KAJIAN KETERSEDIAAN AIR PERMUKAAN PADA TANAMAN

advertisement
KAJIAN KETERSEDIAAN AIR PERMUKAAN
1
PADA TANAMAN KAYUPUTIH
Oleh :
Ugro Hari Murtiono2 dan Rahardyan NA3
Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
Jl. A. Yani PO Box 295 Pabelan. Telepon/Fax.: (+62 271) 716709/716959
Email: [email protected]
2
3
Email: [email protected] ; [email protected]
ABSTRAK
Prioritas utama dalam kegiatan konservasi tanah dan air suatu kawasan
adalah penggunaan metode vegetatif, disamping metode mekanis untuk
kebutuhan yang sangat mendesak. Dalam penerapan metode vegetatif
tersebut ditemui kendala yaitu keluhan masyarakat yang menyatakan
bahwa telah terjadi penurunan sumber-sumber air di suatu kawasan yang
direboisasi dengan jenis tegakan hutan tanaman tertentu. Balai Besar
Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (B2PBPTH)
Yogyakarta pada saat ini sedang mengembangkan jenis-jenis prioritas
yang menjadi jenis unggulan yaitu tanaman kayuputih di Kabupaten
Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tujuan pengembangan jenis
kayuputih ini untuk mendukung pelaksanaan pembangunan tanaman hasil
Hutan Bukan Kayu (HHBK), namun kegiatan yang dilakukan masih
terbatas pada aspek perbaikan kualitas benih/ bibit melalui bioteknologi,
spesies trial dan provenance trial. Untuk melengkapi kegiatan tersebut
perlu kajian tentang aspek ekologisnya. Penelitian ini dilakukan pada
Mikro DAS Sub DAS Gubah di Desa Katongan, Kec.Nglipar, Kab.Gunung
Kidul. Tujuan kajian adalah mendapatkan informasi
karakteristik
hidrologis dari tanaman kayuputih. Hasil yang diperoleh : (1). Hasil
pengamatan iklim mikro stasiun klimatologi Nglipar adalah sebagai
berikut : (a). Pada bulan Januari - Maret : suhu udara rata-rata adalah 240
38 C dengan kelembaban udara 58-82 %; (b). Pada bulan April 0
September : suhu udara rata-rata adalah 24-39 C dengan kelembaban
udara 60-82 %; (2) Penutupan lahan pada lokasi mikro DAS tanaman
kayuputih didominasi terubusan baru sehingga rerata diameter batangnya
relatif kecil. Dari rerata tinggi pohonnya berkisar antara 142 - 225 cm, hal
ini dikarenakan belum dilakukan pemanenan daun. Setelah penanenan
daun maka tonggak yang tersisa ketinggiannya hanya berkisar 150 cm
saja. Penutupan lahan mikro DAS berkisar antara 30 - 80 % (sedang),
sehingga masih terdapat resiko terjadinya erosi tanah yang disebabkan
karena pukulan air hujan:(3) Kondisi tanah menunjukkan bahwa rerata pH
1
Makalah ini disampaikan pada Semiloka “Riset Pengelolaan DAS Menuju Kebutuhan Terkini”
Surakarta, 27-28 Juni 2011. Kerjasama Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan
Rehabilitasi dengan Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai.
227
tanah adalah agak basa, rerata kandungan C organik termasuk kategori
tinggi, rerata kandungan bahan organik tanah termasuk kategori tinggi,
tekstur tanah adalah lempung berat kecuali pada titik pengambilan sampel
tanah kedua pada kedalaman > 40 cm; (4)Kuaitas air yang dinilai dari pH
menunjukkan dalam kondisi netral dengan kisaran 7,5 sampai dengan 7,7.
Beberapa parameter tertentu (K, NO3, Cl, Na, dan SO4), hasil uji
menunjukkan bahwa sampel air dari mikro DAS lebih kecil dari pada di
sub DAS Oyo, sedangkan untuk parameter yang lain (kalsium, phospat,
dan magnesium) lebih besar dari pada sampel air dari sub DAS Oyo. (5).
Hasil pengamatan debit aliran menunjukkan bahwa dari curah hujan
rerata tahunan sebesar 1330 mm, menghasilkan debit aliran
reratasebesar 0,383 m3/dt atau 635,25 mm (47,70 %), sedangkan sisanya
sebesar 694,75 mm (52,30 %) meresap kedalam tanah sebagai
cadangan air tanah, koefisien aliran sebesar 0,47, dikategorikan dalam
kondisi baik.
Kata kunci : Tanaman kayuputih, karakteristik hidrologi, iklimmikro,
evapotranspirasi dan hasil air dari tanaman kayuputih
I. PENDAHULUAN
Air merupakan sumberdaya alam yang mempunyai peranan
sangat penting dalam kehidupan manusia. Ketersediaan air sering
digunakan sebagai pertimbangan pokok dalam penetapan lokasi
pemukiman, lahan pertanian atau bahkan dalam perencanaan
pengembangan wilayah.
Keberadaan air secara alami terbentuk melalui sirkulasi yang
dikenal dengan daur hidrologi, yaitu merupakan aspek penting
dalam menunjang kehidupan manusia. Dalam kaitannya dengan
sumberdaya air permukaan pada saat sekarang banyak
dikembangkan
rencana-rencana
untuk
memanfaatkan,
mengendalikan dan melestarikan sumberdaya air permukaan.
Ketersediaan air yang terjadi pada suatu kawasan dapat ditelaah
dengan model Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai satu kesatuan
Daerah Aliran sungai (Asdak, C. 1995)
Selama ini tanaman diyakini sangat berperan positif terhadap
kelestarian sumber daya air kawasan. Setelah hutan dieksploitasi
secara besar-besaran maka hasil air
meningkat karena
228
berkurangnya evapotranspirasi. Namun secara perlahan hasil air
tersebut akan berkurang karena jumlah air yang tersimpan di
dalam tanah juga berkurang. Hal ini disebabkan karena air hujan
yang jatuh pada areal hutan yang telah terbuka, sebagian besar
langsung menjadi aliran permukaan. Berdasarkan pertimbangan
tersebut, maka prioritas utama dalam kegiatan konservasi tanah
dan air suatu kawasan adalah penggunaan metode vegetatif,
disamping metode mekanis untuk kebutuhan yang sangat
mendesak jika diperlukan. Metode tersebut menghadapi kendala
yaitu adanya keluhan masyarakat yang menyatakan bahwa telah
terjadi penurunan sumber-sumber air di suatu kawasan yang
direboisasi dengan jenis tegakan hutan tanaman tertentu.
Beberapa kasus yang mencerminkan hal itu salah satunya adalah
tanaman kayu putih yang berada di areal kebun benih dan kebun
percobaan Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan
Tanaman Hutan (B2PBPTH) Yogyakarta pada Mikro DAS Gubah
yang secara administrasi terletak di Desa Katongan, Kecamatan
Nglipar, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi DIY, dan merupakan
Kebun Pangkas Dinas Kehutanan Propinsi DIY di Petak 38.
Dari adanya keluhan masyarakat yang menyatakan bahwa telah
terjadi penurunan sumber-sumber air di suatu kawasan tersebut
perlu dikaji lebih lanjut mengenai ketersediaan air permukaan pada
tanaman kayu putih. Hasil dari kajian ini diharapkan akan menjadi
informasi penting bagi penentu kebijakan, khususnya di bidang
kehutanan, yaitu dalam rangka menunjang program pengelolaan
sumber daya hutan yang berkelanjutan (sustainable forest
management) serta penyediaan kebutuhan air bagi masyarakat
sekitar lokasi/ kawasan pengembangan jenis kayuputih ini. Tujuan
kajian adalah mendapatkan informasi mengenai ketersediaan air
permukaan pada tanaman kayuputih.
II. METODOLOGI
1. Lokasi
Lokasi kegiatan dilaksanakan pada Mikro DAS Gubah secara
administrasi terletak di Desa Katongan, Kecamatan Nglipar,
Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi DIY, dan merupakan Kebun
Pangkas Dinas Kehutanan Provinsi DIY di Petak 38.
229
2. Bahan dan Peralatan
a. Bahan
Bahan yang digunakan dalam kajian ini meliputi : Peta topografi,
peta tanah, peta penggunaan lahan/forest cover), blanko-blanko
pengamatan, dan alat tulis kantor.
b. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam kajian, yaitu : peralatan untuk
monitoring hujan, peralatan untuk monitoring air limpasan Stasiun
Pengamatan Arus Sungai (SPAS); peralatan untuk monitoring iklim
mikro (stasiun klimatologi); meteran, ringfender, hagameter,
abneylevel, kompas, altimeter, GPS (Global Positioning System),
evaporimeter, ring infiltrometer, peralatan survei tanah dan
penutupan vegetasi/tegakan hutan, dan komputer
3. Pengolahan dan Analisia Data
a. Pengamatan Kondisi Iklim Mikro
Pengamatan kondisi iklim mikro dengan menggunakan stasiun
klimatologi sederhana, meliputi pengamatan curah hujan,
temperatur udara, kelembaban udara, dan evaporasi. Pengamatan
curah hujan dilakukan setiap hari pada jam 07.00 WIB untuk
mengetahui besarnya curah hujan pada hari sebelumnya,
pengamatan temperatur dan kelembaban udara secara harian
sepanjang tahun dengan waktu pengamatannya sebanyak 3 kali
yaitu jam 07.00 WIB12.00 WIB dan 17.00 WIB dan pengamatan
evaporasi diamati 2 kali sehari yaitu jam 07.00 WIB dan jam 17.00
WIB.
b. Penutupan Lahan
Survei penutupan lahan dilakukan dengan menggunakan plot
contoh berukuran 5 x 5 meter. Titik plot contoh yang diambil untuk
mewakili lereng atas (>45 %), tengah (25%) dan bawah(15%)
masing-masing untuk sebelah kiri sungai dan kanan sungai.
230
c. Kondisi Tanah
Untuk mengetahui kondisi tanah pada mikro DAS dengan cara
mengambil contoh tanahnya
d. Air Tersedia dalam tanah
Jumlah air tersedia di dalam tanah di petak areal Mikro DAS.
Kondisi air tersedia tersebut adalah merupakan kondisi air tersedia
sesaat karena contoh tanah diambil hanya satu kali yaitu pada
saat sebelum masuk musim penghujan sehingga belum bisa
mencerminkan kondisi air tersedia selama rentang waktu tertentu
(1 tahun) di areal Mikro DAS.
e. Kualitas Air
Untuk mengetahui kondisi kualitas air, dengan mengambil contoh
air pada areal mikro DAS.Contoh air diambil pada saat musim
penghujan dan lokasi pengambilan berada pada outlet Mikro DAS
serta sebagai perbandingan diambil pula sampel air yang berasal
dari Sungai Oyo yang merupakan muara dari alur sungai yang
mengalir dalam Mikro DAS areal tanaman kayuputih.
f. Pengamatan Ketersediaan Air Permukaaan
Pengamatan ketersediaan air permukaan dengan menggunakan
pengamatan arus sungai (SPAS) dengan tipe Cipolity dan V-notch
Wier dari suatu mikro DAS dengan luasan ± 5 ha yang diatasnya
ditanami dengan tanaman kayuputih dengan umur yang seragam.
Dalam hal ini pengamatannya meliputi pengamatan curah hujan,
tinggi muka air dan debit aliran.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Kondisi Iklim Mikro Areal Hutan Tanaman Kayuputih
Iklim merupakan gabungan berbagai kondisi cuaca sehari-hari
(Wisnubroto, 1983). Unsur-unsur penyusun iklim antara lain adalah
curah hujan, temperatur dan kelembaban udara. Pengamatan iklim
231
mikro di lokasi penelitian dilakukan dengan menggunakan stasiun
klimatologi sederhana. Unsur-unsur iklim yang diamati meliputi
curah hujan, temperatur, evaporasi dan kelembaban udara. Iklim
mikro dipisahkan menjadi 3 (tiga) periode musim yaitu : (1). Musim
hujan I (bulan Januari – Maret); (2). Musim kemarau (bulan AprilSeptember); dan (3). Musim hujan II (bulan Oktober- Desember).
Hasil pengamatan adalah sebagai berikut : (a). Musim hujan I
(bulan Januari – Maret) : suhu udara harian pagi hari (jam 07.00
0
WIB) berkisar 24-27 C dengan kelembaban udara berkisar 700
78%, suhu udara siang hari (jam 12.00 WIB) berkisar 30-38 C
dengan kelembaban udara berkisar 59- 82%, suhu udara sore hari
0
harian (jam 17.00 WIB). berkisar 33 - 36 C dengan kelembaban
udara berkisar 58-70%; (b). Musim Kemarau (bulan April September) : suhu udara harian pagi hari (jam 07.00 WIB)
berkisar 25-260 C dengan kelembaban udara berkisar 81-85%,
suhu udara siang hari (jam 12.00 WIB) berkisar 33- 37 0 C dengan
kelembaban udara berkisar 51-60%, suhu udara sore hari (jam
17.00 WIB) berkisar 30 - 34 0 C dengan kelembaban udara
berkisar 58-72 % dan (c). Musim hujan II (bulan OktoberDesember) suhu udara harian pagi hari (jam 07.00 WIB) berkisar
24-280 C dengan kelembaban udara berkisar 72-80%, suhu udara
siang hari (jam 12.00 WIB) berkisar 31-390C dengan kelembaban
udara berkisar 60 - 82%, suhu udara sore hari (jam 17.00 WIB)
berkisar 31 – 37 0C dengan kelembaban udara berkisar 60-72%.
2. Penutupan Lahan
Survei penutupan lahan dilakukan dengan menggunakan contoh
plot berukuran 5 x 5 meter. Titik contoh plot yang diambil untuk
mewakili (lereng atas, tengah dan bawah) masing-masing untuk
sebelah kiri sungai dan kanan sungai. Obyek yang diamati
meliputi tanaman kayuputih dan tanaman bawahnya. Hasil survei
tanaman kayuputih dalam contoh plot disajikan pada Tabel 1.
berikut :
232
Tabel 1. Penutupan DAS oleh Tanaman Kayuputih Areal Mikro DAS di
Kecamatan Nglipar Kabupaten Gunung Kidul.
Rerata
Kepadatan Tanaman
(n/ha)
Diameter Batang (cm)
Tinggi Pohon (cm)
Penutupan ( % )
Lereng
Atas
13
Kiri Sungai
Lereng
Tengah
11
Lereng
Bawah
26
Lereng
Atas
19
8,3
189
60
11,65
180
30
9,2
142
40
9,35
225
80
Kanan Sungai
Lereng
Lereng
Tengah
Bawah
24
17
8,75
198
30
1,55
215
40
Berdasarkan data pada Tabel 1 tersebut terlihat bahwa jumlah
tanaman kayuputih berkisar antara 11 - 26 pohon dengan
diameter batang berkisar antara 1,55 - 11,65 cm. Pada lokasi
mikro DAS tanaman kayuputih
didominasi terubusan baru
sehingga rata-rata diameter batangnya relatif kecil. Dari rerata
tinggi pohonnya berkisar antara 142 - 225 cm, hal ini dikarenakan
bekum dilakukan pemanenan daun. Setelah penanenan daun
maka tonggak yang tersisa ketinggiannya hanya berkisar 150 cm
saja. Penutupan lahan mikro DAS berkisar antara 30 - 80 %
(sedang), sehingga masih terdapat resiko terjadinya erosi tanah
yang disebabkan karena pukulan air hujan.
3. Kondisi Tanah
Untuk mengetahui kondisi tanah pada mikro DAS dengan cara
mengambil contoh tanahnya. Hasil analisis contoh tanah di lahan
mikro DAS disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Kondisi Tanah Pada Areal Mikro DAS di Kecamatan Nglipar
Kabupaten Gunung Kidul
Lokasi
I
II
III
Kedalaman
( cm )
Kadar lengas
(0,5 mm)
(2 mm)
pH
H2O
C
(%)
BO
(%)
Tekstur
0 – 20
17.34
17.74
8.00
4.03
6.94
Lempung berat
20 – 40
17.90
18.33
7.70
3.68
6.34
Lempung berat
> 40
8.98
12.47
8.00
0.42
0.73
Geluh lempung
0 – 20
15.33
15.73
7.70
3.24
5.58
Lempung berat
20 – 40
16.70
17.10
7.20
3.64
6.28
Lempung berat
> 40
8.30
7.47
7.90
0.93
1.60
Geluh pasir
0 – 20
16.47
16.72
6.50
3.81
6.58
Lempung berat
20 - 40
18.11
19.03
7.30
3.50
6.03
Lempung berat
233
Berdasarkan Tabel 2, pH tanah di areal mikro DAS adalah agak
basa. Rata-rata kandungan C organik termasuk kategori tinggi
(Kategori tanah menurut Dephutbun, 1999). Sementara rata-rata
kandungan bahan organik tanah di areal mikro DAS masuk
kategori tinggi. Tekstur tanah adalah lempung berat kecuali pada
titik pengambilancontoh tanah kedua pada kedalaman > 40 cm.
4. Kualitas Air
Pengambilan contoh air pada areal mikro DAS dilakukan untuk
mengetahui kondisi kualitas air. Contoh air diambil pada saat
musim penghujan dan lokasi pengambilan pada outlet mikro DAS
serta sebagai perbandingan telah diambil pula contoh air yang
berasal dari Sungai Oyo yang merupakan muara dari alur sungai
yang mengalir dalam mikro DAS areal tanaman kayuputih.
Perbandingan hasil analisis laboratorium antara alur sungai dalam
mikro DAS dan Sungai Oyo disajikan pada Tabel 3. berikut :
Tabel 3. Perbandingan Kualitas Air Pada Mikro DAS dan Sub DAS Oyo di
Kecamatan Nglipar Kabupaten Gunung Kidul
Parameter
pH
Kekeruhan
Total Dissolved
Solid(TDS)
Daya Hantar Listrik
(DHL)
Kalium (K)
+2
Kalsium (Ca )
Nitrat (NO3)
Klorida (Cl)
Phospat (PO4)
Biological Oxigen
Demand (BOD)
Chemical Oxigen
Demand (COD)
Natrium (Na)
Sulfat (SO4)
Magnesium (Mg)
Satuan
(-)
NTU
Mikro DAS
7,5
1
Sub DAS Oyo
7,7
94
Mg/l
326
132
µ mhos/cm
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
502
< 0,93
96,72
< 0,61
< 0,6
1,1089
203
2
29,82
3,13
5,0
0,3228
mg/l
6,6
2,7
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
32
3
3
9,96
8
12
29
4,37
Berdasarkan hasil analisis laboratorim (Tabel 3) di atas terindikasi
bahwa nilai pH di kedua lokasi dalam kondisi netral dengan
kisaran 7,5 sampai dengan 7,7. Beberapa parameter tertentu (K,
234
NO3, Cl, Na, dan SO4), hasil uji menunjukkan bahwa contoh air
dari mikro DAS lebih kecil dari pada di Sub DAS Oyo, sedangkan
untuk parameter yang lain (kalsium, phospat, dan magnesium)
lebih besar dari pada contoh air dari Sub DAS Oyo. Hal ini
disebabkan karena kondisi penutupan lahan diatas lokasi
pengambilan contoh yang berbeda. Penutupan lahan pada areal
mikro DAS adalah murni tanaman kayuputih yang tidak
ditumpangsari dengan tanaman semusim, kondisi tanaman
bawahnya berupa rumput-rumputan dan semak belukar. Pada
areal tanaman kayuputih di dalam Mikro DAS tidak dilakukan
perlakuan apapun (pemupukan, pengolahan tanah dan
sebagainya), sedangkan penutupan lahan di atas lokasi
pengambilan sampel pada Sub DAS Oyo adalah merupakan
campuran antara lahan pertanian, pemukiman dan hutan sehingga
kondisi penutupan lahannya sangat beragam. Disamping itu
kondisi air di Sub DAS Oyo juga telah dipengaruhi oleh
pencemaran terhadap badan air baik oleh pupuk yang digunakan
oleh petani di lahan olahannya maupun pencemaran dari
pemukiman. Hal ini juga ditunjukkan dengan nilai parameter BOD
dan COD pada contoh dari Sub DAS Oyo yang lebih rendah dari
pada contoh air yang berasal dari Mikro DAS.
Selanjutnya pada parameter kekeruhan, contoh air yang berasal
dari Mikro DAS nilainya jauh lebih kecil dari pada sampel air yang
berasal dari Sub DAS Oyo. Hal ini menunjukkan bahwa pada areal
Mikro DAS hampir tidak terdapat tanah yang tererosi oleh curah
hujan yang jatuh. Kecilnya nilai parameter kekeruhan tersebut
disebabkan oleh pengaruh penutupan lahan DASnya. Pada areal
Mikro DAS penutupan lahannya adalah tanaman kayuputih dengan
tanaman bawah berupa semak belukar dan rerumputan yang
relatif menutup permukaan tanahnya. Dengan demikian hampir
tidak terdapat sedimen terangkut oleh aliran air pada areal Mikro
DAS, namun demikian masih akan diamati lagi kandungan
sedimen terkait pada aliran alur sungai pada areal Mikro DAS
dengan menggunakan suspended sampler yang telah terpasang
pada Stasiun Pengamat Arus Sungai (SPAS) yang telah dibangun.
235
5. Ketersediaan Air pada Areal Hutan Tanaman Kayuputih
Stasiun Pengamat Arus Sungai (SPAS) yang dilengkapi dengan
peralatan pemantau aliran air otomatis telah dibuat untuk
mengetahui ketersediaan air pada kawasan hutan tanaman
kayuputih. SPAS dibangun di areal penelitian adalah model
Cipoletti dengan lebar penampang 90 cm. Luas daerah tangkapan
air yang diamati 5,211 Ha dengan keseluruhan jenis penutupan
lahannya adalah tanaman kayuputih dengan umur tanaman yang
seragam. Lokasi tangkapan air yang diamati terletak di petak 38
RPH Nglipar, Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunung Kidul.
Lokasi pengamatan tersebut adalah merupakan tanaman
kayuputih hasil terubusan baru yang ditanam pada tahun 1980.
Ketersediaan air permukaan pada kawasan hutan tanaman
kayuputih, diamati dengan memantau tinggi muka air pada saat
mulai hujan sampai hujan berhenti. Hasil perhitungan berdasarkan
rumus cipoletti disajikan pada Tabel 4 berikut :
Tabel 4. Hasil Pengukuran debit aliran dengan menggunakan metode
Cipolety (SPAS Gubah), Areal Mikro DAS di Kecamatan Nglipar,
Kabupaten Gunung Kidul.
Tahun
2006
2007
2008
2009
Rerata
Curah
Hujan
(mm)
895
1667
775
1982
1330
Debit Aliran
3
Koefisien
Aliran
(m /dt)
0,302
0,392
0,252
0,586
(mm)
501,20
650,13
418,50
971,18
0,56
0,39
0,54
0,49
0,383
635,252
0,48
Dari Tabel 4 menunjukkan bahwa hasil pengamatan debit aliran
yang dilakukan selama 4 (empat) tahun mulai tahun 2006-2009,
adalah curah hujan tahunan sebesar 1330 mm, rerata debit aliran
sebesar 0,383 m3/dt atau 635,25 mm (47,70 %), sedangkan
sisanya sebesar 694,75 mm (52,30%) meresap kedalam tanah
sebagai cadangan air tanah. Dari hasil pengukuran data tersebut
dapat dihitung koefisien aliran dengan membagi besarnya
besarnya debit aliran tahunan dengan besarnya curah hujan
tahunan sebesar 0,477. Hal ini menunjukkan bahwa curah hujan
yang jatuh pada area Mikro DAS di Nglipar, Kabupaten Gunung
Kidul yang menjadi aliran adalah sebesar 47,70 %, sisanya 52,30
236
% meresap kedalam tanah sebagai cadangan air tanah yang dapat
dimanfaatkan terutama pada musim kemarau, menurut (Cook dan
Bansby-Williams dalam Suyono, 1996 membuat klasifikasi
koefisien aliran sebagai berikut; koefisien aliran normal < 50 %,
sedang 50 - 75% dan ekstrim > 75%. Angka-angka tersebut dapat
digunakan untuk menilai kondisi hidrologi DAS. sehingga kondisi
area Mikro DAS di Nglipar, Kab.Gunung Kidul dapat dikategorikan
dalam kondisi normal.
IV. KESIMPULAN
1. Hasil pengamatan iklim mikro stasiun klimatologi Nglipar
adalah sebagai berikut : (a). Pada musim hujan I ( Januari –
Maret) :
suhu udara harian berkisar 24-380 C dengan
kelembaban udara harian berkisar 58-82%; (b). Pada musim
kemarau
(April - September) : suhu udara harian berkisar
0
25-37 C dengan kelembaban udara harian berkisar 51-85 %;
dan (c). Pada musim hujan II (Oktober – Desember) : suhu
udara harian berkisar 24-390 C dengan kelembaban udara
harian berkisar 60-82%.
2. Penutupan lahan pada lokasi Mikro DAS tanaman kayuputih
didominasi terubusan baru sehingga rerata diameter
batangnya relatif kecil. Dari rerata tinggi pohon berkisar antara
142 - 225 cm, hal ini dikarenakan bekum dilakukan
pemanenan daun. Setelah pemanenan daun maka tonggak
yang tersisa ketinggiannya hanya berkisar 150 cm saja.
Penutupan lahan mikro DAS berkisar antara 30 - 80 %
(sedang), sehingga masih terdapat resiko terjadinya erosi
tanah yang disebabkan karena pukulan air hujan.
3. Kondisi tanah menunjukkan bahwa rerata pH tanah adalah
agak basa, rerata kandungan C organik termasuk kategori
tinggi, rerata kandungan bahan organik tanah termasuk
kategori tinggi, tekstur tanah adalah lempung berat kecuali
pada titik pengambilan contoh tanah kedua pada kedalaman >
40 cm.
4. Kualitas air yang dinilai dari pH menunjukkan kondisi netral
dengan kisaran 7,5 sampai dengan 7,7. Beberapa parameter
tertentu (K, NO3, Cl, Na, dan SO4), hasil uji menunjukkan
bahwa contoh air dari Mikro DAS lebih kecil dari pada di sub
237
DAS Oyo, sedangkan untuk parameter yang lain (kalsium,
phospat, dan magnesium) lebih besar dari pada contoh air dari
Sub DAS Oyo.
5. Hasil pengamatan debit aliran menunjukkan bahwa dari rerata
curah hujan tahunan sebesar 1330 mm, menghasilkan debit
aliran sebesar 0,383 m3/dt atau 635,25 mm (47,70 %)
sedangkan sisanya sebesar 694,75 mm (52,30 %) meresap
kedalam tanah sebagai cadangan air tanah koefisien aliran
sebesar 47,70, dikategorikan dalam kondisi normal.
DAFTAR PUSTAKA
Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan daerah Aliran Sungai.
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1999. Kategori Tanah.
Departemen Kehutanan dan Perkebunan Republik
Indonesia.
Suyono, 1996. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Dalam Kontek
Hidrologi Dalam Kaitannya Dengan Pembangunan
Berkelanjutan. Pidato Pengukuhan Kepala Madya di
Fakultas Geografi Unversitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Wisnusubroto.1983. Azas-asas Meteorologi Pertanian. Ghalia
Indonesia. Jakarta.
238
Download