ANALISIS PENGARUH FAKTOR

advertisement
ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR KECERDASAN EMOSIONAL
TERHADAP KINERJA GURU SMA NEGERI 1 PARINGIN KABUPATEN
BALANGAN
Lina Sari
SMA Negeri 1 Paringin Kabupaten Balangan
Jl. A. Yani Km. 2, Ds. Margomulyo, Kecamatan Paringin Selatan, Kab. Balangan,
Kalimantan Selatan
e-mail : [email protected]
Abstract: The purpose of this research is to find the influence of emotional
intelligence factors on teacher performance SMAN 1 Paringin Balangan regency.
Sampling technique in this study uses total sampling with a sample of 48 teachers
of SMAN 1 Paringin Balangan regency. Analyses were performed using multiple
linear regression analysis approaches. Based on the test results the hypothesis that
emotional intelligence factors, such as self-awareness, self-regulation, with the
feeling ( empathy ), and social skills have a significant effect on the performance
of teachers of SMAN 1 Paringin Balangan.
Keywords: emotional intelligence, performance teacher.
Abstrak: Tujuan Penelitian untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor kecerdasan
emosional terhadap kinerja guru SMA Negeri 1 Paringin Kabupaten Balangan.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Total Sampling
dengan jumlah sampel 48 orang guru SMA Negeri 1 Paringin Kabupaten
Balangan. Uji hipotesis dengan menggunakan pendekatan analisis regresi linier
berganda. Hasil penelitian menunjukkan baik secara parsial maupun secara
simultan bahwa faktor-faktor kecerdasan emosional, seperti kesadaran diri,
pengaturan diri, turut merasakan (empati), dan keterampilan sosial berpengaruh
signifikan terhadap kinerja guru SMA Negeri 1 Paringin Kabupaten Balangan
Kata Kunci: kecerdasan emosional dan kinerja guru.
globalisasi sekarang ini terjadi peningkatan
persaingan antar dunia pendidikan. Oleh
sebab itu pendidikan harus berusaha mencari
dan menentukan terobosan-terobosan baru
dengan
menggunakan
konsep-konsep
manajemen yang tepat di dalam mencapai
tujuan belajar mengajar, yaitu menjadi yang
terbaik, mendapat hasil yang maksimal dan
ilmu pengetahuan semakin berkembang.
Seorang guru senantiasa harus selalu
membaca informasi baru, menambah ilmu
pengetahuan agar memiliki bekal serta
wawasan yang luas terhadap pengetahuan
yang
diajarkan,
sehingga
mampu
melaksanakan pembelajaran dengan baik
terhadap anak didiknya. Di tangan para
gurulah anak-anak bangsa dididik dan dilatih
untuk menjadi manusia yang memiliki ilmu
Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang semakin pesat dalam era
globlisasi sekarang ini menuntut para guru
untuk
semakin
giat
melakukan
pengembangan profesional. Guru adalah
seseorang
yang
dihormati
karena
pengetahuannya, kebijaksanaannya, kemampuannya memberikan pencerahan, kewibawaan dan kewenangannya. Saat pendidikan
mengalami perkembangan maka sumber
daya manusia akan mempunyai kedudukan
dan peran yang sangat penting, dimana guru
merupakan salah satu alat produktivitas
untuk melaksanakan ilmu pengetahuan. Guru
yang efektif akan menjadi penentu masa
depan bagi siswa sebuah sekolah, lembaga
pendidikan, atau organisasi sekolah. Pada era
74
Sari, Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Kecerdasan Emosional…. 75
pengetahuan yang menjadi dasar dalam
membangun dan memajukan bangsa ini.
Sebagai seorang pendidik guru dituntut
untuk dapat menciptakan kondisi baru,
memotivasi diri, dan mengembangkan diri
didalam
kehidupan
yang
berbasis
pengetahuan, hingga dapat menghasilkan
pengetahuan yang bermakna. Dalam
menciptakan pengetahuan yang bermakna
(Useful Meaning Knowledge), seorang guru
harus mengembangkan diri melalui disiplin
kerja, dan memotivasi kerja yang seimbang
dalam pencapaian kinerja yang professional.
Kecerdasan emosional seorang guru
memainkan
peranan
penting
dalam
meningkatkan performanya dalam mengajar
dan berinteraksi dengan segenap komponen
sekolah. Kesuksesan seseorang dipengaruhi
faktor kecerdasan intelektualnya hanya
sekitar 20 %. Sedangkan sisanya dipengaruhi
oleh faktor lain yang diantaranya adalah
kecerdasan emosional (Goleman, 2008: 16).
Keberhasilan seorang guru akan terlihat dari
kinerjanya dalam mengelola pembelajaran.
Pengelolaan pembelajaran di kelas sangat
dipengaruhi oleh tipe, gaya serta pola
kepemimpinan seorang guru. Kepemimpinan
seorang guru tidak hanya tergantung pada
kecerdasan intelegensinya, tetapi juga
kecerdasan
emosionalnya.
Dorongan
terhadap kinerja guru yang bersifat internal
sangat diperlukan terutama dalam upaya
mengkondisikan guru untuk selalu bekerja
secara optimal. Dengan memiliki kecerdasan
emosional seorang guru akan mampu
mengendalikan dan mengelola emosinya dan
bahkan bisa menjalin kehidupan sosial yang
harmonis dengan sesama guru, siswa,
masyarakat sekitar sekolah serta masyarakat
dimana dia tinggal. Kecerdasan emosional
bukan lawan dari kecerdasan intelektual,
akan tetapi keduanya berinteraksi secara
dinamis baik pada tataran konseptual maupun
di dunia nyata. (Shapiro, 1997: 9)
Interaksi antara guru dan siswa
merupakan komponan penting dari sekian
banyak komponen yang turut mendukung
prestasi belajar siswa. Beberapa hasil
penelitian menunjukkan bahwa prestasi
belajar juga dipengaruhi oleh keterampilan
mengajar guru. Oleh karena itu, kecerdasan
emosional memiliki peranan penting dalam
meningkatkan kinerja seseorang. (Mohyi,
1999: 197) Guru merupakan penentu bagi
keberhasilan suatu pendidikan karena apapun
tujuan dan putusan penting tentang
pendidikan yang dibuat oleh para pembuat
kebijakan sebenarnya dilaksanakan dalam
situasi belajar mengajar dikelas. Oleh sebab
itulah guru dianggap sebagai insan penentu
masa depan bangsa dan melalui guru
generasi
penerus
bangsa
dididik,
dikembangkan, dibentuk, dan ditingkatkan
kemampuan dan martabatnya.
Bertitik tolak dari uraian diatas, maka
penelitian ini ingin mengetahui bagaimana
Pengaruh
Faktor-Faktor
Kecerdasan
Emosional terhadap Kinerja Guru SMA
Negeri 1 Paringin Kabupaten Balangan.
Rumusan masalah dari judul tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut :
1. Apakah
faktor-faktor
kecerdasan
emosional, seperti kesadaran diri,
pengaturan diri, turut merasakan (empati),
dan keterampilan sosial berpengaruh
secara parsial terhadap kinerja guru di
SMA Negeri 1 Paringin Kabupaten
Balangan?
2. Apakah
faktor-faktor
kecerdasan
emosional, seperti kesadaran diri,
pengaturan diri, turut merasakan (empati),
dan keterampilan sosial berpengaruh
secara simultan terhadap kinerja guru di
SMA Negeri 1 Paringin Kabupaten
Balangan?
Studi Literatur
Intelligence, yang dalam bahasa
Indonesia kita sebut inteligensi (kecerdasan),
semula berarti penggunaan kekuatan
intelektual secara nyata, tetapi kemudian
diartikan sebagai suatu kekuatan lain (Uno,
2008: 58). Masyarakat umum mengenal
intelligence
sebagai
istilah
yang
menggambarkan kecerdasan, kepintaran,
kemampuan
berpikir
seseorang
atau
kemampuan, untuk memecahkan problem
yang dihadapi. Memang, hal tersebut tidak
bisa dipungkiri, apalagi sejarah telah
mencatat bahwa sejak tahun 1904, Binet,
seorang ahli psikologi berbangsa Prancis dan
kelompoknya telah berhasil membuat suatu
alat untuk mengukur kecerdasan, Yang
disebut dengan Intelligence Quotient (IQ).
76 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 1, No 1, Maret 2015, hal 74 - 82
Sejak saat itu, kecerdasan selalu diartikan
sangat sempit, yaitu sebagai kemampuan
menyerap, mengolah, mengekspresikan,
mengantisipasi, dan mengembangkan hal-hal
yang berkenaan dengan pengetahuan, ilmu,
dan teknologi. Secara singkat dapat
dikemukakan bahwa kecerdasan diartikan
sebagai kemampuan berpikir (Uno, 2008:
60). Masyarakat umum mengenal inteligensi
sebagai istilah yang menggambarkan
kecerdasan, kepintaran ataupun kemampuan
untuk memecahkan problem yang dihadapi.
Sementara menurut pandangan kaum awam
inteligensi
diartikan
sebagai
ukuran
kepandaian.
Sedangkan Henmon mendefinisikan
inteligensi sebagai daya atau kemampuan
untuk memahami. Wechsler mendefinisikan
inteligensi sebagai totalitas kemampuan
seseorang untuk bertindak dengan tujuan
tertentu, berpikir secara rasional, serta
menghadapi lingkungan dengan efektif.
(Uno, 2008)
Dalam psikologi, dikemukakan bahwa
intelligence, yang dalam bahasa Indonesia
disebut inteligensi atau kecerdasan berarti
penggunaan kekuatan intelektual secara
nyata. Akan tetapi, kemudian diartikan
sebagai suatu kekuatan lain. Oleh karena itu,
inteligensi atau kecerdasan terdiri dari tiga
komponen, yaitu (a) kemampuan untuk
mengarahkan pikiran atau mengarahkan
tindakan; (b) kemampuan untuk mengubah
arah tindakan apabila tindakan tersebut telah
dilaksanakan;
(c)
kemampuan
untuk
mengubah diri sendiri atau melakukan
autocritisism.
Di antara ciri-ciri perilaku yang secara
tidak langsung telah disepakati sebagai tanda
telah dimilikinya inteligensi yang tinggi,
antara lain adalah (1) adanya kemampuan
untuk memahami dan menyelesaikan
problem mental dengan cepat, (2)
kemampuan mengingat, (3) kreativitas yang
tinggi, dan (4) imajinasi yang berkembang.
Emosi dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (1988: 228) diartikan sebagai
”Suatu keadaaan dan reaksi psikologis
(seperti kegembiraan, kesedihan, keharuan,
kecintaan,
keberanian
yang
bersifat
subyektif”. Uno (2008: 62) mengatakan
bahwa kata emosi secara sederhana bisa
sebagai menerapkan “gerakan" baik secara
metafora
maupun
harfiah,
untuk
mengeluarkan perasaan. Emosi sejak lama
dianggap memiliki kedalaman dan kekuatan
sehingga dalam bahasa latin, emosi
dijelaskan sebagai motus anima yang arti
harfiahnya "jiwa yang menggerakkan kita".
Emosi pada dasarnya adalah dorongan
untuk bertindak, rencana seketika untuk
mengatasi masalah yang ditanamkan secara
berangsur-angsur oleh evolusi. Pengertian
emosi tersebut masih membingungkan, baik
menurut para ahli psikologi maupun ahli
filsafat. Akan tetapi, makna paling harfiah
dari emosi didefinisikan sebagai setiap
kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan,
dan nafsu; setiap keadian mental yang hebat
atau meluap-luap. Oleh karena itu, emosi
merujuk pada suatu perasaan dan pikiranpikiran khasnya, suatu keadaan biologis,
psikologis, dan serangkaian kecenderungan
untuk bertindak (Uno, 2008).
Sundari, (2005) menjelaskan peranan
emosi di dalam hidup kita sehari-hari, yaitu:
(a). Emosi memperkaya kehidupan, (b).
Emosi menciptakan pembatasan kehidupun,
(c). Emosi sebagai dasar kehidupan seni, (d).
Emosi memberikan tenaga tambahan, (e).
Emosi memacu untuk berbuat baik, (f).
Emosi merupakan obat penguat.
Menurut Saphiro (1997), istilah
kecerdasan emosi pertama kali dilontarkan
pada tahun 1990 oleh dua orang ahli, yaitu
Peter Salovey dan John Mayer untuk
menerangkan jenis-jenis kualitas emosi yang
dianggap
penting
untuk
mencapai
keberhasilan. Jenis-jenis kualitas emosi yang
dimaksud antara lain: (1) empati, (2)
mengungkapkan dan memahami perasaan,
(3) mengendalikan amarah, (4) kemampuan
kemandirian, (5) kemampuan menyelesaikan
diri,
(6)
diskusi,
(7)
kemampuan
memecahkan masalah antar pribadi, (8)
ketekunan, (9)
kesetiakawanan,
(10)
keramahan, dan (11) sikap hormat.
Dalam bahasa sehari-hari, kecerdasan
emosional biasanya kita sebut sebagai "street
smarts (pintar)", atau kemampuan khusus
yang kita sebut "akal sehat", terkait dengan
kemampuan membaca lingkungan politik dan
sosial, dan menatanya kembali; kemampuan
memahami dengan spontan apa yang
Sari, Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Kecerdasan Emosional…. 77
diinginkan dan dibutuhkan orang lain,
kelebihan
dan
kekurangan
mereka;
kemampuan untuk tidak terpengaruh
tekanan; dan kemampuan untuk menjadi
orang
yang
menyenangkan,
yang
kehadirannya didambakan orang lain. (Uno,
2008: 69). Selanjutnya, Patton menyebutkan
bahwa EQ mencakup semua sifat seperti: (1)
kesadaran diri, (2) manajemen suasana hati,
(3) motivasi diri, (4) mengendalikan impulsi
(desakan hati), dan (5) keterampilan
mengendalikan orang lain. Dengan demikian,
jelaslah bahwa IQ bukan satu-satunya faktor
yang dapat membuat seseorang berhasil,
tetapi paduan EQ dan IQ dapat meraih
keberhasilan di tempat kerja (Uno, 2008: 70).
Jadi, kecerdasan emosional atau emotional
intelligence merujuk kepada kemampuan
mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan
orang lain, kemampuan memotivasi diri
sendiri, dan kemampuan mengelola emosi
dengan baik pada diri sendiri dan dalam
hubungan dengan orang lain. Goleman
(2004) mengemukakan kecerdasan emosi
mempunyai empat daerah yaitu kesadaran
diri, kesadaran sosial, manajemen diri, dan
manajemen relasi. Daerah ini mempunyai
enam kompetensi yaitu kendali diri,
kemampuan untuk dipercaya, kesungguhan
hati,
kemampuan
untuk
beradaptasi,
dorongan jiwa mencapai prestasi dan
inisiatif.
Kecerdasan emosional menurut Mark
Davis adalah kemampuan mengenali,
memahami, mengatur, dan menggunakan
emosi secara efektif dalam hidup kita. Pada
tahun 1990, hasil laporan dua psikolog
Amerika, Peter Salovey dan John Mayer
mendefinisikan kecerdasan emosi (EQ)
sebagai sebuah bentuk kecerdasan yang
melibatkan kemampuan memonitor perasaan
dan emosi diri sendiri dan orang lain, untuk
membedakan di antara mereka dan
menggunkan informasi itu untuk menuntun
pikiran dan tindakan seseorang. Disusul oleh
Daniel Goleman pada tahun 1995
menerbitkan buku ”Kecerdasan Emosi”,
dimana Daniel Goleman mengemukakan
empat bidang EQ yang lebih luas dengan dua
puluh kemampuan khusus pada satu dari
empat bidang itu. Dalam hal ini Mark Davis
(2006) menggunakan pendapat keduanya
untuk kecerdasan emosi seperti ditunjukkan
pada gambar 1.
Menggunakan
Emosi
Mengatur
Emosi
Memahami
Emosi
Mengenali Emosi
dalam Diri Kita
dan Orang Lain
Gambar 1. Kecerdasan Emosi
Sumber: Mark Davis, 2006
Teori lainnya tentang kecerdasan
emosional dikemukakan oleh Robert K.
Cooper dan Ayman Sawaf. Mereka
menawarkan sebuah model kecerdasan
emosional yang disebut dengan Model Empat
Batu Penjuru Kecerdasan Emosional. Dalam
model ini, mereka berupaya menerjemahkan
dan memindahkan kecerdasan emosional dari
dunia analisis psikologis dan teori filosofis
ke dalam dunia yang nyata dan praktis.
Model Empat Batu Penjuru Kecerdasan
Emosional tersebut meliputi: (1) kesadaran
emosi (emotional literacy), (2) kebugaaran
emosi (emotional fitness), (3) kedalaman
emosi (emotional depth), dan (4) alkimia
emosi (emotional alchemy). Dari masingmasing batu penjuru tersebut, terdapat
bentuk-bentuk tecerdasan praktis dan kreatif
yang terkait.
Kinerja dalam lingkup organisasi
adalah hasil kerja yang dapat dicapai
seseorang atau kelompok orang dalam suatu
organisasi sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawab masing-masing, dalam upaya
mencapai tujuan organisasi secara legal,
tidak melanggar hukum dan sesuai dengan
moral danetika (Prawirasentono, 1999:
21).Sedangkan menurut John Witmore dalam
Coaching for Performance (1997: 104)
kinerja adalah pelaksanaan fungsi-fungsi
yang dituntut dari seorang atau suatu
perbuatan, suatu prestasi, suatu pameran
umum keterampilan.
78 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 1, No 1, Maret 2015, hal 74 - 82
Siagian (2003) menyatakan bahwa
kinerja adalah hasil kerja seseorang pegawai
selama periode tertentu dibandingkan dengan
berbagai kemungkinan, misalnya standard,
target/sasaran atau kriteria yang telah
ditentukan terlebih dahulu dan telah
disepakati bersama. Lebih lanjut Siagian
mengatakan bahwa penilaian kinerja pegawai
tidak hanya dilihat/dinilai hasil fisik saja
tetapi rneliputi kemampuan kerja, disiplin,
hubungan kerja, prakarsa, kepemimpinan dan
hal-hal khusus sesuai bidang dan level
pekerjaan yang dijabatinya.
Kemudian
Manullang
(2001),
menguraikan kinerja sebagai pencapaian
tugas-tugas individu atau tujuan. Kinerja
merupakan fungsi dari usaha (effort dan
kecakapan/competence). Usaha tergantung
perasaan positif atau negatif terhadap hasil
yang disosialisasikan dengan kinerja,
harapanbahwa usaha yang dilakukan akan
menghasilkan pencapaian tugas-tugas yang
telah didefinisikan, dan harapan bahwa
pencapaian tugas akan menghasilkan
penghargaan. Batasan rnengenai kinerja
adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh
seorang atau kebmpok orang dalam suatu
organisasi, sesuai dengan wewenang dan
tanggurg jawab masing-masing dalam rangka
upaya
mencapai
tujuan
organisasi
bersangkutan secara ilegal, tidak melanggar
hukum dan sesuai dengan moral maupun
etika. Jadi kinerja secara umum adalah
merupakan hasil kerja atau usaha yang telah
dicapai oleh pegawai untuk melakukan tugastugas pekerjaan, baik hasil kerja yang bersifat
kuantitatif maupun kualitatif berdasarkan
standard kerja sesuai dengan tujuan yang
telah ditentukan sebelumnya.
Suhardjito (1999), ada 6 (enam) faktor
utama yang menentukan kinerja, yaitu :
1. Sikap kerja, merupakan kesediaan bekerja
secara bergiliran (shif work), dapat
menerima tambahan tugas dan bekerja
satu tim atau kelompok.
2. Tingkat keterampilan, merupakan suatu
keharusan dalam menunjang kinerja
karyawan hal ini biasa ditentukan
pendidikan, latihan dan supervisi serta
keterampilan dalam teknik industri.
3. Hubungan antara tenaga kerja dan
pimpinan merupakan faktor penting dalam
menunjang peningkatan kinerja karena
hubungan
secara
tidak
langsung
memberikan dampak yang positif terhadap
peningkatan kinerja.
4. Manajemen produktivitas merupakan
suatu strategi dalam mengelola efesiensi
mengenai sumber-sumber dan hukum
kerja.
5. Efesiensi tenaga kerja, mengefesiensikan
tenaga kerja melalui adanya perencanaan
maupun
penambahan
tugas
guna
menunjang kinerja.
6. Kewiraswastaan merupakan penilaian
pengambilan resiko, kreativitas dan usaha
individu untuk memajukan diri secara
sendiri guna menunjang kinerja
Menurut Mangkunegara (2005:13)
faktor yang mempengaruhi pencapaian
kinerja antara lain (a). Faktor kemampuan,
(b). Faktor motivasi. Dalam sistem
manajemen kinerja yang efektif, Ruky (2002)
memberikan
butir-butir
yang
harus
diperhatikan untuk menilai kinerja pegawai,
yaitu:
1. Relevance, yaitu faktor-faktor yang diukur
harus relevan dengan pekerjaan, apakah
outputnya, prosesnya, maupun inputnya.
2. Reliability, yaitu sistem yang digunakan
harus dapat diandalkan dan dipercaya
bahwa menggunakan tolok ukur yang
obyektif, sahih, akurat, konsisten, dan
stabil.
3. Sensitivity, yaitu system yang digunakan
harus cukup peka untuk mampu
membedakan antara pegawai yang
berprestasi dan yang tidak berprestasi
dalam pekerjaannya.
4. Acceptability,
yaitu
system
yang
digunakan harus dapat dimengerti dan
diterima oleh pegawai yang menjadi
penilai maupun yang dinilai dan
memfasilitasi komunikasi aktif lagi
konstrukttf antara keduanya.
5. Practicality, yaitu semua instrumen yang
disusun harus mudah digunakan, tidak
rumit, dan berbelit-belit.
Menurut
Depdiknas,
(2008:4)
menjelaskan akan kinerja guru meliputi
beberapa tahapan-tahapan adalah sebagai
berikut :
Sari, Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Kecerdasan Emosional…. 79
1. Pra pembelajaran (pengecekan kesiapan
kelas dan apersepsi)
2. Kegiatan inti (penguasaan materi, strategi
pembelajaran, pemanfaatan media atau
sumber bekerja, evaluasi, penggunaan
bahasa)
3. Penutup (refleksi, rangkuman dan tindak
lanjut)
Berdasarkan kajian teori yang telah
diuraikan maka model konseptual penelitian
analisis Analisis Pengaruh Faktor-Faktor
Kecerdasan Emosional Terhadap Kinerja
Guru Sma Negeri 1 Paringin Kabupaten
Balangan dapat ditunjukkan pada gambar 2.
Kesadaran Diri
(X1)
Pengaturan Diri
(X2)
Turut Merasakan/
Empati
(X3)
Kinerja
Guru
(Y)
Keterampilan
Sosial
(X4)
Gambar 2. Kerangka Konseptual
Berdasarkan model konseptual yang
ditunjukkan pada gambar 2, maka hipotesis
dalam penelitian ini, yaitu :
H1 : Faktor-faktor kecerdasan emosional
seperti kesadaran diri, pengaturan diri,
turut
merasakan
(empati),
dan
keterampilan
sosial
berpengaruh
signifikan secara parsial terhadap
kinerja guru SMA Negeri 1 Paringin
Kabupaten Balangan.
H2 : Faktor-faktor kecerdasan emosional
seperti kesadaran diri, pengaturan diri,
turut
merasakan
(empati),
dan
keterampilan
sosial
berpengaruh
signifikan secara simultan terhadap
kinerja guru SMA Negeri 1 Paringin
Kabupaten Balangan.
Metode Penelitian
Tipe penelitian yang diterapkan dalam
penelitian ini adalah penelitian kausalitas,
yaitu penelitian yang mencari hubungan
sebab akibat antara variable bebas dan
variable terikat. Populasi dari penelitian ini
adalah seluruh guru SMA Negeri 1 Paringin
Kabupaten Balangan yang berjumlah 48
orang, yang berstatus PNS 36 orang dan yang
honorer 12 orang. Seluruh populasi
digunakan sebagai responden penelitian.
Variabel-variabel yang digunakan
dalam penelitian ini diukur beserta
indikatornya meliputi :
1. Kesadaran Diri meliputi emosi diri
sendiri, penilaian diri dan Percaya diri
2. Pengaturan Diri meliputi kendali diri,
sifat dapat dipercaya, kewaspadaan,
adaptabilitas dan inovasi
3. Turut
Merasakan/Empati
meliputi
memahami
orang
lain,
orientasi
pelayanan pengembangan orang lain, dan
mengatasi keragaman
4. Keterampilan
Sosial
meliputi
komunikasi, kepemimpinan, pengikat
jaringan, dan kemampuan tim.
5. Kinerja meliputi hasil kerja, kemampuan
dan sikap
Jenis data dalam penelitian ini dengan
mengunakan data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh langsung dari
penyebaran kuesioner kepada respondn, data
sekunder yang berupa data dan informasi
pendukung yang diperoleh dan diolah dari
sumber internal pihak SMA Negeri 1
Paringin Kabupaten Balangan dan literatur
serta buku-buku pendukung yang relevan
dengan penelitian ini. Metode pengumpulan
data yang digunakan dan dilakukan dalam
upaya untuk mendukung dan memperoleh
data yang valid dan reliabel dalam penelitian
ini adalah kuesioner, wawancara, dan
dokumentasi. Kuesioner dibuat dengan skala
likert 5 tingkat, dimana nilai 1 berarti Tidak
pernah, dan nilai 5 berarti Selalu.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Karakteristik
responden
dalam
penelitian ini menggambarkan ciri-ciri
responden didasarkan atas jenis kelamin,
status
kepegawaian
dan
masa
kerja.Karakteristik responden berdasarkan
jenis kelamin ditunjukkan pada tabel 1.
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui
dari 48 responden sebanyak 21 responden
80 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 1, No 1, Maret 2015, hal 74 - 82
atau 43,75 % berjenis kelamin pria dan 27
responden atau 56,25 % berjenis kelamin
wanita. Status kepegawaian pada penelitian
ini ada dua katagori yaitu PNS dan Non PNS,
lebih lengkapnya ditunjukkan pada tabel 2.
Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan
Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
F
%
Pria
21
43,75
Wanita
27
56,25
Jumlah
48
100,00
Tabel 2 Karakteristik Responden Berdasarkan
Status Kepegawaian
Status
F
%
Kepegawaian
PNS
36
75
Non PNS
12
25
Jumlah
48
100,00
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui
dari 48 responden sebanyak 36 responden
atau 75 % berstatus sebagai PNS dan 12
responden atau 25 % berstatus sebagai non
PNS. Karakteristik Distribusi responden
berdasarkan masa kerja dapat dikatagorikan
seperti ditunjukkan pada tabel 3.
Tabel 3. Karakteristik Responden Berdasarkan
Masa Kerja
Masa Kerja
F
%
(tahun)
<5
20
41,67
5–9
13
27,08
10 – 14
4
8,33
15 – 19
2
4,16
20 – 24
2
4,16
> 24
7
14,58
Jumlah
48
100,00
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui
dari 48 responden, yang mempunyai masa
kerja kurang dari 5 tahun sebanyak 20
responden atau 41,67 %, yang mempunyai
masa kerja 5 – 9 tahun sebanyak 13 orang
atau 27,08 %, yang mempunyai masa kerja
10 – 14 tahun sebanyak 4 responden atau
8,33 %, yang mempunyai masa kerja 15 – 19
tahun sebanyak 2 responden atau 4,16 %,
yang mempunyai masa kerja 20 - 24 tahun
sebanyak 2 orang atau 4,16 %, dan yang
mempunyai masa kerja lebih dari 24 tahun
sebanyak 7 orang atau 14,58 %.
Uji validitas di dalam penelitian ini
menggunakan construct validity, yaitu diuji
dengan mengkorelasikan masing-masing
pertanyataan atau item dengan skor total
untuk masing-masing variabel. Suatu item
pada kuesioner disebut valid jika koefisien
kolerasinya positif dan lebih besar dari 0,30
(Sugiyono, 2003:65). Uji reliabilitas dalam
penelitian ini dilakukan dengan Cronbach
Alpha. Instrumen dikatakan reliable apabila
memiliki nilai Cronbach Alpha lebih besar
dari 0,6 (Nunnaly dalam Ghozali: 2002).
Hasil uji kuesioner disajikan secara ringkas
pada tabel 4.
Tabel 4. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Penelitian
Variabel
Koefisien Ketetapan
Cronbach
(> 0,6)
Alpha
Jenjang Pendidikan (X1)
0,639
(> 0,6)
Pengaturan Diri (X2)
0,972
(> 0,6)
Turut Merasakan/
0,605
(> 0,6)
Empati (X3)
Keterampilan Sosial
0,617
(> 0,6)
(X4)
Kinerja (Y)
0,686
(> 0,6)
Berdasarkan hasil uji reliabilitas
dengan
metode
Cronbach
Alpha
menunjukkan nilai koefisien masing-masing
variabel lebih besar dari 0,6 hal ini berarti
bahwa instrumen penelitian reliable dan
dapat dipergunakan dalam pengambilan data
penelitian.
Uji hipotesis pertama dalam penelitian
ini adalah uji t, dimana uji ini dimaksudkan
untuk menguji pengaruh variabel bebas
secara
individu
terhadap
variabel
terikatnya.Hasil uji t dapat disajikan dalam
tabel 5.
Tabel 5. Hasil Uji t
Variabel Koefisien
X1
0,355
X2
0,081
X3
0,571
X4
0,109
ttabel
1,681
1,681
1,681
1,681
thitung
3,427
2,887
3,751
1,844
Sig
0,002
0,008
0,001
0,004
Berdasarkan hasil uji t yang
ditampilkan pada tabel 5, dapat dijelaskan
bahwa berkenaan dengan pengaruh Variabel
X1 memiliki tingkat signifikansi lebih kecil
dari 0,05 atau 0,002 < 0,05, maka dapat
direkomendasikan bahwa secara parsial
pengaruh X1 signifikan terhadap Y, pada
Variabel X2 memiliki tingkat signifikansi
Sari, Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Kecerdasan Emosional…. 81
lebih kecil dari 0,05 atau 0,008 < 0,05, maka
dapat direkomendasikan bahwa secara parsial
pengaruh X2 signifikan terhadap Y,
sedangkan pada Variabel X3 memiliki tingkat
signifikansi lebih kecil dari 0,05 atau 0,001 <
0,05, maka dapat direkomendasikan bahwa
secara parsial pengaruh X3 signifikan
terhadap Y dan Variabel X4 memiliki tingkat
signifikansi lebih kecil dari 0,05 atau 0,004 <
0,05, maka dapat direkomendasikan bahwa
secara parsial pengaruh X4 signifikan
terhadap Y.
Uji hipotesis ke dua dalam penelitian
ini menggunakan pendekatan uji F Uji F
dimaksudkan untuk menguji hipotesis yang
bersifat simultan. Dalam hal ini menguji
pengaruh variabel Jenjang Pendidikan (X1),
Pengaturan
Diri
(X2),
Turut
Merasakan/Empati (X3) dan Keterampilan
Sosial (X4) terhadap kinerja guru (Y). hasil
uji F ditunjukkan pada tabel 6.
Data pada tabel 6 menunjukkan bahwa
nilai F hitung sebesar 12,987 yang lebih
besar dari nilai F tabel sebesar 2,589 (df1 =
4, df2 = 43). Hal tersebut identik dengan nilai
signifikansinya yaitu sebesar 0,000 yang
lebih kecil dari 0,05 sebagai taraf yang telah
ditetapkan (α). Hal tersebut dapat diberikan
kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan antara Jenjang Pendidikan (X1),
Pengaturan
Diri
(X2),
Turut
Merasakan/Empati (X3) dan Keterampilan
Sosial (X4) terhadap Kinerja (Y).
Berdasarkan hasil pengujian hipotesa
dengan menggunakan metode analisa regresi
linier berganda menunjukkan bahwa variabel
eksogen yang terdiri dari kesadaran diri (X1),
pengaturan diri (X2), turut merasakan/empati
(X3), dan keterampilan social (X4) terdapat
pengaruh signifikan terhadap kinerja (Y).
Pengaruh Kesadaran Diri (X1) terhadap
Kinerja (Y), dari hasil analisis menunjukkan
variabel kesadaran diri mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap kinerja. Ciri-ciri
individu yang mempunyai kesadaran yang
tinggi akan bisa mendengarkan tanda-tanda
di dalam diri mereka sendiri, mengenali
bagaimana perasaan mereka mempengaruhi
diri
dan
kinerja
mereka.
Mereka
mendengarkan dan menyelaraskan diri
dengan nilai-nilai yang membimbingnya dan
sering kali secara naluriah bisa menentukan
tindakan terbaik. Dengan kesadaran diri juga
mereka tahu keterbatasan dan kekuatannya,
mereka menunjukkan pembelajaran yang
cerdas tentang apa yang mereka perlukan
dalam perbaikan serta menerima kritik dan
umpan balik yang membangun. Mereka
memiliki kepercayaan diri yang tinggi.
Pengaruh Pengaturan diri (X2) terhadap
Kinerja (Y), dari hasil analisis menunjukkan
variabel
pengaturan
diri
mempunyai
pengaruh langsung yang signifikan terhadap
kinerja. Pengendalian diri dengan cara
mengelola emosi dan dorongan yang
meledak-ledak dan menyalurkan dalam
bentuk dan cara yang bermanfaat. Individu
yang dapat mengatur diri memiliki
keterbukaan yang otentik tentang perasaan,
keyakinan dan tindakan seseorang kepada
orang lain, menunjukkan kejujuran dan
integritas serta kelayakan untuk dipercaya.
Mereka dapat menyesuaikan diri dengan
perubahan situasi dan mengatasi hambatan
yang dihadapi.
Pengaruh Turut Merasakan/Empati
(X3) terhadap Kinerja (Y), dari hasil analisis
menunjukkan
variabel
turut
merasakan/empati mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap kinerja. pemimpin
yang memiliki empati mampu mendengarkan
berbagai tanda emosi, membiarkan diri
merasakan emosi yang dirasakan, tetapi tidak
dikatakan, oleh seseorang atau kelompok.
Individu seperti ini mendengarkan dengan
cermat dan bisa menangkap sudut pandang
orang lain, mampu memahami perasaan dan
masalah orang lain, berpikir dengan sudut
pandang mereka serta menghargai perbedaan
pendapat dan perasaan orang lain.
Tabel 6. Hasil Uji F Pengaruh Jenjang Pendidikan (X1), Pengaturan Diri (X2), Turut
Merasakan/Empati (X3) dan Keterampilan Sosial (X4) terhadap Kinerja (Y)
Model
Sum of Square
df
Mean Square
F
Sig.
Regresi
39,210
4
9,803
12,987
0,000
Residu
32,456
43
0,755
Total
71,667
47
82 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 1, No 1, Maret 2015, hal 74 - 82
Pengaruh Keterampilan Sosial (X4)
terhadap Kinerja (Y), dari hasil analisis
menunjukkan variabel keterampilan sosial
mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap kinerja, Kemampuan sosial antara
lain bersifat terbuka, disiplin, memiliki
dedikasi, tanggung jawab, suka menolong,
bersifat membangun, tertib, bersifat adil,
pemaaf, jujur, demokratis, dan cinta anak
didik. Kesadaran sosial membuat individu
dapat membaca apa yang sedang terjadi,
keputusan jaringan kerja dan politik di
tingkat organisasi serta mengenali dan
memenuhi kebutuhan pengikutnya. Individu
yang memiliki kesadaran sosial yang tinggi
bisa cerdas secara politik, mampu
mendeteksi jaringan kerja sosial yang krusial
dan membaca relasi-relasi penting. Individu
seperti ini bisa mengerti daya-daya yang
sedang bekerja di dalam sebuah organisasi,
juga nilai-nilai yang membimbing dan
aturan-aturan nonverbal yang beroperasi di
antara orang-orangnya kontak langsung
dengan pelanggan atau klien, dengan teliti
untuk
memastikan
bahwa
mereka
mendapatkan apa yang mereka butuhkan.
Mereka juga membuka diri dan bersedia
bekerja bila diperlukan.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian serta
pembahasan, maka penelitian ini dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Faktor-faktor
kecerdasan
emosional
seperti kesadaran diri (X1), pengaturan
diri (X2), turut merasakan/empati (X3),
dan keterampilan social (X4) berpengaruh
signifikan secara parsial terhadap kinerja
guru SMA Negeri 1 Paringin Kabupaten
Balangan.
2. Faktor-faktor
kecerdasan
emosional
seperti kesadaran diri, pengaturan diri,
turut
merasakan
(empati),
dan
keterampilan
sosial
berpengaruh
signifikan secara simultan terhadap
kinerja guru SMA Negeri 1 Paringin
Kabupaten Balangan.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
diberikan saran sebagai berikut:
1. Para guru hendaknya selalu meningkatkan
kinerja, terutama kompetensi dalam
mengajar dan mendidik para siswa
sehingga tujuan yang dicapai lebih
maksimal.
2. Para guru juga diharapkan dapat
meningkatkan kecerdasan emosional
karena hal tersebut dapat mempengaruhi
kinerja dalam melaksanakan tugas dan
fungsi sebagai guru.
3. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat
melakukan penelitian lebih mendalam
tentang variabel-variabel kejelasan status,
sistem
penghargaan,
dan
harapan
berkembang, serta variabel lain yang
berkenaan tentang motivasi dan kepuasan
kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsemi, (1998), Prosedur
Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Arikunto Suharsemi, (2006), Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : PT Rineka Cipta.
Amirullah dan hanafi, Rinyah, (2002),
Pengantar Manajemen. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Bedeian and Buford. (1988), Management In
Extention, 2 no Edition, Alabama
Cooperative Extention Service, Aubum
University: Alabama.
Byars, L. and Rue, L. W. 1991. Human
Resources
Management.
Boston:
Hanewood
Furqon. (1999). Statistik Penerapan Dalam
Pendidikan, Bandung: Alphabeta.
Gorton, (1976), School Administration,
Debuquelowa: Wn. C. Brown Company
Publisser.
Kreitner & Kinicki, (1989), Organization
Behavior.
Bort
Arizona
State
University (Home Wood II Boston).
Koontz, Harold, Cyril O’Donnel Heinz
Weinrich, (1984), Management, eight
edition, McGraw-Hiil Internasional
Book Company, Auckland.
Winardi, 1992, Pengantar Ilmu Manajemen,
Nova, Bandung
Williams dan Anderson, 199, Organizatonal
Behaviour, PT.Prehalindo, Jakarta
Download