PENERAPAN METODE EDUTAIMENT DALAM

advertisement
PENERAPAN METODE EDUTAIMENT DALAM PROGRAM GURU
PEMBELAJAR GUNA PENINGKATAN PROFESIONALITAS GURU
I.
PENGANTAR
Dunia pendidikan adalah dunia yang sangat penting dalam
kehidupan
manursia.
Manusia
yang
selalu
diiringi
pendidikan,
kehidupannya akan berkembang lebih baik. Tidak ada yang kekal di dunia
ini kecuali perubahan itu sendiri, tidak ada zaman yang tidak berkembang,
tidak ada manusia yang mengalami stagnasi kehidupan. Adanya
perkembangan kehidupan, pendidikan tak luput dari dinamika perubahan
yang terus berkembang dan berusaha beradaptasi dengan gerak
perkembangan yang dinamis tersebut.
Disamping itu, dunia pendidikan memerlukan banyak inovasi. Hal
ini perlu untuk kemajuan kualitas pendidikan yang tidak hanya
menekankan pada teori, tetapi juga harus bisa mengarahkan pada hal
yang bersifat praktis. Perubahan peran guru juga sudah bergeser, tidak
hanya anak didik yang terus dituntuk belajar, namun guru juga manusia
potensial
yang
pengetahuannya
membutuhkan
secara
belajar,
meng-
berkesinambungan,
upgrade
ilmu
sehingga
ilmu
pengetahuannya terbarukan sesuai perkembangan zaman. Istilah “long
life education”
harus dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanpa
memandang usia. Jika guru tidak mau mengikuti perkembangan pada
dunia pendidikan akan berakibat fatal pada anak didik saat kecil sampai
dengan ketidakmampuan menyelesaikan masalah kehidupannya di
kemudian hari.
Fenomena yang terjadi pada guru yang mengikuti Program Guru
Pembelajar saat ini, sebagian guru menganggap program tersebut hanya
menambah beban kerjanya, memaksa mereka untuk berfikir yang berat,
bahkan beberapa guru tidak peduli untuk mengikuti kegiatan walaupun
1
sudah diundang mengikuti Program Peningkatan Kompetensi Guru
Pembelajar, baik dalam moda tatap muka, dalam jaringan (daring),
maupun daring kombinasi, lebih memilih
mundur atau tidak mengikuti
kegiatan tersebut.
Maka
dari
itu,
penyelenggara
Pusat
Pengembangan
dan
Pemberdayaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Taman Kanakkanak dan Pendidikan Luar Biasa (PPPPTK&PLB) yang didalamnya
terdapat pengampu, mentor/instruktur nasional membutuhkan inovasi
dalam menyajikan kegiatan agar guru-guru bersemangat, memiliki motifasi
belajar, antusias mengikuti kegiatan. Konsep edutaiment yang mingin
menyinergikan antara pendidikan dengan entertaiment ( hiburan) patut
dijalankan. Konsep edutaiment sangat menarik jika dilakukan dengan
sistematis dan terstruktur. Hal ini tentu bukan pekerjaan mudah, sebab
perubahan pola pengajaran bagi anak-anak tidak sama dengan pada
orang dewasa (guru) membutuhkan ketekunan, kesabaran yang tinggi,
sehingga paradikma atau asumsi yang cendrung berkembang selama ini
dapat berubah secara berlahan.
II. MASALAH
Menurut Mulyasa (2007: 7), profesionalisme guru di Indonesia
masih sangat rendah, hal tersebut disebabkan karena belum adanya
perubahan pola mengajar dan sistem konvensional ke sistem kompetensi,
beban kerja guru yang tinggi, dan masih banyak guru yang belum
melakukan
penelitian
tindakan
kelas.
Atas
dasar
itulah
standar
kompetensi dan sertifikasi guru dibentuk agar benar-benar terbentuk guru
yang
profesional
danmempunyai
kompetensi
yang
sesuai
dalam
mengajar.
Pentingnya peranan guru dalam pendidikan diatur dalam Undang–
Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen yang mengamanatkan adanya pembinaan dan pengembangan
2
profesi guru sebagai aktualisasi dari profesi pendidik.
Realisasi dari
undang-undang sebagaimana dimaksud, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan melaksanakan Program Peningkatan Kompetensi Guru
Pembelajar bagi semua guru, baik yang sudah bersertifikat maupun belum
bersertifikat.
Untuk
melaksanakan
program
tersebut,
pemetaan
kompetensi telah dilakukan melalui Uji Kompetensi Guru (UKG) di seluruh
Indonesia sehingga dapat diketahui kondisi objektif guru saat ini dan
kebutuhan peningkatan kompetensinya.Data
guru peserta UKG tahun
2015 sebagaimana tercantum dalam tabel berikut.
Tabel 1. 1 Data Guru Peserta UKG tahun 2015
No
Satuan
Jumlah
Pendidikan
UKG
1
TK
252.631
2
SD
1.389.859
3
SLB
21.287
4
SMP
561.164
5
SMA
254.166
6
SMK
220.409
Total
2.699.516
Peserta
Sumber Data : UKG 2015 Ditjen GTK
Hasil UKG pada tahun 2015 menunjukkan nilai rata-rata nasional
yang dicapai adalah 56,69, meningkat dibandingkan nilai rata-rata
nasional dari tahun-tahun sebelumnya yaitu 47, dan sudah melampui
target capaian nilai rata-rata nasional tahun 2015 yang ditetapkan dalam
renstra Kemdikbud yaitu sebesar 55. Walaupun demikian, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, khususnya Direktorat Jenderal Guru dan
Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) berusaha lebih keras agar dapat
mengejar target yang ditetapkan pada tahun 2016 yaitu 65. Untuk itu
Ditjen GTK mengembangkan program berdasarkan hasil UKG 2015 yang
disebut dengan Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar.
3
Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar adalah upaya
peningkatan
kompetensi
guru
yang
melibatkan
Pemerintah
serta
partisipasi publik yang meliputi pemerintah daerah, asosiasi profesi,
perguruan
tinggi,
dunia
usaha
dan
dunia
industri,
organisasi
kemasyarakatan, serta orangtua siswa. Bentuk pelibatan publik dapat
dilakukan dengan berbagai cara seperti memberikan dukungan bagi
terselenggaranya Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar,
baik dalam moda tatap muka, dalam jaringan (daring), maupun daring
kombinasi.
Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar yang diadakan
oleh pemerintah pada kenyataannya mengalami beberapa kendala di
lapangan. Kendala tersebut antara lain :
1. Kurangnya sosialisasi Program Peningkatan Kompetensi Guru
Pembelajar sampai ke daerah-daerah
2. Guru
menganggap
Program
Peningkatan
Kompetensi
Guru
Pembelajar tidak penting karena menambah beban kerja
3. Rasa malu belajar pada guru/orang yang lebih muda
4. Faktor usia guru yang sudah diatas 40 tahun dengan lama
mengajar diatas 15 tahun membuat guru merasa lelah jika dituntut
belajar
5. Ketidak mampuan guru dalam menggunakan komputer
Metode edutaiment diharapkan mampu mengatasi permasalahanpermasalahan
guru
dalam
belajar.
Lalu,
bagaimanakah
konsep
edutaiment itu sebenarnya? Bagaimana aplikasinya dalam kelas? Apa
saja yang harus dilakukan mentor/instruktur nasional dan guru sebagai
peserta belajar dalam konsep edutaiment ini?
4
III. PEMBAHASAN DAN SOLUSI
1. Memahami Edutaiment
Dalam konteks pendidikan, guru yang hidup di zaman modern
seperti sekarang, semestinya memiliki karakteristik terbuka terhadap
perubahan hal baru, berani menyampaikan pendapat, menghargai waktu,
berorientasi ke masa depan, memiliki kesadaran kerjasama dalam
mencapai tujuan, berwawasan global, penghargaan atas prestasi, memiliki
kedewasaan berfikir dan dapat memanfaatkan ilmu dan teknologi
dalammemaknai kehidupannya. dan memandang peserta didik sebagai
insan yang berpotensi untuk dapat berkembang dan berdaya dalam
menghadapi berbagai masalah yang dihadapi dalam hidupnya. Tentu
dengan tetap sebagai insan yang berakhlak mulia, memiliki rasa
kemanusiaan,serta ramah terhadap lingkungan. Manusia yang berhenti
belajar sama dengan mati. Sebab dengan belajar, manusia akan
mengembangkan
segala
potensi
yang
dimiliki,
sehingga
dapat
mempertahan eksistensinya sebagai manusia.
Dalam menjawab permasalahan yang sudah dipaparkan diatas,
metode edutaiment tidak dapat dilepaskan dari strategi pembelajaran
andragogik. Secara terminologi maupun epistimologi, Istilah andragogi
berasal dari bahasa Yunani andr artinya orang dewasa dan agogo artinya
memimpin
atau
membimbing.
Maka
dengan
demikian
andragogi
dirumuskan sebagai ilmu dan seni dalam membantu orang dewasa
belajar.
Pendidikan orang dewasa menurut UNESCO dapat diterjemahkan
sebagai berikut: “Istilah pendidikan orang dewasa berarti keseluruhan
proses yang diorganisasikan, apapun isi, tingkatan dan metodenya, baik
formal maupun tidak, yang melanjutkan maupun menggantikan pendidikan
semula di sekolah, kolese atau universitas serta latihan kerja, yang
membuat
orang
mengembangkan
yang
dianggap
kemampuannya,
dewasa
memperkaya
oleh
masyarakat
pengetahuannya,
5
meningkatkan kualifikasi atau profesionalitasnya dan mengakibatkan
perubahan pada sikap dan perilakunya dalam persfektif rangkap
perkembangan pribadi secara utuh dan partisipasi dalam perkembangan
sosial, ekonomi dan budaya yang seimbang dan bebas.”
Mentor/Instruktur Nasional sebagai pelatih/pembimbing berperan
sebagai fasilitator menggunakan pendekatan andragogi sebab siswa
merupakan orang dewasa yang cenderung mampu mengarahkan diri
(mandiri), dikarenakan banyaknya pengalaman yang telah didapat. Selain
itu orientasi mereka terhadap belajar yang lebih menekankan pada
pengembangan potensi serta pemenuhan kebutuhan akan menjadi titik
tolak sebuah proses pembelajaran.
Pendekatan andragogik memiliki kecendrungan :(1) Belajar dengan
sukarela, (2) Berorientasi kepada masalah, (3) Warga belajar yang bebas,
(4) Pengalaman peserta dianggap sebagai bahan untuk merekonstruksi
pengetahuan, (5) Warga belajar menentukan materi , (7) Dikelompokkan
berdasarkan minat/kebutuhan, (8) Peserta berkedudukan setingkat
dengan pelatih
Proses
semacam
ini
berprinsip
pada
stucture
experience,
pengalaman berstruktur yaitu dengan menggunakan daur sebagi berikut :
Menerapkan
kembali
Melakukan/
Mengalami
Mengolah/
mengkaji
Mengungkapkan
Gambar 1 . Daur stucture experience
6
Setelah
melihat
defenisi
pendekatan
andragogi,
kemudian
menentukan metode yang akan digunakan dalam melaksanakan program
pendidikan dengan pendekatan andragogi. Sebelumnya, kita perlu tahu
definisi dari metode itu sendiri, metode adalah suatu kerangka kerja dan
dasar-dasar pemikiran digunakannya cara-cara yang khusus. Metode
merupakan jalan menuju suatu tujuan. Edutaiment berasal dari kata
education dan entertaiment. Education artinya pendidikan, entertaiment
artinya hiburan. Jadi dari segi bahasa, edutaiment adalah pendidikan yang
menghibur
dan
menyenangkan.
Sementara
dari
segi
terminologi
edutaiment adalah suatu proses pembelajaran yang didesain sedemikian
rupa, sehingga muatan pendidikan dan hiburan bisa dikombinasikan
dengan harmonis untuk meciptakan suasana yang menyenangkan
(Hamid, 2011:17). Edutaiment bisa dikatakan berhasil, jika ada fakta
pembelajaran menyenangkan bagi peserta belajar dalam hal ini orang
dewasa. Karena secara garis besar, jiwa manusia terbagi dalam tiga
fungsi, yaitu akal pikiran, perasaan dan kemauan. Dengan akal pikiran ia
bisa mengetahui benar dan salah, serta dapat menggali ilmu pengetahuan
yang hebat dan mengagumkan. Dengan perasaan ia dapat menimbang
kebaikan dan keburukan, Dengan kemauan, ia didorong untuk selalu
berbuat sesuatu yang bersifat dinamis dan kreatif (Humaidi Tatapangarsa,
198:14).
Pada dasarnya edutaiment bisa diterapkan pada pola pendidikan
apa
saja.
Sebab,
dalam
perkembangannya
edutaiment
sudah
bertansformasi dalam beragam bentuk, seperti humanizing the classroom,
active learning, the acclerated learning, quantum learning , quantum
teaching. Pembahasan teori dan bentuk terapan edutaiment, yaitu :
1. Humanizing
the
classroom
artinya
proses
membimbing,
mengembangkan dan mengarahkan potensi dasar manusia, baik
jasmani maupun rohani, secara seimbang dengan menghormati nilainilai
humanis
mentor/instruktur
yang
lain.
Dalam
hal
ini
maksudnya
adalah,
tidak berlaku otoriter, Tidak ada atasan bawahan,
7
memerintah dan diperintah, angkuh dan tidak menghargainnya. Active
learning memungkinkan peserta guru pembelajar berperan aktif dalam
proses pembelajaran itu sendiri, baik interaksi antara peserta dengan
peserta maupun antara peserta dengan mentor/instruktur nasional.
2. The acclerated learning merupakan gerakan modern yang mendobrak
cara belajar yang tersetruktur berganti menjadi cara belajar cepat dan
alamiah. Konsep ini diciptakan oleh Dave Meier yang tertuang dalam
bukunya
The
acclerated
learning
Handbook.
Ia
menyarankan
penggunanan pendekatan SAVI. Berikut penjelasan mengenai SAVI :
a. Somatic dimaksudkan sebagai Learning by moving and doing
(belajar bergerak dan berbuat)
b. Auditory yang dimaksud adalah Learning by talking and hearing
(belajar berbicara dan mendengar)
c. Visual yang dimaksud adalah Learning by observing and picturing
(belajar mengamati dan menggambarkan)
d. Intellectual yang dimaksud adalah Learning by problem solving
and reflecting (belajar berbicara dan mendengar)
3. Quantum learning adalah cara pengubahan beragam interaksi,
hubungan
dan
penggambungan
inspirasi
sugestologi,
pada
saat
teknik
belajar.
percepatan
Praktiknya
belajar
dan
neurolinguistik dengan teori keyakinan maupun metode tertentu.
Diharapkan menumbuhkan zest of study (semanggat belajar) yang
maksimal bagi semua tahap usia (Bobbi DePorter, 2000:16).
4. Quantum teaching berisi prinsip perancangan pengajaran yang efektif,
efisien
dan
progresif,
berikut
metode
penyajiannya
untuk
mendapatkan hasil belajar yang mengagumkan dengan waktu yang
sedikit. Asas utamanya, bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan
antarkan dunia kita ke dunia mereka. Praktiknya penggambungan
sugestologi,
teknik percepatan belajar dan neurolinguistik dengan
teori keyakinan maupun metode tertentu. Diharapkan menumbuhkan
zest of study (semanggat belajar) yang maksimal bagi semua tahap
8
usia (Bobbi DePorter, 2000:16). Prinsip Quantum teaching
adalah
:
Segalanya
berbicara,
segalanya
bertujuan,
dari
memiliki
pengalaman sebelum pelajaran, mengakui tiap usaha, perayaan.
B. Mendesain Kelas
Usahakan
dalam
Program
Peningkatan
Kompetensi
Guru
Pembelajar kelas didesain sendiri denagn melibatkan peserta, lingkungan
sekitar kelas baik dalam dan luar kelas sangat berpengaruh kemampuan
fokus dan menyerap informasi. Ciptakan lingkungan kelas yang bersih,
tertata, sehat dan nyaman, Beberapa hal yang diperhatikan dalam
mengatur kelas: Sebuah gambar lebih berarti daripada seribu kata, oleh
sebab itu sediakan gambar , antara lain :
1. Poster dengan ikon yang menarik dan sesuai tujuan.
2. Poster penegasan diri, mintalah pada peserta untuk luangkan waktu
15-30 menit untuk membuat poster motivasi diri, misalnya : “ aku pasti
bisa” , “ Aku Guru Profesional” atau “ Aku harus lulus UKG.”
3. Gunakan warna untuk memperkuat pengajaran, karena otak berfikir
dengan warna.
4. Pengaturan bangku/tempat duduk, ada banyak formasi pengaturan
bangku
selain
formasi
konvensional,
formasi
tersebut
seperti
auditorium, lingkaran, huruf U, kelompok dan sebagainnya.
5. Pemberian aroma terapi, aroma terapi menjadi sesuatu yang sangat
esensial dalam kehidupan manusia, karena penting bagi kesehatan.
Aroma menjadi simbol keharmonisan, keromantisan, pergaulan,
kecantikan kesehatan dan pengobatan (Hamid Sholeh,2011:140),
Aroma terapi bekerja dengan cara mempengaruhi kerja otak. Lalu
bagaimana penggunaannya di kelas? Penggunaan aromaterapi dapat
dengan cara menyemprotkan dalam ruangan.
6. Pengaturan tanaman dan tumbuhan di lingkungan kelas penting
karena tanaman mampu menyediakan oksigen agar suasana belajar
berlangsung nyaman dan sejuk.
9
7. Alat Bantu Pendidikan adalah benda atau alat yang membantu insan
pendidikan dalam memenuhi tujuan pembelajaran. Tidak semua
media
pembelajaran
cocok,
Pemilihan
media
tidak
boleh
sembarangan, harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan
supaya proses pembelajaran berjalan dengan baik dengan tingkat
pencapaiannya memuaskan. Kriteria pemilihan media pembelajaran,
diantaranya :
a. Berdasarkan ciri-cirinya, gunakan ciri tunggal (radio, kaset, teks)
dan ciri ganda (film, televisi dan slide)
b. Berdasarkan
presentasi,
gunakan
presentasi
langsung
dan
diselingi program lain
c. Berdasarkan pemakainnya, media untuk kelas besar, kelas kecil
dan individu.
d. Berdasarkan pemakaiannya
C. Teknik Mencatat, Menulis dan Membaca
Pencatatan
yang
efektif
dapat
menghemat
waktu
dengan
membantu menyimpan informasi secara mudah dan mengingatnya
kembali jika diperlukan. Seseorang yang mencatat secara bersamaan otak
secara bertahap akan mencari, memilih, merumuskan, merapikan,
menghubungkan, dan menghasilkan arti yang dapat dipahami.
Dalam diri manusia terdapat jiwa unik berbakat. Dorongan menulis
sama besarnya dengan dorongan untuk berbicara dan mengomunikasikan
pikiran ataupun pengalaman kepada orang lain. Gunakan dua teknik
menulis yang menenangkan, yaitu Clustering (pengelompokan) dan fast
writing (menulis cepat)
Membaca adalah pintu menguak cakrawala yang lebih luas dan
jendela dunia untuk melakukan pengembangan kearah lebih baik. Orang
yang senang membaca akan terus membaca lebih banyak buku juntuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka, sehingga semakin
hari, mereka semakin cerdas dan terampil.
10
D. Kolaboratif
Kolaboratif memiliki tiga karakter yang dapat diterapkan di kelas,
antara lain : Berbagi pengetahuan antara pembimbing dan peserta,
berbagi otoritas antara pembimbing dan peserta, guru sebagai mediator,
pengelompokan peserta yang heterogen .
Dalam
pembelajaran kolaboratif
peranan
pembimbing/mentor
sangat penting, namun tidak dominan.
Peran peserta belajar adalah membentuk tujuan, mendesain tugas
pembelajaran dan pengawasan, penilaian diri, peran interaksi dialogis.
E. Interaktif
Berikut ini adalah tabel beragam metode pembelajar interaktif :
Metode
Kelebihan
Kekurangan
Interaktif
1. Metode
ceramah
2. Metode
eksperimen
Mudah menguasai kelas, Membosankan,
mudah dilaksanakan
Terbina
manusia
peserta
belajar pasif
yang Kuarangnya
alat
dan
membawa gagasan baru, sarana, waktu lama
lebih percaya kebenaran
berupa kesimpulan
3. Metode
proyek
4. Metode
Menyeluruh,
luas
dan Pengorganisasian Materi
memecahkan masalah
menjadi terlalu luas
Pengetahuan dari belajar Praktek ketidak jujuran
Pemberian
mandiri akan diingat lebih menjadi
tugas
lama, memupuk inisiatif, jarang
tanggung jawab, mandiri
masalah,
tak
peserta
pembelajaran
hanya
meniru pekerjaan orang
orang lain atau dikerjakan
orang
lain
tidak
dikerjakan sendiri
11
5. Metode
diskusi
Keputusan
lebih
pembiasaan
baik, Informasi yang dikaji dan
bersikap didapat terbatas, hanya
toleran
dikuasai orang terutama
yang suka berbicara saja.
6. Metode
Latihan
Memperoleh
motoris,
kecakapan Monoton, membosankan,
mental
pembiasaan
dan menimbulkan verbalisme
ketepatan dan menghambat bakat
dalam pelaksanaan
dan inisiatif
F. Strategi Pengaturan Kegiatan dalam Kerangka Edutaiment
Pembimbing/mentor/instruktur nasional harus mampu mengatur
peserta kelas guru pembelajar dengan pandai dan bijaksana, sehingga
dapat belajar secara efektif dan efisien. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam proses pembelajaran adalah :
1. Mengendalikan dan mengarahkan peserta
a) Pemberian tugas secara menyeluruh sesuai dengan tujuan
b) Gunakan Studi kasus dengan topik-topik yang baru / up to date
c) Pelibatan dalam aktifitas belajar
2. Mengontrol pembelajaran
a) Memberikan pilihan pada peserta belajar
b) Membuat kontrak/kesepakatan sebelum pembelajaran dimulai
c) Gunakan tanya jawab, ulasan dan teknik penaksiran kelas
3. Penilaian /Evaluasi
a) Sering dan cepat memberi umpan balik
b) Hindari penilaian yang bersifat kompetitif
c) Penggunaan bentuk penilaian yang tepat dan sesuai
4. Membentuk kerjasama
a) Libatkan peserta dalam memberi umpan balik
b) Penghargaan bagi yang aktif berkontribusi
c) Membagi bahan/materi pembelajaran antar kelompok
d) Membantu memfasilitasi penyelesaian konflik
12
5. Melibatkan peserta guru pembelajar
a) Seleksi topik yang relevan, kontroversial, dan menarik minat
b) Libatkan peserta dalam debat-debat terstruktur dan intelektual
6. Penggunaan media artikel dan tulisan
a) Gunakan tulisan yang singkat , tepat dan sesuai materi
b) Libatkan perserta membuat newslatter
c) Gunakan media, tugaskan untuk menuliskan ulasan singkat
d) Penulisan berbagai pandangan dan pendapat yang berlawanan
7. Penyelenggaraan diskusi
a) Libatkan peserta dalam memimpin dan mengatur diskusi
b) Libatkan peserta dalam melontarkan ide, pernyataan, pertanyaan,
menjawab pertanyaan yang terkait materi belajar
c) Penggunaan tugas diskusi kelompok kecil
8. Memanfaatkan media berteknologi tinggi
a) Gunakan multimedia seperti teks, model, seni, audio, video,
komputer)
b) Gunakan teknologi komunikasi melalui chat, email atau web
9. Refleksi diri
Mintalah peserta belajar untuk mengutarakan apasaja yang telah ia
pelajari, kendala, saran terkait materi dan manfaat bagi dirinya.
10. Sikap pembimbing/mentor/instruktur nasional di dalam kelas
a) Kenali nama-nama, ketahui dan hormati tiap peserta guru
pembelajar
b) Selalu memotivasi dan menghargai, jalin hubungan yang akrab
c) Hindari intimidasi pada peserta, kembangkan hubungan personal
d) Hampiri peserta, lakukan kontak mata, tawarkan bimbingan dan
bantuan
e) Sabar, ulet dan tekun dalam membimbing
13
4. KESIMPULAN DAN HARAPAN PENULIS
Guru yang ideal adalah sosok yang mengabdikan dirinya
berdasarkan panggilan jiwa, hati nurani, bukan karena tuntutan uang
belaka yang membatasi tugas dan tanggung jawabnya sebatas dinding
sekolah. Peranan guru yang diperlukan sebagai pendidik, yaitu :
1. Korektor, guru harus bisa menegakkan nilai-nilai yang baik . Semua
nilai yang baik harus dipertahankan sedangkan nilai yang buruk harus
disingkirkan dari jiwa dan watak anak didik.
2. Inspirator, guru harus mengilhami anak didiknya
3. Informator, guru harus dapat memberikan informasi perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
4. Organisator, guru harus mampu mengelola kegiatan akademik,
menyusun program, tata tertib dan melaksanakan sehingga mencapai
efektivitas dan efisiensi belajar.
5. Motivator, guru harus mampu mendorong anak didik agar bergairah
dan aktif belajar dalam interaksi edukatif, karena menyangkut esensi
mendidik
6. Inisiator, guru harus dapat menjadi pencetus ide-ide kreatif dalam
pendidikan
7. Fasilitator, menyediakan fasilitas yang memungkinkan kemudahan
belajar.
8. Pembimbing, tanpa bimbingan anak didik adak mengalami kesulitan
dalam berkembang mengingat mereka belum mampu mandiri
9. Demonstrator, guru harus mampu memperagakan secara didaktis
sehingga tujuan pembelajaran sesuai dengan pemahaman anak didik
10. Pengelolaan kelas, kelas adalah tempat berkumpulnya anak didik dan
guru dalam pembelajaran, pengelolaan yang baik akan menunjang
kelancaran proses interaksi edukatif
11. Mediator,
media
mengefektifkan
berfungsi
proses
sebagai
pembelajaran.
alat
Guru
komunikasi
hendaknya
guna
memiliki
14
kemampuan
memilah
dan
memilih
bentuk
dan
jenis
media
pembelajaran baik nonmaterial maupun material.
12. Supervisor, guru harus memiliki kemampuan menilai secara kritis
proses pengajaran agar dapat melakukan perbaikan.
13. Evaluator, guru dituntut menjadi penilai yang obyektif terhadap hasil,
dan proses belajar.
Guru pembelajar adalah guru yang ideal yang terus belajar dan
mengembangkan (upgrade) diri di setiap saat dan di manapun. Guru
terus belajar dan mengembangkan diri bukan untuk pemerintah atau
kepala sekolah, tapi memang sejatinya setiap pendidik atau guru adalah
pembelajar. Alasan mengapa seorang guru harus terus belajar selama
dia berprofesi sebagai pendidik, sebagai berikut :
a. Profesi
guru
adalah
pekerjaan
profesionalitas
berkesempatan
mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
belajar sepanjang hayat.
b. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni menuntut guru
untuk harus belajar beradaptasi dengan hal-hal baru
c.
Karakter peserta didik yang senantiasa berbeda dari generasi ke
generasi menjadi tantangan tersendiri bagi seorang guru.
Harapannya dengan penerapam metode edutaiment yang menarik,
memotivasi, dan dilakukan dengan kesungguhan, ketelatenan, kesabaran
oleh para mentor/instruktur nasional serta kerjasama semua pihak akan
meningkatkan kompetensi guru secara berkelanjutan dan meningkatkan
keaktifan peserta guru pembelajar, menghasilkan perubahan perilaku guru
yang secara nyata berdampak pada peningkatan kinerja guru dalam
proses belajar mengajar di kelas. Guru pembelajar harus terus belajar,
mampu beradaptasi dengan perubahan, dan dapat menginspirasi peserta
didik menjadi subjek pembelajar mandiri yang bertanggungjawab, kreatif,
dan inovatif.
15
DAFTAR PUSTAKA
Anwar. 1994. Andragogi. Bandung: Angkasa.
Depdiknas, Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional. Bandung
Depdiknas, Undang-Undang RI No 14 th 2005, tentang Guru dan Dosen
Djamarah, Bahri, Saiful. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi
Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta
Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Hamid, Moh, Soleh. 2011. Metode Edutaiment. Yogjakarta: DIVA Press
Mulyasa,
Enco.
2005.
Menjadi
Guru
Profesional
Menciptakan
Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Natawijaya, Rochman. 1978. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan
Padmowihardjo, S. 2006. Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Slavin, Robert, E. 2009. Cooperatife Learning Teori, Riset dan Praktek.
Bandung: Nusa Media
Sunarto dan Agung. 2002. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Syaiful. 2005. Guru Dan Anak Didik. Jakarta: Rineka Cipta.
Noor,
Tajudin,
HE.
2012.
“Pergeseran
Paradikma
Global
dan
Pengaruhnya Terhadap Dunia Pendidikan.” Telah Dipublikasikan
di Majalah Ilmiah Solusi Unsika ISSN 1412-86676 Vol. 10 No. 21
Ed. Des 2011 - Feb 2012
https://gurupembelajar.id
16
17
Download