Gangguan mood pada remaja - Jurnal Universitas Sumatera Utara

advertisement
Tinjauan Pustaka
Gangguan mood pada remaja
Des Infrando, Sri Sofyani, Widiastuty
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik, Medan
Abstrak
Gangguan mood merupakan suatu masalah psikiatri yang muncul dari adanya gangguan depresi. Kasus gejala depresi pada
masa remaja merupakan prediksi yang kuat untuk timbulnya depresi pada masa dewasa di kemudian hari. Diperkirakan
sekitar 1.5-2.5% pada anak prapubertas dan menjadi 4-5% pada masa remaja. Selama beberapa generasi, telah diketahui
bahwa kesedihan dan keputusasaan dapat juga terjadi pada anak dan remaja, tetapi konsep tentang gangguan mood
memerlukan waktu yang lebih lama untuk dapat diterima secara umum.
Kata kunci : gangguan mood; remaja
Abstract
Mood disorder is a psychiatric problem which arise from depression disorder. Depression case in adolescent is a strong
prediction to get depression in adulthood. About 1.5-2.5% in prepuberty and become 4-5% in adolescence. During some
generation, had been known that sadness and desperation also can happen in child and adolescent, but concept about mood
disorder need more time to be accepted as generally.
Keywords : mood disorder; adolescent
PENDAHULUAN
Gangguan mood merupakan suatu masalah psikiatri yang
muncul dari adanya gangguan depresi. Depresi adalah suatu
gangguan keadaan tonus perasaan yang secara umum ditandai
oleh rasa kesedihan, apatis, pesimis, dan kesepian. Keadaan ini
sering disebutkan dengan istilah kesedihan (sadness), murung
(blue), dan kesengsaraan dalam ketentuan Diagnostik and
statistical manual of mental disorder (DSM IV), gangguan mood
adalah depresi mayor, gangguan distemik, dan gangguan
bipolar.1-3
Kasus gejala depresi pada masa remaja merupakan
prediksi yang kuat untuk timbulnya depresi pada masa
dewasa kemudian hari. Jumlah penderita anak laki-laki dan
perempuan hampir sama.
Usia rerata serangan awal semakin menurun. Pada usia
remaja, perempuan lebih sering berulang dan kejadiannya
dua kali lipat dibanding dengan anak laki-laki, serta lebih dari
separohnya dilaporkan pernah berulang dalam kurun waktu
tujuh tahun.4
Insiden anak prapubertas diperkirakan 1.5%-2.5% dan
menjadi 4%-5% pada masa remaja. Dalton dan Forman
melaporkan insiden gangguan depresi berat pada anak
prapubertas 1.8%, remaja 3.5%-5%, dan anak perempuan
lebih banyak dari laki-laki.5
Gangguan mood pada anak dan remaja semakin dikenali
sehingga insiden depresi meningkat secara dramatis dalam
40 sampai 50 tahun terakhir ini. 4,5
Depresi pada anak dan remaja jarang dikenal di Amerika
Utara sebelum 1970, karena anak dianggap terlalu muda untuk
mengalami gangguan mood atau depresi, rasa bersalah, dan
percaya diri yang rendah.
Di Amerika, penyakit ini dilaporkan telah mengenai beriburibu anak di bawah usia 18 tahun.6 Remaja diharapkan dapat
melalui periode ketegangan dan badai kehidupan (storm and
stress) yang ditandai dengan perubahan gangguan mood
sebagai bagian dari perkembangan normal.7
Pengertian gangguan mood
Gangguan mood merupakan suatu masalah psikiatri yang
muncul dari adanya gangguan depresi. Depresi adalah suatu
gangguan keadaan tonus perasaan yang secara umum ditandai
oleh rasa kesedihan, apatis, pesimis, dan kesepian.1 Keadaan
ini sering disebutkan dengan istilah kesedihan (sadness),
murung (blue), dan kesengsaraan2
Dalam ketentuan DSM IV gangguan mood adalah
depresi mayor, gangguan distemik, dan gangguan bipolar.3
Gangguan depresi merupakan gangguan mood depresi
yang berlangsung selama sekuarang-kurangnya dua minggu.
Untuk menegakkan diagnosis memerlukan empat simptom
tambahan, seperti gangguan tidur atau nafsu makan, kehila-
The Journal of Medical School, University of Sumatera Utara |
35
Des Infrando, dkk
ngan energi, perasaan tidak berarti, pikiran untuk bunuh diri,
dan sulit berkonsentrasi. Sehingga ia kehilangan minat dan
hampir disemua aspek kehidupannya.3
Menurut (DSM IV) , gangguan depresi terbagi dalam 3
kategori, yaitu :
1 . Gangguan depresi berat (mayor depressive disorder).
Kriteria diagnostik : didapatkan lima atau lebih simtom
depresi selama dua minggu. Kriteria terebut adalah
suasana perasaan depresif hampir sepanjang hari yang
diakui sendiri oleh subjek ataupun observasi orang lain
(pada anak-anak dan remaja perilaku yang biasa muncul
adalah mudah terpancing amarahnya), kehilangan minat
atau perasaan senang yang sangat signifikan dalam
menjalani sebagian besar aktivitas sehari-hari, berat badan
turun secara siginifkan tanpa ada program diet atau justru
ada kenaikan berat badan yang drastis, insomnia atau
hipersomnia berkelanjutan, agitasi atau retadasi
psikomotorik, letih atau kehilangan energi, perasaan tak
berharga atau perasaan bersalah yang eksesif,
kemampuan berpikir atau konsentrasi yang menurun,
pikiran-pikiran mengenai mati, bunuh diri, atau usaha
bunuh diri yang muncul berulang kali, distres dan hendaya
yang signifikan secara klinis, tidak berhubugan dengan
belasungkawa karena kehilangan seseorang.8,9
2. Gangguan distimik (dysthymic disorder)
Gangguan distimik adalah suatu bentuk depresi yang lebih
kronis tanpa ada bukti suatu episode depresi berat (dahulu
disebut depresi neurosis). Kriteria DSM IV untuk distemik:
perasaan depresi selama beberapa hari, paling sedikit dua
tahun (atau satu tahun pada anak-anak dan remaja);
selama depresi, paling tidak ada dua hal berikut yang hadir,
yakni : tidak adanya nafsu makan atau makan berlebihan,
imsomnia atau hipersomnia, lemah atau keletihan, percaya
diri rendah, daya konsentrasi rendah, atau sulit membuat
keputusan, perasaan putus asa; selama dua tahun atau
lebih mengalami gangguan, tanpa adanya gejala-gejala
selama dua bulan; tidak ada episode manik yang terjadi dan
kriteria gangguan siklotimia tidak diketemukan; gejalagejala
ini tidak disebabkan oleh efek psikologis langsung dari
kondisi obat atau medis; signifikansi klinis distress
(hendaya) atau ketidaksempurnaan dalam fungsi.10,11
3. Gangguan afektif bipolar atau siklomitik (bipolar
affective illness or cyclothynic disorder).
Kriteria : kemunculan (atau memiliki riwayat pernah mengalami) sebuah episode depresi berat atau lebih; kemunculan
(atau memiliki riwayat pernah mengalami) paling tidak satu
atau episode hipomania; tidak ada riwayat episode manik
penuh atau episode campuran; gejala-gejala suasana
perasaan bukan karena skizofrenia atau menjadi gejala yang
menutupi gangguan lain seperti skizofrenia; gejalagejalanya
tidak disebabkan oleh efek-efek fisiologis dari substansi
tertentu atau kondisi medis secara umum; distress atau
hendaya dalam funsi yang signifikan secara klinis.3,10
36 | Majalah Kedokteran Nusantara • Volume 47 • No. 1 • April 2014
Sedangkan menurut Carlson, depresi pada remaja terbagi 2
tipe yakni tipe primer dan tipe sekunder. Tipe primer : bila
tidak ada gangguan psikiatrik sebelumnya, dan tipe
sekunder : bila gangguan yang sekarang mempunyai hubungan dengan gangguan psikiatrik sebelumnya. Pada gangguan depresi yang sekunder biasanya lebih kacau, lebih
agresif, mempunyai lebih banyak keluhan somatik, dan lebih
sering terlihat mudah tersinggung, putus asa, mempunyai
ide bunuh diri, problem tidur, penurunan prestasi sekolah,
percaya diri yang rendah, dan tidak patuh.1,11
ETIOLOGI
Depresi merupakan sekolompok penyakit gangguan
mood dengan dasar yang sama.8
Beberapa faktor yang diduga berpengaruh terhadap
etiologi depresi, khususnya pada anak dan remaja adalah :
1. Faktor genetik
Meskipun penyebab depresi secara pasti tidak dapat
ditentukan, faktor genetik mempunyai peran terbesar.
Gangguan mood cenderung terdapat dalam suatu
keluarga tertentu. Bila suatu keluarga salah satu orang
tuanya menderita depresi, maka anaknya berisiko dua kali
lipat dan apabila kedua orang tuanya menderita depresi
maka risiko untuk mendapat gangguan mood sebelum usia
18 tahun menjadi empat kali lipat. 3,12-14
2. Faktor sosial
Hasil penelitian menunjukkan bahwa status perkawinan
orang tua, jumlah sanak saudara, status sosial keluarga,
perpisahan orangtua, perceraian, fungsi perkawinan, atau
struktur keluarga banyak berperan dalam terjadinya
gangguan depresi pada anak. Ibu yang menderita depresi
lebih besar pengaruhnya terhadap kemungkinan gangguan
psikopatologi anak dibandingkan ayah yang mengalami
depresi. Pada tahun 1998, Levitan dkk dan tahun 1999,
Weiss dkk melaporkan adanya hubungan yang signifikan
antara riwayat penganiayaan fisik atau seksual dengan
depresi, tetapi mekanismenya belum diketahui secara
pasti. 8,15-17
3. Faktor biologis lainnya
Dua hipotesis yang menonjol mengenai mekanisme
gangguan mood terfokus pada terganggunya regulator
sistem monoamine-neurotransmiter, termasuk noreepinefrin
dan serotonin (5-hidroxytriptamine).
Hipotesis lain mengatakan bahwa depresi yang terjadi erat
hubungannnya dengan perubahan keseimbangan adrenergic-asetilkolin yang ditandai dengan meningkatnya
kolinergik, sementara dopamin secara fungsional menurun.18
EPIDEMIOLOGI
Gangguan afektif kurang umum pada anak prepubertas
dari pada remaja. Pada prepubertas, prevalensi titik gangguan
depresi berat berkisar 1.8%-2.5%, gangguan distimik 2.5%
Gangguan mood pada remaja
dan gangguan bipolar 0.2%-0.4%.
Pada remaja, prevalensi titik gangguan depresi berat
diperkirakan 2.9-4.7%, gangguan distimik 1.6%-8.0%, dan
gangguan bipolar 1%.3
Kejadian pada jenis kelamin, tidak adanya perbedaan
perempuan dan laki-laki pada prepubertas, tapi perempuan
lebih sering dibanding laki-laki pada remaja. Rasio remaja
perempuan dibandingkan laki-laki adalah 2:1.4
Kejadian gangguan depresi pada remaja bervariasi
tergantung dari kelompok umur. Kejadian depresi makin
meningkat dengan bertambahnya umur anak.
Di Amerika didapatkan gejala depresi pada remaja umur
11-13 tahun (remaja awal) lebih ringan secara bermakna
dibandingkan dengan gejala depresi pada umur 14-16 tahun
(remaja menengah) dan 17-18 tahun (remaja akhir).
Prevalensi gangguan depresi pada remaja dengan
depresi berat 0.4%-6.4%, gangguan distimik 1.6%-8% dan
gangguan bipolar 1%.
Sekitar 40%-70% komorbiditas dengan gangguan jiwa lain
(penyimpangan pemusatan perhatian dan hiperaktif, anxietas,
anoreksia nervosa, problem sekolah). 50% populasi memiliki
dua atau lebih dari dua gangguan jiwa lain.18
GEJALA KLINIS
Gambaran klinis yang tampak dipengaruhi oleh usia dan
pengalaman psikologis anak.8 Perbedaan gejala klinis pada
anak dan remaja menurut Ryan dkk (1987) bahwa gambaran
depresi pada anak dengan keluhan somatik, agitasi
psikomotor, cemas perpisahan, dan fobia, sedangkan pada
remaja dengan keluhan anhedonia, hipersomnia, putus asa,
perubahan berat badan, dan penyalahgunaan obat.2,8
Gejala klinis depresi :11,19-21
 Mood dismorfik (labil dan mudah tersinggung).
Gejolak mood pada remaja adalah normal, tetapi ada
kondisi depresi menjadi lebih nyata. Mood yang dismorfik
dan sedih lebih sering tampak. Kecenderungan untuk
marah-marah dan perubahan mood meningkat.
 Pubertas.
Depresi kronis yang dialami sejak masa remaja awal,
kemungkinan akan mengalami kelambatan pubertas,
terutama pada depresi yang disertai dengan kehilangan
berat badan dan anoreksia. Remaja yang mengalami
depresi lebih sulit menerima atau memahami tandatanda pubertas yang muncul.
 Perkembangan kognitif.
Disorganisasi funsi kognitif pada remaja yang bersifat
sementara, menjadi lebih nyata pada kondisi depresi.
Pada remaja awal yang mengalami depresi, terdapat
keterlambatan perkembangan proses pikir abstrak yang
biasanya muncul usia sekitar 12 tahun.
 Harga diri.
Pada remaja, kondisi depresi memperkuat perasaan rendah
diri. Rasa putus asa dan rasa tidak ada yang menolong
dirinya makin merendahkan harga diri. Pada suatu saat
remaja depresi mencoba untuk melawan perasaan rendah
dirinya dengan penyangkalan, fantasi, atau menghindari
kenyataan realitas dengan menggunakan NAPZA (Narkotika, psikotropika, dan zat adiktif) lainnya.
 Berat badan.
Penurunan berat badan yang cepat dapat merupakan indikasi adanya depresi. Harga diri yang rendah dan kurangnya
perhatian pada perawatan dirinya, atau makan yang berlebihan dapat menyebabkan obesitas, merupakan tanda dari
depresi.
 Perilaku antisosial.
Membolos, mencuri, berkelahi, sering mengalami kecelakaan, yang terjadi terutama pada remaja yang sebelumnya
mempunyai riwayat perilaku yang baik, mungkin merupakan
indikasi adanya depresi.
 Perilaku sosial.
Secara umum remaja yang mengalami depresi tidak
menunjukkan minat untuk berkencan atau mengadakan
interaksi heteroseksual.
 Kesehatan fisik.
Remaja yang mengalami depresi, tampak pucat, lelah
dan tidak memancarkan kegembiraan dan kebugaran.
Perilaku bunuh diri.
Remaja yang mengalami depresi mempunyai kerentanan
tinggi terhadap bunuh diri. Penelitian di Kentucky (Amerika
Serikat), menyebutkan sekitar 30% dari mahasiswa
tingkat persiapan dan pelajar sekolah menengah atas
pernah berpikir serius tentang percobaan bunuh diri dalam
satutahun terakhir.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis depresi pada remaja tidak sejelas seperti
penyakit lain. Tidak ada tes khusus yang dapat membantu
menentukan bahwa seseorang individu menderita depresi, dan
sangat sedikit yang dapat ditentukan penyebabnya.18
Faktor neuroendokrin dapat mempengaruhi kejadian
depresi, sehingga dapat mempengaruhi kejadian depresi,
sehingga dapat dilakukan deksametason suppression test
(DST) berupa sekresi berlebihan kortisol, kadar hormon
pertumbuhan menurun jika diberi insulin-induced
hypoglicemia, kadar tiroksin total lebih rendah, peningkatan
sekresi kortisolpada malam hari.3
TERAPI
Perawatan di rumah sakit perlu dipertimbangkan sesuai
dengan indikasi, misalnya penderita cenderung mau bunuh diri,
atau adanya penyalahgunaan atau ketergantungan obat.22
Pada umumnya, penderita berhasil ditangani dengan
rawat jalan.23
1. Gangguan depresi berat (mayor depressive disorder ).
Psikoterapi dan farmakoterapi yang efektif dalam mengobati
The Journal of Medical School, University of Sumatera Utara |
37
Des Infrando, dkk
depresi di masa kecil dan remaja. Psikoterapi ini terutama
penting untuk pasien dengan diagnosis ganda atau
precipitants terkait dengan gangguan keluarga atau konflik,
meskipun anak-anak ini cenderung memiliki penyakit
refraktori. Terapi perilaku-kognitif (12-16 minggu) efektif
sekitar 40%-50% kasus depresi remaja. Kombinasi terapi
dengan hasil terapi fluoxetine dan kognitif-perilaku pada
perbaikan klinis yang signifikan dalam 71% pada remaja.
Tingkat perbaikan melebihi dari pendekatan lain, seperti
pengobatan dengan fluoxetine tunggal (61%) atau terapi
perilaku-kognitif tunggal (43%).24-26
Pencegahan adalah awal dalam penatalaksanaan depresi.
Gangguan mood (depresi dan gangguan bipolar) berhubungan dengan penyalahgunaan obat . Dokter anak harus
memberitahu kepada keluarga tentang hubungan antara
gangguan mood dengan penyalahgunaan obat dan
tampilan remaja yang memiliki satu atau lebih episode
depresi untuk penyalahgunaan obat pada setiap kunjungan.
Ada juga bukti bahwa keluarga adalah awal untuk
diintervensi sebagai pencegahan timbulnya depresi pada
faktor keturunan dari orang tua. Dokter anak secara rutin
harus melihat tampilan untuk depresi peripartum.27-29
Ketika dokter anak mengidentifikasi depresi orangtua
atau riwayat keluarga termasuk depresi pada salah satu
saudara , diintervensi untuk pencegahan.30-32
2. Gangguan distimik (dysthymic disorder)
Farmakoterapi antidepresan berguna dalam pengobatan
pasien gangguan distemik. Antidepresan sangat
membantu dengan kondisi gejala depresi vegetatife.
Apabila gejala gangguan distemik berhubungan dengan
gejala seperti anoreksia, gangguan somatis, gangguan
penyalahgunaan obat, dan penyakit fisik lain. Kondisi ini
memerlukan intervensi. Sehingga diperlukan gabungan
yang dinamis antara psikoterapi dan farmakoterapi.
3. Gangguan afektif bipolar atau siklotimik
Psikoterapi lebih diperlukan pada gangguan bipolar dibandingkan farmakoterapi sebagai terapi kedua. Pada dua
penelitian mengatakan pemberian litium karbonat efektif
sebagai pengobatan gangguan bipolar dan manik. Dosis
awal yang diberikan secara oral 1.0-1.2 mEq/L, dan dilanjutkan dosis pemeliharaan 0.5-0.8 mEq/L. Sebelum
diberikan terapi ini diwajibkan pemeriksaan fungsi ginjal
dan kadar tiroid dalam darah. Asam valproat (anti epilepsi)
juga dapat digunakan sebagai pengobatan gangguan
bipolar. Kebanyakan dokter anak menggunakan asam
valproat sebagai pengobatan farmakoterapi pada pasien
gangguan bipolar, walaupun berpotensi berbahaya bagi
faal hati dalam darah. Sehingga diperlukan pemeriksaan
faal hati sebelum pemberian obat asam valproat.32-34
PROGNOSIS
Kegagalan pengobatan depresi berat dan terus berlangsung
dalam kurun waktu 7-12 bulan akan berdampak recurent atau
38 | Majalah Kedokteran Nusantara • Volume 47 • No. 1 • April 2014
menjadi episode depresi berulang dengan gangguan sosial
yang persisten antara dua episode. Usaha bunuh diri (suicide
attempt) dan bunuh diri (suicide) merapukan komplikasi yang
sering timbul.10,35,36
Semakin muda usia mulainya depresi, semakin jelek
prognosisnya, tetapi erat hubungannya dengan faktor genetik.
Anak yang mengalami depresi berat cenderung untuk menderita
dpresi berat berulang dan gangguan bipolar. Kebanyakan yang
sembuh dalam beberapa bulan, kembali relaps 1-2 tahun
kemudian.36
RINGKASAN
Gangguan mood merupakan suatu masalah psikiatri
yang muncul dari adanya gangguan depresi. Depresi adalah
suatu gangguan keadaan tonus perasaan yang secara
umum ditandai oleh rasa kesedihan, apatis, pesimisme, dan
kesepian. Gambaran klinis yang tampak dipengaruhi oleh
usia dan pengalaman psikologis anak.
Tidak adanya tes khusus yang dapat membantu
menentukan bahwa seseorang individu menderita depresi,
dan sangat sedikit yang dapat ditentukan penyebabnya.
Faktor keluaga sangat berperan dalam awal mendeteksi
adanya gejala gangguan mood.
Deteksi dini pada saat anak dan remaja dengan adanya
riwayat keluaga dan tanpa adanya gejala gangguan mood
dapat diintervensi secara dini terhadap penatalaksanaan
psikoterapi. Komplikasi dari keterlambatan deteksi dini dan
farmakologi yang tidak adekuat berdampak menjadi
gangguan mood yang berulang disaat dewasa nantinya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Waslick BD, Kandel R, Kakouros A. The many face of
depression in children and adolescents. Review of
Psychiatry. 2002;21:1-36.
2. Shannon S. Integratif approaches to pediatric mood disorder.
Review article. Altern ther Health Med. 2009;15:48-53.
3. Dalton R, Forman MA. Mood disorders. In: Behrman RE,
Kliegman RM, Arvin AM, Nelson WE, editors. Nelson
textbook of pediatrics. 18th ed. Philadelphia: Saunders;
2007. p. 84-5.
4. Frances A, et al. Mood disorder. In: First MB, et al,
editors. DSM IV-TR. 4th ed. 2000. p. 345-411.
5. Watkins C. Depression in children and adolescents.
[Online]. 2014 [Cited 2014 Jan]; Available from: URL:
http://www. baltimorepsych .com/cadepress.htm
6. Guan DKS. Childhood behavioral problems and their
management. J Pediatr Obstet Gynecol. 1997;11:7-8.
7. Fassler DA. Childhood depression. J Am Acad child
adolesc psychiatry. 1977.
8. Kaplan HI, Sadock BJ. Mood disorder. In: Greb JA, et al,
editors. Kaplan & Sadock’s synopsis of psychiatry: behavioral sciences/clinical psychiatry. 10th ed. 2007.
9. Coyle, et al. Depression and bipolar support alliance con-
Gangguan mood pada remaja
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
sensus development panel. J Am Acad Child Adolesc
Psychiatry. 2003;42:1494-503.
Pine DS, Cohen E, Cohen P, Brook J. Adolescent
depressive symptoms as predictors of adult depression.
Am J Psychiatry. 1999;156:133-5.
Shafer D, Greenberg T. Suicide and suicidal behavior in children
and adolescent. Review of Psychiatry. 2002;21:129-78.
Findling RL. Course and outcome. In: Kowatch RA, Fristad
MA, Fidling RL, Post RM, editors. Clinical manual for management of bipolar disorder in children and adolescents.
Washington DC: Americ psych publ inc; 2009. p. 23-42.
Stahl SM. Mood disorder. In: Stahl SM, penyunting.
Depression and bipolar disorder : Stahl’s essential
psycho-pharmacology. 3rd ed. 2005. p. 1-10.
Thomson C. Mood disorders. Medicine 15. 1996;3:1-5.
Levitan RD, Parikh SV, Lesage AD, et al. Major depression
in individuals with a history of childhood physical or sexual
abuse. Am J Psychiatry. 1998;155:746-52.
Weiss El, Longhurst JG, Mazure CM. Childhood sexual
abuse as a risk factor for depression in woman. Am J
Psychiatry. 1999;156:816-28.
Davison GC, Neale JM, Kring AM. Psikologi abnormal. 9th ed.
London: Prentice Hall International Inc; 2004. p. 371-442.
Mufson L, Velting DM. In: Shaffer D, Waslick BD, editors.
Psychotherapy for depression and suicidal behavior in
children and adolescents. Review of Psychiatry. 2002. p.
37-72.
Gray DE. Wing of madness: a depression guide. [Online].
2014 [Cited 2014 Jan]; Available from: URL: .http://www.
wingofmadness. com/children/htm.
Emslie GJ, Mayes TL. Depression in children and
adolescents: a guide to diagnosis and treatment. CNS
drugs. 1999;11:181-9.
Emslie and Mayes, Emslie GJ, Mayes TL. Mood disorders
in children and adolescents: psychopharmacological treatment. Biol Psychiatry. 2001;49:1082-90.
Leverich and Post. Leverich GS, Post RM. Course of
bipolar illness after history of childhood trauma. Lancet.
2006;367: 1040-2.
23. Pavuluri MN, Birmaher B, Naylor MW. Pediatric bipolar
disorder: a review of the past 10 years. J Am Acad Child
Adolesc Psychiatry. 2005;44:846-71.
24. Rappaport N, Bostic JQ, Prince JB, Jellinek M. Treating
pediatric depression in primary care: coping with the
patients' blue mood and the FDA's black box. J Pediatr.
2006;148:567-8.
25. Ryan ND. Treatment of depression in children and
adolescents. Lancet. 2005;366:933-40.
26. Schlaepfer TE, Lieb K. Deep brain stimulation for treatment
of refractory depression. Lancet. 2005;366:1420-2.
27. Rush AJ, Trivedi MH, Wisniewski SR, et al. BupropionSR, sertraline, or venlafaxine-XR after failure of SSRIs
for depression. N Engl J Med. 2006;354:1231-42.
28. Wagner KD, Ambrosini P, Rynn M, et al. Efficacy of
sertraline in the treatment of children and adolescents with
major depressive disorder. JAMA. 2003;290:1033-41.
29. Brant DA, Poling K, McKain B, Bangher M. A psychoeducational program for families of affectively ill children
and adolescents. J Am Acad Child Adolesc Psychiatry.
1993;32:770-4.
30. Weissman MM, Wickramaratne P, Warner V, et al.
Offspring of depressed parents: 20 years later. Am J
Psychiatry. 2006;163:1001-8.
31. Harrington R, Whittaker J, Shoebridge P, Campbell F.
Systematic review of efficacy of cognitive behavior therapies
in childhood and adolescent depressive disorder. BMJ.
1998;316:1559-63.
32. DeRubeis RJ, Gelfand LA, Tang TZ, Simons AD. Medications versus cognitive behavior therapy for severely depressed outpatients. Am J Psychiatry. 1999;156:1007-13.
33. Kowatch RA, Fristad M, Birmaher B, et al. Treatment
guidelines for children and adolescents with bipolar disorder.
J Am Acad Child Adolesc Psychiatry. 2005;44:213-35.
34. Wood ER, Lin YG, Middleman A, et al. The associations of
suicide attempts in adolescents. Pediatrics. 1997;99:791-6.
35. Weissman MM, Wolk S, Golgstein RB, et al. Depressed
adolescents grown up. JAMA. 1999;281:1707-13.
36. Harrington RC. Child psychiatry. Medicine. 1996;3:29-31.**
The Journal of Medical School, University of Sumatera Utara |
39
Download