PENGEMBANGAN PERANGKAT PENILAIAN PSIKOMOTOR DI

advertisement
PENGEMBANGAN PERANGKAT PENILAIAN PSIKOMOTOR DI SEKOLAH
MENENGAH KEJURUAN
Oleh : Akbar Iskandar
Email : [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu perangkat penilaian psikomotor
yang valid, reliabel, objektif, sitematik, praktis dan efektif. Kegiatan penelitian terdiri atas
dua tahap yaitu pengembangan dan ujicoba terbatas. Tahap pengembangan meliputi kegiatan
prasurvai, studi hasil-hasil penelitian, analisis masalah, analisis kurikulum, penyusunan draft
penilaian psikomotor dan validasi pakar dan praktisi. Kegiatan tahap ujicoba terbatas
meliputi, uji keterbacaan, evaluasi dan revisi. Materi pembelajaran praktik pada pembahasan
ini yaitu mengoperasikan power suplay elektronika industri. Analisis data dilakukan dua
tahap, yaitu pada tahap pengembangan dan di akhir ujicoba terbatas. Analisis pada tahap
pengembangan model dilakukan dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Analisis
kualitatif dilakukan untuk menganalisis data hasil validasi perangkat penilaian oleh para
pakar dan praktisi. Analisis pada akhir tahap ujicoba terbatas untuk mengetahui efektivitas
perangkat penilaian psikomotor secara empirik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
prosedur pengembangan perangkat penilaian psikomotor pada pembelajaran praktik
elektronika di SMK yang mengadopsi model R & D telah mampu menghasilkan seperangkat
instrumen penilaian yang valid, reliabel, objektif, sistematik, praktis dan efektif. Hal ini
berarti bahwa instrumen penilaian unjuk kerja sudah layak untuk digunakan.
Kata kunci: Penilaian Psikomotor di SMK.
A. Pendahuluan
Penilaian adalah upaya atau tindakan
untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang
telah ditetapkan itu tercapai atau tidak.
Dengan kata lain, penilaian berfungsi
sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan
proses dan hasil belajar siswa. Dalam sistem
pendidikan nasional
rumusan tujuan
pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun
tujuan
instruksional,
menggunakan
klasifikasi hasil belajar yang secara garis
besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni
ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotor.
Dalam evaluasi pendidikan, ada
empat komponen yang saling terkait dan
merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan yaitu tes, pengukuran, penilaian
dan evaluasi. Kualitas pembelajaran dapat
dilihat dari hasil ke empat komponen
tersebut di atas, utamanya sistem tes yang
diterapkan untuk mendapatkan hasil belajar
siswa, karena sistem tes dan penilaian yang
baik akan mondorong siswa dalam
meningkatkan motivasi dan prestasi dalam
pembelajaran. Namun, pada pelaksanaan
penilaian hasil belajar sering terjadi
ketidakadilan pengukuran yang dilakukan
oleh guru, baik dari alat ukur yang
digunakan maupun penyelenggaraannya.
Kemampuan guru dalam membuat evaluasi
belajar menempati posisi awal bagi
peningkatan kualitas pembelajaran. Nilai
yang diperoleh dari hasil tes hendaknya tidak
dijadikan tujuan utama bagi siswa dalam
belajar akan tetapi tes dapat digunakan
sebagai sarana peningkatan motivasi untuk
belajar bagi siswa (Azwar,1996:15).
Mengacu pada Pasal 25 (4) Peraturan
Pemerintah RI Nomor 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan menjelaskan
bahwa kompetensi lulusan mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Ini berarti
bahwa
pembelajaran
dan
penilaian
37
seyogyanya mengembangkan kompetensi
peserta didik yang berhubungan dengan
ranah afektif (sikap), kognitif (pengetahuan),
dan psikomotor (keterampilan).
Peraturan
Menteri
Pendidikan
Nasional (Permendiknas) Nomor 20 Tahun
2007 menyebutkan bahwa salah satu prinsip
penilaian
adalah
menyeluruh
dan
berkesinambungan. Hal ini berarti bahwa
penilaian oleh guru mencakup semua aspek
kompetensi dengan menggunakan berbagai
teknik penilaian yang sesuai untuk
memantau
perkembangan
kemampuan
peserta didik. Cakupan aspek penilaian yang
dimaksud
adalah
aspek
kognitif
(pengetahuan),
aspek
psikomotor
(keterampilan), dan aspek afektif (sikap).
Melihat kenyataan selama ini yang
terjadi, pada umumnya penilaian yang
dilakukan oleh pendidik lebih menekankan
pada penilaian ranah kognitif. Hal ini
kemungkinan besar disebabkan karena
pendidik kurang memahami penilaian ranah
afektif dan psikomotor. Oleh karena itu,
perlu adanya acuan untuk mengembangkan
perangkat penilaian psikomotor. Selain dari
itu, mata pelajaran di SMK khususnya SMK
Negeri 2 Makassar lebih mengacu pada
aspek keterampilan, namun penilaian yang
digunakan dalam menilai hasil praktik
menurut guru elektronika dan penanggung
jawab LAB atas nama Muhammad Akil,
S.Pd mengatakan bahwa penilaian selama ini
hanya pada keberhasilan suatu proyek
(menghasilkan produk) tidak menilai proses
pelaksanaan dan presentasi hasil proyek yang
telah dibuat oleh peserta didik, untuk itu
sangat diperlukan perangkat penilaian
psikomotor yang baik dalam menilai hasil
belajar peserta didik.
Berdasarkan hasil pengamatan dan
wawancara terbatas dengan guru dan kepala
sekolah SMK Negeri 2 Makassar, peneliti
mendapatkan fakta bahwa guru belum
mengetahui secara jelas pembuatan dan
penggunaan perangkat penilaian yang benar,
khususnya penilaian psikomotor. Lebih
lanjut, berdasarkan pengamatan langsung
yang telah dialami oleh peneliti, bahwa
instrumen yang dikeluarkan oleh BSNP
dalam ujian kompetensi tahun 2011 pada
SMK tidak memiliki rubrik penskoran dan
lembar penilaian yang tidak objektif. Karena
nilai yang diberikan bagi siswa pada kolom
pencapaian kompetensi/ YA 7,0-7,9; 8,0-8,9
dan 9,0-10 dan tidak ada nilai yang jelas bagi
siswa yang tidak tahu dalam melakukan
praktik.
Perlu diketahui bahwa sistem
penilaian yang baik sangat berpengaruh
terhadap peningkatan motivasi siswa dalam
pembelajaran. Namun pada umumnya guruguru belum memberikan perhatian yang
serius
dalam
penyusunan
perangkat
penilaian, khususnya penilaian psikomotor
(Ujian Kompetensi), sehingga selama ini
guru hanya melakukan penilaian psikomotor
dengan cara subjektif tanpa memikirkan
kriteria apa yang seharusnya untuk dinilai.
B. Tinjauan Pustaka
Pengajaran psikomotor merupakan
suatu proses pembelajaran yang membentuk
kemampuan psikomotor siswa dalam
melakukan tindakan. Hal ini sangat penting
dan cocok pada sekolah tingkat menengah
kejuruan, karena secara garis besar
pembelajaran dan kurikulum di sekolah
kejuruan lebih menitik beratkan kepada
aspek keterampilan peserta didik.
Djohar
(dalam
Upi
2011:10)
menjelaskan bahwa teknik pengajaran untuk
membentuk kemampuan psikomotor siswa
dipertimbangkan melalui beberapa teknik
pemberian latihan dengan memperhatikan
prinsip-prinsip, seperti: (1) latihan akan
efesien jika disediakan lingkungan yang
sesuai dengan tempat dimana siswa kelak
akan bekerja atau melanjutkan kejenjang
pendidikan yang lebih tinggi, (2) latihan
akan efektif hanya dapat diberikan jika
tugas-tugas yang diberikan memiliki
kesamaan operasional dan peralatan yang
akan digunakan dalam menyelesaikan
pekerjaannya kelak, (3) latihan sudah
dibiasakan dengan perilaku yang akan
ditunjukkan dalam pekerjaannya kelak, (4)
latihan akan efektif apabila pemberian
latihan berupa pengalaman khusus yang
terwujud dalam kebiasaan-kebiasaan yang
benar, (5) latihan diarahkan pada pencapaian
38
kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa
sehingga
dapat
melaksanakan
suatu
pekerjaan.
Mills (dalam Sudrajad 2008)
pembelajaran keterampilan akan efektif bila
dilakukan dengan menggunakan prinsip
belajar sambil mengerjakan (learning by
doing). Keterampilan yang dilatih melalui
praktik secara berulang-ulang akan mejadi
kebiasaan
atau
otomatis
dilakukan.
Sementara itu Goets (dalam Sudrajad 2008)
dalam penelitianya melaporkan bahwa
latihan yang dilakukan secara berulang-ulang
akan memberikan pengaruh yang sangat
besar pada pemahiran keterampilan. Lebih
lanjut dalam penelitian itu dilaporkan bahwa
pengulangan saja tidak cukup menghasilkan
prestasi belajar yang tinggi, namun
diperlukan umpan balik yang relevan yang
berfungsi untuk memantapkan kebiasaan.
Sekali berkembang maka kebiasaan itu tidak
pernah mati atau hilang.
Gagne (dalam Muslich 2011:147)
berpendapat bahwa kondisi yang dapat
mengoptimalkan hasil belajar keterampilan
ada dua macam, yaitu kondisi internal dan
kondisi eksternal. Untuk kondisi internal
dapat dilakukan dengan cara-cara seperti (a)
mengingatkan
kembali
bagian
dari
keterampilan yang sudah dipelajari, dan (b)
mengingatkan prosedur atau langkahlangkah gerakan yang telah dikuasai.
Sementara itu, untuk kondisi eksternal dapat
dilakukan dengan (a) instruksi verbal, (b)
gambar, (c) demonstrasi, (d) praktik, dan (e)
umpan balik. Dalam melatihkan kemampuan
psikomotor atau keterampilan gerak ada
beberapa langkah yang harus dilakukan agar
pembelajaran mampu membuahkan hasil
yang optimal.
Mills (dalam Muslich 2011:147)
menjelaskan bahwa langkah-langkah dalam
mengajar praktik yaitu: (a) menentukan
tujuan dalam bentuk perbuatan, (b)
menganalisis keterampilan secara rinci dan
berurutan,
(c)
mendemonstrasikan
keterampilan disertai dengan penjelasan
singkat dengan memberikan perhatian pada
butir-butir kunci termasuk kompetensi kunci
yang diperlukan untuk menyelesaikan
pekerjaan dan bagian-bagian yang sukar, (d)
memberikan kesempatan pada peserta didik
untuk mencoba melakukan praktik dengan
pengawasan dan bimbingan, (e) memberikan
penilain terhadap usaha peserta didik.
Edwardes (dalam Sudrajat 2008)
menjelaskan bahwa proses pembelajaran
praktik mencakup tiga tahap yaitu (a)
penyajian dari pendidik, (b) kegiatan praktik
peserta didik dan (c) penilaian hasil kerja
peserta didik. Guru harus menjelaskan
kepada peserta didik kompetensi kunci yang
diperlukan untuk menyelesaikan tugas
tertentu. Kompetensi kunci merupakan
kemampuan utama yang harus dimiliki
seseorang agar tugas atau pekerjaan dapat
diselesaikan dengan cara benar dan hasilnya
optimal.
Penilaian adalah hasil pengukuran
dan penentuan pencapaian hasil belajar,
sementara evaluasi adalah penentuan nilai
suatu program dan penentuan pencapaian
tujuan suatu program. Ada dua istilah terkait
dengan konsep penilaian (assessment), yaitu
pengukuran (measurement) dan evaluasi
(evaluation. Pengukuran adalah proses
penetapan angka terhadap suatu gejala
menurut aturan tertentu. Sedangkan evaluasi
adalah penilaian yang sistematik tentang
manfaat suatu objek atau pengambilan
keputusan akhir.
Nitko & Brookhart (2007: 4)
penilaian didefinisikan sebagai suatu proses
untuk
mendapatkan
informasi
yang
digunakan untuk membuat keputusan tentang
siswa; kurikulum, program, dan sekolah, dan
kebijakan pendidikan. Menurut Sudrajat
(2008) penilaian (assessment) adalah
penerapan berbagai cara dan penggunaan
beragam alat penilaian untuk memperoleh
informasi tentang sejauh mana hasil belajar
peserta didik atau ketercapaian kompetensi
(rangkaian kemampuan) peserta didik.
Berdasarkan kedua pendapat di atas
dapat disimpulkan bahwa hasil dari proses
penilaian melahirkan keputusan-keputusan
yang berkaitan dengan siswa meliputi
penempatan siswa pada program pendidikan
yang berbeda, pemberian nilai pada siswa,
membimbing dan mengarahkan siswa,
39
pemilihan siswa untuk mengikuti programprogram pendidikan, pemberian penghargaan
dan sertifikat terhadap kompetensi siswa.
Keputusan tentang kurikulum, program, dan
sekolah menyangkut bagaimana efektifitas
dan cara memperbaiki hal-hal tersebut,
sedangkan keputusan tentang kebijakan
pendidikan dikaitkan dengan pengambilan
keputusan di tingkat sekolah, daerah, dan
pusat.
Kelebihan dan Kekurangan Penilaian
Psikomotor
1. Kelebihan
penilaian
psikomotor
diantaranya:
a. Guru dapat secara langsung mengukur
ketrampilan-ketrampilan dari peserta
didik dan bukan hanya dengan tes (paper
and pencil test) saja. Termasuk pula
penilaian keterampilan-keterampilan teori
tingkat yang lebih tinggi dan kebanyakan
keterampilan-keterampilan psikomotor
b. Dapat mempengaruhi cara belajar peserta
didik dimana peserta didik tidak hanya
sekedar menghafal saja tetapi bagaimana
peserta
didik
diharapkan
dapat
menunjukkan kemampuannya dalam
menggunakan
semua
keterampilanketerampilannya sehingga mereka dapat
mengingatnya dengan lebih baik.
c. Guru dapat mengukur proses kinerja
peserta didik dengan langkah demi
langkah yang sesuai dengan prosedur
yang telah ditetapkan.
Kekurangan
penilaian
psikomotor
diantaranya :
a. Waktu yang digunakan relatif lama.
b. Adanya kecenderungan guru bersikap
subjektif
sehingga
dikhawatirkan
penilaian kurang relevan.
Asas-asas Penilaian Psikomotor
William R. Lucck (dalam Hamalik,
2002: 205-206), mengemukakan bahwa
penilaian harus berdasarkan asas-asas
sebagai berikut:
1. Penilaian bersifat kuantitas atau kualitas.
Penilaian kualitatif berkenaan dengan
mutu hasil belajar. Penilaian kuantitatif
berkenaan dengan banyaknya materi yang
telah dipelajari.
2. Penilaian
dilaksanakan
secara
berkesinambungan. Penilaian dilakukan
sejak awal proses belajar dilanjutkan
sepanjang proses berlangsung, dan
diakhiri pada akhir pembelajaran. Bahkan
penilaian juga dilaksanakan pada tingkat
pasca pembelajaran. Kesinambungan
pembelajaran disesuaikan dengan luasnya
aspek-aspek yang dinilai. Kesinambungan
berarti penilaian itu dilakukan setiap saat
dan dimana saja berdasarkan kebutuhan
dan
minat
siswa
selama
perkembangannya dalam berbagai situasi
kehidupan.
3. Penilaian bersifat keseluruhan. Penilaian
dilakukan terhadap keseluruhan aspek
pribadi siswa yang mencakup aspek-aspek
intelektual, hubungan sosial, sikap, watak,
sifat kepemimpinan, hubungan personalsosial, moral tanggung jawab, dan semua
aktivitasnya, baik di dalam maupun di
luar sekolah.
4. Penilaian bersifat obyektif. Penilaian
ditujukan
ke
arah
pemeriksaan
perkembangan dan kemajuan siswa dalam
hubungannya dengan pencapaian tujuan
belajar. Penilaian diberikan sebagaimana
adanya siswa, tidak dipengaruhi oleh
unsur-unsur emosi, hubungan sosial
tertentu atau sikap guru terhadap siswa.
Pendeknya, subyektivitas guru tidak
berpengaruh terhadap hasil penilaian.
5. Penilaian bersifat kooperatif. Kegiatan
penilaian adalah tanggung jawab bersama,
baik para guru, orang tua, siswa, maupun
masyarakat. Jadi, penilaian itu merupakan
hasil kerja sama antara semua pihak yang
terkait, baik di dalam lingkungan sekolah
maupun di luar sekolah.
Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Pengukuran
Validitas dan reliabilitas merupakan
hal utama yang harus dipenuhi untuk
menentukan kualitas suatu instrumen
penilaian.
1. Validitas
Validitas berasal dari kata validity
yang mempunyai arti sejauhmana ketepatan
dan kecermatan suatu instrumen pengukur
40
dalam melakukan fungsi pengukuran/
memberikan hasil pengukuran sesuai dengan
apa yang ingin di ukur Azwar (1996:173).
Validitas instrumen dapat dimaknai sebagai
ketepatan dalam memberikan interpretasi
terhadap
hasil
pengukurannya.
Sesungguhnyalah
persoalan
validitas
instrumen berhubungan dengan pertanyaan,
apakah
suatu
instrumen
mampu
menggambarkan ciri-ciri, sifat-sifat, atau
aspek apa saja yang akan diukur, sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya.
Relevans dan accuracy, adalah dua
makna yang terkandung dalam konsep
validitas.
Relevans
menunjuk
pada
kemampuan instrumen untuk memerankan
fungsi untuk apa instrumen dimaksudkan.
Sedangkan accuracy menunjuk pada
ketepatan instrumen mengidentifikasi aspekaspek yang akan diukur secara tepat,
menggambarkan keadaan yang sebenarnya.
Secara umum terdapat tiga macam
validitas, yaitu validitas konstruk (construct
validity), validitas isi (content validity), dan
validitas kriteria/empiris (criterion-related
validity) Azwar (1996: 175-176).
Validitas konstruk menunjuk pada
sejauh mana instrumen yang disusun mampu
menghasilkan butir-butir pertanyaan yang
dilandasi oleh konsep teoritik tertentu.
Validitas konstruk disusun berdasarkan pada
konsep teori yang sudah mapan dan
pertimbangan-pertimbangan yang rasional.
Untuk memantapkan validitas konstruk
dibutuhkan expert judgment yaitu masukan,
pertimbangan, dan kritik dari para ahli
terkait.
Validitas isi berhubungan dengan
kemampuan
instrumen
untuk
menggambarkan secara tepat domain prilaku
yang diukur. Ada dua makna dalam validitas
isi yaitu, validitas butir dan validitas
sampling. Validitas isi berhubungan dengan
pertanyaan seberapa
jauh butir-butir
instrumen mencerminkan keseluruhan isi
dari aspek yang hendak diukur. Langkah
selanjutnya pada validitas isi adalah
menjabarkan dalam aspek yang terperinci
selanjutnya
didiskripsikan
indikatorindilkatornya.
Selanjutnya
dimintakan
pertimbangan kolega atau ahli yang
berkompeten melalui forum diskusi antar
ahli (focus group discasion), untuk
memperoleh masukan, saran, kritik, dan
evaluasi guna menyempurnakan instrumen
yang disusun.
Validitas kriteria sama dengan
validitas empiris yang berarti bahwa validitas
ditentukan berdasarkan kriteria, baik kriteria
internal maupun eksternal. Kriteria internal
adalah tes atau instrumen itu sendiri yang
menjadi kriteria sehingga bisa juga disebut
sebagai validitas butir. Sedangkan kriteria
eksternal adalah hasil ukur instrumen atau
tes lain diluar instrumen itu sendiri yang
menjadi kriteria. Ukuran lain yang sudah
dianggap baku atau dapat dipercaya dapat
pula dijadikan sebagai kriteria eksternal atau
mengkorelasikan hasil ukur instrumen baku
dengan instrumen yang dikembangkan.
Makin tinggi koefisien korelasi yang
diperoleh, maka validitas instrumen yang
dikembangkan juga makin baik (Muljono,
2008: 54). Untuk itu dapat dilihat kriteria
valid yang dikemukakan Nurdin (Hadijah,
2009:63) yaitu:
3,5 ≤ M ≤ 4 : Sangat baik
2,5 ≤ M < 3,5 : Baik
1,5 ≤ M < 2,5 : Cukup Baik
M < 1,5
: Tidak baik
Berdasarkan uraian di atas, dapat
ditarik suatu pengertian bahwa untuk
pengembangan instrumen penilaian dapat
digunakan semua jenis validitas atau salah
satu jenis validitas. Namun pada penelitian
ini hanya digunakan validitas isi.
1. Reliabilitas
Reliabilitas diterjemahkan dari kata
reliability.
Reliabilitas
instrumen
menunjukkan tingkat kestabilan, konsestensi,
keajegan, dan atau kehandalan instrumen
untuk menggambarkan gejala seperti apa
adanya. Secara konsep instrumen yang
reliabel adalah apabila digunakan terhadap
subjek yang sama akan menunjukkan hasil
yang sama, walaupun dalam waktu dan
kondisi yang berbeda Azwar (1996: 180).
Hal ini sependapat dengan Suryabrata (2005:
29) menyatakan bahwa reliabilitas alat ukur
41
menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran
dengan alat tersebut dapat dipercaya. Hal ini
ditunjukkan oleh taraf keajegan (konsistensi)
skor yang diperoleh oleh para subjek yang
diukur dengan alat yang sama, atau diukur
dengan alat yang setara pada kondisi yang
berbeda.
a. Kesepakatan Antar Rater (Kappa)
Reliabilitas antar rater ini dipakai
menilai konsistensi dua orang rater dalam
menilai performansi individu melalui
cheklist yang menghasilkan data nominal.
Misalnya untuk mengetahui kesamaan
psikologi anak menilai ada tidaknya depresi
pada anak tersebut (1=ada, 0=tidak), untuk
mengetahui kesamaan antar observer
terhadap subjek.
b. Reliabilitas Antar Rater (Intra class
Correlation Coefficients, ICC)
Berbeda dengan metode sebelumnya,
metode estimasi reliabilitas antar rater ini
dipakai jika ada beberapa orang rater menilai
individu baik melalui instrumen rating yang
menghasilkan data ordinal. Misalnya
konsisternsi juri menilai hasil karaoke,
konsistensi supervisor menilai kualitas hasil
kerja anak buahnya begitupun dalam menilai
perangkat penilaian psikomotor.
Batas bawah koefisien reliabilitas
yang digunakan untuk suatu penilaian/ tes
yang baik yaitu sebesar 0.70 menurut Linn
(Mansyur, 2009:134) sedangkan Fleiss
(Widhiarso, 2012:15) mengkategorikan
tingkat reliabilitas antar rater menjadi 4
(empat) kategori, antara lain :
Қ < 0.4 : Buruk (Bad)
0.4 ≤ Қ ≤ 0.60 : Cukup (fair)
0.60 < k ≤ 0.75 : Memuaskan (good)
k > 0.75 : Istimewa (excellent)
Objektifitas, Sistematis, praktis dan
Efektifitas
Perangkat
Penilaian
Psikomotor
1. Objektifitas
Model penilaian dikatakan obyektif
apabila hasil penilaiannya tidak dipengaruhi
oleh unsur subyektivitas penilai. Instrumen
evaluasi hendaknya terhindar dari pengaruhpengaruh subjektifitas pribadi dari si
evaluator dalam menetapkan hasilnya.
Dalam menekan pengaruh subjektifitas yang
tidak bisa dihindari hendaknya evaluasi
dilakukan mengacu kepada pedoman tertama
menyangkut masalah kontinuitas dan
komprehensif. Yuli (2007) penilaian harus
dilaksanakan secara obyektif. Untuk itu,
penilaian harus adil, terencana, dan
menerapkan kriteria yang jelas dalam
pemberian skor.
2. Sistematis
Suatu model penilaian dikatakan
sistematis apabila kegiatan penilaian
dilakukan secara teratur, berurutan dan
terencana dengan baik, sehingga tidak terjadi
kekeliruan atau kesalahan-kesalahan yang
dapat mengurangi kualitas hasil penilaian.
3. Praktis
Model penilaian dikatakan praktis
apabila model tersebut bersifat sederhana
dan
mudah
dalam
penggunaan,
pengadministrasian,
dan
pelaporannya.
Fuadmje (2011) sebuah intrumen evaluasi
dikatakan memiliki praktikabilitas yang
tinggi apabila bersifat praktis mudah
pengadministrasiannya dan memiliki ciri:
mudah dilaksanakan, tidak menuntut
peralatan yang banyak dan memberi
kebebasan kepada audiens mengerjakan yang
dianggap mudah terlebih dahulu. Mudah
pemeriksaannya artinya dilengkapi pedoman
skoring, kunci jawaban. Dilengkapi petunjuk
yang jelas sehingga dapat dilaksanakan oleh
orang lain.
4. Efektifitas
Kandak & Egen (Sudiyatno, 2010:
76) tingkat efektivitas suatu penilaian harus
memperhatikan tiga kriteria utama, yaitu:
valid, sistematis dan praktis. Namun pada
penelitian ini bukan hanya 3 (tiga) kriteria
utama yang diperhatian tetapi ada 5 (lima)
kriteria utama yaitu: valid, reliabel, objektif,
sitematik, praktis. Berikut ini dibuat kriteria
untuk
mengetahui tingkat
efektifitas
perangkat penilaian psikomotor.
3,5 ≤ M ≤ 4 : Sangat Baik
2,5 ≤ M < 3,5 : Baik
1,5 ≤ M < 2,5 : Cukup Baik
M < 1,5
: Tidak Baik
C. Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, maka
masalah yang timbul dalam penelitian ini
42
adalah bagaimana cara mengembangkan
perangkat penilaian psikomotor yang valid,
reliabel, objektif, sistematik, praktis dan
efektif.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitian
ini
adalah
mengembangkan
dan
menghasilkan
perangkat penilaian psikomotor yang valid,
reliabel, objektif, sistematik, praktis dan
efektif.
E. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian
pengembangan
atau
Research
and
Develoment
yang
bertujuan
untuk
mengembangkan dan mendesain perangkat
penilaian psikomotor pada mata pelajaran
mengoperasikan power suplay elektronika.
Sebagaimana dijelaskan oleh Sugiono
(2010:407) bahwa metode penelitian
pengembangan
atau
Research
and
Development adalah metode penelitian yang
digunakan untuk menghasilkan produk
tertentu, dan menguji keefektifan suatu
produk yang di hasilkan.
Pengembangan perangkat penilaian
psikomotor
dalam
penelitian
ini
menggunakan model 4-D (define, design,
develop, disseminate) yang dikembangkan
oleh Thiagarajan (dalam Trianto, 2009:189192).
F. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Data hasil pengembangan dan
penerapan perangkat penilaian psikomotor
serta hasil penilaian kinerja siswa pada tahap
ujicoba akan dijadikan sebagai dasar dalam
menjawab setiap permasalahan dalam
penelitian ini. Permasalahan-permasalahan
tersebut
adalah
berkaitan
dengan
ketercapaian tujuan penelitian yaitu:
a. Kevalidan dan reliable oleh validator
Model penilaian dikatakan valid
apabila model tersebut mampu menghasilkan
penilaian seperti apa yang hendak dinilai.
Reliabel adalah kekonsistenan suatu alat
ukur dalam mengukur sesuatu. Pada bab IV
telah dikemukakan mengenai uji kevalidan,
berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan
bahwa perangkat penilaian psikomotor
secara keseluruhan telah memenuhi kriteria
valid dan Reliabel dengan sedikit revisi.
Berikut ini dapat dijelaskan kriteria
kevalidan dan Reliabel masing-masing
instrumen dari 2 (dua) validator ahli
diantaranya:
1) Untuk soal berada pada kategori skala
“Sangat Baik”. Jadi ditinjau dari seluruh
aspek soal ini dinyatakan memenuhi
kriteria valid dan koefisien reliabilitas
antar penilai menggunakan koefisien
Cohen’s Kappa (Қ) = 0.696. Nilai
koefisien reliabilitas instrumen ini
mendekati batas bawah reliabilitas 0.070
menurut Linn (Mansyur, 2009:134)
sehingga instrumen tersebut memenuhi
kriteria Reliabel.
2) Angket keefektifan penilaian psikomotor
yang diisi oleh siswa berada pada skala
“Sangat Baik”, ditinjau dari seluruh
aspek, instrumen ini dinyatakan
memenuhi kriteria valid dan koefisien
reliabilitas antar penilai menggunakan
koefisien Cohen’s Kappa (Қ) = 0.783.
Nilai koefisien reliabilitas instrumen ini
termasuk kategori good agreement,
sehingga instrumen tersebut memenuhi
kriteria Reliabel.
3) Angket keefektifan penilaian psikomotor
yang diisi oleh guru berada pada skala
“Sangat Baik”, ditinjau dari seluruh
aspek, instrumen ini dinyatakan
memenuhi kriteria valid dan koefisien
reliabilitas antar penilai menggunakan
koefisien Cohen’s Kappa (Қ) = 0.783.
Nilai koefisien reliabilitas instrumen ini
termasuk kategori good agreement,
sehingga instrumen tersebut memenuhi
kriteria Reliabel.
4) Lembar penilaian psikomotor dalam
kegiatan praktikum berada pada rentang
“Sangat Baik”, ditinjau dari seluruh
aspek lembar penilaian ini dinyatakan
memenuhi kriteria valid dan koefisien
reliabilitas antar penilai menggunakan
koefisien Cohen’s Kappa (Қ) = 0.720.
Nilai koefisien reliabilitas instrumen ini
termasuk kategori good agreement,
sehingga instrumen tersebut memenuhi
kriteria Reliabel.
5) Rubrik penskoran penilaian psikomotor
berada pada skala “Sangat Baik”,
43
ditinjau dari seluruh aspek, instrumen ini
dinyatakan memenuhi kriteria valid dan
koefisien reliabilitas antar penilai
menggunakan koefisien Cohen’s Kappa
(Қ) = 0.750. Nilai koefisien reliabilitas
instrumen ini termasuk kategori good
agreement, sehingga instrumen tersebut
memenuhi kriteria Reliabel.
6) Lembar penilaian kemampuan presentasi
berada pada skala “Sangat Baik”,
ditinjau dari seluruh aspek, instrumen ini
dinyatakan memenuhi kriteria valid dan
koefisien reliabilitas antar penilai
menggunakan koefisien Cohen’s Kappa
(Қ) = 0.720. Nilai koefisien reliabilitas
instrumen ini termasuk kategori good
agreement, sehingga instrumen tersebut
memenuhi kriteria Reliabel.
7) Rubrik penskoran penilaian kemampuan
presentasi berada pada skala “Sangat
Baik”, ditinjau dari seluruh aspek,
instrumen ini dinyatakan memenuhi
kriteria valid dan koefisien reliabilitas
antar penilai menggunakan koefisien
Cohen’s Kappa (Қ) = 0.714. Nilai
koefisien reliabilitas instrumen ini
termasuk kategori good agreement,
sehingga instrumen tersebut memenuhi
kriteria Reliabel.
Berikut ini dapat dijelaskan kriteria
kevalidan dan Reliabel masing-masing
instrumen dari 18 (delapan belas) penelaah
diantaranya:
1) Untuk soal berada pada kategori skala
“Sangat Baik”. Jadi ditinjau dari seluruh
aspek soal ini dinyatakan memenuhi
kriteria valid dan koefisien reliabilitas
dari beberapa penilai (Intraclass
Correlation Coefficients, ICC) (Қ) =
0.747. Nilai koefisien reliabilitas
instrumen ini masuk kategori good
agreement, sehingga instrumen tersebut
memenuhi kriteria Reliabel.
2) Angket keefektifan penilaian psikomotor
yang diisi oleh siswa berada pada skala
“Baik”, ditinjau dari seluruh aspek,
instrumen ini dinyatakan memenuhi
kriteria valid dan koefisien reliabilitas
dari beberapa penilai (Intraclass
Correlation Coefficients, ICC) (Қ) =
3)
4)
5)
6)
0.720. Nilai koefisien reliabilitas
instrumen ini termasuk kategori good
agreement, sehingga instrumen tersebut
memenuhi kriteria Reliabel.
Angket keefektifan penilaian psikomotor
yang diisi oleh guru berada pada skala
“Baik”, ditinjau dari seluruh aspek,
instrumen ini dinyatakan memenuhi
kriteria valid dan koefisien reliabilitas
dari beberapa penilai (Intraclass
Correlation Coefficients, ICC) (Қ) =
0.723. Nilai koefisien reliabilitas
instrumen ini termasuk kategori good
agreement, sehingga instrumen tersebut
memenuhi kriteria Reliabel.
Lembar penilaian psikomotor dalam
kegiatan praktikum berada pada rentang
“Baik”, ditinjau dari seluruh aspek
lembar
penilaian
ini
dinyatakan
memenuhi kriteria valid dan koefisien
reliabilitas dari beberapa penilai
(Intraclass Correlation Coefficients,
ICC) (Қ) = 0.718. Nilai koefisien
reliabilitas instrumen ini termasuk
kategori good agreement, sehingga
instrumen tersebut memenuhi kriteria
Reliabel.
Rubrik penskoran penilaian psikomotor
berada pada skala “Baik”, ditinjau dari
seluruh aspek, instrumen ini dinyatakan
memenuhi kriteria valid dan koefisien
reliabilitas dari beberapa penilai
(Intraclass Correlation Coefficients,
ICC) (Қ) = 0.718. Nilai koefisien
reliabilitas instrumen ini termasuk
kategori good agreement, sehingga
instrumen tersebut memenuhi kriteria
Reliabel.
Lembar penilaian kemampuan presentasi
berada pada skala “Baik”, ditinjau dari
seluruh aspek, instrumen ini dinyatakan
memenuhi kriteria valid dan koefisien
reliabilitas dari beberapa penilai
(Intraclass Correlation Coefficients,
ICC) (Қ) = 0.706. Nilai koefisien
reliabilitas instrumen ini termasuk
kategori good agreement, sehingga
instrumen tersebut memenuhi kriteria
Reliabel.
44
7) Rubrik penskoran penilaian kemampuan
presentasi berada pada skala “Baik”,
ditinjau dari seluruh aspek, instrumen ini
dinyatakan memenuhi kriteria valid dan
koefisien reliabilitas dari beberapa
penilai
(Intraclass
Correlation
Coefficients, ICC) (Қ) = 0.767. Nilai
koefisien reliabilitas instrumen ini
termasuk kategori good agreement,
sehingga instrumen tersebut memenuhi
kriteria Reliabel.
Setelah dilakukan revisi maka perangkat
penilaian ini dapat digunakan dalam kegiatan
praktikum di labolatorium elektronika. Lebih
lanjut untuk mengetahui tingkat efektivitas
perangkat penilaian psikomotor, maka
kepada tiga guru dan delapan siswa
diberikan angket penilaian efektivitas model
setelah proses penilaian selesai yang meliputi
aspek:
a. Kevalidan
Melihat respon guru terhadap
perangkat penilaian ini mereka menyatakan
bahwa perangkat penilaian ini valid (3.00)
begitupun dengan respon siswa mereka
menyatakan bahwa perangkat penilaian ini
valid (3.06).
b. Reliabel
Berdasarkan hasil analisis, guru
menyatakan bahwa perangkat penilaian ini
memenuhi kriteria reliabel dengan nilai
(3.00), sedangkan menurut peserta didik
yang terlibat dalam penilaian ini memenuhi
kriteria reliabel (3.00).
c. Keobjektifan
Melihat respon siswa terhadap hasil
penilaian
yang
diberikan,
mereka
menyatakan bahwa guru dalam menilai adil/
tidak membeda-bedakan antara siswa satu
dengan siswa lainnya. Secara empirik,
berdasarkan hasil pengamatan peneliti
sebelum uji coba, guru menyatakan bahwa
perangkat penilaian ini memenuhi kriteria
objektif (3.11), sedangkan menurut peserta
didik setelah dilaksanakan uji coba
memenuhi kriteria (3.00).
d. Sistematis
Berdasarkan hasil analisis, guru
menyatakan bahwa perangkat penilaian ini
memenuhi kriteria sangat sistematis dengan
nilai (4.00), sedangkan menurut peserta didik
yang terlibat dalam penilaian ini memenuhi
kriteria sistematis (3.04).
e. Kepraktisan
Secara teoritis, hasil penilaian ahli
dan praktisi dalam bidang pendidikan
menunjukkan bahwa perangkat penilaian
psikomotor
dinyatakan
layak
untuk
digunakan dikelas (di laboratorium).
Sedangkan secara empirik, berdasarkan hasil
pengamatan peneliti pada uji coba
dinyatakan sudah memenuhi kriteria
kepraktisan. Melihat respon guru terhadap
perangkat penilaian ini mereka menyatakan
bahwa perangkat penilaian ini sangat praktis
(4.00) begitupun dengan respon siswa
mereka menyatakan bahwa perangkat
penilaian ini sangat praktis (3.50).
f. Keefektifan
Kandak & Egen (Sudiyatno, 2010:
76) tingkat efektivitas suatu penilaian harus
memperhatikan tiga kriteria utama, yaitu:
valid, sistematis dan praktis. Namun pada
penelitian ini bukan hanya 3 (tiga) kriteria
utama yang diperhatian tetapi ada 5 (lima)
kriteria utama yaitu: valid, reliabel, objektif,
sitematik, praktis. Berdasarkan dari 5 (lima)
hal tersebut di simpulkan bahwa perangkat
penilaian ini menurut guru memenuhi
kriteria efektif dengan hasil analisis (3.42),
sedangkan menurut siswa efektif dengan
hasil analisis (3.12).
G. Simpulan
Berdasarkan hasil-hasil penelitian
dan Pembahasan yang ditampilkan, maka
terbukti bahwa perangkat penilaian ini
memiliki tingkat validitas, reliabilitas,
objektivitas, sistematis, kepraktisan dan
efektivitas yang baik.
H. Saran
Beberapa
saran
yang
perlu
diperhatikan untuk meningkatkan efektivitas
pembelajaran berbasis standar kompetensi,
khususnya pembelajaran praktik di SMK
Negeri 2 Makassar Jurusan Teknik
Elektronika.
1. Guru SMK seharusnya menggunakan
perangkat penilaian psikomotor yang
baik dalam menilai kompetensi siswa.
45
2. Untuk sekolah hendaknya mengadakan
pelatihan pembuatan dan penggunaan
instrumen penilaian psikomotor bagi
guru mata pelajaran, agar guru dapat
memberikan penilaian secara objektif
hasil praktikum peserta didik.
3. Guru-guru praktik SMK seharusnya
segera benar-benar menyelenggarakan
proses pembelajaran dengan pendekatan
ketuntasan belajar, dengan konsekuensi
menyediakan bahan dan fasilitas
pembelajaran praktik yang mencukupi.
Daftar Pustaka
Azwar, Saifuddin. 1996. Tes Prestasi. Fungsi
dan Pengembangan Pengukuran
Prestasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Fuadmje. 2011. Instrumen Evaluasi Hasil
Belajar.
(http://fuadmje.wordpress.com/2011/
11/05/instrumen-evaluasi-hasilbelajar/, diakses pada 25 Juli 2012)
Hamalik, Oemar. 2002. Proses Belajar
Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hadijah. 2009. Pengembangan Instrumen
Standar Minimal Seleksi Penerimaan
Siswa Baru Pada SMP Rintisan
Sekolah Bertaraf Internasional. Tesis
tidak
diterbitkan.
Makassar:
Pascasarjana UNM.
Muslich, Masnur. 2011. Penilaian Berbasis
Kelas dan Kompetensi. Bandung:
Refika Aditama.
Muljono, Pudji & Djaali. 2008. Pengukuran
dalam Bidang Pendidikan. Jakarta:
Grasindo.
Mansyur,. Rasyid, Harun,. & Suratno. 2009.
Assesmen Pembelajaran di Sekolah.
Yogyakarta: Multi Pressindo.
Nitko, Anthony J,. & Brookhart, Susan M.
2007. Educational Assessment Of
Students. New Jersey: Pearson
Education.
Suryabrata, Sumadi. 2005. Pengembangan
Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta:
Penerbit Andi.
Sutrisno dan Nuryanto. 2008. Analisis
pengaruh persepsi guru tentang
supervisi akademik yang dilakukan
Kepala Sekolah, penerapan strategi
pembelajaran, dan budaya sekolah
terhadap penerapan penilaian kelas.
(http://etd.eprints.ums.ac.id/15071/2/
TESIS_BAB_I_BABARE2011_pdf.p
df, diakses pada 15 Februari 2012).
Sudrajat, Ahmad. 2008a. Penilaian Hasil
Belajar
Siswa.
(http://akhmadsudrajat.wordpress.co
m/2008/05/01/penilaian-hasilbelajar/, diakses pada 11 Januari
2012).
Sukardi. 2010. Evaluasi Pendidikan. Prinsip
& Operasionalnya. Jakarta: Bumi
Aksara.
Sudiyatno, 2010. Pengembangan Model
Penilaian Komprehensif Unjuk Kerja
Siswa Pada Pembelajaran Berbasis
Standar Kompetensi di SMK
Teknologi
Industri.
Disertasi.
Yogyakarta: Pascasarjana UNY.
(http://staff.uny.ac.id/sites/default/file
s/131873958/disertasi.pdf,
diakses
pada 2 Februari 2012).
Sugiono.
2010.
Metode
Penelitian
Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Trianto.
2009.
Mendesain
Model
Pembelajaran
Inovatif-Progresif.
Konsep,
Landasan
dan
Implementasinya pada Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Jakarta: Prenada Media Group.
Upi. 2011. Kemampuan Psikomotorik Siswa
SMA Kelas XII dalam Praktikum
Strukturtumbuhan.(http://repository.u
pi.Edu/operator/upload/s_d035_0606
655_chapter2.pdf, diakses pada 29
November 2011).
Widhiarso, Wahyu, 2012. Mengestimasi
Reliabilitas.
(http://widhiarso.staff.ugm.ac.id/files/
bab_2_estimasi_reliabilitas_via_spss.
pdf, diakses pada 12 Februari 2012).
Yuli. 2009. Penilaian dalam pembelajaran
SD. (http://yulianti200784.blogspot.
com/2009/05/penilaian-dalampembelajaran-sd.html, diakses pada
25 Juli 2012)
46
Download