STRATEGI KOPING KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA PENDERITA SKIZOFRENIA DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA BARAT Reni Retnowati1, Aat Sriati1, Metty Widiastuti2 1 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat 2 Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat ABSTRAK Merawat penderita skizofrenia merupakan stressor bagi keluarga. Keluarga akan melakukan strategi koping dalam mengatasi stressor tersebut yang terbagi atas problem focused coping dan emotion focused coping. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi koping keluarga dalam merawat anggota keluarga penderita skizofrenia di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 96 orang keluarga yang dipilih menggunakan consecutive sampling. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Data dikelompokkan dalam bentuk persentase responden yang cenderung menggunakan problem focused coping, emotion focused coping, atau strategi koping keduanya. Berdasarkan hasil penelitian, sebagian kecil keluarga cenderung menggunakan problem focused coping (38,5%), sebagian keluarga cenderung menggunakan emotion focused coping (48,0%), dan sangat sedikit keluarga yang cenderung menggunakan strategi koping keduanya (13,5%). Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terlalu signifikan antara kecenderungan penggunaan strategi koping tertentu. Psikoedukasi sangat dibutuhkan untuk membantu keluarga dalam menentukan strategi koping yang efektif selama merawat anggota keluarga penderita skizofrenia. Kata kunci: skizofrenia, keluarga, strategi koping ABSTRACT Care of schizophrenic patients is a stressor for the families. Families will make coping strategies in dealing with these stressor, divided into problem and emotion focused coping. This study aimed to know of coping strategies in families with schizophrenic patients from the Outpatient Installation at Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat. A quantitative descriptive design was used for the study. The sample comprised of 96 families who had been selected by using consecutive sampling. Data is collected by using a questionnaire. Data are categorized in percentage of respondents who tend to use problem focused coping, emotion focused coping, or Reni Retnowati, S.Kep. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor-Sumedang) Email: [email protected], 08567136828 1 both of them. The result revealed that a minority families tend to use problem focused coping (38,5%), most families tend to use emotion focused coping (48,0%), and very few families tend to use both of them (13,5%). This study showed that the tendency of the use of certain coping strategies is not too significant. Psycho-education is needed to assist families in determining the use of coping strategies for caring schizophrenic patients. Key words: schizophrenia, families, coping strategies PENDAHULUAN Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan perilaku yang aneh dan terganggu yang ditandai dengan gejala-gejala positif, seperti waham, halusinasi, disorganisasi pikiran dan bicara, serta perilaku tidak teratur, dan gejala-gejala negatif, seperti afek datar, tidak memiliki kemauan, dan menarik diri dari masyarakat atau rasa ketidaknyamanan (Videbeck, 2001). Skizofrenia adalah gangguan jiwa yang terberat dan terbanyak. Sekitar 99% pasien rumah sakit jiwa di Indonesia merupakan penderita skizofrenia (Sosrosumihardjo, dalam Arif, 2006). Sama halnya dengan data diagnose pasien pada tahun 2011 di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat, tercatat bahwa sebanyak 14.702 pasien gangguan jiwa, 11.206 diantaranya merupakan pasien skizofrenia. Penderita skizofrenia yang tidak bisa berfungsi normal menyebabkan diperlukannya caregiver, yaitu individu yang secara umum merawat dan mendukung individu lain (pasien) dalam kehidupannya (Awad and Voruganti, 2008). Dalam hal ini, keluarga merupakan unit yang paling dekat dan merupakan ”perawat utama” bagi penderita. Dukungan keluarga dan pengobatan yang teratur dapat meminimalisir Reni Retnowati, S.Kep. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor-Sumedang) Email: [email protected], 08567136828 2 gejala-gejala skizofrenia. Seiring dengan proses perawatan penderita skizofrenia, keluarga akan mengalami kelelahan fisik dan emosional. Untuk mengatasi hal tersebut, keluarga perlu melakukan strategi koping selama merawat penderita skizofrenia. Lazarus and Folkman (1984) mendefinisikan strategi koping sebagai perubahan dari suatu kondisi ke lainnya sebagai cara untuk menghadapi situasi tak terduga dimana secara empirical disebut proses, dan membaginya ke dalam problem focused coping (PFC) dan emotion focused coping (EFC). Problem focused coping terdiri atas planful problem solving, confrontative coping, dan seeking social support, sedangkan emotion focused coping terdiri atas distancing, escape/avoidance, self control, accepting responsibility, dan positive reappraisal. Dapat disimpulkan bahwa strategi koping memiliki peranan penting dalam interaksi antara situasi yang menekan dan adaptasi. Menurut Dadang Hawari (2001), masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa penderita skizofrenia sebagai aib atau penyakit supranatural. Untuk mencegah penderita skizofrenia melakukan tindakan yang merugikan, langkah yang diambil seringkali berupa pemasungan. Menurut Alma Lucyati (Kepala Dinkes Provinsi Jawa Barat) dalam acara Jambore Nasional Kesehatan Jiwa I di Rumah Sakit Jiwa Marzoeki Mahdi di Bogor pada 10 Oktober 2011, sekitar 18.800 kasus pemasungan penderita gangguan jiwa berat terjadi di Jawa Barat. Selama menjalani pengobatan, terdapat kecenderungan keluarga untuk menghentikan pemberian obat kepada penderita skizofrenia karena tidak Reni Retnowati, S.Kep. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor-Sumedang) Email: [email protected], 08567136828 3 membuahkan hasil. Bagi sebagian keluarga, meninggalkan penderita skizofrenia di rumah sakit jiwa adalah hal yang akan membuat mereka terlepas dari aib keluarga. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat, terlihat bahwa masih banyak keluarga yang menginginkan orang dengan masalah kejiwaan (ODMK), yaitu anggota keluarganya sendiri untuk sembuh. Berdasarkan hasil wawancara kepada enam keluarga yang menemani orang dengan skizofrenia (ODS) berobat jalan, didapat informasi bahwa strategi koping yang digunakan setiap keluarga berbeda. Pada saat menyadari perilaku aneh yang dilakukan penderita skizofrenia, lima keluarga membawa penderita berobat ke pelayanan kesehatan dan satu keluarga mengatakan bahwa membawa penderita skizofrenia ke orang pintar karena takut terkena guna-guna. Setelah merawat penderita skizofrenia dalam waktu lama, keluarga hanya membawa penderita skizofrenia berobat jalan karena sulit menanggung biaya rawat inap. Satu dari enam keluarga mengatakan bahwa ia terkadang lalai memberikan obat karena bosan, satu keluarga mengatakan bahwa mungkin ini ujian dari Tuhan, dan empat keluarga lainnya mengatakan bahwa mereka takut akan nasib penderita jika mereka sakit atau meninggal. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan tujuan diketahuinya strategi koping keluarga dalam merawat anggota keluarga penderita skizofrenia di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat. Reni Retnowati, S.Kep. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor-Sumedang) Email: [email protected], 08567136828 4 METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan variabel strategi koping keluarga dalam merawat anggota keluarga penderita skizofrenia dan subvariabel problem focused coping dan emotion focused coping. Sampel diambil menggunakan teknik consecutive sampling. Penelitian dilakukan pada tanggal 30 April sampai dengan 30 Mei 2012 di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat dan didapatkan sampel sebanyak 96 orang dengan kriteria, yaitu: (1) keluarga yang merawat anggota keluarga yang telah menderita skizofrenia lebih dari 2 tahun, (2) memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan dengan penderita skizofrenia, dan (3) tinggal satu rumah dengan penderita skizofrenia. Instrumen penelitian ini dibuat dengan memodifikasi Ways of Coping The Revised Version (Folkman and Lazarus, 1984). Strategi koping ini diukur dengan skala nominal. Responden memilih 4 kemungkinan jawaban dalam bentuk skala Likert, yaitu Tidak Pernah (1), Kadang-Kadang (2), Sering (3), dan Selalu (4). Perhitungan analisa data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Ket: P : persentase f : jumlah skor jawaban n : jumlah skor maksimal (Setiadi, 2007) Dan diterjemahkan ke dalam bentuk rumus berikut: P Reni Retnowati, S.Kep. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor-Sumedang) Email: [email protected], 08567136828 5 Kemudian dilihat persentase mana yang paling besar dengan kategori: a. Jika persentase PFC > EFC, maka responden dikatakan lebih cenderung menggunakan problem focused coping dalam merawat penderita skizofrenia. b. Jika persentase EFC > PFC, maka responden dikatakan lebih cenderung menggunakan emotion focused coping dalam merawat penderita skizofrenia. c. Jika persentase PFC = EFC, maka responden dikatakan cenderung menggunakan strategi koping keduanya dalam merawat penderita skizofrenia. Setelah itu dilakukan perhitungan banyaknya responden yang cenderung menggunakan PFC, EFC, atau strategi koping keduanya: Ket: P: persentase f: - jumlah responden yang cenderung menggunakan PFC - jumlah responden yang cenderung menggunakan EFC - jumlah responden yang cenderung menggunakan keduanya n: jumlah seluruh responden Berdasarkan nilai persentase di atas, maka diinterpretasikan sebagai berikut: 0% = tidak seorang pun dari responden 1 – 19% = sangat sedikit responden 20 – 39% = sebagian kecil responden 40 – 59% = sebagian/setengah dari responden Reni Retnowati, S.Kep. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor-Sumedang) Email: [email protected], 08567136828 6 60 – 79% = sebagian besar responden 80 – 99% = hampir seluruh responden 100% = seluruh responden (Al Rasyid, 1994) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian mengenai strategi koping keluarga dalam merawat anggota keluarga penderita skizofrenia di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi berikut ini: Tabel 1 Distribusi Frekuensi Strategi Koping Keluarga dalam Merawat Anggota Keluarga Penderita Skizofrenia di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat Strategi Koping Problem Focused Coping Emotion Focused Coping Keduanya (PFC dan EFC) TOTAL f 37 46 13 96 % 38,5 48,0 13,5 100 Berdasarkan tabel 1, diketahui bahwa sebagian keluarga lebih cenderung menggunakan emotion focused coping untuk mengurangi atau menghilangkan tuntutan dan atau tekanan dalam merawat anggota keluarga penderita skizofrenia. Tabel 2 Distribusi Frekuensi Problem Focused Coping yang Dilakukan Keluarga dalam Merawat Anggota Keluarga Penderita Skizofrenia di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat Problem Focused Coping (PFC) Planful problem solving Confrontative coping Seeking social support TOTAL f 11 6 20 37 % 29,7 16,2 54,1 100 Keluarga yang cenderung menggunakan problem focused coping berdasarkan pada tabel 2, menunjukkan bahwa sebagian keluarga lebih cenderung melakukan Reni Retnowati, S.Kep. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor-Sumedang) Email: [email protected], 08567136828 7 seeking social support dalam mengatasi tuntutan, beban, dan atau tekanan selama merawat anggota keluarga penderita skizofrenia. Tabel 3 Distribusi Frekuensi Emotion Focused Coping yang Dilakukan Keluarga dalam Merawat Anggota Keluarga Penderita Skizofrenia di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat Emotion Focused Coping (EFC) Distancing Self control Accepting Responsibility Escape/avoidance Positive reappraisal TOTAL f 3 6 12 9 16 46 % 6,5 13,0 26,1 19,6 34,8 100 Keluarga yang cenderung menggunakan emotion focused coping berdasarkan pada tabel 3, menunjukkan bahwa sebagian kecil keluarga lebih cenderung melakukan positive reappraisal dan sebagian kecil keluarga lainnya lebih cenderung melakukan accepting responsibility dalam meregulasi tekanan emosionalnya selama merawat anggota keluarga penderita skizofrenia. Tabel 4 Distribusi Frekuensi PFC dan EFC yang Dilakukan Keluarga dalam Merawat Anggota Keluarga Penderita Skizofrenia di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat PFC dan EFC Seeking social support & Positive reappraisal Planful problem solving & Positive reappraisal Confrontative coping & Accepting responsibility Confrontative coping & Distancing Seeking social support & Positive reappraisal, Confrontative coping & Accepting responsibility Planful problem solving & Positive reappraisal, Confrontative coping & Accepting responsibility Planful problem solving & Seeking social support & Positive reappraisal; Confrontative coping & Accepting responsibility TOTAL f 4 3 2 1 1 1 % 30,8 23,0 15,4 7,7 7,7 7,7 1 7,7 13 100 Reni Retnowati, S.Kep. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor-Sumedang) Email: [email protected], 08567136828 8 Keluarga yang cenderung menggunakan strategi koping keduanya berdasarkan pada tabel 4, menunjukkan bahwa sebagian kecil keluarga lebih cenderung melakukan seeking social support dan positive reappraisal dan sebagian kecil keluarga lainnya lebih cenderung melakukan planful problem solving dan positive reappraisal secara bersamaan dalam mengatasi tekanan akibat penderita skizofrenia dengan segala permasalahannya. Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi koping memiliki peranan penting dalam interaksi antara situasi yang menekan dan adaptasi. Strategi koping yang dilakukan keluarga selama merawat penderita skizofrenia dalam penelitian ini cukup menyebar. Tidak terlalu signifikan antara kecenderungan penggunaan strategi koping tertentu. Walaupun begitu, setiap responden memiliki kecenderungan terhadap penggunaan salah satu strategi koping atau keduanya. Distribusi data mengenai strategi koping keluarga yang terlihat dalam tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian kecil keluarga cenderung menggunakan problem focused coping (38,5%). Dapat disimpulkan bahwa strategi koping yang dilakukan oleh keluarga cenderung berupa usaha-usaha untuk menanggulangi tuntutan yang dialaminya dengan cara mencari alternatif pemecahan masalah yang dialaminya. Keluarga yang cenderung menggunakan problem focused coping berdasarkan pada tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian keluarga cenderung melakukan seeking social support untuk mengurangi tekanan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Chadda, et al. (2007) yang menyatakan bahwa seeking social support dan planful problem solving merupakan strategi koping yang paling sering dilakukan oleh Reni Retnowati, S.Kep. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor-Sumedang) Email: [email protected], 08567136828 9 caregiver penderita skizofrenia. Ini menandakan bahwa dengan membagi perasaan pada orang lain, tekanan yang dirasakan dapat berkurang dan keluarga juga memperoleh bantuan informasi pemecahan masalah dari orang yang mereka percaya tersebut (planful problem solving). Selain seeking social support dan planful problem solving, keluarga juga melakukan confrontative coping untuk mengubah keadaan dengan cara mengekspresikan reaksi agresi berupa derajat kemarahan dan pengambilan risiko. Tabel 2 menunjukkan bahwa sangat sedikit keluarga (16,2%) yang cenderung melakukan confrontative coping dalam mengatasi masalahnya. Rasa lelah, jenuh, dan biaya yang tidak sedikit, membuat keluarga merasa marah pada situasi di rumah yang dianggap menghambat dalam melakukan peran dan kehidupannya. Berdasarkan gambaran data yang disajikan dalam tabel 1, strategi koping yang cenderung digunakan oleh sebagian keluarga dalam merawat penderita skizofrenia adalah emotion focused coping (48,0%). Dapat disimpulkan bahwa strategi koping yang dilakukan oleh keluarga cenderung berupa usaha-usaha untuk menanggulangi tuntutan yang dialami dengan mengendalikan respon emosinya. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Magliano, et al. (2000), keluarga atau caregiver yang tinggal bersama ODS (orang dengan skizofrenia) dalam waktu yang lama cenderung mengadopsi emotion focused coping. Selama merawat penderita skizofrenia dalam jangka waktu lama, keluarga semakin akan mengalami kesulitan dalam hal financial, menjalankan aktivitas sehari-hari, dan terganggunya interaksi antara keluarga (Hassan, et al., 2011). Reni Retnowati, S.Kep. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor-Sumedang) Email: [email protected], 08567136828 10 Keluarga yang cenderung menggunakan emotion focused coping berdasarkan pada tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian kecil keluarga lebih cenderung melakukan positive reappraisal dan sebagian kecil keluarga lainnya lebih cenderung melakukan accepting responsibility dalam meregulasi tekanan emosionalnya selama merawat anggota keluarga penderita skizofrenia. Ini sejalan dengan penelitian Hassan, et al. (2011) yang menyatakan bahwa selain self control dan escape/avoidance, positive reappraisal juga merupakan strategi koping yang paling sering dilakukan oleh keluarga dalam merawat penderita skizofrenia. Hasil penelitian di atas menandakan bahwa sebagian keluarga mampu berpikir positif dan menerima situasi yang ada sebagai cobaan dalam hidupnya. Selain itu, keluarga terkadang berusaha untuk melarikan diri dari permasalahan yang sedang terjadi, terutama permasalahan yang disebabkan oleh kehadiran penderita skizofrenia dalam keluarganya (distancing). Berdasarkan tabel 3, terlihat bahwa sangat sedikit keluarga (6,5%) yang cenderung melakukan distancing. Menurut Hassan, et al. (2011), distancing dapat menuntun keluarga untuk menurunkan stres. Ini terjadi karena untuk sementara waktu, keluarga tidak disibukkan dengan hal-hal yang berkaitan dengan penderita skizofrenia. Hal ini secara tidak langsung dapat meregulasi tekanan emosional yang dirasakan anggota keluarga. Namun, apabila keluarga terus melakukan penghindaran terhadap masalah ini, maka masalah yang ada tidak akan pernah hilang atau terselesaikan. Berdasarkan tabel 3, terlihat bahwa sangat sedikit keluarga (13,0%) yang cenderung melakukan self control. Self control dilakukan keluarga untuk meregulasi Reni Retnowati, S.Kep. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor-Sumedang) Email: [email protected], 08567136828 11 perasaan maupun tindakan. Hasil penelitian ini menandakan bahwa untuk mengontrol masalah dan emosi tidaklah mudah. Dalam hal ini, keluarga mengalami kejenuhan dalam merawat penderita skzofrenia di rumah, harus selalu mengontrol semua kegiatan penderita, harus menghadapi kesulitan dalam menanggung biaya perawatan dan pengobatan penderita dalam waktu yang lama. Berdasarkan tabel 3, terlihat bahwa sebagian kecil keluarga (26,1%) cenderung melakukan accepting responsibility. Hasil penelitian ini menandakan bahwa sebagian kecil keluarga merasa bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada anggota keluarganya yang menderita skizofrenia. Menurut Hassan, et al. (2011), keluarga yang cenderung melakukan strategi koping ini justru akan meningkatkan stres yang sudah ada sebelumnya. Keluarga yang cenderung mengakui peran dirinya sebagai penyebab masalah kejiwaan yang dialami anggota keluarganya akan memiliki rasa penyesalan yang harus selalu mereka tanggung. Berdasarkan tabel 3, terlihat pula bahwa sebagian kecil keluarga (19,6%) cenderung melakukan escape/avoidance. Escape/avoidance dilakukan keluarga untuk menghindar atau melarikan diri dari permasalahan yang sedang dihadapi.Hasil penelitian ini menandakan bahwa tidak sedikit keluarga yang tidak ingin mencampuri atau mempedulikan permasalahannya. Keluarga lebih memilih untuk melakukan kegiatan lain yang dianggap lebih menyenangkan. Hal ini dilakukan keluarga demi menenangkan emosinya daripada harus memikirkan masalah yang diakibatkan oleh penderita skizofrenia di rumah. Reni Retnowati, S.Kep. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor-Sumedang) Email: [email protected], 08567136828 12 Berdasarkan tabel 4, diketahui bahwa sebagian kecil keluarga melakukan seeking social support dan positive reappraisal dan sebagian kecil keluarga lainnya melakukan planful problem solving dan positive reappraisal secara bersamaan dalam mengatasi tekanan akibat penderita skizofrenia dengan segala permasalahannya. Dengan mencari bantuan orang lain, keluarga akan lebih banyak mendapat informasi untuk menyelesaikan masalah yang ada. Selain itu, keluarga yang mencoba berpikir positif mengenai keadaannya akan memudahkan keluarga untuk berpikir secara matang dan tenang dalam memahami masalah, serta mencari solusi yang terbaik dalam merawat penderita skizofrenia. Berdasarkan hal tersebut, keluarga yang cenderung menggunakan kedua strategi koping ini, dapat dikatakan sudah memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah yang didampingi dengan pengontrolan emosi sehingga tingkat stres yang ada sudah mulai berkurang. Hal ini sesuai dengan teori Lazarus and Folkman (1984) yang mengemukakan bahwa untuk mencapai strategi koping yang efektif diperlukan penggunaan kedua strategi koping. SIMPULAN Strategi koping keluarga selama merawat penderita skizofrenia dalam penelitian ini cukup menyebar.Tidak terlalu signifikan antara kecenderungan penggunaan strategi koping yang dilakukan. Sebagian keluarga cenderung menggunakan emotion focused coping, sebagian kecil keluarga cenderung menggunakan problem focused coping, dan sangat sedikit keluarga yang cenderung menggunakan kedua strategi koping tersebut. Perbedaan kecenderungan strategi Reni Retnowati, S.Kep. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor-Sumedang) Email: [email protected], 08567136828 13 koping ini disebabkan oleh adanya penilaian kognitif yang berbeda-beda dalam setiap keluarga, tingkat stres yang dialami keluarga, dan tergantung pada sumber daya yang dimiliki, yaitu kesehatan fisik, keyakinan atau pandangan positif, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan sosial, dukungan sosial, dan materi. Untuk mencapai strategi koping yang efektif, maka diperlukan penggunaan strategi koping keduanya. SARAN Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi perawat di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan terutama pemberian psikoedukator terhadap keluarga, seperti memberikan informasi mengenai dosis dan efek samping obat, mengapa tidak boleh putus obat, pentingnya berobat rutin, pengenalan gejala dari kekambuhan, dan hal lainnya yang berkaitan dengan skizofrenia. Diharapkan jugapihak rumah sakit dapat menyediakan ruangan khusus sebagai pusat konseling, dimana keluarga atau pihak yang membutuhkan informasi mengenai kesehatan jiwa dapat memanfaatkan pelayanan ini kapan pun dibutuhkan tanpa harus menunggu program terapi keluarga yang telah ditentukan. Bagi peneliti selanjutnya, metode pengambilan data dapat dilengkapi dengan interviu untuk mendapat gambaran yang lebih lengkap dan disarankan juga untuk meneliti sumber daya yang mendukung strategi koping itu sendiri. Reni Retnowati, S.Kep. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor-Sumedang) Email: [email protected], 08567136828 14 DAFTAR PUSTAKA Al Rasyid, H. 1994. Teknik Penarikan Sampel dan Penyusunan Skala. Bandung: Program Pasca Sarjana Universitas Padjadjaran. Arif, S.I. 2006. Skizofrenia: Memahami Dinamika Keluarga Pasien. Bandung: PT Refika Aditama. Awad, A.G. and Voruganti, L.N.P. 2008. The Burden of Schizophrenia on Caregivers: A Review. Pharmacoeconomics. Chadda, R.K., Singh, T.B., and Ganguly, K.K. 2007. Caregiver burden and coping: A prospective study of relationship between burden and coping in caregivers of patients with schizophrenia and bipolar affective disorder. Social Psychiatry and Psychiatric Epidemiology 42: 923–930. Hassan, W.A.N., Mohamed, I.I., Elnaser, A.E.A., and Sayed, N.E. 2011. Burden and coping strategies in caregivers of schizophrenic patients. Journal of American Science 7 (5): 802-811. Available at: http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=.+Burden+and+coping+strategies+ in+caregivers+of+schizophrenic+patients.&source=web&cd=4&ved=0CGAQ FjAD&url=http%3A%2F%2Fwww.jofamericanscience.org%2Fjournals%2Fa msci%2Fam0705%2F113_5789am0705_802_811.pdf&ei=g1T4T6jHC5DOrQe 5zLTUBg&usg=AFQjCNHRcte88ooXPZqTjuWFW5MEIYIeNg&cad=rja (diakses 4 Juni 2012). Hawari, D. 2001. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta: FKUI. Lazarus, R.S. and Folkman, S. 1984. Stress, Appraisal, and Coping. New York: Spinger Publishing Company. Magliano, L., Fadden, G., Economou, M., Held, T., Xavier, M., Guarneri, M., et al. 2000. Family burden and coping strategies in schizophrenia: 1-year follow-up data from the BIOMED I study. Social Psychiatry and Psychiatric Epidemiology 35: 109–115. Available at: http://web.ebscohost.com/ehost/detail?sid=ec7d7745-ae76-48d7-bd1a31b8b1b39f7a%40sessionmgr12&vid=1&hid=15&bdata=JnNpdGU9ZWhvc3 QtbGl2ZQ%3d%3d#db=mnh&AN=10855508 (diakses 28 Desember 2011). Setiadi. 2007. Konsep & Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Videbeck, S.L. 2001. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Diterjemahkan oleh Komalasari, R. dan Hany, A. 2008. Jakarta: EGC. Reni Retnowati, S.Kep. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor-Sumedang) Email: [email protected], 08567136828 15