BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan internasional merupakan suatu sistem hubungan antar negara yang berdaulat dalam pergaulan internasional yang menjadikan kegiatan diplomasi sebagai suatu elemen utama bagi suatu negara sebagai faktor penentu eksistensinya dalam hubungan internasional. Diplomasi merupakan proses politik untuk memelihara kebijakan luar negeri suatu Pemerintah dalam mempengaruhi kebijakan dan sikap Pemerintah negara lain.1 Diplomasi kekinian juga tidak hanya menyangkut kegiatan politik saja tapi juga bersifat multi-dimensional yang menyangkut aspek ekonomi, sosialbudaya, hak asasi manusia dan lingkungan hidup yang digunakan di situasi apapun dalam hubungan antarbangsa untuk menciptakan perdamaian dalam percaturan politik global serta mencapai kepentingan nasional suatu negara. Munculnya soft power sebagai salah satu bentuk power selain hard power dalam kegiatan hubungan internasional membawa implikasi pada pelaksanaan diplomasi. Soft power menjadi tool utama diplomasi masa kini yang disebut soft diplomacy. Kecenderungan pelaksanaan soft diplomacy dengan menggunakan aplikasi soft power dianggap efektif dan efisien sehingga mudah untuk dilakukan tanpa harus menelan korban dan menghabiskan biaya besar. Seiring berubahnya paradigma aktor hubungan internasional, pelaksanaan soft diplomacy melibatkan berbagai kalangan aktor non-Pemerintahan. Oleh karena itu, soft diplomacy merupakan bentuk nyata 1 Sumaryo Suryokusumo. 2004. Praktik Diplomasi. Jakarta: STIH IBLAM. Hal.1. 1 dari penggunaan instrument selain tekanan politik, militer dan tekanan ekonomi yakni dengan mengedepankan unsur budaya dalam kegiatan diplomasi. Maka dari itu, platform politik luar negeri dilakukan melalui soft diplomacy, seperti apa yang di lakukan oleh Korea Selatan melalui budaya Korean wave.2 Korean wave adalah sebuah istilah yang merujuk pada popularitas budaya pop Korea di luar negeri. Genre Korean wave berkisar dari film, drama televisi, dan musik pop (K-pop). Perkembangan yang sangat pesat dialami oleh industri budaya Korea melalui produk tayangan drama televisi, film, dan musik menjadikannya suatu fenomena yang menarik untuk diimplementasikan sebagai sebuah bagian dalam pelaksanaan soft diplomacy yang mampu membangun citra Korea Selatan dan mendukung peningkatan posisi Korea Selatan di forum internasional secara umum dan Indonesia secara khusus.3 Dewasa ini, Korea Selatan telah berkembang menjadi salah satu negara paling makmur di Asia yang ditandai dengan perekonomian Korea Selatan kini terbesar ketiga di Asia dan ke-13 di dunia. 4 Hal penunjang kebangkitan ekonomi Korea Selatan tidak lain karena sektor industri teknologi transportasi dan teknologi komunikasi yang juga didukung oleh sektor kebudayaannya melalui Korean wave. Pada tahun 2004, ekspor film 2 Reza Lukmanda Yudhantara. 2011. Korean wave Sebagai Soft Diplomasi Korea Selatan. INAKOS dan Pusat Studi Korea Universitas Gadjah Mada (eds). Politik dan Pemerintahan Korea. Yogyakarta: UGM Press. Hal. 183. 3 KOCIS. Korean wave. [Online]. http://www.korea.net/Government/Current-Affairs/KoreanWave?affairId=209. Diakses pada tanggal 19 Desember 2011 pukul 14.15 Wita. 4 BBC News. South Korea Profile. [Online]. http://www.bbc.co.uk/news/world-asia-pacific15289563. Diakses pada tanggal 25 Desember 2011 pukul 21.14 Wita. 2 dan program televisi bersama dengan pariwisata dan produk K-Pop menghasilkan pendapatan total hampir US$2 miliar. 5 Selain itu, menurut statistik Bank Of Korea dari bidang ekspor budaya dan jasa hiburan, industri musik K-pop telah menghasilkan US$794 juta tahun 2011 dan mengalami peningkatan 25% dari US$637 juta di tahun 2010 seiring K-pop semakin diminati oleh masyarakat internasional.6 Hubungan diplomatik Korea Selatan-Indonesia secara resmi telah terjalin sejak 18 September 1973 dan direkatkan melalui pembentukan Kemitraan Strategis pada kunjungan Presiden Roh Moo Hyun ke Jakarta tanggal 4-6 Desember 2006. Pembentukan Kemitraan Strategis tersebut mencakup kerja sama di bidang politik, keamanan, ekonomi, perdagangan dan sosial budaya. Hubungan bilateral melalui sosial-kebudayaan Korea Selatan-Indonesia semakin intens dijalankan seiring budaya Korean wave semakin digemari masyarakat Indonesia. Popularitas Korean wave di Indonesia ditandai dengan diselenggarakannya serangkaian kegiatan pameran kebudayaan Korea sejak tahun 2009 hingga 2011 yakni “Korea-Indonesia Week”. Pergelaran budaya tersebut diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Republik Korea di Indonesia untuk memperkuat hubungan bilateral di bidang sosial kebudayaan karena melihat respon positif masyarakat Indonesia terhadap budaya Korea Selatan. Di samping itu, Pemerintah Korea Selatan 5 VOA News. 2006. Asia Goes Crazy Over K-Pop. [Online]. http://english.chosun.com/site/data/html_dir/2006/01/07/2006010761003.html. Diakses pada tanggal 20 Februari 2012 pukul 20.04 Wita. 6 Chosun Ilbo. 2012. K-Pop Leads Record Earnings from Cultural Exports. [Online]. http://english.chosun.com/site/data/html_dir/2012/02/07/2012020700892.html. Diakses pada tanggal 20 Februari 2012 pukul 17.45 Wita. 3 membangun Pusat Kebudayaan Korea di Jakarta agar dapat berfungsi sebagai pusat informasi kebudayaan Korea Selatan.7 Perkembangan K-pop didukung oleh peran sinkronisasi antara aktor negara, yakni Pemerintah Korea Selatan itu sendiri dengan aktor non-negara seperti para pelaku bisnis, masyarakat, selebritis dan media. Pemerintah Korea menjadikan K-Pop sebagai upaya pembangunan citra ataupun nationbranding Korea Selatan. Adapun pembangunan citra dinilai penting untuk menciptakan ketertarikan negara lain guna menjalin dan memperat hubungan bilateralnya sekaligus untuk memperkukuh posisinya di forum internasional. Di era globalisasi yang ditunjang kemajuan teknologi dan peran industri kreatif juga sangat memungkinkan pengembangan soft diplomacy apalagi Korea Selatan termasuk negara yang terdepan dalam revolusi digital yang memiliki daya koneksi internet yang cepat dan kuat. 8 Melalui koneksi jaringan internet tersebut dapat mendukung dan memudahkan penyebaran Korean wave ke berbagai belahan dunia sebagai bagian pelaksanaan soft diplomacy Korea Selatan. Korean wave kini semakin populer tidak hanya di daratan Asia melainkan juga sudah mulai masuk secara perlahan ke Eropa dan Amerika. Jika melihat lima puluhan tahun yang lalu, Korea menjadi salah satu negara termiskin di dunia namun dewasa ini Korea Selatan sudah mulai bangkit dan dapat bersaing dengan negara-negara maju. 7 Kedutaan Besar Republik Korea untuk Indonesia. [Online]. http://idn.mofat.go.kr/worldlanguage/asia/idn/bilateral/politik/sejarah/index.jsp Diakses pada tanggal 29 Maret 2012 pukul 22.25 Wita. 8 Wonjun Chung dan Taejun David Lee. 2011. Hallyu As A Strategic Marketing Key in the Korean Media Content Industry. Do Kyun Kim dan Min-Sun Kim (eds). Hallyu: Influenfe of Korean Popular Culture in Asia and Beyond. Seoul: Seoul National University Press. Hal. 449 4 Dengan demikian, ketika Korea Selatan memperluas kegiatan diplomasinya ke negara-negara yang masih berkembang, Korea Selatan memiliki perspektif yang dapat menarik hati negara yang dituju dengan menggunakan perspektif senasib sebagai bangsa Asia seperti apa yang Korea Selatan alami di masa lampau. Hal tersebut membuat transisi yang sukses untuk sebuah negara yang sangat demokratis dan bergerak maju di bidang industri manufaktur serta ingin mengubah image budayanya yang lebih modern dan disukai oleh masyarakat internasional. Korea Selatan juga membangun citra Global Korea sebagai negara yang terpercaya dan kooperatif dalam melakukan kegiatan hubungan internasional. Berdasarkan pandangan tersebut dan semakin menjamurnya penggemar musik K-pop di Indonesia dan didukung dengan landasan kerjasama di bidang kebudayaan antara Pemerintah Korea Selatan-Indonesia dengan melibatkan peran aktor non-negara dalam soft diplomacy tersebut melandasi penulis untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Soft Diplomacy dalam Membangun Citra Korea Selatan di Indonesia”. B. Batasan dan Rumusan Masalah Dalam hubungan internasional penggunaan power yang lebih cenderung terhadap soft power juga mempengaruhi pelaksanaan diplomasi, yakni soft diplomacy. Ketenaran Korean wave di Asia Tenggara terkhusus Indonesia menjadikan Korea Selatan semakin meningkatkan intensitas jalan soft diplomacy dengan mengedepankan unsur kebudayaannya. Salah satu elemen budaya Korean wave yakni musik pop Korea (K-Pop) menjadi batasan 5 penelitian yang dibahas dalam penulisan ini terkait pengaruh K-pop sebagai aset soft power dalam pelaksanaan soft diplomacy Korea Selatan di Indonesia guna membangun citra Global Korea agar dapat semakin memperkuat hubungan bilateral Korea Selatan-Indonesia dalam kurun waktu tahun 20082012. Pelaksanaan soft diplomacy Korea ini sangat relevan dengan keterlibatan aktor negara dan aktor non-negara di dalamnya sehingga pengimplementasian pelaksanaan diplomasinya didukung oleh bentuk-bentuk diplomasi multi jalur atau multi-track diplomacy. Oleh karena itu, penulis mengkaji strategi pelaksanaan soft diplomacy melalui peran Pemerintah yang juga didukung oleh para pelaku bisnis, selebrtitis K-Pop dan masyarakat secara umum serta pemanfaatan fasilitas teknologi media informasi. Berdasarkan penjelasan latar belakang serta batasan masalah yang telah diuraikan, penulis mengangkat rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana strategi pelaksanaan soft diplomacy dalam membangun citra Korea Selatan di Indonesia? 2. Apa pengaruh yang ditimbulkan oleh soft diplomacy dalam membangun citra Korea Selatan di Indonesia? 3. Bagaimana prospek pelaksanaan soft diplomacy dalam membangun citra Korea Selatan di Indonesia? 6 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: a. Mengetahui dan menjelaskan bagaimana strategi soft diplomacy melalui musik K-pop dalam membangun citra Korea Selatan di Indonesia. b. Mengetahui dan menjelaskan apa pengaruh dari pelaksanaan soft diplomacy melalui musik K-pop dalam membangun citra Korea Selatan di Indonesia. c. Mengetahui dan menjelaskan prospek dalam membangun citra Korea Selatan di Indonesia melalui soft diplomacy, khususnya melalui musik K-Pop. 2. Kegunaan Penelitian a. Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu bahan referensi bagi pelajar studi ilmu hubungan internasional dalam hal kajian mengenai soft diplomacy dan pembangunan citra suatu bangsa melalui kebudayaan. b. Penelitian ini pula diharapkan dapat menjadi sumbangsih informasi dan bahan kajian bagi para stakeholder ataupun pengambil kebijakan terutama Pemerintah Korea Selatan dan Indonesia dalam meningkatkan hubungan bilateral melalui soft diplomacy. 7 D. Kerangka Konseptual Peningkatan kebutuhan suatu negara untuk terus saling berinteraksi dan melakukan hubungan kerjasama dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan warga negaranya yang semakin beranekaragam dan berubah seiring waktu apalagi dalam berkehidupan internasional, negara satu sama lain saling membutuhkan untuk mencapai kepentingan ataupun tujuan politik luar negeri mereka maka dilakukan hubungan kerjasama secara bilateral. Hubungan bilateral merupakan hubungan timbal balik antar dua negara. Hubungan bilateral yang dijalin meliputi berbagai isu di bidang politik, militer, pertahanan dan keamanan, ekonomi, budaya dan pendidikan yang dibangun melalui kesamaan kepentingan dan persepsi. Dalam memahami konsep hubungan bilateral, Budiono Kusumohamidjojo menyatakan pengertian hubungan bilateral adalah: Suatu bentuk kerjasama diantara dua negara baik yang berdekatan secara geografis maupun yang jauh dari seberang lautan dengan sasaran utama untuk menciptakan kerjasama politik kebudayaan dan struktur ekonomi9 Dengan demikian, hubungan bilateral tersebut dijalin tanpa mempermasalahkan letak geografis suatu negara namun bagaimana kedua negara dapat berinteraksi untuk memenuhi kepentingan nasional di berbagai bidang. Hubungan bilateral yang dijalin tersebut tentunya dilandasi dengan adanya kepentingan nasional yang ingin dicapai. Kepentingan nasional adalah sebagai dasar dalam menjelaskan bagaimana karakteristik negara tersebut 9 Budiono Kusumohamidjojo. 1987. Hubungan Internasional: Kerangka Studi Analisis. Jakarta: Bina Cipta. Hal. 3. 8 dalam menjalin hubungan internasional. Kepentingan nasional merupakan tujuan fundamental dan faktor penentu akhir yang mengarahkan para pembuat keputusan dari suatu negara dalam merumuskan kebijakan luar negerinya. 10 Untuk mencapai kepentingan nasional tersebut, setiap negara melaksanakan kegiatan diplomasi. Kegiatan diplomasi kekinian mulai dijalankan dengan mengedepankan unsur soft power yang dimiliki oleh suatu negara yakni melalui soft diplomacy. Munculnya kecenderungan penggunaan soft power dalam berdiplomasi juga ditunjang karena pesatnya kemajuan teknologi informasi di era globalisasi.11 Pelaksanaan soft diplomacy tidak hanya karena proses politik tapi juga dapat diterjemahkan menjadi kemanfaatan ekonomi ataupun budaya. Susanto Pudjomartono seorang mantan Dubes untuk Rusia untuk Indonesia menyatakan bahwa soft diplomacy ini diartikan sebagai pertukaran gagasan, informasi, seni dan aspek-aspek kebudayaan lain antara negara dan bangsa, dengan harapan bisa menciptakan pengertian bersama.12 Diplomasi kekinian juga identik dengan paradigma multi-track diplomacy yang merupakan kelanjutan dari first track diplomacy dan second track diplomacy seiring dengan munculnya aktor non-negara dalam hubungan internasional. Multi-track diplomacy dinyatakan oleh Louis Diamond sebagai hubungan diplomasi antar bangsa yang dapat dikategorikan dengan diplomasi 10 Anak Agung Banyu Perwita. dan Yanyan M.Yani. 2005. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung: Rosdakarya. Hal.35 11 Aleksius Jemadu. 2008.Politik Global dalam Teori & Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal.118 12 Susanto Pudjomartono. 2011. Soft diplomacy. [Online]. http://www.suarakaryaonline.com/news.html?id=293039. Diakses pada tanggal 26 Desember 2011 pukul 16.51 Wita. 9 masyarakat atau diplomasi publik yang merupakan sistem dari beberapa komponen proses dari suatu tindak diplomasi. 13 Hubungan antara kecenderungan dan kegiatan dengan cara yang akan membantu memahami bagian peran kegiatan diplomasi suatu negara dalam mengungkapkan nilanilai pendekatan politik ataupun budaya dan bidang lainnya ditandai dengan citra yang dimiliki oleh suatu negara. Citra adalah segala sesuatu yang telah dipelajari seseorang yang relevan dengan situasi dan dengan tindakan yang bisa terjadi di dalamnya. Citra membantu memberikan alasan yang dapat diterima secara subjektif tentang mengapa segala sesuatu hadir sebagaimana tampaknya tentang preferensi politik ataupun yang lainnya. Pencitraan berasal dari dalam namun dinilai oleh pihak luar mengenai meningkat atau tidaknya suatu citra. Penilaian atau tanggapan suatu negara ataupun masyarakat tersebut dapat menimbulkan rasa hormat, kesan yang baik dan menguntungkan terhadap pencitraan suatu negara yang mana landasan pencitraan itu biasanya dari nilainilai kepercayaan ataupun budaya masyarakat yang terbentuk. 14 Adapun pengertian pencitraan menurut Aleksius Jemadu adalah: Upaya suatu bangsa untuk mendefinisikan dirinya baik kepada rakyatnya sendiri maupun dalam pergaulan internasional dengan menonjolkan keunggulan nilai-nilai budaya yang dimilikinya dengan tujuan untuk menciptakan pengaruh internasional yang sangat diperlukan untuk pencapaian tujuan politik luar negeri dan diplomasi secara umum.15 13 Louise Diamond and John McDonald. 1996 Multi-Track Diplomacy: A Systems Approach to Peace Third Edition. Kumarian Pres. 14 Dan Nimmo. 2006. Komunikasi Politik Khalayak dan Efek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hal. 4. 15 Aleksius Jemadu. Op.Cit. Hal.120. 10 Bentuk upaya pencitraan diri Korea Selatan itupun diwujudkan melalui budaya popularnya yakni Korean wave yang menjadi suatu kegiatan penting dalam persaingan dunia bisnis dan sebagai soft power Korea yang diimplementasikan dalam pelaksanaan soft diplomacy. Pembangunan citra positif dari pandangan masyarakat Indonesia terhadap Korea Selatan tentunya dapat membangun citra politik negara itu sendiri. Pembangunan citra juga dapat menimbulkan ketertarikan dan kepercayaan publik negara lain untuk melakukan kerjasama dengan Korea Selatan. E. Metode Penelitian 1. Tipe Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif untuk menggambarkan bagaimana strategi, pengaruh dan prospek soft diplomacy dalam membangun citra Korea Selatan di Indonesia. 2. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik telaah pustaka yaitu dengan cara mengumpulkan data dari literatur yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas berupa buku-buku, dokumen, jurnal dan surat kabar atau majalah yang menunjang penelitian yang dilakukan oleh penulis. Selain itu, observasi lapangan baik secara langsung maupun tidak langsung juga menjadi salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis. Adapun langkah-langkah observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 11 a. Mengamati langsung pelaksanaan soft diplomacy Korea Selatan melalui Korean wave dalam membangun citranya di Indonesia. b. Mengamati perkembangan soft diplomacy Korea Selatan dalam membangun citranya di Indonesia melalui media. Dalam penelitian ini juga dilakukan teknik pengumpulan data melalui metode wawancara terhadap informan ahli ataupun dengan orangorang yang memiliki pengetahuan lebih tentang objek penelitian. Dalam penelitian ini, informan yang diwawancarai adalah tokoh Pemerintahan Korea dan diplomat Indonesia serta wawancara terhadap tokoh akademisi, peneliti dan masyarakat yang dianggap mengetahui mengenai budaya Korean wave sebagai soft diplomacy Korea Selatan. Tabel 1. Daftar Informan No Nama Informan 1. Kim Do Hyung 2. Prof. Yang Seung Yoon 3. Indriana Kartini 4. Kukuh Adirizky Jabatan dan Institusi First Secretary Republic Of Korea Embassy Professor (Emiritus), Hankuk University of Foreign Studies. Seoul Peneliti PerkembanganPolitik Internasional, LIPI. Jakarta Information Manager, Pusat Kebudayaan Korea di Indonesia Alasan Diplomat Korea yang menangani bagian pendidikan. Pakar Studi MalayIndonesia. Peneliti kajian studi politik Internasional, globalisasi dan peserta Youth Worker Training di Korea. Penanggung jawab bagian informasi mengenai budaya Korea. 12 5. Dwi Hapsari Mintorahardjo 6. Gufron Sakaril 7. Fransiska Monika Diplomat Indonesia, Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia 8. Ridho Marketing Manager Exo Digital Agency 9. Marketing Manager Korea Tourism Organization. Jakarta Head section of Public RelationIndosiar. Jakarta Penanggung jawab bagian pemasaran pariwisata Korea. Penanggung jawab hubungan masyarakat stasiun TV Indosiar Diplomat bagian Dirjen Informasi dan Diplomasi Publik Penyelenggara KPop Gathering ”Tribute to Super Junior” Tokoh Masyarakat Pelajar, Penyanyi Mereka yang mengetahui perkembangan KPop dan mendapat pengaruh langsung dalam pelaksanaan soft diplomacy. Sumber: Diolah sendiri berdasarkan metodologi yang dipilih. Adapun tempat-tempat yang dikunjungi selama pengumpulan data, antara lain: 1. Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia, Jakarta 2. Kedutaan Besar Republik Korea, Jakarta 3. Korean Culture Centre of The Republic of Korea in Indonesia, Jakarta 4. Korean Tourism Organization, Jakarta 5. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta 6. Centre of Strategic International Studies, Jakarta 7. Freedom Institute, Jakarta 13 3. Jenis Data Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh melalui wawancara dari informan secara mendalam guna mendapatkan informasi yang obyektif. 16 Sedangkan data sekunder diperoleh dari teknik pengumpulan data melalui telaah pustaka, yaitu penelusuran literatur data kepustakaan dari berbagai terbitan resmi yang terdiri dari buku, dokumen, jurnal, majalah dan surat kabar.17 4. Teknis Analisis Data Teknis analisis data yang digunakan oleh penulis adalah teknik analisis data kualitatif dimana permasalahan digambarkan berdasarkan fakta-fakta yang ada kemudian mengkorelasikannya satu sama lain untuk kemudian ditarik sebuah kesimpulan. Teknik analisis yang dilakukan secara kualitatif ini juga bertujuan untuk membuat penjelasan secara sistematis, faktual, sifat dan fenomena yang diteliti melalui studi telaah pustaka, observasi dan wawancara dari para informan untuk mendalami studi penelitian permasalahan ini. 5. Unit Analisis Data Dalam penelitian ini, unit analisis data yang diamati oleh penulis yakni aktor negara dan aktor non-negara. Penulis meneliti mengenai sejauhmana pengaruh soft diplomacy yang dijalankan oleh Pemerintah 16 Husain Umar. 2002. Metode Riset Komunikasi Organisasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Hal. 131. 17 Murti Sumarni dan Salamah Wahyuni. 2006. Metode Penelitian Bisnis. Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Hal. 85 14 Korea Selatan ke Indonesia dalam mengembangkan K-pop di Indonesia. Serta apa pengaruh yang ditimbulkan dari hal tersebut terhadap pembangunan citra Korea dalam meningkatkan hubungan bilateral Korea Selatan-Indonesia yang didukung oleh peran pelaku bisnis industri musik dan media serta masyarakat secara umum. 6. Definisi Operasional a. Soft diplomacy adalah salah satu bentuk kegiatan diplomasi yang dilakukan dengan mengaplikasikan penggunaan unsur soft power suatu negara dalam hal ini yang dimiliki oleh Korea Selatan adalah K-pop. b. Multi-track diplomacy adalah diplomasi multipelaku, yaitu dengan banyak cara dan jalur, tidak hanya mengandalkan aktor negara (Pemerintah) secara langsung akan tetapi dapat pula dilakukan oleh aktor non-negara, seperti pelaku bisnis industri musik K-pop hingga keterlibatan para selebritis ataupun masyarakat secara umum serta media dalam menjalankan soft diplomacy melalui K-pop di Indonesia. c. K-pop adalah istilah untuk musik pop Korea. d. Pencitraan yang dimaksudkan adalah upaya bagaimana Korea Selatan meningkatkan eksistensinya dalam percaturan politik global dengan menggunakan K-pop dalam meningkatkan nation-brandingnya menjadi lebih positif sebagai suatu negara dan semakin dikenal oleh masyarakat internasional pada umumnya dan Indonesia pada khususnya. 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hubungan Bilateral Interaksi ataupun perjanjian dalam melakukan hubungan kerjasama yang dilakukan oleh dua negara merupakan salah satu aspek dalam hubungan internasional. Negara satu sama lain berhubungan dalam banyak kesempatan dan permasalahan, namun banyak kegiatan diplomatik dilakukan secara bilateral. Dewasa ini, hubungan internasional yang dicirikan oleh interdependensi yang semakin intens dimana tidak ada satu negarapun di dunia ini yang dapat memenuhi kebutuhan di dalam negerinya sendiri, maka menjalin kerjasama bilateral menjadi salah satu instrumen memanfaatkan setiap peluang mencapai kepentingan nasional. 18 untuk Ruang lingkup hubungan internasional mulai dari politik, pertahanan dan keamanan, ekonomi, sosial-budaya, lingkungan hidup dan hak asasi tentunya juga menjadi salah satu atau lebih dari sebuah isu dalam hubungan bilateral. Dalam hubungan kerjasama yang dijalin antar dua negara diharapakan merupakan hubungan yang saling mengisi kepentingan masing-masing. Adapun upaya kerjasama tersebut tidak mengabaikan hak kedaulatan suatu negara. Hal tersebut sejalan dengan definisi hubungan bilateral menurut Juwondo yakni: Hubungan interaksi antar dua negara yang dikembangkan dan dimajukan dengan menghormati hak-hak kedua negara untuk melakukan berbagai kerjasama pada aspek-aspek kehidupan berbangsa dan bernegara tanpa mengabaikan atau mengucilkan keberadaan negara tersebut serta menunjukkan dan memberikan 18 Sumaryo Suryokusumo. Op.Cit. Hal. 12. 16 nilai tambahan yang menguntungkan dari hubungan bilateral itu.19 Pelaksanaan hubungan bilateral dilakukan guna meraih mutual benefit. Secara ideal kedua negara bekerjasama untuk saling menguntungkan dengan menyelaraskan tujuan nasional dan politik luar negeri masing-masing negara. Hubungan bilateral yang dijalin oleh dua negara tentunya memilki sifat dari sasaran yang ingin dicapai dengan mempertimbangkan beberapa peluang dan tantangan yang akan dihadapi. Hal tersebut sepatutnya lebih cenderung pada peluang keuntungan yang akan diberikan dalam pelaksanaan kerjasama yang dijalin, karena peluang menjadi salah satu faktor sukses atau gagalnya suatu kerjasama. Pada umumnya hubungan bilateral mengacu pada hubungan politik dan budaya yang melibatkan dua negara. 20 Terkait hal tersebut Kusumohamidjojo menyatakan bahwa “kerjasama lebih mudah dijalin melalui bidang kebudayaan daripada di bidang militer”. 21 Korea Selatan memiliki suatu peluang besar dengan mengimplementasikan budaya pop melalui musik sebagai salah satu objek dalam menjalin hubungan kerjasama dengan Indonesia, sehingga dapat menciptakan hubungan yang harmonis melalui kebudayaan dan bisa memperkenalkan negaranya ke seluruh lapisan masyarakat Indonesia. 19 Juwondo. 1991. Hubungan Bilateral: Definisi dan Teori. Jakarta: Rajawali Press. Hal.21. Sukawarsini Djelantik. 2008. Diplomasi antara Teori dan Praktik. Yogyakarta: Garah Ilmu. Hal. 85. 21 Budiono Kusumohamidjojo. Op.Cit. Hal. 92. 20 17 Hubungan diplomatik Korea Selatan dengan Indonesia secara resmi dijalin September 1973 dan intensitas hubungan kerjasama meningkat dalam lima tahun terakhir yang tercermin dari semakin bertambahnya ikatan kerjasama antara kedua negara di berbagai bidang mencakup politik, keamanan, ekonomi, perdagangan dan sosial budaya. Korea Selatan menjalin hubungan diplomatik di bidang kebudayaan dengan Indonesia sangat membantu menopang pemasukan sektor ekonomi-perdagangan sekaligus dapat meningkatkan kekuatan politiknya karena Indonesia merupakan bangsa pasar dan negara demokrasi yang besar. B. Kepentingan Nasional Hubungan bilateral yang dijalin antar dua negara tidak terlepas dari kepentingan nasional masing-masing negara yang mendasarinya untuk melakukan kerjasama. Setiap negara mengandalkan dirinya pada kekuatan nasional untuk menyelenggarakan politik luar negeri yang mengabdi pada kepentingan nasional. Kepentingan nasional adalah sebagai tujuan fundamental dan faktor penentu akhir yang mengarahkan para pembuat keputusan dari suatu negara dalam merumuskan kebijakan luar negerinya.22 Politik luar negeri tersebut menjadi manifestasi utama suatu negara dari perilaku suatu negara dalam berhubungan dengan negara lain. Jika beberapa negara memiliki keselarasan dalam kepentingan nasional yang diperjuangkan masing-masing baik itu alasan ideologis maupun pragmatis maka negara- 22 Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan M.Yani. Op.Cit. Hal.35. 18 negara tersebut dapat menjalin hubungan kerjasama yang baik dan sangat kooperatif satu sama lain.23 Konsep kepentingan nasional itupun menjadi penting karena dapat menjelaskan perilaku politik luar negeri suatu negara dan sebagai upaya untuk mengejar power, yang mana power tersebut adalah segala sesuatu yang dapat mengembangkan dan memelihara kontrol atas suatu negara terhadap negara lain.24 Oleh karena itu, kepentingan nasional merupakan suatu bentuk tindakan survival suatu negara dalam politik internasional melalui hubungan kerjasama. Menurut Hans J. Morgenthau, arti survival tersebut adalah kemampuan minimum suatu suatu bangsa untuk melindungi identitas fisik, politik dan identitas budaya mereka dari gangguan negara-negara lain.25 Menurut Joseph S. Nye apapun bentuk Pemerintahannya, suatu negara pasti akan selalu bertindak dalam kerangka kepentingan nasionalnya. 26 Kepentingan nasional inilah yang nantinya memberikan kontribusi yang besar bagi pembentukan pandangan suatu negara. Dengan demikian, kepentingan nasional dianggap sebagai suatu petunjuk dasar dari kebijakan luar negeri suatu negara yang secara otomatis mengarahkan kapan dan kemana negara harus bergerak dalam sistem hubungan internasional. 23 Budiono Kusumohamidjojo. Op.Cit. Hal. 86. Theodore A. Couloumbis dan James H. Wolfe. 1982. Introduction to International Relations: Power and Justice. New Jersey: Prentice Hall. Hal. 85. 25 P.Anthonius Sepu. 2011. Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal.165. 26 Jospeh S. Nye.1992. Understanding International Conflicts. USA: Harper Collins College Publisher. Hal. 40-41. 24 19 Miroslav Nincic menyatakan tiga asumsi dasar dalam mendefiniskan Kepentingan Nasional, yaitu: Pertama, kepentingan itu harus bersifat vital sehingga pencapaiannya menjadi prioritas utama Pemerintah dan masyarakat. Kedua, kepentingan tersebut harus berkaitan dengan lingkungan internasional. Artinya, pencapaian kepentingan nasional dipengaruhi oleh lingkungan internasional. Ketiga, kepentingan nasional harus melampaui kepentingan yang bersifat partikularistik dari individu, kelompok, atau lembaga Pemerintahan sehingga menjadi kepeduliaan masyarakat secara keseluruhan.27 Kepentingan nasional yang bersifat vital bagi suatu negara jika menyangkut mengenai eksistensi kedaulatan dan yurisdiksi suatu wilayah. Upaya dalam mencapai kepentingan yang bersifat vital ini menggunakan kekuatan militer (hard power) sedangkan kepentingan yang besifat sekunder diperjuangkan dalam kebijakan luar negeri seperti melalui pertukaran misi kebudayaan dan bentuk soft power lainnya. Dalam upaya pencapaian tujuan nasional tersebut tidak hanya melibatkan kepentingan penguasa saja tetapi lebih mengedepankan kepentingan rakyat secara keseluruhan. James N. Rossenau mengatakan bahwa Kepentingan nasional memiliki dua kegunaan, yakni: pertama, sebagai analitis untuk menggambarkan, menjelaskan atau mengevaluasi politik luar negeri. Dan kedua, sebagai alat tindakan politik sebagai sarana untuk membenarkan, mengecam atau mengusulkan kebijaksanaan.28 27 28 Aleksius Jemadu. Op.Cit. Hal. 67. Mohtar Mas’oed. 1994. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi. Jakarta: LP3ES. Hal. 140. 20 Sebagai dasar politik luar negeri suatu negara, kepentingan nasional menjadi poin utama dalam upaya menggambarkan, menjelaskan dan memprediksi perilaku suatu negara dalam perpolitikan internasional serta menjadi dasar penentu pembuat kebijakan luar negeri. Kepentingan nasional suatu bangsa dengan sendirinya perlu mempertimbangkan berbagai nilai yang berkembang dan menjadi ciri khas suatu negara. Aspek kebudayaan yang dimiliki oleh setiap negara tentunya mempunyai karakteristik paling khas. Kebijakan luar negeri yang telah ditetapkan oleh suatu negara diimplementasikan pelaksanaannya melalui diplomasi. Hubungan diplomasi Korea Selatan dengan Indonesia dijalin melalui soft diplomacy dengan mengedepankan nilai dan aspek kebudayaan untuk mencapai kepentingan nasional. C. Soft Diplomacy Salah satu bentuk penerapan hubungan bilateral adalah melalui diplomasi. Diplomasi dapat dilakukan dalam berbagai dimensi baik bilateral, regional maupun internasional. Unsur kekuatan diplomasi sangat diperlukan untuk menjaga dan mempertahankan keutuhan suatu negara merdeka. Diplomasi telah menjadi bagian integral setiap negara dalam menjalankan hubungan internasional. Kekuatan diplomatik akan sangat bermanfaat bagi suatu negara untuk menjaga pertahanan nasional serta mencari kesempatan baru dalam menjalin hubungan persahabatan dengan negara lain.29 29 Yang Seung Yoon. 2004. Politik Luar Negeri Korea Selatan. Yogyakarta: UGM Press. Hal. 1. 21 Pengertian diplomasi menurut Sumaryo Suryokusumo adalah: Cara-cara di mana negara melalui wakil-wakil resmi maupun wakil-wakil lainnya termasuk juga para pelaku lainnya, membicarakan dengan baik, mengkoordinasikan dan menjamin kepentingan-kepentingan tertentu atau yang lebih luas dengan mengadakan pertukaran pandangan, pendekatan, kunjungankunjungan dan bahkan sering dengan ancaman-ancaman dan kegiatan-kegiatan yang berhubungan lainnya.30 Diplomasi sebagai upaya suatu bangsa untuk mencapai kepentingan nasional dan instrumen dalam pelaksanaan kebijakan politik luar negeri, tentunya ditunjang oleh power yang dimiliki suatu negara. Tujuan diplomasi yang diharapkan suatu bangsa adalah terciptanya landasan persahabatan yang membimbing bangsa-bangsa menuju kerjasama dan perdamaian. Dengan demikian, diplomasi yang merupakan seni, cara atau teknik atau strategi dalam menyampaikan kebijakan dengan wakil-wakil negara lain demi memperjuangkan suatu kepentingan mengalami perkembangan dari bentuk yang tradisional dengan menggunakan ancaman-ancaman menjadi diplomasi yang lebih modern dengan pendekatan yang lebih lembut dan bersifat persuasif yakni dengan menggunakan soft power. Joseph Nye menyatakan pengertian Soft power adalah “getting others to want the outcomes that you want without inducements (“carrots”) or threats (“sticks”).31 Soft power ini sendiri melengkapai dua dimensi hard power suatu negara yakni militer (”carrots”) dan tekanan ekonomi (“sticks”) dimana soft power menjadi cara ataupun perilaku ketiga untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Hard power dan soft power hakikatnya memiliki kemampuan 30 31 Sumaryo Suryokusumo. Op.Cit. Hal. 11-12. Joseph S. Nye. 2004. Soft power: The Means to Succes In World Politics. New York: Public Affairs. Hal.5 22 untuk mempengaruhi tindakan pihak lain namun perbedaannya terletak pada perilaku dan sumber daya yang digunakan. Bentuk soft power merupakan bentuk power yang mudah menarik perhatian negara lain dengan melalui pendekatan lebih lembut dan tanpa ancaman untuk mencapai apa yang diinginkan oleh suatu negara, seperti melalui sumber daya budaya. Tabel 2: Tipe Power Type of Power Behaviors Primary Currencies Threats and Force Government Policies Military Power Coercion, Coercieve deterrence, Diplomacy, war, protection alliance Economic Power Inducement and Payments and Aid, bribes, coercion sanctions sanctions Soft Power Attraction and Values, culture, Public diplomacy, agenda setting policies bilateral and institutions. multilateral diplomacy Sumber: Joseph S. Nye. 2004. Soft power: The Means to Succes In World Politics. New York: Public Affairs. Hal.31 Adapun tiga sumber utama dalam soft power yakni, daya tarik budayanya, nilai politik dan kebijakan luar negerinya. Budaya adalah seperangkat nilai dan bentuk praktik dalam menciptakan makna terhadap suatu masyarakat yang mana bentuk budaya itu sendiri dapat berupa seni artistik, pendidikan, bahasa kesusastraan, hingga budaya pop yang fokus ke bentuk hiburan untuk masyarakat umum (musik, tarian, film). Jika dalam kebudayaan suatu bangsa mengandung nilai-nilai yang universal dan kebijakan mempromosikan nilai-nilainya dan memiliki daya tarik bagi pihak lain maka 23 hal tersebut dapat meningkatkan popularitas suatu negara karena daya tarik yang dibentuk melalui budaya tersebut.32 Dengan melihat tipe-tipe power pada Tabel 2, kekuatan diplomatik itu dapat dijalankan tanpa menggunakan biaya politik dan kekuatan militer yang cukup besar sehingga dapat dikatakan bahwa ada kekuatan ataupun instrumen lain dalam penentuan kebijakan luar negeri. Soft diplomacy merupakan pelaksanaan kebijakan pemerintah sebagai bentuk nyata dari penggunaaan instrumen selain politik dan militer dalam hubungan internasional yang membawa unsur soft power dalam pengaplikasiannya.33 Disamping itu, dalam memainkan peran penting di era globalisasi ini dimana pelaksanaan diplomasi dimudahkan dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi juga mengharuskan pemanfaatan soft power yang dimiliki suatu negara dilakukan semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan nasional suatu negara melalui soft diplomacy.34 Sebagai jawaban praktik hard diplomacy yang mewakili aktivitas terkait dengan kekerasan, agresifitas, tindakan koersif, pemakaian perangkat militer dan embargo ekonomi, soft diplomacy terkait aktivitas-aktivitas diplomasi publik, image building, dan diplomasi kebudayaan. 35 Adapun pernyataan salah satu diplomat bagian diplomasi publik Kemenlu RI, Fransiska Monika mengutarakan pengertian soft diplomacy, yakni sebagai berikut: 32 Ibid. Hal. 11 Reza Lukmanda Yudhantara. Loc.Cit. 34 Jack Kemp. 2007. Soft diplomacy Is The Best Plan. [Online]. http://www.humanevents.com/article.php?id=19791. Diakses pada tanggal 8 Desember 2011 pada pukul 13.29 Wita. 35 Sukawarsini Djelantik. Op.Cit. Hal.209. 33 24 soft diplomacy lebih menekankan kepada tata laksana dari diplomasi yang menggunakan kekuatan seperti kebijakan, nilainilai yang dianut dalam masyarakat maupun kebijakan yang diambil oleh Pemerintah suatu negara demi memenangkan hati negara lain.36 Soft diplomacy merupakan istilah yang berkembang sebagai bentuk diplomasi budaya seiring semakin ditinggalkannya penggunaan hard power yang dimiliki oleh suatu negara untuk mencapai kepentingannya sejak berakhirnya perang dingin. Awal pelaksanaan soft diplomacy ini dimulai oleh Jepang dengan menggunakan budaya sebagai sarana mempengaruhi negara lain untuk meningkatkan citra Jepang. Komik Jepang yang dikenal dengan nama manga, film-film kartun seperti doraemon, atau animasi (populer dengan sebutan anime) seperti Pokemon menghasilkan apresiasi luar biasa terhadap Jepang. Pada masa pemerintahan Presiden Amerika Serikat, Barrack Obama, pelaksanaan soft diplomacy semakin dikenal dan cenderung menjadi bentuk diplomasi utama dalam hubungan internasional kekinian. Presiden Obama melalui Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton, semakin gencar mengedepankan soft power dalam kegiatan hubungan internasionalnya melalui aktivitas soft diplomacy dengan melakukan pendekatan melalui budaya. Kebijakan Amerika Serikat tersebut tentunya memberi pengaruh terhadap dinamika kegiatan hubungan internasional seiring semakin meningkatnya citra Amerika setelah beralih kekuasaaan dari mantan Presiden Bush dimana saat itu Amerika sangat identik dengan kebijakan hard power-nya. 36 Monika, F (April,2012). Personal Communication 25 Melalui soft diplomacy, negara berusaha sedapat mungkin untuk memikat negara lain sekaligus masyarakat yang ada di dalamnya dengan kebudayaan yang dimiliki dan nilai-nilai yang dianutnya. Oleh karena itu soft diplomacy yang berwujud budaya lebih menghasilkan diplomasi yang kuat, seperti apa yang telah diutarakan oleh Susanto Pudjomartono seorang mantan Dubes Indonesia untuk Rusia bahwa soft diplomacy ini diartikan sebagai pertukaran gagasan, informasi, seni dan aspek-aspek kebudayaan lain antara negara dan bangsa, dengan harapan bisa menciptakan pengertian bersama.37 Aktifitas soft diplomacy dapat mengarahkan berbagai kedekatan politik menjadi kemanfaatan ekonomi seperti melalui promosi perdagangan dan membantu tugas promosi pariwisata. Maka dari itu, adapun senjata utama dalam pelaksanaan soft diplomacy yakni dengan menggunakan media dalam suatu event untuk berhubungan dan berinteraksi dalam memberi informasi baik itu untuk mendidik ataupun untuk menghibur dengan menempatkan budaya, nilai dan kebijakan suatu bangsa.38 Kita dapat mengenal suatu masyarakat dari budayanya sehingga Korea Selatan berupaya untuk memperkenalkan dirinya kepada masyarakat internasional melalui berbagai event seni dan budaya. Melalui penggunaan seni dan budaya popular sebagai soft diplomacy, Korea Selatan dapat menggunakan hal tersebut untuk memperjuangkan kepentingan nasionalnya sekaligus mengukuhkan perannya dalam dunia internasional secara umum dan Indonesia 37 Susanto Pudjomartono. 2011. Soft diplomacy. [Online]. http://www.suarakaryaonline.com/news.html?id=293039. Diakses pada tanggal 26 Desember 2011 pukul 16.51 wita. 38 Mark Scott. 2009. A Global ABC Soft Diplomacy and the World of International Broadcasting. Bruce Allen Memorial Lecture, 5 November 2009, Macquarie University. Sydney. 26 secara khusus. Aset soft diplomacy yang digunakan Korea Selatan saat ini adalah melalui budaya pop yang dikenal dengan istilah Korean wave. Korean wave dijadikan sebagai salah satu bentuk diplomasi budaya Korea Selatan dalam era globalisasi informasi dan sosiologis.39 Di lain pihak, Menurut Hans J. Morgenthau, dalam pencapaian kepentingan nasional ditunjang oleh sembilan unsur kekuatan nasional yang mana salah satunya adalah kualitas diplomasi. Kualitas diplomasi berarti sejauh mana diplomasi tersebut mendapati kesepakatan yang menguntungkan bagi negara, setidaknya tidak mengalami kerugian dari kesepakatan yang dicapai.40 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Soft diplomacy memiliki kualitas diplomasi sebagai upaya dalam pencapaian kepentingan nasional. Soft diplomacy sebagaimana berdasarkan pada tata laksana suatu diplomasi yang lebih atraktif dan persuasif dijalankan dengan menggunakan kekhasan suatu bangsa seperti budaya, memang memerlukan proses yang berjalan lama namun dampak yang ditimbulkannya dapat berlangsung lama karena sasarannya tidak hanya langsung pada negara melainkan pada masyarakat secara umum sehingga terbentuk opini publik yang dapat mempengaruhi keputusan pembuat kebijakan dalam suatu negara. Dengan perkembangan situasi internasional dewasa ini dimana meningkatkan pendekatan yang bersifat people-to-people menjadi salah satu upaya dalam soft diplomacy Korea Selatan yang tidak hanya melibatkan aktor negara (track one 39 Jeong-Nam Kim dan Lan Ni. 2011. The Nexus between Hallyu and Soft power. Do Kyun Kim dan Min-Sun Kim (eds). 2011. Hallyu: Influenfe of Korean Popular Culture in Asia and Beyond. Seoul: Seoul National University Press. Hal 131. 40 Sri Hayati dan Ahmad Yani. 2007. Geografi Politik. Bandung: PT.Refika Aditama. Hal. 73. 27 diplomacy) dalam pengaktualisasiannya. Soft diplomacy juga dilakukan dalam pertemuan yang tidak resmi tanpa harus melalui protokol formal kenegaraan sehingga terlaksananya soft diplomacy juga didukung oleh pelaksanaan multitrack diplomacy yang melibatkan berbagai aktor non-negara. D. Multi-track Diplomacy Studi diplomasi mengalami perkembangan pesat sejak berakhirnya Perang Dingin di era 1990an dan abad ke 21 yang juga menciptakan revolusi teknologi diplomasi. sehingga 41 mendorong terjadinya perubahan aktor utama Dinamika hubungan internasional di era globaslisasi ini menimbulkan beragam isu-isu politik global dalam pelaksanaan diplomasi dan melibatkan banyak aktor dengan kepentingannya masing-masing. Kompleksitas permasalahan internasional yang semakin beragam menjadikan penyelesaian konflik untuk menciptakan dan menjaga perdamaian menjadi lebih rumit. Brian Hocking mengemukakan bahwa bentuk diplomasi kontemporer membutuhkan penyesuaian dengan perkembangan lingkungan internasional yang cepat berubah sehingga Pemerintah perlu menyadari kemunculan aktor non-negara, seperti tokoh masyarakat, perusahaan swasta, partai politik, NGOs, seniman atau budayawan hingga media massa pun menempati peran penting dalam upaya mencapai tujuan diplomasi secara optimal.42 41 Ole Jacob Sending, Vincent Pouliot dan Iver B.Neumann. 2011. The Future of Diplomacy; Changing Practices, evolving relationships. International Journal, Summer 2011. Canada: Canadian International Council. Hal. 527. 42 Aleksius Jemadu. Op.Cit. Hal. 96. 28 Multi-track diplomacy adalah konsep yang dikembangkan oleh Louise Diamond dan John W. McDonald. Multi-track diplomacy merupakan suatu perluasan dan pembedaan antara first track diplomacy dan second track diplomacy yang dibuat oleh Joseph Montville di tahun 1982. 43 Pada tahun 1991, Louise Diamond dan McDonald mengembangkan kedua jalur tersebut menjadi sembilan jalur yakni Pemerintah, conflict resolution professionals, bisnis, warga negara, penelitian, pelatihan dan pendidikan, aktivisme, agama, pendana atau pemberi dana dan media.44 Gambar 1: Sembilan Multi-track Diplomacy Sumber: Louise Diamond and John McDonald. 1996 Multi-Track Diplomacy; A Systems Approach to Peace Third Edition. Kumarian Pres.Hal. 15 43 C.P.F Luhulima. Peranan Diplomasi Multi-track dalam Penyelesaian Sengketa Laut China Selatan; Upaya dan Tantangan. Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional, 5(2). Hal 75. 44 Ibid. 29 Pelaksanaan multi-track diplomacy didasarkan pada kesadaran dan keinginan aktor non-negara secara umum dari berbagai kalangan yang memiliki latar belakang dan kemampuan yang berbeda-beda untuk melakukan usaha menciptakan peacemaking dan peacebuilding. 45 Menyikapi bermunculannya aktor-aktor non-negara yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan politik luar negeri suatu negara diharapkan bisa memberi kontribusi yang positif bagi pencapaian kepentingan nasional khususnya dalam membangun citra bangsa yang positif di mata dunia internasional serta dalam mengisi dan mengembangkan kerjasama di berbagai bidang dan mengatasi permasalahan global. Multi-track diplomacy telah menjadikan diplomasi bukan hanya tugas diplomat professional ataupun Pemerintah dalam pengertian umum, namun merupakan sebuah upaya untuk merangkul dan melibatkan masyarakat dari berbagai negara dalam suatu hubungan yang harmonis guna mewujudkan persahabatan bangsa-bangsa menuju perdamaian dunia. Selain itu pula, di era globalisasi kini semakin memudahkan hubungan antar negara terjalin dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi transportasi dan komunikasi (internet). Berkembangnya peran aktor non-negara dalam hubungan internasional juga disadari oleh Pemerintah Korea Selatan, sehingga dalam platform pelaksanaan soft diplomacy Korea Selatan, aktor negara dan aktor non-negara bekerja sama saling mendukung dalam memperluas jaringan Korea di dunia melalui pengembangan budaya popular Korean wave untuk 45 Louise Diamond and John McDonald. Op.Cit. Hal. 14. 30 meningkatkan citra bangsa dalam mencapai kepentingan nasionalnya. Diantara sembilan jalur multi-track diplomacy, track one, track two, track three, track four dan track nine adalah aktor yang terlibat dalam pelaksanaan soft diplomacy Korea Selatan yang diteliti dalam penulisan ini. Track one diplomacy adalah diplomasi yang dilakukan oleh aktor negara yakni pemerintah (government-to-government) dan merupakan elemen penting dalam diplomasi. Track one diplomacy dilakukan dengan mempertimbangkan aspek formal dalam proses pemerintahan karena dilakukan oleh kepala negara ataupun diplomat professional serta wakil-wakil yang telah diberi instruksi oleh negara yang berdaulat.46 Track two diplomacy adalah bentuk diplomasi yang dilakukan oleh aktor-aktor non-negara dalam situasi informal untuk dapat menangani konflikkonflik antar kelompok masyarakat yang tujuannya menurunkan ketegangan dengan cara meningkatkan komunikasi dan saling pengertian untuk menciptakan perdamaian dunia. Menurut McDonald, diplomasi jalur kedua ini adalah sebagai pendukung diplomasi jalur pertama dalam membuka jalan bagi negosiasi-negosiasi dan kesepakatan yang dilakukan oleh Pemerintah.47 Track three diplomacy adalah diplomasi bisnis yang melibatkan peran para pelaku bisnis melalui peluang kegiatan kerjasama internasional di bidang ekonomi guna menjalin relasi dengan negara-negara lain melalui komunikasi 46 47 Sukawarsini Djelantik. Op.Cit. Hal. 20. Louise Diamond dan John McDonald. Op.Cit. Hal. 38. 31 ataupun jaringan bisnis untuk membantu menciptakan perdamaian dan memperkokoh interaksi kerjasama bisnis dan perekonomian antarnegara.48 Track four diplomacy menggambarkan keikutsertaan masyarakat dalam diplomasi yang disebut citizen diplomacy. Peran seluruh lapisan masyarakat akan lebih mudah dan jangkauannya luas dalam menjalin relasi untuk mewujudkan perdamaian dan kerjasama baik itu melalui kegiatan pertukaran, organisasi sukarela dan organisasi non-Pemerintah lainnya, special-interest groups hingga para selebritis dinyatakan sebagai aktor baru dalam dunia perpolitikan global. Keterlibatan masyarakat luas dalam diplomasi multi jalur merupakan sebuah kecenderungan baru di era globalisasi sebagai ungkapan kepedulian dan tanggung jawab terhadap masalah-masalah yang terkait kebijakan luar negeri dan perdamaian dunia. 49 Track nine diplomacy yang memainkan peran media tentunya dapat memberikan pengaruh yang signifikan dalam menyampaikan informasi dan aspirasi rakyat hingga menciptakan opini publik guna menjaga perdamaian dan meningkatkan kerjasama. Track nine diplomacy adalah bentuk diplomasi bagaimana opini publik dibentuk dan diekspresikan oleh berbagai elemen media. Di era globalisasi kini, media semakin berperan penting karena dengan mudah menyebarkan informasi maupun peristiwa teraktual dari seluruh belahan dunia melalui televisi ataupun jaringan internet, sehingga sangat membantu dalam proses penyelenggaran diplomasi suatu negara. Media bertindak sebagai messenger dan berada dalam lingkaran sentris untuk 48 49 Ibid. Hal. 52-53 Ole Jacob Sending, Vincent Pouliot dan Iver B.Neumann. Op.Cit. Hal. 533. 32 menghubungkan peran para aktor multi-track diplomacy yang berperan aktif dalam membangun saling pengertian dan toleransi antarnegara, antar budaya ataupun antar agama.50 Seluruh jalur dalam pola hubungan multi-track diplomacy memperlihatkan hubungan antar semua jalur pada tingkat yang sama. Setiap jalur memiliki sumber daya, nilai dan pendekatannya masing-masing namun saling mempengaruhi satu sama lain. Multi-track diplomacy juga identik sebagai diplomasi publik yang merupakan bentuk diplomasi dalam menjembatani antara dinamika kepentingan nasional di percaturan politik dunia dan aspirasi masyarakat domestik. 51 Pemerintah Korea Selatan melalui Ministry of Foreign Affairs and Trade (MOFAT) menetapkan tahun 2010 sebagai starting point dalam mempromosikan diplomasi Publik dan mendirikan Korean Diplomacy Public Forum serta bekerjasama dengan Korean Foundation. 52 Diplomasi publik merupakan implementasi dari track two diplomacy. Isu utama diplomasi publik adalah arus transnasional dan ide-ide kepentingan nasional dipromosikan dengan berbagai upaya untuk menyebarkan informasi saling pengertian dan mempengaruhi masyarakat asing.53 Bentuk diplomasi multi jalur sebagai bentuk diplomasi yang baru dengan bermunculannya berbagai aktor non-negara di era globalisasi yang didukung oleh inovasi teknologi diyakini dapat lebih powerfull dalam melakukan negosiasi untuk mencapai kepentingan nasional suatu bangsa. 50 Louise Diamond dan John McDonald. Op.cit. Hal. 15. Aleksius Jemadu. Op.Cit. Hal.7. 52 Ministry of Foreign Affairs and Trade. 2011. Diplomatic White Paper 2011. Republic of Korea. Hal. 269. 53 Sukawarsini Djelantik. Op.Cit. Hal. 19. 51 33 Penerapan multi-track diplomacy akan semakin mendorong jaringan kerjasama suatu negara dengan negara lain karena komponen para aktor dalam multi-track diplomacy menempati posisi berbeda tetapi terkait satu sama lain dan saling berinteraksi untuk membangun kerjasama yang strategis, terlebih lagi media semakin bisa membentuk opini publik secara efektif yang dapat mempengaruhi tindakan Pemerintah mengambil kebijakan melalui apa yang ditampilkan dalam berita melalui media cetak, media elektronik dan tentunya media online (internet). E. Pencitraan Konsep citra (image) dikembangkan oleh para ilmuwan sosial dalam membahas variabel psikologis manusia dalam mensinkronkan dengan lingkungannya, mereka beranggapan bahwa suatu citra timbul dari interaksi berbagai sikap dan asumsi yang dikembangkan seseorang dalam mempelajari lingkungannya.54 Hubungan antara kecenderungan dan kegiatan dengan cara yang akan membantu memahami bagian peran kegiatan diplomasi suatu negara dalam mengungkapkan nila-nilai pendekatan politik ataupun budaya dan bidang lainnya ditandai dengan citra yang dibentuk. Pencitraan membantu memberikan alasan yang dapat diterima secara subjektif tentang mengapa segala sesuatu hadir sebagaimana tampaknya tentang preferensi politik ataupun yang lainnya yang tidak hanya bersifat politis. 54 William D. Coplin dan Marsedes Marbun. 1992. Pengantar Politik Internasional; Suatu Telaah Teoritis. Bandung: CV. Sinar Baru. Hal. 43. 34 Landasan penilaian citra terletak pada nilai-nilai kepercayaan atau sistem nilai atau lebih luas lagi pada kebudayaan. 55 Citra menentukan cara seseorang memandang dunia dan citra tersebut digunakan untuk mengorientasikan pengambil keputusan sehingga citra memainkan peran yang menentukan dalam upaya untuk membentuk perilaku para pengambil keputusan politik luar negeri. 56 Citra yang berhasil dibangun oleh suatu negara terasa sangat penting dan bermanfaat dalam melaksanakan politik luar negerinya karena akan dimudahkan dalam menarik perhatian negara lain dalam memandang dan menilai negara tersebut. Pencitraan yang terbentuk merupakan modal awal suatu negara untuk menjalin hubungan bilateral dalam mencapai kepentingan nasional. Aleksius Jemadu menyatakan pengertian pencitraan adalah: upaya suatu bangsa untuk mendefinisikan dirinya baik kepada rakyatnya sendiri maupun dalam pergaulan internasional dengan menonjolkan keunggulan nilai-nilai budaya yang dimilikinya dengan tujuan untuk menciptakan pengaruh internasional yang sangat diperlukan untuk pencapaian tujuan politik luar negeri dan diplomasi secara umum.57 Pembangunan citra suatu bangsa tidak hanya dimaksudkan untuk membangun citra dari kesan yang negatif menjadi positif namun dapat pula berarti untuk memelihara atau mempertahankan citra, hingga meningkatkan citra positif yang telah dimiliki oleh suatu bangsa. Citra itu sengaja diciptakan agar bernilai positif. Citra positif memang penting bagi sebuah bangsa, setidaknya dengan citra baik yang dimilikinya negara tersebut akan 55 Vivi Feriany. 2009. Memperkuat Diplomasi Pencitraan Indonesia. Jurnal Diplomasi. Hal. 148. William D. Coplin dan Marsedes Marbun. Op.cit. Hal 91. 57 Aleksius Jemadu. Op.Cit. Hal.120. 56 35 dihormati, dihargai, disegani, dan dipercaya sehingga meningkatkan kerjasama dengan negara-negara lain dan memperkuat posisi persaingan dalam perpolitikan global dan dapat dengan mudah mencapai kepentingan nasionalnya di suatu negara. Bangsa lain akan salut terhadap negara yang bersangkutan dan akan berpikir ulang bila ingin mengusik kedaulatannya. Efeknya negara akan memiliki kewibawaan baik ditingkat regional maupun internasional.58 Pembangunan citra suatu bangsa di luar negeri termasuk dalam penanganan berbagai isu politik, ekonomi, sosial budaya yang didasarkan pada norma dan nilai yang dianut oleh masyarakat dalam negeri tanpa mengabaikan norma pergaulan internasional. Upaya pembentukan citra ini didukung oleh pelaksanaan dalam diplomasi publik (track two diplomacy). Pembangunan citra ini bukan hanya menjadi agenda nasional dan dilakukan oleh departemen luar negeri semata melainkan dijalankan oleh seluruh lapisan masyarakat dan tentunya dibantu oleh peran media dalam membentuk opini publik dan mendefinisikan citra. 58 T. May Rudy. 2005.Komunikasi dan Hubungan Masyarakat Internasional.Bandung: PT. Refika Aditama. Hal. 139. 36 Citra yang ingin dibangun Korea Selatan merupakan produk dari konstruksi sosial yang dibangun dari pandangan dunia, karakter bangsa dan pandangan personal tanpa ditentukan oleh ideologi negara. Pencitraan juga sangat penting dilakukan oleh sebuah negara untuk memasarkan produknya ke seluruh dunia, mengundang investor dari negara lain agar menanamkan modalnya sehingga menunjang pertumbuhan ekonomi suatu negara.59 Dengan demikian, Korean wave adalah sebagai sikap dan tindakan nyata Pemerintah dan rakyat Korea Selatan untuk membangun citra bangsa dalam memperkenalkan identitas politik, ekonomi, dan budayanya sekaligus mencapai kepentingan nasional dalam berbagai bidang kerjasama dengan Indonesia. 59 Mohammad Shoelhi. 2011. Diplomasi: Praktik Komunikasi Internasional. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Hal.159-160. 37 BAB III SOFT DIPLOMACY KOREA SELATAN DI INDONESIA A. Kepentingan Nasional Korea Selatan di Indonesia Korea Selatan memiliki dua kebijakan nasional utama dalam pelaksanaan politik luar negerinya yakni, mengembangkan ekonomi nasional sambil memperkuat kekuatan pertahanannya. 60 Namun, disamping itu Pemerintah Korea Selatan juga bermaksud untuk memberikan peran dan berkontribusi yang lebih besar bahkan lebih lengkap dalam forum internasional untuk mengatasi masalah-masalah global seperti non-proliferasi dan pemberantasan kemiskinan. Korea Selatan juga berkepentingan meningkatkan citra nasional melalui penyelesaian berbagai masalah diplomatik dan kerjasama internasional dengan meningkatkan infrastruktur diplomatik. Pemerintah Korea Selatan berupaya memperkuat sumber daya manusia dengan tujuan untuk mengangkat kemampuan diplomatik guna memastikan bahwa Korea Selatan telah sepenuhnya mencerminkan kapasitas nasional dan internasional dalam rangka mewujudkan visi Global Korea yang menjadi tujuan utama dalam Pemerintahan Presiden Lee Myung Bak. Visi Global Korea tersebut dimaksudkan agar tercipta sebuah citra bangsa Korea yang tidak hanya bekerja sama secara aktif tetapi juga dapat memberikan solusi untuk menangani permasalahan yang dihadapi masyarakat internasional.61 Yang Seung-Yoon dan Mohtar Mas’oed. 2004. Politik Luar Negeri Korea Selatan. Yoyakarta: UGM Press. Hal. 8 61 Lee Myung-Bak. 2009. The Lee Myung-Bak Administration’s Foreign Policy and National Security Vision: Global Korea The National Strategy of the Republic of Korea . Cheong Wa Dae: Office of The President. Hal. 12 60 38 Setelah berhasil bangkit dari masa imperialisme Jepang, penderitaan perang Korea dan kemiskinan, Korea Selatan telah berhasil memulihkan kedaulatan negaranya selama beberapa dekade ini serta mencapai hasil pembangunan ekonomi dan demokrasi yang kuat. Dewasa ini, Korea Selatan berada dalam waktu yang tepat untuk dapat menjadi negara yang lebih bermartabat dan menempati posisi sejajar dengan negara-negara maju seiring dengan pembangunan ekonomi, demokrasi, dan industri teknologinya yang semakin meningkat. Oleh karena itu, Korea mengadopsi sikap yang lebih terbuka dalam mengimplementasikan kepentingan nasional dan pelaksanaan kebijakan luar negerinya karena keberlangsungan hidup dan masa depan suatu bangsa dipengaruhi oleh totalitas interaksinya dengan masyarakat internasional. Perwujudan citra Global Korea dapat menjadikan Korea sebagai aktor global yang memiliki cakrawala luas dengan terlibat secara proaktif dalam pergaulan internasional untuk menciptakan perdamaian dunia. Pencitraan Global Korea juga mengacu pada tujuan Korea yang meninggalkan kebiasaan diplomasinya yang sempit dimana hanya diarahkan untuk penyelesaian konflik Semenanjung Korea dan menjadikannya sebuah bangsa yang berbudaya modern. Dengan demikian, Pemerintah Korea Selatan menggunakan soft power yang dapat membangun kapasitasnya untuk menjadi aktor global. Hal tersebut ditunjang oleh kemajuan ekonomi, pengembangan industri teknologi yang semakin canggih, potensi budaya yang artistik dan menarik serta kesejahteraan 39 masyarakat yang disertai dengan kualitas pendidikan yang dimiliki oleh Korea Selatan. 62 Dalam Diplomatic White Paper Republik Korea tahun 2011 dinyatakan bahwa atas dasar disadarinya peranan soft power menjadi semakin penting dan budaya telah meningkat sebagai unsur inti daya saing antarbangsa dan sumber daya ekonomi yang menghasilkan nilai tambah, diplomasi budaya telah menjadi salah satu pilar dalam pelaksanaan diplomasi yang diterapkan oleh Pemerintah Korea Selatan. Korea Selatan sebagai negara middle power yang tidak dapat menjadi balance of power diantara Jepang dan China dengan mengandalkan hard power, sehingga pemberdayaan soft power dianggap penting. Keberhasilan perekonomian Korea dan penyerbarluasan budaya Korea melalui Korean wave dapat menjadi faktor pendorong peningkatan soft power yang dimiliki oleh Korea Selatan.63 Dalam rangka memaksimalisasikan pemberdayaan soft power yang dimilikinya, Korea Selatan membuka cakrawala baru dalam diplomasi yakni dengan soft diplomacy. Sejak tahun 2006, Ministry of Foreign Affairs and Trade (MOFAT) secara tidak langsung terus mendukung penyebaran Korean wave sebagai soft diplomacy dalam meningkatkan soft power yang dimiliki oleh Korea Selatan serta menjadi langkah modal dalam mewujudkan tujuan nasional Global Korea. MOFAT berupaya membangun jaringan global agar Korea Selatan dapat terus menjangkau lebih banyak negara dan lebih meningkatkan hubungan kerjasamanya dengan negara lain. Dengan menjalin 62 63 Ibid. Joseph S.Nye. Why South Korea Should Go Soft. Korea 2020: Global Perspective for the Next Decade. Seoul: Random House Korea. Hal. 93-95 40 jaringan yang luas secara global, Pemerintah Korea Selatan dapat memperbaiki citra ataupun reputasinya di luar negeri dengan meningkatkan brand Korea dan memperkuat posisinya dalam kepemimpinan global melalui bentuk pendekatan yang lebih proaktif dalam berinteraksi dengan masyarakat internasional. Sejalan dengan langkah pencapaian kepentingan nasional, Pemerintah Korea Selatan mengeluarkan kebijakan New Asia Initiative sebagai langkah membangun jaringan global dengan semakin memfokuskan kerjasama di kawasan Asia terutama dengan negara-negara ASEAN sebagai salah satu organisasi regional terbesar di Asia. Apalagi Korea Selatan yang tidak terlepas dari konflik dengan Korea Utara tentunya dapat mengganggu stabilitas dan keamanan nasional sehingga Korea Selatan harus bisa menjalin hubungan baik dengan negara tetangga agar ke depannya Korea Selatan mendapat dukungan dari negara lain dalam upaya reunifikasi antar-Korea. Selain itu, kebijakan tersebut juga mengindikasikan ASEAN sebagai salah satu kawasan dan pasar terbesar bagi Korea Selatan di Asia, maka dari itu menjalin dan mempererat hubungan dengan negara-negara anggota ASEAN menjadi penting bagi Korea Selatan. Indonesia sebagai salah satu anggota ASEAN, menjalin hubungan diplomatik dengan Korea Selatan secara resmi pada tanggal 18 September 1973. Korea-Indonesia terus melakukan upaya perluasan kerjasama bilateral secara regional dan internasional serta menjanjikan untuk mempertahankan ikatan kerjasama yang erat dengan Indonesia.64 64 Ministry of Foreign Affairs and Trade. 2009. Diplomatic White Paper 2009. Republic of Korea. Hal. 68. 41 Peningkatan hubungan kerjasama kedua negara tersebut disepakati dengan menandatangani MoU Joint Declaration on Strategic Partnership between RI and ROK pada bulan Desember tahun 2006 untuk memperluas bidang hubungan kerjasama seperti pembangunan, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan lain-lain. Peningkatan hubungan mitra strategis tersebut ditandai dengan ditandanganinya kerjasama bidang kebudayaan pada tahun 2008. Kemudian, Korea-Indonesia bekerja sama menjadi host ‘Bali Democracy Forum’ pada tahun 2010 di Indonesia yang mana berkontribusi untuk memperkuat hubungan kerjasama dengan kedua negara sebagai salah satu upaya untuk mempromosikan demokrasi di wilayah Asia Timur dan setuju untuk memperkuat kerja sama pada masalah Korean Peninsula.65 Hubungan bilateral yang dijalin Korea-Indonesia dilandasi beberapa kepentingan nasional Korea di bidang politik, ekonomi dan sosial-kebudayaan, namun kepentingan ekonomi menjadi kepentingan utama yang ingin dicapai Korea Selatan di Indonesia. Hal tersebut berdasarkan penyataan Mr. Kim Do Hyung, first secretary of Republic of Korea Embassy in Indonesia, Beliau mengungkapkan bahwa: Kepentingan nasional utama lainnya yang ingin dicapai Korea Selatan di Indonesia adalah di bidang ekonomi. Korea Selatan ingin mempromosikan kerjasama substansial menengah dan rencana ekonomi pembangunan jangka panjang di Indonesia. Korea Selatan sedang berusaha untuk memperluas perannya dalam masyarakat internasional dengan melakukan modernisasi ekonomi dan kebudayaan guna memberikan pengalaman dan 65 Ministry of Foreign Affairs and Trade. 2011. Diplomatic White Paper 2011. Republic of Korea. Hal. 91 42 keahliannya dengan negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.66 Upaya mencapai kepentingan nasional suatu bangsa perlu ditopang oleh citra ataupun reputasi negaranya. Maka dari itu, Pemerintah Korea mendirikan President Council on Nation Branding (PCNB) pada 22 Januari 2009 untuk meningkatkan citra nasionalnya dalam komunitas internasional dengan menerapkan strategi sistematis dan komprehensif. Tujuan PCNB adalah untuk menginformasikan kepada dunia untuk mengenal Korea dan mempromosikan citra Korea sebagai sebuah negara yang memberikan kontribusi bagi masyarakat internasional yang menghasilkan produk dan layanan kelas dunia serta sebagai sebuah negara yang menghargai budaya lain.67 Upaya membangun citra ataupun nation-branding Korea Selatan menjadi Global Korea dilakukan dengan mengembangkan unsur kebudayaan. Kebudayaan dijadikan sebagai daya tarik untuk menjalin hubungan bilateral dengan Indonesia agar dapat mengundang investor masuk ke Korea ataupun investor Korea dapat melakukan investasi di Indonesia serta menarik kunjungan wisatawan Indonesia ke Korea. Kebudayaan itu sendiri tidak hanya akan memberikan dampak sosial melainkan dapat pula mempengaruhi bidang 66 Hasil Wawancara terhadap Narasumber Kim Do Hyung pada tanggal 17 April 2012 Pukul 11.00 Wib di Jakarta. 67 President Council on Nation Branding. Vision and Strategy. [Online]. http://www.koreabrand.net/gokr/en/cms/selectKbrdCmsPageTbl.do?cd=0120&m1= 1&m2=5. Diakses pada tanggal 30 Maret 2012 pada pukul 12.00 Wita 43 politik dan ekonomi suatu negara.68 Maka dari itu, Pemerintah Korea Selatan sangat mendukung agar popularitas musik pop Korea di luar negeri terus dilanjutkan agar dapat menarik 20 juta wisatawan asing setiap tahun sampai tahun 2020 sebagai salah satu upaya untuk peningkatan kekuatan perekonomian negara. 69 Peneliti P2P LIPI, Indriana Kartini juga mengungkapkan bahwa: Korea Selatan adalah friendly country yang tidak mendahulukan kekerasan. Korea Selatan butuh citra tersebut mengingat Korea Selatan yang sedang dalam konflik dengan Korea Utara, disamping persaingan dengan Jepang. Citra yang dibangun tentunya diharapkan untuk mencapai kepentingan ekonomi di Indonesia melalui industri ekspor otomotif serta industri teknologi komunikasi. Tentunya Pemerintah Korea Selatan ingin meningkatkan sektor perekonomian negaranya, sehingga melalui K-Pop yang dijadikan daya tarik tentunya menciptakan minat pasar masyarakat Indonesia terhadap segala bentuk produk Korea dan mulai mengkonsumsinya.70 Korean wave memang telah dipersiapkan untuk dipasarkan ke dunia internasional sejalan dengan adanya dukungan penuh dari Pemerintah sejak masa Pemerintahan Presiden Kim Dae Jung (1993-1998) yang slogan politiknya adalah “Creation of the New Korea”. Dengan kata lain, Pemerintah Korea ingin menghapus citra bangsa yang tradisional dan membuat citra nasional yang lebih baru dan modern. Kebijakan budaya di masa Pemerintahan Kim Dae Jung dimaksudkan untuk membangun identitas budaya dari Jason Strother. 2009. Korea’s Image Problem. [Online]. http://www.asiacalling.kbr68h.com/ur/news/south-korea/805-koreas-image-problem. Diakses pada tanggal 24 desember 2011 pukul 16.41 Wita. 69 KBS. 2012. Kementrian Kebudayaan Umumkan Proyek Untuk Tahun 2012. [Online]. http://world.kbs.co.kr/indonesian/news/news_Cu_detail.htm?No=25593. Diakses pada tanggal 11 maret 2012 pada pukul 09.28 Wita. 70 Hasil Wawancara terhadap Narasumber Indriana Kartini pada tanggal 27 Maret 2012 Pukul 11.00 Wib di Jakarta. 68 44 perspektif internasional dan untuk membangun kreatifitas budaya suatu bangsa sehingga mantan Presiden Kim dikenal sebagai “President of Culture”. Pada awal tahun 2000-an, setelah krisis finansial yang melanda kawasan Asia di tahun 1997, Pemerintah Korea mulai menargetkan ekspor budaya populer Korea sebagai bentuk inisiatif pelaksanaan sektor perekonomian baru. Mantan Presiden Kim mendirikan Basic Law for the Cultural Industry Promotion pada tahun 1999 dengan mengalokasikan dana senilali US$148.5 juta untuk mengembangkan dan menyebarluaskan budaya popular Korea melalui caracara inovatif dengan menggabungkan budaya tradisional mereka dengan budaya modern.71 Tujuan akhir dari soft diplomacy adalah untuk mempromosikan citra positif dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk menarik perhatian negara lain. Seperti banyak bangsa, Korea telah berusaha untuk meningkatkan posisinya dalam tatanan internasional seiring dengan perkembangan soft power di dunia internasional. Dengan demikian, era dimana sektor industri yang memimpin pertumbuhan ekonomi suatu negara juga menjadi sangat didukung dari sektor kebudayaan dan hal tersebut berhasil dilakukan Korea Selatan. Atas dasar pemulihan dari krisis keuangan global, Pemerintah Korea Selatan telah terus-menerus membuat upaya untuk memperkuat dasar bagi pertumbuhan jangka panjang dan meningkatkan ekonomi riil dengan membangun citra bangsa “Global Korea”. Beberapa tahun ini Korea Selatan telah menjadi tuan rumah beberapa event besar tingkat internasional, berawal 71 Sung Sang-Yeon. 2008. Why are Asians Attracted to Korean Pop Culture?. The Korea Herald (eds). Korean wave. Seoul: Jimoondang. Hal. 16-17. 45 dari World Cup 2002, Summit G-20 2010, Yeosu Expo World Exhibtion 2012 dan Winter Olympic Pyeongchang yang akan digelar tahun 2018, sekaligus dapat menjadi sarana pelaksanaan soft diplomacy dan meningkatkan citra negaranya sehingga dapat semakin memperkuat posisinya di forum Internasional. B. Bentuk-Bentuk Korean Wave di Indonesia Kunci dari terjalinnya persahabatan antarsuatu bangsa adalah saling mengenal dan memahami karakter dan budaya masing-masing. Pengaruh kebudayaan terhadap pelaksanaan diplomasi memiliki peran yang signifikan karena kebudayaan memiliki unsur universal dan bersifat komunikatif. Kebudayaan secara aktif digunakan dalam diplomasi bilateral untuk meningkatkan pemahaman budaya dan dialog antar bangsa karena dapat menembus batas-batas geografis, politik, ideologi dan sosial. 72 Karena itu, dengan masuknya Korean wave sebagai pengenalan seni dan budaya Korea kepada masyarakat Indonesia merupakan sebuah langkah dasar bagi Korea Selatan untuk membangun citranya sekaligus dapat mempererat hubungan bilateralnya dengan Indonesia. Istilah Korean wave pertama kali diungkapkan oleh jurnalis China pada pertengahan tahun 1990-an dengan menyebutnya sebagai hanliu dalam bahasa mandarin sementara di Korea dikenal sebagai hallyu. Sejak saat itulah ditandai sebagai awal munculnya hallyu atau lebih dikenal sebagai Korean 72 Gracia I. Caroline Sidabutar. Diplomasi Kebudayaan: Konsep dan Relevansinya terhadap Pelaksanaan Politik Luar Negeri. Divisi Litbang Sekdilu Angkatan XXXII. Indonesia dan Dunia: Refleksi Pemikiran Diplomat Muda Indonesia. Jakarta: Kemenlu RI. Hal.160. 46 wave oleh masyarakat Internasional. Korean wave adalah istilah yang menggambarkan fenomena penyebaran budaya pop Korea berupa serial drama, film dan musik pop Korea ke seluruh dunia.73 Serial drama televisi dan film adalah bentuk Korean wave yang pertama kali dikenal oleh masyarakat di Asia yang selanjutnya pada awal tahun 2000-an disusul oleh ekspansi musik pop Korea yang dikenal dengan istilah K-Pop. Elemen-elemen budaya populer Korea ini menyebarkan pengaruhnya di negara-negara Asia salah satunya Indonesia. Selain itu, Korean wave pun berkembang dengan cepat ke berbagai belahan dunia seperti Benua Amerika dan Eropa. Korean wave berperan cukup efektif sebagai pemberi identitas diplomasi Korea Selatan karena budaya popular Korean wave menampilkan nilai budaya dan karakter bangsa Korea dalam bentuk serial drama televisi, musik dan film. Dengan demikian, Korean wave merupakan media yang efektif sebagai pendukung dalam memperlancar pelaksanaan diplomasi. a. Serial Drama Korea Pada awal munculnya Korean wave, serial drama televisi Korea telah menjadi pilar utama dalam penyebaran Korean wave. Krisis ekonomi Asia pada akhir 1990-an membawa sebuah situasi di mana pembeli Asia lebih menyukai program acara Korea yang lebih murah. Korea menawarkan harga drama televisi lebih murah seperempat dari harga drama televisi Jepang dan sepersepuluh dari harga drama televisi Hong Kong di tahun 2000. Bentuk 73 Do Kyun Kim dan Se-Jin Kim. 2011. Hallyu from Its Origin to Presents. Do Kyun Kim dan Min-Sun Kim (eds). Hallyu: Influenfe of Korean Popular Culture in Asia and Beyond. Seoul: Seoul National University Press. Hal. 22 47 Korean wave di Indonesia diawali setelah Indonesia yang melakukan liberalisasi media pada tahun 1990-an dengan masuknya penayangan serial drama Korea di stasiun TV Indosiar pada tahun 2002 yakni drama Winter Sonata yang langsung digemari oleh masyarakat lalu diikuti oleh drama Endless Love.74 Serial drama Korea mengisahkan berbagai cerita tapi jenis cerita yang paling menonjol adalah kisah drama romantis dan historikal. Drama Korea selalu mencerminkan kualitas produksi, karakter yang dijiwai dan skrip yang menarik. Drama Korea dirancang untuk berbagai kalangan penonton dan dipenuhi kisah dramatis yang dikemas secara menarik dan dianggap lebih memiliki emosional yang kuat. Serial drama Korea kerap menampilkan pakaian tradisional Hanbok dan berbagai macam makanan tradisional serta sikap santunnya dalam menghormati orang yang lebih tua dalam kehidupan keseharian masyarakat Korea. Serial drama Korea dapat menjadi salah satu alasan mengapa seseorang bisa mulai mengenal dan menyukai Korea. Salah seorang penggemar serial-drama Korea, Denti, mengutarakan bahwa ia pertama kali mengenal Korea karena menonton serial drama Korea dan tertarik dengan kebudayaan Korea yang ditampilkan dalam drama tersebut. 75 Tercatat terdapat sekitar 50 judul drama Korea yang tayang di stasiun TV swasta 74 Doobo Shim. 2006. Hybridity and Rise of Korean Popular Culture in Asia. Media, Culture and Society. Vol.28(1). Hal. 28 75 Hasil Wawancara terhadap Narasumber Penggemar K-Pop Ayu dan Denti pada tanggal 23 Maret 2012 Pukul 19.30 Wib di Jakarta. 48 Indonesia pada tahun 2011 dan terus meningkat setiap tahunnya. 76 Dari sekian banyak stasiun televisi di Indonesia, Indosiar dikenal paling sering menayangkan program drama Korea. Melihat animo masyarakat yang tinggi akan drama Korea, Head section of PR Indosiar, Gufron Sakaril mengungkapkan bahwa: Índosiar kini menjadi trademark televisi Korea di Indonesia dan dengan melakukan evaluasi setiap saat dan melihat selera penonton di Indonesia semakin tinggi akan Korean wave, maka program tayangan tajuk drama Asia kini didominasi oleh tayangan drama Korea.77 Dengan demikian, serial drama Korea menjadi bagian penting dalam diplomasi Korea dalam memperkenalkan identitas, karakter dan budaya bangsa. b. Film Korea Setelah sukses meraih kepopuleran melalui serial drama, bentuk Korean wave lainnya pun mulai ikut menunjukkan kualitasnya, yakni film. Film Korea sudah mulai menunjukkan kualitasnya di dunia perfilman internasional. Pada awalnya, film Hongkong mendominasi film Asia di bioskop Indonesia. Namun seiring dengan semakin kuatnya ekspansi Korean wave, film produksi Korea Selatan pun mulai digemari. Kepopuleran film Korea di Indonesia tidak lain karena pengaruh kegemeran penonton akan serial drama televisi Korea. Film Korea pertama yang beredar sukses di pasaran adalah Shiri pada tahun 1999. Film Shiri dan Nyoman Lia Susanthi. 2011. “Gurita” Budaya Populer Korea di Indonesia. [Online] http://www.isi-dps.ac.id/berita/%E2%80%98gurita%E2%80%99-budaya-populerkorea-di-indonesia. Diakses pada tanggal 5 Mei 2012 pukul 18.33 Wita. 77 Hasil Wawancara terhadap Narasumber Gufron Sakaril pada tanggal 3 April 2012 Pukul 17.00 Wib di Jakarta. 76 49 juga Taegukgi juga diekspor ke berbagai negara di Asia termasuk Asia Tenggara. Film Korea juga memiliki kekhasan tersendiri yang sesuai dengan sifat masyarakat Asia sehingga mudah dipahami serta menggambarkan keadaan Korea itu sendiri, misalnya dalam film Shiri menggambarkan sikap Korea Selatan dalam mengendalikan isu sensitif hubungan inter-Korea. Kementerian Budaya, olahraga dan pariwisata Korea Selatan menyatakan bahwa pada tahun 2012 tercatat 44.18 juta orang menonton film Korea yang merupakan jumlah tertinggi sejak 2006.78 Dalam rangka untuk mempromosikan dan meningkatkan ekspor film Korea yang telah memperoleh pengakuan di seluruh dunia, MOFAT telah mendukung pemutaran film Korea di Festival film internasional besar seperti Berlin International Film Festival, The Festival de Cannes dan Venice Festival Film. Selain itu, MOFAT telah mendukung Festival film internasional yang diadakan di Korea seperti BIFF (Busan International Film Festival) yang mendorong film luar negeri, sutradara, dan profesional lain untuk berpartisipasi dalam Festival tersebut. Upaya mempromosikan film Korea ke dunia Internasional dijadikan tidak sekedar memperkenalkan film Korea saja tetapi juga dapat mempromosikan negara Korea secara keseluruhan kepada masyarakat internasional. Oleh karena itu, film menjadi salah satu sarana dalam melakukan hubungan diplomasi.79 78 Shim Sun-ah. 2012. Korean Films Drew Record Audiences in First Half: Ministry. http://english.yonhapnews.co.kr/news/2012/07/03/0200000000AEN2012070300710 0315.HTML. Diakses pada tanggal 7 Juli 2012 pukul 13.09 Wita. 79 Do Kyun Kim dan Se-Jin Kim. Op.cit. Hal. 25 50 c. Musik Pop Korea (K-Pop) Musik pop Korea dikenal dengan istilah K-Pop. Memasuki tahun 2000-an musik pop Korea mulai mendapatkan perhatian internasional yang lebih luas sebagai dampak Korean wave. K-Pop itupun dapat didefinisikan sebagai musik pop Korea dinyanyikan oleh artis Korea Selatan dan diterima secara positif oleh penggemar internasional. Lagu-lagu K-Pop yang menjadi populer di seluruh dunia memiliki beberapa faktor-faktor yang membuat mereka unik dan mudah diingat. Salah satu bentuk yang paling umum dari fitur lagu K-Pop adalah paduan suara berulang-ulang dengan tarian grup yang disinkronisasi. Musik pop Korea itu sendiri tidak terlepas dari pengaruh musik barat namun diformulasikan ke dalam penampilan khas Korea. Sebagai penyanyi pop Korea yang dikenal sebagai istilah idol, mereka telah menerima pelatihan selama bertahun-tahun di bawah agensi industri musik setelah melewati proses trial and error sehingga mereka dapat memberikan penampilan bakat yang berkualitas dan berkesan. K-Pop terus mendapatkan pengakuan di berbagai belahan dunia. Awal mula dikenalnya K-Pop saat kelompok musik H.O.T ataupun Shinhwa melakukan debutnya di China dan Jepang, hingga kini kelompok musik pop semakin banyak bermunculan dan menjadi idola baru masyarakat internasional, sebut saja TVXQ, Super Junior, Girls Generation, Big Bang, 2NE1 dan Wonder Girls. 51 Dewasa ini, K-Pop telah menjadi produk utama Korean wave. K-Pop menjadi daya tarik utama dalam penyebaran Korean wave karena orang asing mudah memahami bahwa “K” dalam frase K-Pop berarti merepresentatifkan Korea. Ini menunjukkan K-Pop jauh lebih berguna dalam publikasi Korea untuk meningkatkan nilai brand dari barang-barang yang diekspor oleh Korea Selatan. Hal tersebut didasarkan pada hasil survei yang telah dilakukan oleh Korean Tourism Organization (KTO). Gambar 2: Hasil Survei Popularitas K-Pop Sumber: Korean Tourism Organization Hasil survei tersebut menyatakan bahwa hal yang paling menarik orang-orang asing adalah musik pop Korea, atau K-Pop yang dikenal dengan genre musik yang dinamis, enerjik dan menarik yang disertai dengan dance. KTO melakukan survei online tentang Korean wave terhadap 12.085 orang asing dari 102 negara, 9.253 berasal dari Asia, 2.158 dari Eropa, 502 dari Amerika, 112 dari Afrika dan 60 dari Oceania. Voting berlangsung pada 52 tanggal 11 Mei 2011 hingga 31 Mei 2011 dan voting survei dilakukan melalui situs KTO, e-mail, layanan jaringan sosial seperti Twitter dan Facebook.80 Meningkatnya kehadiran produser dan komponis global dalam musik K-Pop menjadi juga salah satu faktor K-Pop dapat menerima perhatian serius dari audiens global. Selain itu, para penggemar K-Pop dari mancanegara semakin sering melakukan cover dance lagu K-Pop dan meng-upload video tersebut ke YouTube, sehingga membantu mempromosikan secara cepat penyebaran musik K-Pop. Korea Selatan pun berhasil menyita perhatian dunia melalui K-Pop, pihak Google meluncurkan saluran YouTube secara eksklusif untuk K-Pop serta halaman khusus K-Pop juga telah dibuka di Facebook untuk menyampaikan berita tentang bintang pop Korea dan lagu baru mereka kepada para penggemar di seluruh dunia. Facebook adalah situs kedua pengguna-konten web global yang membuka halaman khusus K-Pop setelah YouTube.81 Musik K-Pop telah merambah popularitas di seluruh dunia namun hal tersebut tidak berarti bahwa musik pop Korea kehilangan nilai dan karakter budaya Korea. Peningkatkan popularitas K-Pop di seluruh dunia adalah bagian dari pertukaran budaya dalam konteks sejarah manusia. Sebagai alat pertukaran antara Timur dan Barat, K-Pop tidak hanya milik Korea tetapi seluruh dunia. Penyebaran K-Pop mungkin menjadi bukti yang lebih efektif 80 Korean Culture and Information Service. 15 November 2011. K-Pop: A New Force in Pop Music. Korean Culture, No.2. Hal. 27 81 The Chosunilbo. 2012. Facebook Opens K-Pop Page. [Online]. http://english.chosun.com/site/data/html_dir/2012/05/22/2012052200829.html. Diakses pada tanggal 20 Juni 2012 pukul 15.54 Wita. 53 dalam mempromosikan brand Korea dan meningkatkan citra bangsa daripada mengekspor barang dagangan. Dengan demikian, dapat dinyatakan tiga aspek K-Pop dijadikan sebagai bagian soft diplomacy yakni pertama, K-Pop adalah sebuah bisnis yang nyata dengan potensi ekspor yang kuat. Kedua, media sosial memainkan peran signifikan dalam meraih kesuksesan K-Pop dan mempromosikan budaya Korea secara keseluruhan. Ketiga, K-Pop tidak hanya musik tetapi kombinasi dari dampak audio dan visual yang menarik. Setelah mengenal musik K-Pop masyarakat mulai mengenal Korea secara lebih jauh baik dari segi tradisi, kuliner, kepribadian bangsa, maupun pariwisatanya. Hal ini diperlukan untuk menciptakan dan memperluas sistem kerjasama yang saling menguntungkan di mana perluasan budaya meningkatkan daya saing produk dan daya saing produk meningkatkan perluasan budaya. Hubungan bilateral Korea-Indonesia di bidang kebudayaan semakin dipererat dengan disepakatinya Joint Declaration pada tahun 2006 melalui perjanjian Korea-Indonesia Cultural Coorperation dan pada bulan Mei 2008 diadakan pertemuan pembentukan Joint Cultural Commision di Yogyakarta. Dari hasil pertemuan tersebut disepakati pertukaran kebudayaan antar kedua negara seperti seni tari tradisional, kerajinan, film, musik hingga pariwisata. Maka dari itu, Pemerintah Korea Selatan menyelenggarakan pekan KoreaIndonesia Week sejak tahun 2009. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan 54 resmi tahunan yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Republik Korea di Indonesia.82 Korea-Indonesia Week sebagai wujud pelaksanaan diplomasi bilateral dan memperkuat hubungan kedua negara melalui perkenalan dan pertukaran budaya. Pemerintah Korea Selatan secara sadar melihat budaya Korean wave sangat digemari oleh masyarakat Indonesia sehingga salah satu kegiatan yang mengisi Korea-Indonesia week adalah dengan menampilkan para bintang KPop dan hasilnya selalu mendapat respon positif dari masyarakat dan memberikan kontribusi dalam penyebaran budaya Korea. Soft diplomacy menekankan pada penggunaan soft power dalam kancah politik memberikan alternatif yang ditujukan untuk menumbuhkan pemahaman dan rasa saling percaya agar terjadi keterbukaan sehingga tidak ada rasa saling curiga dan tidak saling berpihak pada satu sisi. Dengan menyuguhkan Korean wave yang menampilkan ragam budaya popular Korea Selatan yang mencirikan karakter bangsa diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai Korea Selatan kepada masyarakat Indonesia yang berujung pada pembangunan citra sehingga hubungan bilateral ke dua negara semakin erat. Sasaran pelaksanaan soft diplomacy ini tentunya adalah masyarakat secara luas karena jika berhasil membentuk pola pikir ataupun opini publik yang positif terhadap Korea Selatan, maka hal tersebut dapat menjadi kunci kesuksesan suatu negara diberbagai bidang, baik itu ekonomi maupun 82 Lihat Lampiran. Laporan Sidang Pertama Komisi Bersama Kebudayaan Indonesia-Korea. 1315 Mei 2008. Yogyakarta: Indonesia. Hal. 110 55 perpolitikannya. Hubungan akrab yang terjalin antara Pemerintah kedua negara mungkin saja dapat terputus namun hubungan akrab dan erat antara masyarakat Korea Selatan dan Indonesia tidak akan pernah terputus. Hubungan kemasyarakatan penting artinya untuk menjadi pengikat keharmonisasian hubungan kerjasama kedua negara yang saling mengisi. C. Perkembangan Korean Wave di Indonesia Kegemaran budaya popular Asia bukanlah hal baru di Indonesia. Ada kecenderungan tren drama Jepang pada tahun 1980-an (Oshin) lalu di pertengahan 1990-an (Tokyo Love Story), serta drama seri China pada awal 1990-an dan drama Taiwan di awal 2000-an seperti Meteor Garden. 83 Perkembangan Korean wave di Indonesia diawali saat masuknya tayangan serial drama Korea dan menjadi langkah awal dalam memperkenalkan bentuk Korean wave lainnya, yakni musik pop Korea. Sejak tahun 2008 soft diplomacy Korea Selatan melalui pendekatan kebudayaan semakin intens dilaksanakan dan dapat diterima dengan mudah oleh masyarakat Indonesia. Korean wave menjadikan Korea Selatan di bawah sorotan dunia karena keberhasilannya dalam mengembangkan budaya popularnya ke seluruh dunia. Korea Selatan pun menjadi negara eksportir terkemuka untuk musik, program televisi dan film di negara-negara Asia. Korean wave mencapai kesuksesan di banyak negara dan membantu untuk mempromosikan dan meningkatkan produk brand Korea Selatan seperti di Indonesia sehingga Korean wave dikenal dengan istilah Asian values83 Tifa Asrianti. 2012. TV’s South Korea Connection. [Online]. http://www.thejakartapost.com/news/2012/04/29/TV-s-south-koreanconnection.html. Diakses pada tanggal 4 Mei 2012 pukul 19.52 Wita. 56 Hollywood Style karena berhasil mengemas nilai-nilai Asia yang dipasarkan dengan gaya modern, istilah tersebut diungkapkan oleh seorang pengelola siaran televisi Korea, Kim Song Hwan. 84 Sebagian besar negara-negara yang telah menyebarkan budaya popular mereka ke seluruh dunia, termasuk Amerika Serikat dan Jepang, adalah negara yang memiliki power di bidang ekonomi. Hal ini mencerminkan korelasi tinggi antara bangsa yang memiliki kekuatan ekonomi dalam melakukan ekspansi budaya. Sejalan dengan upaya meningkatkan perekonomian suatu negara yang diikuti oleh penyebaran budaya dalam memperkenalkan produknya mengakibatkan informasi tentang negara-negara yang memiliki pengaruh dalam hal ekonomi dan budaya semakin kuat menyebar di dalam masyarakat internasional. Sama halnya dengan Korean wave yang mulai menyebar di akhir 1990-an, ketika Korea Selatan mulai mendapat pengakuan global sebagai negara yang memiliki kekuatan ekonomi setelah berhasil memulihkan sistem perekonomiannya pasca krisis ekonomi di Asia.85 Budaya pop Korea menghasilkan pemasukan yang sangat besar bagi perekonomian Korea Selatan. Menurut data statistik yang dikeluarkan oleh Kementerian Budaya, olahraga dan pariwisata Korea Selatan pada tahun 2010, ekspor musik pop meningkat 90% dari US$16,5 juta di tahun 2008 menjadi US$31.3 juta di tahun 2009. Ekspor film naik 11,3%, sementara 84 85 Reza Lukmanda Yudhantara. Op.Cit. Hal. 191. Kim Pil Soo. 2011. Global Craze for K-Pop: A New Economic Engine. [Online]. http://www.koreafocus.or.kr/design2/layout/content_print.asp?group_id=103692. Diakses pada tanggal 24 Februari 2012 pukul 21.46 Wita. 57 konten siaran film tersebut naik 8%.86 Sementara itu, menurut laporan Bank of Korea, bidang kebudayaan menghasilkan US$794 juta dari ekspor kebudayaan dan layanan hiburan K-Pop tahun 2011, naik 25% dari US$637 juta pada tahun 2010.87 Keberhasilan K-Pop di berbagai kawasan di dunia menanamkan banyak pelajaran untuk dunia bisnis Korea. Oleh karena itu, Kementerian Budaya, olahraga dan Pariwisata Korea mengumumkan peningkatan substansial anggaran untuk penyebaran Korean wave senilai 12 miliar-won (US$ 10.7 juta) untuk mendukung musikal Korea Selatan dan mendirikan sebuah akademi seni Korea untuk membantu menciptakan sumber-sumber baru produk-produk budaya Korea.88 Khusus di Indonesia, sebagai langkah konkret dari hasil perjanjian Joint Cultural Commision Korea-Indonesia dimana Korea Selatan memiliki tujuan untuk memperkenalkan budayanya ke seluruh lapisan masyarakat Indonesia maka dibangun pusat Informasi tentang Negara dan budaya Korea pada tanggal 18 Juli 2011 yakni Korean Culture Centre di Jakarta. Pusat Kebudayaan Korea tersebut bertujuan menyediakan Informasi tentang Negara dan budaya Korea serta informasi pertukaran budaya masingmasing Negara. Data jumlah anggota KCC di Indonesia yang diperoleh Kim Yoon-mi. 2011. K-Pop’s Second wave. [Online]. http://www.koreaherald.com/entertainment/Detail.jsp?newsMLId=20110821000264 Diakses pada tanggal 12 Mei 2012 pukul 14.47 Wita. 87 The Chosunilbo. 2012. K-Pop Leads Record Earnings from Cultural Exports. [Online]. http://english.chosun.com/site/data/html_dir/2012/02/07/2012020700892.html Diakses pada tanggal 20 Februari 2012 pukul 17.45 Wita. 88 Park Min-Young. 2012. Korean Government Open K-Arts, Ballet and Musical Academies. [Online]. http://www.thejakartapost.com/news/2012/02/28/korean-governmentopen-k-arts-ballet-and-musical-academies.html Diakses pada tanggal 20 Mei 2012 pukul 14.34 Wita. 86 58 penulis dari hasil wawancara yang disampaikan oleh information manager KCC Indonesia, Kukuh Adirizky mengatakan bahwa “anggota KCCI sudah mencapai sekitar 2700 orang tercatat hingga April 2012 seiring dengan semakin besarnya minat warga Indonesia terhadap Korean wave”. 89 Pergelaran kebudayaan Korea-Indonesia Week yang diadakan tiap tahun oleh Kedubes Republik Korea di Indonesia sejak tahun 2009 mengindikasikan perkembangan Korean wave semakin diminati oleh masyarakat Indonesia dan melalui budaya popular tersebut, masyarakat Indonesia telah mengenal budaya, karakter dan kehidupan sosial bangsa Korea secara tidak langsung. Perkembangan musik pop Korea telah membuat dampak gelombang yang besar di seluruh Asia selama bertahun-tahun dengan melihat munculnya perubahan industri musik Asia. Fenomena musik pop Korea melanda Indonesia sejak tahun 2008, hingga sejak itu demam dan fenomena K-Pop di Indonesia terus bertambah dan dampaknya sekarang sungguh luar biasa. Para penggemar musik K-Pop di Indonesia jumlahnya mencapai ratusan ribu orang. Sejak tahun 2010, penggemar K-Pop di Indonesia mulai terlihat aktif dalam berbagai kegiatan-kegiatan sesama penggemar K-Pop, baik forum media online banyak bermunculan forum atau komunitas fans grup Indonesia dan juga para penggemar musik K-Pop di Indonesia sering melakukan 89 Hasil Wawancara terhadap Narasumber Kukuh Adirizky pada tanggal 26 Maret 2012 Pukul 14.00 Wib di Jakarta. 59 berbagai gathering hingga melakukan demonstrasi (flashmob) untuk meminta konser K-Pop diadakan di kota-kota mereka, terutama Jakarta.90 Besarnya popularitas yang diraih K-pop di Indonesia juga terlihat dalam komunitas penggemar K-Pop di Indonesia yang tercatat ada sekitar 130.000 fandom K-Pop yang berada di bawah koordinir perusahaan marketing Exo Digital agency. Exo adalah marketing agency yang salah satu sasaran kerjanya sebagai marketing komunitas Korea dan menyampaikan informasi setiap ada event serta membantu untuk mengakomodasi informasi konser K-Pop. 91 Sedangkan menurut sebuah survei yang dilakukan oleh Kementerian Budaya Korea Selatan tahun 2011, ada sekitar 2,31 juta penggemar K-Pop di Asia, berdasarkan keanggotaan dalam klub penggemar yang tercatat secara resmi.92 Gathering yang diadakan diantara para penggemar K-Pop menandakan perkembangan musik K-Pop yang sangat pesat di Indonesia, hampir setiap bulan diadakan gathering di Jakarta, dan juga kota-kota besar lainnya di Indonesia. Gathering K-Pop dijadikan sebagai bounding session diantara penikmat musik K-Pop untuk saling bertukar dan berbagi informasi. Pada bulan Maret 2012, salah satu perusahaan marketing, Exo Digital Agency, menyelenggarakan K-Pop Gathering “Tribute to Super Junior” 90 Monicque Rijkers dan Lily C. 2012. Wabah Demam Korea Melanda Indonesia. [Online] http://www.mediaindonesia.com/read/2012/04/04/316524/61/10/Wabah-DemamKorea-Melanda-Indonesia. Diakses pada tanggal 29 Juli 2012 pukul 11.45 Wita. 91 Hasil Wawancara terhadap Narasumber Ridho pada tanggal 23 Maret 2012 Pukul 18.00 Wib di Jakarta. 92 Bhavan Jaipragas. 2012. Asia's K-Pop clones dance to South Korean beat. [Online]. http://www.abs-cbnnews.com/lifestyle/02/06/12/asias-K-Pop-clones-dance-southkorean-beat. Diakses pada tanggal 19 Februari 2012 pada pukul 20.17 Wita. 60 dalam rangka menyambut konser Super Show 4 oleh Super Junior yang telah berlangsung akhir April 2012. Hal tersebut dimaksudkan untuk lebih mendekatkan para komunitas penggemar Super Junior yang diistilahkan ELF dan menyampaikan berbagai Informasi mengenai Super Junior. Perkembangan K-Pop dari hasil observasi lapangan yang dilakukan oleh penulis pada saat K-Pop gathering “Tribute to Super Junior” diadakan, terdapat sejumlah komunitas penggemar K-Pop yang menampilkan bakat nyanyian dan tarian mereka, salah satunya adalah SN Boys. SN Boys terbentuk tahun 2011 yang terdiri dari sejumlah anak muda yang pada awalnya mengenal K-Pop dalam pergaulan kesehariannya (verbal approach). SN Boys dibentuk karena sangat menggemari grup musik K-Pop yakni Girls Generation sehingga menimbulkan keinginan untuk mengeksplor bakat tari mereka dengan melakukan cover dance lagu K-Pop. Mereka menganggap musik K-Pop lebih bervariasi dibanding musik pop Amerika. Salah satu anggota SN Boys yakni, Ikhsan, menilai bahwa Korea Selatan berhasil menerapkan ekspor budaya melalui Korean wave dan menjadi sangat dikenal di dunia internasional. Sebagai salah satu masyarakat yang awalnya sama sekali tidak mengenal Korea, kini bahkan begitu menyukai Korea Selatan bahkan mempelajari dance kontemporer Korea hingga mulai mengetahui bahasa Korea sebagai dampak ekspansi Korean 61 wave melalui serial drama televisi, film dan lagu K-Pop.93 Kegiatan ini seperti ini menunjukkan K-Pop memiliki pengaruh budaya yang kuat. Dalam kurun waktu dari tahun 2008-2012, Indonesia menggelar konser K-Pop hampir setiap tahunnya, bahkan memasuki tahun 2012 hampir setiap bulan digelar konser K-Pop. Konser K-Pop semakin intens diadakan di Indonesia sejak tahun 2011 yang diawali dengan diselenggarakannya festival musik yang bernama 'KIMCHI K-POP’ (Korean Idols Music Concert Hosted in Indonesia) pada bulan Juni 2011 di Jakarta yang menampilkan bintang KPop dari Korea seperti Super Junior dan Park Jung Min. Konser K-Pop lainnya yang menyita perhatian besar sehingga menjadi headline di berbagai media nasional Indonesia yakni digelarnya konser Super Show 4 oleh Super Junior pada tanggal 27-29 April 2012 di Mata Elang Indoor Stadium Ancol, Jakarta. Perkembangan K-Pop juga mempengaruhi industri musik Indonesia secara langsung. Dewasa ini dapat kita saksikan secara nyata perkembangan K-Pop pada musik Indonesia yang ditandai dengan semakin banyaknya kelompok musik terbentuk layaknya group musik K-Pop. Salah satunya adalah Princess yang mulai terbentuk tahun 2011, Alika dan Danita adalah anggota girlband Princess, menguraikan pada penulis bahwa girlband Princess ini memang terbentuk karena terinspirasi oleh musik K-Pop dan mengikuti fashion Korea Selatan dengan melihat perkembangan pasar musik Indonesia yang cenderung menyukai K-Pop. Princess juga mengungkapkan 93 Hasil Wawancara terhadap Narasumber Ikhsan pada tanggal 23 Maret 2012 Pukul 19.30 Wib di Jakarta. 62 bahwa mereka akan segera meluncurkan single lagu terbaru berbahasa Korea untuk memudahkan meraih keuntungan pasar musik Indonesia seiring semakin banyaknya penggemar K-Pop di Indonesia.94 Di era globalisasi ini perkembangan K-Pop tidak terlepas dari peran berbagai mainstream media. Bagaimana kini media elektronik di Indonesia, melalui tayangan televisi mulai didominasi oleh tayangan berciri khas Korea baik itu serial-drama hingga acara musik di Indonesia. Media elektronik maupun media cetak di Indonesia semakin intens menyajikan rubrik khusus K-Pop sehingga sangat memudahkan bagi penggemar K-Pop untuk mengakses berita mengenai K-Pop beserta artis idola mereka. Pada mulanya kita lebih mengenal Indosiar yang cenderung menayangkan program serial drama Korea. Namun, seiring perkembangan K-Pop semakin popular, semakin banyak stasiun TV mulai mengemas program acaranya dengan kesan Korea. Bahkan saluran TV swasta di Jakarta yaitu O’Channel memiliki program tayangan TopK-Pop TV yang ditayangkan setiap sabtu-minggu. Stasiun TV swasta, SCTV tidak kalah saing dengan terus menampilkan tayangan musik bertema K-Pop. SCTV telah menayangkan program musik ‘K-Pop vs I-Pop’ yang menampilkan boy/girlgroup dari Korea dan Indonesia. Adapun salah satu media online terbesar di Indonesia yakni detik.com juga memiliki rubrik khusus K-Pop. 94 Hasil Wawancara terhadap Narasumber Alika dan Danita pada tanggal 23 Maret 2012 Pukul 20.00 Wib di Jakarta. 63 Perkembangan Korean wave di Indonesia disertai dengan begitu banyaknya produk-produk industri budaya Korea Selatan yang masuk ke Indonesia dan mengambil tempat tersendiri di hati rakyat Indonesia. Hegemoni K-Pop menginspirasi generasi muda Indonesia untuk mengikuti bahkan meniru gaya mereka. Masyarakat Indonesia mulai lebih cenderung mendengarkan musik K-Pop, membeli album musik K-Pop, membuat boyband atau girlband layaknya artis K-Pop, terlibat dalam komunitas K-Pop, berpartisipasi dalam kontes K-Pop dan meniru mode artis K-Pop hingga bahkan mulai mempelajari budaya dan bahasa Korea. Minat masyarakat terhadap studi Korea dan bahasa Korea menjadikan Pemerintah Korea Selatan akan meningkatkan jumlah lembaga pengajaran bahasa Korea di luar negeri untuk orang asing sejumlah 200 lembaga pada tahun 2016, seiring peningkatan popularitas budaya pop Korea yang meningkatkan permintaan untuk belajar bahasa Korea. 95 Hal tersebut menunjukkan bahwa bagaimana perkembangan K-Pop membawa pengaruh signifikan tidak hanya kepada budaya Korea itu sendiri melainkan negara Korea secara keseluruhan. Soft diplomacy menjadi salah satu cara yang paling ampuh dalam dapat memenangkan hati negara lain karena melalui budaya dapat meningkatkan pemahaman internasional yang memberikan kontribusi positif untuk memajukan kerjasama dan memberikan pengaruh terhadap perluasan perannya pada tingkat internasional. 95 Yonhap News Agency. 2012. Number of Overseas Korean language institutes to rise to 200 by 2016. [Online]. http://english.yonhapnews.co.kr/culturesports/2012/02/22/0701000000AEN2012022 2005300315.HTML. Diakses pada tanggal 24 Februari 2012 pukul 20.16 Wita. 64 BAB IV PENGARUH SOFT DIPLOMACY DALAM MEMBANGUN CITRA KOREA SELATAN DI INDONESIA A. Strategi Pelaksanaan Soft Diplomacy Korea Selatan Dalam Membangun Citranya di Indonesia. Dewasa ini subjek dan objek diplomasi telah diperluas dari aktor-aktor yang berorientasi Pemerintah ke aktor non-Pemerintah (Multi-track diplomacy). Dari segi alat diplomasi, pentingnya soft power termasuk aset budaya, nilai kebangsaan dan nation branding juga telah sangat berkembang. Menanggapi perubahan ini dalam lingkungan diplomatik, MOFAT melakukan soft diplomacy dengan melibatkan berbagai jalur diplomasi sebagai bentuk strategi seperti track one diplomacy, track two diplomacy, track three diplomacy, track four diplomacy dan track nine diplomacy sebagai bagian dalam multi-track diplomacy untuk mempromosikan Korea Selatan melalui pendekatan di bidang seni dan budaya dalam mewujudkan citra Global Korea. Soft diplomacy tersebut juga bertujuan untuk mempromosikan pemahaman yang lebih baik melalui nilai-nilai budaya antara bangsa dan negara dalam menciptakan suasana yang sesuai untuk meningkatkan hubungan berbagai kalangan baik dari kalangan Pemerintahan maupun kalangan non-Pemerintahan. Dengan demikian, dalam rangka membangun citra Global Korea sebagai tujuan nasional di masa Pemerintahan Presiden Lee Myung Bak dibutuhkan keahlian dan strategi yang benar dan efektif karena citra dapat dihasilkan dari strategi yang komprehensif baik dari sisi isi, pengemasan 65 maupun sasaran yang akan dituju. Meningkatkan citra bangsa memerlukan upaya jangka panjang sehingga harus disertai strategi yang luas dan universal pada hasil yang diinginkan agar tidak dibatasi oleh afiliasi politik. Oleh karena itu, strategi pelaksanaan soft diplomacy yang dilakukan secara kompeten didukung oleh kemampuan persuasi, berkomunikasi dan negosiasi melalui bentuk multi-track diplomacy. First Secretary of Republic of Korea Embassy, Mr.Kim Do Hyung menyatakan bahwa ada 4 strategi yang dilakukan sebagai upaya mewujudkan visi Global Korea sebagai pembangunan citra bangsa yaitu sebagai berikut: 1. Mengembangkan Seni Kebudayaan Pelaksanaan strategi ini terkait dengan track one diplomacy yang melibatkan peran pemerintah. Soft power menjadi semakin penting dan budaya telah meningkat sebagai unsur inti daya saing antarbangsa dan sumber daya ekonomi yang menghasilkan nilai tambah sehingga diplomasi budaya telah menjadi salah satu pilar dalam pelaksanaan diplomasi yang diterapkan oleh Pemerintah Korea Selatan. Langkah awal yang diambil oleh pemerintah dengan mengembangkan seni kebudayaan dalam pelaksanaan diplomasinya menjadi penting untuk pelaksanaan diplomasi kedepannya. Hal tersebut terkait bagaimana budaya sangat dibutuhkan sebagai sarana untuk membangun persahabatan dengan negara-negara lain karena kebudayaan menjadi ciri khas setiap bangsa. Interaksi antara budaya yang berbeda akhirnya dapat mengarah untuk menghargai keanekaragaman antarbangsa. Ketika kepekaan budaya 66 diperoleh, maka perhatian publik dan partisipasi akan secara alami mengikuti. Dari perhatian dan partisipasi publik tersebut akan tercipta suatu opini publik yang membentuk citra terhadap suatu negara. Kebudayaan merupakan unsur paling penting dalam membangun citra bangsa yang pada akhirnya memberi pengaruh positif pada faktor-faktor lain yang membangun citra nasional secara keseluruhan, seperti faktorfaktor politik, sosial dan ekonomi. Oleh karena itu, kebudayaan menjadi media komunikasi yang dapat menyampaikan isi atau misi politik luar negeri suatu negara. Korea Selatan sebagai masyarakat homogen juga kaya akan kebudayaan yang masih kerap diterapkan oleh masyarakatnya dalam kehidupan sehari-hari. Konten kesenian kebudayaan Korea semakin terus dikembangkan tanpa menghilangkan nilai khas karakter budaya tradisional Korea. Konten dari kesenian dan kebudayaan Korea Selatan penting untuk dikembangkan agar dapat dinikmati oleh seluruh bangsa di berbagai belahan dunia. Seiring dengan perwujudan pencitraan Global Korea, Korea berusaha menjadikan budayanya menjadi lebih modern agar dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat internasional tanpa meninggalkan unsur kekhasan budayanya sebagai budaya bangsa yang mendunia. Sebagai bentuk penerapan strategi dalam mengembangkan kesenian dan kebudayaan, sejak tahun 2009 Pemerintah Korea Selatan menggelar kegiatan kebudayaan setiap tahun di Indonesia yakni, pergelaran kebudayaan Korea yang bertema Korea-Indonesia Week 67 dengan menampilkan beragam budaya Korea dari musik tradisional, pameran kerajinan tradisional Korea hingga pementasan konser K-Pop yang menjadi daya tarik utama bagi peserta pameran tersebut. Selain itu pula, Korean Culture Centre yang telah dididirikan di Indonesia tidak hanya menyajikan, memperkenalkan dan mengajarkan mengenai budaya tradisonal Korea tetapi juga mengikutsetakan unsur budaya popular di dalamnya, seperti dibukanya kelas K-Pop dance, screening film Korea, dan menyelenggarakan berbagai kontes dan event terkait K-Pop. Di Korean Culture Centre masyarakat Indonesia juga dapat mengikuti kelas pembelajaran bahasa Korea. Dengan adanya kegiatan tersebut dapat menarik hati masyarakat Indonesia secara tidak langsung untuk mengenal Korea secara keseluruhan dan membangun citra bangsa Korea di Indonesia. 2. Mengembangkan Sikap Profesionalisme. Perubahan fundamental dimana arus globalisasi yang melahirkan revolusi teknologi informasi dan telah membawa perubahan dalam praktik diplomasi serta masalah-masalah kompleks yang menghapus batasan nasional suatu negara semakin menguatkan peran aktor non-negara seperti media massa, NGOs ataupun INGOs yang menjadikan globalisasi bisnis hingga meningkatnya peran masyarakat dalam hubungan internasional. Dalam pelaksanaan strategi ke dua ini dilakukan melalui bentuk track two diplomacy, track three diplomacy dan track four diplomacy. Tidak seperti beberapa negara-negara lain, Korea memiliki kemampuan yang bisa 68 menyukseskan pelaksanaan soft diplomacy karena aktor negara dan aktor non-negara bekerjasama secara aktif menjadi promotor guna meningkatkan soft power. Namun upaya koordinasi dan kerjasama antara Pemerintah dan para aktor non-negara profesional perlu diselaraskan agar dapat mencapai tujuan akhir secara maksimal. MOFAT telah mempromosikan kegiatan pelaksanaan diplomasi publik untuk menanggapi lingkungan diplomatik baru di mana subjek dan objek diplomasi diperluas dari Pemerintah hingga peran individu. MOFAT menjadikan tahun 2010 sebagai titik awal untuk mempromosikan diplomasi publik dan mendirikan Korea Public Diplomacy Forum (KPDF). Selain itu, MOFAT telah membuat upaya untuk memperkuat kemampuan diplomatik Pemerintah lokal dan kelompok-kelompok sipil dengan mendukung Pemerintah daerah untuk meningkatkan hubungan internasional, membantu perusahaan-perusahaan non-profit, dan organisasi non-Pemerintah yang terdaftar di MOFAT dalam melaksanakan hubungan luar negeri. Dewasa ini diplomasi yang tidak hanya menjadi tugas diplomat professional semata, namun keterlibatan para pelaku bisnis (track three) bersama dengan masyarakat (citizen diplomacy) juga memainkan peran penting, dalam hal ini dilakukan oleh para bintang K-Pop bersama dengan pelaku bisnis industri musik K-Pop menjadi duta Korea Selatan dalam menjalankan soft diplomacy yang akan lebih membantu mengembangkan budaya Korea ke negara-negara dunia ke tiga melalui hubungan bisnis 69 sehingga dapat membantu meningkatkan citra ataupun nation branding Korea Selatan. Peran para selebritis tentunya dianggap akan lebih menarik karena mereka sudah dikenal oleh masyarakat sehingga berkontribusi untuk meningkatkan hubungan luar negeri Korea Selatan. Oleh karena itu, pelaksanaan strategi dengan mengembangkan sikap profesionalisme melalui keterlibatan para aktor non-negara dalam pelaksanaan soft diplomacy juga akan sangat membantu meningkatkan sektor pariwisata yang secara otomatis pengaruhnya dapat meningkatkan sektor perekonomian Korea Selatan. Perusahaan multi nasional di Korea seperti Samsung dan LG menjadikan selebritis K-Pop sebagai brand ambassador produknya agar dapat mempermudah promosi dan menarik daya beli masyarakat. Iklan yang menampilkan para artis K-Pop telah mengakibatkan peningkatan penjualan produk-produk brand Korea, seperti ponsel Samsung atau peralatan listrik LG.96 Korea Selatan juga semakin gencar menarik wisatawan asing ke Korea dengan menjadikan dampak K-Pop sebagai alasan utama mengapa para wisatawan tertarik mengunjungi Korea. K-Pop pun menjadi ujung tombak pariwisata. Oleh karena itu, Pemerintah Korea Selatan menjalin kerjasama dengan industri musik terbesar di Korea seperti SM Entertainment, JYP Entertainment dan YG Entertainment untuk memaksimalkan efek sinergis yang mengkhususkan diri dalam penyebaran Korean wave sebagai upaya memperkenalkan, menyebarluaskan serta 96 VOA News. 2006. Asia Goes Crazy Over K-Pop. [Online]. http://english.chosun.com/site/data/html_dir/2006/01/07/2006010761003.html. Diakses pada tanggal 20 Februari 2012 pukul 20.04 Wita. 70 mempromosikan budaya dan pariwisata Korea Selatan di dunia internasional. Pada tahun 2011, Korea Tourism Organization (KTO) bekerja sama dengan SM Entertainment dalam mempromosikan pariwisata Korea melalui pertunjukan Konser K-Pop di berbagai negara. Konser tersebut mendapat bantuan dana dari Pemerintah senilai Rp3,3 miliar.97 Disamping itu pula, JYP Entertainment, perusahaan hiburan yang mempopulerkan girlband Miss A dan boyband 2PM ditunjuk secara resmi oleh KTO sebagai Duta Pariwisata 2012. KTO telah mencanangkan berbagai program peningkatan kunjungan wisata ke Korea. Touch Korea adalah sebuah program inisiatif dari KTO yang telah dicanangkan sejak tahun 2010 sebagai kampanye interaktif yang berusaha untuk mensimulasikan Korea secara virtual kepada para wisatawan.98 Program pariwisata Touch Korea juga menawarkan paket tur ke lokasi syuting serial drama serta tawaran menghadiri beragam konser KPop. Hal tersebut dianggap sebagai strategi yang akan lebih mudah untuk menarik perhatian para wisatawan asing yang memang penggemar K-Pop. Di Indonesia itu sendiri, artis Sandra Dewi ditunjuk oleh Korean Tourism Organization Jakarta untuk menjadi duta pariwisata Seoul untuk Indonesia sejak tahun 2011. Upaya tersebut bertujuan tidak hanya memperkenalkan 97 Mutya Hanifah. 2012. K-Pop Ujung Tombak Pariwisata Korea. [Online]. http://travel.okezone.com/read/2012/04/17/407/613234/K-Pop-ujung-tombakpariwisata-korea. Diakses pada tanggal 18 April 2012 pukul 16.13 Wita. 98 Noh Hyun-gi. 2011. KTO offers virtual dates with K-Pop stars. [Online]. http://www.koreatimes.co.kr/www/news/art/2012/05/201_101202.html. Diakses pada tanggal 24 Desember 2011 pukul 14.44 Wita.. 71 budaya dan pariwisata Korea di Indonesia melainkan pula dapat menjadi perekat hubungan diplomasi antara Korea-Indonesia dimana kedua negara akan saling bertukar informasi mengenai kebudayaan dan sektor pariwisata mereka masing-masing. Peran para selebritis tidak hanya untuk membangun citra Korea dalam menarik kunjungan wisatawan ke Korea melainkan pula sudah mulai dilibatkan dalam peningkatan hubungan di bidang politik dan militer Korea Selatan. Selebritis Korea sering menerima undangan negara dalam mendukung pelaksanaan kegiatan politik Korea Selatan; sebagai contoh Aktor Korea Jang Geun Suk bersama boyband Korea JYJ menjadi duta kehormatan untuk Seoul Nuclear Security Summit 2012. Selain itu, hal tersebut dapat terlihat pada saat Pemerintah Korea Selatan menjalin kerjasama militer bersama dengan Indonesia. Pada kunjungan kenegaraan dari pihak militer Korea ke Indonesia bersama dengan Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia, Kim Young-san, pada bulan Oktober 2011 mengikutsertakan aktor Korea yang sedang menjalani wajib militer yakni Hyun Bin, yang ditunjuk menjadi duta militer Korea Selatan. Menurut Kepala Dinas Penerangan TNI-AL Laksamana Pertama Untung Suropati, kedatangan Hyun Bin merupakan bentuk soft diplomacy oleh pemerintah Korea Selatan untuk memperkuat hubungan dengan Indonesia. 99 Strategi tersebut bertujuan membentuk kesan ataupun citra Korea Selatan sebagai negara yang bersahabat dan kooperatif. Dari hasil 99 Media Indonesia. 2011. Soft Diplomacy ala Korea Selatan. [Online]. http://idsps.org/en/idspsnews-indonesia/berita-media/soft-diplomacy-ala-korea-selatan/. Diakses pada tanggal 24 Desember 2011 pukul 18.41 Wita. 72 kunjungan militer tersebut, Pemerintah Indonesia dan Korea Selatan sepakat mengukuhkan kerja sama pertahanan kedua negara, seperti dalam produksi dan transfer teknologi untuk peralatan militer. Terkait kerja sama industri pertahanan, kedua negara sepakat untuk diadakan produksi bersama disertai alih teknologi seperti dalam pembuatan kapal jenis “Landing Platform Dock” (LPD) dan kapal selam antara PT PAL dan perusahaan kapal Daewoo Shipbuilding. Pengembangan peran profesionalis aktor non-negara seperti pelaku bisnis dan kalangan selebriti tentunya memiliki peran yang signifikan dalam membentuk citra ataupun cara pandang masyarakat dalam menilai suatu bangsa. Selebritis sebagai public figure mampu menarik hati masyarakat seiring dengan popularitas yang mereka raih dan disukai oleh masyarakat. Maka dari itu, keterlibatan para selebritis K-Pop dianggap semakin memiliki peran penting dalam misi diplomatik. Dimensi budaya dan publik menjadi elemen mendasar dari soft diplomacy dalam mempengaruhi kebijakan luar negeri suatu negara. Hubungan melalui bidang kebudayaaan merupakan hubungan kerjasama yang bersifat personal karena langsung berhubungan antara masyarakat Korea dan Indonesia sehingga dapat memberikan pengaruh secara langsung dan tidak langsung. Pemerintah kedua negara hanya memegang peranan dalam menjembatani dan memberikan ruang bagi masyarakat dalam menyalurkan budaya Korea masuk ke Indonesia. Namun dalam perkembangannya selanjutnya, masyarakatlah (citizen 73 diplomacy) yang memegang peranan penting untuk penyebaran budaya Korea lebih luas dan memberi dampak di dalam masyarakat itu sendiri. 3. Memanfaatkan Teknologi Media Komunikasi dan Informasi. Pelaksanaan strategi ini sangat terkait dengan track nine diplomacy. Penempatan teknologi media komunikasi berada pada awal dan akhir proses diplomasi yang mana menjadikan media sebagai satu rangkaian yang tidak terputus dalam proses diplomasi. Hal tersebut dikarenakan diplomasi termasuk proses pengolahan dan pemanfaatan data informasi dalam memperjuangkan kepentingan nasional yang berakhir pada hasil akhir mencapai tujuan nasional. Penggunaan teknologi media komunikasi dan informasi menjadi salah satu strategi penting yang diambil oleh Pemerintah Korea Selatan karena menjadi bagian terintegrasi dari pelaksanaan soft diplomacy tersebut. Teknologi media informasi mendorong penyebaran budaya Korea bersama dengan K-Pop semakin luas dan cepat dari berbagai mainstrem media. Dalam bidang politik, kemajuan yang telah dicapai media dapat dikatakan sebagai faktor kunci keberhasilan diplomasi masa kini karena menyebabkan secara efektif terbukanya proses diplomatik bagi aktor-aktor yang berbeda dan mengakhiri diplomasi yang selalu dimonopoli oleh para negarawan dan diplomat. Oleh karena itu, Pemerintah Korea Selatan menyusun strategi dengan menggunakan jalur diplomasi media untuk memanfaatkan kemajuan industri teknologi informasi dalam mengembangkan kebudayaan Korea. Hal tersebut akan mudah terlaksana 74 mengingat Korea Selatan adalah salah satu negara yang sangat maju dalam perkembangan teknologi informasi, digitalisasi dan memiliki jaringan internet tercepat di dunia. Perkembangan teknologi media massa memungkinkan akses informasi dengan mudah dan biaya rendah dengan memanfaatkan internet tanpa halangan birokratis dan dapat memberikan pengaruh yang lebih cepat dan luas ke seluruh lapisan masyarakat di dunia. Pemerintah dan media massa perlu selalu bersinergi, karena media sangat penting sebagai sarana paling strategis untuk pemberian informasi dan menerima feedback dari publik. MOFAT telah berusaha untuk mempromosikan diplomasi publik melalui media visual dengan menyediakan tayangan stasiun TV di luar negeri terkait untuk memperkenalkan budaya Korea pada masyarakat asing. MOFAT telah menjalin kerjasama dengan Korean Foundation dan Arirang TV. Di lain pihak, Badan Penyiaran Nasional Korea-KBS dan MOFAT juga telah menandatangani MoU untuk bekerjasama dalam berbagai proyek demi globalisasi budaya Korea. Berdasarkan perjanjian tersebut kedua belah pihak akan menyelenggarakan berbagai kegiatan global untuk mempromosikan dan memanfaatkan konten KBS untuk tujuan umum dalam berbagi informasi budaya Korea dan rancangan program bersama terkait proyek tersebut.100 100 KBS. 2012. KBS dan Pemerintah Tandatangani MoU Untuk Proyek Kerjasama Hallyu Global. [Online]. http://rki.kbs.co.kr/indonesian/news/news_Cu_detail.htm?No=25956. Diakses pada tanggal 11 Maret 2012 pukul 09.27 Wita. 75 Peran media tidak hanya melalui tayangan media televisi namun digitalisasi media juga telah memberikan peluang bagi K-Pop dalam memimpin tren global. Dalam beberapa tahun terakhir, Pemerintah Korea sangat intens dalam menggunakan akun jejaring sosial dalam mempromosikan Korea melalui serta perusahaan hiburan Korea telah menjadikan YouTube sebagai komponen kunci internasional dalam penyebaran budaya Korea. Penyebaran K-Pop melalui jejaring sosial Youtube, Twitter dan Facebook terbilang sukses memberikan hasil yang menguntungkan tidak hanya bagi pernyanyi K-Pop semakin dikenal karyanya tetapi juga semakin dikenalnya brand produk Korea Selatan bersama dengan budaya Korea itu sendiri di tingkat Internasional. Bahkan Youtube dan Facebook telah membuat saluran akses khusus K-Pop setelah melihat popularitas yang telah diraih budaya popular Korea Selatan tersebut, sehingga akan lebih memudahkan penyebarluasan produk budaya Korea Selatan. 4. Melakukan Interaksi Kebudayaan Melalui Korean Wave. Upaya Pemerintah Korea Selatan dalam mengembangkan seni kebudayaan sebagai soft diplomacy yang melibatkan sikap profesionalisme aktor non-negara dan didukung penyebarannya melalui media disusun sebagai langkah strategi membangun citra Korea, dilengkapi oleh pilar strategi akhir yakni melalui budaya Korean wave agar terjadi kontinuitas interaksi kebudayaan. Pengembangan konten budaya Korea yang tidak hanya terkait budaya tradisional tetapi juga budaya popular tentunya 76 diharapkan dapat menyukseskan pelaksanaan soft diplomacy Korea Selatan. Korean wave adalah sebuah bentuk budaya popular Korea Selatan yang terdiri dari genre serial-drama, film dan musik yang memang telah dirancang sedemikian rupa dengan penuh bakat dan kreatifitas agar diterima oleh masyarakat luas sehingga dapat memberikan dampak ataupun pengaruh yang signifikan di seluruh dunia dan menguntungkan bagi Korea Selatan. Korean wave secara fundamental meningkatkan citra budaya bangsa yang memberi pengaruh terhadap pandangan orang menilai citra politik, ekonomi dan sosial Korea Selatan.101 Berdasarkan pernyataan Mr. Kim dari hasil wawancara yang dilakukan penulis bahwa: Dengan menjalin dan mengharmonisasikan hubungan kerjasama antara aktor negara dan non-negara dapat memperkuat ekspansi budaya Korean wave terlaksana sebagai bagian diplomasi secara berkelanjutan. Dalam perkembangan domestik, Pemerintah juga melakukan koorporasi yang baik dengan masyarakat sipil untuk pengembangan Korean wave yang mana kedepannya juga terjadi hubungan masyarakat lintas negara dalam menyebarkan Korean wave itu sendiri. Melalui cara tersebut, ekspansi Korean wave dapat terus berkelanjutan dan menyebar secara luas. Pemerintah Korea berusaha untuk membentuk dan mempertahankan networking tersebut.102 Dengan demikian, salah satu bentuk strategi pembangunan citra melalui pelaksanaan soft diplomacy Korea agar mengalami keberlanjutan di Indonesia adalah dengan melalui program pencarian bakat penyanyi K- 101 Sue Jin Lee. 2011. The Korean wave: The Soul of Asia. The Elon Journal of Undergraduate Research in Communications. Vol.2 No. 1. Hal 90 102 Hasil Wawancara terhadap Narasumber Kim Do Hyung pada tanggal 12 April 2012 pukul 11.00 Wib di Jakarta. 77 Pop “Galaxy Superstar” pada tahun 2012. Program tersebut dilaksanakan oleh salah satu perusahaan agensi musik di Korea yakni PT. YS Entertainment dan disponsori oleh salah satu perusahaan multi nasional terbesar Korea, Samsung serta bekerjasama dengan stasiun TV Indosiar sebagai media-partner. Galaxy Superstar dapat dikatakan sebagai strategi khusus yang dilakukan di Indonesia, karena Indonesia adalah negara pertama yang menjadi pilihan tempat audisi untuk mencari bakat penyanyi. Para pemenang audisi tersebut dikirim ke Korea Selatan untuk mendapatkan pelatihan dan dipersiapkan untuk memulai debut karirnya di kawasan Asia. Para pemenang kompetisi Galaxy Superstar yang telah tinggal dan dilatih secara langsung di Korea tidak hanya saja mendapatkan ilmu dibidang seni musik dan tari tetapi saat kembali ke Indonesia dapat menerapkan nilai-nilai budaya Korea yang telah mereka dapatkan secara langsung maupun tidak langsung dan menjadikannya sebagai ikon budaya baru di Indonesia. Interaksi kesenian dan kebudayaan melalui budaya pop seperti K-Pop diharapkan dapat menjadi kesempatan baru bagi masyarakat Indonesia untuk mengenal budaya-budaya tradisonal Korea disamping budaya popular yang dimilikinya. Dengan adanya ketertarikan awal terhadap Korea karena menyukai K-Pop, secara perlahan tapi pasti mereka akan mulai mengenal dan mempelajari budaya Korea lainnya. 78 Selain program Galaxy Superstar, juga ada serial drama kerjasama Korea-Indonesia yang berjudul Saranghae, I Love you dibintangi aktris Indonesia Revalina S. Temat dan penyanyi Korea, Tim Hwang. Dengan dua arah pertukaran pemain kali ini, sangat memungkinkan gelombang minat dalam segala hal mengenai Korea berlangsung sedikit lebih lama daripada tren sebelumnya. Strategi seperti ini tentunya akan dapat menjaga kontinuitas budaya Korean wave di Indonesia dan semakin mengukuhkan pengaruh soft diplomacy Korea Selatan. Serial drama Korea-Indonesia yang mengambil tempat syuting di Bali dan Korea tentunya akan saling menguntungkan kedua negara karena saling bertukar nilai ataupun karakter budaya masing-masing serta mengeksplor berbagai tempat wisata ke dua negara secara luas. Melalui upaya pengenalan Korea lebih dalam, maka akan semakin banyak masyarakat Indonesia mengetahui potensi Korea dan pada akhirnya akan semakin banyak pula dukungan bagi Korea Selatan untuk menjadi salah satu pemimpin dunia. Soft diplomacy yang juga melibatkan kaum professional baik itu pelaku bisnis, individu hingga selebritis dan didukung oleh peran media akan lebih memudahkan untuk menyebarluaskan dan menjaga keberlanjutan invasi Korean wave. Pemerintah Korea Selatan tidak hanya ingin Korean wave menjadi fenomena sesaat tetapi prosesnya dapat terus berlanjut dan diterima dengan baik oleh masyarakat. 79 B. Pengaruh Soft diplomacy Dalam Membangun Citra Korea Selatan di Indonesia. Dalam menjalankan hubungan diplomatik, soft diplomacy penting diterapkan oleh Korea Selatan dalam memaksimalisasikan soft power yang telah dimilikinya. Keterampilan dalam berdiplomasi merupakan salah satu bentuk upaya kompromi mencapai kesepakatan untuk penyelesaian masalah dalam menciptakan perdamaian dan mencapai kepentingan nasional. Perubahan era dan kemajuan teknologi yang semakin pesat menginisiatif MOFAT melakukan berbagai proyek-proyek diplomatik budaya secara aktif melalui Korean wave dengan maksud untuk meningkatkan nation branding Korea dalam mewujudkan citra Global Korea. Hal tersebut terkait konflik semenanjung Korea yang telah menyita perhatian begitu penting dari Pemerintah tentunya bisa menyulitkan pembangunan citra Korea Selatan yang damai dan sebagai negara yang kooperatif. Kebijakan soft diplomacy yang diarahkan Pemerintahan saat ini berperan besar dalam meningkatkan citra nasional bangsa. Menurut laporan yang dikeluarkan pada tanggal 2 Februari 2012 oleh Samsung Economy Research Institute (SERI) yang dirilis dalam kerjasama dengan Presidential Council on Nation Branding, Korea Selatan menempati peringkat 15 pada Nation Brand index yang mana meningkat tiga peringkat dari posisi di tahun 2010. SERI menganalisis bahwa bagaimana peran internasional Korea menyelenggarakan berbagai event internasional Daegu IAAF World Championships tahun 2011, Winter Olympic di Pyeongchang tahun 2018 dan 80 meningkatnya kegiatan global oleh perusahaan multinasional Korea serta turut sertanya pengaruh penyebaran Korean wave telah memberi kontribusi dalam peningkatan citra Korea.103 Korean wave telah memberikan keuntungan yang begitu besar bagi Korea Selatan. Selain bisnis hiburan yang terus meningkat, melalui K-Pop juga dapat membantu Korea Selatan untuk memperbaiki citranya di mata dunia setelah perang sipil dengan Korea Utara. K-Pop tidak hanya menjadi karakter khas musik Korea, tetapi merupakan karakter bangsa yang menimbulkan ketertarikan dan kepercayaan publik internasional untuk melakukan kerjasama dan pembentukan jaringan internasional lainnya. Citra negatif korea di masa lampau dikaitkan dengan Zona Demiliterisasi, pembagian wilayah, kemiskinan dan gangguan perpolitikan kini telah berubah menjadi citra Global Korea dimana secara perlahan bercirikan menjadi sebuah bangsa yang demokratis, modern, kooperatif dan proaktif dalam kegiatan internasional, serta menjadi ikon atau simbol budaya baru di dunia hiburan musik dan fashion serta memiliki teknologi mutakhir di dunia.104 Perkembangan Korean wave sangat pesat terjadi di Indonesia dalam kurun waktu tahun 2008 hingga tahun 2012 yang disertai dengan terbentuknya citra ataupun pandangan positif masyarakat Indonesia terhadap Korea Selatan. Citra masyarakat Indonesia yang terbentuk terhadap Korea dan pada akhirnya dapat mempengaruhi keputusan para pembuat kebijakan 103 Hwang Dana. Korea Enjoys Enhanced Nation Brand Through Global Diplomacy. [Online]. http://www.korea.net/NewsFocus/Policies/view?articleId=98738. Diakses pada tanggal 19 Februari 2012 pukul 22.38 Wita. 104 Youna Kim. 2011. Globalization of Korean Media. Hallyu: Influence of Korean Popular Culture in Asia and Beyond. Do Kyun Kim dan Min-Sun Kim (eds). Hal. 37 81 politik luar negeri. Korea Selatan pun memiliki tujuan dibalik citra negaranya yang semakin positif yakni menyangkut perkembangan politik yang mendukung perubahan. Sebuah negara yang dulunya dibawah kekuasaan imperialisme kini berubah menjadi negara yang demokrat dan liberal. Dengan adanya pencitraan yang dibangun oleh Korea Selatan di Indonesia dapat menjadikan hubungan bilateral kedua negara semakin erat sehingga dapat membantu meningkatkan berbagai sektor dari hubungan politik, ekonomi dan tentunya sosial-budaya. Pembangunan citra Korea Selatan di Indonesia tentu memberikan pengaruh di bidang politik. Historikal hubungan politik Korea Selatan dan Indonesia tidak pernah mengalami konflik sehingga menjadikan hubungan perpolitikan kedua negara semakin erat. Dari segi pencitraan tersebut diharapkan ruang lingkup perpolitikan Korea Selatan semakin lebih kuat dalam upaya rekonsiliasi dengan Korea Utara. Indonesia yang memiliki politik luar negeri Bebas-Aktif dapat bersikap netral dalam melihat permasalahan semenanjung Korea. Korea Selatan dapat menjalankan proses rekonsiliasi dengan Korea Utara melalui bantuan Indonesia, apalagi Indonesia juga memiliki hubungan diplomatik yang baik dengan Korea Utara. Di era Pemerintahan Megawati, dilakukan pertemuan antara Pemerintah KoreaIndonesia untuk merundingkan masalah reunifikasi Korea. Korea Selatan pun mendapat kesempatan untuk mencari jalan keluar dari permasalahan antar- 82 Korea karena Indonesia senantiasa mendukung upaya denuklirisasi dan perdamaian di Semenanjung Korea.105 Hubungan politik Korea-Indonesia juga semakin ditingkatkan melalui kerjasama demokrasi. Korea Selatan dan Indonesia bekerjasama dalam mendorong demokrasi sebagai agenda strategis di Asia. Ke dua negara telah berhasil menjadi pemimpin bersama dalam Bali Democracy Forum tahun 2010 dan telah memberikan landasan yang kuat bagi kedua negara untuk mengelola momentum demokrasi di seluruh kawasan Asia. Korea Selatan adalah negara yang pertama kali mengambil peran aktif dalam mendorong kawasan Asia Timur untuk menuju suatu komunitas masyarakat Asia Timur. Dengan bekerja sama dengan Indonesia sebagai salah satu negara yang berperan penting di ASEAN, visi ini akan berfungsi sebagai jalan panduan untuk mencapai Asia Timur yang stabil dan makmur. Seiring dengan hubungan politik yang dijalin baik dengan suatu negara dan citra yang terbentuk maka kerjasama di bidang lainnya akan terdorong ikut lebih maju. Meningkatnya image Korea Selatan melalui K-Pop yang diimplementasikan sebagai salah satu bentuk instrumen pelaksanaan soft diplomacy juga memiliki pengaruh positif di bidang ekonomi. Korea Selatan yang memang telah dikenal maju dalam industri manufaktur, semakin gencar memasarkan produknya sejalan dengan proses penyebaran K-Pop. Masyarakat Indonesia tidak hanya menyukai musik K-Pop namun secara perlahan para penggemar K-Pop tersebut seperti mewajibkan dirinya untuk 105 Yang Seung-Yoon. 2004. Hubungan Bilateral Korea-Indonesia Pada Era Asia Timur: Sebuah Pembahasan dalam Perspektif Globalisasi. Jakarta: FISIP UI Press. Hal. 39. 83 memiliki produk-produk Korea. Strategi perusahaan Korea yang menjadikan para selebritis K-Pop sebagai brand ambassador pemasaran produknya di Indonesia dapat meningkatkan daya beli masyarakat Indonesia terhadap produk Korea, seperti Samsung dan LG. Hal itu disebabkan oleh seiring telah terpengaruhnya mereka oleh popularitas K-Pop dan sifat konsumtif masyarakat Indonesia yang menjadikan mereka tidak hanya menyukai musiknya tapi juga telah mulai mengikuti fashion Korea, menggunakan produk buatan Korea hingga mengkonsumsi makanan khas Korea. Menurut Asosiasi perdagangan internasional Korea pada tahun 2008 dari survei yang mereka lakukan terhadap 1.173 orang dari Asia Timur dan Asia Tenggara, mengungkapkan bahwa 80 persen dari responden mengatakan bahwa Korean wave telah mempengaruhi mereka untuk membeli produk Korea Selatan, seperti ponsel dan peralatan elektronik lainnya. 106 Dengan demikian, Korean wave telah memberikan keuntungan ekonomi bagi Korea sekitar US$4,5 milyar. 107 Hal tersebut menandakan bahwa K-Pop sebagai salah satu wujud bentuk soft diplomacy Korea Selatan berhasil meningkatkan nation branding serta permintaan terhadap produk-produk budaya Korea. Peningkatan yang signifikan dalam hubungan Indonesia-Korea Selatan juga tercermin dengan baik melalui perkembangan pesat perdagangan bilateral 106 Yonhap News Agency. 2011.Korean wave Has Impact on Overseas Product Sales: Poll. [Online]. http://english.yonhapnews.co.kr/business/2011/11/12/0502000000AEN2011111200 3100320.HTML. Diakses pada tanggal 24 Februari 2012 pukul 20.18 Wita. 107 Wonjun Chung dan Taejun David Lee. 2011. Hallyu As A Strategic Marketing Key in the Korean Media Content Industry. Do Kyun Kim dan Min-Sun Kim (eds). Hallyu: Influence of Korean Popular Culture in Asia and Beyond. Seoul: Seoul National University Press. Hal. 437. 84 antara kedua negara. Pada tahun 2010, perdagangan bilateral antara kedua negara melonjak menjadi US$20.27 miliar, meningkat 57 persen dari US$12.88 miliar pada tahun 2009. Adapun investasi Korea Selatan di Indonesia mencapai US$328 juta tahun 2010 dan Korea Selatan tercatat sebagai 10 investor terbesar di Indonesia.108 Pengaruh di bidang ekonomi juga ditopang oleh sektor pariwisata Korea Selatan yang tentunya tidak terlepas dari pengaruh signifikan dalam pelaksanaan soft diplomacy ini. Industri pariwisata disoroti sebagai salah satu pemasukan yang terbesar ketiga bagi Korea setelah IT, sektor industri elektronik dan transportasi lainnya.109 Korea Selatan menempati ranking ke32 dunia dalam hal industri pariwisata pada tahun 2011. Dunia bisnis pariwisata di Korea secara aktif mengembangkan strategi pemasaran yang cerdik untuk memperoleh manfaat dari lonjakan popularitas K-Pop yang dikembangkan dalam upaya untuk menarik lebih banyak wisatawan asing ke Korea. Industri pariwisata Korea telah mengalami pertumbuhan 10 % setiap tahun selama beberapa tahun terakhir sehingga jumlah wisatawan internasional yang ditargetkan mencapai 1.5 milyar pada tahun 2020 menjadi hal yang tidak mustahil dapat dicapai. 110 Bintang K-Pop telah muncul sebagai 108 Aburizal Bakrie. 2011. Mempererat Kerjasama Indonesia-Korea. [Online]. http://icalbakrie.com/?p=1246. Diakses pada tanggal 11 Maret 2012 pukul 10.06 Wita. 109 Korean Tourism Organization. [Online]. http://kto.visitkorea.or.kr/eng/tourismStatics/economicBenefits.kto. Diakses pada tanggal 29 Maret 2012 pukul 23.06 Wita. 110 KBS. 2012. Expo Pariwisata Korea 2012 Dibuka Pekan Lalu. [Online]. http://world.kbs.co.kr/indonesian/program/program_economyweekly_detail.htm?No =35355. Diakses pada tanggal 29 Maret 2012 pada pukul 12.34 Wita. 85 sumber daya pariwisata karena begitu banyak penggemar dari luar negeri yang bersemangat untuk mengunjungi tanah air idola pop mereka. Pihak Korea Tourism Organization di Jakarta (KTO) mengatakan bahwa jumlah wisatawan Indonesia terus meningkat setiap tahunnya di tengah semakin populernya Korean wave di Indonesia yang mana hal tersebut diutarakan langsung oleh Manager Marketing KTO, Dwi Hapsari, bahwa “sebanyak 125.000 warga Indonesia mengunjungi Korea sepanjang tahun 2011 yang mengalami pertumbuhan 30,8% dibandingkan tahun 2010”. 111 Warga Indonesia menjadi lebih antusias mengunjungi Korea setiap tahun karena Korea memiliki banyak hal yang ditawarkan. Lokasi syuting drama Korea paling terkenal menjadi obyek pariwisata yang digemari para wisatawan untuk dikunjungi. Dari keberhasilan penayangan drama Korea tersebut membangun citra Korea Selatan sebagai negara yang maju dan terkesan sangat menarik, modis dan dinamis. Tentu dengan semakin banyaknya masyarakat Indonesia yang mendatangi Korea selain berimplikasi terhadap bertambahnya devisa negara juga dapat sekaligus lebih mendekatkan secara emosional hubungan kemasyarakatan Korea Selatan-Indonesia. Dalam proses selanjutnya, hubungan di bidang sosial-kebudayaan muncul sebagai salah satu pengaruh soft diplomacy Korea Selatan di Indonesia. Korean wave memberikan pengaruh yang nyata dan berperan penting dalam memperkenalkan budaya Korea ke Indonesia. Dengan adanya landasan kerjsama di bidang kebudayaan antara Korea Selatan-Indonesia dan 111 Hasil Wawancara terhadap Narasumber Dwi Hapsari pada tanggal 20 April 2012 pukul 14.00 Wib di Jakarta 86 dibentuknya Komisi Bersama Kebudayaan semakin mempermudah dalam peningkatan hubungan sosial-budaya kedua bangsa. Adapun pengaruh budaya Korea dalam masyarakat Indonesia dihimpun oleh penulis dari hasil wawancara dengan beberapa masyarakat yang menyukai Korea, berawal dari kegemaran mereka menonton serial drama Korea dan mulai menikmati musik pop Korea selanjutnya akan mempelajari tentang budaya Korea. Kemudian, mereka mencoba makanan Korea seperti apa yang mereka lihat dalam serialdrama ataupun film Korea, lalu mulai mengenal pakaian tradisional Korea ‘Hanbok’. dan bahkan belajar beberapa kosa kata Korea melalui lirik lagu KPop. Disamping itu pula, banyaknya warga Korea di Indonesia membantu mendorong berjalannya proses hubungan timbal-balik kebudayaan antara masyarakat kedua negara. Tercatat bahwa, warga negara Korea adalah warga negara asing terbanyak yang bermukim di Indonesia yakni sekitar 30.000 orang. Konektivitas kemasyarakatan antara kedua negara semakin meningkat, seperti yang bisa kita lihat saat ini, ketertarikan terhadap K-Pop telah merubah pola industri hiburan di Indonesia. Para pengusaha industri hiburan nampaknya sangat memahami bahwa masyarakat Indonesia, terutama kaum remaja, mulai terkena demam K-Pop. Karena itulah, mereka mulai menciptakan semacam imitasi dari budaya pop Korea ke dalam budaya pop Indonesia, seperti menciptakan boyband/girlband ala Korea seperti halnya yang dilakukan dalam ajang pencarian bakat Galaxy Superstar. Para pengusaha tersebut tentunya tahu betapa kaum remaja sangat mengidolakan 87 K-Pop dan dengan menciptakan imitasinya akan lebih mudah untuk menarik minat pasar, kemudian keuntunganlah yang mereka dapatkan. Itulah sebabnya saat ini begitu banyak boyband atau girlband Indonesia yang bermunculan dengan mengusung aliran I-Pop (Indonesian Pop) yang dianggap hampir mirip K-Pop dengan lirik bahasa Indonesia. Munculnya ikon I-Pop adalah salah satu pengaruh soft diplomacy melalui Korean wave, karena berhasil mengadaptasi K-Pop ke dalam budaya lokal Indonesia. Capaian diplomasi suatu negara yang baik akan menempatkannya sebagai negara yang disegani dan memiliki peran penting dalam percaturan politik internasional. Soft diplomacy menjadi instrumen pelaksana kebijakan politik luar negeri yang berguna bagi Korea Selatan untuk memproyeksikan diri sebagai negara yang tidak konfrontatif karena mengedepankan soft power. Tata laksana dan efektifitas soft diplomacy tersebut dapat memberikan kesan yang positif dan diyakini memberi keuntungan dalam memediasai kerjasama bilateral serta dapat memberi pengaruhnya secara tidak langsung ke masyarakat. Berdasarkan pada salah satu tujuan utama dari penyebaran Korean wave untuk mempromosikan model pengembangan ekonomi Korea sebagai patokan bagi negara-negara berkembang menjadikan hubungan bilateral Korea Selatan dan Indonesia memanfaatkan jalur budaya untuk mempererat kerjasama ekonomi kedua negara dimana Indonesia dapat belajar banyak dan mengadopsi model pengembangan ekonomi Korea Selatan tersebut. 88 Instrumen telah bekerja secara efektif di Indonesia dan citra positif yang terbentuk untuk mewujudkan Global Korea serta berhasil memperat hubungan bilateral Korea-Indonesia di berbagai bidang. Pengaruh soft diplomacy tersebut yang menjadi bentuk kemampuan untuk mengatur dan ataupun mengubah perilaku individu atau kelompok dan negara terhadap negara lain. Melalui Korean wave tersebutlah menunjukkan bahwa terdapat kestabilan politik serta keamanan yang terjaga dan secara umum berhasil mempengaruhi beberapa aspek penting seperti ekonomi dan hubungan internasional Korea Selatan. C. Prospek Membangun Citra Korea Selatan Di Indonesia Melalui Soft Diplomacy 1. Peluang Membangun Citra Korea Selatan Di Indonesia Melalui Soft Diplomacy Dalam pelaksanaan hubungan internasional segala bentuk kebijakan luar negeri yang diterapkan oleh suatu negara memiliki peluang dan tantangan tersendiri dalam pelaksanaannya. Perbandingan yang nampak antara peluang dan tantangan dari suatu hubungan diplomatik merupakan salah satu faktor utama yang menentukan sukses atau gagalnya hubungan diplomatik tersebut. Pengembangan soft power mudah dilakukan karena material power yang dimiliki oleh Korea Selatan tidak lagi memiliki permasalahan dengan pemenuhan kebutuhan dasar rakyatnya. Korea selatan sebagai negara yang tergolong sukses dalam memajukan sektor perekonomiannya dapat memobilisasi instrumen kegiatan politik luar 89 negerinya yang lain. Kepopuleran daya tarik budaya suatu bangsa tentunya berawal dari sisi perekonomian yang maju apalagi Korea Selatan juga mengalami perkembangan secara pesat pada sektor teknologi transportasi, komunikasi dan informasi. Peluang dalam pelaksanaan soft diplomacy Korea Selatan di Indonesia didukung oleh hubungan diplomatik yang dijalin kedua negara yang dianggap sebagai hubungan yang saling mengisi dan bersifat mutual benefit. Seperti apa yang telah diungkapkan oleh Prof. Yang bahwa: Korea Selatan sebagai negara yang memiliki perkembangan pesat dalam hal informasi teknologi dan memiliki modal adalah suatu faktor yang dibutuhkan oleh Indonesia dalam membangun negaranya. Sedangkan, Indonesia dipandang oleh Korea Selatan sebagai sebuah negara yang kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang didukung oleh pasar yang luas.112 Korea Selatan dan Indonesia berada pada posisi yang saling melengkapi di mana keduanya berpotensi untuk saling mengisi satu sama lain apalagi kedua negara telah menandatangi MoU sebagai mitra kerjasama strategis. Dari perspektif Korea Selatan, Indonesia menjadi salah satu sumber bahan baku, tenaga kerja dan pasar konsumen yang besar untuk Industri di Korea Selatan. Di satu pihak, Indonesia memerlukan modal dan investasi serta produk-produk teknologi yang dimiliki oleh Korea Selatan. Korea Selatan merupakan alternatif sumber teknologi khususnya di bidang heavy industry, IT dan telekomunikasi. Indonesia berharap dapat memperkuat ekonomi dan perdagangan Negara karena sadar akan peran Korea sebagai 112 Hasil Wawancara terhadap Narasumber Prof. Yang Seung Yoon pada tanggal 10 April 2012 Pukul 10.00 Wib di Jakarta. 90 mitra strategis dalam memperkuat sistem ekonomi dan mengatasi krisis ekonomi. Sistem demokrasi yang dianut oleh suatu bangsa juga menjadi salah satu faktor pendukung dalam pelaksanaan soft diplomacy. Indonesia dan Korea Selatan adalah negara yang menganut sistem demokrasi sehingga akan memudahkan pelaksanaan soft diplomacy yang lebih terbuka. Indonesia dan Korea Selatan telah pernah bekerja sama menjadi pemimpin dalam Bali Democracy Forum (BDF) sehingga memberikan landasan yang kuat bagi kedua negara untuk mengelola momentum hubungan diplomatik yang lebih erat lagi. Indonesia sebagai mitra strategis Korea tentunya bernilai positif karena historikal hubungan diplomatik yang tidak pernah mengalami konflik akan semakin memudahkan proses diplomasi yang dijalankan. Peluang yang begitu besar juga dimiliki oleh Korea Selatan dalam pelaksanaan soft diplomacy K-Pop di Indonesia. Hal tersebut disebabkan oleh daya saing K-Pop yang memang telah dipersiapkan untuk masuk ke pasar internasional sangat kuat. Penyanyi K-Pop yang juga sebagai salah satu aktor dalam soft diplomacy Korea ini menampilkan bakat yang berkualitas dan didukung oleh penampilan fashion kalangan muda masa kini yang dengan mudah dapat menarik hati masyarakat Indonesia sehingga meninggalkan kesan yang positif. K-Pop cenderung menawarkan kenikmatan visual di tengah relatif tingginya minat masyarakat Indonesia yang menyenangi bentuk musik seperti itu secara visual yang disertai dengan dance. Secara tren global menunjukkan musik dan tari relatif mirip di antara negara-negara di dunia. 91 Menikmati irama melalui tarian mudah menarik minat konsumen di luar negeri karena dapat menikmati musik hanya dengan melihat tarian walaupun tidak mengerti budaya dan bahasa Korea. Korea Selatan adalah pemimpin global dalam pembangunan dan distribusi teknologi internet dan ponsel sehingga dapat mempermudah dalam upaya penyebaran budayanya sebagai bentuk soft diplomacy. Penyebaran KPop yang didukung oleh kecanggihan alat komunikasi dengan memanfaatkan jaringan internet melalui postingan video promosi ke Youtube dan akun sosial lainnya seperti twitter dan facebook menjadi peluang untuk mempromosikan musik K-Pop dan memperkenalkan budaya Korea ke berbagai belahan dunia menjadi lebih mudah. Masyarakat Indonesia yang begitu banyak juga terkenal menjadi pengguna akun SNS terbesar, sehingga mereka akan lebih mengetahui perkembangan K-Pop melalui internet. Masyarakat Indonesia juga tergolong sangat terbuka dalam menerima produk budaya asing. Apalagi budaya Korea Selatan yang memang termasuk budaya timur dan memiliki kedekatan kultur dengan karakter bangsa Indonesia menjadikan peluang bagi pelaksanaan soft diplomacy Korea Selatan menjadi lebih besar. Selain itu pula, dalam menyebarkan pelaksanaan soft diplomacy didukung oleh kepercayaan diri dan rasa nasionalisme rakyat Korea melalui budaya populer mereka sebagaimana juga yang ditunjukkan dalam setiap acara internasional. Budaya popular Korea menunjukkan bagaimana Korea tetap menjaga nilai dan karakternya walaupun mendapat pengaruh kultur dari barat. Penggambaran Korea dalam drama televisi, 92 sinematografi film Korea yang menarik dan plot cerita yang memiliki kedekatan tradisi yang serupa dengan budaya bangsa Indonesia dalam menangani masalah serta peran industri hiburan Korea yang aktif dalam mempromosikan produknya semuanya menciptakan peluang untuk penyebaran budaya populer Korea di Indonesia. 2. Tantangan Membangun Citra Korea Selatan Di Indonesia Melalui Soft Diplomacy. Korean wave telah menjadi sumber motivasi yang menarik bagi Korea Selatan, tetapi juga telah membawa tantangan baru dalam mempromosikan Korea ke dunia internasional. Tantangan yang bisa dihadapi dalam pelaksanaan soft diplomacy Korea Selatan di Indonesia adalah bagaimana menjaga koordinasi yang baik antara aktor negara dan aktor non-negara. Pemerintah Korea yang menjalin hubungan kerjasama dengan perusahaanperusahaan hiburan di Korea Selatan dalam menginisiasi perluasan Korean wave memiliki resiko pada kemungkinan terjadinya pembenturan kepentingan antara kedua belah pihak aktor negara dan non-negara. Kepentingan industri swasta atau para pelaku bisnis jika sudah tidak sejalan dengan tujuan nasional Pemerintah ataupun terjadi tarik-menarik kepentingan tentunya akan dapat menghambat keberlangsungan pelaksanaan soft diplomacy yang dijalankan oleh Korea Selatan. Terjadinya penekanan pemasaran ataupun terjadinya overheating pada pasar penyebaran K-Pop yang dilakukan oleh perusahaan hiburan tersebut adalah bentuk tantangan yang dapat dihadapi. 93 Era globalisasi informasi selain banyak memberi kemudahan juga tetap merupakan wilayah yang berbahaya bagi diplomasi maupun aktivitas kemasyarakatan lainnya. Kesiapan dalam menghadapi perubahan-perubahan global perlu diimbangi dengan kemampuan dan kompetensi dalam menyikapi perubahan tersebut. Ada banyak kasus di mana arus informasi budaya dari suatu masyarakat tertentu sering terbatas ataupun berlebihan tanpa terkendali dapat menyebabkan kesalahpahaman antara budaya yang bahkan menyebabkan terjadinya distorsi kebudayaan. Dengan memahami sifat pertukaran budaya di Indonesia, Pemerintah Korea Selatan harus membuat usaha lebih lanjut untuk menemukan cara-cara pelaksanaan soft diplomacy yang lebih inovatif dalam membangun citranya melalui komunikasi internasional yang lebih baik dan terkontrol. Tantangan lainnya yang juga dapat dihadapi oleh Korea dalam membangun citranya melalui pelaksanaan diplomasi ini adalah bagaimana menjaga keberlangsungan penyebaran K-Pop itu sendiri di Indonesia dengan menyesuaikan karakter bangsa Indonesia yang memang mudah dalam menerima budaya asing namun juga memiliki kecenderungan untuk mudah menemukan kejenuhan terhadap popularitas suatu budaya asing. Terlebih lagi dalam menjaga persaingan budaya asing yang masuk ke Indonesia. Budaya asing yang masuk ke Indonesia bukan hanya Korean Wave namun budaya Jepang yang memang telah sejak lama masuk ke Indonesia serta budaya India melalui Bollywood dan tentunya budaya pop Amerika. Penyebaran K-Pop sebagai bentuk soft diplomacy Korea harus bersaing dengan musik Pop 94 Amerika. Jika Pemerintah tidak bisa menjaga dan mengembangkan kreatifitas dan keunikan musik K-Pop dalam penyelenggaraan soft diplomacy-nya maka, budaya asing lainnya akan mengalahkan posisi Korea di Indonesia. Tantangan keberlangsungan popularitas K-Pop tersebut berada ditangan industri musik Korea bersama dengan para bintang K-Pop dalam menjaga bakat dan kreatifitas mereka untuk mengembangkan musik K-Pop. Popularitas K-Pop di luar negeri ternilai kondusif untuk lingkungan yang baik bagi budaya populer Korea untuk mencapai kualitas global dengan daya tarik universal dan tergantung pada apakah industri dapat mengamankan daya saing yang cukup atau tidak agar K-Pop dapat memperluas pengaruhnya di seluruh dunia. Jika mereka tidak mampu lagi menjaga ataupun meningkatkan kualitas dan kreatifitas mengembangkan K-Pop maka proses soft diplomacy itupun akan bisa terhenti. K-Pop memang dapat membangun citra Korea dan meningkatkan kekuatan ekonominya yang didukung oleh ketrampilan dalam penyebarannya secara digitalisasi, namun fenomena tersebut juga dapat berakhir jika gagal mengatasi perubahan-perubahan internal maupun eksternal secara efektif. Jika industri gagal mempertahankan atau meningkatkan karakter idol dengan daya tingkat saing yang tinggi, kegiatan popularitas bentuk Korean wave lainnya juga bisa ikut runtuh. Pelaksanaan diplomasi memerlukan pengetahuan yang matang tentang masalah yang dihadapi dan kemampuan berkomunikasi dengan penguasaan bahasa yang baik. Walaupun Korea Selatan menjadi salah satu negara yang sangat maju di bidang teknologi serta memiliki kemampuan dan sarana yang 95 maju di bidang media dan komunikasi, Korea Selatan dan Indonesia samasama menemui kendala pada keterbatasan kemampuan masyarakatnya dalam berbahasa Inggris sebagai bahasa resmi internasional. Pada umumnya, para bintang K-Pop yang turut menjadi salah satu aktor dalam pelaksanaan diplomasinya menggunakan bahasa Korea dalam berkomunikasi sehingga hal tersebut sedikit menghambat keefektifan diplomasinya di Indonesia. Selain itu, banyaknya perusahaan Korea yang berinvestasi di Indonesia membutuhkan banyak tenaga ahli yang paling tidak mengetahui dan menguasai bagaimana berniaga dengan orang Korea. Hubungan kemasyarakatan Korea-Indonesia pun akan mengalami hambatan. 96 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Strategi Soft Diplomacy Korea Selatan Dalam Membangun Citra Global Korea Di Indonesia Terdiri Atas 4 Langkah Strategi, yaitu: a. Mengembangkan Seni Kebudayaan. Kebudayaan sebagai salah satu aset soft power, menjadi media komunikasi yang dapat menyampaikan isi atau misi politik luar negeri suatu negara. Pemerintah Korea Selatan-Indonesia menjalin hubungan kerjasama di bidang kebudayaan dan ditandai dengan pergelaran kebudayaan Korea-Indonesia setiap tahun. Adanya peran Pemerintah Korea Selatan menyelenggarakan Korea-Indonesia Week tersebut di Indonesia menggambarkan bentuk pelaksanaan strategi ini melalui track one diplomacy b. Mengembangkan Sikap Profesionalisme. Pengembangan sikap profesionalisme didasarkan pada keterlibatan aktor non-negara (track two diplomacy, track three diplomacy, track four diplomacy) yang memungkinkan untuk menyuarakan dan menjalankan kebijakan luar negeri suatu negara. Pemerintah Korea Selatan bekerjasama dengan industri musik Korea bersama dengan selebritis K-Pop menjadi duta dalam pelaksanaan soft diplomacy. 97 c. Memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Di era globalisasi yang menciptakan berbagai revolusi teknologi informasi dan transportasi banyak memberi kemudahan dalam kegiatan diplomasi. Pemerintah Korea Selatan memanfaatkan track nine diplomacy yakni media menjadi salah satu strategi pelaksanaan soft diplomacy dalam memperkenalkan dan menyebarluaskan K-Pop. Pemerintah Korea Selatan menjalin kerjasama dengan stasiun TV di Korea seperti Arirang dan KBS dalam mempromosikan budaya Korea ke seluruh dunia. Adapun berbagai jejaring sosial, seperti: YouTube, Twitter, Facebook dijadikan sebagai media promosi K-Pop yang paling mudah dan menguntungkan bagi Korea Selatan. d. Melakukan Interaksi Kebudayaan Melalui Korean Wave. Fenomena K-Pop di Indonesia tergolong sangat menarik perhatian yang besar. Penyelenggaran ajang pencarian bakat “Galaxy Superstar” dan pembuatan drama Indonesia-Korea menjadi salah satu langkah strategis yang penting agar interaksi kesenian dan kebudayaan kedua negara tetap terjaga sehingga semakin mengukuhkan pengaruh soft diplomacy Korea Selatan dalam membangun citranya di Indonesia. 98 2. Pengaruh Soft Diplomacy Dalam Membangun Citra Korea Selatan Di Indonesia. Seiring dengan semakin besarnya minat dan ketertarikan masyarakat Indonesia terhadap K-Pop berhasil membangun citra Korea Selatan di Indonesia. Soft power diperlukan tidak hanya sekedar memperkenalkan identitas politik, ekonomi dan budaya Korea Selatan di Luar Negeri tetapi mendukung pencapaian kepentingan nasional dalam hal ini mewujudkan citra Global Korea. Di masa lalu, Citra Korea Selatan dinilai negatif dikaitkan dengan zona demiliterisasi dan kerusuhan politik, tetapi citra bangsa Korea meningkat sangat positif dan secara bertahap memberikan cara untuk menjadi vitalitas trendi bagi industri hiburan seperti musik, film dan teknologi mutakhir. Citra positif masyarakat Indonesia yang terbentuk terhadap Korea Selatan pada akhirnya dapat mempengaruhi hubungan bilateral kedua negara menjadi lebih erat. Dari segi pencitraan tersebut ruang lingkup perpolitikan Korea Selatan semakin lebih kuat dalam upaya rekonsiliasi dengan Korea Utara melalui bantuan Indonesia. Disamping itu, K-Pop yang diimplementasikan sebagai salah satu bentuk soft diplomacy membawa pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan sektor perekonomian dan pariwisata Korea Selatan. Masyarakat Indonesia tidak hanya menyukai musik Korea namun secara perlahan juga mengkonsumsi produk Korea, serta daya kunjung wisata ke Korea semakin meningkat. 99 Hubungan di bidang sosial-kebudayaan tentunya juga mengalami pengaruh soft diplomacy tersebut. Masyarakat Indonesia yang pada awalnya hanya menyukai tayangan serial drama Korea dan menikmati musik K-Pop telah membawa mereka mengenal Korea jauh lebih mendalam dengan mempelajari budaya dan bahasa Korea. Industri musik Indonesia pun telah mendapat pengaruh K-Pop dimana kini banyak bermunculan boyband/girlband ala Korea Selatan. 3. Prospek membangun citra Korea Selatan di Indonesia melalui soft diplomacy Pelaksanaan soft diplomacy Korea Selatan tersebut tentunya tidak terlepas dari peluang dan tantangan yang dihadapi. Peluang berhasilnya pelaksanaan soft diplomacy didukung oleh hubungan bilateral KoreaIndonesia yang bersifat saling mengisi kepentingan masing-masing negara serta hubungan Korea Selatan-Indonesia sebagai mitra kerjasama strategis. Kesamaan sistem demokrasi juga mendukung pelaksanaan soft diplomacy akan berhasil. Keterlibatan selebritis K-Pop menjadi daya tarik utama pelaksanaan soft diplomacy Korea Selatan di Indonesia terkait besarnya minat masyarakat Indonesia terhadap K-Pop. Masyarakat Indonesia cenderung terbuka dalam menerima budaya asing serta adanya kedekatan kultur sebagai negara timur menjadikan budaya Korea Selatan dapat diterima dengan mudah. Selain itu, penyebaran K-Pop melalui teknologi media komunikasi seperti jejaring sosial Youtube, Twitter, dan Facebook 100 menjadi peluang tersendiri mengingat Korea Selatan adalah pemimpin global dalam pembangunan dan distribusi teknologi internet dan ponsel. Sedangkan, tantangan pelaksanaan soft diplomacy jika terjadinya pembenturan kepentingan antara aktor negara dan aktor non-negara yang terlibat dalam pelaksanaan soft diplomacy tersebut. Pemerintah juga harus bekerja keras untuk menjaga daya saing K-Pop menjadi lebih unik dibanding budaya asing lainnya yang masuk ke Indonesia agar masyarakat Indonesia tidak mudah jenuh dengan budaya Korea. Adapun keterbatasan masyarakat Korea Selatan terutama para selebritis K-Pop dalam menguasai bahasa Inggris begitu pula dengan masyarakat Indonesia akan menjadi tantangan kefektifan pelaksanaan soft diplomacy di Indonesia. B. Saran Dalam pelaksanaan soft diplomacy Korea Selatan untuk memperkuat posisinya dan meningkatkan citra, para pembuat kebijakan dalam lembaga Pemerintah terkait harus bekerja sama dan saling berkoordinasi untuk membantu mempertahankan kontinuitas penyebaran Korean wave dan mendorong proyek-proyek bersama aktor non-negara yang lebih konstruktif di Indonesia. Dalam hal ini, juga penting untuk memperkuat daya saing KPop agar dapat mempertahankan bahkan meningkatkan eksistensinya di Indonesia. Korea Selatan juga harus lebih menyiapkan strategi yang lebih unik dan menarik dalam pelaksanaan soft diplomacy agar dapat menjaga eksistensinya dalam bersaing dengan budaya asing negara lain yang masuk ke 101 Indonesia. Korea Selatan harus lebih aktif dalam memperkenalkan budayanya ke seluruh lapisan masyarakat di Indonesia baik itu melalui media atau melalui people-to-people exchange. Dengan semakin banyaknya produk budaya Korea telah berkembang dan mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia, penting kiranya pemahaman terhadap budaya Korea mulai diperkenalkan di tingkat pendidikan yang lebih luas lagi, tidak hanya di kalangan perguruan tinggi seperti saat ini, namun bisa juga dimulai dari pendidikan sekolah menengah serta dari kalangan lain seperti para insan pariwisata sehingga pemahaman tentang Korea semakin luas. Selain itu pula yang diharapkan adalah hubungan saling memahami antarkedua negara yang berlanjut lebih baik demi generasi mendatang yang disertai dengan keahlian bahasa dalam berkomunikasi baik itu menguasai bahasa Korea ataupun bahasa Inggris dan juga pengenalan bahasa Indonesia untuk membantu lancarnya hubungan bilateral kedua negara serta hubungan kemasyarakatan Korea-Indonesia. Dengan melihat keberhasilan strategi Korea Selatan dalam menjalankan soft diplomacy dengan mengedepankan aspek kebudayaannya, maka Indonesia sebagai negara yang lebih kaya akan kebudayaan patut mengikuti langkah pelaksanaan soft diplomacy Korea Selatan. Indonesia dapat memperkuat soft power yang dimilikinya dengan memanfaatkan dan mengolah dengan baik aspek kebudayaan untuk dapat disebarluaskan dan dinikmati oleh masyarakat internasional sehingga dapat memberikan keuntungan ekonomi seperti yang dialami oleh Korea Selatan. 102 DAFTAR PUSTAKA BUKU Coplin, William D. dan Marsedes Marbun. 1992. Pengantar Politik Internasional; Suatu Telaah Teoritis. Bandung: CV. Sinar Baru. Couloumbis, Theodore A. dan James H. Wolfe. 1982. Introduction to International Relations: Power and Justice. New Jersey: Prentice Hall. Diamond, Louise dan John McDonald. 1996 Multi-Track Diplomacy; A Systems Approach to Peace Third Edition. Kumarian Pres. Djelantik, Sukawarsini. 2008. Diplomasi antara Teori dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Gracia I. Caroline Sidabutar. Diplomasi Kebudayaan: Konsep dan Relevansinya terhadap Pelaksanaan Politik Luar Negeri. Divisi Litbang Sekdilu Angkatan XXXII. Indonesia dan Dunia: Refleksi Pemikiran Diplomat Muda Indonesia. Jakarta: Kemenlu RI. Hayati, Sri dan Ahmad Yani. 2007. Geografi Politik. Bandung: PT.Refika Aditama. INAKOS dan Pusat Studi Korea Universitas Gadjah Mada (eds). 2011. Politik dan Pemerintahan Korea. Yogyakarta: UGM Press. Jemadu, Aleksius. 2008. Politik Global dalam Teori & Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Juwondo. 1991. Hubungan Bilateral: Definisi dan Teori. Jakarta: Rajawali Press. Kim, Do Kyun dan Min-Sun Kim (eds). 2011. Hallyu: Influence of Korean Popular Culture in Asia and Beyond. Seoul: Seoul National University Press. Kusumohamidjojo, Budiono. 1987. Hubungan Internasional: Kerangka Studi Analisis. Jakarta: Bina Cipta. Lee, Myung Bak. 2009. Global Korea: The National Strategy of the Republic of Korea. Cheong Wa Dae: Office of The President. Mas’oed, Mohtar. 1994. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi. Jakarta: LP3ES. 103 Ministry of Foreign Affairs and Trade. 2009. Diplomatic White Paper 2009. Republic of Korea. Ministry of Foreign Affairs and Trade. 2011. Diplomatic White Paper 2011. Republic of Korea. Nimmo, Dan. 2006. Komunikasi Politik Khalayak dan Efek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nye, Joseph S. 2004. Soft power: The Means to Success in World Politics. New York: Public Affairs. Nye, Joseph S. 1992. Understanding International Conflicts. USA: Harper Collins College Publisher. Perwita, Anak Agung Banyu dan Yanyan M.Yani. 2005. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung: Rosdakarya. Rudy, T. May. 2005. Komunikasi dan Hubungan Internasional.Bandung: PT. Refika Aditama. Masyarakat Seigh, Philip. 2009. Toward A New Public Diplomacy. New York: Palgrave Macmillan. Sepu, P. Anthonius. 2011. Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta: Graha Ilmu. Shoelhi, Mohammad. 2011. Diplomasi: Praktik Komunikasi Internasional. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Sumarni, Murti dan Salamah Wahyuni. 2006. Metode Penelitian Bisnis. Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Suryokusumo, Sumaryo. 2004. Praktik Diplomasi. Jakarta: STIH IBLAM. The Korea Herald (eds). 2008. Korean Wave. Seoul: Jimoondang. Umar, Husain. 2002. Metode Riset Komunikasi Organisasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Yoon, Yang Seung. 2004. Hubungan Bilateral Korea-Indonesia Pada Era Asia Timur: Sebuah Pembahasan dalam Perspektif Globalisasi. Jakarta: FISIP UI Press. Yoon, Yang Seung. 2004. Politik Luar Negeri Korea Selatan. Yogyakarta: UGM Press. 104 JURNAL, TABLOID, DOKUMEN C.P.F Luhulima. Peranan Diplomasi Multi-track dalam Penyelesaian Sengketa Laut Cina Selatan; Upaya dan Tantangan. Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional, 5(2). Doobo Shim. 2006. Hybridity and Rise of Korean Popular Culture in Asia. Media, Culture and Society. Vol.28(1). Ole Jacob Sending, Vincent Pouliot dan Iver B.Neumann. 2011. The Future of Diplomacy; Changing Practices, evolving relationships. International Journal, Summer 2011. Canada: Canadian International Council. Sue Jin Lee. 2011. The Korean wave: The Soul of Asia. The Elon Journal of Undergraduate Research in Communications. Vol.2 No. 1. Vivi Feriany. 2009. Memperkuat Diplomasi Pencitraan Indonesia. Jurnal Diplomasi. Korean Culture and Information Service. 15 November 2011. K-Pop: A New Force in Pop Music. Korean Culture, No.2. Joseph S.Nye. Why South Korea Should Go Soft. Korea 2020: Global Perspective for the Next Decade. Seoul: Random House Korea. Mark Scott. 2009. A Global ABC Soft diplomacy and the World of International Broadcasting. Bruce Allen Memorial Lecture, 5 November 2009, Macquarie University. Sydney. SITUS Agency, Yonhap News. 2011. Korean wave Has Impact on Overseas Product Sales: Poll. http://english.yonhapnews.co.kr/business/2011/11/12/0502000000AE N20111112003100320.HTML. Diakses pada tanggal 24 Februari 2012 pukul 20.18 Wita. Agency, Yonhap News. 2012. Number of overseas Korean language institutes to rise to 200 by 2016. http://english.yonhapnews.co.kr/culturesports/2012/02/22/070100000 0AEN20120222005300315.HTML. Diakses pada tanggal 24 Februari pukul 20.16 Wita. Asrianti, Tifa. 2012. TV’s South Korea Connection. http://www.thejakartapost.com/news/2012/04/29/tv-s-south-koreanconnection.html. Diakses pada tanggal 4 Mei 2012 pukul 19.52 Wita. 105 Bakrie, Aburizal. 2011. Mempererat Kerjasama Indonesia-Korea. http://icalbakrie.com/?p=1246. Diakses pada tanggal 11 Maret 2012 pukul 10.06 Wita. BBC News. South Korea Profile. http://www.bbc.co.uk/news/world-asia-pacific15289563. Diakses pada tanggal 25 Desember 2011 pukul 21.14 Wita. Constant, Linda. 2012. K-Pop: Soft Power for the Global Cool. http://www.huffingtonpost.com/linda-constant/Kpop-soft-power-forthe-g_b_1088238.html diakses pada tanggal 8 Desember 2011 pukul 13.37 Wita. Dana, Hwang. Korea Enjoys Enhanced Nation Brand Through Global Diplomacy. http://www.korea.net/NewsFocus/Policies/view?articleId=98738. Diakses pada tanggal 19 Februari 2012 pukul 22.38 Wita. Deddy. 2012. Pengaruh Korean wave di Indonesia. http://www.trijayafmpLG.net/program/3tainment/2012/01/pengaruhkorean-wave-di-indonesia/. Diakses pada tanggal 5 Mei 2012 pukul 17.28 Wita. Hanifah, Mutya. 2012. K-Pop Ujung Tombak Pariwisata Korea. http://travel.okezone.com/read/2012/04/17/407/613234/K-Pop-ujungtombak-pariwisata-korea. Diakses pada tanggal 18 April 16.13 Wita. http://www.state.gov/r/pa/ei/bgn/2800.htm. Diakses pada tanggal 25 desember 2011 pukul 20.54 Wita. Jaipragas, Bhavan. 2012. Asia's K-Pop clones dance to South Korean beat. http://www.abs-cbnnews.com/lifestyle/02/06/12/asias-K-Pop-clonesdance-south-korean-beat. Diakses pada tanggal 19 Februari 2012 pada pukul 20.17 Wita. Kang, Min-Ji. 2008. Forbes Picks K-Pop As Globe-Sweeping Trend. http://www.arirang.co.kr/News/News_View.asp?code=Ne6&nseq=77 636&category=7. Diakses pada tanggal 20 Februari 2011 pukul 20.11 Wita. KBS. 2012. Expo Pariwisata Korea 2012 Dibuka Pekan Lalu. http://world.kbs.co.kr/indonesian/program/program_economyweekly_ detail.htm?No=35355. Diakses pada tanggal 29 Maret 2012 pada pukul 12.34 Wita. KBS. 2012. KBS dan Pemerintah Tandatangani MoU Untuk Proyek Kerjasama Hallyu Global. http://rki.kbs.co.kr/indonesian/news/news_Cu_detail.htm?No=25956. Diakses pada tanggal 11 Maret 2012 pukul 09.27 Wita. 106 KBS. 2012. Kementrian Kebudayaan Umumkan Proyek Untuk Tahun 2012. http://world.kbs.co.kr/indonesian/news/news_Cu_detail.htm?No=2559 3. Diakses pada tanggal 11 Maret 2012 pada pukul 09.28 Wita. Kedutaan Besar Republik Korea untuk Indoneseia. http://idn.mofat.go.kr/worldlanguage/asia/idn/bilateral/politik/sejarah/i ndex.jsp. Diakses pada tanggal 29 Maret 2012 pukul 22.25 Wita. Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia. http://www.kemlu.go.id/Pages/NewsKemlu.aspx?IDP=100&l=id. Diakses pada tanggal 26 Maret 2012 pada pukul 20.58 Wita. Kemp, Jack. 2007. Soft diplomacy Is The Best Plan. http://www.humanevents.com/article.php?id=19791. Diakses pada tanggal 8 Desember 2011 pada pukul 13.29 Wita. Kim, Pil Soo. 2011. Global Craze for KPop: A New Economic Engine. http://www.koreafocus.or.kr/design2/layout/content_print.asp?group_i d=103692. Diakses pada tanggal 24 Februari 2012 pukul 21.46 Wita. Kim, Yoon Mi. 2011. K-Pop Drives Hallyu Craze: Survei. http://www.koreaherald.com/entertainment/Detail.jsp?newsMLId=201 10613000731. Diakses pada tanggal 12 5 2012 pukul 14.56 Wita. Kim, Yoon Mi. 2011. K-Pop’s Second wave. http://www.koreaherald.com/entertainment/Detail.jsp?newsMLId=201 10821000264. Diakses pada tanggal 12 Mei 2012 pukul 14.47 Wita. KOCIS. Korean wave. http://www.korea.net/Government/CurrentAffairs/Korean-Wave?affairId=209. Diakses pada tanggal 19 Desember 2011 pukul 14.15 Wita. Korean Tourism Organization. http://kto.visitkorea.or.kr/eng/tourismStatics/economicBenefits.kto. Diakses pada tanggal 29 Maret 2012 pukul 23.06 Wita. Ministry of Foreign Affairs and Trade of Republic of Korea. http://idn.mofat.go.kr/worldlanguage/asia/idn/bilateral/politik/sejarah/i ndex.jsp. Diakses pada tanggal 29 Maret 2012 pukul 10.26 Wita. Noh, Hyun Gi. 2011. KTO offers virtual dates with K-Pop stars. http://www.koreatimes.co.kr/www/news/art/2012/05/201_101202.htm l. Diakses pada tanggal 24 Desember 2011 pukul 14.44 Wita. 107 Park, Min Young. 2012. Korean Government Open K-Arts, Ballet and Musical Academies. http://www.thejakartapost.com/news/2012/02/28/koreangovernment-open-k-arts-ballet-and-musical-academies.html. Diakses pada tanggal 20 Mei 2012 pukul 14.34 Wita. Pudjomartono, Susanto. 2011. Soft diplomacy. http://www.suarakaryaonline.com/news.html?id=293039. Diakses pada tanggal 26 Desember 2011 pukul 16.51 Wita. Pusat Kebudayaan Korea. Hubungan Internasional Korea-Indonesia. http://id.koreanculture.org/navigator.do?siteCode=null&langCode=null&menuCode= 201105180021. Diakses pada tanggal 26 Maret 2012 pada pukul 21.37 Wita. Rijkers, Monicque dan Lily C. 2012. Wabah Demam Korea Melanda Indonesia. http://www.mediaindonesia.com/read/2012/04/04/316524/61/10/Waba h-Demam-Korea-Melanda-Indonesia. Diakses pada tanggal 29 Juli 2012 pukul 11.45 Wita. Shim Sun-ah. 2012. Korean Films Drew Record Audiences in First Half: Ministry. http://english.yonhapnews.co.kr/news/2012/07/03/0200000000AEN20 120703007100315.HTML diakses pada tanggal 7 Juli 2012 pukul 13.09 Wita. Strother, Jason. 2009. Korea’s Image Problem. http://www.asiacalling.kbr68h.com/ur/news/south-korea/805-koreasimage-problem. Diakses pada tanggal 24 desember 2011 pukul 16.41 Wita. Sun, Bang. K-pop: South Korea’s New Economic Growth Engine. http://www.biztechreport.com/story/1685-k-pop-southkorea%E2%80%99s-new-economic-growth-engine. Diakses pada tanggal 24 Desember 2011 pukul 16.58 Wita. Susanthi, Nyoman Lia. 2011. “Gurita” Budaya Populer Korea di Indonesia. http://www.isi-dps.ac.id/berita/%E2%80%98gurita%E2%80%99budaya-populer-korea-di-indonesia. Diakses pada tanggal 5 Mei 2012 pukul 18.33 Wita. The Chosunilbo. 2012. Facebook Opens K-Pop Page. http://english.chosun.com/site/data/html_dir/2012/05/22/20120522008 29.html. Diakses pada tanggal 20 Juni 2012 pukul 15.54 Wita. 108 The Chosunilbo. 2012. K-Pop Leads Record Earnings from Cultural Exports. http://english.chosun.com/site/data/html_dir/2012/02/07/20120207008 92.html. Diakses pada tanggal 20 Februari 2012 pukul 17.45 Wita. VOA News. 2006. Asia Goes Crazy Over K-Pop. http://english.chosun.com/site/data/html_dir/2006/01/07/20060107610 03.html. Diakses pada tanggal 20 Februari 2012 pukul 20.04 Wita. Wibisono, Kunto. 2010. Indonesia-Korsel Perkuat Kerja Sama Ekonomi Lewat Budaya. http://www.antaranews.com/berita/1286816222/indonesiakorsel-perkuat-kerja-sama-ekonomi-lewat-budaya. Diakses pada tanggal 26 Desember 2011 pukul 15.31 Wita. 109 LAPORAN KEGIATAN Sidang Pertama Komisi Bersama Kebudayaan st (The 1 Meeting of Joint Commission on Cultural Cooperation) Indonesia-Korea Selatan Pada tanggal 13-15 Mei 2008 di Yogyakarta Latar Belakang 1. Indonesia telah memiliki payung kerjasama dengan Korea Selatan (Republic of Korea/ROK) di bidang kebudayaan melalui sebuah perjanjian (Agreement between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of the Republic of Korea on Cultural Cooperation) yang ditandatangani pada 28 November 2000. 2. Dalam rangka mempercepat implementasi dari Agreement tersebut, maka kedua pemerintahan telah membentuk Eminent Persons’ Group (EPG). Di Indonesia pertemuan EPG pertama berlangsung pada 10 November 2006. 3. Pada tanggal 4 Desember 2006 kedua kepala negara menandatangani Joint Declaration on Strategic Partnership to Promote Friendship and Cooperation in the 21st century yang isinya mencakup 32 bidang kerjasama yang dikelompokkan ke dalam 4 bidang utama di mana salah satunya adalah bidang sosial budaya. 4. Dua dari 7 bidang kerjasama sosial budaya yang tercantum dalam Joint Declaration dan juga menjadi prioritas EPG adalah perlunya membentuk dan melaksanakan Joint Cultural Commision (JCC) sebagai dasar berdirinya Cultural and Information Service Centre. 5. Pemerintah Indonesia telah mengesahkan (ratifikasi) Agreement tersebut melalui Peraturan Presiden No. 92 Tahun 2007. 6. Dalam rangka mengimplementasikan Agreement tahun 2000, hasil-hasil rekomendasi dari EPG RI-ROK dan berdasarkan Prepres No. 92 tahun 2007, maka diselenggarakanlah suatu pertemuan pertama komisi bersama untuk kerjasama kebudayaan (The 1st Meeting of Joint Commission on Cultural Cooperation/JCC). 110 Joint Commission on Cultural Cooperation. 1. Sidang Komisi Bersama Kebudayaan/JCC ke-1 tersebut berlangsung pada 13-15 Mei 2008 di Yogyakarta, dengan melibatkan 5 Departemen terkait (Kemenpora, Depkominfo, Depdiknas, Deplu dan Depbudpar) di mana lingkup kerja JCC ke-1 berada dalam tahapan identifikasi kebutuhan untuk penyusunan “Plan of Actions” melalui exchange of views (establishment and discussion). 2. Delegasi RI diketuai oleh Dr. Muchlis Paeni, pejabat eselon I SAM bidang Pranata Sosial Depbudpar. Sedangkan delegasi ROK dipimpin oleh Mr. Bae Jae-hyun, Director General of Cultural Affairs Bureau Ministry of Foreign Affairs and Trade of the Republic of Korea. 3. Kerjasama di bidang kepemudaan dan keolahragaan yang diusulkan RI meliputi: program semaul udong; program relawan/magang wirausaha muda ke ROK; workshop kewirausahaan pemuda dan pengembangan industri olahraga dan industri unggulan di ROK; pengiriman/rekruitmen atlit; pelatih dan wasit; pertukaran para pakar olah raga; penyelenggaraan seminar tentang industri olahraga; studi/pelatihan dalam rangka industri olahraga; dan bantuan pembangunan gedung olahraga di 10 provinsi dan 10 kabupaten di Indonesia. 4. Isu kerjasama pendidikan yang diangkat dalam pertemuan ini adalah: 1. International Standard School (Sister School Facilitation, Reciprocal School Accredited, International Content Subjects Facilitated by South Korea (IT, automotive, etc); 2. Teacher empowering program (Teachers Training, Collaboration, Seminar and workshop); 3. World Class University (Double/dual degree between Indonesia universities and Korea universities, Joint research, Student and Professor exchange, Seminar and Workshop, Indonesia language for foreigners, Darmasiswa Scholarship program by Indonesian Government, Guest Lectures (being an Indonesian language lecture in some universities in South Korea). 5. Untuk bidang kebudayaan, isu-isu yang dibahas dalam JCC ke-1 tersebut mencakup substansi kerjasama arkeologi, konservasi benda-benda purbakala, film, HRD, R&D, Cultural Content, dan bidang-bidang kebudayaan terkait lainnya. 111 6. Untuk bidang Litbang Kebudayaan isu-isu yang diajukan adalah: penyusunan kamus bahasa Indonesia-Korea dan Korea-Indonesia; mendirikan bidang studi bahasa Korea di Indonesia (Universitas Indonesia) dan bidang studi bahasa Indonesia di Universitas terkemuka di ROK; memberikan beasiswa bagi publik maupun mahasiswa untuk memperdalam kebudayaan melalui pendidikan di bidang seni musik, senia teater, film, animasi dan busana. Adapun sebaliknya Indonesia menawarkan kepada Korea pendidikan di bidang seni tari, seni musik (angklung, gamelan, suling,kolintang), seni pahat serta seni batik; melakukan penerjemahan dan penerbitan karya sastra kontemporer untuk generasi muda dan sejarah maritime; pengembangan khasanah kuliner tradisional (penataan,pengolahan dan pengemasannya) khas Indonesia dan Korea; melakukan kajian kebijakan kebudayaan di kedua negara, khususnya berhubungan dengan upaya-upaya untuk mempertahankan tradisi di segala bidang; menyelenggarakan pekan film Indonesia-Korsel di negara masing-masing; dan menyelenggarakan diskusi tentang multikulturalisme dan globalisasi. 7. Isu tentang perlindungan Kekayaan Budaya menjadi salah satu poin penting dalam pembahasan siding JCC ke-1 ini, mengingat Agreement Kebudayaan RI-ROK tidak mencantumkan klausul perlindungan terhadap Hak Kekayaan Intelektual (IPR) sehingga Indonesia merasa perlu mengangkat isu ini agar hasil-hasil karya budaya anak bangsa dapat dilindungi dari pemanfaatan/eksploitasi ekonomi oleh pihak-pihak asing mana pun, baik bagi Indonesia maupun Korea. 8. Di samping itu, dilakukan pertukaran pandangan (exchange of views) tentang lingkup kerja dan tanggung jawab Komite Kebudayaan, hal tersebut menjadi isu sentral mengingat saat ini Indonesia belum memiliki model pengembangan Pusat Kebudayaan, sehingga diharapkan dari hasil pembahasan dalam pertemuan bilateral ini, didapati suatu model yang dapat dijadikan contoh bagi pengembangan kerjasama bilateral Indonesia dengan negara-negara mitra. 112 Hasil Kesepakatan 1. Kedua pihak sepakat untuk mengkonkritkan kerjasama bilateral secara konstruktif dengan menekankan perlunya ditingkatkan saling kunjung antar pejabat dan ahli. 2. Kedua pihak juga sepakat untuk bekerjasama dalam peningkatan capacity building dan sumber daya manusia. Dalam hal ini Pemerintah Indonesia menyambut baik komitmen Pemerintah ROK serta mengapresiasi bantuan berbagai program beasiswa yang diberikan Korea kepada Indonesia untuk meningkatkan hubungan bilateral kedua negara. 3. Kedua Pihak sepakat untuk mendorong terbentuknya pusat studi Indonesia di universitas-universitas terkemuka di Korea Selatan dan juga sebaliknya pusat studi Korea di Indonesia. 4. Untuk itu, kedua Pihak akan mempercepat finalisasi MoU Kerjasama Pendidikan. 5. Pihak Korea juga menyambut permintaan pihak Indonesia untuk percepatan finalisasi Arrangement on Youth and Sport Cooperation. 6. Di bidang Komunikasi dan Informasi, kedua Pihak menekankan perlunya menjalin kerjasama dan koordinasi yang lebih erat, termasuk dalam hal berbagi informasi dan teknologi. 7. Secara prinsip kedua pihak juga sepakat untuk memperkuat kerjasama kebudayaan pada sektor warisan budaya (cultural heritage), kesenian (arts), film, arkeologi, permuseuman, sejarah, kelitbangan dan kediklatan, serta industri budaya. Dalam hal ini, pihak Indonesia dapat mengajukan proposal program/proyek kepada pihak Korea. 8. Pihak Korea juga meminta dukungan Indonesia dalam hal rencana pihak Korea menyelenggarakan beberapa event di Indonesia, yaitu: a) Pekan Budaya Korea, b) Festival Porselin Korea dan c) Pameran Foto. Dalam hal ini, pihak Indonesia menyatakan kesediannya membantu. 9. Berkaitan dengan kerjasama kota/provinsi kembar, kedua Pihak sepakat untuk mengintensifkannya dengan meningkatkan jumlah pertukaran program/proyek di bidang kebudayaan, pendidikan dan olah raga. 113 10. Untuk melindungi semua kesepakatan kerjasama tersebut, kedua Pihak mengakui perlunya menerapkan perlindungan Intelectual Property Rights (IPR) sesuai dengan perundangan yang berlaku. Catatan 1. Semua isu dan usulan program kerjasama yang telah disampaikan pada JCC pertama ini dapat ditindaklanjuti dalam rincian program dan selanjutnya dikomunikasinnya dengan pihak Korea. 2. Berdasarkan Agreed Minutes yang telah disusun kedua Pihak tersebut, setiap instansi terkait dimungkinkan melakukan negosiasi langsung dalam mengimplementasi kesepakatan-kesepakatan JCC I tersebut dengan pihak Korea melaui saluran diplomatik yang dapat ditujukan langsung ke Duta Besar Republik Korea di Jakarta dengan tembusan ke Biro KSLN Depbudpar dan Direktur Astimpas Deplu RI. KERJASAMA BILATERAL BIRO KSLN 114