1 I. PENDAHULUAN Ikan gurami (Osphronemus gouramy L.) merupakan ikan air tawar yang memiliki gizi tinggi dan nilai ekonomis penting serta banyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Ikan gurami banyak terdapat di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatra Barat, dan Sulawesi Utara. Saat ini ikan gurami adalah salah satu dari lima belas jenis komoditas ikan untuk peningkatan produksi dan pendapatan petani. selain itu, ikan gurami termasuk dari dua belas jenis komoditas untuk pemenuhan gizi masyarakat (Rukmana, 2005). Selanjutnya Rukmana menyatakan, secara morfologi ikan gurami memiliki tubuh agak panjang, tinggi dan pipih ke samping sampai hampir oval dengan punggung yang tinggi. Badan mempunyai warna kecoklat-coklatan dengan bintik hitam pada sirip dada. Mulut kecil, miring dan dapat disembulkan. Sisik relatif besar, pada jari-jari pertama sirip perut terdapat alat peraba berupa benang yang panjang. Ikan gurami memiliki alat pernapasan tambahan (labirin). Labirin merupakan selaput yang berkelok-kelok dan menonjol dari tepi atas insang yang pertama. Ikan gurami diklasifikasikan ke dalam famili Anabantidae (Saanin, 1995). Ikan gurami termasuk hewan karnivora pada stadia benih. Pada stadium larva memakan rotifera dan infusaria. Ikan stadia benih biasanya memakan larva insekta, crustacea dan zooplankton. Setelah dewasa ikan gurami berubah menjadi hewan omnivora atau pemakan segala. Stadium dewasa ikan gurami banyak memakan tumbuhan lunak, seperti daun talas, daun sente, daun pepaya, daun singkong, kangkung dan daun lamtoro. Kebutuhan makanan tersebut berkaitan erat dengan pertumbuhan ikan (Bachtiar, 2010 ; Rukmana, 2005). 2 Pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran, yaitu pertambahan panjang dan berat dalam waktu tertentu, pertumbuhan adalah parameter yang sangat penting pada usaha budidaya karena menentukan produksi yang diharapkan (Effendie, 2002). Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Faktor lingkungan memegang peranan yang sangat penting yaitu zat hara dan suhu, akan tetapi pada daerah tropis zat hara lebih penting dibanding suhu lingkungan. Zat hara meliputi pakan, air dan oksigen (Fujaya, 2004). Pertumbuhan ikan dapat diamati dengan menghitung laju pertumbuhannya, yaitu laju pertumbuhan relatif dan laju pertumbuhan spesifik ( Zonneveld et al, 1991). Pertumbuhan yang baik sangat berkaitan dengan efisiensi pakan. Efisiensi pakan merupakan penambahan berat basah ikan per unit berat kering pakan. Efisiensi pakan digunakan untuk mengetahui seberapa besar kenaikan berat basah tubuh ikan dengan pakan yang dikonsumsi sebanyak satu gram. Efisiensi pakan dapat diketahui dengan melihat nilai rasio efisiensi pakan (Purwanti, 2007). Pengembangan budidaya perikanan dapat dilaksanakan jika aspek pakan untuk jenis ikan tersebut diketahui. Sehingga para pelaku usaha perikanan dapat menentukan formulasi pakan yang tepat dengan berpedoman pada kebutuhan nutrien dan mutu bahan makanan. Menurut Giri et al (2007), kandungan protein pakan sangat menentukan harga pakan karena sebagian besar komponen pakan adalah protein, dan sebagian besar protein berasal dari tepung ikan untuk itu banyak penelitian dilakukan untuk menekan hal tersebut salah satunya dengan mengoptimalkan rasio kandungan protein dan energi dalam pakan. Nutrien tersebut digunakan untuk sintesis (anabolisme) dan sebagai sumber energi (katabolisme) (Yuwono, 2008). 3 Pakan yang diberikan harus memiliki kualitas yang tinggi. Laju pertumbuhan ikan akan terhambat, jika pakan yang diberikan tidak sesuai atau kualitas pakan yang rendah, Laju pertumbuhan yang lambat ini menurut Carter and Brafield (1992) dalam Nofyan (2005) disebabkan oleh tidak tercapainya keseimbangan nutrisi pakan yang dibutuhkannya. Hal itu berarti pakan merupakan faktor yang sangat penting dalam budidaya ikan gurami. Faktor penyediaan pakan menjadi penentu keberhasilan dalam usaha budidaya terutama usaha komersial (Djajasewaka et al., 1993). Kandungan protein dalam pakan berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan, karena ikan membutuhkan protein sebagai sumber energi untuk perkembangan tubuh dan kelangsungan hidup (Zonneveld et al, 1991). Protein merupakan suatu nutrisi yang terkandung di dalam pakan yang dibutuhkan untuk pemeliharaan tubuh, pembentukan jaringan, penggantian jaringan-jaringan tubuh yang rusak, serta penambahan protein tubuh dalam proses pertumbuhan (Cowey dan Sargant, 1972; Khans et al, 1973 dalam Suhenda et al, 2005). Hal ini membuktikan bahwa protein memang komponen pakan yang sangat penting, akan tetapi kelebihan protein dalam pakan dapat mengakibatkan gejala kelebihan protein (excessive protein syndrome). Pada umumnya gejala tersebut terjadi pada ikan yang dibudidayakan secara intensif dengan pemberian pakan yang sangat tinggi. Walaupun demikian ikan dapat mengekskresikan nitrogen yang berlebihan melalui insang. Sisa-sisa protein sebagai amonia juga dapat dikeluarkan secara cepat dan terus menerus. Hewan vertebrata dan invertebrata mempunyai kisaran optimum untuk kebutuhan proteinnya. Sebagai contoh adalah bulu babi (Pseudocentrotus depressus) berdasarkan pertumbuhan 4 dan efisiensi pakannya menunjukkan level protein dalam pakannya sebesar 20% (Yuwono, 2008). Disamping kadar protein, faktor lain yang juga perlu diperhatikan dalam pakan ikan adalah adanya keseimbangan yang tepat antara energi dan protein pakan. Kebutuhan ikan akan energi diharapkan sebagian besar dipenuhi oleh nutrien non-protein seperti lemak dan karbohidrat. Apabila energi yang berasal dari sumber nonprotein cukup tersedia maka sebagian besar protein akan dimanfaatkan untuk tumbuh, namun apabila energi dari nonprotein tidak terpenuhi maka protein akan digunakan sebagai sumber energi, sehingga fungsi protein sebagai pembangun tubuh akan berkurang (Adelina et al., 2000). Kebutuhan pakan berenergi begitu vital dalam menejemen kualitas pakan. Studi mengenai kualitas pakan untuk mendukung pertumbuhan dan efisiensi pakan terhadap beberapa ikan telah banyak dilakukan seperti penelitian yang dilakukan Adelina et al (2000), menyatakan bahwa ikan bawal membutuhkan pakan yang mengandung protein sebesar 37% dan rasio energi protein 8,7 kkal DE/g protein untuk dapat tumbuh secara optimal. Sedangkan ikan kerapu macan yang berukuran 80-300g membutuhkan pakan dengan kandungan protein sebesar 50,9% untuk dapat tumbuh dengan optimum (Laining et al, 2003). Menurut Zonneveld et al (1991), kebutuhan energi ikan harus dapat dipenuhi dengan memberikan pakan berupa protein, lemak dan karbohidrat sebagai pembawa energi. Kebutuhan energi ikan dipengaruhi oleh spesies, pertumbuhan, ukuran, umur, aktivitas fisiologi, suhu dan tipe diet. Ikan stadium benih pada umumnya membutuhkan protein lebih besar daripada ikan dewasa, hal ini disebabkan ikan stadium benih masih membutuhkan energi protein untuk pertumbuhannya. Ikan 5 stadium benih membutuhkan 5-10% protein lebih tinggi daripada yang dibutuhkan oleh ikan dewasa (Goddard, 1996). Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Apakah terdapat perbedaan laju pertumbuhan spesifik pada ikan gurami yang diberi pakan dengan kandungan protein dan energi yang berbeda. 2. Apakah terdapat perbedaan efisiensi pakan pada ikan gurami yang diberi pakan dengan kandungan protein dan energi yang berbeda. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Laju pertumbuhan spesifik pada ikan gurami yang diberi pakan dengan kandungan protein dan energi yang berbeda. 2. Efisiensi pakan pada ikan gurami yang diberi pakan dengan kandungan protein dan energi yang berbeda. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai 1) Kadar protein dan energi yang tepat untuk pertumbuhan ikan gurami 2) Mampu mengoptimalkan efisiensi pakan yang diberikan untuk pertumbuhan ikan gurami. Hipotesis yang diajukan adalah: 1. Terdapat perbedaan pertumbuhan spesifik pada ikan gurami yang diberi pakan dengan kadar protein dan energi berbeda. 2. Terdapat perbedaan efisiensi pakan pada ikan gurami yang diberi pakan dengan kadar protein dan energi berbeda.