BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya. Dalam belajar, ada beberapa jenis kesulitan yang mungkin dialami anak-anak. Mereka bisa mengalami kesulitan dalam membaca atau berhitung. Dan penyebabnya bukan karena mereka malas atau bodoh, tapi mungkin karena ada gangguan persarafan. Ada tiga jenis gangguan belajar yang mungkin dialami dan diderita anak, yaitu menyangkut kemampuan membaca (disleksia), kemampuan berhitung (diskalkulia) dan menulis (disgrafia). Dalam observasi ini, observer meneliti seorang anak yang duduk di bangku kelas tiga SD tetapi belum bisa membaca tau mengalami kesulitan belajar disleksia Disini observer menetili tentang bagaimana perilakunya selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Observer meneliti karakteristik dan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesulitan sehingga dapat diketahui bagaimana cara mengatasi kesulitan belajar tersebut. B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diajukan beberapa rumusan masalah dan pertanyaan, di antaranya: 1. Apa yang dimaksud dengan kesulitan belajar? 2. Apa saja karakteristik dan faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar ? 3. Apa saja jenis-jenis kesulitan belajar pada siswa? 4. Bagaimana mengatasi kesulitan belajar? C. Tujuan Pembahasan Adapun tujuan dari penyusunan Laporan observasi Kesulitan belajar yang menyangkut kemampuan membaca (Dileksia) pada siswa sekolah dasar ini adalah sebagai berikut: 1. Memahami teori dan konsep mengenai kesulitan belajar 2. Memahami apa saja faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar 3. Mengetahui jenis-jenis kesulitan belajar 4. Mengetahui dan dapat menerapkan bagaimana cara mengatasi kesulitan belajar D. Metodelogi Penulisan Laporan observasi ini disusun dengan cara menggunakan beberapa metodelogi antara lain: 1) Studi Literatur adalah diadakan dengan maksud untuk memperoleh landasan berfikir sebagai penunjang dalam melakukan pembahasan 1 2) Tinjauan kepustakaan adalah dengan melakukan pendekatan buku yang berhubungan dengan tema laporan observasi sebagai sumber 3) Metode pencarian info melalui internet 4) Observasi yaitu dengan mengunjungi langsung objek yang akan diteliti 2 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Kesulitan Belajar Kesulitan belajar dapat diartikan suatu kondisi dalam suatu proses belajar yang ditandai adanya hambatan-hambatan tertentu untuk menggapai hasil belajar. Kesulitan belajar mencakup pengertian yang luas dan termasuk hal-hal di bawah ini: 1. Learning Disorder adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respon yang bertentangan. 2. Learning Disabilities adalah ketidakmampuan seseorang yang mengacu pada gejala dimana anak tidak mampu tidak mampu belajar, sehingga hasil belajarnya di bawah potensi intelektualnya. 3. Learning Disfunction adalah gejala yang menunjukkan dimana proses belajar mengajar seseorang tidak berfungsi dengan baik meskipun pada dasarnya tidak ada tanda-tanda sub normalitas mental, gangguan alat indera atau gangguan psikologis lainnya. 4. Underachiever adalah mengacu pada anak-anak yang memiliki potensi intelektual diatas normal tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. 5. Slow Learner adalah anak yang lambat dalam proses belajarnya sehingga membutuhkan waktu yang lebih banyak. Bila diamati, ada sejumlah siswa yang mendapat kesulitan dalam mencapai hasil belajar secara tuntas dengan variasi dua kelompok besar. Kelompok pertama merupakan sekelompok siswa yang belum mencapai tingkat ketuntasan, akan tetapi sudah hampir mencapainya. Siswa tersebut mendapat kesulitan dalam menetapkan penguasaan bagian-bagian yang sulit dari seluruh bahan yang harus dipelajari. Kelompok yang lain, adalah sekelompok siswa yang belum mencapai tingkat ketuntasan yang diharapkan karena ada konsep dasar yang belum dikuasai. Bisa pula ketuntasan belajar tak bisa dicapai karena proses belajar yang sudah ditempuh tidak sesuai dengan karakteristik murid yang bersangkutan. Jenis dan tingkat kesulitan yang dialami oleh siswa tidak sama karena secara konseptual berbeda dalam memahami bahan yang dipelajari secara menyeluruh. Perbedaan tingkat kesulitan ini bisa disebabkan tingkat pengusaan bahan sangat rendah, konsep dasar tidak dikuasai, bahkan tidak hanya bagian yang sulit tidak dipahami, mungkin juga bagian yang sedang dan mudah tidak dapat dukuasai dengan baik. B. Faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar dibagi menjadi dua yaitu: 1. Faktor intern (faktor dari dalam diri manusia itu sendiri ) yang meliputi : a) Faktor Fisiologi Seorang anak yang sakit atau kurang sehat akan mengalami kesulitan belajar karena saraf sensoris dan motorisnya lemah atau saraf otaknya tidak mampu bekerja secara optimal memproses, mengelola, menginterprestasikan dan mengorganisasi bahan pelajaran melalui inderanya. b) Faktor Psikologi Gangguan yang berupa cacat mental pada seseorang sangat mengganggu hal belajar orang yang bersangkutan. Bagaimana seseorang dapat belajar dengan baik apabila ia sakit ingatan, sedikit frustasi atau putus asa ? Aspek-aspek psikologi yang mempengaruhi proses dan hasil belajarn diantaranya adalah Aspek Befikir (intelegensi, bakat, minat , motivasi, ingatan, cara menginterprestasikan data, pokok-pokok pengerjaan,pemikiran yang logis dan lain sebagainya), Aspek Perasaan dan Aspek Kemauan/ Kehendak 3 2. Faktor Ekstern ( Faktor dari luar manusia ) meliputi : C. a) Faktor-faktor non-sosial b) Faktor faktor social c) Faktor Metode Mengajar dan belajar, masalah sosial dan emosional, intelek dan mental. Jenis-jenis kesulitan Belajar Ada tiga jenis gangguan belajar yang mungkin dialami dan diderita anak, yaitu menyangkut kemampuan membaca (disleksia), kemampuan berhitung (diskalkulia) dan menulis (disgrafia). Karena dalam observasi diteliti mengenai gangguan belajar yang menyangkut kemampuan membaca (disleksia) maka disini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai kesulitan belajar tersebut. Disleksia Gejala dari kesulitan membaca ini adalah kemampuan membaca anak berada di bawah kemampuan yang seharusnya dengan mempertimbangkan tingkat inteligensi, usia dan pendidikannya. Gangguan ini bukan bentuk dari ketidakmampuan fisik, seperti karena ada masalah dengan penglihatan, tapi mengarah pada bagaimana otak mengolah dan memproses informasi yang sedang dibaca anak tersebut. Kesulitan ini biasanya baru terdeteksi setelah anak memasuki dunia sekolah untuk beberapa waktu. Ada pun ciri-ciri anak yang mengalami disleksia adalah: 1) Tidak dapat mengucapkan irama kata-kata secara benar dan proporsional. 2) Kesulitan dalam mengurutkan huruf-huruf dalam kata. 3) Sulit menyuarakan fonem (satuan bunyi) dan memadukannya menjadi sebuah kata. 4) Sulit mengeja secara benar. Bahkan mungkin anak akan mengeja satu kata dengan bermacam ucapan. 5) Sulit mengeja kata atau suku kata dengan benar. Anak bingung menghadapi huruf yang mempunyai kemiripan bentuk seperti b – d, u – n, m – n. 6) Membaca satu kata dengan benar di satu halaman, tapi salah di halaman lainnya. 7) Kesulitan dalam memahami apa yang dibaca. 8) Sering terbalik dalam menuliskan atau mengucapkan kata. Misal, ‘hal’ menjadi ‘lah’, atau ‘kucing duduk di atas kursi’ menjadi ‘kursi duduk di atas kucing’ 9) Rancu dengan kata-kata yang singkat, misalnya ke, dari, dan, jadi. 10) Bingung menentukan tangan mana yang dipakai untuk menulis. 11) Lupa mencantunkan huruf besar atau mencantumkannya di tempat yang salah. 12) Lupa meletakkan titik dan tanda-tanda baca lainnya. 13) Menulis huruf dan angka dengan hasil yang kurang baik. 14) Terdapat jarak pada huruf-huruf dalam rangkaian kata. Tulisannya tidak stabil kadang naik, kadang turun. 15) Menempatkan paragraf secara keliru. 4 BAB III HASIL OBSERVASI A. Setting Fisik 1) Waktu Adapun penelitian ini dilaksanakan pada : Hari / tanggal : Rabu, 19 Maret 2008 Jam : Jam pelajaran sekolah dimulai dari pukul 07.00 sampai 12.00 2) Tempat Observasi ini dilaksanakan di Sebuah sekolah dasar yaitu di SDN margamukti yang beralaman di Jl. Tanjungkerta Rt 03/05 Desa Licin Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang. 3) Objek Observasi ini dilaksanakan pada siswa SD kelas tiga yang mengalami kesulitan Belajar menyangkut kemampuan membaca. B. Permasalahan yang Di observasi Adapun permasalahan yang diobservasi adalah tentang kesulitan belajar yang dialami oleh siswa kelas tiga SD yang masih belum bisa membaca. Kesulitan belajar yang dimaksud adalah Disleksia. Hal ini disebut kesulitan belajar karena dilihat dari batas atau patokan yang ditetapkan. Batas atau patokan yang dimaksud adalah : (1) kedudukan dalam kelompok; dan (2) kepribadian. Kedudukan seorang siswa dalam kelompoknya akan menjadi ukuran dalam pencapaian hasil belajarnya. Siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar, apabila memperoleh prestasi belajar di bawah prestasi rata-rata kelompok secara keseluruhan. Misalnya, rata-rata prestasi belajar kelompok 8, siswa yang mendapat nilai di bawah angka 8, diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Dengan demikian, nilai yang dicapai seorang akan memberikan arti yang lebih jelas setelah dibandingkan dengan prestasi yang lain dalam kelompoknya. Dilihat dari kedudukan dalam kelompok kelasnya siswa tersebut jelas dapat dikatakan mengalami kesulitan belajar karena prestasinya di bawah orang lain. Hasil belajar yang dicapai oleh seseorang akan tercerminkan dalam seluruh kepribadiannya. Setiap proses belajar akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam aspek kepribadian. Siswa yang berhasil dalam belajar akan menunjukkan pola-pola kepribadian tertentu, sesuai dengan tujuan yang tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar, apabila menunjukkan pola-pola perilaku atau kepribadian yang menyimpang dari seharusnya, seperti : acuh tak acuh, melalaikan tugas, sering membolos, menentang, isolated, motivasi lemah, emosi yang tidak seimbang dan sebagainya. Ketika melakukan penelitian observer menemukan pola-pola kepribadian yang menyimpang pada siswa tersebut yaitu tidak pernah memperhatikan guru, selalu menentang, bermain-main dan tidak mau mengerjakan tugas. C. Kejadian yang nampak selama Observasi Adapun kejadian atau tingkah laku yang tampak pada objek selama observasi adalah sebagai berikut: 1. Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya. 2. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya dan selalu tertinggal dari kawan-kawannya dari waktu yang disediakan 3. Menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar, seperti: acuh tak acuh dan tidak memperhatikan ketika guru menerangkan, menentang tidak mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, memainkan pensil dan alat tulis lain misalnya meraut pensil ketika guru sedang menerangkan 5 4. Menunjukkan perilaku yang berkelainan, seperti datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau pun di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, dan sebagainya. 5. Dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan materi (mastery level) minimal dalam pelajaran tertentu yang telah ditetapkan oleh guru (criterion reference). Seharuskan dalam usia kelas tiga SD sudah bisa membaca tetapi ini tidak bisa. 6. Tidak berhasil tingkat penguasaan materi (mastery level) yang diperlukan sebagai prasyarat bagi kelanjutan tingkat pelajaran berikutnya. Siswa ini dapat digolongkan ke dalam slow learner atau belum matang (immature), sehingga harus menjadi pengulang (repeater). Dia pernah tidak naik kelas. 6 BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Kesulitan belajar dapat diartikan suatu kondisi dalam suatu proses belajar yang ditandai adanya hambatan-hambatan tertentu untuk menggapai hasil belajar. Kesulitan belajar mencakup pengertian yang luas dan termasuk hal-hal yaitu Learning Disorder, Learning Disabilities, Learning Disfunction, Underachiever dan Slow Learner. Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dibagi menjadi dua yaitu: faktor intern (faktor dari dalam diri manusia itu sendiri ) yang meliputi : faktor fisiologi dan faktor psikologi dan faktor ekstern ( faktor dari luar manusia ) meliputi : faktorfaktor non-sosial, faktor faktor social dan faktor metode mengajar dan belajar, masalah sosial dan emosional, intelek dan mental. Ada tiga jenis gangguan belajar yang mungkin dialami dan diderita anak, yaitu menyangkut kemampuan membaca (disleksia), kemampuan berhitung (diskalkulia) dan menulis (disgrafia). Observasi ini dilakukan di sebuah sekolah dasar yaitu SDN margamukti. Objek dari observasi ini adalah seorang siswa yang mengalami kesulitan belajar yang menyangkut kemampuan membaca (disleksia). Ketika melakukan penelitian observer menemukan pola-pola kepribadian yang menyimpang pada siswa tersebut yaitu tidak pernah memperhatikan guru, selalu menentang dengan tidak mau mengerjakan tugas atau menulis dan bermain-main dengan alat tulisnya misalnya meraut pensil ketika guru sedang menerangkan. B. REKOMENDASI 1. Bagi Guru Dalam mengatasi kesulitan belajar ini peranan guru dalam memberi bimbingan belajar dituntut untuk mengadakan pendekatan, bukan saja melalui pendekatan instruksional akan tetapi dibarengi dengan pendekatan yang bersifat pribadi (personal approach ).Dengan pendekatan pribadi semacam ini guru BP akan secara langsung mengenal dan memahami muridmuridnya secara lebih mendalam sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang optimal.Dengan demikian dapat kami simpulkan bahwa perlu kiranya guru mempelajari psikologi belajar siswa untuk memahami jiwa anak didik agar dapat membantu mengatasi masalah-masalah pribadi yang dialami siswanya secara menyeluruh. 2. Bagi Orangtua Kesulitan belajar pada anak merupakan masalah yang cukup kompleks dan sering membuat orangtua bingung mencari penyelesaiannya. Kesulitan belajar banyak ditemukan pada anak usia sekolah. Dalam menghadapi perilaku anak seperti ini, setidaknya ada tiga hal yang harus diperhatikan. 1. Perhatikan Mood Untuk mengenal mood anak, seorang ibu harus mengenal karakter dan kebiasaan belajar anak. Apakah anak belajar dengan senang hati atau dalam keadaan kesal. Jika belajar dalam suasana hati yang senang, maka apa yang akan dipelajari lebih cepat ditangkap. Bila saat belajar, ia merasa kesal, coba untuk mencari tahu penyebab munculnya rasa kesal itu. Apakah karena pelajaran yang sulit atau karena konsentrasi yang pecah. Nah di sini tugas orangtua untuk menyenangkan hati si anak. 2. Siapkan Ruang Belajar Kesulitan belajar anak bisa juga karena tempat yang tersedia tidak memadai. Karena itu, coba sediakan tempat belajar untuk anak. Selain itu, saat mengajari anak ini Anda bisa melakukannya dengan menularkan cara belajar yang baik. Misalnya bercerita kepada anak tentang bagaimana dahulu ibunya menyelesaikan mata pelajaran yang dianggap sulit. Biasanya anak cepat larut dengan cerita ibunya sehingga ia mencoba mencocok-cocokkan dengan apa yang dijalaninya sekarang. 3. Komunikasi 7 Sempatkan waktu dan dengarkan anak-anak bercerita tentang bagaimana cara guru mereka mengajar di sekolah. Jika, anak Anda aktif maka banyak sekali cerita yang lahir termasuk bagaimana guru kelas memperhatikan baju, ikat rambut, dan sepatunya. Khusus soal komunikasi ini, biarkan anak-anak bercerita tentang gurunya. Sejak dini biasakan anak berperilaku sportif dan pandai menyampaikan pendapatnya. Selamat mencoba. 8