BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Gurami 2.1.1. Klasifikasi Ikan

advertisement
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ikan Gurami
2.1.1. Klasifikasi Ikan Gurami
Di berbagai daerah, gurami dikenal dengan berbagai sebutan, di antaranya
gurameh (Jawa), gurame (Sunda, Betawi), kalui, kali, dan alui (Sumatra) (Redaksi
Agro Media, 2008). Dalam daftar klasifikasi, gurami menurut Saanin (1995)
dalam Anggie (2008) termasuk dalam filum Chordata yang merupakan ikan
bertulang belakang, dan kelas pisces yaitu ikan yang bernafas dengan insang.
Klasifikasi gurami secara lengkap menurut Saanin (1984) :
Filum
: Chordata
Kelas
: Pisces
Ordo
: Perciformes
Familia
: Ospluronnemidae
Genus
: Osphronemus
Spesies
: Osphronemus gouramy
Gambar 2.1. Ikan Gurami (Osphronemus gouramy)
Penggunaan Ekstrak Daun..., Marliana Ajeng Nazilah, FKIP UMP, 2017
7
2.1.2. Ciri-ciri Morfologi
Gurami merupakan ikan air tawar yang termasuk dalam golongan ikan
Labyrinthici, yaitu ikan yang mempunyai alat pernafasan tambahan berupa selaput
tambahan berbentuk tonjolan pada tepi atas lapisan insang pertama yang disebut
labyrin. Fungsi labyrin untuk menghirup oksigen langsung dari udara. alat ini
memiliki pembuluh darah kapiler yang memungkinkan gurami mengambil zat
asam dari udara yang berada di ruangan labyrin (Khairuman & Amri, 2002).
Oksigen yang terisap akan diikat labyrin, maka dengan demikian gurami dapat
hidup dalam perairan dengan kondisi oksigen terlarut sangat rendah (Sitanggang
& Sarwono, 2007).
Gurami mempunyai tubuh tinggi dan pipih ke samping. Pada bagian mulut
kecil, miring dan dapat disembulkan. Gurami memiliki garis lateral tunggal dan
tidak terputus. Sisik stenoid berukuran besar. Gurami mempunyai gigi pada
rahang bawah (Gufron & Kordi, 2010).
Gurami yang masih muda berukuran 9 cm, memiliki 8 garis tegak berwarna
hitam pada kedua sisi badannya. Garis tegak yang ada pada gurami biasanya
hilang setelah dewasa (Khairuman & Amri, 2008). Hal tersebut yang
membedakan antara ikan gurami muda dengan ikan gurami tua. Ikan gurami yang
sudah tua, pada bagian sirip punggungnya akan termodifikasi sehingga
memunculkan duri dan sirip dubur yang ukurannya kecil akan semakin besar
(Agung, 2007).
Seiring dengan pertambahan umurnya, jari-jari sirip punggung dan sirip
dubur ikan gurami akan bertambah besar dan kuat. Gurami juga akan memiliki
Penggunaan Ekstrak Daun..., Marliana Ajeng Nazilah, FKIP UMP, 2017
8
alat detektor yang fungsinya sebagai peraba. Sepasang peraba yang terletak pada
bagian dadanya tersebut sesungguhnya adalah sirip perut yang telah mengalami
modifikasi menjadi sepasang benang yang panjang. Hal tersebut memperlihatkan
alat untuk bergerak sudah berubah menjadi alat yang tidak kalah vitalnya, peraba
(Darsono, 1989).
2.1.3. Sifat Biologi
Gurami pada umumnya mendiami perairan yang tenang dan ditemukan
hidup di perairan payau. Gurami biasanya mulai memijah pada umur 2-3 tahun
pada musim kemarau, tetapi di kolam-kolam dapat memijah sepanjang tahun
(Darsono, 2001). Hal tersebut dapat meningkatkan produktivitas telur gurami.
Gurami mempunyai kebiasaan meletakkan telur hasil pemijahan di dalam
sarang yang terbuat dari tumbuhan-tumbuhan air, rumput atau serabut-serabut
lain yang ada disekitarnya (Ghufran & Kordi, 2010). Telur tersebut akan menetas
dalam waktu 10 hari. Umumnya, gurami yang masih muda bersikap agresif,
tetapi sifat tersebut akan berkurang seiring dengan pertambahan umurnya
(Khairuman & Amri, 2002).
2.1.4. Habitat
Gurami hidup di habitat air tawar di seluruh dunia. Penyebarannya mulai
Amerika Selatan, Afrika, Asia Selatan, hingga Asia Tengggara termasuk
Indonesia. Gurami menyebar di Indonesia meliputi daerah-daerah bersuhu hangat
seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Sementara di luar Pulau Jawa
gurami banyak terdapat di Pulau Sumatra dan Sulawesi. Di Sulawesi Utara
berkembang di Airmadidi dekat Menado (Sitanggang & Sarwono, 2007).
Penggunaan Ekstrak Daun..., Marliana Ajeng Nazilah, FKIP UMP, 2017
9
Pada umumnya, gurami mudah berkembang dengan baik di daerah dataran
rendah. Namun, ikan tersebut juga masih dapat hidup di dataran tinggi, tetapi
perkembangan tubuhnya tidak secepat saat hidup di dataran rendah (Khairuman &
Amri, 2008). Hal tersebut disebabkan karena adanya faktor eksternal yang
mempengaruhi perkembangan gurami secara fisiologinya.
Salah satu faktor yang membedakan dataran rendah dan dataran tinggi
adalah suhu. Suhu di dataran rendah lebih tinggi (lebih panas) dibanding di
dataran tinggi. Berkaitan dengan suhu, gurami tumbuh dengan baik pada suhu
antara 24-28 0C. Gurami sangat peka terhadap suhu sehingga jika dipelihara pada
suhu rendah, kurang dari 150C, gurami tidak akan dapat berkembangbiak
(Ghufran & Kordi, 2010).
2.2. Bakteri Aeromonas hydrophila
Bakteri Aeromonas hydrophila merupakan genus Aeromonas yang berasal
dari yunani yang berarti unit monas udara / gas maka maka dapat diartikan suatu
unit penghasil gas. Klasifikasi A. hydrophila menurut Holt dkk. (1994):
Filum : Protophyta
Kelas : Schizomycetes
Ordo : Pseudomonadales
Famili : Vibironaceae
Genus : Aeromonas
Spesies: Aeromonas hydrophila
Penggunaan Ekstrak Daun..., Marliana Ajeng Nazilah, FKIP UMP, 2017
10
Gambar 2.2. A. hydrophila dengan pewarnaan Gram dan morfologi bakteri
pembesaran 100x (Samsundari, 2016)
Gambar 2.2. menunjukkan bakteri A. hydrophila hanya terlihat bila diberi
warna. Bakteri ini berbentuk batang dengan sebuah flagel (Susanto, 2003).
A.hydrophila merupakan bakteri
Gram- negatif, fakultatif anaerobik, non-
sporoforming, bakteri berbentuk batang. Bakteri tersebut ditemukan di makanan,
hewan piaaraan dan perairan (Daskalov, 2005). Aeromonas hydrophila mulai
dikenal di Indonesia sejak tahun 1980. Hal tersebut terjadi di Jawa Barat yang
menyebabkan kematian 82,2 ton ikan tawar dalam jangka sebulan (Mulia, 2012).
Terkait dengan kasus penyakit klinis, patogen ini menghasilkan faktor virulensi
yang berbeda seperti eksotoksin, sitotoksin, dan lainnya. Spektrum penyakit yang
terkait mikroorganisme tersebut meliputi gastroenteritis, infeksi luka traumatik
dan akuatik, dan infeksi septisemia (Daskalov, 2005).
Bakteri A. hydrophila merupakan bakteri yang virulen (Kamaludin, 2011)
dan bersifat patogen oportunis serta hanya dapat menimbulkan penyakit pada
populasi ikan yang memiliki daya tahan tubuh lemah atau sebagai infeksi
sekunder saat ikan terserang penyakit A. hydrophila merupakan penyebab umum
Penggunaan Ekstrak Daun..., Marliana Ajeng Nazilah, FKIP UMP, 2017
11
dari penyakit Motile Aeromonas Septicemia (MAS) dan dapat menginfeksi ikan
terutama pada kondisi ikan stress atau tercampur dengan patogen lainnya sebagai
penginfeksi sekunder (Nurwirnawati, 2016).
Peningkatan kepadatan ikan yang berlebihan akan menyebabkan penurunan
laju pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan akibat adanya infeksi bakteri
A.hydrophila. Menurut hasil penelitian Mulia (2012) yang melakukan uji postulat
Koch pada 10 isolat A. hydrophila pada gurami, ikan gurami mencapai kematian
87,5-100%. Hal tersebut menunjukkan bahwa isolat A. hydrophila memiliki
tingkat keganasan yang tinggi akibat bakteri A. hydrophila.
Ikan yang terserang bakteri A. hydrophila, memiliki beberapa gejala
eksternal dan internal. Gejala eksternal yang timbul insang dan tubuh pucat
disertai bercak-bercak merah (haemorhagik) pada punggung di belakang
operculum, sirip dan bagian tubuh lain, terdapat luka pada bekas sutikan, bahkan
sudah ada yang membentuk borok dan ditumbuhi jamur, mata menonjol hingga
lepas, terkadang disertai penglupasan kulit dan daging di sekitarnya, lendir
banyak, sirip gripis, dan perut kembung /bengkak.
Gejala internal yang timbul yaitu ginjal merah pucat, merah kehitaman
sampai coklat tua, bahkan ada yang timbul bintil-bintil putih berdiameter 0,5-3
mm. Hati berwarna merah pucat, merah kehitaman sampai coklat, bahkan ada
yang bengkak. Lambung pucat, kecoklatan, bahkan ada yang pecah. Usus pucat,
kosong dan menggelembung, serta rongga perut banyak cairan kuning (Mulia,
2012).
Penggunaan Ekstrak Daun..., Marliana Ajeng Nazilah, FKIP UMP, 2017
12
2.3. Penyakit Motile Aeromonas Septicemia (MAS)
Penyakit Motile Aeromonas Septicemia (MAS) adalah penyakit bakterial
yang disebabkan oleh A. hydrophila. Infeksi A. hydrophila terjadi apabila inang
mengalami immunosupressed karena stres atau infeksi penyakit lainnya. Gejala
eksternal yang muncul akibat penyakit MAS adalah ulser yang berbentuk bulat
atau tidak teratur dan berwarna merah keabu-abuan, inflamasi, dan erosi di dalam
rongga dan sekitar mulut. Selain itu, terjadi hemorrhagik pada sirip serta mata
membengkak dan menonjol (Mulia, 2012).
Bakteri A. hydrophila menyerang bagian luar tubuh ikan (eksternal) dan
menyerang bagian dalam tubuh (internal). Akibat serangannya dapat bermacammacam, mulai dari hilangnya sebagian selaput sirip ikan hingga dengan tersisa
jari-jarinya. Diantara parasit yang menyerang, bakteri termasuk paling berbahaya.
(Susanto, 2003). Ikan yang terserang bakteri umumnya menemui kematian, jarang
ada ikan yang tertolong karena rata-rata sudah langsung parah. Di antara
banyaknya species, bakteri yang sering menyerang ikan ialah penyebab penyakit
serangan bakteri A. hydrophila.
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri A. hydrophila mudah menular.
Penyebaran penyakit ini yaitu melalui air yang telah terkontaminasi A. hydrophila
atau penularan dari ikan yang sakit (Mulyana dkk., 2012). Penyakit MAS
memiliki potensi penginfeksian yang tinggi, maka perlu
diatasi dengan
penggunaan obat. Tetapi, penggunaan obat-obatan kimia dapat berdampak negatif
bagi kehidupan ikan di antaranya membunuh organisme bukan sasaran, timbulnya
Penggunaan Ekstrak Daun..., Marliana Ajeng Nazilah, FKIP UMP, 2017
13
patogen resisten, mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangbiakan serta
menimbulkan pencemaran lingkungan (Rahmi dkk., 2016).
Salah satu cara yang paling aman untuk pengobatan ikan yang terserang
MAS ialah dengan memanfaatkan obat-obatan herbal yang ramah terhadap
lingkungan dan mudah terurai di perairan, selain itu produk dari tumbuhan alami
memiliki efek samping yang relatif rendah serta ketersediaanya sangat melimpah.
2.4. Bakau Api-Api (Avicennia marina)
2.4.1. Klasifikasi Bakau Api-Api (Avicenniamarina)
Api-api (Avicennia marina) merupakan salah satu tumbuhan bakau yang
termasuk ke dalam magnoliopsida yaitu tumbuhan dikotil atau berbiji dua
(Gambar 2.3.). Avicennia merupakan genus yang memiliki kemampuan toleransi
terhadap kisaran salinitas yang luas dibandingkan genus lainnya (Oktavianus,
2013). Klasifikasi A. marina secara lengkap menurut Cronquist (1981):
Kingdom
: Plantae
Divisio
: Magnoliophyta
Class
: Magnoliopsida
Sub Class
: Asteridae
Order
: Lamiales
Family
: Acanthaceae
Genus
: Avicennia
Species
: Avicennia marina
Penggunaan Ekstrak Daun..., Marliana Ajeng Nazilah, FKIP UMP, 2017
14
B
A
Gambar 2.3. A. Pohon Avicennia marina B. Daun Avicennia marina
2.4.2. Deskripsi Bakau Api-Api (Avicennia marina)
Avicennia marina biasanya tumbuh di tepi laut yang merupakan bagian dari
komunitas hutan bakau A. marina tumbuh dengan tegak, serta memiliki banyak
cabang. Api-api memiliki batang yang mengeluarkan getah dan memiliki rasa
yang pahit. Akarnya termasuk dalam akar nafas berbentuk ramping yang panjang
dan rapat, dapat membantu pengikatan sedimen, dan mempercepat proses
pembentukan tanah timbul.
Bagian daun tumbuhan A. marina
tumbuh berhadapan, bertangkai,
berbentuk bulat telur terbalik dengan ujung tumpul dan pangkal yang rata. Bunga
tumbuhan ini berwarna kuning dengan kelopak bunga yang pendek dan pucat.
Buah berbentuk kotak, berkatup, berbiji satu serta berkecambah sebelum rontok.
Kulit kayu tumbuhan ini halus, berwarna kelabu dan hijau loreng. Akar napas apiapi tumbuh lurus, berbentuk ramping dan berjumlah banyak (Windaya, 2015).
Daun A. marina mengandung senyawa aktif alkaloid, triterpenoid, saponin, tanin,
Penggunaan Ekstrak Daun..., Marliana Ajeng Nazilah, FKIP UMP, 2017
15
glikosida, dan flavonoid yang sangat potensial digunakan sebagai antioksidan,
antimikroba, antifungi, dan antibiotik (Wibowo dkk., 2009).
2.4.3. Ekstraksi Senyawa Bioaktif
Ekstraksi adalah cara untuk memisahkan campuran beberapa zat menjadi
komponen-komponen yang terpisah. Ekstraksi tersebut didasarkan pada prinsip
perpindahan massa komponen zat ke dalam pelarut, perpindahan mulai terjadi
pada lapisan antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut (Mufida,
2013).
Ekstraksi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu fase air (aqueus phase)
dan fase organik (organic phase). Ekstraksi fase air ialah ekstraksi yang
menggunakan air sebagai pelarut sedangkan ekstraksi fase organik ialah ekstraksi
yang menggunakan pelarut organik seperti kloroform, eter, dan sebagainya
(Nurwirnawati, 2016).
Ekstraksi dilakukan dengan cara pengambilan bahan aktif yang bersifat
sebagai bahan anti bakteri. Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik komponen
kimia yang terdapat pada bahan alam. Salah satu bahan alam yang mengandung
senyawa bioaktif ialah A. marina. Analisis fitokimia pada bakau Avicennia spp
menurut Harbone (1987) dan Hosettmann (1991) dalam Oktavianus (2013) dapat
dilihat pada Tabel 2.1.
Penggunaan Ekstrak Daun..., Marliana Ajeng Nazilah, FKIP UMP, 2017
16
Tabel 2.1. Analisis Fitokimia Bakau Avicennia spp
Jenis uji Avicennia marina
Avicennia lanata
Avicennia alba
fitokimia
Isi buah Batang Daun Kayu Akar daun getah Kayu akar
Alkaloid
++++
++++
++++ ++++ ++++ +++ ++++ ++++ ++++
Saponin
++++
++++
++++ +++
++++ ++++ ++
++++ ++++
Tannin
++++
+
+++
++
+++ ++++ ++
+
Fenolik
++
+
+
_
+++ +
+
Flavonoid ++++
+++
++
++++ ++++ ++++ +++ +++ ++++
Triterpono ++++
++
++++ ++++ ++++ +++ ++++ ++++ +++
id
Steroid
Glikosida ++++
++++
++++ ++++ ++++ ++++ ++++ ++++ ++++
Keterangan
:
- : Positif
++ : Positif
+++ : Positif kuat
+++ +: Positif sangat kuat
Sumber
: Harbone (1987) dan Hosettman (1991) dalam Oktavianus (2013)
Berdasarkan Tabel 2.1. dapat dilihat bahwa seluruh bagian tanaman
memiliki kandungan senyawa bioaktif di antaranya alkaloid, saponin, dan
glikosida yang cukup tinggi. Jenis bakau yang menunjukkan kandungan senyawa
bioaktif yang lebih besar dan kompleks ialah Avicennia marina.
2.5. Kualitas Air
Air berfungsi sebagai media internal dan eksternal bagi ikan. Sebagai media
internal, air berfungsi sebagai bahan baku untuk metabolisme tubuh, pengangkut
bahan makanan ke seluruh tubuh, pengangkut sisa metabolisme, untuk
dikeluarkan dari dalam tubuh, dan pengatur atau penyangga suhu tubuh.
Sementara sebagai media eksternal, air berfungsi sebagai habitat. Oleh karena itu,
peran air sangat esensial dalam kehidupan ikan. Kualitas dan kuantitas air harus
dijaga agar sesuai kebutuhan ikan peliharaan (Ghufran & Khudri, 2010).
Penggunaan Ekstrak Daun..., Marliana Ajeng Nazilah, FKIP UMP, 2017
daun
+++
++++
+
+
+++
+++
++++
17
Dalam penelitian Mulyana dkk. (2012) yang bertujuan untuk mengetahui
dosis rosella terbaik terhadap ketahanan tubuh benih ikan yang diuji tantang
dengan bakteri A. hydrophila, disebutkan bahwa kualitas air merupakan faktor
yang paling penting dalam budidaya ikan sebab air diperlukan sebagai media
hidup ikan. Menjaga kualitas air di dalam akuarium percobaan tetap stabil, maka
dilakukan penyiphonan setiap hari dan penambahan air. Penyiphonan dilakukan
dengan cara mengangkat sisa pakan dan kotoran hasil metabolisme benih ikan
sebanyak 70% dari jumlah total air per akuarium percobaan dan penambahan air
sebanyak jumlah total air per akuarium yang disipon. Penyiponan dilakukan pada
jam 07.00 WIB sebelum pemberian pakan pertama diberikan.
Menjaga kualitas air merupakan faktor yang penting pada habitat ikan.
Kualitas air yang baik akan berpengaruh pada kehidupan ikan. Beberapa
parameter yang digunakan untuk mengukur kualitas air meliputi suhu air, oksigen
terlarut atau Dissolved Oxygen (DO), dan derajat keasaman (pH) (Nurfaidah,
2015).
2.5.1. Suhu Air
Suhu air dapat mempengaruhi kehidupan biota air secara tidak langsung,
yaitu melalui pengaruhnya terhadap oksigen di dalam air. Semakin tinggi suhu air,
semakin rendah daya larut oksigen di dalam air, dan sebaliknya. Pengaruh suhu
secara tidak langsung yang lain adalah terhadap metabolisme, daya larut gas,
termasuk oksigen serta berbagai reaksi kimia di dalam air. Semakin tinggi suhu
air, semakin tinggi laju metabolisme biota budidaya yang berarti semakin besar
konsumsi oksigennya, padahal kenaikan suhu akan mengurangi daya larut oksigen
dalam air (Ghufran & Kordi, 2010).
Penggunaan Ekstrak Daun..., Marliana Ajeng Nazilah, FKIP UMP, 2017
18
Faktor yang dapat menjaga kestabilan suhu di dalam air, salah satunya
dengan melihat kedalaman air. Suhu air berpengaruh pada pembentukan antibodi.
Pada suhu yang optimal pembentukan antibodi akan berjalan dengan baik,
sedangkan pada suhu yang tidak optimal pembentukan antibodi akan terhambat
(Mulia, 2012).
Menurut penelitian lain yang dilakukan oleh Mulyana dkk. (2012), suhu
pada ikan gurami yang baik yaitu diusahakan konstan antara 28-30 °C, dan untuk
menjaga suhu media pemeliharaan dipasang lampu watt dan heater pada setiap
akuarium percobaan.
2.5.2. DO (Dissolved Oxygen) Air
Oksigen yang diperlukan biota air untuk pernapasannya harus dalam kondisi
terlarut dalam air. Oksigen merupakan salah satu faktor pembatas sehingga bila
ketersediaanya ada di dalam air tidak mencukupi kebutuhan budidaya maka segala
aktivitas biota akan terhambat. Menurut Zonneveld dkk.
(1991), kebutuhan
oksigen ikan terhubung dengan dua aspek, yaitu kebutuhan lingkungan bagi
spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif yang tegantung pada metabolisme tubuh
ikan. Perbedaan kebutuhan oksigen dalam suatu lingkungan bagi ikan dari spesies
tertentu disebabkan oeh adanya perbedaan struktur molekul sel darah ikan yang
mempengaruhi hubungan antara tekanan parsial oksigen dalam air dan derajat
kejenuhan oksigen dalam sel darah (Ghufran & Kordi, 2010).
Pada ikan gurami, batas minimal kandungan oksigen yang diperlukan ialah
sebesar 5 ppm. Apabila kadar oksigen rendah, maka dapat ditingkatkan dengan
Penggunaan Ekstrak Daun..., Marliana Ajeng Nazilah, FKIP UMP, 2017
19
cara menjaga aliran air agar tetap lancar dan membiarkan permukaan kolam
dengan kondisi terbuka (Agus dkk., 2008).
2.5.3. Derajat Keasaman (pH) Air
Derajat keasaman (pH) air mempengaruhi tingkat kesuburuan perairan
karena memengaruhi kehidupan jasad renik. Perairan asam akan kurang produktif,
malah dapat membunuh hewan budidaya. Pada pH rendah (keasaman tinggi),
kandungan oksigen terlarut akan berkurang. Akibatnya, konsumsi oksigen
menurun, aktivitas pernafasan naik, dan selera makan berkurang. (Ghufran &
Kordi, 2010).
Kolam pemeliharaan gurami idealnya memiliki pH netral yaitu 6,5-7,5.
Apabila besarnya pH kurang dari 6 yang berarti kondisi kolam asam, maka harus
di netralkan dengan penambahan CaCO3 atau soda kue kue dalam air. (Agus dkk.,
2001) menurut penelitian lain yang dilakukan oleh Verawati dkk. (2015) Nilai pH
yang baik selama pemeliharaan ikan gurami berkisar antara 6,70 – 7,12. Selama
masa pemeliharaan tersebut cenderung terjadi penurunan pH yang disebabkan
semakin meningkatnya buangan metabolisme (cenderung asam) seiring
meningkatnya padat penebaran. Selain itu, penurunan pH disebabkan oleh
peningkatan CO2 akibat proses respirasi. Nilai pH tersebut masih dalam kisaran
yang ditoleransi oleh ikan gurami (BSN & Boyd, 1990).
Kadar karbondioksida yang diperuntukan bagi kebutuhan ikan air tawar
sebaiknya mengandung kadar karbondioksida bebas < 5 mg/L. Karbondioksida
bebas sebesar 10 mg/L masih dapat ditolerir oleh organisme akuatik, asal disertai
dengan kadar oksigen yang cukup. Tingkat daya tahan tubuh ikan yang terinfeksi
Penggunaan Ekstrak Daun..., Marliana Ajeng Nazilah, FKIP UMP, 2017
20
bakteri A. hydrophilla, untuk mengurangi tingkat stres pada ikan diperlukan
pengontrolan kualitas air khususnya pH (Mulyana dkk., 2013).
Penggunaan Ekstrak Daun..., Marliana Ajeng Nazilah, FKIP UMP, 2017
Download