KARAKTER BIOKIMIA TANAMAN KEDELAI YANG BERPERAN DALAM RESISTENSI TERHADAP LALAT BIBIT Ophiomyia phaseoli TRYON Yenny Muliani Program Doktor Ilmu Pertanian Universitas Padjadjaran email : [email protected] Abstrak Kedelai dikenal sebagai sumber protein nabati yang banyak dikonsumsi rakyat di Indonesia. Varietas unggul kedelai memegang peran penting dalam meningkatkan produksi kedelai agar dapat menekan laju impor dari negara lain. Target khusus penelitian yaitu memperoleh varietas kedelai yang tahan terhadap serangan 0.phaseoli untuk menunjang cara Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Metode yang digunakan adalah metode eksperimental menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan pendekatan metode kuantitatif, sedangkan untuk analisis tanaman menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Dari 8 varietas kedelai yang diuji, varietas Mutiara merupakan varietas yang resisten terhadap serangan O. phaseoli, varietas Malika, Wilis, Kaba, Mitani, Bromo, dan Anjasmoro agak tahan dan varietas Groboban sangat rentan terhadap serangan lalat bibit ini. N total yang rendah, kandungan tanin yang tinggi, dan kandungan air yang rendah menentukan ketahanan tanaman kedelai terhadap serangan lalat bibit O. phaseoli. Abstract Soybean is a major botanical protein source and widely consumed by people in Indonesia. Development of soybean varieties has an important role in increasing local soybean production in order to reduce import from other countries. The spesific research target was to obtain resistant soybean varieties to beanfly, which supported the Indonesian Goverment’s Integrated Pest Management (IPM) Program. Experimental methods was applied in the field trial. Descriptive method in qualitative approach was applied in the analyzing the characteristics of the soybean varieties. Eight varieties of soybean were studied, i.e. Malika, Wilis, Kaba, Mitani, Mutiara, Bromo, Anjasmoro and Grobogan. Mutiara was the only resistant variety, Malika, Wilis, Kaba, and mitani, Bromo and Anjasmoro were moderately resistant,. Grobogan was highly susceptible. Low total N content, the high tannin content, and low water content determine the resistance to beanfly attack O. phaseoli. Keywords: Resistance, soybean, beanfly Ophiomyia phaseoli. PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu bahan pangan penting setelah beras dan jagung. Tanaman kedelai dikenal sebagai sumber protein nabati yang murah karena kadar protein yang terkandung dalam biji kedelai lebih dari 40%, rendah kolesterol dan memiliki kandungan gizi yang tinggi serta memiliki unsur-unsur kimia yang dibutuhkan oleh tubuh ( Liu, 2004). Peranan sektor tanaman pangan sebagai penghasil bahan makanan pokok bagi penduduk Indonesia tidak dapat disubstitusi secara penuh oleh sektor lain, kecuali impor CEFARS : Jurnal Agribisnis dan Pengembangan Wilayah Vol. 4 No. 2 Juni 2013 31 pangan. Konsumsi kedelai per kapita pertahun selalu mengalami peningkatan. Tingkat konsumsi rata-rata masyarakat Indonesia adalah 8,12 kg/kapita/tahun (Sudaryanto dan Swastika 2007). Kebutuhan kedelai pada saat inisebesar 2,24 juta ton, sedangkan produksi dalam negeri 1,25 juta ton sehingga kekurangannya harus diimpor (Ditjen Tanaman Pangan, 2006). Impor kedelai terbesar Indonesia pada 2011 berasal dari Amerika Serikat sebesar 1.847.900 ton, Malaysia 120.074 ton, Argentina 73.037 ton, Uruguay 16.825 ton, dan Brazil 13.550 ton. Hingga saat ini Amerika Serikat merupakan produsen kedelai terbesar di dunia, dimana produksinya diserap oleh China sebesar 61,5%, Meksiko 8,74%, Jepang 5,24%, dan Indonesia sebesar 5,11% (BPS, 2011). Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Departemen Pertanian, sejak tahun 2003 telah melakukan pengembangan agribisnis kedelai melalui Program Bangkit Kedelai. Program ini bertujuan untuk membangkitkan gairah petani dalam mengembangkan kedelai melalui upaya peningkatan produktivitas, perluasan areal tanam, kemitraan, dan penelitian. Sejak 15 tahun terakhir pemerintah dalam meningkatkan produksi kedelai melalui Badan Litbang Pertanian telah melepas dan menyediakan 37 varietas unggul kedelai dengan potensi hasil lebih rata-rata 2,0 ton/ha (Balitkabi, 2008). Selain masalah ketersediaan benih kedelai, untuk mendapatkan produksi kedelai yang tinggi, petani dalam budidaya tanaman ini menghadapi kendala gangguan hama (Marwoto, 2007; Pascal et al., 2010). Lalat bibit Agromyza (Ophiomyia) phaseoli (Diptera; Agromyzidae), merupakan salah satu jenis hama yang pertama kali menyerang tanaman kedelai (Marwoto, 2007, Pascal et al., 2010). Kerugian hasil yang diakibatkan oleh serangan lalat bibit ini mencapai kerugian hingga 80% bahkan puso apabila tidak dilakukan pengendalian, hal ini setara dengan presentase kematian tanaman pada suatu areal pertanaman (Marwoto, 2007; Pascal et. al., 2010). Tumbuhan tempat hidup serangga inang mempengaruhi secara langsung kehidupan serangga fitofag, karena itu serangga fitofag akan berpengaruh pada kehidupan serangga entomofag. Dari aspek tanaman sebagai penyedia stimulus, tanaman memegang peranan penting di dalam hubungan antara serangga dan inang. Kriteria tumbuhan inang adalah tumbuhan yang dapat mendukung kehidupan serangga hama. Serangga memerlukan tumbuhan sebagai sumber karbohidrat, lemak, protein, mineral dan vitamin untuk mempertahankan hidup dan meneruskan keturunannya. Sifat kimia tanaman yang CEFARS : Jurnal Agribisnis dan Pengembangan Wilayah Vol. 4 No. 2 Juni 2013 32 mempengaruhi reaksi serangga biasanya berupa zat-zat kimia yang dihasilkan pada proses metabolisme tanaman. Proses metabolisme pada tanaman umumnya menghasilkan substansi yang dapat berfungsi sebagai katalis reaksi, membangun jaringan tanaman dan menyediakan energi. Setiap species atau varietas tumbuhan memiliki kandungan senyawa metabolit primer dan metabolit sekunder dalam kualitas dan kuantitas yang berbeda. Metabolit primer dapat mendukung proses pertumbuhan dan reproduksi tanaman sedangkan metabolit sekunder pada tanaman dapat berfungsi sebagai stimulus bagi serangga. Proses pemilihan tanaman sebagai inang biasanya melibatkan metabolit primer dan metabolit sekunder dari tanaman. Penelitian bertujuan untuk mengetahui, dan menguji kandungan kimia tanaman kedelai yang berpengaruh terhadap populasi dan intensitas serangan lalat bibit O.phaseoli, dan mengungkapkan hubungan karakter biokimia tanaman yang berperan dalam ketahanan terhadap serangan O. phaseoli. METODE PENELITIAN Tahapan penelitian Penelitian dimulai dengan melakukan penelitian lapangan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran pada 2 waktu tanam yang berbeda, yaitu pada bulan April dan bulan Agustus 2011. Penelitian di lapangan menggunakan metode eksperimental (eksperimental Method) dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Terdiri dari 8 perlakuan varietas kedelai dan 3 ulangan. Perlakuan tersebut adalah (A) Kedelai Varietas Malika; (B) Kedelai Varietas Wilis; (C) Kedelai Varietas Kaba; (D) Kedelai Varietas Mitani; (E) Kedelai Varietas Mutiara; (F) Kedelai Varietas Bromo; (G) Kedelai Varietas Anjasmoro; dan (H) Kedelai Varietas Grobogan. Dari hasil penelitian di lapangan diperoleh data tentang tanaman kedelai terpilih, yaitu : (a) Varietas Mutiara merupakan varietas dengan kategori tahan terhadap serangan lalat bibit O. phaseoli, dan (b) Varietas Grobogan merupakan varietas dengan kategori sangat rentan terhadap serangan lalat bibit O. phaseoli. Penelitian dilanjutkan di laboratorium Fakultas Teknologi Pertanian (FTIP), Universitas Padjadjaran untuk menganalisis kandungan kimia tanaman kedelai terpilih, seperti kandungan air, kandungan N total, kandungan tanin dan kandungan serat kasar dari varietas tanaman kedelai yang tahan dan varietas yang sangat rentan. CEFARS : Jurnal Agribisnis dan Pengembangan Wilayah Vol. 4 No. 2 Juni 2013 33 Analisis Data Analisis data untuk mengetahui perbedaan rata-rata populasi lalat bibit, intensitas serangan, dan kandungan kimia tanaman pada varietas yang terpilih atau varietas yang tahan dan varietas yang sangat rentan pada waktu tanam ke-1 dan ke-2, digunakan uji tStudent pada taraf nyata 5 %. HASIL DAN PEMBAHASAN Hubungan Karakter Biokimia Tanaman yang Berperan dalam Ketahanan terhadap Serangan O. phaseoli. Analisis Kandungan N total tanaman Hasil analisis kandungan N total pada tanaman yang tahan maupun tanaman yang rentan, ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1 Kandungan N total Tanaman Kedelai Varietas Mutiara dan Varietas Grobogan Varietas Mutiara Grobogan 1 MST 0.63 0.91 Kandungan N Total Tanaman (%) 2 MST 3 MST 4 MST 0.69 0.79 0.86 0.95 0.95 0.97 5 MST 0.99 1.04 Keterangan: MST = Minggu Setelah Tanam Hasil analisis kadar N total daun menunjukkan bahwa kadar N total pada daun kedelai varietas Mutiara lebih rendah dibandingkan dengan kadar N total pada varietas yang sangat peka yaitu varietas Grobogan yang mengandung N lebih tinggi. Untuk membedakan kandungan N total pada kedua varietas tersebut, dilakukan uji beda seperti disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Uji Beda Rata-Rata Kandungan Nitrogen pada Varietas Mutiara dan Varietas Grobogan. Kandungan N total Mutiara Grobogan Rata-rata 0.79 0.96 Beda 0.17 Uji T - 2.5697* *signifikan Jika kadar N total daun kedelai diketahui, maka kadar protein dapat dihitung dan berbanding lurus dengan nilai kadar N total. Semakin tinggi kadar N total makin tinggi pula kadar proteinnya. Menurut Terster (1977) dalam S.W Indiati, (2004), menyatakan bahwa ketahanan varietas kedelai yang tahan yaitu varietas Mutiara terhadap serangan lalat bibit O. phaseoli dapat disebabkan karena kandungan N total yang lebih rendah. Analisis Kandungan Tanin Pada Tanaman Hasil analisis kandungan tanin pada tanaman yang tahan maupun tanaman yang rentan, ditunjukkan pada Tabel 3. Hasil analisis kandungan tanin menunjukkan bahwa CEFARS : Jurnal Agribisnis dan Pengembangan Wilayah Vol. 4 No. 2 Juni 2013 34 tanin pada daun kedelai varietas Mutiara lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan tanin pada varietas yang sangat peka yaitu varietas Grobogan. Tabel 3 Kandungan Tanin pada Kedelai Varietas Mutiara dan Varietas Grobogan Varietas Mutiara Grobogan 1 MST 0.99 0.22 Kandungan Tanin Pada Tanaman Kedelai (%) 2 MST 3 MST 4 MST 0.85 0.64 0.58 0.21 0.19 0.13 5 MST 0.47 0.03 Untuk membedakan kandungan tanin pada kedua varietas tersebut, dilakukan uji beda seperti disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Uji Beda Rata-Rata Kandungan Tanin pada Varietas Mutiara dan varietas Grobogan. Kandungan Tanin Mutiara Grobogan Rata-rata 0.71 0.18 Beda 0.53 Uji T 5.5131* *signifikan Tanin adalah salah satu senyawa yang terdapat pada tanaman dan sebagian besar terdapat pada golongan legume. Fungsi tanin pada tanaman adalah untuk mempertahankan diri dari serangan herbivora, karena sifat tanin yang larut dalam air dan mengikat protein secara kompleks untuk menimbulkan rasa tidak enak bagi mahluk hidup yang mengkonsumsinya (Waniska, 2000). Hal ini yang menyebabkan varietas Mutiara lebih tahan daripada varietas Grobogan. Menurut (Kebakile, 2008), tanin menyebabkan rasa pahit dan sepat pada makanan. Komponen tanin berperan sebagai pertahanan tanaman terhadap serangga dengan cara menghalangi serangga dalam mencema makanan. Tanin dapat mengganggu serangga dalam mencerna makanan karena tanin akan mengikat protein dalam sistem pencernaan yang diperlukan serangga untuk pertumbuhan sehingga proses penyerapan protein dalam sistem pencernaan menjadi terganggu. Menurut Hopkins dan Hiiner (2004), tanin menekan konsumsi makan, tingkat pertumbuhan dan kemampuan bertahan. Tanin memiliki rasa yang pahit sehingga dapat menyebabkan mekanisme penghambatan makan pada larva dan menyebabkan iritasi pada lambung bila dimakan. Rasa yang pahit menyebabkan larva tidak mau makan sehingga larva akan kelaparan dan akhimya mati. Selain itu tanin bersifat toksik dan menghalangi serangga dalam mencerna makanan karena dapat mengikat protein yang diperlukan larva untuk pertumbuhan. Senyawa bioaktif bersifat toksik yang dikonsumsi larva serangga akan mempengaruhi jumlah dan laju makannya sehingga berakibat pada laju pertumbuhan. Pertumbuhan terganggu disebabkan pakan yang dikonsumsi tidak semuanya digunakan CEFARS : Jurnal Agribisnis dan Pengembangan Wilayah Vol. 4 No. 2 Juni 2013 35 untuk pertumbuhan, tetapi juga digunakan untuk detoksifikasi senyawa toksik (Slansky dan Scriber, 1985 dalam Budiarto, 2000). Varietas mutiara yang mempunyai kadar nitrogen dan kadar air yang rendah, serta kadar tanin tinggi yang menyebabkan varietas ini tahan terhadap serangan lalat bibit O. Phaseoli. Analisis Kandungan Air pada Tanaman Hasil analisis menunjukkan bahwa kandungan air pada varietas Grobogan lebih tinggi daripada kandungan air pada varietas Mutiara. Kandungan air pada tanaman yang tahan maupun tanaman yang rentan ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 5 Kandungan Air pada Kedelai Varietas Mutiara dan Varietas Grobogan Varietas Mutiara Grobogan 1 MST 73.45 85.63 Kandungan Air Tanaman 2 MST 3 MST 75.26 76.35 85.17 85.84 (%) 4 MST 80.06 87.10 5 MST 80.71 89.69 Kandungan air pada kedua varietas tersebut dapat dibedakan dengan uji beda disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Uji Beda Rata-rata Kandungan Air pada Varietas Mutiara dan Varietas Grobogan Kandungan Air Mutiara Grobogan *signifikan Rata-rata 77.17 86.69 Beda 9.52 Uji T - 5.8833* Air merupakan salah satu faktor penting yang menunjang pertumbuhan tanaman, karena air diperlukan oleh tanaman untuk memenuhi kebutuhan biologisnya, antara lain untuk memenuhi transpirasi dalam proses asimilasi untuk pembentukan karbohidrat serta pengangkutan hasil-hasil fotosintesis ke seluruh jaringan tanaman. Rendahnya kadar air akan menyebabkan terhambatnya penyerapan unsur hara. Jika kandungan air dalam jaringan tanaman cukup, maka semua proses yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman akan berjalan dengan baik. Kadar air pada varietas Mutiara berpengaruh terhadap intensitas serangan. Kandungan air pada tanaman kedelai mempengaruhi tingkat intensitas serangan. Semakin tinggi kandungan air pada varietas kedelai, maka intensitas serangan lalat bibit O. phaseoli semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Waniska (2000) bahwa tannin larut dalam air dan menyebabkan rasa pahit, maka apabila semakin tinggi kadar air rasa pahit akan semakin berkurang, sehingga diperlukan tanaman dengan kadar air yang rendah agar rasa pahit masih lebih dominan. CEFARS : Jurnal Agribisnis dan Pengembangan Wilayah Vol. 4 No. 2 Juni 2013 36 Varietas mutiara yang mempunyai kadar nitrogen dan kadar air yang rendah, serta kadar tannin yang tinggi tersebut apakah ketahanannya dibawa gen tahan yang ditunjang dengan faktor morfologis dan kandungan kimia tanaman, perlu dilakukan penelitian oleh ahli pemuliaan tanaman. Selanjutnya perlu juga ada penelitian untuk mengetahui apakah jenis metabolit sekunder tersebut. Analisis Kandungan Serat Kasar Tanaman Serat kasar adalah serat tumbuhan yang tidak larut dalam air dan merupakan bagian dari pangan yang tidak dihidrolisis oleh bahan-bahan kimia, baik asam ataupun basa kuat. Kadar dari serat diketahui berdasarkan perbandingan berat sampel dan kertas saring sebelum pengeringan dengan sesudah dikeringkan (Gravimetri). Hasil analisis kandungan serat tanaman, ditunjukkan pada Tabel 7. Tabel 7 Kandungan Serat Kasar Tanaman Kedelai Varietas Mutiara dan Varietas Grobogan Varietas Mutiara Grobogan 1 MST 6.30 5.94 Kandungan Serat Kasar Tanaman (%) 2 MST 3 MST 4 MST 9.90 16.32 29.40 22.94 23.00 33.56 5 MST 17.02 10.66 Serat kasar terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin. Selulosa dan hemiselulosa merupakan komponen dinding sel tanaman (Tilman, et al., 1986). Hasil analisis kandungan serat kasar tanaman menunjukkan tidak signifikan terhadap kerusakan tanaman, maka dilakukan uji beda nyata antara kadar serat kasar pada masing-masing varietas, seperti ditunjukkan pada Tabel 8. Tabel 8 Uji Beda Rata-Rata Kandungan Serat Kasar pada Varietas Mutiara dan Varietas Grobogan. Kandungan Serat Kasar Mutiara Grobogan Rata-rata 15.79 19.08 Beda 3.29 Uji T - 0.5237ns ns = non signifikan SIMPULAN Kadar air, kadar Nitrogen, dan kadar Tanin berpengaruh terhadap populasi lalat bibit O. phaseoli dan intensitas serangan. Varietas Mutiara memiliki kandungan Nitrogen dan kandungan air yang rendah serta kandungan Tanin yang tinggi dibandingkan dengan tanaman kedelai varietas Grobogan, dan menyebabkan kedelai varietas Mutiara menjadi varietas yang tahan terhadap serangan lalat bibit O. Phaseoli. Perlu kerjasama dengan ahli pemuliaan tanaman, untuk meyakinkan bahwa ketahanan tanaman kedelai dibawakan CEFARS : Jurnal Agribisnis dan Pengembangan Wilayah Vol. 4 No. 2 Juni 2013 37 oleh gen tahan yang ditunjang dengan faktor morfologis dan kandungan kimia tanaman. Penelitian ini perlu dilanjutkan untuk mengetahui jenis metabolit sekunder apa yang terkandung pada tanaman kedelai yang tahan, kemudian mengisolasinya agar diketahui jenis metabolit tersebut. Ucapan Terimakasih Menghaturkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. H. Sadeli Natasasmita, Prof. Dr. Ir. H. Entun Santosa, dan Dr. Danar Dono, Ir. M.Si., sebagai tim pembimbing, juga kepada Rektor Universitas Padjadjaran Prof. Dr. H. Ganjar Kurnia, Ir. DEA, kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran, Prof. Dr. H.Mahfud Arifin, Ir. MS., serta khusus kepada kepada Dirjen Dikti Depdiknas yang telah memberikan program beasiswa BPPS. DAFTAR PUSTAKA Balitkabi. 2008. Deskripsi Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Balai Penelitian tanaman kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Malang. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Produksi Padi, Jagung, Kedelai. Badan Pusat Statistik. Jakarta. Budiarto. 2000. Pengaruh Ekstrak Kulit Jeruk Siem Citrus nobilis L. Terhadap Mortalitas dan Perkembangan Hama Bubuk Beras Sitophylus oryzae. Hopkins & Hiiner .2004. Introduction to Plant Physiology. Third Edition. John Wiley and Sons Inc. Ontario. Kebakile, M.M. 2008. Sorghum Dry Milling Processes and Their Influence on Meal and Porridge Quality. Department of Food Science, Faculty of Natural and Agriculture Science, University of Pretoria, Republik Afrika Selatan. Liu Ke Shun. 2004. Soybeans as Functional Foods and Ingredients. University of Missouri Columbia, Missouri Champaign, Illinois. Copyright Champaign, Illinois. Copyright © 2004 by AOCS Press. Marwoto. 2007. Dukungan Pengendalian Hama Terpadu Dalam Program Bangkit Kedelai. Iptek Tanaman Pangan Vol.2 no.1-2007. Pascal, P. Okwiri Ojwang, Rob Melis, Mwangi S.Githiri, Josephine M Songa, 2010. Genetic Analysis for Resistance to Bean Fly (Ophiomyia phaseoli) and Seed Yield Among Common Bean Genotypes in a Semi and Environment Field Crops Research. Volume 120. Issue 2, 31 January 2011, Pages Sudaryanto, T. Dan D.K.S. Swastika. 2007. Ekonomi Kedelai di Indonesia dalam Kedelai : Teknik, Produksi dan Pengembangan. Puslitbang Tanaman pangan. Bogor. CEFARS : Jurnal Agribisnis dan Pengembangan Wilayah Vol. 4 No. 2 Juni 2013 38 S.W.Indiati. 2004. Penyaringan dan Mekanisme Ketahanan Kacang Hijau MLG-716 Terhadap Hama Thrips. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbiumbian. Malang Tilman, A.D., H. Hartadi, S. Reksodihardjo, S. Prawirokusumo & Lebdosoekojo. 1986. Ilmu Makanan Ternak. Universitas Gadjah Mada Press.Yogjakarta. Waniska, RD. 2000. Structure Phenolic Compound and AntifungalnProtein of Sorghum Caryopses. CEFARS : Jurnal Agribisnis dan Pengembangan Wilayah Vol. 4 No. 2 Juni 2013 39