Gaya Bahasa Pekerja Seks: analisa gaya bahasa, kode, dan simbol

advertisement
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Teori Interaksionisme Simbolik
Interaksionisme simbolik memberikan banyak penekanan pada individu yang
aktif dan kreatif ketimbang pendekatan-pendekatan teoritis lainnya. interaksionisme
simbolik menganggap bahwa segala sesuatu tersebut adalah virtual. Semua interaksi
antar individu manusia melibatkan suatu pertukaran simbol. Esensi dari interaksi
simbolik yakni adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia yakni
komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna (Mulyana, 2003: 59)
Interaksionisme simbolik sebagai suatu perspektif melalui empat ide dasar.
a. interaksionisme simbolik lebih memfokuskan diri pada interaksi
sosial, di mana aktivitas-aktivitas sosial secara dinamik terjadi antar
individu. Dengan memfokuskan diri pada interaksi sebagai sebuah unit
studi, perspektif ini telah menciptakan gambaran yang lebih aktif
tentang manusia dan menolak gambaran manusia yang pasif sebagai
organisme yang terdeterminasi.
b. tindakan manusia tidak hanya disebabkan oleh interaksi sosial akan
tetapi juga dipengaruhi oleh interaksi yang terjadi dalam diri individu.
c. fokus dari perspektif ini adalah segala bentuk tindakan yang dilakukan
pada waktu sekarang, bukan pada masa yang telah lampau.
d. manusia dipandang lebih sulit untuk diprediksi dan bersikap lebih
aktif, maksudnya, manusia cenderung untuk mengarahkan dirinya
sendiri sesuai dengan pilihan yang mereka buat.
5
Didalam perspektif interaksionisme simbolik, interaksi sosial didefinisikan
berkenaan dengan tiga hal: tindakan sosial bersama, bersifat simbolik, dan melibatkan
pengambilan peran ( Joel M. Charon, ibid., 146-150.) Oleh karena itu, interpretasi
menjadi faktor dominan dalam menentukan tindakan manusia, karena setelah
manusia menerima respon maka ia akan melakukan proses interpretasi terlebih
dahulu sebelum menentukan tindakan apa yang harus diambil.
George Herbert Mead, menjelaskan dalam terminologinya bahwa setiap
isyarat non verbal dan pesan verbal yang dimaknai berdasarkan kesepakatan bersama
oleh semua pihak yang terlibat dalam suatu interaksi merupakan satu bentuk simbol
yang mempunyai arti yang sangat penting. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh
simbol yang diberikan oleh orang lain, demikian pula perilaku orang tersebut.
Melalui pemberian isyarat berupa simbol, maka kita dapat mengutarakan perasaan,
pikiran, maksud, dan sebaliknya dengan cara membaca simbol yang ditampilkan oleh
orang lain .Sesuai dengan pemikiran-pemikiran Mead, definisi singkat dari tiga ide
dasar dari interaksi simbolik adalah :
a. Mind (pikiran) - kemampuan untuk menggunakan simbol yang
mempunyai makna sosial yang sama, dimana tiap individu harus
mengembangkan pikiran mereka melalui interaksi dengan individu
lain.
b.
Self (diri pribadi) - kemampuan untuk merefleksikan diri tiap individu
dari penilaian sudut pandang atau pendapat orang lain, dan teori
interaksionisme simbolis adalah salah satu cabang dalam teori
sosiologi yang mengemukakan tentang diri sendiri (the-self) dan dunia
luarnya.
c. Society (masyarakat) - hubungan sosial yang diciptakan, dibangun,
dan dikonstruksikan oleh tiap individu ditengah masyarakat, dan tiap
individu tersebut terlibat dalam perilaku yang mereka pilih secara aktif
6
dan sukarela, yang pada akhirnya mengantarkan manusia dalam proses
pengambilan peran di tengah masyarakatnya.
Tiga tema konsep pemikiran George Herbert Mead yang mendasari interaksi
simbolik antara lain:
a. Pentingnya makna bagi perilaku manusia
Tema ini berfokus pada pentingnya membentuk makna bagi perilaku
manusia, dimana dalam teori interaksi simbolik tidak bisa dilepaskan
dari proses komunikasi, karena awalnya makna itu tidak ada artinya,
sampai pada akhirnya di konstruksi secara interpretif oleh individu
melalui proses interaksi, untuk menciptakan makna yang dapat
disepakati secara bersama dimana asumsi-asumsi itu adalah sebagai
berikut : Manusia, bertindak, terhadap, manusia, lainnya berdasarkan
makna yang diberikan orang lain kepada mereka, Makna dicipt akan
dalam interaksi antar manusia, Makna dimodifikasi melalui proses
interpretif.
b. Pentingnya konsep mengenai diri (self concept)
Tema ini berfokus pada pengembangan konsep diri melalui individu
tersebut secara aktif, didasarkan pada interaksi sosial dengan orang
lainnya dengan cara antara lain : Individu-individu mengembangkan
konsep diri melalui nteraksi dengan orang lain, Konsep diri
membentuk motif yang penting untuk perilaku Mead seringkali
menyatakan hal ini sebagai : ”The particular kind of role thinking
imagining how we look to another person ” or ”ability to see
ourselves in the reflection of another glass”.
c. Hubungan antara individu dengan masyarakat.
Tema ini berfokus pada dengan hubungan antara kebebasan individu
dan masyarakat, dimana norma-norma sosial membatasi perilaku tiap
7
individunya, tapi pada akhirnya tiap individu-lah yang menentukan
pilihan yang ada dalam sosial kemasyarakatannya. Fokus dari tema ini
adalah untuk menjelaskan mengenai keteraturan dan perubahan dalam
proses sosial. Asumsi-asumsi yang berkaitan dengan tema ini adalah:
Orang dan kelompok masyarakat dipengaruhi oleh proses budaya dan
sosial, Struktur sosial dihasilkan melalui interaksi sosial
Teori interaksionisme simbolik menyatakan bahwa interaksi sosial adalah
interaksi simbol. Manusia berinteraksi dengan yang lain dengan cara menyampaikan
simbol yang lain memberi makna atas simbol tersebut. Asumsi-asumsi teori
interaksionisme simbolik berasumsi :
a. Masyarakat terdiri dari manusia yang berinteraksi melalui tindakan
bersama dan membentuk organisasi.
b. Interaksi simbolik mencangkup pernafsiran tindakan. Interaksi non
simbolik hanyalah mencangkup stimulus respon yang sederhana.
Teori ini pada kesimpulannya menyatakan bahwa Interaksi sosial pada
hakekatnya adalah Interaksi simbolik. Manusia berinteraksi dengan yang lain dengan
cara menyampaikan simbol, yang lain memberi makna atas simbol tersebut.
2.2
Komunikasi
Ilmu Komunikasi selalu mengalami perkembangan sejak awal mula ilmu ini
mulai dikembangkan sehingga berpengaruh pada definisi ilmu komunikasi itu sendiri.
Komunikasi merupakan salah satu bagian hidup terpenting dari aktivitas manusia
sehari-hari. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang tidak pernah melakukan
komunikasi atau berkomunikasi. Komunikasi atau communication dalam bahasa
inggris berasal dari kata latin communis yang berarti sama, communico,
communicatio, atau communicare yang berarti membuat sama (to make common).
Definisi ini diungkapkan oleh William I. Gorden, Colin Cherry, Onong Uchjana,
8
Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson (Mulyana, 2004 : 41). Berikut ini macammacam interaksi komunikasi :
2.2.1
Komunikasi Antar Pribadi
Komunikasi antar perorangan dan bersifat pribadi baik yang terjadi
secara langsung (tanpa medium) ataupun secara tidak langsung (melalui
medium). Proses komunikasi ini biasanya bersifat dialogis dan dilakukan oleh
dua individu (Bungin, 2006 : 32). Komunikasi antar pribadi juga dapat
membantu perkembangan intelektual dan sosial kita karena ditentukan oleh
kualitas komunikasi kita dengan orang lain, dan komunikasi juga dapat
membentuk identitas kita.
2.2.2
Komunikasi kelompok
Memfokuskan pembahasannya kepada interaksi diantara orang-orang
di dalam kelompok kecil. Komunikasi kelompok juga melibatkan komunikasi
antar pribadi. Bahasan teoritis tentang komunikasi kelompok meliputi
dinamika kelompok, efisiensi dan efektivitas penyampain informasi dalam
kelompok, pola dan bentuk interaksi serta pembuatan keputusan ( Bungin
2006:32)
2.2.3
Komunikasi Sosial
Suatu bentuk komunikasi yang lebih intensif, dimana komunikasi
terjadi secara langsung antar komunikator dan komunikan, sehingga situasi
komunikasi berlangsung dua arah dan lebih diarahkan pada pencapaian situasi
interaksi sosial, penerusan nilai-nilai lama dan baru yang diagungkan oleh
suatu masyarakat melalui komunikasi sosial kesadaran masyarakat dibina,
dipupuk dan diperluas. ( Bungin, 2006 )
2.3
Pekerja Seks Komersial
Kaum perempuan sebagai penjaja seks komersial selalu menjadi objek dan
tudingan sumber permasalahan dalam upaya mengurangi praktek prostitusi
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2003). Prostitusi juga muncul karena
9
ada definisi sosial di masyarakat bahwa wanita sebagai objek seks (Agus, 2002).
Pekerja seks komersial pada umumnya adalah seorang wanita. Wanita adalah mahluk
bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual yang utuh dan unik, mempunyai kebutuhan
dasar yang bermacam – macam sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Wanita/ibu adalah penerus generasi keluarga dan bangsa sehingga keberadaan wanita
sehat jasmani dan rohani serta sosial sangat diperlukan. Wanita/ibu adalah pendidik
pertama dan utama dalam keluarga (Ikatan Bidan Indonesia, 2006).
2.3.1 Pengertian Pekerja Seks Komersial
Pekerja seks komersial adalah seseorang yang menjual dirinya dengan
melakukan hubungan seks untuk tujuan ekonomi (Subadara, 2007). Pelacuran atau
prostitusi adalah penjualan jasa seksual. Sebelum adanya istilah pekerja seks
komersial, istilah lain yang juga mengacu kepada pelayanan seks komersial adalah
pelacur, prostitusi, wanita tuna susila (WTS).
2.3.2
Sejarah
Pekerja Seks Komersial Pelacuran merupakan profesi yang sangat tua
usianya, setua umur kehidupan manusia itu sendiri.Pelacuran selalu ada sejak zaman
purba sampai sekarang. Pada masa lalu pelacuran selalu dihubungkan dengan
penyembahan dewa-dewa dan upacara-upacara keagamaan tertentu. Ada praktekpraktek keagamaan yang menjurus pada per-buatan dosa dan tingkah laku cabul yang
tidak ada bedanya dengan kegiatan pelacuran. Pada zaman kerajaan Mesir Kuno,
Phunisia, Assiria, Chalddea, Ganaan dan di Persia, penghormatan terhadap dewadewa Isis, Moloch, Baal, Astrate, Mylitta, Bacchus dan dewa-dewa lain disertai
orgie-orgie. Orgie (orgia) adalah pesta kurban untuk para dewa, khususnya pada
dewa Bacchus yang terdiri atas upacara kebaktian penuh rahasia dan bersifat sangat
misterius disertai pesta-pesta makan dengan rakus dan mabuk secara berlebihan.
Orang-orang tersebut juga menggunakan obat-obat pembangkit dan
perangsang nafsu seks untuk melampiaskan hasrat berhubungan seksual secara
10
terbuka. Sehubungan dengan itu, kuil-kuil pada umumnya dijadikan pusat perbuatan
cabul (Kartini, 2005: 209). Di Indonesia pelacuran telah terjadi sejak zaman kerajaan
Majapahit. Salah satu bukti yang menunjukkan hal ini adalah penuturan kisah-kisah
perselingkuhan dalam kitab Mahabarata. Semasa zaman penjajahan Jepang tahun
1941-1945, jumlah dan kasus pelacuran semakin berkembang. Banyak remaja dan
anak sekolah ditipu dan dipaksa menjadi pelacur untuk melayani tentara Jepang.
Pelacuran juga berkembang di luar Jawa dan Sumatera. Hal ini bisa dilihat dari
pernyataan dua bekas tentara Jepang yang melaporkan bahwa pada tahun 1942 di
Sulawesi Selatan terdapat setidaknya 29 rumah bordil yang dihuni oleh lebih dari 280
orang pelacur (111 orang dari Toraja, 67 orang dari Jawa dan 7 orang dari Mandar).1
2.3.3
Ciri-ciri Pekerja Seks Komersial
Beberapa ciri khas PSK adalah sebagai berikut:
1). Wanita, lawan pelacur ialah gigolo (pelacur pria, lonte laki-laki).
2).Cantik, molek, rupawan, manis, atraktif menarik, baik wajah maupun tubuhnya.
Bisa merangsang selera seks kaum pria.
3). Masih muda-muda. 75% dari jumlah pelacur di kota-kota ada di bawah usia 30
tahun.
4). Pakaiannya sangat mencolok, beraneka warna, sering aneh-aneh (eksentrik) untuk
menarik perhatian kaum pria. Mereka sangat memperhatikan penampilan lahiriahnya,
yaitu wajah, rambut, pakaian, alat-alat kosmetik dan parfum yang wangi semerbak.
5). Bersifat sangat mobile, kerap berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya.
Biasanya mereka memakai nama samaran dan sering berganti nama, juga berasal dari
tempat lain, bukan di kotanya sendiri, agar tidak dikenal oleh banyak orang. (Kartini,
2005: 239)
1
Majalah Tempo (edisi sabtu, 25 Juli, 1992), hlm. 15
11
6). Mayoritas berasal dari strata ekonomi dan strata sosial rendah. Mereka pada
umumnya tidak mempunyai keterampilan (skill) khusus dan kurang pendidikannya.
Modalnya adalah kecantikan dan kemudaannya. Pada umumnya
seorang PSK adalah wanita yang memiliki kesempurnaan secara fisik. Hal ini mutlak
dibutuhkan karena merupakan modal dasar perempuan tersebut untuk terjun dan
hidup sebagai PSK. Mereka dituntut untuk tetap mempertahankan kecantikan agar
tetap langgeng dalam profesinya tersebut.
2.3.4
Klasifikasi Pekerja Seks Komersial
Berdasarkan modus operasinya, pekerja seks komersial di kelompokkan
menjadi dua jenis, yaitu (Subadara, 2007).
a. Terorganisasi
Yaitu mereka yang terorganisasi dengan adanya pimpinan,
pengelola atau mucikari, dan para pekerjanya mengikuti aturan
yang mereka tetapkan. Dalam kelompok ini adalah mereka yang
bekerja di lokalisasi, panti pijat, salon kecantikan.
b. Tidak Terorganisasi
Yaitu mereka yang beroperasi secara tidak tetap, serta tidak
terorganisasi secara jelas. Misalnya pekerja seks di jalanan, kelab
malam, diskotik
2.3.5
Jenis-jenis Pekerja Seks Komersial
Meskipun disadari bahwa sangat sulit untuk membuat pengga-risan yang tegas
mengenai penggolongan pelacur, terdapat beberapa jenis pelacur yang banyak dikenal
di masyarakat. Beberapa jenis PSK yang terdapat dalam masyarakat adalah sebagai
berikut:
Pelacur yang termasuk tipe ini sering disebut dengan istilah streetwalker
prostitute. Di banyak ibukota propinsi di Indonesia, para PSK tipe ini sering terlihat
12
berdiri menunggu para pelanggan di pinggir-pinggir jalan tertentu, terutama pada
malam hari.
1. Pekerja Seks Komersial Panggilan (call girl prostitution)
Pelacur tipe ini sering disebut call girl. Pelacur panggilan di Indonesia umumnya
melalui perantara. Perantara ini dapat pula berfungsi sebagai mucikari, germo
ataupun “pelindung” PSK tersebut. Salah satu ciri khas tipe ini adalah tempat untuk
mengadakan hubungan selalu berubah, biasanya di hotel-hotel ataupun di tempat
peristirahatan di pegunungan.
2. Pekerja Seks Komersial Lokalisasi (Brothel Prostitution)
Di Indonesia, tipe pelacuran yang berbentuk lokalisasi dikenal luas oleh masyarakat.
Pelacuran berbentuk lokalisasi dapat dikategorikan ke dalam tiga kelompok. Pertama,
lokalisasi yang terpencar dan biasanya bercampur dengan perumahan penduduk.
Kedua, lokalisasi yang terpusat di suatu tempat yang biasanya merupakan suatu
kompleks. Di dalam kompleks ini juga terdapat satu atau dua perumahan penduduk
biasa. Ketiga, lokalisasi yangterdapat di daerah khusus, yang letaknya agak jauh dari
perumahan penduduk dan penempatannya ditunjuk berdasarkan surat keputu-san
pemerintah daerah. Diantara lokalisasi
yang terkenal
di
kota-kota besar
Indonesiaadalah: Gang Dolly di Surabaya, Kramat Tunggak di Jakarta, Saritem di
Bandung, Pasar Kembang (Sarkem) di Yogyakarta dan Sunan Kuning di Semarang.
3. Pekerja Seks Komersial Terselubung (clandestine prostitution)
Di Indonesia telah menjadi rahasia umum tempat-tempat seperti klub malam, panti
pijat, pusat kebugaran dan salon kecan-tikan digunakan sebagai tempat pelacuran. Di
panti pijat biasanya terdapat suatu ruangan besar dengan lampu penerangan yang
13
besar pula, dimana duduk didalamnya puluhan gadis pemijat yang sudah siap
menunggu para tamu yang akan menggunakan jasanya.
4. Pekerja Seks Komersial Amatir
Bentuk pelacuran ini bersifat rahasia, artinya hanya dike-tahui oleh orang-orang
tertentu saja, dan bayaran PSKtipe ini bias terbilangsangat tinggi, kadang-kadang
hingga puluhan juta rupiah. Disebut amatir karena disamping melacurkan diri yang
dilakukan-nya sebagai selingan, ia pun sebenarnya mempunyai profesi lainnya yang
dikenal oleh masyarakat.Seperti pegawai atau karyawan suatu instansi atau
perusahaan, pemilik kafe, toko (butik) dan lain sebagainya. (Alam, 1984: 18-27)
2.4
Sosiolinguistik
Sosiolinguistik bersasal dari kata “sosio” dan “ linguistic”. Sosio sama dengan
kata sosial yaitu berhubungan dengan masyarakat. Linguistik adalah ilmu yang
mempelajari dan membicarakan bahasa khususnya unsur-unsur bahasa dan antara
unsur-unsur itu.Jadi, sosiolinguistik adalah kajian yang menyusun teori-teori tentang
hubungan
masyarakat
dengan
bahasa.
Berdasarkan
pengertian
sebelumnya
sosiolinguistik juga mempelajari dan membahas aspek –aspek kemasyarakatan
bahasa khususnya perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam bahasa yang berkaitan
dengan faktor-faktor kemasyarakatan ( Nababan 1993:2). Fishman (dalam Chaer
2003: 5) mengatakan kajian sosiolinguistik lebih bersifat kualitatif. Jadi
sosiolinguistik berhubungan dengan perincian-perincian penggunaan bahasa yang
sebenarnya, seperti deskripsi pola-pola pemakaian bahasa atau dialek tertentu yang
dilakukan penutur, topic, latar pembicaraan. Sosiolinguistik memandang bahasa
pertama-tama sebagai sistem sosial dan sistem komunikasi serta bagian dari
masyarakat dan kebudayaan tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan pemakaian
bahasa adalah bentuk interaksi sosial yang terjadi dalam situasi konkrit. Berdasarkan
14
beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sosiolinguistik berarti mempelajari
tentang bahasa yang digunakan dalam daerah tertentu atau dialek tertentu.2
2.5
Gaya Bahasa
Bila kita melihat gaya secara umum, kita dapat mengatakan bahwa gaya
adalah cara mengungkapkan diri sendiri, entah melalui bahasa, tingkah laku,
berpakaian, dan sebagainya. Dengan menerima pengertian ini, maka kita dapat
mengatakan, “Cara berpakaiannya menarik perhatian orang banyak”, “Cara
menulisnya lain daripada kebanyakan orang”, “Cara jalannya lain dan yang lain”,
yang memang sama artinya dengan “gaya berpakaian”, “gaya menulis” dan “gaya
berjalan”. Dilihat dan segi bahasa, gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa.
Gaya bahasa memungkinkan kita dapat menilai pribadi, watak, dan kemampuan
seseorang yang mempergunakan bahasa itu. Semakin baik gaya bahasanya, semakin
baik pula penilaian orang terhadapnya; semakin buruk gaya bahasa seseorang,
semakin buruk pula penilaian diberikan padanya. Berikut ini gaya bahasa menurut
para ahli:
1. Menurut Keraf
Keraf (2006, 112-113) mengemukakan gaya atau khususnya gaya
bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style. Kata style diturunkan dari
kata Latin yaitu stilus, yaitu semacam alat untuk menulis pada lempengan
lilin. Keahlian menggunakan alat ini akan mempengaruhi jelas tidaknya
tulisan pada lempengan tadi. Kelak pada waktu penekanan dititikberatkan
2
http://eprints.uny.ac.id/8429/3/BAB%202-07205244130.pdf.
15
pada keahlian untuk menulis indah, maka style lalu berubah menjadi
kemampuan dan keahlian untuk menulis atau mempergunakan kata-kata
secara indah.
Karena perkembangan itu gaya bahasa meliputi semua yang
berhubungan dengan kebahasaan. Walaupun style berasal dari bahasa Latin,
orang Yunani sudah mengembangkan sendiri teori-teori mengenai style itu.
Ada dua aliran yang terkenal, yaitu :
(a)
Platonik : menganggap style sebagai kualitas suatu ungkapan;
menurut mereka ada ungkapan yang memiliki style, ada yang tidak
memiliki style.
(b) Aristoteles : menganggap bahwa gaya adalah suatu kualitas yang
inheren, yang ada dalam setiap ungkapan.
2. Menurut Tarigan
Tarigan (1985:5) mengemukakan “gaya bahasa adalah bahasa indah
yang digunakan untuk meningkatkan efek pembicaraan dengan jalan
memperbandingkan sesuatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain
yang lebih umum”
3. Menurut Semi
Semi (1984:38-41) mengemukakan gaya bahasa yaitu yang digunakan
oleh sastrawan, meskipun tidaklah terlalu luar biasa, adalah unik karena selain
dekat dengan watak dan jiwa penyair, juga membuat bahasa yang digunakan
berbeda dalam makna. Jadi gaya lebih merupakan pembawaan pribadi.
Akhirnya style atau gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara
mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan
jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa).
16
2.6 Semiotika
Semiotika adalah sebuah studi mengenai tanda (sign) dan symbol yang
merupakan tradisi penting dalam pemikiran tradisi komunikasi. Tradisi semiotika
mencakup teori utama mengenai bagaimana tanda mewakili objek, ide, situasi,
keadaan, perasaan, dan sebagainya yang berada di luar diri.
Little John dalam Morissan (2013) mengatakan bahwa, “Konsep dasar yang
menyatukan tradisi semiotika adalah “tanda’ yang diartikan sebagai a stimulus
designating something other than itself.” Pesan memiliki kedudukan yang sangat
penting dalam komunikasi. Menurut seorang John Power (1995) dalam suatu pesan
terdapat 3 unsur, yaitu:
1. Tanda dan simbol
2. Bahasa
3. Wacana (discourse)
Bagi seorang John Power tanda adalah dasar bagi semua komunikasi. Tanda
menunjuk atau mengacu pada sesuatu yang bukan diri sendiri, sedangkan makna atau
arti adalah hubungan antara objek atau ide dengan tanda.(Morissan, 2013: 32)
Kedua konsep tersebut menyatu dalam berbagai teori komunikasi. Tanda
mutlak diperlukan dalam menyususn pesan yang hendak disampaikan. Tanpa
memahami teori tanda maka pesan tidak akan tersampaikan dengan baik.
17
2.7
Kerangka Pikir
Prostitusi
PSK di Kota Lama Semarang
Pelanggan Lama
Interaksionisme Simbolik
Gaya Bahasa
Simbol
Kode
Efektivitas Komunikasi
Dalam Bertransaksi
Gambar 1
Kerangka Pikir Penelitian
18
Keterangan :
Prostitusi yang berkembang saat ini dibeberapa kota semakin marak dan
meningkat, Salah satunya yang terjadi didaerah Kota Lama Semarang. Bentuk
prostitusi yang dapat dijumpai di pinggir jalan Kota Lama Semarang ini menarik
untuk diteliti bagi penulis bagaimana interaksi yang terjadi antara psk Kota Lama
Semarang dengan pelanggan lama.
Interaksi yang terjadi antara psk Kota Lama dan pelanggan lama akan membentuk
kesepakatan interaksionalisme simbolik yang dilihat melalui pemahaman gaya
bahasa, kode, dan simbol. Sehingga akan terjadi efektivitas komunikasi diantara
keduannya. Pemahaman interaksionalisme simbolik akan menggunakan pemahaman
dari tokoh George H. mead
19
Download