1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bayi merupakan seseorang yang berumur 0-12 bulan yang ditandai dengan pertumbuhan dan perubahan fisik yang cepat disertai dengan perubahan dalam kebutuhan zat gizi, dengan demikian pada masa ini bayi sepenuhnya tergantung pada perawatan dan pemberian makanan oleh ibunya (Notoatmodjo, 2007). Selain adanya pertumbuhan dan perubahan fisik yang cepat pada masa bayi, ini juga merupakan bulan pertama kehidupan kritis. Bayi akan mengalami adaptasi terhadap lingkungan, perubahan sirkulasi darah, dan mulai berfungsinya organorgan tubuh (Perry & Potter, 2005). Pertumbuhan yang sangat cepat yang dialami oleh bayi harus diimbangi dengan status kesehatan yang baik. Menentukan status kesehatan bayi dapat dilihat dari riwayat kelahiran bayi. Riwayat kelahiran bayi dengan BBLR mengindikasikan bayi memiliki suatu masalah kesehatan. Menurut Manuaba, dkk (2007) bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Kejadian BBLR menurut data WHO (2013), terdapat 15,5% kelahiran dengan BBLR di dunia. Kelahiran dengan BBLR dua kali lebih banyak di negara berkembang dibandingkan dengan negara maju, dengan sebanyak 72% terjadi di Asia. Sementara di Asia Selatan diperkirakan setiap tahunnya terjadi BBLR pada 15-30 juta bayi (lebih dari 20%). Kejadian BBLR di Indonesia pada tahun 2013 2 yaitu sebesar 10,2% (Rikesdas, 2013). Angka kejadian BBLR di Bali yang terdiri dari 9 Kabupaten/Kota yaitu dari kelahiran bayi sebanyak 67.992, sejumlah 1.644 (24%) yang mengalami berat bayi lahir rendah (Dinkes Prov. Bali, 2013) dan di RS Wangaya sendiri pada tahun 2011 terdapat 97 bayi BBLR, tahun 2012 terdapat 104 bayi BBLR, tahun 2013 terdapat 128 bayi BBLR dan tahun 2014 sampai dengan bulan November terdapat 102 bayi BBLR. Kejadian BBLR ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut Suriani (2010), faktor penyebab terjadinya BBLR dapat dibedakan menjadi tiga faktor, yaitu faktor yang berasal dari bayi, ibu, dan lingkungan. Menurut faktor yang berasal dari bayi yaitu jenis kelamin, genetik, ras, dan keadaan plasenta. Faktor yang berasal dari ibu yaitu umur ibu, paritas, jarak kelahiran, tinggi badan, berat badan sebelum hamil, dan penambahan berat badan selama hamil. Sedangkan faktor lingkungan yaitu status sosial, ekonomi, nutrisi/IMT, infeksi/penyakit ibu, pemanfaatan pelayanan, merokok/alkohol, dan tingkat pengetahuan ibu. Tingkat pengetahuan ibu mengenai penyebab terjadinya berat bayi lahir rendah ini merupakan salah satu faktor terpenting dalam pencegahan terjadinya berat bayi lahir rendah. Ibu yang sudah mengetahui penyebab-penyebab terjadinya BBLR dapat mencegah terjadinya BBLR sedini mungkin. Bayi yang mengalami BBLR ketika lahir akan mengalami beberapa permasalahan yang disebabkan oleh belum matangnya fungsi-fungsi organ. Permasalahan tersebut dapat terjadi langsung setelah lahir (jangka pendek) ataupun gangguan yang terjadi secara tidak langsung (jangka panjang). Masalah jangka pendek yang terjadi menurut Kosim (2006) adalah ganggua pernapasan, neurologik, kardiovaskular, hematologik, metabolik, 3 nutrisi, gastrointestinal, ginjal, pengaturan suhu, imunologik, dan oftamologik. Masalah jangka panjang yang terjadi menurut Kosim (2006) adalah gangguan perkembangan, Retinopathy of prematury, penyakit paru kronik, gangguan pertumbuhan, frekuensi hospitalisasi dan kesakitan pascanatal meningkat, frekuensi anomaly kongenital meningkat, dan resiko anak terlantar dan ruda paksa pada anak meningkat. Selain dari permasalahan-permasalahan diatas pada bayi BBLR mempunyai masalah menyusui, dimana reflek menghisapnya masih lemah. Membantu bayi agar tetap mendapatkan ASI bisa dilakukan dengan pemerasan ASI lalu diberikan kepada bayi dengan menggunakan pipa lambung atau pipet (Suradi, 2006). Membantu bayi untuk meningkatkan reflek menghisapnya dapat dilakukan dengan pemberian terapi musik. Menurut Wahyuningsri dan Eka (2014) reflek bayi menggambarkan fungsi sistem persarafan, musik dapat meningkatkan intelegensi karena rangsangan ritmis mampu meningkatkan fungsi kerja otak manusia, membuat saraf otak bekerja, menciptakan rasa nyaman dan tenang. Musik yang diterima pendengaran mempengaruhi sistem limbik (hipotalamus) yang berfungsi memberi efek pada emosional dan perilaku, maka pemberian terapi musik dapat mempengaruhi metabolisme dan kemampuan fisiologis otak pada reflek termasuk reflek hisap bayi. Terapi musik adalah rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, bentuk dan gaya yang diorganisir sedemikian rupa hingga tercipta musik yang bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental (Sari, 2013). Salah satu jenis musik yang efektif digunakan untuk terapi musik ini adalah terapi musik klasik Mozart. 4 Menurut Sari (2013) musik klasik Mozart memiliki keunggulan akan kemurnian dan kesederhanaan bunyi-bunyi yang dimunculkannya. Irama, melodi, dan frekuensi–frekuensi tinggi pada musik Mozart merangsang dan memberi daya pada daerah–daerah kreatif dan motivasi dalam otak. Musik karya Mozart memberi rasa nyaman tidak saja di telinga tetapi juga bagi jiwa yang mendengarnya, karena musik klasik Mozart sesuai dengan pola sel otak manusia. Menurut Wahyuningsri dan Eka (2014) pada bayi BBLR musik klasik Mozart ini dapat meningkatkan reflek menghisap sehingga nutrisi bayi dapat terpenuhi serta dapat meningkatkan berat badan bayi. Adapun beberapa faktor yang dapat mendukung dan menghambat penelitian ini, yaitu : faktor pendukung terdiri dari masih tingginya angka kejadian BBLR, belum pernah dilakukannya penatalaksanaan nonfarmakologis terhadap bayi BBLR di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Wangaya, dan membantu program pemerintah MDGs dalam pengurangan angka kematian ibu dan anak, sedangkan faktor penghambat terdiri dari lingkungan dan waktu penelitian. Berdasarkan studi pendahuluan, didapatkan data bahwa jumlah bayi BBLR di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Wangaya setiap tahunnya berfluktuasi dan cenderung meningkat. Penelitian mengenai terapi musik klasik Mozart ini juga belum pernah dilakukan, maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Terapi Musik Klasik Mozart Terhadap Berat Badan Pada Bayi BBLR di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Wangaya”. 5 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut: “Apakah ada Pengaruh Terapi Musik Klasik Mozart Terhadap Berat Badan Pada Bayi BBLR di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Wangaya?” 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi musik klasik mozart terhadap berat badan pada bayi BBLR di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Wangaya. 1.3.2 Tujuan Khusus Secara khusus penelitian ini bertujuan: a. Mengidentifikasi karakteristik responden. b. Mengidetinfikasi berat badan rata-rata pre-test pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. c. Mengidetinfikasi berat badan rata-rata post-test pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. d. Menganalisis perbedaan rata-rata berat badan kelompok perlakuan sebelum dan setelah diberikan terapi musik klasik Mozart. e. Menganalisis perbedaan berat badan rata-rata pre-test dan pos-test pada kelompok kontrol. 6 f. Menganalisis perbedaan rata-rata berat badan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol setelah diberikan terapi musik klasik Mozart. 1.4 Manfaat 1.4.1 Manfaat Praktis a. Bagi tenaga kesehatan Memberikan pengetahuan tambahan tentang manfaat terapi musik klasik Mozart dalam meningkatkan berat badan bayi, sehingga mendukung upaya peningkatan program kesehatan ibu dan anak di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Wangaya. b. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman oleh pengelola pendidikan dalam memberikan solusi penanganan status gizi pada bayi BBLR. 1.4.2 Manfaat Teoritis a. Bagi Pendidikan Keperawatan Sebagai bahan informasi tambahan dalam memperkaya ilmu keperawatan khususnya di bidang keperawatan anak terkait penggunaan terapi nonfarmakologi untuk meningkatkan berat badan bayi BBLR. b. Bagi Peneliti Selanjutnya Sebagai dasar dalam melakukan penelitian pengaruh terapi musik klasik Mozart terhadap berat badan bayi BBLR.