5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Sindrom

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Sindrom Koroner Akut
a. Definisi
Kumpulan gejala yang dikaitkan dengan obstruksi arteri
koroner. Gejala paling umum yang mendorong diagnosis SKA adalah
nyeri dada, sering menjalar ke lengan kiri atau sudut rahang, disertai
seperti dada tertekan atau terhimpit dan berhubungan dengan mual
dan berkeringat (Irmalita et al., 2014).
b. Epidemiologi
Berdasarkan laporan World Health Statistic tahun 2008,
tercatat 17,1 juta orang meninggal di dunia akibat penyakit
kardiovaskular. WHO juga memprediksi pada tahun 2030 lebih dari
23,4 juta orang akan meninggal pertahunnya akibat penyakit
kardiovaskular. Di Indonesia sendiri, berdasarkan data Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Kementerian Kesehatan tahun 2007
diketahui bahwa 31,9% kematian di Indonesia disebabkan oleh
penyakit kardiovaskular (Riskesdas, 2007).
Secara umum faktor risiko terjadinya penyakit jantung,
termasuk SKA
dapat dibedakan menjadi faktor risiko yang tidak
dapat dimodifikasi dan faktor
risiko yang dapat dimodifikasi
(Woldecherkos et al., 2007; Jeff et al., 2010).
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi meliputi: (1) jenis
kelamin laki-laki; (2) umur lebih dari 45 tahun pada laki-laki, dan
lebih dari 55 tahun pada perempuan; (3) adanya riwayat keluarga
dengan penyakit jantung. Adapun faktor risiko yang dapat
dimodifikasi antara lain: hipertensi, hiperlipidemia, diabetes, gaya
hidup yang pasif, dan merokok. Di samping faktor risiko di atas,
commit to user
faktor psikologis khususnya kecemasan dianggap memegang peranan
5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
penting dalam terjadinya penyakit jantung. Beberapa studi bahkan
telah memasukkan cemas sebagai salah satu faktor risiko klasik
terjadinya penyakit jantung (Woldecherkos et al., 2007; Jeff et al.,
2010).
c. Patofosiologi
Sebagian besar SKA adalah manifestasi akut dari plak
atheroma pembuluh darah koroner yang koyak atau pecah. Hal ini
berkaitan dengan perubahan komposisi plak dan penipisan tudung
fibrous yang menutupi plak tersebut. Kejadian ini akan diikuti oleh
proses agregasi trombosit dan aktivasi jalur koagulasi. Terbentuklah
trombus yang kaya trombosit (white thrombus). Trombus ini akan
menyumbat liang pembuluh darah koroner, baik secara total maupun
parsial; atau menjadi mikroemboli yang menyumbat pembuluh
koroner yang lebih distal. Selain itu terjadi pelepasan vasoaktif yang
menyebabkan vasokontriksi sehingga memperberat gangguan aliran
darah koroner. Berkurangnya aliran darah koroner menyebabkan
iskemia miokardium. Pasokan oksigen yang berhenti selama kurang
lebih 20 menit menyebabkan miokardium mengalami nekrosis (infark
miokard) (Irmalita et al., 2014).
d. Diagnosis
Pasien-pasien yang diduga mengalami sindrom koroner akut
harus dievaluasi dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, gambaran
EKG, pemeriksaan marka jantung.
Pada anamnesis didapatkan keluhan pasien dengan iskemia
miokard dapat berupa nyeri dada yang tipikal (angina tipikal) atau
atipikal (angina ekuivalen). Keluhan angina tipikal berupa rasa
tertekan/berat daerah retrosternal, menjalar ke lengan kiri, leher,
rahang, area interskapular, bahu, atau epigastrium. Keluhan ini dapat
berlangsung intermiten/beberapa menit atau perisisten (>20 menit).
Keluhan angina tipikal sering disertai keluhan penyerta seperti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
diaphoresis. Mual/muntah, nyeri abdominal, sesak nafas, dan sinkop
(Irmalita et al., 2014).
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengidentifikasi faktor
pencetus iskemia, komplikasi iskemia, penyakit penyerta dan
menyingkirkan diagnosis banding (Irmalita et al., 2014).
Pemeriksaan EKG dilakukan untuk semua pasien dengan
keluhan nyeri dada atau keluhan lain yang mengarah kepada iskemia
harus menjalani pemeriksaan EKG 12 sadapan. Tidak jarang EKG
memberikan gambaran yang normal terutama pada serangan pertama,
sehingga perlu dilakukan pemeriksaan EKG serial untuk memantau
setiap perubahan/perkembangan suatu iskemia miokard (Jeff et al.,
2010; Mayra et al., 2012; Irmalita et al., 2014).
Pemeriksaan marka jantung untuk mengetahui kematian sel-sel
otot jantung (infark miokard) dapat diketahui dari adanya kenaikan
enzim jantung, terutama troponin yang merupakan penanda utama
adanya kematian sel-sel otot jantung (Mayra et al., 2012). Kreatinin
kinase-mb (ck-mb) atau troponin I/T merupakan marka nekrosis
miosit jantung dan menjadi marka untuk diagnosis infark miokard
(Jeff et al., 2010; Irmalita et al., 2014).
e. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
untuk pasien SKA meliputi pemberian
oksigen, aspirin, beta adrenergic blocking agents, high dose lipid
lowering agents, antikoagulan seperti heparin, nitrogliserin, dan atau
morfin sulfat untuk meringankan gejala. Obat-obatan antitrombolitik
yang lebih agresif seperti clopidogrel (antiplatelet oral) dan atau
platelet glycoprotein antagonist juga telah digunakan secara luas ( Jeff
et al., 2010; Irmalita et al., 2014).
Apabila gejala-gejala akut SKA telah dapat dikurangi,
intervensi medis yang penting berikutnya adalah untuk mengurangi
risiko
komplikasi
dan kekambuhan dengan menggunakan
commit
to user angiotensin-converting enzyme
medikamentosa seperti
beta-blockers,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
inhibitors, cholesterol-lowering agents, dan agents antiplatelet
(aspirin, clopidogrel). Gaya hidup dan faktor risiko yang dimodifikasi
juga dilakukan intervensi (Jeff et al., 2010; Irmalita et al., 2014).
2. Nyeri Dada
a. Pengertian Nyeri Dada
Jantung adalah pompa yang bertanggung jawab untuk sirkulasi
darah ke seluruh tubuh. Miokardium
adalah otot jantung yang
bertanggung jawab untuk memompa darah dan seperti otot lain,
memerlukan oksigen darah yang kaya energi. Angina pektoris
menggambarkan rasa sakit, ketidaknyamanan, atau gejala lain yang
terjadi ketika aliran darah ke sel-sel otot jantung tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan energi. Angina adalah tanda peringatan bahwa
otot jantung tidak mendapatkan suplai darah yang cukup dan oksigen.
Jika diabaikan dapat menyebabkan serangan jantung atau infark
miokard (Benjamin et al., 2014).
Nyeri dada Angina adalah sindrom klinis yang ditandai dengan
rasa tidak nyaman di dada, rahang, bahu, punggung, atau lengan. Hal
ini biasanya diperberat oleh aktivitas atau stres emosional dan lega
dengan nitrogliserin. Angina biasanya terjadi pada pasien dengan
Coronary Artery Disease (CAD) melibatkan lebih dari 1 arteri
epikardial besar. Namun, angina juga dapat terjadi pada individu
dengan penyakit katup jantung, hypertrophy cardiomyopathy dan
hipertensi yang tidak terkontrol. Hal ini terdapat pada pasien dengan
jantung koroner dan iskemia miokard yang berhubungan dengan
kejang atau disfungsi endotel (Benjamin et al., 2014).
Angina sering muncul pada saat olahraga dan aktivitas, dan
membaik dengan istirahat. Ketika tubuh memerlukan jantung untuk
memompa lebih banyak darah, otot jantung bekerja lebih banyak
untuk dapat memenuhi kebutuhan oksigen dalam darah, sehingga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
muncul nyeri di dada dan ketika tubuh beristirahat, angina mulai
mereda. (Benjamin et al., 2014).
b. Klasifikasi Nyeri
Klasifikasi berdasarkan intensitas nyeri yang dinilai dengan
Visual Analog Scale (VAS), angka 0 berarti tidak nyeri dan angka 10
berarti intensitas nyeri paling berat (Meliala, 2004).
Berdasarkan VAS, maka nyeri dibagi atas (Meliala et al.,
2004):
1. Nyeri ringan dengan nilai VAS < 4
2. Nyeri sedang dengan nilai VAS 4 -7
3. Nyeri berat dengan nilai VAS >7
c. Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri Dada Kardial (Menurut Bahri,
2004)
Iskemik miokard akan menimbulkan rasa tertekan atau nyeri
substernal yang menjalar ke aksila dan turun ke bawah ke bagian
dalam lengan terutama lebih sering ke lengan kiri. Rasa nyeri juga
dapat menjalar ke epigasterium, leher, rahang, lidah, gigi, mastoid
dengan atau tanpa nyeri dada substernal.
Nyeri disebabkan karena saraf eferan viseral akan terangsang
selama iskemik miokard, akan tetapi korteks serebral tidak dapat
menentukan apakah nyeri berasal dari miokard. Karena rangsangan
saraf melalui medula spinalis T1-T4 yang juga merupakan jalannya
rangsangan saraf sensoris dari sistem somatis yang lain. Iskemik
miokard terjadi bila kebutuhan 02 miokard tidak dapat dipenuhi oleh
aliran darah koroner. Pada penyakit jantung koroner aliran darah ke
jantung akan berkurang karena adanya penyempitan pembuluh darah
koroner.
d. Patofisiologi nyeri dada disebabkan iskemia miokard
Patogenesis nyeri dada pada pasien Sindrom Koroner Akut,
terjadi oleh karena terjadi kelainan aliran darah miokard dan perfusi
commitdarah
to user
miokard pada pembuluh
koroner. Disfungsi endotel akan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
mengurangi bioavailabilitas Nitrit Oxyde (NO) dan peningkatan kadar
plasma endotelin-1 (ET-1), di mana hal ini dapat menjelaskan
kelainan yang terjadi pada pembuluh darah koroner pada SKA. Pada
pasien nyeri dada ditemukan adanya hubungan antara disfungsi
endotel,
peningkatan
kadar
ET-1,
gangguan
respon
dilator
mikrovaskuler koroner dan rasio lebih rendah NO/ET-1 (Richard et
al., 2014; Zeiher et al., 1995; Cox et al., 1999; Kolasinska et al, 2002
cit. Juan, 2004).
Dengan menggunakan MRI dan resonance magnetic nuclear
31-Fosfor dibuktikan bahwa iskemia miokard terjadi oleh karena
terdapat asam laktat yang menumpuk di otot dan menyebabkan rasa
sakit, produksi isoprostan dari oksigen darah sinus yang berkurang
dan perubahan pH koroner, sedangkan non iskemik disebabkan
disfungsi sistem saraf otonom dan peningkatan persepsi nyeri (Kaski,
1995; Lanza et al., 1997; Kaski, 1999; Buchthal et al., 2000; Panting
et al., 2002; Gulli et al., 2001; Hanacek, 2002; Rosen et al., 2002).
e. Kepribadian Manusia
Salah satu kepribadian manusia yang berkorelasi dengan
penyakit Sindrom Koroner Akut adalah kepribadian tipe A oleh
karena perilaku kepribadian tipe A di mana sering memiliki daya
saing yang tinggi, urgensi waktu yang tinggi, cenderung mempunyai
semangat bersaing yang tinggi dan ambisius, berbicara dengan cepat,
suka menyela pembicaraan orang lain dan sering terperangkap dalam
kemarahan yang luar biasa, secara signifikan berhubungan dengan
peningkatan risiko penyakit kardiovaskular (Rafanelli et al., 2013).
Stres emosional dapat berkontribusi terhadap perkembangan
penyakit jantung. Pertama, jika mengalami stres emosional kronis,
lebih cenderung untuk mengembangkan aterosklerosis, proses
penyakit yang menghasilkan penyakit arteri koroner (CAD), stroke
dan penyakit arteri perifer. Kedua, periode stres yang intens ternyata
commit
to userakut, seperti serangan jantung,
dapat memicu masalah
jantung
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
meskipun
belum
terbukti
bahwa
stres
dapat
mempercepat
aterosklerosis, ada cukup banyak bukti yang menunjukkan hal itu.
Dengan stres emosional kronis, terutama dalam individu tipe A
menimbulkan produksi adrenalin ke dalam aliran darah, namun stres
emosional sementara kadar adrenalin masih tetap. Stres kronis juga
dapat
menyebabkan
peningkatan
peradangan
(kadang-kadang
menghasilkan tingkat CRP), yang berhubungan dengan peningkatan
risiko aterosklerosis (Richard, 2014).
3. Kecemasan
a. Pengertian Kecemasan
Kecemasan (ansietas/anxiety) adalah gangguan alam perasaan
(affective) yang ditandai dengan perasaan takut atau khawatir yang
mendalam dan berkelanjutan, tetapi kemampuan dalam menilai
realitas (Reality Testing Ability/RTA) tidak terganggu, begitupun
kepribadiannya juga masih utuh (tidak mengalami keretakan
kepribadian / splitting of personality), sedangkan perilaku dapat
terganggu walaupun masih dalam batas-batas normal (Hawari, 2001).
Kecemasan merupakan kejadian yang sering dialami penderita
SKA. Terjadi peningkatan kadar kecemasan yang dilaporkan sendiri
antara 20% sampai 50% dari pasien setelah serangan akut miokard
infark (Lane et al, 2001; Grace et al, 2004; Hanssen et al, 2009).
Pada unit psikiatri kecemasan akan berlanjut menjadi kecemasan
klinis setelah SKA dan mengalami kecemasan klinis yang signifikan
selama 2 tahun (Grace et al, 2004; Murphy et al., 2008; Pedersen et
al, 2008).
Pada pasien dengan PJK stabil memiliki tingkat kecemasan
yang lebih tinggi daripada populasi umum, dengan tingkat prevalensi
berkisar antara 16% sampai 42%. Hal ini disebabkan secara psikologis
pasien penyakit jantung koroner mempunyai kekuatiran akan terjadi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
kekambuhan yang dapat menimbulkan kematian (Rothenbacher et al.,
2007; Fan et al., 2008; Doering et al., 2009).
Ditinjau dari aspek klinis, kecemasan bisa merupakan suatu
keadaan yang abnormal, suatu gejala dari suatu penyakit lain, suatu
sindrom, atau suatu gangguan yang berdiri sendiri. Sebagai
kecemasan yang normal, setiap orang pernah mengalaminya misalnya
waktu menghadapi ujian, promosi atau penurunan jabatan. Dalam hal
ini, kecemasan dirasakan sebagai akibat dari suatu penyebab yang
jelas dan akan kembali normal setelah obyek yang menjadi penyebab
kecemasan itu berlalu. Kecemasan juga bisa merupakan gejala dari
gangguan atau penyakit lain misalnya psikosis atau serangan miokard
infark. Dalam hal ini cemas merupakan salah satu tanda atau gejala
dari suatu penyakit (Sudiyanto, 2003).
Ansietas atau cemas adalah salah satu dari empat kelompok
besar perasaan emosional, di samping sedih, gembira dan marah.
Ansietas bisa normal dan bisa patologis. Ansietas normal apabila
mendapatkan ketegangan hidup kemudian dapat segera menyesuaikan
diri dalam waktu yang lebih singkat, apabila terus menerus terjadi
ansietas di mana fungsi homeostasis gagal mengadaptasi maka
menjadi ansietas yang patologis (Maramis, 2001).
b. Teori Biologis
1. Sistem saraf otonom.
Stimulasi sistem saraf otonom menyebabkan gejala tertentu
kardiovaskular (sebagai contoh takikardia), muscular (contoh nyeri
kepala), gastrointestinal (contoh diare), dan pernafasan (contoh
nafas cepat) (Kaplan – Sadock, 2010).
2. Neurotransmiter.
Tiga neurotransmitter utama yang berhubungan dengan
kecemasan berdasarkan penelitian pada binatang dan respon
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
terhadap terapi obat adalah norepineprin, serotonin dan gammaaminobutyric acid (GABA) (Kaplan– Sadock, 2010)
3. Norepineprin.
Tentang peranan di dalam kecemasan adalah bahwa pasien
yang menderita mungkin memiliki sistem noradrenergik yang
teregulasi secara buruk. Badan sel pada system noradrenergic
terutama berlokasi di lokus seruleus di pons rostral, mengeluarkan
aksonnya ke korteks serebri, system limbic, batang otak dan
medulla spinalis (Kaplan – Sadock, 2010).
4. Serotonin
Badan sel pada sebagian besar neuron serotonergik
berlokasi di nucleus raphe di batang otak rostral dan berjalan ke
korteks
serebral,
system limbic (khususnya
amigdala dan
hipokampus) dan hipotalamus (Kaplan – Sadock, 2010).
5. GABA
Peranan
gamma-aminobutyric
acid
(GABA)
dalam
gangguan kecemasan memiliki fungsi reseptor GABA yang
abnormal (Kaplan- Sadock, 2010).
Beberapa penulisan epidemiologis telah membuktikan
bahwa kecemasan (anxietas) merupakan faktor risiko terjadinya
Sindrom Koroner Akut, kecemasan kronik dapat meningkatkan
risiko Sindrom Koroner Akut melalui proses mempengaruhi
perilaku (behaviour) seperti merokok, sehingga dapat :
-
Mempromosi
(memicu)
terjadinya
aterosklerosis
seperti
melalui peningkatan risiko hipertensi.
-
Memicu risiko kejadian koroner yang fatal seperti terjadinya
aritmia, ruptur plak, spasme arteri koroner atau thrombosis.
Kecemasan atau ansietas akan merangsang respon hormonal
dari hipotalamus yang akan mensekresi CRF (Corticotropin
Releasing Factor) yang menyebabkan ACTH (Adeno Corticotropin
usermerangsang korteks adrenal untuk
Hormon). Hormon commit
tersebuttoakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
mensekresi kortisol ke dalam sirkulasi darah (Hukum, 1986;
Siverstone et al., 1993). Peningkatan kadar kortisol dalam darah
akan mengakibatkan peningkatan renin plasma, angiotensin II dan
peningkatan kepekaan pembuluh darah terhadap katekolamin
(Sidabutar, 1993) sehingga terjadi peningkatan tekanan darah.
Selain itu hipotalamus juga berfungsi sebagai pusat dari
sistem saraf otonomik (Adams, 1993; Siverstone, et al., 1993).
Sistem ini terbagi atas sistem simpatis dan sistem parasimpatis
(Guyton, 1982; Ganong, 1991). Pada ansietas sedang, terjadi
sekresi adrenalin berlebihan yang menyebabkan peningkatan
tekanan darah, sedangkan pada ansietas yang sangat berat dapat
terjadi reaksi yang dipengaruhi oleh komponen parasimpatis
sehingga akan mengakibatkan penurunan tekanan darah dan
frekuensi denyut jantung (Sidabutar, 1993).
Pada kecemasan yang kronis kadar adrenalin terus
meninggi, sehingga kepekaan terhadap rangsangan yang lain
berkurang dan akan terlihat tekanan darah meninggi. Sebagian
besar penulis menemukan adanya peningkatan tekanan sistolik
sebagai akibat dari peningkatan curah jantung dan denyut jantung
(Falkner et al., 1978; Knardahl et al, 1988), sedangkan yang
lainnya menemukan peningkatan tekanan diastolik (Steproe et al.,
1982) dan ada juga yang tidak menemukan hubungan antara
keduanya (Masterton et al., 1981).
c. Instrumen Penilaian Kecemasan
Instrumen-instrumen untuk mengukur skala kecemasan yang
digunakan di Indonesia banyak sekali salah satunya adalah Hamilton
Anxiety Rating Scale (HARS) dan The Taylor Manifest Anxiety Scale
(TMAS), yaitu untuk mengukur aspek kognitif dan afektif (Hawari,
2001). Instrumen sebagai salah satu alat bantu diagnosis kecemasan
yang digunakan untuk penulisan ini adalah The Taylor Manifest
commitSkala
to userini disusun oleh Taylor untuk
Anxiety Scale (TMAS).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
menyeleksi subjek penulisan dengan tingkat kecemasan tinggi dan
rendah, guna mempelajari berbagai situasi eksperimental yang telah
teruji reliabilitas dan validitasnya. (Wicaksono, 1992).
TMAS merupakan kuesioner yang terdiri dari 50 butir
pertanyaan yang kesemuanya menunjukkan skor kecemasan yang
muncul. Banyak dari butir-butir ini yang menunjukkan gejala
kecemasan yang mencolok seperti berkeringat, muka kemerahan,
keguncangan, gemeteran, dan lain-lain. Sebagian mengandung
keluhan-keluhan somatik seperti mual, pusing, diare, gangguan
lambung dan lain-lain. Butir-butir lainnya menunjukkan konsentrasi,
perasaan eksitasi atau tidak bisa istirahat, menurunnya kepercayaan
diri, sensitivitas ekstra terhadap orang lain, perasaan akan bahaya dan
tidak berguna (Wicaksono, 1992).
The Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS) telah divalidasi
penggunaannya di Indonesia dengan hasil baik. Dengan nilai batas
pemisah skor 22/23, sensitivitas TMAS cukup tinggi yaitu 90%,
spesifitasnya 95%, nilai ramal positif 94,7%, nilai ramal negatif
90,4% dan efektif diagnosis 92,5%. Reliabilitas instrumen dengan KR
20 reliabilitasnya r : 0,86. Butir-butir pernyataan yang sesuai untuk
kecemasan/ favourable yaitu nomor 2, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 13, 14, 16,
17, 19, 21, 22, 23, 24, 26, 27, 28, 30, 31, 32, 33, 34, 36, 37, 39, 40,
41, 42, 45, 46, 47, 48, 49 (35 butir).
Sedangkan butir-butir pernyataan yang tidak sesuai untuk
kecemasan/ unfavourable yaitu 1, 3, 4, 9, 12, 15, 18, 20, 25, 29, 35,
38, 43, 44, 50 (15 butir). Sangat praktis dan pasien dapat mengerjakan
sendiri dalam waktu relatif singkat (Sudiyanto, 2003).
d. Teori Tentang Emosi
Untuk
memudahkan
pemahaman
tentang
perubahan
persepsi terhadap nyeri disampaikan sedikit teori tentang emosi
yang dianut hingga saat ini. Dikatakan bahwa sistem di dalam otak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
yang dianggap bertanggung jawab terhadap perjalanan emosi adalah
system limbic.
System limbic merupakan bagian sistem saraf pusat yang
terdiri dari beberapa struktur antara lain amigdala, septum,
hipokampus, girus cingulatus, thalamus anterior dan hipotalamus.
System limbic mempunyai fungsi pengendalian emosi, perilaku
instingtif, dorongan, motivasi dan perasaan. Sistem ini terdiri atas
korteks yang mengelilingi Corpus Calosum, Girus Cinguli dan
hypocampus. Baik korteks cerebri maupun, system limbic keduanya
mempunyai
akses
ke
area
motorik
batang
otak,
sehingga
memungkinkan manusia belajar beradaptasi dan mengontrol perilaku
instingtifnya. Bagian-bagian system limbic saling berhubungan secara
kompleks dan beberapa membentuk sirkuit, contoh yang terkenal
Sirkuit Papez (Beauregard, 2011 cit. Syamsulhadi, 2013).
Pengalaman emosi
ditetapkan
langsung
oleh
aktivitas
korteks cinguli dan secara tidak langsung oleh area kortikal yang
lain, sedangkan ekspresi emosi diperkirakan diatur oleh hipotalamus.
Korteks cinguli mengirim proyeksi ke hipokampus, dan hipokampus
mengirim proyeksi ke hipotalamus lewat berkas akson fornis,
sedangkan hipotalamus memiliki pengaruh sampai ke korteks lewat
“relay” di dalam Nukleus Anterior Thalamic. Sistem tersebut disebut
sebagai Sirkuit Papez (Bear et.al, 1996 cit. Mulyata, 2005).
e. Hubungan antara Cemas, dan Hasil Negatif Terhadap Jantung
Pada Pasien Sindrom Koroner Akut
Cemas juga memiliki keterkaitan dengan hasil negatif jantung
pada spektrum penyakit jantung. Orang dengan peningkatan cemas
berisiko tinggi terhadap perkembangan penyakit jantung koroner
dibandingkan orang yang tidak cemas (Yelizaveta et al., 2010).
Khususnya, khawatir merupakan komponen cemas yang terkait dengan
penyakit jantung. Di antara pasien dengan penyakit kardiovaskuler
commit to
user rentan terhadap kejadian jantung
akut, populasi pasien tersebut
paling
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
katastropik dan komplikasi, beberapa penelitian menemukan bahwa
peningkatan cemas setelah infark miokard memiliki hubungan
tersendiri dengan komplikasi pasien jantung yang dirawat inap (Jeff
et al., 2010 ; Yelizaveta et al., 2010).
Singkatnya, cemas tampak memiliki hubungan dengan hasil
lanjutan kardiovaskuler di antara pasien dengan penyakit jantung iskemia;
cemas khususnya, tampak jelas terkait dengan kelainan jantung dalam
jangka pendek dan jangka panjang (David , 2005; Jeff et al., 2010 ;
Yelizaveta, et al., 2010).
4. Psikoterapi
Intervensi psikoterapi adalah suatu terapi non farmakologi. Secara
umum menarik untuk pasien karena kurangnya efek samping somatik. Di
samping itu, intervensi ini dapat dipakai secara individual agar fokus pada
kesulitan tertentu yang dialami pasien. Penelitian terhadap 2481 pasien,
menemukan bahwa pengobatan dengan cognitive behaviour therapy
(CBT) secara signifikan mengurangi gejala kecemasan di antara pasien
pasca infark miokard. (Aline et al., 2011).
Psikoterapi CBT dikaitkan dengan Terapi Realitas oleh karena
sama sama merupakan suatu terapi dengan menggunakan kognitif dan
perubahan perilaku dengan tujuan untuk mencapai otonomi. Hanya pada
TR menguraikan prinsip-prinsip dan prosedur-prosedur yang dirancang
untuk
membantu
orang-orang
dalam
mencapai
suatu
“Identitas
Keberhasilan” dan tanpa adanya hukuman (Corey, 2010).
a. Terapi Realitas
Terapi Realitas adalah suatu sistem yang difokuskan pada
tingkah laku sekarang. Terapis berfungsi sebagai guru dan model serta
mengkonfrontasikan pasien
dengan
cara-cara
yang
membantu
pasien menghadapi kenyataan dan memenuhi kebutuhan dasarnya
tanpa merugikan dirinya sendiri ataupun orang lain. Inti TR adalah
penerimaan tanggungcommit
jawabto user
pribadi, yang dipersamakan dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
kesehatan mental (Corey, 2010). Terapi Realitas dikembangkan oleh
William Glasser yang berpandangan bahwa semua manusia memiliki
kebutuhan dasar yaitu kebutuhan fisiologis dan psikologis. Kedua
kebutuhan ini digabung menjadi satu kebutuhan yang utama disebut
kebutuhan identitas. Identitas merupakan cara seseorang melihat
dirinya sebagai manusia dalam hubungannya dengan orang lain dan
dunia luarnya (Glasser, 1965 cit. Latipun, 2001).
Menurut Terapi Realitas, akan sangat berguna apabila
menganggap identitas dalam pengertian “Identitas Keberhasilan”
lawan “Identitas Kegagalan”. Dalam pembentukan identitas, masingmasing dari kita mengembangkan keterlibatan dengan orang lain dan
dengan bayangan diri, yang dengannya kita merasa relatif berhasil atau
tidak berhasil. Orang lain memainkan peranan yang berarti dalam
membantu kita menjelaskan dan memahami identitas kita sendiri.
Cinta dan penerimaan berkaitan langsung dengan pembentukan
identitas. Dasar dari terapi realitas
adalah
membantu
pasien
memenuhi kebutuhan dasar psikologis, yang mencakup “kebutuhan
untuk mencintai dan dicintai serta untuk merasakan bahwa kita
berguna baik bagi diri kita sendiri maupun bagi orang lain (Corey,
2010).
Pandangan tentang manusia mencakup pernyataan bahwa
“kekuatan pertumbuhan” mendorong kita untuk berusaha mencapai
Identitas Keberhasilan
(Glasser 1965 cit. Corey, 2010). Masing-
masing individu memiliki kekuatan ke arah kesehatan atau
pertumbuhan. Pada dasarnya orang-orang ingin puas hati dan
menikmati suatu identitas keberhasilan, menunjukkan tingkah laku
yang bertanggung jawab, dan memiliki hubungan interpersonal yang
penuh makna (Corey, 2010). Penderitaan pribadi bisa diubah hanya
dengan perubahan identitas. Karena individu bisa mengubah cara
hidup, perasaan, dan tingkah-lakunya, maka merekapun bisa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
mengubah
identitasnya.
Perubahan
identitas
bergantung
pada
perubahan tingkah laku (Corey, 2010).
Teknik-teknik Terapi Realitas bisa diterapkan pada lingkup
masalah tingkah laku dan emosional yang luas, prosedur-prosedur
Terapi Realitas telah dipakai dengan berhasil pada penanganan
masalah-masalah individu yang spesifik. Singkatnya, pendekatan
Terapi Realitas adalah aktif, membimbing, mendidik dan terapi yang
berorientasi
pada cognitive
behavioral.
Metode kontrak
selalu
digunakan, dan jika kontrak terpenuhi maka proses konseling dapat
diakhiri. Pendekatannya adalah dapat menggunakan “mendorong” atau
“menantang”. Jadi pertanyaan
“what”
dan
“how” yang
digunakan, sedangkan “why” tidak digunakan. Hal ini sangat penting
untuk membuat rencana terus sehingga pasien dapat memperbaiki
perilakunya (Glasser, 1965 cit. Latipun, 2001).
Secara singkat ciri-ciri Terapi Realitas mencakup (Corey,
2010) : TR menolak konsep tentang penyakit mental. Ia berasumsi
bahwa bentuk-bentuk gangguan tingkah laku yang spesifik adalah
akibat
dari
ketidakbertanggungjawaban.
Pendekatan
ini
tidak
berurusan dengan diagnosis-diagnosis psikologis. Ia mempersamakan
gangguan mental dengan tingkah laku yang tidak bertanggung jawab
dan mempersamakan kesehatan mental dengan tingkah laku yang
bertanggung jawab.
TR berfokus pada tingkah laku sekarang alih-alih pada
perasaan-perasaan dan sikap-sikap. Meskipun tidak mengangggap
perasaan-perasaan dan sikap-sikap itu tidak penting, terapi realitas
menekankan kesadaran atas tingkah laku sekarang. Terapi realitas juga
tidak bergantung pada pemahamam untuk mengubah sikap-sikap,
tetapi menekankan bahwa perubahan sikap mengikuti perubahan
perilaku.
TR berfokus pada saat sekarang, bukan kepada masa lampau,
commit to itu
usertelah tetap dan tidak bisa diubah,
karena masa lampau seseorang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
maka yang bisa diubah hanyalah saat sekarang dan masa yang akan
datang.
TR menekankan pertimbangan-pertimbangan nilai. Pasien
harus menilai kualitas perilakunya sendiri apakah bertanggung jawab,
rasional realistik dan benar atau sebaliknya. Penilaian perilaku sendiri
oleh pasien akan
membantu kesadaran
tentang
dirinya
untuk
melakukan hal yang positif atau mencapai identitas keberhasilan.
TR tidak menekankan transferensi. Ia tidak memandang konsep
tradisional tentang transferensi sebagai hal yang penting. Mengimbau
agar para terapis menempuh cara beradanya yang sejati, yakni bahwa
mereka menjadi diri mereka sendiri.
TR menekankan aspek-aspek kesadaran, bukan aspek-aspek
ketaksadaran.
TR menghapus hukuman. Glasser mengingatkan bahwa
pemberian hukuman guna mengubah tingkah laku tidak efektif dan
bahwa hukuman untuk melaksanakan rencana-rencana mengakibatkan
perkuatan Identitas Kegagalan pada klien dan perusakan hubungan
terapeutik.
TR
menekankan
tanggung
jawab,
yang
oleh
Glasser
didefinisikan sebagai “kemampuan untuk memenuhi kebutuhankebutuhan sendiri dan melakukannya dengan cara yang tidak
mengurangi kemampuan orang lain dalam memenuhi kebutuhankebutuhan mereka.
Alasan pada penelitian ini menggunakan Terapi Realitas adalah
: Pada kasus-kasus nyeri dada akibat kecemasan pada pasien pasca
SKA melibatkan masalah emosional, sedangkan pendekatan TR aktif,
membimbing dan mendidik berhasil pada
masalah
individu
yang
penanganan
masalah-
spesifik yang berkaitan dengan masalah
emosional dan perubahan tingkah laku.
TR menghapus hukuman. Glasser mengingatkan bahwa
commit
to user tingkah laku tidak efektif dan
pemberian hukuman guna
mengubah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
bahwa hukuman untuk melaksanakan rencana-rencana mengakibatkan
perkuatan Identitas Kegagalan pada klien dan perusakan hubungan
terapeutik.
TR berfokus pada tingkah laku saat sekarang, bukan kepada
masa lampau, karena masa lampau seseorang itu telah tetap dan tidak
bisa diubah, maka yang bisa diubah hanyalah saat sekarang dan masa
yang akan datang.
b. Kerangka Teori
Pasien Pasca Sindrom Koroner Akut dengan nyeri dada
-
Biologi
Faktor resiko genetik,
pola hidup,
komorbiditas penyakit,
usia
Psikologis
-Kecemasan
-
Sosial
Kondisi sosial ekonomi
kurang
Fasilitas kesehatan
Dukungan Keluarga
Mempengaruhi Emosi dan
Perilaku
-
-
Emosi
Keluhan
fisik
Terapi
Realitas
Perilaku
Pola Hidup
Kecemasan
Nyeri
Kecemasan menurun
Nyeri menurun
commit
to userTeori
Skema
1. Kerangka
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
c. Hipotesis Penelitian
Terapi Realitas efektif untuk menurunkan cemas dan keluhan
nyeri dada pasien pasca Sindrom Koroner Akut.
commit to user
Download