pentingnya kecerdasan emosional bagi perawat

advertisement
TINJAUAN PUSTAKA
PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL BAGI PERAWAT
Rika Endah Nurhidayah*
ABSTRAK
Emotional Quotient (EQ) atau kecerdasan emosional adalah serangkaian kecakapan
yang memungkinkan kita membuka hati baik aspek pribadi, sosial dan pertahanan dari seluruh
kecerdasan, akal sehat yang penuh misteri dan kepekaan yang penting untuk berfungsi secara
efektif. Ada lima dasar kecerdasan emosional yaitu kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi,
empati, keterampilan sosial. Perawat sebagai profesi yang berorientasi kepada pelayanan jasa
memerlukan suatu keterampilan dalam mengelola emosinya. Keterampilan penguasaan emosi
sangat berpengaruh terhadap kinerja. Oleh karena itu EQ memberikan kontribusi yang
bermakna dalam membantu meningkatkan hasil kerja. Hari-hari kerja yang dilalui tanpa
menerapkan EQ dapat menimbulkan kebosanan, kurangnya motivasi dan berbagai emosi lain
yang berdampak buruk bagi kinerja dalam hal ini asuhan keperawatan yang diberikan kepada
klien.
Kata kunci: manajemen emosi, kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, keterampilan
sosial
PENDAHULUAN
Perawat merupakan sebuah profesi
yang berorientasi kepada pelayanan dalam
bentuk jasa. Pelayanan diberikan kepada
klien, baik sebagai individu, keluarga
maupun masyarakat. Agar pelayanan yang
diberikan paripurna meliputi aspek biologi,
psikologi, sosial dan spiritual diperlukan
suatu keterampilan manajemen emosi.
Keterampilan tersebut lebih dikenal dengan
istilah kecerdasan emosional.
Kecerdasan emosional (EQ) bukanlah
mode atau kecenderungan. Bukan juga
sesuatu yang baru seperti yang sering
digembor-gemborkan masyarakat melalui
berbagai investasinya melalui pelatihan. EQ
berkembang bersamaan dengan proses
tumbuh kembang manusia dalam beradaptasi
dan bergaul dengan manusia lain. Menurut
Stein (2002) kecerdasan emosional sama
tuanya dengan peradaban.
Penelitian yang telah dilakukan oleh
BarOn (1988), Mayer dan Salovey (1990)
serta Goleman (1995) dalam Agustian
(2001), mengenai kecerdasan emosional
mengemukakan
bahwa
keberhasilan
seseorang tidak hanya ditentukan oleh
intelektualitas semata. Intelektualitas atau
Intelligent Quotient (IQ) hanya merupakan
syarat minimal untuk meraih keberhasilan.
Penulis adalah
* Dosen Keperawatan Dasar PSIK FK USU
Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 1, Mei 2006
39
Universitas Sumatera Utara
Telah terbukti tidak sedikit orang-orang
yang memiliki IQ tinggi kalah dalam
persaingan. Sebaliknya banyak orang yang
mempunyai IQ biasa-biasa saja justru
sukses dalam berkarier.
Para psikolog sepakat bahwa IQ
hanya menyumbang sekitar 20 persen
sebagai faktor-faktor yang menentukan
suatu keberhasilan, sedangkan 80 persen
sisanya berasal dari faktor lain, termasuk
apa yang dinamakan dengan kecerdasan
emosional (Goleman, 2001). EQ penting
dalam dunia kerja. Dengan EQ seseorang
bisa mengadakan hubungan yang baik dengan
atasan, rekan sejawat maupun bawahan.
Kecerdasan emosional ini jelas
sangat dibutuhkan oleh perawat sebab,
perawat selalu berhubungan dengan klien
yang latar belakang budaya dan sifatnya
berbeda. Perbedaan ini menuntut perawat
untuk mengenali perasaan dirinya maupun
orang lain dalam hal ini klien dan
keluarganya. Sehingga perawat secara
profesional akan bersikap asertif.
KECERDASAN EMOSIONAL
Kecerdasan emosional atau Emotional
Quotient adalah kemampuan memantau
dan mengendalikan perasaan-perasaan
sendiri dan orang lain, serta menggunakan
perasaan-perasaan itu untuk memantau
pikiran tindakan. Goleman (2001) merujuk
bahwa kecerdasan emosional adalah
kemampuan mengenali perasaan kita sendiri
dan perasaan orang lain, kemampuan
memotivasi diri sendiri, dan kemampuan
mengenali emosi dengan baik pada diri
sendiri dan dalam hubungan dengan orang
lain.
Melalui kecerdasan emosional manusia
belajar mengelola perasaannya sehingga
dapat mengekspresikannya secara tepat dan
efektif. Kecerdasan emosional mencakup
pengendalian diri, semangat, dan ketekunan,
serta kemampuan untuk memotivasi diri
sendiri dan bertahan menghadapi frustasi.
40
EQ
juga
dikaitkan
dengan
kesanggupan untuk mengendalikan dorongan
hati dan emosi, mengatur suasana hati dan
menjaga agar stres tidak melumpuhkan
kemampuan berpikir, kemampuan untuk
menyelesaikan konflik dan memimpin.
Koordinasi suasana hati adalah inti
dari hubungan sosial yang baik. Apabila
seseorang pandai menyesuaikan diri dengan
suasana hati individu lain atau dapat
berempati, maka orang tersebut akan
memiliki tingkat emosionalitas yang baik
dan akan lebih mudah menyesuaikan diri
dalam lingkungannya. Kecerdasan emosional
menyediakan pemahaman lebih mendalam
tentang diri sendiri dan orang lain. Sikap
seperti ini dituntut untuk ada dalam setiap
perawat. Karena perawat merupakan orang
yang paling dekat dengan klien.
Goleman mengatakan bahwa kecerdasan
emosional adalah kemampuan lebih yang
dimiliki seseorang dalam memotivasi diri,
ketahanan dalam menghadapi kegagalan,
mengendalikan emosi, serta mengatur
keadaan jiwa. Seandainya perawat tidak
mampu menguasai emosinya kemungkinan
besar hal ini akan berdampak pada
pelayanan atau asuhan keperawatan yang
diberikannya.
KOMPONEN
EMOSIONAL
DASAR
KECERDASAN
1. Kesadaran diri, yaitu mengetahui apa
yang dirasakan pada suatu kondisi, dan
menggunakan perasaan tersebut dalam
pengambilan keputusan diri sendiri.
Indikatornya realistis atas kemampuan
diri dan kepercayaan diri yang kuat.
2. Pengaturan diri, kemampuan menangani
emosi sehingga berdampak positif kepada
pelaksanaan tugas, peka terhadap kata
hati dan sanggup menunda kepuasan
sebelum tercapainya suatu sasaran,
mampu pulih kembali dari tekanan
emosi.
Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 1, Mei 2006
Universitas Sumatera Utara
3. Motivasi, menggunakan hasrat untuk
menuju sasaran, menuntun dan membantu
dalam mengambil inisiatif dan bertindak
sangat
efektif
untuk
bertahan
menghadapi kegagalan dan frutasi.
4. Empati, merasakan apa yang dirasakan
oleh orang lain, mampu memahami
perspektif mereka, menumbuhkan hubungan
saling percaya dan menyelaraskan diri
dengan bermacam-macam orang.
5. Keterampilan sosial, menjaga emosi
ketika berhubungan dengan orang lain
dan cermat membaca situasi, berinteraksi
dengan lancar, dan menggunakan
keterampilan ini untuk mempengaruhi
dan memimpin, bermusyawarah dan
menyelesaikan perselisihan, dan untuk
bekerja sama dalam tim.
Kelima komponen dasar dari EQ di
atas sudah selayaknya menyatu dalam diri
perawat agar asuhan keperawatan yang
holistik dan komprehensif dapat terlaksana.
Memang tidak semudah membalikkan
telapak tangan untuk merealisasikannya.
Dengan niat yang tulus untuk memberikan
yang terbaik bagi klien tidak mustahil hal di
atas dilaksanakan.
PENERAPAN EQ DALAM PEKERJAAN
Martin (2003) menyatakan para
pekerja yang berhubungan dengan banyak
orang dan menerapkan EQ dalam
pekerjaan terbukti lebih sukses. Sebab
mereka lebih berempati, komunikatif, lebih
humoris, dan lebih peka akan kebutuhan
orang lain. Sebagai perawat, mengapa tidak
kita mencobanya?
Beberapa hal berikut ini merupakan
cara yang dapat dilakukan untuk menerapkan
EQ dalam pekerjaan:
1. Kesadaran diri
1)
Kesadaran emosi
Kemampuan mengenali emosi diri
dan efeknya terhadap kinerja, dan
2)
3)
menggunakan
nilai-nilai
yang
dianut untuk memandu pembuatan
keputusan.
Penilaian diri secara akurat
Perasaan yang tulus tentang
kekuatan dan kelemahan diri, visi
yang jelas mengenai apa yang
perlu diperbaiki dan kemampuan
belajar dari pengalaman.
Percaya diri
Suatu keberanian yang datang
karena keyakinan akan kemampuan,
nilai-nilai dan tujuan diri sendiri.
2. Pengaturan diri
1) Pengendalian diri
Mengelola emosi dan impuls yang
merusak dengan efektif.
2) Sifat dapat dipercaya
Memelihara norma kejujuran dan
integritas.
3) Kewaspadaan
Bertanggung jawab atas kinerja
pribadi.
4) Adaptabilitas
Keluwesan
dalam
menghadapi
perubahan.
5) Inovasi
Bersikap terbuka terhadap gagasan
dan informasi terkini.
3. Motivasi
1) Dorongan berprestasi
Dorongan untuk menjadi lebih baik
sesuai dengan standar keberhasilan.
2) Komitmen
Sikap setia kepada visi dan sasaran
institusi tempat bekerja.
3) Inisiatif
Merupakan
kesiapan
untuk
memanfaatkan kesempatan.
4) Optimisme
Kegigihan memperjuangkan sasaran,
walaupun
ada
halangan
dan
kegagalan.
Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 1, Mei 2006
41
Universitas Sumatera Utara
4. Empati
1) Memahami orang lain
Mampu mengindera perasaan dan
perspektif orang lain, dan menunjukkan
minat terhadap kepentingan orang
lain.
2) Orientasi pelayanan
Mampu mengantisipasi, mengenali
dan berusaha memenuhi kebutuhan
orang lain.
3) Mengembangkan orang lain
Mampu
merasakan
kebutuhan
perkembangan orang lain dan
berusaha menumbuhkan kemampuan
mereka.
4) Memanfaatkan keragaman
Menumbuhkan peluang melalui
pergaulan dengan bermacam-macam
orang.
5. Keterampilan sosial
1) Pengaruh
Memiliki taktik-taktik untuk melakukan
persuasi.
2) Komunikasi
Kemampuan mengirimkan pesan
yang jelas dan meyakinkan.
3) Kepemimpinan
Membangkitkan
inspirasi
dan
memandu kelompok dan orang lain.
4) Katalisator perubahan
Kemampuan mengawali, mendorong
atau mengelola perubahan.
42
5) Manajemen konflik
Merupakan kemampuan negosiasi
dan pemecahan silang pendapat.
6) Kolaborasi dan kooperatif
Kemampuan bekerjasama dengan
orang lain demi tujuan bersama.
7) Kemampuan tim
Kemampuan menciptakan sinergi
kelompok dalam memperjuangkan
tujuan bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Agustian, Ary Ginanjar. (2001). Rahasia
Sukses Membangun Kecerdasan Emosi
dan Spiritual. Jakarta: Penerbit Arya.
Goleman, Daniel. (2001). Working With
Emotional Intelligence. Jakarta:
Penerbit PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Goleman, Daniel. (2004). Emotional Intelligence:
Mengapa EI Lebih Penting daripada
IQ. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Martin, Anthony Dio. (2003). Emotional
Quality
Management.
Jakarta:
Penerbit Arga.
Stein, Steven J & Book, Howard E. (2002).
Ledakan EQ: 15 Prinsip Dasar
Kecerdasan
Emosional
Meraih
Sukses. Bandung: Penerbit Kaifa.
Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 1, Mei 2006
Universitas Sumatera Utara
Download