Rumusan Sementara Seminar Nasional Pengelolaan DAS Terpadu Untuk Kesejahteraan Masyarakat : DAS Sehat-Masyarakat Sejahtera 1. Dalam upaya pencegahan dan penanggulangan banjir di DAS Solo, perlu dibedakan daerah potensial banjir dan daerah pasokan air banjir. Hal ini perlu dilakukan mengingat perbedaan cara penanggulangannya. Untuk mencegah atau mengurangi dampak kebanjiran pada areal potensial banjir dapat dilakukan melalui pembuatan tanggul, peningkatan kapasitas saluran drainase. Untuk mengurangi atau mencegah dampak pasokan air banjir yang tinggi dengan peningkatan kapasitas infiltrasi tanah, reboisasi, penghijauan, dan penerapan teknik konservasi tanah lainnya. 2. Pembentukan Badan Otorita Pengelolaan DAS untuk penyelesaian masalah-masalah dalam pengelolaan DAS tidak dapat diterapkan untuk semua kondisi DAS, harus melalui kajian yang mendalam dan perlu memperhatikan dan mempertimbangkan dinamika politik, otonomi daerah, maupun rencana tata ruang wilayah. 3. Pemanfaatan residu dari hutan tanaman Eucalyptus harus juga memperhatikan metode penerapannnya di lapangan yakni dengan memperhatikan aspek konservasi tanahnya dan juga ketersediaan hara yang dilepaskan dan yang dapat diserap oleh tanaman untuk musim tanam berikutnya. 4. Dari hasil perhitungan dan uji kesesuaian intensitas hujan berdasarkan curah hujan jangka pendek, maka persamaan Talbot merupakan persamaan yang paling mendekati kondisi dilapangan. 5. Distribusi berdasarkan ketinggian diperoleh persamaan distribusi kelas Intensitas curah hujan untuk 30 menit (I30) adalah = 129,10 +0,0756*Elevasi 6. Energi Kinetik maksimum diperoleh sebesar 8160 J/m2/h. Keterhubungan terbaik antara Energi Kinetik dengan curah hujan diperoleh EKt = 30,4 I dengan R2 = 0,87dan EKt = 5,94 I1,37 dengan R2 = 0,96. 7. Hubungan terbaik antara Momentum (MtA) dan Intensitas curah hujan (M –I) di wilayah sub DAS Komering bagian hulu adalah dengan koefisien korelasi : MtA= 0,93 I1,18 R2 = 0,98 8. Tingkat erosi dalam dua bulan pengamatan pada tegakan mahoni umur 2, 5 dan 9 tahun masing-masing menurun menjadi 49,4%, 15,3% dan 8,7% terhadap kontrol yang besarnya 82,11 kg/plot (± 9,3 ton/ha). 9. Besar limpasan air permukaan pada tegakan mahoni umur 2, 5 dan 9 tahun yang dicerminkan oleh nilai koefisien erosi (limpasan?) masing-masing sebesar 0,24 (4 % terhadap kontrol), 0,19 (24 % terhadap kontrol) dan 0,14 (44 % terhadap kontrol). 10. Koefisien limpasan pada umur 2,5, 9 th, dan control adalah 0,24; 0,19; 0,14; dan 0,25 11. Metode Proses Hirarki Analitik (PHA) dapat digunakan untuk membangun peta kerentanan longsor. Data SIG (Sistem Informasi geografis) seperti elevasi, aspek lereng, kemiringan lereng, jarak dari jalan, jarak dari sungai, litologi, pelurusan, tekstur tanah, curah hujan, penggunaan lahan atau penutupan lahan dan inventarisasi di ekstrak dari berbagai sumber dan digunakan untuk menghitung indeks kerentanan tanah longsor. 12. Berdasarkan hasil evaluasi faktor penyebab longsor tersebut, terdapat tiga faktor utama yang mempunyai bobot tertinggi sebagai penyebab tanah longsor di DAS BudongBudong yaitu litologi (0.237), derajat kemiringan lahan (0.222) dan curah hujan (0.169). 13. Indeks kerentanan tanah longsor diklasifikasikan menjadi 5 kategori yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Berdasarkan peta zona kerentanan tanah longsor di wilayah DAS Budong-Budong, terdapat zona kerentanan tanah longsor kategori tinggi sampai sangat tinggi mencapai luas 187.429 ha atau 59 persen dari total luas wilayah DAS Budong-Budong. 14. Keberhasilan pemberdayaan masyarakat dalam pemanfaatan sumberdaya alam sangat tergantung dari perumusan masalah dan inventarisasi potensi sumberdaya alam dan potensi sumberdaya yang dimiliki masyarakat. Di DAS Riam Kanan, Kalimantan Selatan pengembangan hutan lindung dengan tanaman karet dan padi gogo dengan pola kemitraan dan di DAS Jongkok, Nusa Tenggara Barat dengan pengembangan hutan bukan dapat kayu meningkatkan pendapatan masyarakat. Di TN. Bromo Tengger Semeru pemanfaatan potensi pariwisata dan pemberdayaan masyarakat sebagai pelaku usaha pariwisata dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan PNBP sektor Kehutanan. 15. Pendugaan bahan organik dengan menggunakan GIS (ordinary kriging) hasilnya cukup bagus tidak berbeda nyata dengan hasil pengukuran di lapangan, tetapi mulai kandungan lebih dari 2.65 prediksinya lebih kecil. Perlu dilihat apa yang menyebabkan penurunan prediksi bahan organik pada kandungan bahan organik >2.65. 16. Penggunaan Hydroseeding sangat bermanfaat namun harus disesuaikan dengan kondisi daerahnya dan bibit apa yang akan dibudidayakan. Aplikasinya masih sulit, mengingat ketersediaan air pada suatu tempat, serta peralatan yang mahal dan mudah mengalami kendala dalam operasionalnya. 17. Penelitian lahan berpasir hasilnya cukup bagus. Konsep awal penelitian sebenarnya untuk memfasilitasi pertumbuhan pada masa-masa kritis dan memang konsentrasi hanya untuk suhu mungkin kedepannya disarankan untuk melihat pengaruhnya terhadap perkembangan akar. Perlu modifikasi untuk diterapkan di wilayah pegunungan, atau sesuai dengan kondisi setempat, misalnya di lahan sangat masam seperti di Situbondo akibat aliran air masam dari kawah Ijen. Modifikasi bisa juga dilakukan pada lahan-lahan yang potensi kegagalan tumbuh bibit yang rendah akibat curah hujan yang rendah.