KAJIAN KETERSEDIAAN AIR PERMUKAAN 1 PADA TANAMAN KAYUPUTIH Oleh : Ugro Hari Murtiono2 dan Rahardyan NA3 Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Jl. A. Yani PO Box 295 Pabelan. Telepon/Fax.: (+62 271) 716709/716959 Email: [email protected] 2 3 Email: [email protected] ; [email protected] ABSTRAK Prioritas utama dalam kegiatan konservasi tanah dan air suatu kawasan adalah penggunaan metode vegetatif, disamping metode mekanis untuk kebutuhan yang sangat mendesak. Dalam penerapan metode vegetatif tersebut ditemui kendala yaitu keluhan masyarakat yang menyatakan bahwa telah terjadi penurunan sumber-sumber air di suatu kawasan yang direboisasi dengan jenis tegakan hutan tanaman tertentu. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (B2PBPTH) Yogyakarta pada saat ini sedang mengembangkan jenis-jenis prioritas yang menjadi jenis unggulan yaitu tanaman kayuputih di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tujuan pengembangan jenis kayuputih ini untuk mendukung pelaksanaan pembangunan tanaman hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK), namun kegiatan yang dilakukan masih terbatas pada aspek perbaikan kualitas benih/ bibit melalui bioteknologi, spesies trial dan provenance trial. Untuk melengkapi kegiatan tersebut perlu kajian tentang aspek ekologisnya. Penelitian ini dilakukan pada Mikro DAS Sub DAS Gubah di Desa Katongan, Kec.Nglipar, Kab.Gunung Kidul. Tujuan kajian adalah mendapatkan informasi karakteristik hidrologis dari tanaman kayuputih. Hasil yang diperoleh : (1). Hasil pengamatan iklim mikro stasiun klimatologi Nglipar adalah sebagai berikut : (a). Pada bulan Januari - Maret : suhu udara rata-rata adalah 240 38 C dengan kelembaban udara 58-82 %; (b). Pada bulan April 0 September : suhu udara rata-rata adalah 24-39 C dengan kelembaban udara 60-82 %; (2) Penutupan lahan pada lokasi mikro DAS tanaman kayuputih didominasi terubusan baru sehingga rerata diameter batangnya relatif kecil. Dari rerata tinggi pohonnya berkisar antara 142 - 225 cm, hal ini dikarenakan belum dilakukan pemanenan daun. Setelah penanenan daun maka tonggak yang tersisa ketinggiannya hanya berkisar 150 cm saja. Penutupan lahan mikro DAS berkisar antara 30 - 80 % (sedang), sehingga masih terdapat resiko terjadinya erosi tanah yang disebabkan karena pukulan air hujan:(3) Kondisi tanah menunjukkan bahwa rerata pH 1 Makalah ini disampaikan pada Semiloka “Riset Pengelolaan DAS Menuju Kebutuhan Terkini” Surakarta, 27-28 Juni 2011. Kerjasama Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi dengan Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. 227 tanah adalah agak basa, rerata kandungan C organik termasuk kategori tinggi, rerata kandungan bahan organik tanah termasuk kategori tinggi, tekstur tanah adalah lempung berat kecuali pada titik pengambilan sampel tanah kedua pada kedalaman > 40 cm; (4)Kuaitas air yang dinilai dari pH menunjukkan dalam kondisi netral dengan kisaran 7,5 sampai dengan 7,7. Beberapa parameter tertentu (K, NO3, Cl, Na, dan SO4), hasil uji menunjukkan bahwa sampel air dari mikro DAS lebih kecil dari pada di sub DAS Oyo, sedangkan untuk parameter yang lain (kalsium, phospat, dan magnesium) lebih besar dari pada sampel air dari sub DAS Oyo. (5). Hasil pengamatan debit aliran menunjukkan bahwa dari curah hujan rerata tahunan sebesar 1330 mm, menghasilkan debit aliran reratasebesar 0,383 m3/dt atau 635,25 mm (47,70 %), sedangkan sisanya sebesar 694,75 mm (52,30 %) meresap kedalam tanah sebagai cadangan air tanah, koefisien aliran sebesar 0,47, dikategorikan dalam kondisi baik. Kata kunci : Tanaman kayuputih, karakteristik hidrologi, iklimmikro, evapotranspirasi dan hasil air dari tanaman kayuputih I. PENDAHULUAN Air merupakan sumberdaya alam yang mempunyai peranan sangat penting dalam kehidupan manusia. Ketersediaan air sering digunakan sebagai pertimbangan pokok dalam penetapan lokasi pemukiman, lahan pertanian atau bahkan dalam perencanaan pengembangan wilayah. Keberadaan air secara alami terbentuk melalui sirkulasi yang dikenal dengan daur hidrologi, yaitu merupakan aspek penting dalam menunjang kehidupan manusia. Dalam kaitannya dengan sumberdaya air permukaan pada saat sekarang banyak dikembangkan rencana-rencana untuk memanfaatkan, mengendalikan dan melestarikan sumberdaya air permukaan. Ketersediaan air yang terjadi pada suatu kawasan dapat ditelaah dengan model Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai satu kesatuan Daerah Aliran sungai (Asdak, C. 1995) Selama ini tanaman diyakini sangat berperan positif terhadap kelestarian sumber daya air kawasan. Setelah hutan dieksploitasi secara besar-besaran maka hasil air meningkat karena 228 berkurangnya evapotranspirasi. Namun secara perlahan hasil air tersebut akan berkurang karena jumlah air yang tersimpan di dalam tanah juga berkurang. Hal ini disebabkan karena air hujan yang jatuh pada areal hutan yang telah terbuka, sebagian besar langsung menjadi aliran permukaan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka prioritas utama dalam kegiatan konservasi tanah dan air suatu kawasan adalah penggunaan metode vegetatif, disamping metode mekanis untuk kebutuhan yang sangat mendesak jika diperlukan. Metode tersebut menghadapi kendala yaitu adanya keluhan masyarakat yang menyatakan bahwa telah terjadi penurunan sumber-sumber air di suatu kawasan yang direboisasi dengan jenis tegakan hutan tanaman tertentu. Beberapa kasus yang mencerminkan hal itu salah satunya adalah tanaman kayu putih yang berada di areal kebun benih dan kebun percobaan Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (B2PBPTH) Yogyakarta pada Mikro DAS Gubah yang secara administrasi terletak di Desa Katongan, Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi DIY, dan merupakan Kebun Pangkas Dinas Kehutanan Propinsi DIY di Petak 38. Dari adanya keluhan masyarakat yang menyatakan bahwa telah terjadi penurunan sumber-sumber air di suatu kawasan tersebut perlu dikaji lebih lanjut mengenai ketersediaan air permukaan pada tanaman kayu putih. Hasil dari kajian ini diharapkan akan menjadi informasi penting bagi penentu kebijakan, khususnya di bidang kehutanan, yaitu dalam rangka menunjang program pengelolaan sumber daya hutan yang berkelanjutan (sustainable forest management) serta penyediaan kebutuhan air bagi masyarakat sekitar lokasi/ kawasan pengembangan jenis kayuputih ini. Tujuan kajian adalah mendapatkan informasi mengenai ketersediaan air permukaan pada tanaman kayuputih. II. METODOLOGI 1. Lokasi Lokasi kegiatan dilaksanakan pada Mikro DAS Gubah secara administrasi terletak di Desa Katongan, Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi DIY, dan merupakan Kebun Pangkas Dinas Kehutanan Provinsi DIY di Petak 38. 229 2. Bahan dan Peralatan a. Bahan Bahan yang digunakan dalam kajian ini meliputi : Peta topografi, peta tanah, peta penggunaan lahan/forest cover), blanko-blanko pengamatan, dan alat tulis kantor. b. Peralatan Peralatan yang digunakan dalam kajian, yaitu : peralatan untuk monitoring hujan, peralatan untuk monitoring air limpasan Stasiun Pengamatan Arus Sungai (SPAS); peralatan untuk monitoring iklim mikro (stasiun klimatologi); meteran, ringfender, hagameter, abneylevel, kompas, altimeter, GPS (Global Positioning System), evaporimeter, ring infiltrometer, peralatan survei tanah dan penutupan vegetasi/tegakan hutan, dan komputer 3. Pengolahan dan Analisia Data a. Pengamatan Kondisi Iklim Mikro Pengamatan kondisi iklim mikro dengan menggunakan stasiun klimatologi sederhana, meliputi pengamatan curah hujan, temperatur udara, kelembaban udara, dan evaporasi. Pengamatan curah hujan dilakukan setiap hari pada jam 07.00 WIB untuk mengetahui besarnya curah hujan pada hari sebelumnya, pengamatan temperatur dan kelembaban udara secara harian sepanjang tahun dengan waktu pengamatannya sebanyak 3 kali yaitu jam 07.00 WIB12.00 WIB dan 17.00 WIB dan pengamatan evaporasi diamati 2 kali sehari yaitu jam 07.00 WIB dan jam 17.00 WIB. b. Penutupan Lahan Survei penutupan lahan dilakukan dengan menggunakan plot contoh berukuran 5 x 5 meter. Titik plot contoh yang diambil untuk mewakili lereng atas (>45 %), tengah (25%) dan bawah(15%) masing-masing untuk sebelah kiri sungai dan kanan sungai. 230 c. Kondisi Tanah Untuk mengetahui kondisi tanah pada mikro DAS dengan cara mengambil contoh tanahnya d. Air Tersedia dalam tanah Jumlah air tersedia di dalam tanah di petak areal Mikro DAS. Kondisi air tersedia tersebut adalah merupakan kondisi air tersedia sesaat karena contoh tanah diambil hanya satu kali yaitu pada saat sebelum masuk musim penghujan sehingga belum bisa mencerminkan kondisi air tersedia selama rentang waktu tertentu (1 tahun) di areal Mikro DAS. e. Kualitas Air Untuk mengetahui kondisi kualitas air, dengan mengambil contoh air pada areal mikro DAS.Contoh air diambil pada saat musim penghujan dan lokasi pengambilan berada pada outlet Mikro DAS serta sebagai perbandingan diambil pula sampel air yang berasal dari Sungai Oyo yang merupakan muara dari alur sungai yang mengalir dalam Mikro DAS areal tanaman kayuputih. f. Pengamatan Ketersediaan Air Permukaaan Pengamatan ketersediaan air permukaan dengan menggunakan pengamatan arus sungai (SPAS) dengan tipe Cipolity dan V-notch Wier dari suatu mikro DAS dengan luasan ± 5 ha yang diatasnya ditanami dengan tanaman kayuputih dengan umur yang seragam. Dalam hal ini pengamatannya meliputi pengamatan curah hujan, tinggi muka air dan debit aliran. III. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kondisi Iklim Mikro Areal Hutan Tanaman Kayuputih Iklim merupakan gabungan berbagai kondisi cuaca sehari-hari (Wisnubroto, 1983). Unsur-unsur penyusun iklim antara lain adalah curah hujan, temperatur dan kelembaban udara. Pengamatan iklim 231 mikro di lokasi penelitian dilakukan dengan menggunakan stasiun klimatologi sederhana. Unsur-unsur iklim yang diamati meliputi curah hujan, temperatur, evaporasi dan kelembaban udara. Iklim mikro dipisahkan menjadi 3 (tiga) periode musim yaitu : (1). Musim hujan I (bulan Januari – Maret); (2). Musim kemarau (bulan AprilSeptember); dan (3). Musim hujan II (bulan Oktober- Desember). Hasil pengamatan adalah sebagai berikut : (a). Musim hujan I (bulan Januari – Maret) : suhu udara harian pagi hari (jam 07.00 0 WIB) berkisar 24-27 C dengan kelembaban udara berkisar 700 78%, suhu udara siang hari (jam 12.00 WIB) berkisar 30-38 C dengan kelembaban udara berkisar 59- 82%, suhu udara sore hari 0 harian (jam 17.00 WIB). berkisar 33 - 36 C dengan kelembaban udara berkisar 58-70%; (b). Musim Kemarau (bulan April September) : suhu udara harian pagi hari (jam 07.00 WIB) berkisar 25-260 C dengan kelembaban udara berkisar 81-85%, suhu udara siang hari (jam 12.00 WIB) berkisar 33- 37 0 C dengan kelembaban udara berkisar 51-60%, suhu udara sore hari (jam 17.00 WIB) berkisar 30 - 34 0 C dengan kelembaban udara berkisar 58-72 % dan (c). Musim hujan II (bulan OktoberDesember) suhu udara harian pagi hari (jam 07.00 WIB) berkisar 24-280 C dengan kelembaban udara berkisar 72-80%, suhu udara siang hari (jam 12.00 WIB) berkisar 31-390C dengan kelembaban udara berkisar 60 - 82%, suhu udara sore hari (jam 17.00 WIB) berkisar 31 – 37 0C dengan kelembaban udara berkisar 60-72%. 2. Penutupan Lahan Survei penutupan lahan dilakukan dengan menggunakan contoh plot berukuran 5 x 5 meter. Titik contoh plot yang diambil untuk mewakili (lereng atas, tengah dan bawah) masing-masing untuk sebelah kiri sungai dan kanan sungai. Obyek yang diamati meliputi tanaman kayuputih dan tanaman bawahnya. Hasil survei tanaman kayuputih dalam contoh plot disajikan pada Tabel 1. berikut : 232 Tabel 1. Penutupan DAS oleh Tanaman Kayuputih Areal Mikro DAS di Kecamatan Nglipar Kabupaten Gunung Kidul. Rerata Kepadatan Tanaman (n/ha) Diameter Batang (cm) Tinggi Pohon (cm) Penutupan ( % ) Lereng Atas 13 Kiri Sungai Lereng Tengah 11 Lereng Bawah 26 Lereng Atas 19 8,3 189 60 11,65 180 30 9,2 142 40 9,35 225 80 Kanan Sungai Lereng Lereng Tengah Bawah 24 17 8,75 198 30 1,55 215 40 Berdasarkan data pada Tabel 1 tersebut terlihat bahwa jumlah tanaman kayuputih berkisar antara 11 - 26 pohon dengan diameter batang berkisar antara 1,55 - 11,65 cm. Pada lokasi mikro DAS tanaman kayuputih didominasi terubusan baru sehingga rata-rata diameter batangnya relatif kecil. Dari rerata tinggi pohonnya berkisar antara 142 - 225 cm, hal ini dikarenakan bekum dilakukan pemanenan daun. Setelah penanenan daun maka tonggak yang tersisa ketinggiannya hanya berkisar 150 cm saja. Penutupan lahan mikro DAS berkisar antara 30 - 80 % (sedang), sehingga masih terdapat resiko terjadinya erosi tanah yang disebabkan karena pukulan air hujan. 3. Kondisi Tanah Untuk mengetahui kondisi tanah pada mikro DAS dengan cara mengambil contoh tanahnya. Hasil analisis contoh tanah di lahan mikro DAS disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Kondisi Tanah Pada Areal Mikro DAS di Kecamatan Nglipar Kabupaten Gunung Kidul Lokasi I II III Kedalaman ( cm ) Kadar lengas (0,5 mm) (2 mm) pH H2O C (%) BO (%) Tekstur 0 – 20 17.34 17.74 8.00 4.03 6.94 Lempung berat 20 – 40 17.90 18.33 7.70 3.68 6.34 Lempung berat > 40 8.98 12.47 8.00 0.42 0.73 Geluh lempung 0 – 20 15.33 15.73 7.70 3.24 5.58 Lempung berat 20 – 40 16.70 17.10 7.20 3.64 6.28 Lempung berat > 40 8.30 7.47 7.90 0.93 1.60 Geluh pasir 0 – 20 16.47 16.72 6.50 3.81 6.58 Lempung berat 20 - 40 18.11 19.03 7.30 3.50 6.03 Lempung berat 233 Berdasarkan Tabel 2, pH tanah di areal mikro DAS adalah agak basa. Rata-rata kandungan C organik termasuk kategori tinggi (Kategori tanah menurut Dephutbun, 1999). Sementara rata-rata kandungan bahan organik tanah di areal mikro DAS masuk kategori tinggi. Tekstur tanah adalah lempung berat kecuali pada titik pengambilancontoh tanah kedua pada kedalaman > 40 cm. 4. Kualitas Air Pengambilan contoh air pada areal mikro DAS dilakukan untuk mengetahui kondisi kualitas air. Contoh air diambil pada saat musim penghujan dan lokasi pengambilan pada outlet mikro DAS serta sebagai perbandingan telah diambil pula contoh air yang berasal dari Sungai Oyo yang merupakan muara dari alur sungai yang mengalir dalam mikro DAS areal tanaman kayuputih. Perbandingan hasil analisis laboratorium antara alur sungai dalam mikro DAS dan Sungai Oyo disajikan pada Tabel 3. berikut : Tabel 3. Perbandingan Kualitas Air Pada Mikro DAS dan Sub DAS Oyo di Kecamatan Nglipar Kabupaten Gunung Kidul Parameter pH Kekeruhan Total Dissolved Solid(TDS) Daya Hantar Listrik (DHL) Kalium (K) +2 Kalsium (Ca ) Nitrat (NO3) Klorida (Cl) Phospat (PO4) Biological Oxigen Demand (BOD) Chemical Oxigen Demand (COD) Natrium (Na) Sulfat (SO4) Magnesium (Mg) Satuan (-) NTU Mikro DAS 7,5 1 Sub DAS Oyo 7,7 94 Mg/l 326 132 µ mhos/cm mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l 502 < 0,93 96,72 < 0,61 < 0,6 1,1089 203 2 29,82 3,13 5,0 0,3228 mg/l 6,6 2,7 mg/l mg/l mg/l mg/l 32 3 3 9,96 8 12 29 4,37 Berdasarkan hasil analisis laboratorim (Tabel 3) di atas terindikasi bahwa nilai pH di kedua lokasi dalam kondisi netral dengan kisaran 7,5 sampai dengan 7,7. Beberapa parameter tertentu (K, 234 NO3, Cl, Na, dan SO4), hasil uji menunjukkan bahwa contoh air dari mikro DAS lebih kecil dari pada di Sub DAS Oyo, sedangkan untuk parameter yang lain (kalsium, phospat, dan magnesium) lebih besar dari pada contoh air dari Sub DAS Oyo. Hal ini disebabkan karena kondisi penutupan lahan diatas lokasi pengambilan contoh yang berbeda. Penutupan lahan pada areal mikro DAS adalah murni tanaman kayuputih yang tidak ditumpangsari dengan tanaman semusim, kondisi tanaman bawahnya berupa rumput-rumputan dan semak belukar. Pada areal tanaman kayuputih di dalam Mikro DAS tidak dilakukan perlakuan apapun (pemupukan, pengolahan tanah dan sebagainya), sedangkan penutupan lahan di atas lokasi pengambilan sampel pada Sub DAS Oyo adalah merupakan campuran antara lahan pertanian, pemukiman dan hutan sehingga kondisi penutupan lahannya sangat beragam. Disamping itu kondisi air di Sub DAS Oyo juga telah dipengaruhi oleh pencemaran terhadap badan air baik oleh pupuk yang digunakan oleh petani di lahan olahannya maupun pencemaran dari pemukiman. Hal ini juga ditunjukkan dengan nilai parameter BOD dan COD pada contoh dari Sub DAS Oyo yang lebih rendah dari pada contoh air yang berasal dari Mikro DAS. Selanjutnya pada parameter kekeruhan, contoh air yang berasal dari Mikro DAS nilainya jauh lebih kecil dari pada sampel air yang berasal dari Sub DAS Oyo. Hal ini menunjukkan bahwa pada areal Mikro DAS hampir tidak terdapat tanah yang tererosi oleh curah hujan yang jatuh. Kecilnya nilai parameter kekeruhan tersebut disebabkan oleh pengaruh penutupan lahan DASnya. Pada areal Mikro DAS penutupan lahannya adalah tanaman kayuputih dengan tanaman bawah berupa semak belukar dan rerumputan yang relatif menutup permukaan tanahnya. Dengan demikian hampir tidak terdapat sedimen terangkut oleh aliran air pada areal Mikro DAS, namun demikian masih akan diamati lagi kandungan sedimen terkait pada aliran alur sungai pada areal Mikro DAS dengan menggunakan suspended sampler yang telah terpasang pada Stasiun Pengamat Arus Sungai (SPAS) yang telah dibangun. 235 5. Ketersediaan Air pada Areal Hutan Tanaman Kayuputih Stasiun Pengamat Arus Sungai (SPAS) yang dilengkapi dengan peralatan pemantau aliran air otomatis telah dibuat untuk mengetahui ketersediaan air pada kawasan hutan tanaman kayuputih. SPAS dibangun di areal penelitian adalah model Cipoletti dengan lebar penampang 90 cm. Luas daerah tangkapan air yang diamati 5,211 Ha dengan keseluruhan jenis penutupan lahannya adalah tanaman kayuputih dengan umur tanaman yang seragam. Lokasi tangkapan air yang diamati terletak di petak 38 RPH Nglipar, Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunung Kidul. Lokasi pengamatan tersebut adalah merupakan tanaman kayuputih hasil terubusan baru yang ditanam pada tahun 1980. Ketersediaan air permukaan pada kawasan hutan tanaman kayuputih, diamati dengan memantau tinggi muka air pada saat mulai hujan sampai hujan berhenti. Hasil perhitungan berdasarkan rumus cipoletti disajikan pada Tabel 4 berikut : Tabel 4. Hasil Pengukuran debit aliran dengan menggunakan metode Cipolety (SPAS Gubah), Areal Mikro DAS di Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunung Kidul. Tahun 2006 2007 2008 2009 Rerata Curah Hujan (mm) 895 1667 775 1982 1330 Debit Aliran 3 Koefisien Aliran (m /dt) 0,302 0,392 0,252 0,586 (mm) 501,20 650,13 418,50 971,18 0,56 0,39 0,54 0,49 0,383 635,252 0,48 Dari Tabel 4 menunjukkan bahwa hasil pengamatan debit aliran yang dilakukan selama 4 (empat) tahun mulai tahun 2006-2009, adalah curah hujan tahunan sebesar 1330 mm, rerata debit aliran sebesar 0,383 m3/dt atau 635,25 mm (47,70 %), sedangkan sisanya sebesar 694,75 mm (52,30%) meresap kedalam tanah sebagai cadangan air tanah. Dari hasil pengukuran data tersebut dapat dihitung koefisien aliran dengan membagi besarnya besarnya debit aliran tahunan dengan besarnya curah hujan tahunan sebesar 0,477. Hal ini menunjukkan bahwa curah hujan yang jatuh pada area Mikro DAS di Nglipar, Kabupaten Gunung Kidul yang menjadi aliran adalah sebesar 47,70 %, sisanya 52,30 236 % meresap kedalam tanah sebagai cadangan air tanah yang dapat dimanfaatkan terutama pada musim kemarau, menurut (Cook dan Bansby-Williams dalam Suyono, 1996 membuat klasifikasi koefisien aliran sebagai berikut; koefisien aliran normal < 50 %, sedang 50 - 75% dan ekstrim > 75%. Angka-angka tersebut dapat digunakan untuk menilai kondisi hidrologi DAS. sehingga kondisi area Mikro DAS di Nglipar, Kab.Gunung Kidul dapat dikategorikan dalam kondisi normal. IV. KESIMPULAN 1. Hasil pengamatan iklim mikro stasiun klimatologi Nglipar adalah sebagai berikut : (a). Pada musim hujan I ( Januari – Maret) : suhu udara harian berkisar 24-380 C dengan kelembaban udara harian berkisar 58-82%; (b). Pada musim kemarau (April - September) : suhu udara harian berkisar 0 25-37 C dengan kelembaban udara harian berkisar 51-85 %; dan (c). Pada musim hujan II (Oktober – Desember) : suhu udara harian berkisar 24-390 C dengan kelembaban udara harian berkisar 60-82%. 2. Penutupan lahan pada lokasi Mikro DAS tanaman kayuputih didominasi terubusan baru sehingga rerata diameter batangnya relatif kecil. Dari rerata tinggi pohon berkisar antara 142 - 225 cm, hal ini dikarenakan bekum dilakukan pemanenan daun. Setelah pemanenan daun maka tonggak yang tersisa ketinggiannya hanya berkisar 150 cm saja. Penutupan lahan mikro DAS berkisar antara 30 - 80 % (sedang), sehingga masih terdapat resiko terjadinya erosi tanah yang disebabkan karena pukulan air hujan. 3. Kondisi tanah menunjukkan bahwa rerata pH tanah adalah agak basa, rerata kandungan C organik termasuk kategori tinggi, rerata kandungan bahan organik tanah termasuk kategori tinggi, tekstur tanah adalah lempung berat kecuali pada titik pengambilan contoh tanah kedua pada kedalaman > 40 cm. 4. Kualitas air yang dinilai dari pH menunjukkan kondisi netral dengan kisaran 7,5 sampai dengan 7,7. Beberapa parameter tertentu (K, NO3, Cl, Na, dan SO4), hasil uji menunjukkan bahwa contoh air dari Mikro DAS lebih kecil dari pada di sub 237 DAS Oyo, sedangkan untuk parameter yang lain (kalsium, phospat, dan magnesium) lebih besar dari pada contoh air dari Sub DAS Oyo. 5. Hasil pengamatan debit aliran menunjukkan bahwa dari rerata curah hujan tahunan sebesar 1330 mm, menghasilkan debit aliran sebesar 0,383 m3/dt atau 635,25 mm (47,70 %) sedangkan sisanya sebesar 694,75 mm (52,30 %) meresap kedalam tanah sebagai cadangan air tanah koefisien aliran sebesar 47,70, dikategorikan dalam kondisi normal. DAFTAR PUSTAKA Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1999. Kategori Tanah. Departemen Kehutanan dan Perkebunan Republik Indonesia. Suyono, 1996. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Dalam Kontek Hidrologi Dalam Kaitannya Dengan Pembangunan Berkelanjutan. Pidato Pengukuhan Kepala Madya di Fakultas Geografi Unversitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Wisnusubroto.1983. Azas-asas Meteorologi Pertanian. Ghalia Indonesia. Jakarta. 238