BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku manusia secara

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perilaku manusia secara utuh dijadikan penilaian personal dalam keterlibatan
lingkungan. Berdasarkan keadaan faktual, seseorang dinilai pribadinya melalui
kelakuan yang ia tunjukkan kepada orang di sekitarnya. Salah satu contoh aspek
kehidupan dalam dunia politik yakni kepala negara akan dipilih masyarakat
berdasarkan penilaian masyarakat atas tingkah laku mereka dalam penyampaian visi
dan misi yang diaplikasikan secara nyata. Artinya, dalam hal ini masyarakat atau
lingkungan membutuhkan tindakan konkret atau perilaku yang sesuai dengan
komitmen sebagai kepala negara. Berdasarkan contoh tersebut, perilaku atau
perbuatan nyata merupakan nilai penting dalam berinteraksi agar dapat dipercaya
dalam lingkungan sekitar.
Disebabkan perilaku menjadi hal utama dalam penilaian individu dewasa ini,
teori behaviorisme sebagai teori perilaku dijadikan latar belakang ketertarikan untuk
dianalisis secara filsafati. Salah satu tokoh yang mengkaji teori behaviorisme adalah
Skinner. Dalam penulisan skripsi ini, Skinner akan dipilih sebagai tokoh yang
membahas teori behaviorisme. Alasan pemilihan tokoh ini adalah pemikiran Skinner
perihal behaviorisme dalam dunia psikologi dikenal sebagai pemikir behavioris yang
radikal. Pemikirannya secara komprehensif mengungkapkan bahwa keberadaan
manusia ditentukan oleh sesuatu yang konkret, yakni perilaku yang dipengaruhi oleh
1
2
lingkungan. Skinner mengungkapkan behaviorisme secara ilmiah. Artinya, tingkah
laku seseorang merupakan hal yang nyata, sehingga dapat diobservasi secara ilmiah
dan menghindari faktor internal. Untuk menggunakan kondisi internal sebagai
penjelasan, tidak hanya sia-sia, tetapi juga membatasi kemajuan behaviorisme ilmiah
(Feist, 2011:164). Ia juga mengungkapkan psikologi adalah ilmu yang mempelajari
hal kejiwaan yang direalitaskan melalui tindakan nyata, yakni perilaku. Perilaku
merupakan suatu karakteristik utama makhluk hidup (Skinner, 2013:71). Skinner
mengurangi spekulasi dan fokus pada keseluruhan perilaku yang dapat diobservasi.
Perilaku manusia bukanlah suatu tindakan yang berasal dari keinginan, melainkan
fenomena yang dapat diobservasi secara ilmiah. Oleh karena itu, lingkungan sangat
berpengaruh dalam tindakan yang dilakukan oleh manusia.
Untuk menjadi ilmiah, Skinner menegaskan bahwa psikologi harus
menghindari faktor- faktor internal mental dan membatasi dirinya pada peristiwa
nyata yang dapat diobservasi (Feist, 2011:164). Demikian secara tegas juga
dinyatakan bahwa ia tidak menolak keberadaan faktor internal. Ia hanya menyatakan
faktor internal sebagai bagian di luar ilmu pengetahuan. Dengan kata lain, jika ada
pembahasan ilmu pengetahuan, maka faktor- faktor internal harus disingkirkan.
Berdasarkan penegasannya menghindari faktor internal sebagai pengamatan tingkah
laku seseorang dan mengartikan behaviorisme sebagai hal keilmiahan, Skinner
dikenal sebagai aliran behaviorisme yang radikal.
Dalam bahasan teori behaviorismenya, ia memperkenalkan dua bentuk
pengondisian, yakni pengondisian klasik atau perilaku respon dan pengondisian
3
operan. Untuk memahami pengondisian operan, kita perlu membedakan apa yang
disebut Skiner perilaku respon dan operan (Atkinson, 2011:304). Pengondisian klasik
merupakan tingkah laku dari respon yang dapat diidentifikasi dari organisme itu
sendiri. Kemudian, pengondisian operan merupakan tingkah laku dari respon yang
terjadi disebabkan penguatan secara langsung. Skinner lebih mengkaji pengondisian
operan dalam teori behaviorismenya. Dalam dunia psikologi, pengondisian operan
disebut sebagai Skinnerian. Hal ini disebabkan fokus Skinner yang mendalam dalam
pengondisian operan.
Berdasarkan ulasan singkat terkait teori behaviorisme Skinner diatas, dapat
dipahami bahwa Skinner berpusat pada tingkah laku secara eksternal. Orientasi
psikolog tersebut dalam tingkah laku yakni pengondisian operan adalah output atau
hasil perilaku individu dalam lingkungan. Terkait output tersebut, penulis tertarik
untuk menganalisis teori behaviorisme Skinner dalam salah satu cabang filsafat ilmu,
yakni aksiologi. Axiology artinya teori nilai, penyelidikan mengenai kodrat, kriteria,
dan status metafisik dari nilai (Mustansyir, 2001:26).
Orientasi penulisan skripsi ini dilatarbelakangi atas penganalisisan teori
behaviorisme Skinner, yakni dewasa ini perilaku manusia semakin diperbincangkan
dalam aspek kehidupan, terutama aspek politik yang memengaruhi politik negara.
Melalui penelaahan secara aksiologi, penulis akan memperkenalkan aplikasi teori
behaviorisme Skinner yakni ilmu psikologi untuk ditelaah secara filosofis
berdasarkan persoalan nilai dan aplikatif etis dalam teori tersebut. Teori behaviorisme
Skinner dalam lingkup aksiologi akan dianalisis sebagai sebagai kajian ilmu bebas
4
nilai atau tidak. Hugh Lacey dalam bukunya berjudul “Is Science Value Free?”
mengungkapkan:
For “science is value free” in general hardly represent a fact. Perhaps it
represents an idealization on fact. It also represents a value, a goal or
aspiration on scientific practices and a criterion for appraising its products and
their concequences. (Lacey, 1999:2).
Aksiologi sebagai cabang filsafat merepresentasikan fakta atas dasar
keilmiahan. Demikian halnya, teori behaviorisme oleh psikolog Skinner secara
instrinsik juga mengandung nilai dalam fakta-fakta analisis perilaku yang ia
kemukakan. Riseiri Frondizi juga menjelaskan permasalahan fundamental nilai
termuat dalam aspek lain, yakni:
“Fundamental problems of axiology are not only stated in books, journals, and
at philosophical congresses, but are present in the most diverse manifestations
of daily life. There isn’t a discussion or difference of opinion with respect to a
person’s behavior, a woman elegance, the justice of a sentence, or the
enjoyment of a meal, that does not have as its basis a reopening of the
question of value.” (Frondizi, 1963:11)
Berdasarkan ulasan Frondizi diatas dalam bukunya yang berjudul “What is
Value”, permasalahan fundamental nilai terdapat dalam kehidupan sehari- hari,
termasuk perilaku manusia. Terkait asumsi filosofis atau hipotesis Lacey dan
Frondizi, pemikiran Skinner yang menganalisis perilaku manusia akan ditinjau
berdasarkan nilai yang terkandung dalam teori dan aplikasi dalam realitas sosial.
Dalam lingkup filsafat ilmu, filsafat mengkaji ilmu pengetahuan berdasarkan
hakikatnya dan ditelaah secara sistematis. Landasan pengembangan ilmu dalam
filsafat ilmu membahas hakikat ilmu sesungguhnya (ontologi ilmu), cara memeroleh
5
kebenaran ilmiah (epistemologi ilmu) dan aplikasi ilmu bagi masyarakat (aksilogi
ilmu). Analisis teori behaviorisme Skinner dalam skripsi ini ditelaah berdasarkan
aspek aksiologi. Artinya, aksiologi sebagai orientasi tujuan nilai secara etis dalam
ilmu dijadikan pisau analisis dalam konsep perilaku atau behavioris oleh Skinner.
Archie Bahm menyatakan bahwa aksiologi menyangkut pemahaman nilai dalam
ilmu, yakni:
Axiology depends on all of the science for providing such understanding.
Such understanding becomes a part of axiology to the extent that it is needed
for, and is appropriated for, understanding the nature of different kinds of
causes of the different kinds of value.
(Bahm, 1984:83)
Latar belakang penulisan skripsi yang bertema teori behaviorisme Skinner
sebagai bidang psikologi juga didasarkan atas pentingnya memahami perilaku di era
globalisasi. Psikologi merupakan ilmu yang berdiri sendiri sekitar tahun 1879 secara
historis termasuk cabang filsafat. Hubungan filsafat dengan psikologi dalam dimensi
historis secara substansial sangat erat, sehingga penulis tertarik untuk menganalisis
psikologi menggunakan pisau analisis filsafat, yakni aksiologi. Oleh karena itu,
skripsi ini akan mengkaji konsep perilaku melalui tokoh behavioris Skinner dalam
analisis aksiologi untuk mencapai nilai fundamental secara etis yang diaplikasikan
dalam masyarakat.
6
1. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan teori behaviorisme Skinner?
2. Bagaimana ruang lingkup aksiologi?
3. Apa refleksi aplikatif teori behaviorisme Skinner ditinjau dari
aksiologi
dalam
bidang
kehidupan
terutama
konteks
keindonesiaan?
2. Keaslian Penelitian
Dalam penelusuran penilitian yakni naskah akademis terkait analisis aksiologi
terhadap teori behaviorisme Skinner sejauh ini belum ditemukan penulis. Namun,
penulis menemukan naskah akademis mengenai pemikiran Skinner terkait tingkah
laku (behavioris), seperti teori behaviorisme maupun teori kepribadiannya. Demikian
halnya dengan beberapa penelitian yang berkaitan dengan aksiologi keilmuan sebagai
objek formal. Berikut adalah naskah akademis yang berkaitan dengan pemikiran
Skinner yang berhubungan dengan teori behaviorisme maupun aksiologi:
a. Naskah akademis yang berkaitan dengan tokoh Skinner, yakni:
1. Hudhia Rosydiani. 2009. Konsep Skinner tentang Pembentukan
Perilaku pada Pendidikan Anak Usia Dini. Skripsi. Fakultas
Tarbiyah, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
Skripsi ini membahas aplikasi teori behaviorisme Skinner terkait
pembentukan perilaku untuk studi kasus pendidikan anak usia dini.
7
2. Wahyu Puji Muliani. 2013. Analisis Perilaku Tokoh Utama dalam
Roman Claude Gueux Karya Victor Hugo Berdasarkan Teori
Behaviorisme B.F Skinner. Skripsi. Fakultas Bahasa dan Seni.
Universitas Negeri Semarang. Semarang. Skripsi ini membahas
tokoh pemeran film yang berubah setelah di penjara dan dikaitkan
dengan pengontrolan perilaku berdasarkan teori behaviorisme
Skinner.
b. Naskah akademis yang berkaitan dengan aksiologi, yakni:
1. Deri Trivandian Wardani. 2012. Konsep Hidup Abadi dalam
Penelitian Kloning Manusia Ditinjau dari Aksiologi. Skripsi.
Fakultas Filsafat. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Skripsi
ini membahas kloning dalam kajian konsep hidup abadi melalui
penelaahan aksiologi.
2. Aulia Dhetira Hanjadi. 2013. Objektivitas Ilmu Sejarah ditinjau
dari Aksiologi Hugh Lacey. Skripsi. Fakultas Filsafat. Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta. Skripsi ini membahas ruang lingkup
ilmu sejarah yakni objektivitasnya melalui pisau analisis aksiologi
oleh filsuf bernama Hugh Lacey.
8
3. Manfaat Penelitian
Penelitian yang berjudul “Teori Behaviorisme Burrhus Frederic Skinner
Ditinjau Berdasarkan Aksiologi” bermanfaat untuk:
a. Untuk Penulis
Manfaat penelitian ini secara substansial adalah prasyarat kelulusan untuk
penulis. Manfaat secara situasional dalam penerapan ilmu untuk penulis
adalah menelaah teori mengenai tingkah laku secara filsafati, yakni sesuai
dengan profesi filsafat. Hal ini diharapkan membantu penulis untuk
mengkaji ilmu lain, salah satunya ilmu psikologi melalui analisis filsafat
yakni aksiologi untuk mengaplikasikan filsafat yang bermanfaat dalam
terapan ilmu lain, yakni ilmu psikologi.
b. Untuk Perkembangan Ilmu Filsafat
Manfaat penelitian dalam perkembangan ilmu filsafat adalah memperluas
kajian ilmu filsafat lebih variatif dalam bidang ilmu disekitarnya. Hal
paling utama melalui penelitian ini adalah analisis teori behaviorisme
Skinner diharapkan berkontribusi untuk mengembangkan konteks filsafat,
yakni menelaah perilaku atau tindakan masyarakat yang bermanfaat untuk
era globalisasi. Artinya, ilmu filsafat diharapkan lebih berkembang
sebagai peran pisau analisis aspek kehidupan dewasa ini melalui tinjauan
ilmu psikologi.
9
c. Untuk Masyarakat
Manfaat penelitian untuk masyarakat adalah memelajari kondisi faktual
dalam masyarakat yang dihubungkan dengan analisis filsafat. Dewasa ini,
pemahaman atas tingkah laku merupakan hal utama untuk melakukan
penilaian yang dangkal. Melalui kajian teoritis atas teori behaviorisme
dalam penelitian ini diharapkan penelaahan filsafat secara aksiologis
berkontribusi secara aplikasi dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian yang berjudul “Teori Behaviorisme Skinner Ditinjau Berdasarkan
Aksiologi” bertujuan untuk menyelesaikan persoalan dalam rumusan masalah, yaitu:
1. Menguraikan teori behaviorisme yang dikemukakan oleh psikolog Skinner
secara jelas dan tepat
2. Menjelaskan makna aksiologi
3. Menguraikan refleksi aplikatif teori behaviorisme Skinner ditinjau
berdasarkan bidang kehidupan terutama konteks keindonesiaan
10
C. Tinjauan Pustaka
Semula aliran behaviorisme timbul di Rusia tetapi kemudian berkembang pula
di Amerika, dan merupakan aliran yang mempunyai pengaruh cukup lama (Walgito,
2010:73). Dalam teori behaviorisme, Skinner berfokus pada tingkah laku manusia
yang dapat diobservasi. Skinner berpendapat bahwa tingkah laku sepenuhnya
ditentukan oleh stimulus saja, tidak ada faktor perantara lainnya (Sarwono,
2002:116). Berdasarkan pemikirannya yang radikal terhadap fokus pada perilaku
yang nyata diobservasi, ia disebut sebagai paham behaviorisme ilmiah. Aliran
behaviorisme ilmiahnya berpendapat bahwa perilaku dapat dipelajari dengan baik
tanpa referensi mengenai kebutuhan, insting, dan motif (Feist, 2011:164).
Untuk mencapai keilmiahannya, Skinner mengutamakan faktor eksternal
dalam perilaku nyata yang dapat diobservasi. Behaviorisme ingin menganalisis
perilaku yang nampak saja, yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan (Muliani,
2013:5). Dalam penulisan latar belakang skripsi oleh Wahyu Puji Muliani, ia
memaparkan bahwa behaviorisme sebagai analisis perilaku nyata sebagai perubahan
perilaku nyata yang sangat dipengaruhi pada lingkungan.
Seperti Thorndike dan Watson, Skinner bersikeras bahwa perilaku manusia
harus dipelajari secara ilmiah (Feist, 2011:164). Pemikiran psikologi Skinner dalam
teori behaviorismenya menghindari faktor internal yang ada pada setiap individu.
Walaupun Skinner yakin bahwa kondisi internal berada diluar domain ilmu
pengetahuan, ia tidak menolak keberadaannya (Feist, 2011:164).
11
Dalam teori behaviorismenya, Skinner memperkenalkan dua bentuk
pengondisian, yakni:
Skinner membedakan perilaku atas:
1. Perilaku yang alami (innate behavior), yang kemudian disebut juga
sebagai respondent behavior, yaitu perilaku yang ditimbulkan oleh
stimulus yang jelas, perilaku yang bersifat refleksif.
2. Perilaku operan (operant behavior), yaitu perilaku yang ditimbulkan oleh
stimulus yang tidak diketahui, tetapi semata- mata ditimbulkan oleh
organisme itu sendiri. Perilaku operan belum tentu didahului oleh stimulus
dari luar.
(dikutip dari Walgito, 2010:80)
Skinner lebih berpegang pada pengondisian operan dalam teori behaviorismenya.
Dengan pengondisian operan (yang disebut sebagai pengondisian Skinnerian), sebuah
perilaku dibuat lebih mungkin untuk terjadi saat diberikan penguatan secara langsung
(Feist, 2011:166).
Skinner berpendapat bahwa tingkah laku sepenuhnya ditentukan oleh stimulus
saja, tidak ada faktor lainnya (Sarlito, 2002:117). Perumusan tingkah laku atau
behavior menurut Skinner adalah B = f(S). “B” merupakan behavior atau tingkah
laku. Tingkah laku juga diartikan sebagai respon (R). “f” merupakan fungsi. “S”
merupakan stimulus.
Berkaitan dengan pengondisian operan, Skinner mengemukakan dua prinsip
umum, yakni setiap respon diikuti oleh reward yang bekerja sebagai reinforcement
stimuli akan cenderung diulangi dan reward atau reinforcement stimuli akan
meningkatkan kecepatan terhadap respon. Dengan kata lain dapat dikemukakan
bahwa reward merupakan sesuatu yang meningkatkan probabilitas timbulnya respon
(Walgito, 2011:81). Reinforcement terbagi atas 2 bagian, yakni reinforcement positif
12
dan reinforcement negatif. Reinforcement positif yang berperan untuk meningkatkan
probabilitas respon. Kemudian, reinforcement negatif berperan sebagai sesuatu yang
ditiadakan dalam suatu situasi akan menyebabkan peningkatan probabilitas respon
juga.
Skinner melaksanakan eksperimen menggunakan binatang percobaan, yakni
tikus dalam membahas teori behaviorisme dalam peletakan pengondisian operan.
Skinner memasukkan seekor tikus ke dalam sebuah kotak yang khusus dibuat untuk
percobaan ini (Sarwono, 2002:118). Ia menyatakan adanya stimulus berkondisi dan
respon tak berkondisi serta stimulus berkondisi dan respon berkondisi. Respon
berkondisi disebut sebagai tingkah laku operan menurut Skinner. Dalam
eksperimennya melalui tikus, ia melakukan percobaan dengan memasukkan tikus ke
dalam sebuah kotak. Dalam kotak tersebut terdapat suatu alat penekan. Jika tikus itu
menginjak alat penekan tersebut, maka lampu akan menyala, sehingga Skinner akan
memberi tikus itu makan. Hal ini dilakukan secara berulang kali. Pada akhirnya, tikus
tersebut akan tahu jika menginjak alat penekan maka ia akan diberi makan. Perbuatan
menginjak alat penekan yang dilakukan tikus tersebut disebut sebagai tingkah laku
operan. Artinya, ia sengaja menginjak alat penekan agar diberi makan. Lampu
sekarang menjadi stimulus diskriminasi (Sarlito, 2002:119). Jadi, pengondisian
operan meningkatkan kemungkinan adanya respon dengan menyertakan penguat
(reinforcer) setelah kejadiannya (Atkinson, 2011:306).
13
Teori behaviorisme Skinner yang bertitik tolak dalam pengondisian operan
menghasilkan suatu pembentukan. Pembentukan (shaping) adalah suatu prosedur
ketika peneliti atau lingkungan memberikan suatu penghargaan atas perkiraan kasar
dari perilaku tersebut, lalu perkiraan yang lebih dekat, dan terakhir, perilaku yang
diingin tersebut (Feist, 2011:168). Pembentukan dalam pengondisian operan
dilakukan secara berkala atau teratur melalui penguatan atau reinforcement.
Kunci utama pengondisian operan oleh Skinner adalah penguatan secara
langsung dari suatu respon. Pengondisian operan menunjukkan tingkah laku
keteraturan yang tinggi (Atkinson, 2011:307). Hal ini disebabkan adanya penguat
yang dikondisikan atau operan melalui proses stimulus menghasilkan respon yang
berlangsung dalam lingkungan. Terkait lingkungan sebagai output dari ungkapan
nyata individu berhubungan dengan aplikatif perilaku dalam lingkungannya. Sesuatu
yang aplikatif tersebut yang berkaitan dengan aspek aksiologis ilmu psikologi.
Landasan aksiologis pengembangan ilmu merupakan sikap etis yang harus
dikembangkan oleh seorang ilmuwan, terutama dalam kaitannya dengan nilai- nilai
yang diyakini kebenarannya (Mustansyir, 2001:48). Kemudian, berdasarkan William
O’Donohue,et al dalam bukunya yang berjudul “The Philosophy of Psychology”,
yakni dalam tulisan Ullin T.Place (Chapter 9) dijelaskan bahwa behaviorisme radikal
Skinner aplikasi dalam filsafat ilmu.
B.F Skinner used to maintain that his radical behaviorism is a philosophy of
science. It is a philosophy of science, however, which is restricted in its
application to the science of psychology conceived as the empirical and
experimental study of the behavior of living organism.
(Dikutip dari: O’Donohue, 1996:126).
14
Setiap makhluk hidup pasti selalu berada dalam proses “melakukan sesuatu”
terhadap lingkungannya, yang dalam artian sehari- hari berarti dia hidup di dalam
dunia, yang melakukan apa yang dituntut oleh hakikat alamiah dirinya (Rosydiani,
2009:52). Analisis terhadap pernyataan Hudhia Rosydiani dalam skripsinya di
pembahasan terkait teori behaviorisme, ia menyatakan bahwa manusia akan selalu
berhubungan dengan lingkungan berdasarkan hakikat alamiah individu. Manusia
merupakan makhluk individu yang memiliki kehendak dan kebebasan tersendiri, akan
tetapi mereka tidak bisa terlepas dari faktor dan pengaruh lingkungannya (Wardani,
2012:115). Deri Wardani sebagai mahasiswa filsafat UGM dalam skripsinya
menganalisis juga bahwa keadaan manusia bagaimanapun tidak dapat lepas dari
lingkungan
Skinner menyatakan bahwa tingkah laku timbul sebagai reaksi dalam
stimulus. Teori ini dikenal dengan nama Teori S-R dari Skinner (Sarwono,
2002:117). Psikologi stimulus-response mempelajari rangsangan yang menimbulkan
respon dalam bentuk perilaku, mempelajari ganjaran dan hukuman yang
mempertahankan adanya respon itu, dan mempelajari perubahan perilaku yang
ditimbulkan karena adanya perubahan pola ganjaran dan hukuman (Atkinson,
2011:9). Fokus utama Skinner dalam teori behaviorismenya adalah pengondisian
operan. Kekhasan Skinner atas istilah operan kondisioning ditunjukkan dengan
bahasan istilah tersebut di dunia psikologi dikenal dengan sebutan Skinnerian.
Pengondisian operan Skinner dalam skripsi ini akan dianalisis dalam aksiologi untuk
mencapai releksi aplikatif teorinya secara aksiologis.
15
D. Landasan Teori
Aksiologi ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai, yang
umumnya ditinjau dari sudut pandangan kefilsafatan (Kattsoff, 2007:319). Dalam ruang
lingkup filsafat, aksiologi disebut juga sebagai filsafat nilai. Aksiologi merupakan salah
satu cabang filsafat. Filsafat memiliki tiga cabang besar yakni, ontologi, epistemologi
dan aksiologi. Aksiologi membahas penelaahan ilmu yang mencapai tujuan melalui
nilai secara etis dalam ilmu. Sehingga suatu aktivitas ilmiah senantiasa dikaitkan
dengan kepercayaan, ideologi yang dianut oleh masyarakat atau bangsa, tempat ilmu itu
dikembangkan (Mustansyir, 2001:48).
Berdasarkan pemaparan diatas, aksiologi sebagai cabang filsafat berorientasi
pada nilai, yakni secara etis maupun estetis sebagai suatu tujuan. Bertitik tolak dari segi
filsafat keilmuan, aksiologi ditelaah dalam aktivitas ilmiah yakni aksiologi. Aksiologi
menelaah masalah nilai dalam keilmuan. Menurut Hugh Lacey, dalam bukunya
berjudul “Is Science Value Free”, mengkaji beberapa pengertian nilai, yakni:
1. A fundamental good that one pursues consistently over an extended period
of one’s life; an ultimate reason for one’s actions.
2. A quality (or a practice) that give worth, goodness, meaning or a fulfilling
characters to the life one is leading or aspiring to lead.
3. A quality (or a practice) that is partially constitutive of one’s identity as a
self-evaluating, self-interpreting and a partly self-making being.
4. A fundamental criterion for one to choose what is good among possible
courses of action.
5. A fundamental standard to which one holds the behavior of self and
others.
6. An “object of value” an appropriate relationship with which is partially
constitutive both of a worthwhile life and of one’s personal identity.
(Lacey, 1999:23)
16
Berdasarkan pengertian nilai diatas, teori behaviorisme Skinner akan ditinjau
berdasarkan pendekatan nilai melalui analisis makna nilai dalam teorinya. Persoalan
nilai dalam teorinya difokuskan dalam pengertian nilai, yakni terkait tingkah laku.
Melalui keenam pengertian nilai oleh Hugh Lacey, analisis teori behaviorisme Skinner
adalah standar fundamental sebagai pegangan perilaku individual dan disekitarnya.
Dengan kata lain, makna nilai dalam teori behaviorisme Skinner adalah orientasi
perilaku manusia berdasarkan kondisi eksternal yakni pengontrolan dalam lingkungan.
Bidang keilmuan yang ditelaah melalui analisis aksiologi dalam penulisan
skripsi ini adalah ilmu psikologi. Psikologi merupakan ilmu yang membahas tentang
jiwa. Akan tetapi oleh karena jiwa itu sendiri tidak menampak, maka yang dapat dilihat
atau diobservasi ialah perilaku atau aktivitas- aktivitas yang merupakan manifestasi
atau penjelmaan kehidupan jiwa itu (Walgito, 2010:9). Berdasarkan orientasi pada
perilaku, penulis tertarik untuk menelaah konsep behaviorisme Skinner, yakni terkait
perilaku manusia secara konkret. Namun, penelusuran konsep behaviorisme Skinner
bukan dianalisis berdasarkan objek psikologi, melainkan secara aksiologis. Aksiologi
mengkaji apakah ilmu bebas nilai. Drawing from them I will nom motivate and state
provisional theses of impartiality, neutrality, and autonomy (Lacey, 1999:67). Dalam
menganalisis apakah ilmu yakni teori behaviorisme Skinner bebas nilai, ditinjau juga
keberpihakan, kenetralan dan keotonomian dalam teorinya.
Landasan teori behaviorisme Skinner secara filosofis yang akan dianalisis
adalah aksiologi psikologi. Dengan kata lain, teorinya secara aksiologis keilmuan
membahas persoalan nilai dan aplikasi etis sebagai tujuan dalam teori tersebut. Jika ada
17
sesuatu ciri yang membedakan antara tingkah laku manusia dengan gerakan bendabenda yang tidak berjiwa, maka ciri tersebut ialah adanya kenyataan bahwa tingkah
laku manusia berarah tujuan dan senantiasa menyangkut penilaian (Kattsoff, 2007:322).
Kemudian, dalam Archie J Bahm melalui bukunya yang berjudul “Axiology the
Science of Values”, terkait aksiologi ada dua belas jenis nilai yang terangkum dalam
enam bagian. They will be described in six pairs: 1.good and bad. 2. Ends and means.
3. Subjective and objective value. 4. Apparent and real values. 5. Actual and potential
values. 6. Pure and mixed values (Bahm, 1984:51). Analisis aspek- aspek aksiologi
tersebut dalam teori behaviorisme Skinner akan dispesifikasikan dalam beberapa aspek
saja, yakni yang tepat sebagai pisau analisis perilaku. Salah satunya adalah tujuan dan
sarana atau disebut ends and means dijadikan dasar analisis teori behaviorisme Skinner.
Teori tersebut secara singkat dalam konteks aksiologi memiliki tujuan konsep manusia
dalam antroposentris melalui perilaku yang didasarkan atas sarana konsep operan
kondisioning Skinner.
Aksiologi dijadikan tolak ukur dalam teori behaviorisme Skinner. Setiap nilai
menyangkut perilaku atau sikap. Dalam konteks aksiologi, bidang keilmuan dianalisis
sebagai pencapaian suatu tujuan dalam konteks kemasyarakatan. Dengan kata lain,
konsep perilaku yang dikemukakan Skinner akan dianalisis secara aksiologis dalam
lingkup nilai, yakni terkait teori tersebut bebas nilai atau tidak, nilai personal atau sosial
dan juga aspek nilai yang akan dianalisis dalam teorinya seperti baik atau buruk dan
nilai subjektif atau nilai objektif.
18
Pada dasarnya, nilai direduksi dengan kondisi psikologis. Kenikmatan,
keinginan, perhatian merupakan suasana kejiwaan; nilai bagi para pengarang ini
direduksi menjadi pengalaman pribadi semata (Frondizi, 2001:5). Oleh karena itu,
penulisan
skripsi
terkait
behaviorisme
Skinner
akan
dianalisis
berdasarkan
permasalahan nilai yang terkandung dalam pemikirannya terkait perilaku secara
psikologis. Kemudian, akan dianalisis juga tujuan etis atau aplikasi konsep
behaviorismenya dalam masyarakat, terutama dalam konteks keindonesiaan. Refleksi
aplikatif teorinya dianalisis dalam dunia pendidikan dan politik di Indonesia.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian tentang teori behaviorisme Skinner ditinjau berdasarkan cabang
filsafat, yakni aksiologi merupakan metode penelitian filsafat mengenai teori ilmiah
melalui tinjauan kepustakaan. Metode ini sesuai dengan penelitian karena
merefleksikan bidang filsafat untuk bidang ilmu lain, yakni ilmu psikologi. Objek
formal dalam penelitian ini menggunakan pisau analisa filsafat keilmuan, yakni
aksiologi. Kemudian, objek material dalam penelitian ini adalah teori behaviorisme
Skinner. Teori tersebut secara ilmiah merupakan bidang psikologi.
Ilmu psikologi dalam penelitian ini bukan dikaji menggunakan analisis bidang
psikologi juga. Tetapi hasil penelitian disoroti secara filosofis, yaitu ditinjau dalam
cahaya dasar- dasar kenyataan (Bakker, 1990:114). Refleksi filsafat dalam ilmu
psikologi dalam penelitian ini dilakukan dengan pengumpulan data- data terkait objek
19
formal dan objek material. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan studi
kepustakaan sebagai pemenuhan kriteria dari metode penelitian teori ilmiah.
2. Bahan Penelitian
Berdasarkan studi kepustakaan, bahan penelitian dibutuhkan memenuhi
analisis objek formal dan objek material. Materi- materi penelitian yang berkaitan
dengan penelitian ini adalah:
a. Pustaka Primer
Pustaka primer berkaitan dengan objek material dan formal bahasan dalam
penelitian ini, yakni teori behaviorisme Skinner dan aksiologi. Kepustakaan primer
ini mencakup naskah- naskah akademis dan buku- buku yang berkaitan dengan teori
behaviorisme Skinner dan aksiologi, yakni :
i.
Bahm, Archie. 1984. Axiology: The Science of Values. New Mexico:
University of New Mexico
ii.
Feist, Jess., and Gregory Feist. 2011. Teori Kepribadian. Terj.Smita
Prathita.
Jakarta: Salemba Humanika
iii.
Lacey, Hugh. 1999. Is Science Value Free. London: Routledge
iv.
O’Donohue, William and Kitchener Richard. 1996. The Philosophy of
Psychology. London: SAGE Publications
v.
Skinner, B.F. 2013. Ilmu Pengetahuan dan Perilaku Manusia.
Terj.Maufur. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
20
b.
Pustaka Sekunder
Pustaka sekunder berupa naskah akademis dan buku yang mendukung untuk
pembahasan teori behaviorisme Skinner dan aksiologi. Kepustakaan pendukung juga
berkaitan dengan artikel dan tulisan di internet yang berkaitan dengan objek
penelitian.
3. Alur Penelitian
1. Inventarisasi
data:
Tahap
awal
dalam
penelitian,
yakni
pengumpulan data yang berkaitan dengan teori behaviorisme
Skinner berupa buku, jurnal, dan artikel yang dikaji lebih lanjut.
Kemudian, dihubungkan dengan analisisis filsafat secara keilmuan,
yakni aksiologi berupa buku, jurnal dan artikel terkait aksiologi.
2. Pengklasifikasian data: Tahap selanjutnya yang berkaitan dengan
pemilahan data berdasarkan pustaka primer dan pustaka sekunder.
Pustaka primer tentunya digunakan sebagai data utama dalam
penelitian dan data sekunder sebagai data pendukung.
3. Penyusunan penelitian: Tahap terakhir ini menuyusun secara
sistematis dan lugas data- data yang telah diklasifikasi. Kemudian,
data disusun secara kritis disertai dengan argumen penulis melalui
analisis penelitian.
21
4. Analisis Hasil
1. Deskripsi, yakni memaparkan data-data yang telah diperoleh
berkaitan dengan teori behaviorisme Skinner. Hal ini menjadi
acuan dalam analisis penelitian yang ditinjau dari aksiologi.
2. Kesinambungan historis, yakni berdasarkan deskripsi yang
diperoleh, kesinambungan teori behaviorisme Skinner disusun
secara historis agar lebih sistematis. Namun, kesinambungan ini
bukan berdasarkan keliteraturan data saja, melainkan adanya
konsepsi teori ilmiah secara aksiologis keilmuan.
3. Koherensi internal, yakni menganalisis objek utama dalam
penelitian yakni teori behaviorisme Skinner secara koheren dengan
kajian aksiologi. Pemahaman ini diarahkan pada penganalisaan
secara internal menggunakan dimensi aksiologis untuk bidang
ilmu psikologi, yakni kajian teori behaviorisme Skinner.
4. Refleksi, yakni tahap terakhir yang mencakup analisis- analisis
sebelumnya. Refleksi ini merupakan aplikasi tinjauan filsafat
keilmuan, yakni aspek aksiologis untuk menerapkan teori
behaviorisme Skinner dalam bidang kehidupan terutama konteks
keindonesiaan.
22
c. Hasil yang Ingin Dicapai
Hasil yang ingin dicapai dalam penelitian berdasarkan rumusan masalah yang
diajukan adalah:
1. Pemahaman teori behaviorisme Skinner secara mendalam
2. Penjelasan peran aksiologi untuk bidang ilmu lain, terutama bidang Ilmu
Psikologi
3. Pemahaman refleksi aplikatif teori behaviorisme Skinner ditinjau
berdasarkan aksiologi dalam bidang kehidupan terutama konteks
keindonesiaan
d. Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab, yakni:
BAB I : menguraikan pendahuluan, yang mencakup latar belakang yang
terdiri dari rumusan masalah dan manfaat dalam penelitian, tujuan penelitian, tinjauan
pustaka, landasan teori, metode penelitian yang diterapkan yang terdiri dari, jenis,
bahan, alur dan analisis dalam penelitian, hasil yang ingin dicapai dalam penelitian,
dan sistematika penulisan.
BAB II : menguraikan ruang lingkup aksiologi secara komprehensif. Selain
itu, menganalisis aksiologi yang dijadikan tinjauan dalam teori behaviorisme Skinner
sebagai perwujudan terapan filsafat secara aksiologis dalam bidang ilmu psikologi.
BAB III : menguraikan teori behaviorisme Skinner. Penguraian ini ditulis
secara sistematis, yakni biografi Skinner, behaviorisme ilmiah oleh Skinner,
23
pengklasifikasian pengondisian, analisis pengondisian operan dan pengontrolan
perilaku manusia.
BAB IV : menguraikan tinjauan kritis aksiologi dalam konteks refleksi
aplikatif terhadap konsep behaviorisme Skinner. Tinjauan ini menganalisis realitas
secara filosofis, metodologi dan aplikasinya dalam bidang kehidupan terutama
konteks keindonesiaan secara reflektif.
BAB V : menguraikan bagian penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran
terkait penelitian.
Download