PENYELIDIKAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI MASSEPE KABUPATEN SINDENRENG RAPPANG PROVINSI SULAWESI SELATAN Bangbang Sulaeman1, Andri Eko Ari. W1, Supeno1 1 Kelompok Program Penelitian Panas Bumi ABSTRAK Penyelidikan geokimia sebagai bagian dari penyelidikan terpadu panas bumi, telah dilakukan di daerah panas bumi Massepe, Kabupaten Sindenreng Rappang, Sulawesi Selatan. Luas daerah penyelidikan adalah (13 x 15) km2, berada pada posisi geografis antara 119o 44’ 15,5” - 119o 51’ 17,25” BT dan 3o 56’ 41” – 4o 4’ 30,6 ” LS. Gejala panasbumi daerah Massepe-Sidrap berupa pemunculan mata air panas dengan temperatur antara 33 - 69 oC, debit 0.5 – 4.0 l/menit dan pH 6.70 - 8.30. Hasil analisa kimia mata air panas Pajalele (Pajalele-1, Pajalele-2 dan Pajalele-3) menunjukkan kandungan ion-ion seperti klorida (Cl), bikarbonat (HCO3) dan ion sulfat (SO4 relatif tinggi antara 984.31 – 1039.45 ppm, HCO3 antara 1018.41 – 1060.92 ppm dan Cl antara 718.66 – 779.27 ppm dan setelah diplot kedalam diagram segitiga Cl-SO4-HCO3 termasuk ke dalam tipe air panas bikarbonat – sulfat dan berada di daerah “immature waters”. Sedangkan mata air panas Alakuang dengan temperatur mata air panas 45.3 o C yang menunjukkan kandungan ion-ion seperti klorida(Cl), silika (SiO2) dan bikarbonat (HCO3) relatif tinggi adalah 943.78 ppm, 142.07 ppm dan 584.68 ppm sedangkan ion sulfat (SO4 ) relatif rendah hanya 2.00 ppm dan setelah diplot ke dalam diagram segitiga CL-SO4-HCO3 termasuk kedalam tipe air panas klorida – bikarbonat dan termasuk dalam zona mature water. Temperatur bawah permukaan diperkirakan sekitar 193 oC, termasuk temperatur sedang (medium), yaitu dengan mempertimbangkan kondisi temperatur manifestasi paling tinggi di daerah Pajalele, pH air panas relatif netral dan berada di zona perbatasan partial. Tanah dan udara tanah pada kedalaman satu meter, memperlihatkan kandungan unsur Hg tanah antara 7- 259 ppb dan kandungan CO2 dalam udara tanah antara 0.03 – 6.34 %, yang dijumpai di sekitar manifestasi Pajalele, Alakuang, Torere dan Warede dengan pola penyebaran CO2 berarah hampir Utara-Selatan. PENDAHULUAN Dalam upaya pengembangan potensi panas bumi di Indonesia, khususnya di Sulawesi Selatan, pemerintah pusat melalui Pusat Sumber Daya Geologi telah melakukan penyelidikan geokimia daerah panas bumi Massepe termasuk dalam wilayah Kecamatan Tellu Limpoe, Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), Provinsi Sulawesi Selatan. Luas daerah untuk survei geologi adalah (13 x 15) km2, berada pada posisi geografis antara 119o 44’ 15,5” - 119o 51’ 17,25” BT dan 3o 56’ 41” – 4o 4’ 30,6 ” LS, (Gambar 1), termasuk dalam peta topografi (Bakosurtanal) lembar Pare - Pare, Batu-batu, Barru dan Watan Soppeng skala 1 : 50.000. MANIFESTASI PANAS BUMI Kenampakan gejala panas bumi di daerah panas bumi Massepe berupa sumber mata air panas dengan hembusan uap dan bualan gas yang muncul di beberapa lokasi yang tersebar di sepanjang pinggir Sungai Jampanua atau biasa disebut Sungai Pajalele – Massepe dan dijumpai adanya sumber mata air panas yang terdapat di tengah pesawahan wilayah Desa Alakuang. Di sekitar manifestasi Pajalele-Massepe dijumpai adanya endapan warna ke putih-putihan yang membentang pada pedataran yang membujur dari arah timur laut ke baratdaya dan lokasi berada di sekitar Kampung Pajalele juga dijumpai di sekitar mata air panas Alakuang. Keseluruhan manifestasi panas bumi daerah Massepe ini termasuk ke dalam wilayah Desa Pajalele, Kecamatan Tellu Limpoe dan Desa Alakuang, Kecamatan Watan pulu, Kabupaten Sidrap, Provinsi Sulawesi Selatan. • Air panas Pajalele-1 (APPL-1) berada di sekitar Kampung Pajalele, yang secara administratif berada di Desa Pajalele, Kecamatan Tellu Limpoe dan secara geografis manifestasi tersebut terletak pada koordinat UTM x= 0811714 mT dan Y= 9556072 mU dengan ketinggian 24 m dpl. Temperatur mata air panas terukur di lapangan sekitar 40.1 – 41.8 0 C pada temperatur udara setempat 26.8 o C, pH 7.40 dengan daya hantar listrik yang relatif tinggi sekitar 5130 µmho/cm dan debit sekitar 0.5 liter/detik. Mata air panas tersebut muncul melalui rekahan batuan. Luas manifestasi panas bumi Pajalele1 sekitar 2 x 1 m. Kondisi fisik dari air panas tersebut agak keputih-putihan, sedikit berbau, berasa kesat, kadang-kadang muncul gelembung gas dan adanya endapan air panas warna keputihputihan diperkirakan berupa sinter karbonat. • Air panas Pajalele - 2 (APPl-2) berada di tengah pemukiman penduduk berupa kolam kecil lokasi di sekitar Kampung Lingkungan Satu Pajalele, Desa Pajalele, Kecamatan Tellu Limpoe dan secara geografis terletak pada koordinat UTM X=0811985 mT, Y= 9555945 mU dengan ketinggian 26 m dpl. Temperatur mata air panas terukur di lapangan sekitar 58.8–59.3 0C pada temperatur udara setempat 28.5 oC, pH 6.90 dengan daya hantar listrik relatif tinggi sekitar 5270 µmhos dan debit sekitar 1.0 liter/detik. Mata air panas tersebut muncul melalui rekahan batuan dengan luas kenampakan 2 x 1 m2 berada di pemukinan penduduk. Kondisi fisik air panas tersebut relatif jernih, sedikit berbau belerang, berasa kesat, kadangkadang muncul bualan gas serta dijumpai adanya endapan sinter karbonat berwarna keputih-putihan. Luas daerah manifestasi Pajalele -2 diperkirakan sekitar 2.0 x 1.0 m2. • Air panas Pajalele-3 (APPL - 3) berada di wilayah Desa Pajalele, Kecamatan Tellu Limpoe dan secara geografis terletak pada koordinat UTM X= 0811731 mT, Y=9555789 mU pada ketinggian 20 m dpl. Pemunculan manifestasi berupa kolam kecil dan rembesan mata air panas yang berada di bagian timur Sungai Jampanua sekitar 300 m dari lokasi Pajalele-1 dengan manifestasi berupa mata air panas, tanah panas dengan hembusan asap dan gejala ubahan berupa endapan karbonat warna keputih-putihan . Temperatur mata air panas terukur di lapangan sekitar 67.3 – 68.0 0C pada temperatur udara setempat 28.6 oC, pH 7.20 dengan daya hantar listrik yang relatif tinggi sekitar 5440 µmho/cm dan debit sekitar 1.0 liter/detik. Mata air panas tersebut muncul melalui rekahrekahan batuan dengan luas kenampakan sekitar 3.0 x 4.0 m2 . Kondisi fisik dari air panas tersebut jernih, sedikit berbau belerang, berasa kesat, kadangkadang muncul gelembung gas dan adanya endapan air panas berupa sinter karbonat berwarna keputih-putihan • Air panas Alakuang (APPA) berada di wilayah Kampung Alakuang, Desa Alakuang, Kecamatan Watangpulu dan secara geografis terletak pada koordinat UTM X= 811965 mT, Y= 9559624 mU dengan ketinggian 20 m dpl. Temperatur mata air panas terukur di lapangan sekitar 45.0 -45.3 0C pada temperatur udara setempat 26.0 oC, pH terukur di lapangan 7.10 dengan daya hantar listrik yang relatif tinggi sekitar 1630 µmhos/cm dan debit sekitar 1.5 liter/detik. Mata air panas tersebut muncul melalui pipa aliran yang dialirkan dan masuk pesawahan Alakuang dengan luas kenampakan 2 x 3 m2 Kondisi fisik dari air panas tersebut jernih, tidak berbau, berasa sedikit kesat dan terbentuk endapan oksida besi warna kecoklatan pada pipa dan endapan karbonat warna keputihputihan. Luas daerah manifestasi Alakuang diperkirakan sekitar 4 x 5 m2. • Air panas Tolere (APTL) berada di wilayah Desa Carowali, Kecamatan Pancalautang, Kabupaten Sidrap dan secara geografis terletak pada koordinat UTM X= 0809595 mT, Y=9550493 mU dengan ketinggian 118 m dpl. Temperatur mata air panas terukur di lapangan sekitar 29.0 0C pada temperatur udara setempat 25.5 oC, pH terukur di lapangan 6.85 dengan daya hantar listrik yang relatif tinggi sekitar 634 µmhos dan debit cukup tinggi sekitar 2.0 liter/detik. Mata air panas tersebut muncul melalui rekahan batuan dan luas kenampakan 2 x 1 m2. • Air panas Warede (APWR) berada di wilayah Desa Teppo, Kecamatan Tellu Limpoe, Kabupaten Sidrap dan secara geografis terletak pada koordinat UTM, X= 811977 mT, Y= 9553636 mU dengan ketinggian 30 m dpl. Temperatur mata air panas terukur di lapangan sekitar 31.6 0C pada pH temperatur udara setempat 26.8 oC, terukur di lapangan 6.76 dengan daya hantar listrik yang relatif tinggi sekitar 596 µmhos dan debit sekitar 0.2 liter/detik dijumpai adanya endapan oksida besi warna kecoklatan. Mata air panas muncul melalui rekahan batuan dengan luas kenampakan 2 x 2 m2. KARAKTERISTIK AIR PANAS Komposisi kimia dan konsentrasi kimia sampel airpanas daerah Massepe yang di peroleh dari hasil analisis kimia di laboratorium untuk selanjutnya di plot kedalam diagram segitiga ClSO4-HCO3 (gambar 2) dimana memperlihatkan mata air panas daerah Pajalele termasuk ke dalam tipe air bikarbonat-sulfat sedangkan mata air panas Alakuang termasuk ke dalam tipe air klorida. Sedangkan Tolere dan Warede termasuk ke dalam tipe air bikarbonat. memberikan gambaran tentang kondisi temparatur bawah permukaan yang umumnya relatif tinggi dibandingkan dengan mata air panas Alakuang (45.3 oC) dengan kandungan Silika (142.07 ppm) dan data hasil perhitungan pendugaan temperatur bawah permukaan. Hasil analisa kimia mata air panas Pajalele (Pajalele-1, Pajalele-2 dan Pajalele-3) menunjukkan kandungan ion-ion seperti klorida (Cl), bikarbonat (HCO3) dan ion sulfat (SO4 relatif tinggi antara 984.31 – 1039.45 ppm, HCO3 antara 1018.41 – 1060.92 ppm dan Cl antara 718.66 – 779.27 ppm dan setelah diplot kedalam diagram segitiga Cl-SO4-HCO3 termasuk ke dalam tipe air panas bikarbonat - sulfat. Konsentrasi kimiawi yang cukup tinggi merupakan indikasi bahwa fluida panas yang berasal dari kedalaman pada temperatur tinggi dan tekanan yang membawa senyawa kimia terlarut sebagai hasil interaksi fluida panas dengan batuan di kedalaman. Hasil analisa kimia mata air panas Alakuang dengan temperatur mata air panas 45.3 o C yang menunjukkan kandungan ion-ion seperti klorida(Cl) dan bikarbonat (HCO3) relatif tinggi adalah 943.78 ppm dan 584.68 ppm sedangkan ion sulfat (SO4 ) relatif rendah hanya 2.00 ppm dan setelah diplot ke dalam diagram segitiga CLSO4-HCO3 termasuk kedalam tipe air panas klorida - bikarbonat. Sedangkan kandungan unsur silika (SiO2) pada air panas Alakuang relatif cukup tinggi (142.07 ppm). Tingginya kandungan HCO3,Cl dan SO4 mengindikasikan bahwa telah terbentuk kondensasi uap di dalam air panas atau adanya kontaminasi uap pada air bawah permukaan, sehingga diduga air panas Pajalele diperkirakan merupakan air permukaan yang terpanasi oleh uap atau air panas ini merupakan “up flow “ yang merupakan air yang berasal langsung dari kedalaman, hal ini akan sangat didukung dari data kandungan isotop Oksigen-18 dan Deuterium. Sedangkan tipe air bikarbonatsulfat dari mata air panas Pajalele diindikasikan oleh adanya konsentrasi bikarbonat dan sulfat yang lebih tinggi. Mata air panas Pajalele cukup menarik dengan temperatur manifestasi di permukaan cukup tinggi (59.3-68,0 oC), dijumpai endapan sinter karbonat warna keputih-putihan cukup jelas terlihat di permukaan serta kandungan silika relatif cukup tinggi terutama Pajalele-1, Pajalele2 dan Pajalele-3 (143.86–154.30 ppm) dimana tingginya unsur silika dalam hal ini kemungkinan airpanas bertemperatur tinggi berasosiasi dengan batuan sedimen (batu pasir) di kedalaman dan mengalami suatu proses hidrotermal sehingga terjadi pengkayaan silika dalam larutan. Hal ini Hasil pengeplotan dalam diagram segitiga Na/1000-K/100-√Mg (gambar 3) menunjukkan mata air panas Pajalele-1, Pajalelet-2, Pajalele-3 dan Alakuang umumnya berada pada zona garis perbatasan “partial equilibrium” dan “ immature water” hal ini menggambarkan kondisi air panas kemungkinan berasal langsung dari kedalaman dengan temperatur cukup tinggi serta menunjukkan bahwa kondisi mata air panas Pajalele dan Alakuang relatif sedikit sekali oleh adanya pengaruh air permukaan atau pengenceran air meteorik. Sedangkan daerah Dari kadar boron relatif kecil dapat memberikan informasi kemungkinan air panas yang muncul di permukaan tidak melalui batuan sedimen yang kaya akan bahan organik, atau terlarutkan oleh air yang bersifat asam. Kandungan silika yang relatif tinggi (143.86154.30 ppm) pada manifestasi mata air panas Pajalele ( Pajalele-1, Pajalele-2 dan Pajalele-3) dibandingkan dengan kadar silika pada mata air dingin berupa kolam di Massepe (27.55 ppm) dengan temperatur mata air panas di permukaan cukup tinggi (41,6-68.0 0C), hal ini diakibatkan oleh fluida panas bertemperatur tinggi yang berasosiasi dengan batuan di kedalaman dan mengalami suatu proses hidrotermal sehingga terjadi pengkayaan silika dalam larutan. Tolere, Warede dan Lejja kemungkinan merupakan air permukaan yang terpanasi atau pengaruh pengenceran oleh air permukaan cukup dominan. Hasil pengeplotan dalam diagram segitiga Cl-Li-B (gambar 4) cenderung mata air panas PajaleleMassepe, Alakuang, Torere dan Warede seluruhnya berada kearah Cl-B yang menunjukkan lingkungan pemunculan mata air panas pada umumnya berada diantara batuan sedimen dan vulkanik. Mata air panas Lejja yang lokasi pemunculan berada di hutan taman wisata dan merupakan air panas bertipe klorida bikarbonat, kemungkinan adanya faktor kontaminasi dan pengenceran oleh air permukaan adalah cukup dominan hal ini ditunjang dari data isotop Oksigen-18 dan Deuterium. meter seperti diperlihatkan pada Peta Kontur Sebaran Hg dalam tanah (Gambar 6) dan CO2 dalam udara tanah (Gambar 7) di lokasi daerah penyelidikan panas bumi Massepe, Desa Pajalele, Kecamatan Tellu Limpoe, Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan. Dari data tersebut menunjukkan bahwa daerah anomali Hg dan CO2 daerah Massepe umumnya dijumpai di sekitar manifestasi Pajalele, Alakuang, Torere dan Warede dengan pola penyebaran CO2 berarah hampir Utara-Selatan atau hampir tegak lurus arah aliran Sungai Jampanua. Dimana daerah tersebut merupakan lokasi tempat munculnya manifestasi panas bumi berupa mata air panas, tanah panas dan bualan gas yang diperkirakan daerah tersebut merupakan zona-zona lemah akibat adanya pola struktur yang muncul di daerah tersebut berupa sesar Massepe. GEOTERMOMETER Kandungan gas di daerah manifestasi Pajalele (lampiran) sangat didominasi oleh kandungan gas CO2, H2S, CH4 dan N2 dibandingkan gas-gas lainnya yang relatif sangat kecill. Indikasi gas-gas tersebut umumnya dijumpai sebagai gas vulkanik yang berasal dari kedalaman hal ini dicerminkan oleh komposisi kimiawi mata air panas di daerah Pajalele yang sangat didominasi oleh kandungan ion karbonat dan sulfat dimana termasuk kedalam tipe air bikarbonat-sulfat dengan derajat keasaman yang relatif netral. Hal ini memperlihatkan oleh adanya uap yang naik dari kedalaman sebagai air bawah permukaan yang bertemperatur tinggi (umumnya daerah vulkanik) dan mengalami tingkat proses pendinginan dikarenakan penurunan temperatur dengan gas CO2 dan gas sulfur yang tersisa di dalam uap yang naik melalui batuan membentuk ion karbonat dan sulfat. SEBARAN MERKURI DAN CO2 Berdasarkan data hasil analisis sampel tanah di daerah Massepe dan sekitarnya diperoleh derajat keasaman atau pH tanah adalah antara 5.89 – 8.09 dengan kandungan unsur Hg tanah antara 7- 259 ppb dan kandungan CO2 dalam udara tanah antara 0.03 – 6.34 %. Data hasil analisis kandungan unsur Hg dalam tanah dan CO2 dalam udara tanah termasuk pH tanah di plot ke dalam peta kontur sebaran Hg dalam tanah, pH tanah, kandungan CO2 dalam udara tanah serta temperatur pada kedalaman 1 Perkiraan temperatur bawah permukaan daerah Pajalele-Massepe dengan menggunakan geotermometer SiO2 (conductive-cooling) ratarata berkisar antara 185-190 oC dan termasuk ke dalam entalphi sedang, sedangkan menggunakan geotermometer Na/K Giggenbach rata-rata berkisar antara 191 - 193 oC yang menunjukkan temperatur relatif cukup tinggi. Perkiraan temperatur bawah permukaan daerah Alakuang dengan menggunakan geotermometer SiO2 (conductive-cooling) adalah 184 oC, sedangkan menggunakan geotermometer Na/K Giggenbach adalah 153oC dan termasuk kedalam entalphi sedang. Dengan mempertimbangkan kondisi temperatur manifestasi paling tinggi di daerah Pajalele, pH air panas relatif netral dan berada di zona perbatasan partial, maka untuk penghitungan perkiraan potensi dipergunakan temperatur 193 oC. DISKUSI Daerah Panas Bumi Massepe berada pada zone depresi dengan banyak struktur geologi (kekar dan sesar) yang berkembang menjadikan daerah ini memiliki kemampuan untuk meloloskan air permukaan (meteoric water) ke bawah permukaan. Sebagian air meteorik tersebut kemudian berinteraksi dengan fluida magmatik dan gas-gas vulkanik yang berasal dari tubuh magma dan terjadi rambatan menghasilkan fluida panas. panas yang Fluida panas yang terbentuk kemudian terakumulasi dalam lapisan reservoir, yaitu suatu zona yang berdaya lulus terhadap fluida (permeable) sebagai akibat dari banyaknya rekahan yang berkembang pada batuan vulkanik Tersier dan sedimen Formasi Walanae. Keberadaan panas bumi di daerah Massepe diindikasikan oleh adanya sumber mata air panas dengan hembusan uap dan bualan gas yang muncul di beberapa lokasi. Selain itu terdapat juga manifestasi berupa batuan ubahan, akan tetapi merupakan fosil alterasi yang terjadi di masa lampau. Di sekitar manifestasi Pajalele-Massepe dijumpai adanya endapan warna ke putih-putihan yang membentang pada pedataran yang membujur dari arah timur laut ke baratdaya dan lokasi berada di sekitar Kampung Pajalele juga dijumpai di sekitar mata air panas Alakuang. Kelompok mata air panas Pajalele termasuk kedalam tipe air bikarbonat –sulfat. Sedangkan mata air panas Alakuang termasuk tipe klorida. Dari data tersebut hal yang memungkinkan dari manifestasi Pajalele dan Alakuang adalah berhubungan dengan gas magmatik yang membentuk HCO3 di kedalaman dan ditunjang dengan dijumpai adanya sinter karbonat di permukaan dan kandungan ion kalsium dalam mata airpanas Pajalele yang relatif tinggi. Berdasarkan data hasil isotop 18O dan Deuterium yang diperoleh dari sampel mata air panas daerah Pajalele, Alakuang dan Lejja setelah diplot ke dalam diagram hubungan antara Oksigen-18 dan Deuterium dimana pada umumnya cenderung menjauhi garis air meteorik (Meteoric Water Line) terutama untuk mata air panas Pajalele dan Alakuang seperti terlihat dari gambar 5 yang mengindikasikan telah terjadinya pengkayaan 18O karena adanya interaksi fluida panas dengan batuan di kedalaman, hal ini mencerminkan bahwa mata air panas Pajalele dan Alakuang kemungkinan berasal langsung dari reservoir dan kemungkinan pengenceran oleh air meteorik adalah sangat kecil terutama untuk mata air panas Pajalele, sedangkan mata air panas Alakuang sedikit adanya pengenceran atau kontaminasi oleh air meteorik. Perkiraan temperatur bawah permukaan minimum adalah 153 - 193 oC (Geotermometer SiO2 conductive cooling) dan termasuk kedalam intermediate enthalpy. Sistem panas bumi Massepe merupakan sistem panas bumi yang terbentuk di dataran rendah. Sumber panas diperkirakan berupa tubuh intrusi yang terdapat di bawah permukaan, yang berasosiasi dengan pembentukan satuan kubah lava. Sistem panas bumi ini tersebar di sepanjang struktur graben/depresi di bagian tengah daerah penyelidikan. PUSTAKA Tim Penyelidikan Terpadu Daerah Massepe, 2008, Laporan Penyelidikan Terpadu Daerah Panas Bumi Massepe, Pusat Sumber Daya Geologi. Fournier, R.O., 1981. Application of Water Geochemistry Geothermal Exploration and Reservoir Engineering, “Geothermal System: Principles and Case Histories”. John Willey & Sons. New York. Giggenbach, W.F., 1980, Geothermal gas equilibria, Geochimica et cosmo-chimica Acta, Vol 44, pp 2021-2032 Kooten, V., and Gerald, K., 1987, Geothermal Exploration Using Surface Mercury Geochemistry, Journal of volcanology and Geothermal Research, 31, 269-280. Lawless, J., 1995. Guidebook: An Introduction to Geothermal System. Short course. Unocal Ltd. Jakarta. Rab Sukamto,1982, Geologi Lembar Pangkajene dan Watampone bagian barat, Sulawesi Selatan”, Departemen Pertambangan dan Energi, Direktorat Jenderal Pertambangan Umum, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Radja, V.T ., 1970, dalam laporan ”Geothermal Energy Prospect in South Sulawesi, Indonesia”, Power Research Institute, Jakarta Sjaiful Bachri dan Muzil Alzwar 1975, Laporan Inventarisasi Kenampakan Gejala Panas Bumi Daerah Sulawesi Selatan. Taran, Y.A., 1986, Gas Geothermometers for hydrothermal Systems, Geo-chemistry International Vol. 23 No.7, 111-126 120o BT LOKASI PENYELIDIKAN Gambar 1. Peta lokasi daerah penyelidikan Cl Ma tu re 80 wa KETERANGAN t er 2 2 wa te HCO3/Cl ic % Cl rs s 60 an Cl er Vo lc Ph 40 ip h er a 2 2 HCO3 a l w SO4 20 MAP. Pajalele-1 MAP. Pajalele-2 MAP. Pajalele-3 MAP. Alakuang MAP. Tolere MAP. Tanete Lampe MAP. Lejja te rs Stea m heated water s SO4 20 40 60 % SO4 80 HCO3 Gambar 2 Diagram segitiga Cl-SO4-HCO3 Na/1000 80 KETERANGAN % Na K 60 Full equilibrium 160° T Km T Kn 2 2 0° 22 10 0° Partial equilibrium w ei rb ox 40 MAP. Pajalele-1 MAP. Pajalele-2 MAP. Pajalele-3 MAP. Alakuang MAP. Tolere MAP. Tanete Lampe MAP. Lejja 20 Immature waters 2 ROCK K/100 20 40 60 % Mg 80 Mg Gambar 3 Diagram segitiga Na-K-Mg Gambar 4 Diagram segitiga Cl-Li-B 20 10 δD = 8 δ O + 14 18 0 -10 δD ( H2O ) -20 -30 Meteoric Water Line Ap.Pajalele-2 -40 Ap.Pajalele-3 Ap.Alakuang Ap.Lejja -50 -60 -70 -80 -12 -10 -8 -6 -4 δ 18 -2 0 2 4 O ( H2 O ) Gambar 5 Grafik isotop δ18O terhadap δ2H (Deuterium) Bacubacue PETA SEBARAN HG TANAH DAERAH PANAS BUMI MASSEPE PROVINSI SULAWESI SELATAN Walatedonge Benteleoe J 8000 9562000 Tanete Bulu Seppang J 7000 H 7000 KECAMATAN TELLULIMPOE J 6000 Posadae Tepobatu Dare A 9000 H 5000 Takkalasi J 4000 9560000 Bulu Alakuang A 8000 H 4000 J 3000 H 3000 J 2000 B 8000 A 6000 Bulu Matanre H 2000 9558000 B 7000 A 5000 H 1000 Bulu Buala A 3000 C 6000 200 D 5000 100 E 8000 Pajalele E 7000 F 3000 40 50 60 F 2000 Mata Air Panas Kontur topografi G 2000 400 Tolere Sungai 9550000 806000 807000 808000 809000 810000 200 250 Titik Pengukuran Geokimia Jalan 805000 100 Kontur HG G 3000 400 300 30 G 5000 Warede G 4000 F 2050 9552000 20 G 8000 G 6000 F 4000 F 1000 10 G 7000 F 5000 E 3000 E 2000 300 0 F 7000 Bulu Latoling 9554000 meter F 8000 F 6000 E 4000 D 2000 3000 D 7000 E 5000 D 3000 2000 Keterangan : E 6000 D 4000 C 3000 C 2000 D 8000 D 6000 Salo Maseppe C 4000 B 2000 1000 Turungang C 5000 B 3000 0 C 8000 C 7000 B 5000 B 4000 A 2000 Amparita B 6000 A 3950 9556000 AlakuangB 9000 A 7000 Talumae U A 10000 H 6000 J 5000 Allakuang 811000 812000 813000 814000 815000 816000 Gambar 6 Peta kontur sebaran Hg tanah daerah Massepe ppb Bacubacue Benteleoe PETA SEBARAN CO2 TANAH DAERAH PANAS BUMI MASSEPE PROVINSI SULAWESI SELATAN Walatedonge J 8000 9562000 Tanete Bulu Seppang J 7000 H 7000 KECAMATAN TELLULIMPOE J 6000 Posadae Tepobatu Dare A 9000 H 5000 Takkalasi J 4000 9560000 Bulu Alakuang A 8000 H 4000 J 3000 H 3000 J 2000 B 8000 A 6000 Bulu Matanre H 2000 9558000 B 7000 A 5000 H 1000 Bulu Buala A 3000 C 6000 C 5000 F 2000 4.0 Mata Air Panas G 4000 G 3000 Kontur topografi 400 Jalan Tolere Sungai 9550000 805000 806000 807000 808000 809000 810000 5.0 5.5 Titik Pengukuran Geokimia G 5000 Warede G 2000 300 3.0 Kontur CO2 G 7000 G 6000 F 4000 F 3000 F 2050 9552000 1.0 G 8000 F 6000 E 3000 F 1000 0.5 F 8000 F 7000 Bulu Latoling 400 meter E 6000 E 2000 300 2.0 3000 Keterangan : 0.0 E 7000 F 5000 9554000 1.5 2000 E 8000 Pajalele E 4000 D 2000 1000 D 7000 E 5000 D 3000 C 2000 200 D 5000 D 4000 C 3000 D 8000 D 6000 Salo Maseppe C 4000 0 Turungang B 5000 B 3000 B 2000 100 C 8000 C 7000 B 4000 A 2000 Amparita B 6000 A 3950 9556000 AlakuangB 9000 A 7000 Talumae U A 10000 H 6000 Allakuang J 5000 811000 812000 813000 814000 815000 816000 Gambar 7 Peta kontur sebaran CO2 udara tanah daerah Massepe %