BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL MENURUT

advertisement
BAB II
KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL MENURUT UNDANGUNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS
A. Pendirian Perusahaan Multinasional
1. Pengertian perusahaan multinasional
Perusahaan multinasional merupakan suatu bentuk asosiasi bisnis yang paling
banyak dibicarakan dalam rangka globalisasi dunia dan ekonomi. Peran dari
globalisasi sebagai ideologi dan perkembangan kebijakan peraturan terkait dengan
perusahaan multinasional.27
Menurut Kamus Ekonomi, Multinasional Corporation (MNC) adalah sebuah
perusahaan yang wilayah operasionalnya meliputi sejumlah negara dan memiliki
fasilitas produksi dan service di luar negaranya sendiri.28 Perusahaan multinasional
mengambil keputusan pokoknya dalam suatu konteks global tadi dengan negaranegara dimana perusahaan tersebut bekerja. Pertumbuhan perusahaan-perusahaan
multinasional yang cepat serta kemungkinan bahwa dapat timbul adanya konflikkonflik antara kepentingan perusahaan multinasional dengan kepentingan negara
individual tempat mereka beroperasi telah menimbulkan macam-macam perdebatan
27
An An Chandrawulan, Hukum Perusahaan Multinasional Liberalisasi Hukum
Perdagangan Internasional dan Hukum Penanaman Modal (Bandung : Alumni, 2011), hlm. 151.
28
Winardi, Kamus Ekonomi (Bandung: Mandar Maju, 1998), hlm. 332.
17
Universitas Sumatera Utara
antara para ahli ekonomi pada tahun-tahun belakangan ini, disebut “International
Enterprise”.29
Istilah yang diberikan oleh Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) terhadap
perusahaan multinasional ini adalah perusahaan transnasional. Hal ini dapat terlihat di
dalam draft yang di buat oleh PBB dengan judul Draft United Nations Code of
Conduct on Transnational Corporations, yang dengan jelas menggunakan istilah
transnational corporation atau perusahaan transnasional.30
Transnational Enterprise atau perusahaan transnasional adalah perusahaanperusahaan yang dimiliki dan dikontrol oleh perusahaan atau perorangan dari satu
negara,
tetapi
beroperasi
melewati
batas-batas
negara.
Sedangkan
istilah
multinational corporation atau perusahaan multinasional adalah perusahaan yang
dimiliki atau di awasi oleh perusahaan atau perorangan dari lebih dari satu negara
yang beroperasi di beberapa negara.31
Istilah multinasional diperkenalkan pertama kali oleh David E. Lilienthal pada
bulan April tahun 1960 dalam makalahnya tentang manajemen dan perusahaan yang
diperuntukkan untuk acara pertemuan ilmiah yang diselenggarakan oleh Carnegie
Institute of Technology on ‘Management and Corporations’. Makalah Lilienthal
29
Santi Rahmawati, Perbedaan Struktur Modal Perusahaan Multinasional Dan Perusahaan
Domestik (Depok: Tesis Program Pasca Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2008), hlm.
15.
30
Juajir Sumardi, Hukum Perusahaan Multinasional dan Frnachise (Makasar : Arus Timur,
2012), hlm. 6.
31
Peter T. Muchlinski, Multinational enterprise and The Law, The Oxford International Law
Library / Oxford Univ. Press, Oxford, 2007, hlm. 2., (di dalam An An Chandrawulan, Hukum
Perusahaan Multinasional Liberalisasi Hukum Perdagangan Internasional dan Hukum Penanaman
Modal, Bandung: Alumni, 2011)
Universitas Sumatera Utara
kemudian dipublikasikan dengan istilah The Multinational Corporation (MNC).
Lilienthal memberikan pengertian perusahaan multinasional sebagai perusahaan yang
mempunyai kedudukan di satu negara tetapi beroperasi dan menjalankan
perusahaannya berdasarkan hukum-hukum dan kebiasaan-kebiasaan negara lain.32
Para pakar ekonomi lebih sering menggunakan istilah Multi National
Enterprise atau perusahaan multinasional, sebagaimana pernyataannya dalam
meeting OECD sebagai berikut:
Multinational Enterprise usually corporise of companies or other entities
whose ownership is private, state, or mixed, established in different countries
and so linked that one or more of them may be able to exercise a significant
influence over the activities of others and in particular, to share knowledge
and resources with the others.33
Menurut Robert L. Hulbroner,34 yang dimaksud dengan perusahaan
multinasional adalah perusahaan yang mempunyai cabang dan anak perusahaan yang
terletak di berbagai negara. Demikian J. Panglaykim,35 menyatakan bahwa
perusahaan transnasional adalah suatu jenis perusahaan yang terdiri dari bermacammacam kelompok perusahaan yang bekerja dan didirikan di berbagai negara, tetapi
semuanya diawasi oleh satu pusat perusahaan.
Rugman menyatakan bahwa perusahaan multinasional merupakan perusahaan
yang beroperasi melintasi batas negara, berproduksi di luar negeri selain di dalam
32
An An Chandrawulan, Loc.Cit, hlm. 3.
Sumantoro, Kegiatan Perusahaan Transnasional (Jakarta : Gramedia, 1987), hlm. 35.
34
K. Saran, Perusahaan Multinasional Dalam Tata Ekonomi Internasional Baru (Makasar :
FH UNHAS, 1990), hlm. 47.
35
J. Panglaykim, Perusahaan Multinasional Dalam Bisnis Internasional (Jakarta : CSIS,
1983), hlm. 14.
33
Universitas Sumatera Utara
negeri. Perusahaan multinasional ini sedikitnya berproduksi di negara asing.36
Sedangkan menurut Michael dan Shaked, perusahaan diklasifikasikan sebagai
multinasional berdasarkan dua kondisi. Pertama, perusahaan harus memiliki foreign
sales account minimal 20 % dari pendapatan. Kedua, investasi modal langsung paling
tidak terdapat pada enam negara di luar negaranya.37
Menurut Sumantoro,38 perusahaan transnasional pada dasarnya mengacu pada
sifat melampaui batas-batas negara, baik dalam pemilikan, maupun dalam kegiatan
usahanya. Sedangkan Helga Hernes,39 menyatakan dalam salah satu tulisannya
tentang perusahaan transnasional ini sebagai berikut:
Multinational corporations are powerful organizations by virtue of their
integrated
management,
their
control
over
large
resources,
their
influence...the market, their role as employer, their role in the transfer of
technology and their role as agents of development.
Apa yang dipaparkan Helga Hernes tersebut jelas melukiskan bahwa
perusahaan multinasional merupakan suatu organisasi yang mempunyai kekuatan
manajemennya menyatu, di bawah satu kontrol, dapat mempengaruhi pasar dan dapat
mentransfer teknologi dari negara maju ke negara yang ditempati beroperasinya
perusahaan transnasional, serta alat untuk membangun suatu negara.
36
Santi Rahmawati, Op.Cit, hlm. 16.
Ibid
38
Sumantoro, Loc.Cit, hlm. 38.
39
Mappanga, Peranan Perusahaan Transnasional Ditinjau Dari Segi Hukum Ekonomi
Internasional, (Makasar: Fakultas Hukum Unhas, 1991), hlm. 33.
37
Universitas Sumatera Utara
Kaitannya dengan pengertian perusahaan multinasional, J.H Dunning
menunjukkan
bagaimana
perusahaan-perusahaan
multinasional
ini
memiliki
persamaan dengan perusahaan uni nasional yang ditunjukkan dari sifat-sifat yang
dimiliki oleh perusahaan-perusahaan tersebut yaitu:40 Pertama, adalah perusahaan
domestik yang multinasional lokasi mempunyai sifat-sifat yang sama dengan jenis
perusahaan multinasional ini. Perusahaan ini memiliki pemasukan yang berasal dari
aset-aset di lebih dari satu lokasi dan penggunaannya digabung dengan bahan-bahan
lokal untuk memproduksi barang dan jasa.
Kedua, baik perusahaan multinasional maupun perusahaan domestik
multilokasi menikmati keuntungan yang kompetitif dari satu unit ekonomi yang lebih
besar apabila dibandingkan dengan perusahaan besar biasa yang mempunyai satu
pabrik.
Perbedaan penting antara perusahaan multinasional dan perusahaan domestik
multilokasi adalah perusahaan multinasional mengoperasikan aset-asetnya dan
mengawasi penggunaannya melewati batas-batas negara, sedangkan perusahaan
domestik multilokasi tetap diantara perusahaan tersebut di satu negara. Lebih jauh
lagi, tidak seperti perusahaan domestik yang mempunyai banyak pabrik, suatu
perusahaan multinasional beroperasi dan mengatur perusahaannya melalui divisidivisi yang pengurusannya lintas batas nasional suatu negara dan melalui aktivitas
40
J.H Dunning, International Production and the Multinational Enterprise, London Allen &
Unwin, 1981, hlm. 7., (Di dalam An An Chandrawulan, Hukum Perusahaan Multinasional
Liberalisasi Hukum Perdagangan Internasional dan Hukum Penanaman Modal, Bandung: Alumni,
2011)
Universitas Sumatera Utara
nasional dari beberapa perusahaan yang beroperasi dalam satu group yang tidak
nampak, walaupun identitasnya tetap berlangsung secara formal melalui persyaratan
suatu perusahaan berdasarkan hukum dari negara-negara tempat perusahaan
multinasional itu beroperasi melalui anak-anak perusahaan atau cabang-cabangnya.
Kesamaan yang kedua dari suatu perusahaan multinasional dengan
perusahaan uni nasional adalah bahwa perusahaan domestik mengekspor barangbarang hasil produksinya. Hal ini juga dilakukan oleh perusahaan multinasional yang
menjual hasil-hasil produksinya melintasi batas negara. Ciri yang menjadi perbedaan
antara perusahaan multinasional dengan perusahaan domestik dalam menjual atau
mengekspor barang ke luar adalah perusahaan multinasional melakukan perdagangan
lintas negara baik barang-barang jadi maupun setengah jadi dan dilakukan diantara
anak-anak perusahaannya dalam satu group dan juga dengan pihak ketiga yang tidak
ada hubugan sebagai anak dari induk perusahaan. Hal ini menimbulkan kemungkinan
adanya pengawasan perdagangan antara pengawasan perdangan antara perusahaanperusahaan multinasional terhadap keuntungan dari suatu group perusahaan secara
keseluruhan, dan mewakili, dan mewakili satu kepentingan utama yaitu keuntungan
yang kompetitif yang dimiliki oleh perusahaan multinasional terhadap perusahaan
domestik.
Ketiga, adalah kaitan antara perusahaan multinasional dengan perusahaan
domestik yaitu mengenai hal yang berkaitan antara perusahaan multinasional dengan
perusahaan domestik yaitu mengenai hal yang berkaitan dengan produksi barangbarang yang diekspor, misalnya mengenai technical know how dan managerial skill.
Universitas Sumatera Utara
Baik perusahaan multinasional maupun perusahaan domestik melakukan penyebaran
teknologi dan managerial skill-nya melalui perjanjian lisensi dengan perusahaan
multinasional juga menjual ilmu pengetahuan dengan tetap hanya kepada anak-anak
perusahaannya. Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat diketahui bahwa yang
dimaksud dengan perusahaan multinasional adalah perusahaan yang dalam kegiatan
operasionalnya melintasi batas-batas kedaulatan suatu negara dimana perusahaan
tersebut pertama didirikan untuk membentuk anak perusahaan di negara lain yang
dalam operasionalnya di kendalikan oleh perusahaan induk.
Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 (selanjutnya UUPT) tidak
dikenal istilah perusahaan multinasional, karena di dalam UUPT hanya mengenal
istilah perseroan terbatas yang terdapat pada Pasal 1 angka 1 UUPT sebagai berikut :
“Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum
yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian,
melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam
saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini
serta peraturan pelaksanaan.”
Bertitik dari Pasal 1 angka 1 UUPT diatas, tidak dikenal mengenai pengertian
dari perusahaan multinasional, tetapi hanya dikenal perseroan terbatas sebagai badan
hukum di indonesia yang didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha
dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham yang lahir melalui proses
hukum dalam bentuk pengesahan dari Pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
2.
Ciri – ciri perusahaan multinasional41
Perusahaan multinasional secara garis besar memiliki ciri sebagaimana
berikut ini, yaitu :
a. Membentuk cabang-cabang di luar negeri
b. Visi dan strategi yang digunakan untuk memproduksi suatu barang bersifat
global (mendunia), jadi perusaan tersebut membuat atau menghasilkan barang
yang dapat digunakan di semua negara.
c. Lingkup kegiatan income generating (perolehan pendapatan) perusahaan
multinasional melampaui batas-batas negara.
d. Lebih cenderung memilih kegiatan bisnis tertentu, umumnya manufaktur.
e. Perdagangan dalam perusahaan multinasional kebanyakan terjadi di dalam
lingkup perusahaan itu sendiri, walaupun antarnegara.
f. Menempatkan cabang pada negara-negara maju
g. Kontrol terhadap pemakaian teknologi dan modal sangat diutamakan
mengingat
kedua
faktor
tersebut
merupakan keuntungan kompetitif
perusahaan multinasional
h. Pengembangan sistem managemen dan distribusi yang melintasi batas-batas
negara, terutama sistem modal ventura, lisensi, franchise.
3. Bentuk – bentuk perusahaan multinasional
41
http://amrujieo10.blogspot.com/2013/06/pengertian-multinational-corporation-mnc.html
(diakses pada 15 februari 2015)
Universitas Sumatera Utara
Bentuk perusahaan multinasional terdiri atas beberapa bagian yang sangat
diperlukaan dalam menentukan dan membedakan hubungan hukum diantara bagianbagian tersebut berkaitan dengan kegiatan perusahaan multinasional. Bagian-bagian
dari perusahaan multinasional yang melaksanakan kegiatan perusahaannya yaitu :42
a. Induk perusahaan (parent company)
Induk perusahaan adalah suatu perusahaan memiliki dan mengawasi
penanaman modal asing secara langsung, biasanya memiliki anak perusahaannya
yang dinamakan perusahaan affiliated di dua negara atau lebih negara tempat modal
ditanam. Induk perusahaan merupakan pusat pembuat keputusan perusahaan yang
menentukan tujuan-tujuan dan pengawasan-pengawasan berjalannya suatu sistem
secara keseluruhan dalam satu perusahaan. Keputusan-keputusan utama yang dibuat
oleh induk perusahaan dapat berupa pendirian anak atau cabang perusahaan atau
akuisisi perusahaan, penentuan negara yang akan dijadikan lokasi penanaman modal
asing langsung, banyaknya produksi yang akan dibuat, produksi-produksi campuran
yang dilakukan diantara anak perusahaan, komposisi transfer produksi antar anak
perusahaan dan penentuan pasar nasional yang akan dilayani oleh anak-anak
perusahaan.
b. Kantor cabang atau cabang perusahaan (branch atau branch office)
Kantor cabang atau cabang perusahaan adalah suatu kantor yang merupakan
bagian dari induk perusahaan yang beroperasi di negara induk perusahaan atau di luar
negeri atau di negara tempat modal ditanam dan tidak terdiri sendiri atau mempunyai
42
An An Chandrawulan, Loc.Cit, hlm. 182-186.
Universitas Sumatera Utara
status perusahaan. Dari segi hukum cabang perusahaan atau kantor cabang ini hanya
merupakan perpanjangan secara fisik dari induk perusahaan dan tidak mempunyai
status hukum yang terpisah dari induk perusahaan.
c. Kantor pusat (the headquarters atau head office)
Kantor pusat adalah suatu kantor yang didirikan oleh suatu perusahaan
multinasional yang mempunyai kedudukan sebagai kantor pusat atau pusat organisasi
suatu perusahaan multinasional yang biasanya berlokasi di negara tempat induk
perusahaan itu berada atau di negara penanam modal.
d. Anak perusahaan affiliate (daughter atau affiliated company)
Anak perusahaan affiliate atau daughter company adalah perusahaan holding
dari penanaman modal di luar negeri, tanpa melihat bentuk hukum, tetapi biasanya
merupakan suatu anak perusahaan atau suatu subsidiary atau perusahaan gabungan
atau associate, yang didirikan berdasarkan hukum dari negara tempat modal asing itu
dilakukan. Pendiriannya sama dengan pendirian suatu perusahaan domestik di negara
yang bersangkutan, biasanya berbentuk suatu perseroan terbatas.43
e. Anak perusahaan subsidiary
Anak perusahaan adalah sebuah perusahaan yang dikendalikan oleh sebuah
perusahaan yang terpisah yang lebih tinggi (induk perusahaan). Perusahaan yang
dikendalikan disebut sebagai perusahaan korporasi, atau perseroan terbatas, dan
dalam beberapa kasus dapat menjadi pemerintah atau perusahaan milik negara.
43
Di Indonesia pendirian perusahaan ini harus berdasarkan UU Nomor 40 Tahun 2007
Tentang Perseroan Terbatas.
Universitas Sumatera Utara
4. Bentuk pelaksanaan bisnis perusahaan multinasional44
a. Bentuk kontraktual (contractual forms)
Pendirian anak perusahaan dalam praktiknya penyebaran produk yang
dilakukan oleh anak-anak perusahaan multinasional tersebut dilakukan dengan
membuat suatu kontrak, baik kontrak itu dilakukan diantara induk dan anak
perusahaan atau anak perusahaan dengan perusahaan domestik atau induk perusahaan
dengan perusahaan di negara tempat modal ditanam. Hubungan kontraktual tersebut
dapat dibagi dalam 3 (tiga) bentuk, yaitu :
1) Perjanjian distribusi (distribution agreement)
2) Perjanjian produksi (production agreement)
3) Kerja sama antara perusahaan publik dan perusahaan
swasta (public
private partnership)
b. Kepemilikan berdasarkan grup atau kelompok (eqiuty based corporate group)
Terdapat beberapa bentuk kepemilikan berdasarkan grup atau kelompok
perusahaan. Bentuk-bentuk tersebut yaitu :
1) The anglo-american ‘pyramid group’
Bentuk anglo-american ‘pyramid group’ adalah suatu bentuk perusahaan
yang induk perusahaannya memiliki dan mengawasi jaringan secara keseluruhannya
atau sebagian besar anak-anak perusahaan, yang kemudian akan menjadi suatu
perusahaan holding. Induk perusahaan berada pada urutan yang paling atas atau
paling tingg (pyramid structure) di bawahnya terdiri atas grup-grup atau kelompok44
Ibid, hlm. 189-201
Universitas Sumatera Utara
kelompok perusahaan yang merupakan anak-anak perusahaan/subsidiary yang
semuanya berada dalam satu holding perusahaan.
2) Transnasional merger perusahaan Eropa (European transnational
mergers)
Bentuk kepemilikan ini berupa kelompok perusahaan yang diketuai oleh satu
induk perusahaan dan berpatungan dengan perusahaan-perusahaan yang berdiri
sendiri, perusahaan-perusahaan semacam ini memulai dengan usaha patungan,
kemudian membentuk suatu gabungan perusahaan internasional dengan cara merger
antara perusahaan multinasional dan kemudian mengembangkan struktur perusahaan
internasional terpadu
c. Usaha patungan (joint venture)
Usaha patungan atau joint venture yang dalam bentuk hukumnya adalah suatu
kontrak, baik usaha patungan biasa secara kontraktual atau usaha patungan dengan
mendirikan suatu perseroan terbatas yang baru. Joint venture atau usaha patungan
internasional ini dilakukan antara perusahaan-perusahaan multinasional dari lebih
dari satu negara dan sering cara ini digunakan untuk memperluas perusahaan
multinasional dalam menjalankan bisnisnya.
d. Penggabungan non formal antara perusahaan multinasional
Bentuk ini adalah bentuk hukum yang dibuat oleh induk perusahaan
multinasional dengan mendirikan anak-anak perusahaan secara intern baik dengan
cara merger transnasional dan usaha patungan. Hubungan kontraktual dengan
pembentukan anak perusahaan baru ini lebih banyak digunakan untuk joint produksi
Universitas Sumatera Utara
atau produk tertentu atau usaha patungan di bidang jasa. Biasanya penggabungan
anak-anak perusahaan ini juga dilakukan dalam bidang bisnis yang resikonya sangat
besar.
e. Perusahaan multinasional milik negara
Kepemilikan perusahaan multinasional pada perusahaan publik di suatu
negara dilakukan melalui privatisasi yang ditawarkan oleh negara yang bersangkutan.
Kepemilikan ini bisa hanya sebagian tetapi bisa juga mayoritas. Kepemilikan
perusahaan publik oleh perusahaan multinasional dapat terjadi karena :
1) Perusahaan
milik
negara
tersebut
mengambil
strategi
perluasan
perusahaan secara internasional; atau
2) Perusahaan multinasional yang ada dinasionalisasi
Prinsip yang memengaruhi struktur hukum dari perusahaan publik yang
dimiliki oleh perusahaan multinasional adalah hubungan antara negara dengan
perusahaan, khususnya tingkat pengawasan dari negara terhadap perusahaan
multinasional.
f. Perusahaan multinasional yang sifatnya supranasional
Perusahaan multinasional yang sifatnya supranasional adalah perusahaanperusahaan yang dibentuk berdasarkan hukum yang bertujuan meningkatkan kerja
sama antara perusahaan-perusahaan yang terdiri lebih dari satu negara. Bentukbentuk perusahaan tersebut antara lain :
1) Perusahaan supranasional yang dibentuk oleh Masyarakat Eropa
(European Community)
Universitas Sumatera Utara
Masyarakat Eropa (European Community) membentuk suatu undang-undang
pada tahun 2001 tentang perusahaan multinasional yang dibentuk diantara negaranegara eropa. Undang-undang ini memberikan izin pendirian suatu perusahaan Eropa
yang dikenal dengan the Societas Europea (SE). SE dapat didirikan dengan 4 cara
yaitu :
a) Merger antara 2 atau lebih perseroan terbatas yang sudah go public
dari paling sedikit 2 negara anggota yang berbeda;
b) Pembentukan suatu holding perusahaan atau kelompok perusahaan
yang diajukan oleh 2 perseroan terbatas yang sudah go public atau
perusahaan privat dari paling sedikit 2 negara anggota;
c) Pendirian anak-anak perusahaan paling sedikit 2 negara anggota yang
berbeda; dan
d) Transformasi suatu perseroan terbatas publik yang telah mempunyai
anak perusahaan di negara anggota lain yang paling sedikit 2 tahun
SE akan dicatat di negara anggota yang perusahaan tersebut memiliki kantor
kedudukan dan diatur oleh hukum dari negara yang bersangkutan, perusahaan ini juga
dapat mendirikan anak-anak perusahaan sebagai perusahaan SE
2) Perusahaan multinasional andean (the andean multinational enterprise)
The andean multinational enterprise (AME) adalah suatu perusahaan tingkat
regional yang didirikan oleh ANCOM (the andean common market) yaitu suatu
organisasi pasar regional bersama antara negara-negara, seperti Bolivia, Columbia,
Chile, Ecuador, Peru, dan Venezuela. AME dibentuk dengan tujuan untuk
Universitas Sumatera Utara
peningkatan pengembangan kerja sama industri. Bentuk hukum dari AME adalah
suatu perusahaan yang modalnya berasal dari investor nasional lebih dari satu negara
anggota yang bersama-sama memiliki lebih dari 60% modal perusahaan.
3) Perusahaan internasional publik (public international corporation)
Perusahaan ini didirikan oleh 2 negara atau lebih melalui perjanjian
internasional (international treaty). Perusahaan ini menjalankan fungsi ekonominya
yang penting bagi kebijakan publik negara-negara pendiri dan dijalankan oleh
perusahaan yang sifatnya antar-pemerintah (inter governmental). Perusahaan ini
biasanya bergerak dalam bidang energi, transportasi, dan satelit komunikasi.
Perbedaan penting antara perusahaan internasional publik dan perusahaan publik
yang dimiliki oleh perusahaan multinasional adalah bahwa perusahaan internasional
publik diatur oleh suatu perjanjian internasional, tidak diatur oleh suatu (sistem)
hukum nasional tertentu.
5. Pendirian perusahaan multinasional menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas
Pendirian perusahaan multinasional yang didirikan di Indonesia tetap
mengacu kepada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
yang selanjutnya disebut UUPT sebagaimana yang terdapat di dalam Pasal 7 sampai
dengan 14 UUPT. Syarat yang harus dipenuhi dalam pendirian perusahaan
multinasional sebagai badan hukum yang sah di Indonesia, terdiri atas :45
45
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,
Bab II, Pasal 7
Universitas Sumatera Utara
a. Harus didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih
Pengertian “pendiri” (promoters) menurut hukum adalah orang-orang yang
mengambil bagian dengan sengaja (intention) untuk mendirikan perseroan.
Selanjutnya orang-orang itu dalam rangka pendirian itu, mengambil langkah-langkah
yang penting untuk mewujudkan pendirian tersebut, sesuai dengan syarat yang
ditentukan peraturan perundang-undangan.46 Orang yang dimaksud dalam pendirian
perseroan terbatas itu adalah orang-perorangan, baik warga negara Indonesia maupun
orang asing atau badan hukum.
b. Akta pendirian berbentuk akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia
Syarat kedua dalam mendirikan perusahaan multinasional di Indonesia adalah
harus dibuat secara tertulis dalam bentuk akta notaris yang dibuat dalam bahasa
Indonesia, tidak boleh akta dibawah tangan. Keharusan akta pendirian mesti
berbentuk akta notaris, tidak hanya berfungsi sebagai probationis causa, maksudnya
akta notaris tersebut tidak hanya berfungsi sebagai alat bukti atas perjanjian pendirian
perseroan. Tetapi akta notaris itu sekaligus bersifat dan berfungsi sebagai solemnitatis
causa yakni apabila tidak dibuat dalam akta notaris, akta pendirian perseroan itu tidak
memenuhi syarat, sehingga tidak dapat diberikan pengesahan oleh Pemerintah dalam
hal ini Menteri Hukum dan HAM.
c. Setiap pendiri wajib mengambil bagian saham
46
Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), hlm. 162.
Universitas Sumatera Utara
Pada saat pendiri menghadap notaris untuk dibuat akta pendirian, setiap
pendiri sudah mengambil bagian saham perseroan. Tidak sah jika apabila
pengambilan saham perseroan dilakukan sesudah perseroan didirikan.
d. Memperoleh keputusan pengesahan status badan hukum dari menteri
Syarat sahnya pendirian perusahaan multinasional di Indonesia, harus
memperoleh status badan hukum pada tanggal diterbitkannya Keputusan Menteri
mengenai pengesahan sebagai badan hukum perseroan di Indonesia
B. Kedudukan Hukum Perusahaan Multinasional Menurut Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
Menurut Nancy L. Mensch, Multinational Corporations atau MNCs dapat
didefinisikan sebagai entitas yang melakukan kegiatan usaha di beberapa negara
melalui cabang-cabang dan anak-anak perusahaannya di seluruh dunia (terutama di
negara-negara berkembang) dimana kantor pusatnya terletak di negara-negara maju.47
Terdapat beberapa alasan mengapa MNCs memilih untuk melakukan usaha di negara
lain melalui cabang atau anak perusahaannya. Alasan utamanya adalah bahwa
melakukan kegiatan usaha di negara lain memungkinkan MNCs untuk memproduksi
sebuah produk dengan harga yang lebih murah. Hal ini bisa terjadi karena beberapa
sebab, diantaranya adalah keuntungan atas lokasi (location advantages). Keuntungan
47
An An Chandrawulan, Op.Cit, hlm 153
Universitas Sumatera Utara
ini memungkinkan MNCs untuk mendapatkan tenaga kerja dengan gaji yang rendah,
aturan perpajakan yang ringan dan aturan-aturan hukum lain yang lebih longgar.48
Peraturan yang menguasai hak lintas dunia bisnis termasuk bisnis
transnasional, sebagian besar tidak konsisten satu sama lain. Secara teoritis terdapat
kemungkinan bagi negara-negara untuk menyerasikan perundang-undangan mereka,
misalnya dengan jalan mengadakan perjanjian multilateral atau memberi wewenang
kepada badan supranasional untuk mengumumkan seperangkat peraturan yang
mengikat. Akan tetapi, dalam prakteknya jalan ini dihalangi, karena cukup banyak
negara kebangsaan bersikeras dengan hak kedaulatan mereka untuk berurusan dengan
perusahaan asing kalau dianggap perlu. Lagi pula dalam hal ini kepentingan dan
kebijaksanaan negara-negara sangat besar perbedaannya Peraturan yang menguasai
hak lintas dunia bisnis termasuk bisnis transnasional, sebagian besar tidak konsisten
satu sama lain. Secara teoritis terdapat kemungkinan bagi negara-negara untuk
menyerasikan perundang-undangan mereka, misalnya dengan jalan mengadakan
perjanjian multilateral atau memberi wewenang kepada badan supranasional untuk
mengumumkan seperangkat peraturan yang mengikat. Akan tetapi, dalam prakteknya
jalan ini dihalangi, karena cukup banyak negara kebangsaan bersikeras dengan hak
kedaulatan mereka untuk berurusan dengan perusahaan asing kalau dianggap perlu.
Lagi pula dalam hal ini kepentingan dan kebijaksanaan negara-negara sangat besar
perbedaannya.49 Dengan banyaknya peraturan tentang perusahaan multinasional di
48
49
Ibid, hlm. 155.
Peter Kuin, Perusahaan Transnasional (Jakarta : Gramedia, 1983), hlm. 175.
Universitas Sumatera Utara
berbagai negara, serta adanya perbedaan satu sama lain, maka mulailah dirintis oleh
PBB suatu prinsip umum yang bersifat universal melalui salah satu badannya yang
disebut ECOSOC,50
yaitu apa yang diberi nama dengan "Code of Conduct on
Transnational Corporation".
Menurut Mochtar Kusumaatmadja,51 Code of Conduct on Transnational
Corporations yang merupakan hasil prakarsa dari ECOSOC tersebut hanya
merupakan sumber hukum tambahan, yang akan mengikat sebagai hukum (legally
binding) apabila digunakan oleh hakim sebagai dasar hukum untuk memecahkan
suatu sengketa internasional mengenai perusahaan transnasional. Dengan perkataan
lain, tidak mempunyai kekuatan mengikat yang langsung, namun mempunyai
kekuatan tidak langsung dalam perannya membentuk unsur psikologis dalam hukum
kebiasaan internasional.
Ketegasan status hukum perusahaan multinasional sebagai subjek hukum di
negara di mana perusahaan tersebut beroperasi (host country), selanjutnya dapat
dilihat pada Pasal 55 dari Code of Conduct on Transnational Corporations sebagai
berikut :
Entities of transnational corporations are subject to the jurisdiction of the
countries in which they operate. An entity of transnational corporation
50
ECOSOC adalah singkatan dari United Nations Economic and Social Council, yaitu suatu
organ khusus PBB yang menangani masalah-masalah ekonomi dan sosial
51
Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Hukum Internasional Bagian I Umum (Bandung :
Bina Cipta, 1982), hlm. 75.
Universitas Sumatera Utara
operating in a given country in respect of its operations in that country to be
delayed.
Hukum nasional Indonesia ternyata juga memberikan kepada perusahaan
transnasional status sebagai subjek hukum nasional dengan mendudukkannya sebagai
badan hukum. Hal ini dapat dilihat pada ketentuan Pasal 5 Undang-Undang Nomor
25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal sebagai berikut :
(2) Penanaman modal dalam negeri dapat dilakukan dalam bentuk badan
usaha yang berbentuk badan hukum, tidak berbadan hukum atau usaha
perseorangan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas
berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di dalam wilayah negara
Republik Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang.
(4) Penanam modal dalam negeri dan asing yang melakukan penanaman
modal dalam bentuk perseoran terbatas dilakukan dengan:
a. mengambil bagian saham pada saat pendirian perseroan terbatas;
b. membeli saham; dan
c. melakukan cara lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Ketentuan yang diatur dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007
tentang Penanaman Modal sebagaimana dikemukakan di atas, maka perusahaan
transnasional yang akan melakukan kegiatan di Indonesia wajib membentuk badan
hukum Indonesia, khususnya dalam bentuk perseroan terbatas. Dengan demikian,
keberadaan perusahaan multinasional di Indonesia harus tunduk pada hukum
Nasional Indonesia. Oleh karena itu, perusahaan multinasional yang beroperasi di
Indonesia dengan membentuk badan hukum perseroan terbatas berdasarkan hukum
Nasional Indonesia jelas menjadi subjek hukum Nasional Indonesia.52
52
Juajir Sumardi, Op.Cit, hlm. 15-16.
Universitas Sumatera Utara
Kedudukan hukum perusahaan multinasional menurut Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (selanjutnya UUPT) sebagai badan
hukum di Indonesia karena perusahaan multinasional yang berkedudukan di
Indonesia berbentuk perseroan terbatas. Hal ini sebagaimana di atur dalam Pasal 1
angka 1 UUPT sebagai berikut :
“Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum
yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian,
melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam
saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini
serta peraturan pelaksanaan.”
Ketentuan yang terdapat pada Pasal 1 angka 1 UUPT secara jelas menyebut
bahwa perusahaan multinasional yang ada di Indonesia dalam hal ini berbentuk
perseroan terbatas merupakan badan hukum. Namun status badan hukum perusahaan
multinasional ini tidak otomatis diperoleh saat perusahaan multinasional didirikan,
status badan hukum perusahaan multinasional yang berbentuk perseroan terbatas
tersebut menurut Pasal 7 ayat (4) UUPT diperoleh pada tanggal diterbitkannya
Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum perseroan.53
Perusahaan multinasional sebagai badan hukum mandiri di Indonesia
berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 1 UUPT diatas, karena lahir melalui proses
53
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,
Bab II, Pasal 7 Ayat (4)
Universitas Sumatera Utara
hukum. Elemen pokok yang melahirkan suatu perusahaan multinasional sebagai
badan hukum berdasarkan Pasal 1 angka 1 UUPT adalah :54
1.
Merupakan persekutuan modal
Perusahaan multinasional sebagai badan hukum memiliki “modal dasar” yang
disebut juga authorized capital, yakni jumlah modal yang disebutkan atau dinyatakan
dalam Akta Pendirian atau Anggara Dasar Perseroan. Besarnya modal dasar
perseroan menurut Pasal 31 ayat (1) UUPT, terdiri atas seluruh “nilai nominal”
saham. Selanjutnya menurut Pasal 32 ayat (1) tersebut, modal dasar perseroan paling
sedikit Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).
2.
Didirikan berdasarkan perjanjian
Perusahaan multinasional sebagai badan hukum, didirikan berdasarkan
“perjanjian” sebagaimana yang terdapat di dalam Pasal 1 angka 1 UUPT. Berarti,
ditinjau dari segi hukum perjanjian, pendirian perusahaan multinasional sebagai
badan hukum bersifat kontraktual, yakni berdirinya perusahaan multinasional
merupakan akibat yang lahir dari perjanjian. Selain bersifat kontraktual, juga bersifat
konsensual berupa adanya kesepakatan untuk mengikat perjanjian mendirikan
perusahaan multinasional.
Sesuai dengan ketentuan Pasal 27 ayat (1) UUPT, agar perjanjian untuk
mendirikan perseroan sah menurut undang-undang pendirinya paling sedikit 2 (dua)
orang atau lebih. Hal itu ditegaskan pada penjelasan Pasal 27 ayat (1) alinea kedua,
bahwa prinsip yang berlaku berdasarkan undang-undang ini, perseroan sebagai badan
54
Yahya Harahap, Op.Cit, hlm 33-36
Universitas Sumatera Utara
hukum didirikan berdasar perjanjian, oleh karena itu mempunyai lebih dari 1 (satu)
orang pemegang saham. Pemegang saham pada perusahaan multinasional di
Indonesia terdiri dari pemegang saham yang berasal dari Indonesia dan pemegang
saham yang berasal dari asing, namun bisa juga perusahaan mutlinasional tersebut
sahamnya di pegang sepenuhnya oleh pemegang saham yang berasal dari Indonesia
ketika perusahaan multinasional yang ada di Indonesia bertindak sebagai induk
perusahaan, sedangkan perusahaan multinasional tersebut memiliki anak perusahaan
di negara lain sebagaimana ruang lingkup bisnis perusahaan multinasional yang
melintasi batas-batas negara.
3.
Melakukan kegiatan usaha
Sesuai dengan ketentuan Pasal 2 UUPT, suatu perseroan harus mempunyai
maksud dan tujuan serta kegiatan usaha yang tidak bertentangan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan, ketertiban umum, dan atau kesusilaan. Seterusnya
pada Pasal 18 UUPT, ditegaskan maksud dan tujuan serta kegiatan usaha itu, harus
dicantumkan dalam anggaran dasar perseroan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Pada perusahaan multinasional di Indonesia ruang lingkup
kegiatan usahanya melintasi batas-batas kedaulatan suatu negara, bisa perusahaan
multinasional di Indonesia ini bertindak sebagai induk perusahaan yang memiliki
anak perusahaan di negara lain, bisa pula perusahaan multinasional di Indonesia ini
bertindak sebagai anak perusahaan dari negara lain.
4.
Lahirnya perusahaan multinasional melalui proses hukum dalam bentuk
pengesahan dari Pemerintah
Universitas Sumatera Utara
Kelahiran perusahaan multinasional sebagai badan hukum karena dicipta atau
diwujudkan melalui proses hukum sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Itu sebabnya perseroan disebut makhluk badan hukum yang berwujud
artifisial yang dicipta melalui proses hukum, karena untuk proses kelahirannya harus
memenuhi syarat-syarat yang ditentukan peraturan perundang-undangan, apabila
persyaratan tidak terpenuhi, kepada perseroan yang bersangkutan tidak diberikan
keputusan pengesahan untuk berstatus sebagai badan hukum oleh Pemerintah, dalam
hal ini Menteri Hukum dan HAM.
Jadi proses kelahirannya sebagai badan hukum, mutlak di dasarkan pada
Keputusan Pengesahan oleh Menteri. Hal itu ditegaskan pada Pasal 7 ayat (2) UUPT,
yang berbunyi :
“Perseroan memperoleh status badan hukum pada tanggal diterbitkannya
Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum perseroan.”
Sebagai badan hukum perusahaan multinasional merupakan pendukung hak
dan kewajiban, yang dapat mengadakan perbuatan hukum dengan pihak lain.
Perusahaan multinasional yang berbentuk perseroan terbatas memiliki kekayaan
sendiri, yang terpisah dari kekayaan pengurus atau pendirinya. Segala kewajiban
hukumnya dipenuhi dari kekayaan yang dimilikinya itu.55
Kedudukan perusahaan multinasional sebagai badan hukum di Indonesia
dihadapkan dengan doktrin atau ajaran umum (de heersende leer) tentang badan
55
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia (Bandung: Citra Aditya Bakti,
2006), hlm. 101.
Universitas Sumatera Utara
hukum, maka unsur-unsur badan hukum sesuai dengan de heersende leer seperti
adanya kekayaan terpisah, adanya tujuan tertentu, adanya kepentingan tersendiri, dan
adanya organisasi yang teratur.56 Di dalam UUPT, pengaturan tentang hal tersebut
diatur dengan jelas, dan dalam standar akta pendirian perusahaan multinasional yang
berbentuk perseroan terbatas, klausula tersebut merupakan syarat mutlak yang harus
ada dalam anggaran dasar perseroan sebagaimana diatur dalam Pasal 15 UUPT
sebagai berikut :
(1) Anggaran dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) memuat
sekurang-kurangnya:
a. Nama dan tempat kedudukan perseroan;
b. maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan;
c. jangka waktu berdirinya perseroan;
d. besarnya jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor;
e. jumlah saham, klasifikasi saham apabila ada berikut jumlah saham
untuk tiap klasifikasi, hak-hak yang melekat pada setiap saham, dan
nilai nominal setiap saham;
f. nama jabatan dan jumlah anggota Direksi dan Dewan Komisaris;
g. penetapan tempat dan tata cara penyelenggaraan RUPS;
h. tata cara pengangkatan, penggantian, pemberhentian anggota Direksi
dan Dewan Komisaris;
i. tata cara penggunaan laba dan pembagian dividen.
(2) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) anggaran dasar
dapat juga memuat ketentuan lain yang tidak bertentangan dengan
undang-undang ini.
(3) Anggaran dasar tidak boleh memuat :
a. Ketentuan tentang penerimaan bunga tetap atas saham; dan
b. ketentuan tentang pemberian manfaat pribadi kepada pendiri atau
pihak lain.
Setelah perusahaan multinasional yang berbentuk perseroan terbatas memiliki
status badan hukum, sesuai dengan Pasal 3 ayat (1) UUPT, maka pemegang saham
56
Nindyo Pramono, Sertifikasi Saham PT. Go Public dan Hukum Pasar Modal di Indonesia
(Bandung : Citra Aditya, 2006), hlm. 24.
Universitas Sumatera Utara
perseroan terbatas tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat
atas nama perseroan serta tidak bertanggung jawab atas kerugian perseroan melebihi
nilai saham yang telah dimilikinya.
Kedudukan hukum perusahaan multinasional di Indonesia menurut UUPT
adalah sebagai badan hukum biasa yang berbentuk perseroan terbatas. Perseroan
terbatas yang kepemilikan sahamnya bisa dimiliki oleh asing dan dimiliki oleh
Indonesia, bisa juga kepemilikan sahamnya dimiliki sepenuhnya oleh Indonesia tetapi
memiliki cabang ataupun anak perusahaan di negara lain. Maka perusahaan
multinasional dalam menjalankan kegiatan usahanya memiliki hubungan hukum
dengan anak perusahaan atau induk perusahaannya yang berada di negara lain.
Hubungan antara induk dengan anak perusahaan multinasional tidak dikenal
didalam UUPT, hubungan antara induk dengan anak adalah hubungan secara
ekonomi, secara hukum hubungan induk dengan anak perusahaan adalah sebagai
badan hukum mandiri. Dalam UUPT mengatur mengenai kepemilikan saham di
perseroan terbatas yang diatur dalam Pasal 84 UUPT sebagai berikut :
(1) Setiap saham yang dikeluarkan mempunyai satu hak suara, kecuali
anggaran dasar menentukan lain.
(2) Hak suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku untuk :
a. Saham perseroan yang dikuasai sendiri oleh perseroan;
b. saham induk perseroan yang dikuasai oleh anak perusahaannya secara
langsung atau tidak langsung; atau
c. saham perseroan yang dikuasai oleh perseroan lain yang sahamnya
secara langsung atau tidak langsung telah dimiliki oleh perseroan.
Hubungan hukum yang timbul antara induk perusahaan dengan anak
perusahaannya merupakan hubungan antara pemegang saham (induk perusahaan)
Universitas Sumatera Utara
dengan anak perusahaan. Hubungan hukum tersebut diatur secara jelas dalam
anggaran dasar anak perusahaan dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku.
Sebagai contoh suatu anak perusahaan untuk dapat melakukan tindakan hukum
tertentu harus mendapat persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (termasuk induk
perusahaan sebagai pemegang saham mayoritas). Tindakan tertentu tersebut antara
lain adalah : melakukan penyertaan pada perusahaan lain, menerima pinjaman atau
memberikan pinjaman pada perusahaan lain; melakukan perjanjian dengan pihak
ketiga. Segala sesuatu tindakan hukum anak perusahaan yang berhubungan dengan
anggaran dasar harus mendapat persetujuan dari induk perusahaan. Oleh karenanya
organisasi dan manajemen induk perusahaan diatur sebagaimana layaknya perseroan
terbatas biasa yaitu di dalam anggaran dasar induk perusahaan tersebut. Induk
perusahaan melakukan pengawasan terhadap anak perusahaan sebatas posisinya
sebagai pemegang saham dan sebatas diatur dalam anggaran dasar anak perusahaan.
Hubungan antara induk perusahaan dengan anak perusahaan menyebabkan
terbentuknya perusahaan kelompok. Perusahaan kelompok ada apabila lebih dari satu
perusahaan yang secara yuridis mandiri tunduk pada satu pimpinan bersama. Dengan
demikian jelas bahwa dalam suatu perusahaan kelompok ada salah satu perusahaan
berkedudukan sebagai pimpinan sentral untuk mengendalikan perusahaan-perusahaan
yang bergabung. Dampak dari hubungan yang timbul antara induk perusahaan dengan
anak perusahaan didalam perusahaan kelompok adalah karena penguasaan sebagian
besar saham pada anak. Hubungan yang timbul karena induk perusahaan
Universitas Sumatera Utara
menanamkan saham pada anak-anak perusahaannya baik secara langsung maupun
melalui pengambilalihan saham perusahaan lain.
Perusahaan kelompok dapat terjadi melalui penggabungan, peleburan, dan
pengambilalihan
perseroan.
Pengertian
penggabungan
(merger),
peleburan
(konsolidasi), dan pengambilalihan (akuisisi) diatur dalam Pasal 122 sampai dengan
Pasal 134 UUPT.
Induk perusahaan dan anak perusahaan mempunyai anggaran dasar sendirisendiri, karena perusahaan-perusahaan tersebut harus menjalankan usaha seperti yang
telah ditetapkan dalam anggaran dasarnya masing-masing. Dan anggaran dasar
perseroan terbatas merupakan hukum positif bagi perseroan terbatas itu yang apabila
dilanggar akan mengakibatkan transaksi yang dibuat menjadi batal.57
Berdasarkan ketentuan didalam Pasal 122 ayat (1) UUPT, penggabungan ialah
perseroan yang menggabungkan atau meleburkan diri dan berakhir karena hukum,
yang berarti bahwa perusahaan yang menggabungkan diri beralih pada perusahaan
yang menerima penggabungan atau bisa dikatakan perseroan hasil penggabungan
(merger). Dalam merger kerja sama antar perusahaan yang bergabung itu mencakup
kegiatan yang bersifat penuh dan kemandirian pihak-pihak yang melakukan merger
itu tidak ada lagi.
Akuisisi ialah pengambilalihan suatu perseroan oleh perseroan lain,
ditentukan dalam Pasal 125 ayat (2) UUPT, pengambilalihan dapat dilakukan oleh
57
I. G. Rai Widjaja, Pedoman Dasar Perseroan Terbatas (PT) (Jakarta : Pradnya Paramitha,
1994), hlm. 9.
Universitas Sumatera Utara
badan hukum atau orang perorangan. Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 125 ayat (3)
UUPT, pengambilalihan dapat dilakukan melalui pengambilalihan saham yang
mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap perseroan tersebut.
Persyaratan untuk melakukan penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan
dapat dilihat dalam Pasal 127 ayat (1) UUPT yang menentukan RUPS mengenai
penggabungan, peleburan dan pengambilalihan perseroan terbatas yang menentukan
RUPS mengenai penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan perseroan sah
apabila diambil sesuai dengan ketentuan Pasal 87 ayat (1) dan Pasal 89 UUPT.
C. Peranan Perusahaan Multinasional Dalam Pertumbuhan Perekonomian Di
Indonesia
Kebanyakan negara khususnya negara berkembang dan negara miskin
mengharapkan dapat mengembangkan kemampuan mereka dalam menarik dan
memaksimalkan keuntungan
dari
penanaman modal
asing langsung pada
pembangunan perekonomian mereka. Walaupun pemerintah dari hampir setiap
negara industri atau negara berkembang terus mengenakan beberapa pembatasan
terhadap penanaman modal asing langsung yang masuk ke negaranya dan menahan
masuknya perusahaan multinasional terhadap perekonomian mereka, tetapi
kebanyakan pemerintah sadar bahwa apabila sebagai negara berkembang mereka
tidak dapat menarik penanaman modal langsung, negara-negara ini akan mendapat
kesulitan untuk memperoleh pembiayaan, (alih) teknologi dan masuk ke dalam pasar
internasional yang sangat dibutuhkan bagi pembangunan ekonomi negara-negara
Universitas Sumatera Utara
berkembang, walaupun sebenarnya perusahaan multinasional melalui penanaman
modal asing langsung merusak ekonomi dan tujuan pembangunan negara-negara
penerima modal.58
Ketidakhadiran atau tidak adanya perusahaan-perusahaan multinasional dalam
suatu negara dapat merupakan suatu kerugian yang harus dipertimbangkan oleh suatu
negara berkembang karena perdagangan dunia dan penanaman modal asing langsung
terdiri dan dilakukan antar perusahaan-perusahaan multinasional melalui pendirian
subsidiary atau anak-anak perusahaan yang berada di negara-negara yang berbeda.
Produksi barang-barang dan jasa-jasa bagi pasar internasional dilakukan oleh kurang
lebih 79.000 perusahaan multinasional melalui penanaman modal asing langsung
dengan pendirian kurang lebih 790.000 anak perusahaan yang tersebar di seluruh
dunia, khususnya di negara-negara berkembang dan negara terbelakang, seperti Asia
Selatan, Asia Tenggara, Amerika Latin, Karibia, Afrika, dan Eropa. Sebagai
konsekuensi utama dari perkembangan ekonomi seperti ini adalah apabila negara
berkembang tersebut tidak mempunyai perusahaan multinasionalnya sendiri, akan
berdampak pada peran negara tersebut dalam perdagangan internasional.59
Keberadaan perusahaan multinasional sebagai pendorong globalisasi telah
mengubah
pandangan
negara-negara
berkembang,
transformasi
ideologi
mempengaruhi perubahan penting dalam pandangan politik ekonomi negara
berkembang. Oleh karena itu, akhirnya negara-negara ini yang dulu menolak
58
59
An An Chandrawulan, Loc.Cit, hlm. 214
Ibid, hlm. 215.
Universitas Sumatera Utara
perusahaan multinasional sekarang berusaha untuk memperoleh keberuntungan dari
perusahaan multinasional.60
Masuknya perusahaan multinasional dalam pembangunan ekonomi negara,
penerima modal membuat negara-negara penerima modal asing melakukan
pengawasan langsung terhadap penanaman modal asing langsung yang dilakukan
oleh perusahaan multinasional. Menurut Peter T. Muchlinski pengawasan oleh negara
penerima modal terhadap penanaman modal asing langsung dapat dilakukan dalam
tiga hal utama, yaitu :61
Pertama, melakukan pembatasan-pembatasan terhadap penanaman modal
asing langsung yang masuk baik secara keseluruhan atau terhadap sektor-sektor atau
industri tertentu.
Kedua, penanaman modal asing langsung diizinkan setelah melewati beberapa
proses dan memenuhi persyaratan masuk (Entry Requirements).
Ketiga, terhadap perusahaan-perusahaan penanaman modal asing yang
didirikan, semua aktivitas dari investor tunduk kepada hukum tempat penanaman
modal asing langsung tersebut didirikan.
Persyaratan pertama dan kedua merupakan persyaratan masuknya suatu
penanaman modal asing dan merupakan hak berdaulat dari negara penerima modal
untuk mengontrol keberadaan perusahaan multinasional yang masuk ke wilayahnya.
Sedangkan persyaratan ketiga, artinya secara umum penerapan hukum terhadap
60
61
Ibid
Ibid, hlm. 216
Universitas Sumatera Utara
perusahaan penanaman modal asing langsung sama dengan hukum yang diterapkan
terhadap perusahaan domestik. Namun, dalam pelaksanaannya dari hukum-hukum ini
selalu dipengaruhi oleh sifat dan karakter bisnis organisasi perusahaan multinasional
dan aktivitas-aktivitasnya dan pada akhirnya menimbulkan hukum baru sebagai
respon atas kepentingan perusahaan multinasional.
Peranan perusahaan multinasional di negara-negara industri dapat dilihat
sebagai menyatunya berbagai ekonomi serta menambah kebergantungan antara
negara,62 sedangkan bagi negara sedang berkembang terdapat suatu laporan bahwa
jumlah modal yang berasal dari perusahaan multinasional sudah lebih besar
dibandingkan dengan modal yang datang dari negara-negara industri dan modal
domestik.63
Dengan mengandalkan berbagai keunggulan yang dimilikinya, perusahaan
multinasional dapat berperan membantu pembangunan ekonomi suatu negara,
khususnya negara-negara sedang berkembang. Oleh karena itu minimal terdapat
empat fungsi dari perusahaan multinasional, yaitu:64
1. Selaku penanam modal asing bagi negara-negara yang sedang membutuhkannya.
2. Merupakan pemasok teknologi ke negara tempat beroperasinya perusahaan
multinasional tersebut.
62
J. Panglaykim, Loc.Cit, hm. 33.
Mappamanga, Loc.Cit, hlm. 66.
64
Juajir Sumardi, Loc.Cit, hlm. 18
63
Universitas Sumatera Utara
3. Dapat berfungsi sebagai penyalur bantuan dari negara-negara maju maupun dari
lembaga-lembaga internasional kepada negara-negara berkembang atau yang
membutuhkannya.
4. Sebagai suatu tempat untuk mendapatkan keterampilan dalam bekerja, melalui
suatu pengkaderan tenaga kerja dari negara di mana perusahaan tersebut
beroperasi.
Pertumbuhan perusahaan multinasional di Indonesia dan dampaknya terhadap
produktivitas dalam perkembangan industri atau pabrikan telah dimulai pada awal
tahun 1990-an dan terus berkembang hingga Indonesia mengalami krisis moneter.
Bahkan, setelah krisis moneter perusahaan multinasional ini jumlahnya semakin
meningkat melalui pendirian anak-anak perusahaan atau perndirian cabang atau
dengan melakukan
usaha patungan dengan perusahaan swasta nasional maupun
dengan badan usaha milik negara.
Menurut Badan Pusat Statistik Indonesia, keberadaan perusahaan-perusahaan
multinasional bertambah terus antara tahun 1986 hingga 1997 dengan rata-rata
kenaikan 20% dan bertambah lagi setelah makin dibukanya peluang masuknya
penanaman modal asing ke Indonesia setelah tumbangnya era Orde Baru.65
Perkembangan keberadaan perusahaan-perusahaan multinasional saat ini
sangat jelas terutama setelah adanya deregulasi pada tahun 1992 dan deregulasi tahun
1994 serta penandatanganan letter of intend antara Indonesia dengan IMF yang
mensyaratkan dibukanya atau dihapusnya rintangan-rintangan penanaman modal
65
An An Chandrawulan, Op.Cit, hlm. 367.
Universitas Sumatera Utara
asing dan perdagangan internasional dan membolehkan kepemilikan saham penanam
modal asing 100% tanpa ada persyaratan untuk mengalihkan kepada perusahaan
nasional baik swasta nasional maupun badan usaha milik negara atau keharusan
menanamkan modalnya kembali dari keuntungan yang didapat perusahaan yang ada
di Indonesia.
Meningkatnya keberadaan perusahaan multinasional terutama pada era
reformasi terus bertambah terutama pada industri-industri berat dengan kepemilikan
melalui merger atau akuisisi, misalnya hal ini terjadi pada perusahaan-perusahaan
Jepang antara lain Honda, Nisan, Daihatsu, Suzuki, Hino, dan Toyota. Selain itu,
perusahaan multinasional juga menguasai industri plastik dan baja.
Keberadaan perusahaan multinasional juga meningkatkan lapangan pekerjaan,
pada tahun 2000 hingga 2005 bertambah 7%. Tenaga kerja Indonesia pada
perusahaan-perusahaan multinasional meningkat terutama pada industri makanan
olahan, tekstil, produk baja, alas kaki, kimia, karet, plastik, pakaian luar, produk
elektik, dan alat-alat transportasi.
Produktivitas tenaga kerja banyak dibutuhkan terutama oleh perusahaanperusahaan multinasional yang beroperasi pada industri berat dengan kepemilikan
saham mayoritas pada perusahaan atau pabrik tersebut. Adapun kepemilikan
perusahaan-perusahaan multinasional di Indonesia selain dengan kepemilikan 100%
Universitas Sumatera Utara
juga banyak yang mempunyai kepemilikan mayoritas sekitar 90% - 100%, 50% 89%.66
Bagi Indonesia dampak positif keberadaan perusahaan multinasional pada
peningkatan standar kehidupan masyarakat terutama yang bekerja pada pabrik-pabrik
yang dimiliki oleh perusahaan multinasional. Perusahaan-perusahaan multinasional
tersebut membayar upah yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaanperusahaan atau pabrik-pabrik yang dimiliki oleh pengusaha swasta nasional.
Dalam bidang perdagangan internasional, keberadaan perusahaan-perusahaan
multinasional di Indonesia berperan penting. Hal ini disebabkan sebagian ekspor dari
Indonesia ke negara lain dilakukan oleh perusahaan-perusahaan multinasional dengan
kemampuan dan penguasaan jaringan yang luas, dibandingkan dengan perusahaanperusahaan domestik.
Peluang ekspor yang dilakukan oleh perusahaan multinasional ini juga
disebabkan oleh kebijakan pemerintah di kebanyakan negara berkembang termasuk
Indonesia memberikan perlakuan yang istimewa kepada perusahaan-perusahaan
multinasional ini terutama kepada perusahaan-perusahaan multinasional yang
berorientasi kepada ekspor. Sekitar 50% ekspor Indonesia dilakukan oleh perusahaan
multinasional terutama bidang makanan olahan, perkayuan, dan perkakas rumah
tangga dan kimia termasuk karet dan plastik, rokok, baja, dan produk-produk baja
kulit dan tekstil.67
66
67
Ibid, hlm. 367.
Ibid, hlm. 368.
Universitas Sumatera Utara
Download