BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Konsep Sosial Ekonomi Pengertian Sosial Ekonomi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sosial berarti berkenaan dengan masyarakat (KBBI, 2002:1454). Menurut Departemen Sosial, kata sosial adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai acuan dalam berinteraksi antar manusia dalam konteks masyarakat atau komunitas, sebagai acuan berarti sosial bersifat abstrak yang berisi simbol-simbol berkaitan dengan pemahaman terhadap lingkungan, dan berfungsi untuk mengatur tindakan-tindakan yang yang dimunculkan oleh individu-individu sebagai anggota suatu masyarakat. Sehingga dengan demikian, sosial haruslah mencakup lebih dari seorang individu yang terikat pada satu kesatuan interaksi, karena lebih dari seorang individu berarti terdapat hak dan kewajiban dari masing-masing individu yang saling berfungsi saru dengan lainya (http://www.depsos.go.id/ diakses pada tanggal 10 Maret 2015 pukul 21.15 WIB). Santrock (2007:282), status sosial ekonomi sebagai pengelompokan orangorang berdasarkan kesamaan karakteristik pekerjaan dan pendidikan ekonomi. Status sosial ekonomi menunjukan ketidaksetaraan tertentu. Secara umum anggota masyarakat memiliki (1) pekerjaan yang bervariasi prestisenya, dan beberapa individu memiliki akses yang lebih besar terhadap pekerjaan berstatus lebih tinggi dibanding orang lain; (2) tingkat pendidikan yang berbeda, ada Universitas Sumatera Utara beberapa individu memiliki akses yang lebih besar terhadap pendidikan yang lebih baik dibanding orang lain; (3) sumber daya ekonomi yang berbeda; (4) tingkat kekuasaan untuk mempengaruhi institusi masyarakat. Perbedaan dalam kemampuan mengontrol sumber daya dan berpartisipasi dalam ganjaran masyarakat menghasilkan kesempatan yang tidak setara. Menurut Soekanto, sosial ekonomi adalah posisi seseorang dalam masyarakat berkaitan dengan orang lain dalam arti lingkungan pergaulan, prestasinya, dan hak-hak serta kewajibannya dalam hubungannya dengan sumber daya. Menurut Abdulsyani sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompok manusia yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendapatan, tingkat pendidikan, jenis rumah tinggal, dan jabatan dalam organisasi. Untuk mengukur kondisi rill sosial ekonomi seseorang atau sekelompok rumah tangga, dapat dilihat dari kebutuhan hidup manusia secara menyeluruh. Dalam laporan PBB I berjudul Report on International Definition and Measurement of Standart and Level Living, badan dunia tersebut menetapkan 12 jenis komponen yang harus digunakan sebagai dasar untuk memperkirakan kebutuhan manusia, meliputi: 1. Kesehatan 2. Makanan dan gizi 3. Kondisi pekerjaan 4. Situasi kesempatan kerja 5. Konsumsi dan tata hubungan aggregative 6. Pengangkutan Universitas Sumatera Utara 7. Perumahan, termasuk fasilitas-fasilitas perumahan 8. Sandang 9. Rekreasi dan hiburan 10. Jaminan sosial 11. Kebebasan manusia (siagian, 2012:74) Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian status sosial ekonomi dalam penelitian ini adalah kondisi suatu keluarga atau orang tua yang diukur dengan tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, pemilikan kekayaan atau fasilitas serta jenis pekerjaan. 2.1.2 Faktor-Faktor yang Menentukan Sosial Ekonomi Ada beberapa faktor yang dapat menentukan tinggi rendahnya sosial ekonomi orang tua di masyarakat, diantaranya tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, kondisi lingkungan tempat tinggal, pemilikan kekayaan, dan partisipasi dalam aktivitas kelompok dari komunitasnya. Dalam hal ini uraiannya dibatasi hanya 4 faktor yang menentukan yaitu tingkat pendidikan, pendapatan, dan kepemilikan kekayaan, dan jenis pekerjaan. 1. Tingkat Pendidikan Sejak masa kolonialisme, pendidikan dianggap sebagai faktor penting untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa. Masyarakat Indonesia yang biasa dikenal dengan penduduk pribumi pada masa kolonial mendapat kesempatan untuk menyekolahkan anak-anaknya, meskipun masih banyak keterbatasan karena adanya pembedaan perlakuan dalam masyarakat, adanya perbedaan jenjang pendidikan pada masa kolonial pada umumnya membuat peluang masyarakat Universitas Sumatera Utara untuk memperoleh pekerjaan lebih sedikit sehingga berdampak pada pendapatan yang mempengaruhi kesejahteraan (http://id.m.wikipedia.org/wiki/sosial_ekonomi diakses pada tanggal 13 April 2015 pukul 19.36 WIB). Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 1, pendidikan diupayakan untuk mewujudkan individu agar dapat mengembangkan potensi dirinya dengan bekal memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan adalah aktifitas dan usaha untuk meningkatkan kepribadian dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rohani (fikiran, cipta, rasa, dan hati nurani) serta jasmani (panca indera dan keterampilan-keterampilan). Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 3, pendidikan bertujuan untuk “Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan diselenggarakan melalui jalur pendidikan sekolah (pendidikan formal) dan jalur pendidikan luar sekolah (pendidikan non formal). Jalur pendidikan sekolah (pendidikan formal) terdapat jenjang pendidikan sekolah, jenjang pendidikan sekolah pada dasarnya terdiri dari pendidikan prasekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Universitas Sumatera Utara Dalam penelitian ini tingkat pendidikan orang tua dilihat dari jenjang pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh orang tua anak. Selain itu, pendidikan informal yang pernah diikuti berupa kursus dan lain-lain. Karena tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap jenis pekerjaan dan tentunya juga pendapatan yang diperoleh. 2. Pendapatan Pendapatan adalah jumlah semua hasil suatu pekerjaan yang yang diterima oleh kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya yang diwujudkan dalam bentuk uang dan barang. Menurut Sumardi dalam Yerikho (2007) mengemukakan bahwa pendapatan yang diterima oleh penduduk akan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang ditempuh. Dengan pendidikan yang tinggi mereka akan dapat memperoleh kesempatan yang lebih luas untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik disertai pendapatan yang lebih besar. Sedangkan bagi penduduk yang berpendidikan rendah akan menadapat pekerjaan dengan pendapatan yang kecil. Menurut Gustiyana (2003), pendapatan dapat dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan usaha tani dan pendapatan rumah tangga. Pendapatan merupakan pengurangan dari penerimaan dengan biaya total. Pendapatan rumah tangga yaitu pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usaha tani ditambah dengan pendapatan yang berasal dari kegiatan diluar usaha tani. Pendapatan usaha tani adalah selisih antara pendapatan kotor (output) dan biaya produksi (input) yang dihitung dalam per bulan, per tahun, per musim tanam. Pendapatan luar usaha tani adalah pendapatan yang diperoleh sebagai akibat melakukan kegiatan diluar usaha tani seperti berdagang, mengojek, dan lain-lain. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan dari pendapatan keluarga, maka dapat di golongkan didalam kedudukan sosial ekonomi rendah, sedang, dan tinggi : a. Golongan Ekonomi Rendah Golongan masyarakat berpenghasilan rendah yaitu masyarakat yang menerima pendapatan lebih rendah dari keperluan untuk memenuhi tingkat hidup yang minimal. b. Golongan Ekonomi Sedang Golongan masyarakat berpenghasilan sedang yaitu masyarakat yang dapat memenuhi kebutuhan hidup namun hanya pas-pasan. Menjadikan pendidikan sebagai acuan kehidupan. c. Golongan Ekonomi Tinggi Golongan masyarakat berpenghasilan tinggi yaitu masyarakat yang dapat memenuhi kebutuhan hidup baik kebutuhan jangaka pendek maupun jangka panjang tanpa ada rasa khawatir. Menjadikan pendidikan bukan sebagai acuan kehidupan, menjadikan budaya dalam keluarga untuk menjaga marwah. Siagian (2012:69-72), Pendapatan sosial ekonomi orang tua dapat merumuskan indikator kemiskinan yang representatif. Keyakinan tersebut muncul karena pendapatan merupakan variabel yang secara langsung mempengaruhi apakah seseorang atau sekelompok orang akan mampu atau tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya agar dapak hidup secara layak sebagai manusia yang memiliki harkat dan martabat. Bank Dunia sendiri menetapkan indikator kemiskinan sebesar US$ 2 perhari perorang dan untuk yang benar-benar miskin sebesar US$ 1. Universitas Sumatera Utara Melihat kondisi pasar, mahalnya suatu barang yang akan dikonsumsi maka peneliti menetapkan acuan besaran pendapatan dan pengeluaran dalam suatu rumah tangga perbulannya adalah sebagai berikut: a. Pendapatan: b. 1. Pendapatan ekonomi bawah : < Rp. 5.000.000 2. Pendapatan ekonomi menengah : Rp. 5.000.000 – Rp. 10.000.000 3. Pendapatan ekonomi tinggi : > Rp. 10.000.000 Pengeluaran: 1. Pengeluaran rendah : < Rp. 1.000.000 2. Pengeluaran menengah : Rp. 1.000.000 – Rp. 5.000.000 3. Pengeluaran tinggi : > Rp. 5.000.000 (http://media.unpab.ac.id/ diakses pada tanggal 15 Maret 2015 pukul 16.15 Wib). 3. Pemilikan Kekayaan atau Fasilitas Pemilikan kekayaan atau fasilitas adalah kepemilikan barang berharga yang memiliki nilai tinggi dalam suatu rumah tangga. Kepemilikan kekayaan atau fasilitas tersebut diantaranya: a. Barang-barang berharga Kepemilikan kekeyaan yang bernilai ekonomis dalam berbagai bentuk dan ukuran seperti perhiasan, televisi, kulkas dan lain-lain dapat menunjukkan adanya pelapisan dalam masyarakat. b. Jenis-jenis kendaraan pribadi Kendaraan pribadi dapat digunakan sebagai alat ukur tinggi rendahnya tingkat sosial ekonomi keluarga. Misalnya, orang yang mempunyai mobil Universitas Sumatera Utara akan merasa lebih tinggi tingkat taraf ekonominya dari pada orang yang mempunyai sepeda motor. Dalam penelitian ini, kepemilikan kekayaan yaitu yang mencakup harta benda yang dimiliki oleh orang tua anak berupa harta yang tidak bergerak berupa mobil, kendaraan bermotor dan harta yang tidak bergerak sepeerti tanah, sawah, rumah, dan lain-lain yang digunakan untuk membiayai pendidikan anak. 4. Jenis Pekerjaan Pekerjaan akan menentukan status sosial ekonomi karena dari bekerja segala kebutuhan akan dapat terpenuhi. Pekerjaan tidak hanya mempunyai nilai ekonomi namun usaha manusia untuk mendapatkan kepuasan dan mendapatkan imbalan atau upah, ber upa barang dan jasa dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pekerjaan seseorang akan mempengaruhi kemampuan ekonominya, untuk itu bekerja merupakan suatu keharusan bagi setiap individu sebab dalam bekerja mengandung dua segi, kepuasan jasmani dan terpenuhinya kebutuhan hidup. (http://digilib.unimed.ac.id/publik/UNIMED-Undergraduate-22748 diakses pada tanggal 14 April 2015 pukul 08.46 WIB). Menurut Manginsihi (2013:15), pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang tua anak untuk mencari nafkah. Pekerjaan yang ditekuni oleh setiap orang berbeda-beda, perbedaan itu akan menyebabkan perbedaan tingkat penghasilan dari yang rendah sampai pada tingkat yang tinggi, tergantung pada pekerjaan yang ditekuninya. Contoh pekerjaan berstatus sosial ekonomi rendah adalah buruh pabrik, penerima dana kesejahteraan, dan lain-lain. Universitas Sumatera Utara Kemudian menurut pedoman ISCO (International Standart Clasification of Oecupation) pekerjaan diklasifikasikan sebagai berikut: a. Profesional ahli teknik dan ahli jenis b. Kepemimpinan dan ketatalaksanaan c. Administrasi tata usaha dan sejenisnya d. Jasa e. Petani f. Produksi dan operator alat angkut Dari berbagai klasifikasi pekerjaan diatas, orang akan dapat memilih pekerjaaan yang sesuai dengan kemampuan dan ketrampilan yang dimilikinya. Dalam masyarakat tumbuh kecenderungan bahwa orang yang bekerja akan lebih terhormat di mata masyarakat, artinya lebih dihargai secara sosial dan ekonomi. Jadi, untuk menentukan status sosial ekonomi dalam keluarga yang dilihat dari jenjang pekerjaan, maka jenis pekerjaan tersebut dapat diberi batasan sebagai berikut: a. Pekerjaan yang berstatus tinggi, yaitu tenaga ahli teknik dan ahli jenis, pemimpin ketatalaksanaan dalam suatu instansi baik pemerintah maupun swasta, tenaga administrasi tata usaha. b. Pekerjaan yang berstatus sedang, yaitu pekerjaan di bidang penjualan dan jasa. c. Pekerjaan yang berstatus rendah, yaitu petani dan operator alat angkut/bengkel. Universitas Sumatera Utara 5. Kesehatan Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) kesehatan ialah suatu keadaan sejahtera dari bada jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Selanjutnya kesehatan juga merupakan suatu keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit kelemahan. Pada dasarnya kesehatan itu meliputi tiga aspek, antara lain : 1. Kesehatan fisik terwujud apabila seseorang tidak merasa dan mengeluh sakit 2. Tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit 3. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami tampak sakit Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penanggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan, dan atau perawatan. Adapun yang menjadi indicator dalam pemenuhan kesehatan yaitu: a. Kemampuan untuk membeli obat-obatan b. Kemampuan untuk berobat ke dokter c. Kemampuan pemenuhan kebutuhan spiritual 2.1.3 Faktor Penghambat Sosial Ekonomi Keluarga a. Sumber penghasilan Penghasilan keluarga dapat diperoleh dari beberapa sumber untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, diantaranya sumber penghasilan tetap sebagai imbalan jasa dari pekerjaan tetap dan sumber penghasilan tambahan yang merupakan hasil usaha sampingan. Jadi, apabila penghasilan pekerjaan tetap tidak mencukupi dan penghasilan tambahan Universitas Sumatera Utara tidak ada akan membuat sebuah keluarga kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya. b. Besarnya Penghasilan Yang dimaksud adalah besarnya pemasukan uang, barang-barang atau harta kekayaan yang dapat dipakai oleh seluruh keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga itu sendiri. Sebagaimana dijelaskan dalam suatu teori bahwa unsur-unsur dan faktor-faktor yang mempengaruhi sosial ekonomi keluarga adalah sumber penghasilan. c. Jumlah Anggota Keluarga Jumlah orang-orang yang menjadi tanggung jawab suatu keluarga atau rumah tangga dipenuhi kebutuhan hidupnya, semakin banyak jumlah anggota keluarga berarti semakin banyak pula kebutuhan yang harus dicukupi atau nilai kebutuhan bertambah besar. Oleh sebab itu, penghasilan keluarga dituntut mampu mencukupi kebutuhan anggota keluarga. d. Penggunaan Penghasilann Keluarga Mengatur ekonomi keluarga agar kebutuhan dari masing-masing anggota keluarga terpenuhi, maka harus teliti memilih antara kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder serta kebutuhan pelengkap lainnya. Semua itu harus disesuaikan dengan kemampuan penghasilan keluarga yang diperoleh, sehingga tidak terjadi pemborosan. Untuk itu, gunakanlah prinsip seperti dahululukan kebutuhan mana yang penting, kebutuhan mana yang mendesak, dan kebutuhan mana yang memiliki sifat lebih penting dan mendesak untuk dipenuhi. Universitas Sumatera Utara 2.2 Konsep Keluarga 2.2.1 Pengertian Keluarga Dalam kamus lengkap Bahasa Indonesia Modern secara harfiah keluarga berarti sanak saudara: kaum kerabat, orang seisi rumah, anak bini. Dalam kamus Oxford Learner’s Pocket Dictionary, keluarga berasal dari kata famiy yang berarti: a. Group consisting of one or two parents and their children (kelompok yang terdiri dari satu atau dua orang tua dan anak-anak mereka); b. Group consisting of one or two parents, their children, and close relations (kelompok yang terdiri dari satu atau dua orang tua, anak-anak mereka, dan kerabat-kerabat dekat); c. All the people descendend from the same ancestor (semua keturunan dari nenek moyang yang sama). Konsep keluarga ideal tentu diawali dari sebuah pernikahan atau perkawinan yang sah dan diakui. Dalam membentuk sebuah keluarga yang diikat dalam perkawinan yang sah dan diakui hendaknya sesuai dengan syarat-syarat yang berlaku, baik syarat dalam agama maupun dalam hukum negara. Keluarga adalah kelompok kecil yang memiliki pemimpin dan anggota, mempunyai pembagian tugas dan kerja, serta hak dan kewajiban bagi masing-masing anggotanya. Keluarga adalah tempat pertama dan yang paling utama dimana anakanak belajar. Dari kelurga, mereka mempelajari sifat-keyakinan, sifat-sifat mulia, komunikasi dan interaksi sosial, serta keterampilan hidup. Keluarga dengan sistem konjungal, menekankan pada pentingnya hubungan perkawinan (antara suami dan istri), ikatan dengan suami atau istri Universitas Sumatera Utara cenderung dianggap lebih penting daripada ikatan dengan orangtua (Sunarto, 2004:63). Keluarga juga dapat didefinisikan sebagai suatu kelompok dari orangorang yang disatukan oleh ikatan-ikatan perkawinan, darah, atau adopsi, merupakan susunan rumah tangga sendiri, berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain yang menimbulkan peranan-peranan sosial bagi suami istri, ayah dan ibu, putra dan putri, saudara laki-laki dan perempuan, serta pemelihara kebudayaan bersama. Definisi lain mengatakan bahwa, keluarga adalah sekelompok orang yang diikat oleh perkawinan atau darah, biasanya meliputi ayah, ibu dan anak atau anak-anak. Berdasarkan penjelasan di atas, maka terdapat beberapa bentuk atau tipe keluarga, yaitu: 1. Keluarga inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu, dan Anak-anak. 2. Keluarga besar (Extended Family) adalah keluarga Inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya : nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dan sebagainya. 3. Keluarga brantai (Serial Family) adalah keluarga yang terdiri dari satu wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti. 4. Keluarga Duda / Janda (Single Family) adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian. 5. Keluarga berkomposisi (Camposite) adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama. Universitas Sumatera Utara 6. Keluarga Kabitas (Cahabitasion) adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tapi membentuk suatu keluarga. 2.2.2 Ciri-Ciri Keluarga Keluarga pada dasarnya merupakan suatu kelompok yang terbentuk dari suatu hubungan seks yang tetap, untuk menyelenggarakan hal-hal yang berkenaan dengan keorangtuaan dan pemeliharaan anak. Adapun ciri-ciri dari sebuah keluarga di dalam masyarakat adalah sebagai berikut: 1. Unit terkecil dari masyarakat. 2. Terdiri atas 2 orang atau lebih. 3. Adanya ikatan perkawinan atau pertalian darah. 4. Hidup dalam satu rumah tangga . 5. Di bawah asuhan seseorang kepala rumah tangga. 6. Berinteraksi diantara sesama anggota keluarga. 7. Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing. 8. Diciptakan untuk mempertahankan suatu kebudayaan. Bugges dan Locke juga mengemukakan terdapatnya 4 karakteristik keluarga yang terdapat pada semua keluarga, yaitu: 1. Keluarga adalah susunan orang-orang yang disatukan oleh ikatan-ikatan perkawinan, darah, atau adopsi. Pertalian antara suami dan isteri adalah perkawinan dan hubungan antara orang tua dan anak biasanya adalah karah, dan kadangkala adopsi. 2. Anggota-anggota keluarga ditandai dengan hidup bersama di bawah satu atap dan merupakan susunan satu rumah tangga atau jika mereka bertempat tinggal, rumah tangga tersebut menjadi rumah mereka. Universitas Sumatera Utara 3. Keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang berinteraksi dan berkomunikasi yang menciptakan peranan-peranan sosial bagi si suami dan isteri, ayah dan ibu, putra-putri, saudara laki-laki dan saudara perempuan. Peranan-peranan tersebut dibatasi oleh masyarakat, tetapi masing-masing keluarga diperkuat oleh kekuatan melalui sentimensentimen, yang sebahagian merupakan tradisi dan sebahagian lagi emosional, yang menghasilkan pengalaman. 4. Keluarga adalah pemelihara suatu kebudayaan bersama, yang diperoleh pada hakekatnya dari kebudayaan umum, tetapi dalam suatu masyarakat yang kompleks masing-masing keluarga mempunyai ciri-ciri yang berlainan dengan keluarga lainnya (Suhendi, 2001:32) 2.2.3 Fungsi Keluarga Ahmad Tafsir dkk. (2004) melihat bahwa fungsi pendidik dalam keluarga harus dilakukan untuk menciptakan keharmonisan baik di dalam maupun di luar keluarga itu. Apabila terjadi disfungsi peran keluarga, maka akan terjadi krisis di dalam keluarga. Oleh karena itu, para orang tua harus menjalankan fungsi sebagai pendidik dalam keluarga dengan baik, khususnya ayah sebagai pemimpin dalam keluarga. Fungsi pendidik di keluarga di antaranya: 1) fungsi biologis, 2) fungsi ekonomi, 3) fungsi kasih sayang, 4) fungsi pendidikan, 5) fungsi perlindungan, 6) fungsi sosialisasi anak, 7) fungsi rekreasi, 8) fungsi status keluarga, dan 9) fungsi agama. Sementara Samsul Nizar (2002) menyatakan bahwa dalam memberdayakan pendidikan keluarga sangat relevan untuk dibahas beberapa Universitas Sumatera Utara fungsi keluarga. Selanjutnya ia membagi fungsi keluarga menjadi delapan fungsi, yaitu: 1) fungsi keagamaan, 2) funsi cinta kasih, 3) fungsi reproduksi, 4) fungsi ekonomi, 5) funsi pembudayaan, 6) fungsi perlindungan, 7) fungsi penidikan dan sosial, serta 8) fungsi pelestarian lingkungan. 1. Fungsi Agama Fungsi agama dilaksanakan melalui penanaman milai-nilai keyakinan berpa iman dan takwa. Penanaman keimanan dan takwa mengajarkan kepada anggota keluarga untuk selalu menjalankan perintah Tuhan Yang Maha Esa dan menjauhi larangan-Nya. Pembelajaran dapat dilaksanakan dengan metode pembiasaan dan peneladanan. Fungsi religius ini sangat erat kaitannya dengan fungsi edukatif, sosialisasi, dan protektif. 2. Fungsi Biologis Fungsi biologis adalah fungsi pemenuhan kebutuhan agar keberlangsungan hidupnya tetap terjaga termasuk secara fisik. Maksudnya pemenuhan kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani manusia. Kebutuhan dasar manusia untuk terpenuhinya kecukupan makanan, pakaian, tempat tinggal. Kebutuhan biologis lainnya yaitu berupa kebutuhan seksual yang berfungsi untuk menghasilkan keturunan (regenerasi). 3. Fungsi Ekonomi Fungsi ekonomi berhubungan dengan bagaimana pengaturan penghasilan yang diperoleh untuk memenuhi kebutuhan dalam rumah tangga. Seorang istri harus mampu mengelola keuangan yang diserahkan suaminya dengan baik. Utamakan pemenuhan kebutuhan yang bersifat prioritas dalam keluarga sehingga penghasilan yang diperoleh suami akan dapat Universitas Sumatera Utara mencukupi kebutuhan keluarga termasuk memfasilitasi kebutuhan anak dalam bersekolah. 4. Fungsi Kasih Sayang Fungsi kasih sayang menyatakan bagaimana setiap anggota keluarga harus menyayangi satu sama lain. Suami hendaknya mencurahkan kasih 5. Fungsi Pendidikan Dalam hal ini tugas keluarga adalah mendidik dan menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak bila kelak dewasa. 6. Fungsi Sosialisasi anak. Tugas keluarga dalam menjalankan fungsi ini adalah bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik. 7. Fungsi Perlindungan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi anak dari tindakan-tindakan yang tidak baik sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman. 8. Fungsi Perasaan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara instuitif merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga. Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga. 9. Fungsi Religius. Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga yang lain dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga untuk menanamkan keyakinan bahwa Universitas Sumatera Utara ada keyakinan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah di dunia ini. 10. Fungsi Ekonomis. Tugas kepala keluarga dalam hal ini adalah mencari sumber-sumber kehidupan dalam memenuhi fungsi-fungsi keluarga yang lain, kepala keluarga bekerja untuk mencari penghasilan, mengatur penghasilan itu, sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhankebutuhan keluarga. 11. Fungsi Rekreatif. Tugas keluarga dalam fungsi rekreasi ini tidak harus selalu pergi ke tempat rekreasi, tetapi yang penting bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga sehingga dapat dilakukan di rumah dengan cara nonton TV bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing, dan sebagainya. Dari berbagai fungsi di atas terdapat 3 fungsi pokok keluarga terhadap keluarga lainnya, yaitu : 1. Asih adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman, kehangatan, pada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya. 2. Asuh adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar kesehatannya selalu terpelihara sehingga memungkinkan menjadi anakanak sehat baik fisik, mental, sosial, dan spiritual. 3. Asah adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, mengasah kemampuan dan potensi yang dimiliki, sehingga anak siap menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa depannya. Universitas Sumatera Utara 2.3 2.3.1 Konsep Belajar Pengertian Belajar Untuk memahami tentang pengertian belajar di sini akan diawali dengan mengemukakan beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa pendapat para ahli tentang definisi belajar. Cronbach, Harold Spears dan Geoch dalam Sadirman A.M (2005:20) sebagai berikut : 1. Cronbach memberikan definisi : “Learning is shown by a change in behavior as a result of experience”. “belajarnya adalah memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari pengalaman”. 2. Harold Spears memberikan batasan : “Learning is to observe, to read, to initiate, to try something themselves, to listen, to follow direction”. Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi,mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti petunjuk/arahan. 3. Geoch, mengatakan : “Learning is a change in performance as a result of practice”. Belajar adalah perubahan dalam penampilan sebagai hasil belajar. Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik kalau si subyek melakukannya. Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya merupakan rangsangan-rangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan. Dengan demikian terjadinya Universitas Sumatera Utara kegiatan belajar yang dilakukan oleh seorang individu dapat dijelaskan dengan rumus antara individu dan lingkungan. Selaras dengan pendapat diatas, Thursan Hakim (2000:1) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain. Hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagai bidang. Dalam proses belajar, apabila seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, maka orang tersebut sebenarnya belum mengalami proses belajar atau dengan kata lain ia mengalmi kegagalan di dalam proses belajar. Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai. Untuk eningkatkan prestasi belajar yang baik perlu diperhatikan kondisi internal dan eksternal. Kondisi interenal adalah kondisi atau situasi yang ada dalam diri siswa, seperti kesehatan, keterampilan, kemampuan dan sebagainya. Kondisi eksternal adalah kondisi yang ada di luar diri pribadi manusia, missalnya ruang belajar yang bersihk, sara dan prasarana belajar yang memadai. Belajar merupakan alat utama bagi peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran sebagai unsur proses pendidikan di sekolah. Menurut Slameto (Hadis, 2006:60) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk Universitas Sumatera Utara memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi individu dengan lingkungannya. Moeslichatoen mengemukakan bahwa belajar dapat diartikan sebagai proses yang membuat terjadinya proses belajar dan perubahan itu sendiri dihasilkan dari usaha dalam proses belajar. Cronbach menyatakan bahwa belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Sedangkan Geoch juga mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan dalam performansi sebagai hasil dari praktek (Hadis, 2006:60). Hasibuan (2007:49-51) belajar dapat didefinisikan , “Suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya”. Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan: 1. Belajar adalah suatu usaha, perbuatan yang dilakukan secara sunguhsungguh dengan sistematis, mendayagunakan semua potensi yang dimiliki, baik fisik, mental serta dana, panca indra, otak dan anggota tubuh lainnya, demikian pula aspek-aspek kejiwaan seperti inteligensi, bakat, motivasi, minat, dan sebagainya. 2. Belajar bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri antar lain tingkah lakuh, misalnya seorang anak kecil yang tadinya sebelum memasuki sekolah bertingkah laku manja, egois, cengeng, dan sebagainya, tetapi setelah beberapa bulan masuk sekolah dasar, tingkah lakunya berubah Universitas Sumatera Utara menjadi anak yang baik, tidak lagi cengeng dan sudah mau bergaul dengan teman-teman. 3. Belajar bertujuan mengubah kebiasaan, dari yang buruk menjadi baik, seperti merokok, minum-minuman keras, keluyuran, tidur siang, bangun lambat, bermalas-malasan dan sebagainya. Kebiasan buruk diatas harus diubah menjadi yang baik. Hal seperti ini sangat merughikan diri seseoang. Kebiasan yang buruk adalah penghambat atau perintang jalan menuju kebahagian tetapi sebaliknya adalah sebagai pelicin jalan menuju kemelaratan, dan itu jangan diteruskan karena bisa menjadi darah daging. Cara menghillangkannya ialah belajar melatih diri menjauhkan kebiasaan buruk dengan modal keyakinan dan tekad bulat harus berhasil. 4. Belajar bertujuan untuk mengubah sikap, dari negatif menjadi positif, tidak hormat mejadi hormat, benci menjadi sayang, dan sebagainya. Misalnya seorang remaja yang tadinya selalu bersikap menentang orang tuanya, tetapi setelah sering mendengar, mengikuti pengajian dan ceramahceramah agama, sikapnya berubah menjadi anak yang patuh, cinta dan hormat kepada orang tuanya. 5. Dengan belajar dapat mengubah keterampilan, misalnya olahraga, kesenian, jasa, teknik, pertanian, perikanan, pelayaran, dan sebagainya. Seseorang yang terampil main bulu tangkis, bola, tinju, maupun cabang olahraga lainnya adalah berkat belajar dan latihan yang sunguh sungguh. Demikian pula halnya dengan keterampilan bermain gitar, piano, menari, melukis, bertukang, membuat barang-barang kerajinan dan sebagainya, semuanya perlu usaha dengan belajar yang serius, rajin, dan tekun. Universitas Sumatera Utara 6. Belajar bertujuan menambah pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu, misalnya tidak bisa membaca, menulis, berhitung, berbahasa inggris menjadi bisa semuanya, dari tidak mengetahui keadaan di bulan jadi mengetahui dan sebagainya. Ilmu pengetahuan terus berkembang tanpa mengenal batas. Karena itu setiap orang, besar, kecil, tua-muda, diharuskan untuk belajar terus agar dapat mengikuti perkembangan teknologi yang semakin maju dan canggih. Jadi pengertian belajar menurut para ahli psikologi, khusunya ahli psikologi pendidikan, yaitu ciri-ciri suatu perubahan perilaku berupa: (1) perubahan yang terjadi secara sadar, (2) perubahan dalam belajar bersifar kontinyu dan fungsional, (3) perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, (4) peribahan dalam belajar bukan bersifar sementara, (5) perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, dan (6) perubahan mencakup seluruh aspek perilaku. 2.3.2 Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasi belajar tersebut menurut Slameto dan Suryabrata (Hadis, 2006:63) dibagi atas dua faktor utama, yaitu faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik dan faktor yang bersumber dari luar peserta didik. Faktor yang bersumber dari diri individu tersebut faktor intern dan yang bersumber dari luar diri individu disebut faktor ekstern. Yang termasuk ke dalam faktor internal, misalnya faktor jasmaniah, faktor kelelahan dan faktor psikologis. Yang termasuk ke dalam faktor jasmaniah, misalnya faktor kesehatan dan cacat tubuh. Sedangkan yang termasuk faktor Universitas Sumatera Utara psikologis, misalnya faktor intelegensi, minat, perhatian, bakat, motivasi, kematangan, dan kesiapan. Menurut Smith dalam (Khodijah, 2014:58), ada tiga faktor yang mempengaruhi proses belajar, yaitu: (1) aktivitas individu pada saat berinteraksi dengan lingkungan; (2) faktor fisiologis individu; dan (3) faktor lingkungan yang terdiri dari semua perubahan yang terjadi di sekitar individu tersebut. Masrun dan Martaniah berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar di antranya adalah: (1) kemampuan bawaan anak; (2) kondisi fisik dan fsikis anak; (3) kemauan belajar anak; (4) sikap murid terhadap guru dan mata pelajaran serta pengertian mereka mengenai kemajuan mereka sendiri; dan (5) bimbingan. Secara garis besar, Suryabrata menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: 1. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pembelajar, yang meliputi: (a) faktor-faktor fisiologis, dan (b) faktor-faktor psikologis. 2. Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pembelajar, yang meliputi: (a) faktor-faktor sosial, dan (b) faktor-faktor non sosial. Menurut Hemawati (2014: 199-205), faktor yang mempengaruhi belajar setidaknya dibagi dalam tiga bagian, yaitu: faktor internal yang terdiri dari faktor fisiologis dan psikologis (intelegensi, sikap, bakat, minat dan motivasi); faktor eksternal terdiri dari faktor lingkungan sosial (kondisi rumah) dan non sosial; dan faktor pendekatan belajar yang efektif, efisien (pendekatan tinggi/psekulatif dan achieving, pendekatan sedang/analitical dan deep, pendekatan rendah/reproduktif dan surface). Universitas Sumatera Utara Secara jelas, faktor yang mempengaruhi belajar menurut Hemawati dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Faktor Internal a. Faktor Fisiologis Faktor fisiologis adalah kondisi umum jasmani yang menandakan tingkat kesehatan seseorang. Kondisi kesehatan yang baik dapat mempengaruhi semangat dan intensitas seseorang dalam mengikuti proses pembelajaran. Kondisi organ tubuh seseorang yang lemah dapat menurunkan kualitas kecerdasan atau intelegensinya sehingga penguasaan materi yang dipelajarinya kurang bahkan mungkin tidak optimal. Kondisi organ-organ khusus seseorang pun, seperti indra penglihatan dan indra pendengaran sangat memengaruhi kemampuan orang tersebut dalam menyerap informasi dan pengetahuan. Anak atau peserta didik yang memiliki keterbatasan atau kekurangan dalam kesehatan kondisi fisik terutama dalam hal penglihatan dan pendengaran, tentu saja harus mendapat perlakuan yang lebih intesitas dan pendidik hendaknya memiliki kesabaran yang lebih. Pemahaman yang komprehensif terhadap faktor fisik anak akan membantu pendidik mengembangkan anak sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Peserta didik yang mengalami gangguan Universitas Sumatera Utara kesehatan akan tidak dapat belajar dengan maksimal dan optimal. Sebagai contoh, peserta didik yang sedang menjalani ujian dalam kondisi tidak sehat akan berbeda kondisi belajarnya dan hasil belajarnya dengan peserta didik yang menjalani ujian dalam kondisi kesehatan yang prima. b. Faktor Psikologis 1) Intelegensi Intelegensi merupakan suatu kemampuan mental yang bersifat umum yang dapat digunakan untuk membuat atau mengadakan analisis, memecahkan masalah, menyesuaikan diri, dan menarik kesimpulan, serta merupakan kemampuan berpikir seseorang. Orang yang memmiliki inteligensi tinggi akan cedpat dan menyesuaikan diri, bertindak atau bereaksi terhadap suatu stimulus. Sebaliknya jika intelegensi seseorang rendah, orang tersebut tidak akan cepat dalam menganalisis, memecahkan masalah, mengambil keseimpulan, kesulitan dalam menyesuaikan diri, bertindak atau bereaksi terhaap suatu stimulus. Tentu saja cepat atau lambatnya intelensi atau daya pikir seseorang sangat besar pengaruhnya terhadap proses belajarnya. Untuk mengetahui seseorang cepat atau lambat dalam intelegensi dapat diukur dengan alat-alat tes intelegensi. Universitas Sumatera Utara Seseorang yang memiliki inteligensi baik (IQ-nya tinggi) umumnya mudah belajar dan hasilnya pun cenderung baik. Sebaliknya orang yang inteligensinya rendah cenderung mengalami kesukaran dalam belajar, lambat berpikir sehingga prestasi belajarnya pun rendah. Dengan demikian, sangatlah bijak jika para pendidik dapat mendeteksi kelebihan apakah yang dimiliki anak atau peserta didik sehingga dalam proses pembelajaran pendidik dapat benar-benar membantu anak atau peserta didik tersebut agar berkembang seluruh potensi yang dimilikinya. 2) Sikap Sikap secara etimologi dalam bahasa Inggris disebut attitude, memiliki pengertian perilaku. Secara terminologi sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecendrungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek (orang, barang, dan sebagainya) baik secara positif maupun negatif. Sikap anak atau peserta didik yang menyukai pelajaran tentu akan berdampak positif terhadap peningkatan kemampuannya. Sebaliknya sikap tidak menyukai suatu pelajaran akan berdampak negatif yaitu berupa kurang optimalnya atau minimnya kemampuan anak atau peserta didik dalam pelajaran tersebut. Universitas Sumatera Utara 3) Bakat Secara umum bakat memiliki pengertian sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Chaplin, 1972; Reber, 1988). Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa setiap anak memiliki potensi atau kemampuan yang mungkin tidak dimiliki oleh anak yang lainnya. Oleh karena itu, setiap pendidik harus cermat melihat potensi atau bakat apa yang dimiliki sehingga bakat itu dapat dikembangkan secara optimal. Pengembangan bakat secara optimal tentu akan menjadi aset atau kunci bagi keberhasilan anak di masa mendatang karena ia dapat menggunakan kemampuan atau bakatnya untuk dapat bertahan dalam kehidupannya (survive). Dengan kata lain, bakat dapat dijadikan sebagai modal untuk penghidupan. 4) Minat Memiliki arti ketertarikan atau kecenderungan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat seseorang banyak dipengaruhi oleh faktor internal seperti pemusatan perhatian, keinginan, motivasi, dan kebutuhan. Sampai saat ini, dalam proses pembelajaran minat dapat memengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar anak atau peserta didik dalam bidang studi tertentu. Universitas Sumatera Utara Timbulnya minat belajar disebabkan berbagai hal, antara lain karena keinginan yang kuat untuk menaikkan martabat atau memperoleh pekerjaan yang baik serta ingin hidup senang dan bahagia. Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah. 5) Motivasi Motivasi adalah keadaan internal organisme yang mendorong untuk berbuat sesuatu. Motivasi juga dapat dikatakan sebagai pemasok gaya untuk bertingkah laku secara terarah (Gleitman, 1986; Reber, 1988). Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri anak yang dapat mendorongnya melakukan suatu tindakan. Salah satu bentuknya bagi pelajar yaitu menyenangi untuk mempelajari suatu materi (kebutuhan untuk belajar). Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar diri anak yang mendorong untuk melakukan suatu kegiatan. Salah satunya yaitu pendidik yang mendorong anak untuk selalu rajin belajar. Selain itu, pujian, hadiah, tata tertib, hukuman juga termasuk dalam contoh motivasi ekstrinsik. Universitas Sumatera Utara 2. Faktor Eksternal a. Lingkungan Sosial 1) Keluarga Keluarga yang pada umumnya terdiri dari ayah, ibu, dan saudara merupakan tempat pembelajaran yang pertama dan utama bagi anak. Dari orang tua (ayah dan ibu) anak belajar tentang nilai-nilai keyakinan, etika norma-norma ataupun keterampilan hidup. Dengan saudara anak dapat belajar berbagi, bertenggang rasa, saling menghormati, dan menghargai. Dalam keluarga anak dapat belajar berbagai macam hal, seperti ilmu pengetahuan. Gotong royong, nilai-nilai kehidupan, keterampilan dan masih banyak lagi. Untuk itu, orang tua hendaknya memiliki ilmu pengetahuan yang cukup sehingga anak dapat dibimbing dalam keluarga baik dari segi jasmani, rohani, maupun wawasan pengetahuannya (akal). Selanjutnya, orang tua yang memberikan teladan dan arahan yang baik akan berdampak positif terhadap perkembangan kepribadian anak. Kelalaian orang tua dalam membentuk anak menjadi manusia seutuhnya akan berdampak buruk pada diri anak itu sendiri. 2) Sekolah Hasibuan (Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar. Kualitas guru, metode pengajarannya, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas/perlengkapan di sekolah, keadaan ruangan, Universitas Sumatera Utara jumlah murid per kelas, pelaksanaan tata tertib sekolah, dan sebagainya, semua ini turut mempengaruhi keberhasilan belajar anak. Bila suatu sekolah kurang memperhatikan tata tertib (disiplin), maka murid-muridnya kurang mematuhi perintah para guru dan akibatnya mereka tidak mau belajar sungguh-sungguh di sekolah maupun di rumah. Dalam lingkungan sekolah anak akan sering berinteraksi dengan guru-guru dan teman-temannya. Dari merekalah anak belajar banyak hal. Jika anak berinteraksi dengan para guru dan teman-teman yang baik, maka anak akan belajar banyak hal yang positif. Namun jika lingkungan di sekolah tidak memberikan dampak belajar yang positif, anak akan memiliki perilaku yang cenderung menyimpang. Hal ini mengakibatkan prestasi belajar anak menjadi rendah. Demikian pula jika jumlah murid per kelas terlalu banyak (50-60 orang), dapat mengakibatkan kelas kurang tenang, hubungan guru denga murid kurang akrab, kontrol guru menjadi lemah, murid menjadi kurang acuh terhadap gurunya, sehingga motivasi belajar menjadi lemah. 3) Keadaan Ekonomi Keluarga Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya makan, pakaian, perlindungan kesehatan, dal lain-lain, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis-menulis, Universitas Sumatera Utara buku bacaan, dan lain-lain. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang. Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin, kebutuhan pokok anak kurang terpenuhi, akibatnya kesehatan anak terganggu, sehingga belajar anak juga terganggu. Akibat yang lain anak selalu dirundung kesedihan sehingga anak merasa kurang percaya diri dengan teman lainnya, hal ini pasti akan mengganggu belajar anak. Bahkan mungkin anak harus bekerja mencari nafkah untuk membantu orang tuanya walaupun sebenarnya anak belum saatnya untuk bekerja, hal itu juga akan mengganggu belajar anak. Walaupun tidak dapat dipungkiri tentang adanya kemungkinan anak yang serba kekurangan dan selalu menderita akibat ekonomi keluarga yang lemah justru menjadi cambuk baginya untuk belajar lebih giat dan akhirnya menjadi sukses. 4) Lingkungan Masyarakat Keadaan masyarakat juga menentukan prestasi belajar. Bila di sekitar tempat tinggal keadaan masyarakat terdiri dari orang-orang yang berpendidikan, terutama anak-anaknya rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya baik, tentu akan mendorong anak unntuk mengikuti dan menjadikan anak lebih giat belajar. Tetapi sebaliknya, apabila tinggal di lingkungan banyak anak-anak yang nakal, tidak bersekolah dan pengangguran, hal ini akan mengurangi semangat belajar atau dapat dikatakan tidak menunjang sehingga motivasi belajar berkurang. Universitas Sumatera Utara b. Lingkungan Non-sosial 1) Lingkungan Tempat Tinggal/Belajar Lingkungan tempat tinggal seperti tempat tinggal keluarga (rumah), dan tempat belajar di sekolah (ruang kelas, sekolah) berpengaruh pada proses belajar anak. Kondisi rumah yang nyama (ruang yang luas, bersih, ventilasi cukup) berpengaruh pada belajar anak. Sedangkan rumah dengan ruangan yang sempit, kotor, gelap akan membuat anak kurang optimal dalam belajar. Begitu juga dengan ruang sekolah yang sudah hampir roboh misalnya, kondisi tersebut akan membuat anak khawatir ketika berada di ruang kelas. Kekhawatiran anak pada saat belajar tentu akan berdampak pada kurang optimalnya pencapaian kualitas belajar. 2) Alat-Alat Belajar Alat-alat belajar merupakan instrumen-instrumen yang dapat membantu mengoptimalkan proses belajar anak. Anak yang dilengkapi dengan alat-alat belajar yang cukup dibandingkan dengan anak-anak yang tidak atau kurang dilengkapi alat-alat belajar yang cukup, hasilnya tentu akan berbeda. Terlebih proses pembelajaran yang perlu diiringi dengan praktik, ketiadaan alatalat belajr itu akan menghambat anak menjadi tidak terampil. 3) Keadaan Cuaca (Alam) Cuaca yang cerah dan bersahabat tentu akan menambah anak semangat untuk belajar. Kondisi cuaca pada saat turun hujan Universitas Sumatera Utara besar di pagi hari, adanya badai, banjir, atau terjadinya musibah gunung meletus tentu akan menghambat anak untuk melakukan aktivitas belajarnya. Meskipun tekat kuat seseorang untuk belajar dapat menghalau keadaan apapun, tetapi jika kondisi cuaca dan mengganti waktu belajar yang hilang di waktu yang lain. 4) Waktu Ada waktu-waktu yang tepat untuk anak dapat belajar maksimal. Mungkin semua waktu dapat dijadikan momen-momen untuk belajar. Namun ada waktu-waktu yang paling tepat sehingga hasil belajar akan optimal. Pemilihan waktu belajar dapat dipertimbangkan sesuai dengan faktor psikologi. Misalnya, waktu yang tepat untuk belajar anak adalah pada pagi hari karena kondisi fisik dan pikiran anak masih segar dan bersih. Selanjutnya, sore hari pada saat anak telah istirahat dari rutinitas sekolah juga dapat dijadikan sebagai waktu belajar yang tepat. Ada juga yang merasa waktu yang tepat untuk belajar selain waktu belajar di sekolah adalah pada waktu malam atau dini hari karena pada waktu-waktu tersebut suasana tidak terlalu ramai (hening). Setiap anak tentu akan memiliki perbedaan kebiasaan mengenai waktu yang tepat untuk belajar. 3. Faktor Pendekatan Dalam Belajar Pendekatan dalam belajar merupakan keefektifan segala cara atau bagian dari strategi yang digunakan dalam menunjang efektivitas dan Universitas Sumatera Utara efisiensi dalam proses pembelajaran. Faktor pendekatan dalam belajar hendaknya diperhatikan oleh para pendidik dan peserta didik itu sendiri. Faktor pendekatan belajar juga diyakini sebagai salah satu cara yang berpengaruh terhadap taraf keberhasilan belajar atau prestasi, baik yang dicapai oleh pendidik maupun peserta didik itu sendiri. Pendekatan dalam belajar yang dicontohkan oleh para pendidik terdahulu yaitu mendahulukan pelajaran dasar sebelum masuk pada materi yang lebih berat. Pendekatan belajar lain yang juga dapat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar peserta didik yaitu semakin sering belajar semakin bisa sehingga strategi 5x3 lebih baik dari 3x5. Artinya: lima kali belajar (satu kali belajar selama tiga jam) dalam satu minggu lebih baik darpada tiga kali belajar (satu kali belajar selama lima jam) dalam satu minggu. Seringnya waktu belajar meskipun tidak terlalu lama akan lebih baik daripada anak belajar satu kali (meskipun waktunya lama). Seringnya anak bertemu dengan suatu materi akan membuat memorinya kembali terpanggil sehingga ingatan anak akan kuat pada materi tersebut. Sedangkan anak yang hanya satu kali mempelajari suatu materi kemudian jarang atau tidak pernah diulang lagi tentu tidak akan berbekas lama dalam memorinya. Inilah yang membuat anak lupa akan materi tersebut. 2.3.3 Prinsip-Prinsip Dalam Belajar Belajar harus berdasarkan pada beberapa prinsip utama, menurut Dalyono (2007: 51-55) yaitu: Universitas Sumatera Utara 1. Kematangan Jasmani dan Rohani Kematangan jasami yaitu telah sampai pada batas minimal umur serta kondisi fisiknya telah cukup kuat untuk melakukan kegiatan belajar. Kematangan rohani artinya telah memiliki kemampuan secara psikologis untuk melakukan kegiatan belajar. Misalnya kemampuan berpikir, ingatan, fantasi dan sebagainya. Seorang anak yang akan masuk ke SD harus umur 6 tahun dan fisik serta mentalnya sudah cukup mampu mengikuti pelajaran di kelas 1 SD. Ini salah satu prinsip (dasar) untuk dapat mengikuti pelajaran dengan baik di SD. Bila seorang anak belum memiliki kematangan jasmani dan rohani sudah dimasukkan ke SD, akibatnya anak itu banyak mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan belajarnya. Otaknya tidak mampu mengikuti pelajaran, atau fisiknya (badannya) terlalu kecil duduk di bangku kelas, atau mungkin juga anak itu belum mampu bergaul dengan teman-teman sekelas. Contoh lain tentang pentingya prinsip kematangan dalam belajar ialah mempelajari bilangan negatif, ilmu ukur ruang dan bahasa Inggris sebaiknya dimulai di SMP, bukan di SD, karena anak SD belum cukup matang untuk dapat mengikuti pelajaran itu dengan baik. Begitu pula belajar Filsafat dan Logika tidak cocok diberikan di SMP dan SMA tetapi harus di Perguruan Tinggi. 2. Memiliki kesiapan Setiap orang yang hendak melakukan kegiatan belajar harus memiliki kesiapan yakni dengan kemampuan yang cukup baik fisik, mental maupun perlengkapan belajar. Kesiapan fisik berarti memiliki Universitas Sumatera Utara tenaga cukup dan kesehatan yang baik, sementara kesiapan mental, memiliki minat dan motivasi yang cukup untuk melakukan kegiatan belajar. Belajar tanpa kesiapan fisik, mental dan perlengkapan akan banyak mengalamai kesulitan, akibatnya tidak memperoleh hasil belajar yang baik. Misalnya seorang siswa yang memasuki SMA, harus memiliki kesehatan yang baik, kemampuan inteligensi, minat dan motivasi serta didukung oleh dana /perlengkapan secukupny. Bila salah satu diantaranya tidak ada, misalya tidak sehat jasmanidan roahni atau tidak ada kemampuan inteligensi, minat dan motivasi atau dana/perlengkapan belajar, berarti anak tersebut belum memiliki kesiapan untuk memasuki SMA. 3. Memahami Tujuan Setiap orang yang belajar harus memahami apa tujuanya. Kemana arah tujuan itu dan apa manfaat bagi dirinya. Prinsip ini sangat penting dimiliki oleh orang belajar agar proses yang dilakukannya dapat cepat selesai dan berhasil. Belajar tanpa memahami tujuan dapat menimbulkan kebingungan pada orangnya hilang kegairahan, tidak sistematis, atau asal ada saja. Orang yang belajar tanpa tujuan ibarat kapal berlayar tanpa tujuan terombang-ambing tak tentu arah yang dituju sehingga akhirnya bisa terlanggar batu karang atau terdampar ke suatu pulau. Universitas Sumatera Utara 4. Memiliki Kesungguhan Belajar tanpa kesungguhan akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan. Selain itu akan banyak waktu da tenaga terbuang dengan percuma. Sebalikny, belajar dengan sungguh-sungguh serta tekun akan memperoleh hasil yang maksimal dan penggunaan waktu yang lebih efektif. Prinsip kesungguhan sangat penting artinya. Biarpun seseorang itu sudah memiliki kematangan, kesiapan serta mempunyai tujuan yang konkret dalam melakukan kegiatan belajarnya, tetapi kalau tidak bersungguh-sungguh, belajar asal ada saja, bermalas-malasan, akibatnya tidak memperoleh hasil yang memuaskan. 5. Ulangan dan Latihan Prinsip yang tak kalah pentingnya adalah ulangan dan latihan. Sesuatu yang dipelajari perlu diulang agar meresap dalam otak, sehingga dikuasai sepenuhnya dan sukar dilupakan. Sebaliknya belajar tanpa diulang hasilnya akan kurang memuaskan. Bagaimanapun pintarnya seseorang harus mengulang pelajarannya atau berlatih sendiri di rumah agar bahan-bahan yang dipelajari tambah meresap dalam otak, sehingga tahan lama dalam ingatan. Mengulang pelajaran adalah salah satu cara untuk membantu berfungsinya ingatan. 2.3.4 Prestasi Belajar Menurut Helmawati (2014: 205) prestasi belajar adalah hadil dari pembelajaran. Semua itu diperolah dari evaluasi atau penilaian. Setiap orang akan memiliki hasi belajar atau prestasi yang berbeda antara satu dengan yang lain. Universitas Sumatera Utara Prestasi yang diperoleh dari hasil pembelajaran setelah dinilai dan dievaluasi dapat saja rendah, sedang, ataupun tinggi. Sesuai dengan yang telah diuraikan sebelumnya bahwa setiap orang memiliki potensi yang berbeda antara satu dengan yang lain, maka prestasi yang dicapai orangpun akan berbeda-beda pula. Walaupun seseorang memiliki potensi yang sama dengan orang lain, tetapi kemampuan pendalaman dan pencapaian dapat saja berbeda. Semua tergantung pada usaha (kesungguhan) dan doa, karena bagaimanapun manusia berusaha keras jika Allah belum mengizinkan keberhasilan baginya, ia belum akan mencapai prestasi yang diharapkan. Jika anak memiliki potensi yang menonjol dalam suatu kecerdasan, kemungkinan besar ia akan mencapai prestasi yang tinggi dalam bidang tersebut. Sebaliknya, andaikan anak kurang memiliki prestasi yang kurang memuaskan. Jika anak memiliki kemampuan dalam beberapa bidang (multitalenta), tentunya anak akan memiliki banyak prestasi yang memuaskan. Prestasi belajar dapat dikategorikan kedalam tiga definisi: (1) prestasi dari segi nilai yang diperoleh berdasarkan hasil ranah kognitif (akal). Prestasi dalam bidang ini adalah prestasi yang biasanya ditunjukkan dengan angka-angka yaitu nilai raport. Dalam hal ini anggapan anak berprestasi adalah anak yang dapat mencapai nilai yang tinggi, sedangkan anak yang memiliki nilai rendah dikatakan anak yang tidak berprestasi. (2) Prestasi dalam ranah afektif (rasa/sikap/perilaku/akhlak). Prestasi dalam bidang ini adalah prestasi yang mengarah pada perilaku belajar anak. Jika seorang anak memiliki nilai tugas rendah namun ia mengerjakannya sendiri dan bukan dari hasil menyontek inilah Universitas Sumatera Utara yang disebut berprestasi dalam ranah afektif. Artinya nilai sikap kejujuran sang anaklah yang dikatan prestasi. (3) prestasi dalam ranah psikomotorik (keterampilan). Prestasi dalam bidang ini adalah prestasi yang bukan merupakan hasil dari nilai akademik keseluruhan. Bila sang anak memiliki satu bidang keahlian seperti menari, menyanyi, padai bermain musi, berhitung dan lain sebagainya itulah yang dinamakan prestasi dalam hal keterampilan. 2.4 Hubungan Sosial Ekonomi Keluarga dengan Prestasi Belajar Anak Menurut Pandeirot dan Surna (2014:184) Proses berpikir dan berprilaku peserta didik dapat diamati dari kehidupan keluarga. Perbedaan individu secara empiris ternyata juga dipengaruhi oleh latar belakang sosial ekonomi keluarga. Status sosial dan ekonomi orang tua anak didik akan mempengaruhi perilaku anak. Anak yang berasal dari golongan keluarga yang memiliki status sosial tertentu dalam pranata sosial masyarakat akan berbeda perilakuya dengan anak didik yang berasal dari keluarga yang tidak memiliki status sosial, misalnya anak yang orang tuanya memiliki jabatan tertentu dalam birokrasi pemerintah, anak didik yang orang tuanya berstatus ningrat dalam tatanan masyarakat, anak yang berasal dari kalangan yang orang tuanya berpendidikan, atau anak didik yang orang tuanya pengusaha akan menunjukkan perilaku yang berbeda dengan anak didik yang orang tuanya berpendidikan tinggi. Status ekonomi orang tua juga berpengaruh terhadap perbedaan perilaku peserta didik. Anak didik yang berasal dari keluarga yang memiliki harta yang Universitas Sumatera Utara berlimpah akan berbeda perilakunya dengan anak didik yang berasal dari keluarga yang tergolong miskin. Anak didik yang berasal dari keluarga yang tergolong mampu pasti memiliki fasilitas belajar yang lengkap dan sebaliknya, anak didik yang berasal dari keluarga yang tergolong ekonomi lemah kurang mampu memiliki fasilitas belajar yang lengkap. Namun perlu dipahami, bahwa fasilitas belajar yang lengkap hanya merupakan salah satu faktor penunjang bagi anak didik melakukan proses pembelajaran dan tidak menentukan pencapaian prestasi belajar. Senada dengan itu, siswa yang orang tuanya berpendidikan tinggi lebih mungkin melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi daripada siswa yang orang tuanya tidak pernah mengenyam pendidikan tinggi. Siswa yang orang tuanya berizajah sekolah lanjutan tingkat atas lebih mungkin melanjutkan studinya di perguruan tinggi daripada siswa yang orangtuanya tidak seperti itu. Tetapi perlu diingat bahwa tetap saja ada pengecualian, yaitu tidak semua siswa yang berasal dari keluarga berada menunjukkan prestasi belajar yang tinggi, jika dibandingkan dengan siswa yang berasal dari keluarga yang lebih miskin, dan banyak siswa yang datang dari keluarga yang kurang berkecukupan mampu berprestasi dan melanjutkan studi di perguruan tinggi. Perhatian kepada anak untuk memenuhi kebutuhan belajarnya merupakan langkah awal bagi orang tua agar anak memiliki hasrat untuk melakukan kegiatan belajar. Supaya anak dapat belajar dengan teratur, orang tua harus membiasakan anak untuk belajar di rumah. Sebaliknya kontribusi peranan orang tua dalam mendorong anaknya untuk belajar dapat mendorong anak untuk memenuhi tuntutan orang tua. Adanya perhatian orang tua dalam membantu meningkatkan Universitas Sumatera Utara prestasi belajar dapat menumbuhkan hasrat anak untuk belajar. Hal ini seperti yang dikemukakan Moh. Surya (2004:35) bahwa “Orang tua yang senantiasa memberikan kontrol dalam kegiatan belajar anak-anaknya, serta senantiasa memberikan motivasi untuk mencapai prestasi yang baik, akan menunjang terhadap prestasi belajar yang setinggi-tingginya.” Selain sebagai tempat utama dan pertama dalam pemberian pendidikan, keluarga juga mengemban fungsi sebagai tempat memperoleh keahlian, pengetahuan dan keterampilan. Dalam keluargalah pertama kali anak belajar hidup dan mempertahankan kehidupannya. Ketidak berhasilan sebagian keluarga atau katakanlah lemahnya keluarga dalam mewujudkan fungsi dan perannya dalam perkembangan kualitas sumber daya manusia, merupakan permasalahan tersendiri yang melibatkan berbagai aspek seperti rendahnya tingkat pendidikan keluarga, lemahnya kemampuan ekonomi, ataupun besarnya komunitas keluarga dan lainnya. 2.5 Kerangka Pemikiran Sosial ekonomi keluarga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan setiap anggota dalam keluarga tersebut. Oleh karena itu, untuk mengukur kondisi rill sosial ekonomi keluarga, dapat diukur dari kebutuhan hidup manusia secara menyeluruh dengan indikator pendidikan, pendapatan, kepemilikan kekayaan, dan jenis pekerjaan. Pendidikan memberikan ilmu pengetahuan kepada setiap individu yang diharapkan mampu memberikan kontribusi untuk meningkatkan taraf Universitas Sumatera Utara kesejahteraan hidup. Dengan pendidikan setiap individu diharapkan mendapat sebuah pekerjaan yang mampu mencukupi kebutuhan individu itu sendiri dan bahkan keluarga. Pendapatan yang tinggi akan menentukan bahwa seseorang itu memiliki ekonomi yang tinggi sehingga mampu memenuhi segala fasilitas yang dibutuhkan. Pendapatan yang tinggi juga akan menyeimbangkan kondisi kesehatan seseorang. Sebuah keluarga yang memiliki latar belakang pendidikan yang bagus tentunya akan mendapatkan pekerjaan yang bagus pula, dengan pekerjaan yang bagus tersebut seseorang akan mendapatkan pendapatan yang tinggi. Sebuah keluarga yang memiliki pendapatan tinggi akan mampu memenuhi kebutuhan keluarga baik kebutuhan jangka pendek maupun jangka panjang. Seperti halnya kesehatan, dalam keluarga yang sejahtera pasti akan terpenuhi kebutuhan gizinya yang kemudian membuat kondisi keluarga tampak bersemangat dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Pendapatan tinggi akan memenuhi fasilitas hidup keluarga. Keluarga yang berasal dari ekonomi tinggi akan memfasilitasi anak dalam belajar, seperti menyekolahkan anak pada sekolah unggulan yang biasnya berbiaya sangat mahal. Kemudian memfasilitasi anak belajar tambahan setelah pulang sekolah pada bibimbingan belajar ternama. Memberikan barang elektronik berupa laptop, komputer, gadget, dan lain sebagainya. Fasilitas tersebut tentunya akan membuat seorang anak akan merasakan atmosfer belajar yang nyaman. Anak akan semakin giat belajar karena fasilitas terpenuhi dengan lengkap. Dengan begitu anak akan terus termotivasi untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Universitas Sumatera Utara Berbeda dengan keluarga yang memiliki latar belakang ekonomi rendah. Sebuah keluarga yang memiliki ekonomi rendah sangat sulit untuk memberikan fasilitas yang memadai kepada keluarganya. Seperti halnya dengan pendidikan anak. Keluarga yang berasal dari keluarga ekonomi rendah biasanya akan menyekolahkan anak berdasarkan kemampuan ekonominya bukan berdasarkan fasilitas sekolah. Kemudian anak juga terkadang disuruh untuk membantu dalam menambah pendapatan keluarga agar mampu memenuhi kebutuhan hidup seharihari. Namun kenyataan dilapangan, prestasi belajar tidak hanya dipengaruhi oleh sosial ekonomi keluarga. Dalam psikologi pendidikan, prestasi belajar anak dipengaruhi oleh beberapa faktor penyebab, diantaranya faktor internal berupa faktor psikologis dan faktor fisiologis. Kemudian ada faktor yang mempengaruhi lainnya yaitu faktor eksternal berupa faktor lingkugan sosial, faktor lingkungan non-sosial, dan faktor pendekatan dalam belajar. Sosial ekonomi hanya sebagai salah satu faktor pendukung dalam pemenuhan fasilitas belajar anak yang pada akhirnya anak diharapkan mampu berprestasi gemilang. Lebih jelasnya dapat digambarkan pada bagan alur pemikiran berikut: Universitas Sumatera Utara Bagan Alur Pemikiran: Sosial Ekonomi Keluarga 1. 2. 3. 4. Tingkat pendidikan keluarga Pendapatan keluarga Pemilikan kekayaan atau fasilitas Jenis pekerjaan Fasilitas Belajar : Motivasi Belajar : 1. Motivasi intrinsik 2. Motivasi ekstrinsik Fasilitas belajar dari sekolah Prestasi Belajar Universitas Sumatera Utara 2.6 Definisi Konsep Konsep merupakan sejumlah pengertian atau ciri-ciri yang berkaitan dengan berbagai peristiwa, objek, kondisi, situasi dan hal lain yang sejenis. Konsep diciptakan dengan mengelompokkan objek-objek atau peristiwa-peristiwa yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Definisi konsep bertujuan untuk merumuskan sejumlah pengertian yang digunakan secara mendasar dan menyamakan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta menghindari ssalah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian (Silalahi, 2009:112). Adapun yang menjadi batasan konsep dalam penelitian ini adalah: 1. Yang dimaksud dengan sosial ekonomi dalam penelitian ini adalah keadaan atau kedudukan yang menjadi penentu dan peran yang dimilikinya dalam kehidupan bersama dalam rangka pemenuhan kebutuhan sehari-hari. 2. Yang dimaksud dengan keluarga dalam penelitian ini adalah keluarga kandung yaitu ayah, ibu, abang, kakak, dan adik dari anak atau siswa yang menjadi informan penelitian. 3. Yang dimaksud dengan prestasi belajar dalam penelitian ini adalah keadaan dimana seorang anak merasakan kepuasan baik dalam proses maupun hasil belajarnya. Pengukuran prestasi belajar melalui indikator prestasi hasil nilai akademik (nilai rapot dan hasil olimpiade). 4. Yang dimaksud dengan anak dalam penelitian ini adalah siswa yang menjadi informan utama penelitian yang bersekolah di SMK Telkom Sandhy Putra Medan. Universitas Sumatera Utara