy. 2012. Pengaruh Korean wave di Indonesia.
http://www.trijayafmpLG.net/program/3tainment/2012/01/pengaruhkorean-wave-di-indonesia/. Diakses pada tanggal 5 Mei 2012 pukul
17.28 Wita.
Hanifah, Mutya. 2012. K-Pop Ujung Tombak Pariwisata Korea.
http://travel.okezone.com/read/2012/04/17/407/613234/K-Pop-ujungtombak-pariwisata-korea. Diakses pada tanggal 18 April 16.13 Wita.
http://www.state.gov/r/pa/ei/bgn/2800.htm. Diakses pada tanggal 25
desember 2011 pukul 20.54 Wita.
Jaipragas, Bhavan. 2012. Asia's K-Pop clones dance to South Korean beat.
http://www.abs-cbnnews.com/lifestyle/02/06/12/asias-K-Pop-clonesdance-south-korean-beat. Diakses pada tanggal 19 Februari 2012 pada
pukul 20.17 Wita.
Kang, Min-Ji. 2008. Forbes Picks K-Pop As Globe-Sweeping Trend.
http://www.arirang.co.kr/News/News_View.asp?code=Ne6&nseq=77
636&category=7. Diakses pada tanggal 20 Februari 2011 pukul 20.11
Wita.
KBS. 2012. Expo Pariwisata Korea 2012 Dibuka Pekan Lalu.
http://world.kbs.co.kr/indonesian/program/program_economyweekly_
detail.htm?No=35355. Diakses pada tanggal 29 Maret 2012 pada
pukul 12.34 Wita.
KBS. 2012. KBS dan Pemerintah Tandatangani MoU Untuk Proyek Kerjasama
Hallyu Global.
http://rki.kbs.co.kr/indonesian/news/news_Cu_detail.htm?No=25956.
Diakses pada tanggal 11 Maret 2012 pukul 09.27 Wita.
106
KBS. 2012. Kementrian Kebudayaan Umumkan Proyek Untuk Tahun 2012.
http://world.kbs.co.kr/indonesian/news/news_Cu_detail.htm?No=2559
3. Diakses pada tanggal 11 Maret 2012 pada pukul 09.28 Wita.
Kedutaan Besar Republik Korea untuk Indoneseia.
http://idn.mofat.go.kr/worldlanguage/asia/idn/bilateral/politik/sejarah/i
ndex.jsp. Diakses pada tanggal 29 Maret 2012 pukul 22.25 Wita.
Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia.
http://www.kemlu.go.id/Pages/NewsKemlu.aspx?IDP=100&l=id.
Diakses pada tanggal 26 Maret 2012 pada pukul 20.58 Wita.
Kemp, Jack. 2007. Soft diplomacy Is The Best Plan.
http://www.humanevents.com/article.php?id=19791. Diakses pada
tanggal 8 Desember 2011 pada pukul 13.29 Wita.
Kim, Pil Soo. 2011. Global Craze for KPop: A New Economic Engine.
http://www.koreafocus.or.kr/design2/layout/content_print.asp?group_i
d=103692. Diakses pada tanggal 24 Februari 2012 pukul 21.46 Wita.
Kim, Yoon Mi. 2011. K-Pop Drives Hallyu Craze: Survei.
http://www.koreaherald.com/entertainment/Detail.jsp?newsMLId=201
10613000731. Diakses pada tanggal 12 5 2012 pukul 14.56 Wita.
Kim, Yoon Mi. 2011. K-Pop’s Second wave.
http://www.koreaherald.com/entertainment/Detail.jsp?newsMLId=201
10821000264. Diakses pada tanggal 12 Mei 2012 pukul 14.47 Wita.
KOCIS. Korean wave. http://www.korea.net/Government/CurrentAffairs/Korean-Wave?affairId=209. Diakses pada tanggal 19
Desember 2011 pukul 14.15 Wita.
Korean Tourism Organization.
http://kto.visitkorea.or.kr/eng/tourismStatics/economicBenefits.kto.
Diakses pada tanggal 29 Maret 2012 pukul 23.06 Wita.
Ministry of Foreign Affairs and Trade of Republic of Korea.
http://idn.mofat.go.kr/worldlanguage/asia/idn/bilateral/politik/sejarah/i
ndex.jsp. Diakses pada tanggal 29 Maret 2012 pukul 10.26 Wita.
Noh, Hyun Gi. 2011. KTO offers virtual dates with K-Pop stars.
http://www.koreatimes.co.kr/www/news/art/2012/05/201_101202.htm
l. Diakses pada tanggal 24 Desember 2011 pukul 14.44 Wita.
107
Park, Min Young. 2012. Korean Government Open K-Arts, Ballet and Musical
Academies. http://www.thejakartapost.com/news/2012/02/28/koreangovernment-open-k-arts-ballet-and-musical-academies.html. Diakses
pada tanggal 20 Mei 2012 pukul 14.34 Wita.
Pudjomartono, Susanto. 2011. Soft diplomacy. http://www.suarakaryaonline.com/news.html?id=293039. Diakses pada tanggal 26 Desember
2011 pukul 16.51 Wita.
Pusat Kebudayaan Korea. Hubungan Internasional Korea-Indonesia.
http://id.koreanculture.org/navigator.do?siteCode=null&langCode=null&menuCode=
201105180021. Diakses pada tanggal 26 Maret 2012 pada pukul 21.37
Wita.
Rijkers, Monicque dan Lily C. 2012. Wabah Demam Korea Melanda Indonesia.
http://www.mediaindonesia.com/read/2012/04/04/316524/61/10/Waba
h-Demam-Korea-Melanda-Indonesia. Diakses pada tanggal 29 Juli
2012 pukul 11.45 Wita.
Shim Sun-ah. 2012. Korean Films Drew Record Audiences in First Half:
Ministry.
http://english.yonhapnews.co.kr/news/2012/07/03/0200000000AEN20
120703007100315.HTML diakses pada tanggal 7 Juli 2012 pukul
13.09 Wita.
Strother, Jason. 2009. Korea’s Image Problem.
http://www.asiacalling.kbr68h.com/ur/news/south-korea/805-koreasimage-problem. Diakses pada tanggal 24 desember 2011 pukul 16.41
Wita.
Sun, Bang. K-pop: South Korea’s New Economic Growth Engine.
http://www.biztechreport.com/story/1685-k-pop-southkorea%E2%80%99s-new-economic-growth-engine. Diakses pada
tanggal 24 Desember 2011 pukul 16.58 Wita.
Susanthi, Nyoman Lia. 2011. “Gurita” Budaya Populer Korea di Indonesia.
http://www.isi-dps.ac.id/berita/%E2%80%98gurita%E2%80%99budaya-populer-korea-di-indonesia. Diakses pada tanggal 5 Mei 2012
pukul 18.33 Wita.
The Chosunilbo. 2012. Facebook Opens K-Pop Page.
http://english.chosun.com/site/data/html_dir/2012/05/22/20120522008
29.html. Diakses pada tanggal 20 Juni 2012 pukul 15.54 Wita.
108
The Chosunilbo. 2012. K-Pop Leads Record Earnings from Cultural Exports.
http://english.chosun.com/site/data/html_dir/2012/02/07/20120207008
92.html. Diakses pada tanggal 20 Februari 2012 pukul 17.45 Wita.
VOA News. 2006. Asia Goes Crazy Over K-Pop.
http://english.chosun.com/site/data/html_dir/2006/01/07/20060107610
03.html. Diakses pada tanggal 20 Februari 2012 pukul 20.04 Wita.
Wibisono, Kunto. 2010. Indonesia-Korsel Perkuat Kerja Sama Ekonomi Lewat
Budaya. http://www.antaranews.com/berita/1286816222/indonesiakorsel-perkuat-kerja-sama-ekonomi-lewat-budaya. Diakses pada
tanggal 26 Desember 2011 pukul 15.31 Wita.
109
LAPORAN KEGIATAN
Sidang Pertama Komisi Bersama Kebudayaan
st
(The 1 Meeting of Joint Commission on Cultural Cooperation)
Indonesia-Korea Selatan
Pada tanggal 13-15 Mei 2008 di Yogyakarta
Latar Belakang
1. Indonesia telah memiliki payung kerjasama dengan Korea Selatan
(Republic of Korea/ROK) di bidang kebudayaan melalui sebuah perjanjian
(Agreement between the Government of the Republic of Indonesia and the
Government of the Republic of Korea on Cultural Cooperation) yang
ditandatangani pada 28 November 2000.
2. Dalam rangka mempercepat implementasi dari Agreement tersebut, maka
kedua pemerintahan telah membentuk Eminent Persons’ Group (EPG). Di
Indonesia pertemuan EPG pertama berlangsung pada 10 November 2006.
3. Pada tanggal 4 Desember 2006 kedua kepala negara menandatangani Joint
Declaration on Strategic Partnership to Promote Friendship and
Cooperation in the 21st century yang isinya mencakup 32 bidang
kerjasama yang dikelompokkan ke dalam 4 bidang utama di mana salah
satunya adalah bidang sosial budaya.
4. Dua dari 7 bidang kerjasama sosial budaya yang tercantum dalam Joint
Declaration dan juga menjadi prioritas EPG adalah perlunya membentuk
dan melaksanakan Joint Cultural Commision (JCC) sebagai dasar
berdirinya Cultural and Information Service Centre.
5. Pemerintah Indonesia telah mengesahkan (ratifikasi) Agreement tersebut
melalui Peraturan Presiden No. 92 Tahun 2007.
6. Dalam rangka mengimplementasikan Agreement tahun 2000, hasil-hasil
rekomendasi dari EPG RI-ROK dan berdasarkan Prepres No. 92 tahun
2007, maka diselenggarakanlah suatu pertemuan pertama komisi bersama
untuk kerjasama kebudayaan (The 1st Meeting of Joint Commission on
Cultural Cooperation/JCC).
110
Joint Commission on Cultural Cooperation.
1. Sidang Komisi Bersama Kebudayaan/JCC ke-1 tersebut berlangsung pada
13-15 Mei 2008 di Yogyakarta, dengan melibatkan 5 Departemen terkait
(Kemenpora, Depkominfo, Depdiknas, Deplu dan Depbudpar) di mana
lingkup kerja JCC ke-1 berada dalam tahapan identifikasi kebutuhan untuk
penyusunan “Plan of Actions” melalui exchange of views (establishment
and discussion).
2. Delegasi RI diketuai oleh Dr. Muchlis Paeni, pejabat eselon I SAM bidang
Pranata Sosial Depbudpar. Sedangkan delegasi ROK dipimpin oleh Mr.
Bae Jae-hyun, Director General of Cultural Affairs Bureau Ministry of
Foreign Affairs and Trade of the Republic of Korea.
3. Kerjasama di bidang kepemudaan dan keolahragaan yang diusulkan RI
meliputi: program semaul udong; program relawan/magang wirausaha
muda ke ROK; workshop kewirausahaan pemuda dan pengembangan
industri olahraga dan industri unggulan di ROK; pengiriman/rekruitmen
atlit; pelatih dan wasit; pertukaran para pakar olah raga; penyelenggaraan
seminar tentang industri olahraga; studi/pelatihan dalam rangka industri
olahraga; dan bantuan pembangunan gedung olahraga di 10 provinsi dan
10 kabupaten di Indonesia.
4. Isu kerjasama pendidikan yang diangkat dalam pertemuan ini adalah: 1.
International Standard School (Sister School Facilitation, Reciprocal
School Accredited, International Content Subjects Facilitated by South
Korea (IT, automotive, etc); 2. Teacher empowering program (Teachers
Training, Collaboration, Seminar and workshop); 3. World Class
University (Double/dual degree between Indonesia universities and Korea
universities, Joint research, Student and Professor exchange, Seminar and
Workshop, Indonesia language for foreigners, Darmasiswa Scholarship
program by Indonesian Government, Guest Lectures (being an Indonesian
language lecture in some universities in South Korea).
5. Untuk bidang kebudayaan, isu-isu yang dibahas dalam JCC ke-1 tersebut
mencakup substansi kerjasama arkeologi, konservasi benda-benda
purbakala, film, HRD, R&D, Cultural Content, dan bidang-bidang
kebudayaan terkait lainnya.
111
6. Untuk bidang Litbang Kebudayaan isu-isu yang diajukan adalah:
penyusunan kamus bahasa Indonesia-Korea dan Korea-Indonesia;
mendirikan bidang studi bahasa Korea di Indonesia (Universitas
Indonesia) dan bidang studi bahasa Indonesia di Universitas terkemuka di
ROK; memberikan beasiswa bagi publik maupun mahasiswa untuk
memperdalam kebudayaan melalui pendidikan di bidang seni musik, senia
teater, film, animasi dan busana. Adapun sebaliknya Indonesia
menawarkan kepada Korea pendidikan di bidang seni tari, seni musik
(angklung, gamelan, suling,kolintang), seni pahat serta seni batik;
melakukan penerjemahan dan penerbitan karya sastra kontemporer untuk
generasi muda dan sejarah maritime; pengembangan khasanah kuliner
tradisional (penataan,pengolahan dan pengemasannya) khas Indonesia dan
Korea; melakukan kajian kebijakan kebudayaan di kedua negara,
khususnya berhubungan dengan upaya-upaya untuk mempertahankan
tradisi di segala bidang; menyelenggarakan pekan film Indonesia-Korsel di
negara masing-masing; dan menyelenggarakan diskusi tentang
multikulturalisme dan globalisasi.
7. Isu tentang perlindungan Kekayaan Budaya menjadi salah satu poin
penting dalam pembahasan siding JCC ke-1 ini, mengingat Agreement
Kebudayaan RI-ROK tidak mencantumkan klausul perlindungan terhadap
Hak Kekayaan Intelektual (IPR) sehingga Indonesia merasa perlu
mengangkat isu ini agar hasil-hasil karya budaya anak bangsa dapat
dilindungi dari pemanfaatan/eksploitasi ekonomi oleh pihak-pihak asing
mana pun, baik bagi Indonesia maupun Korea.
8. Di samping itu, dilakukan pertukaran pandangan (exchange of views)
tentang lingkup kerja dan tanggung jawab Komite Kebudayaan, hal
tersebut menjadi isu sentral mengingat saat ini Indonesia belum memiliki
model pengembangan Pusat Kebudayaan, sehingga diharapkan dari hasil
pembahasan dalam pertemuan bilateral ini, didapati suatu model yang
dapat dijadikan contoh bagi pengembangan kerjasama bilateral Indonesia
dengan negara-negara mitra.
112
Hasil Kesepakatan
1. Kedua pihak sepakat untuk mengkonkritkan kerjasama bilateral secara
konstruktif dengan menekankan perlunya ditingkatkan saling kunjung
antar pejabat dan ahli.
2. Kedua pihak juga sepakat untuk bekerjasama dalam peningkatan capacity
building dan sumber daya manusia. Dalam hal ini Pemerintah Indonesia
menyambut baik komitmen Pemerintah ROK serta mengapresiasi bantuan
berbagai program beasiswa yang diberikan Korea kepada Indonesia untuk
meningkatkan hubungan bilateral kedua negara.
3. Kedua Pihak sepakat untuk mendorong terbentuknya pusat studi Indonesia
di universitas-universitas terkemuka di Korea Selatan dan juga sebaliknya
pusat studi Korea di Indonesia.
4. Untuk itu, kedua Pihak akan mempercepat finalisasi MoU Kerjasama
Pendidikan.
5. Pihak Korea juga menyambut permintaan pihak Indonesia untuk
percepatan finalisasi Arrangement on Youth and Sport Cooperation.
6. Di bidang Komunikasi dan Informasi, kedua Pihak menekankan perlunya
menjalin kerjasama dan koordinasi yang lebih erat, termasuk dalam hal
berbagi informasi dan teknologi.
7. Secara prinsip kedua pihak juga sepakat untuk memperkuat kerjasama
kebudayaan pada sektor warisan budaya (cultural heritage), kesenian
(arts), film, arkeologi, permuseuman, sejarah, kelitbangan dan kediklatan,
serta industri budaya. Dalam hal ini, pihak Indonesia dapat mengajukan
proposal program/proyek kepada pihak Korea.
8. Pihak Korea juga meminta dukungan Indonesia dalam hal rencana pihak
Korea menyelenggarakan beberapa event di Indonesia, yaitu: a) Pekan
Budaya Korea, b) Festival Porselin Korea dan c) Pameran Foto. Dalam hal
ini, pihak Indonesia menyatakan kesediannya membantu.
9. Berkaitan dengan kerjasama kota/provinsi kembar, kedua Pihak sepakat
untuk mengintensifkannya dengan meningkatkan jumlah pertukaran
program/proyek di bidang kebudayaan, pendidikan dan olah raga.
113
10. Untuk melindungi semua kesepakatan kerjasama tersebut, kedua Pihak
mengakui perlunya menerapkan perlindungan Intelectual Property Rights
(IPR) sesuai dengan perundangan yang berlaku.
Catatan
1. Semua isu dan usulan program kerjasama yang telah disampaikan pada
JCC pertama ini dapat ditindaklanjuti dalam rincian program dan
selanjutnya dikomunikasinnya dengan pihak Korea.
2. Berdasarkan Agreed Minutes yang telah disusun kedua Pihak tersebut,
setiap instansi terkait dimungkinkan melakukan negosiasi langsung dalam
mengimplementasi kesepakatan-kesepakatan JCC I tersebut dengan pihak
Korea melaui saluran diplomatik yang dapat ditujukan langsung ke Duta
Besar Republik Korea di Jakarta dengan tembusan ke Biro KSLN
Depbudpar dan Direktur Astimpas Deplu RI.
KERJASAMA BILATERAL
BIRO KSLN
114
Download