meningkatkan prestasi belajar ipa materi struktur dan fungsi bagian

advertisement
162
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 3, DESEMBER 2015
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI STRUKTUR DAN FUNGSI
BAGIAN TUMBUHAN MELALUI PENDEKATAN KONTRUKTIVISME SISWA
KELAS IV SD NEGERI SEMARUM KECAMATAN DURENAN KABUPATEN
TRENGGALEK SEMESTER I TAHUN 2013/2014
Oleh:
Sumarji
SD Negeri Semarum, Durenan, Trenggalek
Abstrak. Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar IPA dalam kelas adalah suatu proses interaksi
atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru sebagai salah
satu komponen dalam proses belajar menganjar merupakan pemegang peran yang sangat penting.
Guru bukan hanya sekedar sebagai penyampai materi saja melalui ceramah, tetapi lebih dari itu guru
dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran. Pembelajaran berbasis Konstruktivisme
membutuhkan strategi Pembelajaran yang mengikuti metodologi sains dan menyediakan
kesempatan untuk pembelajaran yang lebih bermakna. Konstruktivisme adalah seni dan ilmu
bertanya serta menjawab. Konstruktivisme melibatkan observasi dan pengukuran, pembuatan
hipotesis dan interpretasi, pembentukan model dan pengujian model. Konstruktivisme menuntut
adanya eksperimentasi, refleksi, dan pengenalan akan keunggulan metode-metodenya sendiri.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pembelajaran Konstruktivisme, yaitu suatu
metode penelitian yang didasarkan pada hasil pertimbangan dari peneliti itu sendiri guna
memperoleh data yang diperlukan. Penelitian ini bertempat di Kelas IV SD Negeri Malasan
Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek. Waktu penelitian adalah rentang waktu untuk
melakukan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Nopember
semester ganjil Tahun 2013/2014. Metode Pembelajaran Berbasis Konstruktivisme memiliki
dampak positif dalam Prestasi Belajar IPA Pada sub Pokok Struktur dan fungsi bagian tumbuhan
Kelas IV semester I SD Negeri Malasan Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek Tahun
2012/2013. Hal ini dapat diidentifikasi dari kenaikan Persentase prestasi ketuntasan belajar siswa
secara signifikan setelah mendapatkan perlakuan dari tiap siklus, yaitu sebelum siklus (17.86%),
siklus I (71.43%), siklus II (96.43%).
Kata kunci: Prestasi Belajar, IPA, Model Belajar Konstruktivisme
Mutu pendidikan bukan merupakan suatu
yang statis, melainkan suatu konsep yang
bisa berkembang seirama dengan tuntutan
kebutuhan hasil pendidikan yang berkaitan
dengan kemajuan ilmu dan teknologi yang
melekat pada wujud pengembangan kualitas
sumber daya manusia. Mutu pendidikan yang
dimaksud adalah kemampuan sekolah dalam
mengelola secara operasional dan efisien
terhadap
komponen-komponen
yang
berkaitan dengan sekolah, sehingga menghasilkan nilai tambah terhadap komponen
tersebut menurut norma atau standart yang
berlaku (Djauzak Ahmad, 1994: 8). Adapun
komponen-komponen yang berkaitan dengan
sekolah tersebut dalam rangka peningkatan
mutu pendidikan antara lain adalah siswa,
guru, pengelola sekolah, sarana dan
prasarana dan proses belajar mengajar,
termasuk metode mengajar yang tepat.
Menyikapi hal tersebut di atas keberhasilan
pengelolaan sekolah ditentukan pula oleh
situasi dan kondisi kelas dalam hal ini adalah
pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas yang
baik merupakan wahana bagi terjadinya
interaksi belajar mengajar dalam rangka
Sumarji, Meningkatkan Prestasi Belajar IPA...
peningkatan kualitas proses termasuk
kreatifitas guru dalam mengajar.
Mata pelajaran IPA adalah program
untuk menanamkan dan pengembangan
pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan nilai
ilmiah pada siswa serta rasa mencintai dan
menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha
Esa, Kurikulum Sekolah Dasar ( 1994:73).
Kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran IPA walaupun sang guru sudah berusaha semaksimal mungkin tanpa dibarengi
metode yang relevan dengan materi pembelajaran maka hasilnya tidak akan memuaskan. Pengalaman membuktikan bahwa melihat dari perolehan hasil Ulangan Akhir
Semester untuk mata pelajaran IPA selalu
berada di bawah rata-rata. Memang untuk
pembelajaran IPA yang baik seperti diungkapkan oleh Akhmadi (1993), bahwa pengajaran IPA yang baik tidak cukup hanya
bersumber pada buku, melainkan harus dilengkapi dengan alat praktik serta dihubungkan dengan lingkungan alam. Apabila kita
cermati kembali hal tersebut diatas pada
hakekatnya kegiatan belajar mengajar IPA
dalam kelas adalah suatu proses interaksi
atau hubungan timbal balik antara guru dan
siswa dalam satuan pembelajaran. Guru
sebagai salah satu komponen dalam proses
belajar menganjar merupakan pemegang
peran yang sangat penting. Guru bukan
hanya sekedar sebagai penyampai materi saja
melalui ceramah, tetapi lebih dari itu guru
dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran.
Sebagai pengatur sekaligus pelaku
dalam proses belajar mengajar, gurulah yang
mengarahkan bagaimana proses belajar
mengajar itu dilaksanakan. Karena itu guru
harus dapat membuat suatu Pembelajaran
menjadi lebih efektif juga menarik sehingga
bahan pelajaran yang disampaikan akan
163
membuat siswa merasa senang dan merasa
perlu untuk mempelajari bahan pelajaran
tersebut. Dari uraian tersebut, maka guru
diharapkan untuk berupaya lebih untuk dapat
melakukan pendekatan dalam belajar
mengajar sebagai upaya mengoptimalisasi
hasil belajar, sebab tanpa pendekatan ini hasil
belajar tidak akan diperoleh dengan sebaikbaiknya. Ada berbagai alternatif yang dapat
dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut,
salah satunya pendekatan yang dapat
digunakan guru dalam Pembelajaran Sains
adalah
Pembelajaran
Pendekatan
Konstruktivisme. Menurut Nurhadi (2003)
dalam proses pembelajaran, pendekatan
konstruktivisme merupakan pendekatan yang
memberikan pengakuan terhadap keragaman
siswa. Dalam pandangan pembelajaran
konstruktivisme ini diakui bahwa siswa, pada
awal proses pembelajaran, telah memiliki
konsep kognitif, afektif dan psikomotor
tertentu sebagai akibat pembelajaran dan
pengalaman sebelumnya.
Jonassen yang dikutip oleh Soetomo
(2000) menyatakan bahwa dalam pandangan
konstruktivisme sebuah realitas ada dalam
pikiran mereka yang mengetahui, sehingga
merekalah yang membentuk atau sekurangkurangnya menafsirkan realitas berdasarkan
persepsi
mereka
sendiri.
Sebagai
implikasinya pendekatan konstruktivisme
lebih menekankan bagaimana pengetahuan
dibangun dengan bantuan pengalaman,
pengetahuan awal dan keyakinan yang
dimiliki untuk menafsirkan obyek-obyek dan
peristiwa penting. Pembelajaran Pendekatan
Konstruktivisme membutuhkan strategi
Pembelajaran yang mengikuti metodologi
sains dan menyediakan kesempatan untuk
pembelajaran yang lebih bermakna.
Konstruktivisme adalah seni dan ilmu
bertanya serta menjawab. Konstruktivisme
163
164
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 3, DESEMBER 2015
melibatkan observasi dan pengukuran, pembuatan hipotesis dan interpretasi, pembentukan model dan pengujian model. Konstruktivisme menuntut adanya eksperimentasi,
refleksi, dan pengenalan akan keunggulan
metode-metodenya sendiri.
Zamroni (1999) mengatakan bahwa
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam belajar mengajar konstruktivisme.
Diantaranya: (1) Murid harus selalu aktif
selama proses pembelajaran; (2) Proses aktif
adalah proses membuat segala sesuatu masuk
akal; (3) Interpretasi selalu dipengaruhi oleh
pengetahuan sebelumnya; (4) Kegiatan
belajar mengajar tidak hanya proses pengalihan pengetahuan, tetapi juga pengalihan
ketrampilan dan kemampuan. Berikut ini
bagan tahapan belajar mengajar konstruktivisme, yang meliputi: (a) Pemanasan apersepsi; (b) Eksplorasi; (c) Konsolidasi pembelajaran; (d) Pembentukan sikap dan perilaku;
(e) Penilaian formatif. Kendatipun metode
ini berpusat pada kegiatan peserta didik,
namun guru tetap memegang peranan
penting sebagai pembuat desain pengalaman
belajar. Guru berkewajiban menggiring peserta didik untuk melakukan kegiatan. Kadang kala guru perlu memberikan penjelasan,
melontarkan
pertanyaan,
memberikan
komentar, dan saran kepada peserta didik.
Guru berkewajiban memberikan kemudahan
belajar melalui penciptaan iklim yang kondusif, dengan menggunakan fasilitas media dan
materi pembelajaran yang bervariasi.
Thematic concern
Reconnainsance
Reflection
Of the action
Plan
Classroom Observation
Action
Reflection
Of the action
Plan
Classroom Observation
Action
Dikutip dari Kemmis, S, Mc Taggert R
Gambar 1 Pelaksanaan dari tiap siklus
Sumarji, Meningkatkan Prestasi Belajar IPA...
165
METODE PENELITIAN
Lokasi penelitian ini adalah berada di
SD Negeri Semarum kecamatan Durenan
Kabupaten Trenggalek. Sasaran dalam
penelitian ini adalah siswa Kelas IV Semester
I SD Negeri Semarum Kecamatan Durenan
Kabupaten Trenggalek Tahun pelajaran
2013/2014 yang berjumlah 28 siswa, dengan
rincian siswa laki-laki sebanyak 15 dan 13
siswa
perempuan.
Penelitian
ini
menggunakan beberapa instrumen yaitu: (a)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP);
(b) Lembar Kegiatan Siswa; (c) Tes formatif.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Oktober sampai dengan Nopember semester
ganjil Tahun 2013/2014. Penelitian yang
dilaksanakan ini menggunakan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Sesuai dengan jenis
penelitian yang dipilih, yaitu penelitian
tindakan, maka penelitian ini menggunakan
model penelitian tindakan dari Kemmis dan
Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu
berbentuk spiral dari siklus yang satu ke
siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi
planning (rencana), action (tindakan),
observation (pengamatan), dan reflection
(refleksi). Pelaksanaan dari tiap siklus dapat
di ilustrasikan pada Gambar 1. Langkah pada
siklus berikutnya adalah perencanaan yang
sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan
refleksi. Sebelum masuk pada siklus I
dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa
identifikasi permasalahan. Pada penelitian ini
teknik analisis data yang digunakan adalah
teknik analisis deskriptif kualitatif.
bias dikatakan kuno, karena masih menggunakan teknik ceramah sehingga siswa kurang
mampu menangkap isi materi. Materi IPA
dituntut tidak hanya ceramah, tetapi
dibarengi dengan praktik dan bentuk langsung, agar siswa mampu menangkap isi materi secara maksimal. Dari data tersebut terlihat jelas bahwa rata-rata nilai siswa 61.85,
dan masih sangat jauh dibandingkan dengan
standar yang diinginkan peneliti yaitu 85.00.
Tingkat ketuntasan Prasiklus tersebut hanya
mencapai 17.86 yang bias juga diartikan hanya 5 siswa yang tuntas dari total 28 siswa.
Dari data tersebut peneliti akan melakukan
siklus I dengan metode Kontruktivismne.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Prasiklus
Proses belajar mengajar yang dilakukan peneliti dalam hal ini adalah guru kelas
IV SD Negeri Semarum terhadap siswanya
Tahap Pelaksanaan
Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru kelas. Adapun proses belajar
mengajar mengacu pada rencana pelajaran
yang telah dipersiapkan. Adapun langkahlangkahnya adalah sebagai berikut.
Siklus I
Tahap Refleksi Awal
Peneliti selaku guru kelas IV mengidentifikasi permasalahan yang ada di kelas
IV SD Negeri Semarum Kecamatan Durenan
Kabupaten Trenggalek yaitu tentang
rendahnya prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran IPA pokok bahasan Struktur dan
fungsi bagian tumbuhan.
Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat Pembelajaran yang terdiri dari
rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif
1 dan alat-alat Pembelajaran yang
mendukung. Selain itu juga dipersiapkan
lembar observasi pengolahan metode Pembelajaran Pendekatan Konstruktivisme, dan
lembar observasi aktivitas guru dan siswa.
165
166
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 3, DESEMBER 2015
PERTEMUAN I
Kegiatan Awal terdiri dari: (a) Salam
pembuka; (b) Berdo’a; (c) Absensi; (d)
Apersepsi dan motivasi. Kegiatan inti terdiri
dari: (a) Siswa mengamati gambar tentang
struktur dan fungsi bagian tumbuhan; (b)
Guru menjelaskan tentang struktur dan
fungsi dari akar; (c) Menjelaskan akar
tunggang dan memberikan contoh tanamannya, manga, jeruk, sawo dan kacang-kacangan; (d) Menjelaskan akar serabut dan
memberikan contoh tanamannya, padi,
jagung, pohon kelapa; (e) Menjelakan akarakar yang memilki tugas khusus; (f) Menjelaskan kegunaan akar bagi tumbuhan; (g)
Guru membuat pertanyaan tentang materi
terkait; (h) Siswa secara acak diminta untuk
menjawab; (i) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok; (j) Tiap kelompok diminta
untuk mengklasifikasikan gambar akar
tumbuhan tersebut; (k) Guru bertanya jawab
tentang hal-hal yang belum diketahui siswa;
(l) Guru bersama siswa bertanya jawab
meluruskan kesalah pahaman. Kegiatan
akhir terdiri dari: (a) Kesimpulan hasil diskusi kelas, penguatan dan pembetulan, serta
memajang hasil kerja siswa; (b) Mengulang
kegunaan materi akar, struktur akar, dan
kegunaan akar; (c) Memotivasi dan menasehati murid; (d) Berdo’a dan salam.
PERTEMUAN II
Kegiatan Awal terdiri dari: (a)
Memeriksa kesiapan siswa; (b) Berdo’a; (c)
Apersepsi; (d) Menyampaikan tujuan pembelajaran. Kegiatan inti terdiri dari: (a) Siswa
mengamati gambar tentang struktur dan
fungsi bagian tumbuhan; (b) Guru menjelaskan tentang struktur dan fungsi dari batang; (c) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok; (d) Siswa melakukan diskusi
tentang bagian-bagian batang dan fungsinya;
(e) Siswa melaporkan hasil diskusi; (f) Guru
melakukan Tanya jawab tentang hal-hal yang
belum diketahui siswa; (g) Guru bersama
siswa bertanya jawab meluruskan kesalah
pahaman. Kegiatan akhir terdiri dari: (a)
Siswa mengerjakan lembar evaluasi individu
dan dikumpulkan; (b) Siswa diminta
merefleksikan kegiatan belajar pada hari
tersebut; (c) Berdo’a dan salam.
Tahap Pengamatan
Pengamatan (observasi) dilaksanakan
bersamaan dengan pelaksanaan belajar
mengajar. Dalam hal ini peneliti adalah
seorang guru kelas IV. Sebagai pengamat
adalah observer yang juga sebagai guru kelas
VI SD Negeri Semarum.
Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut: (1) Guru kurang
baik dalam pengelolaan waktu; (2) Guru kurang baik dalam memotivasi siswa dan dalam
menyampaikan tujuan Pembelajaran; (3)
Siswa kurang begitu antusias selama
Pembelajaran berlangsung.
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk
dilakukan pada siklus berikutnya: (1) Guru
perlu mendistribusikan waktu secara baik
dengan menambahkan informasi-informasi
yang dirasa perlu dan memberi catatan; (2)
Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi
siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan
tujuan Pembelajaran. Dimana siswa diajak
untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan
yang akan dilakukan; (3) Guru harus lebih
terampil dan bersemangat dalam memotivasi
siswa sehingga siswa bisa lebih antusias.
Siklus II
Sumarji, Meningkatkan Prestasi Belajar IPA...
167
bersama siswa bertanya jawab meluruskan
kesalah pahaman. Kegiatan akhir terdiri
dari: (a) Kesimpulan hasil diskusi kelas,
penguatan dan pembetulan, serta memajang
hasil kerja siswa; (b) Mengulang kegunaan
materi akar, struktur akar, dan kegunaan
akar; (c) Memotivasi dan menasehati murid;
(d) Berdo’a dan salam.
PERTEMUAN II
Kegiatan Awal terdiri dari: (a) Memeriksa kesiapan siswa; (b) Berdo’a; (c)
Apersepsi; (d) Menyampaikan tujuan pembelajaran. Kegiatan inti terdiri dari: (a) Siswa mengamati gambar tentang struktur dan
fungsi bagian tumbuhan; (b) Guru menjelaskan tentang struktur dan fungsi dari batang; (c) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok; (d) Siswa melakukan diskusi
tentang bagian-bagian batang dan fungsinya;
(e) Siswa melaporkan hasil diskusi; (f) Guru
melakukan Tanya jawab tentang hal-hal yang
belum diketahui siswa; (g) Guru bersama
siswa bertanya jawab meluruskan kesalah
pahaman. Kegiatan akhir terdiri dari: (a)
Siswa mengerjakan lembar evaluasi individu
dan dikumpulkan; (b) Siswa diminta
merefleksikan kegiatan belajar pada hari
tersebut; (c) Berdo’a dan salam.
Tahap Pengamatan
Pengamatan dilaksanakan bersamaan
dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Sebagai peneliti adalah guru kelas IV dan
sebagai observer adalah guru kelas VI.
Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar
diperoleh informasi dari hasil pengamatan
sebagai berikut. (1) Memotivasi siswa; (2)
Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep; (3) Pengelolaan
waktu.
Siklus I
Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat Pembelajaran yang terdiri dari
rencana pelajaran 2, LKS 2, soal tes formatif
2 dan alat-alat Pembelajaran yang
mendukung. Selain itu juga dipersiapkan
lembar observasi pengelolaan metode
Pembelajaran Pendekatan Konstruktivisme
dan lembar observasi guru dan siswa.
Tahap Pelaksanaan
Dalam hal ini peneliti bertindak
sebagai guru kelas. Adapun proses belajar
mengajar mengacu pada rencana pelajaran
dengan memperhatikan revisi pada siklus I,
sehingga kesalahan atau kekurangan pada
siklus I tidak terulang lagi pada siklus II.
Adapun langkah-langkah kegiatan pembelajaran pada siklus II ini adalah sebagai berikut.
PERTEMUAN I
Kegiatan Awal terdiri dari: (a) Salam
pembuka; (b) Berdo’a; (c) Absensi; (d)
Apersepsi dan motivasi. Kegiatan inti terdiri
dari: (a) Siswa mengamati gambar tentang
struktur dan fungsi bagian tumbuhan; (b)
Guru menjelaskan tentang struktur dan
fungsi dari akar; (c) Menjelaskan akar tunggang dan memberikan contoh tanamannya,
manga, jeruk, sawo dan kacang-kacangan;
(d) Menjelaskan akar serabut dan memberikan contoh tanamannya, padi, jagung, pohon
kelapa; (e) Menjelakan akar-akar yang memilki tugas khusus; (f) Menjelaskan kegunaan akar bagi tumbuhan; (g) Guru membuat
pertanyaan tentang materi terkait; (h) Siswa
secara acak diminta untuk menjawab; (i)
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok; (j)
Tiap
kelompok
diminta
untuk
mengklasifikasikan gambar akar tumbuhan
tersebut; (k) Guru bertanya jawab tentang
hal-hal yang belum diketahui siswa; (l) Guru
167
168
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 3, DESEMBER 2015
Pada siklus I, secara garis besar Pembelajaran dengan metode Pendekatan
Konstruktivisme cukup dilaksanakan dengan
baik, walaupun peran guru masih cukup
dominan untuk memberikan penjelasan dan
arahan karena model tersebut masih dirasakan baru oleh siswa. Dari tabel tersebut
dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan
metode Pembelajaran Pendekatan Konstruktivisme diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 82.6 dan ketuntasan belajar
mencapai 71.43% atau ada 20 siswa dari 28
siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa pada siklus pertama
secara klasikal siswa belum tuntas belajar,
karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 70
hanya sebesar 71.43 % lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu
sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti
apa yang dimaksudkan dan digunakan guru
dengan menerapkan metode Pendekatan
Konstruktivisme.
Rekapitulasi
lembar
observasi aktivitas guru siklus I dapat diketahui bahwa cara mengajar peneliti dengan
metode kontruktivisme sudah relative baik,
ini dibuktikan dengan rata-rata nilai yang
mencapai 63.89. Tetapi nilai tersebut perlu
ditingkatkan lagi pada siklus II. Pada siklus I
aktifitas siswa dirasa dalam katagori baik,
dengan nilai rata-rata 61.11. Nilai tersebut
bisa diartikan bahwa siswa pada saat proses
penelitian atau proses belajar mengajar sudah
mulai bias mengikuti, meskipun memakai
metode yang baru. Peningkatan kualitas
belajar siswa perlu ditingkatkan pada siklus
kedua.
Siklus II
Setelah penelitian siklus satu dan
belum mencapai hasil nilai yang maksimal,
maka dilaksanakan siklus selanjutnya yaitu
siklus II. Pada siklus II, secara garis besar
Pembelajaran dengan metode Pendekatan
Konstruktivisme dilaksanakan dengan baik,
peran siswa sudah terlihat lebih dominan
dibanding dengan peran guru. Hasil berikutnya adalah tes formatif siswa seperti terlihat
pada tabel diatas. Nilai rata-rata prestasi
belajar siswa adalah 92.22 dan ketuntasan
belajar mencapai 96.43% atau ada 27 siswa
dari 28 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini
menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan, sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan
bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu
diadakan tes sehingga pada pertemuan
berikutnya siswa lebih termotivasi untuk
belajar.
Selain itu siswa juga sudah mulai
mengerti apa yang dimaksudkan dan dinginkan guru dengan menerapkan metode Pendekatan Konstruktivisme. Nilai rata-rata
aktivitas guru pada siklus II meningkat
dibandingkan dengan siklus I, yaitu 83.33.
Aktivitas guru selama Pembelajaran telah
melaksanakan langkah-langkah metode Pendekatan Konstruktivisme dengan baik. Hal
ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di
antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan
LKS/menemukan konsep, menjelaskan melatih menggunakan alat, memberi umpan balik/evaluasi/Tanya jawab dimana prosentase
untuk aktivitas di atas cukup besar.
Berdasarkan analisis data, diperoleh
aktivitas siswa dalam proses metode Pendekatan Konstruktivisme dalam kelompok di
setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini
berdampak positif terhadap prestasi belajar
siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan
meningkatnya nilai rata-rata siswa pada
Sumarji, Meningkatkan Prestasi Belajar IPA...
setiap siklus yang terus mengalami peningkatan aktivitas guru dan siswa dalam
pembelajaran. Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses Pendekatan Konstruktivisme paling dominan adalah bekerja dengan menggunakan alat/
media, mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara
siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan
bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan
aktif. Berikut akan ditampilkan grafik pada
Gambar 2, secara keseluruhan peningkatan
Nilai siswa setiap siklus.
169
fungsi bagian tumbuhan Kelas IV semester I
SD Negeri Semarum Kecamatan Durenan
Kabupaten Trenggalek Tahun 2013/2014.
Hal ini dapat diidentifikasi dari kenaikan
Persentase prestasi ketuntasan belajar siswa
secara signifikan setelah mendapatkan perlakuan dari tiap siklus, yaitu sebelum siklus
(17.86%), siklus I (71.43%), siklus II
(96.43%). Salah satu pengaruh dari Penerapan metode Pendekatan Konstruktivisme di
Kelas IV semester I SD Negeri Semarum
Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek
adalah adanya peningkatan prestasi belajar
siswa pada mata pelajaran IPA.
Saran
Dalam melaksanakan metode pendekatan konstruktivisme, guru perlu mempersiapkan materi beserta media Pembelajarannya dengan matang.
PENUTUP
Kesimpulan
Metode Pendekatan Konstruktivisme
memiliki dampak positif dalam Prestasi
Belajar IPA Pada sub Pokok Struktur dan
KETUNTASAN,
NILAI
RATA-RATA,
NILAI RATA-RATA,
SIKLUS
II, 96.43
SIKLUS I, 82.60SIKLUS II, 92.22
NILAI RATA-RATA,
KETUNTASAN,
SEB. SIKLUS,SIKLUS I, 71.43
61.85
KETUNTASAN,
SEB. SIKLUS,
17.86
NILAI RATA-RATA
KETUNTASAN
Gambar 2 Peningkatan Prestasi Belajar Siswa
169
170
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 3, DESEMBER 2015
DAFTAR RUJUKAN
Zamroni. 1999. Pengelolaan Sekolah Di
Sekolah Dasar. Dikbud: Dikdasmen.
Direktorat Dikdas.
Moeliono. 1989. Kumpulan karangan
tersebar. Jakarta: Gramedia
Nurhadi,
dkk.
2003.
Pembelajaran
Kontekstual (Cooperatif Learning di
Ruang-ruang kelas). Jakarta: Gramedia
widiasarana
Akhmadi, Abu. 1993. Teknik Belajar dengan
Sistem SKS. Surabaya: PT. Bina Ilmu
Purwanto, M. Ngalim. 1988. Psikologi
Pendidikan. Bandung: Remadja (RK)
Soetomo. 1993. Dasar-dasar Interaksi
Belajar. Surabaya: Usaha Nasional.
Suryabrata, Sumadi. 1987. Psikologi
Pendidikan. Jakarta: Rajawali
Arikunto,
Suharsimi.
1986.
Suatu
Pendekatan
Prosedur
Penelitian
Praktik, Bina Aksara, Jakarta.
Sugiono. 2000. Statistik Untuk Penelitian.
Jakarta: Alfabeta.
Download