Pemilu& Demokrasi Jurnal Jurnal#5#7 Jurnal Februari Januari 2013 2015 EVALUASI PENEGAKAN HUKUM TRANSPARANSI, PEMILU 2014 PARTISIPASI, DAN DEMOKRASI Jurnal Pemilu dan Demokrasi adalah jurnal tiga bulanan yang diterbitkan oleh Yayasan Perludem. Perludem menerima kontribusi tulisan dan pemikiran dari khalayak luas untuk dapat diterbitkan dalam Jurnal Pemilu dan Demokrasi. Lebih lengkap hubungi Redaksi. i Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu EVALUASI PENEGAKAN HUKUM PEMILU 2014 Jurnal Pemilu dan Demokrasi #7 syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun DEWAN PENGARAH 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi Didik Supriyanto, S.IP., M.Si. Prof. Topo Santoso, S.H., M.H., Ph.D. 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat PENANGGUNG JAWAB praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah Titi Anggraini mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini PEMIMPIN REDAKSI akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam Veri Junaidi hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita REDAKTUR PELAKSANA Fadli Ramadhanil Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Lia Wulandari Pengalaman Perempuan TATA LETAK DAN DESAIN SAMPUL Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI Jabrik.com 2009.” Alamat Redaksi: berhubungan Jalan Masih Tebet Timur IVA No. 1, Tebet, dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Jakarta Selatan Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Telp: 021-8300004 Fax: 021-83795697 Perludem.org, [email protected] Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon KATA PENGANTAR Proses transisi kekuasaan Republik Indonesia berjalan dengan baik. Estafet kekuasaan beralih dengan sukses dan damai. Rezim pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono yang merupakan “produk” Pemilihan Umum tahun 2009 telah berganti dengan seluruh produk Pemilu 2014. Mulai dari anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/ Kota, dan Presiden Joko Widodo. Dengan telah dilantiknya Presiden Joko Widodo pada tanggal 20 Oktober 2014 yang lalu, maka berakhir sudah seluruh tahapan panjang Pemilu 2014. Proses yang sudah berjalan selama hampir dua tahun ini, tentu memberikan pembalajaran yang teramat mendalam bagi perkembangan demokratisasi di Indonesia. Tidak hanya pembelajaran bagi bangsa sendiri, sebagai salah satu negara demokrasi terbesar di dunia, Indonesia telah menjadi “laboratorium” berharga bagi dunia internasional. Perkembangan demokrasi Indonesia yang sangat pesat, telah mengundang decak kagum banyak dunia internasional. Banyak negara di belahan dunia mengapresiasi “transisi damai’ kekuasaan di Indonesia melalui Pemilu 2014. Terlepas dari semua keberhasilan itu, tentu harus tetap ada hal yang harus diperbaiki dan diperbaharui untuk menyempurnakan proses pemilu kedepannya. Salah satu sektor yang menjadi perhatian adalah bagaimana proses penegakan hukum pemilu berjalan. Penegakan hukum iii Pemilu& Demokrasi Jurnal adalah salah satu unsur penting di dalam penyelenggaraan pemilu. Jika proses penegakan hukum berjalan secara fair,yang akan merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik adil, jujur, dan terbangun dengan sistem yang kuat, maka dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. salah satu indikator pemilu demokratis Pandangan Hamdan tersebut berkaitan sudah denganterpenuhi. apa yang disampaikan Perkumpulan Untuk Pemilu “Menelusuri dan Demokrasi (Perludem), Yuna Farhan melalui tulisannya Siklus Politisasi Anggaran pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political sebagai lembaga yang fokus mengawal proses, dan budget ikut cycles sudah menjadi universaldalam didukung dengan berbagai studi terlibat dalam fenomena banyak bagian penyelenggaraan empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi Pemilu 2014, menerbitkan jurnal dengan tema khusus, politcal budget cycles seperti perubahan pada2014”. strukturJurnal anggaran baik secara “Evaluasi Penegakan Hukum pola Pemilu edisi agregat maupun secara spesifik tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi ini menjadi menarik, karena pada merupakan “jawaban” dari dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Jurnal Perludem edisi sebelumnya, yang bertemakan Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat “Memotret Penegakan Hukum Pemilu 2014”. Pada jurnal ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan edisi sebelumnya tersebut, tulisan berbicara terkait dengan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun desaian penegakan hukum pemiu yang “disediakan” oleh Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. undang-undang. Sementara, untuk edisi ini, akan menjawab Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi bagaimana desaian yang tersedia tersebut berjalan, dan apa juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan saja yang berhasil dan tidak berhasil dicapai. perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu Terdapat tulisan judul UU “Potret syarat verifikasi faktualVeri untukJunaidi, menjadi dengan peserta pemilu. No. 8 Tahun Pemilu Dalam Sengketa”. Tulisan berfokus pada hasil 2012 menegaskan setiap partai politikini peserta pemilu harus memenuhi pemantauan danperempuan. penelitianKondisi Perludem terhadap proses 30% keterwakilan ini patut diperjuangkan, mengingat praktik selamahasil ini, pihak yang duduk baikberjalan di parlemen maupun pemerintah perselisihan Pemilu 2014 yang di Mahkamah mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, Konstitusi. Dengan detail Veri menuliskan, fenomena- hal ini akan berdampak negatif mandeknya aspirasi fenomena penting yangterhadap terungkap di MK. Mulai dariperempuan jumlah dalam hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut serta telah ditulis oleh Nindita perkara, regulasi dan desaian sengketa, problem Paramastuti tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: hukum acaradalam di MK. Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI Berikutnya ada tulisan Tigor Hutapea. Tulisan yang 2009.” berjudul Evaluasi Penegakan Hukum Pemilu: Pengalaman Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Paralegal Pemilu Dalam Penegakan Hukum Pemilu” Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan bercerita tentang bagaimana salah saltu bentuk partisipasi Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat iv berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon masyarakat dengan membentuk paralegal pemilu. Banyak temuan pelanggaran yang disampaikan oleh paralegal pemilu. Namun saying, ditengah partisipasi masyarakat yang menguat dan beragam, masih terbentur dengan sistem dan mekanisme pelaporan pelanggaran yang belum rapi. Setelah Tigor, ada tulisan pakar dan praktisi hukum tata negara, Refly Harun. Refly dalam tulisannya kali coba mengusulkan transformasi menyeluruh dari Bawaslu. Kadar kerja Bawaslu yang selama ini bertungkus pada pengawasan, coba lebih difokuskan pada fungsi penyelesaian sengketa. Beberapa alasan yang dikemukakan oleh Refly adalah, tolak ukur kerja pengawasan amat sulit mengukurdan merasakan manfaatnya. Disamping itu juga akan lebih baik, jika pengawasan pemilu dilakukan oleh peserta pemilu, pemantau pemilu, dan masyarakat saja. Tulisan keempat setelah Refly, ada tulisan Lia Wulandari. Lia dalam tulisannya mengulas tuntas problem pelaporan dana kampanye dan membuktikan politik biaya tinggi justru mempersubur praktik politik uang dan merusak nilai-nilai demokrasi yang ingin dibangun. Studi tulisan ini dilakukan pada proses pemilihan kepala derah Kabupaten Garut, yang secara nyata membuktikan kepada Kita, bahwa regulasi pemilu Kita kedepan sangat membutuhkan pembatasan dana kampanye dan sanksi hukum yang tegas. Setelah itu, ada tulisan dari Heroik Mutaqin. Tulisan yang berjudul Reformasi Sistem Kepartaian Setengah Hati ini coba melihat problem sistem multipartai dan sistem pemerintahan presidensil di Indonesia. Di dalam tulisan ini dia juga mengulas bagaimana pengaruh benturan dua sistem v Pemilu& Demokrasi Jurnal ini dengan desaian pemilu di Indonesia, serta rekomendasi alternatif perbaikan kedepan harus seperti apa. merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat oleh politisi danPerludem pemerintahedisi yang terpilih memerintah. Terakhir, jurnal #7 iniuntuk ditutup oleh gagasan Ramlan Surbakti. Ramlan dalam tulisan kali disampaikan ini Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang mengagas adanya lembaga yang“Menelusuri mengawasi Siklus dana kampanye Yuna Farhan melalui tulisannya Politisasi Anggaran pada Tahun Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles pemilu dari Pemilu.” partai politik. Ini didasarkan pada belum sudah menjadi universal didukung studi adanya lembagafenomena yang mengawasi tiga hal dengan pentingberbagai dari empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal keuangan partai politik, yakni penerimaan, pengelolaan, budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara dan pertanggungjawaban keuangan. agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi Kami berharap, dengan terbitnya jurnal Perludem edisi dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus ketujuh ini, dapat menjadi sumbangsih yang memberikan Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat harapan besar terhadap proses perbaikan pemilu kedepan, ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan terkhusus untuk penegakan hukum. dalam rangka political corruption cycle atau siklus Terakhir, korupsi politik pada tahun-tahun usaha untuk terus mengabdi kepada ilmu pengetahuan, Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. Kami ucapkan terima kasih kepada para penulis yang telah Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi menuangkan buah pikir yang tentu amat sangat juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikatbermanfaaat antara laki-laki dan bagi Kita semua, dan selamat membaca. perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun 2012 menegaskan setiap Jakarta, Januari 2014partai politik peserta pemilu harus memenuhi 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam Titi Anggraini hukum dan pemerintahan. Direktur Eksekutif Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.” Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat vi berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon DAFTAR ISI Kata Pengantar................................................................................................ iii Daftar Isi........................................................................................................ vii Potret Pemilu Dalam Sengketa, oleh: Veri Junaidi...............................1 A. Anatomi Permohonan Sengketa Pemilu di MK.............................................3 A. Meningkatnya Ketidakpuasan terhadap Proses dan Hasil Pemilu...............17 B. Inkonsistensi Waktu Pengajuan Gugatan dan Perubahan Jumlah Kasus ....24 C. Proporsional Terbuka, Menabuh Genderang Sengketa Internal..................28 D. Potret Modus Kecurangan Pemilu dalam Putusan Mahkamah...................36 E. Kembalinya Mahkamah Kalkulator ...........................................................46 F. Hukum Acara Mahkamah Konstitusi..........................................................48 G.Kesimpulan...............................................................................................58 Daftar Pustaka................................................................................................63 Evaluasi Penegakan Hukum Pemilu: Pengalaman Paralegal Pemilu dalam Penegakan Hukum Pemilu, oleh: Tigor Hutapea....................69 A.Pendahuluan ............................................................................................71 B. Temuan kasus ..........................................................................................74 C.Analisa .....................................................................................................79 D.Kesimpulan...............................................................................................87 Transformasi Pengawas Pemilu: dari Pengawas ke Pengadil, oleh: Refly Harun.................................................................................91 A.Pendahuluan.............................................................................................93 B. Tiga Fungsi ...............................................................................................95 C. Reformasi Fungsi.......................................................................................97 D. Keanggotaan Bawaslu dan Bawaslu Provinsi...........................................100 E.Kesimpulan ............................................................................................100 vii Pemilu& Demokrasi Jurnal Politik Biaya Tinggi Dalam Pemilihan Kepala Daerah, oleh: Lia Wulandari...........................................................................103 merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan A. Latar Belakang .......................................................................................105 B. Permasalahan dan Penelitianyang ...............................................108 dibuat oleh politisiPertanyaan dan pemerintah terpilih untuk memerintah. C. Tinjauan Pustaka.....................................................................................109 Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan D. Metode Penelitian .................................................................................112 E. Metode dan Tahapan Riset. .....................................................................113 Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran F.pada Lokasi Penelitian.....................................................................................114 Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles G. Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Garut.............................................116 sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi empiris diSistem berbagai Negara.Setengah Berbagai Hati, variabel yang mempengaruhi politcal Reformasi Kepartaian oleh: Heroik Mutaqin Pratama.........................................................117 budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara A.Pendahuluan. . .........................................................................................118 agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi B. Relasi Antara Sistem Pemilu & Sistem Kepartaian....................................120 dalam praktek penganggaran di2012: Indonesia yang berkaitan dengan siklus C. Dinamika Formulasi UU No. 8 Tahun Antara Pragmatisme dan Idealisme. .........................................................................................126 Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat D. Hasil danmenjadi Prospek Sistem Kepartaian .......................................134 ini, yang perhatian tidakIndoneisa. hanya .political budget cycles, melainkan E. Kesimpulan ..............................................................................................141 political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun PemiluPengawas yang telah meningkat dengan ekstrim. Badan Dana Kampanye Pemilu, oleh: Ramlan Surbakti.......................................................................145 Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi A.Pendahuluan. ..........................................................................................146 juga perluPengaturan dibatasi Kedepan................................................................150 mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan B. Gagasan C.Kesimpulan.............................................................................................151 perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun Daftar Pustaka..............................................................................................155 2012Penulis. menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi Profil ................................................................................................157 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.” Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat viii berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon POTRET PEMILU DALAM SENGKETA Oleh: Veri Junaidi1 ABSTRAK Salah satu tahapan yang paling penting di dalam penyelenggaraan pemilihan umum adalah proses perselisihan hasil pemilu. Mekanisme penyelesaian sengketa terhadap hasil pemilu menjadi penting karena dapat memperkuat putusan rekapitulasi suara yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), atau bisa juga putusan MK mengkoreksi apa yang telah ditetapkan oleh KPU. Untuk proses sengketa hasil Pemilu Legislatif 2014, hampir seluruh partai politik mengajukan sengketa ke Mahkamah Konstitusi. Dua belas partai politik nasional mengajukan keberatan ke MK. Sementara, dari 3 partai politik lokal yang ada di Aceh, hanya Partai Aceh yang tidak mengajukan sengketa. Jumlah total seluruh perkara yang diajukan oleh pemohon, mulai dari partai politik, perseorangan calon anggota legislatif, dan perseorangan calon anggota DPD, menurut tulisan ini adalah 716 perkara. Daerah yang paling banyak di sengketakan ke MK adalah Provinsi Papua, yakni ada 80 perkara. Sementara itu, tingkatan sengketa yang paling banyak terjadai di KPU 1 Penulis adalah Deputi Direktur Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) 1 Pemilu& Demokrasi Jurnal Kab/Kota.n Untuk sengketa internal partai, Partai Golkar merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan publik menjadi yang paling banyak, yaitu 48 kasus.kebijakan Hal yang plingyang akan dibuat oleh politisi dan adalah pemerintah yangdengan terpilih penggembosan untuk memerintah. banyak dipersoalkan terkait Hamdan tersebut dengan apa yang disampaikan danPandangan penggelembungan suara. berkaitan Catatan penting yang dapat Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri disampaikan dari proses sengketa hasil Siklus pemiluPolitisasi adalah,Anggaran pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles adanya inkonsistensi MK dalam menerapkan batas waktu sudah menjadi fenomena yang universal didukung dengan studi pengajuan permohonan hanya 3 x 24 jam berbagai sejak empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal pengumuman hasil rekapitulasi oleh KPU. Disamping itu, budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara dalam proses persidangan, MK juga membatasi para pihak agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi untuk mengajukan saksi. Meskpun pertimbangannya adanya dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus pembatasan waktu penyelesaian perkara, namun prinsip Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat peradilan materil untuk mencari keadilan substantif tidak ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan bisa kepada para pihak diberikan pembatasan pengajuan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun jumlah saksi. Terakhir, proses persidangan Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. sengketa hasil pemilu di MK kemarin, tidak membuka dan memeriksa alat Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi bukti yang diajukan di depan persidangan. Melainkan alat juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan bukti hanya diperiksa oleh kepaniteraan MK. perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi 30% keterwakilan perempuan. Kondisi diperjuangkan, mengingat One of the most important stagesini inpatut the implementation praktik selama ini, pihak dudukof baik di parlemen maupun pemerintah of general election is ayang process election result dispute. mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, The mechanism of dispute resolution to the election results hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam becomes important because it can strengthen the decision hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita of vote recapitulation which is done by the General Elections Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Commission (KPU), or MK’s decision can correct the things Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI determined by KPU. To the dispute process of the 2014 2009.” ABSTRACT legislative election results, almost all political parties filed Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik a dispute to the Constitutional Court (MK). 12 national Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan political parties filed their objections to MK. Meanwhile, Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana 2kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon POTRET PEMILU DALAM SENGKETA from 3 local political parties in Aceh, only Aceh Party did not file a dispute. The total numbers of all cases filed by the plaintiffs, starting from political parties, individuals of legislative member candidates, and individuals of DPD member candidates were 716 cases, according to this writing. The region filed mostly in dispute to MK was Papua province with 80 cases. Meanwhile, the dispute mostly happened in KPU in the regency/city level. For the party’s internal dispute, Golkar Party had the most with 48 cases. The aspect argued mostly was related to the vote reduction and bloating. An important note that can be conveyed from the process of election result dispute is the inconsistency of MK in applying the time limit of filing petition which was only 3 x 24 hours since the announcement of recapitulation results by KPU. Besides, in the trial process, MK limited the parties to present a witness. Although the consideration was the existence of limited time for the case resolution, the principle of material judgment to seek justice substantially could not give the limited number for the parties to present a witness. Finally, the trial process of election result dispute at MK could not open and examine the proof tools submitted in the trial, except the proof tools that were only examined by MK secretariat. A. ANATOMI PERMOHONAN SENGKETA PEMILU DI MK Jam dinding Mahkamah Konstitusi (Mahkamah) mulai bekerja, menghitung mundur waktu pengajuan permohonan perselisihan hasil pemilu. Saat itu tepat pukul 3 Pemilu& Demokrasi Jurnal 23.51 WIB, pada Jumat, 9 Mei 2014 yakni saat-saat terakhir bagi Komisisuatu Pemilihan Umum (KPU) untuk menetapkan merupakan upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan hasil pemilu secara nasional. Penetapan hasil pemilu inilah dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. yang kemudian menandai dimulainya waktuapa pengajuan Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan yang disampaikan permohonan perselisihan hasil pemilu (PHPU) oleh pesertaAnggaran Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi pemilu baik Pemilu.” partai politik, calon anggota legislatif maupun pada Tahun Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD). sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi empiris di berbagai Negara. variabel yang mempengaruhi Timer itu bekerja atasBerbagai perintah undang-undang yang politcal budget cyclesdalam seperti perubahan pada struktur anggaran baik secara diturunkan peraturan pola Mahkamah. Perintah agar agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun permohonan PHPU harus sudah diajukan dalamPemilu, 3 x 24 terkonfirmasi jam dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus sejak ditetapkannya hasil pemilu secara nasional oleh KPU. Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat Karenanya ketika KPU mengetok palu penanda penetapan ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan hasil pemilu, maka saat bersamaan waktu pengajuan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun permohonan di Mahkamah bekerja. Artinya, penetapan Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. hasil pemilu oleh KPU, tidak serta merta menghentikan Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi seluruh persoalan pemilu dan tuntas saat itu juga. juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan Penetapan hasil pemilu justru bermakna lain, menandai perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu waktu baru bagi semua memindahkan syarat verifikasi faktual untukpihak menjadi peserta pemilu.keriuhan UU No. 8 Tahun dari KPUsetiap menuju Mahkamah. Ketok paluharus Ketua 2012 Kantor menegaskan partai politik peserta pemilu memenuhi KPU-Husni Kamil Manik berarti pertanda menutup 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut untuk diperjuangkan, mengingat praktikrekapitulasi selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah babak suara dan mengalihkannya dalam ruang mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, sengketa di Mahkamah. Karena itu, bola panas ketidakpuasan hal ini akan berdampak negatif aspirasi perempuan peserta berpindah saatterhadap itu jugamandeknya dan tanggungjawab untuk dalam hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita menegakkan kedaulatan rakyat berada ditangan Mahkamah .Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI Kondisi ini tidak hanya mengalihkan beban dari KPU 2009.” ke Mahkamah, tapi yang pasti perjuangan partai politik, Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik caleg dan calon anggota DPD belum usai. Babak baru Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan ini harus ditempuh untuk memastikan posisi mereka Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana 4kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon POTRET PEMILU DALAM SENGKETA dalam perolehan suara maupun kursi di DPR, DPRD dan DPD. Sisa-sisa pertarungan di KPU harus segera mereka tinggalkan dan kembali fokus menghadapi perjuangan yang lebih berat di Mahkamah. Peserta pemilu harus segera mengonsolidasikan bukti dan mengumpulkan saksi untuk merekonstruksi menjadi satu argumentasi utuh dan kuat dalam permohonan yang harus diajukan dalam waktu sangat singkat (3 x 24 jam). Tentu ini merupakan proses yang tidak sederhana dan pastinya menguras banyak waktu, tenaga serta biaya. Kompleksitas pengajuan permohonan terbukti dalam singkatnya waktu pengajuan permohonan 3 x 24 jam itu. Ketika hasil pemilu ditetapkan Jumat (9 Mei 2014), calon pemohon hanya memiliki hari Sabtu, Minggu dan Senin pukul 23.51 WIB (12 Mei 2014) untuk mengajukan permohonan. Berdasarkan hasil pantauan lapangan, 2 hari pertama (Sabtu-Minggu), tidak ada satupun partai politik dan caleg yang mendaftar ke Mahkamah. Hanya beberapa orang caleg dan calon anggota DPD yang terlihat mendatangi Mahkamah berkonsultasi sebelum mengajukan permohonan. Suasana lobi Mahkamah pun masih terasa sepi, padahal waktu pengajuan permohonan menunjukkan pukul 20.30 Wib pada Senin 12 Mei 2014, tepatnya 3 jam menjelang detik-detik penutupan pengajuan permohonan. Kondisi ini akhirnya memunculkan banyak spekulasi dan prediksi, yakni permohonan tidak akan banyak. Namun ada juga yang tetap yakin akan membludaknya permohonan. Prediksi berseliweran, dengan jumlah peserta pemilu hanya 15 partai, permohonan tidak akan lebih dari jumlah kasus 5 Pemilu& Demokrasi Jurnal pada 2009 yakni 625 kasus. Prediksi suatu itu upaya cukup kuat jika melihat suasana merupakan untuk menyelamatkan kebijakan publikdiyang akan dibuat oleh politisi danhingga pemerintah terpilih Mahkamah, karena pukulyang 20.30 WIBuntuk barumemerintah. 4 orang calon anggota Hamdan DPD dan satu partai yang mendaftar. SatuPandangan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan satunya partaimelalui itu adalah Partai“Menelusuri Nasdem yang mengajukan Yuna Farhan tulisannya Siklus Politisasi Anggaran pada Tahun Pemilu.” Yuna WIB. menjelaskan Political budget cycles permohonan pukul 19.00 Denganbahwa demikian, Nasdem sudah menjadi fenomenayang universal didukung dengan berbagai studi menjadi partai pertama mengajukan permohonan ke empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal Mahkamah. budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara Namun prediksi itu salah, karena menit-menit berikutnya agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi berkelompok-kelompok orang berdatangan, berkumpul dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus hingga membuat Ruang Lobi Mahkamah riuh redam Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat layaknya pasar malam. Kondisi ini sangat kontras dibanding ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan beberapa menit sebelumnya. Orang dengan political corruption cycle atau siklus korupsi politik beragam pada tahun-tahun atribut partai berwarna-warni, pengacara ber-Jas, petugas Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. Mahkamah dan petugas kepolisian berseragam, mungkin Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi juga petugas polisi berpakaian sipil berseliweran. juga beberapa perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan Beberapa pegiat media juga sibuk mencari informasi dan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu menemui narasumber, jugamenjadi beberapa rekan pemantau syarat verifikasi faktual untuk peserta pemilu. UU No. 8 Tahun maupun ahli hukum yang turutpolitik meramaikan suasana. 2012 menegaskan setiap partai peserta pemilu harus memenuhi 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat Masing-masing sibuk menjalankan aktifitasnya. Petugas praktik selama ini, pihak yang duduk baikLobi di parlemen maupun pemerintah Pamdal Mahkamah yang ada di pintu sibuk memeriksa mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, identitas setiap orang yang akan memasuki Lobi Mahkamah. hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam Sebagian dari mereka mengarahkan pengunjung untuk hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita melapor di meja resepsionis. Petugas resepsionis yang Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: umumnya perempuan, dengan sabar melayani pengunjung Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI untuk menyerahkan identitas dan menggantinya dengan 2009.” identitas sebagai pengunjung Mahkamah. Disudut yang Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik lain, tak kurang dari 10 orang petugas penerima perkara Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan sibuk melayani para pemohon saat pendaftaran. Sesekali Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana 6kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon POTRET PEMILU DALAM SENGKETA terdengar pengumuman dari petugas penerima perkara untuk pemohon perseorangan Caleg agar bergabung dengan partai politik masing-masing. Ternyata keriuhan yang berlangsung kurang lebih 3 jam terakhir itu menghadirkan ratusan kasus. Berdasarkan konferensi pers Sekjen Mahkamah, terdapat 702 kasus yang diterima Mahkamah sepanjang waktu 3 x 24 jam itu. Selang waktu yang pendek ini membawa beratus-ratus lipat kali dari jumlah permohonan yang masuk sebelum 3 jam waktu penutupan. Kasus-kasus ini diajukan oleh partai politik, perseorangan caleg maupun calon anggota DPD. Waktu yang cukup singkat, dimenit-menit terakhir seluruh partai politik mengajukan permohonan perselisihan hasil pemilu. Pertanyaannya, kenapa kemudian baru di menit-menit terakhir kasus-kasus itu didaftarkan ke Mahkamah? Pembicaraan dengan salah satu pengacara partai politik, memberikan jawaban atas keriuhan di menit-menit akhir pengajuan permohonan. Selain sulitnya merekonstruksi kasus dengan mengumpulkan bukti dan saksi, ada persoalan teknis yang harus mereka siasati. Waktu 3 hari pengajuan permohonan harus terpotong hari libur yakni sabtu dan minggu. Setiap bukti yang diajukan harus di leges yakni dibubuhi materai dan distempel oleh Kantor Pos, yang sudah pasti libur pada Sabtu dan Minggu. Artinya proses leges ini harus dilakukan senin pagi. Persoalan belum selesai, karena semua permohonan dan bukti harus di foto kopi 12 rangkap untuk diserahkan ke Mahkamah, tentu membutuhkan waktu yang cukup panjang. Belum lagi jika pemohonnya berasal dari Merauke-Papua, atau Sabang- 7 Pemilu& Demokrasi Jurnal Aceh yang membutuhkan waktu lama untuk bisa hadir di Mahkamah. Meskipun Mahkamah sendiri kebijakan telah membuka merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan publik yang akan ruang mekanisme pengajuan permohonan melalui email dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. atauPandangan fax. Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Begitulah perjuangan partai politik,Siklus perseorangan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Politisasi Anggaran pada Tahun Pemilu.” menjelaskan bahwa Political budget cycles caleg maupun calonYuna anggota DPD dalam mengajukan sudah menjadiperselisihan fenomena universal didukungdi dengan berbagai studi permohonan hasil pemilu Mahkamah. empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi Permohonan-permohonan ini yang kemudian didownload politcal budgetwebsite cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara dari www.mahkamahkonstitusi.go.id, dibaca, agregat maupun secara spesifik pada Pemilu, terkonfirmasi dikelompokkan berdasarkan isu tahun-tahun dan dianalisis secara dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus komprehensif. Membaca permohonan ini tidaklah mudah Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat dan sederhana, karena jumlahnya tidak lagi puluhan namun ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan ratusan halaman. Minimal permohonan untuk partai politik political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun nasional berjumlah 122 halaman yang diajukan PKPI dan Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. paling banyak Partai Golkar sejumlah 691 halaman. Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan TABEL 1. JUMLAH PERMOHONAN PARTAI DANsalah satu perempuan. SepertiHALAMAN halnya keterwakilan perempuan sebagai PERSEORANGAN CALEG DPDmenjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun syarat verifikasi faktual untuk 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi PEMOHON JUMLAH HALAMAN PEMOHON JUMLAH HALAMAN 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat Nasdem selama ini, pihak511 PDIP baik di parlemen maupun 136 praktik yang duduk pemerintah Hanura 415laki-laki. Demokrat 205 mayoritas diduduki oleh Apabila tidak diperjuangkan, hal ini akan terhadapPAN mandeknya aspirasi perempuan dalam Golkar berdampak negatif691 443 hukum dan pemerintahan. tersebut telah ditulis 288 oleh Nindita PKS 508 Dan kondisi PKB Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: PBB 141 PNA 43 Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI PPP 623 PDA 9 2009.” Gerindra 320 Perseorangan DPD 10-20 Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik PKPI 122 Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan SUMBER: DIOLAH DARI SELURUH PERMOHONAN DALAM WWW.MAHKAMAHKONSTITUSI.GO.ID Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana 8kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon POTRET PEMILU DALAM SENGKETA Ribuan halaman ini kemudian dikelompokkan berdasarkan beberapa isu seperti nomor permohonan, partai pemohon, tingkat sengketa, daerah pemohon (propinsi dan kabupaten/kota), dapil, nomor urut, nama caleg pemohon, partai pihak terkait, nomor urut dan nama pihak terkait, objek sengketa dan pelaku pelanggaran. Pengelompokan data ini dilakukan oleh 13 orang yang kemudian data yang ada dianalisis berdasarkan pengelompokan tersebut. Hasil analisis terhadap permohonan ini kemudian dijadikan dasar untuk memantau proses persidangan. Pemantauan ini dilakukan dengan menempatkan satu orang pemantau untuk setiap panel hakim yang terbagi dalam 3 (tiga) panel hakim konstitusi. Pemantau tersebut akan dibagi menjadi dua sift setiap harinya, sehingga dalam satu hari ada 6 (enam) orang pemantau yang mengikuti seluruh proses persidangan. Hasil pemantauan persidangan dikirimkan kepada koordinator pemantau untuk kemudian diolah dan dianalisis. Hasil pemantauan ini kemudian digabungkan dengan analisis terhadap permohonan, yang akan dikonfirmasikan kepada para pihak khususnya pengacara melalui wawancara. Hasil seluruh pemantauan dan analisis ini kemudian dituliskan dalam laporan. Berdasarkan metode tersebut, berikut disampaikan hasil analisis terhadap permohonan dan persidangan yang dilaksanakan Mahkamah Konstitusi. Adapun jumlah kasus yang dimohonkan ke Mahkamah dan menjadi objek pemantauan serta kajian itu adalah sebagai berikut: 9 Pemilu& Demokrasi Jurnal TABEL 2. PARTAI POLITIK DAN JUMLAH KASUS YANG DIMOHONKAN merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. PEMOHON JUMLAH PEMOHON JUMLAH KASUS Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan KASUS Yuna tulisannya Golkar Farhan melalui 91 PBB “Menelusuri Siklus Politisasi 38 Anggaran pada Tahun Pemilu.”73Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles Demokrat PKB 38 sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi PKPI 71 PKS 36 empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal PPP 70 PDIP 22 budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara PAN 67 spesifik PNA 20 agregat maupun secara pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi Gerindra praktek penganggaran 63 PDAIndonesia yang berkaitan dengan 2 dalam di siklus Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat Nasdem 51 Dewan Perwakilan Daerah 34 ini, yang menjadi perhatian tidak hanya HANURA 40 Grand Total political budget cycles, 716melainkan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun SUMBER: DIANALISIS DARI SELURUH PERMOHONAN DI MK Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi Melihat tabel di atas pasti muncul pertanyaan soal jumlah juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan kasus, kenapa berbeda yakni 702 kasus saat penutupan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu menjadi 716 kasus yang dianalisis. Namun pertanyaan syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun ini terjawab dalam bahasan-bahasan selanjutnya. 2012akan menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi Bahasan lebih lanjut akan mengaitkannya dengan beban 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat perkara dan efektifitas penanganan perkara. Oleh karena itu praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah sebelum mendalam menarik untuk hal ini mayoritasmengulasnya diduduki olehlebih laki-laki. Apabilaakan tidak diperjuangkan, melihat anatominegatif permohonan yang diajukan ke MK. akan berdampak terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam hukum dan penutupan pemerintahan. Dan pendaftaran, kondisi tersebuthampir telah ditulis oleh Nindita Hingga masa seluruh Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: partai politik mengajukan permohonan ke Mahkamah, Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu kecuali Partai Aceh yang hingga detik-detik terakhir DPR RI 2009.” tidak mendaftarkan permohonan. Oleh karena itu, 12 Masih berhubungan dengan tema keuanganDPD politik, Didik partai nasional, 3 partai lokal danakuntabilitas 34 calon anggota Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan mengajukan permohonan ke Mahkamah. Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 10 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon POTRET PEMILU DALAM SENGKETA 1. JUMLAH KASUS YANG DIMOHONKAN Berdasarkan seluruh permohonan tersebut, kasus terbanyak diajukan oleh Partai Golkar sejumlah 91 kasus, disusul Partai Demokrat 73 kasus, PKPI sejumlah 71 kasus dan beberapa partai lainnya. Kasus-kasus itu tersebar dibeberapa wilayah Indonesia. Propinsi yang paling besar terdapat kasusnya di Mahkamah adalah Propinsi Papua yakni 80 kasus, diikuti Jawa Barat dengan 67 kasus, Aceh dengan 63 kasus, Jawa Timur 52 kasus, Sulawesi Utara 50 kasus, Sumatera Selatan 49 kasus dan beberapa daerah lainnya. Peta ini selain menunjukkan jumlah kasus yang diajukan ke Mahkamah, tentu bisa menjadi bahan pemetaan daerah dengan tingkat kecurangan cukup tinggi. Meskipun tidak seluruhnya akan dikabulkan Mahkamah, namun peta ini menunjukkan sejumlah daerah yang potensial atau sudah terjadi pelanggaran pemilu. GRAFIK 1. SEBARAN KASUS PERSELISIHAN HASIL SUMBER: DIOLAH DARI PERMOHONAN PERSELISIHAN HASIL DI MK 11 Pemilu& Demokrasi Jurnal 2. TINGKATAN SENGKETA merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan Sejumlah kasus perselisihan hasil memerintah. pemilu dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk diajukan oleh caleg disemua tingkatan baik Dewan Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri SiklusPerwakilan Politisasi Anggaran Rakyat Daerah (DPRD) Propinsi, Dewan Perwakilan pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles Rakyat fenomena Daerah (DPRD) sudah menjadi universalKabupaten/kota, didukung denganDewan berbagai studi Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Aceh, politcal empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi Dewan Perwakilan Rakyat Acehstruktur (DPRA) maupun budget cycles seperti perubahan pola pada anggaran baik secara agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Kasus tertinggi dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus diajukan untuk sengketa tingkat kabupaten/kota Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat sejumlah 321 kasus. Artinya, dari seluruh partai ini, yang politik menjadiyang perhatian tidak hanyaPHPU politicalke budget cycles, melainkan mengajukan Mahkamah, political hampir corruption cycle atauterkait siklus korupsi politik ditingkat pada tahun-tahun separuhnya hasil pemilu Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. kabupaten/kota. Tingkat ini paling banyak Masyarakat tidak sajakarena dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi disengketakan jumlah daerah pemilihannya juga perlu dibatasi hakikatmengajukan antara laki-laki dan paling luasmengingat sehingga perbedaan potensi untuk perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu sengketa sangat besar. Posisi kedua justru diduduki syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun oleh sengketa yang diajukan oleh caleg DPR RI 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi yakni sejumlah 186 kasus yang diikuti oleh tingkat 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat DPRD Propinsi 117 kasus, DPRK 42 kasus dan praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah DPRA 15 kasus dan DPD sejumlah 34 kasus mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam GRAFIK 2. TINGKATAN SENGKETA hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.” Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 12 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon POTRET PEMILU DALAM SENGKETA Dilihat dari partai politik dan tingkatan pengajuan permohonan, ada beberapa partai yang memiliki tingkat sengketa cukup tinggi. Seperti PKPI misalnya, kecenderungannya mengajukan sengketa untuk tingkat DPR sejumlah 56 kasus, sedangkan untuk kasus DPRD Kabupaten/Kota ada 12 kasus dan DPRD Propinsi sejumlah 3 kasus. Sedangkan Partai Golkar, lebih banyak mengajukan perselisihan hasil untuk tingkat DPRD Kabupaten/ Kota yakni sejumlah 45 kasus, sedangkan untuk kasus tingkat DPR ada 29 kasus, DPRD Propinsi 13 kasus, DPRK 3 kasus dan 1 kasus untuk DPRA. Kasus terbesar ketiga yakni diajukan oleh Partai Demokrat dimana 37 kasus diajukan terkait dengan sengketa tingkat DPRD Kabupaten/Kota, 20 kasus tingkat DPR, 12 kasus untuk DPRD Propinsi, 3 kasus DPRK dan 1 kasus untuk DPRA. 3. KONFLIK INTERNAL PARTAI Pemilu Legislatif 9 April 2014 lalu juga memperlihatkan sejumlah konflik yang terjadi di internal partai politik. Sejumlah prediksi menyebutkan maraknya sengketa antar caleg dalam satu partai politik. Ini dibuktikan dengan maraknya kasus jual beli suara yang umumnya terjadi bukan antar partai politik namun antar caleg dalam satu partai politik. Sengketa internal partai politik ini juga terlihat dari analisis terhadap permohonan 13 Pemilu& Demokrasi Jurnal yang diajukan oleh 14 partai politik baik nasional maupun lokal.untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan merupakan suatu upaya dibuat oleh politisi dandata pemerintah yang terpilih untuk sengketa memerintah. Sejumlah menunjukkan terjadinya di internal partai. Berdasarkan PHPU, Pandangan Hamdan tersebut berkaitanpermohonan dengan apa yang disampaikan Partaimelalui Golkar menyumpang sengketa internalAnggaran Yuna Farhan tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi pada Tahun Pemilu.” Yunaperselisihan menjelaskan hasil bahwadiPolitical budget cycles terbesar dalam Mahkamah sudah menjadi fenomena dengan berbagai studi yakni 48 kasus. universal Beberapadidukung partai lainnya yang empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal mengajukan sengketa internal partai yakni PPP 26 budget cycles perubahan pola pada anggaran kasus,seperti Demokrat 17 kasus, PKBstruktur 12 kasus, PAN baik 8 secara agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi kasus, Gerindra 4 kasus, PKPI 2 kasus dan Nasdem dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus 1 kasus. Partai lainya seperti Hanura, PBB, PDA, Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat PDIP, PKS, dan PNA tidak mengajukan sengketa ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan internal partai. Beberapa partai politik yang tidak political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun mengajukan sengketa internal bukan berarti Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. diinternal tidak ada sengketa yang muncul, hanya Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi ada mekanisme internal yang diberlakukan agar juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan sengketa yang terjadi tidak masuk di Mahkamah. perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun GRAFIK 3.setiap KASUS SENGKETA INTERNAL PARTAI 2012 menegaskan partai politik peserta pemilu harus memenuhi 30% keterwakilan POLITIK perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.” Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 14 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon POTRET PEMILU DALAM SENGKETA 4.OBJEK PENGAJUAN PERMOHONAN SENGKETA Perselisihan hasil pemilu baik antar partai maupun internal partai, disebabkan beberapa kecurangan yang terjadi diberbagai tingkatan. Kecurangan tertinggi berupa penggembosan dan penggelembungan suara, artinya ada transaksi politik dalam bentuk jual beli suara yang berdampak pada kenaikan atau justru pengurangan suara baik partai maupun caleg. Permasalahan kedua yang menjadi argumentasi sengketa di Mahkamah adalah adanya kesalahan penghitungan suara yang dilakukan oleh petugas. Secara berturut-turut diikuti oleh persoalan manajemen penyelenggaraan pemilu 47 kasus, Netralitas penyelenggara dan aparat birokrasi 21 kasus, manipulasi DPT dan jumlah TPS 9 kasus, politik uang 4 kasus, Pelanggaran sistematis, terstruktur, massif serta pemenuhan keterwakilan perempuan masingmasing 1 kasus. Persoalan yang mendominasi dalam sengketa di Mahkamah adalah kasus penggelembunganpenggembosan suara dan kesalahan penghitungan suara. Lebih lanjut alasan yang melatarbelakanginya diuraikan dalam bahasan lanjutan. 15 Pemilu& Demokrasi Jurnal GRAFIK 4. OBJEK PENGAJUAN PERMOHONAN SENGKETA merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun tersebut muncul dengan Pemilu yangKasus-kasus telah meningkat dengan ekstrim. 5. AKTOR PELAKU PELANGGARAN melibatkan beberapa aktor. Aktor paling tetapi Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagaiyang satu kesatuan, berperan sengketa hakikat pemiluantara menurut juga perlu dibatasi munculnya mengingat perbedaan laki-laki dan permohonan PHPU adalah KPU Kabupaten/Kota perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun sejumlah 193 kasus, disusul oleh KPU Propinsi 2012 menegaskan partai politik peserta pemiluPPS harus memenuhi 135 kasus,setiap PPK 127 kasus, KPPS 68 kasus, dan 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat Caleg masing-masing 41 kasus, partai politik 40 praktik selama pihak duduk di parlemen maupun pemerintah kasus,ini, KPU 36yang kasus danbaik beberapa aktor lainnya. mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, Jika menyandingkan dengan beberapa modus hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam kecurangan sebelumnya, terlihat bahwa kasus hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita penggelembungan dan penggembosan suara serta Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: kesalahan rekapitulasi suara didominasi oleh Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI penyelenggara pemilu. 2009.” Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 16 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon POTRET PEMILU DALAM SENGKETA GRAFIK 5. AKTOR PELAKU PELANGGARAN Berdasarkan anatomi permohonan yang diajukan baik oleh partai politik, caleg maupun calon anggota DPD di atas, menunjukkan sejumlah persoalan dalam proses penyelenggaraan pemilu. Oleh karena itu, pertanyaan yang diajukan adalah apakah yang melatarbelakangi munculnya persoalan ditahapan pemilu sehingga seluruh ketidakpuasan oleh penyelenggara pemilu harus diajukan ke Mahkamah Konstitusi? Bagaimana rekomendasi kedepan agar ketidakpuasan terhadap hasil pemilu tidak serta merta dibawa dalam ranah PHPU di Mahkamah. A. MENINGKATNYA KETIDAKPUASAN TERHADAP PROSES DAN HASIL PEMILU Spekulasi atas jumlah kasus Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) berhenti ketika waktu permohonan ditutup. Beberapa saat setelah itu, Sekjen Mahkamah mengumumkan 17 Pemilu& Demokrasi Jurnal sejumlah 702 kasus yang telah didaftarkan baik oleh partai politik, calon anggota DPR/D, dan calonkebijakan anggotapublik DPDyang akan merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan dalam rentang waktu 3 x 24 jam.yang Permohonan itu memerintah. ternyata dibuat oleh politisi dan pemerintah terpilih untuk lebih banyak dari jumlah kasusberkaitan yang diajukan Pemilu Pandangan Hamdan tersebut dengan pada apa yang disampaikan Legislatif 2009. Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles Pemilu 2009 lalu Mahkamah menerima 627 kasus yang sudah menjadi fenomena universal dan didukung studi diajukan 38 partai politik nasional 6 partaidengan politikberbagai lokal 2 politcal empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi Aceh, serta 28 kasus yang diajukan 27 calon Anggota DPD. budget cycles seperti perubahan pola pada struktur baik secara Jumlah ini lebih sedikit dibanding Pemilu 2014anggaran yakni 702 agregatyang maupun secara oleh spesifik tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi kasus diajukan 14 pada partai politik dan 30 calon dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus anggota DPD. Satu partai peserta Pemilu 2009 rata-rata Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat mengajukan sebanyak 14 perkara, sementara satu partai ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan peserta Pemilu 2014 rata-rata mengajukan 48 perkara.3 political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Dengan demikian, Permohonan 2014 jauh lebih banyak Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. dibanding 2009, meskipun jumlah pemohon dalam Pemilu Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi 2014 jauh lebih sedikit. juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan Sebelumnya banyak hukum,sebagai hakim perempuan. Seperti halnya pengamat, keterwakilanahli perempuan salah satu konstitusi, maupun mantan hakim konstitusi syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UUyang No. 8 Tahun memprediksikan bahwapartai kasuspolitik dalam Pemilu 2014 tidak 2012 menegaskan setiap peserta pemilu harus memenuhi sebanyak 2009. perempuan. Analisis iniKondisi muncul karena dilihat dari 30% keterwakilan ini patut diperjuangkan, mengingat praktik selama pihakpeserta yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah jumlah partai ini, politik pemilunya juga tidak cukup mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, banyak. Partai politik peserta pemilu 2014 hanya 15 partai hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya yang berarti menyusut lebih dari 50% dariaspirasi jumlahperempuan Pemilu dalam hukumBegitu dan pemerintahan. Dan kondisicalon tersebut telah ditulis oleh Nindita 2009. juga dengan jumlah anggota legislatif Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: yang berkompetisi, undang-undang pemilu menyebutkan Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI bahwa partai politik boleh mengajukan calon sebesar 2009.” Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik 2 http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/index.php?page=web.RekapPHPU dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan 3 Supriyanto http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt53722122093ed/mkkebanjiran-perkara-sengketa-pemilu Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 18 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon POTRET PEMILU DALAM SENGKETA 100% dari jumlah kuota yang ini berbeda dengan 2009 dimana partai boleh mencalonkan 120% (Kompas, Rabu, 14/5/2014).4 TABEL 3. PERBANDINGAN JUMLAH PESERTA PEMILU 2009 DAN 2014 PEMILU 2009 PEMILU 2014 Partai Politik Pemohon 44 14 DPD Pemohon 27 30 120% 100% 14 48 655 702 Jumlah Caleg DPR Rata-Rata Permohonan Jumlah Kasus Berdasarkan statistik tersebut mestinya Pemilu 2009 bisa menghasilkan lebih banyak kasus yang diajukan ke Mahkamah. Partai politik pemohon dalam Pemilu 2009 jauh lebih banyak, begitu juga dengan jumlah caleg yang berkompetisi dalam Pemilu 2009 juga lebih banyak. Tahun 2009 melibatkan 11.219 Caleg DPR, 32.263 Caleg DPRD Propinsi, dan 1.116 Caleg DPD.5 Jumlah ini jauh lebih besar dibanding dengan Pemilu 2014 yang hanya diikuti oleh 6.607 Caleg DPR6, 21.746 Caleg DPRD Propinsi, 176.5687. 4 Bandingkan Pasal 54 UU 8 Tahun 2012 dengan Pasal 54 UU 10/2008 5 ttp://mediacenter.kpu.go.id/images/mediacenter/DATA_OLAHAN/ h indonesia_dalam_angka.pdf 6 http://nasional.kompas.com/read/2013/08/23/1749442/Berkurang.Satu. Jumlah.Caleg.Jadi.6.607.Orang 7 http://politik.kompasiana.com/2014/04/23/sebenarnya-berapa-sihjumlah-caleg-gagal-di-pemilu-2014-ini-jawabannya-651149.html 19 Pemilu& Demokrasi Jurnal Caleg DPRD Kabupaten/Kota, dan 945 Caleg DPD8. merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat oleh politisi dan pemerintah yangCALEG terpilih2009 untukDENGAN memerintah. TABEL 4. PERBANDINGAN JUMLAH Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan 2014 Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran PEMILU 2009 PEMILU 2014 pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles Caleg DPRmenjadi fenomena universal 11.219didukung dengan berbagai 6.607 sudah studi Caleg DPRDdiPropinsi 32.263 21.756 empiris berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal budget pada struktur anggaran945baik secara Caleg DPDcycles seperti perubahan pola 1.116 agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Pertanyaan yang muncul, kenapa Pemilu 2014 justu Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat menghasilkan banyak kasus dibandingkan 2009? Padahal ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan jika melihat statistik pemohon dankorupsi potensinya political corruption cycle atau siklus politikjauh padalebih tahun-tahun rendah. Pertama, ada hukum acara yang berbeda antara Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. Pemilu 2009 dengan 2014. Mahkamah melalui Peraturan Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi Nomor 1 Tahun 2014 telah membuka ruang tidak hanya juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara bagi laki-laki dan perseorangan calon anggota DPD dan Partai Politik, namun perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu juga perseorangan caleg anggota DPR, DPRD Propinsi syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU dan No. 8 Tahun 9 DPRD Kabupaten/Kota untukpolitik mengajukan permohonan. 2012 menegaskan setiap partai peserta pemilu harus memenuhi Ruang ini sebelumnya tidak Kondisi dibuka ini oleh Mahkamah dalam 30% keterwakilan perempuan. patut diperjuangkan, mengingat praktik selama pihakMahkamah yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah Pemilu 2009, ini, sebab hanya memberikan legal mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, standing bagi partai politik dan perseorangan caleg DPD hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam untuk mengajukan permohonan. hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Memang perseorangan caleg DPR, DPRD Propinsi dan Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: DPRD Kabupaten/Kota harus memperoleh persetujuan dari Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI seluruh partai politik. Persetujuan itu berupa rekomendasi 2009.” berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik hMasih ttp://news.detik.com/read/2013/08/29/115644/2343987/10/kputetapkan-calon-anggota-dpd-ri-sebanyak-945-orang Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan 9 Lihat Pasal (1) huruf b PMK 1 Tahun 2014 Akuntabilitas2 ayat Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 20 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon 8 POTRET PEMILU DALAM SENGKETA partai politik yang ditandatangani oleh Ketua dan Sekjen Partai Politik. Selain itu permohonan juga digabung dalam permohonan masing-masing partai politik. Peningkatan kasus akibat dibukanya ruang sengketa internal partai politik bisa dilihat dari statistik jumlah perkara yang diajukan oleh perseorangan dan melibatkan sengketa internal partai politik. Berdasarkan hasil analisis terhadap seluruh permohonan partai politik, terdapat 118 kasus yang diajukan perseorangan caleg akibat sengketa hasil di internal partai. Artinya, jika hukum acara perselisihan hasil Pemilu 2014 disamakan dengan Pemilu 2009 dan mengeluarkan sengketa internal maka Pemilu 2014 hanya akan menghasilkan 594 kasus, lebih sedikit dibanding Pemilu 2009. Jadi berdasarkan statistik, kasus yang diajukan dalam sengketa hasil Pemilu 2014 mestinya jauh lebih sedikit dibanding Pemilu 2009. GRAFIK 6. JUMLAH PERMOHONAN PERSEORANGAN CALEG Kedua, banyaknya gugatan masuk ke Mahkamah juga 21 Pemilu& Demokrasi Jurnal bisa disebabkan oleh ketidakpuasan peserta pemilu terhadap proses. Ketidakpuasan ini diartikan banyaknya pelanggaran merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan pemilu khususnya yang mempengaruhi terhadap hasil. dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. Meskipun tidak seluruh kasusberkaitan yang masuk ke apa Mahkamah Pandangan Hamdan tersebut dengan yang disampaikan disebabkan karena tidak puasnya peserta pemilu terhadap Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran proses penyelenggaraan. juga peserta pada Tahun Pemilu.” Yuna Ada menjelaskan bahwa pemilu Political yang budget cycles mengajukan permohonan disebabkan keinginan untuk sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi tetap mencoba ruang yang diberikan untuk bersengketa. politcal empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi budget cycles seperti perubahan pola di pada struktur anggaran baik secara Artinya perselisihan hasil pemilu Mahkamah dijadikan agregat maupun secara spesifik padasetelah tahun-tahun terkonfirmasi sebagai ruang pemenangan akhir prosesPemilu, pemilihan dalamTerlepas praktek dijadikannya penganggaran MK di Indonesia yang berkaitan dengan siklus usai. sebagai ruang pemenangan Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat baru, evaluasi pemilu tetap harus dilakukan untuk terus ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan melakukan perbaikan terhadap sistem. political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Dugaan ini semakin kuat jika membandingkannya Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. dengan putusan Mahkamah. Ternyata dari 903 kasus10 yang Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi diajukan ke Mahkamah, hanya 22 kasus yang kemudian juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan dikabulkan. Artinya hanya 3% kasus yang kemudian perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu dikabulkan oleh Mahkamah. Hal ini menunjukkan bahwa syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun besarnya kasus yang ke Mahkamah tidak serta 2012 menegaskan setiapdiajukan partai politik peserta pemilu harus memenuhi merta berkorelasi terhadap kualitas penyelenggaraan 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat pemilunya, karena permohonan masih harus praktik selama ini, pihak yang dudukyang baik diajukan di parlemen maupun pemerintah dibuktikan kebenarannya. mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini akan berdampak negatifkasus terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam Ketiga, banyaknya perselisihan hasil di Mahkamah hukum dan pemerintahan. Danpelanggaran kondisi tersebut telah yang ditulisbisa oleh Nindita juga disebabkan banyaknya pemilu Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: mempengaruhi hasil. Pelanggaran itu dilakukan baik oleh Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI peserta pemilu, tim sukses, pemilih, juga penyelenggara 2009.” pemilu dibanyak tingkatan. Pelanggaran yang paling Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan 10 http://nasional.kompas.com/read/2014/07/01/1501527/Dari.903. Gugatan.MK.Kabulkan.23.Perkara.Perselisihan.Hasil.Pileg Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 22 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon POTRET PEMILU DALAM SENGKETA mengemuka adalah jual beli suara yang mengakibatkan penggelembungan dan penggembosan suara. Maraknya kasus jual beli suara bisa dilihat dari besarnya jumlah kasus yang menjadi dasar perselisihan hasil pemilu, dimana kasus jual beli suara dan kesalahan hitung menduduki puncak persoalan yang banyak digugat. Kasus jual beli suara mengemuka karena pengaruh perubahan sistem proporsional terbuka yang mulai berlaku sejak 2009. Namun dalam Pemilu 2014 ini peserta pemilu lebih sadar dan siap menghadapi sistem proporsional terbuka. Sistem yang membuka ruang kompetisi antar calon dalam satu partai politik. Akibatnya lebih banyak orang yang “menjadi korban” atas berlakunya sistem ini. Ketidakpuasan ini semakin bertambah-tambah ketika kecurangan dalam penggelembungan dan penggembosan suara itu melibatkan penyelenggara pemilu, baik KPPS, PPS, PPK, KPU Kab/ Kota, KPU Propinsi atau bahkan KPU. Ketika netralitas penyelenggara pemilu diragukan, maka legitimasi hasil pemilupun akan dipertanyakan oleh banyak pihak. Ruang mempertanyakan itu yang kemudian dibuka salurannya melalui perselisihan hasil pemilu di Mahkamah. Oleh karenanya, ketika terjadi kecurangan terhadap hasil secara massif maka ekskalasi permohonan ke Mahkamah akan meningkat. Faktor lain atas peningkatan perkara di Mahkamah juga musti dilihat dari proses penyelesaian sengketa dan penanganan pelanggaran di tahapan. Ketika banyak kecurangan tidak tertangani maka persoalan dan dampak yang ditimbulkan akan dibawa ke Mahkamah. Banyaknya 23 Pemilu& Demokrasi Jurnal perkara yang diajukan ke Mahkamah juga bisa menjadi indikator efektifitas penyelesaian perselisihan dalamyang akan merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik tahap rekapitulasi. Undang-undang sudah dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untukmembuka memerintah. ruang penyelesaian perselisihan atau keberatan dalam Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan proses rekapitulasi. Namun penyelesaian perselisihan dan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran keberatan iniPemilu.” belum dijalankan secara efektif. Lebih lanjut pada Tahun Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles bahasan terkait ini akan diulas lebih lanjut dalam bab sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi berikutnya. empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan Kasus perselisihan hasil pemilu yang ditangani political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Mahkamah hampir tidak pasti jumlahnya. Kebingungan atas Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. B. INKONSISTENSI WAKTU PENGAJUAN GUGATAN DAN PERUBAHAN JUMLAH KASUS jumlah kasus ini muncul akibat penambahan-penambahan Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi perkara setelah waktu pengajuan permohonan selesai. juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan Hingga waktu permohonan ditutup pada Senin, 12 Mei perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu 2014, 23.51 Wib, Mahkamah menerima 702UU kasus syarat Pukul verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. No. 8 Tahun (Kompas, Rabu, 14/5/2014). Sejumlah kasus ini diajukan 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi oleh 12 partai politik nasional, 2 partai politik lokal dan 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat 30 caleg DPD. Demikian disampaikan Sekjen Mahkamah, praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah Janedjri Gaffar oleh saat laki-laki. konferensi perstidak padadiperjuangkan, penutupan hal ini mayoritasM diduduki Apabila akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam waktu permohonan. hukum dan informasi pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Namun ini berbeda dengan pernyataan Ketua Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Mahkamah Konstitusi, Hamdan Zoelva. Menurut Hamdan, Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI setelah penutupan pada Senin, 12 Mei 2014, perkara yang 2009.” diterimanya sejumlah 767 kasus yang terdiri dari 735 kasus Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik diajukan partai dan 32 kasus diajukan DPD. Artinya terdapat Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan selisih 65 kasus yang diajukan ke Mahkamah. Menurut Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 24 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon POTRET PEMILU DALAM SENGKETA Hamdan, perbedaan ini muncul setelah satuan tugas khusus sengketa pemilu di Mahkamah memverifikasi data dengan membaca permohonan, posita, dan petitum. Sejumlah 767 kasus ini merupakan yang diterima Mahkamah hingga batas waktu pendaftaran ditutup (Kompas, Sabtu, 17 Mei 2014). Pengakuan lain muncul dari Sekjen Mahkamah, menurutnya ada penambahan perkara yang diajukan partai ketika memasukkan kelengkapan berkas. Namun perkara itu tetap diregister dengan memberikan catatan (Kompas, Sabtu, 17 Mei 2014). Perbedaan keterangan antara Ketua dan Sekjen Mahkamah Konstitusi ini menunjukkan bahwa Mahkamah tidak cukup konsisten untuk menerapkan batasan waktu yang telah ditetapkan undang-undanga maupun peraturan Mahkamah. Bahwa soal batas waktu pengajuan ini, UndangUndang Mahkamah Konstitusi, Undang-Undang Pemilu maupun Peraturan Mahkamah Konstitusi secara tegas menyebutkan waktu pengajuan permohonan yakni 3 x 24 jam sejak penetapan hasil pemilu secara nasional.11 Ketidakkonsistenan Mahkamah dalam menerapkan batasan waktu pengajuan permohonan juga terlihat dengan adanya penambahan perkara setelah proses registrasi. Menurut Hamdan Zoelva, ada 134 perkara tambahan yang dimasukkan sesudah batas waktu permohonan sehingga jumlah perkara membengkak menjadi 903 yakni saat 11 L ihat Pasal 74 ayat (3) UU No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi, Pasal 272 ayat (2) UU No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilu Legislatif dan Pasal 9 PMK No. 1 Tahun 2014 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilu Angoota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota 25 Pemilu& Demokrasi Jurnal perbaikan (Kompas, 28 Mei). Namun memang gelagat untuk menerabas ketentuan waktu pengajuan permohonan merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan sudah terlihat dalam pernyataan Sekjen Mahkamah, bahwa dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. Mahkamah tetap akan menerima permohonan politik Pandangan Hamdan tersebut berkaitan denganpartai apa yang disampaikan yang lewat waktu, namun semua akan diserahkan kepada Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran 12 Hakim untukPemilu.” memutuskannya. pada Tahun Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi empiris5. diPERKEMBANGAN berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal TABEL JUMLAH PERKARA DI MK budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara JUMLAHPemilu, KASUS terkonfirmasi agregat maupunTAHAPAN secara spesifik pada tahun-tahun Penutupanpraktek Pendaftaranpenganggaran 3 x 24 jam 702 dalam di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat Kelengkapan Berkas 767 ini, yangPermohonan menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, Perbaikan 903melainkan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. Pernyataan duasajapejabat tinggi sebagai Mahkamah ini tetapi Masyarakat tidak dapat ditafsirkan satu kesatuan, sangat kontradiktif, satu pihak menyatakan juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat tidak antaraakan laki-laki dan menyidangkan perkara, namun pihak lainnya menyatakan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu tetap permohonan yang telah lewat waktu. syaratmenerima verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU Jika No. 8 Tahun memang sejak awal kasus telah lewat waktu pendaftaran 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat 330% x 24 jam, mestinya Mahkamah konsisten untuk tidak praktik selama ini,sejak pihakproses yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah menerima kasus pendaftaran. mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini Inkonsistensi kebijakan ini ibarat telah memberikan akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam kesempatan namun dijegal sebelum berjalan. Meskipun hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita lolos dalam administrasi pendaftaran namun pada tahapan Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: persidangan pendahuluan harus kandas karena dinilai telah Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI melewati batas waktu pengajuan pendaftaran permohonan. 2009.” Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan 12 http://news.detik.com/pemilu2014/read/2014/05/13/161606/2581441/15 62/bagaimana-bila-parpol-telat-perbaiki-berkas-perkara-pemilu-ke-mk Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 26 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon POTRET PEMILU DALAM SENGKETA Hal ini dialami oleh hampir 196 kasus dari 903 kasus yang diputus melalui Putusan Sela pada Rabu, 28 Mei 2014. Kasus ini terdiri dari 4 kasus DPD dan 192 kasus DPR/D, yakni Gerindra (23 kasus), PPP (21), Golkar (20), PAN (17), Hanura (15), Demokrat (14), PKB (12), Nasdem (7), PKPI (6), PDIP (2), PKS (1).13 Mengingat kondisi ini sebaiknya Mahkamah konsisten dengan aturan yang berlaku bahwa perselisihan hasil pemilu harus sudah diajukan dalam waktu 3 x 24 jam sejak penetapan hasil pemilu secara nasional. Oleh karena itu jika ada permohonan yang diajukan melewati tenggat waktu tersebut, sejak awal Mahkamah bisa menolaknya. Artinya secara administrasi, perkara tersebut tidak layak untuk diregistrasi atau bahkan disidangkan. Mahkamah sejak awal harus menyampaikan batasan waktu ini secara tegas sehingga tidak membuka kesempatan untuk pengajuan perkara yang telah lewat waktu. Soal batasan waktu ini mesti diberlakukan secara ketat sebagai saringan awal terhadap perkara yang layak maupun tidak. Hal ini diperlukan mengingat waktu penanganan perkara yang sangat singkat yakni 30 hari kerja sejak perkara diregister. Waktu yang sangat singkat ini mesti digunakan secara efektif untuk menyelesaikan seluruh perkara dengan cermat dan mampu memberikan keadilan bagi seluruh pihak. Oleh karena itu, jika diperbolehkan untuk memilih 13 K ecuali Kasus Nono Sampono untuk Maluku ditolak MK karena yang bersangkutan tidak memiliki legalstanding sebagai pemohon karena PHPUnya tidak sesuai dengan hasil pemilu, (Kompas, 30 Mei 2014) 27 Pemilu& Demokrasi Jurnal sebaiknya Mahkamah hanya menerima sedikit perkara namun mampu memberikan keadilan kebijakan kepada peserta merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan publik yang akan pemilu melalui persidangan yang baik. dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. Inkonsistensi waktu pengajuan perkara ini yang terlihat Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa disampaikan kontradiktif dalam penanganan Yuna Farhandengan melalui berbagai tulisannyapersoalan “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles perkara. Salah satunya adalah pembatasan terhadap jumlah sudah yang menjadi universal dengan berbagai studi saksi akanfenomena dihadirkan dalamdidukung persidangan. Artinya, empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi kelonggaran terhadap waktu pengajuan perkara justru politcal budget cyclesdengan seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara kontradiktif hal substansial seperti pengajuan saksi. agregat maupun secara spesifik padaakan tahun-tahun terkonfirmasi Namun dalam bahasan ini tidak dibahas Pemilu, lebih detail dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus tentang hukum acaranya. Hanya saja mestinya Mahkamah Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat lebih ketat terkait dengan administrasi perkara dan lebih ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan longgar dalam memberikan kesempatan terhadap peserta political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun pemilu untuk membuktikan dalilnya. Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi C. PROPORSIONAL TERBUKA, MENABUH juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan GENDERANG SENGKETA INTERNAL perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu Sistem suara terbanyak atau peserta proporsional syarat verifikasi faktual untuk menjadi pemilu. terbuka UU No. 8 Tahun dianggap menjadi biang politik ataspeserta karut marutnya 2012 menegaskan setiap partai pemilu harus memenuhi 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patutpemilu diperjuangkan, mengingat Penyelenggaraan Pemilu 2014. Peserta menilai praktik selama ini, pihak yang dudukpenyelenggaraan baik di parlemen maupun pemerintah bahwa sepanjang mengikuti pemilu, mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, kali inilah yang paling berat yang harus mereka hadapi. hal ini akan berdampak mandeknya aspirasi perempuan Setiap bertemu negatif wargaterhadap harus mengeluarkan uang, harus dalam hukum dan pemerintahan. Dan sendiri kondisi tersebut telahpartai ditulisdan oleh Nindita berkompetisi dengan kawan dalam satu Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: dapil dan banyak kerumitan lainnya yang harus dihadapi. Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI Kondisi ini tercermin dalam analisis terhadap permohonan 2009.” perselisihan hasil pemilu yang disampaikan partai politik, Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik perseorangan caleg DPR, DPD dan DPRD. Persoalan Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan yang paling banyak menjadi dasar sengketa di Mahkamah Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 28 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon POTRET PEMILU DALAM SENGKETA adalah kasus penggelembungan dan penggembosan suara. Terdapat 59% (423 kasus) penggelembungan dan penggembosan hasil pemilu. Kemudian disusul oleh kasus kesalahan penghitungan suara sebanyak 29% (206 kasus). GRAFIK 7. OBJEK PENGAJUAN SENGKETA Kedua kasus ini cukup menonjol dalam persidangan di Mahkamah dan keduanya memiliki konsekuensi berbeda. Terhadap kasus penggelembungan dan penggembosan suara, para pihak harus memiliki bukti pembanding yang menunjukkan adanya penggelembungan terhadap suara partai atau caleg lain yang berdampak pada pengurangan suara lainnya. Intinya, kasus ini muncul akibat penambahan suara secara tidak sah terhadap partai atau caleg tertentu yang berdampak pada menggelembungnya suara dan penggembosan suara. Penambahan dan pengurangan suara ini bisa cukup beragam modus yang dilakukan. Namun yang pasti 29 Pemilu& Demokrasi Jurnal kecurangan ini tidak mungkin hanya dilakukan oleh perseorangan saksi, partai kebijakan politik semata. merupakan suatu upayacaleg untukmaupun menyelamatkan publik yang akan Kecurangan ini biasanya dilakukan dengan merubah dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. hasil pemilu baik padatersebut saat rekapitulasi ditingkat Tempat Pandangan Hamdan berkaitan dengan apa yang disampaikan Pemungutan Suara (TPS), Panitia Pemungutan Suara (PPS), Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran maupun Panitia Pemungutan Kecamatan (PPK). Perubahan pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles hasil pemilu ini harus melibatkan seluruh penyelenggara sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi pemilu yang memiliki otoritas untuk memegang dan politcal empiris karena di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara mengisi formnya adalah petugas. agregat secara dengan spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi Hal maupun ini sejalan temuan terhadap analisis dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus permohonan perselisihan hasil pemilu lalu. Kecurangan Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat yang berdampak pada perselisihan hasil pemilu di MK, ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan diduga dilakukan oleh KPU Kabupaten/Kota, KPU Propinsi, political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun PPK, KPPS, PPS, Caleg maupun partai politik. Artinya Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. memang kecurangan dalam bentuk jual beli suara memang Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi tidak dilakukan sendiri oleh partai politik maupun caleg juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan namun juga melibatkan penyelenggara pemilu. perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun GRAFIK 8. PELAKUsetiap PELANGGARAN 2012 menegaskan partai politikPEMILU peserta pemilu harus memenuhi 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.” Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 30 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon POTRET PEMILU DALAM SENGKETA Modus jual beli suara muncul cukup beragam tergantung dengan tingkatan penyelenggara pemilunya. Titik rawan pertama adalah saat rekapitulasi hasil pemilu dari C Plano ke C1 Form Hologram yang biasanya dilakukan tengah malam. Rata-rata penghitungan suara oleh KPPS menggunakan C1 Plano hingga pukul 16.00 – 18.00 waktu setempat. Ketika penghitungan suara Plano usai, tidak serta merta tugas KPPS selesai karena harus melakukan rekapitulasi hasil pemilu dalam form C1 Hologram. Proses rekapitulasi ini dilakukan dengan menyalin satu demi satu perolehan suara partai politik dan caleg. Salinan perolehan suara tersebut harus di tulis tangan dengan rangkap 14 yakni 1 untuk KPPS, 1 untuk Pengawas Pemilu Lapangan dan 12 partai politik (tingkat nasional) serta seluruh saksi calon anggota DPD. Tentunya proses rekapitulasi ini membutuhkan waktu yang sangat lama sehingga prosesnya bisa dilakukan hingga tengah malam (bahkan ada yang sampai esok harinya). Saat rekapitulasi inilah momen paling rawan dalam mengawal hasil pemilu. Umumnya pengawasan sudah mulai lengah karena petugas sudah sangat capek, pengawas pemilu juga demikian, ditambah lagi pengawasan masyarakat minim karena tidak menjadi proses yang menarik seperti halnya penghitungan suara. Kondisi ini akan semakin parah ketika masing-masing caleg tidak memiliki saksi karena hanya partai yang menghadirkan saksi resmi di setiap TPS. Karena itu modus yang biasa dilakukan adalah menambahkan satu angka pada kolom ratusan pada Form C1 Hologram. Modus seperti ini bisa menambahkan perolehan suara partai atau caleg dengan cukup signifikan hingga puluhan dan ratusan. 31 Pemilu& Demokrasi Jurnal Praktik kecurangan seperti ini, salah satunya terjadi di Provinsisuatu Banten oknum KPPS danyang akan merupakan upayayang untukmelibatkan menyelamatkan kebijakan publik PPS setempat. Modus pelanggarannya adalah, mengubah dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. perolehan suara caleg tertentu di form c1 yang akan Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yangdiisi. disampaikan Misalnya, suara salah satu caleg yang bersangkutan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi0,Anggaran kemudian angka 1 di depannya, sehingga ia cycles pada Tahunditambahkan Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget 14 mendapatkan 10. universal didukung dengan berbagai studi sudah menjadisuara fenomena empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi Modus lainnya adalah dengan menyatakan salah politcal budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara menjumlahkan terhadap hasil pemilu partai politik agregat maupun secara spesifik padacaleg. tahun-tahun terkonfirmasi ditambah dengan perseorangan ModusPemilu, kesalahan dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus hitung ini tidak dilakukan dengan mengambil banyak suara Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat namun hanya beberapa suara atau maksimal puluhan ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan suara. Misalkan total perolehan suara partai dihitung 46, political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun padahal ketika menjumlahkan satu persatu perolehan suara Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. partai dan caleg hanya 36, 40 atau nilai lainnya. Intinya Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi kecurangan ini dilakukan dengan mengambil sedikit suara juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan dengan pengalinya yang cukup signifikan, misalnya di 100 perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu TPS. Artinya jika masing-masing TPS diambil 2 suara, maka syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun yang akanpartai memperoleh tambahan 200harus suara. 2012 bersangkutan menegaskan setiap politik peserta pemilu memenuhi Kasus seperti perempuan. ini terjadi Kondisi antar caleg satudiperjuangkan, partai di TPS 30% keterwakilan ini patut mengingat selamaBatu ini, pihak duduk baik diCaleg parlemen maupun 5praktik Kelurahan Kota,yang Kota Manado. nomor urutpemerintah 2 mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, atas nama Paula Singal da Caleg nomor urut 3 Lucky Korah hal ini akan berdampak mandeknya aspirasi perempuan dalam setelah direkap negatif di PPSterhadap suara keduanya malah berkurang. hukum dan pemerintahan. Dan nomor kondisi urut tersebut telah ditulis oleh Nindita Sementara, suara untuk caleg 5, justru melonjak Paramastuti dalam yang berjudul: “Perempuan di tingkat PPS, yangtulisannya ketika perhitungan di tingkat TPS 5,dan dia Korupsi: Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI tidak memperoleh suara, namun ketika di PPS, tercatat dia 2009.” Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan 14 http://bantenraya.com/component/content/article/3-serang-raya/5219ketua-ppk-dipidanakan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 32 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon POTRET PEMILU DALAM SENGKETA di TPS 5, memperoleh 19 suara.15 Kecurangan demikian sangat mungkin terjadi tidak hanya ditingkat KPPS, namun juga bisa dilakukan disetiap tingkatan seperti kelurahan (PPS), kecamatan (PPK), KPU Kab/Kota, KPU Propinsi dan jenjang lebih tinggi. Namun terpenting adalah, modus-modus itu menunjukkan bahwa kecurangan ini muncul akibat sistem proporsional terbuka yang membuka ruang kompetisi antar caleg dalam satu partai politik. Keterpilihan calon tidak ditentukan oleh partai politik berdasarkan nomor urut seperti dalam sistem proporsional daftar tertutup. Sistem tertutup memungkinkan partai untuk mengatur siapa calon yang akan memperoleh prioritas kursi ketika partai politik memperoleh suara. Antar calon dalam satu partai politik tidak perlu berebut, bersaing atau saling mencurangi untuk memperoleh kursi karena semua sudah diatur partai melalui nomor urut. Kondisinya memang berbeda dengan sistem proporsional terbuka, dimana nomor urut sudah tidak lagi berlaku karena yang berlaku suara terbanyak. Calon yang memperoleh suara terbanyak dibanding dengan calon lainnya, akan memperoleh prioritas untuk menduduki kursi yang berhasil diperoleh partai politik. Sistem suara terbanyak ini memberikan kesempatan kepada peroleh suara terbanyak tanpa harus melihat nomor urut mereka dalam pemilu. Dampaknya, kondisi ini membuka ruang kompetisi antar caleg untuk berebut dan saling berkompetisi agar memperoleh suara maksimal dan teratas dibanding calon lainnya. Posisi 15 http://www.tribunnews.com/regional/2014/05/09/kanibalisasi-suaracaleg-satu-parpol-di-manado-terbukti 33 Pemilu& Demokrasi Jurnal cukup baik jika kompetisinya dilakukan secara baik, yang berarti masing-masing calon akan berusaha memperoleh merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan suara tertinggi yang berdampak pada perolehan suara dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. danPandangan kursi partai. Kondisi ini tidak akandengan pernahapa ditemukan Hamdan tersebut berkaitan yang disampaikan dalam sistem proporsional tertutup, dimana partai akanAnggaran Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi lebih partai dan calon urutan pada mengandalkan Tahun Pemilu.” mesin Yuna menjelaskan bahwadengan Political budget cycles teratas. Sebab calon dengan urutan terbawah tentu akan sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi pesimis awalNegara. untukBerbagai bisa memperoleh karena politcal empiris disejak berbagai variabel yangkursi, mempengaruhi budget cycles seperti perubahan struktur anggaran baik secara berapapun perolehan suaranyapola jikapada tidak memenuhi harga agregat(bilangan maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu,akan terkonfirmasi kursi pembagi pemilih), maka suaranya dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus diberikan kepada calon dengan nomor urut teratas. Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat Namun cukup disayangkan jika kemudian kompetisi ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan dalam sistem proporsional terbuka justru terjadi di internal political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun partai. Harusnya masing-masing calon bisa berkompetisi Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. menaikkan suara partai, namun justru yang terjadi malah Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi saling curi dan mengalihkan suara mereka. Akibatnya yang juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan terjadi bukan meningkatnya suara partai, tapi jual beli perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu suara untuk menentukan keterpilihan. Kondisi ini yang syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun menggambarkan dalampolitik sistempeserta proporsional 2012 menegaskan kenapa setiap partai pemilu terbuka harus memenuhi justru terjadi jual beli suara secara massif. 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah mayoritas laki-laki.INTERNAL Apabila tidak diperjuangkan, GRAFIK 9. diduduki JUMLAH oleh SENGKETA PARTAI POLITIK hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.” Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 34 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon POTRET PEMILU DALAM SENGKETA Hal ini yang kemudian mengakibatkan konflik dan sengketa di internal partai politik dalam perselisihan hasil pemilu di MK. Partai Golkar menjadi partai yang paling banyak mengalami sengketa internal mereka akibat perebutan suara dan kursi di internal. Selanjutnya diikuti oleh PPP, Demokrat, PKB, PAN, Gerindra, PKPI dan Nasdem. Banyaknya kasus sengketa Internal partai politik tidak seluruhnya dikabulkan oleh Mahkamah. Mahkamah hanya mengabulkan 3 kasus terkait dengan sengketa internal partai politik yang diajukan. Tiga kasus ini antara lain dari PAN, PPP, dan Golkar. TABEL 6. SENGKETA INTERNAL YANG DIKABULKAN MK NOMOR PUTUSAN PARTAI POLITIK TINGKATAN PUTUSAN AMAR PUTUSAN 11-08-16/ PHPUDPR-DPRD/ XII/2014 PAN DPRD Sumenep, Dapil 5 atas nama H Iskandar (urut 5) dan Ahmad SE (urut 6) Putusan Akhir Perolehan suara pemohon urut 7 yang benar 4.005 suara dan perolehan suara calon urut 6 yang benar 4.003 suara 06-09-01/ PHPUDPR-DPRD/ XII/2014 PPP DPRA Aceh, Dapil 5 nama Tgk H Muchtar A Alkhutby. S.Hi dan Fakhrurrozi Cut Putusan Akhir Menetapkan perolehan suara calon PPP atas nama Tgk H Muchtar A ALkhutby Shi yang benar yakni 4.770 dan suara Fakhrurrazi H Cut yakni 4.639 suara. 03-05-01/ PHPUDPR-DPRD/ XII/2014 Golkar DPRA Propinsi Aceh Dapil 9 Caleg No. 2 M Saleh P dan Caleg No. 1 Suprijal Yusuf Putusan Akhir Menetapkan perolehan suara M Saleh P yang benar 4.815 suara dan suara Pihak Terkait Suprijal Yusuf yang benar 4.804 suara 35 Pemilu& Demokrasi Jurnal Meskipun beberapa partai ini menunjukkan adanya sengketa internal politik, namun tidak publik berartiyang akan merupakandisuatu upaya partai untuk menyelamatkan kebijakan partai seperti PDIP, Hanura, PBB, PKS, dan dibuat lainnya oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untukPNA, memerintah. PDA tidak memiliki sengketa internaldengan mereka. Pandangan Hamdan tersebutdi berkaitan apaBeberapa yang disampaikan partai politik memiliki mekanisme untuk menyelesaikan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran sengketa di internal. Hal ini dipengaruhi olehPolitical mekanisme pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa budget cycles penyelesaian perselisihan hasil internal partai politik sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi melalui mahkamah partaiBerbagai politik. variabel yang mempengaruhi politcal empiris di berbagai Negara. budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat Dasar pengajuan permohonan perselisihan hasil adalah ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan sejumlah kecurangan selama proses Pemilu Legislatif political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun 2014. Kecurangan yang paling menonjol adalah kasus Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. D. POTRET MODUS KECURANGAN PEMILU DALAM PUTUSAN MAHKAMAH penggelembungan dan penggembosan suara. Kasus ini Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi berupa pergeseran hasil pemilu yang mengakibatkan juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan perubahan perolehan suara masing-masing peserta pemilu. perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu Perubahan hasilfaktual pemilu ini menjadi dilakukan secara curang syarat verifikasi untuk peserta pemilu. UU dan No. 8 Tahun illegal yang berarti diiringi oleh sejumlah pelanggaran 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi lainnya. Posisi perempuan. pelanggaran kedua adalah kesalahan 30% keterwakilan Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat penghitungan suara. Kesalahan penghitungan suara ini praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah biasanya dilakukanoleholeh petugas penyelenggara yang hal ini mayoritas diduduki laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, akan berdampak negatif dalam terhadap mandeknyarekapitulasi aspirasi perempuan melakukan kesalahan melakukan hasil dalam hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita sehingga hasil akhirnya berbeda dengan yang seharusnya. Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Kedua bentuk kecurangan dan pelanggaran ini sama-sama Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu memiliki dampak krusial yakni adanya perubahan terhadap DPR RI 2009.” hasil pemilu. Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Perbedaanya penggelembungan dan penggembosan Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan dengan kesalahan penghitungan suara terletak pada Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 36 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon POTRET PEMILU DALAM SENGKETA perbuatan dan aktor pelakunya. Kecurangan berupa penggelembungan dan penggembosan suara dilakukan secara sengaja bahwa perbuatan untuk perubahan suara itu dilakukan dengan tujuan untuk merubah hasil pemilu. Kecurangan ini dilakukan dengan melibatkan lintas aktor baik penyelenggara, peserta pemilu, saksi, bahkan pengawas pemilu. Kecurangan penggembosan dan penggelembungan suara tidak bisa dilakukan sendiri, namun harus melibatkan banyak aktor sehingga perubahan suara itu bisa dilakukan. Kasus penggelembungan dan penggembosan suara ini bukan merupakan kasus tunggal. Ada banyak kecurangan lainnya yang terlibat dalam kasus ini seperti netralitas penyelenggara pemilu dan aparat pemerintahan, politik uang, manipulasi daftar pemilih dan jumlah TPS serta kecurangan lainnya. Oleh karena itu, bentuk kecurangan ini biasanya masuk kategori sistematis, terstruktur dan massif. Berbeda dengan penggelembungan dan penggembosan, pelanggaran kesalahan penghitungan suara biasanya dilakukan dengan tidak sengaja. Kesalahan penghitungan suara muncul karena adanya kelalaian yang dilakukan penyelenggara dalam proses rekapitulasi hasil pemilu. Kesalahan ini muncul karena banyak faktor, karena penyelenggara lalai, capek dan kehilangan konsentrasi dalam proses rekapitulasi. Sedangkan dilihat dari keterlibatan aktor, pelanggaran berupa kesalahan penghitungan suara ini melibatkan aktor tunggal yakni petugas penyelenggara pemilu. Meskipun banyak faktor kecurangan dan pelanggaran pemilu yang menjadi dasar pengajuan permohonan 37 Pemilu& Demokrasi Jurnal seperti Tabel.16, namun tidak seluruhnya dikabulkan oleh Mahkamah. Setelah proses persidangan berlangsung merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dan Mahkamah mengambil putusan, ada dua bentuk dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. permasalahan yang menjadi pengambilan putusan Pandangan Hamdan tersebut dasar berkaitan dengan apa yang disampaikan yakni terkait administrasi rekapitulasi dan rekapitulasi hasil Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran pemilu. Administrasi ini terkait dengan prosedur pada Tahun Pemilu.” rekapitulasi Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles rekapitulasi yang tidak terpenuhi seperti penggunaan sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi form dan mekanisme yang tidak standar, politcal empirisrekapitulasi di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi budgetdijalankannya cycles seperti perubahan pola pada struktur baik secara tidak rekomendasi Bawaslu, dananggaran prosedur agregat maupun secaraSedangkan spesifik padarekapitulasi tahun-tahunhasil Pemilu, terkonfirmasi pemungutan suara. terkait dalam praktek penganggaran di Indonesia yangpenggembosan berkaitan dengan siklus dengan kesalahan penghitungan suara atau Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat dan penggelembungan suara dengan beragam modusnya, ini, yangperubahan menjadi perhatian tidaktidak hanya political budget cycles, melainkan apakah C1, D, D1, sinkronnya pengitungan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun tingkat TPS, PPS maupun PPK serta modus lainnya. Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi GRAFIK 10. OBJEK PERMOHONAN PERSELISIHAN HASIL juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan PEMILU perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.” Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 38 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon POTRET PEMILU DALAM SENGKETA GRAFIK 11. BENTUK OBJEK DASAR PUTUSAN MK 1. ADMINISTRASI REKAPITULASI Pertama, Kasus prosedur pemungutan suara terjadi dalam pemilihan DPRK Kabupaten Aceh Barat untuk Dapil 3. Bahwa prosedur pemungutan suara ulang di beberapa TPS yang direkomendasikan oleh Panwaslu Aceh Barat dan dihadiri serta disepakati oleh saksi pemohon dan KPPS tidak memiliki dasar hukum sebagaimana ketentuan Pasal 221 UU No. 8 Tahun 2012. Bahwa memang pada pemilihan tanggal 9 April 2014, ditemukan 15 lembar surat suara dari dapil lain (Dapil Aceh Barat 2) yang telah tercoblos. Namun adanya surat suara tertukar menurut Mahkamah tidak memenuhi syarat dilakukannya pemungutan suara ulang di beberapa TPS. Bahwa syarat untuk dilakukannya pemungutan suara ulang di TPS menurut Pasal 221 adalah: 39 Pemilu& Demokrasi Jurnal a.Apabila terjadi bencana alam dan/atau kerusuhan mengakibatkan hasilyang akan merupakan suatu upaya untukyang menyelamatkan kebijakan publik pemungutan suara tidak atau dibuat oleh politisi dan pemerintah yang dapat terpilihdigunakan untuk memerintah. penghitungan suara tidak dapat dilakukan. Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan b.Apabila hasil penelitian dan pemeriksaan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran pada Tahun Pengawas Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles Pemilu Lapangan terbukti terdapat sudah menjadi fenomena universal didukung dengan studi keadaan: pembukaan kotak suara dan berbagai atau empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal berkas pemungutan dan penghitungan suara budget cyclestidak sepertidilakukan perubahan pola pada struktur baik secara menurut tata anggaran cara yang agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi ditetapkan perundang-undangan, petugas dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus KPPS meminta pemilih memberikan tanda Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat khusus pada surat suara yang digunakan, dan ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan petugas KPPS merusak lebih dari satu surat political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun suara yang sudah digunakan oleh pemilih Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. sehingga menjadi tidak sah. Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi Kedua, mengingat kasus kepastian hukum acuan juga perlu dibatasi perbedaan hakikat antara laki-laki dan rekapitulasi suara terjadi dalam pemilihan DPR perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu RI Sumatera Dapil peserta 1. Mahkamah syarat verifikasi faktual Selatan untuk menjadi pemilu. menilai UU No. 8 Tahun secara substansial keterangan 2012 menegaskan setiap partaiadanya politik peserta pemilu berbeda harus memenuhi dalam persidangan antara Bawaslu, Bawaslu 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat praktik selama ini, pihak baik di parlemen maupun RI pemerintah Propinsi dan yang KPUduduk Pripinsi Sumsel. Bawaslu mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, menerangkan adanya Form C1 Plano DPR yang hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam hilang sejumlah 32 form dari tiga kecamatan. hukum dan pemerintahan. tersebut telah ditulis oleh Nindita Berbeda denganDan itu,kondisi Bawaslu Propinsi Sumsel Paramastuti dalam tulisannya berjudul: “Perempuan dan Korupsi: menerangkan adanyayang pengambil alihan pelaksanaan Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI rekomendasi Bawaslu oleh KPU Sumsel yakni 2009.” dengan melakukan rekapitulasi ulang terhadap Masihhasil berhubungan dengan temaditingkat akuntabilitas keuangan politik, Didik perolehan suara desa/kelurahan Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan dengan mengacu pada form C1 Plano Berhologram Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 40 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon POTRET PEMILU DALAM SENGKETA di seluruh PPS. Sedangkan keterangan KPU Sumsel menerangkan hal yang berbeda bahwa hasil dari pelaksanaan rekomendasi Bawaslu, penghitungan ulang telah dilakukan maksimal sebanyak 83% telah dilakukan tanpa menyebut Form C1 Plano yang digunakan dalam pelaksanaan rekomendasi tersebut. Oleh karena itu, Mahkamah menilai adanya ketidakpastian hukum dalam pengambilan keputusan. Ketiga, kasus tidak dilaksanakannya rekomendasi Bawaslu terjadi dalam pemilihan DPRD Kota Manado Dapil 3. Bahwa KPU Kota Manado tidak melaksanakan rekomendasi Bawaslu secara berjenjang untuk melakukan pencermatan dan pembetulan data perolehan suara caleg. Keempat, kasus salah penggunaan form rekapitulasi terjadi dalam pemilihan calon anggota DPD atas nama H La Ode Salimin. Dalam pemilihan ini, petugas salah menggunakan form rekapitulasi D1 (tingkat desa) yang digunakan untuk rekapitulasi suara tingkat kecamatan. 2. REKAPITULASI HASIL PEMILU Pertama, penambahan dan pengurangan suara dalam form C1 dan D1. Kasus ini terjadi dalam pemilihan anggota DPRD Kabupaten Sumenep 5, DPRA Aceh 5, DPRA Aceh 9, DPRD Kabupaten Halmahera Barat 1, DPRD Kabupaten Pesawaran 5, 41 Pemilu& Demokrasi Jurnal dan DPRD Sulawesi Tenggara 1. Penambahan dan pengurangan ini terbukti setelah Mahkamah merupakan suatu upaya suara untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan menyandingkan antara data pemohon dengan dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. termohon, baik menggunakan bukti Form C-1disampaikan di Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang setiapmelalui TPS, tulisannya DA-1 disetiap desa/kelurahan, DB-1Anggaran Yuna Farhan “Menelusuri Siklus Politisasi disetiap kecamatan. pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles sudah menjadi fenomena universal didukung dengan studi Penambahan dan pengurangan suaraberbagai ini empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal dilakukan secara sengaja seperti dalam Kasus budget cycles sepertiDPRD perubahan pola padaHalmahera struktur anggaran pemilihan Kabupaten Barat baik 1. secara agregat maupun secaradispesifik padaTPS tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi Ketua KPPS beberapa mengakui dan telah dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus dibenarkan oleh Ketua PPS, terjadi pemindahan Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat suara pada saat rekapitulasi suara ditingkat desa ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan yang dilakukan oleh Ketua KPPS. Atas kasus ini political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun sebenarnya sudah ada laporan kepada Bawaslu Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. namun tidak ditindaklanjuti mengingat telah lewat Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi waktu (daluarsa). Kasus serupa juga terjadi dalam juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan kasus DPRD Sulawesi Tenggara I, yakni terdapat perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu pertemuan antara PPK dan PPS se-Kecamatan kadia syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun di salah satu hotel. Pada pertemuan itu dilakukan 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi perubahan angka dalam formulir rekapitulasi 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat sepertiini, Form C, C-1,baik D-1diyang banyak coretan praktik selama pihakModel yang duduk parlemen maupun pemerintah dan tidak terisi mayoritas diduduki oleh angka. laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya Terkait mekanisme perubahanaspirasi angka,perempuan Kasus dalam hukum dan pemerintahan. kondisi tersebut telah ditulis pemilihan DPRDDan Kabupaten Kesawaran Dapiloleh 5 Nindita Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan menunjukkannya. Adanya perubahan angka dari 15 Korupsi: Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI menjadi 95 yakni mengganti angka 1 (satu) menjadi 2009.” 9 (Sembilan). Lihat tabel di bawah ini: Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 42 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon POTRET PEMILU DALAM SENGKETA TABEL 7. PEROLEHAN SUARA VERSI PEMOHON DAN TERMOHON TPS 2 PAGAR JAYA VERSI C1 PEMOHON VERSI C1 TERMOHON VERSI D1 SELISIH Nasdem 8 8 8 0 A. Bahris 15 95 95 +80 Siti Veniar 0 0 0 0 Ali Kusman 0 0 0 0 23 103 103 +80 Total Kasus lainnya, perubahan angka dilakukan dengan memanfaatkan kolom ratusan dalam form rekapitulasi suara. Misalnya angka 32 (tiga puluh dua) menjadi 232 (dua ratus tiga puluh dua). Atau angka 53 (lima puluh tiga) berubah menjadi 253 (dua ratus lima puluh tiga). Lihat tabel di bawah ini: TABEL 8. PEROLEHAN SUARA VERSI PEMOHON DAN TERMOHON TPS 4 PAGAR JAYA VERSI C1 PEMOHON VERSI C1 TERMOHON VERSI D1 SELISIH Nasdem 21 21 21 0 A. Bahris 32 232 232 +200 Siti Veniar 0 0 0 0 Ali Kusman 0 0 0 0 53 253 253 +200 Total 43 Pemilu& Demokrasi Jurnal Selain perubahan-perubahan angka tersebut, perubahan bisa diidentifikasi dariyang akan merupakan suatu upayatersebut untuk menyelamatkan kebijakan publik kejanggalan-kejanggalan dalam form. Kejanggalan dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. itu bisa terlihat dari adanya coretan-coretan Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan terhadap atau terlihat terhapusAnggaran Yuna Farhan melalui formulir tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi menggunakan tipemenjelaskan ex, atau formulir pada Tahun Pemilu.” Yuna bahwatersebut Political tidak budget cycles di tanda tangani oleh saksi atau petugas. sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi empiris di berbagai Berbagai yang mempengaruhi Kedua,Negara. pengisian Formvariabel C1 tidak standar. Kasus politcal budget cycles seperti perubahan pola pada struktur baik secara pengisian formulir ini terjadi dalam kasusanggaran pemilihan agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi DPRD Kabupaten Bangkalan 3 dan Sampang 2. dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Kasus Bangkalan 3 misalnya, perolehan suara Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat partai politik tidak tercatat, juga tidak ada tanda ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan tangan KPPS maupun saksi partai politik dalam political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun formulir C-1. Sedangkan untuk kasus Sampang 2, Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. perolehan suara partai politik dalam Formulir C-1 Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi tidak dicatat secara lengkap. Tidak seluruh form juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan C-1 ditandatangani KPPS maupun saksi, selain itu perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu ada keberatan saksi pada saat rekapitulasi tidak syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun ditanggapisetiap oleh partai KPU dan Panwaslu. 2012 menegaskan politik peserta pemilu harus memenuhi Ketiga, selisih Kondisi penjumlahan suara dalam 30% keterwakilan perempuan. ini patut diperjuangkan, mengingat praktik selama pihak yang duduk baik didiparlemen maupun pemerintah Form ini, DA1. Kasus ini terjadi pemilihan DPRD mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, Kabupaten Nias Selatan 3. Mahkamah menemukan hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan selisih penjumlahan suara sah seluruh partai politik dalam hukum dan Dan coretan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita danpemerintahan. terdapat banyak yang meragukan. Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Keempat, perbedaan hasil pemilu dalam form Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI C1, D1, DA1, antara pemohon dan Termohon. Kasus 2009.” pemilihan DPRD Kabupaten Halmahera Selatan Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik misalnya, adanya perbedaan angka hasil pemilu Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan antara print out Model DB yang dibagikan tanggal Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 44 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon POTRET PEMILU DALAM SENGKETA 25 April dan 26 April 2014. Bahwa Berita Acara Model DB Kabupaten Halmahera Selatan setelah dicermati oleh Panwaslu Kabupaten Halmahera Selatan terdapat ketidakcocokan antara Berita Acara Model DA dan Berita Acara Model C1. Dalam persidangan juga terlihat adanya perbedaan hasil pemilu yang diajukan oleh pemohon dan termohon. Misalnya, bukti Form C1 yang diajukan Pemohon berbeda dengan Form C1 yang diajukan Termohon dan pihak terkait. Jumlah perolehan suara seluruh partai politik tidak sesuai dengan jumlah suara sah yang tercatat dalam halaman data jumlah suara sah dan tidak sah. Sama seperti kasus yang lainnya, dalam formulir tersebut terdapat bekas coretan dan tipe ex pada formulir C1 yang diajukan pemohon dan termohon. Kelima, kesalahan hitung perolehan suara partai dan caleg. Putusan MK No. 01-01-20/PHPU-DPRDPRD/XII/2014 menunjukkan adanya kesalahan penghitungan suara. Misalnya kesalahan hitung dalam lampiran model C-1 TPS 5 Desa Engkode pada kolom PKPI yang seharusnya suara sahnya PKPI (Parpol) ditambah dengan suara sah semua caleg adalah 117 suara namun Termohon menuliskannya menjadi 120 suara. 45 Pemilu& Demokrasi Jurnal E. KEMBALINYA MAHKAMAH KALKULATOR merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. 1. PENETAPAN PEROLEHAN SUARA Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran penetapan perolehan pada TahunPutusan Pemilu.” tentang Yuna menjelaskan bahwa Politicalsuara budget cycles yang benar oleh Mahkamah terjadi dibeberapa sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi daerah yakni Sumenep Dapil 5, Bangkalan Dapil 3, politcal empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi budget cycles seperti perubahan struktur baik secara Propinsi Aceh Dapil 5, pola Acehpada Barat Dapil anggaran 3, Propinsi agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu,Dapil terkonfirmasi Aceh Dapil 9, Aceh Barat Daya Dapil 1, Nabire dalam praktek penganggaran yang berkaitan dengan siklus 3, Pesawaran Dapildi5,Indonesia dan Propinsi Kalimantan Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat Barat. Mahkamah dalam putusannya menetapkan ini, yang perolehan menjadi perhatian tidakbenar hanyayang political budget cycles, melainkan suara yang berarti melakukan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun koreksi terhadap hasil pemilu yang telah ditetapkan Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. oleh KPU. Penetapan suara tersebut dilakukan Masyarakat tidakpemohon saja dapat baik ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi terhadap perseorangan maupun juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan partai politik serta pihak terkait yang suaranya perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu mengalami perubahan. syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun Penetapan benar 2012 menegaskan setiap perolehan partai politiksuara pesertayang pemilu harusini memenuhi berlaku untuk seluruh perolehan suara pemohon 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat maupun di beberapa pemungutan praktik selama ini,penetapan pihak yang duduk baik ditempat parlemen maupun pemerintah suara (TPS)oleh saja. Penetapan untuk hasil hal ini mayoritas diduduki laki-laki. Apabila tidak seluruh diperjuangkan, misalnyanegatif terjadi di Sumenep Dapil 5, Bangkalan akan berdampak terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam hukum dan pemerintahan. kondisi telah ditulis oleh Nindita Dapil 3, PropinsiDan Aceh Dapiltersebut 5, Aceh Barat Dapil Paramastuti dalam tulisannya yang “Perempuan dan 3, Propinsi Aceh Dapil 9, berjudul: Aceh Barat Daya Dapil 1, Korupsi: Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu dan Pesawaran Dapil 5. Sedangkan untuk Nabire DPR RI 2009.” Dapil 3 dan Propinsi Kalimantan Barat penetapan Masihperolehan berhubungan dengan akuntabilitas keuanganTPS politik, Didik suara yangtema benar terjadi di beberapa Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan dan juga PPS maupun PPK. Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 46 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon POTRET PEMILU DALAM SENGKETA 2. PENGHITUNGAN SUARA ULANG Perintah penghitungan suara ulang terjadi di beberapa daerah Sampang Dapil 2, Sumatera Selatan 2, Halmahera Barat Dapil 1, Maluku Utara 1, Merangin 4, Samarinda 1, Manado 3 dan Jawa Barat 3. Perintah penghitungan suara ulang ini diberlakukan baik untuk beberapa TPS, beberapa Desa/Kelurahan, maupun Kecamatan. Penghitungan suara ulang ini dilakukan terhadap hasil pemilu disetiap tingkatan. 3. REKAPITULASI SUARA ULANG Putusan untuk melakukan rekapitulasi suara ulang terjadi di Nias Selatan 3. Rekapitulasi suara ulang dilakukan diseluruh tingkatan baik TPS, PPS maupun PPK. Perintah rekapitulasi suara ulang ini berbeda dengan putusan adanya penghitungan suara ulang. Penghitungan suara ulang dilakukan untuk menghitung perolehan suara masingmasing kandidat pada TPS tertentu yang dianggap bermasalah. Sedangkan untuk rekapitulasi suara ulang tidak hanya menghitung namun prosedur rekapitulasi suara diberlakukan mulai awal hingga akhir. 47 Pemilu& Demokrasi Jurnal F. HUKUM ACARA MAHKAMAH KONSTITUSI merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat oleh politisi dan pemerintah terpilih untuk memerintah. Persidangan perselisihan hasilyang pemilu legislatif 2014 ini Pandangan beberapa Hamdan tersebut apa yang disampaikan memberikan catatanberkaitan pentingdengan khususnya terkait Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusurioleh SiklusMahkamah Politisasi Anggaran dengan hukum acara yang digunakan pada TahunBeberapa Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles Konstitusi. catatan itu terkait dengan pemohon sudah menjadi fenomenakehadiran universal saksi, didukung dengan berbagai studi dan legal standingnya, pembuktian, dan empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal putusan. budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat Mahkamah Konstitusi telah memperluas ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan legal standing pemohon dalam perselisihan hasil political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun pemilu legislatif 2014. Pemohon yang memiliki Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. 1. LEGAL STANDING PEMOHON legal standing tidak hanya partai politik dan Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi perseorangan calon anggota DPD, namun juga juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan perseorangan calon anggota DPR, DPRD Propinsi perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu dan DPRD Kabupaten/Kota. syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun Perluasan legal politik standing 2012 menegaskan setiap partai peserta pemohon pemilu harusini memenuhi merupakan konsekuensi digunakannya sistem 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat 16 praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen proporsional terbuka dalam Pemilumaupun 2014.pemerintah mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidakdikenal diperjuangkan, Sistem proporsional terbuka (lebih suara hal ini akan berdampak negatiftelah terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam terbanyak) mengondisikan munculnya hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut oleh Nindita sengketa antar calon dalam satu telah partaiditulis politik. Paramastuti dalamtentang tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Bahasan “Proporsional Terbuka, Menabuh Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.” 16 Masih emilu berhubungan P 2009 juga menggunakan sistem proporsionalkeuangan terbuka (suara dengan tema akuntabilitas politik, Didik terbanyak), namun karena sistem ini berlaku setelah Putusan MK No. 22-24/ Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan PUU-VI/2008 tanggal 23 Desember 2008 (2 bulan) sebelum pelaksanaan pemilu legislatif, maka penataan legal standing dll belum dilakukan. Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 48 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon POTRET PEMILU DALAM SENGKETA Genderang Sengketa Internal” telah menunjukkan bahwa konflik internal partai sulit untuk dihindari. Memang secara eksplisit dalam undang-undang disebutkan bahwa pemohon yang memiliki legal standing adalah partai politik dan calon anggota DPD sebagai peserta pemilu, dan tidak menyebut sama sekali kehadiran perseorangan calon anggota DPR dan DPRD.17 Namun aturan itu belum mampu menjawab persoalan sengketa antar caleg dalam satu partai politik. Sebab jika sengketa itu muncul antar caleg berlainan partai, tentu yang persoalan ini masih bisa diakomodir oleh kepentingan partai politik masing-masing. Seperti kasus penggelembungan suara yang dilakukan oleh caleg dari partai tertentu dengan mengambil suara caleg partai lainnya, tentu hal ini tidak hanya merugikan satu caleg tersebut namun juga partai yang menaunginya. Dengan demikian kerugian partai politik tersebut secara nyata telah terjadi. Namun kondisi ini tentu berbeda untuk sengketa yang muncul antar caleg dalam satu partai politik. Seperti kasus permohonan Partai Persatuan Pembangunan untuk DPRA Dapil 5 Aceh, yang diajukan oleh Tgk H Muschtar A Alkhutby dengan Fakhrurrozi Cut sebagai pihak terkait. Penambahan suara yang dilakukan oleh Termohon memang 17 Lihat ketentuan Pasal 74 ayat (1) huruf c UU No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi 49 Pemilu& Demokrasi Jurnal tidak mempengaruhi perolehan suara PPP untuk Dapil 5 upaya Aceh untuk dan hanya menetapkan suara yangyang akan merupakan suatu menyelamatkan kebijakan publik benar untuk PPP Tgk H terpilih Muchtar A Alkhutuby dibuat oleh politisi dancaleg pemerintah yang untuk memerintah. (4.770 suara) dan Fakhrurrazi H Cut (4.639 suara). Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Oleh karena itu, jika Tgk H Muchtar A Alkhutuby Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran tidakPemilu.” diberikan untuk Political mengajukan pada Tahun Yunakesempatan menjelaskan bahwa budget cycles permohonan sendiri, tentu kerugian konstitusional sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi yang dialami tidak dapat diperjuangkan. Sebab politcal empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi budget cycles padaPPP struktur anggaran baik secara sudahseperti bisa perubahan dipastikanpola bahwa tidak memiliki agregat maupun spesifik pada tahun-tahun kerugiansecara konstitusional terhadap Pemilu, kasus terkonfirmasi ini. dalam praktek penganggaran di Indonesia berkaitan dengan Berubahnya suara H Muchtar yang A ALkhutuby dan siklus Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat Fakhrurrazi H Cut tidak akan mempengaruhi ini, yang jumlah menjadisuara perhatian tidak hanyaPPP political budget cycles, melainkan yang dimiliki karena total suara political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun keduanya beserta seluruh caleg merupakan suara Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. PPP. Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi Mengingat hal itu, perluasan legal standing juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan pemohon perselisihan hasil pemilu patut untuk perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu diapresiasi. Sebab satu prinsip dalam electoral syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun justice system pemilu) adalah, ada 2012 menegaskan setiap(keadilan partai politik peserta pemilutidak harus memenuhi satupun persoalan kepemiluan yang tidak memiliki 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat 18 ruangini, penyelesaian. Sebab ruang itu ditutup praktik selama pihak yang duduk baikjika di parlemen maupun pemerintah maka tidakoleh ada laki-laki. kesempatan bagitidak para diperjuangkan, pihak untuk hal ini mayoritas diduduki Apabila mengajukan atas hasil pemilu. Bahkan dalam akan berdampak negatifkeberatan terhadap mandeknya aspirasi perempuan hukum dan pemerintahan. Dan kondisi telah ditulis oleh Nindita ruang ini tidak dimiliki olehtersebut partai politik melalui Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Mahkamah Partainya. Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI Meskipun demikian, ada kelemahan dalam 2009.” pengajuan permohonan bagi perseorangan caleg Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan 18 Electoral Justice System Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 50 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon POTRET PEMILU DALAM SENGKETA DPR dan DPRD. Pengajuan permohonan tersebut harus disertai persetujuan berupa tanda tangan Ketua dan Sekjen Partai Politik. Syarat ini cukup riskan untuk menutup ruang pengajuan permohonan perselisihan, ketika Ketua dan Sekjen Partai tidak menghendaki pengajuan permohonan sengketa oleh perseorangan caleg. Ketika sengketa itu terjadi dengan melibatkan kepentingan Ketua atau Sekjen Partai, maka perseorangan caleg tersebut tidak dapat mengajukan permohonan. Dengan kata lain, legal standing perseorangan caleg DPR dan DPRD merupakan legal standing yang rapuh karena hak untuk mengajukan permohonan sangat mudah dipatahkan oleh persetujuan Ketua dan Sekjen partai politik. 2. PEMBATASAN SAKSI Keterangan saksi merupakan bagian dari alat bukti yang bisa dihadirkan oleh para pihak dalam persidangan. Kehadirannya sama pentingnya dengan bukti lainnya seperti surat/ tulisan, keterangan ahli, keterangan para pihak, petunjuk, informasi elektronik, dan atau dokumen elektronik. Oleh karena itu, tidak jarang para pihak menghadirkan cukup banyak saksi dalam persidangan di Mahkamah Konstitusi. Kehadiran saksi tentu diharapkan bisa meyakinkan hakim dalam pengambilan keputusan yang 51 Pemilu& Demokrasi Jurnal menguntungkan para pihak. Oleh karena itu penggunaan keterangan saksi juga mesti disesuaikan merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dengan objek sengketa yang disampaikan ke Mah­ dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. kamah. Seperti dalil berkaitan terjadinyadengan kesalahan pengPandangan Hamdan tersebut apa yang disampaikan hitungan suara, para pihak harus menunjukkan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran form-form hasil seperti C1 plano, C1 cycles pada Tahun Pemilu.”rekapitulasi Yuna menjelaskan bahwaC,Political budget hologram, DA, DA-1 dan formulir lainnya. Kehadir­ sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi anberbagai saksi untuk kasus salah hitungyang ini mempengaruhi hanya untuk politcal empiris di Negara. Berbagai variabel budget cycles seperti perubahan pola berupa pada struktur anggaran baik secara menguatkan bukti tertulis formulir yang teagregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi lah disampaikan tersebut. dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Namun untuk kasus lain berupa penggelemPemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat bungan dan penggembosan suara, netralitas ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan penyelenggara, politik uang, atau bentuk pelangpolitical corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun garan lainnya yang bersifat sistematis, terstruktur, Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. dan massif, tentu memerlukan kehadiran saksi. Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi Keterangan saksi akan sangat membantu untuk juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan merekonstruksi dugaan pelanggaran atau kasus perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu yang terjadi di lapangan. Seperti kasus penggelemsyarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun bungan dan penggembosan suara misalnya, tidak 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi hanya bisa dibuktikan dengan perubahan-perubah­ 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat an dokumen jugabaik upaya untuk melakukan praktik selama ini, pihaknamun yang duduk di parlemen maupun pemerintah perubahan terhadap dokumen Korelasi hal ini mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabiladimaksud. tidak diperjuangkan, antara penyelenggara pelaku kecurangan, akan berdampak negatif terhadapdengan mandeknya aspirasi perempuan dalam hukum dan pemerintahan. kondisi tersebut ditulis oleh Nindita modus dan polaDan pelanggaran tentutelah tidak cukup Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: dibuktikan hanya dengan dokumen, namun ketePengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI rangan saksi diperlukan untuk meyakinkan. 2009.” Mengingat pentingnya keberadaan saksi, Masihterdapat berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik beberapa catatan terkait dengan Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan penyampaikan keterangan saksi dalam proses Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 52 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon POTRET PEMILU DALAM SENGKETA persidangan di Mahkamah Konstitusi, yakni sebagai berikut: A. ASAL SAKSI Peraturan Mahkamah Konstitusi telah menegaskan bahwa saksi berasal dari saksi yang ditugaskan secara resmi oleh peserta pemilu maupun pemantau pemilu yang bersertifikat. 19 Saksi resmi peserta pemilu disetiap tingkatan tentu akan melihat, mendengar dan mengalami setiap peristiwa yang terjadi dalam proses pemilihan dan rekapitulasi suara. Begitu juga dengan saksi yang berasal dari pemantau terakreditasi yang berarti memiliki legitimasi dalam menilai dan melihat seluruh proses kepemiluan. Penerapan peraturan tersebut cukup konsisten dilakukan oleh Mahkamah. Melalui proses persidangan tersebut, Mahkamah juga membatasi kehadiran saksi yang berasal dari penyelenggara pemilu apakah petugas KPPS, PPS, maupun PPK. Begitu juga saksi yang berasal dari pengawas pemilu seperti PPL maupun Panwascam. Mahkamah menilai bahwa penyelenggara pemilu baik jajaran KPU maupun Bawaslu, tidak diperkenankan menjadi saksi. Sebab petugas lapangan merupakan bagian dari penyelenggara pemilu yang harus mempertanggungjawabkan hasil pemilu. 19 Pasal 4 huruf b dan Pasal 6 ayat (1) PMK No. 1 Tahun 2014 53 Pemilu& Demokrasi Jurnal B. PEMBATASAN JUMLAH SAKSI merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan Ketatnya pemilihan saksi ternyata juga diiringi dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. dengan pembatasan jumlah saksi yang didengarkan Pandangan Hamdan tersebut berkaitan denganyang apa yang disampaikan keterangannya. Mengingat waktu sangat Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran terbatas dengan jumlah perkara cukup banyak, pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles Mahkamah justru membatasi jumlah saksi yang sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi dapat didengarkan keterangannya di hadapan empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal persidangan. Mahkamah hanya mengijinkan 3 budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara orang saksi untuk setiap kasus yang diajukan oleh agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi para pihak. dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus jumlah saksi tentu dirasa tidak Pemilu 2009Pembatasan ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat ini, yang logis menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan dalam proses pembuktian kasus. Tiga orang political saksi corruption atau siklus korupsi politik tahun-tahun dalamcycle setiap kasus tentu tidak akanpada mampu Pemilu yang telah meningkat dengan menggambarkan dan ekstrim. menjelaskan seluruh Masyarakat tidakterkait saja dapat ditafsirkan Mengingat sebagai satukonsep kesatuan, tetapi persoalan permohonan. juga perlu dibatasi mengingat hakikat antara laki-laki dan saksi adalah merekaperbedaan yang mendengar, melihat perempuan. halnyasecara keterwakilan perempuan sebagai salah satu dan Seperti mengalami langsung suatu kejadian, syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. No. 8 Tahun tentu kehadiran 3 orang saksi tidak cukupUU untuk 2012 menegaskan setiap partai pelanggaran politik peserta pemilu harus memenuhi menjelaskan dugaan atau kecurangan 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat dalam satu daerah pemilihan. Sebagai ilustrasi, praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah permohonan yang mendalilkan terjadinya mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini kecurangan di 100 TPS tentu tidak dapat diwakili akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam hanya oleh 3 orang saksi yang akan menjelaskan hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita persoalan di 100 TPS. Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: hal itu, Korupsi pembatasan jumlah DPR RI PengalamanBerdasarkan Perempuan Menghadapi dalam Pemilu 2009.” saksi dengan alasan keterbatasan waktu tentu cukup dengan kuat tema dijadikan dasar.keuangan Mengingat Masihtidak berhubungan akuntabilitas politik, Didik urgensinya keterangan saksi sebagai bukti yang Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 54 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon POTRET PEMILU DALAM SENGKETA akan menguatkan permohonan dan meyakinkan hakim. Oleh karena itu, untuk mengatasi persoalan banyaknya perkara dan waktu yang terbatas perlu difikirkan mekanisme penyampaian keterangan saksi. Jika keterangan ahli bisa disampaikan secara tertulis, tentu hal serupa dapat diberlakukan untuk keterangan saksi. C. TIDAK DAPAT TUKAR MENUKAR KETERANGAN SAKSI Alternatif lainnya agar hakim dapat memperoleh keterangan utuh terhadap suatu perkara dalam satu daerah pemilihan adalah mendengarkan saksi dari kasus yang sama di satu daerah pemilihan. Potensi ini sudah muncul dalam persidangan perselisihan hasil pemilu legislatif 2014 lalu. Mahkamah telah mengelompokkan persidangan per daerah pemilihan. Hal ini berbeda dengan mekanisme persidangan tahun 2009 yang dikelompokkan per partai politik. Dengan demikian, hakim akan lebih mudah untuk mendengarkan banyak kesaksian dari lintas partai, lintas perkara namun tetap dalam satu objek sengketa di setiap daerah pemilihan. Bukan hanya hakim, masing-masing pihak dapat saling menggunakan keterangan saksi dari partai lain yang menguatkannya. Oleh karena itu, persidangan perselisihan hasil pemilu per daerah pemilihan memungkinkan saling crosscheck terhadap keterangan yang disampaikan oleh saksi. 55 Pemilu& Demokrasi Jurnal Dengan demikian, informasi yang disampaikan akan lebih komprehensif meliputikebijakan seluruhpublik kasusyang akan merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan yang muncul satu daerah pemilihan dibuat oleh politisi dan dalam pemerintah yang terpilih untuk tersebut. memerintah. Hakim konstitusi dalam proses ini dapat dengan Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan mudah menemukan titik singgung dan duduk Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran perkara atas Yuna seluruh permohonan diajukan pada Tahun Pemilu.” menjelaskan bahwayang Political budget cycles oleh seluruh partai politik dalam satu daerah sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi pemilihan. empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara Namun sayangnya Mahkamah tidak agregat maupun secara spesifik tahun-tahun persidangan Pemilu, terkonfirmasi memanfaatkan desainpada pengelompokan dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus untuk kepentingan crosscheck keterangan saksi. Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat Hal ini terlihat misalnya dalam persidangan caleg ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan Ahsanul Qosasih, sebagaimana diungkapkan oleh political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun pengacara yang bersangkutan. Bahwa, proses Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. sidang di MK yang menggabungkan perkara per Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi provinsi, seharusnya bisa memakai keterangan juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan saksi yang saling berhubungan antar pihak, namun perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu sayangnya, ini tidak diperbolehkan oleh hakim MK. syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun 20 Mahkamah memberikan kesempatan 2012 menegaskan setiapmenolak partai politik peserta pemilu harus memenuhi kepada para pihak untuk saling memperdalam 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat keterangan saksi dari partai politik lainnya. praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Konstitusi peraturannya ParamastutiMahkamah dalam tulisannya yang dalam berjudul: “Perempuantidak dan Korupsi: secara eksplisit Menghadapi mengatur Korupsi tatacara dalam pembuktian. Pengalaman Perempuan Pemilu DPR RI 2009.” Peraturan Mahkamah Konstitusi No. 1 Tahun 3.PEMBUKTIAN Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Supriyanto dan LiaPengacara Wulandari dalam tulisan berjudul dan 20 Wawancara dengan Ahsanul Qosasih, Pada 25 Juni 2014,Transparansi Pukul 17.30 Wib. Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 56 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon POTRET PEMILU DALAM SENGKETA 2014 hanya menyebutkan tahapan persidangan yang tertera dalam Pasal 40. Bahwa pemeriksaan persidangan dimulai dengan tahapan jawaban termohon; keterangan pihak terkait; pembuktian; dan kesimpulan oleh pemohon, termohon, dan pihak terkait. Oleh karena itu, mekanisme pembuktian dalam persidangan tidak mengacu pada satu standar pembuktian yang telah diatur. Meskipun mekanisme pembuktian tidak diatur secara eksplisit, namun dalam mekanisme persidangan yang terbuka untuk umum mestinya proses pembuktian itu dilakukan secara terbuka. Alat bukti yang dihadirkan dalam persidangan berupa dokumen dan formulir penghitungan serta rekapitulasi hasil pemilu mestinya diperiksa secara terbuka dihadapan persidangan sehingga seluruh pihak dapat menyaksikan dan adu dokumen. Namun cukup disayangkan dalam proses pembuktian lalu, Mahkamah Konstitusi hanya memerintahkan agar seluruh dokumen dan data yang akan dijadikan bukti untuk dikumpulkan ke panitera. Begitu juga dengan keterangan kekurangan bukti, panitera yang akan menyampaikan kepada para pihak di luar persidangan yang digelar secara terbuka. Fungsi hakim dalam proses pembuktian ini sebatas pada pengumpulan dan pengesahan alat bukti dihadapan persidangan. Pertanyaannya siapa yang akan memeriksa seluruh dokumen dan bukti yang diajukan oleh 57 Pemilu& Demokrasi Jurnal pemohon? Bukti-bukti yang telah dikumpulkan dansuatu diserahkan olehmenyelamatkan para pihak kemudian dianalisa merupakan upaya untuk kebijakan publik yang akan oleh panitera. Pemeriksaan terhadap alat bukti ini dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. dilakukan diluar persidangan tanpa apa keterlibatan Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan yang disampaikan para pihak yang bersengketa. Akibatnya dalamAnggaran Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi persidangan terjadi adu dokumen dan saling pada Tahun Pemilu.” tidak Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles klarifikasi terhadap bukti-bukti yang diajukan oleh sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi masing-masing pihak. empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Sepanjang pengamatan dan pemantauan terhadap proses Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat tersebut, Perludem mengambil kesimpulan berdasarkan ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan temuan sebagai berikut: political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. G.KESIMPULAN 1. PENINGKATAN JUMLAH KASUS PHPU 2014 Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu Telah terjadi peningkatan jumlah kasus PHPU syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun dari 655 kasus (Pilleg 2009) hingga 902 kasus 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi (Pilleg 2014). Padahal dilihat dari jumlah peserta 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat pemilunya, Pilleg 2009 jauh lebih banyak dibanding praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah 2014. Pillegoleh 2009 diikuti oleh tidak 11.219diperjuangkan, caleg DPR hal ini mayoritas diduduki laki-laki. Apabila dan 1.116 calegterhadap DPD, sedangkan Pilleg 2014 hanya dalam akan berdampak negatif mandeknya aspirasi perempuan diikuti oleh 6.607Dan caleg DPR tersebut dan 945telah calegditulis DPD.oleh Nindita hukum dan pemerintahan. kondisi ParamastutiPeningkatan dalam tulisannya berjudul: “Perempuan dan Korupsi: kasusyang ini disebabkan oleh beberapa Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI faktor yakni: 2009.” a.Hukum acara MK telah memperluas legal Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas politik, Didik standing pemohon yakni tidak keuangan hanya partai Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan politik dan perseorangan calon DPD, juga Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 58 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon POTRET PEMILU DALAM SENGKETA perseorangan Caleg DPR dan DPRD baik propinsi maupun kabupaten/kota. Akibatnya dalam Pilleg 2014 menambah permohonan perseorangan sejumlah 118 kasus. b. Ketidakpuasan terhadap proses, yakni munculnya banyak dugaan pelanggaran. Ketidakpuasan terhadap proses ini tidak serta merta menunjukkan buruknya kualitas penyelenggaraan mengingat dari 902 kasus yang diajukan, hanya 22 kasus yang dikabulkan yakni 2,4 persen. 2. INKONSISTEN WAKTU PENGAJUAN GUGATAN Selama pengajuan permohonan, Mahkamah Konstitusi mengeluarkan rilis yang berbeda terkait jumlah perkara yang diterima. Jumlah perkara tersebut mengalami perubahan dari setiap tahapan penerimaan perkara. Perbedaan jumlah ini disebabkan perbedaan kebijakan yang diberlakukan antara hakim konstitusi dan sekjen MK yang kemudian memberikan ruang bagi pemohon untuk mengajukan permohonan lewat dari batas waktu 3x24 jam. Akibatnya beberapa permohonan harus dinyatakan tidak diterima akibat melewati batas waktu pengajuan permohonan. Mestinya MK bisa menolak permohonan tersebut pada saat proses pendaftaran ditutup, sehingga tidak memberikan harapan palsu. 59 Pemilu& Demokrasi Jurnal 3. POTRET SENGKETA INTERNAL PARTAI merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan Persidangan di MKyangmenunjukkan adanya dibuat oleh politisi dan pemerintah terpilih untuk memerintah. sengketa di internal partai politik, yakni sengketa Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan antarmelalui caleg dalam satu partai. Hal iniSiklus mengakibatkan Yuna Farhan tulisannya “Menelusuri Politisasi Anggaran banyak dugaan kecurangan yang cukup besar seperti pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles kasus penggelembungan dan penggembosan suara, sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi salah penghitungan hasil pemilu, uang, politcal empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yangpolitik mempengaruhi netralitas dan kecurangan budget cycles sepertipenyelenggara perubahan polapemilu pada struktur anggaran baik secara agregat maupun lainnya.secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pemohon perselisihan hasil pemilu di MK Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. mengajukan beberapa bentuk kecurangan seperti 4. OBJEK SENGKETA PHPU Masyarakat tidak saja dan dapat ditafsirkan sebagaisuara satu (59%), kesatuan, tetapi Penggembosan penggelembungan juga perlu dibatasi penghitungan mengingat perbedaan hakikatmanajemen antara laki-laki dan Kesalahan suara (29%), perempuan. halnya perempuan sebagai salah satu penySeperti pemilu (7%),keterwakilan netralitas penyelenggara (3%) syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. dll. Meskipun banyak bentuk kecurangan, namun 8 Tahun 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi MK hanya mempertimbangkan beberapa bentuk 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat pelanggaran yakni administrasi rekapitulasi dan praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah rekapitulasi hasil pemilu. mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini Administrasi rekapitulasi ini terkait dengan akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam prosedur rekapitulasi yang tidak terpenuhi seperti hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita penggunaan form rekapitulasi dan mekanisme Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: yangPerempuan tidak Menghadapi standar, tidak Pengalaman Korupsi dijalankannya dalam Pemilu DPR RI 2009.” rekomendasi Bawaslu, dan prosedur pemungutan Sedangkan rekapitulasi hasil terkait dengan Masihsuara. berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik kesalahan suara atauberjudul penggembosan Supriyanto dan Lia penghitungan Wulandari dalam tulisan Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 60 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon POTRET PEMILU DALAM SENGKETA dan penggelembungan suara dengan beragam modusnya, apakah perubahan C1, D, D1, tidak sinkronnya pengitungan tingkat TPS, PPS maupun PPK serta modus lainnya. 5. KEMBALINYA MAHKAMAH KALKULATOR Mahkamah tidak lagi menggunakan istilah pelanggaran sistematis, terstruktur dan massif dalam Pemilu Legislatif 2014. MK telah kembali sebagai Mahkamah Kalkulator yakni memutuskan penetapan perolehan suara, penghitungan suara ulang dan rekapitulasi suara ulang. Penetapan perolehan suara berarti Mahkamah menetapkan perolehan suara yang benar untuk masing-masing pihak dan melakukan koreksi terhadap hasil pemilu yang telah ditetapkan oleh KPU. Perintah penghitungan suara ulang biasanya diberlakukan baik untuk beberapa TPS, beberapa Desa/Kelurahan, maupun Kecamatan. Penghitungan suara ulang ini dilakukan terhadap hasil pemilu disetiap tingkatan. Sedangkan rekapitulasi suara ulang dilakukan dalam bentuk melaksanakan penghitungan dan prosedur rekapitulasi suara secara keseluruhan. Penghitungan suara ulang dilakukan untuk menghitung perolehan suara masing-masing kandidat pada TPS tertentu yang dianggap bermasalah. Sedangkan untuk 61 Pemilu& Demokrasi Jurnal rekapitulasi suara ulang tidak hanya menghitung namun rekapitulasi suara diberlakukan merupakan suatu prosedur upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan mulai awal hingga akhir. dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles a. Pembatasan Saksi. Mahkamah Konstitusi sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi hanya memberikan kesempatan untuk politcal empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi menghadirkan 3 orang untuk setiap budget cycles seperti perubahan pola pada saksi struktur anggaran baik secara partai politik di setiap daerah pemilihan. agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi Pembatasan disaksi merupakan kebijakan dalam praktek penganggaran Indonesia yang berkaitan dengan siklus yang menjelang tidak tepat karena membatasi Pemilu 2009 ataupun Pemilu 2014.dapat Melihat perkembangan saat ini, yang menjadipara perhatian hanya political budget cycles, melainkan pihaktidak untuk memperoleh kebenaran political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun substansial. Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. 6. CATATAN ATAS HUKUM ACARA MK b. Pembuktian. Proses pembuktian ini Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satudimana kesatuan, tetapi dilakukan diluar proses persidangan juga perlu dibatasi perbedaan hakikat antara alat laki-laki dan paramengingat pihak hanya mengumpulkan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu untuk disahkan dihadapan persidangan. syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun Hanya saja bukti-bukti tertulis tersebut 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi tidak disandingkan, diadu dan dikonfrontasi 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat dihadapan persidangan. praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.” Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 62 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon POTRET PEMILU DALAM SENGKETA DAFTAR PUSTAKA Permohonan PHPU DPR dan DPD Permohonan Partai Nasdem No. 01-01/PHPU.DPR-DPRD/ XII/2014 Permohonan PKB No. 12-02/PHPU.DPR-DPRD/XII/2014 Permohonan PKS No. 04-03/PHPU.DPR-DPRD/XII/2014 Permohonan PDIP No. 09-04/PHPU.DPR-DPRD/XII/2014 Permohonan Partai Golkar No. 03-05/PHPU.DPR-DPRD/ XII/2014 Permohonan Partai Gerindra No. 07-06/PHPU.DPRDPRD/XII/2014 Permohonan Partai Demokrat No. 10-07/PHPU.DPRDPRD/XII/2014 Permohonan PAN No. 11-08/PHPU.DPR-DPRD/XII/2014 Permohonan PPP No. 06-09/PHPU.DPR-DPRD/XII/2014 Permohonan Partai Hanura No. 02-10/PHPU.DPR-DPRD/ XII/2014 Permohonan PBB No. 05-14/PHPU.DPR-DPRD/XII/2014 Permohonan PKPI No. 08-15/PHPU.DPR-DPRD/XII/2014 Permohonan PNA No. 02-12/PHPU.DPRD/XII/2014 Permohonan PDA No. 01-01/PHPU.DPR-DPRD/XII/2014 Permohonan Calon Anggota DPD Jatim No. 01-16/PHPU. DPD/XII/2014 Permohonan Calon Anggota DPD Jateng No. 02-14/PHPU. DPD/XII/2014 63 Pemilu& Demokrasi Jurnal Permohonan Calon Anggota DPD Maluku No. 03-30/ PHPU.DPD/XII/2014 merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan Permohonan Calon DPD No.memerintah. 04-25/ dibuat oleh politisi danAnggota pemerintah yangGorontalo terpilih untuk PHPU.DPD/XII/2014 Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Permohonan Calon Anggota DPD Jatim No. 05-16/PHPU. Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran DPD/XII/2014 pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles Permohonan Calon Anggota DPD Papua No. 06-32/PHPU. sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi DPD/XII/2014 empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal Permohonan Calon Anggota DPD No. 07-32/PHPU. budget cycles seperti perubahan polaPapua pada struktur anggaran baik secara DPD/XII/2014 agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dalam praktekCalon penganggaran Indonesia berkaitan dengan siklus Permohonan AnggotadiDPD Kalselyang No. 08-22/PHPU. DPD/XII/2014 Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat ini, yang menjadi perhatian tidak DPD hanya Bengkulu political budget melainkan Permohonan Calon Anggota No. cycles, 09-09/ political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun PHPU.DPD/XII/2014 Pemilu yang telah meningkat ekstrim.No. 10-02/PHPU. Permohonan Calon Anggotadengan DPD Sumut DPD/XII/2014 Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi juga perlu dibatasi antara laki-laki dan Permohonan Calonmengingat Anggota perbedaan DPD NTT hakikat No. 11-19/PHPU. perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu DPD/XII/2014 syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun Permohonan Calon Anggota DPD Banten No. 12-13/PHPU. 2012DPD/XII/2014 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat Permohonan Calon Anggota DPD Papua No. 07-32/PHPU. praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah DPD/XII/2014 mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam Putusan DPR/DPRD dan tersebut DPD telah ditulis oleh Nindita hukum danPHPU pemerintahan. Dan kondisi Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Putusan Mahkamah Konstitusi No. 01-01/PHPU.DPRDPRD/XII/2014 Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.” Putusan Mahkamah Konstitusi No. 12-02/PHPU.DPR- DPRD/XII/2014 Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Supriyanto dan Lia Wulandari dalamNo. tulisan berjudul Transparansi dan Putusan Mahkamah Konstitusi 04-03/PHPU.DPRAkuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 64 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon POTRET PEMILU DALAM SENGKETA DPRD/XII/2014 Putusan Mahkamah Konstitusi No. 09-04/PHPU.DPRDPRD/XII/2014 Putusan Mahkamah Konstitusi No. 03-05/PHPU.DPRDPRD/XII/2014 Putusan Mahkamah Konstitusi No. 07-06/PHPU.DPRDPRD/XII/2014 Putusan Mahkamah Konstitusi No. 10-07/PHPU.DPRDPRD/XII/2014 Putusan Mahkamah Konstitusi No. 11-08/PHPU.DPRDPRD/XII/2014 Putusan Mahkamah Konstitusi No. 06-09/PHPU.DPRDPRD/XII/2014 Putusan Mahkamah Konstitusi No. 02-10/PHPU.DPRDPRD/XII/2014 Putusan Mahkamah Konstitusi No. 05-14/PHPU.DPRDPRD/XII/2014 Putusan Mahkamah Konstitusi No. 08-15/PHPU.DPRDPRD/XII/2014 Putusan Mahkamah Konstitusi No. 02-12/PHPU.DPRD/ XII/2014 Putusan Mahkamah Konstitusi No. 01-01/PHPU.DPRDPRD/XII/2014 Putusan Mahkamah Konstitusi No. 01-16/PHPU.DPD/ XII/2014 Putusan Mahkamah Konstitusi No. 02-14/PHPU.DPD/ XII/2014 Putusan Mahkamah Konstitusi No. 03-30/PHPU.DPD/ XII/2014 65 Pemilu& Demokrasi Jurnal Putusan Mahkamah Konstitusi No. 04-25/PHPU.DPD/ XII/2014 merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan Putusan Konstitusiyang No.terpilih 05-16/PHPU.DPD/ dibuat olehMahkamah politisi dan pemerintah untuk memerintah. XII/2014 Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Putusan Mahkamah Konstitusi No. 06-32/PHPU.DPD/ Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran XII/2014 pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles Putusan Mahkamah Konstitusi 07-32/PHPU.DPD/ sudah menjadi fenomena universalNo. didukung dengan berbagai studi XII/2014 empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal Putusan Mahkamah Konstitusi budget cycles seperti perubahan polaNo. pada08-22/PHPU.DPD/ struktur anggaran baik secara XII/2014 agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Putusan Mahkamah Konstitusi No. 09-09/PHPU.DPD/ XII/2014 Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan Putusan Mahkamah Konstitusi No. 10-02/PHPU.DPD/ political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun XII/2014 Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. Putusan Mahkamah Konstitusi No. 11-19/PHPU.DPD/ XII/2014 tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi Masyarakat juga perluMahkamah dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan Putusan Konstitusi No. 12-13/PHPU.DPD/ perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu XII/2014 syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun Putusan Mahkamah Konstitusi No. 07-32/PHPU.DPD/ 2012XII/2014 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor. 22-24/PUUpraktik selamatentang ini, pihakPengujian yang dudukatas baik UU di parlemen pemerintah VI/2008 Nomormaupun 10 Tahun mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini 2008 akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Perundang-Undangan Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Undang-Undang Nomor.Menghadapi 8 Tahun 2012 tentang Pemililihan Pengalaman Perempuan Korupsi dalam Pemilu DPR RI Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan 2009.” Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Tahun 2014 Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Undang-Undang Nomor. 10 Tahun 2008 tentang Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 66 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon POTRET PEMILU DALAM SENGKETA Pemililihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tahun 2009 Undang-Undang Nomor. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi Peraturan Mahkamah Konstitusi No. 1 Tahun 2014 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilu Angoota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota Media Cetak Kompas, 14 Mei 2014 Kompas, 17 Mei 2014 Kompas, 28 Mei 2014 Kompas, 30 Mei 2014 Website www.mahkamahkonstitusi.go.id www.hukumonline.com www.mediacenter.kpu.go.id www.nasional.kompas.com www.news.detik.com www.bantenraya.com www.tribunnews.com 67 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.” Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 68 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon EVALUASI PENEGAKAN HUKUM PEMILU: PENGALAMAN PARALEGAL PEMILU DALAM PENEGAKAN HUKUM PEMILU Oleh: Tigor Hutapea1 ABSTRAK Dalam negara demokrasi, pemilu adalah salah satu bentuk syarat mutlak yang harus dipenuhi. Pelaksanaan pemilu yang luber dan jurdil pun, memerlukan partisipasi aktif masyarakat. LBH Jakarta, sebagai lembaga yang membangun daya guna dan daya kritis masyarakat terhadap isu sosial politik membentuk paralegal pemilu sebagai bentuk wujud partisipasi nyata masyarakat dalam pemilu. Paralegal pemilu adalah orang yang bukan sarjana hukum, tetapi diberikan pengetahuan hukum kepemiluan melalui pelatiahan. Di dalam penyelenggaraan pemilu 2014, aktivitas paralegal pemilu adalah melakukan pendampingan dan pelaporan pelanggaran pemilu yang terjadi disekitar 1 Penulis adalah Pengacara Publik Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, dan Koordinator Paralegal Pemilu Kerjasama Perludem dan LBH Jakarta 69 Pemilu& Demokrasi Jurnal mereka. Dalam laporan pelanggaran yang disampaikan oleh paralegal banyak menemui kebijakan hambatan danyang akan merupakan suatupemilu, upaya untuk menyelamatkan publik tantangan. Salah dan satunya adalahyang saatterpilih melaporkan dugaan dibuat oleh politisi pemerintah untuk memerintah. pelanggaran di luar berkaitan jadwal yang dilakukan salah Pandangankampanye Hamdan tersebut dengan apa yang disampaikan satu partai politik peserta pemilu. Salah satu hambatan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran yang dihadapi dalam adalah, pada Tahun Pemilu.” Yunapelaporan menjelaskanpelanggaran bahwa Political budget cycles belum adanya mekanisme pelaporan pelanggaran yang sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi dibuat BadanNegara. Pengawas Pemilu (Bawaslu). Disamping politcal empirisoleh di berbagai Berbagai variabel yang mempengaruhi budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara itu, problem regulasi, yang salah satunya adalah tentang agregat maupun secara spesifik pada Pemilu, terkonfirmasi defenisi kampanye di dalam UU No.tahun-tahun 8/2012 tentang Pemilu dalam praktek penganggaran di Indonesia yangdengan berkaitan dengan siklus Legislatif. Persoalan ini semakin ditambah adanya Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat penafsiran yang berbeda antar aparatur penegaka hukum ini, yang menjadi perhatian dan tidak Kepolisian. hanya political budget cycles, melainkan pemilu, yaitu, Bawaslu Oleh sebab itu, political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun diperlukan perbaikan lembaga Bawaslu secara keseluruhan Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. serta perbaikan regulasi penyelenggaraan pemilu yang lebih Masyarakat saja guna. dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi jelas, pasti, dantidak berdaya juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi 30% perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat Inketerwakilan a democratic country, election is one of absolute praktik selama ini, pihak yang di parlemen maupun pemerintah requirements that must beduduk met.baik The implementation of mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, election, which is direct, public, free, and secret, as well as hal ini akan berdampak negatif an terhadap aspirasi honest and fair needs active mandeknya participation fromperempuan society. dalam hukum dan pemerintahan. Dan kondisi oleh Nindita LBH Jakarta, as an institution thattersebut builds telah the ditulis efficiency Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: and critical power of society to the social political issue, Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI forms paralegal pemilu as a form of real participation from 2009.” ABSTRACT society in the election. Paralegal pemilu is a person who is berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik not Masih a graduate of law, but he/ she is given knowledge on the Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan electoral law through trainings. In the implementation of the Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 70 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon PENGALAMAN PARALEGAL PEMILU DALAM PENEGAKAN HUKUM PEMILU 2014 election, the activities of paralegal pemilu are mentoring and reporting the election violations happen around him/ her. In the violation report conveyed by paralegal pemilu, a lot of obstacles and challenges are met. One of them is when reporting the alleged violation in campaign out of schedule done by one of political parties as an electoral participant. One of obstacles faced in the reporting of violations is the inexistence of violation reporting mechanism made by the Election Oversight Body (Bawaslu). Another obstacle is a regulation problem, like regarding the definition of campaign in UU No. 8/2012 on Legislative Election. This problem is worse with the existence of different interpretations between the institutions handling on electoral law enforcement, namely Bawaslu and Police. Therefore, some improvements are necessary to do by Bawaslu wholly, including the improvement of regulations of election implementation that are clearer, more certain, and more efficient. A.PENDAHULUAN Pemilihan umum 2014 merupakan masa ketiga kalinya masyarakat Indonesia berpartisipasi secara langsung memilih anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota, Presiden dan wakil presiden. Sebagai proses ademokrasi diharapkan seluruh tahapan pemilu terselenggara secara baik dan benar agar menghasilkan pemilu yang berkualitas. Tantangan utama dalam penyelenggaraan pemilu adalah penegakan hukum pemilu atas pelanggaran-pelanggaran yang hukum pemilu. Lemahnya penegakkan hukum pemilu membawa ancaman serius atas kelangsungan demokrasi. 71 Pemilu& Demokrasi Jurnal Berkaca dari dua penyelenggaran pemilu tahun 2004 dan 2009 tidaksuatu dapat dipungkiri pelanggaran terjadipublik mulaiyang akan merupakan upaya untuk menyelamatkan kebijakan pada kampanye hinggayang rekapitulasi suara. Pada dibuattahapan oleh politisi dan pemerintah terpilih untuk memerintah. tahapan kampanye sangat rentan terhadap Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan pelanggaran apa yang disampaikan politik uang, intimidasi, penggunaan sarana danAnggaran Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Sikluspublik Politisasi penggunaan sarana negara. Tahapan bahwa pasca Political pemungutan pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan budget cycles dan rekapitulasi suara sangat rentan terhadap perubahan sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi suara yang dilakukan penyelenggara pemilu. empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal budget seperti perubahan pada struktur baik secara Salahcycles satu prinsip utama daripola demokrasi adalahanggaran partisipasi agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi masyarakat dalam demokrasi. Masyarakat pada nyatanya dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus memiliki kekuatan besar dalam melakukan perubahan Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat sosial, dengan syarat ditopang pada kesadaran kritis ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan akan permasalahan sosial yang terjadi. Pemilu bukanlah political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun proses lima tahunan datang ke TPS dan memberikan hak Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. suara, namun pemilu harus dipandang lebih jauh untuk Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi melakukan intervensi sosial yang dilakukan masyarakat juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan untuk mengubah permasalahan sosial yang terjadi. Salah perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu satu bentuk intervensi sosial yang dilakukan masyarakat syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun adalah melakukansetiap pengawasan terhadap proses penegakkan 2012 menegaskan partai politik peserta pemilu harus memenuhi hukum pemilu terhadap pelanggaran yang terjadi. 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat praktik ini, pihak duduk baik didengan parlemenmelakukan maupun pemerintah Sejakselama tahun 1980 yang LBH Jakarta mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, pengembangan masyarakat untuk menjadi berdaya dan hal ini akan berdampak terhadap mandeknya perempuan kritis terhadap negatif permasalahan sosial danaspirasi politik. Salah dalam hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebutadalah telah ditulis oleh Nindita satu bentuk pengembangan masyarakat melalui ParamastutiParalegal dalam tulisannya berjudul:masyarakat “Perempuanyang dan Korupsi: Paralegal. adalah yang perwakilan Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI memiliki kemampuan melakukan advokasi. Paralegal 2009.” bukanlah seorang sarjana hukum, tetapi mengetahui Masih berhubungan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik masalah hukum dandengan advokasi hukum yang diperoleh Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan melalui pelatihan. Paralegal membantu pengacara untuk Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 72 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon PENGALAMAN PARALEGAL PEMILU DALAM PENEGAKAN HUKUM PEMILU membangun pengetahuan hukum masyarakat dan membantu komunitas menghadapi persoalan hukum yang terjadi didalam komunitas.2 Kerja paralegal bersifat sukarela. Pada perkembangannya keberadaan paralegal sendiri diatur dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum untuk memberikan bantuan hukum kepada secara cuma-cuma kepada masyarakat. Melihat pentingnya untuk melakukan pengawalan terhadap proses pemilu LBH Jakarta bersama Perludem mengambil pilihan strategis membentuk paralegal pemilu yang melakukan kerja-kerja bantuan hukum kepemiluan. Bentuk kerja bantuan hukum kepemiluan meliput pendidikan politik dikomunitas, pemantauan proses pemilu dan pendampingan pelanggaran hukum pemilu. Keaktifan paralegal dalam melakukan pemantauan pemilu dimulai sebelum proses kampanye legeslatif berlangsung hingga pengumuman presiden terpilih 2014-2019.3 Selama proses pemilu berlangsung paralegal secara aktif melaporkan dan mendampingi kasus puluhan pelanggaran hukum pemilu berupa pelanggaran administrasi, pidana dan kode etik. Dari proses pelaporan dan pendampingan ini paralegal menemukan beberapa persoalan-persoalan penegakan hukum pemilu. Terkait tulisan ini, akan dipaparkan beberapa kasus menarik sebagai bahan analisa evaluasi penegakan hukum pemilu. 2 Hal 1. Paduan Advokasi Paralegal LBH Jakarta (kode etik dan standar operasional prosedur). LBH Jakarta 3 Sebelum melakukan pemantauan pemilu, paralegal terlebih dahulu diberikan pelatihan tentang kepemiluan dan penegakkan hukum pemilu, pada tanggal - desember 2013, kerja sama antara LBH Jakarta dan Perludem. 73 Pemilu& Demokrasi Jurnal B. TEMUAN KASUS merupakan suatu upaya menyelamatkan kebijakan publik yang akan Kasus pertama yanguntuk didampingi paralegal adalah dugaan dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. tindak pidana pemilu, pelanggaran kampanye diluar jadwal Pandangan Hamdan apa yang disampaikan yang dilakukan partaitersebut Golkarberkaitan melalui dengan salah satu televisi 4 Yuna Farhan melalui “Menelusuri Politisasi nasional. Iklan partaitulisannya Golkar tayang setiap Siklus harinya denganAnggaran pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles durasi 5-10 kali penanyangan. Iklan menampilkan taglinesudah menjadi fenomena partai, universal didukung dengan studi tagline memperkenalkan gambar partai, nomorberbagai urut empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal partai dan sosok ketua umum partai. Kasus dilaporkan secara budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara langsung ke Badan Pengawas Pemilu. Selang beberapa hari agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi sejak pelaporan bawaslu secara resmi mengeluarkan status dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus laporan Iklan Golkar merupakan pelanggaran tindak pidana Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat pemilu dengan kesimpulan iklan partai Golkar memenuhi ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan unsur tindak pidanacycle pemilu jo Pasal 82pada huruf e political corruption atau Pasal siklus276 korupsi politik tahun-tahun Undang-Undang Nomor 8dengan Tahunekstrim. 2012 Tentang Pemilu. Pemilu yang telah meningkat Bawaslu kemudian kasus Mabes untuk tetapi Masyarakat tidak melimpahkan saja dapat ditafsirkan sebagai Polri satu kesatuan, dilakukan Yang perbedaan mengejutkan adalah Mabes juga perlu penyidikan. dibatasi mengingat hakikat antara laki-laki dan Polri mengeluarkan surat pemberitahun penghentian perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu penyidikan (SP3) yang artinya kasus tidak dilanjutkan syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun 5 dengan alasan tidak memenuhi unsurpeserta tindakpemilu pidanaharus . 2012 menegaskan setiap partai politik memenuhi 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat Surat pemberitahun penghentian penyidikan (SP3) praktik selama ini, pihak yang baik di parlemen maupun pemerintah sangatlah membi­ ngung­ kanduduk dalam penegakkan hukum mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, pemilu. Dalam proses penanganan pelanggaran pemilu hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam dikenal Sentra penegakkan hukum terpadu atau sering hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Paramastuti dalam2014, tulisannya 4 Tanggal 03 Januari Paralegalyang pemiluberjudul: melaporkan“Perempuan pelanggaran dan Korupsi: pemilu yang terjadi sebelum kamapnye, dengan beberapadalam alat buktiPemilu DPR RI Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi foto spanduk, rekaman video iklan partai Golkar. Tanggal 15 kembali 2009.” melaporkan empat partai politik (Gerindra, Nasdem, Hanura, PAN) yang menayangkan iklan dibeberapa televisi nasional. 5 Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik anggal 24 Januari 2014 Maber Polri mengeluarkan surat pemberitahuan T Supriyanto dan Lia Wulandari tulisan Transparansi dan penghentian penyidikan (SP3) yang dalam menyatakan demiberjudul hukum dihentikan penyidikannya. Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 74 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon PENGALAMAN PARALEGAL PEMILU DALAM PENEGAKAN HUKUM PEMILU disebut sentra Gakkumdu. Sentra Gakkumdu adalah gabungan tiga lembaga negara bawaslu, kepolisian dan kejaksaan untuk penanganan pelanggaran pemilu. Setiap pelaporan pelanggaran pemilu terlebih dahulu melalui sentra Gakkumdu untuk dilakukan pengkajian menentukan apakah pelaporan termasuk kategori pelanggaran. Apabila kategori pelanggaran pidana maka diteruskan ke kepolisian, pelanggara kode etik akan diteruskan ke lembaga pengawas hingga DKPP, pelanggaran administratif dilakukan rekomendasi kepada KPU untuk diberi sanksi teguran. Atas dasar itu kasus iklan Golkar telah melalui proses Gakkumduk yang menjadi keputusan bawaslu, kepolisian bersama kejaksaan. Namun terjadi inkonsistensi dikepolisian hingga melakukan SP3. Paralegal pemilu telah meminta hasil kesimpulan dari sentra Gakkumdu ke bawaslu, namun tidak ada jawaban dari bawaslu. Kasus kedua adalah pemasangan alat peraga kampanye yang tidak sesuai undang-undang dan peraturan KPU. Pasal 108 Ayat 2 Undang-undang nomor 8 tahun 2012 : (1) KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK, PPS, dan PPLN berkoordinasi dengan Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, kecamatan, desa atau nama lain/kelurahan, dan kantor perwakilan Republik Indonesia menetapkan lokasi pemasangan alat peraga untuk keperluan Kampanye Pemilu. (2) Pemasangan alat peraga Kampanye Pemilu oleh pelaksana Kampanye Pemilu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan 75 Pemilu& Demokrasi Jurnal mempertimbangkan etika, estetika, kebersihan, dansuatu keindahan kota menyelamatkan atau kawasan kebijakan setempatpublik sesuaiyang akan merupakan upaya untuk dengan ketentuan peraturan dibuat oleh politisi dan pemerintah yangperundang-undangan. terpilih untuk memerintah. Peraturan Notersebut 15 Tahun 2013dengan tentang Pandangan KPU Hamdan berkaitan apapedoman yang disampaikan pelaksanaan kampenye pemilu“Menelusuri anggota DPR, danAnggaran Yuna Farhan melalui tulisannya Siklus DPD Politisasi pada Tahun Pemilu.” Yuna DPRD pasal 17 ayat (1) : menjelaskan bahwa Political budget cycles sudah menjadi fenomena universal berbagai studi (1) Kampanye Pemilu dalam didukung bentuk dengan pemasangan empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal alatperaga di tempat umum sebagaimana budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara dimaksuddalam Pasal 13 huruf d, diatur sebagai agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi berikut : dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus a. alat peraga kampanye tidak ditempatkan Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat pada tempat ibadah, rumah sakit atau tempat ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan – tempat pelayanan kesehatan, gedung milik political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun pendidikan (gedung Pemilu yang pemerintah, telah meningkatlembaga dengan ekstrim. dantidak sekolah), jalan-jalan protokol, bebas tetapi Masyarakat saja dapat ditafsirkan sebagai jalan satu kesatuan, hambatan, sarana dan prasarana publik, juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan taman dan pepohonan; perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu syarat verifikasi faktual untuk dapat menjadi peserta pemilu. No. 8 Tahun b. Peserta Pemilu memasang alat UU peraga 2012 menegaskan setiapluar partai politik pesertaketentuan pemilu harus kampanye ruang dengan : memenuhi 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat 1. baliho atau papan reklame (billboard) praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah hanya diperuntukan bagi Partai Politik 1 mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini (satu) unit untuk 1 (satu) desa/kelurahan akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam atau nama memuat hukum dan pemerintahan. Dan lainnya kondisi tersebut telahinformasi ditulis oleh Nindita nomor dan tanda gambar Partai Politik Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: dan/atauMenghadapi visi, misi , , Korupsi program, jargon, foto DPR RI Pengalaman Perempuan dalam Pemilu pengurus Partai Politik yang bukan Calon 2009.” Anggota DPRtema dan akuntabilitas DPRD Masih berhubungan dengan keuangan politik, Didik Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan 2. Calon Anggota DPD dapat memasang Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 76 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon PENGALAMAN PARALEGAL PEMILU DALAM PENEGAKAN HUKUM PEMILU baliho atau papan reklame (billboard) 1 (satu) unit untuk 1 (satu) desa/kelurahan atau nama lainnya; 3. benderadan umbul-umbul hanya dapat dipasang oleh partai politik dan calon anggota DPD pada zona atau wilayah yang ditetapkan oleh KPU, KPU/KIP Provinsi dan atau KPU/KIP Kabupaten/ Kota bersama pemerintah daerah; 4. spanduk dapat dipasang oleh partai politik dan calon anggota DPR, DPD, dan DPRD dengan ukuran maksimal 1,5 x 7 m hanya 1 (satu) unit pada 1 (satu) zona atau wilayah yang ditetapkan oleh KPU, KPU/KIP Provinsi dan atau KPU/KIP Kabupaten/ Kota bersama pemerintah daerah. Sanksi terhadap pelanggaran alat peraga berupa teguran hingga pencabutan/penertiban alat peraga. Pengalaman paralegal saat awal mendampingi pelaporan kasus ini, bawaslu merespon cepat pelaporan dengan melakukan pengecekan hingga melakukan penurunan alat peraga bersama-sama aparat pemerintah daerah. Namun tindakan penurunan alat peraga tidaklah membuat jera peserta pemilu untuk kembali memasang alat peraga. Justru alat peraga semakin mudah ditemukan pada area publik, sepanjang jalan protokol, hingga pemukiman masyarakat. Pelaporan-pelaporan lanjutan yang dilakukan tidak efektif karena tidak ada sanksi tegas bagi caleg. 77 Pemilu& Demokrasi Jurnal Kasus ketiga terjadi pada saat masa tenang sebelum pileg, hasil suatu pemantauan yang dilakukan paralegal merupakan upaya untuk menyelamatkan kebijakanpemilu. publik yang akan Paralegal pemilu menemukan pelanggaran tindak pidana dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. pemilu berupaHamdan politik uang yang oleh dua orangapa caleg Pandangan tersebut berkaitan dengan yangDPR disampaikan RI Jakarta Timur, Jakarta Pusat dan satu orang caleg DPRD Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran di daerah Jakarta timur. Bentukbahwa politikPolitical uang yang pada Tahundan Pemilu.” Yuna menjelaskan budget cycles dilakukan adalah membagikan paket sembako, amplop sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi berisi uang dan kartu asuransi. Hasil temuan-temuan telah politcal empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi budget cycles perubahan padabukti struktur anggaran baik secara dilaporkan keseperti Bawaslu besertapola adalah sembako, foto agregat maupun secaradan spesifik padaasuransi tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi pembagian amplop kartu namun hingga dalam praktek penganggaran Indonesia berkaitan pengumuman anggota DPRdidan DPRDyang terpilih tidakdengan ada siklus Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat kabar infomasi tindak lanjut dari bawaslu tentang laporan ini, yang6menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan tersebut . political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Kasus empat dialami guru-guru yang tergabung dalam Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) dua minggu sebelum Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi pemungutan suara pilpres. Prabowo subianto selaku calon juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan presiden republik indonesia mengirimkan surat pribadi perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu secara langsung kepada guru-guru dengan menggunakan syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun 7 alamat sekolah sebagai tujuanpolitik alamat surat.pemilu Tidakharus hanya 2012 menegaskan setiap partai peserta memenuhi dijakarta surat prabowo juga ditemukan diberbagai daerah 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat seperti jawaduduk timur, jawa barat, jawa tengah, praktik sumatera selama ini, utara, pihak yang baik di parlemen maupun pemerintah Yogyakarta dan sulawesi. Didalam surat tidak tersebut prabowo hal ini mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila diperjuangkan, menjelaskan program akanmandeknya dilakukanaspirasi apabilaperempuan terpilih dalam akan berdampak negatifyang terhadap hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita sebagai Presiden. Prabowo juga meminta restu untuk Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: dan Korupsi: kepada guru-guru agar terpilih sebagai “Perempuan presiden. FSGI Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.” 6 anggal 12 April 2014 Paralegal Pemilu melaporkan 20 temuan pelanggaran T Masihtenang, berhubungan dengan temabukti-bukti akuntabilitas keuangan politik, Didik dimasa 3 diantaranya dilengkapi pelanggaran. Lia LBH Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan 7 Supriyanto Tanggal 26 dan Juli 2014 Jakarta dan Paralegal Pemilu mendampingi FSGI melaporkan 38 surat capres prabowo dari empat sekolah di Jakarta. Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 78 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon PENGALAMAN PARALEGAL PEMILU DALAM PENEGAKAN HUKUM PEMILU didampingi LBH Jakarta dan Paralegal Pemilu melaporkan puluhan surat ke Badan Pengawas Pemilu. Selang beberapa hari setelah pelaporan salah satu komisioner Bawaslu menyatakan tindakan yang dilakukan Capres Prabowo subianto merupakan pelanggaran administrasi dan merekomendasikan agar KPU menyampaikan teguran bagi capres prabowo dan tindakan lainnya. Masalah muncul ketika pada saat masa tenang pilpres guru-guru diberbagai daerah Jember, Malang, Sidrap dan Nias masih menerima surat Capres Prabowo subianto, seharusnya surat tersebut tidak beredar. Setelah dilakukan pengecekan ke bawaslu, bawaslu baru mengirimkan surat rekomendasi ke KPU empat hari berselang setelah menetapkan kasus sebagai pelanggaran. Sementara Ketua KPU baru menerima rekomendasi bawaslu dimasa tenang. Hingga pemungutan suara dilaksanakan tidak ada sanksi bagi yang diberikan KPU ke capres Prabowo subianto. C.ANALISA Dari empat kasus diatas penulis melakukan analisa bagaimana proses penegakan hukum pemilu terbatas pada pengalaman pendampingan dan pelaporan yang dilakukan paralegal pada tingkat baik bawaslu hingga kepolisian. Pertama pada kasus Iklan Partai Golkar terjadi ketidakkonsistenan yang dilakukan kepolisian dalam melakukan penyidikan. Pada tingkat sentra Gakkumdu iklan partai Golkar ditetapkan sebagai pelanggaran tindak pidana pemilu. Namun pada proses penyidikan dikepolisian, Mabes Polri justru mengeluarkan SP3. Berdasarkan informasi 79 Pemilu& Demokrasi Jurnal penilaian Gakkumdu didasarkan atas masukan beberapa ahli pemilusuatu yangupaya menyatakan iklan partaikebijakan Golkar sebagai merupakan untuk menyelamatkan publik yang akan kampanye. LBH Jakarta melakukan somasi kepada Mabes dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. Polri memintaHamdan penjelasan tentang SP3. dengan Jawaban Pandangan tersebut berkaitan apaterhadap yang disampaikan somasi Mabes Polri menyatakan Iklan Partai Golkar tidakAnggaran Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi memenuhi kampanye. Mabes Polribahwa meminta pendapat pada Tahununsur Pemilu.” Yuna menjelaskan Political budget cycles ahli lain untuk menilai apakah iklan partai golkar termasuk sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi kampanye, kesimpulannya iklanvariabel partaiyang tidak termasuk politcal empiris di berbagai Negara. Berbagai mempengaruhi budget cyclesKarena seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara kampanye. tidak menyampaikan visi-misi dan agregat memilih. maupun secara pada tahun-tahun terkonfirmasi ajakan Secaraspesifik psikologis politik iklanPemilu, pada masa dalam praktek penganggaran disebagai Indonesia yang kampanye. berkaitan dengan siklus pemilu dirasakan masyarakat bentuk Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 2012 ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan Tentang Pemilu DPR, DPD dan DPRD sentra Gakkumdu political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun diatur dalam pasal 276 : Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. (1) Untuk menyamakan pemahaman dan pola penanganan Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi pidana mengingat Pemilu, Bawaslu, Negara jugatindak perlu dibatasi perbedaanKepolisian hakikat antara laki-laki dan Republik Indonesia, dan Kejaksaan Agung Republik perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu Indonesia membentuk sentrapeserta penegakan hukum syarat verifikasi faktual untuk menjadi pemilu. UU No. 8 Tahun 2012terpadu. menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi 30%Untuk keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat (2) pembentukan sentra penegakan hukum terpadu praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen pemerintah di luar negeri Bawaslu, Kepolisian Negaramaupun Republik mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, Indonesia, dan Kejaksaan Agung Republik Indonesia hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri. hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita (3)Ketentuan lebih lanjut mengenai sentra penegakan Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: hukum terpadu diatur berdasarkan kesepakatan Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI bersama antara Kepala Kepolisian Negara Republik 2009.” Indonesia, Jaksa Agung Republik Indonesia, dan Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Ketua Bawaslu. Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 80 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon PENGALAMAN PARALEGAL PEMILU DALAM PENEGAKAN HUKUM PEMILU Sentra Gakkumdu bertugas menyelanggarkan penanganan tindak pidana pemilu legeslatif secara terpadu dan cepat sejak penerimaan laporan pelanggaran pemilu, penelitian pelaporan pelanggaran pemilu, penyidikan/ pemberkasan dan penyerahan berkas perkara ke Jaksa Penuntut umum. Untuk melaksanakan tugasnya masingmasing unsur dalam sentra Gakkumdu wajib menerapkan prinsip koordinasi, intergrasi, dan sinkronisasi baik dalam pelaksanaan tugas yang bersifat internal maupun eksternal. Dalam kerjanya sentra Gakkumdu melakukan penelitian dan pengkajian melalui mekanisme gelar perkara terhadap setiap laporan pelanggaran yang diterima bawaslu/ panwaslu. Apabila hasil penelitian laporan merupakan bukan tindak pidana maka dikembalikan kepada bawaslu/ panwaslu, sedangkan laporan yang memenuhi unsur pidana selanjutnya diteruskan kepada penyidik dalam sentra Gakkumdu. Dalam waktu 14 hari berkas perkara tindak pidana dilimpahkan ke Jaksa Penuntut umum. Semangat dari Sentra Gakkumdu adalah penanganan pelanggaran pemilu secara cepat sehingga diperlukan koordinasi antar lembaga untuk keterpaduan dalam proses penanganan pelanggaran pemilu. Namun pada kasus Iklan Golkar memperlihatkan ketidakterpaduan antar lembaga khususnya Bawaslu dan Kepolisian dalam menilai pelanggaran tindak pidana pemilu saat kasus diserahkan ke kepolisian. Sementara disentra Gakkumdu telah disepakati Iklan tersebut adalah pelanggaran tindak pidana pemilu. Apabila melihat undang-undang nomor 15 tahun 2011 Tentang Penyelenggaran Pemilihan Umum peran bawaslu 81 Pemilu& Demokrasi Jurnal dalam penegakkan hukum pemilu terletak pada fungsi pengawasan penyelanggaran pemilu. Pengawasan yangyang akan merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik dilakukan kebijakan, administratif, dibuat oleh meliputi politisi danpengawasan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. logistik, teknis, penyelanggaraan dan pelanggaran.Terhadap Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan pelanggaran diberikan kewenangan Yuna Farhan pemilu melalui Bawaslu tulisannyahanya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran untuk melakukan kajian kemudian merekomendasikan pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles kepada yang berwenang. Bawaslu didukung tidak diberikan sudah menjadi fenomena universal dengan fungsi berbagai studi penyidikan dan Negara. penindakan Penyidikan politcal empiris di berbagai Berbagaipelanggaran. variabel yang mempengaruhi budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara dan penindakan pelanggaran tindak pidana pemilu tetap agregat maupun secara kepolisian. spesifik padaPenindakan tahun-tahun pelanggaran Pemilu, terkonfirmasi menjadi kewenangan dalam praktek penganggaran di IndonesiaKPU. yang berkaitan dengan siklus administratif menjadi kewenangan Terbatasnya Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat kewenangan Bawaslu menjadi penyebab tidak efektifnya ini, yang menjadi perhatian tidakSementara hanya political budget cycles, melainkan penegakan hukum pemilu. kepolisian kerap political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun kali menghentikan rekomendasi bawaslu. Bawaslu saat Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. melakukan rapat evaluasi sentra Gakkumdu Pileg 2014 Masyarakatforum tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, menyatakan sentra gakkumdu belum efektif dalam tetapi juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan penanganan pidana pemilu, karena banyak kasus pidana perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu pemilu yang akhirnya dihentikan oleh kepolisian. syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun Sebagai garda setiap terdepan dalam melakukan pengawasan 2012 menegaskan partai politik peserta pemilu harus memenuhi pemilu sudah seharusnya peran bawaslu dapat diperkuat. 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat Tidak proses namun juga praktikhanya selama melakukan ini, pihak yang duduk pengawasan baik di parlemen maupun pemerintah dapat melakukan penyidikan hingga penuntutan. hal ini mayoritas diduduki proses oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, Namun pertanyaannya ini diperlukan mengingat akan berdampak negatif apakah terhadaphal mandeknya aspirasi perempuan dalam hukum dan pemerintahan. kondisi tersebut telahsaja ditulis oleh Nindita pemilu berlangsung lima Dan tahun sekali. Atau bisa dalam Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: proses pemilu yang berlangsung lima tahunan bawaslu Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu merekrut penyidik dan penuntut umum sementara yang DPR RI 2009.” selama pemilu berlangsung. Atau mengalihkan betugas Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas kewenangan pelanggaran tindak pidana keuangan pemilu politik, ke Didik Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan kepolisian dengan syarat dibentuk unit khusus pelanggaran Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 82 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon PENGALAMAN PARALEGAL PEMILU DALAM PENEGAKAN HUKUM PEMILU pemilu dan peningkatan kapasitas kepolisian memahami tindak pidana pemilu. Catatan lain terhadap kasus ini adalah penafsiran yang berbeda antar bawaslu dan kepolisian. Bawaslu memandang iklan partai adalah bentuk kampanye sementara kepolisian memandang iklan partai bukan bentuk kampanye dengan alasan tidak adanya penyampaian visi, misi dan ajakan memilih. Aturan dan sanksi yang tidak jelas dan tegas menjadi celah bagi partai politik dan calon mengkampayekan diri tanpa ada batasan melalui media. Bentuk kampanye dilakukan melalui kuis, talkshow,acara reality show dll. Ditambah dengan tidak independensinya media yang memihak kepada salah satu calon. Kedepan perlu pengaturan yang jelas dan sanksi tegas mengatur pengunaan media sebagai sarana kampanye. Walaupun tidak menyampaikan visi misi dan ajakan memilih dapat dikategorikan kampanye. Kasus kedua merupakan kasus terbanyak yang dilaporkan dan didampingi paralegal pemilu. Pemasangan alat peraga yang pada bukan pada zona kampanye dilakukan hampir seluruh calon. Satu orang caleg saja dapat memasang puluhan hingga ratusan alat peraga di fasilitas-fasilitas umum. Bagaimana jika hal ini dilakukan oleh seluruh caleg. Dampak yang terjadi carut marutnya kebersihan dan keindahan kota. Selain itu pemasangan alat peraga yang tidak dibatasi mengakibatkan kampanye yang tidak fair antar sesama caleg. Caleg yang memiliki modal besar leluasa memasang alat peraga. Walaupun UU dan peraturan KPU telah secara tegas 83 Pemilu& Demokrasi Jurnal membatasi jumlah, ukuran dan lokasi pemasangan alat peraga, para caleg tetap melanggar aturan pemasangan alatyang akan merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik peraga. Sanksi teguran dan tindakan alat dibuat oleh politisi dan pemerintah yangberupa terpilihpenurunan untuk memerintah. peraga yang melanggar sangatberkaitan tidak efektif Pandangan Hamdan tersebut dengandiberlakukan apa yang disampaikan terhadap caleg. Sebab dengan modal yang dimiliki calegAnggaran Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi dengan mudah kembali alat peraga. Hal yang pada Tahun Pemilu.” Yunamemasang menjelaskan bahwa Political budget cycles dapat dilakukan adalah peningkatan sanksi bagi caleg sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi yang melanggar aturan alat peraga. Perluyang diberikan sanksi politcal empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel mempengaruhi budget cycles seperti perubahan struktur anggaran baik secara tambahan lain berupa denda pola dan pada pelarangan melakukan agregat maupun secara spesifik tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi kampanye kepada caleg yangpada melanggar aturan. Sanksi dalam praktek penganggaran di Indonesia dengan siklus denda dihitung berdasarkan jumlah yang alat berkaitan peraga yang Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat dipasang. Selain itu diberikan sanksi tidak dapat melakukan ini, yang menjadi perhatian alat tidakperaga. hanya political budget cycles, melainkan kampanye menggunakan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pada kasus ketiga dan keempat lebih menekankan pada Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. pelayanan bawaslu sebagai bagian penegak hukum pemilu. Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi Sebagai lembaga negara yang juga memberikan pelayanan juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan publik sudah seharusnya bawaslu menerapkan asas-asas perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu kepastian hukum dan keterbukaan. 8 Yang dimaksud syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun kepastian hukum terwujudnya kepastian hakpemilu dan kewajiban 2012 menegaskan setiap partai politik peserta harus memenuhi dalam penyelenggaran pelayanan. Dalam proses hukum hak 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat dan kewajiban dari pengadu adalah mendapatkan informasi praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah tindak lanjut dari pelaporan yang disampaikan. Terlebih hal ini mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, pelanggaran pemilu merupakan masalah publik akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi sehingga perempuan dalam hukumdapat dan pemerintahan. Dan adanya kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita tidak diperkenankan ketidakjelasan dalam Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: penanganan. Keterbukaan adalah penerima pelayanan Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu dapat dengan mudah mengakses dan memperoleh informasi DPR RI 2009.” mengenai pelayanan diinginkan. Pengalaman sulitnya Masih berhubungan akuntabilitas keuangansaat politik, Didik memperoleh informasidengan juga tema dirasakan oleh paralegal Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 84 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon 8 Pasal 13 Undang-Undang NomorDana 25 Tahun 2009 tentangmenguraikan Pelayanan Publik bahwa Akuntabilitas Pengelolaan Kampanye, PENGALAMAN PARALEGAL PEMILU DALAM PENEGAKAN HUKUM PEMILU mendatangi bawaslu. Pada kasus surat Prabowo hingga tulisan ini dibuat pengadu tidak mendapatkan surat status laporan, begitu juga kasus-kasus lain yang pernah dilaporkan paralegal. Paralegal pernah menerima beberapa status laporan namun dengan permintaan terlebih dahulu. Setidaknya LBH Jakarta telah dua kali mengirimkan surat kebawaslu pertama surat permohonan hasil pemeriksaan kasus iklan partai Golkar, kedua surat meminta penjelasan keterlambatan bawaslu mengirimkan rekomendasi pelanggaran surat Prabowo subianto. Terhadap kedua surat tersebut tidak ada respon dari bawaslu. 9 Membandingkan dengan pada proses penanganan perkara dikepolisian, dalam Peraturan Kapolri (perkap) setiap pelaporan masyarakat kepada kepolisian wajib bagi kepolisian untuk menyampaikan surat pemberitahuan perkembangan hasil penyidikan ke pelapor. Surat tersebut diberikan secara berkala kepada pelapor dan dapat diakses oleh masyarakat sehingga pelapor mengetahui proses berjalannya proses hukum. Evaluasinya bawaslu dapat berkaca dari penanganan kepolisian, wajib menyampaikan secara langsung tindak lajut laporan ke pelapor. Hal lain yang menjadi catatan dalam proses penegakan hukum pemilu adalah jangka waktu pelaporan khusus untuk pelanggaran tindak pidana pemilu. Batasan waktu 9 anggal 19 Februari LBH Jakarta mengirimkan surat permohonan T informasi publik terkait hasil laporan tindak pidana pemilu (nomor laporan 002/LP/PILEG/1/2014) & Tanggal 10 Juli 2014 LBH mengirimkan surat protes atas kinerja Bawaslu atas penangana laporan pelanggaran pemilu yang dilakukan Capres Prabowo Subianto. 85 Pemilu& Demokrasi Jurnal suatu pelanggaran pemilu dilaporkan 3 hari sejak terjadinya peristiwa sajakebijakan apabila publik terjadiyang akan merupakanharus suatu dievaluasi. upaya untuk Bayangkan menyelamatkan suatu tindak pidana pemilu berupa politik uang yang dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. dilakukan seorang caleg, namun dikarenakan melewati 3 Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan hari peristiwa terjadi laporan tidak Siklus dapat Politisasi diterima.Anggaran Yunasejak Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Sementara calegYuna terpilih sebagaibahwa DPR Political dengan budget cara cycles pada Tahunsang Pemilu.” menjelaskan melanggar hukum. sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi empiris di berbagai Negara. terdapat Berbagai variabel yang mempengaruhi Dalam hukum pidana apa yang disebut dengan politcal budget cycles seperti daluarsa perubahandiatur pola pada struktur anggaran baik secara “daluarsa”, dimana dalam ketentuan pasal agregat maupun secara spesifik 78 KUHP, sebagai berikut : pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus (1) Kewenangan menuntut pidana hapus karena Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat daluwarsa: ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan 1) mengenai pelanggaran dan kejahatan political corruption semua cycle atau siklus korupsi politik padayang tahun-tahun dilakukan dengan percetakan sesudah satu tahun; Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. 2) mengenai diancam dengan Masyarakat tidakkejahatan saja dapatyang ditafsirkan sebagai satu pidana kesatuan, tetapi juga perlu dibatasi mengingat perbedaan antara laki-laki dan denda, pidana kurungan, atauhakikat pidana penjara perempuan. Seperti keterwakilan sebagai salah satu paling lamahalnya tiga tahun, sesudahperempuan enam tahun; syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun 3) mengenai kejahatan yang diancam dengan pidana 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi penjara lebih dari tiga tahun, sesudah dua belas 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat tahun; praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah 4) mengenai yangApabila diancam dengan pidana hal ini mayoritas diduduki kejahatan oleh laki-laki. tidak diperjuangkan, mati atau pidana penjara seumur aspirasi hidup, perempuan sesudah dalam akan berdampak negatif terhadap mandeknya delapan belas tahun. hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Paramastuti dalamyang tulisannya “Perempuan dan Korupsi: (2) Bagi orang padayang saatberjudul: melakukan perbuatan Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu umurnya belum delapan belas tahun, masing-masing DPR RI 2009.” tenggang daluwarsa di atas dikurangi menjadi Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik sepertiga. Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Seorang ahli hukum pidana memberikan penjelasn Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 86 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon PENGALAMAN PARALEGAL PEMILU DALAM PENEGAKAN HUKUM PEMILU pasal 78 mengatur tentang gugurnya hak penuntutan hukum (strafsactie) karena lewat waktunya yaitu hak untuk menuntut seseorang dimuka hakim supaya dijatuhi hukuman karena adanya batasa waktu kadaluarsa pada hari sesudah perbuatan dilakukan. Sementara syarat waktu pelaporan tindak pidana pemilu hanyalah berupa teknis pelaporan namun akibatnya dapat menggugurkan suatu tindak pidana. Catatannya terhadap syarat waktu pelaporan pidana pemilu harus dilakukan perubahan sesuai dengan prinsip-prinsip hukum pidana. D.KESIMPULAN Masyarakat Indonesia memandang pemilihan umum sebagai momentum sakral. Seakan ada suatu kewajiban melekat sebagai warga negara untuk memberikan hak politik memilih anggota legeslatif dan presiden. Dalam banyak pikiran masyarakat bahwa yang terpilih yang akan menyuarakan dan memperjuangkan kehidupan masyarakat. Demokrasi konstitusional tercapai salah satunya dengan proses penegakan hukum pemilu yang baik Berdasarkan pengalaman paralegal pemilu berpatisipasi dalam penegakkan hukum pemilu, penting untuk memberikan beberapa rekomendasi penting bagi penegakkan hukum pemilu kedepan : 1. Penting untuk memperkuat peran Bawaslu tidak hanya melakukan proses pengawasan. Juga melakukan proses penyidikan hingga penuntutan. Namun karena sifat pemilu yang sekali dalam lima tahun, bawaslu dapat mengangkat penyidik dan penuntut umum sementara. 87 Pemilu& Demokrasi Jurnal Penyidik dan penuntut umum dapat direkrut dari unsur suatu kepolisian dan kejaksaan. Atau menyerahkan merupakan upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan pelanggaran tindak pidana pemilu ke kepolisian dengan dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. catatan adanya peningkatan kapasitas kepolisian dalam Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan masalah-masalah kepemiluan dan dilakukan pada unit Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran padakhusus. Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles sudah menjadi fenomena studi 2. Diterapkanya sanksi universal tegas bagididukung peserta dengan pemilu berbagai yang empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal melanggar aturan pemasangan alat peraga yang budget cycles seperti perubahan poladan padalokasi. strukturSanksi anggaran baik secara tidak sesuai ukuran, jumlah yang agregat maupunberupa secara spesifik pada tahun-tahun terkonfirmasi dikenakan denda hingga pelaranganPemilu, kampanye dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus menggunakan alat peraga. Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat 3.Perbaikan manajemen penanganan pelaporan di ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan bawaslu. Catatanya bawaslu wajibpolitik memberikan political corruption cycle atau siklus korupsi pada tahun-tahun informasi secara langsung kepada pelapor terkait Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. perkembangan laporan yang disampaikan masyarakat. Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi dapatmengingat berkaca perbedaan dari manajemen jugaBawasalu perlu dibatasi hakikat penyidikan antara laki-laki dan di kepolisian. Selain itu pelayanan dibawaslu harus perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu memperhatikan pelayanan syarat verifikasi faktualasas-asas untuk menjadi peserta publik pemilu. tentang UU No. 8 Tahun hukum keterbukaan infomasi dengan 2012kepastian menegaskan setiapdan partai politik peserta pemilu harus memenuhi secara cepatKondisi komplain dan permohonan 30%merespon keterwakilan perempuan. ini patut diperjuangkan, mengingat praktik selama ini,terkait pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah masyarakat pelayanan bawaslu. mayoritas diduduki oleh laki-laki. tidak diperjuangkan, 4. Perubahan regulasi tentangApabila pengertian kampanye hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam yang mengakomodir iklan-iklan partai politik dan hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita acara-acara televisi yang melibatkan caleg dan capres. Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Diperlukan juga penerapan sanksi tegas terhadap partai Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI atau calon dan juga media yang tidak independen. 2009.” 5. Perubahan regulasi terhadap jangka waktu pelaporan Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik tindak dan pidana pemilu yang harus disesuaikan dengan Supriyanto Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan prinsip hukum pidana. Jangka waktu pelaporan tindak Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 88 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon PENGALAMAN PARALEGAL PEMILU DALAM PENEGAKAN HUKUM PEMILU pidana pemilu hendaknya dihapuskan, kemudian diberlakuan daluarsa sesuai aturan umum pidana yang berlaku. Karena pentingnya proses pemilu bagi demokrasi kiranya tulisan ini dapat berguna bagi perbaikan proses penegakan hukum pemilu. 89 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.” Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 90 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon TRANSFORMASI PENGAWAS PEMILU: DARI PENGAWAS KE PENGADIL Oleh: Refly Harun1 ABSTRAK Penguatan lembaga pengawas pemilu di dalam UU No. 15/2011 tentang Penyelenggara Pemilu ternyata perlu ditinjau ulang. Peran Bawaslu yang lebih banyak berfokus pada pengawasan, ternyata tidak dapat diukur sejauh mana tingkat keberhasilannya. Jika pengawasan diharapkan untuk menekan jumlah terjadinya kecurangan dan keberatan dalam proses penyelenggaran pemilu, hal ini justru tidak terwujud, jika meliha angka permohonan sengketa ke Mahkamah Konstitusi untuk Pemilu Legislatif 2014. Peran Bawaslu sebagai lembaga pengawasa dan lembaga penerima dan penyalur laporan pelanggaran sebaiknya direformasi dan dicari sistem yang lebih sederhana dan efektif untuk menangani hal ini. Fungsi yang mesti diperkuat oleh Bawaslu adalah peran lemabaga ini dalam menyelesaikan sengketa. Sifat putusan Bawaslu 1 Pengamat dan Praktisi Hukum Tatanegara; Mengajar di Program Pascasarjana Fakultas Hukum UGM; Direktur Eksekutif CORRECT (Constitutional & Electoral Reform Centre). 91 Pemilu& Demokrasi Jurnal yang final dan mengikat di dalam menyelesaikan sengketa, kecuali untuk beberapa halmenyelamatkan perlu diberikan ruangpublik untukyang akan merupakan suatu upaya untuk kebijakan banding. fungsi iniyang harus dilakukan dengan dibuat olehTransformasi politisi dan pemerintah terpilih untuk memerintah. menyertai perbaikan ditersebut beberapa aspek vital lainnya. Antara Pandangan Hamdan berkaitan dengan apa yang disampaikan lain perbaikan regulasi kelembagaan dan penyelenggaraan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran pemilu yangPemilu.” memberikan ruang ketegasan yang lebih pada Tahun Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles ideal dalam penegakan hukum pemilu. Selanjutnya terkait sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi dengan orang yangvariabel bisa yang menjadi anggota politcal empiris dipersyaratan berbagai Negara. Berbagai mempengaruhi budget cycles seperti orang perubahan pola pada struktur anggaran baik secara Bawaslu, haruslah yang mempunyai pengetahuan agregat maupun secara spesifikhukum pada tahun-tahun Pemilu, yang terkonfirmasi dan pengalaman di bidang dan kepemiluan dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus matang. Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. ABSTRACT The strengthening of dapat election oversight body satu in UU No. tetapi Masyarakat tidak saja ditafsirkan sebagai kesatuan, 15/2011 ondibatasi Electionmengingat Administrators needs to beantara reviewed. juga perlu perbedaan hakikat laki-laki dan In fact, the role of Bawaslu that focuses more on the perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu oversight cannotfaktual be measured in terms of itspemilu. success syarat verifikasi untuk menjadi peserta UUlevel. No. 8 Tahun If2012 themenegaskan oversight is expected to suppress number setiap partai politik peserta the pemilu harus of memenuhi 30% keterwakilan perempuan. Kondisi patut diperjuangkan, mengingat cheatings and objections happen inini the process of election praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupunthe pemerintah implementation, this cannot be achieved when seeing mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, number of dispute petitions filed to the Constitutional Court hal ini akan berdampak negatif terhadap aspirasi perempuan for the 2014 Legislative Election.mandeknya The role of Bawaslu as an dalam hukum dan pemerintahan. Dan tersebutthat telah ditulisand oleh Nindita oversight institution as well as kondisi an institution accepts Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: distributes the violation report should be reformed and the Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI simpler and more effective system to handle the violations 2009.” should be looked for. The function that must be strengthened Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik by Bawaslu is the role of this institution in solving disputes. Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan The characteristic of Bawaslu’s decision which is final and Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 92 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon DARI PENGAWAS KE PENGADIL binding in solving disputes, except for some cases, needs to be given a space for appeal. The transformation of this function must be done by accompanying the improvement in some other important aspects, such as the improvement in the regulation of institution and election implementation that gives a more ideal firmness space in the electoral law enforcement. Furthermore, regarding the requirements of person who can be a member of Bawaslu, he/ she must be a person who has very good knowledge and experience in the field of law and election. A.PENDAHULUAN UU Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu telah mempermanenkan dan memperbanyak jumlah pengawas pemilu dalam jenjang tertentu. Yang dipermanenkan adalah pengawas pemilu tingkat provinsi. Sebelumnya, melalui UU Nomor 22 Tahun 2007, hanya pengawas pemilu tingkat pusat yang dipermanenkan, yaitu Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu).2 Kini, pengawas pemilu tingkat provinsi juga dipermanenkan menjadi bawaslu provinsi.3 Sementara yang diperbanyak adalah jumlah pengawas tingkat desa/kelurahan yang disebut dengan pengawas pemilu lapangan (PPL). Dalam UU Nomor 22 Tahun 2007 jumlah PPL hanya satu orang untuk tiap desa/kelurahan, tetapi melalui UU Nomor 15 Tahun 2001 dimungkinkan untuk merekrut 5 PPL untuk tiap desa/ 2 Pasal 70 ayat (2) UU Nomor 22 Tahun 2007. 3 Pasal 69 ayat (2) UU Nomor 15 Tahun 2011. 93 Pemilu& Demokrasi Jurnal kelurahan.4 Persoalannya, dengan memperbanyak mempermamerupakan suatu upaya untuk menyelamatkandan kebijakan publik yang akan dibuat oleh politisipengawas, dan pemerintah yangintegritas terpilih untuk memerintah. nenkan jumlah apakah pemilu bisa dijaga? Tidak ada ukuran yangberkaitan sahih untuk menjawab Pandangan Hamdan tersebut dengan apa yangperdisampaikan tanyaan tersebut. Input dan output pengawasan teru-Anggaran Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklustidak Politisasi padasehingga Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles kur sukar ditentukan tingkat keberhasilan pengasudah menjadi universal didukung dengan berbagai studi wasan. Namun,fenomena bila ukurannya perselisihan hasil pemilu empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi (PHPU) di Mahkamah Konstitusi (MK), jumlah permoho- politcal budget cycles seperti perubahan pola dari padapemilu struktursebelumnya. anggaran baik secara nan PHPU malah melonjak drastis agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, 273, terkonfirmasi Pada Pemilu 2004, jumlah permohonan PHPU ‘hanya’ dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus lalu melonjak menjadi 655 pada Pemilu 2009. Dalam PePemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat milu 2014, jumlah itu melonjak lagi menjadi 903 permoini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan honan. Artinya, dengan input pengawasan yang ditambah, political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun perkara bukannya berkurang, melainkan melonjak drastis. Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. Tentu saja, banyaknya perkara di MK tidak semata-mata Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi berkorelasi pada rendahnya kinerja pengawas. Banyak fakjuga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan tor lain yang ikut berpengaruh, termasuk dengan diterapperempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu kannya sistem proporsional terbuka dan diperbolehkannya syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun permohon­ an perseorangan oleh MK sepanjang melalui me2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi 5 kanisme permohonan parpol. 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat praktik selama pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah Sekali lagi ini, soalnya, dalam hal pengawasan, memang mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, tidak ada ukuran yang bisa digunakan untuk menentukan hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknyatulisan aspirasiini perempuan standar keberhasilan. Itulah sebabnya ingin dalam hukum dan pemerintahan. kondisi tersebut telah oleh Nindita merekomendasikan agar Dan lembaga pengawas yangditulis ada saat Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: ini direformasi atau ditransformasikan agar bisa bekerja Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI lebih efisien, efektif, dan terukur. 2009.” Masih dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik 4 Pasal 72 berhubungan ayat (3) UU Nomor 15 Tahun 2011. Lia bWulandari dalam tulisan berjudul dan 5 Supriyanto Pasal 2 ayatdan (1) huruf dan huruf d Peraturan MK Nomor 1 TahunTransparansi 2014 tentang Pedoman Beracara dalam PHPU Anggota DPR, DPD, dan DPRD. Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 94 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon DARI PENGAWAS KE PENGADIL B. TIGA FUNGSI Secara umum, melalui UU Nomor 15 Tahun 2011 dan UU Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD, lembaga pengawas memiliki tiga fungsi utama. Pertama, fungsi pengawasan (prevention). Fungsi ini untuk memastikan pemilu berjalan sesuai dengan ketentuan yang sudah disepakati dan mencegah terjadinya pelanggaranpelanggaran pemilu. Kedua, fungsi penanganan pelanggaran (enforcement). Dalam fungsi ini, pengawas menerima dan mengkaji laporan pelanggaran yang masuk, lalu memilahnya, dan meneruskan ke alamatnya masing-masing. Bila yang yang dilaporkan pelanggaran pidana, laporan diteruskan kepada polisi bila dinilai cukup bukti. Bila pelanggaran terkait persoalan administrasi pemilu, laporan diteruskan kepada penyelenggara pemilu (KPU/KPUD). Bila laporan terkait pelanggaran kode etik penyelenggara pemilu, Bawaslu akan meneruskannya kepada Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP). Fungsi ketiga terkait dengan penyelesaian sengketa pemilu. Khusus kewenangan untuk menyelesaikan sengketa pemilu, UU Nomor 8 Tahun 2012 memberikan hak eksklusif tersebut hanya kepada Bawaslu, yang dalam pelaksanaannya dapat mendelegasikan kepada pengawas di tingkat bawah, mulai dari Bawaslu provinsi hingga PPL.6 Dari ketiga fungsi tersebut, dua fungsi pertama sesungguhnya tidak efektif karena pengawas tidak memiliki kekuasaan yang menentukan (determinatif). Fungsi 6 Pasal 258 ayat (2) UU Nomor 8 Tahun 2012. 95 Pemilu& Demokrasi Jurnal pengawasan tidak bisa efektif karena pengawas tidak memiliki kewenangan untuk menindak atau menghukum pihak-pihak merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan yang melakukan pelanggaran. Seharusnya fungsi menindak dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. tersebut merupakan bagian dari penanganan Pandangan Hamdan tersebut berkaitan denganpelanggaran. apa yang disampaikan Ternyata, dalam fungsi penanganan pelanggaran, Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus pengawas Politisasi Anggaran bertindak layaknya tukang pos, hanya mengirimkan surat ke cycles pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget alamatnya masing-masing. Tergantung pada dengan instansiberbagai yang sudah menjadi fenomena universal didukung studi dituju menindaklanjuti laporan pelanggaran politcal empirisbagaimana di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi budget cycles seperti perubahan poladalam pada struktur anggaran baik secara dari pengawas tersebut. Bahkan kaitannya dengan agregat maupun secara spesifikpengawas pada tahun-tahun Pemilu,putus terkonfirmasi pelanggaran pidana pemilu, sering merasa dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus asa karena institusi yang terlibat lebih banyak lagi. Setelah Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat dari pengawas, laporan masuk ke polisi, lalu ke jaksa, ini, yangkemudian menjadi perhatian tidak hanya political budget melainkan barulah disidangkan di pengadilan negericycles, dengan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun kemungkinan banding di pengadilan tinggi. Karena banyak Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. institusi yang terlibat, tidak jarang laporan pengawas Masyarakat sajajalan dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi tersebut raib ditidak tengah atau tidak ditindaklanjuti. juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan Fungsi ketiga, yaitu menyelesaikan sengketa pemilu, adaperempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu lah fungsi baru yang sesungguhnya lebih menjanjikan karesyarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun na keputusan Bawaslu terakhir dan 2012 menegaskan setiap merupakan partai politikkeputusan peserta pemilu harus memenuhi 7 mengikat. Sayangnya, Bawaslu terlihat kurang memaksi30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat malkan fungsiini, ini.pihak Ke depan, tulisan ini praktik selama yang duduk baik dimerekomendasikan parlemen maupun pemerintah agar fungsididuduki penyelesaian sengketa pemilu yang diperkuat, hal ini mayoritas oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, sedangkan fungsi pengawasan penanganan akan berdampak negatif terhadap dan mandeknya aspirasipelanggaperempuan dalam hukum dan pemerintahan. Dan kondisi telah ditulis oleh Nindita ran direformasi sedemikian rupa agartersebut lebih efektif. Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 7 Pasal 259 ayat (1) UU Nomor 8 Tahun 2012 menyatakan, “Keputusan 2009.” Bawaslu mengenai penyelesaian sengketa Pemilu merupakan keputusan terakhir mengikat, kecuali keputusan terhadap sengketa Pemilu Masih dan berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik yang berkaitan dengan verifikasi Partai Politik Peserta Pemilu Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan dan daftar calon tetap anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota.” Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 96 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon DARI PENGAWAS KE PENGADIL C. REFORMASI FUNGSI Untuk fungsi pengawasan secara umum, tulisan ini merekomendasikan agar hal tersebut diserahkan saja langsung kepada masyarakat, dibantu oleh peserta pemilu dan pemantau pemilu. Biarlah ketiga elemen ini saja yang melakukan pengawasan pemilu. Pengawasan oleh ketiga elemen ini akan jauh lebih murah dan mudah. Mengenai efektivitas pengawasan, sedikit banyak akan tergantung pada mekanisme penanganan pelanggaran dan penyelesaian sengketa pemilu nantinya. Bila terjadi pelanggaran, masyarakat, peserta pemilu, dan pemantau pemilu dapat langsung melaporkannya ke alamat masing-masing, tidak perlu lagi menggunakan pengawas sebagai perantara atau ‘tukang pos’. Bila pelanggaran terjadi di ranah pidana, pelapor dapat langsung melaporkannya kepada polisi. Untuk itu, undang-undang perlu memerintahkan kepada Polri untuk menyiapkan personel khusus dalam menangani pelanggaran pidana pemilu. Demikian pula bila pelanggaran di ranah etik, langsung saja ke DKPP. Sementara untuk pelanggaran administrasi pemilu dapat langsung kepada penyelenggara pemilu yang dalam hal ini adalah KPU beserta jajarannya sampai ke bawah. Dengan demikian, untuk pengawasan dan penanganan pelanggaran, tidak dibutuhkan lagi kehadiran pengawas yang bersifat khusus sehingga institusi pengawas di tingkat bawah bisa dihapuskan, yaitu mulai dari PPL, panwascam, hingga panwaslu kabupaten/kota. Yang dipertahankan 97 Pemilu& Demokrasi Jurnal hanyalah Bawaslu dan Bawaslu provinsi. Kedua institusi ini diberikan fungsi utama menyelesaikan sengketa merupakan suatu upaya untuk untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan pemilu. Bawaslu provinsi menjadi lembaga penyelesaian dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. sengketa tingkat pertama, sementara tingkat Pandangan Hamdan tersebut berkaitan denganbanding apa yangatau disampaikan tingkat akhir berada di Bawaslu. Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran pada Tahun Pemilu.”pemilu Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles Semua sengketa nantinya diajukan ke Bawaslu sudah menjadi universal didukung dengan berbagai studi provinsi sesuaifenomena wilayahnya masing-masing. Keputusan empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi Bawaslu provinsi pada dasarnya bersifat final dan mengikat, politcal budget cycles seperti perubahan pola padaditemukan struktur anggaran baik secara kecuali keputusan yang memang adanya agregat maupun pada tahun-tahununtuk Pemilu, terkonfirmasi kesesatan nyata,secara yang spesifik bisa dipertimbangkan dibuka dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus kembali oleh Bawaslu. Jadi, Bawaslu semacam lembaga bagi Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat peninjauan kembali. Banding kepada Bawaslu sebaiknya ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan terbatas pada sengketa yang terkait dengan keikutsertaan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun parpol/calon atau sengketa yang terkait dengan perolehan Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. suara di masing-masing tahapan. Sengketa suara termasuk Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi yang dapat diselesaikan oleh Bawaslu dan Bawaslu provinsi juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan sepanjang bukan merupakan keputusan KPU secara perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu nasional karena hal tersebut merupakan kewenangan MK syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun dalam konteks pemilu 2012 menegaskan setiaplegislatif. partai politik peserta pemilu harus memenuhi Khusus untukperempuan. sengketa Kondisi hasil pemilukada, sebaiknya 30% keterwakilan ini patut diperjuangkan, mengingat praktik selama ini,kepada pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah diserahkan saja Bawaslu setelah MK menyatakan mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, tidak berwenang lagi, jangan dikembalikan ke Mahkamah hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya sengketa aspirasi perempuan Agung (MA). Secara umum, penyelesaian pemilu dalam hukum dandispute), pemerintahan. Dan kondisi tersebut ditulis oleh Nindita (electoral termasuk sengketa hasiltelah pemilukada, Paramastuti dalam tulisannya “Perempuan dan Korupsi: dapat diselesaikan melalui yang jalurberjudul: pengadilan atau jalur Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI nonpengadilan. Tulisan ini lebih merekomendasikan 2009.” penyelesaian sengketa hasil pemilukada oleh jalur Masih berhubungan akuntabilitas keuangan politik, Didik nonpengadilan, yaitudengan oleh tema Bawaslu. Putusan Bawaslu Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan nantinya bersifat final dan mengikat serta tidak dapat Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 98 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon DARI PENGAWAS KE PENGADIL diajukan upaya banding atau peninjauan ke pengadilan. Selain menyelesaikan sengketa pemilu, Bawaslu juga sebaiknya diberikan kewenangan untuk mengadili pelanggaran serius yang dapat berakibat pada diskualifikasi peserta pemilu. Undang-undang nantinya harus menyebutkan jenis-jenis pelanggaran serius tersebut. Dalam konteks pemilu legislatif, vote buying, suap kepada penyelenggara pemilu, menerima dan menggunakan dana kampanye dari sumber yang dilarang, dan candidacy buying dalam konteks pemilukada masuk pada kategori pelanggaran serius tersebut. Dengan begitu, bagan penanganan pelanggaran pemilu akan menjadi sebagai berikut. PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU NO. JENIS PELANGGARAN PEMUTUS/PENYELESAI/YANG MENANGANI 01 Pelanggaran Pidana Polisi, Jaksa, Hakim PN, Hakim PT 02 Pelanggaran Administrasi KPU dan KPUD 03 Pelanggaran Kode Etik DKPP 04 Pelanggaran Serius Bawaslu Fungsi pengawasan tidak sama sekali dihilangkan. Bawaslu sebaiknya diberikan pengawasan khusus mengenai dana kampanye. Laporan dana kampanye tidak diberikan kepada KPU/KPUD, melainkan kepada Bawaslu/Bawaslu provinsi sesuai dengan wilayahnya. Bila ada dugaan penyimpangan terhadap dana kampanye, Bawaslu diberikan kewenangan untuk mengadilinya. Pelanggaran terhadap 99 Pemilu& Demokrasi Jurnal dana kampanye dapat dikategorikan sebagai pelanggaran serius yangsuatu dapat berujung pada diskualifikasi calon atauyang akan merupakan upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik bahkan diskualifikasi parpol baikyang di dapil tertentu maupun dibuat oleh politisi dan pemerintah terpilih untuk memerintah. secara keseluruhan. Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi empiris di berbagai Negara. baru Berbagai variabel mempengaruhi Dengan kewenangan yang lebihyang mengarah pada politcal budget cycles seperti perubahan pola padapelanggaran struktur anggaran baik secara penyelesaian sengketa dan mengadili serius, agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi keanggotaan Bawaslu dan Bawaslu provinsi haruslah diisi dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus orang-orang yang memiliki latar belakang keilmuan di Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat bidang pemilu dan hukum pemilu yang tidak diragukan ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan lagi. Karena bertindak sebagai pemutus sengketa bahkan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun pengadil terhadap pelanggaran serius yang bisa berujung Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. D. KEANGGOTAAN BAWASLU DAN BAWASLU PROVINSI pada hukuman diskualifikasi, Bawaslu dan Bawaslu provinsi Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi hendaknya diisi oleh orang-orang dengan usia minimal 40 juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan tahun. Usia tersebut umumnya dianggap sebagai usia matang perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu untuk dan pemutus sengketa. Diharapkan syarat menjadi verifikasi pengadil faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun yang mengisi keanggotaan di Bawaslu dan Bawaslu provinsi 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi adalah orang-orang yang selama iniinidihormati (respected) 30% keterwakilan perempuan. Kondisi patut diperjuangkan, mengingat karena dedikasi dan keilmuannya dalam bidang pemilu praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah dan hukum pemilu.oleh Mereka bisaApabila saja terdiri mantan- hal ini mayoritas diduduki laki-laki. tidak dari diperjuangkan, akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan mantan hakim konstitusi dan mantan-mantan anggota KPU dalam hukum dan pemerintahan. Dantugasnya kondisi tersebut ditulisdan oleh Nindita yang dalam melaksanakan dinilaitelah berhasil Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: bersih dari praktik-praktik menyimpang. Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.” E.KESIMPULAN Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Berdasarkan uraian terdahulu dapat disimpulkan Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan beberapa hal Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 100 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon DARI PENGAWAS KE PENGADIL 1.Institusi pengawas pemilu perlu dirampingkan dengan menghapuskan PPL, panwascam, dan panwaslu kabupaten/kota. Dengan penghapusan tersebut, pengawasan pemilu dilakukan langsung oleh masyarakat, peserta pemilu, dan pemantau pemilu; 2.Institusi pengawasan yang dipertahankan adalah Bawaslu dan Bawaslu provinsi yang diberikan fungsi pengawasan terbatas untuk mengawasi dana kampanye; 3. Laporan telah terjadinya pelanggaran pemilu langsung diserahkan kepada institusi yang berwenang, yaitu KPU beserta jajarannya sampai kebawas untuk pelanggaran administrasi, polisi untuk pelanggaran pidana pemilu, dan DKPP untuk pelanggaran kode etik; 4. Bawaslu diberikan kewenangan untuk menangani jenis pelanggaran serius, yaitu pelanggaran yang dapat mengakibatkan peserta pemilu didiskualifikasi, antara lain vote buying, suap kepada penyelenggara pemilu, menerima dana kampanye dari sumber yang dilarang, politisasi birokrasi, dan penggunaan dana atau fasilitas publik; 5. Fungsi utama Bawaslu dan Bawaslu provinsi nantinya adalah fungsi penyelesaian sengketa. Semua sengketa pemilu diselesaikan oleh Bawaslu provinsi, sementara Bawaslu menjadi institusi banding untuk sengketa yang terkait dengan kepesertaan dan perolehan suara sebelum dilakukan rekap nasional di KPU; 6.Dalam konteks pemilukada, Bawaslu diberikan kewenangan untuk menyelesaikan sengketa hasil 101 Pemilu& Demokrasi Jurnal pemilukada. Putusan Bawaslu bersifat final dan mengikat serta tidak bisa diajukan upaya banding keyang akan merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik pengadilan. dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.” Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 102 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon POLITIK BIAYA TINGGI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH Oleh: Lia Wulandari1 ABSTRAK Desain pemilihan kepala daerah secara langsung bertujuan untuk memperkuat proses demokratisasi di Indonesia. Namun di dalam pelaksanaanya, norma hukum yang dibuat dan yang tersedia, belum membuat pemilihan kepala daerah secara langusng, berjalan dengan luber dan jurdil. Dalam tulisan ini akan berfokus pada penelitian pengeluara calon kepala daerah, karane para calon kepala daerah secara nyata menyampaikan laporan dana kampanye kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU). Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Garut, Jawa Barat, karena baru saja melaksanakan pemilihan kepala daerah pada Tahun 2013, dan sudah melaksanakan pemilihan kepala daerah secara langsung dua kali (2008 dan 2013). Setidaknya terdapat beberapa item pengeluaran yang harus dipenuhi oleh calon kepala daerah. Pertama, biaya pencalonan, kedua, biaya konsultan dan relawan, dan yang ketiga biaya money politik. Hasilnya, dari laporan yang disampaikan kepada 1 P enulis adalah Peneliti Pada Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) 103 Pemilu& Demokrasi Jurnal KPU Kab. Garut, setiap calon mengeluarkan dana sekitar 2merupakan M dalamsuatu kontestasi pemilukada. Angkakebijakan tersebut publik belumyang akan upaya untuk menyelamatkan termasuk pencalonan, konsultan, dibuat olehbiaya politisiuntuk dan pemerintah yangsurvey terpilihdan untuk memerintah. danPandangan biaya untuk relawan. Oleh sebab itu, diperlukan regulasi Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan yang membatasi biaya pencalonan yang berpotensi sangat Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran besar sekali.Pemilu.” Disamping juga harus ada Political mekanisme, pada Tahun Yunaitu, menjelaskan bahwa budget cycles dimana relawan dan konsultan terintegrasi ke dalam tim sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi sukses, sebagai pertanggungjawaban empiris di berbagaiupaya Negara.kontrol Berbagaidan variabel yang mempengaruhi politcal budgetpolitik cyclesdan seperti perubahan polakepala pada struktur biaya kampanye calon daerah anggaran baik secara agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat The direct local election is aimed to strengthen ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan the democracy process in Indonesia. However, in its political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun implementation, the legal norms made and available do not Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. ABSTRACT make yet the direct local election be direct, public, free, and Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi secret, as well as honest and fair. This writing focuses on a juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan research discussing the expense made by the regional head perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu candidates because they report their peserta campaign fundUU to No. the 8 Tahun syarat verifikasi faktual untuk menjadi pemilu. General Election setiap Commissions (KPU). Thispemilu research was 2012 menegaskan partai politik peserta harus memenuhi done in Garut Regency, West Java, because this regency 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat just conducted a pihak local yang election 2013 and has already praktik selama ini, dudukinbaik di parlemen maupun pemerintah conducted a direct local timesApabila (2008 and 2013). At least, hal ini mayoritas diduduki oleh two laki-laki. tidak diperjuangkan, akan berdampak negatif terhadap mandeknya some items of expenses must be fulfilled aspirasi by the perempuan regional dalam hukumcandidates; dan pemerintahan. tersebutcost; telah ditulis oleh Nindita head firstly, Dan thekondisi nomination secondly, Paramastuti tulisannya yang berjudul: “Perempuan the cost for dalam consultant and volunteers; thirdly, the costdan of Korupsi: Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu money politics. As the result, from the report delivered by DPR RI 2009.” KPU Garut Regency, every candidate spent approximately dengan akuntabilitas politik, Didik twoMasih billionberhubungan rupiahs in the localtema election dispute.keuangan The number Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan did not include yet the cost for nomination, survey and Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 104 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon POLITIK BIAYA TINGGI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH consultant, and volunteers. Therefore, it is necessary to have a regulation that limits the nomination cost that can be very big in number. In addition, there must be also a mechanism, in which the volunteers and consultant are integrated in a success team as an effort to control and be responsible with the political and campaign cost of regional head candidates. A. LATAR BELAKANG Sejak diberlakukannya Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, terjadi perubahan dalam tata cara pemilihan kepala daerah. Berbeda dengan undangundang sebelumnya dimana kepala daerah hanya dipilih melalui pemilihan di parlemen daerah sebagai representasi rakyat (DPRD kabupaten/kota dan DPRD Provinsi), Undang-undang baru ini merubah sistem tersebut menjadi pemilihan secara langsung oleh rakyat. Perubahan tersebut dilakukan sebagai kritik terhadap hak dan kewenangan DPRD pada masa pemerintaha orde baru, karena tidak ada mekanisme yang jelas untuk memilih dan mengawasi gubernur, bupati, dan walikota dan rawan dengan politik uang.2 Proses pemilihan kepala daerah juga berkaitan dengan upaya memenangkan kompetisi elektoral secara legal, ekstra-legal maupun ilegal. Namun, pada prakteknya, perubahan peraturan hukum dan sistem pemilihan serta 2 M encermati Politik Uang di Tingkat DPRD”, Kompas, 15 Maret 1999. Diperoleh dari Wahyudi Kumorotomo, “Intervensi Parpol, Politik Uang Dan Korupsi: Tantangan Kebijakan Publik Setelah Pilkada Langsung,” Makalah disajikan dalam Konferensi Administrasi Negara, Surabaya, 15 Mei 2009. 105 Pemilu& Demokrasi Jurnal kampanye secara langsung tersebut ternyata juga tidak serta mertasuatu membuat bebas dari manipulasi, merupakan upayapemilu untuk menyelamatkan kebijakankorupsi publik yang akan serta penggunaan instrumen kekerasan. Sejak pertama dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. kaliPandangan diselenggarakannya pemilihan kepala daerah secara Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan langsung hingga sekarang (tahun 2005-2013), modusYuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran modus pelanggaran, kecurangan dan bahwa manipulasi pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan Politicaldalam budget cycles pemilihan umum maupun pemilihan kepala daerah tetap sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi marak empiristerjadi. di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal budget cycles seperti perubahan pola pada pada struktur anggaran baik secara Kecurangan pemilu berdampak melemahkan nilaiagregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi nilai demokrasi, mendistorsi dan mendelegitimasi proses dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus pemilu, melemahkan akuntabilitas (partai) politik serta Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat menghadirkan politisi pelaku korupsi dan biaya politik ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan yang tinggi. Permasalahan banyak muncul terkait dengan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun persoalan dana kampanye misalnya seperti masalah politik Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. uang yang semakin marak, penegakan hukum dan kode etik Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi penyelenggara yang tidak berjalan dengan baik, pemborosan juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan anggaran penyelenggaraan, kasus korupsi yang banyak perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu menjerat kepala daerah, terjadinya politik transaksional, syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun metode pencalonan yang menyebabkan biaya politik yang 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi 3 tinggi, dan sebagainya. 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat praktik selamapolitik ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah Persoalan biaya tinggi menjadi salah satu hal yang mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, mencolok dari penyelenggaraan dan kampanye pemilihan hal ini akan berdampak terhadap mandeknya perempuan kepala daerah. negatif Dari segi kampanye, dariaspirasi laporan dana dalam hukum danyang pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita kampanye dilaporkan peserta pemilihan kepala daerah Paramastuti dalam tulisannya yang (KPU), berjudul:total “Perempuan dan Korupsi: kepada Komisi Pemilihan Umum pengeluaran Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI untuk kampanye tingkat provinsi di Pilkada DKI Jakarta 2009.” 2012 saja untuk pemilihan gubernur lebih dari 106 milyar Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Supriyanto dan Lia didapatkan Wulandaridari dalam tulisan Transparansi dan 3 Hasil Kajian Bawaslu Bawaslu melaluiberjudul Laporan Hasil Kajian Bawaslu RI tahun 2008-2012. Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 106 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon POLITIK BIAYA TINGGI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH rupiah dan untuk kampanye tingkat kota di Pilkada Medan tahun 2010 total pengeluaran semua peserta mencapai 12 milyar lebih.4 Kebutuhan akan dana yang besar untuk bersaing dalam kampanye, pada akhirnya memunculkan maslah baru untuk mendapatkan uang sebagai modal kampanye. Praktek politik uang akhirnya menjadi salah satu alternatif pilihan yang menarik bagi kandidat. Pelaksanaan pilkada ternyata banyak diwarnai dengan praktek-praktek vote buying atau jual beli suara, penyalahgunaan wewenang, penggunaan anggaran daerah (APBD, BOS, PNPM, SKPD dan dana Bansos) untuk kepentingan kampanye, tidak menyerahkan laporan dana kampanye akhir, serta berbagai pelanggaran lainnya.5 Data yang diperoleh dari Kementrian Dalam Negeri, pada tahun 2012 tercatat sebanyak 474 kepala daerah terpilih yang terlibat kasus kriminal, paling banyak kasus korupsi dengan 330 orang yang dinyatakan bersalah, 49 orang masih dalam tahap persidangan, dan 95 orang ditetapkan sebagai tersangka.6 Pada saat ini, DPR dan pemerintah sedang menyusun aturan hukum untuk pelaksanaan pemilihan kepala daerah melalui Rancangan Undang-Undang Pemilihan Kepala Daerah (RUU Pilkada). Momentum ini menjadi kesempatan 4 Didik Supriyanto & Lia Wulandari, Basa-basi Dana Kampanye, Jakarta: Perludem, 2013, halaman 167-168 5 B erdasarkan data Hasil Pemantauan Pemilukada yang dilakukan oleh Tim Peneliti ICW terhadap Pemilukada di Kampar, Pandeglang dan Jayapura pada tahun 2011. 6 Sumber diperoleh dari http://www.setkab.go.id/kawal-apbn-6439mendagri-474-pejabat-daerah-terjerat-korupsi.html 107 Pemilu& Demokrasi Jurnal yang penting untuk mendorong perubahan pengaturan dalam undang-undang untuk mendorong pengaturan merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan yang lebih baik. Oleh karena itu, penelitian ini penting dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. untuk menjadiHamdan bahan tersebut rekomendasi yang lebihapa tajam Pandangan berkaitan dengan yang dan disampaikan mendalam mengenai biaya politik tinggi dalam pemilihan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran kepala daerah. pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi Pemilihan kepala daerah menjadi fokus dari riset ini dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus karena kandidat pasangan calon kepala daerah menyerahkan Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat laporan keuangan dana kampanye kepada Komisi Pemilihan ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan Umum Daerah (KPUD) pada setiap penyelenggaraan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun pemilihan kepala daerah. Sementara, dalam pemilihan Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. B. PERMASALAHAN DAN PERTANYAAN PENELITIAN umum legislatif hanya partai politik yang wajib menyerahkan Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi laporan dana kampanye. Sehingga laporan dana kampanye juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan yang ada di KPU tidak dapat mencerminkan bagaimana perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu sebenarnya pengeluaran dana kampanye sumbangan syarat verifikasi faktual untuk menjadi pesertadan pemilu. UU No. 8 Tahun dana kampanye pada prakteknya. 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi 30% keterwakilan perempuan. ini patut diperjuangkan, mengingat Riset ini bertujuan untukKondisi meneliti pengeluaran belanja praktik selama ini, pihakkepala yang duduk baikyang di parlemen maupun pemerintah kampanye pemilihan daerah digunakan untuk mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, kampanye untuk mendapatkan gambaran atas dinamika hal ini akankompleksitas berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasiterutama perempuan dalam dan pengeluaran dana kampanye hukumpemilihan dan pemerintahan. Dan kondisilokal. tersebut telah ditulis oleh Nindita untuk umum di tingkat Tujuan dari riset Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: ini diharapkan dapat mengetahui mengapa pengeluaran Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI belanja kampanye pemilihan kepala daerah di Indonesia 2009.” semakin tinggi. Sehingga, hasil dari riset ini dapat menjadi Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik bahan untuk advokasi perubahan peraturan dana kampanye Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan untuk undang-undang pemilihan kepala daerah yang masih Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 108 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon POLITIK BIAYA TINGGI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat hingga saat ini. Pertanyaan penelitian yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingginya biaya politik dalam pemilihan kepala daerah di Indonesia? C. TINJAUAN PUSTAKA Biaya politik (political expenditure)adalah uang yang digunakan untuk mempengaruhi proses seleksi, nominasi, pemilihan, atau pengangkatan seseorang ke dalam jabatan publik atau jabatan politik, atau sebagai kandidat dalam pemilihan umum. 7 Biaya pemilihan adalah biaya yang dipergunakan untuk tujuan mempromosikan, atau menolak, dilakukan secara langsung selama masa kampanye, kepada partai politik atau kandidat tertentu yang menjadi peserta pemilu. 8 Biaya pemilihan adalah segala bentuk pengeluaran, pembayaran. Distribusi, pinjaman, deposit maupun pemberian uang atau barang berharga, dengan tujuan untuk memberikan dalam proses pemilihan umum atau bertujuan untuk membantu mempromosikan seorang kandidat atau partai politik untuk memenangkan suatu pemilihan umum.9 Korupsi Pemilu adalah bagian dari Korupsi Politik yang dilakukan oleh Politisi sebelum mendapatkan kekuasaan. 7 D efenisi dari Internal Revenue Service’s (IRS), lembaga khusus yang menangani keuangan dan pajak di Amerika Serikat. 8 Canada Elections Act. 9 ederal Campaign Finance Law Chapter 155 Section 9-333c Election: F Campaign Financing 109 Pemilu& Demokrasi Jurnal Politisi melakukan praktek-praktek haram pada saat Pemilu untuk mempengaruhi pemilih. Manifestasi yang publik palingyang akan merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan mencolok korupsi Politik yang padaterpilih saat Pemilu adalah dibuat oleh dari politisi dan pemerintah untuk memerintah. 10 menyuap pemilih secara langsung. Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan TheFarhan Economist bahwa kandidat dalamAnggaran Yuna melalui melaporkan tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi pada Tahun Yuna menjelaskan bahwauntuk Political budget cycles pemilu AS Pemilu.” menghabiskan $ 3 miliar semua sudah menjadi fenomena universal didukung berbagai studi pemilihan di 1996. Sedangkan Majalah Timedengan edisi Maret empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi 1996, menjelaskan bahwa selama masa kampanye tahun politcal budget cycles seperti perubahan polasekitar pada struktur baik secara itu, Steve Forbes menghabiskan US$ 30anggaran juta, Bob agregat maupun secara spesifik pada Pemilu, terkonfirmasi Dole menguras dana sebesar USJ tahun-tahun 27 juta, sedangkan Pat dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus 11 Buchanan sebesar USD 11 juta. Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat Dalam riset yang telah dilakukan oleh David Samuels ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan dengan kasuscycle negara ada tigapolitik isu mendasar political studi corruption atauBrazil, siklus korupsi pada tahun-tahun yang perlu dikaji untuk menilai bagaimana dampak dana Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. kampanye di negara demokrasi baru: adanya pasokan, Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi permintaan, dan komitmen yang kredibel hakikat untuk mendukung juga perlu dibatasi mengingat perbedaan antara laki-laki dan 12 pertukaran pasar. Tanpa pasokan, permintaan, pasar perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuandan sebagai salah satu mekanisme pasar tidakuntuk akanmenjadi muncul. Karena hipotesis ini 8 Tahun syarat verifikasi faktual peserta pemilu. UU No. bersifat umum dan dalam banyak juga pemilu berlakuharus untuk 2012 menegaskan setiap partai politikhal peserta memenuhi demokrasi yang perempuan. sudah mapan, tapi juga diperjuangkan, berlaku untuk 30% keterwakilan Kondisi ini patut mengingat praktik selama ini, pihaklintas-nasional. yang duduk baik di parlemenini maupun pemerintah penelitian komparatif Hipotesis bersifat mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, kumulatif, hanya jika semua lima unsur tersebut terpenuhi hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam hukum dan pemerintahan. Dan kondisi telah ditulis 10 Ibrahim F. Badoh dan Abdullah Dahlan,tersebut (2004) Korupsi Pemiluoleh di Nindita Indonesia, Jakarta: Indonesia Corruption Watch. Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: 11 Denny JA, Politik yang Mencari Bentuk, Yogyakarta: LKIS Yogyakarta, Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2006, halaman 34 2009.” 12 David Samuels, “Does Money Matter? Credible Commitments and Campaign Finance in New Democracies: and Evidence from Brazil” Masih berhubungan dengan tema Theory akuntabilitas keuangan politik, Didik dalam Jurnal Comparative Politics, Vol. 34, No. 1 (Oktober 2001), halaman Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan 23-42, diperoleh dari http://www.jstor.org/stable/422413 diakses pada: 03/09/2013 10:51 Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 110 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon POLITIK BIAYA TINGGI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH akan pasar dana kampanye muncul. Kampanye politik telah menjadi industri pertumbuhan di Brazil sejak demokratisasi di tahun 1980-an. Perkiraan total pengeluaran untuk semua pemilihan pada tahun 1994 jatuh antara US $ 3,5 dan $ 4,5 milyar, sekitar 0,5 persen dari Brasil GDP. Samuels mengusulkan lima hipotesis berikut tentang dampak dana kampanye dalam pemilu di negara demokrasi baru, antara lain: 1. Keseluruhan pasokan dana kampanye adalah fungsi dari insentif dari donatur untuk dapat mempengaruhi distribusi pelayanan pemerintah . 2. Keseluruhan permintaan dana kampanye adalah fungsi dari tingkat persaingan antar partai dan di dalam internal partai itu sendiri. 3. Pertukaran pasar akan berlanjut dengan membangun reputasi kolektif dan / atau perorangan. 4. Pertukaran pasar diteruskan dengan interaksi ulang politisi dan donor. 5. Pertukaran pasar akhirnya menciptakan mekanisme di antara politisi dan donor. Pramono Anung, dalam risetnya menjelaskan bahwa di Indonesia dana kampanye yang dikeluarkan oleh seorang anggota DPR yang terpilih pada pemilu 2009 berkisar antara Rp. 200 juta sampai dengan Rp. 6 milyar.13 Pramono Anung mengkatogorisasikan pengeluaran dana 13 P ramono Anung Wibowo, Mahalnya Demokrasi Memudarnya Ideologi: Potret Komunikasi Politik Legislator Konstituen, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2013, halaman 174-175 111 Pemilu& Demokrasi Jurnal kampanye ke dalam tiga tingkatan kategori, yaitu: a. Dana minimal (140-500 juta rupiah) kebijakan publik yang akan merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan dibuat olehstandar politisi dan pemerintah terpilih untuk memerintah. b. Dana (600-900 juta yang rupiah) Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan c. Pandangan Dana besar(1-6 milyar rupiah) Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran Sumber dana yang sebagian besar berasal dari dana pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles pribadi, gabungan ( pribadi ditambah dengan beberapa sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi sumber lain seperti teman, keluarga, perusahaan, partai empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal politik, dan rakyat), dan dana dari pihak lainanggaran tidak dari budget cycles seperti perubahan pola pada struktur baik secara 14 pribadi tapi dari teman dan partai politik). Sedangkan agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi porsi kampanye alat peraga, dalampengeluaran praktek penganggaran di terbesar Indonesiaadalah yang berkaitan dengan siklus komsumsi transportasi, sertaMelihat fisik, perkembangan kegiatan, Pemilu 2009&ataupun menjelangmedia, Pemilu 2014. saat 15 hadiah saksi.perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan ini, yangdan menjadi political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. D. METODE PENELITIAN Masyarakat ini tidak saja dapat ditafsirkan satudengan kesatuan, tetapi Penelitian menggunakan metode sebagai kualitatif juga perlu dibatasi perbedaan hakikat antara laki-laki dan pendekatan studi mengingat pustaka dan penelusuran dokumen/ perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu kliping media. Tahapan riset secara singkat meliputi syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun pertama studi literatur atas studi-studi dan laporan kerja 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi serta laporan advokasi terhadap praktek pengeluaran untuk 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat kegiatan kampanye yang dilakukan kandidat calon legislatif. praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah Studi pustaka dilakukan atas dokumen-dokumen yang mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini relevan. Pemetaan danterhadap menghimpun dokumen-dokumen akan berdampak negatif mandeknya aspirasi perempuan dalam dan kajian-kajian untuk mengidentifikasi pola, pelaku hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulisdan oleh Nindita juga rekomendasi-rekomendasi yang dimunculkan oleh Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: kajian-kajian tersebut. Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI Pengalaman Perempuan 2009.” Tahapan kedua adalah analisis data-data yang dikum­ Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik berjudul Transparansi dan 15 Pramono Anung Wibowo, Op.Cit, halaman 184-185 Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 112 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon 14 Pramono Anung Wibowo, Op.Cit, halaman 175-179 Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan POLITIK BIAYA TINGGI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH pulkan selama fieldwork. Temuan-temuan yang diperoleh dari studi literature, observasi, dan wawancara mendalam terhadap informan yang relevan dengan kajian ini. Tahapan terakhir adalah penulisan laporan riset yang akan dilakukan oleh peneliti. Penentuan informan untuk wawancara mendalam dilakukan sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman dari narasumber, diutamakan dengan narasumber yang memiliki pengalaman terkait dengan kampanye pemilihan kepala daerah dan atau pernah memiliki pengalaman sebagai kandidat yang berkompetisi dalam pemilihan kepala daerah. E. METODE DAN TAHAPAN RISET Riset ini secara spesifik menelaah pengeluaran kampanye. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi pustaka dan penelusuran dokumen/ kliping media serta observasi di lapangan. Tahapan riset secara singkat meliputi pertama studi literatur atas studi-studi dan laporan kerja serta laporan advokasi mengenai pengeluaran dana untuk kampanye. Mengingat terseraknya laporan, pemberitaan media atau studi mengenai pengeluaran dana untuk kampanye dalam pemilukada di Indonesia, studi pustaka dilakukan untuk mengumpulkan dokumen-dokumen yang relevan. Pemetaan dan menghimpun dokumen-dokumen dan kajian-kajian seputar isu pengeluaran dana untuk kampanye pemenangan dalam pilkada di Indonesia membantu untuk mengidentifikasi pola dan juga rekomendasi-rekomendasi 113 Pemilu& Demokrasi Jurnal yang dimunculkan oleh kajian-kajian tersebut. Tahap kedua dilakukan observasi lapangan, interview, merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat oleh politisi dandata pemerintah yang terpilih untuk memerintah. dan mengumpulkan di lapangan dari berbagai sumber informasi danHamdan informan yang berkaitan dengan Pandangan tersebut berkaitan dengan apa yangtema disampaikan penelitian. Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran pada Tahun Pemilu.” menjelaskan Political yang budget cycles Tahapan ketiga Yuna adalah analisisbahwa data-data sudah menjadi selama fenomenafieldwork. universal didukung dengan berbagai studi dikumpulkan Temuan-temuan yang empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal diperoleh dari studi literatur, observasi, dan in-depth budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara interview divalidasi dan direview guna memastikan akurasi agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dan keabsahannya. Setelah data-data dari fieldwork dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus divalidasi kemudian dianalisis berdasarkan kerangka Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat analisis yang digunakan untuk memahami proses dan ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan dinamika pengeluaran untuk political corruption cycle ataupemenangan siklus korupsipilkada. politik Tahapan pada tahun-tahun terakhir adalah penulisan laporan riset yang akan dilakukan Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. oleh peneliti. Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu syarat verifikasi faktualdari untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun Lokasi penelitian riset ini adalah Kabupaten Garut 2012 menegaskan partai politik peserta pemilu memenuhi karena baru saja setiap melaksanakan pemilihan kepala harus daerah 30% keterwakilan ini patut diperjuangkan, mengingat pada tahun 2013perempuan. dan telahKondisi melakukan pemilihan kepala praktik selama pihak yang duduk di parlemen pemerintah daerah selamaini, dua periode yaitubaik Pilkada 2008 maupun dan 2013. mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini Garut merupakan salah satu kabupaten di provinsi Jawa akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam Barat yang memiliki banyak potensi sumber daya alam yang hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita bukan hanya indah dengan begitu banyak objek wisata yang Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: menarik namun juga menyimpan kekayaan alam berupa gas Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI alam dan uranium. Daerah kabupaten dengan Pendapatan 2009.” F. LOKASI PENELITIAN Asli Daerah pada tahun 2012 sebesar Rp. 184,2 milyar Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 114 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon POLITIK BIAYA TINGGI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH dengan laju perekonomian 5,75% 16 ini juga memiliki letak yang cukup strategis karena dekat dengan Bandung sebagai ibukota provinsi dan juga menjadi perlintasan jalur pantai selatan pulau Jawa. Namun, sayangnya potensi kabupaten dengan nilai ekonomis yang sangat menjanjikan ini belum sepenuhnya dapat dirasakan manfaatnya secara maksimal oleh masyarakat Garut dan belum diberdayakan secara optimal oleh pemerintah daerah Garut. Kabupaten dengan jumlah penduduk 2.485.732 jiwa pada tahun 2012 ini masih memiliki 6.38% penggangguran dan dengan Indeks Pembangunan Manusia 72,12. 17 Berkaitan dengan pemerintahan, tidak dapat terlepas dari pemimpin atau kepala daerah. Sejumlah kasus menarik berkenaan dengan kepala daerah atau bupati Garut sempat mencuat dan menjadi perhatian masyarakat luas. Pada tahun 2007, bupati Garut pada saat itu Agus Supriadi ditahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) karena tersangkut kasus korupsi dan harus menjalani vonis hukuman 7,5 tahun penjara. Akhirnya, wakil Bupati pada saat itu yaitu Memo Hermawan. Sedangkan Bupati Garut terpilih pada Pilkada 2008, yaitu Aceng Fikri tersandung kasus hukum berkaitan pernikahan siri dengan anak di bawah umur dan digantikan oleh wakil bupati pada saat itu Agus Hamdani. 16 Laporan Hasil Pemeriksaan BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Garut tahun 2012. 17 ata BPS tahun 2012 diperoleh dari BPS Garut, diakses pada www.garutkab. D bps.go.id 115 Pemilu& Demokrasi Jurnal G. PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN GARUT merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat politisiBupati dan pemerintah yang terpilih untukpasangan memerintah. Padaoleh Pilkada Garut 2008, ada tujuh Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan calon yang maju sebagai kandidat. Sejak Pilkada Garut Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi 2008, pasangan calon independen sudah banyak ikutAnggaran pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan Politicalbupati budget cycles meramaikan bursa pencalonan bupatibahwa dan wakil sudah menjadi fenomena universal dengan berbagai studi Garut. Dari tujuh pasangan calondidukung yang mendaftar dan empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal lolos sebagai peserta pilkada, ada tiga pasangan calon budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara yang berasal dari calon perseorangan atau independen. agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi Dan hasil yang mengejutkan banyak pihak, Pilkada Bupati dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Garut 2008 dimenangkan oleh pasangan calon independen Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat dengan nomor urut 3 yaitu Aceng Fikri dan Dicky Chandra. ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan Namun, dan siklus wakil bupati tersebut political pasangan corruptionbupati cycle atau korupsi terpilih politik pada tahun-tahun tidak berlangsung lama. Karena setelah Aceng Fikri Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. bergabung dengan satu partai politik, Dicky Chandra Masyarakat tidaksalah saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi mengundurkan diri dari jabatannya dan digantikan juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara oleh laki-laki dan Agus Hamdani. Tidak berselang lama, Aceng Fikri terlibat perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu kasus pernikahan siri untuk dengan anakpeserta di bawah umur syarat verifikasi faktual menjadi pemilu. UU dan No. 8 Tahun terpaksa melimpahkan kepada wakil bupati saat 2012 menegaskan setiapjabatannya partai politik peserta pemilu harus memenuhi 30%yaitu keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat itu, Agus Hamdani. praktik pihak yang parlemen maupun pemerintah Padaselama tabelini, berikut di duduk bawahbaik inidi dapat dilihat latar mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, belakang dari masing-masing pasangan calon yang menjadi hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam peserta dalam pemilihan Bupati Garut 2008. Ternyata hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita pasangan calon yang berkompetisi pada saat itu berasal dari Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: beragam latar belakang, ada yang berasal dari politisi dan Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI anggota DPRD, dokter, pengusaha, ulama, bahkan artis. 2009.” Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 116 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon REFORMASI SISTEM KEPARTAIAN SETENGAH HATI Oleh: Heroik Mutaqin Pratama ABSTRAK Sudah menjadi dilema tersendiri bagi Indonesia yang menghadapkan sistem multipartai dengan sistem presidensialisme yang sering kali berdampak pada efektifitas dan stabilitas politik di Indonesia. Salah satu cara untuk memperbaiki hal ini ialah dengan mendesain ulang sistem pemilu di Indonesia yang dapat berdampak secara langsung pada sistem kepartaian. Meski demikian dari adanya rutinitas lima tahunan sekali menejelang pemilu terjadi revisi Undang-Undang Pemilu legislatif seperti yang terjadi sebelum pemilu legislatif 2014. Dalam pembahasanya partai politik lebih mengedepankan kepentingan pribadinya dibandingkan untuk memperbaiki sistem kepartaian di Indonesia. Alhasil tidak ada perubahan signifikan dari UU No. 8 Tahun 2012 yang masih saja menghasilkan tingginya fragmantasi politik diparlemen. Meski demikian pemilu serentak pada 2019 menjadi pondasi dasar memperbaikan sistem kepartaian di Indonesia guna menopang jalannya sistem presidensialisme, dengan cara meminimalisir kehadiran swing voters. Sehingga harapanya presiden 117 Pemilu& Demokrasi Jurnal terpilih pada pemilu 2019 memiliki mayoritas dukungan di parlemen. merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. ABSTRACT Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri which Siklus exposes Politisasi aAnggaran It has been a dilemma for Indonesia, pada Tahunsystem Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa budget cycles multiparty with a presidential systemPolitical which often sudah fenomena universal and didukung dengan berbagai studi has an menjadi impact on the effectiveness political stability in empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal Indonesia. One way to fix this is to redesign the electoral budget cycles seperti perubahan polahave padaastruktur baik secara system in Indonesia which can direct anggaran impact on agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi the party system. However, from the routine done once in dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus five years approaching election, the revision on legislative Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat election law happens as happened before the 2014 legislative ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan election. In the discussion, political parties put forward their political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun personal interests rather than improving the party system Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. in Indonesia. As a result, there is no significant change of Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi the Law No. 8 of 2012 which still results in high political juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan fragmentation in parliament. Nevertheless the simultaneous perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu elections in 2019 become themenjadi basic foundation to improve syarat verifikasi faktual untuk peserta pemilu. UU No. 8 Tahun the party system in Indonesia in order to sustain the course 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi of a presidential system by minimizing the presence of swing 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat voters. it is expected that the president in praktik Therefore, selama ini, pihak yang duduk baik di elected parlemen maupun pemerintah 2019 elections has majority support in parliament. mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Seperti yang sudah diduga oleh banyak pihak jumlah Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI partai politik hasil pemilu legislatif 2014 di bawah Undang2009.” A.PENDAHULUAN Undang No. 8 Tahun 2012 tidak mampu memperkecil Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik jumlah partai politik di parlemen dalam rangka meredam Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan fragmantasi politik beserta memperbaiki sistem kepartaian Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 118 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon REFORMASI SISTEM KEPARTAIAN SETENGAH HATI yang mampu menopang jalannya efektifitas sistem presidensialisme di Indonesia. Padahal pasca reformasi terjadi agenda rutin lima tahun sekali untuk melakukan revisi Undang-Undang pemilu, mulai dari pemilu 1999 menggunakan UU No. 3 Tahun 1999 yang menghasilkan 21 partai politik di parlemen, kemudian pemilu legislatif tahun 2004 dengan UU No. 12 Tahun 2003 dengan 24 partai politik di parlemen, dan pemilu 2009 menggunakan UU No. 10 Tahun 2008 dengan menghasilkan 9 partai politik di parlemen, serta pemilu 2014 dibawah payung hukum UU No. 8 Tahun 2012 yang menghasilkan 10 partai politik di DPR. Jika demikian yang menjadi pertanyaan kemudian ialah sistem kepartaian yang seperti apa yang dibayangkan oleh DPR melalui rutinitas lima tahunan tersebut ? mengingat pada hari ini kita dihadapkan dengan dilema antara sistem kepartaian ekstrim yang dihadapakan dengan sistem presidensialisme, serta adanya sistem kepartaian yang terkartelisasi. Atau jangan-jangan revisi Undang-Undang pemilu yang rutin dilakukan menjelang pemilihan umum hanya dijadikan instrumen oleh partai politik untuk meningkatkan perolehan kursi di DPR semata. Dari situlah kemudian tulisan ini berusaha untuk mengelaborasi hal tersebut dalam sebuah analisa terhadap kebijakan publik yakni UU No. 8 Tahun 2012 Tentang Pemilu Legislatif dengan menggunakan presfektif analisa terhadap (analysis of) kebijakan dengan model analisa mixed scanning. Model analisa mixed scanning yang tidak hanya melihat proses kebijakan oleh perhitiungan rasional- 119 Pemilu& Demokrasi Jurnal efektif-efisien melainkan perhitungan rasional politis, yang mengakibatkan proses kebijakan sebagaikebijakan proses publik tawaryang akan merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan menawar berbagai aktor danyang kepentingan yangmemerintah. terlibat dibuat olehantar politisi dan pemerintah terpilih untuk (Santoso 2010,Hamdan h. 20). tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Pandangan Menjadi digunakan dalamSiklus rangka melihatAnggaran Yuna Farhanrelevan melaluiuntuk tulisannya “Menelusuri Politisasi pada Tahun Pemilu.” revisi Yuna menjelaskan budget cycles proses perumusan UU Pemilubahwa yangPolitical didominasi sudah berbagai menjadi fenomena universal berbagai studi oleh kepentingan partaididukung politik dengan didalamnya. empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi Disamping itu studi ini tidak seutuhnya meliha proses politcal budget cycleskebijakan seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara perumusan semata, melainkan studi ini berusaha agregatmengelaborasi maupun secara perlunya spesifik pada tahun-tahun terkonfirmasi untuk pentaan sistemPemilu, kepartaian dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Indonesia kedepan. Untuk itu tulisan ini akan terbagi Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat kedalam tiga pokok bahasan yang diantaranya : pertama, ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan tulisan ini akan membahas relasi yang terbangun antara political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun sistem pemilu dengan sistem kepartaian. Kedua, tulisan ini Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. akan membahas mengenai dinamika perumusan UU No. 8 Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi Tahun 2012, dan Ketiga, akan membahas mengenai sistem juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan kepartaian yang dihasilkan dan prospek sistem kepartaian perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu Indonesia kedepan. syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah mayoritas oleh sistem laki-laki.kepartaian Apabila tidak diperjuangkan, Sistem diduduki pemilu dan merupakan dua hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya perempuan hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama aspirasi lain. Studi yang dalam hukum danoleh pemerintahan. kondisi(1950) tersebutyang telahkemudian ditulis oleh Nindita dilakukan Maurice Dan Duverger Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: dikenal dengan Duverger’s Law berhasil menjelaskan sistem Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI pemilu distrik (plurality majority) selalu menghasilkan 2009.” B. RELASI ANTARA SISTEM PEMILU & SISTEM KEPARTAIAN sistem dua partai dan sistem pemilu proposional Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik (propotional representation) selalu menghasilkan sistem Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan banyak partai atau multipartai. Dalam penjelasanya Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 120 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon REFORMASI SISTEM KEPARTAIAN SETENGAH HATI Duverger menjelaskan relasi yang terbangun antara sistem pemilu dengan sistem kepartaian tidak terlepas dari efek mekanis dan efek psikologis yang ditimbulkan dari sistem pemilu (Pamungkas 2011). Sebagai cara untuk mengkonvensi jumlah perolehan suara menjadi jumlah perolehan kursi partai politik di parlemen, sistem pemilu memiliki beberapa unsur yang dapat berimplikasi secara langsung terhadap jumlah perolehan kursi partai politik di parlemen termasuk jumlah partai politik itu sendiri. Unsur dari sistem pemilu tersebut antara lain: Pertama, District Magnitude atau besaran distrik merupakan sedikit atau banyaknya anggota DPR yang akan dipilih dalam satu distrik pemilihan atau daerah pemilihan (Pamungkas 2009, h. 15). Besaran distrik sendiri diklasifikasikan kedalam dua jenis yakni tunggal maksudnya ialah didalam satu daerah pemilihan terdapat satu anggota lembaga perwakilan yang akan memperoleh kursi diparlemen. Dan besaran distrik jamak yang terkategori kedalam distrik kecil yang dalam satu daerah pemilihan terdapat 2-5 kursi yang diperbutkan, distrik sedang yang dalam satu daerah pemilihan terdapat 6-10 kursi, dan distrik besar yang terdapat lebih dari 10 kursi yang diperubutkan dalam satu daerah pemilihan. Pada sisi lain besaran distrik dapat berpengaruh pada drajat persaingan antar partai politik dan sedikit banyaknya partai politik. Logikanya semakin kecil besaran district magnitude semakin besar persaingan antar partai politik yang dapat memicu pada semakin sedikit jumlah partai politik yang ada, karena alokasi kursi yang diperebutkan 121 Pemilu& Demokrasi Jurnal oleh antar partai politik didalam satu daerah sedikit. Begitu pula sebaliknya, jika untuk semakin besar district magnitude merupakan suatu upaya menyelamatkan kebijakan publik yang akan didalam suatu daerah semakin minim persaingan antar dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. partai politik Hamdan yang terjadi akibat banyaknya kursi Pandangan tersebut berkaitan denganjumlah apa yang disampaikan yang diperebutkan oleh partai dalam suatu daerah. Sehingga Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran memberikan peluangYuna lebihmenjelaskan besar bagi bahwa partai Political politik yang pada Tahun Pemilu.” budget cycles sudah ada maupun yang baru untuk memperoleh kursi sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi legislatif, yang tentunya berdampak peningkatan politcal empiris di berbagai Negara. Berbagai variabelpada yang mempengaruhi budget cycles jumlah partaiseperti politik.perubahan pola pada struktur anggaran baik secara agregat maupun secarabatas spesifik padaThreshold tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi Kedua, ambang atau yakni tingkat dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus minimal perolehan suara (dihitung melalui presentase) Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat yang harus diperoleh partai politik untuk mendapatkan ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan perwakilan. Ambang batas ini terbagi menjadi dua yakni political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Parliamentary Threshold yang selanjutnya disingkat Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. PT yakni tingkat minimal perolehan jumlah suara partai Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi politik untuk mendapatkan kursi diparlemen, dan Electoral juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan Threshold (ET) yakni tingkat minimum perolehan suara perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu partai politik untuk mengikuti pemilu berikutnya. William syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun Downs (dalam Ishiyama & Breuning (eds.)pemilu 2013)harus dalam 2012 menegaskan setiap partai politik peserta memenuhi studinya mengungkapkan, Electoral Threshold merupakan 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat cara yang biasaini, dipakai sistem proposional untuk membatasi praktik selama pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah masuknya partai-partai kecil (kadang-kadang ekstrimis) hal ini mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, kedalam legislatif, Threshold aspirasi mensyaratkan akan berdampak negatif karena terhadap mandeknya perempuan dalam hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut ditulis oleh Nindita tercapainya presentase minimum suara atautelah jumlah kursi Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: minimum agar partai dapat meraih kursi di “Perempuan legislatif. dan Korupsi: Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI Sehingga semakin besar presentase besaran PT dan 2009.” ET semakin sulit partai politik untuk memperoleh kursi Masih berhubungan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik parlemen dan semakindengan sulit partai politik untuk mengikuti Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan pemilu, begitupun sebaliknya semakin kecil besaran PT dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 122 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon REFORMASI SISTEM KEPARTAIAN SETENGAH HATI ET semakin mudah partai politik memperoleh kursi dan mengikuti pemilu. Dengan ini maka besaran presentase PT dan ET dapat dijadikan sebagai instrumen pembatasan jumlah partai politik didalam suatu negara. Ketiga yakni Electoral Formula atau formula pemilihan sebagai metode penghitung yang memiliki tugas untuk merubah suara menjadi kursi. Formula pemilihan ini menurut Pamungkas (2009: 18-19) dibagi kedalam tiga jenis yang diantaranya yakni formula pluralitas dimana kandidat calon dari partai politik yang mendapatkan kursi ialah yang mendapatkan suara terbanyak, formula mayoritas ialah calon yang memperoleh suara sebanyak 50% + 1 suara yang berhak mendaptakan krusi, dan formula perwakilan berimbang dimana jumlah suara yang diperoleh calon atau partai berbanding lurus dengan perolehan kursi yang didapatkan. Meski demikian setiap sistem pemilu memiliki metode penghitungan suara masing-masing yang berbeda satu dengan yang lainnya. Seperti sistem pemilu proposional yang memiliki dua metode penghitungan yakni metode kuota dengan adannya bilangan pembagi pemilih dan metode divisor yang melihat jumlah rata-rata perolehan suara terbesar (the highest average) yang berhak memperoleh kursi parlemen melalui bilang pembagi yang sudah ditentukan terlebih dahulu (Pamungkas 2009). Meski demikian dari ketiga unsur tersebut, dalam sistem pemilu distrik maupun proposional digunakan dengan cara berikut besaran yang berbeda dan tentunya memiliki dampak yang berbeda pula. Untuk sistem pemilu plurality 123 Pemilu& Demokrasi Jurnal majority atau distrik misalnya, besaran district magnitude yang digunakan ialahuntuk jenis tunggal, yakni dalam satuyang akan merupakan suatu upaya menyelamatkan kebijakan publik daerah pemilihan hanya terdapatyang satuterpilih kursi parlemen yang dibuat oleh politisi dan pemerintah untuk memerintah. diperebutkan. Sedangkan dalam sistem pemilu proposional Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan district magnitude yang digunakan ialah jenis besaranAnggaran Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi distrik jamakPemilu.” yang dalam satu daerah bahwa pemilihan terdapat pada Tahun Yuna menjelaskan Political budget cycles lebih dari satu kursi yang diperebutkan. sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi empiris di berbagai Negara. Berbagai variabelelectoral yang mempengaruhi Begitu pula dengan penggunaan formula politcal budget cycles pola pada struktur baik secara berbeda, padaseperti sistemperubahan pemilu distrik formula yanganggaran digunakan agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, ialah formula mayoritas dengan prinsip the winner taketerkonfirmasi all, dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus yakni partai politik yang memperoleh suara terbanyaklah Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat yang berhak memperoleh kursi di parlemen. Sedangkan ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan dalam sistem pemilu proposional formula penghitungan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun yang digunakan ialah formula perwakilan berimbang Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. dimana jumlah suara yang diperoleh calon atau partai Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi berbanding lurus dengan perolehan kursi yang didapatkan. juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan Dari perbedaan inilahketerwakilan kemudianperempuan berdampak pada perempuan. Seperti halnya sebagai salah satu persaingan danfaktual jumlah partai politik di parlemen. syarat verifikasi untuk menjadi peserta pemilu. UUPada No. 8 Tahun sistem pemilu distrik distrik 2012 menegaskan setiapyang partaimenggunakan politik peserta besaran pemilu harus memenuhi tunggal dengan formula penghitungan mayoritas, mampu 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat praktik selama ini, pihak yang duduk baik parlemen maupun pemerintah menghasilkan sistem dua partai. Hal inidikarena hanya partaimayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, partai kecil maupun partai baru tidak mampu bersaing untuk hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam memperebutkan satu kursi pada setiap daerah pemilihan hukum dan pemerintahan. kondisi ditulis oleh Nindita dengan partai politik besarDan yang sudahtersebut mapantelah dengan party Paramastuti dalam dan Korupsi: identification yangtulisannya tinggi di yang mataberjudul: pemilih.“Perempuan Karena sedikit Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI banyaknya jumlah perolehan suara yang didapatkan oleh 2009.” partai politik jika tidak mampu memperoleh suara tertinggi Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangantidak politik, Didik dalam satu daerah pemilihan, partai politik tersebut Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan akan memperoleh kursi parlemen dari daerah pemilihan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 124 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon REFORMASI SISTEM KEPARTAIAN SETENGAH HATI tersebut. Sehingga jumlah perolehan suara yang didapatkan oleh partai kecil cenderung terbuang dengan sia-sia. Untuk itu sistem pemilu distrik cenderung menghasilkan sistem dua partai politik. Di lain pihak sistem pemilu proposional dengan besaran distrik jamak dengan jumlah alokasi kursi lebih dari satu dalam satu dalam satu daerah pemilihan, serta dengan digunakanya formula penghitungan suara dengan metode perwakilan berimbang. Mampu memberikan peluang lebih besar bagi partai-partai kecil dan partai politik baru untuk ikut bersaing dalam memperoleh kursi diparlemen, tanpa perlu khawatir akan terbuangnya secara sia-sia suara yang didapatkan. Hal ini karena sistem pemilu proposional lebih mengedepankan kesimbangan atau proposionalitas jumlah perolehan suara yang didapatkan oleh partai politik dengan jumlah kursi parlemen yang didapatkan. Sehingga sistem pemilu proposional mampu menyelamatkan disproposionalitas suara yang sudah didapatkan oleh partai politik sehingga mampu menghasilkan sistem banyak partai atau multipartai. Dari sinilah kemudian Maurice Duverger melihat (1957 dalam Amal (ed.) 2012) sistem pemilu proposional mampu menjawab situasi over representation dan under representation. Dimana dalam sistem pemilu distrik partaipartai mayoritas cenderung mengalami over representation, sedangkan partai-partai minoritas yang tidak mampu memperoleh perwakilan di parlemen mengalami under representation. Sehingga partai-partai minoritas memutuskan untuk tidak “membuang atau menyia- 125 Pemilu& Demokrasi Jurnal nyiakan” suaranya sehingga kemudian ia memberikan suaranya kepada salahuntuk satu menyelamatkan dari dua partaikebijakan mayoritas yangyang akan merupakan suatu upaya publik sedang bersaing memperoleh dibuat oleh politisidemi dan pemerintah yangpaerwakilan terpilih untuk(Duverger memerintah. 1957 dalam Amal (ed.) 2012). Untuk itu sistem pemilu Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan proposional yang menekankan akan keseimbangan jumlah Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran perolehan suara dan jumlah perolehan kursi partai politik di cycles pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget parlemen, mampu merubah sistuasi ini dengandengan memberikan sudah menjadi fenomena universal didukung berbagai studi ruang lebih Negara. bagi partai minoritas dalam memperoleh politcal empirishidup di berbagai Berbagai variabel yang mempengaruhi budgettanpa cycles seperti perubahan pada struktur anggaran baik secara kursi membuang dan pola menyia-nyiakan perolehan agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi suara yang didapatkan. dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. C. DINAMIKA FORMULASI UU NO. 8 TAHUN 2012: ANTARA PRAGMATISME DAN IDEALISME Dengan saling terhubungnya antara sistem pemilu Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi dengan sistem kaprtaian, kehadiran revisi Undang-Undang juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan No. 10 Tahun 2008 menjadi Undang-Undang No. 8 Tahun perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu 2012 mengatur 2014, tentunya syaratyang verifikasi faktualsistem untukpemilu menjadilegislatif peserta pemilu. UU No. 8 Tahun menjadi gerbang awal dalam proses pembentukan dan 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi perbaikan jalannya sistem kepartaian di Indonesia. Untuk 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat itu dalam proses perlu kita cermati betul-betul praktik selama ini,permusannya pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah bagiamana para pemangku kebijakan melakukan revisi hal ini mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan Undang-Undang tersebut, tertutama berkaitan dengan tiga dalam hukumdari dan pemerintahan. kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita unsur sistem pemiluDan yang mimiliki implikasi secara Paramastuti dalamjumlah tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: langsung dengan partai politik (district magnitude, Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI parliementary threshold, electoral formula). 2009.” Sehingga kita dapat mengetahui semangat dan tujuan Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik yang khendak dibawa oleh para partai politik diparlemen Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan dalam melakukan revisi Undang-Undang Pemilu Legislatif, Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 126 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon REFORMASI SISTEM KEPARTAIAN SETENGAH HATI apakah sebagai sarana untuk memperbaiki jalannya sistem kepertaian di Indonesia dari multipartai ekstrim menjadi multipartai moderat sebagai salah satu cara untuk meredam fragamantasi politik diparlemen, sekaligus menjamin efektifitas serta stabilitas sistem presidensialisme. Atau jangan-jangan revisi Undang-Undang pemilu hanya dijadikan sarana bagi partai politik untuk menyingkarkan partai politik lainnya. Dalam prosesnya, permusan revisi UU No. 10 Tahun 2008 cenderung kompleks dan menuai perdebatan antara sembilan partai politik di DPR. Terlepas dari proses perumusan kebijakan publik yang tidak hanya sekedar berbicara mengenai adanya masalah yang kemudian dijawab setelah menemukan akan permasalahan, tetapi ketika terdapat masalah dan berusaha diselesaiakn terdapat cara pendang yang berbeda yang dibarengi dengan kepentinga berbeda-beda pula antar policy maker. Apalagi kebijakan publik yang dibahas adalah UndangUndang Pemilu legislatif yang menyangkut lingkungan hidup dari partai politik. Sehingga dalam proses formulasi kebijakan terjadi proses tawar-menawar antar partai politik terutama antara partai besar dengan partai kecil berkaiatan dengan tiga unsur dari sistem pemilu yang berpengaruh terhadap jumlah partai politik yakni Parliamentary Trashold, District Magnitude (Besaran alokasi kursi perdaerah pemilihan), dan Formula penghitungan suara. 127 Pemilu& Demokrasi Jurnal 1) PARLIAMENTARY TRASHOLD (PT) merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan Dalamdan pembahasan mengenai besaran dibuat oleh politisi pemerintahpasal yang208 terpilih untuk memerintah. PT dari sembilan partai politik di parlemen, terbagi Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan kedalam duatulisannya kubu yang“Menelusuri berbeda dengan Yuna Farhan melalui Siklus menawarPolitisasi Anggaran kan besaran angka PT besar dan kecil. Kubu pertama pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles terdiri dari partai politik besar di parlemen seperti sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi Demokrat, PDIP, Golkar PKS yang menawarkan politcal empiris di berbagai Negara. Berbagaidan variabel yang mempengaruhi besaran PT lebih dari 3% dengananggaran 5%. Kubu budget cycles seperti perubahan polasampai pada struktur baik secara agregat maupun secaradari spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi kedua terdiri partai-partai politik kecil di parledalam praktek penganggaran di Indonesia dengan siklus men seperti PPP, PAN, Hanura, yang PKB berkaitan dan Gerindra Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat yang menawarkan besaran PT 2,5%. Adapun besaini, yang ran menjadi perhatian tidak hanya budget cycles, melainkan PT yang ditawarkan daripolitical masing-masing partai political tersebut corruption cycle atau melalui siklus korupsi politik :pada tahun-tahun dapat dilihat tabel berikut Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi TABEL.1 SIKAP FRAKSI DI DPR 2009-2014 DALAM juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan PEMBAHASAN PARLEMENTARY TRESHOLD perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu syarat verifikasi faktual UU No. 8 Tahun NO NAMAuntuk FRAKSImenjadi peserta pemilu. SIKAP 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi 1. Fraksi Partai Demokrat 4% 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat 2. Fraksi Partai Golkar 5% praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah Fraksi PDI Perjuangan 5% mayoritas3.diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini 4. Fraksi PKS terhadap mandeknya aspirasi perempuan 3-5% akan berdampak negatif dalam hukum dan Dan kondisi tersebut telah ditulis2,5% oleh Nindita 5. pemerintahan. Fraksi PAN (meskipun tidak keberatan angka 2%) Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: 6. Perempuan Fraksi PPP 2,5% DPR RI Pengalaman Menghadapi Korupsi dalam Pemilu Fraksi PKB 2,5% 2009.” 7. 8. Fraksi Partaidengan Gerindra tema akuntabilitas keuangan2,5% Masih berhubungan politik, Didik Supriyanto9. dan Fraksi Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Partai Hanura tidak hadir Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana SUMBER : SUKMAJATI 2012 kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 128 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon REFORMASI SISTEM KEPARTAIAN SETENGAH HATI Hadirnya dua kubu partai politik yang menawarkan besaran PT berbeda, tentunya berangkat dari adanya dua kepentingan yang berbeda pula untuk direalisasikan. Partai politik besar yang menawarkan besaran PT yang terbilang tinggi, dilandasi oleh semangat untuk membatasi jumlah partai politik yang masuk di parlemen. Berkurangnya jumlah partai politik diparlemen memang mampu meredam fragmantasi politik diparlemen dalam rangka menjawab permasalahan efektifitas dan stabilitas pemerintahan semata. Akan tetapi sebagai organisasi yang memiliki orientasi untuk memperoleh kekuasaan melalui pemilu, partai politik tentunya perlu bersaing dengan partai politik lainnya. Sehingga dengan semakin sedikit jumlah partai politik yang ada, akan semakin mudah partai politik besar untuk memperoleh kekuasaan. Belum lagi dalam sistem pemilu proposional keberadaan parliementary threshold sering kali dijadikan instrumen oleh partai politik besar untuk menyingkirkan partai politik kecil masuk ke parlemen (Downs dalam Ishiyama & Breuning (eds.) 2013). Selain itu, kehadiran threshold sendiri cenderung mencederai sistem pemilu proposional itu sendiri yang menghargai keseimbangan perolehan suara yang didapat partai dengan perolehan kursi yang didapatkan. Sedangkan kehadiran threshold yang membuat batas minimum perolehan suara partai 129 Pemilu& Demokrasi Jurnal politik untuk memperoleh krusi di parlemen, dapat pada disproposionalitas atauyang akan merupakan suatuberdampak upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik terbuangnya suara partai secaramemerintah. sia-sia dibuat oleh politisi dan pemerintah yangpolitik terpilih untuk akibatHamdan tidak tersebut mampuberkaitan melebihi ambang batas Pandangan dengan apa yang disampaikan tersebut. Dengan kata lain penyederhanaan partai Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran politik dapatYuna menjadi modus bahwa bagi partai pada Tahun Pemilu.” menjelaskan Politicalpolitik budget cycles besar untuk menyingkirkan lawan politiknya. sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi empiris di berbagai Negara.kubu Berbagai variabel yang mempengaruhi Sedangkan kedua yang terdiri dari politcal budget cycles perubahan pola pada struktur anggaran baik secara partaiseperti politik kecil yang menawarkan besaran agregat maupun secara tentunya spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi PT rendah, menyadari akan dampak dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus yang akan ditimbulkan kelak jika besaran PT Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat melampaui kapasitas dan kemampuan bersaing ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan dari partai-partai kecil yang berpengaruh pada political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun keberlangsungan hidup mereka. Untuk itu mereka Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. berusaha untuk menawarkan besaran PT 2,5% agar Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi dapat memihak pada partai kecil dan menjamin juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan keberlangsungan hidup mereka pada pemilu 2014. perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu Meski demikian semangat perdebatan dalam syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun merumuskan PT tersebut 2012 menegaskan setiapbesaran partai politik peserta tidak pemilumemiliki harus memenuhi arti yang cukup signifikan dengan menghasilkan 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat jalan ini, tengah partai dengan praktik selama pihakatau yang kompromi duduk baik diantar parlemen maupun pemerintah besaran PToleh 3,5%. mayoritas diduduki laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI Besaran jumlah alokasi kursi per-daerah 2009.” 2)JUMLAH ALOKASI KURSI PER-DAERAH PEMILIHAN untuk DPR yang tertuangkeuangan pada pasal Masihpemilihan berhubungan dengan tema akuntabilitas politik, Didik 22 dan –pun, kedalam dua kepentingan yang Supriyanto Lia terbagi Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 130 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon REFORMASI SISTEM KEPARTAIAN SETENGAH HATI dibawa partai politik besar dan partai politik kecil yang tidak jauh berbeda dengan perdebatan PT. Karena besaran alokasi kursi per-daerah pemilihan memiliki logika semakin besar distric magnitude semakin besar peluangan partai politik untuk memperoleh kursi parlemen, dan semakin kecil district magnitude semakin kecil peluang partai politik untuk memperoleh kursi parlemen. Sehingga partai-partai besar yang tergolong mapan dan lebih tepatnya memiliki kepercayaan diri berlebihan, berani menawarakan besaran alokasi kursi daerah pemilihan yang cenderung semakin kecil. Sedangkan partai kecil yang memiliki tujuan untuk menjamin keberlangsungan hidupnya pada pemilu 2014 memiliki memperbesar jumlah alokasi kursi perdaerah pemilihan. Meski demikian keberadaan district magnitude atau jumlah alokasi kursi perdaerah pemilihan berbeda dengan PT yang dapat mengakibatkan terbuangnya suara partai politik secara sia-sia. Hal ini karena keberadaan district magnitude bukan membuat standar batas minum perolehan suara, melainkan menentukan jumlah kursi yang diperebutkan perdaerah. Namun demikian lagi-lagi pada akhir perdebatan tidak ada yang berubah dari besaran jumlah daerah pemilihan antara Undanga-Undang No. 10 Tahun 2008 dengan Undang-Undang No. 8 Tahun 2012 dengan besaran alokasi kursi 3-10 untuk DPR. 131 Pemilu& Demokrasi Jurnal TABEL.2 SIKAP FRAKSI DPR 2009-2014 DALAM PEMBAHASAN ALOKASI KURSI kebijakan publik yang akan merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. NO NAMA FRAKSI SIKAP Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan 1. Fraksi Partai Sistem proporsional terbuka dan penetapan Yuna Farhan melalui “Menelusuri Siklus Politisasi Demokrattulisannya calon terpilih suara terbanyak. Adapun alokasi Anggaran kursi 3-10 (DPR) dan 3-12 (DPRD) pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles 2. Fraksi Partai Golkaruniversal Sistem campuran dengan alokasi kursi 3-5berbagai studi sudah menjadi fenomena didukung dengan berlaku untuk DPR dan DPRD empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal 3. Fraksi PDI tertutup dengan alokasi budget cycles seperti perubahanSistem polaproporsional pada struktur anggaran baik secara Perjuangan kursi 3-8 (DPR) dan 3-10 (DPRD) agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi 4. Fraksi PKS Sistem proporsional tertutup dengan alokasi dalam praktek penganggaran dikursi Indonesia yang berkaitan dengan siklus 3-10 (DPR) dan 3-10 (DPRD) Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat saat 5. Fraksi PAN Sistem proposional terbuka denganperkembangan alokasi kursi 3-10 (DPR) dan 3-10 (DPRD) ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan 6. Fraksi PPP proposional terbuka dengan alokasi political corruption cycle atau Sistem siklus korupsi politik pada kursi tahun-tahun 3-10 (DPR) dan 3-10 (DPRD) Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. 7. Fraksi PKB Tidak hadir Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi Fraksi Partai hadir juga perlu8. dibatasi mengingat Tidak perbedaan hakikat antara laki-laki dan Gerindra perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu 9. Fraksi Partai Tidak hadir syarat verifikasi Hanura faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi SUMBER : SUKMAJATI 2012 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam Sebagai salah satu pasal yang penah mengalami hukum dan pemerintahan.dalam Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita permasalahan proses penyelenggaraan Paramastuti dalam tulisannya yangsengkata berjudul:di“Perempuan dan Korupsi: pemilu yang berujung MA dan MK, Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu metode formulasi penghitungan suara yang tertera DPR RI 2009.” 3) FORMULA PENGIHITUNGAN SUARA pada pasal 211 dan 212, menjadi perdabatan Masihpula berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik antar sembilan fraksi partai politik di DPR. Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Perdebatan yang muncul lebih mengarah pada Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 132 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon REFORMASI SISTEM KEPARTAIAN SETENGAH HATI penentuan metode penghitungan suara yang didalam sistem pemilu proposional terdapat dua metode yakni Quota dan Divisor. TABEL. 3 SIKAP FRAKSI DPR 2009-2014 DALAM PEMBAHASAN METODE PENGHITUNGAN SUARA NO NAMA FRAKSI SIKAP 1. Fraksi Partai Demokrat Habis di daerah pemilihan dengan metode kuota 2. Fraksi Partai Golkar Metode divisor (terutama varian D’Hondt atau dengan bilangan pembagi 1, 2, 3, 4, dst) 3. Fraksi PDI Perjuangan Agar jelas pengertian sisa suara. Habis di daerah pemilihan. 4. Fraksi PKS Metode divisor dengan varian webster/saintelague (bilangan pembagi ganjil: 1, 3, 5, 7, dst) 5. Fraksi PAN Metode kuota dan habis di dapil 6. Fraksi PPP Metode kuota dan habis di dapil 7. Fraksi PKB Tidak hadir 8. Fraksi Partai Gerindra Tidak hadir 9. Fraksi Partai Hanura Tidak hadir SUMBER : SUKMAJATI 2012 Fromula penghitungan suara dengan menggunakan metode quota atau yang lebih dikenal dengan suara sisa terbesar dengan hadirnya Bilangan Pembagi Pemilih (BPP) yang tidak tetap atau tergantung pada besaran pemilih (Pamungkas 2009, h. 32). Dapat menjamin proposionalitas 133 Pemilu& Demokrasi Jurnal suara dengan hadirnya penghitungan jumlah suara habis untuk dikonvensi merupakan suatusampai upaya untuk menyelamatkan kebijakanmenjadi publik yang akan kursi parlemen. Metode ini sangat ramah dengan dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. partai-partai kecil berkaitan yang dapat Pandangan Hamdan tersebut dengan menjanjikan apa yang disampaikan keberlangsungan hidupnya. Sehingga alih-alihAnggaran Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi berusaha untuk proposionalitas pada Tahun Pemilu.” Yunamenjamin menjelaskan bahwa Politicalsuara, budget cycles partai politik kecil yang mengusung metode quota sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi sedang untuk variabel menyelamatkan dirinya politcal empiris di berbagaiberusaha Negara. Berbagai yang mempengaruhi budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara sendiri. agregat maupun secara spesifik tahun-tahunsuara Pemilu, terkonfirmasi Sedangkan formulapada penghitungan dengan dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus menggunakan metode divisor melalui perhitungan Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat rata-rata suara tertinggi dan adanya BPP yang tetap. ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan Akan sangat memudahkan partai politik besar untuk political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun mejamin kekuasaanya dengan menyingkirkan Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. partai-partai kecil yang memperoleh suara kecil, Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi akibat adanya metode penghitungan suara yang juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan lebih melihat perolehan rata-rata tertinggi dan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu dengan adanya BPP yang sudah ditentukan tanpa syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun melihat besaran jumlah suara pemilih. Namun 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi demikian lagi-lagi berdasarkan hasil produk 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat kebijakan yangyang dihasilkan, penghitungan praktik selama ini, pihak duduk baikformula di parlemen maupun pemerintah suara dengan metode quota tetaptidak dipertahankan. mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila diperjuangkan, hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI Dengan tidak adanya perubahan yang cukup siginfikari 2009.” D. HASIL DAN PROSPEK SISTEM KEPARTAIAN INDONEISA dari revisi UU No. 10 Tahun 2008 menjadi UU No. 8 Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Tahun 2012 tentang pemilu legislatif, berdampak tidak Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan adanya perubahan yang cukup signifikan pula terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 134 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon REFORMASI SISTEM KEPARTAIAN SETENGAH HATI sistem kepartaian di Indonesia yang namapak pada tidak berkurangnya jumlah partai politik diparlemen dan bahkan bertambah dari sembilan partai politik menjadi sepuluh partai politik di DPR. Alhasil, meskipun pemilu legislatif sudah dilalui sampai dengan pada hari ini kita masih menyaksikan konflik antara kubu koalisi merah putih dengan kubu Indonesia hebat sebagai konsekwensi dari polarilisasi yang ditimbulkan dari multipartai ekstrim. Sehingga kebijakan publik yang dihasilkan oleh partai politik di parlemen bukan sebagai sarana untuk menjawab berbagai permasalahan yang ada, akan tetapi tampaknya para policy maker di Indonesia masih terjebak pada paradoks bahwa kebijakan publik bukan untuk menyeleseaikan masalah akan tetapi menimbulkan permasalahan baru. Dengan kata lain dalam proses pembahasan UU No. 8 Tahun 2012 masing-masing partai politik lebih mengedepankan syahwat politiknya untuk menjamin keberlangsungan hidupnya dibandingkan dengan untuk memperbaiki jalannya sistem kepertaian di Indonesia guna menopang jalannya efektifitas sistem presidensialisme di Indonesia. Sistem multipartai memang menjadi keniscayaan bagi Indonesia. Semenjak pertama kali partai politik hadir melalui maklumat X secara singkat banyak partai politik di Indonesia bermunculan sehingga pada saat itu Indonesia sudah memasuki sistem multipartai sampai dengan hari ini. Terkecuali pada era orde baru, pada waktu itu terjadi rekayasa politik yang dilakukan oleh rezim demi terciptanya stabilitas politik. Politik kepartaian pada era orde baru sering disebut sebagai Hegemonic Party System oleh Affan 135 Pemilu& Demokrasi Jurnal Gaffar (1992) dalam studinya yang hanya menempatkan Golkar sebagai yang menyelamatkan berkuasa dan kebijakan menghegemoni. merupakan suatupartai upaya untuk publik yang akan Atau sering disebut juga sebagai party state system yang dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. melahirkan partai Golkar dari berkaitan rahim negara Pandangan Hamdan tersebut dengandan apamemiliki yang disampaikan kekuasaan penuh serta sulit membedakan antara partaiAnggaran Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi politik dan negara, systembahwa yang Political membiarkan pada Tahun Pemilu.”bukan Yuna party menjelaskan budget cycles partai-partai politik tumbuh di masyarakat dan membuat sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi interaksi kompetisinya sendiri variabel tanpa yang adanya kontrol politcal empiris di berbagai Negara. Berbagai mempengaruhi budget dan cyclesnegara sepertihanya perubahan pola fasilitator pada struktur anggaran baik secara penuh sebatas (Satori dalam agregat2005). maupun secara spesifik pada tahun-tahun terkonfirmasi Arifin Meski demikian pasca runtuhnyaPemilu, orde baru, dalam praktek penganggaran Indonesia yang berkaitan dengan siklus dengan dibukanya kembali di keran partisipasi warga untuk Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat mendirikan partai politik, sehingga mulai dari pemilu ini, yang menjadi perhatian tidak hanya budget cycles,ke melainkan 1999 sampai dengan pemilu 2014 political Indonesia kembali political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun multipartai. Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. Namun demikian, sistem multipartai yang Indonesia Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi alami memiliki kompleksitas tersendiri ketika dihadapakan juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan dengan sistem pemerintahan presidensialisme. Studi perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu yang dilakukan oleh Hanta Yudha (2010) mengenai syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun Presidensialisme Setengah Hati berhasil 2012 menegaskan setiap partai politik pesertamemperlihatkan pemilu harus memenuhi bagaimana dilema yang terjadi pada kekuasaan presiden 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang tidak lebih dari sepraktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah ekor bebekdiduduki pincang (lamb duck) akibat tingginya fragmantasi hal ini mayoritas oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, politik di parlemen. Belum lagi mandeknya ditambah dengan akan berdampak negatif terhadap aspirasi hadirnya perempuan dalam hukum impeachment dan pemerintahan. Danselalu kondisimembayangi tersebut telah ditulis oleh Nindita hantu yang presdien. Paramastuti dalam tulisannya berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Sehingga mendorong partai yang Demokrat untuk membangun Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu koalisi (setgab) dengan lima partai lainya dalam membentuk DPR RI 2009.” pemerintahan. Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuanganstudi politik, Didik Pada sisi lain Dodi Ambardi (2009) dalam Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Mengungkap Politik Kartel memandang kompleksitas yang Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 136 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon REFORMASI SISTEM KEPARTAIAN SETENGAH HATI terjadi bukan hanya terfokus pada bagaimana jalannya kekuasaan presiden semata. Melainkan pada diri partai politik itu sendiri dengan munculnya fenomena sistem kepartaian yang terkartelisasi, dimana partai politik memiliki dua karakter yang berbeda. Ketika Pemilu cenderung bersaing sedangkan pada saat pembentukan pemerintah cenderung bekerjasama dengan memiliki tujuan yang sama pula, yakni untuk berburu rente (rent seeking) pada dana non-budgeter melalui pos-pos kementrian maupun BUMN. Dari situlah kemudian menyebabkan merapatnya berbagai partai politik yang kalah dalam Pemilu presiden ke partai pemenang, untuk memperoleh kursi kementrian yang memiliki akses secara langsung pada dana non-budgeter. Sehingga membuat partai politik sangat tergantung pada negara dan tentunya kehilangan karakter persainganya. Dari kedua studi tersebut sepakat bahawa akar persoalanya berada pada tataran sistem multipartai ekstrim yang Indonesia anut. Multipartai ekstrim sendiri merupakan sistem kepartaian yang antar partai politik memiliki rentang jarak ideologi yang cukup jauh antar partai politik akibat terdapat lebih dari lima partai politik besar di parlemen, sehingga terjadi polarisasi dan kesulitan dalam membangun stabilitas politik yang ada. Pada sistem multipartai ekstrim ini terjadi politik saling menjatuhkan atau “outbiding politics” akibat rentang ideologi antar partai relatif jauh dan mendalam sehingga menghasilkan ruang ideologi yang cukup luas. Disini ketidaksepahaman antar partai politik didalam pemerintahan bukan hanya sekedar dalam tataran 137 Pemilu& Demokrasi Jurnal kebijakan publik semata, melainkan prinsip-prinsip dasar yangsuatu fundamental (Satori 1976). Namun demikian, merupakan upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan kehadiran outbiding politics yang hadir di Indonesia dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. pada hari ini Hamdan bukan karena ideologi partai Pandangan tersebutrentang berkaitan dengan antar apa yang disampaikan politik melainkan karena pragmatisme politik antar partai Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran politik yang memiliki perbedaan kepentingan di parlemen, pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles terutama berkaitan dengan upaya memperoleh sumber sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi daya. empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal budget cycles sepertisatu perubahan pola pada struktur anggaran baik secara Untuk itu salah cara untuk meminmilasir tingginya agregat maupun secaradispesifik padaguna tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi fragamantasi politik parlemen menopang jalannya dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus sistem pemerintahan di Indonesia, sistem kepartaian Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat pluralisme moderat atau multipartai moderat merupakan ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan salah satu cara yang relevan dapat ditempuh. Sistem political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun kepartaian yang berada di antara sistem dua partai dengan Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. sisi sistem kepartaian pluralisme ekstrim atau multipartai Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi ekstrim, yang perbedaanya terletak pada adanya tiga sampai juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan lima jumlah partai politik yang relevan didalam suatu perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu negara. Sehingga sistem kepartaian ini kontradiksi dengan syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun pluralisme ekstrimsetiap yangpartai memiliki jumlah lebih dari 2012 menegaskan politik pesertapartai pemilu harus memenuhi lima didalam suatu negara. 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah Dalam sistem multipartai sederhana menurut Satori mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, (dalam Ratnawati 2006) semua partai berorientasi hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya memerintah, yang mana tersedia untuk aspirasi koalisi perempuan kabinet. dalam hukum dan semua pemerintahan. Dan kondisi tersebutdapat telah berkoalisi ditulis oleh Nindita Karenanya partai bukan pemerintah Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: sebagai oposisi, dan ini berarti bahwa oposisi akan bersifat Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI sepihak dalam satu sisi, baik di kiri maupun di kanan. 2009.” Pada dasarnya multipartai sederhana tidak terpolarisasi. Masih dengan tematerjadi akuntabilitas politik, Didik Untuk ituberhubungan pola interaksi yang antar keuangan partai akan Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan membentuk dua kutub konfigurasi politik. Kutub pertama Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 138 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon REFORMASI SISTEM KEPARTAIAN SETENGAH HATI terdiri dari koalisi antar partai politik dalam membangun pemerintahan, sedangkan kutub yang kedua terdiri dari kumpulan partai opisisi yang bersifat unilateral dan solid demi terciptanya stabilitas politik didalam suatu negara. TABEL.4 TIPOLOGI SISTEM KEPARTAIAN PLURALISME MENURUT SATORI TINGKAT JARAK IDEOLOGIS JUMLAH PARTAI RENDAH TINGGI 3–5 Pluralisme Moderat Pluralisme terbatas namun terpolarisasi >5 Pluralisme Ekstrem Pluralisme Terpolarisasi SUMBER : SATORI (DALAM AMBARDI 2009) Dengan adanya pemilu serentak pada tahun 2019 bisa jadi gerbang awal dari peralihan dari sistem multipartai ekstrim menuju sistem kepartaian pluralisme moderat. Dengan adanya pemilu serentak antara pemilu legislatif dengan pemilu presiden paling tidak dapat membentuk fondasi dasar sistem multipartai moderat di Indonesia dimulai dari meminimalisir kehadiran swing voters. Salah satu penyebab tidak adanya partai mayoritas di parlemen yang menopang presiden terpilih dalam sistem presidensialisme di Indonesia ialah, keberadaan swing voter yakni adanya perbedaan pilihan yang dilakukan pemilih ketika memilih partai politik anggota legislatif dengan calon presiden beserta wakil presiden dari partai politik tertentu akibat dari perbedaan waktu pemilihan. 139 Pemilu& Demokrasi Jurnal Sebagai contoh ketika dalam pemilu legislatif pemilih cenderung memilih X, sedangkankebijakan pada publik pemiluyang akan merupakan suatu upaya partai untuk menyelamatkan presiden pemilih memilih calon Zuntuk dari memerintah. partai Y dibuat oleh politisi cenderung dan pemerintah yang terpilih bukan partai X. Sehingga presiden terpilih tidak menjadi Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan partai mayoritas diparlemen dan dukungan politik yang Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran kuat. itu dengan adanya pemilu bahwa serentak harapanya pada Untuk Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan Political budget cycles seorang pemilih dapat memilih calon anggota legislatif dan sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi calon beserta presiden politik politcal empirispresiden di berbagai Negara.wakil Berbagai variabeldari yangpartai mempengaruhi budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara atau koalisi partai politik yang sama. Sehingga presiden dan agregatpresiden maupun terpilih secara spesifik tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi wakil dapat pada ditopang bekerjanya dengan dalammayoritas praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus suara kursi diparlemen. Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat Meski demikian, dengan menyerentakan jadwal pemilu ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan legislatif dengan pemilu presiden saja tidak cukup jika political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun tidak dibarengi dengan perbuhan dari unsur-unsur sistem Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. pemilu itu sendiri seperti lebih mengutamakan untuk Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi memperkecil besaran district magnitude, dibandingkan juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan dengan meningkatkan presentase parliamentary threshold perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu yang dapat mengakibatkan terbuangnya suara secara siasyarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun sia. Selain itu menjadi juga untuk merubah 2012 menegaskan setiappenting partai politik peserta pemilu formula harus memenuhi penghitungan dari metode quota menjadi divisor yang lebih 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat mengedepankan keadilan dalam mengkonvensi suara ke praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah kursi, sertdiduduki mampuoleh mempengaruhi jumlah politik hal ini mayoritas laki-laki. Apabila tidakpartai diperjuangkan, diparlemen. akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam hukum kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Padadan sisipemerintahan. lain, harapanDan adanya koalisi permanen dalam Paramastuti dalamdi tulisannya yang berjudul: pemilu serentak 2019 masih memiliki“Perempuan keraguan dan dan Korupsi: Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI tantangan tersendiri. Hal ini dikarenakan karakter dari 2009.” partai politik itu sendiri yang membangun koalisi bukan Masih berhubungan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik berdasarkan ideologidengan melainkan kepentingan untuk Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan memperoleh sumber daya negara, mengingat tipologi Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 140 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon REFORMASI SISTEM KEPARTAIAN SETENGAH HATI partai politik pada hari ini sendiri ialah partai di elektoral. Maksudnya ialah partai politik rela meninggalkan jati diri ideologi maupun program demi memperoleh suara terbanyak. Sehingga pada akhirnya potensi dari sistem kepartaian yang terkartelisi pada pemilu 2019 masih sangat memungkinkan. Untuk itu salah satu cara dalam meminimalisir hal ini ialah bukan hanya membangun koalisi partai politik untuk mencapai mayoritas semata, melainkan mendorong koalisi yang terbangun berdasarkan kesamaan program. E. KESIMPULAN Pada akhirnya adanya ritual rutin lima tahunan menejelang pemilu pasca reformasi untuk merubah undang-undang pemilu legislatif tidak lebih dari upaya dari partai politik untuk memperoleh dan mempertahan kekuasaan, dibandingkan dengan untuk memperbaikan sistem kepartaian guna menopang jalannya efektiftas dan stabilitas pemerintahan di Indonesia. Hal ini sangat nampak dalam proses perumusan Undang-Undang No. 8 Tahun 2012 Tentang pemilu legislatif, dimana masingmasing partai politik berusaha untuk merubah besaran district maginutude, parliamentary threshold, serta merubah formula penghitungan yang lebih mengedepankan kepentingan pribadi partai politik. Seperti partai politik besar cenderung menawarkan besaran PT yang cukup tinggi guna menyingkirkan partai-partai kecil, sedangkan partai kecil di parlemen menawarkan besaran PT yang kecil demi menjamin 141 Pemilu& Demokrasi Jurnal keberlangsungan hidupnya. Meski demikian pada akhirnya terjadi kompromi antar partai politik di parlemen merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakandengan publik yang akan tidak adanya perubahan ketiga unsur dari sistem pemilu dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. yang cukup signifikan. Keberadahaan hal ini memang tidak Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan bisa dihindari mengingat kebijkan publik yang diubah Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran berkiatan dengan lingkungan hidup dari partai politikbudget itu cycles pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political sendiri. Meski demikian pemilu serentak sudah menjadi fenomena dengan universaladanya didukung dengan berbagai studi pada pemilu 2019 Negara. paling tidak dapat menjadi dasar politcal empiris di berbagai Berbagai variabel yangpondasi mempengaruhi budgetmemperbaiki cycles seperti perubahan pola pada anggaran baik secara untuk sistem kepertaian distruktur Indonesia, dengan agregat maupun secara kehadiran spesifik padaswing tahun-tahun terkonfirmasi cara meminimalisir voters.Pemilu, Sehingga dalam praktek di Indonesia yangdalam berkaitan dengan siklus harapanya adapenganggaran kesesuain pilihan pemilih memilih Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat partai politik yang sama pada pemilu legislatif dan pemilu ini, yang menjadi tidak hanya political budget cycles, melainkan presiden denganperhatian wakil presiden. political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Ambardi, 2009, Mengungkap Politik“Perempuan Kartel, KPG, ParamastutiKdalam tulisannya yang berjudul: dan Korupsi: Jakarta. Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI Amal, 2009.” I & Pangabean, S 2012, Reformasi Sistem Multi- DAFTAR PUSTAKA Partai dan Peningkatan Peran DPR dalam Proses Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Legislatif, didalam Amal, Ichlasul ed. 2012, “Teori-teori Supriyanto danPartai Lia Wulandari dalam tulisanYogyakarta. berjudul Transparansi dan Mutakhir Politik”, Triawacana, Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 142 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon REFORMASI SISTEM KEPARTAIAN SETENGAH HATI Dardias, Bayu, Isu – Isu Krusial UU Pemilu dan Perubahan Politik Indonesia, Materi Seminar Nasional “Membedah UU Pemilu dan Implikasinya Terhadap Sistem Politik di Indonesia” di Universitas Jember 22 Mei 2012, diunduh dari http://bayudardias.staff.ugm.ac.id Pada Tanggal 21 Maret 2013, pkl 15.32 Duverger, M, Partai Politik dan Keolompok-Kelompok Penekan, diterjemahkan oleh Hasyim, L, 1984, Bina Aksara, Yogyakarta. Gaffar, A 1992, Javanese Voters, A Case Study of Election Under a Hegemonic Party System, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Grumm, Jhon 1969, Beberapa Teori Tentang Sistem Pemilihan, didalam Amal, Ichlasul ed. 2012, “Teoriteori Mutakhir Partai Politik”, Triawacana, Yogyakarta. Pamungkas, S 2009, Perihal Pemilu, Jurusan Politik dan Pemerintahan UGM, Yogyakarta. Pamungkas, Sigit 2011, Partai Politik Teori dan Praktik di Indonesia, IDW, Yogyakarta. Pratama, Heroik 2013, Menakar Prospek Sistem Kepartaian di Indonesia: Dari Titik Ekstrim Menuju Pluralisme Moderat, Jurnal Mahasiswa Sospol UGM, Vol. 1, No. 1 Pratama, Heroik 2013, Reformasi Sistem Pemilu Setengah Hati: Sebuah Studi Mengenai Analisa Terhadap Undang-Undang No. 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota Legislatif, dalam Amaliya, U & Kamil, F (eds.) 2013, “Menatap Indonesia Dari Kampus Bulaksumur”. BEM KM UGM, Yogyakarta. Prihatmoko, J 2008, Mendemokratiskan Pemilu dari Sistem Sampai Elemen Teknis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Satori, G 1976, Parties and Party Systems: A Framework of Analysis, New York: Cambridge University Press. 143 Pemilu& Demokrasi Jurnal Santoso, Purowo 2010, Analisa Kebijakan Publik, Jurusan Politik dan Pemerintahan UGM, Yogyakarta. merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan Sukmajati, Mada,danMenyikapi Bebarapa Krusial dibuat oleh politisi pemerintah yang terpilih Pasal untuk memerintah. Dalam RUU Pemilu : Melalu Pendekatan Teknokratis, Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Materi Seminar Nasional “Reformasi UU Pemilu” YunaKomap FarhanUGM melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran 12 Maret 2012. pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles Mainwering, S 1993, Presidentialism, Multipartism, and sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi Democracy: The Difficult Combination, Comparative empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal Political Studies, Vol. 26, No. 2. budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara Mietzner 2009, Indonesia’s 2009 Elections: Populism, agregat maupunand secara pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi Dynasties thespesifik Consolidation of the Party System, dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus LOWY Institute. Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat Undang – undang Nomor 10 Tahun 2008, Tentang ini, yang menjadiUmum perhatianAnggota tidak hanya political melainkan Pemilihan DPR, DPDbudget dan cycles, DPRD, political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Provinis, Kota dan Kabupaten Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. Undang – undang Nomor 8 Tahun 2012, Tentang Pemilihan Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD, Provinis, Kota tetapi Kabupaten. jugadan perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan perempuan. SepertiNomor halnya 3keterwakilan sebagai salah satu Undang – Undang Tahun 1999,perempuan Tentang Pemilihan syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU dan No. 8 Tahun Umum Anggota DPR dan DPRD Provinis, Kota 2012Kabupaten. menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut 2003, diperjuangkan, mengingat Undang – Undang Nomor 13 Tahun Tentang praktik selama ini, pihak yang dudukDPR baik di parlemen pemerintah Pemilihan Umum Anggota dan DPRDmaupun Provinis, Kota dan Kabupaten. mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan Yudha, H 2010, Presidensialisme Setengah Hati Dari dalam Dilema ke Kompromi,Dan Gramedia, Jakartatelah ditulis oleh Nindita hukum dan pemerintahan. kondisi tersebut Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.” Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 144 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon BADAN PENGAWAS DANA KAMPANYE PEMILU Oleh: Ramlan Surbakti1 ABSTRAK Faktor materi terutama uang adalah hal yang tidak bisa dilepaskan dalam kegiatan politik dan demokrasi. Dari fakta ini, keniscayaan kebutuahan akan uang masih belum diatur secara rapi dan baik di dalam peraturan perundang-undangan Indonesia. Beberapa hal yang belum diatur mencakup pengaturan penerimaan, pengelolaan, dan pertanggungjawaban dari keuangan partai politik. Hal lain, partai politik berfungsi untuk melaksanakan kekuasaan negara, tetapi mereka tidak dibiayai oleh negara. Oleh sebab itu, perlu dibentuk suatu lembaga yang fokus untuk mengawasi dana partai politik ini. Hal utama tentu saja mencakup penerimaan, pengelolaan, dan pertanggungjawaban keuangan partai politik. ABSTRACT Material factor, especially money, is something that cannot be released in politics and democracy activities. From this fact, the inevitability of need for money has not been 1 Penulis adalah Guru Besar Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga 145 Pemilu& Demokrasi Jurnal regulated yet neatly and well in the laws and regulations of Indonesia. Some issues that have not been regulated yetyang akan merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik include a reception setting, management, anduntuk accountability dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih memerintah. of political party finance. Another issue is that political Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan parties serve to implement the power of the state, but they Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran are not funded by theYuna state.menjelaskan Therefore, it is necessary set cycles pada Tahun Pemilu.” bahwa Politicalto budget up an institution that focuses on overseeing the political sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi party funds. The main issues certainly include reception, politcal empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yangthe mempengaruhi budget cycles seperti perubahan pola struktur management, and accountability of pada political partyanggaran finance baik secara agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat Uang merupakan kebutuhan mutlak untuk proses politik ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan demokrasi, tetapi dana saja tidak cukup mampu membuat political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun proses politik demokrasi bekerja (Money is necessary but Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. A.PENDAHULUAN not sufficient for democratic political process). Selain dana, Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi faktor lain yang diperlukan untuk menjamin proses politik juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan demokrasi adalah nomokrasi (negara hukum), kebangsaan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu yang partisipasi politik aktifpeserta wargapemilu. negara, syaratkokoh, verifikasi faktual untuk menjadi UUetika No. 8 Tahun politik, dan lain sebagainya. 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut masalah diperjuangkan, mengingat Selain itu, uang selalu akan menjadi dalam praktik selama ini, pihak yang duduk di parlemen maupun pemerintah sistem demokrasi karena uang baik dapat digunakan untuk mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, mendapatkan kekuasaan dan jabatan, dan uang juga dapat hal ini akan berdampak terhadap mandeknya aspirasi digunakan untuknegatif membeli kebijakan ataupun pasal perempuan dan ayat dalam hukum dan pemerintahan. kondisi tersebut untuk telah ditulis oleh Nindita hukum. Selain itu jabatanDan dapat digunakan mencari Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: uang. Karena itu penerimaan dan penggunaan uang dalam Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI politik perlu dikendalikan. 2009.” Salah satu titik lemah proses penyelenggaraan Pemilu Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik di Indonesia adalah pengawasan dan penegakan ketentuan Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan tentang penerimaan dan pengeluaran dana kampanye Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 146 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon BADAN PENGAWAS DANA KAMPANYE PEMILU Pemilu pada khususnya, dan keuangan partai politik pada umumnya. Dana kampanye merupakan salah satu faktor penentu keterpilihan seseorang menjadi penyelenggara negara (anggota DPR, DPD, DPRD, Presiden dan Wakil Presiden, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah). Pada hal penerimaan dan pengeluaran dana kampanye di Indonesia mengalami dua kelemahan utama. Pertama, pengaturan tentang penerimaan, pengeluaran, sistem pengelolaan, dan kesetaraan (equal playing field), dan transparansi dan pertanggung jawaban dana kampanye masih mengandung kekosongan hukum. Kedua adalah sejumlah aspek yang belum diatur secara lengkap dalam peraturan perundang-undangan. Partai Politik melaksanakan tugas negara (menyiapkan para penyelenggara negara) tetapi tidak dibiayai oleh negara melainkan dibiayai oleh elite dan kader partai.2 Pos pengeluaran partai politik lebih banyak menyangkut ‘mencari dan mempertahankan kekuasaan’ dari pada melaksanakan dua fungsi utama partai politik dalam demokrasi perwakilan. Pengeluaran partai politik ternyata 2 UUD 1945 memberi tugas penting kepada Partai Politik: mengajukan pasangan calon presiden dan wakil presiden (Pasal 6A), dan menjadi peserta Pemilu Anggota DPR dan DPRD (Pasal 22E ayat (3), sedangkan UU tentang Pemerintahan Daerah menugaskan Partai Politik untuk mengajukan pasangan calon kepala dan wakil kepala daerah. Itulah sebabnya hampir tidak ada jabatan negara yang terlepas dari keterlibatan partai politik baik langsung (DPR, Presiden dan Wakil Presiden, Kepala dan Wakil Kepala Daerah) maupun tidak langsung (BPK, MK, MA, Menteri dan jabatan lain). Akan tetapi negara hanya membantu partai politik sebesar Rp 108 per suara setelah Pemilu. Negara dilarang memberikan dana kampanye kepada partai politik. 147 Pemilu& Demokrasi Jurnal lebih besar daripada jumlah penerimaan.3 Kesenjangan ini konon diatasi dari sumber ‘gaib.’ Bagi KPK sumber danayang akan merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik ini semakin lamadan semakin tidakyang gaibterpilih karena berasal dari dibuat oleh politisi pemerintah untuk memerintah. anggaran negara yang diperoleh secara illegal. Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Prinsip transparansi, akuntabilitas dan kesetaraan yangAnggaran Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi pada Tahun Pemilu.” menjelaskan Politicalpartai budget cycles seharusnya menjadi Yuna pegangan dalambahwa keuangan sudah menjadi fenomena universal berbagai studi politik belum terjabarkan dalam didukung peraturandengan perundangempiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi undangan. Dan kedua, tidak ada institusi pengawas dan politcal budget cycles seperti dana perubahan pola pada struktur baik secara penegak ketentuan kampanye pemilu dananggaran keuangan agregat yang maupun secara spesifik padabaik tahun-tahun terkonfirmasi partai diberi kewenangan untuk Pemilu, menyelidiki dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus dugaan pelanggaran ketentuan dana kampanye maupun Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat untuk mengenakan sanksi yang tegas bagi pelanggar. ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan Keduacorruption kelemahan iniatau kemudian menyebabkan partai political cycle siklus korupsi politik pada tahun-tahun politik tidak hanya dipimpin oleh orang yang memiliku Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. uang dalam jumlah besar atau oleh orang yang karena Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi kedudukannya mampu mencari dana bagihakikat partai, antara tetapi juga juga perlu dibatasi mengingat perbedaan laki-laki dan dipenuhi oleh para kader yang memiliki sumber keuangan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu yang Tidak untuk heranmenjadi kemudian kalau ‘persaingan syaratmemadai. verifikasi faktual peserta pemilu. UU No. 8 Tahun yang bebas dan adil antar sebagai salah 2012 menegaskan setiap partaipeserta politik Pemilu’ peserta pemilu harus memenuhi satu Demokratik kurang Partai 30% parameter keterwakilanPemilu perempuan. Kondisi ini patut terjamin. diperjuangkan, mengingat praktik selama ini, pihak yangoleh duduk baik di parlemen maupun pemerintah Politik yang dikendalikan ‘pemilik uang’ tidak hanya mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, berakibat Pemilu menjadi persaingan yang tidak adil tetapi hal ini akanmenyebabkan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi juga ‘Daulat Rakyat’ dikalahkan olehperempuan ‘Daulat dalam hukum danPunya pemerintahan. Tuan yang Uang.’ Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: 3 Menyiapkan calon peminpin Menghadapi dan menawarkannya kepadadalam rakyat dalam Pengalaman Perempuan Korupsi Pemilu DPR RI Pemilu, dan menyiapkan alternatif kebijakan bedasarkan aspirasi rakyat 2009.” dan menawarkannya kepada rakyat dalam Pemilu, merupakan dua fungsi utama politik dalamdengan Demokrasi Perwakilan. Pertemuan Lima Masihpartai berhubungan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Tahunan (Kongres, Munas, Muktamar) pada tingkat nasional dan lokal, Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan persiapan, pencalonan dan kampanye Pemilu, dan kegiatan perkantoran merupakan tiga pos pengeluaran terbesar partai politik. Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 148 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon BADAN PENGAWAS DANA KAMPANYE PEMILU Untuk menjamin ‘persaingan yang adil antar peserta Pemilu’ dan untuk menjamin kedaulatan rakyat dalam partai politik, kedua kelemahan tersebut perlu segera di atasi. Pertama, pengaturan dana kampanye dan keuangan partai politik berdasarkan prinsip pengendalian, yaitu menjamin dan mengatur sumber penerimaan, menentukan arah pengeluaran, dan menetapkan sistem pengelolaan keuangan partai berdasarkan prinsip kesetaraan, transparansi, dan akuntabilitas politik dan hukum. Pengendalian keuangan partai politik pada dasarnya berisi dua hal: menjamin sumber penerimaan tetapi diatur dan diarahkan (insentif dan regulasi). Di banyak negara terdapat satu undang-undang yang khusus mengatur dana kampanye Pemilu (Campaign Fund Act). UU tersendiri atau bagian dari UU Pemilu mungkin tidak menjadi masalah sepanjang ketentuan tentang keuangan partai tersebut diatur secara lengkap. Dan kedua, membentuk Badan Pengawas Dana Kampanye Pemilu dan Keuangan Partai Politik (atau nama lain) dengan lima tugas utama berikut. 1. Membuat peraturan pelaksanaan dan berbagai petunjuk teknis pelaksanaan ketentuan tentang keuangan partai; 2.Melakukan sosialisasi secara lengkap dan mendalam tentang Ketentuan dana kampanye pemilu dan keuangan partai kepada pengurus, kader dan calon dari Partai Politik, baik diminta maupun tidak diminta, sehingga setiap partai politik tidak saja memahami sepenuhnya apa yang harus dikerjakan tetapi juga mampu melaksanakan apa yang harus dikerjakan menurut undang-undang; 149 Pemilu& Demokrasi Jurnal 3. Melakukan audit atas laporan penerimaan dan pengeluaran Peserta pemilu dan mengumumkannya merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan kepada publik; dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. 4.Menyelidiki laporan dugaan pelanggaran ketentuan Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan tentang partai, termasuk mewajibkan siapaAnggaran Yuna Farhankeuangan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi pada Yuna menjelaskan budget cycles sajaTahun yang Pemilu.” diduga mengetahui suatubahwa kasus Political pelanggaran sudah menjadi fenomena universaldan didukung dengan berbagai studi untuk memberikan kesaksian; empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal 5. mengenakan berbagai jenis sanksi (finansial dan budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara nonfinansial, administrative, bahkan pidana) bagi mereka agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi yang terbukti melakukan jenis pelanggaran tertentu, dan dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus meneruskan dugaan pelanggaran ketentuan keuangan Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat yang menyangkut tindak pidana kepada Kepolisian, ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan Kejaksaan sampai pada bentuk political corruption cycle atauPengadilan. siklus korupsiBerbagai politik pada tahun-tahun sanksi tersebut perlu dirumuskan secara seksama, Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. khususnya yang akan memiliki efek jera. Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu syarat verifikasi secara faktual lengkap untuk menjadi UU No. 8 Tahun Pengaturan perihalpeserta Badanpemilu. ini, termasuk 2012 menegaskan setiap partai politik keaggotaan, peserta pemilu harus memenuhi persyaratan dan proses penentuan tugas dan 30% keterwakilan perempuan. ini patut diperjuangkan, mengingat kewenangan, dan strukturKondisi organisasinya diatur secara praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah lengkap (tanpa kekosongan hukum) dan jelas dalam mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini Undang-Undang bersama dengan ketentuan tentang dana akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam kampanye Pemilu dan keuangan partai politik. hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Setidak-tidaknya model Amerika Serikat (Federal Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Election Commission, FEC) dan Korupsi model dalam InggrisPemilu (The DPR RI Pengalaman Perempuan Menghadapi Electoral 2009.” Commission of United Kingdom) dapat dijadikan B. GAGASAN PENGATURAN KEDEPAN pertimbangan dalan dengan menentukan Badan Pengawas ini. Didik Masih berhubungan tema akuntabilitas keuangan politik, FEC di Amerika Serikat sama berurusan Supriyanto dan Lia Wulandari dalamsekali tulisan tidak berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 150 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon BADAN PENGAWAS DANA KAMPANYE PEMILU dengan proses penyelenggaraan Pemilu. FEC bukan badan penyelenggara Pemilu (electoral managemen body, EMB) melainkan sepenuhnya dibentuk sebagai pengawas dan penegak undang-undang yang mengatur dana kampanye Pemilu federal. Begitu efisien pengawasan ini sampai salah seorang WNI yang pernah menyumbang kampanye Bill Clinton ketahuan. Sebaliknya KPU Inggris merangkap dua tugas: sebagai penyelenggara Pemilu (EMB) dan pengawas dan penegak undang-undang tentang dana kampanye Pemilu. Kedua tugas ini dirangkap karena tugas penyelenggaraan Pemilu di Inggris tidak terlalu kompleks karena hanya menyangkut pemilihan umum anggota Parlemen dan pemilihan anggoga DPRD tingkat lokal sehingga tugas pengawas dana kampanye masih dapat dilaksanakan. Apakah kita mengikuti model FEC Amerika Serikat atau Inggris? Selama ini KPU menangani dua tugas yang berkaitan dengan dana kampanye Pemilu: membuat peraturan pelaksanaan tentang dana kampanye, dan menetapkan Kantor Akuntan Publik untuk mengaudit Laporan Penerimaan dan Pengeluaran Dana Kampanye Pemilu dan mengumumkan hasil audit kepada publik. Karena tugas menyelenggarakan Pemilu sudah sangat menyita banyak waktu dan tenaga, maka pelaksanaan kelima tugas pengawasan itu sebaiknya tidak lagi diberikan kepada KPU. C.KESIMPULAN Saya mengusulkan agar kelima tugas ini dilaksanakan oleh Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dengan sejumlah 151 Pemilu& Demokrasi Jurnal penyesuaian karena dua alasan.4 Penyesuaian yang dimaksud antara lain suatu menyangkut nama, persyaratankebijakan dan komposisi merupakan upaya untuk menyelamatkan publik yang akan keanggotaan, tugas dan kewenangan, dan pembagian tugas dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. antara anggotaHamdan dan secretariat Pandangan tersebut jendral. berkaitan dengan apa yang disampaikan Alasan menyangkut efisiensi. Penggunaan Yuna Farhanpertama melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran pada Tahun Pemilu.” bahwa Political budget cycles lembaga yang sudahYuna ada menjelaskan dengan sejumlah penyesuaian sudahlebih menjadi fenomena didukung dengan studi jauh efisien daripadauniversal membentuk lembaga baruberbagai dari empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal awal. Bawaslu selama ini melaksanakan tiga tugas: (a) budget cyclespengawasan seperti perubahan pola seluruh pada struktur anggaran baik secara melakukan terhadap tahapan Pemilu agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi sebagai bagian dari upaya pencegahan pelanggaran Pemilu, dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus (b) menampung dan mengkaji laporan dugaan pelanggaran Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat Pemilu, dan meneruskan kepada KPU/KPU Provinsi/KPU ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan Kabupaten-Kota bila menyangkut dugaan pelanggaran political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Ketentuan Administrasi Pemilu (KAP) atau kepada Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. Kepolisian bila menyangkut dugaan pelanggaran Ketentuan Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi Pidana Pemilu (KPP), dan (c) menyelesaikan sengketa juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan administrasi Pemilu baik yang bersifat final maupun yang perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu tidak bersifat final. syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun Kalau Bawaslu setiap diberipartai tugas politik melakukan pengawasan dan 2012 menegaskan peserta pemilu harus memenuhi penegakan ketentuan tentang danaini kampanye Pemilu dan 30% keterwakilan perempuan. Kondisi patut diperjuangkan, mengingat praktik selama ini, politik, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah keuangan partai maka pelaksanaan tugas pertama mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, dan kedua dikembalikan kepada mereka yang berhak/ hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya kepada aspirasi perempuan berwenang. Tugas pertama dikembalikan Pemilih, dalam hukum dan pemerintahan. Dan kondisi telahpemantau, ditulis oleh Nindita organisasi masyarakat sipil (sepertitersebut lembaga Paramastuti dalam tulisannya yangmassa berjudul: dan Korupsi: lembaga survey), dan media dan“Perempuan media sosial, Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.” 4 SMasih audara berhubungan Rafly Harus padadengan suatu kesempatan pernah mengusulkan agarpolitik, Didik tema akuntabilitas keuangan Bawaslu menangani perselisihan hasil Pilkada. Gagasan ini dikemukakan Supriyanto Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan setelah MKdan menyatakan tidak berwenang menyelesaikan perselisihan hasil Pilkada. Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 152 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon BADAN PENGAWAS DANA KAMPANYE PEMILU sedangkan tugas kedua dikembalikan kepada KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota untuk proses penegakan KAP dan kepada Polri, Kejaksaan dan Pengailan untuk penegakan KPP. Penyerahan kedua tugas ini kepada mereka yang berhak/berwenang tidak saja dimaksudkan untuk menempatkan setiap peran sesuai dengan porsinya tetapi juga dimaksudkan agar Bawaslu dapat konsentrasi pada tugas baru tersebut. Pelaksanaan kedua tugas pertama oleh Bawaslu selama ini juga tidak efektif. Prakarsa unsur pemilih dan masyarakat melakukan pengawasan justeru mengalami kemunduran ketika Bawaslu melaksanakan tugas pengawasan itu. Akan tetapi bila tugas pertama dan kedua tersebut diserahkan kepada masyarakat (seperti lembaga pemantau Pemilu), maka perlu dipikirkan sumber dana yang memadai. Sumber dana dari APBN perlu dipertimbangkan. Dana ini dapat dikelola oleh suatu lembaga yang tugasnya juga mencakup menelaah proposal yang diajukan oleh lembaga pemantau Pemilu, dan koordinasi agar lembaga pemantau Pemilu melakukan pemantauan tidak di daerah tertentu tetapi menyebar di seluruh daerah pemilihan. Pelanggaran jenis pidana lain juga disampaikan secara langsung kepada Polri tanpa perantara. Karena itu pengaduan mengenai dugaan pelanggaraan ketentuan pidana Pemilu harus disampaikan secara langsung kepada Polri sehingga dapat mencegah kemungkinan suatu kasus kadaluwarsa. Polri sudah mengetahui apa yang harus dikerjakan. Kalau semua dugaan pelanggaran pidana Pemilu harus disampaikan kepada Bawaslu/Panwaslu 153 Pemilu& Demokrasi Jurnal lebih dahulu, maka hal itu selain memperpanjang proses juga menempatkan Bawaslu/Panwas sebagai tameng Polriyang akan merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik dalam penegakan hukum. Apalagi dibuat oleh politisi dan pemerintah yang kalau terpilihPolri untuk meminta memerintah. bukti kepada Bawaslu. Bukankah yang Polri yang memiliki Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan kewenangan Yuna Farhan sebagai melalui penyidik? tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran pada Tahun menjelaskan bahwa Political budget cycles KPU, KPUPemilu.” ProvinsiYuna dan KPU Kabupaten/Kota juga harus sudah menjadi universal untuk didukung dengan berbagai studi menyiapkan dirifenomena secara structural menampung dan empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal menyelidiki setiap pengaduan mengenai dugaan pelanggaran budget cycles seperti perubahan pola pada anggaran baik secara KAP tanpa menunggu rekomendasi daristruktur Bawaslu/Panwas. agregatini maupun secara spesifik tahun-tahunkarena Pemilu,tugas terkonfirmasi Tugas niscaya akan dapatpada dilaksanakan dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus menyangkut dana kampanye Pemilu sudah diserahkan Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat kepada Bawaslu. ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.” Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 154 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon PROFIL PENULIS VERI JUNAIDI Lahir di Malang, 10 Novemmber 1984 dan meraih gelar Sarjana Hukum dari Fakultas Hukum Universitas Andalas. Kemudian gelar Master Hukum diraih di Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Aktif di Perludem sejak Februari 2011 dan menggeluti isu-isu hukum pemilu dan ketatanegaraan. Beberapa tulisan dapat dilihat di Media Nasional Republika, Jurnal Nasional, dan Suara Karya. Tulisan ilmiah tersebar dibeberapa jurnal, sepeti Jurnal KonstitusiMahkamah Konstitusi RI. Berkontribusi aktif terhadap beberapa buku tentang kepemiluan, yang salah satu judulnya”Memperkuat Kemandirian Penyelenggara Pemilu”. Buku terakhir yang dikeluarkan Veri berjudul “Mahkamah Konstitusi Bukan Mahkamah Kalkulator”. Penulis juga aktif menjadi kuasa hukum dalam beberapa pengujian undang-undang di Mahkamah Konstitusi. REFLY HARUN Penulis dikenal sebagai pakar dan praktisi hukum tata negara. Menyelesaikan S1 di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Pada Tahun 1995. Kemudian menyelesaikan Magister Hukum di Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia Pada Tahun 2002. Setelah itu, mendapatkan gelar LLM dari University of Notre Dama, Amerika Serikat Pada Tahun 2007. Penulis pernah menjadi staf ahli Mahkamah Konstitusi pada tahun 2003-2007. Sekarang penulis adalah Direktur di Constitusional and Electoral Reform Center (Correct). TIGOR HUTAPEA Penulis adalah pengacara publik di Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta. Aktiv melakukan pendampingan terhadap korban penggusuran dan korban kekerasan serta proses peradilan yang tidak adil. Pada pelaksanaan Pemilu 2014, Penulis menjadi koordinator paralegal pemilu, kerjasama Perludem dengan LBH Jakarta, dalam rangka mengawal dan mendampingi masyarakat dalam melakukan pelaporan pelanggaran pemilu. LIA WULANDARI Lia Wulandari menjadi Peneliti Perludem sejak April 2011, dengan spesialisasi isu-isu politik dan kepartaian. Lulusan Ilmu Politik dari Universitas Indonesia tahun 2008 ini juga pernah menjadi relawan penelitian di Komnas Perempuan dan Puskapol UI untuk riset Kekerasan terhadap Perempuan dan Keterwakilan 155 Pemilu& Demokrasi Jurnal Perempuan di Parlemen sejak tahun 2007. Sejak mahasiswa, aktif dalam kegiatan sosial kemahasiswaan di Senat Fisip UI, BEM UI dan sebagai reporter di FISIPERS merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik FISIP UI. Penelitian yang pernah dilakukan adalah keuangan partai politik, danayang akan dibuat oleh dan pemerintah yang terpilih memerintah. kampanye, danpolitisi subsidi partai politik yang dilakukan bersamauntuk tim Perludem. Dan aktif terlibat dalam advokasi UU No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Anggota DPR, DPD, dan DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota dan UU No. 22/2014 Yuna Farhan “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran tentang Pemilihanmelalui Gubernur,tulisannya Bupati, dan Walikota. pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles HEROIK MUTAQINfenomena universal didukung dengan berbagai studi sudah menjadi lahir pada tanggal 16 November 1992, di Bogor Jawa Barat. Meraih gelar empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal Sarjana Ilmu Politik (S.IP) di Jurusan Politik dan Pemerintahan, Fakultas Ilmu budget seperti perubahan pola padaUGM). struktur Sosial dancycles Politik Universitas Gadjah Mada (FISIPOL Sejakanggaran mahasiswa,baik ia secara agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi aktif diberbagai bidang organisasi kemahasiswaan mulai dari Korps Mahasiswa Politik dan Pemerintahan (KOMAP UGM) sebagai presiden, kemudian pimpinan dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus bidang sosial dan politik senat mahasiswa FISIPOL UGM, dan menjadi mentri Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat aksi dan propaganda BEM KM. Selain itu, pria yang dikenal dengan sapaan Oik ini,pernah yang menjadi menjadi perhatian hanya political (POLGOV) budget cycles, melainkan ini, asisten penelititidak di Politics & Goverment Research political atau 2014 siklus politik pada Center UGM,corruption dan semenjakcycle November aktifkorupsi di Perkumupulan Pemilutahun-tahun dan Demokrasi (PERLUDEM). Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi RAMLAN SURBAKTI juga perlu perbedaan hakikat antara dan adalah seorangdibatasi akademisimengingat di FISIP Universitas Airlangga, Surabaya. Selainlaki-laki itu, beliau merupakan praktisi Pemilu yang juga pernah menjabat sebagai Komisioner perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu KPU pada periode tahun 2004. Aktif menulis di bebrbagi media massa, menjawab syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun beberapa isu krusial terkait pelaksanaan pemilu di Indonesia. 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.” Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 156 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon LATAR BELAKANG Demokrasi memang bukan satu tatanan yang sempurna untuk mengatur peri kehidupun manusia. Namun sejarah di manapun telah membuktikan, bahwa demokrasi sebagai model kehidupan bernegara memiliki peluang paling kecil dalam menistakan kemanusiaan. Oleh karena itu, meskipun dalam berbagai dokumentasi negara ini tidak banyak ditemukan kata demokrasi, para pendiri negara sejak zaman pergerakan berusaha keras menerapkan prinsip-prinsip negara demokrasi bagi Indonesia. Tiada negara demokrasi tanpa pemilihan umum (pemilu), sebab pemilu merupakan instrumen pokok dalam menerapkan prinsip-prinsip demokrasi. Sesungguhnya, pemilu tidak saja sebagai arena untuk mengekspresikan kebebasan rakyat dalam memilih pemimpinnya, tetapi juga arena untuk menilai dan menghukum para pemimpin yang tampil di hadapan rakyat. Namun, pengalaman di berbagai tempat dan negara menunjukkan bahwa pelaksanaan pemilu seringkali hanya berupa kegiatan prosedural politik belaka, sehingga proses dan hasilnya menyimpang dari tujuan pemilu sekaligus mencederai nilai-nilai demokrasi. Kenyataan tersebut mengharuskan dilakukannya usaha yang tak henti untuk membangun dan memperbaiki sistem pemilu yang fair, yakni pemilu yang mampu menampung kebebasan rakyat dan menjaga kedaulatan rakyat. Para penyelenggara pemilu dituntut memahami filosofi pemilu, memiliki pengetahuan dan ketrampilan teknis penyelenggaraan pemilu, serta konsisten menjalankan peraturan pemilu, agar proses pemilu berjalan sesuai dengan tujuannya. Selanjutnya, hasil pemilu, yakni para pemimpin yang terpilih, perlu didorong dan diberdayakan terus-menerus agar dapat menjalankan fungsinya secara maksimal; mereka juga perlu dikontrol agar tidak meyalahgunakan kedaulatan rakyat yang diberikan kepadanya. 157 Menyadari bahwa kondisi-kondisi tersebut membutuhkan partisipasi setiap warga negara, maka para mantan Pengawas Pemilu 2004 berhimpun dalam wadah yang bernama Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi, disingkat Perludem agar dapat secara efektif terlibat dalam proses membangun negara demokrasi dan melaksanakan pemilu yang fair. Nilai-nilai moral pengawas pemilu yang tertanam selama menjalankan tugas-tugas pengawasan pemilu, serta pengetahuan dan keterampilan tentang pelaksanaan dan pengawasan pemilu, merupakan modal bagi Perludem untuk memaksimalkan partisipasinya. VISI Terwujudnya negara demokrasi dan terselenggarakannya pemilu yang mampu menampung kebebasan rakyat dan menjaga kedaulatan rakyat. MISI 1. Menguatkan kapasitas perludem untuk menjadi lembaga yang transparan, akuntabel, dan demokratis. 2. Meningkatkan kapasitas personil perludem untuk menjadi pegiat pemilu yang berintegritas dan berkompeten. 3. Mengembangkan pusat riset, data, dan informasi kepemiluan di indonesia 4. Membangun sistem pemilu yang sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi 5. Meningkatkan kapasitas pembuat kebijakan, penyelenggara, peserta dan pemilih agar memahami filosofi tujuan pemilu dan demokrasi serta memiliki pengetahuan dan keterampilan teknis penyelenggaraan pemilu. 6. Memantau penyelenggaraan pemilu agar tetap sesuai dengan peraturan dan prinsip-prinsip pemilu yang demokratis 7. Memperluas jaringan kelembagaan untuk memperkuat nilai – nilai pemilu yang demokratis. KEGIATAN 1. Pengkajian: mengkaji peraturan, mekanisme dan prosedur pemilu/pilkada; mengkaji pelaksanaan pemilu/pilkada; memetakan kekuatan dan kelemahan peraturan pemilu/pilkada; menggambarkan kelebihan dan kekurangan pelaksanaan pemilu/pilkada; mengajukan rekomendasi perbaikan sistem dan peraturan pemilu/pilkada; dll. 2. Pelatihan: meningkatkan pemahaman para stakeholder pemilu/pilkada tentang filosofi pemilu/pilkada; meningkatkan pemahaman tokoh masyarakat tentang pentingnya partisipasi masyarakat dalam pemilu/ pilkada; meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petugas-petugas pemilu/pilkada; meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan para pemantau 158 pemilu/pilkada; dll. 3. Pemantauan: memonitor pelaksanaan pemilu/pilkada; mengontrol dan mengingatkan penyelenggara pemilu/pilkada agar bekerja sesuai dengan peraturan yang ada; mencatat dan mendokumentasikan kasus-kasus pelanggaran dan sengketa pemilu/pilkada; menyampaikan pelakupelaku kecurangan dan pelanggaran pemilu/pilkada kepada pihak yang berkompeten; dll 159