27 BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 2.1. Keadaan

advertisement
27
BAB II
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
2.1. Keadaan Geografis
Desa Kedungrejo merupakan salah satu desa dari sepuluh desa di wilayah
pemerintahan Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur.
Kesepuluh desa tersebut meliputi: Desa Sumberberas, Desa Kemendung, Desa
Tembokrejo, Desa Sumbersewu, Desa Blambangan, Desa Tapanrejo, Desa
Wringin Putih, Desa Tambakrejo, Desa Kedungringin, dan Desa Kedungrejo.
Desa Kedungrejo berjarak sekitar sekitar 34 km dari Ibu Kota
Kabupaten/Kotamadya Banyuwangi dan dapat ditempuh selama kurang lebih 1,5
jam dengan menggunakan angkutan umum maupun kendaraan pribadi. Sedangkan
dari Ibu Kota Provinsi Jawa Timur yakni Surabaya berjarak sekitar 257 km
dengan jarak tempuh ± 9 jam. Desa Kedungrejo terdiri dari beberapa dusun yakni:
Dusun Krajan, Dusun Stoplas, Dusun Muncar, Dusun Sampangan, dan Dusun
Kalimati. Secara khusus batas administratif Desa Kedungrejo meliputi :
Sebelah utara berbatasan dengan Desa Tembokrejo
Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kedungringin
Sebelah timur berbatasan dengan Selat Bali
Sebelah barat berbatasan dengan Desa Blambangan
28
Selat Bali sebagai batas timur dari Desa Kedungrejo, menjadikan wilayah
Desa Kedungrejo sebagai daerah dengan potensi perikanan laut terbesar di
Kabupaten Banyuwangi dan Jawa Timur. Perairan selat Bali memiliki luas areal
kurang lebih 960 mil kuadrat dan dengan potensi lestari sumber daya perikanan
sebesar 69.877,10 ton per tahun dimana dari potensi tersebut baru dimanfaatkan
sekitar 45.832,20 ton atau sebesar 65,59% dari potensi lestarinya (Monografi Desa
Kedungrejo, 2010).
Kondisi geografis Desa Kedungrejo dapat dilihat dari tabel di bawah ini:
TABEL 1. KEADAAN GEOGRAFIS DESA KEDUNGREJO
NO
KETERANGAN
1.
Curah Hujan
- Jumlah hari dengan curah hujan
terbanyak
- Banyaknya curah hujan
Suhu Rata-rata
Luas daerah/wilayah
- Lahan Sawah
- Lahan Perikanan Darat
- Lahan Kering
- Lahan Perkebunan
- Lahan Fasilitas Umum
- Lain-lain (lahan tandus, lahan pasir)
2.
3.
JUMLAH
17 hari
371 mm/tahun
27,5° C
7.401.242 ha
3.752.929 ha
740.173 ha
2.781.761 ha
93.923 ha
25.003 ha
7.453 ha
Sumber : Monografi Desa Kedungrejo, 2010
Tabel diatas menunjukkan bahwa luas wilayah Desa Kedungrejo sebagian
besar digunakan sebagai lahan pertanian yaitu sebesar 50,71% dan lahan kering
yang digunakan untuk bangunan sebesar 37,59%. Hal ini menunjukkan bahwa
Desa Kedungrejo selain merupakan daerah sentra perikanan laut juga merupakan
daerah yang berpotensi dalam sektor pertanian. Bentuk wilayahnya keseluruhan
merupakan wilayah datar dan berombak.
29
Pelabuhan dan tempat pelelangan ikan (TPI) berada di Dusun Kalimati.
Berikut adalah tabel mengenai jenis ikan dan hasil tangkapan / produksi per tahun
nelayan di pelabuhan Muncar.
TABEL 2. JENIS IKAN DAN PRODUKSI DI PELABUHAN MUNCAR
TAHUN 2011
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14
Jenis Ikan
Lemuru
Tongkol/cakalang
Tenggiri
Kakap
Layang
Pari
Cumi-Cumi
Ikan Kembung
Tripang
Layur
Kerapu/Sunuk
Udang/Lobster
Ikan Tembang
Hiu
Jumlah
23.597,4 ton/tahun
8.499,9 ton/tahun
2.931
ton/tahun
1.941
ton/tahun
15.120 ton/tahun
1.171
ton/tahun
966
ton/tahun
1.571
ton/tahun
2.198
ton/tahun
2.147
ton/tahun
-
Sumber : Profil Desa Kedungrejo, 2011
Tabel diatas menunjukkan bahwa hasil ikan yang dominan sebagai hasil
tangkapan atau produksi adalah ikan lemuru yang memiliki nilai produksi sebesar
23.597,46 ton/tahun. Ikan layang mempunyai nilai produksi sebesar 15.120 ton,
serta ikan tongkol mempunyai nilai produksi sebesar 8.944 ton. Produksi ikan
lemuru memberikan kontribusi sebesar 23,35% dari total produksi di ikan di Jawa
Timur.
2.2 Penduduk Dan Angka Demografi
Jumlah keseluruhan penduduk di Desa Kedungrejo dari data monografi
Desa Kedungrejo tahun 2010 sebesar 25.995 jiwa, dengan jumlah kepala keluarga
30
sebesar 6.062 kepala keluarga, dan dari jumlah penduduk tersebut sebesar 40,10%
nya adalah laki-laki, dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 2,5 per km2.
Jumlah penduduk Desa Kedungrejo pada tiap-tiap dusun dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
TABEL 3. JUMLAH PENDUDUK DESA KEDUNGREJO PADA TIAP
DUSUN
NO
1.
2.
3.
4.
5.
NAMA DUSUN
Krajan
Stoplas
Muncar
Sampangan
Kalimati
Jumlah
JUMLAH PENDUDUK
10.625 orang
1.108 orang
3.053 orang
2.565 orang
8.644 orang
25.995 orang
Sumber : Monografi Desa Kedungrejo, 2010
Tabel diatas menunjukkan bahwa Dusun Krajan merupakan wilayah
dengan jumlah penduduk terpadat, dikarenakan Dusun Krajan merupakan tempat
keberadaan kantor-kantor pemerintahan yakni kantor Desa Kedungrejo, kantor
Polsek Muncar, kantor PLN, dan Telkom. Letaknya yang cukup strategis sehingga
banyak berdiri pertokoan dan perumahan baik dinas maupun swasta. Dusun
Kalimati dengan kepadatan penduduk sebesar 8.644, terdiri dari wilayah yang
terletak dipesisir pantai.
Penyebaran penduduk Desa Kedungrejo berdasarkan umur dapat dilihat
dalam tabel berikut ini
31
TABEL 4. PENYEBARAN PENDUDUK DESA KEDUNGEJO
BERDASARKAN UMUR
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Usia
0-12 Bulan
1-5 Tahun
0-7 Tahun
7-18 Tahun
18-56 Tahun
>56 Tahun
Jumlah
Jumlah
7.88 orang
1.503 orang
5.843 orang
13.978 orang
3.362 orang
1.971 orang
25. 995 orang
Prosentase Dari
Jumlah Penduduk
2,9 %
5,78 %
22,47%
53,77%
12,93%
7,58 %
100 %
Sumber : Buku Profil Desa Kedungrejo, tahun 2011
Tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah penduduk berusia lanjut yakni 56
tahun keatas di Desa Kedungrejo sebesar 7,58 % lebih rendah jika dibandingkan
jumlah penduduk berusia potensial 7-18 tahun sebesar 53,77 %. Besarnya
penduduk berusia potensial di Desa Kedungrejo merupakan tenaga kerja
pendukung untuk melakukan kegiatan yang menunjang potensi perikanan laut di
wilayah Desa Kedungrejo.
2. 3 Pendidikan Penduduk
Tingkat pendidikan penduduk di Desa Kedungrejo rata-rata adalah
tamatan SD/Sederajat yaitu sebesar 40,13 % dari total jumlah penduduk dan
bahkan masih terdapatnya jumlah penduduk yang mengalami buta huruf 1,25 %.
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar tenaga kerja yang terlibat dalam
sektor perikanan laut dilatar belakangi tingkat pendidikan yang relatif rendah.
Sarana pendididkan di Desa Kedungrejo dapat dikatakan cukup memadai
karena telah tersedianya sekolah-sekolah dari tingkat TK hingga SMP. Sarana ini
meliputi sekolah TK (6 buah) dengan jumlah murid sebanyak 354 orang, SD
Negeri (6 buah) dengan jumlah murid 2.217 orang, Madrasah Ibtidaiyah (2 buah)
32
dengan jumlah murid 387 orang, SD Swasta Islam (1 buah) dengan jumlah murid
366 orang, SD Swasta Katholik (1 buah) dengan jumlah murid 338 orang.
Sedangkan SMP Swasta Umum (1 buah) dengan jumlah murid 58 orang
(Monografi Desa Kedungrejo, 2010).
Jumlah penduduk Desa Kedungrejo berdasarkan tingkat pendidikannya
dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
TABEL 5. JUMLAH PENDUDUK DESA KEDUNGREJO BERDASARKAN
TINGKAT PENDIDIKAN
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Tingkat Pendidikan
Belum sekolah
Tidak tamat Sekolah Dasar
Tamat SD/Sederajat
Tamat SLTP/Sederajat
Tamat SLTA/Sederajat
Tamat Akademi/Sederajat
Tamat Perguruan Tinggi Sederajat
Buta huruf
Jumlah
161 orang
274 orang
8.447 orang
5.646 orang
4.498 orang
368 orang
695 orang
87 orang
Sumber : Profil Desa Kedungrejo, tahun 2011
Tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Desa Kedungrejo
sebagian besar adalah tamatan SD/Sederajat yaitu berjumlaah 8.447 orang atau
sekitar 40,13 %. Apabila bertitik tolak pada aturan pemerintah tahun 1996 tentang
wajib belajar 9 tahun, maka dari segi pendidikan dapat disimpulkan bahwa tingkat
pendidikan masyarakat Desa Kedungrejo masih tergolong rendah. Sedangkan
tamatan SMP/Sederajat (20,60 %) lebih besar dari penduduk tamatan
SMA/Sederajat (11,70%). Penduduk Desa Kedungrejo juga telah mencapai
tamatan akademi/sederajat sebesar 0,27% dan tamatan perguruan tinggi/sederajat
sebesar 0,33 %.
33
2. 4 Mata Pencaharian
Mata pencaharian hidup adalah merupakan suatu faktor utama yang selalu
ada pada sepanjang kehidupan manusia, dan tidak dapat dipisahkan dengan
masalah penduduk itu sendiri. Dapat pula dikatakan bahwa mata pencaharian
hidup adalah merupakan kebutuhan dasar (basic need) bagi manusia dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Komposisi penduduk Desa Kedungrejo berdasarkan mata pencaharian
dapat dilihat pada tabel dibawah ini
TABEL 6. KOMPOSISI PENDUDUK DESA KEDUNGREJO
BERDASARKAN MATA PENCAHARIAN
NO Jenis Mata Pencaharian
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Nelayan
Petani
Pedagang
Pengangkutan
Pengusaha sedang / besar
Pengrajin/Industri kecil
Buruh
- Industri Perikanan
- Bangunan
- Perkebunan
Pegawai Negeri Sipil
ABRI
Pensiunan (Pegneg/ABRI)
Peternak
Jumlah
n
14.267
6.168
337
26
41
78
Jumlah
Persentase(100%)
21,86 %
18,82 %
6,23 %
0,91 %
1,92 %
3,46 %
1.489
244
29
394
68
97
2.934
11,75 %
8,88 %
0,15 %
2,17 %
0,25%
3,31%
15,69%
25.995
100 %
Sumber : Buku Profil Desa Kedungrejo 2011
Mata Pencaharian penduduk sebagai nelayan sebesar 21,86 %, erat
kaitannya dengan potensi perikanan laut di wilayah Desa Kedungrejo. Berhasilnya
kehidupan dibidang perikanan membawa peningkatan taraf hidup bagi para
34
nelayan. Keberhasilan ini merupakan keterkaitan antar pendukungnya, yaitu
manusia (nelayan), tersedianya potensi perikanan laut yang besar, serta teknologi
pendukung aktivitas penangkapan ikan.
Sistem mata pencaharian sebagai nelayan di Desa Kedungrejo, terbagi
dalam kelompok-kelompok nelayan yang berdasarkan kepemilikan modal dan
alat-alat produksi. Kelompok tersebut dalam bahasa masyarakat sekitar dikenal
dengan istilah nelayan juragan dan nelayan buruh atau dalam bahasa lokal
disebut juga sebagai nelayan slerek. Juragan adalah pemilik modal yang berupa
kapal dan perlengkapannya, sedangkan nelayan slerek adalah buruh dengan status
pekerjaannya terikat dengan juragan atau bersifat ngadim (menumpang untuk
sementara waktu). Keterikatan antara juragan dan nelayan slerek yaitu berupa
adanya uang jaminan atau pengikat yang diberikan juragan kepada nelayan slerek
yang berwujud pinjaman uang agar nelayan slerek tetap setia kepada juragannya,
bahkan para nelayan slerek ini tidak berewajiban untuk segera melunasi pinjaman
tersebut. Nelayan juga dibedakan berdasarkan lamanya aktivitas mencari ikan
dilaut, yakni sebutan sebagai nelayan slerek apabila nelayan yang pergi melaut
dan datang kedaratan setiap hari, dan nelayan nggondrong yang melaut hingga
berhari-hari dan biasanya menggunakan perahu yang lebih kecil dari yang
digunakan nelayan slerek.
Hubungan antara juragan dan nelayan slerek seperti tersebut di atas akan
mengakibatkan adanya suatu perbedaan status sosial atau golongan diantara
kelompok nelayan. Nelayan slerek merupakan kelompok yang dominan dalam
masyarakat nelayan Desa Kedungejo yang dicirikan dengan rendahnya pemilikan
35
dan penguasaan faktor produksi serta terbatasnya kemampuan manajerial.
Nelayan slerek yang tergabung dalam satu unit kapal penangkap ikan terdiri dari
45 orang (anak buah kapal). Kapal ini terdiri atas dua buah perahu dimana perahu
yang satu berfungsi untuk menjaring ikan, sedangkan perahu yang lain berfungsi
menampung hasil tangkapan. Industri perikanan laut juga banyak terdapat di Desa
Kedungrejo seperti pengalengan ikan, pemindangan, pengasinan, dan cold storage
(kastorit) dimana industri-industri tersebut relatif banyak menyerap tenaga kerja
yang disebut juga sebagai buruh pabrik.
Penduduk yang berprofesi sebagai petani yaitu sebesar 6.168 orang,
dengan menggarap lahan persawahan yang ditanami antara lain: padi, jagung,
kacang kedelai, dan tanaman lain seperti semangka, tembakau, jeruk, cabe dan
tomat masing-masing menurut musimnya. Penduduk yang berprofesi sebagai
pedagang sebesar 337 orang, dengan barang dagangan yang diperjual-belikan
seperti hasil bumi yaitu beras, jagung, kelapa dan barang kebutuhan rumah tangga
lainnya seperti gula, kopi, garam, dan rempah-rempah. Pasar induk Desa
Kedungrejo terletak berdekatan dengan pasar ikan (sekitar 0,5 km dari tempat
pelelangan Ikan atau TPI). Pasar induk ini beroperasi hampir 24 jam, sedangkan
pasar ikan beroperasi mulai dini hari ketika perahu para nelayan mulai mendarat
dan menurunkan hasil tangkapannya.
2.5 Sistem Kekerabatan
Bangsa Indonesia merupakan bangsa dengan masyarakatnya yang
majemuk, terdiri dari beragam suku bangsa, menganut bermacam-macam agama
dan kepercayaan, serta mempunyai bentuk-bentuk sistem kekerabatan dan
36
keturunan yang berbeda-beda pula. Prinsip keturunan pada masyarakat di Desa
Kedungrejo berdasarkan pada prinsip bilateral atau parental, yaitu hubungan
antara seorang anak dengan saudara-saudara sekandung/sepupu laki-laki maupun
perempuan, diperhitungkan melalui garis ibu (perempuan) maupun garis ayah
(laki-laki). Prinsip bilateral sebenarnya tidak mempunyai akibat selektif karena
bagi tiap individu dalam masyarakat semua kaum kerabat ibu atau ayah (semua
kerabat biologisnya), masuk dalam hubungan kekerabatan (Koentjaraningrat,
1981 :130-131).
Proses hubungan antar personal dalam satu kerabat dapat terjadi karena
adanya hubungan darah serta perkawinan. Hubungan kekerabatan karena
hubungan darah terjadi karena satu individu dengan individu yang lainnya
berhubungan secara langsung dalam satu keluarga inti. Hubungan kekerabatan
yang terjadi karena hubungan perkawinan antara seorang pria dengan wanita
dalam lingkungan kerabat yang berbeda atau bahkan dapat terjadi antara
seseorang dengan orang lainnya yang masih terhitung kerabat dari salah satu
pihak pengantin, sehingga membentuk dan memperluas hubungan kekerabatan
yang telah ada. Sedangkan hubungan kekerabatan karena keturunan adalah
hubungan yang terjadi karena leluhur yang sama.
Suatu Perkawinan akan membentuk keluarga inti (nuclear family) dan
keluarga luas (extended family), pada masyarakat Desa Kedungrejo yang
termasuk dalam keluarga inti adalah: suami, istri dan anak-anak mereka yang
belum menikah. Anak tiri dan anak yang secara resmi diangkat sebagai anak
memiliki hak yang kurang lebih sama dengan anak kandung, sehingga dapat pula
37
dianggap sebagai anggota keluarga dari satu keluarga inti. Keluarga luas adalah
kelompok kekerabatan yang merupakan kesatuan sosial yang sangat erat, terdiri
lebih dari satu keluarga inti.
Prinsip keturunan masyarakat Desa Kedungrejo adalah berdasarkan prinsip
bilateral atau parental, yaitu prinsip keturunannya dihitung melalui pihak laki-laki
dan perempuan.
2.6 Sistem Religi dan Kepercayaan
Kepercayaan adalah penerapan konkrit nilai-nilai yang dimiliki suatu
individu atau masyarakat. Oleh karena itu, orang yang berpegang teguh pada nilainilai yang sama dapat saja berbeda dalam hal bagaimana cara menerapkan nilainilai tersebut, dimana mereka dapat saja memiliki kepercayaan yang berbeda.
Nilai-nilai dan kepercayaan tidak terbatas dalam agama, namun dapat juga
menjadi bagian dari kepercayaan yang non-teologis atau berada di luar bidang
cakupan alam ghaib. Dengan demikian, kepercayaan merupakan proses kejiwaan,
dengan kepercayaan itu masyarakat menangguhkan kemampuan otak dengan cara
menerima jawaban-jawaban yang bersifat non rasional terhadap pertanyaan dasar
kehidupan. Kepercayaan merupakan gejala yang mengambil tempat di dalam alam
pikiran setiap orang dan kepercayaan tersebut paling tidak dalam bentuknya
sebagai manifestasi keagamaan itu sendiri (Erniati, 2003).
Semua manusia sadar akan adanya suatu alam dunia yang tak nampak,
yang ada diluar batas pancainderanya dan batas akalnya. Menurut kepercayaan
manusia dalam banyak kebudayaan di dunia, bahwa dunia gaib di diami oleh
berbagai makhluk dan kekuatan yang tidak dapat dikuasai oleh manusia dengan
38
cara-cara biasa, sehingga hal tersebut ditakuti oleh manusia. Makhluk dan
kekuatan yang menduduki dunia gaib ini dikategorikan sebagai berikut : a) dewadewa yang baik maupun yang jahat, b) makhluk-makhluk halus lainnya seperti
roh leluhur, roh yang baik maupun yang jahat, hantu dsb, c) kekuatan sakti yang
bisa berguna maupun meninggalkan bencana.
Sistem kepercayaan yang terkandung dalam bayangan seseorang akan
wujud dari dunia gaib ialah tentang dewa-dewa, makhluk-makhluk halus,
kekuatan sakti, wujud dunia akhirat, dan terjadinya alam semesta dsb. Dengan
demikian, suatu sistem upacara atau ritual kepercayaan tertentu bisa berupa
konsepsi tentang paham-paham yang hidup, baik yang ada dalam pikiran seorang
manusia maupun berupa konsepsi yang terintegrasi ke dalam dongeng-dongeng
dan aturan-aturan . Dongeng dan aturan ini biasanya dianggap bersifat keramat (
Koentjaraningrat, 1981 :231)
Kepercayaan seperti diuraikan diatas, masih terasa dalam kehidupan
masyarakat Desa Kedungrejo. Mereka percaya adanya roh-roh halus yang
disekitar manusia dan roh-roh tersebut diyakini keberadaannya sebagai roh para
leluhur. Roh halus tersebut ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan
mereka sehingga masyarakat harus berusaha melembutkan hatinya dengan
melaksanakan berbagai upacara. Salah satunya sebuah ritual yang dilaksanakan
setiap malam jum’at legi yang dinamakan sebagai sandingan.
Dukun yang oleh masyarakat dianggap mempunyai kekuatan gaib. serta
memliki peranan yang penting dalam kehidupan keluarga dan masyarakat,
dianggap sebagai perantara untuk berhubungan dengan makhluk halus yaitu
39
keluarga dan masyarakat. Agar roh-roh tersebut tidak menganggu, harus diberikan
penghormatan berupa pembakaran kemenyan. Kepercayaan akan dewa-dewa
terutama bagi para nelayan masih berkembang yakni kepercayaan akan mitologi
penguasa laut, keberadaan penguasa laut ini dipercaya sebagai pelindung nelayan
ketika berada di laut, dan yang memberikan berkah berupa hasil laut yang
melimpah. Para nelayan dan masyarakat disekitar wilayah pantai, ingin membalas
pemberian berkah dan keselamatan dengan mengadakan ritual petik laut.
Latar belakang mitos yang hidup dan berkembang dalam kalangan
masyarakat Desa Kedungrejo, penghayatan agama yang mereka yakini yakni
agama Islam serta ikatan tradisi yang sudah mendarah daging, menampakkan diri
dalam bentuk penghayatan keagamaan yang bersifat campuran antara tradisi lama
dengan agama yang mereka anut atau sinkretisme. Jumlah keseluruhan penduduk
Desa Kedungrejo menurut data monografi Desa Kedungrejo tahun 2010 adalah
sebesar 25.995 jiwa, dimana mayoritas penduduknya memeluk agama Islam.
Jumlah penduduk Desa Kedungrejo berdasarkan agama yang dianut dapat dilihat
dalam tabel berikut :
TABEL 7. JUMLAH PENDUDUK DESA KEDUNGREJO
BERDASARKAN AGAMA YANG DIANUT
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
8.
Agama
Islam
Kristen
Katholik
Hindhu
Budha
Khonghucu
Aliran Kepercayaan lainnya
Jumlah
Jumlah
24.122 orang
482 orang
932 orang
182 orang
179 orang
25.995 orang
Sumber : Monografi Desa Kedungrejo, 2010
40
Tabel diatas menunjukkan bahwa penduduk Desa Kedungrejo
menunjukkan sifat homogenitas, yaitu hampir semua penduduknya beragama
Islam. Penduduk yang menganut agama Islam, menganut agama islam yang sesuai
dengan ajaran Al-Qur’an dan Hadist sesuai dengan rukun Islam dan rukun iman
yakni : syahadat, sholat 5 waktu, puasa, zakat, dan beribadah haji bagi yang
mampu.
Selain agama Islam sebagai agama yang mayoritas dianut oleh masyarakat
sebagai pedoman utama, masyarakat Desa Kedungrejo juga mempercayai dan
menjalankan suatu ritual kepercayaan. Meskipun demikian, bukan berarti mereka
tidak atau kurang taat menjalankan ibadah agama yang dianut yakni agama Islam,
akan tetapi harmoni mereka ditetapkan sejak semula oleh ketaatan mereka kepada
suatu tradisi yang telah diwariskan secara turun-temurun, sehingga akan
menampakkan diri kepada suatu bentuk penghayatan keagamaan yang sifatnya
campuran antara tradisi lama dengan keyakinan agama masyarakat.
Variasi kepercayaan yang dianut masyarakat, menunjukkan bahwa dibalik
kesan yang didapat dari pernyataan bahwa penduduk Desa Kedungrejo adalah
sembilan puluh persen (90%) beragama Islam, sesungguhnya terdapat variasi dari
sistem kepercayaan, nilai dan upacara yang berkaitan dengan suatu struktur sosial
yang oleh Geertz disebut sebagai santri, abangan dan priyayi (Geertz, 1989 :
165). Ritual petik laut ini dilaksanakan oleh masyarakat dengan basic agama
Islam, namun disisi lain mereka masih tetap mempertahankan naluri yang telah
menjadi tradisi yang diwarisi secara turun-temurun.
41
2.7 Organisasi Sosial
Secara yuridis formal, Desa Kedungrejo merupakan salah satu Desa di
wilayah Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi. Terdiri dari 5 dusun, 23
rukun warga (RW) dan 78 rukun tetangga (RT). Sebagai organisasi sosial yang
menjalankan suatu sistem pemerintahan, Desa Kedungrejo menjalankan
pemeritahan secara dinas yang organisasinya bersifat modern.
Berdasarkan struktur pemerintahan, komponen kepemimpinan memegang
peranan penting untuk menggerakkan lembaga tersebut. Kepemimpinan formal di
Desa Kedungrejo, yaitu seseorang yang secara resmi diangkat untuk menjabat
sebagai pemimpin dan merupakan komponen hierarkis dalam suatu organisasi.
Terkait hal ini kepemimpinan Pemerintah Desa dikenal dengan istilah Kepala
Desa (Kades).
Hak dan kewajiban Kepala Desa adalah menjalankan rumah tangga desa,
meliputi penyelenggara dan penanggung jawab utama di bidang pemerintahan
tingkat desa, pembangunan desa dan masyarakat desa dalam rangka pemerintahan
di tingkat desa, urusan pemerintahan umum, termasuk pembinaan ketentraman
dan ketertiban sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta
menumbuhkembangkan jiwa gotong royong masyarakat sebagai pundi utama
pelaksanaan pemerintahan di tingkah desa. Struktur organisasi pemerintahan Desa
Kedungrejo dapat dilihat dalam bagan berikut
42
Bagan 2. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Kedungrejo
BPD
KEPALA DESA
LPMD
SEKRETARIS DESA
KAUR
PEMERIN
TAHAN
KEPALA
DUSUN
KRAJAN
KEPALA
DUSUN
STOPLAS
KAUR
PEMBANG
UNAN
KEPALA
DUSUN
MUNCAR
KAUR
KESRA
KAUR
KEUAN
GAN
KEPALA
DUSUN
SAMPANGAN
KAUR
UMUM
KEPALA
DUSUN
KALIMATI
Bagan diatas menunjukkan bahwa, dalam menjalankan dan melaksanakan
tugasnya Kepala Desa dibantu oleh perangkat desa yaitu Sekretaris Desa dan
Kepala dusun. Sekretaris desa terdiri dari Kepala-kepala urusan (Kaur).
Kepengurusan Badan Pertimbangan Desa (BPD) dijabat langsung oleh Kepala
Desa selaku Ketua Umum, sementara sekretaris BPD dijabat oleh Sekdes.
Disamping dibantu oleh BPD, Kepala Desa juga dibantu oleh Lembaga Pelaksana
Pembangunan
Desa
(LPPD).
Tugasnya
adalah
mengelola
perencanaan
pembangunan, menggerakkan partisipasi aktif dan positif dari masyarakat untuk
melaksanakan pembangunan yang terpadu, mengkoordinasikan pelaksanaan
daripada perencanaan pembangunan fisik dan non fisik antara pemerintah desa
dengan swadaya gotong-royong masyarakat.
Sesuai dengan topografi wilayah Desa Kedungrejo yang merupakan
daerah pesisir, maka sektor perikanan khususnya perikanan laut mendapatkan
perhatian penting dari pemerintah daerah Desa Kedungrejo. Sarana yang
43
disediakan pemerintah untuk menunjang pembangunan perikanan laut diantaranya
Koperasi Perikanan KUD Mino Blambangan, Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan
Pasar ikan.
Peranan KUD Mino Blambangan
KUD Mino Blambangan adalah wadah ekonomi masyarakat nelayan yang
didirikan pada tanggal 20 mei 1975. Jumlah anggota KUD Mino dari tahun 2000
sampai 2008 relatif sama yakni sebesar 7.540 orang. KUD Mino merupakan KUD
dengan kegiatan serba ada yang meliputi pelelangan ikan, perbengkelan,
pengadaan es dan garam, pengadaan BBM, pengadaan sembako, balai pengobatan
dan perkreditan. Dari usaha-usaha tersebut pelelangan ikan memberikan
kontribusi pendapatan yang tertinggi yaitu sebesar 66,55% dari total pendapatan
jasa KUD (Laporan neraca tahunan KUD Mino Blambangan, 2008). Pembinaan
KUD Mino yang dilakukan Pemerintah bertujuan agar KUD Mino mampu
bergerak dan menunjang semua kegiatan nelayan dengan memberikan berbagai
fasilitas, kemudahan-kemudahan serta modal kerja.
Peraturan Daerah Tingkat I Jawa Timur No. 10/1988 menerangkan antara
lain bahwa KUD Mino merupakan penyelenggara dari Tempat Pelelangan Ikan
(TPI) dan semua ikan hasil tangkapan wajib dilelang di TPI. Tujuan utama dari
pelelangan adalah mencari pembeli potensial sebanyak mungkin untuk membeli
ikan hasil tangkapan nelayan pada tingkat harga yang menguntungkan nelayan
tanpa merugikan pembeli, dengan adanya TPI diharapkan struktur pasar akan
mengarah pada persaingan yang lebih kuat antar penjual dan pembeli, tetapi
dalam realisasinya KUD Mino Blambangan belum menerapkan sistem pelelangan
44
yang diharapkan, karena mekanisme transaksi antara nelayan juragan sebagai
penjual dan belantik atau pedagang ikan serta pengusaha pabrik sebagai pembeli
dilaksanakan sendiri diluar pelelangan, dan setelah terjadi kesepakatan maka para
penjual dan pembeli tersebut melaporkan kepihak TPI dan membayarkan
retribusinya.
Petugas lelang hanya menegaskan telah terjadi transaksi karena harga jual
beli telah disepakati sebelumnya. Menurut informasi dari pegawai KUD serta
laporan tahunan KUD Mino blambangan memperlihatkan bahwa kesadaran
pedagang untuk memanfaatkan TPI semakin menurun, ditengah sepinya hasil
tangkapan ikan dalam beberapa tahun terakhir ini membuat para pedangang dan
nelayan menganggap pembayaran retribusi sebagai suatu beban yang berat.
Kepercayaan masyarakat terhadap KUD Mino juga semakin menurun, karena
tidak adanya kontribusi yang nyata dari KUD untuk kesejahteraan nelayan. Kredit
dan dana kesejahteraan yang diberikan KUD kepada nelayan sangatlah kecil dan
tidak mampu menunjang usaha para nelayan. TPI Desa Kedungrejo untuk saat ini
melaksanakan tugas sebagai pencatat hasil transaksi nelayan dan pedagang ikan
tanpa menarik retribusi dari mereka.
KUD Mino Blambangan juga merupakan sebuah lembaga yang menangani
kegiatan adat budaya di wilayah Desa Kedungrejo, yakni berperan sebagai
penanggung jawab dan panitia pelaksana dalam kegiatan petik laut. Setiap
tahunnya untuk melaksanakan kegiatan petik laut, KUD Mino akan menyiapkan
sebuah susunan kepanitiaan yang terdiri dari para pegawai KUD Mino serta
45
nelayan setempat, yang memenuhi kriteria dari segi kemampuan ekonomi dan
sumber daya manusianya.
Download