FAKTOR YANG MELATAR BELAKANGI KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR DI RSUD JOMBANG Mutrofin Nafidah NIM. 1112010071 Subject: prematur, usia ibu, jumlah anak, jarak persalinan, riwayat penyakit DESCRIPTION Kelahiran prematur yaitu bayi lahir hidup dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu. Kelahiran prematur menjadi penyebab morbiditas dan mortalitas perinatal. Tujuan penelitian Mengetahui Faktor yang melatar belakangi kejadian persalinan prematur di RSUD Jombang Penelitian ini merupakan penelitian desriptif dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah studi kasuss, variabel dalam peneltian ini adalah faktor yang melatar belakangi kejadian persalinan prematur populasi dan sampel adalah semua ibu bersalin prematur di ruang Ponek RSUD Jombang bulan Maret 2014 Maret 2015 sebanyak 48 orang. Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah nonprobability sampling dengan jenis total sampling alat ukur menggunakan cheklis. Analisa data menggunakan editing, cooding, skoring, tabulating dan prosentase distribusi frekuensi Berdasarkanhasil penelitian diperoleh hasil bahwa hampir setengah responden memiliki umur 20-35 tahun sebanyak 23 responden (47,9%), Setengah responden memiliki jumlah anak satu sebanyak 22 responden (48,8%), Hampir setengah responden merupakan persalinan pertama sebanyak 22 responden (45,8%) dan hampir setengah responden tidak memiliki riwayat penyakit sebanyak 20 responden (41,7%) Dilihat dari hasil penelitian, faktor yang paling dominan melatar belakangi persalinan prematur di RSUD Jombang adalah responden yang memiliki jumlah anak satu sebanyak 22 responden (48,8%). Diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan yang maksimal terhadap kasus prematuritas sehingga dapat mengurangi angka kematian bayi dan mencegah terjadinya komplikasi yang lebih lanjut yang terjadi pada bayi yang lahir secara prematur ABSTRACT Premature births are infants born alive with gestational age less than 37 weeks, become the cause of perinatal morbidity and mortality. The purpose of study was to know the predisposed factors of preterm parturition in RSUD Jombang. In this study, the researcher used desriptive study design variable in this research was the predisposed factors of preterm parturition incidence. While the study design used a case study sample and population was all inpartu mothers prematurely in PONEK room of RSUD Jombang in March 2014 - March 2015 as many as 48 people. Sampling technique in this research was Non Probability Sampling with the type of total sampling instruments used cheklist. Analysis of data using the editing, cooding, scoring, tabulating and precentage frequency distribution Based on the research results obtained that almost half of respondents aged 20-35 years as many as 23 people (47.9%), half of the respondents had one child as many as 22 respondents (48.8%), almost half the respondents still had a birth spacingas many as 22 respondents (45.8%) and almost half of the respondents did not have a history of the disease by 20 respondents (41.7%. Seen from the results of the research, the most dominant factor behind premature labor in RSUD Jombang are respondents who have children of the total number of 22 respondents (48,8%). It is expected ther hospital can provide the maximum service to prematurity case so that it can reduce infant mortality and prevent further complications that occur in infants who are born prematurely Keywords: premature, maternal age, number of children, birth spacing, history of disease Counstributor : 1. Sri Wardini, SST., M. Kes 2. Wiwit S, SST., S.KM Date : 13 Juni 2015 Type Material : LaporanPenelitian Identifier : Right : Open Document Summary : LATAR BELAKANG Kelahiran prematur yaitu bayi lahir hidup dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu. Kelahiran prematur menjadi penyebab morbiditas dan mortalitas perinatal. Bayi yang lahir prematur memiliki risiko kematian yang lebih tinggi, risiko penyakit, disabilitas dalam hal motorik jangka panjang, kognitif, visual, pendengaran, sikap, emosi sosial, kesehatan, dan masalah pertumbuhan jika dibandingkan dengan bayi normal (Zhang et al., 2012). Kejadian partus prematur yang terjadi pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu meningkatkan angka kematian bayi. Sampai saat ini mortalitas dan morbiditas bayi prematur masih sangat tinggi. Persalinan prematur yang terjadi akan melahirkan bayi yang mempunyai ketidak matangan sistem organ tubuh seperti paru -paru, jantung, ginjal, hati, dan sistem pencernaan. Hal ini berakibat buruk untuk kelangsungan hidup bayi (Wijayanti, 2014). Berdasarkan hasil penelitian oleh Ariyana (2013) di wilayah kerja Puskesmas Toro Kabupaten Madiun diketahui dari 26 persalinan prematur (kasus) terdapat 16 (61,5%) ibu bersalin ada riwayat prematur sebelumnya dan 10 (38,5%) ibu bersalin tidak ada riwayat prematur sebelumnya,sedangkan dari 26 persalinan normal (kontrol) terdapat 9 (34,6%) ibu bersalin ada riwayat premature sebelumnya dan 17 (65,4%). Data RSUD Jombang berdasarkan Rekam Medik tahun 2013-2014 Jumlah bayi lahir prematur 239 bayi sedangkan jumlah persalinan dengan ketuban pecah dini sebanyak 143 orang. Berdasarkan studi pendahuluan tanggal 18 Maret 2015 dengan melihat rekam medik RSUD Jombang mulai bulan Maret 2014 - Maret 2015 Jumlah persalinan yang ada sebanyak 338 persalinan sedang data pada bulan Februari 2015 jumlah persalinan prematur sebanyak 48 orang. Penyebab partus prematur masih sulit ditentukan, akan tetapi tampaknya mempunyai hubungan dengan status medis dan status sosial diantaranya kemiskinan, malnutrisi, ketergantungan obat, penyakit menular seksual, perokok dan kehamilan pada usia muda (Yuli, 2010). Selain itu, paritas juga merupakan faktor penyebab terjadinya partus prematur (Agustinafi, 2012). Tahun 2011 Indonesia memiliki kejadian partus prematur sekitar 19% dimana 20% dari kelahiran tersebut disebabkan oleh faktor paritas. Wanita yang telah melahirkan lebih dari tiga kali mempunyai risiko 4 kali lebih besar mengalami partus prematur bila dibandingkan dengan wanita yang paritasnya kurang dari 3 (Agustinafi, 2012). Pelayanan antenatal adalah pemeriksaan kehamilan yang harus diikuti oleh ibu hamil dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan dan bertujuan untuk menjaga ibu hamil agar dapat melalui masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat, serta menghasilkan bayi yang sehat (Irawati, 2014). METODOLOGI Penelitian ini, merupakan penelitian desriptif dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah studi kasuss variabel dalam peneltian ini adalah faktor yang melatar belakangi kejadian persalinan prematur populasi dan sampel adalah semua ibu bersalin prematur di ruang Ponek RSUD Jombang bulan Maret 2014 Maret 2015 sebanyak 48 orang. Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah nonprobability sampling dengan jenis total sampling alat ukur menggunakan cheklis. Analisa data menggunakan editing, cooding, skoring, tabulating dan prosentase distribusi frekuensi HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa hampir setengah responden memiliki umur 20-35 tahun sebanyak 23 responden (47,9%), Setengah responden memiliki jumlah anak satu sebanyak 22 responden (48,8%), Hampir setengah responden merupakan persalinan pertama sebanyak 22 responden (45,8%) dan hampir setengah responden tidak memiliki riwayat penyakit sebanyak 20 responden (41,7%) Hasil penelitian menunjukan bahwa hampir setengah responden memiliki umur 20-35 tahun sebanyak 23 responden (47,9%). Usia yang dipandang memiliki risiko saat melahirkan adalah di bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun. Sedangkan antara 20-35 tahun dari segi usia risiko melahirkannya pertama kali. Untuk yang usia di bawah 20 tahun, risiko kehamilannya karena alat-alat atau organ reproduksinya belum siap untuk menerima kehamilan dan melahirkan. Alat-alat reproduksi yang belum siap itu antara lain organ luar seperti liang vagina, bibir kemaluan, muara saluran kencing dan perinium (batas antara liang vagina dan anus) tidak siap untuk bekerja mendukung persalinan. Begitu pula halnya dengan organ dalam seperti rahim, saluran rahim dan indung telur. Wanita muda yang umurnya di bawah 20 tahun terhitung masih dalam proses pertumbuhan. Memang mereka sudah mendapatkan haid (menstruasi), namun sebenarnya bukan berarti organ reproduksinya sudah matang seratus persen. Sedangkan untuk wanita dewasa berusia lebih dari 35 tahun ke atas, kondisi organ-organ reproduksinya berbanding terbalik dengan yang di bawah 20 tahun. Pada usia itu wanita mulai mengalami proses penuaan. Dengan kondisi seperti itu maka terjadi regresi atau kemunduran dimana alat reproduksi tidak sebagus layaknya normal, sehingga sangat berpengaruh pada penerimaan kehamilan dan proses melahirkan. Selain berpengaruh pada penerimaan kehamilan dan proses melahirkan, kehamilan pada usia kurang dari 20 tahun dan di atas 35 tahun juga berisiko untuk melahirkan bayi prematur (Nugraha, 2014). Responden yang mengalami persalinan prematur dengan usia <20 tahun atau >35 tahun memang merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya kelahiran prematur. Hal ini dikarenakan pada usia <20 tahun sistem reproduksinya tidak siap dalam menerima kehamilan dan pada usia >35 tahun fungsi dari alat reproduksi sudah menurun sehingga akan mempengaruhi kehamilannya. Sedangkan kejadian partus prematur pada ibu dengan usia reproduksi sehat juga dipengaruhi oleh berbagai faktor lain yang mempengaruhi seperti faktor idiopatik yang apabila penyebab partus prematur tidak dapat diterangkan, faktor Iatrogenik yang apabila kelangsungan kehamilan dapat membahayakan janin ataupun ibu sehingga menyebabkan persalinan prematur buatan, kemudian faktor sosio demografik seperti kecemasan, stress, pekerjaan ibu, perilaku ibu, ataupun kondisi sosio ekonomi, serta faktor maternal seperti inkompetensi serviks, pernah mengalami partus prematur, interval kehamilan, kehamilan multijanin, ataupun karena infeksi. Ketidak siapan mental < 20 tahun kerap kali menyebabkan ketidak matangan fisik ataupun psikologis rentanya alat reprodiksi menyebabkan persalinan prematur, sedang pada > 35 tahun biasanya cenderung risiko tinggi dikarenakan penurunan kondisi fisik ataupun psikologis sehingga sering kali menyebabkan masalah adalah dalam persalinan dan kehamilan Hasil penelitian menunjukan bahwa setengah responden memiliki jumlah anak satu sebanyak 22 responden (48,8%) Krisnadi (2009) menyatakan bahwa penyebab partus prematur antara lain karena faktor maternal yang salah satunya adalah faktor paritas hal ini juga tidak sesuai dengan buku kesehatan masnyarakat (ilmu dan seni) Notoadmojo S, (2007) yang menyatakan bahwa terdapat kecenderungan kesehatan ibu yang berparitas rendah lebih baik dari yang berparitas tinggi. Jumlah paritas ibu merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya kelahiran prematur karena jumlah paritas dapat mempengaruhi keadaan kesehatan ibu dalam kehamilan (Nurdiana, 2008). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Agustina tahun 2006 menyatakan bahwa paritas dengan kejadian partus prematur mempunyai hubungan yang bermakna dengan signifikansi (p=0,000), dimana pada wanita yang paritasnya lebih dari 3 ada kecenderungan mempunyai risiko sebesar 4 kali lebih besar untuk melahirkan bayi prematur bila dibandingkan dengan wanita yang paritasnya kurang dari 3. Kejadian partus prematur yang terjadi pada paritas tidak berisiko juga dipengaruhi oleh berbagai faktor lain yang mempengaruhi seperti faktor idiopatik yang apabila penyebab partus prematur tidak dapat diterangkan, faktor Iatrogenik yang apabila kelangsungan kehamilan dapat membahayakan janin ataupun ibu sehingga menyebabkan persalinan prematur buatan, kemudian faktor sosio demografik seperti kecemasan, stress, pekerjaan ibu, perilaku ibu, ataupun kondisi sosio ekonomi, serta faktor maternal seperti inkompetensi serviks, pernah mengalami partus prematur, interval kehamilan, kehamilan multijanin, ataupun karena infeksi. Pada paritas ketidak siapan rahim pada kelahiran berikutnya menyebabkan ibu mengalami partus prematur atau pun abortus. Hasil penelitian menunjukan bahwa hampir setengah responden merupakan persalinan pertama sebanyak 22 responden (45,8%) dan sebagian kecil memiliki jarak persalinan < 1 tahun sebanyak 12 rsponden (25,0%). Jarak persalinan yang terlalu dekat yaitu kurang dari 24 bulan merupakan jarak persalinan yang berisiko tinggi sewaktu melahirkan (Tukiran, 2008). Pada wanita yang melahirkan anak dengan jarak yang sangat berdekatan (di bawah dua tahun), akan mengalami peningkatan risiko terhadap terjadinya perdarahan pada trimester ke tiga, termasuk karena alasan plasenta previa, anemia atau kurang darah, ketuban pecah awal, endometriosis masa nifas serta yang terburuk yakni kematian saat melahirkan (Dian, 2010). Selain itu wanita yang hamil dengan jarak terlalu dekat berisiko tinggi mengalami komplikasi di antaranya kelahiran prematur, bayi dengan berat badan rendah, bahkan bayi lahir mati. Meningkatnya risiko ini tidak berkaitan dengan faktor risiko lain, seperti komplikasi pada kehamilan pertama, usia ibu waktu melahirkan, dan status ekonomi ibu. jarak kehamilan terlalu dekat menyebabkan ibu punya waktu yang terlalu singkat untuk memulihkan kondisi rahimnya. Setelah rahim kembali ke kondisi semula, barulah merencanakan punya anak lagi. Menurt studi oleh Society for Maternal-Fetal Medicine di San Diego, menyatakan bahwa jarak waktu melahirkan dengan waktu konsepsi kehamilan berikutnya memiliki dampak yang kuat pada risiko kelahiran prematur dan bayi lahir dengan berat rendah. Kelahiran prematur adalah penyebab paling umum komplikasi bayi baru lahir di negara-negara maju. Faktor risiko utama kelahiran prematur, menurut studi ini adalah kelahiran prematur sebelumnya. Selain itu, jarak yang pendek antara melahirkan dan kehamilan berikutnya juga kemungkinan mempengaruhi risiko kelahiran prematur. Hasil penelitian menunjukan bahwa hampir setengah responden tidak memiliki riwayat penyakit sebanyak 20 responden (41,7%). Riwayat obstetrik seorang ibu yang melahirkan akan berpengaruh pada kehamilan berikutnya dimana seorang wanita yang pernah melahirkan bayi prematur, memiliki risiko yang lebih tinggi untuk melahirkan bayi prematur pada kehamilan berikutnya. Seorang wanita yang pernah melahirkan bayi dengan berat badan kurang dari 1,5 kg, memiliki risiko sebesar 50% untuk melahirkan bayi prematur pada kehamilan berikutnya. Seorang wanita yang 3 kali berturut-turut mengalami keguguran pada trimester pertama, memiliki risiko sebesar 35% untuk mengalami keguguran lagi. keguguran juga lebih mungkin terjadi pada wanita yang pernah melahirkan bayi yang sudah meninggal pada usia kehamilan 4-8 minggu atau pernah melahirkan bayi prematur. Diabetes mellitus (penyakit gula) merupakan kelainan herediter dengan ciri insufiensi atau absennya insulin dalam sirkulasi darah, konsentrasi gula darah tinggi, dan berkurangnya glikogenesis. Penyakit ini akan menyebabkan perubahan - perubahan metabolik dan hormonal pada penderita yang juga dipengaruhi oleh kehamilan, sebaliknya diabetes akan mempengaruhi kehamilan dan persalinan (Mochtar, 2010). Sekitar 40-60% ibu yang mengalami diabetes mellitus pada kehamilan dapat berlanjut mengidap diabetes mellitus setelah persalinan. Karena itu disarankan agar setelah persalinan pemeriksaan gula darah di ulang secara berkala misalnya setiap enam bulan sekali. Komplikasi pada ibu dan bayi pada penderita diabetes akan meningkat karena adanya perubahan metabolik. Bila kadar gula darah ibu tidak terkendali, maka akan terjadi keadaan gula darah ibu hamil yang tinggi (hiperglikemia) yang dapat menimbulkan risiko pada ibu hamil tersebut dan janin yang dikandungnya. Risiko pada janin dapat terjadi pertumbuhan janin yang terhambat, oleh karena timbul kelainan pada pembuluh darah ibu dan perubahan metabolik selama masa kehamilan. Sebaliknya dapat pula terjadi makrosomia yaitu bayi pada waktu lahir besar akibat penumpukkan lemak di bawah kulit. Juga pernah dilaporkan terjadinya cacat bawaan karena diabetes mellitus yang tidak diobati pada waktu kehamilan serta juga dapat terjadi kelainan neurologik dan psikologik di kemudian hari dan bahkan dapat terjadi kematian janin di dalam kandungan. Risiko lain adalah meningkatnya kadar bilirubin bayi serta sindroma gangguan nafas dan kelainan jantung. Pada ibu hamil dengan diabetes mellitus yang tidak diobati juga dapat menimbulkan risiko terjadinya penyulit pada kehamilan berupa preeklampsia, lahir prematur, kelainan letak pada janin, cairan ketuban yang berlebihan (hidramnion) dan infeksi pada saluran kemih. Pre eklamsi adalah tekanan darah 140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu disertai dengan protein uria ≥ 300 mg/24 jam atau pemeriksaan dengan dipstick ≥ 1 + (Roeshadi, 2006). Pre eklamsi terjadi pada 5% kehamilan dan lebih sering ditemukan pada kehamilan pertama dan pada wanita yang sebelumnya menderita tekanan darah tinggi atau penyakit pembuluh darah. Bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita pre eklamsi, 4-5 kali lebih rentan terhadap kelainan yang timbul segera setelah lahir. Bayi yang dilahirkan juga mungkin kecil karena adanya kelainan fungsi plasenta atau karena lahir prematur Kehamilan yang disertai penyakit jantung selalu saling mempengaruhi karena kehamilan memberatkan penyakit jantung dan penyakit jantung dapat pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Jantung yang normal dapat menyesuaikan diri terhadap segala perubahan sistem jantung dan pembuluh darah yang disebabkan oleh kehamilan, yaitu dorongan diafragma oleh besarnya hamil sehingga dapat mengubah posisi jantung dan pembuluh darah dan terjadi perubahan dari kerja jantung. Pada kehamilan terdapat peningkatan denyut jantung ibu untuk mengimbangi pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim sekitar 10 denyut setiap menit sehingga selama hamil akan terjadi peningkatan sebanyak 41.172.000 denyutan. Bagi jantung yang normal, peningkatan tersebut dapat diimbangi sehingga tidak mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Pada penyakit jantung yang disertai kehamilan, pertambahan denyut jantung dapat menguras cadangan kekuatan jantung sehingga terjadi keadaan payah jantung. Akibatnya dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim sehingga dapat menyebabkan terjadinya keguguran, persalinan prematur atau berat badan lahir rendah, kematian perinatal dan pertumbuhan dan perkembangan bayi mengalami hambatan intelegensia atau fisik. Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi. Wanita memerlukan zat besi lebih tinggi dari laki laki karena terjadi menstruasi dengan perdarahan sebanyak 50 sampai 80 cc setiap bulan dan kehilangan zat besi sebesar 30 sampai 40 miligram. Disamping itu kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Semakin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan akan makin banyak kehilangan zat besi dan menjadi makin anemis. Pengaruh anemia pada masa kehamilan terutama pada janin dapat mengurangi kemampuan metabolisme tubuh ibu sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, akibatnya dapat terjadi abortus, kematian intrauterine, persalinan prematur, berat badan lahir rendah, kelahiran dengan anemia, terjadi cacat bawaan, bayi mudah mendapat infeksi dan intelegensi rendah. Berdasarkan hasil penelitian Dekker dkk, pada tahun 2012 di Australia ditemukan pada 3184 wanita yang melahirkan secara prematur disebabkan oleh pendeknya saluran servik, perawakan yang pendek, responden bukan anak sulung dari keluarga, kesulitan untuk hamil, tidak terbangun di malam hari, terapi hormon kesuburan (selain clomiphene), hipertensi ringan, riwayat keluarga menderita diabetes gestasional, dan riwayat keluarga dengan keguguran. Dari hasil penelitian di dapatkan jumlah dan jarak persalinan yang terlalu dekat dapat menyebebkan kelahiran prematur. Hal ini diakibatkan ketidaksiapan reproduksi ibu untuk bereproduksi kembali pada anak berikutnya, yang terkadang bayi lahir prematur, disamping itu riwayat obstetrik seorang ibu yang melahirkan akan berpengaruh pada kehamilan berikutnya dimana seorang wanita yang pernah melahirkan bayi prematur, memiliki risiko yang lebih tinggi untuk melahirkan bayi prematur SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa hampir setengah responden memiliki umur 20-35 tahun sebanyak 23 responden (47,9%), Setengah responden memiliki jumlah anak satu sebanyak 22 responden (48,8%), Hampir setengah responden merupakan persalinan pertama sebanyak 22 responden (45,8%) dan hampir setengah responden tidak memiliki riwayat penyakit sebanyak 20 responden (41,7%) REKOMENDASI Diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan yang maksimal terhadap kasus prematuritas sehingga dapat mengurangi angka kematian bayi dan mencegah terjadinya komplikasi yang lebih lanjut yang terjadi pada bayi yang lahir secara premature Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian tentang partus prematur dengan variabel yang berbeda seperti dari faktor maternal, faktor sosio demografik Diharapkan dari hasil penelitian ini tenaga kesehatan (bidan) tetap aktif dalam memberikan penyuluhan dan bimbingan serta motivasi pada Ibu dengan bayli prematur sehingga ibu dapat melakukan perawatan bayi prematur dengan tepat Diharapkan dari hasil penelitian ini responden dapat melaksanakan teknik perawatan bayi prematur sehingga bayi prematur dapat tumbuh seseui dengan usianya ALAMAT KORESPONDENSI Alamat : Jl. Panorama RT 18 RW 01 / 09, Gogagoman Kotamobagu Barat Sulawesi Utara. E-mail : [email protected] No HP : 087702702525