BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Neoliberalisme Di era globalisasi saat ini, ekonomi politik internasional saat ini telah dikendalikan dalam satu kerangka sistem yang besar yang disebut dengan neoliberalisme. Namun sebelum membahas mengenai neoliberalisme perlu untuk membahas liberalisme terlebih dahulu. Liberalisme adalah sebuah faham ekomi yang diperkernalkan oleh Adam Smith. Dalam pemikiran liberalisme, Adam Smith mengungkapkan kelebihan dari pasar bebas dan keuntungan dari adanya gerak tak terbatas dari modal, buruh dan barang-barang. Liberalisme berjalan dibawah logika kapitalisme, yang sistem produksinya berjala dengan alat-alat produksi dimiliki secara pribadioleh para pemilik modal (kapitalis), sementara buiruh yang tidak memiliki apapun selain tenaganya, menjual tanaganya kepada kapitalisme. Tiga hal yang mendasarinya yaitu: 1 1. Deregulasi, yaitu menghapus semua aturan khususnya aturan ekonomi dalam hal sistem produksi di suatu negara. 2. Akumulasi, yaitu penumpukan dan pemilikan modal dan alat produksi oleh individu atau kelompok-kelompok yang memiliki modal besar. 3. Swastanisasi (privatisasi), yaitu milik bersamad dan menjadikan milik pribadi. Dalam artian segala sesuatu yang dimiliki oleh negara menjadi barang komoditi yang dimiliki segelintir orang. 1 http://www.nefos.org/?q=node/68 pada tanggal 25 mei 2013 23 Liberalisme mulai digunakan dan dijadikan sebagi acuan kebijakan ekonomi di berbagai negara, dan mengakhiri sejarahnya pada tahun 1933, saat di Amerika pengangguran meningkat menjadi 13 juta orang akibat krisis. Krisis sosial politik yang berpotensial meledak , yang bukan saja berpengaruh pada Amerika namun juga seluruh dunia. Liberalisme, pasar bebas, persaingan bebas tanpa adanya kontrol yang bermuara pada pengertian kebebasan kaum kapitalisme yang dicetuskan oleh Adam Smith dianggap telah mengalami kegagalan.2 Sebuah aliran ekonomi, oleh John Maynard Keynes dianggap memecahkan masalah depresi besar tahun 11929-1930, terutama setelah diadopsi oleh Presiden Roosevelt dengan program “New Deal” maupun Marshall Plan untuk membangun kembali Eropa setelah Perang Dunia II. Dasar pokok dari ajaran Keynes adalah kepercayaan pada intevensi negara kedalam kehidupan ekonomi. menurutnya, kebijakan ekonomi haruslah mengikis penganggran sehingga tercipata tenaga kerja penuh (Full Employment) serta adanya pemerataan yang lebih bersar. Negara tidak hanya diharap untuk menjaga ketertiban umum berdasarakan perangkat hukum, menyediakan prasaran umum dan sosial yang memadai melaksanakan program pemberantasan kemiskinan dan ketimpangann sosial, tetapi juga ikut serta secara langfsung dalam bidang industri. Ide yang dituangkan Keynes kemudian menginspirasi Presiden Roosevelt, untuk membuat program New Dealnya pada tahu 1935. Sebuah program yang ditunjukkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam artian meningkatkan daya beli. Keynesian membuktikan kelemahan liberalisme dengan 2 Ibid 24 lonjakan perbaikan ekonomi Amerika, depresi ekonomi perlahan berakhir dan tingkat pengangguran yang dapat ditekan. Sistem yang digunakan Keynesian telah mendorong suatu inflasi harga barang dan jasa saja bila para investor yang menguasai bisnis tidak bisa memperluas pasar bagi penigkatan produksinya. Sehingga menyebabkan pengangguran merajalela, sementara di pihak lain eksploitasi sumber daya semakin tidak terkendali. Hal ini kemudian yang menyebabkan keynesiann ditolak. Setelah gagalnya keynesian, neoliberalisme kembali muncul dengan konsep kekuatan pasar. Pokok dari isi noeliberalisme adalah sebagai berikut:3 1. Aturan pasar. Membebaskan perusahaan-perusahaan swasta dari setipa keterikatan yang dipaksakan pemerintahan. Keterbukaan sebesar-besarnya atasa perdagangan internasional dan investasi. Mengurangi upah buruh lewat pelemahan serikat buruh dan penghapusan ha-hak buruh. Tidak ada lagi kontrol harga. 2. Memotong pengeluaran publik dalam hal pelayanan sosial. Hal menncankup sektor pendidikan dan kesehatan, pengurangan hak untuk jaring pengaman untuk orang miskin, dan pengurangan infrastruktur publik seperti jalan , jembatan, air bersih, hal ini tidak terlepas dari pengurangan peran pemerintah. Di lain pihak mereka tidak menetang adanya subsidi dan manfaat pajak untuk kalangan bisnis. 3. Deregulasi. Mengurangi peraturan-peraturan dari pemerintah yang bisa mengurangi keuntungan kalangan pengusaha. 3 Elizabeth Martinez dan Arnoldo Garcia. “What is Neoliberalism?”. Third World Resurgence No. 99/1999. Hal 7-8 25 4. Privatisasi. Menual BUMN dibidang barang atau jasa kepadda investor swasta. Termasuk bank, industri strategis , jalan raya, jalan tol, listrik , sekolah, rumah sakit, bahkan juga air minum. Dengan alasan efisiensi yang lebih besar, yang nyatanya berakibat pada pemusatan kekayaan pada beberapa kalangan dan membuat publik membayar lebih banyak. 5. Menghapus konsep barang-barang public atau komunitas, menggantinya dengan kepemilikan individual yaitu menekankan rakyat miskin untuk mencari sendiri solusinya atau atas tidak tersedianya perawatan kesehatan,pendidikan, jaminan sosial dan lain-lain dan menyalahkan mereka atas permasalahannya. Dalam kaitannaya dengan pelaksanaan program di Bank Dunia dan IMF ini, maka program neoliberal, mengambil bentuk sebagai berikut:4 1. Paket kebijakan Stuktral Adjusment (Penyesuaian Struktural), terdiri dari komponen-komponen yaitu Liberalisasi impor dan pelaksanaan aliran uang yang bebas, Devaluasi, kebijakan moneter dan fiscal dalm bentuk pembatasan kredit, penghapusan subsidi, peningkatan pajak, kenaikan harga public utilities, dan penekanan untuk tidak manaikkan upah dan gaji. 2. Paket kebijakan deregulasi, yaitu, intervensi pemerintah harus dihilangkan atau diminimunkan karena dianggap telah mendistorsi pasar, privatisasi yang seluas-luasnya dalam ekonomi sehingga mencangkup bidang-bidang yang selama ini dikuasai negara, liberalisasi selutuh kegiatan ekonomi termasuk 4 Ibid hal 10-11 26 penghapusan segala jenis produksi, memperbesar dan memperlancar arus masuk investasi asing dengan fasilitas-fasilitas yang lebih luas dan longgar. 3. Paket kebijakan yang direkomendasikan kepada beberapa negara Asia dalam menghadapi krisis ekonomi akibat anjloknya nilai tukar mata uang tehadap dollar AS, yang merupakan gabungan dua paket diatas tuntutan-tuntutan. Neoliberaliisme sejauh ini telah menghegemonik ekonomi dunia, yang dikenal sebagai istilah globalisasi. Dalam artian, globalisasi neoliberal memberikan kesempatan kepada indivudu-individu, kelompok-kelompok dan perusahaan untuk menguasai pasar. Negara-negara dunia ketiga yang kemudian menggunakan cara-cara dari neoiberalisme ini dengan tujuan kesejahteraan rakyat bahkan membuat sistem perekonomiannya semakin memburuk. Sistem neoliberal dengan jantung kapitalismenya semakin berkembang dan eksis. Bertahan dan tidaknya sistem ini tidak semata dibangun dengan logika penguasaan material semata. Eksisnya sistem dan aturan yang dianut hampir sebagian besar negara-negara di dunia juga ditopang oleh kekuatan-kekuatan diskursif yang terus mengikutinya. Kekuasaan selalu membutuhkan tangan keduanya yaitu ’gagasan’ atau’pengetahuan’ tentangnya. Kemampuan penguasaan diskursif yang dominan inilah yang oleh analisis-analisis ”poststruktural’ menjadi bagian yang amat penting. Kekuatan teknologi informasi dan media massa sekaligus menjadi corong yang sangat vital untuk membangun dominasi pemahaman yang titik akhirnya menciptakan kepatuhan. Dalam banyak hal, aturan main yang menjadi hukum yang harus dipatuhi oleh setiap negara dalam sistem neoliberal tidak semata-mata karena memang secara definitif aturan itu 27 benar-benar disepakati secara sadar tetapi ada pretensi ideologis yang selalu menyertainya. Neoliberalisme menginginkan suatu sistem ekonomi yang sama dengan kapitalisme abad-19, dimana kebebasan individu berjalan sepenuhnya dan campur tangan yang diminimalisir dari pihak pemerintah dalam bidang perekonomian. Regulator utama yang berperan dalam perekonomian adalah mekanisme pasar. Mekanisme pasar yang akan diatur oleh individu dan pengetahuan individu akan dapat memecahkan kompleksitas ekonomi, sehingga mekanisme pasar dapat menjadi alatuntuk memecahkan masalah sosial. B. Regionalisme Fenomena globalisasi di satu sisi menjadi dunia menjadi semakin kecil dan memungkinkan menjadikan penyatuan wilayah baik dalam arti geografi, ekonomi, politik dan budaya, namun di sisi lain, upaya pengelompokan negara-negara dalam sebuah unit kecil yang bersatu. Kerjasama antar negara-negara yang berada dalam suatu kawasan untuk mencapai tujuan regional bersama adalah salah satu tujuan utama mengemukanya regioanlisme. Dengan membentuk organisasi regional dan atau menjadi anggota organisasi regional, negara-negara tersebut telah melakukan distribusi kekuasaan diantara mereka untuk mencapai tujuan bersama. Munculnya suatu prioritas baru (peran dunia) dalam bentuk integrasi regional yang dijadikan sebagai dasar pada sebuah paradigma, dimana kepentingan kelompok menjadi yang utama atau dengan perkataan lain, 28 paradigma kepentingan regional yang ada. Pada gilirannya akan memberikan kontribusi bagi kepentingan nasional masing-masing. Regionalisme merupakan perkembangan integrasi sosial dalam sebuah wilayah yang kerapkali tidak secara langsung dalam interaksi sosial dan ekonomi. Regionalisasi tidak berdasarkan kebijakan yang secara sadar dibuat oleh negara maupun bukan sekumpulan negara dan pola regionalisasi tidak harus berdasarkan batas negara. Sedangkan kesadaran regional dan identitas menekankan pada sense of belonging atau rasa memiliki antar entitas-entitas yang terlibat di dalamnya.5 Pasca perang dinging, neoliberalisme yang bersifat low politics mulai berkembang, dimana aspek-aspek seperti ekonomi, budaya lebih mendominasi kerjasama antar Negara. Aspek ekonomi menjadi penting karena menyangkut masalah pemenuhan kebutuhan manusia baik yang primer maupun sekunder. Oleh sebab itu banyak Negara-negara yang saling berkejasama dalam bidang ekonomi sehingga memunculkan kerjasama regionalisme yang berfokus pada bidang ekonomi. Perbedaan yang mendasar dari regionalisme dan neoregionalisme adalah pertama, regionalisme pada dasarnya merupakan warisan perang dingin dimana regionalisme dibentuk berdasarkan kalkulasi ideologi dan keamanan sebagaimana yang terlihat di Eropa sebelum runtuhnya tembok Berlin. Sedangkan regionalisme baru terbentuk berdasarkan struktur interaksi yang lebih bersifat multipolar. Regionalisme dianggap penting karena merupakan wadah paling tepat dan paling mungkin untuk menerima perubahan dan mengintensifkan resistensi dari 5 Nuraeni S, Deasy Silva, Arifin Sudirman.2010. Regionalisme dalam Hubungan Internasional.Yogyakarya:Pustaka Pelajar. Hal 21 29 tekanan kompetisi kapitalisme global. Menurut perspektif realis, ketidaksetaraan kekuatan (unequal power) dapat menciptakan logika yang tidak mendukung pasar kapitalis, oleh karena itu regionalisme digunakan untuk menciptakan kesetaraan kekuasaan. Sedangkan perspektif kontra-realisme menyatakan bahwa regionalisme merupakan sarana untuk memahami kondisi sosial-ekonomi yang berubah yang akan mengubah karakter, lingkup, dan arena kompetisi kekuasaan. Bagi negara yang cenderung berada dalam posisi lemah dalam organisasi regional, Hurrell menjelaskan fungsi regionalisme adalah sebagai institusi pembentuk peraturan dan prosedur. Selain itu, institusi tersebut juga membuka “voice opportunities” atau kesempatan dan hak yang sama dalam berpendapat, membuka peluang membentuk koalisi yang lebih kuat, dan membuka wadah politis untuk membangun koalisi baru. Sedangkan bagi negara yang relatif kuat, regionalisme berfungsi sebagai tempat untuk menjalankan strategi, tempat untuk mewadahi hegemoni, dan tempat untuk melegitimasi power.6 Konsep regionalisme bisa dibedah dalam lima kategori, yaitu:7 1. Regionalisasi Regionalisasi adalah pertumbuhan integrasi sosial di dalam suatu kawasan dan proses interaksi sosial dan ekonomi secara tidak langsung. Ada yang menyebutnya sebagai proses ekonomi yang berdampak kepada adanya ketergantungan di antara negara-negara dalam suatu kawasan yang “given”. Pemikir lama mengatakannya sebagai integrasi informal sedangkan pemikir kontemporer mengatakannya sebagai “soft regionalism”. Kata kunci dari 6 Ibid. hal 48 Ibid. hal 6 7 30 regionalisasi adalah migrasi, pasar, jaringan sosial. Ketiga hal tersebut dapat meningkatkan interaksi yang mengikat negara-negara dan membentuk kawasan baru yang lintas batas. 2. Identitas dan kekhawatiran regional Emmanuel Adler memberikan sebuah istilah “wewqqaacognitive regions”. Menurutnya, kawasan itu seperti bangsa, merupakan komunitas yang diimajinasikan yang mempunyai wilayah tertentu dan mengabaikan yang lain. Jadi, ada persepsi tentang kepemilikan bersama terhadap sebuah komunitas berdasarkan faktor internal yaitu kesamaan budaya, sejarah, atau tradisi relijius dan faktor eksternal karena menganggap ada ancaman keamanan yang sama atau budaya dari luar kawasan. 3. Kerjasama antarnegara dalam satu kawasan Aktivitas regionalisme antara lain mencakup negosiasi dan konstruksi kerjasama antarnegara atau antarpemerintahan atau rezim. Regionalisme bisa dijadikan sebagai cara merespon tantangan eksternal, meningkatkan kesejahteraan, menciptakan nilai-nilai bersama, dan menyelesaikan masalah bersama. 4. Integrasi regional yang dipromosikan oleh Negara Peter Smith memberikan beberapa dimensi untuk menggambarkan integrasi regional ekonomi, yaitu scope (isu), depth (harmonisasi kebijakan), institusionalisasi, dan sentralisasi (otoritas efektif). Pada awalnya, integrasi berkonsentrasi pada eliminasi penghambat perdagangan dan pembentukan kemudahan mobilisasi barang, jasa, modal, dan manusia. 31 5. Kohesi regional Kohesi regional merupakan kemungkinan yang dapat terjadi apabila keempat kategori sebelumnya bisa terpenuhi. Kohesi memiliki dua arti. Pertama, ketika suatu kawasan memainkan peran penting dalam hubungannya dengan negara atau dengan aktor lain. Kedua, ketika suatu kawasan membentuk basis yang terorganisasi untuk mengambil kebijakan dalam setiap isu. Berdasarkan proses dalam politik global, Hurrell menganalisis regionalisme berdasarkan level atau tingkat interaksinya, yaitu secara sistemik, regionalisme dan interdependensi pada tingkat regional, dan teori pada level domestik. Untuk menganalisis interaksi dalam ketiga level sitem tersebut, digunakan dua teori, yaitu teori neo-realisme dan teori interdependensi struktural dan globalisasi. Teori neo-realisme menekankan pada anarkisme sistem internasional dan kompetisi power serta politik dalam mencapai kepentingan. Berdasarkan perspektif ini, organisasi regional dipandang melalui kacamata politis sebagai upaya untuk membentuk aliansi bersama untuk merespon tantangan eksternal. Oleh karena penekanan perspektif ini pada politik dan power, maka hegemoni menjadi penting. Sedangkan teori interdependensi struktural dan globalisasi memandang bahwa perubahan karakter dari sebuah sistem merupakan dampak dari perubahan ekonomi dan teknologi, sekaligus globalisasi. Jadi, perspektif ini menekankan pada perubahan sistem yang menyebabkan meningkatnya interdependensi antar 32 negara sehingga regionalisme perlu dibentuk untuk mendapatkan kepentingan yang diinginkan. Selain itu, globalisasi ekonomi dan teknologi juga merupakan katalis bagi terciptanya regionalisme. Pada tingkat regional, digunakan analisis menggunakan teori neofungsionalisme, neo-liberal institusionalisme, dan konstruktivisme. Kedua teori pertama melihat regionalisme sebagai respon fungsional yang dilakukan oleh negara untuk menyelesaikan masalah yang diciptakan oleh adanya interdependensi regional dan menekankan pada peran strategis institusi regional dalam mengembangkan kepaduan regional. Sedangkan teori konstruktivisme menekankan pada hubungan antara saling ketergantungan material dan pemahaman bersama atas identitas dan komunitas dari suatu bentuk regionalisme itu sendiri.8 Sedangkan, pada level domestik digunakan pendekatan regionalisme dan koherensi negara, tipe rezim dan demokratisasi, serta teori konvergen. Ketiga teori tersebut pada dasarnya menekankan pada cara-cara untuk mengartikulasikan dan mengembangkan kepentingan nasional pada tingkat regional dengan tujuan untuk memperbesar peluang tercapainya kepentingan tersebut. Peluang akan semakin besar ketika kepentingan nasional tersebut dapat diperjuangkan menjadi kepentingan regional. Dalam teori pada level domestik termasuk juga analisis terhadap unsur-unsur dari dalam negara yang menjadi katalis terbentuknya regionalisme, seperti demokratisasi dan pembentukan rezim. 8 Ibid. hal 57 33 C. Konsep Hegemoni Gramsci memakai konsep hegemoni untuk menjabarakan dan menganalisa bagaimana masyarakat masyarakat kapitalis moderen diorganisir. Teori Gramsci tentang hegemoni merupakan perkembangan dari toeri Marx yang mengatakan bahwa masyarakat membentuk negara, dan masyarakat dibentuk pula oleh cara produksi yang didominan oleh hubungan-hubungan produksi yang ada didalamnya. Dalam masyarakat berkelas seperti kapitalis, negara didominasi oleh kaum borjuis. Dan hal ini, kemudian dikembangan oleh Gramsci bahwa dominasi dalam masyarakat terjadi karena adanya hegemoni yang mampu mempertahankan kekuasaan kaumn borjuis yang berarti kekuasaan dari kaum dominan. Maka, hegemoni selalu berhubungan dengan penyusunan kekuatan negara sebagain klas diktator. 9 Menurut Gramsci, hegemoni adalah upaya untuk mengakomodasi perhatian idealis atas pentingnya gagasan dan kehendak dalam penciptaan tindakan. Hal ini, berkait erat dengan solusi tindakan politisnya untuk melawan hegemoni kapitalisme dengan terlebih dahulu melawan aparatus ideologinya. Dengan demikian, formulasinya tentang hegemoni didukung oleh saarana penekanan. Hegemoni sebagai superstruktur mempunyai pengaruh dalam masyarakt sipil dalam melakukan perubahan sosial yang radikal. Hegemoni adalah sebuah rantai kemenanagan yang didapat melalui penindasan terhadap klas sosial lainnya. Ada beberapa cara yang dipakai misalnya, melalui institusi yang ada dimasyarakat yang menentukan secara 9 Nezar Patria dan Andi Arief. 1999. Antonio Gramsci: Negara dan Hegemoni. Yogyakarta: Pustaka Pelajar . hal 18 34 langsung atau tidak langsung struktur-stukturkognitif dari masyarakat.10 Karena itu, hegemoni pada hakekatnya adalah upaya untuk menggiring orang agar menilai dan memandang problematika sosial dalam kerangka yang ditentukan. Teori hegemoni dibangun di atas preis pentingnya ide dan tidak mencukupinya kekuatan fisik belaka dalam kontrol sosial politik. Menurut Gramci, agar yang dikuasai mematuhi penguasa, yang dikuasai tidak hanya harus merasa mempunyai dan menginternalisasi nilai-nilai serta norma penguasa, lebih dari itu mereka juga harus memberi persetujuan atas subordinasi mereka. Inilah yang dimaksud Gramci dengan “hegemoni” atau menguasai dengan “kepemimpinan moral dan intelektual” secara konsensual. Dalam kontek ini, Gramci secara berlawanan mendudukan hegemoni, sebagai satu bentuk supermasi satu kelompok atau beberapa kelompok atas yang lainnya, dengan bentuk supermasi lain yang ia namakan “dominasi” yaitu kekuasaan yang ditopang oleh kekuatan fisik. Hegemoni adalah sebuah rantai kemenangan yang didapat melalui mekanisme konsensus (consenso) dari pada melalui penindasan terhadap kelas sosial lain. Ada berbagai cara yang dipakai, misalnya melalui yang ada di masyarakat yang menentukan secara langsung atau tidak langsung strukturstruktur kognitif dari masyarakat iu. Itulah sebabnya hegemoni pada hakekatnya adalah upaya untuk menggiring orang agar menilai dan memandang problematika sosial dalam kerangka yang dalam konteks tersebut, Gramsci lebih menekankan pada aspek kultural (ideologis). 10 Ibid. hal 120 35 Sebuah Konsensus yang diterima oleh klas pekerja bagi Gramsci pada dasarnya bersifat pasif. Kemunculan konsensus bukan karena klas yang terhegemoni menganggap stuktur sosial yang ada itu sebagai keinginan mereka. Hal tesebut, terjadi karena kekurangan basis konseptual yang membentuk kesadaran yang memungkinkan mereka memahami realitas sosial secara efektif. Dalam hal ini Gramsci menagtakan bahwa: Bahwa dalam tatanan sosial yang tertatur harus ada dasar persetujuan (substratum of agreement) yang kuat yang dapat melawan kekuatankekuatan yang menghancurkan yang muncul dari perbedaan-perbedaan kepentingan. Konsensus dalam arti ini berada dalam hubungan dengan objek-objek tertentu, pribadi, kepercayaan, nilai-nilai, lembaga-lemabaga maupun yang lain.11 Melalui konsep hegemoni, Gramsci beragumentasi bahwa kekuasaan agar dapat bertahan, membutuhkan paling tidak dua perangkat kerja yaitu;12 Pertama, adalah perangkat kerja yang mampu melakukan tindak kekerasan yang bersifat memaksa atau dengan kata lain kekuasaan membutuhkan perangkat kerja yang bernuansa law enforcemant. Perangkat kerja yang pertama ini biasanya dilakukan ol`eh pranata negara (state) melalui lembaga-lembaga seperti hukum, militer, polisi dan bahkan penjara. Kedua, adalah perangkat kerja yang mampu membujuk masyarakat beserta pranata-pranata untuk taat pada mereka yang berkuasa melalui kehidupan beragama, pendidikan, kesenian dan bahkan juga keluarga. Perangkat kerja ini biasanya dilakukan oleh pranata masyarakat sipil (civil society) melailui lembaga lembaga masyarakat seperti LSM, organisasi sosial dan keagamaan, paguyuban 11 12 Ibid hal.126 Ibid hal. 48 36 paguyuban dan kelompok-kelompok kepentingan (interest groups). Kedua level ini pada satu sisi berkaitan dengan fungsi hegemoni dimana kelompok dominan menangani keseluruhan masyarakat dan disisi lain berkaitan dengan dominasi langsung atau perintah yang dilaksanakan diseluruh negara dan pemerintahan yuridis. Kekuasaan hanya dicapai dengan mengandalkan kekuasaan memaksa, hasil nyata yang berhasildicapai dinamakan “dominasi”. Stabilitas dan keamanan memang tercapai, sementara gejolak perlawanan tidak terlihat karena rakyat memang tidak berdaya. Namun hal ini tidak dapat berlangsung secara terus menerus, sehingga para penguasa yang benar-benar sangat ingin melestarikan kekuasaannya dengan menyadari keadaan ini akan melengkapi dominasi (bahkan secara perlahan-lahan kalau perlu menggantikannya) dengan perangkat kerja yang kedua, yang hasil akhirnya lebih dikenal dengan sebutan “hegemoni”. Dengan demikian supermasi kelompok (penguasa) atau kelas sosial tampil dalam dua cara yaitu dominasi atau penindasan dan kepemimpinan intelektual dan moral. Pada struktur ekonomi, akar hegemoni berasal dari organisasi ekonomi. Dalam hegemoni, aspek ekonomi harus didasarkan pada inti yang mentukan dari kegiatan ekonomi, Gramsci menjelaskan hal ini melalui kutipan berikut: fakta hegemoni mensyarakatkan kepentingan dan tendensi dari kelompok-kelompok, dimana hegemoni-hegemoni akan dijalankan, dan bahwa suatu keseimbangan kompromi tertentu harus terbentuk . dan dengan kata lain kelompok yang memimpin harus mengorbankan kerjasama (korporasi) ekonomi. 37 Konsep hegemoni Gramsci sebenarnya dapat dirunut melalui penjelasannya tentang basis dari supremasi kelas, di mana supremasi kelompok di masyarakat menunjukkan eksistensinya melalui dua cara, yakni lewat dominasi (dominance) dan kepemimpinan intelektual(direction). Kedua kelompok ini akan terus-menerus saling menundukkan. Biasanya kelompok sosial yang satu mendominasi kelompok-kelompok oposisi lewat berbagai cara. Di satu sisi, kelompok-kelompok sosial yang dipimpin oleh para intelek akan berusaha melawan dominasi rezim lewat mobilisasi kelompok kerabat, mahasiswa dan stake holder basis masyarakat lainnya. Gramsci mengisyaratkan satu hegemoni bisa hancur dan digantikan oleh kelompok sosial lainnya yang memiliki posisi yang dominan, sehingga menghasilkan rezim baru (rulling elite). Krisis ekonomi yang teradi dapat menciptakan kondisi dimana kaum borjuis akan mengalami krisis hegemoni, diaman kaum borjuis berada pada posisi yang telah mengakibatkan krisis tersebut, sehingga hal ini dapat mengakibatkan munculnya kesadaran dari klas-klas bawah untuk melakukan revolusi. Dari penjelasan hegemoni yang dijelaskna oleh Gramsci, signifikan dengan adanya pengaruh besar yang terjadi Amerika Laitn oleh Amrika Serikat, dimana, penerapan Washington Consensus menjadi salah satu bentuk peneapan hegemoni Amerika Serikat di Amerika Latin. Seperti yang dijelaskna oleh Gramsci bahwa salah satu jalan untuk menanakan hegemoni suatu negara adalah melalui jalan konsensus. Hegemoni merupakan dasar dari terjadinya dominasi, diamana hegemoni akan lebih mempengaruhi ideologi. Dalam hal ini, ideologi sangat berpegaruh 38 dalam perumusan kebijakan suatu negara oleh sebab itu, dengan membentuk hegemoni, Amerika Serikat akan lebih memegang kebijakan-kebijakan yang dibentuk di Amerika Latin melalui aparatur negara. Dan oleh sebab itu, seperti yang diakatakan oleh gramsci bahwa untuk melawan kapitalisme terlaebiih dahulu adalah melawan aparatus negara. Perlawanan yang dilakukan di Amerika Latin dengan mengubah kebijakan-kebijakan yang ada di negara sebagai counter dari hegemoni. Karena untuk melawan hegemoni bukan hanya dilakukan dengan tindak kekerasan tapi dnegan perubahan ideologi. Dengan adanya perubahan kebijakan yang bertentangan dengan ide-ide kapitalisme makan dominasi kaum borjuis pun dapat digulirkan. 39