pengaruh kecerdasan emosi terhadap kinerja

advertisement
PENGARUH KECERDASAN EMOSI TERHADAP KINERJA PERAWAT
PADA RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA
Dhyah Wulansari
STIE Mahardhika Surabaya
ABSTRACT
This research planned to examine the influence of emotional intelligence toward
nurses’ performace at Panti Rapih Hospital Yogyakarta and the influence of each
component from emotional intelligence.
Sample for the survey obtained by using quota purposive proportional and the
population is 495 nurses at Panti Rapih Hospital. Pre test conducted to identify
validation and reliability level from emotional intelligence and performance
questionnaire.
Questionnaire has been used to collect dara from 90 respondents. From 90
questionnaire that have been distributed, 84 questionnaire can be analyzed. Simple
regression and multiple regression method are used for the analysis inthis research.
The result that has been obtained from this result by using simple regression
method is emotional intelligent significantly influence toward nurses performance. This is
shown from the determination coefficient (R2) which is 0,754 nd t calculate 15,845 (> t
table) and the significant t as big as 0,000. The regression equation is Y = 0,159 +
0,992X. While the result obtaibed by using multiple regressions has shown emotional
intelligence has significantly influence toward nurses performance. This is show by anova
test is 53,846 (>F table), significantly leel 0,000. Because F calculate > F table (>
2,3317), so this shown that the five factors of emotional intelligent which are self
awareness, self regulation, motivation, empathy and social skill are simultaneous
significanty influence towards nurses performance. The most influence independent
variable is emphaty. This shown by the value of t calculate 3,141 bigger than the value of
t table (3,141 >). From the multiple regression test can be obtained that the regression
equation Y = 0,053 + 0,187X1 + 0,231X2 + 0,155X3 + 0,215X4 + 0,237X5.
Keywords : emotional intelligence, performance, nurses, emphaty, regression.
PENDAHULUAN
Tingkat persaingan di berbagai
sektor bisnis di era milenium ketiga ini
semakin tajam. Hal ini disebabkan
cepatnya
perubahan
lingkungan
ekonomi, politik, teknologi dan efek dari
persaingan global. Untuk dapat tetap
survive
dan
beradaptasi
dengan
perubahan-perubahan
yang
terjadi
sebuah organisasi perlu memiliki
keunggulan
bersaing
(competitive
advantage).
Keunggulan
bersaing
organisasi dibentuk melului berbagai
cara seperti menciptakan produk dengan
disain yang unik, penggunaan teknologi
modern, desain organisasi dan utilisasi
pengelolaan Sumber Daya Manusia
(SDM) (Mangkunegara, 2003).
Pendayagunaan human capital
dalam mencapai kinerja yang optimal
dapat
dilakukan
dengan
cara
meningkatkan kecerdasan emosi yang
dimiliki oleh karyawan. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Goleman
(2000) menyatakan bahwa “pencapaian
kinerja” ditentukan hanya 20 persen dari
kecerdasan intelektual (IQ/Intelligent
Quotient) sedangkan 80 persen lagi
ditentukan oleh kecerdasan emosi
(EQ/Emotional Quotient).
Kecerdasan emosi merupakan
suatu keahlian yang merujuk pada
kemampuan mengenali perasaan diri
sendiri dan perasaan orang lain,
kemampuan memotivasi diri sendiri dan
kemampuan mengelola emosi dengan
baik pada diri sendiri dan dalam
hubungan dengan orang lain (Goleman,
1999). Seorang karyawan yang memiliki
kecerdasan emosi yang menonjol akan
Pengaruh Kecerdasan Emosi ................. (Dhyah) hal. 75 - 86
75
memunculkan tingkah laku kerja yang
baik, terutama dalam berhubungan
dengan orang lain. Karyawan akan
menyadari posisinya saat ini serta
mampu memimpin dirinya sendiri dalam
menyelesaikan pekerjaanya, sekalipun
pemimpinnya
tidak
berada
ditempat.berdasarkan analisis Goleman,
kecerdasan intektual ataupun kecerdasan
kognitif hanya mengantarkan seseorang
ke ‘pintu gerbang suatu organisasi”
sedangkan kecerdasan emosi membantu
seseorang untuk mengembangkan diri
setelah diterima bekerja dalam suatu
organiasasi.
Kecerdasan
emosi
merupakan factor penting untuk
dipadukan
dengan
kombinasi
kemampuan teknis dan analisis yang
dapat menghasilkan kinerja optimal.
Menurut Hunter dan Schmid
(dalam Goleman, 2000) menyatakan
bahwa IQ ternyata tidak cukup untuk
menerangkan
kinerja
orang
sesungguhnya dalam pekerjaan dan
hidup. Skor IQ dikorelasikan dengan
tingkat kinerja orang dalam karir
mereka, taksiran tertinggi untuk
besarnya selisih IQ terhaap kinerja
adalah 25 persen. Dalam penelitian yang
lebih komprehensif dinyatakan bahwa
koefisien determinasi tersebut tidak
lebih dari 10 persen. Hal ini berarti
kecerdasan emosi memainkan peran
jauh lebih besar dalam menciptakan
karyawan yang memiliki kinerja tinggi
dibandingkan kecerdasan intelektual,
kemampuan kognitif ataupun keahlian
teknis.
Kecerdasan intelektual merupakan
faktor genetik yang tidak dapat berubah
yang dibawa
sejak lahir tetapi
kecerdasan
emosi
merupakan
sebaliknya. Kecerdasan emosi dapat
disempurnakan dengan kesungguhan,
latihan, pengetahuan dan kemauan.
Kecerdasan
intelektual
sudah
berkembang 50 persen sebelum usia 5
tahun, 80 persen berkembangnya sebelu
8 tahun dan hanya berkembang 20
persen sampai akhir masa remaja,
sedangkan kecerdasan emosi dapat
dikembangkan tanpa batas waktu. Oleh
karena itu pimpinan atau manajer jika
76
mengharapkan
pencapaian
kinerja
maksimal di perusahaannya upaya yang
paling tepat adalah dengan cara
menentukan bagaimana membina diri
dan membina sumber daya manusia
bawahannya untuk memiliki kecerdasan
emosi yang baik.
Manfaat
dari
keselarasan
kecerdasan intelektual dan kecerdasan
emosi adalah bahwa karyawan akan
mampu memberikan pelayanan yang
baik, bekerja lebih baik dari pekerja
lainnya, menjadi anggota kelompok
yang lebih baik, menangani masalah
dengan lebih efektif, berkomunikasi
dengan lebih efektif, menciptakan
perusahaan yang memiliki integritas,
nilai dan standar perilaku yang tinggi
(Patton, 1998). Memberikan pelayanan
yang baik bagi konsumen merupakan
syarat utama yang sangat pentng bagi
perusahaan yang bergerak dalam bidang
jasa (service). Rumah sakit merupakan
salah satu organisasi yang bergerak
dalam jasa.
Pelayanan
berdasar
pada
kecerdasn emosi akan memberikan
dampak yang sangat besar yang akan
menggambarkan citra suatu pelayanan
rumah sakit. Rumah sakit yang memiliki
mutu pelayanan yang baik dapat
memberikan
kepuasan
pada
konsumennya sehingga dapat menarik
pelanggan baru dan memmpertahankan
pelanggan lama. Menurut Goleman
(2001) dokter dan perawat merupakan
petugas medis yang memegang peranan
penting
karena
merekalah
yang
mempunyai intensitas hubungan yang
tinggi (high contact) dengan pasien.
Berdasarkan latar belakang yang
telah diuraikan diatas maka penulis
mengambil judul “pengaruh Kecerdasan
Emosi terhadap Kinerja Perawat pada
Rumah Sakit Panti Rapih Yogjakarta”.
Rumusan Masalah
1. Apakah
ada
pengaruh
kecerdasan emosi terhadap
kinerja perawat pada Rumah
Sakit Panti Rapih ?
2. Apakah ada pengaruh dari
masing-masing
komponen
Media Mahardhika Vol. 15 No. 1 September 2016
kecerdasan emosi (kesadaran
diri, pengaturan diri, motivasi,
empati dan ketrampilan social)
tehadap kinerja perawat pada
Rumah Sakit Panti Rapih?
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh
kecerdasan emosi terhadap
kinerja perawat pada Rumah
Sakit Panti Rapih.
2. Untuk mengetahui pengaruh
dari masing-masing komponen
kecerdasan emosi (kesadaran
diri, pengaturan diri, motivasi,
empati dan ketrampilan social)
tehadap kinerja perawat pada
Rumah Sakit Panti Rapih.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan
penelitian survey, ukuran sampel pada
penelitian ini sebanyak 90 sampel.
Penentuan ukuran sampel ini dengan
pertimbangan beban kerja perawat
keefektifan, dan keefisienan. Mengingat
populasi dalam penelitian ini cukup
sempit (perawat) dan jenis penelitannya
yang bersifat deskriptif korelational,
maka ukuran sampel yang kecil ini
cukup mewakili populasi sehingga
peluang
terjadinya
kesalahan
generalisasi dapat di minimalisasi.
Teknik pengambilan sampling
yang digunakan adalah sampling
purposive. Sampling purposive adalah
teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu (Sugiyono, 1999).
Pertimbangan dalam menentukan teknik
sampling dalam penelitian ini adalah
masa kerja perawat. Yang menjadi
sampel adalah perawat yang mempunyai
masa kerja lebih dari dua tahun.
Sedangkan teknik pengumpulan data
menggunakan interview, kuesioner dan
dokumentasi.
Penelitian ini menggunakan
Variabel bebas (Independent Variable)
yaitu kecerdasan Emosi (X)dimana
kecerdasan emosi merupakan suatu
keahlian
yang
merujuk
kepada
kemampuan mengenai perasaan kita
sendiri dan perasaan orang lain,
kemampuan memotivasi diri sendiri, dan
kemampuan mengelola emosi dengan
baik pada diri sendiri dan dalam
hubungan dengan orang lain.Kecerdasan
emosi ini terbagi lagi menjadi lima item
yaituKesadaran diri (X1), Pengatur diri
(X2), Motivasi (X3), Empati (X4) dan
Keterampilan sosial (X5) sedangkan
Variable terkait (Dependent Variable)
yaitu kinerja (Y). Kinerja merupakan
hasil kerja yang dicapai oleh karyawan
selama periode tertentu melalui usaha
yang membutuhkan kemampuan dan
ketrampilan serta pengalaman.
Pengujian
validitas
dan
reliabilitas
dalam
penelitian
ini
dilakukan terhadap responden yang
dalam penelitian ini adalah perawat
Rumah Sakit Panti Rapih. Tingkat
signifikasi yang digunakan adalah 5
persen.
Metode
analisa
data
menggunakan regresi berganda dengan
persamaan :
Y= a + b1 X1 + b2 X2 + b4 X4 + b5 X5 + e
Dimana:
Y : Kinerja
a : Harga Y bila X = 0 (Konstanta /
Intersep)
b : Koefisien regresi (terdiri dari b1, b2,
b3, b4, b5,) yang menunjukkan angka
peningkatan ataupun penurunan variable
dependen yang didasarkan pada variable
independen
X1 : Kesadaran Diri
X2 : Pengaturan Diri
X3 : Motivasi
X4 : Empati
X5 : Keterampilan Sosial
e : Kesalahan Pengganggu (error
disturbance)
Penelitian ini dimaksudkan
untuk memperoleh keterangan secara
aktual tentang pengaruh variabel
kecerdasan emosi yang diwakili X dan
variabel kinerja karyawan yang diwakili
Y. Dalam penelitian ini terdapat dua
variabel yaitu :
1. Variabel
bebas
(Independent
Variable): kecerdasan Emosi (X)
Kecerdasan emosi merupakan suatu
keahlian yang merujuk kepada
kemampuan mengenai perasaan kita
sendiri dan perasaan orang lain,
Pengaruh Kecerdasan Emosi ................. (Dhyah) hal. 75 - 86
77
kemampuan memotivasi diri sendiri,
dan kemampuan mengelola emosi
dengan baik pada diri sendiri dan
dalam hubungan dengan orang lain,
kecerdasan emosi ini terbagi lagi
menjadi lima item yaitu:
a. Kesadaran diri (X1)
Mengetahui apa yang dirasakan
pada
suatu
saat,
dan
menggunakannya
untuk
memandu
pengambilan
keputusan
diri
sendiri.
Kesadaran diri juga meliputi
penilaian yang realistis atas
kemampuan
diri
dan
kepercayaan diri yang kuat.
b. Pengatur diri (X2)
Menangani
emosi
kita
sedemikian sehingga berdampak
positif kepada pelaksanaan
tugas, peka terhadap kata hati
dan
sanggup
menunda
kenikmatan sebelum terciptanya
suatu sasaran, mampu pulih
kembali dari tekanan emosi.
c. Motivasi (X3)
Menggunakan hasrat kita yang
paling dalam untuk menuntun
kita menuju sasaran, membantu
kita mengambil inisiatif dan
bertindak sangat efektif, dan
untuk bertahan menghadapi
kegagalan dan frustasi.
d. Empati (X4)
Merasakan yang dirasakan oleh
orang lain, mampu memahami
perspektif
mereka,
menumbuhkan hubungan saling
percaya dan menyelaraskan diri
dengan
bermacam-macam
orang.
e. Keterampilan sosial (X5)
Menangani emosi dengan baik
ketika berhubungan dengan
orang lain dengan cermat
membaca situasi dan jaringan
sosial, berinteraksi dengan
lancar,
menggunakan
ketrampilan-ketrampilan
ini
untuk
mempengaruhi
dan
memimpin, musyawarah dan
menyelesaikan perselisihan, dan
78
untuk bekerja sama dan bekerja
dalam tim.
2. Variable
terkait
(Dependent
Variable) : Kinerja (Y)
Kinerja merupakan hasil kerja yang
dicapai oleh karyawan selama
periode tertentu melalui usaha yang
membutuhkan kemampuan dan
ketrampilan serta pengalaman.
HASIL
Pengaruh Keceradasan emosi terhadap
kinerja perawat
Hasil uji regresi linier sederhana
antara variabel kecerdasan emosi
terhadap kinerja perawat seperti
ditunjukkan pada tabel dibawah ini :
Tabel 1. Uji Regresi Linier Sederhana
Model Summary
Tabel 2. Uji Regresi Linier Sederhana
Coefficient
Dari tabel diatas dapat diketahui
t hitung sebesar 15,845 dengan tingkat
signifikansi 0,000, sedangkan koefisien
regresi sebesar 0,992. Nilai koefisien
determinasi menggambarkan besarnya
variasi yang bisa dijelaksan oleh
variabel terikat. Besaranya variasi yang
bisa dijelaskan oleh variabel terkait.
Besarnya koefisien determinasi dari
penelitian ini adalah 0,754 atau 75,4%.
Hal ini menujukan bahwa variabel
kinerja (y) dapat dijelaskan oleh variabel
kecerdasan emosi (x) sebesar 75,4%,
sedangkan sisanya sebesar 0,246 atau
sebesar 24,6% dijelaskan oleh variabel
di luar variabel kinerja (Y).
Untuk menguji signifikansi
koefesien regresi digunakan dengan uji
t.
Hal
ini
dilakukan
dengan
membandingkan nilai t hitung sebesar
15,845 dengan t tabel pada derajat bebas
(df) n-k, dimana n banyaknya sampel
dan k banyaknya variabel bebas. Df
Media Mahardhika Vol. 15 No. 1 September 2016
pada penelitian ini adalah 84-2, yaitu
sebesar 82. Sehingga diperoleh t tabel
sebesar 1,9893. Jika dibandingkan
dengan t tabel, maka t hitung (15,845) >
t tabel (1,9893), maka Ho ditolak,
berarti kecerdasan emosi berpengaruh
secara signifikan terhadap kinerja
perawat. Dengan demikian hipotesis
pertama secara signifikan didukung.
Selain
dengan
cara
membandingkan t hitung dan t tebal,
juga bisa dengan cara membandingkan
nilai sig t dengan alpha yang kita
tentukan. Pada penelitian nilai sig t
(0,000) < dari alpha (0,05), maka Ho
ditolak, berarti kecerdasan emosi
berpengaruh
secara
signifikan
terhadapperawat. Dengan demikian
hipotesis pertama secara signifikan
didukung. Maka persamaan regresinya
sebagai berikut :
Y = 0,159 + 0,992X
Keterangan :
Y : Kinerja
X : Kecerdasan Emosi
Pengaruh Komponen Kecerdasan Emosi
Terhadap Kinerja Perawat
Hasil uji regresi ganda antara
masing-masing komponen variabel
kecerdasan emosi yang meliputi
kesadaran diri, motivasi, empati dan
keterampilan social terhadap kinerja
perawat seperti ditunjukkan pada table
dibawah ini.
Tabel 3. Uji Regresi Ganda
Dari tabel 4.12 dapat diketahui
besarnya koefisien determinasi dari
penelitian ini adalah 0,775 atau 77,5%.
Hal ini menunjukkan bahwa variable
kinerja (Y) dapat dijelaskan oleh
variable kesadaran diri (X1), pengaturan
diri (X2), motivasi (X3), empati (X4), dan
keterampilan social (X5), sebesar 77,5%,
sedangkan sisanya sebesar 0,225 atau
sebesar 22,5% dijelaskan oleh variable
diluar variable kinerja (Y).
Hubungan
korelasi
antara
komponen kecerdasan emosi dengan
kinerja perawatan secara keseluruhan
maupun secara individu dapat diketahui
dengan menggunakan uji F regresi dan
uji t.
a) Uji F Regresi, bertujuan untuk
menguji
signifikansi
apakah
variable-variabel bebas secara
bersama-sama
berpengaruh
terhadap variable terkait.
1. Menentukan Ho dan Ha
Ho : R multiple = 0 (berarti tidak
ada hubungan atnara komponenkomponen
kecerdasan
emosi
(kesadaran diri, pengaturan diri
motivasi, empati dan keterampilan
soial) dengan kinerja perawatan).
H1 : R multiple ≠ 0 (berarti ada
hubungan
antara
komponenkomponen
kecerdasan
emosi
(kesadaran diri, pengaturan diri,
motivasi, empati dan keterampilan
social) dengan kinerja perawat).
2. Menentukan Tingkat Signifikansi
Tingkat
signifikansi
yang
digunakan (a) = 5%, artinya
kemungkinan
kesalahan
yang
terjadi adalah 5%.
- Derajat Pembilang () = (jumlah
variable bebas + intersept) – 1
=6–1
=5
Derajat Penyebut (denominator)
= n-k-1
= 84-5-1
= 78
Sehingga didapat F tabel = F0.05
(5,78)
=
2,3317
3. Hasil F hitung
Tabel 4. F Hitung Model Summary
4. Melakukan
Pengambilan
Keputusan dengan Dasar
- Apabila F hitung > F tabel,
maka Ho ditolak
- Apabila F hitung < F tabel,
maka Ho diterima
Pengaruh Kecerdasan Emosi ................. (Dhyah) hal. 75 - 86
79
Dari hasil perhitungan uji F regresi
diperoleh f hitung sebesar 53,846.
Jika dibandingkan dengan F tabel,
maka F hitung (53,846) > tabel
(2,3317), berarti Ho ditolak
sedangkan Ha diterima. Hal
tersebut
menjelaskan
bahwa
komponen-komponen kecerdasan
emosi
secara
bersama-sama
mempengaruhi kinerja perawat.
b) Uji t, bertujuan untuk menguji
komponen-komponen
dari
kecerdasan emosi secara terpisah
terhadap kinerja perawat.
Langkah-langkah dalam uji t adalah
sebagai berikut :
1. Ho : a1 = 0 (berarti tidak ada
pengaruh yang signifikan antara
komponen X1 dengan kinerja
perawat).
H1
= a1 ≠ 0 (berarti ada
pengaruh yang signifikan antara
komponen X1 dengan kinerja
perawatan).
2. Menentukan Tingkat Signifikansi
Tingkat
signifikansi
yang
digunakan (a) = 5%, artinya
kemungkinan
kesalahan
yang
terjadi adalah 5%.
D1 (derajat kebebasan)
= Jumlah data – variable bebas
= 84-5
= 79
Uji dilakukan dua sisi, sehingga
didapat tabel
= t (a/2; df)
= t(0,025; 79)
= ±1,9905
Maka Ho diterima bila : -1,9905 ≤ t
≤ 1,9905
Ha ditolak bila : t < -1,9905 atau t >
1,9905
80
3. Hasil t hitung
Tabel 5. t hitung Coefficient
Dari tabel diatas dapat
diketahui bahwa semua komponen
kecerdasan emosi (kesadaran diri,
pengaturan diri, motivasi, empati
dan ketrampilan social) mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap
kinerja perawat. Hal ini terlihat dari
hasil t hitung masing-masing
komponen dari kecerdasan emosi
mempunyai nilai yang lebih tinggi
dari t tabel (1,9905), sehingga Ho
yang menyatakan bahwa tidak ada
pengaruh yang signifikan antara
masing-masing
komponen
kecerdasan emosi terhadap kinerja
adalah sebagai berikut :
1. Pengaruh Kesadaran Diri (X1)
Terhadap Kinerja (Y)
Jika dibandingkan antara nilai t
hitung X1 dengan t tabel, maka t
hitung X1 (2,201) > t tabel
(1,9905), sehingga Ho ditolak,
berarti
kesadaran
diri
berpengarih secara signifikan
terhadap kinerja perawat.
2. Pengaruh Pengaturan Diri (X2)
Terhadap Kinerja (Y)
Jika dibandingkan antara nilai t
hitung X2 dengan t tabel, maka t
hitung X2 (2,518) > t tabel
(1,9905), sehingga Ho ditolak,
berarti
pengaturan
diri
berpengaruh secara signifikan
terhadap kinerja perawat.
3. Pengaruh
Motivasi
(X3)
Terhadap Kinerja (Y)
Jika dibandingkan antara nilai t
hitung X3 dengan t tabel, maka t
hirung X3 (2,332) > t tabel
(1,9905), sehingga Ho ditolak,
berarti motivasi berpengaruh
Media Mahardhika Vol. 15 No. 1 September 2016
secara
signifikan
terhadap
kinerja perawat.
4. Pengaruh Empati (X4) Terhadap
Kinerja (Y)
Jika dibandingkan antara nilai t
hitung X4 dengan t tabel, maka t
hitung X4 (3,141) > t tabel
(1,9905), sehingga Ho ditolak,
berarti empati berpengaruh
secara
signifikan
terhadap
kinerja perawat.
5. Pengaruh Ketrampilan Sosial
(X5) Terhadap Kinerja (Y)
Jika dibandingkan antara nilai t
hitung X5 dengan t tabel, maka t
hitung X5 (2,309) > t tabel
(1,9905), sehingga Ho ditolak,
berarti
ketrampilan
social
berpengaruh secara signifikan
terhadap kinerja perawat.
Berdasarkan penjelasan di
atas menunjukkan bahwa variable
independen
yang
memiliki
pengaruh paling dominan atau
paling kuat terhadap kinerja
perawat di Rumah Sakit Pantai
Rapih (Variabel dependen) secara
signifikan adalah empati (X4). Hal
ini ditunjukkan oleh nilai t hirung
sebesar 3,141 yang lebih besar dari
nilai t tabel (3,141 > 1,9905) atau
dilihat dari probabilitasnya lebih
kecil dari 0,05 (0,002 < 0,05).
Adapun
tabel
urutan
kontribusi aspek pada kecerdasan
emosi seperti terlihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel 6. Urutan Konstribusi
Aspek
t
Empati (X4)
3,141
Pengaturan
2,518
Diri (X2)
Motivasi (X3)
2,332
Ketrampilan
2,309
Sosial (X5)
Kesadaran
2,201
(X1)
Sumber : Data Primer yang Telah
Diolah
Berdasarkan uji F dan uji t,
F hitung > F tabel dan t hitung< t
tabel, maka hal ini menunjukan
bahwa ke empat komponen dalam
kecerdasan
emosi
meliputi
kesadaran diri, pengaturan diri,
motivasi, empati dan ketrampilan
sosial secara bersama-samadan
persial
berpengaruh
secara
signifikan terhadap kinerja. Dengan
demikian hipotetis kedua secara
signifikan
didukung.
Maka
persanaan
regresi
linier
bergandanya sebagai berikut:
Y =0,053+0,187X1+0,231X2+0,155
X3+0,215X4+0,237 X5.
Keterangan :
Y : Kinerja
X1 : Kesadaran Diri
X2 : Pengaturan Diri
X3 : Motivasi
X4 : Empati
X5 : Ketrampilan Sosial
Analisis data menggunakan
regresi berganda harus memenuhi
beberapa asumsi, jika asumsi tersebut
dapat terpenuhi maka persamaan yang
diperoleh dari model linier regresi
berganda tidak dapat diterima. Adapun
asumsi-asumsi tersebut adalah :
1. Multikolinearitas
Berdasarkan uji multikolinearitas
regresi berganda pada tabel 4.16
dapat diketahui ada tidaknya
multikolinearitas pada persamaan
regresi linier berganda yang
dihasilkan.
2. Heteroskedastisitas
Berdasarkan uji heteroskedastisitas
regresi berganda (matrik korelasi
rank spearman) pada tabel dibawah
ini dapat diketahui ada tidaknya
heteroskedastisitas pada persamaan
regresi linier berganda yang
dihasilkan.
Tabel 7. Uji Heteroskedastisitas
Regresi Berganda (Matrik Korelasi
Rank Spearman)
Pengaruh Kecerdasan Emosi ................. (Dhyah) hal. 75 - 86
81
Tabel 8. Matrik t
Berdasarkan table diatas dengan
membandingkan nilai t hitung
dengan t tabel maka dapat diketahui
ada tidaknya heterosledastisitas.
Adapun tahap pertama yang harus
dilakukan
adalah
dengan
menghitung degree of freedom-nya.
Degree of freedom (df)
= n-2
= 84 – 2
= 82
pada tingkat kepercayaan 0,005
sehingga didapat t tabel 1,9893.
Dari tabel diatas dapat diketahui
bahwa tidak ada heteroskedastisitas.
Hal ini terlihat dari semua hasil t
hitung yang mempunyai nilai yang
lebih tinggi dari t tabel (1,9893).
3. Otokorelasi
Pada
penelitian
ini
untuk
mendeteksi ada tidaknya otokorelasi
dalam
analisis
regresi
yang
dilakukan
melalui
pengujian
terhadap nilai uji Durbin-Watson.
Nilai uji Durbin-Watson yang
diperoleh
setelah
melakukan
pengujian sebesar 2,070. Jika
dibandingkan
dengan
tabel
otokorelasi pada tabel dibawah ini,
maka nilai uji Durbin-Watson
masuk antara range 1,66 – 2,34,
sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak ada otokorelasi pada analisis
regresi ini.
Tabel 9. Otokorelasi
Pembahasan
Berdasarkan hasil komputasi
data statistik analisis regresi linier
sederhana dan hasil pengujian hipotesis
pertama yang menguji adanya pengaruh
82
kecerdasan emosi (X) terhadap kinerja
(Y), menunjukkan bahwa kecerdasan
emosi berpengaruh secara signifikan
terhadap kinerja perawat pada Rumah
Sakit Panti Rapih. Hal ini terlihat dari
hasil perbandingan t hitung dengan t
tabel, dimana t hitung (15,845) > t tabel
(1,9893), yang berarti bahwa perawat
yang memiliki kecerdasan emosi yang
tinggi akan memiliki kinerja yang tinggi
pula. Hasil hipotesis tersebut sesuai
dengan pernyataan Goleman (2001)
yang
mengemukakan
bahwa
kemampuan kecerdasan emosi adalah
pendorong kinerja puncak. Kemampuankemampuan kognitif seperti big picture
thinking dan long vision juga penting.
Tetapi ketika diperbandingkan, antara
kemampuan
teknikal,
kecerdasan
intelektual atau IQ, dan kecerdasan
emosi sebagai penentu kinerja yang
cemerlang tersebut, kecerdasan emosi
menduduki porsi lebih penting dua kali
dibandingkan dengan yang lain pada
seluruh level jabatan. Sedangkan
menurut Akashah, ketua perawat Rumah
Sakit Muar Johor Malaysia, kecerdasan
emosi merupakan faktor yang sangat
penting bagi organisasi yang secara
langsung
berhubungan
dengan
pelanggan
(customer)
untuk
meningkatkan kinerja baik kinerja
individu dan organisasi.
Menurut
Goleman
(2001),
pencapaian kinerja ditentukan hanya 20
persen dari kecerdasan intelektual
sedangkan 80 persen lagi ditentukan
oleh kecerdasan emosi. Berdasarkan
analisis Goleman tersebut, kecerdasan
intelektual
hanya
mengantarkan
seseorang ke “pintu gerbang suatu
perusahaan”,
tetapi
kemampuan
emosional membantu seseorang untuk
mengembangkan diri setelah diterima
bekerja dalam sebuah perusahaan.
Kecerdasan emosi merupakan faktor
penting untuk dipadukan dengan
kombinasi kemampuan teknis dan
analisis yang dapat menghasilkan
kinerja optimal.
Berdasarkan hasil uji hipotesis
kedua yang menyatakan bahwa masingmasing komponen kecerdasan emosi
Media Mahardhika Vol. 15 No. 1 September 2016
(kesadaran diri (X1), pengaturan diri
(X2), motivasi (X3), empati (X4) dan
ketrampilan sosial (X5) berpengaruh
terhadap kinerja, menunjukkan bahwa
masing-masing komponen kecerdasan
emosi tersebut berpengaruh secara
signifikan terhadap kinerja perawat pada
Rumah Sakit Panti Rapih. Hal ini
terlihat dari hasil t hitung masingmasing komponen dari kecerdasan
emosi mempunyai nilai yang lebih
tinggi dari t tabel (1,9905). Dan empati
(X4) merupakan komponen yang paling
dominan atau paling kuat berpengaruh
terhadap kinerja perawat, diikuti oleh
komponen pengaturan diri (X2),
motivasi (X3), ketrampilan sosial (X5)
dan terakhir (kesadaran diri (X1). Hasil
analisis ini sesuai dengan pernyataan
Patton (1998), yang menyatakan bahwa
empati merupakan syarat utama yang
harus dimiliki oleh seseorang yang
bergerak
dalam
bidang
layanan
khususnya rumah sakit. Memperlihatkan
empati, merupakan langkah pertama
untuk mengenali apa yang dirasakan
oleh orang lain dan pokok-pokok
permasalahan
yang
mendasarinya.
Sekarang ini banyak keluhan dari pasien
terhadap pelayanan rumah sakit yang
tidak memuaskan menyangkut sikap
atau perilaku petugas yang tidak
memiliki sikap empati (Goleman, 2001).
Menurut Goleman (2001), pada
tingkat yang paling rendah, empati
mempersyaratkan kemampuan membaca
emosi orang lain, pada tataran yang
lebih tinggi, empati mengharuskan
seseorang untuk mengindra sekaligus
menanggapi kebutuhan atau perasaan
seseorang yang tidak diungkapkan lewat
kata-kata. Pada tataran yang paling
tinggi, empati adalah menghayati
masalah-masalah
atau
kebutuhankebutuhan yang tersirat dibalik perasaan
seseorang.
Kunci untuk memahami seluk
beluk emosi orang lain adalah dengan
memahami seluk beluk emosi sendiri,
karena itu pemahaman terhadap orang
lain dibangun di atas kecakapankecakapan yang lebih mendasar,
khususnya
kesadaran
diri
(self-
awareness) dan kendali diri (selfcontrol) (Goleman, 2001). Tanpa
kemampuan mengindra perasaan diri
sendiri atau menjaga agar perasaan itu
tidak mempengaruhi diri sendiri, orang
tidak akan mungkin peka terhadap
suasana hati orang lain. Pada hasil
analisis pada tabel 4.15 (kontribusi
komponen-komponen kecerdasan emosi
terhadap kinerja) menunjukkan bahwa
kesadaran diri merupakan komponen
yang memberikan pengaruh paling kecil
terhadap kinerja. Hal ini tidak sesuai
dengan pernyataan Patton (1998), yang
menyatakan bahwa kesadaran diri
merupakan titik awal dari perkembangan
pribadi. Dasar untuk memperkuat
kecerdasan emosi adalah dengan
memahami diri sendiri. Pada titik inilah
pembangunan kecerdasar emosi dapat
dimulai.
Pemahaman
diri
dan
pertumbuhan
pribadi
merupakan
langkah pertama menuju pengembangan
kecerdasan emosi, karena sebelum dapat
memulai
program
pengembangan
pribadi atau arah perubahan apapun,
terlebih
dahulu
harus
memiliki
pengertian tentang siapa diri kita sendiri,
apa yang dipikirkan, dan mengenali
emosi dan memahami penyebab dari
persaan diri agar dipikirkan, dan
mengenali emosi dan memahami
penyebab dari perasaan diri agar dapat
menghadapinya secara efektif.
Kesadaran
diri
merupakan
bahan baku penting untuk menunjukkan
kejelasan dan pemahaman akan tindakan
yang
dilakukan
oleh
seseorang.
Kesadaran diri membuat seseorang
menyaadari emosinya sendiri dan untuk
lebih berempati dengan orang lain.
Seseorang
yang
unggul
dalam
kecakapan ini selalu sadar tentang
emosinya,
bahkan
sering
dapat
mengenali
kehadiran
emosi-emosi
tersebut, merasakannya secara fisik, dan
dapat mengartikulasi perasaan-perasaan
itu, sehingga dapat menunjukkan
ekspresi sosialnya yang sesuai. Bagi
orang yang bekerja dalam bidang
pelayanan sangatlah penting untuk
mengembangkan kecakapan kesadaran
diri dan kendali diri, hal ini
Pengaruh Kecerdasan Emosi ................. (Dhyah) hal. 75 - 86
83
dimaksudkan agar mereka dapat
menyadari keadaan emosi mereka
sendiri, sehingga pada saat emosi negatif
muncul, mereka mengekspresikannya
dengan cara yang lebih positif bahkan
mengendalikannya.
Menurut McCraken (dalam
Goleman, 2001) kesadaran diri dapat
ditumbuhkan, melalui pembelajaran
yang terus menerus dan “kehidupan”
merupakan “ruang kelas” untuk
mempelajarinya. Pembelajaran emosi
menuntut
perubahan
yang lebih
mendalam di tingkat neurology, dengan
menyurutkan kebiasaan negatif yang
ada, kemudian menggantikannya dengan
kebiasaan yang lebih baik.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil
analisis
dan
pembahasan yang telah dilakukan dalam
penelitian ini, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Kecerdasan emosi berpengaruh
secara signifikan terhadap kinerja
perawat pada Rumah Sakit Panti
Rapih. Hal tersebut berarti bahwa
perawat yang memiliki kecerdasan
emosi yang tinggi akan memiliki
kinerja yang tinggi pula. Dengan
demikian hipotesis pertama yang
menyebutkan
bahwa
terdapat
pengaruh antara kecerdasan emosi
terhadap kinerja perawat pada
Rumah Sakit Panti Rapih secara
signifikan didukung.
2. Masing-masing
komponen
kecerdasan emosi (kesadaran diri,
pengaturan diri, motivasi, empati,
dan
keterampilan
sosial)
berpengaruh
secara
signfikan
terhadap kinerja perawat pada
Rumah Sakit Panti Rapih. Empati
(X4) merupakan komponen yang
paling dominan atau paling kuat
berpengaruh
terhadap
kinerja
perawat, diikuti oleh komponen
pengaturan diri (X2), motivasi (X3)
keterampilan sosial (X5) dan terakhir
kesadaran diri (X1).
84
SARAN
1. Berdasarkan hasil penelitian ini,
yang menyatakan bahwa kecerdasan
emosi berpengaruh terhadap kinerja,
yang berarti bahwa kecerdasan
perawat
yang
tinggi
akan
meningkatkan kinerja perawat maka
perusahaan
perlu
melakukan
pelatihan kecerdasan emosi sebagai
salah
satu
alternatif
dalam
meningkatkan kinerja perawat.
Beberapa
saran
yang
dapat
dipertimbangkan untuk pelatihan
kecerdasan emosi antara lain :
a. Pelatihan emosi yang dilakukan
harus terfokus pada kecakapan
yang paling diperlukan untuk
prestasi dalam jabatan atau
peran yang bersangkutan. Profil
kekuatan dan keterbatasan
setiap karyawan juga harus
dinilai
untuk
mengetahui
kebutuhan mana yang harus
ditingkatkan. Berdasarkan hasil
penelitian ini, selain empati
kecakapan kesadaran diri harus
dijadikan fokus utama.
b. Pemberian
motivasi
pada
karyawan memegang peran
yang
penting
dalam
mensukseskan
pelatihan
kecerdasan emosi, karena orang
akan belajar sampai ke tingkat
tertentu di mana mereka
termotivasi, oleh karena itu
perlu dijelaskan bagaimana
pelatihan kecerdasan emosi
akan memberikan imbalan
lewat kinerja, karier, rewards
ataupun dalam bentuk-bentuk
lain.
c. Perubahan dalam pelatihan
sebaiknya arahnya ditentukan
sendiri oleh karyawan yang
bersangkutan karena apabila
orang mengarahkan sendiri
program pembelajaran mereka,
menyesuaikan
dengan
kebutuhan,
keadaan
dan
motivasi sendiri, pembelajaran
akan lebih efektif. Tetapi tetap
diingat
bahwa
perubahan
tersebut harus berpegang pada
Media Mahardhika Vol. 15 No. 1 September 2016
sasaran
dan
tujuan
dari
pelatihan itu sendiri.
d. Dalam rancangan perubahan,
untuk memperoleh hasil yang
lebih obyektif selain dari diri
sendiri sebaiknya memasukkan
umpan balik kinerja dari atasan,
rekan
kerja,,
bawahan,
konsumen (penilaian kinerja
360 derajat).
e. Perubahan
yang
langgeng
memerlukan
latihan
yang
berkelanjutan baik di dalam
maupun di luar pekerjaan.
Perubahan akan lebih berarti
jika lingkungan perusahaan
mendukung
perubahan,
menghargai kecakapan, dan
memberikan suasana aman
untuk bereksperimen. Selain itu
orang-orang yang berkedudukan
tinggi (atasan) dan sangat
efektif
menguasai
suatu
kecakapan dapat menjadi model
untuk mengilhami perubahan.
f. Membuat cara mengevaluasi
upaya pengembangan untuk
melihat
apakah
hasilnya
berkelanjutan, misalnya dengan
cara mencari ukuran-ukuran
untuk
kecakapan
atau
keterampilan yang berhubungan
erat dengan kinerja, idealnya
sebelum dan sesudah pelatihan,
dan juga beberapa bulan
sesudahnya ( dan jika mungkin
setahun
atau
dua
tahun
kemudian)
2. Peneliti
selanjutnya
dapat
menggunakan alat ukur kecerdasan
emosi lainnya sebagai alternatif,
yaitu EQ Map (Cooper & Sawaf,
2000), BarOn Emotional QuontientI (BarOn, 1997), Multifactor
Emotional Intelligent Scale (MEIS)
(Mayers, Salovey, & Caruso, 1997 /
1999), dan metode penilaian
kinerjanya
tidak
hanya
menggunakan self appraisal tetapi
dapat juga menggunakan umpan
balik kinerja dari atasan, rekan
kerja,
bawahan,
konsumen
(penilaian kinerja 360 derajat).
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Algifari, 2000, Analisa Regresi, Edisi
kedua, BPFE, Yogyakarta.
Alwi Syafarudin, 2001, Manajemen
Sumber Daya Manusia :
Strategi Keunggulan Kompetitif,
Edisi
Pertama,
BPFE,
Yogyakarta.
Azwar,
S,
1993,
Validitas
danReliabilitas, Liberty, Jakarta.
Bernard HJ & Russel JEA, 1998,
Human resource Management
And experimental Approach,
Megraw Hill.
Emory, William C. and Donald R.
Cooper 1996, Metode Penelitian
Bisnis (Terjemahan) Edisi 5,
Jilid 1, Erlangga, Jakarta.
Dewi Rachma, 2003, Pelayanan Rumah
Sakit
Yang
Berkarakter,
Makalah, Republika tanggal 13
Feburari 2003.
Gibson. J.L Ivancevich. J.M. Donelly,
J.H.Jr. 2000, Organizations :
Behavior, Structure, Process,
Tenth Edition, Mc Graw Hill,
Singapore.
Goleman, Daniel, 2003, Emotional
Intelligence
(Terjemah),
Gramedia, Jakarta.
------------,
2001,
Working
with
Emotional
Intelligence,
(Terjemah), Gramedia, Jakarta.
Grote D, 1996, The Complex guide to
Performance
Apprasial,
American Management Ascot.
John, LN & Snegall Marh, 1998,
Prestasi Individu Organisasi
Modern, Edisi 2, Arcan, Jakarta.
Kerlinger. Fred N. 1973, Foundation of
Behavioral Research, Holt
Rinehart .
Kuncoro. Mudarajad, 2003, Metode
Riset untuk Bisnis dan Ekonomi,
Erlangga, Jakarta.
Mangkunegara. Anwar Prabu, 2003,
Perencanaan
dan
Pengembangan Sumber Daya
Manusia,
Refika
Aditama,
Bandung.
Pengaruh Kecerdasan Emosi ................. (Dhyah) hal. 75 - 86
85
Masrun, 1979, Reliabilitas dan Caracara Menetukannya, UGM,
Yogyakarta.
Patton. Patricia, 1998, EQ Landasan
untuk Meraih Sukses Pribadi
dan Karier, Mitra Media.
-----------, 2001, EQ di Tempat Kerja,
Pustaka Delapratasa.
Prawirosentono,
Suyadi,
1999,
Kebijakan Kinerja Karyawan,
Edisi
Pertama,
BPFE,
Yogyakarta.
Russel. Bernadin. HJ , 1993, Human
Resource
Management
on
Experiental
Approach,
International Edition, McGraw
Hill. Inc, Singapore.
Rumah Sakit Panti Rapih, 2003, Profil
Rumah Sakit Panti Rapih, Seksi
Perencanaan dan Pengembangan
SDM Rumah Sakit Panti Rapih.
-------------, Buku Pribadi Karyawan,
1997,Seksi perencanaan dan
Pengembangan SDM Rumah
Sakit Panti Rapih.
-----------------, Pedoman Penilaian
Karyawan,
1997,
Seksi
Perencanaan dan Pengembangan
SDM Rumah Sakit Panti Rapih.
Sigit. Soehardi, 2001, Pengantar
Metodologi Penelitian, Fakultas
Ekonomi
Universitas
Sarjanawiyata
Tamansiswa,
Yogyakarta.
Stein. Steven J, Book, Howard E. 2003,
Ledakan EQ: 15 Prinsip Dasar
Kecerdasan Emosional Meraih
Sukses, Kaifa, Bandung.
Sugiyono, 1999, Metode Penelitian
Bisnis, Alfabeta, Bandung.
Weither W & Davis K. 1996, Human
Resources
&
Personal
Management, Fifth Edition,
New York, McGraw Hill.
Winando W, 2001, Analisis Dampak
Persepsi Karyawan Terhadap
Suatu Penilaian Kinerja bagi
Mantan Karyawan BPD DIY,
Tesis (Tidak Dipublikasikan),
Yogyakarta, Program Pasca
Sarjana UGM.
Widayati dan Amirullah, 2002, Riset
Bisnis, Graha ilmu, Yogyakarta.
86
Jurnal
Druskat Vanesa Urch and Steven B.
Wolf, 2001, Building The
Emotional
Intelligence
of
Groups,
Harvard
Business
Review.
Goleman, Daniel, 1998, What Makes a
Leader ?, Journal of Harvard
Business Review.
Karjantoro Handoko, 2004, Mengelola
Kinerja : Suatu tinjauan Praktis,
Usahawan No. 07 th xxxiii Juli.
Skripsi, Tesis dan Disertasi
Damarvidya, 2003, Hubungan Gaya
kepemimpinan
dan
Trust
Kepada
Pimpinan
dengan
kepuasan Penilaian Kinerja
pada Karyawan PT. Jasa
Raharjo Persero Telkom, Tesis
(Tidak
Dipublikasikan).
Yogyakarta, Program Pasca
Sarjana UGM.
Hasanati,
Nida,
Hubungan
Kepemimpinan
Transformasi
dan
Transaksional
dan
Kecerdasan Emosi dengan
Komitmen Efektif Organisasi
pada Karyawan, Skripsi, Tidak
Diterbitkan.
Nurhayati, Siti 2003, BerpengaruhStress
Kerja
terhadap
Kinerja
Karyawan dengan Kepuasan
Kerja
sebagai
Variabel
Moderating,
Tesis,
Tidak
Diterbitkan.
Internet
Zainun Mu’tadin, 2002, Mengenal
Kecerdasan Emosi Remaja,
www.essisystems.com
Media Mahardhika Vol. 15 No. 1 September 2016
Download