efektivitas penggunaan media audio visual dalam pembelajaran

advertisement
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA AUDIO
VISUAL DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK
DRAMA
DI KELAS VIII SMP AL-HASRA
TAHUN PELAJARAN 2013-2014
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Nama : Papat Fathiyah
NIM : 1110013000004
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN
KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
2014
ABSTRAK
Papat Fathiyah, 1110013000004. Efektivitas Penggunaan Media Audio Visual
dalam Pembelajaran Menyimak Drama di Kelas VIII SMP Al-Hasra Tahun
Pelajaran 2013/2014. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Fakultas Ilmu Trabiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2014.
Penelitian yang berjudul efektivitas penggunaan media audio visual dalam
pembelajaran menyimak drama di kelas VIII SMP Al-Hasra ini dilaksanakan di
SMP Al-Hasra yang beralamat di Jalan Raya Ciputat-Parung KM. 24 Bojongsari,
Kota Depok. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif.
Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan efektivitas penggunaan media
audio visual dalam pembelajaran menyimak drama di kelas VIII SMP Al-Hasra,
serta menjelsakan komponen-komponen yang mendukung efektivitas penggunaan
media audio visual dalam pembelajaran menyimak drama.
Metode kualitatif deskriptif dipilih karena dianggap sebagai metode yang
mampu mengupas suatu persoalan secara mendalam. Bukan hanya menjawab
pertanyaan dengan angka-angka, melainkan menjelaskan secara rinci mengenai
fenomena yang terjadi. Mulai dari identifikasi gejala sampai pada pemaparan
solusinya.
Hasil observasi yang diperoleh menunjukkan bahwa media audio visual
sangat efektif dalam pembelajaran menyimak drama. Uji materi yang dilakukan di
akhir pembelajaran menunjukkan rata-rata nilai yang memuaskan. Wawancara
yang dilakukan untuk melengkapi data pun memperoleh kesimpulan bahwa media
audio visual menarik atensi belajar peserta didik serta membantu mereka
memahami materi pelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa
penggunaaan media audio visual dalam pembelajaran menyimak drama di kelas
VIII SMP Al-Hasra sangat efektif, baik untuk menarik atensi peserta didik
maupun membantu peserta didik memahami materi pembelajaran.
Kata kunci: Efektivitas, pembelajaran Bahasa Indonesia, dan media audio visual.
i
ABSTRACT
Papat Fathiyah, 1110013000004. The Effectiveness Of Using The Audio
Visual Media In Learning To Listen The Drama At Eighth Grade Students
Of SMP Al-Hasra In The 2013/2014 Academic Year. The Department of
Indonesian Language and Literature Education, Faculty of Tarbiyah and
Teaching Since, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
The study, entitled the effectiveness of using the audio-visual media in
learning to listen the drama at the eighth grade students of SMP Al-Hasra was
implemented in SMP Al-Hasra that located at Jalan Raya Ciputat-Parung KM.24
Bojongsari, Depok. The reaserch method that‟s used is descriptive qualitative.
The purpose of this research was to describe the effectiveness of using the audiovisual media in learning to listen the drama at the aight grade students of SMP AlHasra and explain the components that support the effectiveness of using the
audio-visual media in learning to listen the drama.
Descriptive method is chosen because it is considered as a method that is
able to explore an issue in depth. It is not only answer the question with the
numbers, but also explain in detail about the phenomena that occur. Start fro, the
identification of the symptoms of exposure to the solution.
The observation result showed that the audio-visual media is very effective
in learning to listen to teh drama. The test materials were carried out at the end of
the study showed that the average values are statisfactory. Interviews were
conducted to complete the data also came to the conclusion that the audio-visual
,edia attracted the attention of learners and help them to understand the subject
matter.
Based on these result, it can be concluded that the use of audio-visual
media in learning to listen the drama at eighth grade students of SMP Al-Hasra is
very effective; both to attract the attention of learners and help them to understand
the learning materials.
Key word: Effectiveness, Indonesian language learning, and audio-visual media.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang tiada terkira penulis haturkan kepada Allah SWT. yang
telah memberikan rezeki kepada penulis, baik berupa kesehatan maupun peluang
kesempatan sehingga penulis bisa menyelesaikan studi yang dirangkum dalam
tugas akhir berupa skripsi. Shalawat serta salam tak lupa pula tercurah kepada
kekasih Ilahi Rabbi, Nabi Muhammad SAW. kepada keluarganya, serta para
sahabatnya, yang telah membawa ummat manusia dari zaman kebodohan kepada
zaman metropolitan dengan Al-Qur‟an dan sunnahnya sebagai pegangan
kehidupan.
Salah satu bukti eksistensi seorang manusia dalam kehidupannya adalah
diciptakannya karya. Sebuah karya tulis ilmiah bernama skripsi ini akhirnya
rampung ditulis dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Karya ini tentunya lahir bukan hanya berkat penulis seorang. Ada tangantangan yang selalu menolong dan mensuport. Ada doa dan restu yang tak henti
terpanjat. Sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga
kepada:
1. Seluruh staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang membantu dalam hal administrasi.
2. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, yang telah memberikan kritik, saran, dan wawasan pengetahuan
selama penulis mengikuti perkuliahan.
3. Nuryati Djihadah, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar
memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini bab demi babnya.
4. Teristimewa, untuk kedua orangtuaku tercinta, Ummi Yoyoh Rukiyah dan
Ayahanda Muchtasar AM. yang tiada henti memanjatkan doa untuk
kesuksesan putrinya. Serta, abang tercinta yang juga tiada henti dalam
iii
mensuport, Ahmad Rusydi Romdhoni, S.Pd. Demi dan untuk kalianlah
skripsi dan gelarku ini.
5. Nenek tersayang, Mimik Suhaemi (alm) yang ingin sekali mendampingi
cucunya mengenakan toga, namun sudah Allah SWT. panggil lebih dahulu
setahun lalu. Serta keluarga besar di Jasingan, Bogor, yang selalu
menyemangati dengan iringan doa.
6. Sahabat tercinta, Boncabeners dan keluarga kost Bu Ginem-Mamih Ainun
yang selalu memberikan kekuatan dan hiburan. Kawan berdiskusi,
bercengkrama, dan bergila ria menghilangkan penat selama 4 tahun
merantau sebagai mahasiswa.
7. Saman Postar dan kawan-kawan di Pramuka UIN Jakarta yang menjadi
wadah mengeksplor bakat dan minat penulis selama menjadi mahasiswa.
8. Neong, plently, Cmenk, dan Ummi Athiyah, kawan rumah yang setia
mendoa dan memberi semangat dengan caranya yang unik-unik.
9. SMP Al-Hasra yang dengan tangan terbuka mengizinkan penulis melakukan
penelitan. Serta, SMP Sabiluna dan MTs Thadzibun Nufus yang sudah
memberi kesempatan penulis menerapkan ilmu dan mencari pengalaman
mengajar.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang selama
proses penyusunan skripsi ini selalu mengatakan “Semangat, Papat!”, “don’t
give up, Papat!”, “Cepetan kelar dan jangan lelet, Papat!”. Terlebih untuk kalian
yang selalu berkata “amin” untuk setiap doa yang dipohonkan penulis, terima
kasih tak terkira. Semoga Allah SWT. membalas kebaikan yang pernah kalian
berikan. Semoga skripsi ini juga bisa memberikan manfaat bagi penulis maupun
pembacanya di hari depan untuk pendidikan Indonesia yang lebih baik.
Jakarta, 04 Desember 2014
Penulis
Papat Fathiyah
iv
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv
DAFTAR ISI ............................................................................................................
DAFTAR TABEL ....................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................
A. Latar Belakang ....................................................................................1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................5
C. Pembatasan Masalah ...........................................................................5
D. Perumusan Masalah .............................................................................5
E. Tujuan Masalah ...................................................................................6
F. Manfaat Penelitian ...............................................................................6
BAB II KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori ....................................................................................8
1. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia ............................8
a. Pengertian Belajar Mengajar ..............................................8
b. Komponen Pembelajaran ...................................................10
c. Keterampilan Berbahasa ....................................................14
d. Drama ................................................................................16
2. Efektivitas dalam Pembelajaran ..................................................18
3. Media Pembelajaran ....................................................................28
a. Pengertian Media Pembelajaran ........................................28
b. Tujuan Penggunaan Media Pembelajaran .........................29
c. Fungsi Media Pembelajaran ..............................................30
d. Pemilihan Media Pembelajaran .........................................34
e. Macam-macam Media Pembelajaran ................................35
4. Media Audio Visual ....................................................................39
a. Video ..................................................................................40
B. Penelitian yang Relevan .....................................................................42
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu .............................................................................44
B. Metode Penelitian ...............................................................................44
C. Objek Penelitian .................................................................................45
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................45
E. Teknik Analisis Data ..........................................................................47
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Profil Sekolah .....................................................................................49
B. Proses Belajar Mengajar Menggunakan Media Audio Visual
1. Menyusun RPP ............................................................................57
2. Menentukan Media Pembelajaran ...............................................58
C. Efektivitas Penggunaan Media Audio Visual dalam Pembelajaran
Menyimak Drama ...............................................................................60
1. Uji Efektivitas Melalui Observasi (Pelaksanaan Kegiatan Belajar
Mengajar) ....................................................................................60
2. Uji Efektivitas Melalui Tes Tertulis ............................................64
D. Pendukung Efektivitas Penggunaan Media Audio Visual dalam
Pembelajaran Menyimak Drama ........................................................66
E. Harapan SMP Al-Hasra Terhadap Penggunaan Media Audio Visual
dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia ..............................................83
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .........................................................................................85
B. Saran ...................................................................................................87
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................86
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 : Media Visual Diam .............................................................................38
Tabel 2.2 : Media Proyeksi Diam .........................................................................39
Tabel 2.3 : Media Audio .......................................................................................39
Tabel 2.4 : Media Audio Visual Diam ..................................................................40
Tabel 2.5 : Media audio Visual Gerak ..................................................................40
Tabel 4.1 : Daftar Tenaga Pendidik dan Kependidikan SMP Al-Hasra Tahun
Pelajaran 2013/2014 ...........................................................................56
Tabel 4.2 : Jumlah Rombel dan Jumlah Peserta didik (per kelas) Tahun Pelajaran
2013/2014 ...........................................................................................58
Tabel 4.3 : Hasil Uji Materi Peserta Didik ............................................................67
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Observasi Aktivitas Mengajar
Lampiran 2 : Observasi Aktivitas Belajar
Lampiran 3 : Panduan Wawancara
Lampiran 4: Hasil Wawancara
Lampiran 5: Soal Uji Materi (Tes Tertulis)
Lampiran 6: Kunci Jawaban
Lampiran 7: Kisi-kisi Soal Tes
Lampiran 8: Hasil Uji Materi
Lampiran 9: Evaluasi Media Video
Lampiran 10: Dokumentasi Penelitian
Lampiran 11: Data Informan
Lampiran 12: Silabus
Lampiran 13: RPP
Lampiran 14: Materi Ajar
Lampiran 15: Profil Sekolah
Lampiran 16: Observasi Sekolah
Lampiran 17: Data Sarana dan Pra Sarana Sekolah
Lampiran 18: Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 19: Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 20: Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 21: Surat Keterangan Wawancara
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dunia pendidikan dewasa ini kian melaju mengikuti perkembangan
zaman. Segala aspek kehidupan pun turut disematkan nilai-nilai pendidikan,
baik dalam bentuk seni, teknologi, sosial, maupun dalam ritual keagamaan.
Masyarakat mengharapkan apa-apa yang terjadi di kehidupan ini selalu bisa
menjadi edukasi melalui nilai-nilai yang diperoleh dari segala peristiwa yang
terjadi.
Seiring dengan hal tersebut, dunia pendidikan pun tidak lantas diam.
Jika senias perfilman berlomba-lomba membuat film-film edukasi, agama
juga menganjurkan berlomba-lomba menuntut ilmu setinggi-tingginya,
masyarakat umum semakin berpikir kritis,
serta teknologi menghadirkan
perangkat-perangkat canggih yang membantu aktivitas edukasi, maka dunia
pendidikan itu sendiri juga memanfaatkan kemajuan tersebut untuk
mengembangkan pembelajaran agar lebih kreatif dan variatif dengan tujuan
supaya pembelajar selain mendapat ilmu akademis juga mendapat ilmu nonakademis yang juga sama-sama bisa bermanfaat.
Untuk menghadirkan berbagai edukasi dalam proses belajar mengajar
yang dibatasi oleh tempat dan waktu, media audio visual dipilih untuk
memperkenalkan berbagai hal kompleks yang dikemas menjadi lebih
sederhana dalam bentuk penyajian audio visual. Media audio visual adalah
sebuah perantara yang dianggap paling dekat dengan masyarakat. Sehari-hari,
orang-orang lebih sering menggunakan televisi, baik hanya untuk hiburan
maupun memperoleh informasi. Disadari atau tidak, dengan media tersebut
orang-orang menjadi terhibur dan mendapat wawasan, bahkan menjadi candu.
Seperti halnya film, alat tersebut dianggap sangat ampuh dan efektif
untuk menyampaikan maksud tertentu karena alat tersebut lebih banyak
melibatkan penggunaan aspek emosi daripada aspek rasionalitasnya, ini
menjadikan penyimaknya menjadi lebih terangsang dan tergugah. Atas hal
tersebut, dapat disimpulkan bahwa media audio visual merupakan media yang
1
2
paling dekat dengan masyarakat, karena selain mendapat hiburan,
penggunanya juga mendapat edukasi disaat yang bersamaan. Hal tersebut
mejadikan media audio visual lebih mudah diterima karena tampilannya yang
lebih variatif daripada media audio (hanya menampilkan suara), atau visual
(hanya menampilkan gambar).
Penggunaan media audio visual dalam pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia akan memungkinkan dihadirkannya lebih banyak rekayasa dalam
pembelajaran. Salah satu fungsi media pembelajaran adalah fungsi
manipulatif, yaitu media pembelajaran bisa mengatasi batas-batas ruang,
waktu dan keterbatasan inderawi seseorang. Pemutaran pementasan drama,
siaran berita, musikalisasi puisi, cerita rakyat, dan lainnya, semua itu pada
dasarnya dibatasi oleh ruang dan waktu. Namun, dengan bantuan media audio
visual hal tersebut dapat dihadirkan ke dalam kelas untuk membantu peserta
didik menyerap pelajaran lebih baik lagi.
Guru tidak perlu membawa peserta didik ke gedung pertunjukan hanya
untuk memperkenalkan apa itu drama dan teater sementara ia hanya
mempunyi waktu mengajar dua jam pelajaran. Guru juga tidak harus
menunggu suatu peristiwa atau bencana alam terjadi untuk mengajarkan
peserta didik cara membuat paragraf fakta dan opini, tetapi guru bisa
menghadirkan sebuah liputan berita mengenai bencana alam atau peristwa
apapun yang terjadi untuk kemudian dipelajari oleh peserta didiknya. Dan
guru juga bisa membuat berbagai inovasi dalam memperkenalkan cerita
rakyat kepada peserta didiknya, bukan hanya sebatas membaca cerita rakyat
di buku bacaan mereka, tetapi juga menayangkan cerita rakyat dalam bentuk
film yang lebih menyita atensi peserta didiknya.
Perkembangan teknologi saat ini sedang dalam grafik yang memuncak.
Menjamurnya smart phone, serta gadget – gadget serupa di pasaran, serta
mudahnya koneksi internet menyebabkan masyarakat menuntut dunia
pendidikan memberi lebih dari yang dunia hiburan tawarkan. Dalam hal
pemanfaatannya untuk pendidikan, sosialisasi dampak penggunaan, serta
upaya mengimbangi penggunaan teknologi sebagai hiburan dan teknologi
sebagai media pendidikan. Salah satu upaya pendidik memanfaatkan situasi
3
tersebut
adalah
memanfaatkan
perkembangan
teknologi
untuk
mengembangkan metode pembelajaran.
Lewat perkembangan teknologi, materi yang sekiranya tidak bisa
dihadirkan ke dalam kelas kini dapat dengan mudah disajikan kepada peserta
didik dengan bantuan televisi, komputer, dan lainnya yang disediakan di
kelas, di ruang multimedia, ataupun di laboratorium bahasa yang
dikoneksikan dengan TV kabel, internet, dan lainnya yang tersedia untuk
membantu pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
Namun, bagaimana pun diketahui, bahwa media merupakan alat yang
memiliki dua mata pisau. Media bisa menjembatani, menyalurkan, serta
memudahkan seseorang kepada rencananya. Rencana itu bisa menuju kepada
sesuatu yang baik dan rencana itu juga bisa merujuk kepada sesuatu yang
tidak baik, pun penggunaan media untuk pembelajaran.
Media pembelajaran hendaknya bisa menjadi jembatan untuk
memudahkan peserta didik memahami materi yang mereka pelajari di
sekolah. Media pembelajaran juga dimaksudkan untuk membantu guru dalam
mengkondusifkan kelas agar proses belajar bisa berlangsung secara efisien
dan efektif.
Untuk mewujudkan kegunaan media pembelajaran seperti yang
dijabarkan di atas, para penyelenggara penggunaan media pembelajaran
hendaknya dapat meminimalisir hambatan-hambatan yang akan terjadi dalam
penerapannya
di
sekolah.
Komponen
sekolah
harus
lebih
dahulu
mempersiapkan fasilitas yang memadai, serta membekali guru dan peserta
didik dengan skemata yang jelas tentang penggunaan media pembelajaran
tersebut. Hambatan
yang dapat muncul dalam penggunaan media
pembelajaran di antaranya berasal dari faktor manusia sebagai penggunnya –
peserta didik, tenaga pendidik, dan staf sekolah.
Bila dilihat dari sudut pandang peserta didik, hambatan yang ditemui
peserta didik dalam menerima perkembangan media pembelajaran di
antaranya, peserta didik sebagai penggunanya tidak memiliki skemata yang
cukup untuk menggunakannya, peserta didik belum siap secara moral
menerima perkembangan yang terjadi sehingga memunculkan “geger
4
budaya”, serta peserta didik secara materil belum siap menerima
perkembangan media pembelajran sehingga menyebabkan kesenjangan sosial
di antara peserta didik. Hal ini tentu akan memunculkan permasalahan baru,
baik antara peserta didik dengan peserta didik, peserta didik dengan guru,
maupun peserta didik dengan lingkungan sekitarnya yang ditimbulkan oleh
kehadiran media pembelajaran yang kurang dipertimbangkan.
Sekolah sebagai penyelenggara pengadaan media pembelajaran juga
turut memberikan kemungkinan hambatan yang akan timbul. Hambatan
tersebut di antaranya, pengadaan fasilitas tidak maksimal. Artinya, fasilitas
yang diberikan bukan barang dari kualitas yang terbaik, standar, atau bahkan
kurang baik. Alih-alih menekan biaya pengeluaran, fasilitas yang diberikan
kadang justru memunculkan masalah baru bagi guru dan peserta didik sebagai
penggunanya. Serta perawatan fasilitas yang terkesan diabaikan sehingga
media pembelajaran yang ada mudah rusak dan tidak tahan lama.
Subjek ketiga dari kemunculan hambatan yang terjadi seiring hadirnya
media pembelajaran adalah
guru. Jika sebagai pemegang skenario
penggunaan media di kelas guru tidak mampu mengkombinasikan media
yang digunakan, serta mengandalkan media audio visual sebagai pemeran
utama pembelajaran sementara guru berleha-leha dengan gadget-nya, maka
penggunaan media tersebut dapat diindikasikan tidak efektif. Hal tersebut
dapat menimbulkan dampak pada peserta didik berupa keterlambatan
penerimaan materi. Hal ini kemudian akan berdampak pada kacaunya
penerapan RPP, keterlambatan pemahaman peserta didik terhadap materi ajar,
sampai kepada penurunan prestasi belajar peserta didik.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian yang tertuang dalam judul skripsi:
”EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM
PEMBELAJARAN MENYIMAK DRAMA DI KELAS VIII SMP AL
HASRA TAHUN PELAJARAN 2013-2014”
5
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, masalah
yang akan diidentifikasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tidak efektifnya penggunaan media audio visual dalam pembelajaran
menyimak drama.
2. Kurangnya manfaat yang dapat diambil peserta didik dari penggunaan
media audio visual dalam pembelajaran menyimak drama.
3. Kurangnya kreativitas guru dalam menggunakan media audio visual
seiring berkembanganya ilmu pengetahuan dan teknologi.
4. Hambatan penerapan penggunaan media audio visual dalam
aplikasinya di kelas.
C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini, penulis merasa perlu membatasi masalah yang akan
dibahas agar lebih jelas pejabarannya. Permasalahan dalam penelitian ini
dibatasi pada efektivitas penggunaan media audio visual berupa video drama
dalam pembelajaran menyimak drama di kelas VIII SMP Al Hasra.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah,
maka masalah yang akan diteliti dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana efektivitas penggunaan media audio visual berupa video
drama dalam pembelajaran menyimak drama di kelas VIII SMP Al
Hasra?
2. Komponen apa saja yang mendukung efektivitas penggunaan media
audio visual berupa video drama dalam pembelajaran menyimak
drama di kelas VIII SMP Al Hasra?
6
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan efektivitas penggunaan media audio visual video
drama dalam pembelajaran menyimak drama di kelas VIII SMP Al
Hasra.
2. Menjelaskan komponen yang mendukung efektivitas penggunaan
media audio visual video drama dalam pembelajaran menyimak drama
di kelas VIII SMP Al Hasra.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini diharapkan memiliki beberapa fungsi, baik bagi
penulis,
pembaca,
Para
akademisi,
guru,
maupun
bagi
pihak
bermanfaat
bagi
sekolah/madrasah.
1) Manfaat Teoretis
1. Penelitian
ini
diharapkan
dapat
sekolah/madrasah dalam mengembangkan dan meningkatkan
fasilitas media pembelajaran menyimak sehingga pembelajaran
bisa lebih berkualitas.
2. Bagi penulis dan pembaca pada umumnya, penelitian ini
diharapkan mampu mengungkapkan peran media audio visual
bukan hanya sebagai suatu media ajar sampingan, melainkan
memiliki peran yang krusial dalam pembelajaran menyimak.
2) Manfaat Praktis
1. Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk
mengembangkan metode pembelajaran yang melibatkan media
audio visual sehingga pembelajaran menyimak bisa menjadi
lebih efektif.
2. Dengan
penelitian ini peserta didik diharpakan memperoleh
manfaat yang tepat dari penggunaan media audio visual dalam
pembelajaran menyimak drama, sehingga peserta didik dapat
memahami materi ajar dengan lebih mudah.
7
3. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat memberi
pengetahuan tentang pemilihan media pembelajaran yang tepat
untuk kemudian diterapkan dalam praktik pembelajaran
menyimak drama di kelas.
BAB II
Kajian Teori
A. Landasan Teori
Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai
edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan peserta didik.
Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kagiatan belajar mengajar yang
dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan
sebelum pengajaran dilakukan.
Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara
sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran.
Salah satu yang biasa dipersiapkan oleh seorang guru sebelum mengajar adalah
media
pembelajaran
yang
akan
digunakan.
Perencanaan
media
dalam
pembelajaran tersebut dirasa perlu dilakukan supaya proses belajar mengajar bisa
berlangsung secara efektif.
1. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
a.
Pengertian Belajar Mengajar
Seperti halnya anak yang pergi ke sekolah, kemudian di sana
mereka membaca, menyimak, dan membicarakan berbagai hal yang bisa
menambah pengetahuan dengan tujuan menjadi seseorang yang pandai.
Dalam hal ini, secara sederhana belajar diartikan sebagai suatu usaha
memperoleh dan menambah informasi pengetahuan supaya menjadikan
individu pandai atau berilmu.
Belajar merupakan proses kerja pikiran dan perasaan untuk
mengubah atau memproses sesuatu dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak
bisa menjadi bisa, dari tidak paham menjadi paham.1 Sementara, mengajar
1
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),
h. 2
8
9
pada hakikatnya adalah melakukan kegiatan belajar sehingga proses
pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien.2
Secara sederhana, „belajar‟ dimaknai sebagai usaha memperoleh
pengetahuan atau ilmu. Sementara, „belajar‟ lebih jauh lagi dipandang
sebagai proses manifestasi kerja pikiran dan perasaan yang hanya bisa
dilihat ketika sudah menjadi akibat. Maka, belajar bukanlah sekedar
membaca buku, menghafal rumus, atau menghitung angka, tapi belajar
adalah segala kegiatan berpikir yang pada akibatnya memberikan
tambahan pengetahuan atau ilmu.
Pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan interaksi antara
manusia, sumber daya, dan lingkungannya. Kegiatan belajar-mengajar
yang baik adalah kegiatan belajar yang membantu peserta didik untuk
mampu memaksimalkan potensi belajar dalam dirinya. ‟Good’ education
as one that helps students maximize their capacity as learners.3
Jika
pembelajaran
bisa
berlangsung
secara
efektif,
maka
pembelajaran tersebut bukan hanya mampu mengubah pengetahuan
peserta didik, tetapi juga mampu memaksimalkan potensi yang ada dalam
diri peserta didik. Dengan begitu, pembelajaran bukan hanya merupakan
kegiatan yang bersifat satu arah (guru ke murid), tapi dalam kegiatan
belajar mengajar peserta didik juga bisa mengembangkan potensinya lewat
berbagai kegiatan yang digagas, baik oleh dirinya sendiri maupun guru.
Pelajar juga hendaknya diberi kesempatan berlatih pada saat
pengajar menyampaikan pengajaran yang berupa suatu keterampilan. Hal
tersebut perlu dilakukan karena setiap orang memiliki cara unik untuk
belajar. Jika peserta didik semakin baik menerima dan mengolah
pengertian menjadi pemahaman mereka dengan alat inderanya, itu berarti
daya tangkapnya terhadap suatu objek, orang, atau peristiwa, semakin
baik. Jika sudah seperti itu, biasanya mereka bisa menyimpan pemahaman
2
Iskandarwasid dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011), h. 6
3
Cerol Ann Tomlinson, How To Differentiate Instruction In Mixed-Ability Classrooms,
(USA: ASCD Product, 2001), h. 8.
mereka lebih baik daripada terjebak di keadaan tidak dipahaminya apa
yang mereka pelajari, sehingga mereka mudah melupakannya.
Ada berbagai strategi dan metode dalam mengajar yang kini
10
banyak dikembangkan oleh para tenaga pendidik. Seperti pengembangan
metode belajar aktif learning, inkuiri, learning by doing, dan yang lainnya.
Selain dikembangkannya metode dan strategi pembelajaran, turut
dikembangkan pula penggunaan media pembelajaran.
Jika di atas telah dijelaskan bahwa dalam pembelajaran aktif,
peserta didik harus diberi kesempatan seluas-luasnya untuk berinteraksi.
Maka, media pembelajaran juga coba dikembangkan dengan maksud
untuk menjadikan peserta didik lebih mandiri dalam menemukan dan
memahami materi ajar.
Salah satu media yang giat dikembangkan saat ini adalah
penggunaan media audio visual sebagai media pembelajaran. Dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia, contohnya media audio visual video
digunakan dalam pembelajaran drama.
Jadi, belajar mengajar dewasa ini bukan hanya mengenai hasil
akhir kuantitatif yang dicapai seorang guru atas pengajarannya. Melainkan
tentang pemikiran dan perencanaan dan hal-hal lain yang perlu dilakukan
seorang tenaga pengajar supaya metode dan strategi mengajarnya mengena
bagi peserta didiknya sehingga bisa mencapai tujuan yang diinginkan.
b.
Komponen Pembelajaran
Dalam kegiatan belajar-mengajar layaknya sebuah sistem, tentu ada
hal-hal yang di dalamnya saling terkait. Sebuah pembelajaran akan
memberikan hasil yang maksimal jika apa-apa yang terkait di dalamnya
bisa berjalan berkesinambungan, begitu pun dengan kegiatan belajar
mengajar di sekolah.
Maka, untuk menjadikan sebuah pembelajaran berhasil dan
maksimal adalah dengan menjalankan setiap komponen pembelajaran
secara
berkesinambungan.
Komponen
perlu
diperhatikan
karena
keberadaannya akan saling mempengaruhi dalam kegiatan proses
pembelajaran, seperti tujuan, isi/materi, metode, media, dan evaluasi.
1) Tujuan
Tujuan adalah komponen paling awal yang harus ditegaskan dalam
11
belajar pengajar. Seperti halnya tujuan materi yang akan dibawakan oleh
guru dalam pembelajaran harus jelas dan memiliki manfaat bagi muridnya.
Tujuan merupakan komponen yang kejelasannya harus dikatahui oleh
kedua belah pihak antara pelajar dan pengajar.
4
Hal tersebut perlu
dilakukan supaya kedua pihak mengetahui ke mana arah mereka dalam
pembelajaran.
Tujuan
dalam
pembelajaran
juga
sangat
penting,
karena
keberadaannya akan disesuaikan dengan komponen-komponen yang
lainnya. Seperti materi, metode, dan media, jelas akan menyesuaikan
dengan tujuan yang akan dicapai.
Dalam memilih media pembelajaran, salah satu pertimbangan guru
dalam memilih media pembelajaran adalah menyesuaikan antara isi atau
materi yang dimiliki sebuah media dengan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai. Dengan demikian, maka memperjelas tujuan dalam KBM
sangatlah diperlukan. Sebab, hal tersebut yang akan menjadi indikator
keberhasilan pembelajaran peserta didik.
2) Isi/materi
komponen kedua yang ada dalam pembelajaran adalah isi atau
materi pelajaran. Dalam suatu pembelajaran, materi pelajaran adalah inti
dari suatu kegiatan belajar, sebab dalam aktivitas itu materi adalah sesuatu
yang kemudian akan ditransfer dari sumber belajar ke pembelajar.
Meskipun ada banyak bahan yang bisa dijadikan materi pelajaran,
namun isi atau materi pelajaran harus dibuat sesuai dengan tujuan dan
alokasi waktu yang tersedia dalam sebuah pembelajaran. Sebab itu, guru
dituntut untuk kreatif mengkonsep skenario pengajaran lewat RPP. Supaya
pengajaran yang diberikan bisa tersampaikan secara efektif, sehingga
hasilnya pun maksimal.
4
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup,
2013), h. 204.
Selain itu, kejelasan materi yang terkonsep juga memudahkan guru
untuk mengkombinasikannya dengan media pembelajaran yang akan
digunakan untuk membantu pemahaman peserta didik.
5
Jadi, isi atau
12
materi pembelajaran merupakan tindak lanjut dari tujuan yang kemudian
dikembangkan menjadi sebuah materi. Dengan demikian, guru dituntut
untuk memilih materi yang sesuai dengan latar belakang dan karakter
peserta didiknya, supaya peserta didik bisa memahami materi dan
mencapai tujuan dengan mudah.
3) Metode
Setelah guru memiliki tujuan dan materi yang akan disampaikan,
komponen yang menjadi penting setelah itu adalah metode atau strategi.
Tujuan dan materi yang sebagus apapun tanpa diimbangi dengan strategi
penyampaian materi yang baik kepada murid akan membuat semua itu siasia, sebab murid akan lebih dulu merasa acuh terhadap materi yang
disampaikan.
Guru memerlukan metode atau strategi dalam memainkan perannya
di kelas. Untuk bisa menyampaikan materi, guru harus lebih dulu menjadi
pusat perhatian peserta didiknya. 6 Sebab itu, guru membutuhkan metode
atau strategi untuk membantu peserta didik supaya lebih fokus dalam
belajar.
4) Media
Komponen
pembelajaran
selanjutnya
adalah
media
yang
dapat
pembelajaran.
membantu
Teknologi
efektivitas
yang terus
berkembang membuat peserta didik bisa mendapat bahan pelajaran dari
berbagai sumber. Sebab itu, kini guru bukan lagi menjadi sumber belajar,
melainkan menjadi pengelola sumber belajar.
Pemilihan media pembelajaran juga hendaknya memperhatikan
kriteria pemilihan media pembelajaran.7 Jika media sudah dipilih sesuai
kriteria, maka keberadaan media pembelajaran diharapkan mampu
membuat pembelajaran lebih efektif.
5
Ibid., h. 204.
Ibid., h. 206.
7
Nasution , Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), h. 60.
6
Selain itu, dalam penggunaan media pembelajaran, guru juga
dituntut untuk bisa mengkombinasikan materi pelajaran dan berbagai
13
informasi terkini. Dengan begitu, guru bisa terpicu untuk memberikan
strategi belajar yang beragam. Itu semua juga akan bisa terlaksana jika
kehadiran media pembelajaran didukung oleh sarana dan prasarana yang
ada di sekolah.
5) Evaluasi
Evaluasi berfungsi sebagai umpan balik bagi guru atas kinerjanya
dalam mengelola pembelajaran.8 Untuk mengetahui sasuai atau tidaknya
pengajaran, guru juga perlu melakukan evaluasi, supaya dia bisa
melakukan perbaikan metode maupun strategi dalam mengajar. sealain itu,
evaluasi bagi pada guru juga bermanfaat untuk membantu guru untuk lebih
memahami karakter peserta didiknya lewat masalah-masalah yang pernah
dihadapi ketika mengajar.
Jika evaluasi bisa dilakukan dengan tritmen yang tepat, maka
evaluasi itu akan menjadi cambuk bagi pembelajaran ke depannya supaya
lebih baik lagi. Apalagi dalam hal pelayanan, jika guru dan personil
sekolah bisa sama-sama belajar memperbaiki pelayanan pembelajarannya,
tidak hanya peserta didik yang akan berhasil meraih prestasi, tetapi
lembaga pendidikan tersebut juga bisa berhasil.
Banyak orang yang menyepelekan evaluasi sebagai tahap akhir
yang dianggap mudah. Melakukan evaluasi secara sekedarnya. Bahkan,
meniadakan evaluasi karena sudah ditunggu oleh kegiatan yang akan
datang. Tapi justru di situ kegagalan banyak lembaga pendidikan yang
menyepelekan evaluasi. Maka, tahap evaluasi ini perlu dipandang bukan
hanya sebagai tahap akhir proses KBM, melainkan sebagai tahap penilaian
yang akan menentukan kualitas kegiatan di masa mendatang.
Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, kelima komponen tersebut
sangat berpengaruh dalam pengajaran yang akan banyak melibatkan
komponen satu dengan yang lainnya. Seperti, sumber belajar yang banyak
mengaitkan
8
dengan
lingkungan
alam,
strategi
yang
melibatkan
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup,
2013), h.206.
14
penggunaan media pembelajaran yang beragam, serta evaluasi untuk
menentukan strategi pembelajaran yang tepat. Jadi, untuk memperoleh
14
efetivitas dalam pembelajaran, komponen di atas menjadi standar yang
harus dipenuhi.
c.
Keterampilan Menyimak
Untuk membaca sebuah doengeng, seseorang harus memiliki
kemampuan membaca dongeng disertai dengan intonasi dan gaya bicara
yang sesuai. Selain itu, untuk menjadi orator yang ulung seseorang juga
harus belajar berbicara dan belajar retorika. Itu artinya, keterampilan
berbahasa merupakan keterampilan yang mutlak diperlukan oleh setiap
orang dengan profesi apapun.
Hal tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran bahasa merupakan
pembelajaran yang sangat krusial karena di dalamnya terkandung
kebutuhan manusia supaya terampil berbicara untuk mengkomunikasikan
ide-ide yang ada di kepalanya kepada orang lain. Sebab itu, ada dua
prinsip untuk mencapai keterpaduan dalam pembelajaran bahasa:
Pertama, keefektifan komunikasi secara luas.
9
Artinya, pelajaran
bahasa secara efektif harus mampu membuat pembelajar memiliki
kemampuan berkomunikasi, baik untuk keperluan belajar seperti
berdiskusi dengan teman sejawat atau berkunsultasi dengan guru, maupun
untuk berkomunikasi dalam bergaul atau bersosialisasi dengan lingkungan
secara menyenangkan serta meyakinkan. Selain itu, Keterampilan
berbahasa juga harus mampu membuat penuturnya bisa menempatkan
bahasa sesuai dengan konteks atau situasi tuturnya.
Kedua, pembelajaran bahasa dalam konteks yang bermakna.10
Pembelajaran bahasa harus menjadi wadah kegiatan berkomunikasi yang
menyenangkan, sehingga berbahasa menjadi kegiatan yang bermakna.
Lewat berbahasa, peserta didik bisa mengkomunikasikan ide-ide
kreatifnya serta mengembangkan kepekaan sosial dan linguistiknya
terhadap konteks yang dibangun oleh guru lewat materi pelajaran.
9
Darmiyati Zuchdi, Humanisasi Pendidikan,(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), h. 174-175.
Ibid., h. 174-175.
10
Terkait
dengan
dua
prinsip
tersebut,
dalam
memperoleh
keterampilan berbahasa, setiap orang mengalami tahap perkembangan
yang sama. Dimulai dari menyimak, kemudian anak mulai belajar
berbicara, dilanjutkan dengan membaca, lalu yang terakhir anak 15
bisa
menulis. Bahasa dan Sastra Indonesia diajarkan di sekolah kepada peserta
didik bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbahasa mencakup
keterampilan menyimak, berbicara, menulis, dan membaca.
Keterampilan
menyimak
merupakan
faktor
penting
bagi
keberhasilan seseorang dalam belajar membaca secara efektif.11 Jika
seseorang sudah terbiasa mendengar pembicaraan tentang dunia musik,
maka ketika anak itu membaca tentang musik ia akan lebih mudah
memahaminya daripada membaca bacaan tentang anatomi tubuh yang
sama sekali belum ia dengar. Begitulah salah satu kaitan antara menyimak
dengan keterampilan membaca.
Pada
penggunaan
media
pembelajaran
kaitannya
dengan
menyimak. Kegiatan menyimak seringkali dianggap sebagai kegiatan yang
membosankan, seperti mendengarkan guru menjelaskan materi panjang
lebar, menyimak teman menceritakan drama di depan kelas. Seringkali
kegiatan tersebut diabaikan peserta didik karena dianggap sudah biasa dan
monoton.
Hal ini tentu perlu diatasi. Salah satunya dengan cara memberikan
pelajaran menyimak dengan bantuan media pembelajaran. Ini dilakukan
supaya pembelajaran menyimak sebagai suatu keterampilan berbahasa bisa
tetap menjadi pelajaran yang menarik dan membuat anak bisa
mengembangkan keterampilan berbahasanya.
Keterampilan berbahasa saling terkait antara satu dengan yang lain.
Jadi, dalam kegiatan pembelajaran, guru dituntut untuk mampu
memodifikasi
aktivitas
pembelajaran
agar
peserta
didik
mampu
melaksanakan kegiatan komunikasi baik satu arah, dua arah, maupun multi
arah.
11
Henry Guntur Tarigan, Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung,
2008), h. 5.
Menyimak merupakan keterampilan yang sangat diperlukan untuk
menerima informasi yang disampaikan guru di depan kelas. Guru tidak
jarang harus menggunakan strategi yang bervariasi untuk menjelaskan
materi di kelas. Hal tersebut dilakukan semata-mata untuk membuat
16
peserta didik bisa fokus dan menerima informasi yang diberikan secara
lengkap.
Dalam pemebelajaran drama contohnya. Untuk membuat peserta
didik dapat mengapresiasi sebuah drama kini bukan lagi hanya
mengandalkan guru membacakan drama tersebut di depan kelas.
Melainkan, guru bisa memanfaatkan media film maupun video untuk
membantu perannya di dalam kelas untuk menjelaskan lebih konkrit
kepada peserta didik menganai kondisi sebuah pementasan drama.
Sebab itu, keterampilan menyimak dengan menggunakan media
audio visual (video) dipandang lebih efektif untuk mengenalkan peserta
didik akan drama dan pementasan drama. Hal tersebut diharapkan mampu
memberikan kesan yang menarik dan membuat peserta didik terinspirasi
untuk mempelajarinya.
d. Drama
Drama adalah bentuk sastra yang dapat merangsang gairah dan
mengasyikkan para pemain dan penonton sehingga digemari masyarakat.12
Dahulu, di Nusantara drama dianggap sebagai suatu ritual keagamaan.
Drama dianggap sebagai suatu kesenian yang sakral sehingga tidak
sembarang orang bisa melakukannya. Seiring berjalannya waktu, di
Indonesia drama kemudian menjadi salah satu kesenian yang paling akrab
dengan masyarakat. Hal tersebut terjadi karena pertunjukan drama
dianggap sebagai panggung sandiwaranya kehidupan.
Artinya, dalam pertunjukan drama ada peragaan tingkah laku
manusia yang dipertontonkan, ditertawakan, ditangisi, bahkan dibenci,
yang pada kenyataannya itulah yang manusia selama ini lakukan. Jadi,
drama dianggap sebagai seni yang paling melekat dengan masyarakat
12
B. Rahmanto, Metode Pengajaran Sastra, (Yogyakarta, KANISIUS, 1992), h. 89.
karena
di
dalam
pertunjukannya
ada
realitas
kehidupan
yang
dipertontonkan.
Kini, para tokoh pendidikan melihat bahwa sastra bisa menjadi
wadah bagi generasi muda menunjukkan peran, bakat, 17
dan
kemampuannya. Drama sebagai seni peragaan tingkah laku dianggap bisa
menjadi pilihan bagi generasi muda -khususnya peserta didik, untuk
menambah wawasannya lewat berbagai macam peran yang dimainkan.
Tujuan utama dalam mempelajari drama adalah untuk memahami
bagaimana suatu tokoh harus diperankan dengan sebaik-baiknya dalam
suatu pementasan. Ini tentu bukan pembelajaran yang mudah bagi peserta
didik yang memiliki waktu terbatas di kelas. Sebab itu, guru sebagai
pelatih drama bertanggung jawab memperkenalkan peserta didiknya
mengenai kondisi pementasan drama dengan berbagai cara, seperti melalui
televisi, sandiwara, maupun film.13
Dalam beberapa hal, drama memang dianggap lebih pelik
dibanding dengan novel. Ada banyak aspek yang dilibatkan dalam
pementasan drama. Salah satunya, yaitu mengenai unsur-unsur yang ada
dalam drama, meliputi; gerak, posisi, isyarat, dan ekspresi wajah.
Sementara, dari sisi kebahasaan lisan meliputi; lagu kalimat, lafal, volume
suara, dan tekanan.
Pada pembelajaran drama di tingkat sekolah menengah pertama,
peserta didik lebih diarahkan pada apresiasi pementasan drama. Hal
tersebut dilakukan untuk membangun kesan seni yang menghibur supaya
peserta didik memiliki ketertarikan terhadap kesenian tersebut. Guru
dituntut dapat memberikan referensi pementasan drama yang tepat sesuai
dengan usia peserta didiknya. Dalam hal ini, jika guru hendak
menggunakan media pembelajaran sebagai alat bantu menayangkan video
pementasan drama, hendaknya guru dapat mempertimbangkan pemilihan
video pementasan drama yang tepat.
Setelah peserta didik mengetahui kondisi pementasan drama, guru
kemudian bisa mengarahkan peserta didik pada naskah drama dan peran13
Ibid., h. 90.
peran yang ada dalam drama. Dari situ, peserta didik dapat berlatih
bermain peran dan berdiskusi mengenai peran yang mereka mainkan.
Jadi, drama pada peserta didik kelas menengah pertama dititik
18
beratkan untuk memperkenalkan drama sebagai karya sastra dan drama
sebagai salah satu karya seni yang bisa menjadi wadah pembelajaran
melalui seni peran.
2. Efektivitas dalam Pembelajaran
Efektivitas merupakan keadaan yang membuat pembelajar mengalami
berbagai pengalaman baru dan terjadinya perubahan menuju titik akumulasi
kompetensi yang dikehendaki.14 Untuk menuju pembelajaran yang efektif
perlu dimulai dengan menganalisis tujuan pelajaran supaya mengetahui
langkah-langkah mengajar.15
Jika guru sebagai pengajar telah mengetahui tujuan utama mengenai
apa yang hendak disampaikan dalam pembelajaran, dari situ kemudian ia
dapat menentukan langkah seperti apa yang tepat untuk mencapai tujuannya.
Jika pembelajaran yang dilakukan memberikan hasil sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai, maka pembelajaran tersebut efektif.
Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dari peserta didik
supaya belajar menjadi efektif:
a.
Perlunya Bimbingan
Hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor. Kecakapan dan
ketangkasan belajar peserta didik juga berbeda-beda tergantung individual.
Tidak selalu belajar secara otodidak menjamin suksesnya seorang pembelajar.
Sebab itu, diperlukan bimbingan dan pengawasan sewaktu pembelajaran itu
berlangsung. Terlebih jika disetiap akhir pembelajaran dilakukan evaluasi,
baik secara tertulis maupun lisan. Ini mengindikasikan perlunya bimbingan
dalam sebuah proses pembelajaran untuk memaksimalkan usaha belajar itu
sendiri. Dengan begitu kegiatan belajar yang dilakukan bisa berlangsung
secara efektif.
14
15
60.
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 120.
T.F. Gilbert dalam Nasution, Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), h.
b. Kondisi dan Strategi Belajar
Belajar
meningkatkan
yang
efektif
kemampuan
dapat
yang
membantu
diharapkan
didik
19
untuk
dengan
tujuan
peserta
sesuai
isntruksional yang ingin dicapai.16 Untuk mencapai pembelajaran yang efektif
tentu dibutuhkan kondisi belajar yang mendukung, baik kondisi internal
maupun kondisi eksternal.
Kondisi internal terkait dengan keadaan si pembelajar. Keadaan
fisiologis atau jasmani, keamanan, kasih sayang, pengakuan, dan motivasi
merupakan bentuk dari kebutuhan yang bersumber dari diri si pembelajar
untuk menunjang strategi belajarnya.
Sementara kondisi eksternal terkait dengan kondisi yang ada di luar
diri pribadi manusia.17 Seperti keadaan kelas yang rapih dan bersih, serta
ketersediaan sarana dan prasarana belajar, semua itu harus juga dikondisikan
supaya menjadi pendukung pembelajaran yang efektif. Kondisi internal
maupun eksternal pada intinya dibangun untuk mendukung strategi belajar
yang akan dilaksanakan.
c.
Metode Belajar
Selain diperlukannya bimbingan, kondisi yang kondusif, diperlukan
juga metode belajar yang tepat supaya bisa menjadi rutinitas yang baik dalam
belajar. Sebab, kebiasaan belajar akan mempengaruhi belajar itu sendiri.
Seperti kebiasaan membuat jadwal belajar, membuat catatan, mengulangi
pelajaran, dan lain sebagainya akan mempengaruhi efektivitas pembelajaran
peserta didik terutama dalam hal penerimaan pemahaman materi ajar.
Peserta didik yang memiliki kebiasaan mengulang pelajaran di rumah
setelah diajarkan di sekolah tentu akan berbeda dengan peserta didik yang
tidak membaca ulang materi pelajarannya di rumah, terlebih jika keesokan
harinya guru mengadakan kuis dadakan. Dari situ dapat diketahui mana
peserta didik yang sudah menemukan metode belajar yang tepat lalu
menerapkannya dan mana peserta didik yang belum menemukan metode
belajarnya bahkan tidak mencoba mencarinya.
16
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),
17
Ibid., h. 76.
h. 74.
Jadi, untuk mencapai pembelajaran yang efektif, persiapan peserta
20
didik secara pribadi maupun persiapan kelas secara fisik juga mempengaruhi
hasil pembelajaran.
Efektivitas menunjukkan ketercapaian sasaran/tujuan yang telah
ditetapkan.18 Sebab itu, efektivitas juga dapat dijadikan barometer untuk
mengukur keberhasilan pendidikan. Dalam upaya pengukuran ini teradapat
dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu validitas dan evaluasi.19
a. Validitas, yaitu serangkaian tes atau penilaian, baik mengenai hal tertulis
maupun perilaku untuk mengetahui secara pasti apakah suatu program
pendidikan benar-benar telah mencapai tujuan yang telah ditargetkan.
Artinya, jika didapati bahwa tes tertulis yang dilakukan hasilnya
mencapai atau melebihi kriteria ketentuan minimum (KKM), serta hasil
pengamatan menunjukkan hasil bahwa peserta didik berperan aktif dalam
pembelajaran maka pembelajaran dikatakan efektif.
b. Evaluasi yaitu penilaian yang dilakukan untuk menilai serangkaian
kegiatan berupa perencanaan, pelaksanaan, dan setelah pelaksanaan.
evaluasi yang baik adalah evaluasi yang hasilnya didapat dari kegiatan
yang berlangsung sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Bila
perencanaannya baik, pelaksanaan hanya tinggal mengikuti. Setelah itu,
hasil dari evaluasi tidak akan jauh dari apa yang telah direncanakan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu keadaan atau
kegiatan yang dapat memberikan pengaruh kepada pengguna atau pelakunya.
Pengaruh itu berupa perbedaan pengalaman dari sebelum dan sesudah
menggunakan. Hal atau kegiatan dikatakan efektif jika perbedaan itu
membawa pengaruh ke arah yang lebih baik atau adanya kemajuan, meskipun
efek itu sendiri berpotensi memberikan pengaruh positif maupun negatif.
Salah satu upaya untuk membuat pembelajaran menjadi efektif adalah
digunakannya media audio visual sebagai media pembelajaran. Di antara
empat keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan
18
Aan Komariyah dan Cepi Triatna, Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif,
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), h. 7.
19
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2005),
h. 90.
menulis), menyimak merupakan kegiatan yang paling guru tidak bisa pastikan
21
peserta didik fokus atau tidak dalam prosesnya. Maka, untuk membuat
peserta didik fokus terhadap pembelajaran yang disimaknya, media audio
visual digunakan untuk merangsang terjadinya proses belajar mengajar yang
efektif.
Brown juga menggarisbawahi bahwa media yang digunakan guru atau
peserta didik dengan baik dapat mempengaruhi efektivitas program belajar
mengajar.20 Sebab itu, pemilihan media yang tepat juga menjadi
pertimbangan penting agar strategi yang direncanakan guru dapat benar-benar
terlaksana dan kegiatan pembelajaran menjadi efektif.
Dalam upaya pembelajaran yang efektif, semua unsur sekolah harus
dilibatkan. Kini bukan lagi mengenai upaya sekolah dan guru membuat
peserta didik menjadi sekedar mengerti materi yang diajarkan di sekolah.
Sekolah dan guru hendaknya melibatkan mereka secara penuh dalam proses
dinamika tersebut, supaya peserta didik bisa turut bergairah dan tidak ada
yang tertinggal. Sebab itu, proses tersebut hendaknya membuat guru bisa
memperhatikan peserta didik secara individual, bukan perwakilan suatu
kelompok.
Berikut adalah hal-hal yang harus dilakukan guru supaya pengajaran
dengan menggunakan media audio visual bisa menjadi kegiatan yang benarbenar efektif.
a.
Meyusun Perencanaan Pembelajaran dengan Bijak
Guru efektif mengajar dengan terlebih dahulu membuat perencanaan
pembelajaran, lalu mengkomunikasikan perencanaan tersebut dengan clientnya, yaitu peserta didik, kemudian menyelenggarakan proses pembelajaran
dan mengelola kelas sehingga efektif, dan terakhir melakukan evaluasi
terhadap proses dan hasil belajar.21 Hasilnya kemudian akan menjadi input
untuk perencanaan berikutnya.
20
Brown dalam Asep Henry Hermawan, Badru Zaman, Cepi Riyana, Media Pembelajaran
Sekolah Dasar,(Bandung: UPI Press, 2007), h. 56.
21
Hunt dan More dalam Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta:
Kencana, 2004), h. 122.
Jadi, efekivitas dalam pembelajaran bukan hanya berbicara tentang
sebuah kurikulum beserta Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar
22
(KD) nya bisa dicapai/dipenuhi peserta didik, melainkan merancang sistem
pembelajaran tersebut agar menjadi efektif. Karena itu, guru sebagai
perencana pembelajaran harus benar-benar bisa menyusun dan melaksanakan
pemebelajaran, minimal mengikuti RPP yang telah dibuat supaya
bisa
memberikan pengaruh yang diharapkan. Seperti, peserta didik diharapkan
mendapat perubahan-perubahan baik dalam hal intelegensi, perilaku,
kreativitas, maupun cara berpikir ke arah progresif.
Learning takes place most effectively in classrooms where knowledge
is clearly and powerfully organized, students are highly active in the learning
process, assessments are rich and varied, and students feel a sense of safety
and connection.22 Artinya, menuju pembelajaran yang efektif, guru sebagai
pusat pengajaran memang harus mempersiapkan strategi supaya materi yang
disampaikan jelas. Namun, guru juga harus mempersiapkan metode belajar
yang menarik, supaya peserta didik merasa nyaman dan bersemangat dengan
cara penyampaiannya. Serta dapat mengakomodir dinamika yang terjadi di
dalam kelas, sehingga hasil penilaian yang diperoleh bisa menjadi evaluasi
pembelajaran yang tepat.
Dengan begitu, dalam upaya meningkatkan efektivitas proses
pembelajaran, perencanaan pembelajaran merupakan sesuatu yang mutlak
dipersiapkan oleh setiap guru. Walaupun belum tentu semua yang
direncanakan akan bisa sepenuhnya terlaksana, karena bisa saja kondisi kelas
yang sudah dipersiapkan justru menuntut strategi yang bersifat opsional.
Namun
demikian,
guru
tetap
diharapkan
mampu
menyusun
perencanana yang lebih sempurna, sesuai dengan kebutuhan peserta didik,
sehingga semua peserta didik bisa memahami bahan-bahan ajar yang
ditawarkan. Semua peserta didik bisa memperoleh berbagai pengalaman baru
dan menambah kompetensinya sesuai hasil belajar mereka.
Agar
dapat
membuat
perencanaan
yang
baik
dan
dapat
menyelenggarakan proses pembelajaran yang ideal, setiap guru harus
22
Cerol Ann Tomlinson, How to Differentiate Instruction in Mixed-Ability Classrooms,
(USA: Assosiation fo r Supervision and Curriculum Development, 2001), h. 8.
mengetahui unsur-unsur perencanaan pembelajaran yang baik. Pendapat 23
lain
menyebutkan perencanaan tersebut antara lain, berupa kebutuhan-kebutuhan
peserta didik, tujuan-tujuan yang akan dapat dicapai, berbagai strategi yang
relevan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut, dan kriteria evaluasi.23
Bersamaan dengan itu, peran guru dalam mengembangkan strategi
amat penting karena aktivitas peserta didik belajar sangat dipengaruhi oleh
sikap dan perilaku guru dalam kelas. Jika mereka antusias, memperhatikan
aktivitas dan kebutuhan-kebutuhan peserta didik, maka peserta didik tersebut
pun akan mengembangkan aktivitas belajarnya dengan baik, antusias, giat dan
serius. Salah satu yang bisa mengembangkan antusias mereka adalah
penggunaan media sebagai strategi belajar agar pembelajaran tidak monoton.
Mengingat di zaman yang canggging akan teknologi ini masyarakat mulai
akrab dengan penggunaan media. Diharapkan media menjadi salah satu
pilihan guru dalam membuat pembelajaran menjadi lebih efektif.
b. Berkomunikasi Secara Efektif dengan Peserta didik
Guru adalah seorang komunikator, sebab dia akan menyampaikan
rencna-rencana pembelajarannya pada peserta didik. Dalam konteks apa pun
tugas guru membutuhkan kemampuan komunikasi yang baik, termasuk
mengkomunikasikan program-program kelasnya kepada komite sekolah, atau
orang tua peserta didik.
Sebab itu, guru harus mengetahui teori-teori komunikasi efektif
karena tidak akan menjadi terlalu bermanfaat ilmu yang dikuasai guru jika
tidak mampu mengkomunikasikannya kepada peserta didik secara baik, yakni
enak diikuti dan mudah dipahami. Jadi, salah satu kriteria pembelajaran akan
menjadi efektif di antaranya adalah cara guru mengkomunikasikan
pembelajaran juga harus bisa menyampaikannya secara efektif.
Dalam teori yang amat tradisional, Hunt mengemukakan bahwa
unsur-unsur pokok dari komunikasi adalah pesan, sasaran komunikasi,
sumber dan media.24 Dalam konteks komunikasi di kelas, pesan adalah bahan
ajar yang akan disampaikan, intruksi-intruksi untuk pelaksanaan proses
23
24
150-151.
Rosyada, op. cit., h. 123.
Hunt dalam Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Kencana, 2004), h.
24
pembelajaran, tugas-tugas dan rencana-rencana kegiatan lainnya. Sedangkan
sasaran komunikasi adalah peserta didik. Sumber pesan adalah guru,
sedangkan media komunikasi adalah bahasa atau simbol lain yang digunakan
untuk penyampaian pesan.
Peserta didik juga harus dilatih untuk bisa memahami pesan-pesan
verbal baik melalui kegiatan mendengar/menyimak maupun membaca.
Peserta didik juga harus dilatih untuk mnyampaikan pesan atau tanggapan
terhadap pesan guru dengan baik melalui bahasa lisan atau tulisan. Guru
sebagai fasilitator kemudian harus bisa memfasilitasinya.
Hunt kemudian mengemukakan bebebrapa rekomendasi untuk
mendukung terjadinya komunikasi yang efektif untuk turut mendukung
berlangsungnya pembelajaran yang efektif di kelas, yaitu:25
Peserta didik harus dilatih keterampilan membaca dalam konteks
memahami pesan-pesan tertulis yang terdapat dalam bacaan.
1) Peserta didik harus dilatih untuk mau dan mampu berbicara dengan baik.
Mereka harus terus didorong untuk berbicara, dan senantiasa memiliki
sesuatu yang sangat penting untuk disampaikan pada guru, sehingga dia
terlatih untuk menyampaikan pendapat dan pandangannya dengan baik.
2) Guru harus menyediakan kesempatan bagi peserta didik untuk terbiasa
menyampaikan pandangan atau buah pemikirannya, baik dengan
menggunakan bahasa tulis maupun lisan, sehingga mereka terlatih
menyusun bahasa lisannya.
3) Guru juga harus mengkondisikan ruang kelas yang nyaman agar bisa
mendukung proses pembelajaran yang efektif, seperti menghadirkan
media pembelajaran ke depan kelas, sehingga peserta didik terus
terdorong untuk melakukan komunikasi verbal, baik berdiskusi dengan
temannya maupun berdiskusi dengan guru.
4) Guru
juga
harus
dengan
sabar
mendengarkan
peserta
didik
menyampaikan pendapatnya serta memberi mereka feed back untuk
evaluasi ke depan.
25
Ibid., h. 152.
25
Dengan demikian, situasi kelas aktif dan kondusif yang dikondisikan
oleh guru, bisa menjadi salah satu upaya untuk membuat pembelajaran
menjadi efektif, karena peserta didik diajak untuk tidak hanya menerima tapi
juga merespon dan menunjukkan efek perkembangan yang mereka dapatkan.
c. Mempergunakan Metode yang Beragam
Mengajar yang efektif salah satunya harus membuat peserta didik
belajar aktif, baik secara mental maupun fisik. Artinya, peserta didik diajak
untuk berpikir kritis serta diajak untuk mengungkapkan kemampuan
intelektualnya, salah satunya dengan mempresentasikan hasil temuannya.
Dengan begitu, pembelajaran bukan hanya dirasakan efeknya oleh otak
melainkan juga oleh sistem motorik tubuh.
Untuk sampai pada belajar aktif, tentu dibutuhkan metode belajar
yang bervariasi. Variasi metode mengakibatkan penyajian bahan pelajaran
lebih menarik perhatian peserta didik, mudah diterima, dan kelas menjadi
hidup.26 Jika metode yang digunakan selalu sama hal tersebut hanya akan
membuat peserta didik menjadi bosan kerena merasa tidak adanya tantangan
untuk menyelesaikan pelajaran dengan bersemnagat.
Variasi metode belajar dibutuhkan untuk membuat kelas menjadi
dinamis. Metode yang beragam juga digunakan untuk membuat peserta didik
selalu merasa termotivasi dan tertantang lewat sugesti-sugesti yang diberikan
oleh guru. Selain itu, metode yang bervariasi juga diperlukan supaya guru
bisa selalu mengintegrasikan ilmu pengetahuan dan implikasinya di
kehidupan nyata dalam masyarakat.
Guru pada hakikatnya adalah pembelajar senior yang harus
mentransformasikan pengalaman belajarnya pada pembelajar junior lewat
metode-metode belajar yang variatif. Dalam proses tersebut guru harus terus
memberikan bimbingan dan arahan karena pembelajaran meski dengan
bantuan teknologi secanggih apa pun tetap membutuhkan bimbingan intensif
dari guru, sehingga pembelajaran bisa menjadi lebih efektif.
26
h. 92.
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),
26
d. Mampu Meguasai Kelas
Dalam konteks peningkatan efektivitas kelas, guru tidak cukup hanya
dengan berpenampilan menarik, penuh optimisme, antusias, dan menguasai
bahan ajar dengan baik. Namun, guru harus memiliki berbagai kemampuan
penguasaan kelas dengan tidak menggunakan pendekatan pemaksaan atau
berbagai bentuk kekerasan psikologis lainnya. Guru harus menggunakan
pendekatan pedagogis yang mampu menciptakan suasana tenang, penuh
keceriaan, dan penuh motivasi untuk belajar.
Selain itu, seorang guru juga harus memiliki keberanian untuk
menghadapi peserta didiknya yang memiliki karakter berbeda-beda, serta
menghadapi berbagai masalah yang muncul saat KBM berlangsung. Guru
harus berani memunculkan kepercayaan diri sendiri sehingga guru dapat
berwibawa di depan kelas maupun di luar sekolah.27 Hal tersebut dilakukan
supaya cita-cita yang ditanamkan ke peserta didik benar-benar diterapkan dan
resapi oleh peserta didik yang bersangkutan.
Salah satu langkah pengelolaan kelas yang baik adalah membuat
persiapan yang cermat. Guru harus mengenali benar kemampuan dan
karakteristik peserta didiknya. Mengidentifikasi anak yang kemampuan daya
tangkapnya lebih lambat dan yang daya tangkapnya cepat, bahkan sangat
cepat. Seringkali kekacauan kelas berawal dari kekurangsiapan guru
mengatasi keragaman kemampuan peserta didik dalam memahami pelajaran
dan guru kurang mempersiapkan antisipasinya. Seperti pemilihan strategi
pembelajaran yang disesuaikan dengan materi ajar. Agar pembelajaran
menjadi efektif maka guru harus mengkombinasikan cara penyampaian
materi ajar yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didiknya.
Selain itu, terkait juga dengan media pembelajaran yang hendak
digunakan untuk membantu performa pengajaran, media yang akan
digunakan tersebut juga harus dipertimbangkan efektivitasnya di kelas, serta
disesuaikan dengan metode yang akan digunakan, sehingga pengelolaan kelas
27
Ibid., h. 93.
27
menjadi benar-benar efektif. Guru tidak hanya sekedar memberikan materi
ajar, menggunakan metode pembelajaran, dan menghadirkan media
pembelajaran untuk mengisi kelas, tapi juga memaksimalkan performanya
supaya peserta didik benar-benar mendapatkan efeknya terhadap pemahaman
mereka.
e.
Melakukan Evaluasi Secara Benar
Dalam rangka pengembangan kelas efekif, langkah yang tidak kalah
penting dilakukan guru adalah mampu mengukur kompetensi yang telah
dicapai peserta didik dari setiap tatap muka terhadap kegiatan proses
pembelajaran yang telah dilakukan, sehingga bisa menentukan perlakuan
terhadap mereka.
Selanjutnya, langkah yang harus dilakukan adalah memilih jenis tes
yang baik. Ciri-ciri tes yang baik harus memperhatikan alat evaluasi yang
objektif, valid, reliabel, detil, dan praktis. Semua itu dilakukan juga dengan
mempertimbangkan sejauh mana materi yang telah diajarkan dan dikuasai
peserta didik, sehingga tes yang dilakukan untuk mengukur pemahaman
peserta didik benar-benar bisa menjadi alat evaluasi yang tepat.
Selain
itu,
jika
pengajaran
melibatkan
penggunaan
media
pembelajaran, maka evaluasi terhadap media pembelajaran pun perlu
dilakukan. Evaluasi terhadap penggunaan media pembelajaran dimaksudkan
untuk memperbaiki dan menyempurnakan media yang bersangkutan agar
lebih efektif dan efisien.28
Jadi, dalam pembelajaran bukan hanya peserta didiknya saja yang
perlu dievaluasi, melainkan media yang disertakan ke dalam KBM juga perlu
dievaluasi untuk mengetahui pembelajaran yang selama ini telah dilakukan
sudah berjalan secara efektif atau belum. Jika belum, maka hasil evaluasi
digunakan untuk mengetahui hal apa saja yang perlu diperbaiki. Namun jika
sudah, maka hasil evaluasi digunakan sebagai tolak ukur efektivitas
pembelajaran.
28
Asep Henry Hermawan, dkk., Media Pembelajaran Sekolah Dasar,(Bandung: UPI Press,
2007), h. 250.
28
3. Media Pembelajaran
a.
Pengertian Media Pembelajaran
Kata “media” berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak
dari kata “medium” , yang secara harfiah berarti “perantara atau pengantar”.29
Dalam bahasa Arab, media adalah perantara (wasilah) atau pengantar pesan
pengirim ke penerima pesan.30 Bahkan, Asosiasi Teknologi dan Komunikasi
Pendidikan (Association of Education and Communication Techology/ AECT)
di Amerika membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang
digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi.31
Dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah semua bahan
dan alat fisik yang bisa digunakan untuk menyalurkan pengajaran dan
membantu memfasilitasi peserta didik dalam memahami suatu materi ajar.
Media pembelajaran mencakup bahan-bahan tradisional, seperti papan tulis,
buku pegangan, bagan, slide, OHP/OHT, objek-objek nyata, dan rekaman
video atau film. Selain itu, juga bisa berupa bahan-bahan yang lahir dari
metode mutakhir, seperti komputer, DVD, CD-Room, internet, dan
penggunaan fasilitas konferensi video secara interaktif (video call).
Media pembelajaran diperlukan untuk membantu komunikasi guru
dengan peserta didik, sehingga peserta didik dapat menangkap pesan atau inti
pembelajaran dengan baik. Namun, adakalanya pesan tersebut tidak diserap
dengan baik oleh peserta didik sebagai komunikan, dan ini disebabkan oleh
adanya gangguan dan hambatan.
Hal tersebut terjadi pada komunikasi, pesan, dan saluran. Misalnya,
peserta didik tidak mengerti materi yang disampaikan oleh guru disebabkan
peserta didik tersebut sejak awal tidak menyimak dangan baik karena
mengantuk, sehingga peserta didik mengalami gangguan. Jika seorang guru
mengajar dengan cara yang tidak antusias, tidak bersemangat, atau dalam
29
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h.
120.
30
Azhar Arsyad, Media pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 3.
Association of Education and Communication Techology dalam Arif S. Sadiman, Media
Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 6.
31
29
keadaan yang tidak baik, tentu akan terjadi gangguan pada sumbernya atau
komunikator.
Penggunaan media pembelajaran sangat penting bagi proses belajar
mengajar. Dikatakan demikian karena media pendidikan sangat membantu
pengajar dalam memberikan pembelajaran secara maksimal, efektif, serta
efisien. Meski demikian, keberhasilan program pengajaran tidak tergantung
dari canggih tidaknya media yang digunakan, tetapi dari ketepatan dan
keefektifan media yang digunakan oleh pengajar.
Guru kemudian harus menggunakan media dengan kualitas baik untuk
memfasilitasi pembelajaran atau meningkatkan pemahaman peserta didik
terhadap bahan pelajaran. Sebab, proses komunikasi untuk memfasilitasi
pembelajaran bisa mejadi sebuah proses yang menantang, yang sering kali
membutuhkan usaha-usaha kreatif untuk mencapai sebuah ragam tujuantujuan pengajaran yang implisit.
Dalam dunia pendidikan, media pembelajaran terdiri atas dua unsur,
yaitu unsur peralatan atau perangkat keras (hardware) dan unsur pesan yang
dibawanya (massage/software).32 Software merupakan informasi atau bahan
ajar yang akan disampaikan kepada peserta didik, sedangkan hardware
berupa peralatan atau sarana yang digunakan untuk menyajikan pesan atau
bahan ajar tersebut.
Dengan demikian, media pembelajaran memerlukan peralatan untuk
menyajikan pesan. Namun, yang terpenting bukanlah terletak pada bentuk
fisik media itu semata, tetapi pada pesan atau informasi belajar yang
dibawakan oleh media tersebut.
b. Tujuan penggunaan media pembelajaran
Tujuan umum digunakannya media pembelajaran adalah untuk
memudahkan pemerolehan aspek afektif, kognitif, dan psikomotor yang
sangat penting dalam proses pembelajaran peserta didik.33 Tiga aspek tersebut
menjadi indikator keberhasilan peserta didik untuk bisa mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan.
32
33
AECT dalam Yudhi Munadhi, Media Pembelajaran, (Jakarta, GP Press: 2012) h. 9.
Yudhi Munadhi, Media Pembelajaran, (Jakarta, GP Press: 2012), h. 22.
30
1) Ranah Kognitif
Tujuan yang hendak dicapai dari penggunaan media pembelajaran
pada ranah kognitif adalah melalui media pembelajaran peserta didik
dapat meningkatkan kemampuan yang bersifat intelektual atau kognitif.
Kemampuan tersebut terdiri atas pengetahuan, pemahaman, penerapan,
penguraian/analisis, sintesis, dan penilaian.
2) Ranah Afektif
Pada ranah afektif, kemampuan yang dituju dari penggunaan
media adalah berkaitan dengan rasa, sikap, dan tingkah laku. Terdiri atas
penerimaan, tanggapan, penghargaan, pengaturan, dan karakterisasi.
3) Ranah Psikomotorik
Kemampuan yang diterapkan melalui media pengajaran adalah
kemampuan yang bersifat jasmaniah atau fisik. Ranah psikomotorik ini
terdiri atas persepsi, kesiapan untuk menyesuaikan, respons berpandu,
mekanisme, respons terbuka yang bersifat kompleks, dan organisasi.
Jadi, media pembelajaran merupakan wadah dari materi ajar yang
ingin disampaikan oleh guru kepada peserta didik. Tujuannya adalah untuk
mencapai proses belajar yang efektif dan efisien. Jika guru mampu
memanfaatkan media pembelajaran dengan tepat serta maksimal, maka
peserta didik akan mampu menyerap segala materi yang disampaikan serta
meningkatkan performa pengajaran guru tersebut.
c.
Fungsi Media Pembelajaran
Fungsi dari media pembelajaran adalah sebagai sumber belajar.34
Untuk beberapa hal, media pembelajaran bahkan berperan menggantikan
fungsi guru sebagai sumber belajar utama. Namun, hal tersebut bukan berarti
media menggantikan sepenuhnya peran guru di depan kelas.
Ciri-ciri umum media pembelajaran yang mampu merekam,
menyimpan, melestarikan, merekonstruksi, dan mentransportasikan suatu
34
Ibid., h.36.
31
peristiwa atau objek. Inilah yang kemudian dimaksud fungsi media
pembelajaran sebagai penyampai pesan, baik secara verbal maupun
nonverbal.
Macam-macam fungsi media pembelajan, yaitu:
1) Fungsi Media Pembelajaran sebagai Sumber Belajar
Secara teknis, media pembelajaran berfungsi sebagai sumber
belajar. Dalam kalimat “Sumber Belajar” tersirat makna keaktifan, yakni
sebagai penyalur, penyampai, dan penghubung.35 Artinya, media sebagai
sumber belajar berperan membuat peserta didik aktif dalam menerima
materi ajar, menghubungkannya dengan skemata yang dia miliki, serta
menyampaikannya kembali berdasarkan pemahamannya sendiri. Bukan
hanya peserta didik, tetapi guru juga dituntut untuk turut aktif karena di
sini guru berperan sebagai pemberi interuksi dan pengontrol kelas.
2) Fungsi Semantik
Yaitu media memiliki kemampuan memberikan rangsangan
kepada peserta didik untuk menambah perbendaharaan kata melalui apa
yang ditampilkan kemudian memunculkan opini-opini yang didapat dari
media yang disimaknya.
3) Fungsi manipulatif
Yaitu media memiliki kemampuan untuk mengatasi batas-batas
ruang dan waktu serta mengatasi keterbatasan inderawi. Kemampuan
media menjadikan objek atau peristiwa yang terlalu jauh ataupun terlalu
menyita waktu jadi lebih dekat dan lebih singkat. Serta kemampuan
menghadirkan kembali objek atau peristiwa yang telah terjadi, seperti
legenda yang dikemas menjadi sebuah video dongeng, dan penampilan
drama yang dimuat ke dalam sebuah video drama.
Selain itu, media juga membantu peserta didik dalam memahami
objek yang bergerak terlalu lambat maupun terlalu cepat. Seperti halnya
sebuah video drama. Video drama tersebut bisa diputar lebih cepat
maupun lebih lambat untuk membuat fokus pada bagian tertentu.
35
Ibid., h.37.
32
4) Fungsi Psikologis
a) Fungsi Atensi
Setiap orang memiliki sel saraf penghambat yang berfungsi
membuang sejumlah sensasi yang datang. Sebab itu, ketidakfokusan
para peserta didik dapat dihambat oleh sel penghambat tersebut.
Sebagai gantinya, peserta didik lebih memfokuskan perhatiannya
pada
rangsangan
yang
dianggapnya
menarik.
Ketika
kita
memperhatikan rangsangan tertentu sambil membuang rangsangan
lainnya, itu disebut selektif attention.36 Jadi, di sinilah fungsi media
untuk meningkatkan perhatian atau fokus peserta didik terhadap
materi ajar.
b) Fungsi Afektif
Fungsi afektif yakni menggugah perasaan, emosi, dan tingkat
penerimaan atau penolakan peserta didik terhadap sesuatu. Sambutan
ataupun penerimaan tersebut berupa kemauan. Dengan adanya media
pembelajaran,
kesediaan
peserta
didik
dalam
menerima
pembelajaran lebih bisa dilihat dari sikapnya lebih bisa menghargai
dan menunjukkan minatnya. Hal ini contohnya, ketika ditayangkan
video drama, peserta didik menyimaknya dengan seksama dan
tenang ketika adegan sedang menegangkan, lalu tertawa ramai ketika
adegan humor, dan menunjukkan mimik sedih ketika adegan
membawa mereka ke latar suasana duka.
c) Fungsi Kognitif
Peserta didik yang belajar dari media pembelajaran akan
memperoleh dan mempergunakan representasi untuk mewakili objek
maupun peristiwa yang alami. Objek-objek tersebut dihadirkan
dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan dan atau lambang,
yang dalam psikologi semuanya merupakan sesuatu yang bersifat
mental.37 Artinya, apa yang ia simak dari media pembelajaran
36
Jalaluddin Rahmat dalam Yudhi Munadhi, Media Pembelajaran, (Jakarta, GP Press:
2012), h. 44.
37
Yudhi Munadhi, Media Pembelajaran, (Jakarta, GP Press: 2012), h. 45.
33
menstimulus ia untuk menghadirkannya kembali kepada orang lain
lewat tanggapan atau kesan yang ia kemukakan tentang objek dalam
media tersebut.
d) Fungsi Imajinatif
Dengan keragaman penyajian dan keragaman isi, media
pembelajaran dapat meningkatkan dan mengembangkan imajinasi
peserta didik. Apa yang peserta didik simak bisa memberikan
inspirasi untuk mereka, dan kemudian membuat peserta didik bukan
hanya sekedar berfantasi, tetapi juga menstimulus peserta didik
untuk bermimpi dan bercita-cita. Lebih dari itu, sesuatu yang
menginspirasi dapat memberikan dorongan semangat tersendiri bagi
seseorang untuk kemudian mewujudkannya.
5) Fungsi Motivasi
Ketika media pembelajaran disajikan dengan menarik dan
menyenangkan, media tersebut bisa mendorongan peserta didik untuk
mengikuti dan menyimak sampai akhir kegiatan belajar mengajar. Selain
berfungsi untuk memotivasi peserta didik untuk betah dengan KBM yang
melibatkan media, lebih dari itu, media juga bisa menjadi untuk
memotivasi perubahan tingkah laku mereka. Seperti, sebuah dongeng
Malin Kundang yang kemudian bisa memotivasi peserta didik untuk
menjadi anak yang berbakti kepada orangtua.
6) Fungsi Sosio-Kultural
Media salah satunya berfungsi untuk mengatasi perbedaan latar
belakang kultur dan sosial dalam pembelajaran. Contoh, sebuah drama
dibuat dengan menggunakan Bahasa Indonesia. Hal tersebut dilakukan
untuk mempersatukan para peserta didik yang memiliki latar belakang
yang berbeda-beda, sehingga motto “Bahasa Satu Bahasa Indonesia” bisa
tercapai di pembelajaran Bahasa Indonesia.
Media pembelajaran secara konkrit memberikan efek kepada peserta
didik lewat terjadinya perubahan tingkah laku dan sikap peserta didik akibat
interaksi dia dengan pesan. Whatever approach is used, effective teaching
34
practice indicates that the filmstrip be used in lesson, using visualization to
help the teacher alter the behavior of his students in a desirable way.38
Jadi, terkait dengan fungsi media sebagai perantara pembelajaran,
perannya akan menjadi efektif dan efisien jika media tersebut mampu
membantu maupun mewakili guru menyampaikan pesan dalam pembelajaran.
Kemudian mampu memberikan efek berupa perubahan tingkah laku lewat
interaksi yang ditimbulkan oleh peserta didik dengan media tersebut.
d. Pemilihan Media Pembelajaran
Agar media yang dipilih bisa digunakan secara efektif, ada beberapa
langkah yang perlu diperhatikan. Prosedur pemilihan media pembelajaran
didasarkan pada pertimbangan isi dan tujuan pelajaran dengan karakteristik
media yang akan digunakan.39
1) Menentukan media sebagai perantara pemberi informasi atau sebagai
pembelajaran.
2) Menentukan metode transmisi
3) Menentukan ciri-ciri khas mata pelajaran
4) Memilih media yang paling sesuai dengan kategori di atas dan paling
cocok dengan populasi peserta didik
5) Tinjau kembali kekurangan dan kelebihan media terpilih
6) Merencanakan tes pengembangan bagi media tersebut maupun bagi
bahan atau materi pelajaran.
Hal-hal di atas adalah prosedur pemilihan media yang difokuskan
pada media dan materi ajarnya. Selain itu, dalam memilih media, perlu juga
diperhatikan pemilihan media kaitannya dengan komponen pembelajaran.
Kriteria yang harus dipenuhi dalam memilih media, seperti objektivitas
pemilih, program pengajaran, sasaran program, kesesuaian situasi dan
38
Paul F. Brandwein, etc, A Book of Methods, (New York: Harcourt, Brace, and World,
Inc, 1958), h. 484.
39
Ronald H. Anderson, Pemilihan dan Pengembangan Media untuk Pembelajaran,
(Jakarta: Universitas Terbuka, 1994), h. 16.
35
kondisi, kualitas media, serta pertimbangan efektivitas dan efisiensi
penggunaan media. 40
1) Objektivitas, artinya guru tidak boleh memilih media hanya berdasarkan
kesenangan pribadi.
2) Program pengajaran yang disampaikan harus sesuai dengan kurikulum
yang berlaku, baik isinya, strukturnya, maupun kedalamannya.
3) Sasaran program, artinya media yang akan digunakan harus dilihat
kesesuaiannya dengan tingkat perkembangan anak didik, baik dari segi
bahasa, simbol-simbol, cara dan kecepatan penyajian, atau pun waktu
penggunaannya.
4) Situasi dan kondisi harus disesuaikan, baik media dengan kelengkapan
fasilitas yang dimiliki sekolah maupun media, maupun dengan kesiapan
peserta didik dalam menerima kehadiran media tersebut.
5) Kualitas teknik, yaitu media yang digunakan harus lah media yang layak
pakai.
6) Keefektifan dan efisiensi penggunaan, yaitu suatu media harus mampu
memberikan efek/perubahan kepada penggunanya serta pengadaannya
juga tidak sulit.
e. Macam-Macam Media
Menurut bentuk dan informasi yang digunakan, media dapat
diklasifikasikan dalam lima kelompok besar, yaitu media visual diam, media
visual gerak, media audio, media audio visual diam, dan media audio visual
gerak.41
1) Media visual diam
Tabel 2.1
Jenis Media
a.
Produk Media
Media Grafis  Grafik
 Diagram
40
Kelebihan
 Mudah
dipahami
Kekurangan
 Membutuhkan
keterampilan khusus
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h.
128.
41
Rudi Susilana dan Cepi Riyana, Media Pembelajaran, (Bandung, CV Wacana Prima,
2009), h. 14.
36
Bagan
 Pembuatann
Sketsa
ya mudah
pembuatannya
Poster
dan murah
 Penyajian hanya
dalam
Papan flanel
berupa unsur visual
Papan buletin
b.
Media Bahan Buku teks
Dapat
Bentuknya yang tebal
Cetak
dipelajari
dapat membosankan
kapan dan di
dan mematikan minat
mana saja
peserta didik untuk
Modul
membacanya
c.
Media
Foto
Lebih konkret Perbandingan
yang
Gambar
dibanding
kurang tepat dari suatu
Diam
dengan grafis
objek
akan
menimbulkan
kesalahan persepsi
2) Media Proyeksi Diam
Tabel 2.2
Jenis Media Produk Media
Kelebihan
Kekurangan
Dapat menyajikan
Memerlukan
tranparansi
pesan di semua
perencanaan yang
OHP Portable
ukuran ruang kelas
matang dalam
a. Media OHP Plastik
dan OHT
OHP Classroom
pembuatan dan
penyajiannya
b. Media Slide
Film bingkai
Mudah direvisi
Hanya dapat
menyajikan
gambar yang
diam
c. Media
Filmstrip
Film gelang
Mudah
penggandaannya
Sulit direvisi
37
3) Media Audio
Tabel 2.3
a.
Jenis Media Produk Media
Kelebihan
Kekurangan
Media
Dapat
Program
memusatkan
siarannya tidak
Siaran radio
Radio
peserta didik pada bisa diulangkata, kalimat,
ulang
maupun musik.
b.
Media
alat Kaset tape
perekam
Pita rekamannya Daya
recorder
dapat
pita
diputar jangkauannya
berulang-ulang
terbatas
magnetik
4) Media Audio Visual Diam
Tabel 2.4
a.
Jenis Media
Kelebihan
Kekurangan
Media Sound
Ada aspek suaranya
Slide
b.
Hanya
dapat
menyajikan
gambar yang diam
Film strip
bersuara
5) Media Audio Visual Gerak
Tabel 2.5
Jenis
Media
a.
Film
Produk Media
Kelebihan
Kekurangan
Film bisu
Memberi kesan
Harga
Film bersuara
mendalam dan dapat
produksinya
mempengaruhi sikap
mahal
peserta didik
b. Televisi
Media televisi
Informasinya lebih
Programnya
terbuka
aktual
tidak dapat
38
diputar
berulang kali
Media
televisi Bisa dilakukan
siaran terbatas
komunikasi dua arah
Jangkauan
materinya
terbatas
Media video kaset Programnya dapat
Jangkauan
recorder
materinya
diputar berulang kali
terbatas
Berdasarkan tabel di atas, ada berbagai macam media pembelajaran
dan produk keluarannya yang bisa digunakan dalam pembelajaran. Baik
untuk
membantu
memberi
informasi
maupun
membantu
memberi
pembelajaran kepada peserta didik. Selain itu, pada tabel di atas juga jelas
terlihat bahwa setiap media memiliki karakteristiknya masing-masing.
Jika media tersebut dibandingkan satu sama lain hanya dari
keterbatasan yang masing-masing miliki, tentu media visual diam menjadi
media yang paling terbatas. Tapi, jika setiap media tersebut dipilih dan
digunakan berdasarkan kriteria pemilihan media pembelajaran, tentu setiap
media tersebut akan memberikan pesan atau informasi yang tepat sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
Pada pembelajaran mengenai poster dan slogan contohnya, akan
menjadi lebih efektif jika menggunakan media visual. Sebab, dengan
digunakannya media visual tersebut membantu peserta didik untuk bisa
mengamati ciri-ciri slogan dan poster dengan lebih intensif. Jika slogan dan
poster disajikan dengan menggunakan media filmstrip tentu peserta didik
akan kesulitan mengamati slogan dan poster disebabkan gambar yang terus
bergerak.
Jadi, pemilihan media yang tepat sesuai dengan kriteria pemilihan
media benar-benar perlu diterapkan supaya penggunaan media menjadi
efektif. Seperti halnya penggunaan media audio visual berupa video dalam
pembelajaran menyimak drama. Media audio visual bisa memanipulasi
keterbatasan ruang dan waktu, sehingga dalam waktu dan ruang yang terbatas
39
guru dapat merencanakan pembelajaran menyimak drama tanpa harus pergi
ke gedung pertunjukan.
4.
Media Audio Visual
Teknologi pendidikan merupakan suatu model pendidikan yang
bertolak dari penerapan ilmu dan teknologi di dalam pendidikan. Model
pendidikan seperti ini secara konsisten mulai berusaha menerapkan prinsipprinsip ilmu dan teknologi di dalam proses pendidikan. Hal tersebut
dilakukan
untuk
menyesuaikan
perkembangan
pendidikan
dengan
perkembangan teknologi yang semakin pesat di zaman ini.
Terkait dengan hal tersebut, kemudian dikenal dua jenis teknologi
yang dilibatkan dalam dunia pendidikan, yaitu teknologi perangkat keras
(hardware technology) atau alat teknologi, dan teknologi perangkat lunak
(hardware technology) atau sistem teknologi.42 Sistem pendidikan lebih
banyak diterapkan dan dikembangakan dalam perencanaan pembelajaran.
Sementara, alat teknologi dimanfaatkan untuk menunjang sistem pendidikan
itu sendiri.
Keduanya saling berintegrasi dalam proses pembelajaran. Hal ini yang
kemudian membuat keberadaan media pembelajaran menjadi ciri dari
implementasi terlaksananya teknologi pendidikan. Salah satu contohnya
adalah dilibatkannya media pandang dengar atau media audio visual dalam
sistem pembelajaran yang berbasis teknologi.
Media audio visual merupakan bentuk media pengajaran yang murah
dan terjangkau. Media audio visual adalah media yang melibatkan indera
pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses.43 Media tersebut
memuat pesan, baik yang disampaikan secara verbal maupun non verbal
lewat audio maupun visualnya. Itu artinya, media audio visual memuat
makna, baik dari tampilan audio maupun visualnya.
Gabungan media aduio dan visual ini bisa dikatakan serba guna,
mudah digunakan, dan cukup efektif untuk pengajaran kelompok ataupun
42
Derek Rowntree dalam Nana Syaodih Sukmadinata, Kurikulum dan Pembelajaran
Kompetensi , (Bandung: PT Refika Aditama, 2012), h. 15.
43
Yudhi Munadhi, Media Pembelajaran, (Jakarta, GP Press: 2012) h. 56.
40
perorangan dan belajar mandiri.44 Jika didesain dengan baik, media tersebut
dapat membawa dampak yang dramatis dan tentu saja dapat meningkatkan
hasil belajar.
Media audio visual terbagi menjadi dua jenis, yaitu media audio visual
murni dan media audio visaul tidak murni.45 Media audio visual tidak murni
berupa slide atau unsur visaul yang diberi unsur suara atau musik. Sementara
media audio visual murni berupa film gerak, televisi, dan video.
Dalam penelitian kali ini, pembahasan akan difokuskan pada media
audio visual berupa video.
a. Video
Video adalah media yang menyajikan informasi dalam bentuk suara
dan visual.46 Video bersifat interaktif tutorial membimbing peserta didi untuk
memahami sebuah materi melalui visualisasi.47 Unsur suara yang ditampilkan
berupa narasi, sound effect, dan musik. Sementara unsur visual berupa
gambar, foto, gambar bergerak, animasi, maupun teks.
Program video biasanya disebut sebagai alat bantu pandang dengar
(audio visual aids/audio visual media).48 Setelah melalui berbagai perbaikan
dan pengembangan, akhirnya perusahaan video Jepang seperti Hitachi, JVC,
dan Sony, serta Philips dari Belanda menguasai pasar Indonesia.49
Dahulu, mereka memproduksi video dalam dua format, yakni video
tape recorder (VTR) dan video cassette recorder (VCR). Dua tipe tersebut
adalah tipe yang paling ramai di pasaran Indonesia era 1980-an hingga awal
1990-an. Video yang semula digunakan untuk keperluan rumah kemudian
menyusup ke segala bidang kegiatan. Harga yang murah dan lebih mudah
pengoperasian dan perawatannya.
44
Azhar Arsyad, Media Pengajaran, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1997), h. 153.
Munadhi, op. cit., h. 113.
46
B. Rahmanto, Metode Pengajaran Sastra, (Yogyakarta, KANISIUS, 1992), h. 114.
47
Yudhi Munadhi, Media Pembelajaran, (Jakarta, GP Press: 2012), h.154.
48
Marno, Pengembangan Bahan Ajar, (Jakarta, Direktorat Pendidikan Agama Islam pada
Sekolah (DITPAIS) Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementrian Agama Republik
Indonesia: 2012), h. 31.
49
Yudhi Munadhi, Media Pembelajaran, (Jakarta, GP Press: 2012), h.36.
45
41
Pada perkembangan berikutnya, media penyimpanan untuk kamera
atau handycame sudah berbasis disc dan chip memori. Dahulu, video digital
memanfaatkan format medium compact disc (CD). Data dimasukkan ke
ruang memori yang tersedia yang secara fisik bentuknya lebih besar dan lebih
berat namun dengan daya tampung yang belum seberapa, dari situ tayangan
video sudah bisa diakses.
Seiring dengan perkembangan teknologi, kini digunakan chip memori
dalam penyimpanan video karena chip memori dianggap memiliki kapasitas
memori yang lebih besar dan bentuk yang lebih ringan serta daya responnya
lebih cepat. Selain itu, daya tahan penggunaannya juga lebih kuat dan tahan
guncangan karena dia 100% digital.
Berikut ini akan diuraikan karakteristik video yang menjadikannya
lebih unggul dari media lain.
1) Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu
2) Dapat diulang bila perlu, untuk menambah kejelasan
3) Mengembangkan pikiran dan pendapat
4) Mengembangkan imajinasi peserta didik
5) Memperjelas hal-hal yang abstrak
6) Semua peserta didik mampu belajar melalui video, baik peserta didik
yang pandai maupun peserta didik yang tidak terlalu pandai
7) Menumbuhkan minat dan motivasi
Selain itu, pemanfaatan video dalam proses pembelajaran hendaknya
memperhatikan hal-hal berikut:
1) Program video harus dipilih yang sesuai dengan tujuan pembelajaran
2) Pemutaran video untuk tujuan kognitif bertujuan untuk melatih
kemampuan mengingat kembali isi materi melalui gambar yang bergerak
dan bersuara. Umpamanya, untuk mengingat materi drama, peserta didik
mengingat kembali video drama yang minggu lalu diputarkan di kelas.
Dengan mengingat video drama secara tidak langsung peserta didik juga
jadi mengingat kembali materi drama minggu lalu.
42
3) Video dengan tujuan psikomotor mampu memperlihatkan kepada peserta
didik contoh keterampilan gerak, seperti bermain peran. Melalui video
drama, peserta didik jadi dapat melihat seperti apa seorang pemain drama
ketika memainkan sebuah lakon. Gerak tubuhnya, mimik wajahnya, serta
suaranya, semuanya dapat dilihat dalam video tersebut.
4) Video sebagai alat untuk mempengaruhi emosi peserta didik. Dengan
dukungan efek gambar dan suara, video mampu menyihir peserta didik
untuk tetap fokus pada apa yang sedang mereka simak sehingga
pembelajaran bisa berlangsung lebih kondusif.
Selain itu, penggunaan video sebagai media pembelajaran secara
tidak langsung mengkondisikan peserta didik untuk belajar sesuai dengan
kecepatan daya tangkapnya masing-masing. Jadi, peserta didik dituntut untuk
mengembangkan metode belajar inkuiri. Sehingga mereka akan terbiasa
berpikir kritis meski materi disajikan dalam bentuk sebuah hiburan.
Semua itu akan terlaksana dan menjadi cara yang ampuh untuk
mengontrol dan mengembangkan aktivitas kelas selama guru menguasai betul
media tersebut. Peserta didik diberikan intruksi yang jelas, serta diadakan
diskusi untuk membahas kaitannya media tersebut dalam pembelajaran
mereka. Dengan begitu penggunaan video sebagai media pembelajaran bisa
menjadi efektif dan efisien.
B. Penelitian yang Relevan
Berikut adalah hasil penelitian yang menjadi acuan penulis dalam
peneliatian ini.
Penelitian pertama, dilakukan oleh Fajar Fitri Rahayu. Mahasiswa SI
jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini membuat skripsi dengan judul
“Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia
Siswa Pada Pokok Bahasan Unsur Intrinsik Naskah Drama”, dengan
menggunakan Siswa Kelas VIII SMPN 22 Kota Serang sebagai objek
penelitiannya.
43
Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah metode
penelitian quasi eksperimen. Hasilnya, disimpulkan bahwa pembelajaran inkuiri
berpengaruh terhadap hasil belajar bahasa Indonesia peserta didik pada pokok
bahasan unsur intrinsik naskah drama.
Penelitian selanjutnya juga dilakukan oleh Mulyani Wagimin, mahasiswa
S1 Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian yang mengusung judul
“Peningkatan
Kemampuan
Bermain
Drama
dengan
Pembelajaran
Kooperatif Teknik Jigsaw pada Peserta Didik Kelas V Madrasah Ibtidaiyah
Al-Karimiyah Jakarta” menggunakan metode Kualitatif dengan desain
penelitian tindakan kelas (PTK). Hasil yang diperoleh menyebutkan bahwa
penggunaan teknik jigsaw membawa pengaruh terhadap penigkatan kemampuan
bermain drama peserta didik.
Penelitian yang ke tiga dilakukan oleh Hilmia Murtaqia Sama dalam
skripsinya yang berjudul “Alih Wahana Naskah Drama Sobrat Karya Arthur
S. Nalan ke dalam Pementasan serta Implikasinya terhadap Pembelajaran”.
Metode penelitan yang digunakan adalah deskriptif kualitatif.
Dalam penelitiannya, Hilmia menyimpulkan bahwa Alih wahana dapat
dijadikan metode dalam pembelajaran drama di sekolah. Metode alih wahana juga
dapat menjadi sarana aktualisasi kreativitas dan dapat melatih keterampilan
berbahasa peserta didik.
Dari ketiga penelitian tersebut, terdapat penelitian yang relevan, yaitu
sama-sama menjadikan materi drama sebagai objek penelitian sehingga tiga
penelitian tersebut menjadi acuan penulis untuk penelitian. Perbedaannya dengan
penelitian penulis, yaitu pada penelitian ini penulis akan membahas mengenai
efektivitas penggunaan media audio visual dengan fokus pada penggunaan video
untuk materi menyimak drama pada pelajaran bahasa Indonesia di jenjang SMP.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Hasra yang beralamat di Jalan Raya
Ciputat-Parung KM. 24 Bojongsari, Kota Depok. Adapun penelitian ini
dilaksanakan pada Bulan April sampai dengan Bulan Juni, Tahun 2014.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif deskriptif. Istilah
„penelitian kualitatif‟ menurut Bogdan dan Taylor adalah metode sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.50 Metode penelitian
deskriptif kualitatif juga merupakan metode yang bertujuan menjelaskan atau
mendeskripsikan suatu keadaan atau peristiwa, objek, atau segala sesuatu yang
terkait dengan variabel-variabel yang bisa dijelaskan baik dengan angka-angka
maupun dengan kata-kata.51
Jadi, metode kualitatif merupakan metode penelitian yang dalam
pelaksanaannya dilakukan pengamatan terhadap suatu keadaan atau peristiwa,
objek, atau segala sesuatu yang berlangsung dalam situasi wajar. Kemudian, hasil
dari pengamatan itu dilakukan analisis yang pada akhirnya dituangkan lewat katakata atau angka yang isinya menjelaskan atau mendeskripsikan keadaan objek
penelitian tersebut.
Penelitian dilakukan
dalam situasi
wajar
supaya
peneliti
dapat
menyesuaikan diri terhadap objek atau lingkungan yang akan diteliti. Serta,
diharapkan kegiatan penelitian tidak mengganggu konidisi biasanya atau kondisi
semula
sehingga
hasil
penelitian
yang
dilakukan
bisa
benar-benar
menggambarkan kondisi nyata objek yang diteliti.
50
Bogdan dan Taylor dalam Nuraida dan Halida Alkaf, Metode Penelitian Pendidikan,
(Tangerang: Islamic Research Publishing, 2009), h. 35
51
Punaji Setyosari, Metode Penelitian dan Pengembangan, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 39
44
45
Salah satu ciri dari penelitian kualitatif, yaitu responden yang berkembang
terus secara bertujuan sampai data yang dikumpulkan dianggap memuaskan.52
Selain itu, pada penelitian ini juga menghendaki peneliti atau dengan bantuan
orang lain sebagai alat utama pengumpul data.53 Jadi, dalam hal ini peneliti
sebagai instrumen penelitian. Sebab, peneliti tersebut harus terjun sendiri ke
lapangan mengumpulkan dan menganalisis data yang diperoleh.
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Studi kepustakaan (Library reseach), yaitu penelitian yang dilakukan
dengan cara membaca, mempelajari, dan meneliti buku-buku, dan
sumber lain yang berkaitan dengan tema skripsi.
2. Studi lapangan (field reseach), yaitu
penelitian
yang dilakukan
dengan mengkaji data-data yang diperoleh dari lapangan (SMP AlHasra), seperti observasi, uji materi, dan wawancara, serta data-data
sekolah yang diperoleh dari bagian Tata Usaha (TU) SMP Al-Hasra.
Dari segi penulisan, penulis berpedoman pada buku panduan penulisan
skripsi, tesis, dan disertasi yang diterbitkan oleh Tim Penyusun UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta: UIN Jakarta Press, 2008.
C. Objek Penelitian
Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati. Dengan demikian dalam penelitian ini yang menjadi objek
penelitian adalah peserta didik kelas VIII.3 SMP Al-Hasra yang berjumlah 31
orang.
D. Teknik Pengumpulan Data
Tekni atau cara pengumpulan data dan informasi yang digunakan dalam
penelitian ini, yaitu observasi, wawancara, dan uji materi. Informasi yang
52
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2008), h. 78.
53
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2007), h. 38.
46
diperoleh berbentuk dokumen dan catatan peristiwa yang kemudian diolah
menjadi data.
1. Jenis dan Sumber Data
Prosedur pengambilan data penelitian menggunakan dua jenis data,
yaitu:
a. Data primer, yaitu meliputi data-data yang diperoleh dari pihak SMP
Al-Hasra.
b. Data sekunder, yaitu data yang berupa kutipan-kutipan dari wawancara
maupun catatan lapangan yang kemudian dianalisis dengan suatu
metode.54
2. Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara:
a. Observasi, yaitu sebagai pengamatan dan pencatatan sistematik
terhadap gejala yang tampak pada objek peneliti. Pengamatan dan
pencatatan yang dilakukan terhadap objek di tempat terjadi atau
berlangsungnya peristiwa sehingga observasi berada bersama objek
yang diselidiki.55 Metode ini tidak memerlukan pengajuan pertanyaan
kepada responden.
Observasi dilakukan di SMP Al-Hasra dengan melakukan pengamatan
langsung terhadap proses pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan
hasil kerja yang diperoleh untuk menilai tingkat akurasi data dan
informasi yang disampaikan oleh setiap unit kerja yang dianggap perlu
dengan pertimbangan:
1) Adanya data atau informasi yang dinilai kurang layak atau
meragukan sehingga perlu diobservasi ke lapangan.
2) Adanya unit organisasi yang spesifik dan cenderung mengarah
kepada bentuk organisasi fungsional sehingga perlu pendalaman
lebih khusus untuk perumusan dan pengkajian.
b. Tes,
yaitu
cara
untuk
mendapatkan
hasil
penelitian
dengan
menggunakan seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada
54
Muhammad Shodiq dan Imam Muttaqien, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), h. 43.
55
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2007), h. 158.
47
seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban yang dapat
dijadikan dasar bagi penetapan skor angka.
c. Wawancara, sebagai alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan
pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Cara ini
bertujuan
untuk
mendapatkan
data
yang
dapat
menjelaskan
permasalahan peneliti. Wawancara yang diajukan kepada informan
semata-mata sebagai bahan kajian mendasar untuk mebuat kesimpulan.
Bagaimana pun pendapat banyak orang merupakan hal penting
meskipun tidak dapat dijamin validitasnya. Namun, semakin banyak
informasi, maka diharapkan dapat menghasilkan data yang semakin
akurat.
d. Dokumentasi, merupakan kegiatan penelitian dengan mengamati
berbagai dokumen yang berkaitan dengan topik dan tujuan penelitian.
Teknik ini sering disebut observasi historis. Dokumen yang telah
diperoleh kemudian dianalisis (diurai), dibandingkan dan dipadukan
(sintesis) membentuk hasil kajian yang sistematis, padu, dan utuh.
Metode ini dimaksudkan untuk mencari data-data tentang profil
lengkap SMP Al-Hasra, baik tentang sejarah beridirinya maupun
infrastruktur serta sumber daya manusia yang ada di dalamnya.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data ialah proses pencarian dan penyususnan data yang sistematis
melalui transkrip wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi yang secara
akumulasi menambah pemahaman peneliti terhad apa yang ditemukan.
56
Hal
tersebut dilakukan untuk mendapatkan pola hubungan yang sistematis mengenai
permasalahan yang diteliti sehingga bisa menyimpulkan suatu tema umum dari
hasil penelitian tersebut.
Penafsiran atau interpretasi tentunya menjadi bagian dari teknis analisis data
yang sangat penting. Dimulai dari memberikan makna dalam analisis,
menjelaskan pola atau kategori, sampai pada tahap mencari hubungan antara
berbagai konsep yang mencerminkan pandangan atau perspektif peneliti, dan
56
Bogdan dan Biklen dalam Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi
Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 83.
48
bukan kebenaran. Kebenaran penelitian masih harus dinilai oleh orang lain dan
diuji dalam berbagai situasi lain. Sebab itu, dalam penelitian ini digunakan alur
analisis data sebagai berikut:
1. Pengumpulan Informasi
Data atau informasi yang dikumpulkan meliputi tempat, pelaku, dan
kegiatan yang terjadi di lapangan.57 Data atau informasi tersebut didapat
melalui observasi langsung, wawancara, dan hasil uji materi.
2. Reduksi
Ini adalah langkah untuk memilih informasi mana yang sesuai dan
tidak sesuai dengan masalah penelitian.
3. Penyajian Data
Pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang memberikan
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
penyajian dalam data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif maupun
dalam bentuk grafik dan bagan.
4. Tahap Akhir
Penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan kegiatan di akhir
penelitian kualitatif. Pada tahap ini peneliti harus menyadari bahwa dalam
mencari makna, ia harus menggunakan pendekatan sistemik58. Yaitu
pencarian makna yang dilakukan dari kacamata informan dan bukan hanya
berdasarkan penafsiran peneliti seca subjektif.
57
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta,
Bumi Aksara, 2008), h. 83.
58
Ibid., h. 87.
BAB IV
HASIL PENELTIAN
A. Profil Sekolah
1.
Sejarah Singkat SMP Al-Hasra
Perubahan sosial budaya masyarakat Indonesia melalui proses yang
lebih dikenal dengan istilah “pembangunan nasional” tidak hanya
mempengaruhi tatanan fisik material dan sosiokultural saja, tetapi juga sangat
mempengaruhi kehidupan spiritual umat Islam di Indonesia. Dalam
perkembangan kehidupan sosial budaya seperti ini, agama (baca : Islam) yang
semula dianggap dan diharapkan berfungsi sebagai sumber inspirasi
kehidupan umat. Justru ditantang untuk menciptakan bentuk-bentuk ekspresi
dan institusi yang baru, yaitu ekspresi ataupun bentuk institusi yang sesuai
dengan perkembangan kebudayaan modern dewasa ini.
Kemampuan untuk melahirkan ekspresi dan institusi baru akan
membuat Islam mampu berperan dan bermakna bagi peletakan dasar-dasar
etika
kehidupan
umat
khususnya
umat
Islam.
Tetapi
sebaliknya,
ketidakmampuan agama menyesuaikan diri dengan perkembangan modern
akan berakibat pada semakin jauhnya umat dari agamanya, agama bisa-bisa
kehilangan makna ditengah-tengah kehidupan yang semakin sekuler ini. Dan
tampaknya gejala yang terakhir inilah yang umum terjadi pada dunia Islam
dewasa ini.
Sementara di sisi lain, umat Islam juga mempunyai agenda besar yang
perlu secara cepat diantisipai yaitu masalah kualitas sumber daya manusia.
Kualitas sumber daya manusia yang belum memungkinkan umat Islam
mengambil peran aktif dalam proses pembangunan. Umat Islam tidak lebih
sebagai pemakai hasil pembangunan daripada menjadi pelaku pembangunan
yang berpartisipatif.
Atas dasar pemikiran tersebut, timbulah cita-cita pada diri Bapak Haji
Hashuda. Seiring berjalannya waktu, pada tahun 1985/1986, untuk pertama
kalinya Yayasan Pendidikan Al-Hasra membuka Sekolah Menengah Pertama
49
50
(SMP) dengan nama SMP Al-Hasra dengan sarana fisik yang masih sangat
terbatas (1 ruang kelas dan 1 ruang kantor), dan tenaga edukatif yang bersedia
mengabdikan tenaga dan pikirannya secara ikhlas, pada tahun pelajaran
1985/1986 itu SMP Al-Hasra berhasil menerima siswa baru dengan jumlah
siswa 26 orang.
Pimpinan sekolah dan Dewan guru pada masa-masa awal berdirinya
Al-Hasra adalah :
Kepala Sekolah
: Muzahar Jalil
Dewan Guru
: Jefferson Al-Kafawi
Afrizal Dt. Majo Indo
Farid Hamzens
Sumitar
Saptani
Ir. Suwito
Komar Suparman
Rahmansyah
Hasyim Hasibuan
Sementara, kepemimpinan SMP Al-Hasra saat ini dipimpin oleh Sri
Nurhayati Apriliani, S.Pd. sejak tahun 2011 hingga sekarang. Dibantu oleh 30
orang tenaga pendidik dan kependidikan yang sesuai dengan latar belakang
pendidikannya. Dengan jumlah peserta didik sebanyak 324 orang untuk tahun
ajaran 2013/2014.
Disadari betul bahwa SMP Al-Hasra harus mampu berada di garda
paling depan perkembangan dunia pendidikan Indonesia, dan itu hanya
mungkin jika diikuti dengan kemampuan untuk mengantisipasi setiap
perkembangan sains dan teknologi yang didasari oleh nilai-nilai spiritual
51
islam yang kuat. Kesadaran itu kemudian dijabarkan dan dilaksanakan
melalui kerangka kerja yang terencana dan terprogram, baik menyangkut
pembinaan tenaga edukatif, peningkatan proses belajar mengajar maupun
penciptaan suasana yang kondusif bagi terselenggaranya proses pendidikan
dengan lancar dan tertib. Seiring dengan hal tersebut, Al-Hasra juga terus
melakukan peningkatkan sarana fisik setiap periodenya. Peningkatan tersebut
diharapkan dapat membantu terselenggaranya kegiatan pendidikan yang tertib
dan nyaman.
2. Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah
a. Visi
“Terwujudnya lulusan pendidikan dasar yang Islami, mampu
menguasai teknologi dan bahasa asing”
b. Misi
1. Melaksanakan pendidikan dasar sembilan tahun mengacu pada
Standar Nasional Pendidikan
2. Menanamkan aqidah Islam agar menumbuhkan kesadaran dalam
menjalankan ibadah dan mewujudkan perilaku akhlakul karimah
3. Meningkatkan kemampuan penguasaan teknologi dan bahasa
asing
4. Mengembangkan potensi peserta didik di bidang akademik dan
non akademik (pengembangan diri)
c. Tujuan
1. Terwujudnya pendidikan dasar sembilan tahun mengacu pada
Standar Nasional Pendidikan
2. Tercapainya pemenuhan 8 SNP secara bertahap sesuai dengan
kemampuan sekolah
3. Terwujudnya pelaksanaan ibadah oleh seluruh warga sekolah
52
4. Tercapainya kepribadian akhlakul karimah bagi seluruh warga
sekolah
5. Tercapainya keterampilan penggunaan teknologi
6. Tercapainya kemampuan berbahasa asing
7. Tercapainya peningkatan rata-rata kelulusan
8. Terwujudnya pengembangan kreativitas peserta didik dalam
bidang akademik dan non akademik
9. Tercapainya
peningkatan
7K
(keamanan,
kertertiban,
kedisiplinan, kekeluargaan, kerindangan, dan kesehatan)
3. Guru dan Tenaga Kependidikan
Guru dan tenaga kependidikan di SMP Al-Hasra merupakan orangorang yang bekerja sesuai dengan latar belakang ilmu pendidikan. Jadi, para
tenaga pendidik dan kependidikannya dapat bekerja secara profesional.
Berikut adalah data tenaga pendidik dan kependidikan di SMP Al-Hasra:
Tabel 4.1
Daftar Tenaga Pendidik dan Kependidikan SMP Al-Hasra
Tahun Pelajaran 2013/2014
No
1
NAMA GURU
Sri Nurhayati
Apriliani, S.Pd.
PENDIDIKAN &
JURUSAN/ THN
LULUS
Sopian Hadi, S.Si.
Ir. Hj. Urip Anjar
Winarni, MM.Pd.
S2~Universitas Ganesha
Manajemen Pend. / 2010
S1~Uhamka Jakarta
4
Andi Suhandi, S.Pd.
IPS / 1998
5
Izhar, S.Pd.
Kepala Sekolah/guru
IPS Terpadu
Wakil Kepala Sekolah
Bid. Kurikulum/guru
Biologi/PLH
Wakil Kepala Sekolah
Bid. Keuangan &
Sarpras/guru
Biologi
Wakil Kepala Sekolah
Bidang Humas/guru
IPS Terpadu
Pend. Sejarah / 1997
Biologi / 2007
3
MATA
PELAJARAN
S1~ IKIP Jakarta
S1~Univ. Pakuan Bogor
2
JABATAN
S1~Univ. Negeri Padang
Wakil Kepala Sekolah
Bidang Lab &
IPA Fisika
53
Teknik / 2002
S1~STKIP Padang
6
Vivi Elvia, S.Pd.
Pend. Bhs & Seni/ 1997
Perpus/guru
Koord.
Laboratorium/guru
B. Inggris
Guru
PAI (A)
Guru
Olahraga dan
Kesehatan
Guru
PAI (F)
Guru
PAI (Q)
Guru
PKn
Guru
Matematika
Guru
Bhs. Indonesia
Guru
Bahasa Inggris
Guru
TIK
Guru
Bahasa Inggris
Guru
TIK
Guru
Matematika/TIK
Guru
Matematika +
KTK
D3 Sarmud (Bakaloreat)
7
Sumitar Dahlan, B.A.
Da'wah / 1983
S1~ Ibnu Khaldun Bogor
8
Mansyur, S.Pd.
Ilmu Pendidikan / 2005
S1~IAIN Jakarta
9
Drs. Alam Semesta
Peradilan Agama/ 2002
S1~IAIN Jakarta
10
Dra. Efiwarni
Penyiaran A. Islam / 1993
S1~Uhamka Jakarta
11
Tedi Sediana, S.Pd.
Geografi / 2005
S1~Universitas Pamulang
12
Sulistyowati, S.Si.
Matematika / 2008
13
Herman , S.Pd.
S1~Univ. Matlaul 'Anwar
Banten
Bhs & Sas. Daerah/ 2006
S1~UIN Jakarta
14
Risawati, S.Pd.
Pend. Bhs & Seni/ 2007
S1
15
Siti Rohma, S.Kom.
Manaj. Informatika/ 2011
16
Hertika
Widyaningtyas, S.Pd.
S1~Uhamka Jakarta
Bahasa Inggris / 2010
S1~STKIP Arrahmaniyah
Depok
17
Edwin Effendhy
Pend. Kewarganegaraan /
2012
18
Wasta
S1~UIN Jakarta (Dalam
Proses)
Matematika
19
Nurfarida
Fikrotushohihah,
S.Pd.
S1~UIN Jakarta
Matematika / 2010
54
S1~UIN Jakarta
20
Suryani, S.Pd.
Guru
IPA Fisika/PLH
Guru
Bhs. Indonesia &
KTK
Guru
IPS Terpadu
Guru
IPS Terpadu
Guru
Bhs. Indonesia
IPA / 2009
S1~UIN Jakarta
21
Sri Sulastri, S.Pd.
Bahasa Indonesia
22
Rifki Faslika
S1~UIN Jakarta (Dalam
Proses)
IPS
23
Herman Suherman,
S.Pd.
S1~STKIP Arrahmaniyah
Depok
Pend. Kewarganegaraan /
2012
S1
24
Elis Hindayati
Bahasa Indonesia
25
Herman Suherman,
S.Pd.
S1~STKIP Arrahmaniyah
Depok
Tata Usaha
Bidang
Kesiswaan &
Kepegawaian
Pend. Kewarganegaraan /
2012
S1~UIN Jakarta
26
Suhendi, S.IP.
Perpustakaan
Ilmu Perpustakaan / 2009
SMA Al-Hasra
27
Nuryadi
Satpam
IPS /
SMK
28
Susi Rohyani
Adm. Perkantoran
Tata Usaha
Bidang
Keuangan & Operator
Sekolah
SMK Al-Hasra
29
Iwan Setiawan
Adm. Perkantoran
Tata Usaha
Bidang
Kurikulum &
Persuratan
SMK Al-Hasra
30
Iyan Pardiyana
Satpam
Sekretaris
Jumalah tenaga pendidik
24 orang
Jumlah tenaga kependidikan
6 orang
Total
30 orang
55
4. Siswa
Seiring dengan berjalannya waktu, peserta didik di SMP Al-Hasra
terus mengalami perkembangan. Selain dari jumlah peserta didiknya yang
bertambah, segementasi peserta didik yang mendaftar di sekolah ini juga
semakin beragam. Hal ini menyebabkan SMP Al-Hasra membuka kelas
reguler dan plus untuk memaksimalkan pelayanan pembelajaran. 1 kelas
untuk kelas plus dan 3 kelas untuk kelas reguler dibuka setiap tahun pelajaran
baru. Berikut adalah data jumlah rombongan belajar yang terdapat di SMP
Al-Hasra:
Tabel 4.2
Jumlah Rombel dan Jumlah Peserta Didik (Per Kelas) Tahun Pelajaran
2013/2014
Kelas
L/P
Jumlah
VII.1
VII.2
VII.3
VII.4
LAKI-LAKI
12
10
22
20
64
Perempuan
9
10
16
17
52
Jumlah
21
20
38
37
116
Kelas
L/P
Jumlah
VIII.1 VIII.2 VIII.3 VIII.4
LAKI-LAKI
9
9
20
19
57
Perempuan
9
8
15
16
48
Jumlah
18
17
34
35
105
56
Kelas
L/P
Jumlah
IX.1
IX.2
IX.3
IX.4
LAKI-LAKI
11
10
14
18
53
Perempuan
7
7
21
15
50
JUMLAH
18
17
35
33
103
L/P
TOTAL
VII,VIII,IX
LAKI-LAKI
174
Perempuan
150
JUMLAH
324
JUMLAH ROMBEL
KELAS
VII
VIII
IX
4
4
4
5. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan fasilitas yang secara langsung
maupun tidak langsung mendukung proses kegiatan belajar mengajar. Di
57
SMP Al-hasra, sarana dan prasarana pembelajaran merupakan salah satu hal
yang diberi perhatian lebih untuk dikembangkan. Hal ini bisa dilihat dari
lengkapnya fasilitas belajar yang ada di SMP Al-Hasra, baik sarana dan
prasarana yang digunakan secara bersama (digunakan seyayasan) maupun
sarana dan prasarana yang diberikan untuk setiap kelas.
Hal tersebut dilakukan untuk mendukung guru maupun peserta didik
mengembangkan cara belajar dan memaksimalkan proses belajar. Selain itu,
sarana dan prasarana juga diberikan untuk memaksimalkan pelayanan
pendidikan, baik dalam hal pengajaran maupun administrasi. (Data sarana dan
prasarana terlampir)
B. Proses Belajar Mengajar Menggunakan Media Audio Visual
1.
Meyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Sebelum penelitian, penulis terlebih dahulu membuat rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP). Dengan dibuatnya RPP terlebih dahulu,
penulis bisa mengetahui gambaran rekayasa pembelajaran seperti apa yang
hendak dilakukan, serta respon seperti apa yang hendak diterima peserta didik
terhadap rekayasa pemebalajaran tersebut.
Membuat
RPP
merupakan
tahap
yang
paling
menentukan
keberhasilan kegiatan pembelajaran. Sebab, dalam RPP memuat SK, KD,
tujuan, dan indikator yang ingin dicapai. Jadi, berdasarkan tujuan dan
indikator
tersebut
penulis
kemudian
mengembangkannya
dengan
mempertimbangkan komponen lain, seperti materi, metode, strategi, sumber
belajar, evaluasi, maupun media yang akan digunakan.
Dalam proses pembuatan RPP penulis mempertimbangkan komponen
pembelajaran. Komponen tersebut kemudian disesuaikan dengan karakter
peserta didik. Sebab, sehebat apapun sebuah strategi maupun media yang
digunakan, jika tidak disesuaikan dengan karakter peserta didik yang akan
diajarkan hasilnya tentu tidak akan efektif.
Pada penelitian ini, penulis mengajar di kelas VIII.3. Berdasarkan
penjelasan dari salah seorang informan, kelas ini termasuk peserta didik yang
memiliki kecenderungan audio dan visual dalam belajar. Artinya, peserta
58
didik di kelas VIII. 3 lebih kondusif jika dilibatkan dalam kegiatan
mendengarkan. Hal tersebut kemudian menjadi salah satu pertimbangan
penulis dalam membuat RPP.
2.
Menentukan Media Pembelajaran
Kegiatan yang selanjutnya dilakukan adalah memilih dan menentukan
video yang akan digunakan. Terkait dengan karakter peserta didik yang
cenderung lebih fokus pada media audio dan visual. Artinya, penulis harus
memilih video yang memiliki lompatan suara yang baik serta resolusi gambar
yang baik. Selain itu, isi video juga harus sesuai dengan tujuan dan indikator
yang akan dicapai.
Selain harus sesuai secara kognitif, video juga harus menarik secara
imajinasi dan motivasi. Dengan demikian, peserta didik akan mendapatkan
manfaat digunakannya media tersebut. Berikut adalah hasil observasi
pemilihan media.
a.
Evaluasi Media Video
Nama media
: Video drama Pengemis Masa Kini
Durasi
: 20 menit
Judul materi
: Apresiasi Pementasan Drama
Sasaran
: Kelas VIII.3
Tujuan
: Memberi gambaran nyata kepada peserta didik
tentang
kondisi
pertunjukan
mengidentifikasi
unsur-unsur
drama
serta
pertunjukan
drama.
Waktu pembelajaran
: Jam ke 5-6
1) Deskripsi Media
Sebuah video drama berjudul Pengemis Masa Kini. Video dengan
format VLC Media Player ini sebenarnya berdurasi 45 menit. Namun,
berdasarkan hasil suntingan yang disesuaikan dengan syarat-syarat
pemilihan media dan berdasarkan tujuan dan indikator yang akan dicapai,
maka video yang disajikan ke peserta didik hanya berdurasi 20 menit.
59
Video ini termasuk video buatan sendiri sehingga isinya bisa
disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan. Selain itu, video ini juga
sudah dilakukan proses editing sehingga adegan-adegan yang tidak perlu
atau tidak diinginkan sudah dibuang terlebih dahulu. Dengan begitu,
tayangan
video bebas dari penyimpangan yang tidak dapat diterima
peserta didik.
2) Sinopsis
Secara isi, video drama berjudul Pengemis Masa Kini (PMK)
berkisah tentang seorang tokoh bernama Euis yang memiliki latar
belakang pendidikan S1 (sarjana sastra) tetapi justru hidup sebagai
pengangguran yang hobinya hanya bersajak di kamar tidurnya. Hal
tersebut tentu membuat Ambu (ibu si Euis) merasa kesal dan geregetan
kepada anak semata wayangnya.
Karena pusing selalu diteriaki Ambu untuk mencari pekerjaan, Euis
pun mencoba mencari peruntungan. Tapi untung tidak dapat diraih,
malang tidak dapat ditolak. Euis malah bertemu dengan para pengemis
terselubung. Pada awalnya Euis tidak mengetahui kalau pekerjaan yang
ditawarkan adalah mengemis, jadi ia ikut-ikutan saja “yang penting dapat
uang banyak” katanya. Ternyata setelah dipertemukan dengan Bu Derek
(direktur para pengemis) akhirnya ia mengetahui kalau pekerjaan yang
kawan-kawan barunya maksud adalah pekerjaan mengemis.
Tidak punya pekerjaan, tidak punya uang, dimarahi Ambu,
pandangan
tetangga
yang
meremehkannya
sebagai
Sarjana
pengangguran, membuat Euis tidak memiliki alasan lain menolak
pekerjaan tersebut. Tanpa sepengetahuan Ambu dan Abah, Euis pun
menjadi pengemis di pasar-pasar atau di jalan-jalan.
Hingga akhirnya suatu ketika Ambu menemukan baju robek-robek
dan peralatan lain yang biasa Euis gunakan untuk mengemis. Dari situ
Ambu menjadi sedih dan kemudian mengungkapkan kekecewaannya
kepada Euis.
60
3) Peran Media Video
Dalam pembelajaran kali ini, video drama Pengemis Masa Kini
dimaksudkan untuk:
a) Memberikan pembelajaran pertunjukan drama mengenai gambaran
kondisi pertunjukan/panggung drama.
b) Selain itu, lewat video ini peserta didik juga diajak untuk
mengidentifikasi unsur pertunjukan drama yang dapat tergambarkan
dalam video drama tersebut.
c) Menyimak pertunjukan drama dan menanggapinya dalam diskusi
C. Efektivitas Penggunaan Media Audio Visual dalam Pembelajaran
Menyimak Drama
Setelah pengamatan dilakukan dan RPP juga telah dilaksanakan, penulis
kemudian melakukan uji efektivitas pembelajaran dengan menggunakan media
audio visual.
Uji Efektivtas dilakukan dengan mengamati perilaku peserta didik dalam
dinamika kelas dan mengadakan serangkaian tes tertulis berupa latihan soal.
Pengamatan terhadap perilaku peserta didik dilakukan untuk mengetahui sejauh
mana peserta didik berperan aktif dalam dinamika kelas dengan teman sejawatnya
dalam merespon dan mendiskusikan materi.
1. Uji Efektivitas Melalui Observasi (Pelaksanaan Kegiatan Mengajar)
Setelah melalui tahap pembuatan RPP dan pemilihan media
pembelajaran yang akan digunakan kemudian observasi, lalu masuk pada
tahap pelaksanaan kegiatan mengajar. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
secara nyata efektivitas penggunaan media pembelajaran secara kualitas
tercapai atau tidak.
Sebelum memulai pembelajaran, sambil menunggu peserta didik lebih
kondusif, guru terlebih dahulu mempersipakan media pembelajaran yang
akan digunakan, seperti menyiapkan laptop, speaker aktif, dan LCD
proyektor yang memang sudah tersedia di kelas. Setelah itu, masuk guru
kemudian membuka pelajaran.
61
Pada kegiatan awal, guru terlebih dahulu memulai pembelajaran
dengan mengajak peserta didik membaca basmallah
bersama-sama.
Dilanjutkan dengan mengecek kehadiran peserta didik. Setelah itu, guru
menanyakan materi di pertemuan sebelumnya. Peserta didik pun merespon
dengan sangat antusias. Kegiatan awal tersebut menghabiskan durasi 15
menit.
Masuk pada kegiatan inti. Guru memberitahukan tujuan dan indikator
di pembelajaran kali ini. Ketika guru menjelaskan bahwa materi hari ini
adalah apresiasi drama, peserta didik langsung merespon dengan antusias.
Pada pembelajaran kali ini guru menggunakan metode belajar problem
solving dengan bermain stik. Metode problem solving dipilih karena dalam
pembelajaran kali ini peserta didik diajak untuk memahami materi dimulai
dari sebuah permasalahan yang harus mereka pecahkan. Permasalahan yang
akan mereka bahas ada di dalam stik yang akan dibagikan. Sementara
jawabannya bisa mereka peroleh dari hasil diskusi dan menyimak video
drama. Jadi, metode ini dapat menghantarkan peserta didik pada perlunya
menyimak video drama yang akan ditayangkan.
Pembelajaran dimulai dengan membuat kelompok belajar yang terdiri
dari 5-6 orang perkelompok. Peserta didik menentukan anggota dan ketua
kelompok berdasarkan warna origami yang telah mereka pilih secara acak.
Setelah mendapatkan kelompok, peserta didik kemudian mendapatkan stik
berdasarkan warna origami kelompok mereka.
Di dalam stik tersebut sudah disiapkan sebuah pernyataan yang harus
dijelaskan atau diberi definisi beserta contohnya. Pernyataan tersebut
tentunya seputar materi drama yang akan diajarkan. Jadi, peserta didik diajak
untuk mencari sendiri terlebih dahulu, baik dari buku, diskusi dengan teman
kelompok, maupun bertanya langsung kepada guru.
Kegiatan tersebut berlangsung secara aktif namun tetap kondusif.
Guru menyiapkan hukuman bagi peserta yang memicu kegaduhan dengan
memberi tambahan stik, yang artinya akan ada materi tambahan yang harus
mereka selesaikan. Jadi, semua peserta mencoba menjaga suasana kelas agar
tetap kondusif supaya tidak ada yang dihukum.
62
Beberapa peserta didik ada yang bertanya langsung kepada guru untuk
meminta gambaran mengenai materi yang mereka terima. Sebab itu, guru
harus berkeliling mengontrol kelompok belajar tersebut supaya peserta didik
yang mungkin malu bertanya, bisa tetap mengungkapkan kebingungannya
terhadap materi yang diajarkan.
Setelah kurang lebih 15 menit digunakan untuk diskusi kelompok,
kemudian guru secara tiba-tiba menyuruh seluruh peserta didik untuk diam
sejenak dan memperhatikan video yang akan ditayangkan. Hampir semua
peserta didik kelihatan terkejut, karena mereka pikir mereka hanya akan
berdiskusi kelompok.
Guru meminta peserta didik untuk memperhatikan video drama PMK
secara seksama. Serta mencari contoh yang dibutuhkan setiap stik kelompok
dari tayangan pertunjukan drama PMK. Misalnya, kelompok merah mendapat
pernyataan „Properti‟, maka contoh mereka boleh menyebutkan contoh
properti yang digunakan dalam pertunjukan drama PMK tersebut.
Ketika video ditayangkan, semua peserta didik langsung diam dan
tidak ada yang berdiskusi. Sebagian peserta didik mencatat sambil
memperhatikan, sebagiannya menyimak tanpa mencatat, sebagiannya lagi
menyimak sambil kadang-kadang menjahili teman di sebelahnya.
Guru selalu memantau dan memberi petunjuk berupa penjelasan
kepada peserta didik bila dalam tayangan ada sesuatu yang membingungkan
peserta didik. Misalnya, ketika pertunjukan sampai pada tahap transisi
adegan, kemudian lampu dimatikan sehingga membuat layar menjadi gelap
beberapa saat peserta didik mengira kalau proyektornya mati. Di situ
kemudian guru menjelaskan bahwa itu adalah salah satu teknik pertunjukan
drama, salah satu fungsinya untuk mengkondisikan properti dan berganti
peran yang disebut black out.
Setelah tayangan usai, diskusi dilanjutkan dengan sisa waktu yang
diberikan 5 menit. Kesempatan ini banyak digunakan peserta didik untuk
melengkapi contoh maupun bertanya kepada guru tentang drama yang baru
saja ditayangkan.
63
Setelah itu, kemudian dibuka sesi presentasi antar kelompok selama
30 menit. Setiap kelompok harus maju dan menjawab tantangan stik yang
telah diberikan. Tidak lupa dalam presentasi itu harus juga disampaikan
tanggapan setiap kelompok mengenai tayangan drama yang telah disimak.
Sementara, kelompok lain menanggapi. Bagi kelompok yang tidak bisa
menjawab pertanyaan dari kelompok lain, atau kelompok penanya tidak
memiliki pertanyaan, maka mereka dihukum dengan berakting sesuai dengan
konteks yang diberikan penantang.
Peserta didik terlihat sangat antusias dan tertantang. Terlebih mereka
telah memegang jawaban dan pertanyaan yang mereka siapkan. Diskusi
berjalan dengan lancar, meskipun ada beberapa kelompok yang masih
sungkan dan malu berbicara di depan kelas. Suara yang kecil dan artikulasi
bicara yang tidak jelas yang mungkin membuat kelompok lain terkadang
tidak menyimak temannya yang sedang presentasi. Namun di situ guru
langsung tanggap dan membantu mengkondisikan kelas. Jadi, sedikit
kesempatan peserta didik untuk tidak menyimak kawannya.
Berdasarkan hasil diskusi dan presentasi kelompok, rata-rata peserta
didik menyimpulkan bahwa unsur intrinsik drama hampir sama dengan unsur
intrinsik yang diajarkan dalam cerpen maupun novel. Yang membedakan
hanya, pada drama mereka mengetahuinya dengan cara menyimak
pertunjukannya lalu bisa menangkap tema, latar, tokoh, dan lain-lainnya,
sementara dalam cerpen atau novel mereka hanya akan mengetahuinya jika
selesai
membaca
karya
tersebut.
Mereka
merasa
menonton
lebih
menyenangkan daripada membaca. Kemudian, 5 menit terkahir digunakan
untuk membuat kesimpulan bersama-sama dan melakukan penilaian.
Melalui jenis hukuman yang diberikan, guru juga dapat melihat
efektivitas penggunaan viedo drama. Hal ini dapat dilihat dari beberapa siswa
yang mendapat hukuman dan harus berakting. Penantang menyuruh lawannya
untuk memerankan tokoh Euis yang sedang membaca puisi, atau
memerankan tokoh Ambu yang sedang mengomeli Euis. Dengan begitu,
artinya peserta didik mendapat inspirasi dari tayangan yang mereka simak.
Berarti fungsi media secara kognitif dan imajinasi tercapai.
64
2. Uji Efektivitas Melalui Tes Tertulis
Tes tertulis (uji materi ajar) diberikan berupa latihan soal berisi 15
soal pilihan ganda dan 5 soal esay. Pertanyaan-pertanyaan tersebut berisi
seputar materi yang telah disampaikan dalam satu pertemuan tersebut (1 SK
dan 1 KD). Soal esay dimasukan karena materi yang disampaikan merupakan
materi tentang apresiasi pertunjukan drama. Jadi, dengan pertanyaan terbuka
dan terstruktur tersebut, penulis dapat mengetahui sejauh mana pemahaman
peserta didik terhadap materi yang telah disampaikan. Hal itu dapat dilihat
dari jawaban yang beragam yang diperoleh dari hasil wawancara penulis
dengan beberapa peserta didik.
Kedua hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan hasil uji efektivitas
yang valid dan didukung oleh deskripsi kondisi peserta didik, dan diperkuat
oleh hasil belajar peserta didik, yaitu berupa skor hasil tes.
Berikut adalah skor hasil latihan soal peserta didik pada materi
mengapresiasi drama dengan menggunakan media pembelajran audio visual
video drama:
Tabel 4.3
Hasil Uji Materi Peserta Didik
No.
Nama
Jumlah
Jumlah
Benar
Benar
PG
Esay
Total
Benar
Skor
1
Agung Beni Wijaya
14
10
24
96
2
Allyssa Fitri Caesarani
13
9
22
88
3
Andre Nurul Fallah
10
9
19
76
4
Ayudya Fauziah
13
6
19
76
Azzirah Salshadelia
13
10
23
92
13
9
22
88
5
Yusvita
6
Azura Zuhri Lazuardi
65
7
Della Amirra
11
8
19
76
8
Dimas Farhan
10
4
14
56
9
Dinah Ayu Afifi Suherman
13
10
23
92
10
Evrida Andrayani
13
8
21
84
11
Faisal Rahman
12
10
22
88
12
Firda
12
9
21
84
13
Ira Ghaitsa Zahira
13
9
21
84
Muhamad Arthur
13
10
23
92
14
Gunawan
15
M. Bima Nugraha Herby
12
7
19
76
Muhammad Fazlur
10
7
17
68
10
10
19
76
16
Rahman
Muhammad Jalaluddin
17
Akbar
18
Nabila Fitri Kharisma
13
10
23
92
19
Nada Mufidah
12
10
22
88
20
Nadhila Kusdianti
11
9
20
80
21
Nindhy Saphira
10
10
20
80
22
Novi Berliana Putri
12
10
22
88
23
Octari Ratnasari
12
9
21
84
24
Orlando Arya Saputra
10
9
20
80
25
Rifky Fathul Mubarok
11
9
20
80
26
Riyan Riarno
12
9
21
84
66
27
Rizki Rafly Rahmawan
7
9
16
64
28
Siti Zahra
12
10
22
88
29
Wisnu Aji Pradana Syafie
8
10
18
72
30
Ibrahim Pasya Danya Endo
11
10
21
84
31
Muhamad Nur Hidayah
14
10
24
96
11,6
9
20,6
82,3
Rata-rata
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai rata-rata peserta didik
pada pelajaran ini sebesar 82,3. Dengan standar KKM pelajaran Bahasa
Indonesia 75, maka dikatakan nilai rata-rata tersebut melampaui KKM.
Artinya, pada pembelajaran „mengapresiasi drama‟ dengan menggunakan
media audio visual drama sudah tuntas mencapai indikator dengan nilai ratarata 82, 3.
Selain itu, dilakukan juga wawancara untuk mengetahui efektivitas
penggunaan media audio visual dalam pembelajaran drama. Pertanyaan yang
diajukan seputar kesesuaian media audio visual dengan materi pelajaran dan
daya tangkap peserta didik terhadap materi yang disampaikan.
Penulis mengambil tiga orang untuk menjadi informan dalam penelitian
ini. Informan pertama yaitu peserta didik yang mendapat nilai tertinggi.
Informan ke dua yaitu peserta didik yang memperoleh nilai tengah. Informan
ke tiga merupakan peserta didik yang memperoleh nilai terendah. Ketiga
informan tersebut diperoleh berdasarkan hasil tes tertulis yang dilakukan usai
pembelajaran.
D. Pendukung Efektivitas Penggunaan Media Audio Visual dalam
Pembelajaran Menyimak Drama
Berdasarkan hasil uji efektivitas berupa pengamatan dan latihan soal
yang dilakukan kepada peserta didik, serta wawancara yang dilakukan dengan
peserta didik dan guru di sekolah, diperoleh hal-hal yang mendukung
efektivitas penggunaan media audio visual sebagai berikut:
67
1.
Terpenuhinya Komponen Pembelajaran Secara Maksimal
a.
Tujuan
Dalam kriteria memilih media pembelajaran, salah satu yang
menjadi
kriterianya
adalah
kesesuaian
media
dengan
tujuan
pembelajaran. Guru harus mampu menerjemahkan tujuan pembelajaran
yang ada dalam silabus untuk kemudian disusun menjadi RPP. Setelah
guru mengetahui kompetensi yang ingin dicapai dalam pembelajarannya,
kemudian guru baru bisa menentukan jenis media yang sesuai dengan
tujuan pembelajarannya.
Dalam pembelajaran drama ini, tujuan pembelajaran yang hendak
dicapai adalah peserta didik mampu menentukan serta menanggapi
unsur-unsur pementasan drama. Drama merupakan bentuk sastra yang
mempertunjukkan tingkah laku manusia, mulai dari cara manusia
tertawa,
marah,
bersedih,
bahkan
bahagia.
Berdasarkan
tujuan
pembelajaran dan bentuk sastra yang akan dipelajari, video drama dipilih
sebagai media pembelajaran yang dapat memberikan gambaran atau
contoh mengenai kondisi dan situasi peanggung pertunjukan drama.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan informan dari
peserta didik, dua dari tiga informan mengatakan bahwa drama
merupakan materi pelajaran yang sulit.
Sulit. (Informan III)
Agak sulit awalnya, tapi lama-lama ngerti. ... dengan
melihat video, materi menjadi lebih jelas. (Informan I)
Namun, mereka menyebutkan bahwa video memang membantu mereka
dalam memahami materi drama. Artinya, tujuan digunakannya media
untuk membantu peserta didik dalam memahami materi tercapai.
Selain itu, ketercapaian tujuan pembelajaran juga tercermin ketika
peserta didik mampu menjelaskan kembali materi yang diajarkan. Seperti
mampu
menyebutkan
unsur-unsur
pertunjukan
drama,
mampu
menyertakan contoh, serta mampu menyanggah maupun menambahkan
ketika mendiskusikan unsur-unsur pertunjukan drama.
68
Dengan
demikian,
guru
dianggap
berhasil
dalam
menginterpretasikan tujuan pembelajarannya yang digambarkan dalam
sebuah kegiatan belajar mengajar. Ini membuktikan bahwa peran media
audio visual dalam materi pelajaran ini efektif sebegai sumber belajar.
b.
Metode
Berkaitan dengan penggunaan media dalam pembelajaran,
kelengkapan fasilitas belajar yang ada di SMP Al-Hasra pada umumnya
dapat mengubah persepsi peserta didik terhadap penggunaan media audio
visual dalam pembelajaran. Di sekolah ini, media audio visual sering
digunakan untuk mengisi waktu luang setelah materi pelajaran selesai,
atau lebih tepatnya sering digunakan sebagai sarana untuk rileksasi dari
setumpuk rutinitas belajar yang dilakukan.
Manfaatnya, peserta didik jadi terbiasa mengkondisikan diri jika
dalam pembelajaran dilibatkan media audio visual. Peserta didik jadi
lebih mudah menciptakan suasana kelas yang kondusif. Sementara,
dampak negatifnya adalah peserta didik sering malas mencatat hal-hal
penting dari video yang ditayangkan. Peserta didik justru ketagihan
menonton video tersebut dalam pembelajaran-pembelajaran selanjutnya,
sehingga menganggap pembelajaran tidak lebih menarik tanpa media
tersebut.
Berdasarkan hasil observasi tersebut maka dipilihlah metode
belajar diskusi kelompok dengan problem solving menggunakan media
stik. Karakter peserta didik di sini juga sangat suka berkompetisi. Jadi,
metode diskusi untuk memecahkan suatu masalah sangat efektif
digunakan supaya peserta didik bisa fokus pada video untuk
menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru. Hal ini terbukti ketika
stik yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab secara
kelompok dibagikan, peserta didik menyimak video dengan penuh
perhatian.
Salah seorang informan juga menyampaikan bahwa pembelajaran
dengan menggunakan media audio visual yang dikombinasikan dengan
69
metode diskusi membuat mereka lebih mudah memahami materi
pelajaran.
Metode diskusi lebih cocok. Sebab, bisa membuat peserta
didik saling bertukar pikiran tentang materi yang mungkin hanya
disimak sekali jalan. Itu akan menjadi baik karena peserta didik
akan belajar sigap dan disiplin dalam menangkap materi,
sehingga tidak ada waktu yang terbuang-buang dalam belajar.
(Wawancara dengan guru Bahasa Indonesia)
Video yang tampilnya hanya sekali jalan membuat peserta didik
harus memperhatikan dengan baik pesan yang disampaikan oleh video
tersebut. Sementara diskusi membuat mereka saling bertukar pendapat
dan pemikiran mengenai pesan yang termuat di dalam tayangan tersebut.
Ini membuat mereka merasa tidak ada waktu untuk bermalas-malasan
karena ada banyak kegiatan berantai yang terjadi di kelas.
Berdasarkan kutipan wawancara tersebut, dapat disimpulkan
bahwa penggunaan media audio visual bisa efektif jika guru bisa
menyajikan media tersebut kepada peserta didik sesuai dengan porsinya
(kesesuaian waktu dan pesan). Guru juga harus bisa mengoptimalkan
penggunaan media audio visual dengan metode belajar yang sesuai.
Semua itu perlu dilakukan agar peserta didik bisa tetap fokus pada tujuan
utama penggunaan media, yaitu sebagai media belajar.
c.
Isi/materi
Menyusun materi dan memilih metode belajar yang menjadikan
peserta didik sebagai pusat pembelajaran memang bukan hal mudah.
Tapi dengan memperbanyak komunikasi dengan peserta didik, peneliti
jadi mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami peserta didik dalam
memahami materi pelajaran.
Sebagian besar peserta didik merasa bahwa belajar dengan
menggunakan media audio visual membantu mereka mengatasi
kejenuhan dalam memahami materi yang ada dalam buku teks. Wacana
yang berparagraf-paragraf, halaman yang berlembar-lembar, serta
penjelasan yang dianggap membosankan membuat peserta didik
70
cenderung menjadi malas memahami materi secara mandiri karena
menghindari membaca.
Video yang ditayangkan padahal berisi seputar materi yang ada
dalam buku teks. Hanya saja materi tersebut dikemas oleh guru dengan
metode belajar yang beragam sehingga peserta didik tidak merasa belajar
adalah aktivitas yang membebani. Saat diajak untuk melihat kembali ke
buku teks, peserta didik pun menyadari bahwa materi drama yang mereka
pelajari hari itu dari media audio visual ternyata tertera di buku teks
mereka. Berikut adalah tanggapan salah seorang informan yang diminta
peneliti untuk membuka materi yang ada dalam buku teks.
“Menurut saya, materi yang disampaikan dalam media
audio visual sama dengan materi yang ada di buku paket, tetapi
lebih banyak yang dari video dan diskusi. Sebagiannya lagi ada
di buku paket.” (Wawancara dengan Informan I)
Jadi,
berdasarkan
pernyataan
dari
informan
I
tersebut
menunjukkan bahwa media audio visual pada dasarnya memberikan
pesan (materi) sesuai dengan yang ada dalam buku teks. Hanya saja
dalam penyajiannya dikemas sedemikian rupa dengan tujuan membuat
peserta didik lebih tertarik dan aktif, sehingga membuat peserta didik
lebih kerasan dalam belajar.
Lebih dari itu, media audio visual bahkan dihadirkan ke dalam
kelas untuk memberikan wawasan yang lebih luas mengenai suatu
konsep. Contohnya, dalam materi drama, peserta didik dapat mengetahui
panggung pementasan drama dan aktivitas yang terjadi di atas panggung
drama dengan menontonya melalui video. Itu artinya video dapat
memberikan materi lebih dari yang ada di buku tapi tetap tidak keluar
dari konteks materi.
Salah satu informan juga memaparkan bahwa penggunaan video
dalam pembelajaran membantu ia dalam memahami materi-materi yang
71
dianggap sukar jika hanya dilakukan dengan cara ceramah atau membaca
dari buku.
“Belajar
dengan
menggunaan
media
audio
visual
membantu saya untuk lebih memahami materi kerena dengan
melihat video, materi menjadi lebih jelas daripada hanya
membaca dari buku ... .“ (Wawancara dengan Informan I)
Teori yang pada awalnya membosankan dan cenderung formal,
dengan penggunaan media audio visual, belajar tentang teori atau suatu
konsep membuat pengetahuan dan pemahaman peserta didik menjadi
lebih luas. Mereka jadi lebih banyak memiliki contoh-contoh konkrit,
serta memiliki pendapat yang beragam mengenai suatu teori atau konsep.
Jadi, media audio visual dalam pembelajaran menyimak drama ini
memang sengaja dihadirkan kepada peserta didik untuk memberikan
pengetahuan yang lebih luas. Membuat peserta didik memahami materi
pelajaran secara mandiri. Serta menjadikan materi yang dipelajari dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
d.
Evaluasi
Selain melakukan evaluasi pengajaran, guru juga perlu melakukan
evaluasi terhadap media yang digunakan dalam pembelajaran. Hal ini
dilakukan supaya pembelajaran dengan menggunakan media bisa lebih
efektif dan terkontrol.
Setelah melalui tahap pemilihan media, lalu penggunaan media,
kemudian masuk pada tahap evaluasi media dalam pembelajaran. Untuk
memastikan hal tersebut, penulis melakukan pengamatan ketika peserta
didik menyimak, berdiskusi, serta melakukan aktivitas lainnya selama
pelajaran berlangsung. Hal tersebut dilakukan supaya evaluasi yang nanti
diberikan di akhir pelajaran bisa diberikan dengan tepat. Dengan
demikian, peserta didik betul-betul mampu mencapai indikator yang telah
ditentukan.
Indikator yang digunakan untuk mengetahui suatu pembelajaran
efektif atau tidak, yaitu peserta didik aktif dalam dinamika pembelajaran
72
di kelas. Setelah itu nilai akhir yang diperoleh peserta didik mencapai
KKM yang telah ditentukan.
“Kalau kompetensi dasar dan indikator sudah tercapai
berarti
penggunaan
media
audio
visual
dalam
suatu
pembelajaran sudah efektif. Namun, ketercapaian tersebut bukan
hanya dilihat dari nilai secara tertulis. Tetapi dari pemantauan
guru terhadap kemampuan anak dalam pembelajara tersebut
secara kualitas sudah tercapai atau belum.” (Wawancara dengan
Wakil Bidang Kurikulum)
Berdasarkan kutipan wawancara tersebut, dijelaskan bahwa
evaluasi
penggunaan
media
audio
visual
dilakukan
dengan
mempertimbangkan proses penggunaan sampai pada perolehan nilai dari
tes akhir. Dengan begitu, hasil evaluasi yang diperoleh berasal dari
pengamatan yang menyeluruh.
Selain itu, evaluasi tersendiri juga dilakukan terhadap media
audio visual. Berdasarkan hasil pengamatan penggunaan video drama
ketika kegiatan belajar mengajar menggunakan video berlangsung, hasil
evaluasi
menunjukkan
bahwa
video
drama
yang
ditayangkan
tampilannya baik, serta keterkaitan isi video dengan materi pelajaran juga
baik.
Media audio visual tepat digunakan untuk materi drama karena
dalam drama memuat unsur dialog (audio) dan akting (visual). Jadi,
dalam
pembelajaran
drama,
video
membantu
guru
dalam
mendemosntrasikan drama itu sendiri. Selain itu, media audio visua
digunakan dalam pembelajaran karena memuat nilai afektif yang lebih
banyak. Lalu, disusul dengan muatan nilai psikomotorik dan kognitif.
Jadi, seefektif apapun pembelajaran yang menggunakan media
audio visual, tetap akan ada hal-hal yang perlu dievaluasi terkait dengan
dinamika peserta didik sebagai penggunanya. Guru sebagai penyaji
sekaligus evaluator harus jeli melihat perubahan itu. Dengan demikian,
hasil evaluasi pada akhirnya bisa menjadi barometer keberhasilan
73
penggunaan media maupun keberhasilan pembelajaran peserta didik yang
valid.
2.
Kondisi Belajar
Salah satu yang menyebabkan efektifnya pembelajaran adalah kondisi
belajar. Kondisi belajar secara internal terkait dengan keadaan peserta didik,
seperti kesiapan peserta didik menerima pembelajaran, waktu yang telah
diluangkan sebelumnya untuk mengulang pelajaran di rumah, dan keadaan
perasaan si pembelajar. Ini tentu akan mempengaruhi penerimaan pesan yang
disampaikan guru kepada peserta didik.
Contoh dari kondisi belajar yang tidak baik ditemukan peneliti pada
peserta didik yang juga sebagai informan III. Ketika mengikuti pembelajaran,
informan III sedang dalam keadaan tidak mood belajar sehingga ia mengakui
tidak fokus dalam menyimak pelajaran.
Menyimak, tapi tidak terlalu ingat karena saya kemarin
sedang tidak fokus menyimak pelajaran. Mungkin akan bagus dan
menarik kalau saya sedang mood belajar. (Wawancara dengan
informan III)
Pernyataan tersebut menunjukkan bawa peserta didik sedang dalam
kondisi psikologis, tidak mau membuka dirinya untuk menerima pelajaran.
Ciri-ciri psikologis seperti ini mengidentifikasikan adanya sesuatu yang
sedang membebani diri seseorang sehingga membuat pikirannya tidak bisa
fokus. Sebab itu, materi yang disampaikan juga tidak sepenuhnya bisa
diterima dengan baik. Ini menunjukkan bahwa faktor internal si pembelajar
juga sangat mempengaruhi penerimaan pesan (materi) yang disampaikan.
Selain itu, diakui juga bahwa sebelum belajar di kelas, informan III
tidak pernah meluangkan waktu untuk mengulang pelajaran di rumah. Sebab
itu, ketika materi disampaikan, ia tidak bisa berpartisipasi secara maksimal
seperti kawan-kawannya yang lain terutama ketika berdiskusi. Ini juga yang
kemudian ia akui sebagai alasan nilai ujian tertulisnya mendapat nilai paling
kecil.
74
Berbeda dengan informan III, informan I yang sudah meluangkan
waktu belajar di rumah sebelumnya, ketika mengikuti pelajaran pun ia merasa
gembira. Dengan begitu ia merasa nyaman dalam belajar sehingga ia
mengikuti pelajaran dengan pikiran dan hati terbuka.
“Saya jadi semangat belajarnya sebab cara belajarnya
berbeda.” (Wawancara dengan informan I)
Kutipan wawancara tersebut menjelaskan bahwa faktor internal
pembelajar, seperti keadaan hati yang baik dan persiapan menerima materi,
mempengaruhi penerimaan materi. Ini bisa dilihat dari keaktifan peserta didik
dalam proses pembelajaran. Nilai tes yang diperoleh pun sangat memuaskan.
Selain itu, belajar juga dipengaruhi oleh kondisi eksternal, yaitu hal di
luar diri si pembelajar, seperti keadaan kelas yang rapih dan bersih, serta
ketersediaan fasilitas belajar. Keadaan kelas yang kotor dan posisi duduk
peserta didik tidak teratur akan membuat mereka tidak konsentrasi dalam
belajar.
Hal yang biasanya terjadi akibat posisi duduk yang tidak ideal adalah
peserta didik akan sering berpindah-pindah tempat duduk. Saat ia menyimak
ia duduk di belakang, kemudian saat ia harus mencatat tulisan dari papan tulis
ia pindah duduk ke depan. Ini biasanya terjadi karena letak papan tulis tidak
sesuai dengan posisi duduk peserta didik atau pun ukuran papan tulis tidak
sesuai dengan jumlah peserta didik dalam satu kelas.
Selain itu, keadaan kelas yang kotor juga turut mempengaruhi
keefektifan kelas. Guru dan peserta didik pun akan tidak nyaman. Hal ini
biasanya terjadi di awal pembelajaran. Ketika guru membuka pembelajaran,
guru biasanya meminta peserta didik untuk memungut sampah-sampah yang
ada di sekitar mereka, dan peserta didik cenderung akan merasa terbebani
karena malas memungutnya. Selain guru akan kehilangan beberapa menitnya
karena digunakan untuk operasi semut, peserta didik juga biasanya
kehilangan motivasi belajar karena menganggap mereka mendapat hukuman
di awal pembelajaran.
75
Pada akhirnya, semua kejadian itu berpotensi menimbulkan kegaduhan
kelas. Ini tentu akan mengganggu sebagian peserta didik yang sudah siap
menerima pelajaran. Itu artinya, kondisi belajar eksternal yang tidak nyaman
turut mempengaruhi kondisi internal peserta didik secara individu.
Di SMP Al-Hasra belum lama ini telah dilakukan Gerakan Bersih yang
digagas oleh Bpk. Andi Suhandi, S.Pd selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang
Humas. Kegiatan tersebut mempelopori terciptanya kondisi sadar kebersihan,
baik yang dilakukan oleh peserta didik, dewan guru, maupun tenaga
kependidikan. Semua personil sekolah turut terlibat dalam Gerakan Bersih
tersebut.
Hal inilah yang mendukung keadaan sekolah yang bersih dan ruang
belajar yang nyaman. Dari CCTV yang dipasang di area-area tertentu
memungkinkan guru dapat memantau siapa saja peserta didik yang
membuang sampah sembarangan. Dengan begitu, keadaan ruang kelas yang
bersih dan rapih bisa dirasakan oleh peserta didik. Jadi, ketika pembelajaran
dimulai, guru tidak kerepotan mengkondisikan ruang kelas agar bersih dan
teratur, peserta didik pun otomatis menjadi nyaman belajar.
Berdasarkan pernyataan tersebut, disimpulkan bahwa guru harus sering
memotivasi peserta didik guna membangun kondisi belajar internal yang
baik. Hal ini perlu dilakukan untuk mengingatkan kepada peserta didik
tentang cita-cita dan harapan-harapan yang mungkin baru mereka bangun
sebatas di dalam hati saja. Jika peserta didik sudah semangat tentu mereka
akan mengikuti semua aturan yang guru intruksikan, salah satunya
meluangkan waktu untuk mengulang pelajaran di rumah dan menciptakan
kelas yang bersih dan kondusif.
3.
Skill
dan
Kreativitas
Guru
dalam Mengembangkan
Media
Pembelajaran
Di zaman yang serba pesat perkembangan teknologi seperti ini, tentu
membuat sebagian besar orang mampu mengoperasikan sebuah perangkat
teknologi. Begitu pun dengan pengoperasian perangkat audio visual berbasis
komputer. Tapi nyatanya tidak semua orang mampu mengintegrasikan dan
76
mengembangkan penggunaan atau pemanfaatan audio visual sebagai media
pembelajaran.
Guru bidang studi Bahasa Indonesia sendiri mengakui bahwa memang
dibutuhkan keahlian khusus untuk bisa mengoperasikan media pembelajaran
yang melibatkan beberapa alat pendukung, seperti speaker aktif dan DVD
player ataupun laptop. Dengan begitu pembelajaran akan efektif dan efisien.
Namun, jika penggunaan media pembelajaran tidak didukung dengan skill
yang demikian, penggunaan media tersebut menjadi tidak efektif dan tidak
efisien.
“Penggunaan media audio visual tidak sulit. Tapi cukup
menyulitkan. Sebab saya bukan orang yang ahli dalam hal
teknologi.“ (Wawancara dengan guru Bahasa Indonesia)
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, diperoleh fakta yang
menunjukkan bahwa di SMP Al-Hasra sendiri terdapat terdapat sekitar 10%
guru yang masih jarang atau bahkan tidak menggunakan media terutama
audio visual dalam pembelajaran. Hal ini disebabkan oleh kesibukan guru
dalam memenuhi jam mengajar serta usia yang sudah tidak muda membuat
beberapa guru mengalami keterbatasan dalam memanfaatkan media terutama
media audio visual dalam mengajar. Tidak memiliki waktu luang untuk
secara khusus mempelajari komputer beserta aplikasi yang ada di dalamnya,
serta keterbatasan usia yang sudah tidak muda membuat pemanfaatan media
audio visual sebagai media pembelajaran tidak dimanfaatkan secara optimal
atau bahkan sama sekali tidak digunakan dalam pembelajaran karena
dipandang akan merepotkan.
Setelah dilakukan penelitian, peneliti mendapati bahwa peserta didik di
SMP Al-Hasra pada dasarnya memang merupakan siswa-siswi dengan
prestasi akademis yang baik. Hal ini dibuktikan dengan catatan prestasi
belajar yang baik dan kemampuan menerima pelajaran yang baik pula.
Sehingga ketika dalam pembelajaran dilibatkan media pembelajaran atau
tidak, peserta didik tetap bisa menerima materi dengan baik.
77
Namun, hal ini harusnya tidak membuat guru lantas berpuas diri. Dalam
rangka menjawab segala tantangan perkembangan zaman, guru harus bisa
menjadi contoh pengguna teknologi yang baik bagi peserta didiknya. Salah
satunya dengan mengajarkan kepada peserta didik mengenai pemanfaatan
teknologi sebagai media belajar, contohnya video drama yang dapat diunggah
dari internet.
Selain sudah memanfaatkannya dalam pembelajaran di kelas, guru juga
bisa semakin menambah pengetahuannya mengenai teknologi komputer.
Sebab, dewasa ini teknologi cepat sekali mengalami perkembangan, terutama
aplikasi komputer.
Video sebagai media yang paling dekat dengan masyarakat, diharapkan
bukan hanya menjadikan guru sebagai pengguna, melainkan juga sebagai
pengembang pemanfaatan media audio visual. Hal tersebut dilakukan supaya
penggunaan video dapat dimaksimalkan manfaat positifnya oleh masyarakat,
terutama sebagai media pembelajaran.
Selain itu, tidak sedikit para orang tua murid yang rela merogoh kocek
lebih dalam demi menyekolahkan anak mereka di tempat yang dianggap bisa
memberikan fasilitas teknologi yang terbaik.
“Orang tua murid mana yang mau nyekolahkan anakanaknya dengan biaya yang besar sementara guru yang
mengajari anaknya hanya mengandalkan mengajar dengan cara
yang tradisional? Selain guru akan ditinggalkan oleh peserta
didiknya,
sekolah
juga
akan
dianggap
tidak
mengikuti
perkembangan zaman.” (Wawancara dengan Wakil Bidang
Kurikulum)
Kutipan tersebut jelas menjelaskan bahwa kemajuan pola pikir masyarakat
juga turut mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap pendidikan sebagai
investasi masa depan. Mengeluarkan uang lebih banyak asal setimpal dengan
fasilitas dan pelayanan yang diperoleh dari sebuah sekolah lebih utama
daripada menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah yang memiliki
78
kualitas standar dengan biaya yang standar hanya supaya anak-anak mereka
mendapat pengalaman menjadi pelajar.
Ini kemudian mengarah pada tuntutan guru untuk menjadi sosok yang
profesional dan mengembangkan profesionalitasnya, di antaranya dengan
selalu
memperbaharui
kemampuan
teknologi
dan
mengembangkan
kreativitasnya. Salah satunya yaitu mengintegrasikan media audio visual
dalam pembelajaran dan menerapkan metode belajar dengan berpusat pada
keaktifan peserta didik.
Bagi kebanyakan orang yang memang sudah menguasai penggunaan
teknologi, mengintegrasikan media pandang dengar dengan perangkat keras
lainnya bukanlah hal yang sulit atau memberatkan. Namun, bagi mereka yang
tertinggal dalam hal penguasaan teknologi, ini memang merupakan pekerjaan
yang cukup rumit. Tapi diharapkan semangat untuk terus belajar tetap ada.
Antusiasme yang baik juga ditunjukkan oleh guru Bahasa Indonesia
lewat ungkapannya dalam wawancara yang peneliti lakukan,
Saya termasuk tipe guru yang mengajar dengan cara
tradisional, tetapi saya tidak menutup diri untuk mengikuti
perkembangan. (Wawancara dengan guru Bahasa Indonesia)
Artinya, perkembangan teknologi yang terjadi memang harus disikapi optimis
oleh masyarakat dewasa ini, termasuk oleh guru profesional. Jadi, tidak
menutup kemungkinan untuk belajar dan berlatih mengoperasikan sistem
komputer dalam proses pengelolaan kelas maupun dalam memproses
adminstrasi siswa.
Pada akhirnya, pengajaran dengan melibatkan media audio visual hanya
akan menjadi efektif jika guru itu sendiri membekali dirinya dengan
kemampuan dasar teknologi informasi. Dengan begitu, guru baru bisa
mengkombinasikan berbagai media ke dalam kelas dengan efektif. Guru juga
dituntut untuk selalu mengembangkan kemampuan tersebut supaya selalu
dapat
mengikuti
perkembangan
teknologi
pengembangan profesionalitas profesi keguruan.
mutakhir
sebagai
upaya
79
4.
Pemilihan Media Pembelajaran yang Sesuai
Pada dasarnya, penggunaan media dalam pembelajaran sudah
merupakan bentuk usaha kreatif dari seorang guru. Di tengah-tengah
kewajibannya melaksanakan tugas mengajar dan administrasi, guru masih
meluangkan waktu untuk memilih dan memilah cara atau pun jenis media
yang menarik dan bisa disertakan dalam skenario mengajar di kelasnya. Salah
satunya adalah memilih dan melibatkan media audio visual dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia.
Siapapun bisa melibatkan media dalam pembelajaran, namun tidak
semua mampu memadupadankan media yang sesuai dengan tujuan materi
pelajaran dan segmentasi peserta didik. Terlebih lagi jika media itu
dihadirkan sebagai sumber belajar. Berdasarkan hasil observasi dan
wawancara yang penulis lakukan dengan narasumber, diperoleh fakta bahwa
penggunaan media pembelajaran terutama audio visual merupakan media
yang cukup sulit digunakan di dalam kelas.
Kesulitan ini tentunya mengarah pada persoalan penentuan jenis media
pembelajaran itu sendiri. Salah seorang guru Bahasa Indonesia di SMP AlHasra dalam wawancaranya mengungkapkan bahwa untuk menentukan jenis
media yang akan digunakan dan teknis pelaksanaan penggunaannya saja
sudah membuat ia sendiri cukup kesulitan.
Contoh kasus yang dialami, yaitu dalam penggunaan media audio
visual berupa video drama, kesulitan pertama yang dirasakan adalah jika guru
memilih media audio visual, guru harus memilih video yang secara fisik
beresolusi baik, memiliki suara yang jelas, dan transmisi yang baik.
Kemudian secara isi harus sesuai dengan segmentasi peserta didik dan
mempertimbangkan pesan yang terkandung di dalam tayangan video tersebut.
Misalnya, memilih video drama yang ringan untuk peserta didik SMP kelas
VIII supaya penyimaknya tidak kebingungan memahami tayangan tersebut.
“Tidak akan ada dampak negatif selama kita benar-benar
memilah media audio visual terutama memilih video drama yang
sesuai dengan segmentasi anak. Disesuaikan dengan usia dan
80
daya tangkap peserta didik.” (Wawancara dengan guru Bahasa
Indonesia)
Jadi, guru harus benar-benar memastikan kalau video yang ditayangkan
tidak terkandung hal negatif yang tidak diinginkan. Selain itu, media audio
visual tidak boleh menyulitkan peserta didik dalam menangkap pesan
(materi) yang terkandung dalam media tersebut, sebab media kegunaannya
justru harus memudahkan peserta didik dalam memahami suatu materi. Itu
artinya, video yang hendak diberikan harus disesuaikan betul-betul dengan
segmentasi peserta didik sehingga pesan (materi) bisa tersampaikan dengan
baik kepada peserta didik.
Persoalannya sekarang adalah semakin jarangnya koleksi video drama
yang dimiliki sekolah karena semakin minimnya drama yang dibuat khusus
untuk pembelajaran di jenjang SMP. Lebih banyak drama dibuat untuk
keperluan seni yang memiliki tingkat kesulitan pemahaman yang tinggi. Guru
Bahasa Indonesia SMP Al-Hasra termasuk guru yang mengalami kesulitan
tersebut.
“Memang ribet, sebab kita harus terlebih dahulu memiliki
atau mengoleksi video-video yang akan menjadi play list. Kalau
sudah punya seperti itu tentu tidak akan ribet. Tapi kalau tidak,
tentu sedikit terbebani karena penyajiannya tidak maksimal.
(Wawancara dengan guru Bahasa Indonesia)
Menurutnya, minimnya koleksi video pembelajaran yang dimiliki,
terutama koleksi video drama, menyebabkan ia cukup kerepotan melibatkan
video sebagai media pembelajaran.
Dalam penelitian, penulis mengatasinya dengan cara membuat video
sendiri dengan cara memilih pementasan drama yang sesuai kriteria lalu
merekamnya dengan kamera handycame, kemudian mengeditnya supaya
benar-benar sesuai dengan materi pelajaran.
Setelah memiliki video drama yang sesuai dengan segmentasi peserta
didik, tahap yang selanjutnya dilakukan adalah mencocokkan media dengan
materi yang sesuai. Tidak perlu memaksakan memasukkan media dalam
81
suatu materi pelajaran karena hasilnya tidak akan efektif. Media audio visual
akan efektif dihadirkan ke kelas jika peserta didik memiliki luang waktu yang
cukup, artinya tidak dikejar oleh materi yang harus segera dituntaskan.
Belajar dengan video cukup membantu tapi harus
dijelaskan atau didiskusikan lagi hasil menontonnya supaya
murid-murid sekelas bisa paham betul. (Wawancara yang
dilakukan dengan informan II)
Peserta didik harus diberikan waktu yang cukup untuk mencerna apa
yang mereka simak dengan skemata yang mereka miliki untuk kemudian guru
mengaitkannya dengan tujuan pembelajaran. Jadi, pemilihan waktu yang
tepat juga menjadi kriteria pemilihan media. Ini termasuk dalam kesesuaian
media dengan situasi dan kondisi peserta didik.
Mengenai keefektifan dan efisiensi penggunaan media audio visual,
guru sebagai penggagas penggunaan media audio visual memang harus
berusaha lebih keras di awal dalam mempersiapkan video untuk media
pembelajaran tersebut. Selanjutnya nanti, guru dapat menggunakan kembali
media tersebut untuk mengajarkan materi yang sama tanpa persiapan yang
serepot di awal. Seperti, video drama Pengemis Masa Kini telah digunakan
untuk kelas VIII semester 2 tahun ajaran 2013/2014, di tahun ajaran baru
video tersebut bisa kembali digunakan untuk jenjang kelas yang sama.
Dengan pengalaman penggunaan di tahun sebelumnya, membuat guru
sudah bisa memperkirakan pesan yang bisa disampaikan lewat video tersebut,
serta teknis penggunaan yang akan digunakan. Semuanya sudah terekam dan
tinggal memadupadankan dengan situasi dan kondisi yang terjadi.
Guru memang harus mendedikasikan dirinya untuk memperoleh video
yang baik, yang sesuai dengan kriteria pemilihan media pada umumnya.
Hingga pada akhirnya ketika sudah mendapatkan, video tersebut bisa
digunakan berulang kali, tentunya dikembangkan berdasarkan kreativitas
guru dalam memanfaatkan video tersebut sebagai media pembelajaran.
Dengan begitu, guru akan dikenal oleh peserta didik sebagai seorang
yang penuh persiapan dan modern dalam cara mengajarnya. Kepada sekolah
82
pun guru akan mampu menunjukkan profesionalitasnya sebagai guru yang
mengikuti tantangan zaman.
5.
Dukungan dari Pihak Sekolah Terhadap Penggunaan Media Audio
Visual
SMP Al-Hasra dipilih sebagai tempat penelitian ini salah satunya
karena SMP Al-Hasra dianggap sebagai sekolah yang memiliki fasilitas
belajar
cukup
lengkap.
Sekolah
dengan
akreditasi
A
ini
selalu
mengembangkan pelayanan pengajarannya, baik dalam hal administrasi,
pengajaran, maupun pengadaan sarana dan prasarana pembelajaran.
“Salah satu upaya yang dilakukan sekolah dalam mendukung
pembelajaran yang efektif adalah dengan menyediakan sarana dan
prasarana oleh sekolah. Fasilitas media pembelajaran dilengkapi
sesuai dengan karakteristik peserta didik.” (Wawancara dengan
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum)
Salah satu yang disoroti dalam penelitian ini adalah upaya
pengembangan fasilitas berupa sarana dan prasarana pembelajaran. Ini terlihat
dari terdapatnya fasilitas belajar yang cukup lengkap di masing-masing kelas
peserta didik. Sekolah sendiri menerangkan bahwa Al-Hasra menyadari betul
perkembangan kemajuan teknologi untuk pendidikan. Sebab itu, Al-Hasra
mengikuti perkembangan tersebut dengan memanfaatkan teknologi sebagai
bagian dari pembelajaran.
Sekolah memfasilitasi setiap kelas dengan Projektor dan speaker aktif
portable. Ini memungkinkan guru untuk bisa menggunakan media visual,
audio, maupun audio visual kapan pun guru mau. Hanya tinggal membawa
laptop dan menyambungkannya ke projektor atau speaker aktif, pembelajaran
dengan media berbasis teknologi sudah bisa dilakukan.
Pengadaan fasilitas tersebut sudah tersedia di semua ruang kelas.
Mengenai resolusi, jarak LCD, dan volume speaker, semua itu sudah
disesuaikan dengan ukuran ruang kelas dan jumlah peserta didik dalam satu
83
ruangan. Jadi, guru hanya perlu merancang ide-ide kreatif dan menyajikannya
di depan kelas.
Terkait dengan penggunaan media audio visual, selain memberi
dukungan berupa pengadaan sarana dan prasarana, sekolah juga memfasilitasi
dewan guru dengan mengadakan pelatihan-pelatihan penggunaan media
ataupun pengoperasian media berbasis komputer yang dilakukan secara rutin.
“Pelatihan pemanfaatan media audio visual biasanya diadakan
oleh pihak laboratorium komputer sebagai salah satu program kerja
laboratorium komputer dalam rangka membantu mengembangkan
pengetahuan guru mengenai ilmu teknologi (IT).” (Wawancara
dengan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum)
Hal tersebut dilakukan supaya skill dewan guru bisa merata, terutama dalam
hal pemanfaatan media pembelajaran berbasis komputer. Selain itu, dengan
dilakukan pelatihan seperti itu sekolah mengharapkan kinerja guru semakin
berkembang dan bisa menjadi guru yang kreatif.
Itu semua dirasa belum cukup, sebab pendidikan dan teknologi selalu
berkembang. SMP Al-Hasra juga merasa harus selalu berbenah untuk bisa
terus meningkatkan prestasi melalui pelayanannya. Apa yang sudah
dilakukan dan diupayakan adalah salah satu bentuk dukungan sekolah
terhadap berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif dan optimal.
E. Harapan SMP Al-Hasra Terhadap Penggunaan Media Audio Visual
dalam Pelajaran Bahasa Indonesia
Di zaman yang modern ini semua hal mengalami perkembangan, baik
dalam hal mode, bisnis, teknologi, dan pendidikan. Meski demikian, tidak
dipungkiri bahwa di Indonesia pendidikan (khususnya) belum mengalami
perkembangan yang merata. Masih didapati sekolah-sekolah dengan standar
operasional yang masih minim, seperti gedung sekolah yang tidak layak,
terbatasnya tenaga pendidik, serta terbatasnya buku dan media ajar yang bisa
digunakan. Ini membuktikan bahwa kemajuan zaman belum dirasakan oleh
seluruh Warga Negara Indonesia.
84
SMP Al-Harsa dalam hal ini berusaha untuk memberikan pelayanan yang
terbaik bagi peserta didiknya. Ongkos yang telah dikeluarkan untuk pendidikan
dibayar setimpal dengan fasilitas dan pelayanan pengajaran yang maksimal.
Sebagai sekolah swasta yang berakreditasi A, SMP Al-Hasra berupaya
memberikan sarana dan prasarana belajar yang lengkap serta pelayanan
pendidikan yang terbaik.
Sebab itu, dalam rangka turut memanfaatkan dan memaksimalkan
kemajuan teknologi dan pendidikan ini, SMP Al-Hasra berharap seluruh upaya
pengembangan fasilitas dan pelayanan pendidikan
yang telah dilakukan bisa
memberikan peningkatan mutu bagi pendidikan di SMP Al-Hasra maupun di
Indonesia. Selain itu, juga memperoleh keluaran peserta didik yang cerdas,
berakhlak, dan kompeten.
Dengan tersedianya sarana belajar yang lengkap, penggunaan media audio
visual juga diharapkan dapat memaksimalkan pembelajaran dengan metode
belajar yang beragam. Dengan demikian, peserta didik selain mendapat
pengetahuan
(teori),
juga
mendapat
pengalaman
belajar
yang
dapat
diimplementasikan dalam kehidupannya sehari-hari.
SMP Al-Hasra berharap, dengan digunakannya media audio visual dalam
pembelajaran, dapat memberikan variasi mengajar bagi guru dan dapat
meningkatkan kreativitas guru dalam menyampaikan pesan kepada peserta
didiknya. Jadi, kemampuan teknologi yang dimiliki oleh guru juga bisa
diaplikasikan untuk menyampaikan materi kepada peserta didik meskipun guru
tersebut bukan dari baground ilmu pendidikan tekonologi. Ini juga merupakan
upaya sekolah dalam rangka menstandarkan kemampuan teknologi para guru
(khususnya), supaya seluruh guru dapat mengoperasikan pekerjaan mengajar
maupun administrasi yang berbasis komputer.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Drama merupakan materi yang cukup sulit dalam pembelajaran bahasa
Indonesia, terutama untuk peserta didik di jenjang SMP. Dalam drama terlibat
banyak aspek, bukan hanya aspek teks yang harus dipahami sebagai dasar dari
sebuah dialog dan alur cerita, tetapi juga keterlibatan motorik yang diwujudkan
dalam akting. Mengingat hal tersebut guru maupun peserta didik pada umumnya
menganggap materi drama merupakan materi pelajaran yang rumit, baik untuk
diajarkan maupun untuk dipahami.
Di balik itu semua jika guru bisa mencari cara yang tepat untuk
menyampaikannya kepada peserta didik, drama bisa menjadi materi yang
memberikan pembelajaran yang sangat menarik dan bermanfaat. Bukan hanya
mengajarkan memahami teks tetapi guru juga bisa mengajarkan peserta didiknya
bermasyarakat dalam drama.
Setelah dilakukan serangkaian pengamatan dan tes, media audio visual
terbukti efektif digunakan untuk materi menyimak drama di kelas VIII.3 SMP AlHasra. Efektivitas penggunaan media audio visual dalam pembelajaran menyimak
drama tersebut diperoleh berdasarkan hal berikut:
1. Hasil observasi menunjukkan peserta didik berperan aktif dalam
pembelajaran menyimak drama yang melibatkan video. Hal ini
ditunjukkan dengam respon peserta didik yang antusias dalam menyimak
video dan aktif berpendapat dalam diskusi, serta cekatan dalam menjawab
pertanyaan yang diajukan guru maupun teman sejawatnya.
2. Hasil uji materi (tes tertulis) menunjukkan nilai rata-rata yang diperoleh
peserta didik sebesar 82,3 dengan standar KKM 75. Dalam menjawab soal
esay yang diberikan, rata-rata peserta didik tidak hanya bisa menyebutkan,
tetapi juga mampu menjelaskan meski dengan bahasa mereka masingmasing. Ini menunjukkan bahwa peserta didik tidak hanya mengingat
materi yang diberikan tetapi juga memahaminya.
85
86
3. Hasil wawancara yang dilakukan kepada tiga informan dari peserta didik
diperoleh kesimpulan bahwa media audio visual yang dilibatkan dalam
pembelajaran
drama
membantu
mereka
memahami
materi
dan
memberikan pengalaman belajar yang berbeda. Meski kondisi belajar
secara internal antara satu peserta didik dengan peserta didik lainnya
berbeda-beda, terutama dalam hal kesiapan menerima materi pelajaran,
tetapi media audio visual dianggap mampu menarik atensi peserta didik
untuk mengikuti pembalajaran.
Berdasarkan hasil uji efektivitas pada penelitian tersebut, penulis
menyimpulkan dua hal yang menjadi barometer efektifnya penggunaan suatu
media dalam pembelajaran. Pertama, peserta didik berpartisipasi aktif dalam
dinamika kelas ketika pembelajaran dengan media sedang berlangsung. Kedua,
hasil evaluasi berupa tes tertulis peserta didik nilainya mencapai atau melebihi
KKM.
Keefektifan tersebut tentunya diperoleh dengan melakukan serangkaian
persiapan, baik yang dilakukan oleh guru, peserta didik, bahkan sekolah. Berikut
adalah hal-hal yang mendukung efektivitas pembelajaran dengan menggunakan
media audio visual dalam materi menyimak drama:
1. Tercapainya komponen pembelajaran secara maksimal
2. Kondisi belajar
3. Skill dan kreativitas guru dalam mengembangkan media pembelajaran
4. Pemilihan media pembelajaran yang sesuai
5. Dukungan dari pihak sekolah
Media
pembelajaran
kadang-kadang
dianggap
sebagai
komponen
pembelajaran yang sifatnya tidak wajib. Artinya, keiukutsertaannya dalam sebuah
pengajaran dianggap merepotkan. Padahal, pada pembelajaran modern ini
keterlibatan media pembelajaran (terutama audio visual) akan sangat memberi
pengaruh dalam proses kegiatan belajar mengajar.
Meski memang dalam perencanaan maupun teknis pelaksanaannya
ditemui kesulitan dan hambatan yang mungkin akan merepotkan guru dan sekolah
selaku penyelenggara pendidikan dan pengajaran. Namun, diharapkan seluruh
87
personil sekolah bisa saling mendukung dan memfasilitasi segala bentuk
kreativitas yang diupayakan. Sebab, semua itu pada akhirnya untuk memajukan
kualitas dan mutu pendidikan itu sendiri.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis mendapat berbagai pengalaman
dan pengetahuan baru, khususnya tentang penggunaan media audio visual dalam
pembelajaran drama. Berikut adalah saran dari penulis seputar penggunaan media
audio visual supaya penggunaannya ke depan bisa lebih dikembangkan.
1. Guru diharapkan giat membekali dirinya dengan kreativitas dan skill
dalam
memanfaatkan
perkembangan
teknologi
supaya
dapat
mengaplikasikannya untuk mengembangkan pendidikan.
2. Guru diharapkan tidak mudah menyerah dalam mencoba mengaplikasikan
berbagai media di dalam kelas. Sebab, pengalaman pembelajaran yang
beragam juga menambah pengetahuan dan wawasan peserta didik.
3. Sekolah diharapkan bersungguh-sungguh dalam memberikan pelayanan
pendidikan terutama dalam hal penyediaan sarana dan prasarana
pembelajaran yang lengkap.
4. Diharapkan kebijakan sekolah bisa mewadahi kreativitas guru dan peserta
didiknya dalam mengembangkan pelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Ann, Cerol Tomlinson. How to Differentiate Instruction in Mixed-Ability
Classrooms.
USA:
Assosiation
for
Supervision
and
Curriculum
Development. 2001.
Arifin,Bustanul, dkk. Berbicara. Jakarta:Universitas Terbuka. 2007.
Arsyad, Azhar. Media pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers. 2011.
Bahri, Syaiful Djamarah. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. 2010.
Brandwein, Paul F. et. al. A Book of Methods. New York: Harcourt, Brace, and
World, Inc. 1958.
Henry, Asep Hermawan, dkk. Media Pembelajaran Sekolah Dasar. Bandung:
UPI Press. 2007.
Iskandarwasid dan Sunendar, Dadang. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya. 2011.
Komariyah, Aan dan
Triatna, Cepi. Visionary Leadership Menuju Sekolah
Efektif. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2005.
Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan.. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2007.
Marno. Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Direktorat Pendidikan Agama Islam
pada Sekolah (DITPAIS) Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementrian
Agama Republik Indonesia. 2012.
Miarso, Yusuf hadi. Pemilihan dan Pengembangan Media untuk Pembelajaran.
Jakarta: Universitas Terbuka. 1994.
Mulyasa E. Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
2005.
Munadhi, Yudhi. Media Pembelajaran. Jakarta: GP Press. 2012.
Nasution. Teknologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 1994.
Nuraida dan Halida Alkaf, Metode Penelitian Pendidikan. Tangerang, Islamic
Research Publishing. 2009.
Rahayu, Fajar Fitri. “Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terhadap Hasil Belajar
Bahasa Indonesia”. Skripsi pada FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta:
2013. Tidak dipublikasikan.
Rahmanto B. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: KANISIUS. 1992.
86
87
Rosyada, Dede. Paradigma Pendidikan Demokratis. Jakarta: Kencana. 2004.
Sadiman, Arif S. Media Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. 2010.
Sama, Hilmia Murtaqia. “Alih Wahana Naskah Drama Sobrat Karya Arthur
S.Nalan ke dalam Pementasan serta Implikasinya terhadap Pembelajaran”.
Skripsi pada FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 2013. Tidak
dipublikasikan.
Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media
Grup. 2013.
Setyosari, Punaji. Metode Penelitian dan Pengembangan. Jakarta: Kencana. 2012.
Shodiq, Muhammad, dan Muttaqien, Imam. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2003.
Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.
2010.
Sukmadinata, Nana SY. dan Syaodih, Erliany. Kurikulum dan Pembelajaran
Kompetensi. Bandung: PT Refika Aditama. 2012.
Suparno. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka. 2006
Susilana, Rudi, dan Riyana, Cepi. Media Pembelajaran. Bandung: CV Wacana
Prima. 2009.
Tarigan, Henry Guntur. Membaca sebagai Suatu Keterampilan. Bandung:
Angkasagroup. 2008.
Tarigan, Henry Guntur. Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa. 2008.
Usman, Husaini, dan Setiady, Purnomo Akbar. Metodologi Penelitian Sosial.
Jakarta: Bumi Aksara. 2008.
Usman, Husaini, dan Setiady, Purnomo Akbar. Metodologi Penelitian Sosial.
Jakarta: Bumi Aksara. 2008.
Wagimin, Mulyani. “Peningkatan Bermain Drama dengan Pembelajaran
Kooperatif Teknik Jigsaw pada Peserta Didik Kelas V Madrasah Ibtidaiyah
Al-Karimiyah Jakarta”. Skripsi pada FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta:
2010. Tidak dipublikasikan.
Zuchdi, Darmiyati. Humanisasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2008.
LAMPIRAN
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS MENGAJAR
Tempat
: SMP Al-Hasra
Kelas
: VIII (Delapan) - 3
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Waktu
: Rabu
Tanggal
: 30 April 2014
NO
ASPEK YANG DIAMATI
I
II
III
DESKRIPSI
Pra Pembelajaran
1. Tempat duduk masing-masing siswa
Dalam kelas ini, setiap seminggu
sekali tempat duduk siswa dirolling per
baris. Hal ini dilakukan supaya siswa
tidak jenuh dalam proses belajar.
Dengan dilakukan rolling, siswa juga
dituntut untuk menjaga kerapihan dan
kebersihan tempat duduk yang ia
tempati.
2. Kesiapan menerima pembelajaran
Meski ketika guru masuk keadaan
kelas masih berisik, namun ketika guru
duduk dan membuka pelajaran semua
siswa berangsur-angsur tenang.
Kegiatan Membuka Pelajaran
1. Menjawab pertanyaan guru
Meski banyak siswa yang berisik,
namun sebagian besar dari mereka
tetap aktif bertanya dan menjawab
pertanyaan dari gurunya.
2. Mendengarkan penjelasan tentang kompetensi yang
hendak dicapai
Penjelasan kompetensi yang hendak
dicapai disampaikan hanya sekilas.
Hanya pada intinya saja. Kemudian
dikembangkan di kegiatan inti.
Kegiatan Inti Pembelajaran
A. Penjelasan materi pelajaran
1. Memperhatikan penjelasan materi pelajaran
Ada siswa yang mendengarkan
penjelasan dengan baik, ada yang tidak
mendengarkan penjelasan guru.
Namun, guru tetap tidak lengah untuk
selalu memantau perhatian siswa yang
tidak fokus.
2. Bertanya saat proses penjelasan materi
Dalam mengajukan pertanyaan siswa
cukup aktif
3. Interaksi antar siswa
Interaksi antar siswa berjalan dengan
aktif, meski lebih banyak yang saling
menyahut mengolok-olok temannya.
Namun demikian, susana kelas
berjalan sangat dinamis.
4. Interaksi antara siswa-guru, siswa-materi pelajaran
Sebagian besar siswa memperhatikan
dengan baik. ketika guru menanyakan
kembali materi yang telah ia
sampaikan, siswa mampu
menjawabnya meski dengan terbatabata.
B. Pendekatan/Strategi Belajar
1. Keterlibatan dalam kegiatan belajar
Ada siswa yang aktif terlibat, ada yang
hanya biasa saja, tidak terlalu antusias
2. Mengemukakan pendapat ketika diberikan
kesempatan
Ada beberapa siswa yang senang jika
dimintai pendapat, ada siswa yang
kurang senang dimintai pendapat
3. Mencatat penjelasan yang disampaikan guru
Siswa mencatat tanpa perlu
diinstruksikan oleh guru
4. Mengikuti proses pembelajaran
Seluruh siswa mengikuti proses
pembelajaran hingga akhir
C. Pemanfaatan Media Pembelajaran/Sumber
Belajar
1. Interaksi antara siswa dan media pembelajaran yang
digunakan guru
Pada pertemuan kali ini, guru
menggunakan halaman belakang
sekolah sebagai tempat belajar
pengganti kelas. Siswa terlihat sangat
antusias karena ia mendapat suasana
yang berbeda.
2. Tertarik pada materi yang disajikan dengan media
pembelajaran
Siswa tertarik dengan materi yang
menggunakan lingkungan alam
terbuka sebagai tempat mereka
belajaran.
3. Ketekunan dalam mempelajari sumber belajar yang
ditentukan guru
Siswa antusias dalam materi kali ini
karena sumber belajar yang disajikan
guru sangat menarik.
D. Penilaian Proses
1. Mengerjakan tugas/latihan yang diberikan guru
Siswa diminta untuk membuat puisi
bebas dengan tema yang menarik dan
gaya bahasa yang indah.
2. Menjawab pertanyaan guru dengan benar
Sebagian besar siswa bisa menjawab
pertanyaan guru ketika di akhir
pelajaran guru melakukan konfirmasi.
E. Penggunaan Bahasa
IV
1. Mengemukakan pendapat
Siswa dirangsang untuk mengeluarkan
pendapat
2. Mengajukan pertanyaan
Tidak semua siswa dapat mengajukan
pertanyaan, namun ada beberapa yang
berani menghampiri guru dan bertanya
secara personal tentang tugas yang
diberikan.
PENUTUP
Keterlibatan dalam memberi rangkuman/kesimpulan
Seluruh siswa terlibat dalam menarik
kesimpulan
Pelajaran yang diperoleh dari hasil pengamatan/observasi :
Dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia, kegiatan mengajar cukup aktif.
Selain karena materi yang menyenangkan, guru juga tepat dalam memilih strategi belajar.
Memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar siswa menjadikan kegiatan
membuat puisi bebas sebagai sebuah tugas yang tidak memberatkan. Terkadang tidak
perlu menggunakan media yang rumit untuk membuat siswa tertarik dan antusias. Cukup
memanfaatkan apa yang ada dan menuangkan kreativitas yang kita punya, maka menjadi
guru yang kreatif adalah salah satu keharusan.
Nama pengamat: Papat Fathiyah
Tanda Tangan
:………………………………...
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS MENGAJAR
Tempat
: SMP Al-Hasra
Kelas
: VIII (Delapan) - 3
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Waktu
: Jumat
Tanggal
: 2 Mei 2014
NO
I
II
III
ASPEK YANG DIAMATI
DESKRIPSI
Pra Pembelajaran
1. Pengaturan tempat duduk masing-masing siswa
Guru mengatur tempat duduk yang
saat itu ternyata tidak jadi rolling.
Meski ruang kelas cukup luas. Namun
guru sengaja memposisikan bangkubangku siswa untuk lebih ke depan
supaya siswa bisa lebih fokus terhadap
pelajaran.
2. Pengkondisian kesiapan pelaksanaan pembelajaran
Guru melakukan pengkondisian
terhadap siswa dengan cara menyuruh
siswa-siswa untuk diam. Guru tidak
melakukan ice breaking
Kegiatan Membuka Pelajaran
1. Mengajukan pertanyaan/apersepsi
Guru mengajukan pertanyaan awal
terkait materi di pertemuan
sebelumnya. Setelah itu guru
menanyakan kepada siswa seputar
topik yang akan disampaikan
2. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang
hendak dicapai
Guru memberikan penjelasan tentang
kompetensi yang akan dicapai
Kegiatan Inti Pembelajaran
A. Penjelasan materi pelajaran
1. Memberikan penjelasan materi pelajaran
Guru menjelaskan materi pelajaran
dengan metode ceramah yang mengacu
pada buku paket
2. Mengajukan pertanyaan saat proses penjelasan
materi
Guru mengajukan pertanyaanpertanyaan secara spontan terhadap
siswa-siswa
3. Memfasilitasi adanya interaksi antar siswa
Guru cukup memfasilitasi interaksi
antar siswa
4. Memfasilitasi interaksi antara siswa-guru, siswamateri pelajaran
Guru cukup memfasilitasi interaksi
B. Pendekatan/Strategi Belajar
1. Melaksanakan pembelajaran aktif
Guru cukup melaksanakan
pembelajaran aktif, namun ada siswasiswa yang lebih dominan yang
antusias.
2. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya
Guru memberikan kesempatan siswa
untuk bertanya tentang materi yang
belumdimengerti
3. Memberikan respon terhadap pertanyaan dan
jawaban siswa
Siswa merespon pertanyaan guru
dengan jawaban yang baik
4. Memotivasi siswa untuk bertanya
guru memberi motivasi kepada siswa
untuk tidak takut salah dalam bertanya
C. Pemanfaatan Media Pembelajaran/Sumber
Belajar
1. Kemampuan menggunakan media pembelajaran
Dalam mata pelajaran ini, guru tidak
menggunakan media pembelajaran
2. Kesesuaian media dengan materi dan strategi
Tidak ada media pembelajaran yang
digunakan
3. Penggunaan sumber belajar selain buku ajar dan
LKS
Guru menggunakan transkrip
wawancara yang telah diperoleh siswa
di pertemuan sebelumnya. Transkrip
itu kemudian digunakan untuk diubah
mejadi teks narasi.
D. Penilaian Proses
1. Memberikan tugas/latihan
Guru memberikan latihan kepada
siswa untuk membuat teks narasi.
Meski ada beberapa siswa yang masih
bingung, namun guru bisa memotivasi
siswa untuk tetap percaya diri
melakukan semampunya.
2. Melakukan penilaian
Penilaian baru akan dilakukan setelah
siswa menyelesaikan menulis narasi
wawancara. Guru menggunakan cara
„siapa cepat‟ dalam memberikan nilai.
Semakin cepat siswa mengumpulkan,
semakin besar nilai yang diberikan.
E. Penggunaan Bahasa
IV
1. Ketepatan penggunaan bahasa yang sesuai dengan
perkembangan peserta didik
Guru menggunakan bahasa yang sesuai
dengan perkembangan peserta didik
2. Ketepatan penggunaan bahasa yang sesuai dengan
kaidah
Guru menggunakan bahasa yang
komunikatif ketika menyampaikan
materi sehingga mudah dimengerti
oleh siswa
PENUTUP
Melakukan konfirmasi
Guru memberikan kesimpulan di akhir
pembelajaran.
Memberikan kesimpulan dan tindak lanjut
Pelajaran yang diperoleh dari hasil pengamatan/observasi :
Dalam proses pembelajaran, khususnya dalam keterampilan menulis, siswa perlu
dibimbingan lebih intens. Baik untuk mengamati cara penulisannya, maupun menjadi
fasilitator dalam memberikan pemahaman kepada siswa. Di kesempatan selanjutnya,
siswa perlu diberikan contoh-contoh tulisan seperti narasi, supaya ketika diinstruksikan
siswa sudah mempunyai gambaran bentuk penulisannya.
Nama pengamat: Papat Fathiyah
Tanda Tangan
:………………………………...
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS MENGAJAR
Tempat
: SMP Al-Hasra
Kelas
: VIII (Delapan) - 3
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Waktu
: Rabu
Tanggal
: 7 Mei 2014
NO
I
II
III
ASPEK YANG DIAMATI
DESKRIPSI
Pra Pembelajaran
1. Pengaturan tempat duduk masing-masing siswa
guru meminta siswa untuk
membersihkan ruang kelas dari
sampah yang berserakan di kolong
meja.
2. Pengkondisian kesiapan pelaksanaan pembelajaran
Agak lama mengkondisikan kelas ini
karena banyak siswa yang sering izin
keluar kelas dan membuat siswa yang
lain merasa terganggu
Kegiatan Membuka Pelajaran
1. Mengajukan pertanyaan/apersepsi
Guru mengajukan pertanyaan
mengenai tugas
2. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang
hendak dicapai
Guru menjelaskan kompetensi dasar
yang hendak dicapai
Kegiatan Inti Pembelajaran
A. Penjelasan materi pelajaran
1. Memberikan penjelasan materi pelajaran
Guru memberikan penjelasan dengan
baik, meski ada yang tidak
mendengarkan penjelasan guru
2. Mengajukan pertanyaan saat proses penjelasan
materi
Guru membuka sesi tanya jawab
3. Memfasilitasi adanya interaksi antar siswa
Guru cukup memfasilitasi interaksi
antar siswa
4. Memfasilitasi interaksi antara siswa-guru, siswamateri pelajaran
Guru cukup memfasilitasi interaksi
B. Pendekatan/Strategi Belajar
1. Melaksanakan pembelajaran aktif
guru melakukan pembelajaran aktif.
Siswa diperbolehkan bertanya materi
apapun yang masih belum jelas.
Ataupun membantu memberi
penjelasan bagi teman sejawatnya.
2. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya
Guru memberikan kesempatan siswa
untuk bertanya tentang materi yang
belumdimengerti
3. Memberikan respon terhadap pertanyaan dan
jawaban siswa
Guru merespon pertanyaan siswa
dengan jawaban yang baik
4. Memotivasi siswa untuk bertanya
Guru memberikan nilai plus kepada
siswa yang mengumpulkan tepat waktu
C. Pemanfaatan Media Pembelajaran/Sumber
Belajar
1. Kemampuan menggunakan media pembelajaran
Dalam mata pelajaran ini, guru tidak
menggunakan media pembelajaran
2. Kesesuaian media dengan materi dan strategi
Tidak ada media pembelajaran yang
digunakan
3. Penggunaan sumber belajar selain buku ajar dan
LKS
Guru menggunakan buku paket
sebagai acuan
D. Penilaian Proses
1. Memberikan tugas/latihan
Guru memberikan latihan kepada
siswa dengan baik
2. Melakukan penilaian
Guru memberikan penilaian proses
dari keaktifan siswa bertanya dan
menjawab. Serta memberikan
penilaian tertulis berdasarkan hasil
kerja siswa
E. Penggunaan Bahasa
IV
1. Ketepatan penggunaan bahasa yang sesuai dengan
perkembangan peserta didik
Guru menggunakan bahasa yang sesuai
dengan perkembangan peserta didik
2. Ketepatan penggunaan bahasa yang sesuai dengan
kaidah
Guru menggunakan bahasa yang baik
ketika menyampaikan materi sehingga
mudah dimengerti oleh siswa
PENUTUP
Melakukan konfirmasi
Guru memberikan penguatan di akhir
pembelajaran.
Memberikan kesimpulan dan tindak lanjut
Pelajaran yang diperoleh dari hasil pengamatan/observasi :
Apapun dinamika yang terjadi saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, kita
sebagai guru harus bisa menempatkan diri baik sebagai pengajar, pendidik, teman,
maupun orang tua, sehingga pembelajaran bisa berlangsung dengan baik.
Nama pengamat: Papat Fathiyah
Tanda Tangan
:………………………………...
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS MENGAJAR
Tempat
: SMP Al-Hasra
Kelas
: VIII (Delapan) - 3
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Waktu
: Jumat
Tanggal
: 9 Mei 2014
NO
I
II
III
ASPEK YANG DIAMATI
DESKRIPSI
Pra Pembelajaran
1. Pengaturan tempat duduk masing-masing siswa
Ketika guru datang, siswa sudah siap
di tempat duduknya masing-masing.
2. Pengkondisian kesiapan pelaksanaan pembelajaran
Guru melakukan pengkondisian
terhadap siswa dengan cara menyuruh
siswa-siswa untuk tenang.
Kegiatan Membuka Pelajaran
1. Mengajukan pertanyaan/apersepsi
Guru mengajukan pertanyaan awal
terkait materi yang akan disampaikan
2. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang
hendak dicapai
Guru memberikan penjelasan tentang
kompetensi yang akan dicapai
Kegiatan Inti Pembelajaran
A. Penjelasan materi pelajaran
1. Memberikan penjelasan materi pelajaran
Guru menjelaskan materi pelajaran
dengan metode ceramah yang mengacu
pada buku paket
2. Mengajukan pertanyaan saat proses penjelasan
materi
Guru mengajukan pertanyaanpertanyaan secara spontan terhadap
siswa-siswa yang tidak menyimak apa
yang sedang disampaikan.
3. Memfasilitasi adanya interaksi antar siswa
Guru cukup memfasilitasi interaksi
antar siswa
4. Memfasilitasi interaksi antara siswa-guru, siswamateri pelajaran
Guru cukup memfasilitasi interaksi
B. Pendekatan/Strategi Belajar
1. Melaksanakan pembelajaran aktif
guru melakukan pembelajaran aktif.
guru hanya menjelaskan skilas tentang
teori. Selanjutnya siswa diminta
berlatih membuat teks narasi sendiri
berdasarkan transkrip wawancara
mereka sendiri.
2. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya
Guru memberikan kesempatan siswa
untuk bertanya tentang materi yang
belumdimengerti
3. Memberikan respon terhadap pertanyaan dan
jawaban siswa
Guru merespon pertanyaan siswa
dengan jawaban yang baik
4. Memotivasi siswa untuk bertanya
C. Pemanfaatan Media Pembelajaran/Sumber
Belajar
1. Kemampuan menggunakan media pembelajaran
Dalam mata pelajaran ini, guru tidak
menggunakan media pembelajaran
2. Kesesuaian media dengan materi dan strategi
Tidak ada media pembelajaran yang
digunakan
3. Penggunaan sumber belajar selain buku ajar dan
LKS
Guru memberi kesempatan siswa
untuk melakukan wawancara.
Transkrip wawancara tersebutlah yang
kemudian dijadikan guru sebagai
sumber belajar untuk membuat teks
narasi.
D. Penilaian Proses
1. Memberikan tugas/latihan
Guru memberikan latihan kepada
siswa dengan baik
2. Melakukan penilaian
Guru memberikan penilaian proses dan
penilaian dari tugas otentik yang
dikerjakan siswa
E. Penggunaan Bahasa
IV
1. Ketepatan penggunaan bahasa yang sesuai dengan
perkembangan peserta didik
Guru menggunakan bahasa yang sesuai
dengan perkembangan peserta didik
2. Ketepatan penggunaan bahasa yang sesuai dengan
kaidah
Guru menggunakan bahasa yang baik
ketika menyampaikan materi sehingga
mudah dimengerti oleh siswa
PENUTUP
Melakukan konfirmasi
Guru memberikan kesimpulan di akhir
pembelajaran.
Memberikan kesimpulan dan tindak lanjut
Pelajaran yang diperoleh dari hasil pengamatan/observasi :
Dalam pelajaran kali ini guru memang dituntut untuk memanfaatkan ruangruang publik yang dikaitkan dengan pembelajaran di sekolah. Hal tersebut sangat bagus
karena dengan begitu, selain siswa memiliki pengalaman belajar, mereka juga memiliki
pengalaman bersosialisasi/bermasyarakat, terlebih dalam pelajaran wawancara.
Dengan demikian, siswa juga jadi belajar menjadi bagian dari masyarakat itu sendiri.
Nama pengamat: Papat Fathiyah
Tanda Tangan
:………………………………...
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS BELAJAR
Tempat
: SMP Al-Hasra
Kelas
: VIII (Delapan) - 3
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Waktu
: Rabu
Tanggal
: 30 April 2014
NO
ASPEK YANG DIAMATI
I
II
III
DESKRIPSI
Pra Pembelajaran
1. Tempat duduk masing-masing siswa
Dalam kelas ini, setiap seminggu
sekali tempat duduk siswa dirolling per
baris. Hal ini dilakukan supaya siswa
tidak jenuh dalam proses belajar.
Dengan dilakukan rolling, siswa juga
dituntut untuk menjaga kerapihan dan
kebersihan tempat duduk yang ia
tempati.
2. Kesiapan menerima pembelajaran
Meski banyak siswa yang berisik,
namun sebagian besar dari mereka
tetapI semua siswa berangsur-angsur
tenang.
Kegiatan Membuka Pelajaran
1. Menjawab pertanyaan guru
Siswa aktif bertanya dan menjawab
pertanyaan dari gurunya
2. Mendengarkan penjelasan tentang kompetensi yang
hendak dicapai
Hanya siswa yang memang sudah aktif
di kelas dan pintar saja yang lebih
memperhatikan penjelasan guru.
Kegiatan Inti Pembelajaran
A. Penjelasan materi pelajaran
1. Memperhatikan penjelasan materi pelajaran
Ada siswa yang mendengarkan
penjelasan dengan baik, ada yang tidak
mendengarkan penjelasan guru
2. Bertanya saat proses penjelasan materi
Dalam mengajukan pertanyaan siswa
cukup aktif
3. Interaksi antar siswa
meski lebih banyak yang saling
menyahut mengolok-olok temannya,
tapi interaksi antar siswa berjalan
dengan aktif
4. Interaksi antara siswa-guru, siswa-materi pelajaran
Sebagian besar siswa memperhatikan
dengan baik. ketika guru menanyakan
kembali materi yang telah ia
sampaikan, siswa mampu
menjawabnya meski dengan terbatabata.
B. Pendekatan/Strategi Belajar
1. Keterlibatan dalam kegiatan belajar
Siswa lebih senang ketika
pembelajaran dikemas dengan metodemetode yang menarik dan tidak terlalu
formal.
2. Mengemukakan pendapat ketika diberikan
kesempatan
Ada beberapa siswa yang senang jika
dimintai pendapat, ada siswa yang
kurang senang dimintai pendapat
3. Mencatat penjelasan yang disampaikan guru
Siswa mencatat tanpa diinstruksikan
oleh guru untuk mencatat
4. Mengikuti proses pembelajaran
Seluruh siswa mengikuti proses
pembelajaran hingga akhir
C. Pemanfaatan Media Pembelajaran/Sumber
Belajar
1. Interaksi antara siswa dan media pembelajaran yang
digunakan guru
Siswa antusias karena pada
pembelajaran kali ini guru
mengggunakan halaman belakang
sekolah untuk mencari inspirasi
membuat puisi
2. Tertarik pada materi yang disajikan dengan media
pembelajaran
Siswa tertarik dengan pembelajaran
karena ia mendapat suasana yang
berbeda.
3. Ketekunan dalam mempelajari sumber belajar yang
ditentukan guru
Siswa antusias dalam materi kali ini
karena sumber belajar yang disajikan
guru sangat menarik.
D. Penilaian Proses
1. Mengerjakan tugas/latihan yang diberikan guru
Siswa mengerjakan latihan yang
diberikan guru dengan baik,namun ada
beberapa siswa yang harus dibimbing
ketika mengerjakan latihan
2. Menjawab pertanyaan guru dengan benar
Hanya beberapa siswa yang kurang
tepat menjawab pertanyaan guru
E. Penggunaan Bahasa
IV
1. Mengemukakan pendapat
Siswa dirangsang untuk mengeluarkan
pendapat
2. Mengajukan pertanyaan
Tidak semua siswa dapat mengajukan
pertanyaan dengan baik
PENUTUP
Keterlibatan dalam memberi rangkuman/kesimpulan
Seluruh siswa terlibat dalam menarik
kesimpulan
Pelajaran yang diperoleh dari hasil pengamatan/observasi :
Dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia, kegiatan blajar cukup aktif. Selain
karena materi yang menyenangkan, guru juga tepat dalam memilih strategi belajar.
Memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar siswa menjadikan kegiatan
membuat puisi bebas sebagai sebuah tugas yang tidak memberatkan. Dikarenakan guru
tidak sempat menyiapkan media visual atau audio, atau audio visual untuk pembelajaran
di kelas, guru kemudian memanfaatkan apa yang ada dan menuangkan kreativitas yang
dimiliki. Jadi, menjadi guru yang kreatif adalah salah satu keharusan.
Nama pengamat: Papat Fathiyah
Tanda Tangan
:………………………………...
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS BELAJAR
Tempat
: SMP Al-Hasra
Kelas
: VIII (Delapan) - 3
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Waktu
: Jumat
Tanggal
: 2 Mei 2014
NO
I
II
III
ASPEK YANG DIAMATI
DESKRIPSI
Pra Pembelajaran
1. Tempat duduk masing-masing siswa
Karena tidak jadi rolling tempat duduk,
keadaan kelas menjadi agak berisik.
2. Kesiapan menerima pembelajaran
Meski banyak siswa yang berisik,
namun setelah beberapa saat mereka
berangsur-angsur tenang.
Kegiatan Membuka Pelajaran
1. Menjawab pertanyaan guru
Beberapa siswa menanyakan tentang
materi
2. Mendengarkan penjelasan tentang kompetensi yang
hendak dicapai
Siswa menyimak penjelasan tentang
kompetensi yang akan dicapai
Kegiatan Inti Pembelajaran
A. Penjelasan materi pelajaran
1. Memperhatikan penjelasan materi pelajaran
Siswa yang tidak menyimak langsung
disuruh menjelaskan kembali apa yang
telah disampaikan guru
2. Bertanya saat proses penjelasan materi
Siswa mengajukan pertanyaan kepada
guru seputar tugas yang kemarin telah
diberikan
3. Interaksi antar siswa
interaksi antar siswa berjalan dengan
aktif
4. Interaksi antara siswa-guru, siswa-materi pelajaran
ketika guru menanyakan kembali
materi yang telah ia sampaikan, siswa
mampu menjawabnya meski dengan
terbata-bata.
B. Pendekatan/Strategi Belajar
1. Keterlibatan dalam kegiatan belajar
Siswa aktif, karena digunakan strategi
kelompok diskusi. Guru hanya
menjelaskan materi yang belum
dipahami siswa dengan metode
ceramah.
2. Mengemukakan pendapat ketika diberikan
kesempatan
Ada beberapa siswa yang senang jika
dimintai pendapat, ada siswa yang
kurang senang dimintai pendapat
3. Mencatat penjelasan yang disampaikan guru
Siswa mencatat tanpa diinstruksikan
oleh guru untuk mencatat
4. Mengikuti proses pembelajaran
Seluruh siswa mengikuti proses
pembelajaran hingga akhir
C. Pemanfaatan Media Pembelajaran/Sumber
Belajar
1. Interaksi antara siswa dan media pembelajaran yang
digunakan guru
Ada siswa yang hanya biasa saja,
namun ada juga iswa yang sangat
antusias.
2. Tertarik pada materi yang disajikan dengan media
pembelajaran
Tidak menggunakan media
3. Ketekunan dalam mempelajari sumber belajar yang
ditentukan guru
Siswa mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru.
D. Penilaian Proses
1. Mengerjakan tugas/latihan yang diberikan guru
Siswa mengerjakan latihan yang
diberikan guru dengan baik,namun ada
beberapa siswa yang harus dibimbing
ketika mengerjakan latihan
2. Menjawab pertanyaan guru dengan benar
Hanya beberapa siswa yang kurang
tepat menjawab pertanyaan guru
E. Penggunaan Bahasa
IV
1. Mengemukakan pendapat
Siswa beramai-ramai mengemukakan
pendapat mereka tentang materi hari
ini.
2. Mengajukan pertanyaan
Tidak semua siswa mengajukan
pertanyaankepada guru namun siswa
yang lain menyimak dan membantu
memberikan jawab dengan aktif
PENUTUP
Keterlibatan dalam memberi rangkuman/kesimpulan
Seluruh siswa terlibat dalam menarik
kesimpulan
Pelajaran yang diperoleh dari hasil pengamatan/observasi :
Diperlukan contoh dan alat bantu lain untuk membantu siswa dalam memahami
materi pelajaran. Media pembelajaran dalam mata pelajaran bahasa Indonesia sangat
penting, karena itu akan mendorong siswa antusias dalam belajar. Penggunaan
metode yang tepat akan membantu siswa dalam memotivasi untuk belajar.
Nama pengamat
Tanda Tangan
: Papat Fathiyah
:………………………………...
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS BELAJAR
Tempat
: SMP Al-Hasra
Kelas
: VIII-4
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Waktu
: Rabu
Tanggal
: 7 Mei 2014
NO
ASPEK YANG DIAMATI
I
DESKRIPSI
Pra Pembelajaran
1. Tempat duduk masing-masing siswa
Pada pelajaran kali ini, guru meminta
siswa untuk membersihkan ruang kelas
dari sampah yang berserakan di kolong
meja. Setelah itu siswa diminta duduk
kembali di bangkunya masing-masing.
2. Kesiapan menerima pembelajaran
Sebagian siswa bisa dengan mudah
dikondisikan, tapi ada beberapa siswa
laki-laki yang agak sulit disuruh
tenang.
Hal ini membuat siswa yang lain
merasa terganggu dan turut menyuruh
kawannya itu untuk diam.
II
III
Kegiatan Membuka Pelajaran
1. Menjawab pertanyaan guru
Beberapa siswa aktif menjawab
pertanyaan yang diajukan guru dan
memberitahukannya kembali kepada
teman sebangkunya.
2. Mendengarkan penjelasan tentang kompetensi yang
hendak dicapai
Siswa-siswi lebih mendengarkan
penjelasan guru dalam pelajaran kali
ini.
Kegiatan Inti Pembelajaran
A. Penjelasan materi pelajaran
1. Memperhatikan penjelasan materi pelajaran
Ada siswa yang mendengarkan
penjelasan dengan baik, ada yang tidak
mendengarkan penjelasan guru
2. Bertanya saat proses penjelasan materi
Pada materi kali ini, banyak siswa
yang maju ke depan bertanya ke meja
guru tentang materi yang sedang
diajarkan.
3. Interaksi antar siswa
Interaksi antar siswa juga bagus karena
siswa dibuat perkelompok untuk
mengerjakan tugas.
4. Interaksi antara siswa-guru, siswa-materi pelajaran
Meski terlihat, hanya siswa yang
dominan saja yang interaksinya baik
dengan guru
B. Pendekatan/Strategi Belajar
1. Keterlibatan dalam kegiatan belajar
Guru terlibat aktif berkomunikasi
dengan siswa
2. Mengemukakan pendapat ketika diberikan
kesempatan
Ada beberapa siswa yang senang jika
dimintai pendapat, ada siswa yang
bercanda ketika dimintai pendapat.
3. Mencatat penjelasan yang disampaikan guru
Siswa akan mencatat jika
diinstruksikan oleh guru untuk
mencatat
4. Mengikuti proses pembelajaran
Seluruh siswa mengikuti proses
pembelajaran hingga akhir
C. Pemanfaatan Media Pembelajaran/Sumber
Belajar
1. Interaksi antara siswa dan media pembelajaran yang
digunakan guru
Siswa tidak terlalu antusias karena
guru tidak menggunakan media
2. Tertarik pada materi yang disajikan dengan media
pembelajaran
Siswa hanya menyimak pembelajaran
seperti biasa.
3. Ketekunan dalam mempelajari sumber belajar yang
ditentukan guru
Siswa mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru.
D. Penilaian Proses
1. Mengerjakan tugas/latihan yang diberikan guru
Siswa mengerjakan latihan yang
diberikan guru, namun ada beberapa
siswa yang harus dibimbing ketika
mengerjakan latihan
2. Menjawab pertanyaan guru dengan benar
Tidak semua siswa menjawab
pertanyaan guru dengan benar. Guru
kemudian memancingnya dengan
perkataan-perkataan yang memotivasi
supya siswa yang lain menanggapi dan
membantu memberikan jawaban yang
benar
E. Penggunaan Bahasa
IV
1. Mengemukakan pendapat
Siswa dirangsang untuk mengeluarkan
pendapat
2. Mengajukan pertanyaan
Sebagian besar siswa dapat
mengajukan pertanyaan dengan baik
PENUTUP
Keterlibatan dalam memberi rangkuman/kesimpulan
Siswa-siswa terlibat dalam menarik
kesimpulan
Pelajaran yang diperoleh dari hasil pengamatan/observasi :
Bersikap tegas sebagai guru sangat penting. Meski demikian tidak lantas
menghilangkan keluwesan guru yang juga bertindak sebagai orang tua pengganti selama
di sekolah. Apapun dinamika yang terjadi saat kegiatan belajar mengajar berlangsung,
kita sebagai guru harus bisa menempatkan diri baik sebagai pengajar, pendidik, teman,
maupun orang tua, sehingga pembelajaran bisa berlangsung dengan baik.
Nama pengamat: Papat Fathiyah
Tanda Tangan
:………………………………...
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS BELAJAR
Tempat
: SMP Al-Hasra
Kelas
: VII (Tujuh) - 4
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Waktu
: Jumat
Tanggal
: 9 Mei 2014
NO
ASPEK YANG DIAMATI
I
II
III
DESKRIPSI
Pra Pembelajaran
1. Tempat duduk masing-masing siswa
siswa sudah siap di tempat duduknya
masing-masing.
2. Kesiapan menerima pembelajaran
Siswa sudah siap dengan buku mereka
Kegiatan Membuka Pelajaran
1. Menjawab pertanyaan guru
Beberapa siswa aktif menjawab
pertanyaan yang diajukan guru dan
memberitahukannya kembali kepada
teman sebangkunya.
2. Mendengarkan penjelasan tentang kompetensi yang
hendak dicapai
Siswa-siswi mendengarkan penjelasan
guru dengan tenang
Kegiatan Inti Pembelajaran
A. Penjelasan materi pelajaran
1. Memperhatikan penjelasan materi pelajaran
Ada siswa yang mendengarkan
penjelasan dengan baik, ada yang tidak
mendengarkan penjelasan guru
2. Bertanya saat proses penjelasan materi
Tidak banyak siswa yang bertanya
3. Interaksi antar siswa
Interaksi antar siswa juga bagus karena
siswa dibuat perkelompok untuk
mengerjakan tugas.
4. Interaksi antara siswa-guru, siswa-materi pelajaran
Meski terlihat, hanya siswa yang
dominan saja yang interaksinya baik
dengan guru
B. Pendekatan/Strategi Belajar
1. Keterlibatan dalam kegiatan belajar
Guru terlibat aktif berkomunikasi
dengan siswa
2. Mengemukakan pendapat ketika diberikan
kesempatan
Sesi ini dimanfaatkan siswa untuk
menanyakan seputar tugas yang telah
mereka kerjakan, apakah butuh
perbaikan atau sudah sesuai dengan
yang telah ditugaskan
3. Mencatat penjelasan yang disampaikan guru
Siswa mencatat beberapa poin penting
yang disampaikan guru mengenai cara
menarasikan hasil wawancara
4. Mengikuti proses pembelajaran
Seluruh siswa mengikuti proses
pembelajaran hingga akhir
C. Pemanfaatan Media Pembelajaran/Sumber
Belajar
1. Interaksi antara siswa dan media pembelajaran yang
digunakan guru
Siswa sibuk mengumpulkan tugas dan
melakukan perbaikan. Guru tidak
melibatkan media pembelajaran.
2. Tertarik pada materi yang disajikan dengan media
pembelajaran
Siswa antusias dengan pembelajaran
meski tidak menggunakan media
pembelajaran, sebab materi yang
diajarkan bersinggungan langsung
dengan kehidupan sehari-hari mereka
3. Ketekunan dalam mempelajari sumber belajar yang
ditentukan guru
Siswa mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru meski ada
sebagian siswa yang masih bersantaisantai tidak mengerjakan
D. Penilaian Proses
1. Mengerjakan tugas/latihan yang diberikan guru
Sebagian besar siswa mengerjakan
latihan yang diberikan guru dengan
baik di bawah pengawasan guru
2. Menjawab pertanyaan guru dengan benar
Siswa yang tidak fokus memperhatikan
diberi pertanyaan tapi tidak bisa
menjawabnya dengan sempurna
E. Penggunaan Bahasa
IV
1. Mengemukakan pendapat
Siswa dirangsang untuk mengeluarkan
pendapat
2. Mengajukan pertanyaan
Sebagian besar siswa dapat
mengajukan pertanyaan dengan baik
PENUTUP
Keterlibatan dalam memberi rangkuman/kesimpulan
Siswa-siswa terlibat dalam menarik
kesimpulan
Pelajaran yang diperoleh dari hasil pengamatan/observasi :
Siswa akan menjadi mudah tidak fokus jika materi yang sedang diajarkan
adalah materi yang agak sulit/berat. Terlebih lagi jika metode yang digunakan tidak turut
membantu menyamarkan kesulitan materi tersebut, maka jelas siswa akan menjadi mudah
tidak fokus terhadap pembelajaran.
Jadi, ketika materi yang akan disampaikan dirasa sulit, maka guru hendaknya
mencari cara alternatif untuk menyamarkan materi yang sulit itu dari mind set siswa
supaya motivasi belajar siswa tidak menurun.
Nama pengamat: Papat Fathiyah
Tanda Tangan
:………………………………
DATA INFORMAN
Informan 1
Nama
: Muhamad Nurhidayah
Kelas
: VIII.3
Tanggal Lahir
: Sabtu,8 Januari 2000
Alamat
: Jl.Jambu Rt,02rw,05 Kedaung,Sawangan Depok
Anak
: Anak Ke 3
Nama Orang Tua
Bapak
: Widodo
Pekerjaan
: Wiraswasta
Ibu
: Nurhayati
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Informan II
Nama
: Firda
Kelas
: VIII.3
Tanggal lahir
: 04 agustus 2000
Alamat
: Gg.Bahagia, RT 001/12 Bojongsari lama
Anak ke
: 3 dari 2 bersaudara
Nama orang tua
Bapak
: alm. Jayamat
Ibu
: Wati
Pekerjaan
: ibu rumah tangga
Informan III
Nama
: Dimas Farhan
Kelas
: VIII.3
Tempat lahir
: 13 agustus 2000
Alamat
: Bojong sari baru jalan manggis Rw.02 Rt.04
Anak ke
: 5 dari 6 bersaudara
Nama orang tua
Ibu
: Sumatini
Perkerjaan
: Ibu rumah tetangga
Bapak
: susilo
Pekerjanan
: tidak ada
Panduan Wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum
1. Apa saja yang telah dilakukan sekolah supaya pembelajaran menjadi
efektif?
2. Bagaimana peran serta Sapras dalam membantu para guru menciptakan
pembelajaran yang efektif?
3. Apakah setiap mengajar guru harus menyiapkan RPP?
4. Bagaimana dengan guru yang berdalih tidak membuat RPP?
5. Menurut kamu, bagaimana para guru di sini dalam mempersiapkan RPP?
6. Bagaimana pengaruh dan peran RPP bagi sekolah ini?
7. Bagaimana urgensi RPP bagi kualitas mengajar para guru di sekolah ini
terkait dengan capaian hasil belajar siswa?
8. Sejauh mana fasilitas di sekolah ini membantu membuat metode belajar
guru menjadi lebih kreatif?
9. Seberapa sering guru di sekolah ini memanfaatkan media audio visual
sebagai media pembelajaran?
10. Apakah pernah diadakan pelatihan khusus tentang penggunaan dan
pemanfaatan media audio visual dengan tepat?
11. Apakah siswa antusias dengan penggunaan media audio visual dalam
pembelajaran?
12. Sudah efektifkah penggunaan media audio visual dalam KBM tersebut?
13. Apa barometer efektif atau tidak efektifnya penggunaan media audio
visual tersebut?
14. Apa harapan Bapak/Ibu terhadap dewan guru dalam penggunaan media
audio visual di dalam kelas?
Panduan Wawancara dengan Peserta Didik
1. Bagaiamana persiapan kamu sebelum memulai pembelajaran? Apakah
sebelumnya kamu telah belajar di rumah?
2. Tadi materi yang ada di Video sulit atau mudah?
3. Ketika kamu belajar, apakah kamu sebelumnya pernah menggunakan
media pembelajaran audio visual berupa video sebagai bahan pelajaran
selain buku wajib di sekolah?
4. Apakah dalam pelajaran Bahasa Indonesia selalu menggunakan media
audio visual?
5. Apakah kamu menyimak dan memperhatikan ketika guru mengajar
dengan media audio visual dan menangkap materi yang hendak
disampaikan?apakah kamu faham dengan materi tersebut?
6. Apa tanggapan kamu dengan digunakannya media audio visual dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia?
7. Apakah kamu menyukainya?
8. Menurut kamu, apakah materi yang disampaikan dalam media audio visual
sama dengan materi yang ada di buku paket?
9. Apakah penggunaan media audio visual dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia membantu kamu untuk lebih memahami materi?
10. Ketika guru menayangkan media audio visual, apakah suara, gambar, dan
pencahayaannya jelas? Perasaan kamu bagaimana ketika menyimaknya?
11. Apa perbedaan menggunakan media audio visual dengan tidak
menggunakan media audio visual dalam belajar Bahasa Indonesia?
Panduan Wawancara dengan Guru Bidang Studi Bahasa Indonesia
1. Apakah sebelum mengajar bapak/ibu membuat RPP?
2. Komponen pemebelajaran mana yang menjadi acuan dalam penggunaan
media yang akan dipilih?
3. Bagaimana cara Bapak/Ibu melibatkan media audio visual dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia?
4. Bagaimana persiapan kelas dan situasi siswa saat Bapak/Ibu mulai
mengajar dengan menggunakan media audio visual?
5. Apakah ada tuntutan dari sekolah untuk memanfaatkan media audio visual
ketika mengajar?
6. Apakah ada sangsi bagi guru yang tidak memanfaatkan media audio visual
dalam mengajar?
7. Menurut Bapak/Ibu, adakah manfaat bagi siswa dalam menggunakan
media audio visual dalam pembelajaran Bahasa Indonesia?
8. Apa saja manfaat yang dirasakan dari penggunaan media?
9. Kendala apa saja yang dihadapi dalam proses belajar mengajar dengan
menggunakan media audio visual dalam pembelajaran Bahasa Indonesia?
10. Bagaimana menyikapi masalah tersebut?
11. Apakah Bapak/Ibu merasa terbebani dalam menggunakan media tersebut?
12. Apakah ada waktu rutin menggunakan media audio visual dalam
pembelajaran bahasa indonesia atau digunakan sebutuhnya materi
pelajaran?
13. Apa pertimbangan penggunaan media secara materi tersebut?
14. Apa metode pembelajaran yang paling tepat dalam menggunaan media
audio visual untuk pembelajaran drama?
15. Apa harapan Bapak/Ibu dengan digunakannya media audio visual dalam
pembelajaran bahasa indonesia di kelas?
16. Bagaimana tindak lanjutnya?
Hasil Wawancara dengan Peserta Didik
(Informan I)
No.
1
2
3
4
5
Pertanyaan
Bagaiamana persiapan kamu
sebelum memulai pembelajaran?
Apakah sebelumnya kamu telah
belajar di rumah?
Tadi materi yang ada di Video
sulit atau mudah?
Ketika kamu belajar, apakah
kamu sebelumnya pernah
menggunakan media
pembelajaran audio visual
berupa video sebagai bahan
pelajaran selain buku wajib di
sekolah?
Apakah kamu menyimak dan
memperhatikan ketika guru
mengajar dengan media audio
visual dan menangkap materi
yang hendak disampaikan?
Apa tanggapan kamu dengan
digunakannya media audio
visual dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia?
Jawaban
Belajar tentang drama di rumah, tapi
sedikit.
Biasa saja. Agak sulit awalnya, tapi
lama-lama ngerti.
Belum pernah. Yang saya tahu, selama
ini kami lebih sering belajar dari buku
dan mencatat saja.
Menyimak. Saya paham.
Bagus karena saya termasuk siswa yang
memiliki cara belajar antara auditori
dan visual, jadi kalau belajar dengan
menonton video saya bisa lebih suka,
paham, dan ingat.
Suka
6
Apakah kamu menyukainya?
7
Menurut kamu, apakah materi
yang disampaikan dalam media
audio visual sama dengan materi
yang ada di buku paket?
Sama. Tetapi lebih banyak yang dari
video dan diskusi. Sebagiannya lagi ada
di buku paket.
8
Apakah penggunaan media
audio visual dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia membantu
kamu untuk lebih memahami
materi?
9
Ketika guru menayangkan media
audio visual, apakah suara,
gambar, dan pencahayaannya
jelas? Perasaan kamu bagaimana
ketika menyimaknya?
Membantu, kerena dengan melihat
video, materi menjadi lebih jelas
daripada hanya membaca dari buku.
tapi saya akan lebih faham jika setelah
menonton, guru kemudian menjelaskan
tayangan barusan.
Cukup jelas. Saya jadi semangat
belajarnya sebab cara belajarnya
berbeda. Hanya kalau bisa nanti
suaranya lebih keras lagi untuk satu
kelas.
10
Apa perbedaan menggunakan
media audio visual dengan tidak
menggunakan media audio
visual dalam belajar Bahasa
Indonesia?
Kalau hanya dengan membaca atau
mencatat saya jadi mudah lupa dan
agak bosan. Tapi kalau dengan
menyimak video saya jadi semangat
dan mudah diingat. Saya juga jadi bisa
melihat contoh bermain drama yang
nyata. Itu membuat saya jadi tahu
caranya bermain drama dan membuat
saya terinspirasi.
(Informan II)
No.
1
2.
3
4
5
Pertanyaan
Bagaiamana persiapan kamu
sebelum memulai pembelajaran?
Apakah sebelumnya kamu telah
belajar di rumah?
Tadi materi yang ada di Video
sulit atau mudah?
Ketika kamu belajar, apakah
kamu sebelumnya pernah
menggunakan media
pembelajaran audio visual
berupa video sebagai bahan
pelajaran selain buku wajib di
sekolah?
Apakah kamu menyimak dan
memperhatikan ketika guru
mengajar dengan media audio
visual dan menangkap materi
yang hendak disampaikan?
Apa tanggapan kamu dengan
digunakannya media audio
visual dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia?
Jawaban
Belajar. Saya mengerjakan soal-soal PG
yang ada di buku paket.
Biasa saja. Saya suka Bahasa Indonesia.
Jadi, saya suka-suka saja. Cuma tadi
beda aja soalnya nonton langsung.
Kalau video drama belum pernah
Menyimak. Paham.
Bagus-bagus saja. Hanya saja, saya
lebih suka belajar dengan cara
mendengar daripada melihat, jadi kalau
setelah menonton kemudian dijelaskan
saya mengerti.
Saya suka baca buku. Tapi kalau
pelajaran drama memang lebih
mengerti jika menonton video.
Sama. Tapi lebih banyak dari video.
6
Apakah kamu menyukainya?
7
Menurut kamu, apakah materi
yang disampaikan dalam media
audio visual sama dengan materi
yang ada di buku paket?
8
Apakah penggunaan media
audio visual dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia membantu
kamu untuk lebih memahami
materi?
9
Ketika guru menayangkan media Tertarik. Suka-suka saja.
audio visual, apakah suara,
gambar, dan pencahayaannya
jelas? Perasaan kamu bagaimana
ketika menyimaknya?
Apa perbedaan menggunakan
Kalau belajar dengan video memang
media audio visual dengan tidak lebih ribet tapi waktu jadi tidak terasa.
10
Cukup membantu tapi harus dijelaskan
atau didiskusikan lagi hasil
menontonnya supaya murid-murid
sekelas bisa paham betul
menggunakan media audio
visual dalam belajar Bahasa
Indonesia?
Sementara kalau dengan ceramah lebih
simpel, hanya tinggal menyimak dan
mencatat tetapi waktu rasanya lama.
(Informan III)
No.
1
Pertanyaan
Bagaiamana persiapan kamu
sebelum memulai pembelajaran?
Apakah sebelumnya kamu telah
belajar di rumah?
Tadi materi yang ada di Video
sulit atau mudah?
Ketika kamu belajar, apakah
kamu sebelumnya pernah
menggunakan media
pembelajaran audio visual
berupa video sebagai bahan
pelajaran selain buku wajib di
sekolah?
Apakah kamu menyimak dan
memperhatikan ketika guru
mengajar dengan media audio
visual dan menangkap materi
yang hendak disampaikan?
Apa tanggapan kamu dengan
digunakannya media audio
visual dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia?
Jawaban
Tidak mempersiapkan apa-apa dan
tidak belajar.
6
Apakah kamu menyukainya?
Suka
7
Menurut kamu, apakah materi
yang disampaikan dalam media
audio visual sama dengan materi
yang ada di buku paket?
Sama.
8
Apakah penggunaan media
audio visual dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia membantu
kamu untuk lebih memahami
materi?
Tidak terlalu. Saya kayanya lebih
mudah paham jika diceramahi. Tapi
saya ingat apa yang kemarin
disampaikan dalam video itu.
9
Ketika guru menayangkan media
audio visual, apakah suara,
gambar, dan pencahayaannya
jelas? Perasaan kamu bagaimana
ketika menyimaknya?
10
Apa perbedaan menggunakan
media audio visual dengan tidak
Jelas. Sulit dimengerti karena saya
sedang tidak mood belajar. Rumit,
karena saya tidak terlalu
memperhatikan, sehingga saya tidak
memahami secara jelas. Saya juga
duduk di bangku paling belakang ketika
video itu diputar.
Kalau diceramahi guru saya takut, jadi
didengar dan jadi paham. Tapi kalau
2
3
4
5
Sulit.
Kalau pelajaran Bahasa Indonesia,
belum. Tapi pelajaran lain, pernah.
Menyimak, tapi tidak terlalu ingat
karena saya kemarin sedang tidak fokus
menyimak pelajaran.
Mungkin akan bagus dan menarik kalau
saya sedang mood belajar.
menggunakan media audio
visual dalam belajar Bahasa
Indonesia?
menyimak video, itu rumit karena harus
mencerna sendiri.
Hasil Wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum
Sopyan Hadi, S.Si.
No.
1.
Pertanyaan
Apa saja yang telah
dilakukan sekolah supaya
pembelajaran menjadi
efektif?
2.
Bagaimana peran serta
Sapras dalam membantu
para guru menciptakan
pembelajaran yang
efektif?
3.
Bagaimana pengaruh dan
peran RPP bagi sekolah
ini?
Jawaban
Salah satu upaya yang dilakukan sekolah
dalam mendukung pembelajaran yang efektif
adalah dengan menyediakan sarana dan
prasarana oleh sekolah. Fasilitas media
pembelajaran dilengkapi sesuai dengan
karakteristik peserta didik. Seperti halnya,
untuk membantu memfasilitasi peserta didik
yang memiliki cara belajar audio, sekolah
menyediakan fasilitas speaker aktif maupun
Lab bahasa. Sementara, untuk membantu
peserta didik dengan cara belajar yang
cenderung visual, sekolah menyediakan
proyektor dan poster-poster. Penggunaan
media pembelajaran yang sifatnya melibatkan
audio dan visual juga sering dilakukan untuk
membantu melatih peserta didik tidak
cenderung pada satu cara belajar. Artinya,
sekolah mendukung upaya guru mengajar
dengan cara yang variatif.
Sarana dan prasarana jelas sangat membantu
terciptanya efektivitas dalam mengajar. salah
satu paya sekolah dalam memenuhi
kebutuhan guru dan mengajar di kelas terkait
dengan sarana dan prasarana adalah:
1. Guru diminta membuat list keperluan
mengajar yang nantinya akan disesuaikan
dengan anggaran dan kebijakan sekolah
2. Menghadirkan sarana maupun prasarana
yang telah di list yang dianggap prioritas
dalam mendukung kegiatan belajar mengajar.
Dan mengupayakan menghadirkan sisanya
secara berkala.
3. 90% fasilitas mengajar terkait dengan
penggunaan media pembelajaran dibiayai oleh
sekolah, seperti infokus, CD pembelajaran,
dan speaker aktif.
RPP merupakan bagian paling penting dalam
proses mengajar.
Aktivitas guru terbagi ke dalam tiga, yaitu
perencanaan, pelaksanaan atau proses, dan
penilaian. Tanpa perencanaan bagaimana
4
5.
6.
7.
seorang guru akan melaksanakan
pembelajaran yang baik, bagitupun dengan
penilaian yang dilakukan. Jadi, mengingat
betapa pentingnya RPP maka guru diharapkan
dapat mengupayakan menyusun RPP sebelum
masuk ke kelas. Hasilnya sesuai atau tidak
dengan RPP, itu urusan belakangan yang
nanti berguna dalam tahap evaluasi. Guru
yang datang dengan persiapan seadanya
hanya akan memberikan yang seadanya juga
untuk peserta didiknya.
Bagaimana dengan guru
Tanpa RPP lebih baik seorang guru tidak usah
yang berdalih ketika tidak mengajar, sekalipun dia seorang guru yang
membuat RPP?
telah berpengalaman.
Menurut kamu, bagaimana 50% guru-guru di sekolah ini sudah
para guru di sini dalam
mempersiapkan materi-materi mengajarnya
mempersiapkan RPP?
melalui RPP. Sementara 50% nya lagi
membuat RPP tapi masih apa adanya.
Dikarenakan pekerjaan guru bukan hanya
mengajar di kelas, mereka juga memiliki
tugas sosial dan sebagainya, dan mereka juga
memiliki porsi kewajiban yang banyak pada
pengelolaan administrasi dan sebagainya,
sehingga untuk pembuatan RPP itu sendiri
secara realitas memang agak terbengkalai.
Meski demikian, guru tetap diwajibkan
membuat RPP terlepas nanti hasilnya efektif
atau tidak.
Bagaimana urgensi RPP
Untuk pembuatan RPP tentu sangat penting.
bagi kualitas mengajar
Tapi, ketika guru diwajibkan untuk
para guru di sekolah ini
menyediakan RPP atau mengumpulkan RPP
terkait dengan capaian
bagi guru yang sudah terlanjur mengajar tanpa
hasil belajar siswa?
RPP, hasilnya tidak efektif. Guru cenderung
membuatnya tidak sesuai dengan silabus.
Segelintir guru bahkan mengajar tanpa
menjelaskan kepada peserta didiknya
mengenai tujuan dan indikator yang hendak
dicapai dalam suatu pembelajaran.
Dalam beberapa kasus bahkan terjadi
ketidaksesuaian antara SK KD yang tertera di
silabus dengan kisi-kisi butir soal yang akan
diujikan.
Bagaimana peran dan
RPP yang merupakan tindak lanjut dari
pengaruh RPP bagi
silabus tentu sangat mempengaruhi kualitas
sekolah ini?
pengajaran di sekolah ini. Sebab itu, sekolah
mengupayakan kinerja guru dengan sering
mengadakan workshop-workshop maupun
pembinaan mengenai pengkajian silabus dan
8.
Sejauh mana fasilitas di
sekolah ini membantu
membuat metode belajar
guru menjadi lebih
kreatif?
9
Seberapa sering guru di
sekolah ini memanfaatkan
media audio visual
sebagai media
pembelajaran?
10
Apakah pernah diadakan
pelatihan khusus tentang
penggunaan dan
pemanfaatan media audio
visual dengan tepat
11
Apakah siswa antusias
dengan penggunaan media
audio visual dalam
pembelajaran
RPP supaya pengetahuan guru mengenai
indikator dan tujuan pembelajaran jelas dan
berkembang.
Sangat membantu. Selain itu, sekolah juga
memfasilitasi dalam mengembangkan metode
mengajarnya dengan cara mengikutsertakan
SDM di sekolah ini dalam pelatihanpelatihan, baik yang diselenggarakan oleh
sekolah sendiri, yang diselenggarakan oleh
perkumpulan guru bidang studi, ataupun yang
diselenggarakan oleh pemerintah.
Media audio visual belum diterapkan oleh
seluruh guru. 80%-90% guru sudah
menggunakan media audio visual.
Sementatara, 10%-20% nya lagi masih betah
mengajar dengan cara tradisional atau dengan
cara ceramah dan mencatat.
Hal ini tentu menjadi PR untuk kami semua
ke depannya. Supaya seluruh guru bisa sejajar
kemampuan mengajarnya.
Ada yang dalam satu semester tidak pernah
menggunakan media pembelajaran sama
sekali, namun ada juga yang dalam satu
semester menggunakan media audio visual 45 kali atau bahkan lebih. bahkan
Minimal setiap satu tahun sekali diadakan
pelatihan intern. Pelatihan pemanfaatan media
audio visual biasanya diadakan oleh pihak
laboratorium komputer sebagai salah satu
program kerja laboratorium komputer dalam
rangka membantu mengembangkan
pengetahuan guru mengenai IT.
Selain itu, sekolah juga sering mengirim guru
maupun tenaga kependidikan yang memiliki
latar belakang pendidikan IT untuk mengikuti
pelatihan yang diselenggarakan oleh dinas
terkait. Setelah mengikuti pelatihan tersebut,
ilmu yang didapat kemudian ditularkan di
sekolah kepada guru-guru lain dalam sebuah
workshop intern.
Lebih dari 80% peserta didik antusias. Sebab,
mereka hidup tepat di mana media teknologi
dan internet sedang berkembang pesatnya. Di
sini tentu guru dituntut untuk tidak kalah
dengan perkembangan yang diikuti peserta
didik, salah satunya dengan menjadikan
12
13
kesenangan mereka menggunakan media
teknologi dan internet sebagai media belajar
mereka. orangtua murid mana yang mau
nyekolahkan anak-anaknya dengan biaya
yang besar sementara guru yang mengajari
anaknya hanya mengandalkan mengajar
dengan cara yang tradisional? Selain guru
akan ditinggalkan oleh peserta didiknya,
sekolah juga akan dianggap tidak mengikuti
perkembangan zaman.
Sudah efektifkah
Lebih efektif daripada tidak menggunakan.
penggunaan media audio
Dilihat dari kreativitas guru tersebut,
visual dalam KBM
bagaimana dia mengkombinasikan
tersebut?
pembelajaran bukan hanya dengan membaca
atau menulis karena itu akan menjadi
monoton. Tapi bagaimana dengan
kreativitasnya, guru tersbeut mampu membuat
peserta didik menonton tapi setelah menonton
mereka dapat menulis maupun berbicara
mengenai apa yang mereka simak sesuai
dengan materi yang sedang dipelajari.
Jadi, makna yang tersirat di dalam video itu
harus memuat materi yang sedang dipelajari.
Dengan menggunakan media audio visual,
diaharpakan peserta didik mendapatkan
pembelajaran dengan contoh yang lebih
kongkrit. Supaya pembelajaran yang mereka
dapat di sekolah bisa diterapkan di kehidupan
sehari-hari.
Selain itu, media audio visual juga bisa
menjadi sarana hiburan atau rielksasi bagi
peserta didik. Otak mana yang sanggup hanya
memuat tulisandan tulisan dari buku. Tentu
mereka juga akan mengalami kejenuhan
dalam belajar. Sebab itu, media audio visual
perlu digunakan sebagai variasi metode dalam
mengajar suapaya pembelajaran bisa lebih
efektif.
Apa barometer efektif atau Kalau kompetensi dasarn dan indikator sudah
tidak efektifnya
tercapai berarti penggunaan media audio
penggunaan media audio
visual dalam suatu pembelajaran sudah
visual tersebut?
efektif.
Namun, ketercapaian tersebut bukan dilihat
dari nilai secara tertulis. Tetapi dari
pemantauan guru terhadap kemampuan anak
dalam pembelajara tersebut secara kualitas
sudah tercapai atau belum. Bisa dilakukan
dengan cara bertanya face to face dalam
14
Apa harapan Bapak/Ibu
terhadap dewan guru
dalam penggunaan media
audio visual di dalam
kelas?
15
Apa harapan Bapak terkait
dengan pengembangan
pembelajaran Bahasa
Indonesia di sekolah ini?
sebuah kuis. Jadi bukan dari nilai dalam
sebuah ujian tertulis saja, sebab jika hanya
mengandalkan nilai ujian tertulis hasilnya
terkadang bisa menipu. Misalnya, si anak
menyontek.
100% para guru memanfaatkan media audio
visual dalam pembelajarannya di kelas.
Suapay kesan dan pengalaman belajar pesrta
didik bisa berkembang. Dengan begitu citra
yang muncul tentang sekolah itu sendiri dapat
terangkat lewat kualitas mengajar gurugurunya.
Saya berharap, suatu saat sekolah ini bisa
membangun sebuah podium atau mimbar
terbuka di halaman sekolah, di mana peserta
didik dapat langsung mempraktikkan
kemampuan berpidatonya di depan khalayak
ramai. Dengan begitu diharapkan siswa-siswi
SMP Al-Hasra menjadi siswa-siswi yang
tidak malu lagi untuk tampil ke depan
masyarakat, karena mereka merasa sudah
terlatih dalam menggunakan bahasa yang baik
dan benar.
Hasil Wawancara dengan Guru Bidang Studi Bahasa Indonesia
Herman Risin
No.
1.
Pertanyaan
Jawaban
Apakah sebelum mengajar Selalu, walaupun presentasinya masih 90%
bapak/ibu membuat RPP? karena sering ada yang terlupa.
2.
Komponen pemebelajaran
mana yang menjadi acuan
dalam penggunaan media
yang akan dipilih?
3.
Bagaimana cara
Bapak/Ibu melibatkan
media audio visual dalam
pembelajaran Bahasa
Indonesia?
4.
Bagaimana persiapan
kelas dan situasi siswa
saat Bapak/Ibu mulai
mengajar dengan
menggunakan media
audio visual?
Apakah ada tuntutan dari
sekolah untuk
memanfaatkan media
audio visual ketika
mengajar?
5.
6.
Menurut Bapak
melibatkan media audio
visual dalam kelas itu
menyulitkan atau tidak?
7.
Menurut Bapak/Ibu,
adakah manfaat bagi
siswa dalam
menggunakan media
audio visual dalam
Lebih cenderung ke materi karena materi itu
bagian yang paling penting dalam
pembelajaran. Jadi, dilihat seberapa banyak
materi yang tergambarkan dalam media itu,
baru media akan digunakan. Tapi kalau dalam
media itu hanya terkandung 20% materi
biasanya saya tidak akan menggunakannya.
Sejujurnya saya jarang sekali menggunakan
media audio, visual, atau bahkan audio visual
dalam pembelajaran, tapi kalau pun saya
menggunakannya tentu saya akan membuat
anak-anak terlibat aktif dalam pembelajaran.
Mulai dari tujuan, materi, sampai kepada
penggunaan media dalam materi itu sendiri,
peserta didik harus terlibat aktif.
1. membuat power poin untuk menjelaskan
tujuan pembelajaran dan selayang pandang
materi
2. menyiapkan video yang akan disajikan ke
kelas
Secara instruksi ada, tetapi dikembalikan lagi
ke materi setiap bidang studi untuk
disesuaikan. Tapi saya setuju jika ada
instruksi yang mewajibkan guru mengajar
dengan melibatkan media audio visual.
Sulit, tidak! Tapi menyulitkan, iya! Sebab
saya bukan orang yang ahli dalam hal
teknologi. Saya termasuk tipe guru yang
mengajar dengan cara tradisional, tetapi saya
tidak menutup diri untuk mengikuti
perkembangan.
Banyak sekali. Salah satunya yaitu membantu
peserta didik untuk lebih mengetahui dan
memahami materi yang diajarkan.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
pembelajaran Bahasa
Indonesia?
Adakah dampak negatif
dari penggunaan media
audio visual dalam
pembelajaran Bahasa
Indonesia terutama dalam
materi drama?
Kendala apa saja yang
dihadapi dalam proses
belajar mengajar dengan
menggunakan media
audio visual dalam
pembelajaran Bahasa
Indonesia?
Bagaimana menyikapi
masalah tersebut?
Menurut saya tidak, selama kita benar-benar
memilah media audio visual terutama memilih
video drama yang sesuai dengan segmentasi
anak. Disesuaikan dengan usia dan daya
tangkap peserta didik.
Beberapa kali sering terjadi kesalahan teknis.
Misalnya, video yang akan diputar tiba-tiba
tidak ada suaranya, atau proyektornya tidak
mau menyala.
Memanggil teknisi sekolah. Lalu bisa. Tapi
kalau mati lagi saya memilih untuk
mengajarkan secara manual. Tetapi saya tidak
kapok untuk mencoba dan mencobanya lagi.
Apakah Bapak/Ibu merasa Memang ribet, sebab kita harus terlebih
terbebani dalam
dahulu memiliki atau mengoleksi video-video
menggunakan media
yang akan menjadi play list. Kalau sudah
tersebut?
punya seperti itu tentu tidak akan ribet. Tapi
kalau tidak, tentu sedikit terbebani karena
penyajiannya tidak maksimal.
Apa metode pembelajaran Diskusi. supaya bisa saling bertukar pikiran
yang paling tepat dalam
tentang materi yang mungkin hanya disimak
menggunaan media audio sekali jalan. Tapi justru itu akan menjadi baik
visual untuk pembelajaran karena peserta didik belajar sigap dan disiplin
drama?
dalam menangkap materi, sehingga tidak ada
waktu yang terbuang-buang dalam belajar.
Apakah barometer
1. dari segi out put, nilai peserta didik
efektivitas penggunaan
melibihi KKM.
media audio visual dalam 2. dari segi psikomotor, anak mampu
pembelajaran Bahasa
berimprofisasi dalam dinamika pembelajaran.
Indonesia?
Dua hal itu yang menjadi barometer saya
dalam mengetahui efektif atau tidaknya
penggunaan media audio visual dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia.
Apakah Bapak rutin
Sejujurnya, tidak. Sebab saya memiliki jadwal
mengikuti pelatihan
mengajar yang cukup padat. Pagi sampai
penggunaan media
siang di Al-Hasra, lalu siang sampai sorenya
pembelajaran yang sering di sekolah lain. Jadi, belum ada waktu yang
diadakan oleh sekolah?
luang untuk fokus mengikuti pelatihan seperti
itu. Tapi saya tetap berusaha mengejar
ketertinggalan saya dengan belajar sedikitsedikit.
Apa harapan Bapak/Ibu
Peserta didik bisa mendapatkan pengetahuan
dengan digunakannya
media audio visual dalam
pembelajaran bahasa
indonesia di kelas?
lebih banyak. Terutama dalam hal
pengimplikasiannya di kehiduapn sehari-hari.
Seperti halnya mempelajari drama melalui
video. Diharapkan dari situ peserta didik
mampu mengetahui secara rill tentang unsurunsur pertunjukan drama dan bisa
mengimplikasikannya di kehidupan seharihari, contohnya menjadi tutor sebaya bagi
kawannya untuk memberikan informasi
mengenai unsur pertunjukan drama ketika
berkunjung ke tempat pementasan drama.
Nama
:
Kelas
: VIII (Delapan)
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Hari/Tanggal
:
A. Soal Pilihan Ganda
1. Tema drama yang berjudul “Pengemis Masa Kini (PMK)” adalah ...
a. Pendidikan
c. Keluarga
b. Percintaan
d. Pekerjaan
2. Tokoh utama dalam cerita adalah ...
a. Euis
c. Togar
b. Jono
d. Ambu
3. Penyebab utama Euis menjadi pengemis adalah ...
a. Euis tidak memiliki pendidikan yang tinggi
b. Euis durhaka kepada orangtu
c. Euis kurang giat berusaha
d. Euis berteman dengan orang yang salah
4. Apa alur yang digunakan?
a. Campuran
c. Maju
b. Mundur
d. Mundur-maju
5. Karakter tokoh Togar dalam cerita digambarkan sebagai seorang yang ...
a. Tegas
c. Pemurung
b. Humoris
d. Pemarah
6. Perasaan Ambu ketika mengetahui Euis menjadi peminta-minta adalah ...
a. Bersedih
c. Marah
b. Benci
d. Malu
7. Peralatan yang digunakan untuk menunjang peran tokoh dalam cerita
disebut ...
a. Properti
c. lighting
b. Setting
d. casting
8. Orang yang mengatur atau mengarahkan pemain dalam suatu pertunjukan
drama disebut?
a. Aktor
c. Sutradara
b. Produser
d. fotographer
9. Untuk menentukan siapa yang cocok memerankan sebuah tokoh/karakter,
biasanya para pemain diadakan ...
a. Pementasan
c. Karantina
b. Casting
d. Dialog
10. Berikut ini adalah bagian dari unsur pementasan drama, kecuali ...
a. Tokoh
c. Panggung
b. Dialog
d. Pujian
11. Berikut adalah tokoh-tokoh yang terdapat dalam drama PMK, kecuali ...
a. Pak RT
c. Ambu
b. Abah
d. Bu Derek
12. Tokoh antagonis dalam drama PMK tergambar pada tokoh ...
a. Euis
c. Togar
b. Ambu
d. Abah
13. Amanat yang dapat diambil dari drama PMK ...
a. Menjadi pengemis jika ingin kaya
b. Jangan putus asa dan giatlah dalam mencari pekerjaan
c. Mengemis membawa rezeki
d. Jangan manjadi seniman jika ingin sukses
14. Apakah peran tokoh Bu Derek dalam cerita?
a. Pengemis
c. Guru
b. Pedagang
d. Direktur Pengemis
15. Puisi yang terdapat dalam dialog drama PMK berjudul ...
a. Sebatang Lisong
c. Jinak-jinak Merpati
b. Karangan Bunga
d. Menyesal
B. Soal Esay
1. Sebutkan tokoh-tokoh drama Pengemis Masa Kini yang Kamu ketahui!
2. Bagaimana karakter tokoh Euis dalam drama tersebut? Jelaskan!
3. Sebutkan latar yang digunakan dalam pertunjukan drama tersebut!
4. Apa tanggapanmu tentang Penampilan pertunjukan drama tadi?
5. Menurutmu, apakah judul drama tersebut sesuai dengan isi drama yang
ditampilkan? Jelaskan!
Kunci Jawaban PG
1. D
2. A
3. C
4. C
5. B
6. A
7. A
8. C
9. B
10. D
11. A
12. B
13. B
14. D
15. A
Indikator Soal Tes Tertulis (untuk satu pertemuan)
Sekolah
: SMP Al-Hasra
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VIII (Delapan) /2 (Dua)
Standar Kompetensi
: Mendengarkan/menyimak
Mengapresiasi pementasan drama
Kompetensi Dasar
: Menanggapi unsur pementasan drama
Materi Pelajaran
implementasinya
: Menanggapi unsur-unsur pementasan drama dan
Standar
Kompetensi
Mengapresiasi
pementasan
drama
Indikator Soal
Siswa dapat menentukan
tema drama yang disajikan
Siswa dapat menentukan
tokoh utama dalam cerita
Siswa dapat
mengedintifikasi alur cerita
dan menemukan penyebab
konflik
Siswa dapat
mengidentifikasi alur yang
terdalam drama
Siswa dapat menentukan
karakter tokoh
Siswa dapat menganalisis
keadaan batin tokoh
Siswa dapat
mendeskripsikan defisnisi
properti
Siswa dapat
mendeskripsikan definisi
sutradara
Siswa dapat
mendeskripsikan makna
dari casting
Siswa dapat menyebutkan
unsur-unsur pementasan
drama
Siswa dapat
mengidentifikasi tokohtokoh yang terdapat dalam
drama yang disajikan
Siswa dapat menemukan
amanat dari drama yang
Materi
Ajar
No Soal
Bentuk
Soal
Skor
1
1
2
1
3
1
4
1
5 dan 12
1
6
1
7
1
Drama
PG
8
1
9
1
10
1
11
1
13
1
disimak
Siswa dapat menganalisis
peran tokoh dalam cerita
Siswa dapat menyebutkan
puisi yang terdapat dalam
dialog drama tersebut
Siswa dapat
mengidentifikasi tokohtokoh yang terdapat dalam
drama Pengemis Masa Kini
Siswa dapat menganalisis
karakter salah satu tokoh
dalam cerita
Siswa dapat
mengidentifikasi dan
mendeskripsikan latar yang
terdapat dalam drama yang
disajikan
Siswa dapat menanggapi
penampilan pertunjukan
drama yang telah disajikan
Siswa dapat menanggapi
kesesuaian judul dengan
cerita drama yang
dipentaskan
14
1
15
1
1
Essay
2
2
3
1
4
3
5
2
Bojongsari, 29 April
Keterangan:
2014
Soal Pilihan Ganda 10 nomor dengan skor maksimum = 15
Guru Mapel.
Bhs.Indonesia
Soal Esay 5 nomor dengan skor maksimum = 10
dengan rincian bobot nilai esay:
1= 2
2=2
3=1
4=3
Skor maksimal = PG + Esay= 25
Total skor x 100
Skor maksimal
Jika skor akhir > 75 maka Tuntas
Jika skor < 75 maka Tidak Tuntas
2
5=2
(Papat Fathiyah)
ANALISIS BUTIR SOAL
No.
1.
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
Nama
Agung Beni Wijaya
Allyssa Fitri Caesarani
Andre Nurul Fallah
Ayudya Fauziah
Azzirah Salshadelia
Yusvita
Azura Zuhri Lazuardi
Bayu Pamungkas
Della Amirra
Dimas Farhan
Dinah Ayu Afifi
Suherman
Evrida Andrayani
Fadhel Akbari
Faisal Rahman
Faris Rizky Pratama
Firda
Ira Ghaitsa Zahira
Muhamad Arthur
Gunawan
M. Bima Nugraha Herby
Muhammad Fazlur
Rahman
Muhammad Jalaluddin
Akbar
Nabila Fitri Kharisma
Nada Mufidah
Nadhila Kusdianti
Nindhy Saphira
Novi Berliana Putri
Octari Ratnasari
Orlando Arya Saputra
Rifky Fathul Mubarok
Riyan Riarno
Rizki Rafly Rahmawan
Siti Zahra
Wahyu Ismail
Wisnu Aji Pradana Syafie
Ibrahim Pasya Danya
Endo
Muhamad Nur Hidayah
Jumlah Betul
Nomor
Soal PG
Jumlah
Benar
Nomor Soal Pilihan Ganda
5 6 7 8
9 10
1 0 1 1
1 1
1 0 1 1
1 1
0 0 1 1
1 1
1 0 0 1
1 1
1 0 1 1
1 1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
3
1
0
0
1
0
4
1
1
0
1
1
11
1
1
1
1
1
12
1
1
1
1
1
13
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
0
1
0
0
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
1
0
0
1
0
1
1
1
0
0
0
0
0
1
1
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
0
0
0
0
0
1
1
0
1
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
18
1 0
15 4
1 1 1
31 31 9
1 1
28 30
1 1 1
29 31 31
1 1
31 32
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
14
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
30
15
1
1
0
1
1
1
14
13
10
13
13
13
1
1
1
1
11
10
13
13
1
12
1
1
1
0
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
12
13
13
12
10
10
13
12
11
10
12
12
10
11
12
7
12
1
1
1
29
8
11
14
Nomor Soal Esay
1 2 3
4
2 2 1
3
2 2 1
2
2 2 1
2
2 1 0
2
2 2 1
3
2 1 1
3
Jumlah
Benar
10
9
9
6
10
9
Total
Benar
24
22
19
19
23
22
Skor
Ket
5
2
2
2
1
2
2
96
88
76
76
92
88
L
L
L
L
L
L
2
2
2
2
2
2
2
2
1
0
1
1
2
0
3
3
1
0
2
0
8
4
10
8
19
14
23
21
76
56
92
84
L
TL
L
L
2
2
1
3
2
10
22
88
L
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
34
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
3
2
3
2
1
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
1
1
2
1
1
2
2
2
1
2
2
2
2
1
1
2
2
9
9
10
7
7
10
10
10
9
10
10
9
9
9
9
9
10
21
21
23
19
17
19
23
22
20
20
22
21
20
20
21
16
22
84
84
92
76
68
76
92
88
80
80
88
84
80
80
84
64
88
L
L
L
L
TL
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
TL
L
2
2
2
31
1
1
1
32
3
3
3
22
2 10
2 10
2 10
20
18
21
24
72
84
96
82,3
TL
L
L
Skor tertinggi = 56
Skor terendah= 96
Keterangan:
Soal Pilihan Ganda skor maksimum = 15
Soal Esay skor maksimum = 10 dengan rincian bobot nilai:
1= 2
2=2
3=1
4=3
5=2
Skor maksimal = PG + Esay= 25
Total skor x 100
Skor maksimal
Jika skor akhir > 75 maka Lulus
Jika skor < 75 maka Tidak Lulus
No.
Nama
1.
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
Agung Beni Wijaya
Allyssa Fitri Caesarani
Andre Nurul Fallah
Ayudya Fauziah
Azzirah Salshadelia Yusvita
Azura Zuhri Lazuardi
Bayu Pamungkas
Della Amirra
Dimas Farhan
Dinah Ayu Afifi Suherman
Evrida Andrayani
Fadhel Akbari
Faisal Rahman
Faris Rizky Pratama
Firda
Ira Ghaitsa Zahira
Muhamad Arthur Gunawan
M. Bima Nugraha Herby
Muhammad Fazlur Rahman
Muhammad Jalaluddin Akbar
Nabila Fitri Kharisma
Nada Mufidah
Nadhila Kusdianti
Nindhy Saphira
Novi Berliana Putri
Octari Ratnasari
Orlando Arya Saputra
Rifky Fathul Mubarok
Riyan Riarno
Rizki Rafly Rahmawan
Siti Zahra
Wahyu Ismail
Wisnu Aji Pradana Syafie
Ibrahim Pasya Danya Endo
Muhamad Nur Hidayah
Rata-rata
Jumlah
Benar PG
Total
Benar
Skor
14
13
10
13
13
13
Jumlah
Benar
Esay
10
9
9
6
10
9
24
22
19
19
23
22
96
88
76
76
92
88
11
10
13
13
8
4
10
8
19
14
23
21
76
56
92
84
12
10
22
88
12
13
13
12
10
10
13
12
11
10
12
12
10
11
12
7
12
9
9
10
7
7
10
10
10
9
10
10
9
9
9
9
9
10
21
21
23
19
17
19
23
22
20
20
22
21
20
20
21
16
22
84
84
92
76
68
76
92
88
80
80
88
84
80
80
84
64
88
8
11
14
11,6
10
10
10
9
18
21
24
20,6
72
84
96
82,3
Indikator Soal Tes Tertulis (untuk satu pertemuan)
Sekolah
: SMP Al-Hasra
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VIII (Delapan) /2 (Dua)
Standar Kompetensi
: Mendengarkan/menyimak
Mengapresiasi pementasan drama
Kompetensi Dasar
: Menanggapi unsur pementasan drama
Materi Pelajaran
implementasinya
: Menanggapi unsur-unsur pementasan drama dan
Standar
Kompetensi
Mengapresiasi
pementasan
drama
Indikator Soal
Siswa dapat menentukan
tema drama yang disajikan
Siswa dapat menentukan
tokoh utama dalam cerita
Siswa dapat
mengedintifikasi alur cerita
dan menemukan penyebab
konflik
Siswa dapat
mengidentifikasi alur yang
terdalam drama
Siswa dapat menentukan
karakter tokoh
Siswa dapat menganalisis
keadaan batin tokoh
Siswa dapat
mendeskripsikan defisnisi
properti
Siswa dapat
mendeskripsikan definisi
sutradara
Siswa dapat
mendeskripsikan makna
dari casting
Siswa dapat menyebutkan
unsur-unsur pementasan
drama
Siswa dapat
mengidentifikasi tokohtokoh yang terdapat dalam
drama yang disajikan
Siswa dapat menemukan
amanat dari drama yang
Materi
Ajar
No Soal
Bentuk
Soal
Skor
1
1
2
1
3
1
4
1
5 dan 12
1
6
1
7
1
Drama
PG
8
1
9
1
10
1
11
1
13
1
disimak
Siswa dapat menganalisis
peran tokoh dalam cerita
Siswa dapat menyebutkan
puisi yang terdapat dalam
dialog drama tersebut
Siswa dapat
mengidentifikasi tokohtokoh yang terdapat dalam
drama Pengemis Masa Kini
Siswa dapat menganalisis
karakter salah satu tokoh
dalam cerita
Siswa dapat
mengidentifikasi dan
mendeskripsikan latar yang
terdapat dalam drama yang
disajikan
Siswa dapat menanggapi
penampilan pertunjukan
drama yang telah disajikan
Siswa dapat menanggapi
kesesuaian judul dengan
cerita drama yang
dipentaskan
14
1
15
1
1
Essay
2
2
3
1
4
3
5
2
Bojongsari, 29 April 2014
(Papat Fathiyah)
Guru Mapel. Bhs.Indonesia
Keterangan:
Soal Pilihan Ganda 10 nomor dengan skor maksimum = 15
Soal Esay 5 nomor dengan skor maksimum = 10
dengan rincian bobot nilai esay:
1= 2
2=2
3=1
Skor maksimal = PG + Esay= 25
Total skor x 100
Skor maksimal
4=3
5=2
2
Jika skor akhir > 75 maka Tuntas
Jika skor < 75 maka Tidak Tuntas
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAAN
(RPP)
Nama Sekolah
: SMP Al-Hasra
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas/Semester
: VIII/2
Alokasi Waktu
: 4 × 40 menit (dua kali pertemuan)
Standar Kompetensi
: Mendengarkan
5. Mengapresiasi pementasan drama
Kompetensi Dasar
Indikator
: Menanggapi unsur pementasan drama
:
 Mampu menentukan unsur-unsur pementasan drama
 Mampu menanggapi tiap-tiap unsur dengan alasan yang logis
1. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini:
 Peserta didik mampu menentukan unsur-unsur pementasan drama
 Peserta didik mampu menanggapi tiap-tiap unsur dengan alasan yang logis
 Karakter siswa yang diharapkan :
Dapat dipercaya ( Trustworthines)
Rasa hormat dan perhatian ( respect )
Tekun ( diligence )
Tanggung jawab ( responsibility )
2. Materi Pembelajaran
Apresiasi Pementasan Drama
3. Metode Pembelajaran


Problem solving
Pemodelan
4. Kegiatan Pembelajaran
A. Kegiatan Awal
 Guru mengkondisikan kelas
 Guru mengecek kehadiran peserta didik
Apersepsi
 Guru menanyakan kembali tentang materi di pertemuan sebelumnya
 Guru menjelskan indikator dan tujuan pembelajaran hari ini
 Peserta didik diajak untuk mengingat kembali materi di pertemuan
sebelumnya
B. Kegiatan Inti
 Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:




membuatkan kelompok yang terdiri dari 3-4 orang per kelompoknya
menjelaskan aturan main dalam pembelajaran kali ini
membagikan stik kepada peserta didik. Permainan dimulai.
Meminta peserta didik mendiskusikan materi yang telah tiap kelompok
dapatkan
 Meminta peserta didik kemudian menjelaskan secara sederhana mengenai
materi yang mereka dapatkan
 Memberikan apresiasi dan penjelasan tambahan mengenai materi
pementasan drama
 Mengajak peserta didik mengidentifikasi komponen pementasan drama
melalui video yang akan ditayangkan
 Menanyakan pendapat peserta didik mengenai video pertunjukan drama
yang ditayangkan
 Melibatkan peserta didik menemukan unsur intrinsik drama yang baru saja
mereka simak
 Meminta peserta didik menyebutkan komponen pertunjukan drama yang
terdapat pada tayangan tadi dan mengaitkannya dengan materi yang telah
mereka dapatkan
 Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
 Memberikan penjelasan tambahan mengenai materi drama yang terlewat
dijelaskan oleh peserta didik
 Melibatkan peserta didik mengevaluasi penggunaan media dalam
pembelajaran kali ini
 Memberikan apresiasi berupa hadiah kepada kelompok yang sudah berani
tampil mengemukakan pendapat mereka
C. Kegiatan Akhir
Dalam kegiatan penutup, guru:
 bersama-sama dengan peserta didik memberikan kesimpulan pembelajaran
hari ini
 melakukan penilaian terhadap hasil kerja siswa yang sudah dilaksanakan
secara tertib dan sesuai intruksi
 bersama-sama siswa mengakhiri pembelajaran dengan membaca
hamdalah.
5. Sumber Belajar
1. Media audio visual berupa Video pertunjukan drama (terlampir)
2. Buku teks
6. Penilaian
Penilaian akan dilakukan dengan mengadakan tes tertulis berbentuk pilihan ganda
(PG) dan esay. (Soal terlampir)
Bojongsari, 29 April 2014
Guru Mapel Bhs. Indonesia
Observer
(Sri Sulastri, S.Pd.)
(Papat Fathiyah)
Mengetahui,
Kepala SMP Al-Hasra
(Sri Nurhayati Apriliani, S.Pd.)
Lampiran Sumber Belajar (Media Pembelajaran)
a. Pemilihan Media Pembelajaran
Analisis Tujuan
Pembelajaran
Aktivitas siswa
Media ini menuntut
Media ini bertujuan
adanya aktivitas siswa
untuk mecapai fungsi
atensi dan fungsi sosio- dalam hal
 Visual activities
kultural melalui
melalui
kegiatan menganalisis
memperhatikan
teori yang ada dan
gambar.
membandingkannya
 Listening activities
dengan fakta yang
dengan
berkembang di
mendengarkan
masyarakat yang coba
dialog
di hadirkan lewat Video
 Mental activities
dengan
menggabungkan
schemata yang telah
ia miliki dan
menggabungkannya
dengan apa yang
baru ia simak.
Jenis
Media
yang
Dipilih
Media
audio
visual
dengan
format
Video
(MP4)
Sifat
Pengadaan
Media
rancangan
yang dibuat
sendiri oleh
guru.
b. Isi Program Media
Judul
Pertunjukan drama
“Pengemis Masa
Kini”
Indikator
Keberhasilan
Melalui Media
-Siswa mampu
menentukan
unsur-unsur
pementasan
drama.
-Siswa mampu
menanggapi
tiap-tiap unsur
dengan alasan
yang logis
Rincian Materi
Referensi
Durasi
Video ini berisi
sebuah tayangan
pertunjukan drama
berjudul “Pengemis
Masa Kini”.
Sebuah drama yang
menceritakan tokoh
Euis yang notabene
sudah bergelar S1
namun ia masih
kesulitan
mendapatkan
pekerjaan. Hal
tersebut membuat
Euis justru tergabung
 Munadi,
Yudhi. 2012.
Media
Pembelajaran
. Jakarta:
Gaung
Persada
14, 55
menit
dalam sebuah
organisasi pengemis
di era masa kini.
c. SifatPemanfaatan
Media audio visual ini termasuk dalam media sekunder karena media ini
memberikan pengayaan materi untuk memperkuat materi yang telah diketahui
oleh siswa sebelumnya. Media ini berguna untuk memudahkan siswa
memahami materi yang bersifat teoritis melalui contoh-contoh yang biasa
terjadi di masyarakat. Melalui media ini siswa akan mampu memahami dan
mengingat poin-poin penting mengenai unsur-unsur yang terlibat dalam sebuah
pementasan drama, serta dapat menanggapi pementasan drama yang telah
mereka simak.
7. Penilaian
Rubrik Penilaian
No.
1.
2.
Aspek yang dinilai
Menemukan tema dan
jalan cerita
a. Tepat (5)
b. Kurang tepat (4)
c. Tidak tepat (3)
Peserta didik mampu
menemukan unsur-unsur
pementasan drama
beserta contoh real-nya
yang ada di video
a. 3 atau lebih unsur
pementsan drama (5)
b. 2 unsur pementasan
drama (4)
c. 1 unsur pementasan
Skor
5
5
Nilai
Keterangan
drama (3)
3.
Peserta didik mampu
menanggapi unsur-unsur
pementasan drama
beserta contoh real-nya
yang ada di video
a. 3 atau lebih unsur
pementsan drama (5)
b. 2 unsur pementasan
drama (4)
c. 1 unsur pementasan
drama (3)
Keterangan penskoran:
5
Skor maksimum 5 kemudian (5x3) = 15
Nilai akhir :
Skor yang diperoleh
X 100
Skor maksimal
VERIFIKASI DATA SEKOLAH
A. DATA IDENTITAS SEKOLAH
1. N S S
: 2 0 2 0 2 6 6 0 7 0 0 1
2.
NPSN
: 2 0 2 2 9 0 0 1
3.
Nama Sekolah
: SMP Al-Hasra
4.
Status Sekolah
: Negeri
5.
Jenjang Sekolah
: TK
6.
Alamat Sekolah
: Jl.Ciputat-Parung Km.24
Swasta
SD
v SMP
SLB
v
SMA
Desa/Kelurahan
: Bojongsari Baru
Kecamatan
: Bojongsari
Kabupaten/Kota*)
: Depok
Kode POS
: 16516
Kode Area
:-
Telphon
: 021-7491141
Faximile
: 021-7491141
Email
: [email protected]
Website
: www.smp.alhasra.com
7.
Waktu Penyelenggaraan
: a. Pagi
b. Siang
c. Pagi/Siang
v
8.
Nama Kepala Sekolah
: SRI NURHAYATI APRILIANI, S.Pd
9.
NIP Kepala Sekolah
: -
10. NUPTK Kepala Sekolah
: 5751 7526 5330 0012
11. Kepemilikan Sekolah
: Pemerintah Pusat
Pemerintah Daerah
Yayasan
Lain-lain
0 1 -
v
12. Tahun Pendirian
: 2 9 -
13. Luas Lahan/Tanah
: 8760
Meter2
14. Luas Bangunan
: 4000
Meter2
15. SK Pendirian
: 905/I02/Kep/E/88
16. Tahun Pendirian
: 2 9 -
0 1 -
1 9 8 8
1 9 8 8
SMK
B. DATA TITIK KOORDINAT SEKOLAH
Kode/Nomor GPS
: G.014/13
Koordinat Utara
S :
Koordinat
Selatan
E :
-
-
Diisi oleh Petugas
-
Diisi oleh Petugas
C. PROFIL DATA SEKOLAH
1. Akreditasi Sekolah
: Tingkat A
Tingkat B
Tingkat C
Belum Terakreditasi
Terdaftar
Diakui
Disamakan
2. SK. Akreditasi Sekolah
Tanggal Akreditasi
: Tingkat : Jawa Barat/Provinsi
2 5 - 1 1 - 2 0 0
3. Standar Mutu Sekolah
: PRA SPM
SSN
4. Sertifikasi ISO
v
SPM
RSBI
v
PRA SSN
SBI
: ISO 9001 : 2000
ISO 9001 : 2008
Proses Sertifikasi
Belum Sertifikasi
12
v
5. Jumlah Rombel
:
6. Status Internet
: Ada Iinternet
Tidak Ada Internet
7. Tahun Pelajaran
: 2013: v
Rombel
v
/ 2014 : v
8. Kurikulum yang Digunakan : Kurikulum KTSP
Kurikulum 2013
Kurikulum
9. Peserta Ujian Nasional
Tahun 2012/2013
8
: Jumlah Peserta
Jumlah Peserta yang Lulus
v
71
71
DATA SARANA SMP AL-HASRA
No
Jenis Sarana
Jumlah
Letak
Keterangan
1
Tempat Sampah
1
Ruang Kelas 7.3
Laik
2
Kursi Siswa
39
Ruang Kelas 7.3
Laik
3
Meja Guru
1
Ruang Kelas 7.3
Laik
4
Meja Guru
1
Ruang Kelas 7.3
Laik
5
Papan Tulis
1
Ruang Kelas 7.3
Laik
6
Jam Dinding
1
Ruang Kelas 7.3
Laik
7
Proyektor
1
Ruang Kelas 7.3
Laik
8
Simbol Kenegaraan
1
Ruang Kelas 7.3
Laik
9
Meja Siswa
19
Ruang Kelas 7.3
Laik
1
Ruang Wakasek Bidang
Keuangan
Laik
Laik
10
Printer
11
Lemari
2
Ruang Wakasek Bidang
Keuangan
12
Komputer
1
Ruang Wakasek Bidang
Keuangan
Laik
1
Ruang Wakasek Bidang
Keuangan
Laik
Laik
13
Meja Pimpinan
14
Kursi Pimpinan
1
Ruang Wakasek Bidang
Keuangan
15
Tempat Tidur UKS
1
Ruang UKS Al-Hasra
Laik
16
Tempat Sampah
1
Ruang UKS Al-Hasra
Laik
17
Komputer
1
Ruang UKS Al-Hasra
Laik
18
Lemari
1
Ruang UKS Al-Hasra
Laik
19
Kursi Guru
2
Ruang UKS Al-Hasra
Laik
20
Meja Guru
2
Ruang UKS Al-Hasra
Laik
1
Ruang UKS Al-Hasra
Laik
21
Pengukur Tinggi
Badan
22
Timbangan Badan
1
Ruang UKS Al-Hasra
Laik
23
Termometer Badan
1
Ruang UKS Al-Hasra
Laik
24
Tensimeter
1
Ruang UKS Al-Hasra
Laik
25
Selimut
1
Ruang UKS Al-Hasra
Laik
26
Perlengkapan P3K
1
Ruang UKS Al-Hasra
Laik
27
Catatan Kesehatan
Siswa
1
Ruang UKS Al-Hasra
Laik
28
Kursi UKS
1
Ruang UKS Al-Hasra
Laik
29
Meja UKS
1
Ruang UKS Al-Hasra
Laik
30
Lemari UKS
1
Ruang UKS Al-Hasra
Laik
31
Kursi dan Meja
Tamu
1
Ruang UKS Al-Hasra
Laik
32
Filling Cabinet
1
Ruang UKS Al-Hasra
Laik
33
Papan Tulis
1
Ruang Kelas 7.2
Laik
34
Kursi Guru
1
Ruang Kelas 7.2
Laik
35
Meja Guru
1
Ruang Kelas 7.2
Laik
36
Lemari
1
Ruang Kelas 7.2
Laik
37
Kursi Siswa
21
Ruang Kelas 7.2
Laik
38
Meja Siswa
21
Ruang Kelas 7.2
Laik
39
Proyektor
1
Ruang Kelas 7.2
Laik
40
Tempat Air (Bak)
1
Ruang Kelas 7.2
Laik
41
Papan
pengumuman
1
Ruang Kelas 7.2
Laik
42
Jam Dinding
1
Ruang Kelas 7.2
Laik
43
Tempat Sampah
1
Ruang Kelas 7.2
Laik
44
Kursi Siswa
40
Ruang Kimia/Biologi Al
Hasra
Laik
45
Papan
1
Ruang Kimia/Biologi Al
Laik
pengumuman
46
Meja Baca
Hasra
2
Ruang Kimia/Biologi Al
Hasra
Laik
Laik
47
Jam Dinding
1
Ruang Kimia/Biologi Al
Hasra
48
Lemari
3
Ruang Kimia/Biologi Al
Hasra
Laik
1
Ruang Kimia/Biologi Al
Hasra
Laik
Laik
49
Papan Tulis
50
Rak Buku
1
Ruang Guru SMP AlHasra
51
Rak Buku
0
Ruang Guru SMP AlHasra
Laik
52
Jam Dinding
1
Ruang Guru SMP AlHasra
53
Tempat Sampah
1
Ruang Guru SMP AlHasra
Laik
54
Papan Panjang
1
Ruang Guru SMP AlHasra
Laik
55
Rak hasil karya
peserta didik
1
Ruang Guru SMP AlHasra
Laik
56
Kursi Guru
12
Ruang Guru SMP AlHasra
Laik
57
Filling Cabinet
1
Ruang Guru SMP AlHasra
Laik
Laik
58
Meja Guru
12
Ruang Guru SMP AlHasra
59
Papan
pengumuman
2
Ruang Guru SMP AlHasra
Laik
60
Kloset Jongkok
2
Wc Laki-Laki Al-Hasra
Laik
61
Tempat Sampah
1
Wc Laki-Laki Al-Hasra
Laik
62
Tempat Air (Bak)
2
Wc Laki-Laki Al-Hasra
Laik
63
Gayung
2
Wc Laki-Laki Al-Hasra
Laik
64
65
Tempat cuci tangan
Kloset Jongkok
2
Wc Laki-Laki Al-Hasra
Laik
1
Ruang Wc Guru
Perempuan Al Hsr
Laik
Laik
66
Tempat Air (Bak)
1
Ruang Wc Guru
Perempuan Al Hsr
67
Tempat Sampah
1
Ruang Wc Guru
Perempuan Al Hsr
Laik
Laik
68
Gayung
1
Ruang Wc Guru
Perempuan Al Hsr
69
Lemari
2
Ruang Kelas 9.2
Laik
70
Kursi Guru
1
Ruang Kelas 9.2
Laik
71
Papan Tulis
1
Ruang Kelas 9.2
Laik
72
Meja Siswa
17
Ruang Kelas 9.2
Laik
73
Kursi Siswa
17
Ruang Kelas 9.2
Laik
74
Proyektor
1
Ruang Kelas 9.2
Laik
75
Brangkas
2
Ruang Kelas 9.2
Laik
76
Simbol Kenegaraan
3
Ruang Kelas 9.2
Laik
77
Papan
pengumuman
1
Ruang Kelas 9.2
Laik
78
Meja Guru
1
Ruang Kelas 9.2
Laik
79
Jam Dinding
1
Ruang Kelas 9.2
Laik
80
Tempat Sampah
1
Ruang Kelas 9.2
Laik
81
Papan Panjang
1
Ruang Kelas 9.2
Laik
82
Tempat Sampah
1
Ruang Kelas 9.3
Laik
83
Meja Siswa
19
Ruang Kelas 9.3
Laik
84
Kursi Siswa
36
Ruang Kelas 9.3
Laik
85
Meja Guru
1
Ruang Kelas 9.3
Laik
86
Kursi Guru
1
Ruang Kelas 9.3
Laik
87
Papan Tulis
1
Ruang Kelas 9.3
Laik
88
Jam Dinding
1
Ruang Kelas 9.3
Laik
89
Proyektor
1
Ruang Kelas 9.3
Laik
90
Jam Dinding
1
Usaha Sekolah Al-Hasra
Laik
91
Tempat Sampah
1
Usaha Sekolah Al-Hasra
Laik
92
Filling Cabinet
1
Ruang Wakasek Bidang
Kurikulum
Laik
1
Ruang Wakasek Bidang
Kurikulum
Laik
Laik
93
Komputer
94
Printer
1
Ruang Wakasek Bidang
Kurikulum
95
Tape Recorder
1
Ruang Wakasek Bidang
Kurikulum
Laik
2
Ruang Wakasek Bidang
Kurikulum
Laik
Laik
96
Lemari
97
Meja Pimpinan
1
Ruang Wakasek Bidang
Kurikulum
98
Kursi Pimpinan
1
Ruang Wakasek Bidang
Kurikulum
Laik
99
Papan
pengumuman
1
Ruang Lab Kom Al-Hasra
Laik
100
Meja Siswa
20
Ruang Lab Kom Al-Hasra
Laik
101
Proyektor
1
Ruang Lab Kom Al-Hasra
Laik
102
Meja Guru
1
Ruang Lab Kom Al-Hasra
Laik
103
Kursi Guru
1
Ruang Lab Kom Al-Hasra
Laik
104
Papan Tulis
1
Ruang Lab Kom Al-Hasra
Laik
105
Lemari
2
Ruang Lab Kom Al-Hasra
Laik
106
Komputer
40
Ruang Lab Kom Al-Hasra
Laik
107
Filling Cabinet
1
Ruang Lab Kom Al-Hasra
Laik
108
Kursi Siswa
40
Ruang Lab Kom Al-Hasra
Laik
109
Tempat Sampah
1
Ruang Lab Kom Al-Hasra
Laik
110
111
Jam Dinding
Lemari
1
Ruang Lab Kom Al-Hasra
Laik
2
Ruang Tata Usaha SMP
Al-Hasra
Laik
Laik
112
Meja TU
4
Ruang Tata Usaha SMP
Al-Hasra
113
Kursi TU
4
Ruang Tata Usaha SMP
Al-Hasra
Laik
4
Ruang Tata Usaha SMP
Al-Hasra
Laik
Laik
114
Komputer TU
115
Printer TU
4
Ruang Tata Usaha SMP
Al-Hasra
116
Tempat Sampah
1
Ruang Tata Usaha SMP
Al-Hasra
Laik
Laik
117
Rak Buku
2
Ruang Tata Usaha SMP
Al-Hasra
118
Simbol Kenegaraan
2
Ruang Tata Usaha SMP
Al-Hasra
Laik
119
Penanda Waktu
(Bell Sekolah)
1
Ruang Tata Usaha SMP
Al-Hasra
Laik
Laik
120
Pengeras Suara
1
Ruang Tata Usaha SMP
Al-Hasra
121
Filling Cabinet
1
Ruang Tata Usaha SMP
Al-Hasra
Laik
122
Filling Cabinet
1
Ruang Tata Usaha SMP
Al-Hasra
Laik
123
Proyektor
1
Ruang Kelas 8.1
Laik
124
Meja Siswa
18
Ruang Kelas 8.1
Laik
125
Papan Tulis
1
Ruang Kelas 8.1
Laik
126
Kursi Guru
1
Ruang Kelas 8.1
Laik
127
Lemari
1
Ruang Kelas 8.1
Laik
128
Tempat Sampah
1
Ruang Kelas 8.1
Laik
129
Meja Guru
1
Ruang Kelas 8.1
Laik
130
Kursi Siswa
1
Ruang Kelas 8.1
Laik
131
Jam Dinding
1
Ruang Kelas 8.1
Laik
132
Papan
pengumuman
1
Ruang Kelas 8.1
Laik
133
Simbol Kenegaraan
3
Ruang Kelas 8.1
Laik
134
Meja Siswa
18
Ruang Kelas 8.3
Laik
135
Proyektor
1
Ruang Kelas 8.3
Laik
136
Simbol Kenegaraan
1
Ruang Kelas 8.3
Laik
137
Kursi Guru
1
Ruang Kelas 8.3
Laik
138
Meja Guru
1
Ruang Kelas 8.3
Laik
139
Papan Tulis
1
Ruang Kelas 8.3
Laik
140
Papan
pengumuman
1
Ruang Kelas 8.3
Laik
141
Jam Dinding
1
Ruang Kelas 8.3
Laik
142
Tempat Sampah
1
Ruang Kelas 8.3
Laik
143
Kursi Siswa
35
Ruang Kelas 8.3
Laik
144
Proyektor
1
Ruang Kelas 9.4
Laik
145
Jam Dinding
1
Ruang Kelas 9.4
Laik
146
Meja Siswa
18
Ruang Kelas 9.4
Laik
147
Tempat Sampah
1
Ruang Kelas 9.4
Laik
148
Kursi Siswa
36
Ruang Kelas 9.4
Laik
149
Papan Tulis
1
Ruang Kelas 9.4
Laik
150
Kursi Guru
1
Ruang Kelas 9.4
Laik
151
Meja Guru
1
Ruang Kelas 9.4
Laik
152
Kursi Siswa
10
Ruang Osis Al-Hasra
Laik
153
Filling Cabinet
1
Ruang Osis Al-Hasra
Laik
154
Simbol Kenegaraan
1
Ruang Osis Al-Hasra
Laik
1
Ruang Osis Al-Hasra
Laik
155
Kursi dan Meja
Tamu
156
Jam Dinding
1
Ruang Osis Al-Hasra
Laik
157
Tempat Sampah
1
Ruang Osis Al-Hasra
Laik
158
Rak hasil karya
peserta didik
1
Ruang Osis Al-Hasra
Laik
159
Lemari
1
Ruang Osis Al-Hasra
Laik
160
Papan Tulis
1
Ruang Osis Al-Hasra
Laik
161
Meja Guru
4
Ruang Osis Al-Hasra
Laik
162
Kloset Jongkok
1
Ruang Wc Guru Laki-Laki
Al-Hsr
Laik
1
Ruang Wc Guru Laki-Laki
Al-Hsr
Laik
Laik
163
Tempat Air (Bak)
164
Gayung
1
Ruang Wc Guru Laki-Laki
Al-Hsr
165
Tempat Sampah
1
Ruang Wc Guru Laki-Laki
Al-Hsr
Laik
166
Meja Siswa
3
Perpustakaan Al-Hasra
Laik
167
Kursi Siswa
3
Perpustakaan Al-Hasra
Laik
168
Lemari
4
Perpustakaan Al-Hasra
Laik
169
Komputer
1
Perpustakaan Al-Hasra
Laik
170
Printer
1
Perpustakaan Al-Hasra
Laik
171
Tempat Sampah
1
Perpustakaan Al-Hasra
Laik
172
Jam Dinding
1
Perpustakaan Al-Hasra
Laik
173
Meja Baca
2
Perpustakaan Al-Hasra
Laik
174
Rak Majalah
1
Perpustakaan Al-Hasra
Laik
175
Papan
pengumuman
1
Perpustakaan Al-Hasra
Laik
176
Simbol Kenegaraan
1
Perpustakaan Al-Hasra
Laik
177
Rak Buku
15
Perpustakaan Al-Hasra
Laik
178
Kursi dan Meja
Tamu
1
Ruang Kepala SMP AlHasra
Laik
179
Tempat Sampah
1
Ruang Kepala SMP AlHasra
Laik
180
Jam Dinding
1
Ruang Kepala SMP AlHasra
Laik
Laik
181
Meja Pimpinan
2
Ruang Kepala SMP AlHasra
182
Kursi Pimpinan
1
Ruang Kepala SMP AlHasra
Laik
1
Ruang Kepala SMP AlHasra
Laik
Laik
183
Lemari
184
Printer
1
Ruang Kepala SMP AlHasra
185
Simbol Kenegaraan
2
Ruang Kepala SMP AlHasra
Laik
186
Tempat Sampah
1
Ruang Kelas 7.1
Laik
187
Meja Siswa
2
Ruang Kelas 7.1
Laik
188
Papan
pengumuman
1
Ruang Kelas 7.1
Laik
189
Jam Dinding
1
Ruang Kelas 7.1
Laik
190
Proyektor
1
Ruang Kelas 7.1
Laik
191
Meja Guru
1
Ruang Kelas 7.1
Laik
192
Kursi Siswa
21
Ruang Kelas 7.1
Laik
193
Papan Tulis
1
Ruang Kelas 7.1
Laik
194
Kursi Guru
1
Ruang Kelas 7.1
Laik
195
Jam Dinding
1
Ruang Bahasa Al-Hasra
Laik
196
Papan
pengumuman
1
Ruang Bahasa Al-Hasra
Laik
197
Tempat Sampah
1
Ruang Bahasa Al-Hasra
Laik
198
Lemari
1
Ruang Bahasa Al-Hasra
Laik
199
Papan Tulis
1
Ruang Bahasa Al-Hasra
Laik
200
Meja Siswa
30
Ruang Bahasa Al-Hasra
Laik
201
Kursi Siswa
27
Ruang Bahasa Al-Hasra
Laik
202
Meja Guru
1
Ruang Bahasa Al-Hasra
Laik
203
Kursi Guru
1
Ruang Bahasa Al-Hasra
Laik
204
Proyektor
1
Ruang Bahasa Al-Hasra
Laik
205
Kloset Jongkok
5
Ruang Wc Al-Hasra
Laik
206
Tempat cuci tangan
5
Ruang Wc Al-Hasra
Laik
207
Gayung
5
Ruang Wc Al-Hasra
Laik
208
Tempat Air (Bak)
5
Ruang Wc Al-Hasra
Laik
209
Proyektor
1
Ruang Kelas 9.1
Laik
210
Papan Tulis
1
Ruang Kelas 9.1
Laik
211
Kursi Guru
1
Ruang Kelas 9.1
Laik
212
Meja Guru
1
Ruang Kelas 9.1
Laik
213
Jam Dinding
1
Ruang Kelas 9.1
Laik
214
Tempat Sampah
2
Ruang Kelas 9.1
Laik
215
Kursi Siswa
18
Ruang Kelas 9.1
Laik
216
Meja Siswa
19
Ruang Kelas 9.1
Laik
217
Lemari
2
Ruang Kelas 9.1
Laik
218
Papan Tulis
1
Ruang Kelas 8.4
Laik
219
Meja Guru
1
Ruang Kelas 8.4
Laik
220
Kursi Siswa
36
Ruang Kelas 8.4
Laik
221
Meja Siswa
20
Ruang Kelas 8.4
Laik
222
Tempat Sampah
1
Ruang Kelas 8.4
Laik
223
Jam Dinding
1
Ruang Kelas 8.4
Laik
224
Papan
pengumuman
1
Ruang Kelas 8.4
Laik
225
Simbol Kenegaraan
1
Ruang Kelas 8.4
Laik
226
Proyektor
1
Ruang Kelas 8.4
Laik
227
Kursi Guru
1
Ruang Kelas 8.4
Laik
228
Kursi Siswa
39
Lab Fisika Al-Hasra
Laik
229
Papan Tulis
1
Lab Fisika Al-Hasra
Laik
230
Lemari
4
Lab Fisika Al-Hasra
Laik
231
Jam Dinding
1
Lab Fisika Al-Hasra
Laik
232
Simbol Kenegaraan
1
Lab Fisika Al-Hasra
Laik
233
Papan
pengumuman
2
Lab Fisika Al-Hasra
Laik
234
Proyektor
1
Ruang Kelas 7.4
Laik
235
Simbol Kenegaraan
1
Ruang Kelas 7.4
Laik
236
Jam Dinding
1
Ruang Kelas 7.4
Laik
237
Tempat Sampah
1
Ruang Kelas 7.4
Laik
238
Kursi Siswa
40
Ruang Kelas 7.4
Laik
239
Meja Siswa
20
Ruang Kelas 7.4
Laik
240
Meja Guru
1
Ruang Kelas 7.4
Laik
241
Kursi Guru
1
Ruang Kelas 7.4
Laik
242
Papan Tulis
1
Ruang Kelas 7.4
Laik
243
Lemari
1
Ruang Kelas 8.2
Laik
244
Meja Siswa
17
Ruang Kelas 8.2
Laik
245
Proyektor
1
Ruang Kelas 8.2
Laik
246
Kursi Siswa
18
Ruang Kelas 8.2
Laik
247
Meja Guru
1
Ruang Kelas 8.2
Laik
248
Kursi Guru
1
Ruang Kelas 8.2
Laik
249
Papan Tulis
1
Ruang Kelas 8.2
Laik
250
Jam Dinding
1
Ruang Kelas 8.2
Laik
Total
1094
DOKUMENTASI PENELITIAN
BIOGRAFI PENULIS
Papat Fathiyah, kelahiran Jakarta 5 Juni 1992. Anak
kedua dari Bapak Muchtasar dan Ibu Yoyoh Rukiyah ini
mengawali pendidikannya di MI Al-Abbasiyah pada
tahun 1998-2004, dilanjutkan ke MTs Tahdzibun Nufus
dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2007, dan
kemudian menamatkan sekolah menengah atas di MAN
16 Jakarta pada tahun 2010.
Melalui program seleksi PMDK, bungsu dari dua
bersaudara ini melanjutkan pendidikannya ke Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan mengambil jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia. Dimulai dari ketidaksengajaan menemukan buku
kumpulan puisi karya MH. Ainun Najib yang berjudul Papyrus ketika di
perpustakaan sekolah sewaktu aliyah, membuat ia kemudian menyukai untaian
kata-kata indah yang memberinya banyak inspirasi.
Selama menjadi mahasiswa, perempuan yang gemar berkegiatan out door
ini aktif di Pojok Seni Tarbiyah pada elemen Tari Saman-Ratoe Jaroeh asal
Nangroe Aceh Darussalam. Selain itu, ia juga aktif di kegiatan kepramukaan sejak
MI sampai sekarang. Sebab, dari Pramuka lah mahasiswa PBSI ini mulai
mengenal
dan
mencintai
pendidikan
dan
pengajaran.
KUDARMAKAN, DARMAKU KUBAKTIKAN”, teriaknya!
“SATYAKU
Download