PENERAPAN METODE EDUTAIMENT DALAM PROGRAM GURU PEMBELAJAR GUNA PENINGKATAN PROFESIONALITAS GURU I. PENGANTAR Dunia pendidikan adalah dunia yang sangat penting dalam kehidupan manursia. Manusia yang selalu diiringi pendidikan, kehidupannya akan berkembang lebih baik. Tidak ada yang kekal di dunia ini kecuali perubahan itu sendiri, tidak ada zaman yang tidak berkembang, tidak ada manusia yang mengalami stagnasi kehidupan. Adanya perkembangan kehidupan, pendidikan tak luput dari dinamika perubahan yang terus berkembang dan berusaha beradaptasi dengan gerak perkembangan yang dinamis tersebut. Disamping itu, dunia pendidikan memerlukan banyak inovasi. Hal ini perlu untuk kemajuan kualitas pendidikan yang tidak hanya menekankan pada teori, tetapi juga harus bisa mengarahkan pada hal yang bersifat praktis. Perubahan peran guru juga sudah bergeser, tidak hanya anak didik yang terus dituntuk belajar, namun guru juga manusia potensial yang pengetahuannya membutuhkan secara belajar, meng- berkesinambungan, upgrade ilmu sehingga ilmu pengetahuannya terbarukan sesuai perkembangan zaman. Istilah “long life education” harus dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanpa memandang usia. Jika guru tidak mau mengikuti perkembangan pada dunia pendidikan akan berakibat fatal pada anak didik saat kecil sampai dengan ketidakmampuan menyelesaikan masalah kehidupannya di kemudian hari. Fenomena yang terjadi pada guru yang mengikuti Program Guru Pembelajar saat ini, sebagian guru menganggap program tersebut hanya menambah beban kerjanya, memaksa mereka untuk berfikir yang berat, bahkan beberapa guru tidak peduli untuk mengikuti kegiatan walaupun 1 sudah diundang mengikuti Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar, baik dalam moda tatap muka, dalam jaringan (daring), maupun daring kombinasi, lebih memilih mundur atau tidak mengikuti kegiatan tersebut. Maka dari itu, penyelenggara Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Taman Kanakkanak dan Pendidikan Luar Biasa (PPPPTK&PLB) yang didalamnya terdapat pengampu, mentor/instruktur nasional membutuhkan inovasi dalam menyajikan kegiatan agar guru-guru bersemangat, memiliki motifasi belajar, antusias mengikuti kegiatan. Konsep edutaiment yang mingin menyinergikan antara pendidikan dengan entertaiment ( hiburan) patut dijalankan. Konsep edutaiment sangat menarik jika dilakukan dengan sistematis dan terstruktur. Hal ini tentu bukan pekerjaan mudah, sebab perubahan pola pengajaran bagi anak-anak tidak sama dengan pada orang dewasa (guru) membutuhkan ketekunan, kesabaran yang tinggi, sehingga paradikma atau asumsi yang cendrung berkembang selama ini dapat berubah secara berlahan. II. MASALAH Menurut Mulyasa (2007: 7), profesionalisme guru di Indonesia masih sangat rendah, hal tersebut disebabkan karena belum adanya perubahan pola mengajar dan sistem konvensional ke sistem kompetensi, beban kerja guru yang tinggi, dan masih banyak guru yang belum melakukan penelitian tindakan kelas. Atas dasar itulah standar kompetensi dan sertifikasi guru dibentuk agar benar-benar terbentuk guru yang profesional danmempunyai kompetensi yang sesuai dalam mengajar. Pentingnya peranan guru dalam pendidikan diatur dalam Undang– Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang mengamanatkan adanya pembinaan dan pengembangan 2 profesi guru sebagai aktualisasi dari profesi pendidik. Realisasi dari undang-undang sebagaimana dimaksud, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melaksanakan Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar bagi semua guru, baik yang sudah bersertifikat maupun belum bersertifikat. Untuk melaksanakan program tersebut, pemetaan kompetensi telah dilakukan melalui Uji Kompetensi Guru (UKG) di seluruh Indonesia sehingga dapat diketahui kondisi objektif guru saat ini dan kebutuhan peningkatan kompetensinya.Data guru peserta UKG tahun 2015 sebagaimana tercantum dalam tabel berikut. Tabel 1. 1 Data Guru Peserta UKG tahun 2015 No Satuan Jumlah Pendidikan UKG 1 TK 252.631 2 SD 1.389.859 3 SLB 21.287 4 SMP 561.164 5 SMA 254.166 6 SMK 220.409 Total 2.699.516 Peserta Sumber Data : UKG 2015 Ditjen GTK Hasil UKG pada tahun 2015 menunjukkan nilai rata-rata nasional yang dicapai adalah 56,69, meningkat dibandingkan nilai rata-rata nasional dari tahun-tahun sebelumnya yaitu 47, dan sudah melampui target capaian nilai rata-rata nasional tahun 2015 yang ditetapkan dalam renstra Kemdikbud yaitu sebesar 55. Walaupun demikian, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, khususnya Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) berusaha lebih keras agar dapat mengejar target yang ditetapkan pada tahun 2016 yaitu 65. Untuk itu Ditjen GTK mengembangkan program berdasarkan hasil UKG 2015 yang disebut dengan Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar. 3 Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar adalah upaya peningkatan kompetensi guru yang melibatkan Pemerintah serta partisipasi publik yang meliputi pemerintah daerah, asosiasi profesi, perguruan tinggi, dunia usaha dan dunia industri, organisasi kemasyarakatan, serta orangtua siswa. Bentuk pelibatan publik dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti memberikan dukungan bagi terselenggaranya Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar, baik dalam moda tatap muka, dalam jaringan (daring), maupun daring kombinasi. Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar yang diadakan oleh pemerintah pada kenyataannya mengalami beberapa kendala di lapangan. Kendala tersebut antara lain : 1. Kurangnya sosialisasi Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar sampai ke daerah-daerah 2. Guru menganggap Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar tidak penting karena menambah beban kerja 3. Rasa malu belajar pada guru/orang yang lebih muda 4. Faktor usia guru yang sudah diatas 40 tahun dengan lama mengajar diatas 15 tahun membuat guru merasa lelah jika dituntut belajar 5. Ketidak mampuan guru dalam menggunakan komputer Metode edutaiment diharapkan mampu mengatasi permasalahanpermasalahan guru dalam belajar. Lalu, bagaimanakah konsep edutaiment itu sebenarnya? Bagaimana aplikasinya dalam kelas? Apa saja yang harus dilakukan mentor/instruktur nasional dan guru sebagai peserta belajar dalam konsep edutaiment ini? 4 III. PEMBAHASAN DAN SOLUSI 1. Memahami Edutaiment Dalam konteks pendidikan, guru yang hidup di zaman modern seperti sekarang, semestinya memiliki karakteristik terbuka terhadap perubahan hal baru, berani menyampaikan pendapat, menghargai waktu, berorientasi ke masa depan, memiliki kesadaran kerjasama dalam mencapai tujuan, berwawasan global, penghargaan atas prestasi, memiliki kedewasaan berfikir dan dapat memanfaatkan ilmu dan teknologi dalammemaknai kehidupannya. dan memandang peserta didik sebagai insan yang berpotensi untuk dapat berkembang dan berdaya dalam menghadapi berbagai masalah yang dihadapi dalam hidupnya. Tentu dengan tetap sebagai insan yang berakhlak mulia, memiliki rasa kemanusiaan,serta ramah terhadap lingkungan. Manusia yang berhenti belajar sama dengan mati. Sebab dengan belajar, manusia akan mengembangkan segala potensi yang dimiliki, sehingga dapat mempertahan eksistensinya sebagai manusia. Dalam menjawab permasalahan yang sudah dipaparkan diatas, metode edutaiment tidak dapat dilepaskan dari strategi pembelajaran andragogik. Secara terminologi maupun epistimologi, Istilah andragogi berasal dari bahasa Yunani andr artinya orang dewasa dan agogo artinya memimpin atau membimbing. Maka dengan demikian andragogi dirumuskan sebagai ilmu dan seni dalam membantu orang dewasa belajar. Pendidikan orang dewasa menurut UNESCO dapat diterjemahkan sebagai berikut: “Istilah pendidikan orang dewasa berarti keseluruhan proses yang diorganisasikan, apapun isi, tingkatan dan metodenya, baik formal maupun tidak, yang melanjutkan maupun menggantikan pendidikan semula di sekolah, kolese atau universitas serta latihan kerja, yang membuat orang mengembangkan yang dianggap kemampuannya, dewasa memperkaya oleh masyarakat pengetahuannya, 5 meningkatkan kualifikasi atau profesionalitasnya dan mengakibatkan perubahan pada sikap dan perilakunya dalam persfektif rangkap perkembangan pribadi secara utuh dan partisipasi dalam perkembangan sosial, ekonomi dan budaya yang seimbang dan bebas.” Mentor/Instruktur Nasional sebagai pelatih/pembimbing berperan sebagai fasilitator menggunakan pendekatan andragogi sebab siswa merupakan orang dewasa yang cenderung mampu mengarahkan diri (mandiri), dikarenakan banyaknya pengalaman yang telah didapat. Selain itu orientasi mereka terhadap belajar yang lebih menekankan pada pengembangan potensi serta pemenuhan kebutuhan akan menjadi titik tolak sebuah proses pembelajaran. Pendekatan andragogik memiliki kecendrungan :(1) Belajar dengan sukarela, (2) Berorientasi kepada masalah, (3) Warga belajar yang bebas, (4) Pengalaman peserta dianggap sebagai bahan untuk merekonstruksi pengetahuan, (5) Warga belajar menentukan materi , (7) Dikelompokkan berdasarkan minat/kebutuhan, (8) Peserta berkedudukan setingkat dengan pelatih Proses semacam ini berprinsip pada stucture experience, pengalaman berstruktur yaitu dengan menggunakan daur sebagi berikut : Menerapkan kembali Melakukan/ Mengalami Mengolah/ mengkaji Mengungkapkan Gambar 1 . Daur stucture experience 6 Setelah melihat defenisi pendekatan andragogi, kemudian menentukan metode yang akan digunakan dalam melaksanakan program pendidikan dengan pendekatan andragogi. Sebelumnya, kita perlu tahu definisi dari metode itu sendiri, metode adalah suatu kerangka kerja dan dasar-dasar pemikiran digunakannya cara-cara yang khusus. Metode merupakan jalan menuju suatu tujuan. Edutaiment berasal dari kata education dan entertaiment. Education artinya pendidikan, entertaiment artinya hiburan. Jadi dari segi bahasa, edutaiment adalah pendidikan yang menghibur dan menyenangkan. Sementara dari segi terminologi edutaiment adalah suatu proses pembelajaran yang didesain sedemikian rupa, sehingga muatan pendidikan dan hiburan bisa dikombinasikan dengan harmonis untuk meciptakan suasana yang menyenangkan (Hamid, 2011:17). Edutaiment bisa dikatakan berhasil, jika ada fakta pembelajaran menyenangkan bagi peserta belajar dalam hal ini orang dewasa. Karena secara garis besar, jiwa manusia terbagi dalam tiga fungsi, yaitu akal pikiran, perasaan dan kemauan. Dengan akal pikiran ia bisa mengetahui benar dan salah, serta dapat menggali ilmu pengetahuan yang hebat dan mengagumkan. Dengan perasaan ia dapat menimbang kebaikan dan keburukan, Dengan kemauan, ia didorong untuk selalu berbuat sesuatu yang bersifat dinamis dan kreatif (Humaidi Tatapangarsa, 198:14). Pada dasarnya edutaiment bisa diterapkan pada pola pendidikan apa saja. Sebab, dalam perkembangannya edutaiment sudah bertansformasi dalam beragam bentuk, seperti humanizing the classroom, active learning, the acclerated learning, quantum learning , quantum teaching. Pembahasan teori dan bentuk terapan edutaiment, yaitu : 1. Humanizing the classroom artinya proses membimbing, mengembangkan dan mengarahkan potensi dasar manusia, baik jasmani maupun rohani, secara seimbang dengan menghormati nilainilai humanis mentor/instruktur yang lain. Dalam hal ini maksudnya adalah, tidak berlaku otoriter, Tidak ada atasan bawahan, 7 memerintah dan diperintah, angkuh dan tidak menghargainnya. Active learning memungkinkan peserta guru pembelajar berperan aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri, baik interaksi antara peserta dengan peserta maupun antara peserta dengan mentor/instruktur nasional. 2. The acclerated learning merupakan gerakan modern yang mendobrak cara belajar yang tersetruktur berganti menjadi cara belajar cepat dan alamiah. Konsep ini diciptakan oleh Dave Meier yang tertuang dalam bukunya The acclerated learning Handbook. Ia menyarankan penggunanan pendekatan SAVI. Berikut penjelasan mengenai SAVI : a. Somatic dimaksudkan sebagai Learning by moving and doing (belajar bergerak dan berbuat) b. Auditory yang dimaksud adalah Learning by talking and hearing (belajar berbicara dan mendengar) c. Visual yang dimaksud adalah Learning by observing and picturing (belajar mengamati dan menggambarkan) d. Intellectual yang dimaksud adalah Learning by problem solving and reflecting (belajar berbicara dan mendengar) 3. Quantum learning adalah cara pengubahan beragam interaksi, hubungan dan penggambungan inspirasi sugestologi, pada saat teknik belajar. percepatan Praktiknya belajar dan neurolinguistik dengan teori keyakinan maupun metode tertentu. Diharapkan menumbuhkan zest of study (semanggat belajar) yang maksimal bagi semua tahap usia (Bobbi DePorter, 2000:16). 4. Quantum teaching berisi prinsip perancangan pengajaran yang efektif, efisien dan progresif, berikut metode penyajiannya untuk mendapatkan hasil belajar yang mengagumkan dengan waktu yang sedikit. Asas utamanya, bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka. Praktiknya penggambungan sugestologi, teknik percepatan belajar dan neurolinguistik dengan teori keyakinan maupun metode tertentu. Diharapkan menumbuhkan zest of study (semanggat belajar) yang maksimal bagi semua tahap 8 usia (Bobbi DePorter, 2000:16). Prinsip Quantum teaching adalah : Segalanya berbicara, segalanya bertujuan, dari memiliki pengalaman sebelum pelajaran, mengakui tiap usaha, perayaan. B. Mendesain Kelas Usahakan dalam Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar kelas didesain sendiri denagn melibatkan peserta, lingkungan sekitar kelas baik dalam dan luar kelas sangat berpengaruh kemampuan fokus dan menyerap informasi. Ciptakan lingkungan kelas yang bersih, tertata, sehat dan nyaman, Beberapa hal yang diperhatikan dalam mengatur kelas: Sebuah gambar lebih berarti daripada seribu kata, oleh sebab itu sediakan gambar , antara lain : 1. Poster dengan ikon yang menarik dan sesuai tujuan. 2. Poster penegasan diri, mintalah pada peserta untuk luangkan waktu 15-30 menit untuk membuat poster motivasi diri, misalnya : “ aku pasti bisa” , “ Aku Guru Profesional” atau “ Aku harus lulus UKG.” 3. Gunakan warna untuk memperkuat pengajaran, karena otak berfikir dengan warna. 4. Pengaturan bangku/tempat duduk, ada banyak formasi pengaturan bangku selain formasi konvensional, formasi tersebut seperti auditorium, lingkaran, huruf U, kelompok dan sebagainnya. 5. Pemberian aroma terapi, aroma terapi menjadi sesuatu yang sangat esensial dalam kehidupan manusia, karena penting bagi kesehatan. Aroma menjadi simbol keharmonisan, keromantisan, pergaulan, kecantikan kesehatan dan pengobatan (Hamid Sholeh,2011:140), Aroma terapi bekerja dengan cara mempengaruhi kerja otak. Lalu bagaimana penggunaannya di kelas? Penggunaan aromaterapi dapat dengan cara menyemprotkan dalam ruangan. 6. Pengaturan tanaman dan tumbuhan di lingkungan kelas penting karena tanaman mampu menyediakan oksigen agar suasana belajar berlangsung nyaman dan sejuk. 9 7. Alat Bantu Pendidikan adalah benda atau alat yang membantu insan pendidikan dalam memenuhi tujuan pembelajaran. Tidak semua media pembelajaran cocok, Pemilihan media tidak boleh sembarangan, harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan supaya proses pembelajaran berjalan dengan baik dengan tingkat pencapaiannya memuaskan. Kriteria pemilihan media pembelajaran, diantaranya : a. Berdasarkan ciri-cirinya, gunakan ciri tunggal (radio, kaset, teks) dan ciri ganda (film, televisi dan slide) b. Berdasarkan presentasi, gunakan presentasi langsung dan diselingi program lain c. Berdasarkan pemakainnya, media untuk kelas besar, kelas kecil dan individu. d. Berdasarkan pemakaiannya C. Teknik Mencatat, Menulis dan Membaca Pencatatan yang efektif dapat menghemat waktu dengan membantu menyimpan informasi secara mudah dan mengingatnya kembali jika diperlukan. Seseorang yang mencatat secara bersamaan otak secara bertahap akan mencari, memilih, merumuskan, merapikan, menghubungkan, dan menghasilkan arti yang dapat dipahami. Dalam diri manusia terdapat jiwa unik berbakat. Dorongan menulis sama besarnya dengan dorongan untuk berbicara dan mengomunikasikan pikiran ataupun pengalaman kepada orang lain. Gunakan dua teknik menulis yang menenangkan, yaitu Clustering (pengelompokan) dan fast writing (menulis cepat) Membaca adalah pintu menguak cakrawala yang lebih luas dan jendela dunia untuk melakukan pengembangan kearah lebih baik. Orang yang senang membaca akan terus membaca lebih banyak buku juntuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka, sehingga semakin hari, mereka semakin cerdas dan terampil. 10 D. Kolaboratif Kolaboratif memiliki tiga karakter yang dapat diterapkan di kelas, antara lain : Berbagi pengetahuan antara pembimbing dan peserta, berbagi otoritas antara pembimbing dan peserta, guru sebagai mediator, pengelompokan peserta yang heterogen . Dalam pembelajaran kolaboratif peranan pembimbing/mentor sangat penting, namun tidak dominan. Peran peserta belajar adalah membentuk tujuan, mendesain tugas pembelajaran dan pengawasan, penilaian diri, peran interaksi dialogis. E. Interaktif Berikut ini adalah tabel beragam metode pembelajar interaktif : Metode Kelebihan Kekurangan Interaktif 1. Metode ceramah 2. Metode eksperimen Mudah menguasai kelas, Membosankan, mudah dilaksanakan Terbina manusia peserta belajar pasif yang Kuarangnya alat dan membawa gagasan baru, sarana, waktu lama lebih percaya kebenaran berupa kesimpulan 3. Metode proyek 4. Metode Menyeluruh, luas dan Pengorganisasian Materi memecahkan masalah menjadi terlalu luas Pengetahuan dari belajar Praktek ketidak jujuran Pemberian mandiri akan diingat lebih menjadi tugas lama, memupuk inisiatif, jarang tanggung jawab, mandiri masalah, tak peserta pembelajaran hanya meniru pekerjaan orang orang lain atau dikerjakan orang lain tidak dikerjakan sendiri 11 5. Metode diskusi Keputusan lebih pembiasaan baik, Informasi yang dikaji dan bersikap didapat terbatas, hanya toleran dikuasai orang terutama yang suka berbicara saja. 6. Metode Latihan Memperoleh motoris, kecakapan Monoton, membosankan, mental pembiasaan dan menimbulkan verbalisme ketepatan dan menghambat bakat dalam pelaksanaan dan inisiatif F. Strategi Pengaturan Kegiatan dalam Kerangka Edutaiment Pembimbing/mentor/instruktur nasional harus mampu mengatur peserta kelas guru pembelajar dengan pandai dan bijaksana, sehingga dapat belajar secara efektif dan efisien. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran adalah : 1. Mengendalikan dan mengarahkan peserta a) Pemberian tugas secara menyeluruh sesuai dengan tujuan b) Gunakan Studi kasus dengan topik-topik yang baru / up to date c) Pelibatan dalam aktifitas belajar 2. Mengontrol pembelajaran a) Memberikan pilihan pada peserta belajar b) Membuat kontrak/kesepakatan sebelum pembelajaran dimulai c) Gunakan tanya jawab, ulasan dan teknik penaksiran kelas 3. Penilaian /Evaluasi a) Sering dan cepat memberi umpan balik b) Hindari penilaian yang bersifat kompetitif c) Penggunaan bentuk penilaian yang tepat dan sesuai 4. Membentuk kerjasama a) Libatkan peserta dalam memberi umpan balik b) Penghargaan bagi yang aktif berkontribusi c) Membagi bahan/materi pembelajaran antar kelompok d) Membantu memfasilitasi penyelesaian konflik 12 5. Melibatkan peserta guru pembelajar a) Seleksi topik yang relevan, kontroversial, dan menarik minat b) Libatkan peserta dalam debat-debat terstruktur dan intelektual 6. Penggunaan media artikel dan tulisan a) Gunakan tulisan yang singkat , tepat dan sesuai materi b) Libatkan perserta membuat newslatter c) Gunakan media, tugaskan untuk menuliskan ulasan singkat d) Penulisan berbagai pandangan dan pendapat yang berlawanan 7. Penyelenggaraan diskusi a) Libatkan peserta dalam memimpin dan mengatur diskusi b) Libatkan peserta dalam melontarkan ide, pernyataan, pertanyaan, menjawab pertanyaan yang terkait materi belajar c) Penggunaan tugas diskusi kelompok kecil 8. Memanfaatkan media berteknologi tinggi a) Gunakan multimedia seperti teks, model, seni, audio, video, komputer) b) Gunakan teknologi komunikasi melalui chat, email atau web 9. Refleksi diri Mintalah peserta belajar untuk mengutarakan apasaja yang telah ia pelajari, kendala, saran terkait materi dan manfaat bagi dirinya. 10. Sikap pembimbing/mentor/instruktur nasional di dalam kelas a) Kenali nama-nama, ketahui dan hormati tiap peserta guru pembelajar b) Selalu memotivasi dan menghargai, jalin hubungan yang akrab c) Hindari intimidasi pada peserta, kembangkan hubungan personal d) Hampiri peserta, lakukan kontak mata, tawarkan bimbingan dan bantuan e) Sabar, ulet dan tekun dalam membimbing 13 4. KESIMPULAN DAN HARAPAN PENULIS Guru yang ideal adalah sosok yang mengabdikan dirinya berdasarkan panggilan jiwa, hati nurani, bukan karena tuntutan uang belaka yang membatasi tugas dan tanggung jawabnya sebatas dinding sekolah. Peranan guru yang diperlukan sebagai pendidik, yaitu : 1. Korektor, guru harus bisa menegakkan nilai-nilai yang baik . Semua nilai yang baik harus dipertahankan sedangkan nilai yang buruk harus disingkirkan dari jiwa dan watak anak didik. 2. Inspirator, guru harus mengilhami anak didiknya 3. Informator, guru harus dapat memberikan informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 4. Organisator, guru harus mampu mengelola kegiatan akademik, menyusun program, tata tertib dan melaksanakan sehingga mencapai efektivitas dan efisiensi belajar. 5. Motivator, guru harus mampu mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar dalam interaksi edukatif, karena menyangkut esensi mendidik 6. Inisiator, guru harus dapat menjadi pencetus ide-ide kreatif dalam pendidikan 7. Fasilitator, menyediakan fasilitas yang memungkinkan kemudahan belajar. 8. Pembimbing, tanpa bimbingan anak didik adak mengalami kesulitan dalam berkembang mengingat mereka belum mampu mandiri 9. Demonstrator, guru harus mampu memperagakan secara didaktis sehingga tujuan pembelajaran sesuai dengan pemahaman anak didik 10. Pengelolaan kelas, kelas adalah tempat berkumpulnya anak didik dan guru dalam pembelajaran, pengelolaan yang baik akan menunjang kelancaran proses interaksi edukatif 11. Mediator, media mengefektifkan berfungsi proses sebagai pembelajaran. alat Guru komunikasi hendaknya guna memiliki 14 kemampuan memilah dan memilih bentuk dan jenis media pembelajaran baik nonmaterial maupun material. 12. Supervisor, guru harus memiliki kemampuan menilai secara kritis proses pengajaran agar dapat melakukan perbaikan. 13. Evaluator, guru dituntut menjadi penilai yang obyektif terhadap hasil, dan proses belajar. Guru pembelajar adalah guru yang ideal yang terus belajar dan mengembangkan (upgrade) diri di setiap saat dan di manapun. Guru terus belajar dan mengembangkan diri bukan untuk pemerintah atau kepala sekolah, tapi memang sejatinya setiap pendidik atau guru adalah pembelajar. Alasan mengapa seorang guru harus terus belajar selama dia berprofesi sebagai pendidik, sebagai berikut : a. Profesi guru adalah pekerjaan profesionalitas berkesempatan mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat. b. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni menuntut guru untuk harus belajar beradaptasi dengan hal-hal baru c. Karakter peserta didik yang senantiasa berbeda dari generasi ke generasi menjadi tantangan tersendiri bagi seorang guru. Harapannya dengan penerapam metode edutaiment yang menarik, memotivasi, dan dilakukan dengan kesungguhan, ketelatenan, kesabaran oleh para mentor/instruktur nasional serta kerjasama semua pihak akan meningkatkan kompetensi guru secara berkelanjutan dan meningkatkan keaktifan peserta guru pembelajar, menghasilkan perubahan perilaku guru yang secara nyata berdampak pada peningkatan kinerja guru dalam proses belajar mengajar di kelas. Guru pembelajar harus terus belajar, mampu beradaptasi dengan perubahan, dan dapat menginspirasi peserta didik menjadi subjek pembelajar mandiri yang bertanggungjawab, kreatif, dan inovatif. 15 DAFTAR PUSTAKA Anwar. 1994. Andragogi. Bandung: Angkasa. Depdiknas, Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Bandung Depdiknas, Undang-Undang RI No 14 th 2005, tentang Guru dan Dosen Djamarah, Bahri, Saiful. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Hamid, Moh, Soleh. 2011. Metode Edutaiment. Yogjakarta: DIVA Press Mulyasa, Enco. 2005. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya Natawijaya, Rochman. 1978. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Padmowihardjo, S. 2006. Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta: Universitas Terbuka. Slavin, Robert, E. 2009. Cooperatife Learning Teori, Riset dan Praktek. Bandung: Nusa Media Sunarto dan Agung. 2002. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta. Syaiful. 2005. Guru Dan Anak Didik. Jakarta: Rineka Cipta. Noor, Tajudin, HE. 2012. “Pergeseran Paradikma Global dan Pengaruhnya Terhadap Dunia Pendidikan.” Telah Dipublikasikan di Majalah Ilmiah Solusi Unsika ISSN 1412-86676 Vol. 10 No. 21 Ed. Des 2011 - Feb 2012 https://gurupembelajar.id 16 17