BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Komunikasi 2.1.1 Definisi Komunikasi Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini memiliki maksud sama makna. Jadi, komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan. Charles H. Cooley membuat deskripsi yang sederhana tetapi memiliki makna yang penting. “By communication is here meant the mechanism through which human relations exist and develop all symbol of the mind, together with the menas of conveying them through space and preserving them in time”. (Komunikasi sebagai mekanisme eksistensial manusia untuk berhubungan dengan manusia lain dalam ruang dan waktu yang mereka miliki). (Soenarjo, 1991; 15) Pengertian komunikasi yang bersifat dasariah, dalam arti kata bahwa komunikasi itu minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat. Dikatakan minimal karena kegiatan komunikasi tidak hanya informatif , yakni agar orang lain mengerti dan tahu, tetapi juga persuasif, yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau kegiatan, dan lain-lain. 37 Menurut Carl I. Hovland, dikutip oleh Onong Uchjana Effendy, ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegar asasasas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. (Effendy, 2001; 10). Bertolak dari definisi diatas, objek studi ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga pembentukan pendapat umum (public opinion) dan sikap public (public attitude) yang dalam kehidupan social dan kehidupan politik memainkan peranan yang amat penting. Komunikasi merupakan proses mengubah perilaku orang lain (communications is the process to modify the behavior of other individuals). 2.1.2 Unsur-unsur Komunikasi Mengutip paradigma Harold Lasswell dalam bukunya, The Structure and Function of Communication in Socciety, Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect ? Paradigma Lasswell menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni : 1. Komunikator (communicator, source, sender). Komunikator adalah seseorang atau sekelompok orang yang menyampaikan pikirannya atau perasaannya kepada orang lain. Komunikator dapat bertindak secara individual atau secara kolektif yang melembaga. Sekelompok orang secara kolektif yang melembaga adalah para kerabat kerja media massa atau komunikator dalam managemen umumnya individual. 38 2. Pesan (message) Pesan sebagai terjemahan dari bahasa asing message adalah lambang bermakna (meaningful symbol). Yakni lambang yang membawakan pikiran atau perasaan komunikator. Komunikasi pada umumnya berlangsung dengan menggunakan bahasa, karena di antara sekian banyak lambang, hanya bahasa yang mampu membawakan pikiran atau perasaan seseorang, baik mengenai hal yang konkrit maupun yang abstrak., tidak saja tentang hal atau peristiwa yang terjadi sekarang, melainkan juga yang terjadi di masa yang silam dan di waktu yang akan datang. 3. Komunikan (communicant, communicate, receiver, recipient) Komunikan adalah seseorang atau sejumlah orang yang menjadi sasaran komunikator ketika ia menyampaikan pesannya. Sejumlah orang yang dijadikan sasaran itu dapat merupakan sekelompok kecil atau kelompok besar, yang bersifat homogen atau heterogen. Komunikan yang terdiri dari orang-orang yang terikat oleh suatu organisasi yang secara relatif mempunyai kesamaan merupakan kelompok yang bersifat homogen. Sedangkan sejumlah orang yang berbeda dalam usia, pendidikan, status sosial dan lain-lain merupakan kelompok yang bersifat heterogen. Perbedaan dalam besar kecilnya kelompok beserta sifatnya, menjadikan komunikator melakukan komunikasi dengan gaya dan teknik yang berbeda. 39 4. Media (channel, media) Media dalah sarana untuk menyalurkan pesan-pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. Media digunakan dalam komunikasi apabila komunikan berada di tempat yang jauh dari komunikator atau jumlahnya banyak. Digunakan atau tidaknya media, dan media apa yang digunakan bergantung dari kebutuhan dan keadaan komunikan. 5. Efek (effect, impact, influence) Efek adalah tanggapan, respons atau reaksi dari komunikan ketika menerima pesan dari komunikator. Jadi efek adalah akibat dari proses komunikasi. Berdasarkan paradigma Lasswell, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberaniaan, kegairahan dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati. 2.1.3 Proses Komunikasi Onong Uchjana Effendy dalam bukunya Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek membagi dua tahap proses komunikasi yakni proses komunikasi secara primer dan proses komunikasi secara sekunder. (Effendy, 2001; 11) 40 1. Proses Komunikasi secara primer Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial (gesture), isyarat, gambar, warna dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan. Bahasa menjadi media yang banyak digunakan dalam komunikasi, hal ini jelas karena hanya bahasalah yang mampu “menerjemahkan” pikiran seseorang kepada orang lain. Apakah itu berbentuk ide, informasi atau opini; baik mengenai hal yang konkret maupun yang abstrak; bukan saja tentang hal atau peristiwa yang terjadi pada saat sekarang, melainkan juga pada waktu yang lalu dan masa yang akan datang. Kial (gesture) memang dapat “menerjemahkan” pikiran seseorang yang terekspresikan secara fisik. Akan tetapi gerakan yang dilakukan seperti menggapaikan tangan atau mengedipkan mata hanya dapat mengkomunikasikan hal-hal tertentu saja yang sifatnya sangat terbatas. Media primer isyarat menggunakan alat seperti tongtong, bedug, sirine dan lain-lain serta warna yang memiliki makna tertentu. Kedua lambang itu amat terbatas kemampuannya dalam mentransmisikan pikiran seseorang kepada orang lain. Gambar sebagai lambang yang banyak dipergunakan dalam komunikasi memang melebihi kial, isyarat dan warna dalam hal kemampuan 41 “menerjemahkan” pikiran seseorang, tetapi tetap tidak melebihi bahasa. Bukubuku yang ditulis dengan bahasa sebagai lambang untuk “menerjemahkan” pemikiran tidak mungkin diganti oleh gambar. Lambang-lambang yang ada dapat efektif penggunaannya bila saling dipadukan satu sama lainnya. Hal ini dapat dilihat pada kehidupan sehari-hari banyaknya komunikasi yang menggunakan perpaduan antar lambang yang ada. Pikiran atau perasaan seseorang baru akan diketahui oleh dan akan ada dampaknya kepada ornag lain apabila ditransmisikan dengan menggunakan media primer (lambang-lambang). Disimpulkan bahwa pesan (message) yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan terdiri atas isi (the content) dan lambang (symbol). Bahasa merupakan media primer yang paling banyak digunakan dalam komunikasi. Pemilihan kata-kata yang tidak tepat dan lengkap untuk mencerminkan pikiran dan perasaan yang akan disampaikan, akan menjadi permasalahan lain. Sebuah perkataan belum tentu mengandung makna yang sama bagi semua orang. Kata-kata mengandung dua jenis pengertian, yakni pengertian denotatif dan pengertian konotatif. Perkataan dalam pengertian denotatif adalah kata-kata yang mengandung arti sebagaimana tercantum dalam kamus (dictionary meaning) dan diterima secara umum oleh kebanyakan orang dengan bahasa dan kebudayaan yang sama. Perkataan dalam pengertian konotatif adalah kata-kata yang mengandung pengertian emosional atau mengandung penilaian (emotional or evaluative meaning). 42 tertentu Bahasa merupakan hal penting dalam sebuah proses komunikasi. Komunikasi adalah proses membuat pesan setara (tuned) bagi komunikator dan komunikan. Pertama-tama komunikator menyandi (encode) pesan yang akan disampaikan kepada komunikan. Ini berarti memformulasikan pikiran atau perasaannya ke dalam lambang (bahasa) yang dapat dimengerti oleh komunikan. Kemudian menjadi giliran komunikan untuk mengawa-sandi (decode) pesan dari komunikator atau menafsirkan lambang yang mengandung pikiran dan atau perasaan komunikatir tadi dalam konteks pengertiannya. Hal yang penting dalam proses penyandian (coding) ialah komunikator dapat menyandi dan komunikan dapat menerjemahkan ke dalam kata yang bermakna yang pernah diketahui dalam pengalamannya masing-masing. Wilbur Schramm, dalam bukunya Communication Research in the United States, menyatakan bahwa komunikasai akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference), yakni paduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meaning) yang pernah diperoleh komunikan. (Effendy, 2001; 13) Menurut Schramm, bidang pengalaman (field of experience) merupakan faktor yang penting dalam komunikasi. Jika bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan, komunikasi akan berlangsung lancar. Sebaliknya, bila pengalaman komunikan tidak sama dengan pengalaman komunikator, akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain. 43 2. Proses Komunikasi secara sekunder Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. (Effendy, 2001; 16) Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film dan banyak lain adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi. Pentingnya peranan media, yakni media sekunder dalam proses komunikasi disebabkan oleh efesiensinya dalam mencapai komunikan. Surat kabar, radio, atau televisi merupakan media yang efesien dalam mencapai komunikan dalam jumlah yang amat banyak. Jelas efisien, karena dengan menyiarkan sebuah pesan satu kali saja, sudah dapat tersebar luas kepada khalayak yang begitu banyak jumlahnya. Proses komunikasi sekunder merupakan sambungan dari komunikasi primer untuk menembus dimensi ruang dan waktu, maka dalam menata lambanglambang untuk memformulasikan isi pesan komunikasi, komunikator harus memperhitungkan ciri-ciri atau sifat-sifat media yang akan digunakan. Penentuan media yang akan dipergunakan didasari pertimbangan mengenai siapa komunikan yang akan dituju. Setiap media memiliki ciri atau sifat tertentu yang hanya efektif dan efisien untuk dipergunakan bagi penyampaian suatu pesan tertentu pula. 44 Media yang digunakan dalam proses komunikasi sekunder dapat diklasifikasikan menjadi : 1. Media Massa (massmedia) Media massa misalnya surat kabar, radio, televisi siaran dan film memiliki ciri-ciri massif (massive) atau massal (massaal), yakni tertuju kepada sejumlah orang yang relatif banyak. 2. Media Nirmassa atau Media Nonmassa (non-mass media) Media nirmassa misalnya surat, telepon, telegram, poster, spanduk, papan pengumuman, buletin, folder, majalah organisasi, radio amatir atau radio CB (citizen band), televisi siaran sekitar (closed circuit television) dan film dokumenter, tertuju kepada satu orang atau sejumlah orang yang relatif sedikit. Komunikasi dalam proses secara sekunder ini semakin lama semakin efektif dan efisien karena didukung oleh teknologi komunikasi yang semakin canggih, yang ditopang pula oleh teknologi-teknologi lainnya yang bukan teknologi komunikasi. Surat, misalnya sebagai media komunikasi sekunder yang pada mulanya terbatas sekali jangkauan sasarannya, dengan dukungan pesawat terbang jet, dapat mencapai komunikan di mana saja di seluruh dunia. 2.1.4 Fungsi Komunikasi Rudolph F. Verderber mengemukakan bahwa komunikasi mempunyai dua fungsi. Pertama, fungsi sosial, yakni untuk tujuan kesenangan, untuk menunjukkan ikatan dengan orang lain, membangun hubungan dan memelihara 45 hubungan. Kedua, fungsi pengambilan keputusan, yakni memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu pada suatu saat tertentu. Sebagian keputusan dibuat sendiri dan sebagian lagi dibuat setelah berkonsultasi dengan orang lain. Sebagian keputusan bersifat emosional, dan sebagian lagi melalui pertimbangan yang matang. Semakin penting keputusan yang akan dibuat, semakin hati-hati tahapan yang dilalui untuk membuat keputusan. Kecuali bila keputusan itu bersifat reaksi emosional, keputusan itu biasanya melibatkan pemprosesan informasi. Berbeda dengan Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson, komunikasi mempunyai dua fungsi umum. Pertama, untuk kelangsungan hidup diri sendiri yang meliputi : keselamatan fisik, meningkatkan kesadaran pribadi, menampilkan diri sendiri kepada orang lain dan mencapai ambisi pribadi. Kedua, untuk kelangsungan hidup masyarakat, tepatnya untuk memperbaiki hubungan sosial dan mengembangkan keberadaan suatu masyarakat. William I. Gorden, seperti yang dikutip oleh Dedy Mulyana dalam Pengantar Ilmu Komunikasi, mengemukakan fungsi komunikasi menurut kerangka pemikirannya dibagi menjadi empat fungsi yaitu fungsi komunikasi sosial, fungsi komunikasi ekspresif, fungsi komunikasi ritual dan fungsi komunikasi instrumental. (Mulyana, 2003; 5) 1. Fungsi Pertama : Komunikasi Sosial Implisit dalam komunikasi sosial ini adalah fungsi komunikasi kultural. Budaya dan komunikasi mempunyai hubungan timbal balik. Budaya menjadi bagian dari perilaku komunikasi, dan komunikasipun turut 46 menentukan, memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya. Edward T. Hall mengatakan, seperti dikutip oleh Dedi Mulyana dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Komunikasi bahwa “budaya adalah komunikasi” dan “komunikasi adalah budaya”. Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial mengisyaratkan bahwa komunikasi penting untuk : 1) Pembentukan konsep diri Konsep diri adalah pandangan mengenai siapa diri sendiri, hal ini hanya bisa didapat lewat informasi yang diberikan orang lain kepada kita. Konsep diri yang paling dini umumnya dipengaruhi oleh keluarga, dan orang-orang dekat lainnya di sekitar, termasuk kerabat yang sebut significant other. Proses pembentukan konsep diri dapat digambarkan secara sederhana sebagai berikut : Gambar 2.1 Proses pembentukan konsep-diri menurut Robert Hopper dan Jack L. Whitehead Umpan balik orang lain Perilaku kita Konsep diri Sumber ; (Mulyana, 2003; 9) Aspek-aspek konsep diri seperti jenis kelamin, agama, kesukuan, pendidikan, pengalaman, rupa fisik dan sebagainya di internalisasikan lewat 47 pernyataan (umpan balik) orang lain yang menegaskan aspek-aspek tersebut kepada kita, yang pada gilirannya menuntut seseorang berperilaku sebagaimana orang lain memandang. Masih dikutip oleh Dedy Mulyana, George Herbert Mead mengatakan, setiap manusia mengembangkan konsep dirinya melalui interaksi dengan orang lain dalam masyarakat, dan itu dilakukan lewat komunikasi. (Mulyana, 2003; 10). Jadi, pengenalan diri dilihat lewat orang lain, yang menjadi cermin yang memantulkan bayangan diri kita. 2) Aktualisasi Diri Orang berkomunikasi untuk menunjukkan dirinya eksis. Inilah yang disebut aktualisasi diri atau lebih tepat lagi pernyataan eksistensi diri. Memodifikasi frase filosof Perancis Rene Descartes (1596-1650) Cogito Ergo Sum (“saya berpikir, maka saya ada”) menjadi “Saya berbicara, maka saya ada”. Bila berdiam diri, orang lain akan memperlakukan seolah-olah tidak eksis. Namun ketika berbicara, menunjukkan sebenarnya kita ada. 3) Kelangsungan Hidup, Memupuk Hubungan dan Memperoleh Kebahagiaan Abraham Maslow menyebutkan bahwa manusia mempunyai lima kebutuhan dasar : kebutuhan fisiologis, keamanan, kebutuhan sosial, penghargaan diri dan aktualisasi diri. Kebutuhan yang ketiga dan keempat khususnya meliputi keinginan untuk memperoleh rasa aman lewat rasa memiliki dan dimiliki, pergaulan, rasa diterima, memberi dan menerima persahabatan. Komunikasi akan sangat dibutuhkan untuk memperoleh dan memberi informasi yang dibutuhkan, untuk membujuk atau mempengaruhi 48 orang lain, mempertimbangkan solusi alternatif atas masalah dan mengambil keputusan dan tujuan-tujuan sosial serta hiburan. Komunikasi dapat pula memenuhi kebutuhan emosional dan meningkatkan kesehatan mental. Belajar makna cinta, kasih sayang, keintiman, simpati, rasa hormat, rasa bangga, bahkan iri hati dan kebencian. Melalui komunikasi, seseorang dapat mengalami berbagai kualitas perasaan yang satu dengan perasaan lainnya. Memupuk perasaanperasaan positif dan mencoba menetralisasikan perasaan-perasaan negatif akan memperoleh kesehatan emosional. 2. Fungsi Kedua : Komunikasi Ekspresif Erat kaitannya dengan komunikasi sosial adalah komunikasi ekspresif yang dapat dilakukan baik sendirian ataupun dalam kelompok. Komunikasi ekspresif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain, namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrumen untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita. Perasaan-perasaan tersebut terutama dikomunikasikan melalui pesan-pesan nonverbal. Perasaan sayang, peduli, rindu, simpati, gembira, sedih, takut, prihatin, marah dan benci dapat disampaikan lewat kata-kata, namun akan lebih dalam maknanya bila disampaikan lewat perilaku nonverbal. 3. Fungsi Ketiga : Komunikasi Ritual Komunikasi ekspresif erat kaitannya dengan komunikasi ritual, biasanya dilakukan secara kolektif. Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang disebut 49 para antropolog sebagai rites of passage, mulai dari upacara sunatan, ulang tahun (bernyanyi lagu happy birthday dan acara potong kue), pertunangan (melamar, tukar cincin), siraman, pernikahan (ijab-qabul, sungkem kepada orangtua, saweran, dan sebagainya), ulang tahun pernikahan hingga upacara kematian. Setiap acara seperti itu, orang mengucapkan kata-kata atau menampilkan perilaku-perilaku tertentu yang bersifat simbolik. Ritual lain seperti berdoa (salat, sembahyang, misa), membaca kitab suci, naik haji, upacara bendera (termasauk menyanyikan lagu kebangsaan), upacara wisuda, perayaan lebaran (Idul Fitri) atau Natal, juga merupakan komunikasi ritual. Bentuk komunikasi ritual tersebut menegaskan kembali komitmen kepada tradisi keluarga, suku, bangsa, negara, ideologi atau agama. 4. Fungsi Keempat : Komunikasi Instrumental Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum : menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan dan mengubah perilaku atau menggerakkan tindakan, dan juga untuk menghibur. Berdasarkan tujuan tersebut, komunikasi instrumental merupakan komunikasi yang bersifat membujuk (persuasif). 50 2.2 Tinjauan Tentang Public Relations (Hubungan Masyarakat) 2.2.1 Definisi Public Relations Humas, yang merupakan terjemahan bebas dari istilah public relations atau PR terdiri dari semua bentuk komunikasi yang terselenggara antara organisasi yang bersangkutan dengan siap saja yang berkepentingan dengannya. Menurut definisi kamus terbitan Institute of Public Relations (IPR), yakni sebuah lembaga humas terkemuka di Inggris dan Eropa, menyatakan humas adalah “ “Keseluruhan upaya yang dilangsungkan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya”. (Anggoro, 2002;2) Disimpulkan bahwa humas adalah suatu rangkaian kegiatan yang diorganisasi sedemikian rupa sebagai suatu rangkaian kampanye atau program terpadu, dan semuanya itu berlangsung secara berkesinambungan dan teratur. Kegiatan humas sama sekali tidak bisa dilakukan secara sembarang atau dadakan. Tujuan humas itu sendiri adalah untuk memastikan bahwa niat baik dan kiprah organisasi yang bersangkutan senantiasa dimengerti oleh pihak-pihak yang berkepentingan (atau biasa disebut sebagai “khalayak” atau “publiknya”). 51 J.C. Seidel, Public Relations Director, Division of Housing State of New York, sebagaimana dikutip oleh Oemi Abdurahman, mendefinisikan publis relations, sebagai : “The continuing process be which management endeavors to obtain goodwill and understanding of its customers, its employees and the public at large, inwardly through self analysis and correction, outwardly through all means of expression” (Proses yang kontinu dari usaha-usaha managemen untuk memperoleh goodwill dan pengertian dari para langganannya, pegawainya dan publik umumnya; ke dalam dengan mengadakan analisa dan perbaikan-perbaikan terhadap diri sendiri, ke luar dengan mengadakan pernyataanpernyataan. (Abdurrahman, 2001; 24-25) Masih dikutip oleh Oemi Abdurrachman, Howard Bonham, Vice Chairman, American National Red Cross Public Relations mendefinisikan public relations sebagai : “The art of bringing about better public understanding which breeds greater public confidence for any individual or organization” (Public Relations merupakan suatu seni untuk menciptakan pengertian publik yang lebih baik, yang dapat memperdalam kepercayaan publik terhadap seseorang atau sesuatu organisasi/badan). (Abdurrahman, 2001; 25) Kesimpulan peneliti dari dua definisi diatas, bahwa Public Relations adalah proses yang kontinu dari usaha-usaha manajemen untuk memperoleh pengertian, goodwill, kepercayaan, penghargaan pada dan dari publik suatu badan/organisasi dan masyarakat pada umumnya. Dalam Public Relations terdapat suatu usaha untuk mewujudkan hubungan yang harmonis antara sesuatu badan dengan publiknya, usaha untuk memberikan atau menanamkan kesan yang menyenangkan, sehingga akan timbul opini publik yang menguntungkan. 52 2.2.2 Unsur-Unsur Public Relations Prof John Marston, Dr. Rex Harlow and The Statement of Mexico menekankan unsur-unsur public relations sebagai berikut : 1. A management function which utilizes research and a planned effort and follow ethical standard. (Suatu fungsi manajemen yang menggunakan penelitian dan upaya yang berencana dengan mengikuti standar-standar etis). 2. A process involving the relationship between an organization and its public. (Suatu proses yang mencakup hubungan antara organisasi dengan publiknya). 3. Analysis and evaluation through research of public attitudes and opinions and societal trends and comminicating to management). (Analisis dan evaluasi melalui penelitian terhadap sikap dan opini dan kecenderungan sosietal, dan mengkomunikasikannya kepada manajemen). 4. Management counselling so as to insure that an organization’s policies, procedures and actions are socially responsible and in the mutual interests of the organization and its publics. (Konseling manajemen agar dapat dipastikan bahwa kebijaksanaan, tata cara dan kegiatan-kegiatan dapat dipertanggungjawabkan secara sosial dalam kepentingan bersama antara organisasi dengan publik). 5. Implementation and executions of a planned program of action, communication and evaluation through research. (Pelaksanaan dan penindakan program kegiatan yang berencana, komunikasi dan evaluasi melalui penelitian). 6. The achievement of goodwill, understanding, and acceptance as the chief end result of public relations activities. (Pencapaian itikad baik, pengertian dan penerimaan sebagai hasil akhir utama dari kegiatan public relations). (Effendy, 1993; 120) Keenam unsur di atas menunjukkan korelasi atau hubungan fungsional public relations dengan manajemen dalam upaya mencapai tujuan dan sasaran organisasi di mana upaya mencapai tujuan dan sasaran organisasi di mana public relations dan manajemen itu beroperasi. Keenam unsur itu saling berkait yang merupakan proses yang berkesinambungan (continuing process). 53 2.2.3 Proses Public Relations Proses public relations meliputi enam unsur-unsur Public Relations itu sendiri, kejelasan proses tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar 2.2 Proses PublicRelations Tata cara, Kegiatan, Kebijaksanaan, Manajemen (Tanggungjawab sosial, Kepentingan publik) Penindakan program kegiatan, komunikasi berencana Mengkomunikasikan opini publik, kecenderungan sosietal kepada manajemen Tujuan Itikad Baik Pengertian, Penerimaan Analisis, Evaluasi sikap publik, Kecenderungan sosial Penelitian Penelitian Evaluasi terhadap program dan hasil Publik Sumber : Effendy, 1993; 122 Seperti tampak pada gambar, proses public relations dilaksanakan melalui penelitian yang mengevaluasi sikap/opini publik dan kecenderungan sosiental, dan mengkomunikasikannya kepada pimpinan/manajemen organisasi. 54 Tata cara, kegiatan, dan kebijaksanaan diperhitungkan dengan sikap/opini publik dan kecenderungan sosiental. Pemantauan terhadap keefektifan public relations dilaksanakan melalui penelitian dengan berbagai metode evaluatif yang menentukan berhasil tidaknya program dan proses public relations dalam melayani organisasi. Prof. Marston, pakar public relations mengetengahkan apa yang disebut “Professor Marston’s R-A-C-E formula”, yang merupakan deskripsi akronim dari proses public relations, sebagai berikut : Research (penelitian), langkah pertama, meneliti dalam memastikan informasi dan data mengenai organisasi, persoalan atau situasi, khalayak serta sikap dan opini publik. Action (kegiatan), langkah kedua, mencakup nasehat kepada manajemen dan mengenai program berencana. Communication(komunikasi),langkah ketiga, meliputi cara-cara penyam-paian unsur-unsur program berencana kepada publik yang beragam. Evaluation (evaluasi), langkah keempat, cara-cara memantau dan mempertimbangkan kefektifan proses melalui penelitian. 2.2.4 Fungsi Public Relations Bertrand R. Canfield dalam bukunya Public Relations Principles and Problems, seperti yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendy mengemukakan tiga fungsi public relations, yakni : 1. It should serve the public’s interest (mengabdi kepada kepentingan umum). 2. Maintain good communications (memelihara komunikasi yang baik). 3. Stress good morals and manners (menitikberatkan moral dan tingkah laku yang baik).(Effendy, 1993; 137-138) 55 Mengabdi kepada kepentingan umum memiliki tugas ke dalam dan ke luar. Tugas ke dalam membina hubungan yang harmonis antara manajer beserta stafnya dengan para karyawan. Bila diaplikasikan kedalam penelitian ini membina hubungan ini dilakukan antara pimpinan tinggi TNI kepada keluarga prajurit; mengusahakan agar para prajurit melakukan tugasnya dengan senang dan merasa puas; meningkatkan motivasi kerja dan meningkatkan tingkat kesejahteraan. Tugas ke luar membina hubungan yang harmonis antara organisasi/instansi yaitu TNI kepada publik ekstern yaitu pemerintahan, masyarakat, lembaga sosial masyarakat, pers serta membina hubungan dengan pihak asing. 2.3 Tinjauan Tentang Internal Public Relations Internal Public Relations sama pentingnya dengan Eksternal Public Relations. Ukuran Internal Public Relations adalah mampu memberi kontribusi profitabilitas organisasi/lembaga yang sama besarnya dengan yang diberikan Eksternal Public Relations. Tingkat efektifitas dari internal public relations sangat dipengaruhi oleh tiga hal pokok, yaitu : 1. Keterbukaan pihak manajemen, 2. Kesadaran dan pengakuan pihak manajemen akan nilai dan arti penting komunikasi dengan para pegawai, dan 3. Keberadaan seorang manajer komunikasi (manager public relations) yang tidak hanya ahli dan berpengalaman, tetapi juga didukung oleh sumbersumber daya teknis yang modern. 56 Griswold seperti dikutip oleh Oemi Abdurrachman, mengemukakan tujuan internal public relations adalah mencapai karyawan yang mempunyai kegairahan kerja. (Abdurracman, 2001; 34). Ini dapat diciptakan bila pimpinan memperhatikan kepentingan-kepentingan para pegawai baik ditinjau dari segi ekonomi, sosial atau psikologis. Kesejahteraan seperti kesehatan dan tempat bekerja dapat mempengaruhi kelancaran aktivitas bekerja organisasi. Hal ini bisa tercapai apabila ada hubungan konstan dan baik antara pemimpin dan yang dipimpin. Komunikasi yang bersifat two-way communication penting dan mutlak ada, komunikasi antara pimpinan dengan bawahan dan antara bawahan dengan pimpinan, yang merupakan feedback harus didasari pada good human relations sesuai dengan prinsip public relations. Tugas seorang Public relations officer adalah untuk menyelenggarakan komunikasi yang sifatnya persuasif dan informatif. Selain itu, tugas seorang public relations officer adalah mengadakan analisa tentang policy kepegawaian (personnel policy), menganalisa apa yang telah dilaksanakan di dalam internal public relations; mengadakan survey tentang attitudes para karyawan terhadap instansi-instansinya, mensosialisasikan kebijakan instansi dan informasi kegiatankegiatan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah sikap mereka itu acuh tak acuh, tidak well informed, atau menghindari adanya salah pengertian yang dapat menimbulkan sesuatu yang tidak diharapkan, yang memerlukan penjelasan, perbaikan-perbaikan demi tercapainya keuntungan dan kepuasan bersama. 57 Public relations officer dalam melakukan komunikasi yang informatif dan persuasif dilaksanakan dengan : 1. Tertulis, yaitu mengunakan surat-surat, papers, bulletin, brosur, majalah dan lain-lain. 2. Lisan, mengadakan briefing, rapat-rapat, diskusi, ceramah, apel dan sebagainya. 3. Counseling, menyediakan beberapa anggota staf yang telah mendapat latihan atau pendidikan untuk memberikan nasehat untuk memberikan nasehatnasehat kepada para karyawan, turut memecahkan masalah-masalah pribadi mereka atau mendiskusikannya bersama. Internal public relations yang baik adalah yang memperlakukan tiap karyawan dengan sikap yang sama, tanpa ada perbedaan. Seorang public relations officer harus bertindak adil, tidak memihak sesuatu golongan, jujur dan bijaksana. Usaha internal public relations yang dapat menunjukkan perhatian terhadap kemajuan atau kepentingan karyawan, diantaranya mengadakan upgranding atau memberi kesempatan untuk mengikuti pendidikan yang secara psikologis dapat menaikkan martabat. Usaha-usaha untuk dapat lebih mengeratkan hubungan antara para staf dilakukan pula dengan kegiatan-kegiatan olahraga, darma-wisata dan kegiatankegiatan lainnya yang dapat dilakukan dengan mempergunakan fasilitas yang ada. Pusat Penerangan TNI memiliki program seperti yang dijelaskan di atas, setiap tahunnya personel diberikan kesempatan untuk mengikuti pendidikan yang diharapkan dapat mengembangkan keterampilan yang ada. Peningkatan kualitas 58 personel, dengan cara memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh personel baik militer maupun PNS untuk mengikuti pendidikan/kursus kejuruan yang diselenggarakan oleh TNI dan organisasi diluar TNI seperti ; Kursus PA/BA Penerangan, Kursus BA Jurnalistik, Kursus Internet (Situs Net dan TNI Net), Kursus Fotografer/Kamera dan sebagainya. 2.4 Tinjauan Tentang Komunikasi Organisasi 2.4.1 Definisi Komunikasi Organisasi Istilah komunikasi (communication) mempunyai banyak arti, berasal dari bahasa Latin communis, yang berarti sama (common). Menurut asal katanya, komunkasi berate menyebarkan atau memberitahukan informasi kepada pihak lain guna mendapatkan pengertian yang sama. Untuk mendapatkan pengertian yang sama maka dalam mengkomunikasikan suatu informasi harus ditetapkan terlebih dahulu suatu dasar titik temu yang sama. Wexley dan Yukl seperti yang dikutip oleh Ig. Wursanto mengatakan komunikasi adalah pengiriman informasi antara dua orang atau lebih. (communication can be defined as the transmission of information between two or more persons). (Wursanto, 2002;153) Elliot Jaques masih dikutip oleh Ig Wursanto, mendefinisikan komunikasi adalah penyampaian berbagai macam perasaan, sikap dan kehendak, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik secara sadar maupun tidak sadar. (communication is the sumtotal of directly and 59 indirectly consciously and unconsciously transmitted feeling, attitudes and wishes). (Wursanto, 2002; 153) Dari dua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu proses penyampain informasi dari satu pihak kepada pihak lain untuk mendapatkan saling pengertian. Dari defines tersebut terkandung dua pengetian, yaitu proses dan informasi. Proses meruapakan suatu rangkaian dari pada langkah-langkah atau tahap-tahap yang harus idlalui dalam usaha pencapaian suatu tujuan. Proses komunikasi merupakan rangkaian dari langkah-langkah atau tahap-tahap yang harus dilalui dalam pengiriman informasi. Bagi pimpinan organisasi, informasi sangat berguna dalam rangka pengambilan keputusan (decision making) yang cepat dan tepat. Agar pimpinan dapat mengambil keputusan yang cepat dan tepat, selain membutuhkan informasi atau keterangan-keterangan yang objektif, pengiriman informasi harus dilakukan dengan cepat dan tepat dengan mempergunakan media komunikasi. Komunikasi dalam organisasi adalah suatu proses penyampaian infromasi, ide-ide, di antara para anggota organisasi secara timbal-balik dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (Wursanto, 2002; 187). Komunikasi dalam organisasi pada dasarnya merupakan suatu kegiatan intern di dalam organisasi. Masalah komunikasi dalam organisasi menyangkut dua segi, yaitu masalah komunikasi itu sendiri dan masalah organisasi, misalnya masalah pengambilan keputusan, pelimpahan wewenang, pengawasan, struktur organisasi, metode kerja dan lain sebagainya. Komunikasi dalam organisasi akan berjalan dengan baik apabila arus informasi dalam organisai tidak menghadapi hambatan. 60 2.4.2 Komunikasi Organisasi Ditinjau Dari Sifatnya Komunikasi organisasi ditinjau dari sifatnya, dapat dibedakan menjadi : a. Komunikasi Lisan Komunikasi lisan ialah komunikasi yang melalui ucapan kata-kata atau kalimat, melalui apa yang dikatakan dan bagaimana mengatakannya. Arti suatu kata atau kalimat dapat diperjelas melalui tinggi rendahnya nada suara, perubahan nada suatu, keras-tidaknya suara. Komunikasi lisan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaotu komunikasi lisan secara langsung dan komunikasi lisan secara tidak langsung. 1) Komunikasi lisan secara langsung, ialah komunikasi lisan yang tidak dipisahkan dengan jarak. Jadi sifatnya tatap muka (face to face comunication). Media yang dipergunakan, misalnya wawancara, ceramah, rapat, simposium, lokakarya, sarasehan, dan lain sebagainya 2) Komunikasi lisan secara tidak langsung, ialah komunikasi lisan yang dipisahkan oleh jarak (tidak tatap muka). Media yang dipergunakan misalnya telepon, interkom atau interpon. 3) Komunikasi non-verbal, ialah komunikasi yang melalui berbagai isyarat atau signal non-verbal. Media yang dipergunakan ialah ekspresi, gerak isyarat, gerak dan posisi badan, yang disebut bahasa badan (language body) yang menyatakan sikap dan perasaan seseorang, misalnya dengan cara: a) Mimik, yaitu tidak dengan kata, tidak dengan diam, tetapi dengan gerak air muka. Misalnya muka merah memberi tanda orang yang bersangkutan sedang marah. 61 b) Panto mimik, yaitu dengan gerak anggota badan, misalnya dengan menggelengkan kepala. Gerakan tubuh lain yang sangat populer, ialah yang diseut dengan steepling (steeple berarti menara), yaitu dengan mengatupkan kedua belah tangan dengan jari-jari rapat menunjuk ke atas, yang menunjukan percaya pada diri sendiri atau sikap puas terhadap diri sendiri. c) Mimik dan panto mimik, merupakan kombinasi antara gerak air muka dengan anggota badan. b. Komunikasi Tertulis Komunikasi tertulis atau tercetak adalah komunikasi dengan mempergunakan rangkaian kata-kata atau kalimat, kode-kode (yang mengandung arti), yang tetulis atau tercetak yang dapat dimengerti oleh pihak lain. Media yang dipergunakan dibedakan menjadi dua macam, yaitu media tertulis intern dan media tertulis ekstern. 1) Media tertulis intern, ialah media tertulis atau tercetak yang hanya dipergunakan didalam organisasi, misalnya surat dinas, nota dinas, surat keputusan, intruksi, pengumuman, buletin. 2) Media tertulis ekstern, ialah media komunikasi tertulis yang dipergunakan oleh organisasi untuk berhubungan dengan organisasi atau pihak lain. Media yang dipergunakan misalnya surat kawat, selebaran, spanduk, majalah, surat kabar dan sebagainya. 62 2.4.3 Komunikasi Organisasi Ditinjau Dari Arah Informasi Menurut arah informasi, komunikasi organisasi dapat ditinjau dari tujuh arah yaitu komunikasi ke atas, komunikasi ke bawah, komunikasi diagonal ke atas, komunikasi diagonal ke bawah, komunikasi horisontal, komunikasi satu arah dan komunikasi dua arah. 1) Komunikasi Ke Atas Komunikasi ke atas atau upward communication adalah komunikasi yang berlangsung dari bawahan ke atasan atau dari suatu organisasi yang lebih rendah dengan satuan organisasi yang lebih tinggi. Jadi komunikasi ke atas dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari segi personifikasi dan dari segi ketatalembagaan. 2) Komunikasi Ke Bawah Komunikasi ke bawah atau downward communication adalah komunikasi yang berlangsung dari pimpinan kepada bawahan. Dilihat dari segi ketatalembagaan, komunikasi ke bawah adalah komunikasi yang berlangsung dari satuan organisasi yang lebih tinggi kepada satuan-satuan organisasi yang ada dibawahnya. Komunikasi ke bawah mengalir dari pimpinan kepada para bawahan, dari tingkat manajemen puncak ke manajemen menengah, ke manajemen tingkat bawah terus mengalir kepada para pekerja, melalui saluran hirarki. Dilihat dari saluran wewenang maka komunikasi ke bawah mengalir dari hirarki wewenang yang lebih tinggi ke hirarki wewenang yang lebih rendah, dan mengalir melalui saluran rental komando. Hal ini merupakan kebalikan dan komunikasi ke atas, komunikasi ke atas mengalir dari hirarki 63 wewenang yang lebih rendah ke hirarki wewenang yang lebih tinggi, mengalir melalui saluran rantai komando. 3) Komunikasi Diagonal Ke Atas Komunikasi diagonal keatas adalah komunikasi yang berlangsung antara pejabat yang lebih rendah (bawahan) dengan pejabat atau pemimpin yang lebih tinggi. Pejabat yang lebih rendah (bawahan) bukan merupakan bawahan (anak buah) dari pejabat atau pemimpin yang lebih tinggi, demikian pula sebaliknya. Dilihat dari segi ketatalembagaan, komunikasi diagonal keatas adalah komunikasi yang berlangsung antara satuan organisasi yang lebih rendah dengan satuan-satuan organisasi yang lebih tinggi. Satuan organisasi yang lebih rendah itu bukan merupakan bawahan dari satuan-satuan organisasi yang lebih tinggi, atau sebaliknya. 4) Komunikasi Diagonal Ke Bawah Komunikasi diagonal ke bawah adalah komunikasi yang berlangsung dari seorang pimpinan dengan pejabat atau pimpinan yang lebih rendah. Pimpinan tersebut bukan merupakan atasannya (baik langsung maupun tidak langsung) dan bawahan atau pimpinan yang lebih rendah itu bukan merupakan bawahan atau anak buahnya (baik langsung maupun tidaka langsung). Jadi antara atasan dan bawahan tersbut tidak ada hubungan hirarki adalah hubungan antara atasan dengan bawahan yang mengandung unsur perintah. Dilihat dari segi ketatalembagaan, komunikasi diagonal kebawah adalah komunikasi yang berlangsung dari satuan organisasi yang lebih tinggi dengan satuan organisasi 64 yang lebih rendah. Satuan organisasi yang lebih tinggi itu bukan merupakan atasan dari organisasi yang lebih rendah, atau sebaliknya. 5) Komunikasi Horisontal Komunikasi horisontal adalah komunikasi antara pimpinan atau pejabat yang setingkat dalam suatu organisasi, misalnya komunikasi antara Kepala Biro dengan Kepala Biro, Kepala Bagian dengan Kepala Bagian, Kepala Seksi dengan Kepala Seksi. Dari ketatalembagaan, komunikasi horisontal adalah komunikasi antar satuan organisasi yang setingkat dalam suatu organisasi. Misalnya Biro Hukum dengan Biro Kepegawaian, Bagian Keuangan dengan bagian pengadaan, seksi Pol Kendaaran dengan Seksi Keamanan. 6) Komunikasi Satu Arah Komunikasi satu arah atau one way communication adalah komunikasi yang tidak mendapat respon dari pihak penerima informasi (komunikan). Komunikan sengaja tidak memberi kesempatan kepada komunikan untuk memberi reaksi. Apabila komunikasi ini terjadi antara pimpinan dengan bawahan maka komunikasi dari pemimpin itu lebih bersifat komando atau perintah, sehingga bawahan hanya berperan sebagai pelaksana perintah saja. Komunikasi satu arah ini berlangsung top-down, cepat dan efisien, tetapi tidak memberi kepuasan bagi komunikan. Komunikasi satu arah menimbulkan kesan pimpinan yang otoriter. Komunikasi satu arah juga sering menimbulkan berbagai ketegangan atau pertentangan kerana adanya kesalahpahaman dan ketidakjelasan. 65 7) Komunikasi Dua Arah Komunikasi dua arah atau two-way communication, adalah komunikasi yang berlangsung secara tibal-balik. Komunikator mendapat respon, umpan balik atau feed back dari pihak komunikan sehingga muncul saling pengertian antara kedua belah pihak. Komunikasi dua arah berlangsung secara lamban sehingga tidak efisien, dan keputusan tidak dapat diambil dengan cepat. Akan tetapi komunikasi dua arah dapat menghindari terjadinya kesalahpahaman yang sehingga dapat menimbulkan situasi kerja yang akrab, penuh kekeluargaan dan demokratis. Media yang dipergunakan baik untuk komunikasi satu arah maupun dua arah adalah dengan memo atau nota dalam, telepon, interpon, surat tugas, perintah atau instruksi, baik secara lisan maupun secara tertulis. 2.5 Tinjauan Tentang Media Internal Variasi perangkat bantu komunikasi sangatlah besar. Namun pada umumnya, setiap organisasi hanya menggunakan sebagian kecil dri sekian banyak metode yang ada. Pemilihan media komunikasi sangat dipengaruhi oleh karakteristik organisasi jumlah dan strata personel, serta lokasi kerja. Berikut akan diuraikan beberapa media komunikasi yang dipergunakan oleh organisasi, yaitu : 1. Jurnal Internal Publikasi atau terbitan yang didistribusikan kepada para anggota ataupun khalayak pendukung dari suatu organisasi seperti institut-institut professional, universitas, komunitas profesi tertentu, serikat buruh dan yayasan amal, lazim 66 disebut sebagai jurnal internal semi eksternal. Meskipun bukan orang dalam, pemakain jasa (konsumen), pedagang, pemegang saham atau para pencipta pendapat umum yang sepenuhnya merupakan pihak-pihak eksternal. Jurnal diartikan secara luas yakni sebagai bahan cetakan yang diterbitkan secara teratur. Adapun bentuk-bentuknya antara lain adalah : a. Majalah Jurnal internal yang memiliki format majalah biasanya berukuran A4 (297 x 210 mm). Isinya kebanyakan adalah artikel-artikel feature dan ilustrasi. Jurnal dicetak biasa saja (letterpress) atau bias juga melalui teknik yang lebih canggih, seperti litografi dan fotograver. b. Koran Isinya terdiri dari artikel-artikel berita yang disisipi dengan artikel feature dan ilustrasi. Proses pencetakannya biasanya lebih canggih, yakni secara offsetlitho atau web-offset-litho. c. Newsletter Jumlah halamannya sedikit, yakni 2 hingga 8 halaman, dan ukurannya biasaya A4. Sebagian besar isinya adalah tulisan-tulisan singkat denga atau tanpa gambar. Pencetakannya bisa letterpress (cetak biasa) atau litografi dan bisa juga hanya dengan mesin forograver. d. Majalah dinding Bentuknya seperti poster kecil yang ditempelkan pada dinding. Ini merupakan suatu medium yang biasa digunakan untuk keperluan internal maupun ekternal. 67 2. Papan Pengumuman Papan pengumuman standart dapat ditempatkan pada berbagai lokasi yang ramai atau yang sering disinggahi, agar segenap pegawai dapat memperoleh informasi yang sama dalam waktu yang bersamaan pula. Wujud fisiknya bisa bermacam-macam, mulai dari poster cetakan yang mudah dipasang dan diganti sampai dengan papan permanen yang terbagi atas sejumlah kolom sesuai dengan berita yang sering diumumkan. Bentuk fisik ini tidak perlu terlampau dipersoalkan. Idealnya, setiap kolom berita ditangani oleh staf humas yang mampu mereproduksi setiap lembaran pengumuman dalam bentuk yang menarik dan bertanggung jawab atas pemasangannya. 3. Kaset Video dan CCTV (Close Circiut Television) Layar televisi yang sudah manjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari, merupakan suatu media penyamaian pesan yang efektif, baik itu direkam terlebih dahulu maupun disiarkansecara langsung. Media modern ini menghadirkan komunikasi tatap muka secara artifial (seolah-olah penonton dan yang ditonton dapat saling berkomunikasi secara langsung) yang berpotensi besar untuk menumbuhkan pemahaman yang lebih baik antara pihak manajemen dengan pegawai. 68 2.6 Tinjauan Tentang Majalah Majalah organisasi (house magazine, house organ, company publication) merupakan salah satu sarana yang penting dalam kegiatan public relations dalam rangka memelihara dan membina hubungan yang harmonis antara pimpinan organisasi dengan publik intern maupun dengan publik ekstern. Onong Uchjana Effendy mengemukakan, berdasarkan publik yang dituju, maka majalah organisasi diklasifikasikan sebagai : 1. Majalah Intern (Internal magazine) 2. Majalah Ektern (External magazine) 3. Majalah Ekstern-Intern (External Internal magazine) (Effendy, 1993;155) Majalah intern diterbitkan untuk keperluan publik di dalam organisasi (karyawan, staf, prajurit) yang sehari-hari bekerja dalam lingkungan organisasi. Majalah ekstern biasanya diterbitkan oleh perusahaan besar dalam bentuk yang indah dan kertas yang paling baik, penuh dengan artikel yang dihiasi gambargambar bagus. Biaya yang dikeluarkan untuk menerbitkan majalah ekstern relatif lebih besar, tetapi hal ini tidak dijadikan masalah karena menyangkut citra dan prestise organisasi tersebut. Majalah organisasi yang bermutu dan beredar luas akan menimbulkan rasa ingin tahu pada para peminat untuk menjadi pemegang saham mengenai kebijaksanaan perusahaan. Sebaliknya majalah intern harus benar-benar dapat memikat perhatian para karyawan tanpa terlalu banyak memusatkan soal-soal sosial di luar organisasi. Majalah intern ini harus membuat para karyawan merasa dirinya “termasuk organisasi (belong to the organization)” dan memupuk rasa saling pengertian dan tenggang rasa antara pimpinan dengan karyawan dan antara 69 karyawan dengan karyawan. (Effendy, 1993; 156). Majalah intern dapat memuat artikel-artikel tulisan para karyawan, gambar atau foto tentang kegiatan yang dilakukan dan hal yang bersifat mendidik, menghibur para karyawan di samping hal-hal yang merupakan informasi. Fungsi dari majalah intern adalah untuk memberikan penerangan, memberikan pendidikan dan memberi hiburan. Hal yang penting ialah penyajian yang menarik sesuai dengan selera dan kepentingan publik yang dituju, dalam hal ini merupakan prajurit TNI. Isi majalah untuk memenuhi fungsinya seperti yang dijelaskan diatas, dapat diperoleh dari : 1. Liputan kegiatan hari Ulang Tahun (organisasi, tokoh dalam lingkungan organisasi). 2. Kehadiran dan penggantian pimpinan organisasi 3. Hasil keputusan atau kebijakan dari rapat kerja, pertemuan, penataran yang perlu disosialisasikan kepada publik. 4. Berita pernikahan, kematian, kelahiran 5. Liputan kegiatan darmawisata, olahraga 6. Peristiwa-peristiwa unik yang terjadi di lingkungan organisasi 7. dan lain-lain Majalah Patriot yang merupakan majalah internal TNI telah melakukan fungsi diatas tersebut. Peneliti menganalis isi dari majalah Patriot tersebut, dan menurut hasil analisa peneliti Majalah Patriot telah menjalankan fungsinya dengan baik. 70 2.7 Tinjauan Tentang Persepsi 2.7.1 Pengertian Persepsi Pengertian persepsi menurut Mohan yang dikutip oleh Rukhminto Adi adalah proses menginterpretasikan rangsangan (input) dengan menggunakan alat penerima informasi. King & Robinson, masih dikutip oleh Rukhminto Adi, persepsi menunjuk pada bagaimana kita melihat, mendengar, merasakan, mengecap dan mencium dunia sekitar, dengan kata lain persepsi dapat pula didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dialami oleh manusia. Sedangkan William James, yang juga dikutip oleh Rukhminto Adi mengungkapkan pendapatnya bahwa persepsi terbentuk atas dasar datadata yang kita peroleh dari lingkungan yang diterima oleh indera kita, serta sebagian lainnya diperoleh dari pengolahan ingatan berdasarkan pengalaman yang dimiliki. (Adi, 1994; 105). Peneliti menyimpulkan dari tiga pendapat di atas bahwa persepsi adalah penginterpretasian rangsangan yang ditangkap oleh pancaindera terbentuk atas data yang diperoleh dari lingkungan dan pengalaman. 2.7.2 Pengorganisasian Persepsi Menurut Isbandi Rukminto Adi, pengorganisasian persepsi terbagi menjadi empat, yaitu : 1. 2. 3. 4. Persepsi Bentuk Persepsi kedalaman visual Kestabilan pada persepsi Persepsi gerak (Adi, 1994; 108-114) 71 Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Persepsi Bentuk Pada persepsi bentuk, yang dipersepsikan adalah bentuk obyek, hal yang paling fundamental dalam pemahaman persepsi bentuk adalah pengenalan mengenai wujud (figure) dan latar (ground). Wujud (figure) adalah objek / bentuk yang menonjol, sedangkan latar (ground) adalah latar belakang dari wujud tersebut. 2. Persepsi kedalaman visual Persepsi sebagai alat penginderaan mempunyai keistimewaan yang luar biasa, karena sebagai alat sensoris dua dimensi, maka dapat melihat lingkungan secara tiga dimensi. Hal ini dapat terjadi karena dapat mengolah informasi visual dua dimensi menjadi tiga dimensi. 3. Kestabilan pada persepsi Input sensorik yang diterima oleh panca indera tidaklah selalu tetap dan stabil, karena dunia ini dinamis. Pada sisi yang lain, kestabilan pada persepsi dapat membantu seseorang agar dapat berdaptasi dengan lingkungannya. 4. Persepsi gerak Dilihat dari gerakan suatu obyek maka ada dua jenis persepsi yang dapat terjadi : a. Real motion Gerakan yang dilihat terjadi karena obyek yang diamati benar-benar bergerak. 72 b. Apparent motion Obyek terlihat bergerak meskipun sebenarnya obyek tersebut tidak bergerak. Beberapa macam apparent motion : 1) Stroboscopic motion, melihat gerakan pada suatu film dari negative film yang tidak bergerak (percepatan). 2) Induced movement, gerakan pada lampu iklan (perubahan pada latar belakang ataupun warna). 3) Efek autokinetic, gerakan yang terjadi ketika melihat bintang. Bintang terlihat berkelap-kelip (gerakan pada alat penginderaan visual). 2.7.3 Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya persepsi. Menurut Jallaluddin Rakhmat, faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi diantaranya : 1. Perhatian (attention) 2. Faktor-faktor Fungsional 3. Faktor-faktor Struktural (Rakhmat, 198; 58) Berdasarkan hal di atas, dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Perhatian (attention) Menurut Kenneth E. Andersen seperti yang dikutip oleh Jallaludin Rakhmat, “Perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah”. (Rakhmat, 73 1998; 58). Perhatian dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. a. Faktor Internal 1) Faktor biologis 2) Faktor sosiopsikologis 3) Motif sosiogenis, sikap, kebiasaan dan kemauan b. Faktor Eksternal 1) Gerakan : seperti organisme lain, manusia secara visual tertarik pada obyek-obyek yang bergerak. 2) Intensitas stimuli : memperlihatkan stimuli yang lebih menonjol dari stimuli yang lain. 3) Kebaruan (novelty) : hal-hal yang baru, yang luar biasa, yang berbeda, akan menarik perhatian. 2. Faktor-faktor Fungsional Berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal yang termasuk apa yang disebut sebagai faktor-faktor personal. Yang menetukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respons pada stimuli itu. 3. Faktor-faktor Struktural Berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-efek sadar yang timbulkan pada sistem saraf individu. Menurut Kohler yang dikutip oleh Jalalluddin Rakhmat : “ Jika ingin memahami sesuatu peristiwa. Kita tidak dapat meneliti fakta-fakta yang terpisah. Kita harus memandangnya dalam hubungan keseluruhan. Untuk memahami seseorang, kita harus melihatnya dalam konteksnya, dalam lingkungannya, dalam masalah yang dihadapi “. (Rakhmat, 1989 : 66) 74 2.8 Tinjauan Tentang Sosialisasi Kebijakan dan Informasi 2.8.1 Tinjauan Tentang Sosialisasi Sosialisasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dibagi menjadi tiga pengertian yang berbeda, yaitu : 1. Usaha untuk mengubah milik perseorangan menjadi milik umum. 2. Proses belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat di lingkungan. 3. Upaya memasyarakatkan sesuatu sehingga menjadi dikenal, dipahami, dihayati oleh masyarakat ; pemasyarakatan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002; 1085) 2.8.2 Tinjauan Tentang Kebijakan Menurut Adikusumo, kebijakan atau keputusan adalah : “suatu proses pengenalan dan memilih suatu tindakan dari beberapa alternatif untuk mencari sasaran yang telah ditetapkan”. (Adikusumo, 2000; 26) Pengambilan keputusan atau kebijaksanaan yang efektif memerlukan adanya pemilihan tindakan yang rasional dan membutuhkan syarat antara lain : 1. Harus berusaha untuk dapat mencapai suatu tujuan yang tidak terpenuhi tanpa melalui tindakan yang positif. 2. Harus dapat mengetahui dengan jelas tentang tujuan-tujuan manakah yang dapat dicapai beserta segala keuntungannya. 75 3. Harus mempunyai kemampuan untuk mengadakan analisis dan penilaian berbagai alternatif sesuai dengan tuntutan-tuntutan untuk mencapai tujuan. 4. Harus bersikap optimis dan mempunyai kemampuan yang kuat untuk memilih alternatif yang paling baik. (Swastha & Sukotjo, 1993; 101) 2.8.3 Tinjauan Tentang Informasi Onong Uchjana Effendy dalam Kamus Komunikasi, menjelaskan informasi (keterangan, penerangan) adalah : 1. Suatu pesan yang disampaikan kepada seseorang atau sejumlah orang yang baginya merupakan hal yang baru diketahui. 2. Data yang telah diolah untuk disampaikan kepada seseorang, sejumlah orang yang baginya merupakan hal yang baru diketahui. 3. Kegiatan menyebarluaskan pesan disertau penjelasan, baik secara langsung maupun melalui media komuniksi khalayak yang baginya merupakan hal atau peristiwa.(Effendy, 1989; 177-178) Segala informasi yang harus diketahui oleh publik merupakan suatu masukan untuk menghilangkan keragu-raguan dalam menjalani kehidupannya, dengan adanya informasi yang aktual, mempercepat publik mengambil keputusan kehidupannya. Data yang telah diproses kedalam suatu bentuk yang mempunyai nilai nyata dan terasa bagi keputusan saat itu atau mendatang. Informasi harus mempunyai arti pada komunikan dan nilai nyata dalam kehidupan masyarakat. Proses pengolahan data yang baik ditunjang pula dengan penyampaian dan proses komunikasi yang benar dan tepat kepada masyarakat. 76 Menurut Shannon dan Weaver seperti yang dikutip oleh Wahyudi, mengemukakan informasi sebagai objek materi ilmu komunikasi mempunyai makna : “Patterned matter energy that the probabilities of alternative avaible to an individual making decision” (informasi adalah hal/energi yang mempengaruhi dan memungkinkan seseorang membuat keputusan dari beberapa kemungkinan alternatif yang ada) (Wahyudi, 1986) Lain hal nya dengan Liliweri yang mengatakan bahwa informasi merupakan kunci utama dalam pengambilan keputusan yang efektif. (Liliweri, 1994; 31) Berdasarkan pendapat para ahli diatas, peneliti mencoba menyimpulkan bahwa informasi adalah : 1. Esensi dari fungsi informasi untuk mengubah sikap, opini dan menciptakan saling pemahaman antara individu yang terlibat dalam proses komunikasi. 2. Informasi merupakan sumber pengetahuan bagi individu untuk mengetahui hal-hal yang terjadi serta sumber penting dalam menentukan pilihan dan pengambil keputusan. 2.8.4 Sosialisasi Kebijakan dan Informasi Sosialisasi kebijakan dan informasi adalah proses dimana suatu tindakan dari beberapa alternatif untuk mencari sasaran yang telah ditetapkan, keputusan, suatu pesan dan data yang telah diolah disebarluaskan untuk dikenal, dipahami dan dihayati oleh seluruh prajurit TNI. 77