studi komparasi tingkat kecerdasan sosial antara kelas kinestetik

advertisement
STUDI KOMPARASI TINGKAT KECERDASAN SOSIAL
ANTARA
KELAS KINESTETIK, KELAS VERBAL LINGUISTIK, DAN
KELAS LOGIS MATEMATIS
PADA SISWA KELAS III DI SDIT NIDAUL HIKMAH
SALATIGA TAHUN AJARAN 2011/ 2012
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Disusun oleh:
WORO SEPTIYARSIH
NIM: 115 07 013
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2012
i
ii
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Woro Septiyarsih
NIM
: 115 07 013
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode
etik ilmiah.
Salatiga, 3 Maret 2012
Yang menyatakan,
Woro Septiyarsih
iv
MOTTO
“sebaik-baiknya umat adalah yang bermanfaat bagi sesamanya”
We worry about what a child will become tomorrow, yet we forget that he is
someone today. (Stacia Tausher)
Tidak ada kesuksesan sejati tanpa penolakan. Semakin banyak penolakan yang
anda alami, semakin unggul, semakin belajar dan semakin dekat dengan harapan
anda (Anthony Robbins)
Lebih baik terasing daripada menyerah pada kemunafikan (Soe Hok Gie)
v
PERSEMBAHAN
Penulis persembahkan skripsi ini kepada:
1. Ibuku (Asih Sri Hardini S.Pd), bapakku (Sugeng Dumadi) you are my
everything dan adik-adikku tercinta nothing can compare to you.
2. Keluarga besar Drs. Agung Wibowo, terimakasih tak terkira untuk
kesempatan ini.
3. Lahmudin Baihaqi S.Pd.I, my guardian angel, nuhun pisan arek ngadoa,
semangat, sumanget ngebantu. Mugi-mugi Allah ngaridoan rencana
urang. Insyaallah we’ll find a way. Amien.
4. Keluarga besar Mapala MITAPASA 2007/2008 – 2011/2012 cacian
makian pujian tangisan bersama kalian membuat hidup lebih hidup.
Terimakasih khususnya kepada sejawat senasib sepenanggungan di
PENDASPALA XIII terutama sejawat Siti ‘ceblenk’ Maunah, sejawat
Syarif Anam ‘pendhel’ Muhammad, sejawat Muhammad ‘bendhol’ Saiful
thanks for the first step. Kepada sejawat Paryono ‘dobleh’, sejawat
Khomsun ‘shontow’ Mashadi, sejawat Hafidh Arif ‘ciwil’ Rahman,
sejawat polo, sejawat Mustaghfiril ‘wader’ Asror, sejawat Muhammad
‘piqun’ Mufid, sejawat Munawar ‘keci’ Sholeh dan sejawat-sejawat lain
yang tidak dapat disebutkan satu persatu terimakasih untuk dukungan dan
kebersamaan selama ini, salam lestari!!!!
5. Alm. Titik Puji Lestari, terimakasih untuk semua kenangan bersamamu.
Mengenang kebersamaan kita adalah semangat untukku. Semoga kau
tenang dan bahagia di sisiNya. Amien.
vi
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
pengerjaan skripsi.
Penulis
sependapat
bahwa
sekolah
merupakan
tempat
utama
berlangsungnya transformasi ilmu pengetahuan. Seiring perkembangan anak usia
sekolah, sekolah memegang peran yang lebih dari sekedar tempat transformasi
ilmu, namun juga tempat perkembangan jiwa sosial dan perkembangan beragam
potensi anak berdasarkan kecerdasan masing-masing anak untuk bekal
menghadapi
masa dewasanya. Skripsi ini mencoba untuk mengukur dan
membandingkan tingkat kecerdasan sosial berdasarkan latarbelakang kecerdasan
anak di masa-masa awal sekolah dasar.
Namun yang penulis kemukakan dalam skripsi ini masih sangat jauh dari
sempurna. Boleh jadi nampak sangat subjektif. Penulis sadari pada subjektifitas
mengandung banyak kelemahan. Oleh karena itu penulis tetap mengharapkan
koreksi dan kritik konstruktif dari manapun.
Skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karenanya
penulis
ingin
menyampaikan ucapan terimakasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya terutama kepada:
1. Bapak Drs. Sumarno Widjadipa M.Pd beserta ibu Miftachurrifah M.Ag
selaku ketua dan sekretaris Program Studi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah (PGMI) yang telah mengarahkan, mendidik serta memberikan
motivasi kepada penulis.
vii
2. Ibu Muna Erawati M.Si selaku pembimbing yang begitu sabar dan telaten
memberikan
bimbingan
dan
saran-saran
kepada
penulis
selama
penyusunan skripsi ini.
3. Ibu dan bapakku, serta adik-adikku you are my everything, nothing can’t
compare to you.
4. Paryono ‘dobleh’, terimakasih untuk kebersamaan dan diskusi kita selama
ini. Finnaly we can finish our study!
5. Keluarga besar Mapala MITAPASA 2007/2008 – 2011/2012. Thanks to
always there for me. Salam lestari!!!!!
6. Teman-teman seperjuangan di PGMI ’07, be the first and be the best. Alm.
Titik Puji Lestari, your spirit make me burned, thank you.
Atas segala bantuan yang telah diberikan, penulis berharap semoga Allah
SWT membalasnya dengan pahala yang berlimpah, Amin. Penulis menyadari
bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi isi maupun
metodologi penulisannya. Untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat
penulis harapkan.
Salatiga, 3 Maret 2012
Penulis
viii
ABSTRAK
Septiyarsih, Woro. 2012. Studi Komparasi Tingkat Kecerdasan Sosial antara
Kelas Kinestetik, Kelas Verbal Linguistik dan Kelas Logis Matematis pada
Siswa Kelas III di SDIT Nidaul Hikmah Salatiga tahun pelajaran 2011/
2012. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.
Pembimbing: Muna Erawati, M.Si.
Kata kunsi: Kecerdasan Sosial, Kecerdasan Majemuk.
Penelitian ini merupakan bagian upaya untuk mengetahui perkembangan
kecerdasan sosial siswa di samping ragam kecerdasan lain (kecerdasan
majemuk) di tingkat pendidikan dasar. Pertanyaan utama yang ingin dijawab
melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana profil SDIT Nidaul Hikmah
Salatiga? (2) Bagaimana tingkat kecerdasan sosial siswa kelas kinestetik di
SDIT Nidaul Hikmah Salatiga? (3) Bagaimana tingkat kecerdasan sosial siswa
kelas verbal/ linguistik di SDIT Nidaul Hikmah Salatiga? (4) Bagaimana
tingkat kecerdasan sosial siswa kelas logis/ matematis di SDIT Nidaul Hikmah
Salatiga? (5) Apakah ada perbedaan tingkat kecerdasan sosial siswa antara
kelas kinestetik, kelas verbal/ linguistik dan kelas logis/ matematis di SDIT
Nidaul Hikmah Salatiga? Guna menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian
ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan studi komparasi.
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa (a) Hingga saat ini SDIT
Nidaul Hikmah masih menjadi Sekolah Dasar dengan sistem full day school
pertama dan satu-satunya di kota Salatiga. SDIT Nidaul Hikmah mendasarkan
pembagian kelas pada teori kecerdasan ganda (multiple intelligence) yang
dikemukakan oleh Howard Gardner. (b) Tingkat kecerdasan sosial anak di
kelas kinestetik temasuk pada kategori tinggi. Terbukti dengan 36% anak di
kelas tersebut menduduki kategori tingkat kecerdasan sosial tinggi. (c) Tingkat
kecerdasan sosial anak di kelas verbal linguistik temasuk pada kategori
sedang. Hal ini ditunjukkan dengan 40% anak di kelas tersebut menduduki
kategori tingkat kecerdasan sosial sedang. (d) Tingkat kecerdasan sosial anak
di kelas logis matematis termasuk pada kategori tinggi. Hal ini ditunjukkan
dengan 43% anak di kelas tersebut menduduki kategori tingkat kecerdasan
sosial tinggi. (e) Dari hasil pengumpulan data, pengolahan data hingga analisis
data diketahui bahwa tingkat kecerdasan sosial siswa kelas logis matematis
lebih besar dari siswa kelas kinestetik dan tingkat kecerdasan sosial siswa
kelas kinestetik lebih besar daripada siswa kelas verbal. Melalui uji beda dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan mengenai tingkat
kecerdasan sosial siswa antara kelas kinestetik dengan kelas verbal linguistik
pada taraf signifikansi 0,000 < 0,005.
Melalui penghitungan anava dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan mengenai tingkat kecerdasan sosial siswa antara kelas
kinestetik, kelas verbal linguistik dan kelas logis matematis dengan
signifikansi sebesar 0,002 < 0,05 atau pada taraf kesalahan 5 %.
(Hasil dan pembahasan temuan selengkapnya dapat disimak lebih lanjut.)
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .........................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................................
iv
HALAMAN MOTTO ................................................................................
v
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................
vi
KATA PENGANTAR ................................................................................
vii
ABSTRAK ..................................................................................................
ix
DAFTAR ISI ...............................................................................................
x
DAFTAR TABEL ......................................................................................
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar belakang masalah ...............................................................
1
B.
Rumusan masalah ........................................................................
6
C.
Tujuan penelitian .........................................................................
7
D.
Hipotesis penelitian ......................................................................
7
E.
Kegunaan penelitian .....................................................................
8
F.
Definisi operasional .....................................................................
8
G.
Metode penelitian .........................................................................
9
1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian .........................................
9
2. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................
9
3. Populasi dan Sampel ....................................................................
9
x
4. Prosedur penelitian .......................................................................
10
5. Metode pengumpulan data ...........................................................
11
6. Instrumen penelitian .....................................................................
11
7. Analisis data .................................................................................
13
H.
Sistematika penulisan ...................................................................
14
BAB II LANDASAN TEORI
A.
Kecerdasan sosial .........................................................................
15
1.
Pengertian kecerdasan sosial ..............................................
15
2.
Teori-teori kecerdasan sosial ..............................................
15
3.
Dimensi-dimensi kecerdasan sosial ....................................
18
4.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan sosial ........
20
B.
Kecerdasan majemuk (multiple intelligence)................................
22
C.
Perkembangan sosial anak ...........................................................
25
1.
Pengertian perkembangan sosial ........................................
25
2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial ..
26
3.
Tingkatan perkembangan sosial anak ................................
28
Tugas perkembangan ...................................................................
29
1.
Pengertian tugas perkembangan .........................................
29
2.
Tugas fase perkembangan masa sekolah ............................
29
Teori perkembangan psikososial ..................................................
31
D.
E.
BAB III
A.
LAPORAN HASIL PENELITIAN
Gambaran Umum SDIT Nidaul Hikmah .....................................
34
1. Identitas sekolah ...........................................................................
34
xi
2. Visi, misi dan tujuan sekolah .......................................................
35
3. Keadaan guru ...............................................................................
37
4. Keadaan siswa ..............................................................................
38
5. Sarana Prasarana sekolah .............................................................
41
6. Kegiatan sekolah ..........................................................................
42
Penyajian Data .............................................................................
47
B.
BAB IV
ANALISIS DATA
A.
Analisis variabel ...........................................................................
48
B.
Pengujian Hipotesis .....................................................................
56
C.
Pembahasan ..................................................................................
57
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................
61
B. Saran ............................................................................................
62
Lampiran- Lampiran
Lampiran 1
Skala kecerdasan sosial .......................................................
63
Lampiran 2
Tabel daftar responden kelas A, B dan C .............................
66
Lampiran 3
Tabel hasil angket kelas A, B dan C ....................................
69
Lampiran 4
Tabel nilai kelas A, B dan C ................................................
72
Lampiran 5
Tabel penghitungan anava dan t test dengan SPSS
for windows ........................................................................
75
Lampiran 6
Daftar riwayat hidup ............................................................
77
Lampiran 7
Surat Pembimbing Skripsi ...................................................
78
Lampiran 8
Surat Permohonan Izin Penelitian .......................................
79
xii
Lampiran 9
Lembar Konsultasi Skripsi ..................................................
80
Lampiran 10
Surat Keterangan Penelitian ..............................................
81
Lampiran 11
Surat Keterangan Kegiatan ................................................
82
Daftar Pustaka
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Blue Print Instrumen Skala Kecerdasan Sosial ..................
Tabel 3.2
Data Guru dan Pendidikan Terakhir SDIT Nidaul Hikmah
Tahun Ajaran 2010/2011.....................................................
Tabel 3.3
13
37
Daya Tampung Sekolah SDIT Nidaul Hikmah
Tahun Ajaran 2010/2011 ....................................................
38
Tabel 3.4
Data Siswa SDIT Nidaul Hikmah ......................................
38
Tabel 3.5
Data Siswa Mengulang Kelas SDIT Nidaul Hikmah .........
39
Tabel 3.6
Jumlah Siswa, Jumlah Lulusan dan Jumlah Putus Sekolah
SDIT Nidaul Hikmah .........................................................
39
Tabel 3.7
Data Siswa Berprestasi SDIT Nidaul Hikmah ...................
40
Tabel 3.8
Data Sarana Prasarana SDIT Nidaul Hikmah ....................
41
Tabel 4.9
Pengolahan Data Kelas A, B dan C ...................................
48
Tabel 4.10
Nilai dan Frekuensi Kelas A (kelas kinestetik) ..................
50
Tabel 4.11
Nilai dan Frekuensi Kelas B (kelas verbal) .......................
52
Tabel 4.12
Nilai dan Frekuensi Kelas C (kelas logis matematis) ........
54
Tabel 4.13
Rangkuman Hasil Analisis .................................................
55
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Anak sebagai generasi penerus akan tumbuh dan berkembang menjadi
dewasa. Seiring pertumbuhannya anak akan selalu berinteraksi dan
bersosialisasi dengan sesamanya. Melalui interaksi dan sosialisasi yang
dilakukannya anak mendapat banyak pengaruh baik positif maupun negatif
yang sangat berperan dalam pembentukan karakternya.
Perkembangan sosial anak dimulai sejak anak lahir di dunia. Anak
merupakan makhluk pribadi-sosial yang memerlukan relasi dan komunikasi
dengan orang lain untuk memanusiakan dirinya (Kartini,1986:50). Pada masa
awal pertumbuhannya, seorang anak yang menangis adalah dalam rangka
berkomunikasi/ mengadakan hubungan dengan orang lain. Hubungan tersebut
yang perlahan akan memberikan lebih banyak pengalaman padanya tentang
manusia yang tak hanya sebagai makhluk individu namun juga sebagai
makhluk sosial yang membutuhkan orang lain. Sebagaimana tertuang dalam
Al Quran Surat Al Hujurat (49)13:
            
         
Artinya ; “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenalmengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara
kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
1
Keluarga merupakan lingkup sosial pertama dimana anak mendapat
pondasi pembentukan karakternya melalui pendidikan agama, pendidikan
moral, dan pendidikan sosial. Pembinaan sikap sosial yang baik oleh orangtua
diharapkan dapat menumbuhkan perilaku sosial yang baik pada anak. Oleh
karena itu sejak dini perlu penanaman sikap sosial yang baik sebagai bekal
agar ia dapat menentukan sikap yang semestinya dalam situasi apapun dan
dimanapun ia berada. Sebagaimana tertuang dalam Al Quran Surat Ali Imran
(3)112:
Artinya :
“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali
jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali
(perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat
kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. yang
demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan
membunuh Para Nabi tanpa alasan yang benar. yang demikian itu
disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas.”
Ruang lingkup seorang anak akan terus berkembang seiring
bertambahnya usia. Pada usia sekolah anak akan memasuki lingkup sosial
yang lebih luas yaitu dunia sekolah. Sekolah akan memberikan pengaruh yang
sangat besar terhadap anak sebagai individu dan makhluk sosial, peraturan
sekolah, otoritas guru, disiplin kerja, cara belajar, kebiasaan bergaul dan
macam-macam tuntutan sekolah yang cukup ketat itu memberikan segi-segi
keindahan dan kesenangan belajar pada anak (Kartini, 1986:136). Melalui
pergaulan dengan teman sebayanya anak melakukan lebih banyak hubungan
2
sosial dan interaksi daripada sebelumnya. Sebagaimana tertuang dalam Al
Quran Surat Al Israa’ (17)23:
Artinya :
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada
ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara
keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan
yang mulia.”
Kemampuan intelektual atau kecerdasan intelektual (IQ) pada anak
perlu disertai kemampuan anak dalam mengatur emosi, spiritual, dan sikap
sosial. Sikap sosial yang baik diharapkan dapat menumbuhkan toleransi dan
sikap solider dan tenggang rasa dalam menghadapi perbedaan yang mungkin
timbul di lingkungannya.
Anak yang terbiasa berinteraksi di lingkungan sosial akan mudah
beradaptasi dengan lingkungan baru dan orang-orang baru, mampu
bersosialisasi dengan baik, mampu memahami dan berempati kepada orang
lain. Berdasar karakteristik tersebut seorang
anak dapat dikategorikan
memiliki kecerdasan sosial. Namun di negeri ini, kecerdasan sosial masih
menjadi barang yang mahal dan langka. Aktualisasi kecerdasan sosial anak
dalam kehidupan sehari-hari masih rendah. Terbukti dengan seringnya terjadi
bunuh diri anak dan tawuran pelajar di negeri ini. Pertengahan 2010 Nuraini
siswa kelas 5 Sekolah Dasar di Jakarta memilih mengakhiri hidupnya setelah
3
menyesali kenapa ia dilahirkan di tengah-tengah keluarga penjual bubur yang
membuatnya diejek oleh teman-teman sekelasnya (Kompas, 17 Mei 2010,
Angka Bunuh Diri Anak Meningkat, hal 5). Peringatan hari Sumpah Pemuda
2011
di
Kota
Depok
diwarnai
tawuran
pelajar
SMA
(http://komnaspa.wordpress.com, online, diakses 13 November 2011). Meski
anak-anak muda yang bunuh diri itu memiliki alasan, sebenarnya mereka lebih
didorong perasaan tidak mampu menanggung beban sosio-emosional yang
kadang
tidak
sepenuhnya
mereka
mengerti
(http://www.duniaesai.com/index.php, online, diakses 13 November 2011).
Kejadian tersebut terjadi karena tipisnya kemampuan empati pada
anak. Daniel Goleman (1997:145) mengemukakan empati memungkinkan
seseorang untuk menghayati masalah atau kebutuhan yang tersirat di balik
perasaan orang lain yang tidak hanya diungkapkan melalui kata-kata. Melalui
empati anak tidak hanya berusaha memahami orang lain, tetapi juga berusaha
memahami dirinya sendiri.
Kecerdasan atau intelegensi adalah kapasitas atau kecakapan umum
pada individu secara sadar untuk menyesuaikan pikirannya pada situasi yang
dihadapinya (Alex Sobur, 2003:158). Sedangkan kecerdasan sosial menurut
Khilstrom dan Cantor, adalah suatu simpanan pengetahuan mengenai dunia
sosial, menjalin hubungan dengan orang lain, dan kemampuan dalam
menghadapi orang-orang yang berbeda latar belakang dengan cara bijaksana.
(Suyono, 2007:103). Menurut Amstrong (1994) ketika seseorang berpikir atau
mengerjakan sesuatu beberapa kecerdasan bekerja secara padu dan simultan
(http://beritapendidikan.com, online, diakses 13 November 2011). Walaupun
hanya membahas dan mengembangkan kecerdasan sosial hendaknya tidak
4
melepaskan keterkaitan kecerdasan sosial dengan kecerdasan lain seperti
kecerdasan intrapersonal (intrapersonal intelligence), kecerdasan emosi
(emotional quotient) dan kecerdasan spiritual (spiritual quotient).
Pada tahun 1995 Howard Garner mengidentifikasi delapan macam
kecerdasan yang masing-masing memiliki tingkatan yang bervariasi. Macam
kecerdasan tersebut kemudian disebut multiple intelligence atau kecerdasan
majemuk. Delapan kecerdasan tersebut diantaranya
kecerdasan verbal
linguistik, kecerdasan logis/ matematis, kecerdasan visual/spasial, kecerdasan
jasmaniah/ kinestetik, kecerdasan musikal/ ritmis, kecerdasan intrapersonal,
kecerdasan antarpersonal dan kecerdasan naturalis (English, 2005: 17).
Kecerdasan beragam menunjukkan bahwa individu mana pun yang diajar
dengan cara yang melibatkan kecerdasannya sendiri yang dominan akan bisa
mempelajari, memahami, dan menerapkan pengetahuan secara lebih efektif
(English, 2005: 19). Keidentikan kemampuan anak yang beragam akan
mempengaruhi kehidupan sosialnya. Interaksi mereka bisa saja terbatas hanya
pada lingkup mereka sendiri.
Menurut Kartini (1986:136) saat anak memasuki usia sekolah ia
mengalami banyak perkembangan, termasuk perkembangan fungsi intelektual
atau kemampuan kognitif yang tidak mampu diberikan secara maksimal oleh
keluarga. Pada usia sekolah dasar awal (6-9 tahun) adalah awal anak mulai
memiliki kesanggupan menyesuaikan diri sendiri (egosentris) kepada sikap
yang kooperatif (bekerja sama) atau sosio-sentris (mau memperhatikan
kepentingan orang lain) (Yusuf, 2001:180). Dengan proses belajar di sekolah,
pengembangan kemampuan kognitif, ketrampilan sosial, pemerolehan
pengetahuan dapat berjalan seimbang dan bersamaan.
5
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis tertarik untuk
mengungkap dan mendeskripsikan ragam kecerdasan anak khususnya
kecerdasan kinestetik, kecerdasan verbal/ linguistik dan kecerdasan logis/
matematis, serta mengenai perbedaan profil kecerdasan sosial anak diantara
ketiganya. Penelitian ini berjudul STUDI KOMPARASI TINGKAT
KECERDASAN SOSIAL ANTARA KELAS KINESTETIK,
KELAS
VERBAL
LINGUISTIK,
DAN
KELAS
LOGIS
MATEMATIS PADA SISWA KELAS III DI SDIT NIDAUL
HIKMAH SALATIGA TAHUN AJARAN 2011/2012.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis
dapat merumuskan pokok pemasalahan yang perlu mendapat pembahasan.
Permasalahan tersebut adalah:
1. Bagaimana profil SDIT Nidaul Hikmah Salatiga?
2. Bagaimana tingkat kecerdasan sosial siswa di kelas kinestetik di SDIT
Nidaul Hikmah Salatiga tahun ajaran 2011/ 2012?
3. Bagaimana tingkat kecerdasan sosial siswa di kelas verbal/ linguistik di
SDIT Nidaul Hikmah Salatiga tahun ajaran 2011/ 2012?
4. Bagaimana tingkat kecerdasan sosial siswa di kelas logis/ matematis di
SDIT Nidaul Hikmah Salatiga tahun ajaran 2011/ 2012?
5. Apakah ada perbedaan tingkat kecerdasan sosial siswa antara kelas
kinestetik, kelas verbal/ linguistik dan kelas logis/ matematis di SDIT
Nidaul Hikmah Salatiga tahun ajaran 2011/ 2012?
6
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasar dari rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui profil SDIT Nidaul Hikmah.
2. Untuk mengetahui tingkat kecerdasan sosial siswa di kelas kinestetik di
SDIT Nidaul Hikmah Salatiga tahun ajaran 2011/ 2012.
3. Untuk mengetahui tingkat kecerdasan sosial siswa di kelas verbal/
linguistik di SDIT Nidaul Hikmah Salatiga tahun ajaran 2011/ 2012.
4. Untuk mengetahui tingkat kecerdasan sosial siswa di kelas logis/
matematis di SDIT Nidaul Hikmah Salatiga tahun ajaran 2011/ 2012.
5. Untuk mengetahui adakah perbedaan tingkat kecerdasan sosial siswa
antara kelas kinestetik, kelas verbal/ linguistik dan kelas logis/ matematis
di SDIT Nidaul Hikmah Salatiga tahun ajaran 2011/ 2012.
D. HIPOTESIS PENELITIAN
Ha
:
Ada perbedaan yang signifikan tingkat kecerdasan sosial antara
siswa kelas kinestetis, kelas verbal/ linguistis dan kelas logis/
matematis di SDIT Nidaul Hikmah Salatiga.
Ho
:
Tidak ada perbedaan yang signifikan tingkat kecerdasan sosial
antara siswa kelas kinestetis, kelas verbal/ linguistis dan kelas
logis/ matematis di SDIT Nidaul Hikmah Salatiga.
7
E. KEGUNAAN PENELITIAN
Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk
keperluan sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi dunia
pendidikan Islam secara khusus dan dunia pendidikan dasar secara
umum.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pendidik dan orangtua
tentang pentingnya kecerdasan sosial anak.
F. DEFINISI OPERASIONAL
Langkah awal dalam menyatukan persepsi dalam penelitian ini perlu
memberikan batasan dan penegasan istilah dari judul yang diangkat. Dengan
demikian, kecerdasan sosial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sesuai
dengan yang dikemukakan oleh Khilstrom dan Cantor bahwa kecerdasan
sosial adalah suatu simpanan pengetahuan mengenai dunia sosial, menjalin
hubungan dengan orang lain, dan kemampuan dalam menghadapi orang-orang
yang berbeda latar belakang dengan cara bijaksana. (Suyono, 2007:103).
Kecerdasan sosial disini erat kaitannya dengan perkembangan sosial
anak, dimana perkembangan sosial anak menurut Syamsu Yusuf (2001)
merupakan pencapaian kematangan sosial. Berkat perkembangan sosial, anak
dapat menyesuaikan dirinya dengan kelompok teman sebaya maupun dengan
lingkungan.
8
Dengan demikian, kecerdasan sosial yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah kemampuan untuk menjalin hubungan dengan orang lain dengan
memahami dan bertindak bijaksana dalam menghadapi perbedaan latar
belakang di dunia sosial.
G. METODE PENELITIAN
1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian
Pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kuantitatif,
yaitu pendekatan penelitian yang bersifat objektif mencakup pengumpulan
data, analisis data kuantitatif serta menggunakan metode pengujian
statistik (Hermawan, 2004:14). Jenis penelitian yang digunakan penelitian
ini ialah penelitian komparatif, yaitu sejenis penelitian deskriptif yang
ingin mencari jawab secara mendasar tentang sebab akibat, dengan
menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu
fenomena tertentu (Nazir, 1988:68).
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di SDIT Nidaul Hikmah Salatiga
pada bulan Januari 2012.
3. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian baik terdiri dari
benda yang nyata, abstrak, peristiwa ataupun gejala yang merupakan
sumber data dan memiliki karakter tertentu dan sama (Sukandarumidi,
2004:47). Populasi dari penelitian ini adalah siswa SDIT Nidaul Hikmah
Salatiga secara keseluruhan yang berjumlah 413 orang.
9
Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti
(Prasetyo, 2011: 119). Menurut Bailey (1994) sampel harus dilihat sebagai
suatu pendugaan terhadap populasi dan bukan populasi itu sendiri
(Prasetyo, 2011: 119). Dalam menentukan sampel (sampling) peneliti
menggunakan teknik cluster sampling (sampel kelompok). Kelompok
yang dimaksud adalah kelompok belajar yang dibagi berdasar latar
belakang kecerdasannya. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas III yang
terdiri dari 3 kelompok belajar yaitu kelas kinestetis, kelas verbal/
linguistik dan kelas logis matematis. Penulis tidak bisa melakukan
pengelompokan karena pengelompokan siswa berdasar kecerdasannya
merupakan wewenang sekolah. Pengelompokan dilakukan sekolah ketika
pendaftaran siswa dengan cara melakukan tes. Demi menjaga kerahasiaan
responden
selanjutnya akan disebut sebagai kelas A untuk kelas
kinestetis, kelas B untuk kelas verbal/linguistik dan kelas C untuk kelas
logis matematis. Jumlah keseluruhan sampel pada penelitian ini adalah 69
anak.
4. Prosedur Penelitian
Sebelum dilakukan pengambilan data, untuk membangun rapport
(hubungan baik antara peneliti dengan subjek penelitian) maka akan
ditempuh dengan cara memberikan ice breaking dalam bentuk permainan
setelah sesi perkenalan. Langkah selanjutnya adalah mengadministrasikan
instrumen pengukuran yang berupa skala. Proses pengambilan data akan
diakhiri dengan ice breaking dengan menyanyi bersama.
10
5. Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang cukup dan sesuai dengan
permasalahan, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data
yaitu:
a. Metode Kuesioner/ Angket
Metode kuesioner atau angket adalah suatu metode dengan
menggunakan suatu daftar yang berisikan suatu rangkaian pertanyaan
mengenai sesuatu hal atau dalam suatu bidang (Koentjaraningrat,
1994:124). Angket yang digunakan adalah angket tertutup. Angket
tertutup yaitu angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan disertai
alternatif jawabannya.
b. Metode Dokumentasi
Menurut Irawan dalam Sukandarrumidi (2004:100) metode
dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang ditujukan
kepada subyek penelitian. Penulis menggunakan metode ini guna
mendapatkan data mengenai profil sekolah berupa letak geografis,
keadaaan guru, pegawai, siswa, sarana dan prasarana, kegiatan belajar
mengajar, dan kegiatan ekstrakulikuler.
6. Instrument Penelitian
Instrument penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel
yang akan diteliti. Instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah
lembar skala yang digunakan untuk mengetahui seberapa perbedaan
tingkat kecerdasan sosial anak antara kelas kinestetik, verbal linguistik dan
kelas logis matematis di SDIT Nidaul Hikmah Salatiga.
11
Penulis akan membuat satu macam skala yang disebut sebagai
skala kecerdasan sosial. Skala tersebut nantinya akan diisi oleh siswa
SDIT Nidaul Hikmah Salatiga. Skala terdiri dari tigabelas pertanyaan yang
disusun berdasar indikator-indikator kecerdasan sosial menurut Khilstrom
dan Cantor dalam Suyono (2007:110). Tigabelas indikator tersebut adalah
indikator dasar dari enambelas indikator kecerdasan sosial. Tiga indikator
tidak digunakan dengan pertimbangan bahwa pengukuran kecerdasan
sosial pada penelitian ini ditujukan untuk siswa yang masih anak-anak
yang berusia antara 8-9 tahun. Sedangkan tiga indikator tersebut lebih
sesuai digunakan dalam pengukuran kecerdasan sosial pada usia yang
lebih dewasa. Indikator tersebut kemudian diubah dalam sebuah dalam
sebuah soal cerita. Masing-masing soal terdapat tiga pilihan jawaban yang
mewakili pilihan setuju/ positif, tidak tahu/ netral dan tidak setuju/ negatif.
Secara berurutan pilihan tersebut memiliki nilai 3, 2, dan 1. Penilaian
dengan cara ini memudahkan penulis untuk menganalisis jawaban.
Jawaban yang condong ke arah positif bernilai lebih besar dan sebaliknya
jawaban yang condong ke arah negatif memiliki nilai yang lebih kecil.
12
Tabel 1.1
Blue Print Instrumen Skala Kecerdasan Sosial
No.
Aspek
Nomor Item
Jumlah
1.
Menerima kelebihan orang lain
1
1
2.
Menerima kekurangan orang lain
2
1
3.
Memahami perbedaan pemikiran orang lain
3
1
4.
Membuka diri untuk berinteraksi dengan orang lain
4
1
5.
Memperluas interaksi dengan orang lain
5
1
6.
Membuat orang yang bersamanya maju dan berkembang
6
1
7.
Mengakui kesalahan yang diperbuat
7
1
8.
Menunjukkan perhatian pada dunia yang lebih luas
8
1
9.
Tepat waktu dalam membuat perjanjian
9
1
10.
Mempunyai hati nurani sosial
10
1
11.
Menunjukkan rasa ingin tahu
11
1
12.
Peka terhadap kebutuhan dan hasrat orang lain
12
1
13.
Menunjukkan perhatian segera terhadap lingkungan
13
1
Total
13
7. Analisis data
Sesuai dengan jenis penelitian yang digunakan, maka penulis
menggunakan teknik analisis statistik deskriptif. Data yang terkumpul
selanjutnya diolah dan dianalisis dengan menggunakan teknik prosentase
untuk mengetahui dan mengukur frekuensi gejala yang muncul. Rumus
prosentase adalah sebagai berikut:
13
P
F
x100%
N
Keterangan:
P
= Prosentase
F
= Frekuensi
N
= Jumlah responden
Kemudian untuk mencari perbedaan tingkat kecerdasan sosial di
dua obyek penelitian tersebut penulis menggunakan teknik statistik anova
(analysis of varians) atau anava dengan menggunakan program SPSS for
windows.
H. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan laporan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bab I merupakan pendahuluan yang terdiri dari sub bab latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, kegunaan penelitian,
definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II merupakan landasan teori yang terdiri dari sub bab tinjauan
umum kecerdasan, kecerdasan sosial, perkembangan anak, perkembangan
sosial anak dan pendidikan sosial anak sekolah.
Bab III berisi laporan hasil penelitian, meliputi keadaan umum obyek
penelitian dan penyajian data.
Bab IV merupakan analisis data, dari analisis data pertama hingga
analisis lanjutan uji hipotesis.
Bab V memuat kesimpulan, saran dan kritik.
14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kecerdasan Sosial
1. Pengertian Kecerdasan Sosial
Edward Lee Thorndike menyatakan bahwa kecerdasan sosial adalah
kemampuan untuk memahami orang lain dan bertindak bijaksana dalam
hubungan antar manusia dalam Goleman (1997: 56). Berdasarkan
pengertian tersebut Khilstrom dan Cantor mendefinisikan kembali
kecerdasan sosial sebagai suatu simpanan pengetahuan mengenai dunia
sosial, menjalin hubungan dengan orang lain, dan kemampuan dalam
menghadapi orang-orang yang berbeda latar belakang dengan cara
bijaksana (Suyono, 2007: 103). Kemudian Moss dan Hunt dalam Suyono,
(2007: 103)berpendapat bahwa kecerdasan sosial merupakan kemampuan
dalam menjalin hubungan dengan orang lain secara terus-menerus.
Dengan demikian kecerdasan sosial yaitu kemampuan untuk
menjalin hubungan dengan orang lain dengan memahami dan bertindak
bijaksana dalam menghadapi perbedaan latar belakang di dunia sosial.
2. Teori-Teori Kecerdasan Sosial
Jauh sebelum munculnya hasil penelitian tentang kecerdasan sosial,
Alfred Binet yang hidup antara tahun 1857-1911 berhasil menemukan
konsep intelligence quotient (IQ). Olehnya kecerdasan didefinisikan dalam
3 komponen, yaitu kemampuan mengarahkan pikiran atau tindakan,
15
kemampuan mengubah arah tindakan jika telah dilaksanakan dan
kemampuan mengkritik diri sendiri atau autocritism (Suyono, 2007: 93).
Selanjutnya Howard Gardner dalam Sulistami (2006: 39) dalam
bukunya frames of mind memaparkan pendapatnya tentang multiple
intelligences atau kecerdasan majemuk yang meliputi 8 kecerdasan: logis
matematis, linguistik, visual, kinestetis, musikal, naturalis, interpersonal,
dan intrapersonal). Dari sekian kecerdasan, kecerdasan antarpersonal
(interpersonal intelligence) memiliki hubungan yang lebih erat dengan
kecerdasan sosial. Hatch dan Gardner dalam Goleman (1997: 166)
mengidentifikasi empat kemampuan sosial sebagai komponen-komponen
kecerdasan antarpersonal (interpersonal intelligence):
a. Mengorganisir kelompok, ketrampilan esensial seorang pemimpin, ini
menyangkut memprakarsai dan mengkoordinasi upaya menggerakkan
orang. Di tempat bermain, bakat ini dimiliki anak yang mengambil
keputusan apa yang akan dimainkan oleh setiap orang, atau yang
menjadi ketua regu.
b. Merundingkan pemecahan, bakat seorang mediator, yang mencegah
konflik atau menyelesaikan konflik-konflik yang meletup. Mereka ini
adalah anak-anak yang mendamaikan perbantahan di tempat bermain.
c. Hubungan pribadi, bakat ini memudahkan untuk masuk ke dalam
lingkup pergaulan atau untuk mengenali dan merespon dengan tepat
akan perasaan dan keprihatinan orang lain. Anak-anak ini cenderung
16
paling pintar membaca emosi dari ungkapan wajah dan paling disukai
oleh teman-teman sekelasnya.
d. Analisis sosial, mampu mendeteksi dan mempunyai pemahaman
tentang perasaan, motif dan keprihatinan orang lain. Pemahaman akan
bagaimana perasaan orang lain ini dapat membawa ke suatu keintiman
yang menyenangkan atau perasaan kebersamaan.
Kemudian muncullah Emotional Quotient (EQ) yang dipopulerkan
oleh Daniel Goleman tahun 1995 melalui bukunya Emotional Quotient.
EQ merupakan persyaratan dasar untuk menggunakan potensi IQ secara
efektif (Sulistami, 2006: 38). IQ hanya berperan 20% dalam keberhasilan
kehidupan
seseorang,
80%
lainnya
ditentukan
oleh
kecerdasan
emosionalnya (Goleman, 1997: 58). Emotional Quotient (EQ) terdiri atas
kecakapan pribadi yang meliputi awareness (kasadaran diri), pengaturan
diri, motivasi, dan kecakapan sosial yang berfokus pada empati dan
bagaimana seorang terampil secara sosial (Goleman,1997: 157).
Menurut Suyono (2007: 123) orang yang memiliki kecerdasan sosial
menuntut adanya kualitas diri, dan untuk mencapai manusia yang
berkualitas tersebut diperlukan kecerdasan emosi.
Tahun
2001
Danah
Zohar
dan
Ian
Marshal
pertamakali
memperkenalkan spiritual quotient (SQ). SQ adalah landasan yang
diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif (Sulistami,
2006:
39).
Orang
yang
mempunyai
kecerdasan
spiritual
dapat
mempertajam kecerdasan sosial, karena kecerdasan spiritual membentuk
17
ketangguhan sosial seseorang (Suyono, 2007: 140). Menurut Agustina
dalam Suyono (2007: 140) ada empat cara mengembangkan kecerdasan
spiritual sebagai fondasi menumbuhkan kecerdasan sosial, yaitu:
1. Penjernihan emosi, hal ini ditandai dengan terbebasnya seseorang dari
prasangka negatif, prinsip-prinsip hidup yang menyesatkan, egoisme
kepentingan, pembanding subjektif, dan literatur yang menyesatkan.
2. Mendengarkan suara hati, kebiasaan untuk terlebih dahulu memberi,
memperhatikan, dan mencintai orang lain.
3. Ketangguhan pribadi, yaitu mampu menetapkan misi membangun
karakter dan pengendalian diri.
3. Dimensi-Dimensi Kecerdasan Sosial
Secara lebih luas dapat dijelaskan bahwa pengertian kecerdasan
sosial berkaitan dengan ketrampilan sosial atau kompetensi sosial.
Khilstrom dan Cantor dalam Suyono (2007: 110) menemukan bentuk
perilaku kecerdasan sosial yang berupa kompetensi sosial, diantaranya
adalah:
a. Menerima orang lain.
Orang yang memiliki kecerdasan sosial mampu untuk:
1) Menerima orang lain dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
2) Memahami dan memperlakukan secara tepat bahwa orang lain itu
memiliki latar belakang pemikiran dan perilaku yang berbedabeda.
3) Selalu membuka diri untuk bergaul dengan orang-orang baru.
18
4) Berusaha untuk selalu memperluas interaksi dengan orang lain.
5) Berusaha membuat orang lain yang bersamanya menjadi maju dan
berkembang.
b. Mengakui kesalahan yang diperbuat.
c. Menunjukkan perhatian pada dunia yang lebih luas.
d. Tepat waktu dalam membuat perjanjian.
e. Mempunyai hati nurani sosial.
f. Berpikir, berbicara secara sistemik.
g. Menunjukkan rasa ingin tahu.
h. Tidak membuat penilaian secara tergesa-gesa.
i. Membuat penilaian secara objektif.
j. Meneliti informasi terlebih dahulu sebagai bahan pertimbangan
memecahkan masalah.
k. Peka terhadap kebutuhan dan hasrat orang lain.
l. Menunjukkan perhatian segera terhadap lingkungan.
Sedangkan menurut Chang dalam Suyono (2007: 117) menyebutkan,
ada empat hal yang menjadi kriteria seseorang dapat disebut sebagai
individu yang mempunyai kecerdasan sosial:
a. Membaca diversi sosial di masyarakat.
b. Memahami pentingnya pembinaan diri seumur hidup.
c. Mengenal tuntutan sosial, aksi sosial, dan merancang reformasi sosial.
d. Mengembangkan belas kasih dan memperhatikan sesama.
19
Lawrence E. Saphiro mengemukakan tentang indikator seorang anak
memiliki kecakapan sosial, kecakapannya meliputi (Saphiro, 2001: 177):
a. Memiliki kemampuan berempati artinya anak memiliki kemampuan
menempatkan diri dalam posisi orang lain.
b. Ketrampilan berkomunikasi dengan orang lain.
c. Pandai menjalin persahabatan.
d. Kemampuan dalam bergabung dan berperan serta dalam kelompok
sebaya.
e. Kemampuan dalam bergaul dengan orang dewasa maksudnya anak
mampu bersikap sopan, hormat kepada orang lain, dan berbicara
dengan baik.
Daniel Goleman (1997: 167) mengatakan bahwa orang-orang yang
terampil dalam kecerdasan sosial dapat menjalin hubungan dengan orang
lain dengan cukup lancar, peka membaca reaksi dan perasaan mereka,
mampu memimpin dan mengorganisir, dan pintar menangani perselisihan
yang muncul dalam setiap kegiatan manusia.
4. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Sosial
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan sosial diartikan sama
dengan faktor yang mempengaruhi kecerdasan secara umum termasuk
dalam hal ini kecerdasan kinestetis, kecerdasan verbal, dan kecerdasan
logis matematis dipengaruhi oleh 2 faktor, yakni faktor bawaan
(genetically determined) dan
faktor lingkungan (learned) terus
berlangsung (Azwar, 2006: 71).
20
a. Faktor bawaan (genetically determined)
Secara biologis individu berkembang dari sel telur (ovum) dan
sperma. Sel telur dan sperma masing-masing berisi kromosom.
Didalam kromosom tersebut berisi gen yang menjadi penentu sifatsifat yang akan diturunkan. Anak akan menerima rangkaian gen yang
berbeda karena mereka menerima kombinasi kromosom yang tidak
sama.
Suatu gen disebut dominan jika ia memiliki kekuatan untuk
menekan efek gen yang lain. Dan disebut resesif bila pengaruhnya
dikalahkan oleh gen yang lain. Gen kedua orang tua akan
berkolaborasi pada diri anak, dan memberi kontribusi besar terhadap
pembentukan kepribadian anak. Kemampuan sosialisasi dan interaksi
orangtua dengan lingkungannya adalah satu dari sekian sifat yang
dibawa oleh gen tersebut.
b. Faktor lingkungan (learned)
Banyak faktor lingkungan yang ikut mempengaruhi tingkat
kecerdasan seorang anak. Mulai dari proses kehamilan hingga proses
melahirkan. Namun setelah kelahiran, pengaruh faktor lingkungan
terhadap individu semakin penting dan besar. Proses yang paling
berpengaruh adalah proses belajar (learning) yang menyebabkan
perbedaan perilaku individu satu dengan yang lainnya. Melalui proses
belajar, pengaruh budaya secara tidak langsung juga mempengaruhi
individu. Standar dan norma sosial yang berlaku pada suatu kelompok
21
budaya tempat individu berada akan menentukan apa yang benar dan
apa yang salah, apa yang dianggap salah dan apa yang dianggap baik
dan apa yang dianggap buruk (Azwar, 2006: 75).
Berdasar pada pengertian kecerdasan sosial yang menitikberatkan
pada kemampuan berhubungan atau berinteraksi dengan sesama dapat
disimpulkan bahwa faktor lingkungan lebih berpengaruh dari pada faktor
genetic atau faktor bawaan.
Kedua faktor di atas jika dapat diolah dengan baik akan melahirkan
individu yang berkecerdasan sosial dan intelektual yang bagus dan
seimbang.
B. Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligence)
Teori kecerdasan majemuk (multiple intelligence) dikembangkan oleh
Howard Gardner –seorang profesor psikologi dari Harvard University- pada
tahun 1983 (Uno, 2009: 42). Gardner dalam Uno (2009: 43)memaparkan
beberapa kelebihan teori kecerdasan majemuk sebagai berikut:
1. Memiliki dukungan riset multi disiplin yakni, antropologi, psikologi
kognitif, psikologi perkembangan, psikometri, studi biografi, fisiologi
hewan, dan neuroanatomi.
2. Apabila dibandingkan dengan teori kecerdasan yang lain, jumlah
kecerdasan dalam kecerdasan majemuk lebih beragam sehingga akan
tampak “keadilan” dalam menentukan dominasi kecerdasan tertentu untuk
tiap individu.
22
Menurut Gardner kecerdasan majemuk tersebut meliputi:
1. Kecerdasan verbal linguistik (Linguistic intelligence)
Kecerdasan verbal linguistik adalah yang berkenaan dengan
kata-kata dan secara luas, komunikasi (English, 2005: 17). Peserta
didik dengan kecerdasan verbal linguistik yang tinggi ditandai dengan
kesenangannya pada kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan
suatu bahasa seperti membaca, menulis karangan, membuat puisi
(Uno, 2009: 12). Peserta didik seperti ini cenderung memiliki daya
ingat kuat terhadap nama orang, istilah baru, maupun hal-hal yang
bersifat detil. Mereka cenderung lebih mudah belajar dengan cara
mendengarkan dan verbalisasi (Sulistami, 2006: 39).
2. Kecerdasan logis matematis (Logical-mathematical intelligence)
Kecerdasan logis matematis memuat kecerdasan peserta didik
dalam berpikir secara induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan
logika, memahami dan menganalisis pola angka-angka, serta
memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir
(Uno, 2009: 11). Kecerdasan ini memungkinkan seseorang terampil
dalam
melakukan
hitungan,
penghitungan
atau
kuantifikasi
mengemukakan preposisi dan hipotesis dan melakukan operasi
matematis yang kompleks (Sulistami, 2006: 39).
3. Kecerdasan visual/ spasial (Spatial intelligence)
Kecerdasan visual/ spasial memuat kemampuan seseorang
untuk memahami secara lebih mendalam hubungan antara obyek dan
23
ruang (Uno, 2009: 13). Kecerdasan spasial memungkinkan individu
dapat mempersepsikan gambar-gambar baik internal maupun eksternal
dan mengartikan atau mengkomunikasikan informasi grafis (English,
2005: 17).
4. Kecerdasan jasmaniah/ kinestetik (Bodily-kinesthetic intelligence)
Kecerdasan jasmaniah kinestetik merupakan kemampuan
seseorang untuk secara aktif menggunakan bagian-bagian atau seluruh
tubuh untuk berkomunikasi dan memecahkan masalah (Uno, 2009:
13). Kecerdasan ini memberi ciri pada kemampuan untuk mengontrol
dan menafsirkan aneka gerakan tubuh dan untuk memanipulasi serta
membentuk harmoni antara tubuh dan pikiran (English, 2005: 18).
5. Kecerdasan musikal/ ritmis (Musical intelligence)
Kecerdasan musikal/ ritmis adalah kecerdasan yang terkait
dengan bahasa yang diukur dengan sensitivitas yang dimiliki seseorang
terhadap susunan suara dan kemapuan merespon pola-pola suara ini
secara emosional (English, 2005: 52). Peserta didik jenis ini cenderung
senang sekali mendengarkan nada dan irama, mereka juga lebih mudah
mengingat sesuatu dan mengekspresikan gagasan apabila dikaitkan
dengan musik (Uno,2009: 12).
6. Kecerdasan intrapersonal (Intrapersonal intelligence)
Kecerdasan
membentuk
sebuah
intrapersonal
model
diri
adalah
seseorang
kemampuan
yang
akurat
untuk
dan
menggunakan model itu untuk dilaksanakan secara efektif dalam
24
kehidupan (English, 2005: 142). Peserta didik dengan kecerdasan
intrapersonal cenderung mampu untuk mengenali berbagai kekuatan
maupun kelemahan yang ada pada dirinya sendiri (Uno, 2009: 14).
7. Kecerdasan interpersonal (Interpersonal intelligence)
Kecerdasan
interpersonal
merupakan
kemampuan
untuk
memahami dan berinteraksi dengan baik dengan orang lain (English,
2005: 162). Peserta didik dengan kecerdasan interpersonal yang kuat
lebih suka bekerja dalam berbagai situasi dimana mereka dapat
menjadi sosial, merencanakan secara bersama dan bekerja dengan
orang lain demi keuntungan timbal balik (Uno, 2009: 13).
8. Kecerdasan naturalis (Naturalist intelligence)
Kecerdasan naturalis ialah kemampuan seseorang untuk peka
terhadap lingkungan alam (Uno, 2009: 14). Kecerdasan ini
memungkinkan orang-orang berkembang pesat dalam lingkunganlingkungan
yang
berbeda
dan
mengkategorisasi,
mengamati,
beradaptasi dan menggunakan fenomena alam (English, 2005: 180).
C. Perkembangan Sosial Anak
1. Pengertian Perkembangan Sosial
Menurut Syamsu Yusuf (2001: 15) perkembangan adalah perubahanperubahan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat
kedewasaannya atau kematangannya (maturation) yang berlangsung
25
secara sistematis, progresif dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik
(jasmaniah) maupun psikis (rohaniah).
Herbert Sorensen dalam Ahmadi (2005: 7). mengemukakan bahwa
perkembangan adalah suatu proses perubahan yang lebih dapat
mencerminkan sifat-sifat mengenai gejala psikologis yang tampak
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perkembangan adalah
proses perubahan pada individu atau organisme menuju tingkat
kedewasaannya atau kematangannya (maturation) dalam perubahan fisik
(jasmaniah) maupun psikis (rohaniah) yang diiringi dengan pencerminan
sifat-sifat gejala psikologis yang tampak.
Menurut
Syamsu
Yusuf
(2001:
122)
perkembangan
sosial
merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Dapat juga
diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap normanorma kelompok, moral dan tradisi; meleburkan diri menjadi suatu
kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerja sama.
Selanjutnya perkembangan sosial dapat diartikan sebagai proses
perubahan pada individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya
atau kematangannya (maturation) untuk menyesuaikan diri terhadap
norma-norma kelompok, moral dan tradisi untuk menjadi satu kesatuan
dan saling berinteraksi dan bekerja sama.
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial merupakan sebuah pencapaian kematangan
dalam hubungan sosial. Dalam pencapaian setiap tahapnya diperlukan
26
sebuah
kemampuan
bersosialisasi,
berinteraksi
dan
kemampuan
menempatkan diri sesuai situasi dan kondisi yang lebih familiar disebut
kecerdasan sosial.
Perkembangan sosial anak dipengaruhi oleh beberapa faktor. Adapun
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan sosial anak adalah
(Baharuddin, 2009: 137):
a. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama anak yang
memberikan pengaruh terhadap perkembangan sosialnya. Di dalam
keluarga berlaku norma-norma kehidupan keluarga yang mewarnai
perilaku kehidupan budaya anak.
b. Kematangan
Baik kematangan fisik ataupun kematangan psikis, keduanya
diperlukan dalam bersosialisasi untuk mampu mempertimbangkan
proses sosial, memberi dan menerima pendapat orang lain. Kemudian
selanjutnya didukung pula oleh kematangan intelektual, emosional dan
kemampuan berbahasa.
c. Status Sosial Ekonomi
Perilaku anak banyak dipengaruhi oleh kondisi normatif yang
ditanamkan oleh keluarganya. Masyarakat akan memandang dan
kemudian menyesuaikan antara perilaku anak dengan latar belakang
status sosial ekonomi keluarganya.
27
d. Pendidikan
Pendidikan dalam arti luas diartikan bahwa perkembangan anak
dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, masyarakat dan kelembagaan.
Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja diberikan melalui
belajar di kelembagaan pendidikan (sekolah).
e. Kapasitas Mental: Emosional
Perkembangan emosi berpengaruh terhadap perkembangan sosial
anak. Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain
adalah modal utama dalam kehidupan sosial.
Para pendidik di sekolah atau para tokoh masyarakat perlu
memberikan rangsangan kepada mereka ke arah perilaku yang
bermanfaat dan dapat diterima secara sosial.
3. Tingkatan Perkembangan Sosial Anak
Charlotte Buhler dalam Ahmadi (2005: 102) membagi tingkatan
perkembangan sosial anak menjadi empat tingkatan:
a. Tingkatan pertama (usia 0,4 – 0,6 tahun)
Anak mulai mengadakan reaksi positif terhadap orang lain.
b. Tingkatan kedua
Adanya rasa bangga dan senang yang terpancar dalam gerakan dan
mimiknya, jika anak tersebut dapat mengulangi yang lainnya.
28
c. Tingkatan ketiga (usia ± 2 tahun)
Anak mulai timbul perasaan simpati (rasa setuju) dan atau rasa antipati
(rasa tidak setuju) kepada orang lain, baik yang sudah dikenalnya atau
belum.
d. Tingkatan keempat (usia lebih dari 2 tahun)
Anak telah menyadari akan pergaulannya dengan anggota keluarga,
anak timbul keinginan untuk ikut campur dalam gerak dan lakunya.
D. Tugas Perkembangan
1. Pengertian Tugas Perkembangan
Tugas perkembangan didefinisikan oleh Robert Havighurst dalam
Baharuddin (2009: 78) sebagai tugas yang timbul pada alam di sekitar
suatu periode tertentu daripada kehidupan seseorang; kemajuan yang baik
dalam tugas akan membawa kebahagiaan dan akan berhasil dalam tugastugas yang akan datang, sedangkan kegagalan akan membawa kekecewaan
pada seseorang, penentangan dari masyarakat dan akan menemui
kesukaran dalam tugas-tugas berikutnya.
2. Tugas Fase Perkembangan Masa Sekolah
Berikut tugas fase perkembangan masa sekolah menurut Syamsu
Yusuf (2001: 69):
a. Belajar memperoleh ketrampilan fisik untuk melakukan permainan.
b. Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai
makhluk biologis.
29
c. Belajar bergaul dengan teman-teman sebaya.
Yakni belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan dan situasi
yang baru serta teman-teman sebayanya. Tahap ini merupakan tahap
awal ketika anak memasuki dan berusaha menempatkan dirinya di
wilayah sosial yang lebih luas dan keluar dari lingkup keluarga.
d. Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya.
Ketika memasuki usia sekolah, perbedaan jenis kelamin akan
semakin tampak. Anak akan mulai membedakan teman bermainnya
sesuai jenis kelaminnya. Pada saat-saat tertentu pada tahap ini anak
akan menganalisa dan mengidentikkan segala sesuatu dengan jenis
kelamin. Seperti jenis permainan, warna baju atau sepatu dan
pembagian peran dalam permainan bahkan pada kegiatan sehari-hari.
e. Belajar ketrampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung.
f. Belajar mengembangkan konsep sehari-hari.
Pada fase ini sekolah mempunyai tugas untuk menanamkan
konsep-konsep yang jelas dan benar. Konsep-konsep itu meliputi
kaidah-kaidah atau ajaran agama (moral), ilmu pengetahuan, adat
istiadat dan sebagainya.
g. Mengembangkan kata hati.
Hakikat tugas ini adalah mengembangkan sikap dan perasaan
yang berhubungan dengan norma-norma agama. Tugas perkembangan
ini berhubungan dengan masalah benar-salah, boleh-tidak boleh,
seperti jujur itu baik, bohong itu buruk dan sebagainya.
30
h. Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi.
Hakikat tugas ini ialah untuk dapat menjadi orang yang berdiri
sendiri, dalam arti dapat membuat rencana, berbuat untuk masa
sekarang dan masa yang akan datang bebas dari pengaruh orangtua dan
orang lain.
i. Mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial dan
lembaga-lembaga.
Hakikat tugas ini ialah mengembangkan sikap sosial yang
demokratis dan menghargai hak orang lain.
E. Teori Perkembangan Psikososial
Erik Erikson (1902-1994) dianggap tokoh utama dalam teori
psikoanalitik kontemporer setelah kematian Sigmund Freud. Salah satu
sumbangan terbesarnya dalam psikologi perkembangan adalah psikososial.
Istilah psikososial dalam kaitannya dengan perkembangan manusia diartikan
oleh Hall dan Linzey dalam Desmita (2010: 42).sebagai tahap-tahap
kehidupan seseorang dari lahir sampai mati dibentuk oleh pengaruh-pengaruh
sosial yang berinteraksi dengan suatu organisme yang menjadi matang secara
fisik dan psikologis
Menurut teori psikososial Erikson, perkembangan manusia dibedakan
berdasarkan kualitas ego dalam kedelapan tahap perkembangan. Berikut ini
diuraikan secara singkat kedelapan tahap perkembangan psikososial Erikson
dalam Desmita (2010: 43):
31
1. Tahap kepercayaan dan ketidakpercayaan (basic trust versus basic
mistrust).
Ini merupakan tahap psikososial pertama saat anak berusia 12-18
bulan.
2. Tahap otonomi dengan rasa malu dan ragu (autonomy versus shame and
doubt).
3. Tahap prakarsa dan rasa bersalah (initiative versus guilt).
Tahap ini merupakan tahap perkembangan psikososial ketiga yang
berlangsung antara usia 3 sampai 6 tahun.
4. Tahap kerajinan dan rendah diri (industry versus inferiority)
Tahap ini merupakan salah satu dasar penelitian ini. Tahap ini
berlangsung kira-kira pada antara usia 6 sampai 12 tahun. Tahap ini
merupakan tahap perkembangan psikososial keempat. Dimana pada tahun
ini anak memasuki dunia baru, yakni dunia sekolah dengan segala aturan
dan tujuan. Anak mulai mengarahkan energi mereka menuju penguasaan
pengetahuan dan ketrampilan intelektual.
5. Tahap identitas dan kekacauan identitas (identity versus identity
confusion).
Tahap ini merupakan tahap perkembangan psikososial yang kelima
yang berlangsung selama anak pada awal masa remaja.
6. Tahap keintiman dan isolasi (intimacy versus isolation).
Ini merupakan tahap perkembangan psikososial keenam yang
dialami individu selama awal masa dewasa.
32
7. Tahap generativitas dan stagnasi (generativity versus stagnation).
Tahap ini merupakan tahap perkembangan psikososial ketujuh
yang dialami individu selama pertengahan masa dewasa.
8. Tahap integritas dan keputusasaan (integrity versus despair).
Ini merupakan tahap perkembangan kedelapan yang dialami
individu selama akhir masa dewasa.
33
BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SDIT Nidaul Hikmah
Data mengenai profil sekolah diperoleh dengan mengunduh file dari
alamat www.sdit-nhsalatiga.ac.id dengan tanggal update per
Oktober 2010.
berdasar pada file tersebut diperoleh data mengenai identitas sekolah, visi, misi
dan tujuan sekolah, keadaan siswa dan keadaan guru.
1. Identitas Sekolah
Nama Sekolah
:
SDIT NIDAUL HIKMAH
NSS/NIS
:
102 236 202 028/ 100260
Status
:
Swasta
Yayasan Pendiri :
Wahana Bina Masyarakat (WABIM)
SK Pendirian
:
Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Salatiga
Nomor
:
420/4418.a Tanggal 29 Desember 2006
Alamat
:
JL. Marditomo No. 48 Salatiga,
Telp. (0298) 328581
Email
: [email protected]
Website
:
www.sditnh-salatiga.sch.id
Kelurahan
:
Sidorejo Kidul
Kecamatan
:
Tingkir
Kabupaten
:
Salatiga
Provinsi
:
Jawa Tengah
34
2. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah
a. Visi
Menjadi
Sekolah
Unggul
dan
Berkualitas,
dengan
Mengedepankan Implementasi nilai-nilai Islam.
b. Misi
1. Mengembangkan bakat dan potensi siswa baik di bidang akademik
atau minat bakat, serta penguasaan teknologi Informasi (Aspek
IQ).
2. Mengembangkan kemandirian siswa dalam hal ketrampilan hidup,
strategi belajar, sensitifitas dan responsibilitas, serta managemen
diri siswa (Aspek EQ).
3. Mengembangkan watak dan karakter Islami dalam seluruh aspek
kehidupan siswa dan elemen sekolah yang lain (Aspek SQ).
4. Mengembangkan profesionalisme dan skill guru, kepala sekolah,
dan pengelola sekolah yang lain menuju sekolah yang berkualitas.
c. Tujuan
Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlaq mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Merujuk pada
tujuan dasar tersebut, maka tujuan SDIT Nidaul Hikmah adalah
sebagai berikut :
35
1. Memberikan penyadaran kepada siswa untuk mengamalkan ajaran
agama sebagai hasil dari proses pembelajaran dan kegiatan
pembiasaan.
2. Meletakkan dasar-dasar penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi sebagai bekal siswa untuk melanjutkan ke sekolah yang
lebih tinggi.
3. Menjadi pelopor dan penggerak pendidikan di lingkungan
masyarakat sekitar yang berbasis pada pendidikan karakter.
4. Mendorong dan memfasilitasi upaya-upaya pencapaian prestasi
akademik maupun non akademik
5. Menjadi sekolah yang diminati dan memberikan kemanfaatan bagi
masyarakat kota Salatiga dan sekitarnya.
36
3. Keadaan Guru
a. Data Guru Berdasar Pendidikan
Tabel 3.2
Data Guru dan Pendidikan Terakhir SDIT Nidaul Hikmah
Tahun Ajaran 2010/2011
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Nama
Imam Wijayanto
Fakhri Niswati
Ahmad Rokhim
Yarti
Nur Isna Hidayati
Dwi Ari Astutik
Susilowati
Tri Ari Setianawati
Luluk Shoimatul M
Khikayah
Nur Hamidah W
Tri Lestariningsih
Mardiyah
Hendra Gunawan
Muhammad Syaifudin
Nurma Hanik
Eisa Putri Khomsatin
Musyarofah
Nila Zahara Astanti
Erna Kurniawati
Dony Prasetyo N
Deti Rifmawati
Narsini
Aly Barokah
Andari Puji Astuti
Masrukan
Nur Imam Yuwono
Ajeng Gumilarras
Zairina Nurul Umam
Sri Mulyani
Ratih Putri Kuswoyo
Status Guru
Tingkat
Pendidikan Lulusan GTT GTY DPK
S1
2004
√
√
S1
2001
√
S1
2000
√
S1
2004
√
S1
2005
√
S1
2004
√
S1
2000
√
S1
2007
√
S1
1997
√
S1
2002
√
S1
2007
√
S1
2002
√
S1
2002
√
S1
2007
√
S1
2007
√
S1
2005
√
S1
2007
√
S1
2006
√
S1
2002
√
S1
2007
√
S1
2009
√
S1
2005
√
D1
√
SMK
2003
√
S1
2009
√
MAN
2006
√
S1
2009
√
S1
2009
√
D II
2009
√
S1
2007
√
S1
2007
37
Ket
Kepsek
4. Keadaan Siswa
a. Daya Tampung Sekolah
Tabel 3.3
Daya Tampung Sekolah SDIT Nidaul Hikmah Tahun Ajaran
2010/2011
Jumlah
Pendaftar
Tahun
Jumlah yang
Diterima
Rasio
Pendaftar
Diterima
L
P
Jml
L
P
Jml
%
2005/2006
19
13
32
19
13
32
100 %
2006/2007
30
20
50
26
21
48
96 %
2007/2008
40
33
73
36
32
68
93 %
2008/2009
46
43
90
35
40
75
83 %
2009/2010
58
47
105
44
36
80
76 %
2010/2011
61
39
100
61
39
100
100 %
b. Data Siswa
Tabel 3.4
Data Siswa SDIT Nidaul Hikmah
Tahun Ajaran 2010/2011
2008/2009
Kelas
2009/2010
2010/2011
L
P
Jml
Jml
Kls
L
P
Jml
Jml
Kls
L
P
Jml
Jml
Kls
I
35
40
75
3
40
35
75
3
61
39
100
4
II
38
32
70
3
36
39
75
3
40
35
75
3
III
27
20
47
2
40
34
74
3
36
39
75
3
IV
20
13
33
2
27
19
46
2
41
34
75
3
V
-
-
-
-
24
15
39
2
27
20
47
2
VI
-
-
-
-
-
-
-
-
25
16
41
2
229
10
309
13
230 183
413
17
124 105
167 142
38
c. Angka Mengulang Kelas
Tabel 3.5
Data Siswa Mengulang Kelas SDIT Nidaul Hikmah
Tahun Ajaran 2010/2011
Tahun
Pelajaran
Kelas
Jumlah
I
II
III
IV
V
VI
2009/2010
-
-
-
-
-
-
0
2010/2011
-
-
-
-
-
-
0
d. Jumlah Siswa, Jumlah Tamatan dan Jumlah Putus Sekolah
Tabel 3.6
Jumlah Siswa, Jumlah Lulusan dan Jumlah Putus Sekolah SDIT Nidaul
Hikmah Tahun Ajaran 2010/2011
Jumlah Siswa
Jumlah Tamatan
Angka DO
Tahun
L
P
Jml
L
P
Jml
%
2005/2006
19
13
32
-
-
-
-
2006/2007
46
33
79
-
-
-
-
2007/2008
82
65
147
-
-
-
-
2008/2009
118
107
229
-
-
-
-
2009/2010
167
142
309
-
-
-
-
2010/2011
230
183
413
39
e. Daftar siswa berprestasi
Tabel 3.7
Data Siswa Berprestasi SDIT Nidaul Hikmah
Tahun Ajaran 2010/2011
No.
1.
2.
Nama siswa
Laily Asna Syafira
Naufal Abiyyu H.H
3.
Abdullah Matin
4.
Aisyah Kafa Dina
5.
6.
M. Muhyidin mufid
Hasna Khoirunisa
7.
Tsabit Fii Sabilil Haq
8.
9.
10.
11.
12.
Kurniawan Anggoro
M. Rais hasan firdaus
Ikhsan Bagus
Amelia
Wahyu Mufti
Mahendra
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
Ahmad Alif Naufal
Nila Ishmawati Shinta
Dayana
Dany Firdaus Abadi
Reza Audrya Azhari
Linda Lutfidya
Nur Hamammur
Ratnaningtyas
Salma Dian H
Mazaya Sabrina Nk
Jenis Lomba
Olimpiade bhs. Indonesia JSIT
Adzan pekan maulid nabi
Adzan pekan maulid nabi
Dacil pekan maulid nabi
Dacil pekan maulid nabi
Tartil Pekan Maulid Nabi
MTQ Pelajar Putri Cabang Tartil
Siswa Berprestasi Putri
Siswa Berprestasi Putri
KOMPETENSI MATEMATIKA
PASIAD (KMP) 8
MENGARANG PHBS
Siswa Berprestasi
Siswa Berprestasi
Melukis Pekan Seni
Melengkapi Gambar
KOMPETENSI MATEMATIKA
PASIAD (KMP) 7
Wushu Junior
Wushu POR STAIN
Wushu KAJURDA
Wushu POR STAIN
Wushu TAOLU JUNIOR
Wushu POR STAIN
Wushu POR STAIN
Wushu Kelas Tombak POR STAIN
Wushu Kelas Pemula POR STAIN
Olimpiade Sains JSIT
Olimpiade Ipa
Olimpiade Ipa
Olimpiade Ipa
Olimpiade Sains KUARK
Olimpiade Matematika
Tahun
2009
2010
2010
2010
2011
2010
2010
2011
2011
2012
Tingkat
JATENG DIY
Kec. Tingkir
Kota salatiga
Kec. Tingkir
Kec. tingkir
Kec. Tingkir
Kota Salatiga
Kec. Tingkir
Kota Salatiga
Nasional
Juara
I
I
II
II
III
III
III
H-2
FINALIS
FINALIS
2010
2010
2010
2010
2010
2011
Kec. Tingkir
Kec. Tingkir
Kota Salatiga
Kec. Tingkir
Kota Salatiga
Nasional
II
I
III
II
I
Finalis
2010
2010
2011
2011
2012
2010
2010
2010
2010
2009
2010
2011
2011
2010
2011
JATENG – DIY
Kota Salatiga
JATENG
Kota Salatiga
Kota Salatiga
Kota Salatiga
Kota Salatiga
Kota Salatiga
Kota Salatiga
JATENG-DIY
Kota Salatiga
Kec.Tingkir
Kota Salatiga
Nasional
Kec.Tingkir
Siswa Berprestasi Putra
Wushu POR STAIN Pi
Wushu POR STAIN Pi
MTH Kota Salatiga
2011
2011
2011
2011
Kota Salatiga
Kota Salatiga
Kota Salatiga
Kota Salatiga
II
I
H-2
I
I
II
II
II
II
Finalis
Finalis
III
Finalis
Finalis
Harapan
1
Finalis
I
II
I
Melengkapi Gambar Batqo
2011
2012
Kota Salatiga
Nasional
III
Finalis
Kompetensi Matematika PASIAD (KMP) 8
40
5. Sarana dan Prasarana
Tabel 3.8
Data Sarana Prasarana SDIT Nidaul Hikmah
Tahun Ajaran 2010/2011
No. Sarana dana prasarana
1.
Lapangan
2.
Gedung aula
3.
Masjid
4.
Perpustakaan
5. Koperasi dan copy centre
6.
Mobil
7.
Ruang tata usaha
8.
Laboratorium komputer
9.
Komputer
10.
Laboratorium bahasa
11.
Mading
12.
Papan pengumuman
13.
Meja
14.
Kursi
15.
Whiteboard
16.
Rak sepatu
17.
Proyektor
18.
Laboratorium MIPA
19.
Peta dunia
18.
Globe
19.
Bola basket
20.
Bola sepak
Kondisi
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik (1 rusak)
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
41
Jumlah
1
1
1
1
1
2
1
1
25
1
4
3
220
450
20
8
6
1
2
2
1
2
6. Kegiatan SDIT Nidaul Hikmah
SDIT Nidaul Hikmah Salatiga sebagai Lembaga Pendidikan
Formal
untuk
mewujudkan
visi
dan
misi
sekolah,
selain
menyelenggarakan kegiatan pokok/intrakurikuler seperti : kegiatan
belajar mengajar, ulangan harian, ujian akhir kelas 6, maka SDIT
Nidaul Hikmah juga melaksanakan berbagai bentuk kegiatan
pendidikan baik yang bersifat akademik, spiritual, emosional,
ekstrakurikuler dan umum, yang dikelola dalam bentuk aktivitas yang
bersifat rutin maupun insidentil, seperti :
a. Kegiatan Rutin
1. Pembacaan ikrar dan doa
Pembacaan ikrar dan doa dilakukan di kelas masing-masing
sambil baris di depan kelas. Kegiatan ini untuk mengajarkan
siswa mengutamakan Allah sebelum melakukan kegiatan di
sekolah dalam bentuk: pembacaan ikrar syahadat, ikrar
kerelaan, doa belajar, doa pembuka hati dan doa pagi hari.
2. Sholat Dhuha
Sholat
dhuha
dilakukan
siswa
setiap
hari
untuk
meningkatkan kedekatan siswa kepada Allah setiap waktunya.
3. Klub Belajar
Kegiatan kelompok belajar pada mata pelajaran tertentu,
yang diikuti oleh sebagian para siswa kelas 3 – 6 setelah
42
melalui proses seleksi. Ada 4 macam kegiatan klub belajar : a.
Sains Club b. Mathematic Club c. Computer Club, dll
4. Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler di SDIT Nidaul Hikmah bertujuan
untuk mengembangkan bakat, minat dan prestasi siswa,
meliputi :
a. Ekstra Wajib : Pramuka SIT
b. Ekstra Pilihan : Seni Lukis/mewarnai, seni musik, wushu,
sepak bola,bulu tangkis, tenis keja, khitobah, qiro’ah,
english club, dan teater
5. Perpustakaan
Kegiatan membaca di
ruang perpustakaan semakin
digiatkan bagi setiap siswa. Setiap hari sekolah memberi
kesempatan pada semua siswa untuk datang ke perpustakaan.
Di samping membiasakan siswa untuk membaca, seminggu
sekali siswa diberi kesempatan untuk meminjam buku-buku
yang tersedia. Kegiatan Insidentil
b. Kegiatan Insidentil
1. Outing Class
OC
merupakan
dilakukan
di
kunjungan
belajar
menjadi
kegiatan
luar
sumber
kelas
/
pembelajaran
sekolah
dalam
di
beberapa
tempat
yang
belajar
siswa.
Kegiatan
ini
43
yang
bentuk
dapat
sebagai
bentuk
pembelajaran
yang
dilaksanakan
saat
tengah
semester.
Tujuan dari OC adalah :
a. Mengenalkan siswa pada sumber belajar yang ada di
luar kelas/sekolah
b. Melatih siswa untuk melakukan pengamatan terhadap
obyek yang menjadi sumber belajar.
c. Melatih siswa menghimpun keterangan dengan nara
sumber melalui kegiatan tanya jawab/wawancara.
d.
Melatih siswa menyusun laporan secara tertulis dari
hasil
pengamatan,
wawancara/tanya
jawab
dan
sumber informasi lain yang diperoleh
e.
Melatih
siswa
untuk
mengkomunikasikan
hasil
kunjungan belajar pada orang lain
f. Melengkapi bahan penilaian terhadap siswa
2. Pekan Maulid Nabi
Pekan Maulid Nabi dilakukan setiap bulan Rabbiul
Awwal (tahun Hijriyah), dengan tujuan agar siswa selalu
mengingat
Muhammad
dan
mensyukuri
SAW.
Biasanya
lomba-lomba pekan maulid nabi.
44
akan
kelahiran
sekolah
Nabi
mengadakan
3. Peringatan Hari Raya Idul Adha dan Qurban
Perayaan memperingati Idul Adha dilakukan setiap
tahun, dengan tujuan agar para siswa dan guru semakin
menghayati
anak-anak
makna
pengorbanan.
menyaksikan
Dalam
penyembelihan
perayaan
hewan
ini,
qurban
dan membagikan daging qurban untuk fakir miskin di
sekitar sekolah.
4. Outbond
Bentuk kegiatan untuk pembentukan karakter pribadi
yang positif melalui beragam permainan yang meliputi
unsur jasmani, intelegensi, hubungan sosial, tantangan,
ilmu pengetahuan dan nilai-nilai empati.
Dilaksanakan
secara berkelompok maupun perorangan di alam terbuka.
5. Pendidikan Luar Sekolah
Kegiatan widya wisata khusus bagi siswa kelas V,
bertujuan
untuk
menunjukkan
kepada
siswa
secara
langsung pada obyek wisata di sekitar Jawa Tengah,
mendapatkan pengetahuan dan pengalaman dari
tersebut
serta
menumbuhkan
rasa
bangga
dan
obyek
cinta
terhadap peninggalan sejarah atau potensi yang ada di
obyek wisata yang dikunjungi.
45
6. Mabit (Malam Bina iman dan Taqwa)
Bentuk kegiatan Mabit bagi siswa IV – VI. Bertujuan
untuk
memberikan
bekal
rohani
bagi
siswa.
Mabit
diadakan setahun minimal 2 kali.
7. Akhirussanah
Kegiatan akhirussanah bagi siswa Kelas VI yang bertujuan
mewisuda siswa-siswi yang telah menyelesaikan/ mencapai
kelulusan dari pendidikan di SDIT Nidaul Hikmah.
8. Pertemuan Orang Tua Murid dan Guru (POMG)
Kegiatan pertemuan antara sekolah dengan orangtua/
wali
siswa
keakraban
komunikasi,
dalam
dan
bentuk:
lain-lain,
kerjasama
dan
perkumpulan,
bertujuan
partisipasi
untuk
yang
ceramah,
menjalin
berguna
untuk kemajuan anak-anak maupun sekolah.
9. Festival Kreativitas Anak
Kegiatan untuk menghadirkan anak-anak TK-B dari
sekolah-sekolah di dalam dan luar JSIT untuk mengikuti
beberapa kegiatan lomba/ pelatihan yang menarik dan
bermanfaat bagi mereka tanpa dipungut biaya/ gratis, sehingga
anak-anak dapat mengetahui lebih dekat keberadaan dari SDIT
Nidaul Hikmah, sehingga diharapkan pada akhirnya saat
Menjelang PSB, mereka akan berminat mendaftarkan diri
sebagai calon siswa baru.
46
B. Penyajian Data
Dengan menggunakan acuan aspek kecerdasan sosial anak menurut
Khilstrom dan Cantor menulis lalu menyusun skala. Dari skala tersebut
penulis ingin mengukur tingkat kecerdasan sosial dari kelas A (kelas
kinestetik), kelas B (kelas verbal linguistik) dan kelas C (kelas logis
matematis). Skala tersebut diisi oleh siswa-siswi kelas 3 SDIT Nidaul Hikmah
sejumlah 69 anak yang terbagi dalam 3 kelas. Siswa di kelas A (kelas
kinestetik) berjumlah 25 siswa terdiri dari 19 orang siswa perempuan dan 6
siswa laki-laki. Siswa di kelas B (kelas verbal) berjumlah 20 siswa yang
terdiri dari 4 orang siswa perempuan dan 16 orang siswa laki-laki. Siswa di
kelas C (kelas logis matematis) berjumlah 24 orang siswa terdiri dari 9 orang
siswa perempuan dan 14 orang siswa laki-laki. Pada kelas C terdapat 1 anak
yang didrop dari daftar responden dikarenakan tidak mampu mengikuti
prosedur pengisian angket.
Berdasar kode etik penelitian, penulis merahasiakan identitas asli para
responden. Untuk kepentingan pengolahan data penulis menggunakan sistem
coding (pengkodean) untuk menggantikan identitas responden. Pada nomor
angket tertera huruf kapital sebagai penanda kelas diikuti 2 digit angka yang
menggantikan nama siswa.
Selengkapnya daftar nama dan jenis kelamin responden disampaikan
dalam bentuk tabel pada lampiran tabel.
47
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Analisis Variabel
Berdasarkan hasil penyebaran instrumen penelitian pada 68 responden di 3
kelas di SDIT Nidaul Hikmah Salatiga diperoleh data hasil angket yang
dipaparkan pada lampiran daftar tabel dan diolah menjadi nilai sebagai berikut:
Tabel 4.9
Pengolahan Data Kelas A, B dan C
A
A
38
39
39
39
38
38
39
38
39
39
38
36
37
38
38
38
35
38
36
38
38
37
39
37
38
n=25
A 947
C
B
2
A
1444
1521
1521
1521
1444
1444
1521
1444
1521
1521
1444
1296
1369
1444
1444
1444
1225
1444
1296
1444
1444
1369
1521
1369
1444
A2 35899
B
34
36
38
35
32
38
35
31
37
32
37
36
36
36
38
37
37
36
35
31
n=20
B 707
48
2
B
1156
1296
1444
1225
1024
1369
1225
961
1369
1024
1369
1296
1296
1296
1444
1369
1369
1296
1225
961
B2
25089
C
38
38
38
36
39
39
39
27
33
32
38
39
39
39
38
37
37
32
38
38
39
39
39
n=23
C 851
C2
1444
1444
1444
1296
1521
1521
1521
729
1089
1024
1444
1521
1521
1521
1444
1369
1369
1024
1444
1444
1521
1521
1521
C2
31697
Sebelum memasuki langkah penghitungan anava, terlebih dahulu
mengolah data yang telah didapat untuk mengukur persentase tingkat
kecerdasan sosial anak di masing-masing kelas. Persentase tingkat kecerdasan
sosial dihitung menggunakan rumus P
F
x100% . Untuk memudahkan
N
penghitungan dibutuhkan tabel nilai dan frekuensi terlebih dahulu menentukan
range dan lebar kelas dari masing-masing kelas. Lebar kelas telah ditentukan
yaitu, 5. lebar kelas tersebut mewakili 5 kategori yakni, sangat tinggi, tinggi,
sedang, rendah, sangat rendah.
1) Range dan lebar kelas untuk kelas A
Range
= (nilai tertinggi – nilai terendah) + 1
= (39 – 35) + 1
=5
Lebar kelas =
=
range
lebarkelas
5
5
=1
49
Tabel 4.10
Nilai dan Frekuensi Kelas A (kelas kinestetik)
Nilai
Frekuensi
Kategori
39
7
Sangat tinggi
38
9
Tinggi
37
3
Sedang
36
2
Rendah
35
1
Sangat rendah
JUMLAH
25
Dari data yang tersaji di atas kemudian dihitung persentasenya:
1. kategori tingkat kecerdasan sosial sangat tinggi
P
F
x100%
N
7
x100%
25
28%
2. kategori tingkat kecerdasan sosial tinggi
P
F
x100%
N
9
x100%
25
36%
3. kategori tingkat kecerdasan sosial sedang
P
F
x100%
N
3
x100%
25
12%
50
4. kategori tingkat kecerdasan sosial rendah
F
x100%
N
P
2
x100%
25
8%
5. kategori tingkat kecerdasan sosial sangat rendah
F
x100%
N
P
1
x100%
25
4%
2) Range dan lebar kelas untuk kelas B
Range
= (nilai tertinggi – nilai terendah) + 1
= (38 – 31) + 1
=8
Lebar kelas =
=
range
lebarkelas
8
5
= 1,6 = 2 (pembulatan ke atas)
51
Tabel 4.11
Nilai dan Frekuensi Kelas B (kelas verbal)
Nilai
Frekuensi
Kategori
39-40
0
Sangat tinggi
37-38
7
Tinggi
35-36
8
Sedang
33-34
1
Rendah
31-32
4
Sangat rendah
JUMLAH
20
Dari data yang tersaji di atas kemudian dihitung persentasenya:
1. kategori tingkat kecerdasan sosial sangat tinggi
P
F
x100%
N
0
x100%
20
0%
2. kategori tingkat kecerdasan sosial tinggi
P
F
x100%
N
7
x100%
20
35%
3. kategori tingkat kecerdasan sosial sedang
P
F
x100%
N
8
x100%
20
40%
52
4. kategori tingkat kecerdasan sosial rendah
P
F
x100%
N
1
x100%
20
5%
5. kategori tingkat kecerdasan sosial sangat rendah
P
F
x100%
N
4
x100%
20
20%
3) Range dan lebar kelas untuk kelas C
Range
= (nilai tertinggi – nilai terendah) + 1
= (39 – 27) + 1
= 13
Lebar kelas =
=
range
lebarkelas
13
5
= 2,6 = 3 (pembulatan ke atas)
53
Tabel 4.12
Nilai dan Frekuensi Kelas C (kelas logis matematis)
Nilai
Frekuensi
Kategori
39-41
9
Sangat tinggi
36-38
10
Tinggi
33-35
1
Sedang
30-32
2
Rendah
27-29
1
Sangat rendah
JUMLAH
23
Dari data yang tersaji di atas kemudian dihitung persentasenya:
1. Kategori tingkat kecerdasan sosial sangat tinggi
P
F
x100%
N
9
x100%
23
39%
2. Kategori tingkat kecerdasan sosial tinggi
P
F
x100%
N
10
x100%
23
43%
3.
Kategori tingkat kecerdasan sosial sedang
P
F
x100%
N
1
x100%
23
4,3%
54
4. Kategori tingkat kecerdasan sosial rendah
P
F
x100%
N
2
x100%
23
8,6%
5. Kategori tingkat kecerdasan sosial sangat rendah
P
F
x100%
N
1
x100%
23
4,3%
Langkah berikutnya adalah menghitung mean (rerata) dan standar
deviasi dari tiap-tiap kelas. Berikut rangkuman hasil analisis data menggunakan
program SPSS for windows:
Tabel 4.13
Rangkuman Hasil Analisis
Kelas
Kinestetik
(A)
Verbal
(B)
Logis
matematis
(C)
N
(jumlah responden)
25
Mean
(rerata)
37,88
SD
(standar deviasi)
2.62528
Koefisien
t
43,44
Taraf
signifikansi
.000
20
35,35
3.11659
-1937
.068
23
37
3.46296
-1,264
.219
55
B. Pengujian Hipotesis
Berdasar dengan hasil analisis diatas dengan menggunakan analisis
t pada SPPS for windows (tabel terlampir) untuk uji t antara kelas A
(kinestetik) dan kelas B (verbal) didapati hasil t-hitung sebesar 4,344 > T
table (19,0,05) sebesar 2,093, dan tingkat signifikansi 0,000 < 0,005. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, atau dengan kata lain hal
ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kecerdasan sosial
antara kelas A (kinestetik) dan kelas B (verbal).
Analisis selanjutnya untuk menguji t antara kelas B (verbal) dan
kelas C (logis matematis). Untuk uji t antara kelas B (verbal) dan kelas C
(logis matematis) didapat hasil t-hitung sebesar 1,937 < T table
(19,0,05)
sebesar 2,093, dan tingkat signifikansi 0,068 >0,05. Hal ini berarti bahwa
Ho diterima atau tidak ada perbedaan tingkat kecerdasan sosial antara
kelas B (verbal) dan kelas C (logis matematis).
Berlanjut pada analisis untuk menguji t antara kelas A (verbal) dan
kelas C (logis matematis). Untuk uji t antara kelas A (kinestetik) dan kelas
C (logis matematis) didapat hasil t-hitung sebesar ,264 < T table
(19,0,05)
sebesar 2,093, dan tingkat signifikansi 0,219 > 0,05.
Dengan demikian Ho diterima atau tidak ada perbedaan yang signifikan
antara kelas A (kinestetik) dan kelas C (logis matematis)
Langkah selanjutnya adalah penghitungan anava untuk mencari
perbedaan pada ketiga kelas tersebut. Melalui pengolahan data
menggunakan program SPSS for windows didapati besarnya f hitung
56
(7,026) dan signifikansi sebesar 0,002 < 0,05 atau pada taraf kesalahan 5
% (tabel penghitungan terlampir). Ini berarti terdapat perbedaan tingkat
kecerdasan sosial pada signifikansi 0,002 antara kelas A (kinestetik), kelas
B (verbal), dan kelas C (logis matematis).
C. Pembahasan
Setelah melalui beberapa teknik penghitungan stastistik akhirnya dapat
diketahui bahwa sebagian besar siswa di kelas A (kinestetik) memiliki tingkat
kecerdasan sosial yang tinggi. Hal ini berarti siswa di kelas ini mampu
bersosialisasi dan berinteraksi dengan baik. Sesuai dengan Azzet (2010: 83)
kemampuan anak dalam memahami bahasa nonverbal melalui ekspresi wajah,
pandangan mata, dan gerak tubuh sebagai kekuatan yang membantu anak
dengan kecerdasan kinestetik dalam relasi sosial. Bahkan sebuah hasil kajian
yang disampaikan Tony Buzan (2007: 16) membuktikan bahwa 55% dari
makna yang ingin disampaikan dalam suatu aktivitas komunikasi tercermin
pada sikap fisik. Dengan demikian ada kecenderungan bahwa anak dengan
kemampuan kinestetik lebih tinggi kecerdasan sosialnya.
Dinamika tingkat kecerdasan sosial di kelas B (verbal) terlihat lebih
merata. Kemampuan berkomunikasi yang beragam bisa jadi melatarbelakangi
hal ini. English (2005: 24) menyampaikan setidaknya terdapat 4 (empat) aspek
utama kecerdasan verbal yaitu membaca, menulis, mendengar dan berbicara.
Kemampuan membaca meningkatkan kapasitas anak dalam bidang kata dan
bahasa
(Prasetyo,
2009:
46).
Membaca
mengajarkan
anak
untuk
mengidentifikasi dan memahami bahan bacaan (English, 2005: 29). Hal ini
akan membuat anak memusatkan perhatiannya pada apa yang sedang ia baca
57
hingga dimungkinkan akan mengabaikan lingkungan sekitarnya. Menulis
merupakan salah satu aktivitas yang membutuhkan pencurahan perhatian dan
perasaan untuk mengolah kata menjadi rangkaian kalimat yang berarti
(Prasetyo, 2009: 47). Anak memerlukan konsentrasi tinggi hingga mungkin
tidak lagi memperhatikan sekitarnya ketika ia sedang menulis. Mendengarkan
merupakan ketrampilan komunikasi paling pertama yang dipelajari oleh anak
dan paling banyak dipakai namun ternyata merupakan ketrampilan yang
paling sedikit diajarkan (Buzan, 2007: 34). Ini erat kaitannya dengan
kebiasaan
buruk
dalam
mendengarkan
salah
satunya
berpura-pura
memberikan perhatian padahal tidak (Buzan, 2007: 37). Jika dalam hal
mendengarkan anak belum tentu mau maka dalam hal berbicara kebanyakan
anak belum mampu. Karena tidak semua anak mampu berbicara dengan jelas
dan efektif (Prasetyo, 2009: 45).
Berdasar dari hasil perhitungan di atas, tingkat kecerdasan sosial di kelas
C (logis matematis) memiliki tingkat kecerdasan sosial yang tinggi. Bahkan
jika dibandingkan dengan
kelas A, kelas C lebih unggul dalam jumlah.
English (2005: 78) mengatakan bahwa anak-anak dengan kecerdasan logis
matematis memiliki kemampuan yang lebih dalam menggunakan penalaran
induktif dan deduktif, memecahkan masalah-masalah abstrak dan memahami
hubungan-hubungan kompleks antara analisis matematis dan proses-proses
ilmiah. Bisa saja kemampuan analisis dan penalaran mereka yang membantu
mereka untuk menempatkan diri pada posisi yang seharusnya di lingkungan
tersebut.
Dari perhitungan tingkat kecerdasan sosial perkelas ternyata tingkat
kecerdasan sosial anak usia 8-9 tahun di SDIT Nidaul Hikmah cukup tinggi.
Mereka mampu memposisikan diri dengan benar sesuai situasi dan kondisi.
58
Setelah diadakan penghitungan untuk mengukur perbedaan diantara
ketiganya, ternyata ada perbedaan yang signifikan tingkat kecerdasan sosial
anak antara kelas A (kelas kinestetik) dan kelas B (kelas verbal). Kemampuan
anak dengan kecerdasan kinestetik dalam mengolah dan menangkap bahasa
tubuh sepertinya membantu anak untuk lebih mudah memposisikan diri di
lingkungannya. Jika kelas B (kelas verbal) dibandingkan dengan kelas C
(kelas logis matematis) hasilnya tidak menunjukkan perbedaan yang
signifikan. Begitu pula jika kelas A (kelas kinestetik) dibandingkan dengan
kelas C (kelas logis matematis) tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.
Perbedaan tingkat kecerdasan sosial yang muncul di antara ketiga kelas
tersebut dapat diperkirakan sejak penghitungan t, di mana t kelas A (kelas
kinestetik) ternyata lebih besar dari mean kelas C (kelas logis matematis).
Sedangkan t kelas B (kelas verbal) sama dengan t kelas C (kelas logis
matematis) yakni pada angka di bawah 0. Hal serupa terjadi pada
perbandingan t kelas A (kelas kinestetik) dan kelas C (kelas logis matematis)
yang sama-sama di bawah 0.
Perbandingan tingkat kecerdasan sosial anak berdasarkan latar belakang
kecerdasan anak antar ketiga kelas tersebut (kinestetik, verbal dan logis
matematis) jika diukur dengan rumus statistik ternyata menunjukkan
perbedaan yang signifikan. Mengenai hal ini Tony Buzan (2007: 140)
menyatakan tentang sebuah teori neurosains mengenai model otak kiri dan
otak kanan yang memperlihatkan bahwa manusia memiliki dua perangkat
utama ketrampilan intelektual atau sosial yang terbagi pada belahan kanan dan
kiri otak:
59
Otak kiri
Kata-kata
Logika
Angka
Urutan
Analisis
Daftar
Otak kanan
Ritme
Kesadaran spasial
Imajinasi
Lamunan
Warna
Kesadaran holistik (gestalt)
Selama ini otak kiri selalu ditekan untuk melakukan analisis, dan
cenderung mendominasi interaksi sosial dengan kata-kata, logika, angkaangka, analisis dan linearitas.
Berdasarkan teori ini, ketiga kelas tersebut di atas dimungkinkan
cenderung menggunakan kemampuan otak kiri yang lebih bersifat
menganalisis daripada otak kanan yang bersifat intuitif. Pada kelas kinestetik
yang memiliki tingkat kecerdasan sosial paling tinggi dari dua kelas yang lain
mungkin saja disebabkan karena mereka lebih terlatih untuk menggunakan
kemampuan otak kanan, terutama kesadaran holistik. Pada kelas verbal yang
cenderung lebih rendah tingkat kecerdasan sosialnya bisa jadi mereka lebih
berkembang pada struktur bahasa daripada kemampuan imajinatif mereka.
Kelas logis matematis ternyata cenderung lebih tinggi tingkat kecerdasan
sosialnya, dengan kemampuan analisa mereka bukan tidak mungkin mereka
menggunakan kemampuan mereka ini untuk menganalisa setiap kejadian
disekitar mereka dan untuk menemukan sikap terbaik yang harus mereka
lakukan untuk menjawab setiap kejadian tersebut.
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan bab sebelumnya,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Hingga saat ini SDIT Nidaul Hikmah masih menjadi Sekolah Dasar yang
bersistemkan full day school pertama dan satu-satunya di Kota Salatiga.
SDIT Nidaul Hikmah melandaskan pembagian kelasnya pada teori
kecerdasan majemuk (multiple intelligence) yang dikemukakan oleh
Howard Gardner.
2. Tingkat kecerdasan sosial anak di kelas kinestetis temasuk pada kategori
tinggi. Terbukti dengan 36% anak di kelas tersebut menduduki kategori
tingkat kecerdasan sosial tinggi.
3. Tingkat kecerdasan sosial anak di kelas verbal kinestetis temasuk pada
kategori sedang. Hal ini ditunjukkan dengan 40% anak di kelas tersebut
menduduki kategori tingkat kecerdasan sosial sedang.
4. Tingkat kecerdasan sosial anak di kelas logis matematis temasuk pada
kategori tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan 43% anak di kelas tersebut
menduduki kategori tingkat kecerdasan sosial tinggi.
5. Uji beda tingkat kecerdasan sosial anak antara kelas kinestetik dengan
kelas verbal, antara kelas verbal dengan kelas logis matematis, dan antara
61
kelas logis matematis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara kelas kinestetik dengan kelas verbal.
6. Terdapat perbedaan yang signifikan mengenai tingkat kecerdasan sosial
anak di antara siswa kelas kinestetik, kelas verbal dan kelas logis
matematis.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian di atas maka penulis menyarankan agar:
1. Praktisi pendidikan Islam diharapkan mempunyai perhatian yang sama
besar antara upaya peningkatan prestasi siswa dan upaya dalam
meningkatkan kecerdasan sosial anak.
2. Pembelajaran di sekolah tidak hanya berkonsentrasi dalam pendidikan
akademis namun juga diimbangi denagan pendidikan sosial anak.
3. Orangtua diharapkan lebih memperhatikan dan mengawasi perkembangan
dan lingkungan sosial anak.
4. Diadakan penelitian yang lebih mendalam mengenai kecerdasan sosial
anak dan kecerdasan majemuk untuk dapat mengarahkan dan menggali
kemampuan anak sesuai bakat dan minatnya.
5. Diharapkan pada pengambilan keputusan pendidikan Islam di Indonesia
membuat kurikulum yang mampu membentuk anak menjadi generasi yang
seimbang posisinya sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
62
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu, dan Sholeh, Munawar. 2005. Psikologi Perkembangan, Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Anastasi, Anne, dan Urbina, Susana. 2007. Tes Psikologi, Terjemahan Drs.
Robertus H dan Imama M.A, Jakarta: PT. Indeks.
Azzet, Akhmad Muhaimin. 2010. Mengembangkan Kecerdasan Sosial Bagi Anak,
Jogjakarta: Kata Hati.
Baharuddin. 2009. Pendidikan Dan Psikologi Perkembangan, Jogjakarta: Ar Ruzz
Media.
Buzan, Tony. 2007. The Power Of Social Intelligence: Sepuluh Cara Jadi Orang
Yang Pandai Bergaul, Terjemahan Erik Suryaputra, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
English, Evelyn Williams. 2005. Mengajar Dengan Empati, Terjemahan Fuad
Ferdinan, Bandung: Nuansa.
Goleman, Daniel. 1997. Emotional Quotient, Terjemahan T. Hermaya, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Hadi, Sutrisno. 2004. Metodologi Research 2, Jogjakarta: Andi.
Hadiyanto. 2004. Mencari Sosok Desentralisasi Manajemen Pendidikan di
Indonesia, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Hermawan, Asep. 2004. Kiat Praktis Menulis Skripsi Tesis Desertasi. Jakarta:
Ghalia Indonesia.
Hurlock, Elizabeth, B. 1996. Psikologi Perkembangan. Terjemahan Dra.
Istiwidayanti dan Drs. Soedjarwo M.Sc, Jakarta: Erlangga.
______ .1978. Perkembangan Anak jilid 1.Terjemahan dr. Med Meitasari
Tjandrasa dan Dra. Muchlichah Zarkasih, Jakarta: Erlangga.
Kartono, Kartini. 1986. Psikologi Anak, Bandung: Alumni.
Koentjaraningrat, 1994. Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Komisi Nasional Perlindungan Anak. 2011. Tiga Wartawan TV Dikeroyok
Pelajar, (online), (http://komnaspa.wordpress.com, diakses 13 November
2011).
Kompas. 17 Mei 2010. Anak SD Itu Mencoba Bunuh Diri. Hal. 2.
Nazir, Moh, 1988. Metode Penelitian. Jakarta: PT. Ghalia Indonesia.
Nashih Ulwan, Abdullah. 2002. Pendidikan Anak Dalam Islam, Jakarta: Pustaka
Amani.
Poerwodarminto, W.J.S. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan, Jakarta: Balai Pustaka.
Prasetyo, J.J Reza dan Yeny Andriani. 2009. Multiply Your Multiple Intelligence,
Jogjakarta: Andi.
Setiawan, Imam. 2011. Melihat Kisah Bunuh Diri Dengan Empati, (online),
(http://www.duniaesai.com/index.php, diakses 13 November 2011)
Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum, Bandung: CV. Pustaka Setia.
Soemanto, Wasty. 1998. Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin
Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.
Sudijono, Anas. 2000. Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo
Sukandarrumidi. 2004. Metode Penelitian: Petunjuk Praktis Untuk Peneliti
Pemula, Jogjakarta: Universitas Gadjah Mada Press.
Sulistami, Ratna, dan Mahdi, Erlinda Manaf. 2006. Universal Intelligence.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Sumardi.
2009.
Tantangan
Baru
Dunia
Pendidikan,
(online),
(http://beritapendidikan.com diakses 13 November 2011)
Suryabrata, Sumadi. 2004. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Uno, Hamzah B. 2009. Mengelola Kecerdasan Dalam Pembelajaran, Jakarta:
Bumi Aksara.
Yusuf, Syamsu. 2001. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
www.sditnh-salatiga.sch.id
Download