BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman yang seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi menyebabkan tingkat polusi udara di dunia meningkat. Sumber polutan di udara terdiri dari emisi vulkanis pada daerah pegunungan aktif, emisi gas kendaraan bermotor, industri, pembakaran sampah, kebakaran hutan, ataupun hasil samping dari pertanian dan perkebunan (Ehrlich et al., 1973). Peningkatan kadar polutan paling besar disebabkan oleh meningkatnya penggunaan kendaraan bermotor dan industri. Salah satu dampak negatif polusi udara adalah munculnya radikal bebas yang menyebabkan terjadi peningkatan penyakit degeneratif seperti kanker paruparu, melanoma, penyakit jantung, infeksi saluran pernafasan dan bronkitis (Dahlan, 1989). Radikal bebas dapat menimbulkan penyakit degenaratif karena senyawa ini mampu mengoksidasi senyawa yang terdapat dalam tubuh dan mengikat lipid dan protein (Middleton, 2000). Radikal bebas akan menyerang molekul stabil dan mengikat elektronnya, sehingga menjadi radikal bebas yang menyebabkan reaksi berantai, yang akhirnya akan merusak sel (Proctor & Reynolds, 1984). Adanya dampak negatif yang ditimbulkan oleh radikal bebas tersebut, mendorong berbagai penelitian untuk mengatasinya. Salah satu penelitian yang banyak dilakukan adalah mengenai antioksidan yang dimanfaatkan sebagai zat aditif pada makanan dan minuman, suplemen kesehatan, maupun bahan campuran kosmetik (Priyadarshani & Biswajit, 2012). Antioksidan merupakan zat yang mampu menghambat atau mencegah terjadinya reaksi oksidasi lipid oleh radikal bebas (Kochhar & Rossell, 1990). Antioksidan dapat diproduksi oleh tubuh manusia, hewan, tumbuhan dan mikroorganisme atau disintesis dari bahan kimia lainnya (Kumalaningsih, 2006). Antioksidan yang diproduksi dalam tubuh manusia diantaranya adalah glutation, sulfidril, koenzim Q10, bilirubin, β-karoten, katalase, albumin dan transferin (Inoue, 2001). Sedangkan antioksidan sintetik misalnya butil hidroksi anisol 1 (BHA), butil hidroksi toluen (BHT), propil galat (PG), tert-butil hidoksi quinon (TBHQ), asam nordihidroguaiaretic (NDGA) dan tokoferol (Pratt, 1992). Sedangkan antioksidan alami yang berasal dari tumbuhan, hewan, ataupun mikroorganisme adalah tokoferol, vitamin C, vitamin A, vitamin E, β-karoten, flavonoid, senyawa karotenoid dan fenolik (Kumalaningsih, 2006). Senyawa karotenoid merupakan salah satu antioksidan yang banyak dikembangkan. Jenis karotenoid yang telah diketahui sekitar 700 jenis senyawa (Britton et al., 1995). Jenis karotenoid diantaranya adalah astaxantin, zeaxantin, lutein, α-karoten, β-karoten, δ-karoten, myxoxantin, fukoxantin, violaxantin, alloxantin, dinoxantin, canthaxantin, gyroxantin, diadinoxantin, kriptoxantin dan peridinin. Beberapa karotenoid mempunyai kekuatan antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan dengan vitamin A, vitamin C, ataupun vitamin E. (Paiva & Russel, 1999). Salah satu organisme yang mampu menghasilkan karotenoid adalah mikroalga. Penggunaan mikroalga untuk produksi karotenoid mulai banyak diminati. Beberapa keuntungan penggunaan mikroalga untuk produksi karotenoid adalah siklus hidupnya pendek sehingga waktu panennya lebih cepat, serta dapat dikultivasi di tempat yang tidak terlalu luas. Beberapa mikroalga yang banyak dikembangkan sebagai sumber antioksidan adalah Spirulina platensis, Spirulina maxima, Dunaliella salina, Haematococcus pluvialis, Chlorella pyrenoidosa, Chlorella ellipsodea, Chlorella vulgaris, dan Chlorella zofingiensis (Fretes et al., 2012). Salah satu mikroalga yang banyak dikembangkan untuk menghasilkan karotenoid adalah C. zofingiensis karena memiliki kandungan karotenoid yang tinggi dan berpotensi menghasilkan astaxantin (Liu et al., 2014). Pada kondisi normal kandungan karotenoid pada C. zofingiensis yaitu sejumlah 0.96 mg/g berat kering (Wang & Chen, 2008). Selain itu mikroalga ini juga mempunyai laju pertumbuhan yang cepat (Liu et al., 2014). Produksi karotenoid dari C. zofingiensis dalam jumlah banyak dapat dilakukan dengan skala massal pada kolam terbuka (Guedes & Malcata, 2012). Kultivasi skala massal membutuhkan ukuran kolam yang tepat dan konsentrasi pupuk yang tepat. Ukuran kolam berpengaruh terhadap luas permukaan kolam 2 untuk menangkap cahaya matahari dan mengikat karbondioksida yang dibutuhkan dalam fotosintesis, sehingga berpengaruh terhadap kecepatan laju fotosintesis dan biomasa yang dihasilkan dari fotosintesis tersebut (Jiménez et al., 2003). Menurut Zhu et al., (2014) konsentrasi pupuk nitrogen dan fosfor yang tinggi mampu meningkatkan biomasa dan kandungan karotenoid pada kultivasi skala massal. Nitrogen dibutuhkan untuk menyusun asam-asam nukleat, protein, dan senyawa lain yang mengandung N seperti klorofil, alkaloid, dan karotenoid (Miki, 1991). Sedangkan fosfor merupakan unsur essensial yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan metabolisme selular seperti transfer energi, dan biosintesis asam nukleat (Richmond, 2004). Penggunaan pupuk pertanian seperti Farmpion, ZA, dan Urea dapat menjadi pupuk alternatif pada kultur mikroalga skala massal. Penggunaan pupuk pertanian ini dapat mengurangi biaya produksi karena harganya lebih murah. Selain itu, penggunaan pupuk ini diharapkan dapat meningkatkan biomasa, kandungan karbohidrat dan karotenoid C. zofingiensis. Disamping itu perlu dilakukan penelitian mengenai ukuran kolam terhadap pertumbuhan, kandungan karbohidrat dan karotenoid pada C. zofingiensis. B. Permasalahan Kultivasi C. zofingiensis pada kolam terbuka merupakan salah satu langkah yang dapat diterapkan untuk produksi karotenoid dalam jumlah banyak, tetapi biomasa yang dihasilkan lebih rendah dibanding kultur pada laboratorium, sehingga permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah komposisi medium yang terbaik untuk meningkatkan biomasa, kandungan karbohidrat dan karotenoid C. zofingiensis pada kultur kolam terbuka ? 2. Bagaimanakah pengaruh ukuran kolam terhadap pertumbuhan, kandungan karbohidrat dan karotenoid C. zofingiensis ? 3 C. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui komposisi medium yang terbaik untuk meningkatkan biomasa, kandungan karbohidrat dan karotenoid C. zofingiensis pada kolam terbuka. 2. Mengetahui pengaruh ukuran kolam terhadap pertumbuhan, kandungan karbohidrat dan karotenoid C. zofingiensis. D. Manfaat Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan salah satu solusi dalam masalah pemupukan pada kultivasi C. zofingiensis skala massal dengan kolam terbuka untuk meningkatkan biomasa, kandungan karbohidrat dan karotenoid C. zofingiensis. 4