1 PERILAKU POLITIK WARGA NEGARA DALAM PEMILIHAN

advertisement
1
PERILAKU POLITIK WARGA NEGARA DALAM PEMILIHAN
KEPALA DESA UNTUK MEWUJUDKAN
PEMERINTAHAN YANG BAIK
(GOOD GOVERNANCE)
(Studi Kasus di Desa Gedongjetis Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten)
Skripsi
Oleh
Safaudiyah Purwaningsih
Nim K6404050
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
2
PERILAKU POLITIK WARGA NEGARA DALAM PEMILIHAN
KEPALA DESA UNTUK MEWUJUDKAN
PEMERINTAHAN YANG BAIK
(GOOD GOVERNANCE)
(Studi Kasus di Desa Gedongjetis Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten)
Oleh:
Safaudiyah Purwaningsih
Nim: K6404050
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan
gelar Sarjana Pendidikan Progam Pendidikan Kewarganegaraan Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
ii
3
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Dra. Rusnaini, MSi
Triyanto, H.MHum
NIP. 131 792 060
NIP. 132318 020
iii
4
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang
Tanda tangan
Ketua
: Drs. Machmud AR, S.H, M.Si
Sekertaris
: Winarno, S.Pd, M.Si
Anggota I
: Dra. Rusnaini, M.Si
Anggota II
: Triyanto, S.H, M.Hum
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan
Prof. Dr. M. Furrqon Hidayatullah, MPd
NIP. 131 658 563
iv
5
ABSTRACT
Safaudiyah Purwaningsih. K6404050. CITIZEN’S POLITICAL
BEHAVIOR IN ELECTING THE CHIEF OF VILLAGE TO REALIZE
THE GOOD GOVERNANCE (A Case Study on Village Gedongjetis Sub
district Tulung Regency Klaten). Thesis, Surakarta: Teacher Training and
Education Faculty. Surakarta Sebelas Maret University, January 2009.
The objectives of research are to: (1) describe the citizen’s political
behavior in electing the chief of village as an attempt of realizing the good
governance in Village Gedongjetis Sub district Tulung Regency Klaten, (2) find
out the performance of the chief of village of Village Gedongjetis Sub district
Tulung Regency Klaten whether it has or not met the obligation as the chief of
village and fulfilled the principle of good governance.
This research used a descriptive qualitative method with a single
embedded case study. The data sources employed were informant, place and
event, and document. The sampling technique employed was a purposive
sampling. Techniques of collecting data employed were interview, observation,
and document analysis. In this study, the data validity was derived using data
triangulation technique, and the data analysis technique employed was an
interactive analysis encompassing (1) data collection, (2) data reduction, (3) data
display and (4) conclusion drawing. The research procedure includes the
following steps: (1) preparation, data collection, (3) data analysis and (4) research
report writing.
From the result of research, it can be concluded that: (1) citizen’s behavior
in electing the chief of village in Village Gedongjetis Sub district Tulung Regency
Klaten is different from that of other citizens in electing the chief of village. In
order to realize the good governance, the citizens give wholeheartedly support to
one candidate of village chief having the good personality not to the candidate
giving much money during their recruiting. Such behavior is affected by many
factors such as figure identification, political party identification and campaign
issue. (2) The strong support from the citizens in the chief of village election has
not been able to establish a village chief’ good performance; this is because the
position and material can change someone. With both morale and material
supports from the citizen, the citizens expect that the government system existing
in village Gondangjetis can be better by the realization of promised work
program, the realization of good governance principles, and the implementation of
chief of village’s task and authority. The principles of good governance that have
been undertaken include: participation, consensus orientation, and responsiveness;
while the principles that have not been undertaken by the village Gedongjetis’s
chief of village include: law enforcement, transparency, justice, effectiveness,
accountability, and strategic vision. Thus, the citizens’ expectation to change the
government system into the good governance has not been realized.
v
6
MOTTO
Tiap-tiap kalian adalah pemimpin dan tiap-tiap dari pemimpin akan
dimintai pertanggungjawabannya.
(Hadist Al-Bukhori)
vi
7
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan kepada:
1. Allah Swt, Yang Maha Sempurna
2. Bapak dan Ibu tercinta
3. Adik tersayang
4. Teman-teman
Pendidikan
Kewarganegaraan angkatan 2004
5. Almamater UNS
vii
8
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah Swt karena atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Penyusunan skripsi ini
bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak memperoleh dorongan,
bantuan, serta bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini
disampaikan ucapan terimakasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret yang telah memberikan ijin menyusun skripsi ini.
2. Bapak Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah
menyetujui permohonan penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Ketua Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan yang telah
memberikan pengarahan dan ijin penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Dra. Rusnaini, M.Si; Pembimbing I yang dengan sabar telah
memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat
terselesaaikan.
5. Bapak Triyanto, SH. M.Hum; Pembimbing II yang telah pula memberikan
bimbingan dan pengarahan sehingga memperlancar penyusunan skripsi
ini.
6. Bapak Winarno, SPd. M.Si; Pembimbing Akademis yang telah memberi
bimbingan kepada penulis.
7. Bapak Kepala Desa Gedongjetis yang telah memberikan tempat penelitian
dan informasi yang dibutuhkan penulis.
8. Bapak-bapak perangkat desa Gedongjetis yang telah memberikan data dan
informasi sehingga penelitian berjalan lancar.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penelitian ini.
Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari
Allah Swt.
viii
9
Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
apabila
pembaca
menemukan kekurangan
dan
keganjilan,
maka
demi
kesempurnaannya penulis kritik dan saran yang bersifat membangun.
Akhirnya mudah-mudahan skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat
bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya serta bagi perkembangan
ilmu pengetahuan.
Surakarta,
Januari 2009
Penulis
ix
10
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .. ................................................................................. i
HALAMAN PENGAJUAN.. ........................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... .iv
ABSTRAK .................................................................................................. v
HALAMAN MOTTO .................................................................................. vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………….
vii
KATA PENGANTAR ………………………………………………….
viii
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
DAFTAR TABEL ……………………………………………………….
xiii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………
xiv
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………
xv
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………..1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Perumusan Masalah .................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 7
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI…………………………………………… ..... 9
A. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 9
1. Perilaku Politik Warga Negara .............................................. 9
2. Pemilihan Kepala Desa ……………………………............... 17
3. Good Governance …………………………………... ............ 20
B. Kerangka Berpikir……………………………………….............. 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.……………...…………………. 28
A. Lokasi dan Waktu Penelitian………………………… 28
1. Lokasi Penelitian……………………………………28
2. Waktu Penelitian……………………………………28
x
11
B. Bentuk dan Strategi Penelitian………………………… 29
1. Bentuk Penelitian………………………………….. 29
2. Strategi Penelitian………………………………….. 30
C. Sumber Data…………………………………………… 30
1. Nara Sumber atau Informan……………………….. 30
2. Tempat dan Peristiwa……………………………… 31
3. Dokumen……………………………………………31
D. Teknik Sampling……………………………………... 32
E. Teknik Pengumpulan Data…………………………… 33
1. Observasi………………………………………… 33
2. Wawancara……………………………………….. 34
3. Analisis Dokunen………………………………… 34
F. Validitas Data………………………………………… 35
G. Analisis Data……………………………………………36
1. Pengumpulan Data………………………………… 36
2. Reduksi Data……………………………………… 36
3. Sajian Data………………………............................. 36
4. Penarikan Kesimpulan…………………………… 36
H. Prosedur Penelitian…………………………………… 37
1. Tahap Pra Lapangan……………………………… 37
2. Tahap Penelitian Lapangan ……………………… 37
3. Tahap Analisis Data……………………………… 38
4. Tahap Penulisan Laporan………………………… 38
BAB IV HASIL PENELITIAN…………………………………………
39
A. Deskripsi Lokasi Penelitian……………………… 39
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian………….. 39
2. Birokrasi Pemerintahan Desa Gedongjetis…… 42
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian………………. 44
1. Perilaku Politik Warga Negara dalam Pilkade… 44
2. Kinerja Kepala Desa Desa Gedongjetis……… 57
xi
12
C. Temuan Studi…………………………………….. 65
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN…………………. 67
A. Kesimpulan…………………………………… 67
B. Implikasi……………………………………… 68
C. Saran………………………………………….. 70
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
13
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Waktu dan Kegiatan Penelitian...................................................
28
Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa Gedongjetis Menurut Jenis Kelamin......
39
Tabel 3. Jumlah Penduduk Desa Gedongjetis Menurut Agama.................
39
Tabel 4. Jumlah Penduduk Desa Gedongjetis Menurut Usia.....................
40
Tabel 5 Jumlah Penduduk Desa Gedongjetis Menurut Tingkat
Pendidikan .................................................................................
40
Tabel 6. Penggunaan Hak Suara Pemilih..................................................
44
Tabel 7. Daftar Calon Kepala Desa Desa Gedongjetis,
Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten Tahun 2007....................
46
Tabel 8. Juru kampanye masing-masing calon kepala desa......................
53
Tabel 9. Perolehan Suara pada Pemilihan Kepala Desa Desa Gedongjetis,
Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten Tahun 2007 ...................
56
Tabel 10.Warga yang mendapat BLT.......................................................
60
xiii
14
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka Berpikir………............................................. ...........
27
Gambar 2. Analisis Data Model Interaktif...................................... ...........
37
Gambar 3.Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Gedongjetis,
Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten.......................................
xiv
43
15
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Pedoman Wawancara............................................................
73
Lampiran 2. Petikan Hasil Wawancara................................. ....................
76
Lampiran 3. Trianggulasi Data I........................................... ...................
95
Lampiran 4. Trianggulasi Data II..............................................................
96
Lampiran 5. Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 2 Tahun 2007
Tentang Tata Cara Pencalonan, Pemilihan, Pengangkatan,
Pelantikan dan pemberhentian Kepala Desa ....... .................
97
Lampiran 6. Naskah Kesepakatan Bersama Calon Kepala Desa, Panitia dan
Team Sukses Calon Kepala Desa pada Pelakades Pilkades
di Desa Gedongjetis Kecamatan Tulung……………….. .....
109
Lampiran 7. Foto Hasil Observasi ………………………….....................
111
Lampiran 8. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi Ke
dekan FKIP UNS...................................................................
114
Lampiran 9. Surat Keputusan Dekan FKIP UNS tentang
Ijin Penyusunan Skripsi / Makal……………. ....................
115
Lampiran 10. Surat Permohonan Ijin Research / Try Out
Kepada rektor UNS........................ ............... ...................
116
Lampiran 11. Surat Permohonan Ijin Penelitian Kepada Kepala Desa
Gedongjetis Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten............
117
Lampiran 12. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Dari Kepala Desa Gedongjetis ..........................................
xv
118
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hampir semua negara di dunia sekarang ini menamakan dirinya sebagai
negara demokrasi, termasuk negara Indonesia. Secara sederhana demokrasi berarti
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Di dalam negara
demokrasi
terdapat
pemerintahan
yang
demokratis.
Pemerintahan
yang
demokratis yaitu pemerintahan yang menekankan pentingnya membangun proses
pengambilan keputusan publik yang sensitif terhadap suara-suara komunitas.
Artinya, proses pengambilan keputusan yang bersifat hirarkis berubah menjadi
pengambilan keputusan dengan andil seluruh individu, kelompok atau organisasi
yang memiliki kepentingan terlibat atau dipengaruhi (secara positif maupun
negatif) oleh kegiatan atau pembangunan. Untuk itu, diperlukan adanya hubungan
langsung antara pemerintah dan warga negara, dimana hubungan warga negara
dan pemerintah berupa peran (role) yang bersifat aktif, pasif, positif dan negatif
dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara yang merupakan
manifestasi dari negara yang menganut demokrasi dan sekaligus akan sangat
menentukan dalam perkembangan negara yang demokratis.
Di Indonesia demokrasi diwujudkan dengan pelaksanaan pemilu. Dalam
UU No.10 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
dijelaskan pemilihan umum adalah sarana kedaulatan rakyat yang dilaksanakan
secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Pemilu sebagai perwujudan demokrasi memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Melaksanakan kedaulatan rakyat
2. Sebagai perwujudan hak asasi politik rakyat
3. Untuk memilih wakil-wakil rakyat
4. Melaksanakan pergantian personil pemerintahan secara damai, aman dan tertib
5. Menjamin kesinambungan pembangunan nasional. (Winarno, 2004 : 17)
1
2
Pemilu seharusnya menjadi sarana rakyat untuk memanifestasikan
kekuasaannya. Oleh karena itu, kualitas pemilu dan sistem politik yang
mencerminkan besarnya akses politik masyarakat menjadi suatu tolok ukur yang
penting untuk melihat demokrasi lebih khusus lagi pada sistem pemilu yang
mengatur sistem pemilihan, perangkat peraturan dan distribusi hasil pemilu serta
transparansi.
Pada hakekatnya setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban sebagai
warga negara. Hak dan kewajiban warga negara terdapat diberbagai bidang
kehidupan berbangsa dan bernegara antara lain dalam bidang politik, hukum,
ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan. Dalam UUD 1945 pada pasal
27 ayat (1) menyatakan, “segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam
hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu
dengan tidak ada kecualinya”. Di mana dalam pasal 27 ayat (1) ini mengandung
arti bahwa kedudukan dalam pemerintahan termasuk hak politik. Dengan
demikian setiap warga negara mempunyai hak dibidang politik dan mempunyai
kewajiban untuk mendukung terselenggaranya suatu pemerintahan yang baik.
Selain itu pada pasal 28 menyatakan,”kemerdekaan berserikat dan
berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya
ditetapkan dengan Undang-Undang”. Dengan demikian pada pasal 28
mengandung arti bahwa setiap warga negara dijamin oleh negara untuk
berpartisipasi di berbagai bidang kehidupan berbangsa dan bernegara. Jadi hakhak politik waga negara Indonesia yang dijamin oleh UUD 1945 antara lain hak
membentuk dan memasuki organisasi politik ataupun organisasi masyarakat yang
dalam waktu tertentu melibatkan diri kedalam aktivitas politik, hak untuk
berkumpul yang berkaitan dengan politik, hak untuk menyatakan pandangan atau
pemikiran tentang politik, hak untuk menduduki jabatan politik dan pemerintahan
dan hak memilih di dalam Pemilu.
Hak politik tersebut tidak diberikan kepada semua warga negara. Ada
beberapa persyaratan untuk dapat menggunakan hak politik, seperti umur
(dewasa), tempat tinggal, bebas dari tindakan kriminal dan sebagainya. Oleh
karena itu, hak politik diciptakan melalui hukum dan diberikan kepada orang yang
3
memenuhi persyaratan tertentu. Dengan demikian setiap warga negara yang telah
memenuhi persyaratan sebagaimana yang telah ditetapkan oleh peraturan
perundang-undangan dapat menggunakan hak politiknya.
Salah satu hak warga negara dibidang politik telah diimplementasikan dalam
pemilu. Pemilihan kepala desa merupakan salah satu perwujudan demokrasi di
tingkat daerah atau lokal. Menurut Peraturan Bupati Klaten Nomor 2 Tahun 2007
pasal 1 ayat (12), pemilihan kepala desa adalah proses pengisian jabatan kepala
desa yang kosong melalui pemilihan langsung oleh penduduk desa yang
memenuhi syarat mulai dari tahap pencalonan sampai dengan pelantikan calon
kepala desa terpilih sebagai kepala desa. Jadi pemilihan kepala desa adalah proses
pengisian jabatan Kepala Desa yang kosong dimana tata caranya dalam Peraturan
Bupati Klaten Nomor 2 Tahun 2007. Pemilihan kepala desa bukanlah hal yang
sederhana, terutama bagi calon Kepala Desa atau pemimpin. Pada saat pemilihan
kepala desa calon pemimpin membutuhkan suara para pemilih agar bisa
mewujudkan keinginannya. Untuk itu, mereka harus memahami pemilih mereka.
Tanpa pemahaman ini mereka tidak akan diterima oleh masyarakat, artinya
mereka gagal untuk menyelenggarakan tujuan untuk berkiprah di pemerintahan.
Jadi, calon pemimpin harus berusaha memahami pemilih mereka. Calon
pemimpin atau calon kepala desa harus mengetahui sejumlah hal tentang pemilih,
terutama yang menyangkut perilaku pemilih sebagai konsumen politik. Perilaku
pemilih sebagai bagian perilaku politik. Yang dimaksud dengan perilaku politik
adalah perilaku yang dilakukan oleh insan/individu atau kelompok guna
memenuhi hak dan kewajibannya sebagai insan politik (www.wikipedia.org.id.,15
Mei 2008), misalnya melakukan pemilihan untuk memilih wakil rakyat atau
pemimpin.
Pemilihan kepala desa dilaksanakan di setiap Kabupaten. Misalnya, pada
tanggal 29 April 2007 di Kabupaten Klaten dilaksanakan pemilihan kepala desa
untuk gelombang yang pertama yang diikuti 292 desa dari 391 desa (www. Blog.
Ridho.net, 7 Juni 2008). Sebagian besar dari desa-desa yang melaksanakan
pemilihan kepala desa diwarnai dengan praktik politik uang dengan tujuan untuk
mendapatkan dukungan. Praktik politik uang sudah merupakan tradisi setiap
4
dilaksanakan pemilihan kepala desa, misalnya yang terjadi di Jombang praktik
politik uang untuk menarik simpati dan dukungan dari masyarakat dilakukan oleh
calon kepala desa hampir terjadi disemua desa. Calon kepala desa membagikan
uang ataupun bahan kebutuhan pokok kepada masyarakat dengan nominal yang
bervariasi (www. Radio Komunitas Suara Warga. Com, 22 Juni 2008). Berdasar
penelitian yang dilakukan oleh Suharti (2005) yang berjudul “Hubungan sikap
terhadap money politics dengan partisipasi politik dalam pemilihan kepala desa di
Margoyoso Pati” menunjukkan bahwa seringnya ada praktik politik uang pada
saat pemilihan kepala desa terdapat hubungan yang negatif dan signifikan dengan
partisipasi politik. Berdasar penelitian tersebut membuktikan bahwa di setiap
pemilihan kepala desa selalu diwarnai oleh prakek politik uang.
Praktik politik uang sudah menjadi tradisi bagi kalangan politisi (anggota
DPR, DPRD, dan DPD). Berdasarkan wacana yang ada di masyarakat biasanya,
warga akan menentukan pilihan pada calon kepala desa yang memberi uang yang
paling banyak. Praktik politik uang dalam pemilihan Kepala Desa juga terjadi di
Desa Gedongjetis Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten, tetapi yang menang
dalam pemilihan tersebut justru yang tidak menggunakan uang untuk mendapat
dukungan (berdasarkan informasi dari masyarakat setempat).
Peraturan Bupati Klaten No.2 Tahun 2007 pasal 15 ayat (4) menyatakan
bahwa Calon dilarang memberikan dan atau menjanjikan akan memberikan
sesuatu, baik langsung maupun tidak langsung. Dengan nama atas dalih apapun
dalam usaha untuk memenangkan dirinya dalam pemilihan kepala desa, kecuali
hidangan makanan dan minuman yang disajikan di tempat tinggal calon sebagai
jamuan bagi tamu yang datang.
Namun masyarakat Desa Gedongjetis cenderung untuk memilih seseorang
yang memiliki kepribadian yang baik dan memiliki karisma untuk menjadi
pemimpin mereka. Masyarakat membutuhkan pemimpin yang memiliki visi dan
dapat dipercaya, yang dapat menunjukkan kepada mereka apa realitas yang ada
dan memberikan inspirasi dan komitmen menuju perubahan yang lebih baik.
Masyarakat melakukan dukungan baik moril maupun materiil, misalnya
mempersiapkan segala keperluan calon kepala desa. Calon kepala desa tidak
5
menyiapkan hidangan bagi tamu yang datang tetapi semua hidangan disiapkan
oleh warga. Dukungan yang diberikan kepada calon kepala desa yang dilakukan
oleh masyarakat Desa Gedongjetis merupakan bentuk perilaku politik agar
tercipta satu pemerintahan yang baik (good governance). Menurut Ambo Upe
(2008: 203) dukungan merupakan salah satu bentuk perilaku politik, sedangkan
dengan dukungan dari masyarakat akan menciptakan pemerintahan yang baik.
(Srijanti, 2006: 220)
Berdasarkan banyaknya wacana tentang money politics yang terjadi selama
ini pada saat pemilihan kepala desa calon kepala desa menggunakan uang untuk
mendapatkan suara masyararakat agar terpilih menjadi kepala desa, tetapi setelah
terpilih mereka tidak menghiraukan lagi suara masyarakat yang telah
mendukungnya. Tidak jarang kepala desa berpikir bahwa beliau akan melakukan
apa saja untuk mengganti biaya yang telah dikeluarkan pada saat pencalonan.
Pelaksanaan pemerintahan kepala desa terpilih sering tidak sesuai dengan program
kerja yang dijanjikan pada saat pencalonan, kepala desa melupakan pemilih yang
telah mendukungnya dan setelah menjabat praktik Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme semakin marak dilaksanakan secara terbuka. Apabila keadaan yang
demikian terus terjadi maka tidak akan tercipta suatu pemerintahan yang baik.
Istilah pemerintahan yang baik (good governance) berangsur-angsur
menjadi populer baik di kalangan pemerintah, swasta, maupun masyarakat secara
umum. Pemerintahan yang baik adalah baik dalam ukuran proses maupun baik
dalam hasil-hasilnya. Pemerintahan dapat bergerak secara sinergis, tidak saling
berbenturan, memperoleh dukungan dari rakyat dan lepas dari gerakan-gerakan
anarkis yang bisa menghambat proses lajunya pembangunan. (Srijanti, 2006:
220). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terciptanya suatu pemerintahan
yang baik dapat dilihat ketika pemerintahan itu berlangsung maupun ketika sudah
habis masa jabatannya.
Menurut MM Billah (Triyanto,2007 : 63) istilah ini merujuk pada arti asli
kata Governing yang berarti :
mengarahkan atau mengendalikan atau mempengaruhi masalah publik
dalam satu negeri. Oleh karena itu good governance dapat diartikan
sebagai tindakan atau tingkah laku yang didasarkan pada nilai-nilai yang
6
bersifat mengarahkan, mengendalikan atau mempengaruhi masalah publik
untuk mewujudkan nilai-nilai itu dalam tindakan dan kehidupan
keseharian
Dengan demikian suatu pemerintahan yang baik adalah tindakan yang
didasarkan pada nilai-nilai yang mampu mengarahkan, mengendalikan, dan
mempengaruhi masalah publik.
Selain itu pemerintahan yang baik adalah pemerintahan yang berdasarkan
peraturan dan mendapat dukungan dari masyarakat, serta yang terpenting adalah
adanya transparansi dalam pemerintahan.
Sehubungan dengan hal tersebut Raffy Machrifani (Top, S2-Theses,
Develompent Studies, 2002) pernah mengadakan penelitian yang membahas
tentang pentingnya penciptaan transparansi dilembaga pemerintah dalam upaya
membentuk Good Governance. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
kebijakan dan program-program untuk menciptakan transparansi di lembagalembaga pemerintahan hendaklah ditujukan untuk membawa perubahan pada
keyakinan (beliefs) terhadap kejujuran dan keadilan orang-orang yang bekerja di
lembaga-lembaga tersebut.
Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian yang dilakukan oleh
Machrifani yaitu tentang perlunya keyakinan terhadap kejujuran dan keadilan oleh
orang-orang yang bekerja di lembaga pemerintahan yang penting bagi penciptaan
transparansi agar dapat menciptakan pemerintahan yang baik. Berbeda dengan
penelitian Machrifani penelitian yang akan penulis lakukan adalah tentang
keyakinan masyarakat pada seseorang yang mempunyai kepribadian yang baik
dan memiliki karisma untuk duduk di pemerintahan sebagai pemimpin mereka
agar dapat menciptakan pemerintahan yang baik dengan mendukung sepenuhnya
kepada salah satu calon kepala desa. Biasanya, yang terjadi selama ini adalah
apabila dalam proses pemilihan kepala desa ada praktik politik uang maka setelah
menjadi kepala desa akan melakukan segala cara untuk mencari ganti biaya yang
telah dikeluarkan pada saat pencalonan.
Prespektif kewarganegaraan terhadap kasus ini adalah dengan adanya
kesempatan yang sama dibidang politik bagi warga negara untuk menggunakan
7
hak suaranya, sebagai ciri khas suatu negara demokrasi dengan adanya kebebasan
bagi warga negara untuk menyampaikan pendapat esuai dengan hati nurani tanpa
paksaan dengan tujuan tertentu.
Menyikapi dari berbagai fenomena yang terjadi di desa Gedongjetis maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian, karena dengan adanya dukungan
yang kuat dari warga seharusnya dapat menciptakan pemerintahan yang baik
(good governance) tetapi pada kenyataannya pemerintahan yang ada belum dapat
mewujudkan harapan warga yang telah mendukungnya, oleh karena itu peneliti
melakukan penelitian dengan tema “Perilaku Politik Warga Negara dalam
Pemilihan Kepala Desa untuk Mewujudkan Pemerintahan yang Baik (Good
Governance)” (Studi Kasus di Desa Gedongjetis, Kecamatan Tulung,
Kabupaten Klaten)
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan suatu
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana perilaku politik pemilih dalam Pemilihan Kepala Desa sebagai
upaya untuk mewujudkan pemerintahan yang baik di Desa Gedongjetis
Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten?
2. Apakah kinerja kepala desa Desa Gedongjetis Kecamatan Tulung Kabupaten
Klaten sudah memenuhi kewajiban sebagai kepala desa dan sudah
melaksanakan prinsip-prinsip good governance atau belum?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendiskripsikan perilaku politik warga negara dalam Pemilihan Kepala Desa
sebagai upaya untuk mewujudkan pemerintahan yang baik di Desa
Gedongjetis Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten.
2. Mengetahui kinerja kepala desa Desa Gedongjetis Kecamatan Tulung
Kabupaten Klaten apakah sudah memenuhi kewajiban sebagai kepala desa
dan memenuhi prinsip-prinsip good governance .
8
D. Manfaat Penelitian
Setiap kegiatan pada dasarnya mempunyai tujuan dan manfaat, dari
penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi perkembangan ilmu
Kewarganegaraan terutama mengenai:
a. Hak warga negara dalam menggunakan hak pilihnya dalam setiap pemilihan
wakil rakyat atau pemimpin
b. Pembentukan pribadi warga negara untuk menghindari money politics dalam
setiap pemilihan wakil rakyat atau pemimpin.
2. Manfaat Praktis
a. Diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan pendidikan
politik kewarganegaraan terutama yang berkaitan dengan perilaku politik
pemilih kaitanya dengan hak dan kewajiban warga negara
b. Diharapkan masyarakat dalam memilih pemimpin bukan semata-mata karena
uang.
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Perilaku Politik Warga Negara
a. Tinjauan tentang Perilaku Politik
Perilaku politik adalah kegiatan yang dilakukan oleh insan/individu
atau kelompok guna memenuhi hak dan kewajiban sebagai insan politik.
Seorang individu/kelompok diberi kebebasan oleh negara untuk melakukan
hak dan kewajibannya. ( www.wikipedia.org.id.,15 Mei 2008).
Menurut Sudjiono Sastroatmodjo (1995:2) ”perilaku politik adalah
kegiatan yang berkenaan dengan proses pembuatan dan pelaksanaan
keputusan politik”. Interaksi antara pemerintah dan masyarakat, antar
lembaga pemerintah dan antara kelompok dan individu dalam masyarakat
dalam rangka proses pembuatan, pelaksanaan, dan penegakan keputusan
politik merupakan perilaku politik.
Budiardjo dalam Ambo Upe (2008:109) menjelaskan bahwa
“perilaku politik berarti suatu kegiatan yang berkenaan dengan proses dan
pelaksanaan keputusan politik dan yang melakukan kegiatan tersebut adalah
pemerintah dan masyarakat”.
Dari pendapat di atas perilaku politik dapat diartikan sebagai kegiatan
yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang berkenaan dengan proses
pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik guna memenuhi hak dan
kewajibannya sebagai insan politik.
Hak dan kewajiban warga negara yang merupakan bentuk perilaku
politik yaitu, sebagai berikut:
1. Melakukan pemilihan untuk memilih wakil rakyat atau pemimpin
2. Mengikuti dan berhak menjadi insan politik yang mengikuti suatu partai
politik atau parpol, mengikuti ormas atau organisasi masyarakat
3. Ikut serta dalam pesta politik
9
10
4. Ikut mengkritisi atau menurunkan para pelaku politik yang berotoritas
(yang menyalagunakan wewenang)
5. Berhak untuk menjadi pemimpin politik (www.wikipedia.org.id.,15 Mei
2008).
Dari beberapa bentuk perilaku politik warga di atas dapat disimpulkan
bahwa semua itu termasuk partisipasi politik warga. Jadi partisipasi politik
merupakan bentuk perilaku politik. Menurut Pipin ariestaningsih (2008: 13)
Partisipasi politik adalah aktivitas seseorang untuk dapat memainkan peran
dalam kehidupan politik sehingga ia mempunyai kesempatan untuk memberi
andil dalam mempengaruhi keputusan-keputusan pemerintah dan dalam
menggunakan sarana-sarana untuk mewuujudkannya. Partisipasi politik
merupakan wujud dari kedaulatan rakyat yang dilaksanakan melalui kegiatan
bersama untuk mencapai tujuan-tujuan dan untuk menentukan orang-orang
yang memegang kepemimpinan.
Perilaku politik pemilih dipengaruhi oleh beberapa faktor, menurut
Nursal dalam Ambo Upe (2008:82) bahwa hal-hal yang mempengaruhi
perilaku pemilih antara lain pengaruh elite, identifikasi kepartaian, sistem
sosial, media masa dan aliran politik, sedangkan menurut Ambo Upe
(2008:205) yang menjadi pertimbangan utama pemilih dalam memberikan
hak pilihannya yaitu:
1. Identifikasi figur
Menurut Ambo Upe (2008: 207) Pemilihan kepala desa adalah pemilihan
perorangan, oleh karena itu pemilih dalam memilih pemimpin dapat melihat
calon karena ikatan emosional terhadap figur sebagai hasil sosialisasi dan
pencitraan diri oleh kandidat. Meskipun masyarakat tidak mengetahui
program calon, tetapi masyarakat merasa dihargai dengan adanya sapaan dari
calon pemimpin yang mana hal tersebut menandakan bahwa calon tersebut
tidak sombong. Dalam hal ini berarti, pemilih dalam menentukan pilihan
berdasar pada struktur kepribadian yang tercermin dalam sikap individu
seperti pola umum perilaku masyarakat Jawa, sifat masyarakat jawa lebih
mudah bergaul dengan setiap warga tanpa membedakan status sosial maupun
11
status ekonomi. Selain itu sifat gotong royong tidak lepas dari pribadi
masing-masing, apabila salah satu warga mempunyai kerepotan maka warga
lain dengan suka rela akan membantu sesuai dengan kemampuan. Dengan
demikian calon pemimpin yang akan didukung oleh masyarakat adalah calon
kepala desa yang memiliki kepribadian yang baik sering mendahulukan
kepentingan umum dari pada kepentingan pribadi. Selain itu beliau mudah
menyesuaikan diri dengan lingkungan, tenang, cermat, sopan, tekun, rendah
hati dan bersemangat.
Selain itu konsep-konsep sentral dalam masyarakat Jawa adalah rasa
segan, malu, tenggang rasa, sindiran, penekanan ambisi, dan gotong royong.
(Sudjiono Sastroatmodjo, 1995:24). Sistem kehidupan masyarakat pedesaan
berkelompok atas dasar hubungan kekeluargaan, hubungan yang seperti ini
disebut dengan paguyuban (Gemeinschaft) adalah bentuk kehidupan bersama
dimana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan
bersifat alamiah serta bersifat kekal. (Soerjono Soekanto, 2000:144).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hubungan masyarakat Jawa
bukan berdasar pada kepentingan materi tetapi lebih pada ikatan
kekeluargaan dan gotong royong, ikatan tersebut lebih kuat karena pada
umumnya masyarakat Jawa memiliki rasa segan pada orang lain, tenggang
rasa, dan lebih menekankan ambisinya
2. Identifikasi Partai Politik
Partai politik telah tertanam dimasyarakat dalam pemilihan-pemilihan
sebelumnya misalnya Pemilu. Namun, masyarakat sering dikecewakan
karena partai politik atau anggota legislatif yang berhasil terpilih pada saat
pemilu belum menunaikan janji-janji politiknya. Pemilihan kepala desa bukan
pemilihan berdasarkan partai politik melainkan pemilihan perorangan, kadang
masyarakat menentukan pilihan kepada calon kepala desa berdasar partai
politik yang dipilih calon kepela desa pada saat Pemilu.
3. Isu Kampanye
Kampanye merupakan proses penyampaian program kerja dari masingmasing calon melalui pesan-pesan politik yang bertujuan untuk mengubah
12
presepsi, sikap, dan perilaku pemilih. Perubahan yang dimaksud tentu
diupayakan dari tidak memilihnya menjadi memilihnya.
4. Juru Kampanye
Juru kampanye bukan hanya orang yang terdaftar sebagai juru kampanye,
melainkan siapa yang aktif dalam menyampaikan program-program kerja dari
calon baik pada saat kampanye maupun di luar kampanye. Juru kampanye
berfungsi menjembatani kandidat dengan pemilih, juru kampanye juga
memiliki pengaruh yang signifikan dalam mempengaruhi pemilih. (Ambo
Upe, 2008: 226)
5. Hibah Politik
Isu-isu money politics di tingkat elite ternyata tidak hilang dari permukaan
pesta politik lokal yang digelar secara langsung dewsa ini dimana hal tersebut
memiliki tujuan untuk mendapatkan suara atau dukungan. Money politics
disebut juga sebagai hibah politik yaitu pemberian yang tampak secara suka
rela, namun di balik pemberian itu memiliki konsekuensi yang berupa reward
dalam bentuk pemberian dukungan (suara).
6. Kelompok Penekan
Semangat pemilihan pemimpin secara langsung telah memberikan
kesempatan bagi masyarakat sebagai pemilih untuk lebih bebas menentukan
pilihannya. Namun, tidak jarang pemilih juga dipengaruhi oleh kelompok
penekan yang mana pemilih dipaksa untuk menentukan pilihan pada calon
yang didukung oleh kelompok penekan tersebut.
Dari pendapat di atas berarti bahwa faktor yang mempengaruhi perilaku
politik pemilih berupa faktor eksternal yaitu yang berasal dari luar diri
pemilih diantaranya identifikasi figur, identifikasi partai politk , isu
kampanye, juru kampanye, hibah politik dan kelompok penekan. Adapun
faktor internal yang juga berpengaruh adalah rasional berdasarkan atas
pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. (Ambo Upe, 2008: 204)
Selanjutnya untuk mengetahui perilaku politik pemilih tidak cukup hanya
melalui faktor-faktor
yang mempengaruhinya,
menurut
Ambo Upe
13
(2008:117) untuk mengetahui tentang perilaku politik pemilih dapat
menggunakan beberapa pendekatan, yaitu:
1. Pendekatan Sosiologis
Pendekatan ini pada dasarnya menjelaskan bahwa karakteristik sosial dan
pengelompokan-pengelompokan sosial mempunyai pengaruh yang cukup
signifikan dalam menentukan pilihan pemilih. Maksudnya, kecenderungan
pemilih dalam menentukan pilihannya berdasar ikatan sosial pemilih dari segi
etnik, ras, agama, keluarga, dan pertemanan.
2. Pendekatan Psikologis
Pada dasarnya pendekatan ini melihat sosialisasi sebagai pedoman dalam
menentukan pilihan. Maksud dari pendekatan ini adalah bahwa sikap
seseorang merupakan cermin dari kepribadian seseorang yang menjadi
variabel yang cukup menentukan dalam mempengaruhi perilaku politik
seseorang.
3. Pendekatan Rasional
Pemilih akan menentukan pilihan berdasarkan penilaiannya terhadap isuisu politik dan kandidat yang diajukan, artinya para pemilih dapat
menentukan pilihannya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan rasional
misalnya pemilih akan memilih calon yang paling menguntungkan dan yang
mendatangkan resiko paling kecil.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemilih dalam menentukan
pilihannya dengan pendekatan psikologis dan pendekatan rasional yaitu
berdasar atas etnik, ras, agama, keluarga, pertemanan, kepribadian,
keuntungan dan resiko terkecil yang ditimbulkan oleh calon pemimpin. Jadi,
dari faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku politik pemilih terdapat
kesatuan antara faktor internal dan eksternal.
b. Tinjauan tentang Warga Negara
1) Pengertian Warga Negara
Warga negara adalah semua orang yang menurut hukum sebagai
warga negara atau anggota negara. Menurut Pasal 26 ayat (1) UUD 1945,
yang menjadi warga negara adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan
14
orang-orang yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.
Warga negara Indonesia adalah setiap orang yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan atau berdasarkan perjanjian antara pemerintah Republik
Indonesia dengan negara lain. (UURI No. 12 Tahun 2006, pasal 4).
Warga negara yang dimaksud disini adalah pemilih di dalam
pemlilihan kepala desa yaitu warga desa setempat yang telah memenuhi
persyaratan untuk menggunakan hak pilihnya. Warga suatu masyarakat
pedesaan mempunyai hubungan yang lebih erat dan lebih mendalam
ketimbang hubungan mereka dengan warga pedesaan lainnya. Sistem
kehidupan biasanya berkelompok atas dasar system kekeluargaan. Hubungan
yang seperti ini disebut dengan paguyuban (Gemeinschaft) adalah bentuk
kehidupan bersama dimana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin
yang murni dan bersifat alamiah serta bersifat kekal. (Soerjono Soekanto,
2000:144 ). Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa kesatuan batin
yang memang telah dikodratkan.
Pemilih adalah warga negara yang berhak memilih dalam Pemilihan
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, sedangkan menurut pasal 15 PP.
RI. NO. 6 Tahun 2005, yang dimaksud pemilih yaitu warga negara Republik
Indonesia yang pada hari pemungutan suara sudah berumur 17 (tujuh belas)
tahun atau sudah / pernah kawin mempunyai hak memilih. Dari pasal ini
terdapat dua kemungkinan yang pertama adalah warga negara Indonesia yang
terdaftar sebagai penduduk (memiliki kartu tanda penduduk) di daerah yang
bersangkutan. Sementara itu, kemungkinan kedua adalah warga negara
Indonesia yang telah berdomisili di daerah yang bersangkutan dalam jangka
waktu tertentu.
Selain itu peran pemillih dalam pilkada menurut Eep Saefulloh Fatah,
“Pemilih relatif absen dan sekedar menjadi identitas statistik yang
pasif. Dalam banyak kondisi, pemilih sering ditempatkan sekedar
sebagai figuran dari kandidat yang diposisikan bintang , padahal justru
pemilih yang merupakan penentu. Pada fase awal demokratisasi,
15
pembentukan pemilih bisa dilakukan dengan penyelenggaraan
pemilihan umum yang demokratis. Pemilihan yang demokratis itu
menjadi ajang dan irasionalitas menjadi pemilih yang lebih rasional
dan kalkulatif”. (http;www.kompas.com/kompas).
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pemilih
adalah warga negara yang pada hari pemungutan suara sudah berumur 17
tahun atau sudah/pernah kawin, baik dalam Pemilihan Umum, Pemilihan
Kepala Daerah maupun Pemilihan Kepala Desa.
Salah satu jenis pemilih yang dominan adalah pemilih rasional.
Adapun faktor yang mempengaruhi pemilih rasional yaitu pada program kerja
atau “platform” calon pemimpin dapat dianalisis dalam dua hal: a) kinerja
pemimpin dimasa lampau (back ward looking) dan b) tawaran program untuk
menyelesaikan permasalahan rasional yang ada (forward – looking)
( Firmanzah, 2007 :34).
Kinerja pemimpin dimasa lampau adalah pemerintahan yang
dilaksanakan oleh kepala desa yang menjabat sebelumnya. Bagaimana kinerja
kepala desa sebelumnya diperhatikan oleh masyarakat sehingga dapat
mempengaruhi pilihan masyarakat dalam pemilihan kepala desa berikutnya.
Tawaran program untuk menyelesaikan permasalahan merupakan
salah satu alasan masyarakat dalam menentukan pilihan, misalnya
masyarakat memilih calon kepala desa selain berdasar kepribadiannya juga
melihat program kerja yang dijanjikan misalnya mendahulukan kepentingan
warga yang mendukungnya, melaksanakan pembangunan sarana kepentingan
umum.
Menurut Ritzer (2003:394) berlaku teori pilihan rasional tampak jelas
dalam gagasan dasarnya yaitu “tindakan perseorangan mengarah pada satu
tujuan dan tujuan itu (dan juga tindakan) ditentukan oleh nilai atau pilihan
(preferensi)”. Hal terpenting bagi jenis pemilihan rasional adalah apa yang
bisa (dan yang telah) dilakukan calon pemimpin, untuk dapat menarik
perhatian pemilih maka calon pemimpin harus mengedepankan solusi logis
akan permasalahan, ekonomi, pendidikan, kesejahteraan, sosial – budaya,
16
pemerataan pendapatan dan lain-lain karena hal tersebut berkaitan langsung
dengan kepentingan pemilih.
2) Hak dan Kewajiban Warga Negara
Secara umum warga negara merupakan anggota negara yang
mempunyai kedudukan khusus terhadap negaranya. Apabila seseorang
menjadi warga negara suatu negara, maka orang tersebut mempunyai hak dan
kewajiban warga negara. Warga negara mempunyai hubungan hak dan
kewajiban yang bersifat timbal balik terhadap negaranya. Hak warga negara
adalah sesuatu yang dimiliki oleh warga negara. Selain hak, warga negara
juga mempunyai kewajiban terhadap negara selain kewajiban terhadap
masyarakat secara keseluruhan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara yang ditetapkan dengan undang-undang.
Hak warga negara Indonesia terhadap negara telah diatur dalam UUD
1945 dan aturan hukum lainnya, yang merupakan turunan dari hak-hak umum
yang digariskan dalam UUD 1945. UUD 1945 memuat tentang hak dan
kewajiban warga negara dan penduduk Indonesia pada pasal 27,28, 29, 30,
31, 32, 33 dan 34. Di mana hak dan kewajiban itu secara garis besar dapat
dikategorikan ke dalam bidang politik dan hukum, bidang ekonomi, bidang
sosial budaya dan bidang pertahanan dan keamanan.
Perilaku politik (mendukung) yang dilakukan warga merupakan salah
satu hak warga negara di bidang politik, yaitu hak untuk berserikat dan
berkumpul mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan yang diatur dengan
undang-undang. Hak politik ini tidak diberikan kepada semua warga negara.
Hal ini dikarenakan ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk
dapat menggunakan hak politiknya. Beberapa kegiatan warga negara yang
termasuk perilaku politik antara lain melakukan pemilihan untuk memilih
wakil rakyat atau pemimpin, ikut serta dalam pesta poltik, ikut mengkritisi
atau menurunkan para pelaku politik yang berotoritas dan berhak untuk
menjadi pemimpin politik.
17
2. Pemilihan Kepala Desa (Pilkades)
a. Tinjauan tentang Pemilihan Kepala Desa
Menurut
Undang-Undang
Nomor
32
Tahun
2004
tentang
Pemerintahan Daerah ”kepala desa sebagai perangkat desa dipilih langsung
oleh dan dari penduduk desa negara Republik Indonesia yang syarat
selanjutnya dan tata cara pemilihannya diatur dengan Perda yang berpedoman
kepada Peraturan Pemerintah”. Adapun orang yang dapat dipilih menjadi
kepala desa adalah penduduk desa warga Negara Indonesia (warga negara
Indonesia yang bertempat tinggal di desa yang bersangkutan dan memenuhi
syarat-syarat untuk dipilih).
Berdasarkan Peraturan Bupati Klaten Nomor 2 Tahun 2007 tentang
tata cara pemilihan, pencalonan, pengangkatan, pelantikan, pemberhentian
kepala desa, pelaksanaan pemilihan kepala desa melalui beberapa tahap
diantaranya yaitu:
1) Tahap Persiapan
Persiapan pemilihan kepala desa dimulai dengan pemberitahuan secara
tertulis oleh BPD mengenai akan berakhirnya masa jabatan Kepala Desa
paling lambat 6 bulan sebelum berakhirnya masa jabatan Kepala Desa dengan
tembusan kepada Camat.
2) Tahap Pencalonan Kepala Desa
Masyarakat yang akan mencalonkan sebagai Kepala Desa wajib
membuat permohonan péncalonan kepala desa yang diajukan secara tertulis
dengan tulisan tangan diatas kertas bermaterai cukup oleh bakal calon kepada
panaitia pemilihan dengan dilengkapi persyaratan yang telah ditentukan dan
dibuat rangkap 2 (dua).
Adapun persyaratan calon kepala desa sebagai berikut:
a) Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dibuktikan dengan Surat
Pernyataan dari bakal Calon
b) Setia dan taat kepada Pancasila dan UUD 1945 dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia serta Pemerintah dibuktikan dengan surat dari Bakal
Calon
18
c) Berpendidikan paling rendah tamat Sekolah Lajutan Tingkat Pertama
(SLTP) atau memiliki Ijazah setingkat SLTP dibuktikan dengan foto copy
ijazah atau Surat Tanda Tamat Belajar yang dilegalisir Pejabat yang
berwenang.
d) Berumur sekurang-kurangnya 25 (dua puluh lima) tahun dan setinggitingginya tak tentu, terhitung sampai dengan tanggal penutupan
pendaftaran.
e) Sehat
jasmani
jiwa/ingatannya
dan
rohani
dibuktikan
serta
dengan
nyata-nyata
surat
tidak
kesehatan
terganggu
dari
dokter
pemerintah.
f) Berkelakuan baik, yang dibuktikan dengan Surat Keterangan Catatan
Kepolisian (SKCK).
g) Tidak pernah dihukum penjara karena melakukan tindak pidana kejahatan
dengan hukuman paling sedikit 5 (lima) tahun dibuktikan dengan surat
keterangan dari Pengadilan Negeri.
h) Bersedia mencalonkan menjadi Kepala Desa dibuktikan dengan surat
Pernyataan dari Bakal Calon.
i) Terdaftar secara syah sebagai Penduduk Desa setempat yang dibuktikan
dengan kepemilikan Kartu Keluarga (KK) dan / atau Kartu Tanda
Penduduk dan pada saat berturut-turut dan tidak terputus-putus dibuktikan
dengan surat keterangan dari Ketua RT dan diketahui Ketua RW
setempat.
j) Tidak dicabut hak pilihnya sesuai Keputusan Pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap dibuktikan dengan Surat Keterangan
dari Pengadilan Negeri.
k) Belum pernah menjabat sebagai Kepala Desa di wilayah Kabupaten
Klaten dua kali masa jabatan dibuktikan dengan Surat Pernyataan dari
Bakal Calon yang bersangkutan.
l) Calon membuat Syarat Pernyataan sanggup untuk tetap menjaga situasi
yang aman tertib dan kondusif, serta bertanggung jawab jika
19
pendukungnya sampai menimbulkan hal-hal yang dapat mengganggu
kelancaran baik sebelum maupun sesudah pelaksanaan Pilkades.
Calon yang telah memenuhi persyaratan ditetapkan oleh panitia sebagai
calon yang berhak dipilih.
Jadi pemilihan Kepala Desa menurut Peraturan Bupati Klaten No.2
Tahun 2007 Pasal 1 ayat (12) adalah “proses pengisian jabatan Kepala Desa
yang kosong melalui pemilihan langsung oleh penduduk desa yang memenuhi
syarat mulai dari tahap pencalonan sampai dengan pelantikan Calon Kepala
Desa Terpilih sebagai Kepala Desa”.
3)
Kampanye
Kampanye merupakan bagian dari penyelenggaraan pemilihan kepala
desa. Kampanye menurut Susanto dalam Ambo Upe (2008:183), mempunyai
peran yang strategi dalam kehidupan politik sebagai pesan politik yang
diprakarsai oleh kontestan untuk disampaikan.
Fungsi kampanye (Ambo Upe, 2008:182) yaitu:
a) Memobilisasi dukungan warga masyarakat seluas mungkin
b) Membedakan pendukung dengan penantang
c) Mengarahkan atau mengubah sikap masyarakat supaya menjadi positif
terhadap partai atau organisasi politik peserta pemilu
4)
Pemungutan Suara
Menurut Ambo Upe (2008:190) Pemungutan suara adalah kegiatan
pemilih untuk memberikan suara dalam bilik pemberian suara dengan cara
mencoblos salah satu pasangan calon atau calon dalam surat suara.
Jadi pemilihan Kepala Desa menurut Peraturan Bupati Klaten No.2
Tahun 2007 Pasal 1 ayat (12) adalah “proses pengisian jabatan Kepala Desa
yang kosong melalui pemilihan langsung oleh penduduk desa yang memenuhi
syarat mulai dari tahap pencalonan sampai dengan pelantikan Calon Kepala
Desa Terpilih sebagai Kepala Desa”.
20
3.
Good Governance
b. Pengertian Good Governance
Sistem pemerintahan yang dilaksanakan berdasarkan peraturan pada
akhirnya akan menciptakan suatu pemerintahan yang baik atau yang lebih
popular disebut dengan good governance.
Menurut MM Billah (Triyanto,2007: 63) istilah ini merujuk pada arti
asli kata Governing yang berarti:
“Mengarahkan atau mengendalikan atau mempengaruhi masalah
public dalam satu negeri. Karena itu good governance dapat diartikan
sebagai tindakan atau tingkah laku yang didasarkan pada nilai-nilai
yang bersifat mengarahkan, mengendalikan, atau mempengaruhi
masalah public untuk mewujudkan nilai-nilai itu dalam tindakan dan
kehidupan keseharian”.
Tegasnya menurut Taylor, Good Governance adalah “pemerintahan
demokrasi seperti yang dipraktikkan dalam negara-negara demokrasi maju di
Eropa Barat dan Amerika misalnya” (Triyanto, 2007: 62).
Selain itu Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 merumuskan arti
good governance sebagai berikut: ”kepemerintahan yang mengemban akan dan
menerapkan
prinsip-prinsip
profesionalitas,
akuntabilitas,
transparansi,
pelayanan prima, demokrasi, efisiensi, efektifitas, supermasi hukum dan dapat
diterima oleh seluruh masyarakat”. (Srijanti, 2006: 225).
Sesuai dengan pengertian di atas, maka pemerintahan yang baik adalah
pemerintahan yang baik dalam ukuran proses maupun hasilnya. Semua unsur
dalam pemerintahan bisa bergerak secara sinergis, tidak saling berbenturan,
memperoleh dukungan dari rakyat dan lepas dari gerakan-gerakan anarkis yang
bisa menghambat proses dan laju pembangunan.
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa pemerintahan yang baik
terdapat kerjasama antara pemerintah dengan rakyat. Pemerintah disini adalah
Kepala Desa. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.72 tentang
Desa, Kepala Desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan,
21
pembangunan, dan kemasyarakatan. Dalam melaksanakan tugas, Kepala Desa
mempunyai wewenang:
1) Memimpin
penyelenggaraan
pemerintahan
desa
berdasarkan
kebijakan yang ditetapkan bersama BPD
2) Mengajukan rancangan peraturan desa
3) Menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersama
BPD
4) Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APB
Desa untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD
5) Membina kehidupan masyarakat desa
6) Membina perekonomian desa
7) Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif
8) Mmmewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat
menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dan
9) Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundangundangan
Di dalam melaksanakan tugas dan wewenang, Kepala Desa mempunyai
kewajiban:
1) Memegang teguh dan mengamalkan pancasila, melaksanakan UUD
1945 serta menpertahankan dan memelihara keutuhan negara
Indonesia
2) Meningkatkan kesejahteraan rakyat
3) Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat
4) Melaksanakan kehidupan demokrasi
5) Melaksanakan prinsip tata pemerintahan desa yang bersih dan bebas
dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
6) Menjalani hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja pemerintahan
desa
7) Menaati dan menegakkan seluruh peraturan perundang-undangan
22
8) Menyelenggarakan administrasi pemerintahan desa yang baik
9) Melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan
desa
10) Melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan desa
11) Mendamaikan perselisihan masyarakat di desa
12) Mengembangkan pendapatan masyarakat dan desa
13) Membina, mengayomi, dan melestarikan nilai-nilai sosial budaya dan
adat istiadat
14) Memberdayakan masyarakat dan kelelembagaan di desa
15) Mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan
lingkungan hidup
Selain yang telah disebutkan di atas berdasarkan PP No. 72 Tahun 2005
Kepala
Desa
juga
mempunyai
kewajiban
untuk
memberikan
laporan
penyelenggaraan pemerintahan desa kepada Bupati/Walikota, memberikan
laporan pertanggungjawaban kepada BPD, serta menginformasikan laporan
penyelenggaraan pemerintahaan desa kepada masyarakat.
Dengan dilaksanakan kewajiban Kepala Desa diharapkan dapat
menciptakan suatu pemerintahan yang baik. Secara konseptual pengertian kata
baik (good) dalam istilah kepemerintahan yang baik (good governance)
mengandung dua pemahaman:
1) Nilai yang menjunjung tinggi keinginan/kehendak rakyat, dan nilai-nilai
yang dapat meningkatkan kemampuan rakyat dalam pencapaian tujuan
(nasional) kemandirian, pembangunan berkelanjutan, dan keadilan
sosial.
2) Aspek fungsional dari pemerintah yang efektif dan efisien dalam
pelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuan tersebut. (Srijanti, 2006:
224).
Jadi dalam pemerintahan yang baik terdapat kerjasama antara pemerintah
dan rakyat yang menjunjung tinggi keinginan/kehendak rakyat dan nilai-nilai
23
yang dapat meningkatkan kemampuan rakyat dalam pencapaian tujuan
nasional, pembangunan berkelanjutan, dan keadilan sosial.
c. Prinsip- Prinsip Good Governance
Dari berbagai hasil kajian, Lembaga Administrasi Negara (LAN) telah
menyimpulkan sembilan aspek fundamental dalam perwujudan Good
Governance (Triyanto, 2006 : 26) yaitu :
1) Partisipasi
Semua warga masyarakat berhak terlibat dalam pengambilan
keputusan , baik langsung maupun melalui lembaga perwakilan yang sah
untuk mewakili kepentingan mereka. Partisipasi menyeluruh tersebut
dibangun berdasarkan kebebasan
berkumpul dan
mengemukakan
pendapat serta kapasitas untuk berpartisipasi secara konstruktif. Untuk
mendorong partisipasi masyarakat dalam seluruh aspek pembangunan,
termasuk dalam sektor-sektor kehidupan sosial lainnya selain kegiatan
politik, maka regulasi birokrasi harus diminimalisir.
2) Penegakan hukum
Partisipasi masyarakat dalam proses politik dan perumusan
kebijakan publik memerlukan sistem dan aturan-aturan hukum. Oleh
sebab itu, untuk mewujudkan cita good governance , harus diimbangi
dengan komitmen untuk menegakkan hukum, dengan karakter-karakter
antara lain sebagai berikut :
a) supermasi hukum
b) kepastian hukum
c) hukum yang responsif
d) penegakan hukum yang konsisten dan non diskriminatif
e) independensi peradilan
3) Transparansi
Salah satu yang dapat menimbulkan dan memberi ruang gerak
kegiatan korupsi adalah manajemen pemerintahan yang tidak transparan.
Menuru Gaffar (2001), setidaknya ada delapan aspek mekanisme
pengelolaan negara yang harus dilakukan secara transparan, yaitu :
24
a) penetapan posisi, jabatan atau kedudukan
b) kekayaan pejabat publik
c) pemberian penghargaan
d) penetapan kebijakan yang terkait pencerahan kehidupan
e) kesehatan
f) moralitas para pejabat dan aparatur pelayanan publik
g) keamanan dan ketertiban
h) kebijakan strategis untuk pencerahan kehidupan rakyat
4) Responsif
Salah satu asas fundamental menuju cita good governance adalah
responsif, yakni pemerintah harus peka dan cepat tanggap terhadap
persoalan- persoalan masyarakat. Gaffar menegaskan bahwa pemerintah
harus memahami kebutuhan masyarakatnya, jangan menunggu mereka
menyampaikan keinginan-keinginannya itu, tapi mereka secara proaktif
mempelajari dan menganalisis kebutuhan-kebutuhan mereka, untuk
kemudian melahirkan berbagai kebijakan strategis guna memenuhi
kepentingan umum tersebut.
5) Orientasi Kesepakatan
Asas fundamental lain yang juga harus menjadi perhatian
pemerintah dalam melaksanakan tugas-tugas penerintahan menuju cita
good governance adalah pengambilan keputusan secara consensus, yaitu
pengambilan keputusan musyawarah dan semaksimal mungkin berdasar
kesepakatan bersama.
6) Keadilan
Terkait dengan asas consensus, trnsparansi dan responsif, good
governance juga harus didukung dengan asas keadilan, yaitu persamaan
dalam perlakuan dan pelayanan. Asas ini dikembangkan berdasarkan pada
sebuah kenyataan bahwa bangsa Indonesia ini tergolong bangsa yang
plural, baik dilihat dari segi etnik, agama dan budaya.
7) Efektivitas
25
Efektivitas biasanya diukur dengan parameter produk sebesarbesarnya kepentingan masyarakat dari berbagai kelompok dan lapisan
sosial.
8) Akuntabilitas
Asas akuntabilitas menjadi perhatian dan sorotan pada reformasi
ini, karena kelemahan pemerintahan Indonesia justru dalam kualitas
akuntabilitasnya itu. Asas akuntabilitas berarti pertanggungjawaban
pejabat publik terhadap masyarakat yang memberinya delegasi dan
kewenangan untuk mengurusi berbagai urusan dan kepentingan mereka.
Setiap pejabat publik dituntut untuk mempertanggungjawabkan semua
kebijakan, perbuatan, moral, maupun netralitas sikapnya terhadap
masyarakat. Inilah yang dituntut dalam asas akuntabilitas dalam upaya
menuju cita good governance.
9) Visi Strategis
Visi strategis adalah pandangan-pandangan strategis untuk
menghadapi masa yang akan datang. Kualifikasi ini menjadi penting
dalam kerangka perwujudan good governance , karena perubahan dunia
dengan kemajuan teknologi yang begitu cepat. Bangsa-bangsa yang tidak
memiliki sensitivitas terhadap perubahan ke depan, tidak saja akan
tertinggal oleh bangsa lain di dunia, tetapi juga akan terperosok ke dalam
akumulasi kesulitan sehingga proses recovery-nya tidak mudah.
d. Karakteristik Dasar Good Governance
Menurut Srijanti (2006:225) ada tiga karakteristik good governance:
1) Diakuinya semangat pluralisme, yaitu diakuinya perbedaan-perbedaan
yang ada di masyarakat.
2) Tingginya sikap toleransi, yaitu sikap mendengar dan menghargai
pendapat dan pendirian orang lain.
3) Tegaknya prinsip demokrasi, yaitu pola suatu pilihan untuk bersama-sama
membangun dan memperjuangkan perikehidupan warga dan masyarakat
yang semakin sejahtera.
26
B. Kerangka Berpikir
Perilaku Politik adalah kegiatan yang dilakukan individu atau kelompok
yang berkenaan dengan proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik
guna memenuhi hak dan kewajiban sebagai insan politik.
Perilaku politik dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah
identifikasi figur, identifikasi partai politik, isu kampanye, juru kampanye, hibah
politik, dan kelompok penekan.
Kemudian sejauh mana perilaku politik yang dilakukan oleh masyarakat
dalam pemilihan kepala desa di Desa Gedongjetis tahun 2007 terhadap calon
kepala desa dapat dilihat dari dukungan yang diberikan masyarakat terhadap
calon kepala desa dalam pemilihan kepala desa. Dukungan dari masyarakat
merupakan hal penting dalam mewujudkan pemerintahan yang baik selain dari
kinerja aparat pemerintahan itu sendiri. Dukungan yang diberikan dapat berupa
dukungan moril dan materiil, dukungan moril dapat dilakukan dengan memilih
calon kepala desa sedangkan dukungan materiil dapat berupa pemberian bahan
makanan yang digunakan untuk menjamu tamu yang datang pada saat sebelum
pemilihan. Dengan dukungan yang kuat dari masyarakat diharapkan Kepala Desa
terpilih dapat menciptakan suatu perubahan dalam sistem pemerintahan, dapat
mengurangi praktik KKN dan mampu mewujudkan suatu pemerintahan yang
baik (good governance).
Dalam Pilkades di Desa Gedongjetis, Kecamatan Tulung perilaku politik
masyarakat menentukan terwujudnya good governance. Good governance atau
pemerintahan yang baik terwujud apabila prinsip-prinsip good governance
terlaksana. Adapun prinsip-prinsip good governance antara lain yaitu partisipasi,
penegakan hukum, transparansi, responsif, orientasi kesepakatan, keadilan,
efektivitas, akuntabilitas, dan visi strategis.
Untuk memperjelas hal tersebut, maka dapat digambarkan dalam alur
berpikir sebagai berikut.
27
Demokrasi
Perilaku Politik Warga
Negara
Pemilih
Mendukung
Materiil
Tidak Mendukung
Moril
Pemilihan
Kepala Desa
Good Governance
Gambar 1. Bagan Alur Kerangka Berpikir
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Dan Waktu Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Tempat penelitian ini mengambil lokasi di Desa Gedongjetis Kecamatan
Tulung Kabupaten Klaten dengan alasan penulis mengambil lokasi tersebut
karena:
a. Ingin mengetahui sejauh mana perilaku politik warga negara dalam Pilkades
di Desa Gedongjetis Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten.
b. Menurut penulis belum pernah dilakukan penelitian yang sama di desa
Gedongjetis
c. Penulis berdomisili dekat dengan desa Gedongjetis, sehingga memudahkan
peneliti untuk mengambil informasi sebagai sumber data primer untuk
mendapatkan data-data yang diperlukan.
d. Pemerintah desa dan msayarakat dapat diajak bekerja sama sehingga
memperlancar penelitian penulis.
b. Waktu Penelitian
Waktu penelitian direncanakan sepuluh bulan, yang dimulai dari bulan
April 2008 sampai dengan Januari 2009
Tabel 1. Waktu Kegiatan Penelitian
No.
Jenis Kegiatan
1.
Penyusunan Proposal
2.
Perijinan
3.
Pengumpulan Data
4.
Analisis Data
5.
Penulisan Laporan
Bulan
April
Mei
Juni
Juli
Agust
Sept
Okt
Nov
Des
Jan
‘08
‘08
‘08
‘08
‘08
‘08
08’
‘08
‘08
‘09
28
29
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian yang digunakan adalah bentuk penelitian deskriptif
kualitatif karena data dikumpulkan berupa kata-kata, kalimat, pencatatan
dokumen maupun arsip yang memiliki arti yang lebih penting dari sekedar
penyajian angka atau frekuensi.
Sementara itu, Bodgan dan Taylor dalam bukunya Lexy J. Moleong (2004:
4) mendefinisikan “Metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan
perilaku
yang
dapat
diamati”.
Penelitian
ini
diperoleh
dengan
mempertimbangkan kesesuaian obyek dari stui, sehingga penggunaan metode
penelitian secara mendalam agar sesuai dengan metode tersebut yaitu
menggunakan metode deskriptif.
Metode deskriptif seperti yang diungkapkan oleh Traves, ia mengatakan
bahwa “Tujuan deskriptif adalah untuk menggambarkan sifat suatu keadaan
sementara”. (Consuelo, 1993: 71). Sehingga penelitian yang dilakukan merupakan
penelitian yang berbentuk kualitatif karena deskripsi permasalahan yang
dijabarkan dalam bentuk data-data kualitatif seperti hasil wawancara dengan
kepala desa, tokoh-tokoh masyarakat dan juga masyarakat setempat.
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif
deskriptif adalah suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data kualitatif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati, yang merupakan hasil penggambaran keadaan subyek atau obyek
penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta yang tampak atau sebagaimana
adanya.
Jadi dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif, penelitian ini
berusaha memecahkan masalah-masalah dengan cara menghimpun data-data
kualitatif, baik berupa hasil wawancara dengan key informan, angket arsip
maupun dokumen, sehingga dapat digunakan untuk mendeskrepsikan perilaku
politik warga negara dalam Pilkades di desa Gedongjetis Kecamatan Tulung
Kabupaten Klaten yang diselenggarakan pada tanggal 29 April 2007.
30
2. Strategi Penelitian
Dalam proposal peneliti sudah menentukan lebih dahulu fokus dari pada
variabel tertentu. Akan tetapi dalam hal ini peneliti tetap tidak melepaskan
variabel fokusnya (pilihannya) dari sifatnya yang holistik, guna menemukan
makna yang lengkap. Peneliti memilih model penelitian tunggal terpancang
seperti yamg dikemukakan oleh H.B. Sutopo.
Maksud dari tunggal terpancang dalam penelitian ini,dapat mengandung
pengertian sebagai berikut: tunggal yang artinya hanya satu lokasi yaitu di Desa
Gedongjetis Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten, sedangkan terpancang artinya
hanya pada tujuan untuk mengetahui perilaku politik warga negara dalam Pilkades
dapat mewujudkan good governance.
C. Sumber Data
Menurut H.B. Sutopo (2002: 6) bahwa “Dalam penelitian kualitatif sumber
datanya dapat berupa manusia, pernyataan dan tingkah laku, dokumen dan arsip
atau benda lain”, sedangkan menurut L Oflad, “Sumber data utama dalam
penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan dan selebihnya adalah data
tambahan seperti dokumen dan lain-lain”. (Moleong, 2004: 157). Sumber data
dibagi dua yaitu sumber data primer dan sekunder, sumber data primer adalah
sumber data ini diperoleh langsung dari saksi mata atau saksi telinga melalui nara
sumber atau informan sedangkan sumber data sekunder adalah informasi yang
diperoleh secara tidak langsung misalnya melalui dokumen dan arsip. (Sevilla,
1993: 49).
Dalam penelitian ini, sumber data diperoleh melalui:
1
Nara sumber atau informan (data primer)
Lexy J. Moleong (2000: 45) mengatakan, bahwa yang disebut informan
adalah “Orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi
dan kondisi latar belakang penelitian”, sedangkan menurut H.B. Sutopo (2002:
50) menyatakan bahwa informan adalah “Sumber data yang berupa manusia yang
memberikan tanggapan pada yang dimintai peneliti yang bisa memilih arah dan
selera dalam memberikan informasi yang dimiliki”. Dari wawancara yang
31
dilakukan akan didapatkan informasi yang dapat dijakdikan sumber data. Oleh
karena itu di dalam posisi dengan beragam peran serta yang ada sehingga dapat
diperoleh informasi pernyataan maupun kata-kata yang diperoleh dari informan
yang disebut sebagai data primer atau sering disebut sebagai informan kunci (key
informan).
Adapun informan dalam penelitian ini antara lain:
a. Kepala Desa (Gatot Sasongko)
b. Panitia Pemilihan Kepala Desa (Suparno, Triwahyudi)
c. Perangkat Desa (Agus DSn, M. Imron)
d. Masyarakat (Sigit Purnomo, Slamet, Sunardi, Suprapto, Lasmi, Suryati,
Sumiati, S.Pd)
2
Tempat dan Peristiwa
Tempat yang dimaksud adalah di Desa Gedongjetis Kecamatan Tulung
Kabupaten Klaten, sedangkan peristiwanya adalah perilaku politik warga
negara dalam Pilkades untuk mewujudkan pemerintahan yang baik yang
diselenggarakan pada tanggal 29 April 2007 di daerah tersebut.
3
Dokumen (data sekunder)
Dokumen dan arsip merupakan sumber yang sangat penting dalam
informasi. Dokumen merupakan data yang berupa bahan tertulis maupun bendabenda yang berkaitan dengan peristiwa tertentu dan arsip adalah catatan tertulis
yang lebih bersifat formal dan terencana.
Adapun arsip yang relevan yang menunjang dalam penelitian ini antara
lain:
a. Monografi desa Gedongjetis tahun 2007
b. Berita acara Pilkades
Arsip-arsip tersebut akan sangat bermanfaat untuk membandingkan
apakah data yang didapatkan dan hasil wawancara sesuai dengan dokumendokumen yang ada.
Adapun dokumen-dokumen yang bermanfaat bagi penelitiian ini antara
lain:
a)
Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 tentang Desa
32
b)
Peraturan Bupati Klaten No. 2 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pemilihan
Pengangkatan Pelantikan dan Pemberhentian Kepala Desa
D. Teknik Sampling (cuplikan)
Dalam penelitian kualitatif sampel akan ditunjukkan oleh peneliti dengan
mempertimbangkan bahwa sampel itu mengenai dengan masalah yang diteliti,
jujur dapat dipercaya dan datanya bersifat obyektif.
Oleh karena itu dalam penelitian ini menggunakan teknik pengambilan
sample yang yang paling tepat dengan penelitian ini adalah menggunakan
purposive sampling (sample bertujuan).
Menurut H.B. Sutopo (2002: 56): “Purposive sampling dengan
kecenderungan peneliti memilih informan yang dianggap mengetahui informasi
dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data
yang mantap”.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas, maka dalam penelitian ini
cenderung memilih informasi dari orang-orang yang benar-benar mengetahui
pokok permasalahan yang diteliti yaitu orang-orang yang dijadikan informasi
kunci (key informan) dan dapat dipercaya.
Menurut Lexy J. Moleong (2004:224) sample memiliki fungsi:
1. Untuk menjaring sebanyak mugkin infomarsi dari berbagai sumber
2. Menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan teori yang
akan muncul.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sampel adalah
merupakan bagian populasi. Populasi adalah warga masyarakat desa Gedongjetis
Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten dengan jumlah penduduk yang mempunyai
hak pilih sebanyak 1915 yang tersebar dalam 10 dukuh. Maka pada tahap
pengambilan sampel, sampel yang diambil adalah masyarakat dari masing-masing
dukuh yang benar-benar dapat memberi informasi yang dibutuhkan peneliti.
Pemilihan informan ini dilakukan dengan pedoman pada teknik purposive
sampling, sedangkan sampel yang diambil adalah masyarakat yang diambil secara
33
proposional karena dengan teknik ini peneliti berasumsi mereka memiliki hak
yang sama sebagai pemilih.
Adapun pihak atau orang yang dijadikan sampel untuk mendapatkan
informasi mendalam tentang perilaku politik warga negara dalam pemilihan
kepala desa untuk mewujudkan pemerintahan yang baik di Desa Gedongjetis
Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten tahun 2007 sebagai informan kunci (key
informan) dalam penelitian ini adalah kepala desa, perangkat desa, dan panitia
Pilkades, sebagai berikut:
1) Gatot Sasongko
2) Suparno
3) Triwahyudi
4) Agus Dsn
5) M. Imron
E. Teknik Pengumpulan Data
Penumpulan data merupakan bagian yang sangat penting dalam setiap
kegiatan penelitian. Hal tersebut dilakukan untuk mendapat data yang akurat,
terperinci dan dapat dipercaya serta dapat di pertanggungjawabkan, maka teknik
pengumpulan data yang digunakan harus tepat. Dalam penelitian kualitatif, maka
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik
sebagai berikut:
1.
Observasi
Dalam penelitian ini digunakan observasi non partisipatif atau tidak
berperan serta, dimana peneliti tidak terlibat langsung dalam kegiatan yang
dilakukan oleh objek penelitian. Peneliti dalam hal ini bermain di luar sistem.
Dalam penelitian ini penulis mengadakan observasi untuk menjaring data
tentang perilaku politik warga negara dalam pemilihan kepala desa untuk
mewujudkan pemerintahan yang baik dalam pemilihan kepala desa tahun 2007.
Observasi tersebut dilakukan terhadap kepala desa dan perangkat desa
seperti: Gatot Sasongko, Agus Dsn, dan M. Imron. Selain itu observasi juga
dikakukan terhadap panitia pemilihan kepala desa suparno dan Triwahyudi serta
34
masyarakat yang dilaksanakan pada tanggal 1 September sampai 30 November di
Desa Gedongjetis Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten
2. Wawancara
Wawancara merupakan suatu teknik untuk mendekati sumber informasi
dengan cara tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis dan
berdasarkan kepada tujuan penelitian.
Untuk itu dalam penelitian ini menggunakan teknik “wawancara
mendalam” (indepth interviewing), karena dengan wawancara mendalam peneliti
akan memperoleh data dari informan, dengan maksud agar dapat mengungkapkan
permasalahan yang diteliti melalui pernyataan atau sikap, baik melalui nada
berbicara, mimik ataupun sorot matanya.
Wawancara dilakukan dengan beberapa penduduk setempat untuk
mengetahui bagaimana keberagaman tuntutan-tuntuan dan dukungan-dukungan
yang diinginkan oleh penduduk. Wawancara diawali dengan menyusun pedoman
wawancara yang berisi pertanyaan-pertanyaan kemudian pertanyaan tersebut
diajukan kepada penduduk setempat baik dengan sepengetahuan mereka atau
pertanyaan mengalir apa adanya.
3. Analisis Dokumen
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi yang diperoleh melalui
dokumen-dokumen yang ada. Sehubungan dengan hal tersebut maka penulis juga
menggunakan dokumen sebagai teknik pengumpulan data yang antara lain berupa
arsip-arsip kegiatan pelaksanaan pemilihan kepala desa di Desa Gedongjetis, serta
arsip lain yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, kemudian hasilnya
akan dibandingkan dengan data dari hasil wawancara yang telah dilakukan untuk
memperoleh data yang akurat.
Dalam penelitian ini dokumen yang digunakan dapat berupa catatan
mengenai pemilihan kepala desa Gedongjetis tahun 2007.
F. Validitas Data
Suatu penelitian untuk menjamin keabsahan data yang diperoleh, maka
validitas datanya dapat dilakukan dengan trianggulasi.
35
Pengertian trianggulasi menurut Lexy J. Moleong (2004:330) berpendapat
bahwa
“Trianggulasi
adalah
teknik
pemeriksaaan
keabsahan
datanya
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk pengecekkan atau sebagai
bahan pembanding terhadap data itu”.
Menurut H.B. Sutopo menyebutkan bahwa ada 4 (empat) macam
trianggulasi data yaitu:
a. Trianggulasi data, artinya data yang sama atau sejenis akan lebih mantap
kebenarannya bila digali dari beberapa sumber data yang berbeda.
b. Trianggulasi metode, jenis trianggulasi ini bisa dilakukan oleh seorang dengan
mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode
pengumpulan data yang berbeda.
c. Trianggulasi peneliti, hasil penelitian baik data ataupun simpulan mengenai
bagian tertentu atau keseluruhannya bisa diuji validitasnya dari beberapa
peneliti.
d. Trianggulasi teori, trianggulasi ini dilakukan peneliti dengan menggunakan
prespektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalah yang dikaji.
Dalam penelitian ini menggunakan triangulasi data, karena cara ini
mengarahkan peneliti agar dalam pengumpulan data menggunakan beragam data
yang tersedia, artinya data yang sama atau sejenis akan lebih mantap
kebenarannya bila digali dari beberapa sumber yang berbeda. Jika peneliti
memperoleh data dari salah satu informan mengenai perilaku politik warga negara
dalam pemilihan kepala desa untuk mewujudkan pemerintahan yang baik, maka
peneliti mencocokkan dengan data yang diperoleh dari informan lain atau bahkan
dokumen yang berhubungan dengan pelaksanaan Pilkades. Jika data yang
diperoleh sama maka proses trianggulasi tercapai.
G. Analisis Data
Menurut Lexy J. Moleong (2004:280) “Analisis data adalah proses
mengorganisasikan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar, sehingga
dapat ditemukan tema dan tempat dirumuskan hipotesis kerja seperti disarankan
oleh data”. Adapun komponen utama dalam proses analisis ini adalah:
36
1. Pengumpulan Data
Kegiatan ini digunakan untuk memperoleh informasi yang berupa kalimatkalimat yang dikumpulkan melalui kegiatan observasi, wawancara dan dokumen.
Data yang diperoleh masih berupa data mentah yang tidak teratur.
2. Reduksi Data
Merupakan suatu proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan dan
abstraksi dari field note (data mentah). H.B. Sutopo (2002:92) berpendapat bahwa:
“Reduksi
data
adalah
bagian
dari
proses
analisis
yang
memperluas,
memperbanyak, membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting dan
mengatur data sedemikian rupa sehingga simpulan penelitian dapat dilakukan”.
3. Sajian Data
Merupakan rangkaian dari organisasi informasi yang memungkiankan
kesimpulan riset dapat dilakukan sajian data dapat berupa matriks, gambar atau
skema, jaringan kerja kegiatan dan table. Semuanya dirakit secara teratur guna
mempermudah pemahaman informasi.
4. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan akhir diperoleh bukan hanya sampai pada akhir pengumpulan
data, melainkan dibutuhkan suatu verifikasinya berupa pengulangan dengan
melihat kembali field note (data mentah) agar kesimpulan yang diambil lebih kuat
dan bisa dipertanggungjawabkan.
Keempat komponen utama tersebut merupakan suatu rangkaian dalam
proses analisis data yang satu dengan yang lain sehingga tidak dapat dipisahkan,
dimana komponen yang satu merupakan langkah menuju komponen yang lainnya,
sehingga dapat dikatakan bahwa dalam penelitian kualitatif tidak bisa mengambil
salah satu komponen.
37
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dalam bagan berikut ini:
1
Pengumpulan Data
2
3
Reduksi Data
Sajian Data
4
Verifikasi/pengambilan
Kesimpulan
Gambar 2. Analisis Data Model Interaktif
H. Prosedur Penelitian
1. Tahap Pra Lapangan
Tahap ini terbagi dalam enam kegiatan yang dilakukan meliputi:
a. Menyusun rancangan penelitian
b. Memilih lapangan penelitian
c. Mengurus perijinan
d. Menjajaki dan menilai keadaan lapangan penelitian
e. Memilih dan memanfaatkan informan
2. Tahap Penelitian Lapangan
a. Memahami latar penelitian dan persiapan
b. Memasuki lapangan
c. Berperan serta dalam mengumpulkan data dari informan
d. Mencari informasi melalui pengamatan praktik di lapangan
3. Tahap Analisis Data
Tahap ini penulis melakukan beberapa kegiatan yang berupa mengatur,
mengurutan, mengelompokkan, memberi kode dan mengorganisasikan dan
kemudian setelah itu data yang sudah terkumpul, maka data tersebut akan
38
dianalisis untuk mengetahui permasalahan yang diteliti sehingga dapat ditemukan
tema dan dirumuskan dugaan sementara.
4. Tahap Penulisan Laporan
Setelah tahap penganalisaan data, maka langkang yang akan dilakukan
selanjutnya yaitu menarik kesimpulan dari permasalahan yang diteliti kemudian
hasil dari penelitian tersebut nantinya akan ditulis dalam bentuk laporan.
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Keadaan Geografis Desa Gedongjetis
Desa Gedongjetis merupakan salah satu desa yang termasuk dalam
Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten. Luas wilayah desa Gedongjetis adalah
161,7252 Ha. Wilayah Desa Gedongjetis merupakan dataran rendah dengan
ketinggian kurang lebih 260 m di atas permukaan laut dengan suhu udara rata-rata
30 C. Adapun batas-batas Desa Gedongjetis sebagai berikut:
1) Sebelah Utara
: berbatasan dengan desa Cokro
2) Sebelah Selatan
: berbatasan dengan desa Dalangan
3) Sebelah Barat
: berbatasan dengan desa Sorogaten
4) Sebelah Timur
: berbatasan dengan desa Cokro
Adapun wilayah Desa Gedongjetis terdiri dari 3 kebayanan yaitu sebagai
berikut:
1) Kebayanan I
:
Meliputi dukuh Gedong
2) Kebayanan II
:
Meliputi dukuh Menggung, Kios Rahayu, Bakungan,
Jetis, Ngerangan
3) Kebayanan III
:
Meliputi dukuh Pranan, Gatak, Kopat Gede, Kopat Cilik
b. Penduduk Desa Gedongjetis
Berdasarkan data monografi Desa Gedongjetis Kecamatan Tulung
Kabupaten Klaten bulan Januari-Juni tahun 2007, jumlah penduduk sebanyak
2.626 orang yang terdiri dari 675 KK. Adapun jumlaah penduduk apabila
digolongkan menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut:
39
40
Tabel 2. Jumlah penduduk Desa Gedongjetis Menurut Jenis Kelamin
No
Jenis Kelamin
Jumlah Penduduk
Persentase
1.
Laki-laki
1.271 orang
48,40 %
2.
Perempuan
1.355 orang
51,60 %
2.626 orang
100 %
Jumlah
Sumber: Data Monografi Desa Gedongjetis Bulan Januari-Juni Tahun 2007
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa komposisi jumlah
pendudukDesa Gedongjetis antara laki-laki dan perempuan lebih banyak
perempuan dengan selisih 84 orang, tetapi perbedaan komposisi jumlah penduduk
antara laki-laki dan perempuan tidak terlalu signifikan.
Tabel 3. Jumlah Penduduk Desa Gedongjetis Menurut Agama
No
Agama
1.
Islam
2.
Jumlah Penduduk
Persentase
2.618 orang
99,69 %
Kristen
8 orang
0,31 %
3.
Katholik
- orang
-
4.
Hindu
- orang
-
5.
Budha
- orang
-
Jumlah
2.626 orang
100 %
Sumber: Data Monoigrafi Desa Gedongjetis Bulan Januari-Juni Tahun 2007
Berdasrkan tabel diatas dapat dilihat dari agama yang dianut maka
sebagian besar penduduk Desa Gedongjetis mayoritas beragama islam yaitu 2.618
orang, sedangkan yang lainnya menganut agama Kristen. Penduduk yang
menganut agama Katholik, Hindu dan Budha tidak ada.
41
Tabel 4. Jumlah Penduduk Desa Gedongjetis Menurut Usia
No
Usia
Jumlah Penduduk
Persentase
1.
0 – 6 tahun
206 orang
7,84 %
2.
7 – 12 tahun
210 orang
7,99 %
3.
13 – 18 tahun
425 orang
16,18 %
4.
19 – 24 tahun
512 orang
19,49 %
5.
25 – 55 tahun
832 orang
31,68 %
6.
56 – 79 tahun
384 orang
14,62 %
7.
80 tahun ke atas
57 orang
2,17 %
Jumlah
2.626 orang
100 %
Sumber: Data Monografi Desa Gedongjetis Bulan Januari-Juni 2007
Apabila dilihat dari jumlah penduduk menurut usia maka masyarakat di
Desa Gedong Jetis di dominasi oleh penduduk yang berusia 25 – 55 tahun yaitu
sebanyak 832 orang. Hal ini menunjukkan bahwa pada usia tersebut dapat
dikatakan merupakan usia yang produktif untuk aktif dalam kegiatan-kegiatan
masyarakat.
Tabel 5. Jumlah Penduduk Desa Gedongjetis Menurut Tingkat Pendidikan
No
Usia
1.
Taman Kanak-kanak
2.
Sekolah Dasar
3.
Jumlah Penduduk
Persentase
441 orang
16,79 %
1.423 orang
54,18 %
SLTP / Sederajat SLTP
400 orang
15,23 %
4.
SLTA / Sederajat SLTA
251 orang
9,56 %
5.
Akademi D1-D3
- orang
6.
Sarjana
2 orang
0,08 %
7.
Belum Sekolah
117 orang
4,45 %
Jumlah
2.626 orang
-
100%
Sumber: Data Monografi Desa Gedongjetis Bulan Januari-Juni Tahun 2007
42
Apabila dilihat dari tingkat pendidikan maka sebagian besar penduduk
Desa Gedongjetis telah mengenyam bangku pendidikan. Di mana penduduk Desa
Gedongjetis rata-rata berpendidikan SD. Dengan demikian, rata-rata penduduk
Desa Gedongjetis bisa baca tulis. Terlebih lagi sudah banyak penduduk yang
mengenyam bangku pendidikan walaupun yang sampai Perguruan Tinggi hanya 2
orang.
2. Birokrasi Pemerintahan Desa Gedongjetis
Adapun susunan Pemerintahan Desa Gedongjetis Kecamatan Tulung
Kabupaten Klaten adalah sebagai berikut:
b. Kepala Desa
: Gatot Sasongko
c. Sekertaris Desa
: Suparno
d. Kepala Dusun I
: Martopo
e. Kepala Dusun II
: Siswanto
f. Kepala Dusun III
: Bejo
g. Kaur Pemerintahan
: Sugeng M
h. Kaur Pembangunan
: Agus Dsn
i. Kaur Umum
: Triwahyudi
j. Kaur Kesra
: M. Imron
43
Adapun struktur organisasi Pemerintahan Desa Gedongjetis, Kecamatan
Tulung, Kabupaten Klaten dapat digambarkan sebagai berikut:
Kepala Desa
BDP
Gatot Sasongko
Sekertaris Desa
Suparno
Kadus I
Kaur Pemerintahan
Martopo
Sugeng M
Kadus II
Kaur Pembangunan
Siswanto
Agus Dsn
Kadus III
Kaur Umum
Bejo
Triwahyudi
Kaur Kesra
M. Imron
Gambar 3. Struktur Organisasi Pemerintah Desa Gedongjetis Kecamatan Tulung
Kabupaten Klaten
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian
1. Perilaku Politik Warga Negara dalam Pilkades di Desa Gedongjetis
Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten
Demokrasi merupakan proses politik di dalamnya terdapat partisipasi.
Partisipasi adalah salah satu bentuk perilaku politik. Pada tanggal 29 April 2007
di Kabupaten Klaten diadakan pemilihan kepala desa yang diselenggarakan secara
serentak. Pada saat itu di Desa Gedongjetis juga telah melaksanakan pemilihan
44
kepala desa. Warga antusias menyambut pemilihan kepala desa yang dilaksanakan
pada waktu itu. Berdasar keterangan Bapak Suparno selaku ketua panitia
pemilihan kepala desa. Menurut beliau jumlah warga yang terdaftar sebagai
pemilih adalah 1915 orang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Dari 1915 warga
yang menggunakan hak suaranya sebanyak 1534 orang. (Wawancara, 1
September 2008)
Tabel 6. Penggunaan Hak Suara Pemilih
No
Pemberian Suara
Presentase
Jumlah
%
1.
Pemilih terdaftar
1915
100
2.
Menggunakan hak suara
1534
80,1
3.
Suara sah
1443
75,35
4.
Suara tidak sah
91
4,75
5.
Tidak menggunakan suara
381
19,89
Sumber : Berita Acara Panitia Pemilihan Kepala Desa Desa Gedongjetis Tahun
2007
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa partisipasi warga Gedongjetis
cukup tinggi yaitu sebesar 80,1%, walaupun terdapat juga yang tidak
menggunakan hak suaranya yaitu 381 orang atau sekitar 19,89%. Alasan warga
yang tidak menggunakan hak suaranya karena faktor usia dan bekerja merantau.
Berikut hasil wawancara dengan Bapak Agus, “warga Gedongjetis sudah banyak
yang tua atau jompo selain itu juga jarak dari rumah mereka jauh dari kelurahan
jadi pada saat pemilihan kepala desa mereka tidak bisa mencoblos”. (Wawancara,
3 September 2008) Bapak Suparno juga menyampaikan hal yang sama warga desa
Gedongjetis banyak yang sudah berusia lanjut dan para pemuda yang sudah lulus
sekolah mereka memilih untuk bekerja merantau di luar kota. Kami sebagai
panitia pemilihan tetap mendaftar mereka, siapa tahu pada saat pemungutan suara
mereka bisa pulang. Mereka masih terdaftar sebagai warga desa Gedongjetis
45
tetapi mereka banyak yang tidak pulang karena mengingat biaya. (Wawancara, 6
September 2008)
Dari hasil wawancara dengan Bapak Agus dan Bapak Suparno dapat
disimpulkan bahwa warga Gedongjetis yang tidak menggunakan hak suaranya
karena faktor usia dan sedang bekerja di perantauan. Hal tersebut sudah terjadi
beberapa kali pada saat pemilihan bukan hanya pemilihan kepala desa saja tetapi
juga pada saat pemilihan umum. Sebagian besar warga Desa Gedongjetis selain
petani mereka juga bekerja sebagai buruh bangunan, jadi mereka lebih
mementingkan bekerja dari pada harus pulang untuk menggunakan hak suaranya
demi mencukupi kebutuhan keluarga. (Wawancara, 6 September 2008). Dengan
demikian berarti tingkat partisipasi warga Gedongjetis cukup tinggi dan mereka
antusias terhadap terselenggaranya pemilihan kepala desa.
Pemilihan kepala desa di Desa Gedongjetis dimulai dari tahapan persiapan
yaitu BPD Desa Gedongjetis memberitahukan secara tertulis kepada Kepala Desa
mengenai akan berakhirnya masa jabatan Kepala Desa Gedongjetis dengan
tembusan kepada Camat Kecamatan Tulung, pemberitahuan tersebut paling
lambat 6 bulan sebelum berakhirnya masa jabatan.
Setelah diumumkan oleh BPD Desa Gedongjetis, maka warga berhak
mendaftarkan diri sebagai calon Kepala Desa. Warga yang mendaftarkan sebagai
calon Kepala Desa membuat permohonan pencalonan Kepala Desa yang diajukan
secara tertulis dengan tulisan tangan di atas kertas bermaterai cukup oleh bakal
calon kepada panitia pemilihan kepala desa Desa Gedongjetis dengan dilengkapi
persyaratan yang ditentukan dibuat rangkap dua. Adapun persyaratannya dapat
dilihat pada lampiran 5.
Surat permohonan dan berkas persyaratan diperiksa oleh panitia Pilkades
Desa Gedongjetis, setelah semua berkas diperiksa panitia menetapkan calon
Kepala Desa yang berhak dipilih. Berdasarkan keterangan dari Bapak Suparno
dan Bapak Triwahyudi sebagai panitia Pilkades sejak awal warga yang
mengajukan lamaran hanya 4 orang, sampai pada akhirnya ditentukan sebagai
calon yang berhak dipilih, berikut nama-nama calon kepala desa yang berhak di
pilih, yaitu:
46
Tabel 7. Daftar Calon Kepala Desa Desa Gedongjetis
No
Nama
1.
Sriyono
2.
Gatot Sasongko
Tempat, Tanggal lahir
Boyolali, 8 Oktober 1949
Klaten, 11 Februari 1972
Pekerjaan
Alamat
Pensiunan
Jetis, Gedongjetis,
PNS
Tulung, Klaten
Swasta
Gedong,
Gedongjetis,
Tulung, Klaten
3.
Sukimin HS
Klaten, 24 Oktober 1941
Kaur Kesra
Kopat Gede,
Gedongjetis,
Tulung, Klaten
4.
Sri Yunianto
Klaten, 20 Juni 1962
Swasta
Kopat Gede,
Gedongjetis,
Tulung, Klaten
Sumber
: Berita Acara Panitia Pemilihan Kepala Desa Desa Gedongjetis
Tahun 2007
Dalam proses pencalonan Kepala Desa Gedongjetis terdapat perilaku
warga yang berbeda dengan perilaku warga di desa-desa lain pada umumnya pada
saat pemilihan kepala desa. Perilaku politik warga desa Gedongjetis berupa
dukungan sepenuhnya kepada salah satu calon kepala desa pada saat pemilihan
kepala desa. Biasanya pada saat pemilihan kepala desa warga akan mendukung
atau memilih calon kepala desa yang memberi uang yang paling banyak. Hal
tersebut dapat dilihat pada pemilihan kepala desa di Jombang, kepala desa
membagikan uang ataupun bahan makanan pokok yang jumlahnya bervariasi.
Dengan demikian warga akan mendukung calon kepala desa yang memberi uang
paling banyak. (www. Radio Komunitas Suara Warga. Com, 22 juni 2008). Selain
itu juga dapat diketahui dari penelitian yang dilakukan Suharti (2005) di
Margoyoso Pati, hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa praktik politik uang
pada saat pemilihan kepala desa terdapat hubungan yang negatif dan signifikan
47
dengan partisipasi politik. Artinya, tingkat partisipasi politik tinggi karena adanya
praktik politik uang dan hubungan itu bersifat negatif. Tetapi yang dilakukan
warga desa Gedongjetis adalah sesuatu yang berbeda, mereka tidak menerima
uang dari calon kepala desa yang didukungnya tetapi mereka justru
mengusahakan segala keperluan calon kepala desa. Warga memberi bantuan
berupa bahan kebutuhan pokok misalnya gula, beras, dan makanan ringan, selain
itu warga juga mencari donatur dari orang yang di anggap mampu di desa tersebut
bahkan mereka juga memanfaatkan uang yang di berikan oleh calon kepala desa
lain, dengan harapan warga akan memberikan suaranya kepada beliau pada hari H
pemilihan kepala desa. Tetapi semua itu hanya politik warga, uang yang diberikan
oleh calon lain digunakan untuk membiayai segala keperluan calon kepala desa
yang mereka dukung dari persiapan sampai pada saat pemilihan. Warga tidak
memilih calon kepala desa yang memberi uang.
Perilaku politik warga desa Gedongjetis yang demikian dipengaruhi oleh
struktur kepribadian yang tercermin dalam sikap individu calon kepala desa,
calon kepala desa yang mereka dukung mempunyai sifat mudah bergaul
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, cermat, tekun dan pekerja keras.
Warga menginginkan perubahan pada sistem pemerintahan yang selama ini
berjalan di desa Gedongjetis dan menginginkan sistem pemerintahan yang lebih
baik. Kepala desa yang terpilih adalah seseorang yang mempunyai kepribadian
yang baik yang mendahulukan kepentingan umum bukan seseorang yang
memberi uang yang paling banyak dalam pemilihan kepala desa. Dengan tidak
adanya praktek politik uang pada saat pemilihan diharapkan ketika sudah
menjabat kepala desa terpilih tidak melakukan KKN (korupsi, kolusi, dan
nepotisme). Berikut hasil wawancara dengan Bapak sigit “menurut saya Pak
Gatot orangnya baik, dalam serawung dengan tetangga beliau tidak membedabedakan. Selain itu beliau pekerja keras, dengan begitu saya berharap pada beliau
agar dapat menciptakan pemerintahan yang baik dari pada yang dahulu”.
(Wawancara, 16 September 2008).
Hal senada juga disampaikan Bapak Slamet “kepribadiannya baik, beliau
tipe orang pekerja keras, rajin, dan cermat dalam melaksanakan segala sesuatu”.
48
(Wawancara, 4 September 2008). Pak Sunardi juga berpendapat yang sama
bahwa “menurut saya dia orangnya baik, dalam serawung bisa dengan siapa saja
beliau juga paling muda diantara calon-calon yang lain. Saya mempunyai
harapan kepada beliau agar lebih memperhatikan warganya dalam hal
kesejahteraan dan tidak korupsi”. (Wawancara, 3 Septamber 2008).
Selain itu Ibu Lasmi juga mempunyai penilaian yang sama terhadap Pak
Gatot “kepribadiannya baik, harapan saya setelah beliau menjadi kepala desa
dapat menciptakan kegiatan-kegiatan baru”. (Wawancara, 16 September 2008)
Bapak Gatot merupakan calon kepala desa yang dalam pencalonannya
tidak menggunakan uang untuk mendapat dukungan dari masyarakat, namun
masyarakat mendukung sepenuhnya. Dukungan yang diberikan oleh masyarakat
berupa dukungan moril yaitu mereka menggunakan hak suaranya untuk memilih
Bapak Gatot tetapi tidak semua masyarakat desa Gedongjetis mendukung beliau,
dari 3 kebayanan yang ada Bapak Gatot didukung oleh sebagian besar masyarakat
Kebayanan I yaitu dukuh Gedong. Selain dukungan moril masyarakat juga
melakukan dukungan materiil, sebelum pelaksanaan pemilihan kepala desa
masyarakat pendukung Bapak Gatot sering mengadakan pertemuan. Segala
keperluan untuk pertemuan tersebut diusahakan oleh masyarakat, dengan cara
memberikan bahan kebutuhan untuk keperluan tersebut. Selain itu masyarakat
juga mencari donatur dari warga yang dianggap mampu. Masyarakat menerima
uang tersebut dan berjanji akan memberikan suaranya pada saat pemilihan kepala
desa namun pada kenyataannya hal itu tidak terjadi. Dari semua pendukung tidak
semua warga memberikan dukungan materiil hanya sekitar 59%, itu terbagi dalam
dua kategori. Pertama berupa bahan kebutuhan misalnya beras, gula pasir,
makanan ringan dan yang kedua adalah uang. Uang dikumpulkan warga dukuh
Gedong dengan iuran seikhlasnya dan tim sukses mencari donatur dari orangorang di luar dukuh Gedong. Berikut pernyataan yang disampaikan Bapak Agus.
Sebelum hari pemilihan kepala desa warga pendukung Bapak Gatot sering
melakukan pertemuan untuk membicarakan upaya-upaya yang dilakukan
akan dilakukan untuk dapat menang pada pemilihan kepala desa. Biaya
untuk mengadakan pertemuan itu berasal dari iuran warga selain itu ada
49
juga warga yang memberi bahan kebutuhan misalnya makanan, gula dll,
bahkan warga mencari donator dari warga yang mampu tidak itu saja
warga juga memanfaatkan uang yang diberikan oleh calon lain.
(Wawancara, 3 September 2008).
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Bapak Sunardi, berikut pernyataan
beliau. “pada saat pemilihan kepala desa saya adalah salah satu pendukung Pak
Gatot waktu itu kami menggalang dana untuk membiayai beliau agar menjadi
kepala desa agar dapat mewujudkan pemerintahan yang lebih baik di Desa
Gedongjetis”. (Wawancara, 5 September 2008).
Demikian juga dengan pendapat Bapak Suparno “dalam pemilihan kepala
desa terdapat perilaku politik warga yang berbeda dengan apa yang dilakukan
warga di desa-desa lain. Warga biasanya akan mendukung calon yang memberi
uang paling banyak, tetapi ini tidak warga justru memberi bantuan kepada Pak
Gatot”. (Wawancara, 1 September 2008).
Pak Slamet juga memberi pernyataan yang sama “saya tidak diberi uang
saya justru memberikan bantuan untuk keperluan pencalonan Pak Gatot”
(Wawancara, 4 September 2008).
Pak Sigit dan Ibu Lasmi juga memberi pernyataan yang sama “saya tidak
diberi uang oleh Pak Gatot”. (Wawancara, 16 September 2008).
Dengan demikian dalam pemilihan kepala desa warga tidak mendapat
uang dari calon kepala desa yang mereka dukung, tetapi mereka justru
mengeluarkan uang untuk mendukung Bapak Gatot.
Perilaku politik warga desa Gedongjetis yang demikian dipengauhi oleh
faktor-faktor berikut:
a. Identifikasi figur
Pemilihan kepala desa merupakan pemilihan perorangan, oleh karena itu
harapan dari pemilihan kepala desa adalah terpilihnya figur yang berkualitas
sehingga mampu membawa perubahan kearah yang lebih baik tentu dengan
melihat sosok calon pemimpin yang berwibawa dan berkepribadian baik.
50
Namun, berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa pemilih di Desa
Gedongjetis lebih melihat calon karena ikatan emosional terhadap figur sebagai
hasil sosialisasi dan pencitraan diri oleh calon. Menurut warga, dari calon-calon
kepala desa Gedongjetis Bapak Gatot memiliki kepribadian yang baik. Beliau
memiliki sifat mudah bergaul menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial,
cermat, dan pekerja keras. Berikut pernyataan Bapak Sigit “menurut saya Pak
Gatot orangnya baik, dalam serawung dengan tetangga beliau tidak membedabedakan. Selain itu beliau juga pekerja keras, oleh karena itu saya berharap pada
beliau agar dapat menciptakan pemerintahan yang lebih baik dari yang dahulu”.
Hal senada juga disampaikan Bapak Slamet “karena Pak Gatot adalah
tetangga saya dan orangnya baik, apabila beliau menjadi kepala desa saya
berharap tidak ada korupsi lagi”. (Wawancara, 4 September 2008).
Pak Sunardi juga berpendapat yang sama bahwa “menurut saya dia orangnya
baik, dalam serawung bisa dengan siapa saja beliau juga paling muda diantara
calon-calon yang lain. Saya mempunyai harapan kepada beliau agar lebih
memperhatikan warganya dalam hal kesejahteraan dan tidak korupsi”.
(Wawancara, 3 Septamber 2008).
Selain itu Ibu Lasmi juga mempunyai penilaian yang sama terhadap Pak
Gatot “kepribadiannya baik, harapan saya setelah beliau menjadi kepala desa
dapat menciptakan kegiatan-kegiatan baru”. (Wawancara, 16 September 2008)
Dari pernyataan Bapak Sigit, Bapak Slamet, Pak Sunardi, dan Ibu Lasmi dapat
disimpulkan bahwa warga desa Gedongjetis dalam menentukan pilihannya pada
Pilkades lebih melihat figur calon kepala desa yaitu pada Bapak Gatot dari pada
calon-calon yang lain. Pada Pilkades sebelumnya Bapak Gatot pernah
mencalonkan diri sebagai kepala desa tetapi belum berhasil, dari situlah warga
menjadi
mengenal beliau. Warga memandang kepala desa Gedongjetis yang
menjabat sebelumnya belum dapat melaksanakan kinerja sebagaimana yang telah
dijanjikan. Jadi, pada pemilihan kepala desa tahun 2007 warga ingin mengadakan
perubahan pada kinerja kepala desa kepala desa dengan mendukung Bapak Gatot.
51
b. Identifikasi Partai Politik
Partai politik telah tertanam di masyarakat dalam pemiliha-pemilihan
sebelumnya misalnya Pemilu. Namun, dalam Pilkades tidak ada keterkaitan
dengan partai politik. Walaupun tidak ada keterkaitan dengan partai politik
terkadang warga dalam menentukan pilihan pada Pilkades memandang calon
kepala desa berdasar partai politik yang dipilih oleh calon kepala desa pada
pemilihan legislatif. Sebagian besar warga desa Gedongjetis yang mendukung
Bapak Gatot karena beliau merupakan aktifis dari partai besar (PDIP). PDIP di
pedesaan selalu menempati urutan pertama, oleh karena itu warga akan
mendukung orang-orang yang aktif dipartai tersebut.
c. Isu Kampanye
Kampanye dilaksanakan sebelum hari H pemungutan suara. Dalam
pelaksanaan kampanye para calon kepala desa harus mematuhi tata tertib yang
telah ditetapkan oleh panitia Pilkades.
Kampanye merupakan proses penyampaian program dari masing-masing
calon kepala desa melalui pesan-pesan politik yang bertujuan untuk mengubah
persepsi, sikap, dan perilaku warga desa Gedongjetis. Perubahan yang
dimaksud tentu diupayakan dari tidak memilihnya menjadi memilihnya.
Kampanye terutama ditujukan kepada warga yang belum mengetahui tentang
figur Bapak Gatot dan program kerja beliau. Pada kesempatan kampanye para
calon kepala desa menyampaikan visi misinya yang diarahkan menyentuh
kepentingan warga Gedongjetis. Warga menaruh harapan besar terhadap visi
misi para calon kepala desa tentu akan menjadi pertimbangan utama bagi
warga Gedongjetis sebagai pemilih.
Isu kampanye atau program kerja calon kepala desa pada dasarnya
bukanlah suatu yang terpisah dari masyarakat. Artinya untuk memahami
program calon tidak cukup hanya mengamati persoalan-persoalan politik yang
sedang
berkembang, melainkan
harus
dilihat
bagaimana
pandangan
masyarakat terhadap program yang ditawarkan. Warga Gedongjetis tidak
begitu memperhatikan program kerja calon kepala desa kecuali yang benarbenar berkaitan dengan kebutuhan mereka. Berikut pernyataan Bapak Slamet
52
“program kerjanya yaitu meningkatkan pendidikan masyarakat karena tingkat
pendidikan di Desa Gedongjetis rendah, meningkatkan kesejahteran
masyarakat”.
Sedangkan menurut Bapak Suparno “program kerja yang disampaikan
oleh calon-calon kepala desa semua bersifat umum, tetapi ada yang benarbenar sesuai dengan kebutuhan masyarakat yaitu pembuatan saluran irigasi
untuk mengairi sawah”. Selain itu berdasarkan wawancara dengan beberapa
warga mereka mengatakan bahwa program kerja dari calon kepala desa selain
bapak Gatot bersifat umum yaitu meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Berikut program kerja dari Bapak Gatot Sasongko:
1) Memajukan
sektor
pertanian
dan
sektor-sektor
lainnya
dengan
memperbaiki dan membangun sarana dan prasarananya
2) Mendorong dan memajukan tingkat pendidikan masyarakat
3) Merawat dan memperbaiki jalan demi kelancaran mobilitas perekonomian
4) Merangkul
semua
lapisan
masyarakat
dalam
kebersamaan,
mengedepankan musyawarah untuk mufakat
5) Membantu penyelesaian penyertifikatan tanah demi ketentraman warga.
(Berita Acara Pemilihan Kepala Desa Desa Gedongjetis Tahun 2007)
Program kerja yang di buat oleh Bapak Gatot mengutamakan dibidang
pertanian karena daerah tersebut merupakan daerah pertanian dan sebagian besar
penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, tetapi dalam pertanian terdapat
kendala yang cukup serius yaitu kesulitan mendapatkan air sehingga harus
membuat sumur dan menggunakan pompa air agar dapat mengairi sawah.
Program kerja yang akan dilaksanakan yaitu membangun saluran-saluran irigasi
agar hasil panen dari masyarakat dapat meningkat dan dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
d. Juru Kampanye
Juru kampanye dalam Pilkades bukan hanya sekedar tim kampanye yang
ditunjuk secara resmi. Melainkan juga siapa saja yang aktif dalam
menyampaikan program-program calon kepala desa. Warga desa Gedongjetis
53
dalam menentukan pilihannya terhadap calon kepala desa tidak dipengaruhi
oleh juru kampanye tetapi karena mereka mengenal figur calon kepala desa
(Bapak Gatot) secara langsung. Adapun juru kampanye dari masing-masing
calon kepala desa sebagai berikut:
Tabel 8. Juru kampanye masing-masing calon kepala desa sebagai berikut:
Calon Kepala Desa Gedongjetis
Sri Yunianto
Gatot Sasongko
Juru Kampanye
Jumadi
Alamat
Kopat Gede, Gedongjetis,
Tulung, Klaten
Jimin
Gedong,
Gedongjetis,
Tulung, Klaten
Sukimin Hs
Suyanto
Kopat Gede, Gedongjetis,
Tulung, Klaten
Sriyono
Hudiyono
Jetis, Gedongjetis, Tulung,
Klaten
Sumber: Naskah Kesepakatan Bersama
e. Hibah Politik
Hibah politik adalah pemberian yang tampak secara suka rela, namun di
balik pemberian itu memiliki konsekuensi berupa reward dalam bentuk
pemberian dukungan (suara). Hibah politik sering dikenal dengan istilah
money politics. Isu-isu tentang money politics ditingkat elite ternyata tidak
hilang dari pesta politik baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah. Bentuk
money politics pun bervariasi mulai dari bentuk fasilits umum sampai
pemberian yang terang-terangan seperti baju kaos dan lain sebagainya dan
yang lebih menarik lagi adalah adanya pemberian uang tunai dalam bentuk
uang konsumsi, uang ojek, uang pengganti kerja sampai pada uang dukungan.
Praktik politik uang juga terjadi pada Pilkades. Menurut wacana yang ada
di Kabupaten Klaten sebagian besar dari desa-desa yang melaksanakan
pemilihan kepala desa diwarnai dengan praktik politik uang dengan tujuan
untuk mendapatkan dukungan. Untuk saat ini praktik politik uang bukan
54
merupakan hal yang rahasia lagi, praktek politik uang tidak hanya tejadi pada
saat pemilihan kepala desa tetapi juga pada saat pemilihan presiden. Hal
tersebut juga terjadi di Desa Gedongjetis Kecamatan Tulung Kabupaten
Klaten, namun berbeda dengan desa-desa yang lain. Dalam pemilihan kepala
desa Di Desa Gedongjetis ini yang menang justru calon kepala desa yang tidak
melakukan money politics. Berikut pernyataan yang disampaikan Bapak
Triwahyudi selaku bendahara Pilkades.
Pada tanggal 29 April 2007 Desa Gedongjetis melaksanakan pemilihan
kepala desa yang diikuti oleh 4 calon, dari ketiga calon tersebut
memberikan uang kepada pemilih dengan jumlah yang bervariasi tetapi
ketiga calon tersebut gagal memenangkan pemilihan tersebut yang
memenangkan pemilihan tersebut justru calon yang tidak memberi uang
kepada pemilih yaitu bapak Gatot Sasongko. (Wawancara, 1 September
2008).
Hal senada juga disampaikan oleh Bapak Suparno beliau mengatakan
bahwa ”pada pemilihan kepala desa bulan April 2007 di menangkan oleh Bapak
Gatot beliau tidak menggunakan uang untuk mendapat dukungan warga dengan
perolehan suara yang selisihnya cukup banyak dengan calon-calon yang
lainnya”. (Wawancara, 1 September 2008).
Pak Slamet juga memberi pernyataan yang sama “saya tidak diberi uang
saya justru memberikan bantuan untuk keperluan pencalonan Pak Gatot”
(Wawancara, 4 September 2008).
Pak Sigit dan Ibu Lasmi juga memberi pernyataan yang sama “saya tidak
diberi uang oleh Pak Gatot”. (Wawancara, 16 September 2008).
Hal berbeda disampaikan oleh Bapak Suprapto “diberi uang oleh calon
kepala desa yang saya pilih (Bapak Sriyono)”. (Wawancara, 8 September 2008).
Pak Sunardi juga memberi pernyataan yang sama “saya diberi uang oleh
calon kepala desa (Bapak Sriyono) sebesar Rp. 25.000 sebelum hari H
pemungutan suara”. (Wawancara, 3 September 2008)
55
Dengan demikian dari hasil wawancara dengan Bapak Triwahyudi, Bapak
Suparno, Bapak Slamet, Bapak Sigit, Ibu Lasmi, Bapak Suprapto dan Bapak
Sunardi dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala desa di Desa Gedongjetis
terdapat praktik politik uang untuk mendapatkan dukungan, tetapi hal tersebut
tidak dilakukan oleh Bapak Gatot. Bapak Gatot justru didukung sepenuhnya oleh
warga.
f. Kelompok Penekan
Tekanan-tekanan sruktural atau atau paksaan dari pihak kelompok
penekan juga menempati urutan dalam menentukan pilihan pemilih. Tekanan
yang di maksud baik berupa tekanan secara secara halus (mobilisasi) maupun
dalam bentuk paksaan. Dalam bentuk mobilisasi, pilihan pemilih yang didasarkan
pada pengarahan yang diberikan oleh seorang tokoh di lingkungan terdekatnya,
baik lingkungan tetangga, organisasi, pekerjaan ataupun dari kelompok-kelompok
lainnya yang tidak mungkin dapat ditolak.
Namun berbeda dengan yang terjadi di Gedongjetis. Walaupun pada saat
Pilkades terdapat 4 calon pelaksanaannya berjalan lancar tidak terdapat paksaan
atau ancaman dari masing-masing tim sukses. Warga beserta calon masingmasing yang didukung mampu mengendalikan diri sehingga suasanan Pilkades
aman dan tertib. Dengan demikian warga dalam menentukan pilihan terhadap
calon kepala desa berdasarkan hati nurani masing-masing bukan karena tekanan.
Dari beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku politik warga
Gedongjetis dalam Pilkades diantaranya adalah identifikasi figur, identifikasi
partai politik, dan isu kampanye.
Setelah melalui semua tahapan, inti dari pemilihan kepala desa adalah
pemungutan suara, di Desa Gedongjetis pemungutan suara diadakan pada tanggal
29 April 2007. Pemungutan suara diadakan di Balai Desa Gedongjetis, untuk
meuju Tempat Pemungutan Suara (TPS) warga disediakan mobil jemputan oleh
masing-masing calon. Pelaksanaan pemungutan suara berjalan lancar walaupun
dalam pemilihan kepala desa terdapat 4 calon dimana masing-masing mempunyai
pendukung yang antusias. Berikut perolehan suara pada pemilihan kepala desa di
Desa Gedongjetis:
56
Tabel 9. Perolehan Suara pada Pemilihan Kepala Desa
No
Nama
Jumlah Suara
1.
Gatot Sasongko
534 suara
37 %
2.
Sriyono
378 suara
26,19 %
3.
Sukimin
299 suara
20,72 %
4.
Sri Yunianto
232 suara
16,09 %
Jumlah
Sumber
1.443 suara
Prosentase
100 %
: Berita Acara Panitia Pemilihan Kepala Desa Desa Gedongjetis
Tahun 2007
Berdasarkan perolehan suara pada saat pemilihan kepala desa, pemilihan
kepala desa dimenangkan oleh Bapak Gatot Sasongko yaitu dengan jumlah suara
534 suara atau sekitar 37 % dari jumlah suara. Bapak Gatot yang dalam
pencalonannya tidak menggunakan uang justru mendapatkan suara paling banyak.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak selamanya praktik
politik uang dapat memenangkan pemilihan kepala desa, di Desa Gedongjetis
pemilihan kepala desa justru dimenangkan oleh calon kepala desa yang tidak
meggunakan uang dalam pemilihan kepala desa hal tersebut karena perilaku
politik dari warga. Perilaku politik warga negara dalam pemilihan kepala desa di
Desa Gedongjetis Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten diwujudkan dengan
memberi dukungan sepenuhnya kepada calon kepala desa Bapak Gatot Sasongko.
Dukungan tersebut berupa dukungan moril dan dukungan materiil. Dukungan
moril dilakukan warga dengan memilih Bapak Gatot dalam pemilihan kepala
desa, sedangkan dukungan materiil dilakukan warga dengan memberi bahan
kebutuhan pokok dan uang yang berasal dari donatur bahkan uang dari calon
kepala desa lain. Warga memanfaatkan uang yang diberi oleh calon kepala desa
lain dengan janji akan memberikan suaranya pada saat pemilihan tetapi semua itu
hanya politik warga. Uang yang didapat dari calon kepala desa lain digunakan
untuk membiayai Bapak Gatot sampai pada saat pemilihan kepala desa. Hal ini
dilakukan oleh warga untuk mewujudkan suatu pemerintahan yang baik, agar
pada masa pemerintahan tidak terjadi korupsi dan melibatkan warga dalam
57
pengambilan keputusan. Apa yang dilakukan warga dipengaruhi oleh identifikasi
figur, identifikasi partai politik, dan isu kampanye.
2. Kinerja Kepala Desa Desa Gedongjetis dalam Mewujudkan Pemerintahan
Yang Baik (Good Governance)
Pemerintahan yang baik (good governance) berangsur-angsur menjadi
popular baik di kalangan pemerintah, swasta, maupun masyarakat secara umum.
Pemerintahan yang baik adalah pemerintahan yang baik dalam ukuran proses
maupun hasilnya. Semua unsur dalam pemerintahan dapat bergerak secara
sinergis, tidak saling berbenturan, memperoleh dukungan dari rakyat dan lepas
dari gerakan-gerakan anarkis yang bisa menghambat proses dan laju
pembangunan nasional. Dalam pemerintahan yang baik terdapat kerjasama antara
pemerintah dan rakyat yang menjunjung tinggi keinginan/kehendak rakyat dan
nilai-nilai yang dapat meningkatkan kemampuan rakyat dalam pencapaian tujuan
nasional, pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial.
Pemerintahan yang baik (good governance) mulai mengemuka sejak warga
melihat dan merasakan bahwa praktek KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme)
sudah sedemikian rupa mewabah dalam berbagai aspek kehidupan, tidak hanya
pada tingkat pemerintah pusat saja tetapi juga terjadi pada pemerintah daerah
misalnya desa.
Untuk dapat menciptakan suatu pemerintahan yang baik segala kegiatan
kepemerintahan perlu diarahkan kepada beberapa hal pokok misalnya, diadakan
suatu perubahan sistem politik yang demokratis terdapat kebebasan untuk
mengeluarkan pendapat dengan partisipasi warga. Selain itu bagi aparatur
pemerintah harus mempertanggungjawabkan segala kewenangannya tidak hanya
pada pemerintah pusat tetapi juga kepada warga, serta dalam pemerintahan harus
bersifat transparan yaitu adanya keterbukaan pada administrasi khususnya dalam
hal keuangan. Dalam pemerintahan yang baik menghendaki terbukanya
kesempatan bagi rakyat untuk mengajukan tanggapan dan kritik terhadap
pemerintah yang dinilainya tidak transparan. Pemerintahan yang baik (good
58
governance) akan terwujud apabila prinsip-prinsip good governance dilaksanakan
oleh kepala desa, diantaranya:
a.
Partisipasi
Di Desa Gedongjetis partisipasi warga terlihat dari banyaknya pemilih yang
menggunakan hak suaranya pada saat pemungutan suara yaitu sebanyak 1.915
orang. Partisipasi juga terlihat pada sebagian warga yang memberi dukungan pa
da pencalonan Kepala Desa yaitu terhadap bapak Gatot. Sebagai upaya untuk
menciptakan pemerintahan yang baik pada pemilihan kepala desa bulan April
2007 warga desa Gedongjetis memberi dukungan sepenuhnya terhadap Bapak
Gatot Sasongko. Dukungan yang dilakukan berupa dukungan moril dan materiil,
dukungan moril dilakukan dengan memberikan hak suaranya kepada beliau
walaupun tidak diberi uang sedangkan calon yang lain memberi uang dengan
jumlah yang bervariasi. Dukungan materiil dilakukan dengan memberi
sumbangan berupa bahan kebutuhan pokok dan uang yang berasal dari donatur
serta dari calon kepala desa yang lain. Berdasarkan catatan lapangan wawancara
tanggal 8 September 2008 warga melakukan hal demikian karena ingin perubahan
terhadap sistem pemerintahan yang ada di Desa Gedongjetis. Selama ini yang
terjadi adalah apabila dalam pemilihan menggunakan uang pasti nanti ketika
sudah menjabat Kepala Desa akan melakukan berbagai cara khususnya dalam hal
keuangan, kepala desa terpilih akan mencari ganti biaya yang di keluarkan pada
saat pencalonan, ketika sudah menjabat kepala desa akan melupakan program
kerja yang dijanjikan sebelum pemilihan bahkan tidak peduli lagi pada warga
yang telah mendukungnya.
b.
Daya Tanggap (Responsif)
Warga berharap Bapak Gatot tanggap terhadap kebutuhan warga tanpa
harus menunggu warga menyampaikan keinginannya. Apa yang menjadi harapan
warga telah diwujudkan oleh Bapak Gatot, beliau peduli terhadap pendidikan
yang ada di desa Gedongjetis. Beliau mengusahakan fasilitas sekolah yang belum
ada misalnya mushola sebagai penunjang kegiatan sekolah demi kelancaran siswa
melakukan kegiatan belajar sehingga dapat meningkatkan Sumber Daya Manusia
(SDM). Berikut pernyataan Ibu Sumiyati SPd, kepala sekolah SDN I Gedongjetis.
59
“Bapak Gatot adalah kepala desa yang peduli dengan pendidikan warganya,
sekolah kami belum mempunyai mushola untuk sholat berjamaah para
siswa tetapi sekarang sudah ada, Pak Gatot megajukan anggaran kepada
pemerintah daerah untuk membangun sekolah SDN I Gedongjetis berupa
mushola, perhatian Pak Gatot memang besar kepada warganya berbeda
dengan kepala desa sebelumnya”.
Dari pernyataan Ibu Sumiyati, S.Pd Pak Gatot menunjukkan kepedulian
yang besar karena apa yang telah beliau bangun untuk keperluan seluruh warga
bukan hanya kelompok tertentu saja.
Bapak Gatot juga sering mengajukan anggaran kepada Pemerintah Daerah
untuk membangun sarana umum lainya misalnya pembangunan talut, jalan dan
saluran irigasi. (Wawancara, 4 September 2008)
Selain peduli dengan pendidikan, Bapak Gatot selama menjabat satu tahun
ini juga memajukan kegiatan keagamaan di desa tersebut, beliau mengadakan
pengajian rutin yang dilaksanakan satu bulan sekali dan bertempat di masingmasing dukuh secara bergiliran. Berikut pernyataan Bu Lasmi “setelah kepala
desanya Pak Gatot, di Desa ini ada pengajian yang dilaksanakan satu bulan sekali
tempatnya giliran di masing-masing dukuh”.(Wawancara, 9 September 2008). Hal
senada juga disampaikan Ibu Suryati “setiap satu bulan sekali saya mempunyai
kegiatan baru, saya mengikuti kegiatan pengajian yang di adakan oleh Pak kepala
desa, dengan pengajian ini saya bisa bersilaturahmi dengan ibu-ibu di dukuh lain
yang ada di desa Gedongjetis ini”. (Wawancara, 4 September 2008).
Dari pendapat Ibu Sumiati, Ibu Suryati dan Ibu Lasmi dapat disimpulkan
bahwa Bapak Gatot mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap kemajuan dan
kesejahteraan warga desa Gedongjetis.
c.
Transparansi
Bapak Gatot sebagai Kepala Desa/pemimpin tidak cukup hanya dengan
peduli terhadap warga, tetapi beliau harus mampu menyelesaikan permasalahan
yang ada di masyarakat misalnya masalah pembagian BLT (Bantuan Langsung
Tunai). BLT adalah bantuan langsung dari pemerintah yang diberikan kepada
60
warga yang tidak mampu dengan criteria tertentu, untuk menentukan siapa saja
yang berhak diberi bantuan diserahkan sepenuhnya oleh pemerintah desa. Di Desa
Gedongjetis pembagian BLT kurang menyasar, yang mendapat bantuan justru
orang-orang yang mampu dan hanya beberapa orang saja yang mendapat bantuan
tersebut. Oleh karena itu, Bapak Gatot mempunyai kebijakan untuk membagi rata
bantuan tersebut, tetapi hal itu justru menimbulkan masalah di dalam masyarakat.
Sehingga Bapak Gatot selaku Kepala Desa mengambil jalan keluar bahwa dalam
pendataan untuk bantuan yang akan datang ditujukan bagi warga yang benarbenar tidak mampu walaupun hanya satu atau dua orang saja. (Wawancara, 8
September 2008). Adapun sebagian warga yang pernah mendapat BLT sebagai
berikut:
Tabel 10. Warga yang mendapat BLT
Nama
Tingkat Ekonomi
Tinggi
1. Marjito
√
2. Sumitro
√
Sedang
3. Wardi
√
4. Sartini
√
5. Sarno
√
6. Tugiono
√
7. Sunardi
√
8. Suyadi
√
9. Sumardi
√
Rendah
Sumber: Data Primer
Sehubungan dengan masalah di atas, nampak sekali kurang adanya
transparansi antara Kepala Desa, perangkat desa, dan warga. Transparansi yang
dimaksud adalah dalam pendataan warga yang mendapat BLT, perangkat desa
yang mendata tidak benar-benar warga yang miskin, warga yang memiliki
kendaraan, pekerjaan tetap, memiliki hewan ternak (sapi), dan keadaan rumahnya
61
sudah baik mendapatkan bantuan tersebut. Agar tercipta suatu pemerintahan yang
baik perlu adanya tranparansi. Oleh karena itu, Bapak Gatot dalam
pemerintahannya harus terbuka terhadap perangkat desa. Dengan adanya
keterbukaan maka akan mempersempit ruang gerak untuk melakukan korupsi.
d.
Orientasi Kesepakatan
Selain keterbukaan Pak Gatot juga harus berorientasi pada kesepakatan
dalam segala hal. Kepala Desa sering mengajukan bantuan kepada Pemerintah
Daerah untuk pembangunan. Namun semuanya dikerjakan sendiri oleh beliau dari
proposal sampai laporan pertanggungjawaban sehingga perangkat desa tidak
mengetahui tentang bantuan dari Pemerintah Daerah. Perangkat desa bersama
perwakilan warga hanya diundang untuk musyawaran membicarakan masalah
pembangunan. Berikut pernyataan Bapak Agus, “Pak Gatot sering mengajukan
bantuan kepada Pemerintah Daerah dengan mengajukan proposal pembangunan,
mengenai isinya saya kurang tahu, tahu-tahu saya bersama perangkat yang lain
diminta untuk musyawarah mengenai pembangunan saluran irigasi”. (Wawancara,
9 September 2008)
Hal senada juga disampaikan Bapak Suprapto “saya sebagai ketua RW
sering diundang oleh Pak Kepala Desa untuk musyawarah masalah pembangunan
saluran irigasi tetapi saya tidak tahu prosesnya seperti apa, pada rapat itu
semuanya sudah jadi tinggal pelaksanaannya saja”. (Wawancara, 8 September
2008)
Pak Heri juga memberi pernyataan yang sama “saya diundang Pak Kepala
Desa untuk rapat tentang bangunan, tetapi saya tidak tahu proses dari semua itu”.
(Wawancara, 8 September).
Hal
tersebut
diperkuat
dengan
pernyataan
Bapak
Sigit
“dalam
melaksanakan pemerintahan Pak Gatot juga melibatkan masyarakat/warga untuk
musyawarah, tetapi yang paling sering hanya RT/RW saja. Kalau dalam hal
keuangan atau apabila ada bantuan dari Pemerintah daerah beliau agak tertutup
yang penting sudah diwujudkan kepada masyarakat”. (Wawancara, 16 September
2008)
62
Dari pernyataan Bapak Agus, Bapak Suprapto, Bapak Heri, dan Bapak
Sigit
di
atas
menunjukan
bahwa
Bapak
Gatot
dalam
melaksanakan
pemerintahannya kurang adanya transparansi, tetapi beliau selalu mengedepakan
musyawarah untuk mufakat dalam menyelesaikan masalah agar terwujud
kesejahteraan bagi masyarakat.
e.
Penegakan Hukum
Dalam pemerintahan Pak Gatot beliau selalu mengedepankan kesepakatan.
Jadi dalam menyelesaikan masalah yang ada di desa Gedongjetis Pak Gatot tidak
berdasarkan hukum tetapi beliau mengambil jalan musyawarah untuk mufakat dan
berdasarkan kekeluargaan.
f.
Pertanggungjawaban (Akuntabilitas)
Dalam
pemerintahan
Kepala
Desa
diwajibkan
memberi
laporan
pertanggungjawaban baik kepada pemerintah maupun masyarakat. Kepala Desa
mempunyai kewajiban memberi laporan pertanggungjawaban kepada BPD
(Badan
Permusyawaratan
Desa).
Pertanggungjawaban
atas
pelaksanaan
pemerintahan kepada BPD (Badan Permusyawaratan Desa) di laksanakan satu
tahun sekali. Kepala Desa melaporkan kegiatan yang telah dilaksanakan selama
satu tahun kepada BPD, apabila pertanggungjawaban tersebut disahkan oleh BPD
baru kemudian diajukan ke Bupati. Bapak Gatot sebagai kepala desa juga
mempunyai kewajiban melaporkan kegiatannya selama satu tahun kepada BPD
kemudian dilaporkan kepada Bupati, hal tersebut sudah dilaksanakan oleh Bapak
Gatot selaku kepala desa. Walaupun pemerintahan Bapak Gatot Baru berjalan
kurang lebih satu setengah tahun beliau mempunyai kewajiban untuk memberi
laporan pertanggungjawaban kepada BPD untuk dilaporkan kepada Bupati.
Selanjutnya pertanggungjawaban kepada masyarakat berupa perwujudan
program kerja yang telah disampaikan pada kampanye pencalonan. Dalam
pemilihah kepala desa setiap calon kepala desa diwajibkan menyampaikan
program kerja dan menandatangani kesepakatan bersama seperti pada lampiran 6.
Dengan adanya kesepkatan bersama diharapkan ketika nanti salah satu calon
calon kepala desa terpilih tidak terjadi kekacauan baik antara calon kepala desa
sendiri maupun team sukses serta para pendukung masing-masing calon.
63
Bagi calon kepala desa terpilih dalam melaksanakan pemerintahan
sebaiknya mewujudkan program kerja yang telah dijanjikan kepada warga pada
saat pencalonan. Bapak Gatot Sasongko sebagai kepala desa terpilih juga wajib
melaksanakan kewajibannya sebagai kepala desa dan mewujudkan program kerja
yang dijanjikan kepada warga, agar dapat mewujudkan keinginan warga untuk
mengadakan perubahan sistem pemerintahan yang selama ini dijalankan di desa
Gedongjetis agar lebih baik.
Pada masa jabatan bapak Gatot Sasongko yang telah berjalan kurang lebih
satu setengah tahun ini beliau telah melaksanakan kewajiban dan program
kerjanya tetapi belum sepenuhnya. Berikut wawancara dengan Bapak Agus
“sampai satu tahun masa jabatannya ini kinerja pemerintahan cukup baik, Pak
Gatot sering mengajukan proposal bantuan kepada Pemerintah Daerah untuk
pembangunan. Namun masih ada beberapa hal yang belum dapat dilaksanakan
dengan baik, misalnya dalam hal mengatasi permasalahan yang terjadi pada
warganya terutama perselisihan masalah tanah warisan”. (Wawancara, 3
September 2008). Pernyataan yang sama juga disampaikan Bapak Imron “kinerja
Pak Gatot sebagai kepala desa lumayan, walaupun belum pernah duduk di
pemerintahan tetapi beliau sudah tahu tentang tugas dan wewenangnya walaupun
sering juga bolos tanpa keterangan”. (Wawancara, 8 September 2008). Hal senada
juga disampaikan Bapak Sigit dan Ibu Lasmi bahwa Pak Gatot sudah
melaksanakan program kerja tetapi belum sepenuhnya. (Wawancara, 16
September 2008). Pernyataan Pak Sigit dan Ibu Lasmi diperkuat oleh pernyataan
Pak Sunardi dan Pak Suprapto menyatakan bahwa program kerja Pak Gatot sudah
terealisasi tetapi baru sebagian kecil dan belum menunjukkan perubahan pada
kesejahteraan masyarakat.
g.
Evektivitas
Evektivitas adalah produk yang diciptakan oleh pemerintah untuk
kepentingan masyarakat. Pak Gatot sudah membangun sejumlah bangunan untuk
kepentingan umum misalnya mushola sekolah, talud, dan pengaspalan jalan.
Namun, program kerja yang dijanjikan akan membuat saluran irigasi untuk
mengairi sawah belum sepenuhnya terlaksana. Warga merasa apa yang dilakukan
64
oleh Bapak Gatot belum membawa perubahan terhadap kesejahteraan masyarakat,
hasil panen masih seperti yang dahulu belum ada peningkatan. Penggunaan
saluran irigasi harus bergiliran padahal tanaman membutuhkan air pada saat
bersamaan sehingga menghambat pertumbuhan. Berikut hasil wawancara dengan
Bapak Slamet salah satu petani di Desa Gedongjetis: “Sawah di Desa Gedongjetis
merupakan sawah tadah hujan apabila musim kemarau hanya mengandalkan air
tanah yang didapat dengan memompa, tetapi di sini baru ada beberapa pompa
penggunaanya harus bergiliran dan harus membayar dengan hitungan perjam”.
(Wawancara, 4 September 2008).
h.
Visi Strategis
Sebagai kepala desa Pak Gatot harus mempunyai visi strategis untuk
menghadapi masa yang akan datang. Sesuai dengan keadaan geografis di
Gedongjetis di mana tanah pertaniannya merupakan sawah tadah hujan maka
kepala desa harus mempersiapkan pengairan dimusim kemarau dengan membuat
saluran irigasi. Namun kepala desa belum membuat saluran irigasi. Warga merasa
kecewa karena Kepala Desa tidak menghiraukan hal tersebut tetapi dana yang
sebenarnya dapat digunakan untuk membuat saluran irigasi justru digunakan
untuk rekreasi Kepala Desa bersama perngkatnya. Berikut yang disampaikan
Bapak Imron “Pada tanggal 31 Agustus kami (Kepala Desa dan peraangkat)
mengadakan acara rekreasi ke Tawangmangu dengan dana dari desa, tetapi tidak
semua perangkat ikut hanya yang mau saja”. (Wawancara, 8 September 2008).
i.
Keadilan
Keadilan tidak nampak dalam penyelesaian masalah tanah warisan dan
pembuatan sertivikat tanah Pak Gatot seringnya mendahulukan warga yang
memiliki hubungan dekat dengan beliau. (Wawancara, 1 September 2008).
Masalah tanah warisan merupakan masalah yang paling berat karena
penyelesaiannya membutuhkan proses yang lama dan melibatkan banyak orang,
tidak jarang pula masalah warisan menimbulkan perpecahan. Perpecahan tidak
hanya terjadi antar anggota masyarakat saja bahkan terjadi antar keluarga. Pak
Gatot Berikut yang di sampaikan Bapak Suparno.
65
Selama ini Bapak Gatot belum bisa menyelesaikan masalah tanah warisan,
saya sebagai sekertaris desa juga sudah berusaha membantu beliau tetapi
belum bisa juga karena mengambil keputusan masalah tanah warisan
memang benar-benar berat. Masalah tanah warisan tidak hanya melibatkan
orang-orang yang ada melainkan juga orang yang sudah meninggal dengan
begitu kepala desa akan kesulitan belum lagi nanti akan terjadi pertikaian
antar ahli waris. (Wawancara, 6 September 2008).
Dari pernyataan di atas berarti bapak Gatot belum mampu menyelesaikan
masalah tanah warisan padahal masalah tersebut adalah masalah yang sering
rerjadi pada masyarakat.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa dengan dukungan yang kuat
dari warga, kepala desa belum tentu dapat menciptakan kinerja pemerintahan yang
baik, karena jabatan dan uang dapat membuat orang lupa dengan janji yang
pernah disampaikan. Kepala Desa Desa Gedongjetis melupakan janji yang pernah
disampaikan kepada warga yang mendukungnya setelah beliau menjabat sebagai
kepala desa dan belum mampu melaksanakan prinsip-prinsip good governance.
Adapun prinsip-prinsip good governance yang sudah dilaksanakan oleh Bapak
Gatot antara lain partisipasi, orientasi kesepakatan, dan responsif, sedangkan
prinsip-prinsip good governance yang belum dapat dilaksnakan penegakan
hukum, tranparansi, keadilan, efektifitas, akuntabilitas, dan fisi strategis.
C. Temuan Studi
1. Perilaku politik adalah kegiatan yang dilakukan individu atau kelompok yang
berkenaan dengan proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik guna
memenuhi hak dan kewajibannya sebagai insan politik. Perilaku politik yang
ada di desa Gedongjetis yaitu warga melakukan pemilihan untuk memilih
pemimpin atau kepala desa. Namun yang terjadi di desa Gedongjetis adalah
sesuatu yang berbeda, pada saat pemilihan kepala desa warga tidak hanya
memberi dukungan moril (suara) tetapi juga dukungan materiil (uang dan
bahan makanan) kepada salah satu calon kepala desa. Perilaku politik yang
66
dilakukan warga Gedongjetis dipengaruhi oleh faktor identiifikasi figur,
identifikasi partai politik, dan isu kampanye. Warga melihat figur calon
kepala desa secara langsung sehingga mereka dapat menilai calon kepala
desa yang menjadi pemimpin mereka. Warga juga melihat partai politik yang
menjadi pilihan calon kepala desa dan isu kampanye yang telah dijanjikan
yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan warga.
Temuan studi yang didapat di desa Gedongjetis sesuai dengan yang
dikemukakan Ambo Upe (2008:205) faktor yang mempengaruhi perilaku
politik warga antara lain adalah identifikasi figur, identifikasi partai
politik, isu kampanye, juru kampanye, hibah politik, dan kelompok
penekan.
2. Pemerintahan yang baik (good governance) adalah pemerintahan yang baik
dalam ukuran proses maupun hasil-hasilnya, semua unsur bisa bergerak
secara sinergis, tidak saling berbenturan, memperoleh dukungan dari rakyat,
dan lepas dari gerakan-gerakan anarkis yang bisa menghambat laju
pembangunan. Jadi untuk menciptakan pemerintahan yang baik di desa
Gedongjetis maka unsur-unsur yang ada dalam pemerinthan desa tersebut
bisa bergerak sinergis, tidak saling berbenturan antara perangkat desa dan
memperoleh dukungan dari warga Gedongjetis serta tidak ada gerakangerakan anarkis dari warga Gedongjetis yang bisa menghambat laju
pembangunan. Kepala desa Gedongjetis sudah mampu mewujudkan prinsip
good governance antara lain partisipasi, orientasi kesepakatan, responsif.
Prinsip partisipasi yang sudah dilaksanakan kepala desa Gedongjetis yaitu
adanya keterlibatan warga dalam membuat keputusan walau dalam hal yang
sederhana. Selain itu kepala desa Gedongjetis dalam menyelesaikan masalah
selalu berdasar kesepakatan bersama melalui musyawarah mufakat serta
beliau peduli pada pendidikan warga yaitu kepala desa membuatkan mushola
untuk kelancaran kegiatan belajar karena tingkat pendidikan di desa
Gedongjetis tergolong rendah. Sedangkan prinsip-prinsip good governance
yang belum mampu diwujudkan seperti penegakan hukum, transparansi,
67
keadilan, efektivitas, akuntabilitas, dan visi strategis. Untuk mewujudkan cita
good governance harus diimbangi dengan komitmen untuk menegakkan
hukum namun yang terjadi di desa Gedongjetis segala sesuatunya
diselesaikan berdasar kesepakatan. Prinsip transparansi tidak terlihat pada
pemerintahan kepala desa Gedongjetis segala sesuatu diurusi sendiri oleh
kepala
desa
terutama mengenai
bantuan dari
Pemerintah
Daerah.
Pemerintahan kepala desa yang sudah berjalan kurang lebih satu tahun ini
kepala desa kurang adanya efektivitas hal tersebut terlihat masih terdapat
jalan-jalan yang rusak yang belum diperbaiki juga terdapat diskriminasi
dalam hal pelayanan misalnya dalam penyertifikatan tanah. Kepala desa
kurang memiliki visi strategis beliau belum mampu meningkatkan hasil
pertanian yang mana hal tersebut harus didukung dengan fasilitas tertentu.
Sampai sekarang kepala desa belum mampu mempertanggungjawabkan
program kerja yang disampaikan pada saat pencalonan yaitu pembuatan
saluran irigasi untuk persawahan. Temuan ini sesuai dengan hasil kajian
Lembaga
Administrasi
Negara
(LAN)
bahwa
prinsip
yang
harus
dilaksanakan dan dikembangkan dalam penyelenggaraan pemerintahan yang
baik yaitu partisipasi, penegakan hukum, transparansi, responsif, orientasi
kesepakatan, keadilan, efektivitas, akuntabilitas, dan visi strategis.
68
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis hasil penelitian didapat suatu kesimpulan sebagai
berikut:
1. Perilaku politik warga Gedongjetis pada saat pemilihan kepala desa berbeda
dengan perilaku warga di desa-desa lain pada saat pemilihan kepala desa.
Untuk mewujudkan pemerintahan yang baik di desa Gedongjetis warga
memberi dukungan sepenuhnya kepada salah satu calon kepala desa.
Dukungan tersebut berupa dukungan moril dan materiil. Dukungan moril
berupa pemberian suara kepada calon kepala desa yang didukung, sedangkan
dukungan materiil berupa uang dan bahan kebutuhan pokok untuk keperluan
persiapan pencalonan. Perilaku warga yang demikian di pengaruhi oleh
beberapa hal diantaranya adalah identifikasi figur, identifikasi partai politik
dan isu kampanye.
2. Pemerintahan yang baik (good governance) akan terwujud apabila kepala
desa Gedongjetis mampu mewujudkan prinsip-prinsip good governance, dan
melaksanakan tugas serta wewenangnya. Kepala desa Gedongjetis baru
mampu mewujudkan prinsip partisipasi yaitu didalam pemerintahan kepala
desa Gedongjetis terdapat peran serta warga dalam pengambilan keputusan.
prinsip yang lain yang sudah dapat diwujudkan adalah orientasi kesepakatan,
kepala desa Gedongjetis dalam memutuskan segala sesuatu berdasarkan
musyawarah untuk mufakat dan kesepakatan bersama serta kepala desa
peduli terhadap kesejateraan warga terutama dalam hal pendidikan. Selain
prinsip-prinsip yang sudah dipenuhi tersebut masih terdapat prinsip good
governance yang belum dapat diwujudkan antara lain penegakan hukum,
tranparansi, keadilan, efektifitas, akuntabilitas, dan visi strategis. Dengan
68
69
demikian harapan warga untuk merubah sistem pemerintahan good
governance belum terwujud.
B. Implikasi
Berdasarkan pada kesimpulan hasil penelitian yang telah dikemukakan di
atas maka diperoleh implikasi sebagai berikut:
1. Perilaku politik adalah kegiatan yang dilakukan oleh insan/individu atau
kelompok guna memenuhi hak dan kewajiban sebagai insan politik. Sesuai
dengan pengertian di atas maka warga Gedongjetis telah melakukan kegiatan
yang berkenaan dengan proses pembuatan dan pelaksaan keputusan politik
guna memenuhi hak dan kewajiban sebagai insan politik dalam pemilihan
kepala desa. Warga desa Gedongjetis telah menggunakan hak politiknya
dengan melakukan pemilihan untuk memilih wakil rakyat atau pemimpin.
Perilaku politik warga dalam pemilihan kepala desa di Desa Gedongjetis
Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten berbeda dengan perilaku warga di desadesa lain pada saat pemilihan kepala desa. Warga desa Gedongjetis melakukan
hal yang berbeda dalam menentukan pilihan pada saat Pilkades dengan
memilih calon kepala desa yang tidak menggunakan uang untuk mendapat
dukungan. Warga berbuat demikian karena dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya identifikasi figur, identifikasi partai politik, dan isu kampanye.
Dengan perilaku warga yang demikian maka dapat mengurangi paktik politik
uang dalam setiap pemilihan kepala desa.
2. Kinerja pemerintahan kepala desa di Desa Gedongjetis belum dapat
mewujudkan pemerintahan yang baik, dalam perwujudan good governance
pemerintah harus mampu melaksanakan sembilan prinsip good governance
menurut Lembaga Administrasi Negara (LAN) (Triyanto, 2006:26) yaitu
partisipasi, penegakan hukum, transparansi, responsif, orientasi kesepakatan,
keadilan, efektivitas, akuntabilitas, dan visi strategis. Di desa Gedongjetis
belum terwujud good governance prinsip yang sudah dapat dilaksanakan
hanya partisipasi, responsif, dan orientasi kesepakatan, sedangkan prinsip
yang belum dapat dilaksanakan yaitu penegakan hukum, tranparansi, keadilan,
efektifitas, akuntabilitas, dan visi strategis. Dengan demikian kepala desa
70
belum dapat mewujudkan harapan dari masyarakat yang telah mendukungnya
sehingga good governance belum tercapai. Maka kepala desa Gedongjetis
harus berusaha lagi agar mampu melaksanakan prinsip-prinsip good
governance.
C. Saran
1. Bagi Program Pendidikan Kewarganegaraan
a. Diharapkan mampu menciptakan warga negara yang tangguh yang tidak
mudah terpengaruh oleh money politics dalam memilih pemimpin
b. Diharapkan mampu memberikan pendidikan politik terkait dengan hak dan
kewajiban warga negara sehingga warga mampu menggunakan hak
politiknya dengan baik.
2. Bagi kepala desa Gedongjetis
a. Kepala desa sebagai seseorang yang mempunyai jabatan tertinggi di desa
diharapkan mampu memberi contoh kepada masyarakat
b. Sebagai seseorang yang sudah dipercaya masyarakat sebaiknya mampu
mewujudkan apa yang menjadi harapan masyarakat
c. Pemerintah desa Gedongjetis diharapkan mampu menghilangkan budaya
KKN yang selama ini berkembang di pemerintahan desa
d. Pemerintah desa Gedongjetis diharapkan mampu meminimalisir praktik
money politics disetiap pesta politik khususnya Pilkades
3. Bagi masyarakat Desa Gedongjetis
a. Masyarakat desa Gedongjetis diharapkan mampu mengawasi kinerja
pemerintahan sehingga tercipta good governance
b. Masyarakat desa Gedongjetis diharapkan dalam memilih pemimpin tidak
semata-mata karena uang.
71
DAFTAR PUSTAKA
Ambo Upe. 2008. Sosiologi Politik Kontemporer. Jakarta : Prestasi Pustaka
Anonim. Peraturan Bupati Klaten Nomor 2 Tahun 2007 tentang Tata Cara
Pemilihan Pengangkatan Pelantikan dan Pemberhentian Kepala Desa.
Anonim. 2008. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum
Indonesia ….: Bandung: Fokusmedia
Anonim. 2007. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2006
tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Trinity
Anonim. 2006. Himpunan Peraturan dan Petunjuk Pelaksanaan Pemerintahan
Desa dan Kelurahan. Bandung : Fokusmedia
Budiyanto. 2004. Kewarganegaraan. Jakarta: Erlangga
Firmansyah . 2007 . Marketing Politik. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia
Lexy J Moleong. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
Karya
Ritzer, George, & Goodman J Douglas. 2005. Teori Sosiologi Modern. Jakarta:
Perdana Media
Sarlito Wirawan Sarwono. 2005. Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka.
Sevilla G Consuelo. 1993. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: UI Pers.
Soerjono soekanto. 2000. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Ghalia Indo
Srijanti. 2006. Etika Berwarga Negara. Jakarta: Salemba Empat.
Sudjiono Sastroadmodjo . 1995 . Perilaku Politik. Semarang : IKIP Semarang
Pers
Suharti. 2005. Hubungan Sikap Terhadap Money Politics dengan Partisipasi
Politik... Surakarta: Skripsi
Sutopo HB. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta : UNS Pers
Triyanto, SH. MHum. 2006.Hand Out Negara Hukum dan Ham. Surakarta.
____________2007. PKN Progresif ISSN 1907-5332. Surakarta
Winarno Surakmad. 2004. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung : Tarsito
71
72
Sumber Internet
Muhamad Syafii. ”Pelaku Money Politics Dalam Pilkades akan dipidana”
(http: Radio Komunitas suara warga. Com diakses tanggal 7 Juni 2008)
Raffy Machrifani ”Pengaruh Keyakinan Pada Nilai-nilai Good Governance dan
Sikap Proaktif Terhadap Penciptaan Transparansi” (path: Top>>S2- S2Theses>>Develoment Studies>>2002)
Saefulloh Fatah.eep. ”Pemilih Harus Dipersiapkan Untuk Maknai Pilkada”.
(online) ( http : www. Kompas .com / kompas diakses tanggal 22 januari
2008)
www.wikipedia.org.id.,”Perilaku Politik” di akses tanggal 15 Mei 2008
www.blog.ridho.net ”Pilkades Klaten” di akses 7 Juni 2008
Download