1 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah

advertisement
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang Masalah
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam berbagai bidang seiring dengan
perkembangan zaman berpengaruh terhadap tatanan dan nilai kehidupan individu
maupun organisasi khususnya di lingkungan dunia industri yang di tuntut untuk
selalu dapat beradaptasi dan berkembang sesuai dengan tantangan yang di hadapi.
Salah satu yang harus dipertimbangkan dalam usaha memajukan organisasi adalah
efektivitas organisasi dalam mencapai tujuan. Keefektifan merupakan suatu kegiatan
yang dilakukan secara sungguh-sungguh untuk mengubah ketidakefektifan dalam
bidang apapun (Steers, 1983). Dalam persaingan yang semakin ketat tersebut
membuat perusahaan menyadari pentingnya memiliki kondisi perusahaan yang
kondusif yang dapat memberikan dorongan Sumber Daya Manusia (SDM) yang
bekerja di perusahaan untuk berupaya sekuat tenaga mencapai visi, misi dan tujuan
perusahaan.
Organisasi merupakan sistem sosial dengan sumber daya manusia sebagai
faktor utama untuk mencapai efektivitas dan efisiensi (Rad et al, 2006). Sumber
daya manusia (SDM) dalam suatu perusahaan juga akan mempengaruhi seberapa
efektif perusahaan dalam mencapai tujuannya dan juga akan mempengaruhi
produktivitas dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh perusahan tersebut.
Perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa harus selalu berinovasi agar tidak
1
2
kalah bersaing dengan perusahaan-perusahaan lain. Tujuan usaha atau bisnis jasa
secara konvensional adalah untuk mencapai laba yang maksimal, namun dalam
perkembangan ilmu dan teknologi, serta dalam menghadapi era globalisasi dimana
batas antar negara tidak menjadi penghalang untuk melakukan kompetisi atau
persaingan usaha yang semakin ketat, maka tujuan organisasi mengalami
pergeseran tidak hanya untuk mencapai laba yang maksimal tetapi juga
menciptakan kualitas produk dan jasa yang kompetitif serta kepuasaan pelanggan
yang merupakan tujuan dari usaha atau bisnis layanan jasa untuk mempertahankan
kelangsungan hidup perusahaan.
Organisasi dikatakan efektif apabila dapat memenuhi kebutuhan dan tuntutan
dari anggotanya dalam mencapai tingkatan eksistensi tertentu (Robbins, 1994).
Efektivitas organisasi dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan suatu
organisasi dalam usaha untuk mencapai tujuan atau sasaran. Efektivitas organisasi
mempunyai
perananan
yang
cukup
penting
sebagai
penunjang
dalam
merealisasikan beberapa tujuan yang sudah di tetapkan oleh organisasi. Selanjutnya
efektivitas organisasi juga merupakan proses organisasional para individu yang
berpengaruh terhadap kelangsungan organisasi dalam setiap waktu dan situasi.
Kriteria yang dapat digunakan untuk memahami keefektifan organisasi yaitu
mendapatkan keuntungan, mampu bersaing, konsumen merasa puas dan luasnya
pangsa pasar (Robbins, 1994). Menurut Thompson (dalam Moore, dkk., 2007)
efektivitas organisasi dapat di pandang sebagai seberapa baik suatu organisasi
dalam menerima input dan output dengan memaksimalkan sumber daya internal.
Efektivitas dan performasi organisasi dapat dicapai melalui proses organisasional
3
yang dilakukan oleh anggota organisasi yang memiliki motivasi beprestasi yang
tinggi (Gibson, 2012).
Malik, Ghafoor dan Naseer (2011) berdasarkan penelitiannya mengenai
efektivitas organisasi menjelaskan bahwa efektivitas organisasi mempunyai peran
penting bagi suatu kesuksesan organisasi. Organisasi seharusnya mendukung dan
memperhatikan kesulitan dan masalah yang dihadapi oleh karyawannya. Selain itu,
organisasi juga mendengarkan saran dan pendapat dari para karyawannya.
Efektivitas Organisasi merupakan hal yang penting bagi berbagai macam bentuk
perusahaan karena hal tersebut dapat membuat perusahaan menjadi lebih produktif.
Oleh karena itu, perusahaan sekiranya memperhatikan kebijakan yang dapat
memberikan kepuasan bagi karyawannya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Cross et al (2000) juga
menemukan bahwa kepemimpinan akan lebih berdampak pada peningkatan
efektivitas organisasi. Menurut Sen Wu (2010) mengemukakan bahwa gaya
kepemimpin yang berbeda akan memiliki berbagai dampak terhadap efektivitas
organisasi. Selanjutnya Rukmani (2010) melakukan penelitian mengenai pengaruh
gaya kepemimpinan terhadap efektivitas organisasi di India didapatkan bahwa gaya
kepemimpinan berpengaruh secara signifikan terhadap efektivitas organisasi, gaya
kepemimpinan yang digunakan adalah gaya kepemimpinan transformsional dan
transaksional.
Kepemimpinan adalah satu dampak yang dinamis selama interaksi individu
dengan organisasi. Kemampuan manajemen dalam melaksanakan tugasnya
tergantung kaloborasi upaya dan kemampuan kepemimpinan. Lee dan Chuang
4
(2009) menjelaskan bahwa pemimpin yang baik tidak hanya mengetahui potensi
bawahan tetapi juga meningkatakan secara efisien sesuai dengan kebutuhan
mereka dalam proses pencapaian tujuan perusahaan atau organisasi. Seorang
pemimpin memiliki pengaruh yang besar terhadap pengikutnya dengan cara yang
diinginkan untuk hasil yang efektif dalam mencapai tujuan.
Kepemimpinan
penting
dalam
membantu
fungsi
manajemen
untuk
memaksimalkan efisiensi dan pencapaian tujuan dari suatu organisasi. Keberhasilan
suatu organisasi, kelompok atau bahkan suatu negara tergantung pada efektivitas
seorang pemimpin (Fielder, 1996). Penelitian kepemimpinan diakui dari 1940-an
sampai pertengahan 1960-an bahwa sifat saja tidak cukup untuk mengidentifikasi
pemimpin yang efektif (Robbins, 2010).
Gaya kepemimpinan dalam suatu organisasi merupakan salah satu faktor
yang memainkan peran penting dalam meningkatkan atau menurunkan efektivitas
dalam suatu organisasi. Sejauhmana anggota organisasi berkontribusi dalam
memanfaatkan sumber data yang ada dalam organisasi tergantung pada seberapa
baik pemimpin dalam memahami dan mengadopsi gaya kepemimpinan yang tepat
dalam menjalankan peran mereka baik sebagai manajer dan pemimpin. Memimpin
manajer dalam membuat keputusan besar demi mencapai tujuan perusahaan.
Tujuan perusahaan yang dimaksud adalah bagaimana kompensasi bagi karyawan
dan perlakukan secara interpersonal, produk atau barang dan jasa apa yang
diproduksi, siapa pelanggan yang menjadi sasaran dan bagaiman produk barang
atau jasa tersebut di sampaikan pada pelanggan (Bass, 1990)
5
Gaya kepemimpinan merupakan pola perilaku konsisten yang di terapkan
pemimpin dengan melalui orang lain yaitu pola perilaku yang diperlihatkan pimpinan
pada saat mempengaruhi orang lain seperti di persepsikan orang lain. Gaya
bukanlah soal bagaimana pendapat pemimpin tentang perilaku mereka sendiri
dalam memimpin, tetapi bagaimana persepsi orang lain, terutama bawahannya
tentang perilaku pemimpinnya (Hersey & Blanchard, 1993). Menurut Hersey dan
Blanchard (1993) seorang pemimpin harus memperlakukan pengikutnya sesuai
dengan kematangan si pengikut (follower maturity).
Penelitian ini akan menggunakan Situasional leadership model (SLM) Hersey
dan Blanchard yang terdiri dari empat model gaya kepemimpinan yaitu telling,
selling, participating dan delegating. Hersey dan Blanchard (1993) juga menjelaskan
bahwa kemampuan bawahan kesedian dan kesiapan untuk melakukan tugas akan
mempengaruhi hasil dari tindakan pemimpin. Dalam rangka membangun tingkat
adaptasi untuk mencapai tujuan organisasi pemimpin perlu untuk memahami gaya
kepemimpinan yang digunakan dan mempertimbangkan hubungan mereka dengan
karyawan atau pengikut serta struktur tugas baik yang sedang berlangsung maupun
yang akan dibutuhkan.
Organisasi saat ini sangat membutuhkan pemimpin yang efektif dalam
memahami perubahan yang kompleksitas dalam lingkungan global. Wen Yang
(2008) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa gaya kepemimpinan yang
berbeda dapat mempengaruhi efektivitas organisasi. Gaya kepemimpinan yang
sesuai dengan keadaan organisasi
maka akan memberikan rasa nyaman pada
6
karyawan sehingga karyawan akan memberikan kontribusi dari segi kuantitas dan
kualitas dari pekerjaan yang mereka lakukan.
Silverthorne & Wang (2001) dalam penelitiannya menemukan bahwa ada
hubungan positif antara gaya kepemimpinan dan pengukuran pada produktivitas,
gaya kepemimpinan yang digunakan adalah gaya kepemimpinan situasional dan
tradisional. Ahmad (2011) menemukan bahwa tipe kepemimpinan situasional
sebesar 40, 5% yaitu selling atau coaching lebih efektif dalam mengimplemetasikan
program baru dan memunculkan inovasi-inovasi dalam pengembangan teknologi
dalam pendidikan teknologi di sebuah institusi.
Teori
kepemimpinan
kontemporer
bersamaan
dengan
organisasi
menciptakan budaya organisasi kuat yang dapat meningkatkan efektivitas
organisasi. Menurut Bass (dalam Zehir, dkk., 2011) menganggap bahwa
kelangsungan hidup organisasi tergantung pada pembentukan budaya yang
diprakarsai oleh pemimpin yang efektif dalam mempertimbangkan budaya organsasi
sebagai fungsi dari kepemimpinan. Pemimpin menciptakan mekanisme untuk
pengembangan budaya dan norma budaya. Bagaimana pemimpin berreaksi
terhadap masalah, menyelesaikan krisis, pemberian imbalan dan hukuman bagi
bawahan di sesuiakan dengan budaya organisasi serta bagaiman pemimpin melihat
baik secara internal dengan bawahan dan eksternal dengan klien atau pelanggan.
Selanjutnya selain faktor kepemimpinan secara tidak langsung budaya
organisasi juga menjadi faktor yang mempengaruhi efektivitas organisasi. Budaya
organisasi menjadi faktor penentu terhadap kesuksesan produktivitas organisasi
(Kotler dan Heskett, 1992). Penelitian yang dilakukan oleh Denison (1995) mengenai
7
budaya organisasi dan efektivitas organisasi didapatkan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan budaya organisasi dengan efektivitas organisasi.
Hofstede (1991) menyatakan bahwa budaya adalah daerah program mental
yang mempengaruhi cara befikir dan perilaku manusia, secara kolektif konsep
mental tersebut dapat disebut sebagai suatu kebudayaan nasional. Penelitian lintas
budaya yang berkaitan dengan organisasi dan budaya kerja adalah pernah
dilakukan oleh Hofstede pada tahun 1960’an sampai 1970’an. Penelitian tersebut
dilakukan pada suatu perusahaan multinasional yaitu IBM. IBM merupakan
perusahaan komputer yang sangat terkenal padamasa itu. Pada saat itu, penelitian
dilakukan menggunakan data kuesioner yang dikumpulkan dari 116.000 manager
dan karyawan yang tersebar di 53 negara dengan 20 bahasa. Berdasarkan data
yang diperoleh, Hofstede (dalam Early, 1997) mengidentifikasikan 4 dimensi yang
ada dalam suatu negara atau bahkan organisasi yaitu power distance, Uncertainty
avoidance, individual-collectivism dan masculinity-feminity. Dimensi-dimensi itu
menurut Hofstede (dalam Moore, 2007) akan berpengaruh terhadap kepemimpinan,
motivasi dan organisasi.
Para pendiri perusahaan besar dunia seperti Thomas Watson dari IBM,
Harley Procter dari Procter & Gambler dan General Johson dari Jonshon & Johnson
(Early, 1997) percaya bahwa budaya yang kuat akan menghasilkan kesuksesan.
Mereka percaya bahwa kehidupan dan produktivitas pekerja ditentukan oleh
lingkungan tempat mereka bekerja. Kepercayaan ini mendorong para pemimpin
untuk menciptakan lingkungan kerja (budaya) yang dirasakan aman oleh para
pekerja sehingga mereka dapat menyelesaikan tugasnya dalam rangka mencapai
8
tujuan perusahaan (Deal dan Kennedy, 1992). Dalam menetapkan budaya
organisasi dilakukan berdasarkan pengalaman para pendiri yang diwariskan kepada
manajer dari generasi ke generasi pada perusahaan. Budaya yang sudah dibangun
di jaga dengan hati-hati sehingga mampu menompang perusahaan disaat buruk
maupun sukses.
Menurut Deshpande dan Webster (1959) Budaya organisasi dapat
didefinisikan sebagai pola nilai-nilai dan keyakinan bersama yang membantu
individu dalam memahami fungsi organisasi dan membantu individu dalam
berperilaku pada organisasi. Yilmaz dan Ergun (2008) menunjukkan teori
kebudayaan dalam organisasi menjadi faktor utama karena (1). Membentuk
prosedur organisasi, (2). Menjadi pemersatu dalam organisasi sehingga menjadi
satu kesatuan yang kohesif, (3). Memberikan solusi untuk masalah yang dihadapi
oleh organisasi dan (4). Memfasilitasi pencapaian tujuan organisasi.
Budaya organisasi merupakan suatu sistem dari kepercayaan-kepercayaan
dan nilai-nilai yang sering berkembang dalam organisasi dan mengarahkan perilaku
anggotanya.Dalam bisnis, sistem ini sering dianggap sebagai corporate culture. Para
ahli berpendapat bahwa perbedaan budaya memiliki pengaruh yang besar pada
kinerja organisasional yang di alami oleh anggota organisasi (Schemerhorn, dkk,
1994). Budaya organisasi berperan sebagai pembelajaran bagi anggota baru
dengan cara yang benar untuk memecahkan masalah yang ada dalam organisasi.
Budaya organisasi dan efektivitas organisasi memiliki hubungan yang sangat erat,
sehingga keduanya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan organisasi dalam rangka
mencapai tujuan. Setiap anggota organisasi dapat berasal dari berbagai latar
9
belakang suku bangsa dan adat istiadat yang berbeda, tapi semuanya memiliki
budaya organisasi yang membedakan organisasinya dengan organisasi lainnya.
Nilai-nilai personal karyawan biasanya akan tercermin dalam perilaku dan
sikap pegawai di tempat kerja dan nilai-nilai ini dipengaruhi oleh latar budaya bangsa
karyawan tersebut (Hofstede, 1983). Perbedaan latar budaya karyawan akan
memberikan perbedaan pola dalam proses belajar pegawai (Yamazaki, 2004),
proses pemberdayaan karyawaan (Franz and Cheryl, 2004) dan juga orientasi di
tempat kerja (Moustofa, 2004).
Soedjono (2005) menjelaskan bahwa budaya organisasi dapat memberikan
pedoman
bagi
seorang
karyawan
mengenai
bagaimana
karyawan
dapat
mempersepsikan karakteristik budaya organisasi, nilai yang dibutuhkan karyawan
dalam bekerja, berinteraksi dengan kelompok, sistem dan administrasi serta cara
berinteraksi dengan atasan. Peran budaya organisasi adalah memberikan core
organization value bagi suatu organisasi. Martin (1992) meyatakan bahwa “core
organizational value” tercermin dari nilai-nilai suatu organisasi seperti (1).
Sensitivitas terhadap kebutuhan para customer dan tenaga kerja, (2). Kebebasan
atau ketertarikan para karyawan untuk memberikan ide-ide baru, (3). Kemauan
menerima resiko-resiko yang terjadi dan (4). Keterbukaan untuk dapat melakukan
komunikasi secara bebas dan bertanggung jawab. Nilai-nilai tersebut mempengaruhi
perbedaan kinerja antara organisasi yang satu dengan organisasi yang lain.
Selanjutnya, Budaya organisasi juga memiliki peran yang penting dalam
keberhasilan suatu organisasi, sering kali budaya organisasi menyebabkan
kegagalan pada organisasi yang memiliki masa lampau gemilang. Kegagalan pada
10
organisasi disebabkan tidak efektivitasnya organisasi, karena budaya organisasi
masih menjujung tinggi keberhasilan masa lalu sehingga lupa untuk melihat situasi
yang terjadi. Jadi dapat dikatakan bahwa budaya organisasi yang baik harus
senantiasa bercermin pada efektivitas organisasi, sehingga akan timbul keselarasan
antara organisasi dengan lingkungannya yang dapat menguntungkan semua pihak
dalam organisasi (Tjiharjadi, 2007).
Penelitian yang dilakukan oleh Lin (2005) menyatakan bahwa peran budaya
organisasi
memungkinkan
anggota
organisasi
untuk
mempercayai
dan
mengandalkan satu sama lain serta dapat berinovasi dan belajar. Sebuah studi yang
dilakukan oleh Lin (2000) menunjukkan bahwa budaya organisasi memiliki dampak
yang signifikan terhadap efektivitas tim. Selanjutnya Xie (2002) mencatat bahwa
budaya organisasi adalah kunci keberhasilan atau kegagalan terhadap efektivitas
organisasi. Chang (dalam Sen Wu, 2010) menjelaskan bahwa organisasi yang
sukses adalah organisasi yang memiliki budaya organisasi yang baik dengan normanorma dan keyakinan untuk anggota organisasi. Ebert dan Griffin (2000)
mengemukakan bahwa budaya organisasi dapat mengarahkan anggota dan
memfasilitasi anggota baru dalam pembelajaran terhadap pemenuhan tujuan dari
organisasi. Selanjutnya dalam penelitian yang dilakukan oleh Moore dkk (2007)
menunjukkan bahwa perbedaan budaya daerah memang ditemukan sebagai
dampak dalam hubungan antara gaya kepemimpinan dan efektivitas organisasi.
Gaya kepemimpinan dan budaya organisasi akan mempengaruhi efektivitas
organisasi. Peter & Waterman (1982) percaya bahwa budaya organisasi akan
mempengaruhi perilaku karyawan dan efektivitas organisasi. Selanjutnya Robbins
11
(2002) menjelaskan bahwa karyawan akan memiliki persepsi subjektif dari
karakteristik organisasi sehingga akan membentuk budaya organisasi. Positif atau
negatif persepsi karyawan akan mempengaruhi efektivitas organisasi. Scheim
(1985) meyakini bahwa budaya organisasi dan kepemimpinan adalah dua sisi dari
dua mata uang yang sama. Pemimpin harus memahami bahwa budaya organisasi
sangat penting dalam memberikan arah untuk mencapai tujuan dari organisasi.
Pemimpin harus selalu memahami nilai-nilai mereka sendiri, demikian juga
nilai dan budaya yang terdapat di dalam organisasi, karena nilai-nilai ini menentukan
apakah sense of direction yang baru akan di tanggapi dengan antusias, diterima
dengan sepenuh hati atau bahkan di tolak karena tidak cocok. Nilai dan budaya
sangat berakar dan sering menghambat arah baru yang diterapkan. Berbagai upaya
dapat dilakukan oleh pemimpin, karena pemimpinlah yang mempunyai peluang
besar untuk mempengaruhi perilaku karyawan dalam menciptakan efektivitas
organisasi yang maksimal (Ismail, 2008).
Penelitian yang dilakukan oleh Kim dkk (2011) mengenai pengaruh dari
kepemimpinan dan budaya organisasi terhadap efektivitas organisasi pada
karyawan yang bekerja di lingkungan teknologi radiologi di dapatkan bahwa dari 4
tipe budaya organisasi yang di ambil yaitu developmental culture, consensual
culture, rational culture dan hierarchical culture yang memiliki tingkat signifikan yang
tinggi dan berpengaruh terhadap efektivitas organisasi sebesar 34,4% adalah
developmental culture. Sedangkan untuk pengaruh gaya kepemimpinan terhadap
efektivitas organisasi berpengaruh secara signifikan. Pengaruh dari setiap tipe
kepemimpinan
didapatkan
bahwa
sebesar
40,5%
tipe
kepemimpinan
12
transformasional mempengaruhi efektivitas organisasi. Hessel (2000) menyatakan
ada pengaruh yang positif kepemimpinan dan budaya organisasi terhadap efektivitas
organisasi. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Faizal (2001) menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara budaya organisasi dan gaya
kepemimpinan terhadap efektivitas organisasi pada pelaksana tugas Panitia
Ajudikasi di DKI Jakarta.
Berdasarkan penjabaran mengenai gaya kepemimpinan dan budaya
organisasi yang memiliki kaitan yang sangat erat dalam mencapai efektivitas
organisasi, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada karyawan
Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM) Kabupaten Ngawi yang merupakan
perusahaan milik daerah yang bertugas menyalurkan air dan memberikan pelayanan
pada masyarakat sekitar. Peneliti ingin melihat sejauh mana pengaruh dari gaya
kepemimpinan dan budaya organisasi terhadap efektivitas organisasi sehingga
tercapai tujuan dari perusahaan tersebut.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan dan budaya organisasi terhadap
efektivitas organisasi pada karyawan Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM)
Kabupaten Ngawi?
13
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui dan mendeskripsikan pengaruh gaya kepemimpinan dan
budaya organisasi terhadap efektivitas organisasi pada karyawan Perusahaan Air
Minum Daerah (PDAM) Kabupaten Ngawi.
D. Manfaat Penelitian
1.
Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan dan memperkaya
khasanah keilmuan psikologi, khususnya dibidang psikologi industri dan
organanisasi
serta
dapat
memberikan
pengetahuan
dalam
mengembangkan teori-teori mengenai psikologi industri dan organisasi.
b. Bagi peneliti, diharapkan dapat digunakan sebagai saran dalam
menerapkan teori-teori yang telah didapatkan selama masa perkuliahan
kedalam kehidupan nyata, khususnya dalam perusahaan atau organisasi.
2.
Manfaat Praktis
a. Diharapkan dari penelitian ini akan bisa lebih mendapatkan pemahan
mengenai gaya kepemimpinan dan budaya organisasi yang sesuai
dengan jenis perusahaan sehingga dapat meningkatkan efektivitas
organisasi dari perusahaan atau organisasi serta bisa bersinergi dalam
mencapai tujuan organisasi tersebut.
b. Dapat memberikan masukan bagi perusahaan atau organisasi dalam
usaha memahami budaya organisasi pada karyawan serta meningkatkan
kualitas pemimpin sehingga bisa tercapainya efektivitas organisasi.
14
E. Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya
Tabel 1
Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya
No
Perbedaan
1.
Admira
Faizal
2.
J.H Kim
C.S Kim
J.M. Kim
Tujuan
Jenis
Penelitian
Penelitian
Untuk mengetahui Deskriptif
pengaruh budaya
organisasi
dan
kepemimpinan
dengan efektivitas
organisasi
Untuk mengetahui Deskriptif
hubungan antara
budaya organisasi
dan
kepemimpinan
(Transaksional
dan
Transformasional)
terhadap
efektivitas
organisasi
Metode
Penelitian
-Penelitian
kuantitatif
-Sampel adalah
pelaksana
tugas
Panitia
Ajudikasi
-Menggunakan
skala
-Penelitian
Kuantitaif
-Sampel adalah
karyawan
rumah sakit di
bidang radiologi
-menggunakan
skala
Download