Damianus Journal of Medicine Vol.19 No.1 Mei 2020: hal.70-79 ARTIKEL LAPORAN KASUS IDENTIFIKASI DAN INTERVENSI GANGGUAN BELAJAR SPESIFIK PADA ANAK IDENTIFICATION AND INTERVENTION OF SPECIFIC LEARNING DISORDER IN CHILDREN Ellen Wijaya* Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Unika Atma Jaya, Jalan Pluit Raya no. 2, Jakarta Utara, 14440 * Korespondensi: [email protected] ABSTRACT Introduction: Education is part of a child's learning process to form cognitive abilities and a good personality. Children who are unable to involve thinking skills, sensory and motor integration systems, as well as verbal and non-verbal functions, will experience learning disorders. The inability to read (dyslexia), write (dysgraphia), or arithmetic (dyscalculia) forms the domain of specific learning disorder in children. Identification and intervention of such cases require the full cooperation of parents, medical personnel, and teachers. Case: A boy, seven years of age, had been having barrier in reading based on six months of observation by school teacher since first-grade elementary school. The child did not have health problems, growth and development were according to age, and was able to engage in social interaction both at school and home environment. The patient fulfilled the reading domain criteria of specific learning disorder based on the Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5). Patients received adequate intervention and are now successfully in the second grade of elementary school with the advancement in reading skills. Conclusion: The importance of early identification, intervention, and long term follow up in children with a specific learning disorder to achieve optimal quality of life. Key Words: dysgraphia, dyscalculia, dyslexia, specific learning disorder, child education ABSTRAK Pendahuluan: Pendidikan merupakan bagian dari proses belajar seorang anak untuk membentuk kemampuan kognitif dan kepribadian yang baik. Anak yang tidak mampu melakukan koordinasi kemampuan berpikir, sistem integrasi sensorik dan motorik, atau fungsi verbal dan non-verbal dapat mengalami gangguan belajar. Ketidakmampuan membaca (disleksia), menulis (disgrafia), maupun berhitung (diskalkulia) merupakan domain dari gangguan belajar spesifik pada anak. Identifikasi dan intervensi pada anak dengan gangguan belajar memerlukan kerja sama tenaga medis, guru dan orangtua. Kasus: Anak laki-laki, usia tujuh tahun memiliki hambatan dalam membaca berdasarkan pengamatan selama enam bulan oleh guru sekolah sejak anak belajar di kelas satu sekolah dasar. Anak sehat secara fisik, tumbuh kembang sesuai usia dan mampu berinteraksi baik dengan teman sekolah maupun lingkungan rumah. Pasien memenuhi kriteria gangguan belajar spesifik domain membaca sesuai dengan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5). Pasien sudah menjalani intervensi yang adekuat untuk mengatasi gangguan belajar spesifik dan berhasil naik kelas dua sekolah dasar dengan kemajuan kemampuan membaca. Simpulan: Pentingnya identifikasi dan intervensi dini serta permantauan berkelanjutan pada anak dengan gangguan belajar spesifik untuk mencapai kualitas hidup yang optimal. Kata Kunci: disgrafia, diskalkulia, disleksia, gangguan belajar spesifik, pendidikan anak PENDAHULUAN pembelajaran untuk membentuk kepribadian Pertumbuhan dan perkembangan anak serta mengembangkan kemampuan kognitif. menjadi cermin kualitas pendidikan yang akan Belajar melibatkan kemampuan berpikir atau menentukan masa depan bangsa. Pendidikan konseptualisasi, sistem integrasi motorik dan anak merupakan bagian penting dari proses sensorik, serta fungsi bahasa. Ketidakmam- 70 Vol.19 No.1 Mei 2020 Identifikasi dan Intervensi Gangguan Belajar Spesifik pada Anak puan sistem dan fungsi tersebut mengakibat- berperan dalam keberhasilan identifikasi dini kan anak mengalami gangguan belajar yang dan intervensi pada anak dengan gangguan dapat berdampak negatif terhadap kualitas belajar spesifik.9,10 hidup.1-3 Gangguan belajar spesifik merupakan masalah kesehatan yang dihadapi anak KASUS Anak laki-laki, usia 7 tahun datang terutama pada awal pendidikan sekolah bersama dasar.3 belajar Kesehatan Anak RSUD P., Jawa Barat bervariasi antar daerah bahkan pada negara dengan keluhan sulit mengikuti kegiatan yang membaca Prevalensi sama. menunjukan gangguan Studi 15% di Belgaum, India siswa sekolah dasar kendala neneknya di ke sekolah. dalam proses Poliklinik Anak Ilmu mengalami membaca yang memiliki gangguan belajar. Studi lain di Kerala, ditandai dengan salah mengeja suku kata, India siswa membaca huruf sering tertukar (huruf ‘b’ Studi di Amerika dibaca ‘d’, huruf ‘w’ dibaca huruf ‘m’) serta memperkirakan hanya memiliki gangguan belajar. Serikat menunjukan 4,5 2% gangguan belajar tidak mampu mengikuti kecepatan atau ritme berkisar 5-15% pada tahun pertama sekolah teman sekelasnya saat kegiatan membaca. formal.1 Studi Wiguna,dkk. pada tahun 2012 di Guru telah menyampaikan keluhan tersebut Jakarta memperkirakan terdapat 28% anak sejak triwulan pertama kelas satu sekolah sekolah dasar dengan gangguan belajar.6 dasar dan kondisinya masih berlangsung Berdasarkan hasil Riskesdas 2018, sekitar sampai proses belajar triwulan kedua. Tidak 3,33 persen anak Indonesia berusia 5-17 ada kendala dalam mengikuti kegiatan belajar 7 tahun adalah penyandang disabilitas. Namun, lainnya. Tidak ada keterbatasan motorik, belum ada data nasional yang menjelaskan sensorik, dan anak mampu menyampaikan mengenai gangguan belajar spesifik. ide secara verbal dan non-verbal, serta Anak dengan gangguan belajar spesifik dapat mengalami hambatan di dalam kegiatan belajar, seperti gangguan menulis dan berhitung dengan baik. Pasien merupakan anak tunggal, lahir membaca dari ibu yang saat itu berusia 20 tahun dan (disleksia), gangguan menulis (disgrafia), ayah berusia 23 tahun dan tinggal bersama gangguan atau kakek serta nenek sejak lahir karena kedua kesulitan belajar non-verbal sehingga anak orangtua bekerja di luar kota. Riwayat tidak mampu mencapai prestasi akademik kelahiran spontan tanpa faktor penyulit. yang baik.8 Identifikasi gangguan belajar Riwayat imunisasi dasar lengkap. Tumbuh spesifik sejak dini penting dilakukan agar anak kembang kesan sesuai dengan usia. Anak mampu mengikuti proses pendidikan secara tidak pernah mengalami gangguan tidur, optimal dengan intervensi yang adekuat. dapat berinteraksi dengan baik dan memiliki Keluarga, dokter multidisiplin dan tenaga banyak teman di sekolah maupun lingkungan profesional, rumah. Anak tumbuh dalam pola asah, asih berhitung seperti (diskalkulia), guru dan psikolog, Vol.19 No.1 Mei 2020 71 Damianus Journal of Medicine dan asuh yang baik oleh kakek serta nenek. belajar Ayah dan ibu berkomunikasi tiap hari melalui dilibatkan video jarak jauh dan bertemu langsung tiap 3 sehingga latihan membaca juga dilakukan bulan. Ayah mengalami keluhan serupa saat dengan bimbingan kakek dan nenek di rumah. seusia pasien dan saat ini bekerja sebagai Pasien mampu membaca hampir karyawan dengan baiknya dengan teman seusia di kelas setelah pendapatan yang cukup untuk kehidupan RTI tingkat I dan II selama 24 minggu, serta keluarga. RTI tingkat III selama 20 minggu. Skor indeks di pertambangan dengan baik. dalam Keluarga proses pasien pembelajaran sama Pasien telah menjalani pemeriksaan disleksia dan jumlah kata yang mampu dibaca fungsi penglihatan, pendengaran dengan pasien dengan tepat menunjukan perbaikan dokter spesialis yang sesuai bidangnya dan sebelum dimulai RTI dibandingkan pasca RTI tes yaitu tingkat III. Kasus ini menunjukkan pentingnya Children identifikasi dan intervensi dini pada anak (WISC) oleh psikolog dengan hasil di atas dengan gangguan belajar spesifik untuk rerata. Pasien didiagnosis gangguan belajar mencapai hasil yang optimal. Saat ini anak spesifik dengan domain gangguan pada berhasil naik kelas dua sekolah dasar dengan kemampuan dan kemajuan kemampuan membaca dan masih menjalani evaluasi menggunakan metode menjalani intervensi lanjutan yang adekuat “Respons terhadap Intervensi” (RTI). Guru dengan dokter, guru serta dukungan keluarga. intelligence quotient Wechsler Intelligence kelas Scale membaca sudah (IQ), for (disleksia) menyadari bahwa pasien kesulitan mengeja suku kata serta membaca DISKUSI lebih lambat dibanding teman sekelas (RTI Gangguan belajar spesifik merupakan tingkat I). Hal ini berlangsung selama triwulan gangguan internal yang menunjukan bahwa pertama dan kedua sehingga guru selalu ketidakmampuan belajar berasal dari anak memberikan bimbingan tambahan kepada tersebut anak kemampuan saat kegiatan belajar membaca sehingga terjadi perseptual, hambatan yang meliputi berlangsung di kelas (RTI tingkat II). Pasien persepsi visual, auditoris, maupun taktil mengikuti kinestesis.11,12 Kondisi ini berbeda dengan RTI tingkat III dengan guru pendamping, yaitu pelajaran tambahan di luar masalah waktu belajar di kelas, selama 50 menit tiap terjadi hari untuk berlatih membaca serta bimbingan lingkungan remedial jika ada kesulitan dalam proses fasilitas belajar di rumah atau di sekolah yang pembelajaran. tambahan terbatas sehingga anak mengalami hambatan intensif tiap hari berlangsung selama sepuluh belajar yang memengaruhi prestasi akade- minggu pertama dan frekuensi menjadi tiga mik.13 Pada kasus ini, anak berada di kali seminggu selama sepuluh minggu kedua lingkungan rumah serta sekolah yang kondusif karena anak telah mampu mencapai target untuk proses pendidikan sehingga faktor 72 Proses belajar Vol.19 No.1 Mei 2020 belajar (learning akibat faktor belajar problem) eksternal, yang tidak yang seperti kondusif, Identifikasi dan Intervensi Gangguan Belajar Spesifik pada Anak eksternal bukan menjadi penyebab dari 6. Kesulitan gangguan belajar yang dihadapi oleh pasien. matika. Kondisi gangguan belajar dengan penalaran mate- berbeda B. Kemampuan akademik tersebut jauh di dengan kondisi anak tunagrahita maupun bawah ekspektasi untuk anak seusianya lamban belajar. Anak dengan gangguan dan belajar spesifik dapat memiliki potensi kecer- performa dasan atau tes IQ yang normal, bahkan aktivitas sehari-hari. menyebabkan akademik, gangguan pada pekerjaan, atau beberapa di antaranya di atas rerata seperti C. Kesulitan belajar dimulai saat usia sekolah, pada kasus ini.12 Anak tunagrahita dan tetapi mungkin belum terlalu terlihat sampai lamban belajar memiliki tingkat intelegensi di tuntutan akademik di sekolah melampaui bawah rerata sehingga proses belajar di batasan kemampuan anak tersebut. semua aspek pelajaran menjadi lamban dan menghambat prestasi akademik maupun adaptasi sosialnya. D. Kesulitan belajar bukan karena tunagrahita, gangguan penglihatan atau pendengaran, gangguan mental lainnya, Pendekatan gangguan belajar menurut hambatan psikososial, kurangnya Diagnostic and Statistical Manual of Mental penguasaan bahasa Disorders (DSM)-5 tidak hanya berdasarkan akademis atau instruksi edukasional yang metode yang mengandalkan skor perbedaan, tidak memadai. dalam instruksi misalnya anak dinyatakan memiliki gangguan Pada kasus, anak mempunyai kesulitan membaca ketika skor membaca jauh di bawah dalam membaca dan mengeja sehingga harapan dibanding dengan tes IQ.14 Kriteria mengalami diagnostik sekolah yang dilaporkan oleh guru kelas pada gangguan belajar spesifik berdasarkan DSM-5, adalah: A. Kesulitan akademik, menggunakan yang gangguan dalam performa rapor triwulan pertama dan kedua. Pasien kemampuan diindikasikan tidak ada kendala lain dalam proses belajar dengan dan mempunyai kondisi fisik yang sehat. adanya paling sedikit satu dari gejala Kasus ini memenuhi kriteria gangguan belajar berikut ini dan sudah menetap selama spesifik sesuai dengan DSM-5. minimal enam bulan: Pada umumnya ada tiga gangguan 1. Tidak akurat atau lambat dan perlu usaha keras untuk membaca kata 2. Kesulitan memahami arti dari sesuatu yang dibaca belajar spesifik yang dapat ditemukan pada anak yaitu gangguan dalam membaca (disleksia), gangguan dalam ekspresi tertulis (disgrafia), ataupun 3. Kesulitan mengeja matematika (diskalkulia) 4. Kesulitan menulis dijelaskan dalam kemampuan spesifik. Tiap 5. Kesulitan memahami tentang angka domain atau penghitungan angka dan disertakan gangguan kemampuan saat yang dalam ketiganya spesifik menentukan perlu diagnosis gangguan belajar spesifik pada anak. Vol.19 No.1 Mei 2020 73 Damianus Journal of Medicine Disleksia merupakan gangguan belajar yang tersering pada anak yaitu kelemahan disleksia atau diskalkulia, meskipun transmisi genetika dari 19-21 kesulitan belajar belum dalam kemampuan untuk membaca dan diketahui. mengeja serta hambatan dalam keterampilan adanya riwayat ayah dengan keluhan yang fonologis sehingga sulit memahami bunyi dan serupa pada saat seusia pasien. huruf yang dipadukan untuk membentuk kata. Pada kasus ini ditemukan Gangguan belajar juga dapat Tiga kemampuan spesifik dari gangguan disebabkan oleh masalah selama kehamilan membaca adalah akurasi membaca kata, dan kecepatan dan belajar diperkirakan terjadi pada 37% anak Pada kasus ini dengan berat badan lahir sangat rendah anak mengalami gangguan belajar dengan (BBLSR) pada usia sekolah akibat adanya domain membaca dan mengalami gangguan suatu keterlambatan perkembangan saraf, pada ketiga kemampuan spesifik. Disgrafia diantaranya membaca, kelancaran 15,16 pemahaman membaca. adalah gangguan belajar yang ditandai prematuritas. spesifik. 22,23 berupa Manifestasi gangguan kesulitan belajar Beberapa faktor sosiodemografi dengan hambatan menyatakan ide atau memengaruhi prestasi belajar anak yaitu usia pemikiran dalam bentuk tulisan. Kemampuan anak, jenis kelamin anak, usia ibu, pendidikan spesifik yang terganggu dari gangguan belajar terakhir ibu, pekerjaan ibu, pendapatan ayah, dalam ekspresi tertulis adalah ketepatan ejaan, pendapatan ibu dan gangguan tidur. Latar ketepatan tata bahasa dan tanda baca, belakang orang tua dapat memengaruhi kejelasan serta pengorganisasian ekspresi anaknya baik dari segi kognitif, pendidikan tertulis.17,18 Diskalkulia merupakan kesulitan dan kesehatan.20,21 Auliyanti, dkk. melaporkan belajar yang melibatkan kesulitan dalam hubungan antara anak yang tinggal bersama perhitungan matematika. Empat kemampuan keluarga inti dengan prestasi belajar yang spesifik gangguan keterampilan matematika, baik.24 Hal tersebut diperkuat penelitian yang yaitu pemahaman simbolik angka, menghafal menunjukan orang tua usia muda yang belum fakta aritmatika, berhitung dengan lancar dan siap secara emosional dan finansial dapat penalaran matematika akurat.12 Pasien pada mengakibatkan perawatan dan pendidikan kasus tidak mengalami gangguan belajar anak tidak optimal.2,25 Sebagian besar anak dalam domain menulis maupun berhitung. dengan gangguan tidur memiliki gangguan belajar belajar.26,27 Auliyanti, dkk. melaporkan bahwa spesifik pada anak belum banyak diketahui. terdapat hubungan antara gangguan tidur Namun, beberapa penelitian menghubungkan dengan pencapaian prestasi akademis yang faktor genetik dan gangguan dalam integrasi rendah pada anak usia 12-15 tahun.24 sensorik-motorik dengan terjadinya kesulitan Beberapa studi menunjukkan malformasi yang belajar pada anak. Ketidakmampuan belajar tersebar di korteks serebral kiri pada pasien cenderung menurun dalam keluarga dengan disleksia.19 Pasien pada kasus ini tidak tinggal satu orang tua yang memiliki kesulitan, seperti bersama orangtuanya, tetapi tumbuh dan Penyebab 74 dari gangguan Vol.19 No.1 Mei 2020 Identifikasi dan Intervensi Gangguan Belajar Spesifik pada Anak berkembang bersama kakek dan nenek yang kolaborasi multidisiplin untuk identifikasi awal penuh kasih serta hidup dalam kondisi dan dukungan kepada anak yang mengalami ekonomi yang baik. Tidak ada faktor risiko lain gangguan belajar serta proses evaluasi yang yang signifikan untuk terjadinya gangguan diikuti oleh instruksi di area defisit spesifik belajar spesifik pada kasus pasien ini. anak selama periode tertentu sebelum dinilai Proses identifikasi penting untuk ulang. Bagian RTI tingkat I adalah evaluasi membuat diagnosis banding antara gangguan semua belajar dan gangguan lain yang dapat memberikan informasi tentang tingkat belajar mengganggu proses siswa penggunaan kemampuan berbicara, individu mendengarkan, menyampaikan ide kelompok akuisisi serta atau siswa dan secara universal pencapaiannya, maupun baik secara dibandingkan sebaya. Siswa dengan yang tidak gagasan serta interaksi dengan orang lain. menunjukkan kemajuan Tim medis yang terdiri dari dokter multidisiplin (pengajaran akan berkualitas) akan lanjut pada tingkat II memastikan faktor risiko, fungsi pendengaran dan penglihatan serta evaluasi (pengajaran adanya berkualitas gangguan perkembangan atau kelas kelas dengan dalam dan pendidikan pendidikan tambahan tingkat I umum umum dukungan perilaku yang terkait, seperti kondisi autisme, intensif di dalam kelas yang ditargetkan gangguan dan kepada siswa) yang memberikan intervensi gangguan disertai target. Para siswa yang terus berjuang kesehatan mental lainnya. Faktor lingkungan dengan intervensi yang ditargetkan akan juga adanya dirujuk ke tingkat III (penambahan dukungan tekanan psikososial yang mengakibatkan intensif di luar kelas dan remediasi yang absensi kronis, kekerasan dalam rumah dikoordinasikan dengan instruksi di dalam tangga, pelecehan fisik atau emosional, kelas) yang menyediakan intervensi lebih kondisi sekolah yang buruk, atau bahkan intensif sebagai rekomendasi untuk evaluasi 28 penuh. Pasien telah menjalani RTI tingkat I hiperaktivitas perlu pemusatan perhatian (GPPH), atau dieksplorasi, seperti penggunaan narkotika dan obat terlarang. Pada kasus ini pasien memiliki kemampuan dan verbal dan non-verbal yang baik, tidak ada menempuh pendidikan kelas satu sekolah gangguan perilaku, tidak ditemukan adanya dasar. Intervensi dilanjutkan dengan RTI masalah psikososial, serta telah menjalani tingkat III yaitu bimbingan intensif dengan guru pemeriksaan di luar jam pelajaran sekolah selama 50 menit fungsi penglihatan dan pendengaran dengan hasil yang baik.9-11 Pasien pada kasus ini II selama enam bulan pertama tiap hari dalam sepuluh minggu pertama dan menjalani frekuensi menjadi tiga kali seminggu selama “Respons terhadap Intervensi” (RTI) yang sepuluh minggu kedua karena target proses merupakan pendekatan standar valid untuk pembelajaran tercapai dengan baik. Keluarga diagnosis gangguan belajar pada anak. juga berperan penting dalam proses intervensi, Metode ini terdiri dari beberapa bagian, seperti seperti pada kasus ini yang melibatkan kakek Vol.19 No.1 Mei 2020 75 Damianus Journal of Medicine dan nenek dalam proses berlatih membaca mempunyai pengaruh positif terhadap setiap hari di rumah.1,2 perkembangan membaca ketika anak sampai Model penilaian-instruksi-penilaian ada- ke kelas satu sekolah dasar.10,15 Namun, pada dukungan dan kasus ini tidak dilakukan intervensi dini intensif dengan hasil dari program belajar sebelum anak masuk sekolah dasar karena yang bersifat spesifik dan personal. Hal ini kesulitan membaca baru diketahui oleh nenek diharapkan mampu membedakan kurangnya setelah mendapatkan laporan dari wali kelas. instruksi yang tepat dengan ketidakmampuan Intervensi dini lainnya dilakukan pada belajar. Pada anak dengan gangguan belajar, anak dengan risiko tinggi, seperti bayi seperti pada kasus ini, maka akan terjadi prematur yang lahir dengan BBLSR.22,23 peningkatan akibat Beberapa modalitas stimulasi terdiri dari adanya peningkatan intensitas pengajaran stimulasi auditorik, yaitu dengan mendengar- atau siklus berulang RTI.8 Tes kemampuan an suara ibu melalui inkubator saat bayi tidur, membaca serta skor indeks disleksia pada perawatan pasien menunjukkan hasil perbaikan sebelum meningkat-kan sentuhan dan kontak antara RTI dibandingkan dengan pasca RTI tingkat III. ibu dan bayi serta stimulasi taktil atau Metode RTI digunakan untuk identifikasi kinestetik, seperti pijat bayi. Intervensi dini sekaligus intervensi dan evaluasi gangguan berupa stimulasi segera setelah lahir dan belajar pada anak. stimulasi lah pendidikan kemampuan progresif belajar Anak juga dapat menjalani evaluasi kemampuan kognitif, proses bahasa, perhatian, ingatan, dan penalaran non-verbal, metode belajar kangguru pada dengan perkembangan selanjutnya diharapkan akan meningkatkan kualitas anak dengan BBLSR di kemudian hari. Intervensi lanjutan bergantung hasil serta pencapaian akademis khusus, seperti pemeriksaan yang komprehensif, meliputi tata matematika, ekspresi laksana di bidang medis maupun bidang tertulis.8,12 Pasien pada kasus ini sudah pendidikan. Pasien mendapatkan psikoterapi melakukan tes IQ dengan psikolog yang suportif untuk anak dan keluarganya sehingga menunjukan hasil di atas rerata. Pemeriksaan mendapat pemahaman mengenai kesulitan penunjang lain tidak dilakukan karena tidak yang ada dan mengupayakan motivasi yang ditemukan adanya kelainan neurologis, lesi konsisten untuk mengatasi kesulitan belajar. kulit yang menunjukkan sindrom neurokutan, Tata laksana di bidang pendidikan pada ataupun adanya sindrom metabolik tertentu. pasien ini meliputi RTI sampai tingkat III membaca dan Intervensi dini terkait gangguan belajar (terapi intensif dan remedial), yaitu bimbingan spesifik dapat dilakukan sesuai domain yang langsung terganggu. belajar belajar yang sudah disesuaikan kemampuan spesifik aspek membaca, dapat dilakukan dan kelemahan pasien. Anak pada kasus ini intervensi berfokus pada pengenalan fonologi mengikuti pelajaran intensif selama satu di periode waktu oleh seorang guru yang 76 tingkat Misalnya taman gangguan kanak-kanak yang Vol.19 No.1 Mei 2020 dan berulang dengan metode Identifikasi dan Intervensi Gangguan Belajar Spesifik pada Anak kompeten. kelemahan anak dengan gangguan membaca memiliki keterampilan kemungkinannya lebih kecil untuk mencapai pengenalan kata dan dekode yang buruk tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan 56% sehingga respons intervensi lebih lambat (95% CI: 0,32; 0,61) lebih kecil kemungkinan dibanding teman sebayanya, tetapi pasien ini untuk mencapai tingkat pendapatan yang mengalami kemajuan pada tiap tahapan lebih tinggi dibanding subjek yang tidak belajar. Intervensi pada kasus ini meliputi mengalami gangguan membaca pada usia 7 peningkatan kesadaran fonologis, ortografis tahun.30 fonologi dan Pasien yang memiliki serius morfologis. dan Kesadaran fonologis Prognosis anak dengan gangguan melibatkan kemampuan identifikasi suku kata. belajar bergantung pada tingkat keparahan Kesadaran ortografis merupakan kemampuan dari ketidakmampuan tersebut, kekuatan dan visual untuk menerima urutan dan pola huruf, kelemahan spesifik anak serta intensitas diantaranya pasien secara visual dilatih intervensi yang diberikan.9-11 Pada kasus ini ketika pasien memiliki prognosis yang baik dengan berusaha untuk mengodekan teks. Kesadaran adanya perbaikan kemajuan kemampuan morfologis membantu pasien memahami arti membaca, perbaikan skor indeks disleksia, suatu kata melalui ejaannya.29,30 Anak dengan respons positif terhadap setiap intervensi yang gangguan belajar spesifik seperti pada kasus diberikan dan pasien berhasil naik ke kelas ini serta dua sekolah dasar. Pentingnya peran tim melalui medis dan tenaga profesional multidisipin membedakan dapat antara mengatasi meningkatkan ‘b’ dan ‘d’ hambatan kemampuannya intervensi yang adekuat. tidak hanya sebatas identifikasi dan intervensi Kondisi kesulitan belajar yang tidak mendapat intervensi yang tepat awal pada anak dengan gangguan belajar, akan tetapi juga tetap memantau perkembangan mengakibatkan anak menjadi tidak percaya anak dengan melibatkan peran keluarga yang diri, merasa kurang berhasil dan bahkan dapat berkelanjutan serta komprehensif sehingga menyebabkan depresi sehingga memenga- anak dapat menjadi individu mandiri yang ruhi perkembangan anak di masa depan. berhasil.29,30 Studi longitudinal selama 30 tahun dilakukan untuk menilai dampak gangguan membaca SIMPULAN pada anak yang tidak mendapat intervensi Pasien pada kasus ini merupakan anak yang tepat dengan pencapain pendidikan dan laki, pendapatan saat dewasa. Terdapat 1.344 kembang sesuai usia dan memiliki kondisi fisik subjek yaitu anak usia tujuh tahun dengan yang sehat, tetapi mempunyai hambatan gangguan membaca dan dilakukan evaluasi membaca berdasarkan laporan guru sekolah. saat usia paruh baya berkaitan dengan Tidak ada faktor risiko yang signifikan untuk pencapaian pendidikan dan pendapatan. Hasil terjadinya gangguan belajar spesifik pada studi menunjukkan 74% (95% CI: 0,18; 0,37) pasien, selain ayah dengan keluhan serupa Vol.19 No.1 Mei 2020 usia tujuh tahun dengan tumbuh 77 Damianus Journal of Medicine saat seusia pasien. Gangguan belajar spesifik 8. Clinical practice guidelines on assessment and yang paling sering terjadi pada anak adalah management of specific learning disorders. Indian ketidakmampuan membaca (disleksia) seperti yang dilaporkan pada kasus ini. Identifikasi gangguan belajar pada anak berdasarkan pendekatan klinis dari tiap individu, laporan guru dan catatan akademis serta respons terhadap intervensi. berperan penting Keluarga dalam dan guru identifikasi dini adanya gangguan belajar spesifik pada anak. Intervensi sejak awal dan berkelanjutan bersama tim medis multidisiplin diharapkan dapat mengatasi gangguan belajar sehingga Shah HR, Sagar JKV, Somaiya MP, Nagpal JK. J Psychiatry. 2019;61:211-25. 9. Schulte EE. Learning disorders: How pediatricians can help. Cleve Clin J Med. 2015; 82:S24. 10. Council on Early Childhood; Council on School Health. The pediatrician’s role in optimizing school readiness. Pediatrics. 2016;138:e20162293. 11. Hauerwas LB, Brown R, Scott AN. Specific learning disability and response to intervention: State-level guidance. Except Child. 2013;80:101. 12. Maki KE, Floyd RG, Roberson T. State learning disability eligibility criteria: A comprehensive review. Sch Psychol Q. 2015;30:457-69. 13. Russell G, Ryder D, Norwich B, Ford T. anak dapat menjadi individu generasi penerus Behavioural difficulties that co-occur with specific bangsa yang berkualitas. word reading difficulties: A UK population-based cohort study. Dyslexia. 2015;21:123-41. 14. Tannock R. DSM-5 changes in diagnostic criteria for DAFTAR PUSTAKA 1. Lipkin PH, Macias Specific Learning Disabilities (SLD) 1: What are the optimal implications? International Dyslexia Association. 2014. young 15. Franceschini S, Bertoni S, Gianesini T, Gori S, children with developmental disorders through Facoetti A. A different vision of dyslexia: Local developmental precedence development: MM. Identifying Promoting infants surveillance and and screening. Pediatrics. 2020;145:e20193449. 2. 3. Bulat, J. Learning disabilities screening and Ophthalmic abnormalities and reading impairment. evaluation guide for low- and middle-income Pediatrics. 2015;135:1057-65. countries. RTI Press Publication. 2018;0052:1804. 17. Döhla D, Heim S. Developmental dyslexia and Kohli A, Sharma S, Padhy SK. Specific learning dysgraphia: What can we learn from the one about disabilities: Issues that remain unanswered. Indian the other? Front Psychol. 2015;6:2045-83. 18. McCloskey M, Rapp B. Developmental dysgraphia: Mogasale, V.V, Patil, V.D, Patil, N.M, Mogasale,V. An overview and framework for research. Cogn Prevalence of specific learning disabilities among Neuropsychol. 2017;34:65-82. dyslexia: predicting individual risk. J Child Psychol Gafoor, A. Prevalence of learning difficulties among Psychiatry. 2015;56:976-87. 20. Krishnan S, Watkins KE, Bishop DVM. Neurobiological Wiguna T, Setyawati NWR, Kaligis F. Learning difficulties and working memory deficits among basis of language learning difficul- ties. Trends Cogn Sci. 2016;20:701-14. 21. Snowling MJ, Melby-Lervåg M. Oral language de- primary school students in Jakarta, Indonesia. Clin ficits in familial dyslexia: A meta-analysis and Psychopharmacol and Neuroscience. 2012;10:105-9. review. Psychol Bull. 2016;142:498-545. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar; 2018. 78 19. Thompson PA, Hulme C, Nash HM. Developmental Indian J of Pediatrics. 2012;79:342-7. Education. 2015;8:12-22. 7. Rep. 16. Creavin AL, Lingam R, Steer C, Williams C. school students in Kerala. J of Studies in Teacher 6. perception. Sci Hayes, A. M., Dombrowski, E., Shefcyk, A. H., and primary school children in a South Indian city. 5. global 2017;12:17462-9. J Psychol Med. 2018;40:399-405. 4. on 22. Kovachy VN, Adams JN, Tamaresis JS, Feldman HM. Reading abilities in school-aged preterm Vol.19 No.1 Mei 2020 Identifikasi dan Intervensi Gangguan Belajar Spesifik pada Anak children: A review and meta-analysis. Dev Med Child Neurol. 2015;7:410-9. Sleep Medicine. J Clin Sleep Med. 2016;12:785-6. 27. Recommended amount of sleep for pediatric 23. Earls MF, Yogman MW, Mattson G, Rafferty J; populations. Pediatrics. 2016;138:e20161601. Committee on Psychosocial Aspects of Child and 28. Snowling MJ, Duff FJ, Nash HM, Hulme C. Langu- Family Health. Incorporating recognition and age profiles and literacy outcomes of children with management of perinatal depression into pediatric resolving, emerging, or persisting language impair- practice. Pediatrics. 2019;143:e20183259. ments. J Child Psychol Psychiatry. 2016;57:1360-9. 24. Auliyanti F, Sekartini R, Mangunatmadja I. Acade- 29. Alhassan, A.R.K, Abosi, O.C. Teacher effective- mic achievement of junior high school students with ness in adapting instruction to the needs of pupils sleep disorders. Paediatrica Indones. 2015;55:50-8. with learning difficulties in regular primary schools 25. National Academies of Sciences, Engineering, and Medicine. Mental disorders and disabilities among low-income children. Washington, DC: The National Academies Press;2015. in Ghana. SAGE Open. 2014;4:1-16. 30. McLaughlin MJ, Speirs KE, Shenassa ED. Reading disability and adult attained education and income: Evidence from a 30-year longitudinal study of a 26. Paruthi S, Brooks LJ, D’Ambrosio C. Recommended amount of sleep for pediatric populations: a population-based sample. J of Learn Dis. 2014;47:374-86 consensus statement of the American Academy of Vol.19 No.1 Mei 2020 79