Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Manajemen Sumber Daya Manusia
2.1.1
Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen mengandung pengertian sebagai suatu proses pencapaian
tujuan yang dilakukan dengan menggunakan bantuan sumber daya yang tersedia
terutama sumber daya manusia. Sumber daya manusia merupakan unsur utama
perusahaan yang memiliki peranan yang sangat besar dalam upaya mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, karena bagaimanapun hebat dan canggihnya
teknologi yang digunakan tanpa didukung oleh manusia sebagai pelaksana
operasionalnya, maka suatu perusahaan tidak akan mampu mencapai tujuannya.
Manajemen sumber daya manusia merupakan bagian dari ilmu manajemen, oleh
karena itu teori-teori manajemen umum menjadi dasar pembahasannya. Adapun
pengertian manajemen itu sendiri berikut menurut para ahli.
Menurut Panggabean (2003:13), mengemukakan bahwa :
“Manajemen adalah sebuah proses yang terdiri atas fungsi-fungsi
perencanaan, pengorganisasian, pimpinan dan pengendalian kegiatan
sumber daya manusia dan sumber daya lainnya untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan secara efisien.”
Menurut Hasibuan (2002;1), menyatakan bahwa :
“Manajemen
adalah
ilmu
dan
seni
yang
mengatur
proses
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya
secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu.”
Maka manajemen didefinisikan sebagai sebuah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk
mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Untuk membina sumber daya
manusia yang berkualitas dibutuhkan suatu pengelolaan yang baik melalui
pendekatan manajemen. Manajemen yang mengatur unsur manusia ini adalah
manajemen personalia atau lebih dikenal secara universal sebagai manajemen
sumber daya manusia. Untuk lebih jelasnya berikut terdapat beberapa pengertian
Manajemen Sumber Daya Manusia tersebut.
Menurut T. Hani Handoko (2000:4), menyatakan bahwa :
“Manajemen
Sumber
Daya
Manusia
adalah
penarikan,
pengembangan, pemeliharaan dan penggunaan sumber daya manusia
untuk mencapai tujuan individu maupun tujuan organisasi.”
Menurut Dr. A. A. Anwar Prabu Mangkunegara dalam buku Manajemen
Sumber Daya Manusia (2007:7), mendefinisikan bahwa :
“Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan suatu perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, pelaksanaan, dan pengawasan
terhadap
pengadaan,
pengembangan,
pemberian
balas
jasa,
pengintegrasian, pemeliharaan dan pemisahan tenaga kerja dalam
rangka pencapaian tujuan.”
Menurut A.F. Stoner menyatakan bahwa :
“Manajemen Sumber Daya Manusia adalah suatu prosedur yang
berkelanjutan yang bertujuan untuk memasok suatu organisasi atau
perusahaan dengan orang-orang yang tepat untuk ditempatkan pada
posisi dan jabatan yang tepat pada saat organisasi memerlukannya.”
Jadi, dapat disimpulkan definisi Manajemen Sumber Daya Manusia
yaitu, suatu ilmu atau cara bagaimana mengatur hubungan dan peranan sumber
daya (tenaga kerja) yang dimiliki oleh individu secara efisien dan efektif serta
dapat digunakan secara maksimal sehingga tercapai tujuan (goals) bersama
perusahaan,karyawan dan masyarakat menjadi maksimal.
2.1.2
Fungsi – Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Berdasarkan definisi Manajemen Sumber Daya Manusia yang telah
dijelaskan sebelumnya dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa Manajemen Sumber
Daya Manusia merupakan perpaduan dari berbagai fungsi. Disamping
menjalankan fungsi manajemen, seorang manajer juga memiliki tanggung jawab
untuk melaksanakan tugas operasional. Oleh sebab itu secara garis besar,
manajemen Sumber Daya Manusia menurut Flippo (1995;5-7), dikelompokkan
menjadi beberapa fungsi, yaitu :
1. Manajemen Function (Fungsi Manajerial), yang terdiri dari :
a. Planning
b. Organizing
c. Directing
d. Controlling
2. Operative Function (Fungsi Operasional), yang terdiri dari :
a. Procurement
b. Development
c. Compensation
d. Integration
e. Maintenance
f. Separation
Adapun penjelasan dari masing-masing bagian tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Fungsi Manajerial
a. Planning (Perencanaan)
Perencanaan merupakan suatu kegiatan menetapkan tujuan,
perumusan dan menetapkan berbagai macam program yang
menyangkut sumber daya manusia untuk membantu tercapainya
tujuan.
b. Organizing (Pengorganisasian)
Setelah serangkaian tindakan ditetapkan, perlu disusun organisasi
untuk melaksanakannya. Organisasi adalah alat untuk mencapai
tujuan. Menyusun organisasi berarti merancang struktur berbagai
hubungan antara pekerjaan, personalia dan faktor-faktor fisik.
c. Directing (Pengarahan)
Fungsi ini disebut pengarahan, motivasi, pelaksanaan atau
pemberian perintah. Fungsi ini bermaksud agar individu dalam
organisasi dapat bekerja sama secara efektif dengan individu
lainnya sesuai dengan tujuan yang akan diraih perusahaan.
d. Controlling (Pengendalian)
Pengendalian adalah fungsi manajerial yang berhubungan dengan
peraturan kegiatan agar sesuai dengan rencana yang sebelumnya
telah dirumuskan berdasarkan analisis terhadap sasaran organisasi.
2. Fungsi Operasional
a. Procurement (Pengadaan Tenaga Kerja)
Adalah untuk memperoleh jenis dan jumlah tenaga kerja yang tepat
dan diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi. Fungsi ini
meliputi penentuan sumber daya manusia yang dibutuhkan mulai
dari perekrutan, seleksi dan penempatan.
b. Development (Pengembangan)
Fungsi ini berhubungan dengan usaha atau kegiatan untuk
meningkatkan keahlian dan kecakapan para karyawan atau sumber
daya manusia melalui pelatihan dan pengembangan untuk
mendapatkan prestasi kerja yang sesuai dengan harapan organisasi.
c. Compensation (Kompensasi)
Kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mempertahankan
karyawan dengan cara menghargai kemampuan karyawan dan
memberi imbalan yang pantas kepada karyawan sesuai dengan
kontribusinya kepada perusahaan.
d. Integration (Integrasi)
Suatu
aktivitas
yang
berhubungan
dengan
usaha
untuk
menyelaraskan kepentingan-kepentingan baik individu maupun
kepentingan perusahaan.
e. Maintenance (Pemeliharaan)
Fungsi ini ialah untuk mempertaruhkan dan meningkatkan kondisi
yang telah ada. Perhatian dititik beratkan pada kondisi fisik
karyawan (kesehatan dan keselamatan kerja) serta pemeliharaan
sikap yang menyenangkan.
f. Separation (Pemisahan)
Fungsi ini adalah untuk memutuskan hubungan kerja pegawai
dengan organisasi dan mengembalikan kepada masyarakat. Atau
juga pemisahan pegawai dari organisasi atas inisiatif organisasi
atau kemauan pegawai sendiri.
Peranan dari Manajemen Sumber Daya Manusia, baik fungsi manajerial
maupun fungsi operasional sangat menunjang dalam usaha mencapai tujuan
perusahaan. Melalui fungsi-fungsi tersebut Manajemen Sumber Daya Manusia
berusaha menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan karyawan
sehingga suatu perusahaan dapat mencapai tujuannya secara efektif dan efisien.
2.1.3
Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia
Tujuan utama dari manajemen sumber daya manusia adalah untuk
meningkatkan kontribusi sumber daya (karyawan) terhadap organisasi dalam
rangka mencapai produktivitas organisasi yang bersangkutan. Hal ini dapat
dipahami bahwa semua kegiatan organisasi dalam mencapai misi dan tujuannya
adalah sangat tergantung kepada manusia yang mengelola organisasi tersebut.
Oleh sebab itu, sumber daya manusia harus dikelola sedemikian rupa sehingga
berdaya guna dalam mencapai misi dan tujuan organisasi.
2.2
Karir
2.2.1
Pengertian Karir
Dalam perjalanan hidup seseorang, pasti menginginkan berbagai
keberhasilan, salah satu bentuk keberhasilan yang ingin diraih adalah keberhasilan
dalam karirnya. Suatu karir mencerminkan perkembangan para anggota organisasi
(karyawan) secara individu dalam jenjang jabatan atau kepangkatan yang dapat
dicapai selama masa kerja dalam organisasi yang bersangkutan. Sehingga dengan
demikian suatu karir menunjukkan orang-orang pada masing-masing peranan atau
status mereka. Karir (Career) dalam bahasa Inggris, pada dasarnya merupakan
istilah teknis dalam Administrasi Personalia (Personnel Administration). Untuk
mengertahui lebih jelas mengenai pengertian karir, berikut pendapat seorang ahli
tentang definisi karir :
Menurut Hastho Joko Nur Utomo dan Meilan Sugiarto dalam buku
Manajemen Sumber Daya Manusia (Yogyakarta : Ardana Media. 2007:2) :
“Karir adalah perjalanan pekerjaan seorang pegawai di dalam
organisasi. Perjalanan ini dimulai sejak ia diterima sebagai pegawai
baru dan berakhir pada saat ia tidak bekerja lagi dalam organisasi
tersebut.”
Menurut Mondy dan Noe (1996), menyatakan bahwa :
“Karir merupakan suatu arah umum yang dipilih oleh seseorang
untuk mengejar keseluruhan kehidupan kerjanya.”
Menurut Willesky (1964) seperti yang dikutip oleh Garavan (1996),
memberikan pengertian tentang karir dari sudut pandang sosiologi :
“Karir dianggap sebagai suksesi dari sejumlah pekerjaan yang
tersedia dalam hierarki organisasi, melalui mana seseorang berpindah
dalam tahapan karir yang diprediksikan.”
Menurut Irianto (2001 : 94), pengertian karir meliputi elemen-elemen
obyektif dan subyektif. Elemen obyektif berkenaan dengan kebijakan-kebijakan
pekerjaan atau posisi jabatan yang ditentukan organisasi, sedangkan elemen
subyektif menunjuk pada kemampuan seseorang dalam mengelola karir dengan
mengubah lingkungan obyektif (misalnya dengan mengubah pekerjaan/jabatan)
atau memodifikasi persepsi subyektif tentang suatu situasi (misalnya dengan
mengubah harapan). Setiap orang mempunyai hak dan kewajiban untuk sukses
mencapai karir yang baik. Karir sebagai sarana untuk membentuk seseorang
menemukan secara jelas keahlian, nilai, tujuan karir dan kebutuhan untuk
pengembangan, merencanakan tujuan karir, secara kontinyu mengevaluasi,
merevisi dan meningkatkan rancangannya. Untuk mencapai proses karir yang baik
perlu memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Karyawan bertanggungjawab terhadap karirnya sendiri.
2. Keahlian karyawan didasarkan pada usaha perjuangannya sendiri.
3. Perencanaan karir dibuat secara sadar dan sukarela tanpa ada tekanan.
4. Menggunakan continous improvement untuk menumbuhkan pribadinya.
5. Sukses dijabarkan dengan baik oleh diri karyawan sendiri.
Apapun definisinya, karir amatlah penting bagi pegawai sedangkan bagi
organisasi, kejelasan perencanaan dan pengembangan karir pegawai akan
membawa manfaat langsung terhadap efisiensi manajemen.
2.2.2
Pengertian Jalur Karir
Jalur karir adalah jalur yang menghubungkan satu posisi dengan posisi
yang lain. Secara visual, jalur karir menunjukkan keterkaitan antara suatu jabatan
dengan jabatan lainnya. Jalur karir selalu bersifat ideal dan normative artinya
dengan asumsi setiap pegawai mempunyai kesempatan yang sama dengan
pegawai lain, maka setiap pegawai mempunyai kesempatan yang sama untuk
mencapai tujuan karir tertentu. Namun meskipun demikian pada kenyataannya
ada pula perusahaan yang jalur karirnya tidak selalu ideal dan normatif. Dalam
organisasi yang baik dan mapan, jalur karir pegawai selalu jelas dan eksplisit, baik
titik-titik karir yang dilalui maupun persyaratan yang harus dipenuhi untuk
mencapai tujuan karir tertentu.
Di lingkungan pegawai negeri, misalnya, dikenal jalur karir sruktural dan
fungsional. Sebagai ilustrasi misalnya seorang dosen di perguruan tinggi, boleh
meniti karir di bidang struktural, boleh juga di bidang fungsional. Secara
struktural, ia boleh menjadi ketua jurusan, ketua program, pembantu dekan,
dekan, pembantu rektor, dan bahkan rektor. Namun, kalaupun ia tidak menduduki
jabatan struktural tertentu, dosen tersebut masih mempunyai kesempatan untuk
meniti karir di jalur fungsional, dari Asisten Ahli sampai ke tingkat tertinggi yaitu
Guru Besar.
Dalam hal ini, persyaratan untuk naik ke jabatan struktural tertentu atau ke jenjang
fungsional tertentu telah ditentukan dengan jelas dan bahkan dilengkapi dengan
ukuran-ukuran kuantitatif.
Menurut Drs. IG Wursanto (1994:14), terdapat empat jalur karir yang biasa
digunakan oleh organisasi, yaitu jalur karir tradisional, jalur karir jaringan, jalur
karir lateral, dan jalur karir rangkap yaitu:
1. Jalur karir tradisional adalah suatu tipe jalur karir di mana karyawan
mengalami kemajuan secara vertikal ke atas di dalam suatu organisasi
dan suatu jabatan tertentu ke jabatan berikutnya.
2. Jalur karir jaringan adalah jalur karir yang meliputi urutan-urutan
(sekuensi) jabatan secara vertikal dan horizontal. Jalur karir ini
mengakui adanya saling pertukaran pengalaman pada level tertentu
dan kebutuhan pengalaman yang luas pada suatu level sebelum
promosi ke level yang lebih tinggi.
3. Jalur karir lateral adalah jalur karir yang memungkinkan seseorang
memperoleh revitalisasi dan menemukan tantangan baru pada jenjang
posisi yang sama karena jumlah jabatan yang akan ditempati sangat
terbatas. Dalam hal ini tidak ada promosi dan kenaikan upah, namun
nilai seseorang menjadi lebih tinggi dengan ditempatkannya pada
posisi yang lebih menantang
4. Jalur karir rangkap adalah jalur karir ganda yang diberikan kepada
seseorang karena pengetahuan
teknisnya sebagai
penghargaan
kepadanya. Hal ini biasanya terjadi pada perusahaan berteknologi
tinggi dan karyawan tersebut tidak masuk dalam jajaran manajemen
struktural.
Dapat disimpulkan bahwa jalur karir adalah garis kemajuan yang fleksibel
yang secara khusus digunakan oleh karyawan untuk melakukan perpindahan
jabatan selama bekerja dengan suatu perusahaan. Dengan begitu jalur karir
memiliki suatu fokus secara historis pada mobilitas ke atas di dalam suatu
pekerjaan tertentu.
2.2.3 Tujuan / Sasaran Karir
Tujuan atau sasaran karir adalah posisi atau jabatan tertentu yang dapat
dicapai oleh seorang pegawai bila yang bersangkutan memenuhi semua syarat dan
kualifikasi yang dibutuhkan untuk melaksanakan jabatan tersebut. Tujuan atau
sasaran karir tidak otomatis bisa tercapai walaupun pegawai tersebut memenuhi
semua syarat yang harus dipenuhi. Misalnya seorang kepala subagian tidak
otomatis menjadi kepala bagian meskipun ia telah memenuhi syarat untuk
menjadi kepala bagian. Untuk menjadi kepala bagian, ia harus memenuhi syaratsyarat yang seringkali di luar kekuasaannya, misalnya ada tidaknya lowongan
jabatan kepala bagian, keputusan dan preferensi pimpinan, adanya kandidat lain
yang sama kualitasnya, dan sebagainya.
2.3
Perencanaan dan Pengembangan Karir
2.3.1
Perencanaan Karir
Pengertian perencanaan karir menurut John Soeprianto (1998:92),
menyebutkan bahwa:
“Perencanaan karir adalah suatu perencanaan tentang kemungkinankemungkinan seseorang karyawan sebagai individu bisa naik pangkat
atau jabatan yang dihubungkan dengan kemampuan dan persyaratan
karyawan tersebut sehingga dapat tercapai kepuasan kerja yang
mendorong peningkatan prestasi.”
Sedangkan menurut T. Hani Handoko (2000:71), menyebutkan bahwa :
“Perencanaan karir adalah proses melalui dimana seseorang memilih
sasaran karir dan jalur ke sasaran itu.”
Dari pengertian tersebut berarti bahwa perencanaan karir harus didahului
dengan penyusunan pra syarat yang harus dimiliki seseorang karyawan guna
mendukung peningkatan karirnya. Pra syarat itu sifatnya saling mendukung,
maksudnya setiap peningkatan karir seseorang karyawan di dukung oleh kriteria
yang sudah di tetapkan sesuai prestasi, bobot tugas, adanya jabatan, produktivitas
kerja, efisiensi, dan lain – lain. Perencanaan karir memudahkan pemenuhan karir
karyawan, memudahkan perusahaan dalam menyusun tenaga kerja intern
organisasi dan mengurangi biaya pengadaan tenaga kerja dari luar serta
memungkinkan organisasi mengembangkan dan juga menempatkan karyawan
dalam jabatan – jabatan sesuai dengan minat, kebutuhan tujuan kerjanya.
2.3.2
Pengertian Pengembangan Karir
Pengembangan karir merupakan suatu bahasan tentang perencanaan karir
yang bertitik tolak dari asumsi dasar bahwa seseorang yang mulai bekerja dalam
suatu perusahaan akan terus bekerja untuk organisasi tersebut selama masa
aktifnya hingga ia memasuki usia pensiun, yang berarti ia ingin meniti karir dalam
perusahaan itu. Sehubungan dengan hal tersebut, maka seorang karyawan harus
diberi motivasi untuk mengembangkan karirnya, dimana sebagai alat untuk
memotivasi karyawannya agar dapat berprestasi lebih baik. Ada beberapa
pengertian mengenai pengembangan karir, diantaranya menurut T. Hani
Handoko (2000:123), menyatakan bahwa :
“Pengembangan karir adalah peningkatan pribadi yang dilakukan
seseorang untuk mencapai suatu rencana karir.”
Sedangkan pengertian menurut Susilo Martoyo (1996:70), menyatakan bahwa :
“Pengembangan karir adalah suatu kondisi yang menunjukkan
adanya peningkatan-peningkatan status seseorang dalam suatu
organisasi dalam jalur karir yang telah ditetapkan dalam organisasi
yang bersangkutan.”
Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa program pengembangan karir
merupakan suatu aktivitas yang formal dan terstruktur yang dilakukan oleh
organisasi bagi karyawannya, dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran,
pengetahuan dan kepemimpinan yang merupakan bekal bagi peningkatan karir
mereka sehingga perusahaan dan para karyawan dapat mengembangkan diri
secara maksimal. Pengembangan karir memiliki tujuan-tujuan yang dapat
dipandang dari dua sudut, yaitu bagi organisasi dan karyawan. Sehingga
pengembangan karir yang terjadi diharapkan mampu menghasilkan keuntungan
bagi kedua belah pihak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hal-hal yang
mempengaruhi perencanaan dan pengembangan karir adalah :
1. Organisasi terdiri dari :
a. Peranannya, seperti informasi karir, kesempatan karir, penilaian
prestasi.
b. Sasarannya, seperti penempatan karyawan secara tepat, loyalitas
karyawan.
c. Dasarnya, seperti prestasi kerja, system senioritas, lamanya bekerja.
2. Individu yaitu :
Persepsi karyawan, seperti dukungan atasan terhadap
karyawan,
penempatan pekerjaan yang tepat dengan keahlian dan kemampuan
karyawan, usaha individu dalam mencapai karir yang diinginkan.
Dengan demikian bagi karyawan diharapkan pengembangan karir akan
mampu memperbaiki kualitas kehidupannya dari masa ke masa, sedangkan bagi
perusahaan diharapkan adanya jaminan kualitas Sumber Daya Manusia yang
dimiliki serta pemanfaatannya secara optimal untuk mewujudkan tujuan
organisasi. Sehingga karyawan dapat mencapai rencana karirnya dan sekaligus
membantu perusahaan untuk mengisi jabatan-jabatan yang ada dalam organisasi.
2.3.2.1 Tujuan Pengembangan Karir
Tujuan pengembangan karir menurut T. Hani Handoko (2000:127),
adalah menyatakan sebagai berikut :
1. Mengembangkan karyawan yang dapat dipromosikan
Perencanaan karir membantu untuk mengembangkan suplai karyawan
internal.
2. Menurunkan perputaran karyawan
Perhatikan karir individu akan meningkatkan loyalitas pada organisasi dimana
mereka bekerja.
3. Mengungkapkan potensi karyawan
Pengembangan karir dapat mendorong para karyawan secara individual
maupun kelompok untuk mencapai sasaran yang diinginkan.
4. Mendorong pertumbuhan
Mendorong semangat kerja dan gairah kerja karyawan untuk tumbuh dan
berkembang.
5. Mengurangi penimbunan
Maksudnya adalah mengangkat kembali karyawan yang berkualifikasi untuk
maju, sehingga “tidak tertimbun” tanpa harapan.
6.
Memuaskan kebutuhan karyawan
Dengan adanya pengembangan karir berarti adanya penghargaan terhadap
individu karyawan, yang berarti pula adanya pengakuan dan penghargaan
terhadap prestasi kerja karyawan.
7.
Membantu pelaksanaan rencana-rencana kegiatan yang disetujui
Membantu anggota agar siap untuk menduduki jabatan-jabatan yang lebih
penting.
8.
Meningkatkan kemampuan karyawan
Dengan pengembangan karir melalui pendidikan dan latihan, akan lebih
meningkatkan kemampuan intelektual maupun keterampilan karyawan yang
dapat disumbangkan kepada organisasi.
9. Meningkatnya suplai karyawan yang berkemampuan
Jumlah karyawan yang lebih tinggi kemampuannya dari sebelumnya akan
menjadi bertambah, sehingga memudahkan pihak pimpinan (manajemen)
untuk menempatkan dalam pekerjaan yang lebih tepat. Dengan demikian
suplai karyawan yang berkemampuan bertambah dan jelas akan dapat
menguntungkan perusahaan.
2.3.2.2
Bentuk – Bentuk Pengembangan Karir
Masalah bentuk-bentuk dari pengembangan karir tergantung pada jalur
karir yang direncanakan masing-masing perusahaan. Bagaimana suatu karir yang
direncanakan
masing-masing
perusahaan.
Bagaimana
suatu
perusahaan
menentukan suatu jalur karyawannya tergantung kebutuhan dan situasi
perusahaan itu sendiri. Namun pada umunya yang sering dilakukan oleh
perusahaan adalah pendidikan, promosi dan mutasi.
Bentuk pengembangan karir menurut Alex S. Nitisemito (1998:53),
menyatakan bahwa, bentuk pengembangan karir yang dapat dilaksanakan oleh
perusahaan menyangkut tiga hal, yaitu :
1. Pendidikan dan pelatihan
Adalah suatu kegiatan dari perusahaan yang bermaksud untuk memperbaiki
dan mengembangkan sikap, tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan
karyawan sesuai dengan keinginan karyawan dari perusahaan yang
bersangkutan. Alex S. Nisemito (1998:90) menyatakan bahwa sasaran yang
ingin dicapai dengan mengadakan pendidikan dan pelatihan adalah sebagai
berikut :
a. Pekerjaan diharapkan diselesaikan dengan lebih cepat lebih baik
b. Penggunaan bahan dapat lebih hemat
c. Penggunaan peralatan dan mesin diharapkan lebih tahan lama
d. Angka kecelakaan diharapkan lebih kecil
e. Biaya produksi diharapkan lebih rendah
f. Kelangsungan perusahaan diharapkan lebih terjamin
2. Promosi
Adalah proses kegiatan memindahkan karyawan dari suatu jabatan ke jabatan
yang lebih tinggi, baik mengenai tanggung jawab, tugas dan wewenang dari
jabatan yang sebelumnya diduduki, biasanya promosi disertai dengan
peningkatan pendapatan dan fasilitas lainnya.
Definisi promosi menurut Manullang (1996:110), menyatakan bahwa:
“Promosi berarti kenaikan jabatan, yakni menerima kekuasaan dan
tanggung jawab yang lebih besar dari kekuasaan dan tanggung jawab di
dalamnya.”
Dasar atau syarat promosi tidaklah mutlak sama untuk setiap jabatan karena
kemampuan yang diperlukan untuk menduduki suatu jabatan tidak sama,
meskipun hal itu untuk jabatan yang sejenis. Menurut Alex S. Nitisemito
(1998:120), menyatakan bahwa terdapat beberapa syarat yang harus diketahui
dalam promosi :
a. Pengalaman kerja atau senioritas
Banyaknya pengalaman seorang karyawan seringkali dipakai sebagai salah
satu syarat untuk promosi, sebab dengan pengalaman yang lebih banyak
diharapkan kemampuan yang lebih tinggi, ide yang lebih banyak.
b. Tingkat Pendidikan
Banyak perusahaan yang mensyaratkan minimal pendidikan untuk dapat
dipromosikan pada jabatan tertentu, alasannya karena dengan pendidikan
yang lebih tinggi diharapkan mendapatkan pemikiran yang lebih baik.
c. Loyalitas
Loyalitas terhadap perusahaan tempat karyawan bekerja seringkali
digunakan sebagai syarat promosi. Alasannya bahwa dengan loyalitas yang
tinggi diharapkan tanggung jawab yang besar dan disiplin yang lebih tinggi.
d. Kejujuran
Kejujuran merupakan syarat yang penting, karena dengan kejujuran
seseorang dapat dipercaya untuk melakukan sesuatu.
e. Tanggung Jawab
Tanggung jawab merupakan syarat utama untuk pelaksanaan suatu
pekerjaan dimana dibuthkan tanggung jawab yang besar.
f. Kepandaian Bergaul
Kepandaian bergaul atau berkomunikasi dengan baik dapat menjadi syarat
utama dalam suatu pekerjaan.
g. Prestasi Kerja
Pada umumnya setiap perusahaan memakai prestasi kerja sebagai isyarat
utama dalam suatu kenaikan jabatan atau promosi.
h. Inisiatif dan Kreatif
Inisiatif dan kreatif merupakan syarat yang harus diperhatikan, karena dalam
suatu bidang atau jabatan tertentu sangat diperlukan inisiatif dan kreatif yang
tinggi.
3. Mutasi
Mutasi atau perpindahan adalah kegiatan dari pimpinan perusahaan untuk
memindahkan karyawan dari suatu pekerjaan ke pekerjaan lain yang dianggap
setingkat atau sejajar. Mutasi merupakan kegiatan rutin perusahaan untuk
melaksanakan prinsip “the right man on the right place” (seseorang karyawan
memiliki kemampuan seseuai dengan posisi jabatan yang dimilikinya),
sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Dalam hal
ini mutasi dimaksudkan untuk menghindarkan setiap usaha untuk menaikkan
atau menurunkan jabatan karyawan tanpa mengindahkan prosedur yang telah
ditetapkan untuk perubahan-perubahan yang efektif. Seperti halnya dengan
promosi, mutasi dimaksudkan untuk menempatkan pegawai atau karyawan
dalam jabatan-jabatan, dimana mereka dapat memperoleh kepuasan kerja yang
lebih besar dan membantu kegiatan mereka terhadap organisasi. Tujuan
mutasi adalah sebagai berikut :
a. Persiapan untuk promosi
Untuk menambah pengalaman dan pengetahuan yang sifatnya
menyeluruh, salah satu caranya adalah dengan jalan memutasikan
karyawan tersebut pada beberapa tempat atau pekerjaan yang akan
menjadi tanggung jawabnya bilamana dilaksanakan promosi.
b. Orang tepat pada jabatan yang tepat
Untuk mengoreksi kekurangan dan kesalahan dalam melaksanakan
seleksi dan penempatan pada pertama kalinya.
c. Meningkatkan kerjasama kelompok
Dilakukan jika ada seorang atau beberapa karyawan yang tidak
dapat
bekerja
sama
dengan
kelompok
tersebut
sehingga
pelaksanaan pekerjaan terganggu.
d. Meningkatkan semangat dan gairah kerja karyawan
Dilakukan jika timbul rasa bosan pada karyawan disebabkan
karena pekerjaannya bersifat rutin, tidak ada tantangan dan
sebagainya.
e. Melaksanakan kebijaksanaan dan peraturan
Mutasi ini bersifat rutin dan berdasarkan ketentuan-ketentuan yang
sudah ada landasan dan peraturan dan kebijaksanaan, pada
umumnya dilakukan untuk menjaga objektivitas dalam melakukan
mutasi. Mutasi berguna juga untuk menambah pengalaman dan
pengetahuan karyawan, menghindari rasa bosan pada karyawan
yang disebabkan karena pekerjaan yang sifatnya rutin. Dan juga
untuk mengoreksi kekurangan dan kesalahan dalam pelaksanaan
seleksi. Jenis pelaksanaan mutasi sendiri ada 2, yaitu :
1. Mutasi biasa, yaitu mutasi pegawai tanpa diiringi kenaikan
jabatan. Tujuan dilakukannya mutasi ini adalah untuk
memenuhi
keinginan
menempatkan
pegawai
pegawai
sesuai
yang bersangkutan
dan
dengan
dan
kecakapan
kemampuannya.
2. Mutasi promosi, yaitu mutasi pegawai yang diikuti dengan
kenaikan jabatan. Tujuan dilakukannya mutasi ini adalah
untuk
membina
karir
pegawai
dan
mengembangkan
kemampuan pegawai. Adapun dasar dilakukannya mutasi
adalah :
a. Merit System, mutasi karyawan yang didasarkan pada
prestasi kerja karyawan.
b. Seniority System, mutasi yang didasarkan atas usia, masa
kerja, pengalaman kerja karyawan.
c. Spoil System, mutasi karyawan yang didasarkan atas
hubungan kekeluargaan.
2.4
Ketentuan Hukum Yang Berlaku
2.4.1
Landasan Hukum Yang Digunakan Dalam Pelaksanaan Pola Karir
1. Kebijaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2000 Tentang
Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai
Negeri Sipil Jo Peraturan Nomor 9 Tahun 2003. Sebagaimana ketentuan
Pasal 1 Ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2000 bahwa
Pejabat
Pembina
Bupati/Walikota.
memperlancar
Kepegawaian
Untuk
Daerah
melaksanakan
pelaksanaan
Kabupaten/Kota
ketentuan
pengangkatan,
tersebut
pemindahan,
adalah
dan
dan
pemberhentian Pegawai Negeri Sipil serta mendukung penyelenggaraan
otonomi daerah, dimana pada BAB IV Pasal 14 ditugaskan sebagai
berikut:
1) Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Kabupaten/Kota menetapkan:
a. Pengangkatan Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota setelah mendapat
persetujuan dari Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten/Kota.
b. Pemberhentian Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota
c. Pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil
Daerah Kabupaten/Kota dalam dan dari jabatan struktural eselon II di
lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
d. Pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil
dalam dan dari jabatan struktural eselon III ke bawah dan jabatan
fungsional yang jenjangnya setingkat dengan jabatan struktural eselon
II ke bawah di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
2) Pengangkatan dan pemberhentian Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota
dan pejabat struktural eselon II sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
huruf a, huruf b, dan huruf c, dilakukan setelah berkonsultasi secara
tertulis dengan Gubernur.
3) Calon Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota yang akan dikonsultasikan
untuk diangkat dalam jabatan Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, harus memenuhi syarat
untuk diangkat dalam jabatan struktural.
4) Konsultasi pengangkatan Sekretaris Daerah sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2), dilakukan sebelum pejabat Pembina Kepegawaian
Daerah Kabupaten/Kota mengajukan permintaan persetujuan kepada
pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota.
5) Konsultasi pengangkatan Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota juga
pengangkatan dan pemberhentian dalam dan dari jabatan struktural
eselon II sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), dilakukan secara
tertulis dengan mengajukan sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang calon
dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat.
6) Hasil konsultasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan (5)
disampaikan secara tertulis oleh Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah
Propinsi.
7) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat mendelegasikan
sebagian wewenangnya atau memberikan kuasa kepada Pejabat lain di
lingkungannya untuk menetapkan pengangkatan, pemindahan dan
pemberhentian Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten/Kota dalam dan
dari jabatan struktural eselon IV ke bawah dan jabatan fungsional yang
jenjangnya setingkat dengan itu.
2. Kebijaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 Tentang
Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural. Untuk
mewujudkan Pola Pembinaan Karir Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan
Pemerintah Kota Bandung yang didasarkan kepada Peraturan Pemerintah
Nomor 13 tahun 2002, agar di dalam melaksanakan tugasnya untuk lebih
profesional
dan
bertanggung
jawab,
perlu
diperhatikan
kualitas
profesionalisme dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat sesuai
dengan tingkat kepuasan dan keinginan masyarakat. Oleh karena itu dalam
pengangkatan seseorang dalam jabatan tertentu baik yang di mutasi/rotasi
maupun promosi harus diperhatikan prinsip-prinsip persyaratan normatif
sebagaimana diatur pada Pasal 7 yang berbunyi :
1) Pegawai Negeri Sipil yang akan atau telah menduduki Jabatan Struktural
harus mengikuti dan lulus pendidikan dan pelatihan kepemimpinan sesuai
dengan kompetensi yang ditetapkan untuk jabatan tertentu.
2) Pegawai Negeri Sipil yang telah menduduki Jabatan Struktural tertentu
dapat diberikan sertifikat sesuai dengan pedoman yang ditetapkan oleh
Instansi Pembina dan Instansi Pengendali serta dianggap telah mengikuti
dan lulus pendidikan dan pelatihan kepemimpinan yang dipersyaratkan
untuk jabatan tersebut. Seiring dengan ketentuan sebagaimana diatur
dalam Pasal 7 di atas, guna mewujudkan Pola Pengembangan Karir
Pegawai Negeri Sipil selain itu perlu diperhatikan persyaratan lain seperti
sikap/perilaku, kreatifitas, dedikasi dan loyalitas terhadap pimpinan serta
Track Record untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam penempatan
seseorang ke dalam jabatan tertentu.
3. Kebijaksanaan Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor
43/KEP/2001 Tentang Standar Kompetensi Jabatan Struktural Pegawai
Negeri Sipil. Dalam rangka terwujudnya peningkatan profesionalisme
Pegawai Negeri Sipil yang akan menduduki Jabatan Struktural Eselon II,
III dan IV di Lingkungan Pemerintah Kota Bandung perlu didasarkan pada
suatu standar kompetensi jabatan sebagaimana keputusan Kepala Badan
Kepegawaian Nomor 43/KEP/2001. Dimana kompetensi jabatan tersebut
adalah suatu kemampuan dan karakteristik berupa pengetahuan, keahlian
dan sikap ataupun perilaku yang harus dimiliki oleh seorang Pegawai
Negeri Sipil pada tingkatan jabatan struktural tertentu dalam memimpin
suatu unit kerja. Standar kompetensi sebagaiman Pasal 4 kebijakan
dimaksud terdiri dari komptensi umum dan kompetensi khusus. Untuk
memenuhi syarat standar kompetensi umum Pegawai Negeri Sipil dapat
mengikuti
pendidikan
formal
maupun
pendidikan
dan
pelatihan
kepemimpinan, sedangkan untuk dapat memenuhi standar kompetensi
khusus Pegawai Negeri Sipil dapat memperolehnya melalui pendidikan
dan pelatihan teknis sesuai dengan uraian tugas/jabatan di unit kerjanya
masing-masing.
2.4.2
Pengertian-Pengertian Yang Menyangkut Pola Karir Berdasarkan
Ketentuan
Hukum Yang Berlaku
1. Pola Karir Pegawai Negeri Sipil
Berdasarkan PP No. 100 Tahun 2000 jo PP No. 13 Tahun 2002. Pola
Karier Pegawai Negeri Sipil adalah pola pembinaan Pegawai Negeri Sipil
yang menggambarkan alur pengembangan karir yang menunjukan
keterkaitan dan keserasian antara jabatan, pangkat, pendidikan dan
pelatihan jabatan, kompetensi, serta masa jabatan seseorang Pegawai
Negeri Sipil sejak pengangkatan pertama dalam jabatan tertentu sampai
dengan pensiun.
2. Pegawai Negeri Sipil
Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian, ada dua pengertian tentang Pegawai Negeri. Pertama,
Pegawai Negeri adalah mereka yang telah memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, diangkat
oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan
negeri atau diserahi tugas negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan
peraturan perundang-undangan dan digaji menurut peraturan perundangundangan yang berlaku. Kedua, Pegawai Negeri adalah unsur aparatur
negara, abdi negara, dan abdi masyarakat yang dengan penuh kesetiaan
dan ketaatan kepada PancaSila, Undang-Undang Dasar Tahun 1945,
negara, dan pemerintah menyelenggarakan tugas pemerintahan dan
pembangunan.
3. Jabatan
Sesuai dengan penjelasan Pasal 17 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 43
tahun 1999 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, yang dimaksud dengan jabatan
adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang
dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil dalam suatu satuan organisasi
Negara. Jabatan dalam lingkungan birokrasi pemerintah adalah jabatan
karir. Jabatan karir adalah jabatan dalam lingkungan birokrasi pemerintah
yang hanya dapat diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil
atau Pegawai
Negeri yang telah beralih status sebagai Pegawai Negeri Sipil. Jabatan
karir dapat dibedakan ke dalam 2 (dua) jenis, yaitu :
1. Jabatan Struktural
2. Jabatan Fungsional
Jabatan struktural adalah jabatan yang secara tegas ada dalam struktur
organisasi, sedangkan jabatan fungsional adalah jabatan yang tidak secara
tegas disebutkan dalam struktur organisasi, tetapi dari sudut fungsinya
diperlukan oleh organisasi, seperti Peneliti, Dokter, Pustakawan, dan lainlain yang serupa dengan itu.
4. Tahapan Pola Karir
Sesuai dengan makna Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara
nomor 13 Tahun
2002 tentang Ketentuan Pelaksaann PP nomor 100 Tahun
2000 jo PP nomor 13 Tahun 2002,
tahapan
pelaksanaan
pembinaan
karir
Pegawai Negeri Sipil adalah sebagai berikut :
1. Perpindahan dari jabatan struktural ke fungsional maupun dari jabatan
fungsional ke struktural baik secara horizontal, vertikal maupun
diagonal serta perpindahan wilayah kerja.
2. Perpindahan jabatan secara horizontal adalah perpindahan jabatan pada
tingkat eselon dan pangkat jabatan yang sama.
3. Perpindahan jabatan secara vertikal adalah perpindahan yang bersifat
kenaikan jabatan (promosi).
4. Perpindahan jabatan secara diagonal adalah perpindahan jabatan dari
jabatan struktural ke fungsional dan sebaliknya.
Download