PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS O - E

advertisement
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS OTAK (BRAN BASED LEARNING)
BERBANTUAN MEDIA TEKA-TEKI SILANG TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA
KELAS V SD GUGUS I GUSTI NGURAH JELANTIK
Pt. K Laksmi1, I Wyn. Sujana2, I.B. Gd. Suryaabadi3
1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: [email protected], [email protected],
[email protected].
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara
siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis otak ( brain based learning ) berbantuan media
teka-teki silang dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V
SD Gugus I Gusti Ngurah Jelantik. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi
eksperiment) dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Control
Group Design. Jumlah keseluruhan populasi adalah di SD Gugus I Gusti Ngurah Jelantik adalah
403 siswa, sedangkan jumlah sampel adalah 73 siswa. Sampel diambil dengan teknik random
sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan metode tes dan observasi. Selanjutnya data
yang didapatkan dianalisis dengan teknik analisis uji-t. Dari hasil analisis uji-t diperoleh thit =
7,825 sedangkan ttab = 2,000 dan M1 = 78,23 sedangkan M2 = 71,97. Berarti dalam penelitian ini
menunjukkan terdapat perbedaan hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti pembelajaraan
berbasis otak ( brain based learning ) berbantuan media teka-teki silang dengan siswa yang
mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah Jelantik.
Selain itu dilihat dari rata-ratanya bahwa nilai hasil belajar IPS siswa yang mengikuti
pembelajaran berbasis otak ( brain based learning ) berbantuan media teka-teki silang lebih baik
dari pada hasil belajar IPS siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Hal ini berarti
terdapat pengaruh penerapan pembelajaran berbasis otak ( brain based learning ) berbantuan
media teka-teki silang terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah
Jelantik Denpasar Utara Tahun Ajaran 2013/2014.
Kata kunci : BBL, Teka-teki Silang, Hasil Belajar IPS
Abstract
The purpose of this research was to determine the significant differences between the social
sciences learning achievement of student’s who learned through the brain -based learning
asissted by crossword puzzle media than the students who learned with conventional learning
method at the fifth grade of elementary school gugus I Gusti Ngurah Jelantik. This research was
a quasi-experimental study ( quasi experiment ) with Nonequivalent Control Group Design . The
total number of population is 403 students, while the sample size only 73 students . The samples
were taken with a random sampling technique. The data was collected by testing and
observation method. Furthermore, the data obtained were analyzed by t-test analysis technique.
From the results of t-test analysis was obtained thit = 7.825 while ttab = 2.000 and M1 = M2 =
78.23 while 71.97. Means that this research shows that there are differences in learning
achievement between students who learned social sciences through brain -based learning
asissted by crossword puzzle media than the students who learned conventional learning at the
fifth grade elementary school gugus I Gusti Ngurah Jelantik. In addition to the views of the
average value of social studies that students who learned through the brain -based learning brain
-based learning asissted by crossword puzzles media is better than the IPS learning
achievement of the student’s who learned through conventional learning method. This means
that there is an influence of the application of brain -based learning ( brain -based learning )
assisted by crossword puzzle media on student’s social sciences learning achievement of the
fifth grade elementary school gugus I Ngurah Jelantik Denpasar, Academic Year 2013/2014. . .
Keywords : Brain Based Learning, crossword puzzle , social sciences learning achievement
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
PENDAHULUAN
Pendidikan IPS diharapkan dapat
menjadi wahana bagi siswa untuk
mempelajari diri sendiri dan berbaur
dengan masyarakat di sekitarnya.
Proses pembelajaran menekankan
pada pemberian pengalaman langsung
untuk mengembangkan kompetensi
agar menjelajahi dan memahami
pentingnya
bermasyarakat.
Pada
tingkat satuan pendidikan di sekolah
dasar,
sesuai
kurikulum
siswa
diajarkan sejumlah mata pelajaran,
yang salah satu di antaranya adalah
Ilmu Pengetahuan Sosial.
Mata
pelajaran IPS di sekolah dasar
bertujuan
agar
siswa
memiliki
kemampuan: (1) mengenal konsepkonsep
yang
berkaitan
dengan
kehidupan
masyarakat
dan
lingkungannya
,
(2)
memiliki
kemampuan dasar untuk berfikir logis
dan kritis, rasa ingin tahu, inquiry,
memecahkan
masalah,
dan
keterampilan dalam kehidupan social ,
(3) memiliki komitmen dan kesadaran
terhadap
nilai-nilai
sosial
dan
kemanusiaan, (4) memiliki kemampuan
berkomunikasi,
bekerjasama
dan
berkompetisi dalam masyarakat yang
majemuk, ditingkat lokal, nasional, dan
global Kurikulum (2007).
Penggunaan
pendekatan
konvensional berimplikasi pada kurang
bermaknanya proses pembelajaran IPS
di SD, karena dalam pembelajaran
konvensional siswa lebih banyak
belajar secara individual dengan
menerima, mencatat, dan menghafal
materi pelajaran (Sanjaya, 2011:261).
Namun, kecenderungan pembelajaran
IPS saat ini masih berpusat pada guru
dengan bercerita atau berceramah.
Siswa kurang terlihat aktif dalam
proses pembelajaran, akibatnya tingkat
pemahaman siswa terhadap materi
rendah dan akhirnya berdampak pada
hasil belajar yang kurang optimal.
Untuk itu diperlukan strategi dalam
proses pembelajaran agar nantinya
siswa dilibatkan secara aktif untuk
berpikir,
berinteraksi,
berbuat,
mencoba, menemukan konsep baru
atau menghasilkan suatu karya ,
sehingga
proses
pembelajaran
berpusat pada siswa.
Untuk
mengatasi
masalah
tersebut akan dilakukan penelitian
sebagai solusi untuk memecahkan
permasalahan. Untuk meningkatkan
hasil belajar siswa, perlu diadakan
situasi
pembelajaran
yang
menyenangkan dan merangsang minat
siswa untuk lebih antusias berperan
aktif dalam proses pembelajaran. Pada
penelitian ini model pembelajaran
berbasis otak ( brain based learning )
diharapkan tepat dalam melaksanakan
pembelajaran siswa agar hasil belajar
dapat tercapai optimal pada mata
pelajaran IPS sesuai dengan kriteria
ketuntasan minimal (KKM) yang
ditetapkan sekolah yaitu 65.
Dari hasil observasi ditemukan
beberapa penyebab permasalahan
dalam kegiatan pembelajaran yang
mempengaruhi hasil belajar siswa.
Beberapa penyebab permasalahan
tersebut adalah kurangnya variasi guru
dalam
menerapkan
model
pembelajaran, pembelajaran masih
didominasi oleh peran guru di mana
guru
sebagai
sumber
utama
pengetahuan, masih ada paradigma
bahwa pengetahuan yang dimiliki guru
dapat dipindahkan begitu saja kepada
siswa. Dengan asumsi bahwa guru
lebih banyak menjelaskan materi
pelajaran
dengan menggunakan
metode ceramah sehingga siswa
cenderung sebagai pendengar yang
pasif, hal ini dilakukan oleh guru karena
mengejar target kurikulum untuk
menghabiskan materi pembelajaran
atau bahan ajar dalam kurun waktu
tertentu. Selain itu, guru belum mampu
mengaitkan antara materi pelajaran
dengan kehidupan nyata siswa dan
dalam proses pembelajaran guru
belum memanfaatkan media untuk
menunjang penjelasan materi yang
diajarkan
sehingga
proses
pembelajaran belum mampu mencapai
hasil yang optimal.
Berdasarkan uraian diatas, maka
permasalahan dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut “apakah
terdapat perbedaan yang signifikan
hasil belajar IPS antara siswa yang
mengikuti pembelajaran berbasis otak
berbantuan media teka-teki silang
dengan
siswa
yang
mengikuti
pembelajaran konvensional pada siswa
kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah
Jelantik Denpasar Utara Tahun Ajaran
2013/2014?”.
Dalam proses pembelajaran, cara
belajar siswa sangat terkait dengan
model pembelajaran yang diterapkan di
kelas. Brain Based Learning (BBL)
menawarkan sebuah konsep untuk
menciptakan pembelajaran dengan
berorientasi
pada
upaya
pemberdayaan potensi otak siswa.
Tiga strategi utama yang dapat
dikembangkan dalam implementasi
brain based learning (Jansen 2011 ).
Pertama, menciptakan lingkungan
belajar yang menantang kemampuan
berpikir siswa. Dalam setiap kegiatan
pembelajaran, guru memberikan soalsoal
materi
pelajaran
yang
memfasilitasi kemampuan berpikir
siswa dari mulai tahap pengetahuan
(knowledge) sampai tahap evaluasi
menurut tahapan berpikir berdasarkan
Taxonomy Bloom. Soal-soal pelajaran
dikemas seatraktif dan semenarik
mungkin misal, melalui teka-teki,
simulasi, permainan, agar siswa dapat
terbiasa
untuk
mengembangkan
kemampuan berpikirnya dalam konteks
pemberdayaan potensi otak siswa.
Kedua, menciptakan lingkungan
pembelajaran yang menyenangkan,
dengan
menghindari
situasi
pembelajaran yang membuat siswa
merasa tidak nyaman dan tidak senang
terlibat
di
dalamnya.
Dalam
pembelajaran di luar kelas pada saatsaat tertentu, mengiringi kegiatan
pembelajaran dengan musik yang
didesain
secara
tepat
sesuai
kebutuhan di kelas, lakukan kegiatan
pembelajaran dengan diskusi kelompok
yang diselingi dengan permainanpermainan menarik, dan upaya-upaya
lainnya yang mengeliminasi rasa tidak
nyaman pada diri siswa.
Ketiga,
menciptakan
situasi
pembelajaran yang aktif dan bermakna
bagi siswa (active learning). Siswa
sebagai pelajar dirangsang melalui
kegiatan pembelajaran untuk dapat
membangun pengetahuan mereka
melalui proses belajar aktif yang
mereka lakukan sendiri. Menciptakan
situasi
pembelajaran
yang
memungkinkan seluruh anggota badan
siswa beraktivitas secara optimal, misal
mata siswa digunakan untuk membaca
dan mengamati, tangan siswa bergerak
untuk menulis, kaki siswa bergerak
untuk mengikuti permainan dalam
pembelajaran, mulut siswa aktif
bertanya dan berdiskusi, dan aktivitas
produktif anggota badan lainnya.
Merujuk pada konsep konstruktivisme
pendidikan, prestasi belajar siswa
ditentukan oleh seberapa mampu
mereka membangun pengetahuan dan
pemahaman tentang suatu materi
pelajaran berdasarkan pengalaman
belajar yang mereka alami sendiri.
Jensen (2011) berpendapat bahwa
BBL adalah pembelajaran yang
diselaraskan dengan cara otak yang
didesain secara alamiah untuk belajar.
Pendidikan
berbasis
otak
juga
merupakan cara berpikir tentang
pembelajaran (learning). Itu merupakan
cara berpikir tentang pekerjaan.
Sesungguhnya, itu satu “formula”
karena akan langsung berhadapan
dengan prinsip pembelajaran berbasis
otak. Walaupun pendekatan berbasis
otak tidak memberikan satu resep yang
harus siswa ikuti, guru mendorong
siswa mempertimbangkan sifat dari
otak dalam pengambilan keputusan.
Hernowo (dalam Nurhadyani, 2011)
berpendapat bahwa otak terdiri dari
dua belahan, yaitu otak kiri dan otak
kanan
yang
mempunyai
fungsi
berbeda. Otak kiri bekerja secara
kreatif sedangkan otak kanan yang
bekerja sinergis. Dalam pembelajaran,
hendaknya penggunaan otak kiri dan
otak kanan diseimbangkan agar
pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Otak sebagai himpunan kesatuan yang
terdiri dari lima sistem pembelajaran
utama, yaitu emosional, sosial, kognitif,
fisik, dan reflektif. Given (2007:37)
menyatakan
kelima
sistem
pembelajaran
tersebut
sangat
berkaitan dengan kebutuhan psikologis
dasar pikiran untuk menjadi sesuatu (to
be), untuk menjadi bagian (to belong),
untuk mengetahui (to know), untuk
melakukan (to do), serta untuk
menguji-coba dan eksplorasi (to
experiment ).
Dengan implementasi Brain Based
Learning (BBL) dalam pembelajaran
IPS,
siswa
dilatih
untuk
mengembangkan
kelima
sistem
pembelajaran alamiah otak, sehingga
mampu
memaksimalkan
perkembangan
otaknya
selama
pembelajaran, yang mengakibatkan
peningkatan hasil belajar. Berdasarkan
paparan tersebut, diyakini bahwa BBL
mampu meningkatkan hasil belajar
belajar IPS siswa. Untuk itu, perlu
dirancang
model
pembelajaran
berbasis otak.
Dari pemaparan permasalahan di
atas, permasalahan yang dapat
diselesaikan dengan model berbasis
otak yaitu hasil belajar siswa. Hal ini
didasari dari tahapan-tahapan pada
pembelajaran dengan model berbasis
otak. Dalam pembelajaran dengan
model berbasis otak siswa dituntut
untuk mampu aktif dalam pembelajaran
dan
pembelajaran
tidak
hanya
bersumber dari guru sehingga tahapantahapan ini mampu memberikan suatu
variasi pada pembelajaran. Disini siswa
juga diarahkan untuk melaksanakan
kegiatan pembelajaran sesuai dengan
aturan. Di sini siswa diarahkan untuk
memikirkan kembali materi awal yang
masih terkait dengan materi yang
dibahas. Sehingga diyakini bahwa
dengan
penerapan
model
pembelajaran BBL mampu mengatasi
permasalahn yang terjadi di SD Gugus
I Gusti Ngurah Jelantik.
Brain-based learning ( BBL )
merupakan pendekatan yang bermula
dari penelitian neurophysiology tentang
bagaimana otak bekerja, selanjutnya
dibahas bahwa BBL merupakan
pendidikan yang menggunakan sistem
pembelajaran yang mengutamakan
kemajuan otak. Lebih lanjut Astawan
(2010:129) menyatakan bahwa BBL
adalah
model
pengajaran
yang
mempertimbangkan bagaimana otak
bekerja saat mengambil, mengolah,
dan menginterpretasikan informasi
yang telah diserap, serta bagaimana
otak bekerja dalam mempertahankan
pesan atau informasi yang didapat.
Media pembelajaran adalah segala
sesuatu yang dapat menyampaikan
atau menyalurkan pesan dari suatu
sumber secara terencana sehingga
terjadi lingkungan belajar kondusif
dimana penerimanya dapat melakukan
proses belajar secara efesien dan
efektif ( Asyhar, 2011:7 ). Hidayanti (
2009 ) menyatakan Teka-teki silang
atau disingkat TTS adalah suatu
permainan dimana kita harus mengisi
ruang-ruang kosong ( berbentuk kotak
putih ) dengan huruf-huruf yang
membentuk sebuah kata berdasarkan
petunjuk yang diberikan. Petunjuknya
bisa dibagi ke dalam kategori mendatar
dan menurun tergantung arah kata
yang harus diisi.
Mengisi teka-teki silang atau bisa
lebih dikenal dengan sebutan TTS,
memang
sungguh
menghasikan,
sehingga juga berguna untuk membuat
kosa kata popular, secara tidak
langsung
juga
berguna
untuk
meningkatkan
pengetahuan.
Karakteristik teka-teki silang yang lebih
mengedepankan
perbedaan
dan
persamaan kata, sangat sesuai kalau
seandainya dipergunakan sebagai
sarana untuk latihan para siswa
dikelas,
sehingga
latihan
yang
diberikan oleh guru tidak bersifat
monoton hanya berupa pertanyaan-
pertanyaan baku saja, tetapi bisa juga
berupa teka-teki silang yang tentu saja
METODE
Penelitian ini dilaksanakan pada
siswa kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah
Jelantik yaitu SD Dwijendra dan SDN 21
Dangin Puri. Desain eksperimen semu
yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Nonequivalent Control Group
Design. Pretest digunakan untuk
menyetarakan
kelompok,
yang
dibandingkan hanya skor posttest.
Populasi dalam penelitian ini adalah
siswa kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah
Jelantik dengan jumlah keseluruhan
populasi yang ada di SD Gugus I Gusti
Ngurah Jelantik adalah 403 siswa.
Pengambilan sampel pada penelitian ini
dilakukan dengan cara yaitu random
semple. Cara undian dilakukan dengan
jalan
membuat
gulungan-gulungan
kertas yang berisi nomor SD dari
anggota populasi, dan kemudian
melakukan undian sebanyak jumlah
sampel penelitian yang dibutuhkan.
Dalam penelitian yang diundi adalah
kelas V yang ada di Gugus I Gusti
Ngurah Jelantik.
Tahap pertama dilakukan dengan
mengundi 6 SD I Gusti Ngurah
Jelantik. Lalu pada tahap kedua, dari 2
kelas tersebut diundi lagi untuk
menentukan kelas eksperimen dan
kelas
kontrol,
setelah
diadakan
pengundian didapatkan SD Dwijendra
sebagai kelas eksperimen dan SDN 21
Dangin Puri sebagai kelas kontrol.
Kelas dipilih sebagaimana telah
terbentuk tanpa campur tangan peneliti
dan tidak dilakukannya pengacakan
individu,
kemungkinan
pengaruhpengaruh
dari
keadaan
subjek
mengetahui dirinya dilibatkan dalam
eksperimen dapat dikurangi sehingga
penelitian
ini
benar
benar
menggambarkan pengaruh perlakuan
yang diberikan. Pengumpulan data
dilakukan dengan metode tes dan
metode observasi. Instrumen yang
digunakan untuk mengumpulkan data
akan mengasikan untuk dijawab oleh
siswa.
tentang hasil belajar IPS adalah tes
hasil belajar kognitif berupa tes objektif
dan tes hasil belajar afektif berupa
lembar observasi. Tes objektif yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
tes objektif bentuk pilihan ganda
dengan butir pertanyaan berjumlah 35
soal untuk mengukur hasil belajar
siswa setelah diberikan perlakuan.
Setiap soal disertai 4 alternatif jawaban
(a, b, c, dan d) dan bila siswa
menjawab dengan benar (jawaban
dicocokkan dengan kunci jawaban)
akan diberikan skor 1. Serta skor 0
untuk siswa yang menjawab soal
dengan salah. Sebelum tes tersebut
digunakan terlebih dahulu tes akan di
uji validitas, daya beda, indeks
kesukaran, dan reliabilitasnya. Lembar
observasi digunakan untuk mengukur
perilaku siswa atau kegiatan proses
pembelajaran.
Observasi
harus
dilakukan pada saat proses kegiatan
berlangsung. Dalam penelitian ini tes
hasil belajar afektif siswa yang diukur
melalui lembar observasi yaitu karakter
disiplin, karakter komunikatif, dan
karakter keberanian.
Sebelum dilakukan uji hipotesis
terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat
analisis yaitu uji normalitas dan uji
homogenitas varians. Jika dari hasil uji
normalitas dan homogenitas varians
diketahui bahwa sampel berdistribusi
normal
dan
homogen
maka
selanjutnya dilakukan uji hipotesis.
Hipotesis statistiknya yaitu:
Ha : µA1 ≠ µA2
H0 : µA1 = µA2
Uji statistik yang digunakan dalam
penelitian ini adalah uji beda mean (uji
t). Uji signifikansinya adalah jika |thitung
|≤ t tabel, maka H0 diterima (gagal
ditolak) dan Ha ditolak, sebaliknya
|thitung | t tabel, maka HO ditolak dan Ha
diterima. Pengujian ini dilakukan pada
= 0,50) atau taraf
taraf signifikan 5% (
kepercayaan 95% dengan derajat
kebebasan db = (n1 + n2 -2). Adapun
rumus t-test yang digunakan adalah
sebagai sebagai berikut:
t hitung =
(Sugiyono, 2012:273)
Keterangan:
= nilai rata-rata post-test kelompok eksperimen
= nilai rata-rata post-test kelompok kontrol
= simpangan baku kelompok eksperimen
= simpangan baku kelompok kontrol
= banyak siswa kelompok eksperimen
= banyak siswa kelompok control
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
setelah
perhitungan
diperoleh rata-rata nilai akhir dalam
pembelajaran IPS dari penggabungan
nilai post test dengan rubrik penilaian
afektif
siswa,
untuk
kelompok
eksperimen
melalui
pembelajaran
berbasis otak berbantuan media tekateki silang adalah 78,23 dengan varian
Sebelum dilakukan uji hipotesis
terlebih dahulu dilakukan uji prsayarat.
Uji prasyarat tersebut diantaranya uji
normalitas dan uji homogenitas
varians. Uji normalitas dilakukan untuk
mengetahui apakah sebaran frekuensi
skor pada setiap variabel berdistribusi
normal atau tidak. Berdasarkan hasil
uji normalitas kelompok eksperimen,
diperoleh harga Chi-kuadrat hitung
(χ2hitung) sebesar 3,45 kemudian harga
tersebut dibandingkan dengan harga
Chi-kuadrat tabel (χ2tabel ) sebesar
11,1. Ini menunjukkan bahwa χ2hit ≤
χ2tab berarti data hasil belajar IPS
kelompok eksperimen berdistribusi
normal. Sedangkan hasil uji normalitas
kelompok kontrol, diperoleh harga Chi-
sebesar 16,90 dan standar deviasi
4,11. Sedangkan rata-rata nilai akhir
dalam
pembelajaran
IPS
dari
penggabungan nilai post test dengan
rubrik penilaian afektif siswa, untuk
kelompok kontrol melalui pembelajaran
konvensional adalah 71,97 dengan
varian sebesar 15,13 dan standar
deviasi 3,88.
kuadrat hitung (χ2hitung) sebesar 4,47
kemudian harga tersebut dibandingkan
dengan harga Chi-kuadrat tabel (χ2tabel )
sebesar 11,1. Ini menunjukkan bahwa
χ2hit ≤ χ2tab berarti data hasil belajar IPS
kelompok kontrol berdistribusi normal.
Untuk
menguji
homogenitas
varians antar kelompok dimaksudkan
untuk meyakinkan bahwa perbedaan
yang diperoleh uji-t benar-benar
berasal
dari
perbedaan
antar
kelompok, bukan disebabkan oleh
perbedaan di dalam kelompok. Dalam
penelitian ini uji homogenitas varians
dilakukan dengan uji Havley. Dari hasil
analisis diperoleh Fhit sebesar 1,11 dan
Ftab sebesar 1,80. Ini menunjukkan Fhit
< Ftab sehingga kedua kelompok data
homogen. Berdasarkan hasil uji
prasyarat dengan uji normalitas dan uji
homogenitas
varians
disimpulkan
bahwa data dari semua kelompok
sampel berdistribusi normal dan
homogen
maka
untuk
menguji
hipotesis dapat dilakukan.
Dari
hasil
perhitungan
uji-t
diperoleh thitung = 7,825 dan untuk taraf
signifikan 5% dengan db= (n1 + n2) – 2
= 71 diperoleh ttabel =2,000. Dengan
demikian harga thitung lebih besar dari
ttabel yaitu 7,825 > 2,000 sehingga h0
ditolak dan ha diterima. Ini berarti
terdapat perbedaan yang signifikan
hasil belajar dalam mata pelajaran IPS
antara siswa yang dibelajarkan dengan
pembelajaran
berbasis
otak
berbantuan media teka-teki silang
dengan siswa yang dibelajarkan
dengan pembelajaran konvensional.
Data hasil uji-t dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 1. Tabel Uji Hipotesis
Sampel
Kelompok
eksperimen
Varians
16,90
n
38
Kelompok kontrol
15,13
35
Hasil analisis data menunjukkan
bahwa kelompok siswa yang mengikuti
pembelajaran berbasis otak berbantuan
media teka-teki silang memiliki nilai
hasil belajar IPS rata-rata sebesar 78,23
sedangkan kelompok siswa yang
mengikuti pembelajaran konvensional
memiliki nilai rata-rata sebesar 71,97.
Jadi dari hasil analisis data uji-t
menunjukkan bahwa nilai hasil belajar
IPS siswa yang mengikuti pembelajaran
berbasis otak bnerbantuan media tekateki silang lebih baik dari pada hasil
belajar IPS siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional. Hal ini
berarti terdapat pengaruh model
pembelajaran berbasis otak berbantuan
media teka-teki silang siswa kelas V SD
Gugus I Gusti Ngurah Jelantik
Denpasar
Utara
Tahun
Ajaran
2013/2014
Berdasarkan hasil analisis data
telah terbukti terdapat perbedaan hasil
belajar IPS antara siswa yang
mengikuti pembelajaran berbasis otak
berbantuan media teka-teki silang
dengan
siswa
yang
mengikuti
pembelajaran konvensional. Dalam
pembelajaran
IPS,
pembelajaran
berbasis otak berbantuan media tekateki silang secara keseluruhan lebih
baik
dibandingkan
pembelajaran
dk
thitung
ttabel
Simpulan
71
7,825
2,000
Ha=diterima
konvensional
karena
proses
pembelajaran konvensional menuntut
siswa untuk menunjukkan kemampuan
menghafal dan menguasai potonganpotongan informasi sebagai prasyarat
untuk mempelajari keterampilan keterampilan yang lebih kompleks.
Sedangkan pembelajaran berbasis
otak berbantuan media teka-teki silang
lebih menekankan keterlibatan aktivitas
siswa dalam menemukan pengalaman
belajar dengan mengalami sendiri
untuk dapat menerapkan pengetahuan.
Pembelajaran
berbasis
otak
berbantuan media teka-teki silang dan
pembelajaran
konvensional
yang
diterapkan
dalam
penelitian
ini
menunjukkan
adanya
pengaruh
terhadap hasil belajar IPS. Adanya
pengaruh dapat dilihat dari nilai akhir
hasil belajar IPS siswa. Berdasarkan
uji hipotesis yang ditunjukkan tabel 1
terlihat thitung 7,825 >ttabel 2,000. Secara
statistik
hasil
penelitian
ini
menunjukkan bahwa siswa yang
mengikuti pembelajaran berbasis otak
berbantuan media teka-teki silang dan
pembelajaran
konvensional
pada
materi kerajaan Hindhu, Budha dan
Islam
terdapat perbedaan yang
signifikan dalam hasil belajar siswa
pada taraf signifikansi 5%.
Dalam
pembelajaran
IPS
pembelajaran berbasis otak berbantuan
media
teka-teki
silang
secara
keseluruhan lebih baik dibandingkan
pembelajaran
konvensional.
Sebagaimana yang telah diketahui
bahwa pembelajaran berbasis otak
merupakan
pembelajaran
yang
diselaraskan dengan cara otak yang
didesain secara alamiah untuk belajar.
Pendidikan
berbasis-otak
juga
merupakan cara berpikir tentang
pembelajaran (learning). Itu merupakan
cara
berpikir
tentang
pekerjaan.
Sesungguhnya, itu satu “formula”
karena akan langsung berhadapan
dengan prinsip pembelajaran berbasis
otak. Walaupun pendekatan berbasis
otak tidak memberikan satu resep yang
harus siswa ikuti, guru mendorong
siswa mempertimbangkan sifat dari otak
dalam pengambilan keputusan. Dengan
menggunakan apa yang kita ketahui
tentang otak, kita dapat mengambil
keputusan lebih baik dan menjangkau
lebih
banyak
pembelajaran.
Sederhananya,
ini
pembelajaran
dengan memerhatikan otak. Siswa
mampu secara bebas menggunakan
pengetahuannya untuk menyelesaikan
masalah – masalah yang belum pernah
dihadapi, serta memiliki tanggung jawab
yang lebih terhadap belajarnya seiring
dengan peningkatan pengalaman dan
pengetahuan mereka.
Pembelajaran
IPS
dengan
pembelajaran berbasis otak memiliki
kelebihan
yaitu
memberi
suatu
pemikiran baru tentang bagian otak
manusia bekerja, memperhatikan kerja
alamiah otak si pelajar dalam proses
pembelajaran,
menciptakan
iklim
pembelajaran
dimana
pembelajar
dihormati dan didukung.
Hal tersebut didukung oleh
beberapa penelitian seperti penelitian
Antari ( 2012 ) mengenai penggunaan
Penerapan
Model
Pembelajaran
Berbasis Otak ( Brain Based Learning )
untuk Meningkatkan Aktivitas dan
Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas V
Semester I SD N 1 Getakan
Banjarangkan
Klungkung
Tahun
Pelajaran 2011/2012. Hal ini terbukti
dari peningkatan persentase rata-rata
hasil
belajar
yang
mengalami
peningkatan hasil belajar mencapai
70%. Dan penelitian yang dilakukan
oleh Paramita
( 2012 ) mengenai
Implementasi Model Pembelajaran
Berbasis Otak (Brain Based Learning)
Untuk Meningkatkan Pemahaman
Konsep Dan Kinerja Ilmiah SAINS
Siswa Kelas V Sd Negeri 5 Tejakula.
Hal ini terbukti dari peningkatan
persentase rata-rata hasil belajar yang
mengalami peningkatan hasil belajar
mencapai 90%.
PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis uji-t
diperoleh thit = 7,825 sedangkan ttab =
2,000 dan M1 = 78,23 sedangkan M2 =
71,97. Berarti dalam penelitian ini
menunjukkan terdapat perbedaan hasil
belajar IPS antara siswa yang
mengikuti pembelajaraan berbasis otak
berbantuan media teka-teki silang
dengan
siswa
yang
mengikuti
pembelajaran konvensional pada siswa
kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah
Jelantik Denpasar Utara. Selain itu
dilihat dari rata-ratanya bahwa nilai
hasil belajar IPS siswa yang mengikuti
pembelajaran
berbasis
otak
berbantuan media teka-teki silang lebih
baik dari pada hasil belajar IPS siswa
yang
mengikuti
pembelajaran
konvensional. Hal ini berarti terdapat
pengaruh pembelajaran berbasis otak (
brain based learning ) berbantuan
media teka-teki silang terhadap hasil
belajar IPS siswa kelas V SD Gugus I
Gusti Ngurah Jelantik Denpasar Utara
Tahun Ajaran 2013/2014.
Adapun
saran
yang
dapat
disampaikan setelah melaksanakan dan
memperoleh hasil dari penelitian yaitu.
Bagi guru, dengan menggunakan
pembelajaran berbasis otak berbantuan
media
teka-teki
silang
dalam
pembelajaran
IPS
yang
dapat
melibatkan siswa secara aktif dalam
proses pembelajaran.
Bagi siswa, dengan mengikuti
pembelajaran
berbasis
otak
berbantuan media teka-teki silang
dengan sungguh karena memberikan
kesempatan siswa untuk membangun
sendiri pengetahuannya.
Bagi
sekolah,
dengan
menerapkan
pembelajaran
yang
inovatif salah satunya pembelajaran
berbasis otak berbantuan media teka-
teki silang, akan dapat meningkatkan
hasil belajar siswa.
Bagi peneliti, disarankan lebih
mengembangkan
pembelajaran
berbasis otak berbantuan media tekateki silang dengan materi-materi IPS
yang lain sebagai alternatif dalam
memecahkan permasalahan yang
ditemukan dalam kegiatan pembelajar
berbasis otak berbantuan media tekateki
silang.
Daftar Rujukan
Antari, Sri, Ni Kadek. 2012. Penerapan
Model Pembelajaran Berbasis
Otak ( Brain Based Learning )
untuk Meningkatkan Aktivitas
dan Prestasi Belajar IPS Siswa
Kelas V Semester I SD N 1
Getakan
Banjarangkan
Klungkung Tahun Pelajaran
2011/2012.
Skripsi
(tidak
diterbitkan). Jurusan Pendidikan
Guru Sekolah Dasar, Undiksha
Singaraja
Arsyad,
Azhar.
2011.
Media
Pembelajaran. Jakarta: Rajawali
Pers
Astawan, I G. 2010. Model- model
Pembelajaran Inovatif. Buku Ajar.
Jurusan
Pendidikan
Guru
Sekolah Dasar, Undiksha.
Given,B.K. 2007. Brain based teaching
(merangsang kegiatan belajarmengajar yang melibatkan otak
emosional,
sosial,
kognitif,
kinestesis, dan reflektif
Hidayati, Nia. 2009. “ Teka-teki Silang”.
Tersedia pada
http://niahidayati.net/manfaatteka-teki-silang-sebagaipenambah-wawasan-danmengasah-kemampuan.hml
(diakses
tanggal
21
Januari2013).
Jensen,
eric. 2011. Pemelajaran
Berbasis-Otak. Jakarta: PT
Indeks
Kurikulum. 2007. Naskah Akademik
Kajian Kebijakan Kurikulum
Mata
Pelajaran
Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS).
Jakarta:
Departemen
Pendidikan Nasional Badan
Penelitian Dan Pengembangan
Pusat Kurikulum 2007
Nurhadyani, Dini. 2011. Penerapan
Brain Based Learning dalam
Pembelajaran
Matematika
untuk meningkatkan Motivasi
Belajar
dan
Kemampuan
Koneksi Matematika siswa.
Tersedia
pada
http://dinidinidini.wordpress.
com/category/all-abouteducation/brain-based-learninghasil-penelitian-pribadi/.
(diakses tanggal 19 Januari
2013).
Paramita, Widia Desak Made. 2010.
Implementasi
Model
Pembelajaran Berbasis Otak
(Brain Based Learning) Untuk
Meningkatkan
Pemahaman
Konsep Dan Kinerja Ilmiah
SAINS Siswa Kelas V Sd
Negeri 5 Tejakula. Program
Kreatifitas Mahasiswa (tidak
diterbitkan).
Jurusan
Pendidikan
Guru
Sekolah
Dasar, FIP UNDIKSHA
Sanjaya,
Wina,
2011.
Strategi
Pembelajaran
Berorientasi
Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitin
Pendidikan
Pendekatan
Kuantitatif, kualitatif, dan R& D.
Bandung.
Download