Jurnal 7 - Perludem

advertisement
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
Jurnal#5#7
Jurnal
Februari
Januari
2013
2015
EVALUASI
PENEGAKAN HUKUM
TRANSPARANSI,
PEMILU
2014
PARTISIPASI, DAN
DEMOKRASI
Jurnal Pemilu dan Demokrasi adalah jurnal tiga bulanan yang diterbitkan oleh Yayasan Perludem.
Perludem menerima kontribusi tulisan dan pemikiran dari khalayak luas untuk dapat diterbitkan dalam
Jurnal Pemilu dan Demokrasi. Lebih lengkap hubungi Redaksi.
i
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
perempuan.
Seperti
halnya
keterwakilan
perempuan sebagai salah satu
EVALUASI
PENEGAKAN
HUKUM
PEMILU
2014
Jurnal Pemilu dan Demokrasi #7
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
DEWAN PENGARAH
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
Didik Supriyanto, S.IP., M.Si.
Prof.
Topo
Santoso, S.H., M.H.,
Ph.D.
30%
keterwakilan
perempuan.
Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
PENANGGUNG
JAWAB
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
Titi Anggraini
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
PEMIMPIN REDAKSI
akan
berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
Veri
Junaidi
hukum dan
pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
REDAKTUR
PELAKSANA
Fadli Ramadhanil
Paramastuti
dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Lia
Wulandari
Pengalaman
Perempuan
TATA LETAK DAN DESAIN
SAMPUL Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
Jabrik.com
2009.”
Alamat Redaksi:
berhubungan
Jalan Masih
Tebet Timur
IVA No. 1, Tebet, dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Jakarta Selatan
Supriyanto
dan
Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Telp: 021-8300004 Fax: 021-83795697
Perludem.org, [email protected]
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
KATA PENGANTAR
Proses transisi kekuasaan Republik Indonesia berjalan
dengan baik. Estafet kekuasaan beralih dengan sukses dan
damai. Rezim pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono
yang merupakan “produk” Pemilihan Umum tahun 2009
telah berganti dengan seluruh produk Pemilu 2014. Mulai
dari anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/
Kota, dan Presiden Joko Widodo.
Dengan telah dilantiknya Presiden Joko Widodo pada
tanggal 20 Oktober 2014 yang lalu, maka berakhir sudah
seluruh tahapan panjang Pemilu 2014. Proses yang sudah
berjalan selama hampir dua tahun ini, tentu memberikan
pembalajaran yang teramat mendalam bagi perkembangan
demokratisasi di Indonesia. Tidak hanya pembelajaran
bagi bangsa sendiri, sebagai salah satu negara demokrasi
terbesar di dunia, Indonesia telah menjadi “laboratorium”
berharga bagi dunia internasional.
Perkembangan demokrasi Indonesia yang sangat pesat,
telah mengundang decak kagum banyak dunia internasional.
Banyak negara di belahan dunia mengapresiasi “transisi
damai’ kekuasaan di Indonesia melalui Pemilu 2014.
Terlepas dari semua keberhasilan itu, tentu harus tetap
ada hal yang harus diperbaiki dan diperbaharui untuk
menyempurnakan proses pemilu kedepannya. Salah satu
sektor yang menjadi perhatian adalah bagaimana proses
penegakan hukum pemilu berjalan. Penegakan hukum
iii
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
adalah salah satu unsur penting di dalam penyelenggaraan
pemilu.
Jika
proses
penegakan
hukum berjalan
secara
fair,yang akan
merupakan
suatu
upaya
untuk menyelamatkan
kebijakan
publik
adil,
jujur,
dan terbangun
dengan
sistem
yang
kuat,
maka
dibuat
oleh politisi
dan pemerintah
yang
terpilih
untuk
memerintah.
salah
satu indikator
pemilu
demokratis
Pandangan
Hamdan
tersebut
berkaitan sudah
denganterpenuhi.
apa yang disampaikan
Perkumpulan
Untuk
Pemilu “Menelusuri
dan Demokrasi
(Perludem),
Yuna
Farhan melalui
tulisannya
Siklus
Politisasi Anggaran
pada Tahun
Pemilu.”
Yuna
menjelaskan
bahwa
Political
sebagai
lembaga
yang
fokus
mengawal
proses,
dan budget
ikut cycles
sudah menjadi
universaldalam
didukung
dengan berbagai studi
terlibat
dalam fenomena
banyak bagian
penyelenggaraan
empiris
di
berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang
mempengaruhi
Pemilu 2014, menerbitkan jurnal dengan tema
khusus, politcal
budget cycles
seperti perubahan
pada2014”.
strukturJurnal
anggaran
baik secara
“Evaluasi
Penegakan
Hukum pola
Pemilu
edisi
agregat
maupun
secara spesifik
tahun-tahun
Pemilu, terkonfirmasi
ini
menjadi
menarik,
karena pada
merupakan
“jawaban”
dari
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Jurnal Perludem edisi sebelumnya, yang bertemakan
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
“Memotret Penegakan Hukum Pemilu 2014”. Pada jurnal
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
edisi sebelumnya tersebut, tulisan berbicara terkait dengan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
desaian penegakan hukum pemiu yang “disediakan” oleh
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
undang-undang. Sementara, untuk edisi ini, akan menjawab
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
bagaimana desaian yang tersedia tersebut berjalan, dan apa
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
saja yang berhasil dan tidak berhasil dicapai.
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
Terdapat
tulisan
judul UU
“Potret
syarat
verifikasi
faktualVeri
untukJunaidi,
menjadi dengan
peserta pemilu.
No. 8 Tahun
Pemilu
Dalam Sengketa”.
Tulisan
berfokus
pada
hasil
2012 menegaskan
setiap partai
politikini
peserta
pemilu
harus
memenuhi
pemantauan
danperempuan.
penelitianKondisi
Perludem
terhadap
proses
30% keterwakilan
ini patut
diperjuangkan,
mengingat
praktik selamahasil
ini, pihak
yang
duduk
baikberjalan
di parlemen
maupun pemerintah
perselisihan
Pemilu
2014
yang
di Mahkamah
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
Konstitusi. Dengan detail Veri menuliskan, fenomena- hal ini
akan berdampak
negatif
mandeknya
aspirasi
fenomena
penting
yangterhadap
terungkap
di MK. Mulai
dariperempuan
jumlah dalam
hukum dan
pemerintahan.
Dan kondisi
tersebut serta
telah ditulis
oleh Nindita
perkara,
regulasi
dan desaian
sengketa,
problem
Paramastuti
tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
hukum
acaradalam
di MK.
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
Berikutnya ada tulisan Tigor Hutapea. Tulisan yang
2009.”
berjudul Evaluasi Penegakan Hukum Pemilu: Pengalaman
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Paralegal Pemilu Dalam Penegakan Hukum Pemilu”
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
bercerita tentang bagaimana salah saltu bentuk partisipasi
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
iv
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
masyarakat dengan membentuk paralegal pemilu. Banyak
temuan pelanggaran yang disampaikan oleh paralegal
pemilu. Namun saying, ditengah partisipasi masyarakat
yang menguat dan beragam, masih terbentur dengan sistem
dan mekanisme pelaporan pelanggaran yang belum rapi.
Setelah Tigor, ada tulisan pakar dan praktisi hukum
tata negara, Refly Harun. Refly dalam tulisannya kali coba
mengusulkan transformasi menyeluruh dari Bawaslu. Kadar
kerja Bawaslu yang selama ini bertungkus pada pengawasan,
coba lebih difokuskan pada fungsi penyelesaian sengketa.
Beberapa alasan yang dikemukakan oleh Refly adalah,
tolak ukur kerja pengawasan amat sulit mengukurdan
merasakan manfaatnya. Disamping itu juga akan lebih baik,
jika pengawasan pemilu dilakukan oleh peserta pemilu,
pemantau pemilu, dan masyarakat saja.
Tulisan keempat setelah Refly, ada tulisan Lia Wulandari.
Lia dalam tulisannya mengulas tuntas problem pelaporan
dana kampanye dan membuktikan politik biaya tinggi justru
mempersubur praktik politik uang dan merusak nilai-nilai
demokrasi yang ingin dibangun. Studi tulisan ini dilakukan
pada proses pemilihan kepala derah Kabupaten Garut, yang
secara nyata membuktikan kepada Kita, bahwa regulasi
pemilu Kita kedepan sangat membutuhkan pembatasan
dana kampanye dan sanksi hukum yang tegas.
Setelah itu, ada tulisan dari Heroik Mutaqin. Tulisan
yang berjudul Reformasi Sistem Kepartaian Setengah Hati
ini coba melihat problem sistem multipartai dan sistem
pemerintahan presidensil di Indonesia. Di dalam tulisan ini
dia juga mengulas bagaimana pengaruh benturan dua sistem
v
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
ini dengan desaian pemilu di Indonesia, serta rekomendasi
alternatif
perbaikan
kedepan
harus seperti apa.
merupakan
suatu upaya
untuk menyelamatkan
kebijakan publik yang akan
dibuat
oleh politisi
danPerludem
pemerintahedisi
yang terpilih
memerintah.
Terakhir,
jurnal
#7 iniuntuk
ditutup
oleh
gagasan
Ramlan
Surbakti.
Ramlan
dalam
tulisan
kali disampaikan
ini
Pandangan
Hamdan
tersebut
berkaitan
dengan
apa yang
mengagas
adanya
lembaga
yang“Menelusuri
mengawasi Siklus
dana kampanye
Yuna Farhan
melalui
tulisannya
Politisasi Anggaran
pada Tahun
Yuna menjelaskan
bahwa Political
budget cycles
pemilu
dari Pemilu.”
partai politik.
Ini didasarkan
pada belum
sudah menjadi
universal didukung
studi
adanya
lembagafenomena
yang mengawasi
tiga hal dengan
pentingberbagai
dari
empiris
di
berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang
mempengaruhi
politcal
keuangan partai politik, yakni penerimaan, pengelolaan,
budget
cycles seperti perubahan
pola pada struktur anggaran baik secara
dan
pertanggungjawaban
keuangan.
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
Kami berharap, dengan terbitnya jurnal Perludem edisi
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
ketujuh ini, dapat menjadi sumbangsih yang memberikan
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
harapan besar terhadap proses perbaikan pemilu kedepan,
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
terkhusus
untuk penegakan
hukum.
dalam
rangka
political corruption
cycle atau
siklus Terakhir,
korupsi politik
pada
tahun-tahun
usaha
untuk
terus
mengabdi
kepada
ilmu
pengetahuan,
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Kami ucapkan terima kasih kepada para penulis yang telah
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
menuangkan
buah pikir
yang tentu
amat sangat
juga perlu dibatasi
mengingat
perbedaan
hakikatbermanfaaat
antara laki-laki dan
bagi
Kita
semua,
dan
selamat
membaca.
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
2012
menegaskan
setiap
Jakarta,
Januari
2014partai politik peserta pemilu harus memenuhi
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
akan
berdampak
negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
Titi
Anggraini
hukum
dan pemerintahan.
Direktur
Eksekutif Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
vi
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................ iii
Daftar Isi........................................................................................................ vii
Potret Pemilu Dalam Sengketa, oleh: Veri Junaidi...............................1
A. Anatomi Permohonan Sengketa Pemilu di MK.............................................3
A. Meningkatnya Ketidakpuasan terhadap Proses dan Hasil Pemilu...............17
B. Inkonsistensi Waktu Pengajuan Gugatan dan Perubahan Jumlah Kasus ....24
C. Proporsional Terbuka, Menabuh Genderang Sengketa Internal..................28
D. Potret Modus Kecurangan Pemilu dalam Putusan Mahkamah...................36
E. Kembalinya Mahkamah Kalkulator ...........................................................46
F. Hukum Acara Mahkamah Konstitusi..........................................................48
G.Kesimpulan...............................................................................................58
Daftar Pustaka................................................................................................63
Evaluasi Penegakan Hukum Pemilu: Pengalaman Paralegal Pemilu
dalam Penegakan Hukum Pemilu, oleh: Tigor Hutapea....................69
A.Pendahuluan ............................................................................................71
B. Temuan kasus ..........................................................................................74
C.Analisa .....................................................................................................79
D.Kesimpulan...............................................................................................87
Transformasi Pengawas Pemilu: dari Pengawas ke Pengadil,
oleh: Refly Harun.................................................................................91
A.Pendahuluan.............................................................................................93
B. Tiga Fungsi ...............................................................................................95
C. Reformasi Fungsi.......................................................................................97
D. Keanggotaan Bawaslu dan Bawaslu Provinsi...........................................100
E.Kesimpulan ............................................................................................100
vii
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
Politik Biaya Tinggi Dalam Pemilihan Kepala Daerah,
oleh: Lia Wulandari...........................................................................103
merupakan
suatu
upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan
A.
Latar Belakang
.......................................................................................105
B.
Permasalahan
dan
Penelitianyang
...............................................108
dibuat oleh politisiPertanyaan
dan pemerintah
terpilih untuk memerintah.
C. Tinjauan Pustaka.....................................................................................109
Pandangan
Hamdan
tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
D. Metode
Penelitian
.................................................................................112
E.
Metode
dan Tahapan
Riset.
.....................................................................113
Yuna
Farhan
melalui
tulisannya
“Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
F.pada
Lokasi
Penelitian.....................................................................................114
Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
G. Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Garut.............................................116
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
empiris diSistem
berbagai
Negara.Setengah
Berbagai Hati,
variabel yang mempengaruhi politcal
Reformasi
Kepartaian
oleh:
Heroik
Mutaqin
Pratama.........................................................117
budget
cycles
seperti
perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
A.Pendahuluan.
.
.........................................................................................118
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
B. Relasi Antara Sistem Pemilu & Sistem Kepartaian....................................120
dalam
praktek
penganggaran
di2012:
Indonesia
yang berkaitan dengan siklus
C.
Dinamika
Formulasi
UU No. 8 Tahun
Antara Pragmatisme
dan Idealisme.
.........................................................................................126
Pemilu
2009 ataupun
menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
D.
Hasil
danmenjadi
Prospek Sistem
Kepartaian
.......................................134
ini,
yang
perhatian
tidakIndoneisa.
hanya .political
budget cycles, melainkan
E. Kesimpulan ..............................................................................................141
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
PemiluPengawas
yang telah
meningkat
dengan
ekstrim.
Badan
Dana
Kampanye
Pemilu,
oleh: Ramlan Surbakti.......................................................................145
Masyarakat
tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
A.Pendahuluan.
..........................................................................................146
juga
perluPengaturan
dibatasi Kedepan................................................................150
mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
B.
Gagasan
C.Kesimpulan.............................................................................................151
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
Daftar Pustaka..............................................................................................155
2012Penulis.
menegaskan
setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
Profil
................................................................................................157
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
viii
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
POTRET PEMILU
DALAM SENGKETA
Oleh: Veri Junaidi1
ABSTRAK
Salah satu tahapan yang paling penting di dalam
penyelenggaraan pemilihan umum adalah proses perselisihan
hasil pemilu. Mekanisme penyelesaian sengketa terhadap
hasil pemilu menjadi penting karena dapat memperkuat
putusan rekapitulasi suara yang dilakukan oleh Komisi
Pemilihan Umum (KPU), atau bisa juga putusan MK
mengkoreksi apa yang telah ditetapkan oleh KPU. Untuk
proses sengketa hasil Pemilu Legislatif 2014, hampir seluruh
partai politik mengajukan sengketa ke Mahkamah Konstitusi.
Dua belas partai politik nasional mengajukan keberatan ke
MK. Sementara, dari 3 partai politik lokal yang ada di Aceh,
hanya Partai Aceh yang tidak mengajukan sengketa. Jumlah
total seluruh perkara yang diajukan oleh pemohon, mulai
dari partai politik, perseorangan calon anggota legislatif, dan
perseorangan calon anggota DPD, menurut tulisan ini adalah
716 perkara. Daerah yang paling banyak di sengketakan ke
MK adalah Provinsi Papua, yakni ada 80 perkara. Sementara
itu, tingkatan sengketa yang paling banyak terjadai di KPU
1 Penulis adalah Deputi Direktur Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi
(Perludem)
1
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
Kab/Kota.n Untuk sengketa internal partai, Partai Golkar
merupakan
suatu
upaya
untuk menyelamatkan
publik
menjadi
yang
paling
banyak,
yaitu 48 kasus.kebijakan
Hal yang
plingyang akan
dibuat oleh
politisi dan adalah
pemerintah
yangdengan
terpilih penggembosan
untuk memerintah.
banyak
dipersoalkan
terkait
Hamdan tersebut
dengan apa
yang
disampaikan
danPandangan
penggelembungan
suara. berkaitan
Catatan penting
yang
dapat
Yuna Farhan melalui
tulisannya
“Menelusuri
disampaikan
dari proses
sengketa
hasil Siklus
pemiluPolitisasi
adalah,Anggaran
pada Tahun
Pemilu.” Yuna
menjelaskan
bahwa Political
budget cycles
adanya
inkonsistensi
MK dalam
menerapkan
batas waktu
sudah menjadi
fenomena yang
universal
didukung
dengan
studi
pengajuan
permohonan
hanya
3 x 24
jam berbagai
sejak
empiris
di
berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang
mempengaruhi
politcal
pengumuman hasil rekapitulasi oleh KPU. Disamping itu,
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
dalam
proses persidangan, MK juga membatasi para pihak
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
untuk mengajukan saksi. Meskpun pertimbangannya adanya
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
pembatasan waktu penyelesaian perkara, namun prinsip
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
peradilan materil untuk mencari keadilan substantif tidak
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
bisa kepada para pihak diberikan pembatasan pengajuan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
jumlah
saksi.
Terakhir,
proses
persidangan
Pemilu yang
telah
meningkat
dengan
ekstrim. sengketa hasil
pemilu di MK kemarin, tidak membuka dan memeriksa alat
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
bukti yang diajukan di depan persidangan. Melainkan alat
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
bukti
hanya diperiksa
oleh kepaniteraan
MK.
perempuan.
Seperti halnya
keterwakilan perempuan
sebagai salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
30%
keterwakilan
perempuan.
Kondisi
diperjuangkan, mengingat
One
of the most
important
stagesini
inpatut
the implementation
praktik
selama
ini, pihak
dudukof
baik
di parlemen
maupun
pemerintah
of
general
election
is ayang
process
election
result
dispute.
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
The mechanism of dispute resolution to the election results hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
becomes
important because it can strengthen the decision
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
of vote recapitulation which is done by the General Elections
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Commission (KPU), or MK’s decision can correct the things
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
determined by KPU. To the dispute process of the 2014
2009.”
ABSTRACT
legislative election results, almost all political parties filed
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
a dispute to the Constitutional Court (MK). 12 national
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
political parties filed their objections to MK. Meanwhile,
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
2kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
POTRET PEMILU DALAM SENGKETA
from 3 local political parties in Aceh, only Aceh Party did
not file a dispute. The total numbers of all cases filed by
the plaintiffs, starting from political parties, individuals
of legislative member candidates, and individuals of DPD
member candidates were 716 cases, according to this
writing. The region filed mostly in dispute to MK was Papua
province with 80 cases. Meanwhile, the dispute mostly
happened in KPU in the regency/city level. For the party’s
internal dispute, Golkar Party had the most with 48 cases.
The aspect argued mostly was related to the vote reduction
and bloating. An important note that can be conveyed from
the process of election result dispute is the inconsistency of
MK in applying the time limit of filing petition which was
only 3 x 24 hours since the announcement of recapitulation
results by KPU. Besides, in the trial process, MK limited the
parties to present a witness. Although the consideration
was the existence of limited time for the case resolution, the
principle of material judgment to seek justice substantially
could not give the limited number for the parties to present a
witness. Finally, the trial process of election result dispute at
MK could not open and examine the proof tools submitted
in the trial, except the proof tools that were only examined
by MK secretariat.
A. ANATOMI PERMOHONAN SENGKETA
PEMILU DI MK
Jam dinding Mahkamah Konstitusi (Mahkamah)
mulai bekerja, menghitung mundur waktu pengajuan
permohonan perselisihan hasil pemilu. Saat itu tepat pukul
3
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
23.51 WIB, pada Jumat, 9 Mei 2014 yakni saat-saat terakhir
bagi
Komisisuatu
Pemilihan
Umum
(KPU) untuk
menetapkan
merupakan
upaya untuk
menyelamatkan
kebijakan
publik yang akan
hasil
pemilu
secara
nasional.
Penetapan
hasil
pemilu
inilah
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
yang
kemudian
menandai
dimulainya
waktuapa
pengajuan
Pandangan
Hamdan
tersebut
berkaitan dengan
yang disampaikan
permohonan
perselisihan
hasil
pemilu
(PHPU)
oleh
pesertaAnggaran
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
pemilu
baik Pemilu.”
partai politik,
calon anggota
legislatif
maupun
pada Tahun
Yuna menjelaskan
bahwa
Political
budget cycles
calon
anggota
Dewan
Perwakilan
Daerah
(DPD).
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
empiris
di berbagai
Negara.
variabel
yang mempengaruhi
Timer
itu bekerja
atasBerbagai
perintah
undang-undang
yang politcal
budget cyclesdalam
seperti perubahan
pada struktur
anggaran
baik secara
diturunkan
peraturan pola
Mahkamah.
Perintah
agar
agregat maupun
secara
spesifik
pada
tahun-tahun
permohonan
PHPU
harus
sudah
diajukan
dalamPemilu,
3 x 24 terkonfirmasi
jam
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
sejak ditetapkannya hasil pemilu secara nasional oleh KPU.
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
Karenanya ketika KPU mengetok palu penanda penetapan
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
hasil pemilu, maka saat bersamaan waktu pengajuan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
permohonan di Mahkamah bekerja. Artinya, penetapan
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
hasil pemilu oleh KPU, tidak serta merta menghentikan
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
seluruh persoalan pemilu dan tuntas saat itu juga.
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
Penetapan
hasil pemilu
justru bermakna
lain, menandai
perempuan.
Seperti
halnya keterwakilan
perempuan
sebagai salah satu
waktu
baru bagi
semua
memindahkan
syarat verifikasi
faktual
untukpihak
menjadi
peserta pemilu.keriuhan
UU No. 8 Tahun
dari
KPUsetiap
menuju
Mahkamah.
Ketok
paluharus
Ketua
2012 Kantor
menegaskan
partai
politik peserta
pemilu
memenuhi
KPU-Husni
Kamil
Manik berarti
pertanda
menutup
30% keterwakilan
perempuan.
Kondisi
ini patut untuk
diperjuangkan,
mengingat
praktikrekapitulasi
selama ini, pihak
yang
duduk
baik di parlemen
maupun
pemerintah
babak
suara
dan
mengalihkannya
dalam
ruang
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
sengketa di Mahkamah. Karena itu, bola panas ketidakpuasan hal ini
akan berdampak
negatif
aspirasi perempuan
peserta
berpindah
saatterhadap
itu jugamandeknya
dan tanggungjawab
untuk dalam
hukum dan pemerintahan.
Dan kondisi
tersebut
telah
ditulis oleh Nindita
menegakkan
kedaulatan rakyat
berada
ditangan
Mahkamah
.Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
Kondisi ini tidak hanya mengalihkan beban dari KPU
2009.”
ke Mahkamah, tapi yang pasti perjuangan partai politik,
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
caleg dan calon anggota DPD belum usai. Babak baru
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
ini harus ditempuh untuk memastikan posisi mereka
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
4kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
POTRET PEMILU DALAM SENGKETA
dalam perolehan suara maupun kursi di DPR, DPRD dan
DPD. Sisa-sisa pertarungan di KPU harus segera mereka
tinggalkan dan kembali fokus menghadapi perjuangan
yang lebih berat di Mahkamah. Peserta pemilu harus segera
mengonsolidasikan bukti dan mengumpulkan saksi untuk
merekonstruksi menjadi satu argumentasi utuh dan kuat
dalam permohonan yang harus diajukan dalam waktu
sangat singkat (3 x 24 jam). Tentu ini merupakan proses
yang tidak sederhana dan pastinya menguras banyak waktu,
tenaga serta biaya. Kompleksitas pengajuan permohonan
terbukti dalam singkatnya waktu pengajuan permohonan 3
x 24 jam itu. Ketika hasil pemilu ditetapkan Jumat (9 Mei
2014), calon pemohon hanya memiliki hari Sabtu, Minggu
dan Senin pukul 23.51 WIB (12 Mei 2014) untuk mengajukan
permohonan. Berdasarkan hasil pantauan lapangan, 2
hari pertama (Sabtu-Minggu), tidak ada satupun partai
politik dan caleg yang mendaftar ke Mahkamah. Hanya
beberapa orang caleg dan calon anggota DPD yang terlihat
mendatangi Mahkamah berkonsultasi sebelum mengajukan
permohonan.
Suasana lobi Mahkamah pun masih terasa sepi, padahal
waktu pengajuan permohonan menunjukkan pukul 20.30
Wib pada Senin 12 Mei 2014, tepatnya 3 jam menjelang
detik-detik penutupan pengajuan permohonan. Kondisi
ini akhirnya memunculkan banyak spekulasi dan prediksi,
yakni permohonan tidak akan banyak. Namun ada juga
yang tetap yakin akan membludaknya permohonan.
Prediksi berseliweran, dengan jumlah peserta pemilu hanya
15 partai, permohonan tidak akan lebih dari jumlah kasus
5
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
pada 2009 yakni 625 kasus.
Prediksi suatu
itu upaya
cukup
kuat
jika melihat
suasana
merupakan
untuk
menyelamatkan
kebijakan
publikdiyang akan
dibuat oleh politisi
danhingga
pemerintah
terpilih
Mahkamah,
karena
pukulyang
20.30
WIBuntuk
barumemerintah.
4 orang
calon
anggota Hamdan
DPD dan
satu partai
yang
mendaftar.
SatuPandangan
tersebut
berkaitan
dengan
apa yang
disampaikan
satunya
partaimelalui
itu adalah
Partai“Menelusuri
Nasdem yang
mengajukan
Yuna Farhan
tulisannya
Siklus
Politisasi Anggaran
pada Tahun Pemilu.”
Yuna WIB.
menjelaskan
Political
budget cycles
permohonan
pukul 19.00
Denganbahwa
demikian,
Nasdem
sudah menjadi
fenomenayang
universal
didukung
dengan berbagai
studi
menjadi
partai pertama
mengajukan
permohonan
ke
empiris
di
berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang
mempengaruhi
politcal
Mahkamah.
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
Namun prediksi itu salah, karena menit-menit berikutnya
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
berkelompok-kelompok orang berdatangan, berkumpul
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
hingga membuat Ruang Lobi Mahkamah riuh redam
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
layaknya pasar malam. Kondisi ini sangat kontras dibanding
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
beberapa
menit sebelumnya.
Orang
dengan
political corruption
cycle atau siklus
korupsi
politik beragam
pada tahun-tahun
atribut
partai
berwarna-warni,
pengacara
ber-Jas,
petugas
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Mahkamah dan petugas kepolisian berseragam, mungkin
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
juga
petugas
polisi berpakaian
sipil berseliweran.
juga beberapa
perlu dibatasi
mengingat
perbedaan hakikat
antara laki-laki dan
Beberapa
pegiat
media
juga
sibuk
mencari
informasi
dan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai
salah satu
menemui
narasumber,
jugamenjadi
beberapa
rekan
pemantau
syarat verifikasi
faktual untuk
peserta
pemilu.
UU No. 8 Tahun
maupun
ahli hukum
yang
turutpolitik
meramaikan
suasana.
2012 menegaskan
setiap
partai
peserta pemilu
harus memenuhi
30%
keterwakilan perempuan.
Kondisi ini patut
diperjuangkan,
mengingat
Masing-masing
sibuk menjalankan
aktifitasnya.
Petugas
praktik selama
ini, pihak
yang
duduk
baikLobi
di parlemen
maupun pemerintah
Pamdal
Mahkamah
yang
ada
di pintu
sibuk memeriksa
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
identitas setiap orang yang akan memasuki Lobi Mahkamah. hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
Sebagian
dari mereka mengarahkan pengunjung untuk
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
melapor di meja resepsionis. Petugas resepsionis yang
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
umumnya perempuan, dengan sabar melayani pengunjung
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
untuk menyerahkan identitas dan menggantinya dengan
2009.”
identitas sebagai pengunjung Mahkamah. Disudut yang
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
lain, tak kurang dari 10 orang petugas penerima perkara
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
sibuk melayani para pemohon saat pendaftaran. Sesekali
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
6kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
POTRET PEMILU DALAM SENGKETA
terdengar pengumuman dari petugas penerima perkara
untuk pemohon perseorangan Caleg agar bergabung dengan
partai politik masing-masing.
Ternyata keriuhan yang berlangsung kurang lebih 3 jam
terakhir itu menghadirkan ratusan kasus. Berdasarkan
konferensi pers Sekjen Mahkamah, terdapat 702 kasus yang
diterima Mahkamah sepanjang waktu 3 x 24 jam itu. Selang
waktu yang pendek ini membawa beratus-ratus lipat kali
dari jumlah permohonan yang masuk sebelum 3 jam waktu
penutupan. Kasus-kasus ini diajukan oleh partai politik,
perseorangan caleg maupun calon anggota DPD. Waktu
yang cukup singkat, dimenit-menit terakhir seluruh partai
politik mengajukan permohonan perselisihan hasil pemilu.
Pertanyaannya, kenapa kemudian baru di menit-menit
terakhir kasus-kasus itu didaftarkan ke Mahkamah?
Pembicaraan dengan salah satu pengacara partai politik,
memberikan jawaban atas keriuhan di menit-menit akhir
pengajuan permohonan. Selain sulitnya merekonstruksi
kasus dengan mengumpulkan bukti dan saksi, ada persoalan
teknis yang harus mereka siasati. Waktu 3 hari pengajuan
permohonan harus terpotong hari libur yakni sabtu dan
minggu. Setiap bukti yang diajukan harus di leges yakni
dibubuhi materai dan distempel oleh Kantor Pos, yang
sudah pasti libur pada Sabtu dan Minggu. Artinya proses
leges ini harus dilakukan senin pagi. Persoalan belum
selesai, karena semua permohonan dan bukti harus di foto
kopi 12 rangkap untuk diserahkan ke Mahkamah, tentu
membutuhkan waktu yang cukup panjang. Belum lagi jika
pemohonnya berasal dari Merauke-Papua, atau Sabang-
7
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
Aceh yang membutuhkan waktu lama untuk bisa hadir di
Mahkamah.
Meskipun
Mahkamah
sendiri kebijakan
telah membuka
merupakan suatu
upaya untuk
menyelamatkan
publik yang akan
ruang
mekanisme
pengajuan
permohonan
melalui
email
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
atauPandangan
fax.
Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Begitulah
perjuangan
partai
politik,Siklus
perseorangan
Yuna
Farhan melalui
tulisannya
“Menelusuri
Politisasi Anggaran
pada Tahun
Pemilu.”
menjelaskan
bahwa Political
budget cycles
caleg
maupun
calonYuna
anggota
DPD dalam
mengajukan
sudah menjadiperselisihan
fenomena universal
didukungdi dengan
berbagai studi
permohonan
hasil pemilu
Mahkamah.
empiris
di
berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang
mempengaruhi
Permohonan-permohonan ini yang kemudian didownload politcal
budgetwebsite
cycles seperti
perubahan pola pada struktur anggaran
baik secara
dari
www.mahkamahkonstitusi.go.id,
dibaca,
agregat maupun secara
spesifik pada
Pemilu,
terkonfirmasi
dikelompokkan
berdasarkan
isu tahun-tahun
dan dianalisis
secara
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
komprehensif.
Membaca permohonan ini tidaklah mudah
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
dan sederhana, karena jumlahnya tidak lagi puluhan namun
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
ratusan halaman. Minimal permohonan untuk partai politik
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
nasional berjumlah 122 halaman yang diajukan PKPI dan
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
paling banyak Partai Golkar sejumlah 691 halaman.
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
TABEL
1. JUMLAH
PERMOHONAN
PARTAI
DANsalah satu
perempuan.
SepertiHALAMAN
halnya keterwakilan
perempuan
sebagai
PERSEORANGAN
CALEG
DPDmenjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
syarat verifikasi faktual
untuk
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
PEMOHON
JUMLAH HALAMAN
PEMOHON
JUMLAH HALAMAN
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
Nasdem selama ini, pihak511
PDIP baik di parlemen maupun
136
praktik
yang duduk
pemerintah
Hanura
415laki-laki.
Demokrat
205
mayoritas
diduduki oleh
Apabila tidak diperjuangkan,
hal ini
akan
terhadapPAN
mandeknya aspirasi perempuan
dalam
Golkar berdampak negatif691
443
hukum
dan pemerintahan.
tersebut telah ditulis 288
oleh Nindita
PKS
508 Dan kondisi
PKB
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
PBB
141
PNA
43
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
PPP
623
PDA
9
2009.”
Gerindra
320
Perseorangan DPD
10-20
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
PKPI
122
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
SUMBER: DIOLAH DARI SELURUH PERMOHONAN DALAM WWW.MAHKAMAHKONSTITUSI.GO.ID
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
8kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
POTRET PEMILU DALAM SENGKETA
Ribuan halaman ini kemudian dikelompokkan
berdasarkan beberapa isu seperti nomor permohonan, partai
pemohon, tingkat sengketa, daerah pemohon (propinsi dan
kabupaten/kota), dapil, nomor urut, nama caleg pemohon,
partai pihak terkait, nomor urut dan nama pihak terkait,
objek sengketa dan pelaku pelanggaran. Pengelompokan
data ini dilakukan oleh 13 orang yang kemudian data yang
ada dianalisis berdasarkan pengelompokan tersebut.
Hasil analisis terhadap permohonan ini kemudian
dijadikan dasar untuk memantau proses persidangan.
Pemantauan ini dilakukan dengan menempatkan satu orang
pemantau untuk setiap panel hakim yang terbagi dalam
3 (tiga) panel hakim konstitusi. Pemantau tersebut akan
dibagi menjadi dua sift setiap harinya, sehingga dalam satu
hari ada 6 (enam) orang pemantau yang mengikuti seluruh
proses persidangan.
Hasil pemantauan persidangan dikirimkan kepada
koordinator pemantau untuk kemudian diolah dan
dianalisis. Hasil pemantauan ini kemudian digabungkan
dengan analisis terhadap permohonan, yang akan
dikonfirmasikan kepada para pihak khususnya pengacara
melalui wawancara. Hasil seluruh pemantauan dan analisis
ini kemudian dituliskan dalam laporan.
Berdasarkan metode tersebut, berikut disampaikan
hasil analisis terhadap permohonan dan persidangan
yang dilaksanakan Mahkamah Konstitusi. Adapun jumlah
kasus yang dimohonkan ke Mahkamah dan menjadi objek
pemantauan serta kajian itu adalah sebagai berikut:
9
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
TABEL 2. PARTAI POLITIK DAN JUMLAH KASUS YANG
DIMOHONKAN
merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
PEMOHON
JUMLAH
PEMOHON
JUMLAH KASUS
Pandangan Hamdan
tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
KASUS
Yuna
tulisannya
Golkar Farhan melalui 91
PBB “Menelusuri Siklus Politisasi
38 Anggaran
pada
Tahun Pemilu.”73Yuna menjelaskan
bahwa Political budget
cycles
Demokrat
PKB
38
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
PKPI
71
PKS
36
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
PPP
70
PDIP
22
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
PAN
67 spesifik
PNA
20
agregat
maupun secara
pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
Gerindra praktek penganggaran
63
PDAIndonesia yang berkaitan dengan
2
dalam
di
siklus
Pemilu
2009
ataupun
menjelang
Pemilu
2014.
Melihat
perkembangan
saat
Nasdem
51
Dewan Perwakilan Daerah
34
ini,
yang menjadi perhatian
tidak
hanya
HANURA
40
Grand
Total political budget cycles,
716melainkan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
SUMBER: DIANALISIS DARI SELURUH PERMOHONAN DI MK
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
Melihat tabel di atas pasti muncul pertanyaan soal jumlah
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
kasus, kenapa berbeda yakni 702 kasus saat penutupan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
menjadi 716 kasus yang dianalisis. Namun pertanyaan
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
ini
terjawab
dalam
bahasan-bahasan
selanjutnya.
2012akan
menegaskan
setiap
partai
politik peserta pemilu
harus memenuhi
Bahasan
lebih
lanjut
akan
mengaitkannya
dengan
beban
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan,
mengingat
perkara
dan
efektifitas
penanganan
perkara.
Oleh
karena
itu
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
sebelum
mendalam
menarik
untuk hal ini
mayoritasmengulasnya
diduduki olehlebih
laki-laki.
Apabilaakan
tidak
diperjuangkan,
melihat
anatominegatif
permohonan
yang
diajukan
ke MK.
akan berdampak
terhadap
mandeknya
aspirasi
perempuan dalam
hukum
dan penutupan
pemerintahan.
Dan pendaftaran,
kondisi tersebuthampir
telah ditulis
oleh Nindita
Hingga
masa
seluruh
Paramastuti
dalam
tulisannya yang
berjudul: “Perempuan
dan Korupsi:
partai
politik
mengajukan
permohonan
ke Mahkamah,
Pengalaman
Perempuan
Menghadapi
Korupsi
dalam
Pemilu
kecuali Partai Aceh yang hingga detik-detik terakhir DPR RI
2009.”
tidak mendaftarkan permohonan. Oleh karena itu, 12
Masih
berhubungan
dengan
tema
keuanganDPD
politik, Didik
partai
nasional,
3 partai
lokal
danakuntabilitas
34 calon anggota
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
mengajukan permohonan ke Mahkamah.
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
10
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
POTRET PEMILU DALAM SENGKETA
1. JUMLAH KASUS YANG DIMOHONKAN
Berdasarkan seluruh permohonan tersebut,
kasus terbanyak diajukan oleh Partai Golkar
sejumlah 91 kasus, disusul Partai Demokrat 73
kasus, PKPI sejumlah 71 kasus dan beberapa partai
lainnya. Kasus-kasus itu tersebar dibeberapa
wilayah Indonesia. Propinsi yang paling besar
terdapat kasusnya di Mahkamah adalah Propinsi
Papua yakni 80 kasus, diikuti Jawa Barat dengan
67 kasus, Aceh dengan 63 kasus, Jawa Timur 52
kasus, Sulawesi Utara 50 kasus, Sumatera Selatan
49 kasus dan beberapa daerah lainnya. Peta ini
selain menunjukkan jumlah kasus yang diajukan
ke Mahkamah, tentu bisa menjadi bahan pemetaan
daerah dengan tingkat kecurangan cukup tinggi.
Meskipun tidak seluruhnya akan dikabulkan
Mahkamah, namun peta ini menunjukkan
sejumlah daerah yang potensial atau sudah terjadi
pelanggaran pemilu.
GRAFIK 1. SEBARAN KASUS PERSELISIHAN HASIL
SUMBER: DIOLAH DARI PERMOHONAN PERSELISIHAN HASIL DI MK
11
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
2. TINGKATAN SENGKETA
merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan
Sejumlah
kasus perselisihan
hasil memerintah.
pemilu
dibuat oleh politisi
dan pemerintah
yang terpilih untuk
diajukan oleh caleg disemua tingkatan baik Dewan
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Perwakilan
Rakyat (DPR),
Dewan
Yuna Farhan
melalui tulisannya
“Menelusuri
SiklusPerwakilan
Politisasi Anggaran
Rakyat
Daerah
(DPRD)
Propinsi,
Dewan
Perwakilan
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
Rakyat fenomena
Daerah (DPRD)
sudah menjadi
universalKabupaten/kota,
didukung denganDewan
berbagai studi
Perwakilan
Rakyat
Kabupaten
(DPRK)
Aceh, politcal
empiris di
berbagai Negara.
Berbagai
variabel yang
mempengaruhi
Dewan
Perwakilan
Rakyat
Acehstruktur
(DPRA)
maupun
budget cycles
seperti
perubahan
pola pada
anggaran
baik secara
agregat maupun
secara spesifik
pada tahun-tahun
Pemilu,
terkonfirmasi
Dewan Perwakilan
Daerah
(DPD). Kasus
tertinggi
dalam praktek
penganggaran
di Indonesia
yang
berkaitan dengan siklus
diajukan
untuk sengketa
tingkat
kabupaten/kota
Pemilu 2009
ataupun
menjelang
Pemilu
2014.
Melihat
perkembangan
saat
sejumlah 321 kasus. Artinya, dari seluruh
partai
ini, yang politik
menjadiyang
perhatian
tidak hanyaPHPU
politicalke
budget
cycles, melainkan
mengajukan
Mahkamah,
political hampir
corruption
cycle atauterkait
siklus korupsi
politik ditingkat
pada tahun-tahun
separuhnya
hasil pemilu
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
kabupaten/kota.
Tingkat
ini
paling
banyak
Masyarakat
tidak sajakarena
dapat ditafsirkan
sebagai
satu kesatuan, tetapi
disengketakan
jumlah daerah
pemilihannya
juga perlu
dibatasi
hakikatmengajukan
antara laki-laki dan
paling
luasmengingat
sehingga perbedaan
potensi untuk
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
sengketa sangat besar. Posisi kedua justru diduduki
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
oleh sengketa yang diajukan oleh caleg DPR RI
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
yakni sejumlah 186 kasus yang diikuti oleh tingkat
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
DPRD Propinsi 117 kasus, DPRK 42 kasus dan
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
DPRA 15 kasus dan DPD sejumlah 34 kasus
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
GRAFIK
2. TINGKATAN
SENGKETA
hukum dan
pemerintahan.
Dan kondisi
tersebut telah ditulis oleh Nindita
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
12
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
POTRET PEMILU DALAM SENGKETA
Dilihat dari partai politik dan tingkatan
pengajuan permohonan, ada beberapa partai yang
memiliki tingkat sengketa cukup tinggi. Seperti
PKPI misalnya, kecenderungannya mengajukan
sengketa untuk tingkat DPR sejumlah 56 kasus,
sedangkan untuk kasus DPRD Kabupaten/Kota
ada 12 kasus dan DPRD Propinsi sejumlah 3 kasus.
Sedangkan Partai Golkar, lebih banyak mengajukan
perselisihan hasil untuk tingkat DPRD Kabupaten/
Kota yakni sejumlah 45 kasus, sedangkan untuk
kasus tingkat DPR ada 29 kasus, DPRD Propinsi
13 kasus, DPRK 3 kasus dan 1 kasus untuk DPRA.
Kasus terbesar ketiga yakni diajukan oleh Partai
Demokrat dimana 37 kasus diajukan terkait dengan
sengketa tingkat DPRD Kabupaten/Kota, 20 kasus
tingkat DPR, 12 kasus untuk DPRD Propinsi, 3
kasus DPRK dan 1 kasus untuk DPRA.
3. KONFLIK INTERNAL PARTAI
Pemilu Legislatif 9 April 2014 lalu juga
memperlihatkan sejumlah konflik yang terjadi
di internal partai politik. Sejumlah prediksi
menyebutkan maraknya sengketa antar caleg dalam
satu partai politik. Ini dibuktikan dengan maraknya
kasus jual beli suara yang umumnya terjadi bukan
antar partai politik namun antar caleg dalam satu
partai politik. Sengketa internal partai politik ini
juga terlihat dari analisis terhadap permohonan
13
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
yang diajukan oleh 14 partai politik baik nasional
maupun
lokal.untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan
merupakan
suatu upaya
dibuat oleh politisi
dandata
pemerintah
yang terpilih
untuk sengketa
memerintah.
Sejumlah
menunjukkan
terjadinya
di internal
partai.
Berdasarkan
PHPU,
Pandangan
Hamdan
tersebut
berkaitanpermohonan
dengan apa yang
disampaikan
Partaimelalui
Golkar
menyumpang
sengketa
internalAnggaran
Yuna Farhan
tulisannya
“Menelusuri
Siklus Politisasi
pada Tahun
Pemilu.”
Yunaperselisihan
menjelaskan hasil
bahwadiPolitical
budget cycles
terbesar
dalam
Mahkamah
sudah menjadi
fenomena
dengan berbagai
studi
yakni 48
kasus. universal
Beberapadidukung
partai lainnya
yang
empiris di
berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang
mempengaruhi
politcal
mengajukan sengketa internal partai yakni PPP 26
budget cycles
perubahan
pola pada
anggaran
kasus,seperti
Demokrat
17 kasus,
PKBstruktur
12 kasus,
PAN baik
8 secara
agregat maupun
secara spesifik
pada
tahun-tahun
Pemilu,
terkonfirmasi
kasus, Gerindra
4 kasus,
PKPI
2 kasus dan
Nasdem
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
1 kasus. Partai lainya seperti Hanura, PBB, PDA,
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
PDIP, PKS, dan PNA tidak mengajukan sengketa
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
internal partai. Beberapa partai politik yang tidak
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
mengajukan sengketa internal bukan berarti
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
diinternal tidak ada sengketa yang muncul, hanya
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
ada mekanisme internal yang diberlakukan agar
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
sengketa yang terjadi tidak masuk di Mahkamah.
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
GRAFIK 3.setiap
KASUS
SENGKETA
INTERNAL
PARTAI
2012 menegaskan
partai
politik peserta
pemilu
harus memenuhi
30% keterwakilan
POLITIK perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
14
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
POTRET PEMILU DALAM SENGKETA
4.OBJEK PENGAJUAN PERMOHONAN
SENGKETA
Perselisihan hasil pemilu baik antar partai
maupun internal partai, disebabkan beberapa
kecurangan yang terjadi diberbagai tingkatan.
Kecurangan tertinggi berupa penggembosan dan
penggelembungan suara, artinya ada transaksi
politik dalam bentuk jual beli suara yang berdampak
pada kenaikan atau justru pengurangan suara
baik partai maupun caleg. Permasalahan kedua
yang menjadi argumentasi sengketa di Mahkamah
adalah adanya kesalahan penghitungan suara yang
dilakukan oleh petugas. Secara berturut-turut
diikuti oleh persoalan manajemen penyelenggaraan
pemilu 47
kasus, Netralitas penyelenggara
dan aparat birokrasi 21 kasus, manipulasi DPT
dan jumlah TPS 9 kasus, politik uang 4 kasus,
Pelanggaran sistematis, terstruktur, massif serta
pemenuhan keterwakilan perempuan masingmasing 1 kasus.
Persoalan yang mendominasi dalam sengketa
di Mahkamah adalah kasus penggelembunganpenggembosan suara dan kesalahan penghitungan
suara. Lebih lanjut alasan yang melatarbelakanginya
diuraikan dalam bahasan lanjutan.
15
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
GRAFIK 4. OBJEK PENGAJUAN PERMOHONAN
SENGKETA
merupakan
suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
tersebut
muncul
dengan
Pemilu yangKasus-kasus
telah meningkat dengan
ekstrim.
5. AKTOR PELAKU PELANGGARAN
melibatkan
beberapa
aktor. Aktor
paling tetapi
Masyarakat
tidak saja
dapat ditafsirkan
sebagaiyang
satu kesatuan,
berperan
sengketa hakikat
pemiluantara
menurut
juga perlu
dibatasi munculnya
mengingat perbedaan
laki-laki dan
permohonan
PHPU
adalah KPU
Kabupaten/Kota
perempuan.
Seperti halnya
keterwakilan
perempuan
sebagai salah satu
syarat verifikasi
faktual
untuk
menjadi
peserta
pemilu.
UU No. 8 Tahun
sejumlah 193 kasus, disusul oleh KPU Propinsi
2012 menegaskan
partai
politik
peserta
pemiluPPS
harus
memenuhi
135 kasus,setiap
PPK 127
kasus,
KPPS
68 kasus,
dan
30% keterwakilan
perempuan. Kondisi
ini patut
diperjuangkan,
mengingat
Caleg masing-masing
41 kasus,
partai
politik 40
praktik selama
pihak
duduk
di parlemen
maupun
pemerintah
kasus,ini,
KPU
36yang
kasus
danbaik
beberapa
aktor
lainnya.
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
Jika menyandingkan dengan beberapa modus hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
kecurangan sebelumnya, terlihat bahwa kasus
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
penggelembungan dan penggembosan suara serta
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
kesalahan rekapitulasi suara didominasi oleh
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
penyelenggara pemilu.
2009.”
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
16
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
POTRET PEMILU DALAM SENGKETA
GRAFIK 5. AKTOR PELAKU PELANGGARAN
Berdasarkan anatomi permohonan yang
diajukan baik oleh partai politik, caleg maupun
calon anggota DPD di atas, menunjukkan sejumlah
persoalan dalam proses penyelenggaraan pemilu.
Oleh karena itu, pertanyaan yang diajukan
adalah apakah yang melatarbelakangi munculnya
persoalan ditahapan pemilu sehingga seluruh
ketidakpuasan oleh penyelenggara pemilu harus
diajukan ke Mahkamah Konstitusi? Bagaimana
rekomendasi kedepan agar ketidakpuasan terhadap
hasil pemilu tidak serta merta dibawa dalam ranah
PHPU di Mahkamah.
A. MENINGKATNYA KETIDAKPUASAN
TERHADAP PROSES DAN HASIL PEMILU
Spekulasi atas jumlah kasus Perselisihan Hasil Pemilihan
Umum (PHPU) berhenti ketika waktu permohonan ditutup.
Beberapa saat setelah itu, Sekjen Mahkamah mengumumkan
17
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
sejumlah 702 kasus yang telah didaftarkan baik oleh partai
politik,
calon
anggota
DPR/D,
dan calonkebijakan
anggotapublik
DPDyang akan
merupakan
suatu
upaya untuk
menyelamatkan
dalam
rentang
waktu
3 x 24 jam.yang
Permohonan
itu memerintah.
ternyata
dibuat oleh
politisi
dan pemerintah
terpilih untuk
lebih
banyak dari
jumlah
kasusberkaitan
yang diajukan
Pemilu
Pandangan
Hamdan
tersebut
dengan pada
apa yang
disampaikan
Legislatif
2009.
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
pada
Tahun
Pemilu.”
Yuna menjelaskan
bahwa
Political
budget cycles
Pemilu
2009
lalu Mahkamah
menerima
627
kasus yang
sudah menjadi
fenomena
universal dan
didukung
studi
diajukan
38 partai
politik nasional
6 partaidengan
politikberbagai
lokal
2 politcal
empiris
di
berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang
mempengaruhi
Aceh, serta 28 kasus yang diajukan 27 calon Anggota DPD.
budget cycles
seperti
perubahan
pola pada
struktur
baik secara
Jumlah
ini lebih
sedikit
dibanding
Pemilu
2014anggaran
yakni 702
agregatyang
maupun
secara oleh
spesifik
tahun-tahun
Pemilu,
terkonfirmasi
kasus
diajukan
14 pada
partai
politik dan
30 calon
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
anggota
DPD. Satu partai peserta Pemilu 2009 rata-rata
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
mengajukan sebanyak 14 perkara, sementara satu partai
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
peserta Pemilu 2014 rata-rata mengajukan 48 perkara.3
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Dengan demikian, Permohonan 2014 jauh lebih banyak
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
dibanding 2009, meskipun jumlah pemohon dalam Pemilu
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
2014 jauh lebih sedikit.
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
Sebelumnya
banyak
hukum,sebagai
hakim
perempuan.
Seperti
halnya pengamat,
keterwakilanahli
perempuan
salah satu
konstitusi,
maupun
mantan
hakim
konstitusi
syarat verifikasi
faktual untuk
menjadi
peserta
pemilu. UUyang
No. 8 Tahun
memprediksikan
bahwapartai
kasuspolitik
dalam
Pemilu
2014
tidak
2012 menegaskan setiap
peserta
pemilu
harus
memenuhi
sebanyak
2009. perempuan.
Analisis iniKondisi
muncul
karena
dilihat dari
30% keterwakilan
ini patut
diperjuangkan,
mengingat
praktik selama
pihakpeserta
yang duduk
baik di parlemen
maupun
pemerintah
jumlah
partai ini,
politik
pemilunya
juga tidak
cukup
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
banyak. Partai politik peserta pemilu 2014 hanya 15 partai hal ini
akan berdampak
negatif terhadap
mandeknya
yang
berarti menyusut
lebih dari
50% dariaspirasi
jumlahperempuan
Pemilu dalam
hukumBegitu
dan pemerintahan.
Dan
kondisicalon
tersebut
telah ditulis
oleh Nindita
2009.
juga dengan
jumlah
anggota
legislatif
Paramastuti
dalam tulisannya
yang berjudul:
“Perempuan
dan Korupsi:
yang
berkompetisi,
undang-undang
pemilu
menyebutkan
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
bahwa partai politik boleh mengajukan calon sebesar
2009.”
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
2 http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/index.php?page=web.RekapPHPU
dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
3 Supriyanto
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt53722122093ed/mkkebanjiran-perkara-sengketa-pemilu
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
18
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
POTRET PEMILU DALAM SENGKETA
100% dari jumlah kuota yang ini berbeda dengan 2009
dimana partai boleh mencalonkan 120% (Kompas, Rabu,
14/5/2014).4
TABEL 3. PERBANDINGAN JUMLAH PESERTA PEMILU 2009
DAN 2014
PEMILU 2009
PEMILU 2014
Partai Politik Pemohon
44
14
DPD Pemohon
27
30
120%
100%
14
48
655
702
Jumlah Caleg DPR
Rata-Rata Permohonan
Jumlah Kasus
Berdasarkan statistik tersebut mestinya Pemilu 2009
bisa menghasilkan lebih banyak kasus yang diajukan ke
Mahkamah. Partai politik pemohon dalam Pemilu 2009
jauh lebih banyak, begitu juga dengan jumlah caleg yang
berkompetisi dalam Pemilu 2009 juga lebih banyak. Tahun
2009 melibatkan 11.219 Caleg DPR, 32.263 Caleg DPRD
Propinsi, dan 1.116 Caleg DPD.5 Jumlah ini jauh lebih besar
dibanding dengan Pemilu 2014 yang hanya diikuti oleh
6.607 Caleg DPR6, 21.746 Caleg DPRD Propinsi, 176.5687.
4 Bandingkan Pasal 54 UU 8 Tahun 2012 dengan Pasal 54 UU 10/2008
5 ttp://mediacenter.kpu.go.id/images/mediacenter/DATA_OLAHAN/
h
indonesia_dalam_angka.pdf
6 http://nasional.kompas.com/read/2013/08/23/1749442/Berkurang.Satu.
Jumlah.Caleg.Jadi.6.607.Orang
7 http://politik.kompasiana.com/2014/04/23/sebenarnya-berapa-sihjumlah-caleg-gagal-di-pemilu-2014-ini-jawabannya-651149.html 19
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
Caleg DPRD Kabupaten/Kota, dan 945 Caleg DPD8.
merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan
dibuat oleh
politisi dan pemerintah
yangCALEG
terpilih2009
untukDENGAN
memerintah.
TABEL
4. PERBANDINGAN
JUMLAH
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
2014
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
PEMILU 2009
PEMILU 2014
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
Caleg DPRmenjadi fenomena universal
11.219didukung dengan berbagai
6.607
sudah
studi
Caleg DPRDdiPropinsi
32.263
21.756
empiris
berbagai Negara. Berbagai
variabel yang mempengaruhi
politcal
budget
pada struktur anggaran945baik secara
Caleg DPDcycles seperti perubahan pola
1.116
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Pertanyaan yang muncul, kenapa Pemilu 2014 justu
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
menghasilkan banyak kasus dibandingkan 2009? Padahal
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
jika
melihat
statistik
pemohon
dankorupsi
potensinya
political
corruption
cycle
atau siklus
politikjauh
padalebih
tahun-tahun
rendah.
Pertama,
ada
hukum
acara
yang
berbeda
antara
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Pemilu
2009 dengan 2014. Mahkamah melalui Peraturan
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
Nomor
1 Tahun
2014
telah membuka
ruang
tidak hanya
juga perlu
dibatasi
mengingat
perbedaan
hakikat
antara bagi
laki-laki dan
perseorangan
calon
anggota
DPD
dan
Partai
Politik,
namun
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
juga
perseorangan
caleg
anggota
DPR,
DPRD
Propinsi
syarat
verifikasi faktual
untuk
menjadi
peserta
pemilu.
UU dan
No. 8 Tahun
9
DPRD
Kabupaten/Kota
untukpolitik
mengajukan
permohonan.
2012 menegaskan
setiap partai
peserta pemilu
harus memenuhi
Ruang
ini sebelumnya
tidak Kondisi
dibuka ini
oleh
Mahkamah
dalam
30% keterwakilan
perempuan.
patut
diperjuangkan,
mengingat
praktik selama
pihakMahkamah
yang duduk baik
di parlemen
maupun
pemerintah
Pemilu
2009, ini,
sebab
hanya
memberikan
legal
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
standing bagi partai politik dan perseorangan caleg DPD hal ini
akan berdampak
negatif
terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
untuk
mengajukan
permohonan.
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Memang perseorangan caleg DPR, DPRD Propinsi dan
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
DPRD Kabupaten/Kota harus memperoleh persetujuan dari
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
seluruh partai politik. Persetujuan itu berupa rekomendasi
2009.”
berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
hMasih
ttp://news.detik.com/read/2013/08/29/115644/2343987/10/kputetapkan-calon-anggota-dpd-ri-sebanyak-945-orang
Supriyanto
dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
9 Lihat
Pasal
(1) huruf b PMK
1 Tahun
2014
Akuntabilitas2 ayat
Pengelolaan
Dana
Kampanye,
menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
20
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
8 POTRET PEMILU DALAM SENGKETA
partai politik yang ditandatangani oleh Ketua dan Sekjen
Partai Politik. Selain itu permohonan juga digabung dalam
permohonan masing-masing partai politik.
Peningkatan kasus akibat dibukanya ruang sengketa
internal partai politik bisa dilihat dari statistik jumlah
perkara yang diajukan oleh perseorangan dan melibatkan
sengketa internal partai politik. Berdasarkan hasil analisis
terhadap seluruh permohonan partai politik, terdapat
118 kasus yang diajukan perseorangan caleg akibat
sengketa hasil di internal partai. Artinya, jika hukum acara
perselisihan hasil Pemilu 2014 disamakan dengan Pemilu
2009 dan mengeluarkan sengketa internal maka Pemilu
2014 hanya akan menghasilkan 594 kasus, lebih sedikit
dibanding Pemilu 2009. Jadi berdasarkan statistik, kasus
yang diajukan dalam sengketa hasil Pemilu 2014 mestinya
jauh lebih sedikit dibanding Pemilu 2009.
GRAFIK 6. JUMLAH PERMOHONAN PERSEORANGAN
CALEG
Kedua, banyaknya gugatan masuk ke Mahkamah juga
21
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
bisa disebabkan oleh ketidakpuasan peserta pemilu terhadap
proses.
Ketidakpuasan
ini diartikan
banyaknya
pelanggaran
merupakan
suatu upaya untuk
menyelamatkan
kebijakan
publik yang akan
pemilu
khususnya
yang
mempengaruhi
terhadap
hasil.
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
Meskipun
tidak
seluruh
kasusberkaitan
yang masuk
ke apa
Mahkamah
Pandangan
Hamdan
tersebut
dengan
yang disampaikan
disebabkan
karena
tidak
puasnya
peserta
pemilu
terhadap
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
proses
penyelenggaraan.
juga peserta
pada Tahun
Pemilu.” Yuna Ada
menjelaskan
bahwa pemilu
Political yang
budget cycles
mengajukan
permohonan
disebabkan
keinginan
untuk
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
tetap
mencoba
ruang
yang
diberikan
untuk
bersengketa. politcal
empiris
di berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang mempengaruhi
budget cycles
seperti perubahan
pola di
pada
struktur anggaran
baik secara
Artinya
perselisihan
hasil pemilu
Mahkamah
dijadikan
agregat maupun
secara spesifik
padasetelah
tahun-tahun
terkonfirmasi
sebagai
ruang pemenangan
akhir
prosesPemilu,
pemilihan
dalamTerlepas
praktek dijadikannya
penganggaran MK
di Indonesia
yang berkaitan
dengan siklus
usai.
sebagai ruang
pemenangan
Pemilu
2009
ataupun
menjelang
Pemilu
2014.
Melihat
perkembangan
saat
baru, evaluasi pemilu tetap harus dilakukan untuk terus
ini, yang menjadi
perhatian
tidak hanya
political budget cycles, melainkan
melakukan
perbaikan
terhadap
sistem.
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Dugaan ini semakin kuat jika membandingkannya
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
dengan putusan Mahkamah. Ternyata dari 903 kasus10 yang
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
diajukan ke Mahkamah, hanya 22 kasus yang kemudian
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
dikabulkan. Artinya hanya 3% kasus yang kemudian
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
dikabulkan oleh Mahkamah. Hal ini menunjukkan bahwa
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
besarnya
kasus yang
ke Mahkamah
tidak
serta
2012 menegaskan
setiapdiajukan
partai politik
peserta pemilu
harus
memenuhi
merta
berkorelasi
terhadap
kualitas
penyelenggaraan
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
pemilunya,
karena
permohonan
masih
harus
praktik selama
ini, pihak
yang dudukyang
baik diajukan
di parlemen
maupun
pemerintah
dibuktikan
kebenarannya.
mayoritas diduduki
oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
akan
berdampak
negatifkasus
terhadap
mandeknya
aspirasi
perempuan dalam
Ketiga,
banyaknya
perselisihan
hasil
di Mahkamah
hukum
dan pemerintahan.
Danpelanggaran
kondisi tersebut
telah yang
ditulisbisa
oleh Nindita
juga
disebabkan
banyaknya
pemilu
Paramastuti dalam
tulisannya
yang berjudul:
“Perempuan
dan Korupsi:
mempengaruhi
hasil.
Pelanggaran
itu dilakukan
baik oleh
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
peserta pemilu, tim sukses, pemilih, juga penyelenggara
2009.”
pemilu dibanyak tingkatan. Pelanggaran yang paling
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto
dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
10 http://nasional.kompas.com/read/2014/07/01/1501527/Dari.903.
Gugatan.MK.Kabulkan.23.Perkara.Perselisihan.Hasil.Pileg
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
22
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
POTRET PEMILU DALAM SENGKETA
mengemuka adalah jual beli suara yang mengakibatkan
penggelembungan dan penggembosan suara. Maraknya
kasus jual beli suara bisa dilihat dari besarnya jumlah kasus
yang menjadi dasar perselisihan hasil pemilu, dimana kasus
jual beli suara dan kesalahan hitung menduduki puncak
persoalan yang banyak digugat.
Kasus jual beli suara mengemuka karena pengaruh
perubahan sistem proporsional terbuka yang mulai berlaku
sejak 2009. Namun dalam Pemilu 2014 ini peserta pemilu
lebih sadar dan siap menghadapi sistem proporsional
terbuka. Sistem yang membuka ruang kompetisi antar calon
dalam satu partai politik. Akibatnya lebih banyak orang yang
“menjadi korban” atas berlakunya sistem ini. Ketidakpuasan
ini semakin bertambah-tambah ketika kecurangan dalam
penggelembungan dan penggembosan suara itu melibatkan
penyelenggara pemilu, baik KPPS, PPS, PPK, KPU Kab/
Kota, KPU Propinsi atau bahkan KPU.
Ketika netralitas penyelenggara pemilu diragukan, maka
legitimasi hasil pemilupun akan dipertanyakan oleh banyak
pihak. Ruang mempertanyakan itu yang kemudian dibuka
salurannya melalui perselisihan hasil pemilu di Mahkamah.
Oleh karenanya, ketika terjadi kecurangan terhadap hasil
secara massif maka ekskalasi permohonan ke Mahkamah
akan meningkat.
Faktor lain atas peningkatan perkara di Mahkamah
juga musti dilihat dari proses penyelesaian sengketa
dan penanganan pelanggaran di tahapan. Ketika banyak
kecurangan tidak tertangani maka persoalan dan dampak
yang ditimbulkan akan dibawa ke Mahkamah. Banyaknya
23
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
perkara yang diajukan ke Mahkamah juga bisa menjadi
indikator
efektifitas
penyelesaian
perselisihan
dalamyang akan
merupakan suatu
upaya untuk
menyelamatkan
kebijakan publik
tahap
rekapitulasi.
Undang-undang
sudah
dibuat oleh
politisi dan pemerintah
yang terpilih
untukmembuka
memerintah.
ruang
penyelesaian
perselisihan
atau
keberatan
dalam
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang
disampaikan
proses
rekapitulasi.
Namun
penyelesaian
perselisihan
dan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
keberatan
iniPemilu.”
belum dijalankan
secara efektif.
Lebih lanjut
pada Tahun
Yuna menjelaskan
bahwa Political
budget cycles
bahasan
terkait
ini
akan
diulas
lebih
lanjut
dalam
bab
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai
studi
berikutnya.
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
Kasus perselisihan hasil pemilu yang ditangani
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Mahkamah hampir tidak pasti jumlahnya. Kebingungan atas
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
B. INKONSISTENSI WAKTU PENGAJUAN
GUGATAN DAN PERUBAHAN JUMLAH
KASUS
jumlah kasus ini muncul akibat penambahan-penambahan
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
perkara setelah waktu pengajuan permohonan selesai.
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
Hingga waktu permohonan ditutup pada Senin, 12 Mei
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
2014,
23.51
Wib,
Mahkamah
menerima
702UU
kasus
syarat Pukul
verifikasi
faktual
untuk
menjadi peserta
pemilu.
No. 8 Tahun
(Kompas,
Rabu,
14/5/2014).
Sejumlah
kasus
ini
diajukan
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
oleh
12 partai politik
nasional,
2 partai
politik
lokal dan
30% keterwakilan
perempuan.
Kondisi
ini patut
diperjuangkan,
mengingat
30
caleg
DPD.
Demikian
disampaikan
Sekjen
Mahkamah,
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
Janedjri
Gaffar oleh
saat laki-laki.
konferensi
perstidak
padadiperjuangkan,
penutupan hal ini
mayoritasM
diduduki
Apabila
akan berdampak
negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
waktu
permohonan.
hukum
dan informasi
pemerintahan.
Dan kondisi
tersebut
telah ditulis
oleh Nindita
Namun
ini berbeda
dengan
pernyataan
Ketua
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Mahkamah
Konstitusi, Hamdan Zoelva. Menurut Hamdan,
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
setelah penutupan pada Senin, 12 Mei 2014, perkara yang
2009.”
diterimanya sejumlah 767 kasus yang terdiri dari 735 kasus
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
diajukan
partai dan 32 kasus diajukan DPD. Artinya terdapat
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
selisih 65 kasus yang diajukan ke Mahkamah. Menurut
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
24
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
POTRET PEMILU DALAM SENGKETA
Hamdan, perbedaan ini muncul setelah satuan tugas khusus
sengketa pemilu di Mahkamah memverifikasi data dengan
membaca permohonan, posita, dan petitum. Sejumlah 767
kasus ini merupakan yang diterima Mahkamah hingga
batas waktu pendaftaran ditutup (Kompas, Sabtu, 17 Mei
2014). Pengakuan lain muncul dari Sekjen Mahkamah,
menurutnya ada penambahan perkara yang diajukan partai
ketika memasukkan kelengkapan berkas. Namun perkara
itu tetap diregister dengan memberikan catatan (Kompas,
Sabtu, 17 Mei 2014).
Perbedaan keterangan antara Ketua dan Sekjen
Mahkamah Konstitusi ini menunjukkan bahwa Mahkamah
tidak cukup konsisten untuk menerapkan batasan waktu
yang telah ditetapkan undang-undanga maupun peraturan
Mahkamah. Bahwa soal batas waktu pengajuan ini, UndangUndang Mahkamah Konstitusi, Undang-Undang Pemilu
maupun Peraturan Mahkamah Konstitusi secara tegas
menyebutkan waktu pengajuan permohonan yakni 3 x 24
jam sejak penetapan hasil pemilu secara nasional.11
Ketidakkonsistenan Mahkamah dalam menerapkan
batasan waktu pengajuan permohonan juga terlihat dengan
adanya penambahan perkara setelah proses registrasi.
Menurut Hamdan Zoelva, ada 134 perkara tambahan yang
dimasukkan sesudah batas waktu permohonan sehingga
jumlah perkara membengkak menjadi 903 yakni saat
11 L
ihat Pasal 74 ayat (3) UU No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah
Konstitusi, Pasal 272 ayat (2) UU No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilu
Legislatif dan Pasal 9 PMK No. 1 Tahun 2014 tentang Pedoman Beracara
Dalam Perselisihan Hasil Pemilu Angoota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan
DPRD Kabupaten/Kota
25
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
perbaikan (Kompas, 28 Mei). Namun memang gelagat
untuk
menerabas
ketentuan
waktu pengajuan
permohonan
merupakan
suatu upaya
untuk menyelamatkan
kebijakan
publik yang akan
sudah
terlihat
dalam
pernyataan
Sekjen
Mahkamah,
bahwa
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
Mahkamah
tetap
akan menerima
permohonan
politik
Pandangan
Hamdan
tersebut berkaitan
denganpartai
apa yang
disampaikan
yang
lewat
waktu,
namun
semua
akan
diserahkan
kepada
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
12
Hakim
untukPemilu.”
memutuskannya.
pada Tahun
Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
empiris5.
diPERKEMBANGAN
berbagai Negara. Berbagai
variabel
yang mempengaruhi
politcal
TABEL
JUMLAH
PERKARA
DI MK
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
JUMLAHPemilu,
KASUS terkonfirmasi
agregat maupunTAHAPAN
secara spesifik pada tahun-tahun
Penutupanpraktek
Pendaftaranpenganggaran
3 x 24 jam
702
dalam
di Indonesia yang berkaitan dengan
siklus
Pemilu
2009
ataupun
menjelang
Pemilu
2014.
Melihat
perkembangan
saat
Kelengkapan Berkas
767
ini,
yangPermohonan
menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles,
Perbaikan
903melainkan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Pernyataan
duasajapejabat
tinggi sebagai
Mahkamah
ini tetapi
Masyarakat tidak
dapat ditafsirkan
satu kesatuan,
sangat
kontradiktif,
satu pihak
menyatakan
juga perlu
dibatasi mengingat
perbedaan
hakikat tidak
antaraakan
laki-laki dan
menyidangkan
perkara,
namun
pihak
lainnya
menyatakan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
tetap
permohonan
yang telah
lewat
waktu.
syaratmenerima
verifikasi faktual
untuk menjadi
peserta
pemilu.
UU Jika
No. 8 Tahun
memang
sejak awal
kasus
telah
lewat
waktu
pendaftaran
2012 menegaskan
setiap
partai
politik
peserta
pemilu
harus memenuhi
keterwakilan
perempuan.
Kondisi ini
patut diperjuangkan,
mengingat
330%
x 24
jam, mestinya
Mahkamah
konsisten
untuk tidak
praktik selama
ini,sejak
pihakproses
yang duduk
baik di parlemen maupun pemerintah
menerima
kasus
pendaftaran.
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
Inkonsistensi kebijakan ini ibarat telah memberikan
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
kesempatan namun dijegal sebelum berjalan. Meskipun
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
lolos dalam administrasi pendaftaran namun pada tahapan
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
persidangan pendahuluan harus kandas karena dinilai telah
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
melewati batas waktu pengajuan pendaftaran permohonan.
2009.”
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto
dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
12 http://news.detik.com/pemilu2014/read/2014/05/13/161606/2581441/15
62/bagaimana-bila-parpol-telat-perbaiki-berkas-perkara-pemilu-ke-mk
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
26
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
POTRET PEMILU DALAM SENGKETA
Hal ini dialami oleh hampir 196 kasus dari 903 kasus yang
diputus melalui Putusan Sela pada Rabu, 28 Mei 2014.
Kasus ini terdiri dari 4 kasus DPD dan 192 kasus DPR/D,
yakni Gerindra (23 kasus), PPP (21), Golkar (20), PAN (17),
Hanura (15), Demokrat (14), PKB (12), Nasdem (7), PKPI
(6), PDIP (2), PKS (1).13
Mengingat kondisi ini sebaiknya Mahkamah konsisten
dengan aturan yang berlaku bahwa perselisihan hasil
pemilu harus sudah diajukan dalam waktu 3 x 24 jam sejak
penetapan hasil pemilu secara nasional. Oleh karena itu jika
ada permohonan yang diajukan melewati tenggat waktu
tersebut, sejak awal Mahkamah bisa menolaknya. Artinya
secara administrasi, perkara tersebut tidak layak untuk
diregistrasi atau bahkan disidangkan. Mahkamah sejak
awal harus menyampaikan batasan waktu ini secara tegas
sehingga tidak membuka kesempatan untuk pengajuan
perkara yang telah lewat waktu.
Soal batasan waktu ini mesti diberlakukan secara ketat
sebagai saringan awal terhadap perkara yang layak maupun
tidak. Hal ini diperlukan mengingat waktu penanganan
perkara yang sangat singkat yakni 30 hari kerja sejak perkara
diregister. Waktu yang sangat singkat ini mesti digunakan
secara efektif untuk menyelesaikan seluruh perkara dengan
cermat dan mampu memberikan keadilan bagi seluruh
pihak. Oleh karena itu, jika diperbolehkan untuk memilih
13 K
ecuali Kasus Nono Sampono untuk Maluku ditolak MK karena yang
bersangkutan tidak memiliki legalstanding sebagai pemohon karena
PHPUnya tidak sesuai dengan hasil pemilu, (Kompas, 30 Mei 2014)
27
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
sebaiknya Mahkamah hanya menerima sedikit perkara
namun
mampu
memberikan
keadilan kebijakan
kepada peserta
merupakan
suatu upaya
untuk menyelamatkan
publik yang akan
pemilu
melalui
persidangan
yang
baik.
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
Inkonsistensi
waktu
pengajuan
perkara
ini yang
terlihat
Pandangan Hamdan
tersebut
berkaitan
dengan apa
disampaikan
kontradiktif
dalam
penanganan
Yuna Farhandengan
melalui berbagai
tulisannyapersoalan
“Menelusuri
Siklus
Politisasi Anggaran
pada Tahun
Pemilu.”
Yuna
menjelaskan
bahwa
Political
budget cycles
perkara.
Salah
satunya
adalah
pembatasan
terhadap
jumlah
sudah yang
menjadi
universal
dengan
berbagai studi
saksi
akanfenomena
dihadirkan
dalamdidukung
persidangan.
Artinya,
empiris
di
berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang
mempengaruhi
kelonggaran terhadap waktu pengajuan perkara justru politcal
budget cyclesdengan
seperti perubahan
pola pada
struktur
anggaran
baik secara
kontradiktif
hal substansial
seperti
pengajuan
saksi.
agregat maupun
secara spesifik
padaakan
tahun-tahun
terkonfirmasi
Namun
dalam bahasan
ini tidak
dibahas Pemilu,
lebih detail
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
tentang
hukum acaranya. Hanya saja mestinya Mahkamah
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
lebih ketat terkait dengan administrasi perkara dan lebih
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
longgar dalam memberikan kesempatan terhadap peserta
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
pemilu untuk membuktikan dalilnya.
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
C.
PROPORSIONAL TERBUKA, MENABUH
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
GENDERANG
SENGKETA INTERNAL
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
Sistem
suara
terbanyak
atau peserta
proporsional
syarat
verifikasi
faktual
untuk menjadi
pemilu. terbuka
UU No. 8 Tahun
dianggap
menjadi
biang politik
ataspeserta
karut
marutnya
2012 menegaskan
setiap partai
pemilu
harus memenuhi
30% keterwakilan perempuan.
Kondisi
ini patutpemilu
diperjuangkan,
mengingat
Penyelenggaraan
Pemilu 2014.
Peserta
menilai
praktik selama
ini, pihak
yang dudukpenyelenggaraan
baik di parlemen maupun
pemerintah
bahwa
sepanjang
mengikuti
pemilu,
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
kali inilah yang paling berat yang harus mereka hadapi. hal ini
akan berdampak
mandeknya aspirasi
perempuan
Setiap
bertemu negatif
wargaterhadap
harus mengeluarkan
uang,
harus dalam
hukum dan pemerintahan.
Dan sendiri
kondisi tersebut
telahpartai
ditulisdan
oleh Nindita
berkompetisi
dengan kawan
dalam satu
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
dapil
dan banyak kerumitan lainnya yang harus dihadapi.
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
Kondisi ini tercermin dalam analisis terhadap permohonan
2009.”
perselisihan hasil pemilu yang disampaikan partai politik,
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
perseorangan caleg DPR, DPD dan DPRD. Persoalan
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
yang paling banyak menjadi dasar sengketa di Mahkamah
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
28
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
POTRET PEMILU DALAM SENGKETA
adalah kasus penggelembungan dan penggembosan
suara. Terdapat 59% (423 kasus) penggelembungan dan
penggembosan hasil pemilu. Kemudian disusul oleh kasus
kesalahan penghitungan suara sebanyak 29% (206 kasus).
GRAFIK 7. OBJEK PENGAJUAN SENGKETA
Kedua kasus ini cukup menonjol dalam persidangan di
Mahkamah dan keduanya memiliki konsekuensi berbeda.
Terhadap kasus penggelembungan dan penggembosan
suara, para pihak harus memiliki bukti pembanding yang
menunjukkan adanya penggelembungan terhadap suara
partai atau caleg lain yang berdampak pada pengurangan
suara lainnya. Intinya, kasus ini muncul akibat penambahan
suara secara tidak sah terhadap partai atau caleg tertentu
yang berdampak pada menggelembungnya suara dan
penggembosan suara.
Penambahan dan pengurangan suara ini bisa cukup
beragam modus yang dilakukan. Namun yang pasti
29
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
kecurangan ini tidak mungkin hanya dilakukan oleh
perseorangan
saksi,
partai kebijakan
politik semata.
merupakan suatu
upayacaleg
untukmaupun
menyelamatkan
publik yang akan
Kecurangan
ini
biasanya
dilakukan
dengan
merubah
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
hasil
pemilu baik
padatersebut
saat rekapitulasi
ditingkat
Tempat
Pandangan
Hamdan
berkaitan dengan
apa yang
disampaikan
Pemungutan
Suara
(TPS),
Panitia
Pemungutan
Suara
(PPS),
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
maupun
Panitia
Pemungutan
Kecamatan
(PPK).
Perubahan
pada Tahun
Pemilu.”
Yuna menjelaskan
bahwa
Political
budget cycles
hasil
pemilu
ini
harus
melibatkan
seluruh
penyelenggara
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
pemilu
yang
memiliki
otoritas
untuk
memegang
dan politcal
empiris karena
di berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang
mempengaruhi
budget cycles
seperti
perubahan
pola pada struktur anggaran baik secara
mengisi
formnya
adalah
petugas.
agregat
secara dengan
spesifik pada
tahun-tahun
Pemilu,
terkonfirmasi
Hal maupun
ini sejalan
temuan
terhadap
analisis
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
permohonan
perselisihan hasil pemilu lalu. Kecurangan
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
yang berdampak pada perselisihan hasil pemilu di MK,
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
diduga dilakukan oleh KPU Kabupaten/Kota, KPU Propinsi,
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
PPK, KPPS, PPS, Caleg maupun partai politik. Artinya
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
memang kecurangan dalam bentuk jual beli suara memang
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
tidak dilakukan sendiri oleh partai politik maupun caleg
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
namun juga melibatkan penyelenggara pemilu.
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
GRAFIK
8. PELAKUsetiap
PELANGGARAN
2012 menegaskan
partai politikPEMILU
peserta pemilu harus memenuhi
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
30
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
POTRET PEMILU DALAM SENGKETA
Modus jual beli suara muncul cukup beragam tergantung
dengan tingkatan penyelenggara pemilunya. Titik rawan
pertama adalah saat rekapitulasi hasil pemilu dari C Plano ke
C1 Form Hologram yang biasanya dilakukan tengah malam.
Rata-rata penghitungan suara oleh KPPS menggunakan C1
Plano hingga pukul 16.00 – 18.00 waktu setempat. Ketika
penghitungan suara Plano usai, tidak serta merta tugas
KPPS selesai karena harus melakukan rekapitulasi hasil
pemilu dalam form C1 Hologram. Proses rekapitulasi ini
dilakukan dengan menyalin satu demi satu perolehan suara
partai politik dan caleg. Salinan perolehan suara tersebut
harus di tulis tangan dengan rangkap 14 yakni 1 untuk
KPPS, 1 untuk Pengawas Pemilu Lapangan dan 12 partai
politik (tingkat nasional) serta seluruh saksi calon anggota
DPD. Tentunya proses rekapitulasi ini membutuhkan waktu
yang sangat lama sehingga prosesnya bisa dilakukan hingga
tengah malam (bahkan ada yang sampai esok harinya).
Saat rekapitulasi inilah momen paling rawan dalam
mengawal hasil pemilu. Umumnya pengawasan sudah mulai
lengah karena petugas sudah sangat capek, pengawas pemilu
juga demikian, ditambah lagi pengawasan masyarakat minim
karena tidak menjadi proses yang menarik seperti halnya
penghitungan suara. Kondisi ini akan semakin parah ketika
masing-masing caleg tidak memiliki saksi karena hanya
partai yang menghadirkan saksi resmi di setiap TPS. Karena
itu modus yang biasa dilakukan adalah menambahkan satu
angka pada kolom ratusan pada Form C1 Hologram. Modus
seperti ini bisa menambahkan perolehan suara partai atau
caleg dengan cukup signifikan hingga puluhan dan ratusan.
31
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
Praktik kecurangan seperti ini, salah satunya terjadi
di
Provinsisuatu
Banten
oknum
KPPS
danyang akan
merupakan
upayayang
untukmelibatkan
menyelamatkan
kebijakan
publik
PPS
setempat.
Modus
pelanggarannya
adalah,
mengubah
dibuat
oleh politisi
dan pemerintah
yang terpilih
untuk
memerintah.
perolehan
suara
caleg
tertentu
di
form
c1
yang
akan
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yangdiisi.
disampaikan
Misalnya,
suara
salah
satu
caleg
yang
bersangkutan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi0,Anggaran
kemudian
angka
1 di depannya,
sehingga
ia cycles
pada Tahunditambahkan
Pemilu.” Yuna
menjelaskan
bahwa Political
budget
14
mendapatkan
10. universal didukung dengan berbagai studi
sudah menjadisuara
fenomena
empiris
di berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang mempengaruhi
Modus
lainnya
adalah
dengan
menyatakan
salah politcal
budget cycles seperti
perubahan
pola pada
struktur
anggaran
baik secara
menjumlahkan
terhadap
hasil
pemilu
partai
politik
agregat maupun
secara
spesifik padacaleg.
tahun-tahun
terkonfirmasi
ditambah
dengan
perseorangan
ModusPemilu,
kesalahan
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
hitung
ini tidak dilakukan dengan mengambil banyak suara
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
namun hanya beberapa suara atau maksimal puluhan
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
suara. Misalkan total perolehan suara partai dihitung 46,
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
padahal ketika menjumlahkan satu persatu perolehan suara
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
partai dan caleg hanya 36, 40 atau nilai lainnya. Intinya
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
kecurangan ini dilakukan dengan mengambil sedikit suara
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
dengan pengalinya yang cukup signifikan, misalnya di 100
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
TPS. Artinya jika masing-masing TPS diambil 2 suara, maka
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
yang
akanpartai
memperoleh
tambahan
200harus
suara.
2012 bersangkutan
menegaskan setiap
politik peserta
pemilu
memenuhi
Kasus
seperti perempuan.
ini terjadi Kondisi
antar caleg
satudiperjuangkan,
partai di TPS
30%
keterwakilan
ini patut
mengingat
selamaBatu
ini, pihak
duduk
baik diCaleg
parlemen
maupun
5praktik
Kelurahan
Kota,yang
Kota
Manado.
nomor
urutpemerintah
2
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
atas nama Paula Singal da Caleg nomor urut 3 Lucky Korah hal ini
akan berdampak
mandeknya
aspirasi
perempuan dalam
setelah
direkap negatif
di PPSterhadap
suara keduanya
malah
berkurang.
hukum dan pemerintahan.
Dan nomor
kondisi urut
tersebut
telah ditulis
oleh Nindita
Sementara,
suara untuk caleg
5, justru
melonjak
Paramastuti
dalam
yang berjudul:
“Perempuan
di
tingkat PPS,
yangtulisannya
ketika perhitungan
di tingkat
TPS 5,dan
dia Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
tidak memperoleh suara, namun ketika di PPS, tercatat dia
2009.”
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto
dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
14 http://bantenraya.com/component/content/article/3-serang-raya/5219ketua-ppk-dipidanakan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
32
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
POTRET PEMILU DALAM SENGKETA
di TPS 5, memperoleh 19 suara.15
Kecurangan demikian sangat mungkin terjadi tidak
hanya ditingkat KPPS, namun juga bisa dilakukan disetiap
tingkatan seperti kelurahan (PPS), kecamatan (PPK), KPU
Kab/Kota, KPU Propinsi dan jenjang lebih tinggi. Namun
terpenting adalah, modus-modus itu menunjukkan bahwa
kecurangan ini muncul akibat sistem proporsional terbuka
yang membuka ruang kompetisi antar caleg dalam satu partai
politik. Keterpilihan calon tidak ditentukan oleh partai politik
berdasarkan nomor urut seperti dalam sistem proporsional
daftar tertutup. Sistem tertutup memungkinkan partai untuk
mengatur siapa calon yang akan memperoleh prioritas kursi
ketika partai politik memperoleh suara. Antar calon dalam
satu partai politik tidak perlu berebut, bersaing atau saling
mencurangi untuk memperoleh kursi karena semua sudah
diatur partai melalui nomor urut.
Kondisinya memang berbeda dengan sistem proporsional
terbuka, dimana nomor urut sudah tidak lagi berlaku karena
yang berlaku suara terbanyak. Calon yang memperoleh
suara terbanyak dibanding dengan calon lainnya, akan
memperoleh prioritas untuk menduduki kursi yang
berhasil diperoleh partai politik. Sistem suara terbanyak ini
memberikan kesempatan kepada peroleh suara terbanyak
tanpa harus melihat nomor urut mereka dalam pemilu.
Dampaknya, kondisi ini membuka ruang kompetisi antar
caleg untuk berebut dan saling berkompetisi agar memperoleh
suara maksimal dan teratas dibanding calon lainnya. Posisi
15 http://www.tribunnews.com/regional/2014/05/09/kanibalisasi-suaracaleg-satu-parpol-di-manado-terbukti
33
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
cukup baik jika kompetisinya dilakukan secara baik, yang
berarti
masing-masing
calon
akan berusaha
memperoleh
merupakan
suatu upaya untuk
menyelamatkan
kebijakan
publik yang akan
suara
tertinggi
yang
berdampak
pada
perolehan
suara
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
danPandangan
kursi partai.
Kondisi
ini tidak
akandengan
pernahapa
ditemukan
Hamdan
tersebut
berkaitan
yang disampaikan
dalam
sistem
proporsional
tertutup,
dimana
partai
akanAnggaran
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
lebih
partai dan calon
urutan
pada mengandalkan
Tahun Pemilu.” mesin
Yuna menjelaskan
bahwadengan
Political
budget cycles
teratas.
Sebab
calon
dengan
urutan
terbawah
tentu
akan
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
pesimis
awalNegara.
untukBerbagai
bisa memperoleh
karena politcal
empiris disejak
berbagai
variabel yangkursi,
mempengaruhi
budget cycles
seperti perubahan
struktur
anggaran
baik secara
berapapun
perolehan
suaranyapola
jikapada
tidak
memenuhi
harga
agregat(bilangan
maupun secara
spesifik
pada tahun-tahun
Pemilu,akan
terkonfirmasi
kursi
pembagi
pemilih),
maka suaranya
dalam praktek
penganggaran
di Indonesia
yang
berkaitan dengan siklus
diberikan
kepada
calon dengan
nomor urut
teratas.
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
Namun cukup disayangkan jika kemudian kompetisi
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
dalam sistem proporsional terbuka justru terjadi di internal
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
partai. Harusnya masing-masing calon bisa berkompetisi
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
menaikkan suara partai, namun justru yang terjadi malah
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
saling curi dan mengalihkan suara mereka. Akibatnya yang
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
terjadi bukan meningkatnya suara partai, tapi jual beli
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
suara untuk menentukan keterpilihan. Kondisi ini yang
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
menggambarkan
dalampolitik
sistempeserta
proporsional
2012 menegaskan kenapa
setiap partai
pemilu terbuka
harus memenuhi
justru
terjadi
jual
beli
suara
secara
massif.
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
mayoritas
laki-laki.INTERNAL
Apabila tidak
diperjuangkan,
GRAFIK
9. diduduki
JUMLAH oleh
SENGKETA
PARTAI
POLITIK hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
34
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
POTRET PEMILU DALAM SENGKETA
Hal ini yang kemudian mengakibatkan konflik dan
sengketa di internal partai politik dalam perselisihan
hasil pemilu di MK. Partai Golkar menjadi partai yang
paling banyak mengalami sengketa internal mereka akibat
perebutan suara dan kursi di internal. Selanjutnya diikuti
oleh PPP, Demokrat, PKB, PAN, Gerindra, PKPI dan
Nasdem.
Banyaknya kasus sengketa Internal partai politik tidak
seluruhnya dikabulkan oleh Mahkamah. Mahkamah hanya
mengabulkan 3 kasus terkait dengan sengketa internal
partai politik yang diajukan. Tiga kasus ini antara lain dari
PAN, PPP, dan Golkar.
TABEL 6. SENGKETA INTERNAL YANG DIKABULKAN MK
NOMOR
PUTUSAN
PARTAI
POLITIK
TINGKATAN
PUTUSAN
AMAR PUTUSAN
11-08-16/
PHPUDPR-DPRD/
XII/2014
PAN
DPRD Sumenep,
Dapil 5 atas nama H
Iskandar (urut 5) dan
Ahmad SE (urut 6)
Putusan
Akhir
Perolehan suara
pemohon urut 7 yang
benar 4.005 suara dan
perolehan suara calon
urut 6 yang benar
4.003 suara
06-09-01/
PHPUDPR-DPRD/
XII/2014
PPP
DPRA Aceh, Dapil 5
nama Tgk H Muchtar
A Alkhutby. S.Hi dan
Fakhrurrozi Cut
Putusan
Akhir
Menetapkan perolehan
suara calon PPP atas
nama Tgk H Muchtar
A ALkhutby Shi yang
benar yakni 4.770 dan
suara Fakhrurrazi H Cut
yakni 4.639 suara.
03-05-01/
PHPUDPR-DPRD/
XII/2014
Golkar
DPRA Propinsi Aceh
Dapil 9 Caleg No. 2
M Saleh P dan Caleg
No. 1 Suprijal Yusuf
Putusan
Akhir
Menetapkan perolehan
suara M Saleh P yang
benar 4.815 suara dan
suara Pihak Terkait
Suprijal Yusuf yang
benar 4.804 suara
35
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
Meskipun beberapa partai ini menunjukkan adanya
sengketa
internal
politik, namun
tidak publik
berartiyang akan
merupakandisuatu
upaya partai
untuk menyelamatkan
kebijakan
partai
seperti
PDIP, Hanura,
PBB, PKS,
dan
dibuat lainnya
oleh politisi
dan pemerintah
yang terpilih
untukPNA,
memerintah.
PDA
tidak memiliki
sengketa
internaldengan
mereka.
Pandangan
Hamdan
tersebutdi
berkaitan
apaBeberapa
yang disampaikan
partai
politik
memiliki
mekanisme
untuk
menyelesaikan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
sengketa
di internal.
Hal ini
dipengaruhi
olehPolitical
mekanisme
pada Tahun
Pemilu.” Yuna
menjelaskan
bahwa
budget cycles
penyelesaian
perselisihan
hasil
internal
partai
politik
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
melalui
mahkamah
partaiBerbagai
politik. variabel yang mempengaruhi politcal
empiris di
berbagai Negara.
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
Dasar pengajuan permohonan perselisihan hasil adalah
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
sejumlah kecurangan selama proses Pemilu Legislatif
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
2014. Kecurangan yang paling menonjol adalah kasus
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
D. POTRET MODUS KECURANGAN
PEMILU DALAM PUTUSAN MAHKAMAH
penggelembungan dan penggembosan suara. Kasus ini
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
berupa pergeseran hasil pemilu yang mengakibatkan
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
perubahan perolehan suara masing-masing peserta pemilu.
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
Perubahan
hasilfaktual
pemilu
ini menjadi
dilakukan
secara
curang
syarat verifikasi
untuk
peserta
pemilu.
UU dan
No. 8 Tahun
illegal
yang
berarti
diiringi
oleh
sejumlah
pelanggaran
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
lainnya.
Posisi perempuan.
pelanggaran
kedua
adalah
kesalahan
30% keterwakilan
Kondisi
ini patut
diperjuangkan,
mengingat
penghitungan
suara.
Kesalahan
penghitungan
suara
ini
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
biasanya
dilakukanoleholeh
petugas
penyelenggara
yang hal ini
mayoritas diduduki
laki-laki.
Apabila
tidak diperjuangkan,
akan berdampak
negatif dalam
terhadap
mandeknyarekapitulasi
aspirasi perempuan
melakukan
kesalahan
melakukan
hasil dalam
hukum dan
pemerintahan.
Dan kondisi
tersebut
telah
ditulis oleh Nindita
sehingga
hasil
akhirnya berbeda
dengan
yang
seharusnya.
Paramastuti
dalam
tulisannya
yang
berjudul: “Perempuan
dan Korupsi:
Kedua
bentuk
kecurangan
dan
pelanggaran
ini sama-sama
Pengalaman
Perempuan
Menghadapi
Korupsi
dalam
Pemilu
memiliki dampak krusial yakni adanya perubahan terhadap DPR RI
2009.”
hasil
pemilu.
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Perbedaanya
penggelembungan dan penggembosan
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
dengan kesalahan penghitungan suara terletak pada
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
36
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
POTRET PEMILU DALAM SENGKETA
perbuatan dan aktor pelakunya. Kecurangan berupa
penggelembungan dan penggembosan suara dilakukan
secara sengaja bahwa perbuatan untuk perubahan suara
itu dilakukan dengan tujuan untuk merubah hasil pemilu.
Kecurangan ini dilakukan dengan melibatkan lintas aktor
baik penyelenggara, peserta pemilu, saksi, bahkan pengawas
pemilu. Kecurangan penggembosan dan penggelembungan
suara tidak bisa dilakukan sendiri, namun harus melibatkan
banyak aktor sehingga perubahan suara itu bisa dilakukan.
Kasus penggelembungan dan penggembosan suara ini
bukan merupakan kasus tunggal. Ada banyak kecurangan
lainnya yang terlibat dalam kasus ini seperti netralitas
penyelenggara pemilu dan aparat pemerintahan, politik
uang, manipulasi daftar pemilih dan jumlah TPS serta
kecurangan lainnya. Oleh karena itu, bentuk kecurangan ini
biasanya masuk kategori sistematis, terstruktur dan massif.
Berbeda dengan penggelembungan dan penggembosan,
pelanggaran kesalahan penghitungan suara biasanya
dilakukan dengan tidak sengaja. Kesalahan penghitungan
suara muncul karena adanya kelalaian yang dilakukan
penyelenggara dalam proses rekapitulasi hasil pemilu.
Kesalahan ini muncul karena banyak faktor, karena
penyelenggara lalai, capek dan kehilangan konsentrasi dalam
proses rekapitulasi. Sedangkan dilihat dari keterlibatan
aktor, pelanggaran berupa kesalahan penghitungan suara
ini melibatkan aktor tunggal yakni petugas penyelenggara
pemilu.
Meskipun banyak faktor kecurangan dan pelanggaran
pemilu yang menjadi dasar pengajuan permohonan
37
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
seperti Tabel.16, namun tidak seluruhnya dikabulkan
oleh
Mahkamah.
Setelah
proses
persidangan
berlangsung
merupakan
suatu upaya
untuk
menyelamatkan
kebijakan
publik yang akan
dan
Mahkamah
mengambil
putusan,
ada
dua
bentuk
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
permasalahan
yang menjadi
pengambilan
putusan
Pandangan Hamdan
tersebut dasar
berkaitan
dengan apa yang
disampaikan
yakni
terkait
administrasi
rekapitulasi
dan
rekapitulasi
hasil
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
pemilu.
Administrasi
ini terkait
dengan
prosedur
pada Tahun
Pemilu.” rekapitulasi
Yuna menjelaskan
bahwa
Political
budget cycles
rekapitulasi
yang
tidak
terpenuhi
seperti
penggunaan
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
form
dan mekanisme
yang
tidak
standar, politcal
empirisrekapitulasi
di berbagai Negara.
Berbagai variabel
yang
mempengaruhi
budgetdijalankannya
cycles seperti perubahan
pola pada
struktur
baik secara
tidak
rekomendasi
Bawaslu,
dananggaran
prosedur
agregat maupun
secaraSedangkan
spesifik padarekapitulasi
tahun-tahunhasil
Pemilu,
terkonfirmasi
pemungutan
suara.
terkait
dalam praktek
penganggaran
di Indonesia
yangpenggembosan
berkaitan dengan siklus
dengan
kesalahan
penghitungan
suara atau
Pemilu
2009
ataupun
menjelang
Pemilu
2014.
Melihat
perkembangan saat
dan penggelembungan suara dengan beragam modusnya,
ini, yangperubahan
menjadi perhatian
tidaktidak
hanya
political budget
cycles, melainkan
apakah
C1, D, D1,
sinkronnya
pengitungan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
tingkat
TPS, PPS maupun PPK serta modus lainnya.
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
GRAFIK 10. OBJEK PERMOHONAN PERSELISIHAN HASIL
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
PEMILU
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
38
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
POTRET PEMILU DALAM SENGKETA
GRAFIK 11. BENTUK OBJEK DASAR PUTUSAN MK
1. ADMINISTRASI REKAPITULASI
Pertama, Kasus prosedur pemungutan suara
terjadi dalam pemilihan DPRK Kabupaten Aceh
Barat untuk Dapil 3. Bahwa prosedur pemungutan
suara ulang di beberapa TPS yang direkomendasikan
oleh Panwaslu Aceh Barat dan dihadiri serta
disepakati oleh saksi pemohon dan KPPS tidak
memiliki dasar hukum sebagaimana ketentuan
Pasal 221 UU No. 8 Tahun 2012. Bahwa memang
pada pemilihan tanggal 9 April 2014, ditemukan 15
lembar surat suara dari dapil lain (Dapil Aceh Barat
2) yang telah tercoblos. Namun adanya surat suara
tertukar menurut Mahkamah tidak memenuhi
syarat dilakukannya pemungutan suara ulang di
beberapa TPS. Bahwa syarat untuk dilakukannya
pemungutan suara ulang di TPS menurut Pasal 221
adalah:
39
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
a.Apabila terjadi bencana alam dan/atau
kerusuhan
mengakibatkan
hasilyang akan
merupakan suatu
upaya untukyang
menyelamatkan
kebijakan publik
pemungutan
suara tidak
atau
dibuat oleh politisi
dan pemerintah
yang dapat
terpilihdigunakan
untuk memerintah.
penghitungan
suara
tidak dapat
dilakukan.
Pandangan
Hamdan tersebut
berkaitan
dengan
apa yang disampaikan
b.Apabila
hasil penelitian
dan
pemeriksaan
Yuna Farhan
melalui tulisannya
“Menelusuri
Siklus
Politisasi Anggaran
pada Tahun Pengawas
Pemilu.” Yuna
menjelaskan
bahwa
Political
budget cycles
Pemilu
Lapangan
terbukti
terdapat
sudah menjadi
fenomena
universal didukung
dengan
studi
keadaan:
pembukaan
kotak suara
dan berbagai
atau
empiris di berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang
mempengaruhi
politcal
berkas pemungutan dan penghitungan suara
budget cyclestidak
sepertidilakukan
perubahan pola
pada struktur
baik secara
menurut
tata anggaran
cara yang
agregat maupun
secara spesifik
pada tahun-tahun Pemilu,
terkonfirmasi
ditetapkan
perundang-undangan,
petugas
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
KPPS meminta pemilih memberikan tanda
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
khusus pada surat suara yang digunakan, dan
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
petugas KPPS merusak lebih dari satu surat
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
suara yang sudah digunakan oleh pemilih
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
sehingga menjadi tidak sah.
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
Kedua, mengingat
kasus kepastian
hukum
acuan
juga perlu dibatasi
perbedaan hakikat
antara
laki-laki dan
rekapitulasi
suara
terjadi
dalam
pemilihan
DPR
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
RI Sumatera
Dapil peserta
1. Mahkamah
syarat verifikasi
faktual Selatan
untuk menjadi
pemilu. menilai
UU No. 8 Tahun
secara substansial
keterangan
2012 menegaskan
setiap partaiadanya
politik peserta
pemilu berbeda
harus memenuhi
dalam persidangan
antara
Bawaslu,
Bawaslu
30% keterwakilan
perempuan. Kondisi
ini patut
diperjuangkan,
mengingat
praktik selama
ini, pihak
baik di
parlemen
maupun RI
pemerintah
Propinsi
dan yang
KPUduduk
Pripinsi
Sumsel.
Bawaslu
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
menerangkan adanya Form C1 Plano DPR yang hal ini
akan berdampak
negatif terhadap
mandeknya
aspirasi
perempuan dalam
hilang sejumlah
32 form
dari tiga
kecamatan.
hukum dan
pemerintahan.
tersebut
telah ditulis
oleh Nindita
Berbeda
denganDan
itu,kondisi
Bawaslu
Propinsi
Sumsel
Paramastuti
dalam tulisannya
berjudul:
“Perempuan
dan Korupsi:
menerangkan
adanyayang
pengambil
alihan
pelaksanaan
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
rekomendasi Bawaslu oleh KPU Sumsel yakni
2009.”
dengan melakukan rekapitulasi ulang terhadap
Masihhasil
berhubungan
dengan
temaditingkat
akuntabilitas
keuangan politik, Didik
perolehan
suara
desa/kelurahan
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
dengan mengacu pada form C1 Plano Berhologram
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
40
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
POTRET PEMILU DALAM SENGKETA
di seluruh PPS. Sedangkan keterangan KPU Sumsel
menerangkan hal yang berbeda bahwa hasil dari
pelaksanaan rekomendasi Bawaslu, penghitungan
ulang telah dilakukan maksimal sebanyak 83%
telah dilakukan tanpa menyebut Form C1 Plano
yang digunakan dalam pelaksanaan rekomendasi
tersebut. Oleh karena itu, Mahkamah menilai
adanya ketidakpastian hukum dalam pengambilan
keputusan.
Ketiga,
kasus
tidak
dilaksanakannya
rekomendasi Bawaslu terjadi dalam pemilihan
DPRD Kota Manado Dapil 3. Bahwa KPU Kota
Manado tidak melaksanakan rekomendasi
Bawaslu secara berjenjang untuk melakukan
pencermatan dan pembetulan data perolehan
suara caleg. Keempat, kasus salah penggunaan
form rekapitulasi terjadi dalam pemilihan calon
anggota DPD atas nama H La Ode Salimin. Dalam
pemilihan ini, petugas salah menggunakan form
rekapitulasi D1 (tingkat desa) yang digunakan
untuk rekapitulasi suara tingkat kecamatan.
2. REKAPITULASI HASIL PEMILU
Pertama, penambahan dan pengurangan suara
dalam form C1 dan D1. Kasus ini terjadi dalam
pemilihan anggota DPRD Kabupaten Sumenep
5, DPRA Aceh 5, DPRA Aceh 9, DPRD Kabupaten
Halmahera Barat 1, DPRD Kabupaten Pesawaran 5,
41
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
dan DPRD Sulawesi Tenggara 1. Penambahan dan
pengurangan
ini terbukti setelah
Mahkamah
merupakan
suatu upaya suara
untuk menyelamatkan
kebijakan
publik yang akan
menyandingkan
antara
data
pemohon
dengan
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
termohon,
baik
menggunakan
bukti Form
C-1disampaikan
di
Pandangan
Hamdan
tersebut
berkaitan dengan
apa yang
setiapmelalui
TPS, tulisannya
DA-1 disetiap
desa/kelurahan,
DB-1Anggaran
Yuna Farhan
“Menelusuri
Siklus Politisasi
disetiap
kecamatan.
pada Tahun
Pemilu.”
Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
sudah menjadi
fenomena universal
didukung dengan
studi
Penambahan
dan pengurangan
suaraberbagai
ini
empiris di
berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang
mempengaruhi
politcal
dilakukan secara sengaja seperti dalam Kasus
budget cycles
sepertiDPRD
perubahan
pola padaHalmahera
struktur anggaran
pemilihan
Kabupaten
Barat baik
1. secara
agregat maupun
secaradispesifik
padaTPS
tahun-tahun
Pemilu,
terkonfirmasi
Ketua KPPS
beberapa
mengakui
dan telah
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
dibenarkan oleh Ketua PPS, terjadi pemindahan
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
suara pada saat rekapitulasi suara ditingkat desa
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
yang dilakukan oleh Ketua KPPS. Atas kasus ini
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
sebenarnya sudah ada laporan kepada Bawaslu
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
namun tidak ditindaklanjuti mengingat telah lewat
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
waktu (daluarsa). Kasus serupa juga terjadi dalam
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
kasus DPRD Sulawesi Tenggara I, yakni terdapat
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
pertemuan antara PPK dan PPS se-Kecamatan kadia
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
di salah satu
hotel.
Pada
pertemuan
itu dilakukan
2012 menegaskan
setiap
partai
politik
peserta pemilu
harus memenuhi
perubahan
angka
dalam
formulir
rekapitulasi
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
sepertiini,
Form
C, C-1,baik
D-1diyang
banyak
coretan
praktik selama
pihakModel
yang duduk
parlemen
maupun
pemerintah
dan
tidak terisi
mayoritas
diduduki
oleh angka.
laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
akan berdampak
negatif
terhadap mandeknya
Terkait
mekanisme
perubahanaspirasi
angka,perempuan
Kasus dalam
hukum dan
pemerintahan.
kondisi tersebut
telah ditulis
pemilihan
DPRDDan
Kabupaten
Kesawaran
Dapiloleh
5 Nindita
Paramastuti
dalam tulisannya
yang berjudul:
“Perempuan
dan
menunjukkannya.
Adanya
perubahan
angka dari
15 Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
menjadi 95 yakni mengganti angka 1 (satu) menjadi
2009.”
9 (Sembilan). Lihat tabel di bawah ini:
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
42
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
POTRET PEMILU DALAM SENGKETA
TABEL 7. PEROLEHAN SUARA VERSI PEMOHON
DAN TERMOHON
TPS 2
PAGAR
JAYA
VERSI C1
PEMOHON
VERSI C1
TERMOHON
VERSI D1
SELISIH
Nasdem
8
8
8
0
A. Bahris
15
95
95
+80
Siti Veniar
0
0
0
0
Ali Kusman
0
0
0
0
23
103
103
+80
Total
Kasus lainnya, perubahan angka dilakukan
dengan memanfaatkan kolom ratusan dalam form
rekapitulasi suara. Misalnya angka 32 (tiga puluh
dua) menjadi 232 (dua ratus tiga puluh dua). Atau
angka 53 (lima puluh tiga) berubah menjadi 253
(dua ratus lima puluh tiga). Lihat tabel di bawah ini:
TABEL 8. PEROLEHAN SUARA VERSI PEMOHON
DAN TERMOHON
TPS 4
PAGAR
JAYA
VERSI C1
PEMOHON
VERSI C1
TERMOHON
VERSI D1
SELISIH
Nasdem
21
21
21
0
A. Bahris
32
232
232
+200
Siti Veniar
0
0
0
0
Ali Kusman
0
0
0
0
53
253
253
+200
Total
43
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
Selain perubahan-perubahan angka tersebut,
perubahan
bisa diidentifikasi
dariyang akan
merupakan
suatu upayatersebut
untuk menyelamatkan
kebijakan publik
kejanggalan-kejanggalan
dalam
form.
Kejanggalan
dibuat oleh
politisi dan pemerintah yang
terpilih
untuk
memerintah.
itu
bisa
terlihat
dari
adanya
coretan-coretan
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
terhadap
atau terlihat
terhapusAnggaran
Yuna Farhan
melalui formulir
tulisannya “Menelusuri
Siklus Politisasi
menggunakan
tipemenjelaskan
ex, atau formulir
pada Tahun
Pemilu.” Yuna
bahwatersebut
Political tidak
budget cycles
di
tanda
tangani
oleh
saksi
atau
petugas.
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
empiris di berbagai
Berbagai
yang
mempengaruhi
Kedua,Negara.
pengisian
Formvariabel
C1 tidak
standar.
Kasus politcal
budget cycles
seperti
perubahan
pola pada
struktur
baik secara
pengisian
formulir
ini terjadi
dalam
kasusanggaran
pemilihan
agregat maupun
secara spesifik
pada tahun-tahun
Pemilu, terkonfirmasi
DPRD Kabupaten
Bangkalan
3 dan Sampang
2.
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Kasus Bangkalan 3 misalnya, perolehan suara
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
partai politik tidak tercatat, juga tidak ada tanda
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
tangan KPPS maupun saksi partai politik dalam
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
formulir C-1. Sedangkan untuk kasus Sampang 2,
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
perolehan suara partai politik dalam Formulir C-1
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
tidak dicatat secara lengkap. Tidak seluruh form
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
C-1 ditandatangani KPPS maupun saksi, selain itu
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
ada keberatan saksi pada saat rekapitulasi tidak
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
ditanggapisetiap
oleh partai
KPU dan
Panwaslu.
2012 menegaskan
politik
peserta pemilu harus memenuhi
Ketiga,
selisih Kondisi
penjumlahan
suara dalam
30% keterwakilan
perempuan.
ini patut diperjuangkan,
mengingat
praktik selama
pihak
yang duduk
baik didiparlemen
maupun
pemerintah
Form ini,
DA1.
Kasus
ini terjadi
pemilihan
DPRD
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
Kabupaten Nias Selatan 3. Mahkamah menemukan hal ini
akan berdampak
negatif terhadap
mandeknya
aspirasi
perempuan
selisih penjumlahan
suara
sah seluruh
partai
politik dalam
hukum dan
Dan coretan
kondisi tersebut
telah ditulis oleh Nindita
danpemerintahan.
terdapat banyak
yang meragukan.
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Keempat, perbedaan hasil pemilu dalam form
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
C1, D1, DA1, antara pemohon dan Termohon. Kasus
2009.”
pemilihan DPRD Kabupaten Halmahera Selatan
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
misalnya, adanya perbedaan angka hasil pemilu
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
antara print out Model DB yang dibagikan tanggal
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
44
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
POTRET PEMILU DALAM SENGKETA
25 April dan 26 April 2014. Bahwa Berita Acara
Model DB Kabupaten Halmahera Selatan setelah
dicermati oleh Panwaslu Kabupaten Halmahera
Selatan terdapat ketidakcocokan antara Berita
Acara Model DA dan Berita Acara Model C1.
Dalam persidangan juga terlihat adanya
perbedaan hasil pemilu yang diajukan oleh
pemohon dan termohon. Misalnya, bukti Form C1
yang diajukan Pemohon berbeda dengan Form C1
yang diajukan Termohon dan pihak terkait. Jumlah
perolehan suara seluruh partai politik tidak sesuai
dengan jumlah suara sah yang tercatat dalam
halaman data jumlah suara sah dan tidak sah. Sama
seperti kasus yang lainnya, dalam formulir tersebut
terdapat bekas coretan dan tipe ex pada formulir C1
yang diajukan pemohon dan termohon.
Kelima, kesalahan hitung perolehan suara partai
dan caleg. Putusan MK No. 01-01-20/PHPU-DPRDPRD/XII/2014 menunjukkan adanya kesalahan
penghitungan suara. Misalnya kesalahan hitung
dalam lampiran model C-1 TPS 5 Desa Engkode pada
kolom PKPI yang seharusnya suara sahnya PKPI
(Parpol) ditambah dengan suara sah semua caleg
adalah 117 suara namun Termohon menuliskannya
menjadi 120 suara.
45
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
E. KEMBALINYA MAHKAMAH
KALKULATOR
merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
1. PENETAPAN PEROLEHAN SUARA
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
penetapan
perolehan
pada TahunPutusan
Pemilu.” tentang
Yuna menjelaskan
bahwa
Politicalsuara
budget cycles
yang
benar
oleh
Mahkamah
terjadi
dibeberapa
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
daerah
yakni
Sumenep
Dapil
5, Bangkalan
Dapil 3, politcal
empiris di
berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang mempengaruhi
budget cycles
seperti
perubahan
struktur
baik secara
Propinsi
Aceh
Dapil 5, pola
Acehpada
Barat
Dapil anggaran
3, Propinsi
agregat maupun
secara
spesifik
pada
tahun-tahun
Pemilu,Dapil
terkonfirmasi
Aceh Dapil
9, Aceh
Barat
Daya
Dapil 1, Nabire
dalam praktek
penganggaran
yang berkaitan
dengan siklus
3, Pesawaran
Dapildi5,Indonesia
dan Propinsi
Kalimantan
Pemilu 2009
ataupun
menjelang
Pemilu
2014.
Melihat
perkembangan
saat
Barat. Mahkamah dalam putusannya menetapkan
ini, yang perolehan
menjadi perhatian
tidakbenar
hanyayang
political
budget
cycles, melainkan
suara yang
berarti
melakukan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
koreksi terhadap hasil pemilu yang telah ditetapkan
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
oleh KPU. Penetapan suara tersebut dilakukan
Masyarakat
tidakpemohon
saja dapat baik
ditafsirkan
sebagai satu
kesatuan, tetapi
terhadap
perseorangan
maupun
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
partai politik serta pihak terkait yang suaranya
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
mengalami perubahan.
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
Penetapan
benar
2012 menegaskan
setiap perolehan
partai politiksuara
pesertayang
pemilu
harusini
memenuhi
berlaku
untuk
seluruh
perolehan
suara
pemohon
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
maupun
di beberapa
pemungutan
praktik selama
ini,penetapan
pihak yang duduk
baik ditempat
parlemen
maupun pemerintah
suara
(TPS)oleh
saja.
Penetapan
untuk
hasil hal ini
mayoritas
diduduki
laki-laki.
Apabila
tidak seluruh
diperjuangkan,
misalnyanegatif
terjadi
di Sumenep
Dapil
5, Bangkalan
akan berdampak
terhadap
mandeknya
aspirasi
perempuan dalam
hukum dan
pemerintahan.
kondisi
telah
ditulis
oleh Nindita
Dapil
3, PropinsiDan
Aceh
Dapiltersebut
5, Aceh
Barat
Dapil
Paramastuti
dalam tulisannya
yang
“Perempuan
dan
3, Propinsi
Aceh Dapil
9, berjudul:
Aceh Barat
Daya Dapil
1, Korupsi:
Pengalaman
Perempuan
Menghadapi
Korupsi
dalam
Pemilu
dan Pesawaran Dapil 5. Sedangkan untuk Nabire DPR RI
2009.” Dapil 3 dan Propinsi Kalimantan Barat penetapan
Masihperolehan
berhubungan
dengan
akuntabilitas
keuanganTPS
politik, Didik
suara
yangtema
benar
terjadi di beberapa
Supriyanto
dan
Lia
Wulandari
dalam
tulisan
berjudul
Transparansi
dan
dan juga PPS maupun PPK.
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
46
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
POTRET PEMILU DALAM SENGKETA
2. PENGHITUNGAN SUARA ULANG
Perintah penghitungan suara ulang terjadi
di beberapa daerah Sampang Dapil 2, Sumatera
Selatan 2, Halmahera Barat Dapil 1, Maluku
Utara 1, Merangin 4, Samarinda 1, Manado 3
dan Jawa Barat 3. Perintah penghitungan suara
ulang ini diberlakukan baik untuk beberapa TPS,
beberapa Desa/Kelurahan, maupun Kecamatan.
Penghitungan suara ulang ini dilakukan terhadap
hasil pemilu disetiap tingkatan.
3. REKAPITULASI SUARA ULANG
Putusan untuk melakukan rekapitulasi suara
ulang terjadi di Nias Selatan 3. Rekapitulasi suara
ulang dilakukan diseluruh tingkatan baik TPS, PPS
maupun PPK. Perintah rekapitulasi suara ulang
ini berbeda dengan putusan adanya penghitungan
suara ulang. Penghitungan suara ulang dilakukan
untuk menghitung perolehan suara masingmasing kandidat pada TPS tertentu yang dianggap
bermasalah. Sedangkan untuk rekapitulasi suara
ulang tidak hanya menghitung namun prosedur
rekapitulasi suara diberlakukan mulai awal hingga
akhir.
47
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
F. HUKUM ACARA MAHKAMAH
KONSTITUSI
merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan
dibuat
oleh politisi
dan pemerintah
terpilih
untuk memerintah.
Persidangan
perselisihan
hasilyang
pemilu
legislatif
2014 ini
Pandangan beberapa
Hamdan tersebut
apa yang
disampaikan
memberikan
catatanberkaitan
pentingdengan
khususnya
terkait
Yuna Farhan
melalui
tulisannya
“Menelusurioleh
SiklusMahkamah
Politisasi Anggaran
dengan
hukum
acara
yang digunakan
pada TahunBeberapa
Pemilu.” Yuna
menjelaskan
bahwa
Political
budget cycles
Konstitusi.
catatan
itu terkait
dengan
pemohon
sudah
menjadi
fenomenakehadiran
universal saksi,
didukung
dengan berbagai
studi
dan
legal
standingnya,
pembuktian,
dan
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
putusan.
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
Mahkamah Konstitusi telah memperluas
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
legal standing pemohon dalam perselisihan hasil
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
pemilu legislatif 2014. Pemohon yang memiliki
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
1. LEGAL STANDING PEMOHON
legal standing tidak hanya partai politik dan
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
perseorangan calon anggota DPD, namun juga
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
perseorangan calon anggota DPR, DPRD Propinsi
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
dan DPRD Kabupaten/Kota.
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
Perluasan
legal politik
standing
2012 menegaskan
setiap partai
peserta pemohon
pemilu harusini
memenuhi
merupakan
konsekuensi
digunakannya
sistem
30% keterwakilan
perempuan.
Kondisi ini
patut diperjuangkan,
mengingat
16
praktik selama
ini, pihak yang
duduk baik
di parlemen
proporsional
terbuka
dalam
Pemilumaupun
2014.pemerintah
mayoritas
diduduki
oleh laki-laki.
Apabila
tidakdikenal
diperjuangkan,
Sistem
proporsional
terbuka
(lebih
suara hal ini
akan berdampak
negatiftelah
terhadap
mandeknya aspirasi
perempuan dalam
terbanyak)
mengondisikan
munculnya
hukum dan
pemerintahan.
Dan kondisi
tersebut
oleh Nindita
sengketa
antar calon
dalam
satu telah
partaiditulis
politik.
Paramastuti
dalamtentang
tulisannya
yang berjudul:
“Perempuan
dan Korupsi:
Bahasan
“Proporsional
Terbuka,
Menabuh
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
16 Masih
emilu berhubungan
P
2009 juga menggunakan
sistem
proporsionalkeuangan
terbuka (suara
dengan tema
akuntabilitas
politik, Didik
terbanyak), namun karena sistem ini berlaku setelah Putusan MK No. 22-24/
Supriyanto
dan
Lia
Wulandari
dalam
tulisan
berjudul
Transparansi
dan
PUU-VI/2008 tanggal 23 Desember 2008 (2 bulan) sebelum pelaksanaan
pemilu
legislatif,
maka
penataan
legal
standing
dll
belum
dilakukan.
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
48
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
POTRET PEMILU DALAM SENGKETA
Genderang Sengketa Internal” telah menunjukkan
bahwa konflik internal partai sulit untuk dihindari.
Memang secara eksplisit dalam undang-undang
disebutkan bahwa pemohon yang memiliki legal
standing adalah partai politik dan calon anggota
DPD sebagai peserta pemilu, dan tidak menyebut
sama sekali kehadiran perseorangan calon anggota
DPR dan DPRD.17 Namun aturan itu belum mampu
menjawab persoalan sengketa antar caleg dalam
satu partai politik.
Sebab jika sengketa itu muncul antar caleg
berlainan partai, tentu yang persoalan ini masih
bisa diakomodir oleh kepentingan partai politik
masing-masing. Seperti kasus penggelembungan
suara yang dilakukan oleh caleg dari partai tertentu
dengan mengambil suara caleg partai lainnya, tentu
hal ini tidak hanya merugikan satu caleg tersebut
namun juga partai yang menaunginya. Dengan
demikian kerugian partai politik tersebut secara
nyata telah terjadi. Namun kondisi ini tentu berbeda
untuk sengketa yang muncul antar caleg dalam satu
partai politik.
Seperti kasus permohonan Partai Persatuan
Pembangunan untuk DPRA Dapil 5 Aceh, yang
diajukan oleh Tgk H Muschtar A Alkhutby dengan
Fakhrurrozi Cut sebagai pihak terkait. Penambahan
suara yang dilakukan oleh Termohon memang
17 Lihat ketentuan Pasal 74 ayat (1) huruf c UU No. 24 Tahun 2003 tentang
Mahkamah Konstitusi
49
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
tidak mempengaruhi perolehan suara PPP untuk
Dapil
5 upaya
Aceh untuk
dan hanya
menetapkan
suara
yangyang akan
merupakan
suatu
menyelamatkan
kebijakan
publik
benar
untuk
PPP Tgk
H terpilih
Muchtar
A Alkhutuby
dibuat oleh
politisi
dancaleg
pemerintah
yang
untuk
memerintah.
(4.770
suara)
dan
Fakhrurrazi
H
Cut
(4.639
suara).
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang
disampaikan
Oleh
karena
itu,
jika
Tgk
H
Muchtar
A
Alkhutuby
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
tidakPemilu.”
diberikan
untuk Political
mengajukan
pada Tahun
Yunakesempatan
menjelaskan bahwa
budget cycles
permohonan
sendiri,
tentu
kerugian
konstitusional
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
yang
dialami
tidak
dapat
diperjuangkan.
Sebab politcal
empiris di
berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang mempengaruhi
budget cycles
padaPPP
struktur
anggaran
baik secara
sudahseperti
bisa perubahan
dipastikanpola
bahwa
tidak
memiliki
agregat maupun
spesifik pada tahun-tahun
kerugiansecara
konstitusional
terhadap Pemilu,
kasus terkonfirmasi
ini.
dalam praktek
penganggaran
di Indonesia
berkaitan dengan
Berubahnya
suara H
Muchtar yang
A ALkhutuby
dan siklus
Pemilu 2009
ataupun
menjelang
Pemilu
2014.
Melihat
perkembangan
saat
Fakhrurrazi H Cut tidak akan mempengaruhi
ini, yang jumlah
menjadisuara
perhatian
tidak
hanyaPPP
political
budget
cycles,
melainkan
yang
dimiliki
karena
total
suara
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
keduanya beserta seluruh caleg merupakan suara
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
PPP.
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
Mengingat hal itu, perluasan legal standing
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
pemohon perselisihan hasil pemilu patut untuk
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
diapresiasi. Sebab satu prinsip dalam electoral
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
justice system
pemilu)
adalah,
ada
2012 menegaskan
setiap(keadilan
partai politik
peserta
pemilutidak
harus
memenuhi
satupun
persoalan
kepemiluan
yang
tidak
memiliki
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
18
ruangini,
penyelesaian.
Sebab
ruang itu
ditutup
praktik selama
pihak yang duduk
baikjika
di parlemen
maupun
pemerintah
maka
tidakoleh
ada laki-laki.
kesempatan
bagitidak
para diperjuangkan,
pihak untuk hal ini
mayoritas
diduduki
Apabila
mengajukan
atas hasil pemilu.
Bahkan dalam
akan berdampak
negatifkeberatan
terhadap mandeknya
aspirasi perempuan
hukum dan
pemerintahan.
Dan kondisi
telah ditulis
oleh Nindita
ruang
ini tidak dimiliki
olehtersebut
partai politik
melalui
Paramastuti
dalam tulisannya
yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Mahkamah
Partainya.
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
Meskipun demikian, ada kelemahan dalam
2009.”
pengajuan permohonan bagi perseorangan caleg
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
18 Electoral Justice
System
Akuntabilitas
Pengelolaan
Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
50
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
POTRET PEMILU DALAM SENGKETA
DPR dan DPRD. Pengajuan permohonan tersebut
harus disertai persetujuan berupa tanda tangan Ketua dan Sekjen Partai Politik. Syarat ini cukup riskan untuk menutup ruang pengajuan permohonan
perselisihan, ketika Ketua dan Sekjen Partai tidak
menghendaki pengajuan permohonan sengketa
oleh perseorangan caleg. Ketika sengketa itu terjadi
dengan melibatkan kepentingan Ketua atau Sekjen
Partai, maka perseorangan caleg tersebut tidak dapat mengajukan permohonan. Dengan kata lain,
legal standing perseorangan caleg DPR dan DPRD
merupakan legal standing yang rapuh karena hak
untuk mengajukan permohonan sangat mudah dipatahkan oleh persetujuan Ketua dan Sekjen partai
politik.
2. PEMBATASAN SAKSI
Keterangan saksi merupakan bagian dari
alat bukti yang bisa dihadirkan oleh para
pihak dalam persidangan. Kehadirannya sama
pentingnya dengan bukti lainnya seperti surat/
tulisan, keterangan ahli, keterangan para pihak,
petunjuk, informasi elektronik, dan atau dokumen
elektronik. Oleh karena itu, tidak jarang para
pihak menghadirkan cukup banyak saksi dalam
persidangan di Mahkamah Konstitusi.
Kehadiran saksi tentu diharapkan bisa meyakinkan hakim dalam pengambilan keputusan yang
51
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
menguntungkan para pihak. Oleh karena itu penggunaan
keterangan
saksi juga mesti
disesuaikan
merupakan
suatu upaya
untuk menyelamatkan
kebijakan
publik yang akan
dengan
objek
sengketa
yang
disampaikan
ke
Mah­
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
kamah.
Seperti
dalil berkaitan
terjadinyadengan
kesalahan
pengPandangan
Hamdan
tersebut
apa yang
disampaikan
hitungan
suara,
para
pihak
harus
menunjukkan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
form-form
hasil seperti
C1 plano,
C1 cycles
pada Tahun
Pemilu.”rekapitulasi
Yuna menjelaskan
bahwaC,Political
budget
hologram,
DA, DA-1
dan formulir
lainnya.
Kehadir­
sudah menjadi
fenomena
universal
didukung
dengan
berbagai studi
anberbagai
saksi untuk
kasus
salah
hitungyang
ini mempengaruhi
hanya untuk politcal
empiris di
Negara.
Berbagai
variabel
budget cycles
seperti perubahan
pola berupa
pada struktur
anggaran
baik secara
menguatkan
bukti tertulis
formulir
yang teagregat maupun
secara spesifik
pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
lah disampaikan
tersebut.
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Namun untuk kasus lain berupa penggelemPemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
bungan dan penggembosan suara, netralitas
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
penyelenggara, politik uang, atau bentuk pelangpolitical corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
garan lainnya yang bersifat sistematis, terstruktur,
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
dan massif, tentu memerlukan kehadiran saksi.
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
Keterangan saksi akan sangat membantu untuk
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
merekonstruksi dugaan pelanggaran atau kasus
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
yang terjadi di lapangan. Seperti kasus penggelemsyarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
bungan dan
penggembosan
suara misalnya,
tidak
2012 menegaskan
setiap
partai politik peserta
pemilu harus
memenuhi
hanya
bisa
dibuktikan
dengan
perubahan-perubah­
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
an dokumen
jugabaik
upaya
untuk melakukan
praktik selama
ini, pihaknamun
yang duduk
di parlemen
maupun pemerintah
perubahan
terhadap
dokumen
Korelasi hal ini
mayoritas
diduduki oleh
laki-laki.
Apabiladimaksud.
tidak diperjuangkan,
antara penyelenggara
pelaku
kecurangan,
akan berdampak
negatif terhadapdengan
mandeknya
aspirasi
perempuan dalam
hukum dan
pemerintahan.
kondisi tersebut
ditulis
oleh Nindita
modus
dan polaDan
pelanggaran
tentutelah
tidak
cukup
Paramastuti
dalam tulisannya
yang berjudul:
“Perempuan
dan Korupsi:
dibuktikan
hanya dengan
dokumen,
namun ketePengalaman
Perempuan
Menghadapi
Korupsi
dalam
Pemilu
DPR RI
rangan saksi diperlukan untuk meyakinkan.
2009.”
Mengingat
pentingnya
keberadaan
saksi,
Masihterdapat
berhubungan
dengan tema
akuntabilitas
keuangan
politik, Didik
beberapa
catatan
terkait
dengan
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
penyampaikan keterangan saksi dalam proses
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
52
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
POTRET PEMILU DALAM SENGKETA
persidangan di Mahkamah Konstitusi, yakni
sebagai berikut:
A. ASAL SAKSI
Peraturan
Mahkamah
Konstitusi
telah
menegaskan bahwa saksi berasal dari saksi yang
ditugaskan secara resmi oleh peserta pemilu
maupun pemantau pemilu yang bersertifikat. 19
Saksi resmi peserta pemilu disetiap tingkatan tentu
akan melihat, mendengar dan mengalami setiap
peristiwa yang terjadi dalam proses pemilihan dan
rekapitulasi suara. Begitu juga dengan saksi yang
berasal dari pemantau terakreditasi yang berarti
memiliki legitimasi dalam menilai dan melihat
seluruh proses kepemiluan.
Penerapan peraturan tersebut cukup konsisten
dilakukan oleh Mahkamah. Melalui proses
persidangan tersebut, Mahkamah juga membatasi
kehadiran saksi yang berasal dari penyelenggara
pemilu apakah petugas KPPS, PPS, maupun PPK.
Begitu juga saksi yang berasal dari pengawas pemilu
seperti PPL maupun Panwascam. Mahkamah
menilai bahwa penyelenggara pemilu baik jajaran
KPU maupun Bawaslu, tidak diperkenankan
menjadi saksi. Sebab petugas lapangan merupakan
bagian dari penyelenggara pemilu yang harus
mempertanggungjawabkan hasil pemilu.
19 Pasal 4 huruf b dan Pasal 6 ayat (1) PMK No. 1 Tahun 2014
53
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
B. PEMBATASAN JUMLAH SAKSI
merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan
Ketatnya pemilihan saksi ternyata juga diiringi
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
dengan pembatasan jumlah saksi yang didengarkan
Pandangan
Hamdan tersebut
berkaitan
denganyang
apa yang
disampaikan
keterangannya.
Mengingat
waktu
sangat
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
terbatas dengan jumlah perkara cukup banyak,
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
Mahkamah justru membatasi jumlah saksi yang
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
dapat didengarkan keterangannya di hadapan
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
persidangan. Mahkamah hanya mengijinkan 3
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
orang saksi untuk setiap kasus yang diajukan oleh
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
para pihak.
dalam praktek
penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
jumlah
saksi
tentu
dirasa
tidak
Pemilu 2009Pembatasan
ataupun menjelang
Pemilu
2014.
Melihat
perkembangan
saat
ini, yang logis
menjadi
perhatian
tidak
hanya political
budget
cycles,
melainkan
dalam
proses
pembuktian
kasus.
Tiga
orang
political saksi
corruption
atau
siklus
korupsi
politik
tahun-tahun
dalamcycle
setiap
kasus
tentu
tidak
akanpada
mampu
Pemilu yang
telah meningkat dengan
menggambarkan
dan ekstrim.
menjelaskan seluruh
Masyarakat
tidakterkait
saja dapat
ditafsirkan Mengingat
sebagai satukonsep
kesatuan, tetapi
persoalan
permohonan.
juga perlu
dibatasi
mengingat
hakikat antara
laki-laki dan
saksi
adalah
merekaperbedaan
yang mendengar,
melihat
perempuan.
halnyasecara
keterwakilan
perempuan
sebagai salah satu
dan Seperti
mengalami
langsung
suatu kejadian,
syarat verifikasi
faktual
untuk
menjadi
peserta
pemilu.
No. 8 Tahun
tentu kehadiran 3 orang saksi tidak cukupUU
untuk
2012 menegaskan
setiap
partai pelanggaran
politik peserta
pemilu
harus memenuhi
menjelaskan
dugaan
atau
kecurangan
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
dalam satu daerah pemilihan. Sebagai ilustrasi,
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
permohonan
yang
mendalilkan
terjadinya
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
kecurangan di 100 TPS tentu tidak dapat diwakili
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
hanya oleh 3 orang saksi yang akan menjelaskan
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
persoalan di 100 TPS.
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
hal itu, Korupsi
pembatasan
jumlah DPR RI
PengalamanBerdasarkan
Perempuan Menghadapi
dalam Pemilu
2009.” saksi dengan alasan keterbatasan waktu tentu
cukup dengan
kuat tema
dijadikan
dasar.keuangan
Mengingat
Masihtidak
berhubungan
akuntabilitas
politik, Didik
urgensinya
keterangan
saksi
sebagai
bukti
yang
Supriyanto
dan Lia Wulandari
dalam
tulisan
berjudul
Transparansi
dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
54
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
POTRET PEMILU DALAM SENGKETA
akan menguatkan permohonan dan meyakinkan
hakim. Oleh karena itu, untuk mengatasi persoalan
banyaknya perkara dan waktu yang terbatas perlu
difikirkan mekanisme penyampaian keterangan
saksi. Jika keterangan ahli bisa disampaikan secara
tertulis, tentu hal serupa dapat diberlakukan untuk
keterangan saksi.
C. TIDAK DAPAT TUKAR MENUKAR
KETERANGAN SAKSI
Alternatif lainnya agar hakim dapat memperoleh
keterangan utuh terhadap suatu perkara dalam satu
daerah pemilihan adalah mendengarkan saksi dari
kasus yang sama di satu daerah pemilihan. Potensi
ini sudah muncul dalam persidangan perselisihan
hasil pemilu legislatif 2014 lalu. Mahkamah
telah mengelompokkan persidangan per daerah
pemilihan. Hal ini berbeda dengan mekanisme
persidangan tahun 2009 yang dikelompokkan per
partai politik. Dengan demikian, hakim akan lebih
mudah untuk mendengarkan banyak kesaksian
dari lintas partai, lintas perkara namun tetap dalam
satu objek sengketa di setiap daerah pemilihan.
Bukan hanya hakim, masing-masing pihak
dapat saling menggunakan keterangan saksi dari
partai lain yang menguatkannya. Oleh karena itu,
persidangan perselisihan hasil pemilu per daerah
pemilihan memungkinkan saling crosscheck
terhadap keterangan yang disampaikan oleh saksi.
55
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
Dengan demikian, informasi yang disampaikan
akan
lebih
komprehensif
meliputikebijakan
seluruhpublik
kasusyang akan
merupakan
suatu
upaya
untuk menyelamatkan
yang
muncul
satu daerah
pemilihan
dibuat oleh
politisi
dan dalam
pemerintah
yang terpilih
untuk tersebut.
memerintah.
Hakim
konstitusi
dalam
proses
ini
dapat
dengan
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang
disampaikan
mudah
menemukan
titik
singgung
dan
duduk
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
perkara
atas Yuna
seluruh
permohonan
diajukan
pada Tahun
Pemilu.”
menjelaskan
bahwayang
Political
budget cycles
oleh
seluruh
partai
politik
dalam
satu
daerah
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
pemilihan.
empiris di
berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
budget cycles
seperti perubahan
pola pada
struktur anggaran
baik secara
Namun
sayangnya
Mahkamah
tidak
agregat maupun
secara spesifik
tahun-tahun persidangan
Pemilu, terkonfirmasi
memanfaatkan
desainpada
pengelompokan
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
untuk kepentingan crosscheck keterangan saksi.
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
Hal ini terlihat misalnya dalam persidangan caleg
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
Ahsanul Qosasih, sebagaimana diungkapkan oleh
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
pengacara yang bersangkutan. Bahwa, proses
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
sidang di MK yang menggabungkan perkara per
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
provinsi, seharusnya bisa memakai keterangan
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
saksi yang saling berhubungan antar pihak, namun
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
sayangnya, ini tidak diperbolehkan oleh hakim MK.
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
20
Mahkamah
memberikan
kesempatan
2012 menegaskan
setiapmenolak
partai politik
peserta pemilu
harus memenuhi
kepada
para
pihak
untuk
saling
memperdalam
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
keterangan
saksi
dari
partai
politik
lainnya.
praktik selama
ini, pihak
yang
duduk
baik
di parlemen
maupun pemerintah
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Konstitusi
peraturannya
ParamastutiMahkamah
dalam tulisannya
yang dalam
berjudul:
“Perempuantidak
dan Korupsi:
secara
eksplisit Menghadapi
mengatur Korupsi
tatacara dalam
pembuktian.
Pengalaman
Perempuan
Pemilu DPR RI
2009.” Peraturan Mahkamah Konstitusi No. 1 Tahun
3.PEMBUKTIAN
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto
dan
LiaPengacara
Wulandari
dalam
tulisan
berjudul
dan
20 Wawancara
dengan
Ahsanul
Qosasih,
Pada 25
Juni 2014,Transparansi
Pukul
17.30
Wib.
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
56
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
POTRET PEMILU DALAM SENGKETA
2014 hanya menyebutkan tahapan persidangan
yang tertera dalam Pasal 40. Bahwa pemeriksaan
persidangan dimulai dengan tahapan jawaban
termohon; keterangan pihak terkait; pembuktian;
dan kesimpulan oleh pemohon, termohon,
dan pihak terkait. Oleh karena itu, mekanisme
pembuktian dalam persidangan tidak mengacu
pada satu standar pembuktian yang telah diatur.
Meskipun mekanisme pembuktian tidak
diatur secara eksplisit, namun dalam mekanisme
persidangan yang terbuka untuk umum mestinya
proses pembuktian itu dilakukan secara terbuka.
Alat bukti yang dihadirkan dalam persidangan
berupa dokumen dan formulir penghitungan serta
rekapitulasi hasil pemilu mestinya diperiksa secara
terbuka dihadapan persidangan sehingga seluruh
pihak dapat menyaksikan dan adu dokumen.
Namun cukup disayangkan dalam proses
pembuktian lalu, Mahkamah Konstitusi hanya
memerintahkan agar seluruh dokumen dan data
yang akan dijadikan bukti untuk dikumpulkan ke
panitera. Begitu juga dengan keterangan kekurangan
bukti, panitera yang akan menyampaikan kepada
para pihak di luar persidangan yang digelar secara
terbuka. Fungsi hakim dalam proses pembuktian
ini sebatas pada pengumpulan dan pengesahan alat
bukti dihadapan persidangan.
Pertanyaannya siapa yang akan memeriksa
seluruh dokumen dan bukti yang diajukan oleh
57
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
pemohon? Bukti-bukti yang telah dikumpulkan
dansuatu
diserahkan
olehmenyelamatkan
para pihak kemudian
dianalisa
merupakan
upaya untuk
kebijakan
publik yang akan
oleh
panitera.
Pemeriksaan
terhadap
alat
bukti
ini
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
dilakukan
diluar
persidangan
tanpa apa
keterlibatan
Pandangan
Hamdan
tersebut
berkaitan dengan
yang disampaikan
para
pihak
yang
bersengketa.
Akibatnya
dalamAnggaran
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
persidangan
terjadi adu dokumen
dan saling
pada Tahun
Pemilu.” tidak
Yuna menjelaskan
bahwa Political
budget cycles
klarifikasi
terhadap
bukti-bukti
yang
diajukan
oleh
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai
studi
masing-masing
pihak.
empiris di
berbagai Negara.
Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Sepanjang pengamatan dan pemantauan terhadap proses
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
tersebut, Perludem mengambil kesimpulan berdasarkan
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
temuan sebagai berikut:
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
G.KESIMPULAN
1. PENINGKATAN JUMLAH KASUS PHPU
2014
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
Telah terjadi peningkatan jumlah kasus PHPU
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
dari 655 kasus (Pilleg 2009) hingga 902 kasus
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
(Pilleg 2014). Padahal dilihat dari jumlah peserta
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
pemilunya, Pilleg 2009 jauh lebih banyak dibanding
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
2014.
Pillegoleh
2009
diikuti
oleh tidak
11.219diperjuangkan,
caleg DPR hal ini
mayoritas
diduduki
laki-laki.
Apabila
dan 1.116
calegterhadap
DPD, sedangkan
Pilleg
2014
hanya dalam
akan berdampak
negatif
mandeknya
aspirasi
perempuan
diikuti
oleh 6.607Dan
caleg
DPR tersebut
dan 945telah
calegditulis
DPD.oleh Nindita
hukum dan
pemerintahan.
kondisi
ParamastutiPeningkatan
dalam tulisannya
berjudul: “Perempuan
dan Korupsi:
kasusyang
ini disebabkan
oleh beberapa
Pengalaman
Perempuan
Menghadapi
Korupsi
dalam
Pemilu
DPR RI
faktor yakni:
2009.”
a.Hukum acara MK telah memperluas legal
Masih berhubungan
dengan
tema akuntabilitas
politik, Didik
standing
pemohon
yakni tidak keuangan
hanya partai
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
politik dan perseorangan calon DPD, juga
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
58
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
POTRET PEMILU DALAM SENGKETA
perseorangan Caleg DPR dan DPRD baik
propinsi maupun kabupaten/kota. Akibatnya
dalam Pilleg 2014 menambah permohonan
perseorangan sejumlah 118 kasus.
b.
Ketidakpuasan terhadap proses, yakni
munculnya banyak dugaan pelanggaran.
Ketidakpuasan terhadap proses ini tidak
serta merta menunjukkan buruknya kualitas
penyelenggaraan mengingat dari 902
kasus yang diajukan, hanya 22 kasus yang
dikabulkan yakni 2,4 persen.
2. INKONSISTEN WAKTU PENGAJUAN
GUGATAN
Selama pengajuan permohonan, Mahkamah
Konstitusi mengeluarkan rilis yang berbeda terkait
jumlah perkara yang diterima. Jumlah perkara tersebut mengalami perubahan dari setiap tahapan penerimaan perkara. Perbedaan jumlah ini disebabkan perbedaan kebijakan yang diberlakukan antara
hakim konstitusi dan sekjen MK yang kemudian
memberikan ruang bagi pemohon untuk mengajukan permohonan lewat dari batas waktu 3x24 jam.
Akibatnya beberapa permohonan harus dinyatakan
tidak diterima akibat melewati batas waktu pengajuan permohonan. Mestinya MK bisa menolak permohonan tersebut pada saat proses pendaftaran
ditutup, sehingga tidak memberikan harapan palsu.
59
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
3. POTRET SENGKETA INTERNAL PARTAI
merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan
Persidangan
di MKyangmenunjukkan
adanya
dibuat oleh politisi
dan pemerintah
terpilih untuk memerintah.
sengketa di internal partai politik, yakni sengketa
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
antarmelalui
caleg dalam
satu partai.
Hal iniSiklus
mengakibatkan
Yuna Farhan
tulisannya
“Menelusuri
Politisasi Anggaran
banyak
dugaan
kecurangan
yang
cukup
besar
seperti
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political
budget cycles
kasus
penggelembungan
dan
penggembosan
suara,
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
salah
penghitungan
hasil
pemilu,
uang, politcal
empiris di
berbagai
Negara. Berbagai
variabel
yangpolitik
mempengaruhi
netralitas
dan kecurangan
budget cycles
sepertipenyelenggara
perubahan polapemilu
pada struktur
anggaran baik secara
agregat maupun
lainnya.secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
political corruption
cycle
atau siklus korupsi
politik pada
tahun-tahun
Pemohon
perselisihan
hasil pemilu
di MK
Pemilu yang
telah meningkat
dengan
ekstrim.
mengajukan
beberapa
bentuk
kecurangan seperti
4. OBJEK SENGKETA PHPU
Masyarakat
tidak saja dan
dapat
ditafsirkan sebagaisuara
satu (59%),
kesatuan, tetapi
Penggembosan
penggelembungan
juga perlu
dibatasi penghitungan
mengingat perbedaan
hakikatmanajemen
antara laki-laki dan
Kesalahan
suara (29%),
perempuan.
halnya
perempuan sebagai
salah satu
penySeperti
pemilu
(7%),keterwakilan
netralitas penyelenggara
(3%)
syarat verifikasi
faktual
untuk
menjadi
peserta
pemilu.
UU
No.
dll. Meskipun banyak bentuk kecurangan, namun 8 Tahun
2012 menegaskan
setiap
partai politik peserta
pemilu harus
memenuhi
MK hanya
mempertimbangkan
beberapa
bentuk
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
pelanggaran yakni administrasi rekapitulasi dan
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
rekapitulasi hasil pemilu.
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
Administrasi rekapitulasi ini terkait dengan
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
prosedur
rekapitulasi
yang tidak
terpenuhi
seperti
hukum dan
pemerintahan.
Dan kondisi
tersebut
telah ditulis
oleh Nindita
penggunaan
form
rekapitulasi
dan
mekanisme
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
yangPerempuan
tidak Menghadapi
standar, tidak
Pengalaman
Korupsi dijalankannya
dalam Pemilu DPR RI
2009.” rekomendasi Bawaslu, dan prosedur pemungutan
Sedangkan
rekapitulasi
hasil terkait
dengan
Masihsuara.
berhubungan
dengan
tema akuntabilitas
keuangan
politik, Didik
kesalahan
suara
atauberjudul
penggembosan
Supriyanto
dan Lia penghitungan
Wulandari dalam
tulisan
Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
60
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
POTRET PEMILU DALAM SENGKETA
dan penggelembungan suara dengan beragam
modusnya, apakah perubahan C1, D, D1, tidak
sinkronnya pengitungan tingkat TPS, PPS maupun
PPK serta modus lainnya.
5. KEMBALINYA MAHKAMAH
KALKULATOR
Mahkamah tidak lagi menggunakan istilah
pelanggaran sistematis, terstruktur dan massif
dalam Pemilu Legislatif 2014. MK telah kembali
sebagai Mahkamah Kalkulator yakni memutuskan
penetapan perolehan suara, penghitungan suara
ulang dan rekapitulasi suara ulang. Penetapan
perolehan suara berarti Mahkamah menetapkan
perolehan suara yang benar untuk masing-masing
pihak dan melakukan koreksi terhadap hasil pemilu
yang telah ditetapkan oleh KPU.
Perintah penghitungan suara ulang biasanya
diberlakukan baik untuk beberapa TPS,
beberapa Desa/Kelurahan, maupun Kecamatan.
Penghitungan suara ulang ini dilakukan terhadap
hasil pemilu disetiap tingkatan. Sedangkan
rekapitulasi suara ulang dilakukan dalam bentuk
melaksanakan penghitungan dan prosedur
rekapitulasi suara secara keseluruhan. Penghitungan
suara ulang dilakukan untuk menghitung perolehan
suara masing-masing kandidat pada TPS tertentu
yang dianggap bermasalah. Sedangkan untuk
61
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
rekapitulasi suara ulang tidak hanya menghitung
namun
rekapitulasi
suara
diberlakukan
merupakan
suatu prosedur
upaya untuk
menyelamatkan
kebijakan
publik yang akan
mulai
awal
hingga
akhir.
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
a.
Pembatasan Saksi. Mahkamah Konstitusi
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
hanya
memberikan
kesempatan
untuk politcal
empiris di berbagai
Negara.
Berbagai variabel
yang mempengaruhi
menghadirkan
3 orang
untuk
setiap
budget cycles seperti
perubahan pola
pada saksi
struktur
anggaran
baik secara
partai
politik
di
setiap
daerah
pemilihan.
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
Pembatasan disaksi
merupakan
kebijakan
dalam praktek penganggaran
Indonesia
yang berkaitan
dengan siklus
yang menjelang
tidak tepat
karena
membatasi
Pemilu 2009 ataupun
Pemilu
2014.dapat
Melihat
perkembangan saat
ini, yang menjadipara
perhatian
hanya
political budget
cycles, melainkan
pihaktidak
untuk
memperoleh
kebenaran
political corruption
cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
substansial.
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
6. CATATAN ATAS HUKUM ACARA MK
b.
Pembuktian.
Proses
pembuktian
ini
Masyarakat tidak
saja dapat
ditafsirkan
sebagai satudimana
kesatuan, tetapi
dilakukan
diluar
proses persidangan
juga perlu dibatasi
perbedaan
hakikat antara alat
laki-laki dan
paramengingat
pihak hanya
mengumpulkan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
untuk disahkan dihadapan persidangan.
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
Hanya saja bukti-bukti tertulis tersebut
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
tidak disandingkan, diadu dan dikonfrontasi
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
dihadapan persidangan.
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
62
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
POTRET PEMILU DALAM SENGKETA
DAFTAR PUSTAKA
Permohonan PHPU DPR dan DPD
Permohonan Partai Nasdem No. 01-01/PHPU.DPR-DPRD/
XII/2014
Permohonan PKB No. 12-02/PHPU.DPR-DPRD/XII/2014
Permohonan PKS No. 04-03/PHPU.DPR-DPRD/XII/2014
Permohonan PDIP No. 09-04/PHPU.DPR-DPRD/XII/2014
Permohonan Partai Golkar No. 03-05/PHPU.DPR-DPRD/
XII/2014
Permohonan Partai Gerindra No. 07-06/PHPU.DPRDPRD/XII/2014
Permohonan Partai Demokrat No. 10-07/PHPU.DPRDPRD/XII/2014
Permohonan PAN No. 11-08/PHPU.DPR-DPRD/XII/2014
Permohonan PPP No. 06-09/PHPU.DPR-DPRD/XII/2014
Permohonan Partai Hanura No. 02-10/PHPU.DPR-DPRD/
XII/2014
Permohonan PBB No. 05-14/PHPU.DPR-DPRD/XII/2014
Permohonan PKPI No. 08-15/PHPU.DPR-DPRD/XII/2014
Permohonan PNA No. 02-12/PHPU.DPRD/XII/2014
Permohonan PDA No. 01-01/PHPU.DPR-DPRD/XII/2014
Permohonan Calon Anggota DPD Jatim No. 01-16/PHPU.
DPD/XII/2014
Permohonan Calon Anggota DPD Jateng No. 02-14/PHPU.
DPD/XII/2014
63
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
Permohonan Calon Anggota DPD Maluku No. 03-30/
PHPU.DPD/XII/2014
merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan
Permohonan
Calon
DPD
No.memerintah.
04-25/
dibuat oleh politisi
danAnggota
pemerintah
yangGorontalo
terpilih untuk
PHPU.DPD/XII/2014
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Permohonan
Calon Anggota
DPD
Jatim No.
05-16/PHPU.
Yuna Farhan melalui
tulisannya
“Menelusuri
Siklus
Politisasi Anggaran
DPD/XII/2014
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
Permohonan
Calon
Anggota
DPD Papua
No. 06-32/PHPU.
sudah menjadi
fenomena
universal
didukung
dengan berbagai studi
DPD/XII/2014
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
Permohonan
Calon Anggota
DPD
No. 07-32/PHPU.
budget cycles seperti
perubahan
polaPapua
pada struktur
anggaran baik secara
DPD/XII/2014
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
dalam praktekCalon
penganggaran
Indonesia
berkaitan dengan siklus
Permohonan
AnggotadiDPD
Kalselyang
No. 08-22/PHPU.
DPD/XII/2014
Pemilu
2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
ini, yang menjadi
perhatian
tidak DPD
hanya Bengkulu
political budget
melainkan
Permohonan
Calon
Anggota
No. cycles,
09-09/
political
corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
PHPU.DPD/XII/2014
Pemilu yang telah
meningkat
ekstrim.No. 10-02/PHPU.
Permohonan
Calon
Anggotadengan
DPD Sumut
DPD/XII/2014
Masyarakat
tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
juga perlu dibatasi
antara laki-laki dan
Permohonan
Calonmengingat
Anggota perbedaan
DPD NTT hakikat
No. 11-19/PHPU.
perempuan.
Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
DPD/XII/2014
syarat verifikasi
faktual
untuk menjadi
peserta
pemilu.
UU No. 8 Tahun
Permohonan
Calon
Anggota
DPD Banten
No.
12-13/PHPU.
2012DPD/XII/2014
menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
Permohonan Calon Anggota DPD Papua No. 07-32/PHPU.
praktik
selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
DPD/XII/2014
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
Putusan
DPR/DPRD
dan tersebut
DPD telah ditulis oleh Nindita
hukum danPHPU
pemerintahan.
Dan kondisi
Paramastuti
dalam tulisannya
yang berjudul:
“Perempuan dan Korupsi:
Putusan
Mahkamah
Konstitusi
No. 01-01/PHPU.DPRDPRD/XII/2014
Pengalaman
Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
Putusan
Mahkamah Konstitusi No. 12-02/PHPU.DPR-
DPRD/XII/2014
Masih
berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto
dan Lia Wulandari
dalamNo.
tulisan
berjudul Transparansi dan
Putusan Mahkamah
Konstitusi
04-03/PHPU.DPRAkuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
64
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
POTRET PEMILU DALAM SENGKETA
DPRD/XII/2014
Putusan Mahkamah Konstitusi No. 09-04/PHPU.DPRDPRD/XII/2014
Putusan Mahkamah Konstitusi No. 03-05/PHPU.DPRDPRD/XII/2014
Putusan Mahkamah Konstitusi No. 07-06/PHPU.DPRDPRD/XII/2014
Putusan Mahkamah Konstitusi No. 10-07/PHPU.DPRDPRD/XII/2014
Putusan Mahkamah Konstitusi No. 11-08/PHPU.DPRDPRD/XII/2014
Putusan Mahkamah Konstitusi No. 06-09/PHPU.DPRDPRD/XII/2014
Putusan Mahkamah Konstitusi No. 02-10/PHPU.DPRDPRD/XII/2014
Putusan Mahkamah Konstitusi No. 05-14/PHPU.DPRDPRD/XII/2014
Putusan Mahkamah Konstitusi No. 08-15/PHPU.DPRDPRD/XII/2014
Putusan Mahkamah Konstitusi No. 02-12/PHPU.DPRD/
XII/2014
Putusan Mahkamah Konstitusi No. 01-01/PHPU.DPRDPRD/XII/2014
Putusan Mahkamah Konstitusi No. 01-16/PHPU.DPD/
XII/2014
Putusan Mahkamah Konstitusi No. 02-14/PHPU.DPD/
XII/2014
Putusan Mahkamah Konstitusi No. 03-30/PHPU.DPD/
XII/2014
65
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
Putusan Mahkamah Konstitusi No. 04-25/PHPU.DPD/
XII/2014
merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan
Putusan
Konstitusiyang
No.terpilih
05-16/PHPU.DPD/
dibuat olehMahkamah
politisi dan pemerintah
untuk memerintah.
XII/2014
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Putusan
Mahkamah
Konstitusi
No. 06-32/PHPU.DPD/
Yuna Farhan
melalui tulisannya
“Menelusuri
Siklus Politisasi Anggaran
XII/2014
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
Putusan
Mahkamah
Konstitusi
07-32/PHPU.DPD/
sudah menjadi
fenomena
universalNo.
didukung
dengan berbagai studi
XII/2014
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
Putusan
Mahkamah
Konstitusi
budget cycles
seperti perubahan
polaNo.
pada08-22/PHPU.DPD/
struktur anggaran baik secara
XII/2014
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
dalam praktek
penganggaran
di Indonesia
yang berkaitan dengan siklus
Putusan
Mahkamah
Konstitusi
No. 09-09/PHPU.DPD/
XII/2014
Pemilu
2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
ini, yang menjadi
perhatian
tidak hanya
political
budget cycles, melainkan
Putusan
Mahkamah
Konstitusi
No.
10-02/PHPU.DPD/
political
corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
XII/2014
Pemilu yang
telah meningkat
dengan ekstrim.
Putusan
Mahkamah
Konstitusi
No. 11-19/PHPU.DPD/
XII/2014 tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
Masyarakat
juga perluMahkamah
dibatasi mengingat
perbedaan
hakikat antara laki-laki dan
Putusan
Konstitusi
No. 12-13/PHPU.DPD/
perempuan.
Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
XII/2014
syarat verifikasi
faktual untuk
menjadi
peserta
pemilu. UU No. 8 Tahun
Putusan
Mahkamah
Konstitusi
No.
07-32/PHPU.DPD/
2012XII/2014
menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor. 22-24/PUUpraktik
selamatentang
ini, pihakPengujian
yang dudukatas
baik UU
di parlemen
pemerintah
VI/2008
Nomormaupun
10 Tahun
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
hal ini
2008
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Perundang-Undangan
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Undang-Undang
Nomor.Menghadapi
8 Tahun 2012
tentang
Pemililihan
Pengalaman Perempuan
Korupsi
dalam
Pemilu DPR RI
Umum
Anggota
Dewan
Perwakilan
Rakyat,
Dewan
2009.”
Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Masih
berhubungan
dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Tahun
2014
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Undang-Undang Nomor.
10 Tahun 2008 tentang
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
66
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
POTRET PEMILU DALAM SENGKETA
Pemililihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Tahun 2009
Undang-Undang Nomor. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah
Konstitusi
Peraturan Mahkamah Konstitusi No. 1 Tahun 2014 tentang
Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilu
Angoota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD
Kabupaten/Kota
Media Cetak
Kompas, 14 Mei 2014
Kompas, 17 Mei 2014
Kompas, 28 Mei 2014
Kompas, 30 Mei 2014
Website
www.mahkamahkonstitusi.go.id
www.hukumonline.com
www.mediacenter.kpu.go.id
www.nasional.kompas.com
www.news.detik.com
www.bantenraya.com
www.tribunnews.com
67
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
68
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
EVALUASI PENEGAKAN
HUKUM PEMILU:
PENGALAMAN
PARALEGAL PEMILU
DALAM PENEGAKAN
HUKUM PEMILU
Oleh: Tigor Hutapea1
ABSTRAK
Dalam negara demokrasi, pemilu adalah salah satu
bentuk syarat mutlak yang harus dipenuhi. Pelaksanaan
pemilu yang luber dan jurdil pun, memerlukan partisipasi
aktif masyarakat. LBH Jakarta, sebagai lembaga yang
membangun daya guna dan daya kritis masyarakat
terhadap isu sosial politik membentuk paralegal pemilu
sebagai bentuk wujud partisipasi nyata masyarakat dalam
pemilu. Paralegal pemilu adalah orang yang bukan sarjana
hukum, tetapi diberikan pengetahuan hukum kepemiluan
melalui pelatiahan. Di dalam penyelenggaraan pemilu 2014,
aktivitas paralegal pemilu adalah melakukan pendampingan
dan pelaporan pelanggaran pemilu yang terjadi disekitar
1 Penulis adalah Pengacara Publik Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta,
dan Koordinator Paralegal Pemilu Kerjasama Perludem dan LBH Jakarta
69
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
mereka. Dalam laporan pelanggaran yang disampaikan
oleh
paralegal
banyak
menemui kebijakan
hambatan
danyang akan
merupakan
suatupemilu,
upaya untuk
menyelamatkan
publik
tantangan.
Salah dan
satunya
adalahyang
saatterpilih
melaporkan
dugaan
dibuat oleh politisi
pemerintah
untuk memerintah.
pelanggaran
di luar berkaitan
jadwal yang
dilakukan
salah
Pandangankampanye
Hamdan tersebut
dengan
apa yang
disampaikan
satu
partai
politik
peserta
pemilu.
Salah
satu
hambatan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
yang
dihadapi
dalam
adalah,
pada Tahun
Pemilu.”
Yunapelaporan
menjelaskanpelanggaran
bahwa Political
budget cycles
belum
adanya
mekanisme
pelaporan
pelanggaran
yang
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
dibuat
BadanNegara.
Pengawas
Pemilu
(Bawaslu).
Disamping politcal
empirisoleh
di berbagai
Berbagai
variabel
yang mempengaruhi
budget
cycles seperti
perubahan
pola pada
struktur
anggaran
baik secara
itu,
problem
regulasi,
yang salah
satunya
adalah
tentang
agregat maupun
secara
spesifik
pada
Pemilu,
terkonfirmasi
defenisi
kampanye
di dalam
UU
No.tahun-tahun
8/2012 tentang
Pemilu
dalam praktek
penganggaran
di Indonesia
yangdengan
berkaitan
dengan siklus
Legislatif.
Persoalan
ini semakin
ditambah
adanya
Pemilu
2009
ataupun
menjelang
Pemilu
2014.
Melihat
perkembangan
saat
penafsiran yang berbeda antar aparatur penegaka hukum
ini, yang menjadi
perhatian dan
tidak Kepolisian.
hanya political
budget
cycles,
melainkan
pemilu,
yaitu, Bawaslu
Oleh
sebab
itu,
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
diperlukan
perbaikan lembaga Bawaslu secara keseluruhan
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
serta perbaikan regulasi penyelenggaraan pemilu yang lebih
Masyarakat
saja guna.
dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
jelas,
pasti, dantidak
berdaya
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
30%
perempuan.
Kondisi
ini patut
diperjuangkan,
mengingat
Inketerwakilan
a democratic
country,
election
is one
of absolute
praktik selama ini,
pihak
yang
di parlemen
maupun pemerintah
requirements
that
must
beduduk
met.baik
The
implementation
of
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
election, which is direct, public, free, and secret, as well as hal ini
akan berdampak
negatif an
terhadap
aspirasi
honest
and fair needs
active mandeknya
participation
fromperempuan
society. dalam
hukum
dan pemerintahan.
Dan kondisi
oleh Nindita
LBH
Jakarta,
as an institution
thattersebut
builds telah
the ditulis
efficiency
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
and
critical power of society to the social political issue,
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
forms paralegal pemilu as a form of real participation from
2009.”
ABSTRACT
society in the election. Paralegal pemilu is a person who is
berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
not Masih
a graduate
of law, but he/ she is given knowledge on the
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
electoral law through trainings. In the implementation of the
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
70
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
PENGALAMAN PARALEGAL PEMILU DALAM PENEGAKAN HUKUM PEMILU
2014 election, the activities of paralegal pemilu are mentoring
and reporting the election violations happen around him/
her. In the violation report conveyed by paralegal pemilu, a
lot of obstacles and challenges are met. One of them is when
reporting the alleged violation in campaign out of schedule
done by one of political parties as an electoral participant.
One of obstacles faced in the reporting of violations is the
inexistence of violation reporting mechanism made by the
Election Oversight Body (Bawaslu). Another obstacle is a
regulation problem, like regarding the definition of campaign
in UU No. 8/2012 on Legislative Election. This problem is
worse with the existence of different interpretations between
the institutions handling on electoral law enforcement,
namely Bawaslu and Police. Therefore, some improvements
are necessary to do by Bawaslu wholly, including the
improvement of regulations of election implementation
that are clearer, more certain, and more efficient.
A.PENDAHULUAN
Pemilihan umum 2014 merupakan masa ketiga kalinya
masyarakat Indonesia berpartisipasi secara langsung memilih
anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota,
Presiden dan wakil presiden. Sebagai proses ademokrasi
diharapkan seluruh tahapan pemilu terselenggara secara
baik dan benar agar menghasilkan pemilu yang berkualitas.
Tantangan utama dalam penyelenggaraan pemilu adalah
penegakan hukum pemilu atas pelanggaran-pelanggaran
yang hukum pemilu. Lemahnya penegakkan hukum pemilu
membawa ancaman serius atas kelangsungan demokrasi.
71
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
Berkaca dari dua penyelenggaran pemilu tahun 2004 dan
2009
tidaksuatu
dapat
dipungkiri
pelanggaran
terjadipublik
mulaiyang akan
merupakan
upaya
untuk menyelamatkan
kebijakan
pada
kampanye
hinggayang
rekapitulasi
suara.
Pada
dibuattahapan
oleh politisi
dan pemerintah
terpilih untuk
memerintah.
tahapan
kampanye
sangat
rentan
terhadap
Pandangan
Hamdan
tersebut
berkaitan
dengan pelanggaran
apa yang disampaikan
politik
uang,
intimidasi,
penggunaan
sarana
danAnggaran
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Sikluspublik
Politisasi
penggunaan
sarana negara.
Tahapan bahwa
pasca Political
pemungutan
pada Tahun Pemilu.”
Yuna menjelaskan
budget cycles
dan
rekapitulasi
suara
sangat
rentan
terhadap
perubahan
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
suara
yang
dilakukan
penyelenggara
pemilu.
empiris
di berbagai
Negara.
Berbagai variabel
yang mempengaruhi politcal
budget
seperti perubahan
pada struktur
baik secara
Salahcycles
satu prinsip
utama daripola
demokrasi
adalahanggaran
partisipasi
agregat maupun
secara
spesifik pada
tahun-tahun
Pemilu,
terkonfirmasi
masyarakat
dalam
demokrasi.
Masyarakat
pada
nyatanya
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
memiliki
kekuatan besar dalam melakukan perubahan
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
sosial, dengan syarat ditopang pada kesadaran kritis
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
akan permasalahan sosial yang terjadi. Pemilu bukanlah
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
proses lima tahunan datang ke TPS dan memberikan hak
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
suara, namun pemilu harus dipandang lebih jauh untuk
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
melakukan intervensi sosial yang dilakukan masyarakat
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
untuk mengubah permasalahan sosial yang terjadi. Salah
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
satu bentuk intervensi sosial yang dilakukan masyarakat
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
adalah
melakukansetiap
pengawasan
terhadap
proses
penegakkan
2012 menegaskan
partai politik
peserta
pemilu
harus memenuhi
hukum
pemilu
terhadap
pelanggaran
yang
terjadi.
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
praktik
ini, pihak
duduk
baik didengan
parlemenmelakukan
maupun pemerintah
Sejakselama
tahun
1980 yang
LBH
Jakarta
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
pengembangan masyarakat untuk menjadi berdaya dan hal ini
akan berdampak
terhadap mandeknya
perempuan
kritis
terhadap negatif
permasalahan
sosial danaspirasi
politik.
Salah dalam
hukum
dan pemerintahan.
Dan kondisi
tersebutadalah
telah ditulis
oleh Nindita
satu
bentuk
pengembangan
masyarakat
melalui
ParamastutiParalegal
dalam tulisannya
berjudul:masyarakat
“Perempuanyang
dan Korupsi:
Paralegal.
adalah yang
perwakilan
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
memiliki kemampuan melakukan advokasi. Paralegal
2009.”
bukanlah seorang sarjana hukum, tetapi mengetahui
Masih berhubungan
tema akuntabilitas
keuangan
politik, Didik
masalah
hukum dandengan
advokasi
hukum yang
diperoleh
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
melalui pelatihan. Paralegal membantu pengacara untuk
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
72
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
PENGALAMAN PARALEGAL PEMILU DALAM PENEGAKAN HUKUM PEMILU
membangun pengetahuan hukum masyarakat dan
membantu komunitas menghadapi persoalan hukum
yang terjadi didalam komunitas.2 Kerja paralegal bersifat
sukarela. Pada perkembangannya keberadaan paralegal
sendiri diatur dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun
2011 tentang Bantuan Hukum untuk memberikan bantuan
hukum kepada secara cuma-cuma kepada masyarakat.
Melihat pentingnya untuk melakukan pengawalan
terhadap proses pemilu LBH Jakarta bersama Perludem
mengambil pilihan strategis membentuk paralegal pemilu
yang melakukan kerja-kerja bantuan hukum kepemiluan.
Bentuk kerja bantuan hukum kepemiluan meliput
pendidikan politik dikomunitas, pemantauan proses pemilu
dan pendampingan pelanggaran hukum pemilu.
Keaktifan paralegal dalam melakukan pemantauan pemilu dimulai sebelum proses kampanye legeslatif berlangsung
hingga pengumuman presiden terpilih 2014-2019.3 Selama
proses pemilu berlangsung paralegal secara aktif melaporkan
dan mendampingi kasus puluhan pelanggaran hukum pemilu
berupa pelanggaran administrasi, pidana dan kode etik. Dari
proses pelaporan dan pendampingan ini paralegal menemukan beberapa persoalan-persoalan penegakan hukum pemilu.
Terkait tulisan ini, akan dipaparkan beberapa kasus menarik
sebagai bahan analisa evaluasi penegakan hukum pemilu.
2 Hal 1. Paduan Advokasi Paralegal LBH Jakarta (kode etik dan standar
operasional prosedur). LBH Jakarta
3 Sebelum melakukan pemantauan pemilu, paralegal terlebih dahulu
diberikan pelatihan tentang kepemiluan dan penegakkan hukum pemilu,
pada tanggal - desember 2013, kerja sama antara LBH Jakarta dan
Perludem.
73
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
B. TEMUAN KASUS
merupakan
suatu upaya
menyelamatkan
kebijakan
publik yang akan
Kasus pertama
yanguntuk
didampingi
paralegal
adalah dugaan
dibuat oleh
politisi
dan pemerintah
yang
terpilih untuk
memerintah.
tindak
pidana
pemilu,
pelanggaran
kampanye
diluar
jadwal
Pandangan
Hamdan
apa yang
disampaikan
yang
dilakukan
partaitersebut
Golkarberkaitan
melalui dengan
salah satu
televisi
4
Yuna Farhan
melalui
“Menelusuri
Politisasi
nasional.
Iklan
partaitulisannya
Golkar tayang
setiap Siklus
harinya
denganAnggaran
pada Tahun
Pemilu.”
Yuna menjelaskan
bahwa Political
budget cycles
durasi
5-10 kali
penanyangan.
Iklan menampilkan
taglinesudah menjadi
fenomena partai,
universal
didukung
dengan
studi
tagline
memperkenalkan
gambar
partai,
nomorberbagai
urut
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
partai dan sosok ketua umum partai. Kasus dilaporkan secara
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
langsung ke Badan Pengawas Pemilu. Selang beberapa hari
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
sejak pelaporan bawaslu secara resmi mengeluarkan status
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
laporan Iklan Golkar merupakan pelanggaran tindak pidana
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
pemilu
dengan kesimpulan iklan partai Golkar memenuhi
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
unsur
tindak
pidanacycle
pemilu
jo Pasal
82pada
huruf
e
political
corruption
atau Pasal
siklus276
korupsi
politik
tahun-tahun
Undang-Undang
Nomor 8dengan
Tahunekstrim.
2012 Tentang Pemilu.
Pemilu yang telah meningkat
Bawaslu
kemudian
kasus Mabes
untuk tetapi
Masyarakat
tidak melimpahkan
saja dapat ditafsirkan
sebagai Polri
satu kesatuan,
dilakukan
Yang perbedaan
mengejutkan
adalah
Mabes
juga perlu penyidikan.
dibatasi mengingat
hakikat
antara
laki-laki dan
Polri
mengeluarkan
surat
pemberitahun
penghentian
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
penyidikan
(SP3)
yang
artinya
kasus
tidak
dilanjutkan
syarat verifikasi
faktual
untuk
menjadi
peserta
pemilu.
UU No. 8 Tahun
5
dengan
alasan tidak
memenuhi
unsurpeserta
tindakpemilu
pidanaharus
.
2012 menegaskan
setiap
partai politik
memenuhi
30%
keterwakilan
perempuan.
Kondisi ini patut
diperjuangkan,
mengingat
Surat
pemberitahun
penghentian
penyidikan
(SP3)
praktik selama
ini, pihak
yang
baik di
parlemen maupun
pemerintah
sangatlah
membi­
ngung­
kanduduk
dalam
penegakkan
hukum
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
pemilu. Dalam proses penanganan pelanggaran pemilu hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
dikenal Sentra penegakkan hukum terpadu atau sering
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Paramastuti
dalam2014,
tulisannya
4 Tanggal 03 Januari
Paralegalyang
pemiluberjudul:
melaporkan“Perempuan
pelanggaran dan Korupsi:
pemilu yang terjadi
sebelum kamapnye,
dengan
beberapadalam
alat buktiPemilu DPR RI
Pengalaman
Perempuan
Menghadapi
Korupsi
foto spanduk, rekaman video iklan partai Golkar. Tanggal 15 kembali
2009.”
melaporkan empat partai politik (Gerindra, Nasdem, Hanura, PAN) yang
menayangkan iklan dibeberapa televisi nasional.
5 Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
anggal 24 Januari 2014 Maber Polri mengeluarkan surat pemberitahuan
T
Supriyanto
dan
Lia Wulandari
tulisan
Transparansi dan
penghentian
penyidikan
(SP3) yang dalam
menyatakan
demiberjudul
hukum dihentikan
penyidikannya.
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
74
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
PENGALAMAN PARALEGAL PEMILU DALAM PENEGAKAN HUKUM PEMILU
disebut sentra Gakkumdu. Sentra Gakkumdu adalah
gabungan tiga lembaga negara bawaslu, kepolisian dan
kejaksaan untuk penanganan pelanggaran pemilu. Setiap
pelaporan pelanggaran pemilu terlebih dahulu melalui
sentra Gakkumdu untuk dilakukan pengkajian menentukan
apakah pelaporan termasuk kategori pelanggaran. Apabila
kategori pelanggaran pidana maka diteruskan ke kepolisian,
pelanggara kode etik akan diteruskan ke lembaga pengawas
hingga DKPP, pelanggaran administratif dilakukan
rekomendasi kepada KPU untuk diberi sanksi teguran. Atas
dasar itu kasus iklan Golkar telah melalui proses Gakkumduk
yang menjadi keputusan bawaslu, kepolisian bersama
kejaksaan. Namun terjadi inkonsistensi dikepolisian hingga
melakukan SP3. Paralegal pemilu telah meminta hasil
kesimpulan dari sentra Gakkumdu ke bawaslu, namun tidak
ada jawaban dari bawaslu.
Kasus kedua adalah pemasangan alat peraga kampanye
yang tidak sesuai undang-undang dan peraturan KPU. Pasal
108 Ayat 2 Undang-undang nomor 8 tahun 2012 :
(1)
KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK,
PPS, dan PPLN berkoordinasi dengan Pemerintah,
pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota,
kecamatan, desa atau nama lain/kelurahan, dan
kantor perwakilan Republik Indonesia menetapkan
lokasi pemasangan alat peraga untuk keperluan
Kampanye Pemilu.
(2)
Pemasangan alat peraga Kampanye Pemilu
oleh pelaksana Kampanye Pemilu sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan
75
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
mempertimbangkan etika, estetika, kebersihan,
dansuatu
keindahan
kota menyelamatkan
atau kawasan kebijakan
setempatpublik
sesuaiyang akan
merupakan
upaya untuk
dengan
ketentuan
peraturan
dibuat oleh
politisi
dan pemerintah
yangperundang-undangan.
terpilih untuk memerintah.
Peraturan
Notersebut
15 Tahun
2013dengan
tentang
Pandangan KPU
Hamdan
berkaitan
apapedoman
yang disampaikan
pelaksanaan
kampenye
pemilu“Menelusuri
anggota DPR,
danAnggaran
Yuna Farhan melalui
tulisannya
Siklus DPD
Politisasi
pada Tahun
Pemilu.”
Yuna
DPRD
pasal 17
ayat (1)
: menjelaskan bahwa Political budget cycles
sudah menjadi
fenomena
universal
berbagai studi
(1)
Kampanye
Pemilu
dalam didukung
bentuk dengan
pemasangan
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
alatperaga di tempat umum sebagaimana
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
dimaksuddalam Pasal 13 huruf d, diatur sebagai
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
berikut :
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
a. alat
peraga
kampanye
tidak
ditempatkan
Pemilu 2009
ataupun
menjelang
Pemilu 2014.
Melihat
perkembangan saat
pada
tempat
ibadah,
rumah
sakit
atau
tempat
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles,
melainkan
–
tempat
pelayanan
kesehatan,
gedung
milik
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
pendidikan (gedung
Pemilu yang pemerintah,
telah meningkatlembaga
dengan ekstrim.
dantidak
sekolah),
jalan-jalan
protokol,
bebas tetapi
Masyarakat
saja dapat
ditafsirkan
sebagai jalan
satu kesatuan,
hambatan,
sarana
dan prasarana
publik,
juga perlu dibatasi
mengingat
perbedaan
hakikat antara
laki-laki dan
taman
dan
pepohonan;
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
syarat verifikasi
faktual
untuk dapat
menjadi
peserta pemilu.
No. 8 Tahun
b. Peserta
Pemilu
memasang
alat UU
peraga
2012 menegaskan
setiapluar
partai
politik
pesertaketentuan
pemilu harus
kampanye
ruang
dengan
: memenuhi
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
1. baliho atau papan reklame (billboard)
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
hanya diperuntukan bagi Partai Politik 1
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
(satu) unit untuk 1 (satu) desa/kelurahan
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
atau nama
memuat
hukum dan pemerintahan.
Dan lainnya
kondisi tersebut
telahinformasi
ditulis oleh Nindita
nomor
dan
tanda
gambar
Partai
Politik
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan
dan Korupsi:
dan/atauMenghadapi
visi, misi , , Korupsi
program,
jargon,
foto DPR RI
Pengalaman Perempuan
dalam
Pemilu
pengurus Partai Politik yang bukan Calon
2009.”
Anggota
DPRtema
dan akuntabilitas
DPRD
Masih berhubungan
dengan
keuangan politik, Didik
Supriyanto dan
Lia
Wulandari
dalam
tulisan
berjudul
Transparansi dan
2. Calon Anggota DPD dapat memasang
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
76
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
PENGALAMAN PARALEGAL PEMILU DALAM PENEGAKAN HUKUM PEMILU
baliho atau papan reklame (billboard) 1
(satu) unit untuk 1 (satu) desa/kelurahan
atau nama lainnya;
3. benderadan umbul-umbul hanya dapat
dipasang oleh partai politik dan calon
anggota DPD pada zona atau wilayah
yang ditetapkan oleh KPU, KPU/KIP
Provinsi dan atau KPU/KIP Kabupaten/
Kota bersama pemerintah daerah;
4. spanduk dapat dipasang oleh partai politik
dan calon anggota DPR, DPD, dan DPRD
dengan ukuran maksimal 1,5 x 7 m hanya 1
(satu) unit pada 1 (satu) zona atau wilayah
yang ditetapkan oleh KPU, KPU/KIP
Provinsi dan atau KPU/KIP Kabupaten/
Kota bersama pemerintah daerah.
Sanksi terhadap pelanggaran alat peraga berupa teguran
hingga pencabutan/penertiban alat peraga. Pengalaman
paralegal saat awal mendampingi pelaporan kasus ini,
bawaslu merespon cepat pelaporan dengan melakukan
pengecekan hingga melakukan penurunan alat peraga
bersama-sama aparat pemerintah daerah. Namun tindakan
penurunan alat peraga tidaklah membuat jera peserta
pemilu untuk kembali memasang alat peraga. Justru
alat peraga semakin mudah ditemukan pada area publik,
sepanjang jalan protokol, hingga pemukiman masyarakat.
Pelaporan-pelaporan lanjutan yang dilakukan tidak efektif
karena tidak ada sanksi tegas bagi caleg.
77
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
Kasus ketiga terjadi pada saat masa tenang sebelum
pileg,
hasil suatu
pemantauan
yang
dilakukan paralegal
merupakan
upaya untuk
menyelamatkan
kebijakanpemilu.
publik yang akan
Paralegal
pemilu
menemukan
pelanggaran
tindak
pidana
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
pemilu
berupaHamdan
politik uang
yang
oleh dua
orangapa
caleg
Pandangan
tersebut
berkaitan
dengan
yangDPR
disampaikan
RI
Jakarta
Timur,
Jakarta
Pusat
dan
satu
orang
caleg
DPRD
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
di
daerah
Jakarta
timur.
Bentukbahwa
politikPolitical
uang yang
pada
Tahundan
Pemilu.”
Yuna
menjelaskan
budget cycles
dilakukan
adalah
membagikan
paket
sembako,
amplop
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
berisi
uang
dan kartu
asuransi.
Hasil
temuan-temuan
telah politcal
empiris
di berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang mempengaruhi
budget cycles
perubahan
padabukti
struktur
anggaran
baik secara
dilaporkan
keseperti
Bawaslu
besertapola
adalah
sembako,
foto
agregat maupun
secaradan
spesifik
padaasuransi
tahun-tahun
Pemilu,
terkonfirmasi
pembagian
amplop
kartu
namun
hingga
dalam praktek penganggaran
Indonesia
berkaitan
pengumuman
anggota DPRdidan
DPRDyang
terpilih
tidakdengan
ada siklus
Pemilu
2009
ataupun
menjelang
Pemilu
2014.
Melihat
perkembangan
saat
kabar infomasi tindak lanjut dari bawaslu tentang laporan
ini, yang6menjadi
perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
tersebut
.
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Kasus empat dialami guru-guru yang tergabung dalam
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) dua minggu sebelum
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
pemungutan suara pilpres. Prabowo subianto selaku calon
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
presiden republik indonesia mengirimkan surat pribadi
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
secara langsung kepada guru-guru dengan menggunakan
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
7
alamat
sekolah sebagai
tujuanpolitik
alamat
surat.pemilu
Tidakharus
hanya
2012 menegaskan
setiap partai
peserta
memenuhi
dijakarta
surat
prabowo
juga
ditemukan
diberbagai
daerah
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
seperti
jawaduduk
timur,
jawa
barat, jawa
tengah,
praktik sumatera
selama ini, utara,
pihak yang
baik
di parlemen
maupun
pemerintah
Yogyakarta
dan sulawesi.
Didalam
surat tidak
tersebut
prabowo hal ini
mayoritas diduduki
oleh laki-laki.
Apabila
diperjuangkan,
menjelaskan
program
akanmandeknya
dilakukanaspirasi
apabilaperempuan
terpilih dalam
akan berdampak
negatifyang
terhadap
hukum dan
pemerintahan.
Dan kondisi
tersebut telah
ditulis
oleh Nindita
sebagai
Presiden.
Prabowo
juga meminta
restu
untuk
Paramastuti
dalam tulisannya
yang berjudul:
dan Korupsi:
kepada
guru-guru
agar terpilih
sebagai “Perempuan
presiden. FSGI
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
6 anggal 12 April 2014 Paralegal Pemilu melaporkan 20 temuan pelanggaran
T
Masihtenang,
berhubungan
dengan
temabukti-bukti
akuntabilitas
keuangan politik, Didik
dimasa
3 diantaranya
dilengkapi
pelanggaran.
Lia LBH
Wulandari
dalam
tulisan
berjudul
Transparansi
dan
7 Supriyanto
Tanggal 26 dan
Juli 2014
Jakarta dan
Paralegal
Pemilu
mendampingi
FSGI
melaporkan
38
surat
capres
prabowo
dari
empat
sekolah
di
Jakarta.
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
78
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
PENGALAMAN PARALEGAL PEMILU DALAM PENEGAKAN HUKUM PEMILU
didampingi LBH Jakarta dan Paralegal Pemilu melaporkan
puluhan surat ke Badan Pengawas Pemilu. Selang beberapa
hari setelah pelaporan salah satu komisioner Bawaslu
menyatakan tindakan yang dilakukan Capres Prabowo
subianto merupakan pelanggaran administrasi dan
merekomendasikan agar KPU menyampaikan teguran bagi
capres prabowo dan tindakan lainnya.
Masalah muncul ketika pada saat masa tenang pilpres
guru-guru diberbagai daerah Jember, Malang, Sidrap dan
Nias masih menerima surat Capres Prabowo subianto,
seharusnya surat tersebut tidak beredar. Setelah dilakukan
pengecekan ke bawaslu, bawaslu baru mengirimkan
surat rekomendasi ke KPU empat hari berselang setelah
menetapkan kasus sebagai pelanggaran. Sementara Ketua
KPU baru menerima rekomendasi bawaslu dimasa tenang.
Hingga pemungutan suara dilaksanakan tidak ada sanksi
bagi yang diberikan KPU ke capres Prabowo subianto.
C.ANALISA
Dari empat kasus diatas penulis melakukan analisa
bagaimana proses penegakan hukum pemilu terbatas pada
pengalaman pendampingan dan pelaporan yang dilakukan
paralegal pada tingkat baik bawaslu hingga kepolisian.
Pertama pada kasus Iklan Partai Golkar terjadi
ketidakkonsistenan yang dilakukan kepolisian dalam
melakukan penyidikan. Pada tingkat sentra Gakkumdu iklan
partai Golkar ditetapkan sebagai pelanggaran tindak pidana
pemilu. Namun pada proses penyidikan dikepolisian, Mabes
Polri justru mengeluarkan SP3. Berdasarkan informasi
79
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
penilaian Gakkumdu didasarkan atas masukan beberapa
ahli
pemilusuatu
yangupaya
menyatakan
iklan partaikebijakan
Golkar sebagai
merupakan
untuk menyelamatkan
publik yang akan
kampanye.
LBH
Jakarta
melakukan
somasi
kepada
Mabes
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
Polri
memintaHamdan
penjelasan
tentang
SP3. dengan
Jawaban
Pandangan
tersebut
berkaitan
apaterhadap
yang disampaikan
somasi
Mabes
Polri
menyatakan
Iklan
Partai
Golkar
tidakAnggaran
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
memenuhi
kampanye.
Mabes Polribahwa
meminta
pendapat
pada Tahununsur
Pemilu.”
Yuna menjelaskan
Political
budget cycles
ahli
lain
untuk
menilai
apakah
iklan
partai
golkar
termasuk
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
kampanye,
kesimpulannya
iklanvariabel
partaiyang
tidak
termasuk politcal
empiris di berbagai
Negara. Berbagai
mempengaruhi
budget cyclesKarena
seperti perubahan
pola pada struktur
anggaran
baik secara
kampanye.
tidak menyampaikan
visi-misi
dan
agregat memilih.
maupun secara
pada tahun-tahun
terkonfirmasi
ajakan
Secaraspesifik
psikologis
politik iklanPemilu,
pada masa
dalam praktek
penganggaran
disebagai
Indonesia
yang kampanye.
berkaitan dengan siklus
pemilu
dirasakan
masyarakat
bentuk
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 2012
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
Tentang Pemilu DPR, DPD dan DPRD sentra Gakkumdu
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
diatur dalam pasal 276 :
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
(1) Untuk menyamakan pemahaman dan pola penanganan
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
pidana mengingat
Pemilu, Bawaslu,
Negara
jugatindak
perlu dibatasi
perbedaanKepolisian
hakikat antara
laki-laki dan
Republik
Indonesia,
dan
Kejaksaan
Agung
Republik
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
Indonesia
membentuk
sentrapeserta
penegakan
hukum
syarat
verifikasi faktual
untuk menjadi
pemilu. UU
No. 8 Tahun
2012terpadu.
menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
30%Untuk
keterwakilan
perempuan.
Kondisi
ini patut diperjuangkan,
mengingat
(2)
pembentukan
sentra
penegakan
hukum terpadu
praktik
selama
ini, pihak
yang duduk
baik di parlemen
pemerintah
di luar
negeri
Bawaslu,
Kepolisian
Negaramaupun
Republik
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
Indonesia, dan Kejaksaan Agung Republik Indonesia hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri.
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
(3)Ketentuan lebih lanjut mengenai sentra penegakan
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
hukum terpadu diatur berdasarkan kesepakatan
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
bersama antara Kepala Kepolisian Negara Republik
2009.”
Indonesia, Jaksa Agung Republik Indonesia, dan
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Ketua Bawaslu.
Supriyanto
dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
80
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
PENGALAMAN PARALEGAL PEMILU DALAM PENEGAKAN HUKUM PEMILU
Sentra
Gakkumdu
bertugas
menyelanggarkan
penanganan tindak pidana pemilu legeslatif secara terpadu
dan cepat sejak penerimaan laporan pelanggaran pemilu,
penelitian pelaporan pelanggaran pemilu, penyidikan/
pemberkasan dan penyerahan berkas perkara ke Jaksa
Penuntut umum. Untuk melaksanakan tugasnya masingmasing unsur dalam sentra Gakkumdu wajib menerapkan
prinsip koordinasi, intergrasi, dan sinkronisasi baik dalam
pelaksanaan tugas yang bersifat internal maupun eksternal.
Dalam kerjanya sentra Gakkumdu melakukan penelitian
dan pengkajian melalui mekanisme gelar perkara terhadap
setiap laporan pelanggaran yang diterima bawaslu/
panwaslu. Apabila hasil penelitian laporan merupakan
bukan tindak pidana maka dikembalikan kepada bawaslu/
panwaslu, sedangkan laporan yang memenuhi unsur pidana
selanjutnya diteruskan kepada penyidik dalam sentra
Gakkumdu. Dalam waktu 14 hari berkas perkara tindak
pidana dilimpahkan ke Jaksa Penuntut umum.
Semangat dari Sentra Gakkumdu adalah penanganan
pelanggaran pemilu secara cepat sehingga diperlukan
koordinasi antar lembaga untuk keterpaduan dalam proses
penanganan pelanggaran pemilu. Namun pada kasus
Iklan Golkar memperlihatkan ketidakterpaduan antar
lembaga khususnya Bawaslu dan Kepolisian dalam menilai
pelanggaran tindak pidana pemilu saat kasus diserahkan ke
kepolisian. Sementara disentra Gakkumdu telah disepakati
Iklan tersebut adalah pelanggaran tindak pidana pemilu.
Apabila melihat undang-undang nomor 15 tahun 2011
Tentang Penyelenggaran Pemilihan Umum peran bawaslu
81
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
dalam penegakkan hukum pemilu terletak pada fungsi
pengawasan
penyelanggaran
pemilu. Pengawasan
yangyang akan
merupakan suatu
upaya untuk menyelamatkan
kebijakan publik
dilakukan
kebijakan,
administratif,
dibuat oleh meliputi
politisi danpengawasan
pemerintah yang
terpilih untuk
memerintah.
logistik,
teknis,
penyelanggaraan
dan
pelanggaran.Terhadap
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
pelanggaran
diberikan
kewenangan
Yuna Farhan pemilu
melalui Bawaslu
tulisannyahanya
“Menelusuri
Siklus
Politisasi Anggaran
untuk
melakukan
kajian
kemudian
merekomendasikan
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
kepada
yang berwenang.
Bawaslu didukung
tidak diberikan
sudah menjadi
fenomena universal
dengan fungsi
berbagai studi
penyidikan
dan Negara.
penindakan
Penyidikan politcal
empiris di berbagai
Berbagaipelanggaran.
variabel yang mempengaruhi
budget
cycles seperti
perubahan pola
pada
struktur
anggaran
baik secara
dan
penindakan
pelanggaran
tindak
pidana
pemilu
tetap
agregat maupun
secara kepolisian.
spesifik padaPenindakan
tahun-tahun pelanggaran
Pemilu, terkonfirmasi
menjadi
kewenangan
dalam praktek penganggaran
di IndonesiaKPU.
yang berkaitan
dengan siklus
administratif
menjadi kewenangan
Terbatasnya
Pemilu
2009
ataupun
menjelang
Pemilu
2014.
Melihat
perkembangan
saat
kewenangan Bawaslu menjadi penyebab tidak efektifnya
ini, yang menjadi
perhatian
tidakSementara
hanya political
budget cycles,
melainkan
penegakan
hukum
pemilu.
kepolisian
kerap
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
kali
menghentikan rekomendasi bawaslu. Bawaslu saat
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
melakukan rapat evaluasi sentra Gakkumdu Pileg 2014
Masyarakatforum
tidak saja
dapat
ditafsirkan
sebagai
satu kesatuan,
menyatakan
sentra
gakkumdu
belum
efektif
dalam tetapi
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
penanganan pidana pemilu, karena banyak kasus pidana
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
pemilu yang akhirnya dihentikan oleh kepolisian.
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
Sebagai
garda setiap
terdepan
dalam
melakukan
pengawasan
2012
menegaskan
partai
politik
peserta pemilu
harus memenuhi
pemilu
sudah
seharusnya
peran
bawaslu
dapat
diperkuat.
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
Tidak
proses
namun
juga
praktikhanya
selama melakukan
ini, pihak yang
duduk pengawasan
baik di parlemen
maupun
pemerintah
dapat
melakukan
penyidikan
hingga
penuntutan. hal ini
mayoritas
diduduki proses
oleh laki-laki.
Apabila
tidak diperjuangkan,
Namun
pertanyaannya
ini diperlukan
mengingat
akan berdampak
negatif apakah
terhadaphal
mandeknya
aspirasi
perempuan dalam
hukum dan
pemerintahan.
kondisi
tersebut
telahsaja
ditulis
oleh Nindita
pemilu
berlangsung
lima Dan
tahun
sekali.
Atau bisa
dalam
Paramastuti
dalam
tulisannya
yang berjudul:
“Perempuan
dan Korupsi:
proses
pemilu
yang
berlangsung
lima tahunan
bawaslu
Pengalaman
Perempuan
Menghadapi
Korupsi
dalam
Pemilu
merekrut penyidik dan penuntut umum sementara yang DPR RI
2009.” selama pemilu berlangsung. Atau mengalihkan
betugas
Masih berhubungan
dengan tema
akuntabilitas
kewenangan
pelanggaran
tindak
pidana keuangan
pemilu politik,
ke Didik
Supriyanto
dan
Lia
Wulandari
dalam
tulisan
berjudul
Transparansi
dan
kepolisian dengan syarat dibentuk unit khusus pelanggaran
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
82
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
PENGALAMAN PARALEGAL PEMILU DALAM PENEGAKAN HUKUM PEMILU
pemilu dan peningkatan kapasitas kepolisian memahami
tindak pidana pemilu.
Catatan lain terhadap kasus ini adalah penafsiran
yang berbeda antar bawaslu dan kepolisian. Bawaslu
memandang iklan partai adalah bentuk kampanye
sementara kepolisian memandang iklan partai bukan
bentuk kampanye dengan alasan tidak adanya penyampaian
visi, misi dan ajakan memilih. Aturan dan sanksi yang tidak
jelas dan tegas menjadi celah bagi partai politik dan calon
mengkampayekan diri tanpa ada batasan melalui media.
Bentuk kampanye dilakukan melalui kuis, talkshow,acara
reality show dll. Ditambah dengan tidak independensinya
media yang memihak kepada salah satu calon. Kedepan
perlu pengaturan yang jelas dan sanksi tegas mengatur
pengunaan media sebagai sarana kampanye. Walaupun
tidak menyampaikan visi misi dan ajakan memilih dapat
dikategorikan kampanye.
Kasus kedua merupakan kasus terbanyak yang dilaporkan
dan didampingi paralegal pemilu. Pemasangan alat peraga
yang pada bukan pada zona kampanye dilakukan hampir
seluruh calon. Satu orang caleg saja dapat memasang
puluhan hingga ratusan alat peraga di fasilitas-fasilitas
umum. Bagaimana jika hal ini dilakukan oleh seluruh
caleg. Dampak yang terjadi carut marutnya kebersihan dan
keindahan kota. Selain itu pemasangan alat peraga yang
tidak dibatasi mengakibatkan kampanye yang tidak fair
antar sesama caleg. Caleg yang memiliki modal besar leluasa
memasang alat peraga.
Walaupun UU dan peraturan KPU telah secara tegas
83
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
membatasi jumlah, ukuran dan lokasi pemasangan alat
peraga,
para
caleg
tetap
melanggar
aturan pemasangan
alatyang akan
merupakan
suatu
upaya
untuk
menyelamatkan
kebijakan publik
peraga.
Sanksi
teguran
dan tindakan
alat
dibuat oleh
politisi
dan pemerintah
yangberupa
terpilihpenurunan
untuk memerintah.
peraga
yang melanggar
sangatberkaitan
tidak efektif
Pandangan
Hamdan tersebut
dengandiberlakukan
apa yang disampaikan
terhadap
caleg.
Sebab
dengan
modal
yang
dimiliki
calegAnggaran
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
dengan
mudah
kembali
alat
peraga.
Hal yang
pada Tahun
Pemilu.”
Yunamemasang
menjelaskan
bahwa
Political
budget cycles
dapat
dilakukan
adalah
peningkatan
sanksi
bagi
caleg
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
yang
melanggar
aturan
alat
peraga.
Perluyang
diberikan
sanksi politcal
empiris
di berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
mempengaruhi
budget cycles
seperti
perubahan
struktur anggaran
baik secara
tambahan
lain
berupa
denda pola
dan pada
pelarangan
melakukan
agregat maupun
secara
spesifik
tahun-tahun
Pemilu,
terkonfirmasi
kampanye
kepada
caleg
yangpada
melanggar
aturan.
Sanksi
dalam praktek
penganggaran
di Indonesia
dengan siklus
denda
dihitung
berdasarkan
jumlah yang
alat berkaitan
peraga yang
Pemilu
2009
ataupun
menjelang
Pemilu
2014.
Melihat
perkembangan
saat
dipasang. Selain itu diberikan sanksi tidak dapat melakukan
ini, yang menjadi
perhatian alat
tidakperaga.
hanya political budget cycles, melainkan
kampanye
menggunakan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Pada kasus ketiga dan keempat lebih menekankan pada
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
pelayanan bawaslu sebagai bagian penegak hukum pemilu.
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
Sebagai lembaga negara yang juga memberikan pelayanan
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
publik sudah seharusnya bawaslu menerapkan asas-asas
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
kepastian hukum dan keterbukaan. 8 Yang dimaksud
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
kepastian
hukum terwujudnya
kepastian
hakpemilu
dan kewajiban
2012 menegaskan
setiap partai politik
peserta
harus memenuhi
dalam
penyelenggaran
pelayanan.
Dalam
proses
hukum
hak
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan,
mengingat
dan
kewajiban
dari
pengadu
adalah
mendapatkan
informasi
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
tindak
lanjut
dari pelaporan
yang
disampaikan.
Terlebih hal ini
mayoritas
diduduki
oleh laki-laki.
Apabila
tidak diperjuangkan,
pelanggaran
pemilu
merupakan
masalah publik
akan berdampak
negatif
terhadap mandeknya
aspirasi sehingga
perempuan dalam
hukumdapat
dan pemerintahan.
Dan adanya
kondisi tersebut
telah ditulis
oleh Nindita
tidak
diperkenankan
ketidakjelasan
dalam
Paramastuti dalam
tulisannya yang
berjudul:
“Perempuan
dan Korupsi:
penanganan.
Keterbukaan
adalah
penerima
pelayanan
Pengalaman
Perempuan
Menghadapi
Korupsi
dalam
Pemilu
dapat dengan mudah mengakses dan memperoleh informasi DPR RI
2009.”
mengenai
pelayanan diinginkan. Pengalaman sulitnya
Masih berhubungan
akuntabilitas
keuangansaat
politik, Didik
memperoleh
informasidengan
juga tema
dirasakan
oleh paralegal
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
84
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
8 Pasal 13 Undang-Undang
NomorDana
25 Tahun
2009 tentangmenguraikan
Pelayanan Publik bahwa
Akuntabilitas
Pengelolaan
Kampanye,
PENGALAMAN PARALEGAL PEMILU DALAM PENEGAKAN HUKUM PEMILU
mendatangi bawaslu. Pada kasus surat Prabowo hingga
tulisan ini dibuat pengadu tidak mendapatkan surat
status laporan, begitu juga kasus-kasus lain yang pernah
dilaporkan paralegal. Paralegal pernah menerima beberapa
status laporan namun dengan permintaan terlebih dahulu.
Setidaknya LBH Jakarta telah dua kali mengirimkan surat
kebawaslu pertama surat permohonan hasil pemeriksaan
kasus iklan partai Golkar, kedua surat meminta penjelasan
keterlambatan bawaslu mengirimkan rekomendasi
pelanggaran surat Prabowo subianto. Terhadap kedua surat
tersebut tidak ada respon dari bawaslu. 9
Membandingkan dengan pada proses penanganan
perkara dikepolisian, dalam Peraturan Kapolri (perkap)
setiap pelaporan masyarakat kepada kepolisian wajib bagi
kepolisian untuk menyampaikan surat pemberitahuan
perkembangan hasil penyidikan ke pelapor. Surat tersebut
diberikan secara berkala kepada pelapor dan dapat diakses
oleh masyarakat sehingga pelapor mengetahui proses
berjalannya proses hukum. Evaluasinya bawaslu dapat
berkaca dari penanganan kepolisian, wajib menyampaikan
secara langsung tindak lajut laporan ke pelapor.
Hal lain yang menjadi catatan dalam proses penegakan
hukum pemilu adalah jangka waktu pelaporan khusus
untuk pelanggaran tindak pidana pemilu. Batasan waktu
9 anggal 19 Februari LBH Jakarta mengirimkan surat permohonan
T
informasi publik terkait hasil laporan tindak pidana pemilu (nomor laporan
002/LP/PILEG/1/2014) & Tanggal 10 Juli 2014 LBH mengirimkan surat
protes atas kinerja Bawaslu atas penangana laporan pelanggaran pemilu
yang dilakukan Capres Prabowo Subianto.
85
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
suatu pelanggaran pemilu dilaporkan 3 hari sejak terjadinya
peristiwa
sajakebijakan
apabila publik
terjadiyang akan
merupakanharus
suatu dievaluasi.
upaya untuk Bayangkan
menyelamatkan
suatu
tindak
pidana
pemilu berupa
politik
uang
yang
dibuat oleh
politisi
dan pemerintah
yang terpilih
untuk
memerintah.
dilakukan
seorang
caleg,
namun
dikarenakan
melewati
3
Pandangan
Hamdan
tersebut
berkaitan
dengan apa
yang disampaikan
hari
peristiwa
terjadi laporan
tidak Siklus
dapat Politisasi
diterima.Anggaran
Yunasejak
Farhan
melalui tulisannya
“Menelusuri
Sementara
calegYuna
terpilih
sebagaibahwa
DPR Political
dengan budget
cara cycles
pada Tahunsang
Pemilu.”
menjelaskan
melanggar
hukum.
sudah menjadi
fenomena universal didukung dengan berbagai studi
empiris
di berbagai
Negara. terdapat
Berbagai variabel
yang
mempengaruhi
Dalam
hukum pidana
apa yang
disebut
dengan politcal
budget cycles
seperti daluarsa
perubahandiatur
pola pada
struktur
anggaran
baik secara
“daluarsa”,
dimana
dalam
ketentuan
pasal
agregat
maupun
secara
spesifik
78
KUHP,
sebagai
berikut
: pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
(1) Kewenangan menuntut pidana hapus karena
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
daluwarsa:
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
1) mengenai
pelanggaran
dan kejahatan
political
corruption semua
cycle atau
siklus korupsi
politik padayang
tahun-tahun
dilakukan
dengan
percetakan
sesudah
satu
tahun;
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
2) mengenai
diancam
dengan
Masyarakat
tidakkejahatan
saja dapatyang
ditafsirkan
sebagai
satu pidana
kesatuan, tetapi
juga perlu
dibatasi
mengingat
perbedaan
antara
laki-laki dan
denda,
pidana
kurungan,
atauhakikat
pidana
penjara
perempuan.
Seperti
keterwakilan
sebagai salah satu
paling
lamahalnya
tiga tahun,
sesudahperempuan
enam tahun;
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
3) mengenai kejahatan yang diancam dengan pidana
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
penjara lebih dari tiga tahun, sesudah dua belas
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
tahun;
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
4) mengenai
yangApabila
diancam
dengan
pidana hal ini
mayoritas
diduduki kejahatan
oleh laki-laki.
tidak
diperjuangkan,
mati atau
pidana
penjara
seumur aspirasi
hidup, perempuan
sesudah dalam
akan berdampak
negatif
terhadap
mandeknya
delapan
belas tahun.
hukum dan
pemerintahan.
Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Paramastuti
dalamyang
tulisannya
“Perempuan
dan Korupsi:
(2)
Bagi orang
padayang
saatberjudul:
melakukan
perbuatan
Pengalaman
Perempuan
Menghadapi
Korupsi
dalam
Pemilu
umurnya belum delapan belas tahun, masing-masing DPR RI
2009.”
tenggang daluwarsa di atas dikurangi menjadi
Masih
berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
sepertiga.
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Seorang ahli hukum pidana memberikan penjelasn
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
86
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
PENGALAMAN PARALEGAL PEMILU DALAM PENEGAKAN HUKUM PEMILU
pasal 78 mengatur tentang gugurnya hak penuntutan
hukum (strafsactie) karena lewat waktunya yaitu hak
untuk menuntut seseorang dimuka hakim supaya dijatuhi
hukuman karena adanya batasa waktu kadaluarsa pada
hari sesudah perbuatan dilakukan. Sementara syarat waktu
pelaporan tindak pidana pemilu hanyalah berupa teknis
pelaporan namun akibatnya dapat menggugurkan suatu
tindak pidana. Catatannya terhadap syarat waktu pelaporan
pidana pemilu harus dilakukan perubahan sesuai dengan
prinsip-prinsip hukum pidana.
D.KESIMPULAN
Masyarakat Indonesia memandang pemilihan umum
sebagai momentum sakral. Seakan ada suatu kewajiban
melekat sebagai warga negara untuk memberikan hak
politik memilih anggota legeslatif dan presiden. Dalam
banyak pikiran masyarakat bahwa yang terpilih yang akan
menyuarakan dan memperjuangkan kehidupan masyarakat.
Demokrasi konstitusional tercapai salah satunya dengan
proses penegakan hukum pemilu yang baik Berdasarkan
pengalaman paralegal pemilu berpatisipasi dalam
penegakkan hukum pemilu, penting untuk memberikan
beberapa rekomendasi penting bagi penegakkan hukum
pemilu kedepan :
1. Penting untuk memperkuat peran Bawaslu tidak hanya
melakukan proses pengawasan. Juga melakukan proses
penyidikan hingga penuntutan. Namun karena sifat
pemilu yang sekali dalam lima tahun, bawaslu dapat
mengangkat penyidik dan penuntut umum sementara.
87
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
Penyidik dan penuntut umum dapat direkrut dari
unsur suatu
kepolisian
dan kejaksaan.
Atau
menyerahkan
merupakan
upaya untuk
menyelamatkan
kebijakan
publik yang akan
pelanggaran
tindak
pidana
pemilu
ke
kepolisian
dengan
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
catatan adanya
peningkatan
kapasitas
kepolisian
dalam
Pandangan
Hamdan
tersebut berkaitan
dengan
apa yang
disampaikan
masalah-masalah
kepemiluan
dan
dilakukan
pada
unit
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
padakhusus.
Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
sudah
menjadi fenomena
studi
2.
Diterapkanya
sanksi universal
tegas bagididukung
peserta dengan
pemilu berbagai
yang
empiris
di
berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang
mempengaruhi
politcal
melanggar aturan pemasangan alat peraga yang
budget
cycles
seperti
perubahan
poladan
padalokasi.
strukturSanksi
anggaran
baik secara
tidak
sesuai
ukuran,
jumlah
yang
agregat
maupunberupa
secara spesifik
pada tahun-tahun
terkonfirmasi
dikenakan
denda hingga
pelaranganPemilu,
kampanye
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
menggunakan alat peraga.
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
3.Perbaikan manajemen penanganan pelaporan di
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
bawaslu.
Catatanya
bawaslu
wajibpolitik
memberikan
political
corruption
cycle atau
siklus korupsi
pada tahun-tahun
informasi
secara
langsung
kepada
pelapor
terkait
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
perkembangan laporan yang disampaikan masyarakat.
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
dapatmengingat
berkaca perbedaan
dari manajemen
jugaBawasalu
perlu dibatasi
hakikat penyidikan
antara laki-laki dan
di
kepolisian.
Selain
itu
pelayanan
dibawaslu
harus
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai
salah satu
memperhatikan
pelayanan
syarat
verifikasi faktualasas-asas
untuk menjadi
peserta publik
pemilu. tentang
UU No. 8 Tahun
hukum
keterbukaan
infomasi
dengan
2012kepastian
menegaskan
setiapdan
partai
politik peserta
pemilu harus
memenuhi
secara
cepatKondisi
komplain
dan
permohonan
30%merespon
keterwakilan
perempuan.
ini patut
diperjuangkan,
mengingat
praktik
selama ini,terkait
pihak yang
duduk baik
di parlemen maupun pemerintah
masyarakat
pelayanan
bawaslu.
mayoritas
diduduki
oleh laki-laki.
tidak diperjuangkan,
4.
Perubahan
regulasi
tentangApabila
pengertian
kampanye hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
yang mengakomodir iklan-iklan partai politik dan
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
acara-acara televisi yang melibatkan caleg dan capres.
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Diperlukan juga penerapan sanksi tegas terhadap partai
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
atau calon dan juga media yang tidak independen.
2009.”
5. Perubahan regulasi terhadap jangka waktu pelaporan
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
tindak dan
pidana
pemilu yang
harus
disesuaikan
dengan
Supriyanto
Lia Wulandari
dalam
tulisan
berjudul Transparansi
dan
prinsip
hukum
pidana.
Jangka
waktu
pelaporan
tindak
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
88
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
PENGALAMAN PARALEGAL PEMILU DALAM PENEGAKAN HUKUM PEMILU
pidana pemilu hendaknya dihapuskan, kemudian
diberlakuan daluarsa sesuai aturan umum pidana yang
berlaku.
Karena pentingnya proses pemilu bagi demokrasi kiranya
tulisan ini dapat berguna bagi perbaikan proses penegakan
hukum pemilu.
89
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
90
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
TRANSFORMASI
PENGAWAS PEMILU:
DARI PENGAWAS
KE PENGADIL
Oleh: Refly Harun1
ABSTRAK
Penguatan lembaga pengawas pemilu di dalam UU
No. 15/2011 tentang Penyelenggara Pemilu ternyata
perlu ditinjau ulang. Peran Bawaslu yang lebih banyak
berfokus pada pengawasan, ternyata tidak dapat diukur
sejauh mana tingkat keberhasilannya. Jika pengawasan
diharapkan untuk menekan jumlah terjadinya kecurangan
dan keberatan dalam proses penyelenggaran pemilu, hal
ini justru tidak terwujud, jika meliha angka permohonan
sengketa ke Mahkamah Konstitusi untuk Pemilu Legislatif
2014. Peran Bawaslu sebagai lembaga pengawasa dan
lembaga penerima dan penyalur laporan pelanggaran
sebaiknya direformasi dan dicari sistem yang lebih
sederhana dan efektif untuk menangani hal ini. Fungsi
yang mesti diperkuat oleh Bawaslu adalah peran lemabaga
ini dalam menyelesaikan sengketa. Sifat putusan Bawaslu
1 Pengamat dan Praktisi Hukum Tatanegara; Mengajar di Program
Pascasarjana Fakultas Hukum UGM; Direktur Eksekutif CORRECT
(Constitutional & Electoral Reform Centre).
91
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
yang final dan mengikat di dalam menyelesaikan sengketa,
kecuali
untuk
beberapa
halmenyelamatkan
perlu diberikan
ruangpublik
untukyang akan
merupakan
suatu
upaya untuk
kebijakan
banding.
fungsi iniyang
harus
dilakukan
dengan
dibuat olehTransformasi
politisi dan pemerintah
terpilih
untuk memerintah.
menyertai
perbaikan
ditersebut
beberapa
aspek vital
lainnya.
Antara
Pandangan
Hamdan
berkaitan
dengan
apa yang
disampaikan
lain
perbaikan
regulasi
kelembagaan
dan
penyelenggaraan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
pemilu
yangPemilu.”
memberikan
ruang ketegasan
yang lebih
pada Tahun
Yuna menjelaskan
bahwa Political
budget cycles
ideal
dalam
penegakan
hukum
pemilu.
Selanjutnya
terkait
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
dengan
orang
yangvariabel
bisa yang
menjadi
anggota politcal
empiris dipersyaratan
berbagai Negara.
Berbagai
mempengaruhi
budget cycles
seperti orang
perubahan
pola
pada struktur
anggaran baik secara
Bawaslu,
haruslah
yang
mempunyai
pengetahuan
agregat
maupun secara
spesifikhukum
pada tahun-tahun
Pemilu, yang
terkonfirmasi
dan
pengalaman
di bidang
dan kepemiluan
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
matang.
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
ABSTRACT
The
strengthening
of dapat
election
oversight
body satu
in UU
No. tetapi
Masyarakat
tidak saja
ditafsirkan
sebagai
kesatuan,
15/2011
ondibatasi
Electionmengingat
Administrators
needs
to beantara
reviewed.
juga perlu
perbedaan
hakikat
laki-laki dan
In
fact,
the
role
of
Bawaslu
that
focuses
more
on
the
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai
salah satu
oversight
cannotfaktual
be measured
in terms
of itspemilu.
success
syarat verifikasi
untuk menjadi
peserta
UUlevel.
No. 8 Tahun
If2012
themenegaskan
oversight is
expected
to suppress
number
setiap
partai politik
peserta the
pemilu
harus of
memenuhi
30% keterwakilan
perempuan.
Kondisi
patut
diperjuangkan,
mengingat
cheatings
and objections
happen
inini
the
process
of election
praktik selama ini, pihak
yang duduk
baik di parlemen
maupunthe
pemerintah
implementation,
this cannot
be achieved
when seeing
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
number of dispute petitions filed to the Constitutional Court hal ini
akan
berdampak
negatif terhadap
aspirasi
perempuan
for
the
2014 Legislative
Election.mandeknya
The role of
Bawaslu
as an dalam
hukum dan
pemerintahan.
Dan
tersebutthat
telah
ditulisand
oleh Nindita
oversight
institution
as well
as kondisi
an institution
accepts
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
distributes
the violation report should be reformed and the
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
simpler and more effective system to handle the violations
2009.”
should be looked for. The function that must be strengthened
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
by Bawaslu
is the role of this institution in solving disputes.
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
The characteristic of Bawaslu’s decision which is final and
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
92
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
DARI PENGAWAS KE PENGADIL
binding in solving disputes, except for some cases, needs
to be given a space for appeal. The transformation of this
function must be done by accompanying the improvement
in some other important aspects, such as the improvement
in the regulation of institution and election implementation
that gives a more ideal firmness space in the electoral law
enforcement. Furthermore, regarding the requirements of
person who can be a member of Bawaslu, he/ she must be a
person who has very good knowledge and experience in the
field of law and election.
A.PENDAHULUAN
UU Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara
Pemilu telah mempermanenkan dan memperbanyak
jumlah pengawas pemilu dalam jenjang tertentu. Yang
dipermanenkan adalah pengawas pemilu tingkat provinsi.
Sebelumnya, melalui UU Nomor 22 Tahun 2007, hanya
pengawas pemilu tingkat pusat yang dipermanenkan, yaitu
Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu).2 Kini, pengawas pemilu
tingkat provinsi juga dipermanenkan menjadi bawaslu
provinsi.3 Sementara yang diperbanyak adalah jumlah
pengawas tingkat desa/kelurahan yang disebut dengan
pengawas pemilu lapangan (PPL). Dalam UU Nomor 22
Tahun 2007 jumlah PPL hanya satu orang untuk tiap
desa/kelurahan, tetapi melalui UU Nomor 15 Tahun 2001
dimungkinkan untuk merekrut 5 PPL untuk tiap desa/
2 Pasal 70 ayat (2) UU Nomor 22 Tahun 2007.
3 Pasal 69 ayat (2) UU Nomor 15 Tahun 2011.
93
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
kelurahan.4
Persoalannya,
dengan
memperbanyak
mempermamerupakan
suatu upaya
untuk
menyelamatkandan
kebijakan
publik yang akan
dibuat oleh
politisipengawas,
dan pemerintah
yangintegritas
terpilih untuk
memerintah.
nenkan
jumlah
apakah
pemilu
bisa
dijaga?
Tidak ada
ukuran
yangberkaitan
sahih untuk
menjawab
Pandangan
Hamdan
tersebut
dengan
apa yangperdisampaikan
tanyaan
tersebut.
Input
dan output
pengawasan
teru-Anggaran
Yuna Farhan
melalui
tulisannya
“Menelusuri
Siklustidak
Politisasi
padasehingga
Tahun Pemilu.”
Yuna menjelaskan
bahwa Political
budget cycles
kur
sukar ditentukan
tingkat keberhasilan
pengasudah menjadi
universal
didukung dengan
berbagai studi
wasan.
Namun,fenomena
bila ukurannya
perselisihan
hasil pemilu
empiris
di
berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang
mempengaruhi
(PHPU) di Mahkamah Konstitusi (MK), jumlah permoho- politcal
budget
cycles
seperti
perubahan
pola dari
padapemilu
struktursebelumnya.
anggaran baik secara
nan
PHPU
malah
melonjak
drastis
agregat
maupun
secara
spesifik
pada tahun-tahun
Pemilu, 273,
terkonfirmasi
Pada
Pemilu
2004,
jumlah
permohonan
PHPU ‘hanya’
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
lalu
melonjak menjadi 655 pada Pemilu 2009. Dalam PePemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
milu 2014, jumlah itu melonjak lagi menjadi 903 permoini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
honan. Artinya, dengan input pengawasan yang ditambah,
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
perkara bukannya berkurang, melainkan melonjak drastis.
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Tentu saja, banyaknya perkara di MK tidak semata-mata
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
berkorelasi pada rendahnya kinerja pengawas. Banyak fakjuga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
tor lain yang ikut berpengaruh, termasuk dengan diterapperempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
kannya sistem proporsional terbuka dan diperbolehkannya
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
permohon­
an perseorangan
oleh
MK sepanjang
melalui
me2012 menegaskan
setiap partai
politik
peserta pemilu
harus
memenuhi
5
kanisme
permohonan
parpol.
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
praktik
selama
pihak yang
duduk
baik
di parlemen maupun
pemerintah
Sekali
lagi ini,
soalnya,
dalam
hal
pengawasan,
memang
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
tidak ada ukuran yang bisa digunakan untuk menentukan hal ini
akan berdampak
negatif terhadap
mandeknyatulisan
aspirasiini
perempuan
standar
keberhasilan.
Itulah sebabnya
ingin dalam
hukum dan pemerintahan.
kondisi
tersebut telah
oleh Nindita
merekomendasikan
agar Dan
lembaga
pengawas
yangditulis
ada saat
Paramastuti
dalam
tulisannya
yang berjudul:
“Perempuan
dan Korupsi:
ini
direformasi
atau
ditransformasikan
agar
bisa bekerja
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
lebih efisien, efektif, dan terukur.
2009.”
Masih
dengan
tema
akuntabilitas keuangan politik, Didik
4 Pasal
72 berhubungan
ayat (3) UU Nomor
15 Tahun
2011.
Lia bWulandari
dalam tulisan
berjudul
dan
5 Supriyanto
Pasal 2 ayatdan
(1) huruf
dan huruf d Peraturan
MK Nomor
1 TahunTransparansi
2014
tentang
Pedoman
Beracara
dalam
PHPU
Anggota
DPR,
DPD,
dan
DPRD.
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
94
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
DARI PENGAWAS KE PENGADIL
B. TIGA FUNGSI
Secara umum, melalui UU Nomor 15 Tahun 2011 dan UU
Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD,
dan DPRD, lembaga pengawas memiliki tiga fungsi utama.
Pertama, fungsi pengawasan (prevention). Fungsi ini untuk
memastikan pemilu berjalan sesuai dengan ketentuan yang
sudah disepakati dan mencegah terjadinya pelanggaranpelanggaran pemilu. Kedua, fungsi penanganan pelanggaran
(enforcement). Dalam fungsi ini, pengawas menerima dan
mengkaji laporan pelanggaran yang masuk, lalu memilahnya,
dan meneruskan ke alamatnya masing-masing. Bila yang
yang dilaporkan pelanggaran pidana, laporan diteruskan
kepada polisi bila dinilai cukup bukti. Bila pelanggaran
terkait persoalan administrasi pemilu, laporan diteruskan
kepada penyelenggara pemilu (KPU/KPUD). Bila laporan
terkait pelanggaran kode etik penyelenggara pemilu,
Bawaslu akan meneruskannya kepada Dewan Kehormatan
Penyelenggara Pemilu (DKPP).
Fungsi ketiga terkait dengan penyelesaian sengketa
pemilu. Khusus kewenangan untuk menyelesaikan sengketa
pemilu, UU Nomor 8 Tahun 2012 memberikan hak eksklusif
tersebut hanya kepada Bawaslu, yang dalam pelaksanaannya
dapat mendelegasikan kepada pengawas di tingkat bawah,
mulai dari Bawaslu provinsi hingga PPL.6
Dari ketiga fungsi tersebut, dua fungsi pertama
sesungguhnya tidak efektif karena pengawas tidak memiliki
kekuasaan yang menentukan (determinatif). Fungsi
6 Pasal 258 ayat (2) UU Nomor 8 Tahun 2012.
95
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
pengawasan tidak bisa efektif karena pengawas tidak memiliki
kewenangan
untuk
menindak
atau menghukum
pihak-pihak
merupakan suatu
upaya
untuk menyelamatkan
kebijakan
publik yang akan
yang
melakukan
pelanggaran.
Seharusnya
fungsi
menindak
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
tersebut
merupakan
bagian
dari
penanganan
Pandangan
Hamdan
tersebut
berkaitan
denganpelanggaran.
apa yang disampaikan
Ternyata,
dalam
fungsi
penanganan
pelanggaran,
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus pengawas
Politisasi Anggaran
bertindak
layaknya
tukang
pos,
hanya
mengirimkan
surat
ke cycles
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political
budget
alamatnya
masing-masing.
Tergantung
pada dengan
instansiberbagai
yang
sudah menjadi
fenomena universal
didukung
studi
dituju
menindaklanjuti
laporan
pelanggaran politcal
empirisbagaimana
di berbagai Negara.
Berbagai variabel
yang mempengaruhi
budget
cycles seperti
perubahan
poladalam
pada struktur
anggaran
baik secara
dari
pengawas
tersebut.
Bahkan
kaitannya
dengan
agregat maupun
secara
spesifikpengawas
pada tahun-tahun
Pemilu,putus
terkonfirmasi
pelanggaran
pidana
pemilu,
sering merasa
dalam
praktek
penganggaran
di Indonesia
yang berkaitan
dengan siklus
asa
karena
institusi
yang terlibat
lebih banyak
lagi. Setelah
Pemilu
2009
ataupun
menjelang
Pemilu
2014.
Melihat
perkembangan
saat
dari pengawas, laporan masuk ke polisi, lalu ke jaksa,
ini, yangkemudian
menjadi perhatian
tidak hanya
political budget
melainkan
barulah
disidangkan
di pengadilan
negericycles,
dengan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
kemungkinan
banding di pengadilan tinggi. Karena banyak
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
institusi yang terlibat, tidak jarang laporan pengawas
Masyarakat
sajajalan
dapat
ditafsirkan
sebagai satu kesatuan, tetapi
tersebut
raib ditidak
tengah
atau
tidak ditindaklanjuti.
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
Fungsi ketiga, yaitu menyelesaikan sengketa pemilu, adaperempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
lah fungsi baru yang sesungguhnya lebih menjanjikan karesyarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
na
keputusan
Bawaslu
terakhir
dan
2012
menegaskan
setiap merupakan
partai politikkeputusan
peserta pemilu
harus
memenuhi
7
mengikat.
Sayangnya,
Bawaslu
terlihat
kurang
memaksi30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
malkan
fungsiini,
ini.pihak
Ke depan,
tulisan
ini
praktik selama
yang duduk
baik
dimerekomendasikan
parlemen maupun pemerintah
agar
fungsididuduki
penyelesaian
sengketa
pemilu
yang
diperkuat, hal ini
mayoritas
oleh laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
sedangkan
fungsi
pengawasan
penanganan
akan berdampak
negatif
terhadap dan
mandeknya
aspirasipelanggaperempuan dalam
hukum
dan pemerintahan.
Dan
kondisi
telah ditulis oleh Nindita
ran
direformasi
sedemikian
rupa
agartersebut
lebih efektif.
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
7 Pasal 259 ayat (1) UU Nomor 8 Tahun 2012 menyatakan, “Keputusan
2009.”
Bawaslu mengenai penyelesaian sengketa Pemilu merupakan keputusan
terakhir
mengikat, kecuali
keputusan
terhadap sengketa
Pemilu
Masih dan
berhubungan
dengan
tema akuntabilitas
keuangan
politik, Didik
yang berkaitan dengan verifikasi Partai Politik Peserta Pemilu
Supriyanto
dan
Lia
Wulandari
dalam
tulisan
berjudul
Transparansi
dan
dan daftar calon tetap anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan
DPRD
kabupaten/kota.”
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
96
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
DARI PENGAWAS KE PENGADIL
C. REFORMASI FUNGSI
Untuk fungsi pengawasan secara umum, tulisan ini
merekomendasikan agar hal tersebut diserahkan saja
langsung kepada masyarakat, dibantu oleh peserta pemilu
dan pemantau pemilu. Biarlah ketiga elemen ini saja yang
melakukan pengawasan pemilu. Pengawasan oleh ketiga
elemen ini akan jauh lebih murah dan mudah. Mengenai
efektivitas pengawasan, sedikit banyak akan tergantung
pada mekanisme penanganan pelanggaran dan penyelesaian
sengketa pemilu nantinya.
Bila terjadi pelanggaran, masyarakat, peserta pemilu,
dan pemantau pemilu dapat langsung melaporkannya
ke alamat masing-masing, tidak perlu lagi menggunakan
pengawas sebagai perantara atau ‘tukang pos’. Bila
pelanggaran terjadi di ranah pidana, pelapor dapat langsung
melaporkannya kepada polisi. Untuk itu, undang-undang
perlu memerintahkan kepada Polri untuk menyiapkan
personel khusus dalam menangani pelanggaran pidana
pemilu. Demikian pula bila pelanggaran di ranah etik,
langsung saja ke DKPP. Sementara untuk pelanggaran
administrasi pemilu dapat langsung kepada penyelenggara
pemilu yang dalam hal ini adalah KPU beserta jajarannya
sampai ke bawah.
Dengan demikian, untuk pengawasan dan penanganan
pelanggaran, tidak dibutuhkan lagi kehadiran pengawas
yang bersifat khusus sehingga institusi pengawas di tingkat
bawah bisa dihapuskan, yaitu mulai dari PPL, panwascam,
hingga panwaslu kabupaten/kota. Yang dipertahankan
97
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
hanyalah Bawaslu dan Bawaslu provinsi. Kedua institusi
ini
diberikan
fungsi
utama
menyelesaikan
sengketa
merupakan
suatu
upaya
untuk untuk
menyelamatkan
kebijakan
publik yang akan
pemilu.
Bawaslu
provinsi
menjadi
lembaga
penyelesaian
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
sengketa
tingkat
pertama,
sementara
tingkat
Pandangan
Hamdan
tersebut
berkaitan
denganbanding
apa yangatau
disampaikan
tingkat
akhir
berada
di
Bawaslu.
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
pada
Tahun
Pemilu.”pemilu
Yuna menjelaskan
bahwa Political
budget cycles
Semua
sengketa
nantinya diajukan
ke Bawaslu
sudah menjadi
universal
didukung dengan
berbagai studi
provinsi
sesuaifenomena
wilayahnya
masing-masing.
Keputusan
empiris
di
berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang
mempengaruhi
Bawaslu provinsi pada dasarnya bersifat final dan mengikat, politcal
budget cycles
seperti perubahan
pola padaditemukan
struktur anggaran
baik secara
kecuali
keputusan
yang memang
adanya
agregat maupun
pada tahun-tahununtuk
Pemilu,
terkonfirmasi
kesesatan
nyata,secara
yang spesifik
bisa dipertimbangkan
dibuka
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
kembali
oleh Bawaslu. Jadi, Bawaslu semacam lembaga bagi
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
peninjauan kembali. Banding kepada Bawaslu sebaiknya
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
terbatas pada sengketa yang terkait dengan keikutsertaan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
parpol/calon atau sengketa yang terkait dengan perolehan
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
suara di masing-masing tahapan. Sengketa suara termasuk
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
yang dapat diselesaikan oleh Bawaslu dan Bawaslu provinsi
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
sepanjang bukan merupakan keputusan KPU secara
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
nasional karena hal tersebut merupakan kewenangan MK
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
dalam
konteks pemilu
2012 menegaskan
setiaplegislatif.
partai politik peserta pemilu harus memenuhi
Khusus
untukperempuan.
sengketa Kondisi
hasil pemilukada,
sebaiknya
30%
keterwakilan
ini patut diperjuangkan,
mengingat
praktik selama
ini,kepada
pihak yang
duduk baik
di parlemen
maupun pemerintah
diserahkan
saja
Bawaslu
setelah
MK menyatakan
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
tidak berwenang lagi, jangan dikembalikan ke Mahkamah hal ini
akan berdampak
negatif
terhadap
mandeknya sengketa
aspirasi perempuan
Agung
(MA). Secara
umum,
penyelesaian
pemilu dalam
hukum dandispute),
pemerintahan.
Dan kondisi
tersebut
ditulis oleh Nindita
(electoral
termasuk
sengketa
hasiltelah
pemilukada,
Paramastuti
dalam tulisannya
“Perempuan
dan Korupsi:
dapat
diselesaikan
melalui yang
jalurberjudul:
pengadilan
atau jalur
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
nonpengadilan. Tulisan ini lebih merekomendasikan
2009.”
penyelesaian sengketa hasil pemilukada oleh jalur
Masih berhubungan
akuntabilitas
keuangan
politik, Didik
nonpengadilan,
yaitudengan
oleh tema
Bawaslu.
Putusan
Bawaslu
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
nantinya bersifat final dan mengikat serta tidak dapat
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
98
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
DARI PENGAWAS KE PENGADIL
diajukan upaya banding atau peninjauan ke pengadilan.
Selain menyelesaikan sengketa pemilu, Bawaslu
juga sebaiknya diberikan kewenangan untuk mengadili
pelanggaran serius yang dapat berakibat pada diskualifikasi
peserta pemilu. Undang-undang nantinya harus
menyebutkan jenis-jenis pelanggaran serius tersebut.
Dalam konteks pemilu legislatif, vote buying, suap kepada
penyelenggara pemilu, menerima dan menggunakan dana
kampanye dari sumber yang dilarang, dan candidacy
buying dalam konteks pemilukada masuk pada kategori
pelanggaran serius tersebut. Dengan begitu, bagan
penanganan pelanggaran pemilu akan menjadi sebagai
berikut.
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU
NO.
JENIS PELANGGARAN
PEMUTUS/PENYELESAI/YANG MENANGANI
01
Pelanggaran Pidana
Polisi, Jaksa, Hakim PN, Hakim PT
02
Pelanggaran Administrasi
KPU dan KPUD
03
Pelanggaran Kode Etik
DKPP
04
Pelanggaran Serius
Bawaslu
Fungsi pengawasan tidak sama sekali dihilangkan.
Bawaslu sebaiknya diberikan pengawasan khusus mengenai
dana kampanye. Laporan dana kampanye tidak diberikan
kepada KPU/KPUD, melainkan kepada Bawaslu/Bawaslu
provinsi sesuai dengan wilayahnya. Bila ada dugaan
penyimpangan terhadap dana kampanye, Bawaslu diberikan
kewenangan untuk mengadilinya. Pelanggaran terhadap
99
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
dana kampanye dapat dikategorikan sebagai pelanggaran
serius
yangsuatu
dapat
berujung
pada diskualifikasi
calon
atauyang akan
merupakan
upaya
untuk menyelamatkan
kebijakan
publik
bahkan
diskualifikasi
parpol baikyang
di dapil
tertentu
maupun
dibuat oleh
politisi dan pemerintah
terpilih
untuk memerintah.
secara
keseluruhan.
Pandangan
Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
empiris
di berbagai
Negara. baru
Berbagai
variabel
mempengaruhi
Dengan
kewenangan
yang
lebihyang
mengarah
pada politcal
budget cycles seperti
perubahan
pola padapelanggaran
struktur anggaran
baik secara
penyelesaian
sengketa
dan mengadili
serius,
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
keanggotaan
Bawaslu dan Bawaslu provinsi haruslah diisi
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
orang-orang yang memiliki latar belakang keilmuan di
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
bidang pemilu dan hukum pemilu yang tidak diragukan
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
lagi. Karena bertindak sebagai pemutus sengketa bahkan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
pengadil terhadap pelanggaran serius yang bisa berujung
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
D. KEANGGOTAAN BAWASLU DAN
BAWASLU PROVINSI
pada hukuman diskualifikasi, Bawaslu dan Bawaslu provinsi
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
hendaknya diisi oleh orang-orang dengan usia minimal 40
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
tahun. Usia tersebut umumnya dianggap sebagai usia matang
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
untuk
dan pemutus
sengketa.
Diharapkan
syarat menjadi
verifikasi pengadil
faktual untuk
menjadi peserta
pemilu.
UU No. 8 Tahun
yang
mengisi
keanggotaan
di
Bawaslu
dan
Bawaslu
provinsi
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
adalah
orang-orang
yang selama
iniinidihormati
(respected)
30% keterwakilan
perempuan.
Kondisi
patut diperjuangkan,
mengingat
karena
dedikasi
dan
keilmuannya
dalam
bidang
pemilu
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
dan
hukum
pemilu.oleh
Mereka
bisaApabila
saja terdiri
mantan- hal ini
mayoritas
diduduki
laki-laki.
tidak dari
diperjuangkan,
akan berdampak
negatif terhadap
mandeknya aspirasi
perempuan
mantan
hakim konstitusi
dan mantan-mantan
anggota
KPU dalam
hukum
dan pemerintahan.
Dantugasnya
kondisi tersebut
ditulisdan
oleh Nindita
yang
dalam
melaksanakan
dinilaitelah
berhasil
Paramastuti
dalam tulisannya
yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
bersih
dari praktik-praktik
menyimpang.
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
E.KESIMPULAN
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Berdasarkan uraian terdahulu dapat disimpulkan
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
beberapa hal
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
100
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
DARI PENGAWAS KE PENGADIL
1.Institusi pengawas pemilu perlu dirampingkan
dengan menghapuskan PPL, panwascam, dan
panwaslu kabupaten/kota. Dengan penghapusan
tersebut, pengawasan pemilu dilakukan langsung oleh
masyarakat, peserta pemilu, dan pemantau pemilu;
2.Institusi pengawasan yang dipertahankan adalah
Bawaslu dan Bawaslu provinsi yang diberikan fungsi
pengawasan terbatas untuk mengawasi dana kampanye;
3. Laporan telah terjadinya pelanggaran pemilu langsung
diserahkan kepada institusi yang berwenang, yaitu KPU
beserta jajarannya sampai kebawas untuk pelanggaran
administrasi, polisi untuk pelanggaran pidana pemilu,
dan DKPP untuk pelanggaran kode etik;
4. Bawaslu diberikan kewenangan untuk menangani
jenis pelanggaran serius, yaitu pelanggaran yang dapat
mengakibatkan peserta pemilu didiskualifikasi, antara
lain vote buying, suap kepada penyelenggara pemilu,
menerima dana kampanye dari sumber yang dilarang,
politisasi birokrasi, dan penggunaan dana atau fasilitas
publik;
5.
Fungsi utama Bawaslu dan Bawaslu provinsi nantinya
adalah fungsi penyelesaian sengketa. Semua sengketa
pemilu diselesaikan oleh Bawaslu provinsi, sementara
Bawaslu menjadi institusi banding untuk sengketa
yang terkait dengan kepesertaan dan perolehan suara
sebelum dilakukan rekap nasional di KPU;
6.Dalam konteks pemilukada, Bawaslu diberikan
kewenangan untuk menyelesaikan sengketa hasil
101
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
pemilukada. Putusan Bawaslu bersifat final dan
mengikat
serta
tidak
bisa
diajukan upaya
banding
keyang akan
merupakan
suatu
upaya
untuk
menyelamatkan
kebijakan
publik
pengadilan.
dibuat
oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
102
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
POLITIK BIAYA TINGGI
DALAM PEMILIHAN
KEPALA DAERAH
Oleh: Lia Wulandari1
ABSTRAK
Desain pemilihan kepala daerah secara langsung
bertujuan untuk memperkuat proses demokratisasi di
Indonesia. Namun di dalam pelaksanaanya, norma hukum
yang dibuat dan yang tersedia, belum membuat pemilihan
kepala daerah secara langusng, berjalan dengan luber dan
jurdil. Dalam tulisan ini akan berfokus pada penelitian
pengeluara calon kepala daerah, karane para calon kepala
daerah secara nyata menyampaikan laporan dana kampanye
kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU). Penelitian
dilaksanakan di Kabupaten Garut, Jawa Barat, karena baru
saja melaksanakan pemilihan kepala daerah pada Tahun
2013, dan sudah melaksanakan pemilihan kepala daerah
secara langsung dua kali (2008 dan 2013). Setidaknya
terdapat beberapa item pengeluaran yang harus dipenuhi
oleh calon kepala daerah. Pertama, biaya pencalonan, kedua,
biaya konsultan dan relawan, dan yang ketiga biaya money
politik. Hasilnya, dari laporan yang disampaikan kepada
1 P
enulis adalah Peneliti Pada Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi
(Perludem)
103
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
KPU Kab. Garut, setiap calon mengeluarkan dana sekitar
2merupakan
M dalamsuatu
kontestasi
pemilukada.
Angkakebijakan
tersebut publik
belumyang akan
upaya untuk
menyelamatkan
termasuk
pencalonan,
konsultan,
dibuat olehbiaya
politisiuntuk
dan pemerintah
yangsurvey
terpilihdan
untuk
memerintah.
danPandangan
biaya untuk
relawan.
Oleh
sebab
itu,
diperlukan
regulasi
Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang
disampaikan
yang
membatasi
biaya
pencalonan
yang
berpotensi
sangat
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
besar
sekali.Pemilu.”
Disamping
juga harus
ada Political
mekanisme,
pada Tahun
Yunaitu,
menjelaskan
bahwa
budget cycles
dimana
relawan
dan
konsultan
terintegrasi
ke
dalam
tim
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai
studi
sukses,
sebagai
pertanggungjawaban
empiris di
berbagaiupaya
Negara.kontrol
Berbagaidan
variabel
yang mempengaruhi politcal
budgetpolitik
cyclesdan
seperti
perubahan
polakepala
pada struktur
biaya
kampanye
calon
daerah anggaran baik secara
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
The direct local election is aimed to strengthen
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
the democracy process in Indonesia. However, in its
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
implementation, the legal norms made and available do not
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
ABSTRACT
make yet the direct local election be direct, public, free, and
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
secret, as well as honest and fair. This writing focuses on a
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
research discussing the expense made by the regional head
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
candidates
because
they
report
their peserta
campaign
fundUU
to No.
the 8 Tahun
syarat verifikasi
faktual
untuk
menjadi
pemilu.
General
Election setiap
Commissions
(KPU).
Thispemilu
research
was
2012 menegaskan
partai politik
peserta
harus
memenuhi
done
in
Garut
Regency,
West
Java,
because
this
regency
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
just
conducted
a pihak
local yang
election
2013
and has
already
praktik
selama ini,
dudukinbaik
di parlemen
maupun
pemerintah
conducted
a direct local
timesApabila
(2008 and
2013).
At least, hal ini
mayoritas diduduki
oleh two
laki-laki.
tidak
diperjuangkan,
akan berdampak
negatif terhadap
mandeknya
some
items of expenses
must be
fulfilled aspirasi
by the perempuan
regional dalam
hukumcandidates;
dan pemerintahan.
tersebutcost;
telah ditulis
oleh Nindita
head
firstly, Dan
thekondisi
nomination
secondly,
Paramastuti
tulisannya
yang berjudul:
“Perempuan
the
cost for dalam
consultant
and volunteers;
thirdly,
the costdan
of Korupsi:
Pengalaman
Perempuan
Menghadapi
Korupsi
dalam
Pemilu
money politics. As the result, from the report delivered by DPR RI
2009.”
KPU
Garut Regency, every candidate spent approximately
dengan
akuntabilitas
politik, Didik
twoMasih
billionberhubungan
rupiahs in the
localtema
election
dispute.keuangan
The number
Supriyanto
dan
Lia
Wulandari
dalam
tulisan
berjudul
Transparansi
dan
did not include yet the cost for nomination, survey and
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
104
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
POLITIK BIAYA TINGGI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH
consultant, and volunteers. Therefore, it is necessary to have
a regulation that limits the nomination cost that can be very
big in number. In addition, there must be also a mechanism,
in which the volunteers and consultant are integrated in a
success team as an effort to control and be responsible with
the political and campaign cost of regional head candidates.
A. LATAR BELAKANG
Sejak diberlakukannya Undang-Undang No. 32 Tahun
2004 tentang Pemerintah Daerah, terjadi perubahan dalam
tata cara pemilihan kepala daerah. Berbeda dengan undangundang sebelumnya dimana kepala daerah hanya dipilih
melalui pemilihan di parlemen daerah sebagai representasi
rakyat (DPRD kabupaten/kota dan DPRD Provinsi),
Undang-undang baru ini merubah sistem tersebut menjadi
pemilihan secara langsung oleh rakyat. Perubahan tersebut
dilakukan sebagai kritik terhadap hak dan kewenangan
DPRD pada masa pemerintaha orde baru, karena tidak
ada mekanisme yang jelas untuk memilih dan mengawasi
gubernur, bupati, dan walikota dan rawan dengan politik
uang.2
Proses pemilihan kepala daerah juga berkaitan dengan
upaya memenangkan kompetisi elektoral secara legal,
ekstra-legal maupun ilegal. Namun, pada prakteknya,
perubahan peraturan hukum dan sistem pemilihan serta
2 M
encermati Politik Uang di Tingkat DPRD”, Kompas, 15 Maret 1999.
Diperoleh dari Wahyudi Kumorotomo, “Intervensi Parpol, Politik Uang Dan
Korupsi: Tantangan Kebijakan Publik Setelah Pilkada Langsung,” Makalah
disajikan dalam Konferensi Administrasi Negara, Surabaya, 15 Mei 2009.
105
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
kampanye secara langsung tersebut ternyata juga tidak
serta
mertasuatu
membuat
bebas dari manipulasi,
merupakan
upayapemilu
untuk menyelamatkan
kebijakankorupsi
publik yang akan
serta
penggunaan
instrumen
kekerasan.
Sejak
pertama
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
kaliPandangan
diselenggarakannya
pemilihan
kepala
daerah
secara
Hamdan tersebut
berkaitan
dengan
apa yang
disampaikan
langsung
hingga
sekarang
(tahun
2005-2013),
modusYuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
modus
pelanggaran,
kecurangan
dan bahwa
manipulasi
pada Tahun
Pemilu.” Yuna
menjelaskan
Politicaldalam
budget cycles
pemilihan
umum
maupun
pemilihan
kepala
daerah
tetap
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
marak
empiristerjadi.
di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
budget
cycles seperti
perubahan
pola pada
pada struktur
anggaran
baik secara
Kecurangan
pemilu
berdampak
melemahkan
nilaiagregat
maupun secara
spesifik pada
tahun-tahun Pemilu,
terkonfirmasi
nilai
demokrasi,
mendistorsi
dan mendelegitimasi
proses
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
pemilu,
melemahkan akuntabilitas (partai) politik serta
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
menghadirkan politisi pelaku korupsi dan biaya politik
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
yang tinggi. Permasalahan banyak muncul terkait dengan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
persoalan dana kampanye misalnya seperti masalah politik
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
uang yang semakin marak, penegakan hukum dan kode etik
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
penyelenggara yang tidak berjalan dengan baik, pemborosan
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
anggaran penyelenggaraan, kasus korupsi yang banyak
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
menjerat kepala daerah, terjadinya politik transaksional,
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
metode
pencalonan
yang
menyebabkan
biaya
politik
yang
2012 menegaskan
setiap
partai
politik peserta
pemilu
harus
memenuhi
3
tinggi,
dan
sebagainya.
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
praktik
selamapolitik
ini, pihak
yang
duduk
baik di parlemen
maupun
pemerintah
Persoalan
biaya
tinggi
menjadi
salah satu
hal yang
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
mencolok dari penyelenggaraan dan kampanye pemilihan hal ini
akan berdampak
terhadap
mandeknya
perempuan
kepala
daerah. negatif
Dari segi
kampanye,
dariaspirasi
laporan
dana dalam
hukum danyang
pemerintahan.
Dan
kondisi
tersebut telah
ditulis
oleh Nindita
kampanye
dilaporkan
peserta
pemilihan
kepala
daerah
Paramastuti
dalam
tulisannya
yang (KPU),
berjudul:total
“Perempuan
dan Korupsi:
kepada
Komisi
Pemilihan
Umum
pengeluaran
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
untuk kampanye tingkat provinsi di Pilkada DKI Jakarta
2009.”
2012 saja untuk pemilihan gubernur lebih dari 106 milyar
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto
dan
Lia didapatkan
Wulandaridari
dalam
tulisan
Transparansi
dan
3 Hasil Kajian
Bawaslu
Bawaslu
melaluiberjudul
Laporan Hasil
Kajian
Bawaslu
RI
tahun
2008-2012.
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
106
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
POLITIK BIAYA TINGGI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH
rupiah dan untuk kampanye tingkat kota di Pilkada Medan
tahun 2010 total pengeluaran semua peserta mencapai 12
milyar lebih.4
Kebutuhan akan dana yang besar untuk bersaing dalam
kampanye, pada akhirnya memunculkan maslah baru untuk
mendapatkan uang sebagai modal kampanye. Praktek
politik uang akhirnya menjadi salah satu alternatif pilihan
yang menarik bagi kandidat. Pelaksanaan pilkada ternyata
banyak diwarnai dengan praktek-praktek vote buying atau
jual beli suara, penyalahgunaan wewenang, penggunaan
anggaran daerah (APBD, BOS, PNPM, SKPD dan dana
Bansos) untuk kepentingan kampanye, tidak menyerahkan
laporan dana kampanye akhir, serta berbagai pelanggaran
lainnya.5 Data yang diperoleh dari Kementrian Dalam
Negeri, pada tahun 2012 tercatat sebanyak 474 kepala
daerah terpilih yang terlibat kasus kriminal, paling banyak
kasus korupsi dengan 330 orang yang dinyatakan bersalah,
49 orang masih dalam tahap persidangan, dan 95 orang
ditetapkan sebagai tersangka.6
Pada saat ini, DPR dan pemerintah sedang menyusun
aturan hukum untuk pelaksanaan pemilihan kepala daerah
melalui Rancangan Undang-Undang Pemilihan Kepala
Daerah (RUU Pilkada). Momentum ini menjadi kesempatan
4 Didik Supriyanto & Lia Wulandari, Basa-basi Dana Kampanye, Jakarta:
Perludem, 2013, halaman 167-168
5 B
erdasarkan data Hasil Pemantauan Pemilukada yang dilakukan oleh Tim
Peneliti ICW terhadap Pemilukada di Kampar, Pandeglang dan Jayapura
pada tahun 2011.
6 Sumber diperoleh dari http://www.setkab.go.id/kawal-apbn-6439mendagri-474-pejabat-daerah-terjerat-korupsi.html
107
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
yang penting untuk mendorong perubahan pengaturan
dalam
undang-undang
untuk
mendorong
pengaturan
merupakan
suatu upaya untuk
menyelamatkan
kebijakan
publik yang akan
yang
lebih
baik.
Oleh
karena
itu,
penelitian
ini
penting
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
untuk
menjadiHamdan
bahan tersebut
rekomendasi
yang
lebihapa
tajam
Pandangan
berkaitan
dengan
yang dan
disampaikan
mendalam
mengenai
biaya
politik
tinggi
dalam
pemilihan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
kepala
daerah.
pada Tahun
Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
Pemilihan kepala daerah menjadi fokus dari riset ini
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
karena kandidat pasangan calon kepala daerah menyerahkan
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
laporan keuangan dana kampanye kepada Komisi Pemilihan
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
Umum Daerah (KPUD) pada setiap penyelenggaraan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
pemilihan kepala daerah. Sementara, dalam pemilihan
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
B. PERMASALAHAN DAN PERTANYAAN
PENELITIAN
umum legislatif hanya partai politik yang wajib menyerahkan
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
laporan dana kampanye. Sehingga laporan dana kampanye
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
yang ada di KPU tidak dapat mencerminkan bagaimana
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
sebenarnya
pengeluaran
dana
kampanye
sumbangan
syarat verifikasi
faktual untuk
menjadi
pesertadan
pemilu.
UU No. 8 Tahun
dana
kampanye
pada
prakteknya.
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
30%
keterwakilan
perempuan.
ini patut
diperjuangkan,
mengingat
Riset
ini bertujuan
untukKondisi
meneliti
pengeluaran
belanja
praktik selama
ini, pihakkepala
yang duduk
baikyang
di parlemen
maupun
pemerintah
kampanye
pemilihan
daerah
digunakan
untuk
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
kampanye untuk mendapatkan gambaran atas dinamika hal ini
akankompleksitas
berdampak negatif
terhadap mandeknya
aspirasiterutama
perempuan dalam
dan
pengeluaran
dana kampanye
hukumpemilihan
dan pemerintahan.
Dan
kondisilokal.
tersebut
telah ditulis
oleh Nindita
untuk
umum di
tingkat
Tujuan
dari riset
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
ini
diharapkan dapat mengetahui mengapa pengeluaran
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
belanja kampanye pemilihan kepala daerah di Indonesia
2009.”
semakin tinggi. Sehingga, hasil dari riset ini dapat menjadi
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
bahan
untuk advokasi perubahan peraturan dana kampanye
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
untuk undang-undang pemilihan kepala daerah yang masih
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
108
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
POLITIK BIAYA TINGGI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH
dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat hingga saat ini.
Pertanyaan penelitian yang ingin dijawab dalam penelitian
ini adalah faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
tingginya biaya politik dalam pemilihan kepala daerah di
Indonesia?
C. TINJAUAN PUSTAKA
Biaya politik (political expenditure)adalah uang yang
digunakan untuk mempengaruhi proses seleksi, nominasi,
pemilihan, atau pengangkatan seseorang ke dalam jabatan
publik atau jabatan politik, atau sebagai kandidat dalam
pemilihan umum. 7 Biaya pemilihan adalah biaya yang
dipergunakan untuk tujuan mempromosikan, atau menolak,
dilakukan secara langsung selama masa kampanye, kepada
partai politik atau kandidat tertentu yang menjadi peserta
pemilu. 8
Biaya pemilihan adalah segala bentuk pengeluaran,
pembayaran. Distribusi, pinjaman, deposit maupun
pemberian uang atau barang berharga, dengan tujuan untuk
memberikan dalam proses pemilihan umum atau bertujuan
untuk membantu mempromosikan seorang kandidat atau
partai politik untuk memenangkan suatu pemilihan umum.9
Korupsi Pemilu adalah bagian dari Korupsi Politik yang
dilakukan oleh Politisi sebelum mendapatkan kekuasaan.
7 D
efenisi dari Internal Revenue Service’s (IRS), lembaga khusus yang
menangani keuangan dan pajak di Amerika Serikat.
8 Canada Elections Act.
9 ederal Campaign Finance Law Chapter 155 Section 9-333c Election:
F
Campaign Financing
109
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
Politisi melakukan praktek-praktek haram pada saat Pemilu
untuk
mempengaruhi
pemilih.
Manifestasi
yang publik
palingyang akan
merupakan
suatu upaya untuk
menyelamatkan
kebijakan
mencolok
korupsi
Politik yang
padaterpilih
saat Pemilu
adalah
dibuat oleh dari
politisi
dan pemerintah
untuk memerintah.
10
menyuap
pemilih
secara
langsung.
Pandangan
Hamdan
tersebut
berkaitan dengan apa yang disampaikan
TheFarhan
Economist
bahwa kandidat
dalamAnggaran
Yuna
melalui melaporkan
tulisannya “Menelusuri
Siklus Politisasi
pada Tahun
Yuna menjelaskan
bahwauntuk
Political
budget cycles
pemilu
AS Pemilu.”
menghabiskan
$ 3 miliar
semua
sudah menjadi
fenomena
universal
didukung
berbagai studi
pemilihan
di 1996.
Sedangkan
Majalah
Timedengan
edisi Maret
empiris
di
berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang
mempengaruhi
1996, menjelaskan bahwa selama masa kampanye tahun politcal
budget
cycles
seperti
perubahan polasekitar
pada struktur
baik secara
itu,
Steve
Forbes
menghabiskan
US$ 30anggaran
juta, Bob
agregat
maupun secara
spesifik pada
Pemilu, terkonfirmasi
Dole
menguras
dana sebesar
USJ tahun-tahun
27 juta, sedangkan
Pat
dalam praktek penganggaran di Indonesia
yang berkaitan dengan siklus
11
Buchanan sebesar USD 11 juta.
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
Dalam riset yang telah dilakukan oleh David Samuels
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
dengan
kasuscycle
negara
ada tigapolitik
isu mendasar
political studi
corruption
atauBrazil,
siklus korupsi
pada tahun-tahun
yang
perlu
dikaji
untuk
menilai
bagaimana
dampak
dana
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
kampanye di negara demokrasi baru: adanya pasokan,
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
permintaan,
dan komitmen
yang
kredibel hakikat
untuk mendukung
juga perlu dibatasi
mengingat
perbedaan
antara laki-laki dan
12
pertukaran
pasar.
Tanpa
pasokan,
permintaan,
pasar
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuandan
sebagai
salah satu
mekanisme
pasar
tidakuntuk
akanmenjadi
muncul.
Karena
hipotesis
ini 8 Tahun
syarat verifikasi
faktual
peserta
pemilu.
UU No.
bersifat
umum dan
dalam
banyak
juga pemilu
berlakuharus
untuk
2012 menegaskan
setiap
partai
politikhal
peserta
memenuhi
demokrasi
yang perempuan.
sudah mapan,
tapi
juga diperjuangkan,
berlaku untuk
30% keterwakilan
Kondisi
ini patut
mengingat
praktik selama
ini, pihaklintas-nasional.
yang duduk baik di
parlemenini
maupun
pemerintah
penelitian
komparatif
Hipotesis
bersifat
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
kumulatif, hanya jika semua lima unsur tersebut terpenuhi hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
hukum
dan pemerintahan.
Dan kondisi
telah ditulis
10 Ibrahim
F. Badoh dan Abdullah
Dahlan,tersebut
(2004) Korupsi
Pemiluoleh
di Nindita
Indonesia,
Jakarta:
Indonesia
Corruption
Watch.
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
11 Denny JA, Politik
yang Mencari
Bentuk, Yogyakarta:
LKIS Yogyakarta,
Pengalaman
Perempuan
Menghadapi
Korupsi dalam
Pemilu DPR RI
2006, halaman 34
2009.”
12 David Samuels, “Does Money Matter? Credible Commitments and
Campaign
Finance in New
Democracies:
and Evidence
from Brazil”
Masih
berhubungan
dengan
tema Theory
akuntabilitas
keuangan
politik, Didik
dalam Jurnal Comparative Politics, Vol. 34, No. 1 (Oktober 2001), halaman
Supriyanto
dan
Lia
Wulandari
dalam
tulisan
berjudul
Transparansi
dan
23-42, diperoleh dari http://www.jstor.org/stable/422413 diakses pada:
03/09/2013
10:51
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
110
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
POLITIK BIAYA TINGGI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH
akan pasar dana kampanye muncul. Kampanye politik telah
menjadi industri pertumbuhan di Brazil sejak demokratisasi
di tahun 1980-an. Perkiraan total pengeluaran untuk semua
pemilihan pada tahun 1994 jatuh antara US $ 3,5 dan $ 4,5
milyar, sekitar 0,5 persen dari Brasil GDP.
Samuels mengusulkan lima hipotesis berikut tentang
dampak dana kampanye dalam pemilu di negara demokrasi
baru, antara lain:
1. Keseluruhan pasokan dana kampanye adalah fungsi
dari insentif dari donatur untuk dapat mempengaruhi
distribusi pelayanan pemerintah .
2. Keseluruhan permintaan dana kampanye adalah fungsi
dari tingkat persaingan antar partai dan di dalam
internal partai itu sendiri.
3. Pertukaran pasar akan berlanjut dengan membangun
reputasi kolektif dan / atau perorangan.
4. Pertukaran pasar diteruskan dengan interaksi ulang
politisi dan donor.
5. Pertukaran pasar akhirnya menciptakan mekanisme di
antara politisi dan donor.
Pramono Anung, dalam risetnya menjelaskan bahwa di
Indonesia dana kampanye yang dikeluarkan oleh seorang
anggota DPR yang terpilih pada pemilu 2009 berkisar
antara Rp. 200 juta sampai dengan Rp. 6 milyar.13
Pramono Anung mengkatogorisasikan pengeluaran dana
13 P
ramono Anung Wibowo, Mahalnya Demokrasi Memudarnya Ideologi:
Potret Komunikasi Politik Legislator Konstituen, Jakarta: Penerbit Buku
Kompas, 2013, halaman 174-175
111
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
kampanye ke dalam tiga tingkatan kategori, yaitu:
a.
Dana minimal
(140-500
juta rupiah) kebijakan publik yang akan
merupakan
suatu upaya
untuk menyelamatkan
dibuat
olehstandar
politisi dan
pemerintah
terpilih untuk memerintah.
b.
Dana
(600-900
juta yang
rupiah)
Hamdan
tersebut
berkaitan dengan apa yang disampaikan
c. Pandangan
Dana besar(1-6
milyar
rupiah)
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
Sumber dana yang sebagian besar berasal dari dana
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
pribadi, gabungan ( pribadi ditambah dengan beberapa
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
sumber
lain seperti teman, keluarga, perusahaan, partai
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
politik,
dan rakyat),
dan dana
dari
pihak
lainanggaran
tidak dari
budget cycles
seperti perubahan
pola
pada
struktur
baik secara
14
pribadi
tapi
dari
teman
dan
partai
politik).
Sedangkan
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
porsi
kampanye
alat peraga,
dalampengeluaran
praktek penganggaran
di terbesar
Indonesiaadalah
yang berkaitan
dengan siklus
komsumsi
transportasi,
sertaMelihat
fisik, perkembangan
kegiatan,
Pemilu 2009&ataupun
menjelangmedia,
Pemilu 2014.
saat
15
hadiah
saksi.perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
ini, yangdan
menjadi
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
D. METODE PENELITIAN
Masyarakat ini
tidak
saja dapat ditafsirkan
satudengan
kesatuan, tetapi
Penelitian
menggunakan
metode sebagai
kualitatif
juga perlu dibatasi
perbedaan
hakikat antara
laki-laki dan
pendekatan
studi mengingat
pustaka dan
penelusuran
dokumen/
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
kliping media. Tahapan riset secara singkat meliputi
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
pertama studi literatur atas studi-studi dan laporan kerja
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
serta laporan advokasi terhadap praktek pengeluaran untuk
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
kegiatan kampanye yang dilakukan kandidat calon legislatif.
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
Studi
pustaka dilakukan atas dokumen-dokumen yang
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
relevan.
Pemetaan
danterhadap
menghimpun
dokumen-dokumen
akan berdampak
negatif
mandeknya
aspirasi perempuan dalam
dan
kajian-kajian
untuk
mengidentifikasi
pola,
pelaku
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah
ditulisdan
oleh Nindita
juga
rekomendasi-rekomendasi
yang
dimunculkan
oleh
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
kajian-kajian
tersebut. Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
Pengalaman Perempuan
2009.”
Tahapan kedua adalah analisis data-data yang dikum­
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
berjudul Transparansi dan
15 Pramono
Anung
Wibowo,
Op.Cit,
halaman
184-185
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
112
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
14 Pramono Anung
Wibowo,
Op.Cit, halaman
175-179
Supriyanto
dan Lia
Wulandari
dalam tulisan
POLITIK BIAYA TINGGI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH
pulkan selama fieldwork. Temuan-temuan yang diperoleh
dari studi literature, observasi, dan wawancara mendalam
terhadap informan yang relevan dengan kajian ini. Tahapan
terakhir adalah penulisan laporan riset yang akan dilakukan
oleh peneliti.
Penentuan informan untuk wawancara mendalam
dilakukan sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman
dari narasumber, diutamakan dengan narasumber yang
memiliki pengalaman terkait dengan kampanye pemilihan
kepala daerah dan atau pernah memiliki pengalaman
sebagai kandidat yang berkompetisi dalam pemilihan kepala
daerah.
E. METODE DAN TAHAPAN RISET
Riset ini secara spesifik menelaah pengeluaran kampanye.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan
pendekatan studi pustaka dan penelusuran dokumen/
kliping media serta observasi di lapangan.
Tahapan riset secara singkat meliputi pertama studi
literatur atas studi-studi dan laporan kerja serta laporan
advokasi mengenai pengeluaran dana untuk kampanye.
Mengingat terseraknya laporan, pemberitaan media
atau studi mengenai pengeluaran dana untuk kampanye
dalam pemilukada di Indonesia, studi pustaka dilakukan
untuk mengumpulkan dokumen-dokumen yang relevan.
Pemetaan dan menghimpun dokumen-dokumen dan
kajian-kajian seputar isu pengeluaran dana untuk kampanye
pemenangan dalam pilkada di Indonesia membantu untuk
mengidentifikasi pola dan juga rekomendasi-rekomendasi
113
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
yang dimunculkan oleh kajian-kajian tersebut.
Tahap kedua
dilakukan
observasi lapangan,
interview,
merupakan
suatu upaya
untuk menyelamatkan
kebijakan
publik yang akan
dibuat
oleh politisi dandata
pemerintah
yang terpilih
untuk memerintah.
dan
mengumpulkan
di lapangan
dari berbagai
sumber
informasi
danHamdan
informan
yang
berkaitan
dengan
Pandangan
tersebut
berkaitan
dengan
apa yangtema
disampaikan
penelitian.
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
pada
Tahun Pemilu.”
menjelaskan
Political yang
budget cycles
Tahapan
ketiga Yuna
adalah
analisisbahwa
data-data
sudah menjadi selama
fenomenafieldwork.
universal didukung
dengan berbagai
studi
dikumpulkan
Temuan-temuan
yang
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
diperoleh dari studi literatur, observasi, dan in-depth
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
interview divalidasi dan direview guna memastikan akurasi
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
dan keabsahannya. Setelah data-data dari fieldwork
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
divalidasi kemudian dianalisis berdasarkan kerangka
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
analisis yang digunakan untuk memahami proses dan
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
dinamika
pengeluaran
untuk
political corruption
cycle
ataupemenangan
siklus korupsipilkada.
politik Tahapan
pada tahun-tahun
terakhir
adalah
penulisan
laporan
riset
yang
akan
dilakukan
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
oleh peneliti.
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
syarat
verifikasi
faktualdari
untuk
menjadi
peserta
pemilu. UU
No. 8 Tahun
Lokasi
penelitian
riset
ini adalah
Kabupaten
Garut
2012 menegaskan
partai politik
peserta pemilu
memenuhi
karena
baru saja setiap
melaksanakan
pemilihan
kepala harus
daerah
30% keterwakilan
ini patut
diperjuangkan,
mengingat
pada
tahun 2013perempuan.
dan telahKondisi
melakukan
pemilihan
kepala
praktik selama
pihak
yang duduk
di parlemen
pemerintah
daerah
selamaini,
dua
periode
yaitubaik
Pilkada
2008 maupun
dan 2013.
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
Garut merupakan salah satu kabupaten di provinsi Jawa
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
Barat yang memiliki banyak potensi sumber daya alam yang
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
bukan hanya indah dengan begitu banyak objek wisata yang
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
menarik namun juga menyimpan kekayaan alam berupa gas
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
alam dan uranium. Daerah kabupaten dengan Pendapatan
2009.”
F. LOKASI PENELITIAN
Asli Daerah pada tahun 2012 sebesar Rp. 184,2 milyar
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
114
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
POLITIK BIAYA TINGGI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH
dengan laju perekonomian 5,75% 16 ini juga memiliki letak
yang cukup strategis karena dekat dengan Bandung sebagai
ibukota provinsi dan juga menjadi perlintasan jalur pantai
selatan pulau Jawa.
Namun, sayangnya potensi kabupaten dengan nilai
ekonomis yang sangat menjanjikan ini belum sepenuhnya
dapat dirasakan manfaatnya secara maksimal oleh
masyarakat Garut dan belum diberdayakan secara optimal
oleh pemerintah daerah Garut. Kabupaten dengan jumlah
penduduk 2.485.732 jiwa pada tahun 2012 ini masih
memiliki 6.38% penggangguran dan dengan Indeks
Pembangunan Manusia 72,12. 17
Berkaitan dengan pemerintahan, tidak dapat terlepas
dari pemimpin atau kepala daerah. Sejumlah kasus menarik
berkenaan dengan kepala daerah atau bupati Garut sempat
mencuat dan menjadi perhatian masyarakat luas. Pada
tahun 2007, bupati Garut pada saat itu Agus Supriadi ditahan
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) karena tersangkut
kasus korupsi dan harus menjalani vonis hukuman 7,5 tahun
penjara. Akhirnya, wakil Bupati pada saat itu yaitu Memo
Hermawan. Sedangkan Bupati Garut terpilih pada Pilkada
2008, yaitu Aceng Fikri tersandung kasus hukum berkaitan
pernikahan siri dengan anak di bawah umur dan digantikan
oleh wakil bupati pada saat itu Agus Hamdani.
16 Laporan Hasil Pemeriksaan BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah Kabupaten Garut tahun 2012.
17 ata BPS tahun 2012 diperoleh dari BPS Garut, diakses pada www.garutkab.
D
bps.go.id
115
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
G. PEMILIHAN KEPALA DAERAH
KABUPATEN
GARUT
merupakan suatu upaya
untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan
dibuat
politisiBupati
dan pemerintah
yang terpilih
untukpasangan
memerintah.
Padaoleh
Pilkada
Garut 2008,
ada tujuh
Pandangan
Hamdan
tersebut
berkaitan
dengan
apa yang
disampaikan
calon
yang maju
sebagai
kandidat.
Sejak
Pilkada
Garut
Yuna Farhan
melalui
tulisannya
“Menelusuri
Siklus
Politisasi
2008,
pasangan
calon
independen
sudah
banyak
ikutAnggaran
pada Tahun Pemilu.”
Yuna menjelaskan
Politicalbupati
budget cycles
meramaikan
bursa pencalonan
bupatibahwa
dan wakil
sudah menjadi
fenomena
universal
dengan berbagai
studi
Garut.
Dari tujuh
pasangan
calondidukung
yang mendaftar
dan
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
lolos sebagai peserta pilkada, ada tiga pasangan calon
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
yang berasal dari calon perseorangan atau independen.
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
Dan hasil yang mengejutkan banyak pihak, Pilkada Bupati
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Garut 2008 dimenangkan oleh pasangan calon independen
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
dengan
nomor urut 3 yaitu Aceng Fikri dan Dicky Chandra.
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
Namun,
dan siklus
wakil bupati
tersebut
political pasangan
corruptionbupati
cycle atau
korupsi terpilih
politik pada
tahun-tahun
tidak
berlangsung
lama.
Karena
setelah
Aceng
Fikri
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
bergabung
dengan
satu partai
politik,
Dicky
Chandra
Masyarakat
tidaksalah
saja dapat
ditafsirkan
sebagai
satu
kesatuan, tetapi
mengundurkan
diri
dari
jabatannya
dan
digantikan
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara oleh
laki-laki dan
Agus
Hamdani.
Tidak
berselang
lama,
Aceng
Fikri
terlibat
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
kasus
pernikahan
siri untuk
dengan
anakpeserta
di bawah
umur
syarat verifikasi
faktual
menjadi
pemilu.
UU dan
No. 8 Tahun
terpaksa
melimpahkan
kepada
wakil
bupati
saat
2012 menegaskan
setiapjabatannya
partai politik
peserta
pemilu
harus
memenuhi
30%yaitu
keterwakilan
perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
itu,
Agus Hamdani.
praktik
pihak yang
parlemen
maupun
pemerintah
Padaselama
tabelini,
berikut
di duduk
bawahbaik
inidi dapat
dilihat
latar
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
belakang dari masing-masing pasangan calon yang menjadi hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
peserta dalam pemilihan Bupati Garut 2008. Ternyata
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
pasangan calon yang berkompetisi pada saat itu berasal dari
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
beragam latar belakang, ada yang berasal dari politisi dan
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
anggota DPRD, dokter, pengusaha, ulama, bahkan artis.
2009.”
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
116
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
REFORMASI SISTEM
KEPARTAIAN SETENGAH
HATI
Oleh: Heroik Mutaqin Pratama
ABSTRAK
Sudah menjadi dilema tersendiri bagi Indonesia
yang menghadapkan sistem multipartai dengan sistem
presidensialisme yang sering kali berdampak pada efektifitas
dan stabilitas politik di Indonesia. Salah satu cara untuk
memperbaiki hal ini ialah dengan mendesain ulang sistem
pemilu di Indonesia yang dapat berdampak secara langsung
pada sistem kepartaian. Meski demikian dari adanya
rutinitas lima tahunan sekali menejelang pemilu terjadi
revisi Undang-Undang Pemilu legislatif seperti yang terjadi
sebelum pemilu legislatif 2014. Dalam pembahasanya
partai politik lebih mengedepankan kepentingan pribadinya
dibandingkan untuk memperbaiki sistem kepartaian di
Indonesia. Alhasil tidak ada perubahan signifikan dari UU
No. 8 Tahun 2012 yang masih saja menghasilkan tingginya
fragmantasi politik diparlemen. Meski demikian pemilu
serentak pada 2019 menjadi pondasi dasar memperbaikan
sistem kepartaian di Indonesia guna menopang jalannya
sistem presidensialisme, dengan cara meminimalisir
kehadiran swing voters. Sehingga harapanya presiden
117
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
terpilih pada pemilu 2019 memiliki mayoritas dukungan di
parlemen.
merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
ABSTRACT
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Yuna
Farhan
melalui
tulisannya
“Menelusuri which
Siklus exposes
Politisasi aAnggaran
It has
been
a dilemma
for Indonesia,
pada Tahunsystem
Pemilu.”
Yuna
menjelaskan bahwa
budget cycles
multiparty
with
a presidential
systemPolitical
which often
sudah
fenomena
universal and
didukung
dengan
berbagai
studi
has
an menjadi
impact on
the effectiveness
political
stability
in
empiris
di
berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang
mempengaruhi
politcal
Indonesia. One way to fix this is to redesign the electoral
budget cycles
seperti perubahan
polahave
padaastruktur
baik secara
system
in Indonesia
which can
direct anggaran
impact on
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
the
party system. However, from the routine done once in
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
five years approaching election, the revision on legislative
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
election law happens as happened before the 2014 legislative
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
election. In the discussion, political parties put forward their
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
personal interests rather than improving the party system
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
in Indonesia. As a result, there is no significant change of
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
the Law No. 8 of 2012 which still results in high political
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
fragmentation in parliament. Nevertheless the simultaneous
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
elections
in 2019
become
themenjadi
basic foundation
to improve
syarat verifikasi
faktual
untuk
peserta pemilu.
UU No. 8 Tahun
the
party
system
in
Indonesia
in
order
to
sustain
the
course
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus
memenuhi
of
a
presidential
system
by
minimizing
the
presence
of
swing
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
voters.
it is expected
that
the
president
in
praktik Therefore,
selama ini, pihak
yang duduk
baik
di elected
parlemen
maupun pemerintah
2019
elections
has majority
support
in parliament.
mayoritas
diduduki
oleh laki-laki.
Apabila
tidak diperjuangkan, hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Seperti yang sudah diduga oleh banyak pihak jumlah
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
partai politik hasil pemilu legislatif 2014 di bawah Undang2009.”
A.PENDAHULUAN
Undang No. 8 Tahun 2012 tidak mampu memperkecil
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
jumlah partai politik di parlemen dalam rangka meredam
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
fragmantasi politik beserta memperbaiki sistem kepartaian
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
118
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
REFORMASI SISTEM KEPARTAIAN SETENGAH HATI
yang mampu menopang jalannya efektifitas sistem
presidensialisme di Indonesia. Padahal pasca reformasi
terjadi agenda rutin lima tahun sekali untuk melakukan
revisi Undang-Undang pemilu, mulai dari pemilu 1999
menggunakan UU No. 3 Tahun 1999 yang menghasilkan 21
partai politik di parlemen, kemudian pemilu legislatif tahun
2004 dengan UU No. 12 Tahun 2003 dengan 24 partai
politik di parlemen, dan pemilu 2009 menggunakan UU
No. 10 Tahun 2008 dengan menghasilkan 9 partai politik
di parlemen, serta pemilu 2014 dibawah payung hukum UU
No. 8 Tahun 2012 yang menghasilkan 10 partai politik di
DPR.
Jika demikian yang menjadi pertanyaan kemudian ialah
sistem kepartaian yang seperti apa yang dibayangkan oleh
DPR melalui rutinitas lima tahunan tersebut ? mengingat
pada hari ini kita dihadapkan dengan dilema antara sistem
kepartaian ekstrim yang dihadapakan dengan sistem
presidensialisme, serta adanya sistem kepartaian yang
terkartelisasi. Atau jangan-jangan revisi Undang-Undang
pemilu yang rutin dilakukan menjelang pemilihan umum
hanya dijadikan instrumen oleh partai politik untuk
meningkatkan perolehan kursi di DPR semata.
Dari situlah kemudian tulisan ini berusaha untuk
mengelaborasi hal tersebut dalam sebuah analisa terhadap
kebijakan publik yakni UU No. 8 Tahun 2012 Tentang
Pemilu Legislatif dengan menggunakan presfektif analisa
terhadap (analysis of) kebijakan dengan model analisa
mixed scanning. Model analisa mixed scanning yang tidak
hanya melihat proses kebijakan oleh perhitiungan rasional-
119
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
efektif-efisien melainkan perhitungan rasional politis, yang
mengakibatkan
proses
kebijakan
sebagaikebijakan
proses publik
tawaryang akan
merupakan suatu upaya
untuk
menyelamatkan
menawar
berbagai
aktor danyang
kepentingan
yangmemerintah.
terlibat
dibuat olehantar
politisi
dan pemerintah
terpilih untuk
(Santoso
2010,Hamdan
h. 20). tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Pandangan
Menjadi
digunakan
dalamSiklus
rangka
melihatAnggaran
Yuna
Farhanrelevan
melaluiuntuk
tulisannya
“Menelusuri
Politisasi
pada Tahun
Pemilu.” revisi
Yuna menjelaskan
budget cycles
proses
perumusan
UU Pemilubahwa
yangPolitical
didominasi
sudah berbagai
menjadi fenomena
universal
berbagai studi
oleh
kepentingan
partaididukung
politik dengan
didalamnya.
empiris
di
berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang
mempengaruhi
Disamping itu studi ini tidak seutuhnya meliha proses politcal
budget cycleskebijakan
seperti perubahan
pola pada struktur
anggaran
baik secara
perumusan
semata, melainkan
studi ini
berusaha
agregatmengelaborasi
maupun secara perlunya
spesifik pada
tahun-tahun
terkonfirmasi
untuk
pentaan
sistemPemilu,
kepartaian
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Indonesia
kedepan. Untuk itu tulisan ini akan terbagi
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
kedalam tiga pokok bahasan yang diantaranya : pertama,
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
tulisan ini akan membahas relasi yang terbangun antara
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
sistem pemilu dengan sistem kepartaian. Kedua, tulisan ini
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
akan membahas mengenai dinamika perumusan UU No. 8
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
Tahun 2012, dan Ketiga, akan membahas mengenai sistem
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
kepartaian yang dihasilkan dan prospek sistem kepartaian
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
Indonesia kedepan.
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
mayoritas
oleh sistem
laki-laki.kepartaian
Apabila tidak
diperjuangkan,
Sistem diduduki
pemilu dan
merupakan
dua hal ini
akan
berdampak
negatif
terhadap mandeknya
perempuan
hal
yang
tidak dapat
dipisahkan
satu sama aspirasi
lain. Studi
yang dalam
hukum danoleh
pemerintahan.
kondisi(1950)
tersebutyang
telahkemudian
ditulis oleh Nindita
dilakukan
Maurice Dan
Duverger
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
dikenal
dengan Duverger’s Law berhasil menjelaskan sistem
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
pemilu distrik (plurality majority) selalu menghasilkan
2009.”
B. RELASI ANTARA SISTEM PEMILU &
SISTEM KEPARTAIAN
sistem dua partai dan sistem pemilu proposional
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
(propotional
representation) selalu menghasilkan sistem
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
banyak partai atau multipartai. Dalam penjelasanya
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
120
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
REFORMASI SISTEM KEPARTAIAN SETENGAH HATI
Duverger menjelaskan relasi yang terbangun antara sistem
pemilu dengan sistem kepartaian tidak terlepas dari efek
mekanis dan efek psikologis yang ditimbulkan dari sistem
pemilu (Pamungkas 2011).
Sebagai cara untuk mengkonvensi jumlah perolehan
suara menjadi jumlah perolehan kursi partai politik di
parlemen, sistem pemilu memiliki beberapa unsur yang
dapat berimplikasi secara langsung terhadap jumlah
perolehan kursi partai politik di parlemen termasuk jumlah
partai politik itu sendiri. Unsur dari sistem pemilu tersebut
antara lain: Pertama, District Magnitude atau besaran
distrik merupakan sedikit atau banyaknya anggota DPR
yang akan dipilih dalam satu distrik pemilihan atau daerah
pemilihan (Pamungkas 2009, h. 15).
Besaran distrik sendiri diklasifikasikan kedalam dua
jenis yakni tunggal maksudnya ialah didalam satu daerah
pemilihan terdapat satu anggota lembaga perwakilan yang
akan memperoleh kursi diparlemen. Dan besaran distrik
jamak yang terkategori kedalam distrik kecil yang dalam
satu daerah pemilihan terdapat 2-5 kursi yang diperbutkan,
distrik sedang yang dalam satu daerah pemilihan terdapat
6-10 kursi, dan distrik besar yang terdapat lebih dari 10
kursi yang diperubutkan dalam satu daerah pemilihan.
Pada sisi lain besaran distrik dapat berpengaruh pada
drajat persaingan antar partai politik dan sedikit banyaknya
partai politik. Logikanya semakin kecil besaran district
magnitude semakin besar persaingan antar partai politik
yang dapat memicu pada semakin sedikit jumlah partai
politik yang ada, karena alokasi kursi yang diperebutkan
121
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
oleh antar partai politik didalam satu daerah sedikit. Begitu
pula
sebaliknya,
jika untuk
semakin
besar district
magnitude
merupakan
suatu upaya
menyelamatkan
kebijakan
publik yang akan
didalam
suatu
daerah
semakin
minim
persaingan
antar
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
partai
politik Hamdan
yang terjadi
akibat
banyaknya
kursi
Pandangan
tersebut
berkaitan
denganjumlah
apa yang
disampaikan
yang
diperebutkan
oleh
partai
dalam
suatu
daerah.
Sehingga
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
memberikan
peluangYuna
lebihmenjelaskan
besar bagi bahwa
partai Political
politik yang
pada Tahun Pemilu.”
budget cycles
sudah
ada
maupun
yang
baru
untuk
memperoleh
kursi
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
legislatif,
yang tentunya
berdampak
peningkatan politcal
empiris di berbagai
Negara. Berbagai
variabelpada
yang mempengaruhi
budget cycles
jumlah
partaiseperti
politik.perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregat
maupun
secarabatas
spesifik
padaThreshold
tahun-tahun
Pemilu,
terkonfirmasi
Kedua,
ambang
atau
yakni
tingkat
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
minimal
perolehan suara (dihitung melalui presentase)
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
yang harus diperoleh partai politik untuk mendapatkan
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
perwakilan. Ambang batas ini terbagi menjadi dua yakni
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Parliamentary Threshold yang selanjutnya disingkat
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
PT yakni tingkat minimal perolehan jumlah suara partai
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
politik untuk mendapatkan kursi diparlemen, dan Electoral
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
Threshold (ET) yakni tingkat minimum perolehan suara
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
partai politik untuk mengikuti pemilu berikutnya. William
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
Downs
(dalam Ishiyama
& Breuning
(eds.)pemilu
2013)harus
dalam
2012 menegaskan
setiap partai
politik peserta
memenuhi
studinya
mengungkapkan,
Electoral
Threshold
merupakan
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
cara
yang
biasaini,
dipakai
sistem
proposional
untuk membatasi
praktik
selama
pihak yang
duduk
baik di parlemen
maupun pemerintah
masuknya
partai-partai
kecil (kadang-kadang
ekstrimis) hal ini
mayoritas diduduki
oleh laki-laki.
Apabila tidak diperjuangkan,
kedalam
legislatif,
Threshold aspirasi
mensyaratkan
akan berdampak
negatif karena
terhadap mandeknya
perempuan dalam
hukum dan pemerintahan.
Dan kondisi
tersebut
ditulis
oleh Nindita
tercapainya
presentase minimum
suara
atautelah
jumlah
kursi
Paramastuti
dalam
tulisannya
yang berjudul:
minimum
agar
partai
dapat meraih
kursi di “Perempuan
legislatif. dan Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
Sehingga semakin besar presentase besaran PT dan
2009.”
ET semakin sulit partai politik untuk memperoleh kursi
Masih berhubungan
tema akuntabilitas
keuangan
politik, Didik
parlemen
dan semakindengan
sulit partai
politik untuk
mengikuti
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
pemilu, begitupun sebaliknya semakin kecil besaran PT dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
122
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
REFORMASI SISTEM KEPARTAIAN SETENGAH HATI
ET semakin mudah partai politik memperoleh kursi dan
mengikuti pemilu. Dengan ini maka besaran presentase
PT dan ET dapat dijadikan sebagai instrumen pembatasan
jumlah partai politik didalam suatu negara.
Ketiga yakni Electoral Formula atau formula pemilihan
sebagai metode penghitung yang memiliki tugas untuk
merubah suara menjadi kursi. Formula pemilihan ini
menurut Pamungkas (2009: 18-19) dibagi kedalam tiga jenis
yang diantaranya yakni formula pluralitas dimana kandidat
calon dari partai politik yang mendapatkan kursi ialah yang
mendapatkan suara terbanyak, formula mayoritas ialah
calon yang memperoleh suara sebanyak 50% + 1 suara
yang berhak mendaptakan krusi, dan formula perwakilan
berimbang dimana jumlah suara yang diperoleh calon
atau partai berbanding lurus dengan perolehan kursi yang
didapatkan.
Meski demikian setiap sistem pemilu memiliki metode
penghitungan suara masing-masing yang berbeda satu
dengan yang lainnya. Seperti sistem pemilu proposional
yang memiliki dua metode penghitungan yakni metode
kuota dengan adannya bilangan pembagi pemilih dan
metode divisor yang melihat jumlah rata-rata perolehan
suara terbesar (the highest average) yang berhak
memperoleh kursi parlemen melalui bilang pembagi yang
sudah ditentukan terlebih dahulu (Pamungkas 2009).
Meski demikian dari ketiga unsur tersebut, dalam sistem
pemilu distrik maupun proposional digunakan dengan
cara berikut besaran yang berbeda dan tentunya memiliki
dampak yang berbeda pula. Untuk sistem pemilu plurality
123
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
majority atau distrik misalnya, besaran district magnitude
yang
digunakan
ialahuntuk
jenis
tunggal, yakni
dalam
satuyang akan
merupakan
suatu upaya
menyelamatkan
kebijakan
publik
daerah
pemilihan
hanya
terdapatyang
satuterpilih
kursi parlemen
yang
dibuat oleh
politisi dan
pemerintah
untuk memerintah.
diperebutkan.
Sedangkan
dalam
sistem pemilu
proposional
Pandangan Hamdan
tersebut
berkaitan
dengan apa
yang disampaikan
district
magnitude
yang
digunakan
ialah
jenis
besaranAnggaran
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
distrik
jamakPemilu.”
yang dalam
satu daerah bahwa
pemilihan
terdapat
pada Tahun
Yuna menjelaskan
Political
budget cycles
lebih
dari
satu
kursi
yang
diperebutkan.
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
empiris
di berbagai
Negara. Berbagai
variabelelectoral
yang mempengaruhi
Begitu
pula dengan
penggunaan
formula politcal
budget cycles
pola pada
struktur
baik secara
berbeda,
padaseperti
sistemperubahan
pemilu distrik
formula
yanganggaran
digunakan
agregat
maupun
secara spesifik
pada
tahun-tahun
Pemilu,
ialah
formula
mayoritas
dengan
prinsip
the winner
taketerkonfirmasi
all,
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
yakni partai politik yang memperoleh suara terbanyaklah
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
yang berhak memperoleh kursi di parlemen. Sedangkan
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
dalam sistem pemilu proposional formula penghitungan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
yang digunakan ialah formula perwakilan berimbang
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
dimana jumlah suara yang diperoleh calon atau partai
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
berbanding lurus dengan perolehan kursi yang didapatkan.
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
Dari perbedaan
inilahketerwakilan
kemudianperempuan
berdampak
pada
perempuan.
Seperti halnya
sebagai
salah satu
persaingan
danfaktual
jumlah
partai
politik
di parlemen.
syarat verifikasi
untuk
menjadi
peserta
pemilu. UUPada
No. 8 Tahun
sistem
pemilu distrik
distrik
2012 menegaskan
setiapyang
partaimenggunakan
politik peserta besaran
pemilu harus
memenuhi
tunggal
dengan formula
penghitungan
mayoritas,
mampu
30% keterwakilan
perempuan.
Kondisi ini patut
diperjuangkan,
mengingat
praktik selama ini,
pihak
yang
duduk
baik
parlemen
maupun
pemerintah
menghasilkan
sistem
dua
partai.
Hal
inidikarena
hanya
partaimayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
partai kecil maupun partai baru tidak mampu bersaing untuk hal ini
akan berdampak negatif
terhadap
mandeknya
aspirasi
perempuan dalam
memperebutkan
satu kursi
pada
setiap daerah
pemilihan
hukum dan
pemerintahan.
kondisi
ditulis
oleh Nindita
dengan
partai
politik besarDan
yang
sudahtersebut
mapantelah
dengan
party
Paramastuti dalam
dan Korupsi:
identification
yangtulisannya
tinggi di yang
mataberjudul:
pemilih.“Perempuan
Karena sedikit
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
banyaknya jumlah perolehan suara yang didapatkan oleh
2009.”
partai politik jika tidak mampu memperoleh suara tertinggi
Masih
berhubungan
dengan tema
akuntabilitas
keuangantidak
politik, Didik
dalam
satu
daerah pemilihan,
partai
politik tersebut
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
akan memperoleh kursi parlemen dari daerah pemilihan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
124
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
REFORMASI SISTEM KEPARTAIAN SETENGAH HATI
tersebut. Sehingga jumlah perolehan suara yang didapatkan
oleh partai kecil cenderung terbuang dengan sia-sia. Untuk
itu sistem pemilu distrik cenderung menghasilkan sistem
dua partai politik.
Di lain pihak sistem pemilu proposional dengan besaran
distrik jamak dengan jumlah alokasi kursi lebih dari satu
dalam satu dalam satu daerah pemilihan, serta dengan
digunakanya formula penghitungan suara dengan metode
perwakilan berimbang. Mampu memberikan peluang lebih
besar bagi partai-partai kecil dan partai politik baru untuk
ikut bersaing dalam memperoleh kursi diparlemen, tanpa
perlu khawatir akan terbuangnya secara sia-sia suara yang
didapatkan. Hal ini karena sistem pemilu proposional
lebih mengedepankan kesimbangan atau proposionalitas
jumlah perolehan suara yang didapatkan oleh partai politik
dengan jumlah kursi parlemen yang didapatkan. Sehingga
sistem pemilu proposional mampu menyelamatkan
disproposionalitas suara yang sudah didapatkan oleh partai
politik sehingga mampu menghasilkan sistem banyak partai
atau multipartai.
Dari sinilah kemudian Maurice Duverger melihat
(1957 dalam Amal (ed.) 2012) sistem pemilu proposional
mampu menjawab situasi over representation dan under
representation. Dimana dalam sistem pemilu distrik partaipartai mayoritas cenderung mengalami over representation,
sedangkan partai-partai minoritas yang tidak mampu
memperoleh perwakilan di parlemen mengalami under
representation.
Sehingga
partai-partai
minoritas
memutuskan untuk tidak “membuang atau menyia-
125
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
nyiakan” suaranya sehingga kemudian ia memberikan
suaranya
kepada
salahuntuk
satu menyelamatkan
dari dua partaikebijakan
mayoritas
yangyang akan
merupakan
suatu upaya
publik
sedang
bersaing
memperoleh
dibuat oleh
politisidemi
dan pemerintah
yangpaerwakilan
terpilih untuk(Duverger
memerintah.
1957
dalam
Amal
(ed.)
2012).
Untuk
itu
sistem
pemilu
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang
disampaikan
proposional
yang
menekankan
akan
keseimbangan
jumlah
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
perolehan
suara
dan jumlah
perolehan kursi
partai
politik
di cycles
pada Tahun
Pemilu.”
Yuna menjelaskan
bahwa
Political
budget
parlemen,
mampu
merubah
sistuasi ini
dengandengan
memberikan
sudah menjadi
fenomena
universal
didukung
berbagai studi
ruang
lebih Negara.
bagi partai
minoritas
dalam
memperoleh politcal
empirishidup
di berbagai
Berbagai
variabel
yang mempengaruhi
budgettanpa
cycles seperti
perubahan
pada struktur anggaran
baik secara
kursi
membuang
dan pola
menyia-nyiakan
perolehan
agregat
maupun
secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
suara
yang
didapatkan.
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
C. DINAMIKA FORMULASI UU NO. 8
TAHUN 2012: ANTARA PRAGMATISME
DAN IDEALISME
Dengan saling terhubungnya antara sistem pemilu
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
dengan sistem kaprtaian, kehadiran revisi Undang-Undang
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
No. 10 Tahun 2008 menjadi Undang-Undang No. 8 Tahun
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
2012
mengatur
2014, tentunya
syaratyang
verifikasi
faktualsistem
untukpemilu
menjadilegislatif
peserta pemilu.
UU No. 8 Tahun
menjadi
gerbang
awal
dalam
proses
pembentukan
dan
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus
memenuhi
perbaikan
jalannya
sistem
kepartaian
di
Indonesia.
Untuk
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
itu
dalam
proses
perlu
kita
cermati betul-betul
praktik
selama
ini,permusannya
pihak yang duduk
baik
di parlemen
maupun pemerintah
bagiamana
para pemangku
kebijakan
melakukan
revisi hal ini
mayoritas diduduki
oleh laki-laki.
Apabila tidak
diperjuangkan,
akan berdampak negatif
terhadap
mandeknya
aspirasi
perempuan
Undang-Undang
tersebut,
tertutama
berkaitan
dengan
tiga dalam
hukumdari
dan pemerintahan.
kondisi
tersebut
telah ditulis
oleh Nindita
unsur
sistem pemiluDan
yang
mimiliki
implikasi
secara
Paramastuti
dalamjumlah
tulisannya
yang
berjudul:
“Perempuan
dan Korupsi:
langsung
dengan
partai
politik
(district
magnitude,
Pengalaman
Perempuan
Menghadapi
Korupsi
dalam
Pemilu
DPR RI
parliementary threshold, electoral formula).
2009.”
Sehingga kita dapat mengetahui semangat dan tujuan
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
yang
khendak dibawa oleh para partai politik diparlemen
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
dalam melakukan revisi Undang-Undang Pemilu Legislatif,
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
126
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
REFORMASI SISTEM KEPARTAIAN SETENGAH HATI
apakah sebagai sarana untuk memperbaiki jalannya sistem
kepertaian di Indonesia dari multipartai ekstrim menjadi
multipartai moderat sebagai salah satu cara untuk meredam
fragamantasi politik diparlemen, sekaligus menjamin
efektifitas serta stabilitas sistem presidensialisme. Atau
jangan-jangan revisi Undang-Undang pemilu hanya
dijadikan sarana bagi partai politik untuk menyingkarkan
partai politik lainnya.
Dalam prosesnya, permusan revisi UU No. 10 Tahun
2008 cenderung kompleks dan menuai perdebatan antara
sembilan partai politik di DPR. Terlepas dari proses
perumusan kebijakan publik yang tidak hanya sekedar
berbicara mengenai adanya masalah yang kemudian dijawab
setelah menemukan akan permasalahan, tetapi ketika
terdapat masalah dan berusaha diselesaiakn terdapat cara
pendang yang berbeda yang dibarengi dengan kepentinga
berbeda-beda pula antar policy maker.
Apalagi kebijakan publik yang dibahas adalah UndangUndang Pemilu legislatif yang menyangkut lingkungan
hidup dari partai politik. Sehingga dalam proses formulasi
kebijakan terjadi proses tawar-menawar antar partai politik
terutama antara partai besar dengan partai kecil berkaiatan
dengan tiga unsur dari sistem pemilu yang berpengaruh
terhadap jumlah partai politik yakni Parliamentary
Trashold, District Magnitude (Besaran alokasi kursi
perdaerah pemilihan), dan Formula penghitungan suara.
127
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
1) PARLIAMENTARY TRASHOLD (PT)
merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan
Dalamdan
pembahasan
mengenai
besaran
dibuat oleh politisi
pemerintahpasal
yang208
terpilih
untuk memerintah.
PT dari sembilan partai politik di parlemen, terbagi
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
kedalam
duatulisannya
kubu yang“Menelusuri
berbeda dengan
Yuna Farhan
melalui
Siklus menawarPolitisasi Anggaran
kan
besaran
angka
PT
besar
dan
kecil.
Kubu
pertama
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political
budget cycles
terdiri
dari
partai
politik
besar
di
parlemen
seperti
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
Demokrat,
PDIP, Golkar
PKS yang
menawarkan politcal
empiris di
berbagai Negara.
Berbagaidan
variabel
yang mempengaruhi
besaran
PT lebih
dari 3%
dengananggaran
5%. Kubu
budget cycles
seperti
perubahan
polasampai
pada struktur
baik secara
agregat maupun
secaradari
spesifik
pada tahun-tahun
Pemilu,
terkonfirmasi
kedua terdiri
partai-partai
politik kecil
di parledalam praktek
penganggaran
di Indonesia
dengan siklus
men seperti
PPP, PAN,
Hanura, yang
PKB berkaitan
dan Gerindra
Pemilu 2009
ataupun
menjelang
Pemilu
2014.
Melihat
perkembangan
saat
yang menawarkan besaran PT 2,5%. Adapun besaini, yang ran
menjadi
perhatian
tidak hanya
budget cycles,
melainkan
PT yang
ditawarkan
daripolitical
masing-masing
partai
political tersebut
corruption
cycle
atau melalui
siklus korupsi
politik :pada tahun-tahun
dapat
dilihat
tabel berikut
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
TABEL.1 SIKAP FRAKSI DI DPR 2009-2014 DALAM
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
PEMBAHASAN PARLEMENTARY TRESHOLD
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
syarat verifikasi
faktual
UU No. 8 Tahun
NO
NAMAuntuk
FRAKSImenjadi peserta pemilu.
SIKAP
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
1.
Fraksi Partai Demokrat
4%
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
2.
Fraksi Partai Golkar
5%
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
Fraksi PDI Perjuangan
5%
mayoritas3.diduduki
oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan,
hal ini
4.
Fraksi
PKS terhadap mandeknya aspirasi perempuan
3-5%
akan berdampak
negatif
dalam
hukum dan
Dan kondisi tersebut telah ditulis2,5%
oleh Nindita
5. pemerintahan.
Fraksi PAN
(meskipun tidak keberatan angka 2%)
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
6. Perempuan
Fraksi PPP
2,5% DPR RI
Pengalaman
Menghadapi Korupsi dalam Pemilu
Fraksi PKB
2,5%
2009.” 7.
8.
Fraksi Partaidengan
Gerindra tema akuntabilitas keuangan2,5%
Masih berhubungan
politik, Didik
Supriyanto9. dan Fraksi
Lia Wulandari
dalam
tulisan
berjudul
Transparansi
dan
Partai Hanura
tidak hadir
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
SUMBER : SUKMAJATI 2012
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
128
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
REFORMASI SISTEM KEPARTAIAN SETENGAH HATI
Hadirnya dua kubu partai politik yang
menawarkan besaran PT berbeda, tentunya
berangkat dari adanya dua kepentingan yang
berbeda pula untuk direalisasikan. Partai politik
besar yang menawarkan besaran PT yang terbilang
tinggi, dilandasi oleh semangat untuk membatasi
jumlah partai politik yang masuk di parlemen.
Berkurangnya jumlah partai politik diparlemen
memang mampu meredam fragmantasi politik
diparlemen dalam rangka menjawab permasalahan
efektifitas dan stabilitas pemerintahan semata.
Akan tetapi sebagai organisasi yang memiliki
orientasi untuk memperoleh kekuasaan melalui
pemilu, partai politik tentunya perlu bersaing
dengan partai politik lainnya. Sehingga dengan
semakin sedikit jumlah partai politik yang ada,
akan semakin mudah partai politik besar untuk
memperoleh kekuasaan. Belum lagi dalam sistem
pemilu proposional keberadaan parliementary
threshold sering kali dijadikan instrumen oleh
partai politik besar untuk menyingkirkan partai
politik kecil masuk ke parlemen (Downs dalam
Ishiyama & Breuning (eds.) 2013). Selain itu,
kehadiran threshold sendiri cenderung mencederai
sistem pemilu proposional itu sendiri yang
menghargai keseimbangan perolehan suara
yang didapat partai dengan perolehan kursi yang
didapatkan. Sedangkan kehadiran threshold yang
membuat batas minimum perolehan suara partai
129
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
politik untuk memperoleh krusi di parlemen,
dapat
pada disproposionalitas
atauyang akan
merupakan
suatuberdampak
upaya untuk menyelamatkan
kebijakan publik
terbuangnya
suara partai
secaramemerintah.
sia-sia
dibuat oleh
politisi dan pemerintah
yangpolitik
terpilih untuk
akibatHamdan
tidak tersebut
mampuberkaitan
melebihi
ambang
batas
Pandangan
dengan
apa yang
disampaikan
tersebut.
Dengan
kata
lain
penyederhanaan
partai
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
politik
dapatYuna
menjadi
modus bahwa
bagi partai
pada Tahun
Pemilu.”
menjelaskan
Politicalpolitik
budget cycles
besar
untuk
menyingkirkan
lawan
politiknya.
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
empiris di berbagai
Negara.kubu
Berbagai
variabel
yang mempengaruhi
Sedangkan
kedua
yang
terdiri dari politcal
budget cycles
perubahan
pola pada
struktur anggaran
baik secara
partaiseperti
politik
kecil yang
menawarkan
besaran
agregat maupun
secara tentunya
spesifik pada
tahun-tahun
Pemilu,
terkonfirmasi
PT rendah,
menyadari
akan
dampak
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
yang akan ditimbulkan kelak jika besaran PT
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
melampaui kapasitas dan kemampuan bersaing
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
dari partai-partai kecil yang berpengaruh pada
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
keberlangsungan hidup mereka. Untuk itu mereka
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
berusaha untuk menawarkan besaran PT 2,5% agar
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
dapat memihak pada partai kecil dan menjamin
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
keberlangsungan hidup mereka pada pemilu 2014.
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
Meski demikian semangat perdebatan dalam
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
merumuskan
PT tersebut
2012 menegaskan
setiapbesaran
partai politik
peserta tidak
pemilumemiliki
harus memenuhi
arti
yang
cukup
signifikan
dengan
menghasilkan
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
jalan ini,
tengah
partai
dengan
praktik selama
pihakatau
yang kompromi
duduk baik diantar
parlemen
maupun
pemerintah
besaran
PToleh
3,5%.
mayoritas
diduduki
laki-laki.
Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
Besaran jumlah alokasi kursi per-daerah
2009.”
2)JUMLAH ALOKASI KURSI PER-DAERAH
PEMILIHAN
untuk
DPR
yang
tertuangkeuangan
pada pasal
Masihpemilihan
berhubungan
dengan
tema
akuntabilitas
politik, Didik
22 dan
–pun,
kedalam
dua kepentingan
yang
Supriyanto
Lia terbagi
Wulandari
dalam tulisan
berjudul Transparansi
dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
130
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
REFORMASI SISTEM KEPARTAIAN SETENGAH HATI
dibawa partai politik besar dan partai politik kecil
yang tidak jauh berbeda dengan perdebatan PT.
Karena besaran alokasi kursi per-daerah pemilihan
memiliki logika semakin besar distric magnitude
semakin besar peluangan partai politik untuk
memperoleh kursi parlemen, dan semakin kecil
district magnitude semakin kecil peluang partai
politik untuk memperoleh kursi parlemen.
Sehingga partai-partai besar yang tergolong
mapan dan lebih tepatnya memiliki kepercayaan
diri berlebihan, berani menawarakan besaran
alokasi kursi daerah pemilihan yang cenderung
semakin kecil. Sedangkan partai kecil yang memiliki
tujuan untuk menjamin keberlangsungan hidupnya
pada pemilu 2014 memiliki memperbesar jumlah
alokasi kursi perdaerah pemilihan. Meski demikian
keberadaan district magnitude atau jumlah alokasi
kursi perdaerah pemilihan berbeda dengan PT yang
dapat mengakibatkan terbuangnya suara partai
politik secara sia-sia. Hal ini karena keberadaan
district magnitude bukan membuat standar batas
minum perolehan suara, melainkan menentukan
jumlah kursi yang diperebutkan perdaerah. Namun
demikian lagi-lagi pada akhir perdebatan tidak
ada yang berubah dari besaran jumlah daerah
pemilihan antara Undanga-Undang No. 10 Tahun
2008 dengan Undang-Undang No. 8 Tahun 2012
dengan besaran alokasi kursi 3-10 untuk DPR.
131
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
TABEL.2 SIKAP FRAKSI DPR 2009-2014 DALAM
PEMBAHASAN
ALOKASI
KURSI kebijakan publik yang akan
merupakan
suatu upaya untuk
menyelamatkan
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
NO
NAMA FRAKSI
SIKAP
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
1.
Fraksi Partai
Sistem proporsional terbuka dan penetapan
Yuna Farhan melalui
“Menelusuri
Siklus
Politisasi
Demokrattulisannya
calon
terpilih suara terbanyak.
Adapun
alokasi Anggaran
kursi
3-10
(DPR)
dan
3-12
(DPRD)
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
2.
Fraksi
Partai Golkaruniversal
Sistem campuran
dengan alokasi
kursi 3-5berbagai studi
sudah menjadi
fenomena
didukung
dengan
berlaku untuk DPR dan DPRD
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
3.
Fraksi PDI
tertutup dengan alokasi
budget cycles
seperti
perubahanSistem
polaproporsional
pada struktur
anggaran baik secara
Perjuangan
kursi 3-8 (DPR) dan 3-10 (DPRD)
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
4.
Fraksi PKS
Sistem proporsional tertutup dengan alokasi
dalam praktek penganggaran dikursi
Indonesia
yang
berkaitan dengan siklus
3-10 (DPR) dan
3-10 (DPRD)
Pemilu 2009
ataupun
menjelang
Pemilu
2014.
Melihat
saat
5.
Fraksi PAN
Sistem proposional terbuka denganperkembangan
alokasi kursi
3-10
(DPR)
dan
3-10
(DPRD)
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
6.
Fraksi PPP
proposional
terbuka
dengan alokasi
political corruption
cycle atau Sistem
siklus
korupsi
politik
pada kursi
tahun-tahun
3-10 (DPR) dan 3-10 (DPRD)
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
7.
Fraksi PKB
Tidak hadir
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
Fraksi Partai
hadir
juga perlu8. dibatasi
mengingat Tidak
perbedaan
hakikat antara laki-laki dan
Gerindra
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
9.
Fraksi Partai
Tidak hadir
syarat verifikasi Hanura
faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan
setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
SUMBER : SUKMAJATI 2012
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
akan berdampak
negatif
terhadap
mandeknya
aspirasi
perempuan dalam
Sebagai
salah
satu pasal
yang penah
mengalami
hukum dan
pemerintahan.dalam
Dan kondisi
tersebut
telah ditulis oleh Nindita
permasalahan
proses
penyelenggaraan
Paramastuti
dalam
tulisannya
yangsengkata
berjudul:di“Perempuan
dan Korupsi:
pemilu
yang
berujung
MA dan MK,
Pengalaman
Perempuan
Menghadapi
Korupsi
dalam
Pemilu
metode formulasi penghitungan suara yang tertera DPR RI
2009.”
3) FORMULA PENGIHITUNGAN SUARA
pada pasal 211 dan 212, menjadi perdabatan
Masihpula
berhubungan
dengan tema
akuntabilitas
keuangan
politik, Didik
antar sembilan
fraksi
partai politik
di DPR.
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Perdebatan yang muncul lebih mengarah pada
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
132
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
REFORMASI SISTEM KEPARTAIAN SETENGAH HATI
penentuan metode penghitungan suara yang
didalam sistem pemilu proposional terdapat dua
metode yakni Quota dan Divisor.
TABEL. 3 SIKAP FRAKSI DPR 2009-2014 DALAM
PEMBAHASAN METODE PENGHITUNGAN SUARA
NO
NAMA FRAKSI
SIKAP
1.
Fraksi Partai
Demokrat
Habis di daerah pemilihan dengan metode kuota
2.
Fraksi Partai Golkar
Metode divisor (terutama varian D’Hondt atau
dengan bilangan pembagi 1, 2, 3, 4, dst)
3.
Fraksi PDI
Perjuangan
Agar jelas pengertian sisa suara. Habis di daerah
pemilihan.
4.
Fraksi PKS
Metode divisor dengan varian webster/saintelague
(bilangan pembagi ganjil: 1, 3, 5, 7, dst)
5.
Fraksi PAN
Metode kuota dan habis di dapil
6.
Fraksi PPP
Metode kuota dan habis di dapil
7.
Fraksi PKB
Tidak hadir
8.
Fraksi Partai
Gerindra
Tidak hadir
9.
Fraksi Partai
Hanura
Tidak hadir
SUMBER : SUKMAJATI 2012
Fromula
penghitungan
suara
dengan
menggunakan metode quota atau yang lebih
dikenal dengan suara sisa terbesar dengan hadirnya
Bilangan Pembagi Pemilih (BPP) yang tidak tetap
atau tergantung pada besaran pemilih (Pamungkas
2009, h. 32). Dapat menjamin proposionalitas
133
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
suara dengan hadirnya penghitungan jumlah
suara
habis
untuk dikonvensi
merupakan
suatusampai
upaya untuk
menyelamatkan
kebijakanmenjadi
publik yang akan
kursi
parlemen.
Metode
ini
sangat
ramah
dengan
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
partai-partai
kecil berkaitan
yang dapat
Pandangan
Hamdan tersebut
dengan menjanjikan
apa yang disampaikan
keberlangsungan
hidupnya.
Sehingga
alih-alihAnggaran
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
berusaha
untuk
proposionalitas
pada Tahun
Pemilu.”
Yunamenjamin
menjelaskan
bahwa Politicalsuara,
budget cycles
partai
politik
kecil
yang
mengusung
metode
quota
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
sedang
untuk variabel
menyelamatkan
dirinya politcal
empiris di
berbagaiberusaha
Negara. Berbagai
yang mempengaruhi
budget cycles
seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
sendiri.
agregat maupun
secara spesifik
tahun-tahunsuara
Pemilu,
terkonfirmasi
Sedangkan
formulapada
penghitungan
dengan
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
menggunakan metode divisor melalui perhitungan
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
rata-rata suara tertinggi dan adanya BPP yang tetap.
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
Akan sangat memudahkan partai politik besar untuk
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
mejamin kekuasaanya dengan menyingkirkan
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
partai-partai kecil yang memperoleh suara kecil,
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
akibat adanya metode penghitungan suara yang
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
lebih melihat perolehan rata-rata tertinggi dan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
dengan adanya BPP yang sudah ditentukan tanpa
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
melihat besaran
jumlah
suara
pemilih.
Namun
2012 menegaskan
setiap partai
politik
peserta
pemilu harus
memenuhi
demikian
lagi-lagi
berdasarkan
hasil
produk
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
kebijakan
yangyang
dihasilkan,
penghitungan
praktik selama
ini, pihak
duduk baikformula
di parlemen
maupun pemerintah
suara
dengan
metode
quota
tetaptidak
dipertahankan.
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
diperjuangkan, hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
Dengan tidak adanya perubahan yang cukup siginfikari
2009.”
D. HASIL DAN PROSPEK SISTEM
KEPARTAIAN INDONEISA
dari revisi UU No. 10 Tahun 2008 menjadi UU No. 8
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Tahun
2012 tentang pemilu legislatif, berdampak tidak
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
adanya perubahan yang cukup signifikan pula terhadap
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
134
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
REFORMASI SISTEM KEPARTAIAN SETENGAH HATI
sistem kepartaian di Indonesia yang namapak pada tidak
berkurangnya jumlah partai politik diparlemen dan bahkan
bertambah dari sembilan partai politik menjadi sepuluh
partai politik di DPR. Alhasil, meskipun pemilu legislatif
sudah dilalui sampai dengan pada hari ini kita masih
menyaksikan konflik antara kubu koalisi merah putih
dengan kubu Indonesia hebat sebagai konsekwensi dari
polarilisasi yang ditimbulkan dari multipartai ekstrim.
Sehingga kebijakan publik yang dihasilkan oleh partai
politik di parlemen bukan sebagai sarana untuk menjawab
berbagai permasalahan yang ada, akan tetapi tampaknya
para policy maker di Indonesia masih terjebak pada paradoks
bahwa kebijakan publik bukan untuk menyeleseaikan
masalah akan tetapi menimbulkan permasalahan baru.
Dengan kata lain dalam proses pembahasan UU No. 8 Tahun
2012 masing-masing partai politik lebih mengedepankan
syahwat politiknya untuk menjamin keberlangsungan
hidupnya dibandingkan dengan untuk memperbaiki
jalannya sistem kepertaian di Indonesia guna menopang
jalannya efektifitas sistem presidensialisme di Indonesia.
Sistem multipartai memang menjadi keniscayaan bagi
Indonesia. Semenjak pertama kali partai politik hadir
melalui maklumat X secara singkat banyak partai politik di
Indonesia bermunculan sehingga pada saat itu Indonesia
sudah memasuki sistem multipartai sampai dengan hari
ini. Terkecuali pada era orde baru, pada waktu itu terjadi
rekayasa politik yang dilakukan oleh rezim demi terciptanya
stabilitas politik. Politik kepartaian pada era orde baru
sering disebut sebagai Hegemonic Party System oleh Affan
135
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
Gaffar (1992) dalam studinya yang hanya menempatkan
Golkar
sebagai
yang menyelamatkan
berkuasa dan kebijakan
menghegemoni.
merupakan
suatupartai
upaya untuk
publik yang akan
Atau
sering
disebut
juga
sebagai
party
state
system
yang
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
melahirkan
partai
Golkar
dari berkaitan
rahim negara
Pandangan
Hamdan
tersebut
dengandan
apamemiliki
yang disampaikan
kekuasaan
penuh
serta
sulit
membedakan
antara
partaiAnggaran
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
politik
dan negara,
systembahwa
yang Political
membiarkan
pada Tahun
Pemilu.”bukan
Yuna party
menjelaskan
budget cycles
partai-partai
politik
tumbuh
di
masyarakat
dan
membuat
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
interaksi
kompetisinya
sendiri variabel
tanpa yang
adanya
kontrol politcal
empiris di berbagai
Negara. Berbagai
mempengaruhi
budget dan
cyclesnegara
sepertihanya
perubahan
pola fasilitator
pada struktur
anggaran
baik secara
penuh
sebatas
(Satori
dalam
agregat2005).
maupun
secara
spesifik pada
tahun-tahun
terkonfirmasi
Arifin
Meski
demikian
pasca
runtuhnyaPemilu,
orde baru,
dalam praktek
penganggaran
Indonesia
yang berkaitan
dengan siklus
dengan
dibukanya
kembali di
keran
partisipasi
warga untuk
Pemilu
2009
ataupun
menjelang
Pemilu
2014.
Melihat
perkembangan
saat
mendirikan partai politik, sehingga mulai dari pemilu
ini, yang
menjadi
perhatian
tidak hanya
budget
cycles,ke
melainkan
1999
sampai
dengan
pemilu
2014 political
Indonesia
kembali
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
multipartai.
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Namun demikian, sistem multipartai yang Indonesia
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
alami memiliki kompleksitas tersendiri ketika dihadapakan
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
dengan sistem pemerintahan presidensialisme. Studi
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
yang dilakukan oleh Hanta Yudha (2010) mengenai
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
Presidensialisme
Setengah
Hati
berhasil
2012 menegaskan setiap
partai
politik
pesertamemperlihatkan
pemilu harus memenuhi
bagaimana
dilema
yang
terjadi
pada
kekuasaan
presiden
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan,
mengingat
Susilo
Bambang
Yudhoyono
(SBY)
yang
tidak
lebih
dari
sepraktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
ekor
bebekdiduduki
pincang (lamb
duck) akibat
tingginya
fragmantasi hal ini
mayoritas
oleh laki-laki.
Apabila
tidak diperjuangkan,
politik
di parlemen.
Belum
lagi mandeknya
ditambah dengan
akan berdampak
negatif
terhadap
aspirasi hadirnya
perempuan dalam
hukum impeachment
dan pemerintahan.
Danselalu
kondisimembayangi
tersebut telah ditulis
oleh Nindita
hantu
yang
presdien.
Paramastuti
dalam tulisannya
berjudul:
“Perempuan
dan Korupsi:
Sehingga
mendorong
partai yang
Demokrat
untuk
membangun
Pengalaman
Perempuan
Menghadapi
Korupsi
dalam
Pemilu
koalisi (setgab) dengan lima partai lainya dalam membentuk DPR RI
2009.”
pemerintahan.
Masih berhubungan
dengan
tema akuntabilitas
keuanganstudi
politik, Didik
Pada
sisi lain Dodi
Ambardi
(2009) dalam
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Mengungkap Politik Kartel memandang kompleksitas yang
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
136
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
REFORMASI SISTEM KEPARTAIAN SETENGAH HATI
terjadi bukan hanya terfokus pada bagaimana jalannya
kekuasaan presiden semata. Melainkan pada diri partai
politik itu sendiri dengan munculnya fenomena sistem
kepartaian yang terkartelisasi, dimana partai politik memiliki
dua karakter yang berbeda. Ketika Pemilu cenderung
bersaing sedangkan pada saat pembentukan pemerintah
cenderung bekerjasama dengan memiliki tujuan yang sama
pula, yakni untuk berburu rente (rent seeking) pada dana
non-budgeter melalui pos-pos kementrian maupun BUMN.
Dari situlah kemudian menyebabkan merapatnya berbagai
partai politik yang kalah dalam Pemilu presiden ke partai
pemenang, untuk memperoleh kursi kementrian yang
memiliki akses secara langsung pada dana non-budgeter.
Sehingga membuat partai politik sangat tergantung pada
negara dan tentunya kehilangan karakter persainganya.
Dari kedua studi tersebut sepakat bahawa akar
persoalanya berada pada tataran sistem multipartai ekstrim
yang Indonesia anut. Multipartai ekstrim sendiri merupakan
sistem kepartaian yang antar partai politik memiliki rentang
jarak ideologi yang cukup jauh antar partai politik akibat
terdapat lebih dari lima partai politik besar di parlemen,
sehingga terjadi polarisasi dan kesulitan dalam membangun
stabilitas politik yang ada. Pada sistem multipartai ekstrim
ini terjadi politik saling menjatuhkan atau “outbiding
politics” akibat rentang ideologi antar partai relatif jauh
dan mendalam sehingga menghasilkan ruang ideologi yang
cukup luas.
Disini ketidaksepahaman antar partai politik didalam
pemerintahan bukan hanya sekedar dalam tataran
137
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
kebijakan publik semata, melainkan prinsip-prinsip
dasar
yangsuatu
fundamental
(Satori
1976). Namun
demikian,
merupakan
upaya untuk
menyelamatkan
kebijakan
publik yang akan
kehadiran
outbiding
politics
yang
hadir
di
Indonesia
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
pada
hari ini Hamdan
bukan karena
ideologi
partai
Pandangan
tersebutrentang
berkaitan
dengan antar
apa yang
disampaikan
politik
melainkan
karena
pragmatisme
politik
antar
partai
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
politik
yang memiliki
perbedaan
kepentingan
di parlemen,
pada Tahun
Pemilu.” Yuna
menjelaskan
bahwa Political
budget cycles
terutama
berkaitan
dengan
upaya
memperoleh
sumber
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
daya.
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
budget
cycles
sepertisatu
perubahan
pola pada
struktur anggaran
baik secara
Untuk
itu salah
cara untuk
meminmilasir
tingginya
agregat maupun
secaradispesifik
padaguna
tahun-tahun
Pemilu,
terkonfirmasi
fragamantasi
politik
parlemen
menopang
jalannya
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
sistem
pemerintahan di Indonesia, sistem kepartaian
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
pluralisme moderat atau multipartai moderat merupakan
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
salah satu cara yang relevan dapat ditempuh. Sistem
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
kepartaian yang berada di antara sistem dua partai dengan
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
sisi sistem kepartaian pluralisme ekstrim atau multipartai
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
ekstrim, yang perbedaanya terletak pada adanya tiga sampai
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
lima jumlah partai politik yang relevan didalam suatu
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
negara. Sehingga sistem kepartaian ini kontradiksi dengan
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
pluralisme
ekstrimsetiap
yangpartai
memiliki
jumlah
lebih
dari
2012 menegaskan
politik
pesertapartai
pemilu
harus
memenuhi
lima
didalam
suatu
negara.
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
praktik
selama
ini, pihak
yang duduk
baik di parlemen
maupun
pemerintah
Dalam
sistem
multipartai
sederhana
menurut
Satori
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
(dalam Ratnawati 2006) semua partai berorientasi hal ini
akan berdampak
negatif
terhadap
mandeknya
memerintah,
yang
mana
tersedia
untuk aspirasi
koalisi perempuan
kabinet. dalam
hukum dan semua
pemerintahan.
Dan kondisi
tersebutdapat
telah berkoalisi
ditulis oleh Nindita
Karenanya
partai bukan
pemerintah
Paramastuti
dalam
tulisannya
yang
berjudul:
“Perempuan
dan Korupsi:
sebagai
oposisi,
dan
ini berarti
bahwa
oposisi
akan bersifat
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
sepihak dalam satu sisi, baik di kiri maupun di kanan.
2009.”
Pada dasarnya multipartai sederhana tidak terpolarisasi.
Masih
dengan
tematerjadi
akuntabilitas
politik, Didik
Untuk
ituberhubungan
pola interaksi
yang
antar keuangan
partai akan
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
membentuk dua kutub konfigurasi politik. Kutub pertama
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
138
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
REFORMASI SISTEM KEPARTAIAN SETENGAH HATI
terdiri dari koalisi antar partai politik dalam membangun
pemerintahan, sedangkan kutub yang kedua terdiri dari
kumpulan partai opisisi yang bersifat unilateral dan solid
demi terciptanya stabilitas politik didalam suatu negara.
TABEL.4 TIPOLOGI SISTEM KEPARTAIAN PLURALISME
MENURUT SATORI
TINGKAT JARAK IDEOLOGIS
JUMLAH PARTAI
RENDAH
TINGGI
3–5
Pluralisme Moderat
Pluralisme terbatas namun
terpolarisasi
>5
Pluralisme Ekstrem
Pluralisme Terpolarisasi
SUMBER : SATORI (DALAM AMBARDI 2009)
Dengan adanya pemilu serentak pada tahun 2019 bisa jadi
gerbang awal dari peralihan dari sistem multipartai ekstrim
menuju sistem kepartaian pluralisme moderat. Dengan
adanya pemilu serentak antara pemilu legislatif dengan
pemilu presiden paling tidak dapat membentuk fondasi
dasar sistem multipartai moderat di Indonesia dimulai
dari meminimalisir kehadiran swing voters. Salah satu
penyebab tidak adanya partai mayoritas di parlemen yang
menopang presiden terpilih dalam sistem presidensialisme
di Indonesia ialah, keberadaan swing voter yakni adanya
perbedaan pilihan yang dilakukan pemilih ketika memilih
partai politik anggota legislatif dengan calon presiden
beserta wakil presiden dari partai politik tertentu akibat dari
perbedaan waktu pemilihan.
139
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
Sebagai contoh ketika dalam pemilu legislatif pemilih
cenderung
memilih
X, sedangkankebijakan
pada publik
pemiluyang akan
merupakan suatu
upaya partai
untuk menyelamatkan
presiden
pemilih
memilih
calon Zuntuk
dari memerintah.
partai Y
dibuat oleh
politisi cenderung
dan pemerintah
yang terpilih
bukan
partai X.
Sehingga
presiden
terpilih
tidak
menjadi
Pandangan
Hamdan
tersebut
berkaitan
dengan
apa yang
disampaikan
partai
mayoritas
diparlemen
dan
dukungan
politik
yang
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
kuat.
itu dengan
adanya
pemilu bahwa
serentak
harapanya
pada Untuk
Tahun Pemilu.”
Yuna
menjelaskan
Political
budget cycles
seorang
pemilih
dapat
memilih
calon
anggota
legislatif
dan
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai
studi
calon
beserta
presiden
politik politcal
empirispresiden
di berbagai
Negara.wakil
Berbagai
variabeldari
yangpartai
mempengaruhi
budget
cycles
seperti
perubahan
pola pada
struktur
anggaran
baik secara
atau
koalisi
partai
politik
yang sama.
Sehingga
presiden
dan
agregatpresiden
maupun terpilih
secara spesifik
tahun-tahun
Pemilu,
terkonfirmasi
wakil
dapat pada
ditopang
bekerjanya
dengan
dalammayoritas
praktek penganggaran
di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
suara
kursi diparlemen.
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
Meski demikian, dengan menyerentakan jadwal pemilu
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
legislatif dengan pemilu presiden saja tidak cukup jika
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
tidak dibarengi dengan perbuhan dari unsur-unsur sistem
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
pemilu itu sendiri seperti lebih mengutamakan untuk
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
memperkecil besaran district magnitude, dibandingkan
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
dengan meningkatkan presentase parliamentary threshold
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
yang dapat mengakibatkan terbuangnya suara secara siasyarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
sia.
Selain
itu menjadi
juga untuk
merubah
2012
menegaskan
setiappenting
partai politik
peserta
pemilu formula
harus memenuhi
penghitungan
dari
metode
quota
menjadi
divisor
yang
lebih
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan,
mengingat
mengedepankan
keadilan
dalam
mengkonvensi
suara
ke
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
kursi,
sertdiduduki
mampuoleh
mempengaruhi
jumlah
politik hal ini
mayoritas
laki-laki. Apabila
tidakpartai
diperjuangkan,
diparlemen.
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
hukum
kondisi
tersebut
telah ditulis
oleh Nindita
Padadan
sisipemerintahan.
lain, harapanDan
adanya
koalisi
permanen
dalam
Paramastuti
dalamdi
tulisannya
yang berjudul:
pemilu
serentak
2019 masih
memiliki“Perempuan
keraguan dan
dan Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
tantangan tersendiri. Hal ini dikarenakan karakter dari
2009.”
partai politik itu sendiri yang membangun koalisi bukan
Masih berhubungan
tema akuntabilitas
keuangan
politik, Didik
berdasarkan
ideologidengan
melainkan
kepentingan
untuk
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
memperoleh sumber daya negara, mengingat tipologi
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
140
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
REFORMASI SISTEM KEPARTAIAN SETENGAH HATI
partai politik pada hari ini sendiri ialah partai di elektoral.
Maksudnya ialah partai politik rela meninggalkan jati
diri ideologi maupun program demi memperoleh suara
terbanyak. Sehingga pada akhirnya potensi dari sistem
kepartaian yang terkartelisi pada pemilu 2019 masih
sangat memungkinkan. Untuk itu salah satu cara dalam
meminimalisir hal ini ialah bukan hanya membangun koalisi
partai politik untuk mencapai mayoritas semata, melainkan
mendorong koalisi yang terbangun berdasarkan kesamaan
program.
E. KESIMPULAN
Pada akhirnya adanya ritual rutin lima tahunan
menejelang pemilu pasca reformasi untuk merubah
undang-undang pemilu legislatif tidak lebih dari upaya
dari partai politik untuk memperoleh dan mempertahan
kekuasaan, dibandingkan dengan untuk memperbaikan
sistem kepartaian guna menopang jalannya efektiftas
dan stabilitas pemerintahan di Indonesia. Hal ini sangat
nampak dalam proses perumusan Undang-Undang No.
8 Tahun 2012 Tentang pemilu legislatif, dimana masingmasing partai politik berusaha untuk merubah besaran
district maginutude, parliamentary threshold, serta
merubah formula penghitungan yang lebih mengedepankan
kepentingan pribadi partai politik.
Seperti partai politik besar cenderung menawarkan
besaran PT yang cukup tinggi guna menyingkirkan
partai-partai kecil, sedangkan partai kecil di parlemen
menawarkan besaran PT yang kecil demi menjamin
141
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
keberlangsungan hidupnya. Meski demikian pada akhirnya
terjadi
kompromi
antar
partai
politik di parlemen
merupakan
suatu upaya
untuk
menyelamatkan
kebijakandengan
publik yang akan
tidak
adanya
perubahan
ketiga
unsur
dari
sistem
pemilu
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
yang
cukup signifikan.
Keberadahaan
hal
ini memang
tidak
Pandangan
Hamdan tersebut
berkaitan
dengan
apa yang
disampaikan
bisa
dihindari
mengingat
kebijkan
publik
yang
diubah
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
berkiatan
dengan
lingkungan
hidup dari
partai
politikbudget
itu cycles
pada Tahun
Pemilu.”
Yuna menjelaskan
bahwa
Political
sendiri.
Meski demikian
pemilu
serentak
sudah menjadi
fenomena dengan
universaladanya
didukung
dengan
berbagai studi
pada
pemilu
2019 Negara.
paling tidak
dapat
menjadi
dasar politcal
empiris
di berbagai
Berbagai
variabel
yangpondasi
mempengaruhi
budgetmemperbaiki
cycles seperti perubahan
pola pada
anggaran
baik secara
untuk
sistem kepertaian
distruktur
Indonesia,
dengan
agregat
maupun secara kehadiran
spesifik padaswing
tahun-tahun
terkonfirmasi
cara
meminimalisir
voters.Pemilu,
Sehingga
dalam praktek
di Indonesia
yangdalam
berkaitan
dengan siklus
harapanya
adapenganggaran
kesesuain pilihan
pemilih
memilih
Pemilu
2009
ataupun
menjelang
Pemilu
2014.
Melihat
perkembangan
saat
partai politik yang sama pada pemilu legislatif dan pemilu
ini, yang menjadi
tidak hanya political budget cycles, melainkan
presiden
denganperhatian
wakil presiden.
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Ambardi,
2009,
Mengungkap
Politik“Perempuan
Kartel, KPG,
ParamastutiKdalam
tulisannya
yang berjudul:
dan Korupsi:
Jakarta.
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
Amal,
2009.” I & Pangabean, S 2012, Reformasi Sistem Multi-
DAFTAR PUSTAKA
Partai dan Peningkatan Peran DPR dalam Proses
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Legislatif, didalam Amal, Ichlasul ed. 2012, “Teori-teori
Supriyanto
danPartai
Lia Wulandari
dalam tulisanYogyakarta.
berjudul Transparansi dan
Mutakhir
Politik”, Triawacana,
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
142
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
REFORMASI SISTEM KEPARTAIAN SETENGAH HATI
Dardias, Bayu, Isu – Isu Krusial UU Pemilu dan Perubahan
Politik Indonesia, Materi Seminar Nasional “Membedah
UU Pemilu dan Implikasinya Terhadap Sistem Politik di
Indonesia” di Universitas Jember 22 Mei 2012, diunduh
dari http://bayudardias.staff.ugm.ac.id Pada Tanggal
21 Maret 2013, pkl 15.32
Duverger, M, Partai Politik dan Keolompok-Kelompok
Penekan, diterjemahkan oleh Hasyim, L, 1984, Bina
Aksara, Yogyakarta.
Gaffar, A 1992, Javanese Voters, A Case Study of Election
Under a Hegemonic Party System, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta
Grumm, Jhon 1969, Beberapa Teori Tentang Sistem
Pemilihan, didalam Amal, Ichlasul ed. 2012, “Teoriteori Mutakhir Partai Politik”, Triawacana, Yogyakarta.
Pamungkas, S 2009, Perihal Pemilu, Jurusan Politik dan
Pemerintahan UGM, Yogyakarta.
Pamungkas, Sigit 2011, Partai Politik Teori dan Praktik di
Indonesia, IDW, Yogyakarta.
Pratama, Heroik 2013, Menakar Prospek Sistem Kepartaian
di Indonesia: Dari Titik Ekstrim Menuju Pluralisme
Moderat, Jurnal Mahasiswa Sospol UGM, Vol. 1, No. 1
Pratama, Heroik 2013, Reformasi Sistem Pemilu Setengah
Hati: Sebuah Studi Mengenai Analisa Terhadap
Undang-Undang No. 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan
Umum Anggota Legislatif, dalam Amaliya, U & Kamil,
F (eds.) 2013, “Menatap Indonesia Dari Kampus
Bulaksumur”. BEM KM UGM, Yogyakarta.
Prihatmoko, J 2008, Mendemokratiskan Pemilu dari Sistem
Sampai Elemen Teknis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Satori, G 1976, Parties and Party Systems: A Framework of
Analysis, New York: Cambridge University Press.
143
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
Santoso, Purowo 2010, Analisa Kebijakan Publik, Jurusan
Politik dan Pemerintahan UGM, Yogyakarta.
merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan
Sukmajati,
Mada,danMenyikapi
Bebarapa
Krusial
dibuat oleh politisi
pemerintah yang
terpilih Pasal
untuk memerintah.
Dalam RUU Pemilu : Melalu Pendekatan Teknokratis,
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Materi Seminar Nasional “Reformasi UU Pemilu”
YunaKomap
FarhanUGM
melalui
tulisannya
“Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
12 Maret
2012.
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
Mainwering, S 1993, Presidentialism, Multipartism, and
sudah
menjadi fenomena
universal
didukung dengan
berbagai studi
Democracy:
The Difficult
Combination,
Comparative
empiris
di
berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang
mempengaruhi
politcal
Political Studies, Vol. 26, No. 2.
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
Mietzner 2009, Indonesia’s 2009 Elections: Populism,
agregat
maupunand
secara
pada tahun-tahun
Pemilu,
terkonfirmasi
Dynasties
thespesifik
Consolidation
of the Party
System,
dalam
praktek
penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
LOWY
Institute.
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
Undang – undang Nomor 10 Tahun 2008, Tentang
ini, yang
menjadiUmum
perhatianAnggota
tidak hanya
political
melainkan
Pemilihan
DPR,
DPDbudget
dan cycles,
DPRD,
political
corruption
cycle
atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Provinis,
Kota dan
Kabupaten
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Undang – undang Nomor 8 Tahun 2012, Tentang Pemilihan
Masyarakat
tidak saja
dapat
ditafsirkan
sebagai
satu kesatuan,
Umum Anggota
DPR,
DPD
dan DPRD,
Provinis,
Kota tetapi
Kabupaten.
jugadan
perlu
dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
perempuan.
SepertiNomor
halnya 3keterwakilan
sebagai salah satu
Undang
– Undang
Tahun 1999,perempuan
Tentang Pemilihan
syarat
verifikasi
faktual
untuk
menjadi
peserta
pemilu.
UU dan
No. 8 Tahun
Umum Anggota DPR dan DPRD Provinis, Kota
2012Kabupaten.
menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
30% keterwakilan
perempuan.
Kondisi
ini patut 2003,
diperjuangkan,
mengingat
Undang
– Undang
Nomor
13 Tahun
Tentang
praktik
selama ini,
pihak yang
dudukDPR
baik di
parlemen
pemerintah
Pemilihan
Umum
Anggota
dan
DPRDmaupun
Provinis,
Kota dan
Kabupaten.
mayoritas
diduduki
oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
akan berdampak
negatif
terhadap mandeknya
aspirasi
perempuan
Yudha,
H 2010,
Presidensialisme
Setengah
Hati
Dari dalam
Dilema
ke Kompromi,Dan
Gramedia,
Jakartatelah ditulis oleh Nindita
hukum
dan pemerintahan.
kondisi tersebut
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
144
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
BADAN PENGAWAS DANA
KAMPANYE PEMILU
Oleh: Ramlan Surbakti1
ABSTRAK
Faktor materi terutama uang adalah hal yang tidak
bisa dilepaskan dalam kegiatan politik dan demokrasi.
Dari fakta ini, keniscayaan kebutuahan akan uang masih
belum diatur secara rapi dan baik di dalam peraturan
perundang-undangan Indonesia. Beberapa hal yang belum
diatur mencakup pengaturan penerimaan, pengelolaan,
dan pertanggungjawaban dari keuangan partai politik.
Hal lain, partai politik berfungsi untuk melaksanakan
kekuasaan negara, tetapi mereka tidak dibiayai oleh
negara. Oleh sebab itu, perlu dibentuk suatu lembaga
yang fokus untuk mengawasi dana partai politik ini. Hal
utama tentu saja mencakup penerimaan, pengelolaan, dan
pertanggungjawaban keuangan partai politik.
ABSTRACT
Material factor, especially money, is something that
cannot be released in politics and democracy activities. From
this fact, the inevitability of need for money has not been
1 Penulis adalah Guru Besar Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Airlangga
145
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
regulated yet neatly and well in the laws and regulations
of
Indonesia.
Some
issues
that
have not been
regulated
yetyang akan
merupakan
suatu
upaya
untuk
menyelamatkan
kebijakan
publik
include
a reception
setting,
management,
anduntuk
accountability
dibuat oleh
politisi dan
pemerintah
yang terpilih
memerintah.
of political
party
finance.
Another
issue
is
that
political
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang
disampaikan
parties
serve
to
implement
the
power
of
the
state,
but
they
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
are
not
funded
by theYuna
state.menjelaskan
Therefore, it
is necessary
set cycles
pada
Tahun
Pemilu.”
bahwa
Politicalto
budget
up
an institution
that focuses
on overseeing
the political
sudah
menjadi fenomena
universal
didukung dengan
berbagai studi
party
funds.
The main
issues
certainly
include
reception, politcal
empiris
di berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yangthe
mempengaruhi
budget cycles seperti
perubahan pola
struktur
management,
and accountability
of pada
political
partyanggaran
finance baik secara
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
Uang merupakan kebutuhan mutlak untuk proses politik
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
demokrasi, tetapi dana saja tidak cukup mampu membuat
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
proses politik demokrasi bekerja (Money is necessary but
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
A.PENDAHULUAN
not sufficient for democratic political process). Selain dana,
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
faktor lain yang diperlukan untuk menjamin proses politik
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
demokrasi adalah nomokrasi (negara hukum), kebangsaan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
yang
partisipasi
politik
aktifpeserta
wargapemilu.
negara,
syaratkokoh,
verifikasi
faktual untuk
menjadi
UUetika
No. 8 Tahun
politik,
dan
lain
sebagainya.
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
30%
keterwakilan
perempuan.
Kondisi
ini patut masalah
diperjuangkan,
mengingat
Selain
itu, uang
selalu akan
menjadi
dalam
praktik selama
ini, pihak
yang duduk
di parlemen
maupun
pemerintah
sistem
demokrasi
karena
uang baik
dapat
digunakan
untuk
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
mendapatkan kekuasaan dan jabatan, dan uang juga dapat hal ini
akan berdampak
terhadap
mandeknya
aspirasi
digunakan
untuknegatif
membeli
kebijakan
ataupun
pasal perempuan
dan ayat dalam
hukum dan
pemerintahan.
kondisi
tersebut untuk
telah ditulis
oleh Nindita
hukum.
Selain
itu jabatanDan
dapat
digunakan
mencari
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
uang.
Karena itu penerimaan dan penggunaan uang dalam
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
politik perlu dikendalikan.
2009.”
Salah satu titik lemah proses penyelenggaraan Pemilu
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
di Indonesia adalah pengawasan dan penegakan ketentuan
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
tentang penerimaan dan pengeluaran dana kampanye
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
146
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
BADAN PENGAWAS DANA KAMPANYE PEMILU
Pemilu pada khususnya, dan keuangan partai politik pada
umumnya. Dana kampanye merupakan salah satu faktor
penentu keterpilihan seseorang menjadi penyelenggara
negara (anggota DPR, DPD, DPRD, Presiden dan Wakil
Presiden, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah).
Pada hal penerimaan dan pengeluaran dana kampanye di
Indonesia mengalami dua kelemahan utama.
Pertama, pengaturan tentang penerimaan, pengeluaran,
sistem pengelolaan, dan kesetaraan (equal playing
field), dan transparansi dan pertanggung jawaban dana
kampanye masih mengandung kekosongan hukum.
Kedua adalah sejumlah aspek yang belum diatur secara
lengkap dalam peraturan perundang-undangan. Partai
Politik melaksanakan tugas negara (menyiapkan para
penyelenggara negara) tetapi tidak dibiayai oleh negara
melainkan dibiayai oleh elite dan kader partai.2
Pos pengeluaran partai politik lebih banyak menyangkut
‘mencari dan mempertahankan kekuasaan’ dari pada
melaksanakan dua fungsi utama partai politik dalam
demokrasi perwakilan. Pengeluaran partai politik ternyata
2 UUD 1945 memberi tugas penting kepada Partai Politik: mengajukan
pasangan calon presiden dan wakil presiden (Pasal 6A), dan menjadi
peserta Pemilu Anggota DPR dan DPRD (Pasal 22E ayat (3), sedangkan
UU tentang Pemerintahan Daerah menugaskan Partai Politik untuk
mengajukan pasangan calon kepala dan wakil kepala daerah. Itulah
sebabnya hampir tidak ada jabatan negara yang terlepas dari keterlibatan
partai politik baik langsung (DPR, Presiden dan Wakil Presiden, Kepala dan
Wakil Kepala Daerah) maupun tidak langsung (BPK, MK, MA, Menteri dan
jabatan lain). Akan tetapi negara hanya membantu partai politik sebesar Rp
108 per suara setelah Pemilu. Negara dilarang memberikan dana kampanye
kepada partai politik.
147
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
lebih besar daripada jumlah penerimaan.3 Kesenjangan ini
konon
diatasi
dari
sumber
‘gaib.’ Bagi KPK
sumber
danayang akan
merupakan
suatu
upaya
untuk menyelamatkan
kebijakan
publik
ini
semakin
lamadan
semakin
tidakyang
gaibterpilih
karena
berasal
dari
dibuat
oleh politisi
pemerintah
untuk
memerintah.
anggaran
negara
yang diperoleh
secara illegal.
Pandangan
Hamdan
tersebut berkaitan
dengan apa yang disampaikan
Prinsip
transparansi,
akuntabilitas
dan kesetaraan
yangAnggaran
Yuna
Farhan
melalui tulisannya
“Menelusuri
Siklus Politisasi
pada Tahun Pemilu.”
menjelaskan
Politicalpartai
budget cycles
seharusnya
menjadi Yuna
pegangan
dalambahwa
keuangan
sudah menjadi
fenomena universal
berbagai studi
politik
belum terjabarkan
dalam didukung
peraturandengan
perundangempiris
di
berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang
mempengaruhi
undangan. Dan kedua, tidak ada institusi pengawas dan politcal
budget cycles
seperti dana
perubahan
pola pada
struktur
baik secara
penegak
ketentuan
kampanye
pemilu
dananggaran
keuangan
agregat yang
maupun
secara
spesifik padabaik
tahun-tahun
terkonfirmasi
partai
diberi
kewenangan
untuk Pemilu,
menyelidiki
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
dugaan
pelanggaran ketentuan dana kampanye maupun
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
untuk mengenakan sanksi yang tegas bagi pelanggar.
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
Keduacorruption
kelemahan
iniatau
kemudian
menyebabkan
partai
political
cycle
siklus korupsi
politik pada
tahun-tahun
politik
tidak
hanya
dipimpin
oleh
orang
yang
memiliku
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
uang dalam jumlah besar atau oleh orang yang karena
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
kedudukannya
mampu
mencari
dana bagihakikat
partai, antara
tetapi juga
juga perlu dibatasi
mengingat
perbedaan
laki-laki dan
dipenuhi
oleh
para
kader
yang
memiliki
sumber
keuangan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
yang
Tidak untuk
heranmenjadi
kemudian
kalau
‘persaingan
syaratmemadai.
verifikasi faktual
peserta
pemilu.
UU No. 8 Tahun
yang
bebas dan adil
antar
sebagai
salah
2012 menegaskan
setiap
partaipeserta
politik Pemilu’
peserta pemilu
harus
memenuhi
satu
Demokratik
kurang
Partai
30% parameter
keterwakilanPemilu
perempuan.
Kondisi ini
patut terjamin.
diperjuangkan,
mengingat
praktik selama
ini, pihak yangoleh
duduk
baik di parlemen
maupun
pemerintah
Politik
yang dikendalikan
‘pemilik
uang’ tidak
hanya
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
berakibat Pemilu menjadi persaingan yang tidak adil tetapi hal ini
akanmenyebabkan
berdampak negatif
terhadap
mandeknya
aspirasi
juga
‘Daulat
Rakyat’
dikalahkan
olehperempuan
‘Daulat dalam
hukum
danPunya
pemerintahan.
Tuan
yang
Uang.’ Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
3 Menyiapkan calon
peminpin Menghadapi
dan menawarkannya
kepadadalam
rakyat dalam
Pengalaman
Perempuan
Korupsi
Pemilu DPR RI
Pemilu, dan menyiapkan alternatif kebijakan bedasarkan aspirasi rakyat
2009.”
dan menawarkannya kepada rakyat dalam Pemilu, merupakan dua fungsi
utama
politik dalamdengan
Demokrasi
Perwakilan.
Pertemuan
Lima
Masihpartai
berhubungan
tema
akuntabilitas
keuangan
politik, Didik
Tahunan (Kongres, Munas, Muktamar) pada tingkat nasional dan lokal,
Supriyanto
dan
Lia
Wulandari
dalam
tulisan
berjudul
Transparansi
dan
persiapan, pencalonan dan kampanye Pemilu, dan kegiatan perkantoran
merupakan
tiga
pos
pengeluaran
terbesar
partai
politik.
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
148
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
BADAN PENGAWAS DANA KAMPANYE PEMILU
Untuk menjamin ‘persaingan yang adil antar peserta
Pemilu’ dan untuk menjamin kedaulatan rakyat dalam partai
politik, kedua kelemahan tersebut perlu segera di atasi.
Pertama, pengaturan dana kampanye dan keuangan partai
politik berdasarkan prinsip pengendalian, yaitu menjamin
dan mengatur sumber penerimaan, menentukan arah
pengeluaran, dan menetapkan sistem pengelolaan keuangan
partai berdasarkan prinsip kesetaraan, transparansi, dan
akuntabilitas politik dan hukum. Pengendalian keuangan
partai politik pada dasarnya berisi dua hal: menjamin
sumber penerimaan tetapi diatur dan diarahkan (insentif
dan regulasi).
Di banyak negara terdapat satu undang-undang yang
khusus mengatur dana kampanye Pemilu (Campaign Fund
Act). UU tersendiri atau bagian dari UU Pemilu mungkin
tidak menjadi masalah sepanjang ketentuan tentang
keuangan partai tersebut diatur secara lengkap. Dan kedua,
membentuk Badan Pengawas Dana Kampanye Pemilu dan
Keuangan Partai Politik (atau nama lain) dengan lima tugas
utama berikut.
1. Membuat peraturan pelaksanaan dan berbagai petunjuk
teknis pelaksanaan ketentuan tentang keuangan partai;
2.Melakukan sosialisasi secara lengkap dan mendalam
tentang Ketentuan dana kampanye pemilu dan keuangan
partai kepada pengurus, kader dan calon dari Partai
Politik, baik diminta maupun tidak diminta, sehingga
setiap partai politik tidak saja memahami sepenuhnya apa
yang harus dikerjakan tetapi juga mampu melaksanakan
apa yang harus dikerjakan menurut undang-undang;
149
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
3.
Melakukan audit atas laporan penerimaan dan
pengeluaran
Peserta
pemilu
dan mengumumkannya
merupakan
suatu upaya
untuk
menyelamatkan
kebijakan publik yang akan
kepada
publik;
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
4.Menyelidiki
laporan
dugaan
pelanggaran
ketentuan
Pandangan Hamdan
tersebut
berkaitan
dengan apa
yang disampaikan
tentang
partai, termasuk
mewajibkan
siapaAnggaran
Yuna
Farhankeuangan
melalui tulisannya
“Menelusuri
Siklus Politisasi
pada
Yuna menjelaskan
budget cycles
sajaTahun
yang Pemilu.”
diduga mengetahui
suatubahwa
kasus Political
pelanggaran
sudah
menjadi
fenomena
universaldan
didukung dengan berbagai studi
untuk
memberikan
kesaksian;
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
5.
mengenakan berbagai jenis sanksi (finansial dan
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
nonfinansial, administrative, bahkan pidana) bagi mereka
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
yang terbukti melakukan jenis pelanggaran tertentu, dan
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
meneruskan dugaan pelanggaran ketentuan keuangan
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
yang menyangkut tindak pidana kepada Kepolisian,
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
Kejaksaan
sampai
pada
bentuk
political
corruption
cycle
atauPengadilan.
siklus korupsiBerbagai
politik pada
tahun-tahun
sanksi
tersebut
perlu
dirumuskan
secara
seksama,
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
khususnya yang akan memiliki efek jera.
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
syarat
verifikasi secara
faktual lengkap
untuk menjadi
UU No. 8 Tahun
Pengaturan
perihalpeserta
Badanpemilu.
ini, termasuk
2012 menegaskan
setiap partai
politik keaggotaan,
peserta pemilu
harus
memenuhi
persyaratan
dan proses
penentuan
tugas
dan
30% keterwakilan
perempuan.
ini patut diperjuangkan,
mengingat
kewenangan,
dan
strukturKondisi
organisasinya
diatur secara
praktik selama
ini, pihak
yang duduk
baik di parlemen
maupun
pemerintah
lengkap
(tanpa
kekosongan
hukum)
dan jelas
dalam
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
Undang-Undang bersama dengan ketentuan tentang dana
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
kampanye Pemilu dan keuangan partai politik.
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Setidak-tidaknya model Amerika Serikat (Federal
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Election
Commission,
FEC) dan Korupsi
model dalam
InggrisPemilu
(The DPR RI
Pengalaman
Perempuan Menghadapi
Electoral
2009.” Commission of United Kingdom) dapat dijadikan
B. GAGASAN PENGATURAN KEDEPAN
pertimbangan
dalan dengan
menentukan
Badan Pengawas
ini. Didik
Masih berhubungan
tema akuntabilitas
keuangan politik,
FEC
di Amerika
Serikat sama
berurusan
Supriyanto
dan Lia Wulandari
dalamsekali
tulisan tidak
berjudul
Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
150
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
BADAN PENGAWAS DANA KAMPANYE PEMILU
dengan proses penyelenggaraan Pemilu. FEC bukan badan
penyelenggara Pemilu (electoral managemen body, EMB)
melainkan sepenuhnya dibentuk sebagai pengawas dan
penegak undang-undang yang mengatur dana kampanye
Pemilu federal.
Begitu efisien pengawasan ini sampai salah seorang WNI
yang pernah menyumbang kampanye Bill Clinton ketahuan.
Sebaliknya KPU Inggris merangkap dua tugas: sebagai
penyelenggara Pemilu (EMB) dan pengawas dan penegak
undang-undang tentang dana kampanye Pemilu. Kedua
tugas ini dirangkap karena tugas penyelenggaraan Pemilu
di Inggris tidak terlalu kompleks karena hanya menyangkut
pemilihan umum anggota Parlemen dan pemilihan anggoga
DPRD tingkat lokal sehingga tugas pengawas dana kampanye
masih dapat dilaksanakan. Apakah kita mengikuti model
FEC Amerika Serikat atau Inggris?
Selama ini KPU menangani dua tugas yang berkaitan
dengan dana kampanye Pemilu: membuat peraturan
pelaksanaan tentang dana kampanye, dan menetapkan
Kantor Akuntan Publik untuk mengaudit Laporan
Penerimaan dan Pengeluaran Dana Kampanye Pemilu
dan mengumumkan hasil audit kepada publik. Karena
tugas menyelenggarakan Pemilu sudah sangat menyita
banyak waktu dan tenaga, maka pelaksanaan kelima tugas
pengawasan itu sebaiknya tidak lagi diberikan kepada KPU.
C.KESIMPULAN
Saya mengusulkan agar kelima tugas ini dilaksanakan
oleh Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dengan sejumlah
151
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
penyesuaian karena dua alasan.4 Penyesuaian yang dimaksud
antara
lain suatu
menyangkut
nama,
persyaratankebijakan
dan komposisi
merupakan
upaya untuk
menyelamatkan
publik yang akan
keanggotaan,
tugas
dan
kewenangan,
dan
pembagian
tugas
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
antara
anggotaHamdan
dan secretariat
Pandangan
tersebut jendral.
berkaitan dengan apa yang disampaikan
Alasan
menyangkut
efisiensi.
Penggunaan
Yuna
Farhanpertama
melalui tulisannya
“Menelusuri
Siklus
Politisasi Anggaran
pada Tahun
Pemilu.”
bahwa Political
budget cycles
lembaga
yang
sudahYuna
ada menjelaskan
dengan sejumlah
penyesuaian
sudahlebih
menjadi
fenomena
didukung
dengan
studi
jauh
efisien
daripadauniversal
membentuk
lembaga
baruberbagai
dari
empiris
di
berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang
mempengaruhi
politcal
awal. Bawaslu selama ini melaksanakan tiga tugas: (a)
budget cyclespengawasan
seperti perubahan
pola seluruh
pada struktur
anggaran
baik secara
melakukan
terhadap
tahapan
Pemilu
agregat maupun
secara
spesifik
pada tahun-tahun
Pemilu,
terkonfirmasi
sebagai
bagian dari
upaya
pencegahan
pelanggaran
Pemilu,
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
(b)
menampung dan mengkaji laporan dugaan pelanggaran
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
Pemilu, dan meneruskan kepada KPU/KPU Provinsi/KPU
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
Kabupaten-Kota bila menyangkut dugaan pelanggaran
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Ketentuan Administrasi Pemilu (KAP) atau kepada
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Kepolisian bila menyangkut dugaan pelanggaran Ketentuan
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
Pidana Pemilu (KPP), dan (c) menyelesaikan sengketa
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
administrasi Pemilu baik yang bersifat final maupun yang
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
tidak bersifat final.
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
Kalau
Bawaslu setiap
diberipartai
tugas politik
melakukan
pengawasan
dan
2012
menegaskan
peserta
pemilu harus
memenuhi
penegakan
ketentuan
tentang
danaini
kampanye
Pemilu dan
30% keterwakilan
perempuan.
Kondisi
patut diperjuangkan,
mengingat
praktik selama
ini, politik,
pihak yang
duduk
baik di parlemen
maupun
pemerintah
keuangan
partai
maka
pelaksanaan
tugas
pertama
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
dan kedua dikembalikan kepada mereka yang berhak/ hal ini
akan berdampak
negatif
terhadap
mandeknya kepada
aspirasi perempuan
berwenang.
Tugas
pertama
dikembalikan
Pemilih, dalam
hukum dan pemerintahan.
Dan kondisi
telahpemantau,
ditulis oleh Nindita
organisasi
masyarakat sipil
(sepertitersebut
lembaga
Paramastuti
dalam tulisannya
yangmassa
berjudul:
dan Korupsi:
lembaga
survey),
dan media
dan“Perempuan
media sosial,
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
4 SMasih
audara berhubungan
Rafly Harus padadengan
suatu kesempatan
pernah mengusulkan
agarpolitik, Didik
tema akuntabilitas
keuangan
Bawaslu menangani perselisihan hasil Pilkada. Gagasan ini dikemukakan
Supriyanto
Lia Wulandari
dalam
tulisan berjudul
Transparansi
dan
setelah MKdan
menyatakan
tidak berwenang
menyelesaikan
perselisihan
hasil
Pilkada.
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
152
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
BADAN PENGAWAS DANA KAMPANYE PEMILU
sedangkan tugas kedua dikembalikan kepada KPU, KPU
Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota untuk proses penegakan
KAP dan kepada Polri, Kejaksaan dan Pengailan untuk
penegakan KPP. Penyerahan kedua tugas ini kepada mereka
yang berhak/berwenang tidak saja dimaksudkan untuk
menempatkan setiap peran sesuai dengan porsinya tetapi
juga dimaksudkan agar Bawaslu dapat konsentrasi pada
tugas baru tersebut.
Pelaksanaan kedua tugas pertama oleh Bawaslu selama
ini juga tidak efektif. Prakarsa unsur pemilih dan masyarakat
melakukan pengawasan justeru mengalami kemunduran
ketika Bawaslu melaksanakan tugas pengawasan itu. Akan
tetapi bila tugas pertama dan kedua tersebut diserahkan
kepada masyarakat (seperti lembaga pemantau Pemilu),
maka perlu dipikirkan sumber dana yang memadai. Sumber
dana dari APBN perlu dipertimbangkan. Dana ini dapat
dikelola oleh suatu lembaga yang tugasnya juga mencakup
menelaah proposal yang diajukan oleh lembaga pemantau
Pemilu, dan koordinasi agar lembaga pemantau Pemilu
melakukan pemantauan tidak di daerah tertentu tetapi
menyebar di seluruh daerah pemilihan.
Pelanggaran jenis pidana lain juga disampaikan
secara langsung kepada Polri tanpa perantara. Karena itu
pengaduan mengenai dugaan pelanggaraan ketentuan
pidana Pemilu harus disampaikan secara langsung kepada
Polri sehingga dapat mencegah kemungkinan suatu kasus
kadaluwarsa. Polri sudah mengetahui apa yang harus
dikerjakan. Kalau semua dugaan pelanggaran pidana
Pemilu harus disampaikan kepada Bawaslu/Panwaslu
153
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
lebih dahulu, maka hal itu selain memperpanjang proses
juga
menempatkan
Bawaslu/Panwas
sebagai
tameng
Polriyang akan
merupakan
suatu upaya
untuk menyelamatkan
kebijakan
publik
dalam
penegakan
hukum.
Apalagi
dibuat oleh
politisi dan
pemerintah
yang kalau
terpilihPolri
untuk meminta
memerintah.
bukti
kepada
Bawaslu.
Bukankah
yang
Polri
yang
memiliki
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
kewenangan
Yuna Farhan sebagai
melalui penyidik?
tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
pada
Tahun
menjelaskan
bahwa Political
budget cycles
KPU,
KPUPemilu.”
ProvinsiYuna
dan KPU
Kabupaten/Kota
juga harus
sudah menjadi
universal untuk
didukung
dengan berbagai
studi
menyiapkan
dirifenomena
secara structural
menampung
dan
empiris
di
berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang
mempengaruhi
politcal
menyelidiki setiap pengaduan mengenai dugaan pelanggaran
budget
cycles
seperti perubahan
pola pada
anggaran baik secara
KAP
tanpa
menunggu
rekomendasi
daristruktur
Bawaslu/Panwas.
agregatini
maupun
secara
spesifik
tahun-tahunkarena
Pemilu,tugas
terkonfirmasi
Tugas
niscaya
akan
dapatpada
dilaksanakan
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
menyangkut
dana kampanye Pemilu sudah diserahkan
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
kepada Bawaslu.
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
154
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
PROFIL PENULIS
VERI JUNAIDI
Lahir di Malang, 10 Novemmber 1984 dan meraih gelar Sarjana Hukum dari
Fakultas Hukum Universitas Andalas. Kemudian gelar Master Hukum diraih di
Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Aktif di Perludem sejak
Februari 2011 dan menggeluti isu-isu hukum pemilu dan ketatanegaraan.
Beberapa tulisan dapat dilihat di Media Nasional Republika, Jurnal Nasional, dan
Suara Karya. Tulisan ilmiah tersebar dibeberapa jurnal, sepeti Jurnal KonstitusiMahkamah Konstitusi RI. Berkontribusi aktif terhadap beberapa buku tentang
kepemiluan, yang salah satu judulnya”Memperkuat Kemandirian Penyelenggara
Pemilu”. Buku terakhir yang dikeluarkan Veri berjudul “Mahkamah Konstitusi
Bukan Mahkamah Kalkulator”. Penulis juga aktif menjadi kuasa hukum dalam
beberapa pengujian undang-undang di Mahkamah Konstitusi.
REFLY HARUN
Penulis dikenal sebagai pakar dan praktisi hukum tata negara. Menyelesaikan
S1 di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Pada Tahun 1995. Kemudian
menyelesaikan Magister Hukum di Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas
Indonesia Pada Tahun 2002. Setelah itu, mendapatkan gelar LLM dari University
of Notre Dama, Amerika Serikat Pada Tahun 2007. Penulis pernah menjadi staf
ahli Mahkamah Konstitusi pada tahun 2003-2007. Sekarang penulis adalah
Direktur di Constitusional and Electoral Reform Center (Correct).
TIGOR HUTAPEA
Penulis adalah pengacara publik di Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta. Aktiv
melakukan pendampingan terhadap korban penggusuran dan korban kekerasan
serta proses peradilan yang tidak adil. Pada pelaksanaan Pemilu 2014, Penulis
menjadi koordinator paralegal pemilu, kerjasama Perludem dengan LBH Jakarta,
dalam rangka mengawal dan mendampingi masyarakat dalam melakukan
pelaporan pelanggaran pemilu.
LIA WULANDARI
Lia Wulandari menjadi Peneliti Perludem sejak April 2011, dengan spesialisasi
isu-isu politik dan kepartaian. Lulusan Ilmu Politik dari Universitas Indonesia
tahun 2008 ini juga pernah menjadi relawan penelitian di Komnas Perempuan
dan Puskapol UI untuk riset Kekerasan terhadap Perempuan dan Keterwakilan
155
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
Perempuan di Parlemen sejak tahun 2007. Sejak mahasiswa, aktif dalam kegiatan
sosial kemahasiswaan di Senat Fisip UI, BEM UI dan sebagai reporter di FISIPERS
merupakan
suatu
upaya
untuk
menyelamatkan
kebijakan
publik
FISIP
UI. Penelitian
yang
pernah
dilakukan
adalah keuangan
partai politik,
danayang akan
dibuat oleh
dan pemerintah
yang terpilih
memerintah.
kampanye,
danpolitisi
subsidi partai
politik yang dilakukan
bersamauntuk
tim Perludem.
Dan
aktif terlibat dalam advokasi UU No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Anggota DPR, DPD, dan DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota dan UU No. 22/2014
Yuna Farhan
“Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
tentang
Pemilihanmelalui
Gubernur,tulisannya
Bupati, dan Walikota.
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
HEROIK
MUTAQINfenomena universal didukung dengan berbagai studi
sudah menjadi
lahir pada tanggal 16 November 1992, di Bogor Jawa Barat. Meraih gelar
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
Sarjana Ilmu Politik (S.IP) di Jurusan Politik dan Pemerintahan, Fakultas Ilmu
budget
seperti perubahan
pola
padaUGM).
struktur
Sosial
dancycles
Politik Universitas
Gadjah Mada
(FISIPOL
Sejakanggaran
mahasiswa,baik
ia secara
agregat
maupun
secara
spesifik
pada tahun-tahun
Pemilu,
terkonfirmasi
aktif
diberbagai
bidang
organisasi
kemahasiswaan
mulai dari Korps
Mahasiswa
Politik
dan
Pemerintahan
(KOMAP
UGM)
sebagai
presiden,
kemudian
pimpinan
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
bidang sosial dan politik senat mahasiswa FISIPOL UGM, dan menjadi mentri
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
aksi dan propaganda BEM KM. Selain itu, pria yang dikenal dengan sapaan Oik
ini,pernah
yang menjadi
menjadi
perhatian
hanya
political (POLGOV)
budget cycles,
melainkan
ini,
asisten
penelititidak
di Politics
& Goverment
Research
political
atau 2014
siklus
politik pada
Center
UGM,corruption
dan semenjakcycle
November
aktifkorupsi
di Perkumupulan
Pemilutahun-tahun
dan
Demokrasi
(PERLUDEM).
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Masyarakat
tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
RAMLAN
SURBAKTI
juga perlu
perbedaan
hakikat
antara
dan
adalah
seorangdibatasi
akademisimengingat
di FISIP Universitas
Airlangga,
Surabaya.
Selainlaki-laki
itu,
beliau
merupakan
praktisi Pemilu
yang
juga
pernah
menjabat
sebagai
Komisioner
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
KPU pada periode tahun 2004. Aktif menulis di bebrbagi media massa, menjawab
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
beberapa isu krusial terkait pelaksanaan pemilu di Indonesia.
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
156
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
LATAR BELAKANG
Demokrasi memang bukan satu tatanan yang sempurna untuk mengatur peri
kehidupun manusia. Namun sejarah di manapun telah membuktikan, bahwa
demokrasi sebagai model kehidupan bernegara memiliki peluang paling kecil
dalam menistakan kemanusiaan. Oleh karena itu, meskipun dalam berbagai
dokumentasi negara ini tidak banyak ditemukan kata demokrasi, para pendiri
negara sejak zaman pergerakan berusaha keras menerapkan prinsip-prinsip
negara demokrasi bagi Indonesia.
Tiada negara demokrasi tanpa pemilihan umum (pemilu), sebab pemilu merupakan
instrumen pokok dalam menerapkan prinsip-prinsip demokrasi. Sesungguhnya,
pemilu tidak saja sebagai arena untuk mengekspresikan kebebasan rakyat dalam
memilih pemimpinnya, tetapi juga arena untuk menilai dan menghukum para
pemimpin yang tampil di hadapan rakyat. Namun, pengalaman di berbagai tempat
dan negara menunjukkan bahwa pelaksanaan pemilu seringkali hanya berupa
kegiatan prosedural politik belaka, sehingga proses dan hasilnya menyimpang
dari tujuan pemilu sekaligus mencederai nilai-nilai demokrasi.
Kenyataan tersebut mengharuskan dilakukannya usaha yang tak henti untuk
membangun dan memperbaiki sistem pemilu yang fair, yakni pemilu yang
mampu menampung kebebasan rakyat dan menjaga kedaulatan rakyat. Para
penyelenggara pemilu dituntut memahami filosofi pemilu, memiliki pengetahuan
dan ketrampilan teknis penyelenggaraan pemilu, serta konsisten menjalankan
peraturan pemilu, agar proses pemilu berjalan sesuai dengan tujuannya.
Selanjutnya, hasil pemilu, yakni para pemimpin yang terpilih, perlu didorong dan
diberdayakan terus-menerus agar dapat menjalankan fungsinya secara maksimal;
mereka juga perlu dikontrol agar tidak meyalahgunakan kedaulatan rakyat yang
diberikan kepadanya.
157
Menyadari bahwa kondisi-kondisi tersebut membutuhkan partisipasi setiap
warga negara, maka para mantan Pengawas Pemilu 2004 berhimpun dalam
wadah yang bernama Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi, disingkat
Perludem agar dapat secara efektif terlibat dalam proses membangun negara
demokrasi dan melaksanakan pemilu yang fair. Nilai-nilai moral pengawas
pemilu yang tertanam selama menjalankan tugas-tugas pengawasan pemilu,
serta pengetahuan dan keterampilan tentang pelaksanaan dan pengawasan
pemilu, merupakan modal bagi Perludem untuk memaksimalkan partisipasinya.
VISI
Terwujudnya negara demokrasi dan terselenggarakannya pemilu yang mampu
menampung kebebasan rakyat dan menjaga kedaulatan rakyat.
MISI
1. Menguatkan kapasitas perludem untuk menjadi lembaga yang transparan,
akuntabel, dan demokratis.
2. Meningkatkan kapasitas personil perludem untuk menjadi pegiat pemilu
yang berintegritas dan berkompeten.
3. Mengembangkan pusat riset, data, dan informasi kepemiluan di indonesia
4. Membangun sistem pemilu yang sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi
5. Meningkatkan kapasitas pembuat kebijakan, penyelenggara, peserta dan
pemilih agar memahami filosofi tujuan pemilu dan demokrasi serta memiliki
pengetahuan dan keterampilan teknis penyelenggaraan pemilu.
6. Memantau penyelenggaraan pemilu agar tetap sesuai dengan peraturan dan
prinsip-prinsip pemilu yang demokratis
7. Memperluas jaringan kelembagaan untuk memperkuat nilai – nilai pemilu
yang demokratis.
KEGIATAN
1. Pengkajian: mengkaji peraturan, mekanisme dan prosedur pemilu/pilkada;
mengkaji pelaksanaan pemilu/pilkada; memetakan kekuatan dan kelemahan
peraturan pemilu/pilkada; menggambarkan kelebihan dan kekurangan
pelaksanaan pemilu/pilkada; mengajukan rekomendasi perbaikan sistem
dan peraturan pemilu/pilkada; dll.
2. Pelatihan: meningkatkan pemahaman para stakeholder pemilu/pilkada
tentang filosofi pemilu/pilkada; meningkatkan pemahaman tokoh
masyarakat tentang pentingnya partisipasi masyarakat dalam pemilu/
pilkada; meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petugas-petugas
pemilu/pilkada; meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan para pemantau
158
pemilu/pilkada; dll.
3. Pemantauan: memonitor pelaksanaan pemilu/pilkada; mengontrol dan
mengingatkan penyelenggara pemilu/pilkada agar bekerja sesuai dengan
peraturan yang ada; mencatat dan mendokumentasikan kasus-kasus
pelanggaran dan sengketa pemilu/pilkada; menyampaikan pelakupelaku kecurangan dan pelanggaran pemilu/pilkada kepada pihak yang
berkompeten; dll
159
Download