etos kerja masyarakat betawi dalam meningkatkan

advertisement
ETOS KERJA MASYARAKAT BETAWI DALAM
MENINGKATKAN STATUS SOSIAL EKONOMI DI
KELURAHAN PONDOK CABE UDIK
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial
Oleh
Nadia Annisa
NIM 1110015000128
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2015
ABSTRAK
NADIA ANNISA S. NIM. 1110015000128. Etos Kerja Masyarakat Betawi
dalam Meningkatkan Status Sosial Ekonomi di Kelurahan Pondok Cabe
Udik. Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2014.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana etos kerja
masyarakat Betawi di kelurahan Pondok Cabe Udik dalam meningkatkan status
sosial ekonomi demi kelangsungan hidup sehari-hari. Penelitian ini ditinjau dari
teori etos kerja Max Weber. Penelitian ini dilakukan di daerah Pondok Cabe Udik
Pamulang Kota Tangerang Selatan tepatnya di Jalan Kemiri RT 003/RW 003.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Teknik pengambilan sampel yaitu dengan Purposive
Sampling. Dari 80 kartu keluarga Betawi, peneliti mengambil 10 responden
terpilih yang berada dalam usia produktif kerja yang berbeda usia, berbeda latar
belakang pendidikan, dan berbeda pekerjaan. Instrumen penelitian yang
digunakan adalah wawancara. Pemeriksaan dan pengecekan data dalam menguji
kredibilitas dan keabsahan penelitian menggunakan triangulasi teknik, yaitu
dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda seperti,
wawancara, observasi, dan dokumentasi untuk mendapatkan data dari sumber
yang sama.
Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini adalah etos kerja masyarakat
Betawi berbanding lurus dengan hasil mereka dalam meningkatkan status sosial
ekonomi. Segala bentuk usaha dan kerja keras yang telah mereka capai
membuahkan hasil yang baik sehingga dapat membuat mereka bertahan di
daerahnya sendiri. Meskipun kesadaran dalam pendidikan masih rendah tetapi
mereka bisa membuktikan semangatnya untuk terus mengembangkan potensi diri
lewat keahlian dan keterampilan yang mereka miliki. Mereka pun tak luput dari
sikap tekun, jujur, tepat waktu, giat, dan pantang menyerah sebagai wujud
tanggung jawab mereka terhadap pekerjannya masing-masing. Kesimpulan dalam
penelitian ini adalah terdapat hubungan yang positif tentang etos kerja masyarakat
Betawi dalam usahanya untuk meningkatkan status sosial ekonomi.
Kata kunci: Etos Kerja, Masyarakat Betawi, Status Sosial Ekonomi.
i
ABSTRACT
NADIA ANNISA S. NIM. 1110015000128. The Work Ethic of Betawi
Community in Improving Socio-Economic Status in Pondok Cabe Udik Urban
Village. Department of Social Sciences Education (IPS), Faculty of Tarbiyah
and Teachers Training, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta.
2014.
This research is aimed to determine how the work ethic of Betawi people
in Pondok Cabe Udik villages in improving the socio-economic status for daily
survival. This study is based on the theory of Max Weber's work ethic. This
research was conducted at Kemiri Street RT 003 / RW 003, which is located in
Pondok Cabe Udik, Pamulang, South Tangerang City.
The method used in this research is descriptive method with qualitative
approach. The sampling technique is the Purposive Sampling. From 80 Betawi
family cards, the researcher took 10 selected respondents who are in the
productive age for work from different ages, different educational backgrounds,
and different jobs. The research instrument used was the interview. Inspection
and checking of data in examining the credibility and validity of the research
using triangulation techniques, using different data collection techniques such as,
interview, observation, and documentation to get the data from the same source.
The result found in this research is the work ethic of the Betawi community
is directly proportional to their results in improving the socio-economic status. All
forms of effort and hard work which they have achieved made good results, so it
hasmade them survive in their own areas. Although awareness in education is still
low, but they could prove their spirit to develop their self-potential through the
expertise and skills they possess. They were not spared from being honest, in time,
and unyielding as forms of their responsibilities to each of their jobs. The
conclusion of this research is that there is a positive relationship of work ethic on
Betawi people in their efforts to improve the socio-economic status.
Key words: Work Ethic, Betawi Community, Socio-Economic Status.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat kepada Allah SWT, yang
telah
melimpahkan
rahmat
dan
karunia-Nya.
Sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Etos Kerja Masyarakat Betawi dalam
Meningkatkan Status Sosial Ekonomi di Kelurahan Pondok Cabe Udik”.
Shalawat serta salam tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga dan
sahabatnya. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Dalam proses penyusunan skripsi, penulis banyak mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak, baik berupa dorongan moril dan materil. Karena penulis
yakin tanpa bantuan dan dukungan tersebut, sulit rasanya bagi penulis untuk
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Maka penulis mengucapkan rasa syukur dan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.
Allah SWT, atas segala nikmat dan karunia-Nya yang tak terhingga,
Alhamdulillahirabbilalamin.
2.
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Ibu Nurlena Rifa’i, M.A., Ph.D. serta para pembantu dekan Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Ketua Jurusan Pendidikan IPS, Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd. dan
Sekretaris Jurusan Pendidikan IPS, Bapak Drs. Syaripulloh, M.Si. berserta
seluruh staf Jurusan Pendidikan IPS yang telah mendukung.
4.
Dosen Pembimbing Skripsi, yaitu Ibu Dr. Ulfah Fajarini, M.Si. dan Ibu Cut
Dhien Nourwahida, M.A. yang tulus ikhlas memberikan bimbingan, bantuan,
saran, pengarahan, waktu, serta motivasinya kepada penulis sehingga dapat
menyeselesaikan skripsi ini dengan baik.
iii
5.
Bapak dan Ibu dosen Jurusan Pendidikan IPS yang senantiasa memberikan
ilmu serta mengajarkan arti pendidikan dalam kehidupan dunia dan akhirat,
semoga Bapak dan Ibu dosen selalu dalam rahmat dan lindungan Allah SWT.
Sehingga ilmu yang telah diajarkan dapat bermanfaat dikemudian hari.
6.
Kedua orang tua tercinta, Bapak August Setiadjie dan Ibu Teti Sunarsih, yang
telah membesarkan, membimbing dengan penuh kesabaran dan kasih sayang
yang tak terhingga. Serta kakak-kakak, adik, dan keponakan-keponakan
(Bintang, Angkasa, Anjani) yang selalu menghibur, memberikan semangat,
do’a dan motivasi kepada penulis.
7.
Seluruh keluarga besar Slamet Riyadi dan Soedirdjo yang senantiasa
memberikan do’a bagi penulis.
8.
Staf Pemerintahan Kelurahan Pondok Cabe Udik, Bapak RW 003, Bapak RT
003, dan seluruh masyarakat Betawi RT/RW 003/003 yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk menjadi responden dalam penelitian ini.
9.
Teman
Seperjuangan,
kelas
Sosiologi-Antropologi
angkatan
2010
terimakasih untuk semua kenangan manis yang kalian berikan, karena kita
bukan hanya sebatas teman atau sahabat melainkan sudah menjadi keluarga.
10. Teman satu angkatan 2010 Jurusan Pendidikan IPS dari kelas Geografi dan
Ekonomi yang selalu memberikan semangat.
11. Sahabat penulis, Ninna Aristyaningsih, Putri Chelia, M. Rizki Awaluddin,
Muhriah, Risyda Azizah yang saling memberikan semangat serta selalu ada
setiap waktu disaat suka maupun duka.
12. Ikhsan Kamil, S.E. pria yang selalu setia menemani, sabar untuk menghadapi
segala keluh kesah, dan tak pernah lelah untuk memberikan doa serta
semangat kepada penulis.
13. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang khususnya
telah membantu terwujudnya penelitian skripsi ini.
Penulis berharap semoga amal baik dari semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasan pahala
dan rahmat dari Allah SWT. Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan
iv
semua urusan dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak,
khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya dalam pengembangan
ilmu pengetahuan, semoga Allah SWT meridhoi dan mencatat sebagai ibadah
disisi-Nya, aamiin.
Alhamdulillahirabbilalamin
Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Jakarta, 01 Desember 2014
Nadia Annisa
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
ABSTRAK ...................................................................................................... i
ABSTRACT ...................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... x
BAB I:
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Fokus Penelitian ...................................................................... 5
C. Ruang Lingkup ........................................................................ 5
D. Perumusan Masalah ................................................................ 5
E. Tujuan Penelitian .................................................................... 5
F. Manfaat Penelitian .................................................................. 5
BAB II:
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teoritis Etos Kerja .................................................. 7
1. Pengertian Etos Kerja ........................................................ 7
2. Prinsip Etos Kerja ............................................................. 9
3. Konsep Etos Kerja ............................................................. 13
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Etos Kerja ................. 14
B. Deskripsi Teoritis Masyarakat Betawi .................................... 16
vi
1. Pengertian Masyarakat ...................................................... 16
2. Masyarakat Betawi ............................................................ 18
C. Deskripsi Teoritis Status Sosial Ekonomi ............................... 23
1. Pengertian Status Sosial .................................................... 23
2. Pengertian Status Sosial Ekonomi .................................... 25
3. Kebutuhan Manusia .......................................................... 27
D. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................. 29
E. Sinopsis .................................................................................... 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 33
B. Metode Penelitian .................................................................... 33
C. Populasi dan Sampel ............................................................... 34
1. Populasi ............................................................................. 34
2. Sampel ............................................................................... 35
D. Teknik Penentuan Sampel ....................................................... 35
E. Teknik dan Instrumen Penelitian ............................................ 36
F. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 37
G. Teknik Pengecekan Keabsahan Data ...................................... 40
H. Teknik Analisis Data ............................................................... 41
I. Refleksi Penelitian .................................................................. 41
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Daerah Penelitian ....................................................... 44
1. Sejarah Singkat Pondok Cabe Udik ..................................... 44
2. Kondisi Geografis dan Demografis ...................................... 46
3. Kondisi Ekonomi dan Sosial Budaya ................................... 47
B. Deskripsi Data ............................................................................ 50
vii
C. Deskripsi Masyarakat Betawi Pondok Cabe Udik ..................... 52
D. Analisis Hasil Penelitian ............................................................ 72
1. Etos Kerja Masyarakat Betawi Pondok Cabe Udik ............. 72
2. Upaya Masyarakat Betawi dalam Meningkatkan
Status Sosial Ekonomi .......................................................... 77
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 88
B. Saran .......................................................................................... 89
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 91
LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara menyeluruh, nilai kerja merupakan hak istimewa bagi
manusia. Kerja adalah gambaran eksistensi seseorang. Melalui kerja
martabat seseorang itu ditentukan. Setiap aktivitas kerja manusia niscaya
memberikan dukungan bagi pengarahan akal budi. Di sini posisi kerja itu
memberi sumbangan bagi tanggung jawab moral dan martabat manusia.
Selain itu pola pertumbuhan kebudayaan dalam suatu masyarakat
tidak terlepas dari kemampuan yang dimiliki setiap orang. Perbedaan
dalam bakat dan kecenderungan-kecenderungan manusia, menghantar
kepada suatu keanekaragaman profesi. Keanekaragaman ini akhirnya
memberi warna tersendiri yang membawa ke perbedaan kelas-kelas dalam
masyarakat.
Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam
meningkatkan pembangunan. Sumber daya manusia menjadi alat aktif
dalam pengelolaan sumber daya alam. Etos kerja merupakan semangat
kerja yang dimiliki manusia sebagai makhluk hidup untuk mampu bekerja
lebih baik guna memperoleh nilai hidup mereka. Etos kerja menentukan
penilaian manusia yang diwujudkan dalam suatu pekerjaan. Secara umum
etos kerja bangsa Indonesia masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat
dalam hal ketidaktepatan mereka terhadap waktu. Sering kali terjadi
keterlambatan memulai suatu acara, keterlambatan jam masuk kerja,
keterlambatan
jadwal
pemberangkaran
alat
transportasi
atau
keterlambatan-keterlambatan lain yang disebabkan oleh tidak disiplinnya
sumber daya manusia di Indonesia terhadap waktu.
Selain itu, realitas sosial budaya orang Betawi yang kurang
menguntungkan di tanahnya sendiri, ditengah lajunya arus modernisasi.
Seiring semakin kentalnya proses urbanisasi kota Jakarta, baik secara fisik
1
2
maupun nonfisik, eksistensi orang Betawi di tempat asalnya sendiri
mengindikasikan kondisi ketidakmampuan mereka dalam mengantisipasi
serta mengakomodasi perkembangan Jakarta yang semakin pesat.
Secara faktual ada beberapa indikator yang bisa menguatkan
pendapat di atas, antara lain semakin berkurangnya lahan tanah yang
dimiliki orang Betawi baik karena dijual maupun terkena penggusuran
oleh pemerintah dan swasta. Tersingkirnya sebagian dari mereka dari
tanah asal ke daerah pinggiran kota Bodetabek (Bogor, Depok, Tangerang,
Bekasi) sebagai konsekuensi logis dari fenomena pertama, dan
tenggelamnya etnis Betawi dalam kancah kompetisi dibidang ekonomi
perdagangan dan bisnis. Dalam kompetisi dibidang tersebut secara
transparan justru banyak didominasi oleh etnis lain yang sesungguhnya
adalah pendatang di Jakarta dan sekitarnya. Mengenai profesionalisme dan
keterampilan memang orang Betawi tertinggal jauh dengan masyarakat
pendatang yang lebih struggle dalam bertarung untuk kehidupan di
perantauan mereka. Sedangkan orang Betawi cenderung santai menikmati
harta warisan yang mereka dapatkan dari nenek atau kakeknya saja dalam
bentuk sebidang tanah atau kebun-kebun.
Sementara itu di masyarakat Jakarta sendiri berkembang stereotip
tertentu tentang orang Betawi yang sering dikaitkan dengan keberadaan
orang Betawi sekarang ini. Stereotip itu antara lain, yaitu orang Betawi itu
etos kerjanya rendah, santai, dan malas. Sebaliknya, bagi etnis lain juga
ada cap-cap tertentu yang dilekatkan kepada mereka yang merupakan
kontradiksi terhadap orang Betawi. Misalnya, orang Jawa itu ulet dan
rajin; orang Padang itu perhitungan; orang Sunda itu sabar dan lain-lain.
Tetapi memang kita tidak bisa memandang sama rata bahwa semua orang
Betawi seperti itu.
Tentang pendapat bahwa sekelompok entik itu adalah pemalas
sedang etnik lain adalah rajin, Syed Hussein Alatas mempunyai pendapat
3
yang menarik. Alatas berpendapat bahwa anggapan sekelompok manusia
itu malas dan sekelompok manusia lain rajin pada dasarnya adalah suatu
mitos. Dalam kaitannya dengan bangsa Indonesia, Malaysia, dan Filipina,
yang selalu diidentifikasikan sebagai pemalas, mitos itu berasal dari
ideologi kolonial. Mengenai hal ini ia mengatakan :
Dalam perwujudan empiris historisnya, ideologi kolonial
memanfaatkan tentang pribumi yang malas untuk membenarkan
praktek-praktek penindasan dan ketidakadilan dalam mobilisasi
tenaga kerja dikoloninya. Ia menggambarkan citra negatif tentang
pribumi dan masyarakat mereka, untuk membenarkan dan mencari
alasan penaklukan dan penguasaan Eropa atas wilayah tersebut.1
Jelas seperti diuraikan oleh Alatas, etos kerja bukan suatu
fenomena kebudayaan, melainkan suatu fenomena sosiologis yang
eksistensinya terbentuk oleh hubungan produksi yang timbul sebagai
akibat dari struktur ekonomi yang ada dalam masyarakat itu.2 Sebenarnya
tentang malas atau tidak malas itu tergantung dari manusia itu sendiri,
tergantung bagaimana usaha kita demi meningkatkan kualitas hidup.
Dalam konteks masyarakat pedesaan, maka tinggi rendahnya etos
kerja anggota masyarakat tersebut sangat ditentukan oleh sejumlah faktor
seperti pola pemilikan tanah dan faktor produksi lain seperti ternak, pola
hubungan produksi yang ada dalam masyarakat, serta tersedia atau
tidaknya pekerjaan di luar sektor pertanian. Etos kerja sebagai pendorong
suatu keberhasilan pembangunan juga sangat ditentukan oleh sejauh mana
proyek-proyek pembangunan yang dikembangkan oleh pemerintah atau
organisasi lain sesuai atau tidak dengan kebutuhan penduduk pedesaan.
Dengan kata lain etos kerja sebagai pendorong suatu keberhasilan
pembangunan juga tergantung pada sejauh mana proses pembangunan itu
memberi kesempatan dan kebebasan kepada msyarakat pedesaan untuk
ikut menentukan jenis proyek yang ingin dikembangkan dalam masyarakat
1
S.H. Alatas, Mitos Pribumi Malas, Citra Orang Jawa, Melayu dan Filipina dalam
Kapitalisme Kolonial, (Jakarta : LP3ES, 1988), h. 2.
2
Mubyarto, dkk, Etos Kerja dan Kohesi Sosial, (Yogyakarta : Aditya Media, 1993), h. 3.
4
itu. Selain itu pendidikan juga menjadi salah satu faktor utama bagaimana
seseorang bisa mencapai kesuksesan. Tinggi rendahnya etos kerja suatu
masyarakat merupakan masalah ada atau tidaknya struktur ekonomi,
sosial, dan politik, yang mampu memberikan insentif bagi anggota
masyarakat untuk bekerja keras dan menikmati hasil kerja keras mereka
dengan penuh.3
Allah SWT memerintahkan kepada ummat-Nya untuk bekerja dan
menyumbangkan jiwa dan tenaganya untuk kebaikan diri, keluarga,
masyarakat, dan negara tanpa menyusahkan orang lain. Sebagaimana
dalam firman-Nya pada surah Ar Ra’d ayat 11:
َّ ‫ن‬
ْ‫حتَّىْ يُ َغيِّرُوا َما بِأ َ ْنفُ ِس ِه ْم‬
َْ ْ‫ل يُ َغيِّ ُْر َما بِقَ ْىم‬
ْ َ َْ‫ّللا‬
َّْ ِ‫إ‬
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. (Q.S. Ar
Ra’d : 11)
Ayat tersebut memberikan pemahaman bahwa manusia harus
berusaha dan mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan tertentu dan
di dalam mencapai tujuannya tersebut dia berupaya dengan penuh
kesungguhan untuk mewujudkan prestasi yang optimal sebagai bukti
dirinya kepada Allah SWT. Konsep etos kerja dalam Islam memiliki arti
bahwa kemuliaan seseorang manusia itu bergantung kepada apa yang
dilakukannya. Istilah kerja dalam Islam bukanlah semata-mata merujuk
kepada mencari rezeki untuk menghidupi diri dan keluarga dengan
menghabiskan waktu siang maupun malam, dari pagi hingga sore, terus
menerus tak kenal lelah, tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan atau
pekerjaan yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri,
keluarga dan masyarakat sekelilingnya serta negara.
Dari latar belakang yang diuraikan di atas, maka penelitian ini
ditulis dalam bentuk skripsi dengan judul “Etos Kerja Masyarakat Betawi
3
Mubyarto, dkk, Etos Kerja dan Kohesi Sosial, (Yogyakarta : Aditya Media, 1993), h. 4.
5
dalam Meningkatkan Status Sosial Ekonomi di Kelurahan Pondok Cabe
Udik”.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, maka fokus penelitian ini
adalah etos kerja masyarakat Betawi dalam meningkatkan status sosial
ekonomi.
C. Ruang Lingkup
Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian di atas, maka
ruang lingkup penelitian ini adalah etos kerja masyarakat Betawi dan
upaya masyarakat Betawi dalam meningkatkan status sosial ekonomi di
kelurahan Pondok Cabe Udik.
D. Perumusan Masalah
Rumusan masalah dari fokus penelitian diatas ialah bagaimana etos
kerja masyarakat Betawi? Dan bagaimana upaya masyarakat Betawi dalam
meningkatkan status sosial ekonomi di kelurahan Pondok Cabe Udik?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui etos kerja
masyarakat Betawi, dan upaya masyarakat Betawi di kelurahan Pondok
Cabe Udik dalam meningkatkan status sosial ekonomi demi kelangsungan
hidup sehari-hari.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Manfaat bagi peneliti, menjadi sarana untuk introspeksi diri dalam
mengembangkan etos kerja demi kelangsungan kehidupan yang
lebih baik lagi.
6
b. Manfaat bagi pembaca, menjadi bahan untuk mengeksplorasi
pengetahuan tentang etos kerja.
c. Manfaat bagi peneliti lain, menjadi acuan untuk penelitian yang
selanjutnya dengan pembahasan yang serupa dengan lebih baik
lagi.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi UIN Jakarta, dapat menumbuhkan motivasi serta
mentalitas kerja yang ulet bagi para mahasiswa dan dosen,
sehingga berdampak kesuksesan, keberhasilan, dalam belajar
maupun bekerja.
b. Manfaat bagi jurusan, khazanah pengetahuan tentang pentingnya
etos kerja sebagai pacuan untuk meraih kesuksesan khususnya
dalam bidang keguruan, sehingga para guru maupun dosen dapat
menjadi
pendidik
yang
bertanggung
jawab
menjalankan
pekerjaannya dan mengabdi dengan setulus hati.
c. Manfaat bagi pemerintah pusat & daerah, sebagai masukan serta
evaluasi yang berharga tentang objek kajian yang diteliti sehingga
selanjutnya diharapkan dapat menjadi masukan agar lebih maju
dan berkembang.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoritis Etos Kerja
1. Pengertian Etos Kerja
“Etos berasal dari bahasa Yunani, ethos yang memberikan arti
sikap, kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu”.1
Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok
bahkan masyarakat. Etos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh
budaya, serta sistem nilai yang diyakininya. Dari kata etos ini, dikenal
pula kata etika, etiket yang hampir mendekati pada pengertian akhlak
atau nilai-nilai yang berkaitan dengan baik-buruk moral yang dimiliki
individu, sehingga dalam etos tersebut terkandung gairah atau
semangat yang amat kuat untuk mengerjakan sesuatu secara optimal,
lebih baik, dan bahkan berupaya untuk mencapai kualitas kerja yang
sesempurna mungkin.
“Dalam
etos
tersebut,
ada
semacam
semangat
untuk
menyempurnakan segala sesuatu dan menghindari segala kerusakan
(fasad) sehingga setiap pekerjaannya diarahkan untuk mengurangi
bahkan menghilangkan sama sekali cacat dari hasil pekerjaannya (no
single defect!). Sikap seperti ini dikenal dengan ihsan”.2
Karena etos berkaitan dengan nilai kejiwaan seseorang,
hendaknya setiap pribadi muslim harus mengisinya dengan kebiasaankebiasaan
yang
positif
dan
ada
semacam
kerinduan
untuk
menunjukkan kepribadiannya sebagai seorang muslim dalam bentuk
hasil kerja serta sikap dan perilaku yang menuju atau mengarah kepada
hasil yang lebih sempurna.3 Etos juga mempunyai makna nilai moral
adalah suatu pandangan batin yang bersifat mendarah-daging. Dia
h. 15.
1
Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islami, (Jakarta : Gema Insani Press, 2002),
2
Ibid., h. 15.
Ibid., h. 16.
3
7
8
merasakan bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan yang terbaik,
bahkan
sempurna,
nilai-nilai
Islam
yang
diyakininya
dapat
diwujudkan. Karenanya, etos bukan sekedar kepribadian atau sikap,
melainkan lebih mendalam lagi, dia adalah martabat, harga diri, dan
jati diri seseorang.
Sedangkan kerja, di dalam makna pekerjaan terkandung dua
aspek yang harus dipenuhinya secara nalar, yaitu pertama,
aktivitasnya dilakukannya karena ada dorongan untuk
mewujudkan sesuatu sehingga tumbuh rasa tanggung jawab
yang besar untuk menghasilkan karya atau produk yang
berkualitas. Bekerja bukan sekedar mencari uang, tetapi ingin
mengaktualisasikannya secara optimal dan memiliki nilai
transendental yang sangat luhur. Kedua, apa yang dia lakukan
tersebut dilakukan karena kesengajaan, sesuatu yang di
rencanakan. Karenanya, terkandung di dalamnya suatu gairah
semangat untuk mengerahkan seluruh potensi yang dimilikinya
sehingga apa yang dikerjakannya benar-benar memberikan
kepuasan dan manfaat.4
Di sisi lain, makna bekerja bagi seorang muslim ialah suatu
upaya yang sungguh-sungguh, dengan mengerahkan seluruh aset, pikir,
dan zikirnya untuk mengaktualisasikan atau menampakkan arti dirinya
sebagai
hamba
Allah
yang
harus
menundukkan
dunia
dan
menempatkan dirinya sebagai bagaian dari masyarakat yang terbaik.
Bekerja bagi seorang muslim merupakan ibadah, bukti pengabdian dan
rasa syukurnya untuk mengolah dan memenuhi panggilan Ilahi agar
mampu menjadi yang terbaik karena mereka sadar bahwa bumi
diciptakan sebagai ujian bagi mereka yang memiliki etos yang terbaik.
Etos kerja berkaitan erat dengan harapan serta cara dirinya
memberikan makna terhadap pekerjaan itu sendiri. Dalam etos kerja ada
semacam kandungan spirit atau semangat yang menggelegak untuk
mengubah sesuatu menjadi lebih bermakna. Etos bukan sekedar
bergerak atau bekerja, melainkan kepribadian yang bermuatan moral
4
h. 24.
Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islami, (Jakarta : Gema Insani Press, 2002),
9
dan menjadikan landasan moralnya tersebut sebagai cara dirinya
mengisi dan menggapai makna hidup yang diridhai-Nya, menggapai
kebahagiaan di dunia dan di akhirat, sehingga etos kerja berkaitan dan
bersenyawa dengan semangat, kejujuran, dan kepiawaian dalam
bidangnya (profesional).
Dalam kamus Websters, terdapat ethic bermakna “custom,
usage, caracters,...” artinya sama dengan moral, kebiasaan, adat, watak,
perasaan, atau tempat tinggal. Hal ini juga dapat di definisikan sebagai
keyakinan yang berfungsi sebagai panduan tingkah laku bagi seseorang,
sekelompok, atau sebuah intuisi.5
Bekerja merupakan kebalikan dari bersenang-senang yang
berarti sesuatu yang baik dan setiap orang harus bekerja meskipun
situasi kebutuhan material tidak mendesak orang untuk bekerja. Kerja
merupakan panggilan hidup manusia, bukan hanya sekedar upaya untuk
memenuhi kebutuhan materialnya. Dapat disimpulkan bahwa etos kerja
merupakan seperangkat sikap atau pandangan mendasar yang dipegang
sekelompok manusia untuk menilai bekerja sebagai suatu hal yang
positif bagi peningkatan kualitas kehidupan sehingga mempengaruhi
perilaku kerjanya.
2. Prinsip Etos Kerja
Etos kerja dapat dikatakan sebagai refleksi dari sikap hidup
yang mendasar dalam menghadapi kerja yang dapat dijadikan
cerminan dari pandangan hidup yang berorientasi pada nilai-nilai yang
berdimensi transenden. Sinamo merumuskan sebuah definisi etos kerja
profesional, yaitu seperangkat perilaku kerja positif yang berakar pada
kesadaran yang kental, keyakinan yang fundamental, disertai
5
Daru Susilowati, Lyndon Saputra, Webster’s Kamus Lengkap Inggris-Indonesia
Indonesia-Inggris, (Jakarta : Kharisma Publishing Group, 2007), h. 92.
10
komitmen yang total pada paradigma kerja yang integral. 6 Selain itu
Sinamo membagi etos kerja ke dalam delapan paradigma yang terdiri
dari:
a. Kerja adalah rahmat
“Aku
bekerja
tulus
penuh
syukur”.7
Jadi,
rahmat
merupakan kebaikan yang kita dapatkan dari Tuhan Yang Maha
Esa karena kasih sayang-Nya. Rahmat adalah berkah, anugerah,
serta karunia yang diberikan Tuhan untuk seluruh umatnya yang
bertaqwa.
b. Kerja adalah amanah
“Aku bekerja benar penuh tanggung jawab”.8 Jadi, amanah
melahirkan sebuah sikap tanggung jawab, jika suatu pekerjaan
dianggap sebagai amanah maka seseorang akan menyadari bahwa
dia mengambil peran dalam sebuah sistem. Kesadaran ini akan
membawa seseorang untuk memberikan lebih dalam menuntaskan
pekerjaan dengan baik dan benar.
c. Kerja adalah panggilan
“Aku bekerja tuntas penuh integritas”.9 Jadi, panggilan ini
memiliki arti bahwa apa saja yang kita kerjakan hendaknya
memenuhi tuntutan profesi. Agar panggilan dapat diselesaikan
hingga tuntas maka diperlukan integritas yang kuat karena dengan
memegang teguh integritas maka kita dapat bekerja dengan
sepenuh hati, segenap pikiran, segenap tenaga kita secara total.
d. Kerja adalah aktualisasi
“Aku bekerja keras penuh semangat”.10 Jadi, aktualisasi
adalah kekuatan yang kita pakai untuk mengubah potensi menjadi
6
17.
7
Jansen H. Sinamo, 8 Etos Kerja Profesional, (Jakarta : PT. Malta Printindo, 2008), h.
Ibid., h. 20.
Ibid., h. 20.
9
Ibid., h. 20.
10
Ibid., h. 21.
8
11
realisasi. Tujuan dari sikap aktual ini agar kita terbiasa bekerja
keras dan selalu tuntas untuk mencapai mimpi dan keinginan kita.
e. Kerja adalah ibadah
“Aku bekerja serius penuh kecintaan”.11 Jadi, segala bentuk
pekerjaan yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa kepada kita harus
disyukuri dan dilakukan dengan sepenuh hati. Tidak ada jenis
pekerjaan yang lebih baik dan lebih rendah dari yang lain karena
semua pekerjaan halal adalah sama di mata Tuhan jika kita
mengerjakannya dengan serius dan penuh kecintaan. Menjadikan
pekerjaan yang kita jalani sebagai ibadah yang wajib dalam
memenuhi kebutuhan hidup.
f. Kerja adalah seni
“Aku bekerja cerdas penuh kreativitas”.12 Jadi, di dalam
bekerja kita perlu kreatif dalam menggunakan strategi dan taktik
pintar untuk mengembangkan diri, memanfaatkan waktu bekerja
agar tetap efektif dan efisien, melihat dan memanfaatkan peluang
kerja yang ada, melahirkan karya dan buah pikiran yang inovatif.
Dengan begitu kita dapat menghasilkan sesuatu dalam bentuk
karya seni.
g. Kerja adalah kehormatan
“Aku bekerja tekun penuh keunggulan”.13 Jadi, melalui
pekerjaan, maka kita dihormati dan dipercaya untuk memangku
suatu posisi tertentu dan menjalankan tugas yang diberikan kepada
kita termasuk segala kompetensi diri yang kita miliki. Rasa hormat
ini akan menumbuhkan kepercayaan diri yang akan meningkatkan
kinerja kita agar lebih baik lagi.
21.
11
Jansen H. Sinamo, 8 Etos Kerja Profesional, (Jakarta : PT. Malta Printindo, 2008), h.
12
Ibid., h. 21.
Ibid., h. 21.
13
12
h. Kerja adalah pelayanan
“Aku bekerja sempurna penuh kerendahan hati”.14 Jadi,
hasil dari pekerjaan kita bisa menjadi masukan untuk orang lain
begitu pula sebaliknya. Sehingga dari proses tersebut kita telah
memberikan kontibusi kepada orang lain agar mereka bisa hidup
dan beraktivitas dengan mudah. Jadi, bekerja juga bisa kita
golongkan sebagai salah satu bentuk pelayanan kita terhadap orang
lain.
Ciri-ciri orang yang mempunyai dan menghayati etos kerja
akan tampak dalam sikap dan tingkah lakunya yang dilandaskan pada
suatu keyakinan yang sangat mendalam bahwa bekerja itu ibadah dan
berprestasi itu indah. Ada semacam panggilan dari hatinya untuk terusmenerus memperbaiki diri, mencari prestasi bukan prestise, dan tampil
sebagai bagian dari umat yang terbaik (khairu ummah). Berikut ini
adalah beberapa ciri etos kerja menurut Tasmara:
a. Mereka memiliki moralitas yang bersih (ikhlas)
b. Mereka memiliki komitmen (Aqidah, Aqad, I’tiqad)
c. Memiliki jiwa kepemimpinan
d. Tangguh dan pantang menyerah
e. Mereka kecanduan belajar dan haus mencari ilmu
f. Mereka memiliki semangat perubahan
g. Mereka berorientasi ke masa depan
h. Mereka tipe orang yang bertanggung jawab
i. Mereka memiliki harga diri
j. Hidup berhemat dan efisien15
14
Jansen H. Sinamo, 8 Etos Kerja Profesional, (Jakarta : PT. Malta Printindo, 2008), h.
15
Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islami, (Jakarta : Gema Insani Press, 2002),
21.
h. 73.
13
3. Konsep Etos Kerja
Tesis Max Weber tentang apa yang disebutkan „etika protestan‟
(protestant ethic, die protestantische ethik) dan hubungannya dengan
semangat kapitalisme. Tesis ini memperlihatkan kemungkinan adanya
hubungan antara ajaran agama dengan perilaku ekonomi.16
Tesis Weber tak lepas dari fakta sosiologis yang ditemukannya
di
Jerman,
bahwa
sebagian
besar
dari
pemimpin-pemimpin
perusahaan, pemilik modal dan komersial tingkat atas adalah orangorang Protestan, bukannya Katolik. Berbagai studi dilakukan menguji
kebenaran
tesis
Weber
bahwa
ajaran
agama
yang
dianut
mempengaruhi tingkat pencapaian dalam usaha.17
Sikap hidup keagamaan yang diinginkan kata Weber adalah
“akses duniawi” yaitu intensifikasi pengabdian agama yang dijalankan
dalam kegairahan kerja sebagai gambaran dan pernyataan dari manusia
yang terpilih.18 Maka semangat kapitalisme, yang bersandarkan kepada
cita ketekunan, hemat dan berperhitungan, rasional dan sanggup
menahan diri, sukses dalam hidupnya yang dihasilkan oleh kerja keras
dapat dianggap sebagai pembenaran bahwa ia adalah orang yang
terpilih.
Jadi menurut Max Weber dalam bukunya The Protestan Ethic
and spirit of Capitalism, etos kerja merupakan sebuah fondasi dari
kesuksesan yang sejati dan autentik atau dapat dikatakan sukses di
dunia dan sukses di akhirat karena terdorong oleh ajaran agama.
Nilai-nilai
transenden
akan
menjadi
landasan
bagi
berkembangnya spirilitas sebagai salah satu faktor yang membentuk
kepribadian. Etos kerja tidak terbentuk oleh kualitas pendidikan dan
kemampuan semata tetapi etos kerja dapat terbentuk sesuai suasana
16
Taufik Abdullah, Agama, Etos Kerja, dan Perkembangan Ekonomi, (Jakarta: LP3ES,
1979), cet. 1, h. 4.
17
Ibid., h. 6.
18
Ibid., h. 9.
14
batin dan semangat hidup yang terpancar dari keyakinan dan keimanan
pun ikut menentukan adanya etos kerja tersebut.
Geertz sadar akan kesatuan kultural masyarakatnya, karena
Geertz menyadari adanya perbedaan dalam penghayatan agama,
seperti di Mojokuto atau status di Tabanan. Santri di Mojokuto dan
kaum bangsawan di Tabanan bukanlah kelompok sosial yang asing,
tetapi secara struktural adalah bagian dari masyarakat. Jika pada kasus
kaum santri Geertz melihat suatu paralelisme yang berfungsi dalam
etika Protestan. Secara etika dalam pengertian Weber, Geertz melihat
adanya unsur semangat kapitalisme dalam arti tekun, hemat dan
berperhitungan.19 Jadi menurut Geertz bahwa adanya hubungan yang
bermakna antara nilai-nilai yang dianut seseorang atau bangsa dan
dalam seseorang itu akan menemukan dirinya di dalam agama yang
diyakininya karena apa yang diajarkan oleh agamanya kemudian orang
tersebut dituangkannya dalam kehidupannya sendiri.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Etos Kerja
Etos kerja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya
adalah :
a. Agama
Pada dasarnya agama merupakan suatu sitem nilai. Sistem
nilai ini tentunya akan mempengaruhi atau menentukan pola hidup
seseorang. Seperti cara berpikir, bersikap dan bertindak seseorang
pastilah diwarnai oleh ajaran agama yang dianutnya jika ia
sungguh-sungguh dalam kehidupan beragama. Dengan demikian,
kalau ajaran agama itu mengandung nilai-nilai yang dapat memacu
pembangunan, jelaslah bahwa agama akan turut menentukan
jalannya pembangunan atau modernisasi.
19
Taufik Abdullah, Agama, Etos Kerja, dan Perkembangan Ekonomi, (Jakarta: LP3ES,
1982), cet. 2, h. 33.
15
b. Budaya
Kualitas etos kerja ini ditentukan oleh sistem orientasi nilai
budaya
terhadap
perilaku
masyarakat
yang
bersangkutan.
Masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya terhadap perilaku
masyarakat yang bersangkutan. Masyarakat yang memiliki sistem
nilai budaya maju akan memiliki etos kerja yang tinggi begitupun
sebaliknya, masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya yang
konservatif akan memiliki etos kerja yang rendah, bahkan bisa
sama sekali tidak memiliki etos kerja.
c. Pendidikan
Etos kerja tidak dapat dipisahkan dengan kualitas sumber
daya manusia karena dengan peningkatan sumber daya manusia
akan membuat seseorang mempunyai etos kerja yang tinggi.
Meningkatnya kualitas penduduk dapat tercapai apabila ada
pendidikan yang merata dan bermutu, disertai dengan peningkatan
dan perluasan pendidikan, keahlian dan keterampilan, sehingga
semakin meningkat pula aktivitas dan produktivitas masyarakat.
d. Likungan atau Masyarakat
Dari sisi lingkungan atau masyarakat terdapat adat-istiadat
yang ikut mempengaruhi sesorang beretos kerja tinggi.
e. Struktur Ekonomi dalam Etos Kerja
Tinggi rendahnya suatu etos kerja suatu masyarakat itu
dipengaruhi oleh ada atau tidaknya struktur ekonomi.
f. Motivasi Intrinsik Individu
Etos kerja juga dapat mempengaruhi motivasi seseorang,
dimana etos kerja ini merupakan suatu pandangan serta sikap yang
didasari oleh nilai-nilai yang diyakini seseorang dan keyakinan
inilah yang menjadi motivasi kerja terhadap seseorang. 20
20
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Etos Kerja,
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3626/1/08E00921.pdf, Hubungan Antara
16
B. Deskripsi Teoritis Masyarakat Betawi
1. Pengertian Masyarakat
“Dalam bahasa Inggris masyarakat disebut society, asal katanya
socius yang berarti kawan. Adapun kata masyarakat berasal dari
bahasa Arab, yaitu syirk, artinya bergaul”.21 Karena pada masyarakat
tentu ada bentuk-bentuk aturan hidup, yang bukan disebabkan oleh
manusia sebagai perseorangan, melainkan oleh unsur-unsur kekuatan
lain dalam lingkungan sosial yang merupakan kesatuan.
Menurut Polak, masyarakat (society) adalah wadah segenap
antar hubungan sosial terdiri atas banyak sekali kolektiva-kolektiva
serta kelompok dan tiap-tiap kelompok terdiri atas kelompokkelompok lebih baik atau sub kelompok.22
Seperti halnya dengan definisi sosiologi yang banyak
jumlahnya kita mendapati pula definisi-definisi tentang masyarakat
yang juga tidak sedikit. Definisi adalah sekedar alat ringkat untuk
memberikan batasan-batasan mengenai sesuatu persoalan atau
pengertian ditinjau daripada analisa. Analisa inilah yang memberikan
arti yang jernih dan kokoh dari sesuatu pengertian. Beberapa definisi
mengenai masyarakat itu, seperti misalnya ;
a. R. Linton: seorang ahli antropologi mengemukakan, bahwa
masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama
hidup
dan
bekerjasama,
sehingga
mereka
itu
dapat
mengorganisasikan dirinta dan berfikir tentang dirinya sebagai satu
kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.
Organization-Based Self-Esteem Dengan Etos Kerja, 2009, diakses pada tanggal 8 September
2014.
21
Munandar Soelaeman MS., Ilmu Sosial Dasar : teori dan konsep ilmu sosial,
(Bandung: PT. Eresco, 1995), cet. 8, h. 63.
22
Abu Ahmadi, dkk, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1991), cet. 2, h. 96.
17
b. M.J. Herskovist: menulis bahwa masyarakat adalah kelompok
individu yang diorganisasikan dan mengikuti satu cara hidup
tertentu.
c. J.L. Gillin dan J.P. Gillin: mengatakan bahwa masyarakat adalah
kelompok manusia yang terbesar dan mempunyai kebiasaan,
tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang sama. Masyarakat itu
meliputi pengelompokan-pengelompokan yang lebih kecil.
d. S.R. Steinmetz: seorang sosiologi bangsa Belanda, mengatakan
bahwa masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar, yang
meliputi pengelompokan-pengelompokan manusia yang lebih kecil,
yang mempunyai perhubungan yang erat dan teratur.
e. Hasan Shadily: mendefinisikan masyarakat adalah golongan besar
atau kecil dari beberapa manusia, dengan atau karena sendirinya,
bertalian secara golongan dan mempunyai pengaruh kebatinan satu
sama lain.23
Jadi, dapat dilihat bahwa masyarakat memiliki arti luas dan arti
yang sempit. Dalam arti yang luas masyarakat dimaksud keseluruhan
hubungan-hubungan dalam hidup bersama tidak dibatasi oleh aspek
tertentu atau kebulatan dari semua perhubungan dalam hidup
bermasyarakat.
Dan
dalam
arti
sempit
masyarakat
dimaksud
sekelompok manusia yang dibatasi oleh aspek tertentu, misalnya
bangsa, golongan, dan sebagainya.
Di dalam kehidupan masyarakat terdapat syarat utama yang
harus ada, yaitu adanya interaksi di antara anggota kelompok
masyarakat tersebut. Jika tidak ada interaksi maka antara anggota
kelompok tersebut tidak saling mempengaruhi satu sama lain. Interaksi
tersebut sangat ditentukan oleh berbagai sarana yang dimiliki oleh
warga masyarakat tersebut dan sesuai dengan tingkat kemajuan serta
kemampuan yang dimilikinya. Kehidupan bermasyarakat juga tidak
23
Abu Ahmadi, dkk, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1991), cet. 2, h. 106.
18
terlepas dari norma-norma yang diterapkan secara teratur agar
terciptanya masyarakat yang tertib, sehingga membentuk suatu adat
istiadat yang memiliki ciri khas tersendiri dan berbeda antara
masyarakat satu dengan yang lainnya. Dengan demikian, hal inilah
yang menjadi dasar pada kehidupan sosial bermasyarakat.
Selain itu, unsur lain yang dapat membentuk masyarakat pada
umumnya adalah adanya identitas yang sama yang dimiliki oleh warga
masyarakat itu sendiri, bahwa mereka memang merupakan suatu
kesatuan khusus yang berbeda dengan kesatuan masyarakat lainnya.
Kesamaan ini ditandai oleh unsur-unsur kesamaan budaya yang mereka
miliki seperti kesamaan dibidang bahasa dalam berkomunikasi,
kesamaan dalam hal cara berpakaian, dan sebagainya. Sehingga
kesatuan khusus ini dapat memudahkan untuk masyarakat lain
mengenal kebudayaan tersebut. Sebagai contoh, seperti masyarakat
Baduy Dalam yang memiliki bahasa sendiri yaitu bahasa Sunda untuk
berkomunikasi, dan pakaian yang berbeda dengan masyarakat lain.
2. Masyarakat Betawi
“Betawi adalah suku bangsa yang berdiam di wilayah DKI
Jakarta, dan wilayah sekitarnya yang termasuk wilayah Propinsi Jawa
Barat. Suku bangsa ini biasa pula disebut „Orang Betawi‟, Melayu
Betawi, atau „Orang Jakarta‟ (atau Jakarte menurut logat setempat)”.24
Betawi berasal dari Batavia sebagai nama kota Jakarta yang didirikan
oleh Gurbernur Jendral Jan Pieterszoon Coen. Batavia berasal dari
nama suku bangsa Belanda zaman purba. Sebelum bernama Batavia,
kota ini bernama Jayakarta. Yang sebelumnya lagi bernama Sunda
Kelapa. Jayakarta didirikan tanggal 22 Juni 1527, oleh Fatahillah
24
Rosyadi, Profil Budaya Betawi, (Bandung : Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional,
2006), h. 212.
19
utusan kesultanan Demak yang diperintahkan menaklukkan Sunda
Kelapa.25
Dilihat dari segi kesukubangsaan, orang Betawi yang berdiam
di Jakarta memiliki latar belakang sejarah yang melewati rentang
waktu yang cukup panjang. Sejak lebih dari 400 tahun yang lalu,
masyarakat Betawi yang kemudian menjadi masyarakat seperti yang
dikenal sekarang merupakan hasil dari proses asimilasi. Masyarakat itu
dengan budayanya merupakan hasil pembaruan berbagai unsur budaya
berbagai bangsa dan suku-bangsa yang berasal dari berbagai daerah di
Indonesia.26
Jakarta sebagai satu tempat yang terletak di pinggir pantai,
dalam proses perjalanan sejarahnya, menjadi kota pelabuhan dan kota
dagang. Kota ini kemudian menjadi pusat kota administrasi, politik,
dan bahkan menjadi salah satu pusat untuk memperoleh pendidikan di
Indonesia. sifat dan ciri kota Jakarta yang demikian itu telah
memungkinkan menjadi arena pembauran berbagai etnik yang ada di
Indonesia, dan bahkan berbagai bangsa yang berasal dari berbagai
penjuru dunia. Mereka datang dengan beragam kepentingan dan
dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda pula. Pembauran itu
telah melahirkan suatu masyarakat dan kebudayaan baru bagi penghuni
kota Jakarta tadi, yang kemudian dikenal sebagai orang Betawi.27
Pihak-pihak yang datang itu antara lain orang Portugis, Cina,
Belanda, Arab, India, Inggris, dan Jerman. Sedangkan dari daerah di
Indonesia antara lain Jawa, Melayu, Bali, Bugis, Sunda. Kemudian
berpadu sebagai unsur budaya menjadi satu budaya yang disebut
kebudayaan Betawi.28 Perpaduan itu tercermin dalam bahasa,
25
Ridwan Saidi, Maman S. Mahyana, Ragam Budaya Betawi, (Jakarta : Dinas
Kebudayaan dan Permuseuman, 2002), h. 9.
26
Rosyadi, Profil Budaya Betawi, (Bandung : Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional,
2006), h. 212.
27
Ibid., h. 213.
28
Ibid., h. 213.
20
kepercayaan, kesenian, dan teknologi (pakaian, makanan, dan
sebagainya).
Kebudayaan Cina banyak memberikan pengaruh di kalangan
penduduk Jakarta khususnya dan Indonesia umumnya. Orang-orang
Cina yang datang ke Jakarta sebenarnya berasal dari etnik yang
berbeda di daerah asalnya. Masing-masing etnik itu menggunakan
bahasa tersendiri. Di Indonesia mereka biasa di kategorikan sebagai
Cina Totok dan Cina Peranakan. Tingkat penyesuaian Cina peranakan
lebih besar dibandingkan dengan Cina Totok. Di Jakarta, unsur budaya
Cina yang banyak terserap dalam budaya Betawi adalah unsur bahasa,
kesenian, dan makanan.29
Bila kita berbicara tentang masyarakat maka tak bisa terlepas
dengan kebudayaan yang dimilikinya. Kebudayaan adalah satu cara
hidup yang dikembangkan oleh sebuah masyarakat guna memenuhi
keperluan dasarnya untuk dapat bertahan hidup, meneruskan keturunan
dan mengatur pengalaman sosialnya.30 Hal-hal tersebut adalah seperti
pengumpulan bahan-bahan kebendaan, pola organisasi sosial, cara
tingkah laku yang dipelajari, ilmu pengetahuan. Kepercayaan dan
kegiatan lain yang berkembang dalam pergaulan manusia. Oleh sebab
itu,
kebudayaan
adalah
sumbangan
manusia
kepada
alam
lingkungannya.
Pada kebudayaan Betawi sistem teknologi dan sistem
peralatannya berupa pakaian, rumah, alat transportasi, dan sebagainya.
Bahkan sekarang alat komunikasi pun merupakan bagian dari sistem
teknologi dan sistem peralatan. Dimana masyarakat dapat dengan
mudah berkomunikasi dengan orang lain tanpa batas jarak dan waktu.
Sedangkan pada sistem mata pencaharian hidup sangatlah beragam di
29
Rosyadi, Profil Budaya Betawi, (Bandung : Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional,
2006), h. 213.
30
Joseph S. Roucek, Roland L. Warren, Pengantar Sosiologi, (Jakarta : Bina Aksara,
1984), h. 10.
21
zaman modern ini mulai dari berkebun, berdagang, berternak, sampai
pada bekerja kantoran.
Setiap kehidupan masyarakat diatur oleh adat istiadat dan
turan-aturan mengenai berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan
tempat individu hidup dan bergaul dari hari ke hari. Khususnya di
lingkungan masyarakat Betwai, kesatuan sosial yang paling dekat dan
mesra adalah kesatuan kekerabatannya, yaitu keluarga inti yang dekat
dan kaum kerabat yang lain. Kemudian ada kesatuan-kesatuan di luar
kaum kerabat, tetapi masih dalam lingkungan komunitas.
Keterkaitan antara budaya Betawi dan Melayu terlihat dari
bahasa yang digunakan masyarakat Betawi. Pada dasarnya mereka
menggunakan bahasa Melayu karena sebagaian besar orang-orang
Betawi adalah pendatang terutama dari Negara serumpun, namun di
Betawi pun tidak hanya orang-orang melayu yang hadir.31 Melalui
jalur perdagangan, kemudian bahasa-bahasa lain berkembang di
Betawi dan perkembangan tersebut diserap oleh orang-orang melayu.
Misalnya, bahasa Sunda, Jawa, Belanda, Portugis, dan Cina.
Dialek Betawi sendiri terbagi atas dua jenis, yaitu dialek
Betawi tengah dan dialek Betawi pinggir. Dialek Betawi
tengah umumnya berbunyi „é‟ sedangkan dialek Betawi
pinggir adalah „a‟. Dialek Betawi pusat atau tengah seringkali
dianggap sebagai dialek Betawi sejati, karena berasal dari
tempat bermulanya kota Jakarta, yakni daerah perkampungan
Betawi di sekitar Jakarta Kota, Sawah Besar, Tugu, Cilincing,
Kemayoran, Senen, Kramat, hingga batas paling selatan di
Meester (Jatinegara). Dialek Betawi pinggiran mulai dari
Jatinegara ke Selatan, Condet, Jagakarsa, Depok, Rawa
Belong, Ciputat hingga ke pinggir selatan hingga Jawa Barat.32
31
Sistem kekerabatan suku betawi
(http://kebudayaanindonesia.net/id/culture/1238/sistem-kekerabatan-suku-betawi) diakses pada
tanggal 24 Januari 2014.
32
Bahasa Betawi (http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Betawi) diakses pada tanggal 24
Januari 2014.
22
Orang Betawi memiliki banyak jenis kesenian. Betawi menjadi
tempat berpadunya berbagai budaya sehingga setiap jenis kesenian
tidak pernah terlepas dari unsur budaya lain.
Dalam seni tari, warna dasar tari rakyat Betawi adalah Melayu.
Tartan Betawi yang ciri kemelayuannya cukup kuat yaitu tari
Samrah dan Zapin. Tarian Zapin sendiri adalah pengaruh dari
budaya Arab-Islam. Tarian yang kena pengaruh Cina yaitu tari
Cokek. Pengaruh Sunda yaitu tari Belenggu, Topeng Tanji,
Topeng Gong Ajeng, Pencak silat Betawi, Ondel-Ondel.33
Cerminan dari perpaduan tadi juga terasa dalam seni musik.
Ada pengaruh Sunda dan Jawa, ada warna Cina. Gambang Kromong
merupakan orkes tradisional Betawi perpaduan gamelan dan musik
barat dengan tangga nada pentatonic bercorak Cina. Gambang Rancag
juga merupakan kesenian yang mendapat pengaruh Cina. Kesenian ini
tumbuh di kalangan masyarakat Betawi pinggiran kota. Di antara
kesenian Betawi ada yang merupakan jenis teater rakyat, misalnya
kesenian Lenong dan Topeng atau disebut Topeng Betawi. Kesenian
ini berasal dari Cirebon yang pada mulanya sebagai sarana dakwah
agama tetapi kemudian menjadi kesenian rakyat biasa. Bahkan pernah
menjadi alat untuk ngamen. Kesenian ini mengalami pasang surut
dalam perjalan waktu. Surutnya disebabkan karena kesenian ini
kurang bisa menunjang ekonomi para senimannya dan bersaing
dengan kesenian lain melalui teknologi baru.
Selanjutnya dari sistem ilmu pengetahuan dalam sebuah
kebudayaan merupakan penting adanya, bagaimana suatu kebudayaan
memiliki cara tersendiri dalam mendapatkan pengetahuannya tentang
banyak hal. Ilmu pengetahuan pada masyarakat Betawi tidak saja
didapatkan dengan cara formal melalui lembaga pendidikan, tetapi
juga bisa didapatkan melalui cara informal seperti ditanamkannya
pengetahuan yang turun menurun dari orang tua kepada anaknya
33
Rosyadi, Profil Budaya Betawi, (Bandung : Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional,
2006), h. 220.
23
tentang bagaimana caranya bersosialisasi dan berinteraksi dengan
orang lain dengan baik.
Gambaran tentang aspek religi atau keagamaan orang Betawi
jelas diwarnai oleh ajaran Islam. Gambaran itu bisa dilihat dari sistem
keyakinan dan tindakan yang mereka wujudkan. Bahwa kebudayaan
Betawi sebagai suatu subkultur hampir tidak bisa dipisahkan dengan
Islam.34 Mulai seorang Betawi belum lahir hingga dia meninggal
dunia dan beberapa bulan sesudah itu. Pergaulan perjaka dan perawan
Betawi sudah tunduk kepada norma-norma Islam. Begitu pula
perkawinannya, hamil tujuh bulannya, hingga lahir, menginjak masa
kanak-kanak, dikhitan, menjadi tua tak pernah lepas dari norma-norma
Islam, baik hukum formal maupun tradisi yang terbangun secara
turun-temurun. Kehidupan orang Betawi berkisar antara rumahlanggar-pasar, dengan kekecualian kecil, yaitu kantor. Mustahil bagi
seorang Betawi hidup tanpa bersentuhan dengan langgar dan mesjid.
Dia akan terkucil dalam artian yang sebenar-benarnya sebagai seorang
Muslim.
C. Deskripsi Teoritis Status Sosial Ekonomi
1. Pengertian Status Sosial
“Kedudukan (status) diartikan sebagai tempat atau posisi
seseorang dalam suatu kelompok sosial, sedangkan kedudukan sosial
(social status) adalah tempat seseorang secara umum dalam
masyarakatnya sehubungan dengan orang-orang lain”.35 Kadangkadang dua istilah tersebut dibedakan, tetapi untuk lebih mudah
mendapatkan pengertian maka akan dipergunakan dalam arti sama dan
34
Rosyadi, Profil Budaya Betawi, (Bandung : Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional,
2006), h. 221.
35
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi Baru Keempat, (Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada, 2005), cet. 38, h. 239.
24
digambarkan dengan istilah kedudukan (status), artinya tempat yang
dimiliki seseorang dalam pola tertentu.
Pada masyarakat secara umum seringkali kedudukan dibedakan
menjadi dua macam, yaitu: Ascribed Status dan Achieved Status.36
Perbedaan dari kedua istilah tersebut melihat dari proses yang
didapatkan seseorang dalam menempati posisi dan status yang
dimilikinya.
Dalam istilah Ascribed status, diartikan sebagai kedudukan
seseorang
dalam
masyarakat
tanpa
memerhatikan
perbedaan
seseorang.37 Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran. Sebagai
contoh, anak seorang bangsawan yang juga akan memperoleh
kedudukan yang sama dengan orang tuanya, selain itu misalnya orang
tua berasal dari kasta Ksatria maka anaknya berkasta Ksatria.
Sedangkan Achieved status, yaitu kedudukan yang dicapai oleh
seseorang dengan usaha-usaha yang sengaja dilakukan, bukan
diperoleh karena kelahiran.38 Kedudukan ini bisa diberikan kepada
siapa saja tergantung dari masing-masing orang dalam mengejar dan
mencapai tujuan yang ia inginkan, dibutuhkan perjuangan dan kerja
keras dalam meraih posisi atau kedudukan ini.
Sebuah kedudukan seseorang memiliki implikasi secara
sosiologis berupa peranan, karena apabila seseorang melaksanakan hak
dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan
suatu peranan. Istilah peranan menunjukan bahwa setiap orang
memiliki
perannya
masing-masing,
peranan
seseorang
dalam
masyarakat memiliki fungsi dan tugas yang dipegang sesuai dengan
peranannya sehingga peranan seseorang itu merupakan bagian dari
fungsi sosial. Peranan itu dilaksanakan oleh seseorang atau kelompok
36
J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar & Terapan, Edisi
Keempat, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2004), cet. 1, h. 157.
37
J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar & Terapan, Edisi
Keempat, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2004), cet. 1, h. 157.
38
J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar & Terapan, Edisi
Keempat, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2004), cet. 1, h. 157.
25
sosial dalam masyarakat dengan sebuah harapan terciptanya tatanan
kehidupan yang baik. Peran sangat penting karena dapat mengatur
tindakan seseorang. Peranan diatur oleh norma-norma yang berlaku di
masyarakat.
Dengan demikian, status dan peran ibarat dua mata uang yang
terintegrasi dalam kehidupan masyarakat. Tanpa adanya peranan
dalam kedudukan berarti seseorang tersebut tidak menjalankan fungsi
atas kedudukannya tersebut, karena peranan memiliki fungsi mengatur
perilaku seseorang dalam mengukur keberhasilan atas kedudukan yang
dimilikinya, sementara kedudukan memberikan pengaruh pada
seseorang dalam memberikan peranannya.
2. Pengertian Status Sosial Ekonomi
Secara definitif, status adalah posisi sosial seseorang pada
kedudukan tertentu yang mendapat pengakuan sosial.39 Status itu
misalnya bapak, ibu, dan anak adalah status di keluarga. Setiap status
menjalin
hubungan
relasional
satu
sama
lain.
Karena
sifat
relasionalnya itulah masing-masing status dibebankan oleh harapan
dan tanggung jawab. Misalnya, harapan dan tanggung jawab orang tua
kepada anak, atau harapan dan tanggung jawab yang dibebankan orang
tua sebagai suami istri.
“Ekonomi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris, yaitu
economy. Sementara kata economy itu sendiri berasal dari bahasa
Yunani, yaitu oikonomike yang berarti pengelolaan rumah tangga”.40
Adapun yang dimaksud dengan ekonomi sebagai pengelolaan rumah
tangga adalah suatu usaha dalam pembuatan keputusan dan
pelaksanaannya yang berhubungan dengan pengalokasian sumber daya
rumahtangga yang terbatas di antara berbagai anggotanya, dengan
39
Amin Nurdin, dan Ahmad Abrori, Mengerti Sosiologi, Pengantar untuk Memahami
Konsep-konsep Dasar, (Jakarta : UIN Jakarta Press, 2006), cet. 1, h. 45.
40
Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, Edisi Pertama, (Jakarta : Kencana, 2011), cet.
2, h. 9.
26
mempertimbangkan kemampuan, usaha, dan keinginan masingmasing. Oleh karena itu, suatu rumah tangga selalu dihadapkan pada
banyak keputusan dan pelaksanaannya. Harus diputuskan siapa
anggota keluarga yang melakukan pekerjaan apa dengan imbalan apa
dan bagaimana melaksanakannya.
Ekonomi muncul bersamaan dengan diturunkannya manusia
dibumi. Sejak itu, manusia telah dihadapkan pada persoalan bagaimana
caranya memenuhi kebutuhannya sehari-hari berupa makanan,
pakaian,
tempat
tinggal,
dan
sebagainya.
Untuk
memenuhi
kehidupannya, awalnya manusia bekerja sebagai individu seorang diri,
lalu bekerjasama sebagai anggota kelompok manusia yang makin lama
makin berkembang jumlahnya. Waktu pun berjalan, dan peradaban
manusia pun mengalami kemajuan yang pesat. Lalu manusia harus
bekerja keras, bersaing, dan bahkan bertikai, untuk alasan klasik yang
tak pernah usang, yakni untuk memenuhi dan mempertahankan
kehidupan ekonominya.
Tidak berbeda halnya dengan rumah tangga, masyarakat juga
selalu dihadapkan pada banyak keputusan dan pelaksanaannya. Suatu
masyarakat harus memutuskan pekerjaan-pekerjaan apa saja yang
harus dikerjakan. Suatu masyarakat membutuhkan orang-orang untuk
menghasilkan pangan, orang yang membuat sandang, orang yang
membangun rumah, orang yang membuat kendaraan, orang yang
menciptakan
teknologi,
dan
seterusnya.
Setelah
masyarakat
mengalokasikan tenaga kerjanya untuk melakukan berbagai pekerjaan,
masyarakat harus mengalokasikan output, yaitu keluaran atau hasil
dari suatu proses produksi yang menggunakan tenaga kerja atau
sumber daya lainnya, barang dan jasa yang mereka hasilkan.
Dengan demikian, ekonomi merupakan suatu usaha dalam
pembuatan keputusan dan pelaksanaannya yang berhubungan dengan
pengalokasian sumber daya masyarakat yang terbatas diantara berbagai
anggotanya, dengan mempertimbangkan kemampuan, usaha, dan
27
keinginan
masing-masing
atau
dengan
kata
lain,
bagaimana
masyarakat mengelola sumber daya yang langka melalui suatu
pembuatan kebijaksanaan dan pelaksanaannya.
Samuelson, salah seorang ahli ekonomi yang terkemuka di
dunia pada tahun 1970 memberikan definisi ilmu ekonomi secara
berikut:
Ilmu ekonomi adalah suatu studi mengenai individu-individu
dan masyarakat membuat pilihan, dengan atau tanpa
penggunaan uang, dengan menggunakan sumber-sumber daya
yang terbatas tetapi dapat digunakan dalam berbagai cara
untuk menghasilkan berbagai jenis barang dan jasa dan
mendistribusikannya untuk kebutuhan konsumsi, sekarang dan
di masa datang, kepada berbagai individu dan golongan
masyarakat.41
Dari pengertian di atas dapat dinyatakan bahwa perilaku
ekonomi yang timbul sebagai tanggapan terhadap dorongan keinginan
manusia secara individu maupun berkelompok atau bermasyarakat
dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya menggunakan sumber
daya yang terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang terbatas
sehingga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang
tidak terbatas.
3. Kebutuhan Manusia
Kebutuhan manusia adalah keinginan masyarakat untuk
memperoleh barang dan jasa. sebagian barang dan jasa yang
dibutuhkan manusia berupa barang dan jasa tersebut bukan hanya
diproduksikan di dalam negeri, melainkan juga yang diimport dari luar
negeri. Dalam hal ini keinginan manusia dapat dibedakan menjadi dua
bentuk, yaitu keinginan yang disertai oleh kemampuan untuk membeli,
dan keinginan yang tidak disertai oleh kemampuan untuk membeli.
41
Sadano Sukirno, Mikro Ekonomi Teori Pengantar, Edisi Ketiga, (Jakarta : Rajawali
Pers, 2011), cet. 26, h. 9.
28
Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia membutuhkan barang
terutama yang terdiri dari benda yang dapat dilihat secara fisik seperti
pakaian, alas kaki, makanan, minuman, dan lain-lain. Selain itu
terdapat juga kebutuhan manusia yang tidak dapat dilihat secara fisik
seperti udara. Jasa adalah termasuk kebutuhan manusia tetapi bukan
berbentuk benda yang dapat dilihat secara fisik ataupun tidak, jasa
merupakan jenis kebutuhan layanan seseorang yang akan memenuhi
kebutuhan masyarakat. Beberapa jenis jasa
yang dibutuhkan
masyarakat antara lain, supir kendaraan angkutan umum, pelayan di
rumah makan, asisten rumah tangga, ataupun penyiar radio serta
pengisi acara televisi.
Setiap manusia memiliki kebutuhan hidup yang berbeda demi
kelangsungan hidupnya. Semua
tidak terlepas dari
pengaruh
lingkungan dan budaya manusia itu sendiri. Tetapi menurut Drs.
Lukman dan Indoyama Nasarudin terdapat empat jenis kebutuhan
manusia yang dikelompokkan secara umum, diantaranya adalah :
a) Kebutuhan pokok (basic needs)
Merupakan kebutuhan kebendaan yang sangat essensial
bagi kelangsungan hidup, yang merupakan kebutuhan dasar yang
harus terpenuhi seperti sandang, pangan, dan papan. Jadi, memang
kebutuhan pokok ini yang wajib terpenuhi paling utama. Dimana
manusia membutuhkan pakaian, makanan, dan tempat tinggal
untuk kelangsungan hidupnya.
b) Kebutuhan adat istiadat (conventional needs)
Merupakan kebutuhan manusia dalam hidup bermasyarakat
yang merupakan jati diri atau ciri khas suatu kehidupan
masyarakat,
seperti
pakaian
adat
istiadat
penganten,
dan
sebagainya. Jadi, di dalam kehidupan bermasyarakat pasti terdapat
adat istiadat yang secara langsung maupun tak langsung membuat
manusia mematuhi peraturan sesuai adat yang dimiliki.
29
c) Kebutuhan pekerjaan (occupatinal needs)
Merupakan kebutuhan manusia akan pekerjaan dan alat-alat
yang diperlukan dan dipergunakan untuk menghasilkan barangbarang dan jasa untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya,
seperti jadi pegawai atau karyawan bank. Jadi, saat seseorang
memiliki pekerjaan maka terdapat kebutuhan yang memang harus
dipenuhi dalam menunjang pekerjaan tersebut agar berjalan dengan
baik. Sebagai contoh lain bila menjadi seorang guru maka
membutuhkan seragam guru, sepatu, spidol, buku, dll.
d) Kebutuhan kepribadian (personality needs)
Merupakan
jenis
kebutuhan
pengakuan
terhadap
keberadaan diri dan kepribadian seperti status sosial, hobi, tabiat
dan pendidikan, dan sebagainya. Jadi dalam kehidupan ini setiap
manusia pasti memiliki kebutuhan untuk diri sendiri, dan setiap
orang pun berbeda kebutuhan pribadinya. 42
D. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
Penelitian Hamdi, Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, Universitas Indonesia 1995, dalam skripsi yang berjudul
“Etos Kewiraswastaan Pedagang Betawi (Studi Kasus Pada Tiga Pedagang
Betawi di Kampung Sawah, Kel. Srengseng Sawah, Kec. Jagakarsa
Jakarta Selatan)” dengan tujuan untuk mengetahui gambaran yang utuh
mengenai profil pedagang Betawi dan etos kewiraswastaannya. Hasil
analisisnya adalah tiga orang pedagang Betawi di Kampung Sawah
mempunyai suatu karakteristik yang khas dalam menjalankan roda usaha
mereka. Berdasarkan hasil pengumpulan data menunjukkan dalam
perilaku
dagang
masing-masing
kasus
dimana
terjadi
beberapa
penyimpangan pada perilaku dagang mereka dari kebiasaan yang umum
42
h. 2.
Lukman, Pengantar Teori Mikro Ekonomi, (Jakarta : UIN Jakarta Press, 2007), cet. 1,
30
berlaku dalam dunia bisnis. Faktor usia dan status sosial ekonomi masalah
unsur lain yang turut memberi corak dan nuansa tersendiri pada ketiga
kasus penelitian tersebut.43
Penelitian Siti Mumum Muhibah, Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2013, dalam
skripsi yang berjudul “Etos Kerja Buruh Perempuan di Pabrik (Studi
Kasus Buruh Perempuan PT. Sewu Nusantara Tangerang)” dengan tujuan
untuk mengetahui semangat kerja buruh perempuan di di PT. Sewu
Nusantara Tangerang. Hasil analisisnya adalah etos kerja yang dimiliki
buruh perempuan di PT. Sewu Nusantara pada distributor berbagai macam
buah-buahan segar ini memiliki etos kerja yang baik, karena dalam
pemaknaan etos kerja bahwa kerja adalah suatu keharusan bagi setiap
manusia untuk dapat memenuhi segala kebutuhan hidupnya dan
keluarganya. Dengan bekerja seseorang akan dapat menyalurkan segala
aspirasi yang ada dalam pikirannya itu ke dalam bentuk pekerjaan,
sehingga bermanfaat bagi dirinta dan orang lain.44
Penelitian Rahmawati, Jurusan Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2013, dalam
skripsi yang berjudul “Etos Kerja Masyarakat Pendatang dalam
Peningkatan Status Sosial Ekonomi di Daerah Pesanggrahan Ciputat Kota
Tangerang Selatan” dengan tujuan untuk mengetahui etos kerja
masyarakat pendatang dalam peningkatan status sosial ekonomi di daerah
Pesanggrahan Ciputat kota Tangerang Selatan. Hasil analisisnya adalah
etos kerja masyarakat pendatang berbanding lurus dengan peningkatan
status sosial ekonomi mereka. Keberhasilan yang telah dicapai oleh
masyarakat pendatang, diyakini merupakan hasil dari kerja keras dan
semangat dalam bekerja diimbangi dengan pelayanan yang baik, kejujuran
43
Hamdi, “Etos Kewiraswastaan Pedagang Betawi (Studi Kasus Pada Tiga Pedagang
Betawi di Kampung Sawah, Kel. Srengseng Sawah, Kec. Jagakarsa Jakarta Selatan)”, Skripsi pada
Universitas Indonesia, Depok, 1995, tidak dipublikasikan.
44
Siti Mumun Muhibah, “Etos Kerja Buruh Perempuan di Pabrik (Studi Kasus Buruh
Perempuan PT. Sewu Nusantara Tangerang)”, Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Jakarta, 2013, tidak dipublikasikan.
31
dalam bertransaksi, serta mementingkan kualitas produksi dagangannya
sebagai wujud tanggung jawab pedagang kepada pelanggannya. 45
Penelitian Gudiman, Jurusan Psikologi, Fakultas Psikologi, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta 2010, dalam skripsi yang berjudul “Etos Kerja
Pelaku Puasa Daud”. Hasil analisisnya adalah secara kasuisitik subjek
yang diteliti memiliki paradigma kerja dan perilaku kerja seperti yang
terdapat dalam teori 8 etos kerja Jansen Sinamo. Para subjek memahami,
menyetujui, dan meyakini bahwa kerja adalah rahmat, kerja adalah
amanah, kerja adalah panggilan, kerja adalah aktualisasi, kerja adalah
ibadah, kerja adalah seni, kerja adalah kehormatan, dan kerja adalah
pelayanan. Semua subjek juga menyetujui, merasakan, memiliki,
berkomitmen, dan mengamalkan perilaku kerja tulus penuh kesyukuran,
bekerja benar dengan penuh tanggung jawab, bekerja tuntas dilandasi
integritas, bekerja keras penuh semangat, bekerja serius teriring cinta,
bekerja dengan kecerdasan dan kreativitas, bekerja dengan tekun untuk
sebuah keunggulan, dan bekerja sempurna namun dengan kerendahan
hati.46
E. Sinopsis
Berdasarkan latar belakang dan landasan teori yang dikemukakan
sebelumnya, maka dapat diambil suatu kerangka berpikir sebagai berikut,
kerja merupakan sebuah gambaran dari eksistensi seseorang. Melalui kerja
martabat seseorang akan ditentukan. Etos kerja itu sendiri menentukan
penilaian manusia yang diwujudkan dalam suatu pekerjaann, karena
sumber daya manusia dapat menjadi alat aktif dalam pengelolaan sumber
daya alam. Etos kerja masyarakat Betawi cenderung rendah, salah satu
faktor yang menyebabkan adalah karena kurangnya kesadaran akan
45
Rahmawati, “Etos Kerja Masyarakat Pendatang dalam Peningkatan Status Sosial
Ekonomi di Daerah Pesanggrahan Ciputat Kota Tangerang Selatan”, Skripsi pada UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2013, tidak dipublikasikan.
46
Gudiman, “Etos Kerja Pelaku Puasa Daud”, Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Jakarta, 2010, tidak dipublikasikan.
32
pendidikan yang tinggi. Padahal pendidikan menjadi faktor utama
seseorang bisa mencapai kesuksesan.
Dalam etos kerja ada semacam kandungan spirit atau semangat
yang menggelak untuk mengubah sesuatu menjadi lebih bermakna. Etos
bukan sekedar bergerak atau bekerja, melainkan kepribadian yang
bermuatan moral dan menjadikan landasan moralnya tersebut sebagai
mengisi dan menggapai makna hidup, serta menggapai kebahagiaan di
dunia dan di akhirat. Dalam mendapatkan status sosial di masyarakat
terdapat dua cara yaitu dengan cara usaha sendiri dan dengan cara
mendapatkannya melalui keturunan. Seseorang bisa dikatakan berhasil
dalam upaya meningkatkan status sosial ekonomi jika ia mampu
memenuhi kebutuhan-kebutuhan dalam hidupnya, seperti kebutuhan
pokok, kebutuhan pekerjaan, kebutuhan kepribadian, dan kebutuhan adat
istiadat.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 21 Februari 2014 – 28
November 2014. Tempat dilakukannya penelitian ini di Jalan Kemiri
RT/RW 003/003, Kelurahan Pondok Cabe Udik Kecamatan Pamulang,
Kota Tangerang Selatan. Yang menjadi alasan dipilihnya lokasi ini
adalah, karena masyarakat Betawi tetap bisa bertahan hidup di antara
masyarakat pendatang yang juga bersaing dalam mencari pekerjaan.
B. Metode Penelitian
Menurut Husaini Usman, “metode ialah suatu prosedur atau cara
untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis.
Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara
kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang
bersangkutan”.1 Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, pendekatan
kualitatif adalah pendekatan yang menganalisa gejala-gejala sosial dan
budaya dengan menggunakan kebudayaan dari masyarakat yang
bersangkutan untuk memperoleh gambaran mengenai pola-pola yang
berlaku. dengan cara analisis data.
Penelitian ini juga menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu
suatu cara yang digunakan untuk menyelidiki dan memecahkan masalah
yang terjadi pada saat sekarang. Pelaksanaan metode deskriptif tidak
terbatas hanya sampai pada pengumpulan data, tetapi meliputi analisis data
1
Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), cet. 2,
h. 41
33
34
dan interpretasi tentang arti data yang didapatkan peneliti dalam bentuk
deskriptif
(menggambarkan)
realitas
objektif
untuk
memperoleh
keterangan data yang berkaitan dengan pembahasan. Pada penelitian ini
sasaran yang hendak dicapai adalah mendeskripsikan, memahami,
memaknai pengaruh etos kerja masyarakat Betawi dalam meningkatkan
status sosial ekonomi mereka.
Sebagai acuan dalam teknik penulisan skripsi ini digunakan buku
Pedoman Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, untuk memudahkan penyelesaian penulisan skripsi
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.2 Tetapi dalam penelitian kualitatif populasi biasa
disebut dengan situasi sosial, dapat berbentuk orang, tempat, dan
aktivitas. Pada penelitian ini diambil populasi masyarakat Betawi yang
tinggal di Jalan Kemiri RT/RW 003/003 Kelurahan Pondok Cabe
Udik. Dengan karakteristik masyarakat Betawi yang memang asli
keturunan dari kedua orang tuanya yang juga merupakan orang
Betawi. Dari 80 kepala keluarga Betawi, sejumlah 278 jiwa. Hanya
diambil masyarakat yang berada pada usia produktif kerja yaitu 20-50
tahun, sejumlah 172. Dan yang bekerja hanya 134 jiwa, sedangkan 38
jiwa lainnya tidak bekerja karena alasan tertentu seperti masih berada
dalam pendidikan perguruan tinggi ataupun karena sudah lanjut usia.
2
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2012), cet. 15, h. 117
35
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut.3 Pengambilan sampel dipilih dan diambil
dengan sengaja berdasarkan pertimbangan tertentu. Pada penelitian ini
yang dijadikan sampel adalah, satu orang pegawai pemerintahan di
Kelurahan Pondok Cabe Udik, ketua RW 003, ketua RT 003, serta
masyarakat Betawi dari berbagai jenjang pendidikan, dan jenis
pekerjaan yang berbeda, dan berada pada usia 20-50 tahun. Batas usia
kerja yang berlaku di Indonesia adalah berumur 15 tahun – 64 tahun.4
Namun pada kenyataannya di usia 15 tahun masih banyak yang
menerima pendidikan sekolah, dan di atas 50 tahun sudah termasuk
lansia atau pensiunan. Maka peneliti mengambil 10 orang masyarakat
Betawi yang berada pada usia 20-50 tahun yang dapat dikatakan
sebagai usia produktif untuk bekerja, bisa menilai dan bertanggung
jawab terhadap apa yang dilakukan dalam pekerjaannya.
D. Teknik Penentuan Sampel
Pada penelitian ini teknik sampling yang digunakan peneliti adalah
Purposive Sampling. Menurut Sugiyono, “Purposive Sampling yaitu
teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.
Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling
tahu tentang apa yang diharapkan sehingga akan memudahkan peneliti
untuk menjelajahi obyek atau situasi sosial yang diteliti”.5
Kecenderungan dipilihnya informan didasarkan pada posisi dengan
akses tertentu yang dianggap memiliki informasi yang berkaitan dengan
permasalahannya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi
3
Ibid., h. 118
Undang-undang Ketenagakerjaan
(http://www.hukumonline.com/pusatdata/downloadfile/fl51927/parent/13146) diakses pada
tanggal 22 September 2014.
5
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2012), cet. 15, h. 300.
4
36
sumber data yang mantap. Di dalam pelaksanaan pengumpulan data sesuai
dengan sifat penelitian yang lentur dan terbuka.
Jadi, penentuan sampel dalam penelitian kualitatif dilakukan saat
telah memasuki lapangan dan selama penelitian berlangsung. Caranya,
dengan memilih orang yang akan memberikan data yang diperlukan,
selanjutnya berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari sampel
sebelumnya itu, dapat menetapkan sampel lainnya yang dipertimbangkan
akan memberikan data lebih lengkap.
E. Teknik dan Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian kualitatif ini adalah peneliti. Peneliti sebagai
human instrument yang berfungsi menetapkan fokus penelitian. Peneliti
memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data,
menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat
kesimpulan atas temuannya.
Informan di dalam penelitian ini yaitu informan inti dan informan
kunci. Informan inti adalah yang menjadi subjek penelitian yaitu warga
Pondok Cabe Udik. Sedangkan informan kunci adalah staf pengelola
kelurahan bagian kependudukan dan sosial serta aparat setempat yaitu
ketua RT dan ketua RW. Pendekatan dilakukan secara personal melalui
tatap muka, mengingat hampir tidak ada kesulitan untuk menemui
informan karena jarak tempat tinggal peneliti dengan kelurahan tidak
terlalu jauh sehingga bisa menjalankan penelitian tanpa harus tinggal di
tempat penelitian. Setelah terbangun kedekatan dengan para informan,
peneliti melakukan observasi, wawancara mendalam atau sambil lalu dan
dengan studi pustaka.
Peneliti terjun kelapangan sendiri dengan melihat, menilai, dan
menanyakan pada sumber-sumber yang dipercaya mengetahui keseluruhan
sosial dan budaya di Pondok Cabe Udik. Peneliti juga mengandalkan hasil
dari wawancara mandiri, wawancara sambil lalu, dan data kependudukan
dari Kelurahan Pondok Cabe Udik.
37
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti harus menyadari
bahwa posisi dan peran utamanya adalah sebagai alat pengumpulan data
(human instrument)6, sehingga kualitas data yang diperoleh akan sangat
tergantung dari kualitas penelitinya. Diperlukan sikap kritis dan teliti pada
penelitian ini dalam pengumpulan data.
Untuk menjawab permasalahan penelitian, maka penulis akan
mengumpulkan data yang terdiri dari data primer dan data sekunder. Data
primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data. Sedangkan data sekunder, yaitu data-data yang tidak
langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat
dokumen. Data ini meliputi laporan-laporan kependudukan masyarakat
Pondok Cabe Udik, laporan-laporan penelitian, dan buku-buku yang
relevan dengan pokok bahasan.
Adapun untuk mengolah dan menganalisis data yang diperlukan
digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1.
Observasi, menurut
S. Margono observasi
diartikan sebagai
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang
tampak pada objek penelitian.7 Peneliti menggunakan observasi
partisipatif, yang berarti peneliti ikut mengambil bagian dalam
kehidupan orang-orang yang akan diobservasi yaitu masyarakat
betawi di Pondok Cabe Udik. Dalam hal ini peneliti juga harus
membina hubungan yang baik (good rapport) kepada para responden
atau masyarakat yang dijadikan objek penelitian.
2.
Wawancara, merupakan pembantu utama dalam teknik observasi yang
bertujuan untuk mengumpulkan keterangan tentang kehidupan
manusia dalam suatu masyarakat. Teknik wawancara dilakukan
6
Sutopo, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 2006),
cet. 2, h. 67
7
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2009), cet. 3, h. 173
38
dengan menggunakan seperangkat pedoman wawancara agar dapat
merumuskan pertanyaan dengan sempurna sehingga apa yang
ditanyakan tidak menyimpang dari pokok-pokok yang menjadi inti
wawancara. Wawancara dilakukan terhadap orang-orang yang
dianggap dapat memberikan jawaban yang sesuai dengan data yang
diinginkan. Pada penelitian ini, yang di wawancarai berjumlah 14
orang, diantaranya adalah seorang sesepuh Pondok Cabe Udik, satu
orang pegawai pemerintahan di Kelurahan Pondok Cabe Udik, ketua
RW 003, ketua RT 003, serta 10 masyarakat Betawi dari berbagai
jenjang pendidikan, dan jenis pekerjaan yang berbeda. Berikut adalah
kisi-kisi wawancaranya:
Tabel 3.1
Kisi-kisi Wawancara
Dimensi
Indikator
Jumlah
1. Budaya/agama yang
melatarbelakangi
sikap kerja
2. Persepsi
personal
sikap kerja positif
3. Persepsi
Etos Kerja
personal
sikap kerja negatif
5
4. Persepsi sosial sikap
kerja
masyarakat
Betawi
5. Pengaruh lingkungan
sosial
terhadap
pekerjaan
1. Lamanya di daerah
Masyarakat Betawi
Pondok Cabe Udik
2. Pekerjaan
pertama
5
39
kali di Pondok Cabe
Udik
3. Pekerjaan
yang
sekarang dijalani
4. Suka duka terhadap
pekerjaan
yang
dijalani
5. Sikap bersyukur atas
pekerjaan
yang
dijalani
1. Pendapatan
setiap
bulan
2. Pengeluaran
setiap
bulan
Status Sosial
Ekonomi
3. Kebutuhan
yang
sudah terpenuhi
4. Kebutuhan
5
yang
belum terpenuhi
5. Usaha
untuk
memenuhi
kebutuhan
3.
Dokumentasi, dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karyakarya dari seseorang. Dokumen gambar merupakan pelengkap dari
penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian ini.
Hasil dari obervasi atau wawancara, akan lebih dipercaya kalau
didukung oleh gambar berupa foto-foto yang diambil oleh peneliti
dengan responden pada saat observasi maupun saat wawancara
berlangsung.
40
G. Teknik Pengecekan Keabsahan Data
Dalam teknik pengecekan keabsahan data atau uji keabsahan data
dalam penelitian, ditentukan pada uji validitas dan realibitas. Validitas
merupakan derajad ketepatan antara data yang terjadi pada obyek
penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti, sedangkan
realibitas berkenaan dengan derajad konsistensi dan stabilitas data atau
temuan yang ada dilapangan.
Dalam penelitian kualitatif terdapat dua macam validitas
penelitian, yaitu validitas internal yang berkenaan dengan derajad akurasi
desain penelitian dengan hasil yang dicapai. Jika dalam desain penelitian
dirancang untuk meneliti etos kerja masyarakat Betawi, maka data yang
diperoleh seharusnya adalah data yang akurat tentang etos kerja
masyarakat Betawi.
Jadi, uji keabsahan data ini dilakukan dengan perpanjangan waktu
penelitian
dimaksudkan
agar
data-data
yang
diperoleh
peneliti
memungkinkan adanya peningkatan derajat kepercayaan, sehingga dapat
terbangun kepercayaan diri para responden terhadap kepercayaan diri
peneliti sendiri.
Triangulasi data, ialah memeriksa keabsahan data melalui sumber,
metode penyidik teori. Triangulasi data dengan sumber yang digunakan
untuk mencocokan hasil wawancara dengan data yang diperoleh dari hasil
pengamatan dan dokumentasi, membandingkan apa yang dikatakan
informan dalam memberikan informasi data di depan umum dengan apa
yang dikatakan secara pribadi.
Mathinson mengemukakan bahwa nilai dari teknik pengumpulan
data dengan triangulasi adalah untuk mengetahui data yang diperoleh
meluas, tidak konsisten atau kontradiksi. 8 Oleh karena itu dengan
menggunakan teknik triangulasi, maka data yang diperoleh akan lebih
konsisten, tuntas, dan pasti.
8
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2012), cet. 15, h. 332.
41
Terakhir, pemeriksaan keabsahan data yang diperoleh dalam proses
pelaksanaan pengumpulannya. Pelaksanaannya dengan melihat serta
mencocokan semua catatan-catatan pelaksanaan keseluruhan proses
dengan dokumen yang berkaitan dengan fokus penelitian.
H. Teknik Analisis Data
Analisis data pada penelitian kualitatif adalah proses pelacakan dan
pengaturan secara sistematis transkrip wawancara, catatan lapangan, dan
bahan-bahan lain yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman
terhadap bahan-bahan tersebut agar dapat diinterpretasikan temuannya
kepada orang lain.9
Dalam penelitian kualitatif berdasarkan kurun waktunya, data
dianalisis pada saat pengumpulan data dan setelah selesai pengumpulan
data. Pada waktu pengumpulan data di lapangan, peneliti sudah melakukan
analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila peneliti merasa kurang
memuaskan, maka peneliti akan mengajukan pertanyaan lagi, sampai pada
tahap
tertentu,
diperoleh
data
yang
dianggap
kredibel.
Saat
pelaksanaannya, data yang diperoleh berasal dari informasi lapangan,
dijadikan bentuk uraian, kemudian dikaitkan dengan data yang sudah ada
untuk mendapatkan kejelasan atau kebenaran akan memperoleh gambaran
baru atau nguatkan gambaran yang sudah ada.
I. Refleksi Penelitian
Pada penelitian ini saat awal observasi peneliti mendatangi
lingkungan jalan Kemiri RT 003/RW 003 untuk melihat keadaan
masyarakat Betawi pada daerah ini. Peneliti merasa tertarik karena di
daerah ini masyarakat Betawi terlihat dapat bersaing dengan masyarakat
pendatang, kehadiran masyarakat pendatang tak membuat mereka
kehilangan kesempatan untuk tetap bekerja. Peneliti ingin mengetahui
9
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2009), cet. 3, h. 217
42
apakah masyarakat Betawi di daerah Pondok Cabe Udik ini memiliki etos
kerja.
Setelah melakukan observasi pribadi melihat lingukngan sekitar,
peneliti lalu membuat surat izin penelitian untuk memudahkan jalannya
penelitian ini dalam mencari informasi lebih mendalam lagi. Pada tanggal
15 Agustus 2014, orang pertama yang peneliti kunjungi untuk
diwawancarai ialah Bapak Sudirman yang merupakan sesepuh di Pondok
Cabe Udik, di kediamannya peneliti banyak mendapatkan informasi
mengenai sejarah Pondok Cabe Udik. Bagaimana kondisi sosial, ekonomi,
dan geografis pada zaman dulu, sampai mengapa daerah itu dinamakan
Pondok Cabe Udik.
Setelah surat izin penelitian sudah berada ditangan peneliti, maka
peneliti mendatangi kediaman Bapak RT 003 pada tanggal 25 Agustus
2014 untuk meminta data penduduk sekaligus wawancara dengan Bapak
RT yang bernama Hasan sesuai dengan pedoman wawancara yang sudah
dibuat. Saat di kediaman Bapak RT, peneliti bertemu dengan dua orang
masyarakat Betawi yang kebetulan memenuhi kriteria untuk diwawancarai
juga. Maka peneliti mewawancarai Ibu Armah dan Bapak Amsar.
Selanjutnya setelah mendapatkan data dari Bapak RT, pada tanggal 27
Agustus 2014 peneliti mengunjungi kediaman Bapak RW 003 yang
bernama Bahrudin untuk melengkapi data dan informasi yang masih dirasa
kurang. Peneliti juga mengunjungi Kelurahan Pondok Cabe Udik untuk
meminta data kependudukan RT 003/RW 003 yang terletak di jalan
Kemiri pada tanggal 27 Agustus 2014, pada hari itu peneliti langsung
bertemu dengan salah satu staf bagian kependudukan bernama Bapak
Herwan. Waktu untuk melakukan wawancara diambil pada bulan Agustus
sampai September. Sampai peneliti mendapatkan data yang cukup dari
para masyarakat Betawi yang terpilih untuk mewakili sebagai responden.
Di dalam penelitian ini memang terdapat suka maupun duka. Suka
yang dirasakan peneliti adalah dapat berbaur akrab dengan masyarakat
Betawi khususnya yang menjadi responden, ikut dalam kegiatan pekerjaan
43
mereka selama peneliti turun ke lapangan langsung, dan mendapatkan
banyak pelajaran hidup yang berharga dari mereka. Sedangkan dukanya
seperti sulit mendapatkan data kependudukan yang jelas di RT setempat
karena pada periode ini ketua RT 003 baru menjabat, selain itu Kelurahan
juga tidak cukup lengkap memiliki data untuk deskripsi daerah penelitian.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Daerah Penelitian
1. Sejarah Singkat Pondok Cabe Udik
Kelurahan Pondok Cabe Udik merupakan salah satu dari
delapan bagian wilayah Kecamatan Pamulang Kota Tangerang
Selatan. Pada tahun 1939 kelurahan ini masih bernama Camat Komite
Pondok Cabe Udik. Pada saat itu kepala desa dipilih berdasarkan siapa
yang mau mencalonkan diri, dan biasanya dari kalangan jawara
wilayah ini.1 Pondok Cabe terbagi menjadi dua wilayah, yaitu Pondok
Cabe Udik dan Pondok Cabe Ilir. Adanya Ilir dan Udik rupanya saling
keterkaitan satu dengan yang lainnya. Dua Pondok Cabe Udik dan
Pondok Cabe Ilir hampir sama corak dan kulturnya. Namun kemudian,
saling terkait akan tetapi dua - duanya bukan berasal dari pemekaran
wilayah sejak awalnya.
Konon kabarnya di wilayah ini ada dua wali yang berwujud
wanita dan laki - laki. Wali sosok wanita yang tinggal di Pondok Cabe
Ilir dan wali bersosok lelaki dengan gagah perkasa tinggal di Pondok
Cabe Udik. Dulunya sosok kedua inilah yang menjadi cikal bakal
wilayah tersebut hingga kini berdiri. Meski demikian, keberadaannya
tidak dapat di buktikan secara tertulis. Sementara peninggalan Masjid
Agung Al Ikhlas yang berada di Ilir dijadikan sebagai bukti bahwa
keberadaan asal - usul tersebut memang ada. Info dilapangan yang
tersebar dari
sesepuh dulu hingga kini menunjukkan bahwa cikal
1
Wawancara pribadi dengan sesepuh Pondok Cabe Udik bapak Sudirman, tanggal 15
Agustus 2014
44
45
bakal kedua wilayah tersebut berawal dari 'kruhun' atau disebut orang
setempat sebagai orang tua dulu.2
Sementara merujuk kepada asal - usul penamaan udik karena,
banyak orang yang hilir dan mudik. Orang yang pergi ke Jakarta
memang harus melewati ilir, sebagaimana letak geografis antara ilir
dan udik. Posisi ilir adanya disebelah utara sebagaimana disebut
didaerah perlintasan kota. Sementara udik disebelah selatan dengan
istilah mudik, sehingga disebut hilir - mudik.
Nama Pondok Cabe menurut sesepuh dicetuskan karena pada
zaman dahulu kala wilayah ini adalah tempat persinggahan para
penjual cabe. Di wilayah Pondok Cabe Udik sendiri mayoritas
penduduknya memang beretnis Betawi, dengan presesntase 25%
keturunan Cina dan 75% keturunan asli pribumi.3 Pada tahun 1940
keadaan geografis wilayah Pondok Cabe Udik sebagian besar masih
berupa tanah lapang dan hanya dibeberapa titik saja terdapat
pemukiman penduduk. Saat itu, daerah udik masih belantara
pepohonan dan dataran rendah yang ditumbuhi padi dipersawahan.
Untuk dataran tergalan ditumbuhi palawija, jagung, dan umbi umbian.
Pekerjaan penduduk setempat rata – rata petani ladang, sawah,
dan buruh. Pada masa tersebut daerah itu juga sering disinggahi orang
- orang yang berasal dari daerah Bogor dan Sukabumi yang berjualan
panci, dandang, dan kukusan.4 Dahulu kala penduduk bisa dengan
bebas mematok seberapa luas tanah yang mereka ingin miliki lalu
pemerintah memberikan girik (surat kepemilikan tanah). Itu lah
2
Wawancara pribadi dengan staf pemerintahan kelurahan Pondok Cabe Udik bapak
Herwan, pada tanggal 29 Agustus 2014
3
Wawancara pribadi dengan sesepuh Pondok Cabe Udik bapak Sudirman, pada tanggal
15 Agustus 2014
4
Wawancara pribadi dengan staf pemerintahan kelurahan Pondok Cabe Udik bapak
Herwan, pada tanggal 29 Agustus 2014
46
sebabnya sebagian besar pribumi yang tinggal di daerah ini memiliki
rumah dengan lahan yang sangat luas.
2. Kondisi Geografis dan Demografis
Daerah Pondok Cabe Udik mempunyai luas wilayah 514
hektar. Secara administratif, kelurahan Pondok Cabe Udik berbatasan
dengan kelurahan Pondok Cabe Ilir di sebelah utara, kali pesanggrahan
di sebelah timur, kelurahan Cinangka di sebelah selatan, dan kelurahan
Pamulang Timur di sebelah barat. Sedangkan RT/RW 003/003 terletak
dijalan Kemiri dengan luas wilayah 3000 meter.5
Kondisi iklim di daerah Pondok Cabe Udik masih asri,
dikarenakan masih banyak pepohonan yang tumbuh disekitar jalan dan
di lingkungan rumah-rumah warga. Ketika pagi hari cerah pun tak
jarang masih terdapat kabut yg menyelimuti daerah ini. Banyaknya
daerah serapan air membuat Pondok Cabe Udik hampir tidak pernah
terdengar banjir ketika musim hujan tiba.
Pondok Cabe Udik merupakan daerah pinggiran yang justru
terbilang ramai karena menjadi penghubung antara Jakarta Selatan
dengan Tangerang Selatan. Tidak sedikit dari warga yang bekerja di
Jakarta Selatan dan sekitarnya memiliki rumah di daerah ini. Itu yang
menyebabkan Pondok Cabe Udik mengalami kemacetan lalu lintas di
jam-jam tertentu seperti pada pukul 06.00-09.00 WIB dan pukul 16.0018.00 WIB.
Selain itu, sebagai daerah penghubung, Pondok Cabe Udik dan
sekitarnya memiliki cukup banyak pembangunan perumahan dari yang
biasa maupun elit. Banyaknya lahan kosong di daerah ini
dimaanfaatkan oleh pihak tertentu untuk mencari keuntungan dari
mendirikan perumahan-perumahan baru bergaya minimalis.
5
Data Kependudukan Kelurahan Pondok Cabe Udik tahun 2014
47
3. Kondisi Ekonomi dan Sosial Budaya
Wilayah Pondok Cabe Udik merupakan daerah pinggiran
Jakarta bagian Selatan, yang termasuk dalam kota Tangerang Selatan.
Zaman dahulu kala di daerah perkampungan Pondok Cabe Udik masih
sangat pedesaan. Mayoritas penduduk Pondok Cabe Udik adalah orang
Betawi blasteran Cina yang memiliki rumah dengan tanah yang luas
beserta kebunnya.6 Itu yang membuat para pendatang menyebutnya
dengan Cina Benteng, karena pager rumah orang Cina di Pondok Cabe
Udik yang dibuat dengan semen menyerupai benteng-benteng.
Sistem kepercayaan masyarakat pribumi maupun pendatang di
Pondok Cabe Udik terbilang beragam, meskipun mayoritas memang
Islam tetapi tak jarang beragama Konghucu karena Betawi asli daerah
ini sebagian masih keturunan Cina. Di jalan Kemiri pun terdapat satu
Klenteng yang merupakan tempat ibadah agama Konghucu. Namun
berdasarkan keberagaman tersebut, masyarakat Pondok Cabe Udik
masih selalu hidup rukun dan damai di dalam sebuah perbedaan
kepercayaan dan etnis. Rasa saling menghargai sangat kental terlihat
dalam lingkungan daerah ini.
Masyarakat Betawi yang tinggal di pinggiran kota Jakarta,
masih dimungkinkan untuk melakukan usaha-usaha pertanian, baik
tani sawah, tani buah-buahan atau petani buruh. Mayarakat di Pondok
Cabe Udik yang sebagian besar warga Betawi, memiliki mata
pencaharian yang beragam dikarenakan perkembangan zaman.
Walaupun hanya dengan berbekal pendidikan yang tidak tinggi,
setidaknya masyarakat Betawi masih berusaha untuk selalu bisa
memenuhi
6
2014
kebutuhan
hidupnya
sehari-sehari.
Bagi
yang
Wawancara pribadi dengan ketua RW 003 bapak Bahrudin, pada tanggal 27 Agustus
48
berpendidikan, tidak sedikit menjadi karyawan, baik karyawan negeri
maupun swasta. Banyak pula yang berwiraswasta sebagai pengusaha,
pedagang, buruh, dan lain-lain. Keberagaman mata pencaharian tak
terlepas dari faktor semakin banyaknya pendatang yang singgah di
daerah ini, menjadikan persaingan dalam mencari nafkah semakin
kuat.
Di Pondok Cabe Udik sistem kemasyarakatannya masih sangat
kental karena sebagian besar penduduk disini memang masih satu
kerabat. Seperti kita ketahui, Betawi memang mempunyai ciri untuk
tinggal berdekatan di antara keluarganya. Karena memang pada zaman
dahulu tanah yang mereka miliki sangat luas, sehingga satu lingkup
RT saja bisa benar-benar masih satu keluarga. Tempat tinggal yang
dimiliki orang Betawi di daerah ini sebagian besar masih merupakan
warisan peninggalan nenek atau orang tua terdahulu mereka yang pada
zaman dahulu hanya dengan mematok tanah dan menanam buah atau
sayuran maka mereka bisa langsung memiliki lahan tersebut.
Watak orang Betawi pun sudah turun temurun membiasakan
anak atau kerabat untuk tinggal tetap satu wilayah dan jarang untuk
meninggalkan wilayah mereka sejak lahir disebabkan karena faktor
adat. Salah satu ciri masyarakat Betawi adalah tidak suka merantau.
Salah satu alasannya, bahwa untuk pergi ke luar dari daerahnya
tertentu memerlukan biaya, sedangkan masyarakat Betawi yang relatif
kemampuan ekonominya terbatas, menyebabkan mereka lebih suka
tinggal dan mencari nafkah di sekitar lingkungan atau tempat
tinggalnya sendiri. Seperti yang dituturkan oleh Bapak Hasan, “sesuai
dengan yang biasanya terkenal di masyarakat luas Betawi memang
singkatan dari betah di wilayah”.7
7
Wawancara pribadi dengan ketua RT 003 bapak Hasan, pada tanggal 25 Agustus 2014
49
Bahasa yang digunakan masyarakat Pondok Cabe Udik
mayoritas Betawi, tetapi karena sudah terjadi percampuran budaya dari
masyarakat pendatang maka bahasa Betawinya sudah tidak begitu
kental. Pada zaman dahulu memang daerah ini masih asli
menggunakan bahasa Betawi namun, seiring dengan perkembangan
zaman mulai banyak orang Betawi asli daerah ini yang menikah silang
dengan para pendatang yang beretnis selain Betawi, seperti Jawa, dan
Sunda. Itu yang menyebabkan bahasa Betawi di daerah ini mengalami
sedikit kelunturan yang tercampur oleh bahasa dari etnis lain.
Ilmu pengetahuan itu sangat penting terlebih lagi dalam hal
memajukan pembangunan serta mengembangkan sumber daya
manusia yang ada. Pada masyarakat Betawi kesadaran akan
berpendidikan masih kurang. Masyarakat Betawi kurang sadar bahwa
ilmu pengetahuan adalah sebuah prioritas bukan hanya untuk kaum
laki-laki tetapi juga untuk perempuan.
Sangat penting menghapus stereotipe bahwa perempuan tidak
wajib menggali ilmu pengetahuan lebih dan hanya sebatas ibu rumah
tangga di kalangan masyarakat Betawi. Secara langsung ataupun tidak
langsung ilmu pengetahuan sangat berpengaruh besar, terutama dapat
merubah pola pikir masyarakat Betawi tentang etos kerja yang rendah
dan dapat memodernisasi sesuai perkembangan zaman.
Tetapi pada kenyataannya pendidikan masih sangat minim
untuk dijadikan prioritas pada kehidupan masyarakat Betawi.
Kurangnya kesadaran akan pendidikan ini yang menyebabkan
ditemukannya beberapa anak yang putus sekolah dan lebih memilih
bekerja di usia muda, atau sebagian dari mereka lebih memilih untuk
langsung berkeluarga selepas masa SMP (Sekolah Menengah
Pertama).
50
Selain itu juga rendahnya tingkat pendidikan mereka karena
masyarakat Betawi masih kuat memegang adat. Unsur yang memberi
pengaruh kuat pada budaya Betawi adalah agama Islam dengan sistem
keyakinan, nilai-nilai, serta kaidah-kaidahnya. Sebagian besar orang
Betawi adalah penganut Islam, dan tergolong penganut yang taat.
Agama tersebut menjadi unsur penting yang mengikat mereka
memberi ciri sebagai satu kelompok etnik.
B. Deskripsi Data
Jumlah kepala keluarga masyarakat Betawi di RT/RW 003/003
kelurahan Pondok Cabe Udik sebanyak 80. Dengan rincian jumlah
penduduk sebagai berikut: laki-laki 162 jiwa, dan perempuan 116 jiwa,
dengan total keseluruhan penduduk Betawi 278 jiwa.
Tabel 4.1
Kelompok Penduduk Betawi Menurut Usia
No
Kelompok Usia
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
1
0-4
8
4
12
2
4-9
11
8
19
3
10 - 14
13
9
22
4
15 - 19
14
10
24
5
20 - 24
17
13
30
6
25 - 29
15
10
25
7
30 - 34
12
18
30
8
35 - 39
20
12
32
9
40 - 44
18
15
33
10
45 - 49
13
9
22
11
50 - 54
8
3
11
12
55 - 59
7
3
10
13
60 - 64
4
1
5
14
65 – ke atas
2
1
3
51
162
116
278
Sumber data: RT 003 Tahun 2014
Tabel 4.2
Mata Pencaharian Penduduk Betawi RT. 003 Tahun 2014
No
Jenis Pekerjaan
Laki-Laki Perempuan
1
Petani
3
2
Buruh tani
5
3
Buruh migran
4
Buruh pabrik
11
5
Pegawai Negeri Sipil
1
6
Pengrajin industri rumah tangga
1
7
Pedagang
2
8
Peternak
2
9
Nelayan
10
Montir
11
Dokter swasta
12
Bidan swasta
13
Perawat swasta
14
TNI
15
POLRI
16
Pensiunan PNS/TNI/POLRI
17
Pengusaha kecil dan menengah
18
Pengacara
19
Notaris
20
Dukun kampung terlatih
21
Jasa pengobatan alternatif
22
Dosen swasta
23
Guru swasta
24
Pengusaha besar
4
5
1
1
1
2
52
25
Arsitek
26
Seniman/Artis
27
Karyawan swasta
29
28
Ojek
15
29
Parkir
10
30
Pembantu rumah tangga
31
Pekerja serabutan
11
20
10
Jumlah
92
42
Sumber data: RT 003 Tahun 2014
Jika dilihat dari tabel di atas mata pencaharian masyarakat Betawi
mayoritas bekerja pada sektor informal yang tidak membutuhkan
pendidikan tinggi. Atau bisa dikatakan pendidikan bukan lah menjadi hal
utama untuk seseorang bisa memperoleh pekerjaan. Namun demikian,
kemampuan yang mereka dapatkan dari luar sekolah itu yang digunakan
untuk menjadi bekal keahlian dalam menjalankan suatu pekerjaan demi
mendapatkan penghasilan.
C. Deskripsi Masyarakat Betawi Pondok Cabe Udik
Tabel 4.3
Data Responden Masyarakat Betawi
No
Nama
Usia
Pekerjaan
Pendidikan
1
Amsar
25 tahun
Karyawan Swasta 8
SD
2
Armah
50 tahun
PRT
SD
30 tahun
Polisi
D3
Pedagang
SD
3
8
Ahmad
Alfian
4
Yunih
45 tahun
5
Babas
52 tahun
Jasa Pengobatan
Alternatif
Bekerja di PT. Bina Karya Alumunium, sebagai supir.
SMP
53
Karyawan Swasta 9
6
Dalih
34 tahun
7
Ina Rosita
23 tahun
8
Narin
38 tahun
Satpam
SD
9
Simin
42 tahun
Ojek
SD
10
Uka
29 tahun
Montir
SMP
Karyawan
Swasta10
SMP
SD
Pertama, Amsar merupakan warga Betawi asli yang tinggal di
Pondok Cabe Udik sejak ia lahir. Ia bekerja sebagai karyawan swasta
di PT. Bina Karya yang bergerak di bidang pembuatan alat rumah
tangga dari bahan dasar alumunium. Amsar adalah salah satu supir
pengangkut barang jadi dari PT. Bina Karya yang akan dikirimkan ke
seluruh wilayah pulau Jawa dan sekitarnya. Ketika masih bujangan
Amsar hanya bekerja serabutan, tetapi sejak sudah menikah ia
memutuskan mencari pekerjaan yang berpenghasilan tetap setiap
bulannya demi menghidupi keluarga. Amsar baru memiliki satu putra
yang masih duduk dibangku SD.
Setiap hari ia berangkat bekerja pada pukul 08.00 WIB, sampai
dengan pukul 17.00 WIB. Mengenai kegigihannya dalam bekerja ia
sering mengambil jam lembur, bagi Amsar bekerja dengan baik dan
selalu berusaha tepat waktu merupakan cara kerja yang positif. Di
dalam setiap pekerjaan pasti Amsar tak luput dari yang namanya
masalah, seperti pada suatu hari ia pernah terlambat berangkat untuk
pengiriman ke luar kota yang harusnya sudah jalan pada pukul 12
malam dan ia baru berangkat jam 3 dini hari. “Sebenernya hal-hal
kayak itu gak boleh terjadi, tapi ya namanya kita manusia ada aja
9
Bekerja di Perusahaan Kopkar Persat Unit Pondok Cabe Golf, sebagai caddy.
Bekerja di PT. Dream Ware, sebagai pembuat pola jaket.
10
54
khilafnya. Segala lupa pasang alarm dan kebutulan lupa minta ingetin
istri. Jadi dah kebablasan tidur...”.11
Sedangkan hubungannya dengan sesama pekerja yang satu
profesi Amsar mengaku baik-baik saja karena berfikir sama-sama
mencari nafkah dan tak ingin cari masalah dengan orang lain. Sampai
saat ini ia sangat menikmati pekerjaan yang dijalaninya dan akan tetap
berusaha mencari nafkah demi keluarga.
Dengan berbekal pendidikan yang hanya tamatan SD ia sudah
merasa
bersyukur
mendapatkan
pekerjaan
yang layak
untuk
menghidupi keluarga kecilnya. Meskipun tidak memiliki tabungan di
bank, setidaknya ia mampu memenuhi pendidikan putranya dan sudah
bisa
membantu
keluarga
(kakak)
dalam
membiayai
sekolah
keponakannya. Penghasilan Amsar dalam sebulan mencapai Rp.
2.000.000 per-bulan, yang dibayarkan setiap minggunya sebesar Rp.
500.000. Tetapi jika ada lemburan, dalam sebulan Amsar bisa
menerima Rp. 3.200.000. Saat sakit, Amsar biasa memeriksakan
kesehatannya ke klinik dekat rumah menggunakan jaminan kesehatan
(jamkes) dari tempat ia bekerja. Amsar memang masih tinggal bersama
mertua, tetapi ia sudah bisa mendirikan warung sembako kecil untuk
tambahan penghasilan sehari-sehari, warung tersebut dijaga oleh sang
istri yang hanya sebagai ibu rumah tangga. “Alhamdulillah fasilitas
kebutuhan mah hampir lengkap ya semua ada tuh TV, kulkas, mesin
cuci, motor, palingan mobil doang yang belom punya. Pengennya mah
punya rumah sendiri dulu dah. Aamiin...”.12
Kedua, Armah ialah salah satu wanita di Pondok Cabe Udik
RT 003 yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga (PRT) di 3 pintu
rumah sekaligus. Armah sejak lahir sudah tinggal dan menjadi
masyarakat Betawi asli Pondok Cabe Udik. Latar belakang Armah
11
12
Wawancara pribadi dengan bapak Amsar, pada tanggal 25 Agustus 2014
Wawancara pribadi dengan bapak Amsar, pada tanggal 25 Agustus 2014
55
bekerja karena ia pribadi merasa bosan jika hanya dirumah, dan untuk
mengisi waktu luangnya ia memilih bekerja sebagai pembantu rumah
tangga di perumahan sekitar tempat tinggalnya. Setiap hari ia
berangkat pada pukul 06.30 WIB. Armah hanya bekerja 3 jam pada
setiap pintu rumah, jadi ia memakan waktu 9 jam untuk pekerjaannya
menjadi pembantu rumah tangga di 3 pintu. Yang dikerjakan antara
lain, menyuci, menggosok, dan mengepel lantai. Rajin bekerja dan
kejujuran merupakan cara yang ia selalu terapkan mengenai
kegigihannya dalam menjalankan pekerjaan. “Kalo gak sakit banget
yang sampe gak bisa bangun saya mah tetep be kerja, abisan kalo di
rumah doang juga malahan bosen gitu bengong aja”.13
Armah jujur membutuhkan kesabaran ekstra di dalam
pekerjaannya ini, masalah yang ia dapatkan memang tidak besar tetapi
butuh kesabaran jika mendapatkan majikan yang banyak bicara, atau
majikan yang kurang menghargai hasil pekerjaannya. Walaupun di
daerah Pondok Cabe Udik ini pembantu rumah tangga tidak sedikit
Armah mengaku menjalin hubungan baik dengan sesama pekerja yang
satu profesi. Dan ia juga sangat menikmati pekerjaannya. Bekerja pada
3 pintu rumah merupakan cara ia untuk meningkatkan penghasilan,
“Ya awalnya saya kan cuma megang 1 pintu aja, tapi masih sanggup
dan waktu nganggur di rumah doangnya kebanyakan. Jadi aja udah
megang 3 pintu sekarang”.14
Dari tiap pintu Armah memperoleh gaji sebesar Rp. 700.000
per-bulan. Hasilnya sangat lumayan untuk membantu memenuhi
kebutuhan hidup sehari-sehari dan dapat memenuhi pendidikan kedua
anaknya, karena suami Armah hanya bekerja serabutan. Jika di total ia
memperoleh Rp. 2.100.000 per-bulan dari 3 pintu rumah. Armah tidak
memiliki pekerjaan sampingan kecuali pembantu rumah tangga yang
13
14
Wawancara pribadi dengan ibu Armah, pada tanggal 25 Agustus 2014
Ibid,.
56
merangkap ibu rumah tangga. Dengan bekerja sebagai pembantu
rumah tangga Armah mengaku kebutuhan pokoknya terpenuhi jika
ditambah dengan pendapatan suaminya yang memang tak menentu.
Saat ini ia tinggal di rumah sendiri dan terdapat fasilitas seperti TV,
kulkas, kipas angin, motor. Jika sakit Armah biasa memeriksakan
kesehatannya ke puskesmas terdekat. Armah mengaku pernah sesekali
membantu keluarga atau orang lain yang sedang membutuhkan
pertolongan dengan menyumbang sedikit dari penghasilannya setiap
bulan.
Ketiga, Ahmad Alfian merupakan seorang anggota kepolisian
Republik Indonesia. Bapak satu anak ini berlatar belakang pendidikan
pada bidang penerbangan. Tetapi karena kegigihannya untuk
mensejahterakan keluarga beliau mengikuti tes menjadi anggota
kepolisian, saat lolos ia pun menerima pendidikan militer selama 3
bulan. Sejak kecil Alfian sudah tinggal di Pondok Cabe Udik bersama
dengan orang tuanya yang memang masyarakat Betawi asli. Sebelum
memutuskan untuk mengikuti tes menjadi anggota kepolisian Alfian
bekerja sebagai kurir yang membawa uang untuk pengisian ATM.
Yang melatarbelakangi Alfian bekerja sebagai anggota
kepolisian adalah untuk menatap masa depan, karena baginya menjadi
anggota
kepolisian
dapat
menjamin
kehidupan
pribadi
dan
keluarganya. Sebagai seorang anggota kepolisian ia bekerja tak kenal
waktu, bahkan di jadwal libur saja masih harus tetap dalam keadaan
siaga jika ada panggilan darurat. Ditambah lagi jika libur karena ada
hari besar justru ia harus masuk, contoh pada hari raya idul fitri, dan
lain-lain. Kegigihan Alfian dalam menjalankan pekerjaannya yaitu
dengan menunjukkan dedikasi yang tinggi, selalu semangat, pantang
lelah, dan siap dalam menjalankan segala tugasnya. Masalah pada
pekerjaannya hanya terdapat pada pengaturan waktu dengan keluarga,
dan
Alfian
dapat
mengendalikan
masalah
tersebut
dengan
57
memanfaatkan waktu sebaik mungkin dengan keluarga terutama anak
jika ada jadwal libur, dengan mengajak anak bermain seharian di
rumah atau jalan-jalan ke luar rumah untuk refreshing.
Alfian mengungkapkan sangat menikmati pekerjaan ini, ia
merasa bangga dan puas dengan apa yang ia miliki saat ini. Pekerjaan
yang penuh tanggung jawab, keluarga yang selalu mendukung dengan
semangat dan doa. Semua ia dapatkan berkat kerja keras dan usaha
yang dijalaninya sebelum menjadi seperti sekarang. Dan ia mengaku
semuanya bukanlah hal yang mudah. Cara yang dilakukan Alfian
dalam meningkatkan penghasilan dari pekerjaan yang dijalaninya ialah
membantu tetangga-tetangga sekitar atau orang yang membutuhkan
bantuan dalam mengurus surat-surat yang berkaitan dengan kepolisian,
contoh: perpanjang stnk. “Setidaknya untuk perpanjang stnk bisa 5
menit jadi dengan bantuan saya, tetap sesuai prosedur tetapi bedanya
tidak mengantri karena kan itungannya lewat orang dalam. Untuk
pembayarannya memang sedikit berbeda dengan harga aslinya karena
lebih cepat. Saling menguntungkan lah prinsipnya”.15
Selain itu juga ia menerima bila ada masyarakat yang ingin
dikawal dalam acara-acara tertentu. Itu yang menjadi penghasilan
tambahan untuk Alfian. Dari hasil usahanya ia mengaku dipergunakan
untuk kebutuhan sehari-hari dan tak lupa untuk menabung di bank.
Pengasilan Alfian mencapai Rp. 2.500.000 per-bulan belum termasuk
tunjangan yang ia terima. Ia fokus pada pekerjaan ini dan tidak
memiliki pekerjaan sampingan lainnya. Dengan penghasilan tersebut
Alfian mengaku bisa memenuhi kebutuhan pokoknya.
Ia memiliki satu orang putri yang masih menerima pendidikan
pada taman kanak-kanak (TK). Saat ini ia menempati rumah milik
sendiri, dan terdapat fasilitas yang lumayan memadai seperti TV,
15
Wawancara pribadi dengan bapak Alfian, pada tanggal 30 Agustus 2014
58
kulkas, mesin cuci, dan lain-lain. Ia memiliki dua buah kendaraan
bermotor di rumah, satu untuk ia pakai bekerja sehari-hari, dan satunya
lagi untuk istri yang mengantar jemput anaknya sekolah. Untuk
masalah kesehatan Alfian dan keluarga biasa memeriksakan diri ke
klinik atau rumah sakit terdekat jika sakitnya ringan saja, tetapi jika
sakitnya memerlukan biaya yang tinggi atau parah ia ke RS Polri untuk
mendapatkan perawatan intensif secara gratis. Sejauh ini Alfian suka
membantu
saudara
atau
orang
lain
yang
memang
sedang
membutuhkan baik dalam bentuk materi atau non materi, dan masih
suka memberi orang tuanya dalam bentuk materi walaupun tak
seberapa jumlahnya.
Keempat, Yunih ibu dari dua anak ini memang sejak lahir
tinggal di Pondok Cabe Udik. Yunih adalah single parents karena
suaminya pergi meninggalkan ia sejak anak-anaknya masih kecil.
Sebelum menjalani pekerjaannya yang sekarang yaitu pedagang
makanan, Yunih bekerja sebagai pembantu rumah tangga (PRT).
Karena kekurangan dalam faktor ekonomi dari pekerjaannya
terdahulunya sebagai PRT maka ia lebih memilih membuka gubuk di
halaman rumahnya untuk menjadi pedagang makanan. Setiap hari ia
mulai berjualan sejak pukul 06.00 WIB sampai pukul 19.00 WIB. Pada
pagi hari ia menjual makanan seperti nasi uduk, dan lontong sayur
yang akan habis sampai pukul 09.00 WIB setelah itu dilanjutkan
dengan menjual gado-gado sampai ia menutup warungnya.
Menurut Yunih dalam menjalankan pekerjaannya tersebut
harus dengan niat yang kuat, pantang menyerah, dan selalu berusaha
bekerja dengan jujur. Dengan segala bentuk kegigihan yang ia
terapkan tak terlepas dari permasalahan yang dihadapi dalam
menjalankan pekerjaan ini, salah satunya adalah pendapatan yang ia
terima perharinya tak selalu seimbang. “tergantung cuaca juga sih,
kalo lagi ujan-ujan mah kadang jarang yang beli. Orang pada larinya
59
ke makanan yang seger kayak bakso gitu dah. Jadi ya palingan
masalahnya cuma kalo lagi kurang laris aja gitu”.16
Yunih mengaku berhubungan baik dengan sesama pedagang
makanan di daerah Pondok Cabe Udik ini, seperti pemilik warung
sunda (WarSun), warung tegal (WarTeg), dan berbagai macam
makanan lainnya. Jika dibandingkan dengan pekerjaan sebelumnya
yaitu menjadi PRT, ia merasa lebih menikmati yang sekarang. Karena
sesuai dengan kemampuan dan hobinya yaitu memasak. Baginya
bekerja harus sesuai dengan keahlian dan sesuai dengan keinginan hati,
jika tidak maka pekerjaan yang dijalani tidak akan memuaskan. Untuk
meningkatkan penghasilan dari pekerjaan yang dijalaninya ia
menambah dagangannya, yang tadinya hanya nasi uduk, lontong sayur,
dan gado-gado sekarang ia memiliki warung sembako kecil-kecilan
yang menjual kebutuhan sehari-hari dalam jumlah sedikit dan jajanan
anak-anak. Sedangkan dari hasil yang didapat oleh Yunih biasanya
digunakan untuk keperluan sehari-hari dan sebagiannya lagi untuk
membeli bahan dagangan serta ikut arisan. Ia terbiasa menabung tetapi
tidak di bank.
Penghasilan Yunih per-bulan bisa mencapai Rp 3.000.000. Ia
fokus menekuni pekerjaan ini setiap harinya tanpa memiliki pekerjaan
sampingan. Kebutuhan pokoknya pun bisa terpenuhi dengan baik dari
hasil pendapatannya setiap hari. Untuk kebutuhan pendidikan anaknya
pun terpenuhi, anak yang pertama hanya sampai SMP dan tidak mau
melanjutkan lagi. Sedangkan anaknya yang kedua lulus sampai SMK
lalu langsung melanjutkan bekerja. Bagi ibu dua orang anak ini
pendidikan memang sangat penting, tetapi ia pun tidak bisa memaksa
kedua anaknya untuk tetap sekolah jika tidak ada kemauan dari diri
anak itu sendiri.
16
Wawancara pribadi dengan ibu Yunih, pada tanggal 05 Sepetember 2014
60
Saat ini, Yunih menempati rumah milik sendiri, dengan
fasilitas kebutuhan yang lumayan memadai. Ia memiliki TV, kulkas,
motor, dan mesin cuci. Memang tidak semua barang didapatkan
dengan cara membeli cash tetapi setidaknya ada hasil yang ia miliki
dari pekerjaannya berjualan makanan. Jika sakit, Yunih dan kedua
anaknya biasa memeriksakan diri ke puskesmas terdekat, selain karena
harganya lebih terjangkau dan Alhamdulillah tidak pernah terserang
penyakit yang begitu parah. Yunih mengaku suka membantu sesama
atau tetangga sekitar, tetapi sesuai dengan kemampuan yang ia miliki.
“tapi ya namanya kita juga pas-pasan hidupnya, kadang ngebantunya
bukan materi aja tapi non materi gitu. Kayak nyumbang tenaga”. 17
Kelima, Babas merupakan salah satu warga RT 003/RW 003 di
Pondok Cabe Udik yang memiliki keahlian dalam pengobatan
alternatif. Ia sejak kecil memang tinggal dan tumbuh besar di Pondok
Cabe Udik menjadi warga Betawi asli, tetapi ia sempat pindah ke
Radio Dalam setelah menikah sebelum akhirnya kembali lagi ke
Pondok Cabe Udik dan akan terus tinggal di daerah ini. Sebelum
bekerja seperti sekarang ia mencari nafkah dengan menarik bajaj
pribadi miliknya. Tetapi karena tuntutan ekonomi ia memutuskan
untuk bekerja sesuai dengan keahlian yang ia terima sejak kecil
turunan dari kakeknya yaitu menjadi ahli pijat pengobatan alternatif.
Setiap hari Babas memulai buka praktek di rumahnya pada pukul
07.00 WIB sampai dengan 22.00 WIB. Dengan jadwal libur setiap hari
Jum’at.
Menurutnya bekerja haruslah dengan sungguh-sungguh, sesuai
panggilan hati, selalu bersemangat dan ikhlas dalam menyembuhkan
orang yang sakit. Sejauh ini, ia mengaku tidak ada masalah dalam
pekerjaannya. Hubungannya dengan pekerja yang sama profesinya di
dalam satu daerah ini pun terbilang baik, saling menghargai satu sama
17
Wawancara pribadi dengan ibu Yunih, pada tanggal 05 September 2014
61
lain. Walaupun sama-sama bisa membantu menyembuhkan orang yang
sakit, tetapi keahliannya berbeda. Babas menikmati pekerjaan yang ia
jalani karena memang merasa keahliannya pada bidang ini dan bekerja
berdasarkan panggilan hati. Untuk meningkatkan penghasilannya ia
rajin memberi info kepada orang-orang yang memang membutuhkan
bantuan darinya. Dari yang awalnya terima panggilan ke rumah-rumah
orang, sekarang ia mengaku hanya praktek di rumah saja karena
keterbatasan waktu tak seimbang dengan banyaknya pasien. Pasien
yang datang sudah dari berbagai daerah, seperti Cibubur, Cilacap,
Bogor, Bandung, dan lain-lain. Dari hasil pekerjaanya ini Babas
memilih untuk ditabung dan sebagian lagi untung keperluan seharihari.
Penghasilan yang didapatkan Babas mencapai Rp 10.000.000
sampai Rp 15.000.000 per-bulan, tergantung dengan keikhlasan pasien
yang diobatinya. Ia mengaku paling kecil menerima dari satu orang
sebesar Rp 200.000. “saya tidak pernah mematok harga harus ngasih
berapa, semua seikhlas pasien aja tapi memang rata-rata paling kecil
ngasih Rp 200.000, itu tergantung rasa bersyukur pasien. Orang yang
baik hati, dan rasa bersyukurnya tinggi karena bisa sembuh biasanya
memberi saya uang lebih besar sebagai ucapan terimakasih”.18
Tidak ada pekerjaan lain yang ia jalani sekarang karena
memang hanya ingin fokus pada pekerjaan ini. Babas sangat bersyukur
bisa memenuhi kebutuhan pokoknya setiap hari, dan pendidikan
keempat anaknya pun terpenuhi. Dua orang anaknya lulus SMA, satu
orang saat ini masih kuliah semester tiga, dan satu lagi masih SD.
Rumah yang ia tempati sekarang merupakan milik sendiri peninggalan
warisan dari orang tuanya. Di dalam rumah tersebut terdapat fasilitas
yang memadai, seperti TV, AC, kulkas, mesin cuci, motor, dan mobil.
Untuk urusan kesehatan, jika sakitnya masih bisa diobati sendiri
18
Wawancara pribadi dengan bapak Babas, pada tanggal 05 September 2014
62
dengan alternatif pijat ia dan keluarganya tidak ke dokter, tetapi jika
sakitnya bervirus dan membutuhkan penanganan medis serta obatobatan maka ia ke rumah sakit. Dalam kehidupannya ia jelas sering
membantu ketika keluarga atau orang lain yang membutuhkan
pertolongan. Sebagai contoh, jika ada warga sekitar yang kurang
mampu sakit dan membutuhkan bantuannya maka ia dengan ikhlas
membantu tanpa mengharapkan imbalan atau bayaran seperserpun.
Keenam, Dalih merupakan warga Betawi asli Pondok Cabe
Udik yang tinggal di daerah ini sejak lahir. Saat ini ia bekerja sebagai
karyawan swasta pada perusahaan Kopkar Persat Unit Pondok Cabe
Golf di bidang jasa yang melayani pelanggannya dalam bermain
olahraga golf, biasa disebut dengan caddy. Yang melandasi Dalih
dalam pekerjaan ini ialah ia merasa nyaman menjalaninya, sesuai
dengan salah satu hobinya yaitu bermain golf.
Baginya dalam bekerja dibutuhkan kenyamanan dari dalam diri
agar bisa totalitas. Waktu bekerjanya seminggu hanya 3 hari, tetapi
jika ia ingin mendapatkan penghasilan lebih ia bisa datang lebih dari 3
hari atau sesuai dengan kemauan pelanggannya. Ia mulai bekerja sejak
pukul 07.00 WIB sampai dengan jam 18.00 WIB. Menurutnya bekerja
dengan sungguh-sungguh dan tak kenal lelah itu sudah menjadi
kewajiban, melayani pelanggan dengan sepenuh hati merupakan
kegigihan yang ia selalu terapkan. Setiap pekerjaan memiliki masalah,
tetapi ia memiliki cara untuk menanggulangi masalah tersebut agar
terselesaikan dengan baik. “masalahnya mah ga jauh-jauh dari teguran
pelanggan atau ketidakpuasan pelanggan terhadap kerja kita, tetapi itu
semua bisa diatasi dengan baik. Saya harus banyak-banyak sabar dan
mengerti bahwa pelanggan pasti menginginkan yang terbaik atas
pelayanan kita”.19
19
Wawancara pribadi dengan bapak Dalih, pada tanggal 15 Sepetember 2014
63
Kepada sesama pekerja yang satu profesi Dalih mengaku baik
hubungannya, saling menghargai, dan tidak pernah merasa tersaingi. Ia
juga merasa sangat menikmati pekerjaan ini karena bisa sekalian
menyalurkan hobinya. Jika ingin meningkatkan penghasilan yang lebih
tinggi ia mengaku harus giat dalam menjalani pekerjaannya. Karena
dengan giat dan tak kenal lelah penghasilan bisa terus bertambah. Dari
hasil usahanya ia gunakan untuk kebutuhan sehari-hari rumah tangga.
Ada sebagian ditabung tetapi bukan di bank.
Penghasilan Dalih per-bulan mencapai Rp 3.200.000 dengan
rincian sehari ia bisa mendapatkan Rp 300.000. Terkadang jika sedang
libur ia juga menarik ojek untuk tambahan penghasilan. Sejauh ini,
kebutuhan pokok Dalih terpenuhi dengan baik. Ia juga sanggup
memenuhi pendidikan kedua anaknya yang masih duduk dibangku SD
dan SMP. Ia sudah menempati rumah milik sendiri, dengan fasilitas
yang cukup memadai seperti ada TV, kulkas, kipas angin, mesin cuci,
dan motor. Jika sakit Dalih dan keluarga biasa memeriksakan
kesehatannya ke klinik terdekat. Dan ia mengaku pernah membantu
ketika saudara atau orang lain yang membutuhkan pertolongan dalam
bentuk materi.
Ketujuh, Ina Rosita wanita kelahiran 1991 ini sejak lahir
memang tinggal di Pondok Cabe Udik. Orang tuanya merupakan asli
Betawi yang menetap di daerah ini puluhan tahun. Ina hanya tamatan
SD dan setelah lulus SD ia memang terbiasa bekerja untuk membantu
perekenomian keluarganya, Ina merupakan anak ke dua dari enam
bersaudara. Dahulu ia bekerja sebagai office girl di taman kanakkanak, yang merangkap sebagai asisten guru untuk di dalam kelas.
Dari awal bekerja ia hanya di gaji sebesar Rp 175.000 per-bulan
sampai pada tahun ke 7 iya mengalami kenaikan gaji menjadi sebesar
Rp 600.000 per-bulan. Dikarenakan kebutuhan ekonomi yang semakin
meningkat, dan kurang berkembangnya atas pekerjaan yang ia jalani
64
Ina memutuskan untuk mengundurkan diri dari taman kanak-kanak itu
dan bekerja sebagai karyawan swasta pada PT. Dream Ware sebuah
perusahan yang bergerak dibidang produksi pakaian atau jaket bermerk
luar negeri.
Setiap hari Ina mulai bekerja pada pukul 07.30 WIB sampai
dengan pukul 16.30 WIB. Mengenai kegigihan yang ia miliki,
menurutnya bekerja harus lah dengan semangat yang tinggi, selalu
disiplin dengan peraturan yang berlaku dan jujur dalam pekerjaan.
Meskipun setiap pekerjaan memang memiliki masalah, namun Ina
merasa itu adalah hal yang wajar untuk diterima dan dijalani sebagai
resiko. Masalah di dalam pekerjaannya antara lain, jika sedang terima
orderan yang begitu banyak dari para pembeli maka para karyawan
diwajibkan untuk mengejar sesuai target agar perusahaan ini tetap
dipercaya oleh para pembeli. Ia mengaku selalu kompak dalam
menjalani pekerjaannya sesuai dengan bagian masing-masing, tidak
ada rasa saling iri, atau bersaing secara negatif. Bagi Ina, menikmati
pekerjaannya adalah hal yang memang membuat ia merasa nyaman
dan betah untuk bertahan dalam pekerjaan ini dan selalu merasa tidak
ada pekerjaan yang berat jika diselesaikan dengan hati yang senang.
Untuk meningkatkan penghasilan ia mengaku sering kali menerima
lemburan di luar jam kerjanya, yakni bekerja sampai pukul 21.00 WIB.
Dari hasil bekerjanya tersebut ia memang tidak bisa menabung
di bank ataupun di celengan, dikarenakan habis untuk keperluan
sehari-sehari. Tetapi ia mengikuti arisan yang diadakan oleh ibu-ibu
sekitar rumahnya. Penghasilan Ina sekarang mencapai Rp 2.200.000
per-bulan, yang digunakan untuk membiayai sekolah adiknya dan
membantu ekonomi orang tuanya. Walaupun hanya tamatan SD, ia
merasa harus bisa menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tua.
Segala usaha dan pekerjaan yang halal akan ia lakukan demi untuk
65
keluarganya. Dan dia selalu fokus dalam apa yang ia sedang jalani
termasuk pekerjaannya yang sekarang ini.
Di keluarganya Ina bisa terbilang orang kedua yang mencari
nafkah, ayah ia bekerja hanya sebagai kuli bangunan serabutan dan
bekerja jika ada orang yang membutuhkan tenaganya saja untuk
membangun rumah. Kakak pertamanya sudah berkeluarga dan tidak
mungkin sepenuhnya membiayai adik-adiknya. Dalam keadaan yang
serba pas-pasan Ina selalu memiliki semangat yang tinggi untuk terus
berjuang mencari nafkah, baginya wanita bukan lah suatu penghalang
untuk hanya diam di rumah saja. Wanita sekarang harus mandiri, dan
bisa berguna untuk keluarga. “Alhamdulillah kebutuhan pokok
terpenuhi, setiap harinya bisa makan dan bisa biayain adik untuk
sekolah. Itu aja rasanya udah bersyukur banget. Walaupun saya sendiri
hanya tamatan SD, tapi adik-adik saya harus jadi orang sukses.
Aamiin...”.20
Saat ini ia memang masih tinggal bersama orang tuanya, yang
menempati rumah milik sendiri dan berada dalam satu wilayah dengan
kakek-neneknya. Di rumah sederhana itu terdapat fasilitas seperti TV,
kulkas, kipas angin. Untuk urusan cuci mencuci pakaian keluarganya
masih menggunakan papan penggilesan tradisional dan kamar
mandinya pun masih terdapat sumur. Terdapat dua kendaraan
bermotor yang digunakan untuk keperluan sehari-hari seperti ayahnya
yang berangkat kerja, mengantar adik ke sekolah, dan untuk mengantar
Ina ke tempat kerja. Jika sakit ia memeriksakan kesehatannya ke
rumah sakit terdekat yang bekerja sama dengan perusahaan tempat ia
bekerja menggunakan asuransi. Tetapi jika anggota keluarga lainnya
yang sakit ia biasa membawa ke klinik. Dalam hal tolong-menolong
atau membantu sesama, ia mengaku setiap bulannya memang
menyisihkan sedikit pendapatannya untuk memberi yatim-piatu atau
20
Wawancara pribadi dengan ibu Ina, pada tanggal 15 September 2014
66
sumbangan ke masjid. Ia juga tak luput membantu keluarganya yang
membutuhkan dengan sumbangan materi sesuai dengan kemampuan
yang ia sanggupi.
Kedelapan, Narin ialah warga Pondok Cabe Udik berusia 38
tahun yang bekerja sebagai satpam pada perusahaan Kopkar Persat
Unit Pondok Cabe Golf. Hampir semua keluarga Narin memang
tinggal di Pondok Cabe Udik dan menjadi bagian dari masyarakat
Betawi asli. Dari lahir ia sudah berada di daerah ini. Lingkungan
rumahnya pun sekaligus menjadi lingkungan keluarganya pula. Narin
yang sebelumnya menjadi karyawan lepas bekerja dilapangan
mengurus pemupukan itu lebih memilih mengundurkan diri dan
memantapkan hati untuk bekerja menjadi satpam. Baginya menjadi
satpam lebih mendapatkan kejelasan mengenai penghasilan yang ia
dapatkan setiap bulannya.
Latar belakang ia bekerja yang utama adalah untuk menghidupi
anak-anaknya. Narin saat ini berstatus duda, karena ditinggalkan oleh
istrinya yang bekerja sebagai tenaga kerja wanita (TKW) di Malaysia
dan tak kunjung kembali selama bertahun-tahun lamanya tanpa
memberi kabar. Bahkan kabar terakhir yang didapatkan oleh Narin
adalah istrinya telah menikah lagi dengan laki-laki lain di negeri
sebrang tersebut. Hal itu lah yang membuat Narin tidak ingin terlena
dalam kerusakan rumah tangganya.
Kerja keras dan usaha yang ia jalani benar-benar terfokus untuk
anak-anak serta kehidupan sehari-hari. Narin berkerja berdasarkan
pembagian waktu dengan teman yang lainnya. Di dalam tugas jaga
sebagai satpam terdapat dua shift yaitu, pagi dan malam. Masingmasing shift menyita waktu selama 12 jam. Bagi Narin bekerja dengan
disiplin, tepat waktu, dan sigap merupakan sebagian bentuk dari
kegigihannya menjalani pekerjaan ini. Dan ia pun bersyukur karena
67
belum pernah mendapatkan masalah yang terlalu serius dalam
pekerjaannya. “Alhamdulillah, sejauh ini semua masih bisa terkendali
dengan baik. Aman-aman aja”.21
Pekerjaan Narin terbagi ke dalam beberapa regu, di dalam satu
regu terdapat lima orang satpam yang bertugas secara bersamaan.
Dalam menjalankan tugasnya ia mengaku sangat kompak dan
berhubungan baik tanpa ada rasa saling iri satu sama lain. Jika
dibandingkan dengan pekerjaannya terdahulu, ia merasa lebih nyaman
dan menikmati pekerjaannya saat ini menjadi satpam. Usaha yang ia
lakukan untuk meningkatkan penghasilan adalah mengumpulkan uang
parkir bersama dengan teman satu regunya yang akan dimasukan ke
dalam kotak uang dan akan dibuka setiap setahun sekali, hasil yang
didapatkan pun lumayan untuk menambah pemasukan yang ia terima.
Dari hasil bekerjanya setiap bulan memang habis dipakai untuk
kebutuhan sehari-hari, tetapi ada sebagian untuk ia tabung di koperasi
tempatnya bekerja.
Penghasilan Narin ialah Rp 2.500.000 per-bulan sudah
termasuk tunjangan kesehatan. Tidak ada pekerjaan sampingan yang ia
jalani, karena dengan menjadi satpam saja sudah menyita waktunya. Ia
harus pintar membagi waktu dengan anak-anaknya ketika memang
sedang libur bekerja, sehingga anak-anak masih tetap dalam
pengawasan dan tidak kurang perhatian dari sosok orang tua.
Kebutuhan pokok Narin dan keluarga sejauh ini masih terpenuhi,
walaupun terkadang memang harga bahan pokok tidak stabil membuat
ia harus pintar mengatur keuangan karena Narin adalah seorang bapak
yang merangkap menjadi ibu di rumah. Pendidikan keempat anaknya
terpenuhi walaupun tiga anaknya hanya sampai pada bangku SMP dan
yang bungsu masih berada di bangku SD kelas 5. Terputusnya
pendidikan anak Narin yang sampai SMP bukan lah kemauan dirinya,
21
Wawancara pribadi dengan bapak Narin, pada tanggal 18 September 2014
68
melainkan anaknya yang memang sudah tidak mau sekolah dan
memilih untuk langsung bekerja.
Narin tinggal bersama dengan keempat anaknya dirumah
sendiri peninggalan dari orang tuanya yang masih satu lingkup dengan
saudara kandung yang lain. Di rumah itu pun terdapat fasilitas seperti
TV, kulkas, kipas angin, mesin cuci, dan kendaraan bermotor yang
dipakai untuk kebutuhan sehari-hari. Saat sakit Narin biasa
memeriksakan kesehatannya ke klinik atau puskesmas terdekat. Ia pun
mengaku tak lupa untuk menyisihkan sebagian rezekinya untuk
membantu sesama, terutama keluarga terdekat yang memang sedang
membutuhkan bantuan. “saya suka bantu gitu mah, ya walaupun gak
seberapa yang penting ikut urunan buat nolong keluarga sendiri”.22
Kesembilan, Simin merupakan salah satu warga Pondok Cabe
Udik yang bekerja sebagai tukang ojek. Ia lahir dan dibesarkan di
daerah ini oleh orang tuanya, saat ini usianya sudah 42 tahun. Dengan
berbekal pendidikan yang hanya tamatan SD dirinya merasa bersyukur
bisa mencari nafkah dengan cara yang halal untuk keluarga. Sebelum
menjadi tukang ojek, Simin bekerja di bengkel las. Tetapi karena
pendapatannya yang tidak menentu dan terikat maka itu ia lebih
memilih untuk menarik ojek. Baginya menjadi tukang ojek tidak
terikat oleh waktu dan bebas kapan saja. Ini bukan berarti ia bisa santai
dengan pekerjaannya, justru ia merasa lebih total menghabiskan
waktunya untuk mencari nafkah dari pagi hari sampai malam tiba. Ia
mulai mencari nafkah sejak pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul
21.00 WIB.
Mengenai kegigihan, ia selalu menanamkan sikap rajin dan tak
pantang menyerah dengan keadaan. Pendidikan rendah bukan suatu
penghalang bagi dirinya untuk tetap kuat mempertahankan hidup di
22
Wawancara pribadi dengan bapak Narin, pada tanggal 18 September 2014
69
zaman sekarang, dengan usaha keras dan niat yang kuat ia akan
menjalani pekerjaan halal tesebut. Tak ada masalah yang terlalu berat
dalam menjalani pekerjaan ini. “masalah mah palingan kadang kalo
lagi ada panggilan ngejemput orang yang jauh daerahnya belom kita
tau, suka nyasar tuh. Tapi justru jadi banyak tau jalan”.23
Dalam kesehariannya menarik ojek, Simin biasa menunggu
penumpang di pangkalan ojek. Dan ia mengaku dalam menarik
penumpang pun ada absensi yang disiapkan di pangkalan tersebut, agar
tidak rebutan dan tukang ojek membawa penumpang dengan
bergantian secara teratur. Dengan begitu hubungan dirinya dengan
rekan yang sama profesinya berjalan dengan baik, saling menghargai,
dan tidak ada kecemburuan sosial. Selama 20 tahun lebih ia mengaku
sangat menikmati pekerjaannya ini dan selalu merasa bersyukur.
Karena bisa mengatur waktu sendiri dan segiat mungkin mendapatkan
penghasilan tinggi setiap harinya.
Untuk meningkatkan penghasilan lebih dari pekerjaannya ini,
Simin menerima panggilan untuk mengantarkan penumpang sesuai
dengan kemauan penumpang. Bahkan ia sudah menjadi tukang ojek
terpercaya di lingkungan sekitar yang hafal jalanan Jakarta, Tangerang
Selatan, dan sekitarnya. Prinsip yang utama bagi Simin sebagai tukang
ojek adalah selalu mematuhi rambu lalu lintas, berkendara yang baik
demi keselamatan diri sendiri, penumpang, dan pengguna jalan yang
lainnya. “yang penting penumpang aman, selamat, kitanya juga tenang
jadi jalanin pekerjaan ngojek ini. Peraturan lalu lintas ada untuk
dipatuhi bukan dilanggar”.24
Dari hasil pendapatan setiap harinya memang digunakan untuk
kebutuhan sehari-hari oleh bapak dengan tiga orang anak ini. Tapi, ia
pun tak luput selalu menyisakan pendapatannya untuk ditabung
23
24
Wawancara pribadi dengan bapak Simin, pada tanggal 05 September 2014
Wawancara pribadi dengan bapak Simin, pada tanggal 05 September 2014
70
pribadi. Penghasilan Simin per-hari bisa mencapai Rp 100.000 dari
hanya memangkal di pangkalan ojek saja, belum termasuk pendapatan
tambahan jika ada penggilan dari penumpang yang meminta antarjemput sesuai tujuan. Bila di total dalam sebulan ia bisa meraih
pendapatan sampai Rp 3.000.000. Sangat berbeda jauh dengan
pendapatannya ketika masih bekerja di bengkel las yang tak menentu
setiap bulannya, tergantung dengan pemesanan. Tak ada pekerjaan lain
yang dijalaninya saat ini, hanya fokus untuk menarik ojek saja. Dengan
penghasilannya yang sekarang, ia bersyukur mampu memenuhi
kebutuhan pokok dan pendidikan untuk ketiga anaknya, bahkan anak
Simin yang kedua berhasil sampai menjadi sarjana.
Saat ini dia tinggal dirumah milik sendiri, di rumah miliknya ia
hanya tinggal dengan ketiga anaknya tanpa sosok seorang istri atau ibu
bagi anak-anaknya. Istri Simin sudah lebih dahulu dipanggil oleh Yang
Maha Kuasa karena sakit yang dideritanya. Terdapat fasilitas yang
memadai di rumah itu seperti TV, kulkas, mesin cuci, kipas angin, tiga
kendaraan bermotor. Jika sakit Simin dan keluarga memeriksakan
kesehatannya ke klinik atau puskesmas terdekat. Ia pun mengaku tak
lupa untuk selalu membantu keluarga ataupun orang lain jika sedang
dalam kesusahan dan membutuhkan pertolongannya.
Kesepuluh, Uka laki-laki berusia 29 tahun masih lajang dan
belum berkeluarga. Uka dilahirkan di Pondok Cabe Udik menjadi
warga Betawi asli daerah ini. Ia mendapatkan pendidikan hanya
sampai SMP, kesehariannya Uka bekerja sebagai montir. Keahlian ini
dalam membetulkan mesin mobil yang rusak didapatkannya dengan
cara otodidak dan sesekali belajar dengan paman atau teman
sebayanya. Awalnya ia memang bekerja di salah satu bengkel
onderdil, tetapi sekarang sudah berhenti dan ia lebih memilih menjadi
montir yang dipanggil ke rumah-rumah. Menurutnya bekerja sendiri
lebih bebas dan fleksibel mengatur waktu. Uka bekerja mulai dari
71
pukul 08.00 WIB sampai dengan 17.00 WIB, namum jika ada
permintaan pelanggan yang ingin masalah dalam mesin mobilnya
cepat selesai maka ia menyanggupi untuk lembur sampai maksimal
pukul 20.00 WIB.
Mengenai kegigihan dalam kerja, ia selalu menamkan
kepercayaan dan keinginan untuk selalu belajar. Pada tahap awal,
seorang montir harus belajar pengenalan kunci, setelah itu pemahaman
mesin, lalu bisa menemukan kerusakan, dan terakhir bagaimana
caranya membetulkan kerusakan tersebut, apakah harus ganti spare
part atau tidak. “jadi montir itu faktor utamanya ya harus jalin
kepercayaan sama pelanggan, kadang kita udah benerin juga mobilnya
tapi kalo yang punya belum percaya, tetep aja ada keluhan. Selain itu
juga harus selalu belajar, namanya perkembangan zaman semakin
modern. Jadi mobil pun makin kesini makin berkembang juga mesinmesinnya, kita harus selalu bisa menemukan permasalahan pada
mesin”.25
Dalam pekerjaannya sejauh ini, ia merasa tidak ada masalah
yang begitu berat. Hanya saja memang butuh kesabaran ekstra
menghadapi pelanggan yang memang banyak bicara dan tidak percaya
padanya. Tapi, usaha serta kerja kerasnya selama ini membuat Uka
dikenal banyak pelanggan dan terpercaya untuk mengobati mobil yang
sakit. Rata-rata pelanggannya merupakan orang yang memang pernah
membawa kendaraan mereka ke bengkel tempat Uka bekerja dulu. Ia
pun mengaku berhubungan baik dengan pekerja atau teman satu
profesinya, bahkan selalu sharing tentang apa yang belum diketahui
masing-masing. Uka menikmati pekerjaan ini karena sesuai dengan
keahliannya. Saat ini ia juga mulai belajar mesin motor untuk
meningkatkan
25
penghasilan
dari
pekerjaannya
sebagai
Wawancara pribadi dengan bapak Uka, pada tanggal 22 September 2014
montir.
72
“sekarang saya dikit-dikit belajar mesin motor juga, lumayan buat
tambahan kalo ada motor yang rusak jadi bisa benerin”.26
Uka sudah memiliki tabungan di bank, penghasilannya bisa
mencapai Rp 5.000.000 per-bulan. Memang tidak menentu, karena
tergantung dari berapa banyak orang yang membutuhkan jasanya serta
berapa berat kerusakan pada mesin kendaraan yang ia tangani. Dengan
pendapatan sebesar itu ia bersyukur bisa memenuhi kebutuhan pokok
pribadinya yang masih lajang, dan cukup untuk membantu orang tua
serta adiknya sampai lulus SMK. Saat ini Uka masih tinggal bersama
orang tua dirumah milik sendiri. Ia juga bisa memenuhi fasilitas
kebutuhan yang memadai seperti TV, kipas angin, mesin cuci, dan
motor untuk kegiatan sehari-hari. Saat sakit ia selalu memeriksakan
kesehatannya ke klinik. Uka pun berharap bisa selalu membantu
perekonomian keluarganya, bahkan sampai nanti ia sudah berkeluarga
sekalipun.
D. Analisis Hasil Penelitian
1. Etos Kerja Masyarakat Betawi Pondok Cabe Udik
Etos kerja adalah suatu pandangan dan sikap suatu masyarakat
atau individu terhadap kerja. Jika pandangan dan sikap itu melihat
kerja sebagai suatu hal yang luhur untuk eksistensi manusia, maka etos
kerja itu akan tinggi. Sebaliknya, jika melihat kerja sebagai suatu hal
yang tak berarti untuk kehidupan manusia, apalagi jika sama sekali
tidak ada pandangan dan sikap terhadap kerja, maka etos kerja itu
dengan sendirinya rendah.
Kerja merupakan bagian yang paling mendasar atau esensial
dari kehidupan manusia. Sebagai bagian yang paling dasar, kerja akan
memberikan status dari masyarakat yang ada di lingkungan. Juga bisa
26
Wawancara pribadi dengan bapak Uka, pada tanggal 22 September 2014
73
mengikat individu lain baik yang bekerja atau tidak. Sehingga kerja
akan memberi isi dan makna dari kehidupan manusia yang
bersangkutan. Dalam pandangan Weber, kerja tidaklah sekedar
pemenuhan keperluan, tetapi suatu tugas yang suci. Dimana Weber
melihat etos kerja yang berhasil baik, berdasarkan kepada ketekunan,
hemat,
berperhitungan,
rasional,
sanggup
menahan
diri,
dan
menemukan pasangannya.27
Bekerja sesungguhnya merupakan kewajiban bagi setiap
manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupan sepanjang
masa, selama manusia mampu berbuat untuk membanting tulang,
memeras keringat, dan memutar otak. Bekerja bukan sekedar
memperoleh penghasilan bagi kepentingan keluarga, namun terkait
mengejar status sosial, agar bisa terpandang di mata masyarakat, lebih
berwibawa, dan dihormati. Bekerja pada hakikatnya untuk kepentingan
diri sendiri, tetapi juga bagi kepentingan yang memberikan manfaat
pihak lain. Melalui bekerja dapat diperoleh beribu pengalaman manis
maupun pahit. Di balik kebutuhan materi dan kepuasan lahiriah,
bekerja yang lebih hakiki merupakan perintah Tuhan. Karena bekerja
juga merupakan suatu bentuk ibadah.
Berdasarkan hasil wawancara dengan sepuluh responden
terpilih tentang etos kerja masyarakat Betawi dapat dilihat dalam
analisis berikut ini:
Masyarakat Betawi yang tinggal di Pondok Cabe Udik memang
sebagian besar dari lahir dan tumbuh berkembang di daerah ini. Bagi
mereka menetap di daerah sendiri sudah menjadi kebiasaan yang
mendarah daging dan merupakan turun menurun dari nenek moyang.
Seiring dengan perkembangan zaman, semakin banyak pula para
pendatang yang berduyun-duyun turut datang untuk tinggal dan
27
Taufik Abdullah, Agama, Etos Kerja, dan Perkembangan Ekonomi, (Jakarta: LP3ES,
1979), cet. 1, h. 9.
74
mencari nafkah di daerah ini. Namun, bagi masyarakat Betawi itu
bukan lah suatu penghalang untuk mereka tetap dapat bersaing secara
sehat dan positif dalam segi mata pencaharian.
Setiap masyarakat Betawi di daerah ini memiliki sikap yang
berbeda dalam menjalankan pekerjaannya, sebagian besar mengaku
bekerja harus tekun, pantang menyerah, dan jujur. Selain itu, suasana
yang nyaman dalam menjalankan pekerjaan juga sangat berpengaruh.
Bagi seluruh responden bekerja berdasarkan panggilan hati dan
keterampilan yang dimiliki menjadi suatu keharusan, karena jika
bekerja tidak sesuai hati maka hasil yang dicapai tidak akan maksimal
sesuai harapan.
Seperti yang dialami oleh Babas, sebelum menjadi ahli pijat
alternatif ia bekerja sebagai supir bajay. Tetapi setelah dijalani ia
merasa tidak nyaman, maka ia lebih memilih untuk membuka praktek
pijat alternatif sesuai dengan keahlian yang ia miliki. Dan terbukti saat
ini ia dapat semaksimal mungkin menjalankan pekerjaannya. Sama
halnya dengan Babas, Dalih pun merasa kerja memang harus dengan
suasana yang nyaman. Pada saat suasana dirasakan nyaman, maka
pekerjaan seberat apapun akan terasa ringan
Selain itu, faktor utama dalam bekerja harus memiliki sikap
tekun, dan pantang menyerah diantara seluruh responden memang
selalu menanamkan sikap tekun dan pantang menyerah. Tekun dan
pantang menyerah terlihat jelas sebagai bentuk kerja keras mereka
karena berbenturan dengan realitas sosial yang ada dengan pendidikan
rendah mereka harus tetap mengembangkan diri agar bisa bertahan
dalam persaingan ekonomi yang semakin kuat di daerah ini.
Dalam hal bekerja, setiap masyarakat Betawi memiliki latar
belakang tersendiri mengapa mereka memilih pekerjaan yang
dijalaninya, tergantung bagaimana mereka memaknai kerja itu sendiri.
75
Jawaban dari setiap responden pun beragam, contohnya Alfian, ia
lebih memilih menjadi polisi karena menurutnya pekerjaan ini dipilih
untuk menatap ke masa depan, baginya menjadi anggota kepolisian
bisa menjamin kehidupan pribadi serta keluarganya.
Setiap responden memiliki waktu bekerja yang berbeda-beda.
Contohnya Simin yang memulai pekerjaannya sebagai tukang ojek
sejak pukul 07.00 WIB. Menurutnya semakin pagi maka semakin
banyak penghasilan yang bisa didapatkannya dalam sehari penuh. Ia
bekerja dengan penuh tanggung jawab terhadap para penumpangnya.
Setiap responden memang berusaha semaksimal mungkin untuk
melakukan yang terbaik terhadap pekerjaannya. Contoh lainnya Yunih,
yang selalu jujur, dan melayani konsumen dengan sepenuh hati.
Baginya kerja adalah suatu pelayanan. Seperti yang terdapat dalam
teori Jansen Sinamo, membagi etos kerja ke dalam delapan paradigma,
kerja adalah rahmat, kerja adalah amanah, kerja adalah panggilan,
kerja adalah aktualisasi, kerja adalah ibadah, kerja adalah seni, kerja
adalah kehormatan, dan terakhir kerja adalah pelayanan.28 Yang
dilakukan Yunih merupakan salah satu bentuk contoh kerja adalah
pelayanan.
Setiap pekerjaan pasti memiliki masalah dan resiko, untuk
semua responden mereka mengaku pernah mendapatkan masalah
dengan pekerjaannya. Tetapi berkat semangat dan niat yang kuat
dalam bekerja, mereka berhasil mengatasi masalah demi masalah yang
terjadi dalam pekerjaannya. Tak jarang masalah tersebut yang bahkan
menjadikan mereka pribadi yang pantang menyerah. Semua responden
pun mengaku menikmati pekerjaan yang mereka lakukan sesuai
dengan keahlian masing-masing. Selain menikmati mereka juga selalu
bersyukur atas apa yang mereka miliki, seperti pekerjaan, penghasilan,
serta kebutuhan hidup yang terpenuhi dengan baik.
28
Jansen H. Sinamo, 8 Etos Kerja Profesional, (Jakarta : PT. Malta Printindo, 2008), h. 20.
76
Hubungan yang terjalin diantara masyarakat Betawi dengan
rekan kerja yang sama profesinya juga sangat baik. Dengan begitu
lingkungan yang tercipta pun ikut aman dan damai. Mereka saling
menghargai, karena sama-sama mencari nafkah di jalan yang halal dan
tidak berlaku curang atau merugikan orang lain. Selain itu, hubungan
masyarakat Betawi dengan masyarakat pendatang juga baik, hidup
dengan penuh kerukunan.
Dalam meningkatkan penghasilan dari pekerjaan yang dijalani
oleh masyarakat Betawi sangat beragam. Tergantung sekreatif apa
mereka mengembangkan pola pikirnnya untuk di wujudkan dalam
pekerjaan itu sendiri. Diperlukan tanggung jawab tinggi saat akan
meningkatkan penghasilan. Pada kenyataannya masyarakat Betawi
memang
tak
pantang
menyerah
dan
selalu
berusaha
demi
meningkatkan penghasilan serta status ekonomi mereka.
Dari penghasilan tersebut seluruh responden selalu berusaha
menyisihkan hasil penghasilan mereka untuk ditabung baik di bank,
maupun dengan cara lain seperti ikut arisan ataupun di tabung sendiri.
Tabungan itu bisa untuk keperluan yang mendadak, maupun utnuk
masa tua saat tak lagi mampu mencari nafkah. Tetapi ada kalanya
penghasilan tersebut hanya pas untuk kebutuhan sehari-sehari sehingga
tidak dapat ditabungkan. Hal lain yang dilakukan responden terhadap
penghasilannya adalah untuk membiayai pendidikan anak atau
keluarga mereka, dan juga untuk kebutuhan pekerjaan itu sendiri.
Contohnya seperti Yunih yang berdagang makanan, maka ia
membutuhkan sebagian dari penghasilannya utnuk membeli bahan
baku makanan yang akan didagangkan.
Jadi, etos kerja yang dimiliki masyarakat Betawi dapat
menjelaskan tentang kegigihan dalam melaksanakan kegiatan ekonomi
merupakan dorongan untuk mendapatkan kehidupan yang lebik baik
77
lagi, dalam hal ini etos kerja Betawi sangat mempengaruhi usaha
mereka dalam meningkatkan status sosial ekonomi. Keberhasilan yang
telah dicapai oleh masyarakat Betawi merupakan suatu wujud kerja
keras dan ketekunan mereka dalam menjalankan pekerjaan. Semangat
dan sikap pantang menyerah menjadikan mereka dapat bertahan di
wilayahnya sendiri. Karena semua responden beragama Islam, maka
semua sikap yang dimiliki responden merupakan suatu pengaplikasian
dari ajaran agama Islam. Dan mereka mengaku kerja adalah sebuah
ibadah yang diwuudkan dalam kegiatan ekonomi. Sehingga membuat
mereka tak pantang menyerah, dan selalu berusaha, karena percaya
bahwa rezeki memang sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa.
2. Upaya Masyarakat Betawi dalam Meningkatkan Status
Sosial Ekonomi
Setiap masyarakat khususnya di wilayah Pondok Cabe Udik
pasti mempunyai harapan dan keinginan untuk mewujudkan apa yang
diinginkan dalam hidupnya, salah satunya ialah meningkatkan status
sosial ekonomi. Status sosial
merupakan tempat seseorang yang
berhubungan dengan kelompok lain dalam masyarakat. Pada
pandangan masyarakat umum, permasalahan status sosial dapat dilihat
dari ekonominya. Dalam pencapaian status sosial masyarakat bisa
dengan jalan usaha sendiri atau tanpa melalui usaha tetapi sudah dapat
menerima status sosial tersebut. Sedangkan status sosial ekonomi
dimaknai sabagai suatu usaha dalam meningkatkan sisi pendapatan
dari setiap hasil usaha yang dijalaninya.
Hasil wawancara tentang meningkatkan status sosial ekonomi
masyarakat Betawi terangkum dalam delapan pertanyaan. Dari
kedelapan pertanyaan itu dapat terlihat gambaran status sosial ekonomi
masyarakat Betawi di Pondok Cabe Udik dalam kehidupannya. Dapat
dijabarkan sebagai berikut:
78
Penghasilan rata-rata masyarakat Betawi sebelum menjalani
pekerjaan yang sekarang tidak seberapa dan cenderung kekurangan
karena kebutuhan pokok yang semakin hari semakin meningkat. Tetapi
dengan pekerjaan yang sekarang dijalani kebutuhan masyarakat
Betawi terpenuhi dan cukup meningkat. Kebutuhan pokok seperti
sandang, pangan dan papan pun terpenuhi dan mereka selalu bersyukur
atas apa yang mereka dapatkan. Sebagaimana yang dituturkan oleh
bapak Amsar “dulu waktu saya masih kerja serabutan mah penghasilan
gak seberapa, buat makan aja masih kurang makanya pas mutusin
pengen nikah harus nyari kerjaan yang laen dan bisa ngidupin anak
istri”.29
Pangan adalah hal utama yang memang harus dipenuhi dalam
kehiupan demi menjadi penunjang aktifitas pekerjaan yang dilakukan.
Akan tetapi kondisi harga bahan pokok atau sembako terkadang tidak
stabil membuat masyarakat harus pintar memilah-milih apa yang akan
di konsumsinya. Pentingnya nasi sebagai karbohidrat, sayur-sayuran,
lauk-pauk, protein, dan susu terkadang terabaikan ketika penghasilan
terbilang pas-pasan. Patokan empat sehat lima sempurna harusnya
tetap terpenuhi dalam kelangsungan hidup terkadang menjadi
terabaikan. Karena kesehatan merupakan hal utama yang menunjang
seseorang dalam berbagai aktifitas sehari-hari.
Pendapatan yang diterima masyarakat Betawi sebagian besar
hanya ditabung sendiri bahkan habis untuk keperluan sehari-hari.
Mereka tidak terbiasa untuk menabung di bank dan memiliki
pemikiran bahwa menabung di bank tidak lah praktis. Seperti yang di
tuturkan oleh ibu Yunih “ribet kalo nabung di bank mah, boro-boro
ngerti. Jadi lebih mending nabung sendiri. Walaupun hasilnya kurang
berasa ya tetep suka kepake”.30
29
30
Wawancara pribadi dengan bapak Amsar, pada tanggal 25 Agustus 2014
Wawancara pribadi dengan ibu Yunih, pada tanggal 05 September 2014
79
Lain halnya dengan bapak Alfian yang bependapat bahwa
menabung memang lebih aman di bank, “untuk urusan menabung saya
selalu menyisihkan ke bank, pertama karena memang aman, kedua
adalah keluar-masuknya uang kita jelas untuk apa saja. Biar ga dipakai
berlebihan”.31
Ada juga cara lain yang dilakukan masyarakat Betawi untuk
menyisihkan sedikit penghasilannya agar seperti menabung, yakni
mengikuti arisan bulanan. Seperti yang dialami ibu Armah “saya
nabungnya ikut arisan di pengajian aja, itung-itung lumayan kan sama
juga kayak nabung. Tiap bulan nyisihin sedikit gaji buat bayar arisan,
ntar kalo dikocok nama kita keluar ibarat kayak nebok celengan aja
neng”.32
Dari semua responden yang peneliti temui, hanya ada satu
orang yang bekerja sampingan. Selain dari itu semua hanya fokus
kepada satu pekerjaan yang dijalani. Karena bagi kesembilan
responden, jika bekerja tidak fokus maka hasilnya akan kurang
maksimal, dan perlu pintar membagi waktu. Sedangkan di satu
pekerjaan saja terkadang sangat menyita waktu, membuat mereka tidak
terpikirkan untuk menjalani pekerjaan sampingan.
Berikut yang di tuturkan oleh bapak Dalih “iya saya memang
kerja sampingannya ngojek selain jadi caddy di Pondok Cabe Golf,
habisnya seminggu Cuma 3 kali masuk kalo lagi jadwal libur dan ga
ada pelanggan yang minta temenin main golf ya saya mendingan
ngojek, lumayan buat jajan”.33
Dari hari ke hari kebutuhan pokok masyarakat memang selalu
bertambah, namun harga bahan pokok maupun sembako terkadang
tidak stabil. Dengan segala usaha dan kerja keras masyarakat memang
bekerja pada dasarnya untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka.
Sebisa mungkin mengatur penghasilan untuk cukup bertahan hidup,
31
Wawancara pribadi dengan bapak Alfian, pada tanggal 30 Agustus 2014
Wawancara pribadi dengan ibu Armah, pada tanggal 25 Agustus 2014
33
Wawancara pribadi dengan bapak Dalih, pada tanggal 15 September 2014
32
80
dan tak jarang dari mereka mengalami masa kesulitan ekonomi disaat
bahan pokok melonjak naik sedangkan ada beberapa keperluan lain
yang harus dipenuhi dalam waktu yang bersamaan.
Sebagaimana
yang
dituturkan
oleh
bapak
Babas
“Alhamdulillah untuk kebutuhan pokok sih selalu terpenuhi, namanya
kita kerja ya yg utama untuk memenuhi kebutuhan yang pokok dulu.
Kalo kebutuhan yang lain sih bisa disesuaikan”.34
Sedangkan ibu Ina menuturkan bahwa ia merasa bersyukur bisa
memenuhi kebutuhan pokok keluarganya dan membiayai sekolah
adiknya, walaupun hidup dalam kesederhanaan kuncinya harus tetap
bersyukur. Sejatinya hanya dengan bersyukur atas apa yang kita miliki
lah manusia merasa cukup. Jika kurang besryukur maka selalu saja
merasa kekurangan.
Selain menabung dan digunakan untuk kebutuhan pokok,
penghasilan yang diterima oleh masyarakat Betawi dipergunakan
untuk kebutuhan pendidikan putera-puteri mereka. Bagi mereka
pendidikan adalah hal penting dan wajib diterima oleh putera-puteri
mereka untuk bekalnya di masa yang akan datang. Meskipun, latar
belakang pendidikan masyarakat Betawi di Pondok Cabe Udik
terbilang rendah tetapi para orang tua menginginkan anak-anak mereka
bisa menjadi orang yang sukses.
Seperti yang dituturkan oleh bapak Simin, “saya memang
hanya tukang ojek dan lulusan SD, tapi anak saya harus ada yang jadi
sarjana. Apapun caranya
saya
lakuin demi
sekolahin anak.
Alhamdulillah anak saya yang nomor dua bisa sarjana”.35
Tetapi tak bisa dipungkiri di daerah ini sangat minim akan
kesadaran pendidikan tinggi, para generasi muda banyak yang hanya
sekolah sampai SMP dan selanjutnya memilih untuk bekerja. Jadi
34
35
Wawancara pribadi dengan bapak Babas, pada tanggal 05 September 2014
Wawancara pribadi dengan bapak Simin, pada tanggal 05 September 2014
81
keinginan orang tua tidak lah seimbang dengan semangat para puteraputeri untuk mendapatkan pendidikan yang tinggi.
Sebagaimana yang dituturkan oleh ibu Armah, “saya udah
bekerja demi sekolahin anak, maunya mah anak sampe kuliah, tapi
dianya ga mau. Katanya sampe SMK aja juga udah bisa kerja. Ya kita
mah orang tua ga bisa maksa. Kalo anaknya udah ga semangat lanjutin
ya gimana”.36
Seluruh responden yang peneliti temui sudah menempati rumah
milik pribadi, tetapi memang cara mendapatkannya beragam. Ada
yang memang merupakan hasil dari kerja keras selama ini, ada juga
yang menempati rumah peninggalan warisan dari orang tuanya.
Sebagian besar tempat tinggal masyarakat Betawi merupakan satu
lingkungan keluarga. Dan bagi yang memiliki lahan luas dimanfaatkan
untuk membuat rumah sewa atau kontrakan yang akan diisi dengan
para pendatang yang tinggal di daerah ini.
Seperti yang dituturkan oleh ibu Yunih, “biar sederhana gini,
Alhamdulillah rumah udah punya sendiri ko. Seenggaknya gak perlu
ngeluarin biaya untuk ngontrak. Sekarang mah biaya hidup kan makin
meningkat, apalagi buat tempat tinggal”. 37
Lain halnya dengan bapak Amsar, yang masih tinggal dirumah
orang tua karena belum mampu untuk memiliki rumah pribadi. Berikut
penuturannya “pengennya mah punya rumah sendiri dulu dah, ini saya
tinggal masih sama mertua. Kebetulan rumah orang tua saya cuma
beda RT aja. Tapi istri maunya dirumah orang tuanya”.38
Didalam sebuah tempat tinggal lumrahnya terdapat fasilitas
penunjang sebagai sarana dalam kehidupan sehari-hari, seperti barang
elektronik untuk menghibur keseharian, TV ataupun radio, serta alatalat rumah tangga lainnya seperti mesin cuci, kulkas, kipas angin, dan
lain-lain. Dari seluruh responden hanya bapak Babas yang memiliki
36
Wawancara pribadi dengan ibu Armah, pada tanggal 25 Agustus 2014
Wawancara pribadi dengan ibu Yunih, pada tanggal 05 September 2014
38
Wawancara pribadi dengan bapak Amsar, pada tanggal 25 Agustus 2014
37
82
mobil. Sedangkan yang lainnya memiliki motor untuk dijadikan
kendaraan kerja ataupun kegiatan lain.
Seperti yang dituturkan oleh bapak Babas, “Alhamdulillah
mobil ada, berkat keahlian yang saya punya. Walaupun ga beli baru,
tapi yang penting bisa di gunain untuk acara-acara keluarga”.39
Untuk masalah kesehatan, jawaban dari responden relatif
hampir sama, yaitu memeriksakan kesehatan mereka ke klinik atau
puskesmas terdekat. Semua tergantung keluhan sakit apa yang
dirasakan, ada yang sakit ringan, ada yang sakit berat. Dapat dilihat
memang masyarakat lebih memilih memeriksakan kesehatannya dari
yang harganya terjangkau terlebih dahulu seperti ke puskesmas. Untuk
urusan pembayaran pun beragam, ada yang ditanggung oleh asuransi
tempat bekerja, dan ada yang membayar menggunakan uang pribadi.
Berikut penuturan dari bapak Uka, “saya mah kalo sakit ke
puskesmas aja dulu yang murah, itu pun kalo gejalanya udah
ngeganggu aktifitas kerja, kalo Cuma sakit-sakit ringan sih minum
obat warung aja cukup”.40
Untuk urusan membantu orang lain, jawaban dari para
responden pun beragam. Ada yang memang bisa membantu dari segi
materi, ada pula yang berusaha membantu tetapi karena keterbatasan
materi maka membantu dengan tenaga atau non materi saja. Ketika di
wawancarai, beberapa dari responden lebih mendahulukan untuk
membantu keluaraga terdekat yang membutuhkan dibandingkan orang
lain.
Seperti yang dituturkan oleh ibu Yunih, “tapi ya namanya kita
juga pas-pasan hidupnya, kadang ngebantunya bukan materi aja tapi
non materi gitu. Kayak nyumbang tenaga”.41
Semua bentuk pekerjaan yang dijalani oleh masyarakat Betawi
adalah semata-mata untuk mencapai tujuan dan cita-citanya termasuk
39
Wawancara pribadi dengan bapak Babas, pada tanggal 05 September 2014
Wawancara pribadi dengan bapak Uka, pada tanggal 22 September 2014
41
Wawancara pribadi dengan ibu Yunih, pada tanggal 05 September 2014
40
83
dalam bidang ekonomi. Penghasilan yang diterima setiap hari atau perbulan bisa dijadikan sebagai tolak ukur kesuksesan dari sebuah usaha
serta kerja keras mereka. Meskipun tidak berpendidikan tinggi,
masyarakat Betawi nyatanya selalu berusaha menggunakan keahlian
dan keterampilan mereka sebagai bentuk usaha mempertahankan
kehidupan dalam meningkatkan status sosial ekonomi.
Meningkatnya
status sosial ekonomi bisa
diukur dari
pendapatan yang juga turut meningkat. Karena akan berpengaruh
terhadap aspek kebutuhan masyarakat Betawi yang sudah terpenuhi.
Seperti yang dikatakan oleh Lukman mengenai maksud akan
kebutuhan manusia atau masyarakat adalah keinginan masyarakat
untuk memperoleh barang dan jasa. Tetapi secara umum jenis
kebutuhan manusia hanya dikelompokkan menjadi kebutuhan pokok,
kebutuhan adat istiadat, kebutuhan pekerjaan, dan kebutuhan
kebutuhan kepribadian.42 Berikut ini adalah penjelasan dalam bentuk
tabel, dilihat dari kebutuhan masyarakat Betawi yang sudah terpenuhi:
Tabel 4.4
Meningkatnya Status Sosial Ekonomi Masyarakat Betawi
No
Nama
1
Amsar
2
Armah
42
h. 2.
Pendapatan
Per-Bulan
Rp 2.000.000
Rp 2.100.000
Kebutuhan
Pokok
Sandang,
dan pangan
terpenuhi.
Papan
belum
terpenuhi
Sandang,
pangan, dan
papan
terpenuhi
Kebutuhan
Adat
Istiadat
Kebutuhan
Pekerjaan
Kebutuhan
Pribadi
-
Keperluan
karyawan
swasta
Pendidikan
anak
terpenuhi
-
Keperluan
pembantu
rumah
tangga
Pendidikan
anak
terpenuhi
Lukman, Pengantar Teori Mikro Ekonomi, (Jakarta : UIN Jakarta Press, 2007), cet. 1,
84
Rp 2.500.000
Sandang,
pangan, dan
papan
terpenuhi
Yunih
Rp 3.000.000
Sandang,
pangan, dan
papan
terpenuhi
5
Babas
Rp
10.000.000
6
Dalih
Rp 3.200.000
7
Ina
Roslina
Rp 2.200.000
3
4
8
9
10
Ahmad
Alfian
Narin
Simin
Uka
Rp 2.500.000
Rp 3.000.000
Rp 5.000.000
Sandang,
pangan, dan
papan
terpenuhi
Sandang,
pangan, dan
papan
terpenuhi
Sandang,
pangan, dan
papan
terpenuhi
Sandang,
pangan, dan
papan
terpenuhi
Sandang,
pangan, dan
papan
terpenuhi
Sandang,
pangan, dan
papan
terpenuhi
-
Keperluan
polisi
Pendidikan
anak
terpenuhi
-
Keperluan
usaha
menjual
gado-gado
dan warung
Pendidikan
anak
terpenuhi
-
Keperluan
memijat
Pendidikan
anak
terpenuhi
-
Keperluan
caddy
Pendidikan
anak
terpenuhi
-
Keperluan
karyawan
swasta
Pendidikan
adik
terpenuhi
-
Keperluan
satpam
Pendidikan
anak
terpenuhi
-
Keperluan
ojek
Pendidikan
anak
terpenuhi
-
Keperluan
montir
Pendidikan
adik
terpenuhi
Dari keterangan tabel di atas dapat menjelaskan bahwa terlihat
jelas adanya
dampak etos
kerja
masyarakat
Betawi
dalam
meningkatkan status sosial ekonomi mereka, yang menghasilkan
pemenuhan kebutuhan hidup bersifat primer maupun sekunder dapat
terpenuhi dengan baik.
Seluruh responden masyarakat Betawi berhasil mendapatkan
penghasilan yang melebihi upah minimum provinsi (UMP) sebesar Rp
85
1.325.000. Sehingga, dalam pemenuhan kebutuhan pokok, kebutuhan
pekerjaan, dan kebutuhan kepribadiannya pun terpenuhi dengan baik.
Dengan pendidikan yang cenderung rendah pada kenyataannya
mereka mampu berhasil bertahan hidup di daerahnya sendiri dan
mampu bersaing dalam bidang pekerjaan. Meskipun pendidikan
masyarakat Betawi cenderung rendah, tetapi semangat mereka untuk
tetap bekerja mendapatkan penghasilan tak pernah padam. Mereka
akan melakukan suatu usaha atau pekerjaan yang memang sesuai
dengan kemampuan dan keahlian mereka.
Kedudukan atau status menunjukkan tempat atau posisi
seseorang secara umum dalam masyarakat sehubungan dengan orang
lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, hak-hak, serta kewajibankewajibannya. Seseorang dapat pula mempunyai beberapa kedudukan
sekaligus. Hal ini disebabkan seseorang biasanya ikut dalam beberapa
pola kehidupan atau menjadi anggota dalam berbagai kelompok
sosial, akan tetapi salah satu kedudukan yang selalu menonjol itu yang
merupakan kedudukan yang utama. Dengan melihat kedudukan yang
menonjol tersebut, yang bersangkutan dapat digolongkan ke dalam
strata atau lapisan tertentu dalam masyarakat.
Seperti yang dijelaskan oleh Soekanto, ada dua macam
kedudukan (status) masyarakat, yaitu Ascribed Status ialah kedudukan
seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbedaanperbedaan rohaniah dan kemampuan.43 Kedudukan ini diperoleh
karena kelahiran. Kebanyakan ascribed ini ditemukan pada masyarakat
dengan sistem pelapisan sosial tertutup, seperti pelapisan yang
membedakan berdasarkan ras.
Namun, dalam masyarakat dengan sistem pelapisan sosial
terbuka juga bisa ditemui adanya ascribed status. Sebagai contoh,
43
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi Baru Keempat, (Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada, 2005), cet. 38, h. 240.
86
kedudukan laki-laki dalam suatu keluarga di masyarakat Betawi akan
berbeda dengan kedudukan perempuan, biasanya laki-laki cenderung
memiliki jiwa memimpin dibandingkan dengan perempuan, karena
memang laki-laki umumnya akan menjadi kepala keluarga. Sedangkan
perempuan di masyarakat Betawi hanya berperan di dapur atau sumur.
Selanjutnya Achieved Status ialah kedudukan yang dicapai
seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja. Kedudukan ini tidak
diperoleh atas dasar kelahiran. Akan tetapi bersifat terbuka bagi siapa
saja tergantung dari kemampuan masing-masing dalam mengajar serta
mencapai tujuannya.44 Misalnya, setiap orang dapat menjadi guru,
dokter, atau polisi asal memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.
Dengan begitu achieved status ini tergantung pada masing-masing
individu apakah sanggup dan mampu memenuhi persyaratan yang
telah ditentukan atau tidak untuk menjadi apa yang mereka inginkan.
Jadi, dalam pencapaian status sosial masyarakat bisa dengan
jalan usaha sendiri atau tanpa melalui usaha tetapi sudah dapat
menerima status sosial tersebut. Sedangkan status sosial ekonomi
dimaknai sabagai suatu usaha dalam meningkatkan sisi pendapatan
dari setiap hasil usaha yang dijalaninya.
Pada masyarakat Betawi di Kelurahan Pondok Cabe Udik RT
003/RW 003 ini sebagian besar mendapatkan status sosial mereka
melalui jalan usaha sendiri, bagi mereka untuk mengubah hidup lebih
baik lagi terlebih dalam hal ekonomi tidak bisa bergantungan dengan
orang lain, karena semua butuh proses dan usaha yang panjang untuk
dapat mencapai apa yang mereka inginkan di dalam hidupnya.
Dari hasil keseluruhan data yang didapatkan oleh peneliti, jelas
terlihat bahwa etos kerja masyarakat Betawi di Kelurahan Pondok
Cabe Udik RT 003/RW 003 dapat membuat mereka kuat bertahan
dengan hasil yang mereka dapatkan dalam usaha meningkatkan status
44
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi Baru Keempat, (Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada, 2005), cet. 38, h. 240.
87
sosial ekonomi. Meskipun dengan pendidikan yang terbilang rendah,
pada kenyataannya mereka tetap bisa bersaing secara positif dengan
masyarakat pendatang dalam hal mencari nafkah.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masyarakat Betawi pada umumnya memiliki etos kerja yang baik
sebanding
dengan
peningkatan
status
sosial
ekonomi
mereka
dilingkungannya. Etos kerja mereka tercermin dalam perjuangan mereka
untuk bertahan hidup di lingkungan yang semakin majemuk dengan
persaingan yang semakin berat. Semangat untuk dapat hidup lebih baik
dan dapat bersaing dengan masyarakat lainnya menjadi salah satu dasar
kuat terbentuknya etos kerja mereka. Upaya dalam meningkatkan status
sosial ekonomi yang berbanding lurus dengan etos kerja masyarakat
Betawi umumnya dapat terlihat dari pergeseran pola pencarian pendapatan
mereka yang tidak hanya menjadi pedagang namun menjadi karyawan
dengan dasar pendidikan tinggi.
Berdasarkan hasil temuan data dan analisisnya, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Etos kerja yang dimiliki oleh masyarakat Betawi cenderung baik,
karena dalam pemaknaan etos kerja bahwa kerja adalah suatu
keharusan bagi setiap manusia untuk dapat memenuhi segala
kebutuhan hidupnya dan keluarganya. Di masyarakat Betawi Kerja
dimaknai sebagai bukti ketekunan, serta kegigihan. Maka etos kerja
masyarakat Betawi berbanding lurus dengan status sosial ekonomi
mereka. keberhasilan serta cara mereka meningkatkan status sosial ini
diyakini sebagai bentuk hasil dari kerja keras dan usaha untuk lebih
maju. Kejujuran serta sikap pantang menyerah dalam bekerja sekuat
tenaga juga turut mengimbangi kerja keras mereka. Realitas
pendidikan yang rendah nyatanya bukan suatu penghalang untuk
masyarakat Betawi tetap mengembangkan diri mereka dalam bekerja,
88
89
bagi mereka dengan memiliki kemauan yang tinggi serta keterampilan
akan membantu mereka untuk tetap bertahan hidup di tengah
persaingan ekonomi yang semakin kuat.
2. Masyarakat Betawi sebagian besar mendapatkan status sosial mereka
melalui jalan usaha sendiri, bagi mereka untuk mengubah hidup lebih
baik lagi terlebih dalam hal ekonomi tidak bisa bergantungan dengan
orang lain, karena semua butuh proses dan usaha yang panjang untuk
dapat mencapai apa yang mereka inginkan di dalam hidupnya. Dalam
hal ini mereka hanya mendapatkan pekerjaan di wilayah mereka
sendiri, tidak ada masyarakat Betawi yang merantau untuk mencari
pekerjaan. Meskipun begitu, upaya mereka dalam meningkatkan status
sosial ekonomi cukup baik. Masyarakat Betawi berjuang keras untuk
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya penghasilan yang mereka
dapatkan bisa menunjang kebutuhan sehari-hari.
B. Saran
Ada dua saran penting yang perlu diperhatikan dalam menjalankan
etos kerja untuk meningkatkan status sosial ekonomi masyarkat Betawi
adalah sebagai berikut:
1. Etos Kerja
Masyarakat Betawi secara keseluruhan wajib menyadari pentingnya
pendidikan sebagai dasar pokok untuk perubahan status sosial ekonomi
mereka menjadi jauh lebih baik lagi. Dengan pendidikan yang baik
mereka dapat memaksimalkan potensi diri, mengembangkan usaha dan
bersaing dengan masyarakat lainnya. Selain peningkatan pendidikan
formal masyarakat Betawi juga dapat meningkatkan pendidikan
informal
seperti
ketrampilan-ketrampilan
khusus
agar
dapat
mengembangkan dan meningkatkan nilai tambah atas usahanya.
Pemerintah dapat memperhatikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat
yang berpendidikan rendah.
90
2. Status Sosial Ekonomi
Demi meningkatkan status sosial ekonomi masyarakat Betawi perlu
perubahan pola pikir untuk lebih maju dan berkembang pada
masyarakat Betawi seperti bekerja dan berdagang diluar daerahnya
untuk mendapatkan ilmu dan pengalaman yang lebih luas.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik, Agama, Etos Kerja, dan Perkembangan Ekonomi, Jakarta:
LP3ES, Cet. 1, 1979.
--------------------. Agama, Etos Kerja, dan Perkembangan Ekonomi, Jakarta:
LP3ES, Cet. 2, 1982.
Ahmadi, Abu dkk, Ilmu Sosial Dasar, Jakarta : PT. Rineka Cipta, Cet. 2, 1991.
Alatas, S.H., Mitos Pribumi Malas, Citra Orang Jawa, Melayu dan Filipina
dalam Kapitalisme Kolonial, Jakarta : LP3ES, 1988.
Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, Edisi Pertama, Jakarta : Kencana, Cet. 2,
2011.
Lukman, Pengantar Teori Mikro Ekonomi, Jakarta : UIN Jakarta Press, Cet. 1,
2007.
Mubyarto, dkk, Etos Kerja dan Kohesi Sosial, Yogyakarta : Aditya Media, 1993.
Narwoko, J. Dwi, dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar & Terapan,
Edisi Keempat, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, Cet. 1, 2004.
Nurdin, Amin dan Ahmad Abrori, Mengerti Sosiologi, Pengantar untuk
Memahami Konsep-konsep Dasar, Jakarta : UIN Jakarta Press, Cet. 1,
2006.
Rosyadi, Profil Budaya Betawi, Bandung : Balai Kajian Sejarah dan Nilai
Tradisional, 2006.
Roucek, Joseph S., Roland L. Warren, Pengantar Sosiologi, Jakarta : Bina
Aksara, 1984.
Saidi, Ridwan, Maman S. Mahyana, Ragam Budaya Betawi, Jakarta : Dinas
Kebudayaan dan Permuseuman, 2002.
Sinamo, Jansen H., 8 Etos Kerja Profesional, Jakarta : PT. Malta Printindo, 2008.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D, Bandung: Alfabeta, Cet. 15, 2012.
Sukirno, Sadano, Mikro Ekonomi Teori Pengantar, Edisi Ketiga, Jakarta :
Rajawali Pers, Cet. 26, 2011.
91
92
Susilowati, Daru, Lyndon Saputra, Webster’s Kamus Lengkap Inggris-Indonesia
Indonesia-Inggris, Jakarta : Kharisma Publishing Group, 2007.
Sutopo, Metodologi Penelitian Kualitatif, Surakarta: Universitas Sebelas Maret,
Cet. 2, 2006.
Soekanto Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi Baru Keempat, Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada, Cet. 38, 2005.
Soelaeman, Munandar, Ilmu Sosial Dasar : teori dan konsep ilmu sosial,
Bandung: PT. Eresco, Cet. 8, 1995.
Tasmara, Toto Membudayakan Etos Kerja Islami, Jakarta : Gema Insani Press,
2002.
Usman, Husaini, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: PT. Bumi Aksara, Cet. 2,
2009.
Zuriah, Nurul, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi
Aksara, Cet. 3, 2009.
SKRIPSI
Gudiman, Etos Kerja Pelaku Puasa Daud, Fakultas Psikologi, Skripsi S-1, pada UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2010, tidak dipublikasikan.
Hamdi, Etos Kewiraswastaan Pedagang Betawi (Studi Kasus Pada Tiga Pedagang
Betawi di Kampung Sawah, Kel. Srengseng Sawah, Kec. Jagakarsa Jakarta
Selatan), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Skripsi S-1, pada Universitas
Indonesia, Depok, 1995, tidak dipublikasikan.
Rahmawati, Etos Kerja Masyarakat Pendatang dalam Peningkatan Status Sosial
Ekonomi di Daerah Pesanggrahan Ciputat Kota Tangerang Selatan, Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Skripsi S-1, pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Jakarta, 2013, tidak dipublikasikan.
Siti Mumun Muhibah, Etos Kerja Buruh Perempuan di Pabrik (Studi Kasus Buruh
Perempuan PT. Sewu Nusantara Tangerang), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Skripsi S-1, pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2013, tidak
dipublikasikan.
INTERNET
Faktor-faktor yang mepengaruhi etos kerja, Hubungan Antara OrganizationBased
Self-Esteem
Dengan
Etos
Kerja,
2009,
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3626/1/08E00921.pdf,
diakses pada tanggal 8 September 2014.
93
Sistem kekerabatan suku betawi,
http://kebudayaanindonesia.net/id/culture/1238/sistem-kekerabatan-sukubetawi, diakses pada tanggal 24 Januari 2014.
Bahasa Betawi, http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Betawi, diakses pada tanggal
24 Januari 2014.
Undang-undang Ketenagakerjaan,
http://www.hukumonline.com/pusatdata/downloadfile/fl51927/parent/1314
6, diakses pada tanggal 22 September 2014.
WAWANCARA
Wawancara pribadi dengan Bapak Sudirman sesepuh Pondok Cabe Udik, pada
tanggal 15 Agustus 2014
Wawancara pribadi dengan Bapak Hasan Ketua RT 003, pada tanggal 25 Agustus
2014
Wawancara pribadi dengan Bapak Amsar, pada tanggal 25 Agustus 2014
Wawancara pribadi dengan Ibu Armah, pada tanggal 25 Agustus 2014
Wawancara pribadi dengan Bapak Bahrudin Ketua RW 003, pada tanggal 27
Agustus 2014
Wawancara pribadi dengan Bapak Herwan staf Kelurahan Pondok Cabe Udik,
pada tanggal 29 Agustus 2014
Wawancara pribadi dengan Bapak Alfian, pada tanggal 30 Agustus 2014
Wawancara pribadi dengan Ibu Yunih, pada tanggal 05 September 2014
Wawancara pribadi dengan Bapak Babas, pada tanggal 05 September 2014
Wawancara pribadi dengan Bapak Simin, pada tanggal 05 September 2014
Wawancara pribadi dengan Ibu Ina Rosita, pada tanggal 15 September 2014
Wawancara pribadi dengan Bapak Dalih, pada tanggal 15 September 2014
Wawancara pribadi dengan Bapak Narin, pada tanggal 18 September 2014
Wawancara pribadi dengan Bapak Uka, pada tanggal 22 September 2014
Pedoman Observasi
Identifikasi dan pahami variabel penelitian, adapun beberapa variabel penelitian
yang akan diteliti adalah : 1). Etos Kerja, 2). Masyarakat Betawi, 3). Status Sosial
Ekonomi.
Dalam observasi, semua indera peneliti harus menjadi alat peneliti yang peka dan
terintegrasi. Rasakan, amati, dan dengarkan lah secara mendalam.
Beberapa variabel dan sub variabel yang akan diamati, yaitu :
1. Etos kerja
a. Mengamati etos kerja masyarakat
b. Kriteria etos kerja masyarakat
2. Masyarakat Betawi
a. Identifikasi kegiatan masyarakat Betawi
b. Mengamati kegiatan masyarakat Betawi
3. Status sosial ekonomi
a. Datang ke tempat mata pencaharian masyarakat
b. Identifikasi status sosial ekonomi masyarakat
PEDOMAN WAWANCARA
Pengantar
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Selamat pagi/siang/sore. Saya Nadia Annisa S, mahasiswa pendidikan IPS,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
tengah melakukan penelitian skripsi tentang “Etos Kerja Masyarakat Betawi
dalam Meningkatkan Status Sosial Ekonomi di Kelurahan Pondok Cabe Udik.”
Berikut adalah variabel yang ingin saya teliti disini adalah : 1). Etos kerja,
2). Masyarakat Betawi, 3). Status Sosial Ekonomi. Bapak/Ibu akan saya
wawancara dengan kualifikasi yang Bapak/Ibu miliki.
Untuk keperluan tersebut, dengan segala hormat saya meminta kesedian
Bapak/Ibu sebagai pemangku kepentingan di wilayah Pondok Cabe Udik ini
untuk saya wawancarai.
Data Responden
Nama responden terpilih :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat Lengkap :
No Telp/HP :
Status Responden :
Wawancara
A. Etos Kerja
1. Budaya atau agama yang melatar belakangi sikap kerja?
2. Persepsi personal sikap kerja positif?
3. Persepsi personal sikap kerja negatif?
4. Persepsi sosial sikap kerja masyarakat Betawi?
5. Pengaruh lingkungan sosial terhadap pekerjaan?
B. Masyarakat Betawi
1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu tinggal di Pondok Cabe Udik?
2. Apa pekerjaan Bapak/Ibu sebelum menjalani pekerjaan yang sekarang?
3. Mengapa Bapak/Ibu lebih memilih pekerjaan yang sekarang dijalani?
4. Apa yang melandasi atau melatarbelakangi Bapak/Ibu untuk bekerja?
5. Berapa jam Bapak/Ibu menjalankan pekerjaan dalam sehari?
6. Setiap pekerjaan yang dijalani pasti menginginkan penghasilan yang
tinggi. Bagaimana dengan Bapak/Ibu mengenai kegigihan dalam
menjalankan pekerjaan?
7. Apakah
Bapak/Ibu
pernah
mendapatkan
masalah
dengan
pekerjaannya? Bagaimana cara menghadapinya?
8. Bagaimana hubungan Bapak/Ibu dengan pekerja yang satu profesi?
9. Apakah Bapak/Ibu menikmati pekerjaan yang sedang dijalani?
10. Bagaimana cara Bapak/Ibu untuk meningkatkan penghasilan dari
pekerjaan yang dijalani?
11. Dari hasil usaha Bapak/Ibu apakah disimpan ditabungan bank atau
dipergunakan untuk kebutuhan lain?
C. Status Sosial Ekonomi
1. Berapa rata-rata penghasilan Bapak/Ibu per-bulan sebelum dan
sesudah menjalankan pekerjaan ini?
2. Apakah ada pekerjaan sampingan yang Bapak/Ibu jalani?
3. Apakah kebutuhan pokok Bapak/Ibu terpenuhi?
4. Dari hasil bekerja selama ini, apakah kebutuhan pendidikan putera/i
Bapak/Ibu terpenuhi?
5. Saat ini Bapak/Ibu tinggal masih mengontrak rumah atau sudah punya
sendiri?
6. Dirumah Bapak/Ibu apakah terdapat fasilitas kebutuhan yang
memadai? (TV, Kulkas, Motor, Mobil, dan lain-lain)
7. Jika Bapak/Ibu sakit kemana memeriksakan kesehatannya?
8. Apakah Bapak/Ibu pernah membantu ketika saudara/keluarga/orang
lain yang sedang membutuhkan pertolongan?
Penutup
Demikianlah wawancara yang saya lakukan ini. Terima kasih atas
kesediaannya Bapak/Ibu dalam memberikan informasi, dan atas waktu serta
kerjasamanya. Kurang lebihnya saya mohon maaf.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Transkripsi Hasil Wawancara
1. Pemerintah Daerah Pondok Cabe Udik
A. Profil Responden dan Keterangan Waktu
Nama :
Jabatan :
Tempat :
B. Hasil Wawancara
1. Bagaimana persepsi anda tentang etos kerja?
2. Bagaimana persepsi anda mengenai masyarakat Betawi?
3. Bagaimana pendapat anda mengenai lingkungan sosial masyarakat Betawi?
4. Bagaimana pendapat anda mengenai ekonomi masyarakat Betawi?
5. Apa harapan anda untuk masyarakat pendatang dan masyarakat pribumi?
2. Masyarakat Betawi Daerah Pondok Cabe Udik
A. Profile Responden dan Keterangan Waktu
Nama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Tempat :
B. Hasil Wawancara
1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu tinggal di Pondok Cabe Udik?
2. Apa pekerjaan Bapak/Ibu sebelum menjalani pekerjaan yang sekarang?
3. Mengapa Bapak/Ibu lebih memilih pekerjaan yang sekarang dijalani?
4. Apa yang melandasi atau melatarbelakangi Bapak/Ibu untuk bekerja?
5. Berapa jam Bapak/Ibu menjalankan pekerjaan dalam sehari?
6. Setiap pekerjaan yang dijalani pasti menginginkan penghasilan yang tinggi.
Bagaimana dengan Bapak/Ibu mengenai kegigihan dalam menjalankan
pekerjaan?
7. Apakah Bapak/Ibu pernah mendapatkan masalah dengan pekerjaannya?
Bagaimana cara menghadapinya?
8. Bagaimana hubungan Bapak/Ibu dengan pekerja yang satu profesi?
9. Apakah Bapak/Ibu menikmati pekerjaan yang sedang dijalani?
10. Bagaimana cara Bapak/Ibu untuk meningkatkan penghasilan dari pekerjaan
yang dijalani?
11. Dari hasil usaha Bapak/Ibu apakah disimpan ditabungan bank atau
dipergunakan untuk kebutuhan lain?
C. Status Sosial Ekonomi
1. Berapa rata-rata penghasilan Bapak/Ibu per-bulan sebelum dan sesudah
menjalankan pekerjaan ini?
2. Apakah ada pekerjaan sampingan yang Bapak/Ibu jalani?
3. Apakah kebutuhan pokok Bapak/Ibu terpenuhi?
4. Dari hasil bekerja selama ini, apakah kebutuhan pendidikan putera/i Bapak/Ibu
terpenuhi?
5. Saat ini Bapak/Ibu tinggal masih mengontrak rumah atau sudah punya sendiri?
6. Dirumah Bapak/Ibu apakah terdapat fasilitas kebutuhan yang memadai? (TV,
Kulkas, Motor, Mobil, dan lain-lain)
7. Jika Bapak/Ibu sakit kemana memeriksakan kesehatannya?
8. Apakah Bapak/Ibu pernah membantu ketika saudara/keluarga/orang lain yang
sedang membutuhkan pertolongan?
Masyarakat Betawi Daerah Pondok Cabe Udik
A. Profile Responden dan Keterangan Waktu
Nama : Amsar
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Karyawan Swasta (PT. Bina Karya Alumunium)
Tempat : Kediaman Pak RT
B. Hasil Wawancara
1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu tinggal di Pondok Cabe Udik?
Dari lahir juga udah disini, berarti 25 tahun dah.
2. Apa pekerjaan Bapak/Ibu sebelum menjalani pekerjaan yang sekarang?
Waktu masih bujang mah serabutan, apa aja dikerjain. Kalo lagi ada yang mau
bangun rumah ya bantu jadi kuli. Kalo lagi sepi nguli ya ngojek.
3. Mengapa Bapak/Ibu lebih memilih pekerjaan yang sekarang dijalani?
Sekarang ya gajinya lebih jelas lah gitu.
4. Apa yang melandasi atau melatarbelakangi Bapak/Ibu untuk bekerja?
Deket sama rumah kerjaan yang sekarang jadi gampang ketemu keluarga.
5. Berapa jam Bapak/Ibu menjalankan pekerjaan dalam sehari?
Setiap hari, kalo lagi ada pengiriman barang. Berangkat jam 8 pagi.
6. Setiap pekerjaan yang dijalani pasti menginginkan penghasilan yang tinggi.
Bagaimana dengan Bapak/Ibu mengenai kegigihan dalam menjalankan
pekerjaan?
Kegigihan saya mah sering-sering ngambil lemburan gitu, berusaha kerja
dengan baik, sama usahain tepat waktu.
7. Apakah Bapak/Ibu pernah mendapatkan masalah dengan pekerjaannya?
Bagaimana cara menghadapinya?
Pernah, waktu itu telat bangun telat berangkat buat pengiriman ke luar kota
harusnya jam 12 malem udah jalan, eh jadi jam 3 pagi. Caranya ya pasang
alarm, sama minta istri ingetin buat ngebangunin saya.
8. Bagaimana hubungan Bapak/Ibu dengan pekerja yang satu profesi?
Hubungannya mah ya baik terus ya namanya sama-sama cari nafkah.
9. Apakah Bapak/Ibu menikmati pekerjaan yang sedang dijalani?
Alhamdulillah, sangat menikmati. Namanya buat keluarga mah apa aja kita
lakuin.
10. Bagaimana cara Bapak/Ibu untuk meningkatkan penghasilan dari pekerjaan
yang dijalani?
Ngambil lemburan aja, lumayan kan buat tambahan setiap bulannya.
11. Dari hasil usaha Bapak/Ibu apakah disimpan ditabungan bank atau
dipergunakan untuk kebutuhan lain?
Saya sih dipake buat kebutuhan sehari-hari, gak ada tabungan apalagi di bank.
C. Status Sosial Ekonomi
1. Berapa rata-rata penghasilan Bapak/Ibu per-bulan sebelum dan sesudah
menjalankan pekerjaan ini?
Dulu mah ya ga nentu, sedapetnya aja. Kalo sekarang 500rb perminggu,
misalkan lembur bisa nyampe 800rb perminggu
2. Apakah ada pekerjaan sampingan yang Bapak/Ibu jalani?
Gak ada, fokus ke satu aja.
3. Apakah kebutuhan pokok Bapak/Ibu terpenuhi?
Alhamdulillah terpenuhi, bersyukur saya mah.
4. Dari hasil bekerja selama ini, apakah kebutuhan pendidikan putera/i Bapak/Ibu
terpenuhi?
Iya jelas terpenuhi, anak saya baru satu.
5. Saat ini Bapak/Ibu tinggal masih mengontrak rumah atau sudah punya sendiri?
Masih di rumah mertua, tapi keinginan mah pinginnya punya rumah sendiri.
6. Dirumah Bapak/Ibu apakah terdapat fasilitas kebutuhan yang memadai? (TV,
Kulkas, Motor, Mobil, dan lain-lain)
Ada TV, kulkas, motor, mesin cuci, mobil mah gak ada.
7. Jika Bapak/Ibu sakit kemana memeriksakan kesehatannya?
Ke klinik 3 Mandiri situ, jamkes dari PT.
8. Apakah Bapak/Ibu pernah membantu ketika saudara/keluarga/orang lain yang
sedang membutuhkan pertolongan?
Iya, membantu keponakan sekolah gitu kalo lagi rezeki lebih tiap bulan.
Anaknya kakak saya.
Masyarakat Betawi Daerah Pondok Cabe Udik
A. Profile Responden dan Keterangan Waktu
Nama : Ahmad Alfian
Pendidikan : D3
Pekerjaan : Polisi
Tempat : Kediamannya
B. Hasil Wawancara
1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu tinggal di Pondok Cabe Udik?
Seumur saya deh, kurang lebih 30 tahun.
2. Apa pekerjaan Bapak/Ibu sebelum menjalani pekerjaan yang sekarang?
Pernah jadi security yang membawa uang untuk dikirimkan ke ATM. Sejak
2005 baru saya menjadi seorang polisi.
3. Mengapa Bapak/Ibu lebih memilih pekerjaan yang sekarang dijalani?
Pekerjaan yang sekarang jelas lebih terjamin untuk menghidupi saya dan
keluarga.
4. Apa yang melandasi atau melatarbelakangi Bapak/Ibu untuk bekerja?
Menatap masa depan depan, untuk berumah tangga seorang laki-laki jelas
membutuhkan pekerjaan demi menafkahi keluarga.
5. Berapa jam Bapak/Ibu menjalankan pekerjaan dalam sehari?
Sebagai polisi saya bekerja tak kenal waktu, bahkan di jadwal off day saja saya
harus tetap dalam keadaan siaga jika ada panggilan darurat.
6. Setiap pekerjaan yang dijalani pasti menginginkan penghasilan yang tinggi.
Bagaimana dengan Bapak/Ibu mengenai kegigihan dalam menjalankan
pekerjaan?
Saya bekerja dengan dedikasi tinggi, selalu semangat, pantang lelah demi
keluarga dan negara.
7. Apakah Bapak/Ibu pernah mendapatkan masalah dengan pekerjaannya?
Bagaimana cara menghadapinya?
Masalahnya hanya terdapat pada mengatur waktu dengan keluarga, caranya
saya
selalu berusaha
menggunakan waktu libur untuk benar-benar
menghabiskannya dengan keluarga, bermain dengan anak dirumah atau
sesekali pergi jalan-jalan.
8. Bagaimana hubungan Bapak/Ibu dengan pekerja yang satu profesi?
Baik sekali, kami sangat kompak dalam menjalankan tugas.
9. Apakah Bapak/Ibu menikmati pekerjaan yang sedang dijalani?
Menikmati sekali, saya merasa bangga dan puas dengan apa yang saya miliki
saat ini. Pekerjaan yang penuh tanggung jawab, keluarga yang selalu
mendukung. Semua berkat kerja keras dan usaha yang saya jalani sebelum
menjadi seperti sekarang ini. Semuanya tidak mudah...
10. Bagaimana cara Bapak/Ibu untuk meningkatkan penghasilan dari pekerjaan
yang dijalani?
Jika ada yang mau mengurus sesuatu (surat-surat seperti perpanjang stnk
misalnya). Setidaknya untuk perpanjang stnk bisa 5 menit jadi dengan bantuan
saya. Saling menguntungkan lah prinsipnya. Selain itu juga bila ada warga
yang ingin dikawal dalam acara-acara tertentu biasanya upah itu menjadi
penghasilan tambahan untuk saya.
11. Dari hasil usaha Bapak/Ibu apakah disimpan ditabungan bank atau
dipergunakan untuk kebutuhan lain?
Ya, saya tabung di bank. Agar lebih aman.
C. Status Sosial Ekonomi
1. Berapa rata-rata penghasilan Bapak/Ibu per-bulan sebelum dan sesudah
menjalankan pekerjaan ini?
Waktu masih jadi security cuma 1,8jt perbulan. Kalau sekarang sudah sesuai
UMR 2,5jt perbulan.
2. Apakah ada pekerjaan sampingan yang Bapak/Ibu jalani?
Tidak ada.
3. Apakah kebutuhan pokok Bapak/Ibu terpenuhi?
Ya, terpenuhi.
4. Dari hasil bekerja selama ini, apakah kebutuhan pendidikan putera/i Bapak/Ibu
terpenuhi?
Alhamdulillah terpenuhi, anak saya masih TK.
5. Saat ini Bapak/Ibu tinggal masih mengontrak rumah atau sudah punya sendiri?
Rumah sudah punya sendiri ini.
6. Dirumah Bapak/Ibu apakah terdapat fasilitas kebutuhan yang memadai? (TV,
Kulkas, Motor, Mobil, dan lain-lain)
Ada ko semuanya, kecuali mobil. Yaaa walaupun beberapa ada yang masih
nyicil tapi Alhamdulillah lengkap
7. Jika Bapak/Ibu sakit kemana memeriksakan kesehatannya?
Jika sakit yang ringan-ringan saja saya ke klinik atau rumah sakit terdekat.
Tetapi jika memerlukan biaya yang tinggi atau parah sakitnya tinggal ke RS
Polri saja. Semua ditanggung gratis.
8. Apakah Bapak/Ibu pernah membantu ketika saudara/keluarga/orang lain yang
sedang membutuhkan pertolongan?
Iya membantu, walaupun gak seberapa yang penting niatnya. Membantu juga
sesuai dengan kemampuan materi ataupun non materi yang saya miliki.
Masyarakat Betawi Daerah Pondok Cabe Udik
A. Profile Responden dan Keterangan Waktu
Nama : Armah
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pembantu Rumah Tangga (PRT)
Tempat : Kediaman Pak RT
B. Hasil Wawancara
1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu tinggal di Pondok Cabe Udik?
Dari dulu disini, lahir disini, ya asli sini
2. Apa pekerjaan Bapak/Ibu sebelum menjalani pekerjaan yang sekarang?
Dirumah aja, ibu rumah tangga
3. Mengapa Bapak/Ibu lebih memilih pekerjaan yang sekarang dijalani?
Karena ya bisanya cuma itu, kantoran mah ga mungkin neng.
4. Apa yang melandasi atau melatarbelakangi Bapak/Ibu untuk bekerja?
Ngisi waktu gitu saya mah ga bisa diem di rumah bosen. Senengnya ada yang
dikerjain.
5. Berapa jam Bapak/Ibu menjalankan pekerjaan dalam sehari?
Setiap hari berangkat dari rumah jam 6.30, di tiap pintu rumah masing-masing
3 jam kurang lebih.
6. Setiap pekerjaan yang dijalani pasti menginginkan penghasilan yang tinggi.
Bagaimana dengan Bapak/Ibu mengenai kegigihan dalam menjalankan
pekerjaan?
Saya rajin masuk, kalo gak sakit sampe gak bisa bangun tetep kerja abis kalo
dirumah doang juga malahan bosen daripada bengong.
7. Apakah Bapak/Ibu pernah mendapatkan masalah dengan pekerjaannya?
Bagaimana cara menghadapinya?
Masalah mah ya pasti ada, tapi gak besar-besar amat gitu. Palingan kayak
dapet majikan bawel gitu, atau kalo lagi ngepel belum kering udah diinjekinjek. Nanggepinnya ya sabar aja...
8. Bagaimana hubungan Bapak/Ibu dengan pekerja yang satu profesi?
Baik-baik aja.
9. Apakah Bapak/Ibu menikmati pekerjaan yang sedang dijalani?
Menikmati ko
10. Bagaimana cara Bapak/Ibu untuk meningkatkan penghasilan dari pekerjaan
yang dijalani?
Ya awalnya kan Cuma megang satu pintu rumah, sekarang jadi 3 pintu
sekaligus sehari.
11. Dari hasil usaha Bapak/Ibu apakah disimpan ditabungan bank atau
dipergunakan untuk kebutuhan lain?
Ikut tabungan pengajian, ikut arisan juga. Itung-itung kayak nabung juga itu
mah.
C. Status Sosial Ekonomi
1. Berapa rata-rata penghasilan Bapak/Ibu per-bulan sebelum dan sesudah
menjalankan pekerjaan ini?
500rb perbulan. Tadinya cuma satu pintu, sekarang jadi 1,5jt karena megang 3
pintu rumah.
2. Apakah ada pekerjaan sampingan yang Bapak/Ibu jalani?
Ga ada, itu doang.
3. Apakah kebutuhan pokok Bapak/Ibu terpenuhi?
Terpenuhi sih tapi ya pas-pasan lah, namanya makin kesini kebutuhan makin
ningkat.
4. Dari hasil bekerja selama ini, apakah kebutuhan pendidikan putera/i Bapak/Ibu
terpenuhi?
Alhamdulillah anak sekolah yang satu sampe SMP, yang satunya lagi sampe
SMA. Terus udah bocahnya pada gak mau lanjutin lagi.
5. Saat ini Bapak/Ibu tinggal masih mengontrak rumah atau sudah punya sendiri?
Rumah sendiri ini.
6. Dirumah Bapak/Ibu apakah terdapat fasilitas kebutuhan yang memadai? (TV,
Kulkas, Motor, Mobil, dan lain-lain)
Ada Alhamdulillah, kecuali mobil ya
7. Jika Bapak/Ibu sakit kemana memeriksakan kesehatannya?
Ke puskesmas aja saya mah.
8. Apakah Bapak/Ibu pernah membantu ketika saudara/keluarga/orang lain yang
sedang membutuhkan pertolongan?
Pernah lah sesekali kalo lagi ada urunan buat bantu keluarga yang butuhin atau
tetangga gitu.
Masyarakat Betawi Daerah Pondok Cabe Udik
A. Profile Responden dan Keterangan Waktu
Nama : Yunih
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pedagang Makanan
Tempat : Tempat Berdagang (halaman kediamannya)
B. Hasil Wawancara
1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu tinggal di Pondok Cabe Udik?
Dari kecil sudah disini ibu neng
2. Apa pekerjaan Bapak/Ibu sebelum menjalani pekerjaan yang sekarang?
Sebelum ini jadi PRT aja yang bisa dijalanin
3. Mengapa Bapak/Ibu lebih memilih pekerjaan yang sekarang dijalani?
Karena sesuai dengan keahlian, memang hobi masak, dan waktu bekerja pun
bisa diatur sendiri
4. Apa yang melandasi atau melatarbelakangi Bapak/Ibu untuk bekerja?
Kekurangan ekonomi jika hanya menjadi PRT, dan tidak mau sampai menjadi
pengangguran
5. Berapa jam Bapak/Ibu menjalankan pekerjaan dalam sehari?
Jam 06.00 pagi sampai jam 07.00 malam (sehabisnya dagangan)
6. Setiap pekerjaan yang dijalani pasti menginginkan penghasilan yang tinggi.
Bagaimana dengan Bapak/Ibu mengenai kegigihan dalam menjalankan
pekerjaan?
Harus dengan niat yang kuat, pantang menyerah, selalu berusaha mendapatkan
penghasilan yang lebih lagi, demi keluarga.
7. Apakah Bapak/Ibu pernah mendapatkan masalah dengan pekerjaannya?
Bagaimana cara menghadapinya?
Kadang suka ada yang ngutang, terus juga kan namanya dagang makanan gini
setiap hari laris atau gaknya ya gak nentu
8. Bagaimana hubungan Bapak/Ibu dengan pekerja yang satu profesi?
Baik ko, saling menghargai aja
9. Apakah Bapak/Ibu menikmati pekerjaan yang sedang dijalani?
Menikmati, karena sesuai dengan kebisaan kita
10. Bagaimana cara Bapak/Ibu untuk meningkatkan penghasilan dari pekerjaan
yang dijalani?
Tadinya cuma nasi uduk aja pas pagi, sama gado-gado siangnya. Terus
sekarang jadi nambah jajanan-jajanan bocah sama ada beberapa sembako
kecil-kecilan
11. Dari hasil usaha Bapak/Ibu apakah disimpan ditabungan bank atau
dipergunakan untuk kebutuhan lain?
Pastinya digunain buat kebutuhan sehari-hari, sama bahan pokok jualan, tapi
ikut arisan. Ditabung sih sedikit, tapi ga di bank
C. Status Sosial Ekonomi
1. Berapa rata-rata penghasilan Bapak/Ibu per-bulan sebelum dan sesudah
menjalankan pekerjaan ini?
Waktu masih jadi PRT Rp 500.000 per-bulan, sekarang mah kotornya Rp
200.000 per-hari aja dapet ko
2. Apakah ada pekerjaan sampingan yang Bapak/Ibu jalani?
Gak ada, fokus dagang aja saya mah sekarang
3. Apakah kebutuhan pokok Bapak/Ibu terpenuhi?
Iya terpenuhi, untuk makan hari-hari
4. Dari hasil bekerja selama ini, apakah kebutuhan pendidikan putera/i Bapak/Ibu
terpenuhi?
Terpenuhi, anak saya ada dua. Yang satu lulusan SMP, yang satu lagi SMK.
Mereka sendiri yang gak mau ngelanjutin lagi sekolahnya
5. Saat ini Bapak/Ibu tinggal masih mengontrak rumah atau sudah punya sendiri?
Sudah rumah sendiri ini
6. Dirumah Bapak/Ibu apakah terdapat fasilitas kebutuhan yang memadai? (TV,
Kulkas, Motor, Mobil, dan lain-lain)
Ada TV, kulkas, motor walaupun masih nyicil
7. Jika Bapak/Ibu sakit kemana memeriksakan kesehatannya?
Puskesmas terdekat aja saya mah
8. Apakah Bapak/Ibu pernah membantu ketika saudara/keluarga/orang lain yang
sedang membutuhkan pertolongan?
Membantu, tapi namanya kita pas-pasan juga kadang ngebantunya bukan dari
segi materi aja, non materi juga. Kayak bantu tenaga gitu
Masyarakat Betawi Daerah Pondok Cabe Udik
A. Profile Responden dan Keterangan Waktu
Nama : H. Babas
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Jasa Pengobatan Alternatif
Tempat : Tempat Praktek (kediamannya)
B. Hasil Wawancara
1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu tinggal di Pondok Cabe Udik?
Sejak kecil disini, orang tua asli sini, tapi sempet pindah ke radio dalam, terus
balik lagi kesini
2. Apa pekerjaan Bapak/Ibu sebelum menjalani pekerjaan yang sekarang?
Waktu di radio dalam sampe pindah lagi kesini, narik bajay pribadi aja
3. Mengapa Bapak/Ibu lebih memilih pekerjaan yang sekarang dijalani?
Karena penghasilan dari narik bajay gak tentu
4. Apa yang melandasi atau melatarbelakangi Bapak/Ibu untuk bekerja?
Tuntutan ekonomi, dan pekerjaan yang sekarang sesuai keahlian yang saya
punya dari kecil, turunan kakek
5. Berapa jam Bapak/Ibu menjalankan pekerjaan dalam sehari?
Setiap hari dari jam 07.00 pagi sampai jam 10.00 malam, kecuali hari jum’at
libur
6. Setiap pekerjaan yang dijalani pasti menginginkan penghasilan yang tinggi.
Bagaimana dengan Bapak/Ibu mengenai kegigihan dalam menjalankan
pekerjaan?
Bekerja dengan sungguh-sungguh, penuh ketekunan, sesuai panggilan hati,
selalu memberikan pelayanan terbaik untuk menyembuhkan orang
7. Apakah Bapak/Ibu pernah mendapatkan masalah dengan pekerjaannya?
Bagaimana cara menghadapinya?
Tidak ada, kalo pasien saya iya pasti ada masalah dengan kesehatannya
8. Bagaimana hubungan Bapak/Ibu dengan pekerja yang satu profesi?
Saling menghargai aja walaupun sama-sama bisa membantu orang yang sakit
tetep keahliannya berbeda
9. Apakah Bapak/Ibu menikmati pekerjaan yang sedang dijalani?
Ya menikmati, memang keahliannya di pekerjaan ini
10. Bagaimana cara Bapak/Ibu untuk meningkatkan penghasilan dari pekerjaan
yang dijalani?
Biasanya saya kasih info dari mulut ke mulut. Terus lama-lama orang makin
banyak yang tau jadinya. Dari yang dulu terima panggilan ke rumah-rumah
orang, sekarang praktek dirumah aja
11. Dari hasil usaha Bapak/Ibu apakah disimpan ditabungan bank atau
dipergunakan untuk kebutuhan lain?
Sebagian ditabung, ada juga sebagian lagi untuk keperluan sehari-hari aja
C. Status Sosial Ekonomi
1. Berapa rata-rata penghasilan Bapak/Ibu per-bulan sebelum dan sesudah
menjalankan pekerjaan ini?
Sebelumnya pas narik bajay mah kecil. Sekarang sebulan bisa Rp 10.000.000
– Rp 15.000.000 tergantung keikhlasan pasien yang diobati. Paling kecil satu
orang aja ngasih Rp 100.000 – Rp 200.000
2. Apakah ada pekerjaan sampingan yang Bapak/Ibu jalani?
Tidak ada, sekarang cuma ini
3. Apakah kebutuhan pokok Bapak/Ibu terpenuhi?
Alhamdulillah sekali masih sangat terpenuhi
4. Dari hasil bekerja selama ini, apakah kebutuhan pendidikan putera/i Bapak/Ibu
terpenuhi?
Ya, terpenuhi. Anak saya 4. Yang 2 lulusan SMA dan ga mau lanjutin lagi,
yang 1 masih kuliah semester 3, dan yang 1 lagi masih SD
5. Saat ini Bapak/Ibu tinggal masih mengontrak rumah atau sudah punya sendiri?
Milik sendiri, peninggalan warisan dari orang tua
6. Dirumah Bapak/Ibu apakah terdapat fasilitas kebutuhan yang memadai? (TV,
Kulkas, Motor, Mobil, dan lain-lain)
Ada semua, termasuk AC
7. Jika Bapak/Ibu sakit kemana memeriksakan kesehatannya?
Kalau masih bisa diobatin sendiri ya gak ke dokter, tapi kalau sakitnya
bervirus dan butuh obat ya ke dokter
8. Apakah Bapak/Ibu pernah membantu ketika saudara/keluarga/orang lain yang
sedang membutuhkan pertolongan?
Iya, membantu. Untuk keluarga terdekat yang membutuhkan terutama
Masyarakat Betawi Daerah Pondok Cabe Udik
A. Profile Responden dan Keterangan Waktu
Nama : Dalih
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Karyawan Swasta (Perusahaan Kopkar Persat Unit Pondok Cabe Golf)
Tempat : Pondok Cabe Golf
B. Hasil Wawancara
1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu tinggal di Pondok Cabe Udik?
Dari lahir disini, asli sini
2. Apa pekerjaan Bapak/Ibu sebelum menjalani pekerjaan yang sekarang?
Tukang ojek
3. Mengapa Bapak/Ibu lebih memilih pekerjaan yang sekarang dijalani?
Sesuai panggilan hati
4. Apa yang melandasi atau melatarbelakangi Bapak/Ibu untuk bekerja?
Saya ngerasa nyaman disini ngejalanin kerjaan, emang hobi sih golf
5. Berapa jam Bapak/Ibu menjalankan pekerjaan dalam sehari?
Dari jam 07.00 pagi sampe jam 06.00 sore
6. Setiap pekerjaan yang dijalani pasti menginginkan penghasilan yang tinggi.
Bagaimana dengan Bapak/Ibu mengenai kegigihan dalam menjalankan
pekerjaan?
Kegigihannya saya mah ya kerja dengan sungguh-sungguh, gak kenal capek,
sama ngelayanin pelanngannya harus sepenuh hati
7. Apakah Bapak/Ibu pernah mendapatkan masalah dengan pekerjaannya?
Bagaimana cara menghadapinya?
Ya pasti ada lah, masalahnya mah ga jauh-jauh dari teguran pelanggan atau
ketidakpuasan pelanggan terhadap kerja kita, tetapi itu bisa diatasi dengan
baik. Saya harus banyak-banyak sabar dan mengertiin kalo pelanggan mah
emang maunya dilayanin semaksimal mungkin
8. Bagaimana hubungan Bapak/Ibu dengan pekerja yang satu profesi?
Baik ko, saling menghargai aja. Ga pernah saing-saingan
9. Apakah Bapak/Ibu menikmati pekerjaan yang sedang dijalani?
Iya nikmatin karna kan emang hobi juga sih
10. Bagaimana cara Bapak/Ibu untuk meningkatkan penghasilan dari pekerjaan
yang dijalani?
Harus giat dong, biar penghasilan ningkat mah. Seminggu jadwal masuk
memang Cuma 3 hari, tapi karena giat bisa nambah hari sesuai kemauan
pelanggan. Ya saya selalu terima
11. Dari hasil usaha Bapak/Ibu apakah disimpan ditabungan bank atau
dipergunakan untuk kebutuhan lain?
Untuk kebutuhan sehari-hari aja, dirumah. Ada sih sebagian ditabung tapi saya
ga punya bank, nabungnya sendiri
C. Status Sosial Ekonomi
1. Berapa rata-rata penghasilan Bapak/Ibu per-bulan sebelum dan sesudah
menjalankan pekerjaan ini?
Waktu ngojek ya gak nentu, kalo sekarang sehari aja bisa dapet Rp 300.000.
sebulan bisa nyampe Rp 3.200.000 kira-kira
2. Apakah ada pekerjaan sampingan yang Bapak/Ibu jalani?
ada, ya kadang kalo lagi libur saya sampingan ngojek aja. Lumayan juga sih
buat tambahan
3. Apakah kebutuhan pokok Bapak/Ibu terpenuhi?
Terpenuhi ko
4. Dari hasil bekerja selama ini, apakah kebutuhan pendidikan putera/i Bapak/Ibu
terpenuhi?
Iya itu juga terpenuhi, anak saya masih SD sama SMP
5. Saat ini Bapak/Ibu tinggal masih mengontrak rumah atau sudah punya sendiri?
Alhamdulillah rumah mah ini udah punya sendiri
6. Dirumah Bapak/Ibu apakah terdapat fasilitas kebutuhan yang memadai? (TV,
Kulkas, Motor, Mobil, dan lain-lain)
Ada semua ko, kecuali mobil belum mampu
7. Jika Bapak/Ibu sakit kemana memeriksakan kesehatannya?
Saya sama keluarga mah ke klinik aja
8. Apakah Bapak/Ibu pernah membantu ketika saudara/keluarga/orang lain yang
sedang membutuhkan pertolongan?
Pernah dong pasti, namanya hidup saling bantu dan dibantu
Masyarakat Betawi Daerah Pondok Cabe Udik
A. Profile Responden dan Keterangan Waktu
Nama : Ina Rosita
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Karyawan Swasta (PT. Dream Ware)
Tempat : PT. Dream Ware
B. Hasil Wawancara
1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu tinggal di Pondok Cabe Udik?
23 tahun, dari lahir jadi seumur saya
2. Apa pekerjaan Bapak/Ibu sebelum menjalani pekerjaan yang sekarang?
Dulu saya office girl di taman kanak-kanak, kerjanya bikinin minum untuk
para staf guru tapi tak jarang merangkap sebagai asisten guru di dalam kelas.
Kadang kalo ada murid yang ngambek gak mau belajar, saya bantu untuk
merayu
3. Mengapa Bapak/Ibu lebih memilih pekerjaan yang sekarang dijalani?
Karir kurang berkembang di pekerjaan yang dulu dan sekarang gajinya lebih
jelas, sesuai UMR
4. Apa yang melandasi atau melatarbelakangi Bapak/Ibu untuk bekerja?
Karena faktor ekonomi
5. Berapa jam Bapak/Ibu menjalankan pekerjaan dalam sehari?
Jam 07.30 pagi sampai jam 04.30 sore
6. Setiap pekerjaan yang dijalani pasti menginginkan penghasilan yang tinggi.
Bagaimana dengan Bapak/Ibu mengenai kegigihan dalam menjalankan
pekerjaan?
Semangat yang tinggi, bekerja tepat waktu, selalu disiplin, dan jujur
7. Apakah Bapak/Ibu pernah mendapatkan masalah dengan pekerjaannya?
Bagaimana cara menghadapinya?
Pasti pernah, masalahnya tuh kalo lagi terima orderan yang banyak banget jadi
karyawan harus ngejar target, kerja di buru-buru gitu
8. Bagaimana hubungan Bapak/Ibu dengan pekerja yang satu profesi?
Kompak ko, ga saling iri
9. Apakah Bapak/Ibu menikmati pekerjaan yang sedang dijalani?
Iya menikmati, namanya kerjaan harus dinikmati biar kitanya nyaman dan
betah untuk bertahan di pekerjaan itu dan semuanya bisa diselesaikan dengan
hati senang
10. Bagaimana cara Bapak/Ibu untuk meningkatkan penghasilan dari pekerjaan
yang dijalani?
Nerima lemburan aja palingan
11. Dari hasil usaha Bapak/Ibu apakah disimpan ditabungan bank atau
dipergunakan untuk kebutuhan lain?
Abis gitu aja buat keperluan sehari-hari, tapi di sisain sih buat ikut arisan
C. Status Sosial Ekonomi
1. Berapa rata-rata penghasilan Bapak/Ibu per-bulan sebelum dan sesudah
menjalankan pekerjaan ini?
Sebelum ini mah cuma Rp. 600.000 perbulan, kalo sekarang RP 2.200.000
perbulan
2. Apakah ada pekerjaan sampingan yang Bapak/Ibu jalani?
Gak ada
3. Apakah kebutuhan pokok Bapak/Ibu terpenuhi?
Alhamdulillah kebutuhan pokok terpenuhi, setiap harinya bisa makan dan bisa
biayain adik untuk sekolah. Itu aja rasanya udah bersyukur banget. Walaupun
saya sendiri hanya tamatan SD, tapi adik-adik saya harus jadi orang sukses.
Aamiin...
4. Dari hasil bekerja selama ini, apakah kebutuhan pendidikan putera/i Bapak/Ibu
terpenuhi?
Saya bekerja bantu emak bapak untuk sekolahin adik yang masih SD
5. Saat ini Bapak/Ibu tinggal masih mengontrak rumah atau sudah punya sendiri?
Rumah sendiri, milik orang tua
6. Dirumah Bapak/Ibu apakah terdapat fasilitas kebutuhan yang memadai? (TV,
Kulkas, Motor, Mobil, dan lain-lain)
TV, kulkas, kipas angin ada. Nyuci masih pake papan penggilesan, motor ada,
mobil ga ada
7. Jika Bapak/Ibu sakit kemana memeriksakan kesehatannya?
Ke rumah sakit terdekat, saya ada asuransi dari PT. Tapi kalo keluarga lain
mah ke klinik
8. Apakah Bapak/Ibu pernah membantu ketika saudara/keluarga/orang lain yang
sedang membutuhkan pertolongan?
Iya, Alhamdulillah saya tiap bulan emang nyisain uang buat ngasih ke anak
yatim-piatu atau nyumbang ke masjid. Keluarga juga dibantu kalo lagi ada
yang butuh, tapi ya sesuai dengan kemampuan kita aja. Semoga berkah terus
kalo sering nolong orang
Masyarakat Betawi Daerah Pondok Cabe Udik
A. Profile Responden dan Keterangan Waktu
Nama : Narin
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Satpam (Perusahaan Kopkar Persat Unit Pondok Cabe Golf)
Tempat : Pondok Cabe Golf
B. Hasil Wawancara
1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu tinggal di Pondok Cabe Udik?
38 tahun
2. Apa pekerjaan Bapak/Ibu sebelum menjalani pekerjaan yang sekarang?
Jadi karyawan lepas, kerjanya ngurusin pemupukan untuk tumbuh-tumbuhan
disini
3. Mengapa Bapak/Ibu lebih memilih pekerjaan yang sekarang dijalani?
Penghasilannya lebih jelas
4. Apa yang melandasi atau melatarbelakangi Bapak/Ibu untuk bekerja?
Untuk menghidupi keluarga, anak-anak yang utama
5. Berapa jam Bapak/Ibu menjalankan pekerjaan dalam sehari?
12 jam satu shift-nya
6. Setiap pekerjaan yang dijalani pasti menginginkan penghasilan yang tinggi.
Bagaimana dengan Bapak/Ibu mengenai kegigihan dalam menjalankan
pekerjaan?
Harus selalu disiplin dan tepat waktu
7. Apakah Bapak/Ibu pernah mendapatkan masalah dengan pekerjaannya?
Bagaimana cara menghadapinya?
Alhamdulillah, sejauh ini semua masih bisa terkendali dengan baik. Amanaman aja
8. Bagaimana hubungan Bapak/Ibu dengan pekerja yang satu profesi?
Sangat kompak, kan kita kerja per-regu
9. Apakah Bapak/Ibu menikmati pekerjaan yang sedang dijalani?
Iya jelas, saya lebih menikmati dan nyaman
10. Bagaimana cara Bapak/Ibu untuk meningkatkan penghasilan dari pekerjaan
yang dijalani?
Ngumpulin uang parkir, lumayan tegu saya punya celengan yang diisi sama
uang parkir dan bakalan dibuka setiap setahun sekali
11. Dari hasil usaha Bapak/Ibu apakah disimpan ditabungan bank atau
dipergunakan untuk kebutuhan lain?
Habis untuk sehari-hari aja, palingan nabung di koperasi gitu
C. Status Sosial Ekonomi
1. Berapa rata-rata penghasilan Bapak/Ibu per-bulan sebelum dan sesudah
menjalankan pekerjaan ini?
Dulu karena karyawan lepas gajinya kecil ga nyampe UMR, sekarang mah Rp
2.500.000 per-bulan sudah termasuk tunjangan kesehatan
2. Apakah ada pekerjaan sampingan yang Bapak/Ibu jalani?
Gak ada, jadi satpam aja udah
3. Apakah kebutuhan pokok Bapak/Ibu terpenuhi?
Terpenuhi, walaupun kadang masih suka kurang
4. Dari hasil bekerja selama ini, apakah kebutuhan pendidikan putera/i Bapak/Ibu
terpenuhi?
Iya terpenuhi, yang masih sekolah tinggal anak yang terakhir. SD kelas 5
5. Saat ini Bapak/Ibu tinggal masih mengontrak rumah atau sudah punya sendiri?
Ini rumah udah sendiri, ya tapi peninggalan dari orang tua
6. Dirumah Bapak/Ibu apakah terdapat fasilitas kebutuhan yang memadai? (TV,
Kulkas, Motor, Mobil, dan lain-lain)
Iya ada, kecuali mobil mah
7. Jika Bapak/Ibu sakit kemana memeriksakan kesehatannya?
Ke klinik aja, atau puskesmas yang deket-deket sini
8. Apakah Bapak/Ibu pernah membantu ketika saudara/keluarga/orang lain yang
sedang membutuhkan pertolongan?
Saya suka bantu gitu mah, ya walaupun gak seberapa yang penting ikut urunan
buat nolong keluarga sendiri
Masyarakat Betawi Daerah Pondok Cabe Udik
A. Profile Responden dan Keterangan Waktu
Nama : Simin
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tukang Ojek
Tempat : Pangkalan Ojek
B. Hasil Wawancara
1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu tinggal di Pondok Cabe Udik?
Asli sini, dari lahir
2. Apa pekerjaan Bapak/Ibu sebelum menjalani pekerjaan yang sekarang?
Di bengkel las
3. Mengapa Bapak/Ibu lebih memilih pekerjaan yang sekarang dijalani?
Karena waktunya gak terikat
4. Apa yang melandasi atau melatarbelakangi Bapak/Ibu untuk bekerja?
Kerja itu pelayanan sebagai ibadah juga buat keluarga
5. Berapa jam Bapak/Ibu menjalankan pekerjaan dalam sehari?
Saya keluar dari jam 07.00 pagi sampe jam 09.00 malem. Ya waktunya saya
aja yang ngatur
6. Setiap pekerjaan yang dijalani pasti menginginkan penghasilan yang tinggi.
Bagaimana dengan Bapak/Ibu mengenai kegigihan dalam menjalankan
pekerjaan?
Harus rajin dan gak gampang nyerah sama keadaan lah. Yang penting niat,
usaha yang halal
7. Apakah Bapak/Ibu pernah mendapatkan masalah dengan pekerjaannya?
Bagaimana cara menghadapinya?
Masalah mah palingan kadang kalo lagi ada panggilan ngejemput orang yang
jauh daerahnya belom kita tau, suka nyasar tuh. Tapi justru jadi banyak tau
jalan
8. Bagaimana hubungan Bapak/Ibu dengan pekerja yang satu profesi?
Baik-baik aja saling ngehargain
9. Apakah Bapak/Ibu menikmati pekerjaan yang sedang dijalani?
Nikmatin dan bersyukur
10. Bagaimana cara Bapak/Ibu untuk meningkatkan penghasilan dari pekerjaan
yang dijalani?
Saya nerima panggilan kalo ada yang mau minta anter-jemput yang jauh-jauh
gitu, jadi gak cuma di pangkalan aja
11. Dari hasil usaha Bapak/Ibu apakah disimpan ditabungan bank atau
dipergunakan untuk kebutuhan lain?
Digunain sehari-hari, nabungnya sendiri aja ga di bank
C. Status Sosial Ekonomi
1. Berapa rata-rata penghasilan Bapak/Ibu per-bulan sebelum dan sesudah
menjalankan pekerjaan ini?
Waktu dibengkel las, ya kalo lagi ada kerjaan aja dapet duitnya ga nentu.
Sekarang mah ngojek sehari Rp 100.000 aja dapet, belom lagi kalo ada yang
minta anter-jemput
2. Apakah ada pekerjaan sampingan yang Bapak/Ibu jalani?
Gak ada
3. Apakah kebutuhan pokok Bapak/Ibu terpenuhi?
Terpenuhi, Alhamdulillah
4. Dari hasil bekerja selama ini, apakah kebutuhan pendidikan putera/i Bapak/Ibu
terpenuhi?
Iya, anak saya yang kedua sudah sarjana
5. Saat ini Bapak/Ibu tinggal masih mengontrak rumah atau sudah punya sendiri?
Rumah sendiri
6. Dirumah Bapak/Ibu apakah terdapat fasilitas kebutuhan yang memadai? (TV,
Kulkas, Motor, Mobil, dan lain-lain)
Ada ko, tapi mobil ga ada
7. Jika Bapak/Ibu sakit kemana memeriksakan kesehatannya?
Ke klinik sama puskesmas aja palingan yang deket
8. Apakah Bapak/Ibu pernah membantu ketika saudara/keluarga/orang lain yang
sedang membutuhkan pertolongan?
Bantu pernah lah, kalo ada yang ngebutuhin kita
Masyarakat Betawi Daerah Pondok Cabe Udik
A. Profile Responden dan Keterangan Waktu
Nama : Uka
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Montir
Tempat : Kediamannya
B. Hasil Wawancara
1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu tinggal di Pondok Cabe Udik?
29 tahun, seumuran saya
2. Apa pekerjaan Bapak/Ibu sebelum menjalani pekerjaan yang sekarang?
Sempet markir sih tapi gak lama langsung jadi montir
3. Mengapa Bapak/Ibu lebih memilih pekerjaan yang sekarang dijalani?
Penghasilannya lebih jelas, kerjaannya juga jelas
4. Apa yang melandasi atau melatarbelakangi Bapak/Ibu untuk bekerja?
Biar gak nyusahin orang tua
5. Berapa jam Bapak/Ibu menjalankan pekerjaan dalam sehari?
Dari jam 08.00 pagi sampe jam 05.00 sore, tapi kalo mendadak malem dapet
telp buat benerin mobil ya tetep di kerjain
6. Setiap pekerjaan yang dijalani pasti menginginkan penghasilan yang tinggi.
Bagaimana dengan Bapak/Ibu mengenai kegigihan dalam menjalankan
pekerjaan?
Yang penting dipercaya orang dan punya keinginan buat terus belajar lagi
7. Apakah Bapak/Ibu pernah mendapatkan masalah dengan pekerjaannya?
Bagaimana cara menghadapinya?
Yang berat-berat mah gak ada ya, yang bermasalah ya selalu mesinnya.
Palingan rada harus lebih sabar kalo dapet pelanggan yang gak percaya sama
hasil kerja kita dan banyak bicara
8. Bagaimana hubungan Bapak/Ibu dengan pekerja yang satu profesi?
Baik-baik aja, malahan suka tuker ilmu
9. Apakah Bapak/Ibu menikmati pekerjaan yang sedang dijalani?
Iya menikmati, emang sekarang keahliannya disini
10. Bagaimana cara Bapak/Ibu untuk meningkatkan penghasilan dari pekerjaan
yang dijalani?
Sekarang saya dikit-dikit belajar mesin motor juga, lumayan buat tambahan
kalo ada motor yang rusak jadi bisa benerin
11. Dari hasil usaha Bapak/Ibu apakah disimpan ditabungan bank atau
dipergunakan untuk kebutuhan lain?
Ditabung di bank, sama buat kebutuhan hari-hari
C. Status Sosial Ekonomi
1. Berapa rata-rata penghasilan Bapak/Ibu per-bulan sebelum dan sesudah
menjalankan pekerjaan ini?
Sekarang sebulan bisa nyampe Rp 5.000.000, emang sih ga nentu kadang
tergantung dari seberapa dermawannya pelanggan
2. Apakah ada pekerjaan sampingan yang Bapak/Ibu jalani?
Gak ada
3. Apakah kebutuhan pokok Bapak/Ibu terpenuhi?
Terpenuhi buat ngebantu orang tua cukup lah
4. Dari hasil bekerja selama ini, apakah kebutuhan pendidikan putera/i Bapak/Ibu
terpenuhi?
Buat sekolahin ade sampe lulus SMK
5. Saat ini Bapak/Ibu tinggal masih mengontrak rumah atau sudah punya sendiri?
Rumah orang tua, tapi udah punya sendiri
6. Dirumah Bapak/Ibu apakah terdapat fasilitas kebutuhan yang memadai? (TV,
Kulkas, Motor, Mobil, dan lain-lain)
Iya ada ko, tapi mobil gak ada
7. Jika Bapak/Ibu sakit kemana memeriksakan kesehatannya?
Klinik aja
8. Apakah Bapak/Ibu pernah membantu ketika saudara/keluarga/orang lain yang
sedang membutuhkan pertolongan?
Iya saya ngebantu keluarga yang utama, selagi bisa. Mudah-mudahan nanti pas
udah berkeluarga sendiri masih tetep bisa bantu orang tua
Pemerintah Daerah Pondok Cabe Udik
A. Profil Responden dan Keterangan Waktu
Nama : Hasan
Jabatan : Ketua RT 003
Tempat : Kediamannya
B. Hasil Wawancara
1. Bagaimana persepsi anda tentang etos kerja?
Etos kerja ya semangat kerja, bagaimana cara seseorang dalam menjalankan
usaha mereka untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam bekerja harus
penuh tanggung jawab. Harus tekun dengan apa yang dijalani agar
mendapatkan hasil yang maksimal.
2. Bagaimana persepsi anda mengenai masyarakat Betawi?
Masyarakat betawi itu biasanya disebut pribumi ya kalau disini. Masyarakat
Betawi asli sini memang tinggal dilingkungan yang mayoritas masih keluarga.
Rata-rata tinggal ditanah milik orang tua mereka. Sesuai dengan yang
biasanya terkenal di masyarakat luas Betawi memang singkatan dari betah di
wilayah. Jadi jarang ada orang Betawi asli yang merantau ke daerah lain. Tapi
sejauh ini mereka selalu punya semangat buat bersaing dalam hal mata
pencaharian dengan masyarakat pendatang. Sebagian besar masyarakat betawi
disini sudah mengalami kemajuan yaitu bekerja sebagai karyawan swasta, ada
peningkatan lah dari zaman dulu. Sekarang pendididikan pun sudah
meningkat, beberapa ada yang berhasil menjadi sarjana dan sudah ada
kemauan untuk sekolah sampai jenjang SMA. Kalau orang dulunya rata-rata
semua cuma lulusan SD.
3. Bagaimana pendapat anda mengenai lingkungan sosial masyarakat Betawi?
Lingkungan sosialnya baik, saling menghargai, dengan masyarakat pendatang
pun hidup rukun ko. Tetapi sekarang ini kesadaran untuk bergotong royong
sudah mulai sedikit luntur, mungkin karena kesibukan masing-masing warga
yang berbeda. Namun saya berusaha untuk tetap mengagendakan kerja bakti
untuk menumbuhkan rasa gotong royong. Tetapi kadang pada pelaksanaannya
yang hadir dalam kerja bakti orangnya yang itu-itu lagi.
4. Bagaimana pendapat anda mengenai ekonomi masyarakat Betawi?
Keadaan ekonomi masyarakat Betawi sini ya sedang-sedang aja. Ga tinggi, ga
rendah juga. Masyarakat disini cenderung boros dan kalau kerja tuh bosenan
mungkin karena kurang komitmen ya. Butuh kesadaran dari mereka untuk
bekerja dengan niat yang kuat agar tidak mudah bosan, dan perlu kesadaran
diri akan pentingnya menabung untuk masa depan atau hal-hal yang diluar
dugaan.
5. Apa harapan anda untuk masyarakat pendatang dan masyarakat pribumi?
Harapannya ya pasti semoga masyarakat selalu hidup sejahtera, terus
meningkatkan kehidupan ke arah yang lebih baik lagi dalam segala hal. Baik
ekonomi maupun bersosialisasi.
Pemerintah Daerah Pondok Cabe Udik
A. Profil Responden dan Keterangan Waktu
Nama : Bahrudin
Jabatan : Ketua RW 003
Tempat : Kediamannya
B. Hasil Wawancara
1. Bagaimana persepsi anda tentang etos kerja?
Keinginan, kemauan manusia untuk bekerja guna memenuhi kebutuhan hidup.
Biasanya diwujudkan dengan sikap kerja yang tekun, penuh tanggung jawab.
Kerja sebenarnya merupakan bagian dari ibadah. Agama lah yang
melatarbelakangi sikap kerja. Maka sekecil apapun pekerjaan yang kita
lakukan harus halal, agar hasil yang didapatkan pun penuh dengan
keberkahan.
2. Bagaimana persepsi anda mengenai masyarakat Betawi?
Mayoritas penduduk Pondok Cabe Udik adalah orang Betawi blasteran Cina
yang memiliki rumah dengan tanah yang luas beserta kebunnya. Masyarakat
Betawi pola pemikirannya saat ini sudah mulai berkembang, dulu yang
diutamakan hanya soal mengisi perut, tetapi untuk urusan pendidikan di
nomor duakan, pendidikan pada saat itu bukan lah suatu hal yang wajib
dituntut setinggi mungkin. Pola pikir masyarakat Betawi masih mengandalkan
penghasilan dari tanah yang mereka miliki, serta perkebunan. Bila mereka
memiliki tanah luas, mereka sudah merasa aman untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya dengan tidak wajib memiliki pendidikan tinggi. Tapi sekarang
perlahan-lahan sudah mulai berubah, dan memang harus dirubah. Pendidikan
harus nomor satu karena sangat menunjang untuk manusia kedepannya
mencari suatu pekerjaan yang bisa menjamin kebutuhan hidup yang semakin
meningkat.
3. Bagaimana pendapat anda mengenai lingkungan sosial masyarakat Betawi?
Lingkungan sosial masyarakat Betawi saat ini sangat membaur dengan
masyarakat lainnya. Perbedaan yang ada tidak menjadikan konflik diantara
masyarakat. Rasa saling menghargai pun terlihat jelas.
4. Bagaimana pendapat anda mengenai ekonomi masyarakat Betawi?
Untuk masalah ekonomi masyarakat Betawi cenderung stabil ko, sederhana
aja. Ada beberapa memang tergolong kurang mampu tetapi masih memiliki
pekerjaan. Setidaknya usaha mereka untuk meningkatkan status sosial
ekonominya terlihat jelas.
5. Apa harapan anda untuk masyarakat pendatang dan masyarakat pribumi?
Selalu terjalin kebersamaan, dalam menciptakan lingkungan yang aman,
damai, dan sejahtera. Selalu kompak dalam setiap kegiatan.
Pemerintah Daerah Pondok Cabe Udik
A. Profil Responden dan Keterangan Waktu
Nama : Herwan Rusbandi
Jabatan : Staf Pemerintahan
Tempat : Kantor Kelurahan
B. Hasil Wawancara
1. Bagaimana persepsi anda tentang etos kerja?
Etos kerja dilatar belakangi oleh budaya yang ada, etos kerja merupakan sikap
yang dimiliki seseorang untuk berusaha memenuhi kebutuhan hidpnya yang
bersifat primer maupun sekunder. Motivasi yang dimiliki dalam bekerja harus
tinggi, sebelum bekerja kita harus memiliki prinsip untuk menjalankan
pekerjaan tersebut agar tidak mudah goyah dan menyerah.
2. Bagaimana persepsi anda mengenai masyarakat Betawi?
Masyarakat Betawi merupakan masyarakat pribumi, tetapi masyarakat pribumi
belum tentu semuanya Betawi. Masyarakat Betawi merupakan masyarakat
yang masih kental menanamkan nilai adat. Jarang dari mereka untuk mau
tinggal terpisah dari orang tua, karena memang satu lingkup RT saja masih
bisa bersaudara. Di tiap RW masyarakat Betawinya pun berbeda dari segi
ekonomi dan gaya hidupnya.
3. Bagaimana pendapat anda mengenai lingkungan sosial masyarakat Betawi?
Sejauh ini lingkungan sosial masyarakat Betawi cukup baik dan terkendali.
Mereka hidup rukun diatas perbedaan. Bahkan percampuran budaya yang
berbeda membuat kita jadi tahu banyak tentang budaya lain dan belajar untuk
selalu menghargai orang lain.
4. Bagaimana pendapat anda mengenai ekonomi masyarakat Betawi?
Belum tercukupi ekonominya, sumber daya manusia yang cenderung banyak
tidak sesuai dengan lahan mata pencaharian. Masyarakat dituntut harus selalu
kreatid dan inovatif jika mau bertahan hidup di masa ini, karena persaingan
dibidang mata pencaharian masyarakat Betawi dengan masyarakat pendatang
sangat terlihat. Pekerjaan penduduk setempat rata – rata petani ladang, sawah,
dan buruh, tetapi sekarang sudah banyak yang bekerja sebagai karyawan
swasta. Pada zaman dulu tersebut daerah Pondok Cabe Udik sering disinggahi
orang - orang yang berasal dari daerah Bogor dan Sukabumi yang berjualan
panci, dandang, dan kukusan.
5. Apa harapan anda untuk masyarakat pendatang dan masyarakat pribumi?
Tetap kompak didalam bermasyarakat, hidup dengan rukun satu sama lain,
menghargai perbedaan dari segi etnis, agama, budaya.
Lampiran Dokumentasi
Gambar 1. Wawancara pribadi dengan Bapak Herwan selaku staf pemerintahan Kelurahan
Pondok Cabe Udik
Gambar 2. Wawancara pribadi dengan Bapak Bahrudin selaku Ketua RW 003
Gambar 3. Wawancara pribadi dengan Bapak Hasan selaku Ketua RT 003
Gambar 4. Wawancara pribadi dengan Bapak Amsar
Gambar 5. Wawancara pribadi dengan Ibu Armah
Gambar 6. Wawancara pribadi dengan Bapak Alfian
Gambar 7. Wawancara pribadi dengan Ibu Yunih
Gambar 8. suasana warung Ibu Yunih
Gambar 9. Wawancara pribadi dengan Bapak Babas
Gambar 10. suasana rumah Bapak Babas sebagai tempat praktek
Gambar 11. Wawancara pribadi dengan Bapak Simin
Gambar 12. suasana pangkalan ojek tempat Bapak Simin menunggu penumpang
Gambar 13. Wawancara pribadi dengan Bapak Dalih
Gambar 14. Saya diberikan kesempatan untuk mencoba bermain golf
Gambar 15. Ina Rosita di PT. Dream Ware
Gambar 16. Pintu masuk PT. Dream Ware
Gambar 17. Wawancara pribadi dengan Bapak Narin
Gambar 18. suasana pos tempat Bapak Narin bekerja
Gambar 19. Rumah Ibadah Umat Khonghucu yang berada di jalan Kemiri
Gambar 20. Lokasi jalan Kemiri
Gambar 21. Bapak Sudirman sesepuh Pondok Cabe Udik
DATA RESPONDEN
1. Nama
Jabatan
Tempat
: Herwan Rusbandi
: Staf Pemerintahan Kelurahan Pondok Cabe Udik
: Jl. Kayu Putih RT/RW 004/001
2. Nama
Jabatan
Tempat
: Bahrudin
: Ketua RW 003
: Jl. Kemiri II RT/RW 004/003
3. Nama
Jabatan
Tempat
: Hasan
: Ketua RT 003
: Jl. Kemiri (Gg. Kembut) RT/RW 003/003
4. Nama
Umur
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
: Amsar
: 25 tahun
: Islam
: SD
: Karyawan Swasta (PT. Bina Karya Alumunium)
5. Nama
Umur
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
: Armah
: 50 tahun
: Islam
: SD
: Pembantu Rumah Tangga (PRT)
6. Nama
Umur
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
: Ahmad Alfian
: 30 tahun
: Islam
: D3
: Polisi
7. Nama
Umur
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
: Yunih
: 45 tahun
: Islam
: SD
: Pedagang
8. Nama
: Babas
Umur
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
: 52 tahun
: Islam
: SMP
: Jasa Pengobatan Alternatif
9. Nama
Umur
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
: Dalih
: 34 tahun
: Islam
: SMP
: Karyawan Swasta (Kopkar Persat Unit Pondok Cabe Golf)
10. Nama
Umur
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
: Ina Rosita
: 23 tahun
: Islam
: SD
: Karyawan Swasta (PT. Dream Ware)
11. Nama
Umur
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
: Narin
: 38 tahun
: Islam
: SD
: Satpam (Kopkar Persat Unit Pondok Cabe Golf)
12. Nama
Umur
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
: Simin
: 42 tahun
: Islam
: SD
: Ojek
13. Nama
Umur
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
: Uka
: 29 tahun
: Islam
: SMP
: Montir
Download