I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gurami merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Harga jual ikan gurami di pasaran paling baik bila dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya dengan fluktuasi yang relatif stabil. Daging gurami mengandung gizi yang baik, dengan rasa yang lezatgurih dan tekstur yang padat. Gurami sudah banyak dibudidaya baik sebagai ikan hias atau sebagai ikan konsumsi (Resapti & Santoso 1993). Benih gurami yang selama ini diperoleh dari alam tidak mencukupi untuk digunakan dalam budidaya. Pembudidaya ikan berupaya untuk menciptakan teknik tertentu agar gurami mau berkembang biak di kolam dan dapat menghasilkan benih. Usaha dalam budidaya gurami semula hanya kegiatan pembesaran, namun saat ini juga dilakukan pembenihan sendiri sehingga memungkinkan pembudidaya dapat menjadi produsen benih di pasaran tanpa bergantung dari alam (Santoso, 1994). Usaha pembenihan dan pembesaran gurami juga sudah dilakukan di sekitar lereng gunung merapi di Yogyakarta dan sekitarnya, sehingga menjadi salah satu bagian penting dalam usaha kegiatan perikanan di Yogyakarta dalam pengembangan komoditas ikan gurami. Gunung Merapi merupakan gunung berapi yang terletak di Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada koordinat 7°32’30” LS 110°26’30” BT. Pada daerah lereng Gunung Merapi sampai ketinggian 1.700 m masih terdapat desa-desa pemukiman tempat penduduk bermukim. Sejak tahun 1584, gunung ini sudah meletus sebanyak 68 kali (Sudaryo dan Sutjipto, 2009). Erupsi terakhir terjadi pada 26 Oktober 2010 lalu, abu vulkanik Gunung Merapi yang berada pada ketinggian 2.000 meter di atas permukaan laut pada waktu tersebut telah menyebar di Daerah Istimewa Yogyakarta hingga Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Jawa Barat. Daerah yang terkena dampak abu vulkanik hampir seluruhnya di DIY dan di Provinsi Jawa Tengah meliputi Purworejo, Magelang, Klaten dan Boyolali (Gobel, 2010). 1 Abu vulkanik Gunung Merapi di dalamnya terkandung material organik yang tersusun oleh SiO2, CO 2 , Al 2 O 3 , Fe 2 O 3 , CaO, MgO, Na 2 O, K2 O, MnO, TiO 2 , P 2 O 5 , dan material lainya yang ketika masuk ke perairan dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas air. Material yang masuk ke dalam perairan dalam bentuk padatan akan langsung mengendap menuju dasar perairan, selain itu partikel debu vulkanik yang mengandung belerang yang bersifat asam juga dapat menyebabkan penurunan tingkat pH pada air. Pasir kuarsa (SiO2) yang berbentuk runcing, tajam dan keras dapat merusak permukaan-permukaan yang lunak (Gobel, 2010). Bagian fraksi halus abu vulkanik dapat menyebabkan iritasi dan bersifat toksik terhadap ikan baik langsung pada bagian kulit atau sisik, mata, bagian insang ,sistem peredaran darah atau dalam saluran pencernaan (Siswadi, 2010). Kekeruhan yang terjadi karena masuknya abu vulkanik ke perairan tidak berbahaya langsung bagi ikan, tetapi dapat menyebabkan keasaman, unsur hara yang rendah, dan penetrasi cahaya yang terbatas untuk fotosintesis. Wallen (1951) dalam Boyd (1982) mengatakan bahwa perubahan perilaku ikan ditunjukkan pada kekeruhan yang lebih besar dari 20.000 mg/l, tetapi beberapa ikan dapat hidup pada kekeruhan 100.000 mg/l selama 1 minggu atau lebih lama. Kematian nampak terjadi ketika nilai kekeruhan di atas 175.000 mg/l. Kekeruhan dalam perairan alami jarang melebihi 20.000 mg/l (Irwin, 1945 cit Boyd, 1982). Pengaruh konsentrasi abu vulkanik terhadap kualitas air dan sintasan benih gurami pada tahap pendederan belum diketahui, serta melihat keunggulan dan pentingnya benih gurami untuk memenuhi kebutuhan ikan di Yogyakarta yang semakin tinggi sehingga perlu dilakukan penelitian tentang hal tersebut. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar dalam kegiatan pendederan hingga pembesaran dalam hubungannya dengan dampak abu vulkanik dari letusan Gunung Merapi yang masuk ke kolam budidaya untuk dapat diketahui antisipasi terhadap gurami yang dipelihara. 2 B. Tujuan Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk : 1. Mengetahui pengaruh konsentrasi abu vulkanik Gunung Merapi terhadap kualitas air media pemeliharaan benih gurami pada tahap pendederan pertama. 2. Mengetahui pengaruh konsentrasi abu vulkanik Gunung Merapi terhadap sintasan benih gurami pada tahap pendederan pertama. C. Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai pengaruh konsentrasi abu vulkanik Gunung Merapi terhadap kualitas air dan sintasan benih gurami khususnya pada saat pendederan pertama. 3