2.2.9 Aliran Informasi Komunikasi Ke Bawah Dan Gaya

advertisement
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Penelitian Sebelumnya (State Of The Art)
Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan beberapa
penelitian yang sebelumnya telah dilakukan. Penelitian sebelumnya akan
memperlihatkan
persamaan
dan
perbedaan
dengan
penelitian
setelahnya.
Berdasarkan judul penelitian “Pengaruh Aliran Informasi Komunikasi Ke Bawah dan
Gaya Kepemimpinan Terhadap Motivasi Karyawan (Studi Survey Departemen
Human Capital, PT. WIJAYA KARYA (Persero) Tbk. Periode Maret – Juni 2015)”
akan dibandingkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dengan judul di atas.
Berikut adalah hasil penelitian sebelumnya yang disajikan dalam bentuk tabel:
Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya (State of The Art)
Nama
Missy Melita
Tahun
2013
Pengaruh Komunikasi Atasan – Bawahan Terhadap Motivasi Kerja
Judul
Karyawan Di PT. 3m Indonesia, Jakarta
Komunikasi Atasan – Bawahan memiliki pengaruh sebesar 22.6%
terhadap Motivasi Kerja, dan sisanya ditentukan oleh faktor lain yang
Hasil Temuan
tidak diketahui. Sedangkan angka persentase korelasi kedua variabel
adalah sebesar 47.5%, yang mengindikasikan bahwa kondisi hubungan
komunikasi atasan – bawahan terhadap motivasi kerja karyawan berada
dalam level posifif dan sedang.
Persamaan penelitian terdahulu dan penelitan sekarang sama – sama berfokus
pada komunikasi atasan – bawahan terhadap motivasi karyawan. Selain itu, metode
yang digunakan juga sama yaitu survey eksplanatif. Sedangkan perbedaan penelitian
sebelumnya hanya menggunakan satu variabel bebas, yaitu komunikasi atasan –
bawahan. Sedangkan untuk penelitian yang akan dilaksanakan menggunakan dua
variabel bebas, yaitu aliran informasi komunikasi ke bawah dan gaya kepemimpinan.
7
8
Nama
Sindu Mahendra
Tahun
2013
Hubungan Komunikasi Vertikal Dengan Motivasi Kerja Karyawan PT.
Judul
United Tracktor, Tbk. Samarinda
Dilihat dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus analisis
korelasi Pearson Product Moment didapatkan hasil sebesar 2,91 yang
artinya tingkat hubungan komunikasi vertikal terhadap motivasi kerja
karyawan dikategorikan tinggi. Ini menunjukan bahwa komunikasi
vertikal di PT. United Tractors, Tbk sangat tinggi karena adanya
komunikasi yang baik. Kemudian hasil uji signifikansi pada thitung
Hasil Temuan
didapatkan hasil sebesar 2,91 dan ttabel 1,685 maka dapat disimpulkan
bahwa adanya hubungan yang signifikan pada komunikasi vertikal
terhadap motivasi kerja karyawan yaitu Ha diterima thitung (2,91) > ttabel
(1,685). Jadi dapat dikatakan bahwa semakin baik komunikasi vertikal
yang dilakukan oleh karyawan maka tingkat motivasi kerja yang
dimiliki karyawan akan menjadi lebih baik. Sebaliknya, karyawan yang
kurang memiliki kemampuan dalam berkomunikasi di dalam kantor
maka tingkat motivasi kerjanya juga akan rendah.
Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan dilaksanakan
adalah mengukur komunikasi ke bawah atau downward communication terhadap
motivasi kerja. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Metode analisis data
yang digunakan adalah model korelasi Pearson Product Moment. Untuk
perbedaanya, penelitian sebelumnya mengukur komunikasi vertikal yang terdiri dari
downward communication dan upward communication. Sedangkan penelitian yang
akan dilaksanakan hanya mengukur downward communication. Sampel penelitian
dalam penelitian ini ada 40 sampel, untuk penelitian yang akan dilaksanakan sampel
hanya 35 sampel.
9
Nama / Tahun
M.L. Voon, M.C. Lo, K.S. Ngui, N.B. Ayob
Tahun
2011
The Influence of Leadership Styles on Employees’ Job Satisfaction in
Judul
Public Sector Organizations in Malaysia
Penelitian ini ingin melihat pengaruh dari gaya kepemimpinan
transaksional dan transformasional. Selain itu ingin melihat hubungan
mana yang kuat dengan kepuasan kerja. Dua ratus eksekutif Malaysia
yang bekerja di sektor publik secara sukarela berpartisipasi dalam
penelitian ini. Dua jenis gaya kepemimpinan, yaitu transaksional dan
Hasil Temuan
transformasional ditemukan memiliki hubungan langsung dengan
kepuasan kerja karyawan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya
kepemimpinan transformasional memiliki hubungan yang lebih kuat
dengan
kepuasan
transformasional
kerja.
dianggap
Ini
berarti
cocok
untuk
bahwa
kepemimpinan
mengelola
organisasi
pemerintah.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilaksanakan adalah
meneliti dengan gaya kepemimpinan dalam sebuah organisasi. Penelitian yang sudah
dilakukan dan yang akan dilakukan sama – sama ingin melihat pengaruh dan
hubungan dari setiap variabel. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian
yang akan dilaksanakan adalah penelitian ini berfokus pada gaya kepemimpinan
terhadap kepuasan kerja, sedangkan penelitian yang akan dilaksanakan berfokus
pada gaya kepemimpinan terhadap motivasi. Selain itu, penelitian ini menggunakan
200 responden sebagai sampel. Untuk penelitian yang akan dilakukan menggunak 35
responden sebagai sampelnya.
Nama / Tahun
R. Gopal & Rima Ghose Chowdhury
Tahun
2014
Judul
Leadership
Styles
And
Employee
Motivation:
An
Empirical
Investigation In A Leading Oil Company In India
Data yang dikumpulkan dari 50 responden dengan kelompok usia, latar
Hasil Temuan
belakang pendidikan, status pekerjaan, jenis kelamin yang berbeda.
Kuesioner berisi berbagai unsur yang berbeda yang diambil dari (a)
10
Nama / Tahun
R. Gopal & Rima Ghose Chowdhury
Kepemimpinan Pengembangan Model, yang dikembangkan oleh Bass
dan Avolio (1994) dan (b) Kerja Skala Motivasi. Instrumen
menggunakan 29 pertanyaan pada gaya kepemimpinan dan 10
pertanyaan tentang Motivasi, pada 5 titik dan 7 titik skala masingmasing. Survey diberikan antara bulan Januari dan Maret 2014.
Peneliti menemukan bahwa gaya kepemimpinan yang dominan adalah
transformasional dan transaksional, dan karyawan cukup termotivasi.
Hasil menunjukkan bahwa faktor gaya kepemimpinan yang berbeda
akan memiliki dampak yang berbeda pada komponen motivasi
karyawan.
Persamaan penelitian yang sudah dilakukan dengan penelitian yang akan
dilakukan adalah sama – sama meneliti apakah adanya pengaruh gaya kepemimpinan
terhadap motivasi kerja karyawan. Metode penelitian yang digunakan kuantitatif.
Selain itu metode analisis data yang digunakan adalah model korelasi Pearson
Product Moment. Sedangkan untuk perbedaan, penelitian sebelumnya menggunakan
metode kuantitatif deskriptif dengan menggunakan random sampling. Untuk
penelitian yang akan dilaksanaan menggunakan metode kuantitatif eksplanatif
dengan nonprobability sampling.
Nama / Tahun
Syamim Binti Hashim
Tahun
2013
Judul
The Impact Of Transactional Leadership Style On Employees’ Job
Satisfaction And How To Sustain The Employees’ Motivation
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menyelidiki dampak dari
gaya kepemimpinan transaksional pada kepuasan kerja karyawan dan
menentukan bagaimana mempertahankan motivasi karyawan. Setelah
Hasil Temuan
menganalisis data, bisa dikatakan bahwa gaya kepemimpinan
transaksional memiliki hubungan positif terhadap kepuasan kerja
karyawan. Imbalan dan manfaat menunjukkan dampak besar pada
kepuasan kerja karyawan dan kinerja karena membantu untuk
memotivasi karyawan untuk bekerja lebih baik. Lebih dari itu,
11
penghargaan dan manfaat juga menunjukkan bahwa faktor – faktor ini
sangat berpengaruh dalam mempertahankan motivasi kerja karyawan.
Persamaan dari penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan
adalah sama – sama mengukur gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja
karyawan. Menggunakan metode kuantitatif. Selain itu penelitian sebelumnya juga
menggunakan dua variabel bebas sama seperti penelitian yang akan dilakukan. Untuk
perbedaannya, penelitian sebelumnya berfokus pada kepemimpinan transaksional.
Untuk penelitian yang akan dilaksanakan, berfokus kepada kepemimpinan
situasional.
2.2
Landasan Teori
2.2.1
Teori Informasi Organisasi
Teori Informasi Organisasi adalah satu cara untuk menjelaskan bagaimana
organisasi membuat informasi yang membigungkan atau ambigu menjadi masuk
akal. Teori informasi organisasi merupakan sudut pandang dari komunikasi yang
menganggap bahwa organisasi sebagai suatu sistem pemrosesan informasi (Rohim,
2009).
Salah satu sumber daya penting dalam organisasi adalah informasi. Dengan
menggunakan teori informasi sebagai dasar, informasi dalam pengertian untuk
mengurangi ketidak pastian. Sebagaimana yang dipakai dalam teori informasi
organisasi, konsep tidak mengacu pada makna, akan tetapi hanya memfokuskan titik
perhatiannya pada banyaknya stimulus atau sinyal (Rohim, 2009).
Teori ini fokus pada proses pengorganisasian anggota organisasi untuk
mengelola informasi dari pada berfokus pada struktur organisasi itu sendiri. Katz dan
Kahn dalam (Pace & Faules, 2010) mengemukakan ada lima jenis informasi yang
biasanya dikomunikasikan dari atasan kepada bawahan :
a. Informasi mengenai bagaimana melakukan pekerjaan.
b. Informasi mengenai pekerjaan yang memerlukan tindakan pada waktu
mendatang.
c. Informasi mengenai kebijakan dan praktik – praktik organisasi.
d. Informasi mengenai teguran atau pujian setiap pekerjaan.
e. Informasi mengenai penyelesaian perselisihan di antara pegawai
mengenai masalah kerja.
12
Teori informasi organisasi memiliki kedudukan penting dalam ilmu
komunikasi, karena menggunakan komunikasi sebagai dasar atau basis bagaimana
mengatur atau mengorganisasi manusia dan memberikan pemikiran rasional dalam
memahami bagaimana manusia berorganisasi. Namun demikian, tugas mengelola
atau memproses informasi tidaklah sekedar bagaimana memperoleh informasi;
bagian tersulit adalah bagaimana memahami informasi dan mendistribusikan
informasi yang diterima itu dalam organisasi.
2.2.2
Teori Gaya Kepemimpinan Situasional
Teori gaya kepemimpinan situasional adalah teori yang paling banyak
dikenal. Teori ini berfokus pada fenomena kepemimpinan di dalam situasi yang unik.
Premis dari pendekatan ini adalah perbedaan situasi membutuhkan gaya
kepemimpinan yang berbeda. Dari cara pandang ini, seorang pemimpin agar efektif
harus mampu menyesuaikan gaya mereka terhadap tuntutan situasi yang berubah –
ubah (Ruliana, 2014).
Teori gaya kepemimpinan situasional menekankan bahwa kepemimpian
terdiri atas dimensi arahan dan dimensi dukungan (Ruliana, 2014). Jadi dalam teori
ini pemimpin harus memberikan arahan dan dukungan kepada bawahan secara tepat
dengan memperhatikan situasi. Dari arahan dan dukungan tersebut, pemimpin harus
mengevaluasi bawahan mereka dan menilai seberapa kompeten dan besar komitmen
bawahan atas pekerjaan yang diberikan.
Ruliana (2014) mengemukakan bahwa teori ini menyediakan empat pilihan
gaya kepemimpinan. Keempat gaya tersebut melibatkan aneka kombinasi dari
perilaku kerja dengan perilaku hubungan. Perilaku kerja meliputi penggunaan
komunikasi satu arah, pendiktean tugas, dan pemberitahuan pada bawahan seputar
hal apa saja yang harus mereka lakukan, kapan, dan bagaimana melakukannya.
Pemimpin yang efektif menggunakan tingkat perilaku kerja yang tinggi pada
sejumlah situasi dan hanya sekedarnya pada situasi lain. Perilaku hubungan meliputi
penggunaan komunikasi dua arah, mendengar, memotivasi, melibatkan pengikut
dalam memberikan dukungan emosional kepada mereka. Perilaku hubungan juga
diberlakukan secara berbeda pada aneka situasi.
13
Gambar 2.1 Model Gaya Kepemimpinan Situasional
Sumber : Pace dan Faules, 2006
Dalam gambar 2.1 tampak model gaya kepemimpinan yang menyerupai
kurva berbentuk lonceng melalui keempat kuadran kepemimpinan. Untuk membuat
penilaian yang cepat, ada empat gaya kepemimpinan situasional yang dikemukakan.
a.
Gaya 1 : Memberitahu (telling). Tugas berat, hubungan lemah. Gaya ini
ditandai oleh komunikasi satu arah; disini pemimpin menentukan
peranan anak-buah dan memberitahu apa, dimana, kapan, dan bagaimana
cara mengerjakan berbagai macam tugas.
b.
Gaya 2 : mempromosikan (selling). Tugas berat, hubungan kuat. Gaya ini
ditandai oleh usaha melalui komunikasi dua arah, meskipun hampir
semua
pengaturan
menyediakan
dilakukan
dukungan
oleh
pemimpin.
sosioemosional
supaya
Pemimpin
juga
anak-buah
turut
bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan.
c.
Gaya 3 : berpartisipasi (participating). Hubungan kuat, tugas ringan.
Gaya ini ditandai oleh pemimpin dan anak buah yang sama – sama
terlibat dalam pembuatan keputusan melalui komunikasi dua arah yang
sebenarnya.
Pemimpin
lebih
banyak
terlibat
dalam
pemberian
kemudahan karena anak buahnya memiliki kemampuan dan pengetahuan
untuk menyelesaikan tugasnya.
d.
Gaya 4 : mewakilkan (delegating). Hubungan lemah, tugas ringan. Gaya
ini ditandai oleh pemimpin yang membiarkan anak-buahnya bertanggung
14
jawab atas keputusan – keputusan mereka. Pemimpin mewakilkan
keputusan kepada anak-buahnya karena mereka mempunyai tingkat
kesiapan yang tinggi, bersedia serta mampu bertanggung jawab untuk
mengatur perilaku mereka sendiri.
2.2.3
Hygiene-Motivator Theory (Teori Kesehatan-Motivator)
Menurut Herzberg dalam (Ruliana, 2014) mencoba menentukan faktor –
faktor apa yang memengaruhi motivasi dalam organisasi. Ia menemukan dua
perangkat kegiatan yang memuaskan kebutuhan manusia, yakni :
a.
Kebutuhan yang berkaitan dengan kepuasan kerja atau disebut juga
motivasi, meliputi prestasi, penghargaan, tanggung jawab, kemajuan atau
promosi, pekerjaan itu sendiri, dan potensi bagi pertumbuhan pribadi.
Bila faktor ini tidak ada di tempat kerja, karyawan akan kekurangan
motivasi, namun tidak berarti tidak puas dengan pekerjaan mereka.
b.
Kebutuhan yang berkaitan dengan ketidakpuasan kerja disebut juga
faktor pemeliharaan (maintenance) atau kesehatan (hygiene), meliputi,
gaji, pengawasan, keamanan kerja, kondisi kerja, administrasi, kebijakan
organisasi, dan hubungan antarpribadi dengan rekan kerja, atasan, dan
bawahan di tempat kerja. Faktor ini berkaitan dengan lingkungan atau
konteks pekerjaan alih – alih dengan pekerjaan itu sendiri. Bila faktor ini
ditanggapi secara positif, karyawan tidak mengalami kepuasan atau
tampak termotivasi; namun apabila faktor – faktor tersebut tidak ada,
karyawan akan merasa tidak puas.
Teori ini ingin menjelaskan untuk memotivasi karyawan dalam suatu
perusahaan terdapat faktor – faktor yang harus diperhatikan. Ketika faktor – faktor
sudah disediakan, akan nampak motivasi dari setiap karyawan. Selain itu, teori ini
juga ingin memberitahukan bahwa ketika karyawan sudah termotivasi, mereka akan
bisa ingin memningkatkan atau mempertahankan motivasi yang sudah ada.
2.2.4
Komunikasi
Komunikasi adalah salah satu dari aktivitas manusia dan suatu topik yang
amat sering diperbincangkan sehingga kata komunikasi itu sendiri memiliki arti
beragam. Komunikasi memiliki variasi definisi dan rujukan yang tidak terhingga
seperti : saling berbicara satu sama lain, televisi, penyebaran informasi, gaya rambut,
15
kritik sastra, dan masih banyak lagi. Hal ini adalah salah satu permasalahan yang
dihadapi oleh para akademis terkait bidang keilmuan komunikasi (Ruliana, 2014).
2.2.4.1 Definisi Komunikasi
Komunikasi atau communication berasal dari bahasa latin “communis”.
Communis atau dalam bahasa Inggrisnya “commun” yang artinya sama. Apabila kita
berkomunikasi (to communicate), ini berarti bahwa kita berada dalam keadaan
berusaha untuk menimbulkan kesamaan (Rohim, 2009). Definisi lain tentang
komunikasi seperti apa yang dikemukakan Moor dalam Ruliana (2014) adalah
penyampaian pengertian antar individu. Dikatakannya semua manusia dilandasi
kapasitas untuk menyampaikan maksut, hasrat, perasaan, pengetahuan, dan
pengalaman dari orang yang satu kepada orang yang lain.
Perlu diperjelas bahwa pandangan kita tentang komunikasi mencakup
komunikasi tatap muka maupun komunikasi dengan menggunakan media. Dengan
demikian, dapat didefinisikan lima istilah kunci dalam perspektif ini : sosial, proses,
simbol, makna, dan lingkungan (Rohim, 2009). Sebagai mana dapat dilihat dalam
gambar berikut :
Lingkungan
Sosial
Simbol
Komunikasi
Makna
Proses
Gambar 2.2 Lima Kunci Komunikasi
Sumber : Rohim, 2009
Dalam definisi di atas dinyatakan bahwa komunikasi adalah proses sosial,
maksutnya adalah komunikasi selalu melibatkan manusia dalam berinteraksi, artinya
komunikasi selalu melibatkan pengirim dan penerima yang memainkan peranan
16
penting dalam proses komunikasi. Komunikasi sebagai proses berarti komunikasi
bersifat terus menerus, berkesinambungan, dan tidak memiliki akhir. Komunikasi
juga dinamis, kompleks, dan senantiasa berubah.
Istilah ketiga yang diasosiasikan dengan definisi komunikasi adalah simbol.
Kata adalah simbol untuk konsep dan benda, misalnya kata kursi merepresentasikan
benda yang kita duduki. Simbol biasanya telah disepakati bersama dalam sebuah
kelompok, tetapi mungkin saja tidak dimengerti kelompok lainnya (Rohim, 2009).
Selain proses dan simbol, makna juga memegang peranan penting dalam
definisi komunikasi. Makna merupakan sesuatu yang di ambil seseorang dari suatu
pesan. Dalam komunikasi, pesan dapat memiliki lebih dari satu makna dan bahkan
berlapis – lapis makna, tanpa berbagi makna kita semua akan mengalami kesulitan
dalam menggunakan bahasa yang sama. Istilah berikutnya adalah lingkungan.
Lingkungan atau environment adalah situasi atau konteks dimana komunikasi terjadi.
Dalam kategori ini terdiri dari beberapa elemen diantaranya waktu, tempat, periode
sejarah, relasi, dan latar belakang budaya komunikator dan komunikan.
2.2.4.2 Tujuan Komunikasi
Menurut Effendy (2007) setiap proses komunikasi yang dilakukan, pasti
memiliki tujuan. Adapun tujuan – tujuan komunikasi adalah sebagai berikut:
1.
Perubahan sikap (to change the attitude)
2.
Perubahan pendapat/opini/pandangan (to change the opinion)
3.
Perubahan perilaku (to change behavior)
4.
Perubahan sosial (to change the society)
Tujuan – tujuan komunikasi tersebut untuk mengarhkan seseorang dalam
berkomunikasi. Melalui komunikasi dapat terlihat jelas maksut dari seseorang dalam
menyampaikan pesan.
2.2.4.3 Fungsi Komunikasi
William L. Gorden yang dikutip Mulyana (2007) mengkategorikan fungsi
komunikasi menjadi empat, yaitu:
1. Sebagai komunikasi sosial
Komunikasi penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi-diri,
kelangsungan hidup, memperoleh kebahagiaan, serta terhindar dari
17
tekanan. Jelas bahwa komunikasi dapat memupuk hubungan dengan orang
lain demi mencapai tujuan bersama.
2. Sebagai komunikasi ekspresif
Komunikasi ekspresif dapat dilakukan sendiri ataupun dalam kelompok.
Komunikasi ini tidak bertujuan untuk mempengaruhi orang lain, namun
dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrumen untuk
menyampaikan perasaan – perasaan (emosi) kita. Perasaan tersebut
terutama dikomunikasikan melalui pesan – pesan non-verbal. Seperti
perasaan sayang, rindu, gembira, sedih, prihatin, takut, marah, dan lain –
lain.
3. Sebagai komunikasi ritual
Suatu komunitas sering melakukan upacara – upacara berlainan sepanjang
tahun dan sepanjang hidup, yang disebut para antropolog sebagai rites of
passage, mulai dari upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun, pertunangan,
pernikahan, hingga upacara kematian. Dalam acara – acara itu orang
mengucapkan kata – kata atau menampilkan perilaku – perilaku tertentu
yang bersifat simbolik.
4. Sebagai komunikasi instrumental
Komunikasi
instrumental
mempunyai
tujuan
umum
yaitu,
menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap, keyakinan,
dan perilaku. Komunikasi yang berfungsi memberitahu atau menerangkan
yang mengandung makna persuasif dalam arti pembicara menginginkan
pendengar mempercayai bahwa informasi yang disampaikannya akurat
dan layak diketahui.
Dapat disimpulkan bahwa fungsi komunikasi berkaitan dengan hal – hal yang
dapat mengubah sikap dan perilaku seseorang.
2.2.5
Komunikasi Organisasi
Definisi komunikasi organisasi menurut Pace & Faules yang dikutip oleh
Rohim (2009) komunikasi organisasi dari dua perspektif yang berbeda. Pertama,
18
perspektif tradisional (fungsional dan objektif), mendefinisikan komunikasi
organisasi sebagai pertunjukkan dan penafsiran pesan diantara unit – unit komunikasi
yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Kedua, perspektif interpretif
(subjektif) memaknai komunikasi organisasi sebagai proses penciptaan makna atas
interaksi yang merupakan organisasi. Atau menurut perspektif ini adalah “perilaku
pengorganisasian” yang terjadi dan bagaimana mereka yang terlibat dalam proses itu
berinteraksi dan memberi makna atas apa yang sedang terjadi.
Jadi, dalam pengertian diatas, komunikasi organisasi dapat dimaknai dari dua
perspektif yang berbeda. Sebagai penafsiran pesan di antara unit – unit dan sebagai
proses penciptaan makna atas interaksi.
Komunikasi organisasi menurut Deddy Mulyana, merupakan komunikasi
terjadi dalam suatu organisasi, bersifat formal dan juga informal, dan berlangsung
dalam jaringan yang lebih besar daripada komunikasi kelompok. Oleh karena itu,
organisasi dapat diartikan sebagai kelompok dari kelompok – kelompok. Komunikasi
organisasi sering melibatkan komunikasi antarpribadi.
Komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur organisasi yakni
komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas, dan komunikasi horisontal. Sedangkan
komunikasi informal tidak bergantung pada struktur organisasi, seperti komunikasi
antar sejawat, juga termasuk selentingan dan gosip.
Menurut Goldhaber dalam (Romli, 2014) mengatakan bahwa “organizational
communications is the process of creating and exchanging messages within a
network of interdependent relationship to cope with environmental uncertainty”.
Jadi, berdasarkan definisi tersebut komunikasi organisasi adalah proses menciptakan
dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan dan diberi batasan sebagai
arus pesan yang sifat hubungannya saling bergantung satu sama lain untuk mengatasi
lingkungan yang tidak pasti atau selalu berubah – ubah.
Ronald Adler dan George pada Understanding Human Communication dalam
(Rohim, 2009) menguraikan masing – masing fungsi dari dua arus komunikasi dalam
organisasi. Petama adalah downward communication. Komunikasi ini berlangsung
ketika orang – orang yang berbeda pada tatanan manajemen mengirimkan pesan
kepada bawahannya. Fungsi arus komunikasi dari atas ke bawah diantaranya
pemberian atau penyampaian instruksi kerja, penjelasan dari pimpinan tentang
mengapa suatu tugas perlu untuk dilaksanakan, penyampaian informasi mengenai
19
peraturan – peraturan yang berlaku dan pemberian motivasi kepada karyawan untuk
bekerja lebih baik.
Sedangkan upward communication terjadi ketika bawahan mengirim pesan
kepada atasannya. Fungsi arus komunikasi dari bawah ke atas ini adalah
penyampaian informasi tentang pekerjaan ataupun tugas yang sudah dilaksanakan,
penyampaian informasi tentang persolan – persoalan pekerjaan ataupun tugas yang
tidak dapat diselesaikan oleh bawahan, penyampaian saran – saran perbaikan dari
bawahan, penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun
pekerjaannya.
2.2.6
Aliran Informasi Organisasi
Arah aliran informasi dalam Organisasi sebagaimana dikemukakan oleh
(Pace & Faules 2010) sebagai berikut :
1.
Komunikasi ke Bawah (Downward Communication)
Komunikasi ke bawah dalam sebuah organisasi berarti bahwa
informasi mengalir dari jabatan berotoritas lebih tinggi kepada mereka
yang berotoritas lebih rendah. Katz dan Kahn dalam (Pace & Faules,
2010) mengemukakan ada lima jenis informasi yang biasanya
dikomunikasikan dari atasan kepada bawahan :
a. Informasi mengenai bagaimana melakukan pekerjaan.
b. Informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan.
c. Informasi mengenai kebijakan dan praktik – praktik organisasi.
d. Informasi mengenai kinerja pegawai atau karyawan.
e. Informasi untuk mengembangkan rasa memeliki tugas (sense of
mission).
Kebanyakan komunikasi ke bawah digunkan untuk menyampaikan pesan –
pesan yang berkenaan dengan tugas – tugas dari pemeliharaan. Pesan – pesan yang
disampaikan juga harus dikerjakan oleh bawahan. Pesan tersebut biasanya
berhubungan dengan pengarahan, tujuan, disiplin, perintah, pertanyaan dan
kebijaksanaan umum.
2.2.7
Gaya Kepemimpinan
Konsep gaya menunjukan bahwa kita berurusan dengan kombinasi bahasa
dan tindakan yang tampaknya menggambarkan suatu pola yang cukup konsisten.
20
Pola bahasan dan tindakan yang bagaimana, yang dapat digunakan seseorang untuk
membantu
orang
lainnya
mencapai
hasil
yang
diinginkan?
Tanpa
mempertimbangkan suatu cara pandang tertentu, beberapa pendekatan yang berbeda
meliputi, (1) mengendalikan atau mengarahkan orang lain, (2) memberi tantangan
atau rangsangan kepada orang lain, (3) menjelaskan atau memberi instruksi kepada
orang lain, (4) mendorong atau mendukung orang lain, (5) memohon atau membujuk
orang lain, (6) melibatkan atau memberdayakan orang lain, dan (7) memberi
ganjaran atau memperkuat orang lain (Pace & Faules, 2013).
Setiap pendekatan untuk membantu orang lain mencapai hasil yang
diinginkan seperti diatas, diterapkan melalui cara khusus dalam berbicara dan
bertindak kepada orang lain. Misalnya dengan mengendalikan, dicapai melalui
bahasan dan tindakan yang melarang atau membatasi apa yang boleh dilakukan
seseorang.
2.2.7.1 Pendekatan Gaya Kepemimpinan
Pendekatan gaya kepemimpinan menekankan pada perilaku seorang
pemimpin. Ia berbeda dengan pendekatan sifat yang menekankan pada karakteristik
pribadi pemimpin, juga berbeda dengan pendekatan keahlian yang menekankan pada
kemampuan administratif pemimpin. Pendekatan gaya kepemimpinan berfokus pada
apa yang benar – benar dilakukan oleh pemimpin dan bagaimana cara mereka
bertindak.
Pendekatan ini menganggap kepemimpinan apa pun selalu menunjukkan dua
perilaku umum yaitu, perilaku kerja dan perilaku hubungan. Perilaku kerja
memfasilitasi tercapainya tujuan. Perilaku hubungan membantu bawahan untuk
merasa nyaman baik dengan diri sendiri, dengan orang lain, maupun dengan situasi
dimana mereka berada. Tujuan untama pendekatan gaya kepemimpinan adalah
menjelaskan bagaimana pemimpinan mengkombinasikan kedua jenis perilaku guna
memengaruhi bawahan dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
2.2.8
Motivasi Karyawan
2.2.8.1 Pengertian Motivasi
Kata motivasi berasal dari kata latin yakni “Motive” yang berarti dorongan,
daya penggerak atau kekuatan yang terdapat dalam diri organism yang menyebabkan
organism itu bertindak atau berbuat. Selanjutnya diserap dalam bahasa inggris
21
motivation yang berarti pemberian motif, penimbulan motif atau hal yang
menimbulkan dorongan atau keadaan yang menimbulkan dorongan (Ruliana, 2014).
Cut Zurnali mengutip pendapat Fremout E. Kast dan James E. Rosenzweig
(1970) yang mendifinisikan motive sebagai “a motive what prompts a person to act
in a certain way or at least develop appropensity for specific behaviour. The urge to
action can tauched off by an external stimulus, or it can be iternally generated in
individual processes.” Motivasi adalah apa yang mendorong seseorang untuk
melakukan sebuah tindakan atau setidaknya mengarahkan manusia ke perilaku
tertentu. Dorongan itu bisa berasal dari faktor luar dan dapat juga lahir dari dalam
diri manusia tersebut (Ruliana, 2014).
Kekuatan motivasi dari sumber daya manusia, sangat dipengaruhi faktor
extrinsic (motivasi yang ditimbulkan oleh “dorongan buatan”), intrinsic (motivasi
yang ditimbulkan dari dalam dirinya) dan lingkungan. Selain itu ada aspek lain yaitu
faktor pemeliharaan budaya dan nilai – nilai yang terkandung dalam organisasi yang
dapat mendorong prestasi kerja yang lebih tinggi. Motivasi extrinsic dalam
realitasnya memiliki daya tahan yang lebih kuat dibandingakan motivasi intrinsic.
Hal ini terjadi karena faktor extrinsic bisa saja justru mengakibatkan daya motivasi
individu berkurang ketika faktor extrinsic tersebut mengecewakan seorang individu
(Ruliana, 2014).
Lingkungan
SUMBER
DAYA
MANUSIA
Yang
dikerjakan
Extrinsic
Kekuatan
Motivasi
Yang
dirasakan
Intrinsic
Lingkungan
Gambar 2.3 Dua Bentuk Dasar Timbulnya Motivasi
Sumber : Ruliana, 2014
22
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik sebuah pemahaman bahwa motif
kerja merupakan daya dorong untuk melakukan sesuatu (kerja). Sedangkan motivasi
kerja merupakan suatu proses atau usaha yang mengarahkan sikap atau perilaku
manusia dalam bekerja untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dalam dirinya
dan tujuan organisasi merupakan indikator dan proses motivasi kerja.
Pencapaian tujuan motivasi kerja sebagaimana diharapkan menghasilkan
efektivitas, produktifitas, dan hasil kerja yang efisien, baik bagi individu yang
bersangkutan maupun bagi organisasi. Sedengkan perbaikan dan penyempurnaan
motivasi kerja selalu merasa tidak puas untuk meningkatkan kerja yang lebih baik,
hal ini dilakukan setelah tujuan tercapai, sehingga dorongan dari kebutuhan dan hasil
kerja di masa yang akan datang akan menimbulkan kinerja yang lebih baik (Ruliana,
2014).
Dunia Pribadi
Wilayah Tindakan
Motif – Motif
Tujuan Pribadi
Manajer
Dunia
Organisatoris
Pekerjaan
Pelaksanaan
Pekerjaan
Gambar 2.4 Hubungan antara Motivasi dengan Pelaksanaan Pekerjaan
Sumber : Ruliana, 2014
Gambar diatas memperlihatkan motif – motif individual (kebutuhan –
kebutuhan pokok, keinginan – keinginan) yang apabila diterjemahkan ke dalam
dunia pribadi menjadi tujuan – tujuan pribadi. Tujuan – tujuan pribadi dalam konteks
organisasi – organisasi dinyatakan dalam bentuk pekerjaan – pekerjaan, posisi –
posisi, kewajiban – kewajiban. Definisi organisatoris tentang perilaku tujuan pribadi
adalah pelaksanaan pekerjaan (job performance). Jadi para manajer mementingkan
23
pelaksanaa pekerjaan, pekerjaan – pekerjaan, tujuan – tujuan pribadi, dan motif –
motif.
2.2.9 Aliran Informasi Komunikasi Ke Bawah Dan Gaya Kepemimpinan
Terhadap Motivasi Karyawan
Berbagai penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa aliran informasi
komunikasi ke bawah mempunyai korelasi dengan motivasi kerja karyawan.
Ditemukan variabel komunikasi ke bawah mempengaruhi motivasi kerja karyawan
berdasarkan jurnal “Pengaruh Komunikasi Atasan-Bawahan Terhadap Motivasi
Kerja Karyawan Di PT. 3m Indonesia, Jakarta” yang ditulis oleh Missy Melita pada
tahun 2013. Dalam hal ini Missy menarik kesimpulan jika komunikasi atasanbawahan merupakan wujud komunikasi, dan terbukti mampu memberikan dampak
yang signifikan terhadap keadaan psikologis bawahan, yang tercermin dari tingkat
motivasi mereka dalam bekerja. Melalui penelitian ini, Melita berusaha untuk
memberikan suatu pemahaman kepada perusahaan tempat peneliti melakukan survey
bahwa komunikasi atasan-bawahan yang terjalin dengan baik, merupakan alat utama
yang membuat bawahan termotivasi untuk bekerja dan berprestasi. Sehingga di masa
depan komunikasi antara atasan dan bawahan bisa lebih ditingkatkan (Melita, 2013).
Berdasarkan penelitian R Gopal & Rima Ghose Chowdhury di India pada
tahun 2014, ditemukan bahwa gaya kepemimpinan yang dominan pada perusahaan
minyak ini adalah transformasional dan transaksional. Dijelaskan lebih lanjut, gaya
kepemimpinan transformasional adalah proses mempengaruhi perubahan dalam
sikap dan asumsi anggota organisasi dan membangun komitmen untuk misi atau
tujuan organisasi. Sedangkan gaya kepemimpinan transaksional didasarkan pada
otoritas birokrasi dan legitimasi di dalam organisasi. Gaya Kepemimpinan
transaksional pada hakekatnya menekankan bahwa seorang pemimpin perlu
menentukan apa yang perlu dilakukan para bawahannya untuk mencapai tujuan
organisasi. Disamping itu, pemimpin transaksional cenderung memfokuskan diri
pada penyelesaian tugas – tugas organisasi. Untuk memotivasi agar bawahan
melakukan
tanggungjawab
mereka,
para
pemimpin
transaksional
sangat
mengandalkan pada sistem pemberian penghargaan dan hukuman kepada
bawahannya. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba memahami bahwa faktor gaya
kepemimpinan yang berbeda akan memiliki dampak yang berbeda pada komponen
motivasi karyawan (Gopal & Chowdhury, 2014).
24
Selanjutnya berdasarkan pernyataan Syamim Binti Hashim dalam jurnal
berjudul “The Impact Of Transactional Leadership Style On Employees’ Job
Satisfaction And How To Sustain The Emploees’ Motivation” menyatakan jikalau
gaya kepemimpinan transaksional memiliki hubungan positif terhadap kepuasan
kerja karyawan. Imbalan dan manfaat menunjukkan dampak besar untuk memotivasi
karyawan untuk bekerja lebih baik (Hashim, 2013).
Berdasarkan penelitian – penelitian sebelumnya, peneliti menyimpulkan
bahwa terdapat hubungan dan pengaruh antara aliran informasi komunikasi ke bawah
dan gaya kepemimpinan terhadap motivasi karyawan. Terbukti pada penelitian –
penelitian sebelumnya komunikasi ke bawah, gaya kepemimpinan, dan motivasi
memiliki indikator – indikator yang dapat di ukur.
2.2.10 Kerangka Pemikiran
X1
Aliran
Informasi
Komunikasi
Ke Bawah
Y
Motivasi
Karyawan
X2
Gaya
Kepemimpinan
1.
X1
Y
X2
2.
X1
Y
X1
Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran
Sumber : Peneliti, 2015
25
Pada kerangka pertama, ingin menjelaskan apakah terdapat pengaruh yang
signifikan antara aliran informasi komunikasi ke bawah terhadap motivasi karyawan,
dan apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara gaya kepemimpinan terhadap
motivasi karyawan. Pada kerangka kedua, ingin menjelaskan apakah terdapat
pengaruh yang signifikan antara aliran informasi komunikasi ke bawah dan gaya
kepemimpinan terhadap motivasi karyawan. Selain itu pada kerangka kedua juga
ingin menjelaskan apakah terdapat hubungan yang signifikan antara aliran informasi
komunikasi ke bawah dan gaya kepemimpinan terhadap motivasi karyawan.
26
Download