INKUIRI TERBIMBING PADA LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON

advertisement
INKUIRI TERBIMBING PADA LARUTAN ELEKTROLIT
DAN NON-ELEKTROLIT DALAM MENINGKATKAN
KETERAMPILAN BERPIKIR ORISINIL
Oktia Wulandari, Ila Rosilawati, Lisa Tania
Pendidikan Kimia, Universitas Lampung
[email protected]
Abstract : This research was aimed to describe the effectiveness of guided
inquiry learning model in increasing student’s originality thinking skills in
electrolyte and non-electrolyte subject matter. The population of this research
was students of class X SMA Negeri 2 Metro on academic semester 2013/2014.
Sample was taken by purposive sampling and obtained were class X1 and X2 as
sample. The method of the research was quasi experimental with non equivalent
(pretest and postest) control-group design. The effectiveness of guided inquiry
learning model was showed by the significant difference of n-Gain between
control class and experiment class. The results showed that the average n-Gain of
originality thinking skills of control class and experiment class were 0,18 and 0,54
respectively. The result of hypothesis testing showed that guided inquiry learning
model was effective in improving student’s originality thinking skills in
electrolyte and non-electrolyte subject matter.
Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas model
pembelajaran inkuiri terbimbing dalam meningkatkan keterampilan berpikir
orisinil pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 2 Metro Tahun Pelajaran
2013/2014. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling.
Sampel dalam penelitian ini adalah kelas X1 dan X2. Metode pada penelitian ini
adalah kuasi eksperimen dengan Non Equivalent (Pretest and Postest)
Control-Group Design. Efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing
ditunjukkan oleh perbedaan n-Gain yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas
eksperimen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata n-Gain keterampilan
berpikir orisinil pada kelas kontrol dan kelas eksperimen sebesar 0,18 dan 0,54.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa model pembelajaran inkuiri
terbimbing pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit efektif dalam
meningkatkan keterampilan berpikir orisinil.
Kata kunci : keterampilan berpikir orisinil, larutan elektrolit dan non-elektrolit,
model pembelajaran inkuiri terbimbing
2
PENDAHULUAN
usia produktif di masa mendatang yang
melimpah dapat ditransformasikan
Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari
pada jenjang SMA adalah ilmu kimia.
Ilmu kimia adalah salah satu rumpun
sains yang mempelajari tentang zat;
menjadi sumberdaya manusia yang
memiliki kompetensi dan keterampilan
melalui pendidikan (Tim Penyusun,
2013b).
meliputi struktur, komposisi, dan sifat;
dinamika, kinetika, dan energetika
Karakteristik kimia sebagai proses
yang melibatkan keterampilan dan
dalam pembelajarannya di sekolah,
penalaran (Tim Penyusun, 2006).
dapat digunakan untuk melatihkan
Konten ilmu kimia yang berupa
Higher Order Thinking Skills (HOTS) .
konsep, hukum, dan teori, pada
HOTS didefinisikan di dalamnya
dasarnya merupakan produk dari
termasuk berpikir kritis, logis, reflektif,
rangkaian proses menggunakan sikap
metakognisi dan kreatif (King, dkk.,
ilmiah. Oleh sebab itu, pembelajaran
2011). Menurut model struktur intelek
kimia harus memperhatikan
oleh Guilford, “Berpikir divergen
karakteristik kimia sebagai proses,
(disebut juga berpikir kreatif) ialah
produk, dan sikap (Fadiawati, 2011).
memberikan macam-macam
kemungkinan jawaban berdasarkan
Kimia sebagai proses meliputi kegiatan
mengamati (observasi), menafsirkan
(interpretasi), meramalkan,
menggunakan alat dan bahan,
menerapkan konsep (aplikasi),
merencanakan penelitian,
mengkomunikasikan dan mengajukan
pertanyaan (Dahar dalam Susiwi, dkk.,
2009). Kegiatan-kegiatan tersebut
informasi yang diberikan dengan
penekanan pada keragaman jumlah dan
kesesuaian” Indikator keterampilan
berpikir kreatif dibagi menjadi lima
macam, yaitu berpikir lancar (fluency),
berpikir orisinil (flexibility), berpikir
orisinil (originality), berpikir elaboratif
(elaboration) dan berpikir evaluatif
(evaluation) (Munandar, 2008).
dapat digunakan untuk melatihkan
keterampilan berpikir kreatif siswa.
Pembelajaran kimia di sekolah
Keterampilan berpikir kreatif penting
sebaiknya melibatkan siswa secara
dimiliki oleh siswa karena untuk
aktif dalam proses memperoleh
mengupayakan sumberdaya manusia
pengetahuan yang akan dipelajarinya.
3
Faktanya, pembelajaran kimia di
Kompetensi Dasar (KD). Beberapa
sekolah masih belum melibatkan siswa
KD yang harus dikuasai pada kelas X
secara aktif. Berdasarkan hasil
semester genap adalah KD 3.8, yaitu
observasi dan wawancara dengan guru
menganalisis sifat larutan elektrolit dan
mitra yang dilakukan di SMA Negeri 2
larutan non-elektrolit berdasarkan daya
Metro, diperoleh informasi bahwa
hantar listriknya serta KD 4.8, yaitu
pembelajaran kimia masih
merancang, melakukan, dan
menggunakan model pembelajaran
menyimpulkan serta menyajikan hasil
konvensional, yaitu dominan ceramah.
percobaan untuk mengetahui sifat
larutan elektrolit dan larutan
Pembelajaran kimia di SMA Negeri 2
non-elektrolit.
Metro masih berpusat pada guru
(teacher learning centered), siswa
KD 3.8 dan 4.8 merupakan KD untuk
kurang memiliki kesempatan secara
materi larutan elektrolit dan
aktif untuk mengeksplorasi
non-elektrolit. Salah satu model
keterampilan berpikirnya dengan cara
pembelajaran yang dapat digunakan
mengajukan ide, gagasan ataupun
untuk melatih keterampilan berpikir
pertanyaan sehingga siswa belum
kreatif pada materi ini adalah model
memiliki keterampilan berpikir kreatif.
pembelajaran inkuiri terbimbing.
Hal ini tidak sesuai dengan Standar
Pembelajaran inkuiri terbimbing
Kompetensi Lulusan pada Kurikulum
menurut Gulo (Trianto, 2010) terdiri
2013 untuk dimensi keterampilan,
dari 5 fase, yaitu; mengajukan
yakni siswa diharapkan memiliki
pertanyaan atau permasalahan,
kemampuan pikir dan tindak yang
merumuskan hipotesis, mengumpulkan
efektif dan kreatif dalam ranah abstrak
data, menganalisis data, dan menarik
dan konkret sebagai pengembangan
kesimpulan. Pada penggunaan model
dari yang dipelajari di sekolah secara
pembelajaran inkuiri pada materi
mandiri (Tim Penyusun, 2013a).
tersebut, siswa dapat diajak untuk
mengamati fenomena dalam kehidupan
Berdasarkan kurikulum 2013, siswa
sehari-hari dan melakukan percobaan.
harus menguasai Kompetensi Inti (KI)
pada setiap jenjang pendidikannya dan
KI ini dijabarkan dalam bentuk
Salah satu indikator keterampilan
berpikir kreatif adalah keterampilan
4
berpikir orisinil. Keterampilan berpikir
lancar jika dibandingkan dengan
orisinil adalah keterampilan yang
pembelajaran konvensional.
mampu melahirkan ungkapan yang
baru dan unik, memikirkan cara-cara
yang tak lazim untuk mengungkapkan
diri, dan mampu membuat
kombinasi-kombinasi yang tak lazim
dari bagian-bagian atau unsur-unsur.
Adapun indikator perilaku dari
keterampilan berpikir orisinil adalah
memikirkan masalah-masalah atau hal
yang tidak terpikirkan orang lain,
METODOLOGI PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah
semua siswa kelas X SMA Negeri 2
Metro tahun pelajaran 2013/2014 yang
tersebar dalam delapan kelas. Dari
populasi tersebut diambil 2 kelas yang
akan dijadikan sampel penelitian. Satu
kelas sebagai kelas eksperimen dan
satu kelas lagi sebagai kelas kontrol.
mempertanyakan cara-cara yang lama
dan berusaha memikirkan cara-cara
Teknik pemilihan sampel yang
yang baru, serta memilih cara berpikir
digunakan, yaitu teknik purposive
lain dari pada yang lain (Munandar,
sampling (pengambilan sampel
2008).
berdasarkan pertimbangan), maka
diperoleh kelas X1 sebagai kelas
Salah satu contoh hasil penelitian
sebelumnya yang mengkaji penerapan
pembelajaran inkuiri terbimbing untuk
melatihkan keterampilan berpikir
kreatif siswa, yaitu hasil penelitian
Andalan (2013) yang meneliti model
pembelajaran inkuiri terbimbing untuk
meningkatkan keterampilan berpikir
lancar siswa SMA Negeri 7
Bandarlampung pada materi koloid.
eksperimen yang menggunakan model
pembelajaran inkuiri terbimbing,
sedangkan kelas X2 sebagai kelas
kontrol yang menggunakan
pembelajaran konvensional. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
data pretest, postest, afektif,
psikomotor dan kinerja guru. Data ini
diperoleh dari seluruh siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
Berdasarkan pengujian hipotesis
menunjukkan bahwa pembelajaran
Metode penelitian ini adalah kuasi
inkuiri terbimbing efektif dalam
eksperimen dengan menggunakan Non
meningkatkan keterampilan berpikir
Eqiuvalent (Pretest and Posttest)
Control-Group Design (Creswell,
5
1997). Dalam penelitian ini terdiri dari
untuk menghitung n-Gain yang
variabel bebas, yaitu model
selanjutnya digunakan untuk uji
pembelajaran yang digunakan dan
perbedaan dua rata-rata.
variabel terikat, yaitu keterampilan
berpikir orisinil siswa pada materi
larutan elektrolit dan non-elektrolit dari
siswa SMA Negeri 2 Metro Tahun
Pelajaran 2013/2014.
Pengujian hipotesis yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan
analisis statistik uji t, yaitu uji
kesamaan dua rata-rata dan uji
perbedaan dua rata-rata. Prasyarat
Instrumen penelitian yang digunakan,
yang harus dilakukan sebelum uji
yaitu : silabus, Rencana Pelaksanaan
kesamaan dan perbedaan dua rata-rata,
Pembelajaran (RPP) yang sesuai
yaitu uji normalitas dan uji
dengan standar kurikulum 2013, LKS
homogenitas. Uji normalitas, uji
kimia dengan menggunakan model
homogenitas, uji kesamaan dan
pembelajaran inkuiri terbimbing pada
perbedaan menggunkan rumus menurut
materi larutan elektrolit dan
Sudjana (2005) dengan taraf nyata
non-elektrolit, soal pretest dan postest
masing-masing uji sebesar 5%.
yang masing-masing berisi 4 soal
uraian.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Validasi instrumen menggunakan
Berdasarkan penelitian yang telah
validitas isi, yaitu kesesuaian antara
dilakukan diperoleh data pretest dan
instrumen dengan ranah atau domain
postest keterampilan berpikir orisinil
yang diukur. Validitas isi ini dilakukan
sebagai data utama. Data afektif siswa,
dengan cara judgement oleh dosen
data psikomotor siswa, dan data kinerja
pembimbing.
guru hanya digunakan sebagai data
pendukung sehingga tidak dilakukan
Analisis data, yaitu data yang berupa
skor pretest dan postest diubah menjadi
nilai. Nilai pretest yang telah diperoleh
selanjutnya diuji dengan uji kesamaan
dua rata-rata. Data nilai pretest dan
postest yang telah diperoleh digunakan
pengolahan data lebih lanjut. Data
pretest dan data postest yang diperoleh
diolah dan dapat diperoleh data n-Gain
keterampilan berpikir orisinil siswa.
6
didapatkan harga
postest keterampilan berpikir orisinil
sedangkan
disajikan pada Gambar 2.
dan eksperimen sebesar 4,91 dan 4,22.
Rata-rata nilai keterampilan
berpikir orisinil
Perbedaan rata-rata nilai pretest dan
hitung
tabel
sebesar 7,81
pada kelas kontrol
Kriteria pada uji normalitas nilai
pretest yaitu terima H0 jika
tabel.
hitung
<
Berdasarkan kriteria uji, maka
dapat disimpulkan bahwa terima H0
atau dengan kata lain sampel penelitian
berasal dari populasi yang berdistribusi
normal.
Uji homogenitas digunakan untuk
Gambar 2. Rata-rata nilai pretest dan
nilai postest keterampilan
berpikir orisinil
mengetahui apakah kelas penelitian
memiliki varians homogen atau tidak
homogen. Berdasarkan hasil
Berdasarkan Gambar 2 dapat diketahui
perhitungan uji homogenitas nilai
bahwa rata-rata nilai pretest
pretest siswa, didapatkan harga Fhitung
keterampilan berpikir orisinil siswa
untuk keterampilan berpikir orisinil
kelas kontrol adalah 57,25 sedangkan
sebesar 1,02 sedangkan Ftabel yang
rata-rata nilai pretes pada kelas
diperoleh sebesar 1,85. Kriteria uji
eksperimen adalah 56,61. Untuk
yaitu terima H0 jika Fhitung < Ftabel.
mengetahui apakah keterampilan
Berdasarkan kriteria uji, dapat
berpikir orisinil kemampuan awal
disimpulkan bahwa terima H0 atau
(pretest) kedua kelas tersebut berbeda
dengan kata lain kelas penelitian
atau tidak berbeda secara signifikan,
mempunyai varians yang homogen.
maka dilakukan uji kesamaan dua
rata-rata.
Berdasarkan hasil perhitungan uji
kesamaan dua rata-rata didapatkan
Uji statistik normalitas menggunakan
harga thitung untuk keterampilan berpikir
rumus chi kuadrat. Berdasarkan hasil
orisinil siswa sebesar 0,01 sedangkan
perhitungan uji normalitas nilai pretest
ttabel sebesar 2,00. Kriteria uji yaitu
keterampilan berpikir orisinil siswa,
terima H0 jika
<
.
7
Berdasarkan kriteria uji dapat
orisinil kelas kontrol. Untuk
disimpulkan bahwa terima H0, artinya
mengetahui apakah keseluruhan sampel
rata-rata nilai pretest keterampilan
berlaku untuk populasi, maka
berpikir orisinil siswa pada materi
dilakukan pengujian hipotesis dengan
larutan elektrolit dan non-elektrolit di
uji t.
kelas eksperimen sama dengan rata-rata
nilai pretest keterampilan berpikir
orisinil pada materi elektrolit dan
non-elektrolit di kelas kontrol.
Uji statistik normalitas menggunakan
rumus chi kuadrat. Berdasarkan hasil
perhitungan uji normalitas n-Gain pada
kelas kontrol dan kelas eksperimen,
Nilai pretest dan postest keterampilan
didapatkan harga
hitung sebesar
berpikir orisinil siswa digunakan dalam
dan 2,80. Harga
tabel sebesar
menghitung n-Gain. Berdasarkan
Kriteria uji yaitu terima H0 jika
perhitungan diperoleh rata-rata n-Gain
<
tabel.
7,18
7,81.
hitung
Berdasarkan kriteria uji
keterampilan berpikir orisinil siswa
pada kelas kontrol dan eksperimen,
disimpulkan bahwa terima H0 atau
dengan kata lain sampel penelitian
seperti pada Gambar 3.
rata-rata n-Gain keterampilan
berpikir orisinil
berasal dari populasi berdistribusi
0.6
0.55
0.5
0.45
0.4
0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0.54
normal.
kelas kontrol
kelas eksperimen
Berdasarkan hasil perhitungan uji
homogenitas n-Gain didapatkan harga
0.18
Fhitung 1,45 dan Ftabel 1,84. Kriteria uji
yaitu terima H0 jika
<
.
Berdasarkan kriteria uji disimpulkan
kelas penelitian
bahwa terima H0 atau dengan kata lain
Gambar 3. Rata-rata n-Gain
keterampilan berpikir
orisinil
kelas sampel penelitian mempunyai
Pada Gambar 3 tampak bahwa rata-rata
homogenitas, dilakukan uji perbedaan
n-Gain keterampilan berpikir orisinil
dua rata-rata pada n-Gain.
kelas eksperimen lebih tinggi daripada
Berdasarkan hasil perhitungan
rata-rata n-Gain keterampilan berpikir
didapatkan harga thitung sebesar 28,25
varians yang homogen.
Setelah dilakukan uji normalitas dan uji
8
sedangkan ttabel sebesar 2,00. Kriteria
elektrolit dan non-elektrolit dalam
uji yaitu terima H1 jika
meningkatkan keterampilan berpikir
>
. Berdasarkan kriteria uji
disimpulkan bahwa tolak H0 dan terima
H1, artinya rata-rata keterampilan
berpikir orisinil siswa pada materi
larutan elektrolit dan non-elektrolit
yang diterapkan model pembelajaran
inkuiri terbimbing lebih tinggi daripada
rata-rata keterampilan berpikir orisinil
siswa dengan pembelajaran
konvensional.
Berdasarkan pengujian hipotesis
disimpulkan bahwa pembelajaran
menggunakan model pembelajaran
inkuiri terbimbing efektif dalam
meningkatkan keterampilan berpikir
orisinil siswa pada materi larutan
elektrolit dan non-elektrolit.
orisinil yang merupakan salah satu
indikator keterampilan berpikir kreatif.
Pada pertemuan pertama, dilakukan
pretest. Pertemuan kedua sampai
dengan pertemuan keempat digunakan
untuk proses pembelajaran materi
larutan elektrolit dan non-elektrolit
menggunakan model pembelajaran
inkuiri terbimbing. Selanjutnya, pada
pertemuan terakhir dilakukan posttest.
Selama pembelajaran, siswa
dikelompokkan secara heterogen dan
dibagi dalam 6 kelompok serta
dikondisikan untuk duduk bersama
dengan teman kelompoknya
masing-masing. Untuk memudahkan
dalam pelaksanaan kegiatan
pembelajaran, setiap kelompok diberi
Pada model inkuiri terbimbing,
LKS eksperimen atau non eksperimen
keterampilan berpikir orisinil dapat
berbasis inkuiri terbimbing sehingga
dieksplorasi pada tahap penyusunan
melalui LKS tersebut siswa dapat
hipotesis, analisis data dan menarik
membangun sendiri pengetahuannya
kesimpulan. Model pembelajaran
dibimbing oleh guru yang berperan
inkuiri terbimbing yang digunakan
sebagai fasilitator.
dalam penelitian ini adalah menurut
Gulo (Trianto, 2010). Penelitian ini
Hasil analisis data menunjukkan bahwa
bertujuan untuk mendeskripsikan
pembelajaran menggunakan model
efektivitas model pembelajaran inkuiri
inkuiri terbimbing efektif dalam
terbimbing pada materi larutan
meningkatkan keterampilan berpikir
orisinil siswa pada materi larutan
9
elektrolit dan non-elektrolit. Untuk
Setelah diajukan permasalahan, ada
mendeskripsikan bahwa model tersebut
beberapa siswa yang menjawab dengan
efektif maka akan dipaparkan dalam
spontan, contohnya siswa dari
tahapan-tahapannya sebagai berikut :
kelompok 5 ada yang menjawab bahwa
“larutan H2SO4 (air aki) dapat
Tahap 1. Mengajukan pertanyaan atau
permasalahan.
menghantarkan arus listrik sehingga
kendaraan bermotor dapat hidup
Pada setiap pertemuan, guru memulai
kembali” Selain itu terdapat siswa dari
pembelajaran dengan menyampaikan
kelompok 1 menjawab “karena arus
indikator dan tujuan pembelajaran.
listrik pada kendaraan mengalir”
Menurut Gulo (Trianto, 2010) kegiatan
metode pembelajaran inkuiri dimulai
Pada LKS 1, siswa masih ragu-ragu
ketika pertanyaan atau permasalahan
mengajukan pendapatnya untuk
diajukan. Pada penelitian ini, sebelum
menjawab permasalahan yang
pertanyaan atau permasalahan
diberikan karena siswa belum terbiasa
diajukan, guru mengajukan fenomena
dilatih untuk melakukannya. Agar
yang tertera dalam LKS sebagai
siswa dapat menjawab permasalahan,
pemicu permasalahan dan
guru dituntut untuk bisa membimbing
meningkatkan rasa ingin tahu siswa
siswa. Seperti yang dinyatakan oleh
dalam rangka memotivasi siswa untuk
Roestiyah (2001):
terlibat dalam pemecahan
permasalahan tersebut.
Pada pertemuan pertama, guru
memaparkan fenomena mengenai
contoh larutan elektrolit dan
1. Guru mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang
membimbing agar siswa
terdorong mengajukan dugaan
awal.
2. Memberikan kesempatan
kepada siswa mengajukan
gagasan-gagasan meskipun
gagasan tersebut belum tepat.
non-elektrolit, yaitu penggunaan air aki
pada kendaraan bermotor. Dari
Pada LKS 2 permasalahan yang
pengantar tersebut guru mengajukan
diberikan adalah “mengapa terjadi
permasalahan yang terdapat pada LKS
perbedaan nyala lampu dan banyak
1 secara lisan, yaitu “Apakah yang
gelembung gas yang dihasilkan pada
menyebabkan larutan H2SO4 dalam aki
beberapa larutan yang diuji?” Siswa
dapat menghidupkan kendaraan?”
dari kelompok 2 menjawab bahwa
10
“penyebabnya adalah jenis larutannya”
mungkin atas permasalahan yang
sedangkan siswa dari kelompok 6
diajukan oleh guru.
menjawab bahwa “penyebabnya adalah
jenis reaksinya”
Tahap 2. Merumuskan hipotesis.
Menurut Gulo (Trianto,2010), hipotesis
Pada LKS 3 permasalahan yang
adalah jawaban sementara atas
diberikan adalah “mengapa sebagian
pertanyaan atau solusi permasalahan
zat dapat menghasilkan ion sedangkan
yang dapat diuji dengan data. Pada
yang lainnya tidak? Apakah semua zat
tahap ini, untuk memudahkan
yang dapat menghasilkan ion dan
prosesnya, guru membimbing siswa
memiliki sifat dapat menghantarkan
menentukan hipotesis yang relevan
arus listrik? Bagaimana pengaruh jenis
dengan permasalahan yang diberikan.
ikatan dalam menghantarkan arus
Kegiatan siswa pada tahap ini sekaligus
listrik?” Siswa dari kelompok 4
melatih keterampilan berpikir kreatif
menjawab bahwa “tidak semua zat
terutama pada indikator keterampilan
dapat mengion dan tidak semua zat
berpikir orisinil, dimana siswa dilatih
dapat menghantarkan arus listrik”
untuk melahirkan ungkapan baru dan
sedangkan siswa dari kelompok 3
unik didiskusi kelompoknya dalam
menjawab bahwa “jenis ikatan dapat
menetapkan hipotesis dari masalah
mempengaruhi daya hantar listrik”
yang ada dan menuliskan hasil diskusi
mereka pada LKS.
Pada pertemuan keempat ini siswa
mengalami perkembangan yang lebih
Pada pertemuan kedua yang membahas
baik dalam menjawab pertanyaan dari
LKS 1 siswa masih mengalami
permasalahan yang diajukan.
kesulitan dalam merumuskan hipotesis.
Permasalahan yang diberikan juga
Contohnya, siswa pada kelompok 5
sekaligus memberikan ruang bagi siswa
berhipotesis bahwa “ larutan H2SO4
untuk berkreativitas dalam
dapat mengalirkan arus listrik dan
memecahkan masalah dimana siswa
kendaraan dapat berjalan lagi”
mampu memahami masalah dari
sedangkan siswa pada kelompok 1
berbagai sudut pandang berbeda dan
menjawab bahwa “larutan H2SO4 dapat
mengemukakan jawaban-jawaban yang
mengalirkan listrik atau aki tersebut
11
dapat diganti dengan aki jenis lain dan
dapat menghasilkan ion memiliki sifat
kendaraan dapat berjalan lagi”
dapat menghantarkan arus listrik”
Pada pertemuan ketiga, guru
Tahap 3. Mengumpulkan data.
memberikan LKS 2 yang membahas
Hipotesis digunakan untuk menuntun
penyebab perbedaan daya hantar listrik
proses pengumpulan data. Pada tahap
larutan elektrolit kuat, elektrolit lemah,
ini siswa akan mencari tahu kebenaran
dan nonelektrolit. Pada pertemuan ini,
hipotesis yang mereka kemukakan
siswa sudah mulai terampil untuk
melalui percobaan, mengamati gambar
berhipotesis, contohnya siswa
submikroskopik berbagai larutan,
perwakilan kelompok 4 berhipotesis
melengkapi tabel hasil pengamatan,
bahwa “penyebab perbedaan nyala
dan menjawab pertanyaan yang ada
lampu dan banyak gelembung gas
pada LKS, sehingga terjadi proses
adalah perbedaan jenis larutan yang
menuju kesetimbangan antara
diuji” sedangkan siswa pada kelompok
konsep-konsep yang telah dimiliki
2 berhipotesis bahwa “penyebab
siswa dengan konsep-konsep yang baru
perbedaan nyala lampu dan banyak
dipelajari.
gelembung gas adalah adanya ion-ion
yang menghantarkan arus listrik”
Salah satu kegiatan yang dilakukan
pada tahap pengumpulan data ini
Pada pertemuan keempat, guru
adalah melakukan percobaan.
memberikan LKS 3 tentang pengaruh
Percobaan dilakukan pada pertemuan
jenis ikatan senyawa terhadap daya
kedua. Kegiatan ini diharapkan
hantar listrik larutan. Dengan
mampu melatih kemampuan
bimbingan guru dan latihan pada tiap
psikomotor, yaitu keterampilan
pertemuannya, siswa mampu
menyiapkan dan menggunakan alat dan
merumuskan hipotesis dengan baik.
bahan yang akan digunakan dalam
Hampir setiap kelompok dapat
praktikum serta keterampilan
menuliskan hipotesisnya dengan baik,
mengamati perubahan yang terjadi.
contohnya siswa perwakilan kelompok
Pada kegiatan ini terlihat bahwa
3 berhipotesis bahwa “jenis ikatan pada
keterampilan psikomotor siswa masih
suatu senyawa dapat mempengaruhi
terlihat kurang. Hal ini dilihat ketika
daya hantar listrik dan semua zat yang
siswa menggunakan alat percobaan,
12
misalnya dalam menggunakan pipet
siswa berdiskusi dalam kelompoknya
tetes dan gelas ukur, siswa masih
untuk menjawab
kurang memahami bagaimana cara
pertanyaan-pertanyaan yang terdapat
memegang dan menggunakan pipet
pada LKS. Pada LKS 1 setelah
tetes dengan benar dan bagaimana
melengkapi tabel hasil pengamatan,
mengukur volume larutan dengan
siswa dalam setiap kelompok
benar. Namun, antusiasme siswa
berdiskusi dan diarahkan untuk
sangat tinggi selama mengikuti
menjawab pertanyaan-pertanyaan
kegiatan praktikum. Siswa melakukan
terkait informasi dalam tabel tersebut.
praktikum sesuai dengan prosedur
percobaan yang telah dirancang oleh
guru, lalu siswa diminta untuk
mengamati perubahan yang terjadi
serta menuliskan hasil percobaan pada
tabel pengamatan di LKS .
Pertanyaan yang diajukan dalam LKS
adalah pertanyaan yang melatih
kemampuan berpikir kreatif terutama
pada indikator keterampilan berpikir
orisinil. Pada LKS 1 misalnya
“Larutan-larutan yang Anda sebutkan
Pada pertemuan ketiga dan keempat
pada soal nomor 3.a merupakan larutan
siswa tidak melakukan percobaan
elektrolit kuat. Berdasarkan ciri-ciri
namun melakukan pengamatan gambar
pada soal nomor 2.b, jelaskan dengan
submikroskopik berbagai larutan, dan
menggunakan bahasamu sendiri apakah
melengkapi tabel hasil pengamatan
yang dimaksud dengan larutan
yang kemudian digunakan untuk
elektrolit kuat?” Pertanyaan ini
menjawab pertanyaan-pertanyaan pada
bertujuan untuk melatih kemampuan
tahap analisis data.
berpikir orisinil siswa, dimana siswa
dapat melahirkan ungkapan baru dan
Tahap 4. Analisis data.
unik menurut bahasa mereka
Siswa bertanggung jawab menguji
masing-masing.
hipotesis yang telah dirumuskan
dengan menganalisis data yang telah
diperoleh. Pada tahap ini guru
membimbing siswa menganalisis data
hasil percobaan yang telah dilakukan,
Pada tahap ini, guru meminta siswa
untuk menyampaikan hasil analisis data
kelompoknya secara lisan kepada
teman-teman lainnya. Jawaban dari
kelompok 3 untuk pertanyaan pada
13
LKS 1 adalah “Larutan elektrolit kuat
Tahap 5. Menarik kesimpulan.
adalah larutan yang menghasilkan
Langkah penutup dari pembelajaran
banyak gelembung gas dan nyala
inkuiri adalah membuat kesimpulan
lampu yang terang” Ada juga siswa
berdasarkan data yang diperoleh siswa.
perwakilan dari kelompok 6 yang
Pada tahap ini, guru membimbing
menjawab “Larutan elektrolit kuat
siswa dalam membuat kesimpulan
adalah larutan yang memiliki banyak
berdasarkan hasil pengumpulan data
gelembung udara dan nyala lampu
dan analisis data yang telah dilakukan.
yang terang”
Umumnya kemampuan siswa dalam
Pada LKS 2 pertanyaan yang
membuat kesimpulan pada tiap
digunakan untuk melatih keterampilan
pertemuannya cukup baik. Hal ini
berpikir orisnil misalnya “Apakah yang
disebabkan siswa menjalankan dengan
menyebabkan larutan non-elektrolit
baik tahap demi tahap pembelajaran
tidak dapat menghantarkan arus
inkuiri sebelum tahap kesimpulan yang
listrik?” kelompok 1 menjawab “karena
membuat mereka memahami
larutan non-elektrolit tidak
pengetahuan yang diperoleh. Hal ini
menghasilkan gelembung gas”
sesuai dengan pernyataan Gulo
kemudian kelompok 5 menjawab
(Trianto,2010) inkuri merupakan suatu
“larutan non-elektrolit tidak dapat
rangkaian kegiatan belajar yang
menghantarkan arus listrik karena tidak
melibatkan seluruh kemampuan siswa
menghasilkan ion atau di dalam
untuk mencari dan menyelidiki secara
larutannya hanya terdapat molekul”
sistemais, kritis, logis, analitis sehingga
Sedangkan pertanyaan pada LKS 3
mereka dapat merumuskan sendiri
misalnya “Apa perbedaan dari kedua
pengetahuannya dengan penuh percaya
gambar di atas?” kelompok 2
diri. Sebagai contoh, pada LKS 1
menjawab “larutan NaCl menyebabkan
hampir setiap kelompok menuliskan
lampu menyala terang, ion-ionnya
dengan benar untuk kesimpulan nomor
terpisah satu sama lain sedangkan
1, yakni “Larutan non-elektrolit adalah
padatan NaCl lampu tidak menyala dan
larutan yang tidak dapat
ion-ionnya berdekatan”
menghantarkan arus listrik dengan
ciri-ciri tidak dapat menyalakan lampu
dan tidak menghasilkan gelembung
14
gas” Dengan demikian, untuk LKS 2
banyak kesabaran guru dalam
dan 3 siswa dapat menuliskan
membimbing siswa.
kesimpulan dengan baik dan benar.
SIMPULAN DAN SARAN
Pembelajaran dengan menggunakan
model inkuiri terbimbng terbukti
efektif dalam meningkatkan
keterampilan berpikir orisnil.
Tahap-tahap pembelajarannya juga
melatih keterampilan afektif siswa.
Hal ini terlihat dari keantusiasan siswa
dalam mengikuti pembelajaran. Banyak
siswa yang awalnya pasif dalam
kegiatan belajar menjadi aktif.
Keterampilan afektif siswa banyak
ditunjukkan selama kegiatan
pembelajaran, baik dalam bertanya
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan disimpulkan bahwa: (1)
Rata-rata n-Gain keterampilan berpikir
orisinil dengan model pembelajaran
inkuiri terbimbing lebih tinggi dari
pada rata-rata n-Gain keterampilan
berpikir orisinil dengan pembelajaran
konvensional. (2) Model pembelajaran
inkuiri terbimbing pada materi larutan
elektrolit dan non-elektrolit efektif
dalam meningkatkan keterampilan
berpikir orisinil.
kepada guru maupun diskusi dalam
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
kelompok.
dilakukan, disarankan bahwa : (1)
Banyak perkembangan yang siswa
peroleh dengan diterapkannya
pembelajaran inkuiri terbimbing,
namun tidak berarti penerapan
pembelajaran ini tanpa hambatan.
Selama ini, siswa lebih sering
memperoleh konsep secara langsung
dari guru mereka sedangkan pada
pembelajaran inkuiri terbimbing ini
mereka harus menemukan dan
membangun konsep sendiri sehingga
tahap demi tahapan pembelajaran ini
berlangsung lebih lama dan dibutuhkan
Pembelajaran inkuiri terbimbing
hendaknya diterapkan dalam
pembelajaran kimia, terutama pada
materi larutan elektrolit dan
non-elektrolit karena terbukti efektif
dalam meningkatkan keterampilan
berpikir orisinil. (2) Bagi calon
peneliti lain yang juga tertarik untuk
menerapkan pembelajaran inkuiri
terbimbing, hendaknya lebih
mengoptimalkan persiapan yang
diperlukan terutama pada persiapan
perangkat pembelajaran.
15
DAFTAR PUSTAKA
Andalan, M. 2013. Efektivitas Model
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Pada Materi Koloid Dalam
Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Lancar Siswa. Skripsi.
Bandarlampung: FKIP Unila.
Creswell, J.W. 1997. Research Design
Qualitative, Quantitative, And
Mixed Methods Approaches
Second Edition. New Delhi:
Sage Publications.
Fadiawati, N. 2011. Perkembangan
Konsepsi Pembelajaran Tentang
Struktur Atom Dari SMA Hingga
Perguruan Tinggi. Disertasi.
Bandung: SPs-UPI.
King, F.J., Ludwika Godson dan
Faranak Rohani. 2011. Higher
Order Thinking Skills. Center for
Advancement of Learning and
Assessment. (Online)
(http://www.cala.fsu.edu/files/hig
her_order_thinking_skills.pdf)
Munandar, S.C.U. 2008.
Pengembangan Kreativitas Anak
Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Roestiyah. 2001. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana, N. 2005. Metode Statistika
Edisi keenam. Bandung: PT.
Tarsito.
Susiwi, dkk. 2009. Analisis Proses
Sains Siswa SMA pada Model
Pembelajaran Praktikum D-E-H.
Jurnal. Bandung: MIPA UPI.
Tim Penyusun. 2006. Panduan
Penyusunan Kuriulum Tingkat
Satuan Pendidikan Jenjang
Pendidikan Dasar dan
Menengah. Jakarta: BSNP.
Tim Penyusun. 2013a. Standar
Kompetensi Lulusan (SKL),
Kompetensi Inti (KI), Kompetensi
Dasar (KD). Jakarta:
Kemdikbud.
______. 2013b. Rasional Kurikulum
2013. Jakarta: Kemdikbud.
Trianto. 2010. Model Pembelajaran
Terpadu, Konsep, Strategi dan
Implementasinya dalam
Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Jakarta:
Bumi Aksara.
Download