MAJAS Materi Kelas X Majas adalah susunan perkataan yang terjadi karena perasaan yang timbul dalam hati penulis, sehingga menimbulkan suatu hal yang mengesankan bagi pembaca. Majas terbagi menjadi 4, yaitu: 1. 2. 3. 4. Majas perbandingan Majas penegasan Majas sindiran Majas pertentangan 1. MAJAS PERBANDINGAN Majas perbandingan adalah gaya bahasa yang berusaha membuat ungkapan dengan cara memperbandingkan suatu hal dengan hal lain. a. Personifikasi Personifikasi adalah gaya bahasa yang menganggap benda-benda tak bernyawa/bernyawa (tumbuhan & hewan) mempunyai kegiatan seperti manusia. Contoh: Angin topan mengamuk sehingga puluhan rumah penduduk Desa Suluh hancur. Kami duduk di tepi pantai sambil melihat ombak yang berkejaran. b. Metafora (perbandingan langsung) Metafora adalah gaya bahasa yang memperbandingkan sesuatu hal dengan hal lain yang memiliki sifat sama. Contoh: Dewi malam mulai memancarkan sinarnya. (bulan) Pada revolusi fisik dulu banyak pemuda gugur sebagai kusuma bangsa. (pahlawan) c. Asosiasi (perbandingan tak langsung) Asosiasi adalah gaya bahasa yang dinyatakan dengan kata bagai, seperti, laksana, bak, dan sebagainya. Contoh: Hidupnya seperti biduk kehilangan kemudi. Dia hadir laksana lilin bagi masyarakat di sana. d. Metonimia Metonimia adalah gaya bahasa yang menyamakan kata dengan sesuatu benda lain yang merupakan merk perusahaan. Contoh: Setiap hari dia pasti mengisap Djarum. Saya menulis menggunakan Pilot. e. Litotes f. g. h. i. j. Litotes adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata berlawanan arti dengan maksud merendahkan diri. Contoh: Singgahlah ke gubuk kami kalau ada waktu. Maaf, adanya hanya air kendi. Hiperbola Hiperbola adalah gaya bahasa yang menyatakan sesuatu hal secara berlebihan. Contoh: Keringatnya menganak sungai. Orang itu benar-benar mandi uang. Sinekdok Gaya bahasa ini dibedakan menjadi 2 macam, yaitu: 1. Pars pro toto Pars pro toto adalah gaya bahasa yang menyebutkan sebagian untuk seluruh. Contoh: Setiap kepala dikenakan biaya. Sudah beberapa hari ini saya tidak melihat batang hidungnya. 2. Totem pro parte Totem pro parte adalah gaya bahasa yang menyebutkan keseluruhan untuk sebagian. Contoh: Semoga Indonesia dapat memboyong kembali Piala Thomas. Kecamatan Ting-ting menjadi juara gerak jalan. Alusio Alusio adalah gaya bahasa yang memakai rangkaian peristiwa Contoh: Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 Antonomasia Antonomasi adalah gaya bahasa yang menyebutkan nama orang dengan sebutan lain yang sesuai dengan ciri atau watak orang tersebut. Contoh: Ke mana pergi si Bungsu tadi? Baju merah itu tersenyum kepadaku. Alegori Alegori adalah gaya bahasa yang dipakai dalam rangkaian tuturan secara keseluruhan. Artinya hampir semua kalimat dalam tuturan itu memakai gaya bahasa secara utuh dan padu. Contoh: Semoga Tuhan senantiasa menolong Ananda berdua dalam mengayuh biduk ini, untuk mengarungi lautan yang penuh gelombang, topan, dan badai, serta tidak sedikit batu karang. Nasib manusia tidak ada bedanya dengan roda pedati, suatu waktu ia akan jatuh, merasa sakit, dan menderita, pada saat yang lain ia akan tertawa dan berbahagia. k. Tropen Tropen adalah gaya bahasa yang mempergunakan kata-kata yang tidak masuk akal. Contoh: Kemarin Bapak Paijo terbang ke Muntilan. Selana liburan dia mengubur diri dalam kamar saja. l. Eufemisme Eufemisme adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata yang terdengar lebih sopan. Contoh: Maaf, saya mau ke belakang sebentar. Sebenarnya putra Bapak ini hanya kurang pandai saja. 2. MAJAS PENEGASAN Majas penegasan adalah gaya bahasa yang berusaha menekan pengertian suatu ata atau ungkapan. Gaya penegasan ini dapat dilakukan dengan cara mengulang sepatah kata berkali-kali dan mengulanginya dengan kata lain yang memiliki arti yang sama. a. Pleonasme Pleonasme adalah gaya bahasa yang menjelaskan sebuah kata yang sebenarnya tak perlu dijelaskan lagi karena sudah jelas pengertiannya. Contoh: Mereka mundur ke belakang. Para pelaut itu sedang mengarungi samudra luas. b. Pararelisme Majas pararelisme terbagi menjadi 2, yaitu: 1. Pararelisme anafora Pararelisme anafora adalah gaya bahasa yang menempatkan kata atau kelompok kata yang sama secara berulang-ulang di depan setiap baris puisi. Contoh: Langkah Ketujuh II Cakar bumi Cakar langit Cakar luka sendiri Cari pusat bumi ketujuh Cari pusat langit ketujuh Cari pusat perih luka ketujuh Mungkin di sana batu-batu cair Jadi danau. Reguklah Berkaca di wajahnya. ................................... 2. Pararelisme epifora Pararelisme epifora adalah gaya bahasa yang menempatkan kata atau kelompok kata yang sama secara berulang-ulang di akhir setiap baris puisi. Contoh: c. d. e. f. g. h. Bunga Bunga tumbuh mekar mewangi aroma dalam segala suasana kau dan aku Bunga dari senyum adalah luka yang redam dalam cakrawala kau dan aku Bunga dari luka adalah luka yang terpendam dalam mata kau dan aku Bunga dari duka adalah rindu yang menyelam dalam upaya kau dan aku ..................................... Tautologi Tautologi adalah gaya bahasa yang mengulang sepatah kata atau sekelompok kata dengan menggunakan sinonimnya. Contoh: Apa maksud dan tujuanmu datang ke sini sepagi ini? Ia marah dan murka kepada orang yang menyerempet motor kesayangannya. Repetisi Repetisi adalah gaya bahasa yang mengulang sepatah kata atau kelompok kata beberapa kali dalam kalimat yang berbeda. Contoh: Aldo tidak bisa menderita. Aldo tidak mau dijajah. Aldo tak sudi ditindas. Aldo harus merdeka. Mengapa harus berputus asa Aldoku? Mengapa harus berputus asa? Tak ada alasan bagi Aldo mengapa harus berputus asa. Klimaks Klimaks adalah gaya bahasa yang menyatakan beberapa hal berturut-turut makin lama makin hebat atau makin memuncak. Contoh: Rakyat di kampung, di desa, dan di kota mengibarkan Sang Merah Putih. Sejak menyebar benih, tumbuh, dan menuai dia sendiri yang mengerjakannya. Antiklimaks Antiklimaks adalah gaya bahasa yang menyatakan beberapa hal berturut-turut, makin lama makin melemah artinya. Contoh: Jangankan berdiri, duduk, bergerak pun aku tak bisa. Bukan setahun, atau sebulan, tetapi hanya seminggu. Retoris Retoris adalah gaya bahasa yang menggunakan kalimat tanya yang tidak memerlukan jawaban. Contoh: Mungkinkah Aldo pandai tanpa belajar? Siapa tak percaya bahwa Tuhan itu ada? Koreksio Koreksio adalah gaya bahasa yang berisi pembetulan terhadap apa yang diucapkan sebelumnya. Contoh: Chico sakit ingatan, eh maaf, dia sakit demam. i. j. k. l. m. Itu dia istrinya Aldo, oh bukan, dia temanku. Inversi Inversi adalah gaya bahasa yang mendahulukan predikat sebelum subjek dalam kalimat. Contoh: Kubelai rambut Aldo yang panjang. Elipsis Elipsis adalah gaya bahasa yang menghilangkan beberapa unsur kalimat. Contoh: Aku sudah memberimu modal uang, barang, bahkan waktuku bersama keluarga, tetapi hasilnya .... Antanaklasis Antanaklasis adalah gaya bahasa yang menggunakan pengulangan kata yang sama tetapi maknanya berbeda. Contoh: Pada tanggal 10 Januari 2015, gigi susu Aliya mulai tanggal. Asindenton Asidenton adalah gaya bahasa yang bersifat padat, kata, frasa, atau klausanya tidak dihubungkan dengan kata sambung. Contoh: Mencuci, memasak, merapikan rumah, memandikan anak, semua pekerjaan itu ia lakukan seorang sendiri. Polisindenton Polisindeton adalah gaya bahasa yang kata, frasa, atau klausanya dihubungkan dengan kata sambung. Mereka dapat bertukar pengalaman dan mendapat pengetahuan tentang berbagai perkembangan dan inovasi bidan ramuan bahan pangan. 3. MAJAS SINDIRAN Majas sindiran adalah gaya bahasa yang dipakai untuk menyindir orang lain, dari sindiran halus untuk bersendau gurau sampai pada sindiran kasar sebagai ungkapan perasaan tak senang. a. Ironi Dalam majas ironi dipakai kata-kata yang berlawanan dengan maksud sebenarnya. Contoh: Aduh..bagus benar tulisanmu mirip cakar ayam. Cepat benar kau pulang, ini masih jam dua malam. b. Sinisme Sinisme hampir mirip dengan ironi, tetapi kata-kata yang dipergunakan sudah terdengar kasar. Mual perutku melihat tampangmu. Lebih baik mengupah orang daripada bicara denganmu. c. Sarkasme Sarkasme adalah gaya bahasa sindiran yang paling kasar. Kata-kata yang dipakainya kadangkala kata-kata yang tidak sopan. Contoh: Mampus sajalah kau di sana nanti! Bangsat, berani benar kau menantangku! 4. MAJAS PERTENTANGAN Majas pertentangan adalah gaya bahasa yang diungkapkan dengan jalan mempertentangkan suatu hal. a. Paradoks Paradoks adalah gaya bahasa yang tampaknya mengandung pertentangan, karena objeknya memang berbeda. Contoh: Daerah ini tandus, tapi penduduknya hidup makmur. Dengan kelemahannya wanita menundukkan lelaki. b. Kontradiksi in Termesis Kontradiksi in terminis adalah gaya bahasa yang berisi ungkapan yang bertentangan dengan apa yang disebutkan sebelumnya. Contoh: Tahun ini semua anaknya naik kelas, kecuali si Bungsu. Malam itu hening sekali, hanya gonggong anjing terdengar di kejauhan. c. Antitesis Antitesis adalah gaya bahasa yang mengadung paduan kata yang berlawanan. Contoh: Gagal atau berhasil, kalah-menang, itu sudah merupakan hukum dalam hidup di dunia ini. Tua-muda, besar-kecil, lelaki-perempuan, berkumpul di tanah lapang itu. d. Anakronisme Anakhronisme adalah ungkapan yang bertentangan dengan sejarah karena kurang cermatnya pengarang. Contoh: Bila seorang pengarang menceritakan keadaan tahun 1950. Karena kurang cermat tiba-tiba ada tokoh dalam tulisannya itu yang mengendarai colt ketika bepergian.