IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Daerah Penelitian 1. Kondisi wilayah penelitian a. Letak dan batas wilayah Kabupaten Klaten adalah kabupaten yang berada di antara kota jogja dan kota solo. Kabupaten Klaten memiliki sejumlah kecamatan salah satunya Kecamatan Delanggu. Secara geografis Kabupaten Klaten terletak di antara 110°30'-110°45' Bujur Timur dan 7°30'-7°45' Lintang Selatan. Secara administrasi kabupaten klaten berbatasan dengan wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara : Kabupaten Boyolali Sebelah Timur : Kabupaten Sukoharjo Sebelah Selatan : Kabupaten Gunung Kidul Sebelah Barat : Kabupaten Sleman (BPS Kabupaten Klaten, 2014) Wilayah Kabupaten Klaten terbagi menjadi 3 dataran yaitu dataran leren gunung merapi membentang disebelah utara meliputi sebagian kecil wilayah Kecamatan Kemalang, Karangnongko, Jatinom dan Tulung. Dataran rendah membujur di tengah meliputi seluruh wilayah Kecamatan di Kabupaten Klaten, kecuali sebagian kecil wilayah merupakan dataran lereng Gunung merapi dan Gunung kapur. Dataran gunung kapur yang membujur disebelah selatan Kecamatan Bayat dan Cawas. (BPS Kabupaten Klaten, 2014) b. Topografi daerah Kabupaten Klaten diapit oleh gunung merapi dan pegunungan seribu dengan ketinggian antara 76-1,60 m dpl (diatas permukaan laut) yang 1 2 terbagi menjadi wilayah lereng gunung merapi di bagian utara area miring, wilayah datar dan wilayah berbukit di bagian selatan. Ditinjau dari ketinggiannya, wilayah Kabupaten Klaten terdiri dari dataran dan pegunungan, dan berada dalam ketinggian yang bervariasi, yaitu 9,72% terletak diketinggian 0-100 meter dari permukaan air laut, 77,52% terletak di ketinggian 100-500 meter dari permukaan air laut dan 12,76% terletak di ketinggian 500-1000 meter dari permukaan air laut. Keadaan iklim Kabupaten Klaten termasuk iklim tropis dengan musim hujan dan kemarau silih berganti sepanjang tahun, temperatur udara rata-rata 28˚-30˚ Celcius dengan kecepatan angin rata-rata sekitar 153 mm setiap bulannya dengan curah hujan tertinggi bulan januari (350mm) dan curah hujan terendah bulan juli (8mm). Sebagian besar wilayah kabupaten ini adalah dataran rendah dan tanah bergelombang. Bagian barat laut merupakan pegunungan, bagian dari sistem Gunung merapi. Wilayah Kecamatan Delanggu memiliki ketinggian 133 meter dari permukaan laut dengan suhu maksimum 32˚C dan suhu minimum 22˚C. Pada tahun 2006 jumlah hari hujan dengan curah hujan terbanyak adalah 184 hari dengan curah hujan terbanyak adalah 184 hari dengan curah hujan sebanyak 2,367mm per tahun. (BPS Kecamatan Delanggu, 2014) 2. Keadaan Geografis a. Lokasi Daerah Penelitian Kecamatan Delanggu merupakan salah satu Kecamatan yang terdiri dari 16 Desa. Luas wilayah tanah sawah irigasi adalah 842 Ha dan Tanah kering luasnya 635 Ha. Luas Wilayah Kecamatan Delanggu adalah 18,78 km2. Secara administrasi batas wilayah Kecamatan Delanggu adalah sebagai berikut : 3 Sebelah Utara : Kecamatan Wonosari Sebelah Timur : Kecamatan Wonosari Sebelah Selatan : Kecamatan Juwiring Sebelah Barat : Kecamatan Polanharjo Secara umum Kecamatan Delanggu terletak di dataran tinggi dengan tinggi 113 m diatas permukaan laut dengan luas wilayah 18,78 km2. Kecamatan Delanggu dibagi menjadi 16 desa, yaitu : Desa Bowan, Desa Dukuh, Desa Jetis, Desa Butuhan, Desa Banaran, Desa Karang, Desa Sribit, Desa Krecek, Desa Mendak, Desa Delanggu, Desa Sabrang, Desa Tlobong, Desa Gatak, Desa Kepanjen, Desa segaran dan Desa Sidomulyo. Desa yang terluas tanah sawah adalah Desa Sribit yaitu sebesar 152 Ha, sedangkan desa yang memiliki luas tanah sawah terkecil adalah Desa Segaran yaitu 59,8 Ha. b. Keadaan Tanah dan Tata Guna Lahan Tata guna lahan di Kecamatan Delanggu dibedakan menjadi dua yaitu tanah sawah dan tanah kering. Penggunaan lahan di Kecamatan Delanggu dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Luas Penggunaan Lahan di Kecamatan Delanggu, 2013 No 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. Penggunaan Lahan Tanah Sawah Irigasi Teknis Irigasi Setengah Teknis Sederhana Tadah Hujan Lainnya Jumlah Tanah Kering Pekarangan Tegalan/Kebun Lainnya Jumlah Luas (ha) Persentase (%) 842 58 101 0 0 1001 51,46 3,55 6,17 0,00 0,00 61,18 635 0 0 635 38,82 0,00 0,00 38,82 Sumber : Kecamatan Delanggu dalam Angka 2013 4 Berdasarkan data pada Tabel 4, dapat diketahui bahwa penggunaan lahan terluas di Kecamatan Delanggu adalah berupa lahan sawah yang mencapai 1001 Ha atau sebesar 61,18 persen dari total luas Kecamatan Delanggu. Di Kecamatan Delanggu sebagian besar merupakan sawah irigasi teknis yaitu sebesar 842 Ha atau 51,46 persen. Pemanfaatan lahan tanah kering di Kecamatan Delanggu dan paling banyak adalah untuk pekarangan yaitu sebesar 635 Ha atau 38,82 persen 3. Kondisi Pertanian Keadaan pertanian suatu wilayah dapat dilihat dari potensi produksi pertanian yang dapat diukur dengan luas panen dan besar produksi per hektar. Dengan melihat keadaan pertanian suatu wilayah maka dapat dilihat juga ketersediaan pangan daerah tersebut, serta potensi penganekaragaman pangan dengan berbasis pada tanaman lokal yang akan mendukung ketahanan pangan daerah. Tanaman pangan yang dibudidayakan di Kecamatan Delanggu adalah padi sawah, jagung, ubi kayu, kacang panjang, dan cabe merah. Luas panen dan produksi dari masing-masing jenis tanaman pangan tersebut di Kecamatan Delanggu dapat dilihat pada Tabel 5. 5 Tabel 5. Rata-rata Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Pangan di Kecamatan Delanggu 2013 Kecamatan Delanggu No. Jenis Tanaman Pangan Luas Panen (Ha) Produktivitas (Kw/Ha) Produksi (Ton) 1.402 89,41 12.535 1. Padi Sawah 2 Jagung 1 9,000 9 3 Ubi Kayu 1 32,000 32 4 Kacang Panjang 11 19,09 21 5 Cabe merah 2 20,00 40 Sumber : Dinas Pertanian Klaten, 2014 Berdasarkan data pada Tabel 5, dapat diketahui bahwa rata-rata produksi tanaman pangan yang terbesar adalah padi sawah yaitu sebesar 12.535 ton, hal ini dikarenakan padi sebagai bahan makanan pokok yang digunakan oleh penduduk setiap harinya, disusul cabe merah yaitu 40 ton. Produksi yang paling kecil adalah jagung yaitu sebesar 9 ton, karena lahan untuk menanam jagung lebih sedikit sehingga produksi jagung terkecil. B. Usahatani Padi Sawah di Desa Sribit Pola tanam yang diterapkan petani delanggu desa sribit yaitu padi-padipadi. Pengairan yang digunakan di Kecamatan Delanggu yaitu pengairan irigasi teknis. Teknik budidaya padi kecamatan delanggu desa sribit yaitu persipaan lahan,persemaian, sampai terakhir yaitu panen. Teknik budidaya padi sawah irigasi di Desa Sribit adalah sebagai berikut : 1. Persiapan Lahan Persiapan lahan bertujuan untuk menjamin tanaman tumbuh secara optimal dan memperlancar aerasi dan drainase dalam tanah. Persiapan lahan dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama, tanah diolah dengan cara dicangkul. Kegiatan utama tahap ini adalah pembuatan pematang sawah 6 (galengan). Pembuatan pematang sawah selain bertujuan sebagai tanda batas kepemilikan sawah juga berguna untuk menahan dan menjaga keberadaan air irigasi pada lahan sawah usahatani padi sawah. Tahap kedua persiapan lahan adalah kegiatan membajak dan menggaru. Petani di daerah penelitian menggunakan traktor dalam melakukan kegiatan membajak dan menggaru karena kedua kegiatan tersebut bisa dilakukan bersamaan untuk menghemat biaya persiapan lahan dan mempercepat waktu pengerjaan. Kegiatan membajak sawah dan menggaru bertujuan untuk membalikan tanah lapisan atas agar berganti dengan tanah lapisan bawah sehingga kandungan mineral serta unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman padi tetap tersedia dan kegiatan menggaru dilakukan dengan tujuan untuk merapikan lahan sawah yang telah dibajak agar lebih mudah untuk ditanami. 2. Persemaian Jenis benih padi yang ditanam petani di daerah penelitian yaitu benih brontoyudo dan rojolele. Benih yang digunakan petani untuk ditanam merupakan benih yang tahan wereng. Benih ini juga bersertifikat yang dibeli dari kios saprodi supaya resiko gagal tumbuh lebih kecil. Pembuatan tempat persemaian ini dilakukan setelah tanah selesai diolah dan luasan untuk tempat persemaian kurang lebih 0,05 luasan areal yang akan ditanami. Pada lahan persemaian tersebut kemudian dibuat bedengan dengan lebar sekitar 1-1,25 m dan panjangnya mengikuti panjang petakan untuk memudahkan pada saat penebaran benih. 3. Pembibitan Lama pembibitan sekitar 14 hari setelah sebar benih (14 HSS). Pencabutan bibit dilakukan setelah bibit berumur 15-24 hari setelah sebar benih. Bibit yang telah dicabut harus segera ditanam, maksimal 1 hari sejak 7 bibit tersebut dicabut agar bibit tersebut tidak layu (kering) atau persentase kehidupannya tinggi. 4. Penanaman Penanaman bibit padi sawah irigasi dilakukan pada pagi hari agar bibit tidak mudah kering atau layu akibat terkena sinar matahari. Jarak tanam padi rata-rata yang digunakan adalah 20 cm x 20 cm, sedangkan jumlah bibit yang dibutuhkan adalah 1-2 bibit untuk setiap lubang tanam. Penyulaman terhadap bibit yang mati atau lubang terlewat tidak ditanam dilakukan kurang dari 14 HST dengan bibit cadangan yang telah ditanam. Jarak tanam mempengaruhi populasi tanaman, efisiensi penggunaan cahaya, dan berpengaruh terhadap cuaca mikro. Selain itu jarak tanam juga mempengaruhi perkembangan hama penyakit dan kompetisi antara tanaman padi dalam penggunaan air dan unsur hara. 5. Pemupukan Pupuk yang digunakan pada usahatani padi sawah desa sribit yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik dan pupuk anorganik yang digunakan oleh petani pada umumnya sama yaitu terdiri dari pupuk kandang (pupuk organik). Pupuk anorganik yang digunakan petani antara lain pupuk urea, phonska, dan pupuk TSP. Pupuk organik diberikan sebagai pupuk dasar. Pemupukan yang dilakukan pada daerah penelitian tediri dari 2 tahap, pemupukan pertama dilakukan 10-15 hari setelah masa tanam dan pemupukan kedua dilakukan pada 25-35 hari setelah tanam. 6. Pengendalian Gulma Pengganggu, Hama dan Penyakit Pengendalian gulma dilakukan berdasarkan keberadaan gulma di areal tanaman padi. Pengendalian gulma dilakukan secara rutin untuk mencegah resiko kegagalan pembibitan benih padi. Pengendalian hama juga dilakukan secara rutin agar tidak menurunkan produksi hingga akhirnya menyebabkan 8 gagal panen. Hama yang menyerang di daerah penelitian adalah hama tikus. Untuk pengendalian hama, petani di daerah penelitian melakukan penyemprotkan pestisida 7. Pengairan/Irigasi Pengairan bertujuan untuk membasahi tanah supaya tanah tersebut lembab pada daerah perakaran guna memenuhi kebutuhan air bagi tanaman padi. Tersedianya air irigasi memberikan banyak manfaat bagi petani diantaranya membantu menyerap unsur tanah yang dibutuhkan oleh tanaman, membantu proses pengolahan tanah,dan memperbaiki kesuburan tanah. Petani membayar iuran penggunaan air (IPAIR) yang digunakan oleh petani itu sendiri. Di daerah penelitian terdapat kendala yaitu tanah tidak dapat menahan air dalam jangka waktu yang lama. 8. Panen Kegiatan panen yang dilakukan di daerah penelitian dilakukan secara borongan. Dengan sistem ini, semua pengerjaan dikerjakan oleh penebas. Upah tenaga kerja yang dibayarkan berupa upah borongan. Alat-alat yang digunakan dalam pemanenan yaitu sabit dan mesin perontok padi. C. Karakteristik Petani Sampel Karakteristik petani sampel merupakan gambaran umum mengenai latar belakang dan keadaan petani yang berkaitan dengan usahatani padi sawah di Desa Sribit Kecamatan Delanggu. Karakteristik petani sampel dapat dilihat pada Tabel 6. 9 Tabel 6. Karakteristik Petani Sampel padi Sawah di Desa Sribit Kecamatan Delanggu. No. Uraian Petani Padi Sawah 1. Jumlah petani responden (orang) 40 2. Rata-rata umur petani (tahun) 59,05 3. Rata-rata pendidikan petani (tahun) 8,03 4. Rata-rata jumlah anggota keluarga petani (orang) 4,05 5. Rata-rata jumlah anggota keluarga yang aktif dalam UT padi (orang) 1,48 6. Rata-rata luas lahan sawah yang digarap (ha) 0,37 7. Rata-rata pengalaman/pengetahuan untuk UT padi (tahun) 15,83 Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2014 Jumlah petani responden dalam penelitian yaitu 40 responden. Rata-rata umur petani padi yaitu 59,05 tahun. Rata-rata umur tersebut masih tergolong dalam umur atau usia produktif yang berkisar antara 15-64 tahun. Petani yang tergolong dalam usia produktif memiliki tenaga dan semangat kerja yang cenderung lebih tinggi karena faktor fisik yang masih mendukung untuk melakukan kegiatan usahatani dan faktor psikologi dimana petani harus memenuhi kebutuhan hidup dan tanggungan keluarga. Pada usia produktif, petani dapat meningkatkan ketrampilan dalam berusahatani dengan menyerap dan mengadopsi teknologi baru dalam kegiatan usahatani dengan harapan petani dapat meningkatkan pendapatan dalam usahataninya, khususnya usahatani padi. Tingkat pendidikan rata-rata petani padi sawah desa sribit yaitu 8,03 yang dapat dikatakan setara dengan SMP. Tingkat pendidikan dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi sikap petani dalam pengambilan keputusan kegiatan 10 usahatani dan dapat mempengaruhi petani dalam penyerapan informasi dan teknologi baru di bidang pertanian khususnya usaha tani padi. Jumlah rata-rata anggota keluarga petani adalah empat orang. Anggota keluarga yang aktif dalam usaha tani rata-rata berjumlah satu orang yang mana kegiatan usahataninya dikerjakan oleh kepala rumah tangga yaitu suami. Terbatasnya jumlah anggota keluarga yang aktif dalam usahatani mengakibatkan adanya penggunaan tenaga kerja luar yang nantinya dapat mempengaruhi pendapatan bersih. Lahan sawah garapan petani padi sawah desa sribit rata-rata sebesar 0,37. Pengalaman usahatani petani padi sawah desa sribit adalah 15,83 tahun. Pengalaman usahatani bagi petani sangat penting untuk meningkatkan pendapatan petani. Pengalaman usaha tani padi sawah di desa sribit hasil dari diskusi, penyuluhan dan sosialisasi langsung dari dinas pertanian klaten. D. Analisis Usahatani Padi Sawah Petani Delanggu di Desa Sribit 1. Penggunaan Sarana Produksi dan Tenaga Kerja Sarana produksi yang digunakan pada usahatani padi sawah di Desa Sribit, Kecamatan Delanggu meliputi penggunaan benih padi, pupuk dan obat-obat kimia. Rata-rata sarana produksi dan tenaga kerja usahatani yang digunakan oleh petani dapat dilihat pada Tabel 7. 11 Tabel 7. Rata-rata Penggunaan Sarana Produksi Usahatani Padi Sawah di Desa Sribit Kecamatan Delanggu MT I Tahun 2015 Sarana produksi Jenis Sarana Produksi Per UT 1. Benih (Kg) Per ha 19,16 51,66 - Urea 75,63 203,89 - Phonska 64,38 173,73 - TSP 22,5 60,811 - Kandang 22,5 60,813 2,363 6,37 2. Pupuk (Kg) 3. Obat kimia (Botol) - Pestisida Sumber : Analisis Data Primer Penggunaan benih padi pada usahatani petani rata-rata sebesar 51,66 kg/ha. Penggunaan pupuk urea pada usahatani padi petani rata-rata sebesar 203,89 kg/ha. Penggunaan pupuk phonska pada usahatani padi rata-rata sebesar 173,73 kg/ha. Rata-rata penggunaan pupuk TSP pada usahatani padi sebesar 60,811 kg/ha. Untuk menambah kesuburan tanah dan penyediaan unsur hara, petani menggunakan pupuk kandang sebesar 60,813 kg/ha. Pengendalian hama dan penyakit tanaman petani menggunakan rata-rata 6 botol/ha. mengimbanginya dengan penggunaan pupuk kandang, sehingga dapat menekan biaya pupuk dan ikut menjaga kesuburan lahan sawah. Penggunaan sarana produksi pada petani desa sribit belum cukup efisien hal ini karena petani sudah menggunakan sarana produksi melebihi standar oprasional prosedur. Adapun standar oprasional prosedur yang telah ditetapkan yaitu penggunaan benih dalam 1 Ha sebanyak 20 kg, pupuk urea 200 kg, pupuk phonska 300 kg, pupuk TSP 150 kg, pupuk kandang 500 kg 12 dan penggunaan pestisida disesuaikan dengan anjuran pabrik dan melihat situasi pada lahan pertanian. Tabel 8. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Padi Sawah di Desa Sribit, Kecamatan Delanggu MT I Tahun 2015 (HKP) No 1. 2. 3. 4. 5. 6 7. 8 Keterangan Pengolahan Lahan Penanaman Pemupukan Penyiangan Pengendalian Hama dan Penyakit Pengairan Pemanenan Pengangkutan Jumlah Penggunaan Kenaga Kerja Per UT 5,24 7,46 2,42 3,23 Per ha 14,91 20,26 6,55 8,74 2,49 6,72 2,23 7,29 3,66 34,02 6.03 19,71 9,87 92,78 Sumber : Analisis Data Primer Tenaga kerja yang digunakan oleh petani pada kegiatan usahatani dihitung dengan satuan harian kerja pria (HKP) dengan lama kerja enam jam per hari. Upah kerja yang di terima para tenaga kerja berupa uang tersebut rata-rata sebesar Rp. 35.000,00/HKP. Tenaga kerja luar yang paling banyak digunakan oleh petani padi sawah Sribit terdapat pada kegiatan pemanenan dan penanaman. Keseluruhan total tenaga kerja yang digunakan petani 93 HKP/ha. 2. Biaya usahatani Konsep biaya yang digunakan dalam penelitian ini adalah biaya mengusahakan. Biaya mengusahakan yaitu biaya alat-alat luar ditambah upah tenaga kerja keluarga yang diperhitungkan berdasarkan upah tenaga kerja luar. Penghitungan biaya usaha tani padi sawah Sribit dibagi menjadi tiga antara lain biaya sarana produksi, biaya tenaga kerja dan biaya lain-lain. 13 a. Biaya Sarana Produksi Usahatani Padi Sawah Sarana produksi yang digunakan antara lain benih, pupuk dan obat-obat kimia. Keseluruhan biaya yang digunakan petani dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Rata-rata Biaya Sarana Produksi Usahatani Padi Sawah di Desa Sribit Kecamatan Delanggu MT I Tahun 2015 (Rp) Sarana produksi No Jenis Biaya Per UT 1 2 Benih Pupuk - Urea - Phonska - TSP - Kandang 3 Obat kimia - Pestisida Jumlah Per ha 166.837,50 449.726,35 132.750,00 151.500,00 357.871,62 408.851,35 47.250,05 11.250,39 127.702,83 30.406,45 68.625,45 185.018,02 578.213,39 1.559.576,63 Sumber : Analisis Data Primer Pada Tabel 9, dapat dikatakan bahwa biaya sarana produksi pada kegiatan usahatani rata-rata sebesar Rp. 1.559.576,63/ha/MT. Sarana produksi yang digunakan pada kegiatan usahatani diantaranya yaitu benih padi, pupuk urea, pupuk phonska, pupuk TSP, pupuk kandang dan obat-obat kimia (pestisida). Biaya sarana produksi yang dikeluarkan petani terbesar terletak pada pupuk phonska. Hal ini dikarenakan adanya harga dari pupuk phonska yang cukup mahal dan digunakan petani secara maksimal dibandingkan pupuk lainnya misalnya pupuk kandang. Pada kegiatan usahatani padi, petani padi berasal dari tenaga kerja luar dan tenaga kerja dari dalam keluarga. Biaya penggunaan 14 tenaga kerja baik luar maupun dalam pada usahatani petani pada masa tanam pertama di Desa Sribit dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Rata-rata Biaya Tenaga Kerja Usahatani Padi Sawah di Desa Sribit Kecamatan Delanggu MT I Tahun 2015 (Rp) Biaya tenga kerja No Jenis Biaya Per UT Per ha 424.480,00 1.167.488,61 1 TK Dalam 2 TK Luar 766.045,00 2.079.555,74 Jumlah 1.190.525,00 3.247.044,36 Sumber : Analisis Data Primer Tenaga keja wanita petani per hari mendapatkan upah kerja sebesar Rp. 30.000,00/HKW, dan untuk upah tenaga kerja pria sebesar Rp. 35.000,00/HKP. Perbandingan antara tenaga kerja pria dan wanita sebesar 7:6. Total biaya tenaga kerja pada usahatani padi sawah desa Sribit sebesar Rp. 3.247.044,36 /ha/MT. b. Biaya Lain-lain Usahatani Padi Sawah Biaya lain-lain pada kegiatan usahatani padi diantaranya biaya penyusutan, IPAIR, transportasi, slametan dan pajak tanah, Biaya-biaya yang dikeluarkan tersebut dapat dilihat pada Tabel 11. 15 Tabel 11. Rata-rata Biaya Lain-lain Usahatani Padi Sawah di Desa Sribit Kecamatan Delanggu MT I Tahun 2015(Rp) Biaya lain-lain No Jenis Biaya Per UT Per ha 1 Penyusutan 59.130,00 162.631,62 2 Pajak tanah 25.350,00 68.513,51 3 IPAIR 20.225,00 54.662,16 4 Transportasi 47.125,00 5 Selametan - Jumlah 151.830,00 127.364,86 413.172,36 Sumber : Analisis Data Primer Biaya penyusutan yang dikeluarkan petani padi desa Sribit sebesar Rp. 162.631,62/ha/MT. Alat-alat yang digunakan atara lain cangkul,sabit dan sorok. Nilai penyusutan dimasukkan dalam komponen biaya dikarenakan alat-alat tersebut memiliki umur ekonomis. Biaya yang dikeluarkan untuk pajak tanah pada petani yaitu sebesar Rp.68.513,51/ha/MT. Biaya yang dikeluarkan untuk IPAIR sebesar Rp. 54.662,16/ha/MT. Biaya transportasi yang dikeluarkan oleh petani sebesar Rp. 127.364,86 /ha/MT. Total keseluruhan biaya lainlain yang harus dikeluarkan petani sebesar Rp. 413.172,36/ha/MT. c. Biaya Total Usahatani Padi Sawah Biaya total yang dikeluarkan petani padi sawah desa Sribit dihitung dengan menjumlahkan keseluruhan biaya saprodi, biaya tenaga kerja dan biaya lain-lain. Biaya total tersebut dapat dilihat pada Tabel 12. 16 Tabel 12. Rata-rata Biaya Total Usahatani Padi Sawah di Desa Sribit Kecamatan Delanggu MT I Tahun 2015 (Rp) Biaya total usaha tani No Jenis Biaya Per UT 1 Biaya Saprodi 2 Biaya Tenaga Kerja 3 Biaya Lain-lain Jumlah Per ha 566.463,40 1.559.576,63 1.190.525,00 3.247.044,36 151.830,00 413.172,36 1.908.818,40 5.219.793,35 Sumber : Analisis Data Primer Pada Tabel 12, dapat diketahui bahwa biaya total usahatani yang dikeluarkan oleh petani terdiri dari biaya sarana produksi, biaya tenaga kerja dan biaya lain-lain. Biaya yang dikeluarkan petani untuk sarana produksi sebesar upah tenaga Rp. 1.559.576,63 /ha/MT. Biaya untuk membayar kerja yang dikeluarkan petani sebesar Rp. 3.247.044,36/ha/MT. Pengeluaran untuk biaya lain-lain pada usahatani Rp 413.172,36/ha/MT. Dalam satu musim tanam rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk usahatani padi sebesar Rp. 5.219.793,35/ha/MT. Biaya pengeluaran paling besar untuk biaya tenaga kerja, karena selama proses produksi padi banyak menggunakan tenaga kerja baik tenaga kerja luar maupun dalam keluarga. 3. Produksi, Harga, dan Penerimaan Usahatani Padi Sawah Penerimaan usahatani padi diperoleh dari hasil produksi padi dikalikan dengan harga jual padi. Produksi, harga dan penerimaan pada usahatani padi dapat dilihat pada Tabel 13. 17 Tabel 13. Rata-rata Produksi, Harga dan Penerimaan Usahatani Padi Sawah di Desa Sribit Kecamatan Delanggu MT I Tahun 2015 No Uraian Rata-rata Produksi, Harga dan Penerimaan Per UT Per ha 1 Produksi (Kg) 1.235,00 3.337,84 2 Harga (Rp/Kg) 4.200,00 4.200,00 3 Penerimaan (Rp) 5.187.000,00 14.018.918,92 Sumber : Analisis Data Primer Produksi padi pada usahatani petani rata-rata sebesar 3.337,84 kg/ha. Harga jual gabah kering panen usahatani padi petani yaitu sebesar Rp. 4.200,00/kg. Penerimaan rata-rata petani sebesar Rp. 14.018.918,92/ha. 4. Pendapatan dan Efisiensi Usahatani Pendapatan rata-rata dan efisiensi usahatani padi. Pendapatan ratarata usahatani padi dapat dihitung dengan mengurangkan antara penerimaan dengan biaya mengusahakan yang sudah dikeluarkan petani. Efesiensi didapatkan dengan menggunakan rumus total penerimaan dibagi dengan total biaya mengusahakan.Hasil dari perhitungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 14 dibawah ini. 18 Tabel 14. Rata-rata Pendapatan bersih dan Efisiensi Padi Sawah di Desa Sribit Kecamatan Delanggu MT I Tahun 2015 (Rp) Pendapatan Bersih No Uraian Per UT Per ha 1. Penerimaan 5.187.000,00 14.018.918,92 2. Biaya 1.908.818,40 5.219.793,35 3. Pendapatan 3.278.181,60 8.799.125,57 4. Efisiensi 2,68 Sumber : Analisis Data Primer Pendapatan rata-rata yang diperoleh petani sebesar Rp. 8.799.125,57/ha. Biaya Usahatani yang diperoleh petani sebesar Rp. 5.219.793,35/ha. Penerimaan pada usahatani padi sawah yang diperoleh petani sebesar 14.018.918,92/ha. Efesiensi usahatani padi sebesar Rp 2,68. Dari penjelasan diatas dapat disimpulan bahwa usahatani padi sawah layak bagi petani. Ini karena R/C lebih dari 1 sehingga usahatani yang dijalankan efisien atau layak. 19