ÿþM icrosoft W ord - hal 2 9 - 3 6 - Jurnal UNTAN

advertisement
RENDEMEN EKSTRAK ETANOL DAN UJI FITOKIMIA
TIGA JENIS TUMBUHAN OBAT KALIMANTAN BARAT
(Rendement of Ethanol Extracts and Phytochemical Tests
In Three of Species Medicinal Plants of West Borneo)
Fathul Yusro
Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura
e-mail : [email protected]
ABSTRACT
The tropical rain forest in West Borneo has a variety of plants species that have been
used as an ingredient in traditional medicines such as pelanjau wood (Pentaspadon
motleyi Hook.f), bakau wood (Rhizopora apiculata) and gerunggang bark (Cratoxylum
arborescens (Vahl) Bl). Aim of this research is to determine the yields of pelanjau
wood, bakau wood and gerunggang bark ethanol-soluble extracts and bioactive
compounds through phytochemical tests. The extraction using was done ethanol as
solvent and by maceration. The extracts of obtained phytochemical tested. The results
showed that the yield of ethanol extracts pelanjau wood, bakau wood and gerunggang
bark was 7,14%; 4,34% and 9,47%, respectively. Pelanjau wood extracts contained the
bioactive compounds tannins and flavonoids; bakau wood and gerunggang bark
contained tannins, saponins, flavonoids and quinines
Key word : Rendement, ethanol extracts, phytochemical, medicinal plant, West
Borneo
yang digunakan berupa akar, kulit
PENDAHULUAN
Kalimantan Barat dengan hutan
tropika
basahnya
memiliki
banyak
batang, kayu, daun, bunga maupun biji.
Suku Dayak (Sei Ilay dan Muara
spesies tumbuh-tumbuhan yang secara
Beduai)
tradisional
oleh
Kabupaten Sanggau mengenal 45 jenis
masyarakat sebagai bahan obat-obatan.
tumbuhan obat (Wardah dan Setyowati
Hasil
1995), masyarakat di Kawasan Suaka
telah
studi
digunakan
etnobotani
tentang
di
Marga
obat
di
Kabupaten Kapuas Hulu mengenal 126
mengungkapkan
jenis (Indriana 1996). Masyarakat di
bahwa jenis tumbuhan yang digunakan
Kawasan Taman Wisata Alam Bukit
sangat beragam, mencakup tanaman
Kelam Kabupaten Sintang mengenal 46
lapisan terbawah, liana, terna, perdu dan
jenis (Royani 1999), di Kabupaten
berbagai jenis pohon. Bagian tumbuhan
Bengkayang, masyarakat Hutan Adat
Kalimantan
beberapa
Barat
kabupaten
Danau
Beduai
pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan
pada
Satwa
Kecamatan
Sentarum
29
Pengajit mengenal 64 jenis (Dewi 2009)
ini
dan masyarakat di kawasan Gunung
besarnya
rendemen
Sebayung
pelanjau,
bakau
Desa
Singkawang
Bagak
mengenal
Syahwa
47
jenis
(Erliyanti 2010).
bertujuan
mengetahui
ekstrak
kayu
kulit
kayu
dan
gerunggang yang terlarut etanol serta
senyawa
Diantara beberapa jenis tumbuhan
untuk
bioaktifnya
melalui
uji
fitokimia.
yang digunakan sebagai bahan obat dan
banyak tersebar di Kalimantan Barat
METODOLOGI PENELITIAN
adalah pelanjau (Pentaspadon motleyi
Penelitian ini dilakukan di Wood
Hook.f), bakau (Rhizopora apiculata)
Work
dan
(Cratoxylum
Teknologi Kayu Fakultas Kehutanan
arborescens (Vahl) Bl). Ekstrak dari
Untan. Adapun bahan yang digunakan
kayu teras dan getah pohon pelanjau
antara lain kayu teras pohon pelanjau,
digunakan
kayu
gerunggang
sebagai
obat
untuk
Shop
pohon
dan
Laboratorium
bakau,
kulit
kayu
mengatasi penyakit kudis (tinea) dan
gerunggang, H2SO4, pereaksi Dragen-
ruam-ruam ganas (Heyne 1987; Wiart
drof, Meyer dan Wagner, FeCl3, NaOH,
2006). Ekstrak kulit batang kayu bakau
etanol
digunakan untuk mengatasi penyakit
digunakan dalam penelitian ini antara
beri-beri, febrifuge, borok, hepatitis dan
lain
haematoma; bunga, daun dan akar
saringan 40 – 60 mesh, hot plate,
digunakan
tabung reaksi dan pipet.
sebagai
obat
hepatitis
dan
mesin
aquadest.
penggiling
Alat
yang
(extruder),
(Purnobasuki, 2004). Ekstrak kulit kayu
Tahap awal dalam penelitian ini
gerunggang digunakan sebagai obat
adalah kayu pelanjau, bakau dan kulit
sakit
kayu
kepala
dan
anti
kanker
(Pattanaprateeb, et al 2005).
Penggunaan
ketiga
gerunggang
digiling
menjadi
serbuk menggunakan mesin penggiling
jenis
dan dilewatkan pada mesh screen
tumbuhan obat tersebut di Kalimantan
berukuran
Barat masih bersifat tradisional, secara
dikering-udarakan sampai kadar air
ilmiah belum diketahui seberapa besar
sekitar 15%. Selanjutnya untuk me-
rendemennya dan senyawa metabolit
ngetahui kadar air kering oven serbuk,
sekunder apa yang terkandung dalam
sebanyak 2 gram serbuk dioven pada
40-60
mesh,
kemudian
ekstrak tumbuhan tersebut. Penelitian
30
suhu 103±5 °C hingga diperoleh berat
Adanya saponin ditunjukkan dengan
konstan.
terbentuknya buih yang stabil selama 15
Sebanyak 25 gram serbuk di
menit. Uji tanin : 1 gram serbuk
maserasi menggunakan pelarut etanol
dilarutkan dalam 5 ml etanol, kemudian
dengan perbandingan 1 : 5 (b/v).
di didihkan selama beberapa menit, lalu
Campuran ini diaduk sesering mungkin
di
menggunakan spatula dan setelah 48
ditambahkan 5 tetes FeCl3 1 % (b/v).
jam larutan ekstraksi tersebut disaring
Timbulnya warna biru tua atau hitam
dengan kertas saring. Perlakuan tersebut
kehijauan menunjukkan adanya tanin.
dilakukan
larutan
Uji Kuinon : 1 gram serbuk di-
ekstrak jernih sehingga dianggap semua
tambahkan 100 ml etanol, didihkan
zat ekstraktif yang terlarut etanol sudah
selama 5 menit dan di saring. 10 ml
diperoleh. Ekstrak etanol yang diperoleh
filtrat di tambahkan 5 tetes larutan
selanjutnya diuapkan dengan oven pada
NaOH. Apabila terbentuk warna merah
suhu maksimum 40 oC hingga diperoleh
menunjukkan
ekstrak kering. Ekstrak yang diperoleh
flavanoid : 1 gram serbuk ditambah
tersebut selanjutnya ditimbang untuk
etanol
mengetahui rendemen ekstrak terlarut
panaskan. Filtratnya di tambah H2SO4.
etanol.
Terbentuknya warna merah menun-
hingga diperoleh
saring.
Filtrat
yang
adanya
sampai
dihasilkan
kuinon.
terendam
lalu
Uji
di-
Ekstrak etanol kayu pelanjau,
jukkan adanya senyawa flavanoid. Uji
bakau dan kulit kayu gerunggang di uji
Alkaloid : Sebanyak 1 ml ekstrak
fitokimia untuk mengetahui adanya
etanol dikocok dengan 10 tetes H2SO4
senyawa metabolit sekunder berupa
dan lapisan asamnya dipisahkan ke
saponin,
kuinon,
dalam tabung reaksi yang lain. Lapisan
alkaloid, steroid dan terpenoid. Uji
asam sulfat diteteskan pada lempeng
saponin : 1 gram serbuk dilarutkan
tetes
dalam 100 ml etanol dan dipanaskan
Dragendrof, Meyer dan Wagner yang
selama 5 menit. Setelah itu ekstrak
akan menimbulkan warna berturut-turut
disaring dan filtrat digunakan untuk
merah jingga, putih dan coklat. Uji
pengujian.
dilakukan
steroid dan terpenoid : 2 gram serbuk
dengan pengocokan 10 ml filtrat dalam
dilarutkan dalam 25 ml etanol panas
tabung reaksi tertutup selama 10 menit.
(50°C), kemudian disaring ke dalam
tanin,
Uji
flavanoid,
saponin
dan
ditambahkan
pereaksi
31
cawan porselin dan diuapkan sampai
kering. Residu ditambahkan eter dan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Rendemen Ekstrak Etanol
ekstrak eter dipindahkan ke dalam
Hasil
penelitian
menunjukkan
lempeng tetes, lalu di tambahkan 3 tetes
bahwa rendemen ekstrak etanol kayu
anhidrida asetat dan satu tetes H2SO4
pelanjau, bakau dan kulit kayu ge-
pekat (pereaksi Lieberman-Buchard).
runggang secara berturut-turut adalah
Warna merah atau ungu menunjukkan
7,14%; 4,34% dan 9,47%.
adanya
sebut
terpenoid
dan
warna
biru
menunjukkan adanya steroid.
secara
lengkap
Hasil ter-
tersaji
pada
Tabel1.
Tabel 1. Rendemen ekstrak etanol kayu pelanjau, bakau dan kulit kayu gerunggang
(Rendement of ethanol extract pelanjau wood, bakau wood and gerunggang
bark)
Jenis
Tumbuhan
Pelanjau
Bakau
Gerunggang
Kadar Air
Serbuk (%)
8,12
7,48
10,24
Berat Serbuk
Tanpa Air
23,12
23,26
22,68
Rendemen zat ekstraktif kayu
Berat Padatan
Ekstrak (gram)
1,65
1,01
2,14
yang
dapat
Rendemen
Ekstrak (%)
7,14
4,34
9,47
melarutkan
pelanjau,
bakau
dan
gerunggang
ditentukan
berdasarkan
kelarutannya
bersama-sama dengan senyawa dengan
dalam pelarut yang digunakan untuk
polaritas medium dan rendah. Pelarut
mengekstrak. Berdasarkan klasifikasi
etanol secara efisien berpenetrasi ke
kelas komponen kimia kayu Indonesia
dalam membran sel, sehingga diperoleh
(Anonim 1976) rendemen zat ekstraktif
komponen
kayu pelanjau, bakau dan gerunggang
nyebabkan rendemen menjadi tinggi.
yang
(Silva et al. 1998).
larut
dalam
pelarut
etanol
termasuk tinggi, yaitu diatas 4 %.
Tingginya
kandungan
senyawa-senyawa
terutama
metabolit
endoseluler
yang
polar
me-
Menurut Wilbraham dan Matta
zat
(1992) pelarut etanol memiliki gugus
ekstraktif kayu pelanjau, bakau dan
hidroksil yang menyebabkannya dapat
kulit kayu gerunggang diduga karena
mengikat senyawa-senyawa polar dan
penggunaan pelarut etanol dalam proses
gugus
ekstraksi. Menurut Phongpaichit et al.
senyawa-senyawa non polar. Selain itu
(2004) etanol merupakan pelarut terbaik
menurut Filho (2006) ekstraksi dengan
alkil
yang
dapat
mengikat
32
menggunakan pelarut etanol sangat
satu cara untuk mengetahui kandungan
efektif dalam mengisolasi senyawa-
senyawa
senyawa
terdapat pada suatu tanaman yang
bioaktif.
Senyawa-senyawa
metabolit
yang dapat di ikat oleh pelarut etanol
sangat
antara lain fixed oils, lemak, lilin,
golongan
alkaloid,
bioaktifnya.
saponin,
flavon,
aglikon
poliphenol,
dan
tanin,
berguna
sekunder
dalam
utama
Hasil
yang
menentukan
dari
senyawa
penelitian
me-
glikosida
nunjukkan bahwa kayu pelanjau, bakau
(Houghton dan Raman 1998; Filho
dan kulit kayu gerunggang mengandung
2006).
beberapa golongan senyawa metabolit
Uji Fitokimia
sekunder yang secara jelas tertera pada
Uji fitokimia merupakan
salah
Tabel2.
Tabel 2. Hasil uji fitokimia kayu pelanjau, bakau dan kulit kayu gerunggang
(The result of phytochemical test of pelanjau wood, bakau wood and
gerunggang bark)
Jenis
Golongan Senyawa Metabolit Sekunder
Tumbuhan Tanin Saponin Steroid Terpenoid Alkaloid Flavonoid
Pelanjau
++
+++
Bakau
+++
+
++
Gerung+++
++
+++
gang
Keterangan : (-) = tidak terdeteksi
(++) = positif
(+) = positif lemah
(+++) = positif kuat
Dari hasil penelitian diketahui
bahwa
kayu
pelanjau
Kuinon
++
+++
fenoliknya memiliki sifat yang khas
mengandung
seperti kemampuannya untuk berikatan
senyawa tanin dan flavanoid, sedangkan
dengan alkaloid, gelatin dan protein
kayu bakau dan kulit kayu gerunggang
lainnya (Hagerman, 2002). Tanin dalam
mengandung tanin, saponin, flavanoid
pengobatan
dan kuinon. Adanya senyawa metabolit
kanker, anti tumor, anti oksidan, anti
sekunder
inflamasi, anti virus dan anti mikroba
tersebut
mengindikasikan
adanya senyawa bioaktif yang berfungsi
sebagai bahan obat.
berfungsi
sebagai
anti
(Quideau, 2009).
Senyawa
flavanoid
merupakan
Tanin merupakan senyawa fenolik
suatu kelompok senyawa fenol terbesar
yang larut dalam air dengan berat
yang ditemukan di alam. Senyawa-
molekul 500 sampai 3000 dan reaksi
senyawa ini merupakan zat warna
33
merah, ungu, biru dan kuning yang
sebagai anti hepatitis dan anti kanker.
ditemukan
(Kaufman, et al. 1999)
di
dalam
tumbuhan.
Beberapa senyawa flavanoid dalam
pengobatan berfungsi sebagai anti virus,
anti mikroba, pencegah peradangan dan
penyembuhan perdarahan kapiler subkutan (Vickery dan Vickery 1981).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa rendemen ekstrak etanol kayu
Saponin termasuk dalam golongan
pelanjau,
bakau
dan
kulit
kayu
senyawa terpenoid dan bagian dari
gerunggang secara berturut-turut adalah
triterpenoid
dari
7,14%; 4,34% dan 9,47%. Dari hasil uji
hidrokarbon C30) yang bersifat seperti
fiokimia me-nunjukkan bahwa kayu
sabun dan dapat dideteksi berdasarkan
pelanjau mengandung golongan se-
kemampuannya membentuk busa yang
nyawa meta-bolit sekunder berupa tanin
stabil dan dapat menghemolisis sel
dan flavanoid sedangkan kayu bakau
darah
Menurut
dan kulit kayu gerunggang mengandung
bersifat
senyawa tanin, saponin, flavanoid dan
(diturunkan
(Harbone
Robinson
1987).
(1991)
saponin
hipokolesterolemik, immunostimulator
kuinon.
dan antikarsinogenik. Mekanisme anti-
Saran
karsinogenik saponin meliputi efek
Dengan
diketahui
tingginya
antioksidan dan sitotoksik langsung
rendemen dan golongan utama senyawa
pada sel kanker.
bioaktif
Kuinon secara khas berbentuk
pigmen
warna
sangat
pelanjau,
ekstrak
bakau
dan
etanol
kayu
kulit
kayu
kuat
gerunggang diharapkan penelitian ini
mencakup seluruh aneka warna yang
dapat dilanjutkan untuk mengetahui
tampak,
bioaktivitas dan senyawa tunggalnya
namun
yang
dari
kuinon
hanya
di-
temukan pada daerah internal dari
tumbuhan dan warnanya tidak tampak
pada
Kuinon
bagian
eksterior
diturunkan
benzoquinone,
anthroquinone.
dari
tumbuhan.
struktur
naphthoquinone
Beberapa
atau
senyawa
kuinon dalam pengobatan berfungsi
yang berfungsi sebagai bahan obat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1976. Vademikum Kehutanan
Indonesia. Departemen Pertanian
Direktorat Jendral Kehutanan.
Jakarta
Dewi TM. 2009. Studi Etnobotani
Tumbuhan Obat di Hutan Adat
34
Pengajit Desa Sahan Kecamatan
Seluas Kabupaten Bengkayang.
Fakultas
Kehutanan
Untan.
Pontianak
Erliyanti. 2010. Keanekaragaman Jenis
Tumbuhan Obat dan Pemanfaatannya
Oleh
Masyarakat
Kawasan Gunung Sebayung Desa
Bagak
Syahwa
Singkawang.
Fakultas
Kehutanan
Untan.
Pontianak
Filho
M.
2006.
Bioactive
Phytocompounds : New Approaches in the Phytosciences. in
Modern Phytomedicine. Edited by
Iqbal Ahmad, Farrukh Aqil dan
Mohammad Owais. Wiley-VCH.
Germany
Hagerman
AE.
2002.
Tannin
Chemistry. Oxford. Miami University
Haughton PJ dan A. Raman. 1998.
Laboratory Handbook for the
Fractionation of Natural Extracts.
Chapman & Hall. London
Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna
Indonesia Jilid II. Badan Litbang
Kehutanan. Jakarta
Indriana N. 1996. Studi Jenis
Tumbuhan Obat di Kawasan
Suaka
Margasatwa
danau
Sentarum Kabupaten Kapuas Hulu
Kalimantan
Barat.
Fakultas
Pertanian Untan. Pontianak
Kaufman PB., LJ. Cseke, S. Warber,
JA. Duke, HL. Brielman. 1999.
Natural Products from Plants.
CRC Press. Boca Raton
Pattanaprateeb P, N. Ruangrungsi, GA.
Cordell.
2005.
Cytotoxic
Constituents from Cratoxylum
arborescens.
Planta
Med.
71(2):181-3
Phongpaichit S, N. Pujenjob, V.
Rukachaisirikul
dan
M.
Ongsakul. 2004. Antifungal
Activity from Leaf Extracts of
Cassia alata L., Cassia fistula
L. and Cassia tora L.
Songklanakarin J. Sci. Technol.,
26(5) : 741-748
Pengelly A. 1999. The Constituents of
Medicinal Plants an Introduction
to the Chemistry and Therapeutics
of Herbal Medicine. Sunflower
Herbal. England
Quideau, S. 2009. Chemistry and
Biology of Ellagitannins : An
Underestimated Class of Bioactive
Plant
Polyphenols.
World
Scientific. Singapore
Royani I. 1999. Studi Pemanfaatan dan
Potensi Tumbuhan Obat di
Kawasan Taman Wisata Alam
Bukit Kelam Kecamatan Kelam
Permai
Kabupaten
Sintang
Kalimantan
Barat.
Fakultas
Pertanian Untan. Pontianak
Silva GL, IK. Lee dan AD. Kinghorn.
1998. Special Problems with the
Extraction of Plants. in Natural
products Isolation. Edited by
Richard J P Cannell. Humana
Press lnc. New Jersey
Sjostrom E. 1998. Kimia Kayu, Dasardasar Penggunaan. Edisi 2.
Penerjemah H. Sastrohamidjojo.
Penyunting S. Prawirohatmodjo.
Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta
35
Vickery ML dan B. Vickery. 1981.
Secondary Plant Metabolism. The
Macmillan Press Ltd. London
Wardah dan Setyowati FM. 1995.
Penelitian
Tumbuhan
dalam
Pengobatan Tradisional Suku
Dayak di Kecamatan Beduai
Kalimantan
Barat.
Prosiding
Seminar dan Lokakarya Etnobotani II. Buku I Tumbuhan Obat
Indonesia. Ikatan
Indonesia. Jakarta
Pustakawan
Wiart C. 2006. Medicinal plants of Asia
and the Pacific. CRC Press. Boca Raton
Wilbraham AC dan MS. Matta. 1992.
Pengantar
Kimia
Organik.
Penerjemah Suminar Achmadi.
Penyunting Sofia dan Nik Solihin.
ITB.Bandung
Naskah masuk 18 Oktober 2010
Naskah diterima 29 Desember 2010
36
Download