BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Semantik Semantik adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang makna yang terkandung dalam bahasa. Semantik berasal dari bahasa Yunani yang memiliki arti yaitu Sema (Nomina) yang berarti tanda atau lambang. Verbanya adalah semaino yang memiliki arti menandai atau melambangkan. Berikut penulis mengutip beberapa pendapat para ahli bahasa. Hurford dan Heasley (1983:1) menyatakan bahwa “semantics is the study of meaning in language”. Menurut Hurford dan Heasley, semantik merupakan sebuah ilmu yang mempelajari makna didalam bahasa. Senada dengan yang diungkapkan oleh Humford dan Heasley, O’Grady, dkk (1996:268) berpendapat bahwa “semantics is the analysis of meaning”. Maksudnya adalah semantik merupakan analisis dari makna. Palmer (1981:1) menambahkan bahwa “semantic is a part of language and part of linguistics”. Menurutnya, semantik merupakan bagian dari bahasa dan bagian dari linguistik. Pendapat lebih rinci diungkapkan oleh Griffiths (2006:1) bahwa semantik adalah “The study of the “toolkit” for meaning: knowledge encoded in the vocabulary of the language and its patterns for building more elaborate meanings, up to the level of sentence meanings”. Menurut Griffiths semantik sebagai suatu “kotak alat” ilmu untuk kajian mengenai makna, penyandian dalam kosakata bahasa dan suatu pola untuk membentuk lebih banyak makna yang lebih terperinci hingga tingkat kalimat. 6 7 Dari pendapat para ahli bahasa tersebut, dapat disimpulkan bahwa semantik adalah ilmu yang mempelajari makna kata yang terkandung dalam suatu kalimat dan sebagai suatu proses penyandian pada kosakata suatu bahasa juga struktur lainnya, sehingga dapat mengembangkan arti suatu makna yang lebih konkret hingga dapat digunakan atau dikomunikasikan dalam suatu bahasa. 2.2 Makna Seperti yang sudah dijelaskan di atas mengenai semantik yaitu ilmu yang mempelajari makna. Beberapa ahli menjelaskan tentang makna, adapun menurut Catford (1965: 35) yang menyatakan bahwa makna adalah “The total network of relations entered into by any linguistics form text, item - in – text, structure, element of structure, class, term in system, or whatever it maybe.” Menurut pendapat beliau, makna adalah hubungan atas bentuk keseluruhan yang ada dalam linguistik seperti teks, unsur-unsur yang ada didalam teks, struktur, elemen struktur, kelas kata, istilah dalam sistem, atau bentukbentuk lain yang memungkinkan. Sementara itu Lyon (1981:136) menambahkan pengertian makna yaitu, “Meaning are ideas or concept, which can be transferred from the mind of hearer by the embodying them, as it were in the forms of one language or another”. Makna adalah gagasan atau konsep yang dapat dipindahkan dari pikiran pembicara kepikiran pendengar dengan menerapkannya ke dalam bentuk suatu bahasa atau bentuk lainnya. Dapat disimpulkan bahwa makna adalah apa yang diekspresikan oleh bahasa untuk memudahkan seseorang memahami bahasa yang akan atau sedang digunakannya. 8 2.2.1 Jenis-jenis Makna Catford (1965:36) membagi makna ke dalam tiga jenis yaitu makna gramatikal, makna leksikal, dan makna kontekstual. 1. Makna Gramatikal Makna gramatikal seperti yang disebutkan Catford (1965:36) yaitu hubungan yang bermakna antara hal-hal penting dari struktur gramatikal yang tersusun dengan baik disetiap bagiannya. Senada dengan yang ungkapkan oleh Catford, Nida (1964:57) mengungkapkan “The meaningful relationship between the constituent parts of the grammatical construction”. Contoh: 1. The boys borrow the books in the library 2. The boys borrow the book in the library Sufiks –s pada kata books mempunyai makna buku dalam jumlah banyak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa makna gramatikal adalah makna yang sudah tertata dengan baik antara satu kata dengan kata lainnya, serta dipengaruhi oleh faktor tenses. 2. Makna Leksikal Makna leksikal adalah makna yang didapat dari kamus. Makna leksikal adalah makna yang sebenarnya, tidak berhubungan dengan konteks apapun, dan hanya memerlukan indera-indera untuk mengamatinya. Sementara itu Lyons (1981:146) menyatakan bahwa lexical meaning is the meaning of lexemes. 9 Menurutnya makna leksikal adalah makna yang terdapat pada leksem atau bersifat leksem. Contoh: 1. Horse Makna leksem horse adalah large four-legged animal that people ride on or use for pulling carts. Contoh: 2. She rode a horse. Horse dalam contoh 2 memiliki makna yang sama dengan horse pada contoh 1, karena horse mengacu pada satu referen yang telah dijelaskan pada contoh 1. Kamus pada umumnya hanya memuat makna leksikal yang dimiliki oleh kata yang dijelaskan. Oleh karena itu, banyak yang berpendapat bahwa makna leksikal adalah makna yang terdapat di dalam kamus. Penulis menyimpulkan bahwa jika dilihat dalam kalimat makna leksikal dapat diartikan makna kata tersebut tidak berhubungan dengan konteks melainkan langsung merujuk pada referen tanpa menyesuaikan dengan kata lain yang ada pada kalimat baik sebelum maupun sesudah kata tersebut. Seperti pada contoh 2, makna horse tidak terpengaruh oleh makna kata she ataupun rode. 10 3. Makna Kontekstual Makna kontekstual merupakan makna yang berkaitan dengan konteks atau situasi. Sebagaimana diungkapkan oleh Catford (1965:36) bahwa “The contextual meaning of an item is the groupment of relevant situational features with which it is related”. Maksud dari pengertian tersebut adalah suatu penggabungan dari ciriciri situasional yang relevan dan saling berkaitan. Sementara itu Cruse (1995:16) mengemukakan bahwa contextual meaning is the full set of normality relations which a lexical item contracts with all conceivable contexts. Menurut Cruse makna kontekstual adalah makna yang dihasilkan dari hubungan antara kata dengan konteksnya. Contoh: 3. I am surfing now. 4. Surfing the Internet. Makna surfing secara leksikal adalah sport of riding on top of the waves using a board seperti yang terdapat pada contoh 3, sedangkan surfing pada contoh 4 bermakna sebuah aktifitas mencari informasi di internet sesuai dengan konteksnya. Pada contoh 4) makna surfing tidak lagi bermakna sport of riding on top of the waves using a board karena terdapat kata internet yang telah mengubah konteksnya. Kedua contoh tersebut membuktikan bahwa makna dari sebuah kata dapat berbeda sesuai dengan konteksnya. 11 Dapat disimpulkan bahwa makna kontekstual sangat dipengaruhi oleh situasi penggunaan bahasanya. Penggunaan makna kontekstual banyak diterapkan dalam menganalisis majas. 2.3 Majas Majas dalam bahasa Inggris dikenal dengan figure of speech atau trope. Istilah trope sebenarnya berarti penyimpangan sebagaimana yang diungkapkan Swearingen (1991: 209) “Tropes are words and phrases whose meaning has shifted from their "proper" or usual meaning to one that is proximate.” Swearingen berpendapat bahwa majas adalah kata dan frasa yang maknanya telah dibelokan dari makna yang sebenarnya ke makna yang terdekat. Contoh: My car is a lemon. Hurford, et al. (2007: 331) Pada kalimat 1) terdapat penyimpangan makna lemon. Makna lemon yang sebenarnya, yellow citrus fruit with a sour juice, digunakan untuk memaknai kalimat my car is defective. Jadi, rasa asam yang dimiliki lemon merupakan makna terdekat yang digunakan untuk membelokan makna my car is defective. 12 2.3.1 Jenis-jenis Majas Seperti yang kita ketahui, majas sangat beragam dan memiliki banyak jenis, berikut ini penulis memberikan beberapa definisi menurut para ahli linguistik tentang jenis-jenis majas. Pradopo (2000:62) mengemukakan bahwa “Jenis majas meliputi perbandingan (simile), metafora, perumpamaan epos (epic simile), personifikasi, metonimia, sinekdoke (synecdoche), dan alegori”. Pendapat lainnya yaitu menurut Badrun (1989: 26) berpendapat bahwa “jenis majas terdiri dari simile, metafora, personifikasi, sinekdoke, metonimia, simbol, dan alegori”. Pernyataan tersebut juga ditambahkan oleh Fananie (2000; 37-40) yang menyatakan bahwa “Jenis majas meliputi persamaan atau simile, metafora, personifikasi, alusio, eponim, epitet, alegori, sinekdoke, metonimia, hipalase, inuenda, antifrasis, paranomasia, ironi, sinisme, dan sarkasme”. Berdasarkan klasifikasi jenis majas menurut para ahli di atas, dapat penulis simpulkan bahwa, jenis majas ada bermacam-macam dan masing-masing ahli membuat klasifikasi yang berbeda-beda. Namun, Griffiths (2006:79) mengklasifikasikan secara singkat mengenai beberapa jenis majas antara lain majas ironi, metonimia, metafora, dan majas simili, selain itu memberikan beberapa contoh jenis majas sebagai berikut. 13 1. Majas Ironi (Irony) Stern (2000: 234) mengungkapkan definisinya mengenai majas ironi sebagai berikut. “Irony is a context-sensitive function that yields a contrary from among a set of alternatives themselves determined in the context. Very frequently, the relevant contrary is the opposite”. Stern berpendapat bahwa ironi merupakan sebuah konteks yang peka dalam penggunaannya dan menghasilkan sebuah pertentangan diantara sekumpulan alternatif yang ditentukan didalam konteks tersebut. Seringkali pertentangan yang terkait merupakan suatu hal yang berlawanan. Contoh: Well we really beat them, didn’t we? Setelah menderita kekalahan 80-0 dalam sebuah pertandingan sepak bola, salah satu penggemar dari tim yang kalah berkata dengan nada sinis, “Well we really beat them, didn’t we?” Ungkapan tersebut merupakan ironi karena terdapat sebuah pertentangan atau hal yang berlawanan dengan fakta. Dapat disimpulkan bahwa ironi merupakan majas yang berfungsi untuk mengungkapkan sesuatu yang bertentangan dengan fakta. 2. Majas Metonimia (Metonymy) Majas metonimia akan dibahas tersendiri pada bagian 2.3.2 14 3. Majas Metafora (Metaphor) Metafora adalah pemahamam tentang pemindahan satu karakter kepada karakter lain. Seperti yang diungkapkan O’Grady, dkk (1996: 278) bahwa metafora merupakan the understanding of one concept in term of another. Contoh: You’re wasting my time. Pada kalimat 3, konsep waktu digunakan secara metafora karena time atau waktu dianggap sebagai benda konkret yang dapat dihabiskan. Dalam hal ini terdapat pemindahan sifat atau karakter dari benda konkret ke konsep time seperti yang kemudian dipertegas oleh Stern dengan menyatakan bahwa karakter menentukan isi setiap konteks. Menurut Stern (2000: 16) “The meaning of a metaphor is the rule that determines its content for each context, that is, its character”. Dapat diartikan bahwa metafora adalah sebuah aturan yang menentukan isi untuk setiap konteks, yaitu karakternya. Hurford, et al. (2007: 331) kemudian menyatakan bahwa “Metaphors are conceptual (mental) operations reflected in human language that enable speakers to structure and construe abstract areas of knowledge and experience in more concrete experiential terms”. Menurut Hurford metafora merupakan suatu konsep yang dapat membuat si penutur menyusun dan menguraikan konsep abstrak kedalam istilah-istilah konkret. 15 Contoh: Dr Jones is a butcher. Pada kalimat 4 terdapat konsep-konsep abstrak si tukang daging, misalnya seperti yang kita ketahui tukang daging tidak bekerja hati-hati atau tidak terlalu memikirkan akibat dari pekerjaan pisaunya terhadap daging. Dengan demikian terdapat kiasan negatif yang kemudian diterapkan kepada dokter. Dapat disimpulkan bahwa metafora merupakan majas yang memindahkan karakter satu benda ke benda lain dengan menggunakan kata kiasan untuk menyampaikan sebuah ilustrasi baik bermakna negatif ataupun positif. 4. Majas Simili (Simile) Menurut McArthur (1992: 936) dalam kamus The Oxford Companion to English Language definisi simili adalah “A figure of speech in which a more or less fanciful or unrealistic comparison is made, using like or as”. McArthur berpendapat bahwa simili dibangun dari suatu perbandingan yang tidak realistis atau suatu khayalan dengan menggunakan kata like atau as. Contoh: The beauty of Queen Sheeba is like the shinning sun. Kalimat tersebut disebut simili karena terdapat perbandingan yang tidak realisitis antara Queen Sheeba dan sun dengan menggunakan kata like. Lain halnya dengan kalimat some cats are like tigers. Walaupun terdapat kata like, kalimat ini bukan termasuk simili. Hal ini disebabkan karena tidak terdapat 16 perbandingan yang tidak realistis antara cats dan tigers sebagaimana yang diungkapkan oleh McArthur, karena secara fisik kucing adalah sebangsa dengan harimau ataupun sebaliknya. Dapat disimpulkan bahwa simili merupakan majas yang membandingkan sesuatu yang tidak realistis dengan menggunakan kata like atau as. Contoh: Life is like an onion Contoh kalimat di atas “Hidup itu seperti bawang” kata life dibandingkan dengan onion, karena hidup dalam hali ini life adalah hal yang sangat berbeda dengan onion atau sangat tidak realistis untuk dibandingkan. Sehingga kalimat tersebut termasuk majas simili. Penjelasan tentang beberapa majas di atas merupakan sebagian kecil dari jenis-jenis majas yang ada. Karena dalam penelitian ini penulis hanya memfokuskan pada majas metonimia, maka jenis-jenis majas selain majas metonimia hanya dijelaskan secara umum sebatas pengertian dengan beberapa contoh. 17 2.3.2 Majas Metonimia (Metonymy) Seringkali banyak orang tidak menyadari adanya sisipan berupa majas dalam setiap perbincangan maupun dalam bentuk tulisan, majas metonimia merupakan salah satu majas yang biasanya ada dan dipakai dalam bentuk tulisan, pada bagian ini penulis akan membahas hal-hal terkait pemakaian majas metonimia. 2.3.2.1 Definisi Majas Metonimia Menurut Reisigl dan Wodak (2001:57) menyatakan bahwa: “Metonymies (from the Greek: ‘renaming,’ ‘name change’) are substitutions involving two semantically (and materially or cognitively) acent fields of reference: a name of a referent replaced by the name of another referent, which semantically (abstractly or concretely) Adjoins the referent of the replaced name.” Jadi menurut teori di atas metonimia berasal dari bahasa Yunani yaitu “menamakan kembali”, “perubahan nama” yang dibentuk oleh pergeseran yang melibatkan dua semantik (secara material atau secara kognitif) yang saling berdekatan. Nama sebuah referen diganti dengan nama lain yang masih ada kaitannya. Koch (1999:140-141) berpendapat bahwa “Denominatio [i.e., ‘metonymy’] is a trope that takes its expression from near and close things and by which we can comprehend a thing that is not denominated by its proper word”. Jadi menurutnya metonimia adalah sebuah kiasan yang mengambil ekspresi dari hal-hal yang dekat dan dimana kita dapat memahami hal yang tidak tepat kata. 18 Riemer (2005:257) juga mendefinisikan metonimia yaitu “the concepts related by a metonymy can be understood as contiguous to (neighboring) each other, either conceptually or in the real world”. Jadi menurut Riemer konsepkonsep yang terkait dengan sebuah metonimia dapat dipahami sebagai kata yang memiliki kedekatan satu sama lain, baik secara konseptual maupun dalam bahasa sehari-hari. Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa, majas metonimia disebut sebagai kiasan pengganti nama yang menggunakan nama ciri atau nama hal yang ditautkan pada seseorang, barang, atau suatu hal sebagai penggantinya. Metonimia menyebutkan sesuatu dengan tidak langsung, melainkan dengan menyebutkan benda atau sesuatu yang lain yang masih ada kedekatan hubungan dengan sesuatu yang dimaksud itu. Metonimia adalah penamaan terhadap benda atau hal dengan menggunakan nama yang sudah dikenal dan tidak asing pada bahasannya tersebut. 2.3.2.2 Jenis-jenis Majas Metonimia Dikarenakan banyaknya jenis yang bisa dianalisis, penulis membatasi menjadi tujuh jenis dan urutannya berdasarkan teori yang penulis kutip dari Lakoff dan Johnson (2003:38) yang penulis bahas lebih terperinci sebagai berikut: 19 1. Sebagian mewakili keseluruhan (The Part for The Whole) - We don’t hire longhairs. Maksud dari kata Longhairs tersebut memiliki makna bahwa dalam kata tersebut tidak akan merekrut pekerja yang berambut panjang. - The Giants need a stronger arm in right field. The Giants yang merupakan sebuah klub basket NBA sedang membutuhkan pemain untuk mengisi posisi bagian kanan yang memiliki kekuatan dan permainan yang baik. 2. Pembuat mewakili karyanya (Product for Producer) - Pass me the Shakespeare on the top shelf. William Shakespeare adalah seorang penulis drama sandiwara serta sastrawan yang meliputi komedi, serta penulis puisi, beliau lahir pada tanggal 26 April 1564 di Stratford-uponAvon, Warwickshire, Inggris. sehingga penggunakan kata tersebut tersebut telah mewakili bahwa karyanyalah yang sedang diminta oleh seseorang tersebut dalam kalimat di atas. - He bought a Ford Ford adalah sebuah produsen mobil asal Amerika Serikat yang didirikan oleh Henry Ford di Dearborn, dekat Detroit, Michigan. Perusahaan ini didirikan pada 16 Juni 1903. Sehingga 20 hanya dengan menggunakan kata Ford banyak orang sudah memahami bahwa seseorang telah membeli mobil bermerek Ford. - I just bought a new Citroën Serupa dengan contoh Ford di atas, Citroën merupakan perusahaan mobil yang berdiri sejak 1919 di Prancis yang diambil dari nama pemilik perusahaan tersebut yaitu André-Gustave Citroën. Dalam contoh ini pun penggunaan namanya merujuk pada merek sebuah mobil yang terkenal di Prancis. 3. Benda mewakili penggunanya (Object used for user) - The sax has the flu today. Kata yang digarisbawahi telah mewakili benda yang digunakan oleh pemainnya, dalam hal ini saxophone merupakan alat musik, sehingga kata The sax telah mewakili orang yang memainkan alat musik tersebut. - The gun he hired wanted fifty grand. Kata gun yang dimaksud adalah seseorang yang ahli dalam menggunakan senjata, dalam kalimat di atas penggunaan kata gun telah merujuk pada seorang penembak yang menginginkan bayaran lima puluh ribu, demikian maksud kalimat di atas. 21 - We need a better glove at third base. Glove merupakan sarung tangan yang digunakan oleh seorang pemain dalam pertandingan baseball maupun softball, dengan mengatakan glove saja dapat dengan mudah diartikan maksudnya bahwa tim tersebut sedang membutuhkan seseorang yang memiliki kemampuan dalam menangkap bola dengan baik. 4. Pengawas mewakili yang diawasi (Controller For controlled) - Nixon bombed Hanoi. Nixon yang bernama asli Richard Nixon merupakan seorang presiden Amerika yang pada Desember 1972 memerintahkan pasukan tentara Amerika untuk menghancurkan kota di Vietnam yang bernama Hanoi. Nixon di atas yaitu seseorang yang mengawasi serta bertanggung jawab dalam penyerangan tersebut. - Schwarzkopf defeated Iraq. Sama seperti Nixon, kata Schwarzkopf merupakan nama seorang pemimpin tentara Amerika yang memimpin, memerintah dan mengawasi pasukannya berperang untuk mengalahkan Irak. Sehingga penggunaan nama tersebut lebih dimaksudkan pada para pasukan tentaranya dibawah mewakilinya dalam kata tersebut. pimpinan Schwarzkopf yang 22 5. Institusi mewakili penanggung jawab (Institution for people responsible) - Exxon has raised its prices again Exxon merupakan perusahaan minyak swasta dari Amerika Serikat yang bertempat di Texas, penggunaan kata Exxon dimaksud untuk mewakili petinggi dan staf dalam perusahaan tersebut yang bekerja menyusun dan menaikan harga. - The Army wants to reinstitute the draft. Kata Army merupakan majas metonimia karena dalam kalimat tersebut dimaksud untuk mewakili petinggi atau Jenderalnya, seseorang yang bertugas dan bertanggung jawab dalam sebuah intitusi pertahanan. Yang seharusnya tidak hanya menggunakan kata Army saja. 6. Tempat mewakili Institusi (The Place for The Institution) - The White House isn’t saying anything. Arti The White House di sini bukan berarti secara harfiahnya, namun lebih identik dengan tempat di mana presiden Amerika Serikat bekerja. Maka makna yang ada dalam kalimat tersebut adalah pemerintahan ataupun presiden tidak berkata apaapa. Dalam hal ini The White House memiliki kedekatan arti dengan tempat kepresidenan. 23 - Wall street is in panic. Seperti yang kita tahu bahwa Wall Street merupakan tempat perdagangan saham di Amerika. Dalam konteks tersebut contoh Wall Street is in panic, menggambarkan tentang situasi yang panik di pasar saham. - Moscow and Kiev certainly don’t agree on everything. (Griffiths 2006: 98) Moscow di sini bukan berarti sebuah kota melainkan pemerintahan Rusia, seperti yang kita tahu pemerintahan Rusia berada di Moscow, begitu juga dengan Kiev dalam arti tersebut adalah pemerintahan Ukraina. Contoh di atas merupakan majas metonimia karena penggunaan nama kota tersebut telah mewakili masing-masing pemerintahan yaitu pemerintahan Rusia dan Ukraina. Jadi arti yang sebenarnya Pemerintahan Rusia dan Ukraina tidak setuju dalam hal apapun. 7. Tempat mewakili peristiwa (The Place for The Event) - Let’s not let Thailand become another Vietnam. Pada contoh di atas, Vietnam merupakan negara yang pernah berperang dengan Amerika, sehingga dengan menggunakan kata Vietnam saja dalam konteks tersebut sudah menjelaskan maksud dari seseorang berkata atau menuliskan kata tersebut yang lebih menjelaskan apa yang pernah terjadi di negara Vietnam. 24 2.4 Surat Kabar Pada awalnya surat kabar sering kali diidentikan dengan pers. Namun, karena pengertian pers sudah semakin luas, dimana televisi dan radio sekarang ini sudah dikategorikan sebagai pers juga, maka muncul pengertian pers dalam arti luas dan sempit. Dalam pengertian pers luas pers meliputi seluruh media massa, baik cetak maupun elektronik. Sedangkan dalam arti sempit, pers hanya melipaui media massa tercetak saja, salah satunya adalah surat kabar. Menurut Kurniawan Junaidi yang dimaksud dengan surat kabar adalah : “Sebutan bagi penerbitan pers yang masuk dalam media massa tercetak berupa lembaran berisi tentang berita-berita, karangan-karangan dan iklan serta diterbitkan secara berkala, bisa harian, mingguan, bulanan serta diedarkan secara umum, isinya pun harus actual, juga harus bersifat universal, maksudnya pemberitaanya harus bersangkut-paut dengan manusia dari berbagai golongan dan kalangan” (Junaidi, 1991 : 105). Surat kabar hadir dalam berbagai bentuk yang jenisnya bergantung pada frekuensi terbit, bentuk, kelas ekonomi pembaca, peredarannya serta penekanan isinya. Sementara pengertian surat kabar menurut Onong Uchjana Effendy adalah “Lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat dengan ciri-ciri terbit secara periodik, bersifat umum, isinya termasa/actual, mengenal apa saja di seluruh dunia yang mengandung nilai-nilai untuk diketahui khalayak pembaca” (Effendy, 1993 : 241). Dari beberapa pengetian di atas, dapat disimpulkan bahwa surat kabar adalah sebuah lembaga penerbitan pers berupa lembaran cetak maupun dalam bentuk online, memuat laporan yang terjadi di masyarakat secara periodik, bersifat umum dan mengandung nilai-nilai moral, etika dan lain-lain.