Evaluasi Pertumbuhan Populasi Nila (Oreochromis niloticus) Di Dua

advertisement
Aquacultura Indonesiana (2005) 6(2) : 79–84
ISSN 0216–0749
Evaluasi Pertumbuhan Populasi Nila (Oreochromis niloticus) Di Dua
Lokasi Penelitian Berbeda
Rudhy Gustiano1, Yanti Suryanti2 dan Ani Widiyati1
1)Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar,
Jl. Sempur No. 1, Bogor 16151; Email: [email protected]
2) Instalasi Riset Budidaya Ikan Hias Air Tawar,
Jl. Perikanan, Pancoran Mas, Depok 41152
Abstract
Rudhy Gustiano, Yanti Suryanti and Ani Widiyati. 2005. Evaluation of growth nile (Oreochromis niloticus)
population at two different research installations. Aquacultura Indonesiana, 6(2) : 79–84. Nile tilapia is an
important freshwater cultured species. Objective of the present study was to obtain the good populations of
Oreochromis niloticus based on their growth performance. Four populations (GIFT–6, GIFT–3, local, dan Tempe)
were used in this study. The test used floating cages placed in four earthen ponds as replication, in the Cijeruk
Research Installation, Bogor. Meanwhile, in Cibalagung Research Installation, sixteen cages were placed in 250 m2
pond. Density used in this study was 100 fish per cage. Biomass, length, and survival rate were observed for four
months. The results showed that there were no significant different (P>0.01) among four populations for biomass
at the end of experiment. Significant different (P<0.01) among population was exist for length parameter. In which
the local population was the best in Cijeruk. Population of GIFT–6 was the best in Cibalagung. In both research
installations, population Tempe was the worst. Based on the results obtained from the present study, the best
population could be used as candidate for selective breeding program.
Keywords : Genetic; Nile tilapia; Oreochromis niloticus; Growth rate
Abstrak
Ikan nila merupakan komoditas andalan budidaya air tawar. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
populasi ikan nila yang memiliki keragaan pertumbuhan baik sebagai kandidat untuk program seleksi. Empat populasi
ikan nila (GIFT–6, GIFT–3, lokal, dan tempe) digunakan dalam penelitian ini. Penelitian dilakukan dalam kantong
jaring yang diletakan dalam 4 buah kolam sebagai ulangan, di Instalasi Penelitian Cijeruk, Bogor. Sedangkan di
Instalasi Cibalagung, 16 buah jaring di letakkan di dalam kolam berukuran 250 m2. Padat penebaran yang digunakan
adalah sebanyak 100 ekor ikan/jaring. Parameter yang diamati adalah pertumbuhan biomas selama 4 bulan pengamatan,
pertumbuhan panjang individu, dan derajat kelangsungan hidup. Hasil yang diperoleh memperlihakan bahwa tidak
ada perbedaan untuk parameter biomas dari 4 populasi nila yang diuji (P>0,01). Sedangkan untuk pertumbuhan
panjang individu terdapat perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) dari empat populasi yang diamati. Populasi nila
lokal memiliki pertumbuhan terbaik untuk lokasi penelitian di Cijeruk. Sedangkan untuk lokasi penelitian di Cibalagung
nila GIFT–6 memperlihatkan pertumbuhan panjang terbaik. Populasi nila Danau Tempe memperlihatkan pertumbuhan
yang paling rendah di kedua lokasi percobaan. Berdasarkan hasil yang diperoleh populasi terbaik yang diperoleh
pada penelitian ini dapat digunakan sebagai kandidat dalam program pemuliaan.
Kata kunci: Genetik; Nila; Oreochromis niloticus; Pertumbuhan.
Pendahuluan
Ikan nila (Oreochromis niloticus)
merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang
mempunyai nilai ekonomis penting dan merupakan
komoditas unggulan (Sukadi, 2002). Dalam upaya
untuk meningkatkan produksi ikan nila, pemerintah
telah melakukan beberapa upaya pembenahan,
diantaranya dengan melakukan introduksi ikan nila
dari luar untuk jenis GIFT generasi ke tiga dan ke
enam pada tahun 1995 dan 1997. Jenis ikan nila
introduksi ini teruji memiliki pertumbuhan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan ikan nila yang telah lama
dipelihara di Indonesia (Widiyati et al., 1996).
Namun demikian, beberapa tahun setelah introduksi
terjadi penurunan pertumbuhan dan kematangan
gonad pada usia dini pada nila GIFT (Ariyanto dan
Imron, 2002; Widiyati, 2003). Kondisi tersebut dapat
 Hak cipta oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia 2005
79
Aquacultura Indonesiana, Vol. 6, No. 2, Agustus 2005 : 79–84
terjadi karena penggunaan jumlah induk yang
terbatas “inbreeding” dan persilangan yang tidak
terkontrol yang dapat menurunkan pertumbuhan
ikan nila tersebut.
Beberapa studi yang berkaitan dengan kajian
genetik ikan nila di Indonesia telah banyak
dikemukakan. Matricia et al. (1989) melaporkan
bahwa ada “pleiotropic effect” dari gen pembawa
warna pada keragaan pertumbuhan ikan nila.
Jangkaru et al.(1992) mengatakan bahwa
pertumbuhan ikan nila berwarna merah memiliki
pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan
ikan nila berwarna hitam. Menurut Brzesky dan
Doyle (1988), ikan nila jantan dan betina memiliki
morfologi yang berbeda. Sedangkan Nugroho et
al. (2002), mengemukakan bahwa terdapat variasi
genetik dari beberapa populasi nila GIFT yang
dikoleksi dari Sukamandi, Cirata, dan Sukabumi.
Wakhid dan Suwarsito (2003) mengatakan bahwa
tidak ada perbedaan ketahanan penyakit
Aeromonas pada ikan nila jenis GIFT dan
Chitralada. Dalam rangka meningkatkan produksi
ikan nila sangat dibutuhkan informasi dan data
populasi yang berkualitas baik yang dapat dijadikan
kandidat pada program perbaikan kualitas ikan nila.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan
evaluasi pertumbuhan empat populasi ikan nila
(GIFT–6, GIFT–3, lokal, dan tempe). Sasaran
penelitian ini adalah mendapatkan populasi ikan nila
yang memiliki pertumbuhan baik untuk program
perbaikan kualitas ikan nila.
Materi dan Metode
Pengujian pertumbuhan dilakukan di kolam
tanah dengan memelihara jenis populasi yang
berbeda secara terpisah di dalam jaring (1x1x1 m3)
sebagai perlakuan di kolam percobaan Cijeruk
(3x6x2 m3). Empat buah kolam digunakan sebagai
ulangan. Jenis populasi yang digunakan pada
penelitian ini adalah nila GIFT–6, GIFT–3, lokal,
dan tempe. Benih berukuran 47 mm digunakan
dalam penelitian ini dengan kepadatan 100 ekor/
jaring, dan dipelihara selama 4 bulan. Pakan
diberikan sebesar 5% biomas dengan penyesuaian
setiap 2 minggu, dan frekuensi pemberian tiga kali
per hari, yaitu pada pukul 09.00, 13.00, dan 17.00
WIB. Sedangkan penelitian di Cibalagung
menggunakan16 jaring berukuran 2x2x1 m3
diletakkan di dalam kolam berukuran 250 m2 .
Kepadatan yang digunakan adalah 100 ekor/jaring.
80
Perlakuan-perlakuan lain menggunakan bahan dan
metode yang sama dengan percobaan yang di
lakukan di Cijeruk.
Koleksi data pertumbuhan, dilakukan untuk
mendeteksi potensi keunggulan pertumbuhan biomas
ikan uji, panjang standard dan berat, serta
kelulushidupan masing-masing kelompok ikan.
Pengamatan ini dilakukan setiap dua minggu sekali.
Sampling dilakukan sebanyak 30 ekor ikan yang
disampling secara acak per jaring. Data
pertumbuhan panjang dan berat ditransformasi
terlebih dahulu kedalam logaritmik sebelum
dilakukan uji statistik untuk menormalkan sebaran.
Analisis data menggunakan 0 (MANOVA) dan
dilanjutkan dengan Tukey HSD tes pada program
STATISTICA V.6 untuk menguji tingkat perbedaan
yang ada.
Perhitungan pertambahan biomas dan laju
pertambahan panjang bulanan menggunakan rumus
sebagai berikut (Matricia et al., 1989):
dW = Wt - Wo
dW = rataan pertumbuhan biomas (g)
Wt = biomas rataan pada minggu ke delapan (g)
Wo = biomas rataan pada awal penelitian (g)
Gi = [(Li(t2) – 47)]/4
Gi = perubahan panjang dalam unit mm per bulan
Li(t2)= panjang ikan ke i pada minggu ke delapan
Hasil
Kolam Percobaan Cijeruk
Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa biomas
yang tinggi diperoleh pada populasi nila lokal.
Sedangkan yang rendah terdapat pada populasi nila
tempe. Namun demikian pertumbuhan biomas dari
empat populasi nila yang diamati tidak berbeda nyata
(P>0,01).
Pertumbuhan panjang individu (Tabel 2)
memperlihatkan bahwa pertumbuhan tertinggi
diperoleh pada populasi nila lokal. Sedangkan yang
terendah diperoleh pada populasi ikan nila Danau
Tempe. Hasil uji statistik memperlihatkan
memperlihatkan bahwa populasi nila lokal berbeda
nyata dengan ketiga populasi nila lainnya (P<0,01).
Populasi nila GIFT–3 dan GIFT–6 tidak berbeda
nyata (P>0,01), tapi kedua populasi tersebut
berbeda nyata (P<0,01) dengan populasi ikan nila
Danau Tempe (Gambar 1).
 Hak cipta oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia 2005
Evaluasi pertumbuhan populasi nila (Oreochromis niloticus) (Rudhy Gustiano et al.)
Tabel 1. Nilai rataan pertumbuhan biomas dari empat populasi ikan nila selama 4 bulan masa pemeliharaan
Lokasi
Perlakuan (Populasi)
Ulangan (jaring)
Rataan
SE (g)
Rataan
± se+(gram)
Cijeruk
GIFT-6
3
2733 ± 101.4
Tempe
3
2636 ± 139.8
Lokal
4
2765 ± 45.0
GIFT-3
4
2657 ± 120.3
Tabel 2. Pertumbuhan panjang individu dalam unit mm per bulan untuk 4 populasi ikan nila
Rataan ±
+ SE
Rataan
se (mm)
Lokasi
Perlakuan (Populasi)
Ulangan (individu)
Cijeruk
GIFT-6
90
25,5 ± 0,25
Tempe
90
24,1 ± 0,35
Lokal
120
26,8 ± 0,26
GIFT-3
120
25,7 ± 0,23
28
Perubahan panjang (mm per bulan)
27
26
25
24
±1.96*Std. Err.
±1.00*Std. Err.
23
GIFT-6
D.Tempe
Lokal
GIFT-3
Mean
Populasi
Gambar 1. Box plot perubahan panjang empat populasi ikan nila di instalasi kolam percobaan Cijeruk, Bogor
Keragaan kelulus hidupan dapat disajikan
pada Tabel 3. Populasi ikan nila dari Danau Tempe
memiliki derajat kelangsungan hidup tertinggi, diikuti
oleh ikan nila GIFT–6, GIFT–3 dan Lokal.
Pengamatan terhadap rasio kelamin jantan
dan betina pada populasi yang diamati berkisar
antara 1,6 sampai 2 (Tabel 4). Berdasarkan data
tersebut, persentase jantan yang terbanyak terdapat
pada populasi ikan nila di Danau Tempe. Sedangkan
persentase terkecil ada pada populasi ikan nila
GIFT-6.
 Hak cipta oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia 2005
81
Aquacultura Indonesiana, Vol. 6, No. 2, Agustus 2005 : 79–84
Tabel 3. Derajat kelangsungan hidup rata-rata (%) 4 populasi ikan nila selama 4 bulan masa pemeliharaan
Lokasi
Perlakuan (Populasi)
Ulangan (jaring)
Rataan±+ se
SE(%)
(%)
Rataan
Cijeruk
GIFT-6
3
82,3 ± 3,84
Tempe
3
85,3 ± 5,17
Lokal
4
71,3 ± 2,95
GIFT-3
4
75,8 ± 4,61
Tabel 4. Rasio ikan nila jantan dan betina pada empat populasi ikan nila di Cijeruk
Populasi
Jumlah individu
Jantan
Betina
Rasio
GIFT-6
306
188
118
1,6 : 1
Tempe
310
207
103
2,0 : 1
Lokal
262
170
92
1,9 : 1
GIFT-3
258
163
95
1,7 : 1
Kolam Pecobaan Cibalagung
Pada Tabel 5 menunjukkan bahwa biomas
yang tinggi diperoleh pada populasi nila GIFT–3.
Sedangkan yang rendah diperoleh pada populasi nila
Tempe. Pertumbuhan biomas dari empat populasi
nila yang diamati tidak berbeda nyata (P>0,01).
Pertumbuhan panjang individu (Tabel 6)
memperlihatkan bahwa pertumbuhan tertinggi
diperoleh pada populasi ikan nila GIFT–6. Sedangkan
yang terendah diperoleh pada populasi ikan nila
Danau Tempe. Nila GIFT–6 berbeda nyata
(P<0,01) dengan ketiga populasi lainnya (Gambar
2). Sedangkan populasi nila GIFT–3 dan Lokal tidak
berbeda nyata (P>0,01). Namun kedua populasi
tersebut berbeda nyata (P<0,01) dengan populasi
ikan nila dari Danau Tempe.
Data keragaan kelangsungan hidup disajikan
pada Tabel 7. Populasi ikan nila dari Danau Tempe
memiliki derajat kelangsungan hidup tertinggi, diikuti
oleh ikan nila GIFT–6, Lokal dan GIFT–3.
Pembahasan
Berdasarkan hasil yang diperoleh nampak
bahwa meskipun tidak terdapat perbedaan
pertumbuhan biomas dari populasi yang diamati,
tetapi ada perbedaan yang sangat nyata pada
pertumbuhan ukuran panjang individu. Untuk
pertumbuhan panjang tersebut, populasi nila lokal
memiliki pertumbuhan terbaik dibandingkan dengan
populasi lainnya di Cijeruk. Sedangkan untuk
Cibalagung adalah GIFT–6. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Widiyati et al. (1996) menggunakan
Tabel 5. Nilai rataan pertumbuhan biomas dari empat populasi ikan nila selama 4 bulan masa pemeliharaan
82
Lokasi
Perlakuan (Populasi)
Ulangan (jaring)
Rataan
+ SE
(g)
Rataan
± se
(gram)
Cibalagung
GIFT-6
3
2303 ± 18,6
Tempe
4
2180 ± 135,9
Lokal
4
2340 ± 59,4
GIFT-3
3
2486 ± 168,3
 Hak cipta oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia 2005
Evaluasi pertumbuhan populasi nila (Oreochromis niloticus) (Rudhy Gustiano et al.)
Tabel 6. Pertumbuhan panjang individu dalam unit mm per bulan untuk 4 populasi ikan nila
Lokasi
Perlakuan (Populasi)
Ulangan (individu)
Rataan +± SE
Rataan
se
Cibalagung
GIFT-6
90
26,1 ± 0,27
Tempe
90
23,2 ± 0,32
Lokal
120
24,7 ± 0,24
GIFT-3
90
24,6 ± 0,36
Tabel 7. Derajat kelangsungan hidup rata-rata (%) 4 populasi ikan nila selama 4 bulan masa pemeliharaan
Lokasi
Perlakuan (Populasi)
Ulangan (jaring)
Rataan±+se
SE(%)
(%)
Rataan
Cibalagung
GIFT-6
3
77,0 ± 3,51
Tempe
4
87,0 ± 0,91
Lokal
4
73,2 ± 4,85
GIFT-3
3
70,3 ± 2,33
27
Perubahan panjang (mm per bulan)
26
25
24
23
±1.96*Std. Err.
±1.00*Std. Err.
22
GIFT-3
D. Tempe
Lokal
GIFT-6
Mean
Populasi
Gambar 2. Box plot perubahan panjang empat populasi ikan nila di instalasi kolam percobaan Cibalagung, Bogor
populasi nila lokal, Chitralada dan GIFT–3
didapatkan hasil bahwa populasi nila lokal lebih
unggul pertumbuhan bobotnya di daerah bersuhu
rendah dibandingkan dengan populasi ikan nila
lainnya. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya
dapat dikemukakan bahwa untuk daerah Cijeruk
dimana suhu air relatif rendah (22C), populasi nila
lokal memberikan pertumbuhan yang lebih baik
dibandingkan dengan jenis populasi lainnya.
Sedangkan untuk lokasi Cibalagung dimana suhu
relatif lebih hangat (29C) dibandingkan Cijeruk
populasi nila GIFT-6 memiliki pertumbuhan panjang
yang lebih baik dibandingkan dengan populasi
lainnya. Hasil ini memberikan adanya indikasi
interaksi antara faktor genetik dan lingkungan pada
populasi ikan nila yang digunakan.
Untuk perbedaan pertumbuhan panjang
(kecuali untuk GIFT–3 dan GIFT–6) yang diperoleh
memberikan indikasi adanya perbedaan
pertumbuhan secara morfometri dari populasi-
 Hak cipta oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia 2005
83
Aquacultura Indonesiana, Vol. 6, No. 2, Agustus 2005 : 79–84
populasi ikan nila yang digunakan pada penelitian
ini. Studi yang berkaitan dan membahas kajian
bentuk morfometri ikan nila telah dilakukan oleh
Ariyanto dan Imron (2002), Ariyanto (2003) dan
Widiyati (2003). Dalam penelitian dengan
menggunakan metode “TRUSS” dikemukakan
bahwa perbedaan antar populasi nila terdapat pada
karakter-karakter yang memberikan kontribusi pada
perbedaan bentuk tubuh untuk tinggi badan dan
panjang.
Untuk derajat kelangsungan hidup, nilai
tertinggi diperoleh pada populasi nila Danau Tempe.
Hasil yang diperoleh tersebut memberikan dugaan
kuat bahwa nampaknya populasi nila Danau tempe
telah dapat beradaptasi dengan baik dengan kondisi
lingkungan di Cijeruk dan Cibalagung, tempat
dimana populasi tersebut dibudidayakan selama ini,
dibandingkan dengan populasi ikan nila lainnya yang
baru didatangkan dari daerah lain. Sedangkan hasil
pengujian derajat kelulus hidupan menunjukkan
adanya perbedaan nyata antar populasi uji. Hasil
ini berbeda dengan penelitian yang dilaporkan oleh
Widiyati et al.(1996) yang melakukan pengujian
terhadap tiga populasi ikan nila yang berbeda, dan
Wakhid dan Suwarsito (2003) untuk ketahanan
terhadap penyakit.
Berdasarkan data rasio jantan dan betina
pada empat populasi yang diamati, tampak bahwa
rasio pada populasi yang digunakan dalam penelitian
ini belum berpengaruh terhadap pertumbuhan. Data
yang ada memperlihatkan meskipun populasi ikan
nila Danau Tempe memiliki persentase jantan
terbanyak namun tidak menunjukkan keragaan
pertumbuhan yang lebih baik. Kondisi ini
dikarenakan oleh karena usia kematangan gonad
belum dicapai untuk mempengaruhi pertumbuhan
antara jenis jantan dan betina.
Kesimpulan
Nila lokal dan GIFT memiliki pertumbuhan
yang lebih baik dibandingkan dengan dengan
populasi nila Danau Tempe dalam aspek
pertumbuhan bobot tubuh dan panjang individu.
84
Populasi terbaik dalam penelitian ini dapat digunakan
sebagai kandidat dalam program pemuliaan.
Daftar Pustaka
Ariyanto, D. dan Imron. 2002. Keragaan TRUSS
morphometri ikan nila (Oreochromis niloticus)
strain 69; GIFT G–3, dan GIFT G–6. Jurnal
Penelitian Perikanan Indonesia, 8: 11–18.
Ariyanto, D. 2003. Analisis keragaman genetik tiga strain
ikan nila dan satu strain ikan mujair berdasarkan
karakter morfologinya. Zuriat, 14: 44–53.
Brzesky, V.J. and R.W. Doyle. 1988. A morphometric
criterion for sex discrimination in tilapia. In: R.S.V.
Pullin, T. Bukaswan, K. Tonguthai and J.L. Maclan
(Eds.), The second ISTA, Bangkok, Thailand.
ICLARM Conf. Proc., 15: 439–444.
Jangkaru, Z., M. Sulhi dan S. Asih. 1992. Uji banding
pertumbuhan ikan nila merah jantan dan hitam
jantan dipelihara dalam kolam secara intensif. In:
Supriyadi (Ed.), Prosiding Seminar Hasil
Penelitian Perikanan Air Tawar 1991/1992,
Balitkanwar, Sukamandi, hlm. 68–72.
Matricia, T., A.J. Talbot and R.W. Doyle. 1989.
Instantaneous growth rate of tilapia genotypes
in undisturbed aquaculture systems. I. “Red” and
“Grey” morphs in Indonesia. Aquaculture, 77:
295–302.
Nugroho, E., A. Widiyati dan T. Kadarini. 2002. Keragaan
genetik ikan nila GIFT berdasarkan polimorfisme
mitokondria DNA d-loop. Jurnal Penelitian
Perikanan Indonesia, 8: 1–6.
Sukadi, M.F. 2002. Peningkatan teknologi budidaya
perikanan. Jurnal Ikhtiologi Indonesia, 2: 61–
66.
Wakhid, A dan Suwarsito. 2003. Uji kekebalan ikan nila
strain GIFT dan Chitralada. Sains Akuatik, 6: 96–
100.
Widiyati, A., Sudarto, L. Emmawati dan T. Kadarini. 1996.
Evaluasi pertumbuhan beberapa strain ikan nila
(Oreochromis niloticus). In: A. Sarnita (Ed.),
Prosiding Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar
1994/1995, Balitkanwar, Sukamandi, hlm. 44–49.
Widiyati, A. 2003. Keragaan fenotipa dan genotipa ikan
nila (Oreochromis niloticus) dari Danau Tempe
(Sulawesi Selatan) dan beberapa sentra produksi
di Jawa Barat. Tesis, Magister Sains, IPB, 41 hlm.
 Hak cipta oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia 2005
Download