POLA KOMUNIKASI GURU BK DALAM MENCEGAH PERILAKU SEKS BEBAS SISWA DI SMA NEGERI 1 CINANGKA SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Konsentrasi Ilmu Humas Program Studi Ilmu Komunikasi Oleh: RIFKI KURNIAWAN NIM. 6662111397 KONSENTRASI ILMU HUMAS PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG - BANTEN 2015 “Dream, Believe, Make it Happen” (Agnez Mo) “Percayai Dirimu Orang Paling Beruntung, Karena Keberuntungan Itu Akan Selalu Mengikutimu” (R.K) Karya kecil yang berisikan pelajaran tentang doa, usaha, kesabaran, kesungguhan, keikhlasan, keberuntungan dan keberhasilan. Skripsi ini kupersembahkan untuk Ibu, Abah dan keluarga tercinta, seseorang yang menjadi motivasi, serta sahabat-sahabat terbaiku. Terima kasih ABSTRAK Rifki Kurniawan. NIM. 2111397. Skripsi. Pola Komunikasi Guru BK Dalam Mencegah Perilaku Seks Bebas Siswa Di SMA Negeri 1 Cinangka. Pembimbing 1 : Dr. Rahmi Winangsih, M. Si dan Pembimbing II : Teguh Iman Prasetya, SE, M.Si Di zaman yang semakin berkembang, dengan beragam pula tingkah laku serta masalah sosial yang terjadi di masyarakat terutama remaja. Perkembangan teknologi sekarang ini telah banyak memberi pengaruh buruk bagi remaja, sehingga menyebabkan terjadinya kenakalan remaja. Seks bebas di kalangan anak-anak (pelajar), ini merupakan fenomena yang meresahkan. Banyak orangtua sangat khawatir dan berdoa, agar anak-anaknya tidak menjadi salah satu pelakunya. SMA Negeri 1 Cinangka merupakan sekolah yang sedang berkembang, namun tidak menutup mata dengan fenomena perilaku seks bebas di kalangan pelajar pada umumnya, terlebih wilayah SMA Negeri 1 Cinangka termasuk kedalam daerah wisata, maka arus seks bebas tidak bisa dibendung lagi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisa pola komunikasi guru BK dalam mencegah perilaku seks bebas siswa di SMA Negeri 1 Cinangka. Pada penelitian ini peneliti menggunakan teori Atribusi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan paradigma intrerpretif. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti yaitu wawancara mendalam dan observasi dengan pihak guru BK di SMA Negeri 1 Cinangka, dengan wawancara memakai 1 key informan dari guru BK, 4 orang informan pendukung dan 2 informan pendukung praktisi remaja dan reproduksi seksual serta dokumentasi kegiatan. Hasil dari penelitian ini ialah pola komunikasi yang digunakan guru BK di SMA Negeri 1 Cinangka menggunakan pola Roda dalam mengadakan kegiatan bimbingan classical, sosialisasi, penyuluhan serta menggunakan media informasi lainnya. Komunikasi yang dilakukan oleh guru BK menggunakan komunikasi pendekatan secara preventif dan persuasif, ada beberapa faktor pendukung dalam kerja sama dengan guru BK yang kaitannya mencegah perilaku seks bebas dilingkungan sekolah. Diantaranya, kerja sama dari BNN, BKKBN, DISPAPORA, serta pihak kepolisian. Hambatan yang terjadi terdapat di gangguan semantik yaitu adanya bahasa saru, gangguan mekanik adanya kegaduhan dari para siswa, hambatan kepentingan, motivasi dan prasangka masih bisa diminimalisir oleh guru BK dengan memberikan informasi yang benar dan konkret. Solusi dalam mencegah perilaku seks bebas, selain pemberian informasi yang benar, juga dilakukan bimbingan yang rutin serta pendidikan agama dan akhlak yang kuat sebagai filter pelajar kedalam kehidupannya. Kata Kunci : Pola Komunikasi, Teori Atribusi, Remaja, Seks Bebas ABSTRACT Rifki Kurniawan. NIM. 2111397. Thesis. Communication Patterns Counseling Teachers in Preventing Sexual Behaviour Free Students In SMA Negeri 1 Cinangka. Supervisor 1: Dr. Winangsih Rahmi, M. Si and Supervisor II: Teguh Iman Prasetya, SE, M.Si In the developing era, there are varieties of behaviors and social problems that happen in the society, especially teenagers. Technological developments have made many bad influences towards teenagers, that causing juvenile delinquency. Free sex among young people (students) is an unsettling phenomenon. Many parents were very worried and prayed that their children did not become one of the perpetrators. SMA Negeri 1 Cinangka is a growing school, but without ignoring to the phenomenon of sex behavior among students in general, especially the region of SMA Negeri 1 Cinangka included into the tourist areas, which the flow of free sex is irreversible. The purpose of this research is to identify and analyze patterns of communication of counseling teachers in preventing sex behavior of students in SMA Negeri 1 Cinangka. . In this study, researchers used Attribution theory. This research used descriptive method with interpretive paradigm. Data collection techniques used by researchers, namely in-depth interviews and observations by the counseling teacher at SMA Negeri 1 Cinangka, with by using one key informant from counseling teachers, 4 supporters informant and 2 supporting informant youth practitioners and sexual reproduction and the documentation of the research.. Results from this study was that communications made by communication patterns which was used by counseling teachers in SMA Negeri 1 Cinangka was wheel in conducting classical guidance activities, socialization, counseling and used other information media. The counseling teachers used a preventive approach communication and persuasive, There are several contributing factors in cooperation with the counseling teachers related to the free sex preventive within school environment. For instance, the cooperation of BNN, BKKBN, DISPARPORA, and the police. Barriers that occur were in semantic disorder which is vague of language, mechanical disruption such as the noise from the students, the barriers of interest, motivation and prejudice still be minimized by counseling teachers by providing the right and concrete information. Solution in preventing sex behavior, besides giving the right information, also conducted regular guidance and religious education and a strong morality as a filter for students’ life. Keywords: Communication Patterns, Attribution Theory, Teens, Free Sex KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dengan judul “Pola Komunikasi Guru BK Dalam Mencegah Perilaku Seks Bebas Siswa di SMA Negeri 1 Cinangka.” Selama proses penulisan skripsi ini tentunya banyak sekali menerima bantuan, bimbingan, dorongan, support, dan nasihat dari berbagai pihak, sehingga skripsi penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu dalam kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Allah SWT, yang telah melimpahkan karunia, kemudahan dan hidayah Nya. 2. Bapak Prof. Dr. Sholeh Hidayat, M.Pd selaku Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa beserta staff dan jajarannya 3. Bapak Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa beserta staff dan jajarannya. 4. Ibu Neka Fitriyah, S.Sos,. M.Si selaku Ketua Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 5. Ibu Puspita Asri Praceka, S.Sos., M.Ikom selaku Sekretaris Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. i 6. Ibu Nurprapti, M.Si selaku dosen Akademik. Terimakasih saran dan bimbingan selama peneliti masuk kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini 7. Ibu Dr. Rahmi Winangsih, M.Si, selaku dosen pembimbing I. Terimakasih atas bimbingannya, kesabaran dan juga saran, kritik serta masukan yang telah banyak membantu peneliti menyelesaikan skripsi ini. 8. Bapak Teguh Iman Prasetya, SE., M.Si, selaku dosen pembimbing II. Terimakasih atas bimbingannya, kesabaran, dan juga saran, kritik serta masukan yang telah banyak membantu peneliti menyelesaikan skripsi ini. 9. Seluruh dosen Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan selama peneliti duduk dibangku perkuliahaan. 10. Ibu dan Abah yang selalu memberi motivasi, mendoakan, serta memberikan dukungan moril maupun materil agar peneliti dapat menyelesaikan skripsi. 11. Kepada kakak tercinta Teh Yeni, Kak Edward dan Kak Hendri serta keluarga besar yang turut memberikan dukungan dan doa agar peneliti dapat menyelesaikan skripsi. 12. Ibu Dra. Wonisah, Ibu Dra. Rohanah dan Bapak Drs. H. Subki selaku narasumber. Terimakasih atas ketersediaannya memberikan informasi dan jawaban pada penelitian ini sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. 13. Panji Wali Raksa dan Dwi Riska Maulia selaku narasumber. Terimakasih atas ketersediaannya memberikan jawaban pada penelitian ini sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. ii 14. Ibu Yamtini, SST, Keb dan Bapak Ahmad Yani Amd, Kep selaku narasumber Bidan Kandungan dan Perawat. Terimakasih atas ketersediaannya memberikan ilmu bermanfaat, waktu dan jawaban pada penelitian ini sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. 15. Sahabat-sahabatku Tenar (Tiara, Ema, Nana, Arin Nia), Euis Rahma Pujiani, Raudatul Faizah dan Asep Budianto. Terimakasih atas dukungan, motivasi dan menjadi teman curhat, hiburan kalian selama ini sehingga peneliti bisa menyelesaikan skripsi ini. 16. Kawan-kawan seperjuangan C Humas 2011. Abel, Ade, Agung, Amanda, Dina, Fairus, Fauzul,Gima, Hari, Helmi, Ifat, Irene, Irhas, Ismah, Laras, Lifah, Mitha, Mutia, Neni, Noni, Nurjanah, Puti, Reza Ali, Resty, Seftian, Tanya, Ufi, Yudi dan Zahra. Terimakasih atas saran, motivasi, bantuan, doa, dukungan serta kebersamaan selama ini sehingga peneliti bisa menyelesaikan skripsi ini. 17. Triara Yunisari, Gebby Irene dan Uum Umedah. Terimakasih atas saran, bantuan, doa dan dukungan sehingga peneliti bisa menyelesaikan skripsi ini. 18. Teman-teman angkatan 2011 yang selalu memberikan saran, dukungan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. 19. Kawan-kawan KKM 57 2011 Padasuka. Alinda, Andry, Ardian, Debora, Devi, Eki, Hezron, Ika, Nelly, Nuraeni, Nurafni, Nufus, dan Yudha. Terimakasih atas kebersamaan selama KKM di Desa Padasuka. iii 20. Pihak-pihak yang telah membantu peneliti tetapi tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, dikarenakan keterbatasan wawasan peneliti. Oleh karena itu, peneliti dengan rendah hati memohon maaf atas kekurangan dan kelemahan yang terdapat dalam skripsi ini, peneliti berharap kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan peneliti ini. Akhir kata, peneliti berharap skripsi ini dapat berguna dan dapat menambah ilmu pengetahuan serta wawasan bagi siapa pun yang membacanya. Wassalamualaikum Wr. Wb Serang, Juni 2015 Rifki Kurniawan iv DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR ORISINALITAS LEMBAR PERSETUJUAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii DAFTAR TABEL .......................................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... iv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. v BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 8 1.3 Identifikasi Masalah....................................................................................... 8 1.4 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 8 1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis .......................................................................................... 10 2.1.1 Komunikasi......................................................................................... 10 2.1.2 Tujuan Komunikasi ............................................................................ 11 2.1.3 Fungsi Komunikasi ............................................................................ 12 2.1.4 Hambatan Komunikasi....................................................................... 15 2.1.5 Pola Komunikasi ................................................................................ 18 2.2 Komunikasi Pendidikan............................................................................... 21 2.3 Guru .............................................................................................................. 22 2.4 Bimbingan dan Konseling ........................................................................... 22 2.4.1 Tujuan Bimbingan dan Konseling..................................................... 23 2.4.2 Fungsi Bimbingan dan Konseling..................................................... 24 2.5 Remaja .......................................................................................................... 25 2.5.1 Tahap Perkembangan Remaja ........................................................... 26 2.5.2 Perkembangan Perilaku Seksual Remaja.......................................... 27 2.6 Perilaku Seks Bebas..................................................................................... 28 2.6.1 Bentuk-Bentuk Perilaku Seks Bebas................................................. 28 2.6.2 Faktor-Faktor Penyebab Seks Bebas................................................. 29 2.6.3 Akibat yang Ditimbulkan Seks Bebas .............................................. 30 2.6.4 Penanggulangan Dampak Seks Bebas .............................................. 33 2.7 Teori Atribusi ............................................................................................... 35 2.8 Kerangka Berpikir........................................................................................ 37 2.8 Penelitian Terdahulu .................................................................................... 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ............................................................. 41 3.2 Paradigma Penelitian ................................................................................... 42 3.3 Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 45 3.4 Informan Penelitian...................................................................................... 49 3.5 Analisis Data ................................................................................................ 51 3.6 Uji Validitas Data.................................................................................53 3.7 Lokasi Penelitian..................................................................................54 3.8 Jadwal Penelitian..................................................................................55 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ......................................................................... 56 4.1.1 Profil Singkat SMA Negeri 1 Cinangka ........................................... 56 4.1.2 Visi, Misi, dan Tujuan dan Sasaran Sekolah .................................... 58 4.1.3 Potensi Lingkungan Sekolah ............................................................. 61 4.2 Deskripsi Data .............................................................................................. 62 4.3 Pembahasan .................................................................................................. 64 4.3.1 Pola Komunikasi Guru BK SMA Negeri 1 Cinangka..................... 65 4.3.1.1 Penyebab Perilaku Seks Bebas ............................................... 70 4.3.1.1.1 Faktor Lingkungan ............................................................ 70 4.3.1.1.2 Faktor Personal .................................................................. 71 4.3.2 Faktor Pendukung............................................................................... 74 4.3.3 Hambatan Pola Komunikasi Guru BK.............................................. 75 4.3.4 Solusi Mencegah Perilaku Seks Bebas ............................................. 81 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan................................................................................................... 83 5.2 Saran.............................................................................................................. 86 DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................91 LAMPIRAN DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Penelitian Sejenis ...................................................................................38 Tabel 1.2 Jadwal Penelitian ...................................................................................55 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka Berfikir...............................................................................38 Gambar 4.3.1.1 Alur Pola Komunikasi Guru BK SMA Negeri 1 Cinangka .........68 Gambar 4.3.1.2 Diagram Pola Komunikasi Guru BK SMA Negeri 1 Cinangka ..69 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman yang semakin berkembang semakin beragam pula tingkah laku serta masalah sosial yang terjadi di masyarakat terutama remaja. Perkembangan teknologi sekarang ini telah banyak memberi pengaruh buruk bagi remaja sehingga menyebabkan terjadinya kenakalan remaja. Kemajuan teknologi telah merubah pola pikir kalangan remaja. Perubahan pola pikir remaja juga disertai dengan perubahan perilaku remaja dalam menyikapi zaman modernisasi. Kenakalan remaja tidak hanya disebabkan oleh pengaruh teknologi yang semakin modern, namun bisa juga disebabkan oleh berbagai faktor yaitu faktor intern yang berasal dari dalam diri sendiri dan faktor ekstern yang bisa berasal dari pengaruh lingkungan. Perubahan perilaku yang banyak terjadi di kalangan remaja kini menjadi hal yang sangat di takuti orang tua. Pergaulan bebas yang tak terkendali secara normatif dan etika-moral antarremaja yang berlainan jenis, akan berakibat adanya hubungan seksual di luar nikah (pergaulan bebas/seks pranikah). Free sexs atau seks bebas menjadi hal yang sangat biasa bagi kalangan remaja saat ini. Tanpa merasa malu mereka meminta pasangannya untuk melakukan hal itu, hal yang sebenarnya dianggap tabu oleh masyarakat sekitar. Bukan hanya wanita dewasa (> 20 1 2 tahun) saja yang melakukannya, namun sekarang kalangan remaja SMP-SMA sudah melakukannya walaupun hanya satu kali. Kita juga tidak tahu lagi berapa jumlah wanita dan pria yang masih perawan dan masih perjaka, karena tidak sedikit masyarakat di Indonesia telah melakukan seks bebas. Seks bebas di kalangan anak-anak (pelajar), ini merupakan fenomena yang menggerahkan. Banyak orangtua sangat khawatir dan berdoa agar anakanaknya tidak menjadi salah satu pelakunya. Kewaspadaan tinggi dengan membuat berbagai aturan di rumah ataupun upaya-upaya untuk mengontrol agar anak tidak terjerumus tentulah juga sudah dilakukan sebagai langkah pencegahannya. Survei Komisi Penanggulangan AIDS (KPA), menyatakan, secara nasional terdata bahwa sebanyak 66 persen remaja putri usia sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA) tidak lagi perawan yang artinya pada usia sekolah tersebut mereka sudah mengenal seks bebas. Pemberitaan di berbagai media, tampaknya menunjukkan fenomena yang sama terjadi di berbagai kota, tidak terbatas pada kota-kota besar melainkan juga pada kabupaten-kabupaten kecil. Temuan berdasarkan survey atau penelitian semacam ini memang benarbenar bukan merupakan berita yang menggembirakan. Tapi itulah kenyataan yang mengemuka yang telah hadir dalam kehidupan kita. Di Banten sendiri, Selama kurang lebih 15 tahun terakhir atau sejak tahun 1998 sampai dengan Maret 2013, sebanyak 144 warga Banten yang meninggal 2 3 akibat mengidap HIV/AIDS. Total warga Banten yang mengidap HIV/AIDS selama kurun waktu tersebut sebanyak 2.731 orang yang terdiri atas 1.844 yang terjangkit HIV dan 887 yang terjangkit AIDS. Project Officer Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Banten, Arif Mulyawan mengatakan, dari data yang didapat Dinas Kesehatan Provinsi Banten, untuk di Kabupaten Serang penderita HIV 350 orang, penderita AIDS sebanyak 60 orang dan kasus kematin akibat HIV/AIDS sebanyak 21 orang. Untuk di Kota Serang, penderita HIV sebanyak 45 orang, AIDS 71 orang dan kasus kematian 26 orang. Selanjutnya, di Kabupaten Pandeglang, penderita HIV sebanyak 48 orang, AIDS 22 orang dan kasus kematian 13 orang; Kabupaten Lebak penderita HIV 46 orang, AIDS sebanyak 57 orang dan kasus kematian 13 orang; Kabupaten Tangerang, penderita HIV 487 orang, penderita AIDS sebanyak 239 orang dan kasus kematian 14 orang. Untuk di Kota Tangerang penderita HIV sebanyak 674 orang, AIDS 311 orang dan kasus kematian 21 orang; Kota Tangerang Selatan penderita HIV sebanyak 85 orang, AIDS sebanyak 28 orang dan kasus kematian 1 orang. “...Penularan penderita HIV/AIDS yang ada di Banten, umumnya karena prilaku seks yang tidak benar atau tidak dengan pasanganya. “Penularanya lebih karena faktor seks bebas,” ujarnya.1 1 http://sp.beritasatu.com/home/144-warga-banten-meninggal-akibat-hivaids/35302 (Diakses, 19-02-2015 jam 20:47) 3 4 Seperti zaman yang semakin berkembang, semakin beragam pula tingkah laku serta masalah sosial yang terjadi di masyarakat terutama masalah remaja. Perkembangan teknologi sekarang ini telah banyak memberi pengaruh buruk bagi remaja sehingga menyebabkan terjadinya kenakalan remaja. Kemajuan teknologi telah merubah pola pikir kalangan remaja. Perubahan pola pikir remaja juga disertai dengan perubahan perilaku remaja dalam menyikapi zaman modernisasi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pola diartikan sebagai bentuk (struktur) yang tetap. Sedangkan komunikasi adalah proses penciptaan arti terhadap gagasan atau ide yang disampaikan. Komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.2 Dengan demikian, pola komunikasi di sini dapat dipahami sebagai pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Pola komunikasi guru BK yang efektif dalam mengadakan bimbingan adalah pola komunikasi yang didalamnya terjadi interaksi dua arah antara guru BK dan siswa. Artinya, guru tidak harus selalu menjadi pihak yang dominan yang berperan sebagai pemberi informasi saja tetapi guru juga harus memberikan stimulus bagi siswa agar tergerak lebih aktif. Komunikasi yang dilakukan guru harus mampu menggugah motivasi siswa untuk terlibat 2 Drs. Syaiful Bahri Djamarah, M. Ag, 2004, Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak Dalam Keluarga, PT Rineka Cipta, Jakarta, hlm.1 4 5 mengisi dan menemukan makna pemberian informasi yang diberikan pada saat bimbingan tersebut. Siswa akan menjadi lebih aktif ketika mereka memiliki rasa kebersamaan di kelas atau ruangan konseling tersebut. Rasa kebersamaan ini dapat dibina dari komunikasi yang dilakukan guru BK ataupun siswa yang lain agar dirinya merasa di terima. Perasaan diterima inilah sebagai salah satu komponen yang dapat menumbuhkembangkan siswa. Ketika seseorang diterima, dihormati, dan disenangi orang lain dengan segala bentuk keadaan dirinya, maka mereka akan cenderung untuk meningkatkan penerimaan dirinya. Komunikasi efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik. Setiap kali guru melakukan komunikasi, sebenarnya bukan hanya sekedar menyampaikan isi pesan tetapi juga membangun sebuah hubungan interpersonal. SMA Negeri 1 Cinangka merupakan sekolah filial dari SMA Negeri 1 Anyer. Sebagai sekolah rintisan yang mulai beraktifitas pada tahun 2002, sampai sekarang telah memiliki jumlah siswa sebanyak 558 siswa. 3 SMA Negeri 1 Cinangka merupakan sekolah yang sedang berkembang, namun tidak menutup mata dengan fenomena perilaku seks bebas di kalangan pelajar pada umumnya. Menurut penuturan Guru BK SMA Negeri 1 Cinangka, Dra Wonisah. “...Fenomena seks bebas dikalangan pelajar sudah sangat meresahkan, banyak kejadian-kejadian. Namun untuk wilayah SMA Negeri 1 Cinangka 3 Profil SMA Negeri 1 Cinangka 5 6 belum sampai kejadian, apalagi kita di daerah wisata pantai fenomena seks bebas tersebut Masya Allah sudah merajalela.4 Secara geografis SMAN 1 Cinangka terletak di kecamatan Cinangka kabupaten Serang, dan berada disepanjang pantai Anyer dan Carita yang merupakan objek wisata. Disamping itu kecamatan Cinangka juga memiliki geografis perbukitan dengan tanah yang subur dan penghasil hasil bumi yang melimpah terutama dibagian timur kecamatan Cinangka. Fenomana yang terjadi tersebut mengakibatkan rusaknya moral remaja saat ini yang dimana dikhawatirkan akan merusak sendi-sendi kehidupan di masyarakat yang akan datang. Saat ini banyak hal yang dilakukan oleh remaja, orang tua, dan pemerintah dalam memerangi seks bebas yang sudah mulai menghiasi kehidupan remaja. Menghadapi segala gejala-gejala seks bebas di kalangan pelajar yang sudah sangat meresahkan, tindakan-tindakan pencegahan atau preventif pun tidak luput dilakukan oleh pihak sekolah, terlebih Guru BK sebagai orang yang paling merasa bertanggung jawab terhadap siswa-siswi yang berada di wilayah lingkungan SMA Negeri 1 Cinangka. Salah satu faktor terbesar yang mengakibatkan remaja kita terjerumus ke dalam prilaku seks bebas adalah kurangnya kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya selain itu peranan agama dan keluarga sangat penting untuk mengantisipasi perilaku remaja tersebut.Selain itu peran guru sebagai model 4 Hasil wawancara dengan Guru BK SMA Negeri 1 Cinangka, Dra. Wonisah pada tanggal 6 April 2015 6 7 atau contoh bagi anak di lingkungan sekolah harus diperhatikan. Setiap anak mengharapkan guru mereka dapat menjadi contoh atau model baginya. Oleh karena itu tingkah laku pendidik baik guru, orang tua atau tokoh-tokoh masyarakat harus sesuai dengan norma-norma yang dianut oleh masyarakat, bangsa dan negara.Peran guru sebagai pelajar (leamer). Seorang guru dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan agar supaya pengetahuan dan keterampilan yang dirnilikinya tidak ketinggalan jaman. Pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai tidak hanya terbatas pada pengetahuan yang berkaitan dengan pengembangan tugas profesional, tetapi juga tugas kemasyarakatan maupun tugas kemanusiaan terutama yang berkaitan dengan pendidikan karakter, budaya dan moral. Komunikasi yang baik antara guru BK dan siswa memiliki peranan yang penting dalam membentuk karakter dan perilaku seksual siswa. Selain itu, dengan komunikasi yang baik akan memberikan gambaran atau pandangan mengenai pemaknaan seks yang benar sehingga siswa dapat mengerti batasan mana yang seharusnya baik atau tidak baik bagi mereka. Melalui komunikasi yang baik pula, guru BK dapat membimbing serta memberikan pemahamanpemahaman mengenai seksualitas dan perilaku seksual yang bertanggung jawab pada anak. Dengan komunikasi tersebut, orang tua dapat segera menyadari masalahmasalah yang terjadi pada diri anak remajanya, termasuk masalah seksualitas anak dan dapat membantu mencari solusi dari masalah yang sedang dihadapi. Dari segi pandang itulah tidak luput peneliti mencari penelitian terhadap pola 7 8 komunikasi guru BK terhadap siswadan bagaimana pencegahan perilaku seks bebas dikalangan siswa SMA inilah yang akan dikaji oleh peneliti. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Pola Komunikasi Guru BK Dalam Mencegah Perilaku Seks Bebas Siswa di SMA Negeri 1 Cinangka”. 1.3 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian permasalahan diatas, maka dapat diidentifikasikan permasalahan-permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana pola komunikasi guru BK terhadap siswa di SMA Negeri 1 Cinangka? 2. Seperti apa faktor pendukung guru BK dalam mencegah perilaku seks bebas siswa di SMA Negeri 1 Cinangka? 3. Bagaimana hambatan dan solusi dalam mencegah perilaku seks bebas siswa di SMA Negeri 1 Cinangka? 1.4 Tujuan Penelitian Adapun beberapa tujuan penelitian yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini, adalah untuk: 1. Mengetahui pola komunikasi antara guru BK terhadap siswa. 8 9 2. Mengetahui faktor pendukung dalam mencegah perilaku seks bebas siswa di SMA Negeri 1 Cinangka. 3. Mengetahui hambatan dan solusi dalam mencegah perilaku seks bebas siswa di SMA Negeri 1 Cinangka. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis Kegunaan penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap ilmu komunikasi khususnya mengenai pola komunikasi. Menerapkan ilmu yang diterima peneliti selama menjadi mahasiswa komunikasi FISIP Untirta serta menambah cakrawala pengetahuan dan wawasan peneliti tentang pola komunikasi guru BK dalam mencegah perilaku seks bebas siswa. 1.5.2 Manfaat Praktis Adapun hasil penelitian bagi kegunaan praktis, diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna: 1. Diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian dan sumber bacaan di lingkungan SMA Negeri 1 Cinangka. 2. Penelitian ini diharapkan menjadi masukan yang berarti bagi para guru serta para orang tua maupun siswa mengenai perilaku seks bebas. 9 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Komunikasi Menurut Onong Uchjana Effendy dalam buku “Ilmu Komunikasi dalam Teori dan Praktek”. “Istilah komunikasi dalam bahasa Inggris “Communications” berasal dari kata latin “Communicatio, dan bersumber dari kata “Communis” yang berarti “sama”, maksudnya adalah sama makna. 5 Kesamaan makna disini adalah mengenai sesuatu yang dikomunikasikan, karena komunikasi akan berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan atau dikomunikasikan, Suatu percakapan dikatakan komunikatif apabila kedua belah pihak yakni komunikator dan komunikan mengerti bahasa pesan yang disampaikan”. Menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah “Upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap”.6 Definisi Hovland di atas menunjukkan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga pembentukan pendapat umum (public opinion) dan sikap publik (public 5 Prof. Drs. Onong Uchajana Effendy, M.A, 2006, Komunikasi : Teori dan Praktek, Remaja Rosdakarya, Bandung, hlm.9 6 Prof. Drs. Onong Uchajana Effendy, M.A, 2006, Komunikasi : Teori dan Praktek, Remaja Rosdakarya, Bandung, hlm.10 1010 11 attitude) yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan peranan yang amat penting. Bahkan dalam definisinya secara khusus mengenai pengertian komunikasinya sendiri, Hovland mengatakan bahwa komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain (communication is the process to modify the behavior of other individuals). Akan tetapi, seseorang akan dapat mengubah sikap, pendapat, atau perilaku orang lain apabila komunikasinya itu memang komunikatif seperti di uraikan di atas. 2.1.2 Tujuan Komunikasi Menurut Onong Uchajana Effendy dalam buku yang berjudul “Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi”. Tujuan komunikasi adalah : a. Perubahan sikap (attitude change) Adalah kegiatan memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan tujuan akhirnya supaya masyarakat akan berubah sikapnya. b. Perubahan pendapat (Opinion change) Adalah informasi pada masyarakat dengan tujuan akhirnya supaya masyarakat dengan tujuan akhirnya supaya masyarakat mau berubah pendapat dan persepsinya terhadap tujuan informasi itu disampaikan. 11 12 c. Perubahan perilaku (behavior change) Adalah kegiatan memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan tujuan supaya masyarakat akan berubah perilakunya. d. Perubahan sosial (social change) Adalah perubahan sosial dan partisipasi sosial,memberikan berbagai informasipada masyarakat tujuan akhirnya supaya masyarakat mau mendukung dan ikut serta terhadap tujuan informasi itu di sampaikan. Sedangkan menurut Gordon I. Zimmerman yang dikutip oleh Dedy Mulyana dalam buku yang berjudul “Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar” merumuskan tujuan komunikasi menjadi dua kategori besar, yaitu : a. Berkomunikasi untuk menyelesaikan tugas-tugas yang penting bagi kebutuhan. b. Berkomunikasi untuk menciptakan dan memupuk hubungan dengan orang lain. 2.1.3 Fungsi Komunikasi Pada umumnya fungsi komunikasi dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Komunikasi Sosial “Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikator itu penting untuk membangun konsep diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar 12 13 dari tekanan dan tegangan, antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur, memupuk hubungan dengan orang lain”. 7 Fungsi ini adalah fungsi utama dalam sebuah komunikasi. Guru BK tentu ingin agar semua komunikasi yang disampaikan kepada siswasiswanya tepat mengenai mereka dan informasi yang dikomunikasikan oleh guru BK sesuai dengan kebutuhan mereka. 2. Komunikasi Ekspresif “Komunikasi ekspresif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain, namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrumen untuk menyampaikan perasaan-perasaannya (emosi)”.8 Komunikasi guru BK kepada siswa akan dapat diterima apabila menggunakan kekuatan emosional dalam setiap penyampaian komunikasi. Guru BK tidak hanya dituntut untuk menyampaikan informasi dalam komunikasinya kepada siswa, namun guru BK juga dituntut agar bisa membuat suasana komunikasi yang berlangsung menjadi lebih akrab serta kedekatan dalam komunikasi tersebut. 3. Komunikasi Ritual “Komunikasi ritual sering juga bersifat ekspresif, menyatakan perasaan terdalam seseorang. Kegiatan ritual memungkinkan para pesertanya berbagi komitmen emosional dan menjadi perekat bagi kepaduan mereka, juga sebagai pengabdian kepada kelompok. Bukankah substansi kegiatan ritual itu sendiri yang terpenting, melainkan perasaan 7 Deddy Mulayana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, 2003, Remaja Rosdakarya, Bandung, hlm.5 Deddy Mulayana.,Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, 2003, Remaja Rosdakarya, Bandung, hlm.21 8 13 14 senasib sepenanggungan yang menyertainya, perasaan bahwa adanya keterikatan oleh sesuatu yang lebih besar daripada diri sendiri, yang bersifat abadi, dan bahwa diakui dan diterima dalam kelompok”.9 Fungsi ini harus diterapkan oleh guru BK untuk menciptakan suatuperasaan yang saling menghargai dan dihargai oleh siswa, sehingga dapat tercipta suatu keterikatan tersebut. 4. Komunikasi Instrumental “Mempunyai beberapa tujuan umum: menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan, dan mengubah perilaku atau menggerakan tindakan, dan juga untuk menghibur. Sebagai instrumen, komunikasi tidak saja kita gunakan untuk menciptakan dan membangun hubungan, namun juga untuk menghancurkan hubungan tersebut. Studi komunikasi membuat peka terhadap berbagai strategi yang dapat digunakan dalam komunikasi untuk bekerja lebih baik dengan orang lain demi keuntungan bersama. Komunikasi berfungsi sebagai instrumen untuk mencapai tujuan-tujuan pribadi dan pekerjaan, baik tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang. 10 Fungsi komunikasi ini merupakan pelengkap dari semua fungsi komunikasi yang harus diterapkan oleh guru BK. Dimana guru BK harus dapat menyampaikan informasi yang menarik dan bermanfaat. Serta guru BK dalam berkomunikasi dengan siswa juga harus memiliki tujuan selain 9 Deddy Mulayana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, 2003, Remaja Rosdakarya, Bandung, hlm.25 10 Ibid, Deddy, hlm.30 14 15 agar pesan dapat diterima oleh siswa, tetapi juga dapat berpengaruh sehingga membuat siswa melakukan apa yang disampaikan oleh guru BK. 2.1.4 Hambatan Komunikasi Berikut ini adalah beberapa hal yang merupakan hambatan komunikasi yang harus menjadi perhatian bagi komunikator untuk dapat berkomunikasi dengan sukses, yaitu :11 1. Gangguan Ada dua jenis gangguan yang menjadi penghambat jalannya komunikasi yang dapat diklasifikasikan dengan gangguan semantik dan gangguan mekanik. a. Gangguan semantik adalah gangguan tentang bahasa terutama terutama yang berkaitan dengan perbedaan dan pemahaman bahasa yang digunakan oleh komunikator maupun komunikan, sehingga menimbulkan salah paham. Guru BK harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta mudah dipahami oleh siswa agar siswa dapat menerima isi pesan yang disampaikan oleh guru BK. b. Gangguan mekanik adalah gangguan yang disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik, terutama yang berkaitan dengan alat atau media yang digunakan. Hal ini bisa terjadi pada saat guru BK menyampaikan pesan informasi kepada 11 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, 2003, Bandung, Citra Aditya Bakti, hlm 45-50 15 16 siswa kurang begitu jelas, karena adanya gangguan suara bising dari luar. Sehingga hal ini mempengaruhi pemahaman siswa terhadap isi pesan yang disampaikan oleh guru BK. 2. Kepentingan Komunikator yang tidak memperhatikan kepentingan komunikan akan terjadi ketidakseimbangan antara keduanya, sehingga komunikan hanya akan melakukan komunikasi apabila ada kepentingan yang berkaitan dengannya. Biasanya kepentingan ini juga akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau menghayati suatu pesan. Kepentingan juga bukan hanya mempengaruhi perhatian akan tetapi juga daya tanggap, perasaan, pikiran dan tingkah laku yang merupakan sifat reaktif terhadap segala perangsang yang tidak bersesuaian atau bertentangan dengan suatu kepentingan. Agar hambatan komunikasi ini dapat diminimalisir oleh guru BK, maka peran guru BK harus dapat mengutamakan kepentingan siswanya, misalnya dalam mendengarkan curhatan serta apa yang dirasakan oleh siswa pada saat itu. 3. Motivasi Terpendam motivasi adalah dorongan seseorang untuk mencapai tujuan, keinginan maupun kebutuhannya, sehingga apabila komunikasi sesuai dengan motivasi seseorang terutama komunikan, maka komunikasi akan dapat berjalan sukses. Sebaliknya apabila komunikasi tidak sesuai dengan motivasi yang terpendam dalam diri komunikan, maka komunikasi 16 17 mengalami hambatan. Selain kepentingan, motivasi dari siswa dalam mendengarkan setiap komunikasi yang disampaikan oleh guru BK perlu diperhatikan. Misalnya dalam memenuhi kebutuhan akan informasi, pendidikan yang dibutuhkan oleh siswa agar dapat terpenuhi. 4. Prasangka Prasangka merupakan salah satu rintangan yang berat dalam berkomunikasi, karena inilah ada komunikan yang memiliki prasangka terhadap komunikator, maka kecurigaan komunikan kepada komunikator akan menjadi penghambat. Selain itu juga adanya sikap menentang dan berburuk sangka kepada komunikator bisa memperburuk keadaan, tetapi apabila komunikator mampu memberi kesan yang baik dan mampu meyakinkan komunikan, maka komunikasi akan dapat berjalan sukses. Prasangka yang timbul dari siswa itu karena kurangnya pemahaman mereka terhadap isi informasi yang disampaikan oleh guru BK sehingga siswa langsung mengambil kesimpulan bahwa guru BK tidak menguasai informasi yang disampaikannya. Berdasarkan awal peneliti, hal ini dapat terjadi biasanya dikalangan siswa yang masih pasif dalam mendengar informasi yang disampaikan, dan kurang aktif dalam merespon setiap informasi komunikasi yang disampaikan oleh guru BK. Jadi dari keseluruhan hambatan yang telah dikemukakan adalah faktor yang terjadi dalam diri komunikator dan komunikan. 17 18 2.1.5 Pola Komunikasi Pola komunikasi berasal dari dua kata yaitu pola dan komunikasi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pola bisa diartikan sebagai model atau bentuk (struktur) yang tetap, sedangkan komunikasi dapat diartikan sebagai pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Jika kedua kata tersebut dihubungan menjadi pola komunikasi, secara ringkas dapat diartikan sebagai bentuk atau struktur penyampaian pesan. 12 Dengan demikian, pola komunikasi disini dapat dipahami sebagai pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.13 Pola komunikasi ini merupakan interaksi yang tujuannya menciptakan hubungan yang harmonis guru BK dan siswa. Untuk itu, agar kerjasama tersebut dapat tercipta dengan baik maka pola komunikasi guru BK harus dibangun dengan baik pula. Ada empat pola komunikasi, yaitu komunikasi pola roda, pola rantai, pola lingkaran, dan pola bintang.14 Keempat pola tersebut dapat dilihat pada gambar berikut: 12 Departemen Pendidikan Nasional, KBBI Edisi Ketiga, 2005, Jakarta, Balai Pustaka, hlm.885 Syaiful Bahri Djamarah, M.Ag, 2004, Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak Dalam Keluarga, Jakarta, PT Rineka Cipta, hlm.1 14 Prof. Drs. H.A.W. Widjaja, 2000, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, PT Rineka Cipta, Jakarta, hlm.102 13 18 19 B E A C D Roda A B C D Rantai A E B D C Lingkaran 19 E 20 A E B D C Bintang Sumber: Drs. Mudjito, M.A. “Teknik Komunikasi” (makalah) Penjelasan: 1. Pola roda, seseorang berkomunikasi pada banyak orang, yaitu: B, C, D, dan E. 2. Pola rantai, seseorang (A) berkomunikasi pada seseorang yang lain (B), dan seterusnya ke (C), ke (D), dan ke (E). 3. Pola lingkaran, hampir sama pada pola rantai, namun orang terakhir (E) berkomunikasi pula kepada orang pertama (A). 4. Pola bintang, semua anggota berkomunikasi dengan semua anggota. Perlu digarisbawahi pola komunikasi kegiatan belajar mengajar tidak hanya melalui presentasi di depan kelas saja tetapi juga dapat melalui contact hours. Dalam saat-saat semacarn itu dapat dikembangkan komunikasi dua arah. Guru BK dapat menanyai dan mengungkap keadaan siswa dan sebaliknya siswa mengajukan berbagai persoalan-persoalan dan 20 21 hambatan yang sedang dihadapi. Terjadilah suatu proses interaksi dan komunikasi yang humanistik. Hal ini jelas akan sangat membantu keberhasilan studi para siswa. Berhasil dalarn arti tidak sekedar tahu atau mendapatkan nilai baik dalam ujian, tetapi akan menyentuh pada soal sikap mental dan tingkah laku atau hal-hal yang intrinsik. 2.2 Komunikasi Pendidikan Menurut Onong Uchjana Effendi dalam buku Ilmu Komunikasi (Teori dan Praktek) menyatakan : “Ditinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi dalam artikata bahwa dalam proses tersebut terlibat dua komponen yang terdiri atas manusia,yakni pengajar sebagai komunikator dan pelajar sebagai komunikan...”.15 Tujuan Pendidikan akan tercapai jika secara minimal prosesnya komunikatif. Bagaimana caranya agar proses penyampaian suatu materi mata ajar oleh Pengajar/Guru/Dosen (sebagai komunikator) kepada para Pelajar/ Murid/ Siswa/ Mahasiswa (sebagai komunikan) harus terjadi secara tatap muka (face to face) dan secara timbal balik dua arah (two way communication). Pengajar menyajikan materi pelajarannya sebaiknya bukan hanya dengan metoda ceramah saja sebaiknya juga dengan metoda diskusi. 15 Prof. Drs. Onong Uchajana Effendy, M.A. 2006, Komunikasi : Teori dan Praktek, Remaja Rosdakarya, Bandung, hlm.101 21 22 2.3 Guru Guru bermakna sebagai pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal. Tugas utama itu akan efektif jika guru memiliki derajat profesionalitas tertentu yang tercermin dari kompetensi, kemahiran, kecakakapan, atau keterampilan yang memenuhi standar mutu atau norma etik tertentu.16 2.4 Bimbingan Dan Konseling Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu (peserta didik) agar dengan potensi yang dimiliki mampu mengembangkan diri secara optimal dengan jalan memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi hambatan guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik. Hal senada juga dikemukakan oleh Prayitno dan Erman Amti, Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, atau orang dewasa; agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku. Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antarab dua orang dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan 16 Prof. Dr. Sudarwan Danim dan Dr. H. Khairil, 2011, Profesi Kependidikan, Alfabeta, Bandung, hlm.44 22 23 kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhankebutuhan yang akan datang.17 2.4.1 Tujuan Bimbingan dan Konseling Bimbingan dan konseling bertujuan membantu peserta didik mencapai tugas-tugas perkembangan secara optimal sebagai makhluk Tuhan, sosial, dan pribadi. Lebih lanjut tujuan bimbingan dan konseling adalah membantu individu dalam mencapai: a) Kebahagiaan hidup pribadi sebagai makhluk Tuhan, b) Kehidupan yang produktif dan efektif dalam masyarakat, c) Hidup bersama dengan individu-individu lain, d) Harmoni antara cita-cita mereka dengan kemampuan yang dimilikinya. Dengan demikian peserta didik dapat menikmati kebahagiaan hidupnya dan dapat memberi sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat umumnya 17 http://belajarpsikologi.com/pengertian-bimbingan-dan-konseling/(Diakses, 21:13) 23 24-02-2015 jam 24 2.4.2 Fungsi Bimbingan dan Konseling 1. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan yang membantu peserta didik (siswa) agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) danlingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). 2. Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi danberupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh peserta didik. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada siswa tentang caramenghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah layanan orientasi,informasi, dan bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada para siswa dalam rangka mencegah terjadinya tingkahlaku yang tidak diharapkan, diantaranya : bahayanya minuman keras, merokok, penyalahgunaan obat-obatan, drop out, dan pergaulan bebas (free sex). 3. Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untukmenciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan siswa. 4. Fungsi Perbaikan (Penyembuhan), yaitu fungsi bimbingan yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian 24 25 bantuan kepadasiswa yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling,dan remedial teaching. 5. Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu siswa memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, danmemantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. 6. Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan siswa. 7. Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu siswa (siswa) agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secaradinamis dan konstruktif.18 2.5 Remaja Istilah adolescene atau remaja berasal dari kata Latin adolescene (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”.19Dalam bahasa Indonesia sering pula dikaitkan pubertas atau remaja. Remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, berlangsung antara usia 12 sampai 21 tahun. Masa remaja terdiri dari masa remaja awal usia 12-15 tahun, masa remaja pertengahan usia 1518 Hikmawati, Fenti. 2010.Bimbingan Konseling. Ed. Revisi,-2. Jakarta:Rajawali Pers, 2011. Muhammad Al-Mighwar, M.Ag. 2006. Psikologi Remaja. Pustaka Setia. Bandung. hlm.55 19 25 26 18 tahun, dan masa remaja akhir usia 18-21 tahun. Masa remaja disebut juga sebagai periode perubahan, tingkat perubahan dalam sikap, dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan perubahan fisik. Ciri-ciri masa remaja, Gunarsa menyebutkan bahwa masa remaja sebagai masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Semua aspek perkembangan dalam masa remaja secara global berlangsung antara umur 12–21 tahun, dengan pembagian usia 12-15 tahun adalah masa remaja awal, 15-18 tahun adalah masa remaja pertengahan, 18- 21 tahun adalah masa remaja akhir.20 2.5.1 Tahap Perkembangan Remaja Menurut tahap perkembangan, masa remaja dibagi menjadi tiga tahap yaitu : a. Masa remaja awal (12-15 tahun), dengan ciri khas antara lain: 1. Lebih dekat dengan teman sebaya 2. Ingin bebas 3. Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir abstrak. b. Masa remaja tengah (15-18 tahun), dengan ciri khas antara lain : 1. Mencari identitas diri 2. Timbulnya keinginan untuk kencan 3. Mempunyai rasa cinta yang mendalam 4. Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak 20 Gunarsa, Ny. Singgih, 2001, Psikologi Perkembanga, Gunung Mulia: Jakarta. hlm.201 26 27 5. Berkhayal tentang aktifitas seks c. Masa remaja akhir (18-21 tahun), dengan ciri khas antara lain : 1. Pengungkapan identitas diri 2. Lebih selektif dalam mencari teman sebaya 3. Mempunyai citra jasmani dirinya 4. Dapat mewujudkan rasa cinta. 5. Mampu berpikir abstrak 2.5.2 Perkembangan Perilaku Seksual Remaja Mulainya keingintahuan perkembanganseksualremaja yang tinggi terhadap masalah yang menyebabkan seksualitas sehingga memunculkan dorongan seks aktif (sex drive) untuk merasakan kenikmatan seksual. Berbagai faktor eksternal maupun internal turut mempengaruhi perilaku seksual remaja. Akibatnya, remaja beresiko terhadap perilaku seksual tidak sehat dan beresiko tinggi berupa tindak seks bebas di usia dini, kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) aborsi, hingga infeksi menular seksual (IMS) di kalangan remaja. Pentingnya menjaga remaja untuk berperilaku seksual secara sehat adalah karena dalam perkembangannya, remaja belum begitu memahami tentang dampak perilaku seksual yang beresiko, apalagi rasa keingintahuan remaja mengenai seksual terhitung tinggi. Penyalahgunaan teknologi yang terjadi pada saat-saat ini, misalnya maraknya peredaran film / video porno, majalah porno dapat memberikan pengaruh negatif pada perkembangan 27 28 remaja apalagi bila tidak didukung dengan ketersediaan informasi yang benar mengenai perilaku seksual yang sehat dan aman baik melalui berbagai media yang ada maupun perhatian orang-orang terdekatnya. 2.6 Perilaku Seks Bebas Perilaku seks bebas pada remaja adalah cara remaja mengekspresikan dan melepaskan dorongan seksual, yang berasal dari kematangan organ seksual dan perubahan hormonal dalam berbagai bentuk tingkah laku seksual, seperti berkencan intim, bercumbu, sampai melakukan kontak seksual. Tetapi perilaku tersebut dinilai tidak sesuai dengan norma karena remaja belum memiliki pengalaman tentang seksual. 2.6.1 Bentuk-Bentuk Perilaku Seks Bebas Menurut Sarwono (2002) bentuk-bentuk dari perilaku seks bebas dapat berupa berkencan intim, berciuman, bercumbu, dan bersenggama. Sedangkan Desmita (2005) mengemukakan berbagai bentuk tingkah laku seksual, seperti berkencan intim, bercumbu, sampai melakukan kontak seksual. Menurut Sarwono (2002) juga mengemukakan beberapa bentuk dari perilaku seks bebas, yaitu: 21 1. Kissing : Saling bersentuhan antara dua bibir manusia atau pasangan yang didorong oleh hasrat seksual. 21 http://lpkeperawatan.blogspot.com/2014/02/perilaku-seks-bebas.html#.VW9ge1Lq6UI (Diakses, 24-02-2015 Jam 22:00) 28 29 2. Necking : Bercumbu tidak sampai pada menempelkan alat kelamin, biasanya dilakukan dengan berpelukan, memegang payudara, atau melakukan oral seks pada alat kelamin tetapi belum bersenggama. 3. Petting : Bercumbu sampai menempelkan alat kelamin, yaitu dengan menggesek-gesekkan alat kelamin dengan pasangan namun belum bersenggama. 4. Intercourse : Mengadakan hubungan kelamin atau bersetubuh diluar pernikahan 2.6.2 Faktor-Faktor Penyebab Seks Bebas Menurut Ghifari (2003) perilaku negatif remaja terutama hubungannya dengan penyimpangan seksualitas, pada dasarnya bukan murni tindakan diri mereka sendiri, melainkan ada faktor pendukung atau yang mempengaruhi dari luar. Faktor-faktor yang menjadi sumber penyimpangan tersebut adalah: a. Kualitas diri remaja itu sendiri seperti, perkembanggan emosional yang tidak sehat, mengalami hambatan dalam pergaulan sehat, kurang mendalami norma agama, ketidakmampuan menggunakan waktu luang. b. Kualitas keluarga yang tidak mendukung anak untuk berlaku baik, bahkan tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tua dan pergeseran norma keluarga dalam mengembangkan norma positif. Disamping itu keluarga tidak memberikan arahan seks yang baik. 29 30 c. Kualitas lingkungan yang kurang sehat, seperti lingkungan masyarakat yang mengalami kesenjangan komunikasi antar tetangga. d. Minimnya kualitas informasi yang masuk pada remaja sebagai akibat globalisasi, akibatnya anak remaja sangat kesulitan atau jarang mendapatkan informasi sehat dalam seksualitas. 2.6.3 Akibat Yang Ditimbulkan Seks Bebas Bahaya free sex mencakup bahaya bagi perkembangan mental (psikis), fisik dan masa depan remaja itu sendiri. Secara terperinci berikut ini lima bahaya utama free seks: a. Menciptakan kenangan buruk. Masih dikatakan “untung” jika hubungan pranikah itu tidak ada yang mengekspos. Si gadis atau si jejaka terlepas dari aib dan cemoohan masyarakat. Tapi jika ternyata diketahui masyarakat, tentu yang malu bukan saja dirinya sendiri melainkan keluarganya sendiri dan peristiwa ini tidak akan pernah terlupakan oleh masyarakat sekitar. Hal ini tentu saja menjadi beban mental yang berat. b. Kehamilan yang tidak diharapkan (unwanted pregnancy). Unwanted pregnancy membawa remaja pada dua pilihan, melanjutkan kehamilan atau menggugurkannya. Hamil dan melahirkan dalam usia remaja merupakan salah satu faktor risiko kehamilan yang tidak jarang membawa kematian ibu. Kehamilan yang terjadi akibat seks pranikah bukan saja mendatangkan malapetaka bagi bayi yang dikandungnya juga menjadi 30 31 beban mental yang sangat berat bagi ibunya mengigat kandungan tidak bisa di sembunyikan, dan dalam keadaan kalut seperti ini biasanya terjadi depresi, terlebih lagi jika sang pacar kemudian pergi dan tak kembali. c. Pengguguran kandungan dan pembunuhan bayi. Banyak kasus bayi mungil yang baru lahir dibunuh ibunya. Sebagian dari bayi itu dibungkus plastik hidup-hidup, dibuang di kali, dilempar di tong sampah, dan lain-lain, ini suatu akibat dari perilaku binatang yang pernah dilakukannya. Selain melanjutkan kehamilan tidak sedikit pula mereka yang mengalami unwanted pregnancy melakukan aborsi. Lebih kurang 60 % dari 1.000.000 kebutuhan aborsi dilakukan oleh wanita yang tidak menikah termasuk para remaja. Sekira 70-80 % dari angka itu termasuk dalam kategori aborsi yang tidak aman (unsafe abortion) yang juga merupakan salah satu factor yang menyebabkan kematian ibu. d. Penyakit Menular Seksual (PMS) – HIV/AIDS Dampak lain dari perilaku seks bebas remaja terhadap kesehatan reproduksi adalah tertular PMS termasuk HIV/AIDS. Para remaja seringkali melakukan hubungan seks yang tidak aman dengan kebiasaan dengan berganti-ganti pasangan dan melakukan anal seks menyebabkan remaja semakin rentan untuk tertular PMS/HIV seperti sifilis, gonore, herpes, klamidia, dan AIDS. Dari data yang ada 31 32 menunjukkan bahwa diantara penderita atau kasus HIV/AIDS 53% berusia antara 15-29 tahun. e. Keterlanjuran dan timbul rasa kurang hormat. Perilaku seks bebas (free sex) menimbulkan suatu keterlibatan emosi dalam diri seorang pria dan wanita. Semakin sering hal itu dilakukan, semakin mendalam rasa ingin mengulangi sekalipun sebelumnya ada rasa sesal. Terlebih lagi bagi wanita, setiap ajakan sang pacar sangat sulit untuk ditolak karena takut ditinggalkan atau diputuskan. Sementara itu bagi laki-laki, melihat pasangannya begitu mudah diajak, akan terus berkurang rasa hormat dan rasa cintanya. f. Psikologis Dampak lain dari perilaku seksual remaja yang sangat berhubungan dengan kesehatan reproduksi adalah konsekuensi psikologis. Kodrat untuk hamil dan melahirkan menempatkan remaja perempuan dalam posisi terpojok yang sangat dilematis. Dalam pandangan masyarakat, remaja putri yang hamil merupakan aib keluarga yang melanggar norma-norma sosial dan agama. Penghakiman social ini tidak jarang meresap dan terus tersosialisasi dalam diri remaja putri tersebut. Perasaan bingung, cemas, malu, dan bersalah yang dialami relaja setelah mengetahui kehamilannya bercampur dengan perasaan depresi, pesimis terhadap masa depan yang kadang disertai dengan rasa benci dan marah baik kepada diri sendiri maupun kepada pasangan, dan kepada nasib yang membuat 32 33 kondisi sehat secara fisik, sosial, dan mental yang berhubungan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi remaja tidak terpenuhi. 2.6.4 Penanggulangan Dampak Seks Bebas Ada beberapa upaya prefentif yang bisa dilakukan untuk penanggulangan dampak seks bebas, antara lain: a. Pendidikan agama dan akhlak. Pendidikan agama wajib ditanamkan sedini mungkin pada anak. Dengan adanya dasar agama yang kuat dan telah tertanam pada diri anak, maka setidaknya dapat menjadi penyaring (filter) dalam kehidupannya. Anak dapat membedakan antara perbuatan yang harus dijalankan dan perbuatan yang harus dihindari. b. Pendidikan seks dan reproduksi. Pada umumnya orang menganggap bahwa pendidikan seks hanya berisi tentang pemberian informasi alat kelamin dan berbagai macam posisi dalam berhubungan kelamin. Hal ini tentunya akan membuat para orangtua merasa khawatir. Untuk itu perlu diluruskan kembali pengertian tentang pendidikan seks. pendidikan seks berusaha menempatkan seks pada perspektif yang tepat dan mengubah anggapan negatif tentang seks. Dengan pendidikan seks kita dapat memberitahu remaja bahwa seks adalah sesuatu yang alamiah dan wajar terjadi pada semua orang, selain itu remaja juga dapat diberitahu mengenai berbagai perilaku seksual berisiko sehingga mereka dapat menghindarinya. 33 34 Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada di sekitarnya.Dengan informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai proses reproduksi. c. Bimbingan orang tua. Peranan orang tua merupakan salah satu hal terpenting dalam menyelesaikan permasalahan ini. Seluruh orang tua harus memperhatikan perkembangan anak dan memberikan informasi yang benar tentang masalah seks dan kesehatan reproduksi kepada anak. Orang tua berkewajiban memberikan pendidikan kesehatan reproduksi kepada anak sedini mungkin saat anak sudah mulai beranjak dewasa. Hal ini merupakan salah satu tindakan preventif agar anak tidak terlibat pergaulan bebas dan dampak-dampak negatifnya. Selain itu orang tua juga harus selalu mengawasi pergaulan anaknya. Dengan siapa mereka bergaul dan apa saja yang mereka lakukan di luar rumah. Setidaknya harus ada komunikasi antara anak dengan orang tua setiap saat. Apabila anak menemukan masalah, maka orang tua berkewajiban untuk membantu mencarikan solusinya. d. Meningkatkan aktivitas remaja ke dalam program yang produktif. Melatih dan mendidik para remaja yang telah dipilih untuk menjadi anggota suatu organisasi, misalnya Karang Taruna, Karya Ilmiah Remaja, Pusat Informasi dan Konseling Pendidikan Reproduksi 34 35 Remaja (karena remaja biasanya dapat lebih mudah melakukan komunikasi dan membicarakan masalah tersebut antara sesamanya), dan kegiatan-kegiatan lain yang bermanfaat. 2.7 Teori Atribusi Penelitian ini untuk memahami kecakapan komunikasi antara guru BK dengan siswa pada saat berlangsung penyampaian informasi dari guru BK kepada siswa perihal pencegahan seks bebas di lingkungan SMA Negeri 1 Cinangka. Salah satu hal yang harus diperhatikan oleh guru BK dalam menyampaikan informasi mengenai pencegahan perilaku seks bebas adalah dengan cara memahami latar belakang dan sikap siswa yang akan mendengarkan informasi mengenai perilaku seks bebas yang disampaikan oleh guru BK, ketika guru BK memberikan informasi komunikasi mengenai pencegahan seks bebas. Guru BK harus mampu memberi sikap dan solusi yang tepat untuk siswa. Berdasarkan hal tersebut, maka teori yang dianggap sesuai dengan penelitian ini adalah teori atribusi. Teori atribusi pertama kali diperkenalkan oleh Heider pada tahun 1958. Teori atribusi berkenaan dengan cara-cara orang menyimpulkan penyebabpenyebab perilaku. “Psikologi naif” sebagaimana teori atribusi ini kadang-kadang disebut memfokuskan pada apa yang dipandang sebagai penyebab dari orang biasa pada kehidupan sehari-hari. Ia menjelaskan melalui mana orang memahami perilakunya sendiri dan orang lain.22 22 Naniek Afrillia F., M.Si, 2011, Komunikasi Persuasi, Sayuti.com, Serang Banten, hlm.49 35 36 Heider seperti yang dikutip Rakhmat (1998) mengungkapkan ada dua jenis atribusi, yaitu atribusi kausalitas dan atribusi kejujuran. Atribusi kausalitas mengacu kepada sikap seseorang ketika mempertanyakan perilaku seseorang apakah dipengaruhi oleh faktor situasional atau faktor-faktor personal. Sedangkan ketika seseorang melakukan atribusi kejujuran maka ada dua hal yang harus diamati yaitu sejauh mana pernyataan orang itu menyimpang dari pendapat umum, dan sejauh mana orang itu memperoleh keuntungan dari anda akibat pernyataan anda. Semakin besar jarak antara pendapat pribadi dengan pendapat umum maka kita akan semakin percaya bahwa orang tersebut berkata jujur.23 Teori atribusi juga dapat digunakan untuk menganalisis keberhasilan dan kegagalan seseorang. Menurut Weiner untuk menganalisis keberhasilan atau kegagalan seseorang berdasarkan pada dua dimensi, yaitu dimensi locus of control (disebabkan faktor internal dan eksternal) dan dimensi stabilitas (disebabkan faktor stabil dan tidak stabil).24 Dengan memperhatikan faktor internal dan eksternal siswa serta situasi yang ada, akan memudahkan guru BK dalam menyampaikan informasi komunikasi mengenai pencegahan perilaku seks bebas, dan juga guru BK dapat mengambil keputusan dengan bijak mengenai solusi ataupun sikap yang akan diambil yang tidak membuat siswa merasa down atau diacuhkan. 23 Jalaluddin Rakhmat, 2008, Psikologi Komunikasi Edisi Revisi, Bandung, Remaja Rosdakarya, hlm.93 24 Sugiyo, Komunikasi Antar Pribadi, 2005, Semarang, UPT Percetakan dan Penerbitan UNNES PRESS 36 37 2.8 Kerangka Berpikir Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia 13-18 tahun. Pada usia tersebut, seseorang sudah melampaui masa kanakkanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Ia berada pada masa transis. Pergaulan remaja yang diiringi dengan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi, mempermudah remaja dalam memperoleh berbagai tayangan yang bersifat negatif. Lingkungan tempat remaja bergaul pun menjadi berubah adakalanya lingkungan tersebut tidak menjamin remaja memperoleh informasi dan teman yang tepat yang tidak menggiring remaja dalam berperilaku tidak sehat. Kurangnya komunikasi yang intens didalam keluarga ditambah dengan pengaruh lingkungan pergaulan remaja yang mendominasi remaja tersebut, membuat sebagian besar remaja berperilaku tidak sehat. Dari data-data yang telah dijelaskan sebelumnya di setiap tahunnya angka remaja yang melakukan hubungan seks bebas semakin bertambah. Hal ini erat kaitannya dengan kurangnya pemenuhan informasi dan pendidikan kerohanian yang mencukupi bagi remaja tersebut dalam membentengi diri mereka dari pergaulan negatif. Sehubungan hal tersebut guru BK hadir sebagai salah satu wadah yang nantinya akan menfasilitasi remaja dalam memperoleh informasi serta mengarahkan siswa agar bergaul yang positif. Komunikasi guru BK dengan remaja (siswa) akan memberikan informasi mengenai pencegahan perilaku seks bebas yang semakin mengkhawatirkan, serta mencari solusi dari permasalahan dari perilaku seks bebas yang semakin bertambah jumlahnya. 37 38 Dalam hal ini konteks berhubungan dengan pola komunikasi guru BK dan siswa dalam mencegah perilaku seks bebas. Dengan menggunakan teori ini akan dilihat bagaimana pola berkomunikasi guru BK yang baik kepada siswa akan menghindarkan siswa dari perilaku seks bebas. Pola Komunikasi Guru BK Teori Atribusi Pencegahan Perilaku Seks Bebas di SMA Negeri 1 Cinangka Gambar 2.1 Kerangka Berpikir 38 Siswa 39 2.9 Penelitian Terdahulu Tabel 1.1 Tabel Penelitian Terdahulu No Nama Nanda Fitriyan Tresna Pratama 1. Judul Amaliawati Dea Fidela Amadea Rifki Putra (Universitas (Universitas Ageng Mulawarman 2013) 2013) Sultan (Universitas Tirtayasa Ageng Dan Dalam Anak Hubungan Pola Komunikasi Guru BK Dalam Petugas Interpersonal Seks Didik Pemasyarakatan Dalam Tirtayasa 2015) Pada Komunikasi Mencegah Lapas Dengan Anak Konselor Perilaku Tirtayasa Ageng Interaksi Kecakapan Interpersonal Orang Komunikasi Tua Sultan (Universitas Sultan 2012) Peranan Komunikasi Pola Kurniawan Mencegah Perilaku Sebaya Seks Bebas Siswa Program Di SMA Negeri 1 Pranikah Di SMA (ANDIKPAS) Informasi dan Cinangka Negeri 3 Samarinda Konseling Kesehatan Kelas XII Reproduksi Remaja (PIK-KRR) 2. Masalah Bagaimana peranan Bagaimana komunikasi pola Bagaimana hubungan interpersonal antara Petugas pola Bagaimana pola simetris penyelesaian masalah komunikasi guru Lapas orang tua dan anak Anak dalam dan pada konseling PIK BK Didik ADEM. mencegah Pemasyarakatan perilaku seks (ANDIKPAS) pranikah. dalam mencegah perilaku seks bebas siswa. di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Anak pria Tangerang. 3. Teori/Ko Teori Cordinated Teori Pola Interaksi Teori nsep/ Management of Dalam Hubungan, Komunikasi, 39 Atribusi, Teori Atribusi, Komunikasi, 40 Definisi Meaning, KAP, Komunikasi, Komunikasi Pemasyarakatan. Keluarga. Komunikasi Bimbingan Interpersonal, Konseling, Remaja Konseling, dan Perkembangannya. 4 Metode Kualitatif, Teknik Kualitatif Purposive Sampling, Teknik Library Deskriptif, Kualitatif, Judgement Kasus, Research, Sampling, Field Work Research Wawancara, Studi Kualitatif, Indepth Wawancara, Interview, Observasi, Observasi, Dokumentasi, Interview, Observasi, Dokumentasi Dokumentasi 5 Hipotesis/ Bahwa peranan Hubungan Hasil komunikasi Penelitian interpersonal yang simetris Pola terjadi dan dalam yang digunakan yang petugas Lapas dengan Konseling anak dimulai Negeri 1 Cinangka dengan konsultasi menggunakan pola di Pemasyarakatan di yang dilakukan oleh roda dengan bentuk mencegah Lembaga perilaku PIK oleh guru BK SMA Didik ADEM SMAN 3 Samarinda (ANDIKPAS) dapat komunikasi pada masalah dilakukan oleh orang Anak tua penyelesaian Pola konseli seks Pemasyarakatan Kelas konselor. kepada komunikasi preventif dan pranikah di kalangan IIA Anak Tangerang persuasif dalam pelajar setiap SMAN Samarinda. 3 berlangsung dengan baik. classical. 40 bimbingan 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian Metodologi adalah proses, prinsip, dan prosedur yang kita gunakan untuk mendekat problem dan mencari jawaba. Dengan kata lain, metodologi adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian. Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif, karena penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan wawancara mendalam (In-depth Interview), dimana penelitiannya bersifat subjektif bersifat institusi dan masyarakat. Institusi dan masyarakat sebagai instrumen dalam penelitian ini sangat bersinggungan langsung dengan peneliti. Data-data yang didapatkan berupa makna bukan angka-angka karena desain yang digunakan adalah desain kualitatif. Dengan kata lain penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai sesuatu yang sedang berlangsung dengan cara membandingkan antara landasaan teori dengan keadaan aktual di lapangan. Menurut Sugiono, bila dilihat dari level explanation¸ peneliti kualitatif bisa menghasilkan informasi yang deskriptif yaitu memberikan gambaran yang menyeluruh dan jelas terhadap situasi sosial yang diteliti. 4141 42 Penelitian ini hanya memaparkan situasi atau peristiwa yang diteliti. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Metode kualitatif dianggap sesuai dengan penelitian ini, karena peneliti ingin menggambarkan dan mendapatkan bagaimana komunikasi interpersonal yang terjalin antara guru dan siswa bisa menjadi jembatan dalam mencegah perilaku seks bebas dan bagaimana hambatan serta solusi dalam mencegah perilaku seks bebas khususnya dikalangan siswa SMA Negeri 1 Cinangka. Dengan digunakan pendekatan kualitatif, maka data yang didapat akan lebih lengkap serta lebih mendalam sehingga tujuan penelitian ini dapat tercapai, dan dapat ditemukan data yang bersifat proses kerja, perkembangan suatu kegiatan, deskripsi yang luas dan mendalam, perasaan, norma, keyakinan, sikap mental, etos kerja dan budaya yang dianut seorang maupun sekelompok orang dalam lingkungan kerjanya. Lexy J. Moleong mendefinisikan penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll, secara holisitik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa.25 3.2 Paradigma Penelitian Paradigma merupakan pola atau model tentang bagaimana sesuatu distruktur (bagian dan hubungannya) atau bagaimana bagian-bagian berfungsi 25 Lexy. J. Moleong. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung, PT. Remaja Rosdakarya. hlm.6 42 43 (perilaku yang didalamnya ada konteks khusus atau dimensi waktu). Baker (1992) dalam ‘paradigms: The Business of Discovering the future’. Mendefinisikan paradigma sebagai ‘seperangkat aturan (tertulis atau tidak tertulis) yang melakukan dua hal: (1) hal itu membangun dan mendefinisikan batas-batas; dan (2) hal itu menceritakan kepada anda bagaimana seharusnya melakukan sesuatu di dalam batas-batas itu agar bisa berhasil. Penelitian pada hakekatnya merupakan suatu upaya untuk menemukan kebenaran atau untuklebih membenarkan kebenaran. Usaha untuk mengejar kebenaran dilakukan oleh para filosof, peneliti, maupun oleh para praktisi melalui model – model tertentu. Model tersebut biasanya dikenal dengan paradigma. Paradigma menurut Bogdan dan Biklen, adalah kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berfikir dan penelitian. Dalam penelitian kualitatif “teori” lebih ditempatkan pada garis yang digunakan dibidang sosiologi dan antropologi dan mirip dengan istilah paradigma. Paradigma adalah kumpulan tentang asumsi, konsep, atau proposisi yang secara logis dipakai peneliti. Peneliti yang bagus menyadari tentang dasar teori mereka dan menggunakannya untuk membantu mengumpulkan dan menganalisis data. Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma interpretif. Paradigma ini menitik beratkan pada interpretasi dan pemahaman ilmu sosial. Pendekatan ini memfokuskan pada sifat subjektif dari terhadap kejadian sosial dan berusaha memahaminya dari kerangka berpikir objektif yang sedang 43 44 dipelajarinya. Adapun pada tradisi kualitatif-interpretatif, manusia lebih dipandang sebagai makhkuk rohaniah alamiah (natural). Dalam pandangan ini, manusia sebagai makhluk sosial sehari-hari bukan “berperilaku” berkonotasi mekanistik alias bersifat otomatis seperti hewan, melainkan “bertindak” mempunyai konotasi tidak otomatis/mekanistik, melainkan humanistik alamiah : melibatkan niat, kesadaran, motif-motif, atau alasan-alasan tertentu, yang disebut Weber sebagai social action (tindakan sosial) dan bukan sosial behavior (perilaku sosial) karena ia bersifat intensional; melibatkan makna dan interpretasi yang tersimpan di dalam diri pelakunya. Dunia makna itulah yang perlu dibuka, dilacak, dan dipahami untuk bisa memahami fenomena sosial apa pun, kapan pun, dan dimana pun. Pendekatan kualitatif-interpretif diarahkan pada latar gejala secara holistik (utuh menyeluruh) dan alamiah sehingga metodologi kualitatif tidak mengisolasikan gejala ke dalam variabel. Namun, mengkaji objeknya sesuai latar almiahnya. Karenanya, lazim disebut juga penelitian alamiah/naturalistik. Tujuan paradigma interpretif adalah untuk menganalisis realita sosial semacam ini dan bagaimana realita sosial itu terbentuk. Penelitian interpretif tidak menempatkan objektivitas sebagai hal terpenting, tetapi mengakui bahwa untuk memperoleh pemahaman mendalam, maka subjektivitas para pelaku harus digali sedalam mungkin. Peneliti menggunakan paradigma intrepretif karena peneliti ingin mendapatkan pengembangan pemahaman yang membantu proses interpretasi suatu peristiwa melalui adanya unsur emosi, perasaan dan perilaku tersembunyi 44 45 yang dapat dimengerti, dipahami dan dirasakan oleh peneliti ketika peneliti berbaur dalam suasana yang sebenarnya atau melakukan wawancara langsung. 3.3 Teknik Pengumpulan Data Penulis dalam penelitian ini menggunakan teknik penggumpulan data berupa metode wawancara, observasi, dan studi kepustakaan. Beberapa diantaranya mengenai teknik pengumpulan data, yaitu: 1. Metode wawancara (Interview) Adalah suatu teknik untuk memperoleh data dengan mengadakan wawancara langsung dengan pihak-pihak yang berkompeten untuk memberikan informasi atau data yang dibutuhkan. Menurut Koentjaraningrat, percakapan dengan maksud tertentu, yang dilakukan oleh kedua belah pihak, yaitu pewawancara (interviewer) sebagai orang yang mengajukan pertanyaan data yang diwawancarai (interviewee) sebagai orang yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Untuk mendapatkan data yang diinginkan, dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara mendalam (Indepth Interview) terhadap orang-orang yang berkompeten. Wawancara mendalam adalah suatu proses untuk memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan 45 46 sosial yang relatif lama.26 Dengan demikian, kekhasan wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan. Metode wawancara mendalam (in-depth interview) adalah sama seperti metode wawancara lainnya, hanya peran pewawancara, tujuan wawancara, peran informan, dan cara melakukan wawancara yang berbeda dengan wawancara pada umumnya. Wawancara mendalam dilakukan berkali-kali dan membutuhkan waktu yang lama bersama informan di lokasi penelitian, hal mana kondisi ini tidak terjadi pada wawancara pada umumnya. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara dengan beberapa informan yang telah dipilih sesuai dengan pedoman kriteria informan yang telah dibuat oleh peneliti dengan mengajukan pertanyaan seputar bagaimana pola komunikasi guru BK, apa saja faktor pendukung dalam komunikasi tersebut serta bagaimana hambatan yang dialami oleh guru BK dalam melakukan pola komunikasi tersebut. Peneliti memilih untuk mewawancarai secara face to face untuk mengetahui proses tanya jawab dilakukan, sehingga menambah kepuasan dan keakuratan data yang didapat dari hasil wawancara ini. 2. Metode observasi (Observation) Observasi merupakan salah satu kegiatan yang kita lakukan untuk memahami lingkungan, selain membaca koran, mendengarkan radio dan televisi atau berbicara dengan orang lain. Observasi dapat diartikan 26 Rachmat Kriyantono, 2008, Teknik Praktis Komunikasi, Kencana, Jakarta, hlm.100 46 47 sebagai kegiatan mengamati secara langsung tanpa mediator sesuatu objek untuk melihat dengan dekat kegiatan yang dilakukan objek tersebut. Observasi merupakan metode pengumpulan data yang digunakan pada riset kualitatif. Keunggulan metode ini adalah data yang dikumpulkan dalam dua bentuk interaksi dan percakapan (conversation). Artinya selain perilaku nonverbal juga mencakup perilaku verbal dari orang-orang yang diamati.27 Dalam penelitian kualitatif, ada dua jenis observasi yaitu observasi participant dan non participant. Observasi participant yaitu peneliti terlibat langsung dalam kehidupan sehari-hari informan yang diteliti. Sedangkan observasi non participant, peneliti tidak terlibat langsung dan hanya sebagai pengamat independen. Penelitian ini, peneliti menggunakan observasi non participant yaitu peneliti hanya memerankan diri sebagai pengamat. Peneliti mengamati, memeriksa dan mencatat semua kegiatan atau hal yang berhubungan dengan pelayanan public. Observasi itu sendiri sebagai suatu alat pengumpulan data, data yang relevan, dan mampu membedakan “kategori” dari setiap objek pengamatannya. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu pedoman atau panduan observasi yang digunakan untuk mendapatkan data hasil pengamatan. Observasi difokuskan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan fenomena penelitian. Fenomena ini mencakup interaksi (perilaku) dan 27 Kriyantono,2012:110-111 47 48 percakapan yang terjadi diantara subjek yang diteliti sehingga metode ini memiliki keunggulan, yakni mempunyai dua bentuk data: interaksi dan percakapan. Dengan hasil observasi yang akan dilampirkan di dalam penelitian ini, yaitu melakukan observasi langsung ke SMA Negeri 1 Cinangka. 3. Dokumentasi “Dokumentasi adalah instrumen pengumpulan data yang sering digunakan dalam berbagai metode pengumpulan data. Tujuannya untuk mendapatkan informasi yang mendukung analisis dan interpretasi data”. Dokumentasi adalah kegiatan menghimpun, mengolah, menyeleksi, dan menganalisis kemudian mengevaluasi seluruh data, informasi dan dokumen tentang suatu kegiatan, peristiwa, atau pekerjaan tertentu yang dipublikasikan baik melalui media elektronik maupun cetak dan kemudian secara teratur dan sistematis. Dokumentasi adalah teknik terakhir dalam pengumpulan data sekunder yang bersifat tercetak (printed) yang bertujuan untuk melengkapi data-data tambahan penelitian, seperti foto-foto kegiatan yang berkaitan dengan mewawancarai narasumber, surat keterangan penelitian, surat ketersediaan sebagai informan, serta tulisan-tulisan dan sebagainya. 48 49 3.4 Informan Penelitian Menurut Sugiyono dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spadley dinamakan “Sosial Situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu tempat (place), pelaku (actors), dan aktifitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial tersebut dapat dinyatakan sebagai obyek penelitian yang ingin diketahui apa yang terjadi didalamnya.28 Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai narasumber, atau partisipan, informan, teman, dan guru dalam penelitian. Maka, untuk selanjutnya sampel yang dimaksud dalam penelitian ini disebut informan, karena dianggap memiliki sumber data yang dibutuhkan dalam penelitian Menurut Kriyantoro (2006:119) mengatakan bahwa “informan yaitu berkaitan dengan sekelompok orang, kejadian atau semua yang mempunyai karakteristik tertentu. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik Purposive Sampling. Purposive Sampling yaitu memilih orang-orang tertentu yang dianggap mewakili statistik.”29 Diantara sekian banyak informan tersebut, ada yang disebut narasumber kunci (Key informan) seorang ataupun beberapa orang, yaitu orang atau orang yang paling banyak menguasai informasi (paling banyak tahu) mengenai objek yang sedang diteliti tersebut. 28 Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung, Alfa Beta. hlm.21 Kriyantono. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta, Indonesia, Kencana Prenada Media Group. Media Group. Hlm119 29 49 50 Adapun sumber informasi yang digunakan peneliti dalam penelitian dari key informan, yaitu guru BK itu sendiri, yaitu Ibu Dra. Wonisah. Beliau sudah 8 tahun menjadi guru dan BK di SMA Negeri 1 Cinangka. Key informan tersebut merupakan pihak-pihak yang terlibat langsung dan memiliki pengalaman dalam melakukan komunikasi dengan para siswa. Sedangkan untuk menunjang informasi tambahan yang dibutuhkan peneliti dalam penelitian ini, informan tambahan ini terdiri dari Drs. H. Subki beliau merupakan guru Sosiologi sekaligus Wakasek (Wakil Kepala Sekolah) Bidang Kesiswaan. Beliau sudah berada di SMA Negeri 1 Cinangka selama 8 tahun. Lalu, Dra. Rohanah, beliau ada guru Agama SMA Negeri 1 Cinangka. Beliau mengajar kelas X dan XII, beliau sudah berada di SMA Negeri 1 Cinangka selama 9 tahun. Sedangkan dari pihak siswa, peneliti meminta informan tambahan kepada Panji Wali Raksasiswa kelas XI IPA 3 sekaligus yang menjabat Ketua Osis SMA Negeri 1 Cinangka periode 2014-2015 dan pernah terlibat dalam komunikasi yang diadakan oleh Guru BK dan Wakasek Kesiswaan terkait dengan tema Pencegahan Perilaku Seks Bebas, serta Dwi Riska Mulia siswi kelas XI IPA 2 pernah terlibat komunikasi dengan guru BK terkait tema yang diteliti oleh peneliti dan pernah mengikuti kegiatan yang diadakan oleh Wakasek Kesiswaan. Sedangkan, untuk pihak luar yang menjadi informan tambahan untuk peneliti, peneliti meminta bantuan Bidan Yamtini, beliau merupakan Bidan Kandungan dan memahami informasi mengenai reproduksi seksual serta Pak Ahmad Yani, beliau adalah Perawat di Puskemas Cinangka, yang memiliki program sosialiasi kepada anak sekolah, khususnya diwilayah Cinangka. 50 51 Berdasarkan karakteristik diatas, maka peneliti mengambil responden sebanyak 1 Key Informan dan 5 Informan Tambahan. Diantaranya : a. Dra. Wonisah selaku Key Informan b. Drs. H. Subki (Guru Sosiologi – Wakasek Kesiswaan) c. Dra. Rohanah (Guru Agama) d. Panji Wali Raksa (Siswa XI IPA 3 – Ketua Osis) e. Dwi Riska Maulia (Siswi XI IPA 2) f. Bidan Yamtini (Bidan Kandungan) g. Pak Ahmad Yani (Perawat Puskesmas) 3.5 Analisis Data Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain.30 Data yang telah diperolah dan terkumpul secara komprehensif selanjutnya dianalisis. Dalam penelitian ini peneliti menganalisis dengan menerapkan aplikasi terkonsep, yaitu melakukan penafsiran dengan menggunakan tataran ilmiah atau logika. Adapun penjabaran analisis data, yaitu: 31 30 Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung, Alfabeta. hlm.89 Matthew B. Milles dan A Michael Huberman, 1992, Analisis Data Kualitatif: Penerjemah Tjejep Rohendi Rosidi, Universitas Indonesia Press, Jakarta, hlm.25 31 51 52 a. Data reduction (reduksi data) Data yang diperoleh dilapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dan dicari tema dan polanya. b. Data display (penyajian data) Penyajian data merupakan upaya penyusunan, pengumpulan informasi ke dalam suatu matrik atau konfigurasi yang mudah dipahami. Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan lainnya. Dalam penelitian kualitatif, yang paling sering digunakan dalam menyajikan data adalah dengan teks yang bersifat naratif. Penyajian data dilakukan dengan menyederhanakan informasi yang kompleks ke dalam suatu bentuk yang lebih mudah untuk dipahami. c. Conclusion drawing/verivication Langkah terakhir dalam proses analisis data adalah penarikan kesimpulan verifikasi terhadap data-data yang ada. Data inilah yang kemudian disusun ke dalam satuan-satuan, kemudian dikategorikan sesuai dengan masalah-masalahnya. Data tersebut dihubungkan dan 52 53 dibandingkan antara satu sama lain sehingga mudah ditarik kesimpulan sebagai jawaban dari sikap permasalahan yang ada. 32 Dikarenakan penelitian ini bersifat deskriptif, maka peneliti akan menjabarkan hasil penelitian dalam bentuk kata-kata dan gambaran, bukan angkaangka. Dalam metode penelitian kualitatif, temuan atau data yang dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. 3.6 Uji Validitas Data Dalam metode penelitian kualitatif, hasil temuan atau data yang telah diperoleh peneliti dapat dinyatakan valid apabila hasil temuan atau data yang diperoleh dan dikemukakan peneliti sesuai dengan temuan atau data yang sebenarnya terjadi pada objek yang diteliti. Demikian halnya dengan penelitian mengenai pola komunikasi guru BK dalam mencegah perilaku seks bebas siswa di SMA Negeri 1 Cinangka. Penelitian ini dianggap valid apabila hasil temuan yang diperoleh sesuai atau sama dengan yang sebenarnya terjadi pada objek penelitian. Untuk itu diperlukan uji validitas data. Untuk menguji validitas data dalam penelitian mengenai pola komunikasi guru BK dalam mencegah perilaku seks bebas siswa di SMA Negeri 1 Cinangka, peneliti menggunakan cara uji kredibilitas atau kepercayaan terhadap data yang dilakukan dengan menggunakan Teknik Triangulasi Data, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data 32 Matthew B. Milles dan A Michael Huberman, 1992, Analisis Data Kualitatif: Penerjemah Tjejep Rohendi Rosidi, Universitas Indonesia Press, Jakarta, hlm.25 53 54 untuk keperluan pengecekkan atau sebagai pembanding terhadap data itu.33 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua teknik triangulasi data yaitu triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Dalam melakukan triangulasi sumber, peneliti mengecek kebenaran data kepada sumber lain. Misalnya data yang diperoleh dari hasil wawancara peneliti dengan informan kunci (key informan), yaitu guru BK, dicek kembali dengan melakukan wawancara dengan informan-informan pendukung yaitu, guru keagamaan, wakasesk kesiswaan, siswa, perawat dan bidan kandungan. Selain itu, pada triangulasi teknik dilakukan dengan teknik yang berbeda. Misalnya data yang peneliti dapatkan melalui teknik wawancara mengenai pola komunikasi guru BK dalam mencegah perilaku seks bebas siswa di SMA Negeri 1 Cinangka, kemudian dicek atau disesuaikan dengan menggunakan teknik observasi. Jika dalam proses pengecekkan tersebut menghasilkan data yang berbeda, maka peneliti akan melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data untuk memastikan data mana yang sekiranya lebih tepat dan benar. 3.7 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang dipilih adalah SMA Negeri 1 Cinangka sebagai tempat penelitian mengenai “Pola Komunikasi Guru BK Dalam Mencengah Perilaku Seks Bebas Siswa Di SMA Negeri 1 Cinangka”. 33 Lexy J. Moleong.2007, Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, hlm.178 54 55 3.8 Jadwal Penelitian Penelitian ini berlangsung dari bulan Januari 2015 sampai sekarang, dan dituangkan ke dalam bentuk tabel dibawah ini. Tabel 1.2 55 56 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian 4.1.1 Profil Singkat SMA Negeri 1 Cinangka SMA Negeri 1 Cinangka merupakan sekolah filial dari SMA Negeri 1 Anyer. Sebagai sekolah rintisan yang mulai beraktifitas pada tahun 2002, pada awalnya proses belajar mengajar SMA Negeri 1 Cinangka dilaksanakan menumpang di sekolah lain yaitu SMP Negeri 1 Cinangka dengan pendidik dan tenaga kependidikan dari SMA Negeri 1 Anyer, SMP Negeri 1 Cinangka dan beberapa tenaga honorer yang ada dilingkungan Cinangka. Sejalan dengan bertambahnya siswa dan pengadaan sarana yang berbentuk bantuan dari masyarakat dan pemerintah (seperti lokasi, ruang kelas, ruang kepala sekolah, ruang TU dan beberapa sarana kelengkapan lain) telah disiapkan maka pada yahun pelajaran 2006/2007 proses belajar mengajar mulai dilaksanakan di SMA Negeri 1 Cinangka, sampai sekarang. SMA Negeri 1 Cinangka berada di sebelah barat Kabupaten Serang, tepatnya di Jl.Raya Karang Bolong Ciparay kecamatan Cinangka kabupaten Serang, dengan luas tanah 13.466 M2 . Lingkungan di sekitar sekolah sebagian besar pertanian dan peternakan. SMA Negeri 1 Cinangka terletak di daerah kawasan wisata pantai yang sering dikunjungi oleh turis lokal maupun manca negara. 5656 57 PROFIL SEKOLAH 1. Identitas Sekolah 1. Nama : SMA NEGERI 1 CINANGKA 2. Status : Negeri 3. NSS/NIS : 301280432041 / 300420 4. NPSN : 20605090 5. Mulai Berdiri : Tahun 2002 6. SK Pendirian : No.421/Kep.425-Org/2003 7. Hasil Akreditasi : A 8. Lokasi : Jalan : Raya Karang Bolong Desa : Sindanglaya Kecamatan : Cinangka Kabupaten : Serang Propinsi : Banten Kode Pos : 42467 Telepon/Fax : (0254 ) 651451 / (0254) 651467 9. Bank Nama Bank : BRI Cabang Cilegon No. Rekening : 3470-01-013451-53-3 10. Identitas Kepala Sekolah Nama : Drs. H. Agus Rustamana, M.Pd,M.Si NIP : 196510051989031021 Alamat : Kp. Baru Rt 22, Des. Kosambi Ronyok, Kec. Anyer 11. Jumlah Guru : Jumlah seluruh personil SMA Negeri 1 Cinangka pada Tahun Pelajaran 2010-2011 berjumlah 38 orang yang terdiri atas 17 guru PNS termasuk Kepala Sekolah, 21 guru 57 58 non PNS, 8 staf tata usaha, 2 penjaga sekolah dan 2 petugas kebersihan/tukang kebun. 4.1.2 Visi, Misi dan Tujuan dan Sasaran Sekolah Visi SMA Negeri 1 Cinangka 5. “ TERWUJUDNYA PENDIDIKAN BERBUDAYA MUTU 6. YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN DAN KEBANGSAAN BERLANDASKAN IMAN DAN TAKWA.” DENGAN INDIKATOR:  Berakhlak Mulia  Menumbuhkembangkan Budaya Mutu Pendidikan  Gandrung Iptek  Mampu Mengembangkan Potensi Diri Secara Optimal  Memiliki Daya Juang Tinggi Dalam Mengejar Ketertinggalan  Terdepan dalam Disiplin  Memiliki Kreativitas Tinggi  Peduli terhadap Lingkungan  Menghormati Nilai-nilai Luhur dan Semangat Juang Para Pahlawan Visi tersebut di atas mencerminkan cita-cita sekolah yang memiliki orientasi masa depan yang gemilang dengan memperhatikan potensi lingkungan, norma dan harapan yang ada pada masyarakat. Untuk mewujudkan visi tersebut, sekolah menentukan langkah-langkah strategis yang dinyatakan dalam Misi sebagai berikut. 58 59 Misi SMA Negeri 1 Cinangka Keberadaan SMA Negeri 1 Cinangka harus berperan aktif dalam hal : 1. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif dengan menerapkan kaidah-kaidah didaktik yang sesuai dengan disertai upayaupaya perbaikan secara terus menerus sehingga setiap siswa berkembang optimal sesuai potensi yang dimilikinya. 2. Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh warga sekolah dan kelompok kepentingan yang terkait (stakeholder) dalam rangka menumbuhkembangkan budaya mutu pendidikan. 3. Menumbuhkembangkan semangat juang dan sikap kerja keras kepada seluruh warga sekolah sehingga setiap warga sekolah memiliki daya juang tinggi untuk mengejar ketertinggalan. 4. Memberikan pelayanan prima dan menumbuhkan semangat belajar yang tinggi sehingga di dalam diri setiap siswa dan seluruh warga sekolah pada umumnya memandang bahwa belajar adalah suatu kebutuhan. 5. Meningkatkan kemampuan siswa dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan/budaya sekitar. 6. Menumbuhkan nilai-nilai luhur dan semangat juang melalui pengkajian keteladanan dari para pahlawan. 7. Menumbuhkan sikap dan perilaku mulia melalui pengkajian nilai-nilai keagamaan. 59 60 Tujuan SMA Negeri 1 Cinangka 1. Menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif, efektif dan disiplin dalam belajar dan mengajar. 2. Membekali peserta didik pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dan sesuai dengan potensinya untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. 3. Membekali peserta didik pengetahuan dan keterampilan serta teknologi yang diperlukan oleh masyarakat sekitar. 4. Membekali peserta didik agar mempunyai semangat juang dan sikap kerja keras untuk mengejar ketertinggalan. 5. Mempersiapkan peserta didik agar menjadi pribadi yang mempunyai semangat yang tinggi untuk belajar secara mandiri. 6. Membekali peserta didik agar menjadi pribadi yang menyayangi dan dapat beradaptasi dengan lingkungan dan budaya sekitar. 7. Mempersiapkan peserta didik yang memahami budaya bangsa dan mengikuti keteladanan para pendiri bangsa dan tokoh bangsa. 8. Mempersiapkan peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Sasaran SMA Negeri 1 Cinangka 1. Memiliki prestasi akademik yang lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya dengan indikator meningkatnya tingkat kelulusan 100% dan yang melanjutkan ke perguruan tinggi mencapai 30%; 60 61 2. Memiliki prestasi olahraga sebagai juara umum pada even Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (OOSN) tinkat kabupaten; 3. Memiliki tim kesenian yang berlatih secara rutin dan mampu tampil pada kegiatan-kegiatan sekolah, kecamatan, dan kabupaten; 4. Melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler secara terprogram dalam rangka mengembangkan bakat siswa dalam bidang non akademik; 4.1.3 Potensi Lingkungan Sekolah Secara geografis SMAN 1 Cinangka terletak di kecamatan Cinangka kabupaten Serang, dan berada disepanjang pantai Anyer dan Carita yang merupakan objek wisata. Disamping itu kecamatan Cinangka juga memiliki geografis perbukitan dengan tanah yang subur dan penghasil hasil bumi yang melimpah terutama dibagian timur kecamatan Cinangka. Siswa SMAN 1 Cinangka sebagian besar (80%) berasal dari wilayah kecamatan Cinangka, dan selebihnya berasal dari wilayah kecamatan Anyer dan Padarincang yang taraf karakteristiknya relatif sama. Dengan demikian latar belakang sosial budaya dan ekonomi siswa berasal dari keluarga petani, pedagang dan pegawai. Mengingat kondisi geografis tersebut pendidikan di SMAN 1 Cinangka salah satunya adalah menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan dan pembekalan life skill (keterampilan hidup) lainnya. Pembekalan jiwa kewirausahaan dilakukan baik secara terintegrasi dengan mata pelajaran ekonomi maupun melalui bimbingan usaha kecil, baik jasa maupun barang, melalui Koperasi Siswa. Selain itu kamipun memberikan pembekalan life skill 61 62 lainnya seperti pengetahuan pariwisata dan perhotelan serta keterampilan penggunaan dan meracik Komputer. Adapun tantangan yang kami hadapi antara lain, kemampuan ekonomi orang tua yang kurang, motivasi siswa yang rendah, kultur dan mental. 4.2 Deskripsi Data Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah Pola Komunikasi Guru BK Dalam Mencegah Perilaku Seks Bebas Siswa Di SMA Negeri 1 Cinangka. Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan observasi serta dokumentasi. Pada observasi, peneliti mengamati fenomena yang terjadi mengenai seks bebas, terlebih lokasi peneliti merupakan daerah wisata yang notabene banyak dikunjungi oleh para wisatawan baik lokal maupun mancanegara, sehingga potensi terjadinya kasus seks bebas tidak bisa dihindarkan. Peneliti juga mendokumentasikan proses wawancara serta kegiatan yang dilakukan oleh Guru BK, Wakasek Kesiswaan sertia Guru Agama dalam kegiatan sosialiasi terkait pencegahan seks bebas untuk kalangan siswa. Wawancara dengan guru BK serta pihak terkait dilingkungan SMA Negeri 1 Cinangka, dilakukan sebanyak dua kali pada tanggal 29 April 2015 dan 9 Mei 2015. Wawancara pertama dengan guru BK, Wakasek Kesiswaan, Siswa-siswa kelas XI dan wawancara kedua dengan guru Agama. Alasan peneliti memilih Guru BK sebagai key informan tersebut karena guru BK adalah orang yang paling mengetahui mengenai permasalahan yang ada didalam siswa, serta mengetahui permasalahan sosial yang sedang hangat dilingkungan sekolah. Kemudian 62 63 informan pendukung sebagai triangulasi sumber peneliti mewawancarai perawat puskemas yang memiliki program penyuluhan untuk kalangan siswa, serta praktisi reproduksi sosial yaitu bidan kandungan. Pada wawancara, peneliti menyiapkan sejumlah pertanyaan lalu merekam jawaban dan menulis hal-hal yang penting. Daftar pertanyaan dan jawaban dari para narasumber dapat di lihat di lampiran. Hasil wawancara dan observasi merupakan data primer dalam penelitian ini. Kemudian untuk data sekunder diperoleh dari dokumentasi yang diambil dari kegiatan ketika peneliti melakukan wawancara dan kegiatan yang telah dilakukan oleh Guru BK beserta pihak terkait lainnya di SMA Negeri 1 Cinangka. Data-data yang diperoleh melalui wawancara langsung kepada key informan dan informan, dan observasi, dikategorisasikan sebagai identifikasi masalah. Data mana saja yang termasuk mengenai pola komunikasi guru BK yang lebih membahas tentang pola komunikasi yang dilakukan, yaitu mengenai bentuk kegiatan komunikasi tersebut, penyebab, pencegahan serta solusi dalam komunikasi tersebut, dan dari adanya bentuk komunikasi tersebut maka diketahui pola seperti apa yang diterapkan guru BK dalam berkomunikasi dengan siswa dan dan penyebab terjadinya perilaku seks bebas yang berkaitan pula dengan teori yang digunakan yaitu teori Atribusi. Lalu, data tersebut dijabarkan secara jelas dan terbuka sehingga dengan demikian dapat disimpulkan hasil dari penelitian mengenai pola komunikasi guru BK dalam mencegah perilaku seks bebas siswa di SMA Negeri 1 Cinangka. 63 64 4.3 Pembahasan Pembahasan berikut ini merupakan penjelasan dari teori-teori komunikasi yang dijelaskan pada bab II yang berkaitan dengan pola komunikasi guru BK yang didapatkan oleh peneliti dari hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan. Menurut Abu Ahmadi (1991: 1), bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu (peserta didik) agar dengan potensi yang dimiliki mampu mengembangkan diri secara optimal dengan jalan memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi hambatan guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik. Sedangkan konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antarab dua orang dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar. Menurut hasil wawancara dengan Dra. Wonisah, mengatakan : “...Memposisikan diri, saya sebagai guru BK itu memposisikan diri ehhh,, sebagai teman. Teman dalam berbagi rasa, sharing, bersosialisasi. Kamu anggap ibu itu sebagai ibu kamu sendiri, atau teman kamu sendiri, biar kita itu enak. Kita itu akan memecahkan masalah dengan baik, dan terhindar dari hal yang tidak baik...”34 Penanganan siswa bermasalah melalui Bimbingan dan Konseling sama sekali tidak menggunakan bentuk sanksi apa pun, tetapi lebih mengandalkan pada terjadinya kualitas hubungan interpersonal yang saling percaya di antara konselor dan siswa yang bermasalah, sehingga setahap demi setahap siswa tersebut dapat 34 Hasil wawancara dengan Guru BK SMA Negeri 1 Cinangka, Dra. Wonisah pada tanggal 29 April 2015 64 65 memahami dan menerima diri dan lingkungannya, serta dapat mengarahkan diri guna tercapainya penyesuaian diri yang lebih baik. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru BK maka pada fungsi komunikasi mengenai pengertian mengenai bimbingan dan konseling, guru BK di SMA Negeri 1 Cinangka telah menggunakan fungsi pengertian dari bimbingan dan konseling tersebut, yang diterapkan oleh guru BK kepada siswa-siswanya. 4.3.1 Pola Komunikasi Guru BK SMA Negeri 1 Cinangka Pola bisa diartikan sebagai model atau bentuk (struktur) yang tetap, sedangkan komunikasi dapat diartikan sebagai pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Jika kedua kata tersebut dihubungan menjadi pola komunikasi, secara ringkas dapat diartikan sebagai bentuk atau struktur penyampaian pesan.35Pola komunikasi ini merupakan interaksi yang tujuannya menciptakan hubungan yang harmonis guru BK dan siswa. Untuk itu, agar kerjasama tersebut dapat tercipta dengan baik maka pola komunikasi guru BK harus dibangun dengan baik pula. Model komunikasi yang diterapkan oleh Dra. Wonisah selaku guru BK adalah dengan model bimbingan classical (konseling) terhadap siswasiwanya, seperti yang dikatakan oleh beliau : “...Model komunikasinya adalah satu, dengan bimbingan classical, kita memberikan semuanya kepada seluruh siswa, dan juga ibu menawarkan bagi yang merasakan dirinya masih kurang paham atau apa. Tolong, langsung aja konseling individu gitu yah....” 35 Departemen Pendidikan Nasional, KBBI Edisi Ketiga, 2005, Jakarta, Balai Pustaka, hlm.885 65 66 Untuk mencegah dan menangkal perilaku-perilaku yang tidak diharapkan, maka dapat dilakukan dengan mengembangkan potensi siswa dan memfasilitasi mereka secara sistematik dan terprogram untuk mencapai standard kompetensi kemandirian. Dengan demikian pendidikan yang bermutu, efektif, atau ideal adalah yang mengintegrasikan tiga bidang utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional atau kurikuler, dan bidang bimbingan dan konseling. Pada saat ini telah terjadi perubahan paradigma pendekatan bimbingan dan konseling, yaitu dari pendekatan yang berorientasi tradisional, remedial, klinis, dan terpusat pada konselor, kepada pendekatan yang berorientasi perkembangan dan preventif. Pendekatan Preventik adalah bimbingan yang diarahkan untuk mengantisipasi masalah-masalah umum yang dihadapi oleh individu dan mencoba jangan sampai terjadi masalah tersebut pada individu. Konselor berupaya untuk mengajarkan pengetahuan dan keterampilan untuk mencegah masalah tersebut. Adapun komunikasi lainnya yang diterapkan oleh Dra. Wonisah selaku guru BK, dengan melakukan komunikasi persuasif. Istilah persuasi (persuasion) bersumber pada perkataan latin persuaio, kata kerjanya adalah persuader yang berarti membujuk, mengajak atau merayu, komunikasi persuasif sama dengan koersif, namun dilakukan secara halus, luwes dan mengandung sifat manusiawi. Dapat ditegaskan bahwa persuasi bukan merupakan pembujukan terhadap seseorang atau pun kelompok untuk menerima pendapat lain, akan tetapi merupakan suatu teknik untuk 66 67 mempengaruhi manusia dengan memanfaatkan atau menggunakan data dan fakta psikologis maupun sosiologis dari komunikan yang hendak dipengaruhi. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu dipercaya dapat memengaruhi sikap mereka dan pada akhirnya memengaruhi perilaku dan tindakan mereka terhadap sesuatu. Mengubah pengetahuan seseorang akan sesuatu dipercaya dapat mengubah perilaku mereka. Hal inilah yang diterapkan oleh Dra. Wonisah selaku guru BK, beliau berusaha memberikan pengetahuan informasi mengenai seks bebas beserta dampaknya kepada anak didik siswanya, dengan harapan mereka lebih punya bekal informasi mengenai tentang seks bebas dan bisa menjaga perilaku mereka terhadap perbuatanperbuatan yang merugikan mereka. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan key informan serta hasil pengamatan kegiatan dilapangan, maka peneliti membuat alur pola komunikasi yang digunakan oleh guru BK dalam menyampaikan informasi kepada siswa-siswa SMA Negeri 1 Cinangka, seperti yang tertera dibawah ini 67 68 : Alur Komunikasi Guru BK dalam memberikan informasi 1. Mengadakan bimbingan classical (konseling) 2. Memanfaatkan waktu 2 jam selama 1 minggu guna meluangkan waktu untuk bimbingan classical 3. Bekerja sama dengan pihak ke-3 atau pihak terkait guna memberikan informasi yang konkret kepada siswa. 4. Mengadakan kegiatan peyuluhan, sosialisasi maupun lewat media dalam menyampaikan informasi perilaku seks bebas. 5. Evaluasi kegiatan, jika ada siswa yang belum paham. Bisa dilakukan komunikasi face to face diruang BK Gambar 4.3.1.1 Bagan Alur Komunikasi Guru BK SMA Negeri 1 Cinangka Dari penjabaran alur komunikasi yang dilakukan oleh guru BK terhadap siswa dalam menyampaikan informasi perihal pencegahan perilaku seks bebas di lingkungan SMA Negeri 1 Cinangka. Peneliti menyimpulkan alur yang dilakukan oleh guru BK tersebut kedalam sebuah pola komunikasi, seperti gambar berikut ini. 68 69 Pihak Ke-3 (Disparpora, Puskesmas, BNNB, KKBN, Kepolisian) Siswa Guru BK Orang Tua Guru Sekolah/Kepsek Gambar 4.3.1.2 Diagram Pola Komunikasi Guru BK SMA Negeri 1 Cinangka Berdasarkan penjabaran diatas, maka pola komunikasi yang digunakan oleh guru BK SMA Negeri 1 Cinangka menggunakan pola roda. Pola roda adalah pola yang mengarahkan seluruh informasi kepada individu yang menduduki posisi sentral.Orang dalam posisi sentral menerima kontak dan informasi yang disediakan oleh anggota organisasi lainnya dan memecahkan masalah dengan saran dan persetujuan anggota lainnya.Hal ini dikarenakan, guru BK melakukan komunikasi kepada semua orang termasuk pihak yang terkait dalam tindakan pencegahan perilaku seks bebas siswa di SMA Negeri 1 Cinangka. Dalam penggunaan pola roda ini, guru BK menjadi fokus perhatian dan dapat berkomunikasi dengan semua pihak. Penggunaan pola ini dirasa efektif dalam pencegahan perilaku seks bebas di SMA Negeri 1 Cinangka. Dimana, guru BK dapat leluasa dan bekerja sama dengan semua 69 70 pihak dalam memberikan informasi yang konkret kepada siswa-siswi di SMA Negeri 1 Cinangka. 4.3.1.1 Penyebab Perilaku Seks Bebas 4.3.1.1.1 Faktor Lingkungan Masa remaja adalah masa dimana suatu anak masih mencari jati diri mereka yang sebenarnya, masa ini masa yang sangat rentan dan harus terus di control oleh para orang tua kepada anak mereka. Remaja yang tidak dapat memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua yang tidak memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul. Karena remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku ‘nakal’. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya. Hasil wawancara peneliti dengan Dra. Wonisah yang mengatakan : “...Dari lingkungan itu karena pergaulan, karena sering melihat. Ehh,, media internet itu yah. Itu akibatnya ingin coba-coba, ingin itu, akhirnya dia terjerumus...”36 Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Ahmad Yani dan Bidan Yamtini yang mengatakan : 36 Hasil wawancara dengan Guru BK SMA Negeri 1 Cinangka, Dra. Wonisah pada tanggal 29 April 2015 70 71 “...terus lingkungan yah, terus yang lebih fokusnya karena disini kita daerah wisata, banyak kalangan remaja diluar yah yang masuk kesini dengan lokasi seperti kita disini daerah wisata bebas adanya pantai yang seperti itu...”37 “...terus dirumahnya itu dia biasanya kurang perhatian dari orang tua. Kemudian, didalam keluarga juga ada masalah dari kedua orang tuanya, jadi dia lari ke situ...”38 Dari pernyataan diatas menggambarkan bahwa faktor lingkungan yang dimana pergaulan yang tidak terkontrol, dimana masa remaja merupakan masa mencari jati diri. Belum mengetahui mana teman yang memberikan dampak positif ataupun negatif, serta komunikasi orang tua yang buruk sehingga menjadi penyebab remaja menjadi seperti itu, akhirnya mereka terjerumus ke dalam pergaulan seks bebas yang dimana tidak terkontrol oleh orang tuanya. Ditambah dengan lingkungan geografis daerah wisata, yang semakin mempermudah akses terjadinya seks bebas dikalangan remaja khususnya pelajar. 4.3.1.1.2 Faktor Personal Masa remaja merupakan masa seseorang dalam kondisi pubertas aktif yang mana segala sesuatu baginya ingin diketahuinya, oleh karena itu pada masa remaja seorang anak perlu sekali mendapat bimbingan moral maupun spiritual. Sebagai makhluk yang mempunyai sifat egoisme yang tinggi maka remaja mempunyai 37 Hasil wawancara dengan Perawat Puskesmas Cinangka, Ahmad Yani, Amd, Kep pada tanggal 8 Mei 2015 38 Hasil wawancara dengan Bidan Kandungan, Yamtini, SST, Keb pada tanggal 9 Mei 2015 71 72 pribadi yang sangat mudah terpengaruh. Pada masa ini mereka sangat rentan dalam hal yang dapat mempengaruhi perilaku baik ataupun buruk. Masa remaja sangat dipengaruhi oleh kualitas diri, kualitas diri remaja itu sendiri seperti, perkembanggan emosional yang tidak sehat, mengalami hambatan dalam pergaulan sehat, kurang mendalami norma agama, ketidakmampuan menggunakan waktu luang. Hasil wawancara peneliti dengan Dra. Wonisah yang mengatakan : “...Penyebab dari siswa/diri sendiri yah itu, karena ingin coba-coba, karena melihat didalam internet itu. Yah, makanya itu dia ingin coba-coba...”39 Dari penyataan di atas menggambarkan bawah faktor personal yang paling berpengaruh di usia remaja adalah rasa ingin tahu yang besar, rasa ingin coba, rasa penasaran yang semakin mengebu-ngebu. Sehingga menyebabkan mereka tidak terkontrol, ditambah kurangnya mereka diberikan pemahaman informasi mereka mengenai dampak seks bebas, kurangnya pengawasan dari lingkungan sekitar. Maka remaja khususnya pelajar semakin mudah melakukan rasa keingin tahuan mereka. Berdasarkan teori Atribusi, dimana teori atribusi pertama kali diperkenalkan oleh Heider pada tahun 1958. Teori atribusi berkenaan 39 Hasil wawancara dengan Guru BK SMA Negeri 1 Cinangka, Dra. Wonisah pada tanggal 29 April 2015 72 73 dengan cara-cara orang menyimpulkan penyebab-penyebab perilaku. “Psikologi naif” sebagaimana teori atribusi ini kadang-kadang disebut memfokuskan pada apa yang dipandang sebagai penyebab dari orang biasa pada kehidupan sehari-hari. Ia menjelaskan melalui mana orang memahami perilakunya sendiri dan orang lain.40 Dengan kata lain maka berdasarkan hasil pernyataan diatas, diketahui penyebab pelajar melakukan tindakan perilaku seks bebas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor lingkungan dan faktor personal. Yang dimana faktor lingkungan lebih disebabkan salahnya pelajar dalam memilih kawan dalam bergaul dan juga kurangnya komunikasi dengan orang tua dalam memberikan pemahaman mengenai informasi seks bebas sehingga menyebabkan pelajar menjadi terjerumus. Sedangkan dalam faktor personal disebabkan rasa ingin tahu yang besar didalam diri pelajar, yang dimana para pelajar belum bisa mengontrol hawa nafsu dan tidak memikirkan dampak dari akibat sebuah perbuatan yang dilakukannya serta emosional pelajar yang belum stabil. Yang pada akhirnya kedua faktor tersebut merupakan penyebab pelajar terlibat dalam perilaku seks bebas, dimana wilayah SMA Negeri 1 Cinangka merupakan daerah wisata, sehingga memudahkan kegiatan seks bebas semakin mudah dan tidak terkendali. 40 Naniek Afrillia F., M.Si, 2011, Komunikasi Persuasi, Sayuti.com, Serang Banten, hlm.49 73 74 4.3.2 Faktor Pendukung Dalam masalah ini untuk menekan jumlah pelaku seks bebas terutama dikalangan remaja bukan hanya membentengi diri mereka dengan unsur agama yang kuat, juga dibarengi dengan pendamping orang tua dan selektivitas dalammemilih teman - teman.Karena ada kecendrungan remaja lebih terbuka kepada teman dekatnya ketimbang orang tua mereka sendiri. Tenaga kesehatan mempunyai peranan penting serta dapat bekerja sama dengan pihak sekolah dalam menyumbangkan pengetahuan serta memberikan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi dikalangan remaja, namun bukan pendidikan seks secara vulgar, melainkan pendidikan seperti; tentang organ reproduksi, bahaya akibat pergaulan bebas, seperti penyakit menular seksual dan sebagainya. Dengan demikian, diharapkan para remaja ini bisa terhindar dari percobaan untuk melakukan seks bebas. Hasil wawancara peneliti dengan Dra. Wonisah yang mengatakan : “...Tapi kalau yang didalam sekolah khusus guru BK dan kesiswaan. Dari luar yang membantu yah itu BNN (Badan Narkotika Nasional) sama BKKBN...” Dari pernyataan di atas memberikan gambaran bahwa faktor pendukung dalam membantu guru BK di SMA Negeri 1 Cinangka dalam mencegah perilaku seks bebas tetap yang utama dari dalam sekolah, yaitu melibatkan guru BK dan pihak guru lain serta kesiswaan, tapi demi memudahkan penyebaran informasi yang didapatkan pelajar di sekolah, Ibu Dra. Wonisah bekerja sama dengan pihak terkait misalnya BNN dalam memberikan pemahaman mengenai bahaya dan dampak narkoba serta 74 75 BKKBN dalam memberikan informasi mengenai reproduksi seksual kepada pelajar di sekolah sebagai pihak ke-tiga yang merupakan sebagai faktor pendukung dalam mengadakan setiap penyuluhan dan pembinaan yang dilakukan disekolah. 4.3.3 Hambatan Pola Komunikasi Guru BK Pada bab II telah dijelaskan tentang hambatan komunikasi, yaitu gangguan (semantik dan mekanik), kepentingan, motivasi, dan prasangka.41 Pada keempat kategori hambatan ini, guru BK pun pernah mengalami hambatan-hambatan tersebut yang menjadi awal kendala guru BK dalam melakukan pola komunikasi dengan siswanya. Hambatan-hambatan yang mungkin datang atau berasal dari siswa bisa berupa karena siswa tidak terbuka sepenuhnya kepada guru BK atas persoalan yang sedang dihadapi atau siswa merasa tidak bebas untuk mengungkapkan persoalannya karena suasana di sekitaran tempat pelayanan kurang nyaman/aman atau siswa tidak percaya kepada guru BK untuk dapat membantu menyelesaikan persoalan yang sedang dihadapinya, terutama bagi siswa yang dipanggil. Sementara itu, hambatan-hambatan yang mungkin datang dari seorang guru BK biasanya disebabkan oleh kurangnya kemampuan/penguasaan seorang guru BK dalam menggunakan teknik-teknik konseling, baik itu verbal maupun non verbal, sehingga masalah yang dialami siswa tidak terungkap dengan jelas. Selain itu, juga mungkin disebabkan oleh 41 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, 2003, Bandung, Citra Aditya Bakti, hlm 45-50 75 76 ketidakmampuan seorang guru BK dalam membina hubungan yang baik dengan siswa pada saat/permulaan konseling, sehingga membuat siswa merasa tidak bebas untuk mengungkapkan masalahnya, terutama bagi siswa yang dipanggil. Namun selain hambatan-hambatan tersebut, masih banyak ditemukan hambatan-hambatan lain yang dihadapi konselor dalam melakukan layanan bimbingan dan konseling. 1. Gangguan a. Gangguan Semantik Gangguan semantik adalah gangguan tentang bahasa terutama terutama yang berkaitan dengan perbedaan dan pemahaman bahasa yang digunakan oleh komunikator maupun komunikan, sehingga menimbulkan salah paham.Berdasarkan hasil wawanacara peneliti yang dilakukan oleh peneliti dalam hambatan yang terjadi pada pola komunikasi guru BK terhadap siswa dengan Dra. Wonisah yang mengatakan : “...Jadi ada bahasa-bahasa yang misalnya, saru gitu bahasa jawa yah. Maka untuk memperjelas hal itu yah itu diadakan kalau kalian belum paham tolong masuk ke ruangan ibu...” Dari pernyataan diatas menggambarkan bahwa faktor hambatan gangguan semantik lebih kepada bahasa saru atau kurang jelasnya apa yang dijelaskan oleh oleh guru BK kepada siswa diruangan kelas. Untuk mengantisipasi hal tersebut, guru BK berinisiatif memanggil siswa yang tidak paham mengenai yang 76 77 dikatakan oleh guru BK tersebut dengan cara berbicara secara face to face diruangan bimbingan konseling. b. Gangguan Mekanik Gangguan mekanik adalah gangguan yang disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik, terutama yang berkaitan dengan alat atau media yang digunakan. Berdasarkan hasil wawanacara peneliti yang dilakukan oleh peneliti dalam hambatan yang terjadi pada pola komunikasi guru BK terhadap siswa dengan Dra. Wonisah yang mengatakan : “...Jadi misalnya ibu mengatakan hal-hal yang belum dia itu kenali, itu memang hore itu yah si anak itu bersoraksorei...” Dari pernyataan diatas menggambarkan bahwa faktor hambatan dalam gangguan mekanik adalah kegaduhan yang ditimbulkan oleh para siswa didalam kelas sehingga menimbulkan informasi yang disampaikan oleh guru BK menjadi tidak begitu jelas. Kegaduhan terjadi, karena siswa menemui sesuatu hal yang baru yang akan disampaikan oleh guru BK, namun kegaduhan tersebut apakah terkait karena rasa antusias terhadap informasi yang akan diterima atau karena ada hal lain yang menyebabkan kegaduhan tersebut. 2. Kepentingan Komunikator yang tidak memperhatikan kepentingan komunikan akan terjadi ketidakseimbangan antara keduanya, 77 78 sehingga komunikan hanya akan melakukan komunikasi apabila ada kepentingan yang berkaitan dengannya. Biasanya kepentingan ini juga akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau menghayati suatu pesan. Kepentingan juga bukan hanya mempengaruhi perhatian akan tetapi juga daya tanggap, perasaan, pikiran dan tingkah laku yang merupakan sifat reaktif terhadap segala perangsang yang tidak bersesuaian atau bertentangan dengan suatu kepentingan. Berdasarkan hasil wawanacara peneliti yang dilakukan oleh peneliti dalam hambatan yang terjadi pada pola komunikasi guru BK terhadap siswa dengan Dra. Wonisah yang mengatakan : “...yang jelas saya kepentingannya satu. Supaya anak-anak itu jangan sampai terjerumus ke dalam hal seks bebas itu...” Dari pernyataan diatas menggambarkan bahwa kepentingan yang disampaikan oleh guru BK tersebut, terlebih untuk kepentingan siswanya, maka dari itu Dra. Wonisah selaku guru BK tersebut selalu menyempatkan waktu untuk menyisihkan sebagian aktifitas waktunya disekolah demi mendengarkan curhat serta memberikan nasihat kepada siswa tersebut terkait permasalahan yang dihadapi oleh siswa tersebut, sehingga hambatan kepentingan ini tidak didasari oleh kepentingan oleh satu pihak saja. 78 79 3. Motivasi Terpendam motivasi adalah dorongan seseorang untuk mencapai tujuan, keinginan maupun kebutuhannya, sehingga apabila komunikasi sesuai dengan motivasi seseorang terutama komunikan, maka komunikasi akan dapat berjalan sukses. Sebaliknya apabila komunikasi tidak sesuai dengan motivasi yang terpendam dalam diri komunikan, maka komunikasi mengalami hambatan. Berdasarkan hasil wawanacara peneliti yang dilakukan oleh peneliti dalam hambatan yang terjadi pada pola komunikasi guru BK terhadap siswa dengan Dra. Wonisah yang mengatakan : “...Memotivasi bahwa hal-hal yang tidak perlu kalian lakukan jangan dilakukan, terus bahwa hal-hal kaya gitu juga tidak bagus untuk kamu. Dan kamu itu harus semangat belajar, tugas kamu adalah belajar...” Dari hasil pernyataan diatas menggambarkan bahwa motivasi yang kuat harus dilakukan terhadap siswa, dalam motivasi tersebut Dra. Wonisah selaku guru BK tersebut tidak lupa menyelipkan informasi-informasi mengenai dampak seks bebas tersebut, sehingga dengan bertambahnya informasi tersebut membuat siswa termotivasi untuk menghindari seks bebas dan mengalihkan perhatiannya kepada kegiatan-kegiatan positif yang berguna untuk siswa tentunya tetap dalam pengawasan guru dan pihak terkait di sekolah. 79 80 4. Prasangka Prasangka merupakan salah satu rintangan yang berat dalam berkomunikasi, karena inilah ada komunikan yang memiliki prasangka terhadap komunikator, maka kecurigaan komunikan kepada komunikator akan menjadi penghambat. Selain itu juga adanya sikap menentang dan berburuk sangka kepada komunikator bisa memperburuk keadaan, tetapi apabila komunikator mampu memberi kesan yang baik dan mampu meyakinkan komunikan, maka komunikasi akan dapat berjalan sukses. Berdasarkan hasil wawanacara peneliti yang dilakukan oleh peneliti dalam hambatan yang terjadi pada pola komunikasi guru BK terhadap siswa dengan Dra. Wonisah yang mengatakan : “...Untuk mengatasi hal itu yah, ibu menjelaskan dengan sejelas-jelasnya, dengan memberikan contoh yang konkret. Sehingga siswa itu paham...” Dari pernyataan diatas menggambarkan bahwa untuk meminimalisir prasangka didalam siswa, Dra. Wonisah dalam memberikan informasinya kepada siswa selalu dengan memberikan contoh yang konkret. Sehingga siswa pun paham dan mengerti apa yang disampaikan oleh guru BK tersebut, disisi lain. Siswa dan guru BK bisa saling bertukar pertanyaan dan jawaban, sehingga prasangka-prasangka buruk yang dipikirkan oleh siswa selama ini, perlahan-lahan akan hilang setelah diberikan pemahaman yang benar oleh Dra. Wonisah selaku guru BK tersebut. 80 81 4.3.4 Solusi Mencegah Perilaku Seks Bebas Kita semua mengetahui peningkatan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan, penyaluran minat dan bakat secara positif merupakan hal-hal yang dapat membuat setiap orang mampu mencapai kesuksesan hidup nantinya. Tetapi walaupun kata-kata tersebut sering ‘didengungkan’ tetap saja masih banyak remaja yang melakukan hal-hal yang tidak sepatutnya dilakukan. Selain daripada solusi di atas masih banyak solusi lainnya. Hasil wawancara peneliti dengan Dra. Wonisah yang mengatakan: “...Kita disitu kasih pengarahan dari hati ke hati, pelan-pelan mulai dikasih pengertian mengenai bagaimana agama, kenapa agama melarang begini, karena akibatnya akan fatal...” Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Ahmad Yani dan Bidan Yamtini yang mengatakan : “...Nah itu kita harus memberikan pembinaan. Pembinaan bimbingan, dengan adanya pembinaan dan bimbingan yang rutin ke pelajar Insya Allah kalangan remaja ataupun anak sekolah karena sudah tahu bahaya dari seks bebas dan sudah tahu kejelekan daripada perilaku seks bebas...” “...Yah, diadakan penyuluhan-penyuluhan lah didalam kalangan pelajar, terus ada juga pendidikan tentang seks bebas itu. Jadi kan pelajar itu bisa mengetahui apa akibatnya, apa dampaknya yang ditimbulkan oleh seks bebas itu. Dari pernyataan diatas menggambarkan bahwa solusi penanggulangan dampak seks bebas dikalangan pelajar salah satunya ditanamkan pendidikan agama dan akhlak yang kuat, karena dengan pendidikan agama dan akhlak yang kuat akan menjadi filter untuk pelajar dalam kehidupannya, pelajar mengetahui mana perbuatan yang harus dijalankan mana perbuatan yang 81 82 harus dihindari. Adapun pembinaan dan penyuluhan tersebut berfungsi memberikan informasi mengenai dampak akibat perbuatan seks bebas kepada pelajar. pendidikan seks berusaha menempatkan seks pada perspektif yang tepat dan mengubah anggapan negatif tentang seks. Dengan pendidikan seks kita dapat memberitahu remaja bahwa seks adalah sesuatu yang alamiah dan wajar terjadi pada semua orang, selain itu remaja juga dapat diberitahu mengenai berbagai perilaku seksual berisiko sehingga mereka dapat menghindarinya. 82 83 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab IV maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pola komunikasi yang digunakan oleh guru BK SMA Negeri 1 Cinangka dengan menggunakan pola rodadengan menggunakan komunikasi secara preventif dan persuasif melalui bimbingan classical. Dimana guru BK bekerja sama dengan pihak terkait memberikan pemahaman informasi mengenai seks bebas, narkoba, dll ke setiap kelas dengan diberikan waktu oleh pihak sekolah selama 2 jam dalam 1 minggu. Bentuk komunikasi yang dilakukan oleh guru BK SMA Negeri 1 Cinangka tidak hanya sebatas memberikan penyuluhan, sosialisasi saja. Tetapi juga menggunakan media sebagai bentuk informasi, hal ini dilakukan untuk mempermudah siswa memahami isi pesan yang disampaikan dalam media tersebut, seperti contoh media karikatur. Penggunaan media yang dilakukan oleh guru BK dan guru lainnya dalam menyebarkan informasi juga bertujuan untuk menggali dan mengembangkan potensi kreatifitas seni didalam diri siswa, sehingga siswa bisa di arahkan ke dalam kegiatan positif yang disukai oleh siswa. Dari adanya pola komunikasi yang diterapkan oleh guru BK ini memang telah mengacu pada teori Atribusi, hanya saja secara teori guru 8383 84 BKbelum memahami. Namun, secara prakteknya telah dilakukan demi mencegah terjadinya perilaku seks bebas di wilayah SMA Negeri 1 Cinangka. 2. Terdapat beberapa faktor pendukung yang didapatkan oleh guru BK guna mencegah perilaku seks bebas di SMA Negeri 1 Cinangka, selain dukungan penuh dari guru, juga adanya dukungan dari pihak luar yang terkait. Seperti adanya kerja sama dengan BNN (Badan Narkotika Nasional) yang memberikan penyuluhan bahaya dampak dari penggunaan narkoba, penyuluhan narkoba juga pernah diberikan oleh DISPARPORA Serang kepada siswa SMA Negeri 1 Cinangka , kerja sama dengan pihak BKKBN dalam memberikan informasi mengenai sistem reproduksi seksual yang dimana kaitan informasi ini erat dalam mencegah seks bebas di kalangan siswa, karena siswa bisa mengetahui dampak seks bebas bagi sistem reproduksi mereka. Adapun faktor pendukung lainnya yaitu kerja sama dengan pihak kepolisian dari Polda Banten, Polres Cilegon dan Polsek Cinangka dalam kegiatan penyuluhan kenakalan remaja. Banyaknya faktor pendukung dari berbagai pihak yang terkait, sehingga memudahkan guru BK memberikan informasi secara konkret kepada siswa-siswanya, sehingga siswa tidak hanya mendapatkan informasi dari guru di sekolah, tetapi juga dari pihak luar yang terkait, sehingga meminimalisir terjadinya perilaku seks bebas di lingkungan sekolah. 84 85 3. Terdapat beberapa hambatan dalam pola komunikasi guru BK yaitu pada gangguan semantik adanya bahasa saru, sehingga menyebabkan kurang jelasnya informasi yang diberikan ketika bimbingan classical. Untuk meminimalisir gangguan semantik tersebut, maka siswa yang belum memahami informasi tadi segera menghadap guru BK untuk bertemu di ruangan bimbingan konseling untuk mengetahu informasi lebih jelasnya. Sedangkan pada gangguan mekanik, diakibatkan oleh kegaduhan yang dibuat oleh siswa-siswa didalam kelas. Hambatan lainnya yaitu kepentingan, tidak adanya hambatan dalam hal ini. Karena apa yang dilakukan oleh guru BK tersebut semata-mata demi kepentingan dan kebaikan siswa kedepannya. Hambatan motivasi sering menjadi kendala, ketika guru BK telah memotivasi siswa-siswanya dalam hal-hal yang positif terkadang mendapat tanggapan yang beragam dari siswanya. Dan yang terakhir adalah hambatan prasangka, dugaandugaan yang salah mengenai informasi yang didengar oleh siswa mengenai seks bebas, akan dijelaskan secara konkret oleh guru BK. Sehingga prasangka-prasangka salah tersebut bisa diminimalisir dengan pemberikan informasi yang benar guna mencegah siswa dalam mengambil langkah kedepannya. Solusi yang diberikan oleh guru BK guna mencegah perilaku seks bebas selain memberikan informasi serta penyuluhan dan sosialiasi, juga diberikannya pembinaan dan bimbingan yang rutin kepada siswa dan ditanamkan pendidikan agama dan akhlak yang kuat di sekolah. Karena 85 86 dengan pendidikan dan akhlak yang kuat akan menjadi filter untuk pelajar ke dalam kehidupannya. 5.2 Saran Adapun saran yang ingin disampaikan oleh peneliti adalah : 1. Adanya interaksi terbuka antara guru BK dengan siswa, yang tidak hanya terjadi ketika bimbingan classical saja. Namun interaksi secara pribadi, dengan mendatangi siswa secara langsung diluar jam bimbingan classical. 2. Semakin dikembangkannya program-progam yang dilakukan oleh guru BK, tidak hanya melibatkan pihak guru disekolah saja. Namun juga dengan pihak lainnya, guna memberikan variasi informasi yang diterima oleh siswa. 3. Perlu adanya keterlibatan dari pihak Kepala Sekolah dalam setiap kegiatan yang dibuat oleh guru BK dan pihak guru lainnya, karena dengan keterlibatan tersebut, kepala sekolah ikut andil dalam mensukseskan kegiatan yang dibuat. 4. Diberikan pelatihan-pelatihan untuk guru BK disetiap sekolah, guna menambah seputar informasi yang didapatkan oleh pihak terkait. Sehingga guru BK disekolah bisa mengetahui permasalahan terbaru disetiap sekolah, serta diberikan pelatihan untuk mengembangkan potensi siswa. 5. Diharapkan adanya peran aktif guru BK dengan orang tua siswa, sehingga dengan komunikasi yang terjalin bisa meminimalisir siswa dalam salah pergaulan. 86 87 DAFTAR PUSTAKA Afrilla, Naniek F. 2002. Komunikasi Persuasi. Serang : Sayuti.com Cangara, Hafied. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi., Jakarta : Raja Grafindo Persada Danim, Sudarwan dan Khairil, H. 2011. Profesi Kependidikan. Bandung ; Alfabeta Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga., Jakarta : Balai Pustaka Djamarah, Syaiful Bahri. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga., Jakarta : PT Rineka Cipta Effendy, Onong. 2003. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi., Bandung : PT. Citra Aditya Bakti Gunarsa, Ny. Singgih, 2001, Psikologi Perkembangan, Gunung Mulia: Jakarta Jalaluddin, Rakhmat. 2008. Psikologi Komunikasi Edisi Revisi, Bandung : Remaja Rosdakarya Kriyantono, Rachmat. 2008. Teknis Praktisi Komunikasi., Jakarta : Kencana Muhammad Al-Mighwar, M.Ag. 2006. Psikologi Remaja. Bandung : Pustaka Setia Milles, Matthew B, dan A Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Penerjemah Tjejep Rohendi Rosidi. Jakarta : Universitas Indonesia Press. Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Morisan dan Andy Corry Wardhani. 2009. Teori Komunikasi tentang Komunikator, Pesan, Percakapan, dan Hubungan. Jakarta : Ghalia Indonesia Mulyana, Deddy. 2003. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : Remaja Rosdakarya 8787 88 Rosady, Ruslan. 2008. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi., Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada Sugiyo. 2005. Komunikasi Antar Pribadi. Semarang : UPT Percetakan dan Penerbitan UNNES PRESS Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta Vardiansyah, Dani. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bogor : Ghalia Indonesia Widjaja,H.A.W. 2000. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Jakarta : PT Rineka Cipta Wirjanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Grasindo Sumber lainnya : http://sp.beritasatu.com/home/144-warga-banten-meninggal-akibat-hivaids/35302 (Diakses, 19-02-2015 jam 20:47) http://belajarpsikologi.com/pengertian-bimbingan-dan-konseling/ (Diakses, 24-02-2015 jam 21:13) http://lpkeperawatan.blogspot.com/2014/02/perilaku-seksbebas.html#.VW9ge1Lq6UI (Diakses, 24-02-2015 Jam 22:00) 88 LAMPIRAN 1 PEDOMAN WAWANCARA PEDOMAN WAWANCARA KEY INFORMAN (GURU BK) 1. Apa arti seks bebas menurut anda? Jelaskan 2. Bagaimana anda menanggapi fenomena seks bebas dikalangan pelajar? Jelaskan 3. Apa penyebab seseorang melakukan tindakan seks bebas (atribusi kausalitas) ? - Faktor situasional (lingkungan) dan faktor personal (diri sendiri) Jelaskan 4. Ketika anda mendiskusikan atau memberikan informasi dengan siswa, sejauh mana anda berpendapat bahwa siswa tersebut jujur ketika anda menanyakan perihal mengenai seks bebas? Jelaskan 5. Seperti apa pemahaman seks bebas di lingkungan SMA Negeri 1 Cinangka? Jelaskan 6. Seperti apa pola komunikasi yang diterapkan oleh anda kepada siswa dalam menyampaikan informasi mengenai seks bebas? Jelaskan 7. Apakah dengan menggunakan pola komunikasi tersebut, anda yakin bisa memberikan pemahaman kepada siswa mengenai seks bebas? Jelaskan 8. Adakah faktor pendukung (pihak ke 3) ketika anda memberikan informasi kepada siswa mengenai seks bebas? Jelaskan 9. Bagaimana anda mencari faktor pendukung tersebut, guna membantu anda dalam memberikan informasi tersebut? Jelaskan 10. Bisa anda sebutkan atau jelaskan, faktor-faktor pendukung apa saja yang membantu anda dalam memberikan informasi seks bebas kepada siswa? Jelaskan 11. Apa anda merasakan perbedaan fenomena seks bebas pelajar jaman sekarang dengan jaman dahulu? Jelaskan 12. Mengapa tingkat fenoma seks bebas dikalangan pelajar semakin meningkat? Jelaskan 13. Seperti apa ciri-ciri orang yang telah melakukan seks bebas, menurut kacamata anda? Jelaskan 14. Dalam memberikan informasi mengenai seks bebas, tentu ada tujuan nya. Apa yang anda harapkan dari tujuan tersebut, dilihat dari : - Perubahan sikap (apa yang diharapkan) - Perubahan pendapat (apa yang diharapkan) - Perubahan perilaku (apa yang anda harapkan) - Perubahan sosial (apa yang anda harapkan) Jelaskan? 15. Bagaimana anda memposisikan diri anda sebagai guru BK terhadap siswa dan lainnya? Jelaskan 16. Fungsi guru BK itu sendiri menurut anda di sekolah seperti apa? Jelaskan 17. Berapa lama anda biasanya memberikan informasi seks bebas kepada siswa? Jelaskan 18. Bagaimana anda mensiasati siswa yang masih penasaran dengan informasi mengenai seks bebas tersebut? Jelaskan 19. Dorongan apa yang membuat anda selaku guru BK harus melakukan atau memberikan informasi seks bebas kepada siswa? Jelaskan 20. Dalam hal hambatan ketika anda melakukan komunikasi dengan siswa, ada 4 macam. Yaitu, gangguan, kepentingan, motivasi dan prasangka. - Dalam hal gangguan semantik (bahasa) seperti apa hambatannya, sedangkan gangguan mekanik (kegaduhan) seperti apa hambatannya. Jelaskan? - Kepentingan, bagaimana hambatan komunikasi dalam bentuk kepentingan yang anda rasakan? Jelaskan - Motivasi, pernahkan anda memperhatikan motivasi siswa bisa jadi hambatan, bagaimana anda mensiasatinya? Jelaskan - Prasangka, bagaimana anda mengubah prasangka yang salah dari siswa mengenai informasi yang anda berikan terkait kurangnya kemampuan anda menguasai isi informasi tersebut? Jelaskan 21. Apa feedback yang anda dapatkan dan siswa dapatkan ketika anda memberikan informasi seks bebas kepada siswa di sekolah? Jelaskan 22. Menurut anda, perkembangan perilaku seksual remaja khususnya pelajar. Harusnya seperti apa? Jelaskan 23. Bagaimana tindakan anda, ketika ada salah satu siswa yang menjadi korban perilaku seks bebas? Jelaskan 24. Dampak seks bebas menurut anda seperti apa? Jelaskan 25. Bagaimana solusi mencegah perilaku seks bebas di kalangan siswa? Jelaskan PEDOMAN WAWANCARA INFORMAN (WAKASEK KESISWAAN) 1. Bagaimana persepsi anda mengenai seks bebas di kalangan pelajar? Jelaskan 2. Bagaimana persepsi anda terhadap pelajar yang telah melakukan perilaku seks bebas? Jelaskan 3. Seperti apa komunikasi yang anda lakukan kepada siswa, mengenai memberikan informasi seks bebas? Jelaskan 4. Apakah anda mempunyai waktu khusus, ketika siswa/anda ingin menanyakan/memberikan perihal informasi seks bebas kepada anda? Jelaskan 5. Apakah anda memahami apa yang disampaikan mengenai komunikasi tersebut? Jelaskan 6. Sudah berapa kali anda terlibat dalam kegiatan mencegah perilaku seks bebas pelajar? Jelaskan 7. Bagaimana bentuk kegiatan tersebut? Jelaskan 8. Langkah-langkah apa saja yang sudah anda lakukan dalam mencegah perilaku seks bebas tersebut? Jelaskan PEDOMAN WAWANCARA INFORMAN (GURU AGAMA) 1. Menurut anda, bagaimana fenomena seks bebas di kalangan pelajar? Jelaskan 2. Bagaimana pandangan anda terhadap pelajar yang telah melakukan aktifitas seks bebas? Jelaskan 3. Menurut anda, penyebab pelajar melakukan aktifitas seks bebas tersebut? Jelaskan 4. Adakah faktor atau dorongan pelajar melakukan aktifitas seks bebas tersebut? Jelaskan 5. Menurut anda, dampak yang diakibatkan oleh perilaku seks bebas? Jelaskan 6. Apakah anda mempunyai waktu khusus, ketika siswa/anda ingin menanyakan/memberikan perihal informasi seks bebas kepada anda? Jelaskan 7. Bagaimana solusi atau penanggulangan dampak seks bebas di kalangan pelajar? Jelaskan PEDOMAN WAWANCARA INFORMAN (SISWA) 1. Bagaimana persepsi anda mengenai seks bebas di kalangan pelajar? Jelaskan 2. Bagaimana persepsi anda terhadap pelajar yang telah melakukan perilaku seks bebas? Jelaskan 3. Apakah anda memahami apa yang disampaikan mengenai komunikasi tersebut? Jelaskan 4. Sudah berapa kali anda terlibat dalam kegiatan mencegah perilaku seks bebas pelajar? Jelaskan 5. Bagaimana bentuk kegiatan tersebut? Jelaskan 6. Langkah-langkah apa saja yang sudah anda lakukan dalam mencegah perilaku seks bebas tersebut? Jelaskan PEDOMAN WAWANCARA INFORMAN (PERAWAT) 1. Menurut anda, bagaimana fenomena seks bebas di kalangan pelajar? Jelaskan 2. Bagaimana pandangan anda terhadap pelajar yang telah melakukan aktifitas seks bebas? Jelaskan 3. Menurut anda, penyebab pelajar melakukan aktifitas seks bebas tersebut? Jelaskan 4. Menurut anda perkembangan perilaku seksual remaja itu seperti apa? Jelaskan 5. Bantuk-bentuk perilaku seks bebas yang sering dilakukan oleh pelajar seperti apa? Jelaskan 6. Adakah faktor atau dorongan pelajar melakukan aktifitas seks bebas tersebut? Jelaskan 7. Menurut anda, dampak yang diakibatkan oleh perilaku seks bebas? Jelaskan 8. Menurut anda, bagaimana seharusnya seorang guru BK di sekolah dalam melakukan komunikasi informasi dalam mencegah perilaku seks bebas tersebut? Jelaskan 9. Apa pengaruh aktifitas seks bebas bagi perkembangan pelajar? Jelaskan 10. Bagaimana solusi atau penanggulangan dampak seks bebas di kalangan pelajar? Jelaskan PEDOMAN WAWANCARA INFORMAN (BIDAN KANDUNGAN) 1. Menurut anda, bagaimana fenomena seks bebas di kalangan pelajar? Jelaskan 2. Menurut anda, penyebab pelajar melakukan aktifitas seks bebas tersebut? Jelaskan 3. Menurut anda, dampak yang diakibatkan oleh perilaku seks bebas? Jelaskan 4. Apa pengaruh aktifitas seks bebas bagi perkembangan pelajar? Jelaskan 5. Bagaimana kondisi janin/rahim pada pelajar yang hamil dibawah umur? Jelaskan 6. Bagaimana solusi atau penanggulangan dampak seks bebas di kalangan pelajar? Jelaskan LAMPIRAN 2 TRANSKRIP WAWANCARA TRANSKRIP WAWANCARA KEY INFORMAN (DRA. WONISAH) 1. Apa arti seks bebas menurut anda? Jelaskan Jawaban : Menurut ibu seks bebas itu suatu perbuatan yang melanggar norma susila di kalangan masyarakat dan pelajar khususnya yah di sekolah. 2. Bagaimana anda menanggapi fenomena seks bebas dikalangan pelajar? Jelaskan Jawaban : Cara saya menanggapi fenomenanya itu adalah ibu dengan jalan, ehh, melaksanakan apa namanya dengan bimbingan individual namanya dengan masuk ke kelas dengan memberikan informasi tentang ... akibat dari seks bebas itu sendiri. Menurut pendapat saya itu sangat tidak bermoral, jadi saya menanggapinya itu sangat tidak bermoral, ehh. Melanggar norman-norma sosial yang ada dikalangan pelajar yang ada di siswa kita, yah.. Sangat tidak bermoral gitu intinya. 3. Apa penyebab seseorang melakukan tindakan seks bebas (atribusi kausalitas) ? - Faktor situasional (lingkungan) dan faktor personal (diri sendiri) Jelaskan Jawaban : Dari lingkungan itu karena pergaulan, karena sering melihat. Ehh,, media internet itu yah. Itu akibatnya ingin coba-coba, ingin itu, akhirnya dia terjerumus. Penyebab dari siswa/diri sendiri yah itu, karena ingin coba-coba, karena melihat didalam internet itu. Yah, makanya itu dia ingin coba-coba Jadi karena siswa itu melihat gambar-gambar porno atau yang di internet itu loh film-film blue, makanya anak-anak itu ingin cobacoba disamping itu dia mungkin ada juga yang berkelainan khusus. 4. Ketika anda mendiskusikan atau memberikan informasi dengan siswa, sejauh mana anda berpendapat bahwa siswa tersebut jujur ketika anda menanyakan perihal mengenai seks bebas (atribusi kejujuran)? Jelaskan Jawaban : Kalau ibu setelah masuk yah, dan memberikan informasi tentang seks bebas itu. Misalnya, siswa siapa yang pernah melakukan itu jarang siswa yang jujur yah. Saya juga percaya siswa itu tak mungkin lah seumur dia itu melakukan kaya gitu perbuatan amoral. 5. Seperti apa pemahaman seks bebas di lingkungan SMA Negeri 1 Cinangka? Jelaskan Jawaban : Menurut saya di SMA Cinangka siswa-siswi saya itu sangat kecil yah, jadi dia itu positif gak pernah yang namanya melakukan seks bebas itu yaitu di dalam kelas yah. Kalau di luar kelas itu bukan urusan guru BK yah. 6. Seperti apa pola komunikasi yang diterapkan oleh anda kepada siswa dalam menyampaikan informasi mengenai seks bebas? Jelaskan Jawaban : Pola komunikasinya adalah satu, dengan bimbingan classical, kita memberikan semuanya kepada seluruh siswa, dan juga ibu menawarkan bagi yang merasakan dirinya masih kurang paham atau apa. Tolong, langsung aja konseling individu gitu yah. 7. Apakah dengan menggunakan pola komunikasi tersebut, anda yakin bisa memberikan pemahaman kepada siswa mengenai seks bebas? Jelaskan Jawaban : Nah, Insya Allah semuanya bisa yah. Masuk ke dalam siswasiswa pun paham yah. 8. Adakah faktor pendukung (pihak ke 3) ketika anda memberikan informasi kepada siswa mengenai seks bebas? Jelaskan Jawaban : Hmm, kalau setahu ibu yang di sekolah itu guru BK dan kesiswaan, kalau yang dari luar itu belum. Tapi, mungkin dalam bentuk sosialisasi, workshop gitu yah itu yang kalau di luar. Tapi kalau yang didalam sekolah khusus guru BK dan kesiswaan. Dari luar yang membantu yah itu BNN (Badan Narkotika Nasional) sama BKKBN. 9. Bagaimana anda mencari faktor pendukung tersebut, guna membantu anda dalam memberikan informasi tersebut? Jelaskan Jawaban : Saya pernah ke dinas sosial yah, dan meminta kepada dinas sosial yah, untuk ke apa yah ke sekolah untuk memeriksa urine atau apa gitulah yah dalam hubungannya dengan sekolah kepada siswa-siswa kami tapi sampai saat ini dari pihak dinas kesehatan belum, tapi ibu sudah mencoba untuk memberikan, meminta yah untuk pihak dinas ‘coba sih ke sekolah’. 10. Bisa anda sebutkan atau jelaskan, faktor-faktor pendukung apa saja yang membantu anda dalam memberikan informasi seks bebas kepada siswa? Jelaskan Jawaban : Bantuannya yah berupa informasi, seminar, workshop, sosialisasi kaya gitu yah. Kadang mengundang siswa-siswa kita ke misalnya workshop gitu yah sosialisasi. 11. Apa anda merasakan perbedaan fenomena seks bebas pelajar jaman sekarang dengan jaman dahulu? Jelaskan Jawaban : Ehh,,, Ibu merasakan yah karena ibu sudah tahu yah. Oh... Jaman sekarang itu yah luar biasa dimana alat-alat itu mendukung yah. Baik lewat media yah internet, kalau dulu kan belum ada internet. Ini sangat sekali, sangat....... Mendukung untuk melakukan itu. 12. Mengapa tingkat fenoma seks bebas dikalangan pelajar semakin meningkat? Jelaskan Jawaban : Hmm,,, mengapa semakin meningkat yah. Karena itu, didukung oleh faktor lingkungan yah, faktor media sosial, faktor internet. Itu yang sangat, sangat mendukung. Faktor pergaulan juga yah, itu lewat film blue. Uh, itu pokoknya sangat luar biasa itu. 13. Seperti apa ciri-ciri orang yang telah melakukan seks bebas, menurut kacamata anda? Jelaskan Jawaban : Eh,, ciri-cirinya yah. Kalau menurut ibu, satu. Eh,, jalannya sudah agak lain, terus,, ini apa. Badannya itu kalau di sentuh oleh ibu itu agak apa lembek gitu yah, kalau itu kan masih kerasa gitu yah. Itu kalau dilihat sepintas yah, terus juga pinggulnya juga yah, semuanya payudaranya juga. Ibu kan seorang ibu jadi tahu gitu. 14. Dalam memberikan informasi mengenai seks bebas, tentu ada tujuan nya. Apa yang anda harapkan dari tujuan tersebut, dilihat dari : - Perubahan sikap (apa yang diharapkan) Jawaban : Sikap itu, perubahan sikap yang saya perhatikan dalam siswa itu harus merubah sikapnya yah. Jadi yang tadinya berpandangan negatif harus positif, bahwa melakukan hal itu dilarang oleh agama yah, disamping itu dosa yah. Pokoknya jangan sampai melakukan halhal yang dilarang oleh agama. - Perubahan pendapat (apa yang diharapkan) Jawaban : Pendapat siswa yah, pendapat siswa itu ‘nong, nak... kamu itu berpendapat bahwa seks bebas kalau dilakukan itu akan merugikan diri kamu sendiri’ gak merugikan orang lain, diri kamu sendiri yang gitu dalam hal berpendapat. - Perubahan perilaku (apa yang anda harapkan) Jawaban : Perilakunya supaya dia itu tidak melakukan yah, dan harus berbuat hal-hal yang positif untuk menghindari hal-hal yang, maaf seks bebas itu sangat tidak bermoral. - Perubahan sosial (apa yang anda harapkan) Jawaban : Lingkungan sosial yah, lingkungan sosial dalam masyarakat. Kalian juga memberikan pengertian kepada teman-teman jangan sampai eh,,, melakukan seks bebas, karena itu tidak sesuai dengan norma agama, norma susila, norma sosial, kamu di masyarakat harus saling memberikan, eh.,,,, apa namanya. Memberikan pengetahuan yang baik, bahwa hal itu tidak dilakukan itu tidak akan menguntungkan akan merugikan. 15. Bagaimana anda memposisikan diri anda sebagai guru BK terhadap siswa dan lainnya? Jelaskan Jawaban : Memposisikan diri, saya sebagai guru BK itu memposisikan diri ehhh,, sebagai teman. Teman dalam berbagi rasa, sharing, bersosialisasi. Kamu anggap ibu itu sebagai ibu kamu sendiri, atau teman kamu sendiri, biar kita itu enak. Kita itu akan memecahkan masalah dengan baik, dan terhindar dari hal yang tidak baik. 16. Fungsi guru BK itu sendiri menurut anda di sekolah seperti apa? Jelaskan Jawaban : Guru BK itu sangat penting yah, bahwa untuk memberikan informasi-informasi yang bersifat sosial yah. Itu yang tidak disampaikan oleh guru mata pelajaran, maka disampaikan oleh guru BK termasuk seks bebas ini disampaikan oleh guru BK. 17. Berapa lama anda biasanya memberikan informasi seks bebas kepada siswa? Jelaskan Jawaban : Alhamdulillah, saya dikasih jam 2 jam dalam 1 minggu. Itu bertemu dengan siswa-siswa yang saya asuh, kadang diruang BK kadang diruang kelas bimbingan classical itu. 18. Bagaimana anda mensiasati siswa yang masih penasaran dengan informasi mengenai seks bebas tersebut? Jelaskan Jawaban : Nah, makanya. Kalau kalian itu, yang masih tidak jelas dan penasaran dan mungkin ini menyangkut hal-hal yang sangat pribadi. Tolong, kamu ketemu ibu, temui ibu dengan jalan kita konseling individu. 19. Dorongan apa yang membuat anda selaku guru BK harus melakukan atau memberikan informasi seks bebas kepada siswa? Jelaskan Jawaban : Dorongan yang sangat kuat, kalau negara ini akan hancur yah. Kalau seandainya siswa-siswa kita itu, tidak diberikan pengarahan tentang seks bebas itu. Karena itu akan merugikan dirinya apalagi negara itu akan sangat rugi. 20. Dalam hal hambatan ketika anda melakukan komunikasi dengan siswa, ada 4 macam. Yaitu, gangguan, kepentingan, motivasi dan prasangka. - Dalam hal gangguan semantik (bahasa) seperti apa hambatannya, sedangkan gangguan mekanik (kegaduhan) seperti apa hambatannya. Jelaskan? Jawaban : Jadi ada bahasa-bahasa yang misalnya, saru gitu bahasa jawa yah. Maka untuk memperjelas hal itu yah itu diadakan kalau kalian belum paham tolong masuk ke ruangan ibu ‘ibu saya kebelum paham’ dan terus nanti yang tidak paham itu masuk aja nanti ke ruang ibu ‘ibu tadi saya belum jelas, tolong jelaskan’ . Jadi misalnya ibu mengatakan hal-hal yang belum dia itu kenali, itu memang hore itu yah si anak itu bersorak-sorei. - Kepentingan, bagaimana hambatan komunikasi dalam bentuk kepentingan yang anda rasakan? Jelaskan Jawaban : Nah,, kepentingannya yah itu, yang jelas saya kepentingannya satu. Supaya anak-anak itu jangan sampai terjerumus ke dalam hal seks bebas itu. Dua, kita harus taat kepada Allah yah, perintah Allah kita jangan sampai melakukan sebelum kita menikah. - Motivasi, pernahkan anda memperhatikan motivasi siswa bisa jadi hambatan, bagaimana anda mensiasatinya? Jelaskan Jawaban : Eh,, ibu dengan jalan masuk tadi ke kelas yah. Memotivasi bahwa hal-hal yang tidak perlu kalian lakukan jangan dilakukan, terus bahwa hal-hal kaya gitu juga tidak bagus untuk kamu. Dan kamu itu harus semangat belajar, tugas kamu adalah belajar, bukan pacaran bukan itu yah. Pokoknya kamu tugas kamu adalah belajar, belajar, dan belajar. Pendidikan, pendidikan, pendidikan. Education, education, bukan seks bebas jauhkan hal itu. - Prasangka, bagaimana anda mengubah prasangka yang salah dari siswa mengenai informasi yang anda berikan terkait kurangnya kemampuan anda menguasai isi informasi tersebut? Jelaskan Jawaban : Untuk mengatasi hal itu yah, ibu menjelaskan dengan sejelas-jelasnya, dengan memberikan contoh yang konkret. Sehingga siswa itu paham, oh yah,, ternyata orang-orang yang melakukan seks bebas itu eh rugi segala-galanya. 21. Apa feedback yang anda dapatkan dan siswa dapatkan ketika anda memberikan informasi seks bebas kepada siswa di sekolah? Jelaskan Jawaban : Feedbacknya yah, hmmm,, siswa itu biar paham yah. Bahwa seks bebas itu tidak bagus, tidak bermoral, tidak bersusila, dan kamu itu harus sampai yang sabar, sampai ke jenjang pernikahan sampai kamu bisa melakukan itu. Dan kamu siswa-siswa ku yang manis, kalian jauhkan halhal yang itu, kamu ke arah yang positif selalu memberikan kreasi. Tunjukkan kreasi kamu yang terbagus, jangan memikirkan hal-hal yang belum seharusnya kamu kerjakan dan lakukan. 22. Menurut anda, perkembangan perilaku seksual remaja khususnya pelajar. Harusnya seperti apa? Jelaskan Jawaban : Perkembangan perilaku seksualnya yah, jadi kalau hal-hal yang perilaku seksual yang umur usia sekolah yah, harus belajar. Misalnya, seumur remaja, dia juga harus membatasi yah, masa remaja itu adalah masa pancaroba dimana kamu itu bingung. Terus dan setelah kamu dewasa, kamu juga akan berkembang melalui pengetahuan kamu akan tahu sendiri semakin dewasa kamu akan semakin paham. 23. Bagaimana tindakan anda, ketika ada salah satu siswa yang menjadi korban perilaku seks bebas? Jelaskan Jawaban : Nah,,, seandainya ada siswa yang ibu tahu bahwa kamu melakukan seks bebas, maka ibu itu panggil, dan ibu tidak akan mengeluarkan, selama dia tidak hamil yah. Seandainya ibu tahu lagi, ibu akan panggil saya kasih ‘tolong nak, jangan sampai lagi. Kamu harus sadar, jangan sampai terulang kembali’ harus dikasih tahu kelemahan dan kelebihannya. 24. Dampak seks bebas menurut anda seperti apa? Jelaskan Jawaban : Dampaknya, dampaknya itu sangat luar biasa. Memalukannya luar biasa, mengerikan yah, pokoknya tidak bermoral, tidak berasusila, pokoknya merugikan diri sendiri juga masyarakat, orang tua malu, guru apalagi, mencemarkan nama baik sekolah. 25. Bagaimana solusi mencegah perilaku seks bebas di kalangan siswa? Jelaskan Jawaban : Solusinya untuk mencegah yah, jadi salah satu jalan untuk mencegah preventif sekolah itu yaitu dengan memberikan bimbingan individual, konseling face to face wawancara semuanya dilakukan untuk memberikan pengertian bahwa seks bebas itu tidak bagus, tidak baik untuk kalian, kalian harus membentengi diri dari hal-hal yang tidak baik terutama setan itu harus dilawan jangan diikuti atau dituruti, kamu itu harus bisa membentengi diri dengan iman. TRANSKRIP WAWANCARA INFORMAN (Drs. H. SUBKI SYARBINI RAIS) 1. Bagaimana persepsi anda mengenai seks bebas di kalangan pelajar? Jelaskan Jawaban : Kalau dari sudut pandang persepsi siswa seks bebas, itu selalu berkonotasi dengan hal-hal sifatnya amoral atau negatif. Tapi kalau dikaitkan dengan BP dalam hal ini, BP hanya bisa menyampaikan hal tersebut memang negatif. Tapi melihat dari suatu kenyataan, seks bebas munculnya dimana itu, saya yakin siswa belum tahu persis wujudnya. Yang tahu sudut pandang siswa itu amoral tidak bermoral, tidak beretis lah, tidak berbudaya lah, bukan budaya kita lah. Tapi bentuk seks bebasnya kaya gimana tuh, wujudnya gimana, apakah seks bebas itu yang hamil diluar nikah apakah termasuk seks bebas. Apakah ada kaitannya, saya kira yakin siswa, persepsi kita pandangannya kalau negatif amoral tapi wujud dari hal itu saya tidak tahu persis. Wujud seks bebas itu apa hanya dilihat dari bergaul saja, bergaul-gaul bebas sehingga dia melakukan hal seperti itu apakah itu termasuk pergaulan bebas. 2. Bagaimana persepsi anda terhadap pelajar yang telah melakukan perilaku seks bebas? Jelaskan Jawaban : Kembali ke aturan sekolah, artinya sebaiknya memang seharusnya itu, sekolah jangan semena-mena langsung mengeluarkan siswa itu. Inilah peran BP, sehingga harus ditelusuri dulu, kenapa dia melakukan hal seperti itu. Timbulnya pembinaan, tapi yang terjadi, kadang-kadang yang dianggapnya sudah menyalahi aturan, tidak bermoral. Siswa bisa saja dikeluarkan, karena aturannya bertindak amoral. Inilah yang menjadi pertentangan peran BP dalam suatu kenyataan, BP kan sifatnya membimbing, kok siswa yang sudah begitu dibimbing. Narkoba, misalnya, kalau bagi BP, kalau ada yang kecanduan cenderung dia dibina tapi dalam suatu aturan tata tertib misalnya, orang yang pengedar narkoba itu tidak bisa ditolerir sebagai siswa gitu. Dia sudah melakukan tindakan, apalagi dia mengedarkan kan harus dikeluarkan. Jadi dari sudut pandang BP hal itu harus dibina, sudut pandang saya sebagai kesiswaan itu sudah menyalahi aturan ketentuan tertentu. Peran BP itu harus seperti itu, bukan jadi sebagai eksekutor, tapi dibina. Tapi sementara orang lain, di luar ke BP an misalnya. Dia akan berpendapat, kenapa BP tidak mengeluarkan saja seakan-akan hal seperti itu di lindungi. 3. Seperti apa komunikasi yang anda lakukan kepada siswa, mengenai memberikan informasi seks bebas? Jelaskan Jawaban : Banyak hal, karena hal tersebut termasuk kedalam BPN, mengenai komunikasi dalam hal buruknya tentang seks bebas. Salah satunya sosialisasi, dulu pernah ada kerja sama. 2 tahun yang lalu, Wakasek dengan BP sosialisasi tentang HIV itu kan dari narkoba lari ke seks bebas. Kedua, saya sendiri kaitannya karena saya sendiri guru Sosiologi, karena tidak jauh dengan masalah sosial. Saya mengadakan deklarasi tentang narkoba, kedua mengadakan lomba poster anti narkoba, ini kan komunikasi. Semakin banyak peserta dalam lomba itu, semakin banyak dia mengetahui akan apa itu narkoba. Itu kaitannya dengan saya guru Sosiologi, ini suatu komunikasi kepada siswa yang efektif yang menumbuhkan bahwa narkoba itu bahaya dari sudut pandangnya dia setelah itu saya tempel. Ada, dalam hal komunikasi. Misalnya ada kegiatan dari tingkat kabupaten, misalnya Dispora untuk mengirim siswa dalam sosialisai narkoba HIV. Kami selalu mengirimkan perwakilan siswa 4. Apakah anda mempunyai waktu khusus, ketika siswa/anda ingin menanyakan/memberikan perihal informasi seks bebas kepada anda? Jelaskan Jawaban : Kalau waktu secara khusus sudah engak, Cuma itu sangat tergantung kondisi, yang memang yang uniknya. Tidak ada siswa yang mau konsultasi dengan saya, seakan-akan saya tidak memberikan waktu yang khusus, sehingga berbaliklah strategi dengan cara sosialisasi itu, lomba poster tentang narkoba itu, deklarasi gitu. Jadi dibuatnya seperti itu, jadi siswa sendiri tidak ada sengaja lah konsul ke BP tentang narkoba, saya pikir begitu. Makanya dengan cara sosialisasi itu cara yang paling efektif. 5. Apakah anda memahami apa yang disampaikan mengenai komunikasi tersebut? Jelaskan Jawaban : Yah, tentunya mengambil intisari dari sosialisasi itu. Artinya begini, tidak semua bahan itu kita informasikan kembali kepada siswa lainnya. Point-point penting dari sosialisasi itu yang disampaikan kepada siswa lainnya itu. Karena kan orang yang sosialisasi tentunya dia yang lengkap, dari A sampai Z. Tapi orang yang tidak ikut, masa dia harus ikut A sampai Z lagi, yang penting point-point pentingnya yang mengarah pada bahaya seks bebas atau narkoba. 6. Sudah berapa kali anda terlibat dalam kegiatan mencegah perilaku seks bebas pelajar? Jelaskan Jawaban : Itu lebih 3x, seingat saya untuk tahun ajaran sekarang di Hotel Marbella dalam rangka dengan narasumber tentang bahaya narkoba terus sosialisasi HIV AIDS pada saat MOPDB, LDKS itu kan kegiatan-kegiatan yang efektif untuk memberikan penyuluhan kepada siswa. 7. Bagaimana bentuk kegiatan tersebut? Jelaskan Jawaban : Literasi media, sosialiasi, deklarasi, tentunya pendekatanpendekatan siswa yang bermasalah. Masalahnya, pendekatan juga suatu cara juga, Cuma memang tidak ada siswa yang sengaja, jadi kita memang tidak tahu apakah segan. 8. Langkah-langkah apa saja yang sudah anda lakukan dalam mencegah perilaku seks bebas tersebut? Jelaskan Jawaban : Langkah yang pertama adalah, selalu memberikan nasihat atau peringatan baik yang tadi saya sebutkan tadi. Tentunya harus kerja sama dengan BP tentang bahaya itu, disamping itu yah kami ingin sekali ada kegiatan-kegiatan yang sifatnya langsung mempengaruhi jiwa mereka. Misalnya, lomba poster, lomba karikatur narkoba, deklarasi pernyataan itu. Ini kan untuk menumbuhkan jiwa anti narkoba. TRANSKRIP WAWANCARA INFORMAN (Dra. ROHANAH) 1. Bagaimana persepsi anda mengenai seks bebas di kalangan pelajar? Jelaskan Jawaban : Yah kalau kita melihat fenomena sekarang yah, bagaimana keadaann seks bebas di kalangan pelajar. Yah memang ini sudah nampak yah, dikalangan pelajar. Dengan mengawali mereka dengan menghindari hubungan antar kawan biasa, hingga akhirnya lama-lama menjadi akrab sering bertemu akhirnya mereka kan sampai mengadakan hubungan pacaran namanya yah, akhirnya kan janjian di luar. Setelah itu mereka ternyata pinter, misal ada kegiatan disekolah, mereka tidak ikut kegiatan disekolah. Tapi ke orang tua, dia bilangnya ikut. Pulang sore ada kegiatan, ternyata, waktu-waktu itu dia gunakan di luar sekolah. Nah awalnya dari situ, nih fenomena yang terjadi di SMA Cinangka kan, ataupun di sekolah lain pun sama seperti ini. Tapi gak banyak, hanya beberapa orang. Bisa kita lihat, terkadang istirahat ada anak yang sedang duduk berdua, Cuma itu tidak semuanya, hanya beberapa orang saja. Dan itupun kita sudah mencarikan solusi, dengan cara kita tegur. Bukan saja guru agama, guru lain pun kita tegur mereka, karena memang dakwah itu kan bukan tugas guru agama. Tapi tugas semua manusia, Ammar Ma’ruf Naif Munkar. 2. Bagaimana persepsi anda terhadap pelajar yang telah melakukan perilaku seks bebas? Jelaskan Jawaban : Yah, ternyata yang sudah-sudah gitu yah. Anak sudah melakukan seks bebas, umumnya yang terjadi. Anak-anak pada kebablasan, kebablasan dikalangan pelajar mana saja pada umumnya akhirnya terjadi kehamilan juga anak-anak. Ternyata setelah terjadi kehamilan, barulah muncul penyesalan, setelah anak melahirkan begitu melihat temannya masih sekolah. Disitu baru mereka menyesal, andaikan waktu saya bisa menjaga diri, enak banget sama anak-anak bisa sekolah lanjut. Ternyata penyesalan itu ada, Cuma kita disini, guru agama, guru umum, guru siapapun. Selalu kasih pengarahan dikelas, bahwa kalian itu haruskan jaga pergaulan, masalahnya kalau sudah terlanjur, kalian tidak bisa lagi memperbaiki diri, karena sudah tercemar namanya seperti itu. 3. Menurut anda, penyebab pelajar melakukan aktifitas seks bebas tersebut? Jelaskan Jawaban : Yang paling inti pendidikan kembali ke orang tua dirumah, yang namanya sekolah itu kan, kita hanya beberapa jam, 7:15 masuk jam 2 kita keluar. Sedangkan waktu yang paling banyak itu dirumah, di orang tua. Nabi sendiri sudah menyatakan dalam hadist nya, jadi setiap anak yang terlahir di muka bumi itu, bersih suci. Sekarang mau anak itu Yahudi, mau agama Nasrani ataupun istilahnya mau anak baik itu perilakunya, mau tidak baik. Itu kan bagaimana pendidikan orang tua di dalam rumah yah, karena pendidikan utama itu orang tua. Mencontohkan anak bagaimana dia berperilaku, bagaimana si orang tua itu berbicara, komunikasi bapak dengan anak harus bagaimana, anak dengan orang tua bagaimana, ketika salah harus saling meminta maaf, kan kalau terjalin komunikasi yang baik, terbuka setiap masalah terbuka kepada orang tua, kalau terjalin komunikasi yang baik, yah Insya Allah kan ada kedekatan antara anak dengan orang tua. Yah, akhirnya mereka tidak ada yang disembunyi-sembunyikan, dan sudah terbiasa dengan didikan dengan agamanya, terutama agamanya dirumah. Ketika dasar agama nya kuat dirumah, Insya Allah anak itu tidak mudah untuk menyimpang, ketika menyimpang sedikit, namanya manusia yah. Yah tetap mereka akan kembali lagi, karena basic saya di agamanya sudah di keluarga. Jadi kesimpulannya, yang paling penting itu adalah pendidikan keluarga dulu tapi penanaman agama. 4. Adakah faktor atau dorongan pelajar melakukan aktifitas seks bebas tersebut? Jelaskan Jawaban : Yah, kalau dari diri kita sendiri pasti ada, karena kita punya nafsu. Tapi nafsu ini akan bisa kita kendalikan, ketika kita punya dasar yang kuat dari agamanya nih di keluarga. Jadi keluarga itu ada tontonan, terkadang anak dibebaskan oleh orang tua nonton film itu di TV atau sinetron yang tayangannya ciuman atau berpakaian diatas lutut. Andai kata orang tua menyetir dirumah, ‘nak nanti belajar dulu, tv dimatikan’. Atau ketika nonton tv anak itu ada orang tua, ‘nak matikan, tayangannya tidak bagus’. Andai kata dari keluarga sudah di setir begitu, nah nafsu anak itu tidak akan muncul terangsang, terangsang nafsu nya anak itu karena habis nonton, habis melihat film-film yang porno. Andai kata mereka tidak dirangsang dengan itu, Insya Allah dengan didikan agama yang kuat, nafsu akan terkendali. Tapi kenyataannya, yang muncul dari mereka sendiri, karena memang ada rangsangan seperti itu. 5. Menurut anda, dampak yang diakibatkan oleh perilaku seks bebas? Jelaskan Jawaban : Dampaknya, yah diantaranya jelas masa depan anak semuanya sudah, artinya masa depan dia sendiri hancur. Artinya citra dia jelek, citra keluarga jelek, sekolah jelek, yang jelas orang itu kalau udah jelek. Selamanya, sulit dipercaya. Ah.... sebutannya wanita yang tidak baik-baik bukan, itu yang repot yah. Dampak berikutnya, dimasyarakat juga akan dikucilkan, akan dipermalukan oleh orang, tinggi rendahnya martabak kita, bisa tidak kita menjaga diri kita sendiri kan, dengan menjaga keimanan kita, dampaknya seperti itu. Jadi yah, masa depan dia fatal gitu kan. 6. Apakah anda mempunyai waktu khusus, ketika siswa/anda ingin menanyakan/memberikan perihal informasi seks bebas kepada anda? Jelaskan Jawaban : Yah, Alhamdulillah, karena dari awal kita sudah minta kepada Allah, Ya Allah.. andai kata engkau takdirkan saya disini menjadi CPNS. Saya akan pertaruhkan semuanya jiwa raga, itu sudah dibuktikan. Jadi anak bukan hanya disekolah konsultasinya, konsultasi tentang seks, tentang keluarganya, atau tentang semuanya. Jangankan disekolah, diluar sekolah dilayani, bahkan malam sampai jam 2 malam anak nelepon sms dilayani. Tidak ada istilahnya ‘oh menganggu’ batasan gak. Kita selalu open buat anak-anak, karena memang tugas guru agama, jam berapa pun kita jangan menolak, karena ini kan bagian dari dakwah islam. Karena kalau kita nolak, berarti kita terhenti untuk meluruskan orang menjadi baik kan. Jadi guru agama tidak pernah berhenti untuk selalu dakwah islam nya. 7. Bagaimana solusi atau penanggulangan dampak seks bebas di kalangan pelajar? Jelaskan Jawaban : Kalau misalnya, yang kita lakukan yah. Kalau kita lagi melihat anak melakukan itu, baru berduaan saja jalan. Kita panggil dia, kita bawa ke suatu tempat yang memang tidak orang lain gak tahu khawatir malu. Kita disitu kasih pengarahan dari hati ke hati, pelan-pelan mulai dikasih pengertian mengenai bagaimana agama, kenapa agama melarang begini, karena akibatnya akan fatal. Pelan-pelan, Alhamdulillah itu anak-anak mulai menerima. Itu setiap ada yang, jadi kita setiap ada yang melihat atau ada yang melapor, kita panggil. Nanti setelah anak sudah dipanggil oleh kita, ternyata masih melakakukan juga, maka kita kerja sama dengan BP dengan Wali Kelas, jadi BP SMA Cinangka itu ada satu kesatuan antara guru Agama, Wali Kelas dan BP. Jadi kita kerja sama, maka kita barengbareng meluruskan anak yang memang melakukan sex, seperti itu yang memang sudah-sudah dilakukan. TRANSKRIP WAWANCARA INFORMAN (PANJI WALI RAKSA) 1. Bagaimana persepsi anda mengenai seks bebas di kalangan pelajar? Jelaskan Jawaban : Ehh,, menurut saya sih itu sebuah kelakuan yang sangat menyimpang dari moral atau budaya agama kita sendiri gitu. Intinya sesuatu yang tidak pantas kita pandang, yang memang itu harus ada pencegahan-pencegahannya baik itu dari pihak keluarga maupun pihak masyarakat. 2. Bagaimana persepsi anda terhadap pelajar yang telah melakukan perilaku seks bebas? Jelaskan Jawaban : Eh,,, dari kalangan pelajar. Ohh, banyak sekali justru. Eh,, seks bebas banyak dilakukan dari kalangan pelajar bahkan mulai dari SD, dari SMP, dari SMA, saya pernah mengikuti satu training itu entah apa. Pokokny materinya tentang seks bebas, jadi mulai dari SD, SMP, SMA itu banyak sekali bahkan kuliah yang sudah kerja itu. Mulai awalnya, mereka dari pacaran mereka itu, mulai dari pacaran akhirnya menimbulkan syahwat atau nafsu-nafsu yang akhirnya menyebabkan mereka terjerumus ke hal-hal yang seperti itu seks bebas seperti itu. Ehh, kita cukup mengingatkan dan memberikan pelajaran-pelajaran tentang ke Islaman gitu, jadi walaupun kita ada sedikit ilmu tentang agama yah kita sampaikan walaupun sedikit. Yang penting seseorang tersebut telah kita ingatkan dan sudah kita tegor, karena kewajiban kita sebagai muslim itu mengingatkan ketika seseorang sesama umat muslim itu melakukan hal yang salah gitu. 3. Apakah anda memahami apa yang disampaikan mengenai komunikasi tersebut? Jelaskan Jawaban : Eh,,,, memahami sekali. Bahwa sesuatu yang, hal-hal seperti itu yah memang harus dicegah mulai dari kesadaran diri sendiri gitu, bahwa hal yang seperti itu. Ehhh,, hal-hal yang sangat menimbulkan efek yang tidak baik terhadap diri kita, terhadap orang lain begitu, begitupun terhadap masyarakat. 4. Sudah berapa kali anda terlibat dalam kegiatan mencegah perilaku seks bebas pelajar? Jelaskan Jawaban : Ehh,,, kalau gak salah baru berapa yah... 2 kali kalau gak salah. Tapi saya lupa tempatnya dimana saja. 5. Bagaimana bentuk kegiatan tersebut? Jelaskan Jawaban : Mulai dari,,,, kita kan disini ada mading yah, disini mading memanfaatkan ketika informasi-informasi seperti ini lagi marak-maraknya gitu, jadi mading memanfaatkan seperti menempel apa sih, yah di madingmading menempel informasi tentang seks, bahaya seks seperti apa, pencegahannya seperti apa yang mereka lakukan, menyebarkan informasi melalui eh berita tertulis. 6. Langkah-langkah apa saja yang sudah anda lakukan dalam mencegah perilaku seks bebas tersebut? Jelaskan Jawaban : Eh,,,, yang pertama kita sebagai umat Islam harus menguatkan dan ehh,, lebih banyak mempelajari ilmu-ilmu tentang agama Islam. Ketika kita sudah paham, kita sedikit demi sedikit harus bisa menjalankan dan menguatkan keimanan seseorang, karena yang membuat seseorang itu terjerumus kepada seks bebas itu, karena mereka tidak mempunyai pondasi keimanan yang kuat seperti itu. TRANSKRIP WAWANCARA INFORMAN (DWI RISKA MAULIA) 1. Bagaimana persepsi anda mengenai seks bebas di kalangan pelajar? Jelaskan Jawaban : Ehh,, jadi banyak sekarang itu udah gak asing lagi sama kata seks bebas itu. Dijelasin disana juga, apalagi diperkotaan banyak banget, kaya gitu. 2. Bagaimana persepsi anda terhadap pelajar yang telah melakukan perilaku seks bebas? Jelaskan Jawaban : Ehh,, yah paling efeknya hamil diluar nikah dan akhirnya ehh,, apa yah bisa keluar sekolah, bikin malu keluarga sendiri. 3. Apakah anda memahami apa yang disampaikan mengenai komunikasi tersebut? Jelaskan Jawaban : Yah paham banget, jadi nambah wawasan. Selain seks bebas, kita juga diterangin tentang narkoba gitu terusnya, macam-macam narkoba itu kaya gimana bentuknya terus efek samping dari narkoba terus pemakaiannya bagaimana itu diterangin banyak disitu. 4. Sudah berapa kali anda terlibat dalam kegiatan mencegah perilaku seks bebas pelajar? Jelaskan Jawaban : Baru 1x itu kemaren yang di Marbella. 5. Bagaimana bentuk kegiatan tersebut? Jelaskan Jawaban : Pernah diluar, tempatnya sama di Marbella. Tapi apa yah, tentang kesehatan kesehatan reproduksi dan keluarga berencana gitu. Sosialiasi kesehatan reproduksi dan keluarga berencana. 6. Langkah-langkah apa saja yang sudah anda lakukan dalam mencegah perilaku seks bebas tersebut? Jelaskan Jawaban : Paling langkah-langkahnya itu, ngingetin orang aja. Kalau untuk riska sendiri menghindari pacaran, selain itu, jadi ikut-ikutan kegiatan keagamaan jadi itu kan bisa apa yah menghindari lah mencegah. TRANSKRIP WAWANCARA INFORMAN (AHMAD YANI Amd. Kep) 1. Menurut anda, bagaimana fenomena seks bebas di kalangan pelajar? Jelaskan Jawaban : Ini kalau tidak salah untuk masalah fenomena itu kita mestinya punya data yah, ada data. Ada data dari sekolah misalkan, berapa tahun mereka melakukan seks bebas udah berapa tahun, terus tingkatan kelas berapa mereka melakukan seks bebas. Disini untuk masalah fenomena, kita harus mempunyai data yang real, dari pihak sekolah yah. Namun dalam hal ini, ehhh..... saya pribadi yah, untuk pendataan seks bebas itu di puskesmas itu belum ada belum punya. Mungkin yang ada itu, mungkin di kepolisian gitu ada, soalnya kalau dikita kan puskesmas hanya sebatas memberikan penyuluhan. Kalau kita disangkutkan ke orang tua, untuk seks bebas dikalangan remaja ini sudah jelas-jelas dan pasti nya kita tidak mengingikan hal yang seperti itu, karena dalam hal ini seks bebas itu yang diluar daripada nikah, itu sangat-sangat mencoreng nama baik keluarga, nama baik sekolah, nama baik pribadinya itu sendiri. Sehingga nantinya kalau mereka tidak bisa dibimbing baik disekolah ataupun dikeluarga dirumah yah, itu nanti mereka akan melakukan seks bebas karena ketidaktahuan dan karena tidak ada bimbingan dari orang tua dan sekolah. 2. Bagaimana pandangan anda terhadap pelajar yang telah melakukan aktifitas seks bebas? Jelaskan Jawaban : Kalau pandangan pribadi saya, itu sudah jelas-jelas tidak ehh,,, mengingikan orang yang melakukan seks bebas diluar nikah. Karena ini sangat berbahaya sekali, terutama ini menyangkut daripada ajaran agama, terus menyangkut daripada kejelakan keluarga dan rumah tangga. Jadi menurut pribadi saya, saya tidak menyetujui, tidak setuju dengan adanya seks bebas yang dilakukan oleh pelajar. 3. Menurut anda, penyebab pelajar melakukan aktifitas seks bebas tersebut? Jelaskan Jawaban : Jadi gini, ada beberapa faktor yang mereka itu melakukan seks bebas. Pertama, dari perilaku mereka itu sendiri. Kedua, dari segi ekonomi misalkan. Terus yang ketiga, dari faktor teknologi, misalkan hp. Terus yang keempatnya itu, mungkin itu karena dia kurang adanya pada dirinya kurangnya keimanan dan taqwa itu yang jelas. Sehingga, kalau mereka sudah mempunyai iman, sudah mempunyai taqwa, tak mungkin mereka juga tahu kan. Gimana itu, sehingga mereka melakukan seks bebas itu. Yang dosanya sangat besar sekali, yang akhirnya mereka akan dijauhi oleh orang banyak. Jadi faktor penyebab itu, ke pergaulan, terus hp bisa teknologi yah, ehh,, terus lingkungan yah, terus yang lebih fokusnya karena disini kita daerah wisata, banyak kalangan remaja diluar yah yang masuk kesini dengan lokasi seperti kita disini daerah wisata bebas adanya pantai yang seperti itu. Terus adanya losmen-losmen yang tidak mempunyai izin yang tidak resmi, sehingga mereka masuk ke losmen bukan yang mereka bilang suami istri, ternyata bukan. Jadi masalah lingkungan. 4. Menurut anda perkembangan perilaku seksual remaja itu seperti apa? Jelaskan Jawaban : Jadi perkembangan perilaku seksual remaja disini perkembangannya ehh,, mungkin kekurangan dari pada memberikan penyuluhan atau bimbingan tentang melakukan seks. Dimana kalau kita sudah memberikan ehh,, bimbingan, penyuluhan mungkin mereka tahu dan mereka bisa membatasi diri dan menjaga diri untuk melakukan seks bebas. Sehingga mereka bisa untuk keinginan nafsu birahinya itu, kalau dia itu tahu ada bimbingan misalkan seks bebas itu berbahayanya seperti ini dan misalkan ia melakukan seks bebas itu karena menimbulkan keaiban dan segala macam. Kalau mereka sudah tahu hal yang seperti itu, karena mereka sudah pernah mendengar atau bimbingan penyuluhan dari instansi yang terkait itu mungkin mereka juga tidak akan melakukan mendekatkan seks bebas itu. 5. Bantuk-bentuk perilaku seks bebas yang sering dilakukan oleh pelajar seperti apa? Jelaskan Jawaban : Saya kurang ini yah, kalau seperti itu. Soalnya gini, ehh... Jadi, melakukan seks bebas itu yah kalau di Cinangka itu yah, khususnya di Kecamatan Cinangka, kita jarang mendengar adanya seks bebas diluar nikah dan melakukan jenis-jenis lain, kalau masalah itu kita kurang paham yah. Yang jelas mungkin disini dia melakukan seks bebas itu hanya karena dia ingin mengeluarkan hawa nafsunya tidak dengan cara berlainan bersentuhan tubuh, tetapi dia sering kita dengar itu saling dengan mulut ke mulut atau kiss. Jadi kalau untuk itu, saya untuk langsung yah perempuan laki-laki itu kurang tahu dengan jelas, karena selama ini data yang masuk ke Puskesmas untuk memberikan visum yang seperti itu, jarang atau tidak ada. Jarang orang yang minta visum untuk di lakukan seks bebas itu, dan dia tidak ada kesini. Tetapi, kalau untuk misalkan kita ciuman atau apa, karena itu tidak ada bekas dan tidak menimbulkan luka, yah itu karena tidak kesini dan tidak terlihat. Yang jelas disini mungkin untuk seks bebas di Cinangka ini, bisa dikatakan 0% lah mungkin untuk melakukan praktik berlainan jenis yah, tapi untuk kiss-kiss nya itu sudah sewajarnya yah udah biasa gitu. 6. Adakah faktor atau dorongan pelajar melakukan aktifitas seks bebas tersebut? Jelaskan Jawaban : Jadi yang setahu saya yah, untuk remaja yang melakukan dorongan dari dia melakukan seperti itu yah, setahu saya dia pertama. Sering melihat tontonan yang seperti itu, misalkan bf atau segala macam, itu sering itu para remaja, apalagi sekarang kan di hp-hp kan banyak yang film-film seperti itu. Terus yang ketiganya, karena pergaulan. Dari segi pergaulan ini banyak faktor, pertama mungkin pergaulannya mereka karena sering minum-minuman, atau pergaulan yang tidak jelas itu. Sehingga dengan emosionalnya dia tinggi minum-minum sehingga dia alkohol, bisa juga tidak terkontrol, melakukan untuk mengakibatkan seks bebas di kalangan remaja itu. Dan yang jelas disini, untuk penigkatan psikologi itu. Pertama, bimbingan, terus sering nonton film-film bf terus pergaulan itu mungkin yah, karena pergaulan anak remaja sekarang sudah tidak terkontrol dan situasi lokasi kita disini daerah wisata banyak tempat nongkrong dia yang enak, sehingga dengan adanya tempat seperti itu mereka itu bisa terjadi dibilang dia untuk minumminuman dan lain semacam. Dan juga setelah dia minum-minuman, karena fly dan sebagainya, timbulah dia rasa yang tidak terkontrol diri, sehingga dia menimbulkan seks bebas, baik itu ke selain jenis maupun sesama jenis. Dan biasanya itu sering terjadi seperti itu. 7. Menurut anda, dampak yang diakibatkan oleh perilaku seks bebas? Jelaskan Jawaban : Banyak sekali dampak faktornya, yang pertama. Kita melakukan seks bebas itu yang pertama kita takutnya kena penyakit IMS (Infeksi Menular Seksual) karena mereka itu tidak tahu baik itu dengan pasangannya itu sendiri atau dengan pasangan yang dapat nemu dijalan itu mereka tidak tahu kalau dirinya itu mempunyai penyakit IMS atau mungkin dia mempunyai penyakit AIDS dan jenis penyakit kelamin lainnya. Jadi orang yang melakukan seksual itu dampaknya. Pertama, IMS, kedua meningkatnya anak yang tidak tanggung jawab, sehingga banyak kan sering kita lihat ada bayi yang terlantar dan dibuang, itulah dampaknya. Yang jelas, dampaknya disini itu IMS atau AIDS bisa. 8. Menurut anda, bagaimana seharusnya seorang guru BK di sekolah dalam melakukan komunikasi informasi dalam mencegah perilaku seks bebas tersebut? Jelaskan Jawaban : Jadi menurut pandangan saya, untuk guru Bimbingan Konseling itu kalau dia konseling dengan sekian banyak pelajar yang hadir di sekolah. Itu mungkin dia tidak akan tergarap, karena yang namanya konseling itu, kita bicara dua mata. Tetapi, kalau guru BK nya itu dia melakukan penyuluhan dengan dikumpulkan murid-muridnya itu sendiri, dengan dia serentak diberikan penyuluhan tentang seks bebas, diberikan penyuluhan tentang IMS, yang efeknya akan menimbulkan infeksi menular seksual itu mungkin untuk mengurangi peningkatan perilaku yang tidak baik. Karena kalau kita sering melakukan penyuluhan, baik ataupun konseling yang sewaktu-waktu, kalau konseling itu biasanya kita dilakukan karena kita langsung ini, biasanya kalau kita ada. Misalkan gini, di sekolah itu sendiri kita melihat murid yang tingkah lakunya udah kedeteksi ama kita sering begitu nah biasanya yang dikonseling itu orang yang seperti itu. Tetapi kalau kita konseling dengan orang yang tingkah lakunya tidak ketahuan seperti itu, itu percuma. Yang jelas disini, untuk kita meredam menurunkan angka seksual dilingkungan sekolah itu kita mengadakan penyuluhan, baik dari puskesma, dari kepolisian, dari KUA juga bisa. Jadi instansi terkait kita harus melakukan penyuluhan dikalangan remaja di masing-masing sekolah itu sendiri. 9. Apa pengaruh aktifitas seks bebas bagi perkembangan pelajar? Jelaskan Jawaban : Pengaruh aktifitas seks bebas bagi kalangan remaja ini sangat pengaruhnya sangat banyak sekali, pengaruhnya sangat banyak sekali yang namanya seks bebas. Jadi kita sudah pasti, sebelum mereka melakukan seks bebas dia tidak memikirkan akibatnya. Tetapi, setelahnya dia melakukan seks bebas, baru dia berpikiran berpendapat takutnya dia hamil, nanti bagaimana untuk pertanggung jawabannya untuk pribadi dan keluarganya, terus lagi bagaimana kalau dia melakukan seks bebas itu terkena infeksi seksual tadi. Jadi pengaruh aktifitasnya mungkin dia untuk pelajarnya dia malu, dia merasa malu ke lingkungannya itu sendiri baik di kalangan keluarga atau dikalangan masyarakat ataupun di sekolah. Karena yang namanya kita melakukan seks bebas itu sudah pasti dan itu sudah tentu masyarakat itu melihat orang yang melakukan seks bebas itu dia sudah melanggar. 10. Bagaimana solusi atau penanggulangan dampak seks bebas di kalangan pelajar? Jelaskan Jawaban : Nah itu kita harus memberikan pembinaan. Pembinaan bimbingan, dengan adanya pembinaan dan bimbingan yang rutin ke pelajar Insya Allah kalangan remaja ataupun anak sekolah karena sudah tahu bahaya dari seks bebas dan sudah tahu kejelekan daripada perilaku seks bebas, sehingga dia tidak melakukan hal seperti itu. Karena dia sudah pernah mendapatkan bimbingan atau penyuluhan dari guru BK atau pihak yang terkait, yang jelas disini kita mengadakan penyuluhan dan bimbingan pada anak remaja ataupun anak sekolah itu sendiri. TRANSKRIP WAWANCARA INFORMAN (YAMTINI, SST. Keb) 1. Menurut anda, bagaimana fenomena seks bebas di kalangan pelajar? Jelaskan Jawaban : Fenomenanya yah,,,, gimana yah. Takut lah, khawatirlah dan itu biasanya tidak terkontrol sih dirumah di luarnya gitu. 2. Menurut anda, penyebab pelajar melakukan aktifitas seks bebas tersebut? Jelaskan Jawaban : Karena kurangnya pengetahuan tentang agama, terus dirumahnya itu dia biasanya kurang perhatian dari orang tua. Kemudian, didalam keluarga juga ada masalah dari kedua orang tuanya, jadi dia lari ke situ. 3. Menurut anda, dampak yang diakibatkan oleh perilaku seks bebas? Jelaskan Jawaban : Dampaknya yah bisa aja dia hamil sebelum nikah itu pertamanya, kedua bisa penyebaran penyakit seksualnya karena bergontaganti pasangan itu yah jadi bisa nyebabin penyakit seksual menular kayak HIV, kalau HIV kan emang tertularnya karena ehh,, pasangannya kena HIV juga. Kalau belum gak HIV yah itu, yaitu terkena penyakit menular seksual itu. 4. Apa pengaruh aktifitas seks bebas bagi perkembangan pelajar? Jelaskan Jawaban : Pengaruhnya bisa minder anaknya, terus di masyarakat juga bisa dihujat di jauhin, ehhh,,, yah itunya bisa hancur lah masa depannya gitu. 5. Bagaimana kondisi janin/rahim pada pelajar yang hamil dibawah umur? Jelaskan Jawaban : Kalau dibawah umur, itu biasanya kondisi janin sih baik-baik aja yah, itu kalau kondisi janin itu bagaimana gizi dari ibunya, dan dari pemeriksaan tiap bulannya, sama vitamin-vitaminnya. Cuma, dia itu resiko tingginya itu bisa pendarahan terus bisa keracunan kehamilan juga yang menyebabkan ibu hamilnya bisa kejang-kejang. 6. Bagaimana solusi atau penanggulangan dampak seks bebas di kalangan pelajar? Jelaskan Jawaban : Yah, diadakan penyuluhan-penyuluhan lah didalam kalangan pelajar, terus ada juga pendidikan tentang seks bebas itu. Jadi kan pelajar itu bisa mengetahui apa akibatnya, apa dampaknya yang ditimbulkan oleh seks bebas itu. LAMPIRAN 3 DOKUMENTASI DOKUMENTASI No. : 060 /UN43.VI.2/PP/2015 Lamp. : Perihal : Permohonan Ijin Wawancara Serang, 25 Maret 2015 Yth., Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Cinangka di – Tempat Dengan Hormat, Sehubungan dengan diselenggarakannya kegiatan riset mahasiswa kami di Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, maka kami yang bertanda tangan di bawah ini memberikan tugas kepada mahasiswa berikut ini untuk mencari data yang dibutuhkan, Nama NIM : Rifki Kurniawan : 6662111397 Semester :8 Mata Kuliah : Skripsi Judul : Pola Komunikasi Guru BK Dalam Mencegah Perilaku Seks Bebas Siswa Di SMA Negeri 1 Cinangka Data diperlukan : Data Narasumber, Dokumentasi dan Wawancara Untuk itu kami berharap dan memohon kepada Bapak/ Ibu untuk dapat memberikan izin guna mencari data yang dibutuhkan mahasiswa tersebut. Demikian surat ini kami sampaikan. Atas perhatian dan kerjasamanya, kami mengucapkan terima kasih. No. : 060 /UN43.VI.2/PP/2015 Lamp. : Perihal : Permohonan Ijin Wawancara Serang, 05 Mei 2015 Yth., Kepala Puskemas Cinangka di – Tempat Dengan Hormat, Sehubungan dengan diselenggarakannya kegiatan riset mahasiswa kami di Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, maka kami yang bertanda tangan di bawah ini memberikan tugas kepada mahasiswa berikut ini untuk mencari data yang dibutuhkan, Nama NIM : Rifki Kurniawan : 6662111397 Semester :8 Mata Kuliah : Skripsi Judul : Pola Komunikasi Guru BK Dalam Mencegah Perilaku Seks Bebas Siswa Di SMA Negeri 1 Cinangka Data diperlukan : Data Narasumber, Dokumentasi dan Wawancara Untuk itu kami berharap dan memohon kepada Bapak/ Ibu untuk dapat memberikan izin guna mencari data yang dibutuhkan mahasiswa tersebut. Demikian surat ini kami sampaikan. Atas perhatian dan kerjasamanya, kami mengucapkan terima kasih. No. : 060 /UN43.VI.2/PP/2015 Lamp. : Perihal : Permohonan Ijin Wawancara Serang, 05 Mei 2015 Yth., Bidan Yamtini, SST. Keb di – Tempat Dengan Hormat, Sehubungan dengan diselenggarakannya kegiatan riset mahasiswa kami di Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, maka kami yang bertanda tangan di bawah ini memberikan tugas kepada mahasiswa berikut ini untuk mencari data yang dibutuhkan, Nama NIM : Rifki Kurniawan : 6662111397 Semester :8 Mata Kuliah : Skripsi Judul : Pola Komunikasi Guru BK Dalam Mencegah Perilaku Seks Bebas Siswa Di SMA Negeri 1 Cinangka Data diperlukan : Data Narasumber, Dokumentasi dan Wawancara Untuk itu kami berharap dan memohon kepada Bapak/ Ibu untuk dapat memberikan izin guna mencari data yang dibutuhkan mahasiswa tersebut. Demikian surat ini kami sampaikan. Atas perhatian dan kerjasamanya, kami mengucapkan terima kasih. DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Rifki Kurniawan NIM : 6662111397 Tempat & Tanggal Lahir : Serang, 21 November 1991 Jenis Kelamin : Laki-Laki Agama : Islam Alamat : Jl. Raya Karang Bolong No 18, Kp. Sirih RT 02 RW 01, Desa Kamasan, Kec Cinangka, Serang – Banten. 42167 No. Telp : 0838 1260 6640 E – mail : [email protected] Riwayat Pendidikan : 1. 1996 – 1997 : TK Bhakti II Sirih 2. 1997 – 2003 : SDN 1 Kamasan 3. 2003 – 2006 : SMPN 1 Cinangka 4. 2006 – 2009 : SMAN 1 Cinangka 5. 2011 – 2015 : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Jurusan Ilmu Komunikasi Pengalaman Organisasi 1. 2006 – 2007 : Anggota PMR SMPN 1 Cinangka 2. 2008 – 2009 : Anggota Rohis SMAN 1 Cinangka 3. 2011 – 2014 : Anggota Karang Taruna “Bina Masa” Desa Kamasan, Divisi Seni Budaya Pengalaman Bekerja 1. Magang di PT. Latinusa, Cilegon – Banten, Divisi Humas dan Protokoler. Serang, Juni 2015 Rifki Kurniawan