perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Sindrom Koroner Akut a. Definisi Kumpulan gejala yang dikaitkan dengan obstruksi arteri koroner. Gejala paling umum yang mendorong diagnosis SKA adalah nyeri dada, sering menjalar ke lengan kiri atau sudut rahang, disertai seperti dada tertekan atau terhimpit dan berhubungan dengan mual dan berkeringat (Irmalita et al., 2014). b. Epidemiologi Berdasarkan laporan World Health Statistic tahun 2008, tercatat 17,1 juta orang meninggal di dunia akibat penyakit kardiovaskular. WHO juga memprediksi pada tahun 2030 lebih dari 23,4 juta orang akan meninggal pertahunnya akibat penyakit kardiovaskular. Di Indonesia sendiri, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Kementerian Kesehatan tahun 2007 diketahui bahwa 31,9% kematian di Indonesia disebabkan oleh penyakit kardiovaskular (Riskesdas, 2007). Secara umum faktor risiko terjadinya penyakit jantung, termasuk SKA dapat dibedakan menjadi faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi (Woldecherkos et al., 2007; Jeff et al., 2010). Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi meliputi: (1) jenis kelamin laki-laki; (2) umur lebih dari 45 tahun pada laki-laki, dan lebih dari 55 tahun pada perempuan; (3) adanya riwayat keluarga dengan penyakit jantung. Adapun faktor risiko yang dapat dimodifikasi antara lain: hipertensi, hiperlipidemia, diabetes, gaya hidup yang pasif, dan merokok. Di samping faktor risiko di atas, commit to user faktor psikologis khususnya kecemasan dianggap memegang peranan 5 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 6 penting dalam terjadinya penyakit jantung. Beberapa studi bahkan telah memasukkan cemas sebagai salah satu faktor risiko klasik terjadinya penyakit jantung (Woldecherkos et al., 2007; Jeff et al., 2010). c. Patofosiologi Sebagian besar SKA adalah manifestasi akut dari plak atheroma pembuluh darah koroner yang koyak atau pecah. Hal ini berkaitan dengan perubahan komposisi plak dan penipisan tudung fibrous yang menutupi plak tersebut. Kejadian ini akan diikuti oleh proses agregasi trombosit dan aktivasi jalur koagulasi. Terbentuklah trombus yang kaya trombosit (white thrombus). Trombus ini akan menyumbat liang pembuluh darah koroner, baik secara total maupun parsial; atau menjadi mikroemboli yang menyumbat pembuluh koroner yang lebih distal. Selain itu terjadi pelepasan vasoaktif yang menyebabkan vasokontriksi sehingga memperberat gangguan aliran darah koroner. Berkurangnya aliran darah koroner menyebabkan iskemia miokardium. Pasokan oksigen yang berhenti selama kurang lebih 20 menit menyebabkan miokardium mengalami nekrosis (infark miokard) (Irmalita et al., 2014). d. Diagnosis Pasien-pasien yang diduga mengalami sindrom koroner akut harus dievaluasi dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, gambaran EKG, pemeriksaan marka jantung. Pada anamnesis didapatkan keluhan pasien dengan iskemia miokard dapat berupa nyeri dada yang tipikal (angina tipikal) atau atipikal (angina ekuivalen). Keluhan angina tipikal berupa rasa tertekan/berat daerah retrosternal, menjalar ke lengan kiri, leher, rahang, area interskapular, bahu, atau epigastrium. Keluhan ini dapat berlangsung intermiten/beberapa menit atau perisisten (>20 menit). Keluhan angina tipikal sering disertai keluhan penyerta seperti commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7 diaphoresis. Mual/muntah, nyeri abdominal, sesak nafas, dan sinkop (Irmalita et al., 2014). Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengidentifikasi faktor pencetus iskemia, komplikasi iskemia, penyakit penyerta dan menyingkirkan diagnosis banding (Irmalita et al., 2014). Pemeriksaan EKG dilakukan untuk semua pasien dengan keluhan nyeri dada atau keluhan lain yang mengarah kepada iskemia harus menjalani pemeriksaan EKG 12 sadapan. Tidak jarang EKG memberikan gambaran yang normal terutama pada serangan pertama, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan EKG serial untuk memantau setiap perubahan/perkembangan suatu iskemia miokard (Jeff et al., 2010; Mayra et al., 2012; Irmalita et al., 2014). Pemeriksaan marka jantung untuk mengetahui kematian sel-sel otot jantung (infark miokard) dapat diketahui dari adanya kenaikan enzim jantung, terutama troponin yang merupakan penanda utama adanya kematian sel-sel otot jantung (Mayra et al., 2012). Kreatinin kinase-mb (ck-mb) atau troponin I/T merupakan marka nekrosis miosit jantung dan menjadi marka untuk diagnosis infark miokard (Jeff et al., 2010; Irmalita et al., 2014). e. Penatalaksanaan Penatalaksanaan untuk pasien SKA meliputi pemberian oksigen, aspirin, beta adrenergic blocking agents, high dose lipid lowering agents, antikoagulan seperti heparin, nitrogliserin, dan atau morfin sulfat untuk meringankan gejala. Obat-obatan antitrombolitik yang lebih agresif seperti clopidogrel (antiplatelet oral) dan atau platelet glycoprotein antagonist juga telah digunakan secara luas ( Jeff et al., 2010; Irmalita et al., 2014). Apabila gejala-gejala akut SKA telah dapat dikurangi, intervensi medis yang penting berikutnya adalah untuk mengurangi risiko komplikasi dan kekambuhan dengan menggunakan commit to user angiotensin-converting enzyme medikamentosa seperti beta-blockers, perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 8 inhibitors, cholesterol-lowering agents, dan agents antiplatelet (aspirin, clopidogrel). Gaya hidup dan faktor risiko yang dimodifikasi juga dilakukan intervensi (Jeff et al., 2010; Irmalita et al., 2014). 2. Nyeri Dada a. Pengertian Nyeri Dada Jantung adalah pompa yang bertanggung jawab untuk sirkulasi darah ke seluruh tubuh. Miokardium adalah otot jantung yang bertanggung jawab untuk memompa darah dan seperti otot lain, memerlukan oksigen darah yang kaya energi. Angina pektoris menggambarkan rasa sakit, ketidaknyamanan, atau gejala lain yang terjadi ketika aliran darah ke sel-sel otot jantung tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan energi. Angina adalah tanda peringatan bahwa otot jantung tidak mendapatkan suplai darah yang cukup dan oksigen. Jika diabaikan dapat menyebabkan serangan jantung atau infark miokard (Benjamin et al., 2014). Nyeri dada Angina adalah sindrom klinis yang ditandai dengan rasa tidak nyaman di dada, rahang, bahu, punggung, atau lengan. Hal ini biasanya diperberat oleh aktivitas atau stres emosional dan lega dengan nitrogliserin. Angina biasanya terjadi pada pasien dengan Coronary Artery Disease (CAD) melibatkan lebih dari 1 arteri epikardial besar. Namun, angina juga dapat terjadi pada individu dengan penyakit katup jantung, hypertrophy cardiomyopathy dan hipertensi yang tidak terkontrol. Hal ini terdapat pada pasien dengan jantung koroner dan iskemia miokard yang berhubungan dengan kejang atau disfungsi endotel (Benjamin et al., 2014). Angina sering muncul pada saat olahraga dan aktivitas, dan membaik dengan istirahat. Ketika tubuh memerlukan jantung untuk memompa lebih banyak darah, otot jantung bekerja lebih banyak untuk dapat memenuhi kebutuhan oksigen dalam darah, sehingga commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 9 muncul nyeri di dada dan ketika tubuh beristirahat, angina mulai mereda. (Benjamin et al., 2014). b. Klasifikasi Nyeri Klasifikasi berdasarkan intensitas nyeri yang dinilai dengan Visual Analog Scale (VAS), angka 0 berarti tidak nyeri dan angka 10 berarti intensitas nyeri paling berat (Meliala, 2004). Berdasarkan VAS, maka nyeri dibagi atas (Meliala et al., 2004): 1. Nyeri ringan dengan nilai VAS < 4 2. Nyeri sedang dengan nilai VAS 4 -7 3. Nyeri berat dengan nilai VAS >7 c. Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri Dada Kardial (Menurut Bahri, 2004) Iskemik miokard akan menimbulkan rasa tertekan atau nyeri substernal yang menjalar ke aksila dan turun ke bawah ke bagian dalam lengan terutama lebih sering ke lengan kiri. Rasa nyeri juga dapat menjalar ke epigasterium, leher, rahang, lidah, gigi, mastoid dengan atau tanpa nyeri dada substernal. Nyeri disebabkan karena saraf eferan viseral akan terangsang selama iskemik miokard, akan tetapi korteks serebral tidak dapat menentukan apakah nyeri berasal dari miokard. Karena rangsangan saraf melalui medula spinalis T1-T4 yang juga merupakan jalannya rangsangan saraf sensoris dari sistem somatis yang lain. Iskemik miokard terjadi bila kebutuhan 02 miokard tidak dapat dipenuhi oleh aliran darah koroner. Pada penyakit jantung koroner aliran darah ke jantung akan berkurang karena adanya penyempitan pembuluh darah koroner. d. Patofisiologi nyeri dada disebabkan iskemia miokard Patogenesis nyeri dada pada pasien Sindrom Koroner Akut, terjadi oleh karena terjadi kelainan aliran darah miokard dan perfusi commitdarah to user miokard pada pembuluh koroner. Disfungsi endotel akan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 10 mengurangi bioavailabilitas Nitrit Oxyde (NO) dan peningkatan kadar plasma endotelin-1 (ET-1), di mana hal ini dapat menjelaskan kelainan yang terjadi pada pembuluh darah koroner pada SKA. Pada pasien nyeri dada ditemukan adanya hubungan antara disfungsi endotel, peningkatan kadar ET-1, gangguan respon dilator mikrovaskuler koroner dan rasio lebih rendah NO/ET-1 (Richard et al., 2014; Zeiher et al., 1995; Cox et al., 1999; Kolasinska et al, 2002 cit. Juan, 2004). Dengan menggunakan MRI dan resonance magnetic nuclear 31-Fosfor dibuktikan bahwa iskemia miokard terjadi oleh karena terdapat asam laktat yang menumpuk di otot dan menyebabkan rasa sakit, produksi isoprostan dari oksigen darah sinus yang berkurang dan perubahan pH koroner, sedangkan non iskemik disebabkan disfungsi sistem saraf otonom dan peningkatan persepsi nyeri (Kaski, 1995; Lanza et al., 1997; Kaski, 1999; Buchthal et al., 2000; Panting et al., 2002; Gulli et al., 2001; Hanacek, 2002; Rosen et al., 2002). e. Kepribadian Manusia Salah satu kepribadian manusia yang berkorelasi dengan penyakit Sindrom Koroner Akut adalah kepribadian tipe A oleh karena perilaku kepribadian tipe A di mana sering memiliki daya saing yang tinggi, urgensi waktu yang tinggi, cenderung mempunyai semangat bersaing yang tinggi dan ambisius, berbicara dengan cepat, suka menyela pembicaraan orang lain dan sering terperangkap dalam kemarahan yang luar biasa, secara signifikan berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular (Rafanelli et al., 2013). Stres emosional dapat berkontribusi terhadap perkembangan penyakit jantung. Pertama, jika mengalami stres emosional kronis, lebih cenderung untuk mengembangkan aterosklerosis, proses penyakit yang menghasilkan penyakit arteri koroner (CAD), stroke dan penyakit arteri perifer. Kedua, periode stres yang intens ternyata commit to userakut, seperti serangan jantung, dapat memicu masalah jantung perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 11 meskipun belum terbukti bahwa stres dapat mempercepat aterosklerosis, ada cukup banyak bukti yang menunjukkan hal itu. Dengan stres emosional kronis, terutama dalam individu tipe A menimbulkan produksi adrenalin ke dalam aliran darah, namun stres emosional sementara kadar adrenalin masih tetap. Stres kronis juga dapat menyebabkan peningkatan peradangan (kadang-kadang menghasilkan tingkat CRP), yang berhubungan dengan peningkatan risiko aterosklerosis (Richard, 2014). 3. Kecemasan a. Pengertian Kecemasan Kecemasan (ansietas/anxiety) adalah gangguan alam perasaan (affective) yang ditandai dengan perasaan takut atau khawatir yang mendalam dan berkelanjutan, tetapi kemampuan dalam menilai realitas (Reality Testing Ability/RTA) tidak terganggu, begitupun kepribadiannya juga masih utuh (tidak mengalami keretakan kepribadian / splitting of personality), sedangkan perilaku dapat terganggu walaupun masih dalam batas-batas normal (Hawari, 2001). Kecemasan merupakan kejadian yang sering dialami penderita SKA. Terjadi peningkatan kadar kecemasan yang dilaporkan sendiri antara 20% sampai 50% dari pasien setelah serangan akut miokard infark (Lane et al, 2001; Grace et al, 2004; Hanssen et al, 2009). Pada unit psikiatri kecemasan akan berlanjut menjadi kecemasan klinis setelah SKA dan mengalami kecemasan klinis yang signifikan selama 2 tahun (Grace et al, 2004; Murphy et al., 2008; Pedersen et al, 2008). Pada pasien dengan PJK stabil memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi daripada populasi umum, dengan tingkat prevalensi berkisar antara 16% sampai 42%. Hal ini disebabkan secara psikologis pasien penyakit jantung koroner mempunyai kekuatiran akan terjadi commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 12 kekambuhan yang dapat menimbulkan kematian (Rothenbacher et al., 2007; Fan et al., 2008; Doering et al., 2009). Ditinjau dari aspek klinis, kecemasan bisa merupakan suatu keadaan yang abnormal, suatu gejala dari suatu penyakit lain, suatu sindrom, atau suatu gangguan yang berdiri sendiri. Sebagai kecemasan yang normal, setiap orang pernah mengalaminya misalnya waktu menghadapi ujian, promosi atau penurunan jabatan. Dalam hal ini, kecemasan dirasakan sebagai akibat dari suatu penyebab yang jelas dan akan kembali normal setelah obyek yang menjadi penyebab kecemasan itu berlalu. Kecemasan juga bisa merupakan gejala dari gangguan atau penyakit lain misalnya psikosis atau serangan miokard infark. Dalam hal ini cemas merupakan salah satu tanda atau gejala dari suatu penyakit (Sudiyanto, 2003). Ansietas atau cemas adalah salah satu dari empat kelompok besar perasaan emosional, di samping sedih, gembira dan marah. Ansietas bisa normal dan bisa patologis. Ansietas normal apabila mendapatkan ketegangan hidup kemudian dapat segera menyesuaikan diri dalam waktu yang lebih singkat, apabila terus menerus terjadi ansietas di mana fungsi homeostasis gagal mengadaptasi maka menjadi ansietas yang patologis (Maramis, 2001). b. Teori Biologis 1. Sistem saraf otonom. Stimulasi sistem saraf otonom menyebabkan gejala tertentu kardiovaskular (sebagai contoh takikardia), muscular (contoh nyeri kepala), gastrointestinal (contoh diare), dan pernafasan (contoh nafas cepat) (Kaplan – Sadock, 2010). 2. Neurotransmiter. Tiga neurotransmitter utama yang berhubungan dengan kecemasan berdasarkan penelitian pada binatang dan respon commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 13 terhadap terapi obat adalah norepineprin, serotonin dan gammaaminobutyric acid (GABA) (Kaplan– Sadock, 2010) 3. Norepineprin. Tentang peranan di dalam kecemasan adalah bahwa pasien yang menderita mungkin memiliki sistem noradrenergik yang teregulasi secara buruk. Badan sel pada system noradrenergic terutama berlokasi di lokus seruleus di pons rostral, mengeluarkan aksonnya ke korteks serebri, system limbic, batang otak dan medulla spinalis (Kaplan – Sadock, 2010). 4. Serotonin Badan sel pada sebagian besar neuron serotonergik berlokasi di nucleus raphe di batang otak rostral dan berjalan ke korteks serebral, system limbic (khususnya amigdala dan hipokampus) dan hipotalamus (Kaplan – Sadock, 2010). 5. GABA Peranan gamma-aminobutyric acid (GABA) dalam gangguan kecemasan memiliki fungsi reseptor GABA yang abnormal (Kaplan- Sadock, 2010). Beberapa penulisan epidemiologis telah membuktikan bahwa kecemasan (anxietas) merupakan faktor risiko terjadinya Sindrom Koroner Akut, kecemasan kronik dapat meningkatkan risiko Sindrom Koroner Akut melalui proses mempengaruhi perilaku (behaviour) seperti merokok, sehingga dapat : - Mempromosi (memicu) terjadinya aterosklerosis seperti melalui peningkatan risiko hipertensi. - Memicu risiko kejadian koroner yang fatal seperti terjadinya aritmia, ruptur plak, spasme arteri koroner atau thrombosis. Kecemasan atau ansietas akan merangsang respon hormonal dari hipotalamus yang akan mensekresi CRF (Corticotropin Releasing Factor) yang menyebabkan ACTH (Adeno Corticotropin usermerangsang korteks adrenal untuk Hormon). Hormon commit tersebuttoakan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 14 mensekresi kortisol ke dalam sirkulasi darah (Hukum, 1986; Siverstone et al., 1993). Peningkatan kadar kortisol dalam darah akan mengakibatkan peningkatan renin plasma, angiotensin II dan peningkatan kepekaan pembuluh darah terhadap katekolamin (Sidabutar, 1993) sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Selain itu hipotalamus juga berfungsi sebagai pusat dari sistem saraf otonomik (Adams, 1993; Siverstone, et al., 1993). Sistem ini terbagi atas sistem simpatis dan sistem parasimpatis (Guyton, 1982; Ganong, 1991). Pada ansietas sedang, terjadi sekresi adrenalin berlebihan yang menyebabkan peningkatan tekanan darah, sedangkan pada ansietas yang sangat berat dapat terjadi reaksi yang dipengaruhi oleh komponen parasimpatis sehingga akan mengakibatkan penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung (Sidabutar, 1993). Pada kecemasan yang kronis kadar adrenalin terus meninggi, sehingga kepekaan terhadap rangsangan yang lain berkurang dan akan terlihat tekanan darah meninggi. Sebagian besar penulis menemukan adanya peningkatan tekanan sistolik sebagai akibat dari peningkatan curah jantung dan denyut jantung (Falkner et al., 1978; Knardahl et al, 1988), sedangkan yang lainnya menemukan peningkatan tekanan diastolik (Steproe et al., 1982) dan ada juga yang tidak menemukan hubungan antara keduanya (Masterton et al., 1981). c. Instrumen Penilaian Kecemasan Instrumen-instrumen untuk mengukur skala kecemasan yang digunakan di Indonesia banyak sekali salah satunya adalah Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) dan The Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS), yaitu untuk mengukur aspek kognitif dan afektif (Hawari, 2001). Instrumen sebagai salah satu alat bantu diagnosis kecemasan yang digunakan untuk penulisan ini adalah The Taylor Manifest commitSkala to userini disusun oleh Taylor untuk Anxiety Scale (TMAS). perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 15 menyeleksi subjek penulisan dengan tingkat kecemasan tinggi dan rendah, guna mempelajari berbagai situasi eksperimental yang telah teruji reliabilitas dan validitasnya. (Wicaksono, 1992). TMAS merupakan kuesioner yang terdiri dari 50 butir pertanyaan yang kesemuanya menunjukkan skor kecemasan yang muncul. Banyak dari butir-butir ini yang menunjukkan gejala kecemasan yang mencolok seperti berkeringat, muka kemerahan, keguncangan, gemeteran, dan lain-lain. Sebagian mengandung keluhan-keluhan somatik seperti mual, pusing, diare, gangguan lambung dan lain-lain. Butir-butir lainnya menunjukkan konsentrasi, perasaan eksitasi atau tidak bisa istirahat, menurunnya kepercayaan diri, sensitivitas ekstra terhadap orang lain, perasaan akan bahaya dan tidak berguna (Wicaksono, 1992). The Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS) telah divalidasi penggunaannya di Indonesia dengan hasil baik. Dengan nilai batas pemisah skor 22/23, sensitivitas TMAS cukup tinggi yaitu 90%, spesifitasnya 95%, nilai ramal positif 94,7%, nilai ramal negatif 90,4% dan efektif diagnosis 92,5%. Reliabilitas instrumen dengan KR 20 reliabilitasnya r : 0,86. Butir-butir pernyataan yang sesuai untuk kecemasan/ favourable yaitu nomor 2, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 13, 14, 16, 17, 19, 21, 22, 23, 24, 26, 27, 28, 30, 31, 32, 33, 34, 36, 37, 39, 40, 41, 42, 45, 46, 47, 48, 49 (35 butir). Sedangkan butir-butir pernyataan yang tidak sesuai untuk kecemasan/ unfavourable yaitu 1, 3, 4, 9, 12, 15, 18, 20, 25, 29, 35, 38, 43, 44, 50 (15 butir). Sangat praktis dan pasien dapat mengerjakan sendiri dalam waktu relatif singkat (Sudiyanto, 2003). d. Teori Tentang Emosi Untuk memudahkan pemahaman tentang perubahan persepsi terhadap nyeri disampaikan sedikit teori tentang emosi yang dianut hingga saat ini. Dikatakan bahwa sistem di dalam otak commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 16 yang dianggap bertanggung jawab terhadap perjalanan emosi adalah system limbic. System limbic merupakan bagian sistem saraf pusat yang terdiri dari beberapa struktur antara lain amigdala, septum, hipokampus, girus cingulatus, thalamus anterior dan hipotalamus. System limbic mempunyai fungsi pengendalian emosi, perilaku instingtif, dorongan, motivasi dan perasaan. Sistem ini terdiri atas korteks yang mengelilingi Corpus Calosum, Girus Cinguli dan hypocampus. Baik korteks cerebri maupun, system limbic keduanya mempunyai akses ke area motorik batang otak, sehingga memungkinkan manusia belajar beradaptasi dan mengontrol perilaku instingtifnya. Bagian-bagian system limbic saling berhubungan secara kompleks dan beberapa membentuk sirkuit, contoh yang terkenal Sirkuit Papez (Beauregard, 2011 cit. Syamsulhadi, 2013). Pengalaman emosi ditetapkan langsung oleh aktivitas korteks cinguli dan secara tidak langsung oleh area kortikal yang lain, sedangkan ekspresi emosi diperkirakan diatur oleh hipotalamus. Korteks cinguli mengirim proyeksi ke hipokampus, dan hipokampus mengirim proyeksi ke hipotalamus lewat berkas akson fornis, sedangkan hipotalamus memiliki pengaruh sampai ke korteks lewat “relay” di dalam Nukleus Anterior Thalamic. Sistem tersebut disebut sebagai Sirkuit Papez (Bear et.al, 1996 cit. Mulyata, 2005). e. Hubungan antara Cemas, dan Hasil Negatif Terhadap Jantung Pada Pasien Sindrom Koroner Akut Cemas juga memiliki keterkaitan dengan hasil negatif jantung pada spektrum penyakit jantung. Orang dengan peningkatan cemas berisiko tinggi terhadap perkembangan penyakit jantung koroner dibandingkan orang yang tidak cemas (Yelizaveta et al., 2010). Khususnya, khawatir merupakan komponen cemas yang terkait dengan penyakit jantung. Di antara pasien dengan penyakit kardiovaskuler commit to user rentan terhadap kejadian jantung akut, populasi pasien tersebut paling perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 17 katastropik dan komplikasi, beberapa penelitian menemukan bahwa peningkatan cemas setelah infark miokard memiliki hubungan tersendiri dengan komplikasi pasien jantung yang dirawat inap (Jeff et al., 2010 ; Yelizaveta et al., 2010). Singkatnya, cemas tampak memiliki hubungan dengan hasil lanjutan kardiovaskuler di antara pasien dengan penyakit jantung iskemia; cemas khususnya, tampak jelas terkait dengan kelainan jantung dalam jangka pendek dan jangka panjang (David , 2005; Jeff et al., 2010 ; Yelizaveta, et al., 2010). 4. Psikoterapi Intervensi psikoterapi adalah suatu terapi non farmakologi. Secara umum menarik untuk pasien karena kurangnya efek samping somatik. Di samping itu, intervensi ini dapat dipakai secara individual agar fokus pada kesulitan tertentu yang dialami pasien. Penelitian terhadap 2481 pasien, menemukan bahwa pengobatan dengan cognitive behaviour therapy (CBT) secara signifikan mengurangi gejala kecemasan di antara pasien pasca infark miokard. (Aline et al., 2011). Psikoterapi CBT dikaitkan dengan Terapi Realitas oleh karena sama sama merupakan suatu terapi dengan menggunakan kognitif dan perubahan perilaku dengan tujuan untuk mencapai otonomi. Hanya pada TR menguraikan prinsip-prinsip dan prosedur-prosedur yang dirancang untuk membantu orang-orang dalam mencapai suatu “Identitas Keberhasilan” dan tanpa adanya hukuman (Corey, 2010). a. Terapi Realitas Terapi Realitas adalah suatu sistem yang difokuskan pada tingkah laku sekarang. Terapis berfungsi sebagai guru dan model serta mengkonfrontasikan pasien dengan cara-cara yang membantu pasien menghadapi kenyataan dan memenuhi kebutuhan dasarnya tanpa merugikan dirinya sendiri ataupun orang lain. Inti TR adalah penerimaan tanggungcommit jawabto user pribadi, yang dipersamakan dengan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 18 kesehatan mental (Corey, 2010). Terapi Realitas dikembangkan oleh William Glasser yang berpandangan bahwa semua manusia memiliki kebutuhan dasar yaitu kebutuhan fisiologis dan psikologis. Kedua kebutuhan ini digabung menjadi satu kebutuhan yang utama disebut kebutuhan identitas. Identitas merupakan cara seseorang melihat dirinya sebagai manusia dalam hubungannya dengan orang lain dan dunia luarnya (Glasser, 1965 cit. Latipun, 2001). Menurut Terapi Realitas, akan sangat berguna apabila menganggap identitas dalam pengertian “Identitas Keberhasilan” lawan “Identitas Kegagalan”. Dalam pembentukan identitas, masingmasing dari kita mengembangkan keterlibatan dengan orang lain dan dengan bayangan diri, yang dengannya kita merasa relatif berhasil atau tidak berhasil. Orang lain memainkan peranan yang berarti dalam membantu kita menjelaskan dan memahami identitas kita sendiri. Cinta dan penerimaan berkaitan langsung dengan pembentukan identitas. Dasar dari terapi realitas adalah membantu pasien memenuhi kebutuhan dasar psikologis, yang mencakup “kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta untuk merasakan bahwa kita berguna baik bagi diri kita sendiri maupun bagi orang lain (Corey, 2010). Pandangan tentang manusia mencakup pernyataan bahwa “kekuatan pertumbuhan” mendorong kita untuk berusaha mencapai Identitas Keberhasilan (Glasser 1965 cit. Corey, 2010). Masing- masing individu memiliki kekuatan ke arah kesehatan atau pertumbuhan. Pada dasarnya orang-orang ingin puas hati dan menikmati suatu identitas keberhasilan, menunjukkan tingkah laku yang bertanggung jawab, dan memiliki hubungan interpersonal yang penuh makna (Corey, 2010). Penderitaan pribadi bisa diubah hanya dengan perubahan identitas. Karena individu bisa mengubah cara hidup, perasaan, dan tingkah-lakunya, maka merekapun bisa commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 19 mengubah identitasnya. Perubahan identitas bergantung pada perubahan tingkah laku (Corey, 2010). Teknik-teknik Terapi Realitas bisa diterapkan pada lingkup masalah tingkah laku dan emosional yang luas, prosedur-prosedur Terapi Realitas telah dipakai dengan berhasil pada penanganan masalah-masalah individu yang spesifik. Singkatnya, pendekatan Terapi Realitas adalah aktif, membimbing, mendidik dan terapi yang berorientasi pada cognitive behavioral. Metode kontrak selalu digunakan, dan jika kontrak terpenuhi maka proses konseling dapat diakhiri. Pendekatannya adalah dapat menggunakan “mendorong” atau “menantang”. Jadi pertanyaan “what” dan “how” yang digunakan, sedangkan “why” tidak digunakan. Hal ini sangat penting untuk membuat rencana terus sehingga pasien dapat memperbaiki perilakunya (Glasser, 1965 cit. Latipun, 2001). Secara singkat ciri-ciri Terapi Realitas mencakup (Corey, 2010) : TR menolak konsep tentang penyakit mental. Ia berasumsi bahwa bentuk-bentuk gangguan tingkah laku yang spesifik adalah akibat dari ketidakbertanggungjawaban. Pendekatan ini tidak berurusan dengan diagnosis-diagnosis psikologis. Ia mempersamakan gangguan mental dengan tingkah laku yang tidak bertanggung jawab dan mempersamakan kesehatan mental dengan tingkah laku yang bertanggung jawab. TR berfokus pada tingkah laku sekarang alih-alih pada perasaan-perasaan dan sikap-sikap. Meskipun tidak mengangggap perasaan-perasaan dan sikap-sikap itu tidak penting, terapi realitas menekankan kesadaran atas tingkah laku sekarang. Terapi realitas juga tidak bergantung pada pemahamam untuk mengubah sikap-sikap, tetapi menekankan bahwa perubahan sikap mengikuti perubahan perilaku. TR berfokus pada saat sekarang, bukan kepada masa lampau, commit to itu usertelah tetap dan tidak bisa diubah, karena masa lampau seseorang perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 20 maka yang bisa diubah hanyalah saat sekarang dan masa yang akan datang. TR menekankan pertimbangan-pertimbangan nilai. Pasien harus menilai kualitas perilakunya sendiri apakah bertanggung jawab, rasional realistik dan benar atau sebaliknya. Penilaian perilaku sendiri oleh pasien akan membantu kesadaran tentang dirinya untuk melakukan hal yang positif atau mencapai identitas keberhasilan. TR tidak menekankan transferensi. Ia tidak memandang konsep tradisional tentang transferensi sebagai hal yang penting. Mengimbau agar para terapis menempuh cara beradanya yang sejati, yakni bahwa mereka menjadi diri mereka sendiri. TR menekankan aspek-aspek kesadaran, bukan aspek-aspek ketaksadaran. TR menghapus hukuman. Glasser mengingatkan bahwa pemberian hukuman guna mengubah tingkah laku tidak efektif dan bahwa hukuman untuk melaksanakan rencana-rencana mengakibatkan perkuatan Identitas Kegagalan pada klien dan perusakan hubungan terapeutik. TR menekankan tanggung jawab, yang oleh Glasser didefinisikan sebagai “kemampuan untuk memenuhi kebutuhankebutuhan sendiri dan melakukannya dengan cara yang tidak mengurangi kemampuan orang lain dalam memenuhi kebutuhankebutuhan mereka. Alasan pada penelitian ini menggunakan Terapi Realitas adalah : Pada kasus-kasus nyeri dada akibat kecemasan pada pasien pasca SKA melibatkan masalah emosional, sedangkan pendekatan TR aktif, membimbing dan mendidik berhasil pada masalah individu yang penanganan masalah- spesifik yang berkaitan dengan masalah emosional dan perubahan tingkah laku. TR menghapus hukuman. Glasser mengingatkan bahwa commit to user tingkah laku tidak efektif dan pemberian hukuman guna mengubah perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 21 bahwa hukuman untuk melaksanakan rencana-rencana mengakibatkan perkuatan Identitas Kegagalan pada klien dan perusakan hubungan terapeutik. TR berfokus pada tingkah laku saat sekarang, bukan kepada masa lampau, karena masa lampau seseorang itu telah tetap dan tidak bisa diubah, maka yang bisa diubah hanyalah saat sekarang dan masa yang akan datang. b. Kerangka Teori Pasien Pasca Sindrom Koroner Akut dengan nyeri dada - Biologi Faktor resiko genetik, pola hidup, komorbiditas penyakit, usia Psikologis -Kecemasan - Sosial Kondisi sosial ekonomi kurang Fasilitas kesehatan Dukungan Keluarga Mempengaruhi Emosi dan Perilaku - - Emosi Keluhan fisik Terapi Realitas Perilaku Pola Hidup Kecemasan Nyeri Kecemasan menurun Nyeri menurun commit to userTeori Skema 1. Kerangka perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 22 c. Hipotesis Penelitian Terapi Realitas efektif untuk menurunkan cemas dan keluhan nyeri dada pasien pasca Sindrom Koroner Akut. commit to user