BABl PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah organisasi tidak dengan sendirinya langsung terbentuk, berjalan dengan seadanya. Sejak awal didirikannya sebuah Organisasi, secara sadar pendiri meletakkan dasar bagi budaya organisasi yang didirikan dan didalain sebuah organisasi atau perusahaan. Kreitner & Kinicki (2005:79) dalam bukunya menyatakan, budaya organisasi sebagai nilai dan keyakinan bersama yang mendasari identitas organisasi. Pendapat ini berasumsi bahwa dalam sebuah organisasi terdapat anggota organisasi yaitu Sumber Daya Manusia (SDM) yang mempunyai nilai dan keyakinan bersama, untuk mencapai tujuan organisasi. Organisasi dapat mencapai sesuatu yang tidak dapat dicapai secara perseorangan. Organisasi mempunyai ciri yang dicerminkan oleh perilakunya yang terarah pada tujuan. Tujuan dan sasaran organisasi dapat dicapai lebih efektif dan efisien melalui tindakan-tindakan individu dan kelompok yang diselenggarakan dengan persetujuan bersama. Dalam sebuah organisasi atau perusahaan, aspek SDM memegang peranan yang sangat penting dan paling dominan karena sebagian besar, manusia yang menentukan tingkat produktivitas perusahaan. Manusia mengolah sumber daya dengan teknologi yang dimiliki untuk menghasilkan nilai lebih bagi perusahaan. Keadaan ini mendorong pihak manajemen organisasi untuk mengupayakan 1 2 penyempumaan berbagai sistem dalam pengelolaan SDM secara luas. Hal tersebut menunjukkan bahwa manajemen SDM merupakan bagian terpenting dalam pengembangan kualitas kerja karjawan dalam sebuah organisasi. Akan tetapi tidak hanya sekadar SDM saja yang dibutuhkan sebuah organisasi melainkan komitmen dari masing-masing anggota organisasi tersebut untuk mencapai tujuan organisasi, seperti apa yang dinyatakan oleh Robbins dan Judge, (2007: 100) komitmen karyawan adalah, "Tingkat sampai mana seorang karyawan memihak sebuah organisasi serta tujuan-tujuan dan keinginannya untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi tersebut". Komitmen pada organisasi yang tinggi dapat diartikan bahwa pemihakan karyawan (loyalitas) pada organisasi yang memperkerjakannya adalah tinggi dan dapat memecahkan permasalahan organisasi yang terjadi. Berdasar apa yang diungkapkan tersebut tidak terlepas dari penerapan budaya organieasi yang sudah dibuat bersama oleh para pendiri perusahaan, Robbins sebagaimana dikutip oleh Sutrisno (20 10) menyatakan bahwa "Budaya organisasi merupakan sistem nilai bersama dalam suatu organisasi yang menentukan tingkatan bagaimana para pegawai atau karyawan melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi. Jika suatu budaya organisasi terlaksana dengan baik maka akan membentuk sebuah kebudayaan yang kuat yang akan menuntun perilaku dan memberi makna pada kegiatan organisasi. Para karyawan akan merasa puas dan memegang teguh komitmennya jika nilai-nilai mereka sesuai dengan nilai-nilai organisasi. Dari budaya kerja karyawanlah, sikap 3 kerja yang baik dapat terwujud sesuai dengan nilai-nilai perusahaan dan dapat mewujudkan tujuan organisasi. Budaya perusahaan merupakan salah satu tantangan dalam upaya pengembangan organsasi atau perusahaan saat ini. Perubahan lingkungan perusahaan baik secara internal maupun ekstemal terus menuntut perusahaan untuk menerapkan budaya perusahaan yang sesuai dengan capaian tujuan perusahaan (Todnem, 2005). Perubahan makin meningkatnya tuntutan publik, untuk mendapatkan produk atau jasa yang terbaik inilah yang menjadi perhitungan tiap organisasi atau perusahaan dan makin banyaknya perusahaanperusahaan pesaing yang dengan cepat akan menguasai pasar ketika sebuah perusahaan yang sudah lama berdiri lengah serta tidak menjalankan manajemen dengan baik, hal ini juga dikarenakan semakin kritisnya pelanggan atau publik baik produk, maupun jasa. Riset budaya perusahaan selama ini dilakuk:m untuk melihat efektifitas penerapan budaya perusahaan; diantaranya pentingnya budaya nasiona! bagi managemen intemasional di Indonesia, utamanya perusahaan-perusahaan swasta (Pagell, Katz, & Sheu, 2005). Riset mengenai implementasi budaya perusahaan pada perusahaan milik pemerintah masih belum banyak dilakukan, mengingat belum optimalnya peran budaya perusahaan dalam perusahaan milik pemerintah (Yoz, 201 0; Putri, 20 12). Budaya perusahaan masih menjadi tantangan tersendiri bagi organisasi atau perusahaan milik Pemerintah yang harus terns memperbaiki sistem manajemen yang digunakan. 4 Perbaikan managemen menuju pelayanan publik yang istimewa telah menjadi salah satu agenda bagi perusahaan pemerintah. Image yang negative mengarah pada minimnya kualitas managemen dan layanan publik dari perusahaan pemerintah. Beberapa artikel mengulas permasalahan dalam BUMN yang merugi (Yoz, 201 0) hingga rencana pembubaran BUMN yang dianggap kurang efektif dalam operasional dan pencapaian tujuannya (Putri, 2012). Hal-hal tersebut merujuk pada kurang optimalnya penerapan budaya perusahaan dan komitmen karyawan yang seharusnya mendukung prosedur pencapaian layanan prima (dalam arti) layanan istimewa (service excellent) pada perusahaan pemerintah. Beberapa review menunjukkan kasus kerugian perusahaan Negara, misalnya PLN yang merugi trilyunan rupiah (Dhany, 2012; Sasmito, 2013), PT. Merpati Nusantara Airlines telah merugi Rp 750 miliar pada 2011, 250 miliar pada kuartal 1-2012, dan 106 miliar pada April2012 (Purwanto D dan Djumena E, 2012); PT. Kertas Leces merugi akibat hanya beroperasi 30 persen karena kekurang&n pasokan gas, kesulitan likuiditas, kekurangan bahan baku, dan beban karyawan yang tak sebanding dengan produksi (RDIISLA/YOZ,2010). Hal ini menunjukkan pentingnya peran budaya perusahaan dan komitmen karyawan sebagai factor dan pelaku utama dalam operasional sebuah perusahaan untuk mencapai keberhasilan perusahaan dan layanan publik yang istimewa. Salah satu jenis perusahaan milik Pemerintah yang memberikan pelayanan publik yang vital bagi masyarakat adalah pelayanan bidang transportasi, baik transportasi darat, laut maupun udara. Pentingnya pemenuhan kebutuhan terhadap transportasi telah memunculkan pcrusahaan swasta yang menyediakan layanan 5 tersebut, misalnya; Perusahaan Otobus, Biro travel, PT. Dharma Lautan Utama sebagai pendukung transportasi kelautan, dan berbagai perusahaan transportasi udara. Jadi dewasa ini penyedia alat dan layanan transportasi tidak dimonopoli oleh salah satu pihak yaitu pemerintah melainkan juga oleh organisasi swasta. Hal ini memberikan altematif bagi masyarakat dalam menggunakan layanan transportasi yang terpercaya dan memiliki layanan yang istimewa. Namun demikian masih terdapat salah satu jenis alat transportasi yang merakyat atau menjadi pilihan utama masyarakat, baik dari kalangan atas sampai dengan kalangan bawah, yakni kereta api (Iriyanto, n.d). Kereta api merupakan salah satu mode transportasi darat dan sebuah transportasi publik jarak jauh dengan menggunakan lokomotif sebagai penggerak utama yang dapat memberikan iayanan lebih cepat dan efisien dibandingkan transportasi darat lainnya. Layanan transportasi darat berupa kereta api selama ini menjadi bidang usaha PT. Kereta Api Indonesia (PT.KAI). Kereta Api memiliki berbagai kelebihan diantaranya bebas dari kemacetan karena memiliki jalur sendiri, serta lebih hemat bahan bakar karena daya muat yang besar dalam satu kali perjalanan. PT. KAI telah melakukan perbaikan-perbaikan dalam meningkatkan layanan istimewa melalui beberapa jenis layanan, antara lain; adanya mesin penjualan tiket kereta api atau Railbox dan Railcard, program Bussiness to Business, pemberlakuan Reservasi tiket KA H-90, kemudahan Internet Reservation, sistem Drive thru, informasi sisa tempat duduk pagi pengguna, pemberlakuan no smoking area di area stasiun maupun di atas kereta, penataan kios di sekitar 6 stasiun kereta api, pemberlakuan Okupansi penumpang 100 %, pemberlakuan sistem boarding, sistem Tap /zy bagi pengguna Telkomsel untuk kemudahan pembayaran, sistem Fuel Management Service, dan sistem Pencegahan Pelanggaran Signal (Garansi) untuk mengurangi tingkat kecelakaan (www.bumn.go.id). Hal ini menunjukkan bahwa PT.KAI berupaya meningkatkan layanan istimewa kepada publik. Selain layanan-layanan tersebut, kualitas kereta api sebagai alat transportasi jarak jauh bergantung pada keberadaan dan kualitas . fasilitas transportasinya, yaitu Lokomotif sebagai piranti utama terlaksananya layanan istimewa PT. KAI. Yoz (2010) menemukan dalam penelitiannya pada BUMN PT. Survei Udara Panas yang merugi karena peralatan yang sudah tua, persaingan industri, dan kualitas SDM terbatas. Maka, perawatan komponen transportasi menjadi penting sebagai pendukung utama kegiatan pengoperasian agar berjalan sesuai yang diharapkan. Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini fokus pada studi kasus Balai Yasa Surabaya Gubeng, sebagai salah satu Divisi yang memiliki peranan penting dalam hal perawatan sarana kereta dan gerbong sebagai baseline pencapaian layanan istimewa. Beberapa penelitian sebelumnya telah focus pada layanan PT.KAI seperti yang disebutkan pada penelitian, bahwa kualitas pelayanan PT. KAI sudah semakin baik dan mendekati kriteria transportasi berkelanjutan terutama pada aspek sosial (Pramyastiwi, Hardjanto, Said 20 14). Penelitian selanjutnya menyatakan bahwa, kereta api merupakan alat transportasi dengan multi keunggulan kompetitif seperti, hemat bahan bakar, energy, rendah polusi, bersifat 7 massal, adaptif, dengan tugas pokok memobilisasi arus penumpang di atas rel (Aminah,2011), sedangkan penelitian pada studi kasus Balai Yasa Surabaya dalam bidang manajemen masih belum dilakukan. Balai Yasa Surabaya Gubeng merupakan pusat perawatan lokomotif di Surabaya yang bertanggung jawab sebagai pemegang kendali perawatan kereta dan gerbong untuk area Daop 8 Surabaya, Daop 7 Madiun serta Daop 9 Jember. Balai Yasa Surabaya Gubeng dipimpin oleh seorang General Manager yang bertanggung jawab kepada Direktur sarana dan prasarana dan harus bertanggung jawab kepada Direktur Utama PT. KAI (Persero). Tugas pokok dari Balai Yasa Surabaya Gubeng adalah, perawatan berkala gerbong perawatan akhir yang dilakukan 4 tahun sekali, perawatan berkala gerbong perawatan akhir yang dilakukan 2 tahun sekali, rehabilitasi seperti malapetaka atau peristiwa luar biasa hebatnya, modiftkasi kereta dan gerbong, perawatan bogie kereta, membuat suku cadang kebutuhan lintas, perawatan fasilitas kereta. Dengan demikian Balai Yasa Surabaya Gubeng harus menjalankan kebijakan PT. KAI (Persero) yang menerapkan sebuah budaya organisasi dengan 5 tata nilai perusahaan, yaitu: Integritas, Profesional, Keselamatan, Inovasi, dan Pelayanan Prima. Nilai Integritas merujuk pada konsistensi perusahaan sesuai dengan nilai-nilai kebijakan organisasi dan kode etik perusahaan. Nilai Profesional menekankan pada kemampuan dan penguasaan pengetahuan yang terkait dengan pekerjaan. Nilai Keselamatan mengarah pada sifat tanpa kompromi dan konsisten dalam menciptakan sistem yang mempunyai potensi risiko yang rendah terhadap 8 terjadinya kecelakaan dan menjaga aset perusahaan dari kemungkinan terjadinya kerugian. Nilai Inovasi merupakan komitmen untuk menumbuhkembangkan gagasan baru yang berkelanjutan dan menciptakan lingkungan kondusif untuk berkreasi sehingga memberikan nilai tambah bagi pemangku kepentingan. Sedangkan Pelayanan Prima merupakan pelayanan terbaik sesuai dengan standar mutu yang memuaskan dan sesuai harapan atau melebihi harapan pelanggan dengan memenuhi 6 A unsur pokok: Ability (Kemampuan), Attitude (Sikap), Appearance (Penampilan), Attention (Perhatian), Action (Tindakan), dan Accountability (Tanggung jawab). Kelima tata nilai perusahaan tersebut juga menjadi landasan bagi Balai Yasa Surabaya Gubeng sebagai Divisi perawatan kereta dan Gerbong, untuk pencapaian layanan istimewa. Beberapa BUMN telah menerapkan iklim kerja yang berorientasi pada etos kerja dan produktivitas yang tinggi melalui pengembangan budaya kerja serta memaksimalkan kompetensi masing-masing karyawan hingga tercipta layanan istimewa, diantaranya: PT. Pertamina (Persero), PT. Semen Indonesia (Persero), PT. Angkasa Pura I (Persero), PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero), PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) (www.bumntrack.co.id). Demikian halnya PT. KAl (Persero) yang telah berhasil memenangkan BUMN Innovation Award (Annual Report PT. KAl, 2013) yang mengevaluasi efektifitas kinerja BUMN. PT. KAI juga meraih penghargaan sebagai "The Best Corporate Innovative Culture & Management", "The best Technology Innovation for Signal Violation Prevention System (GARANS/) Awarded in the SOE Innovation Award 2013 by Ministry of SOE", The Best 9 Product Innovation For Rail Ticket System (RTS) in the SOE Innovation Award 2013, awarded in the SOE Innovation Award 2013 by Ministry ofSOE" (Annual Report, PT. KAI 2013). Dari capaian layanan PT. KAI (persero), menjadi menarik untuk meneliti Balai Yasa Surabaya sebagai penyedia fasilitas utama jasa transportasi kereta api, utamanya peran budaya perusahaan dan komitmen karyawan dalam perawatan lokomotif, sarana kereta dan gerbong sebagai fasilitas utama penunjang layanan istimewa PT.KAI (persero). Penelitian ini menggambarkan penerapan budaya perusahaan, komitmen karyawan dan prosedur pencapaian layanan istimewa, PT. KAI (Persero) melalui divisi Balai Yasa Surabaya Gubeng sebagai salah satu divisi perawatan sarana kereta dan gerbong. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah penelitian ini adalah: Bagaimana peranan budaya organisasi dan komitmen karyawan untuk prosedur pencapaian layanan istimewa (service excellent) pada Balai Yasa Surabaya Gubeng? 10 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : "Mendeskripsikan Budaya organisasi dan komitmen karyawan untuk prosedur pencapaian layanan istimewa (service excellent) pada Balai Yasa Surabaya Gubeng". 1.4 Manfaat Penelitian Harapan yang ingin dicapai adalah penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak antar lain: 1. Manfaat Praktis Arti penting peran Budaya Organisasi dan komitmen diharapkan dapat dielaborasikan Perusahaan untuk pencapaian layanan istimewa (service excellent) perusahaan. 2. Manfaat Teoritis Secara teoritis budaya organsasi, komitmen karyawan dan layanan istimewa (service excellent) dapat digunakan lebih lanjut untuk pengembangan khasanah ilmu pengetahuan, khususnya ilmu perilaku organisasi. 11 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi objek adalah Balai Yasa Surabaya Gubeng, sedangkan yang bertindak sebagai informan adalah General Manager, Manajer, dan Staf Balai Yasa Surabaya Gubeng. Adapun periode penelitian ini akan dilakukan selama satu bulan pada bulan april2015. Tabell.l rencana waktu pelaksanaan penelitian Minggu I Pelaksanaan In Depth Interview Minggukell Pelaksanaan FGD Minggukem Minggu keiV Melakukan Melakukan pengumpulan transkrip data dari data, primer dan hasil data yang sekunder diperoleh