6 TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi Pembangunan Pengertian Komunikasi Komunikasi merupakan usaha untuk membuat satuan sosial dengan menggunakan bahasa atau tanda. Memiliki serangkaian peraturan untuk mencapai tujuan (Cherry dalam Rakhmat, 2000). Sedangkan Theodorson dalam Liliweri (1997), menyatakan komunikasi sebagai proses pengalihan informasi dengan menggunakan simbol-simbol tertentu kepada satu orang atau sekelompok orang lain yang mengandung pengaruh tertentu. Komunikasi dalam Pembangunan Pada umumnya di dalam setiap proses pembangunan, sejak tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi hasil pembangunan, selalu terjadi proses komunikasi antara pihak-pihak yang terkait. Proses komunikasi yang berlangsung pada dasarnya dimaksudkan untuk saling memahami, menumbuhka n pengertian, serta menyamakan persepsi yang berkaitan dengan pembangunan yang hendak dilaksanakan. Pembahasan serta penetapan Situ Babakan sebagai Perkampungan Budaya Betawi dalam forum-forum Rapat Koordinasi Pembangunan (Rakorbang), baik pada tingkat daerah, kecamatan, maupun desa, jelas melalui suatu proses komunikasi yang melibatkan pihak pemerintah dan masyarakat. Komunikasi pembangunan dapat dilihat dalam arti luas dan sempit. Dalam arti luas, komunikasi pembangunan meliputi peran dan fungsi komunikasi antar semua pihak yang terlibat dalam usaha pembangunan, terutama antara masyarakat dan pemerintah, sejak dari proses perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian terhadap hasil pembangunan. Sedangkan dalam arti sempit, komunikasi pembangunan merupakan segala upaya, cara, serta teknik penyampaian gagasan dan keterampilan-keterampilan pembangunan dari pemrakarsa pembangunan ditujukan kepada masyarakat luas. Kegiatan tersebut dimaksudkan agar masyarakat dapat memahami, menerima, dan berpartisipasi dalam melaksanakan gagasan-gagasan yang disampaikan tadi (Nasution, 1996). 7 Hal tersebut sesuai dengan pengertian komunikasi sebagai suatu proses, yaitu pencapaian gagasan-gagasan pemikiran oleh sumber kepada penerima dengan tujuan untuk merubah perilaku (Rogers dan Rogers, 1976). Penyampaian gagasan-gagasan pemikiran tersebut dapat langsung secara lisan maupun tidak langsung melalui media (Effendy, 1993). Proses komunikasi akan dapat mengubah perilaku orang lain apabila komunikasinya komunikatif Carl I. Hovland (Effendy, 1986). Di dalam proses komunikasi, Pengembangan Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan sebagai kawasan wisata terjadi interaksi antara pihak Pemda dengan masyarakat maupun tokoh masyarakat sampai akhirnya terlahir suatu keputusan. Didalam pengambilan keputusan, proses komunikasi terlihat ketika manusia berinteraksi untuk mencapai tujuan pengintegrasian, baik antar individu dalam kelompok maupun di luar kelompok. Operasionalisasi Pengembangan Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan sebagai Kawasan Wisata melibatkan berbagai unsur, seperti Pemda DKI Jakarta sebagai sumber informasi, masyarakat maupun tokoh masyarakat sebagai penerima, dan ada pesan yang jelas mengenai pengembangan Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan yang disampaikan melalui forum pertemuan. Tampak dengan jelas bahwa di sini terjadi interaksi antar komponen seperti layaknya interaksi unsur-unsur komunikasi di dalam proses komunikasi. Menurut Berlo (1960), proses komunikasi melibatkan interaksi dari enam unsur penting komunikasi, yaitu: source, encoder, message, channel, decoder, dan receiver. Sedangkan Rogers dan Rogers (1976) menyatakan bahwa dalam proses komunikasi berinteraksi unsur-unsur komunikasi yang terdiri atas: sumber, pesan, saluran, penerima, efek, dan umpan balik. Konseptual Pengembangan Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan sebagai Kawasan Wisata seyogyanya menekankan “pendekatan komponen”, yakni menelaah variabel-variabel: sumber, pesan atau saluran untuk menentukan bagaimana hubungannya dalam proses komunikasi. Seperti komunikasi pembangunan yang dilihat sebagai suatu proses menyeluruh, termasuk pemahaman terhadap khalayak serta kebutuhan-kebutuhannya, perencanaan komunikasi di sekitar strategi-strategi yang terpilih, pembuatan pesan-pesan, 8 penyebaran, penerimaan, umpan balik, dan bukan hanya kegiatan langsung satu arah dari komunikator kepada penerima yang pasif (Rogers, 1976). Dia harus menggambarkan interrelasi antara komponen-komponennya, termasuk juga lingkungan dimana proses komunikasi itu berlangsung (Rogers dan Rogers, 1976). Aktivitas Komunikasi Aktivitas komunikasi adalah, proses dalam berkomunikasi yang merupakan semua kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk memperoleh informasi. Barlund dalam Liliweri (1997), proses komunikasi dimaksudkan sebagai serial gerakan yang memberi dan menerima pesan yang bermanfaat untuk mencapai tujuan akhir. Aktivitas komunikasi yang dilakukan seseorang atau kelompok massa akan menentukan efektifitas komunikasi. Efek komunikasi massa dalam pembentukan realitas sosial dibentuk ketika informasi memberikan status yang sama sebagai pengamatan langsung dari realitas fisik. Perubahan yang terjadi pada diri khalayak komunikasi massa-penerima informasi, perubahan perasaan atau sikap dan perubahan perilaku yang terdiri dari perubahan kognitif, afektif dan behavioral. Efek kognitif terjadi apabila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsikan khalayak. Efek ini berhubungan dengan transmisi pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan, atau informasi. Efek afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak. Efek ini ada hubungan dengan emosi, sikap, atau nilai. Sedangkan efek behavioral merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati yang meliputi polapola tindakan atau kebiasaan berprilaku. Menurut Ahmadi (1999), aktivitas komunikasi dipengaruhi faktor intern dan ekstern. Faktor intern atau faktor personal merupakan faktor yang berpusat pada persona, berupa sikap, instink, kepribadian, Faktor intern dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu faktor biologis dan faktor sosiopsikologis. Faktor biologis terlibat dalam seluruh aktivitas manusia dan berpadu dengan faktor sosiopsikologis (Rakhmat, 2000). Faktor biologis sangat mempengaruhi berlangsungnya komunikasi, misalnya kesiapan untuk melihat-membaca yang 9 berhubungan dengan indera penglihatan, kesiapan untuk mendengarkan suara yang berhubungan dengan indera pendengaran. Sedangkan faktor sosiopsikologis adalah faktor yang berhubungan dengan aspek emosional, dan konatif yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak (Rakhmat, 2000). Menurut Rogers (1976), faktor intern merupakan faktor kemauan, pengetahuan dan pengertian seseorang untuk melakukan sesuatu. Faktor ini akan mempengaruhi berlangsungnya aktivitas komunikasi yang pada akhirnya akan menentukan berhasil tidaknya (efektif) suatu komunikasi. Faktor situasional atau faktor eksternal juga mempengaruhi aktivitas komunikasi seseorang sebagai cerminan dari perilaku seseorang. Faktor situasional merupakan aspek yang berasal dari luar pribadi yang berpengaruh terhadap perilaku. Samson dalam Rakhmat (2000) membagi faktor situasional ke dalam tiga kelompok, yaitu :1) aspek objektif dari lingkungan seperti geografis, iklim, sosial, temporal, suasana perilaku; 2) lingkungan psikososial seperti iklim organisasi/kelompok; 3) stimuli yang mendorong dan memperteguh perilaku seperti orang lain. Media Massa Media merupakan saluran komunikasi yang dari segi sifat dan jangkauannya dibagi atas media individual dan media massa. Media individual meliputi surat, telepon dan telegram yang digunakan dalam proses komunikasi persona. Media massa merupakan saluran komunikasi yang bersifat umum/massal yang meliputi pers (surat kabar), radio, film dan televisi dengan fungsi sosial yang kompleks (Arifin, 1994). Menurut Lionberger dan Gwin (1982), media massa merupakan saluran komunikasi yang digunakan oleh masyarakat yang tidak saling kenal, seperti radio, televisi, bahan-bahan publikasi, tape dan Koran. Kontak dengan media massa adalah bagian dari usaha mencari dan menyebarkan informasi di mana individu atau masyarakat mendapatkan informasi melalui media massa baik cetak maupun media elektronik. Dalam kaitan ini kontak dengan media massa juga merupakan keterdedahan masyarakat terhadap media. Menurut Shore dalam Halim (1992) keterdedahan adalah 10 mendengarkan, melihat, membaca, atau secara lebih umum mengalami dengan sedikitnya jumlah perhatian minimal pada pesan media. Menurut Jahi (1988), media cetak memiliki sifat-sifat yang menguntungkan, diantaranya: sifat permanent pesan-pesan yang telah dicetak, keleluasaan pembaca dalam mengontrol keterdedahannya dan mudah disimpan dan diambil kembali. Komunikasi Interpersonal Merupakan komunikasi yang sangat potensial untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena kita dapat menggunakan kelima alat indera kita untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang kita komunikasikan kepada orang lain. Sebagai komunikan yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi interpersonal berperan penting hingga kapanpun. Kenyataannya komunikasi tatap-muka membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya (Mulyana, 2001) Proses komunikasi interpersonal dan melibatkan dua orang dalam situasi interaksi dimana komunikator menyandi suatu pesan lalu menyampaikan kepada komunikan, dan komunikan mengawas sandi tersebut. Sampai di situ komunikator menjadi encoder dan komunikan menjadi decoder. Akan tetapi, karena komunikasi interpersonal itu bersifat dialogis, maka ketika komunikan memberikan jawaban, ia kini menjadi encoder dan komunikator menjadi decoder. Umpan balik memainkan peranan yang amat penting dalam komunikasi, sebab ia menentukan berlanjutnya komunikasi atau berhentinya komunikasi yang dilancarkan oleh komunikator. Oleh karena itu umpan balik bisa bersifat positif, dapat pula bersifat negatif. Komunikasi interpersonal, bersifat tatap muka sehingga tanggapan komunikan dapat segera diketahui. Dalam hubungan ini komunikator perlu bersikap tanggap terhadap tanggapan komunikan agar komunikasi yang telah berhasil sejak awal dapat dipelihara keberhasilannya (Effendy, 1986). Kontak dengan sesama anggota masyarakat, maupun dengan Pembina dan tokoh masyarakat merupakan bagian dari komunikasi interpersonal yang dapat berupa perilaku membicarakan informasi. Perilaku ini pada dasarnya sudah 11 mencakup perilaku mencari dan menyampaikan informasi secara bersamaan. Dalam komunikasi interpersonal, tindakan komunikasi seseorang secara langsung dengan orang lain sekaligus telah bermakna memberi dan mencari informasi. Menurut Gonzales dalam Jahi (1988) pada komunikasi tatap muka, umpan balik umumnya lebih segera. Kontak dengan Pembina, yang merupakan interaksi anggota dengan individu atau kelompok lain yang mempunyai keterkaitan pembinaan dengan anggota yang bersangkutan seperti penyuluh, pegawai dari instansi terkait dan sebagainya. Partisipasi Sosial Partisipasi diartikan sebagai keterlibatan mental/pikiran dan emosi/perasaan seseorang dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha tersebut (Davis, 1985). Partisipasi diartikan juga sebagai bentuk keterlibatan masyarakat setempat secara aktif dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan pembangunan atau pelaksanaan proyek (White, 1981). Peranserta atau partisipasi masyarakat dinyatakan secara eksplisit mendapat penekanan dalam pembangunan daerah pada era otonomi. Hal ini tampaknya didasari oleh suatu pertimbangan bahwa partisipasi masyarakat memiliki arti penting dalam pembangunan daerah. Ada tiga alasan pentingnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan, yaitu: (1) partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan, serta sikap pembangunan masyarakat serta setempat, yang tanpa kehadirannya proyek-proyek akan gagal; (2) program masyarakat lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika mereka dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka lebih mengetahui seluk beluk proyek serta akan tumbuh rasa memiliki proyek tersebut; (3) merupakan hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan, terutama hak untuk turut urun rembug dalam menentukan jenis pembangunan yang akan dilaksanakan di daerah mereka (Conyers, 1994). Kesadaran masyarakat berpartisipasi akan tumbuh apabila kebutuhan mereka mendapatkan perhatian dalam proses pembangunan. Oleh karena itu, 12 perlu dikembangkan paradigma komunikasi yang bersifat konvergen, sehingga aspirasi pihak atas dan bawah (pemda-masyarakat) sama-sama terakomodasi dalam program-program pembangunan daerah setempat. Namun, konvergensi tersebut sangat sulit terwujud apabila pendekatan komunikasi pembangunan tetap mengacu pada paradigma linier. Apabila kesejahteraan masyarakat dalam pembangunan harus dicapai secara partisipatif, maka media massa patut diberikan peranan yang berarti dalam proses mencapai tujuan pembangunan tersebut. Dalam kaitan ini Schramm (dalam Jahi, 1988) menunjukkan bahwa ada tiga fungsi media massa dalam pembangunan yaitu: (1) memberitahukan rakyat tentang pembangunan nasional, memusatkan perhatian mereka pada kebutuhan untuk berubah, kesempatan untuk menimbulkan perubahan, metode dan cara menimbulkan perubahan, dan jika mungkin meningkatkan aspirasi, (2) membantu masyarakat berpartisipasi dalam proses pembuatan keputusan, memperluas dialog, dan menjaga agar informasi mengalir baik ke atas maupun ke bawah, dan (3) mendidik rakyat agar memiliki keterampilan. Partisipasi masyarakat dalam bentuk ikut urun rembug (memberi saran, pertimbangan) dalam merencanakan pembangunan mencerminkan hak masyarakat untuk berkomunikasi, dan hal ini merupakan hak asasi manusia (Fiesher dan Harms, 1983). Informasi pembangunan Masyarakat Informasi merupakan pesan yang disampaikan dalam proses atau aktivitas komunikasi. Menurut Kincaid dan Schramm (1977), informasi adalah setiap hal yang membantu dalam menyusun atau menukar pandangan tentang alam kehidupan yang dinyatakan dengan pengertian, gagasan, pemikiran, atau pengetahuan. Strater dalam Liliweri (1997), mengatakan informasi adalah kegiatan pengumpulan atau pengolahan data sehingga data dapat menghasilkan pengetahuan dan keterangan yang baru. Informasi yang disampaikan dalam proses komunikasi yang ditujukan untuk pemberdayaan-pembangunan masyarakat harus sesuai dengan karakteristik masyarakat dan wilayah. Komunikasi pembangunan merupakan upaya dan cara, serta teknik penyampaian gagasan dan keterampilan pembangunan yang berasal 13 dari pihak yang memprakarsai pembangunan dan ditujukan kepada masyarakat luas (Nasution, 1996). Perilaku Masyarakat Perilaku adalah tindakan atau respon dari sesuatu atau sistem apapun dalam berhubungan dengan lingkungan atau situasi (Goulb dan Kolb, 1964). Dalam ilmu psikologi, perilaku merupakan hasil interaksi antara faktor personal berupa instink individu dengan lingkungan psikologinya (Lewin dalam Rakhmat, 2000). Berlo (1960), menyatakan bahwa perilaku komunikasi seseorang akan menjadi kebiasaan pelakunya. Perilaku seseorang terbentuk karena adanya stimulus yang sering menimpanya. Menurut kamus komunikasi, istilah perilaku komunikasi berarti tindakan atau kegiatan seseorang, kelompok atau khalayak, ketika terlibat dalam proses komunikasi (Effendy, 1989). Sedangkan, peubah perilaku komunikasi menurut Rogers (1976) antara lain: Keterdedahan terhadap saluran komunikasi interpersonal, keterdedahan terhadap media massa, dan partisipasi sosial, keterhubungan dengan sistem sosial, kosmopolit, kontak dengan agen pembaharu, mencari informasi tentang inovasi, pengetahuan, dan kepemimpinan/kepemukaan pendapat. Manusia sebagai makhluk yang berakal dan aktif akan selalu berusaha untuk mencari kebutuhan yang sesuai dengan dirinya, sebagaimana yang dinyatakan oleh Sigmund Freud dalam Gerungan (1996) bahwa jika manusia bukan merupakan sesuatu yang abstrak konsisten dan statis, melainkan sesuatu yang dinamis dalam ruang dan waktu, dan menyatakan diri sebagai keseluruhan jiwa raga yang aktif. Kebutuhan seseorang terhadap informasi akan mampu menggerakkan secara aktif usaha melakukan pencarian terhadap sumber informasi. Pada kebanyakan orang, perilaku komunikasinya dapat diamati melalui kebiasaan mereka berkomunikasi. Mengamati perilaku komunikasi, seyogyanya dipertimbangkan bahwa pada dasarnya seseorang akan melakukan penalaran sendiri. 14 Pengetahuan Pengetahuan adalah semua informasi yang diperoleh seseorang dari berbagai sumber yang ada disekitarnya. Pesan berupa informasi yang diterima seseorang tersebut menurut Lionberger dan Gwin (1982) sesuai dengan Gonzales dalam Jahi (1988) menghasilkan tiga macam efek yaitu: (1) afektif merupakan aspek emosional, (2) kognitif merupakan aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia, dan (3) konatif yang merupakan aspek volisional yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemampuan bertindak. Pengetahuan merupakan kemampuan seseorang yang berada pada kawasan kognitif yang dapat dikembangkan melalui proses pendidikan-belajar. Pengetahuan (Knowledge) adalah hierarki pertama dalam taksonomi tujuan pendidikan kawasan kognitif dengan hierarki selanjutnya adalah comprehension, application, synthesis dan evaluation (Bloom dalam Padmowihardjo, 1994). Walgito (2002) menyatakan bahwa pengetahuan adalah mengenal suatu obyek baru yang selanjutnya menjadi sikap terhadap obyek tersebut apabila pengetahuan itu disertai oleh kesiapan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan tentang obyek itu. Seseorang mempunyai sikap tertentu terhadap suatu obyek, itu berarti orang tersebut telah mengetahui tentang obyek tersebut. Pengetahuan dapat didefinisikan sebagai ingatan mengenai sesuatu yang bersifat spesifik atau umum; ingatan mengenai metode atau proses; ingatan mengenai pola, susunan atau keadaan (Kibler et al. 1981, dalam Zahid 1997). Hal ini selaras dengan yang dikemukakan oleh Winkel (1987) bahwa pengetahuan merupakan ingatan tentang hal-hal yang pernah dipelajari (fakta, kaidah, prinsip atau metode). Menurut Soekanto (2001), pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran seseorang sebagai hasil penggunaan pancaindera. Sementara Supriyadi (Zahid 1997), mengemukakan bahwa pengetahuan adalah sekumpulan informasi yang dipahami, yang diperoleh melalui proses belajar selama hidup dan dapat digunakan sewaktu-waktu sebagai alat penyesuaian diri sendiri maupun lingkungannya. Individu mendapatkan pengetahuan baik melalui proses belajar, pengalaman atau media elektronik yang kemudian disimpan dalam memori individu. 15 Penjelasan-penjelasan di atas menyimpulkan bahwa pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat sesuatu yang telah dilakukan atau dipelajari. Sikap Sikap dapat didefinisikan sebagai perasaan, pikiran, dan kecenderungan, seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya (Van den Ban dan Hawkins 1999). Sikap juga adalah kecondongan evaluatif terhadap suatu obyek atau subyek yang memiliki konsekuensi yakni bagaimana seseorang berhadap-hadapan dengan obyek sikap. Hal ini sejalan dengan pernyataan Meyrs dalam Sarwono (2002) yang menyatakan bahwa sikap adalah suatu reaksi evaluasi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap sesuatu atau seseorang, yang ditunjukkan dalam kepercayaan, perasaan atau perilaku seseorang. Mar’at (1981) menyebutkan bahwa sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek tersebut, selanjutnya memberikan nilai terhadap stimulus dalam bentuk baik dan buruk, positif atau negatif, menyenangkan atau tidak menyenangkan, setuju atau tidak setuju kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap obyek sikap. Sikap terbentuk dari pengalaman, melalui proses belajar (Sarwono, 2002). Pengalaman yang dimaksud adalah tentang obyek yang menjadi respon evaluasi dari sikap. Proses belajar dalam pengalaman adalah sebagai peningkatan pengetahuan individu terhadap obyek sikap. Proses belajar tersebut didapat melalui interaksi dengan pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama serta pengaruh faktor emosional (Azwar, 2003). Sikap akan berarti jika diwujudkan dalam bentuk tindakan, baik lisan maupun tulisan. Menurut Arif (1995) sikap merupakan tingkah laku manusia yang masih terselubung atau belum menampakkan diri keluar, yang dapat dikatakan sebagai kesiapan atau kecenderungan untuk bereaksi terhadap obyek tertentu yang dihadapi, dilihat, diraba, didengar, dicium, dan dirasa pada suatu lingkungan tertentu. 16 Tindakan Tindakan merupakan suatu tindakan nyata (action) yang dapat dilihat atau diamati (Rogers dan Shoemaker, 1986). Tindakan tersebut terjadi akibat adanya proses penyampaian pengetahuan suatu stimulus sampai pada penentuan sikap untuk bertindak atau tidak bertindak, dan hal ini dapat dilihat dengan menggunakan panca indera. Selanjutnya Arif (1995) menjelaskan bahwa tingkah laku adalah kebiasaan bertindak yang menunjukkan tabiat seseorang yang terdiri dari pola-pola tingkah laku yang digunakan oleh individu dalam melakukan kegiatannya. Ini berarti bahwa tingkah laku itu tidak bisa secara spontan dan tanpa tujuan, melainkan harus ada sasaran baik ekplisit maupun implisit. Hubungan antara Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Hasil penelitian para ahli menunjukkan terdapat hubungan yang kuat antara sikap dengan perilaku (Azwar, 2003). sikap (attitude) sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan manusia. Sikap sangat menentukan perilaku (behavior) seseorang. Sikap juga sangat mempengaruhi tanggapan seseorang terhadap masalah kemasyarakatan termasuk masalah lingkungan. Seseorang yang mempunyai sikap positif terhadap sesuatu obyek, besar kemungkinan mempunyai niat untuk berperilaku positif juga terhadap obyek tersebut, dan timbulnya sikap positif tersebut didasari oleh adanya pemikiran dan pengetahuan terhadap obyek tersebut. Pernyataan-pernyataan di atas memperlihatkan bahwa perilaku individu sangat dipengaruhi oleh sikap maupun pengetahuannya. Seseorang bersikap suka atau tidak suka, baik atau tidak baik terhadap suatu obyek sangat dipengaruhi oleh pengalamannya atau pengetahuannya. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Perilaku Perilaku dianggap sebagai hasil interaksi antara faktor-faktor yang terdapat di dalam diri sendiri (karakteristik individu) dan faktor luar (faktor eksternal). Proses interaksi itu sendiri terjadi pada kesadaran atau pengetahuan seseorang (Sarwono, 2002). Perilaku (B) adalah fungsi (f) karakteristik individu (P) dan lingkungan (E), sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut: B = f(P,E) (Brigham 1991 dalam Azwar, 2003). 17 Karakteristik Masyarakat Lionberger dan Gwin (1982) mengemukakan bahwa peubah-peubah yang penting dalam mengkaji masyarakat lokal antara lain adalah peubah personal. Kemudian dijelaskan lebih lanjut bahwa karakteristik yang dimiliki seseorang itu berbeda dari orang yang satu ke orang yang lain, dan kadang-kadang perbedaan tersebut sangat bervariasi. Dalam hubungannya dengan perilaku masyarakat dan adopsi inovasi, ada beberapa peubah karakteristik sosial ekonomi yang berhubungan dengan perilaku masyarakat antara lain demografi, seperti: umur, pendidikan, pengetahuan, dan pendapatan (Bettinghaus, 1973). Sedangkan oleh Rogers (1976), dikemukakan bahwa peubah karakteristik sosial ekonomi yang banyak digunakan dalam studi difusi inovasi, ada beberapa peubah, antara lain: umur, pendidikan, kemampuan baca tulis, status sosial (pendapatan, kesehatan, dan lain-lain). Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan telah ditetapkan menjadi kawasan wisata budaya, agro, dan air. Pada tanggal 20 Januari 2001, Gubernur Propinsi DKI Jakarta telah meresmikan penggunaan bangunan dan penataan lingkungan. Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan adalah suatu tempat dimana dapat ditemui dan dinikmati kehidupan bernuansa Betawi berupa komunitas Betawi, keasrian alam Betawi, tradisi dan kebudayaan alam Betawi. Perkampungan ini seluas 289 ha, terletak di kawasan Kampung Kalibata, Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan, merupakan kawasan resapan air tawar, terdapat dua buah situ alam yakni Situ Babakan dan Situ Manggabolong ( Imron, et.al, 2001) Dalam S.K. Gubernur Propinsi DKI Jakarta No 92 Tahun 2000 menetapkan bahwa Perkampungan Budaya Betawi adalah wilayah pelestarian alam, lingkungan, ekosistem, serta seni budaya tradisional masyarakat dengan tidak menghambat perkembangan warganya untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Dalam usaha pemanfaatan dan pengembangan PBB diarahkan kepada pengembangan wisata budaya, wisata agro, dan wisata air yang berpedoman 18 kepada Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Situ Babakan sebagai Sarana Wisata Wisata Air Saat ini di Situ Babakan sudah ada kegiatan-kegiatan yang bersifat ekonomi maupun rekreatif, seperti keramba ikan dan pemancingan yang resmi maupun bebas untuk umum. Kecenderungan semakin berkembangnya keramba ikan di Situ, pada satu sisi sangat menggembirakan karena menguntungkan secara ekonomi, terutama bagi penduduk yang tinggal di wilayah Situ Babakan. Namun disisi lain perkembangan ini akan menjadi masalah karena jumlah keramba yang terus meningkat dapat merusak keindahan dan biota air. Kekhawatiran ini cukup beralasan karena pengusaha keramba ikan semakin banyak dan mungkin saja berasal dari penduduk diluar wilayah Situ Babakan. Tidak tertutup kemungkinan mereka membuat tempat penjagaan keramba ikan yang dibangun diatas air.Kondisi air Situ babakan, pada musim hujan air naik dan pada musim kemarau air stabil. Kondisi situ masih alami. Fungsi Situ Babakan sebagai badan penampung air, resapan air, irigasi dan sebagai tempat penanggulangan air. Kondisi sekitar situ perumahan penduduk dan pepohonan (pohon bamb u dan melinjo). Secara umum beberapa situ di Jakarta saat ini telah mengalami perubahan baik kualitas maupun kuantitas, sehingga mengalami perubahan dari ekosistem alami ke ekosistem buatan yang pada dasarnya mewujudkan ekosistem yang tidak lengkap tentang siklus jaring-jaring makanannya sehingga hal tersebut memberikan indikasi hubungan timbal balik antar komponen lingkungan tidak berjalan dengan baik. Hal tersebut terjadi karena salah satu sumberdaya air tidak lepas dari tekanan penduduk dan implikasi kegiatan ekonomi, sehingga kondisi situ menjadi sangat memprihatinkan. Wisata Budaya Untuk kegiatan wisata budaya selain adanya rumah Betawi juga terlihat adanya kesenian budaya Betawi seperti orkes melayu 2 buah, orkes keroncong 2 buah, gambang kromong 2 buah. Sejalan dengan keagamaan yang dianut oleh 19 mayoritas penduduk, maka group qasidah memiliki jumlah kelompok yang terbesar yakni 10 kelompok. Demikian juga sudah dibangun panggung terbuka tempat pentas berlangsung. Wisata Agro Untuk kegiatan wisata agro, sudah mulai digalakkan penanaman tanaman langka, tanaman buah-buahan dan tanaman hias. Masyarakat sekitar lebih banyak menanam tanaman buah-buahan yaitu, belimbing, jambu biji dan rambutan. Tanaman langka yang dikembangkan di Situ Babakan antara lain adalah: buni, lobi-lobi, matoa, nona, dan lain-lain. Tanaman-tanaman langka tersebut sebagian adalah jenis-jenis tanaman lokal yang diharapkan cocok untuk daerah setempat. Tanaman hias tidak ketinggalan juga telah dikembangkan dan bahkan tidak hanya untuk keperluan sendiri akan tetapi dapat diperjual belikan. Tanaman hias ini juga dikembangkan di sebelah barat Situ Babakan, memanjang dari sisi utara ke selatan terutama di wilayah RW 08. Jenis-jenis tanaman hias yang dikembangkan di sekitar Situ babakan antara lain adalah: kuping gajah, palem, soka, heliconia, anggrek dan lain-lain. Ada juga tanaman obat keluarga (TOGA) yang dikembangkan di lokasi Situ Babakan antara lain adalah: jahe, mengkudu dan lain sebagainya (Pemda DKI, 2001). kencur,