BAB III ANALISIS PETROGRAFI DAN PIMA (Portable Infrared Mineral Analyser) 3.1 Pendahuluan Analisis petrografi dilakukan untuk mengidentifikasi tekstur, mineral penyusun batuan, asosiasi mineral ubahan, tipe, porositas dan intensitas ubahan serta untuk menentukan jenis batuan asal dari conto batuan yang telah mengalami ubahan. Persentase kehadiran mineral ubahan mencirikan intensitas ubahan yang menyatakan kuantitas terukur dari seberapa banyak volume batuan asal yang bereaksi dengan larutan hidrotermal. Batuan yang belum mengalami ubahan hidrotermal mempunyai intensitas ubahan 0%, sedangkan yang seluruhnya sudah mengalami ubahan hidrotermal dan digantikan seluruhnya oleh mineral ubahan, mempunyai intensitas ubahan 100% (Browne, 1991). Ubahan hidrotermal di daerah penelitian memiliki intensitas ubahan yang bervariasi. Berdasarkan hal tersebut maka dikelompokkan intensitas ubahan sebagai berikut : Persentase INTENSITAS UBAHAN 0 – 25 % Lemah 26 – 50 % Sedang 51 – 75 % Kuat 76 – 100 % Sangat Kuat Tabel 3.1 : Intensitas ubahan Pada daerah penelitian dilakukan pengamatan megaskopis pada 3 sumur pemboran dengan kedalaman masing-masing sumur 125m. Pengamatan sayatan petrografi sejumlah 24 sayatan dan analisis PIMA sejumlah 20 sampel. Sayatan petrografi pada sumur 1 (Sb.1) sejumlah 7 sayatan, sumur 2 (Sb.2) 8 sayatan dan sumur 3 12 (Sb.3) 9 sayatan. Kemudian analisis PIMA pada sumur 1 (Sb.1) 5 sampel, sumur 2 (Sb.2) 7 sampel dan sumur 3 (Sb.3) 8 sampel. 3.2 Pengamatan megaskopis. Dalam melakukan pengambilan data, penulis melakukan pengamatan terhadap conto inti bor dan conto batuan permukaan (handspecimen). Pengamatan pada conto inti bor dilakukan pada seluruh interval sumur, dari titik awal hingga titik akhir pengeboran. Dalam studi alterasi, data yang dikumpulkan berupa kehadiran mineral alterasi, penentuan zona alterasi serta tipe mineralisasi. Informasi dari alterasi tersebut didokumentasikan di dalam lembar deskripsi yang nantinya diolah menjadi suatu kolom sintetik data bor. Secara megaskopis, suatu batuan yang mengalami proses ubahan/alterasi dapat dikenali dari perubahan warna batuan, tekstur batuan dan kehadiran mineral alterasi. Pada pengamatan megaskopis mineral-mineral alterasi tertentu biasanya dibedakan dari warna dan teksturnya. Klorit biasanya berwarna hijau dan terkadang terlihat berserabut. Serisit nampak berwarna putih atau hijau dengan kilap yang khas yaitu kilap mutiara dan berupa agregat halus, kekerasan kurang dari 2,5 skala mosh. 13 Gambar 3.1 Contoh core (pada sumur 2) 14 3.3 Analisis Petrografi Setelah melakukan analisis petrografi terhadap 24 sayatan batuan dari 3 sumur pemboran yaitu sumur Sb.1 (7 sayatan), Sb.2 (8 sayatan) dan Sb.3 (9 sayatan) di daerah panasbumi Sembalun (lokasi sumur dapat di lihat pada gambar 3.1). Berdasarkan analisis sayatan maka diperoleh hasil sebagai berikut: 5 sayatan andesit piroksen, 5 sayatan andesit, 12 sayatan basalt dan 2 sayatan aluvial deposit ( hasil analisis sayatan batuan dapat dilihat pada log lithology lampiran A). Gambar 3.2 Lokasi sumur di daerah penelitian (Nasution, 2006) 3.3.1. Andesit Piroksen Sejumlah 5 sayatan andesit piroksen dari sumur Sb.1 (kedalaman 60-70m dan 7080m), pada sumur Sb.2 (kedalaman 10-20m dan 100-110m), pada sumur Sb.3 (kedalaman 60-70m). 15 Sayatan andesit (foto 3.1 dan 3.2), porfiritik, tersusun oleh fenokris plagioklas, hornblenda dan piroksen, berukuran 0,05-1,875 mm, yang tertanam dalam masadasar berupa mikrolit plagioklas, mikrokristalin piroksen dan mineral opak yang berukuran sangat halus. Andesit ini telah terubah, ditandai dengan kehadiran ubahan seperti kuarsa, klorit, kalsit, oksida besi dan mineral opak. Terdapat vesikuler yang terisi oleh klorit. Deskripsi mineral hasil analisis petrografi andesit ini diuraikan sebagai berikut : Plagioklas (55-65%), hadir sebagai fenokris (20-25%) dan masadasar (35-40%). Sebagai fenokris berbentuk prismatik, subhedral, berukuran 0,05-1,25 mm, memperlihatkan kembaran albit dan zoning. Sebagian dari fenokris plagioklas ini telah terubah menjadi kalsit dan klorit. Sebagai masadasar, hadir berupa mikrolitmikrolit plagioklas, yang sebagian telah terubah menjadi kuarsa. Piroksen (20-25%), hadir sebagai fenokris (10-15%) dan mikrokristalin (5-10%). Sebagai fenokris berbentuk prismatik subhedral dan poligonal, berukuran 0,0751,875 mm, tidak berwarna-keruh. Sebagian maupun seluruhnya dari piroksen ini telah terubah menjadi klorit. Hornblenda (3%), hadir seluruhnya sebagai fenokris, berukuran 0,2-0,4 mm. Sebagian maupun seluruhnya dari hornblenda ini telah terubah menjadi klorit. Mineral opak (14-27%), hadir sebagai fenokris (1-5%) dan masadasar (14-22%), berbentuk kubik maupun anhedral, berukuran 0,075-0,0375 mm, tersebar acak dalam batuan. Sebagai masadasar berupa mikrokristalin yang hadir bersama-sama dengan mikrolit plagioklas, mineral opak dan mikrokristalin piroksen, terubah menjadi kuarsa. Pemerian Mineral Ubahan Klorit (4-7%), berwarna hijau, berbentuk serabut yang berukuran sangat halus, hadir sebagai mineral ubahan menggantikan sebagian maupun seluruhnya dari hornblende dan piroksen. Kalsit (3-5%), berupa agregat halus, sebagai mineral ubahan sebagian dari plagioklas. Kuarsa (1-4%), hadir sebagai mineral ubahan menggantikan sebagian masadasar. 16 Oksida besi (2%), berwarna coklat kemerahan, hadir sebagai mineral ubahan menggantikan sebagian dari mineral opak. Mineral lempung (5%), berdasarkan hasil analisis PIMA maka di dapat jenis lempung montmorilonit±halloysite, hadir sebagai mineral ubahan menggantikan sebagian plagioklas. Kesimpulan : Dari adanya mineral ubahan tersebut, andesit ini telah terubah dengan intensitas ubahan lemah (12-18%) dan termasuk dalam zona ubahan kuarsa-klorit-kalsit dan klorit-kalsitmonmorilonit±halloysite. 17 Contoh sayatan andesit piroksen pada foto 3.1 dan foto 3.2. 18 19 3.3.2 Andesit. Sejumlah 5 sayatan andesit dari sumur Sb.1 (kedalaman 40-50m) Sb.3 (kedalaman 50-60m, 80-90m, 90-100m, 100-110m). Sayatan andesit (foto 3.3 dan foto 3.4), porfiritik, hipokristalin, tersusun oleh fenokris plagioklas dan piroksen, yang berukuran 0,05-2 mm, yang tertanam dalam masadasar berupa mikrolit plagioklas yang berukuran sangat halus dan mikrokristalin piroksen dan hornblenda. Andesit ini telah terubah, ditandai dengan kehadiran mineral ubahan seperti kuarsa, klorit, kalsit dan serisit. - Plagioklas (60-63%), hadir sebagai fenokris (20-25%) dan masadasar (35-40%). Sebagai fenokris berbentuk prismatik, subhedral, berukuran 0,05-2 mm, memperlihatkan kembaran albit dan zoning. Sebagian dari fenokris plagioklas ini telah terubah menjadi kuarsa, klorit dan kalsit. Sebagai masadasar, hadir berupa mikrolit-mikrolit plagioklas, yang sebagian telah terubah menjadi klorit dan kalsit. - Hornblenda (2%), hadir seluruhnya sebagai fenokris, berbentuk subhedral, berukuran 0,2-0,6 mm, tidak berwarna-keruh. Sebagian maupun seluruhnya dari hornblenda ini telah terubah menjadi klorit dan kalsit. - Piroksen (10-15%), hadir seluruhnya sebagai fenokris, berbentuk prismatik subhedral dan poligonal, berukuran 0,3-0,4 mm, tidak berwarna-keruh. Sebagian maupun seluruhnya dari piroksen ini telah terubah menjadi kalsit. - Mineral opak (10-23%), hadir sebagai fenokris (1-4%) dan masadasar (1619%) berupa mikrokristalin, berbentuk kubik maupun anhedral, berukuran 0,01-0,03 mm, tersebar acak dalam batuan. Pemerian Mineral Ubahan - Klorit (3-6%), berwarna hijau, berbentuk serabut yang berukuran sangat halus, hadir sebagai mineral ubahan menggantikan sebagian dari plagioklas dan hornblenda. - Kuarsa (2-3%). Hadir sebagai mineral ubahan menggantikan sebagian dari plagioklas. 20 - Kalsit (4-8%) berupa agregat halus, hadir sebagai mineral ubahan menggantikan sebagian dari plagioklas, hornblenda dan piroksen. Pada beberapa sayatan hadir mengisi vein. - Oksida besi (2%), berwarna coklat kemerahan, hadir sebagai mineral ubahan menggantikan sebagian dari mineral opak. - Mineral lempung (5%), berdasarkan hasil analisis PIMA maka di dapat jenis lempung montmorilonit±halloysite, hadir sebagai mineral ubahan menggantikan sebagian plagioklas. Kesimpulan : Dari adanya mineral ubahan tersebut, andesit ini telah terubah dengan intensitas ubahan lemah (12-19%), dan termasuk dalam zona ubahan klorit-kalsit-monmorilonit±halloysite 21 Contoh sayatan andesit pada foto 3.3 dan foto 3.4. 22 23 3.3.3 Basalt. Sejumlah 11 sayatan basalt dari sumur Sb.1 (kedalaman 20-30m, 30-40m, 50-60m, 90100m), Sb.2 (kedalaman 30-40m, 40-50m, 50-60m, 60-70m, 70-80m, 80-90m), Sb.3 (kedalaman: 100-110m, 110-120m). Sayatan basalt, porfiritik, tersusun oleh fenokris plagioklas, piroksen dan olivin, berukuran 0,05-1,5 mm, yang tertanam dalam masadasar berupa mikrolit plagioklas, mikrokristalin piroksen dan mineral opak yang berukuran sangat halus. Basalt ini telah terubah, ditandai dengan kehadiran ubahan seperti klorit, kalsit dan oksida besi. Terdapat vesikuler yang terisi klorit. Plagioklas (55-60%), hadir sebagai fenokris (20-25%) dan masadasar (35-40%). Sebagai fenokris berbentuk prismatik, subhedral, berukuran 0,05-1,5 mm, memperlihatkan zoning. Sebagian dari fenokris plagioklas ini telah terubah menjadi klorit dan kalsit. Sebagai masadasar, hadir berupa mikrolit-mikrolit plagioklas. Piroksen (15-25%), hadir sebagai fenokris (5-10%) dan mikrokristalin (10-20%). Sebagai fenokris berbentuk prismatik subhedral dan poligonal, berukuran 0,051,125 mm, tidak berwarna-keruh. Sebagian maupun seluruhnya dari piroksen ini telah terubah menjadi klorit dan kalsit. Olivin (5-10%), hadir sebagai fenokris (5-10%), berukuran 0,2-0,875 mm. Sebagian telah terubah menjadi idingsit. Mineral opak (15-25%), hadir sebagai fenokris (10-15%) dan masadasar (5-10%), berbentuk kubik maupun anhedral, berukuran 0,01-0,375 mm, tersebar acak dalam batuan. Sebagai masadasar berupa mikrokristalin yang hadir bersama-sama dengan mikrolit plagioklas, mineral opak dan mikrokristalin piroksen. Pemerian Mineral Ubahan Kalsit (3-5%), hadir sebagai agregat halus, hadir sebagai mineral ubahan menggantikan sebagian piroksen dan plagioklas. 24 Klorit (3-6%), berwarna hijau, berbentuk serabut yang berukuran sangat halus, hadir sebagai mineral ubahan menggantikan sebagian maupun seluruhnya piroksen dan plagioklas. Idingsit (2-5%), berwarna coklat, hadir sebagai mineral ubahan yang mengisi retakan di mineral olivin. Oksida besi (2-5%), berwarna coklat kemerahan, hadir sebagai mineral ubahan menggantikan sebagian dari mineral opak. Serisit (3-7%), berupa agregat halus hadir sebagai mineral ubahan sebagian dari plagioklas dan piroksen. Mineral lempung (3-5%), berdasarkan hasil analisis PIMA maka di dapat jenis lempung montmorilonit±halloysite, hadir sebagai mineral ubahan menggantikan sebagian plagioklas. Kesimpulan : Dari adanya mineral ubahan tersebut, basalt ini telah terubah dengan intensitas ubahan lemah (16%) dan termasuk dalam zona ubahan klorit-kalsit-monmorilonit. 25 Contoh sayatan basalt pada foto 3.5 dan foto 3.6. 26 27 3.4 Analisis PIMA ( Portable Infrared Mineral Analyser). Analisa PIMA dilakukan untuk mengidentifikasi jenis mineral lempung maupun mineral-mineral ubahan yang mempunyai gugus ion OH¯ atau hydrous dari conto batuan di daerah penelitian. PIMA merupakan spektometer reflektansi infra merah yang bekerja pada kisaran panjang gelombang dari 1300nm sampai dengan 2500 nm. Teknik yang dipakai PIMA adalah dengan menggunakan inframerah dengan panjang gelombang pendek (Short Wave Infrared = SWIR) dalam kisaran 1300-2500 nm dari sprektrum elektromagnetik kemudian mengukur sumber cahaya dari dalam. Setiap pengukuran membutuhkan waktu 30-60 detik dimaksudkan agar memberikan koleksi yang cepat dari analisa dalam jumlah yang besar. Interpretasi dari sprektal yang dihasilkan bisa dilakukan secara manual dengan memperhatikan posisi-posisi panjang gelombang pada tekukan-tekukan (cekungan) yang tajam atau bisa dengan menggunakan program komputer tertentu seperti PIMAview atau X-SPECTRA. Kelemahan dari alat PIMA ini adalah hanya dapat menganalisis mineral-mineral yang hydrous yaitu mineral-mineral yang memiliki gugus ion OH¯. 28 Gambar 3.3 Contoh grafik PIMA yang menunjukkan karakteristik spektral pada mineral lempung 29